kaidah bahasa indonesia
Post on 13-Jan-2015
5.981 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
KAIDAH BAHASA INDONESIA
1) 10 jenis kata:
1. Kata benda atau Noun
2. Kata kerja atau Verb
3. Kata sifat atau Adjective
4. Kata ganti atau Pronoun
5. Kata keterangan atau Adverb
6. Kata sambung atau Conjunction
7. Kata bilangan atau Numeralia
8. Kata depan atau Preposition
9. Kata sandang atau Determiner
10. Kata seru atau Interjeksi
2) Contoh dari 10 jenis kata:
1. Kata benda atau Noun
Kata benda nyata:
Contohnya: kereta,kuda.penggaris,dll.
Kata benda abstrak:
Contohnya:keadilan,kemanusiaan,kecantikan,dll.
2. Kata kerja atau Verb
Kata kerja transitif
ialah kata kerja yang mesti disertai oleh objek, yaitu kata nama.
Contohnya: Atan mendengar radio.
-mendengar ialah kata kerja transitif
-radio ialah objek (kata nama)
Kata kerja transitif menggunakan imbuhan men, men ...i, men ...kan,
memper, memper...i, dan memper...kan.
Contohnya:
1. Kucing itu menangkap seekor burung.
2. perempuan itu menjual sayur.
3. Bapa sedang menulis surat.
Kata kerja intransitif
ialah kata kerja yang dapat berdiri sendiri dalam ayat, yakni tidak
memerlukan objek lagi.
Kata kerja intransitif ada yang berbentuk asal dan ada yang
berimbuhan ber,men,ter,ber...an,dan ber...kan.
Contohnya: (a) Ravi belum datang lagi.
(b) Murid-murid sedang belajar.
(c) Sungai itu mengalir deras.
Peringatan
Tiap-tiap kata kerja tak transitif boleh dijadikan kata kerja transitif
dengan menambah ‘kan’ atau ‘ I’ di hujungnya.
Contohnya:
1. Mereka menjalankan jentera itu.
2. Emak sedang menidurkan adik.
3. Pekerja itu menurunkan barang-barang dari atas lori.
4. Halim mengikuti perbualan mereka.
5. Saya sudahi syarahan saya ini dengan ucapan salam.
Kata Kerja Pasif
1. Kata kerja pasif
ialah kata kerja yang berasal daripada kata kerja transitif tetapi
yang tidak berawalan men.
Contohnya:angkat, atasi, berikan, percepat, pelajari, persilakan,
dan sebagainya.
2. Ada tiga jenis kata kerja pasif.
(a) kata kerja pasif diri pertama
Kata kerja pasif diri pertama ialah kata kerja pasif yang
berimbuhan ku-.
Contohnya: kuangkat, kuatasi, kuberikan, kupercepat, kupelajari,
dan kupersilakan.
(b) kata kerja pasif diri kedua
Kata kerja pasif diri kedua ialah yang berimbuhan ka-.
Contohnya: kauangkat, kauatasi, kauberikan, kaupercepat,
kaupelajari, dan kaupersilakan.
(c) kata kerja pasif diri ketiga
Kata kerja pasif diri ketiga ialah yang berimbuhan di-.
Contohnya: diangkat, diatasi, diberikan, dipercepat, dipelajari,
dan dipersilakan
3. Kata sifat atau Adjective
Contohnya:pintar,cantik,rajin,dll
4. Kata ganti atau Pronoun
Kata ganti orang
Kata ganti orang pertama(tunggal:aku/saya;jamak:kami/kita)
Kata ganti orang kedua(tunggal:kamu;jamak:kalian)
Kata ganti orang ketiga(tunggal:dia/ia;jamak:mereka)
Kata ganti kepunyaan:misalnya “mu” dalam milikmu,dll
Kata ganti penunjuk:misalnya di sana,di situ,dll
5. Kata keterangan atau Adverb
Contohnya:lusa,besok,hari ini,terkadang,kemarin,dll.
6. Kata sambung atau Conjunction
Contohnya:sedangkan,dan,atau,namun.
7. Kata bilangan atau Numeralia
Contohnya:satu,dua,tiga,pertama,kedua,ketiga.
8. Kata depan atau Preposition
Contohnya:dari,pada,di atas,di bawah,di antara.
9. Kata sandang atau Determiner
Contohnya:si,sang,seorang,dll.
10. Kata seru atau Interjeksi
Contohnya:wah,wow,ah.
3) Jenis-jenis frase:
Berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya), frasa dibagi
menjadi dua, yaitu Frasa Endosentris dan Frasa Eksosentris.
1. Frasa Endosentris
Frasa endosentris sendiri masih dibagi menjadi tiga:
Frasa Endosentris Koordinatif
Frasa Endosentris Atributif
Frasa Endosentris Apositif
2. Frasa Eksosentris
Berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya., frasa dibagi menjadi enam:
1. Frasa Nomina
2. Frasa Verba
3. Frasa Ajektifa
4. Frasa Numeralia
5. Frasa Preposisi
6. Frasa Konjungsi
4) Penjelasan jenis-jenis frase dan contohnya:
Berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya), frasa dibagi
menjadi dua, yaitu Frasa Endosentris dan Frasa Eksosentris.
1. Frasa Endosentris, kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu, dpat digantikan
oleh unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi
tertentu yang disebut unsur pusat (UP). Dengan kata lain, frasa endosentris
adalah frasa yang memiliki unsur pusat.
Contoh:
Sejumlah mahasiswa(S) diteras(P).
Kalimat tersebut tidak bisa jika hanya ‘Sejumlah di teras’ (salah) karena kata
mahasiswa adalah unsur pusat dari subjek. Jadi, ‘Sejumlah mahasiswa’ adalah
frasa endosentris.
Frasa endosentris sendiri masih dibagi menjadi tiga.
Frasa Endosentris Koordinatif, yaitu frasa endosentris yang semua
unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang berbeda
diantara unsurnya terdapat (dapat diberi) ‘dan’ atau ‘atau’.
Contoh:
1. rumah pekarangan
2. suami istri dua tiga (hari)
3. ayah ibu
4. pembinaan dan pembangunan
5. pembangunan dan pembaharuan
6. belajar atau bekerja.
Frasa Endosentris Atributif, yaitu frasa endosentris yang disamping
mempunyai unsur pusat juga mempunyai unsur yang termasuk atribut.
Atribut adalah bagian frasa yang bukan unsur pusat, tapi menerangkan
unsur pusat untuk membentuk frasa yang bersangkutan.
Contoh:
1. pembangunan lima tahun
2. sekolah Inpres
3. buku baru
4. orang itu
5. malam ini
6. sedang belajar
7. sangat bahagia.
Keterangan:
Kata-kata yang dicetak miring dalam frasa-frasa di atasseperti adalah
unsur pusat, sedangkan kata-kata yang tidak dicetak miring adalah
atributnya.
Frasa Endosentris Apositif, yaitu frasa endosentris yang semua
unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang sama. Unsur
pusat yang satu sebagai aposisi bagi unsur pusat yang lain.
Contoh:
Ahmad, anak Pak Sastro, sedang belajar.
Ahmad, …….sedang belajar.
……….anak Pak Sastro sedang belajar.
Unsur ‘Ahmad’ merupakan unsur pusat, sedangkan unsur ‘anak Pak
Sastro’ merupakan aposisi. Contoh lain:
1. Yogya, kota pelajar
2. Indonesia, tanah airku
3. Bapak SBY, Presiden RI
4. Mamad, temanku.
Frasa yang hanya terdiri atas satu kata tidak dapat dimasukkan ke
dalalm frasa endosentris koordinatif, atributif, dan apositif, karena
dasar pemilahan ketiganya adalah hubungan gramatik antara unsur
yang satu dengan unsur yang lain. Jika diberi aposisi, menjadi frasa
endosentris apositif. Jika diberi atribut, menjadi frasa endosentris
atributif. Jika diberi unsur frasa yang kedudukannya sama, menjadi
frasa endosentris koordinatif
2. Frasa Eksosentris, adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi
dengan unsurnya. Frasa ini tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa
eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai UP.
Contoh:
Sejumlah mahasiswa di teras.
Berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya., frasa dibagi menjadi enam.
1. Frasa Nomina, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori nomina.
UP frasa nomina itu berupa:
nomina sebenarnya
contoh:
pasir ini digunakan utnuk mengaspal jalan
pronomina
contoh:
dia itu musuh saya
nama
contoh:
Dian itu manis
kata-kata selain nomina, tetapi strukturnya berubah menjadi nomina
contoh:
dia rajin → rajin itu menguntungkan
anaknya dua ekor → dua itu sedikit
dia berlari → berlari itu menyehatkan
kata rajin pada kaliat pertam awalnya adalah frasa ajektiva,
begitupula dengan dua ekor awalnya frasa numeralia, dan kata berlari
yang awalnya adalah frasa verba.
2. Frasa Verba, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori verba.
Secara morfologis, UP frasa verba biasanya ditandai adanya afiks verba.
Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat diberi) kata ‘sedang’ untuk verba
aktif, dan kata ‘sudah’ untuk verba keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi
kata’ sangat’, dan biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:
Dia berlari.
Secara morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara sintaktis dapat
diberi kata ‘sedang’ yang menunjukkan verba aktif.
3. Frasa Ajektifa, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori
ajektifa. UP-nya dapat diberi afiks ter- (paling), sangat, paling agak, alangkah-
nya, se-nya. Frasa ajektiva biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:
Rumahnya besar.
Ada pertindian kelas antara verba dan ajektifa untuk beberapa kata tertentu
yang mempunyai ciri verba sekaligus memiliki ciri ajektifa. Jika hal ini yang
terjadi, maka yang digunakan sebagai dasar pengelolaan adalah ciri dominan.
Contoh:
menakutkan (memiliki afiks verba, tidak bisa diberi kata ‘sedang’ atau
‘sudah’. Tetapi bisa diberi kata ‘sangat’).
4. Frasa Numeralia, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori
numeralia. Yaitu kata-kata yang secara semantis mengatakan bilangan atau
jumlah tertentu. Dalam frasa numeralia terdapat (dapat diberi) kata bantu
bilangan: ekor, buah, dan lain-lain.
Contoh:
dua buah
tiga ekor
lima biji
duapuluh lima orang.
5. Frasa Preposisi, frasa yang ditandai adanya preposisi atau kata depan sebagai
penanda dan diikuti kata atau kelompok kata (bukan klausa) sebagai petanda.
Contoh:
Penanda (preposisi) + Petanda (kata atau kelompok kata) di teras
ke rumah teman
dari sekolah
untuk saya
6. Frasa Konjungsi, frasa yang ditandai adanya konjungsi atau kata sambung
sebagai penanda dan diikuti klausa sebagai petanda. Karena penanda klausa
adalah predikat, maka petanda dalam frasa konjungsi selalu mempunyai
predikat.
Contoh:
Penanda (konjungsi) + Petanda (klausa, mempunyai P)
Sejak kemarin dia terus diam(P) di situ.
Dalam buku Ilmu Bahasa Insonesia, Sintaksis, ramlan menyebut frasa tersebut
sebagai frasa keterangan, karena keterangan menggunakan kata yang termasuk
dalam kategori konjungsi.
5) 5 jenis klausa:
1. Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya.
1. Klausa Lengkap
1. Klausa versi, yaitu klausa yang S-nya mendahului P.
2. Klausa inversi, yaitu klausa yang P-nya mendahului S.
2. Klausa Tidak Lengkap
2. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik
menegatifkan P.
1. Klausa Positif
2. Klausa Negatif
3. Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P.
1. Klausa Nomina
2. Klausa Verba
3. Klausa Adjektiva
4. Klausa Numeralia
5. Klausa Preposisiona
6. Klausa Pronomia
4. Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat
1. Klausa Bebas
2. Klausa terikat
5. Klasifikasi klausa berdasarkan criteria tatarannya dalam kalimat.
1. Klausa Atasan
2. Klausa Bawahan
6) Contoh dari 5 jenis klausa:
2. Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya.
Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada
hadir tidaknya unsur inti klausa, yaitu S dan P. Dengan demikian, unsur ini
klausa yang bisa tidak hadir adalah S, sedangkan P sebagai unsur inti klausa
selalu hadir. Atas dasar itu, maka hasil klasifikasi klausa berdasarkan struktur
internnya, berikut klasifikasinya :
2. Klausa Lengkap
Klausa lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya hadir.Klausa ini
diklasifikasikan lagi berdasarkan urutan S dan P menjadi :
2. Klausa versi, yaitu klausa yang S-nya mendahului P.
Contoh :
-Kondisinya sudah baik.
-Rumah itu sangat besar.
-Mobil itu masih baru.
3. Klausa inversi, yaitu klausa yang P-nya mendahului S.
Contoh :
-Sudah baik kondisinya.
-Sangat besar rumah itu.
-Masih baru mobil itu.
3. Klausa Tidak Lengkap
Klausa tidak lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya
hadir. Biasanya dalam klausa ini yang hadir hanya S saja atau P saja.
Sedangkan unsur inti yang lain dihilangkan.
3. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik
menegatifkan P.
Unsur negasi yang dimaksud adalah tidak, tak, bukan, belum, dan jangan.
Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik
menegatifkan P menghasilkan :
2. Klausa Positif
Klausa poisitif ialah klausa yang ditandai tidak adanya unsur negasi
yang menegatifkan P.
Contoh :
-Ariel seorang penyanyi terkenal.
-Mahasiswa itu mengerjakan tugas.
-Mereka pergi ke kampus.
3. Klausa Negatif
Klausa negatif ialah klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang
menegaskan P.
Contoh :
-Ariel bukan seorang penyanyi terkenal.
-Mahasiswa itu belum mengerjakan tugas.
-Mereka tidak pergi ke kampus.
Keterangan:
Kata negasi yang terletak di depan P secara gramatik menegatifkan P,
tetapi secara sematik belum tentu menegatifkan P. Dalam klausa Dia
tidak tidur, misalnya, memang secara gramatik dan secara semantik
menegatifkan P. Tetapi, dalam klausa Dia tidak mengambil pisau, kata
negasi itu secara sematik bisa menegatifkan P dan bisa menegatifkan
O. Kalau yang dimaksudkan 'Dia tidak mengambil sesuatu apapun',
maka kata negasi itu menegatifkan O. Misalnya dalam klausa Dia tidak
mengambil pisau, melainkan sendok.
4. Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P.
Berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat
diklasifikasikan menjadi :
2. Klausa Nomina
Klausa nomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori
frasa nomina. Contoh :
-Dia seorang sukarelawan.
-Mereka bukan sopir angkot.
-Nenek saya penari.
3. Klausa Verba
Klausa verba ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori
frasa verba. Contoh :
-Dia membantu para korban banjir.
-Pemuda itu menolong nenek tua.
4. Klausa Adjektiva
Klausa adjektiva ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori
frasa adjektiva.
Contoh :
-Adiknya sangat gemuk.
-Hotel itu sudah tua.
-Gedung itu sangat tinggi.
5. Klausa Numeralia
Klausa numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori
numeralia.
Contoh :
-Anaknya lima ekor.
-Mahasiswanya sembilan orang.
-Temannya dua puluh orang.
6. Klausa Preposisiona
Klausa preposisiona ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk
kategori frasa preposisiona.
Contoh :
-Sepatu itu di bawah meja.
-Baju saya di dalam lemari.
-Orang tuanya di Jakarta.
7. Klausa Pronomia
Klausa pronomial ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategoi
ponomial.
Contoh :
-Hakim memutuskan bahwa dialah yang bersalah.
-Sudah diputuskan bahwa ketuanya kamu dan wakilnya saya.
5. Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat
Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat dapat dibedakan
atas :
2. Klausa Bebas
Klausa bebas ialah klausa yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat
mayor. Jadi, klausa bebas memiliki unsur yang berfungsi sebagai subyek dan
yang berfungsi sebagai predikat dalam klausa tersebut. Klausa bebas adalah
sebuah kalimat yang merupakan bagian dari kalimat yang lebih besar. Dengan
perkataan lain, klausa bebas dapat dilepaskan dari rangkaian yang lebih besar
itu, sehingga kembali kepada wujudnya semula, yaitu kalimat.
Contoh :
-Anak itu badannya panas, tetapi kakinya sangat dingin.
-Dosen kita itu rumahnya di jalan Ambarawa.
-Semua orang mengatakan bahwa dialah yang bersalah.
3. Klausa terikat
Klausa terikat ialah klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat
mayor, hanya berpotensi untuk menjadi kalimat minor. Kalimat minor adalah
konsep yang merangkum : pangilan, salam, judul, motto, pepatah, dan kalimat
telegram.
Contoh :
-Semua murid sudah pulang kecuali yang dihukum.
-Semua tersangkan diinterograsi, kecuali dia.
-Ariel tidak menerima nasihat dari siapa pun selain dari orang tuanya.
6. Klasifikasi klausa berdasarkan criteria tatarannya dalam kalimat.
Oscar Rusmaji (116) berpendapat mengenai beberapa jenis klausa. Menurutnya
klausa juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat.
Berdasarkan tatarannya dalam kalimat, klausa dapat dibedakan atas :
2. Klausa Atasan
Klausa atasan ialah klausa yang tidak menduduki f ungsi sintaksis dari klausa
yang lain. Contoh :
Ketika paman datang, kami sedang belajar.
Meskipun sedikit, kami tahu tentang hal itu.
3. Klausa Bawahan
Klausa bawahan ialah klausa yang menduduki fungsi sintaksis atau menjadi
unsur dari klausa yang lain. Contoh :
Dia mengira bahwa hari ini akan hujan.
Jika tidak ada rotan, akarpun jadi.
7) Lima jenis kalimat:
1. Berdasarkan jumlah dan jenis klausa yang terdapat di dalamnya, kalimat dapat
dibedakan atas kalimat minor dan kalimat mayor.
1. Kalimat minor. Kalimat minor dibedakan atas:
Kalimat minor berstruktur, kalimat minor berstruktur dibedakan atas:
Kalimat elips
Kalimat jawaban
Kalimat sampingan
Kalimat urutan
Kalimat minor tak berstruktur,dibedakan atas:
Panggilan.
Seruan
Judul
Semboyan
Salam
Inskripsi
2. Kalimat mayor, kalimat mayor dapat dibedakan atas:
Kalimat majemuk subordinatif
Kalimat majemuk koordinat
Kalimat majemuk rapatan
2. Berdasarkan response yang diharapkan, kalimat dibedakan atas :
1. Kalimat pernyataan
2. Kalimat pertanyaan
3. Kalimat perintah
3. Berdasarkan hubungan actor-aksi, kalimat dapat dibedakan atas :
1. Kalimat aktif
2. Kalimat pasif
3. Kalimat medial
4. Kalimat respirokal
4. Bedasarkan ada tidaknya unsure negative pada klausa utama, kalimat dibedakan
atas :
1. Kalimat firmatif
2. Kalimat negative
8) Penjelasan dari kelima jenis kalimat beserta contohnya:
Berdasarkan jumlah dan jenis klausa yang terdapat di dalamnya, kalimat dapat
dibedakan atas kalimat minor dan kalimat mayor.
1. Kalimat minor adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa terikat atau sama
sekali tidak mengandung struktur klausa. Kalimat minor dibedakan atas:
Kalimat minor berstruktur, yaitu kalimat minor yang muncul sebagai
lanjutan, pelengkap, atau penyempurna kalimat utuh atau klausa lain
yang terdahulu dalam wacana (Samsuri, 1985:278). Berdasarkan
sumber penurunnya, kalimat minor berstruktur dibedakan atas:
Kalimat elips, yaitu kalimat minor yang terjadi karena
pelepasan beberapa bagian dari klausa kalimat tunggal.
Contoh:
Terserah saja. (Penyelesainnya terserah kamu saja)
Kalimat jawaban, yaitu kalimat minor yang bertindak sebagai
jawaban atas pentanyaan-pertanyaan.
Contoh :
(Ada yang kau bawa itu?) Lukisan.
Kalimat sampingan, yaitu kalimat minor yang terjadi penurunan
klausa terikat dari kalimat majemuk subordinat.
Contoh :
Cepat)
Meskipun hujan. (Dia tetap datang)
Kalimat urutan, yaitu kalimat mayor, tetapi didahului oleh
konjungsi, sehingga menyatakan bahwa kalimat tersebut
merupakan bagian kalimat lain. (Samsuru, 1985:263)
Contoh :
Karena itu, harga minyak naik.
Kalimat minor tak berstruktur, yaitu kalimat minor yang muncul
sebagai akibat pengisian wacana yang ditentukan oleh situasi,
dibedakan atas:
Panggilan.
Contoh :
Bakso!
Seruan, biasanya terdiri dari kata yang menyatakan ungkapan
perasaan.
Contoh :
Halo!
Judul, merupakan suatu ungkapan topic atau gagasan.
Contoh :
Dampak negative penayangan TV.
Semboyan, yaitu uangkapan ide secara tegas, tepat dan tanpa
hiasan bahasa atau kelengkapan sebuah klausa.
Contoh :
Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.
Salam
Contoh :
Selamat pagi!
Inskripsi, yaitu kalimat minor tak berstruktur yang berisi
penghormatan atau persembahan pada awal sebuah karya
(buku, lukisan dsb.).
Contoh :
Untuk para pengikrar Sumpah Pemuda 1928.
2. Kalimat mayor adalah kalimat yang terdiri atas sekurang-kurangnya satu klausa
bebas. Berdasarkan statusnya, dalam kalimat mayor, pembentuk yang inti saja.
Berdasarkan statusnya, dalam kalimat mayor, terdapat unsure pembentuk yang
inti saja, berdasarkan jumlah klausa yang terdapat didalamnya, kalimat mayor
dapat dibedakan atas:
Kalimat majemuk subordinatif, yaitu kalimat majemuk yang salah satu
klausanya menduduki : (a) salah satu fungsi sintaksis dari klausa yang
lain atau (b) atribut dari salah satu fungsi sintaksis klausa yang lain.
Contoh :
Yang berkaca mata hitam itu teman saya.
Orang itu badannya sangat gemuk.
Polisi telah mengatakan bahwa kabar itu bohong.
Kalimat majemuk koordinat, yaitu kalimat majemuk yang klausa-
klausanya tidak menduduki fungsi sintaksis dari klausa lain (Samsuri,
1985:316).
Contoh :
Semalam suntuk saya tidur di kursi, dan orang-orang itu bermain kartu.
Mula-mula dinyalakannya api, lalu ditaruhnya cerek diatasnya.
Dalam perang, kita harus berani membunuh lawan, kalau tidak kita
sendiri yang dibunuh.
Kalimat majemuk rapatan, yaitu kalimat majemuk koordinatif yang
klausa-klausanya mempunyai kesamaan-kesamaan, baik kesamaan
subjek, predikat objek, maupun keterangan.
Contoh :
Rumah itu baru saja diperbaiki, tetapi sekarang sudah rusak.
Saya mengerjakana bagian depan, adik bagian belakang.
Dengan susah payah orang tuaku membangun rumah ini, tetapi saya
tinggal menempati saja.
Berdasarkan response yang diharapkan, kalimat dibedakan atas :
1. Kalimat pernyataan adalah kalimat yang dibentuk untuk menyiarkan informasi
tanpa mengharapkan response tertentu. Cirri untuk mengenal kalimat
pernyataan ini yaitu melalui pola intonasinya yang bernada akhir turun (dalam
bahasa lisan) dan tanda titik (.) seperti ayo, mari; kata-kata persilahkan, seperti
silahkan, dipersilahkan; dan kata larangan (jangan) (Ramlan, 1981:10).
Contoh :
Cita-cita anak itu sangat mulia.
Saya tidak membawa uang sama sekali.
Menurut teori Darwin, manusia merupakan keteturunan kera.
2. Kalimat pertanyaan adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing response
yang berupa jawaban. Kalimat pertanyaan dapat dikenal dari pola intonasinya
yang bernada akhir naik serta nada terakhir dan pola intonasi kalimat
pertanyaan. Nada akhir kalimat pertanyaan ditandai dengan tanda Tanya (?)
dalam bahasa tulisan.
