keperawatan jiwa.pdf
Post on 03-Jan-2016
395 Views
Preview:
TRANSCRIPT
keperawatan jiwa ( HARGA DIRI
RENDAH )
By muhammadnuril01 ¶ ¶ Leave a comment
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. A. Pengertian
Harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri atau perasaan tentang diri atau kemampuan diri
yang negatif dan dipertahankan dalam waktu lama (NANDA, 2005).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. (Keliat,
2011)
Harga diri rendah adalah evaluasi perasaan diri negatif atau merasa tidak mampuyang
berlangsung dalam rentang waktu lama (Wilkinson, 2007)
1. B. psikodinamika
6
Menurut Surya Direja (2011),harga diri rendah dapat terjadi secara ; Situasional, Yaitu
terjadi trauma yang tiba –tiba, misalnya baru operasi kecelakaan, dicerai suami, putus
sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi (korban perkosaan,
dituduh KKN, di penjara tiba-tiba ) Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri
rendah karena ; (1) Privasi yang kurang diperhatikan, misalnya ; Pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan
kateter,pemeriksaan perineal ). (2)Harapan akan struktur ,bentuk dan fungsi yang tidak
tercapai dirawat/sakit atau penyakit. (3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak
menghargai,Misalnya pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa
persetujuan. Maturasional, Ada beberapa factor yang berhubungan dengan maturasi adalah ;
(a) Bayi/Usia bermain/Pra sekolah Berhubungan dengan kurang stimulasi atau kedekatan
,perpisahan dengan orang tua, evaluasi negative dari orang tua, tidak adekuat dukungan
orang tua , ketidak mampuan mempercayai orang terdekat. (b) Usia sekolah ; Berhubungan
dengan kegagalan mencapai tingakat atau peringkat objektif, kehilangan kelompok sebaya,
umpan balik negative berulang.
(c) Remaja Pada usia remaja penyebab harga diri rendah ,jenis kelamin, gangguan hubungan
teman sebagai perubahan dalam penampilan,masalah-masalah pelajaran kehilangan orang
terdekat. (d)Usia sebaya ; Berhubungan dengan perubahan yang berkaitan dengan
penuaan.(e) Lansia ; Berhubungan dengan kehilangan ( orang, financial, pensiun ). Kronik,
Yaitu perasaan negative terhadap diri yang berlangsung lama yaitu sebelum sakit atau
dirawat.Klien mempunyai cara berfikir yang negative. Kejadian dirumah sakit akan menabah
persepsi negative terhadap dirinya.
Menurut Iyus yosep (2011) yang mengambil dari hasil riset Malhi (2008, dalam
http//www.tqm.com) menyimpulkan behwa proses terjadinya harga diri rendah diakibatkan
oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam
mencapai tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya hal
ini menyebutkan penampilan seseorang yang tidak optimal. Dalam tinjauan life span history
klien, penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang
diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai remaja maka keadaanya kurang
dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di
sekolah, pekerjaan, atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung
mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.
Manifestasi yang biasa muncul pada klien ganguan jiwa dengan harga diri rendah, (Fitria,
2009) ; Mengkritik diri sendiri, Perasaan tidak mampu, Pandangan hidup yang pesimis,
Tidak menerima pujian, Penurunan produktivitas, Penolakan terhadap kemampuan diri,
Kurang memperhatikan perawatan diri, Berpakaian tidak rapih,selera makan berkurang, tidak
berani menatap lawan bicara, Lebih banyak menunduk, Bicara lambat dengan nada lemah.
Komplikasi yang bisa ditimbulkan dari harga diri adalah menarik diri, halusinasi, resiko
mencederai diri sendiri dan lingkungan.
1. C. Rentang respon
Respon adaptif Respon maladaptif
Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi
diri Diri positif rendah identitras
(Stuart dan Sunden, 1998 : 230 yang dikupip oleh Ernawati dalami 2009)
1. Respon adaptif
2. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
3. Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari
dirinya.
1. Respon maladaptif
Adalah respon individu dalam menghadapi masalah dimana individu tidak mampu
memecahkan masalah tersebut. Respon maladaftifnya adalah :
1. Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya yang negatif
dan merasa lebih rendah dari orang lain.
2. Kerancuan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak
memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan
3. Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu mempunyai
kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu berhubungan sengan orang lain secara
intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan
orang lain
Harga diri rendah merupakan komponen episode depresi mayor, dimana aktivitas merupakan
bentuk hukuman atau punishment (stuart dan laraia, 2005). Depresi adalah emosi normal
manusia, tapi secara klinis dapat bermakna patologik apabila mengganggu perilaku sehari-
hari, menjadi pervasif dan muncul bersama penyakit lain.
Menurut NANDA (2005) tanda dan gejala yang dimunculkan sebagai prilaku telah
dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik yang meliputi mengatakan hal yang
negatif tentang diri sendiri dalam waktu lama dan terus-menerus, mengekspresikan sikap
malu/minder/rasa bersalah, kontak mata kurang/tidak ada, selalu mengatakan ketidak
mampuan/kesulitan untuk mencoba sesuatu, bergantung pada orang lain, tidak asertif, pasif,
dan hipoaktif, bimbang dan ragu-ragu serta menolak umpan balik positif dan membesarkan
umpan balik negatif mengenai dirinya.
Faktor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara yang dapat mempengaruhi kerja
hormon secara umum, yang dapat pada berdampak pada keseimbangan neurotransmiter di
otak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi
dan pada pasien depresi kecenderungan harga diri rendah kronis semakin besar karena klien
lebih dikuasai oleh pikiran pikiran negatif dan tidak berdaya.
