kel 3 - ag-1
Post on 23-Dec-2015
227 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Identitas Kelompok dan TutorKelompok : 3
Tutor : dr.Ketua : Deva .P (405080216)Sekretaris : Stevany Minsanita (405080070)Penulis : M.Najla (405080181)Anggota :
Divan. F (405080065)Ronni Untung (405080032)Kelvin Christian Halim (405080009)
Rolando (405080012)Christien (405080011)I Ketut Adi (405080071)Kelvin Christian Halim (405080009)Wahidin Gotama (405080010)Ferdy. E (405080066)Renny Hartanti (405080033)
Ada Apa Dengan EuthanasiaMembicarakan tentang Euthanasia, pasti tidak bisa
dilepaskan dengan definisi kematian.Sedangkan definisi mati sendiri terus mengalami perubahan, hal ini disebabkan karena ilmu pengetahuan terus menerus berkembang mencapai kemajuan yang sangat pesat. Pada masa yang lalu perngertian mati ditetapkan apabila denyut jantung berhenti. Ternyata banyak kasus yang dijumpai ada orang yang denyut jantungnya berhenti, kemudian jantungnya berfungsi kembali, seperti kejadian orang mati suri. Terjadilah kontroversi pandangan mengenai mati. Pengertian Euthanasia juga mengalami berbagai perubahan, dari Euthanasia positif sampai Euthanasia aktif.
Karena itu, ketika seorang pasien bernama sutono yang dirawat dirumah sakit karena mengalami pendarahan otak yang dasyat, sehingga mengakibatkan pasien itu dalam keadaan comma. Kemudian setelah diteliti secara seksama ternyata batang otaknya juga tidak berfungsi. Keluarga pasien jadi sangat menderita . Tim dokter dan pihak rumah sakit berusaha secara maksimal untuk memberikan pertolongan, tetapi setelah dirawat cukup lama, sutono tetap dirawat dalam keadaan comma. Pihak keluarga kemudian mengusulkan pada Tim dokter dan pihak rumah sakit, agar Sutono dibawa pulang saja, dirawat dirumah seadanya. Pihak keluarga tak mampu lagi memebayar biaya perawatan dan berbagai biaya lain, yang membuat mereka menderita lahir batin. Bili Anda salah satu anggota tim dokter itu, bagai mana sikap dan pandangan anda
L O1. Mengetahui definisi Euthanasia2. Mengetahui dan menjelaskan Tinjauan
agama tentang Euthanasia 3. Mengetahui dan menjelaskan Jenis-jenis
Euthanasia 4. Mengetahui dan menjelaskan Contoh-
contoh Euthanasia 5. Mengetahui dan menjelaskan Pandangan
agama tentang Euthanasia dan jiwa6. Mengetahui dan menjelaskan Tindakan
dokter terhadap pasien Euthanasia7. Solusi
Sejarah euthanasia
Sekitar tahun 400 sebelum Masehi, sebuah sumpah yang terkenal dengan sebutan “The Hippocratic Oath” yang dinyatakan oleh seorang Fisikawan Hipokratis Yunani, dengan jelas mengatakan:
“Saya tidak akan memberikan obat mematikan pada siapapun, atau menyarankan hal tersebut pada siapapun.”- The Hippocratic Oath
Sekitar abad ke-14 sampai abad ke-20, Hukum Adat Inggris yang dipetik oleh Mahkamah Agung Amerika tahun 1997 dalam pidatonya:
“Lebih jelasnya, selama lebih dari 700 tahun, orang Hukum Adat Amerika Utara telah menghukum atau tidak menyetujui aksi bunuh diri individual ataupun dibantu.” – Chief Justice Rehnquist
Sejarah euthanasia
Tahun 1920, terbitnya buku berjudul “Permitting the Destruction of Life not Worthy of Life”. Dalam buku ini, Alfred Hoche, M.D., Dosen Psikologi dari Universtas Freiburg, dan Karl Binding, Dosen Hukum dari Universitas Leipzig, memperdebatkan bahwa seorang pasien yang meminta untuk diakhiri hidupnya harus, dibawah pengawasan ketat, dapat memperolehnya dari seorang pekerja medis. Buku ini men-support euthanasia non-sukarela yang dilakukan oleh Nazi Jerman
Tahun 1935, The Euthanasia Society of England, atau Kelompok Euthanasia Inggris, dibentuk sebagai langkah menyetujui euthanasia.
