jual beli mata uang rupiah kuno skripsirepository.uinjambi.ac.id/1880/1/skripsi ardina...
Post on 28-Nov-2020
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
JUAL BELI MATA UANG RUPIAH KUNO
(Studi di Kelurahan Olak Kemang Seberang Kota Jambi)
SKRIPSI
Oleh :
ARDINA DWIFITRI
NIM: SHE151784
PEMBIMBING
Dr. Maryani.,M.HI
Fauzi Muhammad, M, Ag
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDIN JAMBI
TAHUN 2019
“MOTTO”
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (Al-Baqarah:275)
PERSEMBAHAN
Terima kasih atas nikmat dan rahmatmu yang agung, hari ini hamba
bahagia, sebuah paerjuangan panjang dan gelap telah…telah kau Berikan
secara cahaya terang.
Syukur Alhamdulillah…
Kini aku bersenyum dalam iradat mu …
Kini baru aku mengerti arti kesabaran dalam penantian…sungguh tak
kusangka ya allah,kau menyimpan sejuta makna dan rahasia sungguh berarti
hikmah yang kau beri.
Ibunda dan ayahanda
Inilah kata-kata yang mewakili seluruh rasa, sungguh aku tak mampu
menggantikankan kasihmu dengan apapun.tiada yang dapat ku berikan agar
setara dengan pengorbanmu padaku,kasih sayangmu tak pernah bertepi
cintamu tak pernah berujung…tiada kasih seindah kasihmu,tiada cinta
semurni cintamu kepada mu ananda persembahkan salam sejahtera para
penghuni surga. salam yang harumnya melebihi minyak kasturi, yang
sejuknya melebihi embun pagi, hangatnya yang seperti mentari diwaktu
dhuha. salam suci sesuci air telaga jika diteguk menghilangkan dahaga selalu
menjadi penghormatan kasih dan cinta yang tidak pernah pudar dan berubah
dalam segala musim dan pristiwa.kini sambutlah aku anakmu di depan pintu
tempat dimana dulu anakmu mencium tanganmu dan terimahlah keberhasilan
berwujud gelar persembahan ku sebagai bukti cinta dan tanda buktiku dengan
ridho Allah SWT.
Ku persembahkan karya mungil ini kepada keluargaku, ayah
(Baharudin ), ibu ( Arba’ah), dan saudra-saudaraku ( Yuliana), (David
Safutra), (Aryan Futra), (Ardini Dwifitri) tersayang. dan sahabatku
seperjuangan yang tak disebut namanya satu persatu yang telah memberikan
motivasi,support dan inspirasi dikala diriku mulai goyah,bersama beliau aku
belajar memaknai hidup (^_~)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana dalam
penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Di samping itu, tidak lupa pula iringan Shalawat
serta Salam penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhamad SAW.
Skripsi ini diberi judul “Jual Beli Handpone Rusak Presfektif Hukum Islam (
Studi Kasus Pasar Abadi Kota Jambi).
Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, penulis akui, tidak sedikit hambatan
dan rintangan yang penulis temui, baik dalam mengumpulkan data maupun dalam
penyusunan. Dan berkat bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh dosen
pembimbing, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, hal yang
pantas penulis ucapkan adalah kata terima kasih kepada semua pihak yang turut
membantu penyelesaian skripsi ini, terutama sekali kepada Yang Terhormat:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
2. Bapak Dr.A. Miftah, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak H. Hermanto Harun, Lc, M.HI., Ph.D, Ibu Dr.Rahmi Hidayati,S.Ag., M.HI
dan Ibu Dr.Yuliatin, S.Ag., M.HI, selaku Wakil Dekan I,II dan III di Lingkungan
Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Ibu Dr. Maryani, S.Ag., M.HI dan Ibu Pidayan Sasnifa, SH.,M.Sy, selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Dr. Bahrul Ma‟ani M,ag dan bapak Fauzi muhammad, M,Ag selaku
Pembimbing I dan pembimbing II skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen, asisten dosen dan seluruh karyawan/karyawati Fakultas
Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung maupun tidak
langsung.
Disamping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
kesempurnaan. Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat
memberikan kontribusi pemikiran demi memperbaiki skripsi ini. Kepada Allah SWT
kita memohon ampunan-Nya dan kepada manusia kita memohon kemaafannya. Semoga
amal kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah SWT.
Jambi, September 2019
Penulis,
Ardina Dwifitri
SHE.151783
ABSTRAK
Di Seberang Kota Jambi terdapat transaksi jual beli mata uang rupiah kuno, yang
menarik dari jual beli tersebut adalah uang kuno (uang yang tidak berlaku dan ditarik
dari pasaran) dapat dinilai dengan harga yang tinggi dari nominal yang tertera pada
uang kuno tersebut. Akhir-akhir ini bisnis mata uang rupiah kuno banyak diminati oleh
banyak lapisan baik dari kalangan kolektor hingga pebisnis dengan acuan keuntungan
semata salah satunya di Seberang Kota Jambi dinilai dengan harga yang lebih mahal
barang yang dibeli hanya dijadikan sebagai hiasan dinding dengan tujuan mengikuti tren
atau gaya hidup masyarakat modern sedangkan uang yang dipergunakan untuk
memperolehnya tidak murah uang koin kuno dengan nominal Rp 200;yang bergambar
burung cendrawasih bisa dihargai dua ratus ribu rupiah. Dalam permasalahan ini sesuai
dengan hukum Islam bahwa jual beli barang sejenis harus memenuhi 2 syarat agar
terhindar dari riba yaitu: sama nominalnya dan secara tunai. Tujuan penelitian untuk
mengetahui tentang jual beli mata uang rupiah kuno di seberang kota jambi menurut
hukum islam, untuk mengetahui tentang praktek jual beli mata uang rupiah kuno di
seberang kota jambi Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (field
reasearch) yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan di Seberang Kota Jambi. Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer yaitu sumber data
yang diperoleh langsung dari penjual dan pembeli mata uang rupiah kuno di Seberang
Kota Jambi Sumber data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari catatan dan
buku-buku yang terkait pada permasalahan yang penulis kaji. Metode pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, wawancara, dan
dokumentasi, kemudian teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif
kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa jual beli mata uang rupiah kuno
dari segi pelaksanaan sudah sesuai dengan hukum Islam. Hasil penelitian dalam
penelitian ini jual beli mata uang rupiah kuno antara penjual dan pembeli dilakukan
dalam satu majelis dan dibayar secara tunai. Jual beli mata uang rupiah kuno dapat
dikatakan sah karena dalam uang kuno merupakan uang yang sudah tidak berlaku lagi
digunakan sebagai alat transaksi yang sah, sehingga fungsi yang awalnya sebagai alat
tukar sudah hilang dan dapat diperjualbelikan dengan kelebihan hal tersebut
diperbolehkan dalam Islam selama tidak merugikan salah satu pihak antara penjual dan
pembeli serta tidak ada unsur keterpaksaan di dalamnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................... Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR ..................... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................ Error! Bookmark not defined.
NOTA DINAS ............................................................................... Error! Bookmark not defined.
“MOTTO” .................................................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ....................................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................................................. ix
BAB I ........................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................................................................... 9
C. Batasan masalah ...................................................................................................... 9
D. Tujuan dan manfaat penelitian ..................................................................................... 9
E. Kerangka Teori ..................................................................................................... 11
F. Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 40
BAB II .............................................................................................................................. 43
METODE PENELITIAN ................................................................................................. 43
A. Jenis penelitian ...................................................................................................... 43
B. Sifat penelitian ...................................................................................................... 43
C. Sumber data .......................................................................................................... 44
D. Pendekatan Penelitian ........................................................................................... 44
E. Teknik pengumpulan data ........................................................................................... 44
F. Instrumen pengumpulan data ..................................................................................... 46
G. Analisis Data ......................................................................................................... 48
H. Sistematika Penulisan ............................................................................................ 48
I. Jadwal Penelitian .................................................................................................. 50
BAB III ............................................................................................................................ 51
GAMBARAN UMUM SEBERANG KOTA JAMBI ............................................................. 51
A. Sejarah Seberang Kota Jambi ..................................................................................... 51
B. Visi dan Misi Seberang Kota Jambi ............................................................................ 55
C. Letak Geografis Kelurahan Olak Kemang Seberang Kota Jambi ........................... 56
D. Demografi Kawasan Seberang Kota Jambi ................................................................ 57
E. Kondisi Sosial dan Budaya .......................................................................................... 57
BAB IV ............................................................................................................................. 60
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ....................................................................... 60
A. Praktek Jual Beli Mata Uang Rupiah Kuno Di Kelurahan Olak Kemang Seberang
Kota Jambi Menurut Hukum Islam ................................................................................... 60
B. Jual Beli Mata Uang Rupiah Kuno di Kelurahan Olak Kemang Seberang Kota
Jambi Menurut Hukum Islam ............................................................................................ 64
BAB V .............................................................................................................................. 67
PENUTUP ........................................................................................................................ 67
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 67
B. Saran-saran. ............................................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 69
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu kegiatan transaksi dalam fiqih mu'amalah adalah jual beli. Jual beli
merupakan suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai,
secara suka rela di antara kedua belah pihak, yang satu menyerahkan benda dan pihak
lain menerima sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan oleh
syara' dan disepakati. Ketetapan hukum ialah memenuhi persyaratan-persyaratan,
rukun-rukun dan hal-hal lain yang ada kaitannya dengan jual beli. Sedangkan yang
dimaksud dengan benda dapat mencakup pada pengertian barang dan uang dan sifat
benda tersebut harus dapat dinilai, yakni benda-benda berharga serta dibenarkan juga
penggunaannya oleh syara'.1
Jual beli itu sendiri merupakan salah satu bentuk kegiatan ekonomi yang
mengandung unsur tolong menolong sesama manusia dan ketentuan hukumnya telah
diatur dalam syari'at Islam. Al-Qur'an dan hadith telah memberikan batasan-batasan
yang jelas mengenai ruang lingkupnya, khusus yang berkaitan dengan hal-hal yang
diperbolehkan dan yang dilarang. Allah telah menghalalkan jual beli yang di dalamnya
terdapat hubungan timbal balik sesama manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
secara benar. Demikian juga Allah melarang segala bentuk perdagangan yang tidak
sesuai dengan syari'at Islam. dalam ayat-ayat hukum, allah SWT berfirman dalam Al-
Qur‟an :
1 Hendi Suhendi, Fiqih Mu’amalah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm 69.
ب أ كى ب ٱنذ نكى ب ا أي تج زة ع ٱنب طمءايا نب تأكه إنب أ تك
تزاض ا أفسكى إ نب تقته يكى بكى رحى ٱنه ٩٢ا كب
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka diantara kamu dan janganlah kamu membunuh
dirimu, sesungguhnya allah maha penyayang kepadamu”. (Q.S. An-nisa‟ : 29)2
Jual beli uang itu sendiri dalam islam disebut dengan al-sharf, sharf adalah
pertukaran dua jenis barang berharga atau jual-beli uang dengan uang atau disebut juga
valas, atau jual-beli antar barang sejenis secara tunai, atau jual-beli pertukaran antara
mata uang suatu Negara dengan mata uang Negara lain. Misalnya rupiah dengan dollar
dan sebagainya.3 Sehubungan dengan itu, syarat yang harus dipenuhi dalam jual beli
mata uang adalah sebagai berikut:
1. Pertukaran tersebut harus dilakukan secara tunai (spot), artinya masing masing pihak
harus menerima/menyerahkan masing-masing mata uang pada saat yang bersamaan.
2. Motif pertukaran adalah dalam rangka mendukung transaksi komersial, yaitu
transaksi perdagangan barang dan jasa antar bangsa, bukan dalam rangka spekulasi
3. Harus dihindari jual beli bersyarat, misalnya A setuju membeli barang dari B hari ini
dengan syarat B harus membelinya kembali pada tanggal tertentu di masa yang akan
datang.
4. Transaksi berjangka harus dilakukan dengan pihak-pihak yang diyakini mampu
menyediakan valuta asing yang dipertukarkan.
2 QS. An-Nisa (4):29
3 Mardani, Fikih Ekonomi Syariah : Figh Muamalah ( Jakarta: Kencana, 2012), hlm 318.
5. Tidak dibenarkan menjual barang yang belum dikuasai atau jual beli tanpa hak
kepemilikan (bai al-alfudhuli).4
Di antaranya hadist yang menunjukkan hukum jual beli sharf adalah sabda
Rasulullah SAW:
لا تبعا ب عهى بعض، لا تشفا بعض ثم، ب إنب يثهب ب ب ببنذ رق لا تبعا انذ ان
ب غبئبب لا تبعا ي ب عهى بعض، لا تشفا بعض ثم، رق إنب يثهب ب جزبب ببن
Artinya: “Janganlah kalian menjual emas dengan emas, kecuali beratnya sama. Jangan
melebihkan berat yang satu melebihi beratlainnya. Janganlah kalian menjual
perak dengan perak, kecuali beratnya sama. Jangan melebihkan berat yang satu
melebihi berat lainnya. Dan janganlah menukar emas-perak yang satu tunai
sementara yang satu terhutang. (HR.Bukhari 2177).5
Sebelum mengenal uang, pada masa awal peradaban manusia memenuhi
kebutuhannya secara mandiri. Mereka memperoleh makanan dari berburu atau
memakan berbagai buah-buahan.6 Sehingga pada saat itu manusia belum mengenal
transaksi perdagangan atau kegiatan jual beli.
Ketika jumlah manusia semakin bertambah dan peradaban semakin maju,
kegiatan dan interaksi manusia pun meningkat tajam. Jumlah dan jenis kebutuhan
manusia, juga semakin beragam. Sehingga satu sama lain saling membutuhkan, karena
tidak ada individu yang secara sempurna mampu memenuhi kebutuhannya sendiri.
Sejak saat itulah, manusia memenuhi kebutuhan hidupnya menggunakan sistem barter.
4 Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam Di Indonesia , ( Jakarta: Prenada Media, 2005), hlm 99.
5 Muhammad Bin Ismail Al-Amir Ash- Shan‟ani, Subulus Salam, Jilid 2 (Jakarta: Darus Sunnah,
2013), hlm 396.
6 Mustafa Edwin Nasution Dkk, Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam (Jakarta: kencana,
2007),hlm.239.
Barter adalah pertukaran barang dengan barang, jasa dengan barang atau barang dengan
jasa secara langsung tanpa menggunakan uang sebagai perantara dalam proses
pertukaran ini.7
Namun semakin beragam dan kompleks kebutuhan manusia, menjadikan sistem
barter sulit dan muncul banyak kekurangan. Misalnya, pada suatu ketika seseorang
memiliki jagung membutuhkan garam. Namun saat yang bersamaan pemilik garam
sedang tidak membutuhkan jagung melainkan membutuhkan beras, sehingga barter
tidak dapat terjadi. Keadaan demikian tentu akan mempersulit muamalah antar manusia.
Dengan demikian semakin jelas bagi kita akan pentingnya uang terutama dalam
kegiatan bermuamalah. Dengan uang kita dapat membeli berbagai macam keperluan
seperti sandang, pangan, kebutuhan sekolah dan lain sebagainya.