Contoh :
Kakak sudah menikah?
Mengapa anak itu tidak tidur?
Siapa pemilik rumah itu?
3. Kalimat perintah adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing responsi yang
berupa tindakan (Samsuri, 1985:276-278). Kalimat perintah ditandai dengan
tanda seru (!). tetapi penggunaan seru ini biasanya tidak dipakai kalau sifat
perintah itu menjadi lemah, demikian juga predikatnya diikuti oleh partikel-lah.
Kalimat perintah dapat bersifat negative. Untuk menegatifkan kalimat perintah,
digunakan kata jangan yang biasanya ditempatkan pada bagian awal kalimat.
Kaliamat perintah yang besifat negative beubah menjadi larangan.
Contoh :
Masuklah!
Marilah kita belajar bersama-sama!
Jangan membuang sampah di sembarang tempat!
Berdasarkan hubungan actor-aksi, kalimat dapat dibedakan atas :
1. Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai pelaku actor.
Subjek kalimat aktif berperan sebagai perbuatan yang dinyatakan oleh predikat.
Predikat kalimat aktif tediri atas verba transitif dan verba intransitive. Afiks
yang digunakan dalam pembentukan kata yang berfungsi sebagai perdikat
kalimat aktif ialah meN- dan ber- yang dapat dikombinasikan dengan –I atau –
kan.
Contoh :
Anak itu memetik bunga di taman.
Ayah membelikan kakak baju baru.
Pembantu itu sedang menyapu halaman.
2. Kalimat pasif adalah kalimat yanmhg subjeknya berperan sebagai penderita.
Subjek dalam kalimat pasif berperan sebagai penderita perbuatan yang
dinyatakan oleh predikat kalimat tersebut.
Predikat kalimat pasif terdiri atas verba verba yang berpredikat di- yang dapat
bekombinasi dengan sufiks –i dan –kan, beprefiks ter-, berkonfiks ke-an, dan
verba yang didahului oleh pronominal persona (Samsuri, 1985:434)
Contoh :
Badannya dilumuri minyak.
Kita apakan barang-barang ini?
Tidak terlihat olehku benda yang kau tujukan itu.
3. Kalimat medial adalah kalimat yang subjeknya berperan baik sebagai pelaku
maupun sebagai penderita perbuatan yang dinyatakan oleh predikat tersebut.
Contoh :
Jangan menyiksa diri sendiri.
Wanita itu berhias di depan cermin.
4. Kalimat respirokal adalah kalimat yang subjek dan objeknya melakukan sesuatu
pebuatan yang berbalas-balasan. Verba yang berfungsi sebagai predikat pada
kalimat respirokal adalah verba yang beprefiks me- yang didahului oleh kata
dasarnya, verba berulang yang berkombinasi dengan konfiks ber-kan, verba
dasar yang diikuti oleh kata baku, dan saling yang diikuti oleh veba yang
berprefiks me- atau me-i/kan (Samsuri, 1985:198).
Contoh :
Kedua Negara itu tuduh-menuduh tentang pelanggaran perbatasan.
Dua bersaudara itu saling mencintai dan saling menyayangi.
Pemuda-pemuda tanggung itu berbaku hantam d tanah lapang.
Bedasarkan ada tidaknya unsure negative pada klausa utama, kalimat dibedakan
atas :
1. Kalimat firmatif, yaitu kalimat yang berpredikat utamanya tidak tedapat unsure
negative, peniadaan, atau penyangkalan.
Contoh :
Petani itu membajak sawah.
Di Surabaya diresmikan patung Jendral Sudirman.
Kami mendengar kabar bahwa pemberontakan di Iran sudah berakhir.
2. Kalimat negative, yaitu kalimat yang predikat utamanya terdapat unsure
negative, peniadaan, atau penyangkalan, seperti tidak, tiada (tak), bukan, jangan.
Unsure negative tidak dipakai di depan verba, adjektiva, adverbial, dan frase
preposisi yang berfungsi sebagai keterangan. Unsure negatif bukan pada
umumnya dipakai di depan nomina/frase nomina dan pronominal/frase
pronominal. Unsure negative jangan digunakan untuk menegatifkan kalimat
printah (samsuri, 1985:250)
Contoh :
Sedikitpun aku tidak ingin berbuat jahat.
Bukan buku itu yang saya cari.
Jangan kau biarkan adikmu bergaul dengan dia.
9) Jenis-jenis penalaran:
Perluasan (generalisasi)
Penyempitan (spesialisasi)
Penurunan (peyorasi)
Peninggian (ameliorasi)
Sinestesia
Asosiasi
Perubahan Makna Total
Penghalusan (eufimisme
Pengasaran (disfemia)
10) Penjelasan penalaran beserta contohnya:
Perluasan (generalisasi)
Perluasan makna kata terjadi apabila makna kata sekarang lebih luas dari makna
asalnya.
Contoh: kata berlayar yang dahulu berarti “mengarungi lautan dengan kapal
layar” sekarang berganti menjadi “pergi kelaut dengan berbagai macam kapal”
(Darmawati, 2008).
Penyempitan (spesialisasi)
Perubahan menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada
mulanya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas
hanya pada sebuah makna saja (Chaer, 1990: 147).
Misalnya kata sarjana yang tadinya bermakna “orang cerdik pandai”, tetapi kini
bermakna “lulusan perguruan tinggi” seperti pada kalimat Ardi adalah seorang
sarjana sastra dari Univeristas Indonesia.
Peninggian (ameliorasi)
Ameliorasi (Darmawati, 2008) adalah perubahan makna kata yang nilai rasanya
lebih tinggi dari asalnya.
Contoh: kata wanita yang dahulu berarti “perempuan biasa” sekarang menjadi
“perempuan yang dihormati”.
Penurunan (peyorasi)
Menurut Parera (2004: 128) berdasarkan latar belakang pemakaian makna kata
dan pengalaman pemakaian makna kata dalam situasi dan konteks yang kurang
menyenangkan, maka makna kata tersebut cenderung mengalami peyorasi.
Misalnya kata amplop dalam konteks tertentu telah mengalami peyorasi menjadi
“uang sogokan”. Hal ini terlihat pada kalimat warung itu menjual amplop dengan
kalimat pejabat itu mendapat amplop.
Sinestesia
Menurut Darmawati (2008) sinestesia adalah perubahan makna kata akibat
pertukaran tanggapan antara dua indera yang berbeda.
Contoh: kata pedas yang dahulu hanya digunakan untuk menggambarkan rasa
cabe (indera pengecap) sekarang berarti “kasar”, “melukai perasaan” (indera
pendengaran).
Asosiasi
Asosiasi (Darmawati, 2008) adalah perubahan makna kata yang terjadi karena
persamaan sifat.
Contoh: kata amplop yang dahulu berarti “tempat menyimpan surat” sekarang
berarti “uang suap (biasanya ditempatkan pada amplop)”.
Perubahan Makna Total
Menurut Chaer (1990: 147) perubahan makna total adalah berubahnya sama
sekali makna sebuah kata dari makna asalnya. Chaer (2003: 314) juga
menambahkan makna yang dimiliki sekarang sudah jauh berbeda dengan makna
aslinya.
Misalnya kata ceramah dahulu bermakna “cerewet, banyak cakap”, sekarang
bermakna “uraian mengenai suatu hal di muka orang banyak”.
Penghalusan (eufimisme)
Penghalusan adalah upaya mengganti kata-kata sehingga maknanya lebih halus
atau lebih sopan (Chaer, 2003: 314-315).
Misalnya kata korupsi diganti dengan ungkapan menyalahgunakan jabatan. Kata
menyalahgunakan dianggap lebih halus atau lebih sopan dari kata korupsi. Kata
pemecatan diganti dengan ungkapan pemutusan hubungan kerja.
Pengasaran (disfemia)
Menurut Chaer (1990: 149) pengasaran adalah usaha untuk mengganti kata yang
maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata yang maknanya kasar.
Misalnya kata mengambil diganti dengan kata mencaplok; atau ungkapan
memasukkan ke penjara diganti dengan menjebloskan ke penjara.
11) Lima jenis karangan:
a. Narasi
b. Deskripsi
c. Eksposisi
d. Argumentasi
e. Persuasi
12) Penjelasan dan contoh dari kelima jenis karangan:
a. Narasi
Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau
kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang
menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik
merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu
disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot
atau alur.Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Narasi yang berisi fakta disebut narasi
ekspositoris, sedangkan narasi yang berisi fiksi disebut narasi sugestif. Contoh narasi
ekspositoris adalah biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Sedangkan contoh
narasi sugestif adalah novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.
Pola narasi secara sederhana berbentuk susunan dengan urutan awal – tengah – akhir.
Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana
dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat
pembaca.
Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik.
Konflik lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul
dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda.
Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-
macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat,
ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan
mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.
Langkah menyusun narasi (terutama yang berbentuk fiksi) cenderung dilakukan
melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide. Oleh
karena itu, cerita dirangkai dengan menggunakan "rumus" 5 W + 1 H, yang dapat
disingkat menjadi adik simba.
1. (What) Apa yang akan diceritakan,
2. (Where) Di mana seting/lokasi ceritanya,
3. (When) Kapan peristiwa-peristiwa berlangsung,
4. (Who) Siapa pelaku ceritanya
5. (Why) Mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan
6. (How) Bagaimana cerita itu dipaparkan.
Contohnya:
Soekarno mengucapkan pidato tentang dasar-dasar Indonesia merdeka yang
dinamakan Pancasila pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945.
Soekarno bersama Mohammad Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.Ia
ditangkap Belanda dan diasingkan ke Bengkulu pada tahun 1948. Soekarno
dikembalikan ke Yogya dan dipulihkan kedudukannya sebagai Presiden RI pada
tahun 1949.
Contoh narasi berisi fakta: saya hari ini akan tidur dan akan mati untuk selamanya
b. Deskripsi
Karangan yang menggambarkan sesuatu atau melukiskan sesuatu,sehingga pembaca
seolah-olah dapat melihat, merasakan, atau mengalami sendiri seperti hal atau
sesuatu yang dideskripsikan.
Contohnya:
Tepat pukul 06.00 aku terbangun, diiringi dengan suara-suara ayam yang berkokok
seolah menyanyi sambil membangunkan orang-orang yang masih tidur. serta dapat
ku lihat burung-burung yang berterbangan meninggalkan sarangnya untuk mencari
makan. Dari timur sang surya menyapaku dengan malu-malu untuk menampakkan
cahayanya. Aku berjalan ke halaman depan rumah tepat dihadapan ku ada sebuah
jalan besar untuk berlalu lintas dari kejauhan tampak sawah-sawah milik petani yang
ditanami padi masih berwarna hijau terlihat sangat sejuk, indah, dan damai. Dari
kejauhan pula terlihat seorang petani yang sedang membajak sawahnya yang belum
ditanami tumbuhan, dan ada juga petani yang sedang mencari rumput untuk makan
binatang peliharaannya seperti kambing, sapi, dan kerbau. Didesaku rata-rata
penduduknya sebagai petani. Pagi ini terlihat sangat sibuk, di jalan" terlihat ibu-ibu
yang sedang berjalan menuju pasar untuk berjualan sayur. Tetanggaku seorang
peternak bebek yang juga tidak kalah sibuknya dengan orang". Pagi-pagi sekali dia
berjalan menggiring bebeknya kerawah dekat sawah untuk mencari makan, bebek
yang pintar berbaris dengan rapi pengembalanya. Sungguh pemandangan yang
sangat menarik dilihat ketika kita bangun tidur. Dihalaman rumah kakekku yang
menghadap ketimur terdapat pohon-pohon yang rindang, ada pohon mangga yang
berbuah sangat lebat, disamping kiri potehon mangga dapat pula pohon jambu air
yang belum berbuah karena belum musimnya. Dan disebelah kanan rumah ada
pohon rambutan yang buahnya sangat manis rasanya. sungguh pemandangan yang
sangat indah yang sangat asri dan damai ini adalah tempat tinggal kakek ku dan
tempat kelahiran ku. Desa yang bernama NAMBAHDADI ini adalah tempat yang
paling aku kunjungi saat liburan. Selain bisa bertemu kakek dan nenek aku juga bias
melihat pemandangan yang indah nan damai.
c. Eksposisi
Karangan yang bersifat memaparkan, menjelaskan, menerangkan, atau
menguraiakan proses terjadinya sesuatu.
Langkah menyusun eksposisi:
* Menentukan topik/tema
* Menetapkan tujuan
* Mengumpulkan data dari berbagai sumber
* Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
*Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.
Contohnya:
Baru-baru ini, para ahli purbakala menemukan sebuah jaring laba-laba kuno di
Timur Tengah. Menurut penelitian, jaring laba-laba yang tersimpan dalam batu
ambar tersebut berusia sekitar 120 juta tahun. Batu ambar dulunya berasal dari getah
pepohonan. Setelah berusia jutaan tahun, getah tersebut mengeras seperti batu.
Karena getah tersebut berwarna bening, maka bagian tengah batu ambar pun terlihat
dengan jelas. Biasanya batu ini berisi berbagai hewan kecil pada jaman purba,
seperti serabngga dan laba-laba. Karena sangat keras, maka isi di dalamnya pun
tersimpan dengan aman selama jutaan tahun.
d. Argumentasi
Karangan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/kesimpulan dengan
data/fakta sebagai alasan/bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan
pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta
atau alasan sebagai penyokong opini tersebut.
Langkah menyusun argumentasi:
*Menentukan topik/tema
*Menetapkan tujuan
*Mengumpulkan data dari berbagai sumber
*Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
*Mengembangkan kerangka menjadi karangan argumentasi
Contohnya:
Jiwa kepahlawanan harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan karena dengan jiwa
kepahlawanan, pembangunan di negara kita dapat berjalan dengan sukses. Jiwa
kepahlawanan akan berkembang menjadi nilai-nilai dan sifat kepribadian yang
luhur, berjiwa besar, bertanggung jawab, berdedikasi, loyal, tangguh, dan cinta
terhadap sesama. Semua sifat ini sangat dibutuhkan untuk mendukung pembangunan
di berbagai bidang.
e. Persuasi
Karangan ini bertujuan memengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu atau karangan
yang besifat mengajak. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap
motorik berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang
dianjurkan penulis dalam karangannya.
Langkah menyusun persuasi:
*Menentukan topik/tema
*Merumuskan tujuan
*Mengumpulkan data dari berbagai sumber
*Menyusun kerangka karangan
*Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan persuasi
Contohnya:
Salah satu penyakit yang perlu kita waspadai di musim hujan ini adalah infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA). Untuk mencegah ISPA, kita perlu mengonsumsi
makanan yang bergizi, minum vitamin dan antioksidan. Selain itu, kita perlu
istirahat yang cukup, tidak merokok, dan rutin berolah raga, karena semua itu perlu
proses dan cara yang berlanjut.
13) Jenis-jenis imbuhan:
Awalan (Prefiks)
Sisipan (Infiks)
Akhiran (Sufiks)
Awalan Dan Akhiran (Konfiks)
14) Penjelasan dan contoh dari jenis-jenis imbuhan:
Awalan (Prefiks)
Awalan adalah imbuhan yang diberikan di awal kata.
Contoh : me-, ber- di-, ke-, pe-, ter-
Awalan me –
Pemakaian awalan me- bervariasi yaitu mem-, men-, meny-, meng-,
dan menge-
Contoh :
melapor, membaca, menarik, menyanyi, menghitung, dan mengecat
Makna awalan me- :
1. Melakukan perbuatan/tindakan.
Contoh : mengambil, menjual.
2. Melakukan perbuatan dengan alat.
Contoh : memotong, menyapu.
3. Menjadi atau dalam keadaan.
Contoh : menurun, meluap.
4. Membuat kesan.
Contoh : mengalah, membisu.
5. Menuju ke.
Contoh : mendarat, menepi.
6. Mencari.
Contoh : mendamar, merotan.
Awalan di-
Awalan di mempunyai makna suatu perbuatan aktif. Awalan di-
merupakan kebalikan dari awalan me- yang bermakna aktif.
Contoh :
di + siram à disiram
di + tanam à ditanam
di + beli à dibeli
Awalan ber-
Pemakaian awalan ber- mempunyai kaidah sebagai berikut.
1. Apabila diikuti kata dasar yang berhuruf (r) dan beberapa kata
dasar yang suku pertamanya berakhir huruf (er), bentuk awalan ber
berubah menjadi be-.
Contoh : ber + rantai à berantai
ber + kerja à bekerja
2. Apabila awalan ber- bertemu dengan kata dasar ajar, ber-
berubah menjadi bel-
Contoh : ber + ajar à belajar
3. Apabila awalan ber- diikuti kata dasar selain yang disebutkan di
atas, ber- tetap tanpa perubahan.
Contoh : ber + lari à berlari
ber + nyanyi à bernyanyi
Makna awaln ber-
1. Mempunyai.
Contoh : beranak, berhasil
2. Memakai/menggunakan/mengendarai.
Contoh : bersepeda, bersepatu
3. Mengeluarkan.
Contoh : berkata, bertelur
4. Menyatakan sikap mental.
Contoh : berbahagia, berbaik hati.
5. Menyatakan jumlah.
Contoh : berdua, berempat.
Awalan Pe-(N)
Pemakaian awalan pe-(n) memiliki variasi sebagaimana yang berkalu
pada awalan me-(n).
Makna awalan pe-(n) :
1. Menyatakan yang melakukan perbuatan.
Contoh : penulis, pembaca.
2. Menyatakan pekerjaan.
Contoh : perpanjang, perlebar.
3. Menyatakan alat.
Contoh : penghapus, penggaris.
4. Menyatakan memiliki sifat.
Contoh : pemaaf, pemalu.
5. Menyatakan penyebab.
Contoh : pemanis, pemutih
Awalan Ke-
Makna awalan ke-
1. Menyatakan kumpulan yang terdiri dari jumlah.
Contoh : kesebelasan.
2. Menyatakan urutan.
Contoh : kesatu, kedua, ketiga
Awalan ter-
1. Awalan ter- hampir sama dengan awalan di-. Awalan ter-
berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif.
Contoh : ter + tendang à tertendang
ter + bakar à terbakar
2. Awalan ter- ada pula yang termasuk golongan kata sifat.
Contoh : ter + pandai à terpandai
ter + kecil à terkecil
Makna awalan ter-
1. Sudah di atau dapat di.
Contoh : tertutup, terbuka.
2. Ketidaksengajaan.
Contoh : terbawa, terlihat.
3. Tiba-tiba.
Contoh : teringat, terjatuh.
4. Dapat atau kemungkinan.
Contoh : ternilai, terbagus.
5. Pelaing atau super.
Contoh : terpandai, tertua.
Awalan Pe-
Umumnya tidak bias digunakan secara mandiri. Pemakaian awlan
per- membutuhkan imbuhan lain misalnya –kan dan –an.
Contoh :
per-kan + kembang à perkembangan
per-an + usaha à perusahaan
Awalan Se-
Makna awalan se-
1. Menyatakan satu.
Contoh : selembar, seribu.
2. Menyatakan seluruh.
Contoh : sekota, sedesa.
3. Menyatakan sama.
Contoh : sepandai, seindah.
4. Menyatakan setelah.
Contoh : sekembali
Sisipan (Infiks)
Sisipan adalah imbuhan yang diberikan di tengah kata.
Contoh : -el, -em, dan –er.
Makna sisipan :
1. Menyatakan internsitas atau frekuensi.
Contoh : geletar, gemetar
2. Menyatakan banyak dan bermacam-macam.
Contoh : temali, gemerincing
3. Memiliki sifat yang disebut dalam kata dasarnya.
Contoh : temurun, gemilang, telunjuk, pelatuk, gelembung, telapak
Akhiran (Sufiks)
Imbuhan yang diberikan di akhir kata.
Contoh : -kan, -I, -an, -kah, -tah, dan –pun.
Akhiran -i
Makna akhiran –I :
1. Mengandung arti membentuk kalimat perintah.
Contoh :Turuti perintahnya !
2. Menyebabkan sesuatu jadi.
Contoh :menyakiti hati, menghargai dia
3. Menyarakan intensitas (pekerjaan yang berulang-ulang)
Contoh :menembaki, memukuli
Akhiran –kan
Makna akhiran –kan :
1. Secara umum mengandung arti perintah.
Contoh :Dengarkan baik-baik !
2. Menyatakan sebagai alat atau membuat dengan.
Contoh :menusukkan pisau, melemparkan batu
3. Menyebabkan atau menjadikan sesuatu.
Contoh :membesarkan, menjatuhkan
4. Menyatakan arti bahwa suatu pekerjaan dilakukan untuk orang
lain.
Contoh :meminjamkan, mengembalikan
5. Mentransitifkan kata kerja ke dinding
Contoh :memantulkan
Akhiran –an
Makna akhiran –an
1. Menyatakan tempat.
Contoh : pangkalan, kubangan
2. Menyatakan alat.
Contoh : ayunan, timbangan
3. Menyatakan hal atau cara.
Contoh : didikan, pimpinan
4. Menyatakan akibat, hasil perbuatan.
Contoh : hukuman, balasan
5. Menyatakan sesuatu yang di.
Contoh : catatan, suruhan
6. Menyatakan seluruh, kumpulan.
Contoh : lautan, sayuran
7. Menyatakan menyerupai.
Contoh : anak-anakan, kuda-kudaan
8. Menyatakan tiap-tiap.
Contoh : tahunan, mingguan
9. Menyatakan mempunyai sifat.
Contoh : asinan, manisan
Akhiran –isme dan –isasi
Merupakan jenis imbuhan serapan.
-Makna akhiran –isme adalah paham atau ajaran :
Contoh : komunisme, animisme, liberalisme
-Makna akhiran –isasi adalah proses atau menjadikan sesuatu.
Contoh : swastanisasi, lebelisasi
Akhiran – i , – iah, – is, – wi
Merupakan jenis imbuhan serapan.
- i berasal dari bahasa Inggris.
- iah, – is, – wi berasal dari bahasa Arab
Makna akhiran – i, – iah, – is, – wi adalah membentuk kata sifat.
Contohnya:
Insan : memiliki sifat keinsanian
Alamiah : memiliki sifat alamiah, natural
Agamais : menujukkan sifat orang yang taat beragama
Manusiawi : bersifat kemanusiaa
Awalan Dan Akhiran (Konfiks)
Awalan dan akhiran adalah imbuhan yang berupa gabungan dari awalan dan akhiran.
Contoh : me-kan, pe-an, ber-an, se-nya, meper-kan
-Awalan dan Akhiran me-kan, dan memper-kan
Makna me-kan :
1. Melakukan pekerjaan orang lain.
Contoh : Adik memesankan ibu makanan.
2. Menyebabkan atau membuat jadi.
Contoh : Lemparan bola itu memecahkan kaca jendela
kamar.
3. Melakukan perbuatan.
Contoh : Gajah menyemburkan air dari belalainya.
4. Mengarahkan.
Contoh : Ayah meminggirkan kendaraannya.
5. Memasukkan.
Contoh : Polisi memenjarakan penjahat itu di tahanan
POLDA.
Makna memper-kan :
1. Menyebabkan atau membuat jadi :
Contoh : Rini mempertotonkan kebolehannya bermain biola.
-Awalan dan Akhiran ber – an
Makna :
1. Menyatakan jumlah pelaku yang banyak.
Contoh : berdatangan, berterbangan
2. Menyatakan perbuatan yang berulang-ulang
Contoh : bergulingan, berlompatan
3. Menyatakan hubungan antara dua pihak.
Contoh : bersamaan, bersebelahan, berduaan.
4. Menyatakan hubungan timbal balik.
Contoh : bersahutan, bersalaman
-Awalan dan Akhiran pe – an
Makna :
1. Menyatakan hal
Contoh : pendidikan, penanaman
2. Menyatakan proses atau perbuatan.
Contoh : pendaftaran, penelitian.
