kepuasan konsumen dan analisis sensitivitas … · kepuasan konsumen dan analisis sensitivitas...
Post on 02-Mar-2019
240 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
KEPUASAN KONSUMEN DAN ANALISIS SENSITIVITAS HARGA
PRODUK MADU PRAMUKA DI PT. MADU PRAMUKA
NUR UTAMI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kepuasan Konsumen
dan Analisis Sensitivitas Harga Produk Madu Pramuka di PT. Madu Pramuka
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Nur Utami
H34114066
i
ABSTRAK
NUR UTAMI. Kepuasan Konsumen Dan Analisis Sensitivitas Harga Produk
Madu Pramuka di PT. Madu Pramuka. Dibimbing oleh Rita Nurmalina Suryana.
Kesuksesan PT. Madu Pramuka dalam bisnis budidaya lebah madu secara
modern mendorong munculnya berbagai produk sejenis yang menjadikan kondisi
pasar semakin kompetitif. Tujuan penelitian adalah menganalisis tingkat
kepentingan dan kinerja atribut produk Madu Pramuka, menganalisis tingkat
kepuasan konsumen, serta menganalisis sensitivitas harga produk Madu Pramuka.
Metode penelitian yang digunakan adalah Importance Performance Analysis
(IPA), Customer Satisfaction Index (CSI), dan sensitivitas harga menggunakan
pendekatan Van Westendorp. Berdasarkan Importance Performance Analysis,
atribut dalam kuadran I yaitu atribut yang perlu mendapat prioritas utama untuk
dilakukan perbaikan dan peningkatan kinerja adalah kemudahan memperoleh
produk serta informasi pada kemasan. Atribut dalam kuadran II yaitu atribut yang
perlu dipertahankan kualitasnya adalah rasa madu, manfaat produk, serta keaslian
produk. Dari analisis Customer Satisfaction Index diperoleh nilai CSI sebesar
78,63, konsumen Madu Pramuka puas terhadap produk. Berdasarkan analisis
sensitivitas harga, harga Madu Pramuka super ukuran 650 ml saat ini sebesar
Rp110 000 berada pada rentang harga yang dapat diterima, yakni pada kisaran
harga dengan batas bawah adalah sebesar Rp105 000 dan batas atas sebesar
Rp115 000.
Kata kunci : Madu Pramuka, Kepuasan, Sensitivitas Harga, CSI, IPA
ABSTRACT
NUR UTAMI. The Consumer Satisfaction and Analysis on the Price Sensitivity of
Pramuka Honey Product of PT Madu Pramuka. Supervised by Rita Nurmalina
Suryana.
The success of PT. Madu Pramuka in its modern honeybee farming
business has encouraged the emergence of many varieties of similar products,
thus it leads to more competitive market conditions. The purposes of the study
were to analyze the importance level and attribute performance of the product, to
analyze the level of customer satisfaction, and also to analyze the price sensitivity
of the Pramuka Honey Product. The research methods that used were Importance
Performance Analysis (IPA), Customer Satisfaction Index (CSI), and Van
Westendorp method approach method. Based on the Importance Performance
Analysis, attributes included in the first quadrant, wich are the first priority
attributes that its performance should be fixed and improved, were the ease of
obtaining product and the information on the packaging. Attributes included in
Quadrant II, which are attributes that its quality should be mantained, were the
flavors, the benefits and the authenticity of the product. From the analysis of
Customer Satisfaction Index, a value of 78.63 was obtained indicating that
consumers of Pramuka Honey were satisfied with the product. Based on the
analysis of price sensitivity, the price of super Pramuka honey in size 650 ml
which is Rp110 000, was in acceptable price range, that is bound on the lower
end by Rp105 000 and on the upper end by Rp115 000.
Key words: Pramuka Honey, Satisfaction, Price Sensitivity, CSI, IPA
iii
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
KEPUASAN KONSUMEN DAN ANALISIS SENSITIVITAS HARGA
PRODUK MADU PRAMUKA DI PT. MADU PRAMUKA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
NUR UTAMI
Judul Skripsi : Kepuasan Konsumen dan Analisis Sensitivitas Harga Produk Madu
Pramuka di PT. Madu Pramuka
Nama : Nur Utami
NIM : H34114066
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS
Dosen Pembimbing
Diketahui Oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
JuduJ Skripsi: Kepuasan Konsumen dan Analisis Sensitivitas Harga Produk Madu Pramuka di PT. Madu Pramuka
Nama : NurUtami NIM : H34114066
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS Dosen Pembimbing
Diketahui Oleh
Tanggal LuJus: -0 3 MAR 2014
v
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September ini ialah perilaku konsumen,
dengan judul Kepuasan Konsumen dan Analisis Sensitivitas Harga Produk Madu
Pramuka di PT. Madu Pramuka.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Rita Nurmalina Suryana,
MS selaku dosen pembimbing, Tintin Sarianti SP, MM selaku dosen evaluator
dalam pelaksanaan seminar proposal, Dr Ir Suharno, M.Adev dan Arif Karyadi
Uswandi SP, selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan
masukan. Penghargaan penulis sampaikan kepada segenap jajaran staf PT. Madu
Pramuka yang telah mengijinkan untuk melaksanakan penelitian dan telah
membantu selama pengumpulan data mengenai gambaran umum perusahaan.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah saya Sugiyono, ibu saya
Tumirah, serta seluruh keluarga, atas segala do’a dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2014
Nur Utami
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Perumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 7
Manfaat Penelitian 7
Ruang Lingkup Penelitian 7
TINJAUAN PUSTAKA 7
Penelitian Terdahulu 7
Penelitian Terdahulu Mengenai Sensitivitas Harga 8
Penelitian Terdahulu Mengenai Kepuasan Konsumen 9
Penelitian Terdahulu Mengenai Madu 10
KERANGKA PEMIKIRAN 11
Madu 11
Kandungan Madu 12
Kerangka Pemikiran Teoritis 12
Perilaku Konsumen 12
Produk 13
Harga 13
Kepuasan Konsumen 14
Importance Performance Analysis (IPA) 15
Customer Satisfaction Index (CSI) 15
Sensitivitas Harga 16
Kerangka Pemikiran Operasional 17
METODE PENELITIAN 20
Lokasi dan Waktu Penelitian 20
Metode Penentuan Sampel 20
Jenis dan Sumber Data 20
Metode Pengumpulan Data 21
vii
Metode Pengolahan Data 21
Analisis Deskriptif 22
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 22
Uji Validitas 22
Uji Reliabilitas 23
Importance Performance Analysis (IPA) 24
Customer Satisfaction Index (CSI) 26
Analisis Sensitivitas Harga 28
HASIL DAN PEMBAHASAN 28
Hasil 28
Gambaran Umum Perusahaan PT. Madu Pramuka 28
Struktur Organisasi Perusahaan 29
Karakteristik Umum Konsumen 31
Jenis Kelamin 32
Pekerjaan 32
Domisili 33
Pendapatan Setiap Bulan 34
Uji Validitas 34
Uji Reliabilitas 35
Importance Performance Analysis (IPA) 35
Customer Satisfaction Index (CSI) 41
Analisis Sensitivitas Harga 42
SIMPULAN DAN SARAN 49
Simpulan 49
Saran 49
DAFTAR PUSTAKA 50
DAFTAR TABEL
1 Produksi dan Impor Madu Indonesia Tahun 2007 sampai 2011 1
2 Nama Dagang Madu dan Produsen Lebah Madu di Indonesia 3
3 Tingkat harga pada beberapa merek madu di Indonesia 3
4 Atribut Uji Validitas 23
5 Skor Penilaian Tingkat Kinerja dan Kepentingan 25
6 Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index 27
7 Posisi serta Tugas dan Wewenang pada PT. Madu Pramuka 30
8 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Usia 32
9 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin 32
10 Karaktersiktik Konsumen Berdasarkan Jenis Pekerjaan 33
11 Karaktersitik Konsumen Berdasarkan Domisili 33
12 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Pendapatan setiap Bulan 34
13 Atribut Penelitian 35
14 Nilai Rata-Rata Atribut Madu Pramuka berdasarkan Tingkat
Kepentingan dan Tingkat Kinerja 36
15 Perhitungan Costumer Satisfaction Index 42
16 Daftar Harga Madu Pramuka Ukuran 650 ml 43
17 Penilaian Responden Terhadap Harga Jual Madu Pramuka Super Ukuran
650 ml pada Berbagai Kategori Harga 44
18 Hasil Analisis Sensitivitas Harga Produk Madu Pramuka Super Ukuran
650 ml 48
ix
DAFTAR GAMBAR
1 Penjualan Madu Pramuka Di Gerai Pusat Cibubur Tahun 2008-2012 5
2 Model Perilaku Konsumen 13
3 Hubungan Kepuasan Pelanggan dengan Laba 14
4 Kerangka Pemikiran Operasional 19
5 Diagram Kartesius Tingkat Kinerja dan Kepentingan Konsumen 26
6 Diagram Kartesius Importance Performance Analysis Madu Pramuka 36
7 Grafik Indifferent Pricing Point (IPP) Terhadap Harga Jual Madu
Pramuka Super Ukuran 650 ml. 45
8 Grafik Optimum Pricing Point (OPP) Terhadap Harga Jual Madu
Pramuka Super Ukuran 650 ml 46
9 Grafik Marginal Expensive Point (MEP) Terhadap Harga Jual Madu
Pramuka Super Ukuran 650 ml 46
10 Grafik Marginal Cheap Point (MCP) Terhadap Harga Jual Madu
Pramuka Super Ukuran 650 ml 47
11 Grafik Range of Acceptible Price (RAP) Terhadap Harga Jual Madu
Pramuka Super Ukuran 650 ml 48
DAFTAR LAMPIRAN
1 Data Hasil Kuesioner untuk Uji Validitas 53
2 Hasil Uji Validitas 54
3 Data Hasil Kuesioner untuk Uji Reliabilitas 59
4 Hasil Uji Reliabilitas 60
5 Data Kepentingan Hasil Kuesioner 62
6 Data Kinerja Hasil Kuesioner 66
7 Indikator Tingkat Kinerja Atribut Madu Pramuka 70
8 Bagan Struktur Organisasi PT. Madu Pramuka 73
9 RIWAYAT HIDUP 74
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Madu adalah zat manis alami yang dihasilkan lebah berasal dari bahan
baku nektar bunga. Madu merupakan salah satu komoditi hasil non hutan yang
memberikan banyak manfaat. Manfaat madu berupa kandungan berbagai zat yang
berkhasiat untuk kesehatan. Zat yang terkandung dalam madu terdiri dari glukosa,
fruktosa, maltosa, sukrosa, karbohidrat, enzim diatase, enzim invertase, dan zat
warna yang bervariasi. Glukosa dalam madu berkhasiat mengembalikan cairan
tubuh dengan cepat. Fruktosa dapat mengurangi kerusakan hati. Enzim diatase
dan invertase berguna untuk mengurangi pati, protein, dan glikosida yang
berlebihan dalam tubuh. Secara umum peranan madu untuk kesehatan dapat
membantu meningkatkan daya tahan dan sistem kekebalan tubuh1. Madu juga
digunakan sebagai bahan baku utama ataupun pendukung dalam proses produksi
industri seperti industri minuman, makanan, farmasi, dan kosmetik.
Penggunaan madu sebagai obat dalam Islam sudah diterapkan sejak zaman
Nabi Muhammad SAW. Pada saat itu, madu digunakan untuk mengobati
penyakit diare. Penggunaan madu sebagai obat dalam perspektif agama Islam
memiliki kelebihan dibandingkan obat-obatan lain. Madu adalah satu-satunya obat
berbahan alami yang khasiatnya secara eksplisit dijelaskan oleh Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah dalam Q.S An-Nahl ayat 68 sampai 69, madu adalah
“obat yang menyembuhkan bagi manusia”. Fakta ilmiah ini telah dibenarkan oleh
para ilmuwan, seperti yang telah banyak di lakukan penelitian, menemukan bahwa
madu mengandung bahan antioksidan, antimikroba, anti jamur yang alami
sehingga dapat digunakan sebagai perawat kulit, pengawet makanan dan juga
sebagai obat luka2.
Konsumsi madu perkapita di Indonesia masih rendah yaitu sebesar 7.5
gram/tahun, sedangkan negara Jerman mencapai 1.5 kilogram/tahun dan Jepang
sudah mencapai 2 kilogram/tahun. Tingkat konsumsi madu di Indonesia yang
masih rendah disebabkan oleh persepsi masyarakat tentang fungsi madu hanya
sebagai obat3. Saat ini kebutuhan madu nasional sebanyak 2 200 ton/tahun.
Sedangkan produksi nasional pada tahun 2011 baru mencapai 107.94 ton/tahun
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Produksi dan Impor Madu Indonesia Tahun 2007 sampai 2011
No. Tahun Produksi Madu (Ton) Tren (%) Impor Madu (Ton) Tren (%)
1 2007 8 663.81 - 922 - 2 2008 7 690.14 -11.24 946 2.60 3 2009 1 931.62 -74.88 8 265 773.68 4 2010 15.40 -99.20 15 595.49 88.69 5 2011 107.94 600.90 2 299.02 -85.26
Rata-rata 2007-2011 3 681.78 103.89 5 605.50 194.93
Keterangan: (-) penurunan jumlah produksi
Sumber : Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan
Perhutanan Indonesia, 2012
1 http://naturehealthy.com/ [1 Juli 2013] 2 http://www.voa-islam.com/ [ 1 Juli 2013] 3 http://www.tubasmedia.com [2 Mei 2013]
2
Berdasarkan data kebutuhan madu nasional dan produksi madu nasional
diketahui bahwa kebutuhan terhadap madu belum terpenuhi. Salah satu alternatif
yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan madu nasional adalah dengan
melakukan impor. Berdasarkan data pada Tabel 1 menunjukkan adanya fluktuasi
produksi madu yang sebagian besar mengalami tren penurunan pada setiap
tahunnya berimbas pada peningkatan volume impor madu. Penurunan produksi
madu terjadi pada tahun 2007 sampai 2010, berbanding terbalik dengan volume
impor madu yang mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 sampai 2008
produksi madu mengalami penurunan sebesar 11.24 persen sehingga impor madu
mengalami peningkatan sebesar 2.60 persen. Pada tahun 2008 sampai 2009
penurunan produksi madu sebesar 74.88 persen sehingga impor madu meningkat
sebesar 773.68 persen. Pada tahun 2009 sampai 2010 produksi madu mengalami
penurunan sebesar 99.20 persen sehingga volume impor madu meningkat sebesar
88.69 persen. Produksi madu mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar
601 persen sehingga impor madu menurun sebesar 85.26 persen.
Faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi madu diantaranya yaitu
adanya ketersediaan pakan lebah yang lebih banyak, bersumber dari pemilik usaha
tanaman berbunga yang bersedia menjadikan tanamannya sebagai pakan lebah
madu karena kegiatan lebah madu tersebut dapat membantu proses penyerbukan.
Selain itu, saat ini telah banyak diusahakan alternatif tanaman lain sebagai pakan
lebah yang dapat menghasilkan nektar dan polen sepanjang tahun, mudah didapat
dan dengan harga yang terjangkau. Perkembangan produksi madu yang cukup
baik memberikan peluang bisnis madu di Indonesia. Hal tersebut juga didukung
dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan
sehingga merubah pola hidup masyarakat yang lebih memilih untuk
mengkonsumsi segala bentuk makanan dan minuman yang berasal dari alam dan
bebas bahan kimia seperti madu salah satunya.
PT. Madu Pramuka merupakan pelopor perlebahan modern yang berdiri
sejak tahun 1970. Perusahaan ini didirikan oleh Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka dengan maksud dan tujuan melakukan kegiatan budidaya lebah modern
guna mendorong gerakan pramuka pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya untuk beternak lebah serta menjaga kelestarian hutan di Indonesia.
Sebagai pioneer perlebahan modern di Indonesia, salah satu bidang usaha yang
dimiliki PT. Madu Pramuka adalah memproduksi berbagai jenis produk madu
seperti madu kapuk, karet, klengkeng, rambutan, apel, mangga, kopi, mahoni,
durian, multiflora/hutan, madu super, madu royal jelly, dan madu pollen.
Kesuksesan PT. Madu Pramuka dalam bisnis budidaya lebah madu secara modern
dan adanya peluang usaha madu yang cukup potensial di Indonesia mendorong
munculnya beberapa produsen baru dibidang budidaya lebah madu. Hal ini
ditandai dengan banyaknya jumlah merek madu yang beredar di pasaran dari
berbagai produsen yang berbeda. Jumlah produk madu yang banyak beredar di
pasaran dalam berbagai merek dan variasi kemasan dari berbagai produsen madu
yang berbeda menjadikan konsumen semakin leluasa dalam memilih sehingga
kondisi pasar semakin kompetitif. Sebagian produsen madu yang ada di Indonesia
ditunjukkan pada Tabel 2.
3
3
Tabel 2 Nama Dagang Madu dan Produsen Lebah Madu di Indonesia
No. Nama Dagang Produsen
1. Madu Nusantara PT. Madu Murni Nusantara
2. Madurasa PT. Air Mancur
3. Madu Tawon PT. Ibu Jaya
4. Floramadu PT. Ciubras
5. Madu Perhutani Perum Perhutani
6. Madu Alam Sumbawa PT. Suba Alam Muda
7. Madu Alam CV Bangka Indah
8. Madu Multisari PT. Multisari Idaman
9. Madu Mutiara Tugu Ibu Apriari Mutiara Tugu Ibu
10. Madu Kuat Royal Honey Meditrika Agung
11. Madu Kalimantan Kalimantan Perdana
12. Madu Pramuka PT. Madu Pramuka
Sumber: http://www.bi.go.id/ (28 Juni 2013)
Harga merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi pilihan
konsumen. Harga berpengaruh terhadap posisi kompetitif perusahaan dan pangsa
pasarnya. Karena itu, harga menentukan pendapatan perusahaan dan laba bersih.
Tingkat harga pada beberapa merek madu di Indonesia ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3 Tingkat harga pada beberapa merek madu di Indonesia
Jenis Madu Ukuran
Kemasan
Merek
Madu Pramuka Madu Nusantara Madu Multisari
Madu Murni 650 ml Rp105 000 Rp70 000 Rp87 500
Madu Hutan 650 ml Rp105 000 - Rp70 000
Madu Super 650 ml Rp110 000 Rp96 000 Rp97 500
Sumber: survei pasar pendahuluan
Berdasarkan data tingkat harga pada beberapa merek madu dengan jenis
yang sama diketahui bahwa Madu Pramuka memiliki harga yang lebih tinggi
dibanding produk madu lainnya. Pada ukuran kemasan yang sama dengan volume
sebesar 650 ml harga produk Madu Pramuka lebih tinggi dibandingkan harga
produk Madu Nusantara dan Madu Multisari. Berdasarkan survey pendahuluan
diketahui bahwa Madu Nusantara dan Madu Multisari merupakan merek madu
yang lebih dikenal dikalangan konsumen. Harga produk Madu Pramuka yang
lebih tinggi dibanding dengan harga produk madu lain di pasaran tentunya
berpengaruh terhadap konsumen dalam melakukan pembelian. Persaingan tingkat
harga madu di setiap produsen dan adanya kondisi pasar yang semakin kompetitif
maka setiap produsen perlu melakukan penetapan harga yang tepat agar dapat
diterima oleh semua kalangan konsumen sehingga dapat menciptakan kepuasan
bagi konsumen. Pemahaman terhadap konsumen, kebutuhan dan keinginannya
merupakan bagian integral dari keberhasilan pemasaran. Perusahaan perlu
menyadari bahwa profitabilitas perusahaan tergantung langsung pada kemampuan
mereka membaca sikap konsumen dan kemudian memuaskan kebutuhannya.
Kepuasan konsumen sangat menentukan tingkat pertumbuhan suatu usaha.
Apabila pelanggan tidak puas maka mereka akan berpaling ke perusahaan lain.
Hal tersebut tidak hanya berhenti disitu saja, umumnya setelah para konsumen
merasa tidak puas, mereka cenderung menceritakan kekecewaannya kepada orang
4
lain sehingga membuat masalah tersebar dan sulit dihentikan. Akibatnya reputasi
perusahaan menjadi buruk di mata konsumen. Oleh karena itu sangat perlu
mengetahui kepuasan konsumen dan tingkat harga yang dapat diterima oleh
konsumen sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan strategi pemasaran
khususnya terkait dengan penetapan harga yang tepat.
Perumusan Masalah
PT. Madu Pramuka adalah salah satu perusahaan yang mengusahakan
pengembangan peternakan lebah madu. Pada awal berdirinya bernama Pusat
Perlebahan Apiari Pramuka yang didirikan atas gagasan dari Sekjen Kwartir
Nasional Gerakan Pramuka yang ingin menerapkan kegiatan peternakan lebah
secara modern di Indonesia pada tahun 1970. Gagasan tersebut diungkapkan
dalam workshop peternakan lebah di Jakarta yang diselenggarakan pada tanggal
28 Mei 1970. Salah satu hasil dari workshop tersebut adalah pembentukan suatu
badan untuk menampung segala aktivitas peternakan lebah di lingkungan Gerakan
Pramuka. Sehingga terbentuklah suatu unit usaha Pramuka yang disebut Pusat
Perlebahan Apiari Pramuka4.
Pada bulan Januari 2005 Kwarnas Gerakan Pramuka merubah fungsi Unit
Usaha Apiari Pramuka menjadi Perseroan Terbatas (PT) Madu Pramuka dengan
akte Notaris No. 6 tanggal 5 Januari 2005. PT. Madu Pramuka merupakan
pioneer perlebahan modern di Indonesia yang menyediakan berbagai macam
produk dari lebah madu seperti aneka jenis madu, royal jelly, bee pollen, propolis,
lilin lebah, dan sengatan lebah (apitherapy) (PT. Madu Pramuka 2013). Produk
madu PT. Madu Pramuka dikenal memiliki keaslian dan manfaat yang baik bagi
kesehatan di kalangan konsumennya. Namun dengan berbagai kelebihan yang
dimiliki, PT. Madu Pramuka masih menghadapi beberapa permasalahan
khususnya dalam menciptakan kepuasan konsumen terhadap produk. PT. Madu
Pramuka juga memiliki keterbatasan dalam memasarkan produknya ke pasar yang
lebih luas karena hingga saat ini produk yang dihasilkan hanya dipasarkan melalui
gerai-gerai pribadi milik PT. Madu Pramuka. Sehingga tidak sedikit konsumen
madu yang tidak mengenal Madu Pramuka. Padahal madu merupakan produk
unggulan yang dimiliki oleh PT. Madu Pramuka sebagai pioneer perlebahan
modern.
