kasus dss farmasi
Post on 15-Feb-2015
23 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
TINJUAN PUSTAKA
Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan spektrum manifestasi
klinis yang bervariasi antara penyakit paling ringan ( mild undifferentiated febrile
illness ),demam dengue, demam berdarah dengue ( DBD ) dan demam berdarah
dengue disertai syok ( dengue shock syndrome = DSS ). Gambaran manifestasi
klinis yang bervariasi ini memperlihatkan sebuah fenomena gunung es, DBD dan
DSS sebagai kasus yang dirawat di rumah sakit merupakan puncak gunung es
yang kelihatan diatas permukaan laut, sedangkan kasus dengue ringan ( silent
dengue infection dan demam dengue )merupakan dasarnya. (2)
Pertolongan yang cepat dan tepat sangat membantu penyelamatan hidup
pada kasus kegawatan demam berdarah dengue. Disfungsi sirkulasi atau syok
pada DBD,dengue shock syndrome ( DSS ), disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas vaskular yang pada akhirnya mengakibatkan turunnya perfusi organ.
Pemberian cairan resusitasi yang tepat dan adekuat pada fase awal syok
merupakan dasar utama pengobatan DSS.(10) Prognosis kegawatan DBD
tergantung pada pengenalan, pengobatan yang tepat segera dan pemantauan ketat
syok. Oleh karena itu peran dokter sangat membantu untuk menurunkan angka
kematian. (1)
Demam dengue (DD) adalah penyakit demam akut selama 2-7 hari disertai
dua atau lebih gejala klinis berupa nyeri kepala, nyeri retro-orbital, mialgia /
atralgia, ruam kulit, manifestasi perdarahan (tes tourniket positif dan petechie) dan
leucopenia. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut dengan
gejala seperti DD disertai manifestasi perdarahan yang lebih nyata (tes tourniket
positif, petechie, echimosis, atau purpura, perdarahan mukosa), trombositopenia
(≤100.000/μL) dan kebocoran plasma akibat meningkatnya permeabilitas kapiler
yang ditandai oleh peningkatan hematokrit ≥20 %. Dengue shock symdrome
(DSS) adalah penampilan klinis DBD yang disertai tanda-tanda kegagalan
sirkulasi berupa penderita gelisah sampai penurunan kesadaran, nadi cepat dan 1
2
lemah, tekanan nadi menurun (< 20 mmHg), hipotensi (tekanan sistolik < 80
mmHg), kulit dingin dan lembab, akral dingin (capillary refill time > 2 detik),
dieresis menurun sampai anuria.
MANIFESTASI KLINIK
1.Demam dengue (DD)
Setelah masa inkubasi 4-6 hari (rentang 3-14 hari), timbul gejala
prodromal yang tidak khas seperti nyeri kepala, sakit tulang belakang, dan rasa
lelah. Tanda khas dari DD adalah peningkatan suhu mendadak, kadang-
kadang disertai menggigil, sakit kepala dan flushed face (muka kemerahan).
Dalam 24 jam, terasa nyeri pada belakang mata terutama pada pergerakan
mata atau bila bola mata ditekan, fotofobia, dan nyeri otot serta sendi. Gejala
lainnya adalah anoreksia, konstipasi, nyeri perut/kolik, nyeri tenggorok dan
depresi. Gejala tersebut biasanya menetap selama beberapa hari.
Demam, suhu pada umumnya antara 39-40 0C, dapat bersifat
bifasik, menetap antara 5-6 hari. Pada awal fase demam timbul ruam
menyerupai urtikaria di muka, leher, dada, dan pada akhir fase demam (hari
sakit ke-3 atau 4), ruam akan menjadi makulopapular. Pada akhir fase demam
atau awal suhu turun timbul petekhie yang menyeluruh biasanya pada kaki
dan tangan. Perdarahan kulit pada DD terbanyak adalah uji tourniquet positif
dengan atau tanpa petekhie.
Pada awal fase demam akan dijumpai jumlah leukosit normal,
kemudian menjadi leucopenia selama fase demam. Jumlah trombosit dan
semua factor pembekuan umumnya normal. Serum biokimia dan enzim pada
umumnya normal tetapi enzim hati dapat meningkat.
