kebijakan pengendalian zoonosis.pptx
Post on 08-Jul-2016
24 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM
PENGENDALIAN ZOONOSIS
EDY HARMANTO, SKM, M.MKesKabid P2PL
DINAS KESEHATAN KOTA MADIUN
PENGERTIAN “ZOONOSIS” WHO (2008) : Zoonosis adalah suatu penyakit atau infeksi
yang secara alami ditularkan dari hewan vertebrata ke manusia atau sebaliknya.
UU No. 18 tahun 2009 ttg Peternakan dan Kesehatan Hewan :
Zoonosis adalah penyakit yang menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya.
Perpres No.30 tahun 2011 ( 20 Mei 2011) tentang Pengendalian Zoonosis :
Zoonosis adalah penyakit yang dapat menular dari hewan kepada manusia atau sebaliknya.
Kenapa Zoonosis PENTING ?
70% EID (Emerging Infectious Diseases) adalah zoonosis
Mortality EID tinggi (50-90%), menyerang otak dan organ tubuh lainnya.
Dampak terhadap Perekonomian, Keamanan dan Pertahanan negara.
Batas/sekat wilayah : tidak ada lagi Sudah menjadi kebutuhan/tuntutan
internasional/ PHEIC
TANTANGAN/KENDALA1. Ancaman Zoonosis Meningkat : Kedekatan manusia dg hewan (hobby, ekonomi, dll) Kebutuhan protein hewani meningkat Semakin dekatnya manusia dg lingkungan/satwa liar
(pembukaan hutan, pemukiman mendekati hutan, dll)
Perubahan Iklim (Climate change) ,vektor meningkat, adaptasi/mutasi mahluk hidup menjadi lebih patogen dll
Pola Migrasi , transportasi antar wilayah/antar negara, pariwisata ,dll
TANTANGAN/KENDALA…2
2. Disparitas kapasitas sumber daya Pemda antar wilayah dan antar sektor;
3. Disparitas institusional antar Pemda antar wilayah, antar sektor sampai ke tingkat pelaksana di Kab/Kota serta Kecamatan;
4. Perlunya akselerasi upaya pengendalian pada penyebab penularan di sektor hulu (sumbernya);
5. Sosio-budaya dan tradisi masyarakat harus mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan zoonosis;
6. Pengawasan lalu lintas hewan belum memadai, mobilitas hewan / manusia yg tinggi.
TANTANGAN/KENDALA…3
7. Keterbatasan mobilitas operasional (geografis, demografis dan dana);
8. Keterbatasan paramedis-medis dan tenaga veteriner di Kabupaten/Kota, terutama daerah tertular;
9. Pemahaman masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya ttg pencegahan zoonosis masih terbatas;
10. Regulasi belum dijalankan secara konsisten.11. Keterbatasan penelitian dan pengembangan
tentang zoonosis;
PRIOROTAS PENGENDALIAN
a. Kementerian Kesehatan
1. FLU BURUNG2. RABIES3. ANTRAKS4. LEPTOSPIROSIS5. PES
b. Perpres no 30, tahun 2011
1. FLU BURUNG2. RABIES3. PES4. ANTRAKS5. LEPTOSPIROSIS6. BRUCELLOSIS
FRAMEWORK PENGENDALIAN ZOONOSIS
Penyakit Zoonosa :Pengendalian Zoonosis Terpadu (Lintas Multi Sektor)
Men
urun
kan
Fakt
or ri
siko
Surv
eila
ns te
rpad
u &
sha
ring
Info
rmas
i
Koo
rdin
asi
Res
pon
Kol
abor
asi
pene
litia
n
Mekanisme Koordinasi
KEBIJAKAN PENGENDALIAN ZOONOSIS
I. Arah Kebijakan :
Di tingkat nasional : Berpedoman pada Rencana
Pembangunan Nasional Jangka Menengah dan Panjang Di tingkat daerah:
Berpedoman pada Rencana Pembangunan Daerah Jangka Menengah dan Panjang.
KEBIJAKAN PENGENDALIAN ZOONOSIS...(2)
II. Tujuan1. Menurunkan angka kesakitan dan
kematian akibat zoonosis2. Mencegah, membatasi,menanggulangi
Kejadian Luar Biasa/Wabah zoonosis3. Mencegah dan membatasi keluar
masuknya KLB/Wabah zoonosis antar daerah/wilayah serta masuknya zoonosis dari dan ke Indonesia pada situasi Pandemi
KEBIJAKAN PENGENDALIAN ZOONOSIS..(3)
III. SASARAN• Masyarakat umum : mampu melindungi
diri dan menerapkan PHBS
• Kelompok risiko : mampu melindungi diri dan segera mendapatkan yankes bila tertular Penyakit Zoonosa.
