keputusan kepala badan karantina ikan, … kep bkipm... · introduksi spesies asing tidak...
Post on 28-Apr-2018
224 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KEPUTUSAN
KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,
PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN
NOMOR 107/KEP-BKIPM/2017
TENTANG
PEDOMAN ANALISIS RISIKO SPESIES ASING INVASIF
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,
PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka melindungi
kelestarian sumber daya ikan nasional,
maka perlu dilakukan analisis risiko
terhadap spesies yang berpotensi menjadi
invasif dari golongan ikan;
b. bahwa untuk melakukan analisis risiko
spesies invasif dan menentukan
kategorisasi tingkat risiko spesies invasif
berkaitan diperlukan acuan teknis yang
dapat dijadikan pedoman dalam
melakukan analisis risiko spesies invasif;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
huruf b, perlu menetapkan Keputusan
Kepala Badan Karantina Ikan,
Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil
Perikanan tentang Pedoman Analisis
Risiko Spesies Asing Invasif;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990
tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1990
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3419);
2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992
tentang Karantina Hewan, Ikan dan
Tumbuhan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 nomor 56,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3482);
3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2004
tentang Pengesahan Cartagena Protocol On
Biosafety To The Convention On Biological
Diversity (Protokol Cartagena Tentang
Keamanan Hayati Atas Konvensi Tentang
Keanekaragaman Hayati) (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4414);
4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
118, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4433)
sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5073);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun
2002 tentang Karantina Ikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4197);
6. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015
tentang Organisasi Kementerian Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 8);
7. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015
tentang Kementerian Kelautan dan
Perikanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 111)
sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2017
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 5);
8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor PER.09/MEN/2007 tentang
Ketentuan Pemasukan Media Pembawa
Berupa Ikan Hidup Sebagai Barang
Bawaan ke Dalam Wilayah Negara
Republik Indonesia;
9. Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor PER.20/MEN/2007
tentang Tindakan Karantina Untuk
Pemasukan Media Pembawa Hama dan
Penyakit Ikan Karantina Dari Luar Negeri
dan dari Suatu Area ke Area Lain di Dalam
Wilayah Negara Republik Indonesia;
10. Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor PER.29/MEN/2008
tentang Persyaratan Pemasukan Media
Pembawa Berupa Ikan Hidup;
11. Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor PER.17/MEN/2009
tentang Larangan Pemasukan Beberapa
Jenis Ikan Berbahaya dari Luar Negeri ke
Dalam Wilayah Negara Republik
Indonesia;
12. Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor PER.16/MEN/2011
tentang Analisis Risiko Importasi Ikan dan
Produk Perikanan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 444);
13. Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor PER.25/MEN/2011
tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Karantina Ikan,
Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil
Perikanan;
14. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 41/PERMEN-KP/2014 tentang
Larangan Pemasukan Jenis Ikan
Berbahaya dari Luar Negeri ke dalam
Wilayah Negara Republik Indonesia;
15. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 6/PERMEN-KP/2017 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kelautan dan Perikanan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
220);
16. Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor KEP.08/MEN/2004
tentang Tata Cara Pemasukan Jenis atau
Varietas Baru ke dalam Wilayah Negara
Republik Indonesia;
17. Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 80/KEPMEN-KP/2015
tentang Penetapan Jenis-jenis Hama dan
Penyakit Ikan Karantina, Golongan, Media
Pembawa, dan Sebarannya;
18. Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 58/KEPMEN-KP/2016
tentang Status Area Tidak Bebas Penyakit
Ikan Karantina di Wilayah Negara Republik
Indonesia;
19. Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan,
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan Nomor KEP.337/BKIPM/2011
tentang Pedoman Analisis Risiko Hama
dan Penyakit Ikan Karantina;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,
PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL
PERIKANAN TENTANG PEDOMAN ANALISIS
RISIKO SPESIES ASING INVASIF.
KESATU : Menetapkan Pedoman Analisis Risiko Spesies
Asing Invasif sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan ini.
KEDUA : Pedoman Analisis Risiko Spesies Asing Invasif
sebagaimana dimaksud diktum KESATU,
merupakan acuan bagi Pusat Karantina Ikan dan
Unit Pelaksana Teknis Badan Karantina Ikan,
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan dalam melakukan analisis risiko
spesies ikan yang berpotensi menjadi invasif.
KETIGA : Pada saat Keputusan ini mulai berlaku,
Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan,
Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil
Perikanan Nomor 255/KEP-BKIPM/2014
tentang Pedoman Analisis Risiko Spesies Invasif,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 18 Desember 2017
KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,
PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN
HASIL PERIKANAN,
ttd.