Dalam sistem perekonomian kapitalis, uang tidak hanya sebagai alat tukar yang sah
melainkan juga sebagai komoditas. Menurut sistem kapitalis uang juga dapat
diperjualbelikan dengan kelebihan baik on the spot maupun secara tanggung.
Dalam Islam, apa pun yang berfungsi sebagai uang, maka fungsinya hanyalah
sebagai alat tukar. Ia bukan suatu komoditas yang bias diperjualbelikan dengan
kelebihan baik secara on the spot maupun bukan.8
Adapun nilai uang itu ada dua, yaitu Pertama nilai intrinsik adalah nilai bahan
yang dipakai untuk membuat uang. Kedua nilai nominal adalah nilai yang tertera dalam
uang itu sendiri.
7 Ahmad Hasan, Mata Uang Islam, Telaah Komprehensif Sistem Keuangan Islami, (Jakarta:
Rajagrafindo Persada) hlm.23.
8 Nurul Huda Dan Muhamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis Dan Praktis (
Jakarta: Pernada Media Group, 2010), hlm.12
Sekarang ini, banyak sekali perkembangan-perkembangan terkait dengan
kegiatan ekonomi, diantaranya adalah fenomena jual beli uang kuno. Kaitannya dengan
hal ini maka perlu diperjelas mengenai jual beli uang kuno itu sendiri, bahwa pengertian
kuno dalam KBBI adalah “lama”. Sedangkan pengertian dari uang kuno atau lama
tersebut adalah mata uang yang sudah tidak berlaku lagi dan memiliki nilai seni.9
Perlu diperjelas bahwa di sini uang bukan sebagai alat tukar melainkan sebagai
barang. Maksudnya uang di sini dianalogikan dengan barang-barang antik10
. Seperti
contoh guci peninggalan dinasti ming, guci ini sangat antik dan langka sehingga banyak
orang yang mau membayar dengan harga tinggi.
Salah satu negara yang menggunakan uang sebagai alat transaksi yang sah
adalah indonesia. Di Indonesia, peredaran uang tidak pernah berhenti dan terus
mengalami suatu perubahan. Adanya pergantian tipe uang lama dengan uang baru
menjadi hal yang biasa dan membuat uang baru lebih disukai oleh masyarakat. Namun
terdapat pula uang-uang kuno yang sengaja disimpan sebagai koleksi karena
keindahannya. Bahkan tidak sedikit pula yang memilikinya sebagai salah satu
peninggalan berharga dari nenek moyangnya. Kegemaran mengoleksi mata uang kuno
ini dikenal dengan istilah Numismatik.
Selain sebagai koleksi, beragam jenis uang kuno juga dijadikan sebagai sesuatu
yang unik untuk diberikan kepada orang lain. Koleksi uang kuno koin atau kertas rupiah
untuk pernikahan atau perkawinan pun sebagai salah satu contohnya11
. Uang-uang kuno
9 Wawancara, Fadil, Pedagang Uang Kuno, Tanggal 22 Mei 2019
10
Antik Adalah Barang Kuno Tapi Tetap Bernilai Sebagai Hasil Karya Seni Atau Benda Budaya
(Koleksi Barang-Barang ), Lihat ; Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 539.
11 Wawancara, Kemas Muslih, Pembeli Uang Kuno, Tanggal 22 Mei 2019
itu akan tampak begitu memukau dan berbeda untuk dijadikan mahar dengan nominal
tertentu.
Untuk menjadi seorang kolektor yang baik, banyak sekali hal-hal yang perlu
dipelajari. Pertama, seorang kolektor harus mempunyai minat dan kemauan untuk
belajar. Ada beberapa literatur dan perkumpulan yang dapat dijadikan acuan, seperti:
1. Katalog Uang Kertas Indonesia cetakan 1996, 2005 ataupun 2010
2. Katalog Uang Logam Indonesia (sudah tidak diproduksi lagi)
3. Standard Catalog of World Paper money (Krause)
4. Catalogue of paper money (Johan Mevius)
5. Katalog lelang dari berbagai balai lelang baik internasional maupun lokal
6. Majalah/literatur terbitan Asosiasi Numismatik Indonesia
7. Informasi dari internet seperti blog ini atau lain sebagainya
Dari sumber2 informasi tersebut di atas kita dapat mempelajari banyak hal
tentang uang kuno seperti:
1. Jenis atau seri, contoh: seri Sukarno 1960, seri Bunga Burung 1959, seri Pekerja 1958
dan sebagainya.
2. Harga dari masing2 uang tersebut, yang sangat dipengaruhi oleh kualitasnya, semakin
baik kualitas suatu uang tentu semakin mahal harganya, demikian juga sebaliknya.
Karena itu sangatlah penting bagi
3. para kolektor untuk mempelajari kualitas suatu uang.12
12 Wawancara ,Baharudin, Pengoleksi Uang Kuno, Tanggal 24 Mei 2019
Banyak masyarakat yang menyukai uang rupiah Indonesia dan menjadikannya
sebagai koleksi ataupun mahar dalam suatu pernikahan dikarenakan keindahan yang
dimiliki setiap uang-uang rupiah tersebut. Keindahan uang kuno rupiah tersebut
sebenarnya merupakan sejarah dari rupiah itu sendiri sebagai mata uang resmi
Indonesia. Sudah banyak pahlawan, daerah nusantara, hewan nusantara dan kebudayaan
yang tergambar di mata uang rupiah. Banyak seri yang sudah dikeluarkan oleh
pemerintah untuk mengganti, memperbaiki, dan menyempurnakan mata uang rupiah.
Karena rupiah merupakan cerminan dari bangsa Indonesia. Dan Uang yang di
perjualkanbelikan uang dari masa kerajaan sampai uang yang ditarik dari masa berlakunya di
indonesia. Dan sering pula uang kuno kerajaan tersebut dujualbelikan oleh anak sekolah karena
mereka lebih ingin belajar tentang sejarah uang di indonesia. 13
Melihat fenomena di atas tentunya menjadi hal yang baru di bidang muamalah.
Jual beli mata uang rupiah kuno merupakan bentuk perkembangan dari kemajuan
kehidupan manusia, sehingga aturan hukumnya pun belum banyak dibahas dalam Al-
Qur‟ an dan Hadis Nabi. Sedangkan jual beli seperti ini sudah banyak dilakukan di
masyarakat.
Uang kuno yang dahulunya dianggap sebagai barang tidak berharga dan tidak
bermanfaat, dewasa ini menjadi barang antik yang banyak diperjualbelikan di
masyarakat, dan dapat menghasilkan uang yang tidak sedikit. Sehingga fenomena ini
banyak membuat orang tertarik untuk memiliki uang kuno sebagai koleksi tanpa
mempertimbangakan manfaat yang dapat diambil dari uang tersebut.
13 Wawancara, Fadil, Penjual Mata Uang Rupiah Kuno, Tanggal 22 Mei 2019
Barang antik yang hanya dijadikan sebagai hia san dinding dengan tujuan
mengikuti tren atau gaya hidup masyarakat modern. Sedangkan uang yang digunakan
untuk memprolehnya tidak murah atau sedikit.
Dari pemaparan di atas selanjutnya penyusun akan menjelaskan mengenai
praktik jual beli uang kuno yang berlangsung dikelurahan Olak Kemang Seberang Kota
Jambi. Masyarakat yang mempunyai uang kuno dapat menjualnya melalui pedagang
yang khusus melayani jual beli uang kuno tersebut. Uniknya dalam jual beli uang kuno
tersebut bisa dihargai dengan harga yang lebih mahal/tinggi dari nominal yang tertera
pada uang kuno/lama tersebut. Uang koin kuno dengan nominal Rp.200; perak
bergambar burung cendrawasih bisa dihargai lebih dari dua ratus ribu rupiah14
.
Pedagang yang membeli uang kuno tersebut dapat menjualnya lagi ke pihak ke-
tiga dengan harga yang jauh lebih tinggi. Uang yang dibeli dua ratus ribu rupiah bisa
dijual kembali ke pihak ketiga dengan harga tiga ratus lima puluh ribu rupiah bahkan
bisa lebih. Dengan berlatar belakang seperti yang diuraikan di atas, penulis
berkeinginan mengangkat persoalan ini sebagai pokok bahasan dalam penulisan skripsi
ini, karena penulis ingin memberikan gambaran yang jelas mengenai praktik jual beli
mata uang rupiah kuno, hukum dalam jual beli uang kuno tersebut, dengan memberikan
judul: “Jual Beli Mata Uang Rupiah Kuno Menurut Hukum Islam (Studi di
Kelurahan Olak Kemang Seberang Kota Jambi)
14 Wawancara, Amar, Penjual Uang Kuno Tanggal 22 Mei 2019
B. Rumusan masalah
Berpijak dari uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok
masalah dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana praktek jual beli mata uang rupiah kuno di Kelurahan Olak Kemang
Seberang Kota Jambi?
2. Bagaimana jual beli mata uang rupiah kuno di Kelurahan Olak Kemang Seberang
Kota Jambi menurut hukum Islam?
C. Batasan masalah
Adapun batas masalah pada pembahasan skripsi ini adalah penulis membatasi
pembahasan yang ada agar tidak terlalu menyimpang, serta lebih mudah penelitian
dalam melakukan penelitian. Maka dalam penelitian ini hanya membahas mengenai
“ Jual Beli Mata Uang Rupiah Kuno Menurut Hukum Islam Di Kelurahan Olak
Kemang Seberang Kota Jambi”
D. Tujuan dan manfaat penelitian
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui tentang jual beli mata uang rupiah kuno di Kelurahan Olak
Kemang Seberang Kota Jambi
b. Untuk mengetahui bagaimana praktek jual beli mata uang rupiah kuno di Kelurahan
Olak Kemang Seberang Kota Jambi menurut hukum Islam
2. Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Secara teoritis, penelitian ini di harapkan mampu memberi sumbangan pemikiran
bagi perkembangan ilmu hukum Islam pada umumnya dan pada bidang muamalah.
Serta menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya tentang jual beli mata uang
rupiah kuno di Kelurahan Olak Kemang Seberang Kota Jambi.
b. Secara praktis, penelitian ini di harapkan dapat memberi gambaran tentang
pelaksanaan jual beli mata uang rupiah kuno. Dan di harapkan pula menjadi
sumbangan pemikiran bagi masyarakat terutama para pedagang dalam
melaksanakan jual beli mata uang rupiah kuno pada umumnya dan di Kelurahan
Olak Kemang Seberang Kota Jambi khususnya dalam jual beli yang sesuai dengan
ketentuan Islam.
c. Secara akademik penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka
khususnya bidang muamalah.
d. Secara prakmatig, penelitian ini berguna untuk memperkenalkan ke aneka ragaman
khasanah masyarakat muslim Indonesia terutama yang berkaitan dengan hukum
muamalah terlebih penelitian ini di harapkan menambah wawasan bagi masyarakat
umum, dan khususnya di Kelurahan Olak Kemang Seberang Kota Jambi
e. Memberikan kontribusi dalam menjelaskan konsep tentang jual beli mata uang
rupiah kuno.
E. Kerangka Teori
1. Jual Beli
a. Pengertian Jual Beli
Jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang
mempunyai nilai secara suka rela diantara kedua bela pihak, yang satu menerima
sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara‟.
Adapun jual beli menurut istilah syara‟ ialah saling menukar harta dengan
harta lainnya dengan cara tertentu atau menukar harta dengan harta yang lainnya
yang dapat dikembangkan setelah adanya dengan cara diatur, landasan hukum jual
beli ini ialah Al-Quran, As-sunah, Ijma‟, Qiyas dan „Uruf.15
Jual beli menurut terminologi, para ulama berbeda pendapat dalam
mendefinisikan, antara lain:
1) Menurut Ulama Hanafiah
Pertukaran harta benda harta berdasarkan cara khusus
2) Menurut Ulama Nawawi dalam Al-majmu‟
Pertukaran harta dengan harta untuk kepemilikan
3) Menurut Ibnu Qudamah pertukaran harta dengan harta, untuk saling menjadi
milik.16
b. Landasan Hukum Jual Beli
15Wahbah Zuhailli, Fiqh Imam Syafi‟i, Mengupas Masalah Fiqiyah Berdasarkan Al-Quran Dan
Hadits, (Jakarta : Al-Mahira,2010), hlm.617
16
Rahmad Syafei, Fiqh Muammalah, ( Bandung : Pustaka Setia,2000), hlm 73-74
1). Al-Qur‟an
س ان ي طب انش ب قو انذي تخبط إنب ك انزبب نب قي أكه انذ
Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila.17
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan),dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka mereka kekal di dalamnya.”
2) As- Sunnah
كم د م انزجم ب سهى أي انكسب أفضم ؟ قبل : ع عه صهى انه سئم رسل انه ع ب
يبزر
Artinya :Rasulullah ditannya. “Wahai Rasulullah pekerjaan apakah yang paling
baik?“beliau menjawab“ pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri dan
setiap perniagaan yang baik.” (HR. Ahmad dan Al Bazzar; sahih
lighairihi).18
3) Ijma‟
Kegiatan jual beli terus mengalami perkembangan seiring perkembangan
Islam, maka proses jual beli di beberapa daerah yang berbeda tentu akan
17
QS.Al-Baqarah(2):275.
18
Ibn Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram: Panduan Lengkap Masalah-Masalah Fiqih, Akhlak,
dan Keutamaan Amal, Irfan Maulana Hakim, (Bandung: PT Mizan Pustaka,2010), hlm 316.
menimbulkan perbedaan pendapat. Oleh karena itulah, ijma‟ dalam fiqih juga
mendasari pembenaran atas petunjuk jual beli yang beraneka ragam. Jika
menimbulkan perkara yang menyebabkan masalah di kemudian hari serta tidak
melanggar hukum dasar jual beli, maka jual beli menjadi boleh dilakukan para ulama
telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia memang
sangat membutuhkan dan tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa
bantuan orang lain. Namun demikian bantuan atau barang milik orang lain yang
membutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lain yang sesuai.19
4) Qiyas
bedasarkan Qiyas analogi hukum dilihat dari sisi bahwa kebutuhan manusia
memerlukan hadirnya sesuatu proses transaksi jual beli. Hal ini disebabkan karena
kebutuhan manusia sangat bergantungan pada sesuatu yang ada dalam milik
saudaranya. Sudah tentu saudaranya tersebut tidak akan memberikan begitu saja
tanpa diganti, dari sini tampaklah hikam diperbolehkan jual beli agar manusia dapat
memenuhi tujuannya sesuai dengan diinginkaanya.20
5) ‘Urf
(a) Pengertian ‘Urf
‘Urf berasal dari kata ‘arafa, ya‘rifu, ma‘ruf, yang artinya sesuatu yang
dikenal sebagai kebaikan atau kebiasaan yang baik. ‘Urf menurut istilah yaitu seperti
yang dikemukakan oleh Abdul Karim Zaidan, bahwa ‘urf yaitu sesuatu yang tidak
19Ibid. hlm 75.
