kasus 2 ikterus
Post on 02-Jun-2018
226 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
8/11/2019 KASUS 2 IKTERUS
1/23
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
1
ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM : 3 1 1 7 8 5
ANAMNESISNama : An. F
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 2 bulan
Ruang : Dahlia
Kelas : III
Nama lengkap : An. F Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat dan tanggal lahir : Karanganyar, 12 / 7 / 2014 Umur : 2 bulan
Nama Ayah : Tn. Y Umur : 25 tahun
Pekerjaan ayah : Swasta Pendidikan ayah : SMA
Nama ibu : Ny. S Umur : 22 tahun
Pekerjaan ibu : Swasta Pendidikan ibu : SMA
Alamat : Gembong 2/5 Malanggaten, Kebak kramat, Karanganyar
Masuk RS tanggal : 10 September 2014 Jam : 18.42 Diagnosis masuk : Ikterus
Dokter: dr. Hj. Elief Rohana, Sp.A, M.Kes Ko Asisten : Rosinta Dhanis Supraba, S.Ked
Tanggal : 11 September 2014 (Alloanamnesis) di Bangsal Dahlia
KELUHAN UTAMA : Bayi Kuning
KELUHAN TAMBAHAN : Demam
1.
Riwayat penyakit sekarang1 Minggu SMRS : Bayi mulai menguning beberapa jam setelah lahir, ibu tidak mengetahui pasti
kapan bayi mulai menguning dan di telpon pada hari kedua diberi kabar bahwa bayi kuning, bayi
sempat dirawat di RSUD Karanganyar selama 1 minggu hingga diijinkan pulang, setelah pulang bayi
tidak pernah kontrol dan hanya dijemur di bawah sinar matahari di rumah, bayi semakin menguning
dari hari kehari, menangis (+) kuat, gerak aktif (+), demam (-), batuk pilek (-), minum (+), sianosis (-
), BAB (+) warna kuning pucat kadang kehijauan, BAK (+) kadang pekat.
1 Hari SMRS : Bayi ikterik (+), demam (+), rewel (+), menangis kuat (+), gerak aktif (+), minum
banyak (+), sianosis (-), muntah (-), BAB (+) warna kuning pucat kadang kehijauan, BAK (+) kadang
pekat.
HMRS : Bayi ikterik (+), tampak lemah (+), pucat (+), menangis kurang kuat (+), gerak kurang aktif
(+), minum (+) kuat, demam (+), sianosis (-), BAB (+) warna kuning pucat, BAK (+) pekat.
2. Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat sakit serupa: diakui
Riwayat lahir prematur : diakui
-
8/11/2019 KASUS 2 IKTERUS
2/23
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
2
ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM : 3 1 1 7 8 5
Riwayat batuk pilek : diakui
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat kejang dengan demam : disangkal
Kesan : Terdapat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit sekarang
3. Riwayat penyakit pada keluarga :
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat sakit kuning : disangkal
Riwayat penggunaan obat saat hamil : disangkal
Riwayat sakit infeksi atau gangguan saat hamil : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
4. Riwayat penyakit lingkungan :
Riwayat sakit serupa : disangkal
Kesan : tidak terdapat riwayat penyakit yang sama yang ditularkan dari keluarga dan lingkungan
kepada pasien.
3. Pohon keluarga
Keterangan:
Laki-laki :
Perempuan :
Pasien :
-
8/11/2019 KASUS 2 IKTERUS
3/23
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
3
ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM : 3 1 1 7 8 5
RIWAYAT PRIBADI
1.
Riwayat kehamilan dan persalinan
a.
Riwayat kehamilan ibu pasien
Ibu G1P0A0Hamil saat usia 22 tahun. Ibu memeriksakan kehamilannya rutin ke bidan, Ibutidak pernah mual dan muntah berlebihan, tidak ada riwayat trauma maupun infeksi saat
hamil, sesak saat hamil (-), Merokok saat hamil (-), kejang saat hamil (-). Tekanan darah ibu
dinyatakan normal. Bahkan ibu masih tetap bekerja saat proses kehamilan dan tidak
dirasakan ada gangguan. Berat badan ibu dinyatakan normal dan mengalami kenaikan berat
badan selama kehamilan. Perkembangan kehamilan dinyatakan normal.
b. Riwayat persalinan ibu pasien
Ibu melahirkan pasien dibantu oleh bidan, umur kehamilan 7 bulan, persalinan normal,
presentasi kepala, bayi langsung menangis dengan berat lahir 2200 gram, tidak ditemukan
cacat bawaan saat lahir.
c. Riwayat paska lahir pasien
Bayi laki-laki BB 2200 gr, setelah lahir langsung menangis, gerak aktif, warna kulit
kemerahan, beberapa jam setelah lahir bayi mulai kekuningan, tidak ada demam atau kejang.