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri rendah adalah :
1. System limbic yaitu posisi emosi, dilihat dari emosi pada klien denganharga diri
rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa tidak berguna atau gagal
terus menerus.
2. Hipotalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat kondisi klien
dengan harga diri rendah dengan membutuhkan lebih banyak motivasi dan dukungan
dari perawat dalam melaksanakan tindakan yang sudah dijadwalkan bersama-sama
dengan perawat padahal klien mengatakan bahwa membutuhkan latihan yang telah
dijadwalkan tersebut.
3. Thalamus, sistem pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur arus informasi
sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk mencegah berlebihan di korteks.
Kemungkinan pada klien dengan harga diri rendah apabila ada kerusakan pada
thalamus ini maka arus informasi sensori yang masuk tidak dapat dicegah atau dipilih
sehingga menjadi berlebihan yang mengakibatkan perasaan negatif yang ada selalu
mendominasi pikiran dari klien.
1. Amigdala yang berfungsi untuk emosi.
Di bawah ini adalah 5 komponen konsep diri yang meliputi citra tubuh, ideal iri, harga diri,
identitas diri, dan peran (Ernawati dalami, 2009) :
Citra tubuh (body image) : Sikap, persepsi keyakinan dan pengetahuan individu secara
sadar, atau tidak sadat, Terhadap tubuhnya yaitu : ukuran, bentuk,, struktur makna, dan
obyek yang kontak secara terus menerus baik masa lalu maupun sekarang. Citra tubuh dapat
diartikan sebagai kumpulun sikap individu yang disadari maupun tidak ada tubuhnya. Citra
tubuh merupakan hal pokok dalam konsep diri, citra tubuh harus realistis, karena semakin
seseorang dapat menerima dan menyukai tabuhnya, ia akan lebih bebas dan merasa aman dari
kecemasan sehingga harga dirinya akan meningkat. Sikap individu terhadap tubuhnya
mencerminkan aspek penting dalam dirinya misalnya menarik, gemuk, atau kurus, dan lain-
lain.
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh
perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan obyek, pada klien yang
dirawat di rumah sakit umum, perubahan citra tubuh sangat mungkin terjadi. Stresor pada
tiap kondisi kesehatannya apakah semakin membaik atau memburuk, dan hal inilah yang
dapat menentukan harga diri seseorang.
perubahan di antaranya Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit.
Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif seperti operasi, suntikan dan pemasangan
infus. Perubahan struktur sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai dengan pemasangan
alat di dalam tubuh. Keterbatasan gerak : makan, kegiatan. Makna dan obyek yang sering
kontak : penampilan dan dandanan berubah, pemasangan alat pada tubuh klien seperti infus,
respirator, suntik, pemeriksaan tanda vital.
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia harus berprilaku berdasarkan
standar, tujuan, keinginan atau nilai pribadi tertentu. Sering disebut bahwa ideal diri sama
dengan cita-cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.
Persepsi individu tentang bagaimana seharusnya berprilaku berdasarkan standar,aspirasi,
tujuan atau nilai yang diyakini. Penetapan ideal diri dipengaruhi oleh kebudayaan, keluarga
dan ambisi, keinginan kemampuan individu dalam menyesuaikan diri dengan orang serta
prestasi masyarakat setempat. Individu cenderung mensetting tujuan yang sesuai dengan
kemampuannya, kultural, realita, menghindari kegagalan dan rasa cemas.
Harga diri (self esteem) adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh prilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri atau cita-
cita/harapan langsung menghasilkan perasaan berharga.
Identitas diri adalah kesadaran akan keunikan diri sendiri yang bersumber dari penilaian dan
observasi diri sendiri. Identitas ditandai dengan kemampuan memandang diri sendiri beda
dengan orang lain, mempunyai percaya diri, dapat mengontrol diri, mempunyai persepsi
tentang peran serta citra diri.
Peran adalah seperangkat prilaku yang diharapkan secara sosial yang berhubungan dengan
fungsi indiidu pada bebagai kelompok sosial, tiap individu mempunyai berbagai peran yang
terintegrasi dalam pola fungsi individu.
1. D. Asuhan keperawatan
1. 1. pengkajian
2. a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis menurut Ade herman (2011) adalah
penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yangtidak realistis.
Citra tubuh : (1) Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh, (2) Perubahan ukuran, bentuk
dan penampilantubuh akibat penyakit, (3) Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur
dan fungsi tubuh, (4) Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi. Harga diri : (1)
Penolakan, (2) Kurang penghargaan, Pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu
dituruti, terlalu dituntut, (3) Persaingan antar saudara, (4) Kesalahan dan kegagalan berulang,
(5) Tidak mampu mencapai standar. Peran : (1) stereotipik peran seks, (2) Tuntutan peran
kerja, (3) Harapan peran kultural. Identitas : (1) Ketidak percayaan orang tua, (2) Tekanan
dari peer gruup, (3) Perubahan struktur sosial.