• Kelompok Strategis : dukungan kebijakan, peraturan perundangan, dana, tenaga, sarana, dll
KEBIJAKAN PENGENDALIAN ZOONOSIS...(4)
IV. KEGIATAN POKOK 1. Penurunan jumlah kasus dan kematian melalui
Deteksi dini kasus & prompt treatment2. Surveilans epidemiologi terpadu3. Penanggulangan KLB terpadu4. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan petugas5. Kerjasama lintas sektor6. Penyuluhan kepada masyarakat melalui berbagai
media dan berbagai kesempatan.
SITUASI TERKINI PENGENDALIAN ZOONOSIS DI iNDONESIA
RABIESSituasi Rabies di Beberapa negara Asia :• India : rata-rata 20.000 kasus/tahun• China : rata-rata 2.500 kasus/tahun • Filipina : 200 -300 kasus/tahun• Vietnam : rata-rata 9.000 kasus/tahun• Indonesia : rata-rata 168 kasus/tahun Rata-rata di dunia : 55.000 kasus/tahun
Situasi Rabies pada Manusia di Indonesia Tahun 2008 - September 2015
Rabies tersebar di 25 provinsi.
9 provinsi yang masih bebas rabies yakni: Babel, Kepri, DKI Jakarta Jateng, Jatim DI Yogyakarta NTB, Papua dan Papua Barat.
GHPR : gigitan hewan penular rabiesPET : Post Exposure Treatment Sumber : Subdit Pengendalian Zoonosis
Kasus Kematian Rabies (Lyssa) di IndonesiaTahun 2008 – September 2015
Sumber : Subdit Pengendalian Zoonosis
Kasus Lyssa per Provinsi di Indonesia, Th 2011 – Sept 2015
Sumber : Subdit Pengendalian Zoonosis
PROGRAM TERPADU
Terpadu: menyatukan kegiatan /upaya sejak dari
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi untuk mewujudkan sasaran /tujuan yang telah ditetapkan secara bersama antara pemangku kepentingan (stakeholder) yang terkait.
1. Mencegah meluasnya zoonosis ke daerah yang sebelumnya bebas;
2. Mengurangi daerah endemis zoonosis;3. Melindungi masyarakat dari penularan
zoonosis untuk menurunkan angka kematian pada manusia;
4. Penanganan hewan penular zoonosis untuk menurunkan insidensi pada manusia;
5. Menekan dampak yang ditimbulkan akibat zoonosis;
Tujuan Pengendalian Zoonosis Terpadu
Strategi Pengendalian Zoonosis Terpadu
1. Mengutamakan prinsip pencegahan penularan kepada manusia dg meningkatkan upaya pengendalian zoonosis pada sumber penularan.
2. Penguatan koordinasi lintas sektor dalam rangka membangun sistem pengendalian zoonosis, sinkronisasi, pembinaan, pengawasan, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan kebijakan, strategi dan program.
Strategi Pengendalian Zoonosis Terpadu (2)
3. Perencanaan terpadu dan percepatan pengendalian melalui surveilans, pengidentifikasian, pencegahan, tatalaksana kasus dan pembatasan penularan, penanggulangan Kejadian Luar Biasa/wabah dan pandemik serta pemusnahan sumber zoonosis pada hewan apabila diperlukan.
4. Penguatan perlindungan wilayah yang masih bebas terhadap penularan zoonosis baru.
Strategi Pengendalian Zoonosis Terpadu (3)
5. Peningkatan upaya perlindungan masyarakat dari ancaman penularan zoonosis.
6. Penguatan kapasitas sumber daya yang meliputi sumber daya manusia, logistik, pedoman pelaksanaan, prosedur teknis pengendalian, kelembagaan dan anggaran pengendalian zoonosis.
7. Penguatan penelitian dan pengembangan zoonosis8. Pemberdayaan masyarakat dg melibatkan dunia
usaha, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, dan organisasi profesi, serta pihak-pihak lain.
PERPRES NOMOR 30 TAHUN 2011:
• Pasal 4: Pengendalian zoonosis dilaksanakan oleh instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah sesuai dengan tugas dan fungsi masing - masing secara terkoordinasi, dan terintegrasi dalam satu kesatuan dengan memperhatikan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
• Pasal 5: Pengendalian zoonosis sebagaimana dimaksud dlm Pasal 4, dilaksanakan dg mengikut-sertakan peran serta masyarakat, dunia usaha, organisasi profesi, perguruan tinggi, dan pihak terkait lainnya.
Pelaksanaan
Pelaksanaan (2)
• Pasal 6: Koordinasi dalam pengendalian zoonosis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dilaksanakan oleh kelembagaan pengendalian zoonosis sebagai wadah koordinasi baik di tingkat pusat maupun daerah sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden ini.
Isu Global Terkini :Satu Kesehatan (One Health)
• Satu kesehatan merupakan pendekatan paling baru dalam mengendalikan zoonosis
• PENGERTIAN “SATU KESEHATAN/ONE HEALTH”:Upaya Integrasi kuat dan sinergis terutama antara bidang kedokteran dan kedokteran hewan, kesehatan lingkungan dan disiplin ilmu lainnya yang terkait dalam pengendalian zoonosis dengan membangun kolaborasi, koalisi, komunikasi pada tingkat lokal, nasional dan global.
