kegiatan ekstrakurikuler pramuka dalam...
Post on 23-Feb-2018
254 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DALAM
PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI MAN YOGYAKARTA 3
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Prodi Bimbingan dan Konseling Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Guna Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu Ilmu Sosial Islam
Disusun oleh: M. JIHAN BAITORUS
NIM 10220043
Pembimbing: Drs. Abror Sodik, M.Si.
NIP. 19580213 198903 1 001
PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2016
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada ;
1. Ayahanda Mualif dan Ibunda Murtasiyah tercinta, yang tiada henti
memberikan doa dan tidak kenal lelah memberikan segala kebutuhan yang
tidak ternilai dan selalu memberikan semangat serta kasih sayang.
2. Kakakku Nailu Sakinah, yang telah menjadi inspirasi dan selalu memberi
motivasi dalam segala hal.
3. Adikku Mirza haqiqi yang telah menemaniku selama 5 tahun di kota
istimewa ini dan juga adik kecilku M. Roshif sumber semangat dan
kekuatanku untuk melangkah maju.
vi
MOTTO
“Ikhlas Bakti Bina Bangsa berbudi Bawalaksana”1
1 Semboyan Pembina Pramuka, Tim Pusdiklantas, Kursus Mahir Dasar Untuk Pembina
Pramuka, ( Jakarta: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 2011), hal.78.
vii
KATA PENGANTAR
حيم حمن اار بســــــــــــــــــم ا هللالر
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Maha
Pemberi Kekuatan, ketabahan serta kesabaran kepada penulis selama menjalani
proses penulisan skripsi yang berjudul “Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka
Dalam Pembentukan Karakter Siswa Melalui Di MAN Yogyakarta 3”. Tidak lupa
penulis panjatkan shalawat serta salam kepada jungjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW, Nabi akhir zaman yang menjadi suri tauladan yang baik.
Skripsi ini tidak akan terbit tanpa dorongan dan bantuan banyak orang
baik moril maupun materil.
1. Prof. Drs. H. Machasin MA. rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menimba ilmu di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Dr. Nurjannah, M.Si selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. A. Said Hasan Basri, S.Psi., M.Si, selaku Ketua Prodi Bimbingan dan
Konseling Islam UIN Sunan Kalijaga.
4. Bapak Drs. Abror Sodik, M.Si, selaku pembimbing yang selalu bersedia
memberikan pikiran, tenaga, waktu dan ilmu untuk mengoreksi, membimbing
dan mengarahkan penulis guna mencapai hasil yang maksimal dalam penulisan
skripsi ini.
viii
5. Dr. Irsyadunnas, M.Ag, selaku Penasehat Akademik selama penulis
menempuh studi di Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
6. Segenap para Dosen di prodi Bimbingan dan Konseling Islam serta UPT
Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga.
7. Segenap karyawan dan karyawati Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
8. Bapak Kepala Sekolah MAN Yogyakarta 3 beserta stafnya yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penulisan.
9. Ibu Faila Sufa dan Bapak Dewo selaku pembina pramuka di MAN
Yogyakarta 3.
10. Someone yang bernama Khilyatul Aulia, telah menemaniku dan memberi
semangat selama 4 tahun 2 bulan dan semoga menjadi teman hidupku
kelak, amin.
11. Teman-teman kos yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih.
12. Sahabat-sahabat yang telah menemani selama menjadi mahasiswa: Dany,
Ajek, Nopek, Zikin, Umam, Oza.
13. Teman-teman KKN: Feri, Dewi, Udin, Tyan dan yg lainnya.
14. Teman-teman PPL: Riri, Miftah, Rifah, Okta, Karimah.
15. Teman-teman BKI angkatan 2010 yag selalu memberikan dukungan,
memberikan inspirasi dan bantuan dalam segala hal dalam menyusun
skripsi ini.
ix
Mudah-mudahan semua kebaikan, jasa dan bantuan yang telah
Bapak/Ibu dan teman-teman berikan menjadi sesuatu yang sangat berarti dan
mendapatkan balasan dan pahala dari Allah SWT. Amin.
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharap masukan dan saran dari
pemerhati untuk perbaikan selanjutnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi khazanah keilmuan Bimbingan dan Konseling Islam.
Terakhir, terima kasih bagi pembaca yang budiman, Jazakumullah
Khairan Katsiron, semoga skripsi ini bisa bermanfaat. Amin.
Yogyakarta, 23 Maret 2016 Penulis,
M. Jihan Baitorus NIM. 10220043
viii
ABSTRAK
M. Jihan Baitorus, “Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Dalam Pembentukan Karakter Siswa Di MAN Yogyakarta 3”. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, 2016. Permasalahan yang hendak dibahas dalam penulisan ini adalah mengenai pelaksanaan pembentukan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Alasan penulis meneliti kasus ini adalah banyaknya kasus yang melanda indonesia merupakan dampak dari merosotnya moral bangsa saat ini. Akan tetapi melihat realitas saat ini pendidikan hanya mengedepankan aspek keilmuan da kecerdasan peserta didik. Permasalahan yang dikaji dalam penulisan ini adalah materi apa saja dalam kegiatan kepramukaan yang mengandung nilai karakter. bagaimana pembina pramuka dalam mengaplikasikan kegiatan sebagai sarana membangun dan membentuk karakter siswa di MAN 3 yogyakarta. Jenis penulisan yang digunakan pada penulisan ini adalah penulisan kualitatif deskriptif dan lokasi yang akan diteliti adalah MAN 3 Yogyakarta. Alat penulisan disini yaitu metode intervew dan metode dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan memilih dan memusatkan data yang muncul dari hasil penulisan catatan lapangan, kemudian menyusun pola dari hasil penulisan kemudian menarik kesimpulan dari data-data yang diperoleh. Verifikasi dilakukan dalam bentuk penyajian dan penarikan kesimpulan dari data yang telah terkumpul di lapangan. Hasil penulisan menunjukan bahwa: pertama, materi dalam kegiatan baris-berbaris mengandung nilai karakter disiplin, percaya diri, kepemimpinan dan tanggung jawab. Kedua, upacara mengandung nilai karakter semangat kebangsaan, cinta tanah air, disiplin. Ketiga, pertemuan mengandung nilai karakter mempercepat nilai persaudaraan dan memelihara persatuan dan kesatuan. Keempat, perkemahan mengandung nilai karakter cinta tanah air, bersahabat dan peduli lingkungan. Kelima, perjalanan lintas alam mengandung nilai karakter kepemimpinan, demokrasi, dan kemandirian serta percaya diri. Keenam, permainan mengandung karakter peduli sosial, demokratis. Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Kepramukaan.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Penegasan Judul ....................................................................... 1
B. Latar Belakang Masalah ........................................................... 3
C. Rumusan Masalah .................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8
E. Kegunaan Penelitian ................................................................ 8
F. Kajian Pustaka .......................................................................... 8
G. Kerangka Teori......................................................................... 10
H. Metode Penelitian .................................................................... 45
BAB II GAMBARAN UMUM MAN YOGYAKARTA 3 ..................... 50
A. Sejarah Berdirinya .................................................................... 50
B. Letak Geografis ........................................................................ 54
C. Identitas Sekolah...................................................................... 55
D. Visi ........................................................................................... 56
E. Misi .......................................................................................... 57
F. Tujuan Madrasah ...................................................................... 58
G. Keadaan Siswa................................................................... ...... 59
H. Program ekstrakurikuler........................................................... 60
I. Ekstrakurikuler Pramuka .......................................................... 61
xii
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
PRAMUKA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER
SISWA DI MAN YOGYAKARTA 3 ......................................... 63
A. Baris-berbaris .......................................................................... 63
1. Pelaksanaan ...................................................................... 63
2. Pembentukan Karakter Dalam Kegiatan Baris-Berbaris ... 64
B. Upacara ................................................................................... 66
1. Pelaksanaan ....................................................................... 66
2. Pembentukan Karakter Dalam Kegiatan Upacara ............. 67
C. Permainan ............................................................................... 69
1. Pelaksanaan ....................................................................... 69
2. Pembentukan Karakter Dalam Kegiatan Permainan ......... 70
D. Pertemuan ............................................................................... 71
1. Pelaksanaan ....................................................................... 71
2. Pembentukan Karakter Dalam Kegiatan Pertemuan ......... 73
E. Perkemahan ............................................................................. 73
1. Pelaksanaan ....................................................................... 73
2. Pembentukan Karakter Dalam Kegiatan Perkemahan ...... 74
F. Perjalanan Lintas Alam atau Pengembaraan ........................... 74
1. Pelaksanaan ....................................................................... 74
2. Pembentukan Karakter Dalam Kegiatan Pengembaraan .. 75
BAB IV PENUTUP .................................................................................... 83
A. Kesimpulan .............................................................................. 83
B. Saran-saran ............................................................................... 83
C. Kata Penutup..................................................................... ....... 84
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... ........... 86
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................. 88
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Perubahan nama lembaga ............................................................. 51
Tabel 2 Sejarah nama sekolah PGAN Yogyakarta mulai tahun 1950-
sekarang ......................................................................................... 52
Tabel 3 Nama Kepala Sekolah PGAN-MAN Yogyakarta 3 mulai tahun
1950-sekarang ............................................................................... 53
Tabel 4 Lokasi yang pernah ditempati PGAN Yogyakarta mulai tahun
1950-sekarang ............................................................................... 54
Tabel 5 Data siswa MAN Yogyakarta 3 tahun ajaran 2014-2015............... 59
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam memahami skripsi yang
berjudul “Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Dalam Pembentukan Karakter Siswa
di MAN Yogyakarta 3, maka penulis memandang perlu memberikan penegasan
terhadap istilah-istilah yang terdapat dalam judul tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka
Kegiatan adalah aktifitas atau pekerjaan1, sedangkan ekstrakurikuler
adalah kegiatan di luar jam belajar biasa yang bertujuan agar siswa lebih
mengkhayati apa yang dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler.2 Sedangkan
pramuka adalah proses pendidikan di luar jam belajar dan di luar lingkungan
keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur,
terarah, praktis, yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar
kepramukaan dan metode kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembina
bentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur3.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang dimaksud kegiatan
ekstrakurikuler pramuka di sini ini adalah proses pendidikan di luar jam
belajar yang dilaksanakan mingguan dan tahunan, adapun kegiatan
ekstrakurikuler mingguan yaitu, penyampaian materi dan kegiatan fisik
1Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hal. 30.
2 Sudirjo, Penulisan Kurikulum, (Yogyakarta: IKIP YK, 1987), hal. 86.
3Sakronah, Buku Saku Penegak, (Bandung : Cv. Nuansa Aulia, 2013) hal. 10.
2
seperti baris-berbaris, upacara, dan permainan. Kegiatan ekstrakurikuler
tahunan yaitu antara lain, berkemah, perjalanan lintas alam pertemuan. Yang
mana kegiatan tersebut kegiatan “wajib” dilaksanan oleh semua siswa kelas X
pada tahun ajaran 2015/2016 dengan didampingi oleh dua pembina yaitu ibu
Faila Sufa dan Pak Dewontoro. 4
2. Pembentukan Karakter Siswa
Pembentukan berasal dari kata “bentuk” yang berarti rupa, wujud,
kemudian mendapat awalan pem dan akhiran –an menjadi pembentukan yang
berarti proses, pembentukan atau cara membentuk,5 Sedangkan karakter
adalah kepribadian ditinjau dari moral, misalnya kejujuran seseorang
biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap.6 Adapaun
yang dimaksud siswa di sini adalah siswa kelas X pada tahun ajaran
2014/2015 yang sekarang menduduki kelas XI tahun ajaran 2015-2016.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang dimaksud pembentukan
karakter siswa di sini adalah cara atau proses dalam membentuk karakter
siswa untuk berperilaku baik dan berbudi pekerti yang meliputi karakter
antara lain, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, mandiri, religius, kreatif,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
4 Hasil wawancara dengan Bapak Dewontoro selaku pembina pramuka, pada tanggal 23
Januari 2016. 5 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hal. 580.
6 Hidayatullah, M. Furqo, Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa, (Surakarta: Yuma Pressindo, 2010), hal. 12.
3
menghargai prestasi, bersahabat,cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.
3. MAN Yogyakarta 3
MAN Yogyakarta 3 adalah suatu lembaga pendidikan yang berbasis
agama yang mempunyai kegiatan ekstrakurikuler pramuka yang bertempat di
Jl. Magelang Km. 4 Yogyakarta 55284. No. telfon : (0274)513613.
Berdasarkan penegasan istilah – istilah tersebut, maka yang dimaksud
secara keseluruhan dengan judul “Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Dalam
Pembentukan Karakter Siswa di MAN Yogyakarta 3” adalah suatu penulisan
tentang kegiatan ekstrakurikuler yang mana di dalam kegiatan-kegiatan
tersebut dapat membentuk karakter seorang siswa, yang dilaksanakan
mingguan dan tahunan bagi siswa kelas X pada tahun ajaran 2014/2015 di
MAN Yogyakarta 3.
B. Latar Belakang Masalah
Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki Undang-Undang yang
mengatur segala yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Salah satunya adalah
UU. Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional: Pasal (3)
Undang-Undang tersebut menyebutkan bahwa:
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan pendidikan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.7
7 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3.
4
Lebih lanjut dalam pasal 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.8
Maraknya beberapa kasus yang melanda Indonesia dari kalangan
pemerintahan sampai kalangan rakyat jelata merupakan dampak dari merosotnya
moral bangsa saat ini. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya
adalah internalisasi nilai-nilai dalam pendidikan yang melalui beberapa mata
pelajaran di suatu pendidikan masih kurang. Pendidikan karakter adalah salah satu
solusi untuk mengembalikan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter di sekolah
merupakan salah satu program yang dicanangkan pemerintah indonesia melalui
kementrian pendidikan sejak tahun 2010. Program ini dimaksudkan untuk
menanamkan kembali nilai-nilai karakter bangsa.9
Saat ini bangsa Indonesia tengah mengalami perkembangan yang sangat
kompleks akibat pengaruh derasnya arus informasi baik melalui media elektronik,
maupun media cetak. Dalam kondisi yang seperti itu masyarakat Indonesia selalu
berubah-ubah, baik yang ada di perkotaan maupun pedesaan. Melihat kondisi
yang seperti ini idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan
masa kini saja, tetapi sudah seharusnya bisa mengantisipasi dan membahas masa
8 Zaenal Fitri Agus, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika Di Sekolah (Jakarta.
Ar-Ruzz Media, 2012), hal. 10.
