k3 limbah cair edit
Post on 13-Jul-2016
42 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAGIAN IKM DAN IKK JUNI 2015FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
ASPEK KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DI RS
SYEKH YUSUF GOWA
Disusun oleh :
St. Maghfira Ananda C 111 09 367
Putra Imanullah C 111 10 123
Fadiah Gazzani Rahman C 111 10 809
Muh. Saifuddin Bin Hassan C 111 10 874
Pembimbing :
dr. Sultan Buraena MS, Sp.OK
DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KERJA DAN
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Rumah sakit dan institusi kesehatan lain adalah sebuah bentuk
industri jasa yang tidak berbeda dengan industri barang. Komponen manusia,
mesin, dan peralatan serta energi merupakan aset industri yang akan
menentukan tujuan perusahaan. Proses dalam rumah sakit dan institusi
kesehatan lain sangat kompleks bagi dihasilkannya keluaran (output) yang
memuaskan dan tentunya dari proses kerja yang sehat dan selamat. Rumah
sakit merupakan pelayanan kesehatan terhadap individu, pasien dan
masyarakat dengan inti pelayanan medik baik pencegahan, pemeliharaan,
pengobatan dan penyembuhan yang diproses secara terpadu agar mencapai
pelayanan kesehatan paripurna.
Upaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat sebagai salah satu
unsur kesejahteraan umum, besar artinya bagi pengembangan sumber daya
manusia Indonesia seutuhnya. Masyarakat Indonesia pada masa yang akan
datang diharapkan mampu memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan setinggi-tingginya.
Salah satu institusi pelayanan kesehatan dengan inti kegiatan
pelayanan preventif, kuratif, rehabilitatif, dan promotif adalah rumah sakit.
Sarana dan kegiatan tersebut akan menimbulkan dampak positif dan negatif.
Dampak positif adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat,
sedangkan dampak negatifnya antara lain adalah sampah dan limbah medis
maupun non medis yang dapat menimbulkan penyakit dan pencemaran yang
perlu perhatian khusus. Oleh karenanya perlu upaya penyehatan lingkungan
rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dan karyawan akan
bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari sampah maupun limbah
rumah sakit.
Sampah atau limbah rumah sakit dapat mengandung bahaya karena
dapat bersifat racun, infeksius dan juga radioaktif. Selain itu, karena kegiatan
atau sifat pelayanan yang diberikan, maka rumah sakit menjadi depot segala
macam penyakit yang ada di masyarakat, bahkan dapat pula sebagai sumber
distribusi penyakit karena selalu dihuni, dipergunakan, dan dikunjungi oleh
orang-orang yang rentan dan lemah terhadap penyakit.
Pada tahun 1999, WHO melaporkan di Perancis pernah terjadi 8
kasus pekerja kesehatan terinfeksi HIV, 2 di antaranya menimpa petugas yang
menangani limbah medis. Hal ini menunjukkan bahwa perlunya pengelolaan
limbah yang baik tidak hanya pada limbah medis tajam tetapi meliputi limbah
rumah sakit secara keseluruhan. Namun, berdasarkan hasil Rapid Assessment
tahun 2002 yang dilakukan oleh Ditjen P2MPL Direktorat Penyediaan Air
dan Sanitasi yang melibatkan Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota,
menyebutkan bahwa sebanyak 648 rumah sakit dari 1.476 rumah sakit yang
ada, yang memiliki insinerator baru 49% dan yang memiliki Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebanyak 36%. Dari jumlah tersebut kualitas
limbah cair yang telah melalui proses pengolahan yang memenuhi syarat baru
mencapai 52% .
Hasil dari kualitas pengolahan limbah cair tidak terlepas dari
dukungan pengelolaan limbah cairnya. Suatu pengelolaan limbah cair yang
baik sangat dibutuhkan dalam mendukung hasil kualitas effluent sehingga
tidak melebihi syarat baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah dan tidak
menimbulkan pencemaran pada lingkungan sekitar.
A. TUJUAN PENELITIAN
I. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang aspek kesehatan dan keselamatan kerja
pada petugas pengolahan limbah cair di rumah sakit.
II. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tentang faktor hazard yang dialami petugas
pengolahan limbah cair di rumah sakit.
2. Untuk mengetahui tentang alat kerja yang digunakan yang dapat
mengganggu kesehatan petugas.
3. Untuk mengetahui tentang Alat pelindung Diri (APD) yang
digunakan petugas pengolahan limbah cair di rumah sakit pada saat
bekerja.
4. Untuk mengetahui tentang ketersediaan obat P3K di tempat kerja
petugas pengolahan limbah cair di rumah sakit.
5. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan
sesuai peraturan.
6. Untuk mengetahui keluhan atau penyakit yang dialami yang
berhubungan dengan pekerjaan pada petugas pengolahan limbah
cair di rumah sakit.
7. Untuk mengetahui upaya K3 lainnya yang dijalankan, seperti
adanya penyuluhan atau pelatihan, pengukuran atau pemantauan
lingkungan tentang hazard yang pernah dilakukan.
8. Untuk mengetahui informasi tentang konstruksi bangunan.
9. Untuk mengetahui pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
A. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi peneliti, sebagai suatu pengalaman belajar dalam kegiatan
penelitian sehingga dapat memperoleh pengalaman dan meningkatkan
wawasan peneliti tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
perilaku pekerja pengolahan limbah cair dalam keselamatan dan
kesehatan lingkungan kerja.
2. Bagi petugas pengolahan limbah cair di rumah sakit, sebagai bahan
informasi tentang manfaat cara pencegahan terjadinya kecelakaan
dalam bekerja dan penanggulangannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Limbah cair adalah sisa cairan yang tidak lagi dianggap bermanfaat bagi
pengguna dan dibuang kembali ke lingkungan air. Secara umum ada kegiatan
yang menjadi sumber limbah cair yaitu antara lain kegiatan penduduk di
perkotaan/pedesaan (domestik), industri, pertanian, dan pertambangan. Limbah
cair domestik terdiri dari air limbah yang berasal dari perumahan dan pusat
perdagangan maupun perkantoran, hotel, rumah sakit, tempat-tempat umum,
lalulintas, dan lain-lain. Limbah rumah sakit sendiri pada khususnya mengandung
bermacam-macam mikroorganisme bergantung pada jenis rumah sakit dan tingkat
pengolahannya sebelum dibuang.
Limbah cair yang dihasilkan dari sebuah rumah sakit umumnya banyak
mengandung bakteri, virus, senyawa kimia, dan obat-obatan yang dapat
membahayakan bagi kesehatan masyarakat sekitar rumah sakit tersebut. Dari
sekian banyak sumber limbah di rumah sakit, limbah dari laboratorium paling
perlu diwaspadai. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses uji
laboratorium tidak bisa diurai hanya dengan aerasi atau activated sludge. Bahan-
bahan itu mengandung logam berat dan inveksius, sehingga harus disterilisasi atau
dinormalkan sebelum ”dilempar” menjadi limbah tak berbahaya. Untuk foto
rontgen misalnya, ada cairan tertentu yang mengandung radioaktif yang cukup
berbahaya. Setelah bahan ini digunakan limbahnya dibuang. Untuk itu diperlukan
pemahaman dan pengawasan dari pihak yang bertanggung jawab terhadap
pengelolaan limbah cair dirumah sakit.
