kajian bentuk pertunjukan barong lancing di desa kemiren kecamatan glagah kabupaten banyuwangi
Post on 29-Oct-2015
297 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
KAJIAN BENTUK PERTUNJUKAN BARONG LANCING DI DESA KEMIREN KECAMATAN GLAGAH
KABUPATEN BANYUWANGI
Oleh : Reni Ayu Rukmaan Dewi (092134238)
ABSTRAK
Barong Lancingdi Desa Kemiren dibentuk 21 Mei 2007 sebagai upaya regenerasi dari pertunjukan Barong Using/ Barong Tua, dimana para pemainnya sudah banyak yang uzur. Secara visual bentuk pertunjukan Barong Lancing berbeda dengan pertunjukan Barong Using/ Barong Tua.
Permasalahan penelitian ini difokuskan pada bentuk pertunjukan Barong Lancing yang meliputi berbagai medium pembentuk pertunjukan Barong Lancing yaitu yang terdiri dari elemen penyutradaraan, cerita dan penokohan, struktur pertunjukan (pengadegan), gerak tari, musik pengiring, tata rias dan busana, setting panggung, tata cahaya, properti, dan penonton.
Tujuan dan manfaat penelitian ini secara teoretis untuk menyumbangkan informasi bagi perkembangan dunia ilmu pengetahuan terutama yang berhubungan dengan dunia seni pertunjukan. Selain itu secara praktis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki kontribusi dalam upaya pelestarian terhadap bentuk-bentuk seni pertunjukan tradisional.
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa bentuk pertunjukan Barong Lancing tidak sama dengan Barong Using, terutama dalam hal cerita. Adapun cerita yang diangkat bertemasapu jagad yang mengisahkan pertentangan anatara kebaikan dan keburukan. Selain itu cerita juga bersumber dari legenda, dongeng dan cerita tentang kerajaan. Cerita-cerita tersebut seperti, Pendekar Alas Purwa, Lahirnya Maheso Anggoro, Cerita Pendekar Alas Sembulungan, Cerita Geger Cilacap, Cerita Geger Pajajaran dan masih banyak cerita yang lainnya. Berbagai cerita tersebut belum pernah dipertunjukan oleh bentuk-bentuk seni pertunjukan dramatari tradisional lainnya yang ada di Banyuwangi.Untuk mengetahui seperti apa sebenarnya bentuk pertunjukan Barong Lancing atau Barong Sapu Jagad sebagai bentuk pertunjukan baru, maka harus dilakukan pengkajian secara mendalam. Atas dasar hal tersebutlah peneliti tertarik untuk mengkaji keberadaan Barong Lancing dan pengkajian akan lebih difokuskan pada bentuk pertunjukannya.
Hasil penelitian menunjukan, bahwa pertunjukan Barong Lancing memiliki cerita yang bermacam-macam, seperti Cerita Pendekar Alas Purwo, Cerita Pendekar Alas Sembulungan, Cerita Geger Cilacap, Cerita Geger Pajajaran, dan masih banyak cerita yang lainnya. Adapun elemen-elemen pertunjukan Barong Lancing meliputi, sistem penyutradaraan, lakon atau cerita, tokoh dan
1
2
karakter, tata rias dan busana, musik pengiring, tata panggung, tata cahaya, dan struktur pertunjukan. Secara keseluruhan perpaduan berbagai elemen tersebut menghasilkan sebuah kesatuan bentuk pertunjukan yang merupakan inovasi baru dari pertunjukan Barong Using/ Barong Tua.
Kata Kunci : Barong Lancing, Bentuk Pertunjukan.
3
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Desa Kemiren adalah salah satu desa yang mayoritas penduduknya
berlatar belakang budaya Using, sehingga desa ini lebih dikenal dengan sebutan
“Desa Using”. Desa Kemiren memiliki banyak sekali tradisi dan bentuk seni
pertunjukan dengan fungsi yang bermacam-macam. Salah satu bentuk seni
pertunjukan adalah Barong Lancing. Komunitas Barong Lancing diresmikan
keberadaannya pada tanggal 21 Mei 2007, dan oleh Sucipto diberi nama
BarongSapu Jagat.
Suatu hal yang menarik perhatian peneliti terhadap keberadaan pertunjukan
BarongUsing di Desa Kemiren saat ini adalah Barong Lancing. Ketertarikan
peneliti terhadap keberadaan pertunjukan Barong Lancing adalah pada segi
bentuk pertunjukan berbentuk dramatari. Adapun cerita yang disajikan bertema
tentang sapu jagat yang berkisah tentang peperangan atau pertarungan antara
kebaikan dengan keburukan. Pada umumnya cerita yang diangkat berasal dari
sebuah legenda lain, dongeng, atau cerita-cerita sejarah kerajaan yang tidak ada
hubungannya dengan cerita Barong Using. Berbagai cerita yang dipilih, kemudian
dikemas dalam bentuk pertunjukan yang lebih menarik sehingga dapat memenuhi
selera penggemarnya yaitu masyarakat Banyuwangi pada jaman sekarang.
Jika diamati secara visual, bahwa bentuk pertunjukan Barong Lancing
sangat mirip dengan bentuk pertunjukan Janger1, sehingga ada sebagian
masyarakat yang menyebutnya dengan istilah Barong Jangeran. Dalam konteks
perkembangan seni pertunjukan, mungkin dapat dikatakan bahwa Barong Lancing
merupakan genre seni pertunjukan tradisional gaya baru.