2.Demam berdarah Dengue (DBD)
Terdapat empat gejala utama DBD yaitu demam tinggi, fenomena
perdarahan, hepatomegali, dan kegagalan sirkulasi. Gejala klinis diawali
dengan demam mendadak, disertai dengan muka kemerahan (facial flushed)
dan gejala klinis lainnya yang tidak khas menyerupai gejala DD.
Keempat gejala utama DBD adalah :
a. Demam
3
Penyakit didahului demam tinggi mendadak, terus menerus
berlangsung 2-7 hari dengan sebab yang tidak jelas dan hampir tidak
bereaksi terhadap pemberian antipiretik (mungkin hanya akan turun sedikit
kemudian naik kembali). Bila tidak disertai syok maka demam akan turun
dan penderita sembuh dengan sendirinya. Akhir fase demam merupakan
fase kritis pada DBD, oleh karena fase tersebut dapat merupakan awal
penyembuhan tetapi dapat pula sebagai awal fase syok.
b. Tanda-tanda perdarahan
Penyebab perdarahan pada DBD adalah vaskulopati,
trombositopenia, dan gangguan fungsi trombosit serta koagulasi
intravaskuler yang enyeluruh. Jenis perdarahan terbanyak antara lain
perdarahan kulit seperti uji tourniquet (uji Rumple Leed) positif, petekhie,
purpura, echimosis, dan perdarahan mukosa seperti epistaksis, perdarahan
gusi, hematemesis, melena. Petekhie merupakan tanda perdarahan yang
tersering ditemukan. Tanda ini dapat muncul pada hari-hari pertama
demam. Perdarahan yang paling ringan adalah uji tourniquet positif,
berarti fragilitas kapiler meningkat, namun hal ini dapat dijumpai pada
penyakit virus lain (misalnya campak, demam chikungunya), infeksi
bakteri dan lain-lain. Uji tourniquet positif sangat berguna apabila secara
klinis diduga DBD, karena pada awal perjalanan penyakit 70,2 % kasus
DBD mempunyai hasil tourniquet positif. Uji tourniquet dinyatakan positif
jika terdapat 10-20 atau lebih petekhie dalam diameter 2,8 cm (1 inchi
persegi) di lengan bawah bagian depan (volar) dan pada lipatan siku (fossa
cubiti).
c. Pembesaran hepar
Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan
penyakit, bervariasi dari hanya sekedar dapat diraba sampai 2-4 cm di
bawah lengkung iga kanAn. Serajat pembesaran hati tidak sejajar dengan
beratnya penyakit. Nyeri tekan di daerah hati sering ditemukan dan ini
berhubungan dengan adanya perdarahan.
d. Syok
4
Perjalanan syok tergantung pada penyakit primer penyebab
renjatan, kecepatan dan jumlah cairan yang hilang, lama renjatan, serta
kerusakan jaringan yang terjadi, tipe dan stadium renjatan.
3.Dengue Shock Syndrome (DSS)
Shock biaa terjadi pada saat atau segera setelah suhu turun, antara hari
ke-3 sampai hari sakit ke-7. Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan
gejala klinis menghilang setelah demam turun. Demam turun disertai
keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan tekanan darah, akral
ekstremitas dingin, disertai kongesti kulit. Perubahan ini menunjukkan gejala
gangguan sirkulasi, sebagai akibat dari perembesan plasma yang dapat bersifat
ringan atau sementara.
Pada kasus berat, keadaan umum pasien mendadak menjadi buruk
setelah beberapa hari demam. Pada saat atau beberapa saat setelah suhu turun,
antara hari sakit ke 3-7, terdapat tanda kegagalan sirkulasi. Sesaat sebelum
syok seringkali pasien mengeluh nyeri perut. Syok ditandai dengan kulit
pucat, dingin dan lembab terutama pada ujung kaki dan tangan, anak menjadi
rewel, gelisah lambat laun kesadarannya menurun menjadi apatis, sopor, dan
koma; denyut nadi cepat dan lemah; tekanan nadi menurun (≤ 20 mmHg);
hipotensi (tekanan sistolik ≤ 80 mmHg); oliguria sampai anuria. Pasien dapat
dengan cepat masuk ke dalam fase kritis yaitu syok berat (profound shock),
pada saat itu tekanan darah dan nadi tidak terukur lagi.
