kecernaan ndf dan adf pada kambing kacang jantan yang ... · yang hampir mirip dengan kambing...
Post on 11-Apr-2019
232 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
KECERNAAN NDF DAN ADF PADA KAMBING KACANG JANTAN YANG MENDAPAT
WAFER TONGKOL JAGUNG MENGANDUNG BAHAN PAKAN SUMBER PROTEIN
BERBEDA
SKRIPSI
OLEH :
HARUMI BUNGA KASIH ZAINUDDIN
I 111 11275
PRODI ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
2
SKRIPSI
KECERNAAN NDF DAN ADF PADA KAMBING KACANG JANTAN YANG MENDAPAT
WAFER TONGKOL JAGUNG MENGANDUNG BAHAN PAKAN SUMBER PROTEIN
BERBEDA
OLEH :
HARUMI BUNGA KASIH ZAINUDDIN
I 111 11275
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
PRODI ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
3
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Harumi Bunga Kasih Zainuddin
Nim : I111 11 277
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya sekripsi, terutama dalam Bab Hasil dan
Pembahasan, tidak asli alias plagiasi maka bersedia dibatalkan dan dikenakan sanksi
akademik yang berlaku.
2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.
Makassar, Februari 2015
Harumi Bunga Kasih Z
4
Harumi Bunga Kasih Zainuddin (I 111 11 275).Kecernaan NDF dan ADF Pada
Kambing Kacang Jantan Yang Mendapat Wafer Tongkol Jagung Mengandung Bahan
Pakan Sumber Protein (Dibawah bimbinganProf.Dr.Ir.Asmuddin Natsir, M.Sc sebagai
Pembimbing Utama dan Ir.H. Muhammad Zain Mide, M.S (sebagai Pembimbing
Kedua).
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecernaan NDF dan ADF Pada kambing kacang
jantan yang mendapat wafer tongkol jagung mengandung bahan pakan sumber protein
berbeda.Percobaan dilaksanakan berdasarkan rancangan bujur sangkar latin (4X4) (RBSL).
Sebanyak 4 ekor ternak kambing kacang jantan, dengan berat dan umur relatif sama, secara
acak ditempatkan pada kandang metabolisme (satu kambing/petak) dan menerima satu dari
empat macam ransum percobaan. Penelitian ini berlangsung 4 periode penelitian, tiap
periode dibagi 2 tahap yaitu tahap pertama pembiasaan selama 10 hari dan tahap kedua
yaitu pengambilan data selama 3 hari. Hasil studi memperlihatkan bahwa rataan daya cerna
NDF adalah 61,9%, 60,4%, 53,0% dan 50,0% masing-masing untuk perlakuan P1, P2, P3
dan P4, sementara rataan daya cerna ADF untuk perlakuan P1, P2, P3, dan P4 adalah
45,5%, 40,0%, 36,7% dan 34,3%. Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa perlakuan
wafer ransum komplit tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap tingkat kecernaan NDF
dan ADF ransum pada kambing kacang jantan. Kesimpulan penggunaan berbagai jenis
bahan pakan sumber protein dalam pembuatan ransum komplit berbasis tongkol jagung
tidak berpengaruh terhadap tingkat kecernaan NDF dan ADF ransum komplit pada ternak
kambing kacang jantan.
Kata Kunci : Kambing Kacang Jantan, Kecernaan NDF dan ADF
5
HarumiBunga Kasih Zainuddin(I 11111 275).NDFandADFdigestibilityAtMale Kacang
GoatCorn CobWafer FeedSourceProteinContainingMaterial(Under the guidance
ofProf.Dr.Ir.AsmuddinNatsir, M.ScasMainSupervisorandIr.H.MuhammadZainMide,
MS(as the secondSupervisor).
ABSTRACT
This study aimed to determine NDF and ADF digestibility of male kacang goat receiving
curn cub wafer certaining different protein sources. The experiment was carried out
acording to latin square design (4X4). Four male kacang goat, with relative similar age and
body weight, were randomly assigned into metabolism cage (1 goat/ cage) and received one
of four treatment rations. The experiment lasted for four periods, in which each period
emsisted of two phares. Ten days as a preliminary period and 3 days for sample collections.
The result indicated that average NDF digestibility was 61,9%, 60,4%, 53,0%, and 50,0%.
For treatmen P1, P2, P3 dan P4 respectively. The average ADF digestibility was P1=
45,5%, P2= 40,0%, P3= 36,7%, and P4= 34,3%. Analysis of variance indicated that
treatment did not affect NDF and ADF digestibility. In corelesion formulatin of complete
feed based on corn cob wafer, different protein sources had no significant effects on NDF
and ADF digestibility.
Keywords: Male Kacang Goat, digestibilityof NDFandADF
7
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah Skripsi. Penulis dengan rendah hati
mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing dalam
menyelesaikan Skripsi ini utamanya kepada :
1. Bapak. Prof. Dr. Ir. Asmuddin Natsir, M.Sc sebagai pembimbing utama dan Bapak Ir.
Muhammad Zain Mide, M.S. selaku pembimbing anggota yang telah banyak meluangkan
waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan nasihat serta motivasi dalam
penyusunan Skripsi ini.
2. Terima kasih Kepada Ibu Dr. A. Mujnisa S.Pt. MPselaku Pembimbing Akademik.
3. Kedua orang tua saya Sri Utami dan Alm.Ir. Zainuddin Jusuf Madjid yang telah
memberikan doa, bantuan dan dukungan bagi penulis sehingga makalah ini dapat
terselesikan.
4. Terima kasih kepada Zulkifli Husen Mas’ud Al- Amri atas bantuannya selama ini dari awal
hingga akhir penelitian sudah banyak membantu baik berupa tenaga maupun doanya selama
ini.
5. Teman-teman penelitian Nevyani asikin, Sri Novrianti, Muh.Faisal Sade dan Erwin Eko
Wartoyo.