Penjualan madu PT. Madu Pramuka juga menghadapi fluktuasi yang
berimbas pada penurunan pendapatan. Fluktuasi penjualan madu dapat dilihat
pada Gambar 1.
4 http://pusatperlebahanpramukacibubur.com [2 Mei 2013]
5
5
Gambar 1 Penjualan Madu Pramuka Di Gerai Pusat Cibubur Tahun 2008-2012
Sumber : PT. Madu Pramuka
Gambar 1 menunjukkan bahwa penjualan Madu Pramuka mengalami
fluktuasi yang berimbas pada penurunan pendapatan. Hal tersebut terlihat dari
penjualan Madu Pramuka yang terus mengalami penurunan pada tahun 2008
sampai tahun 2010. Pada tahun 2008 penjualan Madu Pramuka sebesar
Rp4 432 601 300 kemudian penjualan mengalami penurunan di tahun 2009 yang
hanya mencapai sebesar Rp4 257 956 175 dan pada tahun 2010 kembali
mengalami penurunan penjualan yang hanya mencapai Rp4 088 186 750. Namun
pada tahun 2011 penjualan Madu Pramuka mengalami peningkatan penjualan
mencapai Rp6 232 963 650 dan kembali mengalami penurunan penjualan di tahun
2012 yang hanya mencapai Rp5 989 848 500. Selain adanya penurunan,
penjualan Madu Pramuka juga tidak mencapai target yang telah ditetapkan. Target
penjualan yang ditetapkan pada tahun 2008 sebesar Rp5 000 000 000 namun
penjualan hanya mencapai Rp4 432 601 300, pada tahun 2009 target penjualan
yang ditetapkan sebesar Rp6 000 000 000 namun penjualan hanya mencapai
Rp4 257 956 175. Tahun 2010 target penjualan yang ditetapkan sebesar
Rp7 000 000 000 namun penjualan Madu Pramuka hanya mencapai Rp4 088 186
750. Pada tahun 2011 penjualan Madu Pramuka mengalami peningkatan namun
hasil penjualan yang diperoleh belum mampu mencapai target yang telah
ditetapkan, dimana target yang ditetapkan sebesar Rp8 000 000 000 namun
penjualan Madu Pramuka hanya sebesar Rp6 232 963 650. Tahun 2012 penjualan
Madu Pramuka mengalami penurunan dan semakin jauh dibawah target yang
telah ditetapkan, dimana target yang telah ditetapkan sebesar Rp9 000 000 000
namun penjualan Madu Pramuka hanya mencapai Rp5 989 848 500.
Adanya penurunan penjualan dan target penjualan yang selalu tidak
tercapai selama 5 tahun terakhir mengindikasikan bahwa produk Madu Pramuka
belum mampu menciptakan kepuasan sepenuhnya bagi keseluruhan konsumen,
karena ketika konsumen merasa tidak puas terhadap suatu produk maka mereka
cenderung akan berpindah ke produk lain dan tidak kembali mengkonsumsi
produk tersebut sehingga hal ini berpengaruh terhadap tingkat penjualan yang
-
1,000,000,000
2,000,000,000
3,000,000,000
4,000,000,000
5,000,000,000
6,000,000,000
7,000,000,000
8,000,000,000
9,000,000,000
10,000,000,000
2008 2009 2010 2011 2012
Ru
pia
h
Tahun
Penjualan Madu Pramuka
Penjualan
Target Penjualan
6
semakin menurun. Beragamnya produk madu di pasaran dengan berbagai merek,
kemasan dan tingkat harga yang berbeda telah mengganggu tingkat pembelian
konsumen secara berulang karena konsumen semakin leluasa untuk memilih
sehingga tingkat persaingan antar produk juga semakin kuat. Karakteristik produk
seperti volume, informasi pada kemasan, serta aroma madu yang tidak sesuai
dengan harapan konsumen sehingga menimbulkan keluhan konsumen juga telah
mempengaruhi minat konsumen dalam melakukan pembelian.
Kebijakan yang berpengaruh besar terhadap keberhasilan pemasaran
adalah penentuan kebijakan harga yang tepat. Produk madu Pramuka memiliki
tingkat harga lebih tinggi dibandingkan dengan harga produk madu lain yang
banyak beredar dipasar serta mudah ditemui seperti Madu Nusantara dan Madu
Multisari. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, pada jenis madu dan
kemasan yang sama sebesar 650 ml, harga Madu Pramuka lebih tinggi
dibandingkan harga Madu Nusantara. Tingkat harga Madu Pramuka yang lebih
tinggi dibandingkan merek madu lain yang lebih mudah untuk ditemui di pasaran
dengan tidak didukung adanya kemudahan bagi konsumen untuk bisa membelinya
di berbagai tempat penjualan telah menimbulkan keluhan dari beberapa
konsumen. Hal ini tentunya sangat berpengaruh terhadap minat konsumen dalam
melakukan pembelian. Ketika konsumen membeli suatu produk, mereka
menukarkan suatu nilai (harga) untuk mendapatkan sesuatu agar dapat dimiliki
atau dimanfaatkan.
Harga suatu produk merupakan faktor penentu permintaan pasar pada
suatu produk. Penetapan harga suatu produk harus dipertimbangkan berdasarkan
pemahaman hubungan antara harga dan permintaan, serta kesesuaian dengan
persepsi konsumen pada nilai. Jika suatu produk dijual dengan harga lebih rendah
daripada yang ditetapkan oleh pesaing maka target laba yang diinginkan tidak
akan tercapai. Begitu juga sebaliknya, apabila harga suatu produk dijual lebih
mahal daripada harga yang ditetapkan oleh pesaing, hal ini dapat berisiko pada
berkurangnya kesempatan menjual karena konsumen akan memilih produk
dengan harga yang lebih terjangkau. Oleh karena itu, untuk menentukan
perubahan penetapan harga, perusahaan memerlukan informasi mengenai tingkat
range harga yang dapat diterima konsumen.
Permasalahan-permasalahan tersebut dapat diatasi salah satunya dengan
cara mendapatkan informasi dari konsumen madu PT. Madu Pramuka mengenai
tingkat kepuasan konsumen dan rentang harga yang relevan bagi konsumen. Oleh
karena itu penelitian ini diharapkan dapat membantu PT. Madu Pramuka dalam
menganalisis sensitivitas harga dan kepuasan konsumen serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya, agar perusahaan dapat merumuskan alternatif strategi
pemasaran khususnya terkait kebijakan penetapan harga yang tepat sehingga
perusahaan dapat bertahan dalam industri madu dan meningkatkan penjualan
untuk memperoleh laba yang berkelanjutan.
Berdasarkan kondisi dan permasalahan yang ada pada PT. Madu Pramuka,
maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini
adalah:
1) Bagaimana tingkat kepentingan dan kinerja atribut produk Madu Pramuka?
2) Bagaimana tingkat kepuasan konsumen terhadap produk Madu Pramuka?
3) Bagaimana sensitivitas harga dan berapa range harga produk Madu Pramuka
yang dapat diterima konsumen?
7
7
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan,
maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1) Menganalisis tingkat kepentingan dan kinerja atribut produk Madu Pramuka.
2) Menganalisis tingkat kepuasan konsumen terhadap produk Madu Pramuka.
3) Menganalisis sensitivitas harga dan range harga produk Madu Pramuka yang
dapat diterima konsumen.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak yang
berkepentingan:
1) Bagi peneliti, penelitian ini merupakan salah satu sarana untuk
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama dibangku kuliah,
khususnya dalam menganalisis kepuasan konsumen.
2) Bagi PT. Madu Pramuka, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk perusahaan guna melakukan perbaikan strategi terutama
yang berkaitan dengan penetapan dan perubahan harga.
3) Bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
dan informasi yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya khususnya
penelitian terkait sensitivitas harga dan analisis kepuasan konsumen.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah mengkaji tingkat kepentingan dan
kinerja atribut Madu Pramuka, kepuasan konsumen Madu Pramuka serta
sensitivitas harga produk Madu Pramuka ukuran 650 ml. Informasi yang dapat
diperoleh dari penelitian ini adalah pandangan atau penilaian konsumen terhadap
produk madu, tingkat kepentingan dan kinerja atribut Madu Pramuka, tingkat
kepuasan konsumen dan tingkat sensitivitas harga. Pengambilan responden
dilakukan hanya pada konsumen madu PT Madu Pramuka.
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai rujukan adalah penelitian
terkait dengan topik dan produk yang dipilih dalam penelitian. Maka penelitian
yang dipilih untuk dijadikan sebagai rujukan adalah penelitian mengenai analisis
sensitivitas harga, kepuasan konsumen, dan penelitian mengenai produk madu.
Hal tersebut bertujuan untuk melihat perbandingan antara penelitian terdahulu
dengan penelitian ini sehingga dapat menunjukkan persamaan, perbedaan,
keunggulan, dan kelemahan pada penelitian.
8
Penelitian Terdahulu Mengenai Sensitivitas Harga
Erwanto (2005) melakukan penelitian mengenai Analisis Sensitivitas
Harga dan Loyalitas Konsumen Terhadap Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
Di Kota Bogor. Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisa preferensi
konsumen terhadap produk AMDK dan menganalisa hubungan perubahan harga
(sensitivitas harga) dengan loyalitas konsumen AMDK merek Aqua. Metode
analisis yang digunakan adalah metode deskriptif analitik dan metode Huisman.
Berdasarkan nilai presentase pangsa preferensi pada setiap tingkat harga yang
diuji (P0 sampai P4) untuk berbagai merek AMDK, menunjukkan hasil bahwa
merek Aqua memiliki nilai presentase pangsa preferensi yang semakin meningkat,
diikuti oleh merek Ades. Sebaliknya untuk merek 2Tang, justru selalu mengalami
penurunan nilai presentase pangsa preferensi. Dari hasil tersebut, menunjukkan
bahwa konsumen AMDK merek Aqua lebih loyal dibandingkan dengan
konsumen AMDK merek Aquades dan 2Tang bila masing-masing produsen
meningkatkan harga produknya. Faktor dominan yang mempengaruhi responden
untuk tetap mengkonsumsi hanya pada merek tertentu saja adalah faktor
ketersediaan, sedangkan faktor keyakinan terhadap kualitas produk serta harga
yang relatif terjangkau juga merupakan faktor yang mempengaruhi konsumen
terhadap keputusan pembelian merek AMDK.
Indra (2008) melakukan penelitian mengenai Analisis Sensitivitas Harga
dan Loyalitas Konsumen terhadap Minyak Goreng Merek Bimoli di Kota Bogor.
Alat analisis yang digunakan yaitu analisis sensitivitas harga, analisis tabulasi
deskriptif, dan analisis regresi logistik (metode logit). Hasil dari nilai odds ratio
untuk variabel pengeluaran adalah 5.05 artinya pembeli dengan tingkat
pengeluaran lebih tinggi, berpeluang lebih loyal 5.05 kali dibandingkan pembeli
dengan pengeluaran yang lebih kecil. Nilai odds ratio untuk variabel pendidikan
adalah 0.08 artinya pembeli dengan tingkat pendidikan lebih tinggi, berpeluang
lebih loyal 0.08 kali dibandingkan pembeli dengan pendidikan yang lebih rendah.
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas harga diperoleh hasil bahwa harga minyak
goreng Bimoli, berada pada rentang harga yang optimum yang dapat diterima,
yaitu antara Rp22 500 hingga Rp24 500. Konsumen akan mulai berperilaku tidak
loyal ketika kenaikan harga mencapai lebih dari Rp3 000 dari harga dasarnya,
yaitu pada tingkat harga Rp26 500, ketika harga produk minyak goreng yang lain
tetap.
Penelitian yang dilakukan oleh Erwanto (2005) dan Indra (2008) sama-
sama mengkaji mengenai sensitivitas harga dan loyalitas konsumen. Kedua
penelitian ini menggunakan konsep yang berbeda dimana analisis sensitivitas
yang dilakukan oleh Erwanto membandingkan diantara tiga produk yang berbeda
yaitu Air Minum Dalam Kemasan merek Aqua, Ades dan 2Tang. Analisis
sensitivitas yang dilakukan menggunakan metode Huisman dan didapatkan hasil
bahwa nilai sensitivitas harga merek Aqua pada berbagai tingkat harga memiliki
nilai rataan terkecil yaitu 0.1114, diikuti oleh Ades dengan nilai 0.1290 dan 2Tang
dengan nilai 0.1689. Penelitian yang dilakukan oleh Indra (2008) mengenai
analisis sensitivitas harga produk minyak goreng Bimoli menggunakan metode
Van Wesrenrdorp. Hasil dari analisis sensitivitas harga disajikan dalam bentuk
grafik yang menunjukkan lima tingkat harga terdiri dari tingkat harga tertinggi
bagi produk atau Marginal Expensive Point (MEP), tingkat harga terendah bagi
9
9
produk Marginal Cheap Point (MCP), tingkat harga optimum bagi produk
Optimum Price Point (OPP), Indifference Price Point (IPP), dan rentang harga
yang wajar bagi produk Range of Acceptable Price (RAP).
Penelitian Terdahulu Mengenai Kepuasan Konsumen
Penelitian Heriyana (2008) mengenai Analisis Kepuasan Konsumen Madu
Mutiara Tugu Ibu di Depok Jawa Barat. Tujuan dari penelitian adalah untuk
menganalisis karakteristik konsumen dan atribut-atribut yang mempengaruhi
kepuasan serta tingkat kepuasan konsumen Madu Pramuka. Desain penelitian
adalah survei yang bersifat deskriptif serta analisis tingkat kepentingan dan
kinerja. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis IPA, keseluruhan atribut
dinilai baik oleh konsumen sehingga tidak terdapat atribut yang masuk dalam
kuadran D. Atribut yang masuk di dalam kuadran A yaitu wilayah yang memuat
atribut yang dianggap penting namun tidak sesuai oleh harapan konsumen hanya
satu yaitu kenyamanan ruangan. Atribut yang masuk dalam kuadaran B yaitu
wilayah yang memuat atribut yang dianggap penting dan sudah sesuai dengan
harapan konsumen meliputi rasa madu, manfaat madu, kemudahan menjangkau
lokasi, kemampuan karyawan berkomunikasi dengan konsumen, kecepatan
karyawan dalam menanggapi keluhan konsumen, keramahan dan kesopanan
karyawan, kebersihan dan kerapihan karyawan, serta kebersihan dan kerapihan
ruangan. Atribut yang masuk dalam kuadaran C yaitu wilayah yang memuat
atribut yang dianggap kurang penting oleh konsumen meliputi harga madu, aroma
madu, kekentalan madu, warna madu, promosi penjualan, label kemasan, serta
citra konsumen. Secara keseluruhan, atribut-atribut perusahaan madu MTI dapat
memuaskan konsumen. Hal ini dapat dilihat dari nilai Customer Satisfaction Index
(CSI) sebesar 0.78 dengan intrepretasi puas.
Penelitian Arief (2008) mengenai Analisis Kepuasan Konsumen Produk
Susu Ultra Milk. Analisis yang dilakukan meliputi analisis deskriptif pada
karakteristik umum responden dan analisis kuantitatif menggunakan Importance
Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI). Berdasarkan
hasil analisis index kepuasan konsumen secara keseluruhan yang berhasil dicapai
produk Ultra Milk sebesar 61.89 persen artinya perusahaan memuaskan 61.89
persen dari harapan konsumen. Atribut yang paling memuaskan konsumen adalah
atribut kondisi kemasan pada saat dikonsumsi yang memiliki skor indeks
kepuasan tertinggi sebesar 0.672 atau 67.2 persen. Atribut yang harus
diprioritaskan perbaikan kinerjanya adalah atribut untuk kandungan bahan
pengawet dan kemudahan memperoleh produk. Atribut yang harus dipertahankan
kinerjanya adalah atribut tambahan nilai gizi, jaminan halal dan izin Depkes,
kekentalan cairan produk, ukuran volume produk, dan kondisi kemasan pada saat
dikonsumsi. Atribut yang menjadi prioritas rendah perusahaan meliputi aroma
yang khas, variasi pilihan rasa, kejelasan tanggal kadaluarsa, harga eceran
dibandingkan dengan volume produk, dan desain kemasan yang menarik. Atribut
dapat diminum kapan saja merupakan atribut yang dinilai berlebihan tingkat
kinerjanya oleh konsumen.
Penelitian mengenai kepuasan konsumen dilakukan oleh Heriyana (2008)
dan Arief (2008). Kedua penelitian ini sama-sama menggunakan Importance
Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI). Pembeda dari
10
kedua penelitian tersebut hanya terletak pada objek penelitian dan atribut
penelitian yang digunakan pada penelitian, Heriyana (2008) atribut penelitian
yang digunakan terdiri dari 17 atribut sedangkan pada penelitian Arief Rahman
(2008) terdiri dari 13 atribut.
Penelitian Terdahulu Mengenai Madu
Raisa (2011) melakukan penelitian mengenai Analisis Proses Keputusan
Pembelian dan Kepuasan Konsumen Madu Pramuka di PT Madu Pramuka serta
Implikasinya terhadap Bauran Pemasaran. Analisis yang dilakukan meliputi
analisis kualitatif menggunakan metode deskriptif melalui karakteristik umum
konsumen dan proses keputusan pembelian konsumen Madu Pramuka, sedangkan
analisis kuantitatif menggunakan Importance Performance Analysis (IPA) dan
Customer Satisfaction Index (CSI). Berdasarkan hasil analisis IPA, atribut produk
yang termasuk dalam Kuadran I atau prioritas utama yaitu informasi pada produk
dan kemudahan memperoleh produk; pada Kuadran II atau pertahankan prestasi
terdapat rasa, manfaat dan keaslian madu; pada Kuadran III atau prioritas rendah
terdiri dari harga, kemasan serta iklan dan promosi; serta pada Kuadran IV atau
berlebihan terdiri dari pilihan rasa, warna, kekentalan, aroma, merek, dan volume.
Berdasarkan hasil analisis CSI, secara umum konsumen Madu Pramuka termasuk
dalam kategori puas terhadap kinerja produk, yakni berdasarkan nilai CSI sebesar
71.47 persen. Namun, nilai CSI sebesar 71.47 persen dianggap belum mampu
meningkatkan jumlah konsumen untuk melakukan pembelian Madu Pramuka.
Penelitian yang dilakukan oleh Fijria (2008) mengenai Analisis Sikap
Konsumen dan Strategi Pemasaran Madu pada Perusahaan Mutiara Tugu Ibu
Cimangis Cibubur. Desain penelitian adalah survey. Analisis data yang digunakan
dalam penelitian menggunakan analisis proses keputusan pembelian, analisis
sikap konsumen menggunakan model Fishbein, analisis perumusan strategi yang
terdiri dari matrix IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor
Evaluation), matrix SWOT, dan matrix QSP (Quantitative Strategic Planning).
Berdasarkan hasil analisis, penilaian konsumen terhadap atribut-atribut produk
madu MTI sebesar +9.40 yang berarti penilaian sikap konsumen terhadap atribut
produk madu MTI sudah baik. Berdasarkan analisis Internal Factor Evaluation
(IFE), kekuatan utama yang dimiliki perusahaan adalah keberagaman produk
dengan skor 0.42 serta kelemahan utamanya adalah pengorganisasian yang kurang
tertata baik dengan skor 0.82. Total matrix IFE sebesar 2.56, hal ini berarti
kemampuan perusahaan dalam menggunakan kekuatan untuk mengatasi
kelemahan relatif sedang atau rata-rata. Berdasarkan analisis External Factor
Evaluation (EFE), peluang yang paling direspons tinggi yaitu perkembangan
teknologi dan informasi dengan skor 0.33 serta ancaman yang terbesar adalah
jumlah konsumsi madu masyarakat Indonesia rendah, dengan skor 0.32. Total
matrix EFE sebesar 2.19 hal ini berarti perusahaan dalam memanfaatkan peluang
yang ada ketika menghindari ancaman relatif sedang atau rata-rata. Berdasarkan
analisis SWOT, strategi S-O yang dapat dilakukan perusahaan adalah
meningkatkan kualitas dan kuantitas produk. Strategi S-T yang dapat dilakukan
adalah aktif melakukan kegiatan pengembangan produk, melakukan kampanye
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konsumsi madu, dan
meningkatkan pelayanan kepada pelanggan. Strategi W-O yang dapat dilakukan
11
11
adalah meningkatkan promosi, dan strategi W-T yang dapat dilakukan oleh
perusahaan adalah memperbaiki kualitas manajemen. Berdasarkan hasil analisis
menggunakan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM), urutan strategi
perusahaan MTI adalah meningkatkan kegiatan promosi (Total Activeness Score =
6.696), meningkatkan pelayanan kepada pelanggan (Total Activeness Score =
6.255), aktif melakukan kegiatan pengembangan produk (Total Activeness Score =
6.021), meningkatkan kualitas dan kuantitas produk (Total Activeness Score =
5.692), melakukan kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat (Total
Activeness Score = 5.652), dan memperbaiki kualitas manajemen (Total
Activeness Score = 4.939).
Penelitian-penelitian terdahulu merupakan acuan bagi peneliti. Pada
umumnya penelitian mengenai kepuasan konsumen mengangkat permasalahan
mengenai persaingan antar produk sejenis. Persamaan antara penelitian terdahulu
tersebut adalah penilaian konsumen terhadap atribut suatu produk sebagai dasar
untuk melakukan analisis kepuasan konsumen dengan alat analisis yang sama
dalam penelitian ini yaitu menggunakan Importance Performance Analysis (IPA)
dan Customer Satisfaction Index (CSI). Persamaan dengan penelitian terdahulu
pada analisis sensitivitas harga terletak pada penggunaan pendekatan Van
Westendorp sebagai analisis penelitian.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terahulu terletak pada objek
penelitian, yaitu produk Madu Pramuka dari PT. Madu Pramuka Cibubur,
meskipun terdapat salah satu penelitian diatas yang menggunakan objek yang
sama namun berbeda topik karena dalam penelitian ini dilakukan juga mengenai
analisis sensitivitas harga. Selain itu, perbedaan juga terletak dalam alat analisis
yang digunakan. Penelitian terdahulu yang mengkaji kepuasan konsumen ada
yang melengkapi dengan analisis Multiatribut Fishbein dan pada analisis
sensitivitas harga penelitian terdahulu menggunakan metode Huisman.
