konsep kenabian & wahyu
Post on 22-Jun-2015
3.878 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Universitas Indonesia: KTTI: Ekonomi & Keuangan Syariah
UNIVERSITAS INDONESIA
Program Pascasarjana
Program Kajian Studi Timur Tengah dan Islam
Oleh:
Wawan Setiawan (120 630 5404)
Oleh:
Wawan Setiawan (120 630 5404)
KONSEP WAHYU DAN KENABIAN
(Islamic Worldview)
Universitas Indonesia: KTTI: Ekonomi & Keuangan Syariah
AGENDA PEMBAHASAN
KONSEP WAHYU
– Pengertian Wahyu
– Al Qur-an Kalamullah yang Tanzil
– Teks Al Qur-an & Teks Bibel
2
KONSEP KENABIAN
– Pengertian Nabi & Rasul
– Proses Penerimaan Wahyu
– Fungsi & Peran Nabi
Universitas Indonesia: KTTI: Ekonomi & Keuangan Syariah
Pengertian Wahyu
Secara Etimologi (lughawi):
– QS. al Qashshash (28):7 ILHAM
– QS. Maryam (19):11 ISYARAT
– QS. al An’am (6):112 BISIKAN
disimpulkan oleh Rashiid Ridaa dalam al-wahy al-Muhammadii:
“pemberitahuan yang bersifat tertutup dan tidak diketahui pihak lain dan cepat
serta khas hanya kepada yang dituju”(*)
Secara Terminologi (maknawi):
Wahyu adalah “pemberitahuan Allah swt kepada seorang nabi
tentang berita-berita gaib, shari’at, dan hukum tertentu.”
Dari definisi ini jelas bahwa konsep “wahyu” dalam Islam harus
mengandung dua unsur utamanya, yaitu: (i) pemberi berita (Allah SWT) dan
(ii) penerima berita (nabi), sehingga tidak dimungkinan terjadinya wahyu
tanpa keduanya atau menafikan salah satunya.
3 (*) Rashiid Ridaa, al-Wahy al-Muhammadii (Beirut: Daar al-Kutub al-’IIlmiyyah: 2005), hal. 25
Universitas Indonesia: KTTI: Ekonomi & Keuangan Syariah
Al Qur-an Kalamullah Yang Tanzil
Para ulama klasik dan az Zarqani membagi fase penurunan al Qur-an menjadi tiga fase:
Fase Pertama, al-Qur’an awal mulanya berada di al-Lauh al-Mahfuzh. Ditempat ini, al Qu-
ran sudah dalam bentuk yang utuh, yakni sudah terbentuk dalam lafazh-lafazh yang
sistematis seperti sekarang ini.
Fase Kedua, setelah al Qur-an berada di al-Lauh al-Mahfuzh kemudian diturunkan ke
langit dunia, bait al-‘izzah pada malam al-qadar. Pada tahap yang kedua ini, al-Qur’an
diturunkan secara keseluruhan.
Fase Ketiga, al-Qur’an diturunkan sedikit demi sedikit (gradual) selama 23thn melalui
perantara malaikat Jibril ke dalam hati Nabi Muhammad, dan baru kemudian beliau
mendakwahkannya sebagai hidayah dan pelita kehidupan bagi manusia di dunia.
Anggapan para orientalis yang mengatakan bahwa al-Qur’an telah tercampur oleh
perkataan Nabi Muhammad telah terbantah oleh firman Allah SWT yang artinya:
“Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) Kami,
niscaya Kami pegang dia pada tangan kanannya, kemudian benar-benar Kami potong
urat tali jantungnya” (al Haqqah : 44-46). “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (al-
Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu
yang diwahyukan (kepadanya)” (an Najm : 3-4).
4
Universitas Indonesia: KTTI: Ekonomi & Keuangan Syariah
Sistematika Surat dan Ayat al Qur-an
Salah satu yang menjadi objek kritik para Orientalis adalah tentang sistematika al Qur-an yang
terdiri daru susnan surat dan ayatnya adalah hasil penyusunan Nabi Muhammad, bahkan ada
yang melontarkan hasil penyusunan para sahabat.
Fakta tentang Sistematika Surat dan Ayat al Qur-an:
“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya”[QS al Qiyaamah (75):17]
Fatimah berkata :”Nabi Muhammad memberitahukan kepadaku secara rahasia, Malaikat
Jibril hadir membacakan al Qur-an padaku dan saya membacakannya sekali setahun, hanya
tahun ini ia membacakan seluruh isi kandungan al Qur-an selama dua kali. Saya tidak
berpikir lain kecuali, rasanya, masa kematian sudah semakin dekat”. [HR. Bukhari, Bab
Fada’il al Qur-an]
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dengan sanad hasan, dari Usman bin Abil ‘Ásh,
ia berkata: “ketika aku duduk bersama Rasulullah saw. tiba-tiba Nabi mengangkat
pandangannya kemudian menurunkan pandangannya lagi, kemudian beliau bersabda: ‘Jibril
telah datang kepadaku kemudian memerintahkanku untuk meletakkan ayat ini ke tempatnya
dalam surah ini’, ayat itu adalah surah an-Nahl ayat 90”.
