kondisi fisik
Post on 30-Nov-2015
299 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
SURVAI KONDISI FISIK ATLET PENCAK SILAT TAPAK SUCI USIA
13-18 TAHUN DI KECAMATAN WANADADI KABUPATEN
BANJARNEGARA TAHUN 2006
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka penyelesaian studi strata I
Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Disusun oleh:
Nama : Faizun Ashar
NIM : 6101403024
Jurusan : PJKR
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
ii
SARI
Faizun Ashar Skripsi ini berjudul “Survai Kondisi Fisik Atlet Pencak silat Tapak Suci Usia 13 - 18 Tahun di Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara Tahun 2006”. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat kondisi fisik Atlet Pencak Silat Tapak Suci Usia 13 - 18 tahun di Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara tahun 2006. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kondisi fisik Atlet Pencak Silat Tapak Suci Usia 13 - 18 tahun di Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh atlet pencak silat Tapak Suci di kecamatan Wanadadi kabupaten Banjarnegara dan jumlah sampel 26 atlet. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive total sampling yaitu peneliti hanya mengambil atlet yang berusia 13-18 tahun. Variabel dalam penelitian ini menggunakan item tes kondisi fisik atlet pencak silat Tapak Suci usia 13 - 18 tahun di Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara. Pelaksanaan penelitian ini menggunakan tes kemampuan fisik cabang olahraga, khususnya pencak silat yang terdiri dari 8 jenis rangkaian tes yaitu lari 30 meter, sit-up, pull-up (putra), BST (Bergantung Siku Tekuk) untuk putri, duduk pada tembok, loncat dada, lari bolak balik 4 x 5 meter, duduk berlunjur dan meraih, dan lari 15 menit. Instrumen penelitian ini menggunakan stopwatch. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif prosentase.
Hasil penelitian serangkaian tes menunjukkan kemampuan fisik dapat diperoleh bahwa tes lari 30 meter (baik), tes sit-up (sedang), tes pull-up dan BST (sedang), tes duduk pada tembok (kurang), tes loncat dada (sedang), tes lari bolak-balik 4 x 5 meter (baik), tes duduk berlunjur dan meraih (baik), dan tes lari 15 menit (sedang). Jadi sebagian besar kondisi fisik dalam kategori sedang yaitu 76,93%.
Simpulan dalam penelitian ini adalah kondisi fisik altet pencak silat Tapak Suci usia 13-18 tahun di Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara tahun 2006 dalam kategori sedang dan pola pembinaan latihan fisik tersebut belum berjalan dengan baik. Disarankan agar para atlet secara sadar memiliki motivasi untuk berlatih fisik sesuai dengan kebutuhan dan upaya peningkatan latihan kondisi fisik.
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
- Orang-orang yang melontarkan kritik bagi kita pada hakekatnya adalah
pengawal jiwa kita yang bekerja tanpa bayaran. (Corrie Ten Boom)
PERSEMBAHAN
- Kedua Orang Tua, Ayah
Puryanto,Ibu Endar wati
- Almamater UNNES yang saya
banggakan
v
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Semarang.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan,
bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan kerendahan
hati penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Drs. Sutardji, M.Si selaku Dekan FIK Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan ijin penelitian.
2. Bapak Drs. H. Harry Pramono, M.Si, selaku ketua jurusan Pendidikan Jasmani
Kesehatan dan Rekreasi FIK Universitas Negeri Semarang, dan sekaligus
sebagai Dosen Pembimbing pendamping yang penuh perhatian dalam
memberikan bimbingan dan pengarahan.
3. Bapak Drs. Bambang Priyono, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing utama yang
penuh perhatian, kesabaran dalam memberikan bimbingan.
4. Bapak dan Ibu Dosen PJKR yang telah memberikan bekal ilmu yang tidak
ternilai harganya selama belajar di Universitas Negeri Semarang.
5. Bapak H. Syarif Amirudin selaku Ketua / Pembina Perguruan Pencak Silat
Tapak Suci dan Atlet-aletnya di Kecamatan Wanadadi Kabupaten
Banjarnegara.
6. Kedua orang tua saya yang telah bersusah payah memberikan bantuan
material, moral dan spiritual yang penuh kesabaran dan ketekunan.
vi
7. Adik-adik saya, saudara-saudara saya, sahabat-sahabat saya yang penuh
perhatian, kasih sayang dalam memberikan motivasi serta inovasi dalam
penyusunan skripsi ini.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
Harapan penulis semoga skripsi mi dapat bermanfaat dan atas segala
bantuannya, penulis hanya dapat berdoa semoga Allah SWT memberikan imbalan
yang sebesar-besarnya.
Semarang, Agustus 2007
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
SARI................................................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 5
1.3 Penegasan Istilah ........................................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian........................................................................... 8
1.5 Manfaat Penelitian......................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pencak Silat ................................................................................... 9
2.2 Kondisi Fisik.................................................................................. 11
2.3 Usia 13-18 Tahun .......................................................................... 11
2.4 Komponen-Komponen Kondisi Fisik............................................ 12
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kondisi Fisik ......................... 15
viii
2.6 Pembinaan Fisik ............................................................................ 22
2.7 Pembinaan Fisik Atlet Pencak Silat............................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Populasi ......................................................................................... 40
3.2 Sampel dan Teknik Penarikannya ................................................. 40
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian........................................................ 40
3.4 Variabel Penelitian ....................................................................... 41
3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 41
3.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penelitian ............................. 41
3.7 Teknik Analisis Data ..................................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian.............................................................................. 43
4.2 Pembahasan ................................................................................... 49
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan........................................................................................ 53
5.2 Saran .............................................................................................. 53
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 54
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Norma Tes Lari 30 meter ......................................................................... 32
2.2 Norma Tes Sit-up ..................................................................................... 33
2.3 Norma Tes Pull-up dan BST (Bergantung Siku Tekuk).......................... 34
2.4 Norma Tes Duduk pada Tembok ............................................................. 35
2.5 Norma Tes Loncat Dada ......................................................................... 36
2.6 Norma Tes Lari Bolak Balik 4 x 5 meter ................................................ 37
2.7 Norma Duduk Berlunjur dan Meraih ....................................................... 38
2.8 Norma Tes lari 15 menit .......................................................................... 39
4.9 Distribusi Frekuensi Tingkat Kondisi Fisik Atlet Pencak Silat.................43
4.10 Hasil Kriteria Tes Lari 30 meter .............................................................. .45
4.11 Hasil Kriteria Tes Sit-up .......................................................................... .45
4.12 Hasil Kriteria Tes Pull-up dan BST (Bergantung Siku Tekuk) ............... .46
4.13 Hasil Kriteria Tes Duduk pada Tembok .................................................. .46
4.14 Hasil Kriteria Tes Loncat Dada ............................................................... 47
4.15 Hasil Kriteria Tes Lari Bolak Balik 4 x 5 meter ..................................... 47
4.16 Hasil Kriteria Duduk Berlunjur dan Meraih ............................................ 48
4.17 Hasil Kriteria Tes lari 15 menit................................................................ 48
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1 Histrogram Frekuensi Tingkat Kondisi Fisik Atlet Pencak silat
Tapak Suci Usia 13 — 18 tahun di kecamatan Wanadadi Kabupaten
Banjarnegara ............................................................................................. 44
1. Tes lari 30 meter......................................................................................... 74
2. Tes Sit-Up .................................................................................................. 74
3. Tes Pull-Up (Putra) .................................................................................... 75
4. Tes Bergantung Siku Tekuk (Putri) ........................................................... 75
5. Tes Duduk Pada Tembok........................................................................... 76
6. Tes Loncat Dada ........................................................................................ 76
7. Tes Lari Bolak Balik 4 x 5 m..................................................................... 77
8. Tes Duduk Berlunjur dan Meraih .............................................................. 77
9. Tes Lari 15 menit (putra) ........................................................................... 78
10. Tes Lari 15 menit (putri) ............................................................................ 78
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi.............................................. 55
2. Surat Permohonan Ijin Penelitian ............................................................... 56
3. Surat Keterangan Ijin Penelitian ................................................................. 57
4. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ................................................... 58
5. Permohonan Pinjam Peralatan .................................................................... 59
6. Keterangan Hasil Pengujian Alat ………………………………………....60
7. Daftar Petugas Pencatat Data ……………………………………………. 61
8. Daftar Atlet Pencak Silat Tapak Suci Usia 13-18 Tahun.............................62
9. Hasil Kasar Tes Kondisi Fisik Atlet Pencak Silat Tapak Suci
Usia 13 -18 tahun di kecamatan Wanadadi kabupaten Banjarnegara
tahun 2006.................................................................................................. 63
10. Hasil Penilaian Tes Kondisi Fisik Atlet Pencak Silat Tapak Suci
Usia 13 — 18 Tahun di Kecamatan Wanadadi Kabupaten
Banjarnegara tahun 2006 ........................................................................... 64
11. Hasil Penilaian Tes Lari 30 Meter ............................................................. 65
12. Hasil Penilaian Tes Sit - Up ....................................................................... 66
13. Hasil Penilaian Tes Pull-Up (putra) dan Bergantung Siku Tekuk (putri).. 67
14. Hasil Penilaian Duduk Pada Tembok ........................................................ 68
15. Hasil Penilaian Loncat Dada...................................................................... 69
16. Hasil Penilaian Lari Bolak Balik 4 x 5 Meter ............................................ 70
17. Hasil Penilaian Duduk Berlunjur Dan Meraih ........................................... 71
18. Hasil Penilaian Lari 15 Menit .................................................................... 72
19. Penetapan Panitia Ujian Skripsi..................................................................73
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembinaan olahraga di Indonesia dewasa ini semakin maju, hal ini tidak
lepas dari peran serta masyarakat yang semakin sadar dan mengerti akan arti
pentingnya olahraga itu sendiri, di samping adanya dukungan dan perhatian dari
pemerintah dalam menunjang perkembangan olahraga di negara kita. Dalam
kehidupan modern ini suatu kenyataan bahwa ada empat dasar tujuan manusia
melakukan kegiatan olahraga yaitu:
1. Mereka yang melakukan kegiatan olahraga hanya untuk rekreasi, jadi
segalanya dikerjakan dengan santai dan tidak formal, baik tempat maupun
peraturannya.
2. Mereka yang melakukan kegiatan olahraga untuk tujuan pendidikan seperti
misalnya anak – anak sekolah yang diasuh oleh guru olahraga. Kegiatan yang
dilakukan formal, tujuannya guna mencapai sasaran pendidikan nasional
melalui kegiatan olahraga yang telah disusun melaui kurikulum tertentu.
3. Mereka melakukan kegiatan olahraga dengan tujuan meningkatkan kesegaran
jasmani tertentu.
4. Mereka yang melakukan kegiatan olahraga tertentu untuk mencapai prestasi. (
Sajoto1988: 1-2 )
Terkait dengan poin ke empat untuk mencapai prestasi tersebut maka perlu
adanya pembinaan olahraga.
1
2
Tujuan dari pembinaan olahraga itu sendiri untuk mengidentifikasikan
calon atlet berpotensi, memilih jenis olahraga yang sesuai dengan potensi dan
minatnya yang memperkirakan peluang untuk berhasil dalam program pembinaan
sehingga dapat mencapai prestasi yang diharapkan, salah satunya Pencak Silat.
Dalam Pencak silat yang merupakan hasil usaha budi daya manusia yang
bertujuan untuk menjamin keamanan dan kesejahteraan bersama, seiring
perkembangan zaman Pencak Silat juga masuk dalam olahraga prestasi dan yang
membedakan Pencak Silat dengan olahraga yang lain yaitu empat aspek yang
merupakan satu kesatuan bulat, yakni aspek mental spiritual, beladiri, seni dan
olahraga.
Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya perguruan-perguruan Pencak
Silat di Indonesia,salah satunya adalah perguruan Pencak Silat Tapak Suci
Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara.Perguruan ini berdiri tahun 1979,
tepatnya pada tanggal 17 Juli 1979 dan sampai sekarang perguruan ini masih eksis
dan selalu memunculkan atlet-atlet baru. Usaha untuk tetap mempertahankan
keeksisan tersebut tidak mudah diperlukan pembinaan dan pengembangan yang
optimal. Bahwa ada 4 aspek pokok yang menentukan prestasi olahraga, yaitu
aspek biologis, aspek psikologis, aspek lingkungan dan aspek penunjang (Sajoto
1995:2-5).
