konsep kufr dalam al-qur’an suatu kajian teologis dengan
Post on 04-Nov-2021
10 Views
Preview:
TRANSCRIPT
11
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG MAKNA TASBIH
Allah Swt memilih bahasa Arab sebagai wadah pengejawantahan kata-
katanya yang suci, yakni Al-qur’an. Pemilihan ini dari satu segi, tentu saja
menempatkan bahasa Arab pada kedudukan yang istimewa, terutama di mata
umat Islam.
Salah satu keistimewaan bahasa Arab yang dipilih oleh Tuhan menjadi
bahasa Al-qur’an adalah ungkapan-ungkapannya yang singkat, padat, serta kaya
dengan isi dan makna yang dalam. Variasi bentukan kata-katanya itu sangat
berpola. Setiap bentukan mempunyai makna dan pesan khas yang berbeda dengan
bentukan lainnya meskipun berasal dari kosa-kata yang satu dan kendatipun
terjemah harfiahnya sama.
Harus diakui bahwa peranan kaidah-kaidah bahasa Arab sangat besar
dalam upaya pemahaman ayat-ayat Al-qur’an. Akan tetapi dalam kenyataannya,
banyak ayat-ayat Al-qur’an yang sulit dipahami secara utuh bila hanya
mengandalkan kaidah-kaidah bahasa tersebut. Untuk itulah diperlukan kaidah-
kaidah lain yang khusus menyangkut Al-qur’an, yang dimaksud adalah kaidah-
kaidah yang berhasil disusun dan diformulasikan oleh para ulama dan ahli tafsir
sebagai hasil kajian dan telaah terhadap ungkapan-ungkapan yang digunakan oleh
Al-qur’an. Kaidah-kaidah seperti ini dikenal dengan istilah qawa’id al-Tafsir yang
dapat ditemui secara berserakan dalam kitab-kitab tafsir ataupun dalam kitab-kitab
ulum Al-qur’an. Kaidah-kaidah tafsir ini masih tetap berkembang secara
komulatif, seiring dengan kajian terhadap Al-qur’an yang tetap berlanjut tanpa
akhir.1
Dalam mengungkapkan masalah Tasbih, Al-qur’an menggunakan
beberapa macam istilah. Term-term disebutkan dengan berbagai macam term, ada
yang disebutkan dengan bentuk madhi, mudhari' masdar, maf'ul yang semuanya
1 Harifuddin Cawidu, Konsep Kufr dalam Al-qur’an Suatu Kajian Teologis dengan
Pendekatan Tafsir Tematik, (Jakarta : Bulan Bintang, 1991), hlm. 26-30.
12
terulang sebanyak 93 kali.2 Selain term Tasbih, Al-qur’an juga menggunakan
beberapa term lain untuk menunjuk Tasbih seperti yang akan diuraikan dibawah
ini:
A. Pengertian Tasbih
Kata tasbih (�����) adalah bentuk masdar dari sabbaha–yusabbihu–
tasbihan ( ������ -���� -س�� ), yang berasal dari kata sabh (��س). Menurut
Ibnu Faris, asal makna kata sabh ada dua. Pertama, sejenis ibadah. Kedua,
sejenis perjalanan cepat. Pengertian kata tasbih (�����) berasal dari pengertian
pertama, yaitu menyucikan Allah Swt3 dari setiap yang jelek (tanzihullahi min
kulli su’in (الله �� �� س�ء ����� ), sedangkan kata tanzih (�����) berarti tab‘id
(����� = menjauhkan). Jadi, secara terminologi makna tasbih adalah
mensucikan Allah SWT dari segala keburukan dan dari segala perbuatan
ataupun sifat yang tidak sesuai dengan keagungan, kemuliaan, kasih sayang,
dan kekuasaan-Nya atas segala sesuatu.4 Sementara itu, kata subbuhun ( س��ح)
adalah suatu sifat bagi Allah, yang berarti Allah Maha Suci dari segala sesuatu
yang tidak pantas bagi-Nya.
Begitu juga menurut Ar-Ragib Al-Asfihani dalam mengartikan kata
as-sabh ( �� sebagai “berlari cepat di dalam air (berenang) atau di udara (ا!�
(terbang)”. Kata itu dapat dipergunakan untuk perjalanan bintang di langit,
atau lari kuda yang cepat, atau kecepatan beramal. Dinamakan tasbih karena
segera pergi untuk beramal dalam rangka menyembah Allah. Kata ini berlaku
untuk melakukan kebaikan atau menjauhi kejahatan.
