karya tulis ilmiah : studi kasus asuhan ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/3767/7/kti aeny benar.pdfcara...
Post on 18-Apr-2021
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI
CEDERA OTAK SEDANG (COS) DENGAN MASALAH
KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN OTAK
DI RSUD BANGIL PASURUAN
OLEH:
NUR’AENI
171210025
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2020
KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI
CEDERA OTAK SEDANG (COS) DENGAN MASALAH
KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN OTAK
DI RSUD BANGIL PASURUAN
Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan
(A.Md.Kep) Pada Program Study Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Insan Cendekia medika Jombang.
OLEH:
NUR’AENI
171210025
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2020
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nur’aeni
NIM : 171210025
Tempat tanggal lahir : Indramayu, 11 Juli 1997
Institusi : STIKes Insan Cendekia Medika Jombang
Judul karya tulis ilmiah : Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami
Cedera Otak Sedang (COS) Dengan Masalah
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak Diruang HCU
Melati RSUD Bangil Pasuruan
Menyatakan bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis ini benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang
lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri, kecuali dalam bentuk
kutipan yang telah disebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan
apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi.
Jombang, 08 Agustus 2020
Peneliti
NUR’AENI
NIM:171210025
xvii
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Indramayu,11 Juli 1997 dari pasangan Sarnoto dan
Ruhayati. Penulis adalah anak keempat dari tiga bersaudara.
Pada tahun 2004 penulis lulus tahun dari TK AL-MUKARROM, tahun
2010 lulus dari SD Negeri 1 Sumoroto,tahun 2013 lulus dari MTs Al-Mukarrom
dan pada tahun 2016 penulis lulus dari SMK Kesehatan Bakti Indonesia Medika
Ponorogo. Pada tahun 2018 penulis melanjutkan pendidikan di STIKES Insan
Cendekia Medika Jombang dan memilih program studi Diploma III Keperawatan
dari lima program studi yang ada di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan
Cendekia Medika Jombang.
Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.
Jombang,08 Agustus 2020
NUR’AENI
NIM:171210025
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Kejarlah ilmu setinggi langgit
PERSEMBAHAN
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena-Nya Karya Tulis
Ilmiah ini dapat terselesaikan. Serta saya ucapkan sholawat dan salam kepada
Nabi besar Muhammad SAW. Dengan penuh kecintaan dan rasa bangga saya
persembahkan Karya Tulis Ilmiah ini untuk turut berterima kasih kepada :
1. Kedua orang tua saya yang selalu senantiasa
merawatku,membesarkanku,memberikanku pendidikan mulai dari bayi
yang tidak mengerti sampai umur saya sekarang,terima kasih bapak
ibu karena selalu memanjatkan doa disetiap sujud bapak dan ibu dan
motivasi yang sangat luar biasa hingga Karya Tulis Ilmiah ini
terselesaikan.
2. Terima kasih buat kakak ku Siti Rohyani yang selalu memberi
semangat dalam bentuk apapun dan buat mas Danang Priyambodo
yang selalu memberi semangat dan mendukungku sampai Karya Tulis
Ilmiah ini terselesaikan.
3. Pembimbing utama dan pembimbing anggota ( Maharani Tri
Puspitasari,S.Kep.,Ns.,MM dan Anita Rahmawati,S.Kep.,Ns.,M.Kep )
terima kasih telah memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran.
4. Dosen STIKES ICME Jombang dan almamaterku. Terima kasih telah
memberikan ilmu yang mendidikku selama ini.
Terima kasih buat sahabatku Novi Yulia Budiarti,Hesty,Sindi Agustin yang tidak
pernah berhenti menemani saya saat membuat dan mengerjakan Karya Tulis
Ilmiah ini hingga terselesaikan dan serta rekan rekan DIII Keperawatan yang saya
cintai sudah menjadi keluraga besar yang luar biasa selama 3 tahun ini.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah kasus yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada klien yang mengalami (COS) Cedera Otak Sedang dengan
masalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan”
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah kasus ini
tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak
penulis mengucapakan terima kasih kepada selaku ketua STIKES ICME Jombang
yang memberikan izin untuk membuat laporan kasus sebagai tugas akhir program
studi DIII Keperawatan, Maharani Tri Puspitasari.,S.Kep.,MM selaku kaprodi
DIII Keperawatan. Penguji utama Ruliati SKM.,M.Kes, dan pembimbing kedua
Anita Rahmawati,S.Kep.,Ns.,M.Kep, yang memberikan pimbimbingan dan
motivasi kepada penulis selama proses penyusunan,orang tua dan temn teman
yang ikut serta memberikan saran dan kritik sehingga Karya Tulis Ilmiah kasus ini
dapat terselesaikan tepat waku.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini masih dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dari para pembaca demi penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Jombang, 08 Agustus 2020
Penulis
NUR’AENI
NIM:171210025
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CEDERA OTAK SEDANG
(COS) DENGAN MASALAH PERFUSI JARINGAN OTAK
DI RUANG MELATI RSUD BANGIL PASURUAN
Oleh:
Nuraeni
Cedera otak dapat menyebabkan ruptur pembuluh darah didaerah
intrakranial yang mengakibatkan terjadinya perembesan darah kerongga didalam
pembungkus otak sebelah luar atau diantara pembungkus otak sebelah luar dengan
tengkorak sehingga memenuhi daerah intracranial, hal ini menyebabkan gangguan
perfusi karingan otak. Tujuan penelitian ini mampu memberikan asuhan
keperawatan pada klien cedera otak sedang (COS) dengan masalah perfusi
jaringan otak.
Desain penelitian ini menggunakan metode studi kasus, pada 2 klien
cedera otak sedang (COS) dengan masalah perfusi jaringan otak. Pengumpulan
data dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik. Analisa data dengan
cara pengumpulan data, pengkajian data, kesimpulan Etik penelitian: surat
persetujuan, tanpa nama, kerahasiaan.
Hasil penelititian didapatkan data klien 1 mengatakan nyeri pada kepala
skala 5, tensi darah: 90/70 mmHg, respirasi: 28 x/menit, suhu: 36 °C, Nadi: 82
x/menit, terdapat luka pada wajah dahi dan kepala, patah pada tangan kanan.
Sedangkan klien 2 mengatakan nyeri pada kepala skala 6, tekan darah: 90/80
mmHg, nadi: 82 x/menit, suhu: 37 °C, respirasi: 26 x/menit, terdapat luka pada
wajah dahi, pipi dan kepala.
Kesimpulan diharapkan dengan studi kasus ini dapat menambah informasi
tentang perawatan dan pengobatan pada pasien dengan trauma kepala sedang
sehingga dapat mempercepa proses kesembuhan klien dan mempermudah kelurga
dalam merawat klien saat sudah di rumah maupun saat di rumah sakit.
Kata kunci: Asuhan Keperawatan, Cedera otak sedang (COS), Perfusi jaringan
otak.
ABSTRACT
NURSING CARE FOR CLIENTS IN BRAIN INJURY (COS) WITH
PROBLEMS OF BRAIN NETWORK PERFUSION
IN THE MELATI SPACE GENERAL HOSPITAL
BANGIL PASURUAN AREA
By:
Nuraeni
Brain injury can cause rupture of blood vessels in the intracranial region
which results in hollow blood seepage in the outer brain wrapper or between the
outer brain wrapper with the skull so that it fills the intracranial region, this
causes impaired perfusion of the brain's brain. The purpose of this study is to
provide nursing care to clients of moderate brain injury (COS) with brain tissue
perfusion problems.
The design of this study uses the case study method, in 2 moderate brain
injury (COS) clients with brain tissue perfusion problems. Data collection by
interview, observation, physical examination. Data analysis by data collection,
data review, conclusion Research ethics: letter of consent, anonymity,
confidentiality.
Research results obtained client data 1 says pain on the head scale 5,
blood pressure: 90/70 mmHg, respiration: 28 x / minute, temperature: 36 ° C,
pulse: 82 x / minute, there are wounds on the face of the forehead and head,
broken on the right hand. Whereas client 2 says pain on the head scale 6, blood
pressure: 90/80 mmHg, pulse: 82 x / minute, temperature: 37 ° C, respiration: 26
x / minute, there are sores on the face of the forehead, cheeks and head.
Conclusions are expected with this case study to add information about
care and treatment in patients with moderate head trauma so as to be able to
preempt the client's healing process and facilitate family in treating clients when
they are at home or while in hospital.
Keywords: Nursing care, moderate brain injury (COS), brain tissue perfusion.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL LUAR ...................................................................... i
HALAMAN SAMPUL DALAM ................................................................... ii
LEMBAR SURAT PERNYATAAN ............................................................. iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. vi
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... vii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ viii
MOTO DAN KATA PERSEMBAHAN ....................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
ABSTRAK ...................................................................................................... xii
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xviii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah......................................................................................... 4
1.3 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Stroke .................................................................................. 6
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ............................................................ 16
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian... ..................................................................................... 25
3.2 Batasan Istilah ............................................................................................ 25
3.3 Partisipan .................................................................................................... 26
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 26
3.5 Pengumpulan Data ..................................................................................... 27
3.6 Uji Keabsahan Data.................................................................................... 28
3.7 Analisa Data ............................................................................................... 29
3.8 Etik Penelitian ............................................................................................ 30
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil... ........................................................................................................ 32
4.2 Pembahasan ................................................................................................ 45
BAB 5 KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan... ............................................................................................. 51
5.2 Saran ........................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 53
LAMPIRAN
Halaman
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Glasglow Coma Scale ...................................................................... 11
Tabel 2.2 Intervensi keperawatan ................................................................... 21
Tabel 4.1 Identitas klien ................................................................................... 32
Tabel 4.2 Riwayat Penyakit ............................................................................. 33
Tabel 4.3 Perubahan pola kesehatan ................................................................ 34
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik ............................................................................ 35
Tabel 4.5 Pemeriksaan Diagnostik ................................................................... 36
Tabel 4.6 Pemeriksaan Diagnostik Laboraturium ............................................ 37
Tabel 4.7 Terapi Medis .................................................................................... 38
Tabel 4.8 Analisa data klien 1 .......................................................................... 38
Tabel 4.9 Analisa data klien 2 .......................................................................... 38
Tabel 4.10 Diagnosa keperawatan ................................................................... 39
Tabel 4.11 Intervensi keperawatan .................................................................. 39
Tabel 4.12 Implementasi keperawatan ............................................................. 40
Tabel 4.13 Evaluasi keperawatan ..................................................................... 43
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pathway ....................................................................................... 24
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Kegiatan
Lampiran 2 Permohonan Responden
Lampiran 3 Persetujuan Responden 1
Lampiran 4 Persetujuan Responden 2
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 6 Surat Keterangan Kelaikan Etik
Lampiran 7 Surat Datang Seminar Proposal
Lampiran 8 Format Askep
Lampiran 9 Turnitin Receipt
Lampiran 10 Presentase Plagscan
Lampiran 11 Lembar Konsul Pembimbing 1
Lampiran 12 Lembar Konsul Pembimbing 2 ................................................... 76
DAFTAR SINGKATAN
Lambang
1. % : Persentase
2. 0 : Derajad
3. / : Atau
4. & : Dan
5. > : Lebih dari
Singkatan
1. STIKes : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
2. ICMe : Insan Cendekia Medika
3. WHO : World Health Organization
4. RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
5. DINKES ː Dinas Kesehatan
6. NIC ː Nursing Interventions Classification
7. NOC ː Nursing Outcomes Classifications
8. TIA : Transient Ischemic Attack
9. RIND : Reversible Ischemic Neurologic Deficit
10. USG : Ultrasonografi
11. CT-Scan : CT Scanning and Radiation Safety
12. SBAR : Situation, Background, Assessment, Recommendation
13. GPDO : Gangguan Peredaran Darah Otak
14. mmHg : Mili meter hydrargyrum
15. BUN : Blood Urea Nitrogen atau nitrogen urea darah
16. SGPT : Serum Glutamic Pyruvic Transaminase
17. SGOT : Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase
18. TD : Tekanan Darah
19. SH : Stroke Haemorhagic
20. SNH : Stroke Non Hemoragic
21. CVA : Cerebro Vaskuler Accident
22. PTIK : Peningkatan Tekanan Intra Kranial
23. PIS : Perdarahan Intra Serebral
24. PSA : Perdarahan Sub Araknoid
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi
tubuh, karena di dalam otak terdapat berbagai pusat kontrol seperti pengendalian
fisik, intelektual, emosional, sosial dan keterampilan. Walaupun otak berada dalam
ruang yang tertutup dan terlindungi oleh tulang-tulang yang kuat namun dapat juga
mengalami kerusakan (Putri, 2018). Cedera otak dapat menyebabkan ruptur
pembuluh darah di daerah intrakranial yang mengakibatkan terjadinya perembesan
darah ke rongga di dalam pembungkus otak sebelah luar atau di antara
pembungkus otak sebelah luar dengan tengkorak sehingga memenuhi daerah
intracranial, hal ini menyebabkan gangguan perfusi karingan otak (Lukman,
Saragih & Natalia, 2018).