Untuk mengetahui seperti apa sebenarnya bentuk pertunjukan Barong
Lancing atau Barong Sapu Jagatsebagai bentuk pertunjukan baru, maka harus
dilakukan pengkajian secara mendalam. Atas dasar hal tersebutlah peneliti tertarik
untuk mengkaji keberadaan Barong Lancing dan pengkajian akan lebih
difokuskan pada bentuk pertunjukannya. Untuk itu maka penelitian ini
1Hasil observasi langsung terhadap pertunjukan Barong Lancing saat melakukan pementasan, pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh Yuyun dan Hadi selaku penonton Barong Lancing saat diwawancarai pada tanggal 20-04-2013.
4
mengangkat judul “ Kajian Bentuk Pertunjukan Barong Lancing Di Desa Kemiren
Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi”.
B. Fokus Penelitian
Permasalahan penelitian ini akan difokuskan pada bentuk pertunjukan
Barong Lancing. Arahan bentuk pertunjukan yang dibahas meliputi berbagai
medium pembentuk pertunjukan Barong Lancing yaitu yang terdiri dari
penyutradaraan, cerita dan penokohan, struktur pertunjukan (pengadegan), gerak
tari, musik pengiring, dialog/ vocal, tata rias dan busana, setting panggung, tata
cahaya, dan properti.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Hasil penelitian mengenai bentuk pertunjukan Barong Lancing di Desa
Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi ini diharapkan dapat
bermanfaat baik dari segi teoretis maupun praktis. Secara teoretis hasil penelitian
ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menyumbangkan informasi bagi
perkembangan dunia ilmu pengetahuan terutama yang berhubungan dengan dunia
seni pertunjukan. Sedangkan manfaat praktis dari hasil penelitian ini diharapkan
dapat memiliki kontribusi dalam upaya pelestarian terhadap bentuk-bentuk seni
pertunjukan tradisional. Selain itu, dengan adanya penulisan bentuk pertunjukan
BarongLancingdiharapkan dapat bermanfaat bagi para seniman sebagai bahan
rujukan yang menginspirasi dan motivasi dalam berkarya seni pertunjukan
selanjutnya.
II. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian berjudul “Kajian Bentuk Pertunjukan Barong Lancing Di Desa
Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi” adalah termasuk dalam
jenis penelitian kualitatif. Data penelitian kualitatif sifatnya analisis deskriptif,
yaitu berupa paparan tentang suatu objek hasil observasi berdasarkan analisis
teori.
3
5
B. Objek dan Lokasi Penelitian
Objek dan lokasi penelitian adalah bentuk seni pertunjukan Barong
Lancing yang berlokasi atau bertempat di Desa Kemiren Kecamatan Glagah
Kabupaten Banyuwangi.
C. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data mengenai bentuk pertunjukan Barong Lancing,
maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
dengan cara observasi dan wawancara
Dalam melakukan observasi disertai wawancara dan pencatatan serta
pembuatan dokumentasi baik secara audio maupun visual terhadap pertunjukan
Barong Tua maupun Barong Lancing. Dokumentasi tersebut sangat berguna
untuk membantu proses analisis data yang dapat dilihat secara berulang-ulang
terutama dokumen dalam bentu hasil rekaman audio-visual pertunjukan Barong
Lancing dalam bentuk dramatari.
D. Validitas Data
Validitas data merupakan uji keabsahan data dalam penelitian. Pada
penelitian kali ini peneliti menggunakan metode triangulasi untuk menguji
keabsahan data hasil penelitian. Metode triangulasi yang digunakan adalah
triangulasi sumber, triangulasi metode dan triangulasi waktu.
Triangulasi sumber yaitumenguji validitas data suatu data dilakukan
dengan cara mengkroscek antara narasumber satu dengan yang lainnya, juga
melakukan verifikasi data antar berbagai sumber baik hasil wawancara dengan
beberapa nara sumber, observasi, maupun studi pustaka. Ketika data tersebut
dibandingkan dengan sumber data tertulis juga hasilnya sama, maka dengan
demikian data tersebut dianggap valid.
Triangulasi metode, yaitu uji validitas suatu data dengan cara melakukan
verifikasi dan membandingkan hasil data tersebut baik yang didapat melalui
wawancara, dibandingkan dengan teknik observasi, maupun studi pustaka.
Sedangkan triangulasi waktu dilakukan dengan cara wawancara maupun observasi
kepada sumber yang sama dengan perolehan data yang sama pula, namun
dilakukan penggalian secara berualang-ulang dengan wawancara dalam waktu
6
yang berbeda, dalam artian dihari atau kesempatan yang berbeda dalam satu kurun
waktu yang sama.
E. Analisis Data
Analisis data dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan atau sebelum
memulai penelitian. Pada analisis data kualitatif,dalam melakukan analisis
terhadap data dapat dilakukan selama proses dilapangan bersamaan dengan
penggalian data atau pengumpulan data.2Untuk menganalisis data pada penelitian
ini dilakukan dengan beberapa langkah yaitu, tahap pengumpulan data atau
reduksi data yang diperoleh dari berbagai narasumber dan data hasil observasi,
kemudian disajikan dalam bentuk deskripsi dan selanjutnya analisis data atau
display,dan akhirnya dilakukan penarikan kesimpulan.