Tasbih secara Etimologi yaitu Ar-Ragib Al-Asfahani mengartikan kata
as-Sabh ( �� sebagai “berlari cepat di dalam air (berenang) atau di udara (ا!�
(terbang)”. Kata itu dapat dipergunakan untuk perjalanan bintang di langit,
2 M. Fuad Abdul Al-Baqi, Mu'jam Al-Mufahras li Al-Fad Al-qur’an Alkarim, (Beirut : Daral Fikr, 1981), hlm. 340.
3 M. Ishom El-Saha, M.A., Saiful Hadi, S.Ag., Sketsa Al-qur’an Tempat, Tokoh, Nama, dan Istilah dalam Al-qur’an. Lista Fariska Putra, 2005. hlm.726
4 Nisywah Al-Ulwani, Rahasia Istighfar dan Tasbih (Jakarta: Pustaka Al-Mawardi, 2008) hlm. 127
13
atau lari kuda yang cepat, atau kecepatan beramal. Akan tetapi kata tasbih
(�����) yaitu segera pergi untuk beramal dalam rangka menyembah Allah.
Kata ini berlaku untuk melakukan kebaikan atau menjauhi kejahatan. Lebih
lanjut Al-Asfahani menambahkan, tasbih bisa dalam wujud perkataan,
perbuatan ataupun niat. Makna inilah yang sudah berkembang sampai
sekarang. Dan menjadi makna istilah tasbih.5
Berdasarkan pengertian tersebut, bahwa fenomena gerak di alam ini
merupakan petunjuk nyata untuk memahami pengertian tasbih secara lebih
mendalam. Dari adanya fenomena gerak dapat diketahui bahwa alam semesta
ini senantiasa berubah. Serta dengan mengetahui adanya waktu yang
senantiasa mengalir, dapat diketahui bahwa segala sesuatu yang ada di alam
ini adalah bertasbih dan senantiasa bertasbih karena semuanya bergerak dan
menempel dalam aliran waktu sehingga setiap saat selalu berubah dan
menjauh dari posisinya semula.
Adapun Kata ”Tasbih” diambil dari Madhi ”sabbaha” dengan seluruh
turunannya dan sabaha yasbahu. dalam Kamus Mu’jamul Fahras Li alfadhil
Qur’an disebutkan di dalam Al-qur’an Al-Karim sebanyak 93 kali;6 Yaitu:
Kata Tasbih Madhi
4 kali
Mudhari’
22 kali
Masdar
45 kali
Sabbaha Yusabbihu Tasbiihan
QS. Al-Hadid [57]: 1, QS. Al-Hasyr [59]: 1, QS. Ash-Shaff [61]: 1, QS. As-Sajadah [32]: 15.
QS. Al-Baqarah [2]: 30, QS. Ar-Ra‘d [13]: 13,QS. Al-Isra’ [17]: 44 (dua kali), QS. Al-Anbiya’ [21]: 20 dan 79,QS. An-Nur [24]: 36 dan 41, QS. Al-Qolam [68]: 28, QS. Al-Fath [48]: 9, QS. Thaha[20]: 33,
QS. Al-Isra’ [17]: 44 QS. An-Nur [24]: 41, QS. Al-Mujammil [73]: 7, QS. An-Naji’at [79]: 3. QS. Yusuf [12]: 108, QS. Al-Isra’ [17]: 1, 93, dan 108, QS. Al-Anbiya’ [21]: 22, QS. Al-Mu’minun [23]: 91, QS. An-Naml [27]: 8, QS. Al-
5 Roghib Al-Ashfihani, Mu’jam Mufrodat Alfadzi Al-qur’an, Darul Al-Fikr. hlm.226 6 Muhammad Fuad ‘Abdul Baqi. Op.Cit. hlm. 339-340
14
QS. Al-Hasr[59]: 24, QS. Al-Jum’at[62]: 1, QS. At-Taghabun[64]: 1, QS. al-Anbiya’[21]: 79, QS. Shad[38]: 18, QS. az-Zumar[39]: 75, QS. Ghafiir[40]: 7, QS. Fushilat[14]: 38, QS. an-Nur[42]: 5, QS. al-’Araf[7]:206.