Banyak pihak yang menyadari tentang bahaya ini. Namun, lemahnya
peraturan pemerintah tentang pengelolaan limbah rumah sakit mengakibatkan
hingga saat ini hanya sedikit rumah sakit yang memiliki IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah) khusus pengolahan limbah cairnya.
Landasan Hukum Pengelolaan Limbah Cair Rumah Sakit
U.U.no 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
U.U.no 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
U.U.no 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
U.U.no 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
U.U.no 1. Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
PP no 18 Tahun 1999 Jo No. 85 Tahan 1999 Tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.
Kep Men Kes no 1204 Tahun 2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
Kep Gub Provinsi Jawa Tengah No 10 Tahun 2004 Baku Mutu Limbah
Kep Gub Provinsi Jawa Tengah no 5 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Air
Limbah
Pengaruh Limbah Rumah Sakit terhadap Lingkungan dan Kesehatan
Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan
dapat menimbulkan berbagai masalah seperti :
- Gangguan kenyamanan dan estetika
Ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi
dan rasa dari bahan kimia organik.
- Kerusakan harta benda
Dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif, karat), air yang
berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan di
sekitar rumah sakit.
- Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang
Ini dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam
nutrien tertentu dan fosfor.
- Gangguan terhadap kesehatan manusia
Ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa
kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian
kedokteran gigi.
- Gangguan genetik dan reproduksi
Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti,
namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan
genetik dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida, bahan radioaktif.
Upaya Pengelolaan Limbah Rumah Sakit
Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi volume,
konsentrasi atau bahaya limbah, setelah proses produksi atau kegiatan, melalui
proses fisika, kimia atau hayati. Upaya pertama yang harus dilakukan adalah
upaya preventif yaitu mengurangi volume bahaya limbah yang dikeluarkan ke
lingkungan yang meliputi upaya mengurangi limbah pada sumbernya, serta upaya
pemanfaatan limbah. Program minimisasi limbah di Indonesia baru mulai
digalakkan, bagi RS masih merupakan hal baru, yang tujuannya untuk
mengurangi jumlah limbah dan pengolahan limbah yang masih mempunyai nilai
ekonomis.
Berbagai upaya telah dipergunakan untuk mengungkapkan pilihan
teknologi mana yang terbaik untuk pengolahan limbah, khususnya limbah
berbahaya antara lain reduksi limbah (waste reduction), minimisasi limbah (waste
minimization), pemberantasan limbah (waste abatement), pencegahan pencemaran
(waste prevention) dan reduksi pada sumbemya (source reduction) (Hananto,
1999).
Reduksi limbah pada sumbernya merupakan upaya yang harus
dilaksanakan pertama kali karena upaya ini bersifat preventif ,yaitu mencegah
atau mengurangi terjadinya limbah yang keluar dan proses produksi. Reduksi
limbah pada sumbernya adalah upaya mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas
dan tingkat bahaya limbah yang akan keluar ke lingkungan secara preventif
langsung pada sumber pencemar, hal ini banyak memberikan keuntungan yakni
meningkatkan efisiensi kegiatan serta mengurangi biaya pengolahan limbah dan
pelaksanaannya relatif murah (Hananto, 1999). Berbagai cara yang digunakan
untuk reduksi limbah pada sumbernya adalah (Arthono, 2000) :
1. House Keeping yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam
menjaga kebersihan lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran,
tumpahan atau kebocoran bahan serta menangani limbah yang terjadi
dengan sebaik mungkin.
2. Segregasi aliran limbah, yakni memisahkan berbagai jenis aliran limbah
menurut jenis komponen, konsentrasi atau keadaanya, sehingga dapat
mempermudah, mengurangi volume, atau mengurangi biaya pengolahan
limbah.
3. Pelaksanaan preventive maintenance, yakni pemeliharaan/penggantian alat
atau bagian alat menurut waktu yang telah dijadwalkan.
4. Pengelolaan bahan (material inventory), adalah suatu upaya agar
persediaan bahan selalu cukup untuk menjamin kelancaran proses
kegiatan, tetapi tidak berlebihan sehiugga tidak menimbulkan gangguan
lingkungan, sedangkan penyimpanan agar tetap rapi dan terkontrol.
5. Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik : sesuai dengan petunjuk
pengoperasian/penggunaan alat dapat meningkatkan efisiensi.
6. Penggunaan teknologi bersih yakni pemilikan teknologi proses kegiatan
yang kurang potensi untuk mengeluarkan limbah B3 dengan efisiensi yang
cukup tinggi, sebaiknya dilakukan pada saat pengembangan rumah sakit
baru atau penggantian sebagian unitnya.
Teknologi Pengolahan Limbah
Teknologi pengolahan limbah medis yang sekarang jamak dioperasikan
hanya berkisar antara masalah tangki septik dan insinerator. Keduanya sekarang
terbukti memiliki nilai negatif besar. Tangki septik banyak dipersoalkan lantaran
rembesan air dari tangki yang dikhawatirkan dapat mencemari tanah. Terkadang
ada beberapa rumah sakit yang membuang hasil akhir dari tangki septik tersebut
langsung ke sungai-sungai, sehingga dapat dipastikan sungai tersebut mulai
mengandung zat medis.
Sedangkan insinerator, yang menerapkan teknik pembakaran pada sampah
medis, juga bukan berarti tanpa cacat. Badan Perlindungan Lingkungan AS
menemukan teknik insenerasi merupakan sumber utama zat dioksin yang sangat
beracun. Penelitian terakhir menunjukkan zat dioksin inilah yang menjadi pemicu
tumbuhnya kanker pada tubuh.
Yang sangat menarik dari permasalahan ini adalah ditemukaannya
teknologi pengolahan limbah dengan metode ozonisasi. Salah satu metode
sterilisasi limbah cair rumah sakit yang direkomendasikan United States
Environmental Protection Agency (U.S.EPA) tahun 1999. Teknologi ini
sebenarnya dapat juga diterapkan untuk mengelola limbah pabrik tekstil, cat, kulit,
dan lain-lain.
OZONISASI
Proses ozonisasi telah dikenal lebih dari seratus tahun yang lalu. Proses
ozonisasi atau proses dengan menggunakan ozon pertama kali diperkenalkan Nies
dari Prancis sebagai metode sterilisasi pada air minum pada tahun 1906.
Penggunaan proses ozonisasi kemudian berkembang sangat pesat. Dalam kurun
waktu kurang dari 20 tahun terdapat kurang lebih 300 lokasi pengolahan air
minum menggunakan ozonisasi untuk proses sterilisasinya di Amerika.
Dewasa ini, metode ozonisasi mulai banyak dipergunakan untuk sterilisasi
bahan makanan, pencucian peralatan kedokteran, hingga sterilisasi udara pada
ruangan kerja di perkantoran. Luasnya penggunaan ozon ini tidak terlepas dari
sifat ozon yang dikenal memiliki sifat radikal (mudah bereaksi dengan senyawa
disekitarnya) serta memiliki oksidasi potential 2.07 V. Selain itu, ozon telah dapat
dengan mudah dibuat dengan menggunakan plasma seperti corona discharge.