Enam puluh sembilan juta (95% CI 64-74 juta) orang di seluruh dunia
diperkirakan mengalami trauma brain injury (TBI) setiap tahun (WHO, 2018).
Proporsi TBI yang dihasilkan dari tabrakan lalu lintas jalan terbesar di Afrika
dan Asia Tenggara (keduanya 56%) dan terendah di Amerika Utara (25%).
Insiden road traffic injury (RTI) serupa di Asia Tenggara (1,5% dari populasi
per tahun) dan Eropa (1,2%). Kejadian keseluruhan TBI per 100.000 orang
adalah yang terbesar di Amerika Utara (1299 kasus, 95% CI 650-1947) dan
Eropa (1012 kasus, 95% CI 911-1113) dan paling sedikit di Afrika (801 kasus,
95% codeigner/CI 732- 871) dan Mediterania Timur (897 kasus, 95% CI 771-
1023) (Dewan et.al., 2018). Angka kejadian trauma otak yang dirawat di rumah
sakit di Indonesia merupakan penyebab kematian urutan kedua (4,37%) setelah
stroke, dan merupakan urutan kelima (2,18%) pada 10 pola penyakit terbanyak
2
yang dirawat di rumah sakit di Indonesia (Riskesdas, 2018). Prevalensi cedera
otak di Indonesia adalah 8,2%, dengan prevalensi tertinggi ditemukan di
Sulawesi Selatan (12,8%) dan terendah di Jambi (4,5%). Jawa Timur memiliki
prosentase 11,2% kejadian cedera otak di Indonesia. Prevalensi tertinggi terjadi
di Kabupaten Nganjuk (22,65%) diikuti oleh kota Pasuruan (21%). Hasil studi
pendahuluan di RSUD Bangil cedera otak pada bulan Januari–Maret 2018
cedera otak berjumlah 151 kasus (Baely, 2018).
Cedera otak merupakan sebuah proses dimana terjadi cedera langsung
atau deselerasi terhadap otak yang dapat mengakibatkan kerusakan tengkorak
dan otak (Pierce dan Neil, 2014). Cedera otak terjadi karena adanya kontak
daya/kekuatan yang mendadak di otak. Mekanisme cedera otak dapat
mengakibatkan adanya gangguan atau kerusakan struktur misalnya kerusakan
pada parenkim otak, kerusakan pembuluh darah, edema dan biokimia otak
misalnya penurunan adenosin tripospat dalam mitokondria, perubahan
permeabilitas vaskuler, ditandai dengan adanya penurunan sirkulasi jaringan
otak, akibat saturasi O2 di dalam otak dan nilai Glasgow Somnolen Scala
menurun. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan bermakna antara
volume perdarahan intrakranial pada pasien terhadap Glasgow Outcome Scale
(GOS) pada pasien cedera otak (Lukman, Saragih & Natalia, 2018). Keadaan ini
mengakibatkan disorientasi pada pasien cedera otak sehingga dapat
menimbulkan ketidakefektifan perfusi apabila tidak ditangani dengan segera
otak akan mengalami hipoksia (kekurangan oksigen) dan terjadi
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral (Tarwoto, 2013).
3
Penanganan pasien cedera otak dapat dilakukan secara farmakologis
maupun non farmakologis. Stimulasi auditori dapat direkomendasikan sebagai
terapi tambahan secara non farmakologis terhadap pasien cedera otak yang
mengalami penurunan kesadaran. Stimulasi ini dapat diberikan berupa suara
musik, suara yang dikenal, suara lingkungan atau menyebutkan nama pasien
yang dapat diberikan oleh keluarga atau tenaga kesehatan baik secara langsung
ataupun tidak langsung dengan durasi 5 – 15 menit dan diberikan sebanyak 2 –
3 kali per hari (Septiany et.al., 2019). Tindakan keperawatan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah perfusi jaringan otak adalah dengan
pemberian oksigenasi. Berdasarkan hasil penelitian terdapat peningkatan
satusari oksigen di otak sesudah diberikan terapi oksigen dengan menggunakan
Non-Rebreathing Mask (NRM) (Simamora & Ginting, 2017). Intervensi yang
dilakukan untuk mengurangi gangguan perfusi jaringan cerebral dengan cara
mengobservasi tanda dan gejala peningkatan TIK, otak pasien otak ditinggikan
20-30 derajat dengan otak dan dada pada satu bidang, pantau tekanan darah,
pertahankan otak/leher pada posisi tengah atau pada posisi netral, hindari
pemakaian bantal besar pada otak, hindari/batasi penggunaan restrein (Putri,
2019).
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, penyusun bermaksud
melakukan penelitian study kasus dengan masalah “Asuhan Keperawatan pada
Klien yang mengalami Cedera Otak Sedang (COS) dengan Masalah Perfusi
Jaringan Otak di RSUD Bangil Pasuruan”.
4
1.2 Batasan Masalah
Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Cedera Otak Sedang
(COS) dengan masalah perfusi jaringan otak di RSUD Bangil Pasuruan.
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami Cedera Otak Sedang (COS) dengan masalah perfusi jaringan otak
di RSUD Bangil Pasuruan ?
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami Cedera Otak Sedang (COS) dengan masalah perfusi jaringan
otak di RSUD Bangil Pasuruan.
1.4.2 Tujuan khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami Cedera
Otak Sedang (COS) dengan masalah perfusi jaringan otak di RSUD
Bangil Pasuruan.
2. Menetapkan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami COS di
RSUD Bangil Pasuruan.
3. Menyusun intervensi keperawatan pada klien yang mengalami Cedera
Otak Sedang (COS) dengan masalah perfusi jaringan otak di RSUD
Bangil Pasuruan.
4. Melakukan implementasi tindakan keperawatan pada klien yang
mengalami Cedera Otak Sedang (COS) dengan masalah perfusi jaringan
otak di RSUD Bangil Pasuruan.
5
5. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien yang mengalami Cedera
Otak Sedang (COS) dengan masalah perfusi jaringan otak di RSUD
Bangil Pasuruan.
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan atau
mengembangkan ilmu keperawatan medikal bedah khususnya dalam
mengembangkan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami cedera
otak sedang dengan masalah perfusi jaringan otak.
1.5.2 Manfaat praktis
Asuhan keperawatan ini dapat dijadikan sebagai panduan bagi
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang
mengalami cedera otak sedang. Selain itu, studi kasus ini diharapkan dapat
menjadi media pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan dalam hal asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami cedera otak sedang.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Cedera Otak
2.1.1 Definisi
Cedera otak merupakan sebuah proses dimana terjadi cedera langsung
atau deselerasi terhadap otak yang dapat mengakibatkan kerusakan
tengkorak dan otak (Pierce dan Neil, 2014).
Cedera otak adalah cedera mekanik yang secara langsung atau tidak
langsung mengenai otak yang mengakibatkan luka di kulit otak, fraktur
tulang tengkorak, robekan selaput otak dan kerusakan jaringan otak itu
sendiri, serta mengakibatkan gangguan neurologis (Sjahrir, 2012).
Cedera otak merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau
deselerasi terhadap otak yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak
(Pierce & Neil. 2006). Adapun menurut Brain Injury Assosiation of
America (2009), cedera otak adalah suatu kerusakan pada otak, bukan
bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan
atau benturan fisikdari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah
kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan
fungsi fisik.
Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa cedera otak
merupakan trauma pada kulit kepala, tengkorak, dan otak yang terjadi baik
secara langsung ataupun tidak langsung pada kepala yang dapat
mengakibatkan terjadinya penurunan kesadaran bahkan dapat menyebabkan
kematiaan.
2.1.2 Etiologi
Penyebab cedera otak dibagi menjadi cedera primer yaitu cedera yang
terjadi akibat benturan langsung maupun tidak langsung, dan cedera
sekunder yaitu cedera yang terjadi akibat cedera saraf melalui akson meluas,
hipertensi intrakranial, hipoksia, hiperkapnea / hipotensi sistemik. Cedera
sekunder merupakan cedera yang terjadi akibat berbagai proses patologis
yang timbul sebagai tahap lanjutan dari kerusakan otak primer, berupa
perdarahan, edema otak, kerusakan neuron berkelanjutan, iskemia,
peningkatan tekanan intrakranial dan perubahan neurokimiawi (Hickey,
2003).
2.1.3 Mekanisme Cedera Otak
Berdasarkan Advenced Trauma Life Support (ATLS) tahun 2004,
klasifikasi berdasarkan mekanismenya, cedera otak dibagi menjadi:
1. Cedera otak tumpul, biasanya disebabkan oleh kecelakaan kendaraan
bermotor, jatuh ataupun terkena pukulan benda tumpul.
2. Cedera otak tembus, biasanya disebabkan oleh luka tusukan, atau luka
tembak.
2.1.4 Morfologi Cedera Otak
Berdasarkan morfologinya, cedera otak dapat dibagi menjadi:
1. Fraktur Kranium
Fraktur kranium diklasifikasikan berdasarkan lokasi anatomisnya,
dibedakan menjadi fraktur calvaria dan fraktur basis cranii. Berdasarkan
keadaan lukanya, dibedakan menjadi fraktur terbuka yaitu fraktur dengan
luka tampak telah menembus duramater, dan fraktur tertutup yaitu
fraktur dengan fragmen tengkorak yang masih intak (Sjamsuhidajat,
2010).
2. Perdarahan Epidural
Hematom epidural terletak di luar dura tetapi di dalam rongga
tengkorak dan gambarannya berbentuk bikonveks atau menyerupai lensa
cembung. Biasanya terletak di area temporal atau temporo parietal yang
disebabkan oleh robeknya arteri meningea media akibat fraktur tulang
tengkorak (Sjamsuhidajat, 2010).
3. Perdarahan Subdural
Perdarahan subdural lebih sering terjadi daripada perdarahan
epidural. Robeknya vena-vena kecil di permukaan korteks cerebri
merupakan penyebab dari perdarahan subdural. Perdarahan ini biasanya
menutupi seluruh permukaan hemisfer otak, dan kerusakan otak lebih
berat dan prognosisnya jauh lebih buruk bila dibandingkan dengan
perdarahan epidural (Sjamsuhidajat, 2010).
4. Contusio dan perdarahan intraserebral
Contusio atau luka memar adalah apabila terjadi kerusakan jaringan
subkutan dimana pembuluh darah (kapiler) pecah sehingga darah
meresap ke jaringan sekitarnya, kulit tidak rusak, menjadi bengkak dan
berwarna merah kebiruan. Luka memar pada otak terjadi apabila otak
menekan tengkorak. Contusio cerebri sering terjadi di lobus frontal dan
lobus temporal, walaupun dapat juga terjadi pada setiap bagian dari otak.
Contusio cerebri dapat terjadi dalam waktu beberapa jam atau hari,
berubah menjadi perdarahan intraserebral yang membutuhkan tindakan
operasi (Sjamsuhidajat, 2010).
5. Commotio cerebri
Commusio cerebri atau gegar otak merupakan keadaan pingsan
yang berlangsung kurang dari 10 menit setelah trauma otak, yang tidak
disertai kerusakan jaringan otak. Pasien mungkin akan mengeluh nyeri
otak, vertigo, mungkin muntah dan pucat (Sjamsuhidajat, 2010).
6. Fraktur basis cranii
Hanya suatu cedera otak yang benar-benar berat yang dapat
menimbulkan fraktur pada dasar tengkorak. Penderita biasanya masuk
rumah sakit dengan kesadaran yang menurun, bahkan tidak jarang dalam
keadaan koma yang dapat berlangsung beberapa hari. Dapat tampak
amnesia retrogade dan amnesia pascatraumatik. Gejala tergantung letak
frakturnya:
a. Fraktur fossa anterior
Darah keluar beserta likuor serebrospinal dari hidung atau
kedua mata dikelilingi lingkaran “biru” (Brill Hematom atau
Racoon’s Eyes), rusaknya Nervus Olfactorius sehingga terjadi
hyposmia sampai anosmia.
b. Fraktur fossa media
Darah keluar beserta likuor serebrospinal dari telinga. Fraktur
memecahkan arteri carotis interna yang berjalan di dalam sinus
cavernous sehingga terjadi hubungan antara darah arteri dan darah
vena (A-V shunt).
c. Fraktur fossa posterior
Tampak warna kebiru-biruan di atas mastoid. Getaran fraktur
dapat melintas foramen magnum dan merusak medula oblongata
sehingga penderita dapat mati seketika.
2.1.5 Klasifikasi Cedera Otak
Penilaian derajat beratnya cedera otak dapat dilakukan dengan
menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS) yang diciptakan oleh Jennet dan
Teasdale pada tahun 1974. GCS yaitu suatu skala untuk menilai secara
kuantitatif tingkat kesadaran seseorang dan kelainan neurologis yang terjadi.
Ada 3 aspek yang dinilai yaitu reaksi membuka mata (eye opening), reaksi
berbicara (verbal respons), dan reaksi lengan serta tungkai (motor respons).