Qashash [28]: 68, QS. Ar-Rum[30]:17, QS. Yasiin [36]:32, QS. Nun[32]:83, QS. As-Shafat[37]:159 dan 130, QS. Az-Zuhraf [43]:13 dan 82, QS.at-Thur [52]:43, QS. Al-Hashr[56]:23, QS. Al-Qalm[68]:22, QS. Al-Baqarah[2]:32, QS.Ali Imran[3]:161, QS. Al-Maidah[5]:116, QS. Al-A’raf[7]:143, QS. Yusuf[10]:10, QS. an-Nisa’[21]:87, QS.an-Nur [24]:16, QS. Al-Furqan[25]:17, QS. As-Saba’ [34]:14, QS. Al-Baqarah[2]:116, QS. Al-Anbiya’ [4]:171, QS.al-An’am [6]:100, QS.An-Nabawiyah[9]:31,QS. Yunus[10]:18 dan 68, QS.an-Nahl [16]:1 dan 57, QS.al-Isra’ [17]:43, QS.Mariam [19]:35, QS.Al-Anbiya’[21]:126 QS.ar-Rum [30]:40, QS.Az-Zumar[39]:40 dan 67.
Kata tasbih dalam bentuk mashdar hanya disebutkan empat kali di
dalam Al-qur’an, yaitu di dalam S. Al-Isra’ [17]: 44 S. An-Nur [24]: 41, S. Al-
Mujammil [73]: 7, dan S. An-Naji’at [79]: 3.
15
Kata Tasbih Fi’il Amar
18 kali
Isim Fa’il
2 kali
Sabbaha
yusabbihu
tasbiihan
QS. Ali ‘Imran
[3]: 41, QS. Al-
Hijr [15]: 98, QS.
Maryam [19]: 11,
QS. Thaha [20]:
130 (dua kali), QS.
Al-Furqan [25]:
58, QS. Al-Ahzab
[33]: 42,
QS.Ghafir[40]: 55.
QS. Nun[50]:32.
QS. At-Thur [52]:
48, QS. Al-
Waqi’ah [56]: 74
dan 96, QS.al-
Haqqah [69]: 52,
QS. Al-’Ala
[87]:1, QS. an-
Nashr [110]:3, QS.
Qaaf[50]:40,
QS.AtThur[52]:49,
QS.Al-
Insan[76]:26
QS. Ash-Shaffat
[37]: 143 dan
166.
Sabaha yasbahu
2 kali
QS.al-Anbiya’ [21]:33,
QS. yasin[36]:40,
16
Semua kata tasbih yang di atas ditemukan secara bervariasi. Bentuk itu
mengisyaratkan bahwa tasbih alam semesta seluruhnya kepada Allah Swt ini
termasuk makhluk hidup. Semua makhluk itu bertasbih pada masa dulu, masa
sekarang dan masa yang akan datang, semuanya tak henti-henti mensucikan
Allah swt di setiap waktu dan saat.
B. Makna Tasbih Dalam Al-qur’an
Kata ”subhana” berbentuk Isim Mashdar, yang di dalam Al-qur’an ia
disebut secara mufrad ataupun juga mudhaf (disandarkan dengan kata lain).