Tahun 1939, Nazi Jerman memberlakukan euthanasia secara non-sukarela. Hal ini akan dibahas pada bab selanjutnya.
Tahun 1955, Belanda sebagai negara pertama yang mengeluarkan Undang-Undang yang menyetujui euthanasia, dan diikuti oleh Australia yang melegalkannya di tahun yang sama.
Setelah dua negara itu mengeluarkan undang-undang yang sah tentang euthanasia, beberapa negara masih menganggapnya sebagai konflik, namun ada juga yang ikut mengeluarkan undang-undang yang sama. Hal ini akan dibahas lebih lanjut di bab berikutnya.
Definisi Euthanasia
Secara Umum (Etimologi) Berasal dari bahasa Yunani eu = baik
dan thanatos yang berarti “kematian” Kematian yang membahagiakan atau
mati cepat tanpa derita. Mercy killing dan Mercy death
Secara Terminologis Berpindah ke alam baka dengan tenang
dan aman,tanpa penderitaan,untuk yang beriman dengan nama Allah di bibir
Waktu hidup akan berakhir,diringankan penderitaan si sakit dengan memberikan obat penenang
Mengakhiri penderitaan & hidup seseorang yang sakit dengan sengaja atas permintaan pasien sendiri dan keluarganya
Aspek Kedokteran
Dalam Sumpah Hippokrates ada tiga kalimat pendek, “Aku tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada siapa pun bila orang memintanya, dan juga tidak akan menyarankan hal serupa itu. Demikian juga aku tidak akan memberikan kepada seorang wanita sarana abortif (pesson phthoron). Dalam kemurnian dan kesucian akan kujaga kehidupan dan seniku”.
Keterkaitan Aspek Ilmu Pengetahuan dan sosial ekonomiIptekdok dapat memperkirakan
kemungkinan keberhasilan upaya tindakan medis untuk mencapai kesembuhan atau pengurangan penderitaan pasien. Apabila secara iptekdok hampir tidak ada kemungkinan untuk mendapat kesembuhan ataupun pengurangan penderitaan, apakah seseorang tidak boleh mengajukan haknya untuk tidak diperpanjang lagi hidupnya? Segala upaya yang dilakukan akan sia-sia, bahkan sebaliknya dapat dituduhkan suatu kebohongan, karena di samping tidak membawa kesembuhan, keluarga yang lain akan terseret dalam habisnya keuangan
Aspek Hak Azasi
Hak azasi manusia (HAM) selalu dikaitkan dengan hak hidup, hak damai, & sebagainya. Tapi tidak tercantum jelas adanya hak seseorang untuk mati. Mati sepertinya justru dihubungkan dengan pelanggaran HAM, terbukti dari aspek hukum euthanasia yang cenderung menyalahkan tenaga medis dalam pelaksanaan euthanasia. Sebenarnya, dengan dianutnya hak untuk hidup layak & sebagainya, secara tidak langsung seharusnya terbersit adanya hak untuk mati, apabila dipakai untuk menghindarkan diri dari segala ketidaknyamanan atau lebih jelas lagi dari segala penderitaan yang hebat.
Syarat euthanasiaPerkembangan Euthanasia di Jepang dapat dilihat dari Yurisprudensi sebuah Pengadilan Tinggi di Nagoya yang mengajukan enam syarat untuk melakukan Euthanasia, yaitu:1. Pasien atau calon korban harus masih dapat membuat
keputusan dan mengajukan permintaan tersebut dengan serius.
2. Ia harus menderita suatu penyakit yang terobati pada stadium terakhir atau dekat dengan kematiannya.
3. Tujuannya adalah sekedar untuk melepaskan diri dari rasa nyeri.
4. Ia harus menderita rasa nyeri yang tak tertahankan.5. Dilakukan oleh dokter yang berwenang atau atas
petunjuknya.6. Kematian harus melalui cara kedokteran dan secara
manusiawi.