IIIPEMBAHASAN
A.Bentuk Pertunjukan Barong Lancing
1. Pertunjukan Arak-arakan
Dalam bentuk arak-arakan tidak jauh berbeda dengan bentuk pertunjukan
Barong Tua. Arak-arakan atau pawai merupakan bagian dari serangkaian
pertunjukan Barong Lancing, arak-arakan ini dilakukan sore hari sekitar pukul
15.00 dan berakhir hingga menjelang magrib. Arak-arakan dilakukan dengan
berjalan mengelilingi desa setempat. Arak-arakan ini diikuti oleh seluruh keluarga
pemilik hajat yang berjalan bersama-sama. Tata urutan barisan arak-arakan
dimulai dengan barisan paling depan adalah dua macan untal, dilanjutkan dengan
dua pitik tajen, dan berikutnya adalah barong. Barisan selanjutnya adalah seluruh
anggota keluarga pemilik hajat. Selanjutnya yaitu disusul oleh pasukan kuda hias,
dan barisan belakang adalah kereta kuda dimana diduduki oleh pengantin atau
anak laki-laki yang telah dikhitan. Arak-arakan diiringi dengan alunan musik
dengan menggunakan gamelan Bali.
Pada saat arak-arakan tidak hanya menampilkan pawai atau jalan keliling
desa, tetapi ada beberapa pertunjukan yang ditampilkan setelah pawai. Beberapa
pertunjukan yang ditampilkan meliputi, pertunjukan Musik Kuntulan,Tari Barong
2Ibid,. hal.275.
7
Prejeng, Tari Jaranan Buto,Tari Jejer Gandrung,Tari Jaran Goyang,pertunjukan
pitik tajin, dan pertunjukan macan untal.
Tokoh barongsaat melakukan pertunjukan arak-arakan
yang dibawakan oleh komunitas Barong Lancing
(Foto: Reni, 2013)
2. Pertunjukan Dramatari Barong Lancing
Dramatari menjadi pertunjukan yang digemari dan dinanti-nanti oleh
masyarakat, karena pada bagian ini menampilkan beberapa elemen pertunjukan
yang tergabung dalam kesatuan pertunjukan, yaitu mulai dari pertunjukan tari-
tarian, drama, dan alunan musik yang mengiringi selama pertunjukan
berlangsung. Pertunjukan dramatari dimulai setelah serangkaian pertunjukan arak-
arakan selesai pada sore hari, kemudian pada malam harinya dilanjutkan dalam
bentuk pertunjukan dramatari.
Pada umumnya pertunjukan dramatari dimulai pukul 21.00. yang diawali
dengan adegan Jejeran yang berisi hiburan yang meliputi tari-tarian dan nyanyian
sebagai pertunjukan pembuka. Setelah pertunjukan pembuka dilanjutkan cerita
inti yang dimulai sekitar pukul 22.00 hingga dini hari sekitar pukul 06.00 WIB.
8
Pertunjukan Barong Lancing berbentuk dramatari merupakan jenis
pertunjukan yang berbentuk teater total.Yang dimaksud teater total adalah
pertunjukan yang di dalamnya mencakup seni tari, seni drama, seni sastra dan seni
rupa.3 Bentuk pertunjukan Barong Lancing sangat berbeda dengan bentuk
pertunjukan Barong Tua, dan lebih identik dengan bentuk pertunjukan Janger.
Pembahasan mengenai elemen bentuk pertunjukan tersebut adalah sebagai
berikut.
a. Penyutradaraan
Teknik penyusunan ceritadilakukan tanpa membuat skenario yang
lengkap, hanya berisi beberapa bagian adegan yang dianggap sulit saja. Hal ini
digunakan untuk memudahkan para pemain mengingat adegan apa yang harus
dimainkan.4Skenario cerita biasanya ditulis di dalam buku besar atau di lembar
kertas yang diletakaan di atas meja.5
Langkah berikutnya adalah pembagian peran. Pembagian peran biasanya
dilakukan dua minggu sebelum pertunjukan dimulai. Peran dibagi berdasarkan
kebiasaan pemain dalam membawakan tokoh. Oleh karena semua anggota atau
pemain adalah laki-laki, maka untuk tokoh perempuan juga diperankan oleh laki-
laki yang berdandan layaknya seorang wanita.
b. Cerita atau Lakon
Cerita yang ditampilkan pada pertunjukan dramatari Barong Lancing
bersumber dari cerita rakyat, legenda, dan nama-nama tokoh pejuang yang
kemudian disusun sendiri oleh Sucipto.6 Berdasarkan judul cerita dan nama-nama
tokoh, cerita yang dimainkan cenderung mengacu pada cerita-cerita yang berlatar
kerajaan. Jika dilihat berdasarkan nama kerajaannya maka cerita ini diambil pada
masa Kerajaan Majapahit yang pada saat itu merupakan kerajaan terbesar dengan
3Baca Soedarsono, Masa Gemilang dan Memudar Wayang Wong Gaya Yogyakarta (Yogyakarta: Tarawang, 2000), hal. 3.