20
Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam (Jakarta: Al –Mahira,2010) hlm.45
asing lagi bagi suatu masyarakat karena telah menjadi kebiasaan dan menyatu
dengan kehidupan mereka baik berupa perkataan atau perbuatan.21
(b) Dasar Hukum
‘Urf Pada dasarnya, semua ulama menyepakati kedudukan ‘urf sahih sebagai
salah satu dalil shara„.sebagai salah satu dalil shara„.22
di antara mereka terdapat
perbedaan pendapat dari segi intensitas penggunaannya sebagai dalil. Dalam hal ini,
ulama Hanafiyyah dan Malikiyyah adalah yang paling banyak menggunakan ‘urf
sebagai dalil, dibandingkan dengan ulama Shafi„iyyah dan Hanabilah.
Adapun kehujjahan„urf sebagai dalil shara„ didasarkan atas: Firman Allah
SWT.
ه انجب أعزض ع أيز ببنعزف خذ انعف
Artinya:“Jadilah engkau pemaaf dan serulah orang-orang mengerjakan yang ma‟ruf,
serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”23
c. Rukun Dan Syarat Jual Beli
Jual beli adalah untuk mengatur individu dalam melaksanakan aktifitas
ekonomi dan tanpa disadari secara spontanitas akan terikat oleh kewajiban dan hak
terhadap sesama pelaku ekonomi yang sama semua itu berdasarkan atas ketentuan
Al-Qur‟an dan Hadits sebagai pedoman dalam ajaran Islam.
Dengan jual beli, maka interaksi dalam dunia muamalah manusia akan
teratur, masing-masing individu dapat mencari rezeki dengan aman dan tenang tanpa
ada rasa khawatir terhadap suatu kemungkinan yang tidak diinginkannya hal tersebut
21 Satria Effendi, & M.Zein, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana,2005), hlm, 153.
22
Abd Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah,2011), hlm, 212
23
Al- A‟raf: 199
dapat terwujud bila jual beli tersebut sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku
yang melindungi tanpa kewajiban dan hak yang melekat pada setiap individu.
1) Rukun jual beli :
(a) Penjual,
(b) Pembeli,
(c) Ijab dan Qobul,
(d) Objek (benda dan barang) 24
2) Syarat-syarat jual beli yang sesuai dengan rukun jual beli yang dikemukan jumhur
ulama sebagai berikut:
1. Syarat-syarat orang yang berakad
Para ulama fiqih bahwa orang yang melakukan akad jual beli itu harus
memenuhi syarat yaitu:
(a) Berakal
Jual beli yang dilakukan anak kecil yang belum berakal dan orang gila
hukumnya tidak sah. Adapun jual beli anak kecil yang telah mumayiz, akad yang
dilakukan membawa keuntungan bagi dirinya,seperti menerima hibah,wasiat, dan
sedekah maka akad nya sah sebaliknya apabila akad itu membawa kerugia bagi diri
sendiri seperti meminjamkan harta nya kepada orang lain, mewakafkan, atau
menghibahkan, maka tindakan hukumnya tuidak boleh dilaksanakan. Apabila
transaksi yang sekaligus, seperti jual beli, sewa-menyewa, dan perserikatan, maka
transaksi ini sah jika wali nya mengizinkan. Jumhur ulama berpendirian bahwa orang
24 Rahmat Syafi‟i, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2006) hlm,76
yang melakukan jual beli anak kecil yang telah mumayiz ini benar –benar
mempertimbangkan kemaslahatan. Dan apabila orang yang berakad itu masih
mumayiz, maka jual belinya tidak sah sekalipun mendapat izin dari walinya.25
(b) Akad
Yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda. Artinya seseorang yang
tidak dapat bertindak dalam waktu yang bersamaan sebagai penjual sekaligus
pembeli. Misalnya Ahmad menjual sekaligus memberi barang sendiri, maka jual
belinya tidak sah.
2. Syarat- syarat yang terkait dengan ijab dan qobul
Para ulama fiqh sepakat bahwa unsur utama dari jual beli yaitu kerelaan
kedua bela pihak dapt dilihat dari ijab dan qabul yang dilangsungkan. Menurut
mereka ijab dan qabul perlu diungkapkan secara jelas dalam transaksi-transaksi yang
bersifat mengikat kedua bela pihak, seperti akad jual beli, sewa-menyewa dan nikah.
Apabila ijab dan qabul telah diucapkan dalam jual beli maka pemilik barang atau
uang telah berpindah tangan dari pemilik semula dibeli dan berpindah tangan
menjadi milik pembeli, dan nilai uang berpindah tangan menjadi milik penjual. Para
ulama fiqh mengemukakan bahwa syarat ijab dan qabul itu sebagai berikut:
(a) Orang yang mengucapkan telah baliqh dan berakal.
(b) Qabul sesuai ijab.
(c) Ijab dan qabul dilakukan dalam satu majelis. Artinya kedua belah pihak yang
melakukan jual beli hadir dan membicarakan topik yang sama apabila penjual
25Ibid. hlm.22
mengucapkan Ijab, lalu pembeli mengerjakan aktivitas lain yang tidak terkait
dengan masalah jual beli, kemudian mengucapkan Qabul, menurut kesepakatan
ulama fiqh, jual beli ini tidak sah sekalipun mereka berpendirian bahwa Ijab tidak
harus dijawab langsung dengan Qabul.26
Di zaman moderen perwujudan ijab dan qabul tidak lagi diucapkan tetapi
dilakukan dengan sikap mengambil barang dan membayar uang oleh pembeli,
serta menerima uang dan menyerahkan barang oleh penjual tanpa ucap apapun.
Misalnya jual beli yang berlangsung diswalayan. Dalm fiqh Islam jual beli seperti
ini disebut dengan Ba’i Al-Mu’athah. Dalam kasus perwujudan Ijab dan Qabul
melalui sikap ini terdapat perbedaan pendapat dikalangan fiqh. Jumhur ulama
berpendapat bahwa jual beli seperti ini hukumnya boleh apabila hal ini
merupakan bahwa jual beli seperti ini hukumnya boleh apabila ini merupakan
kebiasaan suatu masyarakat disuatu negeri, karena hal ini telah menujukan unsur
saling rela dari kedua belah pihak.27
Transaksi jual beli harus dilakukan dengan ucapan yang jelas atau sindiran
melalui Ijab dan Qabul. Oleh sebab itu menurut mereka jual beli seperti kasus
diatas Ba’i Mu’athah hukumnya tidak sah, baik jual beli itu besar maupun kecil.28
d.Macam - Macam Jual Beli
Macam- macam jual beli dilihat dari segi benda yang dijadikan objek jual beli.
26Ibid., hlm.25.
27
Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muammalah, (Jakarta: Kencana,2015) hlm. 56
28
Ibid., hlm.70
1) Jual beli benda yang kelihatan : pada melakukan akad jual beli benda atau barang
yang diperjualbelikan ada di depan penjual dan pembeli. Seperti membeli beras di
pasar.
2) Jual beli benda yang tidak ada: jual beli yang dilarang oleh agama Islam karena
barangnya tidak tentu atau masih gelap sehingga dikhawatirkan barang diperoleh dari
curian atau barang titipan yang akibatnya dapat menimbulkan kerugian salah satu
pihak29
Jual beli dapat ditinjau dari beberapa segi hukum nya ada dua macam yaitu
jual beli yang sah menurut hukum dan batal menurut hukum, dari segi objek jual beli
dan segi pelaku jual beli. Jual beli ada tiga macam yaitu:
1) Jual beli benda yang kelihatan
Jual beli yang kelihatan ialah pada waktu, melakukan akad jual beli benda
atau barangyang diperjualkan ada didepan penjual dan pembeli
2) Jual beli yang disebutkan sifat-sifat nya dalam janji
Jual beli dengan sifat-sifatnya dalam perjanjian ialah jual beli salam menurut
kebiasaan para pedagang salam adalah untuk jual beli yang tidak tunai, salam pada
awalnya berati meminjamkan barang atau sesuatu yang seimbang dengan harga
tertentu. Maksudnya ialah perjanjian yang penyerahan barang-barang nya
ditangguhkan hingga masa tertentu, sebagai imbalan harga yang telah ditetapkan
ketika akad.30
29Dr.H.Hendi Suhendi. M.Si, Fiqh Muammalah, ( Jakarta.PT Raja Grafindo Persada, 2005) ,
hlm 76.77
30Ibid.,hlm.76
3) Jual beli yang tidak ada
Jual beli benda yang tidak ada serta tidak dapat dilihat ialah jual beli yang
dilarang oleh agama Islam karena barangnya tidak tentu atau masih gelap sehingga
dikhwatirkan barang tersebut diperoleh dari curian atau barang titipan yang
akibatnya dapat menimbulkan kerugian salah satu pihak. Dari segi pelaku akad jual
beli berbagi menjadi tiga bagian yaitu lisan, perantaraan dan perbuatan, akad jual beli
yang dilakukan dengan lisan diganti dengan isyarat merupakan pembawaan alami
dalam menampakan kehendak. Akad jual beli yang dilakukan dengan lisan diganti
dengan isyarat karena isyarat merupakan pembawaan alami dalam menampakan
kehendak. Akad jual beli melalui prantara sama hal nya dengan Ijab Qabul dengan
ucapan misalnya pos dan giro. Jual beli ini dilakukan antara penjual dan pembeli
tidak berhadapan dalam satu majelis akad tapi melalui pos dan giro. Jual beli seperti
ini di perbolehkan menurut syara‟.31
Jual beli dengan perbuatan atau dikenal dengan istilah Mu‟athah yaitu
mengambil dan memeberikan barang tanpa Ijab dan Qabul, seperti seseorang yang
mengambil rokok yang lebel harga sudah ditulisakan lebel harganya, dibandol oleh
penjual dan kemudian diberikan uang pembayarannya kepada
penjual. Jual beli dengan cara demikian dilakukan tanpa Sighat Ijab Qabul antara
penjual dan pembeli, menurut sebagian Syafiyah tentu hal ini dilarang sebab Ijab
Qabul sebagai rukun jual beli tetapi sebagian Syafiyah lainnya seperti Imam Nawawi
31 Nasrun Haroen, Fikih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama,2000) hlm.116
membolehkan jual beli barang kebutuhan sehari-hari dengan cara demikian, yakni
tanpa Ijab dan Qabul terlebih dahulu.32
Jual beli yang dilarang dan batal hukumnya adalah barang yang dihukumkan
najis oleh agama, seperti anjing, berhala, bangkai, khamar. Jual beli anak binatang
yangmasih berada dalam perut induknya jual beli seperti ini dilarang, karena
barangnya belum ada dan tidak tampak.
Jual beli dengan Muhaqallah ialah menjual tanam-tanaman yang masih
diladang atau disawah hal ini dilarang agama sebab ada persengketaan riba
didalamnya.33
Jual beli dengan Mukhadharah yaitu menjual buah-buahan yang belum pantas
untuk di panen, seperti menjual rambutan yang masih hijau, mangga yang masih
lecil-kecil dan yang lainnya. Jual beli seperti ini samar-samar atau tidak jelas, Sabda
Nabi SAW:
صهى انب بأ زة حتى تط ع انث ب ى ع سهى الله عه
Artinya:“Dari anas bin malik r.a bahwa Rasulullah saw melarang menjual buah-
buahan sehingga tampak dan matang” (Bukhari Muslim).34
Jual beli dengan mulamasah yaitu jual beli secara sentuh menyentuh
misalnya seseorang menyentuh sehelai kain dengan tangannya di waktu malam atau
siang hari maka orang yang menyentuh berati telah membeli kain tersebut. Hal ini
dilarang agama karena mengandung tipuan, dan kemungkinan akan menimbulkan
kerugian dari salah satu pihak.
32Hendi Suhendi, Fiqih Muammalah,( Jakarta: Raja Wali Press 2010), hlm .56.
33
Ibid., hlm.58.
34 Nasrun Haruen, Fikih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama,2000) hlm. 122.
Jual beli munabadzah yaitu jual beli secara lempar, melempar seperti
seseorang berkata lemparkan kepadaku apa yang ada padamu, nanti ku lemparkan
pula kepadamu apa yang ada padaku. Setelah terjadi lempar melempar terjadilah jual
beli hal ini dilarang karena mengandung titipan dan tidak ada Ijab dan Qabul jual
beli dengan.
Jual beli Muzabanah yaitu menjual buah yang basah dengan buah yang kering
seperti menjual padi kering dengan bayaran padi basah sedangkan ukurannya dengan
dikilo sehingga akan merugikan pemilik padi kering. 35
e.Jual Beli Dilarang Dalam Islam
Jual beli dilarang dalam Islam sangatlah banyak jumhur ulama sebagaimana
disinggung diatas, tidak membedakan antara Fasid dan batal. Dengan kata lain,
menurut jumhur ulama, hukum jula beli dibagi menjadi dua yaitu jual beli shahih dan
jual beli fasid, sedangkan menurut ulama hanafiyah jual beli teragi menjadi tiga jual
beli shahih, fasid dan batal. Berkenaan jual beli yang dilarang dalam Islam, Wahbah
Al-Zuhaili meringkaskannya sebagai berikut:
4) Terlarang sebab ahliah atau ahli akad
Ulama telah sepakat bahwa jual beli dikategorikan shahih apabila dilakukan
oleh orang yang baligh, berakal, dapat memilih dan mampu bertashruf secara bebas
dan baik. Mereka yang dipandang tidak sah jual belinya adalah sebagai berikut:36
(a) Jual beli orang gila
Ulama fiqh sepakat bahwa jual beli orang gila tidak sah
35Ibid.,hlm.59.
36
Ibid., hlm.60.
(b) Jual beli anak kecil
Ulama fiqh sepakat bahwa jual beli anak kecil belum mumayyiz dipandang
tidak salah, kecuali dalam perkara-perkara yang ringan atau sepeleh menurut ulama
safi‟ah jual beli anak kecil yang belum baligh, tidak sah sebab tidak ada ahliah.37
(c) Terlarang sebab sighat
Ulama fiqih telah sepakat atas sah jual beli yang didasarkan pada keridhoan
di antara pihak yang melakukan aqad, ada kesesuaian di antara Ijab dan Qabul,
berada di suatu tempat dan tidak terpisah oleh suatu pemisah. Jual beli yang tidak
memenuhi ketentuan tersebut di pandang tidak sah. Beberapa jual beli yang di
pandang tidak sah atau masih diperdebatkan oleh ulama adalah sebagai berikut:
(a) Jual beli Mu’athah
(b) Jual beli melalui surat atau melalui utusan
(c) Jual beli dengan isyarat dan tulisan
(d) Jual beli barang yang tidak ada tempat
(e) Jual beli tidak bersesuaian antara Ijab dan Qabul
(f) Jual beli Munjiz
(5) Terlarang sebab Ma’aqud ‘alaih atau barang jualan
Secara umum Ma’qud ‘alaih adalah harta yang dijadikan alat pertukaran
oleh orang yang berakad. Ulama fiqih sepakat bahwa jual beli dianggap sah apabila
Ma’qud alaih adalah barang yang tepat atau bermanfaat, berbentuk, dapat
37 Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muammala ( Jakarta: Amzah,2010),hlm.34
diserahkan, dapat dilihat oleh orang-orang yang berakad, tidak bersangkutan oleh
milik orang lain, dan tidak ada larangan dari syara‟.38
Ada beberapa masalah yang disepakati oleh sebagian ulama tapi
diperselisihkan oleh agama lain sebagai berikut:
(a) Jual beli benda yang tidak ada atau dikawatirkan tidak ada
(b) Jual beli barang yang tidak adapat diserahkan
(c) Jual beli qharar
(d) Jual beli barang yang najis dan yang terkena najis
(e) Ulama sepakat tentang jual beli barang yang najis, seperti khamar.
