kata pengantar - dpmptsp.kaltimprov.go.id · mencapai visi daerah mewujudkan kaltim sebagai pusat...
Post on 10-Apr-2019
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
KATA PENGANTAR
Salah satu dari Tiga Skala Prioritas Pembangunan Kalimantan Timur dalam
mencapai Visi daerah mewujudkan Kaltim sebagai Pusat Agroindustri dan Energi Terkemuka
Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera adalah Pembangunan Pertanian.
Dari sejumlah program pembangunan pertanian dalam arti luas di Kalimantan Timur
salah satunya adalah program pengembangan komoditi Sub Sektor Perkebunan melalui usaha
perkebunan karet. Mengingat Sub sektor peternakan ini memiliki peranan yang penting baik
dalam pembangunan ekonomi, sosial maupun ekologi, serta merupakan salah satu sub sektor
yang berbasis sumberdaya alam yang dapat diperbaharui.
Guna memberikan informasi terperinci mengenai pengembangan pembangunan
perkebunan karet, Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah Kalimantan Timur
menerbitkan kembali buku yang telah dibuat pada tahun 2005 “ Profil Proyek Komoditi
Ekspor Karet Alam di Kalimantan Timur, Pilihan Investasi yang Kembali Berjaya” dengan
maksud untuk memudahkan para calon investor memperoleh informasi dalam mengambil
keputusan berinvestasi.
Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam proses penerbitan buku
ini, kami mengucapkan terima kasih. Akhirnya semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua.
Samarinda, Juni 2009
Badan Perijinan dan Penanaman Modal
Daerah Provinsi Kalimantan Timur
Kepala
H. Nusyirwan Ismail
ii
DAFTAR ISI
HAL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1. MENGAPA KARET ………………………………...…………………………………………………………..
1
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN ……………………………………………………………………………………….
3
1.3. KEGUNAAN ……………………………………………………………………………………………………..
3
BAB II TINJAUAN PROFIL PROYEK POTENSIAL
2.1. POTENSI BAHAN BAKU ……………………………………..……………………………………………..… 4
2.2. LOKASI …………………………………………………………….…………………………………………….. 5
2.3. SARANA DAN PRASARANA ………………………………………….……………………………………… 12
2.4. ANALISIS PRODUKSI ……………………………………………….…………………………………………. 15
2.5. ANALISIS EKONOMI …………………………………………………….……………………………………... 21
2.6. ASPEK PEMASARAN …………………………………………….…………………………………………… 23
2.7. ASPEK LEGALITAS ……………………………………………………………..…………………………….. 28
2.8. ASPEK SOSIAL DAN LINGKUNGAN ……………………………………..…………………………………. 30
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………………….…………………………….. 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
HAL
TABEL 1. LUAS TANAM DAN PRODUKSI TANAMAN KARET DI KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2004 5
TABEL 2. PERKEMBANGAN SEKTOR PERKEBUNAN DI KABUPATEN KUTAI TIMUR …………………………………………………...... 9
TABEL 3. LUAS AREAL DAN PRODUKSI PERKEBUNAN KARET PER KECAMATAN KAB. KUTAI BARAT TAHUN 2004 ……………… 11
TABEL 4. KEBUTUHAN PUPUK TANAMAN KARET ………………………………………………………………………………………………… 18
TABEL 5. PENYADAPAN TANAMAN KARET KONVENSIAL ……………………………………………………………………………………….. 19
TABEL 6. PENYADAPAN TANAMAN KARET ALTERNATIF ………………………………………………………………………………………… 20
TABEL 7. JUMLAH ANGKATAN KERJA DI KALTIM BERDASARKAN JENIS KELAMIN TAHUN 2001 ……………………………………….. 21
TABEL 8. HASIL ANALISIS FINANSIAL PROYEK USAHA BUDIDAYA KARET ALAM …………………………………………………………... 23
TABEL 9. JENIS INDUSTRI DAN PENGOLAHAN YANG MENGGUNAKAN BAHAN BAKU HASIL KARET MENURUT JENIS KARET DAN VOLUME YANG DIKONSUMSI PADA TAHUN 1994 DAN 1995 ………………………………………………………………….
24
iv
DAFTAR GAMBAR
HAL
GAMBAR 1. PETA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR ………………………………………………………………………………………………… 4
GAMBAR 2. PETA RENCANA TATA RUANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR YANG MEMPERLIHATKAN KAWASAN BUDIDAYA NON KEHUTANAN, LUAS PERKEBUNAN DAN HGU ………………………………………………………………………………..
8
GAMBAR 3. PETA RENCANA TATA RUANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR YANG MEMPERLIHATKAN KAWASAN BUDIDAYA NON KEHUTANAN …………………………………………………………………………………………………………………………
8
GAMBAR 4. PETA PENGGUNAAN LAHAN DI KOTA BALIKPAPAN DAN KABUPATEN PASIR ……………………………………………… 9
GAMBAR 5. PETA PENGGUNAAN DAERAH KUTAI BARAT TAHUN 2004 ………………………………………………………………………. 10
GAMBAR 6. RENCANA UMUM TATA RUANG KUTAI BARAT TAHUN 2005 ……………………………………………………………………... 11
GAMBAR 7. PENYADAPAN TANAMAN KARET ………………………………………………………………………………………………………. 19
GAMBAR 8. POLA PEMASARAN PERKEBUNAN KARET RAKYAT ……………………………………………………………………………….. 27
GAMBAR 9. JALUR TATA NIAGA EKSPOR KARET INDONESIA ………………………………………………………………………………….. 27
I. PENDAHULUAN
Karet merupakan komoditas yang elastis didalam memberikan kontribusinya
terhadap pasar. Munculnya karet sintetik sempat memerosotkan pasar karet alam
yang ada di dunia. Namun demikian dengan berjalannya waktu, kelemahan-
kelemahan yang dimunculkan oleh karet sintetik seperti kurang elastisnya karet
tersebut didalam pemakaian, menyebabkan kebutuhan pasar terhadap karet alam
menjadi meningkat kembali.
Pengembangan karet di Indonesia sangat ditunjang oleh kesesuaian iklim
dan lahan, disamping adanya ketersediaan areal potensial yang cukup luas,
khususnya di luar Pulau Jawa. Di dunia, Indonesia merupakan negara terluas
dengan perkebunan karetnya, yaitu seluas 3,29 juta hektar.
Ekspor karet Indonesia selama 20 tahun menunjukkan peningkatan yang
sangat berarti dari 788.292 ton pada tahun 1975 menjadi 1.324.295 ton pada tahun
1995 dimana jumlah ini mencapai $ 1.962,8 juta atau 5.6% dari pendapatan devisa
non-migas. Pada tahun 2003 ekspor karet Indonesia sebesar 1.661.000 ton (IRSG –
Rubber Statistical Bulletin, 2003).
Investasi karet seluas 6000 hektar sebesar Rp 98.824.744.240, dalam 10 tahun 7
hari mampu mengembalikan modal sebesar Rp. 176.469.957.668. Dari hasil analisis
kriteria investasi menunjukkan bahwa nilai Net Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
sebesar 3,18, Internal Rate of Return (IRR) sebesar 28%, dan Return of Investment
(ROI) sebesar 52,87%, dan Break Even Point (BEP) dicapai pada tahun ke-10.
Dapat dibayangkan apabila penanaman karet ini disertai dengan tanaman
sela seperti jagung ataupun integrasi antara tanaman karet dengan ternak
kambing, domba dan sebagainya, sehingga akan diperoleh profit segera sebelum
tanaman karet utama memberikan hasil.
1.1. Mengapa Karet?
Produk utama tanaman karet alam adalah getah karet (lateks). Areal
penanaman tanaman karet di Indonesia dan di Kalimantan Timur hingga kini
masih menunjukkan peningkatan yang cukup besar, kenapa demikian? Ada empat
aspek yang melatarbelakanginya, yaitu:
Pemanfaatan dan penggunaan barang berbahan baku karet semakin luas,
Ditemukannya klon-klon tanaman karet dengan produktivitas dan mutu lateks
yang tinggi,
Ditemukannya teknologi pengolahan yang semakin maju,
Karet alam mempunyai keunggulan tertentu yang sulit ditandingi oleh karet
sintetis.
2
Keempat aspek di atas merupakan gambaran bahwa karet alam akan tetap
eksis walaupun mendapat saingan dari karet sintetis. Apalagi dengan semakin
meningkatnya harga bakar minyak bumi di satu sisi dan semakin berkurangnya
potensi minyak bumi yang menjadi bahan baku karet sintetis di sisi lain,
menjadikan karet alam sebagai pilihan yang selalu diminati. Karet alam mempunyai
keunggulan yang sulit ditandingi oleh karet sintetis, karena kelebihan-kelebihan
yang dimiliki oleh karet alam tersebut diantaranya: memiliki daya elastisitas
lenting yang sempurna, memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya
mudah, mempunyai daya aus yang tinggi dan tidak mudah panas, dan memiliki
daya tahan yang tinggi terhadap keretakan (groove cracking resistence).
Kondisi Kalimantan Timur sangat menunjang untuk pengembangan karet.
Kondisi Kalimantan Timur sangat menunjang untuk pengembangan karet. Iklim
wilayah ini dengan suhu berkisar 20,900 – 32,940 C, kelembaban udara rata-rata 86
%, penyinaran matahari 48,42 – 53,88 %, dengan dan tipe iklim tropika basah,
sangat cocok untuk pertumbuhan dan pengembangan tanaman karet.
Berdasarkan visi dan misi pembangunan di Kalimantan Timur, maka
pengembangan pengembangan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui akan
menjadi tumpuan didalam menopang pembangunan ekonomi Kalimantan Timur.
Upaya dan kemudahan akan diberikan oleh pemerintah daerah untuk menunjang
misi yang dicanangkan daerah.
Permintaan kebutuhan karet alam terus meningkat. Pada tahun 1995 dari
produksi karet dunia sebesar 6.070.000 ton, konsumsi dunia mencapai sebesar
6.000.000 ton. Pada tahun 2000, kebutuhan dunia akan karet meningkat menjadi
sebesar 7.320.000 ton yang lebih besar dibandingkan produksi karet alam pada
tahun yang sama sebesar 6.740.000 ton. Selanjutnya pada tahun 2004, kebutuhan
karet dunia meningkat lagi menjadi 8.250.000 ton, yang dapat dipenuhi oleh
produksi karet alam sebesar 8.620.000 ton (International Rubber Study Group,
2005).