Tasbih (pensucian), jadi makna SubhanAllah at-Tanzih IlAllah
(Memahasucikan Allah), berstatus nashb berposisi Mashdar. Seolah-olah
orang yang mengucapkannya berkata, ”aku memahasucikan Allah Swt
dengan pemahasucian yang pasti; menafikan setiap apa yang tidak layak bagi
ketinggian dan keagungan-Nya dengan tanpa menyerupakan, tanpa pemisalan,
tanpa perbandingan, tanpa pengalihan, tanpa penakwilan dan tanpa
pengabaian; dan aku menetapkan pada keagungan-Nya apa saja yang dia
jelaskan tentang Dzat-Nya sendiri dan apa saja yang telah ditetapkan
Rasulullah Saw dari berbagai sifat kesempurnaan yang mutlak. 7
Kata Sabhan Thawilan di sini bermakna waktu panjang; atau
Mutafarraghan Thawiilan (yakni waktu luang yang panjang); atau
mutaqallaban thawila (selalu berbolak balik) waktu luang untuk pulang pergi
mengurusi pekerjaan. Dalam bentuk derivasi yang lain adalah as-Subhah yatiu
untaian biji-bijian yang digunakan sebagai alat ”tasbih” untuk menghitung
tasbih (Dzikir kepada Allah/bertasbih). Dan kata ini juga berarti ibadah sunnah
berupa dzikir dan shalat. Misalanya mengatakan Qadhaitu Subhati, (yakni aku
telah melakukan ibadah sunnahku). Demikian juga bersujud,8 oleh karena itu
Allah Swt berfirman:
������ ��� ��� � �� �������� ����� ��� ��� � !"#$☺�����
7 Zaglul an-Najjar, Shuarun Min Tasbih al-Kauniaat Lillah , diterj: Faisal Saleh, Ketika
Alam Bertasbih, Jakarta, 2008, cet I. hlm 2 8 Ibid. hlm 4-5
17
���"� ��� '()*+,�� �-.☺/0���"� 1�☺�23���"� 14#��*5���"�
16��7893:��"� 1��/0���"� ;< �"�/� ��"� >��?@A"� B��C�
E�E5��� F G>��H⌧J"� EK� ��3LMN�1 O<�⌧LP3��� Q ���"� '�S�� T �� �☺�U ����� ��� �VW�QY� Z E[�2 � �� 1\P3]�^
��� _` ��0�� 'abc
Artinya: ”apakah kamu tidak melihat bahwa kepada Allah bersujud segala apa yang ada dilangit dan apa yang ada dibumi, matahari, bulan, bintang-bintang, gunung-gunung, pepohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar kepada manusia, dan kebanyakan mereka (manusia) telah ditetapkan azab atasnya. Dan barang siapa yang dihinakan Allah, maka tidak seorangpun dapat memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang dia kehendaki”.9
Berdasarkan itu semua, maka menuturkan dua kalimat syahadat
disertai dengan pemahaman yang benar terhadap kandungannya, mendirikan
shalat dengan khusu’, menunaikan zakat dengan sikap wara’ dan ketundukan,
berpuasa dengan ikhlas dan pengabdian, melaksanakan haji tanpa dibarengi
ucapan kotor dan perbuatan fasik, dan menghadap allah untuk berdoa dengan
memelas dan penuh pengharapan, mengagungkan, mengesakan dengan tunduk
hanya kepada-Nya, menghambakan diri, taat, dan mengikhlaskan agama
hanya untuk-Nya dengan tanpa menyekutukan, atau dengan istilah Tauhid
Uluhiyyah, ini semua adalah termasuk tasbih kepada Allah. Mengesakan Allah
dengan mengagungkan perbuatan-perbuatannya mulai dari penciptaan
makhluk, memberikan rizqi, mematikan dan menghidupkan, atau yang dikenal
denga istilah Tauhid Rububiyyah, ini semua termasuk tasbih kepada Allah
Swt.
Dan tasbih juga bisa diartikan sebagai do’a ”sholawat” kepada Allah.
Allah Swt berfirman tentang nabi Yunus As ketika ia ditelan oleh ikan besar
dengan menyatakan: ”
9 Al-qur’an dan Terjemahnya yang telah ditahsis oleh departemen agama RI, Jakarta,
1990 QS. Al-Hajj. hlm. 514
18
��☺�2�d3����U � #��3:�� "#Pe"� fg�N1� 'ahc ij)#MN�U ���kl�� �[⌧J B��� ��n8���7o��☺3��� 'aWc p�7MN�� ��� ]q���5.O�r Z�Ms�2 �V)#�^ �[#PHP)71^ 'ac
��$�lL�t"5�U �` ���P3����r "#Pe"� u�vw2x 'a�c
Artinya: Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela, maka kalau Sekiranya Dia tidak Termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, Niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit, kemudian Kami lemparkan Dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit.10
Berkenaan dengan makna kalimat kaana minal musabbihiin dalam
firman Allah di atas, Ibnu Abbas dan Abdullah bin Mas’ud berpendapat,
sesungguhnya nabi Yunus banyak membaca ”shalawat” do’a kepada Allah
pada saat ia di perut ikan’’.11 Oleh karena itu, disunnahkan bagi orang yang
berdo’a untuk memulainya dengan pujian dan sanjungan kepada Allah
(hamdalah), serta membaca shalawat kepada Rasulullah SAW pada saat ia
memanjatkan doa, baru kemudian ia menyampaikan permintaannya.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah mendengar seorang laki-laki
yang berdoa dalam shalatnya tanpa mengucapkan ”hamdalah” dan shalawat
kepada Nabi SAW terlebih dahulu, maka beliau pun bersabda, ”Ini shalat yang
tergesa-gesa!” Kemudian Rasulullah memanggil orang itu dan berkata
kepadanya, “Jika salah seorang dari kalian sedang berdoa, maka hendaklah
ia memulainya dengan memuji dan menyanjung Allah Swt, kemudian
hendaklah ia membaca shalawat kepada Nabi Saw, kemudian barulah ia
berdoa dengan apa saja yang ia mau.”
