kata pengantar -...
Post on 09-Jan-2020
9 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Laporan Tahunan 2018 i
KATA PENGANTAR
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan mempunyai tugas
mengamankan areal tanaman pangan dari gangguan Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI) untuk
mendukung upaya pencapaian target produksi baik secara kualitas,
kuantitas, maupun kontinuitas. Sesuai dengan tugas tersebut, Tahun 2018
telah dilaksanakan berbagai kegiatan baik di pusat maupun daerah dalam
rangka pemenuhan tugas dimaksud.
Laporan Tahunan ini sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, yang dijabarkan dalam visi, misi, dan
tujuan serta sasaran kegiatan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan.
Laporan ini menyajikan capaian kinerja kegiatan, serta permasalahan
dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Laporan ini diharapkan dapat
memberikan informasi dan bahan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan
perlindungan tanaman pangan, khususnya dalam upaya pengamanan
produksi dari gangguan OPT dan DPI.
Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan
laporan ini, kami sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih.
Jakarta, Februari 2019 Pj. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan,
Edy Purnawan, SP., M. Sc. NIP 197004121998031002
Laporan Tahunan 2018 ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
1. Kementerian Pertanian pada Tahun 2018 telah menetapkan kebijakan
untuk mencapai sasaran yang dicanangkan dengan mengangkat tema
"Pengembangan Infrastruktur dan Penguatan Investasi untuk
Percepatan Peningkatan Produksi dan Ekspor Pangan”. Arah kebijakan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2018 dituangkan dalam
program percepatan pencapaian swasembada padi, jagung serta
peningkatan produksi kedelai dan komoditas tanaman pangan lainnya.
Untuk mendukung kebijakan tersebut ditetapkan sasaran produksi
Padi 82,5 Juta Ton, Jagung 30 Juta Ton, dan Kedelai 2,2 Juta Ton,
sasaran tersebut tertuang dalam Indikator Kinerja Utama (IKU) Ditjen
Tanaman Pangan Tahun 2018. Upaya yang dilakukan untuk mencapai
sasaran tersebut antara lain dengan mengoptimalkan semua sumber
daya yang dimiliki khususnya sumber daya lahan melalui
pengembangan lahan baru dan fasilitasi atau bantuan kepada pelaku
usaha (petani). Upaya lainnya yaitu meminimalkan kehilangan hasil
produksi melalui pengamanan pertanaman dari gangguan Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT) serta Dampak Perubahan Iklim (DPI).
2. Pengamanan areal tanaman pangan dari gangguan Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI),
dilaksanakan melalui berbagai kegiatan perlindungan tanaman pangan
yaitu :
a. Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PPHT)
b. Penerapan Penanganan Dampak Perubahan Iklim (PPDPI)
c. Gerakan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (Gerdal
OPT)
d. Penguatan Agroekosistem
e. Demonstrasi Area (Dem Area)
Laporan Tahunan 2018 iii
3. Pada Tahun 2018, realisasi kegiatan PPHT Skala Luas Serealia Tahun
2018 untuk komoditas tanaman padi dan jagung direncanakan seluas
10.085 ha dengan pagu Rp. 17.069.256.000,- Realisasi kegiatan PPHT
Padi dan jagung tahun 2018 seluas 10.010 ha (99,26 %), dengan
realisasi anggaran sebesar Rp. 16.924.199.000,- (99,15 %).
4. Pada Tahun 2018, realisasi kegiatan PPHT Komoditas Kedelai sebesar
Rp. 1,783,363.000,- (97,64%) dari pagu anggaran kegiatan PPHT
Kedelai sebesar Rp. 1.826.500.000,- sedangkan realisasi fisiknya
sebanyak 76 unit (100%) dari target 76 unit (760 ha), yaitu di Provinsi
Pemerintah Aceh 2 unit (20 Ha), Sumatera Utara 2 unit (20 Ha), Jambi
2 unit (20 Ha), Sumatera Selatan 1 unit (10 Ha), Lampung 8 unit (80
Ha), Jawa Barat 2 unit (20 Ha), Jawa Tengah 8 unit (80 Ha), D.I.
Yogyakarta 2 unit (20 Ha), Jawa Timur 10 unit (100 Ha), Banten 3 unit
(30 Ha), Nusa Tenggara Barat 5 unit (50 Ha), Nusa Tenggara Timur 1
unit (10 Ha), Kalimantan Barat 2 unit (20 Ha), Kalimantan Tengah 2 unit
(20 Ha), Kalimantan Selatan 3 unit (30 Ha), Kalimantan Timur 1 unit (10
Ha), Sulawesi Utara 2 unit (20 Ha), Sulawesi Tengah 1 unit (10 Ha),
Sulawesi Selatan 15 unit (150 Ha), Sulawesi Tenggara 3 unit (30 Ha),
dan Gorontalo 1 unit (10 Ha).
5. Pada Tahun 2018, realisasi agroekosistem padi, jagung dan kedelai
direncanakan seluas 2.175 ha, 360 ha dan 160 ha dengan total PAGU
anggaran sebesar Rp. 1.333.500.000,-. Realisasi kegiatan Penguatan
agroekosistem padi, jagung dan kedelai sebesar Rp. 1.311.250.000,-
(98,33 %).
6. Pada Tahun 2018, realisasi kegiatan penerapan penanganan DPI
(PPDPI) direncanakan seluas 400 ha, di 18 provinsi (Aceh, Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Banten , Jawa Barat, ,
Jawa Tengah , DI. Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, Gorontalo, Maluku). Realisasi anggaran kegiatan PPDPI
sebesar Rp. 1.845.250- atau 99,54 % dari pagu anggaran sebesar Rp.
1.853.825,-, dengan realisasi fisik 100%.
7. Pada Tahun 2018, realisasi Gerakan Pengendalian OPT padi
direncanakan sebanyak 686 unit, dengan pagu anggaran Rp.
4.459.000.000,-. Realisasi kegiatan Gerdal OPT padi Tahun 2018
Laporan Tahunan 2018 iv
sebanyak 686 unit atau 100% dengan serapan anggarannya sebesar
Rp. 4.440.140.000,- (99,58%),
8. Pada Tahun 2018, Gerdal OPT jagung Tahun 2018 direncanakan
sebanyak 112 unit, dengan pagu anggaran Rp. 728.000.000-. Realisasi
kegiatan Gerdal OPT jagung Tahun 2018 sebanyak 112 unit atau 100%
dengan serapan anggaran sebesar Rp. 720.850.000,- (99,02%).
9. Pada Tahun 2018, Gerdal OPT Kedelai sebanyak 65 kali yang
dilaksanakan di 23 Provinsi. Realisasi fisik pelaksanaan kegiatan
Gerakan Massal Pengendalian OPT Kedelai yaitu 98,46 % dimana hanya
berhasil dilakukan sebanyak 64 kali dari target 65 kali. pelaksanaan
gerakan pengendalian OPT kedelai di Provinsi Kalimantan Tengah tidak
dapat direalisasikan karena tidak dapat ditemukan lahan kedelai yang
sesuai dengan kriteria pedoman pelaksanaan kegiatan Gerakan Massal
Pengendalian OPT Kedelai
10. Dem area dialokasikan seluas 33.000 ha dengan total anggaran Rp.
60.680 M. Realisasi fisik dem area tahun 2018 seluas 33.000 ha (100 %)
dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 60.680 M (100 %). Dem
Area/pengendalian WBC Budidaya Tanaman Sehat, dilaksanakan di
lima belas provinsi (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur,
Bali, NTB, NTT, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan) tersebar di
106 kabupaten.
11. Pada tahun 2018, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melalui
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan menargetkan 3.923 orang
Petani Pengamat di seluruh wilayah Indonesia. Petani Pengamat
diharapkan mampu melakukan pengamatan OPT dan malaporkan hasil
pengamatannya kepada petugas POPT di wilayahnya. Realisasi
kegiatan pemberdayaan petani pengamat hingga tahun 2018 telah
ditetapkan petani pengamat oleh Dinas Pertanian Provinsi sebanyak
3.923 orang (100,00% dari target) dengan realisasi honor untuk petani
pengamat sebesar Rp. 13.603.500.000,- (96,32%). 12. Pagu anggaran untuk pengujian mutu sebesar Rp 7.000.000.000,- dan
terealisasi sebesar Rp 6.749.417.083,- dengan capaian 96,42%.
Sedangkan output yang dihasilkan berupa sertifikat LHP pada Tahun
Laporan Tahunan 2018 v
2018 sebanyak 2.614 dengan capaian 109,60 % dari target 2.385 LHP.
Capaian ini lebih tinggi dengan capaian tahun sebelumnya pada
periode yang sama (100,00%).
13. Dalam rangka pengawalan pertanaman dari serangan Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT), Direktorat Perlindungan Tanaman
Pangan menyalurkan bantuan Pestisida melalui BPTPH dan LPHP di
daerah. Pada Tahun 2018, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
mengalokasikan bantuan pestisida sebesar Rp. 33.311.500.000,00,-
dan direalisasikan sebesar Rp. 33.280.940.500,- (99,9% dari target)
dengan volume 317.132 kg/lt.
14. Pada tahun 2018 guna mendukung operasional Laboratorium
Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP), Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan mengalokasikan 83 unit mobil operasional LPHP yang
tersebar di sebagian besar LPHP di Indonesia serta 2 unit mobil
operasional di BBPOPT dan BPMBTPH dengan total anggaran sebesar
Rp. 15.892.049.000,-. Kegiatan pengadaan mobil operasional tersebut
telah direalisasikan semua dan saat ini sedang dalam proses hibah
(100% dari target).
15. Pada tahun 2018 guna mendukung optimalisasi pelaksanaan tugas dan
fungsi petugas POPT, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
mengalokasikan 1.037 unit motor fungsional POPT yang tersebar di
sebagian besar wilayah Indonesia dan 6 unit motor fungsional di pusat
dengan total anggaran senilai Rp. 24.571.201.000,-. Kegiatan
pengadaan motor fungsional tersebut telah direalisasikan semua dan
saat ini sedang dalam proses hibah (100% dari target).
16. Pada Tahun 2018, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
mengalokasikan bantuan hand sprayer sebanyak 1.700 unit dengan
anggaran sebesar Rp. 900.000.000,-. Realisasi fisik penyaluran hand
Laporan Tahunan 2018 vi
sprayer mencapai 100% dengan serapan anggaran Rp. 853.550.000,-
(94,84% dari target).
17. Pelaksanaan program kegiatan Direktorat Perlindungan Tanaman
Pangan tahun 2018 dengan pagu anggaran sebesar Rp.
276.133.654.000. Realisasi anggaran dari DIPA dekonsentrasi yang
dilaksanakan oleh Satker Dinas Pertanian Tahun 2018 sebesar Rp.
106.728.852.917,- atau 98,99% dari pagu anggaran Rp.
107.814.400.000,-. Realisasi anggaran pada satker pusat Tahun 2018
sebesar Rp. 141.739.437.321,- atau 84,21% dari pagu anggaran Rp.
168.319.254.000,-.
3. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan
perlindungan tanaman pangan adalah penetapan calon petani dan
calon lokasi (CPCL) yang terkendala karena tidak sesuai dengan
kriteria, keterlambatan dalam penyaluran benih toleran OPT
dikarenakan lamanya proses administrasi penyaluran bantuan,
perkembangan OPT yang cepat (khususnya WBC) yang disebabkan
oleh kondisi iklim yang kondusif untuk perkembangan OPT, kurangnya
pemahaman petani tentang konsep budidaya tanaman sehat,
penggunaan pestisida yang tidak tepat, serta kesadaran petani yang
masih rendah untuk melakukan eradikasi tanaman terserang OPT.
(virus). terbatasnya jumlah POPT dan sarana kerja petugas POPT serta
fenomena alam ekstrim berupa badai yang menyebabkan banjir pada
areal pertanaman.
4. Beberapa masukan untuk perbaikan pelaksanaan kegiatan selanjutnya
antara lain :
a. Meminimalkan usulan revisi DIPA dengan membuat perencanaan
anggaran yang tepat dan matang. Selain itu identifikasi dan
pemilihan CPCL sebaiknya benar-benar tepat sesuai kriteria yang
dipersyaratkan untuk meminimalkan perubahan
CPCL.Penyesuaian kriteria lokasi kegiatan dengan memperhatikan
kondisi spesifik lokasi.
b. Mengoptimalkan petugas pendamping kegiatan untuk selalu
mensosialisasikan dan memberikan pemahaman ke petani tentang
varietas benih unggul yang direkomendasikan atau alternatif
Laporan Tahunan 2018 vii
pemilihan varietas bersertifikat spesifik lokasi yang dihasilkan oleh
penangkar benih setempat. Pemerintah daerah setempat
diharapkan dapat mendorong penangkar benih setempat untuk
menghasilkan benih unggul bersertifikat. Melakukan substitusi
varietas benih toleran OPT yang tidak tersedia atau kurang disukai
petani dengan benih varietas lain yang juga memiliki sifat toleran
terhadap OPT.
c. Mempercepat penyusunan/penyempurnaan petunjuk teknis
pelaksanaan kegiatan dan mensosialisasikannya secara intensif
untuk menyamakan persepsi dan meningkatkan efektifitas
pelaksanaan kegiatan.
d. Melakukan pengawalan dan pembinaan langsung untuk
mendorong petugas lapangan dan petani agar segera melakukan
percepatan pelaksanaan kegiatan. Penyesuaian kriteria lokasi
kegiatan sesuai kondisi pertanaman di lapangan sehingga mudah
dipenuhi dan kegiatan dapat terlaksana. Realokasi kegiatan dari
wilayah yang terkendala pelaksanaannya ke wilayah lain yang
membutuhkan dan potensial untuk dapat melaksanakan kegiatan.
e. Peringatan kewaspadaan kepada Gubernur dan Bupati agar
menginstruksikan jajarannya untuk meningkatkan kinerja
perlindungan di wilayahnya dalam mengawal pertanaman.
f. Pengendalian OPT dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
a. Pengamatan intensif di lokasi-lokasi endemis.
b. Gerakan pengendalian dengan penyemprotan insektisida di
lokasi yang terserangan WBC
c. Eradikasi selektif tanaman terserang KR/KH dengan intensitas
ringan dan sedang dengan pencabutan dan pemusnahan
rumpun terserang
d. Eradikasi total tanaman terserang KR/KH dengan intensitas
berat dan puso dengan olah tanah sempurna (Singkal/gelebeg
ulang)
e. Penerapan budidaya tanaman sehat melalui kegiatan Dem
Area
Laporan Tahunan 2018 viii
g. Penanganan Dampak Perubahan Iklim dilakukan dengan
langkah sebagai berikut :
a. Penyebarluasan informasi prakiraan iklim Musim Hujan /
Musim Kemarau
b. Pengamatan dini dan pelaporan yang intensif, terutama
pada daerah-daerah rawan banjir / kekeringan.
c. Mengoptimalkan potensi sawah tadah hujan dengan
melakukan normalisasi saluran irigasi, pembuatan saluran
pembuangan air, sumur suntik, penampungan air (panen
air) dan pembuatan sumur resapan/biopori.
d. Melakukan monitoring dan evaluasi secara rutin terhadap
perkembangan luas terkena banjir / kekeringan.
e. Budidaya tanaman sehat sesuai iklim dan kondisi
setempat melalui pemilihan komoditi, varietas spesifik
lokasi, pengaturan waktu tanam, pola tanam, teknik
bercocok tanam dan pengaturan ketersediaan air.
f. Menyiapkan bantuan Cadangan Benih Nasional (CBN)
bagi lahan yang terkena puso akibat banjir/kekeringan
g. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait untuk
mitigasi
h. Mendorong petani untuk memanfaatkan asuransi usaha tani
padi (AUTP) guna mengurangi kerugian akibat serangan OPT
dan DPI.
i. Melakukan pembinaan untuk meningkatkan kepedulian petani
untuk menjaga pertanamannya bebas dari OPT sehingga tidak
menjadi sumber serangan bagi pertanaman lain serta
meningkatkan pengetahuan petani dalam teknis pengendalian
serangan OPT sesuai dengan prinsip-prinsip Sistem
Pengendalian Hama Terpadu.
Laporan Tahunan 2018 ix
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
RINGKASAN EKSEKUTIF........................................................................ ii
DAFTAR ISI .………………………………………………………………......................... ix
DAFTAR TABEL…………….........……………………………………….......................
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
x
xi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………............................... xii
I. PENDAHULUAN……………………………………………………...................
1.1 Latar Belakang.....................................................................
1.2 Tugas, Fungsi dan Kewenangan..........................................
1.3 Visi......................................................................................
1.4 Misi.....................................................................................
1
1
2
7
7
1.5 Strategi ………………………………………………………………………….
1.6 Arah Kebijakan ...................................................................
1.7 Kegiatan Utama .................................................................
1.8 Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2018 .................................
7
10
11
12
II. PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2018 ………………………………... 13
2.1. Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Utama .……………………...... 13
2.2. Realisasi Keuangan Tahun 2018 ....................................... 25
2.3. Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Pendukung ..................... 26
2.4. Pengelolaan Anggaran dan Sumberdaya Manusia ........... 43
2.5. Capaian Kinerja ................................................................. 48
2.6. Permasalahan dan Tindak Lanjut ..................................... 51
III. PENUTUP.................................................................................... 55
Laporan Tahunan 2018 x
DAFTAR TABEL
Hal Tabel
1. Indikator Kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2018 .................................................................................
12
2. Rencana dan Realisasi Kegiatan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PPHT) Tahun 2018.....................….....................
13
3. Rencana dan Realisasi Kegiatan Penguatan Agroekosistem Tahun 2018 .................................................................................
15
4. Rencana dan Realisasi Kegiatan Gerakan Pengendalian (Gerdal) OPT Tahun 2018 ...........................................................
19
5. Realisasi Keuangan Output Kegiatan Perlindungan Tanaman
Pangan Tahun 2018 ..................................................................
26
6. Pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan .................. 44
7. Target dan Realisasi Pengujian Sampel 2018 ......................... 46
8. Target dan Realisasi PNBP Tahun 2013 - 2018 .......................... 47
9. Capaian Indikator Kinerja Utama Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2018 ....................................................
49
10. Capaian Indikator Kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman
Pangan Tahun 2018 per Komoditas .........................................
49
11. Perbandingan Capaian Indikator Kinerja Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2018, Tahun 2017 dan
Rerata 5 Tahun .........................................................................
50
12. Capaian Indikator Kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman
Pangan Tahun 2018 per Komoditas .........................................
51
Laporan Tahunan 2018 xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
11
Kegiatan Penerapan PHT Serealia ...............................................
Kegiatan Penerapan PHT Kedelai ................................................
Pelaksanaan Kegiatan Agroekosistem Padi .................................
Pelaksanaan Kegiatan Agroekosistem Kedelai ............................
Penanganan DPI pada Lahan Pertanaman Padi ..........................
Gerakan Pengendalian OPT Padi .................................................
Gerakan Pengendalian OPT Kedelai ............................................
Kegiatan Dem Area Tahun 2018 ................................................
Target dan Realisasi Pengujian Sampel 2018 ..............................
Perkembangan Pencapaian Penyetoran PNBP Thn 2013-2018 ..
Kegiatan yang dilakukan oleh BPMPT .........................................
14
15
16
17
18
19
21
22
46
47
48
Laporan Tahunan 2018 xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
1. Realisasi Pelaksanaan PPHT Pada Tanaman Padi Tahun 2018 .. 656
2. Realisasi Pelaksanaan PPHT Pada Tanaman Jagung Tahun
2018 ..........................................................................................
57
3.
4.
Realisasi Pelaksanaan PPHT Pada Tanaman Kedelai Tahun
2018 ..........................................................................................
Realisasi Pelaksanaan PPDPI Pada Tanaman Padi Tahun 2018
58
59
5. Realisasi Pelaksanaan Gerakan Pengendalian OPT Pada
Tanaman Padi Tahun 2018 ….....................................................
60
6.
7.
8.
9.
Realisasi Pelaksanaan Gerakan Pengendalian OPT Pada
Tanaman Jagung Tahun 2018.....................................................
Realisasi Pelaksanaan Gerakan Pengendalian OPT Pada
Tanaman Kedelai Tahun 2018....................................................
Realisasi Pelaksanaan Penguatan Agroekosistem Pada
Tanaman Padi Tahun 2018 .......................................................
Realisasi Pelaksanaan Penguatan Agroekosistem Pada
Tanaman Jagung Tahun 2018 ...................................................
61
62
63
64
10.
11.
Realisasi Pelaksanaan Penguatan Agroekosistem Pada
Tanaman Kedelai Tahun 2018 ..................................................
Realisasi Pelaksanaan Dem Area Budidaya Tanaman Sehat
Padi Tahun 2018 ........................................................................
6
65
66
12. Realisasi Pelaksanaan Dem Area Budidaya Tanaman Sehat
PPDPI Tahun 2018 ……………………………………………......................
67
13. Pengadaan Pestisida Tahun 2018 .............................................. 68
14. Petani Pengamat Tahun 2018 ................................................... 69
15. Daftar Inventaris Kendaraan Roda 2 dan 4 Direktorat
Laporan Tahunan 2018 xiii
16.
17.
18.
Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2018 ..........................
Daftar Pegawai yang Naik Pangkat pada Tahun 2018 ............
Daftar Pegawai yang Naik Gaji Berkala pada Tahun 2018 .....