Ekspor Indonesia yang selama ini sebesar 90% terdiri dari produk primer/
setengah jadi seperti SIR, SIT, dan lateks telah mulai bergeser menjadi barang jadi.
Pada tahun 2010 diharapkan 25% ekspor karet Indonesia sudah merupakan barang
jadi, dan pada tahun 2020 menjadi 50%.
Melihat peluang peningkatan permintaan dunia terhadap komoditas karet
dimasa yang akan datang dan adanya pengembangan industri hilir berbahan baku
karet, maka upaya untuk meningkatkan devisa negara melalui perluasan areal
penanaman tanaman karet merupakan langkah efektif untuk dilaksanakan.
Hasil analisis finansial yang dilakukan terhadap komoditas karet alam
menunjukkan bahwa budidaya tanaman karet sangat layak untuk dikembangkan.
Dari aspek teknis dan budidaya, komoditas ini relatif mudah dikelola, dimana
pemanenan karet relatif sederhana, hanya saja seringkali pihak investor kurang
mendapatkan informasi mengenai pengembangan budidaya karet.
3
1.2. Maksud dan Tujuan
Profil proyek yang disusun ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran
dan informasi kepada investor mengenai kelayakan pengembangan komoditas
karet ditinjau dari aspek ekonomi maupun budidaya tanaman karet.
1.3. Kegunaan
Profil ini diharapkan memberikan kegunaan sebagai :
a. Informasi peluang usaha dan investasi budidaya komoditas karet kepada
investor, baik investor asing dan dalam negeri maupun kalangan dunia usaha,
sehingga dapat memacu pertumbuhan investasi Kalimantan Timur.
b. Dasar bagi pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan pengembangan
sektor perkebunan di Kalimantan Timur.
4
II. TINJAUAN PROFIL PROYEK POTENSIAL
Secara geografis, propinsi Kalimantan
Timur terletak pada posisi antara 113o 44’ BT -
118o 59’ BB dan antara 4o 24’ 19,2” LU - 2o 25’
32,1” LS (Gambar 1). Luas wilayah Propinsi
Kalimantan Timur adalah 228.603 km2 atau
22.860.300 hektar, yang terdiri dari wilayah
daratan seluas 20.039.500 ha (87,66 %) dan
wilayah lautan tiga mil dari pantai seluas
2.820.800 ha (12,44 %).
Kalimantan Timur merupakan salah satu
produsen karet alam di Indonesia. Keunggulan
Kalimantan Timur dalam mengembangkan
komoditas karet adalah karena masih tersedianya
lahan yang sangat luas di wilayah ini.
Secara nasional, produksi karet Indonesia menunjukkan peningkatan dari
1.256.000 pada tahun 1986 menjadi 1.543.000 ton pada tahun 1996, dan secara lokal
Kalimantan Timur juga menunjukkan peningkatan produksi karet dari 17.302 ton
pada tahun 1986 menjadi 32.293 ton pada tahun 2002.
2.1. Potensi Bahan Baku
Bibit karet dapat didatangkan dari Jawa maupun dari Sumatera yang
selanjutnya dapat dikembangkan pembimbiyan sendiri di daerah pertanaman.
Perencanaan pembibitan dimasukan ke dalam bagian produksi, karena pembibitan
ditujukan untuk menggandakan keuntungan dari seluruh bibit yang dibeli dari
luar. Seperti yang sudah dilakukan PTPN XIII Mendik, untuk penyediaan bibit
dibeli dari Jawa, kemudian perusahaan ini mengembangkan pembibitan sendiri
pada lahan karetnya. Dinas Perkebunan Penajam Pasir Utara serta Dinas
Perkebunan Propinsi Kalimantan Timur juga memberikan kemudahan kepada
investor karet dengan menyediakan bibit yang dapat dibeli dengan harga yang
layak, hanya saja jumlah yang disediakan oleh pemerintah daerah atas
ketersediaan bibit ini masih sangat terbatas, sehingga untuk pembukaan lahan
berskala industri masih perlu didatangkan bibit dari Jawa maupun Sumatra.
Selain penyediaan bibit, ketersediaan saprodi tidak menjadi masalah lagi
karena banyak toko-toko yang tersedia baik di Samarinda, maupun toko-toko
saprrodi di kabupaten yang menjual saprodi seperti pupuk maupun pestisida
dengan harga yang juga layak.
Gambar 1. Peta Propinsi Kalimantan
Timur
5
2.2. Lokasi
Penanaman karet tidak memerlukan lokasi dengan kondisi yang spesifik.
Karet dapat tumbuh di banyak lokasi di Kalimantan Timur. Banyak lahan yang
tersedia di propinsi ini terutama pada kawasan yang dicanangkan sebagai
kawasan budidaya non kehutanan, dengan luas 5.206.731 ha.
Kabupaten Pasir merupakan salah satu wilayah yang memiliki areal
cadangan yang cukup luas sekitar 182.000 ha untuk pengembangan budidaya
tanaman perkebunan termasuk karet alam.
Pada Tabel di bawah menunjukkan Luas dan Produksi Tanaman Karet di
Kabupaten/Kota Propinsi Kalimantan Timur pada Tahun 2004 sebagai berikut:
Tabel 1. Luas Tanam dan Produksi Tanaman Karet di Kabupaten/Kota di
Propinsi Kalimantan Timur Tahun 2004
Kabupaten/Kota Luas Tanam (Ha) Produksi (Ton)
Pasir 8.349.00 5.994,50
Kutai Barat 26.811.50 21.267,00
Kutai Kartanegara 17.504.50 3.178,50
Kutai Timur 647.50 25,00
Berau 754.00 25,00
Malinau - -
Bulungan 520.00 -
Nunukan - -
Panajan PU 5.156,00 3.772,00
Balikpapan 1.560,00 156,00
Samarinda 850,00 308,50
Tarakan - -
Bontang - -
Jumlah 60.154,50 34.725,50
Sumber: Dinas Perkebunan Propinsi Kaltim, 2004.
2.2.1. Syarat Tumbuh dan Kesesuaian Lahan
Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi
iklim untuk menunjang pertumbuhannya dan keadaan tanah sebagai media
tumbuhnya.
6
2.2.1.1. Iklim
Iklim di Kalimantan Timur berdasarkan karakteristiknya termasuk iklim
Tropika Basah dengan curah hujan berkisar antara 1.500 – 4.500 mm per tahun.
Temperatur udara rata-rata 26 C dengan perbedaan temperatur siang dan malam
antara 50 – 70 C. Temperatur minimum umumnya terjadi pada bulan Oktober
sampai dengan bulan Januari, sedangkan temperatur maksimum terjadi antara
bulan Juli sampai dengan bulan Agustus.
Kelembaban udara rata-rata 86 %, dengan kecepatan angin rata-rata 5 knot
per jam, dan panjang penyinaran matahari berkisar antara 48,42 – 53,88 % per hari.
Daerah beriklim seperti ini tidak mempunyai perbedaan yang tegas antara musim
hujan dan musim kemarau, meskipun pada saat tertentu terjadi musim kemarau
panjang, seperti pada akhir tahun 1997 dan tahun 1982. Pada musim Barat, hujan
turun sekitar bulan Agustus sampai dengan bulan Maret, sedangkan pada musim
Timur hujan relatif kurang, terjadi sekitar bulan April sampai bulan September.
Karet cocok ditanam pada zone antara 150C LS dan 150 LU, dengan curah
hujan antara 2.500 - 4.000 mm/tahun dan hari hujan berkisar antara 100 – 150 hh/tahun.
Tanaman ini tumbuh baik pada suhu antara 25 – 350C, dengan kecepatan angin
yang tidak terlalu kencang. Tanaman ini tumbuh optimal pada dataran rendah
dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut.
2.2.1.2. Tanah
Jenis-jenis tanah yang terdapat di Kalimantan Timur tergolong tanah yang
bereaksi masam. Menurut Pusat Penelitian Tanah, Bogor (1983) dan padanannya
menurut Soil Taxonomi USDA, jenis-jenis tanah di Kalimantan Timur terdiri dari
Podsolik (Ultisol), Alluvial (Entisol), Gleisol (Entisol), Organosol (Histosol), Lithosol
(Entisol), Latosol (Ultisol), Andosol (Inceptisol), Regosol (Entisol), Renzina (Mollisol)
dan Mediteran (Inceptisol).
Tanaman karet dapat tumbuh pada reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 – 8,0.
Umumnya sifat-sifat tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet, antara
lain: (1) solum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas, (2)
aerase dan drainase tanah cukup, (3) struktur tanah remah, poros dan dapat
menahan air, (4) tekstur tanah terdiri dari 35 % liat dan 30 % pasir, (5) tanah
bergambut yang tidak lebih dari 20 cm, (6) kandungan hara NPK cukup dan tidak
kekurangan unsur hara mikro, (7) reaksi tanah dengan pH antara 4,5 – 6,5, (8)
kemiringan tanah < 16 %, dan (9) permukaan air tanah < 100 cm. Kondisi tanah
yang diinginkan oleh tanaman karet ini dapat dijumpai di beberapa lokasi lahan di
Kalimantan Timur.
7
2.2.2. Ketersediaan Lahan
Untuk pembukaan perkebunan karet maka luas lahan minimal yang
dibutuhkan untuk perkebunan seluas 6000 ha. Kebutuhan luasan ini sangat
tersedia di Kalimantan Timur karena banyak lahan yang sudah dicanangkan
untuk perkebunan. Kondisi lahan rata-rata di Kalimantan Timur cukup sesuai
untuk pertumbuhan karet, hanya saja tanah di wilayah ini bersifat masam hingga
agak masam (pH H2O 5-6), dimana sifat ini dapat diatasi dengan menggunakan
kapur. Demikian juga dengan kesuburan tanah yang rendah dapat diatasi dengan
menggunakan pupuk organik dan anorganik.
2.2.3. Status Tanah dan Peruntukan (RUTR)
Luas perkebunan murni di Kalimantan Timur secara keseluruhan pada tahun
1999 sebesar 247.019 ha atau sebesar 1,23% dari luas wilayah Kalimantan Timur.
