jurusan ilmu pengetahuan sosial fakultas ilmu...
Post on 25-May-2019
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKANTEKNIK PEMBELAJARAN JIGSAW DAN TEKNIK PEMBELAJARAN
STAD(Studi Pada Siswa SMP Darussalam Pondok Labu Jakarta Selatan)
SKRIPSIDitulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial
FATMA ROUDHOHNIM : 106015000458
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIALFAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA2011
ii
ABSTRAK
FATMA ROUDHOH. Perbeedaan Hasil Belajar IPS Dengan MenggunakanTeknik Pembelajaran Jigsaw dan Teknik Pembelajaran STAD: Studi PadaSiswa SMP Darussalam Pondok Labu Jakarta Selatan. Skripsi. Jakarta:Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUniversitas Islam Negeri (UIN). 2011.
Permasalahan utama yang dikaji dalam penelitian ini perbedaan hasilbelajar IPS antara siswa yang diajar menggunakan metode kooperatif tipe jigsawdengan siswa yang diajar menggunakan metode koopertaif tipe Student TeamAchievment Division (STAD). Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adatidaknya perbedaan hasil belajar IPS antara siswa diajar menggunakan metodekooperatif tipe jigsaw lebih tinggi dari siswa yang diajar menggunakan metodekoopertaif tipe Student Team Achievment Division (STAD), membuktikan tinggirendahnya hasil belajar IPS siswa yang diajar menggunakan metode kooperatiftipe jigsaw dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar menggunakanmetode koopertaif tipe Student Team Achievment Division (STAD), danmengetahui respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif
Metode yang digunakan adalah metode eksperimen yaitu cara melakukanpenelitian dengan percobaan. Metode ini digunakan untuk menelaah adanyaperbedaan hasil belajar IPS antara siswa diajar menggunakan metode kooperatiftipe jigsaw lebih tinggi dari siswa yang diajar menggunakan metode koopertaiftipe Student Team Achievment Division (STAD). Populasi target dalampenelitian ini adalah seluruh siswa SMP Darussalam Pondok Labu JakartaSelatan, sedangkan populasi terjangkaunya adalah siswa kelas VIII yangberjumlah 110 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian siswa kelasVIII sebanyak 66 orang yang dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompokeksperimen dan kelompok kontrol dengan jumlah masing-masing kelompok 33orang siswa. Instrumen yang dipakai adalah tes. Teknik analisis datamenggunakan metode statistik uji “t” (uji beda), untuk menguji hipotesispenelitian dilakukan konsultasi pada tabel disribusi “t” pada taraf signifikansi 5%.
Temuan hasil penelitian ini adalah: 1) Terdapat perbedaan hasil belajaryang signifikan antara siswa yang diajarkan dengan pendekatan pembelajarankooperatif (Cooperative Learning) teknik jigsaw dengan siswa yang diajar dengapembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) teknik STAD dalam pelajaranIPS denga diperoleh nilai thitung > ttabel yaitu 3,0214 > 2,00; 2) Perbedaan hasilbelajar IPS siswa yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif(Cooperative Learning) teknik jigsaw dapat terlihat dari mean gainnya sebesar60,27 lebih baik daripada mean gain kelompok yang diajarkan dengan pendekatanCooperative Learning teknik STAD yaitu 54,606. Dengan demikian nampakbahwa hasil belajar IPS siswa yang diajar menggunakan metode pembelajarankooperatif teknik jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar IPS siswayang diajar menggunakan metode pembelajaran kooperatif teknik STAD; dan 3)Pendekatan pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) teknik jigsaw dan
iii
STAD merupakan teknik pembelajaran yang baru bagi para siswa, namun darihasil angket yang diberikan, siswa merasa kedua metode pembelajaran tersebutcukup dapat membantu mereka dalam memahami pelajaran dan mereka cukupmenyukai penerapan kedua metode pembelajaran tersebut dalam pembelajaranIPS. Hasil observasi kedua metode pembelajaran menunjukkan sikap siswa cukupbaik pada ketiga aspek sikap yang diukur yaitu rasa ingin tahu, keberanian dansifat menghargai.
iv
ABSTRAC
FATMA ROUDHOH. The Defference of Social Science Education LearningAchievement With Jigsaw Learnig Technique and STAD Learnig Technique:Study to Student of SMP Darussalam Pondok Labu Jakarta Selatan. Thesis.Jakarta: Social Sciene Education Program Faculty of Tarbiyah and TeachingScience of State Islamic Univesity (UIN). 2011.
The objective of this research is to examine the defference of student'slearning achievement at social science education between whom learned withjigsaw learning technique and whom learned with STAD learning technique, tocompare the student's learning achievement by jigsaw learning technique andSTAD learning technique, and to know student' response with cooperativelearning applied.
The research is held 66 students from Calass VII of SMP Darussalam thatdevice to two group of experiment and control with the number of each grous is33 students. Data were collected from test (50 items), observation, andquestionnaire with class experiment with using experiment design. Analyse datawith t-test at signification α 0,05.
The results of this research: 1) There is the defference between student'slearning achievement at social science education with jigsaw learning techniqueand student's learning achievement at social science education with STADlearning technique and obtained value thitung 3,0214 and ttabel 2,00. The result showthat at signifikan 0,05 with gain jigsaw 60,27 and mean gain STAD 54,606 hencecan be said that cooperative learning technique jigsaw is better than cooperativelearning technique STAD. Student and observer give a positive response with thiscooperative learning applied.
According to the result of this research the author recommended: Theteachers should had a knowledge and enough abbility to choose the right learningmethods and suitable with the matter learned by student so the students learningachievement could be increased. The research about jigsaw and STAD learningtechnique that applied for other matter or lessons should be held to resolved itsfunction to increases student's learning achivement and motivates them.
v
LEMBAR PENGESAHAN
PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKANTEKNIK PEMBELAJARAN JIGSAW DAN TEKNIK PEMBELAJARAN
STAD(Studi Pada Siswa SMP Darussalam Pondok Labu Jakarta Selatan)
SKRIPSIDitulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial
PEMBIMBING
____________________NIP : …………..
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIALFAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA2011
vi
KATA PENGANTAR
Hanya ungkapan rasa syukur yang tiada terkira atas segala limpahan
nikmat yang luas tanpa batas serta anugerah yang agung tak terhitung dari Illahi
Rabbi, karena berkat itu semua penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan
umat manusia, Nabi Muhammad SAW, makhluk mulia yang penuh dengan rasa
cinta dan kasih sayang kepada sesama manusia.
Dalam proses penyusunan skripsi ini banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, baik moril materiil, maka penulis mengucapkan terima kasih yang
tak terhingga kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. H. Nurochim MM, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. H. Syaripulloh, M.S.I, selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu
serta mencurahkan pikirannya selama penyusunan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya pada Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang tak
terhingga banyaknya dan sangat berguna bagi penulis.
5. Seluruh civitas akademi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Staf perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Orang tua dan keluarga yang telah memotivasi penulis selama menempuh
pendidikan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Sahabat penulis yaitu Muthmainnah, S.Pd, Diana Widayarani, S.Pd, Fitri Nisa,
S.Pd, Ermaleli Putri, S.Pd, Nur Azizah, S.Pd dan Syurianti, S.Pd, yang selalu
vii
memberikan bantuan, dukungan, dan menghibur penulis ketika sedang gundah
gulana dan semoga persahabatan kita tak lekang oleh waktu.
9. Temen-temen seperjuangan, Diana Widyarani, S.Pd, Lilis Komariah, S.Pd, Nur
Utami, S.Pd, yang memberikan dukungan dan bantuannya kepada penulis.
Atas bantuan mereka yang sangat berharga, penulis berdo'a semoga Allah
s.w.t. memberikan balasan yang berlipat ganda sebagai amal shaleh dan ketaatan
kepada-Nya, Amin.
Jakarta, Februari 2011
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 6
D. Perumusan Masalah ...................................................................... 6
E. Tujuan Kegunaan Penelitian ......................................................... 7
BAB II : DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
A. Deskripsi Teoretis………………. ................................................ 8
1. Hakikat Hasil Belajar .............................................................. 8
a. Pengertian Hasil Belajar.................................................... 8
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ............. 13
2. Hakikat Pembelajaran Kooperatif ........................................... 18
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif .................... 18
b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif..................................... 21
c. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif ................................... 25
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw .................................... 31
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ............ 31
b. Tahapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ............... 33
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD..................................... 37
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD............. 37
b. Tahapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ................ 38
ix
B. Kajian Penelitian Relevan ............................................................. 42
C. Kerangka Berpikir......................................................................... 44
D. Hipotesis Penelitian....................................................................... 45
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 46
B. Metode dan Desain Penelitian....................................................... 46
C. Populasi dan Teknik Sampling...................................................... 48
D. Teknik Pengumpulan Data............................................................ 49
E. Instrumen Penelitian...................................................................... 49
G. Teknik Analisis Data..................................................................... 53
H. Hipotesis Statistik ......................................................................... 54
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data .............................................................................. 55
1. Gambaran Umum SMP Darussalam Pondok Labu................. 55
a. Sejarah Berdirinya SMP Darussalam................................ 55
b. Visi dan Misi SMP Darussalam Pondok Labu.................. 57
c. Struktur Organisasi SMP Darussalam Pondok Labu ........ 57
2. Praktik Pembelajaran .............................................................. 59
a. Praktik Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw.............. 59
b. Praktik Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD .............. 61
3. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif
Teknik Jigsaw dan STAD ....................................................... 62
4. Data Hasil Belajar IPS Siswa.................................................. 64
a. Data Hasil Belajar IPS Siswa Kelompok Jigsaw .............. 64
b. Data Hasil Belajar IPS Siswa Kelompok STAD .............. 67
B. Uji Persyaratan Analisis Data ....................................................... 70
1. Uji Normalitas Data ................................................................ 70
2. Uji Homogenitas Data............................................................. 71
C. Pengujian Hipotesis....................................................................... 72
D. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ 72
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................... 75
C. Saran.............................................................................................. 76
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 77
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................... 79
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif Dengan Pembelajaran
Tradisional........................................................................................ 23
Tabel 2. Tahapan-tahapan Kegiatan Pembelajaran Kooperatif Teknik
Jigsaw...............................................................................................36
Tabel 3. Ketentuan Penetapan Poin Kemajuan ............................................. 42
Tabel 4. Desain Penelitian Two Group Pretest posttest design ..................... 45
Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar..................................................... 48
Tabel 6. Data Hasil Pretest Siswa Kelompok Jigsaw ................................... 64
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Untuk Pembuatan Grafik Histogram dan
Poligon Variabel X1 ......................................................................... 64
Tabel 8. Data Hasil Posttest Siswa Kelompok Jigsaw .................................. 65
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Untuk Pembuatan Grafik Histogram dan
Poligon Variabel X2…………………………………. .................... 66
Tabel 10. Data Hasil Pretest Siswa Kelompok STAD..................................... 67
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Untuk Pembuatan Grafik Histogram dan
Poligon Variabel Y1…………………………………. .................... 67
Tabel 12. Data Hasil Posttest Siswa Kelompok STAD ................................... 68
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Untuk Pembuatan Grafik Histogram dan
Poligon Variabel Y2…………………………………. .................... 69
Tabel 14. Perbandingan Mean Hasil Belajar Siswa Kelompok Jigsaw dan
STAD ............................................................................................... 70
Tabel 15. Uji Normalitas Variabel X1, X2, Y1, dan Y2 dari 33 Responden .... 71
Tabel 16. Uji Homogenitas Data Kelompok Jigsaw dan Kelompok STAD.... 71
Tabel 17. Signifikansi Uji t Variabel X dengan Variabel Y ............................ 72
Tabel 18. Data Analisis Butir Pertanyaan ........................................................ 98
Tabel 19. Hasil Hitung Korelasi Point Biserial Menggunakan SPSS v 17......100
Tabel 20. Hasil Uji Validitas Butir Soal ..........................................................102
Tabel 21. Hasil Tes Kemampuan Awal Kelompok Jigsaw..............................107
xi
Tabel 22. Data Distribusi Frekuensi Pretes Kelompok Jigsaw ........................108
Tabel 23. Hasil Tes Kemampuan Akhir Kelompok Jigsaw.............................111
Tabel 24. Data Distribusi Frekuensi Postes Kelompok Jigsaw........................112
Tabel 25. Hasil Tes Kemampuan Awal Kelompok STAD ..............................115
Tabel 26. Data Distribusi Frekuensi Pretes Kelompok STAD.........................116
Tabel 27. Hasil Tes Kemampuan Akhir Kelompok STAD .............................119
Tabel 28. Data Distribusi Frekuensi Postes Kelompok STAD........................120
Tabel 29. Tabel Kerja Uji Normalitas Data Kemampuan Awal
Kelompok Jigsaw.............................................................................123
Tabel 30. Tabel Kerja Uji Normalitas Data Kemampuan Akhir
Kelompok Jigsaw.............................................................................125
Tabel 31. Tabel Kerja Uji Normalitas Data Kemampuan Awal
Kelompok STAD .............................................................................127
Tabel 32. Tabel Kerja Uji Normalitas Data Kemampuan Akhir
Kelompok STAD .............................................................................129
Tabel 33. Tabel Kerja Uji t...............................................................................134
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Organisasi SMP Darussalam.............................................. 58
Gambar 2. Grafik Histogram dan Poligon Variabel X1 ..................................... 65
Gambar 3. Grafik Histogram dan Poligon Variabel X2 ..................................... 66
Gambar 4. Grafik Histogram dan Poligon Variabel Y1 ..................................... 68
Gambar 5. Grafik Histogram dan Poligon Variabel Y2 ..................................... 69
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Penelitian.............................................................. 79
Lampiran 2. Tabel Analisis Butir Pertanyaan dari 50 Butir Soal Postes
Kepada 10 Responden Untuk Uji Validitas Instrumen......... 98
Lampiran 3. Uji Validitas Instrumen ......................................................... 100
Lampiran 4. Uji Reliabilitas dari 50 Butir Soal dari 10 Responden.......... 105
Lampiran 5. Hasil Tes Kemampuan Awal dan Penentuan Rentangan, Banyak
Kelas, Ujung Bawah Kelas Interval Pertama Kelompok
Jigsaw.................................................................................... 107
Lampiran 6. Hasil Tes Kemampuan Akhir dan Penentuan Rentangan, Banyak
Kelas, Ujung Bawah Kelas Interval Pertama Kelompok
Jigsaw.................................................................................... 111
Lampiran 7. Hasil Tes Kemampuan Awal dan Penentuan Rentangan, Banyak
Kelas, Ujung Bawah Kelas Interval Pertama Kelompok
STAD .................................................................................... 115
Lampiran 8. Hasil Tes Kemampuan Akhir dan Penentuan Rentangan, Banyak
Kelas, Ujung Bawah Kelas Interval Pertama Kelompok
STAD .................................................................................... 119
Lampiran 9. Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Kelompok Jigsaw . 123
Lampiran 10. Uji Normalitas Data Kemampuan Akhir Kelompok Jigsaw. 125
Lampiran 11. Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Kelompok STAD.. 127
Lampiran 12. Uji Normalitas Data Kemampuan Akhir Kelompok STAD . 129
Lampiran 13. Uji Homogenitas Kelompok Jigsaw...................................... 131
Lampiran 14. Uji Homogenitas Kelompok STAD...................................... 132
Lampiran 15. Uji Hipotesis Data ................................................................. 133
Lampiran 16. Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Teknik Jigsaw138
Lampiran 17. Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Teknik STAD 140
Lampiran 18. Tabel Liliefors....................................................................... 142
Lampiran 19. Tabel Nilai Product Moment................................................. 143
Lampiran 20. Tabel Luas Dibawah Kurva Normal ..................................... 144
Lampiran 21. Tabel Distribusi F.................................................................. 146
Lampiran 22. Tabel Nilai Uji t .................................................................... 148
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hasil belajar merupakan suatu gambaran dari penguasaan kemampuan
para peserta didik sebagaimana telah ditetapkan untuk suatu pelajaran tertentu.
Setiap usaha yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran baik oleh guru
sebagai pengajar, maupun oleh peserta didik sebagai pelajar bertujuan untuk
mencapai hasil belajar yang setinggi-tingginya. Hasil belajar merupakan hasil
yang dicapai siswa setelah melalui proses kegiatan belajar mengajar. Kualitas
hasil belajar dapat ditunjukkan melalui nilai yang diberikan oleh seorang guru
dari jumlah bidang studi yang telah dipelajari oleh peserta didik. Setiap
kegiatan pembelajaran tentunya selalu mengharapkan akan menghasilkan
pembelajaran yang maksimal.
Oemar Hamalik mengemukakan bahwa bukti dari seseorang yang telah
belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku dalam aspek-aspek tertentu
seperti pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi,
emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.1
Pendapat serupa dikemukakan oleh WS Winkel yang menyatakan bahwa hasil
1Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2001), h. 30.
2
belajar yang dihasilkan oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam
bidang pengetahuan/pengalaman dalam bidang keterampilan, nilai dan sikap.2
Salah satu indikator keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran
tercermin dari nilai evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan yang terencana untuk
mengetahui keadaan suatu obyek dengan menggunakan instrumen dan
membandingkan hasilnya dengan tolok ukur untuk memperoleh kesimpulan.3
Keberhasilan suatu proses pembelajaran itu sendiri ditentukan oleh kualitas
komponen-komponen terkait dalam pendidikan persekolahan. Komponen
utama yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan tersebut adalah kualitas
pembelajaran yang dirancang oleh guru, sistem dan lingkungan yang
mendukung terciptanya suasana pembelajaran yang humanis, dinamis,
interaktif dan menyenangkan.
Setiap pendidik menginginkan peserta didiknya memiliki hasil belajar
yang baik. Oleh sebab itu, berbagai upaya akan dilakukan guru untuk
mencapai keinginan tersebut di antaranya dengan memanfaatkan metode-
metode pembalajaran yang dipandang tepat dan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Setiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala
kelebihan dan kelemahan masing-masing. Suatu metode pembelajaran
mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan
kondisi tertentu, tetapi tidak tepat untuk situasi lain. Demikian pula suatu
metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh
guru tertentu, kadang-kadang belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain.
Penggunaan metode pembelajaran yang tepat berlaku untuk materi
pelajaran apapun termasuk Ilmu Pengetahuan Sosial. Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) disebut juga sebagai synthetic science, karena
konsep, generalisasi, dan temuan-temuan penelitian ditentukan atau
diobservasi setelah fakta terjadi. IPS merupakan suatu program pendidikan dan
bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam
2WS Winkel, Psikologi Pengajaran Edisi Revisi. (Jakarta: Gramedia WidiasaranaIndonesia, 1999), h. 102.
3Pupuh Fathurrahman, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Refika Aditama, 2007),h.75.
3
nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun
ilmu pendidikan. Social Scence Education Council (SSEC) dan National
Council for Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai Social Science
Education dan Social Studies. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang
yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi,
ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan
sebagainya.4
Dalam belajar IPS desain pembelajaran yang dirancang seorang guru
berperan penting dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran pada suatu
tema/konsep. Seorang guru yang pandai memilih dan menggunakan strategi
atau metode pembelajaran yang variatif, tepat dan sesuai dengan tema/konsep
yang disajikan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi
dan berperan aktif dalam aktivitas pembelajaran akan dapat menggugah
motivasi siswa dalam menggunakan ide-ide, mengekspresikan dan
mengaktualisasikan segenap kemampuan yang dimiliki. Agar peserta didik
dapat berkompetisi secara sehat dan wajar untuk mencapai prestasi yang
tinggi. Dalam hal ini guru cukup memfasilitasi, mengarahkan, dan
membimbing para peserta didik untuk mengembangkan diri, bakat dan
potensinya, sehingga mereka dapat mencapai hasil yang tinggi atau mutu yang
baik dalam bidang studi IPS.
Uraian di atas menunjukkan bahwa metode pembelajaran dapat
digunakan untuk mengarahkan kegiatan siswa ke arah tujuan yang akan
dicapai. Oleh karenanya dalam melaksanakan proses belajar mengajar guru
dituntut untuk menguasai beberapa metode mengajar dan siap digunakan
secara tepat sesuai dengan materi pelajaran yang disampaikan.
Suatu hal yang harus dipahami guru, dalam kaitannya dengan
penggunaan metode pembelajaran, bahwa teori dan praktik pendidikan modern
memposisikan siswa bukan sebagai penerima yang pasif yang banyak
membutuhkan pengawasan, tetapi merupakan subyek yang aktif bertindak,
berfikir, serta yang harus dibantu untuk dapat merealisasikan dan
4 Sapriya, Pendidikan IPS Konsep Dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2009), h. 11.
4
mengendalikan potensi-potensi yang dimiliki. Untuk itu metode pembelajaran
yang ditetapkan oleh guru haruslah sejalan dengan eksistensi siswa sebagai
individu yang aktif.
Di antara metode pembelajaran yang menurut penulis pandang sesuai
dengan teori dan praktik pendidikan modern adalah metode kooperatif.
Metode kooperatif merupakan metode yang dapat meningkatkan kemajuan
belajar, sikap siswa yang lebih positif, meningkatkan rasa sosial dan
individual, menambah motivasi dan percaya diri serta menambah rasa senang
karena siswa berdiskusi sesama teman dalam proses pembelajaran. Hal ini
selaras dengan Johnson dan Smith yang dikutip oleh Anita Lie dalam
bukungan Cooperative Learning “Belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi
juga proses sosial yang terjadi ketika masing-masing orang berhubungan
dengan yang lainnya dan membangun pengertian dan pengetahuan yang
sama.”5
Metode pembelajaran kooperatif merupakan suatu inovasi
pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori
secara mendalam melalui pengalaman-pengalaman belajar. Bahkan dengan
pembelajaran kooperatif terdapat suatu permainan dan kompetisi yang dapat
meningkatkan aktivitas, minat dan motivasi siswa. Karena proses
pembelajaran yang terjadi melibatkan siswa baik secara fisik maupun mental,
maka siswa dapat dengan mudah memahami teori-teori yang disajikan.
Pada pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang
dapat diterapkan, diantaranya yaitu; Students Teams Achievement Division
(STAD), Jigsaw, Teams Games Tournament (TGT), Think Pair Share (TPS),
Numbered Head Together (NHT), Group Investigation (GI), dan lain-lain.
Namun dari beberapa model pembelajaran tersebut, model pembelajaran yang
banyak dikembangkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan
Students Teams Achievement Division (STAD).
Jigsaw dan Students Teams Achievement Division (STAD) merupakan
dua tipe dalam model pembelajaran kooperatif yang sama-sama dapat
5Anita Lie, Cooperative Learning: Memperaktikan Cooperative Learning di Ruang-ruangKelas, (Jakarta : PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia, 2007), h. 6.
5
mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses diskusi kelompok dan
saling membantu satu sama lain dalam menguasai materi pelajaran. Lain dari
pada itu dalam pelaksanaan kedua tipe tersebut guru membagi siswa dalam
beberapa kelompok yang terdiri dari 4 sampai dengan 6 siswa dengan
karakteristik yang heterogen. Perbedaan antara keduanya adalah pada
pembelajaran kooperataif tipe Jigsaw setiap anggota kelompok ditugaskan
untuk mempelajari materi yang berbeda. Sedangkan pada pembelajaran
kooperataif tipe Students Teams Achievement Division (STAD) setiap anggota
kelompok ditugaskan untuk mempelajari materi yang sama.5
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa metode kooperatif
baik teknik jigsaw maupun STAD merupakan metode pembelajaran yang
dapat menumbuhkan motivasi, minat, aktivitas, meningkatkan rasa sosial dan
individual serta kreatifitas siswa dalam belajar. Penggunaan teknik jigsaw
maupun STAD dalam pembelajaran IPS sangatlah penting untuk dilakukan
oleh guru dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Sehubungan dengan
hal tersebut penulis bermaksud melakukan penelitian yang mengkaji
perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti proses belajar
mengajar menggunakan teknik jigsaw dengan siswa yang mengikuti proses
belajar mengajar menggunakan teknik STAD. Adapun judul dari penelitian
tersebut adalah: “PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN
MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBELAJARAN JIGSAW DAN
TEKNIK PEMBELAJARAN STAD”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, beberapa masalah yang dapat di
identifikasikan sebagai berikut:
1. Apakah metode kooperatif mempengaruhi hasil belajar siswa dalam bidang
studi IPS?
5Crys Fajar Partana, "Kajian Efektifitas Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif TipeJigsaw dan STAD Pada Mata Pelajaran IPA Aspek Kimia di SMP 2 Mlati Slemen", dalam JurnalCakrawala Pendidikan, Juni 2008, Th. XXVII, No. 2, h. 153-154.
6
2. Apakah penggunaan metode yang variatif mempengaruhi aktivitas belajar
siswa?
3. Adakah peningkatan hasil belajar siswa menggunakan metode koopertaif
tipe jigsaw?
4. Adakah peningkatan hasil belajar siswa menggunakan metode koopertaif
tipe jigsaw?
5. Apakah ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan
metode kooperatif tipe jigsaw dengan siswa yang diajar menggunakan
metode kooperatif tipe STAD?
6. Apakah hasil belajar IPS yang dicapai siswa yang diajar menggunakan
metode kooperatif tipe jigsaw lebih tinggi dari siswa yang diajar
menggunakan metode koopertaif tipe Student Team Achievment Division
(STAD)?