ASI keluar hari ke-1, bayi dilatih menetek dari hari pertamakeluar ASI
Kesan : Riwayat ANC baik, riwayat persalinan prematur, riwayat PNC bayi kuning
2. Riwayat makanan
0 - 2 bulan : ASI dan susu formula
Kesan: Pasien mendapat ASI dan susu formula
3. Perkembangan dan kepandaian :
Perkembangan dan kepandaian pasien sampai usia 2 bulan : Motorik kasar, motorik halus,
bahasa, personal sosial belum terlihat.
4.
Vaksinasi
Jenis I II III IV V VI
HEPATITIS B - - - - - -
BCG - - - - - -
DPT - - - - - -
POLIO - - - - - -
CAMPAK - - - - - -
-
8/11/2019 KASUS 2 IKTERUS
4/23
-
8/11/2019 KASUS 2 IKTERUS
5/23
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
5
ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM : 3 1 1 7 8 5
PEMERIKSAAN
JASMANI
Nama : An. F
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 2 bulan
Ruang : Dahlia
Kelas : III
PEMERIKSAAN OLEH: Rosinta Dhanis S, S.Ked Tanggal 11 September 2014 Jam 05.30
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Lemah
TANDA VITAL :
Nadi : 140 x/menit
RR : 68 x/menit
Suhu : 36,90C
Status Gizi :
BB : 3,4 kg
U : 2 bulan
Z scores :
BB//U : gizi kurang
Kesimpulan status gizi : kurang menurut WHO
Kulit : Ikterik (+), pucat (+),sianosis(-), petekie(-)
Kel.limfe : Tidak terdapat pembesaran limfonodi
Otot : Kelemahan (-),atrofi(-),nyeri otot (-)
Tulang : Tidak ada deformitas tulang
Sendi : Gerakan bebas
Kesan : Kulit Ikterik dan pucat
PEMERIKSAAN KHUSUS
Kepala : ukuran normocephal, rambut warna hitam, jumlah cukup, ikterik (+)
Mata : mata cowong (+/+),air mata (menurun),CA (+/+), SI (+/+), reflek cahaya (+/+),
pupil isokor, edema palpebra (-/-)
Hidung : sekret (-/-), epistaksis (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
Mulut : mukosa bibir dan lidah kering (-), sianosis (-)
Faring : hiperemis (-), tonsil membesar (-)
Gigi : belum tumbuh gigi
Kesan: Mata cowong, air mata menurun, konjungtiva anemis, dan sklera ikterik
-
8/11/2019 KASUS 2 IKTERUS
6/23
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
6
ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM : 3 1 1 7 8 5
Leher : pembesaran limfonodi (-), ikterik (+)
Thorak : simetris,retraksi (-),ketinggalan gerak(-), ikterik (+)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis kuat angkat
Perkusi :
batas kanan atas : SIC II linea parasternalis dextra
batas kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dextra
batas kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra
batas kiri bawah : SIC IV linea midclavicula sinistra
Auskultasi : BJ I-II intensitas reguler (+), bising jantung (-)
Kesan : Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfonodi di region sub mandibula dextra dan sinistra, thorak danjantung dalam batas normal, kulit ikterik (+)
Paru :
Kanan DEPAN kiri
Simetris(+),retraksi (-)
subcostae, intercostae dan
suprasternal
Inspeksi Simetris (+),retraksi (-)
subcosta, intercosta dan
suprasternal
Ketinggalan gerak (-),
fremitus (+)
Palpasi Ketinggalan gerak (-),
fremitus (+)
Sonor Perkusi Sonor
SD normal Auskultasi SD normal
Kanan BELAKANG kiri
Simetris (+), Inspeksi Simetris (+)
Ketinggalan gerak (-),
fremitus (+)
Palpasi Ketinggalan gerak (-),
fremitus (+)
Sonor Perkusi Sonor
SDV, Rh (-), Whz (-) Auskultasi SDV, Rh (-), Whz (-)