Dengan diagnosis dini dan penggantian cairan adekuat, syok
biasanya teratasi dengan segera, namun bila terlambat diketahui atau
pengobatan tidak adekuat, syok dapat menjadi syok berat dengan berbagai
penyulitnyaseperti asidosis metabolic, perdarahan hebat saluran cerna,
sehingga memperburuk prognosis. Secara klinis perjalanan syok dapat dibagi
dalam 3 fase yaitu fase kompensasi, dekompensasi, dan ireversibel.
Tanda klinis Kompensasi Dekompensasi Ireversibel
Blood loss (%) Sampai 25 25-40 40
Heart rate Takikardia + Takikardia ++ Taki/bradikardia
Tek. Sistolik Normal Normal/menurun Tidak terukur
5
Nadi (volume) Normal/menurun Menurun + Menurun ++
Capillary refill Normal/meningkat
3-5 detik
Meningkat > 5
detik
Meningkat ++
Kulit Dingin, pucat Dingin/mottled Dingin/deathly pale
Pernapasan Takipneu Takipneu + Sighing respiration
Kesadaran Gelisah Lethargi Reaksi - / hanya
bereaksi terhadap nyeri
DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis DBD didasarkan pada kriteria menurut
WHO (1997), yaitu:
1. Kriteria Klinis
a. Panas tinggi mendadak, terus menerus selama 2-7 hari tanpa sebab
yang jelas (tipe demam bifasik)
b. Manifestasi perdarahan
Uji tourniquet positif
Petekhie, echimosis, purpura
Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
Hematemesis dan atau melena
c. Hepatomegali
d. Kegagalan sirkulasi (syok) yang ditandai dengan :
Nadi cepat dan lemah
Tekanan darah menurun (≤ 20 mmHg)
Hipotensi (tekanan sistolik ≤80 mmHg)
Akral dingin
Kulit lembab
Pasien tampak gelisah
2. Kriteria Laboratoris
a. Trombositopenia (AT < 100.000/μL)
6
b. Hemokonsentrasi ditandai dengan nilai hematokrit lebih dari atau sama
dengan 20 % dibandingkan dengan masa kovalesen yang dibandingkan
dengan nilai Hct sesuai umur, jenis kelamin dari populasi.
Dua kriteria klinis pertama ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi (atau
peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan diagnosis klinis DBD. Efusi
pleura dan atau hipoalbuminemia dapat memperkuat diagnosis terutama pada
pasien anemia dan atau terjadi perdarahan. Pada kasus syok, adanya peningkatan
hematokrit dan adanya trombositopenia mendukung diagnosis DBD.
DERAJAT PENYAKIT
Mengingat derajat beratnya penyakit ynag bervariasi dan sangat erat
kaitannya dengan pengelolaan dan prognosis maka WHO (1997) membagi DBD
dalam derajat setelah kriteria laboratories terpenuhi yaitu :
Derajat I : demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan adalah uji tourniquet positif.
Derajat II : derajat I disertai dengan perdarahan spontan di kulit atau
perdarahan lain.
Derajat III : terdapat kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut,
tekanan nadi menurun (< 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit
dingin, lembab dan penderita menjadi gelisah.
Derajat IV : renjatan berat dengan nadi yang tak teraba dan tekanan darah
yang tak terukur, kesadaran amat menurun.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang harus diwaspadai :
a. Ensefalopati dengue, dapat terjadi pada DBD dengan atau tanpa syok.
Evaluasi gejala sisa SSP sangat penting, mengingat organ ini sangat
sensitif terhadap hipoksia yang dapat terjadi pada renjatan berkepanjangan.
b. Kelainan ginjal, akibat syok berkepanjangan dapat terjadi gagal ginjal
akut.
c. Edema paru, seringkali terjadi akibat overloading cairan.
d. Depresi miokard-gagal jantung.
e. Gangguan koagulasi / pembekuan (DIC).
7
DIAGNOSIS BANDING
1. Pada awal perjalanan penyakit, diagnosis banding mencakup infeksi
bakteri, virus atau protozoa seperti demam tifoid, campak, influenza,
hepatitis, demam chikungunya, leptospirosis dan malaria.
2. Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP).
3. Perdarahan seperti petekhie dan echimosis ditemukan pada beberapa
penyakit infeksi, misalnya sepsis, meningitis meningokokus, leukemia,
atau anemia aplastik.