Aspek Hukum
Indonesia
Berdasarkan hukum di Indonesia maka eutanasia adalah sesuatu perbuatan yang melawan hukum, hal ini dapat dilihat pada peraturan perundang-undangan yang ada yaitu pada Pasal 344 Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang menyatakan bahwa ”Barang siapa menghilangkan nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan nyata dan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya 12 tahun”. Juga demikian halnya nampak pada pengaturan pasal-pasal 338, 340, 345, dan 359 KUHP yang juga dapat dikatakan memenuhi unsur-unsur delik dalam perbuatan eutanasia. Dengan demikian, secara formal hukum yang berlaku di negara kita memang tidak mengizinkan tindakan eutanasia oleh siapa pun.
Ketua umum pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Farid Anfasal Moeloek dalam suatu pernyataannya yang dimuat oleh majalah Tempo Selasa 5 Oktober 2004 [12] menyatakan bahwa : Eutanasia atau "pembunuhan tanpa penderitaan" hingga saat ini belum dapat diterima dalam nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat Indonesia. "Euthanasia hingga saat ini tidak sesuai dengan etika yang dianut oleh bangsa dan melanggar hukum positif yang masih berlaku yakni KUHP.
Pandangan Syariah Islam
Syariah Islam merupakan syariah sempurna yang mampu mengatasi segala persoalan di segala waktu dan tempat. Berikut ini solusi syariah terhadap euthanasia, baik euthanasia aktif maupun euthanasia pasif.
EUTHANASIA AKTIF Syariah Islam mengharamkan euthanasia aktif, karena termasuk dalam kategori
pembunuhan sengaja (al-qatlu al-‘amad), walaupun niatnya baik yaitu untuk meringankan penderitaan pasien. Hukumnya tetap haram, walaupun atas permintaan pasien sendiri atau keluarganya.
Dalil-dalil dalam masalah ini sangatlah jelas, yaitu dalil-dalil yang mengharamkan pembunuhan. Baik pembunuhan jiwa orang lain, maupun membunuh diri sendiri. Misalnya firman Allah SWT :
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (untuk membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.” (QS Al-An’aam : 151)
“Dan tidak layak bagi seorang mu`min membunuh seorang mu`min (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja)...” (QS An-Nisaa` : 92)
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS An-Nisaa` : 29).
Dari dalil-dalil di atas, jelaslah bahwa haram hukumnya bagi dokter melakukan euthanasia aktif. Sebab tindakan itu termasuk ke dalam kategori pembunuhan sengaja (al-qatlu al-‘amad) yang merupakan tindak pidana (jarimah) dan dosa besar.
Dokter yang melakukan euthanasia aktif, misalnya dengan memberikan suntikan mematikan, menurut hukum pidana Islam akan dijatuhi qishash (hukuman mati karena membunuh), oleh pemerintahan Islam (Khilafah), sesuai firman Allah :
Bukhari dan Muslim).
“Telah diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh.” (QS Al-Baqarah : 178)
Namun jika keluarga terbunuh (waliyyul maqtuul) menggugurkan qishash (dengan memaafkan), qishash tidak dilaksanakan. Selanjutnya mereka mempunyai dua pilihan lagi, meminta diyat (tebusan), atau memaafkan/menyedekahkan. Firman Allah SWT : “Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diyat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula).” (QS Al-Baqarah : 178)
Diyat untuk pembunuhan sengaja adalah 100 ekor unta di mana 40 ekor di antaranya dalam keadaan bunting, berdasarkan hadits Nabi riwayat An-Nasa`i (Al-Maliki, 1990: 111). Jika dibayar dalam bentuk dinar (uang emas) atau dirham (uang perak), maka diyatnya adalah 1000 dinar, atau senilai 4250 gram emas (1 dinar = 4,25 gram emas), atau 12.000 dirham, atau senilai 35.700 gram perak (1 dirham = 2,975 gram perak) (Al-Maliki, 1990: 113).