6. Kepada Sahabat SWEETY, Syahriana Sabil, Kiki Rezki.M, Siti Hardianti N, Nurul
Adha dan Nurul Ilmi Harunatas doa dan dukungan kalian hingga selesainya skripsi ini.
8
7. Kepada Sahabat SMA terbaik Salmiah Akbar, Arum Puspita Nur Wulandari, Ade
Phungky Ambarwati, Nur Pratiwi, Nurul Fatiha, Nur Utari, Evi Puspita Sari dan Nurul
Shalihat.
8. Kepada rekan rekan SOLANDEVEN 011 atas bantuannya dan dukungannya selama ini serta
kerjasamanya.
9. Kepada teman KKN-PK 48 UH Khususnya Kelurahan Bontolebang Muqarramah
Arifin, Dedy Ariwansa, Ris Ryani Syahputri, Anisa Puteri Pakaya dan Angga Prasetya.
10. Kepada SEMA FAPET-UH, Serta Tanduk 01, Caput 02, Spider 03, Hamster 04, Lebah
05, Colagen 06, Rumput 07, Bakteri 08, Merpati 09, L10N, Flock Mentality 012, dan
Larva 013.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu
penulis memohon saran untuk memperbaiki kekurangan tersebut.Semoga Skripsi ini bermanfaat
bagi pembaca terutama bagi saya sendiri.Amin.
Makassar, Februari 2015
Harumi Bunga Kasih Zainuddin
9
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PENGAJUAN ................................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL.................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ....................................................................................... 1
Rumusan Masalah .................................................................................. 3
Hipotesis ................................................................................................. 3
Tujuan ..................................................................................................... 4
Kegunaan ................................................................................................ 4
PEMBAHASAN
Tinjauan Umum TernakKambing Kacang ....................................................... 5
Bahan Pakan Sumber Protein .......................................................................... 7
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat .......................................................................................... 14
Materi Penelitian ............................................................................................. 14
Metode Penelitian ............................................................................................ 14
Prosedur Pembuatan Tongkol Jagung Plus ...................................................... 17
Kandang Metabolisme ..................................................................................... 17
Pelaksanaan Penelitian .................................................................................... 18
Pengambilan Sampel ....................................................................................... 18
10
Peubah yang Diukur ........................................................................................ 19
Analisis Data ................................................................................................... 19
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rata- rata Hasil Kecernaan NDF dan ADF Kambing Kacang Jantan .............. 20
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ..................................................................................................... 22
Saran................................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 23
RIWAYAT HIDUP
11
DAFTAR TABEL
No. Halaman
Teks
1. Komposisi Kimia Tongkol Jagung ............................................................... 8
2. Denah Perlakuan Tongkol Jagung Plus Pada Kambing Kacang Jantan Selama
Penelitian……………………………………………………………………… 15
3. Komposisi Bahan Pakan Tiap Perlakuan ....................................................... 15
4. Komposisi Kimia Wafer Tongkol Jagung Tiap Perlakuan………………. .... 16
5. Rata-rata Hasil Kecernaan NDF dan ADF Kambing Kacang Jantan……… . 20
12
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
Teks
1. Kambing Kacang Jantan ......................................................................... 5
2. Tongkol Jagung………………………………………………………… 7
3. Prosedur pembuatan wafer tongkol jagung plus untuk kambing kacang
jantan……………………………………………………… ........... 17
13
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
Teks
1. Hasil Perhitungan Kecernaan NDF ............................................................... 25
2. Hasil Perhitungan Kecernaan ADF ............................................................... 28
3. Dokumentasi ................................................................................................. 31
14
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kambing merupakan hewan yang cukup dikenal secara luas oleh masyarakat
sebagai salah satu ternak yang hidup di daerah tropis. Secara umum kambing kacang
memiliki beberapa kelebihan yaitu sebagai penghasil susu dan daging, serta kotorannya
dapat digunakan sebagai sumber pupuk organik dan kulitnya memiliki nilai ekonomis yang
cukup tinggi.
Di Sulawesi Selatan sendiri, jenis kambing yang dapat dijumpai antara lain kambing
kacang, kambing peranakan ettawa, dan kambing marica. Kambing marica adalah kambing
yang hampir mirip dengan kambing kacang namun ukuran tubuhnya relatif kecil
dibandingkan kambing kacang, telinga berdiri menghadap ke samping arah ke depan,
tanduk relatif kecil dan pendek. Kambing kacang punya potensi genetik yang mampu
beradaptasi baik di daerah agro-ekosistem lahan kering, dimana curah hujan sepanjang
tahun sangat rendah.Kambing Marica dapat bertahan hidup pada musim kemarau walau
hanya memakan rumput-rumput kering di daerah tanah berbatu-batu.Populasi kambing
Marica dijumpai di kabupaten Maros, kabupaten Jeneponto, Kabupaten Soppeng dan
daerah Makassar Propinsi Sulawesi Selatan.Namun menurut FAO, ternak kambing yang
terancam punah adalah kambing marica (Prabowo, 2010).
15
Ternak ruminansia khususnya ternak kambing sangat bergantung dengan
ketersediaan hijauan yang ada untuk kebutuhan produksinya serta repdoduksi ternak
kambing tersebut.Saat ini ketersediaan bahan pakan hijauan ini sangat dipengaruhi oleh
faktor musim, dimana pada musim penghujan tersedia dalam jumlah banyak dan berlimpah
sedangkan pada musim kemarau ketersediaan sangat terbatas, perlu diusahakan sumber
pakan alternatif.
Sulawesi Selatan merupakan daerah yang memiliki lahan pertanian luas dan
bervariatif sehingga potensi limbah pertanian dapat digunakan sebagai pakan terutama
ternak ruminansia. Akan tetapi pemanfaatan limbah pertanian untuk pakan belum dilakukan
secara optimal, umumnya limbah pertanian hanya dibakar begitu saja dan sebagian kecil
digunakan sebagai pupuk organik. Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan tentu menjadi
solusi untuk mengatasi kurangnya persediaan hijauan pada musim tertentu dan dapat
mengurangi pencemaran lingkungan oleh limbah pertanian.