RINA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai negara kepulauan terluas yang terletak di daerah
tropis, Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang
begitu melimpah. Terdapat sekitar 25.000 spesies tanaman dan
400.000 jenis hewan di seluruh wilayah Indonesia. Dari jumlah
tersebut diketahui sekitar 6.000 spesies adalah ikan
(www.fishbase.org), yang terdiri dari 1.300 ikan air tawar (Kottelat
dkk. 1994) dan sisanya adalah ikan laut (Allen, 2000). Kekayaan
sumberdaya hayati perikanan baik ikan asli maupun endemik
merupakan modal dasar pembangunan nasional, yang digunakan
untuk meningkatkan taraf hidup, kemakmuran serta
kesejahteraan masyarakat. Potensi perikanan perlu terus
dikembangkan melalui pembangunan dengan selalu berorientasi
pada terlaksananya pelestarian sumberdaya alam hayati yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Fakta yang berkembang sekarang adalah banyaknya spesies
asing yang masuk dan tersebar ke wilayah Indonesia. Sebaran jenis
ikan asing yang masuk tersebut awalnya adalah untuk tujuan
peningkatan produksi, atau mengendalikan gulma. Namun makin
lama jenis ikan asing tersebut sudah hampir masuk ke seluruh
perairan Indonesia, jumlahnya demikian mendominasi sehingga
karena kekurangfahaman, oleh masyarakat kebanyakan sudah
diterima sebagai ikan asli. Sebagai contoh misalnya saat ini adalah
ikan nila (Oreochromis mossambicus), ikan lele dumbo (Clarias
gariepinus), dan ikan patin (Pangasionodon hypophthalmus). Perlu
dicatat bahwa ikan-ikan pendatang yang awalnya diimpor secara
sengaja tersebut di banyak badan perairan sudah banyak
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN
NOMOR 107/KEP-BKIPM/2017 TENTANG PEDOMAN ANALISIS RISIKO SPESIES
ASING INVASIF
2
menyingkirkan ikan-ikan asli Indonesia. Kondisi di mana ikan
introduksi sudah mengganggu maka statusnya meningkat menjadi
invasif.
Masuknya jenis ikan asing sebagaimana fenomena tersebut
dapat menjadi cara masuknya spesies asing invasif (SAI). SAI
merupakan tumbuhan, hewan, ikan, mikroorganisme, dan
organisme lain yang bukan bagian dari suatu ekosistem asli yang
dapat menimbulkan dampak negatif terhadap keanekaragaman
hayati, kerusakan ekosistem, lingkungan, kerugian ekonomi
dan/atau kesehatan manusia. Masuk dan tersebarnya SAI
merupakan ancaman yang dapat membahayakan kelestarian
sumber daya alam hayati ikan di wilayah Negara Republik
Indonesia karena secara langsung maupun tidak langsung dapat
menggeser atau menghilangkan spesies asli atau endemik.
SAI mempunyai potensi dapat mendominasi lingkungan
perairan, merusak lingkungan, bersifat predator, kompetitor,
berhibridisasi dengan spesies asli dan menurunkan sifat
genetiknya, memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap
kondisi lingkungan, pemakan segala, pertumbuhannya cepat, dan
berdampak negatif pada kesehatan manusia. Oleh karena itu, agar
introduksi spesies asing tidak menimbulkan dampak negatif
terhadap kelestarian sumber daya ikan asli, diperlukan analisis
risiko.
Analisis risiko terhadap pemasukan ikan merupakan kegiatan
yang meliputi tindakan identifikasi, penilaian dan pengelolaan
risiko yang terkait dengan kegiatan pemasukan ikan (Gambar 1).
ALUR ANALISIS RISIKO
komunikasi risiko
Gambar 1. Alur Analisis risiko SAI
3
Metode analisis risiko ini dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan kebijakan dalam rangka pemasukan ikan ke dalam
wilayah Negara Indonesia maupun ke area lain dalam wilayah
Negara Indonesia. Metode tersebut disempurnakan kembali dalam
pedoman ini untuk mempermudah implementasi dalam
melakukan analisis dan kategorisasi risiko SAI di lapangan,
sehingga diharapkan pelaksanaan selanjutnya menjadi lebih efektif
dan efisien.
B. Tujuan
Tujuan penyusunan pedoman analisis risiko SAI ini adalah:
1. Sebagai acuan teknis dalam melakukan analisis risiko SAI pada
golongan ikan.
2. Menentukan kategorisasi tingkat risiko SAI.
3. Sebagai bahan rekomendasi untuk menentukan kebijakan
pengelolaan SAI di Indonesia.
C. Sasaran
1. Dengan adanya pedoman analisis risiko SAI ini, diharapkan
setiap pemasukan jenis ikan baru ke dalam wilayah Negara
Republik Indonesia telah melalui analisis dan identifikasi,
sehingga dapat dipastikan jenis ikan tersebut aman bagi
kelestarian sumber daya hayati perikanan Indonesia.
2. Sebagai dasar penetapan jenis-jenis ikan invasif yang dilarang
pemasukannya ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam melakukan analisis risiko SAI adalah
identifikasi bahaya, penilaian risiko, manajemen risiko dan
komunikasi risiko.
E. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
2. Undang-Undang Nomor 16 tahun 1992 tentang Karantina
Hewan, Ikan dan Tumbuhan;
4
3. Undang-Undang Nomor 21 tahun 2004 tentang Pengesahan
Cartagena Protocol on Biosafety to The Convention on Biological
Diversity;
4. Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan,
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45
tahun 2009;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2002 tentang Karantina
Ikan;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang
Konservasi Sumber Daya Ikan;
7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.20/MEN/2007 tentang Tindakan Karantina untuk
Pemasukan Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan
Karantina dari Luar Negeri & dari Suatu Area ke Area Lain di
Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;
8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.29/MEN/2008 tentang Persyaratan Pemasukan Media
Pembawa Berupa Ikan Hidup;
9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.16/MEN/2011 tentang Analisis Risiko Importasi Ikan dan
Produk Perikanan;
10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
41/PERMEN-KP/2014 tentang Larangan Pemasukan Jenis
Ikan Berbahaya dari Luar Negeri ke dalam Wilayah Negara
Republik Indonesia;
11. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.08/MEN/2004 tentang Tata Cara Pemasukan Jenis atau
Varietas Baru ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;
12. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
80/KEPMEN-KP/2015 tentang Penetapan Jenis-jenis Hama
dan Penyakit Ikan Karantina, Golongan, Media Pembawa, dan
Sebarannya;
13. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
58/KEPMEN-KP/2016 tentang Status Area Tidak Bebas
Penyakit Ikan Karantina di Wilayah Negara Republik Indonesia;
5
14. Keputusan Kepala BKIPM Nomor KEP.337/BKIPM/2011
tentang Pedoman Analisis Risiko Hama dan Penyakit Ikan.
