kearifan lokal dalam pemanfaatan tumbuhan ......penelitian tentanf kearifan lokal masyarakat dalam...
Post on 16-May-2021
16 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KEARIFAN LOKAL DALAM PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT PADA
HUTAN ADAT MARENA, DESA PEKALOBEAN, KECAMATAN
ANGGERAJA, KABUPATEN ENREKANG
SKRIPSI
NURUL PRATIWI
105951103316
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
ii
HALAMAN JUDUL
KEARIFAN LOKAL DALAM PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT PADA
HUTAN ADAT MARENA DI DESA PEKALOBEAN , KECAMATAN
ANGGEARAJA, KABUPATEN ENREKANG
SKRIPSI
SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA
PERTANIAN STRATA SATU ( S1)
NURUL PRATIWI
105951103316
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Kearifan Lokal Dalam Pemanfaatan Tumbuhan Obat Pada
Hutan Adat Marena, Desa Pekalobeaan, Kecamatan Anggeraja,
Kabupaten Enrekang
Nama : Nurul Pratiwi
Stambuk : 105951103316
Program Studi : Kehutanan
Fakultas : Pertanian
Telah diperiksa dan dosetujui oleh :
Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Husnah Latifah, S.Hut, M.Si Dr. Ir. Hasanuddin Molo, S.Hut. IPM.
NIDN : 0909073602 NIDN: 0907028202
Diketahui Oleh,
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi Kehutanan
Dr. H. Burhanuddin, S.Pi., M.P Dr. Hikmah, S.Hut,. M.Si. IPM
NIDN. 0915067202 NIDN. 0011077101
iv
HALAMAN KOMISI PENGUJI
Judul : Kearifan Lokal Dalam Pemanfaatan Tumbuhan Obat
Pada Hutan Adat Mrena Desa Pekalobean, Kecamatan
Anggeraja, Kabupaten Enrekang.
Nama : Nurul Pratiwi
Nim : 105951103316
Jurusan : Kehutanan
Fakultas : Pertanian
SUSUNAN TIM PENGUJI
NAMA TANDA TANGAN
Dr. Husnah Latifah, S.Hut., M.Si., IPM.
Pembimbing I (……………………………)
Dr. Ir. Hasanuddin Molo, S.Hut., M.P., IPM. Pembimbing II
(……………………………)
Dr. Irma Sribianti, S.Hut., MP
Penguji I
(……………………………)
Mutmainnah, S.Hut., M.Hut
Penguji II
(……………..……………)
v
Tanggal Kelulusan : 9 Maret 2021
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Nurul Pratiwi
Tempat Tanggal Lahir : Kolai, 01 September 1997
NIM : 105951103316
Program Studi : Kehutanan
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul:
KEARIFAN LOKAL DALAM PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT PADA
HUTAN ADAT MARENA DESA PEKALOBEAAN KECAMATAN ANGGERAJA
KABUPATEN ENREKANG.
Adalah benar-benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi
yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak ditebitkan dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Makassar, Februari 2021
Nurul Pratiwi
vi
@Hak Cipta Milik Unismuh, tahun 2021
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah,
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Unismuh
Makassar.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin Unismuh Makassar
vii
ABSTRAK
Nurul pratiwi, 105951103316 .Kearifan Lokal Dalam Pemanfaatan Tumbuhan Obat
Pada Hutan Adat Mrena Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten
Enrekang. Dibawah bimbingan Husnah Latifah dan Hasanuddin Molo
Pemanfaatan tumbuhan obat yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Pekalobeaan
Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang secara turun temurung merupakan bentuk
kearifan lokal yang harus dipertahankan. Oleh, karena itu penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat
dan bagaimana cara masyarakat memanfaatakan tumbuhan obat di Desa Pekalobeaan
Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang. Metode yang digunakan yaitu dengan metode
wawancara secara mendalam, teknik kuesioner dan survey lapangan. Teridentifikasi
sebanyak 15 spesies tumbuhan yang terdiri dari 13 family dan family yang terbanyak
ditemukan yaitu family zingiberaceae dengan jumlah sebanyak 3 spesies.Bagian-bagian
tumbuhan obat yang paling banyak dimanfaatkan yaitu bagian daun sebanyak 23,33 %
sedangkan bagian yang paling sedikit digunakan yaitu akar sebanyak 3,33%. Tumbuhan yang
paling sering digunakan yaitu paria/pare (Momordica charantia),sirih (Piper betle),laruna
(Chromolaena odorata, jahe (Zingiber officinale),kunyit (Curcuma caesia. Kearifan lokal
masyarakat di Desa Pekalobeaan Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang dalam
memanfaatkan tumbuhan obat terbagi dalam beberapa hal seperti 1. Cara mengambil
tumbuhan obat, 2.Cara meramu tumbuhan menjadi obat, dan 3.Waktu mengomsumsi
ramuan dari tumbuhan. Salah satu kearifan lokal dalam cara mengambil tumbuhan
yaitu dari bagian tumbuhan seperti daun, batang, getah,air. Dalam pengambilan
tumbuhan obat memiliki ukuran atau takaran tertentu misalnya daun yang hanya di
gunakan dengan jumlah ganjil (5 atau 7 helai.), dan dengan cara meramunya seperti
di rebus dengan jumlah 2 gelas air yang nantinya akan menyisahkan setengah gelas.
Dan pengambilan tumbuhan obat dilakukan pada pagi hari,
Kata kunci: Kearifan lokal, Masyarakat, Tumbuhan obat, Desa Pekalobean Kecamatan
Anggeraja Kabupaten Enrekang.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah subhanahu wata‟ala atas limpahan rahmat
dan karunianyalah sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan proposal ini yang
membahas mengenai Kearifan Lokal Dalam Pemanfaatan Tumbuhan Obat Pada
Hutan Adat Marena di Desa Pekalobean, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang
sebagai tugas laporan skripsi.
Tak lupa pula kita kirimkan salam dan shalawat kepada junjungan kita baginda
Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam, beliau yang menjadi surih tauladan bagi kita
semua. Dengan ini penulis menguraikan tentang Kearifan Lokal Dalam Pemanfaatan
Tumbuhan Obat Pada Hutan Adat Marena di Desa Pekalobean, Kecamatan
Anggeraja, Kabupaten Enrekang.
Penulis menyadari bahwasanya laporan skripsi ini masih banyak kekeliruan,
sehingga penulis mengharapkan masukan dan kritikan yang bersifat membangun.
Pada kesempatan kali ini pula penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar –
besarnya kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, tak henti – hentinya memanjatkan doa untuk
keberasilan dan keselamatan penulis dunia akhirat, kemudian dukungan moral
serta materi demi keberhasilan studi dari penulis.
2. Ayahanda Dr. H. Burhanuddin, S.Pi., M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
ix
3. Ibunda Dr. Ir. Hikmah, S.Hut., M.Si.,IPM selaku Ketua Program Studi
Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ibunda Dr. Ir. Husna Latifah, S.Hut., M.Si., IPM selaku pembimbing ke 1 yang
telah memberikan masukan dan arahan sehingga penulis berhasil menyusun
laporan.
5. Ayahanda Dr. Ir. Hasanuddin Molo, S.Hut., M.P.,IPM selaku pembimbing ke 2
yang telah memberikan masukan dan arahan sehingga penulis berhasil menyusun
laporan.
6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar, yang telah memberikan ilmu selama mengikuti
kegiatan perkuliahan sehingga dapat diaplikasikan pada lokasi penelitian.
7. Teman – teman dan semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu yang
telah memberikan dorongan dan motivasi yang besar.
Semoga doa dan motivasi yang diberikan oleh semua pihak dibalas oleh Allah
subhanahu wata‟ala. Penulis berharap laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Makassar, Februari 2021
Nurul Pratiwi
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii
HALAMAN KOMISI PENGUJI .................................................................... iii
PERTANYAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER IMFORMASI... v
HAK CIPTA MILIK UNISMUH .................................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hutan Adat ....................................................................................... 5
2.2. Pemanfaatan Hasil Hutan ................................................................. 6
2.3. Tumbuhan Obat ............................................................................... 6
2.4. Pemanfaatan Tumbuhan Obat ......................................................... 7
2.5. Kearifan Lokal ................................................................................. 9
xi
2.6. Propil Hutan Adat Marena .............................................................. 10
2.7. Penelitian Sebelumnya (State Of The Art) ...................................... 11
2.8. Kerangka fikir .................................................................................. 14
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat ........................................................................... 16
3.2. Alat Dan Bahan Penelitian ............................................................... 16
3.3. Metode Pelaksanaan......................................................................... 16
3.4. Populasi Dan Sampel Penelitian ...................................................... 16
3.5. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 17
3.6. Metode Pengambilan Data ............................................................... 18
3.7. Metode Analisis Data ...................................................................... 19
BAB IV. KEADAAN UMUM LOKASI
4.1. Geografis dan Demografi ................................................................. 20
4.2. Keadaan Sosial, Ekonomi dan Budaya ............................................ 20
4.3. Pembagian Wilayah Desa ............................................................... 23
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Responden .................................................................. 24
5.2. Bagian Tumbuhan Obat yang digunakan ......................................... 25
5.3. Cara Pemanfaatan Tumbuhan Obat ................................................ 30
BAB VI . PENUTUP
5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 42
5.2. Saran ................................................................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Jumlah Penduduk Sesuai Dengan Dusun/Lingkungan ........................... 21
2. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja
Kabupaten Enrekang ............................................................................... 22
3. Karakteristik Responden ......................................................................... 24
4. Jenis Tumbuhan Obat. ............................................................................ 25
5. Keanekaragamaan Berdasarkan Family .................................................. 26
6. Bagian Tumbuhan Yang Dimanfaatkan ................................................. 28
7. Habitus Tumbuhan ................................................................................. 29
xiii
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1. Kerangka Pikir ................................................................................... 15
2. Pepaya ................................................................................................ 30
3. Jahe ................................................................................................... 31
4. Jambu Biji ......................................................................................... 32
5. Laruna ............................................................................................... 33
6. Alang-alang ....................................................................................... 34
7. Sirih ................................................................................................... 35
8. Lengkuas ........................................................................................... 36
9. Serai .................................................................................................. 36
10. Kumis Kucing ................................................................................... 36
11. Bandotan .......................................................................................... 37
12. Jeruk Nifis ........................................................................................ 37
13. Paria ................................................................................................ 38
14. Kunyit .............................................................................................. 38
15. Kelapa .............................................................................................. 39
16. Cengkeh ............................................................................................ 40
17. Persentase Bagian Yanag diManfaatkan ................................................ 29
xiv
18. Persentase Jumlah Habitus ................................................................ 30
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Teks Halaman
1. Kuisioner Pemanfaatan Tumbuhan Obat di Hutan Adat Marena Desa
Pekalobeaan Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang .......................... 49
2. Data Mentah Responden .............................................................................. 56
3. Identitas Responden di Sekitar Hutan Adat Marena Desa Pakalobean,
Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang ............................................. 57
4. Dokumentasi Penelitian ............................................................................... 59
5. Dokumentasi Tumbuhan Obat ..................................................................... 62
6. Peta Wilayah Marena Adat Desa Pekalobean ............................................. 69
7. Surat Permohonan Izin Penelitian ................................................................ 70
8. Surat Izin Penelitian ..................................................................................... 71
9. Tes Plagiat .................................................................................................... 73
10. Riyawat Hidup ............................................................................................. 75
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuhan obat adalah semua jenis tumbuhan digunakan sebagai bahan
ramuan obat tradisional dimana bahan aktifnya dapat digunakan sebagai bahan obat
sintetik baik secara tunggal maupun campuran yang dianggap dan dipercaya dapat
menyembuhkan Asuatu penyakit atau dapat memberikan pengaruh terhadap
kesehatan. Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan ramuan obat tradisional
terbentuk melalui sosialisasi yang secara turun temurun dipercaya dan diyakini
kebenaranya. Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat merupakan salah satu cara
masyarakat yang dilakukan secara turun temurun untuk memenuhi kebutuhan
terutama untuk mengatasi persoalan terkait dengan kesehatan.