C. Pembatasan Masalah
Dari beberapa pertanyaan yang timbul dalam identifikasi masalah,
peneliti membatasi pada perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang diajar
menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw dengan siswa yang diajar
menggunakan metode koopertaif tipe Student Team Achievment Division
(STAD). Hasil belajar IPS yang diukur pada penelitian ini adalah ranah
kognitif pada hasil belajar IPS Siswa SMP kelas VIII semester 2 pada materi
pembelajaran Sistem Perekonomian Indonesia.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya di atas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagi
berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang diajar
menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw dengan siswa yang diajar
menggunakan metode koopertaif tipe Student Team Achievment Division
(STAD)?
2. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap pembelajaran kooperatif?
7
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah:
a. Untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan hasil belajar IPS antara
siswa diajar menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw lebih tinggi
dari siswa yang diajar menggunakan metode koopertaif tipe Student
Team Achievment Division (STAD).
b. Untuk membuktikan tinggi rendahnya hasil belajar IPS siswa yang
diajar menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw dibandingkan
dengan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode koopertaif
tipe Student Team Achievment Division (STAD).
c. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif.
2. Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan ini diharapkan dapat
bermanfaat untuk:
a. Bagi peneliti, menyampaikan informasi tentang pengaruh dari metode
kooperatif tipe jigsaw dan STAD terhadap hasil belajar dan
perbandingannya.
b. Bagi guru bidang studi khususnya IPS dapat menjadikan kedua teknik
dari metode kooperatif tersebut sebagai salah satu alternatif dalam
proses belajar mengajar.
c. Bagi siswa dapat memberikan motivasi belajar, melatih keterampilan,
bertanggung jawab pada setiap tugasnya, mengembangkan kemampuan
berfikir dan berpendapat positif, dan memberikan bekal untuk dapat
bekerjasama dengan orang lain baik dalam belajar maupun dalam
masyarakat.
8
BAB II
DESKRIPSI TEORETIK, KERANGKA BERPIKIR DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Teoretik
1. Hakikat Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Secara etimologis, kata hasil belajar merupakan kata majemuk
yang terdiri dari kata hasil dan belajar, di mana masing-masing kata
memiliki makna tersendiri. Kata hasil dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia memiliki beberapa arti, yaitu: “1 sesuatu yang diadakan
(dibuat, dijadikan, dsb) oleh usaha; 2 pendapatan; perolehan; buah; 3
akibat; kesudahan (dr pertandingan, ujian, dsb); 4 pajak; sewa tanah; 5
berhasil; mendapat hasil; tidak gagal.”1 Sedangkan kata belajar berarti
“1 berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu; 2 berlatih; 3 berubah
tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman"2
Menurtut Logan, dkk, sebagaimana dikutip oleh Sia Tjundjing:
"belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif
1Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: BalaiPustaka, 2007), h. 391.
2Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 17.
9
menetap sebagai hasil pengalaman dan latihan."3 Senada dengan hal
tersebut, Dorothy Law Nolte sebagaimana dikutip oleh Moh. Roqib,
berpendapat bahwa: "belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai
suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif
konstan dan berbekas."4
Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun
dapat dilakukan di mana-mana, seperti di rumah ataupun dilingkungan
masyarakat. Hesti Riani berpendapat bahwa: "belajar merupakan proses
perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu dan terjadi dalam
jangka waktu tertentu."5 Sedangkan menurut Ahmad Mudzakir:
"belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan
perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku,
sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya."6
Di dalam belajar, siswa mengalami sendiri proses dari tidak
tahu menjadi tahu, karena itu menurut Cronbach, sebagaimana dikutip
oleh Sumadi Suryabrat “Belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan
mengalami dan dalam mengalami itu pelajar mempergunakan
pancainderanya. Pancaindera tidak terbatas hanya indera pengelihatan
saja, tetapi juga berlaku bagi indera yang lain.”7
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa belajar adalah
suatu proses yang akan membawa perubahan terhadap diri siswa ke
arah kecakapan, penguasaan, dan pengetahuan baru, dimana perubahan
itu terjadi karena usaha yang disengaja dengan melibatkan kemampuan
ranah siswa, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan
3Sia Tjundjing, Hubungan Antara IQ, EQ, dan QA dengan Prestasi Studi Pada SiswaSMU, Jurnal Anima Vol.17 No.1, 2001, h. 70.
4Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: LKiS, 2009), h. 121-122.5Hesti Riani, Teori Belajar, http://hestichemistryunj.blogspot.com/2010/02/teori-
belajar.html, diakses pada tanggal 29 Januari 2011.6Ahmad Mudzakir, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 34.7Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), h.
231.
10
belajar, manusia dapat melakukan perubahan-perubahan kualitatif
individu seperti peningkatan kecakapan dan kecerdasan emosional,
sehingga tingkah lakunya berkembang.
Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam
diri siswa, namun tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan
belajar karena perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri
perwujudan yang khas, sebagaimana dikemukakan oleh Muhibbin Syah
antara lain:
1) Perubahan Intensional
Perubahan dalam proses berlajar adalah karena pengalaman atau
praktek yang dilakukan secara sengaja dan disadari. Pada ciri ini
siswa menyadari bahwa ada perubahan dalam dirinya, seperti
penambahan pengetahuan, kebiasaan dan keterampilan.
2) Perubahan Positif dan aktif
Positif berarti perubahan tersebut baik dan bermanfaat bagi
kehidupan serta sesuai dengan harapan karena memperoleh sesuatu
yang baru, yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan aktif
artinya perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha dari siswa
yang bersangkutan.
3) Perubahan efektif dan fungsional
Perubahan dikatakan efektif apabila membawa pengaruh dan
manfaat tertentu bagi siswa. Sedangkan perubahan yang fungsional
artinya perubahan dalam diri siswa tersebut relatif menetap dan
apabila dibutuhkan perubahan tersebut dapat direproduksi dan
dimanfaatkan lagi.8
Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, secara sengaja, disadari dan perubahan tersebut relatif
8Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2000), h. 116.
11
menetap serta membawa pengaruh dan manfaat yang positif bagi siswa
dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Dengan berakhirnya suatu proses belajar, siswa memperoleh
suatu hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya, dimana siswa
memperoleh hasil dari suatu interaksi tindakan belajar pada materi
belajar. Diawali dengan siswa mengalami proses belajar, mencapai
hasil belajar, dan menggunakan hasil belajar, yang semua itu mencakup
tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.9
Selain istilah hasil belajar, dalam dunia kependidikan, dikenal
juga istilah prestasi belajar dan prestasi akademik. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kata prestasi belajar, berarti “penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru."10 Sedangkan kata prestasi akademik, berarti
“hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah atau
perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui
pengukuran dan penilaian”.11
Jika definisi hasil belajar diperbandingkan dengan pengertian
prestasi belajar atau prestasi akademik, nampak bahwa istilah-istilah
tersebut secara subtantif adalah sama. Semuanya menunjukkan kepada
apa yang telah diperoleh seseorang dari belajarnya, baik secara
kognitif, afektif, ataupun psikomotor. Hanya saja, dari ketiga domain
tersebut yang mendapatkan tekanan lebih banyak dalam prestasi belajar
dan prestasi akademik adalah domain kognitif. Hal ini tidak lain,
karena “domain kognitif cenderung menjadi perhatian para guru,
karena berkaitan dengan kemampuan siswa menguasai materi pelajaran
yang telah diberikannya.”12
9Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: RemajaRosdakarya, 2008), h. 22.
10Departemen Pendidkan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 895.11Departemen Pendidkan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 895.12Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, h. 23.
12
Sementara hasil belajar dapat diidentifikasi dari perubahan
perilaku siswa pada ketiga domain tersebut. Dengan kata lain, siswa
dinyatakan telah mendapatkan hasil belajar jika secara kognitif : siswa
berubah dari tidak tahu tentang suatu hal menjadi tahu, secara afektif:
siswa berubah dari bersikap tidak baik menjadi baik, secara
psikomotor: dari tidak bisa melakukan menjadi bisa melakukan.
Sementara, prestasi belajar hanya dapat diidentifikasi dari nilai angka
atau huruf yang merupakan simbol tingkat prestasi dalam belajar, yang
diberikan guru melalui suatu proses penilaian.
Jadi, hasil belajar siswa terfokus pada nilai atau angka yang
dicapai siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Nilai tersebut
terutama dilihat dari sisi kognitif, karena aspek ini yang sering dinilai
oleh guru untuk melihat penguasaan pengetahuan sebagai ukuran
pencapaian hasil belajar siswa. Nilai yang dicapai siswa tersebut,
biasanya dicatat dalam buku-buku nilai dan kemudian dilaporkan
kepada siswa ataupun orang tua siswa dalam bentuk laporan tertulis
seperti buku rapor, yang diberikan secara periodik, di sekolah dasar
dilakukan dua kali dalam satu tahun pelajaran di akhir setiap semester.
Namun, menimbang bahwa dalam penelitian ilmiah setiap
variabel harus terukur secara akurat, maka hasil belajar yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah nilai yang ditetapkan guru
sebagai hasil belajar yang dicapai siswa melalui:
1) Penilaian formatif
Penilaian formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk
mencari umpan balik (feedback), yang selanjutnya hasil penilaian
tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar-
mengajar yang sedang atau yang sudah dilaksanakan.
2) Penilaian Sumatif
Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk
memperoleh data atau informasi sampai dimana penguasaan atau
13
pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah
dipelajarinya selama jangka waktu tertentu.13
Dari uraian-uraian di atas, dapatlah ditarik sintesis bahwa yang
dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah nilai atau angka yang
dicapai siswa dalam mata pelajaran tertentu yang merupakan simbol
dari tingkat penguasaan siswa terhadap pengetahuan atau keterampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran tersebut. Baik atau tidaknya
hasil belajar siswa dapat dilihat dari tinggi atau rendahnya nilai atau
angka yang dicapainya dalam ujian/tes pada mata pelajaran tersebut.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Untuk meraih hasil belajar yang baik, banyak sekali faktor yang
perlu diperhatikan, karena di dalam dunia pendidikan tidak sedikit
siswa yang mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki
dorongan yang kuat untuk berprestasi dan kesempatan untuk
meningkatkan hasil belajarnya, tapi dalam kenyataannya hasil belajar
yang dihasilkan di bawah kemampuannya.
Menurut Sumadi Suryabrata secara garis besar faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan
menjadi dua bagian, yaitu: faktor internal yang mencakup faktor
fisiologis dan psikologis dan faktor eksternal yang mencakup
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat.14 Berangkat dari pendapat tersebut, berikut diuraikan
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar:
1) Faktor internal
Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi
dua kelompok, yaitu:
13M Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. Ke-10, h. 26.
14Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, h. 233.
14
a) Faktor fisiologis
Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor
yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera
(1) Kesehatan badan
Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu
memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya.
Keadaan fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi
siswa dalam menyelesaikan program studinya. Dalam upaya
memelihara kesehatan fisiknya, siswa perlu memperhatikan
pola makan dan pola tidur, untuk memperlancar metabolisme
dalam tubuhnya. Selain itu, juga untuk memelihara
kesehatan bahkan juga dapat meningkatkan ketangkasan
fisik dibutuhkan olahraga yang teratur.
(2) Pancaindera
Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya
belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem
pendidikan dewasa ini di antara pancaindera itu yang paling
memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga.
Hal ini penting, karena sebagian besar hal-hal yang dipelajari
oleh manusia dipelajari melalui penglihatan dan
pendengaran. Dengan demikian, seorang anak yang memiliki
cacat fisik atau bahkan cacat mental akan menghambat
dirinya didalam menangkap pelajaran, sehingga pada
akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah.
b) Faktor psikologis
Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar siswa, antara lain adalah :
(1) Intelligensi
Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa
mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan yang
dimiliki siswa. Menurut Binet, sebagaimana dikutip oleh
15
WS. Winkel, sebagaimana dikutip oleh Sunaryo, " inteligensi
adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan
suatu tujuan, untuk mengadakan suatu penyesuaian dalam
rangka mencapai tujuan itu dan untuk menilai keadaan diri
secara kritis dan objektif."15 Taraf inteligensi ini sangat
mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa, di mana siswa
yang memiliki taraf inteligensi tinggi mempunyai peluang
lebih besar untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi
dibandingkan siswa dengan taraf inteligensi yang rendah.
Namun bukanlah suatu yang tidak mungkin jika siswa
dengan taraf inteligensi rendah memiliki prestasi belajar
yang tinggi, juga sebaliknya.
(2) Sikap
Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat
merupakan faktor yang menghambat siswa dalam
menampilkan prestasi belajarnya. Menurut Sarlito Wirawan:
"sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara
tertentu terhadap hal-hal tertentu."16 Sikap siswa yang positif
terhadap mata pelajaran di sekolah merupakan langkah awal
yang baik dalam proses belajar mengajar di sekolah.
(3) Motivasi
Menurut Irwanto, sebagaimana dikutip oleh Wesak Wela,
motivasi adalah penggerak perilaku. Motivasi belajar adalah
pendorong seseorang untuk belajar. Motivasi timbul karena
adanya keinginan atau kebutuhan-kebutuhan dalam diri
seseorang. Seseorang berhasil dalam belajar karena ia ingin
belajar.17 Sedangkan menurut WS. Winkel, sebagaimana
dikutip oleh Wesak Wela, motivasi belajar adalah:
"keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
15Sunaryo, Psikologi Untuk Keperawatan, (Jakarta: EGC, 2004) h. 179..16Sarilito Wirawan, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1997), h. 233.17Wesak Wela, Hubungan Perkembangan Kognitif, Afektif dan Psikomotorik dalam
Kaitannya dengan Prestasi Belajar, http://aryjanoe10.blogspot.com/2010/04/hubungan-perkembangan-kognitif-afektif.html, diakses pada tanggal 29 Januari 2011.
16
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan
dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada
kegiatan belajar itu; maka tujuan yang dikehendaki oleh
siswa tercapai."18 Motivasi belajar merupakan faktor psikis
yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas ialah
dalam hal gairah atau semangat belajar, siswa yang
termotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk
melakukan kegiatan belajar.
2) Faktor eksternal
Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain
diluar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan
diraih, antara lain adalah:
a) Faktor lingkungan keluarga
(1) Sosial ekonomi keluarga
Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih
berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih
baik, mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah
(2) Pendidikan orang tua
Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi
cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya
pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang
mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah.
(3) Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota
keluarga
Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat
berpretasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa
secara langsung, berupa pujian atau nasihat; maupun secara
tidak langsung, seperti hubugan keluarga yang harmonis.
b) Faktor lingkungan sekolah
(1) Sarana dan prasarana
Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP akan
membantu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah;
18Wesak Wela, Hubungan Perkembangan…, diakses pada tanggal 29 Januari 2011.
17
selain bentuk ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan sekitar
sekolah juga dapat mempengaruhi proses belajar mengajar
(2) Kompetensi guru dan siswa
Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih
prestasi, kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai
kinerja yang baik dari para penggunanya akan sia-sia belaka.
Bila seorang siswa merasa kebutuhannya untuk berprestasi
dengan baik di sekolah terpenuhi, misalnya dengan
tersedianya fasilitas dan tenaga pendidik yang berkualitas,
yang dapat memenuhi rasa ingintahuannya, hubungan
dengan guru dan teman-temannya berlangsung harmonis,
maka siswa akan memperoleh iklim belajar yang
menyenangkan. Dengan demikian, ia akan terdorong untuk
terus-menerus meningkatkan prestasi belajarnya.
(3) Kurikulum dan metode mengajar
Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan
materi tersebut kepada siswa. Metrode pembelajaran yang
lebih interaktif sangat diperlukan untuk menumbuhkan minat
dan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sarlito
Wirawan menyatakan bahwa "faktor yang paling penting
adalah faktor guru. Jika guru mengajar dengan arif bijaksana,
tegas, memiliki disiplin tinggi, luwes dan mampu membuat
siswa menjadi senang akan pelajaran, maka prestasi belajar
siswa akan cenderung tinggi, palingtidak siswa tersebut tidak
bosan dalam mengikuti pelajaran."19
c) Faktor lingkungan masyarakat
(1) Sosial budaya
Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan
mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik.
Masyarakat yang masih memandang rendah pendidikan akan
19Sarlito Wirawan, Psikologi Remaja, h. 122.
18
enggan mengirimkan anaknya ke sekolah dan cenderung
memandang rendah pekerjaan guru/pengajar
(2) Partisipasi terhadap pendidikan
Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung
kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa
kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat bawah,
setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha
memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Jadi, hasil belajar siswa dalam bidang studi IPS adalah nilai atau
angka yang dicapai siswa dalam bidang studi IPS yang merupakan simbol
dari tingkat penguasaan siswa terhadap pengetahuan atau keterampilan
yang dikembangkan oleh bidang studi IPS.
2. Hakikat Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pendekatan kooperatif digunakan oleh para pendidik dalam
pembelajaran di kelas dengan menciptakan situasi atau kondisi bagi
kelompok untuk mencapai tujuan masing-masing anggota atau
kelompok mencapai tujuan tergantung pada kerjasama yang kompak
dan serasi dalam kelompok Model pembelajaran kooperatif merupakan
suatu model pembelajaran yang memberi kesempatan kapada anak
didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas terstruktur,
yang mana anggotanya terdiri dari empat sampai lima orang siswa
dengan struktur kelompok yang heterogen.20
Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif atau cooperative
learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku
bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur
kerja sama yang teratur dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif
lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja, karena
pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen utama, yaitu
20Etin Soilhatin, et al., Cooperative Learning, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 4.
19
komponen tugas kooperatif (cooperative task) dan komponen struktur
insentive kooperatif (cooperative insentive structure). Tugas kooperatif
berkaitan dengan hal-hal yang menyebabkan anggota kelompok bekerja
sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, sedangkan struktur
insentive kooperatif merupakan suatu yang dapat membangkitkan
motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok.21
Anita Lie menyebut pembelajaran kooperatif dengan istilah
pembelajaran gotong royong, yakni sistem pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dalam tugas yang
terstruktur. Lebih lanjut dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif
hanya dapat berjalan kalau sudah terbentuk kelompok atau tim yang di
dalamnya peserta didik bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada
umumnya terdiri dari 4 – 6 orang saja.22
Sedangkan menurut Trianto, "di dalam kelas kooperatif siswa
belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6
orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis
kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu."23 "Sistem
penilaian pada model pembelajaran kooperatif dilakukan terhadap
kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward),
jika kelompok tersebut mampu menunjukkan prestasi yang
dipersyaratkan."24
Jadi model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran
dengan menggunakan sistem kelompok/tim kecil, yaitu antara tiga
sampai lima orang siswa yang mempunyai latar belakang, kemampuan
akademis, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen) untuk
menyelesaikan suatu masalah, suatu tugas atau mengerjakan sesuatu
21Wina Sanjana, Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:Kencana Prenada Media, 2006), h. 241.
22Anita Lie, Cooperative Learning: Memperaktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, (Jakarta : PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia, 2007), h. 17.
23Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakata:Prestasi Pustaka, 2007), h. 41.
24Wina Sanjana, Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, h. 240.
20
untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Bukanlah sebuah kooperatif
jika para siswa duduk bersama di dalam kelompok-kelompok kecil
namun mereka menyelesaikan masalah secara individu dan hanya satu
siswa yang menyelesaikan seluruh pekerjaan kelompok. Dalam
pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya
yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam
menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas.
Dengan demikian, pembelajaran kooperatif diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan,
belajar untuk bekerjasama, menghargai pendapat orang lain dan
tanggung jawab antara sesama siswa dan terhadap kelompoknya untuk
memperoleh yang terbaik bagi kelompoknya dalam belajar dan
menyelesaikan tugas.
Belajar kelompok, memiliki kesempatan mengungkapkan
gagasan, mendengarkan pendapat orang lain, serta bersama-sama
membangun pengertian, menjadi sangat penting dalam belajar karena
memiliki unsur yang berguna menantang pemikiran dan meningkatkan
harga diri seseorang. Dengan pengalaman belajarnya siswa dapat
mengkonstruk pengetahuannya sendiri.
Menurut Nurhadi ada beberapa alasan yang mendasari
dikembangkan pembelajaran kooperatif, antara lain:
1) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
2) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap,
ketrampilan, informasi, perilaku sosial dan pandangan-pandangan.
3) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
4) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial
dan komitmen.
5) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
6) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa
dewasa.
7) Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara
21
hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.
8) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
9) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari
berbagai perspektif.
10) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang
dirasakan lebih baik.
11) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan
kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial,
agama, dan orientasinya juga. 25
b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa hal yang menjadi prinsi dasar dalam model
pembelajaran kooperatif agar lebih menjamin para siswa bekerja secara
kooperatif, hal tersebut antara lain:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segalasesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semuaanggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dantanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan
membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama prosesbelajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung-jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompokkooperatif.26
Roger dan David Johnson, sebagaimana dikutip oleh Anita Lie
mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap
cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada 5
unsur yang harus diterapkan dalam pembelajaran cooperative, yaitu:
25Administrator, http://dhar321.blogspot.com/2010/10/metode pembelajaran kooperatif.html, diakses pada tanggal 29 Januari 2011.
26Th. Widyantini, Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif,(Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Pusat Pengembangan dan Penataran GuruMatematika, 2006), h. 4.
22
1) Saling ketergantungan positif
Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada anggotanya.
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu
menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok
harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai
tujuan mereka.
a. Tanggungjawab perseorangan
Setiap anggota dalam kelompok bertanggungjawab untuk
melakukan yang terbaik. Setiap anggota kelompok harus
melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas
selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
b. Tatap muka
Setiap anggota kelompok dalam kelompoknya, harus diberi
kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan ini
akan menguntungkan baik bagi anggota maupun kelompoknya.
Hasil pemikiran beberapa orang akan lebih baik daripada hasil
pemikiran satu orang saja.
c. Komunikasi antar anggota
Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali
dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum
menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu
mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa
mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara.
Keberhasilan suatu kelompok sangat tergantung pada kesediaan
para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan
untuk mengutarakan pendapat mereka.
d. Evaluasi proses kelompok
Evaluasi proses kelompok dalam pembelajaran kooperatif
diadakan oleh guru agar siswa selanjutnya bisa bekerja sama
dengan lebih baik. Waktu evaluasi tidak perlu diadakan setiap
kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa
23
waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan
pembelajaran.27
Isjoni menyebutkan ada 5 ciri dari pembelajaran kooperatif,
yaitu : (1) setiap anggota mempunyai peran, (2) terjadi hubungan
interaksi langsung di antara peserta didik, (3) setiap anggota kelompok
bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman sekelompoknya, (4)
guru membantu mengembangkan ketrampilan interpersonal kelompok,
dan (5) guru hanya berinteraksi dengan kelompok ketika diperlukan
saja.28
Dalam pembelajaran tradisional dikenal pula metode kerja
kelompok. Hanya saja pembelajaran berkelompok secara tradisional
berbeda dengan pembelajaran berkelompok dalam cooperative
learning. Bisa dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
perbaikan dari pembelajaran tradisional dalam mengimplementasikan
pembelajaran secara berkelompok. Untuk lebih jelasnya berikut ini
dipaparkan perbedaan antara pembelajaran kooperatif dengan
pembelajaran tradisional.
Tabel 1
Perbedaan Pembelajaran Kooperatif Dengan Pembelajaran Tradisional
Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar tradisional
Adanya saling ketergantunganpositif, saling membantu, dansaling memberikan motivasisehingga ada interaksi promotif.
Guru sering membiarkan adanyasiswa yang mendominasikelompok atau menggantungkandiri pada kelompok.
Adanya akuntabilitas individualyang mengukur penguasaanmateri pelajaran tiap anggotakelompok. Kelompok diberiumpan balik tentang hasil belajarpara anggotanya sehingga dapat
Akuntabilitasi individual seringdiabaikan sehingga tugas-tugassering diborong oleh salahseorang anggota kelompok,sedangkan anggota kelompokyang lainnya hanya “enak-enak
27Anita Lie, Cooperative Learning…, h. 31-35.28Isjoni, Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok,
(Bandung: Alfabeta, 2007), h. 20.
24
saling mengetahui siapa yangmemerlukan bantuan dan siapayang dapat memberikan bantuan.
saja’ di atas keberhasilantemannya yang dianggappemborong.
Kelompok belajar heterogen, baikdalam kemampuan akademik,jenis kelamin, ras, etnik dansebagainya sehingga dapat salingmengetahui siapa yangmemerlukan bantuan dan siapayang dapat memberikan bantuan.
Kelompok belajar biasanyahomogen.
Pemimpin kelompok dipilihsecara demokratis atau bergiliruntuk memberikan pengalamanmemimpin bagi para anggotakelompok.
Pemimpin kelompok seringditentukan oleh guru ataukelompok dibiarkan untukmemilih pemimpinnya dengancara masing-masing.
Ketrampilan social yangdiperlukan dalam kerja gotongroyong seperti kepemimpinan,kemampuan berkomunikasi,mempercayai orang lain danmengelola konflik secaralangsung diajarkan.
Ketrampilan social sering tidakdiajarkan secara langsung.
Pada saat belajar kooperatifsedang berlangsung, guru terusmemberikan pemantauan melaluiobservasi dan melakukanintervensi jika terjadi masalahdalam kerjasama antar anggotakelompok.
Pemantauan melalui observasidan intervensi sering tidakdilakukan oleh guru pada saatbelajar kelompok sedangberlangsung.
Guru memperhatikan secaralangsung proses kelompok, yangterjadi dalam kelompok-kelompokbelajar.
Guru sering tidak memperhatikanproses kelompok yang terjadidalam kelompok-kelompokbelajar.
Penekanan tidak hanya padapenyelesaian tugas tetapi jugahubungan interpersonal(hubungan antar pribadi yangsaling menghargai).
Penekanan sering hanya padapenyelesaian tugas.