F. Definisi
1. Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian
dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan.
2. Pemasukan adalah proses masuknya suatu organisme
golongan ikan dari luar negeri ke dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia atau dari suatu area ke area lain
di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Penyebaran adalah proses tersebarnya suatu organisme SAI
dari suatu area ke area lainnya di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
4. Introduksi adalah usaha sadar atau tidak sadar memasukkan
suatu jenis hewan atau tumbuhan ke dalam satu habitat yang
baru.
5. Area adalah daerah dalam suatu pulau, atau pulau, atau
kelompok pulau dalam wilayah geografis Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
6. Ekosistem adalah suatu sistem yang terbentuk oleh hubungan
timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya
baik biotik maupun abiotik.
7. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antar
makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan
lingkungannya.
8. Sumber daya ikan adalah potensi semua jenis ikan.
9. Spesies asli (native species) atau disebut juga indigenous
adalah spesies-spesies yang menghuni suatu wilayah atau
ekosistem secara alami tanpa campur tangan manusia.
10. Spesies asing (alien species) adalah spesies, subspesies atau
pada tingkatan taksonomi lebih rendah yang diintroduksi baik
secara sengaja maupun tidak disengaja keluar habitat
alaminya pada masa lalu atau saat sekarang yang meliputi
organisme utuh, bagian-bagian tubuh, gamet, benih, telur
maupun propagul dari spesies tersebut.
6
11. Spesies invasif adalah spesies, baik spesies asli maupun asing
yang secara luas mempengaruhi habitatnya, dapat
menyebabkan kerusakan lingkungan, kerugian ekonomi atau
membahayakan manusia.
12. Spesies Asing Invasif (SAI) atau Invasive Alien Species (IAS)
adalah tumbuhan, hewan, ikan, mikroorganisme, dan
organisme lain yang bukan bagian dari suatu ekosistem asli
yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap
keanekaragaman hayati, kerusakan ekosistem, lingkungan,
kerugian ekonomi, dan/atau kesehatan manusia.
13. Risiko (risk) adalah peluang atau peluang kejadian dan
penilaian besarnya konsekuensi dari suatu kejadian buruk
terhadap ikan.
14. Analisis Risiko (risk analysis) adalah suatu pendekatan
sistematis untuk pengambilan keputusan dan mengevaluasi
peluang dan konsekuensi biologis dan ekonomis dari
pemasukan atau penyebaran SAI dari suatu negara atau antar
area di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
15. Identifikasi Bahaya (hazard identification) adalah proses
identifikasi spesies asing invasif yang berpotensi masuk dari
suatu negara atau tersebar antar area di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang dapat menyebabkan
bahaya terhadap kelestarian sumber daya hayati ikan di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
16. Penilaian Risiko (risk assessment) adalah proses penilaian
terhadap peluang masuk dan menyebarnya spesies asing
invasif serta konsekuensi yang berkaitan dengan kelestarian
sumber daya ikan.
17. Manajemen Risiko (risk management) adalah tindak lanjut dari
pelaksanaan penilaian risiko yang mencakup penetapan
mekanisme, langkah dan strategi yang tepat untuk mengatur,
mengelola dan mengendalikan risiko yang diidentifikasi dalam
penilaian risiko.
18. Komunikasi Risiko (risk communication) adalah suatu proses
pengumpulan informasi dan opini mengenai bahaya dan risiko
dari pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan analisis risiko,
7
dan proses dimana hasil-hasil dari analisis risiko dan
pengelolaan risiko yang diusulkan dikomunikasikan kepada
para pembuat kebijakan dan pihak-pihak yang terkait.
19. Appropriate Level of Protection (ALOP) adalah suatu tingkat
perlindungan yang dianggap sesuai dan ditentukan oleh
masing-masing Negara untuk melindungi kehidupan manusia,
hewan dan tumbuhan.
8
BAB II
ANALISIS RISIKO
Analisis risiko (risk analysis) SAI golongan ikan dapat
didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan untuk mengevaluasi
peluang dan konsekuensi biologis dan ekonomis dari pemasukan
dan/atau penyebaran SAI golongan ikan dari suatu negara ke dalam
wilayah Negara Republik Indonesia atau antar area di dalam wilayah
Negara Republik Indonesia. Hasil analisis risiko akan menjadi
masukan bagi evaluasi risiko dan proses pengambilan keputusan
mengenai perlakuan terhadap risiko tersebut. Analisis risiko meninjau
dua aspek, yaitu dampak dan kemungkinan. Tingkat risiko akan
ditentukan oleh kombinasi dari dampak dengan kemungkinan. Skala
dan metode kombinasi yang digunakan harus konsisten dengan
kriteria risiko yang ditetapkan sebelumnya.
Proses analisis risiko seringkali dimulai dengan pendekatan
kualitatif sederhana guna memberikan pemahaman umum. Ketika
pemahaman lebih rinci dibutuhkan maka diperlukan investigasi yang
lebih terarah dan handal. Namun, kurang tepat jika berasumsi bahwa
analisis kuantitatif lebih superior daripada analisis kualitatif, karena
yang penting adalah kesesuaian penggunaan pendekatan analisis
dengan kebutuhan berdasarkan situasi yang berkembang saat ini.