9 Tim penulisan program DPP Bakat Minat dan Ketrampilan Fakultas tarbiyah dan keguruan UIN Sunan kalijaga Yogyakarta, Pendidikan Karakter. ( Yogyakarta: Aura Pustaka, 2012), hal. XVii
5
depan. Melalui pendidikan hendaknya bisa memecahkan permasalahan yang ada
saat ini dan mencegah penyimpangan kepribadian dalam diri anak, dan
memikirkan tantangan apa yang kira-kira akan dihadapi peserta didik dan
memberi solusi serta pemecahannya.10
Fenomena yang sering terjadi pada saat ini terdapat berbagai masalah
penyimpangan perilaku sosial pada diri anak bangsa seperti yang marak terjadi
saat ini sering terjadi perilaku anarkis, korupsi, tawuran antar warga, kerusakan
lingkungan dan lain sebagainya merupakan contoh karakter bangsa yang masih
bertentangan dengan visi dan misi pendidikan nasional.11 Krisis tersebut
bersumber dari krisis moral, akhlak (karakter) yang secara langsung atau tidak
langsung berkaitan dengan pendidikan. Krisis karakter yang dialami bangsa saat
ini disebabkan oleh kerusakan individu-individu masyarakat yang terjadi secara
kolektif sehingga menjadi budaya. Budaya inilah yang kemudian
terinternalisasikan di dalam sanubari masyarakat Indonesia dan menjadi karakter
bangsa.12
Menurut Aqid Zaenal dalam bukunya Pendidikan Karakter menyebutkan
bahwa untuk menanamkan nilai karakter pada diri anak akan lebih mudah
10 Indra Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar; Menggagas Paradigma Baru
Pendidikan, (Jakarta: Pramadina, 2011), hal. 3.
11 Mustakim Bagus, Pendidikan Karakter Membangun Delapan Karakter Emas Menuju
Indonesia Bermartabat. (Yogyakarta: Samudra Biru, 2011), hal. 2.
12 Zaenul Fitri Agus, Pendidikan Karakter, hal. 10-11.
6
diberikan pada anak usia dini, dan juga bisa dilakukan 50% melalui keluarga dan
50% melalui sekolah.13
Sebut saja dalam salah satu karakter kedisiplinan yang di mana kondisi
seseorang dalam perbuatannya selalu dapat menguasai diri sehingga tetap
mengontrol dirinya dari berbagai keinginan yang terlalu meluap-luap dan
berlebih-lebihan. Berarti dalam sifat pengendalian diri tersebut terkandung
keteraturan hidup dan kepatuhan akan segala peraturan. Dengan kata lain,
perbuatan siswa seslalu berada dalam koridor disiplin dan tata tertib sekolah. Bila
demikian, akan tumbuh rasa kedisiplinan siswa untuk selalu mengikuti tiap-tiap
peraturan yang berlaku di sekolah, mematuhi semua peraturan yang berlaku di
sekolah merupakan suatu kewajiban bagi setiap siswa.14 Dalam hal sangat sering
dilakukan seorang siswa adalah menentang sebuah aturan yang menjadikan
seorang siswa melakukan dengan sesuka hati dengan tidak melihat sebab akibat
yang dialaminya yang dari banyak kasus menjadikan menurunnya prestasi
seorang siswa.
Gerakan pramuka adalah sebagai salah satu pendidikan non formal yang
memiliki tujuan untuk menanamkan karakter dan membentuk kepribadian yang
baik dalam diri anak dengan cara keteladanan, arahan, bimbingan.15Dan salah satu
13 Aqib Zainal, Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa
(Bandung: Yrama Widya, 2011) hal. 14. 14 Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1995), hal. 136.
15 Andri Bob Sunardi, Boyman Ragam Latihan Pramuka, (Bandung: Nuansa Muda, 2010), hal. 7.
7
cara untuk mengatasi penyimpangan pada kepribadian anak sehingga anak dapat
berkembang dengan baik.
Kegiatan pramuka itu sendiri memiliki kode penghormatan dan
pengabdian yakni suatu norma atau nilai-nilai luhur dalam kehidupan. Para
anggota Gerakan Pramuka yang merupakan ukuran tingkah laku anggota Gerakan
Pramuka.16 Jika peserta didik yang telah mengikuti pendidikan pramuka dan
mereka bisa merealisassikan di dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan kode
kehormatan kepramukaan, maka peserta didiknya pun akan memiliki karakter
yang baik dalam diri mereka masing-masing.
Berdasarkan pengertian yang telah disebutkan di atas penulis mengambil
beberapa dari 18 nilai karakter yang merupakan modal utama yang harus dimiliki
oleh setiap anak dalam menjalankan tugasnya sebagai siswa, dan penulis ingin
mengetahui seberapa besar pengaruh ektrakurikuler pramuka terhadap karakter
siswa siswa MAN Yogyakarta 3, karena dalam konseling sangant berkaitan
dengan penumbuhan karakter yang merubah sikap berilaku seorang siswa menjadi
pribadi yang baik dan benar.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan penegasan judul dan latar belakang masalah yang telah
diuraikan tersebut, rumusan masalah penulisannya adalah :
Bagaimanakah kegiatan ekstrakurikuler pramuka di MAN Yogyakarta 3.
16Ibid, hal. 7.
8
D. Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang
pelaksanaan pembentukan karakter siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler
pramuka dalam pembentukan karakter siswa di MAN Yogyakarta 3.
E. Kegunaan Penulisan
1. Secara teoritis, penulisan ini bermanfaat untuk menambah khasanah keilmuan
tentang Bimbingan dan Konseling Islam terhadap siswa MAN Yogyakarta 3
dalam menanamkan karakter sebagai bekal untuk kehidupan sehari-hari
maupun disekolah.
2. Secara praktis, kegiatan ekstrakurikuler pramuka di MAN Yogyakarta 3 tetap
memberi kajian teori dan kegiatan untuk membentuk karakter siswa.
F. Kajian Pustaka
Dalam penulisan ini terdapat beberapa karya ilmiah yang telah ada
sebelumnya guna memberikan gambaran tentang sasaran penulisan yang akan
dipaparkan dalam penulisan ini, diantaranya hasil penulistan yang dimaksud
adalah:
1. Skripsi Dwinanto Yuwono, mahasiswa Fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan
Agama Islam tahun 2007, yang berjudul “Pendidikan Keterampilan Gerakan
Pramuka Satuan Karya Bakti Husada (Tinjauan Pendidikan Islam)”, dalam
skripsi tersebut membahas salah satunya tentang metode yang digunakan
adalah pengembangan diri metode kepramukaan yang kemudian memberikan
9
beberapa alternatif guna meningkatkan mutu pada lembaga pendidikan
keterampilan nonformal. Alternatif tersebut meliputi: kemampuan yang
berhubungan dengan sikap mental dan motivasi, kemampuan menejerial,
kemampuan teknis produksi, kemampuan permodalan atau keuangan dan
kemampuan jaringan usaha.
2. Skripsi Siska Maryati, mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan jurusan
Pendidikan Agama Islam tahun 2011, dengan judul “Peranan Kegiatan Ekstra
Kulikuner untuk Meningkatkan Prestasi Siswa dalam Bidang Pengembangan
Diri di MAN Wonokromo Bantul” skripsi ini menyimpulkan bahwa kegiatan
ekstra kulikuler di MAN Wonokromo Bantul” skripsi ini menyimpulkan
bahwa kegiatan ekstrakulikuler di MAN Wonokromo Bantul salah satunya
adalah pramuka terbukti memberikan pengaruh terhadap pengembangan diri
Islami. Hasil atau prestasi yang diraih oleh siswa siswa dapat merasakan
kesehatan fisik, meningkatkan kecintaannya terhadap Islam, mengontrol
emosi, menumbuh kembangkan rasa sosial dan seni islam, mengontrol emosi,
menumbuh kembangkan rasa sosial dan seni, serta menambah kekayaan
berkomunikasi.
3. Skripsi Nur Endah Puspitasari, mahasiswa Fakultas Tarbiyah Jurusan
Pendidikan Agama Islam tahun 2007, dengan judul “Nilai-Nilai Pendidikan
Agama Islam Dalam Kegiaan Ekstrakurikuler Pramuka di Sabdodadi Bantul”
dalam skripsi Nur Endah Puspitasari menyampaikan bahwa dalam kegiatan
pramuka di MAN Sabdodadi Bantul terdapat nilai-nilai pendidikan agama
10
islam, yaitu nilai kedisiplinan, nilai kesederhanaan, nilai keadilan, nilai
kemandirian, nilai kedewasaan, nilai kesabaran, dan nilai persaudaraan.
Perbedaan skripsi di atas dengan penulisan yang penulis lakukan
adalah obyek penulisan, Dwiyanto memfokuskan pada pendidikan
kepramukaan sebagai wadah pengembangan pendidikan Islam melalui satuan
karya bakti husada yang terjun dalam masalah kesehatan. Sedangkan pada
skripsi Siska Maryati, peran kegiatan kestrakurikuler yang salah satunya
adalah melalui kegiatan pramuka sebagai wadah pengembangan peningkatan
prestasi pengembangan Islami siswa. Lalu, pada skripsi Nur Endah
Puspitasari menerangkan tentang nilai-nilai agama Islam dalam kegiatan
kepramukaan.
Pada penulisan yang penulis kemukakan di sini yaitu ingin
mengetahui karakter yamg ada pada kegiatan pramuka dan bagaimana
pembina dalam menerapkan karakter di dalam kegiatan pramuka tersebut,
sehingga dapat termaknai oleh siswa
G. Kerangka Teori
1. Karakter
a. Pengertian Karakter
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter diartikan
sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti. Karakter diartikam
sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak, budi pekerti dan moral. Karakter juga
dapat diartikan sebagai tabiat, yaitu perangai atau perbuatan yang selalu
11
dilakukan atau kebiasaan.17 Secara etimologis, karakter berasal dari bahasa
latin karakter, yang berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti,
kepribadian dan akhlak. Dalam kamus psikologi, arti karakter adalah
kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran
seseorang. Ada istilah yang pengertiannya hampir sama dengan karakter,
yaitu personality karakter yang artinya bakat, kemampuan, sifat, dan
sebagainya, yang secara konsisten diperagakan oleh seseorang, termasuk
pola-pola perilaku, sifat-sifat fisik, dan ciri-ciri kepribadian. Sedangkan
secara terminologi (istilah), karakter diartikan sebagai sifat manusia pada
umumnya yang tergantung pada factor kehidupannya sendiri. Karakter
adalah sifat kejiwaan, akhlak, budi pekerti yang menjadi ciri khas seorang
atau kelompok orang.18
Wynne, mengemukakan dalam buku Mulyasa, bahwa karakter
berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai) dan
memfokuskan pada bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam
tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Oleh karena itu, seseorang yang
berperilaku tidak jujur, curang, kejam dan rakus dikatakan sebagai orang
yang memiliki karakter jelek, sedangkan yang berperilaku baik, jujur dan
suka menolong dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter baik atau
17Suntoyo, Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Teori Dan Praktik, (Yogyakarta: UNY
press, 2011) , hal. 27.
18 Agus Zaenul Fitri, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai Dan Etika Di Sekolah, (Yogyakarta; arruz media, 2012), hal. 20.
12
mulia. Sejalan dengan pendapat tersebut, Dirjen Pendidikan Islam,
Kementerian Agama Republik Indonesia mengemukakan bahwa karakter
dapat diartikan sebagai totalitas ciri-ciri pribadi yang melekat dan dapat
diidentifikasi pada perilaku individu yang bersifat unik, maka karakter
sangat dekat dengan kepribadian individu.19
Adapun beberapa ahli mengemukakan mengenai pengertian
karakter dapat kita lihat sebagai berikut:
1) Hornby and Parnwell, dalam buku Heri Gunawan, mendefinisikan
karakter adalah kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau
reputasi.20
2) Tadrikotun musfiroh, dalam buku Heri Gunawan, karakter mengacu
kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi
(motivations), dan keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa
yunani yang berarti to-mark (menandai) dan memfokuskan bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah
laku.21
3) Hermawan Kartajaya, dalam buku Heri Gunawan, mendefinisikan
karakter adalah cirri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu
(manusia). Ciri khas tersebut adalah asli, dan mengakar kepada
kepribadian benda atau individu tersebut dana merupakan mesin
19 Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (jakarta: PT Bumi Aksara, 2012) hal. 4 20 Heri gunawan, Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasi, (bandung: alfabeta,
2012), hal. 2. 21 Ibid .
13
pendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berujar, serta
merespon sesuatu.22
4) Simon Philips, dalam buku Heri Gunawan, karakter adalah kumpulan
tata nilai yang menuju pada suatu system, yang melandasi sikap, dan
perilaku yang ditampilkan.23
5) Sedangkan Imam Ghozali, dalam buku Heri Gunawan, menganggap
bahwa karakter lebih dekat dengan akhlak, yaitu spontanitas manusia
dalam bersikap, atau melakukan perbuatan yang telah menyatu dalam
diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.24
Beberapa pengertian tersebut di atas, dapat dimaknai bahwa karakter
adalah keadaan asli yang ada dalam diri individu seseorang yang
membedakan antara dirinya dengan orang lain. Dapat ditegaskan bahwa
karakter merupakan perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan
yang berwujud dalam pikiran, sikap, perasan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat
istiadat.
b. Nilai-nilai Karakter
Menurut Mulyana, dalam buku Agus Zaenal Fitri, nilai mencakup
segala hal yang dianggap bermakna bagi kehidupan seorang yang
22 Ibid. 23 Ibid. . 24 Ibid, hal. 3.
14
pertimbangannya didasarkan pada kualitas benar-salah, baik buruk, atau
indah-jelek, dan orientasi bersifat antroposentris atau theosentris. Untuk
itu, nilai menjangkau semua aktifitas manusia, baik hubungan antar
manusia, manusia dengan alam, maupun manusia dengan Tuhan.25
Dalam buku yang ditulis oleh tim penulisan program DPP bidang
bakat minat dan ketrampilan, yang berjudul “Pendidikan Karakter”
menurut badan penulisan yang dan pengembangan kurikulum,
Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2010, dalam rangka lebih
memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah teridentifikasi 18 nilai
yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan
nasional, yaitu:
1) Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.26
Indikator Sekolah:
a) Menyediakan fasilitas tempat temuan barang hilang
b) Transparasi laporan keuangan dan penilaian sekolah secara berkala
c) Menyediakan kantin kejujuran
d) Menyediakan kotak saran dan pengaduan
25 Agus Zaenul Fitri, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai Dan Etika Di Sekolah, hal. 90.
26Asmaun Sahlan & Angga Teguh Prastyo, Desain Pembinabelajaran Berbasis Pendidikan Karakter, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media), hal.38.
15
e) Larangan membawa fasilitas komunikasi pada saaat ulangan atau
ujian.
Indikator kelas:
a) Menyediakan fasilitas tempat temuan barang hilang.
b) Tempat temuan barang temuan atau hilang.
c) Transparasi laporan keuangan dan penilaian kelas secara berkala
d) Larangan menyontek.
2) Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.27
Indikator sekolah:
a) Menghargai dan memberikan perlakuan yang sama terhadap seluruh
warga sekolah tanpa membedakan suku, agama, ras golongan, status
sosial, status ekonomi, dan kemampuan khas
b) Memberikan perlakuan yang sama terhadap stekholder tanpa
membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, dan status
ekonomi
Indikator kelas:
a) Memberikan pelayanan yang sama terhadap seluruh warga kelas tanpa
membedakan suku, agama ras, golongan, status sosial, dan status
ekonomi.
27 Ibid , hal.38.
16
b) Memberikan pelayanan terhadapa anak berkebutuhan khusus.
c) Bekerja dalam kelompok berbeda.