Daftar Pegawai yang Mutasi Tahun 2018 ...............................
70
71
72
73
Laporan Tahunan 2018 1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kementerian Pertanian pada Tahun 2018 telah menetapkan kebijakan untuk
mencapai sasaran yang dicanangkan dengan mengangkat tema
"Pengembangan Infrastruktur dan Penguatan Investasi untuk Percepatan
Peningkatan Produksi dan Ekspor Pangan”. Arah kebijakan Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan Tahun 2018 dituangkan dalam program percepatan
pencapaian swasembada padi, jagung serta peningkatan produksi kedelai dan
komoditas tanaman pangan lainnya. Untuk mendukung kebijakan tersebut
ditetapkan sasaran produksi Padi 82,5 Juta Ton, Jagung 30 Juta Ton, dan Kedelai
2,2 Juta Ton, sasaran tersebut tertuang dalam Indikator Kinerja Utama (IKU)
Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2018. Upaya yang dilakukan untuk mencapai
sasaran tersebut antara lain dengan mengoptimalkan semua sumber daya yang
dimiliki khususnya sumber daya lahan melalui pengembangan lahan baru dan
fasilitasi atau bantuan kepada pelaku usaha (petani). Upaya lainnya yaitu
meminimalkan kehilangan hasil produksi melalui pengamanan pertanaman dari
gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) serta Dampak Perubahan
Iklim (DPI).
Salah satu agenda NAWA CITA terkait sektor pertanian adalah mewujudkan
kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi
domestik, melalui dua program aksi strategis yang dicanangkan yaitu
membangun kedaulatan pangan berbasis agribisnis kerakyatan serta
membangun sentra produksi dan mempertahankan lahan produktif. Strategi
pembangunan pertanian yang dilakukan antara lain meningkatkan produksi
dalam negeri, peningkatan kualitas distribusi pangan dan aksesibilitas
masyarakat terhadap pangan, perbaikan kualitas konsumsi pangan dan gizi
masyarakat, mitigasi gangguan terhadap ketahanan pangan terutama
mengantisipasi bencana alam, dampak perubahan iklim (DPI) serta serangan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan penyakit hewan serta
peningkatan kesejahteraan pelaku utama penghasil bahan pangan (petani).
Pengamanan areal pertanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI (banjir dan
kekeringan) merupakan bagian penting dalam upaya peningkatan produksi
tanaman pangan baik kuantitas maupun
Laporan Tahunan 2018 2
kualitas. Sesuai amanat Undang-Undang Nomor : 12 Tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Tanaman yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor : 6 Tahun
1995 tentang Perlindungan Tanaman serta Keputusan Menteri Pertanian Nomor :
887/Kpts/OT.210/9/1997 tentang Pedoman Pengendalian OPT, ditetapkan bahwa
Perlindungan Tanaman Pangan dilaksanakan dengan Sistem Pengendalian Hama
Terpadu (PHT) dan pelaksanaannya menjadi tanggungjawab masyarakat bersama
pemerintah.
1.2. Tugas, Fungsi, dan Kewenangan
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 43/Permentan/
OT.010/8/2015 tanggal 21 Agustus 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pertanian, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian hama dan
penyakit dan perlindungan tanaman.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
menyelenggarakan fungsi, sebagai berikut :
1. Pengelolaan data dan informasi organisme pengganggu tumbuhan;
2. Peningkatan kapasitas kelembagaan pengendalian organisme pengganggu
tumbuhan;
3. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengendalian organisme
pengganggu tumbuhan serealia, aneka kacang dan umbi, serta
penanggulangan dampak iklim;
4. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian organisme pengganggu
tumbuhan serealia, aneka kacang dan umbi, serta penanggulangan dampak
iklim;
5. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengendalian
organisme pengganggu tumbuhan serealia, aneka kacang dan umbi, serta
penanggulangan dampak iklim;
6. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengendalian
organisme pengganggu tumbuhan serealia, aneka kacang dan umbi, serta
penanggulangan dampak iklim;
7. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang pengendalian
organisme pengganggu tumbuhan
Laporan Tahunan 2018 3
serealia, aneka kacang dan umbi, serta penanggulangan dampak iklim; dan
8. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Direktorat Perlindungan Tanaman
Pangan didukung oleh empat subdirektorat, satu subbagian tatausaha dan
satu jabatan fungsional :
a. Subdirektorat Data dan Kelembagaan Pengendalian Organisme
Pengganggu Tumbuhan,
b. Subdirektorat Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Serealia,
c. Subdirektorat Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Aneka
Kacang dan Umbi,
d. Subdirektorat Penanggulangan Dampak Perubahan Iklim,
e. Subbagian Tata Usaha, dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional
1.2.1. Subdirektorat Data dan Kelembagaan Pengendalian OPT
Subdirektorat Pengelolaan Data dan Kelembagaan OPT mempunyai
tugas melaksanakan pengelolaan data organisme pengganggu
tumbuhan dan penyiapan peningkatan kapasitas kelembagaan
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan.
Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Data dan
Kelembagaan Pengendalian OPT menyelenggarakan fungsi sebagai
berikut:
a. Pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data organisme
pengganggu tumbuhan; dan
b. Pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data kelembagaan
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan.
1.2.2. Subdirektorat Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan
Serealia
Subdirektorat Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Serealia
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan, penyusunan, dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, serta pemberian
Laporan Tahunan 2018 4
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengendalian organisme
pengganggu tumbuhan serealia.
Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Pengendalian
Organisme Pengganggu Tumbuhan Serealia menyelenggarakan fungsi
sebagai berikut :
a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang peningkatan teknologi
pengendalian hama terpadu dan pengelolaan sarana pengendalian
organisme pengganggu tumbuhan serealia;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan teknologi
pengendalian hama terpadu dan pengelolaan sarana pengendalian
organisme pengganggu tumbuhan serealia;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang peningkatan teknologi pengendalian hama terpadu dan
pengelolaan sarana pengendalian organisme pengganggu tumbuhan
serealia;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan
teknologi pengendalian hama terpadu dan pengelolaan sarana
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan serealia; dan
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan
teknologi pengendalian hama terpadu dan pengelolaan sarana
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan serealia;
1.2.3. Subdirektorat Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Aneka
Kacang dan Umbi
Subdirektorat Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Aneka
Kacang dan Umbi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan,
penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan aneka kacang
dan umbi.
Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Pengendalian
Organisme Pengganggu Tumbuhan Aneka Kacang dan Umbi
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang peningkatan teknologi
pengendalian hama terpadu
Laporan Tahunan 2018 5
dan pengelolaan sarana pengendalian organisme pengganggu
tumbuhan aneka kacang dan umbi;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan teknologi
pengendalian hama terpadu dan pengelolaan sarana pengendalian
organisme pengganggu tumbuhan aneka kacang dan umbi;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang peningkatan teknologi pengendalian hama terpadu dan
pengelolaan sarana pengendalian organisme pengganggu tumbuhan
aneka kacang dan umbi;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan
teknologi pengendalian hama terpadu dan pengelolaan sarana
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan aneka kacang dan
umbi; dan
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan
teknologi pengendalian hama terpadu dan pengelolaan sarana
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan aneka kacang dan
umbi.
1.2.4. Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim
Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang penanggulangan dampak perubahan iklim.
Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Dampak Perubahan
Iklim menyelenggarakan fungsi, sebagai berikut:
a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang penanggulangan dampak
kebanjiran dan kekeringan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan dampak
kebanjiran dan kekeringan;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang penanggulangan dampak kebanjiran dan kekeringan;
d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
penanggulangan dampak kebanjiran dan kekeringan; dan
Laporan Tahunan 2018 6
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang bidang
penanggulangan dampak kebanjiran dan kekeringan.
1.2.5. Subbag Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan
kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan surat
menyurat serta kearsipan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan.
Bentuk kegiatan kegiatan dalam mencapai target kinerja output tata
usaha adalah :
a. Laporan kegiatan ketatausahaan perlindungan tanaman pangan
b. Pengembangan kesekretariatan Perlindungan Tanaman Pangan
c. Sewa operasional kendaraan kantor
1.2.6. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan
sesuai dengan jenjang jabatan fungsional masing-masing berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bentuk kegiatan dalam mencapai target kinerja output fungsional
adalah :
a. Penyusunan dan pengelolaan warta perlintan
b. Pengembangan jabatan fungsional
Dalam upaya meningkatkan kegiatan peramalan OPT, Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan didukung oleh satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) yaitu Balai
Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) yang
berkedudukan di Jatisari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Untuk pelaksanaan
pengujian mutu dan residu pestisida, pupuk, dan produk tanaman, didukung
oleh Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman (BPMPT) yang berkedudukan di
Jakarta.
Pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi perlindungan tanaman pangan di
daerah dilaksanakan oleh 33 Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Proteksi
Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD-BPTPH) dan Bidang yang menangani
perlindungan tanaman pangan. Dengan
Laporan Tahunan 2018 7
perangkat tersebut diharapkan segala permasalahan perlindungan tanaman
yang timbul di daerah dapat diatasi secara cepat.
Struktur Organisasi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Berdasarkan Permentan No. 43/Permentan/OT.010/8/2015
1.3. Visi
“Terwujudnya pengamanan areal tanaman pangan dari serangan OPT dan
terkena DPI (banjir dan kekeringan) melalui penerapan sistem pengendalian
hama terpadu dan adaptasi perubahan iklim”
1.4. Misi
Misi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan yaitu :
a. Meningkatkan pengamatan dan sistem peringatan dini OPT dan DPI.
b. Meningkatkan gerakan pengendalian OPT dan penanganan DPI.
c. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia perlindungan
tanaman.
d. Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan perlindungan tanaman
pangan.
Laporan Tahunan 2018 8
e. Meningkatkan penyediaan sarana penanggulangan OPT dan DPI.
1.5. Strategi
Dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dengan
memperhatikan sumberdaya organisasi dan kondisi lingkungan, telah
ditetapkan strategi pencapaian tujuan dan sasaran yaitu :
a. Penguatan Pengamatan Pengendalian Dini;
b. Penerapan Teknologi;
c. Penguatan Kelembagaan;
d. Penguatan SDM;
e. Penyediaan Sarana Pengendalian OPT
1.5.1. Penguatan Sistem Pengamatan dan Pengendalian Dini (SPOT-STOP)
Untuk dapat melaksanakan sistem pengamatan dan pengendalian dini
(SPOT-STOP), perlu upaya pre-emtif, peningkatan pengamatan/deteksi
dini terhadap perkembangan OPT dan pengendalian dini oleh
petani/kelompok tani serta Brigade Proteksi Tanaman (BPT).
1.5.2. Penguatan Penerapan Teknologi Pengendalian OPT dan Penanganan
DPI
Untuk meningkatkan penerapan teknologi pengendalian OPT dan
penanganan DPI spesifik lokasi perlu dilakukan upaya peningkatan kaji
terap teknologi spesifik lokasi pengendalian OPT dan penanganan DPI,
meliputi:
a. Studi dinamika populasi OPT, untuk mengetahui perkembangan
populasi/serangan OPT dalam mendukung penerapan (SPOT-STOP)
pengendalian OPT
b. Uji biotipe WBC, untuk mengetahui jenis biotipe WBC yang
berkembang di lapangan pada musim tanam berjalan.
c. Rice Garden, untuk mengetahui reaksi varietas terhadap
perkembangan OPT.
d. Taksasi kehilangan hasil, untuk mengetahui potensi kehilangan hasil
akibat serangan OPT
e. Uji adaptasi pola tanam terhadap dampak perubahan iklim, untuk
memperoleh rekomendasi
Laporan Tahunan 2018 9
pola dan waktu tanam dalam rangka meminimalkan dampak
perubahan iklim.
f. Uji toleransi tanaman terhadap dampak perubahan ilkim, untuk
memperoleh rekomendasi teknologi budidaya tanaman yang
adaptif terhadap dampak perubahan iklim.
1.5.3. Penyediaan Sarana Pengendalian OPT dan Penanganan DPI
Perubahan iklim ekstrim yang sulit diprediksi sangat berpengaruh
terhadap perkembangan OPT dan meluasnya kejadian
banjir/kekeringan serta merupakan kendala utama dalam upaya
peningkatan produksi. Oleh karena itu, perlu diupayakan penyediaan
sarana dan prasarana pengendalian OPT (agens pengendali hayati,
pesitida nabati, pestisida kimiawi dan alat aplikasinya, gudang
penyimpanan sarana pengendalian, kendaraan operasional BPT dan
LPHP) dan penanganan DPI dengan menggunakan teknologi iklim
terapan (kalender tanam, varietas tahan genangan dan kekeringan).
Terkait kegiatan pengumpulan data unsur-unsur iklim untuk
mendapatkan prakiraan awal musim tanam diupayakan kerjasama
dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
1.5.4. Penguatan Kelembagaan Perlindungan Tanaman Pangan
Peran dan fungsi kelembagaan perlindungan tanaman pangan baik di
tingkat pusat maupun daerah sampai tahun 2017 belum optimal, oleh
karena itu perlu diupayakan revitalisasi kelembagaan perlindungan
tanaman melalui penguatan SDM, perbaikan sarana dan prasarana
serta pemantapan Standar Operasional Prosedur (SOP) sehingga
eksekusi pengendalian OPT dapat dilakukan dengan cepat, tepat dan
akurat.
1.5.5. Penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) Perlindungan Tanaman
Pangan
Untuk memperkuat SDM perlindungan, perlu diupayakan
pengangkatan petugas POPT sehingga sama dengan jumlah wilayah
pengamatan yang ada (kecamatan). Peningkatan kapasitas SDM bagi
petugas maupun petani
Laporan Tahunan 2018 10
diupayakan melalui pelatihan, pembinaan dan sertifikasi POPT.
Pelatihan bagi petugas antara lain berupa temu teknologi, seminar dan
lain-lain. Sedangkan peningkatan kapasitas bagi petani diupayakan
melalui magang kelompok tani di Laboratorium Pengamatan Hama dan
Penyakit (LPHP), pelatihan petani pemandu, dan pelatihan petani
pengamat.
1.6. Arah Kebijakan
Arah kebijakan pengamanan produksi tanaman pangan dilakukan dengan
sistem PHT dan pelaksanaannya menjadi tanggung jawab masyarakat dan
pemerintah, melalui tindakan pre-emtif dan responsif. Tindakan pre-emtif
dengan melakukan upaya-upaya pengendalian OPT berdasarkan pengalaman
musim yang lalu agar SPOT serangan OPT pada musim tanam berikutnya tidak
terjadi. Sedangkan tindakan responsif dengan melakukan pengamatan OPT
pada musim yang sedang berjalan. Apabila sudah terjadi gejala serangan
(SPOT) berdasarkan pengamatan periodik, maka segera dikendalikan (STOP).
= Pengamatan Dini
Apabila pada saat pengamatan ditemukan populasi OPT di bawah ambang
pengendalian maka pengendalian dilakukan dengan menggunakan agens
pengendali hayati (APH). Apabila populasi melebihi ambang pengendalian
maka pengendalian dapat menggunakan pestisida kimiawi secara bijaksana,
terdaftar dan diijinkan oleh Menteri Pertanian dengan memperhatikan kaidah
6 tepat (tepat sasaran OPT, jenis bahan pengendali, dosis/konsentrasi, cara
aplikasi, waktu dan mutu).
SPOT STOP
STOP OPTAmbang
Pengendalian
Preemptif
Ekosistem
Alami
Responsif
Laporan Tahunan 2018 11
1.7. Kegiatan Utama
Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan OPT dan DPI
dilakukan melalui berbagai kegiatan. Dari berbagai kegiatan tersebut terdapat
beberapa kegiatan utama yaitu :
a. Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PPHT)
PPHT Skala Luas adalah salah satu bentuk pengamanan pertanaman
tanaman pangan dengan memberdayakan petani alumni SLPHT dan
mengikutsertakan petani yang belum mengikuti SLPHT (non alumni SLPHT).
Kegiatan PPHT meliputi kegiatan sebelum tanam (pertemuan koordinasi,
pertemuan pra tanam) dan kegiatan setelah tanam (pengamatan
mingguan, evaluasi hasil pengamatan dan rencana tindak lanjut/RTL).
b. Penerapan Penanganan Dampak Perubahan Iklim (PPDPI)
PPDPI merupakan salah satu bentuk pengamanan pertanaman dengan
memberdayakan petani alumni SLI dan atau petani yang memahami dan
memiliki motivasi di bidang penanganan DPI (memanfaatkan informasi
iklim dan melakukan pengelolaan budidaya sesuai dengan iklim setempat).
Kegiatan PPDPI meliputi pertemuan koordinasi, pratanam, pasca tanam,
dan evaluasi dengan pendampingan oleh petugas POPT-PHP/Mantri Tani.
c. Gerakan Pengendalian OPT
Gerakan pengendalian dengan pertimbangan kelestarian lingkungan ini
mempunyai arti bahwa pengendalian yang dilakukan memiliki risiko yang
kecil, tidak mengakibatkan kekebalan (resurjensi), serta tidak
membahayakan kesehatan manusia maupun lingkungan. Gerakan
pengendalian disesuaikan dengan jenis OPT yang menyerang di lapangan
jika melebihi ambang pengendalian. Dengan identifikasi yang tepat dan
mengetahui populasi OPT dapat menyiapkan jumlah dan jenis bahan
pengendalian OPT yang tepat untuk mengendalikan OPT.
d. Penguatan Agroekosistem
Pengelolaan agroekosistem yang sehat dan berkelanjutan dapat dilakukan
dengan berbagai cara atau strategi, salah satunya melalui penguatan
agroekosistem dengan mengoptimalkan jasa layanan ekologi berbagai
komponen penyusun agroekosistem. Kegiatan dilaksanakan dengan
mengoptimalkan peran agens pengendali hayati (APH) dalam
mengendalikan populasi OPT.
Laporan Tahunan 2018 12
Target
1 Rasio Luas Serangan OPT terhadap Luas Tanam Tanaman Pangan 3%
2 Rasio Luas Terkena DPI terhadap Luas Tanam Tanaman Pangan 2%
Indikator Kinerja
e. Demonstrasi Area (Dem Area)
Dem Area/Pengendalian WBC Budidaya Tanaman Sehat dilaksanakan
dengan mengadopsi teknologi praktek budidaya tanaman sehat,
menggunakan input produksi pupuk organik dan kapur pertanian/dolomit
untuk tujuan peningkatan kesehatan tanah lahan pertanaman dan
teknologi pengendalian OPT dengan teknik pengelolaan agroekosistem
yang memberdayakan peran musuh alami OPT. Pemberdayaan musuh
alami OPT dilaksanakan dengan aplikasi agens pengendali hayati (APH),
penanaman tanaman berbungan sebagai refugia dan meminimalkan
aplikasi pestisida kimia.
1.8. Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2018
Dalam rangka mengukur capaian upaya pengamanan produksi tanaman
pangan dari gangguan OPT dan DPI, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
menetapkan indikator kinerja, sebagai berikut :
Tabel 1. Indikator Kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2018
Dalam rangka mencapai sasaran strategis diatas Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan melaksanakan kegiatan pengamanan areal pertanaman
tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI yaitu rasio luas serangan OPT
terhadap luas tanam tanaman pangan 3% dan rasio luas terkena DPI terhadap
luas tanam tanaman pangan 2%.
Upaya pencapaian sasaran strategis pengamanan produksi tanaman pangan
dari serangan OPT, banjir dan kekeringan dilakukan melalui beberapa kegiatan
penguatan perlindungan tanaman pangan baik di daerah maupun di pusat
berupa fasilitas penguatan perlindungan tanaman pangan dari gangguan OPT
dan DPI serta pengujian mutu produk tanaman. Jumlah anggaran untuk
mendukung kegiatan-kegiatan tersebut adalah sebesar Rp. 276.133.654.000,-.
Laporan Tahunan 2018 13
Rencana Realisasi % Rencana Realisasi %
PPHT 10.845 10.770 99,31 18.895.756 18.707.562 99,00
1 Padi 8.525 8.450 99,12 13.714.656 13.588.792 99,08
2 Jagung 1.560 1.560 100,00 3.354.600 3.335.407 99,43
3 Kedelai 760 760 100,00 1.826.500 1.783.363 97,64
No KegiatanFisik (Ha) Keuangan (Rp.000,-)
II. PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2018
2.1. Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Utama
Pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan dalam rangka mendukung
upaya peningkatan produksi dilakukan dengan dukungan anggaran pusat APBN
maupun anggaran Dekonsentrasi. Beberapa kegiatan utama yang dilaksanakan
dalam rangka mencapai sasaran kinerja pada tanaman pangan, sebagai berikut:
1. Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PPHT)
Sistem PHT mengedepankan pengelolaan agroekosistem dan pengendalian
OPT yang berbasis sumber daya alam yang ramah lingkungan antara lain
penggunaan agens pengendali hayati (APH), pestisida nabati, penanaman
tanaman refugia sebagai mikro habitat musuh alami, dan pengendalian
spesifik lokasi lainnya. Hasil yang ingin dicapai dari kegiatan PPHT Skala Luas
(PPHT-SL) diantaranya menurunkan intensitas serangan Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT), menurunkan frekuensi aplikasi pestisida
kimia/sintetis, meningkatkan produktivitas, meningkatkan pemanfaatan
teknologi ramah lingkungan, meningkatkan populasi musuh alami, dan
meningkatkan keuntungan petani (B/C Ratio). Diharapkan kegiatan PPHT
dapat membudaya di masyarakat, pertanian ramah lingkungan dan
berkelanjutan, ekosistem terjaga dan produk pangan aman bagi kesehatan.