1. b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian anggota tubuh,
berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunnya
produktivitas. Harga diri kronis ini dapat terjadi secara situasional maupun kronik. (1)
Trauma : Masalah spesifik dengan konsep diri adalah situasi yang membuat individu sulit
menyesuaikan diri, khususnya trauma emosi seperti penganiayaan seksual dan phisikologis
pada masa anak-anak atau merasa terancam atau menyaksikan kejadian yang mengancam
kehidupannya. (2) Ketegangan peran : rasa frustasi saat individu merasa tidak mampu
melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa sesuai dalam
melakukan perannya. Ketegangan peran ini sering dijumpai saat terjadi konflik peran,
keraguan peran dan terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi saat individu menghadapi
dua harapan yang bertentangan dan tidak dapat dipenuhi. Keraguan peran terjadi bila
individu tidak mengetahui harapan peran yang spesifik atau bingung tentang peran yang
sesuai. (a) Trauma peran perkembangan, (b) Perubahan nurmatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan, (c) Transisi peran situasi, (d) Perubahan junlah anggota keluarga baik
bertambah atau berkurang, (d) Transisi peran sehat-sakit, (e) Pergeseran kondisi klien yang
menyebabkan kehilangan bagian tubuh, perubahan bentuk, penampilan dan fungsi tubuh,
prosedur medis dan keperawatan.
(3) Perilaku : (a) Citra tubuh yaitu Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu,
Menolak bercermin, Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh, Menolak usaha
rehabilitasi, Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat, Menyangkal cacat tubuh. (b) Harga
diri rendah di antaranya Mengkritik diri atau orang lain, Produktivitas menurun, Gangguan
berhubungan, Keteganggan peran, Pesimis menghadapi hidup, Keluhan fisik, Penolakan
kemampuan diri, Pandangan hidup bertentangan, Destruktif kepada diri, Menarik diri secara
sosial, Penyalahgunaan zat, Menarik diri dari realitas, Khawatir, Merasa diri paling penting,
Distruktif pada orang lain, Merasa tidak mampu, Merasa bersalah, Mudah tersinggung/marah,
Perasaan negatif terhadap tubuh. (c) Keracunan identitas di antaranya Tidak ada kode moral,
Kepribadian yang bertentangan, Hubungan interpersonal yang ekploitatif, Perasaan hampa,
Perasaan mengambang tentang diri, Kehancuran gender, Tingkat ansietas tinggi, Tidak
mampu empati pada orang lain, Masalah estimasi. (d) depersonalisasi meliputi afektif :
Kehidupan identitas, Perasaan terpisah dari diri, Perasaan tidak realistis, Rasa terisolasi yang
kuat, Kurang rasa berkesinambungan, Tidak mampu mencari kesenangan. Perseptual :
Halusinasi dengar dan lihat, Bingung tentang seksualitas diri, Sulit membedakan diri dari
orang lain, Gangguan citra tubuh, Dunia seperti dalam mimpi. Kognitif : Bingung,
Disorientasi waktu, Gangguan berpikir, Gangguan daya ingat, Gangguan penilaian,
Kepribadian ganda.
1. c. Perilaku
Prilaku yang dapat dilihat dari harga diri rendah adalah mengkritik diri sendiri atau orang
lain, produktitas menurun, destruktif pada orang lain, gangguan berhubungan, rasa bersalah,
mudah marah dan tersinggung, perasaan marah tersinggung, perasaan negatif terhadap diri
sendiri, pandangan hidup pesimis, dan keluhan-keluhan fisik, pandangan hidup terpolarisasi,
mengingkari kemampuan diri sendiri, mengejek diri sendiri. Kemudian perilaku yang
menunjukkan kerancuan identitas adalah Tidak mengindahkan moral, Mengurangi
hubungan interpersonal, Perasaan kosong/hampa, Perasaan yang berubah-ubah, Kekacuan
identitas seksual, Kecemasan yang tinggi, Tidak mampu berempati, Kurang keyakinan diri,
Ideal diri tidak realistis. Sedangkan perilaku yang menunjukkan depersonalisasi adalah
Identitas hilang, Asing dengan diri sendiri, Perasaan tidak aman, rendah diri, takut, malu,
Merasa sangat terisolasi, Halusinasi pendengaran dan penglihatan, Tidak yakin akan jenis
kelaminnya, Sukar membedakan diri dengan orang lain, Kacau, Disorientasi waktu,
Penyimpangan pikiran, Daya ingat yang terganggu, Daya penilaian terganggu, Afek tumpul,
Pasif dan tidak ada respon emosi, Komunikasi tidak selaras, Tidak dapat mengontrol
perasaan, Tidak ada inisiatif dan tidak dapat mengambil keputusan, Menarik diri dari
lingkungan, Kurang bersemangat
1. d. Mekanisme koping
Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dilakukan klien harga diri rendah adalah
kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis, misalnya pemakaian obat-obatan,
kerja keras, nonton TV terus-menerus. Kegiatan mengganti identitas sementara, misalnya ikut
kelompok sosial, keagamaan dan politik. Kegiatan yang memberi dukungan sementara,
seperti mengikuti suatu kompetisi atau kontes popularitas. Kegiatan mencoba menghilangkan
anti identitas sementara, seperti penyalahgunaan obat-obatan. Jika mekanisme koping jangka
pendek tidak memberi hasil yang diharapkan individu akan mengembangkan mekanisme
koping jangka panjang, antara lain adalah menutup identitas, dimana klien terlalu cepat
mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan
hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri, identitas negatif, dimana asumsi yang bertentangan
dengan nilai dan harapan masyarakat. Sedangkan mekanisme pertahanan ego yang sering
digunakan adalah fantasi, regresi, disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik
pada diri sendiri dan orang lain.
1. Pertahanan jangka pendek
Aktifitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis, misalnya : Kerja keras,
nonton, dll.
Aktifitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, misalnya : ikut kegiatan
sosial, politik, agama, dll.
Aktifitas yang sementara dapat menguatkan perasaan diri, misalnya : kompetisi pencapaian
akademik.
Aktifitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat masalah identitas menjadi
kurang berarti dalam kehidupan, misalnya : penyalahgunaan obat.