Indonesia kaya akan budaya dan kearifan lokal masyarakat. Setiap daerah di
Indonesia memiliki kearifan lokal yang berbeda- beda , perbedaan ini di sebabkan
oleh tantangan alam dan kebutuhan hidup berbeda-beda , sehingga pengalamnnya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memunculkan berbagai sytem pengetahuan
baik yang berhubungan dengan lingkungsn maupun social.
Kearifan lokal diartikan sebagai pandagan hidup dan ilmu pengetahuan serta
berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat
lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka,
Fajarini, 2014.
2
Masyarakat Indonesia sudah mengenal dan menggunakan tumbuhan
berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulan masalah kesehatan jauh
sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat-obatan sintetik. Pengetahuan dan
kearifan lokal yang dimiliki secara turun temurun dari leluhurnya, masyarakat
Indonesia memanfaatkan tumbuhan untuk meredakan gejala hingga menyembuhkan
beragam penyakit yang diderita. Ada yang langsung dimanfaatkan dan ada juga yang
harus diracik dengan tumbuhan obat lainnya. Bahan-bahan yang dijadikan ramuan
dapat diambil dari bagian akar, daun, bunga, buah maupun kayu (Suparni &
Wulandari, 2012).
Indonesia umumnya mempunyai adat istiadat dan budaya yang sangat
beragam. Berbeda lokasi dari suatu masyarakat akan berbeda pula jenis tumbuhan
obat yang dimanfaatkan meskipun pada suku yang sama seperti sumber lokasi
didapatnya tumbuhan obat, status budidaya tumbuhan, bagian yang digunakan
sebagai obat serta cara pemanfaatan tumbuhan obat tersebut. Hal ini erat kaitannya
dengan ketersediaan jenis tumbuhan obat di alam serta pengetahuan yang dimiliki
oleh masyarakat tersebut. Pengetahuan lokal dalam pemanfaatan tumbuhan/bahan
alami untuk pengobatan umumnya dimiliki oleh masyarakat pedesaan yang terutama
berada di sekitar kawasan hutan. Masyarakat pedesaan umumnya memilih
menggunakan obat tradisional dengan memanfaatkan alam sekitarnya dibandingkan
obat modern. Oleh karena itu, perlu adanya identifikasi bagian-bagian tumbuhan obat
secara khusus yang digunakan pada umumnya oleh masyarakat pedesaan. Salah satu
daerah yang masih menjaga tradisi leluhur dan memiliki potensi pengetahuan yang
3
besar tentang tumbuhan obat dan kearifan local adalah desa Pekalobean, Kecamatan
Anggeraja, Kabupaten Enrekang sehingga sangat menarik di lakukan sebuah
penelitian di desa tersebut.
Kawasan hutan adat marena berada dalam penguasaan dinas kehutanan sejak
tahaun 1975, pengelolhaan hutan di marena selama ini memnag memiliki mekanisme
adat tersendiri meski sempat tidak berfungsi karena penguasaan pihan kehutanan,
hukun ini terutama berlaku di kawasan hutan lindung. Namun pasca penetapan
sebagai masyarakat adat atau hutan adat pada 14 Februari 2018 masyarakat kembali
menghidupkan aturan adat efektif dan semakin percaya diri dalam mengelolah hutan
dengan aturan adat mereka sendiri.
Inventarisasi jenis tumbuhan obat, potensi pemanfaatannya sebagai tumbuhan
obat, pengolahan dan cara memperoleh tumbuhan obat di masyarakat sekitar kawasan
Hutan Adat Marena Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.
Oleh karena itu, berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu dikaji dan dilakukan
penelitian tentanf kearifan lokal masyarakat dalam pemanfaatan tumbuhan obat.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Jenis tumbuhan yang di manfaatakan sebagai obat di Hutan Adat Marena,
Desa Pekalobean, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang.
2. Bagian manakah tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat di Hutan
Adat Marena Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.
4
3. Bagaimana cara pemanfaatan tumbuhan obat di Hutan Adat Marena Desa
Pekalobeaan Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh
masyarakat di Hutan Adat Marena, Desa Pekalobeaan, Kecamatan Anggeraja,
Kabupaten Enrekang.
2. Untuk mengetahui bagian-bagian tumbuhan obat yang di gunakan oleh
masyarakat di hutan adat Marena Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja
Kabupaten Enrekang.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara pemanfaatan tumbuhan obat di Hutan
Adat Marena Desa Pekalobeaan Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini di harapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi dan
bahan acuan untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan kearifan local dalam pemanfaatan tmbuhann obat yang ada di Hutan Adat
Marena.
5
11. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hutan Adat
Hutan adat adalah hutan yang berada dalam wilayah masyarakat hukum
adat.Pengertian hutan adat merujuk pada status kawasan hutan. Hal ini perna menjadi
polemic berkepanjangan kerana dalam kerangka hukum Indonesia hutan adat di
anggap sebagai hutan Negara yang hak pengelolaannya di berikan kepada masyarakat
adat, kemudian terjadi perubahan definisi yang memberikan status tersendiri.
Hutan adat adalah kawasan hutan yang berada di wilayah adat yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari siklus kehidupan komunitas adat
penghuninya. Pada umumnya komunitas-komunitas masyarakat adat penghuni hutan
di Indosnesia memandang bahwa manusia adalah bagian dari alam yang saling
memelihara dan menjaga keseimbangan dan harmoni, (Nababan, 1995 dalam Raden,
et al., 2003 ).
Prinsip-prinsip kearifan lokal adat yang masih di hormati dan dipraktekkan
oleh masyarakat adat yaitu masih hidup selaras alam dengan mentaati mekanisme
ekosistem dimana manusia merupakan bagian dari ekosistem yang harus di jaga
keseimbangannya, adanya hak penguasaan dan kepemilikann bersama komunitas
sehingga mengikat semua warga untuk menjaga dan mengamankannya dari
kerusakan, adanya system pengetahuan dan struktur kelembagaan pengetahuanadat
yang memberikan kemampuan bagi komunitas untuk memecahkan secara bersama
masalah-masalah yang mereka hadapi dalam pemanfaatan sumberdaya hutan, ada
6
system pembagian kerja dan penegakan hokum adat untuk mengamankan
sumberdaya milik bersama dari penggunaan berlebihan baik oleh masyarakat sendiri
maupun masyarakat kuar yang bisa meredan kecemburuan social di tengah
masyarakat ( Nababan, 1995 dalam Raden, et al., 2003)
2.2 Pemanfaatan Hasil Hutan.
Menurut Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang kehutanan, pengertiaan
hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya
alam hayati dan di dominasi oleh pepohonan dalam persekituan alan lingkungannya
yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.
Pemanfaatan hasil hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan,
memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan hasil hutan non
kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk
kesejahteraan masyarakat dan tetap menjaga kelestariannya.
2.3 Tumbuhan Obat
Tanaman obat adalah semua jenis tumbuhan digunakan sebagai bahan ramuan
obat tradisional dimana bahan aktifnya dapat digunakan sebagai bahan obat sintetik
baik secara tunggal maupuan secara campuran yang di anggap dan di percaya dapat
menyembuhkan suatu penyakit atau dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan.
Pemanfaatan tumbuhan obat sebagai bahan ramuan obat tradisional terbentuk melalui
sosialisasi yang secara turun temurun dipercaya dan di yakini kebenarannya.
7
Tumbuhan obat bagi masyarakat khususnya yang bertempat tinggal di daerah
pedesaan di sekitar hutan dalam pemanfaatan tanaman obat untuk kepentingan
kesehatan bukan merupakan hal yang baru namun sudah berlangsung cukup lama.
(Wiriadinata, et al 1994 dalam Soekarma dan Riswan, et al 1992).
Tumbuhan obat terdiri dari beberapa macam habitus, yaitu gambaran
penampilan umum arsutektur suatu tumbuhan. Menutu Tjitrosoepomo 2005 habitus
dari spesies tumbuhan dapat dibagi kedalam beberapa kelompok, yaitu : Herba adalah
tumbuhan yang tak berkayu dengan batang yang lunak dan berair. ; Pohon adalah
tumbuhan yang tinggi besar, batang berkayu dan bercabang jauh dari permukaan
tanah. ; Semak adalah tumbuhan yang tak seberapa besar, batang berkayu, bercabang-
cabang dekat permukaan tanah atau malahan dalam tanah. ; Perdu adalah tumbuhan
berkayuyang tidak seberapa besar dam bercabang dekat permukaan tanah biasanya
kurang dari 5-6 meter.; Liana dalah tumbuhan berkayu dengan batang
menjulur/memanjat pada tumbuhan lain. Tradisi mengomsumsi ramuan dari tanaman
obat untuk berbagai tujuan telah di lakukan oleh nenek moyang terdahulu. Salah satu
tujuannya adalah mengobati, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Hal ini
menunjukan bahwa pengobatan tradisional menggunakan tumbuhan obat sudah
menjadi budaya dan sangat nyata kontribusinya dalam menyehatkan masyarakat.
2.4 Pemanfaatan Tumbuhan Obat
Biro Pusat Statistik (BPS) menyebutkan Indonesia memiliki 1.128 suku
bangsa yang tersebar dari sabang sampai merauke. Masing-masing suku/etnis
memiliki khazana yang berbeda-beda. Pada setiap suku etnis, terdapat beraneka
8
ragam kekayaan kearifan local masyarakat termasuk didalamnya adalam pemanfaatan
tumbuhan untuk pengobatan tradisional.
