kekuatan hukum hadist
Post on 20-Jul-2015
239 Views
Preview:
TRANSCRIPT
nama kelompok:
1. Camilia alya k.
2. Koen garindra
3. mega
4. Rahadian f.
5. Rifa nadila
6. Siti asiyah
MACAM – MACAM HADIS DALAM KEKUATAN
HUKUM DAN CARA PENGAMALANNYA
Macam – macam hadis
1. Hadis
Mutawattir
2. Hadis
Masyhur
3. Hadis
Ahad
Kedudukan hadis sebagai sumber hukum islam
Sebagai sumber hukum islam, hadis berada satu tingkat di bawah al-Quran,
yang harus dijadikan sandaran berikutnya adalah hadis tersebut. Hal ini
sebagaimana ada di firman Allah Swt : Q.S al-Hasyr/59:7 yang artinya “ dan
apa – apa yang diberikan rasul kepadamu maka terimalah ia. Dan apa - apa
yang dilarangnya, maka tinggalkanlah.” Demikian pula firman Allah Swt,
dalam ayat lain : Q.S. an-Nisa /4:80 yang artinya “ Barangsiapa menaati Rasul
(Muhammad), maka sesungguhnya ia telah menaati Allah Swt. Dan
barangsiapa berpaling (darinya), maka (ketahuilah) kami tidak mengutusmu
(Muhammad) untuk menjadi pemeliharaan mereka.
Hadis juga menetapkan hukum baru yang tidak terdapat pada al-Quran.
1. Hadis mutawattir
Hadis yang diriwayatkan oleh banyak perawi dan sudah dipastikandiantara mereka tidak bersepakat dusta
Contoh hadis :
ه بن عمرو بن العاص رضي هللا عنهما أنه النهبيه صلهى الله وا عن عبد الله غه عني عليه وسلهم قال بلتع ثهوا عن بني إسرائيل ول حرج ومن كذب عليه مه ه من ولو آية وحد عد ليتبوهأ م النهارمدا
Daripada ‘Abdullah bin ‘Amru bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhu, bahawaRasulullah salallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sampaikanlah dariku walausatu ayat, dan ceritakanlah tentang Bani Israil tanpa perlu takut. Dan barangsiapa berbohong ke atasku dengan sengaja maka bersiaplah diamengambil tempat duduknya di Neraka.” (Riwayat Al-Bukhari)
2. Hadis masyhur
Hadis yang diriwayatkan oleh dua orang sahabat atau
lebih yang tidak mencapai derajat mutawwir namun
setelah itu tersebar dan riwayatkan oleh sekian tabiin.
Contoh hadis : hadis yang artinya “ orang islam adalah
orang - orang yang tidak meganggu orang lain dengan
lidah dan tangannya.”(h.r. bukhari, muslim dan tirmizi )
3. Hadis Ahad
Hadis yang diriwayatkan oleh satu atau dua perawi sehingga tidak
mencapai derajat muttawir. Hadis ini dibagi 4:
Hadis Sahih
Hadis Hasan
Hadis Da’if
Hadis Maudu’
Kekuatan hukum hadist
Sebagai sumber hukum islam, hadis berada satu tingkat dibawah al-quran.
Artinya jika sebuah perkara hukumnya tidak terdapat di dalam al-quran, yang
harus dijadikan sandaran berikutnya adalah hadis tersebut. Kekuatan hadits
sebagai sumber hukum ditentukan oleh dua segi yaitu segi kebenaran
materinya (wurudnya) dan kekutan sunnah yang mengikuti kebenaran
pemberitaannya apakah hadits itu mutawatir atau ahad. Hadits sebagai
sumber hukum Islam dimaksudkan sebagai tasyri’ (menetapkan hukum) yang
mencakup segala urusan dan permasalahan, apakah itu masalah ibadah,
makanan, minuman, politik, peradilan, keluarga dan seterusnya. Dan semua
hadits yang diriwayatkan dengan sahih dari Nabi Saw. adalah hukum-hukum
yang wajib diikuti sepanjang masa, selama tidak ada qarinah (indikasi) yang
menggugurkan kewajiban tersebut.
Memahami Kandungan Hadis dihubungkan dengan Fungsi Nabi Muhammad SAW.
1. Sebagai Rasulullah saw.
Dalam memahami hadis Nabi saw. seorang pencinta hadis harus memahami danmeneliti hadis Nabi tersebut, apakah hadis itu ketika diucapkan, beliau berkapasitassebagai Nabi atau Rasul?. Meskipun hal ini sulit untuk dilakukan tapi sangat dibutuhkandalam memahami hadis-hadis Rasulullah saw. Karena Nabi adalah manusia layaknyamanusia yang lain tentunya memiliki sifat sebagaimana manusia umumnya, yang terkadang keliru dalam mengambil sebuah kebijakan mengangkut masalahkeduniaan. Hal ini tergambar dalam sabda beliau sebagaimana yang diriwayatkanoleh Imam Bukhari “bahwasanya Ummu Salamah ra., istri Nabi saw, memberitakan dariRasulullah saw. bahwasanya beliau mendangar pertengkaran di (muka) pintu kamarbeliau. Maka beliau keluar menemui mereka, kemudian beliau bersabda:
إنما أنا بشر وإنه يأتيني الخصم لعل بعضكم أن يكون أبلغ من بعض أحسب أنه صدق أقضي له بذلك من قضيت له بحق مسلم إنما هي قطعة من النار ليأخذها أو ليتركه
Artinya: Sesungguhnya saya adalah manusia (seperti manusia lainnya). Sesungguhnyaorang yang terlibat pertengkaran mendatangi saya, maka mungkin saja sebagian darikalian (orang-orang yang bertengkar) lebih mampu (berargumen) daripada yang lainnya, maka saya (Nabi) menduga bahwa sungguh dia yang benar, lalu sayaputuskan (perkara itu) dengan memenangkannya. Barangsiapa yang telah sayaputusnya dengan (mengambil) hak sesama muslim, maka sesungguhnya keputusan ituadalah potongan bara api neraka, maka, (terserah) dia mengambilnya ataumenolaknya
2. Sebagai Kepala Negara atau Pemimpin Masyarakat
Dalam kehidupan bernegara, kehadiran seorang pemimpin adalah sesuatu yang sangat
penting untuk menjaga berbagai stabilitas baik politik, ekonomi, keamanan, maupun sosial.
