jtptunimus gdl rinamelati 7355 2 babii
Post on 19-Oct-2015
38 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
8
BAB II
TINJAUAN KONSEP DAN TEORI
A. Konsep dasar Cairan dan Elektrolit
1. Pengertian
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga
kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam
tubuh merupakan salah satu dari fisiologi homeostatis Keseimbangan
cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai
cairan tubuh.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya
distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairan saling bergantung satu dengan yang
lainnya.jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan
intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang
berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah
cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan
intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan
intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler. Cairan
intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan
-
9
traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan
intraokuler, dan sekresi saluran cerna (Hidayat, 2008)
2. Pengaturan Volume Cairan Tubuh
Menurut Brunner & Suddart, 2000 di dalam tubuh seorang yang
sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan tubuh selalu
berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal
intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi. Kondisi
sakit dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh
akan kehilangan cairan antara lain melalui proses penguapan ekspirasi,
penguapan kulit, ginjal (urine), ekresi pada proses metabolisme.
a. Intake Cairan
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang, seorang dewasa
minum kira-kira 1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh
kira-kira 2500 ml per hari sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per
hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat
haus dikendalikan berada di otak sedangkan rangsangan haus berasal
dari kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin sebagai respon
dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan
penurunan volume darah.
Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan
sensasi haus walaupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus
-
10
akansegera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus
gastrointestinal.
Rata-rata cairan perhari
1) Air minum : 1500-2500 ml.
2) Air dari makanan : 750 ml.
3) Air dari hasil oksidasi atau metabolisme : 200 ml.
b. Output Cairan
Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
1) Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui
tractus urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang
utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml
per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada orang dewasa.
Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine
bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat
meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap
mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
2) IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan
mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan
tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi
bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat
meningkat.
-
11
3) Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh
yang panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus,
sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang
yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
4) Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL
per hari, yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam
mukosa usus besar (kolon).
3. Cara menghitung balance cairan :
a. Balance cairan = intake cairan output cairan
b. Inteake / cairan masuk = Output / cairan keluar + IWL (Insensible
Water Loss)
Keterangan :
Intake / Cairan Masuk : mulai dari cairan infus, minum, kandungan cairan
dalam makanan Klien, volume obat-obatan, termasuk obat suntik, obat
yang di drip, albumin dll.
Output / Cairan keluar : urine dalam 24 jam, jika Klien dipasang kateter
maka hitung dalam ukuran di urinbag, jika tidak terpasang maka Klien
harus menampung urinenya sendiri, biasanya ditampung di botol air
mineral dengan ukuran 1,5 liter, kemudian feses.
-
12
IWL (insensible water loss(IWL) : jumlah cairan keluarnya tidak disadari
dan sulit diitung, yaitu jumlah keringat, uap hawa nafas. Berikut cara
menghitung IWL.
Cara menghitung IWL pada orang dewasa :
a. Teknik menghitung IWL pada orang dewasa :
b. Rumus IWL dalam kenaikan suhu :
[(10% x CM) x jumlah kenaikan suhu] + IWL normal
24 jam
Keterangan :
CM = Cairan masuk
(Smeltzer& Bare, 2001).
4. Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh menurut syaifuddin, 2006 antara lain :
a. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia
akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat
badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan
keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering
terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi
ginjal atau jantung.
IWL = (15 x BB)
24 jam
-
13
Tabel 1.1 kebutuhan intake cairan berdasarkan umur dan berat badan
No Umur BB (kg) Kebutuhan Cairan (ml)
1 3 hari 3 250-300
2 1 tahun 9,5 1150-1300
3 2 tahun 11,8 1350-1500
4 6 tahun 20 1800-2000
5 10 tahun 28,7 2000-2500
6 14 tahun 45 2200-2700
7 18 tahun 54 2200-2700
b. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan
kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan
tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang
beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai
dengan 5 L per hari.
c. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan
elektrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan
membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan
cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan
dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan
edema.
d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium
dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan
volume darah.