Kesan : Paru dalam batas normal
Abdomen :
Inspeksi : distended (+), sikatrik (-), purpura (-), ikterik (+)
Auskultasi : peristaltik (+)
Perkusi : hipertimpani (-), pekak beralih (-),
-
8/11/2019 KASUS 2 IKTERUS
7/23
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
7
ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM : 3 1 1 7 8 5
Palpasi : turgor kulit (menurun)
Hepar : sulit di evaluasi
Lien : tidak teraba membesar
Anogenital : tidak ada kelainan
Kesan : Terdapat kekuningan (ikterik)
Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-), oedema (-), ikterik (+)
tungkai lengan
kanan kiri kanan kiri
Gerakan : bebas bebas bebas bebas
Tonus : normal normal normal normal
Trofi : entrofi eutrofi eutrofi eutrofi
Klonus Tungkai : (-) (-) (-) (-)
Reflek fisiologis : Reflek patella (+) normal, achiles (+), normal, tricep (+) normal
Refleks patologis : Babinski (-), chaddock (-), Oppenheim (-), gordon (-)
Meningeal Sign : Kaku kuduk (-), Brudzinski I (-), Brudzinski II (-), kernig (-)
Sensibilitas : Dalam batas normal
Kesan :Ekstremitas terdapat ikterik (+)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH RUTIN
( 10 September 2014)
No Parameter Jumlah Satuan Nilai Rujukan
1. Leukosit 9050 uL 5000-10000 /uL
2. Eritrosit 2,8 uL 4,0-5,5 / uL
3. Hemoglobin 6,6 gr/dl 11,5-13,5 g/dl
4. Hematokrit 19,3 % 37-43%
5. MCV 68,9 femtoliter 82-92 fl
6. MCH 23,6 Pikograms 27-31 pg
7. MCHC 34,2 g/dl 32-36 g/dl
8. Trombosit 243.000 uL 150.000-450.000/uL
9. Limfosit 62,5 % 22-40%
10. Monosit 5,3 % 2-8%
11. N. Segmen 28,3 % 33-60%
12. Eosinofil 1,8 % 0,5-5,0
13. Basofil 2,1 % 0,0-1,0
-
8/11/2019 KASUS 2 IKTERUS
8/23
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
8
ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM : 3 1 1 7 8 5
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
1 Bilirubin total 12,27 mg/dl 0,20-1,00
2 Bilirubin Direk 9,28 mg/dl 0,05-0,3
3 Bilirubin Indirek 2,99 mg/dl 0,15-0,7
Tanggal : 16 September 2014
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
1 Bilirubin total 13,36 mg/dl 0,20-1,00
2 Bilirubin Direk 7,00 mg/dl 0,05-0,3
3 Biliruin Indirek 6,36 mg/dl 0,15-0,7
Kesan: Hemoglobin turun
Hb, Hct, eritrosit turun
MCV, MCH turun
Hiperbilirubinemia
Pemeriksaan USG
Hepar lien : tidak diukur, struktur ekoparenkim homogen normal
Lien : ukuran normal, struktur ekoparenkim normal
GB (Gall Blader) : Dinding menebal, ukuran : sbelum minum ASI : 8,5 x 3,5 x 5,5 mm
Setelah minum ASI : 3,4 x 1,6 x 3,4 mm
Kesan : GB mengecil setelah minum ASI
-
8/11/2019 KASUS 2 IKTERUS
9/23
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
9
ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM : 3 1 1 7 8 5
RINGKASAN ANAMNESIS
Bayi mulai menguning beberapa jam setelah lahir dan sempat dirawat di RSUD Karanganyar
selama 1 minggu hingga diijinkan pulang, setelah pulang bayi tidak pernah kontrol dan hanya
dijemur di bawah sinar matahari di rumah, bayi semakin menguning dari hari kehari,menangis (+) kuat, gerak aktif (+), minum (+),BAB (+) warna kuning pucat kadang kehijauan,
BAK (+) kadang pekat.
Bayi ikterik (+), demam (+), rewel (+), menangis kuat (+), gerak aktif (+), minum banyak (+),
sianosis (-), muntah (-), BAB (+) warna kuning pucat kadang kehijauan, BAK (+) kadang
pekat.
