kel.3 murabahah
Post on 03-Dec-2014
5.792 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
MAKALAH
MURABAHAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas kelompok
Pada Mata Kuliah “Akuntansi LKS”
Jurusan EKIS-A Semester 6(ENAM)
Disusun oleh :
NEPI (081400117)
R.CECEP SUDIRMAN (081400118)
FAKULTAS SYARI'AH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
“SULTAN MAULANA HASANUDDIN” BANTEN
2011 M/1432 H
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Paradigma baru yang berkembang pada masa krisis ekonomi tahun 1997 dan 1998
adalah perlu dikembangkannya ekonomi kerakyatan dimana pertumbuhan ekonomi
didorong dari bawah. Hal ini berarti diperlukannya alokasi sumber daya untuk
membangkitkan golongan ekonomi lemah dan koperasi. Tingkat bunga yang sangat
tinggi pada masa krisis sampai 65 % setahun jelas tidak mendukung berkembangnya
ekonomi kerakyatan. Oleh karena itu diperlukan perangkat lembaga keuangan baru
yang tentunya bukan berupa bunga. Karena Itu Pada dekade sekarang ini telah banyak
bank bank syariah yang menawarkan produk produknya baik itu produk yang tabarru’
ataupun yang tijarah.
Wajar jika banyak perspektif negatif yang ditujukan oleh masyarakat awam kepada
Bank syariah. Sejauh ini mayoritas portofolio pembiayaan oleh Bank Syariah
didominasi oleh pembiayaan Murabahah. Sepintas memang ada kemiripan antara
pembiayaan Murabahah di Bank Syariah dan kredit pembelian barang di Bank
Konvensional. Umumnya mereka mengatakan operasional bank syariah tidak berbeda
dengan bank konvensional. Hanya saja jika di Bank Konvensional menerapkan sistim
bunga, maka di bank syariah dirubah dengan istilah margin
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Pembiayaan Murabahah ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Murabahah
a. Murabahah adalah menyebutkan harga pokok barang si pembeli dengan
harapan agar si pembeli memberikan keuntungan kepada si penjual.
b. Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati
Dalam bai’ al-Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok yang ia beli dan
menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.
2. Landasan Hukum
a. aL-Qur’an
“dan Alloh telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...” (aL-Baqarah
[2]:275)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu…” (an-Nisa [4]:29)
b.aL-Hadis
Dari Suhaib ar-Rumi r.a bahwa Rosululloh SAW bersabda “tiga hal yang didalamnya
terdapat keberkahan : jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan
mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual” (HR.
Ibnu Majjah)4
c.Fatwa Dewan Syari’ah Nasional
Nomor 4/ DSN-MUI IV/ 2000 tanggal 1 April 2000 tentang Murabahah,
Nomor 13/ DSN-MUI IX/ 2000 tanggal 16 September 2000 tentang Uang Muka
Dalam Murabahah,
Nomor 16/ DSN-MUI IX/ 2000 tanggal 16 September 2000 tentang Diskon Dalam
Murabahah,
Nomor 17/ DSN-MUI IX/ 2000 tanggal 16 September 2000 tentang Sanksi Atas
Nasabah Mampu Yang Menunda-nunda Pembayaran, dan
Nomor 23/ DSN-MUI/ III/ 2002 tanggal 28 Maret 2002 tentang Potongan Pelunasan
Dalam Murabahah.
3
Berdasarkan fatwa-fatwa tersebut, Bank Indonesia mengatur lebih lanjut dalam
bentuk Peraturan Bank Indonesia atau Surat Edaran Bank Indonesia, seperti tentang
kolektibilitas dan Pedoman Akuntansi Perbankan Syari’ah Indonesia (PAPSI). Sesuai
UU No.10/1998 tentang perubahan UU No.7 tentang Perbankan dalam penjelasan
pasal 6 huruf m dijelaskan bahwa yang mempunyai kewenangan untuk mengatur
kegiatan usaha Bank Syari’ah adalah Bank Indonesia.
3. Syarat Bai’ al-Murabahah
a.Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah
b.Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang diterapkan
c.Kontrak harus bebas dari riba
d.Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah
pembelian
e.Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya
bila pembelian dlakukan secara hutang.
Secara prinsip, jika syarat dalam (a), (d), atau (e) tidak dipenuhi, maka pembeli meliki
pilihan untuk : melanjutkan pembelian seperti apa adanya kembali kepada penjual dan
menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang dijual Mmembatalkan kontrak.
4.Rukun Bai’al-Murabahah
Rukun bai’ al-Murabahah pada intinya sama dengan rukun jual beli :a.Menurut madzhab Hanafi, rukun jual beli antara lain:Iijab dan Qobul yang menunjukan adanya pertukaran atau kegiatan saling memberi yang menempati kedudukan ijab dan qobul itu.b.Menurut jumhur Ulama, rukun jual beli ada 4 antara lain:Orang yang penjual Orang yang membeli SighatBarang atau sesuatu yang diakadkan.