1. Pertahanan jangka panjang
Penutupan identitas adalah Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang
penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, potensi diri individu.
Identitas negatif adalah asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai-
nilai harapan masyarakat.
1. Mekanisme pertahanan ego
Untuk mekanisme pertahanan ego meliputi :Fantasi, Dissosiasi, Isolasi, Proyeksi,
Displancement, Marah/amuk pada diri sendiri.
Pohon masala
Menurut Surya Direja (2011) pohon masalahnya adalah sebagai berikut :
Harga diri rendah
Isolasi sosial
Koping keluarga tidak efektif
2. Diagnosa keperawatan :
1. Harga diri rendah kronis
2. Isolasi sosial
3. Koping keluarga tidak efektif
3.perencanaan
a harga diri rendah Tgl
No
DX Diagnosa Keperawatan Tujuan
Rencana Tindakan Keperawatan
Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
1. Harga diri rendah Tujuan umum :
Klien dapat
berhubungan
dengan orang lain
secara optimal
Tujuan khusus :
TUK 1 :
Klien dapat
membina
hubungan saling
percaya
1.1 Ekspresi wajah
bersahabat, menunjukan
rasa senang,ada kontak
mata,mau berjabat
tangan,meu menyebut
nama,mau manjawab
salam,klien mau duduk
berdampingan dengan
perawat, mau
mengutarakan masalah
yang dihadapi
1.1.1 Bina
hubungan saling percaya
dengan
mengungkapkan prinsip
komunikasi terapeutik:
1. Sapa klien dengan
ramah baik verbal
maupun non verbal
2. Perkenalakan diri
dengan sopan
Hubungan saling
percaya merupakan
dasar untuk kelancaran
hubungan interaksi
selanjutnya
TUK 2 :
Klien dapat
mengidentifi-kasi
kemampuan dan
aspek positif yang
dimiliki
TUK 3 :
Klien dapat
menilai
kemampuan yang
digunakan
2.1 Klien
mengidentifikasi
keamampuan aspek positif
yang dimilki :
- Kemampuan yang
dimilki klien
- Aspek positif
keluarga
- Aspek positif
- lingkungan
3.1 Klien dapat menilai
kemampuan yang dapat
digunakan
3. Tanyakan nama
lengkap klien dan nama
penggilan yang disukai
klien
4. Jelaskan tujuan
pertemuan
5. Jujur dan menepati janji
6. Tunjukan sikap empati
dan menerima klien apa
adanya
7. Beri perhatian kepada
klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien
2.1.1 Diskusikan
kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki klien
2.1.2 Setiap bertemu klien
hindarkan dari memberi
penilaian negatif
2.1.3 Utamakan memberi
pujian yang realistik
3.1.1 Diskusikan dengan
klien kemampuan yang masih
dapat digunakan selama sakit
Mendiskusikan tingkat
kemampuan klien
seperti menilai realitas,
kontrol diri atau
integritas ego
diperlukan sebagai
dasar asuhan
keperawatannya
Reinforcement positif
akan meningkatkan
harga diri
Pujian yang realistik
tidak menyebabkan
klien melakukan
kegiatan hanya karena
ingin mendapatkan
pujian
Keterbukaan dan
pengertian tentang
kemampuan yang
dimiliki adalah prasarat
untuk berubah
Pengertian tentang
kemampuan yang
TUK 4 :
Klien dapat
(menetapkan)
merencanakan
kegiatan sesuai
dengan
kemampuan yang
dimiliki
TUK 5 :
Klien dapat
melakukan
kegiatan sesuai
kondisi sakit dan
kemampuan-nya
4.1 Klien membuat
rencana kegiatan harian
5.1 Klien dapat
melakukan kegiatan
sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya
3.1.2 Diskusikan
kemampuan yang dapat
dilanjutkan penggunaannya
4.1.1 Rencanakan bersama
klien aktivitas yang dapat
dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
- kegiatan mandiri
- kegiatan dengan
bantuan
- kegiatan yang
membutuhkan bantuan total
4.1.2 Tingkatkan kegiatan
sesuai dengan toleransi kondisi
klien
4.1.3 Beri contoh cara
pelaksanaan kegiatan yang
boleh klien lakukan
5.1.1 Beri kesempatan
pada klien untuk mncoba
kegiatan yang telah
direncanakan
dimiliki diri, motivasi
untuk tetap
mempertahankan
penggunaannya
Klien perlu bertindak
secara realitas dalam
kehidupannya
Contoh peran yang
dilihat klien akan
memotivasi klien untuk
melaksanakan kegiatan
Memberikan
kesempatan pada klien
mandiri dapat
meningkatkan motivasi
dan haga diri klien
Memberikan
kesempatan kepada
klien untuk tetap
melakukan kegiatan
yang bisa dilakukan
Mendorong keluarga
untuk mampu merawat
klien mandiri dirumah
Reinforcement positif
dapat meningkatkan
harga diri klien
TUK 6 :
Klien dapat
memanfaatkan
sistem pendukung
yang ada
TUK 7
Klien dapat
memanfaatkan
obat dengan baik.