3) Disiplin
Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada
ketentuan dan peraturan.28
Indikator sekolah:
a) Memiliki catatan kehadiran
b) Memberikan penghargaan kepada warga sekolah yang disiplin
c) Memiliki tata tertib sekolah
d) Membiasakan warga sekolah untuk disiplin menegakan aturan dengan
memberikan sanksi secara adil bagi pelanggar tertib sekolah
Indikator kelas:
a) Membiasakan hadir tepat waktu
b) Membiasakan mematuhi aturan
4) Kerja keras
Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya.29
Indikator sekolah:
a) Menciptakan suasana kompetisi yang sehat.
28 Ibid, hal.38.
29 Ibid, hal.39.
17
b) Menciptakan suasana sekolah yang menantang dan memacu untuk
bekerja keras.
c) Memiliki pajangan tentang slogan atau motto tentang kerja.
Indikator kelas:
a) Menciptakan kompetisi yang sehat
b) Menciptakan kondisi etos kerja pantang menyerah dan daya tahan
belajar
c) Menciptakan suasana belajar yang memacu daya tahan kerja
d) Memiliki pajangan atau slogan atau motto tentang giat bekerja dan
belajar
5) Mandiri
Sikap prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.30
Indikator sekolah
a) Menciptakan situasi sekolah yang membangun kemandirian peserta
didik
Indikator kelas:
a) Menciptakan suasana kelas yang memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk bekerja mandiri
30 Ibid, hal. 39.
18
6) Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianut, toleran terhadap pelaksanaan agama lain, serta hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.31
Indikator sekolah:
a) Merayakan hari-hari besar keagamaan.
b) Memiliki fasilitas yang dapat digunakan untuk beribadah.
c) Memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk
melaksanakan ibadah.
Indikator kelas:
a) Berdoa sebelum dan sesudah perjalanan
b) Memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk
melaksanakan ibadah.
7) Kreatif
Berfikir untuk melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau
hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.32
Indikator sekolah:
a) Menciptakan situasi yang menumbuhkan daya berpikir dan berindak
kreatif.
Indikator kelas:
a) Menciptakan situasi belajar yang bisa menumbuhkan daya pikir dan
bertindak kreatif. 31 Ibid, hal. 39. 32 Ibid, hal. 39.
19
b) Memberikan tugas yang menantang munculnya karya-karya baru baik
yang autentik maupun yang modifikasi.
8) Demokratis
Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yag menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.33
Indikator sekolah:
a) Melibatkan warga sekolah dalam setiap pengambilan keputusan.
b) Menciptakan suasana sekolah yang menerima perbedaan.
c) Pemilihan ketua osis secara terbuka.
Indikator kelas:
a) Mengambil keputusan kelas secara bersama melalui musyawarah dan
mufakat.
b) Pemilihan pengurus kelas secara terbuka
c) Seluruh produk kebijakan melalui musyawarah dan mufakat.
d) Mengimplementasikan model-model pembelajaran yang dialogis dan
interaktif.
9) Rasa ingin tau
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.34
Indikator sekolah:
a) Menyediakan media komunikasi atau informasi (media cetak maupun
media elektronik) atau berekspresi bagi warga sekolah. 33 Ibid, hal. 40. . 34 Ibid, hal. 40.
20
b) Memberi fasilitas kepada warga sekolah untuk bereksplorasi dalam
pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya.
Indikator kelas:
a) Menciptakan suasana kelas yang mengandung rasa ingin tahu.
b) Memelihara lingkungan kelas
c) Tersedia tempat pembuangan sampah di dalam kelas.
d) Membiasakan hemat energi
e) Memasangkan stiker perintah mematikan lampu dan menutup kran air
pada setiap ruangan apabila selsai digunakan.
10) Semangat kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi dan kelompok.
Indikator sekolah:
a) Melakukan upacara rutin sekolah.
b) Melakukan upacara sehari-hari besar nasional.
c) Menyelenggarakan peringatan hari kepahlawanan nasional.
d) Memiliki program melakukan kunjungan ke tempat bersejarah
e) Mengikuti lomba pada hari besar nasional.
Indikator kelas:
a) Bekerja sama dengan teman kelas yang berbeda suku, etnis, status
sosial ekonomi
b) Mendiskusikan hari-hari besar nasional.
21
11) Cinta tanah air
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetiaan
kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa.35
Indikator sekolah:
a) Menggunakan produk dalam negeri.
b) Menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar.
c) Menyediakan informasi (dari sumber cetak, elektronik) tentang
kekayaan alam dan budaya indonesia.
Indikator kelas:
a) Mamajangkan foto presiden dan wakil presiden, bendera negara,
lambang negara, peta indonesia, gambar kehidupan masyarakat
indonesia.
b) Menggunakan produk buatan dalam negeri.
12) Menghargai prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong diriya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui dan menghormati
keberhasilan orang lain.36
Indikator sekolah:
a) Memberikan penghargaan atas hasil prestasi kepada warga sekolah.
b) Memajangkan tanda-tanda penghargaan prestasi.
35 Ibid. hal. 41. 36 Ibid. hal. 41.
22
Indikator kelas:
a) Memajangkan tanda-tanda penghargan prestasi.
b) Menciptakan suasana pebelajaran untuk memotivassi peserta didik
berprestasi.
13) bersahabat/komunikatif
tindakan yang memperhatikan rasa senang berbicara, bergaul, dan
bekerja sama dengan orang lain.37
Indikator sekolah:
a) suasana sekolah yang memudahkan terjadinya interaksi antar warga
sekolah.
b) Berkomunikasi dengan bahasa yang santun.
c) Saling menghargai dan menjaga kehormatan.
d) Pergaulan dengan cinta kasih dan rela berkorban.
Indikator kelas:
a) Pengaturan kelas yang memudahkan terjadinya interaksi peserta didik.
b) Pembelajaran yang dialogis.
c) Guru mendengarkan keluhan-keluhan peserta didik.
d) Dalam berkomunikasi guru tidak menjaga jarak degan peserta didik.
37 Ibid. hal, 41.
23
14) Cinta damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain
merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.38
Indikator sekolah:
a) menciptakan suasana sekolah yang bekerja nyaman, tentram, dan
harmonis.
b) memberikan perilaku warga sekolah yang anti kekerasan.
c) Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dalam bentuk lisan
maupun tertulis.
d) Melakukan tugas tanpa disuruh.
e) Menunjukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkungan
terdekat.
f) Menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas.
Indikator kelas:
a) Pelaksanaan tugas piket secara teratur.
b) Peran secara aktif dalam kegiatan sekolah.
c) Mengajukan usul pemecahan masalah.
38 Ibid. hal. 42.
24
15) Gemar membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca sebagai bacaan
yang memberikan kebajikan bagi dirinya.39
Indikator sekolah:
a) Program wajib baca.
b) Frekuensi kunjungan perpustakaan.
c) Menyediakan fasiliatas dan suasaa menyenangkan untuk membaca.
Indikator kelas:
a) Daftar buku atau tulian yang dibaca peserta didik.
b) Frekuensi kunjungan perpustakaan.
c) Saling tukar bacaan.
d) Pembelajaran yang memotivasi anak menggunakan referensi.
16) Peduli lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.40
Indikator sekolah:
a) Membiasakan memelihara kebersihan dan kelestarian lingkungan
sekolah.
b) Tersedia tempat pembuangan sampah dan tempat cuci tangan.
c) Menyediakan kamar mandi dan air bersih. 39 Ibid. hal. 42. 40 Ibid. hal. 42.
25
d) Membiasakan hemat energi.
e) Membuat biopori di area sekolah.
f) Membangun pembuangan air limbah dengan baik.
g) Melakukan pembiasaan memisahkan jenis sampah organik dan
anorganik.
h) Penugasan pembuatan kompos dari sampah organik.
i) Penanganan limbah hasil prakter.
j) Menyediaka peralatan kebersihan.
k) Membuat tandon penyimpanan air.
l) Memprogramkan cinta bersih lingkungan.
Indikator sekolah:
a) Eksplorasi lingkungan secara terprogram.
b) Tersedia media komunikasi atau informasi ( media cetak atau media
elektronik).
17) Peduli sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang
lain dan masyarakat yang membutuhkan.41
Indikator kelas:
a) Memfasilitasi kegiatan yang bersifat sosial.
b) Melakukan aksi sosial.
c) Menyediakan fasilitan untuk menyumbang
Indikator kelas:
41 Ibid. hal. 43.
26
a) Berempati kepada sesama teman kelas.
b) Melakukan aksi sosial.
c) Membangun kerukunan warga kelas.
18) Tanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan
Yang Maha Esa.42
Indikator sekolah:
a) Perilaku seluruh warga sekolah yang penuh kasih sayang
Indikator kelas:
a) Menciptakan suasana kelas damai.
b) Membiasakan perilaku warga sekolah yang anti kekerasan.
c) Kekerabatan di kelas yang penuh kasih sayang.
Direktorat tenaga kependidikan kementerian pendidikan nasional
menjelaskan bahwa pendidikan karakter di atas tidak ada artinya bila
hanya menjadi tanggung jawab guru semata dalam menanamkannya
kepada siswa. Perlu bantuan dari seluruh komponen masyarakat untuk
mewujudkan terciptanya tatanan komunikasi yang diwajibkan oleh sistem
pendidikan berbasis karakter.43Untuk itu pramuka sebagai kegiatan
42 Ibid. hal. 42. 43Ibid , hal. 42.
27
pendidikan non formal hadir sebagai salah satu solusi untuk membantu
pemerintah dalam pembentukan karakter siswa.
2. Proses Pembentukan Karakter
a. Unsur dalam pembentukan karakter
Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran
karena pikiran, yang di dalamnya terdapat seluruh program yang terbentuk
dari pengalaman hidupnya, merupakan pelopor segalanya44. Program ini
kemudian membentuk sistem kepercayaan yang akhirnya dapat
membentuk pola berpikirnya yang bisa mempengaruhi perilakunya. Jika
program yang tertanam tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran
universal, maka perilakunya berjalan selaras dengan hukum alam.
Hasilnya, perilaku tersebut membawa ketenangan dan kebahagiaan.
Sebaliknya, jika program tersebut tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
hukum universal, maka perilakunya membawa kerusakan dan
menghasilkan penderitaan. Oleh karena itu, pikiran harus mendapatkan
perhatian serius.
Tentang pikiran, Joseph Murphy mengatakan bahwa di dalam diri
manusia terdapat satu pikiran yang memiliki ciri yang berbeda. Untuk
membedakan ciri tersebut, maka istilahnya dinamakan dengan pikiran
sadar (conscious mind) atau pikiran objektif dan pikiran bawah sadar
44 Rhonda Byrne, The Secret, (Jakarta: PT Gramedia, 2007), hal.17.
28
(subconscious mind) atau pikiran subjektif45. Penjelasan Adi W. Gunawan
mengenai fungsi dari pikiran sadar dan bawah sadar menarik untuk
dikutip.
Pikiran sadar yang secara fisik terletak di bagian korteks otak
bersifat logis dan analisis dengan memiliki pengaruh sebesar 12 % dari
kemampuan otak. Sedangkan pikiran bawah sadar secara fisik terletak
di medulla oblongata yang sudah terbentuk ketika masih di dalam
kandungan. Karena itu, ketika bayi yang dilahirkan menangis, bayi
tersebut akan tenang di dekapan ibunya karena dia sudah merasa tidak
asing lagi dengan detak jantung ibunya. Pikiran bawah sadar bersifat netral
dan sugestif46.
Untuk memahami cara kerja pikiran, kita perlu tahu bahwa pikiran
sadar (conscious) adalah pikiran objektif yang berhubungan dengan objek
luar dengan menggunakan panca indra sebagai media dan sifat pikiran
sadar ini adalah menalar. Sedangkan pikiran bawah sadar (subsconscious)
adalah pikiran subjektif yang berisi emosi serta memori, bersifat irasional,
tidak menalar, dan tidak dapat membantah. Kerja pikiran bawah sadar
menjadi sangat optimal ketika kerja pikiran sadar semakin minimal47.
45 Joseph Murphy D.R.S., Rahasia Kekuatan Pikiran Bawah
Sadar, (Jakarta, SPEKTRUM, 2002), hal. 6.
46 Adi W. Gunawan, Hypnosis – The Art of Subconscious Communication, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2005) hal. 27-30. 47 Adi W. Gunawan dan Ariesandi Setyono, Manage Your Mind for Success, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2006) hal. 38.
29
Pikiran sadar dan bawah sadar terus berinteraksi. Pikiran bawah
sadar akan menjalankan apa yang telah dikesankan kepadanya melalui
sistem kepercayaan yang lahir dari hasil kesimpulan nalar dari pikiran
sadar terhadap objek luar yang diamatinya. Karena, pikiran bawah sadar
akan terus mengikuti kesan dari pikiran sadar, maka pikiran sadar
diibaratkan seperti nahkoda sedangkan pikiran bawah sadar diibaratkan
seperti awak kapal yang siap menjalankan perintah, terlepas perintah itu
benar atau salah. Di sini, pikiran sadar bisa berperan sebagai penjaga
untuk melindungi pikiran bawah sadar dari pengaruh objek luar.
Penulis mengambil sebuah contoh yaitu, Jika media masa
memberitakan bahwa Indonesia semakin terpuruk, maka berita ini dapat
membuat seseorang merasa depresi karena setelah mendengar dan melihat
berita tersebut, dia menalar berdasarkan kepercayaan yang dipegang
seperti berikut ini, “Kalau Indonesia terpuruk, rakyat jadi terpuruk. Saya
adalah rakyat Indonesia, jadi ketika Indonesia terpuruk, maka saya juga
terpuruk.” Dari sini, kesan yang diperoleh dari hasil penalaran di pikiran
sadar adalah kesan ketidakberdayaan yang berakibat kepada rasa putus
asa. Akhirnya rasa ketidakberdayaan tersebut akan memunculkan perilaku
destruktif, bahkan bisa mendorong kepada tindak kejahatan seperti
pencurian dengan beralasan untuk bisa bertahan hidup. Namun, melalui
pikiran sadar pula, kepercayaan tersebut dapat dirubah untuk memberikan
kesan berbeda dengan menambahkan contoh kalimat berikut ini, “...tapi
30
aku punya banyak relasi orang-orang kaya yang siap membantuku.” Nah,
cara berpikir semacam ini akan memberikan kesan keberdayaan sehingga
kesan ini dapat memberikan harapan dan mampu meningkatkan rasa
percaya diri.