Dalam melakukan analisis risiko SAI, dilakukan melalui beberapa
tahapan yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya dan
harus dilakukan secara berurutan. Tahapan tersebut adalah
identifikasi bahaya, penilaian risiko, manajemen risiko dan
komunikasi risiko.
A. Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya merupakan proses awal dalam kegiatan
analisis risiko SAI golongan ikan. Identifikasi bahaya merupakan
langkah pertama yang esensial di dalam analisis risiko. Tujuan dari
tahap identifikasi bahaya adalah untuk mengidentifikasi dan
menentukan status potensi suatu ikan yang dilalulintaskan dari
negara/tempat asalnya ke dalam wilayah Negara Republik
Indonesia atau dari area asalnya ke area lain di dalam wilayah
9
Negara Republik Indonesia, berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan. Unsur atau parameter penilaian identifikasi bahaya
dapat dilihat pada Lampiran 1.
Ikan dapat berpotensi sebagai SAI bila memenuhi minimal
satu kriteria sebagai berikut:
1. Predator
Predator adalah sifat ikan yang makanannya diperoleh dengan
memangsa hewan lain. Predator biasanya bersifat karnivora
(pemakan daging) atau omnivora (pemakan tanaman dan
hewan lain). Ikan predator yang khusus memakan ikan
dinamakan piscivora.
2. Kompetitor
Ikan dikatakan sebagai kompetitor apabila mampu bersaing
dengan jenis ikan lain untuk hal yang sama, misalnya
berkompetisi dalam hal makanan dan ruang hidup.
3. Dominasi
Dominasi merupakan penguasaan oleh ikan yang lebih kuat
terhadap ikan lainnya dalam satu habitat yang sama, misalnya
penguasaan ruang gerak dan area suatu populasi.
4. Siklus reproduksi yang cepat
Kemampuan ikan untuk memperbanyak jumlah populasinya
atau berkembangbiak dalam waktu yang cepat (mampu
memijah dua kali atau lebih dalam setahun).
5. Tumbuh cepat
Pertambahan panjang dan berat ikan dalam waktu yang relatif
cepat dibandingkan jenis ikan lainnya di habitat yang sama.
6. Adaptif
Kemampuan ikan untuk mentolerir kondisi lingkungan
perairan pada rentang yang lebih luas, misalnya mampu hidup
pada berbagai salinitas (euryhaline), suhu (eurythermal),
oksigen, dan sebagainya.
7. Pemakan segala (Omnivora)
Ikan yang spektrum makanannya luas (dapat memakan segala
jenis makanan baik itu tumbuhan maupun hewan lain).
10
8. Berhibridisasi dan menurunkan sifat genetiknya
Kemampuan untuk bereproduksi dengan spesies lain dalam
genus/famili yang sama baik secara seksual maupun aseksual,
dan menurunkan sifat invasif terhadap keturunannya.
9. Berdampak negatif pada kesehatan ikan
Ikan dapat menjadi media pembawa (inang maupun vektor)
jenis hama dan penyakit ikan karantina (HPIK) / hama dan
penyakit ikan tertentu yang dapat menimbulkan kerugian.
10. Gangguan terhadap kesehatan manusia
Ikan dapat menimbulkan gangguan pada manusia seperti
menyebabkan luka, keracunan, dan zoonosis, maupun hal lain
yang mengganggu kesehatan manusia.
Proses identifikasi bahaya SAI golongan ikan yang berpotensi
masuk dari suatu negara ke dalam wilayah Negara Republik
Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi SAI melalui pengumpulan data tentang jenis-jenis
ikan yang dilaporkan telah menimbulkan dampak merugikan
di negara lain;
2. Pengumpulan data tentang jenis-jenis ikan yang dilaporkan
telah menimbulkan dampak merugikan di negara Republik
Indonesia;
3. Sumber data yang bisa dijadikan referensi diantaranya adalah
database Invasive Species Specialist Group
(http://www.issg.org), www.fishbase.org, publikasi ilmiah, dan
berbagai referensi baik dari dalam maupun luar negeri terkait
spesies ikan yang bersifat invasif;
4. Pembuatan matriks identifikasi potensi bahaya SAI dan status
keberadaannya di Indonesia, melalui pendekatan formula
pertanyaan sebagaimana Lampiran 1.
Kesimpulan dari tahap identifikasi bahaya meliputi hasil
penilaian status bahaya dari masing-masing spesies ikan. Apabila
berhasil diidentifikasi status bahayanya, maka proses dilanjutkan
pada tahap penilaian risiko. Namun apabila identifikasi bahaya
11
tidak berhasil mengidentifikasi bahaya yang akan timbul terkait
pemasukan, maka penilaian risiko diakhiri.
B. Penilaian Risiko
Penilaian risiko SAI dilakukan terhadap setiap jenis ikan yang
berpotensi sebagai spesies invasif dengan beberapa pertanyaan dan
dilakukan melalui pendekatan asumsi skoring secara kuantitatif
terhadap faktor – faktor yang berpengaruh untuk menentukan
tingkat risiko. Pertanyaan untuk golongan ikan dibagi dalam 5
(lima) kriteria penilaian yaitu potensi pemasukan dan penyebaran,
dampak ekologi, dampak ekonomi, dampak bagi kesehatan ikan
serta dampak bagi kesehatan manusia dengan jumlah pertanyaan
sebanyak 15 kelompok. Daftar pertanyaan untuk penilaian risiko
SAI golongan ikan dapat dilihat pada Lampiran 2.