6.1 Klien memanfaatkan
sistem pendukung yang
ada di keluarga
7.1 Klien dan keluarga
dapat menyebutkan
manfaat, dosis dan efek
samping obat
5.1.2 Beri pujian atas
keberhasilan klien
5.1.3 Diskusikan
kemungkinan pelaksanaan di
rumah
6.1.1 Beri pendidikan
kesehatan pada keluarga
tentang cara merawat klien
dengan harga diri rendah
6.1.2 Bantu keluarga
memberikan dukungan selama
klien dirawat
6.1.3 Bantu keluarga
menyiapkan lingkungan rumah
Suport sistem keluarga
akan sangat
berpengaruh dalam
mempercepat proses
penyembuhan klien
Meningkatkan peran
serta keluarga dalam
merawat klien dirumah
Dengan mengetahui
dosis, frekwensi dan
manfaat obat
diharapkan klien
melaksanakan program
Pengobatan
Menilai kemampuan
klien dalam mengelola
pengobatannya sendiri
Dengan mengetahui
efek samping obat klien
akan mengetahui apa
yang harus dilakukan
setelah minum obat
Program pengobatan
dapat berjalan sesuai
rencana
Dengan mengetahui
prinsip 5 benar
penggunaan obat, maka
kemandirian klien untuk
pengobatan dapat
ditingkatkan secara
bertahap
Klien dapat
mendemonstrasikan
penggunaan obat
Klien termotivasi untuk
berbicara dengan perawat
apabila dirasakan ada efek
samping obat
Klien memahami akibat
berhentinya obat
Klien dapat menyebutkan
prinsip 5 benar
penggunaan obat
7.1.1 Diskusikan dengan
klien dan keluarga tentang
dosis, frekwensi dan manfaat
obat
7.1.2 Anjurkan klien
meminta sendiri obat pada
perawat,dan merasakan
manfaatnya.
7.1.3 Anjurkan klien
dengan bertanya kepada dokter
tentang efek dan efek samping
obat yang dirasakan.
7.1.4 Diskusikan akibat
berhenti obat tanpa konsultasi
7.1.5 Bantu klien
menggunakan obat dengan
prinsip 5 benar
b.
isolasi
sosial
Tgl
No.
Dx
Diagnosa
Keperawatan
PERENCANAAN
TUJUAN
KRITERIA
INTERVENSI RASIONAL
1. Isolasi sosial
TUM:
Klien mampu
berinteraksi dengan
orang lain secara
optimal
TUK 1 :
Klien dapat
membina hubungan
saling percaya
TUK 2 :
Klien dapat
menyebutkan
penyebab menarik
diri
1.1 Setelah 2 kali
pertemuan klien dapat
menunjukan ekspresi wajah
bersahabat, menunjukan
rasa senang,ada kontak
mata, mau berjabat tangan,
mau menyebut nama, mau
manjawab salam, klien
mau duduk berdampingan
dengan perawat, mau
mengutarakan masalah
yang dihadapi
2.1 Setelah 3 kali
pertemuan Klien dapat
menyebutkan penyebab
menarik diri yang berasal
dari:
1. Diri sendiri
2. Orang lain
3. Lingkungan
1.1.1 Bina
hubungan saling percaya
dengan
mengungkapkan prinsip
komunikasi terapeutik:
1. Sapa klien dengan
ramah baik verbal
maupun non verbal
2. Perkenalkan diri
dengan sopan
1. Tanyakan nama
lengkap klien dan
nama penggilan
yang disukai klien
2. Jelaskan tujuan
pertemuan
3. Jujur dan menepati
janji
4. Tunjukan sikap
empati dan
menerima klien apa
adanya
5. Beri perhatian
kepada klien dan
perhatikan
kebutuhan dasar
klien
2.1.1 Kaji tentang
pengetahuan klien tentang
perilaku menarik diri dan
tanda-tandanya
2.1.2 Berikan kesempatan
kepada klien untuk
mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau
tidak mau bergaul
Hubungan saling percaya
merupakan dasar untuk
kelancaran hubungan
interaksi selanjutnya
Diketahui penyebab akan
dapat dihubungkan dengan
Faktor presipitasi yang
dilami klien
TUK 3 :
Klien dapat
menyebutkan
keuntungan
berhubungan
dengan orang lain
dan kerugian tidak
berhubungan
dengan orang lain
3.1 Setelah 4 kali
pertemuan Klien dapat
menyebutkan keuntungan
berhubungan dengan orang
lain
3.2 Klien dapat
menyebutkan kerugian
tidak berhubungan dengan
orang lain
2.1.3 Diskusikan bersama
klien tentang perilaku
menarik diri, tanda-tanda
serta penyebab yang muncul
2.1.4 Berikan pujian
terhadap kemampuan klien
mengungkapkan perasaanya
3.1.1 Kaji pengetahuan
klien tentang manfaat atau
keuntungan berhubungan
dengan orang lain
3.1.2 Beri kesempatan
kepada klien
mengungkapkan perasaan
tetang keuntungan
berhubungan dengan orang
lain
3.1.3 Diskusikan bersama
klien tentang manfaat
berhubungan dengan orang
lain
3.1.4 Beri reinforcement
positif terhadap kemampuan
klien mengungkapkan
perasaan tentang
keuntungan berhubungan
dengan orang lain
3.2.1 Kaji pengetahuan
klien tentang kerugian bila
tidak berhubungan dengan
orang lain
3.2.2 Beri kesempatan
kepada klien untuk
mengungkapkan perasaan
tentang kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang
lain
3.2.3 Diskusikan bersama
klien tentang kerugian tidak
Klien harus dicoba
berinteraksi secara
bertahap agar terbiasa
membina hubungan yang
sehat dengan orang lain
Mengevaluasi manfaat
yang dirasakan klien
sehingga timbul motivasi