Dengan memahami cara kerja pikiran tersebut, kita memahami
bahwa pengendalian pikiran menjadi sangat penting. Dengan kemampuan
kita dalam mengendalikan pikiran ke arah kebaikan, kita akan mudah
mendapatkan apa yang kita inginkan, yaitu kebahagiaan. Sebaliknya, jika
pikiran kita lepas kendali sehingga terfokus kepada keburukan dan
kejahatan, maka kita akan terus mendapatkan penderitaan-penderitaan,
disadari maupun tidak.
b. Proses pembentukan karakter
Sebelum penulis melanjutkan pembahasan, penulis akan mengkaji
ilustrasi berikut ini, Di dalam sebuah ruangan, terdapat seorang bayi, dan
dua orang dewasa. Mereka duduk dalam posisi melingkar. Kemudian
masuk satu orang lain yang membawa kotak besar berwarna putih ke
arah mereka. Setelah meletakkan kotak tersebut di tengah-tengah mereka,
orang tersebut langsung membuka tutupnya agar keluar isinya. Apa yang
terjadi...? ternyata setelah dibuka, terlihat ada tiga ular kobra berwarna
hitam dan besar yang keluar dari kotak tersebut. Langsung saja, salah
seorang dari mereka lari ketakutan, sedangkan yang lainnya justru berani
mendekat untuk memegang ular agar tidak membahayakan, dan, tentu
31
saja, si bayi yang ada di dekatnya tetap tidak memperlihatkan respon apa-
apa terhadap ular.
Nah, begitu juga dengan kehidupan manusia di dunia ini. Kita
semua dihadapkan dengan permasalahan yang sama, yaitu kehidupan
duniawi. Akan tetapi respon yang kita berikan terhadap permasalahan
tersebut berbeda-beda. Di antara kita, ada yang hidup penuh semangat,
sedangkan yang lainnya hidup penuh malas dan putus asa. Di antara kita
juga ada yang hidup dengan keluarga yang damai dan tenang, sedangkan
di antara kita juga ada yang hidup dengan kondisi keluarga yang
berantakan. Di antara kita juga ada yang hidup dengan perasaan bahagia
dan ceria, sedangkan yang lain hidup dengan penuh penderitaan dan
keluhan. Padahal kita semua berangkat dari kondisi yang sama, yaitu
kondisi ketika masih kecil yang penuh semangat, ceria, bahagia, dan
tidak ada rasa takut atau pun rasa sedih.
Pertanyaannya yang ingin diajukan di sini adalah “Mengapa
untuk permasalahan yang sama, yaitu kehidupan duniawi, kita
mengambil respon yang berbeda-beda?” jawabannya dikarenakan oleh
kesan yang berbeda dan kesan tersebut dihasilkan dari pola pikir dan
kepercayaan yang berbeda mengenai objek tersebut. Untuk lebih jelas,
berikut penjelasannya.
Secara alami, sejak lahir sampai berusia tiga tahun, atau mungkin
hingga sekitar lima tahun, kemampuan menalar seorang anak belum
32
tumbuh sehingga pikiran bawah sadar (subconscious mind) masih
terbuka dan menerima apa saja informasi dan stimulus yang dimasukkan
ke dalamnya tanpa ada penyeleksian, mulai dari orang tua dan
lingkungan keluarga.48 Dari mereka itulah, pondasi awal terbentuknya
karakter sudah terbangun. Pondasi tersebut adalah kepercayaan tertentu
dan konsep diri. Jika sejak kecil kedua orang tua selalu bertengkar lalu
bercerai, maka seorang anak bisa mengambil kesimpulan sendiri bahwa
perkawinan itu penderitaan. Tetapi, jika kedua orang tua selalu
menunjukkan rasa saling menghormati dengan bentuk komunikasi yang
akrab maka anak akan menyimpulkan ternyata pernikahan itu indah.
Semua ini akan berdampak ketika sudah tumbuh dewasa.
Selanjutnya, semua pengalaman hidup yang berasal dari
lingkungan kerabat, sekolah, televisi, internet, buku, majalah, dan
berbagai sumber lainnya menambah pengetahuan yang akan
mengantarkan seseorang memiliki kemampuan yang semakin besar untuk
dapat menganalisis dan menalar objek luar. Mulai dari sinilah, peran
pikiran sadar (conscious) menjadi semakin dominan. Seiring perjalanan
waktu, maka penyaringan terhadap informasi yang masuk melalui pikiran
sadar menjadi lebih ketat sehingga tidak sembarang informasi yang
masuk melalui panca indera dapat mudah dan langsung diterima oleh
pikiran bawah sadar.
48 Ariesandi Setyono, Hypnoparenting: Menjadi Orangtua Efektif dengan
Hipnosis,(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006), hal. 50.
33
Semakin banyak informasi yang diterima dan semakin matang
sistem kepercayaan dan pola pikir yang terbentuk, maka semakin jelas
tindakan, kebiasan, dan karakter unik dari masing-masing individu.
Dengan kata lain, setiap individu akhirnya memiliki sistem
kepercayaan (belief system), citra diri (self-image), dan kebiasaan
(habit) yang unik. Jika sistem kepercayaannya benar dan selaras,
karakternya baik, dan konsep dirinya bagus, maka kehidupannya akan
terus baik dan semakin membahagiakan. Sebaliknya, jika sistem
kepercayaannya tidak selaras, karakternya tidak baik, dan konsep
dirinya buruk, maka kehidupannya akan dipenuhi banyak
permasalahan dan penderitaan.
Penulis akan mengambil sebuah contoh. Ketika masih kecil,
kebanyakan dari anak-anak memiliki konsep diri yang bagus. Mereka
ceria, semangat, dan berani. Tidak ada rasa takut dan tidak ada rasa
sedih. Mereka selalu merasa bahwa dirinya mampu melakukan banyak
hal. Karena itu, mereka mendapatkan banyak hal. Kita bisa melihat
saat mereka belajar berjalan dan jatuh, mereka akan bangkit lagi, jatuh
lagi, bangkit lagi, sampai akhirnya mereka bisa berjalan seperti kita.
Akan tetapi, ketika mereka telah memasuki sekolah, mereka
mengalami banyak perubahan mengenai konsep diri mereka. Di antara
mereka mungkin merasa bahwa dirinya bodoh. Akhirnya mereka putus
asa. Kepercayaan ini semakin diperkuat lagi setelah mengetahui bahwa
nilai yang didapatkannya berada di bawah rata-rata dan orang tua
34
mereka juga mengatakan bahwa mereka memang adalah anak-anak
yang bodoh. Tentu saja, dampak negatif dari konsep diri yang buruk
ini bisa membuat mereka merasa kurang percaya diri dan sulit untuk
berkembang di kelak kemudian hari.
Penulis dapat menemukan banyak penjelasan mengapa mereka
mendapatkan nilai di bawah rata-rata. Mungkin, proses pembelajaran
tidak sesuai dengan tipe anak, atau pengajar yang kurang menarik, atau
mungkin kondisi belajar yang kurang mendukung. Dengan kata lain,
pada hakikatnya, anak-anak itu pintar tetapi karena kondisi yang
memberikan kesan mereka bodoh, maka mereka meyakini dirinya
bodoh. Inilah konsep diri yang buruk.
Contoh yang lainnya, mayoritas ketika masih kanak-kanak,
mereka tetap ceria walau kondisi ekonomi keluarganya rendah. Namun
seiring perjalanan waktu, anak tersebut sering menonton sinetron yang
menayangkan bahwa kondisi orang miskin selalu lemah dan
mengalami banyak penderitaan dari orang kaya. Akhirnya, anak ini
memegang kepercayaan bahwa orang miskin itu menderita dan tidak
berdaya dan orang kaya itu jahat. Selama kepercayaan ini dipegang,
maka ketika dewasa, anak ini akan sulit menjadi orang yang kuat
secara ekonomi, sebab keinginan untuk menjadi kaya bertentangan
dengan keyakinannya yang menyatakan bahwa orang kaya itu jahat.
Kepercayaan ini hanya akan melahirkan perilaku yang mudah berkeluh
35
kesah dan menutup diri untuk bekerjasama dengan mereka yang dirasa
lebih kaya.
3. Pramuka
a. Pengertian Pramuka
Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar jam belajar dan di
luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan,
sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan, yang sasaran
akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur.
Kepramukaan merupakan proses kegiatan belajar sendiri yang progresif
bagi kaum muda untuk mengembangkan diri pribadi seutuhnya baik
mental, moral, spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik, sebagai
individu dan sebagai anggota masyarakat. Kepramukaan merupakan
sistem pembinaan dan pengembangan sumber daya atau potensi kaum
muda agar menjadi warga Negara yang berkualitas yang mampu
memberikan sumbangan positif bagi kesejahteraan dan kedamaian
masyarakat baik nasional maupun internasional. Pendidikan dalam
kepramukaan dimaksudkan dan diartikan secara luas sebagai suatu proses
pembinaan yang berkesinambungan bagi sumber daya manusia pramuka,
baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, yang
sasarannya menjadikan mereka manusia yang mandiri, peduli,
36
bertanggung jawab, dan berpegang teguh pada nilai dan norma
masyarakat.49
Diharapkan seorang anggota pramuka mampu memberikan
pengaruh positif terhadap lingkungan sekitarnya, baik lingkungan
rumah,sekolah, dan masyarakat. Karena, mereka telah mendapatkan proses
pendidikan dari segi mental dan spiritual. Selanjutnya menjadi generasi
penerus bangsa yang tanggung jawab dan memiliki nilai-nilai kepribadian
yang baik yang kemudian membawa Negara ke arah yang lebih baik.
1) Gerakan pramuka adalah organisasi yang dibentuk oleh pramuka
untuk menyelenggarakan pendidikan kepramukaan.50
2) Pramuka adalah warga Negara Indonesia yang aktif dalam pendidikan
kepramukaan serta mengamalkan satya pramuka dan dharma
pramuka.51
3) Kerpamukaan adalah segala aspek yang berkaitan dengan pramuka.52
4) Pendidikan kepramukaan adalah pembinabentukan kepribadian,
kecakapan hidup dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan
pengamalan nilai-nilai kepramukaan.53
49 Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka. SK Kwarnas No. 203 Th. 2009. hal. 2.
50 Presiden Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 131 Tentang Gerakan Pramuka.
51 Ibid. 52 Ibid. . 53 Ibid.
37
b. Tujuan Gerakan Pramuka
Pada anggaran dasar dan anggaran tangga gerakan pramuka
disampaikan bahwa gerakan pramuka bertujuan mendidik anak-anak dan
Pembina Indonesia dengan prinsip dasar dan metode kepramukaan yang
pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan
perkembangan Bangsa dan Masyarakat Indonesia, agar mereka menjadi:
1) Manusia yang berkepribadian, berwatak dan berbudi pekerti luhur
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kuat
mental, dan tinggi moral.
2) Warga Negara Republik Indonesia yang berjiwa pancasila, setia dan
patuh kepada Negara Republik Indonesia; serta menjadi anggota
masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya
secara mandiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa dan Negara, memiliki kepedulian terhadap
sesama hidup dan alam lingkungan, baik lokal, nasional, maupun
internasional.54
c. Bentuk-Bentuk Kegiatan Pramuka
1) Baris-Berbaris
Baris-berbaris adalah salah satu bentuk latihan fisik, yang
diperlukan guna menanamkan kebiasaan dalam tata cara kehidupan yang
diarahkan kepada terbentuknya suatu perwatakan tertentu. Maksud dan
54 Novan Ardy Wiyana, Pendidikan Karakter Dan Kepramukaan, hal. 57.
38
tujuan digunakannya baris berbaris sebagai alat pendidikan karakter adalah
menumbuhkan sikap jasmani yang tegap tangkas, rasa persatuan, disiplin
dan tanggun jawab.55
Yang dimaksud dengan menumbuhkan sikap tegas tangkas adalah
mengarahkan pertumbuhan tubuh untuk tugas pokok, sehingga secara
jasmani dapat menjalankannya dengan sempurna. Kemudian yang
dimaksud adanya rasa senasib sepenanggungan serta ikatan yang sangat
diperlukan dalam menjalankan tugas.56 Lalu yang dimaksud dengan
disiplin yaitu mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan pribadi
yang pada hakikatnya tidak lain dari keikhlasan penyisihan hati sendiri.
Dan yang dimaksud rasa tanggung jawab adalah keberanian untuk
bertindak yang mengandung resiko terhadap dirinya, tetapi
menguntungkan tugas atau sebaliknya tidak mudah melakukan tindakan-
tindakan yang akan dapat merugikan.
“Pramuka meningkatkan kwalitas sekolah; yaitu membantu anak-
anak disiplin, baris-berbaris sangat minim, diharapkan baris-berbaris dan
upacara dapat menjadikan materi yang dapat di tekankan.”
Baris berbaris nampaknya juga merupakan kegiatan yang menyenangkan
untuk siswa, seperti apa yang disampaikan oleh salah satu siswa MAN
55 Novan Ardy Wiyani, Pendidikan karakter dan kepramukaan, hal.173
56 Hasil wawancara dengan Pak. Dewontoro MAN Yogyakarta 3, Pak Dewontoro pada
tanggal 30 Januari 2016.
39
Yogyakarta 3 “ salah satu kegiatan yang saya sukai adalah baris-berbaris,
karena bisa melatih otak dan sangat menyenangkan.”57
Sesuai dengan penjelasan Zaelani di atas mengatakan bahwa
kegiatan yang mengandung manfaat, kegiatan beris-berbaris pada latihan
pramuka dengan kegiatan yang dapat melatih kepekaan dan kesigapan
dalam merspon aba-aba yang diberikan oleh pembina barisan.
2) Upacara
Upacara adalah serangkaian tindakan atau perbuatan yang ditata
dalam suatu ketentuan peraturan yang dilaksanakan atau diadakan
sehubungan dengan peristiwa penting, seperti upacara adat, upacara
pelantikan, upacara pembinaan tanda penghargaan, upacara peringatan,
dan upacara lainnya. 58
Upacara dalam gerakan pramuka diselenggarakan sebagai bentuk
pendidikan, di dalam upacara terdapat beberapa peraturan yang harus
ditaati dan dijalankan oleh seluruh peserta upacara. Saat upacara juga
terdapat bimbingan langsung dari pembina pramuka, bimbingan di sini
diartikan sebagai pengarahan tata urutan upacara dan pemberian sambutan
dari pembina upacara, pengarahan tata urutan upacara membiasakan
bersikap disiplin, teratur, tertib. Sedangkan sambutan dari pembina
upacara akan lebih bermakna untuk pramuka karena mendapatkan
57 Hasil wawancara dengan siswa kelas XII MAN Yogyakarta 3, Zaelani , pada tanggal
30 januari 2016
58 Jana T. Anggadiredja, Kursus Mahir Dasar Untuk Pembina Pramuka, hal. 43.
40
sentuhan kata-kata pengarahan dari pembina upacara yang menggugah
semangat dan jiwa peserta upacara.
Dasar hukum upacara dalam gerakan pramuka menurut kwarit
nasional nomor 178 Tahun 1979 yaitu tentang petunjuk penyelenggaraan
upacara dalam gerakan pramuka mengandung unsur-unsur pokok sebagai
berikut:
1. Bentuk barisan yang digunakan oleh peserta didik disesuaikan dengan
perkembangan jiwa peserta didik.
2. Bentuk barisan upacara pada satuan penegak adalah lingkaran karena
perhatian dan perkembangan jiwanya masih terpusat pada orang tua
atau pembina.59
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa pembina pramuka
adalah sosok penting dari tercapainya pendidikan karakter.