Bahwa aspek biologis merupakan salah satu aspek yang tidak dapat
diabaikan dan sangat diandalkan dalam menentukan tinggi rendahnya prestasi
yang dicapai atlet. Hal ini disebabkan dalam aspek biologis terhadap salah satu
3
aspek yang disebut kondisi fisik, yaitu suatu tingkat kesegaran jasmani yang
sangat diperlukan atlet untuk dapat berprestasi dalam suatu pertandingan.
Kesegaran jasmani dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam
melakukan aktivitas fisik secara berulang-ulang dalam waktu yang relatif lama
tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Kondisi fisik merupakan salah satu
faktor yang menentukan performance atau penampilan, sehingga runtuhnya
kondisi fisik akan menyebabkan hilangnya keterampilan(Sajoto 1988:99).
Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang
tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya.
Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik, maka seluruh komponen
tersebut harus di kembangkan. Walaupun disana-sini dilakukan dengan sistem
prioritas sesuai keadaan atau status yang dibutuhkan tersebut, maka perlu
diketahui selanjutnya adalah bagaimana seorang atlet dapat diketahui status dan
keadaan kondisi fisiknya pada suatu saat. (Sajoto,1995:10).
Komponen kondisi fisik tersebut terdiri atas kekuatan, kecepatan,
kelincahan, kelentukan, daya tahan, daya ledak otot, koordinasi, keseimbangan,
daya lentur, dan reaksi. Bahwa faktor penentu pencapaian prestasi maksimal, ada
dua faktor yaitu faktor indogen (atlet) dan faktor eksogen. Salah satu faktor
indogen yang sangat penting adalah kondisi fisik (Suharsono 1988:2-3).
Dengan latihan kondisi fisik, teknik, mental dan sebagainya dapat
diketahui peningkatannya karena untuk meningkatkan fisik tidak dapat dilakukan
dengan permainan itu sendiri. Mengapa faktor fisik? Karena faktor kondisi fisik
memegang peranan penting dan merupakan komponen dasar untuk menuju
4
latihan-latihan berikutnya, kalau tidak di dukung dengan kondisi fisik yang prima
seorang atlet tidak akan mampu melakukan latihan sesuai dengan porsinya, nilai
fisik antara lain kualitas otot berdasarkan kinerja faal dan mekanisme otot yang
sedang bekerja yang dipertimbangkan pada kekuatan otot, kapasitas anaerobik,
kapasitas aerobik power, fleksibilitas (Boucard,1975:15-16).
Kondisi fisik atlet memegang peranan yang sangat penting dalam
program latihannya. Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara
baik dan sistematis serta ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan
kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga dengan demikian
memungkinkan atlet untuk mencapai tingkat prestasi yang lebih baik, kalau
kondisi fisik baik maka, 1)akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem
sirkulasi kerja jantung, 2) akan ada peningkatan dalam kekuatan, kecepatan,
kelincahan, kelentukan, stamina dan nilai-nilai komponen kondisi fisik, 3) akan
ada efisiensi gerak yan lebih baik pada waktu latihan, 4) akan ada pemulihan yang
lebih cepat dari organ tubuh setelah latihan, 5) akan ada respon yang cepat dari
organisme tubuh apabila sewaktu-waktu respon demikian diperlukan(Harsono
1988:133).
Setiap usaha peningkatan kondisi fisik harus dikembangkan semua
komponen yang ada, walaupun dalam pelaksanaannya perlu adanya prioritas
untuk menentukan komponen mana yang perlu untuk mendapatkan porsi latihan
lebih besar sesuai dengan olahraga yang ditekuni dalam hal ini pencak silat. Tidak
adanya salah satu komponen pendukung akan mempengaruhi hasil yang dicapai.
Demikian juga dalam olahraga pencak silat membutuhkan dasar fisik yang baik
tetapi tidak meninggalkan faktor-faktor yang lain seperi teknik dan mental.
5
Sebelum seseorang atlet terjun karena pertandingan, ia harus berada
dalam kondisi fisik dan tingkat kebugaran yang baik. Tanpa persiapan dan kondisi
fisik yang baik atlet yang diterjunkan kepertandingan tidak akan berhasil. Kondisi
fisik yang baik dapat menyebabkan stamina tidak cepat turun dengan drastis
sewaktu dalam permainan atau pertandingan.
Dari paparan diatas maka peneliti ingin mengetahui bagaimana tingkat
kondisi fisik atlet Pencak Silat Tapak Suci usia 13-18 tahun di Kecamatan
Wanadadi Kabupaten Banjarnegara Adapun alasan peneliti mengapa perlu
mengetahui kondisi fisik mereka adalah:
1. Kondisi fisik merupakan salah satu faktor penting yang dibutuhkan oleh atlet
pencak silat untuk menjaga dan meningkatkan efektivitas latihan.
2. Kondisi fisik yang baik diharapkan dapat membantu atlet pencak silat selama
permainan atau pertandingan
3. Dengan pembinaan kondisi fisik yan baik diharapkan dapat menghasilkan
atlet-atlet pencak silat yang berkualitas.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah Apa tingkat kondisi fisik atlet
Pencak Silat Tapak Suci usia 13-18 th di Kecamatan Wanadadi Kabupaten
Banjarnegara.?
1.3 Penegasan Istilah
1. Survai merupakan suatu koleksi pengumpulan,analisa,interprestasi dan laporan
yang disusun secara teratur dan sistematis tentang fakta-fakta penting yang
berhubungan dengan aspek-aspek tertentu. (Moslem 1992:19)
6
Survai merupakan salah satu jenis penelitian untuk mengetahui pendapat dari
informasi yang diperoleh dari penelitian dan dapat dikumpulkan dari seluruh
populasi atau sebagian populasi. (Suharsimi Arikunto 1998:99)
Kesimpulan Survai menurut penulis adalah teknik pengumpulan data yang
informasinya diperoleh dari seluruh populasi atau sebagian populasi yang
disusun secara sistematis tentang fakta-fakta penting untuk mengetahui
keadaan tertentu. Dalam penelitian ini survai diartikan metode untuk
mendapatkan informasi suatu kondisi fisik caranya dengan melakukan tes
kondisi fisik.
2. Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak
dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya.
Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik,maka seluruh
komponen tersebut harus di kembangkan. Walaupun disana-sini dilakukan
dengan sistem prioritas sesuai keadaan atau status yang dibutuhkan tersebut,
maka perlu diketahui selanjutnya adalah bagaimana seorang atlet dapat
diketahui status dan keadaan kondisi fisiknya pada suatu saat.
(Sajoto,1995:10).
3. Usia 13-18 tahun merupakan masa adolesensi yaitu masa transisi antara masa
kanak-kanak menuju masa dewasa. Dalam masa ini terjadi pertumbuhan yang
cepat sampai pada saatnya mencapai kematangan sexual, kemudian timbul
fase perlambatan sampai tidak terjadi pertumbuhan lagi. Pertumbuhan yang
terjadi menimbulkan perubahan ukuran, seperti proporsi bentuk tubuh,
perubahan dalam komposisi tubuh, sistem peredaraan darah, pernafaasan,
sistem syaraf,dan sebagainya.
7
Adolesensi merupakan waktu yang tepat untuk meningkatkan
kemampuan untuk menyempurnakan gerakan, dan memperhalus
keterampilan berbagai macam kegiatan olahraga secara luas. Setiap orang
dapat belajar untuk menilai kemampuannya dan memilih bentuk
latihan,olahraga,dan kegiatan fisik lainnya yang berguna sepanjang hidupnya.
Mereka yang kurang memiliki keterampilan harus belajar menilai
kemampuannya secara realisitas/nyata dan belajar menetapkan tujuannya
dengan nyata. Hal ini akan memberikan kesenangan seseorang terhadap
kegiatan yang dilakukannya dan akan mengurangi kegagalan-kegagalan yang
terjadi dalam kegiatan olahraga, bagi anak yang berbakat masa adolesensi
merupakan usia untuk pengembangan tingkat tinggi terhadap ketangkasan
dalam olahraga dalam hal ini olahraga pencak silat
(Sugiyanto,Sudjarwo,1991;165-166)
4. Pencak Silat sebagai seni bela diri bangsa Indonesia merupakan kata
majemuk, dari hasil seminar Pencak Silat tahun 1973 di Tugu Bogor.
Sedangkan definisi Pencak Silat selengkapnya dibuat oleh pengurus besar IPSI
sebagai berikut : Pencak Silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk
membela atau mempertahankan eksistensi (kemandirian) integritasnya
(manunggalnya) terhadap lingkungan hidup/ alam sekitar untuk mencapai
keselarasan hidup guna peningkatan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. (M.Atok Iskandar,1992:11)
8
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa tingkat kondisi fisik
atlet Pencak Silat Tapak Suci usia 13-18 tahun di Kecamatan Wanadadi
Kabupaten Banjarnegara.
1.5 Manfaat Penulisan.
1. Bagi peneliti sebagai bahan referensi dan informasi tentang manfaat dan
kegunaan tes kondisi fisik
2. Diharapkan dapat dimanfaatkan dan disempurnakan sebagai informasi ilmiah
dan bahan perbandingan bagi peneliti yang lain, pelatih dan pembina olahraga
Pencak Silat.
.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pencak Silat
Pencak silat sebagai seni bela diri bangsa Indonesia, merupakan kata
majemuk sebagai hasil seminar pencak silat tahun 1973 di Tugu Bogor,
sedangkan definisi pencak silat, selengkapnya dibuat oleh pengurus besar IPSI
sebagai berikut: Pencak silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk
membela atau mempertahankan eksistensi (kemandirian) Integritasnya
(manunggalnya) terhadap lingkungan hidup atau alam sekitar untuk mencapai
keselarasan hidup guna peningkatan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa (M.Atok Iskandar dkk, 1992:11)
Beberapa aspek yang menjadi wujud dan isi pencak silat yaitu aspek
mental-spiritual, aspek bela diri, aspek seni, dan juga olahraga (prestasi) yang
dikembangkan dan dibenahi metode latihannya supaya dapat mencapai prestasi
yang menggembirakan. Selain aspek tersebut dalam olahraga pencak silat
terdapat empat aspek penting yang mendukung atlet dalm pencapain prestasi
yaitu:
1. Aspek Antropometri
Antrometri adalah suatu teknik atau cara untuk menentukan dimensi bagian-
bagian tubuh. Hasil antrometri memberikan gambaran atau perkiraan tentang
bentuk,besar dan komposisi tubuh baik dalam keadaan normal maupun dikaitkan
dengan lainnya. Biasanya besaran-besaran atau angka-angka tersebut secara
9
10
individual maupun dalam kelompok mempunyai arti yang penting dalam usaha
peningkatan prestasi olahraga khususnya pencak silat.
2. Aspek Fisiologis
Aspek fisiologis dalam pencak silat yang dominan disesuaikan dengan
sistem energi yang bekerja pada setiap kategori tanding, sistem anaerobik lebih
besar dari pada aerobik dengan perbandingan kurang lebih 60:40. Yang dimaksud
sistem anaerobik yaitu kekuatan yang besar untuk jangka waktu yang pendek
menggunakan energi yang berasal dari ATP maupun asam laktat. Sedangkan
sistem aerobik yaitu kekuatan kecil atau sedang yang dapat dipertahankan untuk
jangka waktu yang lama menggunakan energi yang berasal dari pembakaran
dengan O2 (Soekarman, 1987:53).
Oleh sebab itu komponen yang diharapkan dimiliki pada kategori tanding
adalah kecepatan, reaksi, kelincahan, koordinasi, kekuatan, daya tahan, dan
ditunjang dengan komponen keseimbangan, kelentukan dan ketepatan.
3. Aspek Keterampilan dasar
Aspek keterampilan dasar yang dominan dimiliki atlet pencak silat pada
kategori tanding adalah kemampuan sikap pasang, pola langkah,
tangkisan,serangan tangan, serangan kaki, dan menjatuhkan.
