kompetensi dasar kekasaran angle dekkor
Post on 09-Aug-2015
86 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN
A. KOMPETENSI DASAR
Melakukan pengukuran kekasaran permukaan dengan cara dan prosedur
yang benar
B. SUB KOMPETENSI DASAR
1. Melakukan pengukuran kekasaran secara tidak langsung dengan cara meraba
(Touch Inspection)
2. Melakukan pengukuran kekasaran secara langsung dengan roughness tester
C. DASAR TEORI
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memeriksa tingkat kekasaran
permukaan. Cara yang paling sederhana adalah dengan meraba atau menggaruk
permukaan yang diperiksa. Cara lain yang lebih teliti adalah dengan menggunakan
peralatan yang dilengkapi dengan jarum peraba (stylus). Peralatan ini memiliki
sistem kerja berdasarkan prinsip elektris. Dengan peralatan yang dilengkapi dengan
stylus maka hasil pengukuran permukaan dapat langsung dibaca. Bila dilihat dari
proses pengukurannya maka cara pengukuran permukaan dapat dibedakan menjadi
dua kelompok yaitu: pengukuran permukaan secara tak langsung atau
membandingkan dan pengukuran permukaan secara langsung.
Dalam pemeriksaan permukaan secara tidak langsung atau membandingkan ini ada
beberapa cara yang bisa dilakukan, antara lain dengan meraba (touch inspection),
melihat/mengamati (visual inspection), menggaruk (scratch inspection), dengan
mikroskop (microscopic inspection) dan dengan potografi permukaan (surface
photographs).
Pemeriksaan kekasaran secara tidak langsung dapat dilakukan dengan cara
meraba. Dengan kepekaan perasaan dalam meraba maka dapat dirasakan kasar
halusnya suatu permukaan. Untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat kehalusannya
biasanya dilakukan dengan permukaan standar (surface finish comparator).
Permukaan benda ukur yang akan diperiksa diraba dengan ujung jari, kemudian
ganti meraba beberapa lempengan alat ukur pembanding kekasaran permukaan.
Bila dirasakan ada salah satu lempengan yang tingkat kehalusannya sama dengan
kehalusan dari permukaan yang diperiksa, maka kehalusan permukaan yang
diperiksa adalah sama dengan kehalusan permukaan pembanding. Angka tingkat
kehalusan/kekasaran bisa dibaca pada lempengan pembanding (surface finish
comparator).
Pemeriksaan permukaan secara langsung adalah dengan menggunakan
peralatan yang dilengkapi dengan peraba yang disebut stylus. Stylus merupakan
peraba dari alat ukur kekasaran permukaan yang bentuknya konis atau piramida.
Bagian ujung dari stylus ini ada yang berbentuk rata dan ada pula yang berbentuk
radius. Untuk ujung stylus yang berbentuk radius, jari-jari keradiusannya biasanya
sekitar 2 m. Bila stylus bergeser maka setiap perubahan yang dialami oleh stylus
karena permukaan yang tidak halus akan nampak pada kertas grafik dari peralatan
ukurnya karena perubahan ini terekam secara otomatis.