Tabel 2. Rencana dan Realisasi Kegiatan Penerapan Pengendalian Hama
Terpadu (PPHT) Tahun 2018
a. Penerapan PHT Serealia (padi dan Jagung)
Kegiatan PPHT Skala Luas Serealia Tahun 2018 untuk komoditas tanaman
padi dan jagung direncanakan seluas 10.085 ha dengan pagu Rp.
17.069.256.000,- Realisasi kegiatan
Laporan Tahunan 2018 14
PPHT Padi dan jagung tahun 2018 seluas 10.010 ha (99,26 %), dengan
realisasi anggaran sebesar Rp. 16.924.199.000,- (99,15 %).
Pelaksanaan kegiatan fisik PPHT Tahun 2018 menurun apabila
dibandingkan dengan Tahun 2017. Target PPHT Padi Tahun 2018 seluas
8.525 Ha, menurun 44,73 % dibandingkan target Tahun 2017 (15.425 Ha).
Realisasi fisik PPHT Padi Tahun 2018, yaitu seluas 8.450 Ha. Realisasi
keuangan PPHT Padi Tahun 2018 sebesar Rp. 13.588.792.000,- (99,08 %)
lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi anggaran PPHT Padi Tahun
2017 yang mencapai Rp. 19.151.517.000,- (95,98 %).
Kegiatan PPHT Skala Luas Serealia Tahun 2018 untuk komoditas tanaman
jagung seluas 1.560 Ha, dengan pagu Rp. 3.354.600.000,- Realisasi
kegiatan PPHT Jagung tahun 2018 seluas 1.560 ha (100 %), dan untuk
realisasi anggaran sebesar Rp. 3.335.407.000,- (99,43 %).
Kegiatan PPHT jagung Tahun 2018 jika dibandingkan dengan PPHT Jagung
Tahun 2017, mengalami peningkatan. Target PPHT jagung Tahun 2018
(1.560 Ha) meningkat sebesar 146,51% dibandingkan PPHT Jagung Tahun
2017 (615 Ha). Realisasi fisik kegiatan PPHT Jagung Tahun 2018 mencapai
100 % dan realisasi keuangannya sebesar 99,43 %.
Gambar 1. Kegiatan Penerapan PHT Serealia
b. Penerapan PHT Kedelai
Kegiatan Penerapan PHT (PPHT) Kedelai sebanyak 76 unit dengan total
hamparan seluas 760 ha tersebar di 21 Provinsi (Provinsi Aceh,
Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jambi, Lampung, Jawa Barat, Jawa
Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Barat,
Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Barat, Kalimantan
Laporan Tahunan 2018 15
Rencana Realisasi % Rencana Realisasi %
Penguatan Agroekosistem 2.695 2.685 99,63 1.333.500 1.311.250 98,33
1 Padi 2.175 2.175 100,00 913.500 904.750 99,04
2 Jagung 360 360 100,00 252.000 252.000 100,00
3 Kedelai 160 150 93,75 168.000 154.500 91,96
No KegiatanFisik Keuangan (Rp.000,-)
Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Tenggara, dan Gorontalo).
Realisasi anggaran untuk kegiatan PPHT Kedelai sebesar Rp.
1,783,363.000,- (97,64%) dari pagu anggaran kegiatan PPHT Kedelai
sebesar Rp. 1.826.500.000,- sedangkan realisasi fisiknya sebanyak 76
unit (100%) dari target 76 unit (760 ha), yaitu di Provinsi Pemerintah
Aceh 2 unit (20 Ha), Sumatera Utara 2 unit (20 Ha), Jambi 2 unit (20
Ha), Sumatera Selatan 1 unit (10 Ha), Lampung 8 unit (80 Ha), Jawa
Barat 2 unit (20 Ha), Jawa Tengah 8 unit (80 Ha), D.I. Yogyakarta 2 unit
(20 Ha), Jawa Timur 10 unit (100 Ha), Banten 3 unit (30 Ha), Nusa
Tenggara Barat 5 unit (50 Ha), Nusa Tenggara Timur 1 unit (10 Ha),
Kalimantan Barat 2 unit (20 Ha), Kalimantan Tengah 2 unit (20 Ha),
Kalimantan Selatan 3 unit (30 Ha), Kalimantan Timur 1 unit (10 Ha),
Sulawesi Utara 2 unit (20 Ha), Sulawesi Tengah 1 unit (10 Ha), Sulawesi
Selatan 15 unit (150 Ha), Sulawesi Tenggara 3 unit (30 Ha), dan
Gorontalo 1 unit (10 Ha).
Gambar 2. Kegiatan PPHT Kedelai
2. Penguatan Agroekosistem
Tabel 3. Rencana dan Realisasi Kegiatan Penguatan Agroekosistem Tahun
2018
Laporan Tahunan 2018 16
Kegiatan Penguatan Agroekosistem Serealia
Komoditas tanaman serealia khususnya padi dan jagung merupakan
komoditas strategis di Indonesia. Kedua komoditas tersebut merupakan
bahan pangan pokok sebagian besar penduduk Indonesia dan sebagai
bahan baku industri pakan ternak serta industri lainnya. Peningkatan
produksi tanaman pangan berkelanjutan memerlukan strategi
pengelolaan agroekosistem yang komprehensif.
Agroekosistem merupakan sistem ekologi lingkungan pertanian yang
kompleks dan dinamis. Komponen-komponen penyusun agroekosistem,
baik komponen biotik maupun abiotik, saling berkaitan dan saling
mempengaruhi satu sama lain. Pengelolaan agroekosistem yang sehat
dan berkelanjutan dapat dilakukan dengan berbagai cara atau strategi,
salah satunya melalui penguatan agroekosistem dengan
mengoptimalkan jasa layanan ekologi berbagai komponen penyusun
agroekosistem. Khusus untuk pengendalian populasi OPT, penguatan
agroekosistem dilaksanakan dengan mengoptimalkan peran agens
pengendali hayati (APH).
Kegiatan Penguatan Agroekosistem Serealia Tahun 2018 dilaksanakan
pada dua komoditas yaitu padi dan jagung. Penguatan Agroekosistem
Padi direncanakan seluas 2.175 ha, dengan PAGU anggaran Rp.
913.500.000. Realisasi kegiatan Penguatan agroekosistem padi
mencapai 100% yaitu sebanyak 2.175 ha. Penguatan Agroekosistem
Jagung direncanakan 360 ha, dengan PAGU anggaran Rp.
252.000.000,00, dan dapat direalisasikan sebesar 100% atau sebanyak
360 ha.
Gambar 3. Pelaksanaan kegiatan agroekosistem padi
Laporan Tahunan 2018 17
Kegiatan Penguatan Agroekosistem Kedelai
Kegiatan Penguatan Agroekosistem Kedelai sebanyak 16 unit dengan
total hamparan seluas 160 ha tersebar di 16 Provinsi (Provinsi
Pemerintah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Barat,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Gorontalo).
Tujuan dilaksanakannya Penguatan Agroekosistem Kedelai adalah
sebagai berikut:
a) Meningkatkan pemahaman petani akan pentingnya menjaga
keseimbangan populasi hama dan musuh alami.
b) Meningkatkan kerjasama antar petugas lapang, kelompok tani dan
instansi terkait dalam memperkuat agroekosistem kedelai.
Realisasi anggaran untuk kegiatan Penguatan Agroekosistem Kedelai
sebesar Rp. 154,500,000,- (91,96%) dari pagu anggaran kegiatan
Penguatan Agroekosistem Kedelai sebesar Rp. 168.000.000,- sedangkan
realisasi fisiknya sebanyak 15 unit atau 150 ha (93,75%) dari target 16
unit (160 ha), yaitu di Provinsi Pemerintah Aceh, Sumatera Utara,
Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Banten, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Gorontalo.
Sedangkan kegiatan Agroekosistem kedelai tidak dapat dilaksanakan di
Provinsi Kalimantan Tengah karena tidak dapat ditemukan lahan
pertanaman kedelai yang sesuai dengan kriteria pedoman yang telah
ditetapkan.
Gambar 4. Pelaksanaan kegiatan agroekosistem kedelai
Laporan Tahunan 2018 18
3. Penerapan Penanganan DPI (PPDPI)
Penerapan penanganan dampak perubahan iklim (PPDPI) dilakukan melalui
penerapan teknologi adaptif, antara lain Kalender Tanam (pola tanam
berdasarkan pola curah hujan dan ketersediaan air irigasi), penggunaan
varietas unggul adaptif terhadap kekeringan, genangan/banjir, salinitas dan
umur genjah, serta teknologi pengelolaan lahan, pupuk, dan air (lubang
biopori/sumur suntik). Upaya adaptasi tersebut diatas dapat diterapkan
atau menjadi pilihan dalam penanganan DPI yang sesuai kondisi iklim
setempat (spesifik lokasi).
Kegiatan PPDPI T.A. 2018 dilaksanakan seluas 400 ha, di 18 provinsi (Aceh,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Banten , Jawa
Barat, , Jawa Tengah , DI. Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,
Gorontalo, Maluku). Realisasi anggaran kegiatan PPDPI sebesar Rp.
1.845.250- atau 99,54 % dari pagu anggaran sebesar Rp. 1.853.825,-,
dengan realisasi fisik 100%.
Gambar 5. Penanganan DPI pada Lahan Pertanaman Padi
4. Gerakan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (Gerdal OPT)
Pengendalian OPT agar berhasil dengan baik harus bersifat spesifik lokasi
dengan memperhatikan kondisi setempat, terkoordinasi dengan baik antar
semua pemangku kepentingan, dan dilaksanakan secara bersama-sama
(serentak) pada areal yang luas. Kepedulian petani terhadap keberadaan
OPT di areal usaha taninya merupakan salah satu kunci keberhasilan
pengendalian OPT. Upaya pengendalian yang dilakukan selama ini masih
Laporan Tahunan 2018 19
Rencana Realisasi % Rencana Realisasi %
Gerakan Pengendalian OPT 863 862 99,88 5.609.500 5.566.160 99,23
1 Padi 686 686 100,00 4.459.000 4.440.140 99,58
2 Jagung 112 112 100,00 728.000 720.850 99,02
3 Kedelai 65 64 98,46 422.500 405.170 95,90
No KegiatanFisik Keuangan (Rp.000,-)
terbatas pada lahan usaha tani masing-masing petani dengan wilayah yang
terbatas sehingga hasilnya belum optimal. Apabila dilakukan secara
serentak dalam suatu wilayah yang luas akan memberikan hasil yang lebih
baik.
Tabel 4. Rencana dan Realisasi Kegiatan Gerakan Pengendalian (Gerdal)
OPT Tahun 2018
a. Gerakan Pengendalian OPT Serealia (Padi dan Jagung)
Gerakan Pengendalian OPT Padi Tahun 2018 direncanakan sebanyak 686
unit, dengan pagu anggaran Rp. 4.459.000.000,-. Realisasi kegiatan
Gerdal OPT padi Tahun 2018 sebanyak 686 unit atau 100% dengan
serapan anggarannya sebesar Rp. 4.440.140.000,- (99,58%).
Gerdal OPT jagung Tahun 2018 direncanakan sebanyak 112 unit, dengan
pagu anggaran Rp. 728.000.000-. Realisasi kegiatan Gerdal OPT jagung
Tahun 2018 sebanyak 112 unit atau 100% dengan serapan anggaran
sebesar Rp. 720.850.000,- (99,02%).
Gambar 6. Gerakan Pengendalian OPT Padi
Target kegiatan Gerdal OPT serealia (padi dan jagung) Tahun 2018
adalah sebanyak 798 unit. Kegiatan tersebut meningkat 9,21%
dibanding kegiatan tersebut Tahun 2017 (735 unit). Target Gerdal padi
tahun 2018 (686 unit) meningkat 9,54% dibandingkan target Tahun 2017
(589 unit). Target kegiatan pengendalian OPT jagung tahun 2018 (112
unit) menurun sebesar 13,04%
Laporan Tahunan 2018 20
dibandingkan dengan target Tahun 2017 (146 unit). Realisasi kegiatan
gerakan pengendalian OPT serealia Tahun 2018 (798 unit) lebih tinggi
dibandingkan realisasi Tahun 2017 (732 unit) atau meningkat 9,17%.
b. Gerakan Pengendalian OPT Kedelai
Kegiatan Gerakan Pengendalian OPT Kedelai sebanyak 65 kali yang
dilaksanakan di 23 Provinsi (Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I.
Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat,
dan Maluku).
Tujuan dilakukannya Gerakan Pengendalian OPT sebagai berikut :
a) Memotivasi dan mengedukasi petani untuk melakukan tindakan
pengendalian yang diperlukan dengan cara yang tepat dan bijaksana;
b) Mengamankan areal pertanaman kedelai dari serangan OPT;
Realisasi anggaran untuk kegiatan Gerakan Massal Pengendalian OPT
Kedelai sebesar Rp. 405,170,000,- (96%) dari pagu anggaran kegiatan
Gerakan Massal Pengendalian OPT Kedelai sebesar Rp. 422.500.000,-.
Realisasi fisik pelaksanaan kegiatan Gerakan Massal Pengendalian OPT
Kedelai yaitu 98,46 % dimana hanya berhasil dilakukan sebanyak 64 kali
dari target 65 kali. Kegiatan Gerakan Massal Pengendalian OPT Kedelai
hanya berhasil dilakukan di 22 provinsi, yakni : Provinsi Aceh 2 kali,
Sumatera Utara 2 kali, Sumatera Barat 2 kali, Jambi 1 kali, Sumatera
Selatan 4 kali, Lampung 5 kali, Jawa Barat 5 kali, Jawa Tengah 5 kali, D.I.
Yogyakarta 1 kali, Jawa Timur 10 kali, Banten 1 kali, Nusa Tenggara Barat
7 kali, Nusa Tenggara Timur 2 kali, Kalimantan Barat 1 kali, Kalimantan
Selatan 2 kali, Sulawesi Utara 2 kali, Sulawesi Tengah 1 kali, Sulawesi
Selatan 5 kali, Sulawesi Tenggara 2 kali, Gorontalo 1 kali, Sulawesi Barat
1 kali, dan Maluku 2 kali. Sedangkan pelaksanaan gerakan pengendalian
OPT kedelai di Provinsi Kalimantan Tengah tidak dapat direalisasikan
karena tidak dapat ditemukan lahan kedelai yang sesuai dengan kriteria
pedoman pelaksanaan kegiatan Gerakan Massal Pengendalian OPT
Kedelai.
Laporan Tahunan 2018 21
Gambar 7. Gerakan Pengendalian OPT Kedelai
5. Bantuan Dem Area/Pengendalian WBC Budidaya Tanaman Sehat
Produksi padi yang dilaksanakan dengan sangat intensif di Indonesia dalam
kurun waktu lama menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap
agroekosistem, diantaranya berupa penurunan kualitas kesuburan lahan
dan terganggunya keseimbangan agroekosistem. Oleh karena itu harus
diimbangi dengan pengelolaan agroekosistem yang baik dengan
menerapkan sistem budidaya tanaman yang sehat. Agroekosistem yang
tidak seimbang dapat menyebabkan peningkatan populasi dan intensitas
serangan OPT tertentu, seperti wereng batang coklat (WBC), penggerek
batang padi (PBP), blas, kresek dan virus kerdil rumput/hampa di beberapa
daerah sentra produksi padi.
Penanganan serangan OPT tanaman padi ini dilaksanakan dengan
menggunakan sistem pengendalian hama terpadu (PHT), yang salah satu
prinsipnya adalah penerapan budidaya tanaman sehat. Penerapan
budidaya tanaman sehat dan upaya pengendalian WBC pada Tahun 2018
dilaksanakan dengan kegiatan Dem Area/Pengendalian WBC Budidaya
Tanaman Sehat.
Dem Area/Pengendalian WBC Budidaya Tanaman Sehat dilaksanakan
dengan mengadopsi teknologi praktek budidaya tanaman sehat,
menggunakan input produksi pupuk organik dan kapur pertanian/dolomit
untuk tujuan peningkatan kesehatan tanah lahan pertanaman dan
teknologi pengendalian OPT dengan teknik pengelolaan agroekosistem
yang memberdayakan peran musuh alami OPT. Pemberdayaan musuh
alami OPT dilaksanakan dengan aplikasi agens pengendali hayati (APH),
penanaman tanaman berbungan
Laporan Tahunan 2018 22
sebagai refugia dan meminimalkan aplikasi pestisida kimia. Dem
Area/pengendalian WBC Budidaya Tanaman Sehat, dilaksanakan di lima
belas provinsi (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTB,
NTT, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan) tersebar di 106 kabupaten.
Gambar 8 . Kegiatan Dem Area Tahun 2018
Dem area dialokasikan seluas 33.000 ha dengan total anggaran Rp. 60.680
M. Realisasi fisik dem area tahun 2018 seluas 33.000 ha (100 %) dengan
realisasi anggaran sebesar Rp. 60.680 M (100 %).
6. Pemberdayaan Petani Pengamat
Pengawalan areal pertanaman dari gangguan OPT dan DPI dilakukan
melalui kegiatan pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT dan
penanganan DPI yang dilakukan oleh petugas Pengendali Organisme
Pengganggu Tumbuhan (POPT) bersama dengan masyarakat terutama
petani.
Pada tahun 2018, jumlah POPT di Indonesia baik Aparatur Sipil Negara
(ASN) maupun Tenaga Harian Lepas (THL) berjumlah 3.731 orang akan
terus dan berkurang karena sebagian petugas akan memasuki masa
pensiun. Hal ini menyebabkan beban kerja petugas semakin berat dengan
wilayah kerja yang cukup luas.
Solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah melakukan perekrutan
petani pengamat untuk membantu tugas POPT dalam melakukan
pengamatan terutama di wilayah
Laporan Tahunan 2018 23
desa petani tersebut atau yang disepakati bersama antara POPT dengan
Petani Pengamat.
Pada tahun 2018, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melalui Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan menargetkan 3.923 orang Petani Pengamat
di seluruh wilayah Indonesia. Petani Pengamat diharapkan mampu
melakukan pengamatan OPT dan malaporkan hasil pengamatannya kepada
petugas POPT di wilayahnya. Realisasi kegiatan pemberdayaan petani
pengamat hingga tahun 2018 telah ditetapkan petani pengamat oleh Dinas
Pertanian Provinsi sebanyak 3.923 orang (100,00% dari target) dengan
realisasi honor untuk petani pengamat sebesar Rp. 13.603.500.000,-
(96,32%).
7. Pengujian Mutu Produk Tanaman (LHP/Sertifikat)
Pestisida dan pupuk merupakan sarana produksi yang diperlukan dalam
upaya mengamankan pertanaman dari gangguan OPT. Pestisida dan pupuk
yang digunakan harus berkualitas baik dan diaplikasikan dengan tepat
sehingga produk tanaman yang dihasilkan akan bermutu baik dan aman
dikonsumsi.
Untuk mengetahui mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman,
laboratorium pengujian mutu mempunyai peran sangat penting dalam
melakukan pengujian dan menerbitkan Laporan/Sertifikat Hasil Pengujian.
Berdasarkan hasil pengujian mutu produk tanaman dapat diketahui tingkat
keamanan produk dari cemaran pestisida, aflatoksin atau logam berat,
sedangkan data hasil pengujian mutu pestisida dan pupuk digunakan untuk
mengetahui apakah kualitas kandungannya masih sesuai dengan informasi
yang tercantum dalam kemasannya.
Kegiatan pengujian mutu meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan,
pengujian dan pemantauan mutu pestisida, pupuk serta produk tanaman.
Pengujian yang dilaksanakan meliputi pengujian mutu pestisida, mutu
pupuk dan mutu produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.
Selain itu juga dilakukan pemantauan mutu pestisida. Tujuan dari
pemantauan mutu pestisida adalah
Laporan Tahunan 2018 24
untuk mengetahui seberapa jauh mutu pestisida dan pupuk yang beredar
dan meminimalisir terjadinya penyimpangan mutu pestisida dan pupuk
sehingga pestisida dan pupuk yang beredar dan digunakan oleh petani
dapat terjamin mutu dan efektivitasnya sesuai formula yang terdaftar,
sedangkan pengujian residu pestisida, cemaran mikrobiologi dan cemaran
logam berat dalam rangka melindungi dari cemaran yang melebihi Batas
Maksimum Residu Pestisida.
Pagu anggaran untuk pengujian mutu sebesar Rp 7.000.000.000,- dan
terealisasi sebesar Rp 6.749.417.083,- dengan capaian 96,42%. Sedangkan
output yang dihasilkan berupa sertifikat LHP pada Tahun 2018 sebanyak
2.614 dengan capaian 109,60 % dari target 2.385 LHP. Capaian ini lebih
tinggi dengan capaian tahun sebelumnya pada periode yang sama
(100,00%).
8. Pestisida
Dalam rangka pengawalan pertanaman dari serangan Organisme Pengganggu
Tumbuhan (OPT), Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan menyalurkan
bantuan Pestisida melalui BPTPH dan LPHP di daerah. Pada Tahun 2018,
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan mengalokasikan bantuan pestisida
sebesar Rp. 33.311.500.000,00,- dan direalisasikan sebesar Rp. 33.280.940.500,-
(99,9% dari target) dengan volume 317.132 kg/lt.