Bila ditambahkan dengan perkebunan campuran seluas 305.700 ha, maka
kontribusi perkebunan Kalimantan Timur adalah seluas 2,75% dari seluruh
kawasan Kalimantan Timur. Sedangkan data dari tata ruang Kalimantan Timur
yang terakhir (data Disbun, 2005), luas kawasan perkebunan adalah seluas
1.170.333 ha, dengan perkebunan yang telah memiliki Hak Guna Usaha (HGU)
seluas 539.315 ha.
Sementara itu banyak kawasan potensi yang dapat dikembangkan untuk
menjadi lahan perkebunan, yaitu yang berasal dari kawasan hutan seluas
17.216.463 ha, kawasan hutan belukar seluas 5.315.973 ha, kawasan hutan sejenis
seluas 602.839 ha, kawasan semak dan alang-alang seluas 942.607 ha serta kawasan
belukar 6.081 ha. Dari gambaran ini, maka peluang pemanfaatan lahan untuk areal
perkebunan secara umum atau perkebunan karet secara khusus adalah sangat
dimungkinkan melalui konversi lahan.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Propinsi (peta Padu Serasi Tahun 1999),
telah dicanangkan areal perkebunan atau kawasan Kawasan Budidaya Non
Kehutanan seluas 5.206.731 ha, yang tersebar dalam wilayah kabupaten/kota. Pada
Gambar 2 terlihat bahwa Kabupaten Pasir dan Kutai Timur merupakan wilayah yang
telah memiliki HGU lahan untuk pengembangan perkebunan. Melalui metode
ekstraksi dari peta Gambar 2, dapat digambarkan sebaran areal Kawasan Budidaya
Non Kehutanan (KBNK) di Kalimantan Timur seluas 5.206.731 ha (Gambar 3), yang
merupakan areal lahan potensial untuk perkebunan karet.
8
Daerah Kabupaten Pasir
memiliki daerah perke-
bunan dengan luas areal
yang paling menonjol.
Sampai tahun 2000, area
perkebunan di daerah ini
telah mencapai 89.688,79
ha. Luas areal tanam
untuk komoditi karet
sebesar 14.542 ha atau
sekitar 16,21% dari luas
tanam komoditi perke-
bunan. Sedangkan areal
yang dicanangkan untuk
daerah pengembangan
adalah seluas 182.100 ha,
yang merupakan areal
bekas hutan produksi
yang dapat dikonversi.
Hal ini merupakan
peluang besar untuk
investasi usaha terutama
usaha budidaya karet
alam, yang sejalan dengan
program pembangunan
agribisnis sub sektor
perkebunan di Kabupaten
Pasir. Gambaran wilayah
sebaran perkebunan karet
di Kabupaten Pasir dan
sekitarnya disajikan pada
Gambar 4.
Daerah Kutai Timur mempunyai lahan potensial yang besar untuk
pengembangan sektor perkebunan, dimana areal potensial terdapat di Kecamatan
Sangatta, Kecamatan Muara Bengkal, Kecamatan Muara Calong, Kecamatan
Muara Wahau, serta Sangkulirang, sebaimana lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 2.
Gambar 2. Peta Rencana Tata Ruang Propinsi Kalimantan
Timur yang Memperlihatkan Kawasan Budidaya
Non Kehutanan, Luas Perkebunan dan HGU
Gambar 3. Peta Rencana Tata Ruang Propinsi Kalimantan Timur
yang Memperlihatkan Kawasan Budidaya Non
Kehutanan
9
Gambar 4. Peta penggunaan lahan di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Pasir
Tabel 2. Perkembangan Sektor Perkebunan di Kabupaten Kutai Timur
Kecamatan
Perkebunan
rakyat
(Ha)
Perkembanga Sektor
Perkebunan Jumlah
Perusahaan Perencanaan
(Ha)
Realisasi
(Ha)
Sangatta 1.325 147.720 1.500 9
Ma.Bengkal 320 141.320 - -
Ma.Ancol 924 220.560 - -
Ma.Wahau 2.200 491.489 20.150 13
Sangkulirang 2.500 298.920 2.200 9
Jumlah 7.265 1.307.360 37.274 37
Sumber : BPS Kutai Timur (2003)
Pada tahun 2005 semester satu, Kabupaten Kutai Barat memiliki areal lahan
karet seluas 26.811,5 ha, dimana pada daerah ini telah dimulai pembangunan
pabrik pengolahan karet. Diharapkan karet yang dihasilkan dari perkebunan
10
karet dapat diolah pada pabrik yang direncanakan menjadi produk setengah jadi,
kemudian dipasarkan di dalam negeri maupun ke luar negeri. Pada Gambar 5 berikut menunjukkan kawasan Kutai Barat dengan pencadangan
untuk kawasan perkebunan di lokasi-lokasi seperti Kampung Long Tuyok, Muara Jawaq,
kawasan perbatasan Tukuq, kawasan kampung Muara Jambuk dan beberapa lokasi
lainnya di Kutai Barat. Sementara itu, areal lahan karet yang sudah ada di Kutai Barat
dikelola oleh PT. Meranti Sinar Sakti yang menjalankan perkebunannya di Long Hubung
dan Laham, PT. Harapan Kaltim Lestari di Kampung Besiq dan Bermai Kecamatan Damai,
PT. Kiruing Lestari Jaya di Kampung Besiq, Bermai, Muara Niliq, Lotaq, Muara Begai dan
Panarong Kecamatan Damai, Muara Lawa dan Bentian Besar, PT. Matuari Waya Sejahtera
yang berlokasi di Kecamatan Long Bagun, PT. Triwira Asta Bharata, PT. Muara Agro
Lestari, PT. Kaltim Muara Bakti, PT. Nusantara Agro Lestari, PT. Mahakam Jaya (KUD),
PT. Perkebunan Melak Agro Mandiri, PT. Alfa Indo Mulia Mandiri dan Koperasi Merah
Bakti. Di Kutai Barat juga dibangun industri karet oleh PT. DAVCO Development
Cooperation yang mengembangkan teknologi pengolahan karet sehingga diharapkan
karet yang diproduksi di Kutai Barat dapat diproduksi menjadi produk olahan setengah
jadi yang rencananya dapat menjadi produk eksport.
Gambar 5. Peta Penggunaan Lahan daerah Kutai Barat tahun 2004.
Gambar 6. berikut menjelaskan mengenai Rencana Umum Tata Ruang Kutai Barat
yang telah disyahkan tahun 2005 dengan pencadangan luas kawasan perkebunan seluas
835.870 ha, yang di kawasan budidaya non kehutanan Kutai Barat. Luas dan produksi
karet di Kutai Barat secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.
11
Pengembangan perkebunan karet di Kutai Barat telah mendapat perhatian yang
sangat besar bagi pemerintah daerah, ditunjang oleh kondisi iklim investasi yang
menguntungkan bagi para investor perkebunan karet.
Gambar 6. Rencana Umum Tata Ruang Kutai Barat tahun 2005.
Tabel 3. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Karet per Kecamatan Kabupaten Kutai
Barat Tahun 2004.
No Kecamatan
Sub Districts
Luas Areal (Ha)-Planted Area
Produksi
(Ton)
Produksi
(Kg / Ha)
Tenaga
Kerja
Perkebunan
(TKP)
TBM
TM
TT / R
Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Melak 186,00 1.101,00 33,00 1.320,00 1.794,62 1.629,99 1.292
2 Barong Tongkok 2.780,00 4.707,00 211,00 7.698,00 4.754,45 1.010,08 7.301
3 Penyinggahan 5,00 80,00 55,00 140,00 46,76 584,53 74
4 Jempang 78,00 763,00 32,00 873,00 768,64 1.007,39 687
5 Bongan 580,00 618,00 7,00 1.205,00 763,85 1.236 965
6 Bentian Besar 262,00 144,00 - 406,00 118,55 823,26 390
7 Muara Lawa 224,00 1.405,00 78,00 1.707,00 1.224,99 871,88 988
12
Tabel 3. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Karet per Kecamatan Kabupaten Kutai
Barat Tahun 2004 (lanjutan)
No Kecamatan
Sub Districts
Luas Areal (Ha)-Planted Area
Produksi
(Ton)
Produksi
(Kg / Ha)
Tenaga
Kerja
Perkebunan
(TKP)
TBM
TM
TT / R
Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9
8 Linggang
Bigung
1.780,50
1.268,00
50,00
3.098,5
2.853,00
2.250,00 2.751
9 Damai 455,00 369,00 20,00 844,0 176,71 478,90 422
10 Muara Pahu 109,00 300,00 28,00 437,00 195,00 650,00 383
11 Long Iram 21,00 569,00 14,00 604,00 457,70 804,40 504
12 Long Hubung 100,00 30,00 20,00 150,00 51,67 1.722,34 74
13 Long Pahangai 17,00 9,00 5,00 31,00 0,81 90,00 16
14 Long Bagun 75,00 260,00 - 335,00 7,25 27,88 167
15 Long Apari 25,00 40,00 20,00 85,00 0,55 13,80 42
16 Nyuatan 537,00 430,00 - 967,00 125,47 291,80 435
17 Sekolaq Darat 1.057,00 3.568,00 96,00 4.721,00 5.815,8 1.630,00 4.691
18 Manor Bulatn 49,00 981,00 236,00 1.266,00 1.599,03 1.630,00 1.188
19 Tering 96,00 520,00 18,00 634,00 418,29 217,51 463
20 Laham 30,00 9,00 21,00 60,00 15,50 0,14 30
21 Siluq Ngurai 100,00 120,00 10,00 230,00 78,00 650,0 100
Jumlah 8.566,5 17.291,0 954,0 26.811,5 21.266,7 1.229,93 22.963
Keterangan : TBM = Tanaman Belum Menghasilkan TM = Tanaman Menghasilkan TT/TR = Tanaman Tua/ Tanaman Rusak Sumber : Perkebunan Kabupaten Kutai Barat Dalam Angka Tahun 2004
2.3. Sarana dan Prasarana
Prasarana pendukung usaha perkebunan karet di Kalimantan Timur antara
lain: perhubungan darat, perhubungan laut, sungai dan penyeberangan, perhubungan
udara, telekomunikasi, dan ketenagalistrikan.
2.3.1. Perhubungan Darat
Di Kalimantan Timur terdapat jalan lintas Kalimantan mencapai panjang
1.542,31 km, berstatus sebagai jalan nasional dan propinsi. Jalan lintas Kalimantan
13
terdiri dari 2 poros yaitu poros Selatan dan poros Tengah. Jalan poros Selatan
sepanjang 1.102,4 km dengan permukaan jalan berupa aspal sepanjang 591,39 km
dan agregat sepanjang 511,06 km. Sedangkan jalan poros Tengat sepanjang 434,89
km dengan kondisi permukaan tanah aspal sepanjang 172 km.