D. ALAT DAN PERLENGKAPAN
1. Benda ukur
2. Surface finish comparator
3. Surface roughness tester
4. Alat-alat pembersih
E. KESELAMATAN KERJA
1. Benda ukur dan alat ukur harus dalam keadaan bersih
2. Letakkan benda ukur dan alat ukur dengan benar dan jangan bertumpuk
3. Berhati-hatilah terutama dalam menggunakan surface rougness tester
F. LANGKAH KERJA
1. Ambil benda yang akan diukur
2. Tandai panjang pengukuran
3. Lakukan pengukuran dnegan surface finish comparator dengan terlebih
dahulu meraba permukaan benda ukur kemudian bandingkan dengan
surface finish comparator
4. Lakukan pengukuran dnegan surface roughness tester pada panjang yang
telah ditentrukan
5. Catat hasil pengukuran
G. DATA PENGUKURAN
Surface roughness tester
* Sekrap
DATA PENGUKURANBIDANG DIMENSI ORANG I ORANG II
A
Rt 16 16Rp 10 10Ra 2,5 2,5Rz 14 14
B
Rt 16 16Rp 10 10Ra 2,5 2,5Rz 14 14
C
Rt 10 16Rp 5 10Ra 1,6 2,5Rz 8 14
D
Rt 16 16Rp 10 10Ra 2,5 2,5Rz 14 14
* Surface grinding
DATA PENGUKURANBIDANG DIMENSI ORANG I ORANG II
A
Rt 1,6 1,6Rp 0,6 0,6Ra 0,3 0,3Rz 1,2 1,2
B
Rt 2,5 2,5Rp 0,8 0,8Ra 0,35 0,35Rz 2 2
C
Rt 1,6 2,5Rp 0,6 0,8Ra 0,3 0,35Rz 1,2 2
* Turning
DATA PENGUKURANBIDANG DIMENSI ORANG I ORANG II
A
Rt 5 5Rp 3,5 3,5Ra 1,5 1,5Rz 4 4
B
Rt 10 5Rp 6 3,5Ra 3 1,5Rz 8 4
C
Rt 5 5Rp 3,5 3,5Ra 1,5 1,5Rz 4 4
* Bubut kombinasi
DATA PENGUKURAN
BIDANGDIMENS
IORANG
IORANG
II
A
Rt 25 25Rp 15 15Ra 6 6Rz 23 23
B
Rt 60 40Rp 35 25Ra 15 10Rz 53 37
C
Rt 40 40Rp 25 25Ra 10 10Rz 37 37
D
Rt 40 40Rp 25 25Ra 10 10Rz 37 37
E
Rt 25 25Rp 15 15Ra 6 6Rz 23 23
* Periphal milling
DATA PENGUKURANBIDANG DIMENSI ORANG I ORANG II
A
Rt 2 2Rp 1 1Ra 0,3 0,3Rz 1,7 1,7
B
Rt 6 6Rp 3,5 3,5Ra 1,5 1,5Rz 5 5
C
Rt 10 10Rp 5,5 5,5Ra 2,5 2,5Rz 9 9
* Milling
DATA PENGUKURAN
BIDANGDIMENS
IORANG
IORANG
II
A
Rt 10 10Rp 7 7Ra 2,3 2,3Rz 8,5 8,5
B
Rt 10 10Rp 7 7Ra 2,3 2,3Rz 8,5 8,5
C
Rt 10 10Rp 7 7Ra 2,3 2,3Rz 8,5 8,5
D
Rt 10 10Rp 7 7Ra 2,3 2,3Rz 8,5 8,5
ERt 16 10Rp 10 7Ra 4 2,3Rz 13 8,5
F
Rt 10 10Rp 7 7Ra 2,3 2,3Rz 8,5 8,5
Suhu ruang : 27 ° C Mengetahui
Kelembaban : 80 % Instruktur/Laboran
Tanggal Praktikum : 2 Desember 2014
………………………………
H. ANALISIS DATA HASIL PENGUKURAN
Rt adalah Kedalaman total ini adalah besarnya jarak dari profil
referensi sampai dengan profil dasar. Satuannya adalah dalam micron ( m).μ
Parameter Rt juga sering digunakan untuk menjelaskan ketidak teraturan
permukaan. Dengan mengetahui harga Rt berarti dapat diketahui pula
besarnya celah dari profil permukaan.
Rp adalah Kedalaman perataan (Rp) merupakan jarak rata-rata dari
profil referensi sampai dengan profil terukur. Bila juga dikatakan bahwa
kedalaman perataan merupakan jarak antara profil tengah dengan profil
referensi. Lihat Gambar di bawah ini.
Rz adalah Kekasaran Rata-rata Kuadratis Besarnya harga kekasaran
rata-rata kuadratis ini adalah jarak kuadrat rata-rata dari harga profil
terukur sampai dengan profil tengah.
Ra adalah Kekasaran Rata-rata Aritnetismerupakan harga-harga
rata-rata secaraaritmetis dari harga absolut antara harga profil terukur
dengan profil tengah Toleransi harga kekasaran rata-rata, Ra dari suatu
permukaan tergantung pada proses pengerjaannya. Hasil penyelesaian
permukaan dengan menggunakan mesin gerinda sudah tentu lebih halus
dari pada dengan menggunakan mesin bubut.