9. Pengadaan Mobil Operasional LPHP
Pada tahun 2018 guna mendukung operasional Laboratorium Pengamatan Hama
dan Penyakit (LPHP), Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan mengalokasikan
83 unit mobil operasional LPHP yang tersebar di sebagian besar LPHP di Indonesia
serta 2 unit mobil operasional di BBPOPT dan BPMBTPH dengan total anggaran
sebesar Rp. 15.892.049.000,-. Kegiatan pengadaan mobil operasional tersebut
telah direalisasikan semua dan saat ini sedang dalam proses hibah (100% dari
target).
10. Pengadaan Motor Fungsional POPT
Laporan Tahunan 2018 25
Pada tahun 2018 guna mendukung optimalisasi pelaksanaan tugas dan fungsi
petugas POPT, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan mengalokasikan 1.037
unit motor fungsional POPT yang tersebar di sebagian besar wilayah Indonesia
dan 6 unit motor fungsional di pusat dengan total anggaran senilai Rp.
24.571.201.000,-. Kegiatan pengadaan motor fungsional tersebut telah
direalisasikan semua dan saat ini sedang dalam proses hibah (100% dari target).
11. Handsprayer
Dalam pelaksanaan pengendalian OPT harus memenuhi kaidah 6 tepat (tepat
sasaran, jenis, dosis, cara, waktu, dan mutu). Ketersediaan sarana berpengaruh
terhadap keberhasilan pengendalian OPT. Saat ini, kondisi sarana pengendalian di
lapangan belum mencukupi sehingga upaya pengendalian OPT tidak berjalan
secara berkesinambungan dan tidak dapat menjangkau areal yang luas. Oleh
karena itu diperlukan penambahan alat pengendalian OPT berupa hand sprayer.
Pada Tahun 2018, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan mengalokasikan
bantuan hand sprayer sebanyak 1.700 unit dengan anggaran sebesar Rp.
900.000.000,-. Realisasi fisik penyaluran hand sprayer mencapai 100% dengan
serapan anggaran Rp. 853.550.000,- (94,84% dari target).
2.6. Realisasi Keuangan
Pada Tahun 2018, pelaksanaan kegiatan Direktorat Perlindungan Tanaman
Pangan di pusat didukung dengan anggaran yang tertuang dalam Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Satuan Kerja (Satker) Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan, sedangkan di daerah didukung dengan anggaran yang
tertuang dalam DIPA Dana Dekonsentrasi melalui Balai Proteksi Tanaman
Pangan dan Hortikultura (BPTPH).
Jumlah anggaran untuk kegiatan Penguatan Sistem Perlindungan Tanaman
dari Gangguan OPT dan DPI pada Tahun 2018 adalah Rp. 276.133.654.000,-.
Sampai dengan Tahun 2018, realisasi anggaran mencapai Rp.
248.468.290.238,- atau 89,98% dari pagu anggaran (data OMSPAN).
Realisasi anggaran dari DIPA dekonsentrasi yang dilaksanakan oleh Satker
Dinas Pertanian Tahun 2018 sebesar Rp. 106.728.852.917,- atau 98,99% dari
Laporan Tahunan 2018 26
pagu anggaran Rp. 107.814.400.000,-. Realisasi anggaran pada satker pusat
Tahun 2018 sebesar Rp. 141.739.437.321,- atau 84,21% dari pagu anggaran
Rp. 168.319.254.000,-. Capaian realisasi keuangan kegiatan Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2018 disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 5. Realisasi Keuangan Output Kegiatan Perlindungan Tanaman
Pangan Tahun 2018
Data Monev DJA periode 31 Desember 2018
2.3. Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Pendukung
Dalam rangka mendukung pencapaian sasaran pengamanan areal tanam
dari gangguan OPT dan DPI tahun 2018, Direktorat Perlindungan Tanaman
Pangan juga mengalokasikan dana untuk kegiatan pendukung meliputi :
1. Kegiatan Subdirektorat Data dan Kelembagaan Pengendalian OPT
a. Penguatan Kelembagaan Pengendalian OPT
Keberhasilan penerapan dan pemasyarakatan Sistem Pengendalian
Hama Terpadu (PHT) dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
berjalannya peran dan fungsi kelembagaan PHT di tingkat petani,
jaringan petani PHT, instansi pemerintah, maupun stakeholders terkait.
Kelembagaan pengendalian OPT yang kuat diharapkan dapat
memberikan kontribusi yang
1764 PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI 276.133.654.000 248.468.290.238 89,98
I PUSAT 168.319.254.000 141.739.437.321 84,21
642DOKUMEN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT
DAN DPI32.166.972.000 6.246.030.264 19,42
643 HASIL PENGUJIAN MUTU PRODUK TANAMAN 7.000.000.000 6.749.416.883 96,42
645 SARANA DAN BAHAN PENGENDALIAN OPT 129.152.282.000 128.743.990.174 99,68
II DEKONSENTRASI 107.814.400.000 106.728.852.917 98,99
641 FASILITAS PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT 105.960.575.000 104.883.602.617 98,98
644 PENERAPAN PENANGANAN DPI 1.853.825.000 1.845.250.300 99,54
NO KEGIATAN/SUB KEGIATAN/URAIAN/INDIKATOR OUTPUT PAGU ANGGARAN REALISASI ANGGARAN %
Laporan Tahunan 2018 27
positif terhadap kegiatan perlindungan tanaman dan peningkatan
produksi tanaman pangan. Agar penguatan kelembagaan
pengendalian OPT dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan, maka dilakukan bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi
pengembangan kelembagaan pengendalian OPT, penyediaan data
kelembagaan pengendalian OPT (Cetak Buku SDM Perlindungan) dan
Revisi Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengamatan dan Pelaporan OPT
dan DPI (Cetak Buku Petunjuk Teknis Pengamatan dan Pelaporan OPT
dan DPI).
Dalam rangka penguatan kelembagaan pengendalian OPT telah
dilakukan :
1) Bimbingan teknis Penguatan Kelembagaan Pengendalian OPT ke
Jawa Tengah (Semarang, Kebumen, Magelang, Temanggung,
Sukoharjo), Aceh, Sumatera Selatan, Jambi, Jawa Barat dan Banten.
2) Monitoring dan Evaluasi Pengembangan Kelembagaan
Pengendalian OPT ke Provinsi Sulawesi Selatan, Aceh, Banten,
Sumatera Utara, Jawa Barat, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan dan
Jakarta.
3) Penyediaan data kelembagaan pengendalian OPT (Cetak Buku SDM
Perlindungan) tahun 2017
4) Revisi Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengamatan dan Pelaporan OPT
dan DPI (Cetak Buku Petunjuk Teknis Pengamatan dan Pelaporan
OPT dan DPI).
Realisasi anggaran sebesar Rp. 302.205.420 atau 98,55% dari pagu
anggaran sebesar Rp. 306.638.000,-.
b. Monitoring dan Evaluasi Pemanfaatan Aplikasi Sistem Informasi
Perlindungan Tanaman (Si-lintan)
Kebutuhan akan data dan informasi yang lengkap, akurat,
berkesinambungan, dan tepat waktu sangat diperlukan melalui
pelaporan. Mekanisme kegiatan pelaporan serangan OPT dilaksanakan
secara berjenjang oleh petugas Pengendali OPT-Pengamat Hama dan
Penyakit (POPT-PHP) kemudian dilanjutkan ke koordinator POPT-PHP
Laporan Tahunan 2018 28
di tingkat kabupaten. Koordinator POPT-PHP selanjutnya mengirimkan
laporan serangan OPT ke LPHP, dan laporan dari LPHP dikirim ke UPTD
BPTPH, serta dilanjutkan ke Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan.
Untuk mempercepat proses pengiriman data OPT tersebut, telah
dibangun SIstem Aplikasi Pelaporan Data OPT, namun dalam
pelaksanaannya masih ditemukan kendala baik ditingkat pengelola
data serta kendala lain yang mengakibatkan terhentinya pemanfaatan
aplikasi sistem informasi perlindungan tanaman.
Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut, telah dilakukan
monitoring dan evaluasi pemanfaatan aplikasi sistem informasi
perlindungan tanaman pangan ke provinsi Jawa Barat, Kalimatan
Tengah, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.
Realisasi anggaran sebesar Rp. 49.068.400,- atau 98,92% dari pagu
anggaran sebesar Rp. 49.604.000,-.
c. Penguatan Data dan Informasi OPT
Data dan informasi perlindungan tanaman pangan meliputi
perkembangan pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan,
perkembangan serangan OPT yang diperoleh dari hasil pengamatan
tetap maupun pengamatan keliling, serta berdasarkan hasil tangkapan
lampu perangkap (light trap), serta data dan informasi lainnya. Data
dan informasi yang telah diolah, dianalisis, dan dievaluasi, diharapkan
dapat tersedia secara cepat, akurat, tepat waktu, dan
berkesinambungan dalam bentuk laporan-laporan, bahan rapat, atau
bahan informasi lain, baik yang bersifat periodik maupun insidentil,
sehingga dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau evaluasi bagi
penentu kebijakan atau pihak yang berkepentingan pada masa
mendatang.
Selama tahun 2018 telah diperbanyak laporan mingguan 52 kali,
laporan bulanan 12 kali.
Dalam rangka pemantauan perkembangan serangan OPT telah
dilakukan :
1) Monitoring dan evaluasi serangan OPT ke Provinsi Jawa Barat,
Jawa Tengah, Kalimantan
Laporan Tahunan 2018 29
Barat, DI Yogyakarta dan Jawa Timur.
2) Monitoring dan Evaluasi kegiatan UPSUS padi, jagung, kedelai ke
Provinsi Maluku Utara, Sumatera Barat, Aceh dan Jawa Tengah.
3) Penyusunan buku Data Informasi dalam rangka penyediaan
informasi tentang pelaksanaan kegiatan Perlindungan Tanaman
Pangan sebagai bahan dalam penyusunan kebijakan strategi dan
kegiatan perlindungan yang akan datang serta sebagai informasi
untuk pihak-pihak terkait yang berperan dalam sistem
perlindungan tanaman pangan.
Data informasi tersebut meliputi data kelembagaan perlindungan
tanaman pangan, data perkembangan serangan OPT/DPI baik luas
serangan maupun intensitasnya, data pelaksanaan kegiatan
perlindungan (PPHT, PPDPI, Gerdal, Dem Area dan Penguatan
Agroekosistem). Data informasi selanjutnya dianalisis dan
dievaluasi sehingga menjadi bahan rujukan/masukan perencanaan
dalam mempersiapkan upaya antisipasi serangan, kesiapan teknik,
serta sarana pengendalian OPT. Selain itu juga menghasilkan
bahan peramalan dan bahan evaluasi program maupun kegiatan
yang telah dilaksanakan.
Realisasi anggaran sebesar Rp. 281.993.928,- atau 99,65% dari
pagu anggaran sebesar Rp. 282.974.000,-.
d. Verifikasi dan Validasi Data Serangan OPT Tahun 2017
Dalam rangka penyediaan data serangan OPT yang akurat, lengkap
dan terkini dilakukan verifikasi dan validasi data serangan OPT yang
berasal dari laporan BPTPH yang dkirim secara berkala. Verifikasi dan
validasi dilakukan dengan mengundang petugas pengelola data dari
BPTPH seluruh Indonesia dalam workshop penetapan angka serangan
OPT Tahun 2017.
Realisasi anggaran sebesar Rp. 247.085.050,- atau 99,92% dari pagu
anggaran sebesar Rp. 247.284.000,-.
Laporan Tahunan 2018 30
2. Kegiatan Subdirektorat Pengendalian Organisme Pangganggu
Tumbuhan Serealia
a. Penyusunan Petunjuk Teknis Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Penyaluran Fasilitas Sarana Pengendalian OPT
Perlindungan tanaman merupakan bagian penting dan menjadi salah
satu pilar utama dalam pengamanan produksi tanaman pangan.
Perlindungan tanaman pada hakekatnya merupakan segala upaya
untuk mencegah kerugian selama proses budidaya tanaman yang
diakibatkan oleh gangguan OPT. Pelaksanaan perlindungan tanaman
menjadi tanggung jawab masyarakat dan pemerintah. Kebijakan
pengendalian OPT dilaksanakan dengan SPOT STOP, yang artinya
menghentikan spot-spot atau titik-titik serangan OPT secara dini agar
tidak meningkat populasi dan/atau intensitas serangannya
Pelaksanaan pengendalian OPT di lapangan memerlukan dukungan
sarana pengendalian yang memadai agar dapat berjalan dengan baik
dan memberikan hasil maksimal, untuk itu diperlukan dukungan sarana
pengendalian seperti bahan pengendali OPT (pestisida) dan alat-alat
pendukung lainnya, seperti Hand Sprayer. Untuk mendukung
pengamanan produksi tanaman pangan Tahun 2018 dipersiapkan
sarana pengendalian berupa cadangan persediaan (buffer stock)
pestisida dan Hand Sprayer yang disediakan di tingkat pusat sebagai
stock nasional dan di daerah (26 provinsi). Penggunaan cadangan
pestisida dan sarana lain pengendalian OPT dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan di lapangan dan mengacu kepada mekanisme pelaksanaan
gerakan pengendalian. Sebagai acuan pelaksanaan penyaluran fasilitas
sarana pengendalian OPT telah disusun Buku Petunjuk Teknis (Juknis)
Pelaksanaan Penyaluran Fasilitas Sarana Pengendalian OPT Tahun 2018.
Buku Juknis tersebut direncanakan dicetak sejumlah 50 eksemplar
dengan pagu anggaran sebesar Rp. 5.000.000,- Realisasi fisik
pencetakan buku 100%, (50 buku) dengan serapan anggaran sebesar
Rp. 5.000.000,- (100 %).
b. Penyusunan Petunjuk Teknis Penerapan PHT Skala Luas Serealia
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor
pembatas usaha tani tanaman
Laporan Tahunan 2018 31
pangan khususnya komoditas serealia, yaitu padi dan Jagung.
Keberadaan OPT harus dikendalikan dan dikelola keberadaannya
dengan baik, agar tidak menimbulkan kerusakan tanaman dan/atau
kerugian usaha tani, sehingga sasaran produksi dapat tercapai.
Pengamanan produksi tanaman pangan dilaksanakan dengan
menerapkan sistem pengendalian hama terpadu (PHT).
Pemasyarakatan dan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
Skala Luas Serealia, selanjutnya disebut PPHT Skala Luas Serealia
diharapkan dapat mendukung program pengamanan produksi tanaman
pangan dan mempertahankan tingkat produksinya pada taraf tinggi,
baik secara kuantitas, kualitas, dan keberhasilannya. Penerapan PHT
secara luas ditingkat petani masih harus digiatkan dan
dimasyarakatkan.
Pemasyarakatan PHT ditingkat petani dan masyarakat luas dilaksanakan
melalui kegiatan PPHT Skala Luas Serealia. Kegiatan ini merupakan
salah satu implementasi program pengamanan produksi tanaman
pangan khususnya untuk komoditas serealia. Kegiatan PPHT Skala Luas
Serealia ini dimaksudkan untuk memberdayakan petani alumni SLPHT
dan melibatkan petani lainnya untuk menerapkan sistem PHT dalam
usaha taninya. Kegiatan PPHT Skala Luas serealia ini diharapkan mampu
memberikan dampak yang lebih nyata pada upaya pengamanan
produksi komoditas serealia (padi dan jagung), serta berkontribusi
positif dalam usaha peningkatan produksi tanaman pangan.
Pada tahun 2018 telah dialokasikan Penerapan PHT Skala Luas padi
seluas 8.525 ha (341 unit) yang tersebar di 31 provinsi dan Penerapan
PHT Skala Luas jagung seluas 1.560 ha (104 unit) yang tersebar di 27
provinsi. Sebagai acuan pelaksanaan kegiatan PPHT Skala Luas Serealia
untuk komoditas padi dan jagung telah disusun dan dicetak Petunjuk
Teknis Penerapan PHT Skala Luas Serealia. Buku Petunjuk Teknis ini
diencanakan dicetak sebanyak 50 eksemplar, dengan anggaran sebesar
Rp. 3.750.000,- dan terealisasi sebanyak 50 eksemplar (100 %) dengan
serapan anggaran sebesar Rp. 3.744.000,- (99,84 %).
c. Penyusunan Petunjuk Gerakan Pengendalian OPT Serealia
Laporan Tahunan 2018 32
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor
pembatas dalam budidaya tanaman yang dapat menyebabkan
kehilangan hasil. Praktek budidaya tanaman yang intensif dapat
mendukung perkembangan OPT antara lain tikus, wereng batang
cokelat (WBC), penggerek batang padi (PBP), tungro dan Bacterial Leaf
Blight (BLB), serta kerdil rumput/kerdil hampa.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang No 12 Tahun 1992 tentang
Sistem Budidaya Tanaman, Pasal 20 menyatakan bahwa perlindungan
tanaman dilaksanakan dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu
(PHT). Penerapan PHT dilakukan melalui upaya preemtif dan responsif.
Upaya preemtif dilakukan dengan perencanaan agroekosistem melalui
rekayasa habitat agar terjadi keseimbangan alam di agroekosistem
tersebut sehingga perkembangan OPT dapat terkelola dengan baik dan
tidak menimbulkan kerugian ekonomi. Upaya pengendalian OPT secara
preemtif dapat dilaksanakan melalui penerapan budidaya tanaman
sehat, antara lain tanam padi sistem jajar legowo, aplikasi bahan
organik, pergiliran tanaman/varietas, penggunaan varietas
tahan/tpleran, pemupukan berimbang, penanaman refugia, dan
pemanfaatan musuh alami/agens pengendali hayati.
Upaya pengendalian OPT secara responsif dilakukan untuk menekan
populasi dan/atau intensitas serangannya agar tidak meningkat dan
menimbulkan kerusakan tanaman/kehilangan hasil. Pengendalian OPT
secara responsif ini dilaksanakan melalui gerakan pengendalian
(Gerdal). Gerakan pengendalian OPT Padi dan jagung bertujuan untuk
menekan terjadinya penyebaran OPT sedini mungkin pada hamparan
yang berpotensi terserang. Pelaksanaaan kegiatan Gerdal OPT serealian
juga diharapkan dapat memberdayakan dan meningkatkan kepedulian
masyarakat tani akan pentingnya pengendalian OPT secara bersama-
sama dalam hamparan yang luas. Selain itu juga untuk memotivasi
petani untuk ikut aktif mengendalikan OPT di daerah potensial atau
endemis serangan OPT, serta merumuskan rekomendasi tindak lanjut
pada usaha taninya. Sebagai panduan pelaksanaan gerakan
pengendalian OPT serealia, telah disusun Buku Petunjuk Teknis
Gerakan Pengendalian OPT
Laporan Tahunan 2018 33
Serealia. Buku Juknis tersebut direncanakan dicetak sejumlah 50
eksemplar dengan pagu anggaran Rp. 3.750.000,-. Realisasi pencetakan
buku mencapai 100 % yaitu tercetak 50 eksemplar dengan serapan
anggaran Rp. 3.750.000,-. (100 %).
d. Penyusunan Petunjuk Teknis Penguatan Agroekosistem Serealia
Komoditas tanaman serealia khususnya padi dan jagung merupakan
komoditas stategis karena kedua komoditas tersebut merupakan bahan
pangan pokok utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia.
Peningkatan produksi tanaman pangan yang berkelanjutan
memerlukan strategi pengelolaan agroekosistem yang komprehensif.
Agroekosistem merupakan sistem ekologi lingkungan pertanian yang
kompleks dan dinamis. Komponen-komponen penyusun agroekosistem
saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain, baik
komponen biotik maupun abiotik. Pengelolaan agroekosistem yang
sehat dan berkelanjutan dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah
satunya melalui penguatan agroekosistem dengan mengoptimalkan
jasa layanan ekologi berbagai komponen penyusun agroekosistem.
Kegiatan Penguatan Agroekosistem dilaksanakan dengan
mengoptimalkan peran agens pengendali hayati (APH) dalam
mengendalikan populasi dan/atau intensitas serangan OPT.
Buku Petunjuk Teknis Penguatan Agroekosistem disusun sebagai acuan
dan panduan bagi petugas/pelaksana kegiatan Penguatan
Agroekosistem. Buku Petunjuk Teknis Kegiatan Penguatan
Agroekosistem Serealia direncanakan dicetak sebanyak 50 eksemplar
dengan pagu anggaran Rp. 3.750.000,00. Realisasi pencetakan buku
mencapai 50 eksempar (100 %) dengan serapan anggaran Rp.
3.750.000,- (100 %).
e. Penyusunan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Dem Area Budidaya
Tanaman Sehat Padi
Indonesia sebagai produsen dan konsumen beras terbesar di dunia,
menjadikan kegiatan usaha tani padi menjadi sangat intensif. Kegiatan
budidaya tanaman padi yang intensif dalam jangka waktu yang lama
berpotensi menimbulkan efek negatif terhadap lahan pertanian antara
lain: penurunan kesuburan
Laporan Tahunan 2018 34
tanah, peningkatan serangan OPT seperti wereng batang coklat (WBC)
dan penurunan kualitas daya dukung lingkungan agroekosistem.