3. Menyatakan hasil.
Contoh : pengakuan, peghasilan
4. Menyatakan tempat.
Contoh : penampungan, pemandian
5. Menyatakan alat.
Contoh : penglihatan, pendengaran
-Awalan dan Akhiran per- an
Makna :
1. Menyatakan tempat.
Contoh : perhentian, perusahaan
2. Menyatakan daerah.
Contoh : perempatan, pertigaan
3. Menyatakan hasil perbuatan.
Contoh : pertahanan, perbuatan
4. Menyatakan perihal.
Contoh : perbukuan, perkelahian
5. Menyatakan banyak.
Contoh : persyaratan, persaudaraan
-Awalan dan Akhiran se –nya
Makna :
1. Menyatakan makna tingkatan yang paling tinggi yang dapat dicapai.
Contoh : sebagus-bagusnya, setinggi-tingginya
1. Sering disertai dengan kata ulang.
Contoh : sebaik-baiknya, semerah-merahnya
15) Jenis-jenis kata ulang:
Kata ulang murni atau pengulangan seluruh atau dwilingga
Kata ulang berimbuhan atau kata ulang sebagian
Kata ulang berubah bunyi atau bervariasi fonem
Kata ulang suku awal atau dwipurwa
kataulang semu atau kata dasar berulang
16) Penjelasan dan contoh jenis-jenis kata ulang:
Kata ulang adalah kata jadian yang terbentuk dengan pengulangan kata.
Bentuk kata ulang :
Kata ulang murni atau pengulangan seluruh atau dwilingga, yaitu
pengulangan seluruh kata dasar.
Contoh : -ibu-ibu hitam-hitam
-kuda-kuda danau-danau
Kata ulang berimbuhan atau kata ulang sebagian, yaitu bentuk
pengulangan kata dengan mendapat awalan, sisipan,akhiran atau
gabungan imbuhasebelum atau sesudah kata dasarnyadiulang.
Contoh :- berlari-lari – bermain-main
- menari-nari – hormat-menghormati
- bunga-bungaan – kekanak-kanakan
Kata ulang berubah bunyi atau bervariasifonem, baik vokal maupun
konsonan.
Contoh :- lauk-pauk
- serta-merta
- warna-warni
- gerak-gerik- mondar-mandir
Kata ulang suku awal atau dwipurwa, yaitubentuk pengulangan suku
pertama kata dasarnya, biasanya disertai variasi e pepet.
Contoh :- lelaki
laki-laki ~ lalaki ~ lelaki
- sesama
sama-sama ~ sasama ~ sesama
- tetangga
tangga-tangga ~ tatangga ~ tetangga
Selain bentuk kata ulang di atas, terdapat kataulang semu atau kata dasar berulang.
Contoh :
- cumi-cumi
- paru-paru
- laba-laba
- pura-pura
- biri-biri
-kura-kura
- kupu-kupu
- kunang-kunang
17) Jenis-jenis perubahan makna:
A. Perluasan(generalisasi)
B. Penyempitan(spesialisasi)
C. Peninggian(ameliorasi)
D. Penurunan(peyorasi)
E. Sinestesia
F. Asosiasi
G. Perubahan Makna Total
H. Penghalusan(eufimisme)
I. Pengasaran(disfemia)
18) Penjelasan dan contoh enis-jenis perubahan makna:
A. Perluasan(generalisasi)
Perluasan makna kata terjadi apabila makna kata sekarang lebih luas dari
makna asalnya. Contoh: kata berlayar yang dahulu berarti “mengarungi lautan
dengan kapal layar” sekarang berganti menjadi “pergi kelaut dengan berbagai
macam kapal” (Darmawati, 2008).
B. Penyempitan(spesialisasi)
Perubahan menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada
mulanya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi
terbatas hanya pada sebuah makna saja (Chaer, 1990: 147). Misalnya kata
sarjana yang tadinya bermakna “orang cerdik pandai”, tetapi kini bermakna
“lulusan perguruan tinggi” seperti pada kalimat Ardi adalah seorang sarjana
sastra dari Univeristas Indonesia.
C.Peninggian(ameliorasi)
Ameliorasi (Darmawati, 2008) adalah perubahan makna kata yang nilai
rasanya lebih tinggi dari asalnya. Contoh: kata wanita yang dahulu berarti
“perempuan biasa” sekarang menjadi “perempuan yang dihormati”.
D.Penurunan(peyorasi)
Menurut Parera (2004: 128) berdasarkan latar belakang pemakaian makna kata
dan pengalaman pemakaian makna kata dalam situasi dan konteks yang
kurang menyenangkan, maka makna kata tersebut cenderung mengalami
peyorasi. Misalnya kata amplop dalam konteks tertentu telah mengalami
peyorasi menjadi “uang sogokan”. Hal ini terlihat pada kalimat warung itu
menjual amplop dengan kalimat pejabat itu mendapat amplop.
E.Sinestesia
Menurut Darmawati (2008) sinestesia adalah perubahan makna kata akibat
pertukaran tanggapan antara dua indera yang berbeda. Contoh: kata pedas
yang dahulu hanya digunakan untuk menggambarkan rasa cabe (indera
pengecap) sekarang berarti “kasar”, “melukai perasaan” (indera pendengaran).
F.Asosiasi
Asosiasi (Darmawati, 2008) adalah perubahan makna kata yang terjadi karena
persamaan sifat. Contoh: kata amplop yang dahulu berarti “tempat menyimpan
surat” sekarang berarti “uang suap (biasanya ditempatkan pada amplop)”.
G.Perubahan Makna Total
Menurut Chaer (1990: 147) perubahan makna total adalah berubahnya sama
sekali makna sebuah kata dari makna asalnya. Chaer (2003: 314) juga
menambahkan makna yang dimiliki sekarang sudah jauh berbeda dengan
makna aslinya. Misalnya kata ceramah dahulu bermakna “cerewet, banyak
cakap”, sekarang bermakna “uraian mengenai suatu hal di muka orang
banyak”.
H.Penghalusan(eufimisme)
Penghalusan adalah upaya mengganti kata-kata sehingga maknanya lebih
halus atau lebih sopan (Chaer, 2003: 314-315). Misalnya kata korupsi diganti
dengan ungkapan menyalahgunakan jabatan. Kata menyalahgunakan
dianggap lebih halus atau lebih sopan dari kata korupsi. Kata pemecatan
diganti dengan ungkapan pemutusan hubungan kerja.
I.Pengasaran(disfemia)
Menurut Chaer (1990: 149) pengasaran adalah usaha untuk mengganti kata
yang maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata yang maknanya
kasar. Misalnya kata mengambil diganti dengan kata mencaplok; atau
ungkapan memasukkan ke penjara diganti dengan menjebloskan ke penjara.
19) Macam-macamnya teknik pidato:
(a)Metode Naskah
(b)Metode Menghafal
(c) Metode Spontanitas
(d) Metode Penjabaran Kerangka
20) Penjelasan tentang macam-macamnya teknik pidato:
(a)Metode Naskah,
yaitu pidato yang digunakan untuk pidato resmi dan dibacakan secara langsung.
Cara demikian dilakukan agar tidak terjadi kekeliruan, karena setiap kata yang
diucapkan dalam situasi resmi, akan disebarluaskan dan dijadikan figur oleh
masyarakat dan dikutuip oleh media massa.
(b)Metode Menghafal,
yaitu naskah yang telah dipersiapkan sebelumnya bukan untuk dibaca, melainkan
untuk dihafal.
(c) Metode Spontanitas,
yaitu metode pidato yang tidak dilakukan persiapan/pembuatan naskah tertulis
terlebih dahulu. Biasanya dilakukan hanya oleh orang-orang yang akan tampil secara
mendadak.
(d) Metode Penjabaran Kerangka.
yaitu metode berpidato dengan menjabarkan materi pidato yang terpola secara
lengkap adalah teknik yang sangat dianjurkan dalam berpidato. Maksud dari terpola
yaitu materi yang akan disampaikan harus disiapkan garis-grais besar isinya dengan
menuliskan hal-hal yang dianggap paling penting untuk disampaikan.
21) Penjelasan tentang singkatan dan akronim:
Singkatan
ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
Akronim
ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
*Keterangan:
Khusus untuk pembentukan akronim, hendaknya memperhatikan syarat-syarat
sebagai berikut.
(1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada
kata Indonesia.
(2) Akronim dibentuk dengn mengindahkan keserasian kombinasi vocal dan
konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.
Pedoman pembentukan singkatan dan akronim diatur dalam Keputusan Mendikbud
RI Nomor 0543a/U/198, tanggal 9 September 1987 tentang Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
1. Singkatan
a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan
tanda titik.
Misalnya :
Muh. Yamin
Suman Hs.
M.B.A. (master of business administration)
M.Sc. (master of science)
S.Pd. (Sarjana Pendidikan)
Bpk. (bapak)
Sdr. (saudara)
Kol. (Kolonel)
b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis
dengan huruf capital dan tidak diikuti tanda titik.
Misalnya :
MPR (Majelis Perwakilan Rakyat)
PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia)
KTP (Kartu Tanda Penduduk)
c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu titik.
Mislnya :
dsb. (dan sebagainya)
hlm. (halaman)
sda. (sama dengan atas)
d. Singkatan umum yang terdiri atas dua huruf, setiap huruf diikuti titik.
Mislnya :
a.n. (atas nama)
d.a. (dengan alamat)
u.b. (untuk beliau)
u.p. (untuk perhatian)
e. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang
tidak diikuti tanda titik.
Misalnya :
Cu (kuprum)
cm (sentimeter)
l (liter)
kg (kilogram)
Rp (rupiah)
2. Akronim
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya :
ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)
LAN (Lembaga Administrasi Negara)
SIM (surat izin mengemudi)
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Misalnya:
Akabri (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)
Iwapi (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia)
Sespa (Sekolah Staf Pimpinan Administrasi)
Pramuka (Praja Muda Karana)
c. Akronim yang buka nama diri yang berupa gabungan, suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kecil.
Misalnya:
pemilu( pemilihan umum)
rapim (rapat pimpinan)
rudal (peluru kendali)
tilang (bukti pelanggaran)
22) Contoh penulisan daftar pustaka dengan 4 nama:
Nama penulis lebih dari satu kata
Jika nama penulis terdiri atas 2 nama atau lebih, cara penulisannya
menggunakan nama keluarga atau nama utama diikuti dengan koma dan
singkatan nama-nama lainnya masing-masing diikuti titik.
Contoh :Soeparna Darmawijaya ditulis : Darmawijaya, S.
Shepley L. Ross ditulis : Ross, S. L.
Nama yang diikuti dengan singkatan
Nama utama atau nama keluarga yang diikuti dengan singkatan, ditulis sebagai
nama yang menyatu.
Contoh : Mawardi A.I. ditulis : Mawardi, A.I.
William D. Ross Jr., ditulis Ross Jr., W.D.
Nama dengan garis penghubung
Nama yang lebih dari dua kata tetapi merupakan kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dirangkai dengan garis penghubung.
Contoh : Ronnie McDouglas ditulis: McDouglas, R.
Hassan El-Bayanu ditulis: El-Bayanu, H.
Edwin van de Sart ditulis: van de Sart, E.
23) Bagian-bagian surat dinas:
1. Kepala Surat.
Berisi nama organisasi, lambang organisasi, alamat dan garis penutup.
2. Tanggal Surat.
Diketik di sebelah kanan sebaris dengan nomor surat jika ada kepala surat,
tanggal tidak diberi tempat/ daerah pembuatan surat.
3. Nomor Surat.
Berisikan nomor urut surat, kode jabatan, kode unit kerja, kode hal, dan tahun
pembuatan surat.
4. Lampiran Surat.
Diketik di bawah nomor dan tidak diketik apabila tidak ada yang dilampirkan.
5. Hal Surat.
Diketik dibawah kata lampiran .
6. Alamat yang dituju.
Diketik dibawah kata hal dan diawali dengan singkatan Yth. Kemudian diikuti
nama orang yang dituju.Nama tempat alamat tujuan surat tidak didahului kata
di.
7. Paragraf pembuka surat.
Awal kalimat pembuka diketik di bawah dan sejajar dengan alamat tujuan
surat.
8. Paragraf isi surat
Berisikan uraian dari inti surat.
9. Paragraf penutup surat.
Berisikan kalimat penutup yang mengakhiri Surat Dinas.
10. Penutup surat Dinas :
Nama jabatan penanda tangan,
Tanda tangan,
Nama pejabat,
Nomor Induk Pegawai (NIP),
Tembusan, (jika ada).
24) Unsur intrinsik karya satra:
Secara umum unsur-unsur intrinsik karya sastra adalah:
1. Tokoh /karakter
2. Alur / plot
3. latar/ setting
4. sudut pandang (point of view)
5. tema
6. amanat
25) Penjelasan unsur Intrinsik Karya Sastra:
Unsur intrinsik karya satra:
adalah unsur-unsur yang secara organik membangun sebuah karya sastra dari dalam
Contoh unsur intrinsik:
• Contoh-contoh Unsur Intrinsik Menurut M. Saleh Saad
tokoh, peristiwa, latar, alur, dan pusat pengisahan.
• Unsur intrinsik prosa menurut Stanton adalah:
(1) tokoh
(2) alur
(3) latar,
(4) judul
(5) sudut pandang
(6) gaya dan nada
CATATAN:
Ada sementara orang yang masih memisahkan istilah struktur (bentuk) dengan tema/
amanat/ isi. Akan tetapi pada perkembangan terakhir cenderung memandang struktur
sebagai keseluruhan bangunan karya sastra. Jadi isi, tidak terpisah dari bentuk.
Secara umum unsur-unsur intrinsik karya sastra prosa adalah:
1. Tokoh /karakter
2. Alur / plot
3. latar/ setting
4. sudut pandang (point of view)
5. tema
6. amanat
Keterangan:
Karakter/tokoh adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa-
peristiwa atau sebagian peristiwa-peristiwa yang digambarkan di dalam plot.
Keterangan:
Pembedaan Tokoh:
A. Dilihat dari segi peranan/ tingkat pentingnya/ keterlibatan dalam cerita
1. tokoh utama (main/ central character)
yaitu tokoh yang diutamakan
penceritaannya
2. tokoh tambahan (peripheral character)
penceritaan relatif pendek (tidak
mendominasi)
B. Dilihat dari fungsi penampilan tokoh
1. Protagonis
memberikan simpati, empati, melibatkan diri secara emosional terhadap tokoh
tersebut. Tokoh yang disikapi demikian disebut tokoh protagonis.
• Tokoh protagonis adalah tokoh yang:
1. kita kagumi
2. Pengejawantahan norma-norma
3. pengejawantahan nilai-nilai ideal
4. menampilkan sesuatu sesuai dengan pandangan kita
5. pengejawantahan harapan-harapan kita
2. Antagonis
- tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik
- beroposisi dengan tokoh protagonis
- Peran antagonis dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. tokoh antagonis
2. kekuatan antagonis (tak disebabkan oleh seorang tokoh)
Contoh: bencana alam, kecelakaan, nilai-nilai sosial, lingkungan alam, nilai moral,
kekuasaan dan kekuatan yang lebih tinggi, dan sebagainya.
Bagaimana memilah antara tokoh antagonis dan protagonis?
• menentukannya memang tidak mudah
• tokoh yang tak mencerminkan harapan dan norma kita kadang justru yang diberi
simpati
• kemungkinan tokoh yang lebih banyak diberi kesempatan untuk mengemukakan
visinya lebih banyak mendapat simpati.
• misalnya seorang penjahat jika cerita ditulis dari kacamata seorang penjahat, maka
simpati akan tertuju padanya.
• pencuri, pembunuh, pemerkosa, penipu, bisa mendapatkan simpati pembaca jika
diberi kesempatan untuk menyampaikan visinya, walaupun secara faktual ia dibenci
oleh masyarakat.
C. Berdasarkan Perwatakannya
1. Tokoh Sederhana/ Simple/ Flat
Tokoh yang hanya mempunyai satu kualitas pribadi (datar, monoton, hanya
mencerminkan satu watak tertentu). Biasanya dapat dirumuskan dengan satu kalimat
2. Tokoh Bulat/ Complex/ Round
Diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupan, kepribadian, dan jati dirinya.
Bertentangan, sulit diduga, dan mempunyai unsur surprise.
Keduanya tidak bersifat bertentangan, hanya merupakan gradasi saja.
D. Berdasarkan berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh
• Tokoh Statis
adalah tokoh tak berkembang yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau
perkembangan perwatakan sebagai akibat peristiwa-peristiwa yang terjadi.
• Tokoh Berkembang
• mengalami perkembangan perwatakan dalam penokohan yang bersifat statis
biasanya dikenal tokoh hitam dan tokoh putih
E. Berdasarkan Kemungkinan Pencerminan Tokoh terhadap Manusia dari
Kehidupan Nyata
• Tokoh Tipikal
pada hakekatnya dipandang sebagai reaksi, tanggapan, penerimaan, tafsiran
pengarang terhadap tokoh manusia di dunia nyata. Contoh guru, pejuang, dan lain-
lain.
• Tokoh Netral
tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia benar-benar merupakan
tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi.
Plot /alur adalah rangkaian peristiwa yang satu sama lain dihubungan dengan
hukum sebab-akibat.
Latar adalah latar peristiwa yang menyangkut tempat, ruang, dan waktu.
θ Konflik
Konflik adalah pergumulan yang dialami oleh karakter dalam cerita dan
. Konflik ini merupakan inti dari sebuah karya sastra yang pada akhirnya
membentuk plot. Ada empat macam konflik, yang dibagi dalam dua
garis besar:
-Konflik internal
Individu-diri sendiri: Konflik ini tidak melibatkan orang lain, konflik ini
ditandai dengan gejolak yang timbul dalam diri sendiri mengenai
beberapa hal seperti nilai-nilai. Kekuatan karakter akan terlihat dalam
usahanya menghadapi gejolak tersebut
-Konflik eksternal
Individu – Individu: konflik yang dialami seseorang dengan orang lain
Individu – alam: Konflik yang dialami individu dengan alam. Konflik ini
menggambarkan perjuangan individu dalam usahanya untuk
mempertahankan diri dalam kebesaran alam.
Individu- Lingkungan/ masyarakat : Konflik yang dialami individu
dengan masyarakat atau lingkungan hidupnya.
θ Tema adalah gagasan pokok yang terkandung dalam drama yang berhubungan
dengan arti (mearning atau dulce) drama itu; bersifat lugas, objektif, dan khusus.
Amanat adalah pesan yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca
yang berhubungan dengan makna (significance atau utile) drama itu; bersifat kias,
subjektif, dan umum.
θ Sudut pandang
Sudut pandang yang dipilih penulis untuk menyampaikan ceritanya.
Orang pertama: penulis berlaku sebagai karakter utama cerita, ini ditandai
dengan penggunaan kata “aku”. Penggunaan teknik ini menyebabkan pembaca
tidak mengetahui segala hal yang tidak diungkapkan oleh sang narator.
Keuntungan dari teknik ini adalah pembaca merasa menjadi bagian dari cerita.
Orang kedua: teknik yang banyak menggunakan kata ‘kamu’ atau ‘Anda.’
Teknik ini jarang dipakai karena memaksa pembaca untuk mampu berperan
serta dalam cerita.
Orang ketiga: cerita dikisahkan menggunakan kata ganti orang ketiga, seperti:
mereka dan dia.
26) Unsur ekstrinsik karya sastra:
1) Keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan
pandangan hidup yang semuanya itu mempengaruhi karya sastra yang dibuatnya.
2) Keadaan psikologis, baik psikologis pengarang, psikologis pembaca, maupun
penerapan prinsip psikologis dalam karya.
3) Keadaan lingkungan pengarang, seperti ekonomi, sosial, dan politik.
4) Pandangan hidup suatu bangsa, berbagai karya seni, agama, dan sebagainya.
dll.
27) Penjelasan unsur ekstrinsik karya sastra:
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara
tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Secara
lebih spesifik dapat dikatakan bahwa unsur ekstrinsik berperan sebagai unsur yang
mempengaruhi bagun sebuah cerita. Oleh karena itu, unsur esktrinsik karya sastra
harus tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting.
Unsur-unsur Ekstrinsik
Sebagaimana halnya unsur intrinsik, unsur ekstrinsik pun terdiri atas beberapa unsur.
Menurut Wellek & Warren (1956), bagian yang termasuk unsur ekstrinsik tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan,
dan pandangan hidup yang semuanya itu mempengaruhi karya sastra yang
dibuatnya.
2. Keadaan psikologis, baik psikologis pengarang, psikologis pembaca, maupun
penerapan prinsip psikologis dalam karya.
3. Keadaan lingkungan pengarang, seperti ekonomi, sosial, dan politik.
4. Pandangan hidup suatu bangsa, berbagai karya seni, agama, dan sebagainya.
Latar belakang kehidupan pengarang sebagai bagian dari unsur ekstrinsik
sangat mempengaruhi karya sastra. Misalnya, pengarang yang berlatar belakang
budaya daerah tertentu, secara disadari atau tidak, akan memasukkan unsur budaya
tersebut ke dalam karya sastra.
Menurut Malinowski, yang termasuk unsur budaya adalah bahasa, sistem
teknologi, sistem mata pencaharian, organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi,
dan kesenian. Unsur-usnru tersebut menjadi pendukung karya sastra. Sebagai
contoh, novel Siti Nurbaya sangat kental dengan budaya Minangkabau. Hal ini
sesuai dengan latar belakang pengarangnya, Marah Rusli, yang berasal dari daerah
Minangkabau. Begitu pula novel Upacara karya Korrie Layun Rampan yang
dilatarbelakangi budaya Dayak Kalimantan karena pengarangnya berasal dari daerah
Kalimantan.
Begitu pula dalam Novel Harimau! Harimau! karya Mochtar Lubis, kita akan
menemukan unsur intrinsik berupa nilai-nilai budaya. Terutama, yang berkaitan
dengan sistem mata pencaharian, sistem teknologi, religi, dan kesenian. Mata
pencaharian yang ditekuni para tokoh dalam novel tersebut sebagai pencari damar
dan rotan di hutan. Alat yang digunakan masih tradisional.
Selain budaya, latar belakang keagamaan atau religiusitas pengarang juga
dapat memengaruhi karya sastra. Misalnya, Achdiat Kartamihardja dalam novel
Atheis dan Manifesto Khalifatullah, Danarto dalam novel Kubah, atau
Habiburahman El-Shirazi dalam Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih.
Latar belakang kehidupan pengarang juga menjadi penting dalam memengaruhi
karya sastra. Sastrawan yang hidup di perdesaan akan selalu menggambarkan
kehidupan masyarakat desa dengan segala permasalahannya. Misalnya, dalam novel
Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari.
Dengan demikian, unsur ekstrinsik tersebut menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari bangunan karya sastra. Unsur ekatrinsik memberikan warna dan
rasa terhadap karya sastra yang pada akhirnya dapat diinterpretasikan sebagai
makna. Unsur-unsur ektrinsik yang mempengaruhi karya dapat juga dijadikan potret
realitas objektif pada saat karya tersebut lahir. Sehingga, kita sebagai pembaca dapat
memahami keadaan masyarakat dan suasana psikologis pengarang pada saat itu.
28) Jenis-jenis majas:
Majas perbandingan
1. Personifikasi
2. Metafora
3. Simile/Perumpamaan
4. Alegori
Majas pertentangan
1. Hiperbola
2. Litotes
3. Ironi
4. Oksimoron
Majas pertautan
1. Metonimia
2. Sinekdoke
3. Alusio
4. Inversi
Majas perulangan
1. Aliterasi
2. Antanaklaris
3. Repetisi
4. Paralelisme
29) Penjelasan dan contoh dari jenis-jenis majas:
Majas atau gaya bahasa adalah bahasa kias yang digunakan untuk mempertajam
maksud.
1292
Majas perbandingan
5. Personifikasi, yaitu majas yang membandingkan benda yang tidak bernyawa
seolah-olah dapat bertindak seperti manusia.
