jtptunimus gdl dodokdwinu 5351 3 babii

Post on 20-Oct-2015

5 Views

Category:

Documents

4 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Upaya Pencegahan

Upaya untuk melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit

DBD yang paling penting adalah dengan mengendalikan nyamuk Aedes

aegypti sebagai vector utama. Oleh karena nyamuk tersebut hidup di dalam

dan sekitar rumah penduduk, maka partisipasi masyarakat dalam pengendalian

vector Aedes aegypti sangat menentukan keberhasilannya. Cara pencegahan

yang disarankan kepada masyarakat adalah program pemberantasan sarang

nyamuk (PSN) dengan cara fisik maupun kimia (Departemen Kesehatan RI,

2002).

Departemen Kesehatan selama ini telah melakukan berbagai upaya

dalam penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue di Indonesia.

Awalnya strategi pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue adalah

pemberantasan nyamuk dewasa ini melalui pengasapan, kemudian strategi

ditambah dengan menggunakan larvasida yang ditaburkan ke tempat

penampungan air. Namun demikian kedua metode tersebut belum berhasil

dengan memuaskan. Akhir-akhir ini Departemn kesehatan mengembangkan

metode pencegahan penyakit DBD untuk mengubah prilaku masyarakat

dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang

nyamuk (PSN) oleh keluarga/masyarakat secara rutin, serentak dan

berkesinambungan. Metode ini dipandang sangat efektif dan relative lebih

murah dibandingkan dengan metode terdahulu. Pemberantasan sarang nyamuk

(PSN) yang dianjurkan kepada keluarga/masyarakat adalah dengan cara

melakukuan kegiatan 3 M plus, yaitu menutup,menguras tempat penampungan

air,mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan serta cara

lain untuk mengusir atau menghindari gigitan nyamuk dengan memakai obat

anti nyamuk atau menyemprot dengan insektisida (Departemen Kesehatan RI,

2003).

Umumnya kebanyakan orang terparadigma dengan pemberantasan

DBD melalui fogging atau penyemprotan. Padahal untuk melakukan fogging

tersebut diperlukan beberapa ketentuan, mulai dari penemuan kasus dan

kemudian pengajuan surat penyemprotan kepada Rumah Sakit terdekat. Hal

ini karena fogging tidak baik apabila diterapkan terlalu sering (Departemen

Kesehatan RI, 2005).

Upaya lain untuk memberantas nyamuk dan juga jentik, terdapat

beberapa cara sederhana dan hanya diperlukan kepedulian, ketelitian dan

keuletan setiap penghuni rumah akan keadaan lingkungan. Cara paling efektif

untuk mencegah penularan DBD adalah dengan menghindari gigitan nyamuk

penular, mengurangi populasi nyamuk penular, dan mengenali cara hidup

nyamuknya. Mengapa tindakan menghindari vektor penular itu penting,

karena seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa apabila penderita DBD

digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke

dalam lambung nyamuk, selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan

tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk di dalam kelenjar

20

liurnya.

Satu minggu setelah mengisap darah penderita, nyamuk tersebut siap

untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik). Penularan ini

terjadi karena setiap kali nyamuk menusuk (menggigit), sebelum mengisap

darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (proboscis),

agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue

dipindahkan dari nyamuk ke orang lain.

Virus ini akan tetap berada di dalam tubuh nyamuk sepanjang

hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah mengisap virus

dengue menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya. Maka dari itu perlu

bagi masyarakat mengetahui lebih dalam sifat, ataupun cara hidup dari

nyamuk pembawa virus dengue ini, sehingga dapat menghindari gigitannya.