(f) Jual beli barang yang tidak jelas
(g) Jual beli yang ghaib tidak dapat dilihat
(h) Jual beli sesuatu yang belum dipegang
(i) Jual beli buah-buahan dan tumbuhan
(6) Terlarang sebab syara‟
Ulama sepakat membolehkan jual beli yang memenuhi syarat dan rukunnya.
Namun demikian ada beberapa masalah yang diperselisihkan diantara para ulama,
diantaranya, sebagai berikut:
(a) Jual beli riba
(b) Jual beli barang dari hasil penjegatan barang
(c) Jual beli dengan uang dari yang diharamkan
(d) Jual beli ketika azan jum‟at
38Ibid., hlm 35.
(e) Jual beli anggur untuk dijadikah khamar
(f) Jual beli barang yang sedang dibeli orang lain
(g) Jual beli memakai syarat 39
Ulama hanafiyah membagi jual beli dari segi sah atau tidaknya menjadi tiga
bentuk:
(a) Jual beli yang sahih: jual beli yang sesuia dengan disyariatkan, memenuhi rukun
dan syarat yang ditentukan bukan milik orang lain, tidak tergantung pada hak
khiyar lagi. Sifatnya mengikat kedua pihak.
(b) Jual beli yang batal : apabila salah satu atau seluruh rukunnya tidak terpenuhi,
atau jual beli itu pada dasar dan sifatnya, tidak di syariatkan diantara bentuknya:
jual beli sesuatu yang tidak ada (Ba’al- Ma’dum), jual beli yang mengandung
unsur kepenipuan (Gharar) jual beli dan benda–benda najis dan tidak
mengandung makna harta, seperti bangkai.40
(c) Jual beli yang fasid : ulama hanafiah membedakan jual beli fasid dan batal. Jual
beli Fasid adalah akad yang secara asal disyariatkan , tetapi terdapat masalah atas
sifat akad tersebut. Seperti jual beli majhul (barang yang diskipikasi secara jelas)
yang dapat mendatangkan perselisihan, menjual rumah tanpa menentukan rumah
mana yang akan di jual dari beberap rumah yang dimiliki.
f. Objek Jual Beli
Suatu benda yang dikenai pekerjaan disebut dengan objek. Objek dalam jual
beli merupakan hal terpenting harus ada dalam transaksi jual beli. Karena objek
39 Hendi Suhendi, Fiqh Muammalah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2005) hlm 67.
40
Wahbah az-Zuhaili, al Fiqh al-Islami wa- Adillatu IV (Jakarta:Al – Mahira, 2010) :596.
tersebut termasuk kedalam rukun jual beli yang ke empat. Objek jual beli tersebut
juga dengan ma’qud’alaih adalah objek transaksi dilakukan diatasnya, sehingga
terdapat impflikasi hukum tertentu. Ma’qud ‘alaih. Bisa berupa aset aset finansial
(sesuatu bernilai ekonomis) ataupun aset finansial seperti akad pernikahan, atau pun
bisa berupa manfaat seperti hal nya dalam akad ijarah (sewa). 41
2.Terminologi Mata Uang Rupiah Kuno
a. Definisi Mata Uang Rupiah Kuno
Indonesia merupakan Negara yang tidak pernah berhenti dan terus mengalami
perubahan dalam peredaran uang (rupiah) nya. Adanya pergantian tipe uang menjadi
hal yang biasa dan membuat uang baru lebih disukai oleh masyarakat sehingga uang
lama banyak ditinggalkan. Uang lama di Indonesia terkenal dengan istilah uang
kuno.
Menurut Bank Indonesia, uang kuno adalah uang yang sudah ditarik oleh
Bank Indonesia dan tidak dapat dipergunakan lagi sebagai alat pembayaran.
Dari pengertian di atas, dapat diketahui bahwa mata uang rupiah kuno bukan
lagi menjadi mata uang rupiah yang memiliki fungsi sebagai alat pembayaran dan
satuan hitung, melainkan sebagai barang antik atau hiasan yang bernilai ekonomis.42
b. Definisi Mata Uang Rupiah Kuno Menurut Para Ahli
Islam membicarakan uang sebagai sarana penukar dan penyimpan nilai, tetapi
uang bukanlah barang dagangan. Uang berguna ketika ditukar dengan benda yang
digunakan untuk membeli jasa. Oleh karena itu, uang tidak bisa dijual dengan kredit.
41 Mardani, Fikih Ekonomi Syariah Fikih Muamalah, ( Jakarta: Kencana Penada Media Group,
2012) hlm,15.
42
Ibid, hlm ,39.
Kebijakan Rasulullah SAW, bahwa tidak hanya mengumumkan bunga atas pinjaman
sebagai sesuatu yang tidak sah tetapi juga melarang pertukaran uang dan beberapa
benda yang bernilai lain untuk pertukaran yang tidak sama jumlahnya, serta menunda
pembayaran apabila mata uang adalah sama.
Di dalam Ekonomi Islam uang bukanlah modal, sekarang ini uang kadang
salah diartikan oleh orang dalam menempatkan uang. Uang kuno adalah barang
khalayak/public goods masyarakat luas, uang kuno bukan barang monopoli
seseorang. Jadi semua orang berhak memiliki uang kuno yang berlaku disuatu
Negara, sedangkan modal adalah barang pribadi orang perorangan. Apabila uang
adalah flow concept sementara modal adalah stock concept.43
Menurut Dr Fuad Dahman, definisi-definisi uang kuno yang diajukan sangat
banyak dan berbeda-beda. Semakin bertambah seiring perbedaan para penulis dalam
memandang hakikat uang kuno dan perbedaan dalam pandangan mereka. Menurut
Dr Muhammad Zaki Syafi‟i mendifinisikan uang kuno sebagai: segala sesuatu yang
diterima khalayak untuk digunakan menunaikan kewajiban-kewajibannya.
Sedangkan menurut J.P. Coraward segala sesuatu yang diterima secara luas sebagai
media pertukaran, sekaligus berfungsi sebagai standar ukuran nilai harga dan media
penyimpan kekayaan. Menurut Boumoul dan Gandlre uang mencakup seluruh
sesuatu yang yang diterima secara luas sebagai alat pembayaran, diakui secara luas
sebagai alat pembayaran utang-piutang dan pembayaran harga barang dan jasa44
.
43 Adiwarman A Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta : Raja Grafindo, 2006,
hlm.423.
44
Ahmad Hasan Mata Uang Islami: Telaah Komprehensif Sistem Keuangan Islami, Jakarta:
Rajagrafindo Persada, hlm,10
Menurut Dr. Sahir Hasan, uang adalah pengganti materi terhadap segala
aktivitas ekonomi yaitu media atau alat yang memberikan kepada pemiliknya daya
beli untuk memenuhi kebutuhan serta dari segi peraturan perundangan menjadi alat
bagi pemiliknya untuk memenuhi segala kewajiban.45
Menurut Dr. Ismail hasyim uang kuno adalah sesuatu yang diterima secara
luas dalam peredaran, digunakan sebagai alat atau media pertukaran, sebagai standar
ukuran nilai harga, media penyimpan nilai juga digunakan sebagai alat pembayaran
untuk kewajiban bayar yang ditunda. Dari sekian banyak definisi yang diutarakan,
penulis bisa membedakan uang dalam tiga segi: pertama, definisi uang dari segi
fungsi-fungsi ekonomi sebagai standar ukuran nilai, media pertukaran, dan alat
pembayaran yang tertunda. Kedua, definisi uang dengan melihat karakteristiknya
yaitu segala sesuatu yang diterima secara luas oleh tiap-tiap individu. Ketiga, definisi
uang sebagai peraturan perundangan sebagai segala sesuatu yang memiliki kekuatan
hukum dalam menyelesaikan tanggungan kewajiban. Para ahli ekonomi
membedakan antara uang dan mata uang.46
Menurut pendapat Imam Ghazali bahwa dalam ekonomi barter sekalipun, uang
dibutuhkan sebagai nilai suatu barang, misalnya unta memiliki 100 dinar dan kain
senilai dinar. Dengan ada uang sebagai ukuran nilai barang, maka uang akan
berfungsi pula sebagai media pertukaran. Menurut Imam Ghazali uang diibaratkan
cermin yang tidak mempunyai warna tetapi dapat merefleksikan semua warna. Uang
tidak mempunyai harga namun merefleksikan harga semua barang atau dalam
45 Ibid., hlm .11.
46 Ibid., hlm .13.
ekonomi klasik uang tidak memberi kegunaan langsung, apabila uang itu digunakan
untuk membeli barang, maka uang itu akan memberi kegunaan.
Menurut Ibnu Khaldun menegaskan kekayaan suatu Negara bukanlah
ditentukan dari uang yang banyak di Negara tersebut, tetapi ditentukan oleh tingkat
produksi Negara tersebut dan oleh neraca pembayaran yang positif. Beliau juga
mengatakan bahwa uang tidak perlu mengandung emas dan perak, namun emas dan
perak menjadi standar nilai uang. Uang yang mengandung emas dan perak
merupakan jaminan pemerintah, bahwa ia senilai sepersekian gram emas dan perak.
(Ibnu Khaldun, Muqaddimah). Beliau menyarankan digunakan uang standar emas
dan perak serta konstannya harga standar emas dan perak. Harga lain boleh
berfluktuasi tetapi tidak harga emas dan perak atau dinar dan dirham.47
Menurut Al-Maghrizy beliau merupakan spesialisasi dalam uang dan inflasi.
Beliau membagi inflasi menjadi dua yaitu: inflasi akibat persediaan barang yang
berkurang dan inflasi akibat kesalahan manusia. Inflasi akibat berkurang persediaan
barang yaitu kekeringan dan peperangan. Sedangkan inflasi yang kedua disebabkan
korupsi dan administrasi yang buruk, pajak berlebihan yang memberatkan petani dan
jumlah uang yang terlalu banyak serta berlebihan.
Al-Magrizy memberikan perhatian yang khusus ketika membicarakan sebab
yang ketiga, menurut beliau ternyata kenaikan harga-harga yang terjadi adalah dalam
bentuk jumlah fulus. Sebab ketiga ini ada keterkaitan dengan rekapitalisasi
perbankan. Dalam kerangka fikir al Magrizy, hal itu lebih baik dibandingkan apabila
47
Ibid., hal 20
pemerintah mengucurkan dana segar, karena dampak inflasinya tidak terjadi
sekaligus. Namun akan lebih baik bila obligasi tersebut tidak menggunakan
instrumen bunga, namun menggunakan instrumen bagi hasil.48
c. Sejarah Mata Uang Rupiah Kuno
Uang adalah sebuah alat pembayaran yang sah yang kita pergunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Berikut ini adalah mata uang kuno yang dulu pernah
dipergunakan sebagai alat pembayaran dalam jual-beli dan sebagainya di Indonesia.
1) Uang Syailendra (850 M)
Mata uang Indonesia dicetak pertama kali sekitar tahun 850-860 Masehi, yaitu
pada masa kerajaan Mataram Syailendra yang berpusat di Jawa Tengah. Koin-koin
tersebut dicetak dalam dua jenis bahan emas dan perak. Koin emas zaman Syailendra
berbentuk kecil seperti kotak, dimana koin dengan satuan terbesar (Masa) berukuran
6 x 6/7 mm saja. Pada bagian depannya terdapat huruf Devanagari “Ta”. Di
belakangnya terdapat incuse (lekukan ke dalam) yang dibagi dalam dua bagian,
masing-masing terdapat semacam bulatan. Dalam bahasa numismatik, pola ini
dinamakan “Sesame Seed”. Sedangkan koin perak Masa mempunyai diameter antara
9-10 mm. Pada bagian muka dicetak huruf Devanagari “Ma” (singkatan dari Masa),
dan di bagian belakangnya terdapat incuse dengan pola “Bunga Cendana”.49
48Adiwarman A Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta: Raja Grafindo, 2006, hlm.
423.
49
Suwati Kartiwa, Sejarah Mata Uang Indonesia Dan Perjuangan Pemuda, (Bandung: Ahli
Numismatik 2009), hlm 25
2) Uang Krishnala, Kerajaan Jenggala (1042-1130 M)
Pada zaman Daha dan Jenggala, uang-uang emas dan perak tetap dicetak
dengan berat standar, walaupun mengalami proses perubahan bentuk dan desainnya.
Koin emas yang semula berbentuk kotak berubah desain menjadi bundar, sedangkan
koin peraknya mempunyai desain berbentuk cembung, dengan diameter antara 13-14
mm. Pada waktu itu uang kepeng Cina datang begitu besar, sehingga saking
banyaknya jumlah yang beredar, akhirnya dipakai secara “resmi” sebagai alat
pembayaran, menggantikan secara total fungsi dari mata uang lokal emas dan
perak.50
3) Uang "Ma", (Abad ke-12)
Mata uang Jawa dari emas dan perak yang ditemukan kembali, termasuk di
situs kota Majapahit, kebanyakan berupa uang “Ma”, (singkatan dari māsa) dalam
50 Ibid,hlm 27
huruf Nagari atau Siddham, kadang kala dalam huruf Jawa Kuno. Di samping itu
beredar juga mata uang emas dan perak dengan satuan tahil, yang ditemukan kembali
berupa uang emas dengan tulisan ta dalam huruf Nagari. Kedua jenis mata uang
tersebut memiliki berat yang sama, yaitu antara 2,4 – 2,5 gram.
Selain itu masih ada beberapa mata uang emas dan perak berbentuk
segiempat, ½ atau ¼ lingkaran, trapesium, segitiga, bahkan tak beraturan sama
sekali. Uang ini terkesan dibuat apa adanya, berupa potongan-potongan logam kasar;
yang dipentingkan di sini adalah sekedar cap yang menunjukkan benda itu dapat
digunakan sebagai alat tukar.
Tanda tera atau cap pada uang-uang tersebut berupa gambar sebuah
jambangan dan tiga tangkai tumbuhan atau kuncup bunga (teratai) dalam
bidang lingkaran atau segiempat. Jika dikaitkan dengan kronik Cina dari zaman
Dinasti Song (960 – 1279) yang memberitakan bahwa di Jawa orang menggunakan
potongan-potongan emas dan perak sebagai mata uang, mungkin itulah yang
dimaksud.51
4) Uang Gobog Wayang, Kerajaan Majapahit (Abad k-13)
Pada zaman Majapahit ini dikenal koin-koin yang disebut “Gobog
Wayang”,dimana untuk pertama kalinya di perkenalkan oleh Thomas Raffles, dalam
51 T. Krisnadi, Sejarah Uang, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1992), hlm.48
bukunya The History of Java. Bentuknya bulat dengan lubang tengah karena
pengaruh dari koin cash dari Cina, atau pun koin-koin serupa yang berasal dari Cina
atau Jepang. Koin gobog wayang adalah asli buatan lokal, namun tidak digunakan
sebagai alat tukar. Sebenarnya koin-koin ini digunakan untuk persembahan di kuil-
kuil seperti yang dilakukan di Cina ataupun di Jepang sehingga disebut sebagai koin-
koin kuil. Setelah redup dan runtuhnya kerajaan Majapahit di Jawa Timur (1528),
Banten di Jawa bagian barat muncul sebagai kota dagang yang semakin ramai.