4. Aspek Mental
Aspek mental emosional sangat di butuhkan dalam olahraga pencak silat yang
dominan adalah percaya diri, agresivitas, persepsi diri, dan kebutuhan berprestasi.
(Johansyah Lubis 2004:78-79)
11
2.2 Kondisi Fisik
Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang
tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaanya.
Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik, maka seluruh komponen
tersebut harus dikembangkan. Walaupun disana-sini dilakukan dengan sistem
prioritas sesuai keadaan atau status yang dibutuhkan tersebut, maka yang perlu
diketahui selanjutnya adalah bagaimana seorang atlet dapat diketahui kondisi
fisiknya pada suatu saat (M. Sajoto, 1995 : 8)
2.3 Usia 13-18 Tahun
Usia 13-18 tahun merupakan masa adolesensi yaitu masa transisi antara
masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Dalam masa ini terjadi pertumbuhan
yang cepat sampai pada saatnya mencapai kematangan sexual, kemudian timbul
fase perlambatan sampai tidak terjadi pertumbuhan lagi. Pertumbuhan yang terjadi
menimbulkan perubahan ukuran, seperti proporsi bentu tubuh, perubahaan dalam
komposisi tubuh, sistem peredaraan darah, pernafasan, sistem syaraf, dan
sebagainya.
Adolesensi merupakan waktu yang tepat untuk meningkatkan
kemampuan untuk menyempurnakan gerakan, dan memperhalus keterampilan
berbagai macam kegiatan olahraga secara luas. Setiap orang dapat belajar untuk
menilai kemampuannya dan memilih bentuk latihan, olahraga, dan kegiatan fisik
lainnya yang berguna sepanjang hidupnya. Mereka yang kurang memiliki
keterampilan harus belajar menilai kemampuannya secara realisitas/nyata dan
12
belajar menetapkan tujuannya dengan nyata. Hal ini akan memberikan
kesenangan seseorang terhadap kegiatan yang dilakukannya dan akan mengurangi
kegagalan-kegagalan yang terjadi dalam kegiatan olahraga, bagi anak yang
berbakat masa adolesensi merupakan usia untuk pengembangan tingkat tinggi
terhadap ketangkasan dalam olahraga dalam hal ini olahraga pencak silat
(Sugiyanto,Sudjarwo,1991;165-166)
2.4 Komponen-Komponen Kondisi Fisik
Adapun komponen-komponen kondisi fisik menurut M.Sajoto ada 10
komponen yaitu sebagai berikut:
2.4.1 Kekuatan
- Kekuatan adalah kemampuan kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya
dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja (M.
Sajoto,1995 :5)
- Kekuatan adalah Kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap
suatu tahanan (Harsono,1988:176)
2.4.2 Daya Tahan
Daya Tahan adalah Keadaan atau kondisi tubuh yang mampu untuk
bekerja untuk waktu yang lama, tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan
setelah menyelesaikan pekerjaan tersebut. Dalam hal ini ada dua macam daya
tahan yaitu:
13
2.4.2.1 Daya Tahan Umum
Daya Tahan umum adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan
sistem jantung, paru-paru, dan peredaran darah secara efektif dan efisien untuk
menjalankan kerja otot dengan insensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama
(Sajoto,1995:8)
2.4.2.2 Daya Tahan Otot
Daya Tahan Otot adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan
ototnya berkontraksi secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama dengan
beban tertentu (Sajoto,1995:8)
2.4.3 Daya Ledak Otot
Daya Ledak Otot adalah kemampuan seseorang mempergunakan kekuatan
maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya. Dalam hal
ini, dapat dinyatakan bahwa daya ledak otot sama dengan kekuatan kali
kecepatan. Seperti dalam lompat tinggi, tolak peluru, serta gerakan lain yang
bersifat explosive (Sajoto,1995:8-9)
2.4.4 Kecepatan
Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan
berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya seperti lari cepat, pukulan dalam tinju, balap sepeda dan lain-lain
(Sajoto,1995:9)
14
2.4.5 Daya Lentur / Kelentukan / Flexibility
Daya Lentur adalah efektivitas seseorang dalam penyesuaian diri untuk
segala aktivitas pengeluaran tubuh yang luas. Hal ini akan sangat mudah ditandai
untuk memperbaiki kelenturan dan memelihara kelenturan tubuh maka kita harus
menggerakan persendian kita pada daerah yang maksimal secara teratur (Sadoso
Sumarsono, 1992:21)
Daya Lentur adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam rung
gerak sendi. Dengan demikian orang yang fleksibel adalah orang yang
mempunyai otot-otot yang elastis (Harsono,1988:163)
2.4.6 Kelincahan
Kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk mengubah posisi di arena
tertentu. Seseorang mampu mengubah satu posisi yng berbeda dalam kecepatan
tinggi dengan koordinasi yang baik berarti kelincahan cukup baik (Sajoto,1995:9)
2.4.7 Koordinasi
Koordinasi adalah kemampuan seseorang untuk mengintegrasi
bermacam-macam gerakan yang berbeda kedalam pola gerakan yang komplek
secara mulus tanpa pengeluaran energi yang berlebihan (Harsono,1988:221)
15
2.4.8 Keseimbangan
Keseimbangan adalah kemampuan seseorang untuk mempertahankan
sistem neuromuskuler tersebut dalam satu posisi dalam sikap efisien selagi kita
bergerak (Harsono,1988:223)
2.4.9 Ketepatan
Ketepatan adalah Kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerak-
gerak bebas terhadap suatu sasaran. Sasaran ini dapat merupakan suatu jarak yang
mungkin suatu obyek langsung yang harus dikenai oleh salah satu bagian tubuh
(Sajoto,1995:9)
2.4.10 Reaksi
Reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya
dalam menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indra, syaraf atau feeling
lainnya seperti dalam mengantisipasi datangnya bola harus ditangkap dan lain-lain
(Sajoto,1995:10)
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kondisi Fisik
2.5.1 Faktor Latihan
Latihan adalah proses yang sistematis dan berlatih atau bekerja yang
dilakukan secara berulang-ulang dengan penambahan beban latihan atau
pekerjaan. Untuk penambahan beban latihan harus memenuhi prinsip-prinsip yang
sesuai dengan tujuan latihan. Prinsip-prinsip beban latihan dilakukan agar
16
pemberian dosis latihan dapat dilaksanakan secara tepat dan tidak merusak atlet
(Harsono, 1988:101).
Selain penambahan beban latihan frekuensi latihan juga harus
diperhatikan untuk meningkatkan prestasi atlet. Frekuensi latihan yang baik
dilakukan empat kali dalam seminggu agar atlet tidak mengalami kelelahan yang
kronis.
Dalam olahraga prestasi latihan harus mempunyai tujuan yang pasti,
mempunyai prinsip latihan serta berpengaruh terhadap cabang olahraga yang
diikutinya, bahkan ada pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan latihan
adalah peningkatan prestasi yang maksimal, peningkatan kesehatan dan
peningkatan kondisi fisik.
2.5.2 Prinsip-prinsip Beban Lebih (overload)
Prinsip overload adalah prinsip latihan dasar yang paling penting, oleh
karena itu tanpa penerapan prinsip ini dalam latihan tidak mungkin prestasi atlet
akan meningkat. Prinsip ini mengatakan bahwa beban latihan yang diberikan
kepada atlet haruslah cukup berat dan bengis, serta harus diberikan berulang-ulang
dengan intensitas yang cukup tinggi. Strees fisik dapat ditimbulkan karena
penambahan beban berlebih Dengan menggunakan prinsip overload maka
kelompok otot akan berkembang kekuatannya secara efektif. Penggunaan beban
secara overload akan merangsang penyesuaian fisiologis dalam tubuh yang
mendorong meningkatnya kekuatan otot (M. Sajoto, 1995: 30).
17
Penambahan beban harus merupakan stimulasi atlet, penambahan
kenaikan beban latihan harus dilakukan tahap demi tahap secara teratur. Misalnya
dalam pencak silat untuk latihan prinsip overload dalam kekuatan kaki yang
fungsinya untuk kekuatan tendangan dan kecepatan, caranya pemberian beban
pemberat pada kaki, dan untuk melatih kekuatan lengan yang fungsinya dalam
pencak silat untuk pukulan yaitu dengan cara angkat besi dan push-up.
2.5.3 Faktor Istirahat
Tubuh akan merasa lelah setelah melakukan aktivitas, hal ini disebabkan
oleh pemakaian tenaga untuk aktivitas yang bersangkutan. Untuk mengembalikan
tenaga yang dipakai, diperlukan istirahat. Dengan istirahat tubuh akan menyusun
kembali tenaga yang hilang.
Istirahat harus diatur sedemikian rupa untuk mengatur antara istirahat
dengan aktivitas yang dilakukan. Istirahat yang paling baik adalah tidur, dengan
tidur diharapkan kondisi fisik yang lelah akan merasa bugar kembali.
2.5.4 Faktor Kebiasaan Hidup Sehat
Kondisi fisik yang baik harus didukung kesegaran jasmani yang baik
pula. Dengan kebiasaan hidup yang sehat maka seseorang akan jauh dari segala
bibit penyakit yang menyerang. Dalam kehidupan kita sehari-hari harus
memperhatikan dan menerapkan cara hidup sehat antara lain:
2.5.4.1 Makanan yang dikonsumsi harus mengandung empat sehat lima sempurna.
18
2.5.4.2 Menghindari rokok dan minuman keras dan selalu menjaga kebersihan
pribadi dan kebersihan Iingkungan.
2.5.5 Faktor Lingkungan
Lingkungan adalah tempat dimana seseorang itu tinggal dalam waktu
yang lama, dalam hal ini menyangkut lingkungan fisik serta sosial, mulai dari
lingkungan perumahan, lingkungan pekerjaan daerah tempat tinggal dan
sebagainya. Kualitas kesehatan seseorang dapat dilihat dengan keadaan status
kesegaran jasmaninya, keadaan lingkungan yang bersih.
2.5.6 Faktor Makanan dan Gizi
Untuk memperbaiki makanan seseorang atau atlet sesuai dengan tenaga
yang dibutuhkan selama latihan atau melakukan suatu aktivitas. Untuk seorang
atlet membutuhkan 25-35% lemak, 15% protein , 50-60% hidrat arang dan
vitamin serta mineral lainnya. Jadi untuk pembinaan kondisi fisik dibutuhkan
banyak makanan yang mengandung gizi yang mengadung unsur-unsur: protein,
lemak, garam-garam mineral, vitamin dan air.
2.5.6.1 Protein
Ada dua macam jenis protein yaitu protein nabati dan protein hewani.
Protein hewani adalah protein yang berasal dan hewan sedangkan protein nabati
adalah protein yang berasal dan tumbuh-tumbuhan.
19
Protein berfungsi sebagai bahan pembangun tubuh untuk pertumbuhan,
dan mengganti bagian tubuh yang rusak, membuat enzim, hormon, pigmen dan
penghasil kalori. Protein mengandung unsur karbon (C) maka protein dapat pula
berperan sebagai zat tenaga, zat pembakar apabila kebutuhan tubuh akan kalori
tidak dapat dipenuhi oleh hidrat arang dan lemak. Apabila protein digunakan
sebagai zat tenaga atau zat pembakar maka protein tidak dapat digunakan scbagai
bahan pembentuk sel-sel tubuh (Asmira Sutarno, 1980: 25).
Selain itu protein juga berfungsi dalam mekanisme pertahanan tubuh
melawan berbagai mikroba dan zat toksin lain yang datang dari luar dan masuk
kedalam melleu interiur tubuh (Ahmad Djaeni Sedia Oetama, 1996:75).
Sehingga dapat disimpulkan sebagai zat pembangun protein juga dapat
berfungsi sebagai sumber serta pertahanan tenaga bagi tubuh, ini berarti protein
berperan terhadap peningkatan kondisi fisik.