Karenanya, setiap negara memiliki aturan tentang persyaratan untuk menjadi seorang
pemimpin. Menyangkut masalah kepemimpinan, Nabi saw selaku sebagai kepala negara
sangat memperhatikan masalah kepemimpinan. Nabi saw mengharuskan orang-orang
mukmin agar taat pada pemimpin walaupun pemimpin tersebut dari budak Habsyi. Nabi
juga mensyaratkan agar yang menjadi pemimpin adalah dari suku Quraisy. Hadis tentang
kepemimpinan dari suku Quraisy dapat ditemukan dalam kitab hadis yang diriwayatkan oleh
Imam al- Bukhari, Imam Muslim, Imam al- Tirmidzi, dan Imam Ahmad bin Hanbal.
..
3. Sebagai Hakim
Adakalanya suatu hadis dinyatakan Nabi saw dalam kapasitas beliau sebagai hakim atau manusialayaknya manusia yang lain. Sebagai contoh adalah hadis Nabi tentang keterbatasan pengetahuanhakim, berbunyi:
إنما أنا بشر وإنه يأتيني الخصم لعل بعضكم أن يكون أبلغ من بعض أحسب أنه صدق أقضي له بذلك من قضيت له بحقمسلم إنما هي قطعة من النار ليأخذها أو ليتركها
Artinya: Sesungguhnya saya adalah manusia (seperti manusia lainnya). Sesungguhnya orang yang terlibat pertengkaran mendatangi saya, maka mungkin saja sebagian dari kalian (orang-orang yang bertengkar) lebih mampu (berargumen) daripada yang lainnya, maka saya (Nabi) menduga bahwasungguh dia yang benar, lalu saya putuskan (perkara itu) dengan memenangkannya. Barangsiapayang telah saya putusnya dengan (mengambil) hak sesama muslim, maka sesungguhnya keputusanitu adalah potongan bara api neraka, maka, (terserah) dia mengambilnya atau menolaknya. (HR. Jama’ah). Apa yang berlaku bagi hakim sebagaimana yang dikemukakan oleh Nabi saw. tersebutbersifat universal. Akan tetapi, keputusan yang ditetapkan oleh hakim disuatu segi mungkin bersifatuniversal, temporal, ataupun lokal, sedangkan di segi yang lain, keputusan hakim itu mungkin benardan mungkin tidak benar. Dengan demikian, hadis Nabi tersebut dinyatakan oleh Nabi saw. dalamkapasitas beliau sebagai hakim.[15]
4. Sebagai Pribadi
Dalam kapasitas beliau sebagai manusia layaknya manusia yang lain, banyak pernyataan
Nabi saw, yang berkaitan dengan beliau ketika beliau menyabdakan hadis tersebut
layaknya manusia umumnya. Contoh;
أنه رأى رسول هللا صلى هللا عليه و سلم مستليا ي المسجد واضعا إحدى: عن عباد بن تميم عن عمه.رجليه على األخرى
Artinya: Dari Ubad bin Tamin dari pamannya (Abdullah bin Zaid) bahwasanya dia telah
melihat Rasulullah saw. Berbaring dalam mesjid sambil meletakkan kaki yang satu di atas kaki
yang lain. (HR. Bukhari,Muslim, dan Ahmad).
Secara tekstual, hadis di atas menunjukkan bahwa cara Nabi Saw. Berbaring dalam posisi
meletakkan kaki yang satu di atas kaki yang lain. Pada saat itu tampaknya Nabi sedangmerasa nyaman dengan berbaring dalam posisi seperti yang digambarkan oleh hadis di
atas, meletakkan kaki yang satu di atas kaki yang lain.Perbuatan itu dilakukan oleh Nabi Saw.
Dalam kapasitas beliau sebagai pribadi.
Pengamalan hadits Yang dimaksud pengamalan hadits adalah mengunakan hadits sebagai fungsinya yakni
sebagai hujjah, bayanul Al-Qur'an, ta'qidul-Qur'an dan manhajul ‘amaliyah . Adalah hadits
yang berkatagori hadits maqbul (yang diterima) yaitu; Hadits sahih, baik yang lizatihi
maupun yang ligairihi dan Hadits hasan baik yang lizatihi maupun yang ligairihi. Jadi Hadits
yang berkatagori hadits mardud (hadits da'if) tidak dapat diamalkan. Namun demikian,
menurut mayoritas ulama hadits (muhaditsin) tidak semua hadits maqbul tidak dapat
diamalkan semuanya. Hal ini bukan karena kurang kemaqbulannya namun karena sebab
yang lain. Oleh sebab itu, hadits maqbul itu dibagi dua bagian yaitu:
1. Hadits Maqbul wama'mulun bih (hadits yang diterima dan dapat diamalkan)2. Hadits Maqbul waghairu ma'mulun bih (hadits yang diterima tetapi tidak dapat
diamalkan)
a. Hadits Maqbul wama'mulun bih (hadits yang diterima dan dapat diamalkan)
top related