kecenderungan pendidikan abad ke-21
Post on 19-Jun-2015
782 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KECENDERUNGAN PENDIDIKAN MEMASUKI ABAD KE-21
Drs. Muhammad Yaumi, M. Hum., M.A.
Meskipun pemanfaatan media, metode, strategi, sumber belajar, dan sistem
evaluasi pembelajaran telah menunjukkan adanya perubahan, tetapi sistem dan setting
tradisional masih mewarnai setiap penyelenggaraan pendidikan. Sering sekolah masih
menggunakan format ruang kelas yang sama dengan yang digunakan pada puluhan
dan bahkan ratusan tahun lampau dan buku-buku masih merupakan bagian penting
dari sistem pendidikan berdasarkan kurikulum yang kaku. Memasuki abad ke-21
sekarang ini, berbagai cara tradisional memperlihatkan pergeseran yang hebat, di mana
pendidikan online telah membawa dampak pada perubahan-perubahan yang
menantang cara tradisional itu. Perubahan yang dimaksud paling sedikit dapat dilihat
dari tiga kecenderungan saat ini, yakni home schooling, self-study, dan kegagalan
pendidikan tradisional.
Homeschooling
Kecenderungan orang untuk mengakses berbagai sumber secara online telah
menyebabkan struktur kerja dan pandangan tentang dunia berubah. Media facebook,
twitter, blog, youtube, dan berbagai fasilitas permainan (game) seolah menjadi tradisi
baru dalam dunia anak-anak usia sekolah saat ini. Booming di bidang pendidikan
online telah dimulai, yang tentu saja menantang cara pandang terhadap pendidikan
tradisional selama ini. Rumah yang berfungsi sebagai sekolah menjadi tren baru pada
kebanyakan Negara dan bahkan sudah terasa di beberapa kota di Indonesia saat ini.
Pembiayaan pendidikan seperti buku dan peralatan lain, pakaian seragam, biaya
transportasi, biaya kursus atau les privat yang semakin tinggi serta politisasi pendidikan
yang kurang berpihak pada masyarakat plus beban tugas seperti pekerjaan rumah,
ujian lokal dan nasional, ketidakadilan penilaian dan berbagai permasalahan pendidikan
lainnya membawa kejenuhan tersendiri bagi masyarakat. Di sisi lain, fasilitas Internet
seperti tumbuhnya warnet, café net, dan bahkan RT-net telah memberi kemudahan
tersendiri bagi masyarakat, di mana pembiayaan amat sangat terjangkau bagi semua
kalangan. Di sini homeschooling menjadi pilihan tepat bagi sebagian masyarakat saat
ini.
Di samping itu, kurikulum, materi ajar, dan ujian berstandar internasional yang
didesain khusus bagi anak yang memilih bersekolah di rumah telah tersedia di berbagai
situs Internet dan bahkan untuk mendapatkan pengakuan internasional pun menjadi
lebih mudah. Persoalan yang kemudian muncul adalah sejauh mana pengakuan
pemerintah dalam negeri terhadap kecenderungan baru dalam pendidikan saat ini.
Self-study
Salah satu keterampilan dominan bagi generasi pengguna jasa Internet adalah
belajar dengan pendekatan self-study (belajar mandiri). Pendekatan ini menjadi
tantangan tersendiri bagi guru yang selama ini memilih buku paket sebagai provider
tunggal alias satu-satunya sumber belajar. Para pengguna jasa Internet juga bahkan
cenderung lebih menguasai hal-hal yang bersifat umum dan khusus yang up to date
sehingga lebih inovatif, kreatif, dan akomodatif. Sedangkan guru belum memperlihatkan
kepedulian signifikan terhadap berbagai sumber belajar melalui pendekatan self-study.
Mengidentifikasi keberhasilan orang melalui pendekatan self-study dan
pendekatan formal-edukatif memang tidak mudah, tetapi paling tidak secara umum
dapat diamati dari perspektif realitas. Di lingkungan dunia usaha, kebanyakan
pengusaha dan interpreneur sukses dewasa ini berlatar belakang pendidikan formal
rendah atau paling tinggi bergelar S1. Bahkan, tidak sedikit pengusaha paling berhasil
di Indonesia kebetulan berlatar belakang keturunan hanya menduduki pendidikan
formal mulai dari SD sampai SMA saja dan bukan lulusan dari fakultas ekonomi atau
jurusan manajemen perusahaan dari suatu universitas. Artinya, pendekatan self-study
melalui pengalaman langsung jauh lebih efektif dari pada pendekatan formal melalui
pendidikan tradisional.
Kegagalan Pendidikan Tradisional
Sekolah atau lembaga pendidikan tinggi sering mengelaim diri bahwa mereka
menghasilkan lulusan yang handal dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitar. Bahkan alumni yang telah terserap di berbagai dunia usaha, lembaga Negara,
dan di berbagai instansi terkait adalah upaya maksimal suatu perguruan tinggi yang
bersangkutan.
Kenyataannya justru berbanding terbalik dengan klaim tersebut. Lebih dari 70%
lulusan institusi pendidikan tidak bekerja dalam bidang studi mereka, dan seringkali
memerlukan pelatihan kembali di dunia nyata. kenyataan lain bahwa kebanyakan orang
tidak bahagia dalam pekerjaan mereka.
Suatu sistem pendidikan yang berhasil adalah apabila lulusannya mampu
bekerja pada bidang keahlian yang selama ini dibentuk dan digenjot melalui pendidikan
formal dan membuktikan keunggulan dengan pencapaian hasil kerja yang dapat
menggerakkan sendi-sendi kehidupan masyarakat. Namun justru hal sebaliknya terjadi
bahwa hanya 30% dari lulusan lembaga pendidikan tinggi bekerja sesuai bidang
keahlian mereka hanya 20% mereka yang bekerja saat ini merasa bahagia dengan
pekerjaan mereka (Medley, 2010).
Hal ini merupakan kegagalan utama sistem pendidikan tradisional yang
menghasilkan lulusan yang tidak senang pada pekerjaan mereka, diperlukan pelatihan
ulang, dan karyawan yang tidak menyukai pekerjaan mereka. Kenyataan bahwa
monopoli sistem pendidikan tradisional yang tidak menghasilkan lulusan sesuai yang
diharapkan menyebabkan lahirnya kecenderungan baru untuk menekuni pendidikan
online. Gerakan tak terelakkan dari ujian berdasarkan kegiatan pembelajaran berbasis
praktis, dapat membuat siswa yang masuk ke dunia nyata, dilengkapi dengan
keterampilan untuk bertahan hidup betul-betul berubah pada masa depan dalam abad
ke-21.
top related