Contoh :
a. Bulan menangis menyaksikan manusia saling bunuh.
b. Daun-daun memuji angin yang telah menyapanya.
6. Metafora, yaitu membandingkan dua hal/benda tanpa menggunakan kata
penghubung.
Contoh :
a. Bumi itu perempuan jalang.
b. Tuhan adal;ah warga negara yang paling modern.
7. Simile/Perumpamaan, yaitu membandingkan dua hal/benda dengan
menggunakan kata penghubung.
Contoh :
a. Wajahnya bagai bola api.
b. Tatapannya laksana matahari.
c. Seperti angin aku melayang kian kemari.
8. Alegori, membandingkan hal/benda secara berkelanjutan membentuk sebuah
cerita.
Contoh :
Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-
tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima
segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.
Majas pertentangan
5. Hiperbola, mempertentangkan secara berlebih-lebihan.
Contoh :
a. Saya telah berusaha setengah mati menyelesaikan soal itu.
b. Kekayaannya selangit.
6. Litotes, mempertentangkaan dengan merendahkan diri.
Contoh :
a. Kalau sempat mampirlah ke gubukku.
b. Ah, saya ini khan cuma kacung.
7. Ironi, mempertentangkan yang bertujuan menyindir dengan menyampaikan
sesuatu yang bertentangan dengan fakta yang sebenarnya.
Contoh :
a. Hebat betul, pertanyaan semudah itu tidak bisa kaujawab.
b. Rajin betul, jam sepuluh baru datang!
8. Oksimoron, mempertentangkan secara berlawanan bagian demi bagian.
Contoh :
a. Kekalahan adalah kemenangan yang tertunda.
b. Kesedihan adalah awal kebahagiaan.
Majas pertautan
5. Metonimia, menghubungkan ciri benda satu dengan benda lain yang
disebutkan.
Contoh :
a. Kakakku sedang membaca Pramudya Ananta Toer.
b. Belikan aku gudang garam filter.
6. Sinekdoke, mernyebut sebagian untuk keseluruhan (pars pro toto) atau
keseluruhan untuk sebagian (totum pro part).
Contoh :
a. SMA Stella Duce 2 Yogyakarta berhasil masuk final pertandingan
basket.
b. Roda duanya mogok.
7. Alusio, mempertautkan hal dengan peribahasa.
Contoh :
a. Kalau kita menggunakan sebaiknya hemat jangan sampai lebih besar
pasak daripada tiang.
b. Sebaiknya kita menggunakan ilmu padi dalam kehidupan kita, semakin
berisi semakin tunduk.
8. Inversi, mengubah susunan kalimat.
Contoh :
a. Hancurlah hatinya menyaksikan kekasihnya berpaling ke lelaki lain.
b. Merahlah mukanya mendengar caci maki sahabat karibnya.
Majas perulangan
5. Aliterasi, mengulang bunyi konsonan yang sama.
Contoh :
a. Malam kelam suram hatiku semakin muram.
b. Gadis manis menangis hatinya teriris iris.
6. Antanaklaris, memgulang kata yang sama dengan arti yang berbeda.
Contoh :
a. Buah hatinya menjadi buah bibir tetangganya.
b. Hatinya memintanya berhati-hati.
7. Repetisi, mengulang-ulang kata, frase, atau klausa yang dipentingkan.
Contoh :
a. Di Stella Duce 2 Yogyakarta ia mulai meraih prestasi, di Stella Duce 2
Yogyakarta ia menemukan tambatan hati, di Stella Duce 2 Yogyakarta
pula ia menunggu hari tuanya.
b. Tidak ada kata lain selain berjuang, berjuang, dan terus berjuang.
8. Paralelisme, mengulang ungkapan yang sama dengan tujuan memperkuat
nuansa makna.
Contoh :
a. Sunyi itu duka, sunyi itu kudus, sunyi itu lupa, sunyi itu mati.
b. Hidup adalah perjuangan, hidup adalah persaingan, hidup adalah kesia-
siaan.
30) Perbedaan karangan argumentasi dan eksposisi:
Karangan Eksposisi
Karangan Eksposisi adalah bentuk karangan yang memaparkan, memberi
keterangan, menjelaskan,memberi informasi sejelas-jelasnya mengenai suatu hal.
Ciri-ciri/karakteristik karangan Eksposisi
a) Menjelaskan informasi agar pembaca mengetahuinya
b) Menyatakan sesuatu yang benar-benar terjadi (data faktual)
c) Tidak terdapat unsur mempengaruhi atau memaksakan kehendak
d) Menunjukkan analisis atau penafsiran secara objektif terhadap fakta yang
ada.
e) Menunjukkan sebuah peristiwa yang terjadi atau tentang proses kerja
sesuatu
Karangan Argumentasi
Karangan Argumentasi adalah karangan yang isinya, bertujuan meyakinkan atau
mempengaruhi pembaca terhadap suatu masalah dengan mengemukakan alasan,
bukti, dan contoh nyata.
Ciri-ciri/karakteristik karangan Argumentasi
a) Berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan pengarang
sehingga kebenaran itu diakui oleh pembaca
b) Pembuktian dilengkapi dengan data, fakta,grafik, tabel, gambar
c) Dalam argumentasi pengarang berusaha mengubah sikap, pendapat atau
pandangan pembaca
d) Dalam membuktikan sesuatu, pengarang menghindarkan keterlibatan
emosi dan menjauhkan subjektivitas
e) Dalam membuktikan kebenaran pendapat pengarang, kita dapat
menggunakan bermacam-macam pola pembuktian
31) Penjelasan tentang biografi:
Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dab
graphien yang berarti tulis. Dengan kata lain biografi merupakan tulisan tentang
kehidupan seseorang. Biografi, secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah
kisah riwayat hidup seseorang. Biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja,
namun juga dapat berupa lebih dari satu buku.
Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta
dari kehidupan seseorang dan peran pentingnya sementara biografi yang panjang
meliputi, tentunya, informasi-informasi penting namun dikisahkan dengan lebih
mendetail dan tentunya dituliskan dengan gaya bercerita yang baik.
Biografi menganalisa dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup
seseorang. Lewat biografi, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari tindakan
tertentu atau misteri yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan mengenai
tindakan dan perilaku hidupnya. Biografi biasanya dapat bercerita tentang kehidupan
seorang tokoh terkenal atau tidak terkenal, namun demikian, biografi tentang orang
biasa akan menceritakan mengenai satu atau lebih tempat atau masa tertentu.
Biografi seringkali bercerita mengenai seorang tokoh sejarah, namun tak jarang juga
tentang orang yang masih hidup. Banyak biografi ditulis secara kronologis.
Beberapa periode waktu tersebut dapat dikelompokkan berdasar tema-tema utama
tertentu (misalnya "masa-masa awal yang susah" atau "ambisi dan pencapaian").
Walau begitu, beberapa yang lain berfokus pada topik-topik atau pencapaian
tertentu.
Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama
dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping koran.
Sedangkan bahan-bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-buku
referensi atau sejarah yang memaparkan peranan subyek biografi itu.
Biografi adalah suatu kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang yang
bersumber pada subjek rekaan (non-fiction / kisah nyata). Sebuah biografi lebih
kompleks daripada sekadar daftar tangga lahir atau mati dan data-data pekerjaan
seseorang,tetapi juga menceritakan tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami
kejadian-kejadian tersebut yang menonjolkan perbedaan perwatakan termasuk
pengalaman pribadi.
Macam-macam Biografi :
1. Berdasarkan sisi penulis
2. Berdasarkan Isinya
3. Berdasarkan persoalan yang dibahas
4. Berdasarkan penerbitannya
Berdasarkan sisi penulis
1. Autobiografi.
Ditulis sendiri oleh tokoh yang tercatat perjalanan hidupnya
2. Biografi.
Ditulis oleh orang lain, berdasarkan izin penulisan dibagi atas :
*Authorized biography, yaitu biografi yang penulisannya seizin atau
sepengetahuam tokoh didalamnya
*Unauthorized biography, yaitu ditulis seseorang tanpa sepengetahuan atau izin
dari tokoh di dalamnya (biasanya karena telah wafat)
Berdasarkan Isinya
*Biografi Perjalanan Hidup, Isinya berupa perjalanan hidup lengkap atau
sebagian paling berkesan.
*Biografi Perjalanan Karir, Isinya berupa perjalanan karir dari awal karir hingga
karir terbaru, atau sebagian perjalanan karir dalam mencapai sukses tertentu.
Berdasarkan persoalan yang dibahas
Biografi politik.
yaitu penulisan tokoh-tokoh di negeri ini dari sudut politik. Dalam biografi
semacam ini bahan-bahan dikumpulkan biasanya melalui riset. Namun, biografi
semacam ini kadang kala tidak lepas dari kepentingan penulis ataupun sosok
yang ditulisnya.
Intelektual biografi
yang juga disusun melalui riset dan segenap temuan dituangkanpenulisnya
dalam gaya penulisan ilmiah.
Biografi jurnalistik ataupun biografi sastra
yaitu materi penulisan biasanya diperoleh dari hasil wawancara terhadap tokoh
yang akan ditulis maupun yang menjadi rujukan sebagai pendukung penulisan.
Ini lebih ringan karena Cuma keterampilan dan wawancara.
Berdasarkan penerbitannya
Buku Sendiri.
Penerbitan buku kategori ini dilakukan atas inisiatif penerbit dengan seluruh
biaya penulisan, percetakan, danpemasaran ditanggung oleh produsen. Biografi
jenis ini biasanya memuat kisah hidup tokoh-tokoh yang diperkirakan akan
menarik perhatian publik.
Buku Subdisi.
Ongkos pembuatan buku jenis ini sebagian dibiayai oleh sponsor. Biasanya pola
ini dilakukan pada buku-buku yang diperkirakan dari segi komersial tidak akan
laku atau kalaupun bisa dijual harganya sangat tinggi sehingga tidak terjangkau.
32) Penjelasan tentang autobiografi:
Pengertian autobiografi adalah :
biografi yang ditulis oleh seorang tokoh tentang perjalanan kehidupanan pribadi
yang dialaminya. Umumnya ditulis dimulai dari masa kecil sampai waktu yang
ditentukan oleh penulis itu sendiri.
Penulis aubiografi umumnya mengandalkan pada berbagai dokumen dan didasarkan
pada memori sang penulis. Di negara maju, riwayat hidup yang dibukukan dianggap
sebagai suatu karya sastra yang menarik untuk dikaji lebih dalam. Menurut Sallie
Mcfaqua, autobiografi dan tulisan semacamnya perlu diperhatikan dan dinikmati
karena di dalamnya terdapat sebuah kisah kehidupan yang nyata.
33) Penjelasan tentang bibliografi:
Kata bibliografi berasal dari bahasa Yunani dengan akar kata Biblion: yang
berarti buku dan Graphein: yang berarti menulis, maka kata Bibliografi secara
harfiah berarti penulisan buku.Dalam hal ini maka bibliografi berarti kegiatan teknis
membuat deskripsi untuk suatu cantuman tertulis atau pustaka yang telah
diterbitkan, yang tersusun secara sistematik berupa daftar menurut aturan yang
dikehendaki. Dengan demikian tujuan bibliofrafi adalah untuk mengetahui adanya
suatu buku/pustaka atau sejumlah buku/pustaka yang pernah diterbitkan.
Unsur-Unsur Bibliografi dan Contoh Penulisannya
a. Nama Pengarang, yang dikutip secara lengkap.
b. Judul Buku, termasuk judul tambahannya.
c. Data Publikasi: penerbit, tempat terbit, tahun terbit, cetakan ke berapa,
nomor jilid
buku dan tebal (jumlah halaman) buku tersebut.
d. Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan,
nama majalah,
atau surat kabar, tanggal dan tahun.
Penyusunan Bibliografi
a. Nama pengarang diurutkan berdasarkan urutan abjad.
b. Jika tidak ada nama pengarang, judul buku atau artikel yang dimasukkan
dalam urutan
abjad.
c. Jika untuk seorang pengarang terdapat lebih dari satu bahan refrensi, untuk
refrensi
kedua dan seterusnya, nama pengarang tidak diikutsertakan, tetapi diganti
dengan
garis sepanjang 5 atau 7 ketikan.
d. Jarak antara baris dengan baris untuk satu refrensi adalah satu spasi.
Namun, jarak
antara pokok dengan pokok lain adalah dua spasi.
e. Baris pertama dimulai dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari
tiap pokok
harus dimasukkan ke dalam sebanyak tiga atau empat ketikan.
Jenis-Jenis Bibliografi
Jenis bibliografi yang dihasilkan dalam pembuatan publikasi sekunder akan
tergantung pada jenis pustaka yang akan didaftar. Misalnya akan dibuat
daftar yang berasal dari deskripsi katalog buku yang dimiliki perpustakaan,
maka daftar tersebut dapat dinamakan daftar katalog. Sementara jika daftar
yang disusun berdasarkan judul artikel suatu majalah, maka daftar tersebut
dapat disebut daftar isi.
Dari segi cara penyajian dan uraian deskripsinya, bibliografi dibagi menjadi:
• Bibliogrfi deskriptif:
Yaitu bibliografi yang dilengakapi deskripsi singkat yang didapat dari
gambaran fisik
yang tertera atau tertulis dalam bahan pustaka. Seperti judul buku atau
majalah, judul
artikel, nama pengarang, data terbitan (impresium), kolasi serta kata kunci
dan abstrak
yang tertulis.
• Bibliografi evaluatif:
Yaitu bibliografi yang dilengkapi dengan evaluasi tentang suatu bahan
pustaka.
Evaluasi ini biasanya mencakup penilaian terhadap isi suatu bahan pustaka
atau
artikel.
Cakupan Bibliografi
Dari segi cakupanya, bibliografi dapat dibagi menjadi:
• Bibliografi retrospektif :
Yaitu jenis bibliografi yang mencatat bahan pustaka yang telah diterbitkan
pada jaman
yang lampau. Misalnya “Bibliografi sejarah perang Dipenogoro”
• Bibliografi terkini/current :
Yaitu jenis bibliografi yang mencatat terbitan yang sedang atau masih terbit
saat ini.
Contohnya Ulrich’s International Periodicals Directory.
• Bibliografiselektif :
Yaitu jenis bibliografi yang mencatat terbitan tertentu dengan tujuan tertentu.
Misalnya “Buku bacaan terpilih untuk anak usia pra sekolah”.
• Bibliografi subjek :
Yaitu jenis bibliografi yang mencatat bahan pustaka atau artikel pada bidang
ilmu dan
subjek tertentu. Misalnya “Bibliografi khusus ternak kelinci”.
• Biliografi nasional :
Yaitu jenis bibliografi yang mencatat terbitan suatu negara atau daerah
regional
tertentu. Contohnya “Bibliografi Nasional Indonesia”.
Penentuan cakupan/topik suatu bibliografi ditentukan berdasarkan berbagai
pertimbangan antara lain :
• Permintaan pengguna
• Topik yang sedang berkembang atau yang banyak diperlukan saat itu
• Dokumentasi koleksi yang dimiliki
• Mandat instansi
Bagian-bagian Bibliografi
Suatu deskripsi bibliografi biasanya terdiri dari :∼ Judul : berisi judul artikel atau judul buku yang akan dideskripsikan∼ Kepengarangan : berisi nama pengarang perorangan atau pengarang badan
korporasi∼ Sumber : berisi judul jurnal, judul prosiding, atau judul buku dimana
informasi
tersebut berada.∼ Data terbitan (impresium): berisi data tentang kota terbit, nama terbit, dan
tahun
terbit∼ Keterangan fisik buku (kolasi), yang berisi halaman lokasi artikel
ditemukan.∼ Keterangan informasi, seperti kata kunci dan abstrak∼ Keterangan tambahan , seperti lokasi rak penyimpanan, kode call number,
perpustakaan pemilik bahan pustaka, dan sebagainya
Manfaat Bibliografi
Pencatatan informasi mengenai koleksi perpustakaan dalam bentuk
bibliografi dilakukan dengan berbagai alasan antara lain:∼ Jumlah koleksi perpustakaan yang semakin meningkat bentuk dan bidang
kajiannya∼ Kebutuhan informasi para pengguna yang semakin beragam dan
meningkat
jumlahnya∼ Upaya untuk meningkatkan kualitas layanan penelusuran informasi yang
cepat dan
tepat
Oleh karena itu penyusunan suatu daftar bibliografi mempunyai fungsi utama
untuk membantu pemakai mencari dan menelusuri informasi tertentu. Fungsi lain
dari bibliografi adalah sebagai bagian dari jasa pelayanan perpustakaan kepada
pemakai. Dengan menerbitkan suatu bibliografi, pustakawan dapat menawarkan
koleksinya kepada pemakai tanpa harus mengeluarkan seluruh koleksi yang
dimilikinya, serta dapat menjangkau pengguna yang tinggal jauh dari perpustakaan.
Dengan demikian maka, bibliografi dapat digunakan sebagai:∼ Bahan rujukan terhadap koleksi perpustakaan∼ Daftar koleksi yang dimiliki perpustakaan∼ Daftar informasi bahan pustaka mengenai suatu bidang kajian tertentu, dan
sebagainya.
34) Penjelasan tentang penulisan catatan kaki:
FOOTNOTE (CATATAN KAKI)
Istilah Catatan Kaki (footnote)
Catatan kaki, atau dikenal dengan istilah footnote adalah keterangan tambahan yang
terletak di bagian bawah halaman dan dipisahkan dari teks karya ilmiah oleh sebuah
garissepanjang dua puluh ketukan (dua puluh karakter)
1.Kegunaan Catatan Kaki (footnote)
1) Menjelaskan referensi yang dipergunakan bagi pernyataan dalam teks
(catatan kakisumber atau reference footnote).
2) Menjelaskan komentar penulis terhadap pernyataan dalam teks yang
dipandang penting, tetapi tak dapat dinyatakan bersama teks karena
dapat mengganggu alur tulisan.
3) Menunjukkan sumber lain yang membicarakan hal yang sama (catatan
kaki isi atau content footnote). Jenis catatan kaki ini biasanya
menggunakan kata‐kata: Lihat …,Bandingkan …, dan Uraian lebih
lanjut dapat dilihat dalam …, dan sebagainya. Dianjurkan
penggunaannya tidak berlebihan agar tidak menimbulkan kesan pamer.
Penggunaan ungkapan tersebut perlu secara konsisten dan benar.
Note:
Catatan kaki sebaiknya tidak melebihi sepertiga halaman. Sekiranya halaman tidak
memungkinkan, sebagian dari catatan kaki dapat diletakkan di halaman berikutnya.
TEKNIK PENULISAN FOOTNOTE
UNTUK BUKU
Unsur yang diperlukan dicantumkan adalah:
1. Nama Pengarang,
2. Judul Buku yang ditulis dengan huruf italic,
3. Jilid,
4. Cetakan,
5. Tempat Penerbit,
6. Nama Penerbit,
7. Tahun diterbitkan, dan
8. Halaman (disingkat h. saja, baik untuk satu halaman maupun beberapa
halaman)
dari mana referensi itu berasal.
Note: Data penerbitan, mulai dari cetakan, tempat penerbit, nama penerbit, dan
tahun diterbitkan, diletakkan di dalam kurung.
Contohnya:
1Muhammad Ibn ‘Abdillah al‐Zarkasyiy, al‐Burhân fî ‘Ulum al‐Qur’an,
Juz IV (Cet. I; Cairo: Dar Ihya’ al‐Kutub al‐Arabiyah, 1958 M/1377 H), h. 34‐
35.
UNTUK ARTIKEL DALAM SURAT KABAR DAN MAJALAH
Unsur yang perlu dicantumkan adalah:
1. Nama Pengarang/Penulis Artikel (kalau ada),
2. Judul Artikel (di antara tanda kutip),
3. Nama Surat Kabar (huruf italic),
4. Nomor Edisi, Tanggal, dan Halaman.
Note: Jika yang dikutip bukan artikel tetapi berita atau tajuk atau lainnya,
maka yang dicantumkan adalah judul tajuk atau beritanya (di antara
tanda kutip), diikuti dengan penjelasan apakah itu tajuk atau berita yang
dituliskan di antara kurung siku [ ], diikuti nama surat kabar (huruf
italic), nomor terbitan, tanggal, dan halaman.
Contohnya:2Sayidiman Suryohadiprojo, “Tantangan Mengatasi Berbagai
Kesenjangan”,Republika, No. 342/II, 21 Desember 1994, h. 6.3”PWI Berlakukan Aturan Baru” [Berita], Republika, No. 346/II, 28
Desember 1994, h. 16.4Bachrawi Sanusi, “Ketimpangan Pertumbuhan Ekonomi,” Panji
Masyarakat,No. 808, 1‐10 Nopember 1994, h. 30.
UNTUK BUKU YANG MEMUAT ARTIKEL‐ATIKEL DARI BERBAGAI
PENGARANG
Bila mengutip buku yang seperti ini, maka perlu diperhatikan artikel yang
dikutip, dan siapa
pengarangnya. Unsur yang perlu disebutkan adalah:
1. Nama Penulis Artikel,
2. Judul Artikelnya di antara tanda kutip,
3. Nama Editor Buku (kalau ada) atau Nama Pengarang Artikel Pertama,
diikuti istilah etal. atau dkk. (karena tentu banyak orang yang
menyumbangkan artikel),
4. Data Penerbitan, dan
5. Halaman.
Contohnya:5M. Dawam Rahadjo, “Pendekatan Ilmiah terhadap Fenomena
Keagamaan,”dalam Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim (eds.), Metodologi
Penelitian Agama(Cet. II; Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990), h. 24.6Sahiron Syamsuddin, “Hamka’s Political Thougt as Expressed in His
Tafsir Al‐ Azhar,” dalam Sry Mulyati dkk., Islam & Development: A Politico
Religious Response (Montreal, Canada: Permika, 1997), h. 244.
UNTUK ARTIKEL ATAU ENTRI DAN ENSIKLOPEDIA
Unsur yang perlu dicantumkan adalah:
1. Nama Penulis Entri (jika ada),
2. Judul Entri di antara dua tanda kutip,
3. Nama Editor Ensiklopedia (kalau ada),
4. Nama Ensiklopedia (huruf italic),
5. Jilid,
6. Data Penerbitan, dan
7. halaman.
Contohnya:7Beatrice Edgel, “Conception”, dalam James Hastings (ed.),
Encyclopedia of Religion and Ethics, jilid 3 (New York: Charles Schribner’s
Son, 1979), h. 769.
KUTIPAN DARI UNDANG‐UNDANG DAN PENERBITAN RESMI
PEMERINTAH
Unsur yang perlu dicantumkan adalah:
1. Nama Instansi yang berwenang,
2. Judul Naskah (huruf italic).
Note:
Jika data dikutip dari sumber sekunder, maka unsur sumber tersebut
dicantumkan dengan menambahkan unsur‐unsur nama buku (huruf italic), dan
data penerbitan. Jika sumber sekunder tersebut mempunyai penyusun, maka
nama penyusun ditempatkan sebelum nama buku dan nama penerbit
dimasukkan sebagai data penerbit.
Contoh:
8Republik Indonesia, Undang‐undang Dasar 1945, Bab I, pasal 1.
9Republik Indonesia, “Undang‐Undang RI Nomor 2 Tahun 1985
Tentang Perubahan atas Undang‐Undang No. 15 Tahun 1969,” dalam
Undang‐UndangKeormasan (Parpol & Golkar) 1985 (Jakarta: Dharma
Bhakti, t.th.), h. 4.10Republik Indonesia, “Undang‐Undang RI Nomor 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara,” dalam S.F.. Marbun, Peradilan Tata
Usaha Negara(Yogyakarta: Liberty, 1988), h. 198.
PENOMORAN
Catatan kaki diberi nomor sesuai dengan nomor pernyataan terkait. Penomoran
dimulai pada setiap awal bab. Nomor diketik setengah spasi di awal catatan
kaki dengan jarak tujuh ketukan dari margin kiri.
Contohnya:
11’Ali Rida, al‐Marja’ fi al‐Lugat al‐‘Arabiyyah (Beirut: Dar al‐Fikr,
t.th.), h.254.12Ibid., h. 300.