Cedera otak diklasifikasikan menjadi 3 kelompok berdasarkan nilai
GCS yaitu:
1. Cedera Otak Ringan (CKR) dengan GCS > 13, tidak terdapat kelainan
berdasarkan CT scan otak, tidak memerlukan tindakan operasi, lama
dirawat di rumah sakit < 48 jam.
2. Cedera Otak Sedang (CKS) dengan GCS 9-13, ditemukan kelainan pada
CT scan otak, memerlukan tindakan operasi untuk lesi intrakranial,
dirawat di rumah sakit setidaknya 48 jam.
3. Cedera Otak Berat (CKB) bila dalam waktu > 48 jam setelah trauma,
score GCS < 9 (George, 2009).
Tabel 2.1 Glasgow Coma Scale
Eye Opening Score
Mata terbuka spontan 4
Mata membuka terhadap bicara 3
Mata membuka sedikit setelah dirangsang nyeri 2
Tidak membuka mata 1
Motor Response Score
Menurut perintah 6
Dapat melokalisir nyeri 5
Reaksi menghindar 4
Gerakan fleksi abnormal 3
Gerakan ekstensi abnormal 2
Tidak ada gerakan 1
Verbal Response Score
Berorientasi 5
Bicara kacau / disorientasi 4
Mengeluarkan kata-kata yang tidak tepat/ tidak membentuk kalimat 3
Mengeluarkan suara tidak ada artinya 2
Tidak ada jawaban 1
(ATLS, 2004)
2.1.6 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis cedera otak sedang menurut Smeltzer (2010)
meliputi:
1. Pola pernafasan
Pusat pernafasan diciderai oleh peningkatan TIK dan hipoksia,
trauma langsung atau interupsi aliran darah. Pola pernafasan dapat
berupa hipoventilasi alveolar, dangkal.
2. Kerusakan mobilitas fisik
Hemisfer atau hemiplegi akibat kerusakan pada area motorik otak.
3. Ketidakseimbangan hidrasi
Terjadi karena adanya kerusakan kelenjar hipofisis atau
hipotalamus dan peningkatan TIK.
4. Aktifitas menelan
Reflek melan dari batang otak mungkin hiperaktif atau menurun
sampai hilang sama sekali.
5. Kerusakan komunikasi
Pasien mengalami trauma yang mengenai hemisfer serebral
menunjukkan disfasia, kehilangan kemampuan untuk menggunakan
bahasa.
Manifestasi klinis cedera otak sedang menurut Oman (2008), meliputi:
1. Gangguan kesadaran
2. Konfusi
3. Sakit otak, vertigo, gangguan pergerakan
4. Tiba-tiba defisit neurologik
5. Perubahan TTV
6. Gangguan penglihatan
7. Disfungsi sensorik
8. Lemah otak
2.1.7 Pemeriksaan Fisik Cedera Otak
Komponen utama pemeriksaan neurologis pada pasien cedera otak
sebagai berikut:
1. Bukti eksternal trauma: laserasi dan memar.
2. Tanda fraktur basis cranii: hematom periorbital bilateral, hematom pada
mastoid (tanda Battle), hematom subkonjungtiva (darah di bawah
konjungtiva tanpa adanya batas posterior, yang menunjukkan darah dari
orbita yang mengalir ke depan), keluarnya cairan serebrospinal dari
hidung atau telinga (cairan jernih tidak berwarna, positif mengandung
glukosa), perdarahan dari telinga.
3. Tingkat kesadaran (GCS)
4. Pemeriksaan neurologis menyeluruh, terutama reflek pupil, untuk melihat
tanda–tanda ancaman herniasi tentorial (Ginsberg, 2007).
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1. CT-Scan (dengan/ tanpa kontras), mengidentifikasi adanya hemoragik,
menentukan ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak.
2. Aniografi Cerebral, menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti
pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan, trauma.
3. X-Ray, mengidentifikasi atau mendeteksi perubahan struktur tulang
(fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan/ edema).
4. AGD (Analisa Gas Darah), mendeteksi ventilasi atau masalah pernapsan
(oksigenisasi) jika terjadi peningkatan intrakranial.
5. Elektrolit, untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebgai akibat
peningkatan tekanan intrakranial.
6. Hemoglobiin, sebagai salah satu pertanda adanya perdarahan yang hebat.
7. Leukosit, merupakan salah satu indikator berat ringannya cidera otak
yang terjadi.
8. Ventrikulografi udara.
9. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL).
(Ginsberg. 2017).
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
1. Airways dan Breathing
a. Perhatian adanya apnoe
b. Untuk cedera otak berat lakukan intubasi endotracheal. Penderita
mendapat ventilasi dengan oksigen 100% sampai diperoleh AGD dan
dapat dilakukan penyesuaian yang tepat terhadap FiO2.
c. Tindakan hiperventilasi dilakukan hati-hati untuk mengoreksi asidosis
dan menurunkan secara cepat TIK pada penderita dengan pupil yang
telah berdilatasi. PCO2 harus dipertahankan antara 25-35 mmHg.
2. Circulation
Hipotensi dan hipoksia adalah merupakan penyebab utama
terjadinya perburukan pada CKS. Hipotensi merupakan petunjuk adanya
kehilangan darah yang cukup berat, walaupun tidak tampak. Jika terjadi
hipotensi maka tindakan yang dilakukan adalah menormalkan tekanan
darah. Lakukan pemberian cairan untuk mengganti volume yang hilang
sementara penyebab hipotensi dicari.
3. Disability (pemeriksaan neurologis)
a. Pada penderita hipotensi pemeriksaan neurologis tidak dapat
dipercaya kebenarannya. Karena penderita hipotensi yang tidak
menunjukkan respon terhadap stimulus apapun, ternyata menjadi
normal kembali segera tekanan darahnya normal.
b. Pemeriksaan neurologis meliputi pemeriksaan GCS dan reflek cahaya
pupil.
c. Konservatif: Bedrest total, Pemberian obat-obatan, Observasi tanda-
tanda vital (GCS dan tingkat kesadaran).
d. Obat-obatan :
Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema
serebral, dosis sesuai dengan berat ringanya trauma. Terapi
hiperventilasi (trauma otak berat), untuk mengurnagi vasodilatasi.
Pengobatan anti edema dnegan larutan hipertonis yaitu manitol 20 %
atau glukosa 40 % atau gliserol 10 %. Antibiotika yang mengandung
barrier darah otak (penisillin) atau untuk infeksi anaerob diberikan
metronidasol. Makanan atau cairan, Pada trauma ringan bila muntah-
muntah tidak dapat diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5
%, amnifusin, aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2
– 3 hari kemudian diberikan makanan lunak. Pada trauma berat.
Karena hari-hari pertama didapat penderita mengalami penurunan
kesadaran dan cenderung terjadi retensi natrium dan elektrolit maka
hari-hari pertama (2-3 hari) tidak terlalu banyak cairan. Dextosa 5 % 8
jam pertama, ringer dextrosa 8 jam kedua dan dextrosa 5 % 8 jam
ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah makanan diberikan
melalui nasogastric tube (2500–3000 TKTP). Pemberian protein
tergantung nilai ure nitrogen
e. Pembedahan.
2.1.10 Komplikasi
Komplikasi dan akibat cedera otak :
1. Gejala sisa cedera otak berat
Bahkan setelah cedera otak berat kebanyakan pasien dapat
kembali mandiri. Akan tetapi, beberapa pasien dapat mengalami
ketidakmampuan baik secara fisik (disfasia, hemiparesis, palsi saraf
kranial) dan mental (gangguan kognitif, perubahan kepribadian).
2. Kebocoran cairan serebrospinal
Hal ini dapat terjadi mulai dari saat cedera, tetapi jika hubungan
antara rongga subaraknoid dan telinga tengah sinus paranasal akibat
fraktur basis hanya kecil dan tertutup jaringan otak, maka hal ini tidak
akan terjadi dan pasien mungkin mengalami meningitis dikemudian
hari.
3. Epilepsi pascatrauma
Terutama terjadi pada pasien yng mengalami kejang awal (dalam
minggu pertama setelah cidera), amnesia pascatrauma yang lama (lebih
dari 24 jam), fraktur depresi kranium, atau hematoma intrakranial.
4. Sindrom pascakonkusi
Nyeri otak, vertigo, depresi dan gangguan konsentrasi dapat
menetap bahkan setelah cidera otak ringan. Vertigo dapat terjadi akibat
cedera vestibular.
5. Hematoma subdural kronik
Komplikasi lanjut cedera otak ini (dapat terjadi pada cedera otak
ringan).
(Ginsberg, 2017).
2.2. Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Setelah dilakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan klien
sebaiknya dilakukan pemeriksaan fisik dengan per sistem.
1. Kedaan umum
Secara umum keadaan umum pasien dapat di nyatakan dalam tiga
kriteria yaitu ringan, sedang, berat.Ringan terdiri dari kesadaran penuh,
tanda-tanda vital stabil, pemenuhan kebutuhan mandiri. Sedang terdiri
dari kesadaran penuh s/d apatis, tanda-tanda vital stabil, memerlukan
tindakan medis, memerlukan observasi, pemenuhan kebutuhan di bantu
sebagian s/d sepenuhnya. Berat terdiri dari kesadaran penuh s/d
somnolen, tanda-tanda vital tidak stabil, memakai alat bantu organ vital,
melakukan tindakan pengobatan yang intensif.
2. Sistem pernafasan
Perubahan pola nafas, irama atau frekuensi kedalaman bunyi
nafasronchi mengi positif.
3. Sistem kardiovaskuler
Palpasi denyut nadi dalam rentang normal atau terjadi bradikardi
dan takikardi. Auskultasi apa terjadi perubahan tensi darah
4. Sistem neurologi
a. Inspeksi kaji LOC (level of consiousness) atau tingkat kesadaran :
dengan melakukan pertanyaan tentang kesadaran pasien terhadap
waktu, tempat dan orang,kaji status mental, kaji adanya kejang atau
tremor
b. Palpasi kaji tingkat kenyamanan, adanya nyeri dan termasuk lokasi,
durasi, tipe dan pengobatannya, kaji fungsi sensoris dan tentukan
apakah normal atau mengalami gangguan. Dapat juga di lakukan
pemeriksaan pada saraf cranial :
1) Saraf 1 olfaktorius pada beberapa keadaan trauma otak didaerah
yang merusak anatomis dan fisiologis saraf ini klien akan
mengalami kelainan pada fungsi penciuman/anosmia unilateral atau
bilateral.
2) Saraf II optik hematoma palpebra pada klien trauma otak akan
menurunkan lapangan penglihatan dan menggangu fungsi dari
nervus optikus.Perdarahan diruang intrakranial, terutama
hemoragia subarakhnoidal, dapat disertai dengan perdarahan
diretina. Anomali pembuluh darah didalam otak dapat
bermanifestasi juga difundus. Tetapi dari segala macam kalainan
didalam ruang intrakranial, tekanan intrakranial dapat dicerminkan
pada fundus.
3) Saraf III, IV, VI okulomotor, toklearis, abdusen gangguan
mengangkat kelopak mata terutama pada klien dengan trauma yang
merusak rongga orbital. pada kasus-kasus trauma otak dapat
dijumpai anisokoria. Gejala ini harus dianggap sebagai tanda serius
jika midriasis itu tidak bereaksi pada penyinaran. Tanda awal
herniasi tentorium adalah midriasis yang tidak bereaksi pada
penyinaran. Paralisis otot – otot okular akan menyusul pada tahap
berikutnya. Jika pada trauma otak terdapat anisokoria dimana
bukannya midriasis yang ditemukan, melainkan miosis yang
bergandengan dengan pupil yang normal pada sisi yang lain, maka
pupil yang miosislah yang abnormal. Miosis ini disebabkan oleh
lesi dilobus frontalis ipsilateral yang mengelola pusat siliospinal.
Hilangnya fungsi itu berarti pusat siliospinal menjadi tidak aktif
sehingga pupil tidak berdilatasi melainkan berkonstriksi.
4) Saraf V trigeminus pada beberapa keadaan trauma otak
menyebabkan paralisis nervus trigenimus, didapatkan penurunan
kemampuan koordinasi gerakan menguyah.
5) Saraf VII fasialis persepsi pengecapan mengalami perubahan.
6) Saraf VII festibuloklearis perubahan fungsi pendengaran pada klien
cedera otak ringan biasanya tidak didapatkan penurunan apabila
trauma yang terjadi tidak melibatkan sarafvestibulokoklearis.
7) Saraf IX dan X glosofaringeus dan vagus kemampuan menealn
kurang baik, kesukaran membuka mulut.
8) Saraf XI aksesorius bila tidak melibatkan trauma pada leher,
mobilitas klien cukup baik dan tidak ada atrofi otot
sternokleidomastoideus dan trapezius.
9) Saraf XII hipoglosus indra pengecapan mengalami perubahan
5. Sistem perkemihan
Sistem genitourinaria meliputi disuria (nyeri saat berkemih),
frekuensi, kencing menetes, hematuria, poliuria, oliguria, nokturia,
inkontinensia, infeksi saluran kemih. Pengkajian pada genetalia pria
antara lain : lesi, rabas, nyeri testikuler, massa testikuler, masalah prostat,
penyakit kelamin, perubahan hasrat seksual, impotensi, masalah aktivitas
sosial. Sedangkan pengkajian pada genetalia wanita antara lain : lesi,
rabas, dispareunia, perdarahan pasca senggama, nyeri pelvis, sistokel,
penyakit kelamin, infeksi saluran kemih, masalah aktivitas seksual,
riwayat menstruasi (menarche, tanggal periode menstruasi terakhir),
tanggal dan hasil pap smear terakhir.