Melalui proses oksidasinya pula ozon mampu membunuh berbagai macam
mikroorganisma seperti bakteri Escherichia coli, Salmonella enteriditis, Hepatitis
A Virus serta berbagai mikroorganisma patogen lainnya (Crites, 1998). Melalui
proses oksidasi langsung ozon akan merusak dinding bagian luar sel
mikroorganisma (cell lysis) sekaligus membunuhnya. Juga melalui proses
oksidasi oleh radikal bebas seperti hydrogen peroxy (HO2) dan hydroxyl radical
(OH) yang terbentuk ketika ozon terurai dalam air. Seiring dengan perkembangan
teknologi, dewasa ini ozon mulai banyak diaplikasikan dalam mengolah limbah
cair domestik dan industri.
OZONISASI LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT
Limbah cair yang berasal dari berbagai kegiatan laboratorium, dapur,
laundry, toilet, dan lain sebagainya dikumpulkan pada sebuah kolam equalisasi
lalu dipompakan ke tangki reaktor untuk dicampurkan dengan gas ozon. Gas ozon
yang masuk dalam tangki reaktor bereaksi mengoksidasi senyawa organik dan
membunuh bakteri patogen pada limbah cair.
Limbah cair yang sudah teroksidasi kemudian dialirkan ke tangki
koagulasi untuk dicampurkan koagulan. Lantas proses sedimentasi pada tangki
berikutnya. Pada proses ini, polutan mikro, logam berat dan lain-lain sisa hasil
proses oksidasi dalam tangki reaktor dapat diendapkan.
Selanjutnya dilakukan proses penyaringan pada tangki filtrasi. Pada tangki
ini terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat pollutan yang
terlewatkan pada proses koagulasi. Zat-zat polutan akan dihilangkan permukaan
karbon aktif. Apabila seluruh permukaan karbon aktif ini sudah jenuh, atau tidak
mampu lagi menyerap maka proses penyerapan akan berhenti, dan pada saat ini
karbon aktif harus diganti dengan karbon aktif baru atau didaur ulang dengan cara
dicuci. Air yang keluar dari filter karbon aktif untuk selanjutnya dapat dibuang
dengan aman ke sungai.
Ozon akan larut dalam air untuk menghasilkan hidroksil radikal (-OH),
sebuah radikal bebas yang memiliki potential oksidasi yang sangat tinggi (2.8 V),
jauh melebihi ozon (1.7 V) dan chlorine (1.36 V). Hidroksil radikal adalah bahan
oksidator yang dapat mengoksidasi berbagai senyawa organik (fenol, pestisida,
atrazine, TNT, dan sebagainya). Sebagai contoh, fenol yang teroksidasi oleh
hidroksil radikal akan berubah menjadi hydroquinone, resorcinol, cathecol untuk
kemudian teroksidasi kembali menjadi asam oxalic dan asam formic, senyawa
organik asam yang lebih kecil yang mudah teroksidasi dengan kandungan oksigen
yang di sekitarnya. Sebagai hasil akhir dari proses oksidasi hanya akan didapatkan
karbon dioksida dan air.
Hidroksil radikal berkekuatan untuk mengoksidasi senyawa organik juga
dapat dipergunakan dalam proses sterilisasi berbagai jenis mikroorganisma,
menghilangkan bau, dan menghilangkan warna pada limbah cair. Dengan
demikian akan dapat mengoksidasi senyawa organik serta membunuh bakteri
patogen, yang banyak terkandung dalam limbah cair rumah sakit.
Pada saringan karbon aktif akan terjadi proses adsorpsi, yaitu proses
penyerapan zat-zat yang akan diserap oleh permukaan karbon aktif. Apabila
seluruh permukaan karbon aktif ini sudah jenuh, proses penyerapan akan berhenti.
Maka, karbon aktif harus diganti baru atau didaur ulang dengan cara dicuci.
Dalam aplikasi sistem ozonisasi sering dikombinasikan dengan lampu
ultraviolet atau hidrogen peroksida. Dengan melakukan kombinasi ini akan
didapatkan dengan mudah hidroksil radikal dalam air yang sangat dibutuhkan
dalam proses oksidasi senyawa organik. Teknologi oksidasi ini tidak hanya dapat
menguraikan senyawa kimia beracun yang berada dalam air, tapi juga sekaligus
menghilangkannya sehingga limbah padat (sludge) dapat diminimalisasi hingga
mendekati 100%. Dengan pemanfaatan sistem ozonisasi ini dapat pihak rumah
sakit tidak hanya dapat mengolah limbahnya tapi juga akan dapat menggunakan
kembali air limbah yang telah terproses (daur ulang). Teknologi ini, selain
efisiensi waktu juga cukup ekonomis, karena tidak memerlukan tempat instalasi
yang luas.
Proses Pengolahan Limbah Cair RSUD Syekh Yusuf Gowa
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di rumah sakit dirancang secara
khusus untuk menggunakan "Biomedia Synthetic Porous Plastic" sebagai tempat
untuk pertumbuhan mikroorganisme. Dimana mikroorganisme tersebut berfungsi
menguraikan materi organik yang terkandung dalam air limbah domestik. Di
samping itu, biomedia tersebut berfungsi juga sebagai saringan dalam mengurai
nilai atau kadar suspended solid dalam air limbah domestik sehingga kualitas air
olahan menjadi lebih baik. Proses yang terjadi adalah sistem lumpur aktif
(activated sludge) dengan pertumbuhan mikroorganisme yang melekat pada
media (attach growth bacteria), yaitu pada kondisi tidak ada udara (anaerobik)
dan ada udara (aerobik).
Proses I
Dari seluruh pembuangan air limbah gedung akan masuk ke bak kontrol yang
berjumlah 10 buah. Dari bak kontrol inilah yang dilakukan pembersihan
setiap hari untuk membersihkan seluruh partikel-partikel kasar sebelum
mengalir ke tangki equalizer.
Proses II
Di tangki ini terdapat kain filter dan pompa pengisap, kain filter tersebut
untuk menahan partikel-partikel kasar yang terlewatkan dari bak kontrol
sehingga air yang masuk ke tangki ini diupayakan tanpa ada lagi partikel-
partikel kasar yang bisa menghambat kerja mesin pompa pengisap,
selanjutnya air akan dialirkan ke tangki kontrol.
Proses III
Proses air limbah di tangki kontrol ini mengatur pembagian air limbah
menuju ke pipa-pipa tangki dengan proses biomedia (anaerobik dan aerobik).
Proses IV
Di dalam proses biomedia dalam tangki 1 ini (anaerobik) diproses tanpa udara
sehingga air limbah dapat menumbuhkan mikroorganisme yang dapat
mengurai kualitas air hingga 70% dari air limbah awal, selanjutnya diproses
ke tangki 2 dengan cara proses udara (aerob).
Proses V
Di antara tangki 1 dan 2 terdapat mesin pompa udara yang akan menciptakan
gelembung-gelembung udara di dalam tangki 2, untuk mencapai 30% proses
hasil air olahan dari air limbah awal. Dalam tangki ini terdapat proses
penggelembungan udara di dalam air limbah sehingga di dalam tangki air
limbah dapat menumbuhkan mikroorganisme yang akan menurunkan nilai
BOD dan dari seluruh bagian bawah tangki 1 dan 2 yang berjumlah 12 tangki,
terdapat pipa yang saling terintegrasi untuk membuang air limbah ke tangki
equalizer pada saat pembersihan lumpur yang mengendap dalam tangki
anaerob dan aerob.
Proses VI
Dalam proses ini, air limbah olahan akan didosiskan dengan larutan kaporit
dengan bantuan pompa kimia untuk mensterilkan air olahan sehingga air
olahan tidak mengandung bakteri yang bersifat infeksius, selanjutnya air
olahan bisa dialirkan ke saluran drainase.