Sedangkan sifat atau ciri nyamuk Aedes aegypti meliputi:

1. Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk domestik, yakni nyamuk yang

berada di bangunan-bangunan seperti contohnya rumah dan tersebar luas

di daerah tropis

2. Kemampuan terbang + 40 m, maksimal 100 m

3. Senang dengan benda yang bergantungan dan di tempat yang

lembab/gelap

4. Siklus hidup : telur – jentik – kepompong dalam air ( + 7 – 10 hari )

5. Sekali bertelur menghasilkan 100-200 telur

6. Tempat perkembangbiakan adalah di TPA (Tempat Penampungan Air)

Berdasarkan hal tersebut maka cara yang untuk menurunkan populasi

nyamuk Aedes aegypti dengan cara yang telah dikenal oleh masyarakat yakni

melalui 3 M, yaitu :

1. Menutup TPA (tempat penampungan air).

Upaya ini dapat dilakukan dengan menutup semua tempat-tempat yang

dapat menampung air sebagai tempat perkembangan vector nyamuk.

2. Menguras TPA seminggu sekali dan terus menerus

Hal ini dilakukan untuk memotong siklus perkembangan nyamuk yaitu

dengan membunuh jentik-jentik yang ada di tempat penampungan air

dengan cara menguras seminggu sekali, sehingga jentik-jentik nyamuk

tidak dapat berkembang menjadi nyamuk dewasa.

3. Mengubur barang-barang bekas yang menjadi TPA

Barang-barang bekas yang tidak terpakai dan dapat menampung air

sebaiknya dikubur saja, karena tempat-tempat seperti ini juga menjadi

tempat perkembangbiakan nyamuk.

Akhir-akhir ini pencegahan dan pemberantasan DBD tidak hanya

dapat ditempuh melalui 3M, cara paling efektif adalah melalui PSJN

(Pemberantasan Sarang Jentik dan Nyamuk) untuk menekan angka kasus

DBD. Selain karena tempat jentiknya yang jelas, yakni di Tempat

Penampungan Air (TPA), juga karena jentik merupakan awal fase hidup

nyamuk. Upaya dalam menerapkan PSJN ini dilakukan dengan beberap cara:

1. Pemberdayaan masyarakat dengan pembinaan ratusan Kader Wamantik

(Siswa Pemantau Jentik) dan Bumantik (Ibu Pemantau Jentik), yang

bertugas memantau 10 rumah di sekitarnya menyangkut keberadaan jentik

22

di rumah mereka. Tidak lupa juga memberikan penyuluhan

2. Ikanisasi

3. Abatesasi (temephos)

4. Fogging, dengan syarat dan persetujuan dari Rumah Sakit sekitar

Kesadaran dan kepedulian masyarakat merupakan kunci awal dari

menurunnya angka DBD di suatu wilayah. Sehingga DBD dapat terjadi di

wilayah mana pun, termasuk di wilayah elit. Cara yang paling efektif adalah

menghindari gigitan nyamuk dengan cara menuurunkan populasi. Melalui

kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan, secara otomatis akan

menghambat perkembangan jentik, dengan adanya kepedulian maka aplikasi

dari upaya-upaya memberantas DBD akan terealisasi, dengan begitu tidak

akan memberi kesempatan bagi nyamuk untuk berkembang.

B. Penyuluhan Kesehatan

1. Pengertian Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajari

sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat

terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan

(Bahua, 2007). Penyuluhan yang berasal dari kata dasar “suluh” atau obor,

dapat diartikan sebagai kegiatan penerangan atau memberikan terang bagi

yang dalam kegelapan, sehingga penyuluhan juga sering diartikan sebagai

kegiatan penerangan. Kegiatan penyuluhan tidak saja terbatas pada

memberikan penerangan, tetapi juga menjelaskan mengenai segala

informasi yang ingin disampaikan kepada kelompok-sasaran yang akan

menerima manfaat penyuluhan, sehingga mereka benar-benar

memahaminya seperti yang dimaksudkan oleh penyuluh atau juru-

penerangnya (Arip, 2009).

Penyuluhan juga dapat diartikan sebagai suatu upaya memberikan

pelajaran dan penyuluhan serta bantuan kepada pribadi atau kelompok

masyarakat. Upaya tersebut dilakukan guna meningkatkan pengetahuan

dan keterampilan mereka agar mampu memahami diri dan lingkungannya

serta mampu mengatasi berbagai permasalahan sehingga dapat mencapai

kesejahteraan hidupnya. Target yang ingin dicapai dalam suatu

penyuluhan adalah audiens atau pendengar dapat merubah dan mewarnai

pemikirannya ke arah yang lebih baik sebagai wujud prilaku yang telah

dilontarkan melalui komunikasi dalam bentuk ucapan dan tulisan (Ahmad,

2008).