untuk berinteraksi
TUK 4 :
Klien dapat
melaksanakan
hubungan social
secara bertahap
4.1 Setelah 4 kali
pertemuan Klien dapat
mendemonstrasikan
hubungan social secara
bertahap antara :
1. K – P
2. K – P –K
3. K-P-Kelg
4. K-P-Kelp
berhubungan dengan orang
lain
3.2.4 Beri reinforcement
positif terhadap kemampuan
klien mengungkapkan
perasaan tentang kerugian
tidak berhubungan dengan
orang lain
4.1.1 Kaji kemampuan
klien membina hubungan
dengan orang lain
4.1.2 Dorong dan bantu
klien untuk berhubungan
dengan orang lain melalui
tahap :
K – P
K – P –P lain
K – P –P lain-K lien
K-P-Kelg
K-P-Kelp
4.1.3 Beri
reinforcement terhadap
keberhasilan yang telah di
capai
4.1.4 Bantu klien untuk
mengevaluasi manfaat
berhubungan
4.1.5 Diskusikan jadwal
harian yang dapat
dilakukan bersama klien
dalam mengisi waktu
4.1.6 Motivasi klien untuk
mengikuti kegiatan ruangan
Mengevaluasi manfaat
yang dirasakan klien
sehingga timbul motivasi
untuk berinteraksi
TUK 5 :
Klien dapat
mengungkapkan
perasaanya setelah
berhubungan
dengan orang lain
TUK 6 :
Klien dapat
memberdayakan
system pendukung
atau keluarga
mampu
mengembangkan
kemampuan klien
untuk berhubungan
dengan orang lain
5.1 Setelah 4 kali
pertemuan Klien dapat
mengungkapkan
perasaanya setelah
berhubungan dengan orang
lain untuk :
1. Diri sendiri
2. Orang lain
6.1 Setelah 4 kali
pertemuan Keluarga dapat:
1. Menjelaskan
perasaanya
2. Menjelaskan cara
merawat klien
menarik diri
3. Mendemonstrasikan
klien menarik diri
4. Berpartisipasi
dalam perawatan
klien menarik diri
4.1.7 Beri reinforcement
atas kegiatan klien dalam
kegiatan ruangan
5.1.1 Dorong klien untuk
mengungkapkan perasaanya
bila berhubungan dengan
orang lain
5.1.2 Diskusikan dengan
klien tentang perasaan
manfaat berhubungan
dengan orang lain
5.1.3 Beri reinforcement
positif atas kemampuan
klien mengungkapkan
perasaan manfaat
berhubungan dengan orang
lain
6.1.1 Bina hubungan saling
percaya dengan keluarga:
- Salam perkenalan
diri
- jelaskan tujuan
- Buat kontrak
- Ekspresi perasaan
keluarga
6.1.2 Diskusikan dengan
anggota keluarga tentang:
- Prilaku menarik diri
- Penyebab prilaku
menarik diri
- Akibat yang akan
terjadi jika prilaku menarik
diri tidak ditanggapi
Mengeksplorasi perasaan
klien, memahami manfaat
berhubungan dengan orang
lain serta meningkatkan
harga diri klien
Keterlibatan keluarga
sangat mendukung
terhadap proses perubahan
prilaku klien
TUK 7
Klien dapat
memanfaatkan obat
dengan baik
7.1 Klien dan keluarga
dapat menyebutkan
manfaat, dosis dan efek
samping obat
7.2 Klien dapat
mendemonstrasikan
penggunaan obat
7.3 Klien termotivasi
untuk berbicara dengan
perawat apabila dirasakan
ada efek samping obat
- Cara keluarga untuk
menghadapi klien menarik
diri
6.1.3 Dorong anggota
keluarga untuk memberi
dukungan kepada klien
untuk berkomunikasi
dengan orang lain
6.1.4 Anjurkan anggota
keluarga secara rutin dan
bergantian mengunjungi
klien minimal satu kali
seminggu
6.1.5 Beri reinforcement
atas hal –hal yang telah
dicapai oleh keluarga
Sesusikan dengan klien dan
keluarga tentang dosis,
frekwensi dan manfaat obat
Anjurkan klien meminta
sendiri obat pada perawat,
dan merasakan manfaatnya.
Anjurkan klien dengan
bertanya kepada dokter
tentang efek dan efek
samping obat yang
dirasakan.
Diskusikan akibat berhenti
obat tanpa konsultasi
Bantu klien menggunakan
obat dengan prinsip 5 benar
Dengan mengetahui dosis,
frekwensi dan manfaat
obat diharapkan klien
melaksanakan
program pengobatan
Menilai kemampuan klien
dalam mengelola
pengobatannya sendiri
Dengan mengetahui efek
samping obat klien akan
mengetahui apa yang harus
dilakukan setelah minum
obat
7.4 Klien memahami
akibat berhentinya obat
7.5 Klien dapat
menyebutkan prinsip 5
benar penggunaan obat
Program pengobatan dapat
berjalan sesuai rencana
Dengan mengetahui
prinsip 5 benar
penggunaan obat, maka
kemandirian klien untuk
pengobatan dapat
ditingkatkan secara
bertahap
1. 4. Penatalaksanaan
1. a. Penatalaksanaan medis
1) Chlorpromazine
Indikasi : Pada pengguanaa psikotik seperti schizofrenia, psikosis relatif singkat, dan
gangguan schizoafektif, ansietas dan agitasi.
Kontra Indikasi : Kewaspadaan pada hipersensitifitas terhadap obat ini pada klienkoma atau
depresi, depresi sumsum tulang, penyakit parkinson, insufisiensi hati, ginjal dan jantung,
hipotensi atau hipertensi berat, wanita selama kehamilan dan laktasi. Pada klien dengan
riwayat kejang, gangguan kardiovaskuler, tiroid, hati, ginjal atau pernapasan seperti infeksi
pernapasan, PPOK.