Berbagai efek negatif tersebut harus diperhatikan dan dikelola dengan
baik, sehingga tujuan produksi dapat tercapai, berkelanjutan,
agroekosistem tetap sehat dan terjaga kualitas daya dukungnya.
Lahan pertanian padi yang telah digunakan secara intensif dan dalam
jangka waktu yang lama ini perlu dilakukan tindakan pemulihan
(recovery)
Pemulihan agroekosistem padi dilaksanakan untuk meningkatkan
kesehatan dan kesuburan tanah, meningkatkan keanekaragaman
hayati agroekosistem, memberdayakan musuh alami, dan
mengendalikan serangan OPT, khususnya hama wereng batang coklat
(WBC). Pada Tahun 2018 upaya pemulihan agroekosistem padi
dilaksanakan dengan program kegiatan Dem Area Budidaya Tanaman
Sehat (Dem Area BTS). Program tersebut ditujukan untuk
memasyarakatkan praktik budidaya tanaman sehat dan untuk
mendukung pelaksanaan pengendalian OPT, khususnya WBC, kerdil
rumput/kerdil hampa (KRKH).
Sebagai acuan dan pedoman pelaksanaan kegiatan Dem Area BTS Padi
Tahun 2018, telah disusun Buku Petunjuk Teknis Dem Area Budidaya
Tanaman Sehat Padi. Buku Petunjuk Teknis ini direncanakan dicetak
sejumlah 50 eksemplar dengan pagu anggaran sebesar Rp. 3.750.000,
00. Realisasi pencetakan juknis sejumlah 50 eksemplar (100 %) dengan
serapan anggaran sebesar Rp. 3.750.000,- (100 %).
f. Penyusunan Bahan Informasi Pendukung Kegiatan Pengendalian OPT
Serealia
Pengamanan produksi tanaman pangan dari gangguan OPT pada
komoditas serealia dilaksanakan melalui penerapan sistem
Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Keberhasilan penerapan PHT di
lapangan sangat dipengaruhi oleh pemahaman dan peran aktif
masyarakat dalam menerapkan PHT dalam budidaya tanaman. Oleh
karena itu, diperlukan sarana yang dapat memberikan wawasan dan
informasi kepada masyarakat tentang cara, manfaat, dan keuntungan
penerapan PHT dalam budidaya tanaman, khususnya komoditas padi
dan jagung. Bahan informasi
Laporan Tahunan 2018 35
yang dapat digunakan antara lain berupa banner, booklet, poster,
leaflet, dan buku-buku laporan kegiatan serta succes strory di bidang
pengendalian OPT Serealia. Untuk mendukung kegiatan pengendalian
OPT Serealia, pada Tahun 2018 telah disusun dan di cetak beberapa
bahan informasi berikut ini:
• Booklet Teknik Aplikasi Pestisida
• Leaflet Teknik Kalibrasi Handsprayer
• Booklet Pengembangan Tanaman Refugia
• Booklet Perbanyakan Agens Pengendali Hayati (APH)
• Laporan Luas Pengendalian OPT Serealia
g. Pengadaan Dan Dukungan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan
( Pestisida (Tahap I, II dan III), Handsprayer, Herbisida, Rodentisida,
serta Insektisida Biologi berbahan aktif cendawan dan bakteri.
Pengawalan produksi tanaman pangan dari gangguan OPT perlu
dukungan sarana pengendalian yang cukup dan mudah didapatkan,
agar kegiatan pelindungan tanaman pangan dapat terlaksana dengan
optimal. Sarana pengendalian OPT yang diperlukan adalah pestisida
dan Hand Sprayer. Pestisida digunakan sebagai alternatif terakhir
pengendalian untuk menurunkan populasi dan intensitas serangan
OPT.
Pada Tahun 2018, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
mengadakan sarana pengendalian OPT berupa pestisida dan Hand
Sprayer yang dibebankan pada DIPA Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan tahun anggaran (TA) 2018. Pengadaan pestisida tahap I, II dan
III, serta pengadaan lanjutan herbisida, rodentisida, insektisida biologi
berbahan aktif cendawan dan insektisida berbahan aktif bakteri.
Pestisida tahap I-III dialokasikan ke 26 provinsi (Aceh, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung,
Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Jawa Timur, Bali,
NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara, Gorontalo dan Sulawesi Barat). Untuk Hand
sprayer dialokasikan ke lima provinsi (Sumatera Selatan, lampung,
Laporan Tahunan 2018 36
Banten, Jawa Barat dan Jawa tengah). Rodentisida dialokasikan ke
Provinsi Lampung, Herbisida dialokasikan ke tiga Kabupaten (Kayong
Utara, Kubu Raya dan Mempawah), Insektisida biologi berbahan aktif
cendawan dialokasikan ke Kabupaten Subang dan Cirebon, dan
Insektisida berbahan aktif bakteri dialokasikan ke Kabupaten subang
dan Cirebon. Realisasi anggaran Pengadaan fasilitas pengendalian OPT
ini sebesar Rp. 19.148.328.000,- (99,67 %) dari pagu anggaran awal
sebesar Rp. 19.212.500.000,-
Realisasi fisik pengadaan pestisida tahap I-II sebesar 198.028 kg/lt.
Rodentisida 174 box, Herbisida 2.790 kg/lt, Insetisida biologi berbahan
aktif bakteri 220 kg, dan insektisida berbahan aktif cendawan 220 kg,
serta Handsprayer 650 unit.
3. Kegiatan Subdirektorat Pengendalian Organisme Pengganggu
Tumbuhan Aneka Kacang dan Umbi
a. Penyusunan Bahan informasi Pengendalian OPT Aneka Kacang dan
Umbi
Untuk mendukung keberhasilan pengamanan produksi di lapangan
telah dicetak 3 (tiga) buku tentang teknologi pengendalian OPT aneka
kacang dan umbi dan 4 leaflet mengenai pengendalian OPT tanaman
kedelai, antara lain:
Pedoman Gerakan Pengendalian OPT Kedelai sebanyak 50 buku,
realisasi anggaran sebesar Rp. 2.490.000,- atau 99,6 % dari pagu
anggaran sebesar Rp. 2.500.000,-
Pedoman Penguatan Penerapan PHT Kedelai sebanyak 90 buku,
realisasi anggaran sebesar Rp. 4.500.000,- atau 100 % dari pagu
anggaran sebesar Rp. 4.500.000,-.
Pedoman Agroekosistem Kedelai sebanyak 40 buku, realisasi
anggaran sebesar Rp. 2.000.000,- atau 100 % dari pagu anggaran
sebesar Rp. 2.000.000,-
Leaflet Pengendalian OPT dan Penyakit Kedelai Tahun 2018
sebanyak 200 leaflet, realisasi anggaran sebesar Rp. 5.880.000,-
atau 98 % dari pagu
Laporan Tahunan 2018 37
anggaran sebesar Rp. 6.000.000,-.
b. Pemanfaatan Sarana Pengendalian OPT Aneka Kacang dan Umbi
Dalam rangka mendukung upaya pengamanan pertanaman
pangan untuk mencapai swasembada tanaman pangan khususnya
tanaman kedelai telah dialokasikan bantuan sarana dan prasarana
pengendalian OPT, sehingga kegiatan pengamanan pertanaman
kedelai di lapangan berjalan dengan baik dan sasaran produksi
yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Berkaitan dengan hal tersebut, perlu dilakukan monitoring dan
evaluasi pemanfaatan sarana pengendalian OPT aneka kacang dan
umbi di lapangan sehingga dapat dialokasikan sesuai dengan
peruntukannya. Selain itu inventarisasi teknologi pengendalian
OPT aneka kacang dan umbi spesifik lokasi juga dilakukan dalam
rangka mendukung pengamanan pertanaman aneka kacang dan
umbi dari serangan OPT. Penguatan dukungan kegiatan
pengendalian OPT tanaman aneka kacang dan umbi dilakukan
melalui bimbingan teknis terhadap petugas lapangan.
Realisasi anggaran sebesar Rp. 58.246.378,- atau 99,6 % dari pagu
anggaran sebesar Rp. 58.480.000,- sedangkan sisa anggaran
dialokasikan untuk penghematan.
c. Pengawalan Gerakan Pengendalian OPT Aneka Kacang dan Umbi
Dalam rangka keefektifan pelaksanaan pengendalian OPT Akabi di
daerah sentra produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Akabi),
maka perlu kiranya dilakukan pengawalan dan pendampingan
gerakan pengendalian dengan memberikan motivasi dan tindakan
nyata. Melalui pendampingan gerakan pengendalian OPT Akabi ini,
diharapkan motivasi dan kepedulian masyarakat petani akan
pentingnya pengendalian OPT spesifik lokasi yang dilakukan secara
bersama-sama dan berkesinambungan dapat ditingkatkan. Berkaitan
dengan hal tersebut, telah dilakukan Pendampingan Gerakan
Pengendalian OPT Akabi sekaligus melakukan pendampingan
Kegiatan UPSUS Padi, Jagung dan Kedelai, baik oleh pusat maupun
daerah.
Laporan Tahunan 2018 38
Realisasi anggaran sebesar Rp. 79.127.623 atau 98,11 % dari pagu
anggaran sebesar Rp. 80.650.000.
d. Bimbingan Pengendalian OPT Berwawasan PHT Akabi
Teknologi pengendalian OPT yang berwawasan PHT belum banyak
dipraktikkan pada tanaman aneka kacang dan umbi sehingga belum
sepenuhnya mampu mengendalikan OPT secara efektif. Oleh karena
itu, informasi dan identifikasi mengenai teknologi pengendalian OPT
aneka kacang dan umbi berwawasan PHT menjadi hal penting yang
harus dilaksanakan.
Berkaitan dengan hal tersebut telah dilakukan monitoring dan
evaluasi penerapan teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan
pada tanaman aneka kacang dan umbi. Bersamaan dengan itu
dilakukan pula pembinaan terhadap penerapan kebijakan
perlindungan tanaman pangan di daerah serta monitoring dan
evaluasi pelaksanaan kegiatan perlindungan di lapangan.
Realisasi anggaran sebesar Rp. 58.254.600,- atau 99,71% dari pagu
anggaran sebesar Rp. 58.424.000,-.
4. Kegiatan Subdirekorat Dampak Perubahan Iklim (DPI)
a. Penyusunan Petunjuk Teknis Penerapan Penanganan Dampak
Perubahan Iklim Petunjuk Teknis Penerapan Penanganan Dampak
Perubahan Iklim (PPDPI) sebagai acuan pelaksanaan PPDPI di
lapangan telah disusun dan dicetak sebanyak 120 buku (dari target
semula 75 buku), yang didistribusikan ke petugas perlindungan
tanaman pangan, baik pusat dan daerah lokasi pelaksanaan PPDPI
(Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera
Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa
Timur, NTB, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Maluku).
Realisasi anggaran pencetakan Petunjuk Teknis PPDPI sebesar Rp.
6.720.000,- atau 99,56% dari pagu anggaran sebesar Rp. 6.750.000,-
b. Pendampingan dan Pengawalan Kegiatan Penanganan
DPI/Perlindungan TP
Laporan Tahunan 2018 39
PPDPI merupakan upaya untuk memberdayakan dan meningkatkan
kemampuan petani dalam penanganan DPI melalui teknologi
adaptasi di lahan usaha taninya sesuai dengan kondisi iklim
setempat. Agar pelaksanaan PPDPI di lapangan berjalan sesuai
dengan tujuan dan sasaran yang ditetapkan, perlu dilakukan
Pendampingan dan Pengawalan Kegiatan Penanganan
DPI/Perlindungan Tanaman Pangan serta Monitoring dan Evaluasi
Pelaksanaan PPDPI. Selain itu, kegiatan ini juga diperlukan untuk
mengidentifikasi kendala di lapangan sebagai bahan evaluasi untuk
kegiatan di tahun berikutnya.
Pendampingan dan Pengawalan Kegiatan Penanganan
DPI/Perlindungan Tanaman Pangan dilakukan ke Provinsi Sumatera
Barat, Lampung, Banten, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur,
Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Realisasi anggaran sebesar
Rp. 193.559.798,- atau 99,88 % dari pagu anggaran sebesar Rp.
193.790.000,-
Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan PPDPI dilakukan ke Provinsi
Aceh, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur dan Sulawesi
Selatan. Realisasi anggaran sebesar Rp. 64.748.493,- atau 99,91%
dari pagu anggaran sebesar Rp. 64.810.000,- setelah penghematan
anggaran.
c. Pengelolaan Data Dampak Perubahan Iklim (DPI)
Pengelolaan data DPI adalah salah satu upaya menyediakan serta
mendokumentasikan data DPI secara berseri, lengkap, dan akurat
sehingga dapat digunakan sebagai acuan pengambilan keputusan
dalam meminimalkan kehilangan hasil akibat DPI. Selain itu, hasil
pengelolaan data ini juga dapat digunakan sebagai bahan informasi
bagi petugas maupun instansi terkait mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan DPI.
Pengelolaan Data DPI didukung data/bahan yang diperoleh dari
kegiatan seperti:
1. Pemantauan Kegiatan UPSUS/CPCL/Percepatan tanam padi,
jagung dan kedelai ke Provinsi Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu
dan DI Yogyakarta. Realiasi
Laporan Tahunan 2018 40
anggaran sebesar Rp. 38.535.300,- atau 100% dari pagu anggaran
sebesar Rp. 38.536.000,- setelah penghematan anggaran.
2. Pengawalan Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan ke Provinsi
Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Timur dan Sulawesi
Selatan. Realisasi anggaran sebesar Rp. 54.958.224,- atau 99,92%
dari pagu anggaran sebesar Rp. 55,000,000,- setelah penghematan
anggaran
d. Penyusunan Buku Pengaruh Kondisi Iklim Terhadap Luas Kerusakan
Akibat DPI Tahun 2017
Buku Pengaruh Kondisi Iklim Terhadap Luas Kerusakan Akibat DPI
Tahun 2017 adalah buku yang berisi tentang informasi kondisi iklim
dan luas kerusakan tanaman pangan (padi, jagung dan kedelai) akibat
DPI di Indonesia Tahun 2017 (Musim Hujan 2016/2017 serta Musim
Kemarau 2017). Buku tersebut telah disusun dan dicetak sebanyak 40
buku, didistribusikan ke lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
serta pihak-pihak terkait. Realisasi anggaran sebesar Rp. 14.000.000,-
atau 99,15% dari pagu anggaran sebesar Rp. 14.120.000,-
5. Kegiatan Tata Usaha
Pengadaan Handsprayer
Penyaluran Bantuan pemerintah kepada Masyarakat/Pemda untuk
mendukung perlindungan tanaman pangan berupa Handsprayer
untuk Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat dan
Jawa Tengah. Total nilai penyaluran yang berhasil diselesaikan
dokumentasinya senilai Rp. 853.550.000.
Pengadaan Mobil dan Motor
Penyaluran Bantuan pemerintah kepada Masyarakat/Pemda untuk
mendukung perlindungan tanaman pangan berupa Motor Fungsional
Petugas Pengamatan POPT dan mobil Fungsional Laboratorium
Pengamat Hama Penyakit untuk seluruh Provinsi, kecuali Provinsi DKI
Jakarta dan Kalimantan Utara. Total nilai penyaluran yang berhasil
diselesaikan dokumentasinya senilai Rp. 39.943.041.700.
Pengadaan Laptop dan Printer
Laporan Tahunan 2018 41
Penyaluran Bantuan pemerintah kepada Masyarakat/Pemda untuk
mendukung perlindungan tanaman pangan berupa Laptop dan
Printer untuk Provinsi Sulawesi Tengah. Total nilai penyaluran yang
berhasil diselesaikan dokumentasinya senilai Rp. 40.498.400.
Fasilitasi Penyelenggaraan Rapat
Pemakaian fasilitas ruang rapat Direktorat Perlindungan Tanaman
Pangan untuk rapat internal maupun eksternal Direktorat dengan
peserta undangan antara lain berasal dari BPTPH provinsi se-
Indonesia, Setditjen dan direktorat lingkup Ditjen Tanaman Pangan
dan sebagainya. Jumlah/tingkat penggunaan ruang rapat (Occupancy
Factor) pada tahun 2018 diperkirakan sebanyak 92 hari, dengan
jumlah peserta 1.315 peserta.
Pemeriksaan Hasil Pekerjaan Pengadaan Pestisida dan Handsprayer
Kegiatan ini terkait atau tindak lanjut dari pengadaan pestisida,
dalam rangka kelengkapan atas penyelesaian administrasi pengadaan
pestisida dan Handsprayer (Akun 526-bantuan pemerintah).
Pemeriksaan dilakukan disetiap titik bagi alokasi pestisida dan
Handsprayer oleh petugas pemeriksaan hasil pekerjaan (PPHP) yang
terdiri dari unsur-unsur Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
dan Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman (BPMPT).
Renovasi Gedung
Renovasi gedung Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan belum
bisa dilaksanakan karena peserta lelang tidak memenuhi syarat untuk
ditetapkan sebagai pemenang lelang.
6. Kegiatan Pengembangan Jabatan Fungsional
Untuk mengoptimalkan kinerja dan profesionalisme POPT, baik di pusat
maupun daerah, perlu diupayakan pengembangan jabatan fungsional POPT
melalui kegiatan bimbingan pengembangan jabatan fungsional POPT,
koordinasi/konsultasi ke lembaga/instansi terkait, monitoring dan evaluasi
pengembangan jabatan fungsional POPT, menghadiri
rapat/seminar/workshop/lokakarya/mengikuti Diklat Dasar POPT ataupun
pertemuan teknis lainnya serta
Laporan Tahunan 2018 42
Penyusunan dan Pengelolaan Warta Perlintan. Kegiatan-kegiatan tersebut
dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang permasalahan/kendala
yang dihadapi baik dalam pengembangan jabatan fungsional maupun
penilaian angka kreditnya. Informasi tersebut digunakan sebagai dasar
perencanaan dan pengambilan keputusan pada masa yang akan datang.
Untuk mendukung pengembangan jabatan fungsional telah dilakukan :
1) Pelaksanaan pengembangan jabatan fungsional dan sertifikasi profesi
POPT
2) Cetak warta Perlindungan Tanaman Pangan sebagai wadah bagi
pejabat fungsional POPT untuk mengembangkan keprofesiannya
melalui tulisan ilmiah populer, baik berupa hasil liputan kegiatan,
studi pustaka, hasil evaluasi, telaahan, dan lain-lain. Data dan bahan
informasi liputan kegiatan dihimpun melalui peliputan kegiatan
perlindungan tanaman pangan yang selanjutnya dapat ditulis dan
dicetak untuk diterbitkan dalam warta perlindungan tanaman
pangan.
Realisasi anggaran sebesar Rp. 132.745.850,- atau 98.21% dari pagu
anggaran setelah penghematan sebesar Rp. 135.161.000,-.
7. Kegiatan Perencanaan
a. Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Penguatan Perlindungan
Tanaman Pangan dari Gangguan OPT dan DPI Tahun 2018
Dalam rangka meningkatkan kinerja perlindungan tanaman pangan,
perlu didukung dengan referensi dan petunjuk pelaksanaan kegiatan.
Untuk mendukung hal tersebut telah dicetak Petunjuk Pelaksanaan
Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan OPT
dan DPI Tahun 2018 sebagai acuan pelaksanaan kegiatan Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan.
Realisasi anggaran sebesar Rp. 3.500.000,- atau 100% dari pagu
anggaran sebesar Rp. 3.500.000,-.
b. Penyusunan RKAKL kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2019
Laporan Tahunan 2018 43
Realisasi anggaran sebesar Rp.120.000.000'- atau 97,96 % dari Pagu
anggaran sebesar Rp. 122.500.000,-.
c. Pelaksanaan Revisi anggaran kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan.
8. Kegiatan Pelaporan
a. Penyusunan Laporan Mingguan, Laporan Bulanan, Laporan Tahunan
dan Laporan Kinerja (LAKIN) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan merupakan
laporan pelaksanaan kegiatan dan program Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan selama satu tahun anggaran. Laporan berisi informasi
struktur organisasi dan ketatausahaan, evaluasi pelaksanaan kegiatan
pengamatan, pengelolaan database OPT/DPI, upaya pengendalian OPT
dan penanganan DPI, serta evaluasi pelaksanaan kegiatan pendukung
lainnya secara komprehensif. Berdasarkan evaluasi tersebut dapat
disimpulkan kendala dan permasalahan yang terjadi sehingga dapat
dirumuskan upaya pemecahannya.
Laporan Kinerja merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi
pertanggung jawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai
tujuan/sasaran strategis instansi. Laporan Kinerja berisi ikhtisar
pencapaian sasaran sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen
penetapan kinerja dan dokumen perencanaan, yaitu menyajikan
informasi tentang pencapaian tujuan dan sasaran organisasi, realisasi
pencapaian indikator kinerja utama organisasi, penjelasan yang
memadai atas pencapaian kinerja, dan perbandingan capaian indikator
kinerja dengan target kinerja yang direncanakan.
Pertemuan penyusunan LAKIN dan LAPTAH Direktorat Perlindungan
Tanaman dilaksanakan di Aula Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
pada tanggal 29 Januari dan 07 Maret 2018 yang dihadiri oleh Kepala
Subbag Evaluasi Pelaporan, Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan, dan Tim Pelaporan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Realisasi anggaran sebesar Rp. 102.659.450 atau 96.85% dari pagu
anggaran sebesar Rp. 106.000.000,-.