Penyuluhan kesehatan adalah suatu proses yang menjembatani

kesenjangan antara informasi dan tingkah laku kesehatan dan berbuat

sesuai dengan informasi tersebut agar mereka menjadi lebih tahu dan lebih

sehat (Budioro, 1998). Menurut Purwanto (1999) penyuluhan kesehatan

merupakan proses belajar, dalam hal ini berarti terjadi proses

perkembangan atau perubahan kearah yang lebih tahu dan lebih baik pada

diri individu. Pada kelompok masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai

kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi sendiri masalah-

masalah kesehatan menjadi mampu.

24

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan penyuluhan yang dilakukan

dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga

masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa

melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.

Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan

yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan,

dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan

ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa

dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta

pertolongan (Effendy, 1998).

Penyuluhan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri

seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan

individu, dan masyarakat . Penyuluhan kesehatan tidak dapat diberikan

kepada seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat prosedur yang harus

dilaksanakan atau suatu produk yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya

merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis, yang

didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap, maupun

praktek baru, yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat (Suliha, dkk.,

2002).

Menurut WHO (1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), tujuan

penyuluhan kesehatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan dan

mencegah timbulnya penyakit, mempertahankan derajat kesehatan yang

sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit, serta

membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan.

Secara umum tujuan dari penyuluhan kesehatan adalah mengubah perilaku

individu atau masyarakat dibidang kesehatan. Tujuan ini dapat diperinci

lebih lanjut antara lain, menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang

bernilai dimasyarakat, menolong individu agar mampu secara mandiri atau

kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat,

mendorong pengembangan dan menggunakan secara tepat sarana

pelayanan kesehatan yang ada (Herawani, 2001).

Machfoed (2005), menyatakan bahwa penyuluhan kesehatan

merupakan proses perubahan, yang bertujuan untuk mengubah individu,

kelompok dan masyarakat menuju hal-hal yang positif secara terencana

melalui proses belajar. Perubahan tersebut mencakup antara lain

pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui proses penyuluhan

kesehatan. Pada hakikatnya dapat berupa emosi, pengetahuan, pikiran

keinginan, tindakan nyata dari individu, kelompok, dan masyarakat.

Penyuluhan kesehatan merupakan aspek penting dalam meningkatkan

pengetahuan keluarga, dengan melakukan penyuluhan kesehatan berarti

petugas kesehatan membantu keluarga dalam usaha untuk meningkatkan

derajat kesehatan.

Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

penyuluhan kesehatan adalah usaha atau kegiatan untuk membantu

individu, keluarga atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan

untuk mencapai kesehatan secara optimal.

26

2. Tujuan Penyuluhan Kesehatan

Tujuan penyuluhan kesehatan menurut Effendy (1998) adalah:

a. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat

dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan

lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan

derajat kesehatan yang optimal.

b. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik,

mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan

kematian.

c. Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah

perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang

kesehatan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Lawrence Green (1980), sebagaimana dikutip Notoatmodjo

(2000) bahwa perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor,

yaitu faktor predisposisi, faktor pemudah, dan faktor pemerkuat. Faktor

predisposisi meliputi penyuluhan, ekonomi (pendapatan), hubungan sosial

(lingkungan, sosial, budaya), pengalaman pengetahuan, sikap, nilai, umur,

kebiasaan, kepercayaan, tradisi, dan persepsi. Penyuluhan seseorang akan

berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari

luar. Orang dengan penyuluhan tinggi akan memberi respon yang lebih

rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana

keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari penyuluhan

kesehatan. Pada status ekonomi dalam keluarga mempengaruhi daya beli

keluarga dalam memenuhi kebutuhan, semakin tinggi pendapatan keluarga

akan lebih mudah tercukupi konsumsi makanan sehat dibanding dengan

status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan

pada keluarga. Selanjutnya pada hubungan sosial (lingkungan, sosial,

budaya), manusia adalah makhluk sosial dimana kehidupan saling

berinteraksi antara satu dengan yang lain. Keluarga yang berinteraksi

secara langsung akan lebih besar terpapar informasi. (Notoatmodjo, 2000).