KERANGKA PEMIKIRAN
Madu
Madu adalah suatu cairan kental berasa manis dan lezat, berwarna kuning
terang atau kuning keemasan yang dihasilkan oleh hewan jenis serangga yang
disebut lebah atau tawon. Lebah penghasil madu ini termasuk dalam famili
“apidae” dan yang paling banyak dibudidaya di Indonesia maupun diseluruh dunia
adalah jenis lebah Apis Mallifera. Madu alami umumnya terbuat dari nektar yakni
cairan manis yang terdapat di dalam mahkota bunga yang biasa diserap oleh lebah
atau tawon, yang kemudian dikumpulkan dan disimpan di dalam sarangnya untuk
diolah menjadi bahan persediaan makanan utama bagi mereka, seisi penghuni
sarangnya (Purbaya 2007).
Menurut Suharno (2001), madu berupa cairan kental manis dari bahan
utama nektar yang diolah secara alami oleh lebah pekerja dan mengandung
substan mineral (natrium, calcium, magnesium, cuprun, alumunium, mangaan,
besi, fosfor) dan berkalori 3 280 cal/kilogram. Daya menyehatkan dan daya
terapiotik yang terkandung dalam madu telah banyak diakui masyarakat luas.
12
Kandungan Madu
Menurut penelitian para ahli, madu alami mengandung banyak mineral
serta tujuh jenis vitamin B kompleks, juga terdapat vitamin C, dekstrin, pigmen
tumbuhan, aminoacid (asam amino), protein, serta ester (yang berfungsi untuk
membentuk enzim), dan komponen aromatik yaitu zat-zat atau unsur yang
berfungsi sebagai pengharum. Beberapa kandungan mineral dalam madu adalah
Belerang (S), Kalsium (Ca), Tembaga (Cu), Mangan (Mn), Besi (Fe), Fosfor (P),
Klor (Cl), Kalium (K), Magnesium (Mg), Yodium (I), Seng (Zn), Silikon (Si),
Natrium (Na), Molibdenum (Mo) dan Aluminium (Al). Kandungan mineral yang
ada dalam madu alami, tergantung dari sari bunga yang dihisap. Kegunaan
kalsium dan fosfor dalam madu sangat berguna bagi pertumbuhan tulang dan gigi
(Rostita 2007).
Menurut Purbaya (2007) madu mengandung tujuh enzim yang tidak
ternilaikan nilai serta manfaatnya. Enzim-enzim tersebut adalah:
a) Enzim Invertase yang dapat mengubah sukrose menjadi dekstrose dan
levulose.
b) Enzim Diastase dapat mengubah tepung menjadi maltose.
c) Enzim Katalase dapat mendemposisi hydrogen peroksidan (menguraikan
hydrogen peroksidan menjadi bentuk yang lebih sederhana).
d) Enzim Inulase dapat mengubah insulin menjadi levulose.
e) Enzim dari zat-zat aromatic seperti terpenes, aldehid, dan ester.
f) Enzim dari zat-zat lain seperti manitol dan dulcitol.
g) Enzim maltose yang dapat membantu membangkitkan energi atau tenaga yang
jarang sekali bisa terjadi.
Kerangka Pemikiran Teoritis
Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen merupakan suatu tindakan langsung dalam
mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan produk dan jasa, termasuk
proses keputusan yang mendahului dan sesudah tindakan tersebut (Engel et al
1994).
Perilaku pembelian konsumen (consumer buyer behavior) mengacu pada
perilaku pembelian konsumen akhir. Model perilaku pembelian berupa
rangsangan tamggapan yang diperlihatkan pada Gambar 2. Gambar ini
memperlihatkan bahwa pemasaran dan rangsangan lain memasuki kotak hitam
konsumen dan menghasilkan respon tertentu. Rangsangan pemasaran terdiri dari
dari Empat P, product (produk), price (harga), place (tempat), dan promotion
(promosi). Rangsangan lain meliputi kekuatan dan faktor utama dalam lingkungan
pembeli : ekonomi, teknologi, politik dan budaya. Semua masukan ini memasuki
kotak hitam pembeli, dimana masukan ini diubah menjadi sekumpulan respon
pembeli yang dapat diobservasi: pilihan produk, pilihan merek, pilihan penyalur,
waktu pembelian, dan jumlah pembelian (Kotler 2008).
13
13
Gambar 2 Model Perilaku Konsumen
Sumber : Kotler ( 2008)
Produk
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk
memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan, termasuk barang fisik, jasa,
pengalaman, acara, orang, tempat, property, organisasi, informasi, dan ide.
Terdapat lima tingkat produk, setiap tingkat menambah nilai pelanggan yang lebih
besar dan kelimanya merupakan bagian dari hierarki nilai pelanggan (customer
value hierarchy) (Kotler 2008):
a) Pada tingkat dasar adalah manfaat inti (core benefit), layanan atau manfaat
yang dibeli oleh konsumen.
b) Pada tingkat kedua, mengubah manfaat inti menjadi produk dasar (basic
product)
c) Pada tingkat ketiga, mempersiapkan produk yang diharapkan (expected
product), sekelompok atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan konsumen
ketika membeli produk ini.
d) Pada tahap keempat, menyiapkan produk tambahan (augmented product) yang
melebihi harapan konsumen.
e) Tingkat kelima adalah produk potensial (potential product), yang mencakup
semua kemungkinan tambahan dan transformasi yang mungkin dialami
sebuah produk atau penawaran di masa depan. Ini adalah tempat dimana
perusahaan mencari cara baru untuk memuaskan konsumen dan membedakan
penawaran.
Harga
Harga dalam arti sempit adalah jumlah yang ditagihkan atas suatu produk
atau jasa. Dalam arti luas, harga adalah jumlah semua nilai yang diberikan oleh
pelanggan untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu
produk atau jasa. Harga telah menjadi faktor utama yang mempengaruhi pilihan
para pembeli (Kotler 2008).
Harga yang diajukan oleh perusahaan akan gagal bila berada terlalu tinggi
untuk dapat menghasilkan permintaan dan bila terlalu rendah untuk menghasilkan
keuntungan. Persepsi pelanggan terhadap nilai-nilai dari produk menjadi batas
atas dari harga. Bila pelanggan menganggap bahwa harga lebih besar daripada
nilai produk, mereka tidak akan membeli produk. Biaya produksi menetapkan
batas bawah dari harga. Bila perusahaan menetapkan harga di bawah biaya
produksi, perusahaan akan mengalami kerugian. Dalam penetapan harga diantara
dua keadaan ekstrem ini, perusahaan harus mempertimbangkan sejumlah faktor
Pemasaran dan Rangsangan
lain
Pemasaran Rangsangan lain
Produk Ekonomi
Harga Teknologi
Tempat Politik
Promosi Budaya
Kotak Hitam Pembeli
Karakteristik pembeli
Proses keputusan pembeli
Respon Pembeli
Pilihan produk
Pilihan merek
Pilihan penyalur
Waktu pembelian
Jumlah pembelian
14
internal dan eksternal lainya, termasuk strategi dan bauran pemasaran secara
keseluruhan, kondisi pasar dan permintaan, strategi serta harga dari pesaing. Pada
akhirnya pelanggan yang akan memilih apakah harga suatu produk sudah tepat.
Keputusan penetapan harga, seperti keputusan bauran pemasaran lainnya, harus
dimulai dengan nilai pelanggan (Kotler 2008).
Menurut Swastha (1998) harga adalah sejumlah uang yang dibutuhkan
untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang beserta pelayanannya. Permintaan
adalah sejumlah barang yang dibeli oleh pembeli pada tingkat harga tertentu.
Penawaran merupakan kebalikan dari permintaan, yaitu suatu jumlah yang
ditawarkan oleh penjual pada suatu tingkat harga tertentu. Menurut teori ekonomi,
harga akan ditentukan pada suatu titik pertemuan antara kurva permintaan dan
kurva penawaran. Faktor lain yang dapat mempengaruhi harga adalah sifat
permintaan pasar. Jika permintaan bersifat inelastis maka perubahan harga akan
mengakibatkan perubahan yang lebih kecil pada volume penjualannya. Apabila
permintaan bersifat elastis, maka perubahan harga akan menyebabkan terjadinya
perubahan volume penjualan dalam perbandingan yang lebih besar. Apabila
permintaan bersifat unitary elasticity, maka perubahan harga akan menyebabkan
perubahan jumlah yang dijual dalam proporsi yang sama.
Kepuasan Konsumen
Kepuasan mencerminkan penilaian seseorang tentang kinerja produk
anggapannya dalam kaitannya dengan ekspektasi. Jika kinerja produk tersebut
tidak memenuhi ekspektasi, pelanggan tersebut tidak puas dan kecewa, Jika
kinerja produk sesuai dengan ekspektasi, pelanggan tersebut puas. Jika kinerja
produk melebihi ekspektasi, pelanggan tersebut senang (Kotler 2009).
Kepuasan dibagi dua macam, yaitu kepuasan fungsional dan kepuasan
psikologika. Kepuasan fungsional merupakan kepuasan yang diperoleh dari fungsi
suatu produk yang dimanfaatkan, sedangkan kepuasan psikologika merupakan
kepuasan yang diperoleh dari atribut yang bersifat tidak berwujud dari produk.
Selanjutnya, pelangganpun dapat dibagi atas dua macam, yaitu pelanggan
eksternal dan pelanggan internal. Pelanggan eksternal mudah diidentifikasi karena
mereka ada diluar organisasi, sedangkan pelanggan internal merupakan orang-
orang yang melakukan proses selanjutnya dari pekerjaan orang sebelumnya (Umar
2005).
Eugene dan Vikas (2000) menguraikan bahwa tidak selalu program
kepuasan pelanggan menghasilkan banyak hal seperti yang diharapkan. Seringkali
perusahaan menghubungkan kepuasan pelanggan ini dengan laba perusahaan
seperti pada gambar berikut:
Kinerja Kepuasan Retensi
atribut pelanggan pelanggan Laba
Gambar 3 Hubungan Kepuasan Pelanggan dengan Laba
Sumber: Eugene dan Vikas (2000).
Hal ini didasarkan pemikiran bahwa dengan meningkatkan kualitas atribut
produk dan pelayanan, maka kepuasan pelanggan juga akan meningkat. Dengan
15
15
meningkatnya kepuasan pelanggan maka diharapkan pelanggan yang bertahan
juga meningkat, yang akhirnya akan menghasilkan laba yang lebih besar.
Pada beberapa perusahaan hubungan kepuasan pelanggan dengan laba
perusahaan mengalami masalah. Seringkali perusahaan meningkatkan kinerja
atribut yang menjadi kunci akan tetapi tidak meningkatkan kepuasan pelanggan.
Pada kondisi lain, perubahan tingkat kepuasan pelanggan ini ternyata tidak
berpengaruh terhadap bertahannya pelanggan bahkan terhadap laba perusahaan.
Hal inilah yang menarik bagi Eugene dan Vikas (2000) untuk membahas kaitan
kepuasan pelanggan-laba, yang menurut mereka terdapat hubungan yang asimetri
dan nonlinear pada setiap hubungan yang terdapat pada kepuasan pelanggan dan
laba tersebut ( Lupiyoadi, 2006).
Importance Performance Analysis (IPA)
Teknik ini dikemukakan pertama kali oleh Martila dan James (1977)
dalam artikel mereka yang berjudul “Importance Performance Analysis” yang
dipublikasikan di Journal of Marketing. Pada teknik ini responden diminta untuk
menilai tingkat kepentingan berbagai atribut yang relevan dan tingkat kinerja
perusahaan (perceived performance) pada masing-masing atribut tersebut. Nilai
rata-rata tingkat kepentingan aribut dan kinerja perusahaan akan dianalisis dengan
Importance performance matrix. Matrix ini sangat bermanfaat sebagai pedoman
dalam mengaplikasikan sumber daya organisasi yang terbatas pada bidang-bidang
spesifik, dimana perbaikan kinerja bisa berdampak besar pada kepuasan total
pelanggan. Selain itu, matrix ini juga menunjukkan bidang atau atribut tertentu
yang perlu dipertahankan dan aspek-aspek yang perlu dikurangi prioritasnya.
Kendati demikian, batas antara tingkat kepentingan tinggi dan tingkat kepentingan
rendah serta kinerja tinggi dan tingkat kinerja rendah relatif arbitrary, tergantung
konteks riset bersangkutan (Sumarwan 2011).
Pada IPA terdapat istilah kepentingan bukan harapan yang menjadi dasar
pengukuran konsumen yaitu kesenjangan antara harapan konsumen dengan
tingkat kinerja yang diharapakan oleh konsumen. Istilah expectation diganti
dengan istilah importance atau tingkat kepentingan berdasarkan persepsi
pelanggan (Rangkuti 2006). Konsep Importance dinilai mampu memberikan
kejelasan tingkat kepentingan atribut berasarkan persepsi konsumen. Selain itu,
perusahaan dapat lebih fokus pada atribut yang dianggap penting oleh para
pelanggan (Supranto 2001).
Customer Satisfaction Index (CSI)
CSI merupakan suatu ukuran keterkaitan konsumen kepada suatu merek.
Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang kemungkinan seorang
pelanggan beralih ke merek produk lain, terutama jika pada merek tersebut
didapati adanya perubahan, baik mengenai harga maupun atribut lainnya. Metode
ini digunakan untuk mengukur indeks kepuasan konsumen (Indeks Satisfaction)
dari tingkat kepentingan (importance) dan tingkat kinerja (performance) yang
berguna untuk pengembangan program pemasaran yang mempengaruhi kepuasan
pelanggan (Supranto 2001).
16
Perhitungan salah satu komponen dalam CSI yaitu Weight Average Total
(WAT) dapat diketahui atribut yang kinerjanya perlu dipertahankan dan atribut
yang kinerjanya perlu ditingkatkan. Atribut yang berada di atas rata-rata WAT
harus dipertahankan kinerjanya sedangkan atribut dibawahnya perlu ditingkatkan
kinerjanya (Chandrawatisma dalam Harnasari 2009). CSI juga menghasilkan
kepuasan per atribut yang dihitung dengan membuat persentase dari proporsi skor
kepuasan per atribut terhadap kepuasan total. Perhitungan CSI diperoleh dari
perhitungan IPA yang tiap nilai rata-rata kepentingan dan kinerja atribut dihitung
rata-rata tertimbangnya sebagai bobot. Perhitungan CSI digunakan sebagai
pelengkap dari perhitungan IPA yang terbatas pada penilaian atribut yang tidak
mencerminkan kepuasan pelanggan secara langsung.
Sensitivitas Harga
Analisis sentivitas harga pertama kali diperkenalkan oleh Van Westendorp
pada awal 1970-an. Analisis yang dilakukan digunakan untuk melihat harga dari
sisi konsumen. Penilaian harga yang dilakukan konsumen berdasarkan kategori
harga sangat murah, harga murah, harga mahal, dan harga sangat mahal (Blamires
dalam Sinaga 2006).
Cartwright dalam Yulianti (2007) mengemukakan bahwa hal yang harus
diperhatikan oleh perusahaan adalah syarat untuk mendapatkan keuntungan yaitu
dengan membuat harga yang minimum dari sisi produsen yang disebut dengan
Optimum Price/OP (min) dan harga maksimum yang akan dibayarkan oleh
konsumen yang disebut dengan Consumer Price/CP (max), dalam hal ini CP
(max) merupakan harga tertinggi/maksimum produk (MEP). CP (max)
menunjukkan fungsi nilai harapan yang memperlihatkan kebutuhan persepsi dari
kualitas, harga dan harga pesaing. Apabila CP (max) lebih kecil dari OP (min),
maka tidak akan ada penjualan, karena harga barang atau jasa tersebut dinilai
terlalu mahal oleh konsumen. Ketika CP (max) sama dengan OP (min) maka
penjualan akan terjadi tetapi dengan tingkat fleksibilitas untuk produsen dalam
menawarkan potongan harga atau diskon dan bagi konsumen untuk membayar
lebih ketika mereka benar-benar menginginkan produk tersebut.
Pengukuran sensitivitas harga digunakan untuk menentukan tingkat
kisaran harga yang dapat diterima untuk suatu produk atau jasa tertentu
berdasarkan persepsi harga menurut konsumen. Lima titik harga tersebut adalah
(Robert et al. 1997)
1. Indifference Pricing Point (IPP)
Titik perpotongan distribusi kumulatif harga murah-mahal yaitu jumlah
konsumen yang menganggap harga murah sama dengan jumlah konsumen yang
menganggap harga mahal. Pada tingkat harga jumlah konsumen maksimum
yang peduli terhadap harga.
2. Optimum Pricing Point (OPP)
Titik Perpotongan distribusi kumulatif harga sangat murah – sangat mahal yaitu
jumlah konsumen yang menganggap harga sangat murah sama dengan jumlah
konsumen yang menganggap harga sangat mahal. Pada tingkat harga ini jumlah
konsumen menganggap harga sangat mahal atau sangat murah, dengan kata
lain harga tersebut optimum bagi produk.
17
17
3. Range of Acceptable Price (RAP)
Kisaran harga yang terbentuk dari dua titik, yaitu antara perpotongan distribusi
kumulatif harga murah dan sangat murah yang disebut Marginal Cheap Price
Point (MCP) dan perpotongan antara distribusi kumulatif harga mahal dengan
sangat mahal yang disebut Marginal Expensive Price Point (MEP). Kisaran
antara dua titik tersebut menunjukkan harga yang dapat diterima untuk lebih
banyak konsumen.
4. Marginal Cheap Price Point (MCP)
Kisaran harga yang menunjukkan tingkat harga terendah bagi produk. Kisaran
harga ini terbentuk dari dua titik yang antara perpotongan distribusi kumulatif
harga sangat murah dan murah. Kisaran harga inilah konsumen mulai
meragukan kualitas produk.
5. Marginal Expensive Price Point (MEP)
Kisaran harga yang menunjukkan tingkat harga tertinggi bagi produk. Kisaran
harga ini terbentuk dari dua titik yang antara perpotongan distribusi kumulatif
harga sangat mahal dan mahal. Kisaran harga inilah konsumen tidak lagi mau
membeli produk.
Menurut Weiner et al (2004), dalam Range of Acceptable Price (RAP)
terdapat Range of Recommended Prices atau harga yang direkomendasikan untuk
suatu produk. Dimana dalam Range of Recommended Prices terdapat batas atas
dan batas bawah untuk harga yang direkomendasikan. Batas atas untuk harga
yang direkomendasikan berada pada titik Optimum Pricing Point (OPP) dan batas
bawah berada pada titik Indifference Pricing Point (IPP). Apabila produk dijual
melebihi batas atas harga yang direkomendasikan akan menyebabkan semakin
berkurangnya volume penjualan dan harga produk yang lebih kecil dari batas
bawah akan mengakibatkan berkurangnya keuntungan.
Kerangka Pemikiran Operasional
Perkembangan industri madu dari waktu ke waktu menunjukkan
peningkatan yang ditandai dengan munculnya berbagai jenis dan merek madu
yang ada dipasar. Peningkatan industri madu di Indonesia disertai dengan adanya
peningkatan penggunaan terhadap madu sebagai akibat dari meningkatnya
kesadaran masayarakat terhadap kesehatan dan pemahaman terhadap manfaat
yang dapat diperoleh dari madu. Peningkatan produsen madu yang menghasilkan
beragam jenis dan merek madu berimbas pada keleluasaan konsumen dalam
menentukan keputusan pembelian produk madu yang ada di pasar. Keleluasaan
konsumen dalam menentukan keputusan pembelian pada produk madu menjadi
tantangan bagi perusahaan dalam mempertahankan tingkat penjualan dan
kepuasan konsumen.
PT. Madu Pramuka merupakan salah satu perusahaan yang menghasilkan
output berupa berbagai macam produk hasil budidaya lebah. Salah satu produk
unggulan yang dihasilkan adalah berbagai jenis madu dalam beberapa varian
kemasan. PT. Madu Pramuka sebagai pioneer perlebahan modern di Indonesia
memiliki keaslian produk yang sudah tidak diragukan lagi. Namun dari sisi merek
produk, Madu Pramuka masih belum mampu menyaingi produk madu pendatang
baru yang beredar di pasar karena tidak sedikit konsumen madu yang tidak
18
mengetahui adanya Madu Pramuka. Hal ini dikarenakan PT. Madu Pramuka
memiliki keterbatasan dalam memasarkan produknya ke pasar yang lebih luas
karena hingga saat ini produk yang dihasilkan hanya dipasarkan melalui gerai-
gerai pribadi milik PT. Madu Pramuka.
Madu sebagai produk unggulan PT. Madu Pramuka mempunyai pengaruh
yang paling besar terhadap keuntungan yang diperoleh perusahaan. Namun hingga
saat ini penjualan Madu Pramuka masih berfluktuasi dengan tren penjualan yang
semakin menurun sehingga berdampak pada penurunan pendapatan perusahaan.
Adanya penurunan penjualan dan target penjualan yang selalu tidak tercapai
selama 5 tahun terakhir pada produk Madu Pramuka mengindikasikan bahwa
kepuasan konsumen terhadap produk perlu ditingkatkan sehingga konsumen tetap
setia mengkonsumsi Madu Pramuka dan tidak berpindah pada merek lain.
Kepuasan konsumen terhadap suatu produk madu terbentuk karena kesesuaian
antara manfaat, kualitas serta harga yang sesuai dengan keinginan dan harapan
konsumen. Secara umum adanya kenaikan harga yang tidak disertai dengan
perbaikan kualitas dan manfaat akan menyebabkan konsumen berpindah pada
produk madu merek lain. Tentunya hal ini akan berimbas pada tingkat penjualan
madu yang terus mengalami penurunan, karena konsumen memiliki peranan yang
sangat penting terhadap upaya meningkatkan penjualan.
Adanya persaingan yang tinggi antar berbagai jenis merek madu yang
beredar di pasar dan permasalahan dalam hal kepuasan konsumen sehingga
menyebabkan adanya penurunan penjualan, mengindikasikan pentingnya untuk
mengkaji sensitivitas harga dan kepuasan konsumen Madu Pramuka. Analisis
mengenai kepuasan konsumen didahului dengan mengidentifikasi karakteristik
umum konsumen. Identifikasi karakteristik konsumen meliputi usia, jenis
kelamin, domisili, pekerjaan, dan rata-rata pendapatan perbulan dilakukan dengan
analisis deskriptif. Analisis tingkat kepentingan dan kinerja atribut Madu Pramuka
menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA), analisis tingkat
kepuasan konsumen menggunakan Customer Satisfaction Index (CSI), serta
analisis sensitivitas harga.
Analisis tingkat kepentingan dan kinerja atribut Madu Pramuka, kepuasan
konsumen dan sensitifitas harga yang dilakukan dalam penelitian ini dapat
membantu pihak perusahaan untuk menyajikan informasi terkait penilaian
konsumen terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut Madu Pramuka
sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan perbaikan kinerja atribut serta
range harga yang dapat diterima konsumen sehingga nantinya diharapakan hasil
yang diperoleh dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun
strategi pemasaran khususnya terkait kebijakan penetapan harga yang tepat.