Efek Samping : Pada SSP : sedasi, sakit kepala, kejang, isomnia, pusing, keletihan,
penglihatan kabur, kegelisahan, ansietas, depresi, hipertermi. Pada kardiovaskuler
mengakibatkan hipotensi, hipertensi, takikardia, bradikardia. Pada integumen dapat terjadi
hiperpigmentasi dan dermatitis. Pada endokrin terjadi perubahan libido, hiperglikemia. Pada
gastrointestinal terjadi mulut kering, mual, muntah, peningkatan napsu makan dan berat
badan dan diare. Pada urologi terjadi retensi urine, sering berkemih, dan poliuria.
2) Haloperidol
Indikasi : Pada pasien psikotik akut, pengendalian TIK, penanganan dimensia pada lansia,
pengendalian hipersensitifitas dan masalah prilaku berat badan anak-anak.
Kontra indikasi : Pada hipersensitifitas, klien koma, depresi sum-sum tulang, kerusakan otak,
penyakit parkinson, insufisiensi hati, ginjal dan jantung, hipotensi atau hipertensi berat,
wanita selama kehamilan dan masa laktasi.
Eek samping : Pada SSP: sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, keletihan,
penglihatan kabur, kegelisahan, ansietas, depresi pada kardiovaskuler mengakibatkan
hipotensi, hipertensi, takikardi, bradikardi. pada integumen dapat terjadi hiperpigmentasi dan
dermatitis. pada endokrin terjadi perubahan libido, hipoglikemia dan hiperglikemia. pada
gastrointestinal dapat terjadi mulut kering, mual, muntah, peningkatan nafsu makan, berat
badan dan diare. pada urologi terjadi retensi urin, seringberkemih dan poliuria.
3) Triheksipenidhyl
Indikasi : Pada semua bentuk parkinson dan gejala ektrapiramida yang berkaitan dengan
obat-obat anti psikotik.
Kontra indikasi : Pada hipersensitifitas pada obat, glukoma sudut tertutup, obstruksi duodenal
atau pilorus, ulkus peptik stenosis dan hipertropi prostat.
Efek Samping : Pada SSP : mengantuk, pusing, penglihatan kabur, disorientasi, hilang
memori, agitasi, kegugupan, delirium, kelemahan, amnesia, sakit kepala dan isomnia. Pada
gastro intestinal dapat terjadi mulut kering, mual, muntah, distres epigastrik, konstipasi,
dilatasi kolon. Pada urologi dapat terjadi retensi urine, kesulitan mencapai atau
mempertahankan ereksi.
Pengobatan psikosoisl dan psikobilogik yang luas serta dilandasi pada pengkajian perawat
tentang kebutuhan dan kekuatan klien, orang terdekat sedapat mungkin terlibat.
1. b. Penatalaksanaan keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan menurut Gail Wiscard Stuart yang mempunyai respon sosial
maladaptive yaitu menetapkanhubungan terapeutik, melibatkan keluarga, menyiapkan
lingkungan terapeutik yang terstruktur, yang difokuskan pada harapan realistik, melibatkan
klien dalam pengambilan keputusan da proses perilaku interaksi dalam menetapkan batasan,
melindungi dari perilaku yang membahayakan diri, memfokuskan pada kekuatan, kontak dan
strategi perilaku lain.
1. c. Terapi Aktivitas kelompok
Menurut Keliat, Budi Anna 2004 menyebutkan bahwa untuk terapi aktivitas kelompok
(TAK) untuk harga diri rendah adalah sebagai berikut :
TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah
Sesi 1 : identifikasi hal positif pada diri
Tujuan
1. Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenanglkan
2. Kliken dapat mengidentifikasi hal positif yang ada pada dirinya
Setting
1. Terapis dan klien duduk dalam bersamaan dalam lingkaran
2. Ruangan yang nyaman dan tenang
Alat
1. Spidol sebanyak jumlah klien yang mengikuti TAK
2. Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang mengikuti TAK
Metode
1. Diskusi
2. Permainan
Langkah kegiatan
1. Persiapan
2. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan harga diri rendah
3. Membuat kontrak dengan klien
4. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
1. Orientasi
2. Salam terapeutik
3. Salam dari terapis kepada klien
4. 2. Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
5. Menanyakan nama dan panggilan semua klien
1. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
1. Kontrak
2. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yaitu bercakap-cakap tentang hal positif diri