2.5.6.2 Lemak
Lemak merupakan bahan makanan yang memberi kalori. Lemak juga
berfungsi sebagai pelarut vitamin A, D, E dan K. Lemak berfungsi pula sebagai
pelindung terhadap perusak mekanis. Lemak juga bertindak sebagai isolasi
rnencegah hilangnya panas yang terlalu cepat. Fungsi utama lemak adalah
memberi tenaga pada tubuh. Satu gram lemak dibakar dalam tubuh akan
menghasilkan sembilan kalori (Asmira Sutarno,1996:95)
Dengan demikian dapat disimpulkan selain sebagai pelarut vitamin dan
pelindung bagi tubuh lemak juga berperan sebagai penghasil kalori serta sebagai
20
penghasil energi yang turut menentukan peningkatan kondisi fisik seseorang atau
atlet.
2.5.6.3 Karbohidrat
Karbohidrat adalah zat makanan yang memberikan tenaga paling banyak.
Zat ini juga berfungsi sebagai oksidasi atau pembakaran lemak. Karena
karbohidrat maka penghancur protein sebagai tenaga berkurang, sehingga protein
banyak dimanfaatkan sebagai bahan pembangun.
Didalam tubuh karbohidrat merupakan sumber energi yang paling lemah,
karbohidrat yang tidak dapat dicerna, memberikan volume kepada 151 usus dan
rangsangan mekanis yang terjadi, melancarkan gerak peristaltik yang melancarkan
aliran bubur makan (chymus) melalui saluran pencernaan serta memudahkan
pembuangan tinja (De-feaksi) (Ahmad Djaeni Sedia Octama, 1996:36).
Dengan demikian karbohidrat dapat disimpulkan selain sebagai sumber
tenaga juga berfungsi sebagai pembakar lemak, sehingga berpengaruh kepada
peningkatan kondisi fisik seseorang atau atlet.
2.5.6.4 Vitamin
Vitamin berfungsi sebagai penjaga agar tubuh tetap normal. Pemenuhan
vitamin dalam tubuh haruslah tetap, sebab apabila kekurangan vitamin tertentu
akan menderita penyakit tertentu pula. Tetapi apabila kelebihan juga tidak
berfungsi. Kekurangan salah satu vitamin disebut avitaminosis. Fungsi utama
21
vitamin adalah untuk mengatur proses metabolisme protein, lemak dan hidrat
arang (Asmira Stitarno, 1980:28).
Sehingga dapat disimpulkan vitamin berperan sebagai pengatur
metabolisme dalam tubuh, dan orang yang metabolismenya normal dimungkinkan
memiliki kondisi fisik atau kesegaran jasmani yang baik.
2.5.6.5 Air
Tubuh sebagian besar terdiri dari air. Air di dalam tubuh, selain berfungsi
sebagai zat pembangun seperti telah disebutkan di atas, bahwa air merupakan
bagian dan jaringan-jaringan tubuh, air berfungsi pula sebagai zat pengatur, air
berperan antara lain sebagai zat pelarut hasil-hasil pencernaan makanan, sehingga
zat-zat yang diperlukan tubuh dapat diserap melalui dinding usus. Sebaliknya,
dengan adanya air sisi pencernaan dapat pula dikeluarkan dan tubuh, baik melalui
paru-paru, kulit, ginjal maupun melalui usus. Selain itu air juga berfungsi dalam
pengatur panas tubuh, dengan jalan mengalirkan panas yang dihasilkan ke seluruh
bagian tubuh. (Nancy Clark 2001:111)
Dengan demikian dapat dikatakan pelarut basil-basil pencernaan didalam
tubuh oleh air akan menjadikan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh dapat diserap
melalui dinding usus halus, sehingga air berfungsi sebagai pengatur metabolisme
hasil-hasil pencernaan kedalam jaringan sebagai hasil pembakaran zat-zat
makanan, yang nantinya akan berfungsi sebagai sumber tenaga. Jadi apabila
seseorang mempunyai metabolisme tubuh yang baik akan memungkinkan untuk
meningkatkan kondisi fisik seseorang atau atlet.
22
2.6 Pembinaan Fisik
Pembinaan fisik merupakan usaha peningkatan kondisi fisik agar
kemampuan fisik meningkat kekondisi fisik yang baik dan berguna untuk
melakukan aktivitas olahraga dalam mencapai prestasi (Soeharno HP,1986:21).
Usaha peningkatan kondisi fisik agar kemampuan fisik meningkat kondisi
yang baik dan berguna untuk mencapai prestasi, maka didalam latihan harus
memperhatikan prinsip-prinsip latihan. Adapun prinsip-prinsip latihan tersebut
adalah sebagai berikut:
2.6.1 Prinsip Beban Berlebih
Latihan harus menyebabkan penekanan fisik dan mental atlet. Beban
latihan yang dikerjakan oleh atlet sebaiknya atlet betul-betul merasakan berat,
kemudian timbul kelelahan fisik dan mental secara menyeluruh. Stres fisik dapat
ditimbulkan dengan jalan pemberian beban latihan yang lebih dari batas
kemampuan atlet (Suharno HP,1986:26).
Dengan menggunakan prinsip beban berlebih maka kelompok-kelompok
otot akan berkembang kekuatannya secara efektif. Penggunaan beban secara
berlebih akan merangsang penyesuaian fisiologis dalam tubuh yang mendorong
meningkatnya kekuatan otot (M. Sajoto,1995:30).
Secara faal tujuan setiap latihan adalah memberi beban atau stres pada
tubuh sehingga sebagai responnya akan timbul adaptasi. Bila adaptasi telah terjadi
artinya tubuh telah terbiasa dengan beban tersebut, maka tidak akan muncul
peningkatan kapasitas kecuali beban artinya agar timbul adaptasi baru yang lebih
23
baik. Beban berlebih dapat disusun berdasarkan frekuensi, intensitas dan lama
latihan
2.6.2 Prinsip Individualisasi
Prinsip individualisasi merupakan salah satu syarat yang penting dalam
latihan dan harus diterapkan kepada setiap atlet, sekalipun mereka mempunyai
tingkat prestasi yang sama. Seluruh konsep latihan haruslah disusun sesuai dengan
kekhususan setiap individu agar tujuan latihan dapat sejauh mungkin tercapai
(Harsono,1988:112).
Setiap atlet sebagai manusia yang terdiri dari jiwa dan raga pasti berbeda
dalam segi fisik, mental dan watak dan tingkat kemampuannya. Perbedaan-
perbedaan itu perlu diperhatikan oleh pelatih agar pemberian dosis latihan, metode
latihan dapat serasi untuk mencapai mutu prestasi tiap-tiap individu. Olahraga
yang bersifat regu, namun proses melatihnya pasti lewat individu-individu dari
anggota regu, dimana minta perhatian dalam hal fisik, mental, watak dan
kemampuannya (Suharno HP,1986:22).
2.6.3 Prinsip Spesialisasi
Program latihan dalam beberapa hal hendaknya bersifat khusus dan
latihan hendaknya dapat merangsang benar pada gerakan cabang olahraga yang
besangkutan. Misal dalam pencak silat ada aspek fisologis dan dalam aspek
fisologis yang nampak dominan khususnya untuk kategori tanding yaitu
kemampuan anaerobik lebih besar dari pada aerobik dengan perbandingan kurang
24
lebih 60:40. Oleh sebab itu komponen yang diharapkan dimiliki atlet adalah
kecepatan, reaksi, kelincahan, koordinasi, kekuatan, daya tahan dan didukung
dengan komponen keseimbangan, kelentukan dan ketepatan.(Johansyah Lubis
2004:78)
Atlet yang menekuni cabang olahraga, tujuan secara motif biasanya
adalah melakukan spesialisasi dalam cabang olahraga tersebut. Spesialisasi berarti
mencurahkan segala kemampuan baik fisik maupun psikis pada satu cabang
olahraga tertentu (Harsono,1988:109).
2.6.4 Prinsip Kenaikan Beban Secara Teratur
Latihan makin lama makin meningkat beratnya, tetapi kenaikan beban
latihan harus sedikit demi sedikit. Hal ini penting untuk menjaga agar tidak terjadi
over training dan proses adaptasi atlet terhadap loading akan terjamin
keteraturannya. Loading diperberat setingkat demi setingkat dengan merubah
salah satu atau semua ciri-ciri loading seperti:intensity, volume, recovery,
frequency, dan lain-lain. Kenaikan beban yang melincat dari beratnya akan
mengakibatkan terjadinya overtraining dan penghentian prestasi atlet (Suharno
HP,1986:21).
Bila otot telah menerima beban yang berlebihan maka perlu adanya
program latihan weight training. Bila kekuatan sudah bertambah perlu
penambahan yang dilakukan bila otot yang dilatih belum mersa letih pada satu sel
dengan repetisi yang ditentukan (M. Sajoto,1995:30).
25
2.6.5 Prinsip Pengaturan Latihan
Latihan berbeban hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga kelompok
otot besar terlebih dahulu yang dilatih sebelum otot kecil. Hal ini dilaksanakan
agar kelompok otot kecil tidak akan mengalami kelelahan terlebih dahulu. Dengan
demikian program latihan hendaknya diatur agar tidak terjadi dua bagian otot pada
tubuh yang sama mendapat dua kali latihan secara beruntun (M.Sajoto,1995:31).
Semua perubahan dalam tubuh kita setelah suatu aktivitas fisik selalu
menganut asas interpedensi (saling ketergantungan) antara semua organ dan
sistem tubuh manusia dan antara proses-proses faaliah dengan psikologis
(Harsono,1988:109).
2.7 Pembinaan Fisik Atlet Pencak Silat
Pembinaan fisik atlet pencak silat merupakan pembentukan kondisi fisik
yang sudah bersifat khusus pada cabang olahraga. Komponen-komponen kondisi
fisik yang perlu dibina dalam pencak silat antara lain:
2.7.1 Bentuk Latihan Kekuatan (Strenght)
Ada dua cara kerja otot dalam menggunakan kekuatan yaitu kekuatan
dinamik dan kekuatan statik. Kekuatan dinamik adalah bila otot bekerja atau
berkontaraksi terjadi otot memendek atau memanjang. Kerja otot semacam ini
disebut dengan istilah ”kontraksi isotonik”, sedangkan kekuatan statik bila
berkontraksi tanpa perubahan panjang otot. Kerja otot seperti ini disebut dengan
”kontraksi isometrik” (Garuda Emas, 2000:13-14)
26
Latihan yang menggunakan beban berat badan maupun beban dari luar
sebagai tahanan merupakan suatu cara yang baik untuk memulai latihan kekuatan.
Latihan denga menggunakan tahanan berat badan dapat berupa: push-up, sit-up,
back-up dan squat jump. Sedangkan latihan dengan tahanan dari luar dapat berupa
weight training yaitu latihan-latihan yang sistematis, dimana beban hanya dipakai
sebagai alat untuk menambah tahanan terhadap kontraksi otot, untuk mencapai
tujuan tertentu. Misalnya unsur yang nampak dalam pencak silat yaitu frekuensi
pukulan, tangkisan dan tendangan.
2.7.2 Bentuk Latihan Daya Tahan (Endurance)
Daya tahan merupakan keadaan atau kondisi tubuh yang mampu untuk
bekerja dalam jangka waktu ynag lama, tanpa mengalami kelelahan yang
berlebihan setelah menyelesaikan pekerjaan tersebut. Daya tahan yang dimaksud
adalah menyangkut unsur sirkulasi (peredaran darah) dan unsur respirasi
(pernafasan) atauu yang sering dikenal dengan sistem cardiorespiratory
(Harsono,1988:155)
Oleh karena batasan daya tahan adalah kemampuan untuk bekerja atau
berlatih dalam waktu yang lama, maka latihan-latihan untuk mengembangkan
komponen daya tahan haruslah sesuai dengan batasan tersebut, yaitu bahwa
latihan-latihan yang dipilih haruslah berlangsung untuk waktu yang lama. Bentuk-
bentuk latihan daya tahan antara lain:
27
2.7.2.1 Fartlek
Adalah suatu latihan daya tahan untuk membangun, mengembalikan
atau memelihara kondisi tubuh seseorang. Fartlek adalah sistem latihan yang
sangat baik untuk semua cabang olahraga, terutama untuk cabang olahraga yang
memerlukan daya tahan. Fartlek dilakukan biasanya dialam terbuka dan dimulai
dengan lari lintas alam (cross country). Fartlek dimulai dengan lari lambat-lambat
yang kemudian divariasi dengan sprint-sprint pendek yang intensif dan dengan
lari jarak menengah dengan kecepatan yang konstan yang cukup tinggi, kemudian
diselinggi dengan joging dan sprint lagi dan sebagainya. Variasi tempo lari dapat
dilakukan oleh atlet tergantung dari kondisi atlet. Oleh karena harus berlari di
alam terbuka yang lapangannya bervariasi dalam topografinya dan dengan
pemandangan alam yang berubah-ubah, maka hal ini dapat memperlambat
datangnya lelah (Harsono,1988:155).