8
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN KASUS DSS ATAU DBD DERAJAT III DAN IV
Ht tetap tinggi/ naik+ koloid 20 ml/kgBB
DBD derajat III dan IV
DBD derajat II + kegagalan
sirkulasiOksigenasi (berikan O2 2-4 L/menit)Penggantian volume plasma segera (cairan kristaloid isotonis)Ringer asetat/Nacl 0,9 % 10-20 ml/kgBB secepatnya (bolus dalam 30 menit)Evaluasi 30 menit, apakah syok teratasi?Pantau tanda vital tiap 10 menitCatat balans cairan selama pemberian cairan intravena
Syok tidak teratasi
Syok teratasi
Kesadaran membaikNadi teraba kuatTekanan nadi >20 mmHgTidak sesak napas/sianosisEkstrimitas hangatDiuresis cukup 1 ml/kgBB/jam
Kesadaran menurunNadi lembut / tidak terabaTekanan nadi <20 mmHgDistress pernapasan/sianosisKulit dingin dan lembabEkstrimitas dinginPeriksa kadar gula darah
Cairan 10 ml/kgBB/jam
Evaluasi ketatTanda vitalTanda perdarahanDieresisHb, Ht, TrombositStabil dalam 24
jamTetesan 5 ml/kgBB/jam
Tetesan 3 ml/kgBB/jam
Infuse stop tidak melebihi 48 jam
Lanjutkan cairan15-20 ml/kgBB/jamTambahan koloid/plasmaDekstran 40/FFP10-20 (max 30) ml/kgBBKoreksi asidosisEvaluasi 1 jam
Syok teratasi
Syok belum teratasi
Ht turun+ transfuse fresh blood 10 ml/kgDapat diulang sesuai kebutuhan
BAB II
ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. S
Tanggal lahir : 11 Mei 2001
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Nama ayah : Bp. M
Pekerjaan Ayah : Swasta
Nama Ibu : Ny. S
Pekerjaan ibu : Ibu rumah tangga
Alamat : Sumberejo, Klebet, Masaran, Sragen
Tanggal Pemeriksaan : 4 Oktober 2010
No. RM : 83 41 20
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama
Panas
B. Riwayat penyakit sekarang (Alloanamnesis)
Sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit penderita merasakan
badannya panas. Panas dirasakan sumer-sumer. Panas dirasakan sejak
malam hari (± jam 20.00 WIB), hingga esok harinya panas tidak turun.
Kemudian oleh ibu penderita diberi obat penurun panas. Panas mulai
berkurang, tapi penderita kemudian merasa mual, dan penderita tidak
mau makan. Mencret (-), gusi berdarah (+) sedikit, mimisan (-), batuk
(-), pilek (-), sakit tenggorok (-).
Dua hari sebelum masuk rumah sakit penderita tiba-tiba panas
disertai menggigil, dan oleh orang tuanya dibawa ke RSDM. Keluarga
penderita menolak rawat inap, dan diberi obat (orangtua penderita
lupa), panas turun tetapi penderita masih merasa mual. Sejak siang hari
9
10
penderita tidak mau makan, dan minum hanya sedikit (± 3 gelas
belimbing).
Lima jam sebelum masuk rumah sakit penderita mengeluh
perutnya sakit sekali, dan penderita juga mulai mengigau. Penderita
tidak menjawab tiap kali ditanya oleh keluarganya, dan terus menerus
mengigau, serta tampak pucat dan kulitnya dingin. Kemudian
penderita dibawa ke RSDM lagi, masuk rumah sakit sekitar jam 20.00
WIB dan penderita disarankan untuk mondok. Panas (-), mual (+),
muntah (+) 2x isi makanan dan air, mencret (-), gusi berdarah (+)
sedikit, mimisan (-), BAK terakhir 4 jam sebelum masuk rumah sakit
(1/4 gelas aqua) dan penderita tidak mau makan sejak pagi hari.