5) Uang Dirham, Kerajaan Samudra Pasai (1297 M)
Mata uang emas dari Kerajaan Samudra Pasai untuk pertama kalinya dicetak
oleh Sultan Muhammad yang berkuasa sekitar 1297-1326. Mata uangnya disebut
Dirham atau Mas, dan mempunyai standar berat 0,60 gram (berat standar Kupang).
Namun ada juga koin-koin Dirham Pasai yang sangat kecil dengan berat hanya 0,30
gram (1/2 Kupang atau 3 Saga). Uang Mas Pasai mempunyai diameter 10–11 mm,
sedangkan yang setengah Mas berdiameter 6 mm. Pada hampir semua koinnya
ditulis nama Sultan dengan gelar “Malik az-Zahir” atau “Malik at-Tahir”.52
52 Ibid hlm.50
6) Uang Kasha Banten, Kesultanan Banten (Abad ke-15)
Mata uang dari Kesultanan banten pertama kali dibuat sekitar 1550-1596
Masehi. Bentuk koin Banten mengambil pola dari koin cash Cina yaitu dengan
lubang di tengah, dengan ciri khasnya 6 segi pada lubang tengahnya (heksagonal).
Inskripsi pada bagian muka pada mulanya dalam bahasa Jawa: “Pangeran Ratu”.
Namun setelah mengakarnya agama Islam di Banten, inskripsi diganti dalam bahasa
Arab, “Pangeran Ratu Ing Banten”. Terdapat beberapa jenis mata-uang lainnya yang
dicetak oleh Sultan-sultan Banten, baik dari tembaga atau pun dari timah, seperti
yang ditemukan pada akhir-akhir ini. Uang Jinggara, Kerajaan Gowa (Abad ke-16)
Di daerah Sulawesi, yaitu Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, berdiri kerajaan
Gowa dan Buton. Kerajaan Gowa pernah mengedarkan mata uang dan emas yang
disebut jingara, salah satunya dikeluarkan atas nama Sultan Hasanuddin, raja Gowa
yang memerintah dalam tahun 1653-1669. Di samping itu beredar juga uang dan
bahan campuran timah dan tembaga, disebut kupa.53
53 Yemima Lintang Khastiti, Seri Lawasan Uang Kuno, (Yogyakarta: Kepustakaan Populer
Gramedia), hlm 52
7) Uang Picis, Kesultanan Cirebon (1710 M)
Sultan yang memerintah kerajaan Cirebon pernah mengedarkan mata uang
yang pembuatannya dipercayakan kepada seorang Cina. Uang timah yang amat tipis
dan mudah pecah ini berlubang segi empat atau bundar di tengahnya, disebut picis,
dibuat sekitar abad ke-17. Sekeliling lubang ada tulisan Cina atau tulisan berhuruf
Latin berbunyi CHERIBON.54
8) (Uang Real Batu, Kesultanan Sumenep (1730 M)
Kerajaan Sumenep di Madura mengedarkan mata uang yang berasal dari
uang-uang asing yang kemudian diberi cap bertulisan Arab berbunyi „sumanap‟
sebagai tanda pengesahan. Uang kerajaan Sumenep yang berasal dari uang Spanyol
disebut juga real batu karena bentuknya yang tidak beraturan. Dulunya uang perak
ini banyak beredar di Mexico yang kemudian beredar juga di Filipina (jajahan
Spanyol). Di negeri asalnya uang mi bernilai 8 Reales. Selain uang real Mexico,
54 Ibid hlm. 60
kerajaan Sumenep juga memanfaatkan uang gulden Belanda dan uang thaler
Austeria.55
d. Macam- Macam Mata Uang Rupiah Kuno
Pada masa itu banyak yang mendesak Pemerintah untuk mencetak mata uang
sendiri. Hingga akhirnya pemerintah pun menerbitkan ORI atau Oeang Repoeblik
Indonesia. Namun saat itu keadaan negara yang masih kacau membuat peredaran
ORI agak tersendat. Meskipun begitu ORI tetap diedarkan karena terbukti mampu
meningkatkan solidaritas serta nasionalisme rakyat Indonesia. Bentuk fisik ORI saat
itu sangat sederhana. Kualitas yang tidak bagus dan sistem pengaman berupa serat
halus masih kurang. Dan dalam peredaraannya, ORI terbagi atas beberapa
penerbitan.
ORI I (Tahun 1945)
1) Resmi diedarkan pada tanggal 30 Oktober 1946.
2) Pecahannya terdiri dari: 1 sen, 5 sen, 10 sen, ½ rupiah, Rp1,00, Rp5,00, Rp10,00,
Rp100,00.
55 Ibid, hlm 63
ORI II (Tahun 1947)
1) Hanya memiliki empat pecahan mata uang, yaitu: Rp5,00, Rp10,00, Rp25,00, dan
Rp100,00.
2) Pecahan Rp25,00 berbeda dengan tiga nominal lainnya.
3) Untuk edisi ini, seluruh mata uang bertanggal Djokjakarta 1 Djanuari 1947.
4) Ditanda tangani Mr Sjafruddin Prawiranegara.
ORI III (Tahun 1947)
1) Terdiri dari tujuh jenis pecahan, yaitu dari ½ rupiah hingga Rp250,00.
2) Di era ini ada pecahan langka yaitu seri 100 rupiah Maramis.
3) Pecahan ini hanya bisa dikalahkan oleh pecahan 600 rupiah di seri ORI IV.
ORI IV (Tahun 1948)
1) Seri ini memiliki nominal pecahan-pecahan yang sangat ganjil, yaitu Rp0,00,
Rp75,00, Rp100,00 Hatta, Rp400,00,dan salah satu karya terbaik dan terlangka,
sekaligus harga termahal, nominal 600 rupiah (unissued).
2) Uang Indonesia lama pada masa Orde Baru
3) Uang yang pertama diterbitkan: Seri “Sudirman”
4) Terdiri dari pecahan: Rp1,00, Rp2½,00,Rp5,00, Rp10,00, Rp25,00, Rp50,00,
Rp100,00, Rp500,00, Rp1.000,00, Rp5.000,00, dan Rp10.000,00.
5) Ditanda tangani oleh Gubernur Bank Indonesia Radius Prawiro dan Direktur BI
Soeksmono B Martokoesoemo.
6) Emisi tahun: 1968
7) Mulai diedarkan: 8 Januari 1968.56
Tanggal 23 Agustus 1971 mendevaluasi rupiah sebesar 10%, nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS Rp 415,00 (sebelumnya Rp378,00). Tahun 1975 keluar uang
kertas baru lagi dengan nominal:
1) Rp1.000,00 bergambar Pangeran Diponegoro
2) Rp5.000,00 dengan gambar Nelayan
3) Rp10.000,00 bergambar Relief Candi Borobudur (Masing-masing ditanda tangai
oleh Gubernur BI Rachmat Saleh dan Direktur BI Soeksmono B Martokoesoemo)
Tahun 1992 terbit lagi uang kertas baru dengan nominal:
1) Rp100,00 dengan gambar Perahu Phinisi
2) Rp500,00 dengan gambar Orang Utan
3) Rp1.000,00 dengan gambar Danau Toba
4) Rp5.000,00 dengan gambar Alat Musik Sasando
5) Rp10.000,00 dengan gambar Sri Sultan Hamengku Buwono IX
6) Rp20.000 dengan gambar Cendrawasih merah
Tahun 1993 BI kembali mengeluarkan uang baru lagi dengan nominal:
1) Rp50.000,00 dengan gambar Presiden Soeharto
2) Pada tahun 1993 dikeluarkan lagi pecahan
3) Rp50.000,00 dengan gambar Presiden Soeharto
56 Baskoro Suryo Banindro, Sejarah Uang Kertas “Oeang Republik Indonesia” (ORI) Masa
Revolusi 1945-1949, (Yogyakarta:BP ISI, 2017), hlm 85
4) Dikeluarkan juga penerbitan khusus dengan pecahan dan gambar yang sama tetapi
terbuat dari bahan palstik polymer dengan pengaman berupa “holografis”
Soeharto, bukan tanda air/watermark, seperti yang biasa digunakan.57
e. Jual Beli Mata Uang Rupiah Kuno Menurut Hukum Islam
Al-sharf secara bahasa berarti al-ziyadah (tambahan) dan al-adl (seimbang).
Al-sharf kadang-kadang dipahami berasal dari kata shorofa yang berarti membayar
dengan penambahan. Dalam kamus istilah fiqh, disebutkan bahwa ba‟i sharf adalah
menjual mata uang dengan mata uang (emas dengan emas).58
Pertukaran mata uang atau jual beli mata uang hukumnya Harus dengan syarat
berikut:
diantara aturan tukar menukar uang yang sama adalah harus dilakukan secara
tunai dengan nilai nominal yang sama. Ketentuan ini berdasarkan sabda Nabi
shallallahu „alaihi wa sallam
ب ب انذ بء بء إنب ربب ببنذ
Artinya:“Emas ditukar dengan emas adalah riba, kecuali tunai di majlis akad. (HR.
Bukhari 2134)”59
Kemudian dalam hadis lain, Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,
ب تبعا لا ب انذ ثم، يثهب إنب ببنذ ب تشفا لا ب رق تبعا لا بعض، عهى بعض ان
رق ثم، يثهب إنب ببن ب تشفا لا ب ب تبعا لا بعض، عهى بعض ببجز غبئبب ي
Artinya:“Janganlah kalian menjual emas dengan emas, kecuali beratnya sama. Jangan
melebihkan berat yang satu melebihi berat lainnya. Janganlah kalian menjual
57 Ibid. hlm. 95
58
M. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta: Pt. Pustaka Firdaus, 1995), hlm.34
59
Muhamamd bin Ismai al-Amir ash-Shan‟ani, Subulus Salam: Sarakh Bulughul Maram, jilid 2
(Jakarta:Darus Sunnah,2011) hlm. 398
perak dengan perak, kecuali beratnya sama. Jangan melebihkan berat yang
satu melebihi berat lainnya. Dan janganlah menukar emas-perak yang satu
tunai sementara yang satu terhutang. 60
(HR. Bukhari 2177).
Dalam hadis di atas, Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam menjelaskan aturan
tukar menukar emas dan perak. Bahwa jika emas ditukar dengan emas, atau perak
ditukar dengan perak maka beratnya harus sama dan tunai. Sementara untuk
pertukaran yang berbeda, misalnya emas dengan perak, boleh ada selisih berat, namun
tetap harus dilakukan secara tunai.
Emas dan perak merupakan mata uang di masa Nabi shallallahu „alaihi wa
sallam dan para sahabat. Karena itu, para ulama menegaskan bahwa aturan transaksi
tukar menukar uang, mengikuti aturan transaksi tukar menukar emas dan perak. Illah
(alasan yang melatar belakangi) dilarangnya tukar menukar emas atau perak yang
tidak sama beratnya atau tidak dilakukan secara tunai. Ulama berbeda pendapat
tentang illah larangan ini. Ada 3 pendapat besar yaitu:
(a) Illahnya adalah al-wazn (timbangan). Artinya, emas dan perak dilarang untuk
ditukar kecuali dengan aturan khusus, karena kedua benda ini ditimbang. Ini
merupakan pendapat an-Nakhai, az-Zuhri, ats-Tsauri, dan pendapat yang masyhur
dari Imam Ahmad.Namun ini pendapat yang tidak kuat. Karena jika illahnya adalah
karena emas dan perak itu adalah karena timbangan, tentu aturan di atas berlaku
untuk semua benda yang ditimbang lainnya, seperti tembaga, bahan makanan,
minyak, dst. Padahal ulama sepakat bahwa jual beli semacam ini boleh dilakukan
secara kredit.
60 Kahar Masyhur, Terjemahan Bulughul Maram, Cet 1 (Jakarta : PT Rieneka Cipta, 1992) hlm.
454.
(b) Illahnya adalah muthlaq tsamaniyah (semua benda yang dijadikan mata uang).
Artinya, aturan tukar menukar yang rumit itu, berlaku untuk semua benda yang
dijadikan sebagai mata uang. Meskipun berupa kertas atau logam lainnya. Ini dalah
satu pendapat Imam Abu Hanifah, Imam malik, dan Imam Ahmad. Pendapat ini
pula yang dikuatkan oleh Syaikhul Islam dan Ibnul Qoyim. Pendapat ketiga inilah
yang lebih mendekati kebenaran, karena illah ini mencakup seluruh mata uang,
yang itu merupakan sasaran terjadinya riba.
Emas adalah statusnya sebagai mata uang, maka semua benda yang berstatus
sebagai mata uang, berlaku aturan itu. Sebaliknya, benda yang dulunya mata uang,
namun saat ini tidak lagi diberlakukan dan menjadi uang antik, tidak berlaku aturan
di atas. Berdasarkan keterangan di atas mata uang kuno, yang tidak lagi menjadi
alat tukar dan masyarakatpun tidak lagi menerimanya, boleh diperjual belikan
meskipun dengan nilai yang lebih besar. 61
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini mengkaji tentang jual beli mata uang rupiah kuno menurut
Hukum Islam, sejauh penulis membaca skripsi-skripsi terdahulu belum adayang
membahas dilingkungan mahasiswa Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifudin Jambi, akan tetapi ada beberapa peneliti yang mendekati diantaranya.
Skripsi yang disusun oleh Cahya Ayu Pratiwi yang berjudul “pandangan fikih
muamalah terhadap praktek jual beli mata uang rupiah kuno” Institut Agama
Islam Negeri Surakarta (2017), ia menyimpulkan bahwa Dari segi penentuan harga
61 Ibid, hlm.299
dalam jual beli uang kuno, yakni berdasarkan pada, kondisi uang kuno, tahun emisi,
variasi nomor seri dan kondisi kusus pada uang kuno tersebut. Hal tersebut
diperbolehkan dalam Islam karena Islam memberi kebebasan kepada umatnya untuk
menentukan harga jual harta miliknya..62
Skripsi yang disusun oleh Muflihatul Bariroh yang berjudul: “ Tinjauan
Hukum Islam Terhadap Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul
Fitri” Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Tulung gung (2016). ia
menyimpulkan bahwa penomena praktik transaksi penukaran uang baru menjelang
hari raya idul fitri adalah pada mulanya merupakan transaksi yang terlarang tidak
sesuai dengan kaidah dalam penukaran yang berlaku dalam Islam. Yakni adanya
penukaran barang sejenis berupa uang rupiah dengan rupiah lagi dengan takaran atau
nilai berbeda.63
Skripsi yang disusun oleh Ilham Fahmi yang berjudul “Jual Beli Uang
Rusak Dalam Perspektif Hukum Islam Di Pasar Wage Purwokerto Kabupaten
Banyumas” Institut Agama Islam Negeri Purwokerto (2016). Ia menyimpulkan
Dari praktik jual beli uang rusak yang terjadi di Pasar Wage Purwokerto dianggap
sah jika melihat dari segi rukun dan syaratnya secara umum. Namun, jika dilihat
secara khusus tentang syarat jual beli uang (sharf) bahwa jual beli tersebut
mengandung unsur riba. Unsur riba disini adalah pihak pembeli uang rusak (bakul
62 Kurnia Cahaya Ayu Pratiwi “ Pandangan Fikih Muamalah Terhadap Praktek Jual Beli Mata
Uang Rupiah Kuno”, Skripsi Institut Agama Islam Negeri Surakarta (2017),
63
Muflihatul Bariroh “Jual Beli Uang Rusak Dalam Perspektif Hukum Islam”, Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (2012),
duit keliling) mengambil untung dari nilai lebih nominal uang rusak yang
diperjualbelikan. 64
Dari tinjuan pustaka tersebut, maka penulis menyimpulkan perbedaan dari
ketiga skripsi tersebut. Bahwa skripsi yang dijadikan sebagai referensi ini tidak
terlalu jauh berbeda dengan skripsi yang ditulis oleh penulis. Hal ini dikarenakan
skripsi yang mereka tulis sama-sama mengkaji tentang menjual beli uang. Tetapi
walau bagaimanapun, sisi perbedaannya tetap ada, perbedaan yaitu skripsi mereka
membahas tentang praktik jual beli mata uang rupiah kuno, tinjauan Hukum Islam
terhadap penukaran uang baru menjelang hari raya idul fitri ,jual beli uang rusak ,
Sedangkan skripsi yang ditulis oleh penulis ini, lebih menfokuskan membahas
tentang jual beli mata uang rupiah kuno menurut hukum islam.