2.7.2.2 Interval Training
Adalah suatu bentuk latihan daya tahan yang diselingi oleh interval-
interval yang berupa masa-masa istirahat. Interval training sangat dianjurkan oleh
karena memang hasilnya sangat positif bagi perkembangan daya tahan maupun
stamina atlet. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menyusun
interval training yaitu:
a. Lamanya latihan
b. Beban atau intensitas latihan
28
c. Ulangan (repetisi) melakukan latihan
d. Masa istirahat (recovery interval) setelah setiap repetisi latihan
(Harsono,1988:56).
2.7.3 Bentuk Latihan Kecepatan (Speed)
Kecepatan adalah kemampuan dari pada reaksi otot yang ditandai
dengan perubahan antara kontraksi dan relaksasi untuk menuju frekuensi
maksimal. Latihan kecepatan sering menggunakan pembebanan sehingga
diperlukan latihan-latihan kekuatan yang mendahuluinya. Bentuk latihan-latihan
kecepatan antara lain:
a. Interval trainning
b. Lari akselerasi yaitu lari dimulai dengan tempo lambat makin lama makin
cepat
c. Uphill dan down hill yaitu lari naik turun bukit untuk memgembangkan
dynamic strenght otot-otot tungkai dan untuk melatih kecepatan frekuensi
gerak kaki (Sujarwo,1981:121).
2.7.4 Bentuk Latihan Kelentukan (Flexibility)
Kelentukan dalam olahraga biasanya mengacu kepada gerak sendi atau
sendi-sendi tubuh. Kelentukan dapat dikembangkan melalui latihan-latihan
peregangan otot dan latihan-latihan memperluas ruang gerak sendi-sendi. Bentuk-
bentuk latihan yang dapat dipakai untuk mengembangkan kelentukan atau
fleksibilitas antara lain:
29
2.7.4.1 Peregangan Dinamis
Peregangan dinamis biasanya dilakukan deigan menggerakkan tubuh
atara anggota-anggota tubuh secara ritmis (berirama) dengan gerakan-gerakan
memutar atau memantul-mantulkan aggota tubuh, sedemikian rupa sehingga otot-
otot terasa teregangkan dan yang maksudnya ialah secara bertahap meningkatkan
secara progresif ruang gerak sendi-sendi (Harsono, 1988: 164).
Peregangan dinamis kurang efcktif apabila dipakat untuk melatih
memperluas ruang gerak sendi dan untuk membuat otot elastis, akan tetapi
peregangan dinamis tetap akan efektif apabila dipergunakan untuk latihan
pemanasan badan (warm-up). OIeh karena itu dalam warming-up dianjurkan
untuk tetap mempergunakan latihan-latihan peregangan dinamis.
2.7.4.2 Peregangan Statis
Peregangan statis dilakukan dengan mengambil sikap sedemikian rupa
sehingga meregangkan suatu otot tertentu. Misalnya sikap berdiri dengan tungkai
lurus, badan dibungkukan tangan menyentuh lantai. Sedemikian untuk
meregangkan otot paha belakang.
Kedua metode peregangan diatas harus disesuaikan penerapanmya
dengan kebutuhan. Peregangan dinamis cocok diterapkan dalam warming-up
sebelum melakukan aktivitas atau latihan lebih intensif. Akan tetapi apabila inti
acara latihan penekanannya adalah pada latihan fleksibilitas, jadi untuk
memperluas ruang gerak sendi, maka latihan dengan peregangan statis yang lebih
sesuai (Harsono,1988:169).
30
2.7.5 Bentuk Latihan Kelincahan (Agility)
Kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah posisi di area tertentu
dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik. Kelincahan melibatkan
interaksi dan berbagai unsur lain seperti kecepatan reaksi, kekuatan dan
ketampilan motorik. Bentuk-bentuk latihan kelincahan meliputi:
Lari rintangan yaitu lari melalui berbagai rintangan yang dipasang baik
dengan jalan melompati atau menerobos dan bawah rintangan.
Lari berbelok-belok (zig zag) yaitu berlari secepat-cepatnya melalui
tonggak-tonggak yang dipasang pada jarak tertentu.
1. Lari bolak-balik (shutle run)
2. Squat trusht atau modifikasinya.
(Harsono, 1988:172-1 73).
2.7.6 Bentuk Latihan Daya Otot (Muscular Power)
Unsur penting dalam power yaitu kekuatan otot dan kecepatan otot
dalam menggerakkan tenaga maksimal untuk mengatasi tahanan. Pelatihan
plyometrik adalah cara yang sangat efektif dalam mengkombinasikan kecepatan
dan kekuatan. (Brittenham, 1998:59).
2.7.7 Tes dan Pengukuran Kondisi fisik
Tingkat kondisi fisik sesorang dapat diketahui dengan mengadakan tes
kondisi fisik. Dalam penelitian ini digunakan tes dan pengukuran kemampuan
kondisi fisik atlet nasional yang diturunkan menjadi norma atlet daerah atau
propinsi. Contoh hasil tes atlet nasional sedang(S), maka untuk atlet daerah atau
propinsi hasilnya baik(B). Dalam pelaksanaannya tes kemampuan fisik
31
disesuaikan dengan cabang olahraganya dalam hal ini,cabang pencak silat yang
dikakukan dengan cara baterai tes maksudnya tes dilakukan secara urut tidak
boleh secara acak yang terdiri dari; 1) lari 30 meter, 2) sit-up, 3) pull-up, 4) duduk
pada tembok, 5) loncat dada, 6) lari bolak-balok 4 X 5 meter, 7) duduk berlunjur
dan meraih, 8) lari 15 menit tes balke/ bleep tes.(Harsuki,2003:325)
2.7.7.1 Petunjuk Pelaksanaan Butir Tes
Untuk menentukan nilai secara keseluruhan kondisi fisik atlet, dilakukan
dengan cara :
1. Lari 30 meter
a. Tujuan untuk mengukur kecepatan lari mengukr kecepatan lari menempuh
jarak 30 meter
b. Alat peralatan
1) Lapangan datar jarak minimal 40 m, dibatasi garis start dan garis finish
jarak 30 m.
2) Stopwatch,bolpoint dan formulir
3) Bendera start
4) Lintasan lari lebar 1,22 cm, buat beberapa lintasan
5) Tester
6) 1 orang tester
7) Pengambil waktu sesuai kebutuhan
8) 1 orang pencatat waktu
c. Pelaksanaan
Dengan aba-aba siap testi siap lari dengan start berdiri, setelah aba-aba
yaak testi lari secepatnya menempuh jarak 30m sampai melewati garis finish.
32
Lakukan test lari tersebut dua kali, setelah selang pelari berikutnya/kelompok
berikutnya. Kecepatan lari yang terbaik yang dihitung
Tabel 2.1 Norma Atlet Daerah/Propinsi lari 30 meter
Kriteria Putra Putri
BS 3.92 - 4.34 4.51 - 4.96
B 4.35 - 4.72 4.97 - 5.40
S 4.73 - 5.11 5.41 - 5.86
K 5.12 - 5.50 5.86 - 6.30
(Harsuki,2003:330)
2. Sit-up
Tujuan test ini mengukur daya tajan kekuatan otot-otot perut
a. Alat peralatan
• Lantai datar atau matras
• Bolpoint dan formulir
• Stopwatch
• Alat penghitung
b. Tester
• 1 orang pemegang stopwatch dan pengambil waktu
• Pengawas merangkap penghitung dan pencatat hasil, jumlah pengawas
sesuai kebutuhan
c. Pelaksanaan
Testi berbaring terlentang, kedua tangan dibelakang tengkuk, kedua siku
lurus kedepan. Kedua lutut ditekuk, kedua tapak kaki tetap dilantai,
33
bersama aba-aba yaak testi siap melaksanakan dan stopwatch dijalankan,
lakukan sebanyak mungkin selama 1 menit
Tabel 2.2 Norma Atlet Daerah/Propinsi sit-up
Kriteria Putra Putri
BS 54 – 69 48 - 60
B 38 – 53 35 - 47
S 22 – 37 22 - 34
K 21 – 36 9 - 21
(Harsuki,2003:331)
3. Pull-up (putra) / BST(putri)
a. Test ini bertujuan untuk mengukur daya tahan kekuatan otot-otot lengan
dan bahu
b. Alat Peralat
• Palang tunggal tiang 2,5-3,0 m, garis tengah 3-5 cm
• Bolpoint dan formolir
• taly counter / alat penghitung
• Bangku untuk dipindah-pindah
• Kapur/magnesium karbonat
c. Tester
1 0rang pengawas sekaligus penghitung dan pencatat
d. Pelaksanaan
Tes berdiri dibawah paling tunggal, meloncat lalu bergantung atau berdiri
di atas kursi lalu bergantung peganan ke depan . Setelah itu testi segera
34
membengkokkan kedua lengan dan mengangkat tubuh sampai dagu berada
di atas palang tunggal, kemudian kembali bergantung dengan kedua
lengan lurus, pull-up dilakukan sebanyak mungkin dalam waktu 1 menit
Tabel 2.3 Norma Atlet Daerah/Propinsi pull-up
Kriteria Putra Putri
BS 17 – 23 40 - 59
B 10 – 16 21 - 39
S 3 – 9 2 - 20
K 2 1
(Harsuki,2003:332)
4. Duduk Pada Tembok
a. Tujuan untuk mengukur daya tahan kekuatan otot paha
b. Alat Peralatan
• Tembok/papan tegak
• Stopwatch, bolpoint, dan formulir
c. Test
• Seorang pencatat waktu
• Pengambil waktu sekaligus pengawas sesuai kebutuhan
d. Pelaksanaan
Pada aba-aba bersedia testi berlari medekat tembok. Pada aba-aba siap
testi menempatkan kedua tapak kaki sejajar ± 20 cm dan lurus kedepan,
pantat merapat ketembok, tungkai bawah tegak lurus, paha mendatar
sehingga tungkai bawah dan paha bersudut 90 derajat. Kedua lengan lurus
kebawah bersama mempertahankan sikap betul tersebut selama mungkin.
35
Tabel 2.4 Norma Atlet Daerah/Propinsi duduk pada tembok
Kriteria Putra Putri
BS 4:21 - 5:20 4:01 – 5:00
B 3:21 – 4:20 3:01 – 4:00
S 2:21 – 3:20 2:01 – 3:00
K 1:21 – 2:20 1:01 – 2:00
(Harsuki,2003:336)
5. Loncat Dada
a. Tujuan mengukur Kekuatan otot-otot kaki dan pernafasan
b. Alat peralatan
• Tally counter
• Bolpoint dan formulir
• Stopwatch
c. Tester
• Pengambil waktu seorang
• Pengamat testi sesuai kebutuhan
d. Pelaksanaan
Setiap testi diamati seorang tester, dengan aba-aba bersedia testi berdiri
bebas mengambil tempat tidak saling mengganggu satu dan lainnya dalam
bentuk berbanjar. Dalam aba-aba siap testi siap untuk meloncat, testi
melakukan loncatan selama 1 menit
36
Tabel 2.5 Norma Atlet Daerah/Propinsi loncat dada
Kriteria Putra Putri
BS 91 – 122 40 - 59
B 60 – 90 21 - 39
S 29 – 59 2 - 20
K 30 13
(Harsuki,2003:339)
6. Lari Bolak Balik 4x5 meter
a. Tujuan untuk mengukur kelincahan seseorang mengubah posisi atau arah
b. Alat Peralatan
• Stopwatch sesuai kebutuhan
• Lintasan lari datar panjang minimal 10 m dengan garis batas jarak 5m
dengan setiap lintasan lebar 1,22m
c. Tester
• 1 orang tester dan pencatat waktu
• Pengambil waktu sesuai jumlah testi
d. Pelaksanaan
Pada aba-aba bersedia setiap testi berdiri di belakang garis atau garis
pertama di tengah lintasan. Pada aba-aba siap testi denagan start berdiri
siap lari dengan aba-aba yaak testi segera lari menuju kegaris kedua dan
setelah kedua kaki melewati garis kedua segera berbalik dan menuju ke
garis start. Lari dari garis start atau garis pertama menuju garis kedua dan
kembali ke garis start dihitung 1 kali, pelaksanaan lari dilakukan sampai
empat kalinya bolak balik sehingga menempuh jarak 40 m.