Alur Pengolahan limbah cair IPAL di RSUD. Syekh Yusuf Kabupaten Gowa
Laboratorium Perawatan Ruang Operasi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. LOKASI DAN WAKTU
1. Lokasi
Lokasi survei kesehatan dan kedokteran kerja yang kami jalankan adalah
mengevaluasi faktor yang berpengaruh pada kesehatan dan keselamatan
kerja pada petugas pengolahan limbah cair di RS Syekh Yusuf Gowa.
2. Waktu
Sumur Dalam
T. Aerob T. Aerob T. Aerob T. Aerob T. Aerob T. Aerob
T. Anaerob T. Anaerob T. Anaerob T. Anaerob T. Anaerob T. Anaerob
Waktu pelaksanaan survei kesehatan dan kedokteran kerja ini pada tanggal
15-20 Juni 2015.
B. BAHAN DAN CARA
1. Peralatan yang diperlukan
Peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk through survey (survei
jalan sepintas) dalam rangka untuk survei kesehatan dan kedokteran kerja
petugas pengolahan limbah cair di rumah sakit, antara lain :
Alat tulis menulis
Berfungsi sebagai media untuk mencatat selama survei jalan sepintas
Kamera
Digunakan untuk mencatat situasi kerja di dalam salon kecantikan
Check list (kuisioner)
Digunakan untuk mendapatkan data primer mengenai survei yang
dilakukan
Komputer dan printer
2. Cara pemantauan
Kami merencanakan untuk memantau dan mengevaluasi kegiatan yang
dilakukan petugas pengolahan limbah cair di RS Syekh Yusuf Gowa yang
berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja serta kesehatan
lingkungan kerja pada lingkungan RS Syekh Yusuf Gowa. Pemantauan ini
dilakukan dengan metode walk through survey dengan menggunakan
check list.
BAB IV
HASIL SURVEY DAN PEMBAHASAN
A. HASIL SURVEY
1. Perawatan
Hazard Lingkungan Kerja
Faktor fisik
Kebisingan
tidak ada alat atau benda yang menimbulkan kebisingan pada
tempat kerja
Getaran
tidak ada alat atau benda yang menimbulkan getaran pada
tempat kerja
Sumber cahaya
sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa
lampu
Temperatur
suhu di ruangan kerja cukup baik karena menggunakan
pendingin ruangan (air conditioner) sehingga petugas merasa
nyaman saat bekerja
Faktor kimia
Bahan kimia berupa benda padat
tidak terdapat bahan kimia berupa benda padat yang
digunakan pada bagian ini
Bahan kimia berupa benda cair
tidak terdapat bahan kimia berupa benda cair yang digunakan
pada bagian ini
Bahan kimia berupa gas
tidak terdapat bahan kimia berupa gas yang digunakan pada
bagian ini
Faktor biologi
Urin pasien
terdapat urin pasien yang berasal dari kateter yang harus
dibuang oleh petugas
Darah dan cairan tubuh pasien
terdapat darah dan cairan tubuh pasien yang harus
dibersihkan dan dibuang oleh petugas
Faktor ergonomis
Petugas bekerja dengan posisi yang nyaman dan tidak menetap
pada suatu posisi dalam waktu yang lama
Faktor psikososial
Pembagian jam kerja ada, biasanya dibagi pagi, siang, dan
malam
Hubungan sesama petugas baik
Petugas mendapat gaji yang tetap setiap bulan
Alat Pelindung Diri (APD) yang Digunakan
APD yang disediakan untuk para petugas, antara lain masker,
sarung tangan (handschoen), dan celemek
APD seperti masker dan sarung tangan merupakan alat sekali pakai
dan langsung dibuang setelah digunakan
Celemek dibersihkan setelah digunakan
Keluhan Kesehatan
Keluhan saluran pernapasan (batuk, bersin, flu) merupakan keluhan
yang kadang-kadang dialami petugas bagian ini
Perizinan saat sakit didapatkan oleh petugas dan diberi istirahat
kerja
Pemeriksaan Kesehatan
Petugas biasanya memeriksakan diri ke dokter dan membeli obat sesuai
resep dokter saat sakit
Informasi tentang Kotak P3K
Terdapat kotak P3K di dalam perawatan satu buah, petugas juga
pernah menggunakan kotak P3K tersebut
Petugas mengetahui sebagian besar isi dan fungsinya dari kotak
P3K tersebut
Informasi tentang Konstruksi Bangunan
Kondisi bangunan baik, dinding rapi, lantai cukup bersih, plafon tidak
bocor, ventilasi cukup
Informasi tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Petugas pernah mengikuti penyuluhan mengenai pencegahan dan
penanggulangan kebakaran
Petugas mengetahui sarana deteksi kebakaran, APAR, hydrant,
alarm, dan sarana evakuasi
2. Laboratorium
Hazard Lingkungan Kerja
Faktor fisik
Kebisingan
tidak ada alat atau benda yang menimbulkan kebisingan pada
tempat kerja
Getaran
tidak ada alat atau benda yang menimbulkan getaran pada
tempat kerja
Sumber cahaya
sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa
lampu
Temperatur
suhu di ruangan kerja cukup baik karena menggunakan
pendingin ruangan (air conditioner) sehingga petugas merasa
nyaman saat bekerja
Faktor kimia
Bahan kimia berupa benda padat
tidak terdapat bahan kimia berupa benda padat yang
digunakan pada bagian ini
Bahan kimia berupa benda cair
tidak terdapat bahan kimia berupa benda cair yang digunakan
pada bagian ini
Bahan kimia berupa gas
tidak terdapat bahan kimia berupa gas yang digunakan pada
bagian ini
Faktor biologi
Urin pasien
terdapat urin pasien yang merupakan sisa dari hasil
pemeriksaan
Darah dan cairan tubuh pasien
terdapat darah dan cairan tubuh pasien yang merupakan sisa
dari hasil pemeriksaan
Faktor ergonomis
Petugas bekerja dengan posisi yang nyaman dan tidak menetap
pada suatu posisi dalam waktu yang lama
Faktor psikososial
Pembagian jam kerja ada, biasanya dibagi pagi, siang, dan
malam
Hubungan sesama petugas baik
Petugas mendapat gaji yang tetap setiap bulan
Alat Pelindung Diri (APD) yang Digunakan
APD yang disediakan untuk para petugas, antara lain masker,
sarung tangan (handschoen), dan celemek
APD seperti masker dan sarung tangan merupakan alat sekali pakai
dan langsung dibuang setelah digunakan
Celemek dibersihkan setelah digunakan
Keluhan Kesehatan
Keluhan saluran pernapasan (batuk, bersin, flu) merupakan keluhan
yang kadang-kadang dialami petugas bagian ini
Perizinan saat sakit didapatkan oleh petugas dan diberi istirahat
kerja
Pemeriksaan Kesehatan
Petugas biasanya memeriksakan diri ke dokter dan membeli obat sesuai
resep dokter saat sakit
Informasi tentang Kotak P3K
Terdapat kotak P3K di dalam laboratorium dua buah, petugas juga
pernah menggunakan kotak P3K tersebut
Petugas mengetahui sebagian besar isi dan fungsinya dari kotak
P3K tersebut
Informasi tentang Konstruksi Bangunan
Kondisi bangunan baik, dinding rapi, lantai cukup bersih, plafon tidak
bocor, ventilasi cukup
Informasi tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Petugas pernah mengikuti penyuluhan mengenai pencegahan dan
penanggulangan kebakaran
