kecerdasan intelektual
Post on 31-Oct-2015
65 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Aplikasi Komonikasi
SEKOLAH TINGGI MEDIA KOMUNIKASI TRISAKTI
Disusun oleh
NAMA MAHASISWA : SARIP HIDAYATULLOH
NIM : 201022010
JURUSAN : TEKNOLOGI GRAFIKA
Kecerdasan Intelektual (IQ)
Kecerdasan Intelektual (IQ) sering kali disamakan arti inteligensi dengan IQ,
padahal kedua istilah ini mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. Menurut
David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah,
berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis
besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang
melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat
diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata
yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. sedangkan IQ atau
singkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes
kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf
kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara
keseluruhan.
Intelligence Quotient atau yang biasa disebut dengan IQ merupakan istilah dari
pengelompokan kecerdasan manusia yang pertama kali diperkenalkan oleh Alferd
Binet, ahli psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20. Kemudian Lewis Ternman
dari Universitas Stanford berusaha membakukan test IQ yang dikembangkan oleh Binet
dengan mengembangkan norma populasi, sehingga selanjutnya test IQ tersebut dikenal
sebagai test Stanford-Binet. Pada masanya kecerdasan intelektual (IQ) merupakan
kecerdasan tunggal dari setiap individu yang pada dasarnya hanya bertautan dengan
aspek kognitif dari setiap masing-masing individu tersebut. Tes Stanford-Binet ini
banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.
Inti kecerdasan intelektual ialah aktifitas otak. Otak adalah organ luar biasa dalam diri
kita. Beratnya hanya sekitar 1,5 Kg atau kurang lebih 5 % dari total berat badan kita.
Namun demikian, benda kecil ini mengkonsumsi lebih dari 30 persen seluruh cadangan
kalori yang tersimpan di dalam tubuh. Otak memiliki 10 sampai 15 triliun sel saraf dan
masing-masing sel saraf mempunyai ribuan sambungan. Otak satu-satunya organ yang
terus berkembang sepanjang itu terus diaktifkan. Kapasitas memori otak yang sebanyak
itu hanya digunakan sekitar 4-5 % dan untuk orang jenius memakainya 5-6 %. Sampai
sekarang para ilmuan belum memahami penggunaan sisa memori sekitar 94 %.
Tingkat kecerdasan seorang anak yang ditentukan secara metodik oleh IQ
(Intellegentia Quotient) memegang peranan penting untuk suksesnya anak dalam
belajar. Menurut penyelidikan, IQ atau daya tangkap seseorang mulai dapat ditentukan
sekitar umur 3 tahun. Daya tangkap sangat dipengaruhi oleh garis keturunan (genetic)
yang dibawanya dari keluarga ayah dan ibu di samping faktor gizi makanan yang cukup.
IQ atau daya tangkap ini dianggap takkan berubah sampai seseorang dewasa, kecuali
bila ada sebab kemunduran fungsi otak seperti penuaan dan kecelakaan. IQ yang tinggi
memudahkan seorang murid belajar dan memahami berbagai ilmu. Daya tangkap yang
kurang merupakan penyebab kesulitan belajar pada seorang murid, disamping faktor
lain, seperti gangguan fisik (demam, lemah, sakit-sakitan) dan gangguan emosional.
Awal untuk melihat IQ seorang anak adalah pada saat ia mulai berkata-kata. Ada
hubungan langsung antara kemampuan bahasa si anak dengan IQ-nya. Apabila seorang
anak dengan IQ tinggi masuk sekolah, penguasaan bahasanya akan cepat dan banyak.
A. Faktor yang mempengaruhi Kecerdasan (Intellegen)
Pembawaan ; Kapasitas/ batas kesanggupan.
Kematangan; telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya, erat kaitan
dengan umur.
Pembentukan ; pengaruh dari luar.
Minat
B. Rumus kecerdasan umum, atau IQ yang ditetapkan oleh para ilmuwan adalah :
Usia Mental Anakx 100 = IQ
Usia Sesungguhnya
Contoh : Misalnya anak pada usia 3 tahun telah punya kecerdasan anak-anak yang rata-
rata baru bisa berbicara seperti itu pada usia 4 tahun. Inilah yang disebut dengan Usia
Mental. Berarti IQ si anak adalah 4/3 x 100 = 133.
Interpretasi atau penafsiran dari IQ adalah sebagai berikut :
TINGKAT KECERDASAN IQGenius Di atas 140
Sangat Super 120 - 140Super 110 - 120
Normal 90 -110Bodoh 80 - 90
Perbatasan 70 - 80Moron / Dungu 50 - 70
Imbecile 25-50Idiot 0 - 25
Kesimpulan IQ :
Frustasi dan kegagalan dalam bekerja dapat berkurang jika pelaku profesi mencari
informasi dangan berbagai cara/strategi bekerja, dengan berbagai alternative,
banyak pikiran untuk keberhasilan dalam berkarya.