6. Sistem pencernaan
Konstipasi, konsisten feses, frekuensi eliminasi askultasi bising
usus, anoreksia, adanya distensi abdomen, nyeri tekan abdomen.
7. Sistem muskuloskeletal
Nyeri berat tiba – tiba atau bahkan mungkin terlokalisasi pada area
jaringan yang dapat berkurang untuk imobilisasi.
2.2.2 Diagnosa
1. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d penurunan aliran darah ke
serebral, edema serebral
2. Pola nafas tidak efektif b.d kerusakan neuro muskuler (cedera pada pusat
pernafasan otak, kerusakan persepsi /kognitif)
3. Kerusakan pertukaran gas b.d hilangnya control volunteer terhadap otot
pernafasan
4. Inefektif bersihan jalan nafas b.d akumulasi sekresi, obstruksi jalan nafas
5. Resiko cedera b.d kejang, penurunan kesadaran
6. Resiko Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
b.d penurunan kesadaran
7. Gangguan eliminasi urin b.d kehilangan control volunteer pada kandung
kemih
2.2.3 Intervensi
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan
Kriteria Hasil
Intervensi
Perfusi jaringan
cerebral tidak efektif b/d gangguan afinitas
Hb oksigen,
penurunan konsentrasi
Hb, Hipervolemia,
Hipoventilasi,
gangguan transport
O2, gangguan aliran
arteri dan vena
DO
- Gangguan status
mental
- Perubahan perilaku
- Perubahan respon
motorik
- Perubahan reaksi
pupil
- Kesulitan menelan
- Kelemahan atau
paralisis
ekstrermitas
- Abnormalitas bicara
NOC :
Circulation
status
Neurologic
status
Tissue
Prefusion :
cerebral
Setelah dilakukan
asuhan
selama………ketid
akefektifan perfusi
jaringan cerebral
teratasi dengan
kriteria hasil:
T
tekanan
systole dan
diastole dalam
rentang yang
diharapkan
T
tidak ada
ortostatikhiper
tensi
K
komunikasi
jelas
M
menunjukkan
konsentrasi
dan orientasi
P
pupil
seimbang dan
reaktif
B
bebas dari
aktivitas
kejang
T
NIC :
Monitor TTV
Monitor AGD, ukuran
pupil, ketajaman,
kesimetrisan dan reaksi
Monitor adanya diplopia,
pandangan kabur, nyeri otak
Monitor level
kebingungan dan orientasi
Monitor tonus otot
pergerakan
Monitor tekanan
intrkranial dan respon
nerologis
Catat perubahan pasien
dalam merespon stimulus
Monitor status cairan
Pertahankan parameter
hemodinamik
Tinggikan otak 0-45o
tergantung pada konsisi
pasien dan order medis
tidak
mengalami
nyeri otak
Nyeri akut berhubungan dengan:
Agen injuri (biologi,
kimia, fisik,
psikologis), kerusakan
jaringan
DS:
- Laporan secara
verbal
DO:
- Posisi untuk
menahan nyeri
- Tingkah laku
berhati-hati
- Gangguan tidur
(mata sayu, tampak
capek, sulit atau
gerakan kacau,
menyeringai)
- Terfokus pada diri
sendiri
- Fokus menyempit
(penurunan persepsi
waktu, kerusakan
proses berpikir,
penurunan interaksi
dengan orang dan
lingkungan)
- Tingkah laku
distraksi, contoh :
jalan-jalan,
menemui orang lain
dan/atau aktivitas,
aktivitas berulang-
ulang)
- Respon autonom
(seperti diaphoresis,
perubahan tekanan
darah, perubahan
nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
- Perubahan
autonomic dalam
NOC :
Pain Level,
pain control,
comfort level
Setelah dilakukan
tinfakan
keperawatan
selama …. Pasien
tidak mengalami
nyeri, dengan
kriteria hasil:
Mampu
mengontrol nyeri
(tahu penyebab
nyeri, mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri, mencari
bantuan)
Melaporkan
bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan
manajemen nyeri
Mampu
mengenali nyeri
(skala, intensitas,
frekuensi dan
tanda nyeri)
Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
Tanda vital dalam
rentang normal
Tidak mengalami
gangguan tidur
NIC :
Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan
dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi: napas dala,
relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri: ……...
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi tentang nyeri
seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan berkurang dan
antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
tonus otot (mungkin
dalam rentang dari
lemah ke kaku)
- Tingkah laku
ekspresif (contoh :
gelisah, merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh
kesah)
- Perubahan dalam
nafsu makan dan
minum
25
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam karya tulis ini adalah studi
kasus. Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup
pengkajian satu unit penelitian secara intensif (Setyosari, 2016). Studi kasus
merupakan rancangan penelitian yang mencakup satu unit. Satu unit disini
dapat berarti satu klien, keluarga, kelompok, komunitas, atau institusi. Unit
yang menjadi kasus tersebut secara mendalam dianalisis baik dari segi
berhubungan dengan keadaan kasus itu sendiri, faktor-faktor yang
mempengaruhi, kejadian-kejadian khusus yang muncul sehubungan dengan
kasus, maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan atau
pemaparan tertentu. Meskipun di dalam studi kasus ini yang diteliti hanya
berbentuk unit tunggal, namun dianalisis secara mendalam, meliputi berbagai
aspek yang cukup luas (Nursalam, 2017).
Desain penelitian ini ditujukan untuk menganalisis asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami Cedera Otak Sedang (COS) dengan
masalah perfusi jaringan otak di RSUD Bangil Pasuruan.
3.2 Batasan Istilah
Batasan istilah dalam kasus ini adalah asuhan keperawatan pada klien
yang mengalami Cedera Otak Sedang (COS) dengan masalah perfusi jaringan
otak di RSUD Bangil Pasuruan, maka penyusun studi kasus menjabarkan:
1. Asuhan keperawatan adalah tindakan sistematis yang diawali dengan
pengkajian dan diakhiri dengan evaluasi.
26
2. Klien adalah subjek yang menjadi responden dalam penelitian ini yaitu
pasien cedera otak sedang.
3. Cedera otak sedang merupakan gangguan pada otak yang disebabkan
karena adanya trauma di otak dan ditandai dengan adanya penurunan
kesadaran.
4. Perfusi jaringan otak tidak efektif adalah ketidakadekuatan tubuh dalam
mempertahankan sirkulasi darah ke otak dengan baik.
3.3 Partisipan
Partisipan pada kasus ini adalah 2 klien cedera otak sedang dengan
masalah perfusi jaringan otak. Adapun kriteria dari subjek penelitian yaitu:
1. 2 klien cedera otak sedang dengan masalah perfusi jaringan otak.
2. 2 klien dirawat di RSUD Bangil Pasuruan.
3. 2 klien yang kooperatif.
4. 2 klien yang bersedia menjadi subjek penelitian
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.4.1 Lokasi
Lokasi studi kasus ini akan dilaksanakan di RSUD Bangil Pasuruan yang
beralamat di jalan Raya Raci Bangil, Balungbendo, Masangan, Bangil,
Pasuruhan, Provinsi Jawa Timur.
3.4.2 Waktu
Waktu ditetapkan yaitu sejak pertama klien MRS sampai klien pulang,
atau klien yang di rawat minimal 3 hari. Jika selama 3 hari klien sudah
pulang, maka perlu penggantian klien lainnya yang mempunyai kasus
27
sama. Penelitian proposal karya tulis ilmiah dimulai pada bulan Januari -
April 2020.
3.5 Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian. Langkah-langkah pengumpulang data bergantung rancangan
penelitian dan teknik instrumen yang digunakan (Nursalam, 2017).
Selama proses pengumpulan data, peneliti memfokuskan pada
penyediaan subjek, melatih tenaga pengumpul data (jika diperlukan),
memperhatikan prinsip-prinsip validitas dan rehabilitas, serta menyelesaikan
masalah-masalah yang terjadi agar data dapat terkumpul sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan (Nursalam, 2017).
1. Wawancara
Wawancara merupakan cara mengumpulkan informasi dari klien.
Wawancara ini juga dapat disebut sebagai riwayat keperawatan (Nursalam,
2017). Selama wawancara berlangsung perawat dapat memandu percakapan
dengan pertanyaan langsung. Untuk lebih efektif dan efisiensi yang
maksimal, dapat direncanakan wawancara sebelum bertemu klien.
Memberitahu klien bahwa tujuan wawancara adalah untuk merencanakan
asuhan yang efektif yang akan memenuhi kebutuhan klien (Sugiyono, 2015).
2. Observasi dan pemeriksaan fisik
1) Observasi
Observasi adalah perangkat pengkajian yang berstandar pada
penggunaan lima indra (penglihatan, sentuhan, pendengaran,
28
penciuman, dan pengecapan) untuk mencari informasi mengenai klien
(Priyono, 2016).
2) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah sarana yang digunakan oleh penyedia
layanan kesehatan yang membedakan struktur dan fungsi tubuh yang
normal dan abnormal.pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan lima
cara yaitu observasi, inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi. Hal itu
dilakukan untuk menunjang dan memperoleh data objektif (Priyono,
2016).
3) Studi dokumentasi
Penelitian ini penulis menggunakan metode studi dokumentasi.
Peneliti mengumpulkan data dengan cara mengambil data yang
berasal dari dokumen asli. Dokumen asli tersebut dapat berupa
gambar, tabel atau daftar periksa, hasil laboratorium, status pasien dan
lembar observasi yang dibuat (Priyono, 2016).
3.6 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif ada 4 cara untuk
mencapai keabsahan data, yaitu: kreadibility (kepercayaan); dependility
(ketergantungan); konfermability (kepastian). Dalam penelitian kualitatif ini
memakai 3 macam antara lain (Nursalam, 2017):
1. Kepercayaan (kreadibility)
Kreadibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil
dikumpulakn sesuai dengan sebenarnya. Ada kegiatan yang dilakukan
29
untuk mencapai kreadibilitas ialah : triagulasi berupa pengumpulan data
yang lebih dari satu sumber, yang menunjukkan informasi yang sama.
2. Ketergantungan (dependility)
Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya
kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan mengintrepretasikan
data sehingga data dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kesalahan
sering dilakukan oleh manusia itu sendiri terutama peneliti karena
keterbatasan pengalaman, waktu, pengetahuan. Cara untuk menetapkan
bahwa proses penelitian dapat dipertanggungjawabkan melalui audit
dipendability oleh ouditor independent oleh dosen pembimbing.
3. Kepastian (konfermability)
Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan
dengan cara mengecek data dan informasi serta interpretasi hasil penelitian
yang didukung oleh materi yang ada pelacakan audit.
3.7 Analisa Data
Analisis data dilakukan sejak peneliti dilapangan, sewaktu
pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data
dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan
dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan
(Nursalam, 2017).
1. Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data studi kasus ini terdapat tiga tahapan yaitu :
data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen), data
30
yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan,
tindakan implementasi dan evaluasi.
2. Penyajian Data
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks
naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas
dari partisipan.
3. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan
hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis denga perilaku
kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data
yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan,
tindakan dan evaluasi.
3.8 Etik Penelitian
Secara umum prinsip etika dalam penelitian atau pengumpulan data
dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip
menghargai, hak-hak subjek, dan prinsip keadilan. Selanjutnya diuraikan
sebagai berikut menurut (Nursalam, 2017) menyatakan bahwa:
1. Informed consent
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan
penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas
berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent
juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan
dipergunakan untuk pengembangan ilmu.
31
2. Tanpa nama (anonymity)
Memberikan jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara
tidak memberikan atau mencamtumkan nama responden pada lembar alat
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Semua informasi yang dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
Peneliti menjaga semua informasi yang diberikan oleh responden dan tidak
menggunakan informasi tersebut untuk kepentingan pribadi dan di luar
kepentingan keilmuan.
32
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran lokasi penelitian
Pengambilan data untuk penelitian ini dilakukan di Ruang Melati
RSUD Bangil Pasuruan, beralamat, Jl. Raci Bangil, Masangan, Pasuruan,
Jawa Timur 6715. Ruangan Melati, terdiri dari 16 ruangan dengan jumlah
12 tempat tidur setiap ruangannya.