Pemanfaatan tumbuhan untuk pengobatan tradisional telah digunakan oleh
berbagai suku/etnis di Indonesia sejak dahulu dan masing-masing suku/etnis
memiliki kearifan local masyarakat yang berbeda-beda dalam hal pemanfaatan
tumbuhan obat untuk pengobatan tradisional. Hal ini didukung oleh sumber daya
dalam Indonesia yang sangat kaya akan keanekaragaman hayati, World Conservation
Monitoring Center telah melaporkan bahwa wilayah Indonesia merupakan kawasan
yang banyak dijumpai beragam jenis tumbuhan obat dengan jumlah tumbuhan obat
dengan jumlah tumbuhan yang telah dimanfaatkan mencapai 2.518.
Indonesia umumnya mempunyai adat istiadat dan budaya yang sangat
beragam. Keanekaragaman etniknya menyebabkan beberapa masyarakatnya masih
menggunakan obat tradisional dengan memanfaatkan alam sekitarnya terutama yang
hidup di pedalaman dan terasing. Penggunaan obat tradisional tersebut, pada
prinsipnya bertujuan untuk memelihara kesehatan dan menjaga kebugaran,
pencegahan penyakit, obat pengganti atau pendamping obat medik dan memulihkan
kesehatan (Supandiman et al., 2000).
Menurut Zuhud et al., 1991 dalam Abdiyani (2008), masyarakat Indonesia
sudah mengenal obat dari jaman dahulu, khususnya obat yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan. Seiring meningkatnya pengetahuan jenis penyakit, semakin meningkat
juga pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan untuk obat-obatan, namun
demikian sering terjadi pemanfaatan yang dilakukan secara berlebihan sehingga
9
populasinya dialam semakin menurun pemanfaatan tumbuhan sebagai obat sudah
seumur dengan peradaban manusia. Tumbuhan adalah gudang bahan kimia yang
memiliki sejuta manfaat termasuk untuk obat berbagai penyakit. Kemampuan
meracik tumbuhan berkhasiat obat dan jamu merupakan warisan turun temurun dan
mengakar kuat di masyarakat. Kelebihan dari pengobatan dengan menggunakan
ramuan tumbuhan secara tradisional tersebut ialah tidak adanya efek samping yang
ditimbulkan seperti yang terjadi pada pengobatan modern (Thomas, 1992 dalam
Sistiawanti et al., 2010).
2.4 Kearifan Lokal
Kearifan lokal dibangun dari nilai-nilai social ang dijunjung tinggi dalam
struktur social masyarakat sendiri dan memiliki fungsi sebagai pedoman, pengontrol,
dan rambu-rambu untuk berprilaku dalam berbagai dimensi kehidupan baik saat
berhubungan dengan sesame maupun dengan alam ( Santoso, 2009).
Kearifan lokal dapat di definisikan sebagai suatu budaya yang di ciptakan oleh
actor-aktor lokal melalui proses yang berulang-ulang melalui internalisasi dan
interpensi ajaran agama dan budaya yang di sosialisasikan dalam bentuk norma-
norma dan dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat.
Kearifan lokal dapat juga diartikan sebagai pandangan hidup dan ilmu
pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang
dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam
pemenuhan kebutuhan mereka, ( Fajriani, 2018 ).
10
Menurut EdySedyawati “ kearifan lokal “ adalah berbagai pola tindakan dan
hasil budaya materialnya. Dalam arti yang luas itu maka diartikan, “ kearifan lokal “
itu terjabar dalam seluruh warisan budaya baik tangible (berwujud nyata) maupun
yang intangible ( ta berwujud )
2.5 Profil Hutan Adat Marena
Kawasan hutan adat marena berada dalam penguasaab dinas kehutanan sejak
tahun 1975, pengelolhan hutan di marena selama ini memang memiliki mekanisme
adat tersendiri meski sempat tidak berfungsi karena penguasaan pihak kehutanan,
hukum ini terutama berlaku di kawasan hutan lindung. Namun pasca penetapan
sebagai masyarakat adat atau hutan adat pada 14 februari 2018 masyarakat kembali
menghidupkan aturan adat efektif dan semakin percaya diri dalam mengelolah hutan
dengan aturan adat mereka sendiri.
Dilokasi yang lebih tinggi dari hutan reboisasi, terdapat hutan lindung yang
dikeramatkan warga. Namanya Perangiang, artinya “ yang didengar” yaitu tempat ini
di yakini warga memiliki banyak situs purbakala, termasuk sebuah sumur yang di
keramatkan. Hanya saja meski disebut hutan lindung, kawasan tersebut sebenarnya
hamparan tanah yang dipenuhi bebatuan, gua-gua, dengan sedikit saja tegukan pohom
kecil diatasnya.
Hasil pemetaan partisipatuif AMAN Masserempulu yang di verifikasi tim
adhoc pengakuaan masyarakat adat pemerintah daerah enrekang, luas wilayah adat
merena yang di akui yaitu 676,32 hektar. Maremna mencakup lima kampung yang
11
terbagi atas Landotete ( bagian bawah ), Lembong, Dale (bagian atas), dan Paropo
dan Batu Rappe (bagian bawah hutan).
Pengelolaan hutan adatdi Marena mengacu pada meknisme adat yang di sebut
Pamali yang mencakup tiga aturan yaitu ;
1. Jika warga yang mengambil kayu di kawasan hutan lindung tanpa izin pemangku
adat, dia akan di usir keluae dari kampong bersama kayu yang diambilnya,
hukuman ini adalah yang terberat.
2. Jika terdsapat warga yang membabat hutan untuk kepentinmgan apapun itu tanpa
seizing adat, dia tidak boleh menggunakan air untuk semua lahan pertaniaannya,
ini termasuk hukuman menengah,
3. Jika terdapat warga yang membakar pohon atau tanaman apapun di kawasan hutan
lindung, dia wajib memotong seekor kerbau tedong pujuk lalu di potong secara
adat dan di makan secara bersama-sama.
2.7 Penelitian Sebelumnya ( State Of The Art )
State of the art penelitian ini diambil dari beberapa contoh penelitian
terdahulu sebagai panduan atau contoh untuk penelitiannyang dilakukan saat ini.
Penulis banyak terinspirasi dari penelitian yang berkaitan dengan kearifan lokal
dalam pemanfaatan tumbuhan obat. Berikut penelitian terdahulu yang menjadi
referensi bagi penelitian ini ini dapat di lihat pada Tabel 1.
12
Tabel 1. State Of the Art penelitian terdahulu tentang kearifan lokal.
No Judul Penelitian / Jurnal Pembahasan
1 Tumbuhan obat dan kearifan
lokal masyarakat disekitar
kawasan TNBG, Desa
Sibonggur Julu, Kabupaten
Mandailing Natal.
Peneliti
Dwi Ratna Anjaning Kusuma
Marpaung
Lokasi
Desa Sibonggur Julu
Kabupaten Mandailing Natal
Tahun
2017
Nama Jurnal
Jurnal of Biosciences
http:/jurnal.unimed.ac.id/2012/
index.php/biosains
Hasil Penelitian:
Jurnal ini membahas penelitisn tentang
kearifan lokal masyarakat disekitar
kawasan TNBG, Desa Sibonggur Julu,
Kabupaten Mandailing Natal dalam
pemanfaatan tumbuhan obat dapat di
ketahui bahwa sebanyak 31 jenis
tumbuhan obat yang digunakan untuk
mengobati 22 penyakit pada masyarakat
desa sibonggor julu yang terdiri dari 2
kelas yaitu moonocotyledoneae dengan 5
family dan kelas dicotyledoneae dengan 12
family.
Persamaan :
Penelitian ini sama-sama mengkaji tentang
kearifan lokal dan pemanfaatan tumbuhan
obat.
Perbedaan:
Penelitian tersebut hanya melakukan
wawancara semistruktural. Sedangkan
Pada penelitian ini di lakukan dengan
metode wawancara namun tidak hanya
dengan masyarakat biasa melainkan
penelitian ini memilki informan kunci
seperti tabib (dukun).
2 Kearifan Lokal dalam
pemanfaatan tumbuhan untuk
mengatasi malaria oleh
pengobat tradisional di
Sumatera Selatan.
Peneliti
Indah Margarethy, Yahya,
Milana Salim
Lokasi
Sumatera Selatan
Tahun
2015
Nama Jurnal
Jurnal Of health Epidemiology
and Communicable Diseases
Hasil Penelitian :
Jurnal ini mambahas tentang jenis
tumbuhan obat tradisional yang digunakan
untuk pengobatan malaria pada Suku
Teloko, Daya, Pegagan, Meranjat dan
Lintang terdiri dari 21 jenis tumbuhan.
Persamaan :
Penelitiaan ini sama-sama menggunakan
teks wawancara seperti kuesioner.
Perbedaan:
Penelitian tersebut menggunakan data
hasil penelitian Riset khusus Tanaman
obat dan jamu tahun 2015 melalui tim
manajemen data Badan Litbang
Kesehatan. Sedangkan pada penelitian ini
13
menggunakan data hasil penelitian dengan
wawancara masyarakat sekitar hutan adat
dan identifikasi langsung kelapangan
sehingga diperoleh tumbuhan-tumbuhan
yang berkhasiat obat.
3 Kearifan lokal Sunda dalam
pemanfaatan tanaman obat
berkhasiat obat oelh
masyarakat Cipatat Kabupaten
Bandung Barat.
Peneliti
Santi Susanti, Sukaesi
Lokasi
Cipatat Kabupaten Bandung
Barat
Tahun
2017
Nama Jurnal
Wacana jurnal ilmiah ilmu
komunikasi 16,(2) : 291
Hasil Peneltian :
Jurnal ini membahas pemanfaatan tanaman
berkhasiat obat merupakan bentuk
kearifan lokal dalam memanfaatkan
sumber daya alam yang tersedia sebagai
sumber pagan dan sebagai penyembuh.
Persaman:
Penelitian ini sama-sama membahas
tentang tanaman yang berkhasiat obat.
Perbedaan :
Penelitian tersebut mengkaji 3 karya
ilmiah yang meneliti dan mengkaji tentang
kearifan lokal dalam pemanfaatan
pengobatan tradisional menggunakan
tanaman berkhasiat obat.Sedangkan
penelitian ini mengkaji tentang tanaman
obat dengan menggunakan metode
kualitatif (wawancara) dan identifiksi
langsung ke lapangan.
4 Kearifan lokal dalam
pemanfaatan tumbuhan obat
oleh masyarakat disekitar
Taman Nasional Aketajawe
Lolobata, Provinsi Maluku
Utara.
Peneliti
Lis Nurrani, Supreatman Tabba
dan Hendra S. Mokodompit.
Lokasi
Taman Nasional Aketajawe
Lolobata, Provinsi Maluku
Utara.
Tahun
2015
Hasil Penelitian :
Jurnal ini membahas tentang potensi
tumbuhan obat dan kearifan lokal
masyarakat sehingga teridentifikasi
sebanyak 78 jenis tumbuhan hutan
berkhasiat obat yang digunakan oleh
masyarakat dalam pengobatan tradisional
pada Desa Gosale, Desa Akejawi dan
Dusun Tayawi.