Laporan Tahunan 2018 44
IV III II I
1 Direktur 1 - - - - 1
2 Subbagian Tata Usaha - 6 8 - 11 25
3Subdit. Data dan
Kelembagaan POPT 1 8 1 - - 10
4 Subdit. PDPI 1 9 1 - - 11
5Subdit. Pengendalian
OPT Serealia 1 11 2 - - 14
6Subdit. Pengendalian
OPT Akabi 2 6 - - - 8
6 40 12 0 11 69Jumlah
No. UnitGolongan
THL Jml
b. Pelaporan realisasi kegiatan dan capaian kinerja secara online.
2.6. Pengelolaan Anggaran dan Sumberdaya Manusia
2.4.1. Pengelolaan Anggaran
Pada Tahun 2018, pelaksanaan program dan kegiatan Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan didukung dengan anggaran
pembangunan, yang tertuang dalam program Ketahanan Pangan
dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Satuan Kerja (Satker)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Sedangkan untuk pelaksanaan
program dan kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan di daerah
didukung dengan anggaran yang tertuang dalam DIPA Dana
Dekonsentrasi melalui Satker BPTPH.
Realisasi anggaran pelaksanaan program kegiatan Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan dan Balai Pengujian Mutu Produk
Tanaman (BPMPT) sebesar Rp 141.749.891.449,- atau 84,21% dari
pagu anggaran sebesar Rp. 168.319.254.000,-
Realisasi anggaran pelaksanaan kegiatan Perlindungan Tanaman
Pangan di daerah yang pendanaannya tertuang dalam DIPA dana
Dekonsentrasi sebesar Rp. 106.728.852.917,- atau 98,99% dari pagu
anggaran sebesar Rp. 107.814.400.000,-
2.4.2. Sumberdaya Manusia
Pada Tahun 2018, jumlah sumber daya manusia lingkup Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan sebanyak 58 orang pegawai dan 11
orang Tenaga Harian Lepas. Secara rinci, keadaan pegawai di
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 6. Pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
9. Pelaksanaan Kegiatan Balai
Laporan Tahunan 2018 45
Pengujian Mutu Produk Tanaman
Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman telah melaksanakan berbagai
kegiatan pada tahun 2018 sesuai dengan tugas dan fungsinya yaitu
melaksanakan pengujian mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman. Dalam
melaksanakan pengujian, laboratorium Balai Pengujian Mutu Produk
Tanaman sebagai laboratorium penguji telah menerapkan sistem mutu
sesuai dengan Standar ISO/IEC 17025 : 2005 (SNI-ISO/IEC 17025:2008).
Sesuai dengan ruang lingkup pengujian, Balai Pengujian Mutu Produk
Tanaman telah melakukan pengujian mutu pestisida (kandungan bahan aktif
dan uji fisiko kimia), kandungan beberapa unsur makro pada pupuk, serta
kandungan residu pestisida pada produk tanaman. Analisis dilakukan
terhadap contoh-contoh yang disampaikan oleh pelanggan yang terdiri dari
instansi pemerintah dan swasta (pihak ekternal) dan hasil pemantauan yang
dilakukan Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman ke berbagai daerah
(internal).
Sebelum melaksanakan pengujian, metode analisis yang akan digunakan
terlebih dahulu harus divalidasi. Validasi adalah suatu konfirmasi bahwa
metode yang bersangkutan memenuhi persyaratan yang ditentukan
(sesuai dengan tujuan tertentu). Validasi dilaksanakan dengan cara
menguji metode dan melengkapi bukti-bukti yang objektif. Capaian kinerja
Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman dalam melaksanakan pengujian
mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman pangan, hortikultura dan
perkebunan, pada tahun 2018 adalah sebagai berikut :
A. Realisasi Pengujian Mutu Pestisida, Pupuk dan Produk Tanaman
Realisasi Pengujian Sampel Pelanggan dan Pemantauan
Realisasi pengujian sampel pelanggan dan monitoring 2018 mencapai
2.614 sertifikat LHP yang terdiri 905 sertifikat LHP sampel pelanggan dan
1.709 sertifikat LHP sampel hasil pemantauan mutu pestisida, pupuk
dan produk tanaman di wilayah Indonesia. Capaian pengujian sebesar
109,60 dari target sebesar 2.358 sertifikat LHP.
Capaian tertinggi yaitu pada pengujian mutu beras mencapai 251 % dari
rencana 100 sertifikat LHP terealisasi 251, hal ini dalam rangka melatih
kemampuan analis pada ruang lingkup baru untuk menguji mutu beras
sesuai SNI 6128 : 2015. Rincian
Laporan Tahunan 2018 46
Jenis
PengujianTarget Realisasi Capaian (%)
Mutu Pestisida 1.317 1.249 94,84
Mutu Pupuk 100 221 221
Mutu Produk
Tanaman568 610 107,39
Aflatoksin 150 150 100
Logam Berat 150 133 88,67
Mutu Beras 100 251 251
Jumlah 2.385 2.614 109,6
target dan realisasi pengujian sampel tercantum dalam tabel 7.
Tabel 7. Target dan Realisasi Pengujian Sampel 2018
Gambar 9. Target dan Realisasi Pengujian Sampel 2018
B. Perkembangan Capaian Penyetoran PNBP Tahun 2013 - 2018
Jenis pelayanan yang diberikan BPMPT adalah pengujian mutu pestisida
(kadar bahan aktif dan fisiko kimia), pengujian mutu pupuk (kadar unsur
hara makro) serta pengujian mutu produk tanaman (residu pestisida,
aflatoksin dan cemaran logam). Biaya pengujian mengacu pada
Peraturan Pemerintah No 48 Tahun 2012 dan sejak tanggal 11 Oktober
2016 mengacu pada PP Nomor 35 tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif
Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang Berlaku Pada
Kementerian Pertanian yng ditetapkan oleh Presiden RI tanggal 12
Agustus 2016 dan berlaku setelah 60 hari sejak tanggal ditetapkan. Biaya
pengujian tersebut disetorkan ke kas negara sebagai PNBP.
Laporan Tahunan 2018 47
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Capaian (%)
2013 600.000.000 618.975.000 103,16
2014 900.000.000 669.150.000 74,35
2015 950.000.000 937.600.000 98,69
2016 950.000.000 610.600.000 64.27
2017 955.000.000 866.762.000 90.76
2018 760.000.000 542.000.000 71,32
Adapun perkembangan setoran PNBP 6 tahun terakhir pada Balai
Pengujian Mutu Produk Tanaman terlihat seperti tabel berikut :
Tabel 8. Target dan Realisasi PNBP Tahun 2013 - 2018
Pada tahun 2016 terjadi penurunan setoran PNBP karena adanya
kebijakan pembayaran diawal saat menyampaikan sampel sehingga
beberapa pelanggan potensial melakukan pengujian ke tempat lain.
Kebijakan ini diambil karena masukan dari Badan Pemeriksa Keuangan
untuk menghindari adanya kerugian negara akibat sampel yang tidak
dibayar oleh pelanggan.
Pada Juli 2017 dilakukan Public Hearing sosialisasi Standar Pelayanan
Publik kepada pelanggan BPMPT untuk menjelaskan kebijakan baru
pembayaran diawal. Pada Tahun 2018 terjadi penurunan setoran karena
selama September – Oktober 2018 tidak menerima sampel pelanggan
akibat adanya rencana renovasi laboratorium sehingga dikhawatirkan
sampel belum selesai pada saat dijanjikan padahal biaya pengujian
sudah dibayarkan.
Gambar 10. Perkembangan Pencapaian Penyetoran PNBP Thn 2013 –
2018
Laporan Tahunan 2018 48
Gambar 11 . Kegiatan yang dilakukan oleh BPMPT
2.6. Capaian Kinerja
Pengukuran capaian indikator kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
diperoleh dengan membandingkan luas aman dari serangan OPT dan DPI
dengan luas areal tanaman pangan seluruhnya. Data luas serangan OPT dan DPI
diperoleh dari hasil pengamatan Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan
(POPT) tingkat kecamatan yang dilaporkan ke Koordinator POPT di tingkat
kabupaten/kota setiap dua minggu sekali, kemudian Koordinator POPT
melaporkan ke Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) dan
selanjutnya disampaikan ke Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
(BPTPH) di tingkat provinsi. Rekap data serangan OPT, banjir dan kekeringan
per kabupaten selanjutnya dilaporkan oleh BPTPH ke Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan.
Berdasarkan Perjanjian Kinerja Tahun 2018, telah ditetapkan target indikator
kinerja dengan capaian sebagaimana tabel berikut :
Laporan Tahunan 2018 49
Target Realisasi Target Areal Aman
Realisasi
Areal
Aman
Capaian
Kinerja
1Rasio Luas Serangan OPT terhadap Luas Tanam
Tanaman Pangan3% 1,39% 97,00% 98,61% 101,66%
2Rasio Luas Terkena DPI terhadap Luas Tanam
Tanaman Pangan2% 1,55% 98,00% 98,45% 100,45%
Indikator Kinerja
Tabel 9. Capaian Indikator Kinerja Utama Direktorat Perlindungan Tanaman
Pangan Tahun 2018
Data periode laporan 25 Januari 2019
Penilaian terhadap capaian target indikator kinerja dilakukan dengan metode
scoring yang dibagi dalam beberapa kategori sebagai berikut :
1. Sangat Berhasil = capaian realisasi >100%
2. Berhasil = capaian realisasi 80 – 100%
3. Cukup Berhasil = capaian realisasi 60 – 79%
4. Kurang Berhasil = capaian realisasi <60%
Dengan metode scoring di atas maka capaian indikator kinerja Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan tahun 2018 masuk dalam kategori Sangat
Berhasil (>100%).
Tabel 10. Capaian Indikator Kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Tahun 2018 per Komoditas
Data periode laporan 25 Januari 2019
Komoditas Target Realisasi Target Areal Aman Realisasi Areal Aman Capaian Kinerja
1
Rasio Luas Serangan OPT
terhadap Luas Tanam
Tanaman Pangan
a. Padi 3% 1,89% 97,00% 98,11% 101,14%
b. Jagung 3% 0,36% 97,00% 99,64% 102,73%
c. Kedelai 3% 0,47% 97,00% 99,53% 102,61%
d. Kacang Tanah 3% 0,35% 97,00% 99,65% 102,73%
e. Kacang Hijau 3% 0,23% 97,00% 99,77% 102,86%
f. Ubi Kayu 3% 0,23% 97,00% 99,77% 102,85%
g. Ubi Jalar 3% 0,44% 97,00% 99,56% 102,64%
3% 1,39% 97,00% 98,61% 101,66%
2
Rasio Luas Terkena DPI
terhadap Luas Tanam
Tanaman Pangan
a. Padi 2% 2,07% 98,00% 97,93% 99,93%
b. Jagung 2% 0,60% 98,00% 99,40% 101,43%
c. Kedelai 2% 0,47% 98,00% 99,53% 101,56%
d. Kacang Tanah 2% 0,03% 98,00% 99,97% 102,01%
e. Kacang Hijau 2% 0,01% 98,00% 99,99% 102,03%
f. Ubi Kayu 2% 0,08% 98,00% 99,92% 101,96%
g. Ubi Jalar 2% 0,001% 98,00% 100,00% 102,04%
2% 1,55% 98,00% 98,45% 100,45%
Indikator Kinerja
Total Serangan OPT terhadap Luas Tanam
Total Terkena DPI terhadap Luas Tanam
Laporan Tahunan 2018 50
Tabel 8 menunjukan bahwa capaian kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman
Pangan dapat memenuhi target yang telah ditentukan baik serangan OPT
maupun gangguan DPI. Rasio luas serangan OPT terhadap luas tanam tanaman
pangan untuk tujuh komoditas mencapai 1,39%.
Capaian tersebut selain karena keberhasilan pelaksanaan kegiatan utama, juga
didukung oleh pelaksanaan kegiatan yang lain yaitu pengadaan sarana
pengendalian (pestisida dan handsprayer), peran petani pengamat, pengadaan
sarana operasional petugas (mobil dan motor), serta gerakan pengendalian
yang melibatkan petani, tokoh masyarakat, TNI, aparat pemerintahan
desa/kecamatan, petugas lapangan dan petugas pusat.
Rasio luas gangguan DPI (banjir dan kekeringan) terhadap luas tanam tanaman
pangan untuk tujuh komoditas mencapai 1,55%. Akan tetapi, untuk komoditi
padi, rasio luas terkena DPI terhadap luas tanam tanaman pangan melebihi 2%.
Tingginya angka kekeringan tersebut disebabkan oleh munculnya fenomena El
Nino lemah di akhir tahun sehingga terjadi kemunduran musim hujan. Hujan
yang biasanya mulai turun di bulan September – Oktober menjadi bulan
November – Desember, terutama di daerah sentra produksi padi dengan curah
hujan rendah.
Tabel 11. Perbandingan Capaian Indikator Kinerja Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan Tahun 2018, Tahun 2017 dan Rerata 5 Tahun
Data periode laporan 25 Januari 2019
Secara rinci, capaian pelaksanaan kegiatan pengamanan tanaman dari serangan
OPT dan dampak perubahan iklim (banjir dan kekeringan) adalah sebagai
berikut :
Capaian
Serangan
Capaian
Areal
Aman
Capaian
Serangan
Capaian
Areal
Aman
Capaian
Serangan
Capaian
Areal
Aman
1Rasio Luas Serangan OPT terhadap Luas
Tanam Tanaman Pangan2,32% 97,68% 1,99% 98,01% 1,39% 98,61%
2Rasio Luas Terkena DPI terhadap Luas
Tanam Tanaman Pangan2,80% 97,20% 1,76% 98,24% 1,55% 98,45%
Indikator Kinerja
Rerata 5 Tahun Tahun 2017 Tahun 2018
Laporan Tahunan 2018 51
T P T P (Ha) T P T P
1 Padi 308.753 3.237 337.199 90.037 16.294.808 1,89 0,02 2,07 0,55
2 Jagung 21.016 181 35.293 4.553 5.908.296 0,36 0,003 0,60 0,08
3 Kedelai 3.480 109 3.505 925 738.496 0,47 0,01 0,47 0,13
4 Kacang Tanah 1.217 - 100 28 349.865 0,35 - 0,03 0,01
5 Kacang Hijau 447 - 29 - 194.676 0,23 - 0,01 -
6 Ubi Kayu 1.546 0 528 90 662.378 0,23 0,00004 0,08 0,01
7 Ubi Jalar 370 0 1 - 83.231 0,44 0,00001 0,001 -
336.827 3.527 376.655 95.633 24.231.750 1,39 0,01 1,55 0,39
% SERANGAN OPT/DPI
OPT DPI % OPT % DPI
JUMLAH
NO KOMODITAS
SERANGAN OPT/DPI (Ha)LUAS TANAM
Tabel 12. Capaian Indikator Kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Tahun 2018 per Komoditas
Ket : T= Terkena, P = Puso, Data periode laporan 25 Januari 2019
2.6. Permasalahan dan Upaya Tindak Lanjut
2.6.1 Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan tahun 2018
adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan PPDPI
a. Terlambatnya realisasi kegiatan yang disebabkan oleh Revisi
DIPA yang membutuhkan waktu lama, perubahan CPCL,
sehingga waktu tanam mundur ke MT berikutnya terkait
ketersediaan air yang diperkirakan tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan tanaman selama satu musim tanam.
b. Varietas benih yang direkomendasikan untuk ditanam
terkadang ditolak oleh petani degan pertimbangan harga jual
dan rasa yang tidak sesuai dengan selera mereka.
c. Petani kesulitan mendapatkan varietas benih yang
direkomendasikan karena stock benih tidak tersedia di
penyedia sesuai jumlah yang dibutuhkan.
2. Penetapan Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL) terkendala kesulitan
dalam pencarian CPCL yang sesuai dengan kriteria.
3. Keterlambatan dalam penyaluran benih toleran OPT dikarenakan
lamanya proses administrasi penyaluran bantuan.
Laporan Tahunan 2018 52
4. Kurangnya ketersediaan air karena mundurnya musim hujan sehingga
menyebabkan produksi tidak optimal.
5. Perkembangan serangan OPT yang cepat khususnya Wereng Batang
Coklat yang disebabkan oleh kondisi iklim yang kondusif untuk
perkembangan OPT.
6. Perilaku petani belum menerapkan teknologi budidaya tanaman sehat,
penggunaan pestisida yang belum memenuhi kaidah enam (6) tepat,
serta kesadaran petani yang masih rendah untuk melakukan eradikasi
tanaman terserang OPT (virus).
7. Terbatasnya jumlah Petugas POPT yang ada, sehingga tidak sebanding
dengan luas pertanaman yang harus diamankan.
8. Terbatasnya jumlah pelatihan peningkatan kemampuan bagi petugas
lapangan di daerah atau pusat.
9. Terbatasnya sarana pendukung petugas POPT berupa kendaraan
operasional sehingga jangkauan wilayah tidak maksimal.
10. Fenomena alam ekstrim berupa badai yang menyebabkan banjir pada
areal pertanaman.
11. Kurangnya kesadaran dan kepedulian petani untuk mengendalikan
serangan OPT di lahan pertanamannya sehingga menjadi sumber
serangan untuk pertanaman sekitarnya.
12. Kurangnya sosialisasi pelaksanaan dem area di daerah mengakibatkan
pelaksanaan kegiatan Dem Area di lapangan terlambat atau tidak
sesuai dengan prinsip budidaya tanaman sehat.
13. Penolakan petani untuk menggunakan varietas benih toleran WBC
tertentu karena faktor preferensi/kesukaan.
14. Terbatasnya sarana kerja POPT seperti jaring serangga, pH Meter, LUP.
2.6.2 Upaya Tindak Lanjut
1. Meminimalkan usulan revisi DIPA dengan membuat perencanaan
anggaran yang tepat dan matang. Selain itu identifikasi dan pemilihan
CPCL sebaiknya benar-benar tepat sesuai kriteria yang dipersyaratkan
untuk meminimalkan perubahan CPCL.
2. Mengoptimalkan petugas pendamping kegiatan untuk selalu
mensosialisasikan dan memberikan pemahaman ke petani tentang
Laporan Tahunan 2018 53
varietas benih unggul yang direkomendasikan atau alternatif pemilihan
varietas bersertifikat spesifik lokasi yang dihasilkan oleh penangkar
benih setempat.
3. Pemerintah daerah setempat diharapkan dapat mendorong penangkar
benih setempat untuk menghasilkan benih unggul bersertifikat.
4. Mempercepat penyusunan/penyempurnaan petunjuk teknis
pelaksanaan kegiatan dan mensosialisasikannya secara intensif untuk
menyamakan persepsi dan meningkatkan efektifitas pelaksanaan
kegiatan.
5. Melakukan substitusi varietas benih toleran OPT yang tidak tersedia
atau kurang disukai petani dengan benih varietas lain yang juga
memiliki sifat toleran terhadap OPT.
6. Melakukan pengawalan dan pembinaan langsung untuk mendorong
petugas lapangan dan petani agar segera melakukan percepatan
pelaksanaan kegiatan.
7. Penyesuaian kriteria lokasi kegiatan sesuai kondisi pertanaman di
lapangan sehingga mudah dipenuhi dan kegiatan dapat terlaksana.
8. Realokasi kegiatan dari wilayah yang terkendala pelaksanaannya ke
wilayah lain yang membutuhkan dan potensial untuk dapat
melaksanakan kegiatan.
9. Peringatan kewaspadaan kepada Gubernur dan Bupati agar
menginstruksikan jajarannya untuk meningkatkan kinerja perlindungan
di wilayahnya dalam mengawal pertanaman.
10. Pengendalian OPT dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
a. Pengamatan intensif di lokasi-lokasi endemis.
b. Gerakan pengendalian dengan penyemprotan insektisida di
lokasi yang terserangan WBC
c. Eradikasi selektif tanaman terserang KR/KH dengan intensitas
ringan dan sedang dengan pencabutan dan pemusnahan rumpun
terserang
Laporan Tahunan 2018 54
d. Eradikasi total tanaman terserang KR/KH dengan intensitas berat
dan puso dengan olah tanah sempurna (Singkal/gelebeg ulang)
e. Penerapan budidaya tanaman sehat melalui kegiatan Dem Area
11. Penanganan Dampak Perubahan Iklim dilakukan dengan langkah
sebagai berikut :
a. Penyebarluasan informasi prakiraan iklim Musim Hujan / Musim
Kemarau
b. Pengamatan dini dan pelaporan yang intensif, terutama pada
daerah-daerah rawan banjir / kekeringan.
c. Mengoptimalkan potensi sawah tadah hujan dengan melakukan
normalisasi saluran irigasi, pembuatan saluran pembuangan air,
sumur suntik, penampungan air (panen air) dan pembuatan
sumur resapan/biopori.
d. Melakukan monitoring dan evaluasi secara rutin terhadap
perkembangan luas terkena banjir / kekeringan.
e. Budidaya tanaman sehat sesuai iklim dan kondisi setempat
melalui pemilihan komoditi, varietas spesifik lokasi, pengaturan
waktu tanam, pola tanam, teknik bercocok tanam dan
pengaturan ketersediaan air.
f. Menyiapkan bantuan Cadangan Benih Nasional (CBN) bagi lahan
yang terkena puso akibat banjir/kekeringan
g. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait untuk mitigasi
12. Mendorong petani untuk memanfaatkan asuransi usaha tani padi
(AUTP) guna mengurangi kerugian akibat serangan OPT dan DPI.