Bayi ikterik (+), tampak lemah (+), pucat (+), menangis kurang kuat (+), gerak kurang aktif
(+), minum (+) kuat, demam (+), sianosis (-), BAB (+) warna kuning pucat, BAK (+) pekat.
Terdapat riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit sekarang,
Tidak terdapat riwayat penyakit pada keluarga dan lingkungan yang ditularkan pada pasien.
Pasien mendapatkan ASI + susu formula
Riwayat ANC baik, Persalinan spontan bayi prematur, Riwayat PNC bayi kuning.
Perkembangan dan kepandaian belum bisa dinilai.
Pasien belum mendapatkan imunisasi lengkap
Keadaan sosial ekonomi cukup & kondisi lingkungan rumah cukup
RINGKASAN PEMERIKSAAN FISIK
KU: lemah
Vital sign dalam batas normal
Status gizi kurang menurut WHO.
Kepala: ikterik, mata cowong (+/+), air mata kurang, CA +/+, SI +/+
Pada pemeriksaan leher ikterik dan pemeriksaan thorax ikterik
Abdomen: Ikterik (+), distended (+), pembesaran hepar sulit dievaluasi
Extremitas superior et inferior ikterik (+), dan Status neurologis dalam batas normal.
LABORATORIUM
Darah Rutin :
Hemoglobin turun
Hb, Hct, eritrosit turun
MCV, MCH turun
-
8/11/2019 KASUS 2 IKTERUS
10/23
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
10
ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM : 3 1 1 7 8 5
Hiperbilirubinemia
DAFTAR MASALAH AKTIF / INAKTIF
AKTIF Ikterik (+)
Pucat (+) tampak lemah
Demam (+)
BAB warna kuning pucat (+)
Terdapat tanda-tanda dehidrasi : mata cowong dan turgor kulit perut menurun, kehausan
Hasil lab : Hemoglobin turun, Hb, Hct, eritrosit turun, MCV, MCH turun, Hiperbilirubinemia
INAKTIF
Tidak ada
DIAGNOSA KERJA
Ikterus Neonatorum
Anemia
Dehidrasi ringan sedang
Status Gizi Kurang
RENCANA PENGELOLAAN
Rencana Tindakan
Observasi KU dan VS
Bed rest
Rehidrasi cairan
Mencukupi intake cairan per oral
Rencana Terapi
O2 3L/menit
If D1/4 s 12 tpm (mikro)
Ij. Cefotaxim 150 mg/ 12 jam
Ij. Dexamethason 1mg/12 jam
Urdafalk 2x15 mg
-
8/11/2019 KASUS 2 IKTERUS
11/23
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
11
ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM : 3 1 1 7 8 5
Visbad 1x0,3 cc
Tranfusi PRC 100cc
Rencana Edukasi
Menjelaskan kepada orang tua tentang penyakit yang dialami anak
Mengingatkan ibu untuk kontrol bersama anak sesuai tanggal yang ditentukan.
Berikan ASI dengan maksimal
Jemur tubuh anak dibawah sinar matahari pagi
Meminum obat secara teratur
PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungsionam : ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
-
8/11/2019 KASUS 2 IKTERUS
12/23
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
12
ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM : 3 1 1 7 8 5
Tgl S O A P10 Sep
2014
11 Sep
2014
12 Sep
2014
Pasien datang dengan ikterik di
seluruh tubuh (+), pucat (+),
menangis tdk terlalu kuat (+),
gerak kurang aktif (+), minum
kuat (+), BAB (+) kuning pucat,
BAK (+) kadang pekat.