4.1.2 Penyajian
1. Identitas klien
Tabel 4.1 Identitas klien
Identitas klien Klien 1 Klien 2
Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Status
perkawinan
Alamat
Suku/bangsa
Tanggal MRS
Tgl pengkajian
Jam pengkajian
No. RM
Diagnosa masuk
Ny. C
40 tahun
Islam
SMA
Ibu rumah tangga
Kawin
Latek, Bangil,
Pasuruan
Jawa/ bahasa indonesia
13 Februari 2020
14 Februari 2020
11:00 WIB
92XXX
COS
Ny. D
50 tahun
Islam
SMA
Ibu rumah tangga
Kawin
Tambakan, Bangil,
Pasuruan
Jawa/ bahasa indonesia
13 Februari 2020
14 Februari 2020
12:00 WIB
68XXX
COS
Sumber : Data primer, 202
33
2. Riwayat penyakit
Tabel 4.2 riwayat penyakit
Riwayat
penyakit
Klien 1 Klien 2
Keluhan utama Klien mengatakan kepala
pusing dan sering ngantuk
Klien mengatakan kepala
pusing dan terkadang tidak
sadar diri
Riwayat
penyakit
sekarang
Klien mengatakan bahwa
mengalami kecelakaan lalu
lintas karena tergelincir saat
hujan dan nabrak ke pohon
mangga dipinggir jalan
klien terpental jauh sampai
helem terlepas dari kepala
sekitar satu meter, Klien
nyeri pada kepala skala 5
kemudian sama warga
setempat yang menolong
dibawa ke RSUD Bangil
Pasuruhan dengan kondisi
patah tulang pada tangan
kanan dan luka pada kepala,
tangan dan kaki
Klien mengatakan bahwa
mengalami kecelakaan
lalu lintas karena saat jalan
dipinggir jalan ditabrak
dari belakang sama motor
sampai terpental dan
kepala kebentur batu yang
ada dipinggir jalan, klien
nyeri pada kepala skala 6
dan nyeri pada luka-luka
kemudian sama warga
setempat yang menolong
dibawa ke RSUD Bangil
Pasuruhan dengan kondisi
patah tulang pada tangan
kiri dan luka pada kepala,
wajah, tangan
Riwayat
penyakit dahulu
Klien mengatakan bahwa
tidak memiliki riwayat
penyakit yang kronik
Klien mengatakan bahwa
tidak memiliki riwayat
penyakit yang kronik
Riwayat
penyakit kelurga
Klien mengatakan didalam
anggota keluarga tidak ada
yang menderita penyakit
menurun dan menular
Klien mengatakan didalam
anggota keluarga tidak ada
yang menderita penyakit
menurun dan menular
Riwayat
psikososial Klien mengatakan berusaha
untuk pasrah akan coban ini
dan berharap segera sehat
kembali
Klien mengatakan selalu
berdoa berharap segera sehat
kembali dan melakukan
aktivitas sehari-hari.
Sumber: Data primer, 2020
3. Perubahan pola kesehatan (pendekatan Gordon/pendekatan system)
Tabel 4.3 Perubahan pola kesehatan (pendekatan Gordon/pendekatan
sistem)
Pola
Kesehatan
Klien 1 Klien 2
Pola
managemen
kesehatan
Klien mengatakan bahwa
saat sakit hanya minum obat
dari warung saja.
Klien mengatakan bahwa
saat sakit memberi obat
diapotek jarang priksa ke
dokter
Pola nutrisi
Di rumah: klien mengatakan
makan 3x/hari porsi sedang,
menu nasi, lauk pauk dan
sayur, minum air putih ±
1500/hari.
Di RS: klien mengatakan
makan 3x/hari dengan porsi
sedikit nafsu makan
menurun, diit dengan bubur
halus dan lauk minum air
putih ± 700 ml/hari.
Di rumah: Klien mengatakan
makan 3x/hari porsi sedang,
menu nasi lauk pauk dan
sayur, minum air putih
±1700 ml/hari.
Di RS: klien mengatakan
makan 3x/hari dengan porsi
sedikit nafsu makan
menurun, diit dengan bubur
halus dan lauk, minum air
putih ± 1000 ml/hari.
Pola eliminasi
Di Rumah: klien mengatakan
buang air kecil 4-5 x/hari,
warna kuning jernih, volume
normal, bau khas amoniak
dan buang air besar 1x/hari
warna kuning dengan
konsistensi padat.
Di RS: klien mengatakan
belum buang air besar, buang
air kecil dengan alat bantu
kateter 1 hari urine ±500 ml.
Di Rumah: klien mengatakan
buang air kecil 5-6 x/hari,
warna kuning keruh, volume
normal, bau khas amoniak
dan buang air besar 1x/hari
warna kuning dengan
konsistensi padat.
Di RS: klien mengatakan
belum buang air besar, buang
air kecil dengan alat bantu
kateter 1 hari urine ±550 ml.
Pola istirahat
tidur
Di Rumah: klien mengatakan
tidur ± 7 jam/hari tidak ada
gangguan tidur.
Di RS: klien mengatakan
susah tidur bisa tidur ± 5
jam, klien kurang nyaman
dengan lingkungan RS.
Di Rumah: klien mengatakan
tidur ± 8 jam/hari tidak ada
gangguan tidur.
Di RS: klien mengatakan
tidur ± 6 jam, kurang nyaman
dengan kondisinya sehingga
saat malam hari sering
bangun.
Pola aktivitas
Di Rumah: klien mengatakan
kmelakukan semua aktivitas
sehari-hari secara mandiri.
Di Rumah: klien mengatakan
aktivitas sehari-hari secara
mandiri.
35
Di RS: klien mengatakan
saat melakukan aktivitas
sehari-hari dibantu oleh
keluarga.
Di RS: klien mengatakan saat
melakukan aktivitas sehari-
hari dibantu oleh
keluarganya.
Sumber : Data primer, 2020
b. Pemeriksaan Fisik (Pendekatan head to toe/pendekatan sistem)
Tabel 4.4 Pemeriksaan fisik (pendekatan head to toe/pendekatan system)
Observasi Klien 1 Klien 2
Keadaan
umum
Suhu
Nandi
Tensi darah
Respirasi
Glasgow
coma scale
Kesadaran
Lemah
36 °C
80 x/menit
150/100 mmHg
28 x/menit
4-5-6
Composmentis
Lemah
37 °C
82 x/menit
160/100 mmHg
26 x/menit
4-5-6
Composmentis
Pemeriksaan
head to toe
Kepala
Kulit kepala
Rambut
Wajah
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
Inspeksi : ada luka
Palpasi : edema, nyeri tekan
Inspeksi : warna hitam, jenis
rambut ikal, rontok
Inspeksi : simetris bentuk
wajah oval, terdapat luka
pada dahi
Palpasi : ada nyeri tekan
skala 5
Inspeksi: simetris, fungsi
penglihatan baik, konjungtiva
merah muda, sclera putih,
pupil isokor.
Inspeksi: simetris, fungsi
penciumsn baik, tidak ada
pernafasan cuping hidung,
tidak ada secret
Palpasi: tidak ada nyeri tekan.
Inspeksi: bibir kering, pucat
Palpasi: tidak ada nyeri
tekan.
Inspeksi: fungsi pendengaran
Inspeksi : ada luka
Palpasi : edema, nyeri tekan
Inspeksi : warna hitam, jenis
rambut ikal, tidak rontok
Inspeksi : simetris bentuk
wajah oval, terdapat luka pada
dahi dan pipi
Palpasi : ada nyeri tekan skala
6
Inspeksi: simetris, fungsi
penglihatan kurang baik,
konjungtiva merah muda,
sclera putih, pupil isokor.
Inspeksi: simetris, fungsi
penciumsn baik, tidak ada
pernafasan cuping hidung,
tidak ada secret.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan.
Inspeksi: bibir kering, pucat
Palpasi: tidak ada nyeri tekan.
Inspeksi: fungsi pendengaran
baik, lubang telinga sedikit
36
Leher
baik, lubang telinga kotor
(terdapat serumen),
pendarahan pada telinga kiri
Inspeksi: tidak ada
pembesaran limfe dan tyroid
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
kotor (terdapat serumen),
pendarahan pada telinga kanan
Inspeksi: tidak ada pembesaran
limfe dan tyroid
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
Dada
Abdomen
Ekstermitas
Inspeksi: bentuk dada
simetris, pola nafas tidak
teratur, terdapat tarikan otot
bantu nafas, napas cepat dan
dangkal
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
Perkusi: suara kedua paru
sonor
Auskultasi: suara vesikuler
Inspeksi: bentuk abdomen
simetris
Palpasi : tidak ada benjolan
atau nyeri tekan, tidak ada
pembesaran hepar
Perkusi: timpani
Auskultasi: bising usus 10
x/menit
Inspeksi: adanya gangguan
pada ektermitas kanan
Kekuatan tonus otot
2 5
5 5
Palpasi: akral hangat, edema
Inspeksi: bentuk dada simetris,
pola nafas tidak teratur, tidak
terdapat tarikan otot bantu
nafas, napas cepat dan dangkal
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
Perkusi: suara kedua paru
sonor
Auskultasi: suara vesikuler
Inspeksi: bentuk abdomen
simetris
Palpasi: tidak ada benjolan
atau nyeri tekan, tidak ada
pembesaran hepar
Perkusi: timpani
Auskultasi: bising usus 12
x/menit
Inspeksi: adanya gangguan
pada ektermitas kiri
Kekuatan tonus otot
5 2
5 5
Palpasi: akral hangat, edema
Sumber : Data primer, 2020
c. Hasil pemeriksaan diagnostik
Tabel 4.5 pemeriksaan diagnostik CT Scan
Tanggal
pemeriksaan /
Klien
CT Scan Keterangan /
Kesan
14 Februari 2020
Klien 1
1. Tampak lesi hiperdens luas pada
lobus frontalis kanan disertai
perifocal edema disekitarnya
2. Tampak pula lesi hiperdens
mengisi ventrikel lateralis
terutama kanan sampi ventrikel
empat
3. Sulci dan gyri obliterasi
Intracerebral dan
intraventrikular
hematoma
Fraktur leFort I-
III
37
4. Pons dan cerebellum normal
5. Tak tampak klasifikasi abnormal
6. Tampak deviasi midline sejauh
7,4 mm
7. Orbita dan mastoid baik
8. Penebalan mukosa sinus
maxilaris bilateral
9. Tampak diskontinuitas os
zygomaticum kanan, dinding
sinus maxilaris kanan,
nasofrontalis dan nasomaxilaris
14 Februari 2020
Klien 2
1. Tampak lesi hiperdens luas pada
lobus frontalis kiri disertai
perifocal edema disekitarny
2. Sulci dan gyri obliterasi
3. Pons dan cerebellum abnormal
4. Tak tampak klasifikasi abnormal
5. Tampak deviasi midline sejauh
5,3 mm
6. Tampak diskontinuitas os
zygomaticum kiri, dinding sinus
maxilaris kiri, nasofrontalis dan
nasomaxilaris
Intracerebral dan
intraventrikular
hematoma
Fraktur leFort I-
II
Sumber : Rekam medik radiologi, 2020
Tabel 4.6 Pemeriksaan laboratorium klien 1 dan klien 2 Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
13/02/2020 13/02/2020
Klien 1 Klien 2
Kalium 3,10 4,15 3,80 – 5,50 meq/l
Hematologi
Darah lengkap otomatis
Hemoglobin 14,0 16,2 L. 13,2-17,3 g/dl
Lekosit 15,100 14,200 L. 3.800-10.600/ul
Hematokrit 35,2 13,3 L. 40-52%
Eritrosit 4.750.000 5.350.000 L. 4,5-5,5 jt/ul
Trombosit 121.00 201.000 150.000-350.000cm
Hitung jenis
Eosinofil - - 1-3%
Basofil - -
Batang - - 3-5%
Segmen 68 60 50-65%
Limfosit 10 12 25-35%
Monosit Kimia klinik
Glukosa sewaktu
Natrium
Klorida
9
100
102
102
7
123
98
100
4-10%
< 200 mg/dl
136-144 meq/l
96-107 meq/l
Sumber: Laboratorium medik, 2020
d. Terapi obat
38
Tabel 4.7 Terapi obat
Terapi Klien 1
Klien 2
Infus Asering 1500 /24 jam (3 flas) Asering 1500 /24 jam (3 flas)
Injeksi Ranitidin 4x3 mg
Ondansentron 2x1 ampul
Dexketoprofen 2x1 ampul
Trometamol 3x1 mg
Furosemide 2 x 2 ampul
Antrain 3 x 1 ampul
Pantoprazole 2 x 1 vial
Ceftriaxon 2 x 1 vial
Domperidone 3 x 10 mg
Ketorolac 3 x 1 ampul
Antrain 3 x 1 ampul
Asam tranexamat 3x 1 ampul
Sumber : Data primer, 2020
4.1.3 Analisa data keperawatan
Tabel 4.8 Analisa data keperawatan Data Etiologi
Masalah
keperawatan
Klien 1
Data subjektif : Klien mengatakan nyeri
pada kepala skala 5 dan sakit seluruh
badan
Data objektif :
1. Keadaan umum : lemah
2. Kesadaran : composmentis
3. GCS 4-5-6
4. CRT < 2 detik
5. Tanda-tanda vital
Tensi darah :90/70 mmhg
Respirasi : 28 x/menit
Suhu : 36 °C
Nadi : 80 x/menit
6. Terdapat luka pada wajah dahi dan
kepala
7. Patah pada tangan kanan
8. Perdarahan pada telinga
9. Kekuatan otot
2 5
5 5
Trauma kepala
Ekstra kranial
Terputusnya kontinuitas
jaringan kulit otot
Perdarahan hemastom
Perubahan sirkulasi CSS
Hipoksia
Peningkatan Tekanan
Intrakranial
Ketidakefektifan perfusi
jaringan otak
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
otak
Klien 2
Data subjektif : Klien mengatakan nyeri