Persamaan:
Peneletian tersebut sama-sama
menggunakan metode wawancara dan
survey lapangan dan teknik kuesioner.
Perbedaan :
Penelitian ini mengkaji tentang
pemanfaatan tumbuhan obat yang
dilakukan oleh masyarakat zona
tradisonal TNAL. Sedangkan pada
14
penelitian ini mengkaji tentang
pemanfaatan tumbuhan yang berkhasiat
obat di hutan adat.
5 Pemanfaatan Tanaman Obat
Tradisional oleh Masyarakat
KelurahanMerdeka Kecamatan
Kupang Timur.
Peneliti
Jefrin Sambara, Ni Nyoman
Yulianim Maria Yuniati
Emerensiana.
Lokasi
KelurahanMerdeka Kecamatan
Kupang Timur.
Tahun
2016
Nama Jurnal
Jurnal.poltekeskupang.ac.id
Hasil Penelitian :
Jurnal ini membahas tentang jenis
tanaman obat yang digunakan masyarakat
kelurahan merdeka, jenis perdu, semak,
pohon dan herba. Bagian tanaman yang
digunakan antara lain, kulit, batang, daun,
buah. Rimpang, biji, getah dan akar, dan
cara pengelolahannya yakni direbus,
dipanggang, diuapkan, ditumbuk,
direndam, dan digoreng dan disajikan
dalam bentuk segar.
Persamaan:
Data yang diperoleh secara langsung dari
lokasi penelitian (data primer). Dan sama-
sama menggunakan informan kunci.
Perbedaan:
Penelitian tersebut mengatakan bahwa
Masyarakat yang ada di kelurahan
Merdeka Kecamatan Kupang Timur masih
banyak yang menggunakan tanaman obat
yang ada di pekarangan rumah atau di
hutan, hal ini di sebabkan karena jarak
tempuh ke puskesmas lebih jauh.
Sedangkan pada penelitian ini, mengatakan
bahwa masyarakat yang ada di Desa
tersebut sudah minim menggunakan
tumbuhan obat.
Sumbe: Data Setelah Diolah 2021.
2.8. Kerangka Pikir
Penelitian ini di awali dengan pemilihan lokasi pada salah satu hutan adat
yang ada di Enrekang yaitu hutan adat Marena Desa Pekalobean Kecamatan
Anggeraja Kabupaten Enrekang. Lokasi tersebut di pilih dan di jadikan tempat
penelitian dengan harapan nantinya akan memberikan imformasi kepada masyarakat
15
setempat tentang kearifan local dalam pemanfaatan tumbuhan obat yang terdapat
pada hutan adat marena. Kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pikir
Hutan Adat Marena
Masyarakat
Identifikasi
Kondisi Umum
Family
atau
Habitat
Bagian Yang
Digunakan
Pengelolahan
Dan
Pemanfaatan
Kearifan Lokal Pemanfaatan
Tumbuhan Obat Berkhasiat
Tumbuhan
Obat
16
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan kurang lebih 2 bulan yakni pada bulan
Oktober 2020 sampai bulan Januari 2021. Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Adat
Marena, Desa Pekalobean, Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis (atk), lembar
responden, kamera, laptop. Adapun bahan yang di gunakan seperti dokumen atau
jurnal yang berkaitan dengan kearifan lokal dalam pemanfaatan tumbuhan obat.
3.3 Metode Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan menggunakan metode survey yang dilakukan
dengan mencari informasi dari masyarakat menggunakan metode snowball sampling.
Snowball sampling artinya pengumpulan data yang di peroleh dari suatu sumber inti
yang dapat bercabang menjadi beberapa sumber impormasi. Informan ditentukan
berdasarkan keterangan dari tokoh masyarakat adat, kepala suku, kepala desa, kepala
kampong, dan sumber terpercaya lainnya yang mengetahui hal-hal yang berkaitan
erat dengan kegiatan yang akan dilaksanakan.
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang mengetahui tentang
tumbuhan yang dapat di manfaatkan sebagai obat di Desa Pekalobean, Kecamatan
Anggeraja, Kabupaten Enrekang.
17
Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat di Desa Pekalobean,
Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang. Pemilihan responden dilakukan dengan
metode puporssive dengan jumlah sampel yang di ambil sebanyak minimal 30
responden yang mewakili starata social masyarakat Hutan Adat Marena di Desa
Pekalobean , Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang.
Sampel pada penelitian sebanyak 15% dari jumlah populasi yaitu ± 2,380
jiwa, sehingga sampel penelitian berjumlah 30 orang. Teknik pengambilan sampel
dengan menggunakan metode simple rondom sampling ( pengambilan sampel dengan
acak sederhana).
3.5 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer terdiri
atas hasil observasi lapangan dan wawancara. Data sekunder berupa dokumentasi
dengan kajian liberatul.
Pengumpulan data dalam penelitian dengan menggunakan metode observasi
yaitu meninjau dan mengamati langsung di lapangan, metode kuesioner yaitu
melakukan wawancara langsung dengan masyarakat.
a. Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengadakan pertanyaan langsung terhadap objek yang akan di teliti.
b. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan
pertanyaan melalui daftar pertanyaan pada setiap responden untuk
memperoleh impormasi yang dibutuhkan sehingga penelitian dapat
terstruktur.
18
c. Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara
terstruktur maupun dengan menggunakan jaringan telpon. Penelitian ini
dilakukan Tanya jawab langsung dengan masyarakat.
Adapun pedoman yang menjadi bahan wawancara adalah sebagaimana
terlampir di lembar wawancara (Lampiran 1) . Kemudian data hasil wawancara
ditabulasikan kedalam tabel perekam data berikut :
Tabel 2. Data Hasil Wawancara
NO Jenis
Tumbuhan
(nama local )
Nama
Ilmiah
Bagian Tumbuhan
Yang Digunakan
Manfaat Sumber Perolehan
1
2
3
4
Sumber Data Primer Sebelum Diolah, 2021.
3.6 Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan data di lokasi penelitian yaitu :
a. Penggalian potensi masyarakat di Hutan Adat Marena Desa Pekalobean ,
Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologis, untuk
menghimpun dan mengungkapkan pengalaman informan.
Ketertiban masyarakat diperoleh melalui wawancara dengan teknik
wawancara semi structural yang berpedoman pada daftar pertanyaan, seperti : nama
local tanaman, bagian yang dapat di manfaatkan, manfaat tumbuhan obat, cara
19
pemanfaatannya, status tanaman ( liar / budidaya). Pemilihan responden dilakukan
dengan metode puporssive dengan jumlah sampel yang di ambil sebanyak minimal
30 responden yang mewakili starata social masyarakat Hutan Adat Marena di Desa
Pekalobean , Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang.
b. Pengumpulan Data Tumbuhan Obat
Data yang di catat dari tumbuhan obat seperti : nama local, tempat tumbuh,
penyakit yang di obati, bagian tumbuhan yang digunakan dan cara penggunaannya.
3.7 Metode Analisis Data
Analisis data yang di lakukan dengan menggunakan teknik deskriptif
kualitatif. Analisis ini merupakan analisis isi ( content analysis ) berdasar data
mengenai pengetahuan responden terhadap tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai
obat. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan pedoman pustaka Atlas Tumbuhan
Obat Jilid 1,2,3,4,5, dan 6(Dalimartha, Setiawan, 1999), Browsing internet
(planmator), dan pustaka lainnya. Data bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai
obat akan berbentuk diagram distribusi frekuensi relative dalam bentuk persentase
menggunakan Mcrosoft office excel.
20
IV. KONDISI UMUM LOKASI
4.1. Geografis dan Demografi
4.1.1 Geografis
Desa Pekalobeaan merupakan Desa yang berada pada Kecamatan
Anggeraja Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan. Desa Pekalobean terletak
± 31 Km dari ibukota Enrekang, atau 7 Km dari ibukota Kecmatan Anggeraja dengan
luas wilayah 9,92 , dengan batas-batas sebagai berikut :
a) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Salu Dewata
b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Mataram
c) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bubun Lamba
d) Sebelah Barat berbatasan engan Desa Singki
4.1.2 Iklim
Keadaan ikli, di Desa Pekalobeaan terdiri dari : musim hujan,
kemarau, dan musim pancaroba. Dimana musim hujan biasanya terjadi antara Bulan
Januari sampai dengan April, musim kemarau antara Bulan Juli sampai dengan
November, sedangkan musim pancaroba antara Bulan Mei sampai dengan Juni.
4.2. Keadaan Sosial, Ekonomi dan Budaya
4.2.1 Penduduk
Penduduk merupakan salah satu syarat bagi terbentuknya sebuah
Negara/wilayah atau sekaligus sebagai asset atau modal bagi suksesnya pembangunan
disegala bidang kehidupan baik dalam pembangunan fisik maupun non fisik. Oleh
21
karena itu kehadiranm dan perannya sangat menentukan bagi perkembangan suatu
wilayah, baik dalam skala kecil maupun besar, sehingga dibutuhkan data atau potensi
kependudukan yang tertib dan terukur.
Desa Pekalobeaan terletak di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang
yang memiliki jumlah penduduk sebanyak ±2.380 jiwa, terdiri dari laki-laki 1.208
jiwadan perempuan 1.172 jiwa dengan jumlah 573 Kepala Keluarga. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Sesuai Dengan Dusun/Lingkungan
No Nama Dusun Jumlah Jiwa Kepala
Keluarga L P Total
1 Dusun Marena 454 451 905 210
2 Dusun Pasang 233 203 436 110
3 Dusun Malimongan 167 159 326 79
4 Dusun Kota 219 222 441 106
5 Dusun Sipate 135 137 272 68
Jumlah 1.208 1.172 2.380 573
Sumber: Kntor Desa Pekalobeaan, 2018
4.2.2 Tingkat Pendidikan
Berdasarkan data sekunder, sebagian besar masyarakat Desa Pekalobeaan
memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah, yakni Sekolah Dasar ( SD), hanya
sedikit saja yang melanjutkan kejenjnag yang lebih tinggi dan lebih banyak yang
tidak tamat sekolah. Umtuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.
22
Tabel 4. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Pekalobeaan Kecamatan Anggeraja
Kabupaten Enrekang.
No Tingkat Pendidikan Jumlah ( Jiwa )
1 Tidak Tamat SD 667
2 SD 578
3 SMP 422
4 SMA 472
5 D3/S1 80
Jumlah 2.219
Sumber: Kantor Desa Pekalobean, 2018
4.2.3. Mata Pencaharian
Jenis mata pencaharian masyarakat Desa Pekalobean antara lain yaitu, petani,
pedagang, PNS, buruh, wiraswasta, karyawan swasta, honores, dan sopir. Akan tetapi
masyarakat Desa Pekalobean lebih banyak mata pencahariaannya sebagai petani.