-
14
e. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh misalnya :
1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air
melalui IWL.
2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
3) Klien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami
gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan
untuk memenuhinya secara mandiri.
5. Masalah-masalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit menurut
A.Aziz Alimul Hidayat, 2008 yaitu :
a. Hipovolemik atau dehidrasi
Suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstra seluler
(CES) dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal,
gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok hipovolemik.
Mekanismenya adalah peningkatan rangsangan saraf simpatis
(peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung dan tekanan
vaskuler), rasa haus, pelepasan hormone ADH dan adosteron.
Gejalanya antara lain: pusing, lemah, letih, anoreksia, mual
muntah, rasa haus, gangguan mental, konstipasi dan oliguri, penurunan
TD, HR meningkat, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah terasa
kering dan kasar, mukosa mulut kering. Tanda-tanda penurunan berat
-
15
badan dengan akut, mata cekung, pengosongan vena jugularis. Pada
bayi dan anak adanya penurunan jumlah air mata.
b. Hipervolemi atau overhidrasi
Penambahan/kelebihan volume CES dapat terjadi pada saat:
1) Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air.
2) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan
air.
3) Kelebihan pemberian cairan.
4) Perpindahan cairan interstisial ke plasma.
Gejala: sesak napas, peningkatan dan penurunan TD, nadi kuat,
asites, adema, adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena leher, dan
irama gallop.
B. Konsep Dasar Luka Bakar
1. Definisi
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik dan radiasi (Moenajat,2001).
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber
panas pada tubuh. Panas dapat dipindah lewat hantaran atau radiasi
elektrimagnetik (Smeltzer & Bare, 2001).
Luka bakar adalah luka yang timbul akibat kulit terpajan kesuhu
tinggi, syok listrik, atau bahan kimia. Luka bakar diklasifikasikan
-
16
berdasarkan kedalaman dan luas daerah yang terbakar (Elizabet J. Corwin,
2000)
2. Etiologi
Menurut Henderson, (1991) penyebab terjadinya luka bakar diantaranya:
a. Luka bakar suhu tinggi (thermal burn)
b. Gas
c. Cairan
d. Bahan padat
e. Luka bakar bahan kimia (cheminal burn)
f. Luka bakar sengatan listrik (electrical burn)
3. Klasifikasi Luka Bakar
Keparahan cedera luka diklasifikasi berdasarkan pada risiko
mortalitas dan resiko kecacatan fungsi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keparahan cedera sebagai berikut :
a. Kedalaman luka bakar
Kerusakan kulit akibat luka bakar sering kali digambarkan
sesuai dengan kedalaman cedera dan digolongkan dengan istilah
ketebalan partial dan ketebalan penuh, yang berhubungan dengan
berbagai lapisan kulit.
Umumnya luka bakar mempunyai kedalaman yang tidak sama.
Setiap area luka bakar mempunyai tiga zona cedera. Area terdalam
merupakan area yang paling banyak mengalami kerusakan, dan zona
terluar mengalami paling sedikit kerusakan (Efendy,Christantie, 1999).
-
17
Gambar1.1 Zona pada luka bakar
Area yang paling dalam disebut zona koagulasi, dimana terjadi
kematian selular. Area pertengahan disebut zona statis, tempat
terjadinya gangguan suplai darah, inflamasi, dan cedera jaringan. Area
yang terluar disebut zona hyperemia. berikut merupakan ciri-ciri luka
bakar berdasarkan kedalam luka :
1) Luka bakar derajat I
Ciri-cirinya:
(a) Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis.
(b) Kulit kering, hiperemik berupa eritema.
(c) Tidak dijumpai bulae.
(d) Nyeri karena ujung-ujung syaraf sensorik teriritasi.
(e) Penyembuhan spontan dalam 5-10 hari.