64 Ilham Fahmi “ Jual Beli Uang Rusak Dalam Persfektif Hukum Islam “, Institut Agama Islam
Negeri Purwokerto (2016)
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (fielresearch) yaitu
penelitian yang dilakukan di lapangan atau di lokasi, dimana peristiwa - peristiwa
yang menjadi objek penelitian berlangsung, atau sumber-sumber primer dapat
diketemukan.65
Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah tentang jual beli
mata uang rupiah kuno yang terjadi di Kelurahan Olak Kemang Seberang Kota
Jambi.
Untuk penentuan subjek dalam penelitian ini, penyusun menggunakan teori
snowball. Yaitu teori yang dalam pencarian data menggunakan bantuan key-
informan inilah yang akhirnya berkembang dalam pencarian informan, sehingga
jumlah informan yang di kehendaki dapat terpenuhi. Yang menjadi key-informan
adalah para penjual uang kuno di Kelurahan Olak Kemang Seberang Kota Jambi.
B. Sifat penelitian
Penelitian ini bersifat deskriftif yaitu dengan menjelaskan secara cepat
bagaimanakah pandangan hukum islam terhadap jual beli mata uang rupiah kuno.
Analitis adalah menganalisa masalah-masalah yang sudah ada kemudian diolah
dengan menggunakan sudut pandang Hukum Islam.
65 Sumardi Suryabrata, Metode Penelitian, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002),hlm. 80.
C. Sumber data
Penelitian ini menggunakan 2 (dua) sumber data, yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah sumber yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah data-data yang
bersumber dari responden, yaitu masyarakat yang terlibat meliputi penjual atau
pembeli di Kelurahan Olak Kemang Seberang Kota Jambi.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau dokumen. Sumber data yang
mendukung dan melengkapi sumber data primer dalam penelitian ini yaitu surat-
surat atau laporan yang telah tersedia.66
D. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif
dan empiris. Normatif yaitu pendekatan terhadap suatu masalah yang didasarkan
pada hukum Islam, Nash-nash Al-Qur‟an, Sunnah, Ijma‟, dan sebagainya. Sedangkan
empiris yang menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan studi lapangan.
66 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rieneka
cipta,2016), hlm. 112
E. Teknik pengumpulan data
Penyusun menggunakan metode sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara adalah teknik menggali, menemukan, atau menjaring informasi
atau pendapat, secara langsung, dengan jalan saling berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa.Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini masuk
kategori wawancara terbuka, dimana terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang
sedemikian rupa bentuknya sehingga responden atau informan tidak terbatas dalam
jawaban-jawabannya kepada beberapa kata saja atau hanya kepada jawaban “ya”
atau “tidak” saja, tetapi dapat mengucapkan keterangan-keterangan, dan cerita-cerita
yang panjang. Dengan wawancara ini, penyusun dapat memperoleh hasil yang
lebih mendalam atas penelitian ini.67
Adapun yang menjadi informan wawancara (narasumber) dalam penggalian
data penelitian ini antara lain, para penjual dan pembeli uang kuno di Kelurahan
Olak Kemang Seberang Kota Jambi
2. Observasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh data melalui pengamatan secara
langsung terhadap objek yang diteliti.68
Yang merupakan suatu metode dengan cara
melihat dan mengamati hal-hal yang berhubungan dengan mekanisme jual beli uang
kuno di Kelurahan Olak Kemang Seberang Kota Jambi.
67 Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik ( Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm.
63.
68
Lexy J. Molcong, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Cet. XXVIII; Bandung:Remaja
Rosdakarya, 2006), hlm. 186.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data dan bahan-bahan berupa dokumen.
Data-data tersebut dapat berupa letak geografis serta hal-hal lain yang berhubungan
dengan obyek penelitian.69
F. Instrumen pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian ini, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Adapun
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan
menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra
lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Oleh karena itu, observasi
adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil
kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya.70
Pembahasan ini
kata observasi dan pengamatan digunakan secara bergantian, seseorang yang sedang
melakukan pengamatan, tidak selamanya menggunakan pancaindra mata saja, tetapi
selalu mengaitkan apa yang dilihatnya dengan apa yang dihasilkan oleh pancaindra
lainnya, seperti apa yang didengar, apa yang dicicipi, apa yang ia rasakan dari
penciumannya bahkan apa yang ia rasakan dari sentuhan-sentuhan. Observasi yang
69 A. Kadir Ahmad, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif ( Makassar: Indobis Media
Centre,2003), hlm. 106.
70 M. Burhan Bungin, Metodelogi Penelitian Kualitatif Komunikasi Ekonomi Dan Kebijakan
Publik Serta Ilmu-Ilmu Sisial Lainnya, ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011) , hlm. 143
dilakukan peneliti disini yaitu terjun langsung ke objek atau lapangan. Dan
menanggapi langsung dari penjual, pembeli dan praktik jual beli mata uang rupiah
kuno tersebut..
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakuakan oleh kedua belah pihak, yaitu pewancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewe) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.71
Teknik wawancara peneliti melakukan wawancara dengan para penjual serta
pembeli dan masyarakat yang mengetahui jual beli mata uang rupiah kuno tersebut.
Karena penulis menilai bahwa mereka lebih mengerti dan memahami tentang jual
beli mata uang rupiah kuno tersebut. Teknik wawancara ini data dan informasi yang
penulis telusuri adalah seputar bagaimana pelaksanaan hak dan kewajiban dan
pembeli dalam jual beli mata uang rupiah kuno tersebut.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan
dalam metodologi penelitian sosial, pada intinya metode dokumenter adalah metode
yang digunakan untuk menelusuri data historis72
. Sebagian besar data yang tersedia
adalah bentuk surat-surat, catatan harian, kenang-kenangan, laporan, termasuk juga
koleksi uang kuno, serta data profil di Kelurahan Olak Kemang seberang kota jambi
71 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),
hlm. 189.
72
Ibid, hlm 154
G. Analisis Data
Dari data yang terkumpul maka langkah selanjutnya penyusun berusaha
mengklarifikasi untuk di analisis supaya menghasilkan kesimpulan. Adapun metode
analisis data yang penyusun gunakan adalah analisis dengan teknik induktif yaitu
mengambil fakta-fakta yang khusus dan peristiwa-peristiwa yang konkrit, kemudian
dianalisi untuk di tarik kesimpulan yang bersifat umum. Teknik ini di gunakan untuk
menjawab persoalan jual beli mata uang rupiah kuno. Serta teknik deduktif yaitu
penganalisaan data dengan menyimpulkan pengetahuan-pengetahuan konkrit
mengenai kaidah yang benar dan tepat yang di terapkan untuk menyelesaikan suatu
permasalahan (perkara tertentu).73
Metode ini di gunakan untuk mengetahui kaidah
yang sesuai yang dapat di jadikan pedoman untuk menyelesaikan masalah tersebut.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penyusunan skripsi ini dalam pembahasannya dibagi menjadi lima
bab, dibagi dalam sub-sub bab dengan perincian sebagai berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan, yang mendiskripsikan latar belakang masalah,
perumusan masalah, batas masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka
teori, dan tinjauan pustaka (penelitian relevan).
Bab kedua akan membahas metode penelitian dalam pembuatan skripsi. Dengan sub
bab jenis penelitian, sifat penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data,
instrumen pengumpulan data, analisis data, sistematika penulisan dan jadwal
penelitian.
73 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Cct Ke-6 ( Jakarta:Raja Grafindo Persada,
2003), hlm.14.
Bab ketiga berisi tentang gambaran umum Seberang Kota Jambi. Sejarah Seberang
Kota Jambi, visi dan misi Seberang Kota Jambi, Letak Geografis Di Seberang Kota
Jambi, Demografis Kawasan Di Seberang Kota Jambi, Kondisi Sosial dan Budaya,
Kawasan Olak Kemang Sekoja Sebagai Fokus Area Penelitian.
Bab keempat adalah pembahasan dan hasil penelitian. Bab ini berisi tentang praktek
jual beli mata uang rupiah kuno di Seberang Kota Jambi menurut hukum Islam, jual
beli mata uang rupiah kuno di Seberang Kota Jambi menurut hukum Islam
Babkelima adalah penutup, yang berisi kesimpulan dari pembahasan penelitian yang
dilengkapi dengan saran-saran.
TAHUN 2018/ 2019
NO
Jenis
Kegiatan
I
Desember
Januari
II
Februari
Maret
III
April
Mei
IV
Juni
Juli
V
Agustus
September
VI
Oktober
Nopember
11 1 Pengajuan judul dan
Pembuatan proposal
2 Pengajuan proposal
dan penunjukan
dosen pembimbing
3 Konsultasi dan
perbaikan proposal
4 Seminar proposal
dan perbaikan hasil
seminar
5 Pengesahan judul
dan izin riset
6 Pengumpulan data
dan penyusun data
7 Analisis dan
penelitian draf
8 Penyempurnaan dan
pengagendaan
I. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian ini disusun untuk menjadikan pedoman ketika penelitian di
lakukan dengan jadwal penelitian akan mudah mempersiapkan langkah-langkah
penelitian yang akan dilaksanakan nantinya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut:
9 Ujian skripsi
10 Perbaikan dan
penjilidan
BAB III
GAMBARAN UMUM SEBERANG KOTA JAMBI
A. Sejarah Seberang Kota Jambi
Seberang Kota Jambi atau Sekoja adalah bagian utara Kota jambi yang
dipisahkan oleh sungai Batanghari. Walaupun hanya berjarak beberapa ratus meter
dari pusat Kota, namun Sekoja jauh tertinggal dibandingkan dengan bagian Kota
Jambi yang lain. Tidak ada gedung tinggi, apalagi mall, yang ada hanyalah rumah-
rumah panggung khas Jambi.
Seberang Kota Jambi adalah wajah Kota Jambi sebenarnya, tempat warga asli
melayu jambi
tinggal beserta adat istiadatnya, serta tempat peninggalan benda bersejarah yang
masih bertahan dan terjaga baik dari gerusan zaman. Sekoja bersebelahan dengan
pusat kota Jambi, namun untuk menuju kesana harus melintasi sungai Batanghari
dahulu. Anda dapat menggunakan Getek (atau Ketek) ataupun perahu wisata
tradisional Jambi yaitu “Kajang Lako”.74
Perjalanan dengan perahu dari Pusat Kota menuju Sekoja hanya
membutuhkan waktu 10-15 menit, dengan biaya 2000-5000 saja. Selain dapat
ditempuh dengan jalur air, bisa juga ditempuh dengan menggunakan jalur darat
namun memakan waktu yang lebih lama yaitu sekitar 20-40 menit. Kita harus
berkendara ke Barat dahulu untuk melintasi Jembatan Aurduri (Batanghari I), baru
74 Wawancara, A Muluk, Ketua RT 02 Kelurahan Arab Melayu Kecamatan Pelayangan Kota
Jambi , Tanggal 28 Mei 2019,
kemudian memutar balik ke arah Sekoja. Kita juga bisa melalui Jembatan batanghari
II di sebelah timur, namun memakan waktu yang cukup lama.
Sekoja adalah perpaduan antara budaya Melayu, Tionghoa, dan Arab, karena
ketiga budaya inilah yang memang sejak awal membentuk kawasan Sekoja menjadi
seperti adanya sekarang. Salah satu rumah tua yang sekarang menjadi benda cagar
budaya adalah Rumah Batu, rumah yang berada di Jl. KH Ibrahim RT 02 Kelurahan
Olak Kemang, Kecamatan Danau Teluk. Rumah ini merupakan peninggalan Sayyid
Idrus bin Hasan Al-Jufri, salah seorang penyiar agama Islam pertama yang masuk
Jambi.75
Sayyid Idrus adalah sultan atau raja yang berkuasa di daerah itu pada dekade
akhir abad ke-19 dengan gelar Pangeran Wiro Kusumo. Beliau merupakan seorang
ulama keturunan Arab atau Yaman.Sayyid Idrus bin Hasan Al Jufri wafat tahun
1902 dan dimakamkan di depan masjid Ikhsaniyah yang didirikannya. Kini sekali
dalam setahun keluarga besar beliau menyelenggarakan peringatan wafatnya Habib
Idrus bin Hasan Al Jufri yang dipusatkan di masjid ini. peringatan tersebut di
agendakan sekali dalam setahun, oleh pihak keluarga dan masyarakat muslim
Sekoja (seberang kota Jambi) sebagai bentuk penghormatan atas jasa jasa beliau.
Peringatan tersebut setiap tahun turut juga dihadiri oleh tokoh agama, alim ulama,
cendikiawan, gubernur dan undangan lainnya.
Tanggal kelahiran Sayyid Idrus ini tidak diketahui, satu-satunya informasi
dari dokumen Belanda yang menyebutkan bahwa pada tahun 1879, Sayyid Idrus
75
Wawancara, Muhamad Amin, Lurah Olak Kemang, Tanggal 27 Mei 2019
berumur lebih dari 40 tahun. Bisa dikatakan bahwa beliau dilahirkan di Jambi
sebelum tahun 1839 dari seorang ayah asli Arab atau Yaman. Masih berdasarkan
dokumen Belanda, disebutkan bahwa Sayyid Idrus wafat di tahun 1905 meskipun di
makam beliau dicantumkan angka 1902 sebagai tahun kematiannya
Sayyid Idrus merupakan salah satu keluarga Al-Jufri di Jambi yang berasal
dari golongan Sayyid (said) Keluarga Al-Jufri di Jambi turut memainkan peran
mereka dalam perpolitikan sejak tahun 1812. Keluarga Al-Jufri yang datang ke
Nusantara kemudian menikah dengan putri dari kalangan bangsawan karena memang
wanita Arab tidak turut serta bermigrasi ke Nusantara.