37
Tabel 2.6 Norma Atlet Daerah/Propinsi lari bolak balik 4x5m
Kriteria Putra Putri
BS 12.11 – 13.53 12.43 – 14.09
B 13.54 – 14.96 14.10 – 15.74
S 14.98 – 16.39 15.75 – 17.39
K 16.40 – 17.82 17.40 – 19.04
(Harsuki,2003:341)
7. Duduk Berjulur dan Meraih
a. Tujuan untuk mengukur kelentukan tubuh pada pinggul
b. Alat Peralatan
• Pita pengukur dalam cm dengan panjang minimal dua meter
• Tembok atau papan tegak lurus dengan lantai dasar
• Bolpoint dan formulir
c. Tester
1 orang pencatat
d. Pelaksanaan menduduki pita pengukur
Pita pengukur diletakkan lurus dilantai, dengan huruf 0(nol) pada tepi
tembok. Testi melepaskan sepatu dan kaos kaki, duduk berlunjur
menduduki pita pengukur: pantat, punggung, dan kepala merapat tembok,
kedua kaki lurus kedepan dengan kedua lutut lurus, panjang kaki dicatat
sampai cm penuh, kemudian testi meraih kedua lengan kedepan sejauh
mungkin dan menempatkan kedua jari-jari tangan pada pita sejauh
mungkin, tahap raihan minimal 3 detik
38
Tabel 2.7 Norma Atlet Daerah/Propinsi duduk berlunjur dan
meraih
Kriteria Putra Putri
BS 31 – 45 35 - 45
B 21 – 30 26 - 34
S 11 – 20 16- 25
K 1 – 10 1 - 15
(Harsuki, 2003:340)
8. Lari 15 menit balke / bleep tes
a. Tujuan untuk mengukur daya taha kerja jantung dan pernafasan atau dapat
pula untuk mengukur VO2 max
b. Alat Peralatan
• Lintasan lari dalam stadion atau lintasan datar panjang minimal 220
meter dengan batas-batas saetiap jarak 10 meter
• Stopwatch, bolpoint, dan formulir tester
c. Tester
• 1 orang starter merangkap pencatat waktu
• Pengawas merangkap menghitung jarak lari sesuai kebutuhan
d. Pelaksanaan
Pelaksanaan seperti lari 1.600 meter, hanya saja testi berusaha lari sejauh
mungkin dalam waktu 15 menit,setelah 15 menit stopwatch dihentikan dan
dengan bunyi peluit keras
VO2 max = 33,3 + ( jarak tempuh – 133) x 0.172 15
39
Tabel 2.8 Norma Atlet Daerah/Propinsi lari 15menit
Kriteria Putra Putri
BS 60.90 – 55.10 54.20 – 49.30
B 55.00 – 49.20 49.20 – 39.20
S 49.10 – 43.30 44.10 – 39.20
K 43.20 – 47.40 39.10 – 33.30
(Harsuki, 2003:344)
2.7.7.2 Petunjuk Penilaian Hasil Rangkaian Tes Kemampuan Fisik
Konversi Klasifikasi penilaian Setiap Butir Tes
Baik Sekali (BS) = 5
Baik (B) = 4
Sedang (S) = 3
Kurang (K) = 2
Kurang Sekali (KS) = 1
Klasifikasi Penilaian Seluruh Rangkaian Tes
5.0 = BS 2.8 - 2.9 = S-
4.8 - 4.9 = BS 2.4 - 2.7 = K+
4.4 - 4.7 = B+ 2.0 - 2.3 = K
4.0 - 4.3 = B 1.8 - 1.9 = K-
3.8 - 3.9 = B 1.4 - 1.7 = KS+
3.4 - 3.7 = S+ 1.0 - 1.3 = KS
3.0 - 3.3 = S
(Harsuki,2003:350)
40
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari individu yang dijadikan obyek penelitian
dan keseluruhan individu tersebut paling sedikit mempunyai sifat sama. Dalam
pengertian tersebut di atas maka populasi dalam pengertian ini adalah semua atlet
pencak silat Tapak Suci Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara.(Sutrisno
Hadi,1994:220)
3.2. Sampel dan Teknik Penarikannya.
Sampel yang digunakan adalah sebagai individu yang diselidiki. Sampel
adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah atlet pencak silat Tapak Suci Kecamatan Wanadadi
Kabupaten Banjarnegara yang berusia 13-18 tahun,sehingga teknik pengambilan
sampel ini menggunakan purposive total sampling yaitu peneliti hanya
mengambil atlet yang berusia 13-18 tahun. Teknik ini dilakukan karena beberapa
pertimbangan antara lain keterbatasan waktu, tenaga, dana sehingga tidak dapat
mengambil sampel yang lebih besar dan jauh, jumlah sampel dalam penelitian ini
ada 26 atlet. (Suharsimi Arikunto, 2002:117)
3.3. Waktu dan Tempat penelitian.
• Waktu : Pukul 08.00- selesai
• Hari dan Tanggal : Minggu,Tgl 29 Oktober 2006
40
41
• Tempat penelitian : Tes dilakukan di perguruan pencak silat Tapak
Suci Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara
3.4. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian (Suharsimi Arikunto,2002:96)
Dalam penelitian ini yang menjadi variable bebasnya adalah atlet Pencak
Silat Tapak Suci Usia 13-18 Tahun di Kecamatan Wanadadi Kabupaten
Banjarnegara,sedangkan variabel terikatnya adalah kondisi fisik
3.5. Teknik Pengumpulan Data.
Metode pengumpulan data merupakan faktor yang sangat penting dalam
sebuah penelitian, karena berhubungan langsung dengan data yang di
peroleh.Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data penelitian. Untuk memperoleh data sesuai maka
penelitian ini menggunakan metode survai dengan teknik tes(Suharsimi
Arikunto,2002:197).
3.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penelitian
Pada penelitian juga telah diusahakan untuk menghindari adanya
kernungkinan kesalahan selama melakukan penelitian sehubungan dengan
pengambilan data, maka di bawah ini dikemukakan adanya variabel yang
dikendalikan meliputi beberapa faktor dan usaha untuk menghindarinya. Adapun
faktor-faktor tersebut adalah:
42
3.6.1 Faktor Kesungguhan Hati
Kesungguhan hati dan tiap anak dalam melakukan kegiatan penelitian
tidak sama, sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian. Untuk
menghindarinya diupayakan agar untuk bersungguh-sungguh dalam melakukan
tes dengan ditunggui pelatihnya.
3.6.2 Faktor Cuaca
Karena pelaksanaan tes dilapangan, maka faktor cuaca sangat
diperhitungkan khususnya hujan yang dapat mengganggu jalannya penelitian. Bila
hal ini terjadi maka proses penelitian hari itu diganti dengan hari lain.
3.7. Teknik Analisis Data.
Metode analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
deskriftif prosentase. Adapun rumus yang digunakan:
Dp = Nn x 100 %
Keterangan:
Dp = Deskriftif prosentase
n = Jumlah nilai faktor faktual
N = Jumlah seluruh nilai jawaban ideal
% = Tingkat persentase yang dicapai
(Mohamad Ali,1993:20)
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Kondisi Fisik
Kondisi fisik atlet pencak silat Tapak Suci kecamatan Wanadadi
kabupaten Banjarnagara usia 13-18 tahun, hasil tes kondisi fisik atlet pencak silat
Tapak Suci kecamatan Wanadadi kabupaten Banjarnegara usia 13-18 tahun
dengan jumlah sampel 26 atlet dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Kondisi Fisik Atlet Pencak Silat Tapak Suci
kecamatan Wanadadi kabupaten Banjarnegara
Interval Nilai Jumlah (orang) Prosentase (%) Klasifikasi Deskripsi Kategori
4.8 – 4.9 0 0 BS 4.4 – 4.7 0 0 B+ Baik sekali
4.0 – 4.3 3 11.54 B 3.8 – 3.9 3 11.54 B Baik
3.4 – 3.7 8 30.77 S+ 3.0 – 3.3 11 42.31 S 2.8 – 2.9 1 3.85 S-
Sedang
2.4 – 2.7 0 0 K+ 2.0 – 2.3 0 0 K 1.8 – 1.9 0 0 K- 1.4 – 1.7 0 0 KS+ 1.0 – 1.3 0 0 KS
Kurang
Jumlah 26 100% (Sumber : Data diolah, 2006)
43
44
0.00
23.08
76.93
0.000
20
40
60
80%
BS BS S K
Gambar 4.1 grafik histrogram kondisi fisik atlet Pencak Silat usia 13-18 tahun
Berdasarkan data distribusi frekuensi dan histogam tersebut menunjukkan
bahwa tingkat kodisi fisik atlet pencak silat Tapak Suci kecamatan Wanadadi
kabupaten Banjarnegara usia 13-18 tahun yang menunjuk kriteria baik yaitu
23,08% yang mempunyai kriteria sedang sebesar 76,93%, sedangkan yang
mempunyai kondisi fisik kurang dan baik sekali 0,00%. Berdasarkan data tersebut
ini berarti kondisi fisik pencak silat Tapak Suci kecamatan Wanadadi kabupaten
Banjarnegara usia 13-18 tahun sebagian besar memiliki kriteria sedang.
Adapun rangkaian tes yang dilakukan untuk mengukur kemampuan fisik
tersebut meliputi lari 30 meter, sit-up, pull-ap (putra), bergantung siku tekuk
(putri), duduk pada tembok, loncat dada, lari bolak-bolak 4x5 meter, duduk
berlunjur dan meraih, serta lari 15 menit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
dari masing-masing rangkaian tes didapat data sebagai berikut :
45
1) Tes lari 30 menit
Tabel 4.2 Hasil tes lari 30 meter
Tujuan : Mengukur kecepatan
No Kriteria Frekuensi Prosentase 1 Baik sekali 2 7.7% 2 Baik 19 73.1% 3 Sedang 5 19.25% 4 Kurang 0 0% 5 Kurang sekali 0 0%
Jumlah 26 100%
Berdasarkan tabel di atas ditunjukkan bahwa tes lari 30 meter untuk
mengukur kecepatan di dapat 7,7% menunjukkan kategori baik sekali, 73,1%
termasuk kategori baik, 19,2% termasuk kategori sedang.
2) Tes sit-up
Tabel 4.3 Hasil tes sit-up
Tujuan : Mengukur daya tahan otot perut
No Kriteria Frekuensi Prosentase 1 Baik sekali 8 30.7% 2 Baik 7 26.9% 3 Sedang 10 38.5% 4 Kurang 1 3.8% 5 Kurang sekali 0 0%
Jumlah 26 100%
Berdasarkan tabel di atas ditunjukkan bahwa tes daya tahan otot perut
yang dilakukan dengan sit-up didapat 30,7% menunjukkan baik sekali 26,7%
menunjukkan kategori baik, 38,5% menunjukkan kategori sedang dan 3,8%
menunjukkan kategori kurang.