Kerangka pemikiran operasional penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.
19
19
Gambar 4 Kerangka Pemikiran Operasional
Keterangan :
: Menyatakan hubungan yang menjadi pemicu
: Menyatakan hubungan yang mempengaruhi
: Alat analisis
Analisis
sensitivitas
Harga
Perkembangan industri madu
PT. Madu Pramuka menghadapi keluhan
konsumen terhadap harga produk.
Penurunan penjualan dan target penjualan
tidak tercapai sejak tahun 2008-2012
Beragam jenis dan merek madu di pasar
Kondisi pasar semakin kompetitif
Identifikasi
karakteristik
umum konsumen :
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Domisili
4. Pekerjaan
5. Rata-rata
pendapatan
perbulan
- Kepentingan dan
kinerja atribut
Madu Pramuka
- Kepuasan
Konsumen
terhadap Atribut
Madu Pramuka
Atribut Madu
Pramuka:
1. Rasa Madu
2. Pilihan rasa
3. Kekentalan
4. Aroma
5. Harga
6. Manfaat
7. Volume
8. Merek
9. Keaslian produk
10. Kemudahan
11. Informasi
Harga
1. Indifference Pricing
Point (IPP)
2. Optimum Pricing
Point (OPP)
3. Marginal Cheap
Price Point (MCP)
4. Marginal Expensive
Price Point (MEP)
5. Range of Acceptable
Price (RAP)
Analisis
Deskriptif
Rekomendasi Pemasaran
Produk
I
P
A
C
S
I
20
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di gerai pusat Madu Pramuka PT. Madu Pramuka
yang terletak di Komplek Wiladatika Cibubur RT 001 RW 005 Kelurahan Pondok
Rangon Kecamatan Cipayung Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja). Dengan pertimbangan PT. Madu Pramuka
merupakan pioner budidaya lebah modern di Indonesia dan pemilihan gerai
didasarkan atas pertimbangan jumlah penjualan di gerai pusat paling tinggi.
Penjualan yang tinggi mengindikasikan bahwa jumlah konsumen lebih banyak
daripada di gerai Madu Pramuka yang terletak ditempat lain sehingga diharapakan
akan mendapatkan karakteristik konsumen Madu Pramuka yang semakin
beragam. Pengambilan data dilakukan pada pertengahan bulan September 2013.
Metode Penentuan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode non-probability sampling,
dimana setiap konsumen yang membeli atau mengkonsumsi Madu Pramuka PT.
Madu Pramuka tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel.
Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah convenience sampling, yaitu
sampel dipilih karena pertimbangan kemudahan, ketersediaan, dan kenyamanan
untuk diteliti. Convenience sampling merupakan sampel yang diambil dari siapa
saja didalam populasi yang sedang berada dilokasi penelitian dan cocok sebagai
sumber data serta bersedia menjadi sampel penelitian (Umar 2005).
Sampel yang menjadi responden adalah sampel yang memenuhi
persyaratan yang ditetapkan oleh peneliti yaitu konsumen yang pernah membeli
dan mengkonsumsi Madu Pramuka super sekaligus madu jenis lainnya ukuran
650 ml minimal sebanyak dua kali. Sehingga diharapkan sampel yang terpilih
dapat digunakan untuk menentukan secara obyektif dalam menduga atau membuat
generalisasi terhadap karakteristik populasi. Menurut Supranto (2001), sampel
yang tergolong sampel besar yang dianggap mengikuti distribusi normal adalah
sampel yang jumlahnya lebih dari 30 kasus. Ukuran populasi konsumen Madu
Pramuka tidak diketahui dengan tepat karena konsumen dapat membeli produk
beberapa kali atau berulang-ulang. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam
penelitian ini diambil lebih dari 30 responden, yaitu 100 responden yang pernah
membeli dan mengkonsumsi Madu Pramuka PT. Madu Pramuka. Peneliti
beranggapan bahwa ukuran sampel ini telah mengikuti distribusi normal karena
jumlah responden yang diambil telah berada diatas jumlah minimum yang
disyaratkan untuk dapat memenuhi asumsi distribusi normal.
Jenis dan Sumber Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi dua macam data,
yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh
dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan, seperti observasi
21
21
lapangan, penyebaran kuesioner, wawancara, pengamatan dan pencatatan
dokumen dari perusahaan maupun dokumen terkait lain yang sumbernya berasal
dari luar perusahaan.
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut
seperti data dari studi pustaka berupa laporan–laporan peneliti yang terkait
misalnya studi literatur, baik dari internet ataupun dari buku-buku terkait, data
statistik produksi, impor madu, dan data konsumsi madu nasional.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian diuji terlebih dahulu
keandalannya sebelum digunakan dalam penelitian. Pengujian yang dilakukan
berupa uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas menunjukkan sejauh mana
suatu alat pengukur mampu mengukur apa yang ingin diukur. Uji reliabilitas
menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila
pengukuran diulangi dua kali atau lebih (Umar, 2005).
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada
konsumen dan penyebaran sejumlah kuesioner kepada konsumen produk Madu
Pramuka. Kuesioner digunakan untuk memperoleh data yang relevan dengan
tujuan dilakukannya penelitian. Pernyataan yang dibuat disesuaikan dengan data
yang ingin diperoleh dan dibuat menggunakan kata yang sederhana dan mudah
dipahami agar memudahakan responden dalam pengisian. Kuesioner dibagi
menjadi empat bagian, bagian pertama berupa screening yang bertujuan untuk
menyaring konsumen yang sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh
peneliti. Bagian kedua berisi mengenai karakteristik responden. Bagian ketiga
berisi pertanyaan terkait dengan kepuasan konsumen dan bagian keempat berisi
mengenai pertanyaan terkait sensitivitas harga. Pertanyaan yang terdapat dalam
kuesioner terdiri dari dua macam pertanyaan yang bersifat terbuka dan tertutup.
Pertanyaan terbuka berisi pertanyaan yang jawaban tidak ditentukan sebelumnya
jadi responden memiliki kebebasan untuk mengisi. Sedangkan pertanyaan tertutup
berupa pertanyaan yang alternatif-alternatif jawaban telah disediakan sehingga
responden diminta untuk memilih salah satu jawaban yang menurutnya paling
sesuai.
Selain menggunakan kuesioner yang diberikan kepada konsumen, data
primer lainnya diperoleh melalui wawancara dengan pihak intern perusahaan.
Wawancara dengan pihak intern perusahaan dilakukan untuk mendapatkan
informasi mengenai gambaran umum perusahaan secara jelas mengenai produk
madu, dan kegiatan pemasaran yang dilakukan. Data sekunder yang digunakan
diperoleh melalui studi literatur dan pustaka baik dari internet ataupun dari buku-
buku terkait.
Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh selama penelitian diolah menggunakan tiga alat
analisis, yaitu analisis tabulasi deskriptif, analisis sensitivitas harga, serta
22
Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI).
Berikut akan dijelaskan metode-metode analisis data tersebut.
Analisis Deskriptif
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir 2011). Tujuan dari penelitian deskriptif
adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual
dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang
diteliti.
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas digunakan untuk menguji data yang berasal
dari daftar pertanyaan atau kuesioner responden, validitas dan reliabilitas dapat
membuktikan bahwa daftar pertanyaan dalam kuesioner yang diisi oleh responden
sudah mewakili populasi yang ada atau belum. Pada umumnya uji validitas dan uji
reliabilitas dilakukan terhadap 30 responden diluar dari jumlah 100 responden
yang digunakan sebagai sampel.
Uji Validitas
Uji validitas menunjukkan derajat ketepatan suatu ukuran untuk
menggambarkan kebenaran secara universal. Uji validitas digunakan untuk
mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam
mendefinisikan suatu variabel. Uji validitas dilakukan menggunakan Cochran Q
test dengan rumus (Suliyanto 2005):
Qhit = (k- )[ k∑ Ci -(∑ Cik
i ) ki ]
k∑ i- ∑ i ni
ki
Keterangan:
K : jumlah atribut yang diuji
Ci : jumlah skor atribut i
Ri : jumlah skor responden i
Hipotesis:
Ho : kemungkinan semua atribut yang diuji dipertimbangkan oleh seluruh
responden.
H1 : kemungkinan ada atribut yang diuji tidak dipertimbangkan oleh seluruh
responden
Hasil Qhit dibandingkan dengan Qtabel, dimana penentuan Qtabel dengan α
0,05, derajat kebebasan (dk) = k-1. Apabila Qhit > Qtabel maka tolak Ho, dan
sebaliknya apabila Qhit < Qtabel maka terima Ho.
Variabel yang dimaksud dalam uji validitas ini adalah atribut-atribut
produk dan harga yang dimiliki oleh PT. Madu Pramuka. Penentuan atribut
penelitian berdasarkan diskusi dengan pihak perusahaan untuk mendapatkan
23
23
rekomendasi terkait atribut apa saja yang penting untuk dikaji. Atribut yang
digunakan terdiri dari 15 atribut yang disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4 Atribut Uji Validitas
No Atribut
1 Rasa Madu
2 Pilihan Jenis Madu
3 Kekentalan
4 Aroma
5 Warna
6 Harga
7 Material Kemasan
8 Variasi kemasan
9 Manfaat
10 Volume
11 Merek
12 Keaslian produk
13 Iklan dan Promosi
14 Kemudahan memperoleh produk
15 Informasi pada kemasan (tgl kadaluarsa, izin BPPOM RI dan label halal)
Apabila dari hasil uji validitas nantinya terdapat atribut yang tidak valid
maka harus dihilangkan atau tidak ditanyakan kepada responden pada saat
pengambilan data.
Uji Reliabilitas
Keandalan atau reliabilitas didefinisikan sebagai seberapa jauh pengukuran
bebas dari varian kesalahan acak (free from random error variance). Kesalahan
acak menurunkan tingkat keandalan pengukuran. Agar merasa yakin bahwa
skor/nilai dari kuesioner dapat mencerminkan dimensi kepuasan secara handal
(realibility), kuesioner harus menunjukkan keandalan yang tinggi (Supranto
1997).
Reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi dalam
menjawab hal yang berkaitan dengan kontruk-kontruk pertanyan yang merupakan
dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Metode yang
digunakan untuk uji reliabilitas adalah Hoyt test. Tahapan untuk uji Hoyt meliputi
(IPB 2012) :
1. Mencari nilai jumlah kuadrat responden JKr dengan rumus;
∑
(∑ )
Keterangan :
JKr : jumlah kuadrat responden
k : banyaknya butir pertanyaan
N : banyaknya responden
Xt : skor total responden
24
2. Mencari jumlah kuadrat butir dengan rumus:
∑
(∑ )
Keterangan :
JKb : jumlah kuadrat butir
∑ B : jumlah kuadrat jawaban benar (ya) seluruh butir
(∑ Xt)²: kuadrat dari skor total
3. Mencari jumlah kuadrat total JKt dengan rumus:
kt (∑B)(∑ )
(∑B) (∑ )
Keterangan:
JKt : jumlah kuadrat total
(∑B) : jumlah kuadrat jawaban benar (ya) seluruh butir
(∑ ) : kuadrat jawaban salah (tidak) seluruh butir
4. Mencari jumlah kuadrat sisa dengan rumus:
Keterangan:
JKs : jumlah kuadrat sisa
JKt : jumlah kuadrat total
JKr : jumlah kuadrat responden
JKb : jumlah kuadrat butir
5. Mencari varians responden, varians butir dan varian sisa dengan rumus :
r r
dbr b
b
dbb s
s
dbs
Keterangan:
Vr : varians responden dbr : derajat bebas responden
Vb : varians butir dbb : derajat bebas butir
Vs : varians sisa dbs : derajat bebas sisa
6. Memasukkan nilai varians yang diperoleh ke rumus :
r11 - s
r
Hasil perhitungan nilai r11 dibandingkan dengan nilai r product moment
dimana penentuan nilai r product moment tabel diperoleh berdasarkan nilai N
dengan α 0,05 . Apabila nilai │r │ < r product moment maka tidak reliable, dan
sebaliknya apablia nilai │r │ > r product moment maka reliable.
Importance Performance Analysis (IPA)
Importance Performance Analysis (IPA) digunakan untuk menilai tingkat
kinerja dan tingkat kepentingan berbagai atribut produk Madu Pramuka. Tingkat
kinerja menunjukkan atribut aktual yang dirasakan oleh konsumen, sedangkan
tingkat kepentingan atribut menunjukkan seberapa penting atribut tersebut bagi
konsumen. Skor tingkat kinerja dan kepentingan ditunjukkan pada Tabel 5.
25
25
Tabel 5 Skor Penilaian Tingkat Kinerja dan Kepentingan
Skor Kinerja (X) Kepentingan (Y)
Skor 1 Sangat Tidak Baik Sangat Tidak Penting
Skor 2 Tidak Baik Tidak Penting
Skor 3 Cukup Baik Cukup Penting
Skor 4 Baik Penting
Skor 5 Sangat Baik Sangat Penting
Total penilaian tingkat kinerja dan kepentingan diperoleh dengan cara
menjumlahkan skor penilaian yang diberikan oleh responden. Hasil perhitungan
tersebut akan digambarkan dalam diagram IPA. Masing-masing atribut
diposisikan dalam diagram tersebut berdasarkan skor rata-rata, dimana skor rata-
rata penilaian kinerja (X) menunjukkan posisi suatu atribut pada sumbu X.
Sedangkan atribut pada sumbu Y ditunjukkan oleh skor rata-rata tingkat
kepentingan (Y). Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
∑ in
i
n
∑ ini
n
Keterangan:
X = Skor rata-rata tingkat kinerja
Y = Skor rata-rata tingkat kepentingan
n = Jumlah responden
Diagram IPA merupakan suatu ruang yang dibagi atas empat bagian dan
masing-masing bagian dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus
pada titik-titik (a,b). Titik tersebut diperoleh dari rumus:
a ∑ i
k b
∑ i
k
Keterangan:
a = Batas sumbu X (tingkat kinerja)
b = Batas sumbu Y (tingkat kepentingan)
k = Banyaknya atribut yang diteliti
Hubungan antara tingkat kinerja (X) dan kepentingan kepentingan (Y)
yang diperoleh dari responden dapat diinterpretasikan pada diagram Importance
Performance Analysis yang ditunjukkan pada Gambar 5.
26
Kepentingan
Y
Penting
Kuadaran I Kuadaran II
(Prioritas Utama) (Pertahankan Prestasi)
Kuadran III Kuadran IV
Kurang (Prioritas Rendah) (Berlebihan)
Penting
X
Kurang Baik Kinerja Baik
Gambar 5 Diagram Kartesius Tingkat Kinerja dan Kepentingan Konsumen
(Rangkuti, 2006)
Keterangan :
1. Kuadran I (Prioritas utama)
Menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap mempengaruhi kepuasan
pelanggan, termasuk unsur-unsur jasa yang dianggap penting, namun
manajemen belum melaksanakannya sesuai keinginan pelanggan. Sehingga
mengecewakan atau tidak puas.
2. Kuadran II (Pertahankan prestasi)
Menunjukkan unsur jasa pokok yang telah berhasil dilaksanakan perusahaan,
untuk itu wajib dipertahankannya. Dianggap sangat penting dan sangat
memuaskan.
3. Kuadran III (Prioritas rendah)
Menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi
pelanggan, pelaksanaannya oleh perusahaan biasa-biasa saja. Dianggap kurang
penting dan kurang memuaskan.
4. Kuadran IV (Berlebihan)
Menunjukkan faktor yang mempengaruhi pelanggan kurang penting, akan
tetapi pelaksanaannya berlebihan. Dianggap kurang penting tetapi sangat
memuaskan.
Customer Satisfaction Index (CSI)
Metode Customer Satisfaction Index digunakan untuk menentukan tingkat
kepuasan konsumen secara menyeluruh dengan melakukan pendekatan yang
mempertimbangkan tingkat kepentingan dan kinerja dari atribut-atribut yang
diukur. Perhitungan CSI diperoleh dari perhitungan IPA yang tiap nilai rata-rata
kepentingan dan kinerja atribut dihitung rata-rata tertimbangnya sebagai bobot.
Perhitungan CSI digunakan sebagai pelengkap dari perhitungan IPA yang terbatas
pada penilaian atribut yang tidak mencerminkan kepuasan pelanggan secara
27
27
langsung. Metode pengukuran CSI meliputi tahap-tahap sebagai berikut
(Supranto, 2001):
1. Menentukan Mean Importance Score (MIS), nilai ini didapat dari rata-rata
kepentingan tiap responden.
I ∑ in
i
n
Keterangan :
n = Jumlah responden
Yi = Nilai kepentingan atribut Y ke-i
2. Weight Factors (WF), adalah fungsi dari Mean Importance Score atau nilai dari
rata-rata tingkat kepentingan (MIS-i) per atribut terhadap total MIS seluruh
atribut yang diuji. Dimana p merupakan atribut kepentingan ke-p.
F I i
∑ I ip
i
00
3. Membuat Weight Score (WS), bobot ini merupakan perkalian antara Weight
Factor (WF) dengan rata-rata tingkat kinerja atau Mean Satisfaction Score
(MSS).
F
4.Menghitung Customer Satisfaction Index, yaitu jumlah Weight Score (WS)
dibagi dengan Highest Scale (HS). Skala maksimum diperoleh dari ukuran
Skala Likert yang digunakan dalam pembobotan tingkat kepentingan dan
kinerja. Maka dalam penelitian ini skala maksimum yang digunakan yaitu lima.
C I
00
Tingkat kepuasan konsumen secara menyeluruh dapat dilihat dari kriteria
tingkat kepuasan konsumen berdasarkan kriteria pada Tabel 6.
Tabel 6 Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index
Angka Indeks Interpretasi
0,00 – 0,21 Sangat tidak puas
0,21 – 0,40 Tidak puas
0,41 – 0,60 Cukup puas
0,61 – 0,80 Puas
0,81 – 1,00 Sangat puas
Indeks kepuasan pelanggan menggunakan rentang skala untuk
menunjukkan tingkat kepuasan pelanggan terhadap produk. Rentang skala
kepuasan pelanggan berkisar antara 0 – 100 persen. Rumus rentang skala yang
digunakan adalah sebagai berikut:
28
(m n)
b
Keterangan:
RS = rentang skala
m = skor tertinggi
n = skor terendah
b = jumlah kelas (dalam penelitian ini digunakan skala maksimal lima).
Analisis Sensitivitas Harga
Sensitivitas harga konsumen yaitu kepekaan relatif dari harga dalam
mempengaruhi keputusan pembelian dan kecenderungan untuk melakukan
pencarian harga untuk menemukan harga yang lebih baik. Analisis sensitivitas
harga menggunakan pendekatan Van Westendorp didasarkan pada asumsi bahwa
harga yang wajar ada bagi konsumen dalam setiap kategori dan untuk setiap
tingkat kualitas dalam kategori. Keputusan harga konsumen dibuat melalui
menyeimbangkan nilai terhadap harga, terdapat harga atas dan bawah bagi
konsumen yang akan membayar untuk produk atau jasa (Lipovetsky et al,2011).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepekaan harga antara lain: pengaruh
nilai unik, pengaruh kesadaran atas produk pengganti, pengaruh perbandingan
yang sulit, pengaruh pengeluaran total, pengaruh manfaat akhir, pengaruh biaya
bersama, pengaruh investasi tertanam, pengaruh mutu harga, dan pengaruh
persediaan.
Objek yang digunakan dalam analisis sensitivitas harga adalah Madu
Pramuka super PT. Madu Pramuka ukuran 650 ml. Hal tersebut didasarkan pada
kondisi yang ada dilapangan bahwa produk Madu Pramuka yang lebih banyak
dibeli adalah madu super ukuran 650 ml, hal ini dikarenakan kandungan dalam
madu super lebih lengkap yaitu terdapat campuran royal jelly dan bee pollen.
Dalam penelitian ini penilaian harga yang digunakan konsumen berdasarkan
kategori harga sangat murah, harga murah, harga mahal, dan harga sangat mahal.
Range harga yang digunakan pada produk madu yang tertinggi dan terendah
diperoleh dari hasil survey harga madu rata-rata di pasaran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Gambaran Umum Perusahaan PT. Madu Pramuka
Berdirinya Pusat perlebahan Apriari Pramuka didasari atas gagasan yang
dicetuskan oleh Sekjen Kwartir Nasional (Kwarnas) yaitu Mayjen Dr. Azis Saleh
pada tahun 1970. Gagasan tersebut dipicu oleh keinginan untuk menerapkan
kegiatan budidaya lebah secara modern di Indonesia, melihat kenyataan pada saat
itu cara tradisonal yang dilakukan masyarakat Indonesia dalam beternak lebah
belum memberikan hasil yang memuaskan. Pihak pemerintah maupun badan
swasta seperti Massito Apiaries dan Lembaga Apikulture sudah mencoba
melakukan budidaya lebah secara modern namun usaha tersebut belum
29
29
memberikan hasil yang memuaskan. Hal inilah yang menarik kalangan Gerakan
Pramuka untuk membantu pemerintah merintis kembali usaha budidaya lebah
secara modern. Gagasan mengenai pembentukan Pusat Perlebahan Apiari
Pramuka yang telah dirumuskan oleh Dr. Azis Saleh, Hendro Singgih, dan
Kardjono diungkapkan dalam workshop peternakan lebah di Jakarta yang
diselenggarakan pada tanggal 28 Mei 1970. Salah satu keputusan workshop
tersebut adalah bahwa Kwarnas Gerakan Pramuka perlu membentuk suatu badan
untuk menampung segala aktivitas peternakan lebah di lingkungan Gerakan
Pramuka, berawal dari sinilah terbentuk unit usaha Pramuka yang dinamakan
Pusat Perlebahan Apriari Pramuka.
Pada awal tahun 2004, Kepala Unit Pusat perlebahan Apiari Pramuka
mengusulkan kepada Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka untuk mengubah
status unit usahanya menjadi Perseroaan Terbatas. Usulan tersebut bertujuan
untuk memudahkan perusahaan dalam berkerjasama dengan pihak lain sehingga
Madu Pramuka dapat semakin berkembang dan dikenal luas sebagai pioneer
perlebahan modern di Indonesia. Pada tanggal 5 Januari 2005 Pusat Perlebahan
Apiari Pramuka resmi menjadi Perseroaan Terbatas dengan nama PT Madu
Pramuka dan diresmikan oleh Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka yaitu
Prof. dr. H. Azrul Azwar, MPH. Perubahan status tersebut dicatat pada Akta
Pendirian Perusahaan nomor 6. Setelah resmi menjadi perusahaan, PT Madu
Pramuka membuat Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)- Kecil dengan nomor
SIUP 01966/13-1.824.51 yang dikeluarkan pada tanggal 15 Agustus 2005. Dalam
SIUP tersebut yang menjadi penanggung jawab perusahaan adalah Kepala Unit
Pusat Perlebahan Apiari Pramuka sebagai Direktur PT Madu Pramuka.