Masyarakat memanfaatkan lahan-lahan yang ada untuk di tanami bawang merah,
jagung, kol, wortel, tomat, ubi, kopi dan lain-lain. Masyarakat juga sebgian
mengembala ternak.
4.2.4 Pola Penggunaan Tanah
Pola penggunaan tanah umunya digunakan sebagai lahan perkebunan dan
pertanian ( terutama bawang merah ) dengan paenen musiman.
23
4.2.5 Kepemilikan Ternak
Jenis ternak yang dikembangkan masyarakat yaitu, ayam, itik, sapi, kambing,
dan lain-lain. Dimana masyarakat lebih banyak mengembangan ayan dibandingkan
yang lain disebabkan karena masyarakat lebih mudah dalam memelihra ayam
disbanding yang lain. Masyarakat hanya membuat kndang kecil dan disimpan di
kolom rumah sedangkan untuk ternak lain membutuhkan tempat yang lebih besar.
4.2.6 Sarana Dan Prasarana
Desa Pekalobeaan memiliki sarana dan prasarana umum yaitu Kantor Desa,
Balai Desa, Masjid, Dan Sekolah, dan pada sector kesehatan Desa Pekalobean
memiliki saran berupa pustu.
4.3. Pembagian Wilayah
Desa Pekalobean terbagi atas 5 Dusun yaitu Dusun Marena, Dusun Pasang,
Dusun Mlimongan, Dusun Kota, Dusun Sipate. Jumlah penduduk ± 2.380 jiwa, yang
terdiri dari atas laki-laki 1.208 jiwa, dan perempuan 1.172 jiwa, dengan jumlah
kepala keluarga 573.
24
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian responden yang di wawancarai sebanyak 30
responden di Desa Pekalobeaan, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang. Ada
beberapa orang yang mengetahui tentang pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat dan
ada juga yang sudah jarang menggunakan tumbuhan obat, masyarakat umum (bapak-
ibu) yang sering menggunakan tumbuhan obat untuk bahan obat tradisional.
Katakteristik responden di Desa Pekalobean dapat di lihat pada Tabel 5,
berikut ini.
Tabel 5. Karakteristik responden di hutan adat marena desa pekalobeaan.
Umur Responden Jumlah Orang Presentase (%)
35- 41 3 10
42- 48 6 20
49- 55 7 23,33
56- 62 8 27
63- 69 2 7
70-76 4 13,33
Total 30 100
Sumber : Data Primer Setelah Di olah, 2020
Tabel 5 hasil wawancara terhadap 30 responden di Hutan Adat Marena Desa
Pekalobeaan Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang terdapat kategori umur
responden yang bervariasi. Pemanfaatan tumbuhan obat banyak di ketahui oleh
masyarakat mulai umur produktif (40 tahun) dan usia non produktif (65 tahun).
Responden yang paling muda 40 tahun dan yang paling tua berumur 72 tahun.
25
Pemanfaatan tumbuhan obat dapat digunakan untuk hampir semua kalangan umur
hanya terdapat perbedaan intensitas dalam hal untuk mengelolahnya. Setelah
dilakukan wawancara dapat di ketahui bahwa dalam pengobatan penyakit,
masyarakat sudah minim menggunakan obat tetapi berahli kepada pengobatan medis
seperti puskesmas.
5.2 Bagian Tumbuhan Obat Yang Dimanfaatkan Oleh Masyarakat di Hutan
Adat Marena, Desa Pekalobeaan, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten
Enrekang.
5.2.1. Jenis Tumbuhan Obat Yang Dimanfaatkan
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan pada Hutan Adat Marena Desa
Pekalobean Kabupaten Enrekang, dapat di lihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jenis Tumbuhan Obat di Hutan Adat Marena Desa Pekalobeaan, Kecamatan
Anggeraja , Kabupaten Enekang.
No Jenis tumbuhan Nama ilmiah Tumbuhan obat
1 Laruna Chromolaena odorata
2 Pepaya Carica pepaya
3 Kuyit Curcuma caesia
4 Jambu biji Psidium guajava
5 Alang-alang Imperata cynlidrica
6 Bandotan Ageratum conyzoides
7 Kumis kucing Orthosiphon aristatus
8 Jeruk Nipis Citrus aurantifoa
9 Jahe Zingiber officinale
10 Serai Cymbopogon citratus
11 Pohon Kelapa Cococs nucifera l
12 Sirih Piper betle
13 Lengkuas Alpiani galangal
14 Paria Momordica charantia
15 Cengkeh Syzygium aromaticum
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
26
Berdasarkan hasil identifikasi yang di lakukan pada Hutan Adat Marena Desa
Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Engrekang, yang disajikan pada Tabel
6 di atas terdapat 15 jenis tumbuhan obat. Beberapa tumbuhan obat yang berpotensi
sebagai obat namun belum di manfaatkan sebagai tumbuhan obat oleh masyarakat
Hutan Adat Marena seperti cengkeh, kopi, aren, dan bandotan. Adapun beberapa
manfaat dari tumbuhan yang berpotensi tersebut seperti cengkeh untuk obat sakit gigi
dan meredahkan nyeri sesuai yang dikemukakan oleh Franky (2019) yang
menyatakan bahwa cengkeh dapat digunakan sebagai obat untuk kesehatan manusia
yaitu sebagai obat gusi dan gigi. Serbuk kopi dapat digunakan sebagai penyembuhan
obat luka sesuai yang dikemukakan Artho, dkk (2015).
5.2.2 Keanekaragaman Berdasarkan Family
Keanekaragaman berdasarkan family yang ada di Hutan Aadat Marena Desa
Pekalobean, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang, di sajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Keanekaragaman Berdasarkan Family.
No Family Jumlah ( Spesies) Persentase %
1 Labiatae 1 6,66
2 Caricaceae 1 6,66
3 Zingiberaceae 3 20
4 Myrtaceae 2 13,33
5 Poaceae 2 13,33
6 Asteraceae 1 7
7 Lamiaceae 1 7
8 Rutaceae 1 7
11 Arecaceae 1 7
12 Piperaceae 1 7
13 Cucurbitaceae 1 7
Jumlah 15 100 %
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
27
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang keanekaragaman
vegetasi berdasarkan family di Hutan Adat Marena teridentifikasi sebanyak 15
spesies tumbuhan yang terdiri dari 13 family. Family terbanyak yang ditemukan
yaitu family zingiberaceae dengan jumlah masing-masing spesies sebanyak 3 spesies
yaitu kunyit (Curcuma caesia), jahe (Zingiber offcinale) dan lengkuas (Alpiani
galangal), family Myrtaceae dengan jumlah masing-masing sebanyak 2 spesies yaitu
jambu biji (Psidium guajava) dan cengkeh (Syzygium aromaticum), dan family
Poaceae dengan jumlah masing-masing sebanyak 2 spesies yaitu alang-alang
(Imperata cyndirica) dan serai (Cymbopogan ciratus).
5.2.3 Bagian Tumbuhan Yang Dimanfaatkan.
Berdasarkan hasil wawancara dari 30 responden dan menunjukan bahwa
bagian tumbuhan yang digunakan masyarakat Hutan Adat Marena Desa Pekalobean
Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang seperti pada Tabel 8.
Tabel 8. Bagian Tumbuhan Yang Dimanfaatkan.
No Bagian Yang Dimanfaatkan Jumlah yang Menggunakan Persentase
1 Daun 7 23,33
2 Akar 1 3,33
3 Umbi 7 23,33
4 Buah 4 13,33
5 Batang 6 20
6 Getah 3 10
7 Air 2 7
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer Setelah Di olah, 2020
28
Berdasarkan hasil wawancara dari 30 responden, maka dapat diperoleh bahwa
bagian – bagian tumbuhan dari jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh
masyarakat setempat yaitu, daun ( 7 orang), akar ( 1 orang ), umbi (7 orang ), buah (4
orang ), batang ( 6 orang ), getah ( 3 orang) dan air (2 orang). Pada Tabel 8 diatas
persentase penggunaan bagian tumbuhan yang dimanfaatakan sebagai tumbuhan obat
yang terbanyak adalah daun dan umbi yang dengan masing-masing persentase 23,33
%, sedangkan yang terendah adalah akar sebesar 3,33%. Penggunaan daun banyak
dimanfaatkan sebagai bahan untuk pengobatan karena kandungan obat/zat yang
diperlukan terdapat dalam daun lebih banyak. Selain itu, tidak merusak jenis
tumbuhan, bagian daun juga mudah dalam hal pengambilan dan peracikan ramuan
obat dan daun juga selalu terdeia terus menerus dan lebih sering digunaakan secara
turun temurung, yang dikemukakan oleh Fakhrozi (2009) Diagram bagian tumbuhan
yang dimanfaatkan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Bagian Tumbuhan Yang Dimanfaatkan
23,33%
3,33%
23,33% 13,33%
20%
10% 7%
Bagian Tumbuhan Yang Dimanfaatkan
Daun
Akar
Umbi
Buah
Batang
Getah
29
Jenis- jenis tumbuhan obat yang diperoleh dari hasil penelitian di hutan Adat
Marena, Desa Pekalobean, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang dapat
digolongkan dalam 5 habitus, yaitu : pohon, perdu, dan herba, semak, liana. Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Habitus Dari Tumbuhan Obat
Habitus Jumlah Persentase %
Pohon 5 33,33
Perdu 1 6,66
Herba 4 27
Semak 3 20
Liana 2 13,33
Total 15 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
Berdasarkan hasil presentase habitus tumbuhan obat yang dimanfaatkan
masyarakat di hutan Adat Marena, Desa Pekalobean, Kecamatan Anggraja,
Kabupaten Enrekang, dengan presentase pohon 33,33% ( 5 jenis tumbuhan), perdu
6,66% (1 jenis tumbuhan), herba 27% ( 4 jenis tumbuhan ), semak 20% ( 3 jenis
tumbuhan), liana 13,33% ( 2 jenis tumbuhan). Diagram jumlah habitus dapat dilihat
pada Gambar 3.
30
Gambar 3. Jumlah Habitus
5.3 Cara Pemanfaatan Tumbuhan Obat Di Hutan Ada t Marena Desa
Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.
Pemanfaatan tumbuhan obat di Hutan Adat Marena Desa Pekalobean Kecamatan
Anggeraja Kabupaten Enrekang di lakukan dengan beberapa cara antara lain :
`
Gambar 4, Pepaya ( Carica papaya )
Bagian yang dapat di gunakan sebagai obat di tumbuhan pepaya seperti, daun,
buah, dan getah. Manfaat daun pepaya yaitu untuk melancarkan pencernaan.Cara
pemanfaatannya yaitu ambil daun pepaya sebanyank 7 lembar helai daun yang masih
33,33%
7% 27%
20%
13,33%
Jumlah Habitus
Pohon
Perdu
Herba
Semak
Liana
31
mudah kemudian rebus sampai menghasilkan setengah gelas air rebusan, lalu di
minum. Kemudian untuk manfaat buah pepaya yaitu untuk melancarkan pencernaan
dan melindungi kesehatan kulit. Cara pemanfaatannya yaitu kupas terlebih dahulu
kemudian di makan. Sedangkan manfaat getah buah pepaya yaitu mengobati sakit
gigi. Cara pemanfaatannya yaitu ambil getah buah pepaya yang masih muda
menggunakan kapas dan teteskan pada gigi yang sakit.