4Wawancara dengan Bayu salah satu anggota/ pemain Barong Lancing pada tanggal 20-04-2013 di Desa Kemiren saat Barong Lancing mengadakan pementasan.
5Hasil observasi langsung saat pertunjukan Barong Lancing, data yang sama juga didapatkan ketika wawancara dengan Sucipto pada tanggal 25-02-2013 di Desa Kemiren.
6Wawancara dengan Sucipto di Desa Kemiren tanggal 25-02-2013.
9
masa kejayaan yang luar biasa. Selain Kerajaan Majapahit, cerita-cerita yang
dibuat juga berkisah tentang Kerajaan Blambangan. Cerita tersebut kemudian
diolah kembali oleh Sucipto agar menjadi lebih menarik dan penonton tidak
merasa bosan.
Berdasarkan pengakuan Sucipto, sebelum menyusun cerita harus ziarah
terlebih dahulu ke makam Buyut Cili untuk meminta petunjuk mengenai cerita
yang akan dibuat. Cerita yang disusun haruslah cerita yang sudah mendapat restu
dari Buyut Ciliyaitu cerita dengan tema sapu jagat. Sapu jagat memiliki arti yaitu
pertentangan antara kebaikan dan keburukan.Dalam hal ini peneliti melakukan
pengkajian dramatari Barong Lancing, dalam lakon “Geger Pajajaran”.
1) Geger Pajajaran
Menceritakan tentang Kerajaan Gunung Raung dengan Kerajaan Pajajaran,
yang mana raja dari Kerajaan Gunung Raung ingin melamar Putri Larasati dari
Kerajaan Pajajaran. Oleh karena putri tidak mau menerima lamaran tersebut maka
terjadilah perang antara Kerajaan Gunung Raung dengan Kerajaan Pajajaran.
Sedangkan di Kerajaan Pajajaran sendiri telah terjadi kerusuhan yakni perebutan
kekuasaan yang dilakukan oleh Patih Jagal Ludro dan Jagal Pati yang memiliki
sifat iri hati dan ingin menduduki kursi sebagai Raja Pajajaran. Oleh karena
ditentang oleh Raja Siliwangi maka Patih Jagal Ludro dan Jagal Pati melakukan
pemberontakan di Kerajaan Pajajaran hingga terjadi geger atau keributan. Dan
pada akhirnya Patih Jagal Ludro dan Jagal Pati berhasil dikalahkan dengan
bantuan pendekar utusan Begawan, yaitu Pendekar Bagas Koro dan Bagas Pati.
Tema cerita yang dimainkan umumnya menggambarkan tentang
pertarungan antara kebaikan melawan keburukan/ sapu jagat, dan peristiwa
perebutan kekuasaan atau perebutan seorang wanita. Dalam konteks kehidupan
manusia yang sesungguhnya konflik yang demikian sering ditemukan.
Berdasarkan nilai yang terkandung pada cerita tersebut secara tidak langsung
merupakan cerminan sifat manusia yang ada di kehidupan nyata. Sehingga ada
kemungkinan bahwa rujukan sutradara dalam menyusun cerita juga berdasarkan
pada fenomena yang nampak dalam kehidupan sehari-hari, meliputi kebiasaan
manusia yaitu suka memfitnah, serakah, dan saling bermusuhan. Nilai yang dapat
10
diambil melalui cerita tersebut menegaskan bahwa keserakahan dan kejahatan
yang dilakukan kepada siapapun akan berdampak buruk bagi diri sendiri. Oleh
karena cerita yang dimainkan haruslah mendapat ijin dari Buyut Cili, bisa jadi
pesan tersebut merupakan pesan yang ingin disampaikan Buyut Cili melalui
cerita-cerita tersebut.
c.Tokoh Dan Karakter
Dalam pertunjukan dramatari Barong Lancing pembagian tokoh dilakukan
berdasarkan karakter. Ada banyak tokoh dengan berbagai jenis peran dan karakter
dalam pertunjukan dramatari Barong Lancing. Terdapat beberapa tokoh yang
harus diperankan, antara lain raja, patih, prajurit, putri, begawan, pendekar,
barong. Secara garis besar masing-masing tokoh dapat digolongkan menjadi 4
kelompok berdasarkan karakter. Adapun pembagiannya adalah sebagai berikut.
1) Putra gagah
Pada umumnya memiliki karakter yang tegas, wibawa, dan bijaksana. Dari
segi gerak cenderung menampilkan gerak-gerak dengan volume ruang yang lebar.
Putra gagah umumnya diperankan oleh tokoh raja dari kerajaan jawa / kerajaan
seberang.
2) Putra alus
Secara umum karakter yang dimiliki oleh putra alus yaitu bijaksana,
lembut, dan secara visual memiliki pembawaan yang tenang. Umumnya putra alus
diperankan oleh pangeran.
3) Putra beringas atau brawokan
Karakter sifat yang dimiliki oleh putra beringas atau putra brawokan
adalah jahat, kasar, dan agresif yang didukung melalui visualisasi gerakan. Gerak
yang dilakukan cenderung gerak-gerak dengan volume ruang yang cenderung
mengarah ke atas, seolah-olah menunjukan kekuatan. Putra beringas atau
brawokan biasanya diperankan oleh tokoh-tokoh dari kerajaan siluman atau
golongan buto.