Berdasarkan hasil skoring penilaian secara kumulatif
(Lampiran 2), golongan ikan SAI dapat dikategorikan memiliki
risiko rendah, risiko sedang dan risiko tinggi, dengan ketentuan
sebagai berikut:
1. Tingkat Risiko Rendah
Risiko SAI golongan ikan dikategorikan rendah apabila nilai
hasil skoring adalah kurang dari atau sama dengan 30.
2. Tingkat Risiko Sedang
Risiko SAI golongan ikan dikategorikan sedang apabila nilai
hasil skoring antara 31 – 60.
3. Tingkat Risiko Tinggi
Risiko SAI golongan ikan dikategorikan tinggi apabila nilai hasil
skoring antara 61 – 100.
Berdasarkan hasil penilaian risiko di atas perlu dilakukan
upaya mitigasi melalui manajemen risiko.
C. Manajemen Risiko
Hasil penilaian risiko dilanjutkan dengan tahap manajemen
risiko, yaitu menentukan persyaratan teknis atau tindakan yang
dapat dilaksanakan terhadap lalu lintas suatu spesies ikan dan
mikroorganisme akuatik sesuai dengan kebijakan dan peraturan
yang berlaku. Manajemen risiko SAI merupakan proses
12
pengambilan keputusan dan pelaksanaan langkah-langkah untuk
mencapai tingkat perlindungan yang sesuai dari suatu negara serta
memastikan dampak negatif terhadap perdagangan dapat
diminimalkan. Tujuannya adalah untuk mengelola risiko secara
tepat dan memastikan bahwa keseimbangan tercapai antara
keinginan masing-masing negara untuk meminimalkan
kemungkinan atau frekuensi serangan SAI dan konsekuensinya.
Manajemen risiko merupakan proses identifikasi dan evaluasi
efektivitas cara untuk memperkecil hingga menghilangkan risiko,
berupa pilihan yang paling tepat untuk mencapai tingkat aman
yang diperlukan sesuai dengan batasan yang ditetapkan.
Komponen manajemen risiko adalah:
1. Evaluasi Risiko (risk evaluation)
Evaluasi risiko adalah proses membandingkan estimasi risiko
(dari penilaian risiko) dengan ALOP. Apabila dipilih
pengamanan yang maksimum, maka pemasukan
ikan/organisme yang termasuk golongan SAI harus dilarang.
Namun bila dipilih pengamanan yang tidak maksimum
(moderat), maka pemasukan ikan/organisme yang termasuk
golongan SAI diusahakan melalui penerapan berbagai strategi
untuk meminimalkan hingga tidak ada risiko.
2. Penilaian pilihan (option assessment)
Penilaian pilihan untuk menentukan tindakan-tindakan dalam
rangka memitigasi risiko, termasuk menerapkan yang
memungkinkan dalam rekomendasi Office International des
Epizooties’ (OIE), serta mengevaluasi kembali tindakan yang
telah dilaksanakan selama ini terhadap masuk dan tersebarnya
SAI. Dengan demikian, dapat dilakukan seleksi terhadap
pilihan yang terbaik untuk memenuhi ALOP.
3. Implementasi (implementation)
Implementasi adalah proses selanjutnya setelah memutuskan
tindakan-tindakan manajemen risiko yang diambil dan
memastikan bahwa tindakan-tindakan tersebut dilaksanakan.
Dalam pelaksanaan mitigasi risiko terhadap satu jenis SAI
13
dapat merujuk pada pengalaman negara lain dalam melakukan
mitigasi risiko.
4. Pemantauan dan kaji ulang (monitoring and review)
Pemantauan dan kaji ulang merupakan suatu proses yang
sedang berjalan dimana pelaksanaan manajemen risiko diaudit
secara terus menerus/berkelanjutan untuk menjamin
tercapainya hasil yang diinginkan. Pelaksanaan pemantauan
dan kaji ulang dari pengelolaan sebagaimana tersebut pada
dokumen analisis risiko SAI suatu spesies ikan introduksi
dimaksudkan untuk memantau implementasi dari
keseluruhan proses pemasukan, termasuk semua upaya untuk
memitigasi risiko. Apabila terdapat informasi dan situasi yang
berubah terhadap status bahaya SAI di negara asal, maka
manajemen risiko harus mengkaji ulang dari hasil penilaian
risiko (risk assessment) tersebut.
D. Komunikasi Risiko
Komunikasi risiko merupakan suatu proses pengumpulan
informasi dan opini mengenai bahaya dan risiko dari semua pihak
yang terkait dalam kegiatan analisis risiko SAI dan juga merupakan
suatu proses dimana hasil-hasil analisis dan pengelolaan risiko
tersebut dikomunikasikan kepada semua pihak yang terkait di
negara pengimpor maupun pengekspor. Tujuan utama
pengkomunikasian risiko adalah untuk memberitahukan dan
mengikutsertakan semua pihak yang terkait mengenai
pelaksanaan analisis risiko SAI golongan ikan, baik pada tahapan
identifikasi bahaya, penilaian risiko maupun pengelolaan risiko.