Sumber: Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif BerorientasiKonstruktivistik, (Jakata: Prestasi Pustaka, 2007), h. 43-44.
25
c. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif
Pendekatan kooperatif digunakan oleh para pendidik dalam
pembelajaran di kelas dengan menciptakan situasi atau kondisi bagi
kelompok untuk mencapai tujuan masing-masing anggota atau
kelompok mencapai tujuan tergantung pada kerjasama yang kompak
dan serasi dalam kelompok Model pembelajaran kooperatif merupakan
suatu model pembelajaran yang memberi kesempatan kapada anak
didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas terstruktur,
yang mana anggotanya terdiri dari empat sampai lima orang siswa
dengan struktur kelompok yang heterogen.29
Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang
dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain Slavin adalah sebagai
berikut:
1) Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini pertama kali
dikembangkan oleh Aronson dkk. Langkah-langkah
mengaplikasikan tipe Jigsaw dalam proses pembelajaran adalah
sebagai berikut:
a) Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan
setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang
berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan
rendah serta jika mungkin anggota berasal dari ras, budaya, suku
yang berbeda tetapi tetap mengutamakan kesetaraan jender.
Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam
kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi
pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap
siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi
pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi
29Etin Soilhatin, et al., Cooperative Learning, h. 4.
26
pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang
disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG).
Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi
pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana
menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok
asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok jigsaw
(gigi gergaji).
b) Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun
kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing
kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk
menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar
guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran
yang telah didiskusikan.
c) Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.
d) Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor
penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil
belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya
(terkini).
e) Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa
bagian materi pembelajaran.
f) Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan tipe Jigsaw untuk
belajar materi baru, perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi
materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai. 30
2) Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads Together)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh
Spencer Kagen (1993). Pada umumnya NHT digunakan untuk
melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau
mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
Langkah-langkah penerapan tipe NHT:
30Th. Widyantini, Model Pembelajaran Matematika …., h. 5-7.
27
a) Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan
kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
b) Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk
mendapatkan skor dasar atau skor awal.
c) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 4-5 siswa, setiap anggota kelompok diberi nomor
atau nama.
d) Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama
dalam kelompok.
e) Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu
nomor (nama) anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban
salah satu siswa yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil
jawaban dari kelompok.
f) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman,
mengarahkan, dan memberikan penegasan pada akhir
pembelajaran.
g) Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual.
h) Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor
penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil
belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya
(terkini). 31
3) Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement
Divisions)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh
Slavin dkk. Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif
tipe STAD:
a) Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan
kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
b) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual
sehingga akan diperoleh skor awal.
31Th. Widyantini, Model Pembelajaran Matematika …., h. 7-8.
28
c) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri
dari 4-5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (tinggi,
sedang, dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal
dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap mementingkan
kesetaraan jender.
d) Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam
kelompok untuk mencapai kompetensi dasar. Pembelajaran
kooperatif tipe STAD biasanya digunakan untuk penguatan
pemahaman materi.
e) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman,
mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi
pembelajaran yang telah dipelajari.
f) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara
individual.
g) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan
perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor
dasar ke skor kuis berikutnya (terkini). 32
4) Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization
atau Team Accelerated Instruction)
Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh
Slavin. Tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran
kooperatif dan pembelajaran idnidvidual. Tipe ini dirancang untuk
mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu,
kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk
pemecahan masalah, ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa
secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah
dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke
kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh
anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung
jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
32Th. Widyantini, Model Pembelajaran Matematika …., h. 8.
29
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah sebagai
berikut:
a) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi
pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh
guru.
b) Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk
mendapatkan skor dasar atau skor awal.
c) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri
dari 4-5 siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda
(tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok
terdiri dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap
mengutamakan kesetaraan jender.
d) Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam
kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok
saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.
e) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman,
mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi
pembelajaran yang telah dipelajari.
f) Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual.
g) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan
perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor
dasar ke skor kuis berikutnya (terkini). 33
Tipe-tipe pembelajaran kooperatif yang telah diuraikan di atas
merupakan tipe-tipe yang paling sering digunakan dalam proses
pembelajaran di kelas. Terdapat tipe-tipe pembelajaran kooperatif yang
lain, yaitu:
1) Model Pembelajaran Kooperatif: Think-Pair-Share
Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share merupakan
salah satu model pembelajaran kooperatif yang mampu mengubah
asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan
33Th. Widyantini, Model Pembelajaran Matematika …., h. 8-9.
30
dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan. Think-Pair-Share
memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi
siswa waktu yang lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan
saling membantu satu sama lain. Dari cara seperti ini diharapkan
siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan, dan saling
tergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.
2) Model Pembelajaran Kooperatif : Picture and Picture
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar
dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara memasang
/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui
cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis
sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
3) Model Pembelajaran Kooperatif : Problem Posing
Tipe pembelajaran kooperatif problem posing merupakan
pendekatan pembelajaran yang diadaptasikan dengan kemampuan
siswa, dan dalam proses pembelajarannya difokuskan pada
membangun struktur kognitif siswa serta dapat memotivasi siswa
untuk berpikir kritis dan kreatif. Proses berpikir demikian dilakukan
siswa dengan cara mengingatkan skemata yang dimilikinya dengan
mempergunakannya dalam merumuskan pertanyaan. Dengan
pendekatan problem posing siswa dapat pengalaman langsung
dalam membentuk pertanyaan sendiri.
4) Model Pembelajaran Kooperatif : Problem Solving
Problem solving (pembelajaran berbasis masalah) merupakan
pendekatan pembelajaran yang menggiring siswa untuk dapat
menyelesaikan masalah (problem). Masalah dapat diperoleh dari
guru atau dari siswa. Dalam proses pembelajarannya siswa dilatih
untuk kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah serta
difokuskan pada membangun struktur kognitif siswa.
31
5) Model Pembelajaran Kooperatif : Team Games Tournament (TGT)
Pada pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament
(TGT), peserta didik dikelompokkan dalam kelompok-kelompok
kecil beranggotakan empat peserta didik yang masing-masing
anggotanya melakukan turnamen pada kelompoknya masing-
masing. Pemenang turnamen adalah peserta didik yang paling
banyak menjawab soal dengan benar dalam waktu yang paling
cepat.
6) Model Pembelajaran Kooperatif : Cooperative Integrated Reading
and Composition (CIRC)
Tipe CIRC dalam model pembelajaran kooperatif merupakan tipe
pembelajaran yang diadaptasikan dengan kemampuan peserta didik,
dan dalam proses pembelajarannya bertujuan membangun
kemampuan peserta didik untuk membaca dan menyusun
rangkuman berdasarkan materi yang dibacanya.
7) Model Pembelajaran Kooperatif : Learning Cycle (Daur Belajar)
Learning Cycle merupakan tipe pembelajaran yang memiliki lima
tahap pembelajaran, yaitu (1) tahap pendahuluan (engage), (2) tahap
eksplorasi (exploration), (3) tahap penjelasan (explanation), (4)
tahap penerapan konsep (elaboration), dan (5) tahap evaluasi
(evaluation).
8) Model Pembelajaran Kooperatif : Cooperative Script (CS)
Dalam tipe pembelajaran Cooperative Script siswa berpasangan dan
bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi
yang dipelajari. 34
34http://yusti-arini.blogspot.com/2009/08/model-pembelajaran-kooperatif.html, diaksespada tanggal 16 Nopermber 2010.
32
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pertama kali dikembangkan
oleh Aroson dkk. di Universitas Texas. Model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw merupakan salah satu dari model kooperatif, siswa belajar
dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan
memperhatikan keheterogenan, bekerja sama positif, dan setiap anggota
bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi
yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota
kelompok yang lain.
Metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menggabungkan
kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Pendekatan
ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu
pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama, dan
bahasa. Teknik ini cocok untuk semua kelas/angkatan. Dalam teknik ini
pendidik memperhatikan latar belakang pengalaman (skemata) siswa
dan membantu siswa mengaktifkan skemata tersebut agar bahan
pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja dengan
sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak
kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan
berkomunikasi.35
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat
kelompok ahli dan kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok
induk yang terdiri dari beberapa anggota kelompok ahli yang terbentuk
dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda, dan jumlah anggotanya
disesuaikan dengan jumlah materi pelajaran yang akan dipelajari.
Kelompok ahli adalah kelompok siswa yang terdiri dari anggota
kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mendalami topik
tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.36
35Anita Lie, Cooperative Learning…, h. 69.36Anita Lie, Cooperative Learning…, h. 43.
33
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan
topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas
materi yang ditugaskan. Setelah pembahasan selesai, para anggota
kelompok ahli kemudian kembali kepada kelompok asal dan
mengajarkan kepada teman sekelompoknya apa yang telah mereka
dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli. Selanjutnya siswa
diberi tes/kuis, untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami
suatu materi.
Di dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, guru tidak
lagi menjadi pusat kegiatan kelas, tetapi siswalah yang menjadi pusat
kegiatan kelas. Guru hanya berperan sebagai fasilitator yang
mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri serta
menumbuhkan rasa tanggung jawab, dan siswa akan merasa senang
berdiskusi tentang matematika dalam kelompoknya. Mereka dapat
berinteraksi dengan teman sebayanya dan juga dengan gurunya sebagai
pembimbing.37
b. Tahapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigwas
Anita Lie membagi tahapan-tahapan metode jigsaw sebagai
berikut:
1) Guru membagi bahan pelajaran menjadi empat bagian sesuai
dengan jumlah kelompok yang akan dibentuk alam kelas.
2) Sebelum bahan pelajaran dibagikan, guru mengenalkan topik yang
akan dibahas. Dalam hal ini guru bisa menuliskan topik di papan
tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik
tersebut. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata
siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru.
3) Siswa dibagi dalam kelompok, masing-masing kelompok berjumlah
empat orang.
37 Isjoni, Cooperative Learning, (Bandung: Alfabeta, 2007), h.57.
34
4) Dalam setiap kelompok, bahan pelajaran bagian pertama diberikan
kepada siswa yang pertama, sedangkan siswa yang kedua menerima
bagian yang kedua, dan seterusnya.
5) Setiap siswa diminta membaca atau mengerjakan bagiannya
masing-masing.
6) Siswa saling berbagi mengenai bagian yang dibaca atau dikerjakan
masing-masing. Dalam kegiatan ini siswa dapat saling melengkapi
dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.
7) Khusus untuk kegiatan membaca, guru membagikan bagian yang
belum terbaca kepada masing-masing siswa.
8) Kegiatan diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam
pembelajaran hari itu. Diskusi dapat dilakukan antara pasangan atau
dengan seluruh kelas.38
Lebih lanjut dinyatakan bahwa sebagai variasi apabila tugas
yang dikerjakan cukup sulit, siswa dapat membentuk kelompok ahli.
Kelompok ahli yang dimaksud adalah kelompok siswa yang mendapat
bahan pelajaran sama, saling berkumpul untuk berdiskusi dalam satu
kelompok. Mereka bekerjasama mempelajari atau mengerjakan bagian
tersebut. Kemudian masing-masing siswa kembali kepada
kelompoknya sendiri (kelompok asli) dan membagikan apa yang telah
dipelajarinya kepada teman-teman dalam kelompoknya.39
Sedangkan Robert E. Slavin membagi tahapan pembelajaran
kooperatif dengan teknik jigsaw sebagai berikut:
1) Membaca.
Siswa mendapat topik ahli yaitu topik yang menjadi fokus masing-
masing siswa, tiap-tiap siswa dalam satu kelompok mendapatkan
topik yang berbeda. Materi yang diberikan kemudian dibaca untuk
menemukan informasi yang ada.
38Anita Lie, Cooperative Learning…, h. 69-70.39Anita Lie, Cooperative Learning…, h. 70.
35
2) Diskusi kelompok ahli.
Siswa dengan bahan pelajaran yang sama bertemu untuk
mendiskusikannya dalan kelompok ahli.
3) Laporan kelompok.
Para ahli kembali ke kelompok asalnya untuk mengajarkan teman
kelompok mereka mengenai topik ahli.
4) Tes.
Siswa mengerjakan kuis atau soal secara individu. Soal tersebut
mencakup seluruh topik yang telah dipelajari dan didiskusikan.
5) Penghargaan kelompok.
Masing-masing kelompok mendapatkan skor. Kelompok dengan
skor tertinggi berhak mendapatkan penghargaan.40
Sementara menurut Elliot Aronson pelaksanaan kelas jigsaw,
meliputi 10 tahap yaitu:
1) Membagi siswa ke dalam kelompok jigsaw dengan jumlah 5-6
orang yang heterogen.
2) Menugaskan satu orang siswa dari masing-masing kelompok
sebagai pemimpin, umumnya siswa yang dewasa dalam kelompok
itu.
3) Membagi pelajaran yang akan dibahas ke dalam 5-6 segmen.
4) Menugaskan tiap siswa untuk mempelajari satu segmen dan untuk
menguasai segmen mereka sendiri.
5) Memberi kesempatan kepada para siswa itu untuk membaca
secepatnya segmen mereka sedikitnya dua kali agar mereka
terbiasa dan tidak ada waktu untuk menghafal.
6) Bentuklah kelompok ahli dengan satu orang dari masing-masing
kelompok jigsaw bergabung dengan siswa lain yang memiliki
segmen yang sama untuk mendiskusikan poin-poin yang utama
40Crys Fajar Partana, "Kajian Efektifitas Penerapan Metode Pembelajaran KooperatifTipe Jigsaw dan STAD Pada Mata Pelajaran IPA Aspek Kimia di SMP 2 Mlati Slemen", dalamJurnal Cakrawala Pendidikan, Juni 2008, Th. XXVII, No. 2, h. 156.
36
dari segmen mereka dan berlatih presentasi kepada kelompok
jigsaw mereka.
7) Setiap siswa dari kelompok ahli kembali ke kelompok jigsaw
mereka.
8) Mintalah masing-masing siswa untuk menyampaikan segmen yang
dipelajarinya kepada kelompoknya, dan memberi kesempatan
kepada siswasiswayang lain untuk bertanya.
9) Guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lainnya,
mengamati proses itu. Bila ada siswa yang mengganggu segera
dibuat intervensi yang sesuai oleh pemimpin kelompok yang di
tugaskan.
10) Pada akhir bagian beri ujian atas materi sehingga siswa tahu
bahwa pada bagian ini bukan hanya game tapi benar-benar
menghitung.41
Dari uraian diatas secara sederhana tahapan langkah
pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw dapat dideskripsikan
pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2
Tahapan-tahapan Kegiatan Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw
Tahapan Kegiatan Keterangan
Pertama Membentuk kelompokbesar yang heterogen
Guru membagi siswa dalamkelompok yang berjumlah 5-6orang disebut kelompok asal
Kedua Membagikan tugasmateri membentuk ahli
Membagi tugas materi yangberbeda pada tiap siswa dalamtiap kelompok
Ketiga Diskusi kelompok ahli Siswa berdiskusi dalam kelompokberdasarkan kesamaan materiyang diberikan pada masing-masing siswa
Keempat Diskusi kelompokbesar/asal
Siswa berdiskusi kembali dalamkelompok asalnya masing-masingberdasarkan ketentuan guru
41Elliot Aronson. The Jigsaw Classroom, http://www.jigsaw.org, diakses 24 Nopember2010.
37
Kelima Pemberian kuisindividu semua materi
Guru melakukan penilaian untukmengukur kemampuan dan hasilbelajar siswa mengenai seluruhpembahasan
Keenam Pemberian penghargaan Memberikan penghargaan kepadakelompok dan siswa berprestasi
Adapun peran guru dalam pembelajaran kooperatif teknik
jigsaw antara lain:
1) Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas.
2) Menempatkan siswa secara heterogen dalam kelompok-kelompok
kecil (5-6 orang dalam setiap kelompoknya)
3) menyampaikan tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa baik tugas
individu maupun tugas kelompok dengan sejelas-jelasnya.
4) Memantau berlangsungnya kerja kelompok-kelompok kecil yang
telah dibentuk untuk mengetahui bahwasanya kegiatan berlangsung
dengan lancar. Dalam hal ini guru menyediakan kesempatan kepada
siswa dengan seluasluasnya untuk memperoleh pengalaman belajar
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
5) Mengevaluasi hasil belajar siswa melalui tes tertulis. Penilaian
dilakukan terhadap proses dan hasil belajar siswa.42
4. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Student Team Achievment Division (STAD) merupakan
pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dicirikan oleh suatu struktur tugas,
tujuan dan penghargaan kooperatif.43 Pelaksanaan strategi belajar ini,
siswa ditugaskan untuk bekerja dalam satu kumpulan yang terdiri dari
4-5 orang setelah guru menyampaikan bahan pelajaran dan
42Barokah Santoso, Cooperative Learning: Penerapan Teknik Jigsaw DalamPembelajaran Bahasa Indonesia di SLTP, Buletin Pelangi Pendidikan, vol. 1 No. 1, Tahun 1998, h.7.
43Trianto, Model-model Pembelajaran…, h. 56.
38
mengharuskan semua anggota menguasai pelajaran itu. Setelah
melakukan kegiatan diskusi setiap anggota kelompok akan diberi ujian
atau kuis secara individu. Nilai yang diperoleh setiap anggota
dikumpulkan untuk memperoleh nilai kelompok. Sehingga untuk
mendapatkan penghargaan, setiap siswa dalam kelompok harus
membantu kelompoknya.
Pada pembelajaran kooperatif teknik STAD siswa belajar dan
membentuk sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman dan
kerjasama setiap siswa dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas
yang telah diberikan kepada mereka, pada pembelajaran ini siswa
dilatih untuk bekerjasama dan bertanggung jawab terhadap tugas
mereka sedangkan guru pada metode pembelajaran ini berfungsi
sebagai fasilitator yang mengatur dan mengawasi jalannya proses
belajar.
Guru yang menggunakan STAD juga mengacu pada belajar
kelompok siswa, menyajikan infomasi akademik baru kepada siswa
setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Secara
individu, setiap minggu atau dua minggu siswa diberi kuis. Dalam
STAD, diskusi kelompok merupakan komponen kegiatan penting,
karena sangat berperan dalam aktualisasi kelompok secara sinergis
untuk mencapai hasil yang terbaik dan dalam pembimbingan antara
anggota kelompok sehingga seluruh anggota sebagai satu kesatuan
dapat mencapai yang terbaik.44
b. Tahapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Tahapan pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Robert E.
Slavin, sebagaimana dikutip oleh Crys Pajar Partana adalah sebagai
berikut:
44Administrator,Metode Pembelajaran STAD, http://mihecheery.blogspot.com/2010/06/metode-pembelajaran-stad.html, diakses pada tanggal 29 Januari 2011
39
1) Tahap mengajar.
Tahap mengajar adalah menyampaikan pelajaran, dan alat yang
dibutuhkan di sini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Setiap pelajaran dalam STAD dimulai dengan kelas presentasi.
Presentasi meliputi pembukaan, membangun pengetahuan awal, dan
petunjuk latihan.
a) Pembukaan.
(1) Menjelaskan pada peserta didik tentang mengapa materi
tersebut perlu dipelajari. Membangun keingintahuan peserta
didik dengan demonstrasi, permasalahan kehidupan, dan
lain sebagainya.
(2) Memungkinkan peserta didik untuk menemukan konsep
sendiri.
(3) Menerapkan dengan singkat tentang prasyarat yang harus
dimiliki.
b) Membangun pengetahuan awal.
(1) Fokuskan pada pemahaman bukan ingatan.
(2) Mendemonstrasikan konsep menggunakan bantuan alat-alat
peraga.
(3) Sesekali bertanya pada peserta didik untuk mengetahui
penguasaan mereka terhadap materi.
(4) Menjelaskan mengapa suatu jawaban itu salah atau benar
kecuali jika sudah jelas.
(5) Beralih ke materi berikutnya segera setelah peserta didik
menguasai suatu konsep.
(6) Memelihara semangat peserta didik dengan membatasi
hambatan dan memberikan banyak pertanyaan.
c) Petunjuk latihan.
(1) Semua peserta didik bekerja untuk memecahkan
permasalahan atau memberikan contoh atau
mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan.
40
(2) Memanggil peserta didik dengan cara acak. Hal ini akan
membuat semua peserta didik bersiap-siap untuk
menjawab.
(3) Tidak memberikan kelas tugas yang lama. Peserta didik
hanya bekerja untuk memecahkan satu atau dua masalah
atau contoh, atau mempersiapkan satu atau dua jawaban,
lalu memberikan mereka umpan balik. 45
2) Tahap belajar dalam kelompok.
Tahap belajar dalam kelompok, yaitu peserta didik belajar dalam
kelompok mereka. Selama belajar kelompok, tugas anggota
kelompok adalah untuk menuntaskan pemahaman mereka tentang
materi yang telah disampaikan dan membantu anggota yang lain
dalam menuntaskan pemahamannya. Peserta didik mempunyai
kertas kerja dan kertas jawaban yang dapat digunakan untuk melatih
keterampilan mereka dan untuk memperkirakan pemahaman
mereka sendiri dan temannya. Hanya ada dua kertas kerja dan
kertas jawaban dalam setiap kelompok, ini membuat mereka
bekerjasama dalam menyelesaikan tugas yang ada.
Guru harus menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan kerja
kelompok pada hari pertama kelompok bekerja dalam STAD.
Sebelum mereka bulai bekerja, diskusikan dulu tentang peraturan
yang ada dalam kelompok. Beberapa aturan yang mungkin dapat
diterapkan dalam pembelajaran dalam kelompok antara lain:
a) Setiap siswa harus meyakinkan bahwa teman-teman dalam
kelompoknya telah belajar.
b) Siswa tidak berhenti belajar sampai semua anggota kelompok
telah memahami pelajaran yang telah disampaikan.
c) Jika ada pertanyaan harus diajukan kepada anggota kelompok
terlebih dahulu sebelum diajukan kepada guru.
45Crys Fajar Partana, "Kajian Efektifitas Penerapan…, h. 156-157.
41
d) Setiap anggota kelompok diharuskan berbicara dengan suara
yang pelan.
Setelah aturan ditetapkan maka selanjutnya adalah melaksanakan
kegiatan-kegiatan berikut:
a) Memastikan bahwa semua anggota kelompok menuju mejanya
masing-masing.
b) Memberikan waktu sekitar 10 menit untuk memilih nama
kelompok.
c) Membagikan kerta kerja dan kertas jawaban.
d) Mendorong peserta didik untuk bekerjasama dalam kelompok.
Jika mereka menemukan suatu permasalahan, setiap peserta
didik harus berusaha menyelesaikan sendiri lalu
mencocokkannya dengan temannya.
e) Menekankan pada siswa bahwa tidak seorang pun boleh selesai
belajar sampai semua anggota kelompok mempelajari materi
secara tuntas. 46
3) Kuis (Tes)
Kuis yang dimaksud di sini adalah kuis individu dan yang
diperlukan adalah lembar soal untuk setiap peserta didik. Tahap
pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
a) Membagikan kuis dan memberikan waktu yang cukup bagi
siswa untuk menyelesaikannya. Tidak mengizinkan peserta
didik bekerjasama dalam mengerjakan kuis.
b) Setelah kuis selesai, tukarkan lembar jawaban satu peserta didik
dengan yang lain atau kumpulkan lembar tersebut untuk
dikoreksi. 47
4) Penghargaan kelompok.
Penilaian kelompok adalah menilai kemajuan individu dan
memberikan nilai kelompok serta memberikan penghargaan pada
46Crys Fajar Partana, "Kajian Efektifitas Penerapan…, h. 157.47Crys Fajar Partana, "Kajian Efektifitas Penerapan…, h. 157.
42
kelompok unggulan. Setelah semua kelompok selesai dengan
tugasnya, maka mereka mendapat nilai yang sesuai dengan hasil
pekerjaannya. Nilai ini disebut nilai dasar. Nilai dasar untuk setiap
kelompok berbeda sesuai dengan persen jawaban benar, namun
nilai ini sama untuk setiap anggota kelompok. 48
Nilai dasar ini nantinya dibandingkan dengan nilai kuis. Bila nilai
kuis mereka melebihi nilai dasar, siswa akan mendapatkan poin
untuk kelompok mereka. Poin ini dinamakan poin kemajuan.
Adapun ketentuan penetapan poin kemajuan menurut Robert E.
Slavin adalah sebagai berikut:49
Tabel 3
Ketentuan Penetapan Poin Kemajuan
Nilai Kuis Poin Kemajuan
Lebih dari 10 poin di bawah nilai dasar 5
10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah nilai
dasar10
Sama dengan nilai dasar sampai 10 poin di atas
nilai dasar20
Lebih dari 10 poin di atas nilai dasas 30
Pekerjaan yang sempurna (tidak menghiraukan
nilai dasar)30
B. Kajian Penelitian Relevan
Di bawah ini akan disajikan beberapa hasil penelitian yang relevan
dengan penelitian ini. Hasil penelitian pendukung yang dimaksud yaitu hasil
penelitian penerapan metode kooperatif teknik jigsaw dan STAD serta
pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa, lain:
Penelitian yang dilakukan oleh Efi dengan judul "Perbedaan Hasil
Belajar Biologi antara Siswa yang Diajar Melalui Pendekatan Cooperatif
48Crys Fajar Partana, "Kajian Efektifitas Penerapan…, h. 157-158.49Crys Fajar Partana, "Kajian Efektifitas Penerapan…, h. 158.