Menangis kuat (+), pucat
(menurun), rewel (+), gerak aktif
(+), minum kuat (+), ikterik (+),
sianosis (-), BAB (+) kuningpucat, BAK (+)
Menangis kuat (+), pucat
(menurun), gerak aktif (+),
minum kuat (+), ikterik (+),
sianosis (-), BAB (+) kuning
pucat, BAK (+)
KU: lemah, pucat
Kepala: CA (+/+), SI (+/+)
Leher: PKGB (-), ikterik (+)
Thoraks: BJ I&II murni reguler,
SDV (+/+), Rh (-/-), Wz, (-/-),
ikterik (+)
Abdomen: distended (+), ikterik(+)
Ekstremitas : akral hangat,
ikterik (+)
KU: lemah, rewel
Kepala: CA (+/+), SI (+/+)
Leher: PKGB (-), ikterik (+)
Thoraks: BJ I&II murni reguler,SDV (+/+), Rh (-/-), Wz, (-/-),
ikterik (+)
Abdomen: distended (+), ikterik
(+)
Ekstremitas : akral hangat,
ikterik (+)
KU: rewel
Kepala: CA (+/+), SI (+/+)
Leher: PKGB (-), ikterik (+)
Thoraks: BJ I&II murni reguler,
SDV (+/+), Rh (-/-), Wz, (-/-),
ikterik (+)
Ikterus
Neonatorum
Ikterus
Neonatorum
Ikterus
Neonatorum
O2 3L
If. D1/4 s 12 tpm
Ij. Cefotaxim 150 mg/ 12 jam
Ij. Dexamethason 1mg/ 12 jam
Urdafalk 2x15 mg
Tranf PRC 100cc
O2 3L
If. D1/4 s 12 tpm
Ij. Cefotaxim 150 mg/ 12 jam
Ij. Dexamethason 1mg/ 12 jamUrdafalk 2x15 mg
Ij. Cefotaxim 150 mg/ 12 jam (IM)
Urdafalk 2x15 mg
Visbad 1x0,3 mg
-
8/11/2019 KASUS 2 IKTERUS
13/23
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
13
ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM : 3 1 1 7 8 5
13 Sep
2014
14 Sep2014
Menangis kuat (+), pucat
(menurun), gerak aktif (+),
minum kuat (+), ikterik (+),
sianosis (-), BAB (+) kuningpucat, BAK (+)
Menangis kuat (+), pucat(menurun), gerak aktif (+),
minum kuat (+), ikterik (+),
sianosis (-), BAB (+) kuning
pucat, BAK (+)
Abdomen: distended (+), ikterik
(+)
Ekstremitas : akral hangat,
ikterik (+)
KU: rewel
Kepala: CA (+/+), SI (+/+)
Leher: PKGB (-), ikterik (+)
Thoraks: BJ I&II murni reguler,SDV (+/+), Rh (-/-), Wz, (-/-),
ikterik (+)
Abdomen: distended (+), ikterik
(+)
Ekstremitas : akral hangat,
ikterik (+)
KU: rewelKepala: CA (+/+), SI (+/+)
Leher: PKGB (-), ikterik (+)
Thoraks: BJ I&II murni reguler,
SDV (+/+), Rh (-/-), Wz, (-/-),
ikterik (+)Abdomen: distended (+), ikterik
(+)
Ekstremitas : akral hangat,
ikterik (+)
Ikterus
Neonatorum
IkterusNeonatorum
Ij. Cefotaxim 150 mg/ 12 jam (IM)
Urdafalk 2x15 mg
Visbad 1x0,3 cc
Ij. Cefotaxim 150 mg/ 12 jam (IM)Urdafalk 2x15 mg
Visbad 1x0,3 cc
-
8/11/2019 KASUS 2 IKTERUS
14/23
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
14
ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM : 3 1 1 7 8 5
15 Sep
2013
16 Sep
2014
17 Sep2014
Menangis kuat (+), pucat
(menurun), demam (+) gerak aktif
menurun (+), minum kuat (+),
ikterik (+), sianosis (-), BAB (+)
kuning pucat, BAK (+)
Menangis kurang kuat (+), pucat
(+), gerak aktif menurun (+),
demam (-), minum kuat (+),
ikterik (+), sianosis (-), BAB (+)
kuning pucat, BAK (+)
Menangis kurang kuat (+), pucat(+), gerak aktif menurun (+),
demam (-), minum kuat (+),
ikterik (+), sianosis (-), BAB (+)
kuning pucat, BAK (+)
KU: lemah
Kepala: CA (+/+), SI (+/+)
Leher: PKGB (-), ikterik (+)
Thoraks: BJ I&II murni reguler,
SDV (+/+), Rh (-/-), Wz, (-/-),
ikterik (+)
Abdomen: distended (+), ikterik
(+)
Ekstremitas : akral hangat,
ikterik (+)
KU: lemah
Kepala: CA (+/+), SI (+/+)
Leher: PKGB (-), ikterik (+)
Thoraks: BJ I&II murni reguler,
SDV (+/+), Rh (-/-), Wz, (-/-),
ikterik (+)
Abdomen: distended (+), ikterik(+)
Ekstremitas : akral hangat,
ikterik (+)
KU: rewelKepala: CA (+/+), SI (+/+)
Leher: PKGB (-), ikterik (+)
Thoraks: BJ I&II murni reguler,
SDV (+/+) ikterik (+)
Abdomen: disten (+), ikterik (+)
Ekstremitas : akral hangat,
ikterik (+)
Ikterus
Neonatorum
Ikterus
Neonatorum
IkterusNeonatorum
O2 3L/menit
D s 12 tpm
Ij. Ceftriaxon 150mg/12 jam
Ij. Ampicillin 150 mg
Urdafalk 2x15mg