Gambar 5. Jahe/Pana (Zingir officinale )
Bagian tumbuhan jahe yang dapat di gunakan sebagai obat yaitu umbi.
Manfaat umbi jahe yaitu untuk melegakan tenggorokan. Cara pemanfaatannya yaitu
ambil jahe lalu di parut kemudian di peras dan air jahe hasil perasan tadi di minum.
32
Gambar 6. Jambu Biji/ Jambu Batu (Psidium guajava)
Bagian tumbuhan jambu biji yang digunakan yaitu daun. Manfaatnya yaitu
dapat mengatasi diare. Cara pemanfaatannya yaitu ambil 5 helai daun jambu biji yang
masih muda, lalu di cuci kemudian di remas di makan.
Hasil wawancara yang saya lakukan mengenai tumbuhan obat yang
dimanfaatkan oleh Pak Sammang (70 tahun) mengatakan bahwa :
“Yake aku mapadik ba‟tang mane cicuru-curu tapa iya jio kacocok jambu batu
male ki ala si limang lambah to malollona mane me ki basei na tapa di romok
mane di kande silalona ‟‟.
Menuruk pak Sammang kalau sakit perut ( diare) maka langsung mengambil
pucuk daun jambu biji sebanyak 5 helai lembar kemudian di cuci , setelah di cuci
pucuk jambu biji kemudian di remas- remas lalu di makan.
33
Gambar 7. Laruna/ Reu baru ( Chomolaena odorata )
Bagian tumbuhan launa yang di gunakan yaitu daun. Manfaat daun laruna
yaitu untuk menyembuhkan luka. Cara pemanfaatannya yaitu ambil daunnya
kemudian haluskan sehingga mengeluarkan air setelah itu oleskan terlebih dahulu
kemudian tempelkan daun tersebut pada luka.
Hasil wawancara yang saya lakukan mengenai tumbuhan obat yang
dimanfaatkan oleh Pak Jamali (59 tahun) dia mengatakan bahwa :
“Yanna malekan tama barakba atau panggala na den kaju tossokki aje ki na
tapa kerara, ee tapa iya bang jio daun reu baru tapa kiala masiga na di cikkudui
si pentallun-tallun na mane dikaridi na di bacanni bismillah yanna mangka mo
mane di paleke lako aje to kojong, aja liwak iya passe ke di paloi tek reu baru
tapi ja liwak toda kaya mujarrak sang iya mo iya na pake to neneki tonnanuk”.
Menurut Pak Jamali jika mereka pergi ke kebun, terus tidak sengaja tertusuk
ranting kayu sampai berdarah, segera ambil daun laruna baru di ludahi sebanyak 3x
dan di remas kemudian di tempelkan pada bagian yang luka. Rasanya memang sangat
perih tapi khasiat dari obat ini sangat mujarap dan ini sudah di pakai oleh leluhur.
34
Gambar 8. Alang-alang (imperata cylindrical)
Bagian tumbuhan alang-alang yang dapat di gusnakan yaitu akar. Manfaat
akar alang-alang yaitu untuk mengobati obat panas dalam. Cara pemanfaatannya
yaitu ambil akar tumbuhan alang-alang lalu rebus setelah itu diminum.
Gambar 9. Sirih (Piper betle).
Bagian tumbuhan sirih yang digunakan yaitu daun. Manfaat daun sirih yaitu
untuk membersihkan mata. Cara pemanfaatannya yaitu ambil daunya kemudian di
remas- remas.
Berdasarkan hasil wawancara yang di lakan dengan responden mengenai
tumbuhan obat yang di manfaatkan oleh ibu Juliati ( 50 tahun) mengatakan bahwa :
35
“Yanna matumbade to mata di sakdingan susi kua kassitanni tapa iya jio daun
siri male ku ala silimang lambah mane ku ira-irai mane ku ramme dok wai bisa
tok di romok-romok sampe na messun jok litena yanna mangka mo di pasusi jio
di alaimi jio carepa na mane di saring i pake saringan teh, yanna macero mo
padok mi jo mata dok piring to den jio wai to si campuru mo daun siri mane di
padok mi jo mata di pakkapidi-pidi sampe na manyaman di rasa to mata”.
Menurut Ibu Juliati apabila ada sesuatu yang msuk ke dalam mata maka ambil
daun siri sebanyak 5 helai daun terus di iris-iris kecil atau di remas-remas sampai
mengeluarkan getah lalu campurkan dengan air bersih, kemudian keluarkan ampas
daun siri tersebut sampai bersih dengan menggunakan saringan teh, setelah itu
masukkan mata kedalam wadah yang berisi air sirih tadi lalu di kedip-kedipkan.
Gambar 10. Lengkuas ( Alpiania Galanga )
Bagian tumbuhan lengkuas yang digunakan yaitu umbi. Manfaat umbi
lengkuas yaitu untuk meredakan nyeri sendi. Cara pemanfaatannya itu di parut dan di
minum.
36
Gambar 11. Serai/Sarre (Cymbopogon citratus)
Bagian tumbuhan serai yang digunakan yaitu batang. Manfaat batang serai
yaitu mengatasi perut kembung. Cara pemanfaatannya di rebus sampai mendidih.
Gambar 12. Kumis kucing (Orthosiphon aristatus)
Bagian tumbuhan kumis kucing yang digunakan yaitu daun. Manfaat daun
tumbuhan kumis kucing yaitu untuk menurunkan darah tinggi dan panas. Cara
pemanfaatannya yaitu ambil 7 helai daun kumis kucing kemudian rebus sampai
mendidih dan di lakukan 3x sehari.
37
Gambar 13. Bandotan (Ageratum conyzoides)
Bagian tumbuhan bandotan yang digunakan yaitu daun. Manfaat daun
bandotan yaitu untuk mengobati sakit maag . Cara pemanfaatannya yaitu ambil daun
dengan jumlah 5 atau 7 helai kemudian di rebus sampai mendidih.
Gambar 14. Jeruk Nipis/Lemo Barangan (Citrus aurantifoa)
Bagian tumbuhan jeruk nipis yang digunakan yaitu buah. Manfaat buah jeruk
nipis yaitu meningkatkan imunitas tubuh dan meredakan batuk-batuk.Cara
pemanfaatannya yaitu ambil buah jeruk nipis lalu di peras kemudian air yang di
hasilkan dari buah jeruk nipis tersebut di minum.
38
Gambar 15. Paria (Momordica charantia)
Bagian tumbuhan paria yang digunakan yaitu daun dan batang. Manfaat daun
dan batang tumbuhan paria yaitu untuk menyembuhkan penyakit sarampa atau cacar.
Cara pemanfaatan tumbuhan paria yaitu dengan cara ambil daun paria beserta
batangnya, lalu campurkan dengan air sebanyak 1 gelas, bawang merah tunggal
sebanyak 2 biji, dan kasumba turate setelah itu langsung di minum dan di lakukan 3x
sehari.Waktu pengambilan tumbuhan paria/pare yaitu di pagi hari dan tidak
diperbolehkan mengambil tumbuhan tersebut sudah terkena air hujan.
Gambar 16. Kunyit (Curcuma caesia)
39
Bagian tumbuhan kunyit yang di gunakan yaitu umbi. Manfaat umbi
tumbuhan kunyit yaitu meredakan nyeri haid dan mengatasi jerawat. Cara
pemanfaatannya yaitu ambil umbi kunyit yang mentah atau yang belum diolah
kemudian oleskan pada wajah yang memiliki jerawat dan untuk nyeri haid
menggunakan tumbuhan kunyit yang sudah diolah kemudian diminum sebanyak 2x
sehari .
Gambar 17. Pohon Kelapa/ Kaluku(Cocos nucifera L)
Bagian pohon kelapa yang di gunakan yaitu buah dan air . Manfaat buah
kelapa meningkatkan daya tahan tubuh, sedangkan airnya di gunakan untuk penyakit
yang susah kencing dan melancarkan haid. Cara pemanfaatannya yaitu ambil buah
yang masih muda dan segar kemudian dimakan dan airnya di minum.
40
Gambar 18. Cengkeh (Syzygium aromaticum)
Cengkeh termasuk tumbuhan obat namun belum di gunakan .Manfaat
cengkeh yaitu untuk mengobati sakit gigi dan meredahkan rasa nyeri. Cara
pemanfaatannya yaitu di rebus kemudian airnya di minum.
41
Tabel 10. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Pada Hutan Adat Desa Pekalobeaan Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.
No Jenis
Tumbuhan
Nama Ilmiah Family Bagian
Dimanfaatkan
Cara
Pengolahan
Cara
Pemanfaatan
Manfaat Habitus
1 Laruna Chhoromolaena
odorata
Labiatae Daun Di remas Haluskan dan
dioleskan.
Luka Semak
2 Pepaya Carica papaya Caricaceae Daun, buah dan
getah
Di rebus Direbus,
dimakan dan di
tetskan
Melancarkan
pencernaan,
Melindungi
kesehatan kulit
dan sakit gigi
Pohon
3 Jambu Biji Psidium guajava Myrtaceae Daun Di remas Diremas
kemudian
dimakan
Diare Pohon
4 Alang-alang Imperata
cynlidrica
Poaceae Akar Di rebus Direbus setelah
itu di minum
Panas dalam Semak
5 Bandotan Ageratum
conyzoides
Asteraceae Daun Di rebus Di rebus sampai
mendidih
kemudian
diminum
Mengobati sakit
maag Semak
6 Kumis
Kucing
Orthosiphon
aristatus
Lamiaceae Daun Di rebus Direbus sampai
mendidih
kemudian
diminum dan
dilakukan 3x
sehari
Menurunkan
darah tinggi dan
panas
Perdu
7 Jeruk Nipis Citrus aurantifoa Rutaceae Buah Di peras Diperas
kemudian
diminum
Mneingkatkan
imunitas tubuh
dan meredakan
batuk
Pohon
8 Jahe Zingiber
officinale
Zingiberace
ae
Umbi Di peras Diparut
kemudian
diperas lalu
diminum
Melegakan
tenggorokan Herba
42
9 Serai Cymbopogon
citratus
Poaceae Batang Direbus Direbus sampai
mendidih kem
udian diminum
Mengatasi perut
kembung Herba
10 Pohon
Kelapa
Cococs nucifera l Arecaceae Buah dan air Tanpa
pengolahan
Diminum dan
dimakan
Meningkatkan
daya tahan
tubuh
Pohon
11 Sirih Piper betle Piperaceae Daun Di remas Diremas Merbersihkan
mata Liana
12 Lengkuas Alpiani galangal Zingiberace
ae
Umbi Di parut Diparut dan
diminum
Meredakan
nyeri sendi Herba
13 Paria Momordica
charantia
Cucurbitace
ae
Daun dan batang Di minum dan
di oleskan
Mnyembuhkan
penyakiit
sarampa/ cacar
Liana
14 Cengkeh Syzygium
aromaticum
Myrtaceae Biji Di rebus Direbus sampai
mendidih
kemudian di
minum
Mengobati sakit
gigi dan
meredakan rasa
nyeri
Pohon
15 Kunyit Curcuma caesia Zingiberace
ae
Umbi Di oleskan dan
di minum
Oleskan pada
wajah yang
memiliki
jerawat dan
minum untuk
meredakan nyeri
haid.