43
Learning Teknik Jigsaw dengan Teknik STAD" menyimpulkan bahwa: 1)
Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang diajar
dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dengan siswa yang
diajar dengan pembelajaran kooperatif teknik STAD dalam pelajaran biologi;
dan 2) Hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif teknik
jigsaw lebih tinggi dibandingkan hasil belajar siswa yang diajar dengan
pembelajaran kooperatif teknik STAD.50
Penelitian yang dilakukan oleh Bagus Bintang Sukarno dengan judul
"Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Kooperatif Model STAD dan Jigsaw
Ditinjau dari Gaya Belajar dan Interaksi Sosial Siswa" menyimpulkan bahwa:
1) Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif model STAD dan jigsaw
terhadap prestasi belajar siswa dan siswa yang mendapat pembelajaran
kooperatif model jigsaw lebih tinggi prestasinya dibanding siswa yang
mendapat pembelajaran kooperatif model STAD; 2) Tidak ada pengaruh gaya
belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa; dan 3) Terdapat pengaruh
interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar siswa.51
Penelitian yang dilakukan F. Indriyati dengan judul "Perbandingan
Model Pembelajaran STAD dengan Jigsaw dalam Materi Struktur Atom pada
Lesson Study di Kelas X MAN 3 Malang" menyimpulkan bahwa: 1) Terdapat
perbedaan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan
pembelajaran model STAD dengan yang diajar menggunakan model Jigsaw;
dan 2) Persepsi siswa menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model STAD
lebih dapat diterima siswa dengan baik dari pada pembelajaran dengan model
Jigsaw.52
50Efi, Perbedaan Hasil Belajar Biologi antara Siswa yang Diajar Melalui PendekatanCooperatif Learning Tekik Jigsaw dengan Teknik STAD (Sebuah Eksperimen di MTs AL-MarwahTeluknaga Tangerang), (Skripsi FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2007).
51Bagus Bintang Sukarno, Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Kooperatif ModelSTAD dan Jigsaw Ditinjau dari Gaya Belajar dan Interaksi Sosial Siswa (PenelitianPembelajaran Suhu dan Kalor Kelas X Semester II SMA Negeri 2 Surakarta), (Tesis ProgramPascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2010),
52 F. Indriyati, Perbandingan Model Pembelajaran STAD dengan Jigsaw dalam MateriStruktur Atom pada Lesson Study di Kelas X MAN 3 Malang, (Skripsi FMIPA Universitas NegeriMaang, 2009).
44
Penelitian yang dilakukan oleh Yuli Purwanti Hasanah dengan judul
"Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Jigsaw dalam
Materi Pokok Klasifikasi Makhluk Hidup di MTs NU Ungaran"
menyimpulkan bahwa: 1) Terdapat perbedaan efektifitas yang signifikan
antara pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw; dan 2) Pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektif dibandingkan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.53
C. Kerangka Berpikir
Dalam proses pembelajaran seorang guru harus dapat mengembangkan
berbagai kemampuan siswa, seperti dengan menerapkan proses belajar
bersama dengan teman sebaya dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan
pembimbing. Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif
(Cooperative Learning) dalam proses pembelajaran di kelas, siswa diberi
kesempatan bersama dengan teman-teman sekelompoknya untuk saling belajar
secara berkelanjutan, mereka dibiasakan saling bekerjasama dalam proses
belajar.
Pada pendekatan pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw siswa
lebih diberi kesempatan untuk menemukan ide pokok, untuk saling berpikir
kemudian dibahas bersama, siswa juga diberi kesempatan untuk saling
mengajarkan kepada teman lain dalam kelompoknya dan saling mentransfer
ilmu pengetahuannya. Sedangkan pada teknik STAD siswa diberi kesempatan
untuk menemukan ide pokok kemudian dibahas bersama dan dipersentasikan
secara berkelompok. Sedangkan peran guru pada kedua teknik ini adalah
sebagai fasilitator, memberi penguatan dan bimbingan pada siswa dalam
berdiskusi, sehingga siswa tidak hanya berpikir sendiri dan
mempertanggungjawabkannya tapi juga berbagi dalam pengetahuannya.
Konsekuensi dari adanya perbedaan dalam penerapan metode
kooperatif tipe jigsaw dengan tipe STAD adalah perbedaan pengalaman
53Yuli Purwanti Hasanah, Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD danJigsaw dalam Materi Pokok Klasifikasi Makhluk Hidup di MTs NU Ungaran, (Skripsi FMIPAUniveristas Negeri Semarang, 2007).
45
belajar pada siswa yang akan berdampak pada perbedaan hasil belajar yang
dicapai siswa pada masing-masing tipe metode kooperatif tersebut. Dengan
demikian dapat diduga bahwa hasil belajar yang dicapai siswa menggunakan
metode kooperatif tipe jigsaw berbeda dengan prestasi belajar yang dicapai
siswa menggunakan metode kooperatif tipe STAD.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir di atas, maka
diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Ho : Tidak Terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang
diberikan pembelajaran menggunakan teknik jigsaw dan hasil
belajar IPS antara siswa yang diberikan pembelajaran
menggunakan teknik STAD.
H1 : Terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang
diberikan pembelajaran menggunakan teknik jigsaw dan hasil
belajar IPS antara siswa yang diberikan pembelajaran
menggunakan teknik STAD.
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Darussalam yang berdomisili di ,
Jl. H. Ipin Pondok Labu Jakarta Selatan. Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas VIII SMP Darussalam, peneliti memilih sekolah tersebut sebagai tempat
penelitian didasarkan pada pertimbangan kemudahan, keterbatasan waktu dan
tenaga dalam menyelesaikan skripsi ini. Penelitian dalam rangka pengumpulan
data ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu selama Mei – Agustus 2010.
B. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode kuasi eksperimen, yaitu metode penelitian yang mendekati
percobaan sungguhan di mana tidak mungkin mengadakan kontrol/
memanipulasikan semua variabel yang relevan. Harus ada kompromi
dalam menentukan validitas internal dan eksternal sesuai dengan batasan-
batasan yang ada.54
Karena dalam penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS siswa terkait
54M. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h. 73.
47
dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif yang berbeda antara
metode jigsaw dan metode STAD.
Penelitian dilaksanakan dalam 7 kali pertemuan (14 jam pelajaran
@ 35 menit) pada materi pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk melihat
perbedaan hasil belajar IPS siswa setelah diberikan pembelajaran
kooperatif melalui metode Jigsaw sebagai kelompok eksperimen dan
metode STAD sebagai kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen
metode tersebut dilaksanakan pada pertemuan pertama dan ketiga
dilaksanakan diskusi kelompok dan persentasi kelompok, kedua dan
keeempat dilaksanakan. Kemudian pertemuan terakhir dilaksanakan postes
untuk melihat hasil belajar IPS siswa setelah perlakuan. Sedangkan pada
kelompok kontrol metode tersebut dilaksanakan pada pertemuan pertama
dan ketiga dilaksanakan diskusi kelompok dan persentasi kelompok, kedua
dan keempat dilaksanakan pemberian kuis secara individu dimana nilai
tersebut dapat mempengaruhi nilai masing-masing kelompok. Kemudian
pertemuan terakhir dilaksanakan postes untuk melihat hasil belajar IPS
siswa setelah perlakuan.
2. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
model: Two Group, Pretest posttest design. Rancangan tersebut berbentuk
seperti berikut:
Tabel 4Desain Penelitian Two Group Pretest posttest design
Kelompok Pretes Perlakuan Postes
KE jigsaw O1 Xjigsaw O2
KE STAD O1 XSTAD O2
Keterangan:KE jigsaw: Kelompok eksperimen metode jigsawKE STAD: Kelompok eksperimen metode STADX1 : Perlakuan dengan perlakuan metode JigsawX2 : Perlakuan dengan perlakuan metode STADO1 : Pemberian pretestO2 : Pemberian posttest
48
Dalam desain ini observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu
sebelum dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum
eksperimen (O1) disebut pretest dan observasi sesudah eksperimen (O2)
disebut posttest. Perbedaan antara O1 dan O2 yaitu O1 – O2 diasumsikan
merupakan efek dari perlakuan atau eksperimen.
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah "keseluruhan obyek
penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda sebagai sumber data
yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian"55 Adapun populasi
target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Darussalam Pondok
Labu Jakarta Selatan, sedangkan populasi terjangkaunya adalah siswa kelas
VIII SMP Darussalam yang berjumlah 110 siswa.
Sedangkan sampel adalah "sebagian atau wakil populasi yang
diteliti."56 Sampel dalam penelitian adalah sebagian siswa kelas VIII SMP
Darussalam Pondok Labu Jakarta Selatan berjumlah 66 yang ditetapkan
menggunakan teknik random sampling sederhana (simple random sampling).
Sampel tersebut dibagi dua, yaitu:
1. Kelompok pertama adalah kelompok eksperimen yaitu kelompok yang
melaksanakan pembelajaran IPS menggunakan metode pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw sebanyak 33 orang.
2. Kelompok kedua adalah kelompok kontrol yaitu kelompok yang
melaksanakan pembelajaran IPS menggunakan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD sebanyak 33 orang.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Tes
55Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: RinekaCipta, 1998), h. 115.
56Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,h. 117.
49
Test merupakan penilaian hasil belajar yang bertujuan untuk melihat
kemajuan belajar peserta didik dalam hal ini penguasaan matari pelajaran
siswa setelah mengikuti proses pembelajaran IPS baik yang menggunakan
metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw maupun tipe STAD.
2. Observasi
Observasi merupakan semua bentuk penerimaan data yang dilakukan
dengan cara merekam kejadian, menghitungnya, mengukurnya, dan
mencatatnya. Sedangkan metode observasi adalah suatu usaha sadar untuk
mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis, dengan prosedur
yang terstandar. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data tentang
kondisi umum SMP Darussalam Pondok Labu Jakarta Selatan.
3. Telaah dokumen.
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, leger agenda, dan
sebagainya. Teknik ini digunakan untuk menelaah berbagai dokumen yang
berkaitan dengan data penelitian.
4. Angket
Angket adalah alat pengumpulan informasi dengan cara menyampaikan
sejumlah pertanyaan tertulis untuk menjawab secara tertulis pula oleh
responden, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain.57 Teknik ini
digunakan untuk mendapat data tentang tanggapan siswa terhadap
penerapan metode jigsaw dan STAD.
E. Instrumen Penelitian
1. Definisi Konsep
Hasil belajar IPS siswa adalah nilai atau angka yang dicapai siswa
dalam mata pelajaran IPS yang merupakan simbol dari tingkat penguasaan
siswa terhadap pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh
mata pelajaran tersebut.
57S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 168.
50
2. Definisi Operasional
Hasil belajar IPS siswa adalah nilai atau angka yang dicapai siswa
setelah dilakukan tes oleh peneliti baik pretest maupun post test setelah
dilakukan pembelajaran menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw dan
tipe STAD dengan indikator: 1) menjelaskan arti sistem perekonominan; 2)
mengidentifikasi macam-macam sistem perekonomian; 3) mengidentifikasi
pelaku-pelaku kegiatan perekonomian di Indonesia; 4) mengidentifikasi
kebaikan dan kelemahan macam-macam sistem perekonomian; 5)
Mengidentifikasi ciri-ciri utama perekonomian Indonesia; dan 6)
Mengidentifikasi kebaikan dan kelemahan sistem perekonomian Indonesia.
Instrumen tes digunakan untuk mengukur hasil belajar yang
didasarkan pada aspek kognitif yang meliputi mengingat, memahami,
menerapkan dan menganalisis, dalam bentuk soal pilihan ganda dengan
alternatif 4 jawaban (a, b, c, dan d. Nilai yang diberikan dalam setiap tes
hasil belajar IPS tersebut adalah 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk
jawaban yang salah.
3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Tabel 5Kisi-kisi Instumen Hasil Belajar
KompetensiDasar
Materi Pokok/Pembelajaran
Indikator Nomor SoalAspekyang
diukurSistem Perekonomian Menjelaskan arti sistem
perekonomian14, 20, 42
C 1C 2
Macam-macamsistem ekonomi
Mengidentifikasi macam-macam sistem perekonomian
2, 3, 18, 22, 26, 29,30, 32, 33
C 1
Pelaku-pelakukegiatanperekonomian diIndonesia
Mengidentifikasi pelaku-pelaku kegiatanperekonomian di Indonesia
5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,12, 13, 15, 16, 17,34, 35, 36, 37, 38,39, 40, 41, 47, 48
C 2C 1
Kelebihan dankelemahan sistemekonomi
Mengidentifikasi kebaikandan kelemahan macam-macam sistem perekonomian
1, 4, 25, 31C 4C 2
Ciri-ciri utamaperekonomianIndonesia
Mengidentifikasi ciri-ciriutama perekonomianIndonesia
19, 21, 23, 24, 27,28, 49, 50
C 4, C 1C 5, C2
Mendeskripsikan pelaku-pelakuekonomi dalamsistemperekonomianIndonesia
Kebaikan dankelemahan sistemperekonomianIndonesia
Mengidentifikasi kebaikandan kelemahan sistemperekonomian Indonesia
43, 44, 45, 46
C 1
Jumlah 50
51
Keterangan:
C1 = Menghafal C2 = Memahami C3 = MengaplikasikanC4 = Menganalisis C5 = Mengevaluasi C6 = Mencipta
4. Kalibrasi
1. Validitas
Validitas instrumen diuji dengan menggunakan dengan korelasi
biserial dengan rumus:58
rbis =q
px
S
MM
t
tp −
Keterangan:
rbis = Koefisien korelasi biserial
Mp = Rerata skor pada tes dari peserta tes yang memiliki jawaban
benar
Mt = Rerata skor total
St = Standar deviasi skor total
p = Proporsi peserta tes yang jawabannya benar pada soal (tingkat
kesukaran)
q = 1 – p
Dalam penghitungannya penulis menggunakan bantuan
program statistik SPSS versi 17. Analisis dilakukan terhadap semua
butir instrumen dengan kriteria pengujian dengan membandingkan
rhitung dengan rtabel pada taraf a = 0,05. Jika hasil perhitungan ternyata
rhitung > rtabel maka butir instrumen dianggap valid, sebaliknya jika rhitung
< rtabel maka dianggap tidak valid (invalid), maka instrumen tidak dapat
digunakan dalam penelitian. Dari hasil uji coba yang telah dilakukan
dapat dinyatakan bahwa butir soal yang tidak valid sebanyak 2 butir
yaitu butir soal nomor 11 dan 32.59
58Sumarna Surapranata, Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum 2004,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 51.
59Lampiran 3 Uji Validitas Instrumen Posttest, h. 100.
52
2. Reliabilitas
Koefisien reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk melihat
konsistensi jawaban butir-butir pernyataan yang diberikan oleh
responden Adapun alat analisisnya menggunakan rumus KR-20:60
r11 =
Σ−
− t
t
S
pqS
k
k
1
Keterangan:
r11 = reabilitas instrumen
k = banyak item
p = proporsi subjek yang menjawab item benar
P =N
XΣ
q = proporsi subjek yang menjawab item salah (q = 1 – p)
Σpq = jumlah hasil perkalian p dan q
St = standar deviasi skor total
Setelah didapat hasil, maka ditentukan nilai reliabilitas dengan
mengkonsultasikan pada koefisien reliabilitas tes sebagai berikut:
0,91 – 1,00 : Sangat tinggi
0,71 – 0,90 : Tinggi
0,41 – 0,70 : Cukup
0,21 – 0,40 : Rendah
< 0,20 : Sangat rendah
Setelah dilakukan penghitungan terhadap butir soal yang valid
diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,982 termasuk dalam kriteria sangat
tinggi.61
60Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, h. 163.61Lampiran 4 Uji Reliabilitas Instrumen, h. 105.
53
G. Teknik Analisis Data
Setelah data-data diperoleh maka sebelumnya terlebih dahulu
dilakukan uji persyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji
normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari
populasi berdistribusi normal atau tidak, perhitungannya dengan
menggunakan rumus liliefors. Dan uji homogenitas dilakukan untuk menguji
variasi dari populasi homogen, uji normalitas dilakukan untuk mengetahui
apakah data yang diperoleh homogen atau tidak terhadap dua kelompok
perlakuan. Uji homogenitas dihitung dengan menggunakan rumus fisher,
setelah dilakukan perhitungan normalitas dan homogenitas maka dilakukan
analisis data untuk menguji hipotesis yang telah diajukan, uji ini dilakukan
untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang dignifikan antara siswa yang
diberi perlakuan metode jigsaw dengan perlakuan metode STAD.
Uji hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan rumus “uji t” yaitu:62
t =
+
−++
−
∑ ∑yxyx
yx
NNNN
yx
MM
11
2
22
Keterangan:
t0 = Angka atau koefisien derajat perbedaan Mean kedua kelompokMx = Mean kelompok perlakuan JigsawMy = Mean kelompok perlakuan STADx = Deviasi setiap x2 dari mean x1
y = Deviasi setiap y2 dari mean y1
Nx = Jumlah siswa kelompok JigsawNy = Jumlah siswa kelompok STAD
H. Hipotesis Statistik
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPS pada
pokok bahasan Sistem Perekonomian Indonesia melalui pembelajaran
kooperatif metode Jigsaw dan Metode STAD, maka dapat dirumuskan
hipotesis statistik sebagai berikut:
62 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, h. 280.
54
H0 : µA = µB
Ha : µA # µB
Keterangan
H0 = Hipotesis nihilHa = Hipotesis alternatifµA = Prestasi belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran
kooperatif metode JigsawµB = Prestasi belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran
kooperatif metode STAD
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Gambaran Umum SMP Darussalam Pondok Labu
a. Sejarah Berdirinya SMP Darussalam
Yayasan Pendidikan Darussalam berdiri sejak tahun 1958, pada
masa itu hanya merupakan pendidikan yang bersifat diniyah/pengajian,
yang berlokasi di jalan H. Ipin No. 10 Pondok Labu dengan luas tanah
± 150 M2 dengan jumlah lokal 2 (dua) buah lokal dengan dinding
terbuat dari bilik, bertiang bambu dan beratap daun kirai, dengan
jumlah murid sebanyak ± 100 orang yaitu 40 orang laki-laki dan 60
orang perempuan. Kemudian pada tahun 1959 tahap demi tahap dengan
ambisi dan optimisme masyarakat untuk memasukkan anaknya untuk
belajar dan dididik di sekolah ini hingga jumlah siswa meningkat
mencapai 250 orang siswa. Maka kami sebagai pemimpin sangat sedih
dan iba atas kemauan serta partisipasi masyarakat yang sangat minim
baik dari segi ekonomi apalagi di bidang pendidikan, sampai-sampai
tenaga pengajar/guru rela mengajar dan mendidik tanpa diberi
honor/gaji dan memang benar-benar mengabdi dengan niat lillahi
ta’ala atau semata-mata hanya mengharap ridha Allah.
Kemudian pada tahun 1960 seluruh wali murid serta masyarakat
56
di wilayah pondok labu diundang untuk bermusyawarah agar dapat
membantu untuk memperbaiki sekolah yang memang fisiknya sudah
rapuh/reot, maka dengan hasil musyawarah itu terwujudlah bangunan
lokal baru semi permanent sebanyak 2 (dua) lokal hingga dapat
menampung siswa mencapai 300 siswa, kemudian seluruh wali murid
diundang dan bermusyawarah mengenai honor/gaji guru, dengan hasil
musyawarah tersebut maka wali murid bersedia memberikan uang
bayaran/SPP sebesar Rp. 25.- (Dua puluh lima rupiah)/bulan, mulai
saat itu guru sudah mendapat honor/gaji sebesar Rp. 75,- (Tujuh puluh
lima rupiah) sampai dengan Rp. 125,- (Seratus dua puluh lima
rupiah)/orang. Pada tahun 1961 SPP dinaikkan menjadi Rp. 50,- (lima
puluh rupiah)/bulan sampai seterusnya. Kemudian pada tahun 1962
sampai dengan 1963 jumlah murid bertambah mencapai 400 orang,
sehingga lokal bertambah 1 menjadi 3 lokal, kemudian wali murid
diundang kembali untuk bermusyawarah mengenai waktu kegiatan
belajar, maka kegiatan belajar mengajar dibagi menjadi 2 (Dua) Shift
yaitu pagi dan sore hari dan masyarakat menyetujui atas gagasan itu.
Maka mulai saat itu kegiatan belajar mengajar berjalan stabil dan
lancar.
Pada tahun 1964-1965 terjadilah peristiwa G 30 SPKI dan pada
saat itu secara umum seluruh masyarakat pondok labu merasa
ketakutan karena seluruh pemuka agama menjadi sasaran kekejaman
peristiwa tersebut. Lalu pengurus Yayasan Pendidikan Darussalam
mengajak seluruh masyarakat sekitar untuk berkumpul dan berdoa,
membaca surat Yaasin dan Tahajud demi keselamatan bangsa dan
Negara, khususnya anak kami dari kekejaman kelompok G 30 S PKI.
Alhamdulillah dengan izin Allah selamatlah masyarakat serta anak
didik sehingga proses pendidikan dapat berjalan dengan lancar seperti
semula sesuai harapan masyarakat.
Pada tahun 1966 s.d 1967 sebagian tanah pendiri yayasan
diwakafkan dengan luas ± 2000 M2 yang diperuntukkan untuk
57
pendidikan (sekolah) yang terletak di jalan H. Ipin No. 10 Pondok Labu
Cilandak, Jakarta Selatan, dan pada tahun 1972 s.d. 1973 sekolah sudah
bisa mengadakan kegiatan seperti haplah/perayaan kenaikan kelas
dengan mengundang tokoh masyarakat seperti Camat, Lurah, wali
murid dan seluruh masyarakat yang berkompeten di wilayah Pondok
Labu dan kami juga sudah dapat membuat dan mengajukan proposal
bantuan kepada Pemerintah melalui RPABS dengan tujuan untuk
kelancaran kegiatan pendidikan sekolah. Alhamdulillah diterima dan
dikabulkan sehingga sekolah mendapat bantuan berupa 1 (Satu) unit
gedung, lalu kami beri nama Yayasan Pendidikan Darussalam hingga
sampai sekarang ini dan telah memiliki beberapa jenis pendidikan
antara lain. Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama
(SMP), SMA (UPER), dan memiliki siswa sebanyak ± 600 siswa, dan
tenaga pengajar ± 46 orang. Sejak taun 1973 sampai sekarang ini
sekolah belum ada perubahan atau peningkatan yang besar dan hanya
sekedar mengadakan rehabilitasi dan renovasi.
b. Visi dan Misi SMP Darussalam Pondok Labu
Visi
Utama dalam Akhlaq dan Unggul Dalam Ilmu.
Misi
1). Mengembangkan Potensi Intelektual Siswa
2) Menumbuhkan Akhlaq dan Budi Pekerti Siswa
3) Berpartisipasi Aktif dalam Mengelola dan Meningkatkan Mutu
Pendidikan
c. Struktur Organisasi SMP Darussalam Pondok Labu
Pada saat ini SMP Darussalam Pondok Labu memiliki struktur
organisasi sebagai berikut:
58
Catatan :
: Garis Komando
: Garis Hubungan
Gambar 1. Struktur Organisasi SMP Darussalam
59
2. Praktik Pembelajaran
a. Praktik Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigaw
Dalam penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik
Jigsaw ini siswa terlibat langsung dalam mempelajari dan memahami
suatu materi secara bersama-sama melalui diskusi. Dalam teknik
Jigsaw ini siswa dibagi kelompok-kelompok diskusi dengan dua tahap
diskusi, yaitu diskusi kelompok ahli dan diskusi kelompok asal.
Tahap pertama penerapan teknik Jigsaw pada materi kegiatan
perekonomian Indonesia di kelas VIII-A, guru menjelaskan materi
dasar tentang kegiatan perekonomian Indonesia, tahap kedua, siswa di
bagi ke dalam kelompok asal yang masing-masing berjumlah 6 orang,
tahap ketiga siswa yang memiliki nomor urut yang sama dalam tiap
kelompok bergabung membentuk ahli yang membahas suatu materi
yang telah ditentukan oleh guru, sehingga terbentuk 4 kelompok ahli
yaitu kelompok yang membahas tentang: arti sistem ekonomi, macam-
macam sistem ekonomi, ciri dari sistem ekonomi sosialis, ciri dari
sistem ekonomi campuran, ciri dari sistem ekonomi campuran, cari dari
sistem ekonomi tradisional (pada pertemuan pertama). Pelaku-pelaku
kegiatan perekonomian di Indonesia yang dimaksud dengan BUMN,
yang dimaksud dengan BUMS, yang dimaksud dengan koperasi,
perusahaan-perusahaan yang termasuk ke dalam BUMN, perusahaan-
perusahaan yang termasuk dalam BUMS (Pada pertemuan kedua).
Kelebihan dari sistem ekonomi libera, kelemahan dari sistem ekonomi
liberal, kelebihan dari sistem ekonomi campuran, kelemahan dari
ekonomi campuran (pada pertemuan ketiga), yang dimaksud dengan
sistem perekonomian Indonesia, landasan UUD sistem perekonomian
Indonesia, landasan sistem perekonomian Indonesia yang terkandung
dalam TAP MPRS No. XXII/MPRS/1966, nama lain dari sistem
perekonomian Indonesia, yang dimaksud dengan Demokrasi Ekonomi,
landasan UUD Demokrasi Ekonomi (Pada pertemuan keempat),
kelebihan dari sistem perekonomian Indonesia, Sistem Free Fight
60
Liberalism, Sistem Etatisme, persaingan tidak sehat dalam sistem
perekonomian Indonesia, monopoli dalam sistem perekonomian
Indonesia (pada pertemuan kelima).