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Umar, ia berkata: “saya belum pernah
lebih banyak bertanya kepada Nabi saw. tentang suatu masalah daripada apa yang saya
tanyakan kepada beliau tentang al-kalaalah, hingga beliau menyentuh jari telunjuknya ke
dadaku dan bersabda: ‘cukup bagimu ayat ash-Shaif yang ada di akhir surah an Nisa’”.
5 *) http://www.referensimakalah.com/2011/09/peletakan-dan-susunan-tartib-ayat-al_5455.html
http://opiniterselubung.blogspot.com/2012/08/mengapa-susunan-al-quran-tidak-beraturan.html
Universitas Indonesia: KTTI: Ekonomi & Keuangan Syariah
Teks al Qur-an & Teks Bibel
Bible sebagai `dokumen tertulis’ atau teks, bukan sebagai `hafalan yang
dibaca’ atau recitatio. Dengan demikian mereka melakukan kajian-kajian
terhadap Bibel dengan menggunakan metode-meode filologis, seperti historical
criticism, source criticism, form criticism, dan textual criticism.(*)
Al Qur-an bukanlah `tulisan’ (rasm, text atau writing) tetapi merupakan `bacaan`
(qira’ah atau recitation) dalam arti ucapan dan sebutan. Baik proses turun
(pewahyuan)-nya maupun penyampaian, pengajaran dan periwayatan
(transmisi)-nya dilakukan melalui lisan dan hafalan. Tulisan berfungsi sebagai
alat penyimpan dan dokumentasi yang dapat berbentuk tulisan diatas tulang,
kayu, kertas, daun dan lain sebagainya. Namun semua itu berdasarkan hafalan,
bersandarkan apa yang sebelumnya telah tertera dalam ingatan sang qaari/
muqri.
Banyak dari para Orientalis yang mencoba menyamakan al Qur-an dengan
Bibel sebagai sebuah Teks, sehingga mereka juga mencoba melakukan
pengkajian terhadap keaslian al Qur-an sebagai Kalamullah yang terbebas dari
pengaruh Manusia (nabi & rasul) dan malaikat (jibril) yang membawanya.
Mereka antara lain Gerd R. Joseph Puin, Toby Lester, Nasr Hamid Abu Zaid,
Muhammad Arkoun, dll.
6
(*) Muh Akbar Ilyas, Al-Qur’an dan Orientalisme, http://muhakbarilyas.blogspot.com/2012/04/konsep-al-quran-
nasr-hamid-dan.html, hal. 8.
Universitas Indonesia: KTTI: Ekonomi & Keuangan Syariah
Jaminan Allah Terhadap Keaslian al Qur-an
7
seandainya Dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas
(nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan
kanannya (Kami beri tindakan yang sekeras-kerasnya). Kemudian benar-
benar Kami potong urat tali jantungnya
[QS al Haqqah (69):44-46]
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya
Kami benar-benar yang memeliharanya
[QS al Hijr (15):9]
Universitas Indonesia: KTTI: Ekonomi & Keuangan Syariah
Pengertian Nabi Dan Rasul
Secara etimologi (lughawi) kata “nabii” berasal dari kata-kata “nabaa’”
yang berarti “berita yang berarti dan penting”. Dengan demikian “nabii”
adalah “orang yang membawa berita penting.” Dan seseorang disebut
“nabii” karena membawa berita dari Allah.
Secara terminologi (maknawi) kata “nabii” berarti “seseorang yang
diberi wahyu oleh Allah, baik diperintahkan untuk menyampaikan
(tabliigh) atau tidak.”
Terdapat perbedaan pengertian antara Nabi dengan Rasul, antaralain:
Rasul diperintahkan untuk menyampaikan kepada yang lain,
sedangkan nabi tidak (terbatas).
Rasul adalah seseorang yang diwahyukan “syari’at” baru;
Rasul tidak ada bedanya dengan Nabi, Nabi adalah Rasul dan
Rasul adalah Nabi.
8
Universitas Indonesia: KTTI: Ekonomi & Keuangan Syariah
Proses Penerimaan Wahyu
9
“dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata
dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir
atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan
kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia
Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.”
[QS asy Syuura (42):51]
“Dari Aisyah Ummul Mukminin r.a. bahwa Harits bin Hisyam r.a. bertanya kepada Nabi
Muhammad SAW, "Ya Rasulullah, bagaimana caranya wahyu turun kepada Anda?"