4) Putri
Biasanya dibagi menjadi dua, yaitu putri sebagai istri raja dan putri sebagai
anak raja. Pada umumnya tokoh putri memiliki karakter yang lemah lembut,
11
santun dan pendiam. Namun ada juga tokoh putri yang memiliki karakter agresif,
kenes, dan lincah, misalnay Putri Larasati dari Kerajaan Pajajaran.
d. Struktur Pertunjukan
Adapun struktur pertunjukan yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1) Jejeran
Jejeran berfungsi sebagai sarana untuk menarik perhatian penonton dan
menjadi tanda bahwa pertunjukan akan segera dimulai. Beberapa rangkaian
pertunjukan pembuka atau Jejeran adalah tari barong prejeng, tari jejer
gandrung, tari jaok, tari jaran goyang, suko-suko
2) Struktur Penyajian Adegan Pokok
Setelah dibuka dengan beberapa hiburan berupa tari-tarian dan gendhing-
gendhing, pertunjukan berikutnya adalah masuk pada cerita yang terdiri dari
beberapa adegan yang secara struktural dijelaskan sebagai berikut.
a) Adegan Jejer Kerajaan
Diawali dengan keluarnya para tokoh kerajaan, mulai dari prajurit, patih,
permaisuri dan raja.Terjadi Percakapan antara Raja dengan para keluarga
kerajaan.
b) Adegan lamaran
Mengisahkan tentang raja dari kerajaan lain yang sedang jatuh cinta dan
ingin melamar putri raja. Namun terjadi penolakan.
c) Adegan perang gagal
Peperangan terjadi antara kedua pasukan kerajaan. Peperangan tersebut
terjadi karena penolakan terhadap lamaran yang diajukan.
d) Konflik di kerajaan utama
Pada sisi lain konflik juga terjadi di Kerajaan Pajajaran berkaitan dengan
perebutan kekuasaan atau tahta.
e) Lawakan Atau Dagelan
Munculnya pelawak bertujuan untuk mencairkan suasana penonton yang
terbawa oleh alur cerita yang penuh dengan konflik. Tema lawakan yang
12
dimainkan bebas dan biasanya tidak memiliki hubungan dengan alur cerita yang
sedang dimainkan.
f) Jejer padepokan
Pada adegan ini prajurit dari yang tertimpa musibah datang menemui
Begawan untuk meminta pertolongan Akhirnya Begawan mengutus dua pendekar
untuk membantu menyelamatkan Kerajaan.
g) Adegan perang gagal 2
Peperangan ini terjadi karena terjadi perebutan putri oleh keluarga
kerajaan.
h) Adegan Peperangan Di Kerajaan Pajajaran
Adegan ini merupakan klimaks dari cerita. Peperangan terjadi antara
anggota dalam satu kerajaan, kemudian muncul dua pendekar yaitu dua pendekar
untuk menyelamatkan Kerajaan dari keributan tersebut.
i) Penutup
Akhir dari cerita selalu dibuat bahagia bahwa keburukan selalu kalah
dengan kebaikan. Di akhir cerita selalu dibuat bahwa seorang pendekar menjelma
menjadi Macan Hijau atau Singo Ludoyo. Penampilan Singo Ludoyo ini terjadi di
pagi hari dan tidak berlangsung di atas panggung. Pada adegan ini menjadi bagian
yang paling dinanti-nanti oleh para penonton. Disinilah kemudian terjadi
kesurupan atau yang biasa dikenal dengan istilah ndadi. Adegan Singo Ludoyo
menceritakan tentang pertarungan antara Macan Hijau dengan Pendekar Garuda
Sawung Alit.
e. Gerak Tari
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap gerak tari yang ditampilkan dalam
pertunjukan Barong Lancing, maka pembahasan mengenai gerak dapat dijelaskan
berdasarkan klasifikasi sebagai berikut.
1) Gerak Berdasarkan Kualitas
a) Gerak Bergetar
Gerak bergetar merupakan kualitas gerak yang dihasilkan karena adanya
pengaruh dari gerak tari Bali. Hampir seluruh pola gerak yang ada cenderung
13
mengarah pada kualitas gerak bergetar. Fokus bergetar biasanya terletak pada
gerak tangan.
b) Gerak Mengayun
Kualitas gerak mengayun umumnya terdapat pada adegan suko-suko yang
menampilkan gerak-gerak yang bersifat sebagai jogetan. Kualitas gerak
mengayun lebih sering dipakai pada gerak bergaya Banyuwangian.
c) Gerak patah-patah,
Gerak patah-patah umumnya digunakan pada saat adegan peperangan,
gerak patah-patah dilakukan untuk memberi aksen atau tekanan sehingga akan
terlihat tegas. Pada adegan peperangan, gerak patah-patah dilakukan ketika
terjadi saling serang antar tokoh.
2) Jenis Gerak Berdasarkan Penataannya
a) Gerak Terpola
Gerak terpola yaitu gerak yang sudah memiliki bentuk yang baku dan
pambakuannya berkaitan dengan teknik gerak, pola iringan, dan pola tata ruang.
b) Gerak Maknawi
Gerak maknawi adalah gerak yang mengandung arti atau memiliki makna.