Faktor kedua yang dapat mempengaruhi perilaku adalah faktor

pemudah, mencakup ketersediaan sumber-sumber dan fasilitas yang

memadai. Sumber-sumber dan fasilitas tersebut harus digali dan

dikembangkan dari keluarga itu sendiri. Faktor pendukung ada dua

macam, yaitu fasilitas fisik dan fasilitas umum. Fasilitas fisik yaitu

fasilitas atau sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan.

Sedangkan fasilitas umum yaitu media massa, meliputi TV, radio, majalah,

ataupun flamlet (Notoatmodjo, 2000).

Faktor pemerkuat sebagai faktor ketiga yang mempengaruhi perilaku

kesehatan meliputi sikap dan perilaku petugas. Semua petugas kesehatan

baik dilihat dari jenis dan tingkatannya pada dasarnya adalah pendidik

kesehatan. Karenanya, petugas kesehatan harus memiliki sikap dan

perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Selain itu perilaku tokoh

masyarakat juga dapat merupakan panutan orang lain untuk berperilaku

28

sehat (Notoatmodjo, 2000).

Selain faktor-faktor tersebut, menurut Purwanto (1999) faktor

keturunan dan lingkungan juga berpengaruh terhadap perkembangan

pembawaan atau perilaku seseorang.

4. Proses Penyuluhan Kesehatan

Proses penyuluhan kesehatan terdiri tiga persoalan pokok yaitu

masukan (input), proses (process), dan keluaran (output). Masukan (input)

dalam penyuluhan kesehatan menyangkut sasaran belajar yaitu individu,

kelompok dan masyarakat dengan berbagai latar belakangnya. Proses

(process) adalah mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan

kemampuan dan perilaku pada diri subjek belajar. Dalam proses

penyuluhan kesehatan terjadi timbal balik berbagai faktor antara lain

adalah pengajar, teknik belajar, dan materi atau bahan pelajaran.

Sedangkan keluaran (output) merupakan kemampuan sebagai hasil

perubahan yaitu perilaku sehat dari sasaran didik melalui penyuluhan

kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

5. Metode Penyuluhan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2003), metode pembelajaran dalam

penyuluhan kesehatan dipilih berdasarkan tujuan penyuluhan kesehatan,

kemampuan perawat sebagai tenaga pengajar, kemampuan individu,

kelompok, masyarakat, besarnya kelompok, waktu pelaksanaan

penyuluhan kesehatan, dan ketersediaan fasilitas pendukung. Metode

penyuluhan kesehatan dapat bersifat penyuluhan individual, penyuluhan

kelompok, dan penyuluhan massa. Metode yang sering digunakan dalam

penyuluhan kesehatan yaitu bimbingan dan penyuluhan, wawancara,

ceramah, seminar, simposium, diskusi kelompok, buzz group, curah gagas,

forum panel, demonstrasi, simulasi, dan permainan peran.

6. Sasaran Penyuluhan Kesehatan

Sasaran penyuluhan kesehatan adalah masyarakat atau individu baik

yang sehat maupun yang sakit. Sasaran penyuluhan kesehatan tergantung

pada tingkat dan tujuan penyuluhan yang diberikan. Lingkungan

penyuluhan kesehatan di masyarakat dapat dilakukan melalui berbagai

lembaga dan organisasi masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

C. Demam Berdarah Dengue (DBD)

a. Pengertian

Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit yang hampir

tidak pernah absen kehadirannya setiap tahun. DBD Merupakan penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue. Demam berdarah dengue (DBD) adalah

penyakit febril akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran

geografis yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu

dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap

serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang

disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam

berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti

(Medicastore. 2008).