Petugas mengetahui sarana deteksi kebakaran, APAR, hydrant,
alarm, dan sarana evakuasi
3. Ruang Operasi
Hazard Lingkungan Kerja
Faktor fisik
Kebisingan
tidak ada alat atau benda yang menimbulkan kebisingan pada
tempat kerja
Getaran
tidak ada alat atau benda yang menimbulkan getaran pada
tempat kerja
Sumber cahaya
sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa
lampu
Temperatur
suhu di ruangan kerja cukup baik karena menggunakan
pendingin ruangan (air conditioner) sehingga petugas merasa
nyaman saat bekerja
Faktor kimia
Bahan kimia berupa benda padat
tidak terdapat bahan kimia berupa benda padat yang
digunakan pada bagian ini
Bahan kimia berupa benda cair
tidak terdapat bahan kimia berupa benda cair yang digunakan
pada bagian ini
Bahan kimia berupa gas
tidak terdapat bahan kimia berupa gas yang digunakan pada
bagian ini
Faktor biologi
Urin pasien
terdapat urin pasien yang berasal dari kateter selama operasi
Darah dan cairan tubuh pasien
terdapat darah dan cairan tubuh pasien yang tertampung
selama proses operasi
Faktor ergonomis
Petugas bekerja dengan posisi yang nyaman dan tidak menetap
pada suatu posisi dalam waktu yang lama
Faktor psikososial
Pembagian jam kerja ada, biasanya dibagi pagi, siang, dan
malam
Hubungan sesama petugas baik
Petugas mendapat gaji yang tetap setiap bulan
Alat Pelindung Diri (APD) yang Digunakan
APD yang disediakan untuk para petugas, antara lain masker,
sarung tangan (handschoen), penutup kepala, dan celemek
APD seperti masker, penutup kepala, dan sarung tangan merupakan
alat sekali pakai dan langsung dibuang setelah digunakan
Celemek dibersihkan setelah digunakan
Keluhan Kesehatan
Keluhan saluran pernapasan (batuk, bersin, flu) merupakan keluhan
yang kadang-kadang dialami petugas bagian ini
Perizinan saat sakit didapatkan oleh petugas dan diberi istirahat
kerja
Pemeriksaan Kesehatan
Petugas biasanya memeriksakan diri ke dokter dan membeli obat sesuai
resep dokter saat sakit
Informasi tentang Kotak P3K
Terdapat kotak P3K di dalam ruang operasi dua buah, petugas juga
pernah menggunakan kotak P3K tersebut
Petugas mengetahui sebagian besar isi dan fungsinya dari kotak
P3K tersebut
Informasi tentang Konstruksi Bangunan
Kondisi bangunan baik, dinding rapi, lantai cukup bersih, plafon tidak
bocor, ventilasi cukup
Informasi tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Petugas pernah mengikuti penyuluhan mengenai pencegahan dan
penanggulangan kebakaran
Petugas mengetahui sarana deteksi kebakaran, APAR, hydrant,
alarm, dan sarana evakuasi
4. Proses Pengolahan Limbah Cair Tahap I
Hazard Lingkungan Kerja
Faktor fisik
Kebisingan
tidak ada alat atau benda yang menimbulkan kebisingan pada
tempat kerja
Getaran
tidak ada alat atau benda yang menimbulkan getaran pada
tempat kerja
Sumber cahaya
sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari cahaya
matahari
Temperatur
suhu di tempat kerja sesuai dengan suhu lingkungan karena
tempat kerja berada pada ruang terbuka dan tidak
menggunakan pendingin ruangan ataupun kipas angin
Faktor kimia
Bahan kimia berupa benda padat
tidak terdapat bahan kimia berupa benda padat yang
digunakan pada bagian ini
Bahan kimia berupa benda cair
tidak terdapat bahan kimia berupa benda cair yang digunakan
pada bagian ini
Bahan kimia berupa gas
tidak terdapat bahan kimia berupa gas yang digunakan pada
bagian ini
Faktor biologi
Limbah cair yang berasal dari seluruh instalasi rumah sakit
dialirkan ke dalam bak kontrol
Faktor ergonomis
Petugas bekerja dengan posisi yang nyaman dan tidak menetap
pada suatu posisi dalam waktu yang lama
Faktor psikososial
Pembagian jam kerja ada, biasanya dibagi pagi, siang, dan
malam
Hubungan sesama petugas baik
Petugas mendapat gaji yang tetap setiap bulan
Alat Pelindung Diri (APD) yang Digunakan
APD yang disediakan untuk para petugas, antara lain baju khusus,
celemek, masker, sarung tangan (handschoen), penutup kepala
(helm), sepatu boot
APD seperti masker dan sarung tangan merupakan alat sekali pakai
dan langsung dibuang setelah digunakan
Baju, celemek, sepatu boot, dan penutup kepala (helm) dibersihkan
setiap 2 minggu sekali
Keluhan Kesehatan
Keluhan saluran pernapasan (batuk, bersin, flu) merupakan keluhan
yang kadang-kadang dialami petugas bagian ini
Perizinan saat sakit didapatkan oleh petugas dan diberi istirahat
kerja
Pemeriksaan Kesehatan
Petugas biasanya memeriksakan diri ke dokter dan membeli obat sesuai
resep dokter saat sakit
Informasi tentang Kotak P3K
Terdapat kotak P3K pada lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) satu buah, petugas juga pernah menggunakan kotak P3K
tersebut
Petugas mengetahui sebagian besar isi dan fungsinya dari kotak
P3K tersebut
Informasi tentang Konstruksi Bangunan
Kondisi bangunan baik, dinding rapi, lantai cukup bersih, plafon tidak
bocor, ventilasi cukup
Informasi tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Petugas pernah mengikuti penyuluhan mengenai pencegahan dan
penanggulangan kebakaran
Petugas mengetahui sarana deteksi kebakaran, APAR, hydrant,
alarm, dan sarana evakuasi
5. Proses Pengolahan Limbah Cair Tahap II
Hazard Lingkungan Kerja
Faktor fisik
Kebisingan
tidak ada alat atau benda yang menimbulkan kebisingan pada
tempat kerja
Getaran
tidak ada alat atau benda yang menimbulkan getaran pada
tempat kerja
Sumber cahaya
sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari cahaya
matahari
Temperatur
suhu di tempat kerja sesuai dengan suhu lingkungan karena
tempat kerja berada pada ruang terbuka dan tidak
menggunakan pendingin ruangan ataupun kipas angin
Faktor kimia
Bahan kimia berupa benda padat
tidak terdapat bahan kimia berupa benda padat yang
digunakan pada bagian ini
Bahan kimia berupa benda cair
tidak terdapat bahan kimia berupa benda cair yang digunakan
pada bagian ini
Bahan kimia berupa gas
tidak terdapat bahan kimia berupa gas yang digunakan pada
bagian ini
Faktor biologi
Limbah cair yang berasal dari seluruh instalasi rumah sakit
dialirkan ke dalam tangki equalizer
Faktor ergonomis
Petugas bekerja dengan posisi yang nyaman dan tidak menetap
pada suatu posisi dalam waktu yang lama
Faktor psikososial
Pembagian jam kerja ada, biasanya dibagi pagi, siang, dan
malam
Hubungan sesama petugas baik
Petugas mendapat gaji yang tetap setiap bulan
Alat Pelindung Diri (APD) yang Digunakan
APD yang disediakan untuk para petugas, antara lain baju khusus,