Visi PT Madu Pramuka yaitu menjadi pusat pendidikan perlebahan bagi
anggota gerakan pramuka dan masyarakat umum serta menjadi pusat bisnis
perlebahan yang berwawasan lingkungan guna mendukung dana bagi gerakan
pramuka. Misi kerja PT. Madu Pramuka tediri dari 4K yaitu 1) bekerja untuk
Kwarnas (membantu dana Gerakan Pramuka), 2) bekerja untuk kantor
(membangun kantor), 3) bekerja untuk karyawan (mensejahterakan karyawan),
dan 4) bekerja untuk kemasyarakatan (membantu masyarakat). Landasan kerja
yang digunakan PT. Madu Pramuka adalah selalu berdoa kepada Allah SWT
(memohon perlindungan-Nya) dan menjaga silaturahmi (internal dan eksternal).
Semboyan kerja yang dipegang PT Madu Pramuka adalah kerja keras, kerja
cerdas dan kerja ikhlas serta tulus, serius dan terus menerus.
Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi menggambarkan proses tersusun untuk merancang
struktur formal yang saling berhubungan, mengatur tugas, wewenang, dan
tanggung jawab pekerjaan diantara anggota organisasi agar pekerjaan dapat
dilakukan dan tujuan organisasi dapat tercapai secara efisien dan efektif. Sebagai
suatu perusahaan, PT. Madu Pramuka telah memiliki organisasi yang terstruktur.
Struktur perusahaan PT. Madu Pramuka disusun berdasarkan anggaran dasar yang
mengatur tata cara dalam perseroan yang disahkan. Kekuasaan tertinggi dipegang
oleh rapat umum pemegang saham (RUPS). Sebagai wakil dari pemegang saham
dibentuk dewan komisaris, dewan komisaris mengangkat dewan direksi untuk
30
menjalankan kegiatan perseroan sehari-hari. Adapun susunan struktur organisasi
PT. Madu Pramuka berdasarkan posisi dan tugasnya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Posisi serta Tugas dan Wewenang pada PT. Madu Pramuka
Posisi Tugas dan Wewenang
Rapat Umum
Pemegang
Saham
(RUPS)
Memberikan keputusan dan kebijakan
Mengarahkan baik yang bersifat strategis maupun operasional
agar tujuan perusahaan dapat tercapai sesuai dengan aktivitas
manajemen perusahaan
Mengevaluasi hasil-hasil perusahaan dan langkah-langkah
perbaikan untuk mengantisipasi tantangan di masa yang akan
datang
Meminta laporan atau tanggung jawab dari masing-masing
departemen dan bertanggung jawab terhadap perkembangan
perusahaan
Komisaris Mengangkat dan memberhentikan dewan direksi
Mengesahkan anggaran belanja perusahaan
Mengawasi jalannya perusahaan
Direktur
Utama Membawahi Direktur Pemasaran dan Produksi
Melaksanakan dan mengendalikan semua kegiatan atau
aktivitas perusahaan
Bertanggung jawab atas segala tugas-tugas di dalam
operasional perusahaan
Mengevaluasi dan merencanakan semua kegiatan yang
berhubungan dengan manajemen perusahaan
Staf Ahli Membantu memberikan saran-saran kepada Direktur Utama
PT Madu Pramuka khususnya dalam bidang perlebahan sesuai
keahliannya
Menjaga dan memelihara aset-aset perusahaan dalam lingkup
tugasnya
Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Direktur
Utama PT. Madu Pramuka
Direktur
Pemasaran
dan Produksi
Mengkoordinasi hubungan antara masing-masing cabang di
setiap wilayah
Memberikan informasi tentang penjualan dan produksi
Merencanakan, mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan
yang meliputi kegiatan produksi dan pemasaran
Mempelajari, merencanakan dan melaksanakan kegiatan
pemasaran produk-produk perlebahan berikut dengan peralatan
ternak lebah
Memasarkan produk melalui jalur pemasaran indoor
(penjualan langsung oleh toko-toko milik PT Madu Pramuka
sendiri) dan outdoor (penjualan melalui toko, koperasi, dan
apotek-apotek yang bekerja sama dengan PT Madu Pramuka)
Melaksanakan kegiatan promosi penjualan jika produk
melimpah (panen raya)
31
31
Posisi Tugas dan Wewenang
Direktur
Keuangan
dan Umum
Membuat program kerja tahunan bersama bagian lain sesuai
dengan lingkup tugas masing-masing
Melakukan inventarisasi aset-aset milik perusahaan meliputi
barang bergerak maupun barang menetap
Membuat rencana pengembangan pembangunan sarana fisik
dan rencana penambahan barang-barang inventaris
Melaksanakan kegiatan ekspedisi yang meliputi pengiriman
barang-barang keluar negeri dan dalam negeri
Menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungan perusahaan
Merencanakan dan mengkalkulasi kondisi keuangan secara
keseluruhan
Mengelola investasi sesuai dengan kebijakan-kebijakan
perusahaan
Kepala
Cabang Melaksanakan tugas sebagai kepala cabang yang meliputi
kegiatan pemasaran, gudang, pelatihan dan selalu
berkoordinasi dengan kasie masing-masing bagian
Mengkoordinasi dan mengawasi semua pekerjaan atau
kegiatan yang dilaksanakan oleh Kepala Seksi pada masing-
masing bagian
Menyampaikan laporan atas kegiatan yang telah dilaksanakan
secara periodik baik bulanan maupun tahunan kepada Dirut
Pemasaran dan Produksi
PT Madu Pramuka memiliki 99 orang karyawan yang ditempatkan di
kantor pusat dan cabang perusahaan. Penempatan karyawan terdiri dari 64
karyawan di kantor pusat PT. Madu Pramuka, 25 karyawan di Kantor Cabang
Grinsing Jawa Tengah, dua karyawan di outlet Cabang Sukabumi, tiga orang
karyawan di outlet Banten, dua orang karyawan di outlet Yogyakarta, dan tiga
orang karyawan di outlet Surabaya. Kantor pusat PT Madu Pramuka
menempatkan karyawan dalam delapan bagian, yaitu bagian gudang yang
memiliki seorang kasie dan delapan staf, bagian pemasaran (marketing) yang
memiliki lima kasie dan 22 staf, bagian pelatihan yang memiliki seorang kasie dan
tiga orang staf, bagian keuangan (accounting) yang memiliki dua kasie, tiga staf,
seorang konsultan pajak, bagian personalia yang memiliki tiga kasie dan 12 staf,
serta bagian umum dan aphiterapy memiliki seorang kasie dan tiga orang staf .
Karakteristik Umum Konsumen
Karakteristik umum konsumen Madu Pramuka dapat dilihat melalui
sampel atau responden yang telah mengisi kuesioner penelitian ini. Jumlah
konsumen yang diambil sebagai responden sebanyak 100 responden. Karaktersitik
umum konsumen yang dianalisis merupakan karaktersitik demografi meliputi
usia, jenis kelamin, pekerjaan, daerah tempat tinggal, dan pendapatan per bulan.
32
Usia
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 8 menunjukkan bahwa persentase
terbesar konsumen yang mengkonsumsi Madu Pramuka yaitu sebanyak 37 persen
berada pada rentan usia 25 sampai 34 tahun, selanjutnya 26 persen berada pada
rentan usia 35 sampai 44 tahun, 20 persen berada pada rentan usia 45 sampai 54
tahun, 10 persen berada pada rentan usia 17 sampai 24, dan persentase terkecil
yaitu sebanyak 5 persen berada pada rentan usia 55 sampai 64 tahun. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa konsumen yang memiliki usia
dewasa cenderung memiliki preferensi yang cukup tinggi terhadap produk madu
karena manfaat positif bagi kesehatan yang telah mereka rasakan.
Tabel 8 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Usia
Jenis Kelamin
Data sebaran responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa
persentase responden berjenis kelamin laki-laki lebih besar yaitu 53 persen
dibanding persentase responden berjenis kelamin perempuan yang hanya 47
persen. Jumlah persentase laki-laki yang lebih besar daripada wanita ini
menunjukkan bahwa kebutuhan laki-laki terhadap produk madu lebih besar
daripada wanita. Hal ini dikarenakan dari sisi kegiatan maupun pekerjaan seorang
laki-laki lebih banyak membutuhkan energi daripada seorang wanita, oleh karena
itu kebutuhan laki-laki terhadap produk kesehatan seperti madu untuk tetap
menjaga kebugaran tubuh juga lebih besar. Data karakteristik konsumen
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Laki-laki 53 53
2 Perempuan 47 47
Jumlah 100 100
Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa persentase terbesar
responden Madu Pramuka memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta dengan
persentase sebesar 35 persen. Persentase terbesar kedua adalah responden yang
bekerja sebagai pegawai negeri/BUMN/TNI/POLRI dengan persentase sebesar 22
No. Usia Jumlah (orang) Persentase (%)
1 17 – 24 tahun 10 10
2 25 – 34 tahun 37 37
3 35 – 44 tahun 26 26
4 45 – 54 tahun 20 20
5 55 – 64 tahun 5 5
6 > 65 tahun 2 2
Jumlah 100 100
33
33
persen. Responden lainnya berprofesi sebagai wiraswasta sebesar 16 persen,
sebagai ibu rumah tangga sebesar 16 persen, sebagai pelajar/mahasiswa sebesar 5
persen, serta profesi lainnya seperti dokter, artis, dan pengacara sebesar 6 persen.
Data karakteristik konsumen berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel
10.
Tabel 10 Karaktersiktik Konsumen Berdasarkan Jenis Pekerjaan
No. Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Pelajar/mahasiswa 5 5
2 Pegawai negeri/BUMN/TNI/POLRI 22 22
3 Pegawai swasta 35 35
4 Wiraswasta 16 16
5 Ibu rumah tangga 16 16
6 Lainnya 6 6
Jumlah 100 100
Domisili
Data hasil penelitian pada karakteristik konsumen berdasarkan domisili,
persentase terbesar adalah konsumen yang berdomisili di daerah Cibubur Jakarta
Tinur yaitu sebesar 47 persen. Sebagian besar lainnya adalah konsumen yang
berdomisili di sekitar Jakarta namun diluar Jakarta Timur sebesar 20 persen, di
daerah Bekasi sebesar 15 persen, didaerah Bogor sebesar 10 persen, serta di
daerah lainnya sepeti Depok, Jawa Tengah, Surabaya, Bengkulu dan Palangkaraya
sebesar 8 persen. Konsumen Madu Pramuka yang berdomisili di luar
JABODETABEK seperti Jawa Tengah, Surabaya, Bengkulu serta Palangkaraya
ini adalah konsumen yang sedang melaksanakan tugas di Jakarta dan mereka
selalu meyempatkan untuk membeli Madu Pramuka dikarenakan pemasaran
Madu Pramuka yang masih terbatas sehingga belum tersebar merata sampai ke
daerah mereka. Bagi konsumen yang tinggal di luar Cibubur mereka merasa
kesulitan untuk memperoleh Madu Pramuka karena lokasi gerai Madu Pramuka
yang tidak mudah dijangkau dari berbagai arah. Data Karaktersitik konsumen
berdasarkan domisili dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11 Karaktersitik Konsumen Berdasarkan Domisili
No. Domisili Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Kawasan Cibubur 47 47
2 Kawasan Jakarta diluar Cibubur 20 20
3 Bekasi 15 15
4 Bogor 10 10
5 Depok 4 4
6 Jawa Tengah 1 1
7 Surabaya 1 1
8 Bengkulu 1 1
9 Palangkaraya 1 1
Jumlah 100 100
34
Pendapatan Setiap Bulan
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa persentase terbesar
adalah konsumen yang memiliki tingkat pendapatan setiap bulan ≥ Rp7 000 000
yaitu sebesar 44 persen. Konsumen dengan rentan pendapatan per bulan
Rp6 000 000 sampai Rp6 900 000 sebesar 17 persen, pada rentang antara
Rp5 000 000 sampai Rp5 900 000 sebesar 11 persen, pada rentang antara
Rp4 000 000 sampai Rp4 900 000 sebesar 12 persen, pada rentang antara
Rp3 000 000 sampai Rp3 900 000 sebesar 10 persen, dan konsumen dengan
rentang pendapatan per bulan Rp2 000 000 sampai Rp2 900 000 sebesar 6 persen.
Data yang diperoleh ini menunjukkan bahwa secara umum konsumen Madu
Pramuka adalah orang-orang yang memiliki tingkat pendapatan per bulan yang
cukup tinggi. Data karaktersitik konsumen berdasarkan pendapatan setiap bulan
dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Pendapatan setiap Bulan
No. Jumlah pendapatan setiap bulan Jumlah (orang) Persentase (%)
1 ≥ p7 000 000 44 44
2 Rp6 000 000 – Rp6 900 000 17 17
3 Rp5 000 000 - Rp5 900 000 11 11
4 Rp4 000 000 - Rp4 900 000 12 12
5 Rp3 000 000 - Rp3 900 000 10 10
6 Rp2 000 000 – Rp2 900 000 6 6
Jumlah 100 100
Uji Validitas
Hasil uji validitas dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua
atribut produk Madu Pramuka dapat digunakan dalam penelitian (tidak valid).
Cochran test tahap 1 menunjukkan hasil nilai Q hitung sebesar 106.685
sedangkan nilai Q tabel sebesar 23.685, dimana Q hitung > Q tabel maka tolak H0
(tidak valid). Pengujian perlu dilanjutkan dengan mengeluarkan jawaban yang
mempunyai proporsi terkecil yaitu jawaban pada atribut material kemasan.
Pengujian selanjutnya hanya menggunakan 14 atribut dan diperoleh nilai Q hitung
pada Cochran test tahap 2 sebesar 74.428 sedangkan nilai Q tabel sebesar 22.362.
Hal ini berarti bahwa Q hitung > Q tabel maka tolak H0 (tidak valid). Pengujian
perlu dilanjutkan dengan mengeluarkan jawaban yang mempunyai proporsi
terkecil yaitu jawaban pada atribut iklan dan promosi. Pada Cochran test tahap 3
hanya menggunakan 13 atribut, diperoleh hasil nilai Q hitung sebesar 57.485
sedangkan nilai Q tabel sebesar 21.026, Q hitung > Q tabel maka tolak H0 (tidak
valid).
Pengujian perlu dilanjutkan dengan mengeluarkan jawaban yang
mempunyai proporsi terkecil yaitu jawaban pada atribut warna madu. Pengujian
Cochran test tahap 4 pada 12 atribut diperoleh hasil nilai Q hitung sebesar 37.865
sedangkan nilai Q tabel sebesar 19.675, hal ini berarti bahwa Q hitung > Q tabel
maka tolak H0 (tidak valid). Pengujian perlu dilanjutkan dengan mengeluarkan
jawaban yang mempunyai proporsi terkecil yaitu jawaban pada atribut variasi
35
35
kemasan. Pengujian selanjutnya hanya menggunakan 11 atribut dan diperoleh
nilai Q hitung sebesar 15.258 sedangkan Q tabel sebesar 19.675, berdasarkan hasil
pengujian menunjukkan bahwa Q tabel > Q hitung maka terima H0 (valid), ke 11
atribut dapat digunakan dalam penelitian. Atribut penelitian yang digunakan
dalam penelitian disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13 Atribut Penelitian
No Atribut
1 Rasa Madu
2 Pilihan Jenis Madu
3 Kekentalan
4 Aroma
5 Harga
6 Manfaat
7 Volume
8 Merek
9 Keaslian produk
10 Kemudahan memperoleh produk
11 Informasi pada kemasan (tgl kadaluarsa, izin BPPOM RI dan label halal)
Uji Reliabilitas
Hasil uji reliabilitas menggunakan metode Hoyt test menunjukkan hasil
bahwa keseluruhan atribut produk Madu Pramuka reliable karena memiliki nilai
r11 20.74 sedangkan nilai r product moment 0.361, maka 20.74 > 0.31. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa semua atribut konsisten pada pengukurannya
untuk digunakan dalam penelitian ini .
Importance Performance Analysis (IPA)
Peningkatan tingkat kepentingan sulit untuk dilakukan oleh pihak
perusahaan karena penilaian tergantung dari konsumen yang menganggap suatu
atribut penting sesuai dengan kebutuhannya. Perbaikan atribut untuk
meningkatkan kepuasan konsumen tidak serta merta dapat dilakukan oleh
perusahaan karena keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan.
Adanya keterbatasan tersebut mendorong perusahaan harus mampu
mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki untuk memperbaiki kinerja atribut
yang memberikan manfaat lebih besar terhadap peningkatan kepuasan konsumen.
Untuk mengetahui prioritas kinerja atribut apa saja yang perlu dilakukan
perbaikan dan peningkatan dapat dilakukan melalui pemetaan menggunakan
diagram Importance Performance Analysis.
Metode Importance Performance Analysis digunakan untuk mengetahui
keadaan masing-masing atribut Madu Pramuka berdasarkan tingkat kepentingan
dan kinerja menurut persepsi konsumen. Hasil dari penilaian konsumen terhadap
tingkat kepentingan dan tingkat kinerja Madu Pramuka diplotkan dalam diagram
kartesius yang terbagi dalam empat kuadran. Penentuan letak atribut pada masing-
36
masing kuadran didasarkan dari rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat kinerja
atribut Madu Pramuka. Nilai rata-rata tingkat kepentingan Madu Pramuka adalah
4.13 dan nilai rata-rata tingkat kinerja adalah 3.93. Nilai tersebut digunakan
sebagai garis tengah dalam diagram IPA seperti yang disajikan dalam Gambar 6.
Untuk nilai rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat kinerja Madu Pramuka
disajikan dalam Tabel 14.
Tabel 14 Nilai Rata-Rata Atribut Madu Pramuka berdasarkan Tingkat
Kepentingan dan Tingkat Kinerja
No. Atribut Tingkat Kepentingan
(Importance)
Tingkat Kinerja
(Performance)
1 Rasa madu 4.15 4.07
2 Pilihan jenis madu 3.91 4.06
3 Kekentalan 3.8 3.97
4 Aroma 3.74 3.91
5 Harga 3.99 3.82
6 Manfaat 4.59 4.27
7 Volume 3.81 3.92
8 Merek 3.95 3.96
9 Keaslian produk 4.75 4.23
10 Kemudahan memperoleh produk 4.33 3.1
11 Imformasi pada kemasan (tgl
kadaluarsa, izin BPPOM RI dan
label halal)
4.41 3.9
Rata-rata 4.13 3.93
Gambar 6 Diagram Kartesius Importance Performance Analysis Madu Pramuka
37
37
Keterangan:
1 = Rasa madu 7 = Volume
2 = Pilihan jenis madu 8 = Merek
3 = Kekentalan 9 = Keaslian produk
4 = Aroma 10 = Kemudahan memperoleh produk
5 = Harga 11 = Informasi pada kemasan
6 = Manfaat
Pemetaan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja pada diagram cartesius
ini dapat membantu pihak perusahan untuk melakukan perbaikan atribut yang
dianggap penting oleh konsumen. Penggolongan atribut-atribut Madu Pramuka
dalam diagram adalah sebagai berikut :
1) Kuadaran I (prioritas utama)
Atribut dalam kuadran I dinilai memiliki kepentingan yang tinggi oleh
konsumen namun tingkat kinerja masih rendah. Oleh karena itu, atribut yang
terdapat pada kuadran I perlu mendapat prioritas utama bagi pihak perusahaan
untuk dilakukan perbaikan dan peningkatan kinerja. Berdasarkan hasil
penelitian, atribut yang berada pada kuadaran I adalah kemudahan
memperoleh produk dan informasi pada kemasan.
Atribut kemudahan memperoleh produk memiliki nilai rataan tingkat
kinerja 3.1 dan nilai rataan tingkat kepentingan 4.33. Kemudahan memperoleh
Madu Pramuka merupakan atribut yang dinilai penting oleh konsumen namun
memiliki kinerja yang masih rendah mengingat distribusi Madu Pramuka yang
masih terbatas hanya pada beberapa gerai pribadi milik PT. Madu Pramuka.
Gerai pusat Madu Pramuka terletak di kawasan Cibubur. Gerai pusat ini
merupakan gerai dengan pengunjung terbanyak dibandingkan gerai yang
lainnya karena konsumen lebih memilih membeli produk di gerai pusat dari
pada di gerai lainnya yang tersedia dibeberapa lokasi di kawasan Jakarta. Hal
ini disebabkan oleh ketidakpercayaan konsumen terhadap keaslian madu yang
dijual di gerai lain selain di gerai pusat. Namun akses konsumen yang berasal
dari luar Jakarta khususnya Jakarta Timur mengaku kesulitan untuk
menjangkau lokasi perusahaan. Para konsumen yang berasal dari luar Jakarta
ini umumnya menyempatkan untuk membeli Madu Pramuka pada hari libur
kerja yaitu pada Hari Sabtu atau Minggu sedangkan pada hari-hari tersebut
jalan untuk akses ke gerai pusat dalam kondisi macet.
Oleh karena itu, atribut ini memiliki kinerja yang lebih rendah
dibandingkan nilai kinerja rata-rata dan bahkan memiliki tingkat nilai kinerja
terendah dibandingkan atribut lainnya. Sebagian besar masyarakat saat ini
cenderung lebih menyukai kepraktisan terutama mereka yang mempunyai
aktivitas yang padat. Tidak semua konsumen Madu Pramuka yang berada
diluar Jakarta dapat meluangkan waktu kapanpun untuk membeli Madu
Pramuka yang terletak di gerai pusat. Maka dari itu tingkat kinerja kemudahan
memperoleh Madu Pramuka harus lebih ditingkatkan. Pihak perusahaan dapat
membuka gerai cabang yang lebih banyak dibeberapa lokasi diluar Cibubur
yang terdapat banyak konsumen dengan kondisi gerai yang lebih menarik.
Selain itu, pihak PT. Madu Pramuka juga dapat lebih meyakinkan konsumen
bahwa Madu Pramuka yang dijual digerai lain selain gerai pusat terjamin
38
keasliannya sehingga konsumen dapat melakukan pembelian Madu Pramuka
di gerai yang lebih mudah dijangkau.
Informasi pada kemasan produk Madu Pramuka seperti tanggal
kadaluarsa, izin BPPOM RI dan label halal memiliki nilai rataan tingkat
kepentingan sebesar 4.41 dan nilai rataan tingkat kinerja sebesar 3.9.