Tabel 5. Tingkat kekasaran rata-rata permukaan menurut proses
pengerjaannya
Tabel diatas memberikan contoh harga kekasaran rata-rata menurut
proses pengerjaannya. Dengan menggunakan tabel tersebut kami
bandingkan dengan hasil pengamatan yang kami lakukan. Kami ambil
contoh
a. Hasil pengamatan benda Turning yang pengerjaannya dengan
menggunakan mesin bubut. Harga Ra rata-rata dari data pengamatan
kami adalah 1,5 m, sedangkan pada tabel diatas harga Ra berkisarμ
antara 0,4 sampai 50,0 m. Apabila kita kira-kira kisaran nilai Raμ
pada tabel tersebut maka benda kerja turning memiliki tingkat
kekasaran yaitu N7.
b. Hasil pengamatan benda sekrap yang pengerjaannya dengan
menggunakan mesin sekrap. Harga Ra rata-rata dari data
pengamatan kami adalah 2,5 m, sedangkan pada tabel diatas hargaμ
Ra berkisar antara 0,4 sampai 50,0 m. Apabila kita kira-kira kisaranμ
nilai Ra pada tabel tersebut maka benda kerja sekrap memiliki
tingkat kekasaran yaitu N8.
c. Hasil pengamatan benda surface grinding yang pengerjaannya
dengan menggunakan mesin gerinda datar. Harga Ra rata-rata dari
data pengamatan kami adalah 0,3 m, sedangkan pada tabel diatasμ
harga Ra berkisar antara 0,4 sampai 50,0 m. Apabila kita kira-kiraμ
kisaran nilai Ra pada tabel tersebut maka benda kerja surface
grinding memiliki tingkat kekasaran yaitu N4.
d. Hasil pengamatan benda bubut kombinasi yang pengerjaannya
dengan menggunakan mesin bubut. Harga Ra rata-rata dari data
pengamatan kami adalah 6 m, sedangkan pada tabel diatas hargaμ
Ra berkisar antara 0,4 sampai 50,0 m. Apabila kita kira-kira kisaranμ
nilai Ra pada tabel tersebut maka benda kerja bubut kombinasi
memiliki tingkat kekasaran yaitu N9.
e. Hasil pengamatan benda periphal milling yang pengerjaannya
dengan menggunakan mesin frais. Harga Ra rata-rata dari data
pengamatan kami adalah 2,5 m, sedangkan pada tabel diatas hargaμ
Ra berkisar antara 0,4 sampai 50,0 m. Apabila kita kira-kira kisaranμ
nilai Ra pada tabel tersebut maka benda kerja periphal miling
memiliki tingkat kekasaran yaitu N8.
f. Hasil pengamatan benda milling yang pengerjaannya dengan
menggunakan mesin frais. Harga Ra rata-rata dari data pengamatan
kami adalah 2,3 m, sedangkan pada tabel diatas harga Ra berkisarμ
antara 0,4 sampai 50,0 m. Apabila kita kira-kira kisaran nilai Raμ
pada tabel tersebut maka benda kerja milling memiliki tingkat
kekasaran yaitu N7.
g. Hasil pengamatan benda sekrap yang pengerjaannya dengan
menggunakan mesin sekrap. Harga Ra rata-rata dari data
pengamatan kami adalah 2,5 m, sedangkan pada tabel diatas hargaμ
Ra berkisar antara 0,4 sampai 50,0 m. Apabila kita kira-kira kisaranμ
nilai Ra pada tabel tersebut maka benda kerja sekrap memiliki
tingkat kekasaran yaitu N8.
I. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa
harga kekasaran suatu permukaan benda memiliki toleransi sendiri-sendiri
tergantung proses pengerjaan yang digunakan pada pembuatan benda
tersebut. Dari data pengamatan kami pada menurut harga Ra dapat
disimpulkan bahwa proses pengerjaan yang memiliki tingkat kekasaran
paling tinggi adalah proses pengerjaan dengan mesin bubut kombinasi ,
sedangkan proses pengerjaan dengan tingkat kekasaran paling rendah
adalah dengan mesin gerinda. Akan tetapi ada factor lain yang dapat
mempengaruhi hasil kekasaran pada pengerjaan suatu benda kerja,
diantaranya yaitu factor alat potong, kecepatan putar (rpm), kecepata
pemakanan (cs), dan juga dari human error dan mesin yang digunakan itu
sendiri. Oleh karena itu data hasil pengamatan dapat berubah-ubah sesuai
hasil pengerjaan benda kerja itu sendiri.