sendiri
3. Terapis menjelaskan aturan main sebagai berikut.
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis
- Lama kegiatan 45 menit
- Setiap klien melakukan kegiatan dari awal hingga selesai
1. Tahap kerja
2. Terapis memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama panggilan serta memakai
papan nama
3. Terapis membagikan kertas dan spidol pada klien
4. Terapis meminta tiap klien untuk menulis pengalaman yang tidak menyenangkan
5. Terapis memberi pujian atas peran serta klien
6. Terapis membagikan kertas yang kedua
7. Terapis meminta klien menuliskan hal positif tentang diri sendiri : kemampuan yang
dimiliki, kegiatan yang biasa dilakukan di rumah dan di rumah sakit
8. Terapis meminta klien untuk membacakan hal positif yang telah ditulis secara
bergiliran sampai semua klien mendapatkan giliran
9. Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien
1. Tahap terminasi
2. Evaluasi
3. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
4. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
1. Tindak lanjut
Terapis meminta tiap klien menulis hal positif lain yang belum tertulis
1. Kontrak yang akan datang
2. Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu melatih hal positif diri yang dapat
diterapkan di rumah sakit dan di rumah
3. Menyepakat waktu dan tempat
Sesi 2 : melatih positif pada diri
Tujuan
1. Klien dapat menilai hal positif diri yang dapat digunakan
2. Klien dapat memilih hal positif diri yang akan dilatih
3. Klien dapat melatih hal positif diri yang telah dilatih
4. Klien dapat menjadwalkan penggunaan kemampuan yang telah dilatih
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Sesuaikan dengan kemampuan yang dilatih
3. Ruangan nyaman dan tenang
Alat
1. Spidol dan papan tulis/whiteboard/flipchart
2. Sesuaikan dengan kemampuan yang akan dilatih
3. Kertas daftar kemampuan positif pada sesi 1
4. Jadwal kegiatan sehari-hari dan pulpen
Metode
1. Diskusi dan tanya jawab
2. Bermain peran
Langkah kegiatan
1. Persiapan
2. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 1
3. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
4. Orientasi
5. Salam terapeutik
6. Salam dari terapis kepada klien
7. Klien dan terapis memakai papan nama
8. Evaluasi/validasi
9. Menanyakan perasaan klien saat ini
10. Menanyakan apakah ada tambahan hal positif klien
11. Kontrak
12. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu melatih hal positif pada klien
13. Terapis menjelaskan aturan main berikut
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis
- Lama kegiatan 45 menit
- Setiap klien mengikuti kegiatan dai awal sampai selesai
1. Tahap kerja
2. Terapis meminta semua klien membaca ulang daftar kemampuan positif pada sesi 1
dan memilih satu untuk dilatih
3. Terapis meminta klien menyebutkan pilihannya dan ditulis di whiteboard
4. Terapis meminta semua klien untuk memilih satu dari daftar di whitebard. Kegiatan
yang paling banyak dipilih diambil untuk dipilih
5. Terapis melatih cara pelaksanaan kegiatan/kemampuan yang dipilih dengan cara
berikut.
6. Terapis memperagakan
7. Klien memperagakan ulang (semua klien mendapat giliran)
8. Berikan pujian sesuai dengan keberhasilan klien
1. Kegiatan a sampai dengan d dapat diulang untuk kemampuan yang berbeda
1. Tahap terminasi
2. Evaluasi
3. Terapis menanyakan perasaan klien setela mengikuti TAK
4. Terapis memberikan pujian kepada kelompok
1. Tindak lanjut
Terapis meminta klien memasukkan kegiatan yang telah dilatih pada jadwal kegiatan sehari-
hari
1. Kontrak yang akan datang
2. Menyepakati TAK yang akan datang untuk hal positif lain
3. Menyepakati waktu dan tempat sampai aspek positif selesai dilatih
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi harga diri rendah sesi 2, kemampuan klien yang diharapkan adalah memiliki satu hal
positif yang akan dilatih dan memperagakannya.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan
tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 2 TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah. Klien
telah melatih merapikan tempat tidur. Anjurkan da jadwalkan agar klien melakukannya serta
berikan pujian.
1. 5. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada
situasi nyata implementasi sering kali berbeda dengan rencana. Hal ini terjadi karena perawat
belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
Yang biasa dilakukan perawat adalah menggunakan rencana tertulis yaitu apa yang
dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat membahayakan klien dan perawat
jika tindakan berakibat fatal dan juga tidak memberi aspek legal seperti tanda tangan.
Pada strategi pelaksanaan untuk harga diri rendah sp1 yaitu Mengidentifikasi kemampuan
dan aspek positif yang dimiliki pasien, Membantu pasien menilai kemampian pasien yang
masih ada, Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan
yang dipilih, Melatih pasien sesuai dengan kemampuan yang dipilih, Memberikan pujian
yang wajar terhadap keberhasilan pasien, Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam
jadwal kegiatan harian. Untuk sp2 yaitu Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, Melatih
kemampuan kedua, Menganjurkan pasien memasukkna dalam jadwal kegiatan harian.
1. 6. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada
kilen. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan. Evaluasi dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif yang
dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan
membandingkan antara respon klien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan
(Ernawati dalami, 2010) .
Evaluasi dapat dilakukan dengan mengunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir.
S : Respon subjektif kilen terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan, dapat
diukur dengan menanyakan : “ Bagaimana perasaan ibu setelah mencoba kemampuan ibu
yang dimiliki?”
O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan, dapat
diukur dengan mengobservasi prilaku klien pada saat tindakan dilakukan, atau menanyakan
kembali apa yang telah diajarkan atau memberi umpan balik sesuai hasil observasi.
A : Analisis ulang atas data subyektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah
masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang
ada, dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon klien yang terdiri
dari tindak lanjut klien, dan tindak lanjut oleh perawat.
Rencana tindak lanjut dapat berupa :
1. Rencana diteruskan jika masalah tidak berubah.
2. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap dan semua tindakan sudah dapat dijalankan,
tetapi hasilnya belum memuaskan.
3. Rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan
masalah yang ada, diagnosis lama juga dibatalkan.Rencana atau diagnosis selesai jika
tujuan sudah tercapai dan yang diperlukan adalah memelihara dan mempertahankan
kondisi yang baru.
Klien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evalusi agar dapat melihat adanya perubahan, serta
berupaya mempertahankan dan melihat adanya perubahan, serta berupaya mempertahankan
dan memelihara perubahan tersebut. Pada evaluasi sangat diperlukan reinforcement untuk
menguatkan perubaan yang positif. Klien dan keluarga juga dimotivasi untuk melakukan self-
reinforcement.
top related