3) Tes pull-up (putra) dan bergantung siku tekuk (putri)
46
Tabel 4.4 Hasil tes pull-up dan bergantung siku tekuk
Tujuan : Mengukur daya tahan kekuatan otot-otot lengan dan bahu
No Kriteria Frekuensi Prosentase 1 Baik sekali 0 0.0% 2 Baik 4 15.4% 3 Sedang 22 84.6% 4 Kurang 0 0.0% 5 Kurang sekali 0 0.0% Jumlah 26 100%
Berdasarkan tabel di atas ditunjukkan bahwa tes pull-up dan
bergantung siku tekuk didapat 15,4% menunjukkan kategori baik, 84,6%
menunjukkan kategori sedang.
4) Tes duduk pada tembok
Tabel 4.5 Hasil tes duduk pada tembok
Tujuan : Mengukur kekuatan otot-otot paha
No Kriteria Frekuensi Prosentase 1 Baik sekali 0 0.0% 2 Baik 3 11.5% 3 Sedang 9 34.6% 4 Kurang 14 53.8% 5 Kurang sekali 0 0.0% Jumlah 26 100%
Berdasarkan tabel diatas ditunjukkan bahwa kekuatan otot-otot paha
yang dilakukan dengan tes duduk pada tembok didapat 11,5% menunjukkan
kategori baik, 34,6% menunjukkan kategori sedang dan 53,8% menunjukkan
kategori kurang.
47
5) Tes loncat dada
Tabel 4.6 Hasil tes loncat dada
Tujuan : Mengukur kekuatan otot-otot kaki dan pernafasan
No Kriteria Frekuensi Prosentase 1 Baik sekali 0 0.0% 2 Baik 5 19.2% 3 Sedang 16 61.2% 4 Kurang 5 19.2% 5 Kurang sekali 0 0.0% Jumlah 26 100%
Berdasarkan tabel di atas ditunjukkan bahwa tes kekuatan otot-otot kaki
dan pernafasan yang dilakukan dengan loncat dada didapat 19,2%
menunjukkan kategori 61,5% menunjukkan kategori sedang, 19,2%
menunjukkan kategori kurang.
6) Tes lari bolak balik 4x5 meter
Tabel 4.7 Hasil tes lari bolak balik 4x5 meter
Tujuan : Mengukur kelincahan
No Kriteria Frekuensi Prosentase 1 Baik sekali 11 42.3% 2 Baik 12 46.1% 3 Sedang 3 11.5% 4 Kurang 0 0.0% 5 Kurang sekali 0 0.0% Jumlah 26 100%
Berdasarkan tabel di atas ditunjukkan bahwa tes kelincahan yang
dilakukan dengan lari bolak-balik 4x5 meter didapat 42,3% dalam kategori
baik sekali, 46,1% dalam kategori baik, dan 11,5% menunjukkan kategori
sedang.
48
7) Tes duduk berlunjur dan meraih
Tabel 4.8 Hasil tes duduk berlunjur dan meraih
Tujuan : Mengukur kelentukan tubuh pada pinggul
No Kriteria Frekuensi Prosentase 1 Baik sekali 2 7.7% 2 Baik 20 76.9% 3 Sedang 4 15.4% 4 Kurang 0 0.0% 5 Kurang sekali 0 0.0% Jumlah 26 100%
Berdasarkan tabel di atas ditunjukkan bahwa tes kelentukan yang
dilakukan dengan duduk berlunjur dan meraih didapat 7,7% menunjukkan
kategori baik sekali, 76,9% menunjukkan kategori baik dan 15,4%
menunjukkan kategori sedang.
8) Tes lari 15 menit
Tabel 4.9 Hasil tes lari 15 menit
Tujuan : Mengukur VO2 max
No Kriteria Frekuensi Prosentase 1 Baik sekali 0 0.0% 2 Baik 8 30.8% 3 Sedang 11 42.3% 4 Kurang 7 26.9% 5 Kurang sekali 0 0.0% Jumlah 26 100%
Berdasarkan tabel di atas ditunjukkan bahwa kekuatan Vo2max yang
dilakukan dengan lari 15 menit didapat 30,8% menunjukkan kategori baik,
42,3% menunjukkan kategori sedang dan 26,9% menunjukkan kategori
kurang.
49
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian survai kondisi fisik atlet pencak silat Tapak
Suci usia 13-18 tahun di kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara yang
dilakukan dengan serangkaian tes kemampuan fisik yang dilakukan dengan cara
baterai tes maksudnya tes dilakukan secara urut tidak boleh secara acak didapat
hasil sebagai berikut :
4.2.1 Tes kecepatan yang dilakukan dengan lari 30 meter menunjukkan nilai
baik
4.2.2 Tes daya tahan otot perut yang dilakukan dengan sit-up menunjukkan nilai
sedang
4.2.3 Tes daya tahan kekuatan otot-otot lengan dan bahu yang dilakukan dengan
pull-up (putra) dan BST (Bergantung Siku Tekuk (putri)) menunjukkan
nilai sedang
4.2.4 Tes kekuatan otot paha yang dilakukan dengan duduk pada tembok
menunjukkan nilai kurang
4.2.5 Tes kekuatan otot kaki dan pernafasan yang dilakukan dengan loncat dada
menunjukkan nilai sedang
4.2.6 Tes kelincahan yang dilakukan dengan lari bolak-balik 4x5 meter
menunjukkan nilai baik
4.2.7 Tes kelentukan yang dilakukan dengan duduk berlunjur dan meraih
menunjukkan nilai baik
4.2.8 Tes VO2max dilakukan dengan lari 15 menit menunjukkan nilai sedang
50
Berdasarkan tes kondisi fisik atlet pencak silat Tapak Suci usia 13-18
tahun di Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara yang dilakukan secara
keseluruhan sebagian besar menunjukkan kategori sedang yaitu sebanyak 76,93%.
Hal ini dapat disebabkan beberapa faktor antara lain : 1) Program yang dilakukan
3 kali seminggu, 2) Program latihan fisik yang kurang terencana dengan baik, 3)
Usia mereka adalah dalam masa spesialisasi yang akan mulai awal presentasi
karena usia puncak prestasi sendiri dalam pencak silat yaitu antara 18-22 tahun.
latihan yang baik dilakukan 4 sampai 5 kali seminggu dengan harapan
akan terjadi adaptasi fisik terhadap beban latihan sehingga dapat dihindari
terjadinya cedera atau yang lainnya. Kondisi fisik sangat dibutuhkan untuk
mendukung penguasaan keterampilan teknik dan taktik dalam suatu cabang
olahraga khususnya dalam olahraga pencak silat. Dengan kondisi fisik yang baik
1) Ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung, 2) Ada
peningkatan dalam komponen kondisi fisik, 3) Ada gerak yang lebih baik pada
waktu latihan, 4) Ada waktu pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh
setelah latihan, 5) Ada respon yang cepat dari organisme tubuh
Dari 8 rangkaian tes kondisi fisik tersebut yang menunjukkan kategori
baik dan baik sekali adalah pada tes kelincahan (lari bolak-balik 4x5 meter).
Bahwa orang yang lincah dan posisi dengan cepat yang mempunyai kemampuan
mengubah arah dan posisi dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak,
tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya. Dalam
pencak silat hal ini dapat dilihat atau nampak dalam hindaran dan tangkisan
Dengan melihat hasil tes kelincahan atlet pencak silat Tapak Suci usia 13-
18 tahun di Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara yang menunjukkan
51
kategori baik dan baik sekali karena saat observasi peneliti menanyakan kepada
atlet mereka melakukan latihan mandiri karena mereka merasa latihan 3 kali
seminggu masih kurang sehingga dapat berpengaruh secara signifikan terhadap
kelincahan atlet pencak silat Tapak Suci usia 13-18 tahun di Kecamatan Wanadadi
Kabupaten Banjarnegara. Sedangkan dirangkaian tes yang lain hanya
menunjukkan nilai rata sedang, seperti contohnya pada tes daya tahan kerja
jantung dan pernafasan atau Vo2max.
Daya tahan umum (general endurance) adalah kemampuan seseorang
dalam mempergunakan sistem jantung, pernafasan dan peredaran darahnya secara
efektif dan efisien dalam menjalankan kerja terus menerus. Melihat hasil daya
tahan dan pernafasan yang dimiliki atlet pencak silat Tapak Suci usia 13-18 tahun
dalam kategori sedang, salah satu penyebabnya adalah frekuensi latihan 3 kali
seminggu belum mampu mengkondisikan Vo2max yang baik. Bahwa program
latihan 3 kali seminggu tidak efektif untuk melatih sistem cardiovaskuler. Sebab
untuk melatih daya tahan cardiovaskuler diperlukan waktu yang lama dengan
intensitas latihan makin lama makin meningkat sehingga dapat mendeti batas
training zone. Daya tahan diperlukan seorang atlet pencak silat pada saat
pertandingan sebab pertandingan pencak silat kategori tanding dilangsungkan 3
babak, setiap babak terdiri dari 2 menit bersih sehingga daya tahan cardiovaskuler
sangat diperlukan saat tanding.
Semakin tinggi VO2max yang dimiliki oleh setiap atlet, maka pelatih akan
terbuka menjalankan tempo permainan sesuai dengan yang diinginkan dan
berkorelasi positif dengan recovery atlet. Sehingga pemain akan cepat pulih saat
menghadapi pertandingan yang ketat dan melelahkan. Contoh latihan untuk
meningkatkan kemampuan VO2max antara lain 1) Fartlek merupakan sistem
52
latihan yang sangat baik untuk semua cabang terutama untuk olahraga yang
memerlukan daya tahan. 2) Interval training adalah suatu bentuk latihan daya
tahan yang diselingi oleh interval yang berupa masa-masa istirahat. Interval
training sangat dianjurkan sebab hasilnya sangat positif bagi perkembangan daya
tahan maupun stamina atlet.
Melihat hasil penelitian tersebut hendaknya pola pembinaan latihan fisik
atlet pencak silat Tapak Suci usia 13-18 tahun di Kecamatan Wanadadi Kabupaten
Banjarnegara perlu ditingkatkan, sebab kondisi fisik mempunyai peranan yang
sangat penting dalam pembinaan prestasi suatu cabang olahraga khususnya
pencak silat komponen-komponen dalam kondisi fisik hendaknya dilakukan
pembinaan latihan fisik sesuai dengan kapasitas yang dibutuhkan sehingga akan
mendapatkan hasil yang lebih baik.
53
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil simpulan
Bahwa Kondisi fisik atlet Pencak Silat Tapak suci usia 13-18 tahun di Kecamatan
Wanadadi Kabupaten Banjarnegara tahun 2006 dalam kategori sedang.
5.2 Saran
Dari simpulan penelitian maka saran yang diberikan pada penelitian ini
bahwa Atlet Pencak silat Tapak suci usia 13-18 tahun di Kecamatan Wanadadi
Kabupaten Banjarnegara tahun 2006 secara sadar dan memiliki motivasi untuk
berlatih fisik yaitu 4 kali seminggu dikarenakan latihan 3 kali seminggu kurang
efektif untuk peningkatan kondisi fisik dalam Pencak Silat.
53
54
DAFTAR PUSTAKA
Garuda Emas. 2000. Pemanduan dan Pembinaan Bakat Usia Dini. Jakarta:
komite Olahraga Nasional Indonesia. Hadi, Sutrisno, 1994. Methodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset. Harsono. 1986. Ilmu Coaching. Jakarta: KONI Pusat.. Harsuki. 2003. Perkembangan Olahraga Terkini. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Johansyah Lubis.2004.Pencak Silat Panduan Praktis.Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada Muhamad Ali. 1993. Strategi dan Penelitian Pendidikan. Bandung : Sarana Panca
Karya. M. Sajoto. 1988. Pembinaan Fisik dalam Olahraga. Jakarta : Depdikbud. M. Sajoto. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga.