Kelauarga Arab memainkan peran penting sebagai mediator antara penguasa lokal dengan
penguasa penjajahan Belanda. Selain itu juga menjadi juru bicara antara keluarga Al-Jufri
terhadap keraton Jambi dan Penguasa penjajahan Belanda. Sayyid Idrus memegang peran
unik tersebut direntang waktu 1860 hingga wafatnya di tahun 1902 atau 1905. Sayyid Idrus
menikah dengan Putri Sultan Nazaruddin dan mendapatkan gelar Pangeran Wiro Kusumo
langsung dari Sultan.76
Gelar Pangeran ini juga memberi kekuasaan kepada Sayyid Idrus untuk menjadi
“pepati dalam” di keratin Jambi yang mengambil peran Sultan pada saat Sultan tidak
ditempat. Menurut dokumen Belanda, pangeran Wiro Kusumo memainkan peran yang
sangat penting ini di tahun 1858-1881 ketika Sultan Nazaruddin lebih banyak memilih
mengasingkan diri ke tempat yang jauh dari keraton untuk menjaga jarak dengan penguasa
penjajah Belanda di Jambi. Mungkin itu sebabnya beberapa penulis bahkan sempat
menyebut pangeran Wiro Kusumo sebagai Sultan Jambi. Bisa di maklumi, karena Pangeran
Wiro Kusomo memang memiliki pengaruh yang begitu besar di keraton Jambi, selain
76 Ibid
sebagai menantu dari Sultan Nazaruddin beliau juga merupakan besan dari Sultan Thaha
Syaifuddin, Sultan Jambi Terahir yang tak lain juga merupakan ipar-nya sendiri.
Banyak orang bilang, Rumah Batu dulunya adalah istana. Dari bangunan ini sangat
nampak sekali perpaduan dari Melayu, Cina dan Arab. Namun sayangnya kondisi Rumah
Batu ini sudah sangat memprihatinkan. Dinding-dindingnya sudah ditumbuhi lumut,
tumbuh-tumbuan pakis, dan rerumputan. Papan pintu pun sudah terlihat lapuk dan
berlubang. Sementara, daun-daun kering berserakan dihalaman. Rumah yang sebenarnya
megah dan cantik ini malah terkesan angker dan menyeramkan.Sebagian besar yang datang
kemari hanya untuk ber foto Pre-wedding saja.77
Suasana Islam sangat kental sekali di Sekoja, terbukti dengan banyaknya Masjid,
Madrasah dan Pondok Pesantren. Disini terdapat Masjid tertua di Kota Jambi yaitu Masjid
Ikhsaniyyah atau yang lebih dikenal dengan nama Masjid Batu. Masjid ini didirikan pada
tahun 1880 oleh Sayyid Idrus. Masjid Batu ini didirikan Sayyid Idrus untuk memenuhi
fungsi tempat ibadah bagi masyarakat seberang kota Jambi. Masyarakat kota Jambi waktu
itu yang sudah fanatik keislamannya memanfaatkannya sebagai tempat ibadah dan kegiatan
sosial lainnya. Bangunan masjid ini telah mengalami perluasan oleh pemerintah Belanda
semasa penjajahan dengan mempertahankan ciri ciri khas utamanya demi menjaga nilai
historis-nya. Masjid ini berada di Jalan KH. Ibrahim, RT 05 Kelurahan Olak Kemang,
Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi.
Bangunan dalam masjid dipenuhi dengan hiasan kaligrafi berbagai rupa. Mimbar asli
berdiri anggun disisi kanan mihrab. Sementara beduk peninggalan terdahulu berada di
bagian belakang ruang salat. Ciri mencolok dari masjid ini adalah banyaknya jendela.
Jendela-jendela yang dipasang berpasangan itu mengelilingi masjid. Hanya tembok mihrab
77
ibid
yang tak berjendela. Sekitar tahun 60-an, Masjid Ikhsaniyyah merupakan tempat orang
menyelesaikan sengketa. Jika ada orang berselisih perihal kepemilikan tanah,tuduhan
mencuri, dan lain sebagainya orang akan membawa perkara itu ke masjid dan mengambil
sumpah dengan disaksikan para penduduk dan pemuka agama .
Hingga kini, masih ada kebisaaan dan adat istiadat yang dilakukan Sayyid Idrus
(Pangeran Wiro Kusumo) semasa hidup yang masih dilakukan keturunan dan pengikutnya
sampai sekarang. Salah satunya adalah menyantap makan dalam tempeh (wadah besar)
ramai-ramai. Tradisi seperti itu memang merupakan salah satu tradisi para ulama yang
berasal dari Yaman yang kemudian berkembang di tanah air.78
B. Visi dan Misi Seberang Kota Jambi
1. Visi
“Terwujudnya Jambi Kota Seberang Yang Agamis, Maju Dan Berbudaya”.
2. Misi
a. Meningkatkan Kualitas kehidupan beragama, pendidikan dan kesehatan serta
kesadaran hukum masyarakat Jambi Kota Seberang.
b. Meningkatkan Daya Saing Jambi Kota Seberang melalui pemberdayaan ekonomi
masyarakat yang berkelanjutan berbasis Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan
Inovasi;
c. Meningkatkan kesadaran hukum bagi masyarakat melalui hukum positif &
hukum adat kerjasama.79
78 Wawancara, M. Hasbi, Pengurus Masjid Ikhsaniyyah, Tanggal 27 Mei 2019
79
Ibid
C. Letak Geografis Kelurahan Olak Kemang Seberang Kota Jambi
Kelurahan Olak Kemang merupakan salah satu wilayah dari Kecamatan Danau
Teluk yang terletak dekat dengan jembatan aurduri. Luas wilayah Kelurahan Tanjung
Pasir 376 ha (3.76 km2) yang terbagi menjadi lima RT. Secara administratif, batas
wilayah Kelurahan olak kemang adalah:
1.Sebelah Utara berbatasan dengan Danau Kedap, Kab. Muaro Jambi
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Batanghari.
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Penyengat Olak, Kab. Muaro Jambi
Kelurahan olak kemang berada di kecamatan danau teluk dan danau teluk
terdiri dari 5 (lima) kelurahan dengan sebaran luas wilayah, jumlah penduduk dan
rumah tangga seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 1
Sebaran Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Rumah Tangga Pada masing-
Masing Kelurahan di Kecamatan Danau Teluk.80
No Kelurahan Luas Penduduk Rumah
Tangga
Km2 % tase % tase Jiwa/km2 % tase JAK
1 Pasir panjang 3.76 23.95 10.24 377 8.74 4.29
2 Tanjung Raden 2.68 17.07 22.50 1,163 22.99 3.58
3 Tanjung Pasir 3.34 21.27 14.96 621 13.12 4.14
4 Olak Kemang 3.52 22.42 32.03 1,261 33.12 3.54
5 Ulu Gedong 2.42 15.29 20.27 1,171 21.93 3.38
Jumlah 15.70 100.00 100.00 100.00
80 Dokumentasi Arsip Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi 27 Mei 2019
D. Demografi Kawasan Seberang Kota Jambi
Demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan manusia.
Demografi ini juga meliputi ukuran, struktur dan distribusi penduduk, serta
bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran,
kematian,migrasi, serta penuaan.
Tabel 2
Indikator Demografi Kawasan Seberang Kota Jambi ( Kecamatan Danau Teluk dan
Pelayangan81
No Uraian Kecamatan Sekoja Kota Jambi
Danau Teluk Pelayangan
1 Luas wilayah 15,70 15,29 30,99 205,38
2 Jumlah penduduk 11.802 12.895 24.698 529.118
a.laki 5.868 6.640 12.508 266.596
b.wanita 5.935 6.255 12.190 262.829
3 Jumlah RT 2.310 2.483 4.793 126.829
4 Indikator demografi
a. a.Pertumbuhan (%/ tahun) 0,30 0,82 0,56 2,40
b.Sex Ratio 98,87 106,16 102,61 101,55
c.Kepadatan (jiwa/km2) 751,78 843,36 796,97 2,576,29
d.Rataan Ang. RT (jiwa) 5,11 5,19 5,15 4,17
81 Ibid
E. Kondisi Sosial dan Budaya
1. Sumber Daya Manusia
Sasaran akhir dari setiap pembangunan bermuara pada peningkatan kualitas
sumber daya manusia (SDM). SDM merupakan subyek sekaligus obyek
pembangunan, mencakup seluruh siklus kehidupan manusia, sejak di dalam
kandungan hingga akhir hayat. Sumber daya manusia adalah salah satu faktor yang
penting bahkan tidak dapat dilepaskan dari sebuah organisasi, baik instusi maupun
perusahaan.sumber daya manusia juga merupakan kunci yang menentukan
perkembangan suatu perusahaan atau institusi tertentu, oleh karena itu pembangunan
kualitas manusia harus menjadi perhatian penting. Pada saat ini SDM di Seberang
Kota Jambi cukup baik dibandingkan pada masa-masa sebelumnya.
2. Nilai Budaya
Nilai budaya yang telah membudaya dan mendarah daging di dalam
masyarakat Jambi Kota Seberang dijadikan sebagai pedoman atau petunjuk didalam
bertindak di kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dalam kebiasaan gotong
royog masyarakat Jambi Kota Seberang dalam membantu warga yang melaksanakan
acara pernikahan atau hajatan yang dikenal dengan nama“manggung”. Jadi nilai
budaya itu merupakan pendorong bagi masyarakat dalam mencapai tujuan tertentu82
.
3. Nilai Agama
Budaya Seberang Kota Jambi ini sangat kental dengan nuansa keislamannya,
sehingga nilai agama menjadi nilai yang paling menonjol dari budaya Seberang Kota
82 Wawancara, Asnawi, Ketua RT 03 Kelurahan Arab Melayu Kecamatan Pelayangan Kota
Jambi , Tanggal 28 Mei 2019,
Jambi . Selain itu, nilai agama ini menjadi pedoman hidup bagi masyarakat seberang
kota Jambi. Hal ini sesuai dengan salah satu seloko adat di Seberang Kota Jambi
yang berbunyi “adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah”. Hampir setiap
budaya pada masyarakat Jambi Kota Seberang memiliki nilai agama yang tinggi.
Nilai agama pada budaya seberang kota jambi bisa kita lihat pada tari dana syarah,
tari zapin, burdah, nisfu sya`ban, assyura, dan musik gambus83
.
4. Nilai Kekeluargaan
Nilai kekeluargaan yang ada pada masyarakat Seberang Kota Jambi dapat
kita lihat dari sikap masyarakatnya yang selalu ingin menjaga silaturahmi kepada
sesama warga masyarakat maupun kepada orang yang datang kesana. Budaya dan
tradisi keagamaan yang ada selalu dilakukan oleh masyarakat setempat secara
bersama-sama. Bahkan hal ini juga terlihat pada saat ziarah kubur, masyarakat secara
beramai-ramai bersama kerabat dan keluarganya datang ke pemakaman untuk
berziarah. Selain itu ziarah kubur ini dapat mempererat tali silaturahmi pada
saatgotong royong membersihkan rumput liar yang ada disekitar makam.
Sebagaimana yang telah diuraikan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam seberang
kota jambi, tentu saja dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah kebudayaan
Islam. Budaya seberang kota jambi sangat cocok dijadikan sumber belajar sejarah
kebudayaan Islam dan dapat menjadi contoh nyata sebagai sumber belajar sejarah
kebudayaan Islam.84
83 Ibid
84
Ibid
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Praktek Jual Beli Mata Uang Rupiah Kuno Di Kelurahan Olak Kemang
Seberang Kota Jambi Menurut Hukum Islam
Perkembangan zaman mengubah pola pikir masyarakat yang dahulunya
menganggap barang-barang kuno sebagai sampah sekarang menjadi barang-barang
yang berharga dan sering kali dijadikan sebagai objek jual beli. Salah satu barang
kuno yang banyak diperjualbelikan adalah uang kuno. Nilai sejarah dan keunikan
yang dimilikinya menjadikan uang kuno banyak diminati oleh kalangan masyarakat.
Hal ini menjadikan ladang bisnis yang menarik bagi para pedagang barang antik,
terutama pedagang di Seberang Kota Jambi.
Dalam Islam, pada dasarnya seluruh transaksi (jual beli) yang dilakukan
manusia hukumnya adalah diperbolehkan, kecuali terdapat dalil yang melarangnya.85
di antara bentuk jual beli ada juga yang diharamkan dan ada juga yang
diperselisihkan hukumnya. Oleh karena itu, menjadi suatu kewajiban bagi
wirausahawan muslim untuk mengetahui hal-hal yang menentukan sahnya jual beli
tersebut, dan. mengenal mana yang halal dan mana yang haram dari kegiatan itu,
sehingga dapat mengetahui secara keseluruhan persoalan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian di Kelurahan Olak Kemang Seberang Kota
Jambi dapat diketahui praktek jual beli uang kuno, Jual beli merupakan salah satu
bentuk kegiatan ekonomi yang mengandung unsur tolong menolong sesama manusia
85 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana 2012), hlm.6.
dan ketentuan hukumnya telah diatur dalam syari'at Islam. Al-Qur'an dan hadits telah
memberikan batasan-batasan yang jelas mengenai ruang lingkupnya, khusus yang
berkaitan dengan hal-hal yang diperbolehkan dan yang dilarang. Allah telah
menghalalkan jual beli yang di dalamnya terdapat hubungan timbal balik sesama
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya secara benar.86
Praktik Jual Beli mata uang rupiah kuno yang ada di Kelurahan Olak
Kemang dilakukan oleh masyarakat sudah menjadi trend di kalangan masyarakat
menengah atas maupun masyarakat menengah kebawah, uang kuno sering dijadikan
sebagai barang koleksi maupun sebagai pajangan semata.
Uang kuno rupiah yang dijual di Kelurahan Olak Kemang Seberang Kota
Jambi sangat beragam, mulai dari masa kerajaan, kolonial, revolusi sampai berkisar
tahun 1990an. Jenisnya pun beragam, ada uang kuno kertas, uang kuno koin, uncut,
dan uang cacat.
Uang kuno yang dijual dipajang oleh para pedagang di depan kiosnya, dengan
tujuan pembeli dapat melihat secara langsung uang kuno yang menjadi koleksi
penjual. Dengan begitu para membeli dapat melihat langsung uang yang akan
dibelinya dan dapat mengetahui ciri khusus uang tersebut. Tidak jarang juga penjual
memberikan spesifikasi uang-uang kuno terhadap pembeli, mulai dari bahan
pembuatannya, ciri khusus, dan sejarahnya. Bagi masyarakat umum yang mencari
uang kuno sebagai mahar, para pedagang biasanya juga memberi arahan berupa
pecahan nilai uang kuno sesuai dengan tanggal yang diingikan pembeli.
86 ibid hlm.10
Bagi pembeli uang kuno yang membeli secara online dan/atau pesanan
melalui media sosial dengan cara penjual memposting gambar yang berupa foto asli
dari uang kuno dan disertakan karakteristik dari uang tersebut, jenisnya serta harga
jual, meskipun terkadang tidak semua uang kuno di sertai harga jualnya. Barulah
kemudian calon pembeli memberikan komentar dibawah postingan si penjual untuk
menemui persetujuan antara kedua belah pihak. Karena sebagian pedagang juga
mengunakan sistem online dan/atau pesanan dalam menjual uang kuno.87
Nilai tukar yang digunakan untuk menukar uang kuno beragam, ada sebagian
pedagang yang masing menerima layanan barter (barang dengan barang), namun
kebanyakan dari pedagang sudah tidak menggunakan sistem barter, dan lebih
memilih nilai tukar berupa uang.