C. Riwayat penyakit Dahulu
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat imunisasi : (+) lengkap
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
Riwayat sakit demam berdarah : (+) guru & teman penderita
E. Pohon Keluarga
F. Riwayat Imunisasi
Jenis I II III IV
BCG 2 bulan - - -
DPT 2 bulan 3 bulan 4 bulan -
11
POLIO 2 bulan 3 bulan 4 bulan 9 bulan
Hepatitis 3 bulan 4 bulan 9 bulan -
Campak 9 bulan - - -
G. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Senyum : 2 bulan
Miring : 3 bulan
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 5 bulan
Gigi keluar : 6 bulan
Berdiri : 10 bulan
Berjalan : 12 bulan
H. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ayah : baik
Ibu : baik
Adik : baik
I. Riwayat Makan dan Minum Anak
Sejak lahir penderita tidak menerima ASI, karena ASI tidak
keluar. Setiap hari penderita diberi susu formula (Lactogen) dengan
takaran 1 sendok takar ditambah 200 ml air, dengan frekuensi dan
jumlah yang terus bertambah hingga penderita berumur 3 tahun. Nasi
tim diberikan sejak penderita berumur 4 bulan, sebanyak 3 kali per
hari. Nasi diberikan sejak penderita berusia 1 tahun, frekuensi 3 kali
sehari. Lauk pauk dan buah-buahan sudah diberikan sejak umur 1
tahun dengan frekuensi 3 x per hari.
J. Pemeliharaan Kehamilan dan Prenatal
Pemerikasaan di : bidan
Frekuensi : Trimester I : 1 x/1 bulan
Trimester II : 1x/2 minggu
Trimester III : 1x/1 minggu
12
Keluhan selama kehamilan : (-)
Obat-obatan yang diminum selama kehamilan : vitamin dan tablet
penambah darah.
K. Riwayat Kelahiran
Lahir di Puskesmas dengan bantuan bidan, umur kandungan 9
bulan, lahir spontan, berat badan 3200 gram, menangis kuat setelah
lahir, panjang badan 49 cm.
L. Pemeriksaan Postnatal
Pemeriksaan di puskesmas, frekuansi 1 bulan 1 kali.
M. Riwayat Keluarga Berencana
Ibu penderita menggunakan pil KB.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum : tampak pucat, gelisah, apatis, gizi kesan baik
Berat badan : 18,5 kg
Tinggi badan : 117 cm
Lingkar perut : 58,5 cm
B. Tanda vital
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 124 x/menit, regular, teraba lemah, simetris
Laju Pernapasan : 32 x/menit, tipe torakoabdominal
Suhu : 35,8 0C
C. Kulit : warna sawo matang, lembab, ujud kelainan kulit(-)
uji tourniquet (+)
D. Kepala : bentuk mesochepal, rambut hitam sukar dicabut
E. Mata : conjunctiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), air
mata (+/+), reflek cahaya (+/+), pupil isokor
(3mm/3mm), bulat, di tengah, mata cekung (-/-)
F. Hidung : nafas cuping hidung (-/-), secret (-/-)
G. Mulut : bibir pucat (+), sianosis (-), mukosa basah (+)
H. Telinga : secret (-), mastoid pain (-), tragus pain (-)
13
I. Tenggorok : uvula di tengah, mukosa faring hiperemis (-), tosil
T1-T1
J. Leher : kelenjar getah bening tidak membesar
K. Thorax
Bentuk : normochest
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Kanan atas : SIC II linea parasternalis dextra
Kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dextra
Kiri bawah : SIC V linea medioclavicularis sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, bising (-)
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri, retraksi (-)
Palpasi : fremitus raba dada kanan = kiri
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Batas paru hepar : SIC VI dextra
Batas paru lambung : SIC VII sinistra
Redup relative : batas paru hepar
Redup absolute : hepar
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan RBK (-/-),
RBH (-/-), wheezing (-/-)
L. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada
Auskultasi : peristaltic (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (+), hepar teraba 3 cm di bawah costa
dextra, lien tidak teraba, turgor kulit baik
14
M. Ekstremitas
Akral dingin Oedema