Visbad 1x0,3 cc
Cefixim 2x15 mg
O2 3L/menit
D s 12 tpm
Ij. Ceftriaxon 150mg/12 jam
Ij. Ampicillin 150 mg
Urdafalk 2x15mg
Visbad 1x0,3 cc
Cefixim 2x15 mg
Urdafalk 2x15mgVisbad 1x0,3 cc
Cefixim 2x15 mg
-
8/11/2019 KASUS 2 IKTERUS
15/23
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
15
ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM : 3 1 1 7 8 5
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang
menjurus ke arah terjadinya kern ikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin
tidak dikendalikan. Terdapat 2 jenis hiperbilirubinemia yaitu Hiperbilirubinemia
fisiologis (Excess Physiological Jaundice) dan hiperbilirubinemia patologis ( Non
Physiological Jaundice).
Ikterus pada bayi atau yang dikenal dengan istilah ikterus neonatarum adalah
keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera
akibat akumulasi bilirubin yang berlebih.
Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari
hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel.
a. Bilirubin terkonjugasi /direk
Bilirubin terkonjugasi /direk adalah bilirubin bebas yang bersifat larut dalam air
sehingga dalam pemeriksaan mudah bereaksi. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin
glukoronida atau hepatobilirubin ) masuk ke saluran empedu dan diekskresikan ke usus.
Selanjutnya flora usus akan mengubahnya menjadi urobilinogen. Bilirubin terkonjugasi
bereaksi cepat dengan asam sulfanilat yang terdiazotasi membentuk azobilirubin.
Peningkatan kadar bilirubin direk atau bilirubin terkonjugasi dapat disebabkan oleh
gangguan ekskresi bilirubin intrahepatik antara lain Sindroma Dubin Johson dan Rotor,
Recurrent (benign) intrahepatic cholestasis, Nekrosis hepatoseluler, Obstruksi saluran
empedu. Diagnosis tersebut diperkuat dengan pemeriksaan urobilin dalam tinja dan urin
dengan hasil negatif.
b. Bilirubin tak terkonjugasi/ indirek
Bilirubin tak terkonjugasi (hematobilirubin) merupakan bilirubin bebas yang terikat
albumin, bilirubin yang sukar larut dalam air sehingga untuk memudahkan bereaksi
dalam pemeriksaan harus lebih dulu dicampur dengan alkohol, kafein atau pelarut lain
sebelum dapat bereaksi, karena itu dinamakan bilirubin indirek. Peningkatan kadar
-
8/11/2019 KASUS 2 IKTERUS
16/23
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
16
ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM : 3 1 1 7 8 5
bilirubin indirek mempunyai arti dalam diagnosis penyakit bilirubinemia karena payah
jantung akibat gangguan dari delivery bilirubin ke dalam peredaran darah.
Klasifikasi
Terdapat 2 jenis ikterus yaitu:
a. Ikterus fisiologi
Ikterus fisiologi adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga serta
tidak mempunyai dasar patologi atau tidak mempunyai potensi menjadi karena ikterus.
Adapun tanda-tanda sebagai berikut :
1. Timbul pada hari kedua dan ketiga
2. Kadar bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg% pada neonatuscukup bulan.
3. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5% per hari.
4. Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg%.
5. Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.
6. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis
b. Ikterus Patologi
Ikterus patologis adalahikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar
bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia. Adapun tanda-tandanya
sebagai berikut :
1. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.
2. Kadar bilirubin indirek melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau melebihi
12,5mg% pada neonatus kurang bulan.
3. Pengangkatan bilirubin lebih dari 5 mg% per hari.
4. Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama.
5. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%.