Komunikasi risiko dalam analisis risiko SAI golongan ikan
harus bersifat terbuka, interaktif dan transparan. Sebelum analisis
risiko SAI golongan ikan diaplikasikan bagi pemasukan (impor) ke
Indonesia, maka draft analisis risiko SAI golongan ikan agar
disampaikan kepada otoritas kompeten di negara asal ikan
tersebut sebelum kegiatan pemasukan dilakukan untuk dipahami
dan dapat dilaksanakan oleh kedua negara. Hal tersebut
dipandang perlu untuk memberi kesempatan kepada negara
pengekspor khususnya lembaga kompeten di negara pengekspor
14
untuk melakukan kajian terhadap draft Analisis risiko SAI,
sekaligus untuk mendapat masukan atau persetujuan mengenai
persyaratan teknis atau tindakan yang harus dipenuhi. Dengan
demikian manajemen risiko terhadap pemasukan SAI dapat
dimulai dari tempat asal hingga tempat pemasukan. Setelah
tindakan pelepasan, risiko introduksi SAI golongan ikan dapat
diminimalkan.
Diperlukan adanya dokumentasi sebagai bukti jika pada suatu
saat dilakukan pengkajian ulang atau review dan akan sangat
berguna apabila di kemudian hari terjadi permasalahan yang
berkaitan dengan pelaksanaan analisis risiko SAI golongan ikan ini.
Dokumen yang dimaksud dapat berupa hard copy maupun soft
copy dari keseluruhan proses Analisis Risiko SAI golongan ikan
berikut data-data ilmiah/referensi yang digunakan.
15
BAB III
PENUTUP
Analisis risiko SAI merupakan kegiatan yang meliputi tindakan
identifikasi, pengkajian dan pengelolaan risiko yang terkait dengan
kegiatan pemasukan (impor/antar area) spesies ikan/organisme yang
termasuk kategori spesies invasif. Sesuai dengan beberapa referensi
yang dijadikan acuan, analisis risiko SAI mengacu pada:
• Kemungkinan masuk, menetap dan menyebarnya suatu spesies
invasif di negara pengimpor dan/atau dari suatu area ke area lain
dalam suatu negara;
• Kemungkinan timbulnya bahaya/dampak negatif terhadap
keanekaragaman hayati, kerusakan ekosistem, lingkungan,
kerugian ekonomi, kesehatan ikan dan/atau kesehatan manusia;
• Kemungkinan berkembangnya bahaya tersebut.
Metode analisis risiko SAI ini dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan kebijakan dalam rangka pemasukan (impor/antar area)
spesies ikan/organisme yang termasuk kategori invasif. Prinsip-
prinsip yang harus diterapkan dalam melaksanakan analisis risiko
SAI ini adalah:
• Dilaksanakan dalam suatu kerangka kerja yang bersifat
konsultatif;
• Merupakan proses ilmiah sehingga secara politik harus
independen;
• Bersifat transparan dan terbuka;
• Konsisten dengan kebijakan pemerintah maupun kewajiban
internasional;
• Harmonis dengan standar, panduan dan rekomendasi
internasional.
Ketersediaan pedoman ini diharapkan dapat memudahkan
dalam proses analisis risiko SAI yang standar, sehingga analisis yang
dihasilkan tidak bertentangan dengan kebijakan pemerintah dan
ketentuan-ketentuan internasional.
16
Lampiran 1. Identifikasi Potensi Bahaya Spesies Asing Invasif
No Daftar Pertanyaan Jawaban Keterangan
1 Apakah spesies ikan /organisme bersifat
predator?
Ya/Tidak
2 Apakah spesies ikan /organisme bersifat
kompetitor?
Ya/Tidak
3 Apakah spesies ikan /organisme
mendominasi suatu habitat/populasi?
Ya/Tidak
4 Apakah spesies ikan /organisme
mempunyai siklus reproduksi yang
cepat?
Ya/Tidak
5 Apakah spesies ikan /organisme tumbuh
lebih cepat dari spesies lain dalam suatu
habitat/populasi?
Ya/Tidak
6 Apakah spesies ikan /organisme bersifat
adaptif/memiliki toleransi yang tinggi
terhadap berbagai kondisi lingkungan?
Ya/Tidak
7 Apakah spesies ikan /organisme bersifat
omnivora/dapat memakan beragam jenis
makanan?
Ya/Tidak
8 Apakah spesies ikan /organisme dapat
berhibridisasi/mampu bereproduksi
secara aseksual?
Ya/Tidak
9 Apakah spesies ikan /organisme tersebut
menyebabkan gangguan kesehatan/
membawa penyakit berbahaya yang
berdampak negatif pada ikan itu sendiri
atau spesies lainnya?
Ya/Tidak
10 Apakah spesies ikan /organisme tersebut
menyebabkan gangguan kesehatan pada
manusia?
Ya/Tidak
17
Lampiran 2. Penilaian Risiko Spesies Asing Invasif
No Faktor Kategori
Nilai
Nilai Bobot
(%)
Total
Skor
Potensi Pemasukan dan Penyebaran
1 Tingkat
perkembangbiaka
n (produktivitas)
Perkembangbiakan lambat,
fekunditas rendah, dan
tidak dibudidayakan secara
massal
30 10
Perkembangbiakan lambat,
fekunditas sedang, dan
berpotensi dibudidayakan
secara massal
60
Perkembangbiakan cepat,
fekunditas tinggi dan
berpotensi dibudidayakan
secara massal
100
2 Kemampuan
menyebar di luar
habitat aslinya
(toleransi dan
adaptasi terhadap
perairan di
Indonesia)
Tidak terjadi penyebaran di
luar habitat aslinya.
Membutuhkan habitat yang
khusus
30 10
Terjadi penyebaran tetapi
dalam wilayah terbatas.
Spesies ini mampu hidup
dalam 2-3 ekotipe atau
relung/niche.
60
Terjadi penyebaran dalam
wilayah yang luas di luar
habitat aslinya. Spesies
menempati rentang ekotipe
ataupun relung/niche yang
luas.