(f) Contohnya sengatan matahari(sunburn) dan tersiram air panas.
Penyembuhan dalam1 minggu.
-
18
(g) Pengelolaan dapat dengan kompres air dingin dan pemberian
krim atau pasta disertai terapi simtomatis untunk mengurangi
nyeri.
2) Luka bakar derajat II
Ciri-cirinya:
(a) Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa
reaksi inflamasi diserta proses eksudasi.
(b) Dijumpai bulae.
(c) Nyeri karna ujung-ujung syaraf sensorik teriritasi.
(d) Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih
tinggi diatas kulit normal.
Luka bakar derajat dua dibedakan menjadi :
(1) Derajat dua dangkal (superdisial)
(i) Kerusakan mengenai bagian superficial dermis
(ii) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat
dan kelenjar sebasea masih utuh
(iii)Penyembuhan spontan dalam 10-14hari
(2) Derajat dua dalam (deep)
(i) Kerusakan mengenai hamper seluruh bagian dermis
(ii) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat
dan kelenjar sebasea sabagian besar masih utuh
(iii)Waktu penyembuhan biasanya lebih dan 1 bulan tergantung
epitel yang tersisa.
-
19
3) Luka bakar derajat III
Ciri-cirinya:
(b) Kerusakan pada seluruh tebal dermis dan lapisan yang lebih
dalam
(c) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat dan
kelenjar sebasea mengalami kerusakan
(d) Tidak dijumpai bulae
(e) Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat
(f) Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang
dikenal sebagai eskar
(g) Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karna ujung-
ujng saraf sensorik mengalami kerusakan atau kematian.
(h) Penyembuhan lama karena tidak ada epitelisasi spontan dan
dasar luka.
(i) Luka bakar karena kontak langsung dengan api, benda panas,
cairan, minyak atau lemak yang panas.
(j) Penanganan dengan memberikan anti mikroba topical dan
skingraft.
4) Luka bakar derajat IV
(a) Luka bakar yang mengenai jaringan yang lebih dalam seperti
jaringan otot, fascia, syaraf, tendon, pembuluh darah dan
tulang.
-
20
(b) Biasanya akibat sengatan listrik voltase tinggi atau paparan
lama dengan panas. Penanganan dengan flap surgical atau
amputasi(Tatty Ermin.S,2010).
b. Keparahan luka bakar
Cedera luka bakar dapat berkisar dari lepuh kecil sampai luka
bakar derajat III. Cedera luka bakar dikategorikan kedalam luka bakar
minor , sedang dan mayor.
Cedera luka bakar minor. Cedera luka bakar minor adalah
cedera ketebalan partial yang kurang dari 15% LPTT (luas permukaan
tubuh total) pada orang dewasa dan 10% LPTT pada anak-anak, atau
cedera ketebalan penuh kurang dari 2% LPTT. Klien dengan luka
bakar minor biasa mendapatkan perawatan awal di unit gawat darurat
kemudian dipulangkan dengan instruksi tindak lanjut dibagian rawat
jalan.
Cedera luka bakar sedang tak terkomplikasi adalah cedera
ketebalan partial dengan 15% sampai 25% dari LPTT pada orang
dewasa dan 10 sampai 20% pada anak-anak, atau cedera dengan
ketebalan penuh kurang dari 10% LPTT yang tidak berhubungan
dengan komplikasi. Klien dengan luka bakar sedang umumnya
ditangani dibagian rawat inap.
Cedera luka bakar mayor. Klien dengan luka bakar mayor
biasanya dapat dibawa ke fasilitas perawat luka khusus, setelah
-
21
mendapatkan perawatan kedaruratan ditempat kejadian. Cedera luka
bakar mayor adalah setiap dari yang berikut :
1) Cedera ketebalan partial lebih dari 255 LPTT pada orang dewasa
atau 20% LPTT pada anak-anak.
2) Cedera ketebalan penuh 10% LPTT atau lebih.