pada kepala skala 6 dan nyeri pada luka-
luka pada tubuhnya
Data objektif :
1. Keadaan umum : lemah
2. Kesadaran : composmentis
3. GCS 4-5-6
4. CRT < 2 detik
5. Tanda-tanda vital
Tensi darah :90/80 mmhg
Respirasi : 26 x/menit
Suhu : 37 °C
Trauma kepala
Ekstra kranial
Terputusnya kontinuitas
jaringan kulit otot
Perdarahan hemastom
Perubahan sirkulasi CSS
Hipoksia
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
otak
39
Nadi : 82 x/menit
6. Terdapat luka pada wajah dahi, pipi
dan kepala
7. Patah kaki kiri
8. Kekuatan otot
5 2
5 5
Peningkatan Tekanan
Intrakranial
Ketidakefektifan perfusi
jaringan otak
Sumber : Data primer, 2020
4.1.4 Diagnosa keperawatan
Tabel 4.9 Diagnosa keperawatan
Klien Diagnosa keperawatan
Klien 1 Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial
Klien 2 Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial
Sumber : Data primer, 2020
4.1.5 Intervensi Keperawatan
Tabel 4.10 Intervensi keperawatan klien 1 dan klien 2
DIAGNOSA
KEPERAWATAN NOC NIC
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
cerebral b/d
peningkatan
tekanan
intrakranial
NOC :
Circulation status
Neurologic status
Tissue prefusion: cerebral
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3 x
24 jam ketidakefektifan
perfusi jaringan cerebral
teratasi dengan kriteria
hasil:
No Indikator Ska
la
1 Tekanan systole
dan diastole
dalam rentang
yang diharapkan
4
2 Komunikasi jelas 3
3 Menunjukkan
konsentrasi dan
orientasi
3
4 Pupil seimbang
dan reaktif
4
1. Monitor TIK
a. Berikan info pada orang terdekat
pasien
b. Monitor status neurologi
c. Monitor intake dan output
1. Manajemen edema cerebral
a. Monitor adanya kebingungan,
keluhan pusing
b. Monitor status pernafasan,
frekuensi dan kedalaman
pernafasan
c. Kurangi stimulus dalam
lingkungan pasien
2. Monitor neurologi
a. Monitor tingkat kesadaran (GCS)
b. Monitor refleks batuk dan menelan
c. Pantau ukuran pupil,bentuk,
kesimetrisan
3. Monitor TTV
4. Kaji respon terhadap nyeri
5. Posisikan head up (30- 40 derajat)
6. Beri terapi O2 sesuai anjuran
medis
40
5 Beba Bebas dari
aktivitas kejang s
dari aktivitas
kejang
3
6 Tidak mengalami
nyeri kepala
7. Kolaborasi pemberian terapi
medis
Sumber : Kasenda, (2018)
4.1.6 Implementasi keperawatan
Tabel 4.11 Implementasi keperawatan
Diagnosa
Keperawa
tan
Jam
Hari ke-1
Paraf
Jam
Hari ke-2
Paraf
Jam
Hari ke-3
Paraf
Sabtu, 15
Februari
2020
Minggu, 16
Februari
2020
Senin, 17
Februari
2020
Klien 1
Ketidakefe
ktifan
perfusi
jaringan
cerebral
b/d
peningkata
n tekanan
intrakrania
l
08.15
08.20
08.40
11.10
12.00
12.30
Memonitor
tingkat
kesadaran:
composment
is
GCS: 4-5-6
Memposisik
an head up
(30-
40o):Posisi
semi fowler
Memberikan
terapi O2
sesuai
anjuran
medis:
Nasal kanul
2 lpm
Memonitor
status
neurologi 2 5
5 5
Mengurangi
stimulus
dalam
lingkungan
pasien dgn
membatasi
pengunjung
Memonitor
TTV
TD : 90/70
08.00
08.15
09.00
10.15
12.15
12.30
Memposisika
n head up (30-
40o):Posisi
semi fowler
Memonitor
tingkat
kesadaran:
composmentis
GCS: 4-5-6
Mengkaji
respon
terhadap nyeri
P: Dislokasi
Q: Ditimpa
benda berat
R: Kepala
S: 4
T: hilang
timbul
Memberikan
terapi O2
sesuai anjuran
medis: Nasal
kanul 2 lpm
Memonitor
TTV
TD : 100/80
mmHg
N : 82 x/mnt
S : 36,5oC
RR : 24 x/mnt
Mengurangi
stimulus
dalam
08.15
08.30
09.00
11.10
11.15
12.20
Memberikan
terapi O2
sesuai anjuran
medis: Nasal
kanul 2 lpm
Memposisika
n head up (30-
40o):Posisi
semi fowler
Memberikan
terapi O2
sesuai anjuran
medis: Nasal
kanul 2 lpm
Mengkaji
respon
terhadap nyeri
P: Dislokasi
Q: Ditimpa
benda berat
R: Kepala
S: 2
T: hilang
timbul
Memonitor
TTV
TD : 110/90
mmHg
N : 80 x/mnt
S : 36 oC
RR : 24 x/mnt
Mengurangi
stimulus
dalam
41
12.35
mmHg
N : 80 x/mnt
S : 36 oC
RR : 26
x/mnt
Memberian
terapi
medis:
Ranitidin
4x3 mg
Ondansentro
n 2x1 mg
Dexketoprof
en 2x1
ampul
Trometamol
3x1 mg
Furosemide
2x2 mg
Antrain 3x1
mg
12.40
lingkungan
pasien dgn
membatasi
pengunjung
Memberian
terapi medis:
Ranitidin 4x3
mg
Ondansentron
2x1 mg
Dexketoprofe
n 2x1 mg
Trometamol
3x1 mg
Furosemide
2x2 mg
Antrain 3x1
mg
13.00
lingkungan
pasien dgn
membatasi
pengunjung
Memberian
terapi medis:
Ranitidin 4x3
mg
Ondansentron
2x1 ampul
Dexketoprofe
n 2x1 mg
Trometamol
3x1 mg
Furosemide
2x2 mg
Antrain 3x1
m
Diagnosa
Keperawa
tan
Jam
Hari ke-1
Paraf
Jam
Hari ke-2
Paraf
Jam
Hari ke-3
Paraf
Sabtu 15
Februari
2020
Minggu 16
Februari
2020
Senin 17
Februari
2020
Klien 2
Ketidakefe
ktifan
perfusi
jaringan
cerebral
b/d
peningkata
n tekanan
intrakrania
l
08.15
08.50
09.10
11.00
Implement
asi
Memonitor
tingkat
kesadaran:
composment
is
GCS: 4-5-6
Memposisik
an head up
(30-
40o):Posisi
semi fowler
Memberikan
terapi O2
sesuai
anjuran
medis:
Nasal kanul
2 lpm
Memonitor
status
neurologi
5 2
5 5
08.00
08.15
09.00
10.15
Implement
asi
Memposisik
an head up
(30-
40o):Posisi
semi fowler
Memonitor
tingkat
kesadaran:
composment
is
GCS: 4-5-6
Mengkaji
respon
terhadap
nyeri
P: Dislokasi
Q: Ditusuk-
tusuk
R: Kepala
S: 4
T: terus
menerus
Memberikan
terapi O2
sesuai
anjuran
08.15
08.50
09.10
11.00
11.15
Implementas
i
Memberikan
terapi O2
sesuai anjuran
medis: Nasal
kanul 2 lpm
Memposisika
n head up (30-
40o):Posisi
semi fowler
Memberikan
terapi O2
sesuai anjuran
medis: Nasal
kanul 2 lpm
Mengkaji
respon
terhadap nyeri
P: Dislokasi
Q: Ditusuk-
tusuk R:
Kepala
S: 3
T: hilang
timbul
Memonitor
42
11.15
12.20
13.00
Memonitor
TTV
TD : 90/80
mmHg
N : 82 x/mnt
S : 37oC
RR : 26
x/mnt
Mengurangi
stimulus
dalam
lingkungan
pasien dgn
membatasi
pengunjung
memberian
terapi
medis:
Pantoprazol
e 2 x 1 mg
Ceftriaxon 2
x 1 mg
Domperidon
e 3 x 10 mg
Ketorolac 3
x 1 mg
Antrain 3 x
1 mg
11.20
12.15
13.00
medis:
Nasal kanul
2 lpm
Memonitor
TTV
TD : 100/80
mmHg
N : 80 x/mnt
S : 36,7oC
RR : 24
x/mnt
Mengurangi
stimulus
dalam
lingkungan
pasien dgn
membatasi
pengunjung
memberian
terapi
medis:
Pantoprazol
e 2 x 1 mg
Ceftriaxon 2
x 1 mg
Domperidon
e 3 x 10 mg
Ketorolac 3
x 1 mg
Antrain 3 x
1 mg
12.20
13.00
TTV
TD : 110/90
mmHg
N : 80 x/mnt
S : 36,5oC
RR : 24 x/mnt
Mengurangi
stimulus
dalam
lingkungan
pasien dgn
membatasi
pengunjung
memberian
terapi medis:
Pantoprazole
2 x 1 mg
Ceftriaxon 2 x
1 mg
Domperidone
3 x 10 mg
Ketorolac 3 x
1 mg
Antrain 3 x 1
mg
4.1.7 Evaluasi keperawatan
Tabel 4.12 Evaluasi keperawatan
Diagnosa
Keperaw
atan
Hari ke-1 Paraf Hari ke-2 Paraf Hari ke-3 Paraf
Sabtu 15 Februari
2020
Minggu 16 Februari
2020
Senin 17 Februari
2020
Klien 1
Ketidakef
ektifan
perfusi
jaringan
cerebral
b/d
peningkat
an
tekanan
intrakrani
al
S : Klien
mengatakan nyeri
pada kepala skala 5
dan sakit seluruh
badan
O : K/u : lemah
Kesadaran:
composmentis
GCS 4-5-6
CRT < 2 detik
Tanda-tanda vital
TD :90/70 mmhg
RR : 28 x/menit
S : 36 °C
Nadi: 82 x/menit
Terdapat luka pada
wajah dahi dan
kepala
Patah pada tangan
kanan
Kekuatan otot
2 5
5 5
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
keperawatan
dilanjutkan
1. Monitor TIK
2. Manajemen
edema
cerebral
3. Monitor
Nuorologis
S : Klien
mengatakan nyeri
pada kepala sudah
berkurang skala 4
dan sakit seluruh
badan berkurang
O : k/u : lemah
TTV :
TD : 100/80
mmHg
N : 82 x/mnt
S : 36,2oC
RR : 26 x/mnt
GCS : 4-5-6
Composmentis
Mengkaji respon
nyeri
P: Dislokasi
Q: Ditimpa benda
berat
R: Kepala
S: 4
T: hilang timbul
Terdapat luka
pada wajah dahi
dan kepala
Patah pada tangan
kanan
Kekuatan otot
2 5
5 5
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi
keperawatan
dilanjutkan
1. Monitor TIK
2. Manajemen
edema
cerebral
3. Monitor
Nuorologis
S : Klien mengatakan
seluruh badan sudah
tidak sakit dan nyeri
pada kepala sudah
berkurang skala 3
O : k/u : lemah
TTV :
TD : 110/90
mmHg
N : 80 x/mnt
S : 36 oC
RR : 24 x/mnt
GCS : 4-5-6
Composmentis
Mengkaji respon
nyeri
P: Dislokasi
Q: Ditimpa benda
berat
R: Kepala
S: 2
T: hilang timbul
Terdapat luka
pada wajah dahi
dan kepala
Patah pada
tangan kanan
Kekuatan otot
2 5
5 5
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi
keperawatan
dilanjutkan
1. Monitor TIK
2. Manajemen
edema cerebral
3. Monitor
Nuorologis
44
Diagnosa
Keperaw
atan
Hari ke-1 Paraf Hari ke-2 Paraf Hari ke-3 Paraf
Sabtu 15 Februari
2020
Minggu 16 Februari
2020
Senin 17 Februari
2020
Klien 2
Ketidakef
ektifan
perfusi
jaringan
cerebral
b/d
peningkat
an
tekanan
intrakrani
al
S : Klien mengatakan
nyeri pada kepala
skala 6 dan nyeri
pada luka-luka
pada tubuhnya
O : k/u : lemah
TTV :
TD : 90/80
mmHg
N : 82 x/mnt
S : 37oC
RR : 26 x/mnt
GCS : 4-5-6
Composmentis
CRT < 2 detik
Terdapat luka
pada wajah dahi,
pipi dan kepala
Mengkaji respon
terhadap nyeri
P: Dislokasi
Q: Ditusuk-tusuk
R: Kepala
S: 6
T: terus menerus
Patah kaki kiri
Kekuatan otot
5 2
5 5
A : masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
1. Monitor TIK
2. Manajemen
edema
cerebral
3. Monitor
Nuorologis
S : Klien mengatakan
nyeri pada kepala
sudah berkurang
skala 4 tetapi
nyeri pada luka-
luka tubuhnya
masih belum
berkurang
O : k/u : lemah
TTV :
TD : 100/90
mmHg
N : 84 x/mnt
S : 36,8 oC
RR : 30 x/mnt
GCS : 4-5-6
Composmentis
Mengkaji respon
terhadap nyeri
P: Dislokasi
Q: Ditusuk-tusuk
R: Kepala
S: 4
T: terus menerus
Terdapat luka
pada wajah dahi,
pipi dan kepala
Patah kaki kiri
Kekuatan otot
5 2
5 5
A : masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan
1. Monitor TIK
2. Manajemen
edema
cerebral
3. Monitor
Nuorologis
S : Klien mengatakan
nyeri pada kepala
sudah berkurang
skala 3 dan nyeri
pada luka-luka
tubuhnya juga
berkurang
O : k/u : lemah
TTV :
TD : 110/90
mmHg
N : 82 x/mnt
S : 36 oC
RR : 28 x/mnt
GCS : 4-5-6
Composmentis
Mengkaji respon
terhadap nyeri
P: Dislokasi
Q: Ditusuk-tusuk
R: Kepala
S: 3
T: Hilang timbul
Terdapat luka
pada wajah dahi,
pipi dan kepala
Patah kaki kiri
Kekuatan otot
5 2
5 5
A : masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan
1. Monitor
TIK
2. Manajemen
edema
cerebral
3. Monitor
Nuorologis
Sumber: data primer, 2020
45
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengkajian
Pengkajian berdasarkan data objektif dan subjekyif klien 1
mengatakan nyeri pada kepala skala 5 dan sakit seluruh badan. Keadaan
umum: lemah, Kesadaran: composmentis, GCS 4-5-6, CRT < 2 detik,
Tanda-tanda vital: TD :90/70 mmhg , RR : 28 x/menit, S : 36 °C, Nadi: 82
x/menit, terdapat luka pada wajah dahi dan kepala, patah pada tangan
kanan. Sedangkan Klien 2 mengatakan nyeri pada kepala skala 6 dan nyeri
pada luka-luka pada tubuhnya. Keadaan umum: lemah, TTV: TD : 90/80
mmHg, N : 82 x/mnt, S : 37oC, RR : 26 x/mnt, GCS : 4-5-6 composmentis,
CRT < 2 detik, terdapat luka pada wajah dahi, pipi dan kepala, mengkaji
respon terhadap nyeri P: dislokasi Q: ditusuk-tusuk R: kepala S: 6 T: terus
menerus.