100
3 Sifat invasif dari
spesies lain dalam
genus yang sama
Seluruhnya tidak bersifat
invasif
30 8
Sebagian bersifat invasif 60
Seluruhnya bersifat invasif 100
4 Potensi masuk
melalui
transportasi,
Potensi pemasukan melalui
jalur transportasi jarang
terjadi
30 8
18
No Faktor Kategori
Nilai
Nilai Bobot (%)
Total Skor
(langsung maupun
tidak langsung)
Potensi pemasukan melalui
jalur transportasi sering
terjadi
60
Potensi pemasukan melalui
jalur transportasi secara
rutin terjadi
100
5 Peraturan untuk
mencegah
pemasukan dan
transportasi
Terdapat peraturan yang
mencegah secara ketat
masuk dan beredarnya ikan
30
6
Terdapat peraturan yang
mengatur peredaran
masuknya ikan tetapi
belum efektif
60
Tidak terdapat peraturan
yang mencegah secara ketat
masuk dan beredarnya ikan
100
6 Sebaran atau
keberadaan di
suatu wilayah
Hanya terdapat di 1 (satu)
wilayah/pulau di Indonesia
30 5
Terdapat di beberapa
wilayah/pulau
60
Telah menyebar hampir di
seluruh wilayah/pulau di
Indonesia
100
Dampak Ekologi
7 Berdampak pada
proses ekosistem
Tidak ada dampak atau
berpengaruh ringan pada
proses-proses ekosistem
30 10
Menyebabkan perubahan
yang cukup berarti pada
proses-proses ekosistem
60
Menyebabkan perubahan
besar, kemungkinan
permanen pada proses-
proses ekosistem
100
19
No Faktor Kategori
Nilai
Nilai Bobot (%)
Total Skor
8 Kebiasaan makan Jenis makanannya terbatas 30 7
Pemakan segala dan rakus 60
Pemakan segala, rakus, dan
predator
100
9 Dampak terhadap
komposisi,
struktur dan
interaksi dalam
komunitas.
Tidak ada dampak atau
sedikit berpengaruh
terhadap komposisi,
struktur, dan interaksi
dalam komunitas
30 8
Menyebabkan perubahan
yang signifikan terhadap
komposisi, struktur, dan
interaksi dalam komunitas
60
Menyebabkan perubahan
yang signifikan dan
permanen terhadap
komposisi, struktur, dan
interaksi dalam komunitas
100
10 Dampak terhadap
integritas genetik
dari spesies asli /
potensi hibridisasi
Tidak ada dampak pada
integritas genetik terhadap
spesies asli / tidak
berpotensi untuk
hibridisasi
30 6
Terjadi hibridisasi dengan
satu atau lebih spesies asli
dan menghasilkan
keturunan steril yang dapat
menurunkan reproduksi
spesies asli
60
Terjadi hibridisasi dengan
satu atau lebih spesies asli
dan menghasilkan
keturunan yang
subur/fertil yang dapat
bersaing dengan spesies asli
100
20
No Faktor Kategori
Nilai
Nilai Bobot (%)
Total Skor
Dampak Ekonomi
11 Dampak terhadap
industri/produksi
perikanan tangkap
Tidak ada dampak atau
sedikit menyebabkan
dampak pada industri/
produksi perikanan
tangkap
30 8
Terdapat dampak yang
berpotensi menurunkan
industri/ produksi
perikanan tangkap
60
Terdapat dampak yang
menggagalkan industri/
produksi perikanan
tangkap
100
12 Dampak terhadap
infrastruk
tur
Tidak ada dampak atau
sedikit menyebabkan
kerusakan pada
infrastrukstur
30 4
Menyebabkan kerusakan
sebagian infrastrukstur
60
Menyebabkan kerusakan
serius/besar pada
infrastruktur
100
13 Dampak terhadap
sektor pariwisata
Tidak ada atau sedikit
berdampak terhadap
industri pariwisata
30 3
Menyebabkan dampak
merugikan pada industri
pariwisata
60
Berdampak signifikan atau
menyebabkan hilangnya
industri pariwisata
100
Dampak Bagi Kesehatan Ikan
14 Dampak bagi
kesehatan ikan
Tidak ada dampak bagi
kesehatan ikan
30 4
21
No Faktor Kategori
Nilai
Nilai Bobot (%)
Total Skor
Ada dampak bagi kesehatan
ikan melalui agen patogenik
yang terbawa,
menyebabkan ikan sakit
dan kematian dalam jumlah
relatif rendah
60
Ada dampak bagi kesehatan
ikan melalui agen patogenik
yang terbawa,
menyebabkan ikan sakit
dan kematian dalam jumlah
yang tinggi
100
Dampak Bagi Kesehatan Manusia
15 Dampak bagi
kesehatan
manusia
Tidak ada dampak bagi
kesehatan manusia
30 3
Menyebabkan luka fisik
(capit, cangkang dari
kerang zebra, patil lele)
60
Merupakan vektor penyakit
bagi manusia atau sebagai
organisme penyakit
(Zoonosis). Mungkin juga
menyebabkan kematian
individu (beracun).
100
Total Nilai
22
Lampiran 3. Format Penyusunan Analisis Risiko Spesies Asing
Invasif (SAI)
A. Sistematika Penulisan
Draft Analisis Risiko Spesies Asing Invasif sebaiknya dibuat dengan
sistematika penulisan sebagai berikut:
Sampul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel (bila ada)
Daftar Gambar (bila ada)
Daftar Lampiran (bila ada)
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Memuat hal-hal yang mendasari penyusunan Analisis
Risiko SAI Golongan Ikan, status organisme di negara
asal dan di negara tujuan, dan kemungkinan dampak
yang dapat ditimbulkan.