Semarang: Dahara Price. M. Atok Iskandar dkk, 1992. Pencak Silat. Jakarta: Depdikbud Nancy Clark.2001.Petunjuk Gizi Untuk Setiap Cabang Olahraga.Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada. Rusli Lutan, dkk. 2000. Dasar-Dasar Kepelatihan. Jakarta : Depdikbud Sucipto. 2004. Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran Pencak
Silat. Jakarta : Diknas. Sugiyanto, Sudjarwo. 1991. Perkembangan Motorik. Jakarta : Depdikbud. .Suharno, HP. 1986. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta. Suharsimi Arikunto,2002.Prosedur Penelitian.Jakarta: Rineka Cipta Sadoso,Sumarsono.1994. Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam Olahraga.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Sedioetama Achmad Djaeni.1999. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat Soekarman.1987. Dasar Olahraga untuk Pembina, Pelatih dan Atlet. Jakarta: PT
Inti Idayu Pres
55
TABEL HASIL PENILAIAN LARI 30 METER
No Nama Hasil Kategori Konversi Nilai
1 Praba Titiswara 4.40 B 4 2 Neli Kusmiyati 5.75 S 3 3 Bangun N.Y.P 4.45 B 4 4 Olan Budi Wardana 4.50 B 4 5 Adina Kuswardini 5.60 S 3 6 Aditya Aji S 4.05 BS 5 7 Harisya W 4.48 B 4 8 Asri Yanti 5.52 B 4 9 Lukmanul Hakim 4.60 B 4 10 Heppy Saputra 4.70 B 4 11 Dewi R.C 5.01 B 4 12 Monanisa M 5.49 S 3 13 M Syaifful Rofik 4.58 B 4 14 Sugiyanto 4.50 B 4 15 Heni Wijayanti 5.70 S 3 16 Anisa Pangestina 5.10 B 4 17 Bayu Widiatmoko 4.64 B 4 18 Kusnul Khotimah 5.15 B 4 19 Widi Julianto 4.20 BS 5 20 Agus Prasetyo 4.53 B 4 21 Dwi Prasetiyani 5.20 B 4 22 Agung A.R 4.60 B 4 23 Suswanto 4.71 B 4 24 Ade Firmansyah 4.46 B 4 25 Windi Safitri 5.35 B 4 26 Suyanti 5.48 S 3
TABEL HASIL PENILAIAN SIT-UP
No Nama Hasil Kategori Konversi Nilai
1 Praba Titiswara 40 B 4 2 Neli Kusmiyati 25 S 3 3 Bangun N.Y.P 55 BS 5 4 Olan Budi Wardana 48 B 4 5 Adina Kuswardini 25 S 3 6 Aditya Aji S 39 B 4 7 Harisya W 54 BS 5 8 Asri Yanti 24 S 3 9 Lukmanul Hakim 53 B 4 10 Heppy Saputra 55 BS 5 11 Dewi R.C 23 S 3 12 Monanisa M 25 S 3 13 M Syaifful Rofik 56 BS 5 14 Sugiyanto 52 B 4 15 Heni Wijayanti 25 S 3 16 Anisa Pangestina 35 B 4 17 Bayu Widiatmoko 55 BS 5 18 Kusnul Khotimah 25 S 3 19 Widi Julianto 54 BS 5 20 Agus Prasetyo 48 B 3 21 Dwi Prasetiyani 22 S 3 22 Agung A.R 56 B 5 23 Suswanto 45 B 4 24 Ade Firmansyah 55 B 5 25 Windi Safitri 21 B 2 26 Suyanti 22 S 3
TABEL HASIL PENILAIAN PULL-UP&BST
No Nama Hasil Kategori Konversi Nilai
1 Praba Titiswara 4.40 B 4 2 Neli Kusmiyati 5.75 S 3 3 Bangun N.Y.P 4.45 B 4 4 Olan Budi Wardana 4.50 B 4 5 Adina Kuswardini 5.60 S 3 6 Aditya Aji S 4.05 BS 5 7 Harisya W 4.48 B 4 8 Asri Yanti 5.52 B 4 9 Lukmanul Hakim 4.60 B 4 10 Heppy Saputra 4.70 B 4 11 Dewi R.C 5.01 B 4 12 Monanisa M 5.49 S 3 13 M Syaifful Rofik 4.58 B 4 14 Sugiyanto 4.50 B 4 15 Heni Wijayanti 5.70 S 3 16 Anisa Pangestina 5.10 B 4 17 Bayu Widiatmoko 4.64 B 4 18 Kusnul Khotimah 5.15 B 4 19 Widi Julianto 4.20 BS 5 20 Agus Prasetyo 4.53 B 4 21 Dwi Prasetiyani 5.20 B 4 22 Agung A.R 4.60 B 4 23 Suswanto 4.71 B 4 24 Ade Firmansyah 4.46 B 4 25 Windi Safitri 5.35 B 4 26 Suyanti 5.48 S 3
TABEL HASIL PENILAIAN DUDUK PADA TEMBOK
No Nama Hasil Kategori Konversi Nilai
1 Praba Titiswara 2.51 S 3 2 Neli Kusmiyati 2.18 S 3 3 Bangun N.Y.P 2.17 K 2 4 Olan Budi Wardana 2.56 S 3 5 Adina Kuswardini 2.21 S 3 6 Aditya Aji S 3.21 B 4 7 Harisya W 1.56 K 2 8 Asri Yanti 1.23 K 2 9 Lukmanul Hakim 1.43 K 2 10 Heppy Saputra 2.22 S 3 11 Dewi R.C 1.23 K 2 12 Monanisa M 1.46 K 2 13 M Syaifful Rofik 2.46 S 3 14 Sugiyanto 2.56 S 3 15 Heni Wijayanti 1.37 K 2 16 Anisa Pangestina 3.25 B 4 17 Bayu Widiatmoko 1.36 K 2 18 Kusnul Khotimah 2.04 S 3 19 Widi Julianto 3.43 B 4 20 Agus Prasetyo 2.07 K 2 21 Dwi Prasetiyani 1.19 K 2 22 Agung A.R 3.08 S 3 23 Suswanto 2.18 K 2 24 Ade Firmansyah 1.24 K 2 25 Windi Safitri 1.16 K 2 26 Suyanti 2.18 K 2
TABEL HASIL PENILAIAN LONCAT DADA
No Nama Hasil Kategori Konversi Nilai
1 Praba Titiswara 45 S 3 2 Neli Kusmiyati 49 S 3 3 Bangun N.Y.P 84 B 4 4 Olan Budi Wardana 72 B 4 5 Adina Kuswardini 44 K 2 6 Aditya Aji S 25 K 2 7 Harisya W 55 S 3 8 Asri Yanti 47 S 3 9 Lukmanul Hakim 46 S 3 10 Heppy Saputra 48 S 3 11 Dewi R.C 52 S 3 12 Monanisa M 49 S 3 13 M Syaifful Rofik 81 B 4 14 Sugiyanto 68 B 4 15 Heni Wijayanti 51 S 3 16 Anisa Pangestina 89 B 4 17 Bayu Widiatmoko 48 S 3 18 Kusnul Khotimah 35 K 2 19 Widi Julianto 52 S 3 20 Agus Prasetyo 28 K 2 21 Dwi Prasetiyani 33 K 2 22 Agung A.R 34 S 3 23 Suswanto 41 S 3 24 Ade Firmansyah 37 S 3 25 Windi Safitri 48 S 3 26 Suyanti 54 S 3
TABEL HASIL PENILAIAN LARI BOLAK-BALIK 4 X 5 METER
No Nama Hasil Kategori Konversi Nilai
1 Praba Titiswara 13.59 B 4 2 Neli Kusmiyati 14.96 B 4 3 Bangun N.Y.P 14.40 B 4 4 Olan Budi Wardana 14.30 B 4 5 Adina Kuswardini 15.37 B 4 6 Aditya Aji S 13.30 BS 5 7 Harisya W 14.11 B 4 8 Asri Yanti 15.41 S 3 9 Lukmanul Hakim 13.21 B 4 10 Heppy Saputra 13.57 B 4 11 Dewi R.C 14.88 B 4 12 Monanisa M 15.67 B 4 13 M Syaifful Rofik 13.51 BS 5 14 Sugiyanto 12.51 BS 5 15 Heni Wijayanti 16.27 S 3 16 Anisa Pangestina 14.88 B 4 17 Bayu Widiatmoko 12.71 BS 5 18 Kusnul Khotimah 13.50 BS 5 19 Widi Julianto 13.18 BS 5 20 Agus Prasetyo 13.40 BS 5 21 Dwi Prasetiyani 15.71 B 4 22 Agung A.R 13.40 BS 5 23 Suswanto 13.33 BS 5 24 Ade Firmansyah 13.27 BS 5 25 Windi Safitri 14.95 B 4 26 Suyanti 15.65 S 3
TABEL HASIL PENILAIAN DUDUK BERLUNJUR DAN MERAIH
No Nama Hasil Kategori Konversi Nilai
1 Praba Titiswara 24 B 4 2 Neli Kusmiyati 27 B 4 3 Bangun N.Y.P 25 B 4 4 Olan Budi Wardana 27 B 4 5 Adina Kuswardini 22 S 3 6 Aditya Aji S 26 B 4 7 Harisya W 20 S 3 8 Asri Yanti 27 B 4 9 Lukmanul Hakim 20 S 3 10 Heppy Saputra 25 B 4 11 Dewi R.C 27 B 4 12 Monanisa M 28 B 4 13 M Syaifful Rofik 30 B 4 14 Sugiyanto 28 B 4 15 Heni Wijayanti 26 B 4 16 Anisa Pangestina 28 B 4 17 Bayu Widiatmoko 27 B 4 18 Kusnul Khotimah 26 B 4 19 Widi Julianto 33 BS 5 20 Agus Prasetyo 28 B 4 21 Dwi Prasetiyani 25 S 3 22 Agung A.R 24 B 4 23 Suswanto 31 BS 5 24 Ade Firmansyah 24 B 4 25 Windi Safitri 23 B 4 26 Suyanti 27 B 4
TABEL HASIL PENILAIAN LARI 15 MENIT TES BALKE / BLEEP TES
No Nama Hasil Kategori Konversi Nilai
1 Praba Titiswara 46.20 S 3 2 Neli Kusmiyati 41.96 S 3 3 Bangun N.Y.P 42.76 K 2 4 Olan Budi Wardana 41.84 K 2 5 Adina Kuswardini 36.77 K 2 6 Aditya Aji S 39.85 K 2 7 Harisya W 40.18 K 2 8 Asri Yanti 37.41 K 2 9 Lukmanul Hakim 46.40 S 3 10 Heppy Saputra 53.48 B 4 11 Dewi R.C 42.57 S 3 12 Monanisa M 43.56 S 3 13 M Syaifful Rofik 49.64 B 4 14 Sugiyanto 51.03 B 4 15 Heni Wijayanti 43.79 S 3 16 Anisa Pangestina 47.45 B 4 17 Bayu Widiatmoko 48.49 S 3 18 Kusnul Khotimah 43.21 S 3 19 Widi Julianto 52.66 B 4 20 Agus Prasetyo 52.89 B 4 21 Dwi Prasetiyani 38.31 K 2 22 Agung A.R 47.70 S 3 23 Suswanto 52.01 B 4 24 Ade Firmansyah 50.78 B 4 25 Windi Safitri 42.14 S 3 26 Suyanti 42.98 S 3
DAFTAR PETUGAS PENCATAT DATA
No Nama Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Faizun Ashar
Wahyono
Danang Eko
Anas Saeful
Bagus Wicaksono
Farchamuloh
Hara Kurniawan
Purwono Dwi.N
Dodik Bintoro
Slamet Sugiyanto
Bowo Setiyo
Peneliti
Mencatat Tes lari 15 menit
Mencatat Tes pull-up(putra)
Mencatat Tes duduk berlunjur dan meraih
Dokumentasi
Mencatat Tes loncat dada
Mencatat Tes sit-up
Mencatat Tes lari bolak balik 4x5 m
Mencatat Tes duduk pada tembok
Mencatat Tes lari 30 m
Mencatat Tes bergantung siku tekuk (putri)
70
Gambar 1 Tes Lari 100 M
Gambar 2 Tes Sit-Up
71
Gambar 3 Tes Pull-Up (Putra)
Gambar 4 Tes Bergantung Siku Tekuk (Putri)
72
Gambar 5 Tes Duduk Pada Tembok
Gambar 6
73
Tes Loncat Dada
Gambar 7 Tes Lari Bolak Balik 4 x 5 m
Gambar 8 Tes Duduk Berlunjur dan Meraih
74
Gambar 9 Tes Lari 15 menit
top related