Tahap keempat siswa bergabung membentuk kelompok ahli
saling bekerja sama dan berdiskusi untuk membahas dan memahami
materi yang telah diberikan kepada mereka, tahap kelima setelah
berdiskusi, kelompok ahli masing-masing ahli kembali ke kelompok
asalnya bertugas untuk menyampaikan dan mengajarkan materi yang
telah mereka pelajarai kepada anggota kelompok asal lainnya, sehingga
setiap anggota memahami materi pelajaran secara keseluruhan, dan
tahap terakhir pada pertemuan kedua, siswa diberikan tes kemampuan
akhir untuk mengetahui hasil belajar IPS siswa.
Penerapan teknik Jigsaw ini dalam pembelajaran dilakukan
sebanyak 5 kali pertemuan, pada pertemuan pertama penerapan teknik
Jigsaw berdasarkan pengamatan (observasi) suasana kelas terlihat
kurang kondusif, hal ini terlihat dari alokasi waktu yang belum sesuai
rencana belajar, motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan diskusi
kelompok yang masih kurang, baik dalam mengajukan pertanyaan,
memberikan ide dan jawaban, menghargai teman, tanggung jawab
terhadap tugas dan kerjasama antara anggota kelompok.
Pada penerapan teknik Jigsaw pertemuan kedua, ketiga,
keempat dan dan kelima, pelaksanaan pembelajaran dengan teknik
Jigsaw suasana kelas dalam keadaan lebih kondusif dari pertemuan
sebelumnya, hal ini terlihat dari alokasi waktu yang sesuai dengan
rencana pembelajaran, motivasi ssiswa dalam mengikuti kegiatan, yaitu
dengan semakin banyaknya siswa yang aktif dalam diskusi, baik
mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, lebih menghargai
teman dan telah terlihat kerjasama yang cukup baik antara siswa dalam
kelompoknya.
Di akhir pembelajaran dalam teknik Jigsaw guru memberikan
hadiah sebagai penghargaan kepada siswa maupun kelompok yang
61
paling berprestasi dalam hasil belajar, kerjasama dalam kelompok,
maupun keaktifan dan tanggung jawab mereka dalam melakukan tugas
maupun menghargai pendapat orang lain.
b. Praktik Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD
Penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif (Cooperative
Learning) teknik STAD pada kelas VIII-C, siswa terlibat langsung
dalam mempelajari dan memahami materi, siswa secara aktif bersama-
sama yang lain membahas dan memahami materi dalam kelompok.
Pada pokok bahasan kegiatan perekonomian Indonesia dengan
penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik STAD tahap
pertama guru menyampaikan materi dasar kegiatan perekonomian
Indonesia, tahap kedua siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok
kecil yang masing-masing berjumlah 5-6 orang, dimana setiap
kelompok membahas dan mempelajari serta memahami secara
bersama-sama materi yang telah ditentukan. Pada penerapan
pembelajaran kooperatif teknik STAD ini materi pokok dibagi menjadi
lima kali pertemuan, materi diskusi petemuan pertama penerapan
teknik STAD yaitu membahas tentang pelaku-pelaku eknomi dalam
sistem perekonomian Indonesia. Sedangkan materi pada pertemuan
kedua penerapan metode ini yang membahas materi-materi tersebut.
Tahap ketiga penerapan teknik STAD, diskusi kelompok
dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang kemudian
berdiskusi dan saling membantu satu dengan yang lain dalam
kelompoknya agar dapat memahami secara bersama-sama materi yang
telah ditentukan, tahap keempat setelah diskusi kelompok dilakukan
persentasi kelas dimana setiap kelompok mempersentasikan hasil
diskusi kelompoknya dalam kelas dan tahap kelima dilakukan tes
kemampuan akhir pada pertemuan ketujuh untuk mengetahui hasil
belajar siswa.
62
Penerapan teknik STAD dilakukan dalam dua pertemuan,
pertemuan pertama penerapan teknik STAD tidak jauh berbeda dengan
penerapan teknik jigsaw, suasana kelas terlihat kurang kondusif, siswa
masih tampak enggan dan malu untuk aktif dalam diskusi, kerjasama
siswa kurang terbentuk baik dalam diskusi kelompok maupun dalam
persentasi kelas, namun dari segi alokasi waktu penerapan metode ini
sudah cukup sesuai dengan rencana pembelajaran.
Pada pertemuan kedua, ketiga, keempat dan kelima penerapan
teknik STAD siswa sudah nampak terbiasa dengan penerapan metode
ini, dalam diskusi maupun persentasi kelas pada pertemuan ini siswa
tampak sudah dapat bekerjasama dengan cukup baik dan bertanggung
jawab, siswa sudah lebih aktif dalam mengajukan pertanyaan maupun
memberikan gagasan dan menjawab pertanyaan, serta alokasi waktu
yang telah sesuai dengan rencana pembelajaran.
Sama halnya dengan teknik jigsaw pada teknik STAD pun guru
memberikan hadiah sebagai penghargaan kepada siswa dan kelompok
yang berprestasi baik dalam hasil belajar, kerjasama, keaktifan maupun
tanggung jawab dalam melakukan tugas dan menghargai pendapat
orang lain.
3. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw
dan STAD
Dari pengamatan peneliti terhadap kedua kelas tersebut, yaitu
pada kelas jigsaw menunjukkan bahwa sikap siswa selama proses
belajar baik dan aktif sedangkan pada kelas STAD sikap siswa cukup
baik dan cukup aktif dalam mengikuti pembelajaran dan diskusi, hal ini
terlihat dari rasa ingin tahu siswa dengan indikator yaitu mengajukan
pertanyaan dan mengajukan gagasan dalam memecahkan masalah,
aspek keberanian siswa dalam indikator yaitu berani meengemukakan
pendapat, berani mempertahankan pendapat dan berani mengakui
kesalahan dalam mengemukakan pendapat, aspek sifat menghargai
63
siswa dengan indikator yaitu menghargai pendapat orang lain, santun
dalam mengemukakan pendapat dan tidak menjatuhkan pendapat orang
lain.
Untuk memperkuat hasil observasi tersebut diajukan angket
kepada responden guna mengetahui tanggapan siswa terhadap
penerapan kedua metode pembelajaran tersebut yang diberikan kepada
perwakilan siswa dari kelas masing-masing, data berdasarkan indikator
angket dan alternatif jawaban maka disimpulkan sebagai berikut:
a. Berdasarkan indikator untuk mengetahui minat pada pelajaran IPS
maka diperoleh keterangan bahwa umumnya kelas VIII-A yang
diajarkan dengan teknik jigsaw mengatakan bahwa mereka
menyukai pelajaran IPS namun mereka merasa kesulitan dalam
memahami materi, sedangkan pada kelas VIII-C yang diajarkan
dengan teknik STAD mereka umumnya menyatakan bahwa mereka
kurang menyukai pelajaran IPS dan kesulitan untuk memahami
materinya.
b. Dari indikator untuk mengetahui tanggapan siswa pada tahap-tahap
dalam penerapan metode pembelajaran maka dapat disimpulkan
bahwa umumnya siswa menyukai semua tahap dalam kedua
metode pembelajaran tersebut yaitu Jigsaw dan STAD.
c. Indikator untuk mengetahui pengaruh penerapan metode
pembelajaran terhadap proses pembelajaran maka dapat
disimpulkan bahwa siswa menyatakan teknik Jigsaw maupun
STAD dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran.
d. Hasil indikator untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap
penerapan metode pembelajaran; jigsaw maupun STAD maka
disimpulkan bahwa siswa mengatakan menyukai dan merasa cocok
dan menyetujui jika metode pembelajaran tersebut baik jigsaw
maupun STAD diterapkan pada mata pelajaran IPS maupun mata
pelajaran lain, meskipun bagi mereka kedua metode pembelajaran
tersebut merupakan hal yang baru.
64
4. Data Hasil Belajar IPS Siswa
a. Data Hasil Belajar IPS Siswa Kelompok Jigsaw
1) Hasil Pretest Kelompok Jigsaw
Nilai yang diperoleh siswa dari pretest yang dilakukan
terhadap kelompok jigsaw (X1) dapat dipaparkan pada tabel berikut:
Tabel 6Data Hasil Pretest Siswa Kelompok Jigsaw63
NJumlahNilai
NilaiTertinggi
NilaiTerendah
Mean Median ModusSim.Baku
Varian
33 784,5 44 10 23,77 25,25 24,73 7,35 54,017
Apabila data tersebut digambarkan dalam bentuk grafik
histrogram dan poligon, maka terlihat gambar sebagai berikut :
Tabel 7Distribusi Frekuensi Untuk Pembuatan Grafik Histrogram
dan Poligon Variabel X1
Kelas Frekuensi Titik Tengah Batas Nyata
10 – 15 5 12,5 9,5 - 15,5
16 – 21 7 18,5 15,5 - 21,5
22 – 27 12 24,5 21,5 - 27,5
28 – 33 6 30,5 27,5 - 33,5
34 – 39 2 36,5 33,5 - 39,5
40 – 45 1 42,5 39,5 - 45,5
Jumlah 33 -
63Lampiran 5 Hasil Tes Kemampuan Awal Kelompok Jigsaw, h. 107.
65
Gambar 2. Grafik Historgram dan Poligon Variabel X1
Dari tabel dan gambar di atas terlihat bahwa frekuensi
tertinggi terletak pada kelas interval 22 - 27, yaitu 12 dan frekuensi
tersebut berada pada titik tengah 24,5 dan batas nyata 21,5 – 27,5.
2) Hasil Posttest Kelompok Jigsaw
Nilai yang diperoleh siswa dari posttest yang dilakukan
terhadap kelompok jigsaw (X2) dapat dipaparkan pada tabel berikut:
Tabel 8Data Hasil Posttest Siswa Kelompok Jigsaw64
NJumlahNilai
NilaiTertinggi
NilaiTerendah
Mean Median ModusSim.Baku
Varian
33 2767,5 97 65 83,86 88,71 86,63 5,773 33,322
Apabila data tersebut digambarkan dalam bentuk grafik
histrogram dan poligon, maka terlihat gambar sebagai berikut :
64Lampiran 6 Hasil Tes Kemampuan Awal Kelompok Jigsaw, h. 111.
9,5 15,5 21,5 27,5 33,5 39,5 45,5
66
Tabel 9Distribusi Frekuensi Untuk Pembuatan Grafik Histrogram
dan Poligon Variabel X2
Kelas Frekuensi Titik Tengah Batas Nyata
65 – 70 1 67,5 64,5 - 70,571 – 76 1 73,5 70,5 - 76,577 – 82 11 79,5 76,5 - 82,583 – 88 14 85,5 82,5 - 88,589 – 94 5 91,5 88,5 - 94,595 – 100 1 97,5 94,5 - 100,5Jumlah 33 -
Gambar 3. Grafik Historgram dan Poligon Variabel X2
Dari tabel dan gambar di atas terlihat bahwa frekuensi
tertinggi terletak pada kelas interval 83 - 88, yaitu 14 dan frekuensi
tersebut berada pada titik tengah 85,5 dan batas nyata 82,5 – 88,5.
Adapun besarnya nilai rata-rata peningkatan hasil belajar siswa
yang diajar menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw adalah sebesar
60,27.65
65Lampiran 15 Uji Hipotesis Data, h. 133.
64,5 70,5 76,5 82,5 88,5 94,5 100,5
67
b. Data Hasil Belajar IPS Siswa Kelompok STAD
1) Hasil Pretest Kelompok STAD
Nilai yang diperoleh siswa dari pretest yang dilakukan
terhadap kelompok STAD (Y1) dapat dipaparkan pada tabel berikut:
Tabel 10Data Hasil Pretest Siswa Kelompok STAD66
NJumlahNilai
NilaiTertinggi
NilaiTerendah
Mean Median ModusSim.Baku
Varian
33 634 36 6 19,21 17,11 16,21 7,29 53,08
Apabila data tersebut digambarkan dalam bentuk grafik
histrogram dan poligon, maka terlihat gambar sebagai berikut :
Tabel 11Distribusi Frekuensi Untuk Pembuatan Grafik Histrogram
dan Poligon Variabel Y1
Kelas Frekuensi Titik Tengah Batas Nyata
6 – 10 6 8 5,5 - 10,5
11 – 15 1 13 10,5 - 15,5
16 – 20 14 18 15,5 - 20,5
21 – 25 6 23 20,5 - 25,5
26 – 30 4 28 25,5 - 30,5
31 – 35 1 33 30,5 - 35,5
36 – 40 1 38 35,5 - 40,5
Jumlah 33 -
66Lampiran 7 Hasil Tes Kemampuan Awal Kelompok Jigsaw, h. 115.
68
Gambar 4. Grafik Historgram dan Poligon Variabel Y1
Dari tabel dan gambar di atas terlihat bahwa frekuensi
tertinggi terletak pada kelas interval 16 - 20, yaitu 14 dan frekuensi
tersebut berada pada titik tengah 18 dan batas nyata 16,5 – 20,5.
2) Hasil Posttest Kelompok STAD
Nilai yang diperoleh siswa dari posttest yang dilakukan
terhadap kelompok STAD (Y2) dapat dipaparkan pada tabel berikut:
Tabel 12Data Hasil Posttest Siswa Kelompok STAD67
NJumlahNilai
NilaiTertinggi
NilaiTerendah
Mean Median ModusSim.Baku
Varian
33 2450 88 58 74,24 78,125 75,74 5,657 32,002
Apabila data tersebut digambarkan dalam bentuk grafik
histrogram dan poligon, maka terlihat gambar sebagai berikut :
67Lampiran 8 Hasil Tes Kemampuan Awal Kelompok Jigsaw, h. 119.
5,5 10,5 15,5 20,5 25,5 30,5 35,5 40,5
69
Tabel 13Distribusi Frekuensi Untuk Pembuatan Grafik Histrogram
dan Poligon Variabel Y2
Kelas Frekuensi Titik Tengah Batas Nyata
58 - 62 1 60 57,5 - 62,563 - 67 1 65 62,5 - 67,568 - 72 11 70 67,5 - 72,573 - 77 12 75 72,5 - 77,578 - 82 6 80 77,5 - 82,583 - 87 1 85 82,5 - 87,588 - 92 1 90 87,5 - 92,5Jumlah 33 -
Gambar 5. Grafik Historgram dan Variabel Y2
Dari tabel dan gambar di atas terlihat bahwa frekuensi
tertinggi terletak pada kelas interval 73 - 77, yaitu 12 dan frekuensi
tersebut berada pada titik tengah 75 dan batas nyata 72,5 – 77,5.
Adapun besarnya nilai rata-rata peningkatan hasil belajar siswa
yang diajar menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw adalah sebesar
54,60668
68Lampiran 15 Uji Hipotesis Data, h. 133.
57,5 62,5 67,5 72,5 77,5 82,5 87,5 92,5
70
Untuk memberi gambaran menyeluruh terhadap data hasil belajar
pretest dan posttest siswa menggunakan metode jigsaw dan STAD, penulis
paparkan tabel data perbandingan mean hasil belajar siswa sebagai berikut:
Tabel 14Perbandingan Mean Hasil Belajar Siswa Kelompok Jigsaw dan STAD
Pretest Posttest GainKelompok Jigsaw 23,77 83,86 60,09Kelompok STAD 19,21 74,24 55,03
Gain 4,56 9,62
B. Uji Persyaratan Analisis Data
1. Uji Normalitas Data
Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari
populasi berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas
(Liliefors). Kriteria uji normalitas adalah Ho diterima jika Lhitung lebih besar
dari Ltabel, atau Ho ditolak jika Lhitung lebih kecil dari Ltabel. Dengan
ditolaknya Ho berarti data dalam penelitian berasal dari populasi
berdistribusi normal, jika Ho diterima berarti data berasal dari populasi
berdistribusi tidak normal.
Setelah dilakukan perhitungan diperoleh Lhitung pretes kelompok
jigsaw sebesar 0,1488, Lhitung postes kelompok jigsaw sebesar 0,1354,
Lhitung pretes kelompok STAD sebesar 0,1295, dan Lhitung postes kelompok
STAD sebesar 0,1359. Jika dikonsultasikan dengan tabel Liliefors pada
taraf signifikansi = 0.05 dan N = 33 diperoleh Ltabel 0,1542. Dengan
demikian Ho ditolak karena Lhitung lebih kecil dari Ltabel (0,1295 < 0,1354 <
0,1359 < 0,1488 < 0,1542). Sehingga dapat disimpulkan bahwa data pada
variabel X1, X2, Y1, dan Y2 berasal dari populasi berdistribusi normal.69
69Lampiran 9-12 Uji Normalitas Data Kelompok Jigsaw dan STAD, h. 123-129.
71
Tabel 15Uji Normalitas Variabel X1, X2, Y1, dan Y2 dari 33 Responden
Lhitung
Kelompok Jigsaw Kelompok STADn α
Pretes Postes Pretes Postes
Ltabel Keputusan
33 0,05 0,1488 0,1354 0,1295 0,1359 0,1542 Ho ditolak
2. Uji Homogenitas Data
Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari
populasi yang homogen atau tidak, maka dilakukan uji homogenitas
dengan Uji Fisher. Kriteria uji homogenitas adalah Ho diterima jika Fhitung
lebih besar dari Ftabel, atau Ho ditolak jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel.
Dengan ditolaknya Ho berarti data dalam penelitian berasal dari populasi
yang homogen, jika Ho diterima berarti data berasal dari populasi yang
tidak homogen.
Hasil perhitungan uji homogenitas kelompok jigsaw diperoleh
Fhitung sebesar 1,2732 dan pada kelompok STAD diperoleh Fhitung sebesar
1,2878 Jika dikonsultasikan dengan Ftabel pada taraf signifikansi 0,05
dengan dk penyebut 32 dan dk pembilang 32 diperoleh Ftabel sebesar 1,82.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa data pada kelompok jigsaw dan
kelompok STAD berasal dari populasi yang homogen, karena Fhitung lebih
kecil dari Ftabel (1,2732 < 1,2878 < 1,82). 70
Tabel 16Uji Homogenitas Data Kelompok Jigsaw dan Kelompok STAD
Fhitung
N α KelompokJigsaw
KelompokSTAD
Ftabel Keputusan
33 0,05 1,2732 1,2878 1,82 Ho ditolak
70Lampiran 13-14 Uji Homogenitas Data Kelompok Jigsaw dan STAD, h. 131-132.
72
C. Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara hasil belajar IPS
siswa antara yang diajarkan dengan teknik Jigsaw dengan teknik STAD maka
dilakukan uji t (uji beda). Kriteria uji hipotesis data adalah Ho diterima jika
thitung lebih kecil dari ttabel, atau Ho ditolak jika thitung lebih kecil dari ttabel.
Dengan ditolaknya Ho berarti data dalam penelitian terbukti bahwa hasil
belajar IPS antara siswa yang diajar dengan teknik jigsaw dan STAD adalah
berbeda secara signifikan.
Hasil dari perhitungan skor variabel X (hasil belajar IPS siswa
menggunakan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw) dan skor variabel Y
(hasil belajar IPS siswa menggunakan pembelajaran kooperatif teknik STAD),
dimasukkan ke dalam rumus uji t untuk membandingkan kedua skor varibael
tersebut, sehingga diperoleh thitung sebesar 3,0214. Dengan db = 64 (32 + 32 -2)
diperoleh ttabel pada taraf signifikan α = 0,05 sebesar 2,00 dan dari hasil
perhitungan diperoleh thitung sebesar 3,0214, maka dengan demikian dari
hitungan diperoleh thitung > ttabel yaitu 3,0214 > 2,00 sehingga dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian berarti
perbedaan antara hasil belajar IPS siswa antara yang diajar dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dengan
teknik STAD. 71
Tabel 17Signifikansi Uji t Variabel X dengan Variabel Y
N α thitung ttabel Keputusan66 0,05 3,0214 2,00 Ho ditolak
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil analisis data menunjukkan nilai rata-rata peningkatan hasil
belajar IPS siswa kelas VIII-A yang diajarkan dengan menggunakan teknik
Jigsaw yaitu 60,27 dan nilai rata-rata peningkatan hasil belajar belajar IPS
siswa kelas VIII-C yang diberikan pembelajaran dengan teknik STAD yaitu
71Lampiran 15 Uji Hipotesis Data, h. 133.
73
54,606 dengan nilai thitung 3,0214 dan nilai ttabel 2,00, hal ini menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa antara yang diberikan
pembelajaran melalui teknik jigsaw dengan teknik STAD, yaitu bahwa hasil
belajar IPS siswa yang diberikan pembelajaran melalui teknik jigsaw lebih
baik dibandingkan dengan hasil belajar IPS siswa yang diberikan
pembelajaran dengan menggunakan teknik STAD. Hal ini dimungkinkan
karena pendekatan pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw lebih banyak
menekankan kepada tanggung jawab pribadi sebagai kelompok ahli yang
harus menguasai dan mengajarkan serta memberikan pemahaman materi yang
telah ia pelajari kepada teman kelompoknya yang lain sehingga setiap siswa
mempunyai tanggung jawab agar setiap kelompoknya memahami materi
secara keseluruhan, sedangkan pada kelompok STAD tanggung jawab yang
diberikan adalah memahami dan menyelesaikan suatu tugas secara bersama-
sama.
Namun pada dasarnya, sebagaimana dipaparkan dalam teori, bahwa
kedua metode pembelajaran kooperatif tersebut dapat merangsang siswa
terlibat secara aktif untuk bekerjasama, berdiskusi dan saling membantu antar
anggota kelompok dalam belajar sehingga mereka dapat mengkonstruk sendiri
pemahaman mereka secara bersama-sama. Walaupun, masih terdapat siswa
yang masih enggan terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat
pada hasil angket yang menunjukkan bahwa mereka menyukai kedua metode
pembelajaran ini namun belum terbiasa karena kedua metode ini masih baru
bagi mereka.
Dalam kedua pembelajaran tersebut, siswa yang biasanya belajar
secara individu, tanpa kompetisi dan penghargaan dicoba dikondisikan dengan
adanya kompetisi dan penghargaan yang menjadi motivasi bagi keberhasilan
belajar mereka, serta suasana pembelajaran dapat menjadi lebih hidup dan
bervariasi. Kedua pembelajaran ini juga dapat menciptakan suasana kegiatan
belajar mengajar yang baik, karena siswa tidak cepat merasa bosan dalam
belajar dan dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa karena siswa dilatih
untuk berpendapat, menghargai perbedaan dan termotivasi untuk
74
meningkatkan prestasinya karena adanya persaingan dan penghargaan yang
diberikan.
Lain dari pada itu, hasil penelitian ini nampaknya sejalan dengan hasil
penelitian terdahulu, bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dengan
menggunakan metode kooperatif teknik jigsaw berbeda dengan hasil belajar
yang dicapai siswa dengan menggunakan metode kooperatif teknik STAD.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian lain yang menyatakan
bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan metode kooperatif teknik
jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa menggunakan
metode kooperatif teknik STAD.
75
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan
bahwa:
1. Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang
diajarkan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif (Cooperative
Learning) teknik jigsaw dengan siswa yang diajar denga pembelajaran
kooperatif (Cooperative Learning) teknik STAD dalam pelajaran IPS
denga diperoleh nilai thitung > ttabel yaitu 3,0214 > 2,00.
2. Hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan metode kooperatif
(Cooperative Learning) teknik jigsaw lebih tinggi jika dibandingkan
dengan hasil belajar yang dicapai dengan menggunakan metode kooperatif
teknik STAD, di mana rata-rata gain pretest dan posttest kelompok jigsaw
sebesar 60,27 dan rata-rata gain pretest dan posttest kelompok jigsaw
sebesar 54,606.
3. Metode kooperatif (Cooperative Learning) teknik jigsaw dan STAD
merupakan metode pembelajaran yang baru bagi para siswa, namun dari
hasil angket yang diberikan, siswa merasa kedua metode pembelajaran
tersebut cukup dapat membantu mereka dalam memahami pelajaran dan
mereka cukup menyukai penerapan kedua metode pembelajaran tersebut
76
dalam pembelajaran IPS. Hasil angket menunjukkan bahwa sikap siswa
cukup baik pada ketiga aspek sikap yang diukur yaitu rasa ingin tahu,
keberanian dan sifat menghargai.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, saran dalam penelitian ini adalah:
1. Guru diharapkan mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang cukup
untuk memilih metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi
yang diajarkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Di antara
metode pembelajaran yang sudah sepatutnya dikuasai guru adalah metode
jigsaw dan STAD, di mana kedua metode tersebut tidak hanya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa tapi juga dapat membentuk kompetensi
sosial siswa.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah pendekatan
pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dan STAD dapat diterapkan serta
memberikan hasil dan perbedaan yang lebih baik lagi pada topik maupun
mata pelajaran yang lain dan meningkatkan motivasi belajar yang lebih
baik lagi bagi siswa.
77
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:Rineka Cipta, 1998.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: BalaiPustaka, 2007.
Fathurrahman, Pupuh, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Refika Aditama,2007.
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bumi Aksara, 2001.
http://aryjanoe10.blogspot.com/2010/04/hubungan-perkembangan-kognitif-efektif.html
http://dhar321.blogspot.com/2010/10/metode pembelajaran kooperatif. html
http://hestichemistryunj.blogspot.com/2010/02/teori-belajar.html
http://mihecheery.blogspot.com/2010/06/metode-pembelajaran-stad.html
http://www.jigsaw.org.
http://yusti-arini.blogspot.com/2009/08/model-pembelajaran-kooperatif.html
Isjoni, Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok,Bandung: Alfabeta, 2007.
Lie, Anita, Cooperative Learning: Memperaktikan Cooperative Learning diRuang-ruang Kelas, Jakarta : PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia,2007.
Margono, S, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Mudzakir, Ahmad, Psikologi Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Nazir, M, Metode Penelitain, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.