3) Luka bakar yang mengenai tangan ,wajah, mata, telinga, kaki, dan
perineum.
4) Cedera inhalasi.
5) Cedera listrik
6) Luka bakar yang berkaitan dengan cedera lain misalnya : cedera
jaringan lunak, fraktur, trauma lain.
c. Lokasi luka bakar
Luka bakar pada kepala, leher, dan dada seringkali mempunyai
kaitan dengan komplikasi pulmonal. Luka bakar yang mengenai wajah
sering menyebabkan abrasi kornea. Luka bakar pada telinga membuat
mudah terserang kondritis aurikulas dan rentan terhadap infeksi serta
kehilangan jaringan lebih lanjut. Luka bakar pada tangan dan
persendian sering membutuhkan terapi fisik dan okupasi yang lama
dan memberikan dampak kehilangan waktu untuk bekerja atau
kecacatan fisik menetap serta kehilangan pekerjaan. Luka bakar pada
area perineal membuat mudah terserang infeksi akibat autokontaminasi
oleh urine dan feses. Luka bakar sirkumferensial ekstremitas dapat
memnyebabkan efek seperti penebalan pembuluh darah dan mengarah
-
22
pada gangguan vascular distal. Luka bakar sirkumferensial toraks
dapat mengarah pada inadekuat ekspansi dinding dada dan insufisiensi
pulmonal.
d. Agen penyebab luka bakar
Luka bakar juga dapat diklasifikasikn berdasarkan agen yang
menyebabkan terjadinya luka bakar, termasuk : termal, listrik, kimia,
radiasi. Pada situasi tertentu (misalnya kebakaran rumah, ledakan
mobil atau seperti timbulnya awan panas gunung merapi) akan
mengakibatkan Klien tidak hanya mengalami luka bakar, tetapi juga
menghirup udara panas atau keracunan karbon monoksida (CO).
kondisi yang demikian akan mengakibatkan Klien mengalami
gangguan pada saluran pernapasan yang dapat menjadi penyebab
kegagalan pernapasan sehingga menimbulkan kematian.
Luka bakar dengan trauma inhalasi dapat dibagi menjadi dalam
3 kategori (meyer &salber) yaitu :
1) Trauma panas pada saluran napas
2) Trauma kimia pada saluran napas dan parenkim paru
3) Keracunan kimia secara sistemik
Klien yang mengalami trauma panas pada saluran napas
(karena luka bakar pada wajah, termasuk bibir dan rambut hidung serta
lehr) mungkin akan menunjukan tanda-tanda sulit bicara dan menelan
serta mengalami dispnea, stridor karena adanya edema pada saluran
napas atas yang menyebabkan obstruksi jalan napas.
-
23
Jika obstruksi jalan napas dialami Klien maka harus segera
dilakukan intubasi trauma atau trakheostomi sebelum muncul
manifestasi dari luaran sekrtet (drainase postural dan penghisapan) dan
pemeriksaan analisa gas darah (untuk mengetahui adanya hipoksemia).
Diagnose yang pasti terhadap adanya inhalasi dapat ditegakkan dengan
melakukan bronkhosopi atau laringoskopi.
Keracunan karbon monoksida sering dialami Klien yang
terbakar dalam ruangan tertutup. CO mengikat hemoglobin lebih cepat
dari O2 sehingga mengakibatkan hipoksia yang cepat pada otak. Klien
perlu mendapatkan terapi oksigen 100% dan pemantauan ketat, selain
itu, perlu dilakukan pemantauan terhadap tanda dan gejala gangguan
oksigen seperti: agitasi, takipnea, stupor, dan sianosis serta monitor
kadar karboksi-hemoglobin.
e. Ukuran luka bakar
Ukuran luka bakar ( presentase cedera pada kulit ) ditentukan
dengan salah satu dari dua metoda :
1) Rule of nine digunakan sebagai alat untuk memperkirakan ukuran
luka bakar yang cepat. Dasar dari perhitungan ini adalah dengan
membagi tubuh manusia kedalan bagian-bagian anatomi yang
setiap bagian tersebut mencerminkan luas 9% dari LPT ( luas
permukaan tubuh ), atau kelipatan dari 9%. metode ini mudah
dugunakan dalam penggunaannya tidak membutuhkan diagram
-
24
untuk menentukan presentase LPTT yang mengalami cidera.