Angkutan kendaraan bis untuk umum sebanyak 290 unit dan angkutan
mobil penumpang umum sebanyak 723 unit. Keseluruhannya digunakan untuk
melayani angkutan darat antar kota dalam propinsi (AKDP) dan antar kota antar
propinsi (AKAP).
Kabupaten Pasir memiliki prasarana jalan dan jembatan terutama ruas jalan
Penajam–Kuaro, Kuaro-Lolo-Tanah Grogot, Kuaro-Batu Aji, Tanah Grogot –
Kerang Dayu sepanjang 72 km yang merupakan jalan lintas Kaltim-Kalsel lewat
Batu Licin. Jalan lintas ini sangat menunjang dalam pengangkutan hasil karet
alam.
Kabupaten Kutai Timur memiliki sarana transportasi darat dengan jalur
Sangatta-Samarinda dan Sangatta-Bontang. Kondisi jalan baik dengan 4 terminal
angkutan.
2.3.2. Perhubungan Laut, Sungai dan Penyeberangan
Sampai saat ini terdapat 15 pelabuhan yang merupakan pintu gerbang
kegiatan angkutan barang dan penumpang melalaui air, baik kegiatan antar pulau
maupun ekspor-impor. Pada tahun 2001 tercatat sebanyak 15.602 unit kapal yang
berlabuh di 15 pelabuhan di Kalimantan Timur.
Dermaga sungai yang telah dibangun sebanyak 36 dermaga, dengan armada
angkutan sungai sebanyak 1.382 unit kapal untuk melayani angkutan umum.
Sedangkan angkutan penyeberangan telah tersedia 7 unit kapal penyeberangan
untuk melayani lintas Balikpapan-Penajam dan lintas Balikpapan-Mamuju
Sulawesi Selatan.
Kabupaten Pasir memiliki pelabuhan Pondong, pelabuhan bongkar muat,
pelabuhan ferry Penajam serta pelabuhan khusus lainnya. Kesemua fasilitas
pelabuhan ini berguna untuk distribusi hasil usaha perkebunan.
Kabupaten Kutai Timur memiliki pelabuhan laut di Maloy, yang disiapkan
khusus untuk melayani kegiatan agroindustri termasuk penyaluran hasil usaha
perkebunan.
2.3.3. Perhubungan Udara
Di Kalimantan Timur terdapat 10 bandara udara yang dikelola oleh
Departemen Perhubungan dan telah mendapat klasifikasi, dan 11 bandara yang
berstatus bandara udara perintis.
14
Angkutan udara perintis menuju daerah pedalaman dan perbatasan Propinsi
Kalimantan Timur, pemerintah Propinsi Kalimantan Timur masih memberikan
subsidi, karena pada daerah-daerah tersebut hanya angkutan udara satu-satunya
sebagai alat transportasi yang mendukung perkembangan daerah tersebut.
2.3.4. Telekomunikasi
Di Kalimantan Timur telah tersedian jaringan telekonuminikasi dan banyak
bermunculan warung telekomunikasi, kios pon TUK maupun TUC yang saat ini
ada 1.242 unit.
Kabupaten Pasir memiliki pelayanan sistem telekomunikasi berupa 427
fasilitas telepon terdiri dari telepon umum kartu, wartel dengan 113 SST dan 264
SLJJ serta jaringan telpon swasta yang memudahkan akses informasi dan bisnis.
Sedangkan Kutai Timur telah memiliki fasilitas telekomunikasi dengan Sentral
Telepon Otomat dan jaringan telepon selular swasta.
2.3.5. Ketenagalistrikan
Sebagian besar energi listrik di Kalimantan Timur bersumber dari Perusahaan
Umum Listrik Negara, baik dari sistem grid (interkoneksi sistem Mahakam)
maupun dari sistem off grid (isolated) yang tersebar di masing-masing pemerintah
kota/kabupaten (Tabel 3). Selama tahun 2003, daya terpasang tenaga listrik
mencapai 313,6 MW dan produksi maksimum energi listrik sebanyak 1.642,69
GWh.
Tabel 3. Pembangkit Listrik Exiting Propinsi Kalimantan Timur Tahun 2003
Jenis pembangkit
Siatem Grid Sistem Off Grid
PLTG/U PLTD PLTD
Bpp
PLTD
Berau
PLTD
Smd
Pembebanan
Lokasi Pembangkit
Daya terpasang (MW)
Daya Mampu (MW)
Prod. Energi Max (GWh/Thn)
Prod. Energi (GWh/Bln)
Prod. Energi (GWh/Thn)
Capacity Factor (%)
Base Load
Tj. Batu
80,00
74,60
522,80
45,34
544,10
83,30
Base Load
Tersebar
166,90
93,10
652,45
43,89
526,70
64,60
Peak Load
Tersebar
15,60
15,60
109,33
6,73
76,40
55,90
Peak Load
Tersebar
26,50
26,50
185,71
11,03
132,40
57,00
Base Load
Tersebar
24,60
24,60
172,40
10,18
122,10
56,70
Sumber : PT. PLN (Persero) Wilayah Kalimantan Timur, 2003
Kabupaten Pasir memiliki PLTD yang melayani kebutuhan masyarakat akan
energi listrik. Jaringan yang mulai dibangun yaitu pembangkit listrik dengan
sistem biomasa (limbah sawit dan batu bara) serta PLTA yang bersumber dari
terowongan elak dengan kapasitas 56 MW.
15
Kutai Timur memiliki pembangkit listrik dengan produksi 38.085 MWH
dengan kapasitas terpasang 10,07 MW.
2.3.6. Air Bersih dan Kapasitasnya
Kalimantan Timur memiliki jaringan air yang dikelola PDAM dengan
kapasitas potensial 3.439 liter/detik dan kapasitas efektif 2.540 liter/detik.
Kabupaten Pasir 106 liter/detik dengan kapasitas yang berbeda di masing-maisng
kecamatan. Sementara itu Kabupaten Kutai Timur mampu memproduksi air
bersih sebanyak 923.464 m3.
2.4. Analisis Produksi
2.4.1. Skala Usaha/Kapasitas
Usaha budidaya karet alam pada umumnya di masyarakat bersifat non
komersial hanya untuk kebutuhan sendiri, sekalipun dijual hanya berupa lateks
segar. Untuk itu, pengembangan usaha budidaya karet alam direncanakan dengan
skala industri pengolahan lateks menjadi crum rubber.
Aspek teknis yang perlu dilakukan dalam mempersiapkan usaha budidaya
karet alam untuk skala industri sebagai berikut:
2.4.1.1. Pembukaan Lahan (Land Clearing)
Kegiatan pembukaan lahan harus disesuaikan dengan jadwal penanaman.
Kegiatan pembukaan lahan meliputi: (1) pembabatan semak belukar, (2) penebangan
pohon, (3) pencincangan dan pemangkasan, (4) pendongkelan akar kayu, dan (5)
penumpukan dan pembersihan.
Seiring dengan pembukaan lahan, dilakukan penataan lahan dalam blok-
blok, penataan jalan-jalan kebun, dan penataan saluran drainase. Lahan kebun
ditata ke dalam blok-blok berukuran 400 x 400 m, sedangkan jaringan jalan
dibangun dengan jarak pikul 200 m dan jaringan jalan yang dibangun sedapat
mungkin saling berhubungan dengan jaringan jalan yang lain. Lebar jalan disesuaikan
dengan jenis/kelas jalan dan alat angkutan yang akan digunakan.
Pembuatan dan penataan saluran drainase (field drain) dibuat setelah
pemancangan jarak tanam selesai dilakukan. Luas penampang disesuaikan dengan
curah hujan pada satuan waktu tertentu dan mempertimbangkan faktor peresapan dan
penguapan. Seluruh kelebihan air pada field drain dialirkan pada parit-parit
penampungan untuk selanjutnya dialirkan ke saluran pembuangan (outlet drain).
16
2.4.1.2. Persiapan Lahan Penanaman
Ada beberapa langkah dalam persiapan lahan penanaman karet yang
dilakukan secara sistematis. Langkah-langkah itu antara lain:
Pemberantasan alang-alang dan gulma lainnya
Pemberantasan alang-alang dapat menggunakan bahan kimia antara lain
Round up, Scoup, Dowpon atau Dalapon, sedangkan pemberantasan gulma
lainnya dapat dilakukan baik secara kimia (ally) ataupun secara mekanis.
Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan sistem minimum tillage yaitu dengan
membuat larikan antara barisan satu meter dengan cara mencangkul selebar 20
cm. Namun pengolahan tanah secara mekanis dapat dipertimbangkan dengan
tetap menjaga kelestarian dan kesuburan tanah.
Pembuatan teras/petakan dan benteng/piket
Pembuatan teras/petakan dilakukan terutama pada areal yang memiliki
kemiringan lebih dari 50 dengan sistem kontur dan kemiringan ke dalam sekitar
150. Lebar teras berkisar antara 125 – 150 cm, tergantung derajat kemiringan
lahan. Untuk setiap 6 – 10 pohon (tergantung derajat kemiringan tanah) dibuat
benteng/piket dengan tujuan mencegah erosi pada permukaan petakan.
Pengajiran
Pengajiran yaitu menandai tempat lubang tanaman dengan ketentuan jarak
tanam tertentu sesuai dengan kemiringan tanah. Pada tanah dengan kemiringan
antara 0 – 80, jarak tanam adalah 7 x 3 m (476 lubang/hektar) berbentuk barisan
lurus mengikuti arah Timur – Barat berjarak 7 m dan arah Utara – Selatan
berjarak 3 m. Pada tanah dengan kemiringan 8 – 150, jarak tanam 8 x 2,5 m (500
lubang/hektar) pada teras-teras diatur bersambung setiap 1,25 m (penanaman
secara kontur).
Pelubangan
Ukuran lubang untuk tanaman dibuat 60 x 60 cm bagian atas dan 40 x 40 cm
bagian bawah dengan kedalaman 60 cm. Pada waktu membuat lubang, tanah
bagian atas (top soil) diletakkan di sebelah kiri dan tanah bagian bawah (sub soil)
diletakkan di sebelah kanan. Lubang tanam dibiarkan selama satu bulan
sebelum bibit karet ditanam.