30

Sejak tahun 1968 kasusnya cenderung meningkat dan penyebarannya

bertambah luas. Keadaan ini erat kaitannya dengan peningkatan mobilitas

penduduk sejalan dengan semakin lancarnya hubungan transportasi serta

tersebar luasnya virus dengue dan nyamuk penularnya di berbagai wilayah di

Indonesia. Padatnya penduduk membuat nyamuk senang, karena nyamuk

lebih mudah menggigit. Selain itu, kepadatan penduduk menjadikan produksi

sampah meningkat, sehingga menambah tempat bagi nyamuk untuk bersarang

(Pratiwi, 2009).

b. Gejala dan Tanda DBD

Pada umumnya penderita DBD dikenal dengan gejala bintik-bintik atau

ruam merah pada kulit yang apabila diregangkan malah terlihat jelas bintik-

bintiknya. Hal itu memang menjadi salah satu tanda bahwa telah tergigit

nyamuk Aedes agypti. Untuk lebih waspada dan menindaklanjuti kasus DBD,

berikut beberapa gejala DBD :

1) Demam

Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus menerus

berlangsung 2-7 hari. Panas dapat turun pada hari ke-3 yang kemudian

naik lagi, dan pada hari ke-6 atau ke-7 mendadak turun. Jika digambarkan,

maka grafiknya menyerupai pelana kuda. Jangan tunggu hingga 7 hari,

lepas hari ketiga panas tetap tinggi, dianjurkan untuk memeriksakan diri

dengan tes darah. Karena apabila dalam waktu kurang dari 7 hari penderita

tidak ditangani dengan cepat dan tepat, penderita dapat meninggal dunia.

2) Tanda-tanda pendarahan

Perdarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk perdarahan dapat hanya

berupa uji Torniquet (Rumple Leede) positif atau dalam bentuk satu atau

lebih manifestasi perdarahan sebagai berikut : Petekie, Purpura, Ekimosis,

Perdarahan konjungtiva, Epistaksis, Perdarahan gusi, Hematemesis,

Melena, dan Hematuri.

Petekie sering sulit dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk. Untuk

membedakannya, regangkan kulit, jika bintik merah pada kulit tersebut

hilang maka bukan Petekie. Petekie merupakan tanda pendarahan yang

tersering ditemukan. Tanda ini dapat muncul pada hari-hari pertama

demam.

Uji Torniquet dinyatakan positif, jika terdapat 10 atau lebih Petekie pada

kulit seluas 1 inci persegi (2,5 x 2,5 cm) di lengan bawah bagian depan

(volar) dekat lipat siku (fossa cubiti).

3) Pembesaran Hati (Hepatomegali)

Sifat pembesaran hati :

a) Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan

penyakit

b) Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit

c) Nyeri tekan sering ditemukan tanpa disertai ikterus

4) Renjatan (Syok)

Tanda-tanda renjatan:

32

a) Kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari

tangan dan kaki

b) Penderita menjadi gelisah

c) Sianosis di sekitar mulut

d) Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba

e) Tekanan nadi menurun, sistolik menurun sampai 80 mmHg atau

kurang

Penyebab renjatan: karena perdarahan, atau karena kebocoran plasma ke

daerah ekstra vaskuler melalui kapiler yang terganggu.

5) Trombositopeni

a) Jumlah trombosit < 100.000/ l biasanya dμ itemukan diantara hari ke

3-7 sakit

b) Pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai terbukti bahwa

jumlah trombosit dalam batas normal atau menurun.

c) Pemeriksaan dilakukan pada saat pasien diduga menderita DBD,

bila normal maka diulang tiap hari sampai suhu turun.

6) Hemokonsentrasi (Peningkatan Hematokrit)

Meningkatnya nilai hematokrit (Ht) menggambarkan hemokonsentrasi

selalu dijumpai pada DBD, merupakan indikator yang peka terjadinya

perembesan plasma, sehingga dilakukan pemeriksaan hematokrit secara

berkala. Pada umumnya penurunan trombosit mendahului peningkatan

hematokrit.