Informasi pada kemasan merupakan atribut yang dinilai penting oleh
konsumen namun memiliki kinerja yang masih rendah. Madu memiliki
kandungan nutrisi cukup lengkap yang baik bagi kesehatan. Namun, madu
harus dikonsumsi secara benar agar manfaat positif bagi kesehatan dapat
dirasakan oleh konsumen. Selain itu, madu juga harus disimpan dengan cara
yang benar seperti tidak boleh terpapar sinar matahari langsung dan tidak
disimpan dalam lemari pendingin. Hal ini untuk menjaga agar madu dalam
kemasan tidak meledak dan kandungan nutrisi yang terdapat pada madu tidak
rusak. Informasi mengenai hal tersebut belum dicantumkan secara lengkap
dalam kemasan Madu Pramuka, sehingga informasi pada kemasan dinilai
belum lengkap oleh konsumen.
Kelengkapan informasi pada kemasan merupakan salah satu aspek penting
sebagai sarana untuk menyampaikan isi produk kepada konsumen. Oleh
karena itu, PT. Madu Pramuka perlu melakukan perbaikan terhadap
kelengkapan informasi pada kemasan. Kelengkapan informasi terkait cara
konsumsi dan penyimpanan yang baik serta benar pada produk madu dapat
ditambahkan dalam kemasan untuk melengkapi informasi yang telah ada.
Dengan demikian, konsumen dapat mengkonsumsi Madu Pramuka dengan
benar sehingga manfaat positif dari mengkonsumsi madu lebih dapat
dirasakan oleh konsumen. Selain itu, konsumen juga perlu diyakinkan bahwa
produk madu yang dihasilkan oleh PT. Madu Pramuka adalah madu asli.
2) Kuadran II (pertahankan prestasi)
Atribut-atribut yang masuk dalam kuadran II merupakan atribut yang
dinilai penting oleh konsumen dan telah memiliki kinerja yang baik. Oleh
karena itu perusahaan perlu mempertahankan dan menjaga kualitas atribut-
atribut yang terletak dalam kuadran II karena hal tersebut sangat berpengaruh
terhadap kepuasan konsumen. Atribut yang termasuk dalam kuadran II ini
adalah atribut rasa madu, manfaat produk, dan keaslian produk.
Berdasarkan hasil analisis data, atribut rasa madu memiliki nilai rataan
tingkat kepentingan sebesar 4.15 dan nilai rataan tingkat kinerja sebesar 4.07.
Dari hasil nilai rataan ini posisi atribut rasa madu dalam diagram IPA
cenderung mendekati kuadran IV yang berarti bahwa tingkat kepentingan
atribut ini tidak terlalu penting bagi konsumen sehingga perusahaan dapat
lebih memprioritaskan pada perbaikan atribut lain yang berada pada kuadran I
dan III. Madu Pramuka memiliki rasa manis berasal dari nektar bunga. PT.
Madu Pramuka tidak memberikan perlakuan tambahan dalam memproduksi
Madu. Madu yang dihasilkan tidak dapat diatur tingkat kemanisannya agar
sesuai dengan selera konsumen karena rasa manis yang dihasilkan madu
tergantung dari jenis nektar bunga yang menjadi pakan lebah. Hal ini
dilakukan karena perusahaan ingin tetap menjaga keaslian madu. Menurut
responden rasa Madu Pramuka sudah sesuai dengan selera konsumen tanpa
dicampur zat tambahan apapun sehingga keaslian madu tetap terjaga.
39
39
Atribut lainnya yang termasuk dalam kuadran II adalah manfaat produk.
Berdasarkan hasil penelitian, atribut manfaat produk memiliki nilai rataan
tingkat kepentingan sebesar 4.59 dan tingkat nilai rataan kinerja sebesar 4.27.
Atribut ini memiliki nilai tingkat kepentingan yang tinggi dan kinerja yang
baik menurut konsumen sehingga perusahaan perlu mempertahankan kualitas
madu agar kinerja manfaat madu tetap baik. Madu Pramuka memiliki berbagai
kandungan nutrisi lengkap yang bermanfaat bagi kesehatan. Manfaat yang
diperoleh dari mengkonsumsi Madu Pramuka antara lain dapat meningkatkan
daya tahan tubuh, memperbaiki metabolisme tubuh, mengobati penyakit maag
dan mengobati luka. Kandungan berbagai nutrisi yang bermanfaat untuk
kesehatan dalam produk Madu Pramuka telah dirasakan oleh para konsumen.
Konsumen menilai manfaat yang diberikan Madu Pramuka telah sesuai
dengan harapan mereka karena Madu Pramuka memiliki keaslian dan kualitas
produk yang selalu dipertahankan.
Nilai rataan tingkat kepentingan atribut keaslian Madu Pramuka sebesar
4.75 dan nilai rataan tingkat kinerja sebesar 4.23. Berdasarkan nilai rataan
tersebut menunjukkan bahwa konsumen menilai kinerja atribut ini baik karena
nilai rataan atribut keaslian diatas nilai kinerja rata-rata produk. Keaslian
produk merupakan pertimbangan penting bagi konsumen ketika memilih
madu, mengingat saat ini banyak madu tiruan yang beredar dipasaran dan sulit
dibedakan. Keaslian produk madu didapatkan ketika madu tidak mengalami
proses tambahan pencampuran zat lain dan konsumen menilai keaslian produk
Madu Pramuka telah terjamin. Hal ini didasarkan pada khasiat positif Madu
Pramuka yang telah dirasakan konsumen. Oleh karena itu PT. Madu Pramuka
perlu mempertahankan kinerja keaslian madu agar kualitasnya tetap terjaga.
3) Kuadran III (prioritas rendah)
Kuadran III merupakan kuadran yang menggambarkan prioritas rendah.
Atribut yang termasuk dalam kuadran III ini terdiri dari aroma, harga, dan
volume. Atribut-atribut ini merupakan atribut yang dianggap kurang penting
oleh konsumen dan pada kenyataannya kinerja atribut tidak terlalu baik.
Peningkatan kinerja atribut ini perlu dipertimbangkan kembali oleh pihak
perusahaan karena pengaruhnya terhadap kepuasan konsumen sangat kecil.
Aroma merupakan salah satu atribut yang mencirikan produk Madu
Pramuka. Aroma madu dihasilkan dari sumber nektar bunga yang digunakan
sebagai pakan lebah. Nilai rataan tingkat kepentingan atribut aroma sebesar
3.74 dan nilai rataan tingkat kinerja sebesar 3.91. Berdasarkan nilai rataan
tersebut menunjukkan bahwa konsumen menilai tingkat kinerja atribut aroma
tidak terlalu baik dan tingkat kepentingannya rendah. Oleh karena itu apabila
pihak perusahaan ingin meningkatkan tingkat kinerja atribut aroma maka
perusahaan perlu mempertimbangkan kembali mengingat tingkat kepentingan
dari atribut ini dinilai rendah oleh konsumen.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil nilai rataan tingkat
kepentingan atribut harga sebesar 3.99 dan nilai rataan tingkat kinerja sebesar
3.82. Harga Madu Pramuka dinilai belum memiliki kinerja yang baik oleh
konsumen. Harga yang dimiliki Madu Pramuka saat ini cukup tinggi bila
dibandingkan produk madu lainnya dan mengalami perubahan harga yang
terus meningkat. Namun adanya manfaat kesehatan yang dirasakan, konsumen
tetap membeli Madu Pramuka karena harga yang tinggi dinilai sebanding
40
dengan kualitas yang didapatkan oleh konsumen. Selain adanya manfaat
kesehatan, keyakinan konsumen akan keaslian Madu Pramuka juga
menjadikan tingkat kepentingan terhadap atribut harga rendah. Hal ini
berdasarkan hasil Importance Performance Analysis, atribut manfaat dan
keaslian produk dinilai memiliki kinerja yang baik oleh konsumen. Hasil
analisis terhadap karakteristik responden juga menunjukkan bahwa umumnya
konsumen Madu Pramuka adalah orang-orang yang memiliki tingkat
pendapatan per bulan yang cukup tinggi. Oleh karena itu perusahaan perlu
mempertimbangkan kembali apabila ingin meningkatkan kinerja atribut harga.
Namun apabila perusahaan memiliki sumberdaya yang memadai, maka
perusahaan dapat menjaga kestabilan harga agar tidak mengalami kenaikan
terus menerus melebihi tingkat harga optimum berdasarkan analisis
sensitivitas harga yang telah dilakukan yaitu sebesar Rp115 000. Karena
tingkat harga yang terlalu tinggi dapat berpengaruh terhadap minat pembelian
konsumen.
Nilai rataan tingkat kepentingan atribut volume sebesar 3.81 dan nilai
rataan tingkat kinerja sebesar 3.92. Volume Madu Pramuka tersedia dalam
berbagai ukuran yang disediakan sesuai dengan kebutuhan konsumsi
konsumen. Konsumen yang membeli Madu Pramuka untuk konsumsi keluarga
biasanya melakukan pembelian dengan volume yang banyak dan sebaliknya
konsumen yang membeli untuk konsumsi sendiri membeli madu dalam
volume kecil. Namun karena mayoritas konsumen Madu Pramuka sudah
berkeluarga maka sebagian besar konsumen membeli madu dengan volume
besar. Berdasarkan hal ini, maka pihak perusahaan perlu mempertimbangkan
kembali apabila ingin meningkatkan kinerja atribut volume. Karena atribut ini
memiliki tingkat kepentingan yang rendah.
4) Kuadran IV (berlebihan)
Atribut yang termasuk ke dalam kuadran IV terdiri dari pilihan jenis madu,
kekentalan, dan merek. Ketiga atribut tersebut dianggap kurang penting oleh
konsumen namun pelaksanaannya telah dilakukan dengan sangat baik sehingga
dianggap berlebihan. Perusahaan dapat mengurangi kinerja atribut-atribut yang
masuk adalam kuadran IV ini jika memang dirasa perlu agar dapat menghemat
biaya.
Pilihan jenis madu yang tersedia cukup banyak sehingga kinerjanya dinilai
baik oleh konsumen dengan nilai rataan tingkat kepentingan sebesar 3.91 dan
nilai rataan tingkat kinerja sebesar 4.06. Perusahaan menyediakan berbagai
pilihan jenis madu yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Namun
atribut ini bukan menjadi atribut yang sangat dipertimbangkan konsumen
dalam membeli Madu Pramuka. Konsumen menganggap bahwa pilihan jenis
madu tidak cukup penting karena secara umum rasa dan manfaat yang
terkandung dalam madu pada umumnya sama. Perusahaan dapat menurunkan
beberapa kinerja atribut seperti memilih salah satu rasa madu yang memiliki
manfaat khusus sama, dengan menekan biaya produksi tanpa mengurangi
tingkat kepuasan konsumen tehadap kinerja atribut agar dapat menghemat
biaya.
Atribut kekentalan madu memiliki nilai rataan tingkat kepentingan sebesar
3.8 dan nilai rataan tingkat kinerja sebesar 3.97. Tingkat kekentalan Madu
Pramuka tidak dapat dikendalikan oleh pihak perusahaan karena tingkat
41
41
kekentalan tergantung pada curah hujan pada saat budidaya lebah madu
dilaksanakan. Konsumen menilai tingkat kinerja madu sudah baik namun
mereka tidak terlalu mementingkan atribut ini sebagai pertimbangan ketika
membeli Madu Pramuka.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai rataan tingkat kepentingan
atribut merek sebesar 3.95 dan nilai rataan tingkat kinerja madu sebesar 3.96.
Konsumen menilai kinerja atribut merek sudah baik dengan tingkat
kepentingan yang rendah. Penggunaan nama Madu Pramuka sebagai merek
madu merupakan kelebihan yang dimiliki karena dengan nama ini konsumen
lebih mudah mengingat merek tersebut dan sekaligus dapat mencerminkan
kualitas melalui pencitraan konsumen terhadap gerakan pramuka. PT. Madu
Pramuka tidak perlu menurunkan kinerja atribut merek dengan mengganti
menggunakan nama lain karena dengan merek Madu Pramuka, perusahaan
telah menciptakan keunggulan dibandingkan merek madu lain salah satunya
adalah kepercayaan konsumen terhadap keaslian produk dan manfaat positifnya
untuk kesehatan.
Customer Satisfaction Index (CSI)
Tingkat kepuasan konsumen Madu Pramuka secara keseluruhan dapat
diketahui dengan mengukur Customer Satisfaction Index (CSI) berdasarkan nilai
rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja masing-masing atribut Madu Pramuka.
Untuk mendapatkan nilai CSI, diperlukan beberapa tahapan. Tahapan tersebut
dimulai dari mencari nilai weight factor masing – masing atribut. Weight factor
masing – masing atribut didapat dari skor rata – rata kepentingan tiap atribut
dibagi jumlah dari skor rata – rata kepentingan. Tahapan berikutnya mencari nilai
weight score tiap atribut. Nilai weight score tiap atribut didapat dari perkalian
antara weight factor tiap atribut dengan skor rataan kinerja tiap atribut. Tahapan
berikutnya mencari nilai CSI. Nilai CSI didapat dari pembagian antara jumlah
weight score dengan skor terbesar dari Skala Likert yaitu 5. Hasil perhitungan CSI
untuk konsumen Madu Pramuka dapat dilihat pada Tabel 15.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai CSI Madu Pramuka
sebesar 78.63. Didasarkan pada indeks kepuasan, nilai CSI Madu Pramuka
sebesar 78.63 (0.7863) berada pada rentang 0.61 hingga 0.80. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa secara umum konsumen Madu Pramuka berada pada kriteria
puas dengan produk. Anggapan puas ini dikarenakan PT. Madu Pramuka telah
memberikan kinerja yang baik pada atribut-atribut yang dinilai penting oleh
konsumen ketika mengkonsumsi Madu Pramuka. Maka berdasarkan tingkat
kinerja atribut Madu Pramuka yang dijadikan pertimbangan bagi konsumen ketika
membeli produk, dinilai telah mampu memenuhi keinginan konsumen.
Meskipun rentang kriteria yang dicapai berdasarkan nilai CSI berada pada
kriteria puas, pihak perusahaan harus tetap melakukan perbaikan dan peningkatan
kinerja produk Madu Pramuka yang dinilai konsumen masih memiliki kinerja
yang rendah namun memiliki tingkat kepentingan yang tinggi bagi konsumen
seperti atribut kemudahan memperoleh produk dan informasi pada kemasan,
karena kedua atribut ini dinilai berpengaruh besar terhadap kepuasan konsumen
yang dicerminkan dari tingkat kepentingannya tinggi bagi konsumen. Hal ini
42
dikarenakan nilai CSI sebesar 78.63 dianggap belum mampu meningkatkan
jumlah konsumen untuk terus melakukan pembelian Madu Pramuka. Pihak
perusahaan harus terus melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja produk agar
lebih banyak konsumen yang masuk ke dalam kelompok konsumen yang merasa
puas terhadap Madu Pramuka. Karena sebesar 21.37 persen harapan konsumen
Madu Pramuka belum mampu dipuaskan oleh PT. Madu Pramuka mengingat
setiap waktu kepuasan konsumen dapat berubah tergantung dari tingkat
kepentingan yang diprioritaskan konsumen. Konsumen yang merasa puas
terhadap produk Madu Pramuka memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk
melakukan pembelian ulang.
Harapan konsumen yang belum terpenuhi sehingga mereka tidak puas
terhadap Madu Pramuka dapat dikarenakan perbedaan penilaian tingkat
kepentingan dan kinerja dari masing-masing konsumen. Dengan demikian,
perusahaan harus lebih mengetahui atribut-atribut apa saja yang dinilai konsumen
sebagai prioritas atribut yang penting ketika mengkonsumsi madu agar perusahaan
dapat melakukan perbaikan terhadap produk sehingga sesuai dengan kebutuhan
dan keinginan konsumen.
Tabel 15 Perhitungan Costumer Satisfaction Index
Kode Atribut Mean
Important
Score
Weight
Factors
(%)
Mean
Satisfaction
Score
Weight
Score
1 Rasa Madu 4.15 9.13 4.07 0.37
2 Pilihan Jenis Madu 3.91 8.61 4.06 0.35
3 Kekentalan 3.8 8.36 3.97 0.33
4 Aroma 3.74 8.23 3.91 0.32
5 Harga 3.99 8.78 3.82 0.34
6 Manfaat 4.59 10.10 4.27 0.43
7 Volume 3.81 8.39 3.92 0.33
8 Merek 3.95 8.69 3.96 0.34
9 Keaslian produk 4.75 10.46 4.23 0.44
10 Kemudahan
memperoleh produk
4.33 9.53 3.1 0.30
11 Informasi pada
kemasan
4.41 9.71 3.9 0.38
Total 45.43 100 43.2 3.93
Customer Satisfaction
Index (%)
CSI = (3.93 : 5)X 100%
= 78.63
Analisis Sensitivitas Harga
Analisis sensitivitas harga merupakan analisis yang digunakan untuk
mendapatkan rentang harga yang relevan bagi konsumen. Hasil dari analisis
sensitivitas dibedakan dalam lima tingkat harga yang terdiri dari tingkat tertinggi
bagi produk atau Marginal Expensive Point (MEP), tingkat harga terendah bagi
produk atau Marginal Cheap Point (MCP), tingkat harga optimum bagi produk
atau Optimum Price Point (OPP), tingkat harga minimum bagi produk atau
43
43
Indifference Price Point (IPP) dan rentang harga yang wajar bagi produk atau
Range of Acceptible Price (RAP). Lima tingkatan harga ini dihasilkan setelah
responden memilih harga tertentu untuk setiap kategori harga yang ditanyakan
dalam analisis sensitivitas melalui kuesioner. Kategori harga tersebut terdiri dari
harga sangat murah, harga murah, harga mahal, dan harga sangat mahal.
Harga Madu Pramuka ukuran 650 ml berbeda-beda tergantung dari jenis
sumber nektar, daftar harga produk Madu Pramuka ukuran 650 ml disajikan
dalam Tabel 16.
Tabel 16 Daftar Harga Madu Pramuka Ukuran 650 ml
No. Janis Madu Harga
1 Madu Bunga Kapuk Rp105 000
2 Madu Lebah Liar/Hutan Rp105 000
3 Madu Kaliandra/Jambu Air/Rambutan/Kopi Rp105 000
4 MaduMultiflora/Karet/Mahoni/Jambu
Mete/Mangga/Durian/Apel/Cengkeh
Rp 85 000
5 Madu Super (Madu+Tepung Sari+Royal Jelly) /Sonokeling Rp110 000
6 Madu Royal Jelly (Madu+Royal Jelly) Rp 95 000
7 Madu Pollen (Madu+Bee Pollen/Tepung) Rp 95 000
Sumber : PT. Madu Pramuka
Harga Madu Pramuka super ukuran 650 ml saat ini Rp110 000. Analisis
sensitivitas ini digunakan untuk mengetahui tingkat harga terendah, tingkat harga
tertinggi, tingkat harga minimum, tingkat harga optimum, dan rentang harga
Madu Pramuka super ukuran 650 ml yang dapat diterima oleh kosumen. Rentang
harga yang digunakan pada rentang harga minimum adalah Rp65 000 hingga
harga maksimum Rp155 000. Pemilihan rentang harga ini berdasarkan hasil
survey harga madu rata-rata ukuran 650 ml di pasaran. Dari rentang harga ini
ditentukan sepuluh titik harga berbeda untuk dipilih oleh responden. Sepuluh titik
harga merupakan harga dengan selisih Rp10 000, hal ini berdasarkan
pertimbangan dari pihak Madu Pramuka bahwa kenaikan harga umumnya berkisar
sebesar 5 sampai 10 persen dari harga sebelumnya. Selain itu nilai nominal
Rp10 000 juga diasumsikan sebagai harga psikologis, dimana berdasarkan survey
yang telah dilakukan, perubahan harga Rp10 000 pada produk Madu Pramuka
dapat mempengaruhi pembelian konsumen.
Berdasarkan hasil penelitian, pada kategori tingkat harga terlalu murah
diperoleh data bahwa sebanyak 42 responden memilih harga Rp65 000, sebagai
harga yang terlalu murah bagi produk Madu Pramuka super ukuran 650 ml.
Sejumlah 42 responden menyatakan bahwa harga Madu Pramuka super terlalu
murah adalah pada tingkat harga Rp75 000. 8 orang responden memilih pada
tingkat harga Rp95 000 sebagai harga yang terlalu murah bagi produk Madu
Pramuka super, 7 orang responden memilih pada tingkat harga Rp85 000 dan 1
orang responden menilai bahwa harga Madu Pramuka super terlalu murah pada
tingkat harga Rp115 000. Data hasil penilaian responden terhadap kategori harga
terlalu murah dapat dilihat pada Tabel 17.
Harga produk Madu Pramuka super ukuran 650 ml dinilai murah pada
tingkat harga Rp95 000 oleh sebanyak 41 responden. Sebanyak 39 responden
lainnya menilai harga Madu Pramuka super ukuran 650 ml murah pada tingkat
44
harga Rp85 000. Sebanyak 12 responden menilai harga Madu Pramuka super
ukuran 650 ml tergolong murah pada tingkat harga Rp75 000, 6 responden lainnya
menilai murah pada tingkat harga Rp65 000 dan 2 orang responden menilai bahwa
produk Madu Pramuka super ukuran 650 ml tergolong murah pada tingkat harga
Rp105 000. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian, penilaian
terbesar oleh responden pada tingkat harga madu super murah berada pada tingkat
harga Rp95 000. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen Madu Pramuka adalah
orang-orang yang sangat mementingkan harga yang sebanding dengan kualitas
produk yang diberikan. Sebagian besar konsumen menilai bahwa harga
merupakan indikator kualitas suatu produk.
Harga produk Madu Pramuka super ukuran 650 ml dinilai mahal pada
tingkat harga Rp125 000 oleh sebanyak 35 responden. Sebagian responden lain
yaitu sebanyak 30 orang menilai Madu Pramuka super ukuran 650 ml mahal pada
tingkat harga Rp115 000, 16 responden lainnya menilai mahal pada tingkat harga
Rp135 000. Sebanyak 10 responden menilai harga Madu Pramuka super ukuran
650 ml tergolong mahal pada tingkat harga Rp145 000, 7 responden menilai harga
Madu Pramuka super ukuran 650 ml tergolong mahal pada tingkat harga
Rp105 000 dan 2 responden menilai Madu Pramuka super ukuran 650 ml
tergolong mahal pada tingkat harga Rp95 000.