Tidak dapat diterima, alasan euthanasia aktif yang sering dikemukakan yaitu kasihan melihat penderitaan pasien sehingga kemudian dokter memudahkan kematiannya. Alasan ini hanya melihat aspek lahiriah (empiris), padahal di balik itu ada aspek-aspek lainnya yang tidak diketahui dan tidak dijangkau manusia. Dengan mempercepat kematian pasien dengan euthanasia aktif, pasien tidak mendapatkan manfaat (hikmah) dari ujian sakit yang diberikan Allah kepada-Nya, yaitu pengampunan dosa. Rasulullah SAW bersabda,”Tidaklah menimpa kepada seseorang muslim suatu musibah, baik kesulitan, sakit, kesedihan, kesusahan, maupun penyakit, bahkan duri yang menusuknya, kecuali Allah menghapuskan kesalahan atau dosanya dengan musibah yang menimpanya itu.” (HR
Euthanasia menurut Kristiani Keluaran 20:13 hk k 6=“Jangan
Membunuh” Kematian Hak Tuhan Ayub
1:21=“katanya: ”Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku,dengan telanjang pula aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi,Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!””
Euthanasia secara katolik Gereja Katolik berpendapat bahwa tidak diperbolehkan mempercepat
kematian seseorang secara aktif dan terencana, juga jika secara medisia tidak lagi dapat disembuhkan dan juga kalau euthanasia dilakukanatas permintaan pasien sendiri ("Iman Katolik", Konferensi WaligerejaIndonesia, hal. 73). Lain halnya kalau dipertimbangkan sejauh manaharus diteruskan pengobatan yang tidak menyembuhkan orang dan hanyamemperpanjang proses kematiannya. Disebut euthanasia pasif, kalaupengobatan yang sia sia dihentikan atau sama sekali tidak dimulai,dan euthanasia tidak langsung, kalau obat penangkal sakitmemperpendek hidupnya. Menurut moral gereja Katolik, tindakan semacamini dapat dibenarkan. ("Iman Katolik", hal. 74). Gereja Katolikberpendapat bahwa tidak dibenarkan mengakhiri hidup seseorang hanyakarena rasa iba dan kasihan. Penderitaan harus diringankan bukandengan pembunuhan, melainkan dengan pendampingan oleh seorang teman.Gereja mengakui adanya makna dalam penderitaan, sebab Allah tidakmeninggalkan orang yang menderita. Dan dengan memikul penderitaandalam solidaritas, kita ikut menebus penderitaan.
Dalam ajaran agama Hindu• Pandangan agama Hindu terhadap euthanasia
adalah didasarkan pada ajaran tentang karma, moksa dan ahimsa.
• Karma adalah merupakan suatu konsekwensi murni dari semua jenis kehendak dan maksud perbuatan.
• Sebagai akumulasi terus menerus dari "karma" yang buruk adalah menjadi penghalang "moksa" kebebasan dari siklus reinkarnasi yang menjadi suatu tujuan utama dari penganut ajaran Hindu.
• Ahimsa adalah merupakan prinsip “anti kekerasan” atau pantang menyakiti siapapun juga.
• Bunuh diri adalah suatu perbuatan yang terlarang didalam ajaran Hindu dengan pemikiran bahwa perbuatan tersebut dapat menjadi suatu factor yang mengganggu pada saat reinkarnasi oleh karena menghasilkan “karma” buruk.
Agama Buddha
Ajaran agama Buddha sangat menekankan kepada makna dari kehidupan dimana penghindaran untuk melakukan pembunuhan makhluk hidup adalah merupakan salah satu moral dalam ajaran Budha
Jelas bahwa euthanasia adalah sesuatu perbuatan yang tidak dapat dibenarkan dalam ajaran agama Budha
Mempercepat kematian seseorang secara tidak alamiah adalah merupakan pelanggaran terhadap perintah utama ajaran Budha yaitu sila pertama Panatipatta yang dengan demikian dapat menjadi “karma” negatif kepada siapapun yang terlibat dalam pengambilan keputusan guna memusnahkan kehidupan seseorang tersebut
Euthanasia ditinjau dari sudut cara pelaksanaannya :
Euthanasia agresif : atau suatu tindakan euthanasia aktif yaitu suatu tindakan secara sengaja yang dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lain untuk mempersingkat atau mengakhiri hidup si pasien . Misalnya dengan memberikan obat-obatan yang mematikan, ataupun melepas alat pembantu medik, spt : pemacu jantung, dsb
Eutanasia non agresif : disebut autoeuthanasia (eutanasia otomatis)yang termasuk kategori eutanasia negatif yaitu dimana seorang pasien menolak secara tegas dan sadar untuk menerima perawatan medis dan ia menyadari dampak yang akan ditimbulkan.