Situasi yang kondusif untuk bekerja bisa diciptakan melalui pemberian motivasi
atau menumbuhkan motivasi diri sendiri dengan konsep bekerja yang berfokus pada
kelebihan-kelebihan yang dimiliki setiap individu.
Kecerdasan Emosional (EQ)
EQ adalah istilah baru yang dipopulerkan oleh Daniel Golleman. Berdasarkan
hasil penelitian para neurolog dan psikolog, Goleman (1995) berkesimpulan bahwa
setiap manusia memiliki dua potensi pikiran, yaitu pikiran rasional dan pikiran
emosional. Pikiran rasional digerakkan oleh kemampuan intelektual atau “Intelligence
Quotient” (IQ), sedangkan pikiran emosional digerakkan oleh emosi.
Daniel Golemen, dalam bukunya Emotional Intelligence (1994) menyatakan
bahwa “kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 % dan sisanya yang
80 % ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut Kecerdasan Emosional. Dari
nama teknis itu ada yang berpendapat bahwa kalau IQ mengangkat fungsi pikiran, EQ
mengangkat fungsi perasaan. Orang yang ber-EQ tinggi akan berupaya menciptakan
keseimbangan dalam dirinya; bisa mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya sendiri
dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat.
Kecerdasan emosional dapat diartikan dengan kemampuan untuk “menjinakkan” emosi
dan mengarahkannya ke pada hal-hal yang lebih positif. Seorang yang mampu
mensinergikan potensi intelektual dan potensi emosionalnya berpeluang menjadi
manusia-manusia utama dilihat dari berbagai segi.
Hubungan antara otak dan emosi mempunyai kaitan yang sangat erat secara fungsional.
Antara satu dengan lainnya saling menentukan. Otak berfikir harus tumbuh dari wilayah
otak emosional. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa kecerdasan emosional
hanya bisa aktif di dalam diri yang memiliki kecerdasan intelektual.
A. Beberapa pengertian EQ yang lain, yaitu :
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu untuk mengenal emosi
diri sendiri, emosi orang lain, memotivasi diri sendiri, dan mengelola dengan baik emosi
pada diri sendiri dalam berhubungan dengan orang lain (Golleman, 1999). Emosi adalah
perasaan yang dialami individu sebagai reaksi terhadap rangsang yang berasal dari
dirinya sendiri maupun dari orang lain. Emosi tersebut beragam, namun dapat
dikelompokkan kedalam kategori emosi seperti; marah, takut, sedih, gembira, kasih
sayang dan takjub (Santrock, 1994).
Kemampuan mengenal emosi diri adalah kemampuan menyadari perasaan sendiri
pada saat perasaan itu muncul dari saat-kesaat sehingga mampu memahami dirinya,
dan mengendalikan dirinya, dan mampu membuat keputusan yang bijaksana
sehingga tidak ‘diperbudak’ oleh emosinya.
Kemampuan mengelola emosi adalah kemampuan menyelaraskan perasaan (emosi)
dengan lingkungannnya sehingga dapat memelihara harmoni kehidupan
individunya dengan lingkungannya/orang lain.
Kemampuan mengenal emosi orang lain yaitu kemampuan memahami emosi orang
lain (empaty) serta mampu mengkomunikasikan pemahaman tersebut kepada orang
lain yang dimaksud.
Kemampuan memotivasi diri merupakan kemampuan mendorong dan mengarahkan
segala daya upaya dirinya bagi pencapaian tujuan, keinginan dan cita-citanya. Peran
memotivasi diri yang terdiri atas antusiasme dan keyakinan pada diri seseorang
akan sangat produktif dan efektif dalam segala aktifitasnya
Kemampuan mengembangkan hubungan adalah kemampuan mengelola emosi
orang lain atau emosi diri yang timbul akibat rangsang dari luar dirinya.
Kemampuan ini akan membantu individu dalam menjalin hubungan dengan orang
lain secara memuaskan dan mampu berfikir secara rasional (IQ) serta mampu
keluar dari tekanan (stress).
Manusia dengan EQ yang baik, mampu menyelesaikan dan bertanggung jawab
penuh pada pekerjaan, mudah bersosialisasi, mampu membuat keputusan yang
manusiawi, dan berpegang pada komitmen. Makanya, orang yang EQ-nya bagus
mampu mengerjakan segala sesuatunya dengan lebih baik.
Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif
menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi koneksi dan
pengaruh yang manusiawi. Dapat dikatakan bahwa EQ adalah kemampuan mendengar
suara hati sebagai sumber informasi. Untuk pemilik EQ yang baik, baginya infomasi
tidak hanya didapat lewat panca indra semata, tetapi ada sumber yang lain, dari dalam
dirinya sendiri yakni suara hati. Malahan sumber infomasi yang disebut terakhir akan
menyaring dan memilah informasi yang didapat dari panca indra.
Substansi dari kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan dan
memahami untuk kemudian disikapi secara manusiawi. Orang yang EQ-nya baik, dapat
memahami perasaan orang lain, dapat membaca yang tersurat dan yang tersirat, dapat
menangkap bahasa verbal dan non verbal. Semua pemahaman tersebut akan
menuntunnya agar bersikap sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan lingkungannya Dapat
dimengerti kenapa orang yang EQ-nya baik, sekaligus kehidupan sosialnya juga baik.