Gerak ini merupakan penyimbolan dari pesan atau maksud yang akan
disampaikan.
c) Gerak Improvisasi
Gerak improvisasi merupakan gerak yang dilakukan dengan sengaja untuk
menghadapi situasi saat diatas pentas. Gerak improvisasi pada umumnya sering
ditemui pada adegan peperangan.
d) Gerak Spontan,
Gerak spontan merupakan gerak tak terduga yang dilakukan ketika
merespon sesuatu yang dihadapi. Gerak respon sering ditemui pada saat adegan
lawakan.
3) Pola Gerak
Ada beberapa jenis pola gerak yang sering digunakan dalam pertunjukan.
Pola gerak masing-masing tokoh tentunya memiliki perbedaan yang disesuaikan
14
dengan karakter tokoh yang diperankan. Berikut beberapa pola gerak yang sering
dilakukan berdasarkan masing-masing tokoh antara lain sebagai berikut.
(1)jalan malpal
Jalan malpal merupakan gerak yang ditemukan pada tari Bali. Jalan
malpal pada karakter tokoh putra tentunya berbeda dengan jalan malpal yang
dilakukan oleh tokoh putri. Jalan malpal adalah gerak berjalan dengan pola
lintasan berputar membentuk angka delapan atau satu putaran penuh. hitungan
mengikuti pola ritmis
(2)agem
agem pada tokoh putra biasanya dilakukan dengan posisi kedua tangan
terbuka kesamping dengan membentuk siku-siku. Para pemain melakukan sikap
agem dengan gaya masing-masing tanpa memperhatikan teknik.
(3)junjungan
Dalam melakukan gerak junjungan biasanya diimbangi dengan
pengembangan gerak tangan. Pengembangan yang dilakukan pada gerak tangan
antara lain, gerak ukel cangkah gaya Banyuwangian.
(4)ukel cangkah
Gerak ukel cangkah merupakan gerak gaya Banyuwangian. Hampir
disetiap tari Banyuwangi gerak ukel cangkah selalu muncul. Gerak ukel cangkah
biasanya dilakukan saat adegan suko-suko untuk mengisi gendhing atau lagu yang
sedang dinyanyikan oleh penari atau tokoh putri.
(5)egol
Gerak egol merupakan gerak yang dilakukan dengan menggerakan bagian
pinggul. Pada tari yang bergaya Banyuwangi gerak egol hampir selalu
mendominasi. Untuk melengkapi gerak egol biasanya para penari melakukan
variasi pada gerak tangan dan gerak kaki.
f. Musik Pengiring
1) Instrumen
15
Pada pertunjukan Barong Lancing diiringi oleh alunan musik tradisional
bernuansa Banyuwangi dan alunan musik bernuansa gaya Bali dengan
seperangkat instrumen gamelan khas Banyuwangi dan gamelan Bali yang
membuat pertunjukan Barong Lancing semakin menarik dan meriah. Penggunaan
musik bernuansa Bali menjadi lebih dominan dalam pertunjukan ini, sedangkan
musik bernuansa Banyuwangi hanya digunakan untuk mengiringi adegan suko-
suko dan lawakan.Seperangkat gamelan tersebut dimainkan oleh pemusik yang
disebut dengan panjak atau pengrawit sejumlah 15 orang. Instrumen yang
dimainkan terdiri dari beberapa jenis antara lain, Kendhang Banyuwangi dan dua
kendhang Bali yang terdiri dari kendhang lanang dan kendhang wadon.Kempul
dan gong, terdiri dari satu buah kempul dan satu buah gong besar.kethuk,
kluncing, demung, saron, slenthem, peking, kecrek, dan seruling.
2) Macam-macam Gendhing
Ada beberapa jenis gendhing yang biasa dimainkan saat pertunjukan
Barong Lancing. Secara struktur permainan gendhing pada pertunjukan dramatari
Barong Lancing sudah memiliki pola gendhing yang baku sebagai penanda setiap
adegan dan sebagai pengiring keluar masuknya pemain. Gendhing-gendhing yang
digunakan untuk mengiringi keluar masuknya pemain memiliki jenis gendhing
yang berbeda-beda, antara gendhing untuk mengiringi raja dengan gendhing untuk
mengiringi anggota kerajaan yang lain. Berikut adalah beberapa gendhing yang
biasa dimainkan saat pertunjukan dramatari antara lain, gendhing gebyar, gending
jaok, gendhing mojopahitan, gendhingketuk 2- isian, gending sekar jambu,
gendhing paseban, gendhing bodolan, gendhing gontar,dan gendhing blak-blak
kokoroyok,
g. Vocal
1) Dialog
Dialog menjadi salah satu bagian yang penting dalam pertunjukan sebagai
media untuk mengkomunikasikan cerita yang dimainkan. Bahasa yang digunakan
saat berdialog adalah bahasa Jawa dan bahasa Osing, karena bahasa Osing
16
merupakan bahasa daerah masyarakat Using. Bahasa Osing hanya digunakan pada
saat adegan lawakan, sedangkan pada adegan lainnya menggunakan bahasa Jawa.