Penanaman LCC (Legum Cover Crops)
Penanaman LCC dilakukan sebelum bibit karet mulai ditanam dengan tujuan
untuk menghindari kemungkinan erosi, memperbaiki struktur fisik tanah,
mengurangi penguapan air, serta untuk membatasi pertumbuhan gulma.
Komposisi LCC untuk setiap hektar adalah Pueraria javanica: 4 kg, Colopogonium
mucunoides: 6 kg, dan Centrosema pubescens: 4 kg, kesemuannya dicampur ke
dalam 5 kg Rock Phosphate (RP) sebagai media. Tanaman LCC dipelihara
dengan melakukan penyiangan dan pemupukan dengan 200 kg RP per hektar,
17
dengan cara menyebar rata di atas permukaan tanah. Pemberian RP untuk LCC
dapat dilanjutkan sampai dengan tahun kedua apabila pertumbuhannya
kurang baik.
2.4.1.3. Seleksi dan Penanaman Bibit Karet
Seleksi bibit
Seleksi bibit dimaksudkan agar diperoleh bibit yang berproduksi tinggi,
responsif terhadap stimulan hasil, resisten tehadap serangan hama dan penyakit
daun dan kulit, serta mepunyai kemampuan dalam pemulihan luka kulit yang
baik. Beberapa syarat yang harus dipenuhi bibit siap tanam antara lain: (1)
bibit karet di polybag berpayung dua, (2) mata okulasi benar-benar baik dan
telah mulai bertunas, (3) akar tunggang tumbuh baik dan mempunyai akar
lateral, dan (4) bebas dari penyakit jamur akar (wws).
Kebutuhan bibit
Untuk jaraktanam 7 x 3 m diperlukan sebanyak 476 bibit dan cadangan
sebanyak 10 % atau 47 bibit, sehingga untuk setiap hektar diperlukan sebanyak
523 bibit karet.
Penanaman
Penanaman karet dilaksanakan pada musim penghujan yaitu antara bulan
September – Desember. Pada saat penanaman, tanah penutup lubang
dipergunakan top soil yang telah dicampur dengan pupuk RP 100 gram per
lubang, disamping pemupukan dengan urea 50 gram dan SP-36 sebanyak 100
gram sebagai pupuk dasar.
2.4.1.4. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman karet meliputi penyiangan gulma, pemupukan dan
pemberantasan hama dan penyakit tanaman.
Penyiangan gulma
Penyiangan pada tahun pertama dilakukan dengan rotasi dua kali sebulan,
sedang pada tahun ke dua hingga matang sadap. Rotasi penyiangan dilakukan
satu kali sebulan.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan dosis seimbang, dua kali pemberian dalam
setahun. Jadwal pemupukan pada semester I dilakukan pada bulan Januari/
Fabruari dan pada semester II bulan Juli/Agustus. Seminggu sebelum pemupukan,
gawangan terlebih dahulu digaru dan piringan tanaman dibersihkan.
Pemupukan SP-36 biasanya dilakukan dua minggu lebih dahulu dari urea dan
KCl. Dosis pemupukan tanaman karet secara umum dapat dilihat poada Tabel 4.
18
Tabel 4. Kebutuhan Pupuk Tanaman Karet
Umur
Tanaman
Kebutuhan Pokok
Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl
(gram/pohon) (gram/pohon)
TB 50 100 - 25 50 -
TBM 1 236 100 100 118 50 50
TBM 2 333 267 150 160 123 75
TBM 3 381 267 200 175 128 92
TBM 4 429 333 200 188 147 88
TBM 5 476 333 200 200 140 84
TBM 1-25 524 333 350 265 170 175
Pemberantasan hama dan penyakit
Hama utama tanamaan karet adalah rayap (Coptotermes sp) yang dapat
diberantas dengan menggunakan Chlordane 8 EC atau Basudin 6 0 EC dengan
konsentrasi 0,3 %. Sementara hama Kuuk (Exopholis hypoleuca) dapat diberantas
dengan Basudin 10 G. Sedangkan penyakit yang sering menyerang tanaman
karet antara lain:
- Cendawan akar merah (Ganoderma pseudoferrum) dapat diberantas dengan
collar protectant.
- Penyakit daun Gloesporium pada TBM dapat diberantas dengan penyemprotan
larutan KOC, misalnya Cabak dengan konsentrasi 0,1 % atau Daconil 75 wp
dengan konsentrasi 01 – 02 %. Apabila menyerang TM dapat diberantas
dengan sistem fogging menggunakan Daconil atau fungisida lain.
- Cendawan akar putih (Rigidonporus lignosus) dapat diberantas dengan Formac 2
atau Shell Collar Protectant atau Calixin Collar Protectant.
- Penyakit jamur upas (Corticum salmonikolor) dapat diberantas dengan Calixin
Ready Mix 2 %.
- Penyakit bidang sadapan Mouldyrot dapat diberantas dengan Benlate dengan
konsentrasi 01 – 0,2 % atau Difolan 4F konsentrasi 1 – 2 %.
- Penyakit bidang sadapan kanker garis (Phytophora palmivora) diberantas
dengan Difolatan 4F konsentrasi 2 – 4 %.
19
2.4.2. Jangka Waktu
Tanaman karet dikatakan matang sadap setelah
berumur 5 - 6 tahun, tergantung keadaan tanah dan
pertumbuhan tanaman, klon karet yang ditanam, dan
teknik dan manajemen penyadapan. Kriteria matang
sadap antara lain apabila keliling lilit batang pada
ketinggian 130 cm dari permukaan tanah telah
mencapai minimum 50 cm. Jika 60 % dari populasi
tanaman telah memenuhi kriteria tersebut, maka areal
pertanaman sudah siap disadap.
Tinggi bukaan sadap
Tinggi bukaan sadap, baik sistem sadapan ke bawah
(down ward tapping system – DTS) maupun sistem
sadap ke atas (upward tapping system – UTS) adalah
130 cm diukur dari permukaan tanah.
Waktu bukaan sadap
Waktu bukaan sadap adalah dua kali setahun yaitu: (1) permulaan musim
hujan (Juni) dan (2) permulaan masa intensifikasi sadapan (Oktober).
Kemiringan irisan sadap
Sadapan dimulai dengan sudut kemiringan irisan sebesar 400 dari garis
horizontal. Pada sistem sadapan bawah, besar sudut irisan akan semakin
mengecil hingga 300 bila mendekati kaki gajah (pertautan bekas okulasi). Pada
sistem sadapan ke atas , sudut irisan semakin membesar.
Sistem sadap
Dewasa ini sistem sadap telah berkembang dengan mengkombinasikan
intensitas sadap rendah diserta stimulasi Ethrel selama siklus penyadapan.
Sedangkan sistem sadapan konvensional dan alternatif dapat dilihat pada
Tabel 5 dan Tabel 6.
Tabel 5. Penyadapan Tanaman Karet Konvensional
Taraf Tanaman Umur
(tahun) Sistem Sadap
Jangka Waktu (tahun)
Bidang Sadap
Remaja 0 - 5 - - -
Teruna 6 – 10 a.s/2 d/3 67% 2 A 11 – 15 a.s/2 d/2 100% 4 A Dewasa 16 s/d d/2 100% 5,5 B 17 - 21 a/2 d/2 100% 5,5 A’ Setengah Tua 22 – 28 2 s/2 d/3 133% 7 B’ + AH Tua 29 -31 2 s/2 d/3 133% 4 A’’ + BH
Catatan : tanaman karet diremajakan pada umur 31 tahun
Gambar 7. Penyadapan Tanaman
Karet
20
Tabel 6. Penyadapan Tanaman Karet Alternatif
Taraf Tanaman Umur
(tahun) Sistem Sadap
Jangka
Waktu
(tahun)
Bidang
Sadap
Remaja 0 – 5 - - -
Teruna 6 – 10 a.s/2 d/3 67% 2 A
11 – 15 a.s/2 d/2 100% 4 A
Dewasa 16 s/d d/2 100% 5,5 B
17 – 21 a/2 d/2 100% 5,5 A’
Setengah Tua 22 – 28 2 x 3 bulan di atas 7 B’ + AH
Tua 29 –31 2 x 3 bilan di bawah 4 A’’ + BH
Keterangan: Atas: s/2 d/4 50% + Ethrel (anti kougulan)
Bulan: a. Mei, Juni, Juli
b. Nopember, Desember, Oktober
Bawah:s/2 d/3 67% + Ehtrel
Bulan: a. Februari, Maret, April
b. Agustus, September, Oktober
A = kulit murni sisi A B’ = kulit pulihan pertama sisi B
B = kulit murni sisi B AH = kulit murni atas sisi A
A’ = kulit pulihan pertama sisi A BH = kulit murni atas sisi B
A’’ = kulit pulihan kedua sisi A
2.4.3. Sarana dan Prasarana Kebun serta Teknologi/Mesin yang diperlukan
Pengembangan karet alam melalui budidaya untuk skala industri memerlukan
perencanaan yang matang serta sarana dan prasarana pendukung.
1. Sarana Pembibitan
Bibit karet alam diusahakan melalui pembibitan sendiri maupun didatangkan
dari luar.
2. Infrastruktur Kebun
Kebun karet alam skala industri dirancang dengan adanya satu sistem usaha
terpadu dimana industri hulu dan industri hilir ada. Sebagai pendukung demi
kelancaran pengawasan dan pengusahaan kebun, perlu dibangun kantor dan
perumahan di lokasi kebun.
Gorong-gorong dan saluran drainase dibuat di dalam kebun untuk mengatur
tata air kebun dan aerasi tanah agar tidak terganggu dan pertumbuhan karet
dapat normal.
3. Peralatan Kerja
Pembukaan lahan memerlukan peralatan kerja agar lebih cepat dan tenaga
kerja lebih efisien. Pembabatan, penumbangan, dan perumpukan menggunakan
parang, kapak, chainsaw, buldozer. Penyemprotan, pengendalian hama dan
21
penyakit, pembersihan jalur, dan penyiangan kebun karet menggunakan
handsprayer dan sabit. Pengukuran dan pemancangan lubang tanam
menggunakan ajir dan pembuatan lubang tanam dengan peralatan cangkul
dan skop.