PENTING UNTUK DIPERHATIKAN
a. Bila catatan kaki lebih dari satu baris maka baris kedua dan selanjutnya
diketik di awal margin kiri.
b. Antara baris terakhir teks dengan nomor catatan kaki diberi garis sepanjang
dua puluh ketukan sebagai pembatas. Antara baris terakhir teks dengan
garis pembatas itu berjarak dua spasi, sedang jarak antara garis pembatas itu
dengan teks catatan kaki berjarak dua spasi juga.
c. Jarak baris terakhir sebuah catatan kaki dengan baris pertama catatan kaki
berikutnya adalah dua spasi.
d. Nama pengarang dalam catatan kaki tetap seperti tercantum dalam
karyanya.Tak ada “pembalikan” nama seperti dalam Daftar Pustaka.
e. Pada catatan kaki harus disebutkan halaman buku yang dikutip dengan
menggunakan singkatan h. baik untuk satu halaman atau pun lebih.
Contohnya:h. 55‐67; bukan hh. 55‐67.
f. Pemakaian hasil wawancara yang disebutkan dalam teks hendaknya dibatasi
karena sifatnya hanya sebagai pelengkap. Jika penelitian memerlukan
wawancara sebagai sumber data utama maka catatan kakinya ditulis dengan
menyebutkan nama orang yang diwawancarai dan jabatannya, yang
didahului dengan kalimat: Hasil wawancara dengan, kemudian tanggal dan
tempat wawancara. Untuk wawancara tidak menggunakan op. cit., loc. cit.,
dan ibid,sehingga keterangannya harus diulang terus.
ISTILAH Ibid, op. cit. DAN loc. cit.
Istilah Ibid. (singkatan dari ibidem) digunakan untuk menunjuk sumber
yang sama, yang baru saja disebut tanpa ada yang mengantarai keduanya
(sama halaman atau tidak). Jika halaman yang dikutip sama, maka nomor
halaman tidak dicantumkan lagi. Kalau kata ibid. terletak di awal catatan kaki,
huruf awalnya ditulis dengan huruf capital (Ibid), sedang bila terletak di
tengah kalimat, misalnya sesudah kata‐kata “Disadur dari” maka huruf
pertamanya ditulis dengan huruf kecil (ibid).
Istilah op. cit. (singkatan dari opera citato, dan singkatan harus diberi
spasi diantaranya, op. cit., bukan op.cit.) menunjuk kepada sumber yang sama
telah disebut terdahulu tetapi di antarai oleh sumber lain yang tidak sama
halamannya. Istilah ini (op. cit.) digunakan sesudah menyebutkan nama
pengarang. Jika halaman yang dikutip sama, maka digunakan istilah loc.cit.
(singkatan dari loco citato).
Contohnya:
14Muhammad Ali al‐Sabuniy, al‐Tibyan fi ‘Ulum al‐Qur’an (Cet. I;
Beirut:‘Alam al‐Kutub, 1985), h. 22.
15Ronny Hanitijo Sumitro, Metodologi Penelitian Hukum (Cet. I;
Jakarta:Ghalia Indonesia, 1983), h. 35.16Ibid., h. 40.17 Muhammad Ali al‐Sabuny, op. cit., h. 30.
18Ronny Ngatijo Sumitro, loc. cit.
UNTUK DUA KARYA ATAU LEBIH DARI SEORANG PENULIS
Sering terjadi dua karya atau lebih dari seorang penulis dipergunakan dalam
sebuah bab,dicantumkan sandi untuk masing‐masing karya tersebut, tanpa
perlu menggunakan singkatan op. cit. atau loc. cit. Sandi diambil dari kata
yang terdapat dalam judul karya.
Contohnya:
19Muhammad Ali al‐Sabuniy, Rawa’i al‐Bayan fi Tafsir al‐Ahkam min
al‐Qur’an, Jilid I (t.t.: Dar al‐Fikr, t.th.), h. 57.
20Ronny Ngatijo Sumitro, loc. cit.21Muhammad Ali al‐Sabuniy, Rawa’i, h. 54.
Dalam catatan kaki no. 21 di atas, kata Rawa’i adalah sandi untuk
membedakan referensi dari buku al‐Sabuniy lainnya yang juga digunakan
dalam penulisan skripsi/tesis/disertasi, yaitu al‐Tibyan, yang sebutkan dalam
catatan kaki no. 14.
MENGUTIP DARI BUKU YANG DITERJEMAHKAN
Unsur yang perlu dicantumkan adalah:
1. Nama Pengarang Asli,
2. Judul (huruf italic, kalau diketahui), diikuti dengan kalimat: diterjemahkan
oleh,diikuti nama penerjemah,
3. judul buku terjemahan (huruf italic),
4. data penerbitan, dan
5. halaman.
Note: Bila judul asli tidak disebutkan, maka judul terjemahan saja yang
dicantumkan.
Contohnya:
22Wahbah al‐Zuhayliy, al‐Qur’an al‐Karim, Bunyatuh al‐Tasyri’iyyah wa
Khasa’isuh al‐Hadariyyah, diterjemahkan oleh Mohammad Luqman Hakiem
dan Mohammad Fuad Hariri dengan judul al‐Qur’an: Paradigma Hukum dan
Peradaban (Surabaya: Risalah Gusti, 1996), h. 141. dalam contoh di atas,
judul aslinya tidak diketahui, maka kalimat teks footnote ini adalah sebagai
berikut:
22Wahbah al‐Zuhayliy, Al‐Qur’an: Paradigma Hukum dan Peradaban,
diterjemahkan oleh Mohammad Luqman Hakiem dan Mohammad Fuad Hariri
(Surabaya: Risalah Gusti, 1996), h. 141.
PENULISAN REFERENSI DENGAN ENDNOTE
Endnote adalah catatan akhir, yakni referensi yang diletakkan di akhir suatu karya
ilmiah,sebelum Daftar Pustaka.Dalam program komputer, cara pembuatan endnote
persis sama dengan footnote, hanya letaknya saja yang harus diset di akhir karya
ilmiah. Ketentuan‐ketentuan yang berlaku untuk footnote, juga berlaku untuk
endnote, termasuk ketentuan untuk Daftar Pustaka. Parenthetical Reference
parenthetic(al) ks. 1 yang disisipkan. 2 dalam tanda kurung. ‐parentthetically kk.
dengan sisipan, sambil lalu.Referensi seperti ini hanya berfungsi untuk menunjukkan
referensi suatu pernyataan, baik itu saduran atau kutipan langsung. Parenthetical
reference diletakkan di dalam teks, diapit oleh kurung. Informasi yang perlu
disebutkan adalah nama akhir pengarang yang langsung diikuti tahun terbitnya buku
referensi, diikuti oleh koma, kemudian diikuti oleh nomor halaman.
Contohnya:
… Ini berarti bahwa kita harus mencari kenyataan pemikiran Islam yang dapat
dikatakan mewakili Indonesia, namun pada waktu yang sama juga mempunyai
kaitan yang nyata dengan pemikiran Islam secara umum (Madjid 1995, 23).
35) Penjelasan tentang kalimat berobjek:
Ciri-ciri kalimat berobjek:
Predikatnya berupa kata kerja transitif.
Objeknya berupa kata benda.
Objeknya terletak di belakang predikat kata kerja transitif.
Kalimat aktif dapat diubah ke dalam bentuk pasif.
Objek pada kalimat aktif menduduki jabatan subjek dalam kalimat pasif.
Objeknya dapat diganti –nya.
Dalam bahasa Indonesia dikenal lima (5) sebutan fungsi kalimat, yakni Subjek
(S), Predikat (P), Objek (O) Pelengkap (Pel), dan Keterangan (K). kelima fungsi
tersebut kedudukannya antara lain dapat dilihat dalam contoh kalimat berikut.
1. Ayah Kresna menulis buku pelajaran.
S P O
2. Kaosnya bergambarkan burung merpati.
S P Pel
3. Kakak membelikan Anto buku pelajaran.
S P O Pel
Jika diperhatikan dalam kalimat di atas, fungsi objek (O) dan pelengkap (Pel) selalu
di belakang predikat (P). Atas dasar itu, antara keduanya sering dipersamakan.
Padahal di antara keduanya terdapat karakteristik yang berbeda. Perbedaan-
perbedaan tersebut dapat dilihat pada table berikut.
No.
Objek Pelengkap
1. Katagori katanya berupa nomina atau benda.
Kresna membaca buku.
Selain nomina, pelengkap bisa diisi olehajektif
Adik bermain bola.
Bajunya berwarna hijau.
2. Berada langsung di belakang verba transitif aktif tanpa preposisi
Ronaldo menendang bola.
Berada di belakang verba semitransitif atau dwitransitif dan dapat didahului oleh preposisi
-Mereka bermain tenis(semitransitif)
-Ayah memerintahkan kakak bersenam pagi(dwitransitif)
-Ibu berkata bahwa adik sedang sakit (bahwa=peposisi)
3. Dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif
-Wasit meniup peluit.
O
-Peluit ditiup wasit.
S
Tidak dapat dijadikan bentuk pasif
-Adik bermain bola basket.
Pel
-Bola basket bermain adik (?).
4. Dapat diganti dengan bentuk nya-
-Adik menyantap makanan.
-Adik mmenyantapnya.
Tidak dapat diganti dengan bentuk –nya
Kecuali didahului oleh preposisi
-Negara ini berdasar hukum.
Negara ini berdasarnya (?)
-Negara ini berdasar pada hukum.
Negara ini berdasar padanya.
Selain itu,O bisa dikenali lewat dua cara, yaitu (1) dengan melihat jenis P-nya,
dan (2) dengan memperhatikan ciri khas O itu sendiri. Dengan melihat jenis P-nya,
dapat dikatakan bahwa P berstatus aktif dan transitif. P yang berstatus aktif-transitif
tersebut sering ditandai dengan afiks -kan, -i, dan per-. Dengan melihat ciri khas
objek itu sendiri dapat dirinci sebagai berikut: (a) kategori katanya berupa nomina
(kt. benda), (b) berada langsung di belakang kata kerja aktif transitif tanpa preposisi
(kata depan), (c) dapat menjadi S dalam kalimat pasif, dan (d) dapat diganti dengan -
nya, -ku, dan -mu. Untuk lebih jelasnya perhatikan beberapa contoh kalimat berikut
ini.
1. (a) Ibu menanak nasi.
S P O
(b) Nasi ditanak ibu. (pasif)
S P O
(c) Ibu menanaknya.
Jika diperhatikan kalimat 1(a) di atas nasi berkedudukan sebagai O, karena
termasuk kata benda, bisa dipasifkan dan berkedudukan sebagai S, dan dapat diganti
dengan -nya.
Menentukan kalimat berobjek atau berpelengkap,caranya adalah sebagai
berikut:
• Jenis predikat yang digunakan (transitif, intansitif, atau semitransitif).
Contoh : Ibu menangisi kematian anaknya.
Ibu menangis tersedu-sedu
• Perubahan kalimat aktif menjadi pasif (dapat atau tidak)
• Jenis kata yang berada setelah predikat (kata benda atau bukan)
• Dapat menduduki subjek atau tidak bila bentuk kalimat diubah menjadi pasif.
36) Penjelasan tentang kalimat berpelengkap:
Cri-ciri kalimat berpelengkap:
1. Pelengkapnya dapat berupa kata benda, kata kerja, atau kata sifat.
2. Predikatnya berupa kata kerja semitransitif.
3. Pelengkap terletak di belakang predikat kata kerja semitransitif dan dapat
didahului dengan preposisi.
4. Tidak dapat diubah ke dalam bentuk pasif.
5. Pelengkap tidak dapat menduduki subjek.
6. Tidak dapat diganti dengan –nya
Pel. sering dicampuradukkan dengan O. Hal ini sering terjadi mengingat Pel
ada kemiripan dengan O. Baik O maupun Pel sering berwujud nomina (kt. benda),
dan keduanya juga sering menduduki tempat yang sama, yakni di belakang kata
kerja. Tetapi ada ciri khas Pel. yang membedakannya dengan O. Ciri khas tersebut
adalah (a) Pel. bisa berupa kata benda, kata kerja, maupun kata sifat., (b) Pel. selalu
berada di belakang kata kerja semitransitif atau dwitransitif dan dapat didahului oleh
preposisi (kata depan), (c) kalimat yang ber-Pel. tidak dapat dipasifkan; seandainya
dapat Pel. tidak akan menduduki jabatan S, (d) Pel. tidak dapat diganti dengan -nya;
kecuali jika didahului oleh proposisi selain di, ke, dari, dan akan. Untuk lebih
jelasnya perhatikan kalimat berikut.
2 (a) Hal ini merupakan masalah penting.
S P Pel.
(b) *) Masalah penting hal ini merupakan. (tidak gramatikal)
(c) *) Hal ini merupakan masalahnya. (tidak gramatikal)
Dari contoh kalimat 2 (a) di atas tampak jelas bahwa masalah penting
merupakan Pel. karena kalimat tersebut tidak dapat dipasifkan dan tidak dapat
diganti dengan -nya.
Untuk lebih jelasnya perhatikan matrik perbedaan antara O dan Pel berikut
ini
No. Objek Pelengkap
1 kategori
katanya
berupa kata
benda
Kategori katanya bisa kata
benda, kata kerja, atau kata sifat.
2 berada
langsung di
belakang kata
kerja aktif
transitif tanpa
preposisi
berada di belakang kata kerja
semitransitif atau dwitransitif,
dan dapat didahului oleh
preposisi.
3 dapat
menjadi
kalimatnya tidak dapat
dipasifkan, jika dapat pelengkap
subjek dalam
kalimat pasif
tidak dapat menduduki jabatan
subjek
4 dapat diganti
dengan -nya
tidak dapat diganti dengan -nya,
kecuali jika didahului oleh
preposisi selain di, ke, dari, dan
akan.
37) Ciri-ciri cerpan:
Cerita pendek apabila diuraikan menurut kata yang membentuknya
berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut : cerita
artinya tuturan yang membentang bagaimana terjadinya suatu hal, sedangkan
pendek berarti kisah pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan
kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam
situasi atau suatu ketika ( 1988 : 165 ).
Menurut Susanto dalam Tarigan (1984 : 176), cerita pendek adalah cerita
yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi
rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri.
Sementara itu, Sumardjo dan Saini (1997 : 37) mengatakan bahwa cerita
pendek adalah cerita atau parasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif
(tidak benar-benar terjadi tetapi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja,
serta relatif pendek).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan cerita pendek adalah karangan nasihat yang bersifat fiktif yang
menceritakan suatu peristiwa dalam kehidupan pelakunya relatif singkat
tetapi padat.
Ciri-ciri Cerita Pendek :
Di atas telah dikemukakan bahwa masih banyak orang belum mengetahui ciri-ciri
sebuah cerita pendek. Mengenai hal tersebut, di bawah ini penulis kemukakan ciri-
ciri cerita pendek menurut pendapat Sumarjo dan Saini (1997 : 36) sebagai berikut.
Ceritanya pendek ;
Bersifat rekaan (fiction) ;
Bersifat naratif ; dan
Memiliki kesan tunggal.
Pendapat lain mengenai ciri-ciri cerita pendek di kemukakan pula oleh Lubis
dalam Tarigan (1985 : 177) sebagai berikut:
Cerita Pendek harus mengandung interprestasi pengarang tentang konsepsinya
mengenai kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam sebuah cerita pendek sebuah insiden yang terutama menguasai jalan
cerita.
Cerita pendek harus mempunyai seorang yang menjadi pelaku atau tokoh
utama.
Cerita pendek harus satu efek atau kesan yang menarik.
Menurut Morris dalam Tarigan (1985 : 177), ciri-ciri cerita pendek adalah
sebagai berikut:
Ciri-ciri utama cerita pendek adalah singkat, padu, dan intensif (brevity, unity,
and intensity).
Unsur-unsur cerita pendek adalah adegan, toko, dan gerak (scena, character,
and action).
Bahasa cerita pendek harus tajam, sugestif, dan menarik perhatian (incicive,
suggestive, and alert).
38) Ciri-ciri novel:
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif; biasanya dalam
bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa Italia
novella yang berarti "sebuah kisah, sepotong berita"
Ciri-ciri novel inilah yang membedakan dengan karya sastra lainnya ..
Novel adalah karya sastra berjenis narasi
Novel adalah karya sastra berbentuk prosa
Novel adalah karya sastra yang bersifat realis, artinya menceritakan kehidupan
tokoh secara nyata, tanpa disertai peristiwa-peristiwa yang gaib dan ajaib.
Umumnya novel merupakan tanggapan pengarang terhadap lingkungan sosial
budaya sekelilingnya
Novel adalah karya sastra yang berfungsi sebagai tempat menuangkan
pemikiran pengarangnya sebagai reaksinya atas keadaan sekitarnya. Dalam
aliran imprisionisme, pengarang menempatkan dirinya dalam kehidupan yang
diceritakan. Perenungan-perenungan pembaca setelah membaca sebuah novel
akan tiba pada sebuah pemikiran baru tentang makna hidup
39) Ciri-ciri roman:
Roman adalah sebuah cerita yang menceritakan tentang sebagian besar kisah hidup
seseorang dan bentuk yang terbaik adalah yang menceritakan kisah hidup seseorang
dari ia kecil sampai meninggal.
Ciri-ciri roman:
Alurnya kompleks
Konfliknya bisa mengubah nasib tokoh secara tragis
Menceritakan kehidupan tokoh secara mendetail sejak lahir sampai dewasa
atau meninggal dunia
Karakter tokoh disampaikan secara lebih mendetail
40) Penjelasan tentang fakta:
Fakta adalah keadaan, kejadian, atau peristiwa yang benar dan bisa
dibuktikan.
Misalnya:
Ny. Imin adalah bagian dari warga miskin yang berjumlah 1.031.600 jiwa dari 4 juta
penduduk NTB.
41) Penjelsan tentang opini:
Opini juga disebut pendapat. Dikenal public opinion atau pendapat umum
dan general opinion atau anggapan umum. Opini merupakan persatuan (sintesis)
pendapat-pendapat yang banyak; sedikit banyak harus didukung orang banyak
baik setuju atau tidak setuju; ikatannya dalam bentuk perasaan/emosi; dapat
berubah; dan timbul melalui diskusi sosial.
Misalnya:
1.Menurut para ahli, penduduk Indonesia pada tahun 2010 akan mencapai 300 juta.
(Opini perorangan)
2. Menghisap rokok secara berlebihan akan merugikan diri sendiri dan orang lain
yang berada di dekatnya. (Opini umum)
42) Syarat-syarat iklan:
Iklan memiliki berbagai macam jenis, berdasarkan sifatnya iklan dibedakan atas
iklan niaga dan nonniaga. Iklan niaga dibuat untuk mempengaruhi
khalayak/masyarakat supaya tertarik untuk memiliki, membeli, dan mengunakan
produk yang diiklankan. Iklan nonniaga/layanan masyarakat dibuat untuk menarik
perhatian masyarakat sehingga masyarakat mempunyai rasa simpati atau
memberikan dukungan terhadap hal yang diiklankan.
Berdasarkan tujuan, iklan dibedakan atas iklan penawaran/permintaan dan iklan
pengumuman. Sedangkan berdasarkan ruang/space, iklan dibedakan iklan baris dan
displai. Iklan baris adalah iklan yang menggunakan bahasa singkat dan padat. Iklan
baris biasanya disusun berdasarkan golongan yang sama. Misalnya: iklan penjualan
rumah masuk dalam kolom properti atau rumah dijual.
Iklan lowongan pekerjaan dan mencari pekerjaan masuk golongan karier, misalnya:
pada setiap surat kabar penggolongan iklan diberi nama yang berbeda-beda. Iklan
baris memiliki beberapa komponen, yaitu: komponen aktivitas, produk yang
diiklankan, spesifikasi produk, dan identitas pengiklan.
Syarat-syarat Iklan adalah sebagai berikut:
1. Dibuat dalam format kolom dan baris, hal ini untuk menghemat biaya
pemasangan karena penghitungan biaya berdasarkan jumlah baris .
2. Menggunakan singkatan atau akronim yang lazim digunakan, seperti: dijual= djl,
cepat=cpt, murah=mrh, rumah=rmh.
3. Ditulis dengan ukuran yang sama, jumlah baris masimal 6 baris dan minimal 3
baris.
4. Bahasa singkat, padat, hemat, bahasa yang digunakan sesingkat mungkin.
Namun, mengandung informasi yang padat sesuai dengan keinginan pemasang
iklan .
5. Disusun berdasarkan jenis yang sama, penggolongan ditentukan oleh staf redaksi
surat kabar/majalah .
43) Kata bentukan asing:
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa,
baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sanskerta, Arab, Portugis,
Belanda, Cina, dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam
bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, unsur asing
yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle,
shuttle cock, dan de l'homme par l'homme. Unsur-unsur itu dipakai dalam konteks
bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara
asing. Kedua, unsur asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan
kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal itu, diusahakan ejaannya disesuaikan dengan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga agar bentuk Indonesianya masih
dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu adalah sebagai berikut.
a (ain Arab dengan a) menjadi 'a
'asr asar
sa'ah saat
manfa'ah manfaat
' (ain Arab) di akhir suku kata menjadi k
ra'yah rakyat
ma'na makna
ruku' rukuk
aa (Belanda) menjadi a
paal pal
baal bal
octaaf oktaf
ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
aerobe aerob
aerodinamics aerodinamika
ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
haemoglobin hemoglobin
haematite hematit
ai tetap ai
trailer trailer
caisson kaison
au tetap au
audiogram audiogram
autotroph autotrof
tautomer tautomer
hydraulic hidraulik
caustic kaustik
c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k
calomel kalomel
construction konstruksi
cubic kubik
coup kup
classification klasifikasi
crystal kristal
c di muka e, i, oe, dan y menjadi s
central sentral
cent sen
cybernetics sibernetika
circulation sirkulasi
cylinder silinder
coelom selom
cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k
accomodation akomodasi
acculturation akulturasi
acclimatization aklimatisasi
accumulation akumulasi
acclamation aklamasi
cc di muka e dan i menjadi ks
accent aksen
accessory aksesori
vaccine vaksin
cch dan ch di muka a, o, dan konsonan menjadi k
saccharin sakarin
charisma karisma
cholera kolera
chromosome kromosom
technique teknik
ch yang lafalnya s atau sy menjadi s
echelon eselon
machine mesin
ch yang lafalnya c menjadi c
chip cip
voucher vocer
China Cina
ck menjadi k
check cek
ticket tiket
ç (Sanskerta) menjadi s
çabda sabda
çastra sastra
d (Arab) menjadi d
darurat darurat
fardu fardu
hadir hadir
e tetap e
effect efek
description deskripsi
synthesis sintesis
ea tetap ea
idealist idealis
habeas habeas
ee (Belanda) menjadi e
stratosfeer stratosfer
systeem sistem
ei tetap ei
eicosane eikosan
eidetic eidetik
einsteinium einsteinium
eo tetap eo
stereo stereo
geometry geometri
zeolite zeolit
eu tetap eu
neutron neutron
eugenol eugenol
europium europium
f (Arab) menjadi f
faqīr fakir
mafhum mafhum
saf saf
f tetap f
fanatic fanatik
factor faktor
fossil fosil
gh menjadi g
sorghum sorgum
gue menjadi ge
igue ige
gigue gige
h (Arab) menjadi h
hakim hakim
tahmid tahmid
ruh roh
i pada awal suku kata di muka vokal tetap i
iambus iambus
ion ion
iota iota
ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i
politiek politik
riem rim
ie tetap ie jika lafalnya bukan i
variety varietas
patient pasien
efficient efisien
kh (Arab) tetap kh
khusus khusus
akhir akhir
ng tetap ng
contingent kontingen
congres kongres
linguistics linguistik
oe (oi Yunani) menjadi e
oestrogen estrogen
oenology enologi
foetus fetus
oo (Belanda) menjadi o
komfoor kompor
provoost provos
oo (Inggris) menjadi u
cartoon kartun
proof pruf
pool pul
oo (vokal ganda) tetap oo
zoology zoologi
coordination koordinasi
ou menjadi u jika lafalnya u
gouverneur gubernur
coupon kupon
contour kontur
ph menjadi f
phase fase
physiology fisiologi
spectograph spektograf
ps tetap ps
pseudo pseudo
psychiatry psikiatri
psychic psikis
psychosomatic psikosomatik
pt tetap pt
pterosaur pterosaur
pteridology pteridologi
ptyalin ptialin
q menjadi k
aquarium akuarium
frequency frekuensi
equator ekuator
q (Arab) menjadi k
qalbu kalbu
haqiqah hakikah
haqq hak
rh menjadi r
rhapsody rapsodi
rhombus rombus
rhythm ritme
rhetoric retorika
s (Arab) menjadi s
salj salju
asiri asiri
hadis hadis
s (Arab) menjadi s
subh subuh
musibah musibah
khusus khusus
sc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi sk
scandium skandium
scotopia skotopia
scutella skutela
sclerosis sklerosis
scriptie skripsi
sc di muka e, i, dan y menjadi s
scenography senografi
scintillation sintilasi
scyphistoma sifistoma
sch di muka vokal menjadi sk
schema skema
schizophrenia skizofrenia
scholasticism skolastisisme
t di muka i menjadi s jika lafalnya s
ratio rasio
actie aksi
patient pasien
t (Arab) menjadi t
ta'ah taat
mutlaq mutlak
Lut Lut
th menjadi t
theocracy teokrasi
orthography ortografi
thiopental tiopental
thrombosis trombosis
methode
(Belanda)metode
u tetap u
unit unit
nucleolus nukleolus
structure struktur
institute institut
ua tetap ua
dualisme dualisme
aquarium akuarium
ue tetap ue
suede sued
duet duet
ui tetap ui
equinox ekuinoks
conduite konduite
uo tetap uo
fluorescein fluoresein
quorum kuorum
quota kuota
uu menjadi u
prematuur prematur
vacuum vakum
v tetap v
vitamin vitamin
television televisi
cavalry kavaleri
w (Arab) tetap w
jadwal jadwal
marwa marwa
taqwa takwa
x pada awal kata tetap x
xanthate xantat
xenon xenon
xylophone xilofon
x pada posisi lain menjadi ks
executive eksekutif
taxi taksi
exudation eksudasi
latex lateks
xc di muka e dan i menjadi ks
exception eksepsi
excess ekses
excision eksisi
excitation eksitasi
xc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk
excavation ekskavasi
excommunication ekskomunikasi
excursive ekskursif
exclusive eksklusif
y tetap y jika lafalnya y
yakitori yakitori
yangonin yangonin
yen yen
yuan yuan
y menjadi i jika lafalnya i
yttrium itrium
dynamo dinamo
propyl propil
psychology psikologi
z tetap z
zenith zenit
zirconium zirkonium
zodiac zodiak
zygote zigot
z (Arab) menjadi z
zalim zalim
hafiz hafiz
Konsonan ganda menjadi tunggal, kecuali kalau dapat membingungkan.