Manifestasi klinis cedera otak sedang menurut Smeltzer (2010)
meliputi: pola pernafasan: pusat pernafasan diciderai oleh peningkatan
TIK dan hipoksia, trauma langsung atau interupsi aliran darah. Pola
pernafasan dapat berupa hipoventilasi alveolar, dangkal. Kerusakan
mobilitas fisik: hemisfer atau hemiplegi akibat kerusakan pada area
motorik otak. Ketidakseimbangan hidrasi: terjadi karena adanya
kerusakan kelenjar hipofisis atau hipotalamus dan peningkatan TIK.
Aktifitas menelan: reflek melan dari batang otak mungkin hiperaktif atau
menurun sampai hilang sama sekali. Kerusakan komunikasi: pasien
mengalami trauma yang mengenai hemisfer serebral menunjukkan
disfasia, kehilangan kemampuan untuk menggunakan bahasa. Manifestasi
klinis cedera otak sedang menurut Oman (2008), meliputi: gangguan
46
kesadaran, konfusi, sakit otak, vertigo, gangguan pergerakan, tiba-tiba
defisit neurologik, perubahan TTV, gangguan penglihatan, disfungsi
sensorik, lemah otak.
Berdasarkan keterangan data dan teori tersebut menurut peneliti
tidak terjadi kesenjangan. Pada klien 1 dan klien 2 mengalami cedera otak
sedang karena kedua klien mengeluh pusing nyeri kepala dan tensi darah
cenderung rendah dan gangguan mobilitas fisik parah pada tangannya.
4.2.2 Diagnosa
Berdasarkan hasil pengkajian dari data yang didapatkan peneliti
diagnosa keperawatan klien 1 dan klien 2 sama yaitu Ketidakefektifan
perfusi jaringan cerebral b/d peningkatan tekanan intrakranial.
Cedera otak merupakan sebuah proses dimana terjadi cedera
langsung atau deselerasi terhadap otak yang dapat mengakibatkan kerusakan
tengkorak dan otak (Pierce dan Neil, 2014). Keadaan ini mengakibatkan
disorientasi pada pasien cedera otak sehingga dapat menimbulkan
ketidakefektifan perfusi apabila tidak ditangani dengan segera otak akan
mengalami hipoksia (kekurangan oksigen) dan terjadi ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral (Tarwoto, 2013). Cedera otak dapat menyebabkan
ruptur pembuluh darah di daerah intrakranial yang mengakibatkan
terjadinya perembesan darah ke rongga di dalam pembungkus otak sebelah
luar atau di antara pembungkus otak sebelah luar dengan tengkorak
sehingga memenuhi daerah intracranial, hal ini menyebabkan gangguan
perfusi karingan otak (Lukman, Saragih & Natalia, 2018).
Menutut peneliti keterangan teori dan bukti-bukti data di atas
tidak terjadi kesenjangan diagnosa keperawatan yang ditegakkan untuk
47
kedua klien yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral, kondisi
dimana terjadi penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat mengganggu
kesehatan. Sehingga pada masalah ketidakefektifan perfusi jaringan
cerebral dapat berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
4.2.3 Intervensi
Intervensi keperawatan untuk klien 1 dan klien 2 diberikan sama
yang membedakan terapi medis yang diberikan yaitu NOC : Circulation
status Tissue Prefusion : cerebral NIC : monitor TIK, manajemen edema
cerebral, monitor neurologi, monitor ttv, posisikan head up (30- 40
derajat), beri terapi oksigen sesuai anjuran medis, kolaborasi pemberian
terapi medis klien 1 : ranitidin 4x3 mg, ondansentron 2x1 ampul,
trometamol 3x1 mg, furosemide 2 x 2 ampul, antrain 3 x 1 ampul
sedangkan klien 2 pantoprazole 2 x 1 vial, ceftriaxon 2 x 1 vial,
domperidone 3 x 10 mg, ketorolac 3 x 1 ampul, antrain 3 x 1 ampul, asam
tranexamat 3x 1 ampul.
Penanganan pasien cedera otak dapat dilakukan secara
farmakologis maupun non farmakologis. Stimulasi auditori dapat
direkomendasikan sebagai terapi tambahan secara non farmakologis
terhadap pasien cedera otak yang mengalami penurunan kesadaran.
Stimulasi ini dapat diberikan berupa suara musik, suara yang dikenal,
suara lingkungan atau menyebutkan nama pasien yang dapat diberikan
oleh keluarga atau tenaga kesehatan baik secara langsung ataupun tidak
langsung dengan durasi 5 – 15 menit dan diberikan sebanyak 2 – 3 kali per
hari (Septiany et.al., 2019). Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan
untuk mengatasi masalah perfusi jaringan otak adalah dengan pemberian
48
oksigenasi. Berdasarkan hasil penelitian terdapat peningkatan satusari
oksigen di otak sesudah diberikan terapi oksigen dengan menggunakan
Non-Rebreathing Mask (NRM) (Simamora & Ginting, 2017). Intervensi
yang dilakukan untuk mengurangi gangguan perfusi jaringan cerebral
dengan cara mengobservasi tanda dan gejala peningkatan tekanan intra
kranial, otak pasien otak ditinggikan 20-30 derajat dengan otak dan dada
pada satu bidang, pantau tekanan darah, pertahankan otak atau leher pada
posisi tengah atau pada posisi netral, hindari pemakaian bantal besar pada
otak, hindari atau batasi penggunaan restrein (Putri, 2019).
Menutut peneliti keterangan teori dan bukti-bukti data tersebut
tidak terjadi kesenjangan karena menurut peneliti intervensi keperawatan
pada klien 1 dan klien 2 diberikan sesuai kondisi klien bersadarkan
keluhan yang didapat peneliti yaitu intervensi keperawatan untuk klien 1
dan klien 2 diberikan sama yang membedakan terapi medis yang diberikan
yaitu NOC : Circulation status Tissue Prefusion : cerebral NIC : monitor
TIK, manajemen edema cerebral, monitor neurologi, monitor ttv,
posisikan head up (30- 40 derajat), beri terapi oksigen sesuai anjuran
medis
4.2.4 Implementasi
Implementasi keperawatan untuk klien 1 dan klien 2 diberikan
sesuai dengan intervensi keperawtan yang sudah dibuat untuk kolaborasi
pemberian terapi medis klien 1 : ranitidin 4x3 mg, ondansentron 2x1
ampul, trometamol 3x1 mg, furosemide 2 x 2 ampul, antrain 3 x 1 ampul
sedangkan klien 2 pantoprazole 2 x 1 vial, ceftriaxon 2 x 1 vial,
49
domperidone 3 x 10 mg, ketorolak 3 x 1 ampul, antrain 3 x 1 ampul, asam
tranexamat 3x 1 ampul.
Penanganan pasien cedera otak dapat dilakukan secara
farmakologis maupun non farmakologis. Stimulasi auditori dapat
direkomendasikan sebagai terapi tambahan secara non farmakologis
terhadap pasien cedera otak yang mengalami penurunan kesadaran.
Stimulasi ini dapat diberikan berupa suara musik, suara yang dikenal,
suara lingkungan atau menyebutkan nama pasien yang dapat diberikan
oleh keluarga atau tenaga kesehatan baik secara langsung ataupun tidak
langsung dengan durasi 5 – 15 menit dan diberikan sebanyak 2 – 3 kali per
hari (Septiany et al., 2019). Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan
untuk mengatasi masalah perfusi jaringan otak adalah dengan pemberian
oksigenasi. Berdasarkan hasil penelitian terdapat peningkatan satusari
oksigen di otak sesudah diberikan terapi oksigen dengan menggunakan
Non-Rebreathing Mask (NRM) (Simamora & Ginting, 2017).
Menurut peneliti berdasarkan keterangan bukti data dan teori
tersebut pada dasarnya implementasi yang diberikan pada klien 1 dan klien
2 hamir sama yang membedakan hanyalah pada pemberian terapi medis
yang di resepkan oleh dokter yang disesuikan dengan keadaan dan
kebutuhan klien yaitu pemberian terapi medis klien 1 : ranitidin 4x3 mg,
ondansentron 2x1 ampul, trometamol 3x1 mg, furosemide 2 x 2 ampul,
antrain 3 x 1 ampul sedangkan klien 2 pantoprazole 2 x 1 vial, ceftriaxon 2
x 1 vial, domperidone 3 x 10 mg, ketorolak 3 x 1 ampul, antrain 3 x 1
ampul, asam tranexamat 3x 1 ampul.
50
4.2.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan selama tiga hari pada klien 1 dan klien 2
menunjukkan kemajuan kesembuhan yang signifikan meskipun dihari ke
tiga kelin 1 mengatakan nyeri pada kepala sudah berkurang skala 3 akan
tetapi kemujannya seluruh badan klien sudah tidak sakit. Sedangkan klien
2 mengatakan nyeri pada kepala sudah berkurang skala 3 dan nyeri pada
luka-luka tubuhnya juga berkurang.
Evaluasi dilakukan secara bersinambungan dengan melibatkan
pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan
tercapainya tujuan dan kriteria hasil, pasien bisa keluar dari siklus proses
keperawatan. Jika sebaliknya, pasien akan masuk kembali ke dalam siklus
tersebut mulai dari pengkajian ulang (reassessment) (Putri, 2018).
Menurut peneliti berdasarkan keterangan bukti data dan teori
tersebut tidak terjadi kesenjangan evaluasi keperawatan dari klien 1 dan
klien 2 menujukkan hasil perkembangan yang baik meskipun kedua klien
masih mengeluh pusing hal ini dipengaruhi oleh proses perjalanan
penyakit yang di alami kedua klien.
51
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Berdasarkan data pengkajian yang dilakukan peneliti menunjukkan kedua
klien memiliki keluhan utama hampir sama yaitu klien 1 mengatakan
nyeri pada kepala skala 5 dan sakit seluruh badan sedangkan klien 2
mengatakan nyeri pada kepala skala 6 dan nyeri pada luka-luka pada
tubuhnya .
b. Diagnosa keperawatan pada klien 1 dan 2 ditegakkan berdasarkan data
yang diproleh peneliti yaitu yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan
cerebral b/d peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan pasien
yang sering mengeluhkan pusing dan nyeri pada kepala.
c. Intervensi keperawatan yang di berikan pada klien 1 dan klien 2 meliputi
monitor tekanan intra kranial, Manajemen edema cerebral, monitor
neurologi, monitor TTV, Posisikan head up (30- 40 derajat), beri terapi
oksigen sesuai anjuran medis, kolaborasi pemberian terapi medis.
d. Implementasi keperawatan pada klien 1 dan klien 2 sudah dilakukan sesuai
intervensi keperawatan yang sudah dibuat sesui NIC NOC yang
membedakan hanya pada terapi medis.
e. Evaluasi keperawatan dari klien 1 dan klien 2 menujukkan hasil
perkembangan yang baik meskipun kedua klien masih mengeluh pusing
hal ini dipengaruhi oleh proses perjalaan penyakit yang diamalami kedua
klien.