Proses transaksi jual beli di Kelurahan Olak Kemang Seberang Kota Jambi
dalam menentukan standarisasi harga sama dengan pasar yang lainnya, yaitu
menggunakan sistem barginal (tawar-menawar). Jadi harga yang diperoleh oleh
pembeli adalah harga yang sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Meskipun
terkadang harga uang kuno tidak dapat ditawar lagi oleh pembeli.88
Dalam bertransaksi jual beli uang kuno, cara yang dipergunakan oleh penjual
dan pembeli dalam menyatakan ijab dan qabul adalah dengan pengucapan yang jelas.
Artinya penjual dan pembeli dalam pengucapan lafal ijab sebagaimana biasanya
“Saya jual uang kuno 1 rupiah Sukarno ini kepadamu”, dan pembeli menjawab “Iya
saya beli uang kuno 1 rupiah Sukarno ini yang telah kamu jual kepadaku”.
87 Wawancara, Fadil, Penjual Mata Uang Rupiah Kuno Tanggal 22 Mei 2019
88
Wawancara, Joni, Pedagang Uang Kuno 22 Mei 2019
Pengucapan ini dilakukan dengan jelas sebagaimana kebiasaan ucapan yang
mengandung makna jual beli.
Dalam jual beli uang kuno melalui toko online, cara ijab dan qabulnya yang
digunakan yaitu dengan perbuatan pembeli. Setelah penjual memberikan foto,
spesifikasi, dan harga uang tersebut. Apabila pembeli tertarik dengan uang kuno
tersebut, maka pembeli dapat mengklik kolom beli pada tombol yang sudah
disediakan.89
Sedangkan jika bertransaksi pesanan melalui chat pribadi penjual dan
pembeli, cara yang digunakan untuk menyatakan ijab dan qabul adalah dengan
tulisan penjual dan pembeli. Contoh kalimat ijab penjual uang kuno, “Saya jual uang
kuno 1 rupiah Sukarno ini kepadamu dengan sistempembayaran transfer tunai di
muka”, kalimat qabul pembeli, “Saya beli uang kuno 1 rupiah Sukarno ini dengan
pembayaran transfer tunai di muka”.90
pembayaran uang dari jual beli yang dilakukan oleh pihak pembeli yang
datang, pihak penjual menyerahkan barang kepada pembeli dan pembeli
menyerahkan pembayaran secara langsung juga. Sedangkan jika transaksi dilakukan
melalui pesanan dan/atau online, pada umumnya penjual akan mengirimkan barang
setelah pembeli mengirim uang secara tunai kepada penjual terlebih dahulu. Hal ini
dilakukan penjual dengan tujuan untuk menghindari kerugian dan/atau penipuan.
Namun jika sistemnya pesanannya menggunakan kesepakatan untuk proses transaksi
89Wawancara, Sulaiman, Pembeli Uang Kuno 22 Mei 2019
90
Wawancara, Amar, Penjual Mata Uang Rupiah Kuno, Tanggal 22 Mei 2019
bertemu secara langsung, maka barang dan pembayaran diserahkan secara langsung
pada waktu akad.91
B. Jual Beli Mata Uang Rupiah Kuno di Kelurahan Olak Kemang Seberang Kota
Jambi Menurut Hukum Islam
Mata uang rupiah kuno merupakan barang yang suci dan dapat
disucikan.Untuk melihat kemanfaatan mata uang kuno dapat diukur dengan
menggunakan kriteria agama. Dimana pemanfaatan barang jangan sampai
bertentangan dengan agama, peraturan perundang-undangan, kesusilaan, maupun
ketertiban umum yang ada di dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam Islam, segala jenis barang boleh untuk diperjualbelikan. barang yang
menjadi objek jual beli haruslah barang yang dinilai sebagai harta (al-mal). Sesuatu
yang bukan harta tidak pantas dijadikan harta dan dimiliki. Begitu juga harta yang
tidak mempunyai nilai menurut syara‟ tidak halal diperjualbelikan kecuali harta
tersebut dapat dimanfaatkan pada jalan yang diperbolehkan oleh syara‟ , baik dengan
cara dimakan, diminum, ditunggangi, dan lain sebagainya.
Dari pemaparan di atas dapat diketahui begitu pentingnya nilai kemanfaat
suatu barang untuk menilai keabsahan suatu jual beli. Selain itu memperjualbelikan
barang yang bermanfaat merupakan salah satu cara manusia menjaga hartanya dari
perbuatan mubazir (boros). Berikut kaidah fikih jual beli yang berkaitan dengan
kemanfaatan barang:
91 Ibid
الاصم ا كم يبصح تقغ صح بع الا بد نم
Artinya:“Hukum asal setiap sesuatu yang sah dimanfaatkannya, maka sah pula
diperjualbelikannya, kecuali adanya dalil yang mengharamkannya.92
Uang kuno yang diperjualbelikan dengan tujuan untuk kesenangan, hobi,
koleksi dan mahar pernikahan hukumnya sah karena tidak bertentangan dengan
agama, peraturan perundang-undangan, kesusilaan, maupun ketertiban umum yang
ada di dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu mata uang rupiah kuno
merupakan benda yang tidak diharamkan dalam Islam untuk diperjualbelikan. Hal
ini diperkuat dengan pendapat Komisi Fatwa dan Riset Ilmiah KSA bahwa:
“Selama benda itu tidak tercampur dengan benda yang haram maka boleh untuk
diperjualbelikan”. Jika mengandung kombinasi yang haram, maka haram
diperjualbelikan.
Proses transaksi jual beli uang kuno sama-sama saling mempertukarkan uang.
perbedaan transaksi ini dengan sharf adalah uang yang dijualbelikan atau
dipertukarkan itu uang yang sudah tidak berlaku lagi sebagai alat pembayaran yang
sah dengan uang yang masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah. Sedangkan
sharf adalah pertukaran uang dengan uang yang sama-sama masih berlaku sebagai
alat pembayaran yang sah.
Jadi dapat diketahui bahwa mata uang rupiah kuno berbeda dengan mata
uang rupiah, karena mata uang rupiah kuno merupakan mata uang yang sudah tidak
berlaku lagi di pasaran dan tidak dapat digunakan sebagai alat pembayaran.
92 Enang Hidayat, Fiqh Jual Beli. ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2015), hlm 61.
Berdasarkan keterangan di atas, mata uang kuno boleh diperjualbelikan
meskipun dengan nilai yang lebih besar. Misalnya uang kuno Rp 200; bergambar
burung cendrawasih bisa di jual dengan harga dua ratus ribu rupiah.
Selain itu mata uang rupiah kuno juga dipandang sebagai barang qimmiyat
(barang yang dinilai karena tidak memiliki varian lain serupa),sehingga
diperbolehkan melakukan pertukaran dengan nominal yang berbeda.93
Hal itu karena barang-barang qimiyat bukanlah barang yang dapat diukur
atau dengan kata lain barang yang satuannya tidak sama ukuran kadarnya. Dalam
uang kuno masing-masing memiliki keunikan, seri, dan kualitas yang berbeda-beda
antara satu dengan yang lainnya sehingga walaupun sama nominalnya tetapi tidak
dapat disamakan.
Sedangkan jual beli mata uang rupiah kuno yang dilakukan dengan tujuan
untuk syarat sebuah ritual hukumnya tidak sah karena jual beli seperti ini
melanggar ketentuan agama. Menurut Syekh Abdurrahman As-Sa‟ di, jual beli
yang dilakukan dengan tujuan untuk membantu kemaksiatan atau melakukan
perbuatan haram, maka jual beli seperti itu tidak diperbolehkan dan tidak sah.94
93 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adilatuhu, Jilid 5, (Jakarta: Gema Insani, 2011), hlm.314.
94
Abdurrahman as-Sa‟di, dkk, Fiqh Jual Beli: Panduan Praktis Bisnis Syariah, Terj Abdullah.
(Jakarta: Senayan Publishing,2008), hlm.144.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan kajian, analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya atas
permasalahan yang dirumuskan dan sesuai dengan tujuan penelitian. Dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam praktik jual beli mata uang rupiah kuno yang berada di Kelurahan Olak
Kemang Seberang Kota Jambi yang dilakukan oleh masyarakat. Uang kuno yang
dijual dipajang oleh para pedagang di depan kiosnya, dengan tujuan pembeli dapat
melihat secara langsung uang kuno yang menjadi koleksi penjual. Dengan begitu
para membeli dapat melihat langsung uang yang akan dibelinya dan dapat
mengetahui ciri khusus uang tersebut. Tidak jarang juga penjual memberikan
spesifikasi uang-uang kuno terhadap pembeli, mulai dari bahan pembuatannya, ciri
khusus, dan sejarahnya. Dalam jual beli uang kuno melalui toko online, cara ijab
dan qabulnya yang digunakan yaitu dengan perbuatan pembeli.
2. Jual Beli Mata Uang Rupiah Kuno Di Kelurahan Olak Kemang Seberang Kota
Jambi menurut hukum Islam mata uang rupiah kuno boleh diperjualbelikan
meskipun dengan nilai yang lebih besar. Selain itu mata uang rupiah kuno juga
dipandang sebagai barang qimmiyat (barang yang dinilai karena tidak memiliki
varian lain serupa),sehingga diperbolehkan melakukan pertukaran dengan nominal
yang berbeda.
B. Saran-saran.
1. Bagi penjual mata uang rupiah kuno di Kelurahan Olak Kemang Seberang Kota
Jambi bahwa dalam, dan para penjual agar lebih mengedepankan cara-cara jual beli
yang sah yang sesuai syariat Islam, dan tidak mengedepankan praktik jual beli
yang semata-mata mau untung sendiri, yang mana dalam praktik tersebut pembeli
harus mengetahui terlebih dahulu untuk digunakan apa uang kuno tersebut, dan
terlebih dahulu mementingkan kehalalan dalam jual beli ini.
2. Bagi pembeli mata uang rupiah kuno di Kelurahan Olak Kemang Seberang Kota
Jambi, terlebih dahulu harus mengetahui tujuan dan kegunaan penjual mengapa
menjual beli uang kuno ini.. dan kalau memang sudah mengetahui yang diperjual
belikan di Kelurahan Olak Kemang seberang Kota Jambi itu layak dan tidak
merugikan maka sah-sah saja.
DAFTAR PUSTAKA
a. Literatur
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muammalat (Jakarta : AMZAH,2010),
Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muammalah (Jakarta : Kencana, 2015)
Abdurahman Ali Bassam, Dari Judul Asli Umdatul Ahkam, ( Bekasi: Darul
Falah, 2010)
Abdurrahman as-Sa‟di, dkk,Fiqh Jual Beli: Panduan Praktis Bisnis Syariah, Terj
Abdullah. (Jakarta: Senayan Publishing,2008)
Abd Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah,2011),
Adiwarman A Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta : Raja
Grafindo, 2006, hlm.423.
Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islam,(Depok: PT. Grapindo Persada,2006),
Ahmad Hasan Mata Uang Islami: Telaah Komprehensif Sistem Keuangan Islami,
(Jakarta: Rajagrafindo Persada)
A Kadir Ahmad, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif ( Makassar:
Indobis Media Centre,2003),
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Cct Ke-6 ( Jakarta:Raja
Grafindo Persada, 2003)
Baskoro Suryo Banindro, Sejarah Uang Kertas “Oeang Republik Indonesia” (ORI)
Masa Revolusi 1945-1949, (Yogyakarta:BP ISI, 2017)
Dr.H.Hendi Suhendi. M.Si,Fiqh Muammalah, ( Jakarta.PT RajaGrafindo Persada,
2005 )
Enang Hidayat, Fiqh Jual Beli, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2015)
Enizar, Hadits Ekonomi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013),
Fathurahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi Di Lembaga
Keuangan Syariah ( Jakarta:Sinar Grafika,2002)
Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam Di Indonesia, (Jakarta : Persada
Media,2005).
Hendi Suhendi, Fiqih Muammalah,( Jakarta: Raja Wali Press 2010)
Ibn Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram: Panduan Lengkap Masalah-Masalah
Fiqih, Akhlak, dan Keutamaan Amal, Irfan Maulana Hakim, (Bandung:
PT Mizan Pustaka,2010)
Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik ( Jakarta: Rineka Cipta,
1991)
Kurnia Cahaya Ayu Pratiwi “Pandangan Fikih Muamalah Terhadap Praktek Jual
Beli Mata Uang Rupiah Kuno”( Surakarta: IAIN 2017)
Krisnadi, Sejarah Uang, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1992)
Lexy J. Molcong, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Cet. XXVIII;
Bandung:Remaja Rosdakarya, 2006),
Mardani, Fikih Ekonomi Syariah Fikih Muamalah, (Jakarta:Kencana Prenada
Media Group,2012).
M. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta: Pt. Pustaka Firdaus, 1995),
Muhamamd bin Ismai al-Amir ash-Shan‟ani, Subulus Salam: Sarakh Bulughul
Maram, jilid 2, (Jakarta: Darus Sunnah,2011)
Mustafa Edwin Nasution Dkk, Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam (Jakarta:
kencana, 2007),
Nasrun Haruen, Fikih Muamalah, ( Jakarta : Gaya Media Pratama, 2000)
Nurul Huda Dan Muhamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis
Dan Praktis ( Jakarta: Pernada Media Group, 2010)
Rahmat Syafi‟i, Fiqh Muamalah, ( Bandung : Pustaka Setia,2000),
Saifurrahman Barito, Zulfikar Ali, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005)
Satria Effendi, & M.Zein, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana,2005)
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,( Jakarta:
Rineka Cipta,2016)
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006)
Sumardi Suryabrata, Metode Penelitian, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002)
Suwati Kartiwa, Sejarah Mata Uang Indonesia Dan Perjuangan Pemuda,
Bandung: Ahli Numismatik 2009)
Syaikh Abdul–Ghany Bin Abdul Majid, Syarah Hadits Hukum Bukhari Muslim,
Diterjemahkan Oleh
T. Krisnadi, Sejarah Uang, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1992),
Wahbah Zuhailli, Fiqh Imam Syafi‟i, Mengupas Masalah Fiqiyah Berdasarkan Al-
Quran Dan Hadits, (Jakarta : Al-Mahira,2010),
Yemima Lintang Khastiti, Seri Lawasan Uang Kuno, (Yogyakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia:2011)
Lain-lain
Cahya Ayu Pratiwi “ Pandangan Fikih Muamalah Terhadap Praktrk Jual Beli Mata
Uang Rupiah Kuno” Skripsi Institut Agama Islam Negeri Surakarta (2017)
Muflihatul Bariroh “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penukaranuang Baru
Menjelang Hari Raya Idul Fitri” Dkripsi Institut Agama Islam Negeri
Sunan Ampel Tulung Agung (2016)
Ilham fahmi “ jual beli uang rusak dalam persfektif hukum islam di pasar wage
purwokerto kabupaten banyumas” institut agama islam negeri purwokerto
(2016).
top related