Salah satu limbah pertanian yang dapat digunakan pakan ruminansia sebagai
pengganti hijauan adalah tongkol jagung. Tongkol jagung memiliki potensi yang tinggi
sebagai bahan pakan namun pemanfaatan masih sangat rendah.Kendala Penggunaan
tongkol jangung sebagai bahan pakan ternak ruminansia adalah kandungan serat kasar yang
tinggi sedangkan protein, kecernaan, dan palatabilitas rendah. Oleh karena itu, dalam
pemanfaatannya sebagai bahan pakan tongkol jagung perlu ditingkatkan kualitasnya antara
lain dengan pengolahan menjadi pakan komplit dengan menggunakan bahan pakan yang
kaya akan protein.
16
Penggunaan sumber protein yang berbeda dalam pembuatan pakan komplit berbasis
tongkol jagung diharapkan dapat berpengaruh terhadap kondisi rumen yang berujung pada
peningkatan daya cerna serat (NDF dan ADF) dari ransum.
Rumusan Masalah
Akibat ketersediaan hijauan yang sangat bervariasi, di mana pada musim kemarau
pakan hijauan secara kuantitatif dan kualitatif sulit diperoleh dan pada saat musim hujan
banyak ketersediaan hijauan.Maka perlu dicari bahan pakan sumber serat alternatif.Tongkol
jagung merupakan salah satu limbah pertanian yang potensial digunakan sebagai sumber
serat.Akan tetapi penggunaan tongkol jagung adalah palatabilitas dan kandungan protein
yang rendah sementara kandungan serat (NDF dan ADF) tinggi, sehingga tongkol jagung
perlu diolah terlebih dahulu misalnya dalam bentuk pakan komplit (wafer) dan diperkaya
dengan berbagai sumber protein.Informasi tentang pengaruh pakan komplit dengan sumber
proteinberbeda pada kecernaan NDF dan ADF pada kambing kacang sangat terbatas.
Hipotesis
Penggunaan sumber protein yang berbeda dalam pembuatan ransum pakan komplit
berbahan dasar tongkol jagung dapat berpengaruh terhadap daya cerna NDf dan ADF pada
ransum tersebut.
Tujuan dan Kegunaan
17
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi tingkat daya cerna NDF dan
ADF ransum komplit berbahan dasar tongkol jagung dengan sumber protein yang berbeda
terhadap kambing kacang jantan.
Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada peternak
tentang pemanfaatan ransum komplit yang dibuat dari tongkol jagung dengan sumber
protein yang berbeda.
TINJAUAN PUSTAKA
18
A. Gambaran Umum Kambing Kacang Jantan (Kambing Lokal)
Gambar 1. Kambing Kacang Jantan
Kambing kacang merupakan kambing asli Indonesia juga didapati di Malaysia dan
Philipina. Kambing Kacang sangat cepat berkembang biak, pada umur 15-18 bulan sudah
bisa menghasilkan keturunan. Kambing ini cocok sebagai penghasil daging dan kulit,
bersifat prolifik, tahan terhadap berbagai kondisi dan mampu beradaptasi dengan baik di
berbagai lingkungan yang berbeda termasuk dalam kondisi pemeliharaan yang sangat
sederhana. Ciri-ciri kambing kacang adalah antara lain bulu pendek dan berwarna putih,
hitam dan coklat. Adapula yang warna bulunya berasal dari campuran ketiga warna
tersebut.Kambing jantan maupun betina memiliki tanduk yang berbentuk pedang,
melengkung ke atas sampai ke belakang.Telinga pendek dan menggantung.Leher pendek
dan punggung melengkung.Kambing jantan berbulu surai panjang dan kasar sepanjang
garis leher, pundak, punggung sampai ekor (Dillah, 2012).
Damshik (2001) mengemukakan bahwa kambing kacang berbadan relatif kecil
dengan tinggi pundak dewasa rata-rata 50 cm dan bobot badan 30 kg. Bila dibandingkan
19
dengan bagian-bagian lainnya maka kepala mempunyai proporsi yang sangat baik dan
seimbang; ukuran telinga sedang, selalu bergerak, tidak tergantung tetapi tegak. Tanduk
terdapat baik pada yang jantan maupun pada betina dan ukurannya relatif pendek. Janggut
tumbuh dengan baik pada kambing jantan, namun juga terdapat pada yang betina dewasa
walaupun tidak begitu lebat. Leher pendek dan memberi kesan tebal dan tegap. Punggung
lurus dan pada beberapa kasus terlihat agak melengkung dan memeberi kesan makin
kebelakang makin tinggi sampai pinggul. Devendra dan Burns (1970) menyatakan bahwa
profil kambing kacang berbentk lurus. Ekor kelihatan kecil dan tegang. Ambing kecil
dengan konformasi baik dengan puting yang besar. Bulu pendek serta kasar pada yang
betina, tetapi pada yang jantan lebih panjang. Kambing kacang tahan hidup pada keadaan
kondisi lingkungan yang sangat beragam dan sanggup beradaptasi pada metode manajemen
yang berubah-ubah dan sangat beragam. Umur ketika mencapai pubertas sekitar enam
bulan pada yang jantan. Umur beranak pertama dicapai ketika umur 12 – 13 bulan.
Menurut Hidayat (2012), Kambing kacang (lokal) memiliki potensi dan peluang
untuk dikembangkan. Potensinya adalah mudah pemeliharaan dan bisa kawin secara
alami.Potensi lainnya adalah daging dan kotoran.Sebagai penghasil daging, ternak ini
digunakan sebagai penyediaan daging alternatif untuk memenuhi gizi masyarakat.