6. Mempunyai hubungan dengan proses patologis
Etiologi
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan oleh
beberapa faktor. Secara garis besar, ikterus neonatarum dapat dibagi:
-
8/11/2019 KASUS 2 IKTERUS
17/23
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
17
ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM : 3 1 1 7 8 5
a) Produksi yang berlebihan
Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada hemolisis
yang meningkat pada inkompatibilitas Rh, ABO, golongan darah lain, defisiensi G6PD,
piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.
b) Gangguan dalam proses uptakedan konjugasi hepar
Gangguan ini dapat disebabkan oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi
bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak
terdapatnya enzim glukorinil transferase (Sindrom Criggler-Najjar).
c) Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkut ke hepar. Ikatan bilirubin
dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat, sulfarazole. Defisiensi
albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam
darah yang mudah melekat ke sel otak.
d) Gangguan dalam eksresi
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau di luar hepar. Kelainan di
luar hepar biasanya diakibatkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya
akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.
Patofisiologi
Bilirubin adalah produk penguraian heme. Sebagian besar(85-90%) terjadi dari
penguraian hemoglobin dan sebagian kecil (10-15%) dari senyawa lain seperti mioglobin.
Sel retikuloendotel menyerap kompleks haptoglobin dengan hemoglobin yang telah
dibebaskan dari sel darah merah. Sel-sel ini kemudian mengeluarkan besi dari heme
sebagai cadangan untuk sintesis berikutnya dan memutuskan cincin heme untuk
menghasilkan tertapirol bilirubin, yang disekresikan dalam bentuk yang tidak larut dalam
air (bilirubin tak terkonjugasi, indirek). Karena ketidaklarutan ini, bilirubin dalam plasma
terikat ke albumin untuk diangkut dalam medium air. Sewaktu zat ini beredar dalam
tubuh dan melewati lobulus hati ,hepatosit melepas bilirubin dari albumin dan
menyebabkan larutnya air dengan mengikat bilirubin ke asam glukoronat (bilirubin
terkonjugasi, direk).
-
8/11/2019 KASUS 2 IKTERUS
18/23
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
18
ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM : 3 1 1 7 8 5
Dalam bentuk glukoronida terkonjugasi, bilirubin yang larut tersebut masuk ke
sistem empedu untuk diekskresikan. Saat masuk ke dalam usus ,bilirubin diuraikan oleh
bakteri kolon menjadi urobilinogen. Urobilinogen dapat diubah menjadi sterkobilin dan
diekskresikan sebagai feses. Sebagian urobilinogen direabsorsi dari usus melalui jalur
enterohepatik, dan darah porta membawanya kembali ke hati. Urobilinogen daur ulang ini
umumnya diekskresikan ke dalam empedu untuk kembali dialirkan ke usus, tetapi
sebagian dibawa oleh sirkulasi sistemik ke ginjal, tempat zat ini diekskresikan sebagai
senyawa larut air bersama urin.
Gejala Klinis
Ikterus sebagai akibat penimbunan bilirubin indirek pada kulit mempunyai
kecenderungan menimbulkan warna kuning muda atau jingga. Sedangkan ikterus
obstruksi (bilirubin direk) memperlihatkan warna kuning-kehijauan atau kuning kotor.
Gejala lain dapat dilihat dari jenis ikterus apakah fisiologis atau patologis.
Diagnosis
1. Anamnesis
a)Riwayat kehamilan dengan komplikasi(obat-obatan, gawat janin, malnutrisi
intrauterine, infeksi intranatal)
b)Riwayat persalinan dengan tindakan/komplikasi
c)Riwayat ikterus/terapi sinar/transfusi tukar pada bayi sebelumnya
d)Riwayat inkompatibilitas darah
e)Riwayat keluarga yang menderita anemia, pembesaran hepar dan limpa
2. Pemeriksaan fisik
Secara klinis, ikterus pada neonatus dapat dilihat segera setelah lahir atau setelah
beberapa hari. Amati ikterus pada siang hari dengan lampu sinar yang cukup. Ikterus akan
terlihat lebih jelas dengan sinar lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan yang
kurang, terutama pada neonatus yang berkulit gelap.