PENGUKURAN DENGAN ANGLE DEKKOR
1. Kompetensi
Setelah melaksanakan praktik praktikan/mahasiswa diharapkan:
Terampil dalam mengukur kedataran dengan angle dekkor dan mampu
menganalisis hasil pengukuran tersebut.
2. Dasar Teori
Angle dekkor adalah alat ukur yang menggunakan prinsip optis. Komponen
utama berupa lensa kolimator. Dengan bantuan prisma, sumber cahaya diatur
supaya menyinari garis berskala (dibuat pada keping gelas tipis) yang terletak
pada fokus dari kolimator. Garis berskala tersebut akan diproyeksikan keluar
dari lensa kolimator berupa berkas cahaya yang sejajar.
Gambar 6. Prinsip Kerja Angle Dekkor
Apabila didepan kolimator diletakkan permukaan yang rata dan mengkilat
(reflektor), maka berkas cahaya ini akan dipantulkan menuju kolimator dan
difokuskan kembali pada bidang fokusnya. Melalui okuler kita dapat melihat
garis skala yang dipantulkan (skala pantul) bersama-sama dengan garis skala
(skala tetap) yang juga dibuat pada keping gelas tepat pada sumbu optis. Untuk
suatu kedudukan reflektor yang tertentu (benda standar) kedua garis akan
saling tegak lurus pada kedudukan angka tertentu (garis skala pantul berfungsi
sebagai garis indeks untuk membaca harga pada skala tetap, berlaku juga hal
sebaliknya). Apabila permukaan reflektor-reflektor yang tertentu (benda
standar) kedua garis akan saling tegak lurus pada kedudukan angka tertentu
(garis skala pantul berfungsi sebagai garis indeks untuk membaca harga pada
skala tetap, berlaku juga hal sebaliknya). Apabila permukaan reflektor dibuat
sedikit menyudut dari posisi semula (diganti dengan benda ukur yang akan
dibandingkan) maka skala pantul akan bergerak ke atas atau ke bawah dan
selain itu mungkin ke kanan atau ke kiri relatif terhadap skala tetap, dengan
demikian mereka akan berpotongan pada posisi yang berbeda dari semula.
Selisih dari kedua pembacaan (dua kali pada skala pantul dan dua kali pada
skala tetap) menunjukkan dua harga sudut pembukaan antara bidang standar
dan bidang ukur, dengan demikian sudut bidangnya dapat diketahui.
Kapasitas ukur dari angle dekkor hanya sampai 60 menit dengan pembagian
skala (kecermatan) sampai 1 atau ½ menit.
Gambar 7. Angle Dekkor
Dalam dunia industri sekarang ini dibutuhkan ukuran alat ataupun benda
kerja yang tepat. Salah satu bagian dari elemen mesin adalah baut. Untuk
pemasangan dan perawatan yang baik kita harus mengetahui spesifikasinya
baut tersebut, apakah whitworth atau metris dan apa macam ulirnya? Salah satu
alat yang dapat untuk mengukur spesifikasi ulir dengan ketelitiannya yang
cukup tinggi adalah dengan menggunakan kawat ukur, prisma ukur dan Floating
Carrriage Micrometer.
3. Prosedur Praktikum
A. Alat dan Perlengkapannya
Angle Dekkor dengan dudukannya, meja rata, alat bantu lainnya, dan blok
ukur.
B. Keselamatan Kerja
Hati-hati dalam menyetel posisi angle dekkor untuk menghindari lensa
pecah ataupun lampu angle dekkor padam.
C. Langkah Kerja
1) Pasang Angle Dekkor pada dudukannya diatas meja rata.
2) Reflektor ditempatkan di depan Angle Dekkor.
3) Setting skala referensi dan skala utama (tidak perlu tepat pada angka nol
yang penting tepat pada angka bulat) dan catat sebagai pembacaan
utama (datum).
4) Ganti kedudukan reflektor dengan benda ukur. Apabila benda ukur tidak
dapat memantulkan sinar dapat digunakan blok ukur, tempatkan diatas
benda ukur.