“Diharapkan baris-berbaris dan upacara dapat menjadikan materi yang
dapat di tekankan. Tetapi para peserta didik sudah memahami bahwa
upacara, tidak bersuara, dan hidmad”60
3) Permainan
Membina pramuka penegak berarti mendalami dunia penegak,
dunia anak yang perlu diterjuni baik secara psikis maupun pendekatan
lainnya. Untuk itu, perlu dikenal dasar kodrati dan didaktis, pertumbuhan
59 Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Karakter dan Kepramukaan, hal. 178. 60 Hasil wawancara dengan Pak Dewontoro MAN Yogyakarta 3, pada tanggal 30 januari 2016
41
dan perkembangannya dalam rangka memantau anak memperoleh
perkembangan sumber daya manusia yang optimal. Dengan demikian
selayaknya hubungan yang terjadi antara peserta didik dan pembinanya
adalah hubungan kemitraan yang bersifat edukatif.61 Demikian seorang
pembina pramuka penegak harusnyalah mendalami keadaan peserta didik,
memahami kebutuhan peserta didik, dan menyesuaikan diri, menjadi
pembina aktif dan mampu menjadi seorang sahabat, tentunya dalam
bentuk yang edukatif.
Oleh karena itu dalam kegiatan kepramukaan juga terdapat
permainan-permainan yang menyanangkan serta mengandung nilai
pendidikan agar kegiatan lebih menyenangkan dan tidak membosankan
untuk peserta didik seorang pembina pramuka harus kreatif dalam
memberikan permainan, di dalamnya tidak hanya kegiatan yang membuat
peserta didik tertarik dan antusiaa, tetapi mengandung nilai karakter untuk
ditanamkan kepada siswa.
Permainan dalam kepramukaan bukan seperti permainan biasanya, tetapi
permainan yang bermakna dalam mengembangkan nilai karakter siswa.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam permainan kepramukaan adalah:
1. Permainan harus mengandung unsur kesehatan, sehat di dalam
kepramukaan adalah sehat jasmani dan rohani.
2. Permainan juga harus mengandung unsur kebahagiaan.
61 Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Karakter Dan Kepramukaan, hal. 190.
42
3. Permainan juga harus mengandung unsur tolotng menolong, kerja
sama, menghargai orang lain, berani berkorban untuk orang lain.
4. Permainaan juga harus mengandung unsur yang bermanfaaat.
5. Permainan juga harus tetap dapat mengembangkan kecerdasan
spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan fisik.
6. Permainan harus senantiasa menarik, aman, dan nyaman.
7. Permainan yang bersifat kompetitif akan lebih baik.62
4) Pertemuan
Pertemuan siswa atau forum siswa adalah suatu wadah yang
digunakan untuk kegiatan bersama oleh pramuka demi tercapainya tujuan
pendidikan gerakan pramuka. Maksud dari pertemuan adalah memberi
kegitan yang bernilai pendidikan dengan cara yang bervariasi, menarik,
menggembirakan, tidak membosankan sehingga para peserta pramuka
mampu berswadaya, mampu memenuhi hidupnya dan mampu membentuk
keluarga, masyarakat sekitar untuk mencapai kesejahteraan.63
Pertemuan-pertemuan prammuka penegak:
1. Pesta penegak
Pesta penegak merupakan kegiatan pertemuan yang dilakukan oleh
pramuka penegak, didalamnya terdapat kegiatan-kegiatan yang
62 Jana T. AnggaDiredja, kursus mahir dasar untuk membina pramuka, hal.43. 63 Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Karakter dan Kepramukaan, hal. 190.
43
disesuaikan dengan kegiatan penegak, misalnya seperti kegiatan
perlombaan, kegiatan, bakti, kegiatan permainan. Kegiatan-kegiatan
tersebut dikelola oleh anggota dewasa dan anggota penegak menjadi
pesertanya. MAN Yogyakarta 3 beberapa kali mengikuti kegiatan penegak
diantaranya yang rutin di ikuti yaitu pesta penegak tingkat DI. Yogyakarta.
2. Bazar penegak
Bazar penegak pernah dilakukan oleh pramuka MAN Yogyakarta
3, yaitu mereka menjual hasil karya mereka kepada masyarakat. Selain
mereka berpengalaman dalam melakukan jual beli, merekapun juga
mendapat pengalaman membuat hasil karya yang bermnanfaat.
3. Persari, persari bisa berupa :
a) Pendalaman dwi stya dan dwi darma
b) Kegiatan permainan
c) Kegiatan keterampilan.
4. Wisata penegak
Wisata penegak adalah suatu acara berjalan atau dengan kendaraan
melihat pemandangan indah, objek wisata, museum dan sebagainya.
Namun dalam wisata penegak juga terdapat nilai-nilai yang
mengandung pendidikan. Wisata tidak harus dilakukan di lokasi yang
44
jauh, tetapi wisata juga dapat dilakukan di lingkungan sekitar, asalah
dikemas dalam kegiatan yang bersifat rekreatif dan ediukatif.
5) Perkemahan
Kegiatan yang dilakukan diluar (alam terbuka) merupakan cara
efektif pembentukan watak siswa. Dengan berkemah, siswa bisa belajar
untuk menghargai kesederhanaan, menghindari pola hidup komsuftif dan
mempelajari keharmonisan.64
6) Perjalanan lintas alam atau pengembaraan
Perjalanan lintas alam dikonsentrasikan pada survival trining yang
penuh dengan tantangan, dengan berbagai variasi :
1. Membaca peta
2. Menggunakan kompas
3. Membuat peta perjalanan
4. Memecahkan sandi dan bahasa isyarat
5. Membaca tanda jejak
6. Menaksir tinggi pohon dan lebar sungai
7. Prakter p3k
64 Novan Andy Wiyani, Pendidikan Karakter Dan Kepramukaan, hal. 190.
45
8. Halang rintang.65
Pembina pramuka MAN Yogyakarta 3 telah menyampaikan
beberapa materi yang disebutkan diatas, dikemas semenarik mungkin
yang tak lupa didalamnya dimasukkan nilai-nilai pendidikan, misalnya
pada materi praktek p3k, dilakukan permainan dengan judul “tanggap
bencana”, membuat peta perjalanan dengan depadukan lintas alam sekitar.
H. Metode Penulisan
Untuk mempermudah jalannya penulisan dan memperoleh data, maka
perlu adanya metode penulisan.
1. Jenis penulisan
Jenis penulisan yang digunakan pada penulisan ini adalah penulisan
lapangan dengan model kualitatif deskriptif, yaitu penulisan yang
pengumpulan datanya dilakukan di lapangan, seperti di lingkungan
masyarakat, lembaga-lembaga dan organisasi kemasyarakatan dan lembaga
pendidikan baik formal maupun non formal.66 Adapun lokasi yang akan di
teliti adalah MAN Yogyakarta 3.
2. Subjek dan Objek Penulisan
65 Jana T. Anggaderedja, Kursus Mahir Dasar Untuk Pembina Pramuka.hal. 44.
66Sarjono dkk, Panduan Penulisan Skripsi, (Yogyakarta; jurusan pendidikan agama islam, fakultas tarbiyah uin sunan kalijaga, 2008), hal. 21.
46
Subjek penulisan adalah sumber tempat untuk memperoleh informasi.
Adapun subjek penulisan adalah Pembina Pramuka yaitu ada dua pembina
dengan Ibu Faila Sufa didampingi Pak Dewontoro, serta pengurus atau
sebagai panitia kegiatan pramuka di dampingi oleh siswa kelas XI dan kelas
semua siswa kelas X pada tahun ajaran 2014/2015 di MAN Yogyakarta 3.
Objek penulisaan adalah kegiatan ekstrakurikuer pramuka dalam
pembentukan karakter siswa di MAN Yogyakarta 3.
3. Alat Pengumpulan Data
a) Interview
Teknik pengumpulan data ini mendasarkan pada laporan tentang
diri sendiri, atau setidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan diri
pribadi. Wawancara dapat dilakukan secara struktural dan tidak struktur,
dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun
menggunakan telepon. Wawancara terstruktur dilakukan apabila penulis
telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan
diperoleh, oleh karena itu dalam melakukan wawancara, penulis telah
memiliki instrument penulisan berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis
yang alternatife, jawaban yang telah disiapkan. Sedangkan wawancara
tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana penelliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis
47
dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman yang digunakan hanya
berupa garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.67
Dalam hal ini penyusun melakukan dua wawancara yaitu
wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Peeneliti melakukan
wawancara terstruktur terhadap siswa yaitu dengan dua orang siswa
dengan nama Zoelfa dan Rahma siswa kelas X dan melakukan
wawancara tidak tersruktur terhadap Pembina pramuka yaitu dengan Ibu
Faila Sufa dan Pak Dewontoro. Di sini penyusun mendapatkan informasi
tentang pelaksanaan kegiatan pramuka di MAN 3 Yogyakarta, yang
telah tertera di bab III dan lampiran kegiatannya.
b) Dokumentasi
Metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, dan agenda.68Dapat pula berupa gambar foto pada
saat dilakukan penulisan sedang berlangsung.
4. Analisis Data
Menurut bogdan, dalam buku Trianto, Anaisis data kualitatif
adalah proses mencari serta menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
67Sugiyono, Metode Penulisan Kualitatif Kuantitatif Dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2008), hal. 138-140. 68Trianto, Pengantar Penulisan Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan &
Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), hal.278.
48
lainnya sehingga mudah dipahami agar dapat diinformasikan kepada
orang lain.69Analisis data dalam penulisan ini menggunakan Model Miles
and Huberman dalam buku Sugiono. Setelah penulis melakukan
pengumpulan data, maka penulis melakukan anticipatory sebelum
melakukan reduksi data.70 Analisis ini terdiri dari tiga alur kegiatan yang
terjadi secara bersamaan, yaitu:
a Reduksi Data
Menurut Patilima, dalam buku Trianto, Reduksi data adalah
proses analisis untuk memmilih, memusatkan perhatian,
menyederhanakan, mengabstraksikan, serta mentransformasikan data
yang muncul dari catatan-catatan lapangan.71
b Penyajian Data
Setelah data di reduksi, langkah analisis selanjutnya adalah
penyajian data. Penyajian data di arahkan agar data hasil reduksi
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga semakin
mudah dipahami. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori, diagram alur, dan lain
sejenisnya.72
c Verifikasi
69Ibid, hal. 285.
70Sugiono, Metode Penulisan Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 338
71Trianto, Pengantar Penulisan Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan &
Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Kencana, 2010) hal. 287.
72Ibid, hal. 289.
49
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles
and Huberman, dalam buku Sugiyono adalah penarikan kesimpulan
dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang
kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat penulisan
awal kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan
yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.73
73Sugiyono, Metode Penulisan Kualitatif Kuantitatif Dan R & D, (bandung: Alfabeta,
2008), hal.345.
50
BAB II
GAMBARAN UMUM MAN YOGYAKARTA 3
A. Sejarah Berdirinya
Pada tahun 1950 berdirilah tiga madrasah atau sekolah Departemen
Agama di Yogyakarta. Ketiganya itu adalah SGHA (Sekolah Guru Hakim
Agama), SGAI (Sekolah Guru Agama Islam) putri, dan SGHI putra.
Dalam perkembangan pendidikan di lingkungan Departemen Agama,
SGHA kemudian berubah menjadi PHIN (Pendidikan Hakim Islam
Negri), dan menjadi MAN 1 Yogyakarta, SGAI putri berubah menjadi
PGA (Pendidikan Guru Agama) Putri dan menjadi MAN 2 Yogyakarta,
sedang SGAI Putra berubah menjadi PGAN dan akhirnya menjadi MAN
Yogyakarta 3.1
Sekolah pemerintah Pusat RI pindah dari Yogyakarta ke Jakarta,
PGA Putri pindah ke jalan KH Ahmad Dahlan sampai sekarang,
menempati yang semula untuk Kementrian Agama. Setelah PTAN pindah
dari jalan Simanjuntak ke Demangan menjadi IAIN, maka gedung itu
untuk PHIN, perubahan dari SGHA dulunya. Sedangkan PGA putra itu,
tetap masih menyewa, pindah ke jalan Kapas, kemudian menyewa lahan
pindah ke gedung Mualimin Muhammadiyah, dan terakhir pindah ke
1 Dokumentasi MAN Yogyakarta 3 dikutip, Senin, 25 Januari 2016
51
Sinduadi (jalan Magelang Km.4) dengan sudah memiliki tanah dan gedung
sendiri.
MAN YOGYAKARTA 3 atau yang lebih di kenal dengan sebutan
MAYOGA didirikan pada tanggal 1 Juli 1992 yang berawal dari PGAN
menjadi MAN berdasarkan keputusan Menteri Agama No. 64/1990.
Pemerintah dalam usaha meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) memandang penting peningkatan peran guru. Para lulusan PGAN
yang semula berhak mengajar di SD, kini untuk menjadi Guru Agama
Islam di SD harus lulus D3 Pendidikan Guru Agama Islam.
Keputusan menteri tersebut direalisir secara bertahap pada tahun
1990/1991 mulai menerima siswa kelas 1, sedangkan PGAN sudah tidak
menerima lagi siswa kelas 1.
Adapun tahap perubahan tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel I
Tahun Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Keterangan
1990/1991 MAN PGAN PGAN Pada tahun
1992/1993 kelas
MAN telah
lengkap.
1991/1992 MAN MAN PGAN
1992/1993 MAN MAN MAN
52
Selesainya tahap alih fungsi tersebut, keluarlah keputusan Menteri
Agama No. 42 tahun 1992 tanggal 1 Juli 1992 tentang alih fungsi dari
PGAN menjadi MAN di seluruh Indonesia. Tabel di bawah ini adalah
sejarah nama sekolah PGAN Yogyakarta mulai tahun 1950-sekarang.
Tabel II
Tahun Nama Sekolah
1950-1951 SGAI
1951-1954 PGAN Laki-laki Yogyakarta
1954-1958 PGA Atas I Laki-laki Yogyakarta
1958-1959 PGAN Lengkap 6 Tahun Yogyakarta
1959-1978 PGAN 6 Tahun Yogyakarta
1978-1982 PGAN Yogyakarta
1982-1990 PGAN Yogyakarta
1990-1991 Kelas 1 (MAN), Kelas 2 (PGAN), Kelas 3
(PGAN)
1991-1992 Kelas 1 (MAN), Kelas 2 (MAN), Kelas 3
(PGAN)
1992-1993 Kelas 1 (MAN), Kelas 2 (MAN), Kelas 3
(MAN)
Tabel di bawah ini adalah nama Kepala Sekolah PGAN-MAN
YOGYAKARTA mulai tahun 1950:
53
Tabel III
Tahun Nama Kepala Sekolah
1950-1958 Bapak Malikus Suparto
1958-1962 Bapak Supandi Padmodarso
1962-1966 Bapak Sutono Brotokarto
1966-1974 Bapak Drs. Sarbini Hadiwardoyo
1974-1984 Bapak Sutadji, BA.
1984-1989 Bapak Tugono, BA.