+ +
+ +
Sianosis ujung jari Capillary refill time > 2 detik
- -
- -
N. Perhitungan Status Gizi
1. Secara Klinis
Nafsu makan : kurang
Kepala : rambut jagung (-), susah dicabut (+)
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Mulut : bibir kering dan pecah-pecah (-)
Ekstremitas : piting oedem (-)
Status gizi secara klinis :gizi kesan baik
2. Secara Antropometri
BB = 18,5 x 100 % = 82,2 % → P3 CDC 2000 → normal
U 22,5
TB = 117 x 100 % = 97,5 % → P25 CDC 2000 → normal
U 120
BB = 18,5 x 100 % = 86,05 % → P25<BB<P50 CDC 2000
TB 21,5 kurang
-2 SD > Z score > -1 SD
Status gizi secara antropometri : gizi baik
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Darah
Hb : 18,1 g/dL
AE : 6,80 x 106 uL
Hct : 56,6 %
15
AL : 14,3 x 103 uL
AT : 30 x 103 uL
Golongan darah : B
V. DIAGNOSA BANDING
DHF grade III (DSS/Dengue Syok Sindrom)
Gizi baik
VI. DIAGNOSA KERJA
DSS (febris hari ke-5)
VII. PENATALAKSANAAN
O2 nasal 2 L/menit
Infuse RL 20 ml/kgBB bolus 30 menit → 2 jalur @ 92 tpm makro,
selanjutnya jika syok teratasi diberikan : infuse RL 10 ml/kgBB/jam →
1 jalur 46 tpm makro
Mondok bangsal infeksi anak
VIII. PENULISAN RESEP
R/ infuse Ringer lactate fla No.IV
Cum infuse set No.IV
Cum abbocath no.22 No.I
S Imm
ᵹ
R/ kalnex injk mg 50 ampul no. 1
Cum disposable syringe cc 3 no. I
S imm
ᵹ
Pro : An . S (9 tahun)
16
BAB III
KESIMPULAN
Infeksi dengue disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh
nyamuk aedes. Secara sederhana, infeksi dengue diklasifikasikan sebagai keadaan
ringan (asimptomatik, dengue fever/ DF ) dan keadaan berat (dengue
haemorrhagic fever/ DHF dan dengue shock syndrome/ DSS). Virus dengue ada 4
serotipe; DEN 1,DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. DEN 3 adalah serotipe yang paling
dominan dan paling sering menyebabkan DHF. Imunitas seumur hidup tetapi
bersifat spesifik terhadap satu serotipe, tidak terhadap serotipe yang lain. Pada
urutan serotipetertentu infeksi primer dan sekunder membawa keadaan syok.
Angka insidens meningkat setiap tahun. Faktor yang mempengaruhiinfeksi
dengue adalah imunitas pejamu, kepadatan pejamu dan vektor, virulensivirus
dengue dan keadaan geografis.
DSS adalah suatu kegawatan. Cairan pengganti adalah pengobatan utama.Pasien
anak akan cepat mengalai syok dan sembuh bila diobati segera dalam 48 jam.
Pada pasien DSSberat dengan tekanan darah yang tak terukur / <20 mmHgsegera
berikan cairan kristaloid sebanyak 20 ml/kgBB/jam selama 30 menit danbila
teratasi turunkan 10 ml/kgBB.
Terapi pemberian cairan ringer lactate diharapkan dapat me rehidrasi
kebutuhan cairan yang telah hilang akibat terjadinya perdarahan pada pasien dan
pembrian kalnek diharapkan menghambat perdarahan dengan cara menghambat
pemecahan trombosit, factor koagulasi dan mencegah degradasi fibrin
SARAN :
DSS merupakan bentuk kegawat daruratan yang perlu penaganan yang
cepat dan tepat
Diharapkan kepada masyarakat jika menderita sakit dan memiliki gejala
klinis yang sama dengan diatas agar segera datang ke tempat pelayanan
kesehatan
17
DAFTAR PUSTAKA
Hadinegoro S. R. H., Satari H. I. 2004. Demam Berdarah Dengue. Jakarta : FK-UI.
Soedarmo S. S. P., Garna H., Hadinegoro S. R. S., Satari H. I. 2008. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Ikatan Dokter Anak Indonesia, hal : 155-181.
Suhendro, Nainggolan L., Chen K., Pohan H. T. 2007. Demam Berdarah Dengue dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam volume III. Editor Bahasa Indonesia : Sudoyo A. W., Setiyohadi., Alwi I., Simadibrata M. K., Setiati S. Jakarta : FK-UI, hal : 1709-1713.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I
TINJAUAN PUSTAK 1
BAB II
ILUSTRASI KASUS 9
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN 16
DAFTAR PUSTAKA 17
18
top related