Adapun taksonomi zoologi kambing sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
20
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artodactyla
Famili : Bovidae
Subfamili : Caprinae
Genus : Capra
Spesies : Capra Hircus
B. Bahan – Bahan Pakan Sumber Protein.
a. Gambar 2. Tongkol Jagung
Tongkol jagung (Janggel jagung) adalah hasil ikutan dari tanaman jagung yang telah
diambil bijinya dan merupakan limbah padat.Selama ini tongkol jagung selalu dibuang atau
dibakar, padahal sebetulnya dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternative karena mudah
didapat, kandungan nutrisinya memadai dan ketersediaannya cukup.Sehingga berpotensi
untuk dijadikan sebagai pakan ternak (Hidayat, 2012).
Tongkol jagung merupakan limbah hasil pertanian yang termasuk dalam pakan
kasar.Tongkol jagung dapat diberikan pada ternak ruminansia dan merupakan bahan pakan
21
kasar berkualitas rendah. Tongkol jagung termasuk dalam bahan pakan yang kurang
palatabel dan jika tidak segera dikeringkan akan ditumbuhi jamur dalam beberapa hari.
Komposisi nutrisi tongkol jagung terdiri dari BK 90%, PK 2,8%, LK 0,7%, abu 1,5%, SK
32,7%, dinding sel 80% selulosa 25%, lignin 6% dan ADF 32% (Forsum, 2012).
Tabel 1.Komposisi Kimia Tongkol Jagung.
Nutrisi Komposisi (%)
Komposisi Proksimat
Bahan Kering 80,40%
Protein Kasar
Lemak Kasar
2,25%
0,50%
Serat Kasar 32,0%
BETN 53,50%
Abu 1,50%
TDN
Komposisi Serat
NDF
Sellulosa
Hemisellulosa
Xilan
Lignin
Rektin
Pati
42,00%
83,00%
41,00%
36,00%
30,00%
6,00%
3,0%
0,01%
Sumber : Subekti (2006).
b. Ampas Tahu
22
Ampas tahu adalah salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahanpenyusun
ransum. Sampai saat ini ampas tahu cukup mudah didapat dengan hargamurah, bahkan bisa
didapat dengan cara cuma-cuma. Ampas tahu dalam keadaan segar berkadar air sekitar
84,5% dari bobotnya. Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan umur simpannya pendek.
Ampas tahu kering mengandung air sekitar 10,0-15,5%, sehingga umur simpannya lebih
lama dibandingkan dengan ampas tahu segar. Ampas tahu basah akan segera menjadi asam
dan busuk dalam 2-3 hari sehingga tidak disukai oleh ternak. Masalah itu dapat
ditanggulangi dengan cara menjemur di bawah panas matahari atau dimasukkan dalam
oven.
Ampas tahu dihasilkan dalam bentuk semi solid, dengan kandungan air yang cukup
tinggi.Hal ini merupakan kendala, terutama bila harus diangkut ke tempat jauh.Tingginya
kandungan air yang terdapat dalam ampas tahu menyebabkan produk tersebut cepat
menjadi busuk.Oleh karena itu dalam pemanfaatannya untuk waktu yang cukup lama,
disarankan agar dikeringkan. Kandungan gizi ampas tahu sangat bervariasi, tergantung cara
yang digunakan dalam pembuatan tahu. Kadar protein kasar ampas tahu cukup tinggi (23-
29% dari bahan kering).
Mariyono dll. (1997) telah mencoba menggunakan ampas kedelai (sisa pembuatan
susu kedelai yang nilai gizinya sama dengan ampas tahu) untuk menggantikan sebagian
konsentrat sapi perah komersil. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian bahan
tersebut, nyata meningkatkan produksi susu dari 9 menjadi 10,6 l/e/h dan kadar protein
susu dari 1,53 menjadi 1,80%. Siregar dan Hidayati (1986) juga melaporkan dengan
pemberian ampas tahu sebagai pengganti bungkil kelapa (32% dalam konsentrat) dalam
23
ransum sapi menghasilkan pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan konsentrat
yang mengandung bungkil kelapa.Pencampuran konsentrat komersial dengan ampas tahu
untuk pakan penggemukan sapi juga dilaporkan peneliti di Jepang dengan hasil
pertambahan bobot hidup yang cukup baik. Hasil penelitian tersebut (Imai dll,1996)
memperlihatkan pertambahan bobot hidup sapi yang diberi konsentrat komersial (1,13
kg/e/h) tidak berbeda dengan yang diberi ransum komersial yang dicampur dengan ampas
tahu sebanyak 20% (1,10 kg/e/h). Haryanto (1993) melaporkan bahwa penambahan ampas
tahu basah sebanyak 300 g/e/h pada domba yang sudah diberi pakan konsentrat komersil,
ternyata masih dapat meningkatkan pertambahan bobot hidup domba atau kambing
tersebut.
Sebagian besar bahan pakan mengandung campuran nutrient yang terdiri atas
protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan air.Zat – zat gizi organic ini terdapat
dalam bentuk yang tidak larut sehingga harus dipecah menjadi senyawa – senyawa kecil
sebelum mereka dapat masuk melalui dinding saluran pencernaan untuk kemudian
diedarkan kedalam darah atau saluran limfe.Berdasarkan perubahan yang terjadi pada
bahan pakan di dalam alat pencernaan, proses pencernaan ternak ruminansia dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu pencernaan mekanik, hidrolik, dan fermentative. Proses pencernaan
fermentative inilah yang merupakan proses khas yang terjadi dalam saluran pencernaan
ruminansia yang membedakannya dengan proses pencernaan pada non ruminansia.
Pencernaan fermentative yang dimaksud adalah proses perubahan senyawa – senyawa
tertentu menjadi senyawa lain yang sama sekali berbeda dengan molekul zat makanannya.