Tidak lain karena orang tersebut dapat merespon tuntutan lingkungannya dengan tepat .
Di samping itu, kecerdasan emosional mengajarkan tentang integritas kejujuran
komitmen, visi, kreatifitas, ketahanan mental kebijaksanaan dan penguasaan diri. Oleh
karena itu EQ mengajarkan bagaimana manusia bersikap terhadap dirinya (intra
personal) seperti self awamess (percaya diri), self motivation (memotivasi diri), self
regulation (mengatur diri), dan terhadap orang lain (interpersonal) seperti empathy,
kemampuan memahami orang lain dan social skill yang memungkinkan setiap orang
dapat mengelola konflik dengan orang lain secara baik .
Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengendalikan emosinya saat
menghadapi situasi yang menyenangkan maupun menyakitkan. Mantan Presiden
Soeharto dan Akbar Tandjung adalah contoh orang yang memiliki kecerdasan
emosional tinggi, mampu mengendalikan emosinya dalam berkomunikasi.
Dalam bahasa agama , EQ adalah kepiawaian menjalin "hablun min al-naas".
Pusat dari EQ adalah "qalbu" . Hati mengaktifkan nilai-nilai yang paling dalam,
mengubah sesuatu yang dipikirkan menjadi sesuatu yang dijalani. Hati dapat
mengetahui hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh otak. Hati adalah sumber keberanian
dan semangat , integritas dan komitmen. Hati merupakan sumber energi dan perasaan
terdalam yang memberi dorongan untuk belajar, menciptakan kerja sama, memimpin
dan melayani.
Kesimpulan EQ :
• EQ dianggap sebagai persyaratan bagi kesuksesan pribadi.
• Alasan utamanya adalah masyarakat percaya bahwa emosi-emosi sebagai masalah
pribadi dan tidak memiliki tempat diluar inti batin seseorang juga batas-batas
keluarga.
Perilaku Cerdas Emosi :
Menghargai emosi negative orang lain.
Sabar menghadapi emosi negative orang lain.
Sadar dan menghargai emosi diri sendiri.
Emosi negative untuk membina hubungan.
Peka terhadap emosi orang lain.
Saat emosional adalah saat mendengarkan.
Otak kiri banyak dikaitkan dengan fungsi akademik seperti :
kemampunan bercakap
kemampuan berbahasa.
membaca tulisan, logik, angka, analisis, dan lain-lainnya.
Biasanya ia diidentitikan dengan kecerdasan analitik atau intelek. Maksudnya otak
kiri kita ini banyak berkait dengan kemampuan matematik, analisis dan kemampuan
berfikir secara sistematik. Cara kerja otak ini sangat rapi, dan terstruktur/tersusun.
Biasanya otak kiri ini sangat bermanfaat digunakan untuk memahami hal-hal yang
kompleks dan perlu pemikiran yang mengkhusus. Individu yang biasanya lebih
menggunakan otak kiri adalah seorang penganalisis, pengkaji, Ahli matematik atau
saintis.
Sementara Otak kanan pula adalah tempat untuk perkembangan hal-hal yang bersifat:
Artistik
Kreatif
Perasaan & emosi
Gaya bahasa
Irama music
Imaginasi & fantasi
Warna
Pengenalan diri dan orang lain serta hubungan social
Pengembangan keperibadian.
Jika individu yang banyak yang mengatakan otak kiri dilabel sebagai pengendali
IQ (Intelligence Quotient), otak kanan pula memegang peranan penting bagi
perkembangan EQ (Emotional Ouotient). Fungsi dari otak kanan ini adalah untuk
mengurus pola berpikir kreatif manusia, contohnya adalah kemampuan komunikasi
(lingusitik). Cara kerja otak kanan ini biasanya tidak terstruktur, dan cenderung tidak
memikirkan hal-hal yang terlalu khusus iaitu bertentangan dengan otak kiri. Contoh
orang yang mengunakan otak kanan dibandingkan otak kirinya adalah seorang seniman,
pelukis dan sebagainya.
Hubungan antara IQ dan EQ
Jadi hubungan antara IQ (Kecerdasan Intelektual) dan EQ (Kecerdasan
Emosional) berkenan dengan adanya IQ dan EQ, kecerdasan Intelektual (IQ) menyatu
pada kemampun berfikir. Kecerdasan Emosional (EQ) menyatu pada kemampuan
beremosi. Kadang seseorang yang mempunyai IQ tinggi, mengalami kegagalan,
sedangkan yang punya IQ biasa-biasa saja dapat mencapai sukses besar. IQ sangat
mempengaruhi oleh keturunan, tetapi IQ dapat dilatih dan dikembangkan, sehingga
nmembuka kesempatan orang tua untuk dapat mengembangkan kecakapan-kecakapan
emosional putranya agar dapat mencapai keberhasilan dikemudian hari.
top related