Misalnya:
gabbro gabro
accu aki
effect efek
commission komisi
ferrum ferum
salfeggio salfegio
ummat umat
tammat tamat
Tetapi:
mass massa
Catatan:
1. Unsur serapan yang sudah lazim dieja sesuai dengan ejaan bahasa
Indonesia tidak perlu lagi diubah.
Misalnya:
bengkel, kabar, nalar, paham, perlu, sirsak
2. Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x
diterima sebagai bagian abjad bahasa Indonesia, unsur yang
mengandung kedua huruf itu diindonesiakan menurut kaidah yang
dipaparkan di atas. Kedua huruf itu dipergunakan dalam
penggunaan tertentu saja, seperti dalam pembedaan nama dan
istilah khusus.
Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, di bawah ini
didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa
Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti
standardisasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh di samping kata standar,
efek, dan implemen.
-aat (Belanda) menjadi -at
advocaat advokat
-age menjadi -ase
percentage persentase
etalage etalase
-al (Inggris), -eel (Belanda), -aal (Belanda) menjadi -al
structural, structureel struktural
formal, formeel formal
normal, normaal normal
-ant menjadi -an
accountant akuntan
informant informan
-archy, -archie (Belanda) menjadi -arki
anarchy, anarchie anarki
oligarchy, oligarchie oligarki
-ary, -air (Belanda) menjadi -er
complementary, complementair komplementer
primary, primair primer
secondary, secundair sekunder
-(a)tion, -(a)tie (Belanda) menjadi -asi, -si
action, actie aksi
publication, publicatie publikasi
-eel (Belanda) menjadi -el
ideëel ideel
materieel materiel
moreel morel
-ein tetap -ein
casein kasein
protein protein
-i (Arab) tetap -i
haqiqi hakiki
insani insani
jasmani jasmani
-ic, -ics, -ique, -iek, -ica (Belanda) menjadi -ik, -ika
logic, logica logika
phonetics, phonetiek fonetik
physics, physica fisika
dialectics, dialektica dialektika
technique, techniek teknik
-ic, -isch (adjektiva Belanda) menjadi -ik
electronic, elektronisch elektronik
mechanic, mechanisch mekanik
ballistic, ballistisch balistik
-ical, -isch (Belanda) menjadi -is
economical, economisch ekonomis
practical, practisch praktis
logical, logisch logis
-ile, -iel menjadi -il
percentile, percentiel persentil
mobile, mobiel mobil
-ism, -isme (Belanda) menjadi -isme
modernism, modernisme modernisme
communism, communisme komunisme
-ist menjadi -is
publicist publisis
egoist egois
-ive, -ief (Belanda) menjadi -if
descriptive, descriptief deskriptif
demonstrative, demonstratief demonstratif
-iyyah, -iyyat (Arab) menjadi -iah
alamiyyah alamiah
aliyyah aliah
ilmiyyah ilmiah
-logue menjadi -log
catalogue catalog
dialogue dialog
-logy, -logie (Belanda) menjadi -logi
technology, technologie teknologi
physiology, physiologie fisiologi
analogy, analogie analogi
-loog (Belanda) menjadi -log
analoog analog
epiloog epilog
-oid, -oide (Belanda) menjadi -oid
hominoid, hominoide hominoid
anthropoid, anthropoide antropoid
-oir(e) menjadi -oar
trotoir trotoar
repertoire repertoar
-or, -eur (Belanda) menjadi -ur, -ir
director, directeur direktur
inspector, inspecteur inspektur
amateur amatir
formateur formatur
-or tetap -or
dictator diktator
corrector korektor
-ty, -teit (Belanda) menjadi -tas
university, universiteit universitas
quality, kwaliteit kualitas
-ure, -uur (Belanda) menjadi -ur
structure, struktuur struktur
premature, prematuur prematur
Kata serapan asing :
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa
lain, baik dari bahasa daerah (lokal) maupun dari bahasa asing, seperti Sanskerta,
Arab, Portugis, dan Belanda.
Macam-macam Kata Serapan Bahasa Asing
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi
atas 3 golongan besar, yaitu:
Unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia. Unsur
pinjaman ini dapat dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya
masih mengikuti cara asing.
Contoh: reshuffle, shuttle cock, real estate, dan sebagainya.
Unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah
bahasa Indonesia. Diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga
dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Unsur yang sudah lama terserap dalam bahasa Indonesia tidak perlu lagi diubah
ejaannya.
Contoh: otonomi, dongkrak, paham, aki, dan sebagainya
Berikut ini kaidah penyesuaian ejaan unsur serapan dari bahasa asing ke dalam
bahasa Indonesia:
-al, eel, -aal (Belanda) menjadi -al, contoh:
• national menjadi nasional
• rationeel, rational menjadi rasional
• normaal, normal menjadi normal
(Sansekerta) menjadi s- contoh:
• çabda menjadi sabda
• çastra menjadi sastra
oe- (Yunani) menjadi e- contoh:
• oestrogen menjadi estrogen
• oenology menjadi enologi
kh- (Arab) tetap kh- contoh:
• khusus tetap menjadi khusus
• akhir tetap menjadi akhir
oo (Inggris) menjadi u contoh:
• cartoon menjadi kartun
• proof menjadi pruf
44) Imbuhan asing
Yang perlu kita pelajari ialah adanya imbuhan yang berasal dari bahasa asing yang
kadang juga dikenakan pada kata dasar bahasa Indonesia. Kata-kata asing yang
diserap dalam bahasa Indonesia itu pada dasarnya kita pandang sebagai kata dasar.
Namun demikian bentuk-bentuk kata asing itu bermacam-macam, sehingga
memungkinkan kita untuk menganalisis bentuk-bentuk tersebut dan menemukan
awalan atau akhirannya. Kita mengenal kata-kata objek, objektif, objektivitas,
objektivisme, objektivisasi. Dari bentuk tersebut kita menemukan kata dasar objek,
akhiran –if, itas, -isme, -isasi. Di samping kata moral atau sosial kita kenal adanya
amoral, atau asosial. Di samping kata evaluasi kita mengenal devaluasi, di samping
regulasi kita mengenal deregulasi, di samping harmoni kita mengenal disharmoni,
di samping integrasi kita mengenal disintegrasi. Demikianlah kita mengenal adanya
awalan a-, de-, dis-.
Awalan
Awalan-awalan pada kata-kata serapan yang disadari adanya, juga oleh
penutur yang bukan dwibahasawan, adalah sebagai berikut:
a- seperti pada amoral, asosial, anonym, asimetris. Awalan ini mengandung
arti ‘tidak’ atau ‘tidak ber’;
anti- seperti pada antikomunis, antipemerintah, antiklimaks, antimagnet,
antikarat yang artinya ‘melawan’ atau ‘bertentangan dengan’;
bi- misalnya pada bilateral, biseksual, bilingual, bikonveks. Awalan ini artinya
‘dua’;
de- seperti pada dehidrasi, devaluasi, dehumanisasi, deregulasi. Awalan ini
artinya ‘meniadakan’ atau ‘menghilangkan’;
eks- seperti pada eks-prajurit, eks-presiden, eks-karyawan, eks-partai
terlarang. Awalan ini artinya ‘bekas’ yang sekarang dinyatakan dengan kata
‘mantan’.
ekstra- seperti pada ekstra-universiter, ekstra-terestrial, ekstra linguistic,
kadang juga dipakai pada kata-kata bahasa Indonesia sendiri. Contoh: ekstra-
ketat, ekstra-hati-hati. Awalan ini artinya ‘tambah’, ‘diluar’, atau ‘sangat’;
hiper- misalnya pada hipertensi, hiperseksual, hipersensitif. Awalan ini artinya
‘lebih’ atau ‘sangat’;
in- misalnya pada kata inkonvensional, inaktif, intransitive. Awalan ini artinya
‘tidak’;
infra- misalnya pada infrastruktur, inframerah, infrasonic. Awalan ini artinya
‘di tengah’;
intra- misalnya pada intrauniversiter, intramolekuler. Awalan ini artinya ‘di
dalam’;
inter- misalnya interdental, internasional, interisuler, yang biasa di
Indonesiakan dengan antar-;
ko- misalnya pada kokulikuler, koinsidental, kopilot, kopromotor. Awalan ini
artinya ‘bersama-sama’ atau ‘beserta’;
kontra- misalnya pada kontrarevolusi, kontradiksi, kontrasepsi. Awalan ini
artinya ‘berlawanan’ atau ‘menentang’;
makro- misalnya pada makrokosmos, makroekonomi, makrolinguistik. Awalan
ini artinya ‘besar’ atau ‘dalam arti luas’;
mikro- seperti pada mikroorganisme, mikrokosmos, microfilm. Awalan ini
artinya ‘kecil’ atau ‘renik’;
multi- seperti pada multipartai, multijutawan, multikompleks, multilateral,
multilingual. Awalan ini artinya ‘banyak’;
neo- seperti pada neokolonialisme, neofeodalisme, neorealisme. Awalan ini
artinya ‘baru’;
non- seperti pada nongelar, nonminyak, nonmigas, nonberas, nonOpec.
Awalan ini artinya ‘bukan’ atau ‘tidak ber-‘.
Akhiran
Pada kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia kita jumpai
akhiran-akhiran seperti berikut:
–al misalnya pada actual, structural, emosional, intelektual. Kata-kata yang
berakhiran –al ini tergolong kata sifat;
–asi/isasi misalnya pada afiksasi, konfirmasi, nasionalisasi, kaderisasi,
komputerisasi. Akhiran tersebut menyatakan ‘proses menjadikan’ atau
‘penambahan’;
–asme misalnya pada pleonasme, aktualisme, sarkasme, antusiasme. Akhiran
ini menyatakan kata benda;
–er seperti pada primer, sekunder, arbitrer, elementer. Akhiran ini menyatakan
sifat;
–et seperti pada operet, mayoret, sigaret, novelete. Akhiran ini menyatakan
pengertian ‘kecil’. Jadi operet itu ‘opera kecil’, novelet itu ‘novel kecil’;
–i/wi/iah misalnya pada hakiki, maknawi, asasi, asali, duniawi, gerejani,
insani, harfiah, unsuriyah, wujudiyah. Akhiran-akhiran ini menyatakan sifat;
–if misalnya pada aktif, transitif, obyektif, agentif, naratif. Akhiran ini
menyatakan sifat;
–ik 1 seperti pada linguistic, statistic, semantic, dedaktik. Akhiran ini
menyatakan ‘benda’ dalam arti ‘bidang ilmu’;
-ik 2 seperti pada spesifik, unik, karakteristik, fanatic, otentik. Akhiran ini
menyatakan sifat;
-il seperti pada idiil, materiil, moril. Akhiran ini menyatakan sifat. Pada kata-
kata lain kata-kata ini diganti dengan –al;
–is 1 pada kata praktis, ekonomis, yuridis, praktis, legendaries, apatis.
Akhiran ini menyatakan sifat;
-is 2 pada kata ateis, novelis, sukarnois, Marxis, prosaic, esei. Akhiran ini
menyatakan orang yang mempunyai faham seperti disebut dalam kata dasar,
atau orang yang ahli menulis dalam bentuk seperti yang disebut di dalam kata
dasar;
-isme seperti pada nasionalisme, patriotisme, Hinduisme, bapakisme. Isme
artinya ‘faham’;
–logi seperti pada filologi, sosiologi, etimologi, kelirumologi, -logi artinya
‘ilmu’;
–ir seperti pada mariner, avonturir, banker. Akhiran ini menyatakan orang
yang bekerja pada bidang atau orang yang mempunyai kegemaran ber-;
–or seperti pada editor, operator, deklamator, noderator. Akhiran ini artinya
orang yang bertindak sebagai orang yang mempunyai kepandaian seperti yang
tersebut pada kata dasar;
–ur seperti pada donator, redaktur, kondektur, debitur, direktur. Akhiran ini
seperti yang di atas menyatakan agentif atau pelaku;
–itas seperti pada aktualitas, objektivitas, universitas, produktivitas. Akhiran
ini menyatakan benda.
45) Ikhtisar:
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rangkuman dan ikhtisar tidak
dibedakan. Akan tertapi, sebenarnya antara rangkuman dengan ikhtisar terdapat
sedikit perbedaan. Untuk mengetahui perbedaan di antara keduanya, berikut ini akan
diuraikan satu per satu.
Ikhtisar adalah tulisan ringkas yang berisi pokok persoalan dalam sebuah
bacaan. Dalam pembuatan ikhtisar, penulis dapat langsung mengungkapkan
persoalan dari suatu bahan bacaan atau pembicaraan yang akan diikhtisarkan.
Penulis dapat membuat catatan atau memberi tanda tertentu pada bagian-bagian
penting dalam bacaan yang akan diikhtisarkan ketika membaca.
Dalam membuat ikhtisar, urutan isi tidak perlu dipersoalkan dan bahasa
disusun dengan gaya bahasa yang mudah sehingga dapat dipahami oleh
pembacanya. Dalam membuat ikhtisar dapat pula dilakukan dengan cara
menyesuaikan bahasa ikhtisar dengan pembaca atau yang akan memahami ikhtisar
tersebut. Penulis dapat pula memberikan penafsiran isi bacaan sesuai dengan kajian
ilmu yang didalaminya, namun tetap mempertahankan pokok persoalan yang
diungkapkan.
Langkah-langkah menyusun ikhtisar tak ubahnya dengan langkah-langkah
menyusun rangkuman. Hanya saja, setelah membaca bacaan yang akan
diikhtisarkan, penulis dapat langsung menambah dengan pengetahuan yang dimiliki
yang sesuai dengan bahan kajian dalam bacaan yang akan diikhtisarkan. Hasil
penggabungan tersebut selanjutnya ditulis kembali dalam sebuah ikhtisar yang
koheren.
Sedangkan rangkuman merupakan hasil kegiatan merangkum. Rangkuman
dapat diartikan sebagai suatu hasil merangkum atau meringkas suatu tulisan atau
pembicaraan menjadi suatu uraian yang lebih singkat dengan perbandingan secara
proporsional antara bagian yang dirangkum dengan rangkumannya (Djuharni, 2001).
Rangkuman dapat pula diartikan sebagai hasil merangkai atau menyatukan pokok-
pokok pembicaraan atau tulisan yang terpencar dalam bentuk pokok-pokoknya saja.
Rangkuman sering disebut juga ringkasan, yaitu bentuk ringkas dari suatu
uraian atau pembicaraan, sedangkan ikhtisar disebut juga intisari dari suatu uraian
atau pembicaraan. Pada tulisan jenis rangkuman, urutan isi bagian demi bagian, dan
sudut pandang (pendapat) pengarang tetap diperhatikan dan dipertahankan. Hal itu
berbeda dengan ikhtisar. Ikhtisar juga merupakan bentuk ringkas dari suatu uraian
atau pembicaraan, namun dalam pembuatannya tidak perlu mempertahankan urutan
isi dari suatu karangan secara proporsional. Penulisan ikhtisar bisa saja langsung
tertuju pada pokok permasalahan.
Untuk dapat menghasilkan sebuah rangkuman yang baik, seorang penulis
pemula perlu memperhatikan empat hal pokok, yaitu: (1) mampu membaca dengan
baik bacaan yang akan dirangkum, (2) mampu memahami isi secara utuh terhadap
bacaan yang akan dirangkum, (3) mampu menemukan ide-ide pokok ataupun
kalimat topik dalam bacaan yang akan dirangkum, serta (4) mampu menyusun
kembali ide-ide maupun kalimat topik yang telah ditemukan menjadi sebuah tulisan
utuh dan koheren.
Untuk mencapai hal di atas, langkah-langkah yang harus ditempuh bagi
seorang penulis rangkuman adalah sebagai berikut.
a. Perangkum harus membaca uraian asli pengarang sampai tuntas agar
memperoleh gambaran atau kesan umum dan sudut pandang pengarang.
Pembacaan hendaklah dilakukan secara saksama dan diulang sampai dua
atau tiga kali untuk dapat memahami isi bacaan secara utuh.
b. Perangkum membaca kembali bacaan yang akan dirangkum dengan membuat
catatan pikiran utama atau menandai pikiran utama setiap uraian untuk
setiap bagian atau setiap paragraf.
c. Dengan berpedoman hasil catatan, perangkum mulai membuat rangkuman
dan menyusun kalimat-kalimat yang bertolak dari hasil catatan dengan
menggunakan bahasa perangkum sendiri. Hanya saja, apabila perangkum
merasa ada yang kurang enak, perangkum dapat membuka kembali bacaan
yang akan dirangkum.
d. Perangkum perlu membaca kembali hasil rangkuman dan mengadakan
perbaikan apabila dirasa ada kalimat yang kurang koheren.
e. Perangkum perlu menulis kembali hasil rangkumannya berdasarkan hasil
perbaikan dan memastikan bahwa rangkuman yang dihasilkan lebih pendek
dibanding dengan bacaan yang dirangkum.
Hal yang juga harus mendapat perhatian dari penulis rangkuman adalah tidak
memberikan penafsiran baru terhadap suatu pengertian yang diuraikan oleh
pengarang asli. Selain itu, perangkum tidak boleh memasukkan hasil pemikirannya
sendiri ke dalam rangkuman sebab akan mengaburkan pengertian gagasan yang
diungkapkan oleh pengarang asli.
Pelatihan menulis rangkuman dapat dilakukan dengan memberikan berbagai
pertanyaan yang berhubungan dengan bacaan yang akan dirangkum. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut disusun berdasarkan urut-urutan paragraf atau urutan topik
dalam bacaan agar tidak mengubah urutan topik bacaan asli. Jawaban pertanyaan
tersebut dapat diungkapkan dalam kalimat tunggal, kalimat majemuk, ataupun
sebuah uraian singkat berdasarkan keinginan perangkum.
46) Pungtuasi:
Adalah tanda grafis yg digunakan secara konvensional untuk memisahkan pelbagai
bagian dr satuan bahasa tertulis; tanda baca (nomina).
Pungtuasi yang lazim digunakan dewasa ini didasarkan atas nada dan lagu
(suprasegmental), dan sebagian didasarkan atas relasi gramatikal, frase, dan inter
relasi antar bagian kalimat (hubungan sintaksis). Tanda-tanda tersebut adalah:
TITIK
Titik atau perhentian akhir biasanya dilambangkan dengan (.). Tanda ini
lazimnya dipakai untuk :
1.Menyatakan akhir dari sebuah tutur atau kalimat.
Contoh:
Bapak sudah pergi ke kantor.
Tidak ada yang perlu ditakuti.
Ada kalangan yang menganggap cara dramatik itu sebagai cara yang terbaik.
Karena kalimat tanya dan kalimat perintah atau seru mengandung pula
pengertian perhentian akhir, yaitu berakhirnya tutur, maka tanda tannya dan
tanda seru yang digunakan dalam kalimat-kalimat tersebut selalu
mengandung sebuah tanda titik.
Contoh:
Kamu sudah mendengar berita itu?
Apa yang diinginkan?
Pergilah dari sini!
Aduh, sialnya nasibku!
2.Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan
singkatan kata atau ungkapan yang sudah lazim. Pada singkatan kata yang
sudah terdiri dari tiga huruf atau lebih yang dipakai satu titik.
Contoh:
a.n. (atas nama)
Dr. (Dokter)
d.a. (dengan alamat)
Ir. (Insinyur)
u.b (untuk beliau)
Kol. (Kolonel)
dkk. (dan kawan-kawan)
M.Sc. (Master of Science)
dll. (dan lain-lain)
S.H. (Sarjana Hukum)
dst. (dan seterusnya)
Drs.(Doktorandus)
tsb. (tersebut)
M.A.(Master of arts)
Yth. (yang terhormat)
Semua singkata kata yang menggunakan inisial atau akronim tidak
menggunakan titik : DPR, MPR, ABRI, Hankam, Kopkamtib, ampera,
Lemhanas, dsb.
3.Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan
seterusnya yang menunjukkan jumlah; juga dipakai untuk memisahkan angka
jam, menit dan titik .
Contoh:
1.000
123.000
154.375.000
pukul 5.45.42 (pukul lima 45 menit 42 detik)
KOMA
Koma atau perhentian antara yang menunjukkan suara menarik ditengah-
tengah tutur, biasanya dilambangkan dengan tanda (,). Disamping untuk
menyatakan perhentian antara (dalam kalimat), koma juga dipakai untuk
beberapa tujuan tertentu.
Dalam hal-hal berikut dapat digunakan tanda koma :
1. Untuk memisahkan bagian-bagian kalimat, antara kalimat setara yang
menyatakan pertentangan, antara anak kalimat dan induk kalimat, dan antara
anak kalimat dan anak kalimat.
Contoh:
Ia sudah berusaha sekuat tenaga, tetapi maksudnya tidak tercapai.
Mereka bukan mengerjakan apa yang diperintahkan, melainkan bermalas
malasan.
Nenek mengatakan dengan bangga, bahwa mereka adalah keturunan petani
yang kuat-kuat, yang pantang mengalah dengan raksasa alam, dan tidak lupa
beliau bercerita tentang tanggul sungai yang arsiteknya beliau rencanakan
sendiri.
Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa dalam usaha penyempurnaan
ejaan bahasa Indonesia, lebih dahulu harus ditentukan secara deskriptif tata
fonem bahasa Indonesia sebelum dilakukan pemilihan huruf bagi fonem-
fonemnya.
2.Koma digunakan untuk menandai suatu bentuk parentetis (keterangan-
keterangan tambahan yang biasanya ditempatkan juga dalam kurung) dan
unsur-unsur yang tak restriktif :
Contoh:
Pertama, tulislah nama saudara diatas kertas itu.
Kedatangannya, seperti yang diinginkan dari dulu, tidak disambut dengan
upacara besar-besaran.
3.Tanda koma digunaka untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
apabila anak kalimat mendahului induk kalimatnya, atau untuk memisahkan
induk kalimat dengan sebuah bagian pengantar yang terletak sebelum induk
kalimat.
Contoh:
Bila hujan behenti, ia akan mulai menanami sawahnya.
Karena marah, ia meninggalkan kami.
Sebagai pembuka acara ini, kami persilahkan hadirin berdiri untuk
menyanyikan lagu kebangsaan.
4.Koma digunakan untuk menceraikan kata yang disebut berturut-turut :
Contoh:
Ia membeli seekor ayam, dua ekor kambing, dan lima puluh kilo gula sebagai
oleh-oleh untuk orang tuanya.
Realita kehidupan penuh kaidah, aturan-aturan, ukuran-ukuran, dan hukum-
hukum yang memberikan arti pada keselarasan hidup itu sendiri.
5.Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan transisi yang terdapat
pada awal kalimat, misalnya : jadi, oleh karena itu, lagi pula, meskipun
begitu, akan tetapi, disamping itu, dlsb.
Contoh:
Biarpun demikian, pelajar-pelajar yang berkualitas baik tidak sepenuhnya
tertampung dalam universitas-universitas.
Oleh karena itu, sudah tibalah waktunya bagi kita untuk menata kembali
kehidupan di kampus ini.
6.Koma selalu digunakan untuk menghindari salah baca atau keragu-raguan.
Contoh:
Meragukan : Diluar rumah kelihatan suram.
J e l a s : diluar, rumah kelihatan suram.
J e l a s : diluar rumah, kelihatan suram.
7.Koma dipakai untuk menandakan seseorang yang diajak bicara.
Contoh:
Saya mendoakan, Yanto, agar engkau selalu berhasil dalam usahamu.
Saya setuju, saudara.
8.Koma dipakai juga untuk memisahkan aposisi dari kata yang diterangkan.
Contoh:
Jendral Sudirman, Pemimpin Tertinggi Tentara Indonesia, dengan sekuat
tenaga berusaha untuk menyelamatkan rakyat Indonesia.Orang tuanya, Pak
Amin, telah meninggal dunia tadi malam.
9.Koma dipakai untuk memisahkan kata-kata afektif seperti o, ya, wah, aduh,
kasihan, dari bagian kalimat lainnya.
Contoh:
Aduh, betapa sedihnya nasibnya.
Wah, sungguh hebat hasil yang mereka capai.
O begitu, kami baru mengerti sekarang.
10.Tanda koma dipakai untuk memisahkan sebuah ucapan langsung dari
bagian kalimat lainnya.
Contoh:
Kata ayah, “Saya akan mengurus sendiri persoalan ini”.
11.Koma digunakan juga untuk beberapa maksud berikut:
a. Memisahkan nama dan alamat, bagian-bagian alamat, tempat dan tinggal.
b. Menceraikan bagian nama yang dibalikkan (untuk referensi, misalnya).
c. Memisahkan nama keluarga dari gelar akademik.
d. Untuk menyatakan angka desimal.
Contoh :
Bila anda ingin menyurati saya, harap dialamatkan ke : Fakultas Sastra
Universitas Indonesia, Jln. Dasksinapati , Rawamangun, Jakarta.
Mulyana, Slamet ( namanya sebetulnya Slamet Mulyono )
A.k.Pardede,as.as.,M..A.
Tanah ini panjangnya 25,50m
47) Konjungsi:
Konjungsi adalah kata atau ungkapan penghubung antarkata,antarfrasa,antar
klausa,antarkalimat.
Konjungsi ini digunakan dalam kalimat korelatif,kalimat korelatif adalah kalimat
yang menghubungkan suatu hal dalm keadaan yang sama atau status sintaksis yang
sama.
KONJUNGSI
(KATA PENGHUBUNG)
Koordinatif Subordinatif Korelatif
1. Menggabungkan:
Dan, serta, lalu,
kemudian
2. Memilih:
Atau
3.
Mempertentangkan:
Sedangkan, tetapi,
melainkan
1. Hubungan waktu:
Setelah, sebelum, ketika
2. Hubungan sebab:
Sebab, karena
3. Hubungan akibat:
Sehingga, maka, karena itu
4. Hubungan tujuan:
Agar, tujuan
5. Hubungan konsesif:
Walaupun, meskipun
1. Baik…maupun…
2. Tidak hanya…tetapi
juga…
3. Bukan hanya…
melainkan juga…
4. Demikian…sehingga
5. Sedemikian rupa…
sehingga
6. Apakah…atau..
7. Entah…entah…
8. Jangankan…pun…
Contoh:
1. Penggunaan konjungsi baik.. maupun..
a. Ibu membeli sembako ditoko Serba Murah
b. Ayah setuju membeli sembako ditoko serba murah
c. Baik ayah maupun ibu setuju membeli sembako ditoko serba murah
2. Menggunakan konjungsi entah.. entah..
a. Ratna akan pergi ke pesta santo
b. Ratna akan datang,tidak jadi datang
c. Ratna akan pergi kepesta santo entah dating,entah tidak jadi dating
3. Menggunakan konjungsi atau..atau..
a. Harga kebutuhan pokok banyak yang menyesuaikan
b. Harga kebutuhan pokok selalu naik,tambah mahal
c. Harga kebutuhan pokok banyak yang menyesuaikan atau selalu naik
atau tambah mahal.
48) Penulisan judul yang tepat:
1. Judul harus mencantumkan atau menggambarkan topik yang diteliti atau dibahas
dengan jelas,
contohnya:.
Topik : Mengoptimalkan auditor internal pada yayasan sosial PT Sampoerna untuk
mengurangi penyimpangan keuangan yang dilakukan pengurus
Judul :
Optimalisasi Peran Auditor
Internal sebagai Upaya
Meminimalkan Tindak
Penyimpangan pada Yayasan
Sosial PT Sampoerna
2. Judul harus jelas sehingga mudah dipahami dengan mendahulukan topik, disusul
objek dan tempat penelitian, serta lainnya, contohnya..
Judul yang tidak jelas:
Studi Perbandingan antara Kinerja
Perusahaan Domestik yang Baik dan
Tidak Baik dengan Perusahaan Asing
yang Baik dan Tidak Baik dengan
Menggunakan Analisis Rasio Modal
Saham di Jawa Tengah
Judul yang Jelas:
Perbandingan Kinerja Perusahaan
Domestik dan Asing di Jawa Tengah
berdasarkan Analisis Rasio Modal
Saham
3. Judul tidak boleh dinyatakan dalam bentuk puitis, yakni mengandung makna kiasan
atau bukan makna sebenarnya/lugas, contohnya:.
Judul yang puitis:
Menyingkap Tabir Penyimpangan
Pengelolaan Pajak Balik Nama
Kendaraan Bermotor di DKI Jakarta
Judul yang ilmiah:
Penyimpangan Pengelolaan Pajak Balik
Nama Kendaraan Bermotor di DKI
Jakarta: Faktor-faktor Penyebab dan
Upaya Mengatasinya
4. Judul harus singkat tetapi tidak terlalu umum dan luas sehingga menampakkan topik
spesifik yang dibahas.
Contoh judul yang terlalu singkat tetapi terlalu umum
Auditor Internal pada Perusahaan
Asing
Contoh judul yang singkat tetapi spesifik
Fungsi dan Kedudukan Auditor Internal pada PT Coca Cola
5. Pernyataan/rumusan judul dalam bentuk frasa berita, tidak boleh dalam bentuk tanya,
misalnya “Bagaimanakah Fungsi dan Kedudukan Auditor Internal pada PT Coca
Cola?”
6. Judul ditulis dengan penalaran bahasa yang logis, dalam pengertian memiliki
penalaran yang dapat diterima oleh logika bidang ilmu tertentu
Contoh yang tidak logis:
Kemampuan Menulis Karya Ilmiah pada Mahasiswa Universitas Sebelas Maret: Studi
Perbandingan Mahasiswa di Kecamatan Banjarsari dan Laweyan Surakarta
Contoh yang logis:
Kemampuan Menulis Karya Ilmiah Mahasiswa Universitas Sebelas Maret: Studi
Perbandingan antara Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Fakultas Teknik.
7. Judul harus memenuhi syarat kebahasaan, antara lain ditulis dalan bentuk frase,
dihindarkan dari singkatan umum, dan dituliskan dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan
Contoh judul yang tidak memenuhi syarat kebahasaan:
Audit Eksternal secara Berkala merupakan Upaya Mengatasi daripada Penyimpangan
Pembiayaan Jamkesmas pada RSR Pemerintah di Kota Surakarta
Kesalahan pertama pada judul di atas adalah pada strukturnya karena berupa kalimat
yang ditandai adanya subjek (audit eksternal secara berkala) dan predikat (merupakan
upaya mengatasi …), sedangkan yang benar adalah berupa frase (tidak berstruktur S-
P). Kedua, pemakaian kata depan daripada yang sebenarnya tidak perlu. Yang ketiga
adalah adanya penyingkatan kata yang tidak lazim, yaitu Jamkesmas dan RSR yang
merupakan kepanjangan dari jaminan kesehatan masyarakat dan rumah sakit rujukan.
Karena itu, susunan judul yang tepat adalah sebagai berikut ini:
Upaya Mengatasi Penyimpangan Pembiayaan Jaminan Kesehatan Masyarakat pada
Rumah Sakit Rujukan Pemerintah di Kota Surakarta melalui Audit Eksternal secara
Berkala
49) Penulisan tentang idiom:
1. Idiom (Ungkapan)
Idiom adalah ungkapan bahasa berupa gabungan kata (frase) yang maknanya sudah
menyatu dan tidak dapat ditafsirkan dengan makna unsur yang
membentuknya.
Contoh:
(1) selaras dengan, insaf akan, berbicara tentang, terima kasih atas, berdasarkan
pada/kepada.
(2) membanting tulang, bertekuk lutut, mengadu domba, menarik hati, berkeras
kepala
Pada contoh (1) terlihat bahwa kata tugas dengan, akan, tentang, atas, dan
pada/kepada dengan kata-kata yang digabunginya merupakan ungkapan tetap
sehingga tidak dapat diubah atau digantikan dengan kata tugas yang
lain.Demikian pula pada contoh (2). Idiom-idiom tersebut tidak dapat diubah
dengan kata-kata yang lain.
1.1 Idiom dengan Bagian Tubuh
a. hati kecil = maksud yang sebenarnya
kecil hati = agak marah; penakut
besar hati = a) sombong; b) bangga
hati terbuka = senang hati
berat hati = kurang suka melakukan
lapang hati = sabar
tinggi hati = sombong
setengah hati = segan-segan
berkeras hati = a) menurut kemauannya sendiri; b) tidak mau mundur
jatuh hati = menjadi cinta
mendua hati = bimbang
sampai hati = tega
berhati jantung = berperasaan halis
berhati batu = tidak menaruh belas kasihan
berhati tungau = penakut
mengandung hati = a) menaruh dendam; b) merasa cinta
b. darah daging = anak kandung; keluarga
mendarah daging = sudah menjadi kebiasaan
darah panas = pemarah
darah putih = keturunan bangsawan
mengisap darah = terlalu banyak mengambil dari orang lain
mandi darah = berperang hebat sekali sehingga banyak yang luka atau mati
naik darah = marah
tumpah darah = tanah air
c. kepala angin = bodoh
kepala batu = tidak mau menurut perintah orang lain
berat kepala = tidak mudah mengerti
kepala dingin = tenang dan sabar
ringan kepala = mudah belajar
kepala udang = bodoh sekali
tergadai kepala = malu sekali
orang berkepala dua = memihak ke sana ke sini
d. muka masam = rupa muka yang menyatakan perasaan kecewa
tebal muka = tak mempunyai rasa malu
kehilangan muka = mendapat malu
mencari muka = berbuat sesuatu agar dipuji orang
tarik muka dua belas = sangat kecewa
tatap muka (bersemuka) = berhadapan muka
e. melihat dengan mata kepala = secara langsung
memasang mata = melihat baik-baik
membuang mata = melihat-lihat
terbuka matanya = mulai tahu/mengerti
mata telinga = kaki tangan
mata hati = perasaan dalam hati
f. mulut manis = lemah lembut dan sangat menarik hati tutur katanya
berat mulut = tak suka berbicara
besar mulut = suka membual/menyombong
buah mulut = sebut-sebutan; yang selalu dipercakapkan orang
gatal mulut = selalu hendak berkata-kata apa saja
panjang mulut = suka menyampaikan perkataan orang kepada orang lain dan
ditambah-tambah
ringan mulut = suka berbicara/bertanya
tutup mulut = diam
cepat mulut = lancang
perang mulut = berbantah
keras mulut = tidak mudah menurut (tentang kuda)
g. berat bibir = tidak peramah; pendiam
tipis bibir = pandai benar berkata-kata; cerewet
menghapus bibir = kecewa; tak berhasil
buah bibir = yang selalu menjadi pembicaraan orang
panjang bibir = suka menyampaikan perkataan orang (mengadu)
h. lidah api = ujung nyala api
keras lidah = tak pandai melafalkan kata-kata asing
lidah bercabang = perkataannya selalu berubah-ubah
pahit lidah = apa yang dikatakan selalu terbukti manjur
panjang lidah = suka mengadu
patah lidah = a) tidak betul mengucapkan kata-kata; pelat
b) tidak pandai berkata-kata
c) terdiam (tak dapat menjawab/berkata-kata lagi)
ringan lidah = lancar dan fasih tutur katanya
cepat lidah = lancang mulut; suka mengeluarkan kata-kata yang kurang baik
mengerat lidah = memenggal/menyela kata orang
tergelincir lidah = salah mengatakan
tergigit lidah = a) tidak mempunyai rasa malu
b) tak berani berkata terus terang karena sudah berhutang budi
terkalang lidah = tak berani membantah/menjawab
berlidah dua = tidak teguh pendirian; mudah berpihak pada orang lain
i. tebal telinga = tak mau mendengarkan kata orang
tipis telinga = lekas marah kalau mendengar kata yang kurang baik
memberi telinga = suka mendengarkannya
terangin-angin ke telinga = kedengaran tentang desas-desus
memasang telinga = mendengar-dengarkan kabar
j. alas perut = sarapan
duduk perut = mengandung
membawa perut= datang ke rumah orang untuk makan
buruk perut = mudah kena penyakit
buta perut = asal makan saja; tak peduli rasa makanan
k. tangan besi = tindakan/kekuasaan keras
tangan kanan = pembantu yang utama
tangan dingin = segala yang ditanam, diobati, dan sebagainya selalu berhasil
tangan baik = selalu menang dalam berjudi
tangan turun = selalu kalah dalam berjudi
berat tangan = malas bekerja
buah tangan = barang yang dibawa dari bepergian
hampa tangan = tidak membawa/mendapat apa-apa
makan tangan = kena tinju; beruntung
ringan tangan = suka bekerja
turun tangan = turut campur tangan
berpangku tangan = tidak bekerja apa-apa
l. kaki lima = lantai di muka pintu/di tepi jalan
kaki seribu = berlari ketakutan
kaki telanjang = tidak bersepatu
kaki tangan = pembantu; orang kepercayaan
cepat kaki, ringan tangan = suka membantu
m. bertukar bulu = bertukar pendapat
tidak memandang bulu = tidak memilih-milih kedudukan seseorang
memperlihatkan bulunya = memperlihatkan keadaan yang sebenarnya
berbulu mata melihat = merasa benci sekali
berbulu hatinya = suka mendengki
1.2 Idiom dengan Kata Indera
dingin hati = tidak bergembira/tidak bersemangat
perang dingin = perang tanpa senjata, hanya saling menggertak
tidak lekang oleh panas = tidak berubah sedikitpun
uang panas = uang pinjaman dengan bunga yang banyak; uang yang tidak halal
panas rezeki = sukar mencari rezeki
tertangkap basah = tertangkap ketika sedang melakukan kejahatan
sepala-pala mandi biarlah basah = melakukan sesuatu janganlah setengah-setengah
kering kerontang = kering sekali
kurus kering = kurus sekali
kabar yang hangat = kabar yang baru terjadi dan sedang menarik perhatian umum
(aktual)
sambutan yang hangat = meriah
pengalaman pahit = pengalaman yang tidak menyenangkan
sepahit semanis = bersama-sama dalam suka dan duka
mendapat kopi pahit = mendapat teguran keras/marah
muka manis = menarik hati
kritik yang pedas = keras dan kejam
merasakan asin garam = senang dan susah dalam hidup
tahu asam garamnya = tahu seluk beluknya
panjang akal = tidak picik; pandai mencari akal
menarik napas panjang = mengeluh
pendek permintaan = singkat umurnya
besar kepala = sombong
besar perut = rakus; lahap
besar cakap = suka membual
pakaian kebesaran = kehormatan
orang kecil = rakyat kebanyakan
tinggi rezeki = sukar mencari rezeki
rendah hati = tidak angkuh
rendah budi = hina
luas pengalaman = banyak pengalaman
sempit hati = lekas marah
1.3 Idiom dengan Warna
merah muka = kemalu-maluan
merah telinga = marah sekali
lampu merah = tanda sesuatu yang membahayakan
jago merah = api kebakaran
buku putih = buku yang berisi keterangan pemerintah mengenai suatu peristiwa
politik
berputih tulang = mati
berdarah putih = keturunan bangsawan
hitam di atas putih = dengan tertulis; tidak secara lisan
belum tentu hitam putihnya = ketentuannya
masih hijau = belum berpengalaman
naik kuda hijau = mabuk
lapangan hijau = gelanggang olah raga
lampu hijau = sesuatu yang akan membuat menjadi lancar/lebih baik karena sudah
disetujui/diizinkan
kartu kuning = suatu peringatan dalam sepak bola
mengelabui mata = menipu
1.4 Idiom dengan Nama Benda-benda Alam
jadi bumi langit = orang yang selau diharapkan pertolongannya
dibumihanguskan = dimunaskan/dihancurkan sama sekali
tanah tumpah darah = tanah tempat lahir
gerakan di bawah tanah = gerakan rahasia
makan tanah = miskin sekali
kejatuhan bulan = beruntung besar
menjadi bulan-bulanan = sasaran/tujuan
menentang matahari = melawan orang yang berkuasa
terang bintangnya = beruntung
berbintang naik = mulai mujur
bintang lapangan = pemain yang terbaik
salah air = salah didikan
telah jadi air = habis modalnya/uangnya
pandai berminyak air = pandai bermuka-muka
bersuluh minta api = bertanya tentang sesuatu yang sudah diketahui
semangat berapi-api = berkobar-kobar, bersemangat skali
kabar angin = desas-desus
perasa angin = mudah tersinggung
menangkap angin = sia-sia belaka
hujan jatuh ke pasir = kebaikan yang tidak berbalas
seri gunung = tampak elok jika dilihat dari jauh
rendah gunung tinggi harapan = harapan yang sangat besar
tak lari gunung dikejar = tidak usah tergesa-gesa dalam mengerjakan sesuatu yang
sudah tentu
1.5 Idiom dengan Nama Binatang
kambing hitam = orang yang dipersalahkan
kelas kambing = kelas paling murah
kuda hitam = pemenang yang tak diduga-duga
mengadu domba = mempertentangkan kita dengan kita sendiri
berkulit badak = tidak tahu malu, tidak berperasaan
tenaga badak = kuat sekali
banteng ketaton = mengamuk dengan hebatnya
akal kancil = tipu muslihat yang sanat licik, sangat cerdik
buaya darat = penjahat; orang laki-laki yang gemar kepada perempuan
ular kepala dua = orang yang munafik, ikut ke sana kemari saja
membebek(membeo) = hanya meniru-niru perkataan/perbuatan orang lain
menantikan kucing bertanduk = menantikan sesuatu yang mustahil
membabi buta = melakukan sesuatu dengan menekat saja
buta ayam = mata kabur pada waktu malam
mati ayam = mati konyol
tidur-tidur ayam = sudah tidur tetapi belum lelap benar
kabar burung = kabar yang tidak boleh dipercaya karena belum pasti kebenarannya
otak udang = bodoh sekali
1.6 Idiom dengan Bagian Tumbuh-tumbuhan
pohon kejahatan = asal mula
batang air = sungai
sebatang kara = hidup seorang diri
bercabang hatinya = tidak hanya satu yang dipirkan
lidah bercabang = kata-katanya tidak dapat dipercaya
lari beranting = lari bersambung(estafet)
berurat berakar = sudah mendalam benar
naik daun = 1) selalu menang/beruntung dalam bermain kartu, judi, dan
sebagainya
2) mendapat nasib baik
bunga api = petasan
bunga rampai = kumpulan karangan yang terpilih
bunga kampung = gadis yang tercantik di kampung itu
buah pena = karangan
buah pembicaraan = hasil pembicaraan
biji mata = kekasih
1.7 Idiom dengan Kata Bilangan
bersatu padu = bersatu benar-benar
bersatu hati = seiya sekata
berbadan dua = hamil
tiada duanya = tidak ada bandingannya
telah dua kepalanya = mabuk
mendua hati = ragu-ragu
setengah hati = tidak dengan bersungguh-sungguh
bekerja setengah-setengah = tanggung
jalan tengah = keputusan yang diambil dari dua pendapat secara adil, tidak memihak
salah satu pendapat itu
setengah tiang = pengibaran bendera tanda berduka cita
masuk tiga, keluar empat = membenjakan uang lebih besar dari penghasilannya
pertemuan empat mata = pertemuan hanya dua orang
kaki lima = lantai di muka pinti atau di tepi jalan
tujuh keliling = nama penyakit kepala yang sangat keras
diam seribu bahasa = diam sama sekali, tidak berkata sepatah pun
2. Peribahasa
Peribahasa adalah bahasa berkias berupa kalimat atau kelompok kata yang tetap
susunannya.
2.1 Pepatah
Pepatah ialah sejenis peribahasa yang berisi nasihat atau ajaran dari orang tua.
Contoh :
1. Air tenang menghayutkan.(Orang pendiam tetapi berilmu banyak.)
2. Bermain air basah, bermain api hangus, bermain pisau luka.(Barang siapa yang
melakukan pekerjaan yang berbahaya/jahat, tentu akan kena akibatnya.)
3. Hancur badan dikandung tanah, budi baik dikenang jua.(Budi baik tidak akan
dilupakan orang.)
4. Besar kayu besar bahannya, kecil kayu kecil bahannya.(Jika besar penghasilan,
besar juga pengeluarannya; tetapi jika kecil penghasilannya, kecil juga
pengeluarannya.)
5. Bayang-bayang sepanjang badan.(Apa yang dikerjakan hendaklah disesuaikan
dengan kekuatan diri sendiri.)
6. Setinggi-tinggi terbang bangau, hinggapnya ke kubangan juga.(Walupun ke
mana juga seseorang pergi, kelak tentu kembali ke negeri sendiri.)
7. Ringan sama dijunjung, berat sama dipikul.(Orang yang berkaum
keluarga/bersahabat harus seiya sekata.)
8. Tak ada gading yang tak retak.(semua orang/sesuatu itu tentu ada
kurang/celanya meskipun hanya sedikit.)
9. Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi.(Pelajaran yang tak
sempurna dituntut, tidak ada gunanya.)
10. Ikut hati mati, ikut rasa binasa.(Barang siapa menurutkan hawa nafsu, tentu
akan hancur.)