1989-1995 Bapak Drs.H. Budi Sudjodo (PGAN / MAN
Yogyakarta III
1995-1999 Bapak Drs. M. Taslim (MAN Yogyakarta 3)
1999-2003 Bapak Drs. H. Sukardi (MAN Yogyakarta 3)
2003-2008 Ibu Dra. Sri Suwartiyah (MAN Yogyakarta 3)
2008-2010 Bapak Mulyadi, S.Pd., M.A. (MAN Yogyakarta
3)
2010-
sekarang
Bapak Drs. Suharto (MAN 3 Yogyakata)
Tabel di bawh ini adalah lokasi yang pernah di tempati PGAN
Yogyakarta mulai tahun 1950-sekarang:
54
Tabel IV
Tahun Lokasi / tempat
1950-
1954
Di jalan Malioboro (sekarang menjadi Toko Sami
Jaya)
1954-
1972
Di jalan Ketanggungan (Mu’allimin) dan sebagian
di Semaki jalan Kapas yang sekarang ditempati
SD Muhammadiyah Yogyakarta
1972-
1982
Di jalan Magelang Km 4 sebelah selatan TVRI
Yogyakarta
1982-
sekarang
Di jalan Magelang Km 4 sebelah selatan TVRI
Yogyakarta
Dalam perkembangannya, MAYOGA untuk Daerah Istimewa
Yogyakarta ditetapkan sebagai MAN MODEL, dengan SK Dirjen
Lembaga Islam Departemen Agama RI No.E.IV/PP.00.6/KEP/17.A/98.
B. Letak Geografis
MAN YOGYAKARTA 3 (MAYOGA) terletak di jalan Magelang
km 4. Secara geografis, berikut adalah batas-batas wilayah MAYOGA:
a. Wilayah bagian timur berbatasan dengan MIN Yogyakarta I
b. Wilayah bagian selatan berbatasan dengan MTsN Yogyakarta I
c. Wilayah bagian barat berbatasan dengan kantor kelurahan Sinduadi
55
d. Wilayah bagian utara berbatasan dengan TVRI
C. Identitas Sekolah
a. Nama Madrasah : MADRASAH ALIYAH NEGERI 3
YOGYAKARTA
disingkat MAN YOGYAKARTA 3
(MAYOGA)
b. Alamat Madrasah :
1) Jalan : Jl. Magelang KM 4 Yogyakarta
2) Desa/Kelurahan : Sinduadi
3) Kecamatan : Mlati
4) Kabupaten : Sleman
5) Propinsi : Daerah Istimewa Yogyakarta
6) Kode Pos : 55284
7) Telepon/Faksimili : (0274) 513613
8) Website : www.mayoga.net
c. Status Madrasah : Negeri
56
d. N S M : 311340406008
e. Tahun Berdiri : PGA 1950, MAN Yogyakarta 3 1992
D. Visi
Visi mutlak harus dimiliki oleh setiap sekolah yang menerapkan
manajemen berbasis sekolah. Visi adalah wawasan yang menjadi sumber
arahan bagi sekolah dan digunakan untuk memandu perumusan misi
sekolah. Dengan kata lain visi adalah gambaran masa depan yang
diinginkan oleh sekolah yang bersangkutan dapat menjamin kelangsungan
hidup dan perkembangannya. Adapun MAN Yogyakarta 3 mempunyai
visi mendidik siswa agar menjadi ULTRAPRIMA (membentuk siswa
menjadi unggul, terampil dan berkepribadian matang). Oleh karena itu
berbagai cara untuk mencapai Visinya, salah satunya dengan
menggunakan konsep School Based Management, yaitu manajemen yang
memberikan kebebasan kepada sekolah untuk mengatur dirinya sendiri
sesuai kebutuhan.
Unggul maksudnya MAN Yogyakarta 3 mempunyai target
siswanya menjadi orang yang mempunyai prestasi non akademik,
memiliki kemampuan yang memadai dalam penugasan komputer, bahasa
dan sebagainya. Untuk meraih target ini salah satu cara yang di tempuh
yaitu dengan menjadi pendidikan aplikasi komputer sebagai mata
pelajaran intrakurikuler, serta mengoptimalkan MEC (MAYOGA English
Club).
57
Terampil, maksudnya MAN Yogyakarta 3 mempunyai target
siswanya memiliki keterampilan hidup, berjiwa wirausaha, menguasai
prinsip-prinsip ketrampilan mabelair, tata busana, komputer, dan lain-lain.
Diantaranya mengoptimalkan penyelenggaraan dan pengelolaan program
keterampilan dengan konsentrasi pada bidang industri mabelair, tata
busana dan teknisi komputer serta mengoptimalkan pemanfaatan
workshop sebagai laboratorium tempat belajar sekaligus tempat bekerja.
E. Misi
Misi adalah tindakan untuk mewujudkan atau merealisasikan visi
tersebut. Dengan kata lain, misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi
tuntunan yang di tuangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya.
Adapun misi MAN Yogyakarta 3 adalah:
1) Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas, berbudaya
keunggulan, kreatif, inovatif dan menyenangkan.
2) Membekali siswa dengan life skill, baik general life skill maupun
specific life skill.
3) Memadukan penyelenggaraan program pendidikan umum dan
kejuruan dengan pendidikan agama.
4) Menghidupkan pendidikan ber-Ruh Islam, menggiatkan ibadah,
memperteguh keimanan dan akhlakul karimah.
5) Meningkatkan pengetahuan dan profesionalisme tenaga pendidik
dan kependidikan sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan.
58
6) Melaksanakan tata kelola madrasah yang efektif, efisien,
transparan dan akuntabel serta berwawasan lingkungan.
F. Tujuan Madrasah
1) Tujuan Umum
Adalah ingin menghasilkan manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, berkepribadian, mandiri,
tangguh, cerdas, kreatif, trampil, disiplin, beretos kerja, profesional,
bertanggungjawab, produktif, sehat jasmani dan rohani, memiliki
semangat kebangsaan, cinta tanah air, kesetiakawanan sosial, kesadaran
akan sejarah bangsa dan sikap menghargai pahlawan, serta berorientasi
masa depan.
2) Tujuan Khusus MAN Yogyakarta
MAN Yogyakarta 3 sebagai MAN MODEL, dipersiapkan sebagai
figur sentral yang menjadi contoh dan pusat pemberdayaan madrasah
sejenis, baik negeri maupun swasta.
MAN MODEL dikembangkan untuk mencapai keunggulan bagi
para lulusannya. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai
perlakuan, baik dalam sistem seleksi calon siswa maupun dalam proses
pembelajaran.
MAN MODEL sebagai sekolah Unggulan harus menampilkan
kinerja yang memiliki karakteristik : Populis-Islami-dan Berkualitas.
59
Secara khusus MAN Yogyakarta 3 sebagai madrasah Aliyah Model
bertujuan menghasilkan keluaran pendidikan yang memiliki keunggulan
dalam hal :
a) Keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
sebagai sekolah yang berciri khas Islam.
b) Nasionalisme dan patriotisme yang tinggi.
c) Wawasan iptek yang mendalam dan luas.
d) Motivasi dan komitmen yang tinggi untuk mencapai prestasi dan
keunggulan serta memiliki kepribadian yang kokoh.
e) Kepekaan sosial dan kepemimpinan
f) Disiplin yang tinggi dan ditunjang oleh kondisi fisik yang prima.
G. Keadaan Siswa
Pada tahun 2014/2015 jumlah siswa MAN Yogyakarta 3 mencapai
647 siswa, yang terdiri dari 243 siswa laki-laki dan 404 siswa perempuan.
Jumlah kelas X secara keseluruhan adalah 241 siswa, jumlah kelas XI 212
siswa dan kelas XII mencapai 194 siswa. Untuk lebih jelasnya akan di
paparkan dengan perinciang sebagai berikut:
Data siswa MAN Yogyakarta 3 tahun pelajaran 2014/2015
Tabel V
No Kelas Jumlah Siswa Jumlah Total
Putra Putri
1 XA 10 21 31
2 XB 10 16 26
3 XC 10 19 29
60
4 XD 10 20 30
5 XE 10 20 30 241
6 XF 9 22 31
7 XG 12 18 30
8 XH 10 24 34
9 XI IPA I 7 21 28
10 XI IPA II 8 20 28
11 XI IPA III 12 17 29
12 XI IPS I 10 17 27 212
13 XI IPS II 11 16 27
14 XI IPS III 12 15 27
15 XI IPS IV 15 13 18
16 PK 15 3 18
17 XII IPA I 5 15 20
18 XII IPA II 5 15 20
19 XII IPA III 6 14 20
20 XII IPA IV 8 12 20 194
21 XII IPS I 9 10 19
22 XII IPS II 6 25 31
23 XII IPS III 14 10 24
24 XII PK 12 12 24
JUMLAH 243 404 647 647
H. Progam Ekstrakulikuler
1. Mayoga English Club
2. Korps Da’i
3. Tonti- Pmr
4. Olimpiade Mapel
61
5. Jurnalistik
6. Pecinta Alam
7. Teater
8. Paduan Suara
9. Musik Islami
10. Dekorasi
11. Sepak Bola
12. Pencak Silat
13. Tae Kwondo
14. Tenis Meja
15. Basket
16. Bulu Tangkis
17. Pramuka
I. Ekstrakurikuler Pramuka
Gerakan pramuka di sekolah Merupakan sebuah gerakan yang
berada di luar jam pelajaran sekolah, yang berstatus sebagai kegiatan
ekstrakurikuler yang bersifat wajib yang dilaksanakan pada hari sabtu
pukul 14.30 WIB dan diikuti oleh siswa kelas X, XI MAN Yogyakarta 3.
Kegiatan pramuka di MAN Yogyakarta 3, merupakan salah satu kegiatan
eksrakurikuler yang ada di MAN Yogyakarta 3, adalah kegiatan jangka
pendek dan kegiatan jangka panjang, dan bentuk kegiatan jangka panjang
adalah kemah akhir tahun yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali, dan
beberapa event perlombaan yang diselanggarakan oleh pangkalan, kwartir
62
ranting, ataupun kwartir cabang gerakan pramuka Daerah Istimea
Yogyakarta
Kegiatan Pramuka di MAN Yogyakarta 3 dibina oleh dua orang
pembina yang berlatar belakang memiliki kemampuan kepramukaan yang
baik dan telah mengikuti KMD. Satu ibu Faila sufah dan Ka’ Dewo atau
dengan nama panjang Dewontoro.
Selanjutnya dari beberapa kegiatan kepramukaan yang telah diikuti
oleh anggota pramuka MAN Yogyakarta 3 memiliki prestasi yang pernah
diraih, Seperti Menjadi Juara II Dalam kemah bakti sosial se-DIY.2
2 Hasil wawancara dengan pembina Pramuka MAN Yogyakarta 3 23 Januari
2016 .
63
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI MAN YOGYAKARTA
3
A. Baris-Berbaris
1. Pelaksanaan
Baris-berbaris adalah salah satu bentuk latihan fisik, yang
diperlukan guna menanamkan kebiasaan dalam tata cara kehidupan
yang di arahkan kepada terbentuknya suatu perwatakan tertentu.
Maksud dan tujuan digunakannya baris berbaris sebagai alat pendidikan
karakter adalah menumbuhkan sikap jasmani yang tegap tangkas, rasa
persatuan, disiplin dan tanggung jawab.1
Yang dimaksud dengan menumbuhkan sikap tegas tangkas
adalah mengarahkan pertumbuhan tubuh untuk tugas pokok, sehingga
secara jasmani dapat menjalankannya dengan sempurna. Kemudian
yang dimaksud adanya rasa senasib sepenanggungan serta ikatan yang
sangat diperlukan dalam menjalankan tugas. 2 Lalu yang dimaksud
dengan disiplin yaitu mengutamakan kepentingan tugas di atas
kepentingan pribadi yang pada hakikatnya tidak lain dari keikhlasan
penyisihan hati sendiri. Dan yang dimaksud rasa tanggung jawab adalah
keberanian untuk bertindak yang mengandung resiko terhadap dirinya, 1 Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Karakter dan Kepramukaan, hal.173. 2 Hasil wawancara dengan Pak. Dewontoro MAN Yogyakarta 3, pada 30 Januari 2016.
64
tetapi menguntungkan tugas atau sebaliknya tidak mudah melakukan
tindakan-tindakan yang akan dapat merugikan.
“Pramuka meningkatkan kualitas sekolah; yaitu membantu anak-
anak disiplin, baris-berbaris sangat minim, baris-berbaris dan upacara
dapat menjadikan materi yang dapat di tekankan.”
Baris berbaris juga merupakan kegiatan yang menyenangkan untuk
siswa, seperti apa yang disampaikan oleh salah satu siswa MAN
Yogyakarta 3 “ salah satu kegiatan yang saya sukai adalah baris-berbaris,
karena bisa melatih otak dan sangat menyenangkan.”3
Sesuai dengan penjelasan Zaelani di atas mengatakan bahwa kegiatan yang
mengandung manfaat, kegiatan baris-berbaris pada latihan pramuka
dengan kegiatan yang dapat melatih kepekaan dan kesigapan dalam
merespon aba-aba yang diberikan oleh pembina barisan.
2. Pembentukan karakter dalam kegiatan baris-berbaris :
a. Disiplin
Kegiatan baris berbaris merupakan kegiatan latihan fisik
yang dalam pelaksanaannya perlu didasari sikap disiplin, disiplin
di sini ditekankan pada sikap yang harus mematuhi aturan yang
berlaku sesuai dengan ketentuan yang berlaku, misalnya ketika
3 Hasil wawancara dengan siswa kelas XII MAN Yogyakarta 3, Zaelani , pada 30 januari 2016.
65
sikap siap posisi yang harus dilakukan harus sesuai dengan aba-aba
diberikan oleh pemimpin barisan.
b. Percaya Diri
Percaya diri merupakan sikap yang dimiliki oleh seseorang
yang percaya kepada kemampuannya sendiri, dalam konteks
pendidikan kepramukaan materi baris-berbaris, percaya diri disini
dimaksudkan: melatih siswa dalam sikap percaya diri dengan
latihan gerakan-gerakan cepat terhadap aba-aba yang diberikan
oleh pemimpin barisan, bertindak cepat percaya kepada diri sendiri
dan tidak menunggu teman lain melakukan gerakan. Hal ini
memberikan kebiasaan kepada siswa dalam mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.
c. Tanggung Jawab
Pada kegiatan latihan baris berbaris, harus terdapat seorang
pemimpin barisan dan peserta yang dipimpin, hal tersebut
merupakan latihan kepada siswa untuk mengemban amanah yang
diberikan masing-masing, mengembangkan nilai tanggung jawab
sebagai pemimpin, dan latihan bertanggung jawab menjadi peserta
atau anggota barisan untuk dipimpin.
d. Kepemimpinan
Suatu barisan harus terdapat seorang pemimpin pasukan
untuk mengkoordinir dan memberikan aba-aba dalam pelaksanaan
66
baris-berbaris, setiap anggota pasukan harus mampu mengikuti
aba-aba yang diberikan oleh pemimpin pasukan. Jadi dalam
kegiatan baris-berbaris tidak hanya sekedar belajar menjadi
pemimpin, tetapi juga membiasakan sikap siap untuk dipimpin.