52
5.2 Saran
5.2.1 Bagi klien dan kelurga
Peneliti berharap dengan studi kasus ini dapat menambah informasi
tentang perawatan dan pengobatan pada pasien dengan trauma kepala
sedang sehingga dapat mempercepa proses kesembuhan klien dan
mempermudah kelurga dalam merawat klien saat sudah di rumah
maupun saat di rumah sakit.
5.2.2 Profesi keperawatan
Peneliti berharap dengan studi kasus ini dapat perawat mampu
mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien cedera otak sedang
mulai dari perumusan diagnose keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, hingga melakukan evaluasi keperawatan
secara optimal untuk mempercepat proses kesembuhahan klien.
5.2.3 Bagi institusi pendidikan
Peneliti berharap dengan studi kasus ini dijadikan acuhan dalam
pembelajaran asuhan keperawatan cedera otak sedang dan sebagai bahan
referensi untuk penelitian selanjutnya yang akan melakukan penelitian
sejenis.
53
DAFTAR PUSTAKA
Angelina, B. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (5th ed.). Jakarta:
EGC.
Brunner, & Suddarth. (2016). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Fadlilah, S. (2019). Pengaruh kompres hangat terhadap nyeri leher pada penderita
hipertensi esensial di wilayah Puskesmas Depok I, Sleman Yogyakarta.
Jurnal Keperawatan, 8(1), 23–31.
Guyton, & Hall. (2016). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Singapore: Elsevier.
Margareth TH, M. C. R. (2015). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
NANDA. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2018-2020 (11th ed.). Jakarta: EGC.
Nurarif, A. H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis. Jogjakarta: MediAction.
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.
Jakarta: Salemba Medika.
Priyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif. Ziftama Publishing: Ziftama
Publishing.
Risnah, Hr, R., Azhar, M. U., & Irwan, M. (2019). Terapi Non Farmakologi
dalam Penanganan Diagnosis Nyeri Akut pada Fraktur : Systematic Review.
4, 77–87.
Setyosari, P. (2016). Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan.
Prenadamedia Group: Prenadamedia Group.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Wahid, & Suprapto. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Asuhan
KeperawatanPada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta: TIM.
67
JADWAL KEGIATAN KARYA TULIS ILMIAH
No
. Jadwal Kegiatan
Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni
Juli
Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
1. Pengumuman Pembimbing
2. Bimbingan proposal dan konfirmasi
judul ke pembimbing
3. Bimbingan proposal dan studi
pendahuluan
4. Seminar proposal
5. Revisi seminar proposal
6. Pengambilan dan pengumpulan
data
7. Bimbingan hasil
8. Ujian hasil
9. Revisi KTI seminar hasil
10. Pengumpulan data dan pengadaan
KTI
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN Tahun 2020
67
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Nur’aeni
NIM : 171210025
Adalah mahasiswa DIII Keperawatan STIKes ICMe Jombang yang akan
melakukan karya tulis ilmiah dalam bentuk studi kasus tentang “Asuhan
Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami Cedera Otak Sedang (COS) Dengan
Masalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak (Studi Di Ruang HCU Melati
RSUD Bangil Pasuruan)” sebagai upaya dalam memberikan asuhan keperawatan
secara komprehensif. Tugas akhir ini bermanfaat sebagai meningkatkan mutu
pelayanan dan perawatan pada klien Asma.
Untuk itu saya mohon partisipasi Bapak/Ibu menjadi responden dalam
karya tulis ilmiah ini. Semua data yang telah dikumpulkan akan dirahasiakan.
Data responden disajikan untuk keperluan karya tulis ilmiah ini. Apabila dalam
penelitian ini responden merasa tidak nyaman dengan kegiatan yang dilakukan,
maka responden dapat mengundurkan diri.
Apabila Bapak/Ibu bersedia menjadi responden, silahkan menandatangani
pada lembar persetujuan yang telah disediakan. Atas perhatian dan partisipasinya
saya ucapkan terimakasih.
Hormat Saya,
Nur’aeni
68
INFORMED CONSENT
(PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN)
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :.........................................................................
Umur :..........................................................................
Jenis Kelamin :.........................................................................
Pekerjaan :.........................................................................
Alamat :.........................................................................
Telah mendapat keterangan secara terinci dan jelas mengenai :
1. Judul karya tulis ilmiah “Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami
Cedera Otak Sedang (COS) Dengan Masalah Ketidakefektifan Perfusi
Jaringan Otak (Studi Di Ruang HCU Melati RSUD Bangil Pasuruan)”
2. Tujuan karya tulis ilmiah melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Klien
Yang Mengalami Cedera Otak Sedang (COS) Dengan KetidakefektifanPerfusi
Jaringan Otak.
3. Manfaat yang akan diperoleh hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi pengetahuan dan manfaat kepada klien dan keluarga
untuk dapat merawat klien Cedera Otak.
Responden mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai segala
sesuatu yang berhubungan dengan karya tulis ilmiah tersebut. Oleh karena itu
saya bersedia/ tidak bersedia*) secara sukarela untuk menjadi subyek penelitian
dengan penuh kesadaran serta tanpa keterpaksaan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak
manapun.
Bangil, Februari 2020
Peneliti, Responden,
(………………..) (…………………)
Saksi Pertama
(……………………)
70
PRAKTIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
STIKES ICME JOMBANG
2020
PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Pengkajian tgl. : Jam :
MRS tanggal : No. RM :
Diagnosa Masuk :
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Penanggung jawab biaya :
Usia : Nama :
Jenis kelamin : Alamat :
Suku : Hub. Keluarga :
Agama : Telepon :
Pendidikan :
Alamat :
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1. Keluhan Utama :
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. Riwayat Penyakit Kronik dan Menular ya, jenis : .......................
tidak
2. Riwayat Penyakit Alergi ya, jenis : ....................... tidak
3. Riwayat Operasi ya, jenis : ....................... tidak
D. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
ya : ........................................ tidak
jelaskan :
E. POLA KEGIATAN SEHARI – HARI
POLA KEGIATAN DI RUMAH DI RUMAH SAKIT
Makanan Frekuensi
.........................x/hr
Jenis..................................
Diit ..................................
Pantangan ............................
Alergi
.....................................
makanan yang disukai
Minum
Frekuensi............ x/hari
Jenis....................
Alergi .................
Eliminasi
BAB
Lampiran 4
71
Frekuensi .......x/hari
warna .............
konsistensi
BAK
Frekuensi .......X/Hari
Warna .......
Alat bantu
Kebersihan Diri
Mandi......................X/hari
Keramas .................x/hari
Sikat Gigi ................X/Hari
Memotong Kuku..........
Ganti Pakaian ............
Toileting
Istirahat/Tidur
Tidur
siang.........................jam
Tidur Malam
.....................jam
Kebiasaan Merokok/Jamu
F. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda vital
S : ºC N : x/mnt TD : mmHg
RR : x/mnt
2. Sistem Pernafasan (B1)
a. Hidung:
Pernafasan cuping hidung ada tidak
Septum nasi simetris tidak simetris
Lain-lain
b. Bentuk dada simetris asimetris barrel chest
Funnel chest Pigeons chest
c. Keluhan sesak batuk nyeri waktu napas
d. Irama napasteratur tidak teratur
e. Suara napas vesiculer ronchi D/S wheezing D/S rales D/S
Lain-lain:
3. Sistem Kardiovakuler (B2)
a. Keluhan nyeri dada ya tidak
b. Irama jantung teratur tidak teratur
c. CRT < 3 detik > 3 detik
d. Konjungtiva pucat ya tidak
e. JVP normal meningkat menurun
Lain-lain :
4. Sistem Persarafan (B3)
a. Kesadaran composmentis apatis somnolen sopor koma
GCS :
b. Keluhan pusing ya tidak
Masalah Keperawatan :
Masalah Keperawatan :
Masalah Keperawatan :
Masalah Keperawatan :
72
c. Pupil isokor anisokor
d. Nyeri tidak ya, skala nyeri : lokasi :
Lain-lain :
5. Sistem Perkemihan (B4)
a. Keluhan : kencing menetes inkontinensia retensi
gross hematuri disuria poliuri
oliguri anuri
b. Alat bantu (kateter, dll) ya tidak
c. Kandung kencing : membesar ya tidak
nyeri tekan ya tidak
d. Produksi urine :................ ml/hari warna : ................. bau
:..................
e. Intake cairan : oral :.............cc/hr parenteral:...................cc/hr
Lain-lain :
6. Sistem Pencernaan (B5)
a. TB : cm BB : kg
b. Mukosa mulut : lembab kering merah stomatitis
c. Tenggorokan nyeri telan sulit menelan
d. Abdomen supel tegang nyeri tekan, lokasi :
Luka operasi jejas lokasi :
Pembesaran hepar ya tidak
Pembesaran lien ya tidak
Ascites ya tidak
Mual ya tidak
Muntah ya tidak
Terpasang NGT ya tidak
Bising usus :..........x/mnt
e. BAB :........x/hr, konsistensi : lunak cair lendir/darah
konstipasi inkontinensia kolostomi
f. Diet padat lunak cair
Frekuensi :...............x/hari jumlah:............... jenis : ......................
7. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)
a. Pergerakan sendi bebas terbatas
b. Kelainan ekstremitas ya tidak
c. Kelainan tl. belakang ya tidak
d. Fraktur ya tidak
e. Traksi/spalk/gips ya tidak
f. Kompartemen sindrom ya tidak
g. Kulit ikterik sianosis kemerahan hiperpigmentasi
h. Akral hangat panas dingin kering basah
i. Turgor baik kurang jelek
j. Luka : jenis :............. luas : ............... bersih kotor
Lain-lain :
8. Sistem Endokrin
a. Pembesaran kelenjar tyroid ya tidak
b. Pembesaran kelenjar getah bening ya tidak
Lain-lain :
G. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Masalah Keperawatan :
Masalah Keperawatan :
Masalah Keperawatan :
Masalah Keperawatan :
Masalah Keperawatan :
73
1. Persepsi klien terhadap penyakitnya
cobaan Tuhan hukuman lainnya
2. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
murung gelisah tegang marah/menangis
3. Reaksi saat interaksi kooperatif tak kooperatif curiga
4. Gangguan konsep diri ya tidak
Lain-lain :
H. PENGKAJIAN SPIRITUAL
Kebiasaan beribadah sering kadang-kadang tidak pernah
Lain-lain :
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium, radiologi, EKG, USG)
J. TERAPI....................., .................................
Mahasiswa
(.............................................)
ANALISA DATA
Nama :………………………. No.RM:
…………….
Data Etiologi Masalah Keperawatan
Data subyektif :
Data Obyektif :
SESUAI DENGAN
NANDA 2014
Diagnosa Keperawatan yang muncul (Tipe PES minimal 3)
Masalah
Keperawatan :
74
1. ……………………………………………….
2. ……………………………………………….
3. ……………………………………………….
4. ……………………………………………….
5. ……………………………………………….
75
Intervensi Keperawatan
Hari/tang
gal
No.
diagnosa
Tujuan & kriteria
hasil Waktu
Rencana
tindakan Rasional
Mengandung SMART
Implementasi Keperawatan Nama :………….. No.RM : …………
Hari/Tanggal No.
Diagnosa Waktu Implementasi Keperawatan Paraf
Evaluasi Keperawatan
Nama :………….. No.RM :
…………….
Hari/Tanggal No.
Diagnosa Waktu Perkembangan Paraf
S :
O :
A :
P :
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
STKES ICME JOMBANG
RUANG ………………….. RSUD BANGIL PASURUHAN
DICHARGE PLANNING
No. Reg :
Nama :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Tanggal MRS:
Tanggal KRS:
Tanggal/Tempat Kontrol :
Dipulangkan dari RSUD JOMBANG dengan keadaan :
Sembuh Pulang paksa
Pindah RS lain Meninggal
Meneruskan dengan obat jalan
Aturan Diet :
Obat-obatan yang masih diminum dan jumlahnya :
Cara perawatan luka di rumah :
Aktivitas dan Istirahat :
Lain-lain :
Yang di bawa pulang (Hasil Lab, Foto, ECG) :
Lab ....................lembar
Foto................... lembar
USG ...................lembar
EKG ......................lembar
CT Scan ................lembar
lain-lain ..................lembar
Saya selaku keluarga menyatakan telah mendapat penyuluhan hal-hal tersebut di
atas oleh mahasiswa D3 KEPERAWATAN STIKES ICME dan telah mengerti.
Jombang , ......................
.20…
Pasien/Keluarga Perawat
( ................................. ) ( ........................)
top related