Mengatasi nyeri
haid dan
mengatasi
jerawat
Herba
43
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan mengenai tumbuhan obat yang
dimanfaatkan oleh Pak Jamali (59 tahun) mengatakan bahwa :
“Yanna malekan tama barakba atau panggala na den kaju tossokki aje ki na tapa
kerara, ee tapa iya bang jio daun reu baru tapa kiala masiga na di cikkudui si
pentallun-tallun na mane dikaridi na di bacanni bismillah yanna mangka mo
mane di paleke lako aje to kojong, aja liwak iya passe ke di paloi tek reu baru
tapi ja liwak toda kaya mujarrak sang iya mo iya na pake to neneki tonnanuk”.
Menurut Pak Jamali jika mereka pergi ke kebun, terus tidak sengaja tertusuk
ranting kayu sampai berdarah, segera ambil daun laruna baru di ludahi sebanyak 3x
dan di remas kemudian di tempelkan pada bagian yang luka. Rasanya memang sangat
perih tapi khasiat dari obat ini sangat mujarap dan ini sudah di pakai oleh leluhur.
Berdasarkan hasil wawancara yang saya lakukan mengenai tumbuhan obat
yang dimanfaatkan oleh Pak Sammang (70 tahun) mengatakan bahwa :
“Yake aku mapadik ba‟tang mane cicuru-curu tapa iya jio kacocok jambu batu
male ki ala si limang lambah to malollona mane me ki basei na tapa di romok
mane di kande silalona ‟‟.
Menuruk pak Sammang kalau sakit perut ( diare) maka langsung mengambil
pucuk jambu biji sebanyak 5 helai daun lalu di cuci , setelah di cuci pucuk jambu biji
kemudian di remas- remas lalu di makan.
Berdasarkan hasil wawancara yang di lakan dengan responden mengenai
tumbuhan obat yang di manfaatkan oleh ibu Juliati ( 50 tahun) mengatakan bahwa :
“Yanna matumbade to mata di sakdingan susi kua kassitanni tapa iya jio
daun siri male ku ala si limang lambah mane ku ira-irai mane ku ramme dok
wai bisa tok di romok-romok sampe na messun jok litena yanna mangka mo di
pasusi jio di alaimi jio carepa na mane di saring i pake saringan teh, yanna
macero mo padok mi jo mata dok piring to den jio wai to si campuru mo daun
siri mane di padok mi jo mata di pakkapidi-pidi sampe na manyaman di rasa to
mata”.
Menurut Ibu Juliati apabila ada sesuatu masuk kedalam mata seperti debu atau
mata seperti berpasir maka langsung ambil daun siri sebanyak 5 helai daun terus di
44
iris-iris kecil atau di remas-remas sampai mengeluarkan getah lalu campurkan dengan
air bersih, kemudian keluarkan ampas daun siri tersebut sampai bersih dengan
menggunakan saringan teh, setelah itu masukkan mata kedalam wadah yang berisi air
sirih tadi lalu di kedip-kedipkan.
Pengetahuan masyarakat tentang tumbuhan sudah ada sejak masa nenek
moyang mereka. Namun saat ini masyarakat desa pekalobeaan sudah jarang
menggunakan tumbuhan berkhasiat obat disekitar mereka untuk pengobatan.
Sehingga saat ini, masyarakat di Desa Pekalobeaan cenderung lebih ke pemakaian
obat kimia atau langsung ke puskesmas karena mudah di jangkau.
45
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Jenis- jenis tumbuhan yang di manfaatkan sebagai tumbuhan obat oleh
masyarakat di Desa Pekalobeaan Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang
yaitu Laruna/Reu Baru (Chromolaena odorata),Pepaya/Bandiki (Carica
papaya),Kunyit (Curcuma caesia), Jambu Biji ( Psidium guajava), Alang-
alang ( Imperata cynlidrica), Bandotan (Ageratum conyzoides), Kumis kucing
(Orthosiphon aridtatus), Jeruk Nipis (Citrus aurantifoa), Jahe/ Pana ( Zingiber
Officinale), Serai/Sarre (Cymbopogon citratus), Kelapa (Cococs nucifera l),
Sirih (Piper betle),Lengkuas (Alpiani galanga),Paria (Momordica
charantia),Cengkeh (Syzgium aromaticum).
2. Bagian – bagian tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat
oleh masyarakat Desa Pekalobeaan Kecamatan Anggeraja Kabupaten
Enrekang yaitu daun ,akar, umbi ,buah, batang ,getah dan air.
3. Cara pemanfaatan tumbuhan obat di Desa Pekalobeaan Kecamatan Anggeraja
Kabupaten Enrekang yaitu di rebus, di haluskan, di remas-remas, di parut, di
teteskan, di oleskan.
46
6.2 Saran
Adapun saran dari saya kiranya penelitian selanjutnya tentang kearifan local
dalam pemanfaatan tumbuhan obat sebelum turun ke lapangan untuk pengambilan
data terlebih dahulu mempelajari jenis-jenis tumbuhan obat sehingga ketika turun
langsung kelapangan lebih mudah.
47
DAFTAR PUSTAKA
Artho, L. N., Wuisan, J., & Najoan, J. A. (2015). Efek Serbuk Kopi Robusta (Coffea
canephora) Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Pada Kelinci (Oryctolagus
cuniculus). eBiomedik, 3(3).
Abdiyani, 2008. Pemanfaatan Obat Tradisional. Diakses melalui tunjung.mhs
unimus.ac.id/lusia 03011. Pada 25 Agustus 2014. Makassar.
BPS Enrekang, 2010. Kearifan Lokal Enrekang. Diakses melalui ver2.Enrekangka
b.go.id/indeks/bungin. Pada tanggal 21 Januari 2015.Makassar.
Due., 2013 dalam Studi Etnobotani Dan Identifikasi Tumbuhan Berkhasiat Obat
Berbasis Pengetahuan Lokal di Kabupaten Enrekang.
Dwi Ratna Anjaning Kusuma Marpaung 2017, Tumbuhan Obat Dan Kearifan Lokal
Masyarakat Di Sekitar Kawasan TNBG, Desa Sibonggor Julu, Kabupaten
Mandailing Natal’’.
Fajarini, U. 2014. Peranan Kearifan Lokal Dalam Pendidikan Karakter . Sosio
Didaktika 1.
Hidayatullah, 2010. Menggali Nilai Kearifan Lokal Budaya. Diakses melalui
repository.usu.ac.id/log-apr2009-5%2. Pada tanggal 22 Januari 2015
Makassar.
Indah Margarethy, Yahya, Milana Salim 2019. Kearifan Lokal Dalam Pemanfaatan
Tumbuhan Untuk Mengatasi Malaria Oleh Obat Tradisional Di Sumatera
Selatan.
Jefrin Sambara’, Ni Nyoman Yuliani, Maria Yuniati Emerensiana, Pemanfaatan
Tanaman Obat Tradisional oleh Masyarakat Kelurahan Merdeka Kecamatan
Kupang Timur2016.
Lis Nurrani, Supratman Tabba dan Hendra S. Mokodompit 2015. Kearifan Lokal
Dalam Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Di Sekitar Taman
Nasional Aketajawe Lolobata, Provinsi Maluku Utara.
Nulfitriani, Ramadanil P. & Eni Y. 2013, Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Obat
Tradisional Pada Suku Toil-Toli Di Desa Pinjan Sulawesi Tengah”.
48
Nurrani L. 2013, “Pemanfaatan Tradisional Tumbuhan Alam Berkhasiat Obat Oleh
Masyarakat Disekitar Cagar Alam Tangale”.
Raden, Bestari dan Nababan, Abdon. 2003. Hutan Berbasis Masyarakat Adat: Antara
Konsep dan Realita. Makalah untuk disajikan dalam Kongres Kehutanan
Indonesia III, Senayan-Jakarta, 25-28 Oktober 2001
Suparni dan Wulandari. 2012. Herbal Nusantara 1001 Ramuan Tradisional Asli
Indonesia. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Supardiman, I. Muchan dan Sidik, 2000.Pemanfaatan Obat Tradisional.
Santi Susanti, Sukaesih 2017. Kearifan Lokal Sunda Dalam Pemanfaatan Tanaman
Berkhasiat Obat Oleh Masyarakat Cipatat Kabupaten Bandung.
Sistiawanti, 2010. Pemanfaatan Obat Tradisional.Diakses melalui tunjung.mhs
unimus.ac.id/lusia 03011. Pada 25 Agustus 2014.Makassar
Sitepu, 2011. Manfaat Tumbuhan Obat. (Diakses melalui
repository.usu.ac.id/logapr2009-5%2 pada tanggal 15 Desember 2020 ).
Tulungen, F. R. (2019). Cengkeh dan Manfaatnya bagi Kesehatan Manusia melalui
Pendekatan Competitive Intelligence. Biofarmasetikal Tropis, 2(2), 158-169.
Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Kantor Menteri Negara
Sekretaris Negara Republik Indonesia, Jakarta.
Wiriadinata, H.M. Rahayu dan F. Syarif. 1994. Status Pengetahuan Masyarakat
Pedalaman Seberida Tentang Tumbuhan dan Peranannya Dalam Kehidupan
Sehari-hari. Proc. Of the norindra seminar. 49-56.
Zuhud EAM dan Haryanto. 1994. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman
Tanaman obat Hutan Tropika Indonesia. Jurusan Konservasi Sumberdaya
Hutan, Fakultas Kehutanan IPB-Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN),
Bogor.
49
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner Pemanfaatan Tumbuhan Obat di Hutan adat Desa
Pekalobeaan Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.