7) Gejala Klinik lain

a) Gejala klinik lain yang dapat menyertai penderita DBD ialah nyeri

otot, anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau

konstipasi, dan kejang

b) Pada beberapa kasus terjadi hiperpireksia disertai kejang dan

penurunan kesadaran sehingga sering di diagnosis sebagai

ensefalitis

c) Keluhan sakit perut yang hebat sering kali timbul mendahului

perdarahan gastrointestinal dan renjatan

c. Pertolongan Bagi Penderita DBD

1) Penderita diberi minum yang banyak

2) Penderita dikompres dengan air dingin

3) Penderita diberi obat penurun panas

4) Secepatnya penderita dibawa ke dokter, Puskesmas atau Rumah Sakit,

khususnya bila penderita tampak gelisah, ujung kaki dan tangannya

dingin dan berkeringat.

d. Penularan DBD

DBD dapat dengan mudah menular melalui vektor penularnya,

yakni nyamuk Aedes aegypti melalui gigitannya. Seminggu setelah digigit

oleh nyamuk Aedes aegypti yang mengandung virus dengue, maka orang

34

tersebut akan jatuh sakit demam berdarah, atau dapat juga tetap sehat

tetapi menjadi carrier (sumber penular dengan menyimpan virus dengue).

Nyamuk yang menggigit orang yang darahnya mengandung virus dengue,

sepanjang nyamuk tersebut hidup akan tetap mengandung virus dengue

dan setiap saat dapat ditularkan kepada orang lain melalui gigitannya pula

(menggigit pada siang hari).

Penularan DBD juga perlu diwaspadai apabila terdapat seseorang

yang menderita DBD maka lokasi rumahnya berada tidak jauh dari rumah

penderita perlu diwaspadai akan keberadaan nyamuk Aedes aegypti, hal ini

karena kemampuan terbang nyamuk tersebut +40 m, dan jangkauan

terbang maksimal sejauh 100 m. Sehingga perlu secepatnya melakukan

pembersihan terhadap tempat-tempat penampungan air di sekitar rumah

atau menghubungi Puskesmas terdekat.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka setiap orang dapat terserang

demam berdarah setelah digigit oleh nyamuk Aedes aegypti yang

mengandung virus dengue. Hanya saja ketahanan tubuh setiap orang yang

memungkinkan tingkat kasus DBD berbeda satu sama lain. Sehingga

selain memberantas vektor penular dan menghindarinya, ada baiknya

setiap orang menjaga imunitasnya sehingga dapat terhindar dari kasus

DBD.

e. Tempat Penularan Bagi Penularan DBD

Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat

nyamuk penularnya. Tempat potensial untuk terjadi penularan DBD

adalah:

1) Wilayah yang banyak kasus DBD (endemis)

2) Tempat-tempat umum yang menjadi tempat berkumpulnya orang-

orang yang datang dari berbagai wilayah. Tempat-tempat tersebut

antara lain :

a) Sekolah, karena anak/murid sekolah berasal dari berbagai wilayah

selain itu merupakan kelompok umur yang paling susceptible

terserang DBD

b) Rumah sakit/Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya.

Karena dalam hal ini orang yang datang dari berbagai wilayan dan

kemungkinan diantaranya adalah penderita DBD atau carier virus

dengue

c) Tempat umum lainnya seperti : hotel, pertokoan, pasar, restoran,

dan tempat ibadah

3) Pemukiman baru di pinggir kota

Pemukiman baru di pinggir kota ini penduduknya berasal dari berbagai

wilayah, maka kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau

carier yang membawa virus dengue yang berlainan dari masing-

masing lokasi asal.

36

D. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori

Sumber: Notoatmodjo (2000) & Pratiwi, 2009

UpayaPencegahan DBD

Penyuluhan Kesehatan

E. Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

F. Variabel Penelitian

1. Variabel independen (bebas)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penyuluhan kesehatan tantang

penyakit demam berdarah dengue (DBD)

2. Variabel dependen (terikat)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah upaya pencegahan penularan

penyakit demam berdarah dengue (DBD)

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara

penyuluhan kesehatan dengan upaya pencegahan penularan penyakit demam

Berdarah Dengue di Desa Karangmulyo Kecamatan Pegandon Kabupaten

Kendal.

38

top related