B. Upacara
1. pelaksanaan
Upacara adalah serangkaian tindakan atau perbuatan yang ditata
dalam suatu ketentuan peraturan yang dilaksanakan atau diadakan
sehubungan dengan peristiwa penting, seperti upacara adat, upacara
pelantikan, upacara pembinaan tanda penghargaan, upacara peringatan,
dan upacara lainnya. 4
Upacara dalam gerakan pramuka diselenggarakan sebagai bentuk
pendidikan, di dalam upacara terdapat beberapa peraturan yang harus
ditaati dan dijalankan oleh seluruh peserta upacara. Saat upacara juga
terdapat bimbingan langsung dari pembina pramuka, bimbingan di sini
diartikan sebagai pengarahan tata urutan upacara dan pemberian sambutan
dari pembina upacara, pengarahan tata urutan upacara membiasakan
bersikap disiplin, teratur, tertib. Sedangkan sambutan dari pembina
upacara akan lebih bermakna untuk pramuka karena mendapatkan
sentuhan kata-kata pegarahan dari pembina upacara yang menggugah
semangat dan jiwa peserta upacara.
4 Jana T. Anggadiredja, Kursus Mahir Dasar Untuk Pembina Pramuka, hal. 43.
67
Dasar hukum upacara dalam gerakan pramuka menurut kwarit
nasional nomor 178 Tahun 1979 yaitu tentang petunjuk penyelenggaraan
upacara dalam gerakan pramuka mengandung unsur-unsur pokok sebagai
berikut:
1. Bentuk barisan yang digunakan oleh siswa disesuaikan dengan
perkembangan jiwa siswa.
2. Bentuk barisan upacara pada satuan penegak adalah lingkaran
karena perharian dan perkembangan jiwanya masih terpusat pada
orang tua atau pembina.5
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa pembina pramuka
adalah sosok penting dari tercapainya pembentukan karakter.
“Diharapkan baris-berbaris dan upacara dapat menjadikan materi
yang dapat di tekankan. Tetapi para siswa sudah memahami bahwa
upacara, tidak bersuara, dan hidmad”6
2. Pembentukan karakter dalam kegiatan upacara :
1. Semangat kebangsaan dan cinta tanah air
Dalam upacara gerakan pramuka dibacakannya pancasila yang
akan menambah rasa kecintaan terhadap bangsa dan negara
kesatuan Republik Indonesia.
5 Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Karakter dan Kepramukaan, hal. 178. 6 Hasil wawancara dengan pak dewontoro MAN Yogyakarta 3, 30 januari 2016
68
2. Disiplin
Untuk kedisiplinan siswa perlu di mulai dengan prinsip yang sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional, yakni demokratis, sehingga
peraturan disiplin perlu berpedoman pada hal tersebut, yakni dari, oleh
dan untuk siswa sedangkan guru Tut Wuri Handayani. 7
Disiplin merupakan tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan
patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Dalam upacara terdapat
peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan dan harus dilaksanakan,
misalnya bersikap siap saat upacara dimulai, sikap hormat saat bendera
merah putih dikibarkan, dan sikap istirahat saat pembina upacara
sedang memberikan sambutan. Hal tersebut dapat membiasakan siswa
bersikap disiplin tidak hanya dalam latihan pramuka, tetapi juga
memberikan pembinaan pada kehidupan sehari-hari tentang
kedisiplinan.
3. Meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
4. Dapat memimpin dan dipimpin
5. Membangun ketertiban dalam hidup
6. Belajar dipimpin dan memimpin
7. Dilakukan dalam suasana yang khidmat.
7 Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal. 172.
69
C. Permainan
1. Pelaksanaan
Membina pramuka penegak berarti mendalami dunia penegak,
dunia anak yang perlu diterjuni baik secara psikis maupun pendekatan
lainnya. Untuk itu, perlu dikenal dasar kodrati dan didaktis, pertumbuhan
dan perkembangannya dalam rangka memantau anak memperoleh
perkembangan sumber daya manusia yang optimal. Dengan demikian
selayaknya hubungan yang terjadi antara siswa dan pembinanya adalah
hubungan kemitraan yang bersifat edukatif.8 Demikian seorang pembina
pramuka penegak haruslah mendalami keadaan siswa, memahami
kebutuhan siswa, dan menyesuaikan diri, menjadi pembina aktif dan
mampu menjadi seorang sahabat, tentunya dalam bentuk yang edukatif.
Oleh karena itu dalam kegiatan kepramukaan juga terdapat
permainan-permainan yang menyenangkan serta mengandung nilai
pendidikan agar kegiatan lebih menyenangkan dan tidak membosankan
untuk siswa seorang pembina pramuka harus kreatif dalam memberikan
permainan, didalamnya tidak hanya kegiatan yang membuat siswa tertarik
dan antusias, tetapi mengandung nilai karakter untuk ditanamkan kepada
siswa.
8 Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Karakter dan Kepramukaan, hal. 190.
70
Permainan dalam kepramukaan bukan seperti permainan biasanya,
tetapi permainan yang bermakna dalam mengembangkan nilai karakter
siswa.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam permainan kepramukaan adalah:
1. Permainan harus mengandung unsur kesehatan, sehat di dalam
kepramukaan adalah sehat jasmani dan rohani.
2. Permainan juga harus mengandung unsur kebahagiaan.
3. Permainan juga harus mengandung unsur tolotng menolong, kerja
sama, menghargai orang lain, berani berkorban untuk orang lain.
4. Permainaan juga harus mengandung unsur yang bermanfaaat.
5. Permainan juga harus tetap dapat mengembangkan kecerdasan
spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan fisik.
6. Permainan harus senantiasa menarik, aman, dan nyaman.
Permainan yang bersifat kompetitif akan lebih baik.9
2. Pembentukan dalam kegiatan Permainan
Nilai karakter yang di kembangkan yang dikembangkan dalam
permainan pada kegiatan pramukaan, dapat dissuaikan oleh pembina
pramuka sesuai dengan kebutuhan siswa, misalnya dilakukan oleh
pembina pramuka MAN Yogyakarta 3 “ tanggap bencana” pada ersebut
9 Jana T. Anggadiredja, Kursus Mahir Dasar Untuk Membina Pramuka, hal.43.
71
pembina memberikan suatu permasalahan dalam permainan tersebut,
dan kemudian siswa diberikan tugas melakukan apa saja saat terjadinya
bencana alam tersebut, setelah permainan tersebut berahir maka siswa
dan pembina mengulas serta berdiskusi mengambil intisari dari
kejadian-kejadian tersebut yang baru saja dialaminya. Nilai-nilai yang
dikembangkan dapat diulass bersama dan diselingi dengan memberikan
nasehat-nasehat kepada siswa.10
D. Pertemuan
1. Pelaksanaan
Pertemuan siswa atau forum siswa adalah suatu wadah yang
digunakan untuk kegiatan bersama oleh pramuka demi tercapainya
tujuan pendidikan gerakan pramuka. Maksud dari pertemuan adalah
memberi kegitan yang bernilai pendidikan dengan cara yang bervariasi,
menarik, menggembirakan, tidak membosankan sehingga para pramuka
mampu berswadaya, mampu memenuhi hidupnya dan mampu
membentuk keluarga, masyarakat sekitar untuk mencapai
kesejahteraan.11
10 Hasil wawancara dengan pembina pramuka, Pak Dewontoro pada tanggal 30 Januari 2016. 11 Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Karakter dan Kepramukaan, hal. 190.
72
Pertemuan-pertemuan pramuka penegak:
a. Pesta penegak
Pesta penegak merupakan kegiatan pertemuan yang dilakukan oleh
pramuka penegak, didalamnya terdapat kegiatan-kegiatan yang
disesuaikan dengan kegiatan penegak, misalnya seperti kegiatan
perlombaan, kegiatan, bakti, kegiatan permainan. Kegiatan-kegiatan
tersebut dikelola oleh anggota dewasa dan anggota penegak menjadi
pesertanya. MAN Yogyakarta 3 beberapa kali mengikuti kegiatan
penegakm diantaranya yang rutin di ikuti yaitu pesta penegak tingkat
DI. Yogyakarta.
b. Bazar penegak
Bazar penegak pernah dilakukan oleh pramuka MAN Yogyakarta
3, yaitu mereka menjual hasil karya mereka kepada masyarakat. Selain
mereka berpengalaman dalam melakukan jual beli, merekapun juga
mendapat pengalaman membuat hasil karya yang bermanfaat.
c. Persari, persari bisa berupa :
1) Pendalaman dwi stya dan dwi darma
2) Kegiatan permainan
3) Kegiatan keterampilan.
73
d. Wisata penegak
Wisata penegak adalah suatu acara berjalan atau dengan kendaraan
melihat pemandangan indah, objek wisata, museum dan sebagainya.
Namun dalam wisata penegak juga terdapat nilai-nilai yang
mengandung pendidikan. Wisata tidak harus dilakukan di lokasi yang
jauh, tetapi wisata juga dapat dilakukan di lingkungan sekitar, dikemas
dalam kegiatan yang bersifat rekreatif dan ediukatif.
2. Pembentukan karakter dalam kegiatan pertemuan :
1) Meningkatkan perkembangan pribadi anak, dan sebagai pribadi
maupun makhluk sosial.
2) Mempererat rasa persaudaraan dan kekeluargaan
3) Memelihara persatuan dan kesatuan
4) Meningkatkan prestasi anak dan dibidang pemenuhan kebutuhan
hidup sehari-hari.
E. Perkemahan
1. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan diluar (alam terbuka) merupakan cara
efektif pembentukan watak siswa. Dengan berkemah, siswa bisa belajar
74
untuk menghargai kesederhanaan, menghindari pola hidup komsuftif
dan mempelajari keharmonisan.12
2. Pembentukan karakter dalam kegiatan pramuka :
1) Membina dan mengembangkan kemampuan fisik, mental,
intelektual, emosional, dan sosial siswa sebagai individu.
2) Meningkatkan ke-Takwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3) Toleransi, disiplin, kreatif, mandiri
4) Cinta tanah air, bersahabat, peduli lingkungan.
5) Peduli sosial, bertanggung jawab, bekerja sama, dan bergotong
royong.
6) Menjadi salah satu wadah untuk melakukan pengabdian kepada
masyarakat.
F. Perjalanan lintas alam atau pengembaraan
1. Pelaksanaan
Perjalanan lintas alam dikonsentrasikan pada survival
trining yang penuh dengan tantangan, dengan berbagai variasi :
1) Membaca peta
2) Menggunakan kompas
12 Novan Andy Wiyani, Pendidikan Karakter dan Kepramukaan, hal. 190.
75
3) Membuat peta perjalanan
4) Memecahkan sandi dan bahasa isyarat
5) Membaca tanda jejak
6) Menaksir tinggi pohon dan lebar sungai
7) Prakter p3k
8) Halang rintang.13
Pembina pramuka MAN Yogyakarta 3 telah menyampaikan
bebrapa materi yang disebutkan di atas, dikemas semenarik mungkin
yang tak lupa di dalamnya dimasukkan nilai-nilai pendidikan,
misalnya pada materi praktek p3k, dilakukan permainan dengan judul
“tanggap bencana”, membuat peta perjalanan dengan dipadukan lintas
alam sekitar.
2. pembentukan karakter dalam kegiatan pengembaraan :
1) Kepemimpinan
2) Demokrasi
3) Kekompakan dalam tim
4) Kemandirian
5) Percaya diri
13 Jana T. Anggaderedja, Kursus Mahir Dasar Untuk Pembina Pramuka. Hal. 56.
76
6) Keterampilan dan keangkasan
7) Administrasi dan pembinaan tugas
8) Pengetahuan dan pengalaman.
Di bawah ini adalah sebagian dari aplikasi pramuka yang berkaitan
dari karakter seorang siswa, serta upaya pembina pramuka menanamkan nilai-
nilai karakter di MAN Yogyakarta 3
1. Sistem among
Salah satu metode yang digunakan dalam sistem among adalah
cara pelaksanaan di dalam gerakan pramuka. Sistem among adalah hasil
pembinaan Raden Mas Suwardi Suryaningrat atau dikenal sebagai Ki
Hajar Dewantara, Bapak pendidikan dan pendiri pendidikan taman siswa.
Ki Hajar Dewantara, menjabat menjadi menteri pendidikan pada kabinet
RI yang pertama. Ki Hajar Dewantara lahir pada tanggal 2 mei 1889, dan
wafat pada tanggal 28 april 1959. Kata among berarti mengasuh atau
menjaga. Dan orang yang melakukannya disebut pamong, sistem among
sesuai dengan pembinaan Ki Hajar Dewantoro adalah “ing ngarso sung
tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani”, yang mempunyai
arti di depan memberi teladan, di tengah ikut membangun atau melakukan,
dan di belakang memberi dorongan atau bantuan ke arah kemandirian. 14
14 Andri Bob Sunardi, Boyman Latihan Ragam Latihan Pramuka, (Bandung: Nuansa Muda, 2010), hal. 62.
77
Kegiatan kepramukaan sistem among merupakan pondasi yang
harus dipegang oleh pembina pramuka. Dalam berinteraksi dengan siswa,
pembina tidak pernah terlepas dari prinsip dasar kepramukaan, metode
kepramukaan dan sistem among. Pembina pramuka harus mampu
menempatkan diri di mana dia berada, di mana saat dibutuhkan sebagai
teman, sebagai patner, atau sebagai pengajar. Pramuka MAN Yogyakarta
3 adalah pramuka penegak, dan pembia pramuka berusaha masuk kedalam
dunia penegak, seperti yang telah disampaikan oleh waka kesiswaan,
bahwasannya para siswa telah memiliki kedekatan yang cukup baik
dengan pembina pramuka. Pembina mampu mengendalikan siswa sesuai
dengan kebutuhannya. Mampu menjadi contoh untuk siswa. Misalnya,
memberikan sanksi kepada siswa yang terlambat, atau memberi sanksi
kepada siswa yang tidak menggunakan seragam lengkap. Akan tetapi
sanksi yang diberikan merupakan sanksi yang mengandung nilai
pendidikan, selain itu juga memberikan reward kepada siswa yang
berprestasi, memberikan semangat dan dorongan kepada peserta yang
kurang bersemangat dalam mengikuti latihan rutin setiap sabtu.
2. Mengelola satuan pramuka
Gerakan pramuka dalam usahaya adalah membuat kegiatan yang
menarik bagi anggota pramuka di bawah bimbingan dan tanggung jawab
orang dewasa. Berpijak dari hal tersebut, beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam mengelola satuan gerakan pramuka, dalam
78
pembahasan ini penulis mengerucutkan pada hasil penulisan yaitu satuan
gerakan pramuka :
a. Setiap 10 siswa dipimpin oleh seorang pemimpin baru dari
40 siswa
b. Ibu Faila dan kak Dewo adalah panggilan dari pembina.
c. Kak Zulfa dan kak Ali adalah panggilan bagi pembantu
pembina pramuka
d. Prinsip satuan terpisah wajib dilakukan
Sesuai dengan apa yang disampaikan poin-poin diatas oleh Bob
Sunardi, MAN Yogyakarta 3 telah menerapkan sesuai dengan teori di atas.
Selain hal-hal yang dilakukan di atas, pembina pramuka juga harus
memperhatikan administrasi pendidikan. Untuk sementara waktu ini
pembina pramuka MAN Yogyakarta 3 telah melakukan administrasi
berupa presensi.