24
Proses pencernaan berupa fermentasi yang terjadi sebelum usus halus pada ternak
ruminansia mendatangkan keuntungan dan kerugian ( Siregar, 1994 ). Keuntungan yang
diperoleh dengan terjadinya fermentasi sebelum usus halus antara lain : produk fermentasi
mudah diserap usus, dapat mencerna selulosa, dapat menggunakan non – protein nitrogen
seperti urea. Kerugian yang dialami antara lain: banyak energi yang terbuang sebagai gas
methan dan panas, protein bernilai hayati tinggi mengalami degradasi menjadi
NH3(amonia) sehingga terjadi penurunan nilai protein, ternak ruminansia peka terhadap
ketosis atau keracunan asam.
c. Tepung Bulu
Menurut Prabowo (2010) bahwa bulu ayam mengandung protein kasar sekitar 80-91
% dari bahan kering (BK) melebihi kandungan protein kasar bungkil kedelai 42,5 % dan
tepung ikan 66,2 % (Anonimus, 2003). Namun, kandungan protein kasar yang tinggi
tersebut tidak diikuti oleh nilai biologis yang tinggi. Tingkat kecernaan bahan kering dan
bahan organik bulu ayam secara in vitro masing-masing hanya 5,8 % dan 0,7 %. Nilai
kecernaan yang rendah disebabkan bulu ayam sebagian besar terdiri atas keratin yang
digolongkan ke dalam protein serat.Keratin merupakan protein yang kaya asam amino
bersulfur, dan sistin.Ikatan disulfida yang dibentuk di antara asam amino sistin
menyebabkan protein bulu sulit dicerna, baik oleh mikroorganisme rumen maupun enzim
proteolitik dalam saluran pencernaan pasca rumen.Keratin dapat dipecah melalui reaksi
kimia dan enzim sehingga pada akhirnya dapat dicerna oleh tripsin dan pepsin di dalam
saluran pencernaan. Oleh karenanya, bila bulu ayam akan dimanfaatkan sebagai bahan
25
pakan sumber protein, sebaiknya perlu diolah terlebih dahulu untuk meningkatkan
kecernaannya.
Salah satu metode pengolahan untuk meningkatkan kecernaan bulu ayam adalah
perlakuan fisik dengan pengaturan temperatur dan tekanan. Tepung bulu komersial diolah
dengan pemanasan pada suhu 1050C, dengen tekanan uap 2,8 kg/m2 dan kelembaban 8-10
persen selama 8 jam. Tepung Bulu Terolah/ Terhidrolisa sebagai bahan pakan harus
melalui suatu proses pengolahan terlebih dahulu dan hasilnya inilah yang dinamakan
tepung bulu terolah sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pakan asal hewan
yang potensial untuk mengurangi harga ransum yang berasal dari pemanfaatan limbah
(Puastuti, dkk. 2004).
d. Urea
Urea merupakan bahan pakan sumber nitrogen yang dapat difermentasi di dalam
sistem pencernaan ruminansia.Urea dalam proporsi tertentu mempunyai dampak positif
terhadap peningkatan konsumsi protein kasar dan daya cerna. Urea yang ditambahkan
dalam pakan ruminansia dengan kadar yang berbeda-beda, ternyata dirombak menjadi
protein oleh mikroorganisme rumen. Sejumlah protein dan urea dalam ransum
mempertinggi daya cerna selulosa dalam hijauan.Selain meningkatkan kualitas hijauan,
urea juga dapat digunakan sebagai pengganti protein butir-butiran.Urea dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan protein untuk pertumbuhan pada produksi ternak ruminansia
(Mandiri, L. 2013).
26
Urea yang diberikan di dalam pakan ternak ruminansia, di dalam rumen akan
dipecah oleh enzim urease menjadi CO2 dan amonia, kemudian amonia bersama
mikroorganisme akan membentuk protein mikroba dengan bantuan energi. Apabila urea
berlebih atau tidak tercerna oleh tubuh ternak maka urea akan diabsorbsi oleh dinding
rumen, kemudian dibawa oleh aliran darah ke hati dan di dalam hati dibentuk kembali
amonia yang akhirnya dieksresikan melalui urine dan feses (Parakkasi, 1999).
27
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2014.Penelitian
dimulai dengan pembuatan pakan komplit yang dilaksanakan di Laboratorium Industri
Pakan Fakultas Peternakan dan dilanjutkan dengan analisis kandungan nitrogen pakan
komplit dan feses melalui prosedur proksimat di Laboratorium Kimia Makanan Ternak
Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin.
Materi Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tongkol jagung, dedak padi,
tumpi jagung, bungkil kelapa, tepung tapioka, tepung ampas tahu, tepung bulu, tepung
ikan, urea, mineral sapi, garam dapur, dan ternak kambing.
Peralatan yang digunakan adalah timbangan.grinder, gilingan sampel, oven, cetakan
UMB, baskom, dandang, kompor gas, pisau dan talang.
Metode Penelitian
Penelitian ini di rancang dengan menggunakan Rancangan Bujur Sangkar Latin
(RBSL) 4 4 (4 perlakuan dan 4 ulangan). Adapun keempat perlakuan pakan tersebut
sebagai berikut:
P1 : Ransum wafer mengandung protein nabati (ampas tahu)
P2 : Ransum wafer mengandung protein hewani (tepung ikan)
P3:Ransum wafer mengandung protein limbah unggas (tepung bulu)
P4 : Ransum wafer mengandung non protein nitrogen (urea)
28
Adapun denah perlakuan wafer tongkol jagung plus pada kambing kacang jantan
selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Denah perlakuan wafer tongkol jagung plus pada kambing kacang jantan
selama penelitian
Periode
Kambing
A B C D
I P1 P2 P3 P4
II P3 P4 P2 P1
III P4 P3 P1 P2
IV P2 P1 P4 P3
Komposisi bahan pada setiap perlakuan tertera pada tabel berikut.