Rasulullah menjawab, "kadang-kadang wahyu itu datang kepadaku seperti bunyi lonceng.
Itulah yang sangat berat bagiku. Setelah bunyi itu berhenti, aku baru mengerti apa yang
disampaikannya. Kadang-kadang malaikat menjelma seperti seorang laki-laki
menyampaikan kepadaku dan aku mengerti apa yang disampaikannya," Aisyah berkata,
"Aku pernah melihat Nabi ketika turunnya wahyu kepadanya pada suatu hari yang amat
dingin. Setelah wahyu itu berhenti turun, kelihatan dahi Nabi bersimpah peluh.“
[Riwayat Imam Bukhari dalam kitab Bad’il Wahyi]
Universitas Indonesia: KTTI: Ekonomi & Keuangan Syariah
Tiga Proses Penerimaan Wahyu
Wahyu diterima secara langsung, antara lain:
Dalam mimpi yang benar (ru’ya shadiqah), seperti yang diterima
oleh Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih Nabi Ismail AS.
Saat Isra’ Mi’raj, yaitu peristiwa perjalanan Rasulullah diwaktu
malam dari masjidil Haram ke masjidil Aqsha menuju Sidratul
Muntaha. Dalam peristiwa ini Rasulullah secara langsung menerima
perintah shalat dari Allah SWT.
Wahyu diterima melalui malaikat baik dalam ujud asli malaikat seperti
saat Rasulullah menerima wahyu pertama kali di gua Hira maupun
dalam bentuk menyamar seperti manusia atau suara malaikat saja yang
terdengar.
Wahyu diterima melalui (atau di belakang) Tabir, seperti bunyi
(gemerincing) lonceng, dan penyampaian wahyu dengan cara inilah
yang dianggap berat oleh Rasulullah.
10
Universitas Indonesia: KTTI: Ekonomi & Keuangan Syariah
Fungsi Dan Peran Nabi
Secara Garis Besar Fungsi dan Peran Nabi adalah sebagai pembawa berita dan
peringatan kepada umat manusia, juga sebagai contoh yang indah untuk berbuat
dan memperlakukan alam semesta berdasarkan perintah Allah (dalam al Qur-an)
untuk mewujudkan kehidupan indah di dunia dan akhirat.
Secara Terperinci berikut adalah peran dan fungsi nabi di utus di muka bumi:
o Mengajarkan Ilmu dan Ma’rifat “…mengajarkan apa yang tidak mampu kamu
ketahui.” [QS al Baqarah (2):151]
o Menyempurnakan Akal dan Intelektual “…mengajarkan kepada mereka Kitab
dan Hikmah...” [QS al Imran (3):164]
o Menegakkan Keadilan “…Kami turunkan bersama mereka Kitab dan Mizan
(keadilan) agar manusia dapat berlaku adil.” [QS al Hadiid (57):25]
o Menyelamatkan Manusia dari Kegelapan Hidup ”... mengeluarkan manusia
dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang...” [QS Ibrahim (14):1]
o Menghakimi dan Memutuskan Perselisihan di Masyarakat ”...menyampaikan
kabar gembira dan peringatan dan Dia menurunkan bersama mereka Kitab yang
mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang
perkara yang mereka perselisihkan…” [QS al Baqarah (2):213]
o dst.
11
Universitas Indonesia: KTTI: Ekonomi & Keuangan Syariah
Kesimpulan
12
AL QUR-AN
(hudaan – 2:185)
USWAH
(contoh/pola -33:21)
MU-MIN
(abduhu)
Allah SWT adalah Yang Maha Mencipta
& Maha Memiliki segala sesuatu yang
ada di alam semesta. Sehingga segala
sesuatu yang ada di alam semesta ini
harus berbuat/ bertindak dan
diperlakukan/ dipelihara sesuai
kehendak-Nya yang dituangkan di
dalam al Qur-an sebagai teori Hidup
Ihsan.
Rasul dan Nabi merupakan contoh yang
berbuat dan bertindak dalam
memperlakukan alam semesta
(termasuk manusia didalamnya) sesuai
dengan ketentuan Allah SWT.
Mu-min (orang yang menyatakan diri
beriman) adalah manusia yang mau
berbuat sesuai dengan al Qur-an dan
yang dicontohkan oleh Nabi dan Rasul
sebagai pengemban amanah dari Allah.
Dan tidak aku telah ciptakan Jin dan Manusia
kecuali untuk mengabdi hidup menurut Ajaran-Ku
[QS Adz-Dzariyat:56]
Universitas Indonesia: KTTI: Ekonomi & Keuangan Syariah
TERIMAKASIH
-DISKUSI-
13
top related