Sesungguhnya ucapan “al-hamdulillah” yang diucapkan oleh manusia
itu dianggap tasbih, sebagaimana dianggap tasbih pula setiap dzikir yang
mensucikan Allah, ataupun segala ucapan yang di dalamnya seorang hamba
yang beriman mengagungkan sifat-sifat Allah yang mulia. Mengulang-ulang
pengucapan Asma al-Husna dianggap pula sebagai satu bentuk tasbih yang
10 Ibid. QS. As-Shaafaat: 142-145. hlm 728 11 Nisywah Al-Ulwani. Op.Cit. Hlm 131-132
19
paling disukai oleh Allah SWT. Jika semua kaum muslimin mengetahui kadar
pahala yang demikian besar sehingga balasan dari setiap bacaan tasbih, dan
tahu pula bahwa bacaan tasbih akan mengantar mereka masuk dalam lautan
kebajikan serta menjauhkan mereka dari terjerumus dalam tindak keburukan;
jika saja mereka tahu semua itu, niscaya mereka akan banyak bertasbih untuk
semakin mendapatkan anugrah dan pahala dari Allah yang demikian besar.12
Dari Mus’ab bin Sa’ad, dari bapaknya r.a. katanya Rasulullah Saw,
beliau pernah berkata: “sanggupkah kalian mengerjakan seribu kebajikan
setiap hari?, maka bertanya salah seorang yang duduk dalam majlis,
bagaimana kami mengerjakan seribu kebajikan setiap hari, sabda nabi
bacalah tasbih seratus kali niscaya Allah ta’ala mencatat bagimu seribu
kebajikan atau dihapus dari padanya seribu kesalahan (dosa)”.13
Di kalangan ulama fiqih ada yang berpendapat bahwa bukanlah suatu
keharusan untuk mengucapkan lafazh-lafazh tasbih seratus kali secara
berturut-turut dalam satu majlis, akan tetapi boleh hukumnya untuk
mengucapkan secara terpisah dalam sejumlah majlis (tempat). Begitu juga
tidak merupakan suatu keharusan untuk mengucapkannya sepanjang siang
sampai malam hari, akan tetapi yang lebih utama adalah mengucapkan pada
permulaan hari, agar dapat menjadi benteng pemelihara bagi seorang muslim
sepanjang hari.14
Ada beberapa hadits yang menunjukkan adanya shalat tasbih, namun
menurut pandangan jumhurul ulama mengatakan bahwa hadits shalat tasbih
itu Dha’if. Akan tetapi ulama fiqh menetapkan shalat tasbih dalam bab fiqh.15
Dalam kamus al-Munzid dikatakan bahwa “ad-Dzikru huwa at-Tasbih
wa Majjadahu” yang berarti dzikir merupakan tasbih itu sendiri.16
12 Ibid, hlm. 129 13 H.R. Muslim. Terj: Hadist Shahih Muslim, Klang Book Centre, Malaysia, Cet V,
1997, Juz 4. hlm. 262-263 14 Niswah al-Ulwani, Op.Cit. hlm. 173 15 Muhyiddin Abi Zakariya Yahya bin Syarif an-Nawawi ad-Dimsyiqy, al-Adzkar, Toha
Putra, Semarang. Hlm. 158 16 Al-Munjid, Bairut Lebanon, 1960, cet 39. hlm. 237
20
Dalam surat an-Nasr : 3 dapat di baca bahwa nabi Muhammad Saw di
perintahkan untuk bertasbih dengan memuji nama tuhan-Nya.17 Memuji tuhan
adalah formula kesyukuran yang sangat penting Dalam Al-qur’an dikatakan
”fasabbih bihamdi rabbika” membaca tasbih ”Subhanallah” dapat dipandang
sebagai pendahuluan logis bagi Tahmid (yaitu memabaca hamdalah/memuji Allah).