13. Melakukan pembinaan untuk meningkatkan kepedulian petani untuk
menjaga pertanamannya bebas dari OPT sehingga tidak menjadi
sumber serangan bagi pertanaman lain serta meningkatkan
pengetahuan petani dalam teknis pengendalian serangan OPT sesuai
dengan prinsip-prinsip Sistem Pengendalian Hama Terpadu.
Laporan Tahunan 2018 55
III. PENUTUP
Pelaksanaan kegiatan perlindungan dalam rangka mendukung upaya
peningkatan produksi berdasarkan pengukuran capaian kinerja kegiatan
perlindungan tanaman pangan yang dilakukan pada periode Tahun 2018, dapat
disimpulkan bahwa kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dalam
pengamanan tanaman pangan dari gangguan OPT/DPI selama tahun 2018 termasuk
dalam kategori Sangat Berhasil, dengan capaian rasio luas serangan OPT terhadap
luas tanam tanaman pangan sebesar 1,39% dan rasio luas gangguan DPI (banjir dan
kekeringan) terhadap luas tanam tanaman pangan sebesar 1,55 %. Keberhasilan
tersebut merupakan hasil dari kegiatan pengamatan, pencegahan dan pengendalian
serangan OPT/DPI yang beberapa diantaranya telah direalisasikan pada tahun 2018
antara lain : PPHT padi, jagung dan kedelai dengan realisasi sebesar 99,31%, PPDPI
telah direalisasikan sebesar 100,00%, gerakan pengendalian padi, jagung dan
kedelai direalisasikan sebesar 99,88%, penguatan agroekosistem padi, jagung dan
kedelai direalisasikan sebesar 99,63%, pengujian mutu produk tanaman sebesar
109,60%, dan dem area budidaya tanaman sehat sebesar 100,00%.
Selain hasil dari pelaksanaan beberapa kegiatan utama, keberhasilan
pengamanan tanaman pangan dari gangguan OPT/DPI pada tahun 2018 juga tak
lepas dari peran aktif seluruh petugas baik di pusat maupun daerah dalam
melakukan monitoring dan pembinaan terhadap para petani untuk senantiasa
mengedepankan prinsip budidaya tanaman sehat, pengelolaan hama terpadu dan
respon cepat terhadap penanggulangan dampak perubahan iklim dengan tetap
memperhatikan aspek kelestarian lingkungan. Laboratorium pengujian mutu produk
juga berperan dalam memastikan sarana pengendali OPT yang tersedia selalu
terjamin mutu dan efektivitasnya. Realisasi pelaksanaan kegiatan dan capaian
kinerja tersebut menggunakan anggaran sebesar Rp. 248.468.290.238,- atau 89,98%
dari pagu anggaran Rp. 276.133.654.000,-.
Laporan Tahunan 2018 56
Lampiran 1.
REALISASI PELAKSANAAN PPHT
PADA TANAMAN PADI TAHUN 2018
Fisik Anggaran
Ha (Rp. 000,-) Ha % Rp. 000,- %
1 Aceh 300 481.392 300 100,00 481.200 99,96
2 Sumatera Utara 450 722.088 450 100,00 710.688 98,42
3 Sumatera Barat 300 481.392 300 100,00 481.380 100,00
4 Riau 75 120.348 75 100,00 120.348 100,00
5 Jambi 125 200.580 125 100,00 200.580 100,00
6 Sumatera Selatan 450 722.088 400 88,89 682.338 94,50
7 Bengkulu 100 160.464 100 100,00 160.464 100,00
8 Lampung 450 722.088 450 100,00 697.788 96,63
9 Bangka Belitung 25 40.116 25 100,00 40.116 100,00
10 Kep. Riau - - - -
11 Banten 225 361.044 225 100,00 361.044 100,00
12 DKI Jakarta - - - -
13 Jawa Barat 600 962.784 600 100,00 962.784 100,00
14 Jawa Tengah 1.100 1.765.104 1.100 100,00 1.765.104 100,00
15 DI.Yogyakarta 175 280.812 175 100,00 280.668 99,95
16 Jawa Timur 1.225 1.965.684 1.225 100,00 1.965.684 100,00
17 Bali 75 120.348 75 100,00 119.348 99,17
18 NTB 525 842.436 525 100,00 842.326 99,99
19 NTT 150 256.896 150 100,00 256.896 100,00
20 Kalimantan Barat 300 481.392 300 100,00 481.392 100,00
21 Kalimantan Tengah 150 240.696 125 83,33 200.580 83,33
22 Kalimantan Selatan 350 561.624 350 100,00 561.600 100,00
23 Kalimantan Timur 100 160.464 100 100,00 160.464 100,00
24 Kalimantan Utara
25 Sulawesi Utara 225 361.044 225 100,00 361.044 100,00
26 Sulawesi Tengah 200 320.928 200 100,00 320.928 100,00
27 Sulawesi Selatan 425 681.972 425 100,00 681.472 99,93
28 Sulawesi Tenggara 125 200.580 125 100,00 200.580 100,00
29 Gorontalo 75 120.348 75 100,00 120.348 100,00
30 Sulawesi Barat 50 80.232 50 100,00 80.232 100,00
31 Maluku 100 171.264 100 100,00 163.464 95,45
32 Maluku Utara 25 42.816 25 100,00 42.816 100,00
33 Papua Barat 25 42.816 25 100,00 42.816 100,00
34 Papua 25 42.816 25 100,00 42.300 98,79
8.525 13.714.656 8.450 99,12 13.588.792 99,08 Jumlah
No ProvinsiTarget
PPHT Padi
Realisasi
Fisik Anggaran
Laporan Tahunan 2018 57
Fisik Anggaran
Ha (Rp. 000,-) Ha % Rp. 000,- %
1 Aceh 30 64.200 30 100,00 64.150 99,92
2 Sumatera Utara 30 64.200 30 100,00 64.200 100,00
3 Sumatera Barat 45 96.300 45 100,00 96.300 100,00
4 Riau 15 32.100 15 100,00 32.100 100,00
5 Jambi 15 32.100 15 100,00 32.100 100,00
6 Sumatera Selatan 165 353.100 165 100,00 348.400 98,67
7 Bengkulu 15 32.100 15 100,00 32.100 100,00
8 Lampung 135 288.900 135 100,00 276.750 95,79
9 Bangka Belitung - - - - -
10 Kep. Riau - - - - -
11 Banten 45 96.300 45 100,00 96.300 100,00
12 DKI Jakarta - - - - -
13 Jawa Barat 75 160.500 75 100,00 160.500 100,00
14 Jawa Tengah 105 224.700 105 100,00 223.675 99,54
15 DI.Yogyakarta 45 96.300 45 100,00 96.299 100,00
16 Jawa Timur 165 353.100 165 100,00 353.050 99,99
17 Bali - - - - -
18 NTB 75 160.500 75 100,00 160.500 100,00
19 NTT 60 139.200 60 100,00 139.200 100,00
20 Kalimantan Barat 30 64.200 30 100,00 64.200 100,00
21 Kalimantan Tengah 15 32.100 15 100,00 32.100 100,00
22 Kalimantan Selatan 45 96.300 45 100,00 96.283 99,98
23 Kalimantan Timur 15 32.100 15 100,00 32.100 100,00
24 Kalimantan Utara
25 Sulawesi Utara 90 192.600 90 100,00 192.600 100,00
26 Sulawesi Tengah 30 64.200 30 100,00 64.200 100,00
27 Sulawesi Selatan 90 192.600 90 100,00 192.600 100,00
28 Sulawesi Tenggara 90 192.600 90 100,00 192.600 100,00
29 Gorontalo 90 192.600 90 100,00 192.600 100,00
30 Sulawesi Barat 15 32.100 15 100,00 32.100 100,00
31 Maluku 15 34.800 15 100,00 33.600 96,55
32 Maluku Utara - #DIV/0! - #DIV/0!
33 Papua Barat - - #DIV/0! - #DIV/0!
34 Papua 15 34.800 15 100,00 34.800 100,00
1.560 3.354.600 1.560 100,00 3.335.407 99,43
PPHT Jagung
Jumlah
No ProvinsiTarget Realisasi
Fisik Anggaran
Lampiran 2.
REALISASI PELAKSANAAN PPHT
PADA TANAMAN JAGUNG TAHUN 2018
Laporan Tahunan 2018 58
Lampiran 3.
REALISASI PELAKSANAAN PPHT
PADA TANAMAN KEDELAI TAHUN 2018
Fisik Anggaran
Ha (Rp. 000,-) Ha % Rp. 000,- %
1 Aceh 20 48.000 20 100,00 48.000 100,00
2 Sumatera Utara 20 48.000 20 100,00 48.000 100,00
3 Sumatera Barat
4 Riau
5 Jambi 20 48.000 20 100,00 48.000 100,00
6 Sumatera Selatan 10 24.000 10 100,00 24.000 100,00
7 Bengkulu
8 Lampung 80 192.000 80 100,00 182.000 94,79
9 Bangka Belitung
10 Kep. Riau
11 Banten 30 72.000 30 100,00 72.000 100,00
12 DKI Jakarta
13 Jawa Barat 20 48.000 20 100,00 48.000 100,00
14 Jawa Tengah 80 192.000 80 100,00 183.637 95,64
15 DI.Yogyakarta 20 48.000 20 100,00 47.800 99,58
16 Jawa Timur 100 240.000 100 100,00 239.400 99,75
17 Bali - -
18 NTB 50 120.000 50 100,00 120.000 100,00
19 NTT 10 26.500 10 100,00 26.500 100,00
20 Kalimantan Barat 20 48.000 20 100,00 47.550 99,06
21 Kalimantan Tengah 20 48.000 20 100,00 48.000 100,00
22 Kalimantan Selatan 30 72.000 30 100,00 71.962 99,95
23 Kalimantan Timur 10 24.000 10 100,00 24.000 100,00
24 Kalimantan Utara
25 Sulawesi Utara 20 48.000 20 100,00 48.000 100,00
26 Sulawesi Tengah 10 24.000 10 100,00 24.000 100,00
27 Sulawesi Selatan 150 360.000 150 100,00 336.965 93,60
28 Sulawesi Tenggara 30 72.000 30 100,00 71.550 99,38
29 Gorontalo 10 24.000 10 100,00 24.000 100,00
30 Sulawesi Barat
31 Maluku
32 Maluku Utara
33 Papua Barat
34 Papua
760 1.826.500 760 100,00 1.783.363 97,64 Jumlah
No Provinsi Target
PPHT Kedelai
Realisasi
Fisik Anggaran
Laporan Tahunan 2018 59
Fisik Anggaran
Ha (Rp. 000,-) Ha % Rp. 000,- %
1 Aceh 20 95.070 20 100,00 92.912 97,73
2 Sumatera Utara 20 95.070 20 100,00 95.070 100,00
3 Sumatera Barat 40 151.200 40 100,00 151.004 99,87
4 Riau 20 85.335 20 100,00 83.589 97,95
5 Jambi
6 Sumatera Selatan 30 142.605 30 100,00 140.705 98,67
7 Bengkulu
8 Lampung
9 Bangka Belitung
10 Kep. Riau
11 Banten 20 95.070 20 100,00 94.800 99,72
12 DKI Jakarta
13 Jawa Barat 30 142.605 30 100,00 142.605 100,00
14 Jawa Tengah 20 95.070 20 100,00 94.905 99,83
15 DI.Yogyakarta 10 47.535 10 100,00 47.433 99,79
16 Jawa Timur 40 190.140 40 100,00 190.140 100,00
17 Bali
18 NTB 10 37.800 10 100,00 37.350 98,81
19 NTT
20 Kalimantan Barat 10 47.535 10 100,00 47.500 99,93
21 Kalimantan Tengah
22 Kalimantan Selatan 10 47.535 10 100,00 47.532 99,99
23 Kalimantan Timur
24 Kalimantan Utara
25 Sulawesi Utara
26 Sulawesi Tengah 10 47.535 10 100,00 47.535 100,00
27 Sulawesi Selatan 40 190.140 40 100,00 188.590 99,18
28 Sulawesi Tenggara 50 237.675 50 100,00 237.675 100,00
29 Gorontalo 10 47.535 10 100,00 47.535 100,00
30 Sulawesi Barat
31 Maluku 10 58.370 10 100,00 58.370 100,00
32 Maluku Utara
33 Papua Barat
34 Papua
400 1.853.825 400 100,00 1.845.250 99,54 Jumlah
PPDPI
Target Realisasi
Fisik Anggaran
No Provinsi
Lampiran 4.
REALISASI PELAKSANAAN PPDPI
PADA TANAMAN PADI TAHUN 2018
Laporan Tahunan 2018 60
Fisik Anggaran Unit % Rp. 000 %
1 Aceh 28 182.000 28 100,00 182.000 100,00
2 Sumatera Utara 43 279.500 43 100,00 279.500 100,00
3 Sumatera Barat 30 195.000 30 100,00 195.000 100,00
4 Riau 5 32.500 5 100,00 32.500 100,00
5 Jambi 5 32.500 5 100,00 32.500 100,00
6 Sumatera Selatan 40 260.000 40 100,00 260.000 100,00
7 Bengkulu 5 32.500 5 100,00 32.500 100,00
8 Lampung 31 201.500 31 100,00 198.400 98,46
9 Bangka Belitung 1 6.500 1 100,00 -
10 Kep. Riau -
11 Banten 17 110.500 17 100,00 110.500 100,00
12 DKI Jakarta -
13 Jawa Barat 80 520.000 80 100,00 520.000 100,00
14 Jawa Tengah 73 474.500 73 100,00 474.500 100,00
15 DI.Yogyakarta 5 32.500 5 100,00 32.450 99,85
16 Jawa Timur 85 552.500 85 100,00 552.500 100,00
17 Bali 5 32.500 5 100,00 32.340 99,51
18 NTB 38 247.000 38 100,00 247.000 100,00
19 NTT 12 78.000 12 100,00 78.000 100,00
20 Kalimantan Barat 27 175.500 27 100,00 175.500 100,00
21 Kalimantan Tengah 9 58.500 9 100,00 58.500 100,00
22 Kalimantan Selatan 25 162.500 25 100,00 162.500 100,00
23 Kalimantan Timur 6 39.000 6 100,00 39.000 100,00
24 Kalimantan Utara
25 Sulawesi Utara 19 123.500 19 100,00 123.500 100,00
26 Sulawesi Tengah 12 78.000 12 100,00 78.000 100,00
27 Sulawesi Selatan 60 390.000 60 100,00 389.100 99,77
28 Sulawesi Tenggara 5 32.500 5 100,00 28.450 87,54
29 Gorontalo 9 58.500 9 100,00 58.500 100,00
30 Sulawesi Barat 5 32.500 5 100,00 32.500 100,00
31 Maluku 2 13.000 2 100,00 8.900 68,46
32 Maluku Utara 1 6.500 1 100,00 6.500 100,00
33 Papua Barat 1 6.500 1 100,00 6.500 100,00
34 Papua 2 13.000 2 100,00 13.000 100,00
686 4.459.000 686 100,00 4.440.140 99,58 Jumlah
No Provinsi Target
Gerakan Pengendalian Padi
Realisasi
Fisik Anggaran
Lampiran 5.
REALISASI PELAKSANAAN GERAKAN PENGENDALIAN OPT
PADA TANAMAN PADI TAHUN 2018
Lampiran 6.
Laporan Tahunan 2018 61
Fisik Anggaran Unit % Rp. 000 %
1 Aceh 4 26.000 4 100,00 26.000 100,00
2 Sumatera Utara 2 13.000 2 100,00 13.000 100,00
3 Sumatera Barat 2 13.000 2 100,00 13.000 100,00
4 Riau 1 6.500 1 100,00 6.500 100,00
5 Jambi 1 6.500 1 100,00 6.500 100,00
6 Sumatera Selatan 11 71.500 11 100,00 71.500 100,00
7 Bengkulu 1 6.500 1 100,00 6.500 100,00
8 Lampung 10 65.000 10 100,00 64.000 98,46
9 Bangka Belitung - -
10 Kep. Riau - -
11 Banten 1 6.500 1 100,00 6.500 100,00
12 DKI Jakarta - -
13 Jawa Barat 10 65.000 10 100,00 65.000 100,00
14 Jawa Tengah 7 45.500 7 100,00 45.500 100,00
15 DI.Yogyakarta 1 6.500 1 100,00 6.500 100,00
16 Jawa Timur - -
17 Bali - -
18 NTB 5 32.500 5 100,00 32.500 100,00
19 NTT 11 71.500 11 100,00 71.500 100,00
20 Kalimantan Barat 2 13.000 2 100,00 13.000 100,00
21 Kalimantan Tengah 1 6.500 1 100,00 6.500 100,00
22 Kalimantan Selatan 6 39.000 6 100,00 39.000 100,00
23 Kalimantan Timur - -
24 Kalimantan Utara
25 Sulawesi Utara 4 26.000 4 100,00 26.000 100,00
26 Sulawesi Tengah 3 19.500 3 100,00 19.500 100,00
27 Sulawesi Selatan 15 97.500 15 100,00 97.500 100,00
28 Sulawesi Tenggara 5 32.500 5 100,00 28.400 87,38
29 Gorontalo 4 26.000 4 100,00 26.000 100,00
30 Sulawesi Barat 2 13.000 2 100,00 13.000 100,00
31 Maluku 1 6.500 1 100,00 4.450 68,46
32 Maluku Utara 1 6.500 1 100,00 6.500 100,00
33 Papua Barat - - - -
34 Papua 1 6.500 1 100,00 6.500 100,00
112 728.000 112 100,00 720.850 99,02
Gerakan Pengendalian Jagung
Jumlah
No Provinsi TargetRealisasi
Volume Anggaran
REALISASI PELAKSANAAN GERAKAN PENGENDALIAN OPT
PADA TANAMAN JAGUNG TAHUN 2018
Lampiran 7.
Laporan Tahunan 2018 62
Fisik Anggaran Unit % Rp. 000 %
1 Aceh 2 13.000 2 100,00 13.000 100,00
2 Sumatera Utara 2 13.000 2 100,00 13.000 100,00
3 Sumatera Barat 2 13.000 2 100,00 13.000 100,00
4 Riau
5 Jambi 1 6.500 1 100,00 6.500 100,00
6 Sumatera Selatan 4 26.000 4 100,00 26.000 100,00
7 Bengkulu
8 Lampung 5 32.500 5 100,00 32.500 100,00
9 Bangka Belitung
10 Kep. Riau
11 Banten 1 6.500 1 100,00 6.500 100,00
12 DKI Jakarta
13 Jawa Barat 5 32.500 5 100,00 32.500 100,00
14 Jawa Tengah 5 32.500 5 100,00 32.400 99,69
15 DI.Yogyakarta 1 6.500 1 100,00 6.370 98,00
16 Jawa Timur 10 65.000 10 100,00 65.000 100,00
17 Bali
18 NTB 7 45.500 7 100,00 45.500 100,00
19 NTT 2 13.000 2 100,00 13.000 100,00
20 Kalimantan Barat 1 6.500 1 100,00 6.500 100,00
21 Kalimantan Tengah 1 6.500 0,00 -
22 Kalimantan Selatan 2 13.000 2 100,00 13.000 100,00
23 Kalimantan Timur
24 Kalimantan Utara
25 Sulawesi Utara 2 13.000 2 100,00 13.000 100,00
26 Sulawesi Tengah 1 6.500 1 100,00 6.500 100,00
27 Sulawesi Selatan 5 32.500 5 100,00 32.500 100,00
28 Sulawesi Tenggara 2 13.000 2 100,00 13.000 100,00
29 Gorontalo 1 6.500 1 100,00 6.500 100,00
30 Sulawesi Barat 1 6.500 1 100,00 -
31 Maluku 2 13.000 2 100,00 8.900 68,46
32 Maluku Utara
33 Papua Barat
34 Papua
65 422.500 64 98,46 405.170 95,90
Gerakan Pengendalian Kedelai
Jumlah
No Provinsi TargetRealisasi
Volume Anggaran
REALISASI PELAKSANAAN GERAKAN PENGENDALIAN OPT
PADA TANAMAN KEDELAI TAHUN 2018
Lampiran 8.