Pendekatan satu kesehatan • Sistem Satu Kesehatan meliputi: (The Animal-
Human-Ecosystem Interfaces)• Kesehatan manusia• Kesehatan Hewan (termasuk satwa liar)• Kesehatan Lingkungan• Mekanisme dengan: -Kooperasi -Koordinasi -Kolaborasi
• Penyusunan Road map Pelaksanaan Satu Kesehatan di Indonesia(Rentranas 2012-2017) yang meliputi Identifikasi hambatan dan jalan keluar/solusi yang bisa dilakukan serta membuat Strategi melalui kegiatan program prioritas;
• Melakukan perlindungan bagi kelompok risiko tinggi (vaksinasi/imunisasi);
• Memanfaatkan secara optimal perangkat yang sudah ada (PDSR, DSO, TGC, SMS Gateway, Laboratorium Regional/Rujukan, RS Rujukan, KKP, B/BTKL);
• Mengintensifkan upaya penemuan dengan surveilans terpadu (Penyelidikan Epidemiologi) dan penanganan kasus zoonosis secara terintegrasi; sebagaimana yang dilakukan pada Flu Burung.
Implementasi Konsep Satu Kesehatan (One Health) melalui:
• Membangun Pusat Informasi Satu Kesehatan melalui WEB Komisi Nasional Pengendalian Zoonosis yang memuat data, informasi, epidemiologi, bakteriologi dan virologi serta kegiatan lain maupun informasi yang berkaitan dengan Satu Kesehatan, Koordinasi lintas sektor di Komnas Zoonosis dan Komda Zoonosis (Provinsi, Kabupaten/Kota);
• Penyiapan dukungan sumber daya bagi sistem yang sudah dikembangkan, termasuk Peran Pendidikan/Universitas;
• Penelitian yang saling mendukung antar sektor terkait untuk memperkuat Perencanaan dan tindakan berbasis bukti.
Implementasi Konsep Satu Kesehatan (One Health) melalui:
Perlu Upaya Akselerasi dalam Implementasi Konsep Satu Kesehatan (One Health ) melalui :
• Koordinasi lintas sektor di Komnas Zoonosis dan Komisi Provinsi dan Komisi Kab/Kota Pengendalian Zoonosis
• Penyiapan dukungan sumber daya bagi sistem yang sudah dikembangkan, termasuk Peran Pendidikan /Universitas
• Memanfaatkan optimal perangkat yang sudah ada (DSO,TGC,SMS Gateway, Laboratorium,RS Rujukan, KKP, B/BTKL)
PENGENDALIAN RABIES : a. Tersedianya buku pedoman pengendalian Rabies
(Juklak dan Juknis) b. Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan
KLB terpadu Kemenkes dan Kementanc. Pelatihan dan sosialisasi kepada petugas
kesehatan di 24 Provinsi tertular. d. Pelatihan Tatalaksana kasus Gigitan Hewan Rabies
terpadu di seluruh Puskesmas di Provinsi Bali dengan peserta petugas kesehatan dan peternakan (2009-2011).
UPAYA YANG SUDAH DILAKUKAN
UPAYA YANG SUDAH DILAKUKAN
e. Pertemuan Tim Koordinasi Rabies di Pusat dan di Daerah.
f. Penyediaan Vaksin Anti Rabies (Pusat sbg buffer stock dan ).
g. Pembentukan dan optimalisasi Rabies Centerh. Pemberdayaan Pemuka Agama dan Tokoh Agama
“Gereja Peduli Rabies” i. Pelaksanaan Kegiatan Hari Rabies se Dunia : th
2009 dan 2010 di Bali; Tahun 2012 di Kab Sikka, NTT, Tahun 2014 di Manado, Sulut dan DKI Jakarta
j. Penyusunan Peta Jalan Pengendalian Rabies Terpadu Kementan dan Kemenkes.
PENUTUPPerlu Upaya Akselerasi dalam Pengendalian Zoonosis melalui :
1. Koordinasi lintas sektor melalui Komnas Zoonosis dan Komisi Provinsi serta Komisi Kabupaten/Kota Pengendalian Zoonosis
2. Penyiapan dukungan sumber daya bagi sistem yang sudah dikembangkan, termasuk Peran Pendidikan /Universitas
3. Memanfaatkan optimal perangkat yang sudah ada (DSO, TGC, SMS gateway, Laboratorium, Rumah Sakit Rujukan Rujukan, KKP, B/BTKL)
PENUTUP (2)
4. Mengintensifkan upaya penemuan dan penanganan kasus zoonosis secara terintegrasi
5. Penelitian yang saling mendukung/terkait antar sektor terkait untuk memperkuat Perencanaan dan tindakan berbasis bukti.
6. Penyusunan “Peta Jalan” (Road map) Pelaksanaan Pengendalian Zoonosis di Indonesia al: Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang, hambatan dan Formulasi Strategi kegiatan program prioritas.
Terima Kasih
top related