5.Jenis Bai’ al-Murabahah
a.Murabahah tanpa pesanan
4
b.Murabahah berdasarkan pesanan8
B.Bai’ al-Murabahah dalam Fiqh Seperti yang telah dijelaskan di awal bahwa bai’ al-
Murabahah memerlukan tiga pihak, yaitu nasabah sebagai pihak yang ingin membeli
barang; bank atau sohibul mal sebagai pembiaya atas barang yang akan dibelikannya
kepada nasabah; dan produsen atau pihak penjual barang.
Jika dianalogikan maka, ada tiga pihak, yaitu A, B, dan C, dalam suatu penjualan
murabahah. A meminta B untuk membeli beberapa barang untuk A. B tidak memiliki
barang yang dimaksud tetapi ia berjanji untuk membelikannya dari pihak ketiga, yaitu
C. B adalah perantara, dan kontrak murabahah adalah antara A dan B.
Kontrak Murabahah didefinisikan sebagai “penjualan suatu komoditas dengan harga
yang si penjual (B) telah membelinya dengan harga asli, ditambah dengan sekian laba
yang diketahui oleh si penjual (B) dan si pembeli (A)”. Sejak kemunculannya dalam
fiqh, kontrak murabahah tampaknya telah digunakan murni untuk tujuan dagang.
Udvitch menyatakan bahwa murabahah adalah suatu bentuk jual beli dengan komisi,
dimana biasanya si pembeli ditak dapat memperoleh barang yang diinginkan kecuali
lewat perantara, atau ketika pembeli tidak mau susah-susah mendapatkannya sendiri,
sehingga ia mencari jasa seorang perantara.
Al-Qur’an tidak pernah secara langsung membicarakan tentang murabahah meski ada
sejumlah acuan tentang jual beli, laba rugi, dan perdagangan, demikian pula tidak ada
hadis yang membicarakan langsung tentang murabahah.
Meurut Malik dan Syafi’i mengatakan bahwa jual beli murabahah adalah halal tidak
memperkuat pendapat mereka dengan satu hadispun.
Al-Kaff seorang kritikus murabahah kotemporer menyimpulkan bahwa murabahah
adalah salah satu jenis jual beli yang tidak dikenal pada zaman Nabi atau para
Sahabat.
Mengingat tidak ada rujukan baik didalam aL-Qur’an ataupun Hadis Shohih yang
diterima umum, para fuqoha harus mambenarkan murabahah dengan dasar yang lain.
Faqih madzhab Hanafi, Marghiani (w.593/1197) membenarkan keabsahan murabahah
berdasarkan bahwa “syarat-syarat yang penting bagi keabsahan suatu jual beli ada
dalam murabahah dan juga karena orang memerlukannya”. Faqih dari madzhab
Syafi’i, Nawawi (w.676/1277) cukup menyatakan : “murabahah adalah boleh tanpa
ada penolakan sedikitpun.
Pada dasarnya, semua bentuk kegiatan muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil
yang mengharamkannya.
5
Sedangkan aturan-aturan tentang murabahah tercantum dalam Fatwa Dewan Syari’ah
Nasional No.4/DSN-MUI/IV/2000 yaitu (DSN, 2000:25-29) Tentang :
Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syari’ah
Ketentuan Murabahah kepada Nasabah
Jaminan dalamMurabahah
Hutang dalam Murabahah
Penundaan Pembayaran dalam Murabahah
Bangkrut dalam Murabahah
Selain itu, dalam murabahah juga terdapat hal-hal yang harus atau wajib untuk
dijelaskan. Hal itu demi untuk kelancaran jual beli agar tidak ada penyesalan
nantinya.
Jual beli secara murabahah dan tauliyah adalah jual beli secara aman (kepercayaan)
karena pembeli mempercayai perkataan penjual tentang harga pertama tanpa ada bukti
atau sumpah, sehingga harus terhindar dari khianat dan prasangka buruk.