Tujuan dari pengisiaan kuisioner ini adalah untuk mendapatkan data yang diperlukan
selama penelitian. Oleh karenannya di harapkan kesediaan dari Bapak/Ibu/Saudara/I
untuk memberikan informasi yang sebenarnya demi keakuratan dari hasil penelitian
ini. Terimah kasih
1. TINGKAT PENGGUNAAN TUMBUHAN OBAT
A. Identitas keluarga
1. Nama responden :
2. Umur : Tahun
3. Jenis Kelamin :
4. Tempat Lahir :
5. Status :
6. Jumlah Anggota Keluarga : Orang
7. Bahasa yang di kuasai :
8. Pendidikan terakhir Bapak/Ibu/Sdr :
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Perguruan Tinggi
50
9. Suku :
10. Pekerjaan ibu/Bapak/Sdr :
a. Petani
b. Pedagang
c. PNS
d. Lainnya:
B. Tngkat Penggunaan Tumbuhan Obat
1. Apakah Ibu/bapak/sdr sering menggunakan tumbuhan obat ?
a. Ya
b. Tidak
2. Jika tidak, mengapa ?
a. Pahit
b. Tidak terstandar
c. Sulit mengenali jenis tumbuhan
d. Lainnya:
3. Jika ya, sejak kapan menggunakan tumbuhan obat tersebut ?
4. Seberapa sering Ibu/baak/saudara menggunakaan tumbuhan obat ?
a. 1 hari sekali
b. Kali seminggu
51
5. Jenis tumbuhan obat apa saja yang Ibu/bapak/saudara gunakan
No Jenis tumbuhan obat Kegunaan Waktu yang
digunakan
1
2
3
4
5
6. Menurut Ibu/bapak/saudara apa kelebihan tumbuhan obat dari pada obat-
obatan/ obat kimia lainnya ?
a. Lebih terasa khasiatnya
b. Lebih aman
c. Lebih praktis
d. Lebih mudah di dapat
e. Lebih murah
7. Dari mana bapak/ibu/saudara memperoleh tumbuhan obat tersebut ?
a. Tumbuhan liar
b. Budidaya
c. Membeli dari daerah lain
d. Lainnya:
8. Dari tumbuhan tersebut,bagian/organ tumbuhan yang digunakan sebagai obat ?
Keterangan :
Kolom 1 : diisi sesuai dengan jenis tumbuhan/nama lokal
52
Kolom 2 : mohon disebutkan bagian/organ tumbuhan yang digunakan sebagai obat
Daun = 1
Bunga = 2
Buah = 3
Biji = 4
Kulit batang = 5
Akar = 6
Umbi akar = 7
Lainnya = 8
Kolom 3 : cara pengolahan
Rebus = 1
Bakar = 2
Ditumbuk / dihaluskan = 3
Lainnya = 4
Kolom 4 : menurut masyarakat tumbuhan berkhasiat obat
5.Sumber diperoleh:
53
Liar = 1
Budidaya = 2
Membeli dari daerah lain = 3
Lainnya = 4
9. Bagaimana ibu/bapak/saudara menggunakan obat tersebut pada usia yang
berbeda ?
10. Adakah ritual-ritual khusus atau kebiasaan-kebiaasan khusus sebelum minum
obat tersebut ?
a. Ya
b. Tidak
11. Jika ya, ritual atau kebiasaan apa saja yang ibu/bapak/saudara lakukan ?
12. Bagaimana cara ibu/bapak/saudara menentukan kemanjuran suatu tumbuhan
obat ?
13. Apakah ada pantangan makan/minum waktu obat tersebut digunakan ?
a. Ada
b. Tidak ada
14. Jika ada, penyebabnya mengapa ?
15. Dari mana ibu/bapak/ saudara memperoleh pengetahuan tradisional untuk
pengolahan obat dan pengetahuaan tentang tumbuhan berkhasiat obat ?
54
C.Penggunaan Tumbuhan Obat oleh Dukun Dalam Pengobatan
1. Sejak kapan bapak/ibu/saudara berpraktek sebagai dukun?
2. Bagaimana bapak/ibu/saudara mengetahui tentang penyakit ?
3.Apakah bapak/ibu/saudara menggunakan jamu/tumbuh-tumbuhan dalam
pengobatan ?
4. Jika ya, tumbuhan apa saja yang digunakan sebagai obat ?
No Jenis tumbuhan
Nama lokal
Organ
Tumbuhan Yng
digunakan
Cara
Pengolahan
Untuk
mengobati
Sumber
diperoleh
1
2
3
Keterangan :
Kolom 1 : Diisi sesuai dengan jenis tumbuhan/nama lokal
Kolom 2 : Mohon disebutkan bagian/organ tumbuhan yang digunakan sebagai obat.
Daun = 1
Bunga = 2
Biji = 3
Kulit batang = 4
Akar = 4
55
Umbi akar = 5
Lainnya = 6
Kolom 3 : Cara pengolahan
5: Sumber diperoleh :
Liar = 1
Budidaya = 2
Membeli dari daerah lain = 3
Lainnya = 4
5.Bagaimana bapak/ibu/saudara mengukur dosis pada pasien ?
6.Apakah dosis obat pada setiap penyakit sama ?
7.Berapa hari biasanya obat digunakan ?
8.Kapan minum obat dihentikan ?
9.Apakah ada pantangan-pantangan dalam minum obat ini ?
10.Pada siapa obat tidak boleh diberikan ?
11.Dari mana bapak/ibu/saudara mendapatkan pengetahuan tentang meramu
tumbuhan menjadi obat tradisional ?
56
a. Orang tua
b. Saudara
c. Kerabat
d. lainnya
12.Apakah pengetahuan tentang tata cara pengobatan dan pengolahan tumbuhan obat
dalam upaya penyembuhan pasien ini diturunkan pada anak-anak bapak/ibu ?
Lampiran 2. Data Mentah Responden
No Jenis tumbuhan
yang
dimanfaatkan
Bagian yang dimanfatkan Jenis tumbuhan
Daun Batang Akar Buah Umbi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
57
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Lampiran 3. Identitas Responden di Hutan Adat Marena Desa Pekalobean
Kecmatan Anggeraja Kabupaten Enrekang
No Nama Umur
(Tahun)
Jenis
Kelamin Alamat
Pendidikan
Terakhir Pekerjaan
1 Wija 69 Tahun P Pekalobean SD Petani
2 Masni 40 Tahun P Pekalobean SMP IRT
3 Ramlan 41Tahun L Pekalobean SMP Petani
4 Abidin 65 Tahun L Pekalobean SD Petani
5 Amiruddin 47 Tahun L Pekalobean SMP Petani
6 Sumarni 42 Tahun P Pekalobean SMP IRT
7 Sainuddin 59 Tahun L Pekalobean SD Petani
8 Sinding 70 Tahun L Pekalobean SD Petani
9 Suradi 70 Tahun L Pekalobean SD Petani
10 Hasni 40 Tahun P Pekalobean SMP IRT/Petani
58
11 Wati 49Tahun P Pekalobean SMP IRT/Petani
12 Hariati 47Tahun P Pekalobean SD IRT/Petani
13 Haris 60 Tahun L Pekalobean SD Petani
14 Uderi 60 Tahun L Pekalobean SD Petani
15 Kamaria 62 Tahun P Pekalobean SD IRT/Petani
16 Suriani 45 Tahun P Pekalobean SMP IRT/Petani
17 Kadira 72 Tahun P Pekalobean SD IRT/Petani
18 Jamali 59 Tahun L Pekalobean SD Petani
19 Sammang 70 Tahun L Pekalobean SD Petani
20 Juliati 50 Tahun P Pekalobean SMP IRT/Petani
21 Syamsuria 45 Tahun P Pekalobean SMA IRT/Petani
22 Rusli 61 Tahun L Pekalobean SMP Petani
23 Sumiati 48 Tahun P Pekalobean SMP IRT/Petani
24 Nurlaila 52 Tahun P Pekalobean SD IRT/Petani
25 Wahyuni 55 Tahun P Pekalobean SD IRT/Petani
26 Verawati 57 Tahun P Pekalobean SD IRT/Petani
27 Hanong 60 Tahun P Pekalobean SD IRT/Petani
28 Enceng 55 Tahun P Pekalobean SMP IRT/Petani
29 Nurbaya 53 Tahun P Pekalobean SMP IRT/Petani
30 Herani 50 Tahun P Pekalobean SMP IRT/Petani
Sumber : Data Primer Tahun 2020
59
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Wawancara dengan masyarakat
Gambar 2. Wawancara dengan masyarakat
60
Gambar 3. Wawancara dengan masyarakat
Gambar 4. Wawancara dengan masyarakat
61
Gambar 5. Pendamping
62
Lampiran 5. Dokumentasi Tumbuhan Obat
Gambar 6, Pepaya ( Carica papaya )
Gambar 7. Jahe (Zingir officinale )
63
Gambar 8. Jambu Biji (Psidium guajava)
Gambar 9. Laruna/ Reu baru ( chomolaena odorata )
64
Gambar 10. Alang-alang (imperata cylindrical)
Gambar 11. Sirih (Piper betle).
65
Gambar 12. Lengkuas ( Alpiania Galanga )
Gambar 13. Serai (Cymbopogon citratus)
66
Gambar 14. Kumis kucing (Orthosiphon aristatus)
Gambar 15. Bandotan (Ageratum conyzoides)
Gambar 16. Jeruk Nipis (Citrus aurantifoa)
67
Gambar 17. Paria (Momordica charantia)
Gambar 18. Kunyit (Curcuma caesia)
68
Gambar 19. Pohon Kelapa(Cocos nucifera L)
Gambar 20. Cengkeh (Syzygium aromaticum)
69
Lampiran 6. Peta Wilayah Adat Marena Desa Pekalobean
70
Lampiran 7. Surat Pemohonan Izin Penelitian
71
Lampiran 8. Surat Izin Penelitian
72
Lampiran 9. Tes Plagiat
73
74
75
RIWAYAT HIDUUP
Penulis dilahirkan di Desa Kolai Kecamatan Malua
Kabupaten Enrekang pada tanggal 01 September 1997
dari Bapak Hasan dan Ibu Suhaeni. Penuulis
merupakan anak keenam dari 6 bersaudara.
Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar
di SD Negri 38 Kolai Kecamatan Malua Kabupaten
Enrekang dan lulus pada tahun 2003, pada tahun sama
penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Baraka
Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang dan lulus pada tahun 2013, pada tahun yang
sama penulis melanjutkan pendidikan di SMA NEGRI 1 Baraka kecamatan Baraka
Kabupaten Enrekang dan lulus tahun 2016 pada tahun yang sama, penulis lulus
seleksi masuk Progaram Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Selama mengikuti perkulian, penulis pernah melalukan kegiatan magang pada
semsester ganjil di Desa Sarudu salama 2 bulan dan kegiatan KKP (Kuliah kerja
profesi) di Desa Loeha Kecamatan Towuti selama 2 bulan. Tugas akhir dalam
pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul Kearifan Lokal
Dalam Pemanfaatan Tumbuhan Obat Pada Hutan Adat Marena, Desa Pekalobean,
Kecamatan Amggeraja, Kabupaten Enrekang
top related