4. Infrastruktur Pabrik Pengolahan
Kebun karet alam yang berskala industri hilir memiliki fasilitas pengolahan
berupa pabrik pengolahan lateks menjadi crumb rubber. Mesin dan peralatan
di dalam pabrik pengolahan meliputi: saringan dari kawat kasa, bak kougulan
dari aluminium, bahan kougulan (amonia), pellietiser (mesin pisau berputar),
bak pencucian dari aluminium, mesin pengeringan, ban berjalan, mesin
pengepakan, alat timbang dan dilengkapi dengan suku cadang.
2.4.4. Sumber Daya Manusia
Penduduk Propinsi Kalimantan Timur dari tahun ke tahun terus bertambah
dan dalam kurun waktu 10 tahun (1990 – 2000) kenaikan rata-rata sebesar 2,73 %
per tahun, sehingga pada tahun 2000 telah mencapai 2.431.952 jiwa. Pertambahan
penduduk ini selain disebabkan berkembangnya warga setempat, juga disebabkan
makin banyaknya pendatang dari luar daerah yang bermukim di daerah tersebut.
Selama kurun waktu 1999-2001, angkatan kerja di Kalimantantan Timur
mengalami peningkatan yaitu dari 1.024.187 orang tahun 1999 bertambah menjadi
1.082.739 orang pada tahun 2001. Dari jumlah angkatan kerja tersebut, jumlah
angkatan kerja yang bekerja sebanyak 1.019.299 orang dan mencari pekerjaan
sebanyak 63.440 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah Angkatan Kerja di Kalimantan Timur Berdasarkan Jenis Kelamin
Tahun 2001
No Kegiatan Laki-Laki
(jiwa)
Perempuan
(jiwa)
Jumlah
(jiwa)
1. Angkatan Kerja 748.955 333.784 1.082.739
2. Bekerja 710.035 309.264 1.019.299
3 Mencari Kerja 38.920 24.520 63.440
Sumber : BPS, Kaltim Dalam Angka Tahun 2001
2.5. Analisis Ekonomi
Analisis finansial kelayakan usaha budidaya karet alam dibuat dengan
asumsi sebagai berikut:
22
Asumsi:
Status Lahan
Luas kebun
Jarak tanam
Kebutuhan bibit
Ukuran lubang tanam
Kebutuhan pupuk dasar:
- Rock of Phosfat (RP)
- Urea
- SP-36
Kebutuhan LCC :
- Pueraria Javanica (PJ)
- Colopogonium mucunoides (CM)
- Centrosema pubescens (CP)
- Rock of Phosfat (RP)
Kebutuhan tenaga kerja:
- Pembabatan
- Penumbangan
- Penyemprotan
- Pembuatan jalur tanam
- Penanaman LCC
- Pemupukan
- Penyiangan
- Pengukuran dan pemancangan
- Penanaman karet
- Mandor
Waktu pemanenan/penyadapan:
- Lama Pemeliharaan (TBM)
- Waktu Pemanenan (TM)
Umur ekonomis proyek
Konversi lateks menjadi crumb rubber
Harga jual crumb rubber
Hak Guna Usaha (Tanah Negara)
6000 ha
7m x 3 m
476 bibit/ha
60 x 60 x 40 cm
100 gram/lubang
50 gram/lubang
100 gram/lubang
4 kg/ha
6 kg/ha
4 kg/ha
5 kg/ha
10 HOK
10 HOK
10 HOK
2 HOK
2 HOK
0,28 HOK
2,14 HOK
2 HOK
4 HOK
0,29 HOK
5 tahun
Tahun ke-6
30 tahun
25%
Rp. 11.000,-/kg
Biaya investasi budidaya karet alam sebesar Rp.93.824.744.240, meliputi
investasi kebun, infastruktur kebun dan pabrik pengolahan karet. Pada tahun
pertama sebesar Rp. 54.944.392.000, pada pada tahun kedua, ketiga, keempat dan
kelima masing-masing secara berurutan sebesar Rp. 62.037.438.400, Rp. 71.092.606.720,
Rp. 89.335.228.202, dan Rp. 109.430.712.325.
23
Biaya Pemeliharaan tanaman sejak menghasilkan sampai umur tanaman
karet produktif memerlukan biaya yang berbeda, tetapi sejak tanaman mampu
menghasilkan pada umur 6-10 tahun dan umur 10-30 tahun biaya pemeliharaan
relatif sama (rincian terlampir).
Berdasarkan analisis kelayakan proyek diperoleh nilai ROI, NPV, IRR, Net
B/C dan Payback Period seperti disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Analisis Finansial Proyek usaha budidaya karet alam
Kriteria Kelayakan Proyek Nilai
ROI
NPV
IRR
B/C
Payback Period
52,87%
176.469.957.668
28%
3,18
10 tahun 7 hari
Pada Tabel 8, nilai Return on Investment (ROI) diperoleh 52,87%. Nilai ROI
menunjukkan dari setiap Rp. 1,- modal yang ditanamkan untuk usaha budidaya
karet alam akan diperoleh keuntungan sebesar Rp. 52,87. Berdasarkan analisis cash
flow (cash inflow dan cash outflow) investasi usaha budidaya karet alam diperoleh
nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp. 176.469.957.668 untuk setiap 6000 hektar
kebun karet alam. Nilai NPV lebih besar dari nol, sehingga budidaya karet alam
layak untuk dilaksanakan.
Sementara nilai Internal Rate of Return (IRR) sebesar 28%, jauh lebih tinggi
dari tingkat suku bunga bank sebesar 14%, maka budidaya karet alam layak untuk
dilaksanakan. Berdasarkan analisis Benefit Cost Ratio (B/C) diperoleh nilai 3,18
lebih besar dari 1, berarti budidaya karet alam layak diusahakan. Dilihat dari
sudut kemampuan mengembalikan modal (Payback Period), usaha budidaya karet
alam mampu mencapai Break Event Point (BEP) setelah 10 tahun 7 hari. Maka
secara finansial budidaya karet alam layak diusahakan.
2.6. Aspek Pemasaran
2.6.1. Pemasaran Dalam Negeri
Bahan baku karet dipergunakan juga bagi berbagai industri dalam negeri.
Macam industri dan volume konsumsi karet yang bersangkutan pada tahun 1996,
terlihat pada Tabel 9. Sejalan dengan meningkatnya kegiatan industri yang
bersangkutan di Indonesia, guna memenuhi kebutuhan yang makin meningkat di
masa yang akan datang karena meningkatnya konsumen, maka akan meningkat
24
pula kebutuhan karet di Indonesia, yang merupakan pasar potensial bagi produksi
perkebunan karet.
Tabel 9. Jenis industri dan pengolahan yang menggunakan bahan baku hasil karet
menurut jenis karet dan volume yang dikonsumsi pada tahun 1994 dan
1995.
No Jenis Industri Jumlah
Perusahaan
Jenis
Bahan
Baku
Volume
(ton)
1994
Volume
(ton)
1995
1. Minyak kasar/ makanan
dan nabati
196 lateks 3.771 10.113
2. Pengupasan dan
pembersihan kopi
87 lateks 7.855 8.074
3. Pengupasan biji-bijian 54 lateks 5.942 7.997
4. Kopra 11 lateks
Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia (karet), Ditjen Perkebunan
Pada Tahun 2003 triwulan I, produksi karet mencapai 6.143 ton, yang
sebagian besar ditujukan untuk memenuhi permintaan dalam negeri (lokal 82%),
dengan dasar harga ekspor, selebihnya di ekspor ke negara Eropa, Asia dan
Amerika. Keseluruhan nilai penjualan sampai dengan triwulan I/2003 sebesar Rp
49 miliar, merupakan 29% dari total pendapatan PTPN VIII.
Harga pemasaran karet SIR-20 di pasar Singapore pada tahun 2005 sebesar
$US 1,38/kg. Sementara itu harga Grumb Rubber di Jambi sebesar Rp. 11.000/kg dan
karet mentah sebesar Rp. 4.200 – 4.500/kg.
2.6.2. Aneka Produk Karet Utama dan Produk Sampingan
Getah karet banyak digunakan dalam industri-industri barang. Barang yang
dapat dibuat dari karet alam antara lain: aneka ban kendaraan (sepeda engkol,
sepeda motor, mobil, traktor, hingga pesawat terbang), sepatu karet, sabuk
penggerak mesin, pipa karet, kabel, isolator, dan bahan-bahan pembungkus logam.
Selain itu bahan baku karet juga digunakan untuk membuat perlengkapan seperti
sekat atau tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran, misalnya shock-
absorbers. Karet bisa juga dipakai untuk tahanan dudukan mesin. Pemakaian
lapisan karet pada pintu, kaca pintu, kaca mobil, dan pada alat-alat lain membuat
pintu terpasang kuat dan tahan getaran serta tidak tembus air. Dalam pembuatan
jembatan digunakan karet sebagai penahan getaran.
Bahan karet yang diperkuat dengan benang-benang menjadi cukup kuat,
elastis, dan tidak menimbulkan suara yang berisik, yang dipakai sebagai tali kipas
25
mesin. Sambungan pipa minyak, pipa air, pipa udara, dan macam-macam oil seals
banyak juga yang menggunakan bahan baku karet. Bangunan-bangunan besar
semakin banyak menggunakan bahan karet. Bagian-bagian ruang atau peralatan-
peralatan yang terdapat di dalamnya banyak yang dibuat dari bahan karet. Alas
lantai dari karet berupa karpet dapat dibentuk dengan berbagai macam warna dan
desain yang menarik. Peralatan dan kendaraan perang pun banyak yang bagian-
bagiannya dibuat dari karet, misalnya pesawat tempur, tank, panser berlapis baja,
truk-truk besar, dan jeep. Dengan demikian secara tidak langsung karet berjasa
besar dalam keamanan dan pertahanan suatu negara. Tidak mengherankan bila
banyak negara terutama negara maju menimbun karet alam sebagai strategic stock
file.
Sebagai pencegah lecet atau rusaknya kulit dan kuku ternak karena lantai
semen yang keras, maka alas lantai dibuat dari karet dan sekarang banyak
digunakan di peternakan-peternakan besar. Alas lantai dari karet ini mudah
dibersihkan dan cukup menyehatkan bagi ternak seperti sapi atau kerbau.