5) Apabila benda ukur benar-benar datar maka pantulan sinar pada sumbu
referensi tepat pada pembacaan pertama (No. 3), tetapi apabila terjadi
penyimpangan berarti benda ukur tersebut miring atau tidak datar.
Pembacaan pada Graticule, ukuran satu devisi terkecil = 0,5 menit
Gambar 8. Pembacaan Skala pada Angle Dekkor
Contoh pembacaan :
Transversal (Horizontal) = 35 menit
Longitudinal (Vertikal) = 36 menit
Garis Indeks Pembacaan Skala Vertikal (Longitudinal)
Garis Indeks Pembacaan Skala Horizontal (Transversal)
D. Data Pengukuran
Tabel 6. Tabel hasil Pengamatan Benda Kerja dengan Angle
Dekkor
Pengamatan
Pembacaan
Skala Longitudinal Skala Transversal
0°
(L1)
180°
(L1)
0°
(T1)
180°
(T1)
1 19,5 24,5 27 28
2 21,5 19 27,5 26,5
3 19,5 19 25,5 24,5
Harga Rerata 20,16 20,83 26,67 26,33
Pembacaan Datum
(Awal)
Longitudinal Transversal
L = 19,5 menit T = 27 menit
Perbedaan dengan
Pembacaan Datum
(Harga Absolut)
L = L - LΔ 1 T = T - TΔ 1
0° 180° 0° 180°
19,5 –
20,16 = -
0,66
19,5 –
20,83 = -
1,33
27 – 26,67
= 0,33
27 – 26,33
= 0,67
Harga Rerata
Perbedaan-0,995 0,5
Menghitung Sudut
dalam menit
'α L = L . 0,5Δ 'α T = T . 0,5Δ
'α L = -0,4975 = -
0 29’51’’⁰'α T = 0,025 = 0 15’0’’⁰
Menghitung Sudut
dalam Radian α L =-1,447 x 1 = -
0 0’0,25’’⁰
α T = 7,272 x 1 =
0 0’0,26’’⁰
Dimensi Benda Ukur Panjang (a) = 37 Lebar (b) = 24
Menghitung
Penyimpangan (µm)
d L = α L . a. 103 d T = α T . b. 103
d L = -5,3539 d T = 1,74528
Suhu ruang : 28 ° C Mengetahui
Kelembaban : 82 % Instruktur/Laboran
Tanggal Praktikum : 18 Desember 2014
………………………………
E. Analisa Data Ukur dan Pembahasan
Dalam praktikum pengukuran angle dekkor ini pertama adalah
menyetting skala referensi dan skala utama kemudian mencatat pembacaan
datum awalnya. Setelah itu mengukur benda kerja dengan meletakannya
dibawah lensa dan diatasnya diletakkan blok ukur seperti pada gambar 7
kemudian melihat pada skala pembacaan dan catat pembacaan datum yang
terbaca. Selanjutnya memutar benda kerja 180° kemudian melihat skala
pembacaan dan mencatatnya. Pengamatan tersebut kami lakukan sebanyak
3 kali sesuai dengan tabel 6. Untuk skala longitudinal ditunjukkan ole garis
vertikal sedangkan untuk skala transversal ditunjukkan oleh garis
horisontal.
Dari hasil pembacaan angle dekkor tersebut didapatkan data dari
pembacaan datum awal yaitu untuk longitudinal (L) adalah 19,5 sedangkan
untuk transversal (T) adalah 27 kemudian untuk harga rerata perbedaannya
untuk (L) adalah -0,995 sedangkan untuk (T) adalah 0,5. Setelah melakukan
perhitungan dengan rumus seperti yang tertera pada tabel 6 diperoleh
penyimpangan benda kerjanya. Untuk skala longitudinal diperoleh
penyimpangan -5,3539 µm dan untuk skala transversal diperoleh 1,7458
µm.
F. Kesimpulan
Dari hasil pengukuran dan perhitungan yang kami peroleh dapat
disimpulkan bahwa benda kerja yang kami amati memiliki penyimpangan
yang tidak terlalu besar. yakni pada skala longitudinal/bidang vertikal dan
juga pada skala transversal/bidang horisontal yakni masing-masing adalah -
5,3539 µm untuk skala longitudinal dan 1,7458 µm untuk skala transversal.
top related