Tabel 3. Komposisi Bahan Pakan Tiap Perlakuan
Bahan
Perlakuan
P1 P2 P3 P4
Tongkol Jagung 45 45 45 45
Dedak 15 15 15 15
Tumpi Jagung 3 10.5 13 16.5
Bungkil Kelapa 10 10 10 10
Tapioka 10 10 10 10
Ampas Tahu 25 0 0 0
Tepung Bulu 0 0 5 0
Tepung Ikan 0 7.5 0 0
Urea 0 0 0 1.5
Garam 1 1 1 1
Mineral Mix 1 1 1 1
Total 100 100 100 100
29
Komposisi kimia ransum berdasarkan hasil analisis di laboratorium dapat dilihat
pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Komposisi Kimia wafer Tongkol Jagung Plus Tiap Perlakuan
Nutrisi Kandungan (%)
P1 P2 P3 P4
Bahan Kering 79.9 83.2 83.9 90.7
Bahan organik 75.4 77.6 78.7 84.1
Protein kasar 10.7 12.0 11.7 11.9
Serat Kasar 18.8 15.0 20.8 15.7
BETN 59.5 62.6 56.6 61.8
NDF 61.2 53.6 55.2 57.3
ADF 27,9 23.9 24.5 25.4
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Kimia Nutrisi Dan Makanan TernakFakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin, 2014
Prosedur Pembuatan Wafer Tongkol Jagung Plus
Tongkol jagung dan bahan pakan lainnya yang masih kasar di giling halus terlebih
dahulu dengan menggunakan grinder.Kemudian setiap bahan pakan ditimbang berdasarkan
formulasi tiap perlakuan dan dicampur secara merata dan campuran diberi uap panas
sampai matang.Dilakukan pencetakan dengan menggunakan cetakan UMB dan dikeringkan
dalam oven.
30
Adapun prosedur pembuatan wafer tongkol jagung plus untuk kambing kacang
jantan dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3.Prosedur pembuatan wafer tongkol jagung plus untuk kambing kacang jantan.
Kandang Metabolisme
Penelitian ini menggunakan 4 ekor kambing kacang jantan dengan umur 1,5 – 2,0
tahun. Kambing di tempatkan dalam kandang metabolisme yang dilengkapi tempat pakan
dan urine. Kandang ini dipasangi ram plastik di bawah lantai kandang yang berfungsi
sebagai filtrasi feses dan urine, dibawah ram plastik dipasang lembaran plastik yang
Tongkol
Jagung
Penggilingan Bahan Pakan
Yang Masih
Kasar
Formulasi
Penimbangan
Mixing
Pemberian uap panas
Pencetakan
Pengeringan
Wafer Pakan Komplit Siap Saji
31
berfungsi menadah urine dan dialirkan masuk ke dalam bak penampungan, tetapi urine
yang mengalir melalui corong yang tebal dipasangi saringan, sehingga feses dan urine
tertampung dalam penampungan masing-masing.
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini akan berlangsung 4 periode penelitian, tiap periode dibagi 2 tahap
yaitu tahap pertama pembiasaan selama 10 hari dan tahap kedua yaitu pengambilan data
selama 3 hari. Pembiasaan pakan dimasukkan agar ternak terbiasa dengan pakan yang
ditawarkan, dan semua pakan yang dimakan sebelumnya sudah keluar semua selama 10
hari.Sedangkan periode koleksi atau pengambilan data selama 3 hari adalah data yang
diambil merupakan pengaruh pakan perlakuan.
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilaksanakan pada 3 hari terakhir dari setiap
periodenya.Sampel pakan yang diberikan, diambil 10% dari pakan yang telah
diberikan.Sisa pakan yang terkumpul sebanyak 10% dan begitu pula dilakukan pada feses
diambil 10% dari feses yang ditampung selama 3 hari. Sampel tersebut di analisis di
Laboratorium untuk mengetahui kadar daya cerna NDF dan ADF nya.
32
Perameter Yang Diukur
Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah daya cerna NDF dan ADF
dihitung dengan rumus berikut menurut (Van Soest,1976) :
DC NDF % = Konsumsi NDF – NDF Feses X 100 %
Konsumsi NDF
DC ADF % = Konsumsi ADF – ADF Feses X 100 %
Konsumsi ADF
Analisis Data
Seluruh data dianalisis dengan analisis ragam berdasarkan analisis ragam menurut
rancangan bujur sangkar latin dan berpengaruh nyata pada perlakuan yang di analisis lebih
lanjut dengan uji beda nyata jujur ( Steel dan Torie, 1980). Dengan model matematika
seperti :
Model matematika
Yijk = µ + ßi + Κj + Ƭk + ξ ijk
Yijk = µ + ßii + Κjj + Ƭkk + ξ ijk
µ = rataan umum
ßi = pengaruh baris ke-i
Κj = pengaruh kolom ke-j
Ƭk = pengaruh perlakuan ke k
ξ ijk = pengaruh galat
33
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rataan kecernaan NDF dan ADF pada ternak kambing kacang jantan masing –
masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel5:
Tabel 5. Rata-Rata Hasil Daya Cerna NDFdan ADF Kambing Kacang Jantan
Daya Cerna (%) Perlakuan
P1 P2 P3 P4
NDF (%) 61.9 60.4 53.0 50,0
ADF (%) 45,5
40,0
36,9
34,3
Daya Cerna NDF
Hasil analisis ragam menunjukkan menyimpulkan bahwa pemberian ransum komplit
dengan sumber protein berbeda tidak menunjukkan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap daya
cerna NDF dan ADF ransum secara umum. Daya cerna NDF ransum bervariasi antara 50,0%
(P4) sampai dengan 61,9% (P1). Demikian pula daya cerna ADF beragam antara 34,3% (P4)
sampai dengan 45,5% (P1). Nilai kecernaan NDF dapat disebabkan oleh kandungan nutrisi
pakan, komposisi ransum, penyiapan pakan, dan faktor ternak (Anggorodi, 1990 ;
Anitasari, 2011).