-
8/11/2019 KASUS 2 IKTERUS
19/23
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
19
ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM : 3 1 1 7 8 5
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan serum bilirubin(direk dan indirek) harus dilakukan pada neonatus
yang mengalami ikterus. Terutama pada bayi yang tampak sakit atau bayi-bayi yang
tergolong resiko tinggi terserang hiperbilirubinemia berat. Pemeriksaan tambahan yang
sering dilakukan untuk evaluasi menentukan penyebab ikterus antara lain adalah
golongan darah dan Coombs test, darah lengkap dan hapusan darah, hitung retikulosit,
skrining G6PD dan bilirubin direk. Pemeriksaan serum bilirubin total harus diulang setiap
4-24 jam tergantung usia bayi dan tingginya kadar bilirubin. Kadar serum albumin juga
harus diukur untuk menentukan pilihan terapi sinar atau transfusi tukar.
Penatalaksanaan
Pada dasarnya, pengendalian bilirubin adalah seperti berikut:
a) Stimulasi proses konjugasi bilirubin menggunakan fenobarbital. Obat ini kerjanya
lambat, sehingga hanya bermanfaat apabila kadar bilirubinnya rendah dan ikterus yang
terjadi bukan disebabkan oleh proses hemolitik. Obat ini sudah jarang dipakai lagi.
b) Menambahkan bahan yang kurang pada proses metabolisme bilirubin (misalnya
menambahkan glukosa pada hipoglikemi) atau (menambahkan albumin untuk
memperbaiki transportasi bilirubin).
c) Memberi terapi sinar hingga bilirubin diubah menjadi isomer foto yang tidak toksik
dan mudah dikeluarkan dari tubuh karena mudah larut dalam air.
e)Mengeluarkan bilirubin secara mekanik melalui transfusi tukar
Pada umunya, transfusi tukar dilakukan dengan indikasi sebagai berikut:
-
8/11/2019 KASUS 2 IKTERUS
20/23
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
20
ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM : 3 1 1 7 8 5
1) Pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek 20mg%
2) Kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat yaitu 0,3-1mg%/jam
3) Anemia yang berat pada neonatus dengan gejala gagal jantung
4) Bayi dengan kadar hemoglobintali pusat
-
8/11/2019 KASUS 2 IKTERUS
21/23
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
21
ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM : 3 1 1 7 8 5
DISKUSI
Pada pasien ini datang dengan keluhan badan kuning (+), kuning dimulai beberapa
jam sejak lahir, hal ini disebabkan karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang
disebabkan oleh beberapa faktor. BAB berwarna pucat dan BAK kadang pekat, hal ini
bisa disebabkan karena adanya obstruksi pada saat dilakukan ekskresi, sehingga bilirubin
direk tidak dapat diubah menjadi urobilin untuk diekskresikan dalam feces, selain itu
sebagian akan diekskresikan melalui ginjal, sehingga urin pekat.
Pada pemeriksaan fisik juga didapatkan tanda-tanda dehidrasi yang bisa
disebabkan karena kurangnya asupan cairan dalam tubuh bayi. Dari hasil pemeriksaanlaboratorium juga didapatkan anemia yang dikarenakan pada bayi prametur umur eritrosit
juga semakin pendek dan terjadi proses hemolisis semakin cepat, sehingga juga dapat
meningkatkan kadar bilirubin karena perombakan hemoglobin.
Ikterus Patologis Kasus
Terdapat tanda-tanda ikterik Ikterik di seluruh tubuh
Ikterik pada 24 jam pertama Beberapa jam setelah lahir
Kadar bilirubin direk > 1mg % Kadar bilirubin direk 9,28 dan 7
Menetap hingga 2 minggu pertama Menetap mulai dari lahir sampai sekarang
Ditemukan tanda patologis Anemia, BBLR, Prematur
Pemeriksaan urobilin dlm tinja dan urin (-) Tinja berwarna pucat
-
8/11/2019 KASUS 2 IKTERUS
22/23
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
22
ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM : 3 1 1 7 8 5
-
8/11/2019 KASUS 2 IKTERUS
23/23
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
23
ILMU
KESEHATAN ANAK NO RM : 3 1 1 7 8 5
DAFTAR PUSTAKA
Usman, Ali.2007. Ensefalopati Bilirubin. Sari Pediatri Volume 8, No. 4 . Mei 2007, Hal :
94-104
Mutianingsih, Rosa.2014. Hubungan antara Bayi Berat Lahir Rendah dengan Kejadian
Ikterus Neonatorum di RSUP NTB tahun 2012. Tesis. FK Universitas Brawijaya
Malang
top related