3. Menciptakan kegiatan yang menarik, menyenangkan, dan mengandung
nilai-nilai pendidikan.
Sasaran yang ingin dicapai dengan penggunaan metode ini ialah
siswa merasakan bagaimana menyusun acara kegiatan, bagaimana
melaksanakan sesuatu kegiatan, proses apa saja yang harus dilakukan bila
terjadi hambatan dan upaya apa yang dapat mengatasi serta apa yang
mereka rasakan bila mana kegiatan yang dilakukan berhasil dengan baik.15
15 Jana T. Anggadireja, kursus mahir dasar untuk pembina pramuka, hal.91.
79
4. Memahami siswa dan kebutuhannya
Pembina pramuka harus berusaha menyajikan kegiatan yang dapat
menarik minat peesrta didik yang sesuai dengan tuntunan kebutuhan
mereka. Untuk memenuhi keperluan ini maka pembina pramuka perlu
memahami tugas perkembangan siswa yang dibinanya agar kegiatan yang
disajikan dapat mengembangkan aspek-aspek psikologi yang berkembang
pada siswa.16
Di bawah ini adalah proses pembentukan karakter yang dilakukan
pembina pramuka MAN Yogyakarta 3 sesuai dengan sistem among,
mengelola satuan, menciptakan kegiatan yang menarik, menyenangkan,
dan mengandung nilai pendidikan, serta memahami siswa dengan
kebutuhannya:
1) Rekreasi dan mengisi waktu dengan kegiatan yang positif.
Rekreasi tidak hanya sekedar berkunjung pada suatu tempat yang
indah atau unik, tapi dalam kegiatan ini perlu dikembangkan cara-cara
menulis laporan singkat, tentang apa yang disaksikan kemudian dijadikan
bahan diskusi. Demikian pula dengan mengisi waktu dengan kegiatan
yang positif, yaitu salah satunya dengan kegiatan kepramukaan.
Kegiatan kepramukaan di MAN Yogyakarta 3 dilaksanakan sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan oleh pihak sekolah disesuaikan
dengan kegiatan ekstrakurikuler yang lainnya. Dilaksanakan setiap hari
16 Ibid, hal.86.
80
sabtu dimulai pada pukul 14:30 – 16:30, sesuai dengan penjelasan Ibu
Faila Sufa, di bawah ini :
“kegiatan latihan dilaksanakan setiap satu minggu sekali dimulai
pada pukul 14:30 sampai 16:30, kegiatan dimulai dengan berdoa,
lalu cek kesiapan peserta dari kerapian dan secara mental lalu
dimulai dengan upacara sebagai opening. Lalu dilanjutkan dengan
materi di kelas.17
Pada penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kegiatan ekstrakurikuler pramuka memberikan kegiatan yang positif
dan mengandung nilai-nilai pendidikan, dikemas dalam kegiatan yang
menyenangkan disesuaikan dengan usia siswa, sehingga menjadi
kegiatan rekreatif dan tidak membosankan.
Selain itu, kegiatan perlombaan dan kegiatan pertemuan
dengan anggota pramuka dari sekolah lain juga memberikan kegiatan
yang bermanfaat kepada siswa MAN Yogyakarta 3, memberikan
pengalaman untuktampil di depan umum dan memberikan kesempatan
untuk berprestasi dibidang ketrampilan kepramukaan maupun non
kerpamukaan.
2) Organisasi siswa
Organisasi siswa dapat menyediakan sejumlah program dan
tanggung jawab yang dapat mengarahkan siswa pada pembinaan
17 Hasil wawancara dengan pembina pramuka, Pak Dewontoro pada tanggal 23 januari 2016.
81
hidup berorganisasasi.18 Beberapa kegiatan yang ditekankan oleh
pembina pramuka MAN Yogyakarta 3 yaitu kepemimpinan
berorganisasi, belajar dipimpin dan memimpin, kedisiplinan
pribadi maupun kelompok, hal itu seperti apa disampaikan oleh
Pak Dewo.
“hal yang perlu ditingkatkan yaitu memberikan kemandirian
kepada anak, agar mereka tau tangung jawab, jadi salah satunya
pramuka diharapkan memberikan sumbangan, dimulai dari yang
dibawa, seperti seragam, sepatu, handuk, dan sebagainya.19
Berorganisasi memberikan manfaat yang besar kepada
siswa ketika dewasa kelak, membiasakan hidup saling menghargai
dan memiliki sikap optimisme yang besar, hal ini sesuai dengan
apa yang disampaikan Pak Dewo sesuai dengan pengalaman
beliau.
3) Kurikulum
Menurut hasil wawancara dengan ibu faila sufa yang
penulis lakukan, salah satu alasan mengapa sekolah mewajibkan
ekstrakurikuler kepada siswa MAN Yogyakarta 3 yaitu karena
ekstrakurikuler sangat membantu pihak sekolah dalam peningkatan
akhlaq siswa, selain itu pramuka adalah salah satu sekstrkurikuler
18 Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Karakter Kepramukaan, (Yogyakarta : Citra Aji Parama, 2012) hal.173.
19 Hasil wawancara dengan pembina pramuka, Pak Dewontoro pada tanggal 23 januari 2016.
82
yang diwajibkan oleh pihak yayasan. Dari apa yang telah
disampaikan oleh pembina pramuka di atas. Bahwasannya
ekstrakuikuler pramuka selain program dari yayasan yang
menaungi MAN Yogyakarta 3 juga karena ekstrakurikuler
pramuka merupakan ekstrakurikuler yang diwajibkan pada
kurikulum 2013. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan
oleh menteri pendidikan dan kebudayaan, Muhammad Nuh pada
rapat besar soal kurikulum 2013:
“Di dalam kurikulum 2013 ini kita buat segitiga utuh, yaitu
kurikuler, ekstra kurikuler, dan ku-rikuler. Itu utuhlah, di ekstra
kurikuler kita diwajibkan yang namanya pramuka. Pramuka ini
wajib dalam ekstrakurikuler sehingga setiap sekolah itu harus
menyiapkan kepramukaan, dan itu kita melakukan revitalisasi.”.
Muhammad Nuh juga memberikan alasan mengapa
ekstraurikuler diwajibkan di seluruh sekolah yang ada di Indonesia,
beliau mengatakan mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam
kegiatan kepramukaan yang dapat membentuk karakter siswa.
Terdapat nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam kegiatan
kerpamukaan yang tidak cukup hanya dalam kegiatan
pembelajaran di kelas tetapi di luar kelas, bahkan sampai ke kancah
dunia.
83
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam Bab III, maka dapat disimpulkan bahwa
pembentukan karakter siswa melalui kegiatan pramuka di MAN Yogyakarta 3
telah berhasil dalam pelaksanaannya dengan menerapkan serta
mengaplikasikan kegiatan pramuka yang mengandung karakter siswa.
Sehingga siwa sendiri dapat melaksanakan kegiatan di lingkungan sekolah
maupun dilingkungan sosial sesuai dengan karakter yang telah disebutkan di
Bab III tersebut. Dalam pelaksanaannya kegiatan ekstrakurikuler pramuka
berjalan dengan prosedural pramuka di Indonesia dengan kegiatan baris-
berbbaris, upacara, pertemuan, permainan, perkemahan dan perjalanan lintas
alam dapat membentuk karakter seorang siswa di MAN Yogyakarta 3.
Dari segi prestasi pun siswa MAN Yogyakarta 3 mempunyai predikat
yang baik sehingga banyak para siswa yang bersaing secara sehat untuk
meraih prestasi yang bagus, baik dalam hal prestasi individu maupun prestasi
sekolah.
B. Saran-Saran
Berdasarkan hasil penulisan saran yang disampaikan oleh penulis
adalah sebagai berikut:
84
1. Diharapkan pembina dapat memberikan dorongan kepada siswa sesuai
dengan gerakan pramuka yaitu membimbing dan mendidik anak-anak dan
pembentukan Indonesia agar menjadi manusia berkepribadian, berwatak,
dan berbudi pekerti luhur.
2. Diharapkan adanya komunikasi yang baik antara pihak sekolah dengan
pramuka, agar tujuan dari pendidikan karakter dapat tercapai sesuai tujuan,
dan mendapatkan dukungan dari semua pihak.
3. Pembina pramuka hendaknya membuat program kerja berkala jangka
pendek dan jangka panjang, agar dalam melaksanakan pembinaan
memiliki silabus sehingga kegiatan dapat terarah sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai.
4. Kepala sekolah hendaknya menambah jam kegiatan sehingga dapat
mendukung kegiatan kepramukaan dan dapat memaksimalkan upaya
pembentukan karakter siswa.
C. KATA PENUTUP
Puji Syukur kehadiran Allah SWT atas limpahan nikmat dan karunia-
Nya, yang senantiasa memberikan kemudahan dan kelancaran dalam
menyusun skripsi ini. Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi
ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembicara mengenai
penulisan dan penulisan skripsi ini.
85
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfat, bukan hanya kepada
penulis, melainkan juga bagi pihak pembina pramuka dan warga sekolah
MAN Yogyakarta 3 serta semua pihak. Semoga karya ini dapat menjadikan
pijakan untuk dilakukan kajian lebih lanjut dan lebih mendalam demi
peningkatan mutu pendidikan dan kerpamukaan.
86
Daftar Pustaka
Agus zaenul fitri, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai Dan Etika Di Sekolah, yogyakarta; arruz media, 2012.
Andri Bob Sunardi, Boyman Ragam Latihan Pramuka, (Bandung: Nuansa Muda, 2010)
Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka. SK Kwarnas No. 203 Th. 2009.
Aqib Zainal, Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa (Bandung: Yrama Widya, 2011)
Asmaun sahlan & Angga teguh Prastyo, Desain Pembinabelajaran Berbasis Pendidikan Karakter, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media),
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995)
Hasil wawancara dengan pak dewontoro MAN Yogyakarta 3, 30 januari 2016
Heri gunawan, Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasi, (bandung: alfabeta, 2012).
Hidayatullah, M. Furqo, Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa, (Surakarta: Yuma Pressindo, 2010),
Indra Djati sidi, Menuju Masyarakat Belajar; Menggagas Paradigma Baru Pendidikan(Jakarta: Pramadina, 2011)
Jana T. Anggadiredja, Kursus Mahir Dasar Untuk Pembina Pramuka
Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (jakarta: PT Bumi Aksara, 2012)
Mustakim Bagus, Pendidikan Karakter Membangun Delapan Karakter Emas Menuju Indonesia Bermartabat. (Yogyakarta: Samudra Biru, 2011)
Novan Ardy Wiyani, Pendidikan karakter dan kepramukaan
Presiden Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 131 Tentang Gerakan Pramuka.
Sakronah, Buku Saku Penegak, (Bandung : Cv. Nuansa Aulia, 2013)
Sarjono dkk, Panduan Penulisan Skripsi, (Yogyakarta; jurusan pendidikan agama islam, fakultas tarbiyah uin sunan kalijaga, 2008)
Sugiyono, Metode Penulisan Kualitatif Kuantitatif Dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2008)
87
Sudirjo, Penulisan Kurikulum, (Yogyakarta: IKIP YK, 1987)
Suntoyo, Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Teori Dan Praktik, (Yogyakarta: UNY press, 2011.
Tim penulisan program DPP Bakat Minat dan Ketrampilan Fakultas tarbiyah dan keguruan UIN Sunan kalijaga Yogyakarta, Pendidikan Karakter. ( Yogyakarta: Aura Pustaka, 2012)
Trianto, Pengantar Penulisan Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan & Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), hal.278.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3.
Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995)
Zaenal Fitri Agus, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika Di Sekolah (Jakarta. Ar-Ruzz Media, 2012),
Pedoman Wawancara
1. Bagaimana kegiatan pramuka yang ada di Man 3 Yogyakarta?
2. Bagaimana proses pembentukan karakter melalui kegiatan ektrakurikuler pramuka?
3. Bagaimana peran pembina dalam kegiatan pramuka sebagai wadah pembentukan
karakter siswa?
4. Bagaimana stratedi pembina dalam menanamkan nilai-nilai karakter nilai karakter
siswa?
5. Apa faktor pendukung dan penghambat dlam kegiatan pramuka?
6. Sejauh mana efektifitas peran pramka dalam meningkatkan karakter siswa?
7. Bagaimana komentar guru, siswa, dan masyarakat tentang eksrakurikuler pramuka?
8. Mengapa sekolah mewajibkan ekstrakurikuler pramuka di Man 3 Yogyakarta?
9. Kegiatan apa saja yang dilaksanakan pada ekstrakurikuler pramuka?
10. Prestasi apa saja yang telah di raih siswa melalui kegiatan pramuka?
Nama
Nomor
Tempat
Program
Lulus T
Alamat
Nomor
Di serta
Syarat p
1. B2. B3. B4. I
p5. M
B
Induk Maha
& Tanggal
m Studi
Tanggal
HP
ai
pengambilan
Bukti pembBukti surat Bukti PengaIjazah dapatpelaksanaanMahasiswa
BLANGKO
NOMOR
asiswa
Lahir
n ijazah :
bagian skripsbebas perpuambilan togt diambil sen wisuda dimdatang send
O ISIAN PE
R IJAZAH
: M.
: 102
: Pek
: Bim
:
: DK
Peka
: 085
: 1. P
2. F
si untuk S1ustakaan UPga etelah wisudmaksud diri dengan
EMBUATA
H : UIN.02/P
Jihan baitor
220043
kalongan, 10
mbingan dan
K. Plumbon
alongan
5878810442
Pas foto war
Foto copy ij
PT UIN Sun
da dan paling
membawa s
Y
AN IJAZAH
PP.01.1/
rus
0 juni 1991
n Konseling
Rt/Rw 002/
2
rna ukuran 3
azah SLTA
nan Kalijaga
g lambat 6 (
syarat-syara
Yogyakarta,Pemo
M. Jiha1022
H DAN AKT
/
g Islam
/002, Windu
3x4 = 4 eks
A/Sederajat
a Yogyakart
(enam) bula
at tersebut d
, 23 Maret 2ohon,
an Baitorus 20043
TA
uaji, Paning
ta
an setelah
di atas
2016
ggaran,
Kegiat
v
tan Peng
gembaraaan
Kegiataan Hari S
v
Sabtu p
enyamppaian Maateri
Keg
v
giatan UUpacara
Kegiat
tan Perkkemanan
v
n
Curriculum Vitae
Data Pribadi
Nama : M. jihan Baitorus
Tempat, Tanggal lahir : Pekalongan, 10 Juni 1991
Agama : Islam
Alamat Rumah : Dk. Plumbon Rt/Rw 002/002, Ds.Winduaji, Kec.Paninggaran, Kab.Pekalongan
Nomor Telepon : 085878810442
Email : interistime@gmail.com
Riwayat Pendidikan
Tahun 1997-2003 : SD. Winduaji 01 Kec. Paninggaran, Kab. Pekalongan
Tahun 2003-2006 : SMP 1 Paninggaran
Tahun 2006-2009 : MA Ribatul Muta’allimin
Tahun 2010 sampai sekarang : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Demikian Curriculum Vitae yang dapat saya sampaikan. Untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Hormat saya,
M. Jihan Baitorus
top related