Selain dapat diambil getahnya, tanaman karet masih memiliki manfaat lain
yang cukup besar bagi pemilik perkebunan karet, sebagai hasil sampingan (by
product). Hasil sampingan itu adalah kayu atau batang pohon karet. Masa
produktif tanaman karet sekitar 25-30 tahun dan gestation period 5 – 6 tahun, setelah
itu tanaman karet yang tua dapat diganti dengan tanaman baru. Tanaman karet
tua ditebang dan batangnya/kayunya dapat dimanfaatkan sebagai bahan industri
mebel. Dengan semakin berkurangnya kayu dari pohon-pohon hutan alam dan
semakin gencarnya kampanye pelestarian kayu dari hutan tropis, maka kayu dari
tanaman karet tua merupakan alternatif untuk bahan baku industri perkayuan.
Kedepan peluang permintaan kayu dari pohon karet akan semakin meningkat.
Hasil samping lain dari perkebunan karet yang selama ini kurang dimanfaatkan
adalah biji karet. Dikebanyakan perkebunan, biji karet dibiarkan begitu saja,
padahal bila dimanfaatkan akan cukup menguntungkan, sebab jumlahnya cukup
banyak. Diperkirakan dalam satu hektarnya dapat menghasilkan sekitar 5.000
butir biji karet setiap tahunnya. Dilihat dari komposisi kimianya, ternyata
kandungan protein biji karet terhitung tinggi. Dari setiap 100 g biji karet, kadar
proteinnya sebesar 27 %, lemak 32,3 %, air 3,6 %, abu 2,4 %, thiamin 450 μg, asam
nikotinat 2,5 μg, karoten dan tokoferol 250 μg, dan sianida sebanyak 330 mg. Selain
kandungan proteinnya cukup tinggi, pola asam amino biji karet juga sangat baik.
Semua asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh terkandung di dalamnya.
Agar biji karet dapat dimanfaatkan, maka harus diolah terlebih dahulu menjadi
konsentrat.
Daya guna protein biji karet yang meningkat dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan, terutama sebagai suplemen atau komplemen produk makanan.
Jenis produk makanan yang bisa dicampur dengan konsentrat biji karet adalah
daging sintetis, roti, aneka snack, makanan bayi, dan masih banyak lagi. Semakin
26
banyak jenis makanan yang dapat diperkaya kandungan proteinnya dengan
penambahan konsentrat biji karet, maka semakin banyak orang yang dapat
memperoleh mafaat dari bahan yang sering terbuang percuma di daerah-daerah
perkebunan.
2.6.3. Pola Pemasaran Perkebunan Rakyat
Perkebunan karet yang dikelola oleh petani ada dua jenis, yaitu petani yang
bermitra dengan dengan perkebunan besar (negara/swasta) dan kedudukannya
sebagai petani plasma, dan kedua petani yang melakukan usahanya dengan
kemampuan sendiri.
Petani yang bermitra dengan perkebunan besar memiliki lahan dengan rata-
rata luas 2 hektar, sedangkan petani yang mengusahakan perkebunan dengan
kemampuan sendiri luasannya berkisar antara 1-15 hektar. Dengan luas lahan
yang terbatas, tentunya lateks yang dihasilkan oleh petani juga terbatas. Dengan
produksi lateks yang terbatas, petani biasanya menjual lateksnya melalui
pedagang di tingkat desa atau melalui KUD yang dekat dengan lokasi kebun.
Kemudian dari KUD berlanjut ke padagang besar hingga ke industri pengolahan.
Dari industri pengolahan kemudian ke pedagang dalam negeri atau ke eksportir.
Berikut pola pemasaran karet pada perkebunan rakyat seperti disajikan pada
Gambar 8.
`
Pola 1
Petani/Farmers Pedagang Tingkat
Desa/Village Trader
Pedagang
Besar/Large Trader
Prosesor/Processor Pedagang Dalam Negeri/
Eksportir/Domestic Trade/Exporter
Pola 2
Petani/Farmers KUD, Pasar / Market
Prosesor/Processor Pedagang Dalam Negeri/
Eksportir/Domestic Trade/Exporter
27
Gambar 8. Pola Pemasaran Perkebunan Karet Rakyat
Berikut pola pemasaran karet pada perkebunan besar negara (PBN) dan
perkebunan besar swasta (BPS) terlihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Jalur Tata Niaga Ekspor Karet Indonesia
Pola 3
Petani KUD/
KUD Farmers
Prosesor/
Processor
Pedagang Dalam Negeri/
Eksportir/Domestic
Trade/Exporter
Bahan Olah Karet Rakyat
(Bokar)
Pabrik Pengolahan Perkebunan Besar
PTP
Kantor Pemasaran
Bersama
Jakarta Medan Surabaya
Lelang
Industri yang
menggunakan bahan
baku karet di dalam
negeri
Pembelian Langsung
Oleh Pihak Luar Negeri/
Perwakilannya
Eksportir
Dealer
Perusahaan Pengangkutan
Importir
Industri yang menggunakan bahan baku karet di
luar negeri (konsumen luar negeri)
Swasta
Lateks Kebun
28
Kebutuhan karet alam dalam negeri masih tergolong rendah dibanding
dengan jumlah yang diproduksi setiap tahunnya. Itulah sebabnya karet alam
Indonesia lebih banyak berorientasi ekspor. Destinasi ekspor komoditi karet alam
Indonesia pada tahun 1991 adalah Amerika Serikat sebesar 40 %, Singapura
sebesar 32,8 %, negara-negara di Eropa Barat sebesar 7,5 %, Rusia sebesar 5 %,
Jepang sebesar 3,3 %, dan beberapa negara lain sebesar 11,4 %.
Singapura sendiri tidak menggunakan karet alam yang diimpornya dari
Indonesia untuk keperluan dalam negerinya. Karet alam tersebut diolah kembali
dengan tingkat teknologi pengolahan yang tinggi dan hasilnya dikirim ke negara-
negara maju. Ditambah jaringan perdagangan yang memang luas, maka negara itu
memperoleh keuntungan yang besar dari karet alam yang dibelinya dari
Indonesia.
Namun demikian, diperkirakan ke depan permintaan karet alam akan
semakin meningkat, sejalan semakin mahalnya dan berkurangnya potensi bahan
tambang sebagai bahan baku karet sintetis. Ditambah lagi semakin majunya
teknologi pengolahan karet alam memungkinkan pemanfaatannya semakin
meluas, disamping adanya keunggulan-keunggulan karet alam yang tidak
tergantikan oleh karet sintetis. Ke depan usaha budidaya karet sangat menjanjikan
dan mempunyai peluang pasar yang cukup luas, baik untuk memenuhi kebutuhan
industri-industri karet di dalam negeri maupun untuk ekspor.
2.7. Aspek Legalitas
Ijin usaha pembukaan kebun di Kabupaten dan Kota di Kalimantan Timur
mengacu kepada perundangan dan peraturan nasional yaitu Undang-undang
Nomor 24 tahun 1994 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara
Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor); Undang-undang
Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699); Undang-
undang Nomor 24 Tahun 1997 tentang Tata Ruang (Lembaran Negara Tahun 1997
Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3702; Undang-undang Nomor 24
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor
60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839; Peraturan Pemerintah Nomor 25
Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai
Daerah Otonomi (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3952); Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah
Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Teknik Penyusunan dan Materi Muatan Produk
Hukum Daerah; Keputusan Menteri Pertanian Nomor 357/pts/HK.350/5/2002
tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan.
Adapun izin usaha perkebunan di daerah harus memenuhi pasal-pasal
tersebut bahwa:
29
1. Usaha Perkebunan Rakyat wajib mendaftarkan usahanya kepada Dinas;
2. IUP dapat diberikan kepada:
a. Koperasi;
b. Badan Usaha Milik Daerah;
c. Badan Usaha Milik Nasional;
d. Badan Usaha Swasta Nasional;
e. Patungan Badan Usaha Nasional dengan Badan Usaha Asing.
3. Usaha budidaya perkebunan wajib memiliki IUP, diberikan oleh Bupati/
Walikota;
4. IUP berlaku selama 30 tahun dan dapat diperpanjang dengan periode waktu
yang sama;
5. Untuk memperoleh IUP, perusahaan harus menyampaikan permohonan
kepada Bupati/Walikota melalui Kepala Dinas;
6. Perusahaan pemohon IUP harus melengkapi persyaratan permohonan berupa:
a. Akte pendirian perusahaan dan perubahannya;
b. Proposal mengenai usaha yang akan dijalankan yang telah disetujui oleh
Kepala Dinas;
c. Rencana kerja usaha perkebunan;
d. Dokumen AMDAL sesuai ketentuan yang berlaku;
e. Rekomendasi dari dinas teknis;
f. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah
(NPWPD);
g. Surat keterangan domisili kantor perusahaan;
h. Peta calon usaha dengan skala 1 : 100.000.
i. Menyetor uang jaminan kesungguhan pada Bank yang ditunjuk sebesar Rp.
15.000,- (Lima Belas Ribu Rupiah) untuk setiap 1 ha luasan areal.
7. Dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima dengan
lengkap, pejabat pemberi IUP harus memutuskan IUP tersebut dapat
diberikan atau ditolak.
Selanjutnya ijin usaha industri perkebunan harus memenuhi ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan kegiatan usaha industri perkebunan wajib memperoleh
izin tertulis dari Bupati;
2. Ijin usaha industri perkebunan dapat diberikan kepada pihak-pihak
sebagaimana tercantum dalam Peraturan Daerah;
3. Untuk memperoleh ijin, perusahaan harus menyampaikan permohonan
kepada Bupati/Walikota melalui kepada dinas dengan melengkapi:
a. Akte pendirian perusahaan dan perubahannya;
b. Proposal mengenai usaha yang akan dijalankan yang telah disetujui oleh
Kepala Dinas;
30
c. Rencana kerja usaha perkebunan;
d. Dokumen AMDAL sesuai ketentuan yang berlaku;
e. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah
(NPWPD);
f. Surat keterangan domisili kantor perusahaan;
g. Ijin lokasi bagi perusahaan bukan pemilik kebun sumber bahan baku
industri;
h. Analisis kelayakan usaha;
i. Kepastian pasokan bahan baku;
j. Ijin HO/gangguan dari pejabat berwenang.
4. Dalam waktu 2 (dua) bulan setelah permohonan diterima dengan lengkap,
pejabat pemberi ijin harus memutuskan permohonan ijin tersebut dapat
diberikan atau ditolak.
Selain peraturan perundangan yang berkaitan dengan kegiatan usaha
perkebunan, maka pemerakarsa kegiatan hendaknya juga memahami tentang tata
cara penanaman modal dalam negeri, sebagaimana dijelaskan pada Lampiran 1.