Firman Alloh dalam QS. Al-Anfal [8]:27
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”
Apabila barang yang ada ditangan penjual atau pembeli cacat, lalu ia hendak
menjualnya secara murabahah maka ada beberapa hal yag harus diperhatikan, yaitu :
Jika cacat yang ada pada barang terjadi atas kehendak aatas manusia maka ia
diperbolehkan menjualnya dengan harga utuh tanpa menjelaskan barang yang cacat
Zufar dan sebagian besar Ulama mengatakan bahwa brang yang cacat tidak boleh
dijual secara murabahah kecuali jika sipenjual menjelaskan cacat tersebut
Jika cacat tersebut hasil perbuatan pembeli atau orang lain, maka tidak boleh dijual
secara murabahah sampai ada penjelasan
Jika terdapat unsur tambahan pada barang yang dijual seperti anak, buah, bulu, dan
susu maka tidak boleh menjual secara murabahah sampai ada penjelasan
Jika tanah yang dijual itu digarap maka boleh dijual tanpa ada penjelasan karena
unsur tambahan yang bukan pemekaran dari barang tersebut bukan termasuk barang
dagangan
Jika si A membeli dari seseorang dengan piutangnya yag wajib dibayar orang
tersebut, boleh menjualnya secara murabahah tanpa penjelasan.12
Dalam Islam, perdagangan dan perniagaan selalu dikaitkan dengan nilai-nilai moral,
6
sehingga semua transaksi bisnis yang bertentangan dengan kebajikan tidaklah berjalan
secara Islami.
Bai’ al-Murabahah dalam Perbankan Bank-bank Islam umumnya mengadopsi
murabahah untuk memberikan pembiayaan jangka pendek kepada para nasabah guna
pembelain barang meskipun mungkin nasabah tidak memiliki uang untuk membayar.
Murabahah sebagaimana yang digunakan dalam perbankan Islam, prinsipnya
didasarkan pada dua elemen pokok : harga beli serta biaya yang terakait serta
kesepakatan atas mark up (laba).
Ciri dasar kontrak murabahah sebagai berikut :
1.Si pembeli harus memiliki pengetahuan tentang biaya-biaya terkait dan tentang
harga asli barang dan batas laba harus ditetapkan dalam persentase dari total harga
plus biaya-biaya
2.Apa yang dijual adalah barang atau komoditas dan dibayar dengan uang
3.Apa yang diperjualbelikan harus ada dan dimiliki oleh si penjual, dan si penjual
harus mampu menyarahkan barang itu pada si pembeli
4.Pembayarannya ditangguhkan Bank-bank Islam pada umumnya telah menggunakan
murabahah sebagai metode pembiayaan mereka yang utama meliputi kira-kira 75%
dari total kekayaan mereka. Di Pakistan(sejak 1984) pembiayaan muabahah mencapai
87% dari total pembiayaan dalam investasi deposito PLS. Dalam kasus Dubai Islamic
Bank (1989) mencapai 82% dari total pembiayaan. Bahkan bagi Islamic Development
Bank (IDB) selama lebih dari 10 tahun periode pembiayaan, 73%nya adalah
murabahah, yaitu dalam pembiayaan dagang luar negeri.13
Murabahah Kepada Pemesan Pembelian (KPP) umumnya dapat diterapkan pada
produk pembiayaan untuk pembelian barang-barang investasi, baik domestik maupun
luar negeri seperti Letter of Credits (LC). Skema ini paling banyak digunakan krena
sederhana dan tidak terlalu asing bagi yang biasa transaksi dengan dunia perbankan
pada umumnya.
Sejumlah alasan diajukan untuk menjelaskan popularitas murabahah dalam operasi
investasi perbankan Islam:
Murabahah adalah suatu mekanisme investasi jangka pendek dan dibandingakn
dengan system PLS cukup memudahkan Mark up dala muarabahah dapat ditetapkan
sedemiakian rupa sehingga memastikan bahwa bank dapat memperoleh keuntungan
bank-bank berbasis bunga yang menjadi saingan bank-bank Islam
Murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pada pendatan dari bisnis dengan
7
sistem PLS Murabahah tidak memungkinkan Bank-bank Islam untuk mencapuri
manajemen bisnis karena bank bukan mitra si nasabah sebab hubungan mereka dalam
murabahah adalah hubungan antara kreditur dan debitur.15
Dalam dunia bisnis, setiap penjualan atau pembelian barang pastilah ada manfaat atau
resiko yang harus diantisipasi. Manfaat itu dapat dirasakan oleh pihak penjual dan
pembeli barang tersebut. Begitu pula resiko yang ditanggungnya jika ada ketidak
sesuaian atau penyesalan terhadap baranag tersebut. Oleh karena itu, sebagai orang
yang antisipatif, maka kita harus selalu waspada akan hal-hal yang tidak diinginkan
atau kemungkinan resiko-resiko yang terjadi.
Bai’ al-Murabahah memberi banyak manfaat pada Bank Syari’ah. Salah satunya
adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual dengan
harga jual kepada nasabah. Selain itu sistem bai’al-Murabahah juga sangat sederhana.
Hal tersebut memudahkan penanganan administrasinya di Bank Syari’ah.
Teknik Perbankan
1.Bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual
barang adalah harga beli bank dari produsen (penjual/toko) ditambah keuntungan.