Partana, Crys Fajar, "Kajian Efektifitas Penerapan Metode PembelajaranKooperatif Tipe Jigsaw dan STAD Pada Mata Pelajaran IPA Aspek Kimiadi SMP 2 Mlati Slemen", dalam Jurnal Cakrawala Pendidikan, Juni 2008,Th. XXVII, No. 2.
78
Purwanto, M Ngalim, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2001.
Roqib, Moh., Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: LKiS, 2009.
Sanjana, Wina, Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006.
Santoso, Barokah, Cooperative Learning: Penerapan Teknik Jigsaw DalamPembelajaran Bahasa Indonesia di SLTP, Buletin Pelangi Pendidikan, vol.1 No. 1, Tahun 1998,
Soilhatin, Etin, dkk., Cooperative Learning, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar Bandung: RemajaRosdakarya, 2008
Sunaryo, Psikologi Untuk Keperawatan, Jakarta: EGC, 2004.
Surapranata, Sumarna, Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum2004, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1998.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Suatu Pendekatan Baru, Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2000.
Tjundjing, Sia, Hubungan Antara IQ, EQ, dan QA dengan Prestasi Studi PadaSiswa SMU, Jurnal Anima Vol.17 No.1, 2001.
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,Jakata: Prestasi Pustaka, 2007.
Widyantini, Th., Model Pembelajaran Matematika dengan PendekatanKooperatif, Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional PusatPengembangan dan Penataran Guru Matematika, 2006.
Winkel, WS, Psikologi Pengajaran Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia WidiasaranaIndonesia, 1999.
Wirawan, Sarilito, Psikologi Remaja, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1997.
79
Lampiran 1
INSTRUMEN PENELITIAN
SOAL PRETESNAMA :NIS :KELAS :
1. Jika suatu negara menyerahkan aktivitas ekonominya kepada perseorangan,sistem ekonomi yang dianutnya, yaitu....a. tradisional c. komandob. pasar d. etatisme
2. Indonesia menganut system ekonomi....a. tradisional c. komandob. pasar d. Pancasila
3. Berikut ini yang bukan cirri negative yang harus dihindari dalam demokrasiekonomi, yaitu....a. free fight liberalismb. etatismec. monopoli yang merugikand. swastanisasi BUMN
4. Salah satu kebaikan system ekonomi campuran, yaitu....a. pemerintah membantu pengusaha swastab. pemerintah daerah menjadi pengambil keputusan di daerahc. pihak swasta menjadi penyalur barang-barang pemerintahd. pihak swasta diberi kebebasan meminjam dana dari badan keuangan
internasional
5. Negara bersifat dominan dalam mengatur perekonomian. Hal ini merupakanciri....a. pasar c. monopolib. komando d. kapitalis
6. Rakyat bebas memilih jenis usaha yang tidak menguasai hajat hidup orangbanyak merupakan ciri system ekonomi....a. komando c. pasarb. campuran d. tradisional
7. Dapat menciptakan kesenjangan antara masyakat kaya dan miskin. Haltersebut, merupakan kelemahan dari system ekonomi....a. pasar c. komandob. tradisional d. etatisme
80
8. Salah satu ciri yang menonjol pada sistem perekonomian komando atausosialisme komunisme adalah ....a. tidak ada pasar bebasb. peran mekanisme pasar sangat menonjolc. campur tangan pemerintah dibatasi seminimal mungkind. hak milik pribadi dijamin dan dilindungi pemerintah
9. Sistem perekonomian di Indonesia dalam kenyataannya adalah....a. sistem ekonomi campuranb. sistem perekonomian pancasilac. sistem ekonomi kerakyatand. sistem kapitalisme
10. Sistem perekonomian tiap-tiap negara tidak sama karena sistem ekonomi....a. identik dengan sistem pemerintahanb. mempunyai tujuan yang berbedac. mencerminkan perbedaan cara menyelesaikan masalah perekonomiand. tergantung ideologi politiknya
11. Sistem perekonomian yang dianut oleh bangsa Indonesia berdasarkanasas………….a. gotong royong dan kekeluargaanb. demokrasi ekonomic. kebebasan tanggung jawabd. keadilan sosial
12. Berikut ini merupakan hal-hal yang harus dihindari dalam demokrasiekonomi, kecuali....a. sistem etatisme c. monopolib. sistem free fight liberalism d. perhatian terhadap rakyat
13. Dalam sistem perekonomian etatisme, perekonomian dikendalikan oleh....a. kaum bermodal c. negarab. rakyat d. Individu
14. Demokrasi ekonomi adalah ....a. Pemerintah mengarahkan semua kegiatan ekonomi masyarakatb. Pemerintah mengontrol kegiatan para pelaku ekonomic. Masyarakat berperan aktif dalam kegiatan ekonomi bersama pemerintahd. Masyarakat menentukan sendiri apa dan bagaimana barang dan jasa
diproduksi15. Berikut ini sistem ekonomi yang pernah berlaku di negara kita, kecuali....
a. sistem ekonomi campuran c. sistem ekonomi sosialisb. sistem ekonomi Pancasila d. sistem ekonomi liberal
16. Kebaikan sistem ekonomi liberal antara lain adalah....a. kemakmuran masyarakat terjamin
81
b. adanya monopolic. pemerintah bertanggung jawab penuh atas kesejahteraan rakyatd. adanya persaingan yang mendorong kemajuan bersama
17. Pada sistem ekonomi liberal modal memegang peranan penting, sehinggaperekonomian negara dikendalikan oleh para pemilik modal. Oleh karena itu,system ekonomi libera juga disebut....a. etatisme c. kapitalismeb. terpimpin d. campuran
18. Dibawah ini merupakan ciri-ciri sistem ekonomi Indonesia, kecuali....a. perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaanb. cabang-cabang produksi dikuasai oleh negarac. fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara negarad. tiap warga negara bebas memilik pekerjaan yang layak
19. Sistem ekonomi yang dianut negara kita adalah sistem....a. ekonomi liberal c. demokrasi ekonomib. ekonomi campuran d. ekonomi sosialis
20. Salah satu kebaikan dari penerapan sistem ekonomi liberal adalah ....a. menumbuhkan motivasi masyarakat untuk berkreasib. mengutamakan kepentingan rakyatc. kemakmuran rakyat yang meratad. pemerintah bertanggung jawab terhadap perkembangan ekonomi
21. Negara mengendalikan kehidupan ekonominya, berarti negara tersebutmenganut sistem ekonomi....a. liberal c. bebasb. etatisme d. terpimpin
22. Pernyataan yang benar mengenai sistem ekonomi sosialis adalah ....a. manusia diberi kebebasan untuk berkaryab. kemakmuran masyarakat secara merata dan tidak ada penindasan ekonomic. setiap orang akan bebas bersaing dalam bidang ekonomid. menjamin kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi
23. Sistem perekonomian sosialis mempunyai kelemahan, yaitu....a. ada perbedaan kelompok antara kaya dan miskinb. kemakmuran masyarakat yang tidak meratac. adanya kebebasan dalam berusaha dan bersaingd. kurang mendorong orang untuk aktif berprestasi
24. Sistem perekonomian yang lebih mengutamakan keuntungan individu tanpamemperhatikan kepentingan masyarakat adalah ....
82
a. sistem perekonomian liberalb. sistem perekonomian sosialisc. sistem perekonomian campurand. sistem perekonomian ekonomi
25. Berikut ini yang merupakan ciri sistem ekonomi sosialis yaitu ....a. kegiatan ekonomi bertujuan mencari labab. pemilik modal besar semakin bertambah kuatc. kegiatan ekonomi dilakukan oleh swastad. hak milik swasta atau perorangan tidak diakui
26. Kebaikan sistem ekonomi Demokrasi adalah Perekonomian disusun sebagaiusaha bersama berdasar atas asas....a. kepentingan bersamab. kekeluargaanc. kesejahteraan kelompokd. kesejahteraan masyarakat
27. Salah satu kelemahan sistem perekonomian Indonesia adalah adanya Sistemfree fight liberalism. Sistem free fight liberalism adalah....a. sistem persaingan bebas yang saling menghancurkan dan dapat
menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia,alam dan bangsa lainsehingga dapat menimbulkan kelemahan ekonomi rakyat
b. sistem persaingan bebas yang saling menghancurkan dan dapatmenumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan bangsa lain sehinggadapat menimbulkan kelemahan struktural ekonomi demokrasi
c. sistem persaingan bebas yang saling menghancurkan dan dapatmenumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan bangsa lain sehinggadapat menimbulkan kelemahan struktural ekonomi nasional
d. sistem persaingan bebas yang saling menguntungkan dan dapatmenumbuhkan eksploitasi terhadap manusia bangsa lain sehingga dapatmenimbulkan kelemahan struktural ekonomi nasional
28. Ciri persaingan sistem ekonomi Indonesia adalah tidak sehat dan pemusatankekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam bentuk....a. monopoli yang merugikan masyarakatb. monopoli yang merugikan pemerintahc. monopoli yang merugikan bangsa laind. monopoli yang merugikan pasar
29. Ciri-Ciri Positif Sistem Ekonomi Demokrasi adalah Warga negara memilikikebebasan dalam memilih....a. pekerjaan yang sesuai ijazahb. pekerjaan yang sesuai dengan umurnyac. pekerjaan yang sesuai dengan letak rumahnyad. pekerjaan yang sesuai dengan kehendak
83
30. Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara adalah bagian darikebaikan dari sistem ekonomi....a. Sistem Ekonomi pasarb. Sistem Ekonomi Demokrasic. Sistem Ekonomi komandod. Sistem Ekonomi campuran
31. Sistem ekonomi adalah....a. Sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk mengalokasikan sumber
daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di negaratersebut
b. sistem yang digunakan oleh suatu daerah untuk mengalokasikan sumberdaya manusia yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasidi daerah tersebut
c. sistem yang digunakan oleh suatu individu untuk mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di daerahtersebut
d. sistem yang digunakan oleh suatu kelompok untuk mengalokasikansumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasidi negara tersebut
32. Bentuk usaha yang sesuai dengan bunyi pasal 33 ayat ( 1 ) adalah....a. Koperasib. BUMNc. Firmad. Yayasan
33. Nama lain dari sistem ekonomi terpusat adalah....a. Liberalb. Kapitalisc. Komandod. Campuran
34. Sistem ekonomi campuran mengkombinasikan berbagai sistem ekonomi yangada, khususnya mengambil segi positif dari sistem ekonomi....a. Kapitalis dan Sosialisb. Komando dan Tradisionalc. Tradisional dan Kapitalisd. Liberal dan Terpusat
35. Liberal adalah nama lain dari sistem ekonomi....a. Kapitalisb. Sosialisc. Tradisionald. Terpusat
84
36. Sistem ekonomi Indonesia sering di sebut sistem ekonomi…a. Komandob. Kerakyatanc. Terpusatd. Tradisional
37. Dapat mencegah timbulnya sistem ekonomi komando adalah ciri dari sistemekonomi....a. Indonesiab. Liberalc. Sosialisd. Terpusat
38. Jika suatu negara menyerahkan aktivitas ekonominya kepada perseorangan,sistem ekonomi yang dianutnya, yaitu....a. tradisional c. komandob. pasar d. etatisme
39. Indonesia menganut system ekonomi....a. tradisional c. komandob. pasar d. Pancasila
40. Berikut ini yang bukan cirri negative yang harus dihindari dalam demokrasiekonomi, yaitu....a. free fight liberalismb. etatismec. monopoli yang merugikand. swastanisasi BUMN
41. Sistem ekonomi adalah....a. sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk mengalokasikan sumber
daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di negaratersebut
b. sistem yang digunakan oleh suatu daerah untuk mengalokasikan sumberdaya manusia yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi didaerah tersebut
c. sistem yang digunakan oleh suatu individu untuk mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di daerahtersebut
d. sistem yang digunakan oleh suatu kelompok untuk mengalokasikansumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi dinegara tersebut
42.Bentuk perusahaan negara yang seluruh modalnya milik negara, dipimpin olehseorang dirjen dari departemen, dan pegawainya berstatus pegawai negerisipil, yaitu ....a. Perusahaan umumb. Perusahaan jawatanc. Perseroan terbatas
85
d. Perusahaan umum
43. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) termasuk perusahaan....a. Umumb. Jawatanc. Daerahd. Perseorangan
44. Salah satu ciri usaha informal, yaitu ....a. Tidak perlu izin usahab. Harus memiliki surat izin usahac. Berskala usaha besard. Berstatus badan hukum
45. Berikut yang bukan prinsip usaha koperasi, yaitu ....a. Keanggotaan sukarela dan terbukab. Kemandirianc. Kekuasaan tertinggi ada pada rapat anggotad. Ada pembatasan balas jasa terhadap modal
46. Mencari laba sebesar-besarnya merupakan ciri perusahaan negara yangberbentuk ....
a. Perusahaan jawatanb. Perusahaan umumc. Perseroan terbatasd. Perusahaan daerah
47. Sektor informal; yang bergerak di bidang usaha ekstraktif, diantaranya ....a. Tukang cukurb. Tukang gali pasirc. Tukang becakd. Tukang sayur
48. Dalam sistem perekonomian etatisme, perekonomian dikendalikan oleh....a. kaum bermodal c. negarab. rakyat d. Individu
49.Negara mengendalikan kehidupan ekonominya, berarti negara tersebutmenganut sistem ekonomi....a. liberal c. bebasb. etatisme d. terpimpin
50. Pernyataan yang benar mengenai sistem ekonomi sosialis adalah ....a. manusia diberi kebebasan untuk berkaryab. kemakmuran masyarakat secara merata dan tidak ada penindasan ekonomic. setiap orang akan bebas bersaing dalam bidang ekonomid. menjamin kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi
86
KUNCI JAWABAN
No. Soal Jawaban No. Soal Jawaban12345678910111213141516171819202122232425
BDDBBBAAADADCCCDCCCADBDAD
26272829303132333435363738394041424344454647484950
BAADBAACDABABDDABCADCACDB
87
SOAL POSTES
NAMA :NIS :KELAS :
1. Salah satu kebaikan system ekonomi campuran, yaitu....a. pemerintah membantu pengusaha swastab. pemerintah daerah menjadi pengambil keputusan di daerahc. pihak swasta menjadi penyalur barang-barang pemerintahd. pihak swasta diberi kebebasan meminjam dana dari badan keuangan
internasional
2. Negara bersifat dominan dalam mengatur perekonomian. Hal ini merupakanciri....a. pasar c. monopolib. komando d. kapitalis
3. Rakyat bebas memilih jenis usaha yang tidak menguasai hajat hidup orangbanyak merupakan ciri system ekonomi....a. komando c. pasarb. campuran d. tradisional
4. Dapat menciptakan kesenjangan antara masyakat kaya dan miskin. Haltersebut, merupakan kelemahan dari system ekonomi....a. pasar c. komandob. tradisional d. etatisme
5. Bentuk perusahaan negara yang seluruh modalnya milik negara, dipimpinoleh seorang dirjen dari departemen, dan pegawainya berstatus pegawainegeri sipil, yaitu ....e. Perusahaan umumf. Perusahaan jawatang. Perseroan terbatash. Perusahaan umum
6. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) termasuk perusahaan....a. Umumb. Jawatanc. Daerahd. Perseorangan
7. Berikut yang bukan termasuk perusahaan BUMN, yaitu ....a. PT. Telkomb. PT PLNc. PT KAI
88
d. PT RCTI
8. Salah satu ciri usaha informal, yaitu ....a. Tidak perlu izin usahab. Harus memiliki surat izin usahac. Berskala usaha besard. Berstatus badan hukum
9. Berikut yang bukan prinsip usaha koperasi, yaitu ....e. Keanggotaan sukarela dan terbukaf. Kemandiriang. Kekuasaan tertinggi ada pada rapat anggotah. Ada pembatasan balas jasa terhadap modal
10. Mencari laba sebesar-besarnya merupakan ciri perusahaan negara yangberbentuk ....
a. Perusahaan jawatanb. Perusahaan umumc. Perseroan terbatasd. Perusahaan daerah
11. Sektor informal; yang bergerak di bidang usaha ekstraktif, diantaranya ....a. Tukang cukurb. Tukang gali pasirc. Tukang becakd. Tukang sayur
12. BUMN yang bertujuan semata-mata untuk public service, yaitu....a. Perusahaan jawatanb. Perusahaan umumc. Perseroan terbatasd. Badan usaha milik negara
13. Tujuan utama koperasi, yaitu ....a. Meningkatkan kesejahteraan rakyatb. Meningkatan kesejahteraan anggotac. Meningkatan kesejahteraan pengurusd. Meningkatkan laba
14. Berikut yang bukan merupakan faktor internal yang mempengaruhi sistemekonomi suatu negara, yaitu ....a. Sistem pemerintahanb. Pengaruh politik dunia internasionalc. Sistem politikd. Ideologi suatu negara
89
15. Pegawai kantor pegadaian berstatus....a. Pegawai negerib. Pegawai perusahaan umumc. Pegawai swastad. Pegawai pemerintah daerah
16. Contoh perusahaan berbentuk BUMN yang bergerak di bidang ekstraktif,yaitu ....a. Pegadaianb. Pertaminac. PT KAId. PT Telkom
17. Salah satu contoh usaha yang termasuk sektor usaha informal, yaitu ....a. Warung nasib. IPTNc. Koperasid. PDAM
18. Salah satu ciri yang menonjol pada sistem perekonomian komando atausosialisme komunisme adalah ....a. tidak ada pasar bebasb. peran mekanisme pasar sangat menonjolc. campur tangan pemerintah dibatasi seminimal mungkind. hak milik pribadi dijamin dan dilindungi pemerintah
19. Sistem perekonomian di Indonesia dalam kenyataannya adalah....a. sistem ekonomi campuranb. sistem perekonomian pancasilac. sistem ekonomi kerakyatand. sistem kapitalisme
20. Sistem perekonomian tiap-tiap negara tidak sama karena sistem ekonomi....a. identik dengan sistem pemerintahanb. mempunyai tujuan yang berbedac. mencerminkan perbedaan cara menyelesaikan masalah perekonomiand. tergantung ideologi politiknya
21. Sistem perekonomian yang dianut oleh bangsa Indonesia berdasarkan asas....a. gotong royong dan kekeluargaanb. demokrasi ekonomic. kebebasan tanggung jawabd. keadilan sosial
22. Dalam sistem perekonomian etatisme, perekonomian dikendalikan oleh....a. kaum bermodal c. negarab. rakyat d. individu
90
23. Demokrasi ekonomi adalah ....a. Pemerintah mengarahkan semua kegiatan ekonomi masyarakatb. Pemerintah mengontrol kegiatan para pelaku ekonomic. Masyarakat berperan aktif dalam kegiatan ekonomi bersama pemerintahd. Masyarakat menentukan sendiri apa dan bagaimana barang dan jasa
diproduksi
24. Berikut ini sistem ekonomi yang pernah berlaku di negara kita, kecuali....a. sistem ekonomi campuranb. sistem ekonomi Pancasilac. sistem ekonomi sosialisd. sistem ekonomi liberal
25. Kebaikan sistem ekonomi liberal antara lain adalah....a. kemakmuran masyarakat terjaminb. adanya monopolic. pemerintah bertanggung jawab penuh atas kesejahteraan rakyatd. adanya persaingan yang mendorong kemajuan bersama
26. Pada sistem ekonomi liberal modal memegang peranan penting, sehinggaperekonomian negara dikendalikan oleh para pemilik modal. Oleh karena itu,system ekonomi liberal juga disebut....a. etatisme c. kapitalismeb. terpimpin d. campuran
27. Dibawah ini merupakan ciri-ciri sistem ekonomi Indonesia, kecuali....a. perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaanb. cabang-cabang produksi dikuasai oleh negarac. fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara negarad. tiap warga negara bebas memilik pekerjaan yang layak
28. Salah satu kebaikan dari penerapan sistem ekonomi liberal adalah ....a. menumbuhkan motivasi masyarakat untuk berkreasib. mengutamakan kepentingan rakyatc. kemakmuran rakyat yang meratad. pemerintah bertanggung jawab terhadap perkembangan ekonomi
29. Negara mengendalikan kehidupan ekonominya, berarti negara tersebutmenganut sistem ekonomi....a. liberal c. bebasb. etatisme d. terpimpin
30. Pernyataan yang benar mengenai sistem ekonomi sosialis adalah ....a. manusia diberi kebebasan untuk berkaryab. kemakmuran masyarakat secara merata dan tidak ada penindasan ekonomic. setiap orang akan bebas bersaing dalam bidang ekonomid. menjamin kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi
91
31. Sistem perekonomian sosialis mempunyai kelemahan, yaitu....a. ada perbedaan kelompok antara kaya dan miskinb. kemakmuran masyarakat yang tidak meratac. adanya kebebasan dalam berusaha dan bersaingd. kurang mendorong orang untuk aktif berprestasi
32. Sistem perekonomian yang lebih mengutamakan keuntungan individu tanpamemperhatikan kepentingan masyarakat adalah ....a. sistem perekonomian liberalb. sistem perekonomian sosialisc. sistem perekonomian campurand. sistem perekonomian ekonomi
33. Berikut ini yang merupakan ciri sistem ekonomi sosialis yaitu ....a. kegiatan ekonomi bertujuan mencari labab. pemilik modal besar semakin bertambah kuatc. kegiatan ekonomi dilakukan oleh swastad. hak milik swasta atau perorangan tidak diakui
34. Berikut ini yang bukan termasuk pelaku-pelaku ekonomi di dalamperekonomia Indonesia yaitu....a. pemerintahb. koperasic. rumah tanggad. swasta
35. Salah satu peran pemerintah sebagai pelaku ekonomi adalah....a. menyediakan barang dan jasa publikb. menentukan harga sembakoc. belanja barang dan jasa ke luar negerid. mendirikan sekolah-sekolah negeri dan swasta
36. Tiga pelaku ekonomi Indonesia sesuai pasal 33 UUD 1945 terdiri darisektor....a. negara, swasta, BUMNb. negara, BUMN, koperasic. negara, swasta, koperasid. BUMN, BUMD, swasta
37. Perusahaan negara yang pegawainya berstatus sebagai pegawai negeriadalah....a. perusahaan jawatanb. perusahaan umumc. perusahaan perseroand. PT Persero
38. Berikut ini merupakan ciri-ciri perusahaan jawatan, kecuali....
92
a. bertujuan melayani kepentingan umumb. merupakan bagian dari departemenc. karyawannya berstatus sebagai pegawai swastad. memperoleh fasilitas negara
39. Perusahaan negara yang tujuan utamanya melayani kepentingan umum, baikdalam bidang produksi maupun distribusi adalah ....a. perusahaan jawatanb. perusahaan umumc. perusahaan perseroand. PT Persero
40. Perusahaan negara yang modalnya berasal dari penjualan saham adalah ....a. perusahaan umumb. perusahaan perseroanc. perusahaan jawatand. perusahaan campuran
41. Berikut ini merupakan ciri-ciri perusahaan persero, kecuali....a. berusaha mencari labab. dipimpin oleh dewan direksic. mendapat fasilitas negarad. karyawannya berstatus sebagai pegawai swasta
42. Pernyataan mendasar yang menunjukkan sistem ekonomi suatu negara antaralain berikut ini, kecuali....a. Bagaimanakan caranya memproduksi barang dan jasa?b. Apakah barang dan jasa yang harus diproduksi?c. Mengapa barang dan jasa tersebut diproduksi?d. Untuk siapakah barang dan jasa tersebut diproduksi?