Kecernaan suatu bahan pakan merupakan pencerminan dari tinggi rendahnya nilai
manfaat dari bahan pakan tersebutdengan mengukur jumlah makanan yang dikonsumsi dan
jumlah makanan yang dikeluarkan melalui feses (Abun, 2007). Namun menurut (Waldo,
1986) bahwa kandungan NDF dilaporkan dapat mempengaruhi tingkat konsumsi melalui
pengaruh fisik (filling effect), yang seharusnya akan berpengaruh terhadap tingkat
kecernaan NDF dan ADF yang terlihat pada (Tabel 5). Komposisi yang sama pada setiap
34
perlakuannya kemungkinan yang menyebabkan tidak adanya perbedaan nyata antara
perlakuan tersebut.
Tidak adanya perbedaan daya cerna NDF dan ADF setiap ransum relatifsama
(Tabel 5). Sehingga perbedaan sumber protein yang diberikan tidak mempengaruhi
kecernaan NDF maupun ADF. Namun demikian walaupun secara statistik tidak ada
perbedaan tetapi secara numerik dapat terlihat bahwa daya daya cerna NDF dan ADF pada
ternak yang mendapat ransum pada P1 dan P2 itu relatif lebih tinggi dari pada terhadap
daya cerna NDF dan ADF pada perlakuan P3 dan P4.
35
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan untuk dapat diberi pakan,
bahwa penggunaan berbagai jenis bahan pakan sumber protein dalam pembuatan ransum
komplit berbasis tongkol jagung tidak berpengaruh terhadap tingkat kecernaan NDF dan
ADF ransum komplit pada ternak kambing kacang jantan.
Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dalam kurun waktu yang cukup lama
untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap kinerja ternak kambing kacang jantan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Abun, 2007.Pengukuran Nilai Kecernaan Ransumyang mengandung Limbah Udang
windupadaAyam.http://pustaka.unpad.ac.id/wp.content/uploads/2009/10/pengukura
n_nilai_kecernaan.pdf.
Anggorodi, R. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta.
Anitasari, L. 2001. Pengaruh Tingkat Penggunaan Limbah Tape Singkong dalam Ransum
terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Ransum Domba.Tesis.The
Rector Animal Science Blog.http://wordpress.com.Diakses Pada Tanggal 15
Desember 2011.
Anonimus, 2003. Bulu Unggas Untuk Pakan Ruminansia. Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.Volume 25 No. 6 hal. 26
Damshik M. 2001. Produktivitas kambing kacang yang mendapat ransum penggemukan
dengan kandungan protein yang berbeda.[tesis]: Program Pascasarjana. Institut
Pertanian Bogor.hal.14
Devendra dan Burns. 1970. Produksi kambing di daerah Tropis.ITB. Bandung.
Dillah,A, 2012. Jenis dan Karakteristik Kambing Lokal. http://tulisankami\
blogspot.com/2012/04/jenis-dan-karakteristik-kambing-lokal.html. Diakses pada
tanggal 13 Juli 2014, Makassar.
Haryanto, B. 1993.Penggunaan ampas tahu dalam pakan penggemukan domba. Dalam:
Domba dan Kambing Untuk Kesejahteraan Masyarakat. (tesis.).hal. 62-63. ISPI
Cab. Bogor.
Hidayat, E, 2012. Kualitas Fisik dan Kualitas Nutrisi Jenggel Jagung Hasil Perlakuan
dengan Inokulan yang Berbeda.http://tehes89.blogspot.com/2012/12/kualitas-fisik-
dan-kualitas nutrisi .html.Diakses pada tanggal 14 Juli 2014, Makassar.
Imai, A., Y. Miyakoshi, M. Seki., and W. Oyamagi. 1996. Utilization of "Tofu cake" as an
ingredient of mixed feed in fattening holstein steers. Procs.8th AAAP Anim. Sci.
Cong. pp. 886-887.Japanese Soc. Zootech.Sci. Tokyo, Japan.
Mandiri, L. 2013. Urea Sebagai Pakan Ternak.http://mandirilaras.blogspot.com. Diakses
pada tanggal 14 Juni 2014.
37
Mariyono, M., A. Yusran, A. Mulyadi dan B. Sudarmadi. 1997. Pemanfaatan ampas
kedelai sebagai pakan pengganti sebagian konsentrat pada sapi perah laktasi. Proc.
Sem. Nas. II Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan IPB, Bogor.
Hal.101-102.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta.
Puastuti, W., U. Adiati, dan I. W. Mathius.2004. Peluang Pemanfaatan Tepung Bulu Ayam
sebagai Bahan Pakan Ternak Ruminansia.Wartazoa.Departemen Pertanian.Vol. 14
No. 1.hal 39-44
Prabowo,2010. Budidaya Ternak Kambing.http://forclime.org/merang/51-STE-FINAL.pdf
Siregar, S. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Siregar, S.B.,dan H. Nurhasanah. 1986. Pengaruh substitusi bungkil kelapa dengan ampas
tahu dalam ransum sapi sedang bertumbuh.(jurnal penelitian) Ilmu dan Peternakan
hal.51-55.
Subekti,dan Hendra. 2006. Produksi Etanol Dari Hidrolisat Fraksi Selulosa Tongkol Jagung
oleh Saccharomyces cerevisiae.(tesis).Fakultas Teknologi Pertanian IPB.Bogor.
Steel, R.G.D. and J.H. Torrie. 1980. Principles and Procedures of Statistics. A Biometrical
Approach. 2nd
Ed. McGraw-Hill Book Company, New York.
Van Soest, P.J. 1982. Nutritional Ecology of the Ruminant.Oregon.United Straters of
America.
Waldo, D.R. 1986. Effect of forage quality on intake and forage-concentrate interaction.J.
Dairy Sci.p.69: 617.