Dengan penolakan tersebut ia membuat sebuah "codicil" (pernyataan tertulis tangan). Autoeutanasia pada dasarnya adalah suatu praktek eutanasia pasif atas permintaan.
Eutanasia pasif : Dikategorikan sebagai tindakan eutanasia negatif.Tindakan pada eutanasia pasif ini adalah dengan secara sengaja tidak (lagi) memberikan bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup pasien.
Euthanasia ditinjau dari sudut pemberian izin
Voluntary euthanasia : Dilakukan atas persetujuan si pasien sendiri
Non Voluntary euthanasia : pasien dianggap/diandaikan akan memilih meminta mati jika ia dpt menyatakan keinginannya.
Involuntary euthanasia :pembunuhan pada pasien yang sadar tetapi tidak diminta persetujuan
Euthanasia ditinjau dari sudut tujuanBeberapa tujuan pokok dari dilakukannya eutanasia antara lain yaitu :
Pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy killing)
Euthanasia hewan Euthanasia berdasarkan bantuan
dokter, ini adalah bentuk lain daripada euthanasia agresif secara sukarela .
Contoh Kejadian Euthanasia
Kasus Hasan Kusuma - Indonesia• Sebuah permohonan untuk melakukan eutanasia
pada tanggal 22 Oktober 2004 telah diajukan oleh seorang suami bernama Hassan Kusuma karena tidak tega menyaksikan istrinya yang bernama Agian Isna Nauli, 33 tahun, tergolek koma selama 2 bulan dan disamping itu ketidakmampuan untuk menanggung beban biaya perawatan merupakan suatu alasan pula. Permohonan untuk melakukan eutanasia ini diajukan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Kasus ini merupakan salah satu contoh bentuk eutanasia yang diluar keinginan pasien. Permohonan ini akhirnya ditolak oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dan setelah menjalani perawatan intensif maka kondisi terakhir pasien (7 Januari 2005) telah mengalami kemajuan dalam pemulihan kesehatannya.[34]
Pandangan agama tentang jiwa Ajaran agama pada umumnya
menghargai jiwa lebih-lebih terhadap jiwa manusia, sangat banyak petunjuk dari kitab suci mengharuskan kita untuk memelihara jiwa manusia
Jiwa merupakan karunia Tuhan, karena itu setiap diri manusia sama sekali tidak berwenang dan tidak boleh melenyapkan jiwa tanpa kehendak dan aturan YME
Sikap & Pandangan dokter tentang euthanasia Dokter harus memberitahukan
resiko-resiko pada keluarga dan pasien
Dilakukan atau tidaknya euthanasia tergantung kesepakatan kedua belah pihak
Solusi
Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya prognosis dari penyakit pasien dan menjelaskan konsekuensi yg akan ditimbulkan dari tindakan merawat pasien di rumah.
Memberikan kebebasan kepada keluarga dan pasien untuk memilih.
Kesimpulan
Euthanasia dilihat dari berbagai agama, dilarang
disesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi pasien
Karena pada kasus ini pasien mengalami kerusakaan pada batang otak dimana batang otak berfungsi antara lain mengatur pernafasan, denyut jantung kemungkinan untuk sembuh sangat kecil.
Daftar pustaka
Mubarak Zakky,2008. Modul MPK AGAMA, Jakarta: FK Untar
Modul Blok Humaniora FK untar, Ilmu Sosial Kedokteran, 2008
Achadiat Chrisdiono,1996.Pernik Pernik Hukum Kedokteran,Jakarta
top related