celemek, masker, sarung tangan (handschoen), penutup kepala
(helm), sepatu boot
APD seperti masker dan sarung tangan merupakan alat sekali pakai
dan langsung dibuang setelah digunakan
Baju, celemek, sepatu boot, dan penutup kepala (helm) dibersihkan
setiap 2 minggu sekali
Keluhan Kesehatan
Keluhan saluran pernapasan (batuk, bersin, flu) merupakan keluhan
yang kadang-kadang dialami petugas bagian ini
Perizinan saat sakit didapatkan oleh petugas dan diberi istirahat
kerja
Pemeriksaan Kesehatan
Petugas biasanya memeriksakan diri ke dokter dan membeli obat sesuai
resep dokter saat sakit
Informasi tentang Kotak P3K
Terdapat kotak P3K pada lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) satu buah, petugas juga pernah menggunakan kotak P3K
tersebut
Petugas mengetahui sebagian besar isi dan fungsinya dari kotak
P3K tersebut
Informasi tentang Konstruksi Bangunan
Kondisi bangunan baik, dinding rapi, lantai cukup bersih, plafon tidak
bocor, ventilasi cukup
Informasi tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Petugas pernah mengikuti penyuluhan mengenai pencegahan dan
penanggulangan kebakaran
Petugas mengetahui sarana deteksi kebakaran, APAR, hydrant,
alarm, dan sarana evakuasi
6. Proses Pengolahan Limbah Cair Tahap III
Hazard Lingkungan Kerja
Faktor fisik
Kebisingan
tidak ada alat atau benda yang menimbulkan kebisingan pada
tempat kerja
Getaran
tidak ada alat atau benda yang menimbulkan getaran pada
tempat kerja
Sumber cahaya
sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari cahaya
matahari
Temperatur
suhu di tempat kerja sesuai dengan suhu lingkungan karena
tempat kerja berada pada ruang terbuka dan tidak
menggunakan pendingin ruangan ataupun kipas angin
Faktor kimia
Bahan kimia berupa benda padat
tidak terdapat bahan kimia berupa benda padat yang
digunakan pada bagian ini
Bahan kimia berupa benda cair
tidak terdapat bahan kimia berupa benda cair yang digunakan
pada bagian ini
Bahan kimia berupa gas
tidak terdapat bahan kimia berupa gas yang digunakan pada
bagian ini
Faktor biologi
Limbah cair yang berasal dari seluruh instalasi rumah sakit
dialirkan ke pipa-pipa biomedia
Faktor ergonomis
Petugas bekerja dengan posisi yang nyaman dan tidak menetap
pada suatu posisi dalam waktu yang lama
Faktor psikososial
Pembagian jam kerja ada, biasanya dibagi pagi, siang, dan
malam
Hubungan sesama petugas baik
Petugas mendapat gaji yang tetap setiap bulan
Alat Pelindung Diri (APD) yang Digunakan
APD yang disediakan untuk para petugas, antara lain baju khusus,
celemek, masker, sarung tangan (handschoen), penutup kepala
(helm), sepatu boot
APD seperti masker dan sarung tangan merupakan alat sekali pakai
dan langsung dibuang setelah digunakan
Baju, celemek, sepatu boot, dan penutup kepala (helm) dibersihkan
setiap 2 minggu sekali
Keluhan Kesehatan
Keluhan saluran pernapasan (batuk, bersin, flu) merupakan keluhan
yang kadang-kadang dialami petugas bagian ini
Perizinan saat sakit didapatkan oleh petugas dan diberi istirahat
kerja
Pemeriksaan Kesehatan
Petugas biasanya memeriksakan diri ke dokter dan membeli obat sesuai
resep dokter saat sakit
Informasi tentang Kotak P3K
Terdapat kotak P3K pada lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) satu buah, petugas juga pernah menggunakan kotak P3K
tersebut
Petugas mengetahui sebagian besar isi dan fungsinya dari kotak
P3K tersebut
Informasi tentang Konstruksi Bangunan
Kondisi bangunan baik, dinding rapi, lantai cukup bersih, plafon tidak
bocor, ventilasi cukup
Informasi tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Petugas pernah mengikuti penyuluhan mengenai pencegahan dan
penanggulangan kebakaran
Petugas mengetahui sarana deteksi kebakaran, APAR, hydrant,
alarm, dan sarana evakuasi
7. Proses Pengolahan Limbah Cair Tahap IV
Hazard Lingkungan Kerja
Faktor fisik
Kebisingan
tidak ada alat atau benda yang menimbulkan kebisingan pada
tempat kerja
Getaran
tidak ada alat atau benda yang menimbulkan getaran pada
tempat kerja
Sumber cahaya
sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari cahaya
matahari
Temperatur
suhu di tempat kerja sesuai dengan suhu lingkungan karena
tempat kerja berada pada ruang terbuka dan tidak
menggunakan pendingin ruangan ataupun kipas angin
Faktor kimia
Bahan kimia berupa benda padat
tidak terdapat bahan kimia berupa benda padat yang
digunakan pada bagian ini
Bahan kimia berupa benda cair
tidak terdapat bahan kimia berupa benda cair yang digunakan
pada bagian ini
Bahan kimia berupa gas
tidak terdapat bahan kimia berupa gas yang digunakan pada
bagian ini
Faktor biologi
Limbah cair yang berasal dari seluruh instalasi rumah sakit
dialirkan ke dalam tangki anaerob
Faktor ergonomis
Petugas bekerja dengan posisi yang nyaman dan tidak menetap
pada suatu posisi dalam waktu yang lama
Faktor psikososial
Pembagian jam kerja ada, biasanya dibagi pagi, siang, dan
malam
Hubungan sesama petugas baik
Petugas mendapat gaji yang tetap setiap bulan
Alat Pelindung Diri (APD) yang Digunakan
APD yang disediakan untuk para petugas, antara lain baju khusus,
celemek, masker, sarung tangan (handschoen), penutup kepala
(helm), sepatu boot
APD seperti masker dan sarung tangan merupakan alat sekali pakai
dan langsung dibuang setelah digunakan
Baju, celemek, sepatu boot, dan penutup kepala (helm) dibersihkan
setiap 2 minggu sekali
Keluhan Kesehatan
Keluhan saluran pernapasan (batuk, bersin, flu) merupakan keluhan
yang kadang-kadang dialami petugas bagian ini
Perizinan saat sakit didapatkan oleh petugas dan diberi istirahat
kerja
Pemeriksaan Kesehatan
Petugas biasanya memeriksakan diri ke dokter dan membeli obat sesuai
resep dokter saat sakit
Informasi tentang Kotak P3K
Terdapat kotak P3K pada lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) satu buah, petugas juga pernah menggunakan kotak P3K
tersebut
Petugas mengetahui sebagian besar isi dan fungsinya dari kotak
P3K tersebut
Informasi tentang Konstruksi Bangunan
Kondisi bangunan baik, dinding rapi, lantai cukup bersih, plafon tidak
bocor, ventilasi cukup
Informasi tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Petugas pernah mengikuti penyuluhan mengenai pencegahan dan
penanggulangan kebakaran
Petugas mengetahui sarana deteksi kebakaran, APAR, hydrant,
alarm, dan sarana evakuasi
8. Proses Pengolahan Limbah Cair Tahap V
Hazard Lingkungan Kerja
Faktor fisik
Kebisingan
tidak ada alat atau benda yang menimbulkan kebisingan pada