Kedua pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran.
2.harga barang dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati maka tidak
dapat berubah selama berlaku akad. Dalam perbankan, murabahah lazimya dilakukan
dengan cara pembayaran cicilan (bitsaman ajil) atau angsuran.
3.dalam transaksi ini, bila sudah ada barang diserahkan segera kepada nasabah,
sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh.16
Skema Bai’ al-Murabahah
6. Pembiayaan Murabahah
8
Salah satu skim fiqih yang paling popular digunakan oleh perbankan syariah adalah
skim jual beli murabaha. transaksi murabaha ini lazim dilaksanakan oleh Rasulullah
Saw dan para sahabatnya.secara sederhana murabaha berarti suatu penjualan barang
seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang disepakati,jadi singkatnya
murabaha adalah akad jual beli dengan mengadakan perolehan dan keuntungan
(margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli, karena dalam definisinya disebut
adanya “keuntungan yang disepakati” karakteristik murabaha adalah si penjual harus
membeli tahu pembeli tentang harga pembelian barang dan menambahkan jumlah
keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut.
Secara prinsip, jika sarat dalam a,d,dan e. tidak dipenuhi pembeli memiliki pilihan :
a.melanjutkan pembelian seperti apa adanya,
b.kembali kepada penjua dan menyatakan ketidak setujuan atas barang yang dijual,
c.membatalkan kontrak.
Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. . Dalam
murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan pembelian barang setelah ada
pemesanan dari nasabah.Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat
atau tidak mengikat nasabah untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam
murabahah pesanan mengikat pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya. Apabila
aktiva murabahah yang telah dibeli bank (sebagai penjual) dalam murabahah pesanan
mengikat mengalami penurunan nilaisebelum diserahkan kepada pembeli maka
penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual (bank) dan penjual (bank) akan
mengurangi nilai akad.
Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan. Selain itu, dalam
murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam harga untuk cara
pembayaran yang berbeda.
Bank dapat memberikan potongan apabila nasabah:
a). mempercepat pembayaran cicilan; atau
b). melunasi piutang murabahah sebelum jatuh tempo.
Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual sedangkan harga beli harus
diberitahukan. Jika bank mendapat potongan dari pemasok maka potongan itu
merupakan hak nasabah. Apabila potongan tersebut terjadi setelah akad maka
pembagian potongan tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian yang dimuat dalam
akad.
9
Bank dapat meminta nasabah menyediakan agunan atas piutang murabahah, antara
lain dalam bentuk barang yang telah dibeli dari bank.
Bank dapat meminta kepada nasabah urbun sebagai uang muka pembelian pada saat
akad apabila kedua belah pihak bersepakat.Urbun menjadi bagian pelunasan piutang
murabahah apabila murabahah jadi dilaksanakan. Tetapi apabila murabahah batal,
urbun dikembalikan kepada nasabah setelah dikurangi dengan kerugian sesuai dengan
kesepakatan. Jika uang muka itu lebih kecil dari kerugian bank maka bank dapat
meminta tambahan dari nasabah.
Apabila nasabah tidak dapat memenuhi piutang murabahah sesuai dengan yang
diperjanjikan, bank berhak mengenakan denda kecuali jika dapat dibuktikan bahwa
nasabah tidak mampu melunasi. Denda diterapkan bagi nasabah mampu yang
menunda pembayaran. Denda tersebut didasarkan pada pendekatan ta’zir yaitu untuk
membuat nasabah lebih disiplin terhadap kewajibannya. Besarnya denda sesuai
dengan yang diperjanjikan dalam akad dan dana yang berasal dari denda
diperuntukkan sebagai dana sosial (qardhul hasan).
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Murabaha adalah akad jual beli dengan mengadakan perolehan dan keuntungan
(margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli, karena dalam definisinya disebut
adanya “keuntungan yang disepakati” karakteristik murabaha adalah si penjual harus
membeli tahu pembeli tenteng harga pembelian barang dan menambahkan jumlah
keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut. Harga yang disepakati dalam
murabahah adalah harga jual sedangkan harga beli harus diberitahukan. Jika bank
mendapat potongan dari pemasok maka potongan itu merupakan hak nasabah.
Apabila potongan tersebut terjadi setelah akad maka pembagian potongan tersebut
dilakukan berdasarkan perjanjian yang dimuat dalam akad.
DAFTAR PUSTAKA
11
http://www.karimsyah.com/imagescontent/article/20050923150928.pdf
http://adenazkey17.blogspot.com/2008/12/makalah-murabahah.html
Ir. Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada), 2008
Syafri’I Antonio, Muhammad, Bank Syari’ah : Dari Teori ke Praktik, (Jakarta : Gema
Insani Press), 2001
12
top related