B. Tujuan
Menentukan status suatu organisme SAI Golongan Ikan
yang berpotensi masuk dan tersebar di Negara Republik
Indonesia dan menetapkan manajemen risiko dari
pemasukan dan/atau penyebaran organisme tersebut.
C. Sasaran
Menjelaskan pihak-pihak yang memiliki kepentingan
dalam menggunakan pedoman Analisis Risiko SAI
Golongan Ikan tersebut.
D. Dasar Hukum
Mencantumkan dasar hukum yang dijadikan acuan
dalam penyusunan Analisis Risiko SAI Golongan Ikan.
E. Definisi/Istilah
Jelaskan deskripsi atau definisi dari istilah-istilah
penting yang digunakan.
Bab II. Analisis Risiko
A. Identifikasi Bahaya
B. Penilaian Risiko
23
C. Manajemen Risiko
D. Komunikasi Risiko
Bab III. Kesimpulan
Tuliskan ringkasan/kesimpulan dari setiap tahapan
analisis risiko dimulai dari identifikasi risiko, penilaian
risiko, manajemen risiko dan komunikasi risiko untuk
mendukung pentingnya analisis risiko yang dilakukan.
Bab IV. Rekomendasi
Rekomendasi merupakan hasil kajian tim analisis risiko
SAI yang berkaitan dengan penentuan persyaratan teknis
maupun tindakan karantina yang harus dilakukan dalam
pemasukan suatu jenis ikan. Persyaratan dan tindakan
yang dilakukan adalah upaya memperkecil risiko akibat
kegiatan pemasukan, pengeluaran dan/atau penyebaran
ikan yang termasuk SAI. Persyaratan teknis atau tindakan
dapat berupa opsi-opsi, yaitu persyaratan maupun
tindakan yang akan dilakukan di negara asal, di negara
ketiga maupun di negara tujuan. Termasuk dalam usulan
rekomendasi adalah pembatasan jumlah pemasukan dan
pembatasan area distribusi apabila hal tersebut dipandang
perlu. Rekomendasi sebaiknya diuraikan dengan kalimat,
dan tidak berupa Tabel.
Daftar Pustaka
Semua bahan bacaan (referensi) dan sumber informasi
yang digunakan agar dicantumkan. Informasi yang
digunakan termasuk hasil wawancara (personal
communication) dari para pakar, peneliti, praktisi, teknisi
dan lain sebagainya.
Daftar Singkatan
Beberapa istilah teknik seringkali digunakan dalam
penulisan Analisis Risiko SAI Golongan Ikan dan kadang-
kadang terdiri dari jumlah kata yang cukup banyak. Untuk
mempermudah maka dapat digunakan singkatan atau
kependekan dari istilah tersebut. Namun demikian
singkatan-singkatan yang tidak umum digunakan agar
dibuat penjelasan atau keterangannya.
24
B. Ketentuan Umum Penulisan
1. Draft Analisis Risiko Spesies Asing Invasif Golongan Ikan
diketik dengan format : margin (Top 4 cm, Left 4 cm, Right 3
cm, Bottom 3 cm); ukuran kertas A4; spasi 1,5; Font Arial 12;
dan nomor halaman diletakkan di pojok kanan bawah.
2. Cover depan
• Berisi judul, nama penyusun Analisis Risiko SAI Golongan
Ikan, nama institusi dan tahun penyusunan, serta logo
instansi pada cover.
• Cantumkan gambar ikan/organisme yang dilakukan
Analisis Risiko SAI (bila memungkinkan).
• Cover berwarna putih dan sebaiknya dilaminating.
3. Abstrak
• Berisi ringkasan isi Analisis Risiko SAI Golongan Ikan
dimulai dari proses identifikasi bahaya, penilaian risiko,
manajemen risiko, serta persyaratan teknis atau tindakan
yang direkomendasikan.
• Ditulis dalam 1 paragraf, jarak antar baris 1 spasi.
• Abstrak sebaiknya tidak lebih dari 1 halaman.
• Ukuran huruf lebih kecil atau sama dengan 10.
• Cantumkan kata kunci maksimal lima kata dan disusun
secara alphabet.
4. Kata Pengantar (disesuaikan)
5. Daftar Isi (disesuaikan)
6. Daftar Tabel
• Tuliskan judul masing-masing Tabel secara berurutan
(apabila terdapat lebih dari satu Tabel). Judul Tabel
diletakan di atas Tabel.
• Nomor Tabel disertakan pada bagian teks sebagai
penunjukkan.
7. Daftar Gambar
• Tuliskan judul/nama gambar secara berurutan (Apabila
terdapat lebih dari satu gambar).
25
• Gambar sebaiknya diletakkan pada bagian yang dituliskan
atau diterangkan sehingga akan memperjelas informasi
yang disampaikan.
• Judul gambar diletakan di bawah gambar. Jika gambar
bukan hasil sendiri perlu dicantumkan sumbernya.
• Nomor gambar disertakan pada bagian teks sebagai
penunjukkan.
8. Daftar Pustaka
Penulisan daftar pustaka mengacu kepada urutan nama dan
tahun dengan sistem Harvard.
9. Daftar Lampiran
Tuliskan judul Lampiran secara berurutan.
KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,
PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN
HASIL PERIKANAN,
ttd.
RINA
top related