tempat kerja
Getaran
tidak ada alat atau benda yang menimbulkan getaran pada
tempat kerja
Sumber cahaya
sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari cahaya
matahari
Temperatur
suhu di tempat kerja sesuai dengan suhu lingkungan karena
tempat kerja berada pada ruang terbuka dan tidak
menggunakan pendingin ruangan ataupun kipas angin
Faktor kimia
Bahan kimia berupa benda padat
tidak terdapat bahan kimia berupa benda padat yang
digunakan pada bagian ini
Bahan kimia berupa benda cair
tidak terdapat bahan kimia berupa benda cair yang digunakan
pada bagian ini
Bahan kimia berupa gas
tidak terdapat bahan kimia berupa gas yang digunakan pada
bagian ini
Faktor biologi
Limbah cair yang berasal dari seluruh instalasi rumah sakit
dialirkan ke dalam tangki aerob
Faktor ergonomis
Petugas bekerja dengan posisi yang nyaman dan tidak menetap
pada suatu posisi dalam waktu yang lama
Faktor psikososial
Pembagian jam kerja ada, biasanya dibagi pagi, siang, dan
malam
Hubungan sesama petugas baik
Petugas mendapat gaji yang tetap setiap bulan
Alat Pelindung Diri (APD) yang Digunakan
APD yang disediakan untuk para petugas, antara lain baju khusus,
celemek, masker, sarung tangan (handschoen), penutup kepala
(helm), sepatu boot
APD seperti masker dan sarung tangan merupakan alat sekali pakai
dan langsung dibuang setelah digunakan
Baju, celemek, sepatu boot, dan penutup kepala (helm) dibersihkan
setiap 2 minggu sekali
Keluhan Kesehatan
Keluhan saluran pernapasan (batuk, bersin, flu) merupakan keluhan
yang kadang-kadang dialami petugas bagian ini
Perizinan saat sakit didapatkan oleh petugas dan diberi istirahat
kerja
Pemeriksaan Kesehatan
Petugas biasanya memeriksakan diri ke dokter dan membeli obat sesuai
resep dokter saat sakit
Informasi tentang Kotak P3K
Terdapat kotak P3K pada lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) satu buah, petugas juga pernah menggunakan kotak P3K
tersebut
Petugas mengetahui sebagian besar isi dan fungsinya dari kotak
P3K tersebut
Informasi tentang Konstruksi Bangunan
Kondisi bangunan baik, dinding rapi, lantai cukup bersih, plafon tidak
bocor, ventilasi cukup
Informasi tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Petugas pernah mengikuti penyuluhan mengenai pencegahan dan
penanggulangan kebakaran
Petugas mengetahui sarana deteksi kebakaran, APAR, hydrant,
alarm, dan sarana evakuasi
9. Proses Pengolahan Limbah Cair Tahap VI
Hazard Lingkungan Kerja
Faktor fisik
Kebisingan
tidak ada alat atau benda yang menimbulkan kebisingan pada
tempat kerja
Getaran
tidak ada alat atau benda yang menimbulkan getaran pada
tempat kerja
Sumber cahaya
sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari cahaya
matahari
Temperatur
suhu di tempat kerja sesuai dengan suhu lingkungan karena
tempat kerja berada pada ruang terbuka dan tidak
menggunakan pendingin ruangan ataupun kipas angin
Faktor kimia
Bahan kimia berupa benda padat
tidak terdapat bahan kimia berupa benda padat yang
digunakan pada bagian ini
Bahan kimia berupa benda cair
terdapat penggunaan klorin dan kaporit pada bagian ini yang
bertujuan untuk mensterilkan air olahan sehingga aman
dialirkan ke lingkungan
Bahan kimia berupa gas
tidak terdapat bahan kimia berupa gas yang digunakan pada
bagian ini
Faktor biologi
Limbah cair yang berasal dari seluruh instalasi rumah sakit
dialirkan ke dalam bak kontrol
Faktor ergonomis
Petugas bekerja dengan posisi yang nyaman dan tidak menetap
pada suatu posisi dalam waktu yang lama
Faktor psikososial
Pembagian jam kerja ada, biasanya dibagi pagi, siang, dan
malam
Hubungan sesama petugas baik
Petugas mendapat gaji yang tetap setiap bulan
Alat Pelindung Diri (APD) yang Digunakan
APD yang disediakan untuk para petugas, antara lain baju khusus,
celemek, masker, sarung tangan (handschoen), penutup kepala
(helm), sepatu boot
APD seperti masker dan sarung tangan merupakan alat sekali pakai
dan langsung dibuang setelah digunakan
Baju, celemek, sepatu boot, dan penutup kepala (helm) dibersihkan
setiap 2 minggu sekali
Keluhan Kesehatan
Keluhan saluran pernapasan (batuk, bersin, flu) merupakan keluhan
yang kadang-kadang dialami petugas bagian ini
Perizinan saat sakit didapatkan oleh petugas dan diberi istirahat
kerja
Pemeriksaan Kesehatan
Petugas biasanya memeriksakan diri ke dokter dan membeli obat sesuai
resep dokter saat sakit
Informasi tentang Kotak P3K
Terdapat kotak P3K pada lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) satu buah, petugas juga pernah menggunakan kotak P3K
tersebut
Petugas mengetahui sebagian besar isi dan fungsinya dari kotak
P3K tersebut
Informasi tentang Konstruksi Bangunan
Kondisi bangunan baik, dinding rapi, lantai cukup bersih, plafon tidak
bocor, ventilasi cukup
Informasi tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Petugas pernah mengikuti penyuluhan mengenai pencegahan dan
penanggulangan kebakaran
Petugas mengetahui sarana deteksi kebakaran, APAR, hydrant,
alarm, dan sarana evakuasi
B. PEMBAHASAN
1. Hazard Lingkungan Kerja
Potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan–gangguan kesehatan
terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya terpapar kebisingan
intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas dan dingin), intensitas penerangan
kurang memadai, getaran, radiasi.
Faktor fisik
a. Sumber kebisingan, tidak ada pada lokasi kerja sehingga tidak
ditemukan adanya faktor kebisingan yang dapat mengganggu
kesehatan dan keselamatan kerja
b. Sumber cahaya, berasal dari cahaya matahari
c. Sumber getaran, tidak ada pada lokasi kerja sehingga tidak
ditemukan adanya faktor getaran yang dapat mengganggu
kesehatan dan keselamatan kerja
d. Sumber radiasi, tidak ada pada lokasi kerja sehingga tidak
ditemukan adanya faktor radiasi yang dapat mengganggu
kesehatan dan keselamatan kerja
e. Temperatur, kurang baik karena tempat kerja bersifat terbuka
sehingga para petugas sering merasa kepanasan. Suhu udara
yang terlalu panas akan menyebabkan menurunnya semangat
kerja petugas dalam melaksanakan pekerjaan.
Faktor kimia
Faktor kimia merupakan potensi bahaya yang berasal dari bahan-
bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya
ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenaga kerja melalui
inhalation (melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran
pencernaan), skin contact (melalui kulit).