Gambar 1.2 Rumus rule of nine
2) Diagram bagan Lund &browder biasanya ditunjukkan untuk
menentukan keluasan luka bakar yang terjadi pada anak-anak dan
bayi dimana dalam bagan ini dikelompokkan usia yang berbeda
mempunyai keluasan yang berbeda. Bagan ini memberikan
perhitun gan yang lebih akurat.
Gambar 1.3 Diagram bagan Lund &browder
-
25
f. Usia korban luka bakar
Usia klien mempengaruhi keparahan dan keberhasilan dalam
perawatan luka bakar. Angka kematian terjadi lebih tinggi jika luka
bakar terjadi pada anak-anak yang berusia kurang dari 4 tahun,
terutama mereka dalam kelompok 0-1 tahun, dank lien yang berusia
diatas 65 tahun (Efendy cristantie,1999)
4. Manifestasi klinis
a. Keracunan karbon monoksida (CO)
Ditandai dengan kekurangan oksigen dalam darah, lemas, pusing, mual
muntah, koma bahkan meninggal.
b. Distress pernafasan
Ditandai dengan serak, ngiler dan ketidakmampuan menangai sekresi.
c. Cedera Pulmonal
Ditandai engan pernafasan cepat atau sulit, stidor dan batk pendek.
d. Gangguan hematologik
Tanda yang ditemukan adalah hematokrit, leukosit meningkat,
penurunan trombosit.
e. Gangguan elektrolit
Tanda yang ditemukan adalah penurunan kalium, kenaikan natrium
dan klorida. Serta kenaikan BUN.
f. Gangguan ginjal
Tanda yang ditemukan adalah peningkatan haluaran urine dan
mioglobinuria
-
26
g. Gangguan metabolic
Tanda yang ditemukan adalah hipermetabolisme dan kehilangan
berat badan (Elizabet J. Corwin, 2000).
C. Manajement cairan pada Klien luka bakar
Resusitasi cairan bertujuan untuk mengupayakan sirkulasi yang dapat
menjamin kelangsungan perfusi, sehingga oksigen jaringan terpelihara. Secara
umum masalah yang sering timbul berkenaan dengan resusitasi cairan adalah :
1. Menentukan jenis cairan yang diberikan
Kaidah umum dalam pemilihan jenis cairan untuk resusitasi sangat
bergantung pada kondisi klinik, status hidrasi dan konsentrasi serta
kondisi abnormalis metabolic yang ada. Dalam pemeilihan jenis cairan
ada dua jenis cairan yang umum digunakan dalam prosedur resusitasi,
yaitu koloid dan kristaloid.
Pada kasus luka bakar sendiri cairan yang digunakan cairan
kristaloid. Seperti pada catatan jurnal fluid Managemen in Serve Burns
Patients edisi 2009yang menerangkan bahwa berdasarkan penelitian
Holm (2009) cairan koloid tidak memperlihatkan keuntungan di banding
kristaloid pada awal resusitasi cairan luka bakar dan bahkan
memperburuk edema formation pada awal-awal terjadinya luka bakar.
2. Menuntukan jumlah kebutuhan cairan
Pemberian cairan sebenarnya berdasarkan kebutuhan sirkulasi yang
dinamik dari waktu ke waktu dan harus dipantau melalui parameter-
-
27
parameter tertentu, dalam pemberian jumlah cairan ada dua cara yang
biasa digunakan yairu :
a. Cara Evans Brooke
Untuk menghitung kebutuhan pada hari pertama hitunglah :
1) Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc Nacl
2) Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc larutan koloid
3) 3.2000cc glukosa 5%
Separuh dari jumlah yang diberikan dalam 8 jam pertama.
Sisanyadiberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan
setengahjumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan
setengah jumlah cairanyang diberikan hari kedua. Sebagai monitoring
pemberian lakukanpenghitungan diuresis.
b. Cara Baxter
Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai.
Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus :
Baxter = % luka bakar X BB (kg) X 4cc
Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama,
sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan
elektrolit yaitu larutan ringer laktat karena terjadi hiponatremi. Untuk
hari kedua diberikan setengah dari jumlah pemberian hari pertama
(Moenajat,2003).
-
28
Secara umum dalam melakukan resusitasi cairan pada luka
bakar ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mencapai
keberhasilan terapi yaitu :
1) Mengetahui permasalahan yang terjadi pada Klien : syok, cendera
inhalasi, dsb
2) Penentuan derajat dan luas luka bakar
3) Berat badan Klien
4) Metode pemberian cairan : jumlah cairan, jenis cairan, dan
pemantauan yang dilakukan.
5) Informasi mengenai organ-organ penting ( ginjal, paru, jantung,
hepar dan saluran cerna)
6) Penggunaan obat-obatan yang rasional.
3. Perawatan Luka Bakar
Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lesi sesegera
mungkin, pencegahan infeksi mengurangi rasa sakit, pencegahan
traumamekanik pada kulit yang vital dan elemen di dalamnya, dan
pembatasan pembentukan jaringan parut.
Pada saat kejadian, hal pertama yang harus dilakukan adalah
menjauhkan korban dan sumber trauma. Padamkan api dan siram kulit
yang panas dengan air. Pada trauma bahan kimia, siram kulit dengan air
mengalir. Proses koagulasi protein sel dijaringan yang terpajan suhu
tinggi berlangsung terus walau api telah dipadamkan, sehingga destruksi
tetap meluas. Proses tersebut dapat dihentikan dengan mendinginkan
-
29
daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam
pertama. Oleh karena itu, merendam bagian yang terbakar selama lima
belas menit pertama sangat bermanfaat. Tindakan ini tidak dianjurkan
pada luka bakar > 10%, karena akan terjadi hipotermia yang
menyebabkan cardiac arrest.Tindakan selanjutnya adalah sebagai
berikut:
1. Lakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan napas,
pernapasan dan sirkulasi, yaitu:
a. Periksa jalan napas
b. Bila dijumpai obstruksi jalan napas
c. Buka jalan napas dengan pembersihan jalan napas (suction,
dsb), bila perlu lakukan trakeostomi atau intubasi, berikan
oksigen
d. Pasang iv line untuk resusitasi cairan, berikan cairan RL
untuk mengatasi syok
e. Pasang kateter buli-buli untuk pemantauan dieresis
f. Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung
selama ada ileus paralitik
g. Pasang pemantau tekanan vena sentral (central venous
pressurel/CVP) untuk pemantauan sirkulasi darah, pada
luka bakar ektensif (> 40%)
2. Periksa cedera yang terjadi di seluruh tubuh secara sistimatis
untuk menentukan adanya cedera inhalasi, luas dan derajat luka
-
30
bakar. Dengan demikian jumlah dan jenis cairan yang
diperlukan untuk resusitasi dapat ditentukan. Terapi cairan
diindikasikan pada luka bakar derajat 2 atau 3 dengan luas > 25
%, atau Klien tidak dapat minum. Terapi cairan dihentikan bila
masukan oral dapat menggantikan parenteral. Dua cara yang
lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada
penderita luka bakar.
3. Berikan analgetik. Analgetik yang efektif adalah morfin atau
petidin, diberikan secara intravena. Hati-hati dengan pemberian
intramuskular karena dengan sirkulasi yang terganggu akan
terjadi penimbunan di dalam otot.
4. Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil. Pencucian luka
dilakukan dengan melakukan debridement dan memandikan
Klien menggunakan cairan steril dalam bak khusus yang
mengandung larutan antiseptik. Antiseptik lokal yang dapat
dipakai yaitu Betadine atau nitras argenti 0,5%.
5. Berikan antibiotik topikal pascapencucian luka dengan tujuan
untuk mencegah dan mengatasi infeksi yang terjadi pada luka.
Bentuk krim lebih bermanfaat daripada bentuk salep atau
ointment. Yang dapat digunakan adalah silver nitrate 0,5%,
mafenide acetate 10%, silver sulfadiazin 1%, atau gentamisin
sulfat.
-
31
6. Kompres nitras argenti yang selalu dibasahi tiap 2 jam efektif
sebagai bakteriostatik untuk semua kuman. Obat lain yang
banyak dipakai adalah silversulfadiazin dalam bentuk krim 1%.
Krim ini sangat berguna karena bersifat bakteriostatik,
mempunyai daya tembus yang cukup, efektif terhadap semua
kuman, tidak menimbulkan resistensi, dan aman.
7. Balut luka dengan menggunakan kassa gulung kering dan steril.
4. Indikasi rawat inap
1. Penderita syok atau terancam syok bila luas luka bakar > 10% pada
anak atau > 15% pada orang dewasa.
2. Terancam edema laring akibat terhirupnya asap atau udara hangat.
3. Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat, seperti pada
wajah, mata, tangan, kaki, atau perineum.
Perawatan yang dilakukan selama msa pemulihan yaitu :
a. Nutrisi diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan
keseimbangan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu
sebanyak 2.500 3.000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi.
b. Perawatan lokal dapat secara terbuka atau tertutup.
c. Antibiotik topikal diganti satu kali dalam satu hari, didahului
hidroterapi untuk mengangkat sisa-sisa krim antibiotik sebelumnya.
Bila kondisi luka sangat kotor atau dijumpai banyak krusta dan atau
eksudat, pemberian dapat diulang sampai dengan 2 3 kali sehari.
-
32
d. Rehabilitasi termasuk latihan pernapasan dan pergerakan otot dan
sendi.
e. Usahakan tak ada gangguan dalam penyembuhan; penyembuhan
bisa dicapai secepatnya denganPerawatan luka bakar yang baik
f. Penilaian segera daerah-daerah luka bakar derajat 3 atau 2 dalam.
Kalau memungkinkan buang kulit yang non vital dan menambalnya
secepat mungkin.
g. Usahakan mempertahankan fungsi sendi-sendi. Latihan gerakan
atau bidai dalam posisi baik.
h. Aturlah proses maturasi sehingga tercapai tanpa ada proses
kontraksi yang akan mengganggu fungsi. Bilamana luka bakar
sembuh per sekundam dalam 3 minggu atau lebih selalu ada
kemungkinan timbul parut hipertrofi dan kemungkinan kontraktur
pada waktu proses maturasi. Sebaiknya dipasang perban
menekan, bidai yang sesuai dan anjuran untuk mengurangi edema
dengan elevasi daerah yang bersangkutan.
i. Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah
infeksi. Infeksi dapat memperburuk derajat luka bakar dan
mempersulit penyembuhan. Yang banyak dipakai adalah golongan
aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas (Arif, 2000)
D. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan yang meliputi
aspek biologi, psikologi, sosiologi dan spiritual secara komprehensif. Maksud
-
33
dari pengkajian adalah untuk mendapatkan informasi atau data Klien (data
primer) dari keluarga (data sekunder) data dari catatan yang ada (data tersier),
pengumpulan melalui wawancara, observasi langsung dan melihat secara
medis. Adapun data yang diperlukan Klien pada klien dengan masalah luka
bakar adalah sebagai berikut :
Menurut Doenges (2000) dasar data pengkajian Klien antara lain :
1. Aktivitas/Istirahat
Tanda:
a. Penurunan kekuatan, tahanan.
b. Keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit.
c. Gangguan masa otot, perubahan tonus.