43. Salah satu kelemahan sistem perekonomian Indonesia adalah adanya Sistemfree fight liberalism. Sistem free fight liberalism adalah....a. sistem persaingan bebas yang saling menghancurkan dan dapat
menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia,alam dan bangsa lainsehingga dapat menimbulkan kelemahan ekonomi rakyat
b. sistem persaingan bebas yang saling menghancurkan dan dapatmenumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan bangsa lain sehinggadapat menimbulkan kelemahan struktural ekonomi demokrasi
c. sistem persaingan bebas yang saling menghancurkan dan dapatmenumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan bangsa lain sehinggadapat menimbulkan kelemahan struktural ekonomi nasional
d. sistem persaingan bebas yang saling menguntungkan dan dapatmenumbuhkan eksploitasi terhadap manusia bangsa lain sehingga dapatmenimbulkan kelemahan struktural ekonomi nasional
93
44. Ciri persaingan sistem ekonomi Indonesia adalah tidak sehat dan pemusatankekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam bentuk....a. monopoli yang merugikan masyarakatb. monopoli yang merugikan pemerintahc. monopoli yang merugikan bangsa laind. monopoli yang merugikan pasar
45. Ciri-Ciri Positif Sistem Ekonomi Demokrasi adalah Warga negara memilikikebebasan dalam memilih....a. pekerjaan yang sesuai ijazahb. pekerjaan yang sesuai dengan umurnyac. pekerjaan yang sesuai dengan letak rumahnyad. pekerjaan yang sesuai dengan kehendak
46. Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara adalah bagiandari kebaikan dari sistem ekonomi....a. Sistem Ekonomi pasarb. Sistem Ekonomi Demokrasic. Sistem Ekonomi komandod. Sistem Ekonomi campuran
47. Tujuan negara mendirikan perusahaan persero adalah....a. melayani kepentingan umumb. memberi kemanfaatan kepada umumc. melayani kepentingan umumd. mencari keuntungan
48. Dalam rangka mewujudkan ekonomi kerakyatan sangat dibutuhkan pelakuekonomi yang bersikap saling....a. bersaing untuk mencari keuntungan kelompokb. mendukung di antara pelaku ekonomic. menjatuhkand. menjauhi untuk menghindari persaingan
49. Dalam ciri utama perekonomian Indonesia pembangunan ekonomimasyarakat berperan....a. Aktifb. Pasifc. Mendukungd. Penting
50. Dalam ciri utama perekonomian Indonesia pemerintah berkewajibanmemberikan....a. arahan dan bimbingan sajab. lapangan pekerjaanc. kesejahteraan kepada rakyatd. arahan dan bimbingan serta menciptakan iklim yang sehat guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
94
KUNCI JAWABAN
No. Soal Jawaban No. Soal Jawaban12345678910111213141516171819202122232425
BBBABCDADAADBBAAAAADACCCD
26272829303132333435363738394041424344454647484950
CCADBDADBACACABCCAADBDBAD
95
Lampiran 2
TABEL ANALISIS BUTIR PERTANYAAN DARI 50 BUTIR SOAL POSTTESTKEPADA 10 RESPONDEN UNTUK UJI VALIDITAS INSTRUMEN
Tabel 18Data Analisis Butir Pertanyaan
Nomor RespondenNo.ButirSoal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Np p q pq
1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 5 0.5 0.5 0.252 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 7 0.7 0.3 0.213 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 7 0.7 0.3 0.214 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 4 0.4 0.6 0.245 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 6 0.6 0.4 0.246 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 6 0.6 0.4 0.247 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 7 0.7 0.3 0.218 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 6 0.6 0.4 0.249 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 7 0.7 0.3 0.21
10 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 5 0.5 0.5 0.2511 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 6 0.6 0.4 0.2412 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 7 0.7 0.3 0.2113 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 7 0.7 0.3 0.2114 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 6 0.6 0.4 0.2415 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 6 0.6 0.4 0.2416 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 7 0.7 0.3 0.2117 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 6 0.6 0.4 0.2418 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 7 0.7 0.3 0.2119 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 6 0.6 0.4 0.2420 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 6 0.6 0.4 0.2421 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 6 0.6 0.4 0.2422 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 7 0.7 0.3 0.2123 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 6 0.6 0.4 0.2424 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 7 0.7 0.3 0.2125 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 7 0.7 0.3 0.2126 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 7 0.7 0.3 0.2127 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 6 0.6 0.4 0.2428 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 7 0.7 0.3 0.2129 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 7 0.7 0.3 0.2130 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 7 0.7 0.3 0.2131 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 6 0.6 0.4 0.2432 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 5 0.5 0.5 0.2533 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 7 0.7 0.3 0.2134 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 4 0.4 0.6 0.2435 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 6 0.6 0.4 0.2436 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 7 0.7 0.3 0.2137 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 4 0.4 0.6 0.2438 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 6 0.6 0.4 0.2439 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 6 0.6 0.4 0.2440 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 3 0.3 0.7 0.21
96
41 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 7 0.7 0.3 0.2142 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 4 0.4 0.6 0.2443 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 8 0.8 0.2 0.1644 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 3 0.3 0.7 0.2145 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 6 0.6 0.4 0.2446 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 7 0.7 0.3 0.2147 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 7 0.7 0.3 0.2148 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 3 0.3 0.7 0.2149 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 7 0.7 0.3 0.2150 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 7 0.7 0.3 0.21Σx 15 26 12 43 48 8 49 48 47 8 304 11.2Σx2 225 676 144 1849 2304 64 2401 2304 2209 64 12240
97
Lampiran 3
UJI VALIDITAS INSTRUMEN POSTTEST
Untuk menguji validitas tiap butir soal, digunakan rumus Korelasi Point Biserial,sebagai berikut :
rbis =q
px
S
MM
t
tp −
Keterangan:
rbis = Koefisien korelasi biserial
Mp = Rerata skor pada tes dari peserta tes yang memiliki jawaban benar
Mt = Rerata skor total
St = Standar deviasi skor total
p = Proporsi peserta tes yang jawabannya benar pada soal (tingkat
kesukaran)
q = 1 – p
Selanjutnya penulis melakukan penghitungan dengan menggunakan
program SPSS versi 17 dan diperoleh hasil hitung sebagai berikut:
Tabel 19
Hasil Hitung Korelasi Point Biserial Menggunakan SPSS v 17
Scale Mean if ItemDeleted
Scale Varianceif Item Deleted
CorrectedItem-TotalCorrelation
Cronbach'sAlpha if Item
Deleted
Soal No. 1 29.9000 319.656 .702 .982
Soal No. 2 29.7000 319.344 .786 .982
Soal No. 3 29.7000 320.900 .695 .982
Soal No. 4 30.0000 318.667 .771 .982
Soal No. 5 29.8000 319.956 .700 .982
Soal No. 6 29.8000 319.956 .700 .982
Soal No. 7 29.7000 320.900 .695 .982
98
Soal No. 8 29.8000 319.956 .700 .982
Soal No. 9 29.7000 320.900 .695 .982
Soal No. 10 29.9000 319.656 .702 .982
Soal No. 11 29.8000 331.067 .097 .983
Soal No. 12 29.7000 319.344 .786 .982
Soal No. 13 29.7000 320.011 .747 .982
Soal No. 14 29.8000 319.067 .749 .982
Soal No. 15 29.8000 318.400 .786 .982
Soal No. 16 29.7000 320.011 .747 .982
Soal No. 17 29.8000 319.067 .749 .982
Soal No. 18 29.7000 319.344 .786 .982
Soal No. 19 29.8000 319.956 .700 .982
Soal No. 20 29.8000 319.956 .700 .982
Soal No. 21 29.8000 319.956 .700 .982
Soal No. 22 29.7000 319.344 .786 .982
Soal No. 23 29.8000 319.956 .700 .982
Soal No. 24 29.7000 320.011 .747 .982
Soal No. 25 29.7000 319.344 .786 .982
Soal No. 26 29.7000 319.344 .786 .982
Soal No. 27 29.8000 319.956 .700 .982
Soal No. 28 29.7000 319.344 .786 .982
Soal No. 29 29.7000 320.900 .695 .982
Soal No. 30 29.7000 319.344 .786 .982
Soal No. 31 29.8000 319.956 .700 .982
Soal No. 32 29.9000 321.211 .618 .982
Soal No. 33 29.7000 320.011 .747 .982
Soal No. 34 30.0000 317.778 .821 .982
Soal No. 35 29.8000 318.400 .786 .982
Soal No. 36 29.7000 320.011 .747 .982
Soal No. 37 30.0000 318.889 .759 .982
Soal No. 38 29.8000 319.067 .749 .982
Soal No. 39 29.8000 319.956 .700 .982
99
Soal No. 40 30.1000 321.656 .650 .982
Soal No. 41 29.7000 320.011 .747 .982
Soal No. 42 30.0000 317.778 .821 .982
Soal No. 43 29.6000 323.378 .633 .982
Soal No. 44 30.1000 321.878 .637 .982
Soal No. 45 29.8000 319.956 .700 .982
Soal No. 46 29.7000 319.344 .786 .982
Soal No. 47 29.7000 320.011 .747 .982
Soal No. 48 30.1000 321.656 .650 .982
Soal No. 49 29.7000 319.344 .786 .982
Soal No. 50 29.7000 320.011 .747 .982
Langkah selanjutnya adalah membandingkan besarnya rhitung dengan
besarnya rtabel yang tercantum dalam Tabel Nilai “r” Product Moment dengan db
(derajat bebas) 10 dan taraf signifikansi 5% diperoleh rtabel sebesar 0,632.
Berdasarkan hasil hitung korelasi point biserial menggunakan SPSS v 17
di atas diperoleh hasil uji validitas butir soal sebagai berikut:
Tabel 20
Hasil Uji Validitas Butir Soal
No. rhitung Validitas Keputusan
1 0,702 Valid Dipakai2 0,786 Valid Dipakai3 0,695 Valid Dipakai4 0,771 Valid Dipakai5 0,700 Valid Dipakai6 0,700 Valid Dipakai7 0,695 Valid Dipakai8 0,700 Valid Dipakai9 0,695 Valid Dipakai10 0,702 Valid Dipakai11 0,097 Tidak Valid Tidak Dipakai12 0,786 Valid Dipakai13 0,747 Valid Dipakai
100
14 0,749 Valid Dipakai15 0,786 Valid Dipakai16 0,747 Valid Dipakai17 0,749 Valid Dipakai18 0,786 Valid Dipakai19 0,700 Valid Dipakai20 0,700 Valid Dipakai21 0,700 Valid Dipakai22 0,786 Valid Dipakai23 0,700 Valid Dipakai24 0,747 Valid Dipakai25 0,786 Valid Dipakai26 0,786 Valid Dipakai27 0,700 Valid Dipakai28 0,786 Valid Dipakai29 0,695 Valid Dipakai30 0,786 Valid Dipakai31 0,700 Valid Dipakai32 0,618 Tidak Valid Tidak Dipakai33 0,747 Valid Dipakai34 0,821 Valid Dipakai35 0,786 Valid Dipakai36 0,747 Valid Dipakai37 0,759 Valid Dipakai38 0,749 Valid Dipakai39 0,700 Valid Dipakai40 0,650 Valid Dipakai41 0,747 Valid Dipakai42 0,821 Valid Dipakai43 0,633 Valid Dipakai44 0,637 Valid Dipakai45 0,700 Valid Dipakai46 0,786 Valid Dipakai47 0,747 Valid Dipakai48 0,650 Valid Dipakai49 0,786 Valid Dipakai50 0,747 Valid Dipakai
101
Lampiran 4
UJI RELIABILITAS DARI 50 BUTIR SOAL DARI 10 RESPONDEN
Untuk menguji reliabilitas tiap butir soal, digunakan Rumus KR. 20
(Kuder Richardson), sebagai berikut :
r11 =
Σ−
− 2
2
1 S
pqS
n
n
Keterangan:
r11 = reabilitas instrumen
p = proporsi subjek yang menjawab item soal dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item soal dengan salah (q = 1 – p)
n = banyak butir soal
S2 = varians skor total
Untuk menggunakan rumus di atas, perlu diketahui terlebih dahulu:
n = 50
(∑Xt)2
∑Xt2 – N
St =N
(304)2
12240 – = 12240 – 9241,6 = 2998,4 = 299,8410 10 10
10
∑pq = 11,2
Dengan demikian :
50 299,84 - 11,2ri =
50 – 1 299,84
102
ri = 1,02 x 0,962 = 0,982
Jika dikonsultasikan dengan r Product Moment pada N = 10 dengan taraf
signifikansi 0,05 didapat r tabel = 0,632 sehingga ri lebih besar dari pada r tabel
(0,982 > 0,632). Dengan demikian, secara keseluruhan, istrumen yang digunakan
reliabel dengan kriteria sangat tinggi.
103
Lampiran 5
HASIL TES KEMAMPUAN AWAL (PRETES) DAN PENENTUANRENTANGAN, BANYAK KELAS, UJUNG BAWAH KELAS INTERVALPERTAMA KELOMPOK JIGSAW
Dari pretes yang dilakukan terhadap kelmpok jigsaw diperoleh hasil tes
sebagai berikut:
Tabel 21
Hasil Tes Kemampuan Awal Kelompok Jigsaw
Kode Resp. Skor Kode Resp. Skor Kode Resp. Skor
P1 10 P8 18 L13 26P2 14 L5 22 L14 26L1 14 L6 18 P11 30P3 18 L7 18 P12 44P4 14 L8 22 P13 30L2 18 P9 26 P14 34P5 22 L9 24 P15 30L3 18 P10 26 L15 34P6 22 L10 22 L16 30L4 18 L11 26 P16 30P7 22 L12 30 P17 10
Dari data di atas dapat ditentukan:
1. Rentangan (R)
R = Data tertinggi – data terendah
= 44 – 10
= 34
2. Banyak Kelas Interval (K)
Menggunakan rumus Struges = 1 + (3,3) log n
= 1 + (3,3) log 33
= 1 + (3,3) (1,5158)
= 1 + 5,0111
= 6,0111
Dengan demikian dapat dibuat daftar distribusi frekuensi dengan kelas interval
6 atau 7 (6 yang dipakai).
3. Panjang Kelas (P)
104
Rentangan 34P = = = 5,6667
Banyak Kelas 6 = 6 (dibulatkan)
4. Ujung bawah kelas interval pertama, menggunakan data terkecil yaitu 10. Jadi
kelas interval pertamanya = 10 - 15
Berdasarkan data di atas, maka dapat dibuat daftar distribusi frekensi
variabel X1 (pretes kelompok jigsaw) sebagai berikut :
Tabel 22
Data Distribusi Frekuensi Pretes Kelompok Jigsaw
No.IntervalKelas
NilaiTengah
(X1)(X1)
2 f fkbBatasNyata
fX1 f X12
1 10 – 15 12,5 156,25 5 33 9,5 - 15,5 62,5 781,252 16 – 21 18,5 342,25 7 28 15,5 - 21,5 129,5 2395.83 22 – 27 24,5 600,25 12 21 21,5 - 27,5 294 72034 28 – 33 30,5 930,25 6 9 27,5 - 33,5 183 5581,55 34 – 39 36,5 1332,25 2 3 33,5 - 39,5 73 2664,56 40 – 45 42,5 1806,25 1 1 39,5 - 45,5 42,5 1806,25
784,5 20432,25
Dari tabel di atas dapat ditentukan :
1. Mean
∑ fX1
=∑ f
784.5=
33
= 23,77
2. Median (Me)
Me = I +
−
fi
fkbN.21
x i
Keterangan :Me = MedianI = Batas bawah kelas median
105
N = Jumlah siswa dalam kelompokfkb = Frekuensi kumulatif di bawah kelas medianfi = Frekuensi kelas mediani = Panjang kelas interval
Maka,
Me = 21,5 +
−
fi
fkbN.21
x 6
= 21,5 + 3,75
= 25,25
3. Modus (Mo)
Mo = I +
+ fbfa
fa x i
Keterangan :Mo = ModusI = Batas bawah kelas modusFa = Selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sebelumnyaFb = Selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sesudahnya.i = panjang kelas interval.
Maka,
Mo = 21,5 +
+ 67
7x 6
= 21,5 + 3,23
= 24,73
4. Simpangan Baku (Standar Deviasi)
SD =22
Σ−Σ
N
fX
N
fX
Keterangan:SD = Simpangan Baku (Standar Deviasi)ΣfX2 = Jumlah dari hasil perkalian antara Midpoint yang telah
dikuadratkan dengan frekuensinya masing-masing.ΣfX = Jumlah dari hasil perkalian antar Midpoint dengan frekuensi
masing-masing.
106
Maka,
SD =2
33
5,784
33
20432,25
−
= 2)77,23(16,619 −
= 143,56516,619 −
= 017,54
= 7,35
5. Varians (S2)
S2 = SD2
Maka
S2 = (7,35)2
= 54,017
107
Lampiran 6
HASIL TES KEMAMPUAN AKHIR (POSTES) DAN PENENTUANRENTANGAN, BANYAK KELAS, UJUNG BAWAH KELAS INTERVALPERTAMA KELOMPOK JIGSAW
Dari postes yang dilakukan terhadap kelmpok jigsaw diperoleh hasil tes
sebagai berikut:
Tabel 23
Hasil Tes Kemampuan Akhir Kelompok Jigsaw
Kode Resp. Skor Kode Resp. Skor Kode Resp. Skor
P1 65 P8 85 L13 81P2 91 L5 83 L14 79L1 83 L6 85 P11 81P3 91 L7 81 P12 97P4 83 L8 85 P13 79L2 89 P9 81 P14 87P5 87 L9 79 P15 79L3 89 P10 81 L15 87P6 83 L10 73 L16 87L4 85 L11 81 P16 93P7 83 L12 79 P17 83
Dari data di atas dapat ditentukan:
1. Rentangan (R)
R = Data tertinggi – data terendah
= 97 – 65
= 32
2. Banyak Kelas Interval (K)
Menggunakan rumus Struges = 1 + (3,3) log n
= 1 + (3,3) log 33
= 1 + (3,3) (1,5158)
= 1 + 5,0111
= 6,0111
Dengan demikian dapat dibuat daftar distribusi frekuensi dengan kelas interval
6 atau 7 (6 yang dipakai).
108
3. Panjang Kelas (P)
Rentangan 32P = = = 5,3333
Banyak Kelas 6 = 6 (dibulatkan)
4. Ujung bawah kelas interval pertama, menggunakan data terkecil yaitu 65. Jadi
kelas interval pertamanya = 65 - 70
Berdasarkan data di atas, maka dapat dibuat daftar distribusi frekensi
variabel X2 (postes kelompok jigsaw) sebagai berikut :
Tabel 24
Data Distribusi Frekuensi Postes Kelompok Jigsaw
No.IntervalKelas
NilaiTengah
(X2)(X2)
2 f fkb Batas Nyata fX2 f X22
1 65 – 70 67,5 4556.25 1 33 64,5 - 70,5 67.5 4556.252 71 – 76 73,5 5402.25 1 32 70,5 - 76,5 73.5 5402.253 77 – 82 79,5 6320.25 11 21 76,5 - 82,5 874.5 69522.754 83 – 88 85,5 7310.25 14 7 82,5 - 88,5 1197 102343.55 89 – 94 91,5 8372.25 5 2 88,5 - 94,5 457.5 41861.256 95 – 100 97,5 9506.25 1 1 94,5 - 100,5 97.5 9506.25
2767,5 233192,25
Dari tabel di atas dapat ditentukan :
1. Mean
∑ fX2
=∑ f
2767,5=
33
= 83,86
2. Median (Me)
Me = I +
−
fi
fkbN.21
x i
Keterangan :
109
Me = MedianI = Batas bawah kelas medianN = Jumlah siswa dalam kelompokfkb = Frekuensi kumulatif di bawah kelas medianfi = Frekuensi kelas mediani = Panjang kelas interval
Maka,
Me = 82,5 +
−
fi
fkbN.21
x 6
= 82,5 + 6,21
= 88,71
3. Modus (Mo)
Mo = I +
+ fbfa
fa x i
Keterangan :Mo = ModusI = Batas bawah kelas modusFa = Selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sebelumnyaFb = Selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sesudahnya.i = panjang kelas interval.
Maka,
Mo = 82,5 +
+ 511
11x 6
= 82,5 + 4,13
= 86,63
4. Simpangan Baku (Standar Deviasi)
SD =22
Σ−Σ
N
fX
N
fX
Keterangan:SD = Simpangan Baku (Standar Deviasi)ΣfX2 = Jumlah dari hasil perkalian antara Midpoint yang telah
dikuadratkan dengan frekuensinya masing-masing.
110
ΣfX = Jumlah dari hasil perkalian antar Midpoint dengan frekuensimasing-masing.
Maka,
SD =2
33
5,2767
33
233192,25
−
= 2)86,83(43,7066 −
= 11,703343,7066 −
= 322,33
= 5,773
5. Varians (S2)
S2 = SD2
Maka
S2 = (5,7725)2
= 33,322
111
Lampiran 7
HASIL TES KEMAMPUAN AWAL (PRETES) DAN PENENTUANRENTANGAN, BANYAK KELAS, UJUNG BAWAH KELAS INTERVALPERTAMA KELOMPOK STAD
Dari pretes yang dilakukan terhadap kelmpok jigsaw diperoleh hasil tes
sebagai berikut:
Tabel 25
Hasil Tes Kemampuan Awal Kelompok STAD
Kode Resp. Skor Kode Resp. Skor Kode Resp. Skor
P1 6 P8 24 L13 28P2 20 L5 16 L14 20L1 6 L6 14 P11 28P3 24 L7 24 P12 20P4 8 L8 18 P13 28L2 24 P9 24 P14 20P5 10 L9 18 P15 20L3 24 P10 28 L15 20P6 10 L10 18 L16 32L4 10 L11 18 P16 20P7 16 L12 20 P17 36
Dari data di atas dapat ditentukan:
1. Rentangan (R)
R = Data tertinggi – data terendah
= 36 – 6
= 30
2. Banyak Kelas Interval (K)
Menggunakan rumus Struges = 1 + (3,3) log n
= 1 + (3,3) log 33
= 1 + (3,3) (1,5158)
= 1 + 5,0111
= 6,0111
Dengan demikian dapat dibuat daftar distribusi frekuensi dengan kelas interval
6 atau 7 (7 yang dipakai).
112
3. Panjang Kelas (P)
Rentangan 30P = = = 5
Banyak Kelas 6
4. Ujung bawah kelas interval pertama, menggunakan data terkecil yaitu 6. Jadi
kelas interval pertamanya = 6 - 10
Berdasarkan data di atas, maka dapat dibuat daftar distribusi frekensi
variabel X1 (pretes kelompok STAD) sebagai berikut :
Tabel 26
Data Distribusi Frekuensi Pretes Kelompok STAD
No.IntervalKelas
NilaiTengah
(Y1)(Y1)
2 f fkbBatasNyata
fY1 f Y12
1 6 – 10 8 64 6 33 5,5 - 10,5 48 3842 11 – 15 13 169 1 27 10,5 - 15,5 13 1693 16 – 20 18 324 14 26 15,5 - 20,5 252 45364 21 – 25 23 529 6 12 20,5 - 25,5 138 31745 26 – 30 28 784 4 6 25,5 - 30,5 112 31366 31 – 35 33 1089 1 2 30,5 - 35,5 33 10897 36 – 40 38 1444 1 1 35,5 - 40,5 38 1444
634 13932
Dari tabel di atas dapat ditentukan :
1. Mean
∑ fY1
=∑ f
634=
33
= 19,21
2. Median (Me)
Me = I +
−
fi
fkbN.21
x i
113
Keterangan :Me = MedianI = Batas bawah kelas medianN = Jumlah siswa dalam kelompokfkb = Frekuensi kumulatif di bawah kelas medianfi = Frekuensi kelas mediani = Panjang kelas interval
Maka,
Me = 15,5 +
−
fi
fkbN.21
x 5
= 15,5 + 1,61
= 17,11
3. Modus (Mo)
Mo = I +
+ fbfa
fa x i
Keterangan :Mo = ModusI = Batas bawah kelas modusFa = Selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sebelumnyaFb = Selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sesudahnya.i = panjang kelas interval.
Maka,
Mo = 15,5 +
+ 61
1x 5
= 15,5 + 0,714
= 16,21
4. Simpangan Baku (Standar Deviasi)
SD =22
Σ−Σ
N
fY
N
fY
Keterangan:SD = Simpangan Baku (Standar Deviasi)ΣfY2 = Jumlah dari hasil perkalian antara Midpoint yang telah
dikuadratkan dengan frekuensinya masing-masing.
114
ΣfY = Jumlah dari hasil perkalian antar Midpoint dengan frekuensimasing-masing.
Maka,
SD =2
33
634
33
13932
−
= 2)21,19(18,422 −
= 11,36918,422 −
= 08,53
= 7,29
5. Varians (S2)
S2 = SD2
Maka
S2 = (7,29)2
= 53,08
115
Lampiran 8
HASIL TES KEMAMPUAN AKHIR (POSTES) DAN PENENTUANRENTANGAN, BANYAK KELAS, UJUNG BAWAH KELAS INTERVALPERTAMA KELOMPOK STAD
Dari postes yang dilakukan terhadap kelmpok STAD diperoleh hasil tes
sebagai berikut:
Tabel 27
Hasil Tes Kemampuan Akhir Kelompok STAD
Kode Resp. Skor Kode Resp. Skor Kode Resp. Skor
P1 68 P8 72 L13 74P2 58 L5 72 L14 76L1 68 L6 74 P11 76P3 64 L7 72 P12 80P4 70 L8 74 P13 80L2 72 P9 74 P14 82P5 70 L9 72 P15 86L3 72 P10 78 L15 76P6 74 L10 74 L16 88L4 72 L11 74 P16 82P7 74 L12 76 P17 80
Dari data di atas dapat ditentukan:
1. Rentangan (R)
R = Data tertinggi – data terendah
= 88 – 58
= 30
2. Banyak Kelas Interval (K)
Menggunakan rumus Struges = 1 + (3,3) log n
= 1 + (3,3) log 33
= 1 + (3,3) (1,5158)
= 1 + 5,0111
= 6,0111
Dengan demikian dapat dibuat daftar distribusi frekuensi dengan kelas interval
6 atau 7 (7 yang dipakai).
116
3. Panjang Kelas (P)
Rentangan 30P = = = 5
Banyak Kelas 6
4. Ujung bawah kelas interval pertama, menggunakan data terkecil yaitu 58. Jadi
kelas interval pertamanya = 58 - 62
Berdasarkan data di atas, maka dapat dibuat daftar distribusi frekensi
variabel X2 (postes kelompok STAD) sebagai berikut :
Tabel 28
Data Distribusi Frekuensi Postes Kelompok STAD
No.IntervalKelas
NilaiTengah
(Y2)(Y2)
2 f fkb Batas Nyata fY2 fY22
1 58 - 62 60 3600 1 33 57,5 - 62,5 60 36002 63 - 67 65 4225 1 32 62,5 - 67,5 65 42253 68 - 72 70 4900 11 21 67,5 - 72,5 770 539004 73 - 77 75 5625 12 9 72,5 - 77,5 900 675005 78 - 82 80 6400 6 3 77,5 - 82,5 480 384006 83 - 87 85 7225 1 2 82,5 - 87,5 85 72257 88 - 92 90 8100 1 1 87,5 - 92,5 90 8100
2450 182950
Dari tabel di atas dapat ditentukan :
1. Mean
∑ fY2
=∑ f
2450=
33
= 74,24
2. Median (Me)
Me = I +
−
fi
fkbN.21
x i
117
Keterangan :Me = MedianI = Batas bawah kelas medianN = Jumlah siswa dalam kelompokfkb = Frekuensi kumulatif di bawah kelas medianfi = Frekuensi kelas mediani = Panjang kelas interval
Maka,
Me = 72,5 +
−
fi
fkbN.21
x 5
= 72,5 + 5,625
= 78,125
3. Modus (Mo)
Mo = I +
+ fbfa
fa x i
Keterangan :Mo = ModusI = Batas bawah kelas modusFa = Selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sebelumnyaFb = Selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sesudahnya.i = panjang kelas interval.