Bahan kimia yang digunakan oleh petugas adalah klorin dan kaporit
pada tahap keenam dari proses pengolahan air limbah namun zat
kimia ini masih relatif aman bagi para petugas.
Faktor biologi
Faktor biologi merupakan bahan organik yang berasal dari sumber–
sumber biologi yang berbeda, seperti virus, bakteri, jamur, protein
dari binatang atau bahan-bahan dari tumbuhan seperti produk serat
alam yang terdegradasi.
Faktor biologi yang terdapat pada IPAL, antara lain urin, darah, dan
cairan tubuh pasien.
Faktor ergonomi
Faktor ergonomi merupakan potensi bahaya yang berasal atau yang
disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak
sesuai dengan norma–norma ergonomi yang berlaku, dalam
melakukan pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk sikap dan cara
kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban
kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja ataupun
ketidakserasian antara manusia dan mesin.
Berdasarkan hasil observasi terlihat bahwa faktor ergonomi pada
IPAL ini telah memadai karena petugas bekerja dengan posisi yang
nyaman dan tidak perlu menetap pada suatu posisi dalam waktu yang
lama.
Faktor psikososial
Faktor psikososial merupakan potensi bahaya yang berasal atau
ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis ketenagakerjaan
yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian.
Respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan.
Jika respon terhadap tubuh berlebihan maka akan menimbulkan
stress. Gangguan emosional yang ditimbulkan adalah cemas, gelisah,
gangguan kepribadian, penyimpangan seksual, pecandu alkohol atau
psikotropika. Penyakit-penyakit psikosomatis, antara lain jantung
koroner, tekanan darah tinggi, gangguan pencernaan, luka usus besar,
gangguan pernapasan, asma bronkial, penyakit kulit seperti eksim,
dan lain-lain.
Jam kerja petugas pada IPAL hanya berkisar tujuh jam setiap harinya
sehingga petugas masih dapat beristirahat dengan baik. Hubungan
sesama petugas juga baik sehingga dari hasil observasi tidak
didapatkan adanya faktor psikososial yang terganggu.
2. Alat Kerja yang Digunakan
Alat yang digunakan pada IPAL pada umumnya merupakan alat mesin
sehingga petugas harus mengetahui cara menggunakannya
3. Alat Pelindung Diri yang Digunakan
Alat pelindung diri didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk
melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya
kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat
kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik, dan lainnya.
Berikut ini akan disebutkan beberapa perlengkapan APD yang digunakan
di industri baik formal maunpun informal mulai dari kaki sampai kepala :
a. Pelindung kepala, seperti helm yang dilengkapi oleh perisai dan
lain sebagainya.
b. Pelindung mata, seperti kaca mata dan kaca pengaman yang
dimana kaca mata atau kaca pengeman ini tidak mudah hancur
c. Pelindung pendengaran, seperti earplugs dan earmuffs
d. Pelindung muka, seperti perisai yang biasa digunakan pada usaha
las
e. Pelindung pernapasan
f. Pelindung badan
g. Pelindung jari dan tangan, seeperti kaos tangan yang terbuat dari
asbes atau yang lainnya
h. Pelindung kaki
i. Pengaman dari kejatuhan, seperti tali penolong, atau ikat pinggang
pengaman, pakaian pengaman dan jarring
Dari hasil observasi pada IPAL RS Syekh Yusuf, APD yang digunakan
oleh petugas adalah pelindung kepala (helm), pelindung pernapasan
(masker), baju khusus, celemek, sarung tangan, dan sepatu boot.
4. Pemeriksaan Kesehatan
Upaya pengendalian agar sumber yang dapat menimbulkan gangguan
dapat dikurangi agar tidak menimbulkan efek terhadap orang
sekelilingnya. Upaya yang dapat dilakukan dapat berupa pendekatan
teknis, administratif, dan medis.
Pemeriksaan kesehatan tertentu dilakukan oleh petugas ke
puskesmas atau ke klinik
Pemeriksaan kesehatan rutin tidak dilakukan, petugas hanya
memeriksakan diri ke puskesmas atau klinik jika ada gejala tertentu
Sehingga upaya penanganan permasalahan penyakit yang timbul akibat
kerja kerja sudah dilaksanakan cukup baik oleh pekerja dengan
melakukan pemeriksaan kesehatan ke puskesmas atau klinik saat sakit.
5. Keluhan Kesehatan
Keluhan saluran pernapasan (bersin, batuk, flu) merupakan keluhan
yang kadang-kadang dialami petugas
Perizinan saat sakit didapatkan oleh petugas dan diberi istirahat kerja
Jadi secara signifikan, tidak ada gangguan kesehatan yang berhubungan
dengan pekerjaan pada petugas di IPAL RS Syekh Yusuf.
6. Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja Lainnya
Pelatihan atau penyuluhan tentang K3 ada
Kotak P3K di lokasi kerja ada
Petugas K3 ada
Pada IPAL RS Syekh Yusuf sudah mulai terlaksana upaya kesehatan dan
keselamatan kerja lainnya karena telah disediakan kotak P3K.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil observasi walk through survey yang dilakukan di Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) RS Syekh Yusuf Gowa maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Faktor hazard yang dialami petugas IPAL berupa faktor fisik yang berupa
temperatur lokasi kerja yang kurang nyaman karena bersifat terbuka dan
tidak ada pendingin ruangan sehingga petugas sering merasa kepanasan;
faktor biologi berupa urin, darah, dan cairan tubuh pasien; serta faktor kimia
berupa penggunaan klorin dan kaporit pada proses pengolahan limbah.
2. Alat kerja yang digunakan pada umumnya merupakan alat mesin sehingga
petugas jarang kontak langsung dengan air limbah.
3. Alat pelindung diri yang digunakan saat bekerja berupa baju khusus,
celemek, penutup kepala (helm), masker, sarung tangan, dan sepatu boot
sehingga risiko kecelakaan kerja dan terganggunya kesehatan akibat kerja
dapat dicegah.
4. Petugas mengetahui isi kotak P3K dan mengetahui kegunaannya.
5. Pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan secara berkala sesuai
peraturan.
6. Keluhan atau penyakit yang berhubungan langsung dengan pekerjaan pada
petugas di IPAL RS Syekh Yusuf tidak ada.
7. Petugas mengetahui upaya K3 lainnya melalui penyuluhan atau pelatihan
tentang keselamatan kerja di rumah sakit.
8. Pengetahuan tentang konstruksi bangunan dan hubungannya dengan
kesehatan dan keselamatan kerja petugas cukup baik.
9. Pengetahuan tentang pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada
petugas cukup baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI, 2004. Keputuan Menteri Kesehatan No. 1204/MENKES/SK/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta : Depkes
RI.
2. Depkes RI, 1995. Keputuan Menteri Lingkungan Hidup
No.58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Rumah Sakit,
Jakarta : Depkes RI.
3. Depkes RI, 2004. Keputuan Menteri Kesehatan No. 1204/MENKES/SK/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta : Depkes
RI.
4. Depkes RI, 1995. Keputuan Menteri Lingkungan Hidup
No.58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Rumah Sakit,
Jakarta : Depkes RI.
5. Mahida, 1994. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri, Jakarta :
Rajawali Pers.
6. Siregar A., 2005. Instalasi Pengolahan Air Limbah, Yogyakarta : Kanisius.
L
A
M
P
I
R
A
N
top related