Berdasarkan hasil pengamatan, dalam pertunjukan Barong Lancing
terdapat beberapa jenis dialog. Jenis dialog tersebut diklasifikasikan berdasarkan
isi.
a) Dialog yang dilakukan dengan tembang, dialog sepertiini biasanya berisi
tentang sapaan yang dilakukan raja kepada keluarga kerajaan ataupun bawahan
raja. Dialog ini digunakan untuk menanyakan kabar, keadaan kerajaan.Jika dialog
dilakukan dengan seorang tamu, maka isi dialognya yaitu menanyakan nama, asal
dan maksud kedatangan. Dialog dengan menggunakan tembang dalam
pertunjukan Barong Lancing umumnya digunakan pada saat adegan jejer
kerajaan, maupun jejer padepokan. Dalam pertunjukan Janger, dialog yang
digunakan untuk menanyakan kabar, nama, dan asal seseorang disebut dengan
istilah bage-binage.7
b)Rembuk, merupakan dialog yang digunakan ketika sedang membahas
permasalahan.
c) Nglawungi adalah dialog yang dilakukan ketika sedang mengalami jatuh cinta
atau kasmaran.
d) Dialog yang diungkapkan ketika seorang tokoh sedang menghadapi masalah.
Dalam pertunjukanJanger istilah yang digunakan untuk dialog ini adalah
ngudarasa.8
e) Pertengkaran/ konflik, biasanya dilakukan ketika terjadi selisih paham antara
masing-masing tokoh.
f) Guyonan, adalah dialog yang digunakan padasaat adegan lawakan. Pada adegan
ini dialog yang digunakan menggunakan bahasa Osing tanpa ada aturan dalam
7Ibid.,
8Ibid.,
17
berbahasa. Dialog yang dilakukan tidak menggunakan cerita khusus, biasanya
ceritanya bebas yang tujuannya hanya untuk menghibur.
2) Dhalang, adalah seseorang yang bertugas membacakan narasi cerita yang
sedang dimainkan. Posisi dhalang dalam pertunjukan Barong Lancing berada di
balik layar atau belakang panggung. Bahasa yang digunakan oleh dhalang saat
membacakan narasi adalah menggunakan bahasa Jawa halus/ krama.
i. Tata rias dan busana
Tata rias yang digunakan umumnya merupakan tata rias karakter.
Masing-masing memiliki perbedaan sesuai dengan karakter tokoh yang
diperankan. Perbedaan terletak pada alis, penggunaan warna dan model kumis
yang digunakan. Pada putra gagah dan halus bentuk alisnya standar, berbeda
dengan putra beringas yang memiliki bentuk alis tebal.
1) Busana tokoh putra
Umumnya busana yang digunakan antara lain, dibagian kepala
menggunakan omprog bergaya Bali. Omprog biasanya digunakan oleh tokoh raja,
sedangkan tokoh patih, prajurit dan pendekar hanya menggunakan udheng.
Bagian badan menggunakan baju lengan panjang/ pendek, kalung kace, kain
penutup dada, pendhing, pols decker tangan dan kaki. Terkecuali untuk tokoh
khusus, seperti begawan. Umumnya hanya menggunakan jubah panjang dan
sorban.
2) Busana tokoh putri
Umumnya busana yang digunakan antara lain, omprog, baju tanpalengan/
rompi, klet bahu, jarit panjang bermotif batik Banyuwangi maupun kain biasa,
pendhing, dan aksesoris tambahan seperti gelang dankalung.
3) Busana tokoh dagelan
Umumnya menggunakan celana pendek, baju lengan panjang/ pendek,
jarit sembong, dan udheng. Namun terkadang juga menggunakan busana bertema
komikal yang didukung pula dengan tata riasnya.
18
j. Tata Panggung
Pentas yang digunakan pada pertunjukan Barong Lancing pada umunya
memiliki kesamaan dengan pentas yang digunakan pada bentuk pertunjukan teater
tradisional lainnya seperti Janger maupun Ludruk. Panggung yang digunakan
berbahan kayu dengan tiang penyangga terbuat dari besi. Arena pertunjukan
berbentuk prosenium yang dilengkapi dengan dekorasi tata panggung yang sesuai
dengan bentuknya .
Untuk menghadirkan suasana adegan di atas panggung bisa dengan
pemakaian layar bertema atau kelir yang dipasang dibelakang. Adapun jenis kelir
yang digunakan adalah sebagai berikut.
a) Layar/ Kelir Utama yang menggambarkan identitas sanggar atau komunitas
b) Layar Bertema/ Kelir Babakan
Merupakan layar yang menggambarkan lattar atau lokasi terjadinya suatu
adegan. Ada berbagai macam layar bercerita yang digunakan sesuai dengan tema
cerita yang dimainkan.
j. Tata Cahaya
Teknik penataan cahaya dalam sebuah pertunjukan menjadi sangat penting
untuk membangun suasana. Pada pertunjukan dramatari Barong Lancing terlihat
bahwa lighting tidak hanya sekedar sebagai alat penerangan saja, namun juga
digunakan sebagai sarana untuk membentuk suasana. Dalam pengoperasiannya
belum dilakukan secara maksimal karena keterbatasan alat dan tenaga teknisi.
Lampu lain yang digunakan adalah strip light yang dapat diartikan sebagai tata
lampu yang berderet.9 Lampu berderet ini dipasang dibagian depan disisi atas dan
menghadap ke dalam panggung. Lampu ini terdiri dari tiga warna primer yaitu
merah, kuning, dan biru.