Berdasarkan hasil penelitian, pada kategori harga sangat mahal sebanyak
36 responden menilai bahwa Madu Pramuka super ukuran 650 ml tergolong
sangat mahal pada tingkat harga Rp155 000. Responden lainnya sebanyak 33
orang menilai Madu Pramuka super sangat mahal pada tingkat harga Rp145 000,
21 responden menilai harga sangat mahal pada tingkat harga Rp135 000.
Sebanyak 7 responden menilai harga Madu Pramuka super sangat mahal pada
tingkat harga Rp125 000, seorang responden menilai harga sangat mahal pada
tingkat harga Rp115 000, dan 2 orang responden menilai Madu Pramuka super
ukuran 650 ml tergolong sangat mahal pada tingkat harga Rp105 000. Data
penilaian responden terhadap harga jual Madu Pramuka super ukuran 650 ml
dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17 Penilaian Responden Terhadap Harga Jual Madu Pramuka Super Ukuran
650 ml pada Berbagai Kategori Harga
No. Harga
(Rp.)
Sangat Murah Murah Mahal Sangat Mahal
Jumlah
(orang)
(%) Jumlah
(orang)
(%) Jumlah
(orang)
(%) Jumlah
(orang)
(%)
1 65 000 42 42 6 6 0 0 0 0
2 75 000 42 42 12 12 0 0 0 0
3 85 000 7 7 39 39 0 0 0 0
4 95 000 8 8 41 41 2 2 0 0
5 105 000 0 0 2 2 7 7 2 2
6 115 000 1 1 0 0 30 30 1 1
7 125 000 0 0 0 0 35 35 7 7
8 135 000 0 0 0 0 16 16 21 21
9 145 000 0 0 0 0 10 10 33 33
10 155 000 0 0 0 0 0 0 36 36
Total 100 100 100 100 100 100 100 100
45
45
Analisis sensitivitas harga selanjutnya adalah mengenai tingkat harga
minimum atau Indifference Price Point (IPP), tingkat harga optimum (OPP),
tingkat harga terendah (MCP), tingkat harga tertinggi serta range harga yang dapat
diterima bagi konsumen Madu Pramuka super ukuran 650 ml.
Penentuan tingkat harga minimum (IPP) pada produk Madu Pramuka
super ukuran 650 ml diperoleh saat jumlah responden yang menilai pada tingkat
harga tertentu harga Madu Pramuka super tergolong murah sama dengan jumlah
responden yang menilai pada tingkat harga tertentu harga Madu Pramuka super
tergolong mahal. Dalam bentuk grafik, IPP dapat diperoleh melalui perpotongan
antara garis yang menununjukkan harga dalam kategori murah dan harga dalam
kategori mahal. Perpotongan antara kedua garis merupakan kombinasi antara
besarnya persentase responden yang memilih tingkat harga dalam kategori harga
murah dan responden yang memilih tingkat harga dalam kategori harga mahal
pada sumbu Y. Berdasarkan grafik pada Gambar 7, perpotongan garis yang
menunjukkan tingkat harga minimum pada produk Madu Pramuka super berada
pada tingkat harga Rp105 000. Harga minimum produk Madu Pramuka tersebut
menunjukkan bahwa tingkat harga murah untuk Madu Pramuka super menurut
penilaian responden berada pada tingkat harga Rp105 000. Grafik perpotongan
garis antara kategori harga mahal dengan kategori harga murah yang
menunjukkan harga minimum produk disajikan dalam Gambar 7.
Gambar 7 Grafik Indifference Pricing Point (IPP) Terhadap Harga Jual Madu
Pramuka Super Ukuran 650 ml.
Optimum Pricing Point (OPP) bagi produk menunjukkan harga yang
dinilai responden sebagai harga optimum. OPP didapatkan dari hasil perpotongan
antara garis yang menunjukkan tingkat harga terlalu murah dan garis yang
menunjukkan tingkat harga terlalu mahal. Pada titik OPP menunjukkan jumlah
yang seimbang antara penilaian responden yang menilai pada tingkat harga
tertentu Madu Pramuka super tergolong sangat murah dan responden yang menilai
pada tingkat harga tertentu Madu Pramuka super tergolong sangat mahal.
Berdasarkan grafik pada Gambar 8, perpotongan garis yang menunjukkan harga
optimum pada Madu Pramuka super berada pada tingkat harga Rp115 000. Pada
tingkat harga ini responden menilai bahwa tingkat harga tersebut berada pada
tingkat harga yang wajar sehingga konsumen masih bersedia untuk membeli
produk Madu Pramuka super. Grafik perpotongan garis antara kategori harga
0
10
20
30
40
50
Per
sen
tase
(%
)
Tingkat Harga
Murah
Mahal
IPP
46
sangat murah dengan kategori harga sangat mahal yang menunjukkan harga
optimum produk disajikan dalam Gambar 8.
Gambar 8 Grafik Optimum Pricing Point (OPP) Terhadap Harga Jual Madu
Pramuka Super Ukuran 650 ml
Marginal Expensive Point (MEP) menunjukkan harga yang dinilai
responden sebagai harga sangat mahal bagi produk. MEP didapatkan dari hasil
perpotongan antara garis yang menunjukkan tingkat harga mahal dan garis yang
menunjukkan tingkat harga terlalu mahal. Pada titik MEP menunjukkan jumlah
yang seimbang antara penilaian responden yang menilai pada tingkat harga
tertentu Madu Pramuka super tergolong mahal dan responden yang menilai pada
tingkat harga tertentu Madu Pramuka super tergolong sangat mahal. Berdasarkan
grafik pada Gambar 9, perpotongan garis yang menunjukkan harga tertinggi pada
Madu Pramuka super berada pada tingkat harga Rp135 000. Pada tingkat harga ini
responden menilai bahwa tingkat harga tersebut berada pada tingkat harga yang
terlalu mahal sehingga konsumen tidak bersedia untuk membeli produk Madu
Pramuka super. Grafik perpotongan garis antara kategori harga mahal dengan
kategori harga sangat mahal yang menunjukkan harga tertinggi produk disajikan
dalam Gambar 9.
Gambar 9 Grafik Marginal Expensive Point (MEP) Terhadap Harga Jual Madu
Pramuka Super Ukuran 650 ml
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45P
erse
nta
se (
%)
Tingkat Harga
Sangat Murah
Sangat Mahal
OPP
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Per
sen
tase
(%
)
Tingkat Harga
Mahal
Sangat MahalMEP
47
47
Marginal Cheap Point (MCP) menunjukkan harga yang dinilai responden
sebagai harga terendah bagi produk. MCP didapatkan dari hasil perpotongan
antara garis yang menunjukkan tingkat harga murah dan garis yang menunjukkan
tingkat harga terlalu murah. Pada titik MCP menunjukkan jumlah yang seimbang
antara penilaian responden yang menilai pada tingkat harga tertentu Madu
Pramuka super tergolong murah dan responden yang menilai pada tingkat harga
tertentu Madu Pramuka super tergolong sangat murah. Berdasarkan grafik pada
Gambar 10, perpotongan garis yang menunjukkan harga terendah pada Madu
Pramuka super berada pada tingkat harga Rp80 000. Pada tingkat harga ini
responden menilai bahwa tingkat harga tersebut berada pada tingkat harga yang
terlalu murah sehingga konsumen meragukan kualitas produk Madu Pramuka
super ukuran 650 ml. Grafik perpotongan garis antara kategori harga murah
dengan kategori harga sangat murah yang menunjukkan harga terendah produk
disajikan dalam Gambar 10.
Gambar 10 Grafik Marginal Cheap Point (MCP) Terhadap Harga Jual Madu
Pramuka Super Ukuran 650 ml
Hasil titik harga Marginal Cheap Point (MCP) dan Marginal Expensive
Point (MEP) menghasilkan Range of Acceptable Price (RAP). RAP menunjukkan
rentang harga wajar yang dapat diterima responden. RAP diperoleh berdasarkan
rentang harga antara perpotongan garis yang menunjukkan harga murah dan
terlalu murah, dengan perpotongan garis harga mahal dan sangat mahal.
Berdasarkan grafik pada gambar 11, RAP ini berada di antara rentang harga
Rp80 000 sampai Rp135 000. Selanjutnya, kisaran harga yang direkomendasikan
(Range of Recommended Price) untuk produk Madu Pramuka super ukuran 650
ml berada pada rentang harga untuk batas bawah sebesar Rp105 000 dan harga
batas atas sebesar Rp115 000. Oleh karena itu apabila PT. Madu Pramuka akan
menaikkan harga Madu Pramuka super ukuran 650 ml disarankan untuk tidak
melebihi batas atas Range of Recommended Price yaitu Rp115 000, karena
apabila pihak PT. Madu Pramuka menaikkan harga Madu Pramuka super ukuran
650 ml melebihi batas tersebut, hal ini dapat berdampak pada berkurangnya
volume penjualan.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Per
sen
tase
(%
)
Tingkat Harga
Murah
Sangat MurahMCP
48
Range of Acceptible Price
Gambar 11 Grafik Range of Acceptable Price (RAP) Terhadap Harga Jual Madu
Pramuka Super Ukuran 650 ml
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas harga, diketahui bahwa harga Madu
Pramuka super ukuran 650 ml yang ditetapkan saat ini yaitu sebesar Rp110 000
berada pada rentang harga yang dapat diterima dan berada dibawah batas atas
tingkat harga yang direkomendasikan bagi produk Madu Pramuka super ukuran
650 ml. Hasil analisis sensitivitas harga Madu Pramuka super ukuran 650 ml
berdasarkan penilaian responden disajikan pada Tabel 18. Kebijakan penetapan
harga Madu Pramuka super ukuran 650 ml yang dilakukan oleh PT. Madu
Pramuka telah tepat. Hal ini mengindikasikan bahwa harga Madu Pramuka super
ukuran 650 ml bukan merupakan faktor utama yang berpengaruh terhadap
penurunan penjualan dan faktor utama yang berpengaruh terhadap tingkat
penjualan adalah adanya kinerja atribut produk yang tidak sesuai dengan harapan
konsumen seperti kemudahan memperoleh produk dan informasi pada kemasan
yang dicerminkan dari analisis Importance Performance Analysis bahwa kedua
atribut tersebut masuk dalam kuadran I, yang dinilai oleh konsumen memiliki
tingkat kepentingan tinggi namun tingkat kinerja belum mampu memenuhi
harapan konsumen sehingga berpengaruh terhadap kepuasan konsumen.
Tabel 18 Hasil Analisis Sensitivitas Harga Produk Madu Pramuka Super Ukuran
650 ml
Analisis
Sensitivitas
Tingkat
Harga
Terendah
(MCP)
Tingkat
Harga
Minimum
(IPP)
Rentang
Harga
(RAP)
Tingkat
Harga
Optimum
(OPP)
Tingkat
Harga
Tertinggi
(MEP)
Madu Pramuka
650 ml
Rp80 000 Rp105 000 Rp80 000-
Rp135 000
Rp115 000 Rp135 000
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Per
sen
tase
(%
)
Tingkat Harga
Murah
Sangat Murah
Mahal
Sangat Mahal
IPP OPP MEP
MCP
Range of Recommended Prices
49
49
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Berdasarkan Importance Performance Analysis, atribut dalam kuadran I yaitu
atribut yang perlu mendapat prioritas utama untuk dilakukan perbaikan dan
peningkatan kinerja adalah kemudahan memperoleh produk serta informasi
pada kemasan, karena kedua tersebut dinilai memiliki tingkat kepentingan yang
tinggi bagi konsumen namun tingkat kinerja masih rendah. Atribut dalam
kuadran II yaitu atribut yang perlu dipertahankan kualitasnya adalah rasa madu,
manfaat produk, serta keaslian produk, karena kedua atribut tersebut dinilai
penting oleh konsumen dan telah memiliki tingkat kinerja yang tinggi. Atribut
dalam kuadran III terdiri dari aroma, harga, dan volume, ketiga atribut ini
dianggap kurang penting oleh konsumen dan pada kenyataannya kinerja atribut
tidak terlalu baik. Atribut dalam kuadran IV terdiri dari pilihan jenis madu,
kekentalan, serta merek, ketiga atribut tersebut dianggap kurang penting oleh
konsumen namun pelaksanaannya telah dilakukan dengan sangat baik sehingga
dianggap berlebihan
2. Berdasarkan hasil perhitungan CSI, kepuasan konsumen Madu Pramuka
sebesar 78.63 persen yang menunjukkan bahwa secara umum konsumen Madu
Pramuka puas terhadap produk.
3. Berdasarkan analisis sensitivitas harga, harga Madu Pramuka super ukuran 650
ml saat ini yaitu Rp110 000 berada pada rentang harga yang dapat diterima
yaitu sebesar Rp80 000 sampai Rp135 000 dan berada pada Range of
Recommended Prices yakni pada kisaran harga dengan batas bawah adalah
sebesar Rp105 000 dan batas atas sebesar Rp115 000.
Saran
1. PT. Madu Pramuka sebaiknya segera melakukan perbaikan kinerja terhadap
atribut yang terdapat pada kuadran I yaitu kemudahan memperoleh produk dan
informasi pada kemasan. Kinerja kemudahan memperoleh produk dapat
ditingkatkan dengan membuka gerai baru yang menarik di beberapa lokasi
yang strategis dengan pertimbangan daerah tersebut terdapat banyak konsumen
Madu Pramuka di luar kawasan Cibubur, serta dapat meyakinkan konsumen
bahwa Madu Pramuka yang dijual di gerai lain terjamin keasliannya. Hal ini
dapat dilakukan dengan lebih mensosialisasikan kepada para pengunjung yang
datang di gerai pusat bahwa gerai resmi Madu Pramuka juga terdapat di
kawasan lain dan keaslian produk terjamin sehingga konsumen dapat
melakukan pembelian Madu Pramuka di gerai lain yang lebih mudah dijangkau
oleh masing-masing konsumen. Kinerja informasi pada kemasan dapat
ditingkatkan dengan melengkapi informasi pada kemasan terkait cara konsumsi
dan penyimpanan yang baik serta benar pada produk madu.
2. Pada kondisi saat ini, selain memperbaiki kinerja atribut kemudahan
memperoleh produk dan informasi pada kemasan, PT. Madu Pramuka juga
harus mempertahankan kinerja atribut yang dinilai telah baik oleh konsumen
seperti atribut rasa madu, manfaat madu serta keaslian madu.
50
3. Tingkat harga optimum untuk Madu Pramuka super ukuran 650 ml adalah
sebesar Rp115 000, pada tingkat harga ini merupakan batas atas untuk range
harga yang disarankan atau Range of Recommended Prices . Apabila PT. Madu
Pramuka berencana untuk menaikkan harga Madu Pramuka super ukuran 650
ml, kebijakan yang dapat diambil adalah perusahaan dapat menaikkan harga
sampai pada batas tingkat harga optimum yaitu Rp115 000 karena penetapan
harga melebihi tingkat harga optimum dapat berdampak pada berkurangnya
volume penjualan. Hal ini untuk menghindari adanya keluhan konsumen yang
semakin banyak yang berimbas pada beralihnya konsumen ke produk pesaing
lainnya.
4. PT. Madu Pramuka agar lebih fokus pada pasar sasaran dengan lebih
memperhatikan karakteristik konsumen produk Madu Pramuka. Dari Hasil
penelitian diperoleh bahwa mayoritas konsumen Madu Pramuka adalah
konsumen laki-laki, berusia antara 25-34 tahun dengan penghasilan rata-rata
per bulan yang cukup tinggi. Sehingga apabila pihak perusahaan ingin
melakukan promosi ataupun merubah berbagai kebijakan terkait dalam hal
apapun dapat dilakukan dengan menyesuaikan terhadap preferensi individu
yang berusia dewasa dan berpenghasilan yang cukup tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Arief R. 2008. Analisis Kepuasan Konsumen Produk Susu Ultra Milk
[Skripsi]. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas
Pertanian. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Engel JF, Roger DB, Paul WM. 1994. Perilaku Konsumen. Jilid 1. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Erwanto. 2005. Analisis Sensitivitas Harga dan Loyalitas Konsumen Terhadap
Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di Kota Bogor [Skripsi].
Program Studi Agribisnis, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Eugene WA, Vikas M. Strengthening the Satisfaction-Profit Chain. Journal of
Service Research, Vol. 3, No. 2, November 2000.
Fijria R. 2008. Analisis Sikap Konsumen dan Strategi Pemasaran Madu pada
Perusahaan Mutiara Tugu Ibu Cimangis Cibubur [Skripsi]. Program
Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Harnasari A. 2009. Analisis Proses Keputusan Pembelian dan Kepuasan
Konsumen Cimory Yoghurt Drink di Cimory Shop Bogor [skripsi].
Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Heriyana. 2008. Analisis Kepuasan Konsumen Madu Mutiara Tugu Ibu di Depok
Jawa Barat [Skripsi]. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan,
Fakultas Peternakan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Indra UN. 2008. Analisis Sensitivitas Harga dan Loyalitas Konsumen
Terhadap Minyak Goreng Bimoli di Kota Bogor [Skripsi]. Program
Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
[IPB] Institut Pertanian Bogor. 2012. Panduan Kuliah Metode Riset Bisnis. Bogor
51
51
Kotler P, Kevin LK. 2009. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga
Kotler P, Gary A. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Lupiyoadi A, Hamdani A. 2006. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta :
Salemba Empat.
Lipovetsky S et al. Pricing Models in Marketing Research. Journal Scientific
Research, Vol. 3, No. 167-174, 2011.
Nazir M. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Purbaya J, Rio. 2007. Mengenal Madu Alami. Bandung : Pionir Jaya.
Raisa MP. 2011. Analisis Proses Keputusan Pembelian dan Kepuasan
Konsumen Madu Pramuka di PT. Madu Pramuka serta
Implikasinya terhadap Bauran Pemasaran [Skripsi]. Departemen
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Rangkuti F. 2006. Measuring Customer Satisfaction. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Robert C et al. 1997. Price Sensitivity Measurement : 44-54.
Rostita. 2007. Berkat Madu Sehat, Cantik, dan Penuh Vitalitas. Bandung : PT
Mizan Pustaka.
Sinaga F. 2006. Analisis Sensitivitas Harga dan Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Penilaian Konsumen Terhadap Harga Ayam
Panggang dan teak di estoran “ P” Bogor [ kripsi]. Program tudi
Agribisnis, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Suharno NAH. 2001. Teknik Mencangkong Royal Jelly. Yogyakarta:
Kanisius.
Sumarwan U, dkk. 2011. Riset Pemasaran dan Konsumen. Bogor : IPB Press.
Supranto MA. 1997. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Supranto J. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan untuk Menaikkan
Pangsa Pasar. Jakarta : Rineka Cipta.
Swastha B. 1998. Pengantar Bisnis Modern. Yogyakarta: Liberty.
Umar H. 2005. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Yulianti H. 2007. Penetapan Harga Pokok dan Zona Fleksibilitas Harga Meises
Cokelat (Kasus : PT G di Bandung, Jawa Barat) [Skripsi]. Program Studi
Agribisnis, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Suliyanto. 2005. Analisis Data Dalam Aplikasi Pemasaran. Bogor: Ghalia
Indonesia
Weiner JL et al. Pricing New to Market Technologies: An Evaluation of Applied
Pricing Research Techniques. White Paper, Oktober 2004.
52
53
Lampiran 1 Data Hasil Kuesioner untuk Uji Validitas
No. Responden
Atribut
Rasa Pilihan Jenis Kekentalan Aroma Warna Harga
Material Kemasan
Variasi Kemasan Manfaat Volume Merek
Keaslian Produk
Iklan Promosi Kemudahan Informasi
1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 3 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 6 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 7 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 9 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1
10 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 11 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 12 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 13 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 14 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 15 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 16 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 17 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 19 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 20 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 21 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 22 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 23 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 24 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 27 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 28 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 29 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
54
Lampiran 2 Hasil Uji Validitas
Cochran Test Tahap 1 (15 atibut )
Frequencies
Atribut
Value
0 1
Rasa 1 29
Pilihan 0 30
Kekentalan 3 27
Aroma 3 27
Warna 12 18
Harga 2 28
Material 18 12
Variasi 10 20
Manfaat 0 30
Volume 5 25
Merek 3 27
Keaslian 0 30
Iklan 13 17
Kemudahan 3 27
Informasi 1 29
Test Statistics
N 30
Cochran's
Q
106.685a
df 14
Asymp.
Sig.
.000
Keterangan: Q hitung : 106, 685
Q tabel : 23,685
Berdasarkan hasil pengujian, Q hitung > Q tabel maka tolak H0 =
tidak valid, lanjutkan pengujian. Jawaban yang mempunyai proporsi
terkecil dikeluarkan (atribut material kemasan)
55
55
Cochran Test Tahap 2 (14 atibut )
Frequencies
Atribut Value
0 1
Rasa 1 29
Pilihan 0 30
Kekentalan 3 27
Aroma 3 27
Warna 12 18
Harga 2 28
Variasi 10 20
Manfaat 0 30
Volume 5 25
Merek 3 27
Keaslian 0 30
Iklan 13 17
Kemudahan 3 27
Informasi 1 29
Test Statistics N 30 Cochran's
Q
74.428a
df 13 Asymp.
Sig.
.000
Keterangan: Q hitung : 74, 428
Q tabel : 22,362
Berdasarkan hasil pengujian, Q hitung > Q tabel maka tolak H0 =
tidak valid, lanjutkan pengujian. Jawaban yang mempunyai proporsi
terkecil dikeluarkan (atribut iklan dan promosi)
56
Cochran Test Tahap 3 (13 atibut )
Frequencies
Atribut Value
0 1
Rasa 1 29
Pilihan 0 30
Kekentalan 3 27
Aroma 3 27
Warna 12 18
Harga 2 28
Variasi 10 20
Manfaat 0 30
Volume 5 25
Merek 3 27
Keaslian 0 30
Kemudahan 3 27
Informasi 1 29
Test Statistics
N 30
Cochran's
Q
57.485a
df 12
Asymp.
Sig.
.000
Keterangan: Q hitung : 57, 485
Q tabel : 21,026
Berdasarkan hasil pengujian, Q hitung > Q tabel maka tolak H0 =
tidak valid, lanjutkan pengujian. Jawaban yang mempunyai proporsi
terkecil dikeluarkan (atribut warna)
57
57
Cochran Test Tahap 4 (12 atibut )
Frequencies
Atribut Value
0 1
Rasa 1 29
Pilihan 0 30
Kekentalan 3 27
Aroma 3 27
Harga 2 28
Variasi 10 20
Manfaat 0 30
Volume 5 25
Merek 3 27
Keaslian 0 30
Kemudahan 3 27
Informasi 1 29
Test Statistics
N 30
Cochran's
Q
37.865a
df 11
Asymp.