2.8. Aspek Sosial dan Lingkungan
Pada aspek sosial, pemanfaatan lahan oleh petani akan meningkatkan
kesejahteraannya, namun demikian karena permasalahan petani utama adalah
kurangnya modal, maka diperlukan model kemitraan secara terpadu antara petani
dengan Perusahaan Inti dan Bank, sehingga sumberdaya lahan petani dapat
termanfaatkan. Dengan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani, maka
akan memperkecil kesenjangan sosial.
Dari aspek lingkungan, kegiatan perkebunan karet jelas memberikan dampak
positif dan negatif terhadap komponen/sub kompenan/parameter lingkungan.
Besaran dampak (magnitude) diperkirakan berkisar dari kecil sampai besar, dengan
nilai kepentingan dampak (importance) diperkirakan dari tidak penting hingga
penting. Dampak positif kegiatan perkebunan terjadi pada komponen
sosekbudkesmas, khususnya pada parameter mata pencaharian, pendapatan dan
kesejahteraan petani secara langsung dan aspek pendidikan secara tidak langsung.
Setelah tanaman tumbuh dan berkembang dengan baik, maka kegiatan perkebunan
juga akan memberikan dampak positif terhadap komponen biologi (flora dan
fauna), penurunan erosi dan peningkatan kesuburan tanah dan peningkatan
kualitas air perairan dari sungai-sungai yang berada di dalam dan di sekitar areal
kegiatan perkebunan. Pemanfaatan lahan-lahan yang kurang produktif atau lahan-
lahan tidur, merupakan nilai positif penting dari kegiatan perkebunan karet.
Melalui pemanfaatan lahan tersebut, maka kondisi ekosistem lahan yang
sebelumnya mempunyai dukung rendah (produktivitas rendah) dapat diperbaiki dan
dapat ditingkatkan fungsinya, selanjutnya akan memberikan dampak positif
31
terhadap beberapa parameter lingkungan ikutan, seperti terhadap ketersediaan air
permukaan dan air tanah.
Dampak negatif dari kegiatan perkebunan dapat terjadi pada tahap-tahap
awal perencanaan lahan dan pembukaan lahan/pengolahan tanah (dengan alat
berat), khususnya berkaitan dengan masalah kepemilikan dan ganti rugi lahan,
erosi, kompaksi tanah dan penurunan kesuburan tanah serta sedimentasi sungai
yang terjadi pada awal pembukaan lahan.
Merujuk pada peraturan perundangan yang berlaku, maka diwajibkan
kepada pengelola perkebunan (dengan luas 6000 ha) untuk melakukan studi
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
32
PENUTUP
Budidaya tanaman karet alam menjadi salah satu pilihan investasi yang
menguntungkan dilihat dari berbagai kriteria kelayakan. Kondisi alam dan
ketersediaan lahan di wilayah Kalimantan Timur memiliki potensi untuk
dikembangkan sebagai lahan perkebunan karet. Kebutuhan dunia akan karet alam
sangat mendukung bagi pemasaran karet di kancah dunia, menjadikan karet alam
pantas menjadi salah satu pilihan investasi usaha di Kalimantan Timur.
Jika para investor menginginkan informasi lebih lanjut tentang pengembangan
usaha sapi potong dapat melakukan kontak bisnis ke alamat yaitu :
1. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Jl. Gatot Subroto 44 Jakarta 12190-Indonesia PO Box 3186
Telp. +62-021-5252008, 5254981, Fax +62-0215227609, 5254945, 5253866
E-mail : sysadm@bkpm.go.id
Website : http://www.bkpm.go.id
2. Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Provinsi Kalimantan Timur
Jl Basuki Rahmat No 56 Samarinda KALTIM 75117 Telp. 62-0541-743235 – 743446
Fax : 0541-736446 E-mail : humas@bppmd.kaltimprov.go.id
Website : http://www.bppmd.kaltimprov.go.id
3. Dinas Pertanian Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) Telp/fax 0543- 350037 atau
contact person : Ir. H. Ibrahim, MP (Kadistan Kabupaten PPU) No HP. 0811558783
33
DAFTAR PUSTAKA
Bappeda dan Badan Pusat Statistik Kaltim. 2004. Kalimantan Timur Dalam Angka 2004,
Samarinda.
Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan Timur. 2005. Statistik Perkebunan Kalimantan
Timur Tahun 1999-2004, Samarinda.
Dinas Perkebunan Kabupaten Pasir. 2005. Laporan Data Statistik Perkebunan (Luas dan
Produksi) Tahun 2004. Tanah Grogot.
Dinas Perkebunan Kabupaten Kutai Barat. 2005. Laporan Data Statistik Perkebunan (Luas
dan Produksi) Tahun 2004. Melak.
Dinas Perkebunan Kabupaten Panajam Pasir Utara. 2005. Laporan Data Statistik
Perkebunan (Luas dan Produksi) Tahun 2004. Panajam.
Dinas Perkebunan Kabupaten Pasir. 2005. Laporan Data Statistik Perkebunan (Luas dan
Produksi) Tahun 2004. Tenggarong.
Johanes, 1994. Peran Kebijakan dan Kinerja Pemasaran dalam Pengembangan Pemasaran
Karet (Suatu Studi Kasus di Propinsi Jambi), Disertasi, UNPAD, Bandung.
Lutoni, Toni Lukman. 1991. Indonesia Akan Menjadi Produsen Karet Alam Terbesar.
Neraca, Jakarta : 27 Agustus 1991.
Mubyarto dan Awan Setya Dewanta. 1991. Karet Kajian Sosial Ekonomi. Aditya Media,
Yokyakarta.
Spillane, Jemes J. 1989. Komoditi Karet Peranannya dalam Perekonomian Indonesia.
Kanisiun, Yokyakarta.
Suparto, T.I. 1990. Karet Sintetis Belum Bisa menggantikan Karet Alam. Bisnis Indonesia,
Jakarta : 16 Mei 1990.
Tim Penulis Penebar Swadaya. 1992. Karet : Strategi Pemasaran, Budidaya dan
Pengolahan. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
Yusanti, Diana. 1994. Langkah-langkah Mempertajam Dayasaing Komoditi Karet, Kopi,
Kakao Menuju Pasar Bebas. Buletin Ekonomi No. 3 Tahun XIX, hal : 9 – 12.
34
LAMPIRAN
35
Lampiran 1. Tata Cara Penanaman Modal Dalam Negeri
I. Surat Permohonan (Blangko Model 1/PMDN) dan ditanda tangani diatas materai Rp. 6,000.-
oleh pemohon dibuat rangkap dua dengan dilampiri persyaratan sbb:
1. Bukti Diri Pemohon:
a. Photo Copy Akte Pendirian (PT, BUMN, BUMD, CV, Firma dll);
b. Photo Copy Anggaran Dasar bagi Badan Usaha Koperasi;
c. Photo Copy KTP;
2. Photo Copy Nomor Wajib Pajak (NPWP) Pemohon;
3. Proposal Proyek atau Biding Usaha yang dimohon dan atau rencana kegiatan dari awal
penanaman modal hingga pemasaran hasil produksi.
4. Peta Lokasi Proyek Skala 1 : 100.000.
5. Persyaratan dan atau ketentuan sektoral yaitu, rekomendasi dari :
1). Lurah/Kades;
2). Camat;
3). Instansi Teknis yang menjelaskan tentang bahwa lokasi yang dimohon tidak bermasalah
dan layak untuk proyek dimaksud seperti rekomendasi dari :
a. Dinas Kehutanan;
b. Dinas Perkebunan;
c. Dinas Pertanian dan Peternakan;
d. Dinas Perikanan dan Kelautan;
e. Badan Pertanahan Nasional;
f. Dinas/Instansi lainnya yang berkaitan dengan proyek yang dimohon.
6. Laporan keuangan dan atau akuntabilitas;
7. Pernyataan bersedia berkantor pusat di Kota/Kabupaten;
8. Surat Kuasa dari yang berhak apabila permohonan bukan dilakukan oleh pemohon sendiri.
9. Kesepakatan/perjanjian kerjasama untuk bermitra dengan Usaha Kecil yang antara lain
memuat :
1. Nama dan alamat masing-masing pihak;
2. Poles kemitraan yang akan digunakan;
3. Hak dan Kewajiban masing-masing pihak;
4. Bentuk pembinaan yang akan diberikan kepada usaha kecil;
5. Hal-hal lain yang dianggap perlu.
10. Akte Pendirian atau perubahannya mengenai penyertaan usaha kecil sebagai pemegang
saham, apabila kemitraan dalam bentuk penyertaan saham;
11. Surat pernyataan diatas materai dari usaha kecil yang menerangkan bahwa yang
bersangkutan memenuhi kriteria usaha kecil sesuai dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1995.
II. Setelah Permohonan diterima di Bagian Perekonomian & Penanama Modal Setda Kota/Kab,
yang selanjutnya Permohonan diperiksa kelengkapannya/lampirannya oleh Sub Bagian
Penanaman Modal dan BUMD.
III. Setelah lampiran sudah lengkap, maka proposal dipresentasikan oleh Investor dengan biaya
sendiri untuk dipresentasikan dihadapan pejabat Pemerintah Kota/Kab dan bila dianggap perlu
juga diundang dari DPRD, Unsur Organisasi dalam masyarakat, Unsur Mahasiswa, LSM dll.
IV. Hasil Presentasi dinilai oleh Bagian Perekonomian dan Penanaman Modal atas persetujuan
Pemerintah Kota/Kab.
36
V. Bila hasil presentasi disetujui untuk direalisasikan, maka dibuatkan Rekomendasi
Walikota/Bupati dan atau Surat Persetujuan Penanaman Modal Dalam Negeri (SPMA) bila
kewenangan sudah ada untuk membuat/mengeluarkan surat persetujuan Penanaman Modal
Dalam Negeri.
VI. Setelah Rekomendasi dan atau SPPMA keluar, pemohon mengurus ijin pelaksanaan Penanaman
Modal yang terdiri dari :
a. Ijin Lokasi ;
b. Ijin Undang-Undang Gangguan (UUG) / HO dan atau Amdal untuk Perusahaan Besar.
c. Iji& Mendirikan Bangunan (IMB).
VII.Pengurusan Ijin yang dipersyaratkan lainnya yaitu Pemohon Penanaman Modal Wajib
memiliki Ijin Usaha Tetap (IUT) untuk dapat memulai pelaksanaan kegiatan produksi
komersial.
top related