11. Berjalan pelihara kaki, berkata pelihara lidah.(Dalam sebarang kerja hendaklah
selalu ingat benar.)
12. Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang penggalan.(Kasih ibu kepada
anak tidak ada putus-putusnya, tetapi kasih anak kepada ibu kadang-kadang
sedikit.)
13. Biar lambat asal selamat, tak lari gunung dikejar.(Dalam mengerjakan
pekerjaan tidak perlu tergesa-gesa, harus ingat agar selamat.)
14. Barang siapa menggali lubang, ia juga terperosok ke dalamnya.(Siapa yang
mencari tipu daya yang jahat untuk mencelakakan orang lain, biasanya dia
jugalah yang mendapatkan kesusahan karena tipu dayanya itu.)
15. Mati-mati mandi air basah.(Melakukan sesuatu jangan kepalang tanggung.)
16. Murah dimulut, mahal di timbangan.(Banyak janji tetapi tak ditepati.)
17. Nasi sudah menjadi bubut.(Perbuatan salah yang terlanjur.)
18. Sebab nila setitik rusak susu sebelanga.(Karena kesalahan/cela yang sedikit,
rusak kebaikan yang banyak.)
19. Ukur banyak di badan sendiri.(Mengukur kemampuan orang dengan
kemampuan sendiri.)
20. Panas setahun dihapuskan oleh hujan sehari.(Kebaikan yang banyak hilang
oleh kesalahan yang sedikit.0
21. /Besar pasak daripada tiang.(Belanja lebih besar daripada penghasilan.)
22. Pasar jalan karena diturut, lancar kaji karena diulang.(Pekerjaan yang biasa
dikerjakan tentu mahir.)
23. Rambut sama hitam, hati masing-masing.(Kesukaan setiap orang tidak sama.)
24. Tiada rotan akar pun jadi.(Jika tidak ada yang baik, yang kurang baik pun
dapat digunakan.)
25. Mati semut karena gula.(Manusia dapat dikuasai dengan kata-kata manis.)
2.2 Perumpamaan
Perumpamaan ialah sejenis peribahasa yang berisi perbandingan. Biasanya
menggunakan kata seperti kata : seperti, sebagai, laksana, bagai(kan), bak,dan
sebagainya.
Contoh :
1. Bagai air di daun talas.(Orang yang tak tetap pendirian.)
2. Seperti anak ayam kehilangan induk.(Suatu kaum/keluarga yang terpecah-
pecah karena ditinggalkan oleh orang yang menjadi tempat bergantung.)
3. Seperti anjing berebut tulang.(Hal orang yang tamak memperebutkan harta.)
4. Bagai air dengan tebing.(Hal orang yang sangat kokoh bersahabat dan
bertolong-tolongan.)
5. Seperti bulan dengan matahari.(Hal orang yang sudah sepadan/sejodoh.)
6. Bagai bumi dengan langit.(Hal orang/barang yang jauh sekali bedanya.)
7. Laksana kera dapat bunga.(Hal orang yang tak tahu menghargai barang yang
bagus.)
8. Hati bagai baling-baling.(Pikiran yang tidak tetap.)
9. Bagai hujan jatuh ke pasir.(Berbudi baik kepada orang yang tidak tahu
membalas guna, tentu saja tak kehilangan baginya.)
10. Laksana burung dalam sangkar.( Seseorang yang terikat oleh keadaan.)
11. Bagai diiris dengan sembilu.(Hati yang sangat pedih.)
12. Bagai kerakap di atas batu, hidup enggan mati tak mau.(Hal orang yang sudah
menderita sekali.)
13. Bagai api dengan asap. Bagai kuku dengan daging.(Kasih sayang yang sangatn
akrab.)
14. Bagai kucing dibawakan lidi.(Hal orang yang dalam ketakutan.)
15. Bagai makan buah simalakama, dimakan ibu mati, tak dimakan bapak mati.
(Serba sulit dalam menentukan sikap/tindakan.)
16. Bagai menentang matahari.(Melawan pendapat orang yang lebih berkuasa
tentu akhirnya kalah.)
17. Seperti ilmu padi, kian berisi kian merunduk.(Orang yang berilmu tinggi tidak
akan menyombongkan dirinya.)
18. Seperti pinang dibelah dua.(Hal dua orang yang serupa benar.)
19. Seperti pungguk merindukan bulan.(Mengharap-harapkan sesuatu yang tak
mungkin tercapai.)
20. Bagai rambut dibelah tujuh. Bagai rambut dibelah seribu.(Sesuatu yang sangat
sedikit/kecil.)
21. Bagai berumah di tepi tebing.(Selalu dalam kekhawatiran.)
22. Seperti rusa masuk kampung.(Keheran-heranan karena belum pernah melihat.)
23. Seperti api dalam sekam.(Kejahatan yang berlaku deangan diam-diam.)
24. Ditatang bagai minyak penuh.(Sangat dikasihi, dipelihara dengan hati-hati.)
25. Seperti telur di ujung tanduk.(Dalam keadaan yang
mengkhawatirkan/berbahaya.)
2.3 Pemeo
Pemeo ialah jenis peribahasa yang dijadikan semboyan.
Contoh :
1. Patah tumbuh, hilang berganti.
2. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.
3. Daripada hidup bercermin bangkai, lebih baik mati berkalang tanah.(Daripada
hidup menanggung malu, lebih baik mati.)
4. Tak emas bungkal diasah, tak air talang dipancung.(Segala daya upaya
dilakukan, asal yang dicita-citakan tercapai.)
5. Esa hilang, dua terbilang.(Tetap hati mengerjakan suatu pekerjaan yang
berbahaya.)
6. Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul.
Laba sama dibagi, rugi sama dirjuni.
(Seiya sekata, senasib sepenanggungan.)
7. Patah sayap, bertongkat paruh.(Tidak berputus asa.)
8. Daripada berputih mata, lebih baik berputih tulang.(Daripada hidup
menanggung malu, lebih baik mati.)
50) Penjelasan tentang peribahasa:
Peribahasa adalah ayat atau kelompok kata yang mempunyai susunan yang tetap dan
mengandung pengertian tertentu, bidal, pepatah. Beberapa peribahasa merupakan
perumpamaan yaitu perbandingan makna yang sangat jelas karena ia didahului oleh
perkataan seolah-olah, ibarat, bak, seperti, laksana, macam, bagai dan umpama.
Jenis-jenis peribahasa:
1. Pepatah
Jenis peribahasa yang berisi nasihat atau ajaran dari orang tua-tua.
Contoh:
a. Air tenang menghayutkan.(orang pendiam, tetapi berilmu banyak)
b. Berjalan pelihara kaki, berkata pelihara lidah. ( dalam melakukan suatu
pekerjaan hendaknya selalu berhati-hati)
2. Perumpamaan
Jenis peribahasa yang berisi perbandingan yang menggunakan kata seperti, bagai,
bak, laksana, dll.
Contoh:
a. Seperti pungguk merindukan bulan.(mengharapkan sesuatu yang tidak
mungkin tercapai)
b. Laksana burung dalam sangkar. (seseorang yang terikat oleh keadaan)
3. Pemeo
Jenis peribahasa yang biasanya digunakan untuk semboyan.
Contoh:
a. Esa hilang, dua terbilang.(terus berusaha hingga tercapai cita-cita)
b. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. (seia sekata atau bersatu padu)
4. Ungkapan
Gabungan kata yang maknanya sudah menyatu dan tidak ditafsirkan dengan makna
unsur yang membentuknya.
Contoh:
a. Mereka sudah banyak makan garam dalam hal itu. (banyak pengalaman)
b. Hati-hati terhadapnya, ia terkenal si panjang tangan. (suka mencuri)
51) Penulisan alamat dalam surat dengan benar:
Alamat surat ditulis di bawah hal berjarak satu baris. Alamat surat tidak perlu
diawali dengan kata kepada dan tidak perlu diakhiri dengan tanda titik. Kata sapaan
bapak tidak diperlukan kecuali diikuti dengan nama diri. Kata jalan hendaknya tidak
disingkat, dan singkatan no. untuk nomor jalan tidak perlu dicantumkan.
Berikut ini contoh penulisan alamat yang benar.
Yth. Direktur PT Niaga Utama
Jalan Teuku Umar 34
Jember
52) --Homonim
Homonim ialah dua kata atau lebih yang ejaannya sama, lafalnya sama, tetapi
maknanya berbeda.
Contoh:
bisa I : racun
bisa II : dapat
kopi I : minuman
kopi II : salinan
--Homograf
Homograf adalah dua kata atau lebih yang tulisannya sama, ucapannya berbeda, dan
maknanya berbeda.
Contoh:
tahu : makanan
tahu : paham
teras : inti kayu
teras : bagian rumah
--Homofon
Homofon ialah dua kata atau lebih yang tulisannya berbeda, ucapannya sama, dan
maknanya berbeda.
Contoh:
bang dengan bank
masa dengan massa
--Polisemi
Polisemi ialah suatu kata yang memilki makna banyak.
Contoh:
a. Didik jatuh dari sepeda.
b. Harga tembakau jatuh.
c. Peringatan HUT RI ke-55 jatuh hari Minggu.
d. Setiba di rumah dia jatuh sakit.
e. Dia jatuh dalam ujiannya.
53) Penjelasan tentang kalimat elips,mayor,minor,benefit,transisi,dan masdar,adalah
sebagai berikut:
Kalimat dapat diklasifikasikan berdasarkan dengan: (1) jumlah dan kenis klausa
yang terdapat di dalamnya, (2) jenis response yang diharapkan, (3) sifat hubungan
actor_aksi, dan (4) ada tidaknya unsure negative pada kalimat utama.
1) Berdasarkan jumlah dan jenis klausa yang terdapat di dalamnya, kalimat dapat
dibedakan atas kalimat minor dan kalimat mayor.
Kalimat minor adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa terikat atau sama
sekali tidak mengandung struktur klausa. Kalimat minor dibedakan atas:
Kalimat minor berstruktur, yaitu kalimat minor yang muncul sebagai
lanjutan, pelengkap, atau penyempurna kalimat utuh atau klausa lain yang
terdahulu dalam wacana (Samsuri, 1985:278). Berdasarkan sumber
penurunnya, kalimat minor berstruktur dibedakan atas:
Kalimat elips, yaitu kalimat minor yang terjadi karena pelepasan
beberapa bagian dari klausa kalimat tunggal.
Contoh:
Terserah saja. (Penyelesainnya terserah kamu saja)
Kalimat jawaban, yaitu kalimat minor yang bertindak sebagai jawaban
atas pentanyaan-pertanyaan.
Contoh :
(Ada yang kau bawa itu?) Lukisan.
Kalimat sampingan, yaitu kalimat minor yang terjadi penurunan klausa
terikat dari kalimat majemuk subordinat.
Contoh :
cepat)
Meskipun hujan. (Dia tetap datang)
Kalimat urutan, yaitu kalimat mayor, tetapi didahului oleh konjungsi,
sehingga menyatakan bahwa kalimat tersebut merupakan bagian
kalimat lain. (Samsuru, 1985:263)
Contoh :
Karena itu, harga minyak naik.
Kalimat minor tak berstruktur, yaitu kalimat minor yang muncul sebagai
akibat pengisian wacana yang ditentukan oleh situasi, dibedakan atas:
Panggilan.
Contoh :
Bakso!
Seruan, biasanya terdiri dari kata yang menyatakan ungkapan perasaan.
Contoh :
Halo!
Judul, merupakan suatu ungkapan topic atau gagasan.
Contoh :
Dampak negative penayangan TV.
Semboyan, yaitu uangkapan ide secara tegas, tepat dan tanpa hiasan
bahasa atau kelengkapan sebuah klausa.
Contoh :
Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.
Salam
Contoh :
Selamat pagi!
Inskripsi, yaitu kalimat minor tak berstruktur yang berisi penghormatan
atau persembahan pada awal sebuah karya (buku, lukisan dsb.).
Contoh :
Untuk para pengikrar Sumpah Pemuda 1928.
Kalimat mayor adalah kalimat yang terdiri atas sekurang-kurangnya satu
klausa bebas. Berdasarkan statusnya, dalam kalimat mayor, pembentuk yang
inti saja. Berdasarkan statusnya, dalam kalimat mayor, terdapat unsure
pembentuk yang inti saja, berdasarkan jumlah klausa yang terdapat
didalamnya, kalimat mayor dapat dibedakan atas:
Kalimat majemuk subordinatif, yaitu kalimat majemuk yang salah satu
klausanya menduduki : (a) salah satu fungsi sintaksis dari klausa yang lain
atau (b) atribut dari salah satu fungsi sintaksis klausa yang lain.
Contoh :
Yang berkaca mata hitam itu teman saya.
Orang itu badannya sangat gemuk.
Polisi telah mengatakan bahwa kabar itu bohong.
Kalimat majemuk koordinat, yaitu kalimat majemuk yang klausa-
klausanya tidak menduduki fungsi sintaksis dari klausa lain (Samsuri,
1985:316).
Contoh :
Semalam suntuk saya tidur di kursi, dan orang-orang itu bermain kartu.
Mula-mula dinyalakannya api, lalu ditaruhnya cerek diatasnya.
Dalam perang, kita harus berani membunuh lawan, kalau tidak kita sendiri
yang dibunuh.
Kalimat majemuk rapatan, yaitu kalimat majemuk koordinatif yang
klausa-klausanya mempunyai kesamaan-kesamaan, baik kesamaan subjek,
predikat objek, maupun keterangan.
Contoh :
Rumah itu baru saja diperbaiki, tetapi sekarang sudah rusak.
Saya mengerjakana bagian depan, adik bagian belakang.
Dengan susah payah orang tuaku membangun rumah ini, tetapi saya
tinggal menempati saja.
2. Berdasarkan response yang diharapkan, kalimat dibedakan atas :
Kalimat pernyataan adalah kalimat yang dibentuk untuk menyiarkan informasi
tanpa mengharapkan response tertentu. Ciri untuk mengenal kalimat
pernyataan ini yaitu melalui pola intonasinya yang bernada akhir turun (dalam
bahasa lisan) dan tanda titik (.) seperti ayo, mari; kata-kata persilahkan, seperti
silahkan, dipersilahkan; dan kata larangan (jangan) (Ramlan, 1981:10).
Contoh :
Cita-cita anak itu sangat mulia.
Saya tidak membawa uang sama sekali.
Menurut teori Darwin, manusia merupakan keteturunan kera.
Kalimat pertanyaan adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing response
yang berupa jawaban. Kalimat pertanyaan dapat dikenal dari pola intonasinya
yang bernada akhir naik serta nada terakhir dan pola intonasi kalimat
pertanyaan. Nada akhir kalimat pertanyaan ditandai dengan tanda Tanya (?)
dalam bahasa tulisan.
Contoh :
Kakak sudah menikah?
Mengapa anak itu tidak tidur?
Siapa pemilik rumah itu?
Kalimat perintah adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing responsi
yang berupa tindakan (Samsuri, 1985:276-278). Kalimat perintah ditandai
dengan tanda seru (!). tetapi penggunaan seru ini biasanya tidak dipakai kalau
sifat perintah itu menjadi lemah, demikian juga predikatnya diikuti oleh
partikel-lah. Kalimat perintah dapat bersifat negative. Untuk menegatifkan
kalimat perintah, digunakan kata jangan yang biasanya ditempatkan pada
bagian awal kalimat. Kaliamat perintah yang besifat negative beubah menjadi
larangan.
Contoh :
Masuklah!
Marilah kita belajar bersama-sama!
Jangan membuang sampah di sembarang tempat!
3. Berdasarkan hubungan actor-aksi, kalimat dapat dibedakan atas :
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai pelaku actor.
Subjek kalimat aktif berperan sebagai perbuatan yang dinyatakan oleh
predikat. Predikat kalimat aktif tediri atas verba transitif dan verba intransitive.
Afiks yang digunakan dalam pembentukan kata yang berfungsi sebagai
perdikat kalimat aktif ialah meN- dan ber- yang dapat dikombinasikan dengan
–I atau –kan.
Contoh :
Anak itu memetik bunga di taman.
Ayah membelikan kakak baju baru.
Pembantu itu sedang menyapu halaman.
Kalimat pasif adalah kalimat yanmhg subjeknya berperan sebagai penderita.
Subjek dalam kalimat pasif berperan sebagai penderita perbuatan yang
dinyatakan oleh predikat kalimat tersebut.
Predikat kalimat pasif terdiri atas verba verba yang berpredikat di- yang dapat
bekombinasi dengan sufiks –i dan –kan, beprefiks ter-, berkonfiks ke-an, dan
verba yang didahului oleh pronominal persona (Samsuri, 1985:434)
Contoh :
Badannya dilumuri minyak.
Kita apakan barang-barang ini?
Tidak terlihat olehku benda yang kau tujukan itu.
Kalimat medial adalah kalimat yang subjeknya berperan baik sebagai pelaku
maupun sebagai penderita perbuatan yang dinyatakan oleh predikat tersebut.
Contoh :
Jangan menyiksa diri sendiri.
Wanita itu berhias di depan cermin.
Kalimat respirokal adalah kalimat yang subjek dan objeknya melakukan
sesuatu pebuatan yang berbalas-balasan. Verba yang berfungsi sebagai
predikat pada kalimat respirokal adalah verba yang beprefiks me- yang
didahului oleh kata dasarnya, verba berulang yang berkombinasi dengan
konfiks ber-kan, verba dasar yang diikuti oleh kata baku, dan saling yang
diikuti oleh veba yang berprefiks me- atau me-i/kan (Samsuri, 1985:198).
Contoh :
Kedua Negara itu tuduh-menuduh tentang pelanggaran perbatasan.
Dua bersaudara itu saling mencintai dan saling menyayangi.
Pemuda-pemuda tanggung itu berbaku hantam d tanah lapang.
4. Bedasarkan ada tidaknya unsure negative pada klausa utama, kalimat dibedakan
atas :
Kalimat firmatif, yaitu kalimat yang berpredikat utamanya tidak tedapat
unsure negative, peniadaan, atau penyangkalan.
Contoh :
Petani itu membajak sawah.
Di Surabaya diresmikan patung Jendral Sudirman.
Kami mendengar kabar bahwa pemberontakan di Iran sudah berakhir.
Kalimat negative, yaitu kalimat yang predikat utamanya terdapat unsure
negative, peniadaan, atau penyangkalan, seperti tidak, tiada (tak), bukan,
jangan. Unsure negative tidak dipakai di depan verba, adjektiva, adverbial, dan
frase preposisi yang berfungsi sebagai keterangan. Unsure negatif bukan pada
umumnya dipakai di depan nomina/frase nomina dan pronominal/frase
pronominal. Unsure negative jangan digunakan untuk menegatifkan kalimat
printah (samsuri, 1985:250)
Contoh :
Sedikitpun aku tidak ingin berbuat jahat.
Bukan buku itu yang saya cari.
Jangan kau biarkan adikmu bergaul dengan dia.
Kalimat Masdar
Pola kalimat sederhana bahasa Indonesia asli S-nya berupa kata benda, sementara P-
nya bolehberupa kata benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan, maupun kata
depan.Namun demikian, dalam perkembangannya bahasa Indonesia tidak dapat
menghindari pengaruhbahasa asing, khususnya bahasa Inggris termasuk pula dalam
ragam kalimatnya.Dalam bahasa Inggris dikenal gerund, yaitu kalimat yang
subjeknya kata kerja.
Contoh :
(1) Fishing is my hobby.S P
(2) Writing is very difficult for me.S P
Berdasarkan hal tersebut, dalam bahasa Indonesia dikenal kalimat masdar, yaitu
kalimat yang S-nya berupa kata kerja yang dianggap benda.
(1) Memancing adalah hobi saya.S P
(2) Menulis memang sulit.S P
(3) Menonton bola mengasyikkan.S P
(4) Berlari melelahkan.S P
Kata-kata : memancing, menulis, menonton bola, dan berlari adalah kata-kata kerja
yangdianggap sebagai kata benda yaitu aktivitasnya
Kalimat Benefaktif
Adalah kalimat yang bersangkutan dengan perbuatan (verba) yg dilakukan untuk
orang lain, misalnya verba dl kalimat Ibu membukakan Ayah pintu.
Kalimat transisi
Transisi merupakan mata rantai penghubung antarparagraf yang berfungdsi sebagai
penghubung jalan pikiran dua paragraf yang berdekatan. Kata-kata transisional
merupakan petunjuk bagi pembaca ke arah mana pikiran pengarang bergerak atau
mengingatkan pembaca apakah suatu paragraf baru searah dengan paragraf
sebelumnya. Di sisi lain transisi juga berfungsi sebagai penunjang koherensi dan
kepaduan antarbab, antaranak bab, dan antarpragraf dalam satu karangan.
Kalimat transisi tak selalu harus ada dalam setiap karangan. Kehadirannya bila
dirasa perlu demi kejelasan informasi. Selain itu, kalimat transisi tidak hanya
terdapat dalam paragraf, melainkan bisa juga muncul dalam kalimat, antarparagraf,
antar anak bab, dan antar bab.
Ada dua cara untuk menghubungkan dua paragraf, yaitu 1) cara implisit, dan 2) cara
eksplisit. Hubungan implisit tidak ditandai oleh alat penanda transisi tertentu, namun
hubungan antraparagraf masih dapat dirasakan. Sedangkan hubungan eksplisit
dinyatakan oleh penanda transisi tertentu, seperti kata, kelompok kata, dan kalimat.
Secara garis besar alat penanda transisi tersebut dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
- penanda hubungan kelanjutan, misalnya dan, lagi, serta, lagi pula, tambahan lagi;
- penanda hubungan urutan waktu, seperti dahulu, kini, sekarang, sebelum, setelah,
sesudah, kemudian, sementara itu;
- penanda klimaks, seperti paling …, se-nya, ter-;
- penanda perbandingan, misalnya sama, seperti, ibarat, bagaikan, bak, laksana;
- penanda kontras, misalnya tetapi, biarpun, walaupun, sebaliknya, kendatipun;
- penanda urutan jarak, misalnya di sini, di sana, di situ, dekat, jauh, sebelah …;
- penanda ilustrasi, seperti umpama, contoh, misalnya;
- penada sebab-akibat/kausalitas, misalnya karena, sebab, oleh karena, akibatnya,
karena itu, oleh karena itu;
- penanda kondisi, misalnya jika, jikalau, kalau, andaikata, seandainya;
- penanda kesimpulan, misalnya kesimpulan, ringkasnya, garis besarnya,
rangkuman.
Contohnya:
1. Oleh karena itu, selama Perang Dunia II kata tersebut menunjuk
kepada para pekerja wanita Amerika Serikat dan Inggris yang
pekerjaannya menghitung jalan artileri perang dengan mesin hitung
- Kata “oleh karena itu” merupakan penanda transisi yang tergolong
dalam penanda sebab-akibat/kausalitas, contoh yang lainnya seperti;
karena, sebab, oleh karena, akibatnya, karena itu.
2. Dengan demikian, Komputer adalah alat yang dipakai untuk
mengolah data menurut prosedur yang telah dirumuskan.
- Kata “Dengan demikian” merupakan penanda transisi yang
tergolong dalam penanda kesimpulan, contoh yang lainnya seperti;
kesimpulan, ringkasnya, garis besarnya, rangkuman.
54) Beda makna gramatikal dan leksikal:
Makna leksikal ialah makna kata secara lepas, tanpa kaitan dengan kata yang
lainnya dalam sebuah struktur (frase klausa atau kalimat). Makna leksikal
kata-kata tersebut dimuat dalam kamus.
Contoh:
rumah : bangunan untuk tempat tinggal manusia
makan : mengunyah dan menelan sesuatu
makanan : segala sesuatu yang boleh dimakan
Makna gramatikal (struktur) ialah makna baru yang timbul akibat terjadinya
proses gramatikal (pengimbuhan, pengulangan, pemajemukan).
Contoh:
berumah : mempunyai rumah
rumah-rumah : banyak rumah
rumah makan : rumah tempat makan
rumah ayah : rumah milik ayah
top related