2. Sirkulasi
Tanda:
a. Hipotensi (syok).
b. Penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera,
vasokonstriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih
dan dingin (syok listrik).
c. Takikardia (syok/ansietas/nyeri).
d. Disritmia (syok lostrik).
e. Pembentukan edema jaringan (semua luka bakar).
-
34
3. Eliminasi
Tanda:
a. Haluaran urin menurun/tidak ada selama fase darurat. Warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin,
mengindikasikan kerusakan otot dalam.
b. Diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan kedalam
sirkulasi).
c. Penurunan bising usus/tidak ada, khususnya pada luka bakar
kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/peristaltil gastrik.
4. Makanan/cairan
Tanda:
a. Edema jaringan umum.
b. Anoreksia, mual/muntah.
5. Pemeriksaan diagnostic
a. LED : mengkaji hemokonsentrasi
b. Elektrolit serum menditeksi ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat
peningkatan dalam 24jam pertama karna peningkatankalium
dapat menghentikan henti jantung.
c. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi
pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.
d. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
-
35
e. Urinalisi menunjukan mioglobin dan hemokromogen
menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh
luas.
f. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
g. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat
menurun pada luka bakar massif.
h. Kadar karbon monoksida serum meningkatkan pada cedera
inhalasi asap.
E. Diagnosa Keperawatan
Menurut bruner & suddarth tahun 2002, diagnosa keperawatan pada
klien dengan luka bakar adalah kurang volume cairan yang berhubungan
dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan akibat
evaporasi dari daerah luka bakar.
F. Intervensi Keperawatan
Menurut Doenges, (2000) intervensi yang dilakukan selama 1x24 jam
diharapakan keseimbangan cairan dan elektrolit yang optimal dengan krtiteria
hasil turgor kulit baik, mukosa bibir lembab, TTV normal.
Intervensi :
1. Pemasangan infuse, kateter
Rasional :
Untuk mengetahui pemasukan dan pengeluaran cairan.
2. Awasi tanda vital, CVP. Perhatikan pengisian kapiler dan kekuatan nadi
perifer.
-
36
Rasional :
Memberikan peoman untuk penggantian cairan dan mengkaji respon
kardiovaskuler.
3. Awasi haluaran urine dan berat jenis. Observasi warna urine dan hemates
sesuai indikasi
Rasional :
Secara umum, penggantian caiaran harus di tritasi untuk meyakinkan
rata-rata haluaran urine 30-50ml/jam (pada orang dewasa).
4. Pertahankan pencacatan kumulatif jumlah dan tipe pemasukan cairan
Rasional :
Penggantian masif/cepat dengan tipe cairan berbeda dan fluktuasi
kecepatan pemberian memerlukan tabulasi ketat untuk mencegah
ketidakseimbangan dan kelebihan cairan.
5. Timbang berat badan tiap hari
Rasional :
Penggantian cairan tergantug pada berat badan pertama dan perubahan
selanjutnya.
6. Kolaborasi pemberian cairan dan obat.
Rasional :
Menjaga kestabilan cairan Klien.
7. Ukur lingkar ekstremitas yang terbakar tiap hari sesuai indikasi
Rasional :
-
37
Mungkin menolong memperkirakan luasnya edema/perpindahan cairan
yang mempengaruhi volume sirkulasi dan haluaran urine.
8. Memberikan motivasi pada keluarga untuk menjaga kebersihan dan
pemenuhan kebutuhan cairan.
Raional :
Untuk mempertahankan nafsu makan dan kebutuhan cairan
9. Selidiki perubahan mental
Rasional :
Penyimpangan pada tingkat kesadaran dapat mengidikasikan
ketidakadekuatan volume sirkulasi/penurunan perfusi serebral.
top related