9Ibid., hal. 150.
19
k. Properti
Pada pertunjukan dramatari Barong Lancing, properti yang dihadirkan
berfungsi sebagai sarana pendukung. Dalam pertunjukan BarongLancing ada
beberapa property yang digunakan, antara lain barong dan macan hijau, garuda
sawung alit, daun santen dan keris
IV. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwaBarong
Lancingdibentuk pada 21 Mei 2007 dan merupakan hasil pengembangan dari
pertunjukan Barong Tua atau Barong Using, pengembangan yang terjadi adalah
pada struktur penyajian yang meliputi alur cerita, penokohan, iringan musik, dan
tata busana. Secara visual baik struktur pertunjukannya merupakan bentuk baru
dari pertunjukan Barong yang sudah ada sebelumnya. Boleh dikatakan bahwa
Barong Lancing ini merupakan varian Janger baru atau merupakan varian baru
dari Barong yang secara visual memang bentuknya lebih mirip pada pertunjukan
Jangersehingga ada yang mengenal dengan istilah Barong Jangeran. Secara
bentuk pertunjukan Barong Lancing dipenngaruhi oleh budaya Bali, baik dari segi
gerak, tata busana maupun iringan dan dengan adanya perkembangan bentuk baru
dari Barong nampaknya masyarakat bisa menerima dengan terbuka dan menjadi
salah satu pertunjukan yang menarik dan digemari masyarakat.
Berbeda dengan pertunjukan Barong Tua, disana Barong mendapatkan
peran sebagai Sinar Udara tetapi pada pertunjukan Barong Lancing, Barong
hanya sebatas sebagai tari pembukaan wajib dan tidak boleh digantikan. Jenis
cerita yang dimainkan memiliki tema sapu jagat, artinya isi cerita berkisah
tentang pertarungan antara kebaikan dengan keburukan. Cerita yang dimainkan
juga bisa berasal dari cerita-cerita pada masa Kerajaan Majapahit, seperti cerita
Geger Pajajaran, Geger Cilacap, Alap-alap Bojonegoro, Pendekar Alas Purwo,
Pendekar Alas Sembulung, dan masih banyak cerita lain. Cerita tersebut dapat
dipilih sendiri oleh pemilik hajat.
20
B. Saran
Hadirnya pertunjukan Barong Lancing di Desa Kemiren merupakan upaya
pelestarian yang sekaligus sebenarnya merupakan pembaharuan. Pembaharuan
yang dimaksud adalah bentuk pertunjukan yang di dalamnya terdapat beberapa
elemen pendukung. Sebagai salah satu bentuk seni pertunjukan tradisional yang
harus tetap dilestarikan, maka diharapkan adanya dukungan baik dari pemerintah
daerah maupun seluruh masyarakat khususnya masyarakat Using di Desa
Kemiren.
21
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Sumandiyo. 2005. Sosiologi Tari. Yogyakarta: Pustaka.
Martono, Hendro. 1999. “Diktat: Tata Cahaya Panggung”.
Murgiyanto, Sal.1983. Koreografi: Pengetahuan Dasar Komposisi Tari. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Nalan, Arthur S. 2006, Teater Egaliter, Bandung: Sunan Ambu Press.
Rahayu, Eko Wahyuni. 2008. Barong Using: Aset Wisata Budaya Banyuwangi. Banyuwangi: Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi.
Puspito, Peni. 2009. “ Koreografi Janger Banyuwangi”dalam Eko Wahyuni Rahayu, Koreografi Etnik Jawa Timur. Surabaya: Dewan Kesenian Jawa Timur.
Rahayu, Eko Wahyuni. 2009. Koreografi Etnik Jawa Timur. Surabaya: Dewan Kesenian Jawa Timur.
Rahayu, Eko Wahyuni. 2003. “Barong Using Dalam Upacara Ider Bumi Di Desa Kemiren Banyuwangi Jawa Timur”. Tesis untuk mencapai derajat S-2 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
RMA. Haryimawan. 1986. Dramaturgi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi PenelitianKajian Budaya Dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Santoso, Gempur. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Smith, Jacqueline. Tanpa Tahun. Komposisi Tari: Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru. Yogyakarta: Ikalasti Yogyakarta
SP. Soedarso. 2006. Trilogi Seni:Penciptaan Eksistensi Dan Kegunaan Seni. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta.
Soedarsono. 1977. Tari-Tarian IndonesiaI. Jakarta: Proyek Pengembangan Media Kebudayaan.
_______1999.Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan Dan Seni Rupa. Bandung: MSPI.
22
_______2000.Masa Gemilang dan Memudar Wayang Wong Gaya Yogyakarta. Yogyakarta: Tarawang.
________2002.Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sumardjo, Jacob. 1992. Perkembangan Teater Modern dan Sastra Drama Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
________2000.Filsafat Seni. Bandung: ITB.
Tasman. 2008. Analisis Gerak Dan Karakter. Surakatra: ISI Press Surakarta.
Tim Penyusun. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Tim Penyusun. 2006. Buku Panduan Penulisan Dan Penilaian Skripsi. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
“Barong Ikon Seni Banyuwangi”.Indie Penden Media Berpikir Merdeka, edisi 07 Februari 2013, hal. 29.
top related