Maka,
Mo = 72,5 +
+ 611
11x 5
= 72,5 + 3,235
= 75,74
4. Simpangan Baku (Standar Deviasi)
SD =22
Σ−Σ
N
fY
N
fY
Keterangan:SD = Simpangan Baku (Standar Deviasi)ΣfY2 = Jumlah dari hasil perkalian antara Midpoint yang telah
dikuadratkan dengan frekuensinya masing-masing.
118
ΣfY = Jumlah dari hasil perkalian antar Midpoint dengan frekuensimasing-masing.
Maka,
SD =2
33
2450
33
182950
−
= 2)24,74(94,5543 −
= 94,551194,5543 −
= 002,32
= 5,657
5. Varians (S2)
S2 = SD2
Maka
S2 = (5,657)2
= 32,002
119
Lampiran 9
UJI NORMALITAS DATA KEMAMPUAN AWAL (PRETES) KELOMPOK
JIGSAW
Hipotesis yang akan diuji pada uji normalitas adalah :
Ho = data berasar dari populasi berdistribusi tidak normal
Hi = data berasal dari populasi berdistribusi normal
Kriteria pengujian hipotesis :
- Terima Ho jika Lhitung lebih besar dari Ltabel
- Terima Hi, jika Lhitung lebih kecil dari Ltabel
Dengan diketahuinya x1 = 23,77 dan s = 7,3496 maka harga-harga Zi, F (Zi), S
(Zi), dan F(Zi) – S (Zi) dapat diketahui. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 29
Tabel Kerja Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Kelompok Jigsaw
No. X1 Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) – S(Zi)
1 10 -1.87 0.0307 0.0303 0.00042 10 -1.87 0.0307 0.0606 -0.02993 14 -1.33 0.0918 0.0909 0.00094 14 -1.33 0.0918 0.1212 -0.02945 14 -1.33 0.0918 0.1515 -0.05976 18 -0.79 0.2148 0.1818 0.03307 18 -0.79 0.2148 0.2121 0.00278 18 -0.79 0.2148 0.2424 -0.02769 18 -0.79 0.2148 0.2727 -0.057910 18 -0.79 0.2148 0.3030 -0.088211 18 -0.79 0.2148 0.3333 -0.118512 18 -0.79 0.2148 0.3636 -0.148813 22 -0.24 0.4052 0.3939 0.011314 22 -0.24 0.4052 0.4242 -0.019015 22 -0.24 0.4052 0.4545 -0.049316 22 -0.24 0.4052 0.4848 -0.0796
120
17 22 -0.24 0.4052 0.5152 -0.110018 22 -0.24 0.4052 0.5455 -0.140319 24 0.03 0.5120 0.5758 -0.063820 26 0.30 0.6179 0.6061 0.011821 26 0.30 0.6179 0.6364 -0.018522 26 0.30 0.6179 0.6667 -0.048823 26 0.30 0.6179 0.6970 -0.079124 26 0.30 0.6179 0.7273 -0.109425 30 0.85 0.8023 0.7576 0.044726 30 0.85 0.8023 0.7879 0.014427 30 0.85 0.8023 0.8182 -0.015928 30 0.85 0.8023 0.8485 -0.046229 30 0.85 0.8023 0.8788 -0.076530 30 0.85 0.8023 0.9091 -0.106831 34 1.39 0.9177 0.9394 -0.021732 34 1.39 0.9177 0.9697 -0.052033 44 2.75 0.9970 1.0000 -0.0030
Dari tabel di atas diperoleh Lhitung 0.1488 jika dikonsultasikan dengan tabel
Liliefors pada taraf signifikansi = 0.05 dan N = 33 diperoleh Ltabel 0.1542.
Dengan demikian Lhitung lebih kecil dari Ltabel (0.1488 < 0.1542). Hal ini
menunjukkan bahwa data kemampuan awal siswa kelompok jigsaw berasal dari
populasi berdistribusi normal.
121
Lampiran 10
UJI NORMALITAS DATA KEMAMPUAN AKHIR (POSTES) KELOMPOK
JIGSAW
Hipotesis yang akan diuji pada uji normalitas adalah :
Ho = data berasar dari populasi berdistribusi tidak normal
Hi = data berasal dari populasi berdistribusi normal
Kriteria pengujian hipotesis :
- Terima Ho jika Lhitung lebih besar dari Ltabel
- Terima Hi, jika Lhitung lebih kecil dari Ltabel
Dengan diketahuinya x2 = 83,86 dan s = 5,7725 maka harga-harga Zi, F (Zi), S
(Zi), dan F(Zi) – S (Zi) dapat diketahui. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 30
Tabel Kerja Uji Normalitas Data Kemampuan Akhir Kelompok Jigsaw
No. X1 Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) – S(Zi)
1 65 -3.27 0.0005 0.0303 -0.02982 73 -1.88 0.0301 0.0606 -0.03053 79 -0.84 0.2005 0.0909 0.10964 79 -0.84 0.2005 0.1212 0.07935 79 -0.84 0.2005 0.1515 0.04906 79 -0.84 0.2005 0.1818 0.01877 79 -0.84 0.2005 0.2121 -0.01168 81 -0.50 0.3085 0.2424 0.06619 81 -0.50 0.3085 0.2727 0.035810 81 -0.50 0.3085 0.3030 0.005511 81 -0.50 0.3085 0.3333 -0.024812 81 -0.50 0.3085 0.3636 -0.055113 81 -0.50 0.3085 0.3939 -0.085414 83 -0.15 0.4404 0.4242 0.016215 83 -0.15 0.4404 0.4545 -0.014116 83 -0.15 0.4404 0.4848 -0.0444
122
17 83 -0.15 0.4404 0.5152 -0.074818 83 -0.15 0.4404 0.5455 -0.105119 83 -0.15 0.4404 0.5758 -0.135420 85 0.20 0.5793 0.6061 -0.026821 85 0.20 0.5793 0.6364 -0.057122 85 0.20 0.5793 0.6667 -0.087423 85 0.20 0.5793 0.6970 -0.117724 87 0.54 0.7054 0.7273 -0.021925 87 0.54 0.7054 0.7576 -0.052226 87 0.54 0.7054 0.7879 -0.082527 87 0.54 0.7054 0.8182 -0.112828 89 0.89 0.8133 0.8485 -0.035229 89 0.89 0.8133 0.8788 -0.065530 91 1.24 0.8925 0.9091 -0.016631 91 1.24 0.8925 0.9394 -0.046932 93 1.58 0.9429 0.9697 -0.026833 97 2.28 0.9887 1.0000 -0.0113
Dari tabel di atas diperoleh Lhitung 0.1354 jika dikonsultasikan dengan tabel
Liliefors pada taraf signifikansi = 0.05 dan N = 33 diperoleh Ltabel 0.1542.
Dengan demikian Lhitung lebih kecil dari Ltabel (0.1354 < 0.1542). Hal ini
menunjukkan bahwa data kemampuan akhir siswa kelompok jigsaw berasal dari
populasi berdistribusi normal.
123
Lampiran 11
UJI NORMALITAS DATA KEMAMPUAN AWAL (PRETES) KELOMPOK
STAD
Hipotesis yang akan diuji pada uji normalitas adalah :
Ho = data berasar dari populasi berdistribusi tidak normal
Hi = data berasal dari populasi berdistribusi normal
Kriteria pengujian hipotesis :
- Terima Ho jika Lhitung lebih besar dari Ltabel
- Terima Hi, jika Lhitung lebih kecil dari Ltabel
Dengan diketahuinya Y1 = 19,21 dan s = 7,2853 maka harga-harga Zi, F (Zi), S
(Zi), dan F(Zi) – S (Zi) dapat diketahui. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 31
Tabel Kerja Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Kelompok STAD
No. X1 Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) – S(Zi)
1 6 -1.81 0.0351 0.0303 0.00482 6 -1.81 0.0351 0.0606 -0.02553 8 -1.54 0.0618 0.0909 -0.02914 10 -1.26 0.1038 0.1212 -0.01745 10 -1.26 0.1038 0.1515 -0.04776 10 -1.26 0.1038 0.1818 -0.07807 14 -0.72 0.2358 0.2121 0.02378 16 -0.44 0.3300 0.2424 0.08769 16 -0.44 0.3300 0.2727 0.057310 18 -0.17 0.4325 0.3030 0.129511 18 -0.17 0.4325 0.3333 0.099212 18 -0.17 0.4325 0.3636 0.068913 18 -0.17 0.4325 0.3939 0.038614 20 0.11 0.5438 0.4242 0.119615 20 0.11 0.5438 0.4545 0.089316 20 0.11 0.5438 0.4848 0.0590
124
17 20 0.11 0.5438 0.5152 0.028618 20 0.11 0.5438 0.5455 -0.001719 20 0.11 0.5438 0.5758 -0.032020 20 0.11 0.5438 0.6061 -0.062321 20 0.11 0.5438 0.6364 -0.092622 24 0.66 0.7454 0.6667 0.078723 24 0.66 0.7454 0.6970 0.048424 24 0.66 0.7454 0.7273 0.018125 24 0.66 0.7454 0.7576 -0.012226 24 0.66 0.7454 0.7879 -0.042527 24 0.66 0.7454 0.8182 -0.072828 28 1.21 0.8869 0.8485 0.038429 28 1.21 0.8869 0.8788 0.008130 28 1.21 0.8869 0.9091 -0.022231 28 1.21 0.8869 0.9394 -0.052532 32 1.76 0.9608 0.9697 -0.008933 36 2.30 0.9893 1.0000 -0.0107
Dari tabel di atas diperoleh Lhitung 0.1295 jika dikonsultasikan dengan tabel
Liliefors pada taraf signifikansi = 0.05 dan N = 33 diperoleh Ltabel 0.1542.
Dengan demikian Lhitung lebih kecil dari Ltabel (0.1295 < 0.1542). Hal ini
menunjukkan bahwa data kemampuan awal siswa kelompok STAD berasal dari
populasi berdistribusi normal.
125
Lampiran 12
UJI NORMALITAS DATA KEMAMPUAN AKHIR (POSTES) KELOMPOK
STAD
Hipotesis yang akan diuji pada uji normalitas adalah :
Ho = data berasar dari populasi berdistribusi tidak normal
Hi = data berasal dari populasi berdistribusi normal
Kriteria pengujian hipotesis :
- Terima Ho jika Lhitung lebih besar dari Ltabel
- Terima Hi, jika Lhitung lebih kecil dari Ltabel
Dengan diketahuinya Y2 = 74,24 dan s = 5,657 maka harga-harga Zi, F (Zi), S
(Zi), dan F(Zi) – S (Zi) dapat diketahui. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 32
Tabel Kerja Uji Normalitas Data Kemampuan Akhir Kelompok STAD
No. X1 Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) – S(Zi)
1 58 -2.87 0.0021 0.0303 -0.02822 64 -1.81 0.0351 0.0606 -0.02553 68 -1.10 0.1357 0.0909 0.04484 68 -1.10 0.1357 0.1212 0.01455 70 -0.75 0.2266 0.1515 0.07516 70 -0.75 0.2266 0.1818 0.04487 72 -0.40 0.3446 0.2121 0.13258 72 -0.40 0.3446 0.2424 0.10229 72 -0.40 0.3446 0.2727 0.071910 72 -0.40 0.3446 0.3030 0.041611 72 -0.40 0.3446 0.3333 0.011312 72 -0.40 0.3446 0.3636 -0.019013 72 -0.40 0.3446 0.3939 -0.049314 74 -0.04 0.5160 0.4242 0.091815 74 -0.04 0.5160 0.4545 0.061516 74 -0.04 0.5160 0.4848 0.0312
126
17 74 -0.04 0.5160 0.5152 0.000818 74 -0.04 0.5160 0.5455 -0.029519 74 -0.04 0.5160 0.5758 -0.059820 74 -0.04 0.5160 0.6061 -0.090121 74 -0.04 0.5160 0.6364 -0.120422 76 0.31 0.6217 0.6667 -0.045023 76 0.31 0.6217 0.6970 -0.075324 76 0.31 0.6217 0.7273 -0.105625 76 0.31 0.6217 0.7576 -0.135926 78 0.66 0.7454 0.7879 -0.042527 80 1.02 0.8461 0.8182 0.027928 80 1.02 0.8461 0.8485 -0.002429 80 1.02 0.8461 0.8788 -0.032730 82 1.37 0.9147 0.9091 0.005631 82 1.37 0.9147 0.9394 -0.024732 86 2.08 0.9812 0.9697 0.011533 88 2.43 0.9925 1.0000 -0.0075
Dari tabel di atas diperoleh Lhitung 0.1359 jika dikonsultasikan dengan tabel
Liliefors pada taraf signifikansi = 0.05 dan N = 33 diperoleh Ltabel 0.1542.
Dengan demikian Lhitung lebih kecil dari Ltabel (0.1359 < 0.1542). Hal ini
menunjukkan bahwa data kemampuan akhir siswa kelompok STAD berasal dari
populasi berdistribusi normal.
127
Lampiran 13
UJI HOMOGENITAS KELOMPOK JIGSAW
Hipotesis yang diajukan untuk menguji homogenitas:
Ho = data berasal dari populasi yang homogen
Hi = data berasal dari populasi yang tidak homogen
Kriteria pengujian hipotesis :
- Terima Ho jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel
- Terima Hi, jika Fhitung lebih besar dari Ftabel
Uji Homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Fisher denganrumus:
Fh =2
2
21
S
S,
Keterangan:
F : Uji fisher, dimana nilai tabel distribusi F untuk α = 0,05 dengan dk
penyebut 32 dan dk pembilang 32.
S12 : Varians terbesar
S22 : Varians terkecil
Maka,
Fh =7725,5
3496,7
= 1,2732
Sedangkan Ftabel dengan tingkat signifikansi (α) 0,05 dengan harga dk pembilang
32 dan penyebut 32 adalah sebesar: 1,84
Dengan demikian Fhitung < Ftabel (1,2732 < 1,84) sehingga dapat dinyatakan bahwa
data pada kelompok jigsaw berasal dari populasi yang homogen.
128
Lampiran 14
UJI HOMOGENITAS KELOMPOK STAD
Hipotesis yang diajukan untuk menguji homogenitas:
Ho = data berasal dari populasi yang homogen
Hi = data berasal dari populasi yang tidak homogen
Kriteria pengujian hipotesis :
- Terima Ho jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel
- Terima Hi, jika Fhitung lebih besar dari Ftabel
Uji Homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Fisher denganrumus:
Fh =2
2
21
S
S,
Keterangan:
F : Uji fisher, dimana nilai tabel distribusi F untuk α = 0,05 dengan dk
penyebut 32 dan dk pembilang 32.
S12 : Varians terbesar
S22 : Varians terkecil
Maka,
Fh =657,5
2853,7
= 1,2878
Sedangkan Ftabel dengan tingkat signifikansi (α) 0,05 dengan harga dk pembilang
32 dan penyebut 32 adalah sebesar: 1,84
Dengan demikian Fhitung < Ftabel (1,2878 < 1,84) sehingga dapat dinyatakan bahwa
data pada kelompok STAD berasal dari populasi yang homogen.
129
Lampiran 15
UJI HIPOTESIS DATA
1. Rumusan Hipotesis Penelitian
Ho : Tidak terdapat perbedaan antara hasil belajar IPS siswa antara yang
diajarkan dengan metode Jigsaw dengan metode STAD
Ha : Terdapat perbedaan antara Hasil belajar IPS siswa yang diajarkan
dengan metode Jigsaw dan metode STAD.
2. Rumusan Hipotesis Statistik
Ho : µE = µK
Ha : µE = µK
Keterangan :
Ho : Hipotesis nihil
Ha : Hipotesis alternative
µE : Prestasi belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran
kooperatif metode Jigsaw.
µK : Prestasi belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran
kooperatif metode STAD.
Kriteria Pengujian
Ho ditolak jika thitung > ttabel
Ho diterima jika thitung < ttabel
3. Uji statistik
Pengujian Hipotesis digunakan rumus:
t0 =
+
−+
+
−
∑ ∑yxyx
yx
NNNN
yx
MM
11
2
22
Keterangan:Mx = Mean/nilai rata-rata hasil kelompok JigsawMy = Mean/Nilai rata-rata hasil kelompok STADNx = Jumlah siswa kelompok jigsaw
130
Ny = Jumlah siswa kelompok STADt0 = Nilai t hitung
Langkah perhitungan:
1. Membuat tabel perhitungan uji
Tabel 33Tabel Kerja Uji t
Kelompok Jigsaw Kelompok STADSubj Pretes
(X1)Postes(X2)
Beda(X)
X2 Subj Pretes(Y1)
Postes(Y2)
Beda(Y)
Y2
1 10 65 55 3025 1 6 68 62 38442 14 91 77 5929 2 20 58 38 14443 14 83 69 4761 3 6 68 62 38444 18 91 73 5329 4 24 64 40 16005 14 83 69 4761 5 8 70 62 38446 18 89 71 5041 6 24 72 48 23047 22 87 65 4225 7 10 70 60 36008 18 89 71 5041 8 24 72 48 23049 22 83 61 3721 9 10 74 64 4096
10 18 85 67 4489 10 10 72 62 384411 22 83 61 3721 11 16 74 58 336412 18 85 67 4489 12 24 72 48 230413 22 83 61 3721 13 16 72 56 313614 18 85 67 4489 14 14 74 60 360015 18 81 63 3969 15 24 72 48 230416 22 85 63 3969 16 18 74 56 313617 26 81 55 3025 17 24 74 50 250018 24 79 55 3025 18 18 72 54 291619 26 81 55 3025 19 28 78 50 250020 22 73 51 2601 20 18 74 56 313621 26 81 55 3025 21 18 74 56 313622 30 79 49 2401 22 20 76 56 313623 26 81 55 3025 23 28 74 46 211624 26 79 53 2809 24 20 76 56 313625 30 81 51 2601 25 28 76 48 230426 44 97 53 2809 26 20 80 60 360027 30 79 49 2401 27 28 80 52 270428 34 87 53 2809 28 20 82 62 384429 30 79 49 2401 29 20 86 66 435630 34 87 53 2809 30 20 76 56 313631 30 87 57 3249 31 32 88 56 313632 30 93 63 3969 32 20 82 62 384433 10 83 73 5329 33 36 80 44 1936Σ 766 2755 1989 121993 652 2454 1802 100004
Untuk memperoleh harga to, maka terlebih dahulu mencari nilai Mx, Σx2, My dan
Σy2, sebagai berikut:
131
Mx =N
xΣMy =
N
yΣ
=33
1989=
33
1802
= 60,273 = 53,606
Σx2 = ΣX2 -
( )N
X 2Σ Σy = ΣY2 -( )
N
Y 2Σ
= 121993 -33
)1989( 2
= 100004 -33
)1802( 2
= 121993 – 119882,5 = 100004 – 98400,12
= 2110,545 = 1603,879
Setelah diperoleh nilai-nilai tersebut masukkan ke dalam rumus :
t0 =
+
−++
−
∑ ∑yxyx
yx
NNNN
yx
MM
11
2
22
Maka,
t0 =
+
−++
−
33
1
33
1
23333
879,116032110,545
606,54273,60
=
33
2
64
424,3714
667,5
=)0606,0)(0378,58(
667,5
=5174,3
667,5
=8755,1
667,5
132
= 3,0214
Menghitung derajat kebebasan (db), sebagai berikut:
db = (N1 + N2) – 2
db = (33 + 33) – 2
= 2,00
Dengan db = 64 diperoleh ttabel pada taraf signifikan α = 0,05 sebesar 2,00
dan dari hasil perhitungan diperoleh thitung sebesar 3,0214, maka dengan demikian
dari hitungan diperoleh thitung > ttabel yaitu 3,0214 > 2,00 sehingga dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian berarti
perbedaan antara hasil belajar IPS siswa antara yang diajar dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran kooperatif metode jigsaw dengan metode STAD.
Lain dari pada itu berdasarkan data pada tabel kerja di atas dapat dihitung
nilai rata-rata peningkatan hasil belajar siswa sebagai berikut:
1. Nilai rata-rata peningkatan hasil belajar siswa menggunakan metode jigsaw.
X = ΣX
N
X = 1989
33
X = 60,27
2. Nilai rata-rata peningkatan hasil belajar siswa menggunakan metode STAD.
Y = ΣX
N
Y = 1802
33
Y = 54,606
133
Lampiran 16
ANGKET TANGGAPAN SISWA TERHADAP PENERAPAN
TEKNIK JIGSAW
Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan tanggapan atau
pendapatmu terhadap penerapan metode jigsaw dengan memilih salah satu
jawaban.
1. Apakah kamu menyukai pelajaran IPS?
a. ya b. tidak c. biasa saja d. tidak tahu
2. Apakah pelajaran IPS mudah?
a. ya b. tidak c. biasa saja d. tidak tahu
3. Apakah kamu menyukai tahap diskusi kelompok ahli dalam metode jigsaw?
a. ya b. tidak c. biasa saja d. tidak tahu
4. Apakah kamu menyukai tahap diskusi kelompok asal dalam metode jigsaw?
a. ya b. tidak c. biasa saja d. tidak tahu
5. Apakah kamu menyukai setiap tahap dalam metode jigsaw?
a. ya b. tidak c. biasa saja d. tidak tahu
6. Apakah kamu menyukai belajar dengan menggunakan metode jigsaw?
a. ya b. tidak c. biasa saja d. tidak tahu
7. Apakah belajar dengan metode jigsaw membantu kamu dalam memahami
pelajaran?
a. ya b. tidak c. biasa saja d. tidak tahu
8. Apakah kamu setuju jika metode jigsaw diterapkan pada semua mata
pelajaran?
a. ya b. tidak c. biasa saja d. tidak tahu
9. Apakah kamu pernah belajar dengan menggunakan metode jigsaw?
a. ya b. tidak c. biasa saja d. tidak tahu
10. Apakah menurut kamu metode jigsaw cocok untuk diterapkan pada mata
pelajaran IPS?
a. ya b. tidak c. biasa saja d. tidak tahu
134
Lampiran 17
ANGKET TANGGAPAN SISWA TERHADAP PENERAPAN
TEKNIK STAD
Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan tanggapan atau
pendapatmu terhadap penerapan metode STAD dengan memilih salah satu
jawaban.
1. Apakah kamu menyukai pelajaran IPS?
a. ya b. tidak c. biasa saja d. tidak tahu
2. Apakah pelajaran IPS mudah?
a. ya b. tidak c. biasa saja d. tidak tahu
3. Apakah kamu menyukai tahap diskusi kelompok ahli dalam metode STAD?
a. ya b. tidak c. biasa saja d. tidak tahu
4. Apakah kamu menyukai tahap diskusi kelompok asal dalam metode STAD?
a. ya b. tidak c. biasa saja d. tidak tahu
5. Apakah kamu menyukai setiap tahap dalam metode STAD?
a. ya b. tidak c. biasa saja d. tidak tahu
6. Apakah kamu menyukai belajar dengan menggunakan metode STAD?
a. ya b. tidak c. biasa saja d. tidak tahu
7. Apakah belajar dengan metode STAD membantu kamu dalam memahami
pelajaran?
a. ya b. tidak c. biasa saja d. tidak tahu
8. Apakah kamu setuju jika metode STAD diterapkan pada semua mata
pelajaran?
a. ya b. tidak c. biasa saja d. tidak tahu
9. Apakah kamu pernah belajar dengan menggunakan metode STAD?
a. ya b. tidak c. biasa saja d. tidak tahu
10. Apakah menurut kamu metode STAD cocok untuk diterapkan pada mata
pelajaran IPS?
a. ya b. tidak c. biasa saja d. tidak tahu
135
Lampiran 18
TABEL LILIEFORS
136
Lampiran 19
TABEL NILAI r PRODUCT MOMENT
Taraf Signif Taraf Signif Taraf SignifN
5% 1%N
5% 1%N
5% 1%4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
0,950
0,878
0,811
0,754
0,707
0,666
0,632
0,602
0,576
0,553
0,532
0,514
0,497
0,482
0,468
0,456
0,444
0,433
0,423
0,413
0,404
0,396
0,388
0,990
0,959
0,917
0,874
0,834
0,798
0,765
0,735
0,708
0,684
0,661
0,641
0,623
0,606
0,590
0,575
0,561
0,549
0,537
0,526
0,515
0,505
0,496
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
0,381
0,374
0,367
0,361
0,355
0,349
0,344
0,339
0,334
0,329
0,325
0,320
0,316
0,312
0,308
0,304
0,301
0,297
0,294
0,291
0,288
0,284
0,281
0,487
0,478
0,470
0,463
0,456
0,449
0,442
0,436
0,430
0,424
0,418
0,413
0,408
0,403
0,398
0,393
0,389
0,384
0,380
0,376
0,372
0,368
0,364
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
125
150
175
200
300
400
500
600
700
800
900
1.000
0,279
0,266
0,254
0,244
0,235
0,227
0,220
0,213
0,207
0,202
0,195
0,176
0,159
0,148
0,138
0,113
0,098
0,088
0,080
0,074
0,070
0,065
0,062
0,361
0,345
0,330
0,317
0,306
0,296
0,286
0,278
0,270
0,263
0,256
0,230
0,210
0,194
0,181
0,148
0,128
0,115
0,105
0,097
0,091
0,086
0,081
top related