Sig.
.000
Keterangan: Q hitung : 37, 865
Q tabel : 19,675
Berdasarkan hasil pengujian, Q hitung > Q tabel maka tolak H0 =
tidak valid, lanjutkan pengujian. Jawaban yang mempunyai proporsi
terkecil dikeluarkan (atribut variasi kemasan)
58
Cochran Test Tahap 5 (11 atibut )
Frequencies
Atribut Value
0 1
Rasa 1 29
Pilihan 0 30
Kekentalan 3 27
Aroma 3 27
Harga 2 28
Manfaat 0 30
Volume 5 25
Merek 3 27
Keaslian 0 30
Kemudahan 3 27
Informasi 1 29
Test Statistics
N 30
Cochran's
Q
15.258a
df 10
Asymp.
Sig.
.123
Keterangan: Q hitung : 15, 258
Q tabel : 19,675
Berdasarkan hasil pengujian, Q tabel > Q hitung maka terima H0 =
valid. Ke 11 variabel dapat digunakan dalam penelitian.
59
Lampiran 3 Data Hasil Kuesioner untuk Uji Reliabilitas
No.
Responden
Atribut
Rasa Pilihan
Jenis Kekentalan Aroma Warna Harga Material
Kemasan
Variasi
Kemasan Manfaat Volume Merek Keaslian
Produk
Iklan
Promosi Kemudahan Informasi Xt Xt2
1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 11 121
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 10 100
3 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 81 4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 11 121
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 10 100 6 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 11 121
7 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 11 121 8 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 10 100
9 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 8 64
10 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 11 121 11 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 10 100
12 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 10 100 13 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 9 81
14 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 8 64
15 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 10 100 16 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 10 100
17 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 10 100 18 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 11 121
19 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 11 121 20 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 11 121
21 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 11 121
22 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 11 121 23 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 11 121
24 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 121 25 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100
26 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 11 121
27 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 11 121 28 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 10 100
29 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 30 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 11 121
B 29 30 27 27 28 30 25 27 30 27 29 29 30 27 27 309 3205 B
2 841 900 729 729 784 900 625 729 900 729 841 841 900 729 729 8707
60
Lampiran 4 Hasil Uji Reliabilitas
Tahapam uji hyot:
a. Mencari nilai jumlah kuadrat responden JKr
JKr =
∑
(∑ )
= (3205/11) - (95481/330)
= 291,36 – 289,34
= 2,02
Keterangan : JKr = jumlah kuadrat respon
k = banyaknya butir pertanyaan
N = banyaknya responden
Xt = skor total responden
b .Mencari jumlah kuadrat butir dengan rumus:
JKb =
∑
(∑ )
= (8707/30) – (95481/330)
= 290,23 – 289,34
= 0,89
Keterangan : JKb = jumlah kuadrat butir
∑B2 = jumlah kuadrat jawaban benar (ya) seluruh butir
(∑ t)2 = kuadrat dari skor total
c. Mencari jumlah kuadrat total JKt dengan rumus:
JKt =
(∑ ) (∑ )
(∑ ) (∑ ) = (95481 x 441) / (95481 + 441)
= 438,97
Keterangan: JKt = jumlah kuadrat total
(∑B) = jumlah kuadrat jawaban benar (ya) seluruh butir
(∑ ) = jumlah kuadrat jawaban salah (tidak) seluruh butir
d. Mencari jumlah kuadrat sisa dengan rumus:
JKs = JKt – JKr – JKb = 438,97 – 2,02 – 0,89
= 436, 06
e. Mencari varians responden, varians butir, dan varians sisa dengan rumus
Tabel Varian
Sumber
Varians
Derajat Bebas Jumlah
Kuadrat
Varians
Responden 30 – 1 = 29 2,02 0,069
Atribut 11 – 1 = 10 0,89 0,089
Sisa {(30x11)-1} – 29 – 10 = 290 436,06 1,50
Total 329 438,97 1,624
Vr =
Vb =
Vs =
Vr = 2,02/ 29 Vb = 0,89/10 Vs = 436,06/299
61
61
Vr = 0,069 Vb = 0,089 Vs = 1,50
Keterangan: Vr = Varians responden
Vb = Varians butir
Vs = Varians sisa
dbr = derajat bebas responden
dbb = derajat bebas butir
dbs = derajat bebas sisa
f. Memasukkan nilai varians yang diperoleh ke rumus:
r11 =
= 1 – (1,46/0,069)
= 1 – 21,74 = -│20,74│
g. Syarat:
ika │r11│< r product moment maka tidak reliable
ika │r11│ > r product moment maka reliable
r11 = -│20,74│
r product moment (N=30) = 0,361
Kesimpulan : r11 > r product moment = -│20,74│> 0,36 reliable
Reliable = Variabel dapat diandalkan.
62
Lampiran 5 Data Kepentingan Hasil Kuesioner
No.
Responden
Atribut
Rasa
Madu
Pilihan Jenis
Madu Kekentalan Aroma Harga Manfaat Volume Merek
Keaslian
Produk
Kemudahan
Memperoleh
Produk
Informasi
Kemasan Total
1 4 3 4 3 3 3 3 3 5 5 5 41
2 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 5 48
3 4 4 4 3 4 5 3 4 5 5 5 46
4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 52
5 4 4 3 3 4 5 4 4 5 4 4 44
6 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55
7 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 47
8 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 47
9 5 4 4 4 3 5 5 4 5 4 4 47
10 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 47
11 5 4 3 3 4 5 3 4 5 4 4 44
12 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 46
13 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 43
14 5 4 3 2 4 5 4 3 5 4 4 43
15 4 4 4 4 4 5 3 4 5 5 4 46
16 4 4 4 4 4 5 4 5 5 5 5 49
17 3 3 3 3 3 5 4 3 5 3 5 40
18 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 53
19 2 2 2 2 3 5 3 4 5 4 4 36
20 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 46
21 5 4 4 4 5 5 3 4 5 5 5 49
22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55
24 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 47
25 5 3 3 3 3 5 3 3 5 3 5 41
63
Lampiran 5 Lanjutan
No.
Responden
Atribut
Rasa
Madu
Pilihan Jenis
Madu Kekentalan Aroma Harga Manfaat Volume Merek
Keaslian
Produk
Kemudahan
Memperoleh
Produk
Informasi
Kemasan Total
26 4 4 4 3 5 3 3 2 5 4 5 42
27 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 38
28 3 4 4 2 3 5 3 3 5 4 5 41
29 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
30 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
31 4 3 2 3 4 4 3 4 4 4 4 39
32 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 46
33 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55
34 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 45
35 4 4 4 3 4 5 4 3 5 4 4 44
36 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
37 4 4 3 3 4 5 3 4 5 5 4 44
38 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 47
39 4 4 4 4 4 5 4 3 5 5 4 46
40 2 5 2 2 4 5 2 2 5 4 5 38
41 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 40
42 2 3 3 3 4 5 4 5 5 5 5 44
43 5 5 4 4 1 5 5 5 5 4 5 48
44 4 4 3 3 4 5 4 5 5 5 4 46
45 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 54
46 3 1 2 2 3 3 1 3 5 3 3 29
47 5 2 3 2 3 4 3 2 5 3 5 37
48 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55
49 3 5 3 4 5 5 3 3 5 5 5 46
50 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 46
64
Lampiran 5 Lanjutan
No.
Responden
Atribut
Rasa
Madu
Pilihan Jenis
Madu Kekentalan Aroma Harga Manfaat Volume Merek
Keaslian
Produk
Kemudahan
Memperoleh
Produk
Informasi
Kemasan Total
51 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55
52 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
53 4 1 1 1 5 5 5 5 5 5 5 42
54 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
55 5 5 3 4 4 5 3 2 5 5 5 46
56 4 4 4 4 4 5 3 5 5 4 4 46
57 4 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 52
58 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 54
59 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
60 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
61 4 3 3 4 4 5 4 4 5 5 5 46
62 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 47
63 5 4 3 4 5 5 3 4 5 5 5 48
64 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
65 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
66 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
67 5 3 5 5 3 5 4 5 5 4 5 49
68 5 3 3 3 2 5 5 5 5 4 5 45
69 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
70 5 4 4 4 4 5 4 4 5 3 5 47
71 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 46
72 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 46
73 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 40
74 4 4 3 3 3 5 4 4 5 4 4 43
75 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 47
65
Lampiran 5 Lanjutan
No.
Responden
Atribut
Rasa Madu Pilihan Jenis
Madu Kekentalan Aroma Harga Manfaat Volume Merek Keaslian
Produk Kemudahan
Memperoleh Produk Informasi
Kemasan Total
76 5 3 5 4 2 4 2 2 5 3 5 40 77 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 47 78 5 4 4 3 5 4 4 4 5 5 5 48 79 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 46 80 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 45 81 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 46 82 5 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 45 83 4 4 3 4 5 4 3 5 5 5 5 47 84 3 5 2 3 4 5 3 2 5 5 5 42 85 5 2 4 4 5 3 5 5 4 3 5 45 86 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 47 87 5 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 48 88 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 46 89 4 5 4 3 5 5 5 5 5 5 5 51 90 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 46 91 5 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 41 92 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 45 93 3 4 4 2 5 5 1 4 5 5 5 43 94 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 45 95 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 96 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 97 4 4 3 3 4 5 3 3 5 5 4 43 98 5 4 4 4 3 5 4 5 5 5 5 49 99 4 4 4 4 5 5 5 3 5 4 5 48
100 4 4 4 4 3 5 4 2 5 4 4 43 Total 415 391 380 374 399 459 381 395 475 433 441
Rtaa-rata 4.15 3.91 3.8 3.74 3.99 4.59 3.81 3.95 4.75 4.33 4.41
66
Lampiran 6 Data Kinerja Hasil Kuesioner
No.
Responden
Atribut
Rasa
Madu
Pilihan Jenis
Madu Kekentalan Aroma Harga Manfaat Volume Merek
Keaslian
Produk
Kemudahan
Memperoleh
Produk
Informasi
Kemasan Total
1 4 4 4 4 3 3 4 3 4 2 3 38
2 4 4 4 3 4 4 3 4 5 3 3 41
3 4 4 4 3 3 5 4 4 5 2 4 42
4 4 4 3 3 4 5 3 4 5 2 4 41
5 3 4 3 3 4 5 4 3 5 2 3 39
6 4 4 4 4 4 5 4 4 5 3 5 46
7 4 4 4 4 4 5 4 4 5 3 4 45
8 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 41
9 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 42
10 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 3 43
11 5 4 4 4 4 5 3 4 5 2 3 43
12 3 3 3 3 3 4 4 4 4 2 4 37
13 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 42
14 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 44
15 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 42
16 4 5 4 4 3 3 5 5 5 2 5 45
17 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
18 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 53
19 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 42
20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 42
21 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 5 49
22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 41
23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 4 51
24 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
25 4 3 4 4 4 5 3 3 5 3 5 43
67
Lampiran 6 Lanjutan
No.
Responden
Atribut
Rasa
Madu
Pilihan Jenis
Madu Kekentalan Aroma Harga Manfaat Volume Merek
Keaslian
Produk
Kemudahan
Memperoleh
Produk
Informasi
Kemasan Total
26 4 3 4 3 3 5 4 4 3 4 3 40
27 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
28 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 36
29 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
30 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 42
31 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 41
32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 42
33 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55
34 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 41
35 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 42
36 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 45
37 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 40
38 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 42
39 4 4 3 3 4 4 4 3 4 2 3 38
40 4 4 3 3 4 4 4 4 4 2 4 40
41 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 40
42 5 5 4 4 5 4 5 5 5 2 5 49
43 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 44
44 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 3 43
45 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 53
46 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
47 5 2 3 3 3 3 3 4 4 3 3 36
48 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 5 42
49 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 36
50 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 42
68
Lampiran 6 Lanjutan
No.
Responden
Atribut
Rasa
Madu
Pilihan Jenis
Madu Kekentalan Aroma Harga Manfaat Volume Merek
Keaslian
Produk
Kemudahan
Memperoleh
Produk
Informasi
Kemasan Total
51 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55
52 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
53 5 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 42
54 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 42
55 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 39
56 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 42
57 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 53
58 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55
59 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 43
60 4 4 4 5 4 5 4 4 5 2 4 45
61 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 5 51
62 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 45
63 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 43
64 3 4 4 4 4 5 3 3 4 4 3 41
65 4 4 3 3 4 4 3 4 4 2 4 39
66 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 43
67 3 3 4 5 4 5 5 5 5 3 5 47
68 3 3 4 5 4 5 5 4 5 3 5 46
69 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 43
70 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 44
71 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 43
72 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 39
73 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 40
74 4 5 4 3 3 5 3 4 4 2 3 40
75 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
69
Lampiran 6 Lanjutan
No.
Responden
Atribut
Rasa Madu Pilihan Jenis
Madu Kekentalan Aroma Harga Manfaat Volume Merek Keaslian
Produk Kemudahan
Memperoleh Produk Informasi
Kemasan Total
76 4 4 4 4 3 3 3 3 5 3 4 40 77 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 43 78 4 3 3 3 2 3 3 3 4 4 3 35 79 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 43 80 4 4 4 4 2 4 4 5 5 4 4 44 81 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 42 82 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 41 83 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 43 84 3 5 3 4 3 5 4 3 4 4 4 42 85 5 5 5 5 4 5 3 3 5 3 3 46 86 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 42 87 4 4 4 4 3 4 3 4 4 2 4 40 88 5 5 4 4 4 5 4 5 4 3 4 47 89 5 5 4 4 3 4 4 4 5 5 5 48 90 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 43 91 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 43 92 5 4 4 4 3 5 4 5 2 4 4 44 93 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 3 40 94 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 95 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 96 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 43 97 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 43 98 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 47 99 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 45
100 4 5 3 4 3 4 4 3 4 3 3 40 Total 407 406 397 391 382 427 392 396 423 310 390
Rata-Rata 4.07 4.06 3.97 3.91 3.82 4.27 3.92 3.96 4.23 3.1 3.9
70
Lampiran 7 Indikator Tingkat Kinerja Atribut Madu Pramuka
Atribut Kinerja Indikator
Rasa Madu (1) Sangat tidak
baik
(2) Tidak baik
(3) Cukup baik
(4) Baik
(5) Sangat baik
(1) Sangat tidak menunjukkan rasa khas madu
berupa rasa manis dan asam
(2) Tidak menunjukkan rasa khas madu berupa rasa
manis dan asam
(3) Cukup menunjukkan rasa khas madu berupa
rasa manis dan asam
(4) Menunjukkan rasa khas madu berupa rasa
manis dan asam
(5) Sangat menunjukkan rasa khas madu berupa
rasa manis dan asam
Pilihan Jenis
Madu
(1) Sangat tidak
baik
(2) Tidak baik
(3) Cukup baik
(4) Baik
(5) Sangat baik
(1) Sangat sedikit
(2) Sedikit
(3) Cukup banyak
(4) Banyak
(5) Sangat banyak
Kekentalan (1) Sangat tidak
baik
(2) Tidak baik
(3) Cukup baik
(4) Baik
(5) Sangat baik
(1) Kandungan air sangat tidak sesuai dengan selera
konsumen
(2) Kandungan air tidak sesuai dengan selera
konsumen
(3) Kandungan air cukup sesuai dengan selera
konsumen
(4) Kandungan air sesuai dengan selera konsumen
(5) Kandungan air sangat sesuai dengan selera
konsumen
Aroma (1) Sangat tidak
baik
(2) Tidak baik
(3) Cukup baik
(4) Baik
(5) Sangat baik
(1) Sangat tidak khas
(2) Tidak khas
(3) Cukup khas
(4) Khas
(5) Sangat khas
Warna (1) Sangat tidak
baik
(2) Tidak baik
(3) Cukup baik
(4) Baik
(5) Sangat baik
(1) Sangat tidak menunjukkan kualitas madu yang
baik dan tidak sesuai dengan selera konsumen
(2) Tidak menunjukkan kualitas madu yang baik
dan tidak sesuai dengan selera konsumen
(3) Cukup menunjukkan kualitas madu yang baik
dan cukup sesuai dengan selera konsumen
(4) Menunjukkan kualitas madu yang baik dan
sesuai dengan selera konsumen
(5) Sangat menunjukkan kualitas madu yang baik
dan sangat sesuai dengan selera konsumen
Harga (1) Sangat tidak
baik
(2) Tidak baik
(3) Cukup baik
(4) Baik
(5) Sangat baik
(1) Sangat tidak sesuai dengan kualitas produk
(2) Tidak sesuai dengan kualitas produk
(3) Cukup sesuai dengan kualitas produk
(4) Sesuai dengan kualitas produk
(5) Sangat sesuai dengan kualitas produk
71
71
Lampiran 7 Lanjutan
Atribut Kinerja Indikator
Material
Kemasan
(1) Sangat tidak
baik
(2) Tidak baik
(3) Cukup baik
(4) Baik
(5) Sangat baik
(1)Sangat tidak aman dan tidak sesuai dengan selera
konsumen
(2) Tidak aman dan tidak sesuai dengan selera
konsumen
(3)Cukup aman dan sudah cukup sesuai dengan
slera konsumen
(4) Aman dan sesuai dengan selera konsumen
(5)Sangat tidak aman dan sangat sesuai dengan
selera konsumen
Variasi
Kemasan
(1) Sangat tidak
baik
(2) Tidak baik
(3) Cukup baik
(4) Baik
(5) Sangat baik
(1) Sangat tidak beragam dan tidak menarik bagi
konsumen
(2) Tidak beragam dan tidak menarik bagi
konsumen
(3) Cukup beragam dan cukup menarik bagi konsumen
(4) Beragam dan menarik bagi konsumen
(5) Sangat beragam dan sangat menarik bagi
konsumen
Manfaat (1) Sangat tidak
baik
(2) Tidak baik
(3) Cukup baik
(4) Baik
(5) Sangat baik
(1) Manfaat sangat tidak terasa oleh konsumen
setelah mengkonsumsi madu
(2) Manfaat tidak terasa oleh konsumen setelah
mengkonsumsi madu
(3) Manfaat cukup terasa oleh konsumen setelah
mengkonsumsi madu
(4) Manfaat dapat dirasakan oleh konsumen setelah
mengkonsumsi madu
(5) Manfaat sangat terasa oleh konsumen setelah
mengkonsumsi madu
Volume (1) Sangat tidak
baik
(2) Tidak baik
(3) Cukup baik
(4) Baik
(5) Sangat baik
(1) Sangat tidak sesuai dengan kebutuhan
(2) Tidak sesuai dengan kebutuhan
(3) Cukup sesuai dengan kebutuhan
(4) Sesuai dengan kebutuhan
(5) Sangat sesuai dengan kebutuhan
Merek (1) Sangat tidak
baik
(2) Tidak baik
(3) Cukup baik
(4) Baik
(5) Sangat baik
(1) Sangat tidak terkenal dan tidak mencerminkan
kualitas produk
(2) Tidak terkenal dan tidak mencerminkan kualitas
produk
(3) Cukup terkenal dan cukup mencerminkan
kualitas produk
(4) Terkenal dan mencerminkan kualitas produk
(5) Sangat terkenal dan mencerminkan kualitas
produk
Keaslian
Produk
(1) Sangat tidak
baik
(2) Tidak baik
(3) Cukup baik
(4) Baik
(5) Sangat baik
(1) Sangat tidak terjamin
(2) Tidak terjamin
(3) Cukup terjamin
(4) Terjamin
(5) Sangat terjamin
72
Lampiran 7 Lanjutan
Atribut Kinerja Indikator
Iklan dan
Promosi
(1) Sangat tidak
baik
(2) Tidak baik
(3) Cukup baik
(4) Baik
(5) Sangat baik
(1) Sangat tidak menarik dan tidak mempengaruhi
konsumen untuk
melakukan pembelian
(2) Tidak menarik dan tidak mempengaruhi
konsumen untuk melakukan pembelian
(3) Cukup menarik dan cukup mempengaruhi
konsumen untuk melakukan pembelian
(4) Menarik dan mempengaruhi konsumen untuk
melakukan pembelian
(5) Sangat menarik dan sangat mempengaruhi
konsumen untuk melakukan pembelian
Kemudahan
Memperoleh
Produk
(1) Sangat tidak
baik
(2) Tidak baik
(3) Cukup baik
(4) Baik
(5) Sangat baik
(1) Sangat menyulitkan bagi konsumen untuk
memperoleh produk
(2) Menyulitkan bagi konsumen untuk memperoleh
produk
(3) Cukup mudah bagi konsumen untuk
memperoleh produk
(4) Mudah bagi konsumen untuk memperoleh
produk
(5) Sangat mudah bagi konsumen untuk
memperoleh produk
Informasi pada
Kemasan
(1) Sangat tidak
baik
(2) Tidak baik
(3) Cukup baik
(4) Baik
(5) Sangat baik
(1) Sangat tidak tertera informasi yang lengkap
(2) Tidak tertera informasi yang lengkap
(3) Cukup tertera informasi yang lengkap
(4) Informasi yang tertera lengkap
(5) Informasi yang tertera sangat lengkap
73
73
Lampiran 8 Bagan Struktur Organisasi PT. Madu Pramuka
STRUKTUR ORGANISASI PT. MADU PRAMUKA
RUPS
KOMISARIS
DIREKTUR
CABANG
JAWA TENGAH
CABANG
JAKARTA
Seksi
Pemasaran
Indor
Seksi
Umum dan
Aphiterapy
Seksi
HRD
Seksi
Keuangan
Seksi
Pelatihan
Seksi
Accounting Seksi
Gudang
Seksi
Marketing
Out Door
Sub Seksi Jakarta Sub Seksi Jawa Barat Sub Seksi Sukabumi Sub Seksi Banten
Seksi Pemasaran
Indoor
Seksi
Aphiterapy
Seksi
Pelatihan
Seksi Pemasaran
Outdoor
Seksi
Produksi
Seksi
Keuangan
Seksi
Accounting
74
Lampian 9RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 1 Mei 1990, merupakan
anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Sugiyono dan Ibunda
Tumirah. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA N 1 Godean dan pada tahun yang
sama penulis diterima di Universitas Gadjah Mada program diploma jurusan
Agroindustri Fakultas Teknologi dan Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan,
penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah kewirausahaan dan mata kuliah
pemasaran. Penulis juga aktif sebagai sekretaris dalam organisasi himpunan
mahasiswa jurusan Diploma Agroindustri.
Pendidikan diploma ditempuh dalam kurun waktu 2 tahun 9 bulan. Pada
tahun 2011 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan diplomanya, dan pada
tahun yang sama penulis diterima di program studi Alih Jenis Departemen
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
top related