Laporan Tahunan 2018 63
Fisik (Ha) Anggaran Fisik (Ha) % Rp. 000 %
1 Aceh 50 21.000 50 100,00 21.000 100,00
2 Sumatera Utara 100 42.000 100 100,00 42.000 100,00
3 Sumatera Barat 75 31.500 75 100,00 31.500 100,00
4 Riau 25 10.500 25 100,00 10.500 100,00
5 Jambi 25 10.500 25 100,00 10.500 100,00
6 Sumatera Selatan 125 52.500 125 100,00 51.750 98,57
7 Bengkulu 25 10.500 25 100,00 10.500 100,00
8 Lampung 125 52.500 125 100,00 52.500 100,00
9 Bangka Belitung 25 10.500 25 100,00 10.500 100,00
10 Kep. Riau - - #DIV/0! - #DIV/0!
11 Banten 50 21.000 50 100,00 21.000 100,00
12 DKI Jakarta - - #DIV/0! - #DIV/0!
13 Jawa Barat 275 115.500 275 100,00 115.500 100,00
14 Jawa Tengah 225 94.500 225 100,00 94.500 100,00
15 DI.Yogyakarta 25 10.500 25 100,00 10.500 100,00
16 Jawa Timur 275 115.500 275 100,00 115.500 100,00
17 Bali 25 10.500 25 100,00 10.500 100,00
18 NTB 50 21.000 50 100,00 21.000 100,00
19 NTT 25 10.500 25 100,00 10.500 100,00
20 Kalimantan Barat 50 21.000 50 100,00 21.000 100,00
21 Kalimantan Tengah 25 10.500 25 100,00 10.500 100,00
22 Kalimantan Selatan 75 31.500 75 100,00 31.500 100,00
23 Kalimantan Timur 25 10.500 25 100,00 10.500 100,00
24 Kalimantan Utara
25 Sulawesi Utara 50 21.000 50 100,00 21.000 100,00
26 Sulawesi Tengah 25 10.500 25 100,00 10.500 100,00
27 Sulawesi Selatan 150 63.000 150 100,00 63.000 100,00
28 Sulawesi Tenggara 50 21.000 50 100,00 21.000 100,00
29 Gorontalo 25 10.500 25 100,00 10.500 100,00
30 Sulawesi Barat 50 21.000 50 100,00 21.000 100,00
31 Maluku 50 21.000 50 100,00 13.000 61,90
32 Maluku Utara 25 10.500 25 100,00 10.500 100,00
33 Papua Barat 25 10.500 25 100,00 10.500 100,00
34 Papua 25 10.500 25 100,00 10.500 100,00
2.175 913.500 2.175 100,00 904.750 99,04
PENGUATAN AGROEKOSISTEM PADI
Jumlah
TargetNo ProvinsiRealisasi
Fisik Keuangan
REALISASI PELAKSANAAN PENGUATAN AGROEKOSISTEM
PADA TANAMAN PADI TAHUN 2018
Lampiran 9.
Laporan Tahunan 2018 64
REALISASI PELAKSANAAN PENGUATAN AGROEKOSISTEM
PADA TANAMAN JAGUNG TAHUN 2018
Lampiran 10.
Fisik Anggaran Unit % Rp. 000 %
1 Aceh 15 10.500 15 100,00 10.500 100,00
2 Sumatera Utara 15 10.500 15 100,00 10.500 100,00
3 Sumatera Barat 15 10.500 15 100,00 10.500 100,00
4 Riau - - -
5 Jambi - - -
6 Sumatera Selatan 15 10.500 15 100,00 10.500 100,00
7 Bengkulu - - -
8 Lampung 15 10.500 15 100,00 10.500 100,00
9 Bangka Belitung - -
10 Kep. Riau - -
11 Banten 15 10.500 15 100,00 10.500 100,00
12 DKI Jakarta - -
13 Jawa Barat 30 21.000 30 100,00 21.000 100,00
14 Jawa Tengah 15 10.500 15 100,00 10.500 100,00
15 DI.Yogyakarta - -
16 Jawa Timur 30 21.000 30 100,00 21.000 100,00
17 Bali - -
18 NTB 30 21.000 30 100,00 21.000 100,00
19 NTT 15 10.500 15 100,00 10.500 100,00
20 Kalimantan Barat - -
21 Kalimantan Tengah - -
22 Kalimantan Selatan 15 10.500 15 100,00 10.500 100,00
23 Kalimantan Timur - -
24 Kalimantan Utara
25 Sulawesi Utara 30 21.000 30 100,00 21.000 100,00
26 Sulawesi Tengah 15 10.500 15 100,00 10.500 100,00
27 Sulawesi Selatan 30 21.000 30 100,00 21.000 100,00
28 Sulawesi Tenggara 15 10.500 15 100,00 10.500 100,00
29 Gorontalo 15 10.500 15 100,00 10.500 100,00
30 Sulawesi Barat 15 10.500 15 100,00 10.500 100,00
31 Maluku 15 10.500 15 100,00 10.500 100,00
32 Maluku Utara - -
33 Papua Barat - -
34 Papua - -
360 252.000 360 100,00 252.000 100,00 Jumlah
No Provinsi
PENGUATAN AGROEKOSISTEM JAGUNG
TargetRealisasi
Fisik Keuangan
Laporan Tahunan 2018 65
Fisik Anggaran Unit % Rp. 000 %
1 Aceh 10 10.500 10 100,00 9.750 92,86
2 Sumatera Utara 10 10.500 10 100,00 10.500 100,00
3 Sumatera Barat
4 Riau
5 Jambi
6 Sumatera Selatan 10 10.500 10 100,00 10.500 100,00
7 Bengkulu
8 Lampung 10 10.500 10 100,00 10.500 100,00
9 Bangka Belitung
10 Kep. Riau
11 Banten 10 10.500 10 100,00 10.500 100,00
12 DKI Jakarta
13 Jawa Barat 10 10.500 10 100,00 10.500 100,00
14 Jawa Tengah 10 10.500 10 100,00 10.500 100,00
15 DI.Yogyakarta
16 Jawa Timur 10 10.500 10 100,00 10.500 100,00
17 Bali
18 NTB 10 10.500 10 100,00 10.500 100,00
19 NTT
20 Kalimantan Barat
21 Kalimantan Tengah 10 10.500 - -
22 Kalimantan Selatan 10 10.500 10 100,00 10.500 100,00
23 Kalimantan Timur
24 Sulawesi Utara 10 10.500 10 100,00 9.750 92,86
25 Sulawesi Tengah 10 10.500 10 100,00 10.500 100,00
26 Sulawesi Selatan 10 10.500 10 100,00 9.000 85,71
27 Sulawesi Tenggara 10 10.500 10 100,00 10.500 100,00
28 Gorontalo 10 10.500 10 100,00 10.500 100,00
29 Sulawesi Barat
30 Maluku
31 Maluku Utara
32 Papua Barat
33 Papua
160 168.000 150 93,75 154.500 91,96
PENGUATAN AGROEKOSISTEM KEDELAI
Jumlah
No Provinsi TargetRealisasi
Fisik Keuangan
REALISASI PELAKSANAAN PENGUATAN AGROEKOSISTEM
PADA TANAMAN KEDELAI TAHUN 2018
Lampiran 11.
Laporan Tahunan 2018 66
REALISASI PELAKSANAAN DEM AREA BUDIDAYA TANAMAN SEHAT PADI
TAHUN 2018
Ha (Rp. 000,-) Ha % (Rp. 000,-) %
1 Aceh 233 396.100 233 100,00 396.100 100,00
2 Sumatera Utara 300 510.000 300 100,00 510.000 100,00
3 Sumatera Barat 400 680.000 400 100,00 680.000 100,00
4 Riau - -
5 Jambi - -
6 Sumatera Selatan 2.045 3.476.500 2.045 100,00 3.476.500 100,00
7 Bengkulu - -
8 Lampung 900 1.530.000 900 100,00 1.530.000 100,00
9 Bangka Belitung - -
10 Kep. Riau - -
11 Banten 300 510.000 300 100,00 510.000 100,00
12 DKI Jakarta - -
13 Jawa Barat 9.002 15.303.400 9.002 100,00 15.303.400 100,00
14 Jawa Tengah 4.370 7.429.000 4.370 100,00 7.429.000 100,00
15 DI.Yogyakarta 300 510.000 300 100,00 510.000 100,00
16 Jawa Timur 3.300 5.610.000 3.300 100,00 5.610.000 100,00
17 Bali 250 425.000 250 100,00 425.000 100,00
18 NTB 500 850.000 500 100,00 850.000 100,00
19 NTT 250 425.000 250 100,00 425.000 100,00
20 Kalimantan Barat - -
21 Kalimantan Tengah - -
22 Kalimantan Selatan 250 425.000 250 100,00 425.000 100,00
23 Kalimantan Timur - -
24 Kalimantan Utara -
25 Sulawesi Utara - -
26 Sulawesi Tengah - -
27 Sulawesi Selatan 600 1.020.000 600 100,00 1.020.000 100,00
28 Sulawesi Tenggara - -
29 Gorontalo - -
30 Sulawesi Barat - -
31 Maluku - -
32 Maluku Utara - -
33 Papua Barat - -
34 Papua - -
23.000 39.100.000 23.000 100,00 39.100.000 100,00 Jumlah
DEM AREA BUDIDAYA TANAMAN SEHAT
Prenecanaan Daerah
Realisasi
Fisik Anggaran Fisik
No ProvinsiTarget
Anggaran
Lampiran 12.
Laporan Tahunan 2018 67
REALISASI PELAKSANAAN DEM AREA BUDIDAYA TANAMAN SEHAT PPDPI
TAHUN 2018
Ha (Rp. 000,-) Ha % (Rp. 000,-) %
1 Aceh
2 Sumatera Utara
3 Sumatera Barat
4 Riau
5 Jambi
6 Sumatera Selatan
7 Bengkulu
8 Lampung
9 Bangka Belitung
10 Kep. Riau
11 Banten 100 200.000 100 100,00 200.000 100,00
12 DKI Jakarta
13 Jawa Barat 175 350.000 175 100,00 350.000 100,00
14 Jawa Tengah 270 540.000 270 100,00 540.000 100,00
15 DI.Yogyakarta 150 300.000 150 100,00 300.000 100,00
16 Jawa Timur 305 610.000 305 100,00 610.000 100,00
17 Bali
18 NTB
19 NTT
20 Kalimantan Barat
21 Kalimantan Tengah
22 Kalimantan Selatan
23 Kalimantan Timur
24 Sulawesi Utara
25 Sulawesi Tengah
26 Sulawesi Selatan
27 Sulawesi Tenggara
28 Gorontalo
29 Sulawesi Barat
30 Maluku
31 Maluku Utara
32 Papua Barat
33 Papua
1.000 2.000.000 1.000 100,00 2.000.000 100,00
Anggaran
SP2D
Jumlah
No Provinsi
DEM AREA PPDPI
Prenecanaan Daerah
Target Realisasi
Fisik Anggaran Fisik
Lampiran 13.
Laporan Tahunan 2018 68
PENGADAAN PESTISIDA
TAHUN 2018
Lampiran 14.
Volume
Kg/Liter
1 Aceh 15.000
2 Sumatera Utara 10.150
3 Sumatera Barat 7.800
4 Riau 4.400
5 Jambi 4.300
6 Sumatera Selatan 33.220
7 Bengkulu 3.000
8 Lampung 5.374
9 Bangka Belitung -
10 Kep. Riau 2.000
11 Banten 12.705
12 DKI Jakarta -
13 Jawa Barat 55.728
14 Jawa Tengah 28.295
15 DI.Yogyakarta 1.000
16 Jawa Timur 38.100
17 Bali 9.090
18 NTB 6.500
19 NTT 4.480
20 Kalimantan Barat 6.890
21 Kalimantan Tengah 4.800
22 Kalimantan Selatan 5.000
23 Kalimantan Timur 5.200
24 Kalimantan Utara -
25 Sulawesi Utara 2.750
26 Sulawesi Tengah 4.600
27 Sulawesi Selatan 13.900
28 Sulawesi Tenggara 15.000
29 Gorontalo 6.250
30 Sulawesi Barat 11.600
31 Maluku -
32 Maluku Utara -
33 Papua Barat -
34 Papua -
317.132
NO PROVINSI
JUMLAH
Laporan Tahunan 2018 69
PETANI PENGAMAT TAHUN 2018
Lampiran 15.
Rencana Realisasi % Capaian
1 Aceh 253 253 100,00
2 Sumatera Utara 275 275 100,00
3 Sumatera Barat 80 80 100,00
4 Riau 104 104 100,00
5 Jambi 50 50 100,00
6 Sumatera Selatan 130 130 100,00
7 Bengkulu 40 40 100,00
8 Lampung 220 220 100,00
9 Bangka Belitung 40 40 100,00
10 Kep. Riau 0 -
11 Banten 131 131 100,00
12 DKI Jakarta
13 Jawa Barat 400 400 100,00
14 Jawa Tengah 503 503 100,00
15 DI.Yogyakarta 38 38 100,00
16 Jawa Timur 343 343 100,00
17 Bali 100 100 100,00
18 NTB 45 45 100,00
19 NTT 136 136 100,00
20 Kalimantan Barat 100 100 100,00
21 Kalimantan Tengah 22 22 100,00
22 Kalimantan Selatan 100 100 100,00
23 Kalimantan Timur 100 100 100,00
24 Kalimantan Utara -
25 Sulawesi Utara 98 98 100,00
26 Sulawesi Tengah 89 89 100,00
27 Sulawesi Selatan 138 138 100,00
28 Sulawesi Tenggara 128 128 100,00
29 Gorontalo 50 50 100,00
30 Sulawesi Barat 39 39 100,00
31 Maluku 46 46 100,00
32 Maluku Utara 50 50 100,00
33 Papua Barat 50 50 100,00
34 Papua 25 25 100,00
3.923 3.923 100,00
NO PROVINSIPetani Pengamat
JUMLAH
Laporan Tahunan 2018 70
NO Jenis kendaraan No. Polisi Tahun Penanggung Jawab Penggunaan
I RODA 4
1 Ford Escape B. 1805 SQO 2012 Direktur Op. Dinas Es II
2 Toyota Inova B. 1158 SQP 2012 Kasubdit POPT Serealia Op. Dinas Subdit POPT Serealia
3 Isuzu Dobel Kabin D Max B. 9285 WQ 2007 Kasubdit PDPI Op. Dinas Subdit PDPI
4 Isuzu Dobel Kabin D Max B. 9266 WQ 2007 Operasional Direktorat Op. Dinas Lapangan
5 Toyota Kijang Kapsul B. 2242 MQ 2002 Kasubdit Data dan
Kelembagaan POPT
Op. Dinas Subdit Data dan
Kelembagaan POPT
6 Kia Carens II B. 1170 WQ 2004 Kasubdit POPT Akabi Op. Dinas Subdit POPT Akabi
7 Isuzu Panther B. 1245 HQ 1997 Kasubbag Tata Usaha Op. Dinas Direktorat Perlindungan
II RODA 2
1 Suzuki Thunder 125/Sport B. 6166 SQK 2007 Asmat Op. Pengemudi
2 Suzuki Thunder 125/Sport B. 6412 SQL 2007 Zaini OP. Pengemudi
3 Suzuki Thunder 125/Sport B. 6415 SQL 2007 Asis Purwoko, S.TP, M.T Op. Kasie Data & Informasi OPT
4 Suzuki Thunder 125/Sport B. 6410 SQL 2007 Imam Suroso Op. Satker
5 Suzuki Thunder 125/Sport B. 6121 SQK 2007 Charles Liya AR,SP Op. Perencanaan
6 Suzuki Thunder 125/Sport B. 6413 SQL 2007 Handri Sutrisno, A.Md Op. Satker
7 Suzuki Arashi 125/Bebek B. 6324 SQK 2007 Yunita Fauziah R. SP, M.Si Op. Kasie Penanggulangan Dampak
Kekeringan
8 Suzuki Arashi 125/Bebek B. 6364 SQK 2007 Ma'unah Ambarwati, SP, MP Op. Kasie Kelembagaan. POPT
9 Suzuki Arashi 125/Bebek B. 6320 SQK 2007 Nur Rahmi Endah Utami, SP,
M.A, MPA
Op. Kasie Tek.PHT Akabi
10 Suzuki Arashi 125/Bebek B.6195 SQM 2007 Edi Eko Sasmito, SP. M.Si Op. Kasie Tek PHT Serealia
11 Suzuki Arashi 125/Bebek B.6358 SQK 2007 Gandhi Purnama. SP. M.Si Op. Kasie Sarana POPT Serealia
12Suzuki Shogun 125/Bebek
T. 3061 FF 2007 Noviyanti, SE Op. Tata Usaha
13Suzuki Shogun 125/Bebek
T. 3062 FF 2007 Ahmad Jais, SE Op. Tata Usaha/ Op PPBJ
14Suzuki Shogun 125/Bebek
T. 3063 FF 2007 Ir. Sri Aswita, MM Op. Kasie Sarana POPT Akabi
15 Suzuki Shogun 125/Bebek T. 3064 FF 2007 Wiwik Sugiharti, SP. M.Si Op. Kasie Penanggulangan Dampak
Kebanjiran
16 Suzuki Thunder 125/Sport T. 3065 FF 2007 Amsorih Op. Pengemudi
17 Suzuki Thunder 125/SportT. 3066 FF
2007 Irfan Fazri Op. Tata Usaha
18 Suzuki Thunder 125/SportT. 3067 FF
2007 Teguh Afandi Op. Subdit POPT Serealia
19Suzuki Thunder125/Sport T. 3068 FF
2007 Rahmat Op. Subdit Data & Kelembagaan
20Yamaha Soul GT 125 AKS B. 3370 SQE
2017 M. Firdaus Op. Pengemudi Direktur
DAFTAR INVENTARIS KENDARAAN RODA 2 DAN 4
DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN
TAHUN 2018
Lampiran 16.
Laporan Tahunan 2018 71
Dari Gol. Ke Gol.
Abriani Fensionita, S.P, M.Si IV/a IV/b
196910051998032001 01/04/2014 01/04/2018
Andriarti Kusumawardani, S.P, M.P III/d IV/a
197509242002122004 01/04/2014 01/04/2018
Yunita Fauziah Rahim, S.P, M.Si III/c III/d
197306262006042004 01/04/2014 01/04/2018
Nur Rahmi Endah Utami, S.P III/c III/d
197905262006042001 01/04/2014 01/04/2018
Yanti Suryanti II/d III/a
196803082001122001 01/04/2014 01/04/2018
Sri Hidayanti II/d III/a
197502192001122002 01/04/2014 01/04/2018
Badra Eka Saputra II/c II/d
197606112006041018 01/04/2014 01/04/2018
Muhamad Baehakhi II/a II/b
198004212014031001 01/03/2014 01/04/2018
Widia Herhayulika, S.P III/b III/c
198307092011012005 01/04/2015 01/04/2018
Ma'unah Ambarwati, S.P, M.P. III/d IV/a
197201291999032002 01/10/2014 01/10/2018
Acep Herdiana, S.P. III/b III/c
197703072009011003 01/04/2014 01/10/2018
Syarifah, S.P. III/b III/c
198206252009122002 01/10/2014 01/10/2018
Eko Setiyoko, S.P III/b III/c
197510292003121002 01/10/2014 01/10/2018
Ahmad Jais, S.E. III/a III/b
196704042002121001 01/10/2014 01/10/2018
10.
11.
12.
13.
14.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
No Nama/ NIPKenaikan Pangkat
1.
2.
3.
DAFTAR PEGAWAI YANG NAIK PANGKAT PADA
TAHUN 2018
Laporan Tahunan 2018 72
Lampiran 17.
DAFTAR PEGAWAI YANG NAIK GAJI BERKALA PADA
TAHUN 2018
Masa Kerja
Golongan/Per
Edi Eko Sasmito, S.P. 10 Tahun
198603072008011001 01/01/2018
Suparni, S.P, M.Sc. 10 Tahun
197704022008012017 01/01/2018
Ir. Mutiara, M.M. 28 Tahun
196111011992032001 01/02/2018
Carol Denica, S.E. 14 Tahun
197812272008121002 01/02/2018
Abriani Fensionita, S.P, M.Si 20 Tahun
196910051998032001 01/03/2018
Puspitasari 18 Tahun
197310171995032001 01/03/2018
Ir. Gatot Ari Putranto, M.M. 28 Tahun
196301021991031005 01/04/2018
Yunita Fauziah Rahim, S.P, M.Si. 12 Tahun
197306262006042001 01/04/2018
Nur Rahmi Endah Utami, S.P. 12 Tahun
197905262006042001 01/04/2018
Nasrul Sani 20 Tahun
197006262000031001 01/04/2018
Ir. Rosdiana Bustam 24 Tahun
196809121998032001 01/05/2018
Triana 24 Tahun
196804061995032001 01/05/2018
Sri Hidayanti 23 Tahun
197502192001122002 01/05/2018
Deno, S.P. 20 Tahun
197006251999031001 01/06/2018
Widia Herhayulika, S.P. 10 Tahun
198307092011012005 01/07/2018
Nurbayana, S.P. 18 Tahun
197401162000032001 01/08/2018
September Nihil
Oktober Nihil
Novmber Nihil
Andriarti Kusumawardani, S.P, M.P. 16 Tahun
197509242002122004 01/12/2018
Hendri Sutrisno, A.Md 11 Tahun
197904112009121003 01/12/2018
Eko Setiyoko, S.P. 10 Tahun
197510292003121002 01/12/2018
II/d
III/c
Desember
JuliIII/c
AgustusIII/b
IV/a
III/b
III/a
JuniIII/b
Mei
III/c
III/a
III/d
April
III/b
IV/b
III/c
Maret
IV/b
III/c
IV/a
Februari
Bulan Nama / NIP Gol
III/c
III/cJanuari
Laporan Tahunan 2018 73
Bulan Nama Keterangan
Agustus Ir.Gatut Sumbogodjati, M.M Mutasi ke Direktorat PPHTP
November Edy Purnawan, S.P, M.Sc Mutasi Dari Direktorat Jenderal PSP
Januari Asis Purwoko, S.TP, M.T Mutasi Dari Sekretariat Direktorat
Lampiran 18.
DAFTAR PEGAWAI YANG MUTASI
TAHUN 2018
DAFTAR PEGAWAI YANG PENSIUN
TAHUN 2018
Nama Bulan
Ir. Yanuardi, M.M Oktober
top related