38
LAMPIRAN
Tabel 6. Rata-rata Konsumsi NDF Wafer Tongkol Jagung Berdasarkan Rancangan
Percobaan
Periode Perlakuan
Total P1 P2 P3 P4
I 59,75(1) 55,28(2) 55,49(3) 55,83(4) 226,35
II 46,13(4) 46,74(3) 66,36(1) 67,05(2) 226,28
III 51,05(3) 49,62(4) 59,63(2) 55,18(1) 215,48
IV 64,64(2) 61,87(1) 46,56(4) 60,92(3) 233,99
Total 221,57 213,51 228,04 238,98 902,1
Rata-rata 55,39 53,37 57,01 59,74 225,52
Rata-Rata Perlakuan
Perlakuan Jumlah Rataan
1 243,16 60,79
2 246,6 61,65
3 214,2 53,55
4 198,14 49,535
Perhitungan Sidik Ragam
FK=
=
=
= 50861,52563
JKT = ∑ FK
= [(59,75)2 + (55,28)
2 + (55,49)
2 + (55,83)
2+ …. + (60,92)
2] –50861,52563
= [(3570,06) + (3055,88) + (3079,14) + (3116,99) +….+ (3711,25)] –
50861,52563
= 51588,1492 – 50861,52563
39
= 726,62357
JKperiode = ∑i
–
= [(226,35)2 + (226,28)2 +…(233,99)2_ 50861,52563
4
= [(70942,32) + (51202,63) +…(54751,32) _ 50861,52563
4
= 50904,97785 – 50861,52563
= 43,45222
JKperlakuan = ∑j
–
= [(221,57)2 + (213,51)2 +…(238,98)2_ 50861,52563
4
= [(49093,26) + (45586,52) +…(57111,44) _ 50861,52563
4
= 50948,36675 – 50861,52563
= 86,84112
JKkambing = ∑k
–
= [(248,3)2 + (241,46)2 +…(200,18)2_ 50861,52563
4
= [(61652,89) + (58302,93) +…(40072.03) _ 50861,52563
4
= 51269,8613 – 50861,52563
= 408,33567
JKG = JKT – JKperlakuan
= 726,62357 – 86,84112
= 639,78245
40
Daftar Sidik Ragam Kecernaan NDF Wafer Tongkol Jagung
Sumber
Keragaman
DB JK KT Fhit Ftabel
0,05
Ftabel
0,01
Perlakuan
Galat
Total
3
12
15
86,84112
639,78245
726,62357
28,94704
53,3152
0,07 3.49 5.95
41
Tabel 7. Rata-rata Konsumsi ADF Wafer Tongkol Jagung Berdasarkan Rancangan
Percobaan
Periode Perlakuan
Total P1 P2 P3 P4
I 44.08(1) 32,93(2) 43,62(3) 37,13(4) 157,76
II 25,71(4) 25,21(3) 43,23(1) 52,86(2) 147,01
III 25,44(3) 37,18(4) 44,80(2) 39,89(1) 147,31
IV 44,11(2) 40,26(1) 49,43(4) 41,13(3) 174,93
Total 139,34 135,58 181,08 171,01 627,01
Rata-rata 69,67 67,79 90,54 85,505 156,7525
Rata-Rata Perlakuan
Perlakuan Jumlah Rataan
1 167,46 41,865
2 174,7 43,675
3 135,4 33,85
4 149,45 37,362
Perhitungan Sidik Ragam
FK=
=
=
= 24571,34626
JKT = ∑ FK
= [(44,08)2 + (32,93)
2 + (43,62)
2 + (37,13)
2+ …. + (41,13)
2] – 24571,34626
= [(1943,0464) + (1084,3849) + (1902,7044) + (1378,6369) +….+
(1691,6769)] – 24571,34626
= 25597,6929 – 24571,34626
42
= 1026,34664
JKperiode = ∑i
–
= [(157,76)2+ (147,01)2+…(174,93)2_ 24571,34626
4
= [(2488,2176) + (21611,9401) +…(30600,5049) _ 24571,34626
4
= 24700,22468 – 24571,34626
= 128,87842
JKperlakuan = ∑j
–
= (139,34)2+ (135,58)2+…(171,01)2_ 24571,34626
4
= [(19415,6356) + (18381,9364) +…(29244,4201) _ 24571,34626
4
= 24957,98963 – 24571,34626
= 386,64337
JKkambing = ∑k
–
= (1674,46)2+ (174,7)2+…(149,45)2_ 24571,34626
4
= [(28042,851) + (30520,09) +…(22335,302) _ 24571,34626
4
= 24807,85103– 24571,34626
= 236,50477
JKG = JKT –JKperlakuan
= 1026,34664 – 386,64337
= 639, 70327
43
Daftar Sidik Ragam Kecernaan ADF Wafer Tongkol Jagung
Sumber
Keragaman
DB JK KT Fhit Ftabel
0,05
Ftabel
0,01
Perlakuan
Galat
Total
3
12
15
386,64337
639,70327
1026,34664
128,8811
53,308606
0,05 3.49 5.95
45
Pengambilan Sampel Darah Kambing
Pengambilan Sampel Cairan Rumen Kambing
Pecampuran Bahan Pakan untuk di Buat Wafer
47
RIWAYAT HIDUP
Harumi Bunga Kasih Zainuddin, lahir di Ujung Pandang pada
tanggal 4 September 1993, sebagai anak tunggal dari pasangan
bapak Alm.Ir. Zainuddin Jusuf Madjid dan Ibu Sri Utami.
Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah TK Asiayah di Makassar,
lulus pada tahun 1999 dan melanjutkan Sekolah SD Negeri Cendrawasih I di Makassar,
lulus tahun 2005. Kemudian setelah lulus di SD, malanjutkan di SMP Negeri 1 Makassar
tahun 2008, kemudian malanjutkan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 14Makassar,
lulus pada tahun 2011.
Setelah menyelesaikan SMU, penulis diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN)
melalui Jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Fakultas
Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makasssar.
top related