Sebab tasbih sendiri mengandung makna pembebasan diri dari buruk sangka kepada
Allah, atau ”pembebasan” Allah dari buruk sangka kita. Jadi tasbih adalah
sesungguhnya permohonan ampun kepada Allah atas dosa buruk sangka kita
kepada-Nya.18
Dengan demikian yang dimaksud dengan bertasbih adalah berdzikir
secara berulang-ulang kepada Allah Swt di setiap waktu dan keadaan.
Sekalipun makna tasbih bermakna umum mencakup seluruh ibadah, baik
ucapan, perbuatan, dan niat. Dan juga tasbih bermakna khusus yaitu dzikir
lafazh dengan menyebut Asma’ul Husna, dan sifat-sifat-Nya yang tinggi
sebagaimana yang telah diturunkan-Nya dalam Al-qur’an atau apa yang
diberitahukan oleh rasulullah Saw.
C. Pengelompokan ayat-ayat tasbih sesuai dengan tema di dalam Al-qur’an
Zaqlul an-Najjar berpendapat bahwa Ayat-ayat Tasbih yang terdapat di
Al-qur’an dapat digolongkan menjadi enam golongan ayat yaitu antara lain19:
1. Allah menegaskan Maha Besar kesucian-Nya, karena ketunggalan-Nya
dengan Uluhiyah, Rububiyah, dan Wahdaniyat-Nya pada Dzat-Nya sifat-
sifat-Nya, nama-nama-Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya atas semua
makhluk-Nya; pada Qadrat-Nya yang mutlak dan di dalam menghimpun
segala sifat kesempurnaan yang mutlak; dan suci dari setiap kekurangan.
Ayat ini terdapat di dalam 27 ayat sebagai berikut:
1. QS. Al-Isra’: 1
17 QS. An-Nasr: 3. Op.Cit.1114 18 Nurcholish Madjid, Islam Agama Peradaban, Paramadina, Jakarta, 2000, cet II. Hlm
166 19 Zaglul an-Najjar.Op.Cit. hlm. 29-43
21
B�$�)t�x ny�� �� Qy">�z�� qM��)7P�r H⌧3L�� {|�C�
��w���☺3��� �V����3��� �Ms�2 ��w���☺3���
�o}3+,�� y�� �� ��~3J��$�r �����)#� ����^�>1��� .���
��~�d$�^�"` Z ���kl�2 "#Pe �gv�☺����� �>�8}�73���
'ac 2. QS. Al-Anbiaya`: 22
)#�� �[⌧J �☺S>�U G������"` j�2 T ��
���o�⌧]�� Z B�$�)t���U � �� w[<"* �)�P3��� ��☺�1 �[#�]8}�^ 'hhc
3. QS. Al-mukminun: 91
��� ⌧L�^T��� T �� ��� 7�� "� ���"� {�@A ���P�� .���
<�$���2 Z �p��2 oNe�� *\`J ��$���2 �☺�r �KMN,
@⌧P��"� ) �9�uP�r Z�M�1 s�P�r Z B�$�)t�x � �� ��☺�1
{�#�]8}�^ 'uac 4. QS. An-Naml: 8
��☺MN�U �e"` � y�v#�l J[�� ⌧�*#�r ��� ���
*�E5��� .���"� �9��)#� B�$�)t�x"� � �� w[<"*
��n���<$P3��� 'bc 5. QS. Al-Qashash: 68
{�{r"*"� �KPN3^�� ��� _` ��0�� _*��+3^��"� Q ���
{�@A 1 �9�� `�">B��^3:�� Z B�$�)t�x � �� Z�M$P�"�
��☺�1 �[#�A�>.��� '�bc 6. QS. Ar-Rum: 17
B�$�)t���U � �� ��n�� {�#��.☺P ��n�M"� �[#���t�}P 'a�c
22
7. QS. Yasin: 36
B�$�)t�x y�� �� �KMN, �!"�3�+,�� �9kN�A
��☺�� ���7r~P �()*+,�� .���"� ���98��]l��
��☺��"� @j �[#�☺MN.P�^ 'W�c 8. QS. Yasin: 83
B�$�)t���U y�� �� qM��"L�r � #`QjN�� c�\`J �`��⌧� ��3L���2"�
�[#1P�)�P 'bWc 9. QS. Ash-Shaffat: 159
B�$�)t�x � �� ���⌧� �[#�]8}�^ 'a�uc
10. QS. Ash-Shaffat: 180
B�$�)t�x 7�Mr"* w[<"* �Ey�P3��� ���⌧� {�#�]8}�^
'abwc 11. QS. Az-Zhuhruf: 82
B�$�)t�x w[<"* � !"#$☺����� '()*+,��"� w[<"* �)�P3���
��☺�1 �[#�]8}�^ 'bhc 12. QS. At-Thur: 43
4�� ) ���� G�$���2 �>)�⌧G � �� Z B�$�)t�x � �� ���⌧� �[#`J�>.���
'Wc 13. QS. Al-Hasyr: 23
"#Pe T �� ��� �� ij ��$���2 j�2 "#Pe �7�N☺3���
_E�*��23��� 1 $MN����� ������☺3���
(|�☺3L9�☺3��� _y^yP3��� _*��t�3���
�>wC�⌧t�d�☺3��� Z B�$�)t�x � �� ��☺�1 {�#�A�>.��� 'hWc
14. QS. Al-Baqarah: 116
F�#`���"� ⌧L�^T��� T �� �?�� "� Q
����~$�)7�x F \�r �1��
23
��� ��� � !"#$☺����� '()*+,��"� F \\`J �1�� �[#�+��$� 'aa�c
15. QS. An-Nisak: 171
@\e��k$�^ wN$�d8t3��� @j F�#PN3�� ��� ) �t�5^�v @j"�
F�#`�#�2� �M�1 � �� j�2 EK�3��� Z �☺kl�2
�⌧v8�☺3��� �o/v�1 ��3��� B �^�;�� (�#�x"* � ��
]����+☺�N@A"� �9��23��� Z�Ms�2 B �^�;�� ��_*"�
��5�C� F F�#15������U � ���r q�����x_*"� F @j"�
F�#`�#�2� G��H$MN�� Z F�#�9�+l�� �5>)�B ) �t�� Z
�☺kl�2 T �� �$���2 ����!"� F ]����~$�)7�x [�� {�#`Q�^ �1�� ��� "� � �1��
��� ��� � !"#$☺����� ���"� ��� '()*+,�� Q Z���⌧J"�
� ���r H⌧v8A"� 'a�ac 16. QS. Al-An’am: 100-101
F�#PNP�"� � "` ⌧J">�� ��893:�� ) �9�2MNB"� F
F�#P��B"� ����� ��n�5�r /�$�~�r"� �>)����r ��UN� Z
����~$�)7�x Z�M$P�"� ��☺�1 {�#�]8}�^ 'awwc
�g^���r � !"#$☺����� '()*+,��"� F Z�k¡�� 1[#`Q�^
����� ��� "� ����"� �`Q� �1�� ��t8�$o¢ F �KMNB"� E\`J �`��⌧� F "#Pe"�
c�\`Q�r <`��⌧� fg�N� 'awac 17. QS. At-Taubat: 31
F�]�`L�^T��� ) Pe"*��t.��� ) �9"5$�te_*"� ��r��r)*��
��C� £���v � �� ⌧L8�☺3���"� {|)r��
24
B �^)��� ���"� F�]�1���¤� j�2 F�]����tP"L�� �~9$���2
�~���!"� F �j ��$���2 j�2 "#Pe Z ����~$�)7�x ��☺�1
{�#�AW�.0�� 'Wac 18. QS. yunus: 18
{�����7P�^"� ��� £���v � �� ��� @j ) PeY>¥¦�� @j"�
���91P⌧]5�^ {�#`�#�2�^"� �`ij��k$e ��l��k$P⌧]`�
�~�1 � �� Z )\P {�#`���t"5P�� � �� �☺�r
@j 1 MNP�^ ��� � !"#$☺����� @j"� ��� '()*+,�� Z
����~$�)7�x Z�M$P�"� ��☺�1 {�#`J�>.��� 'abc
19. QS. Yunus: 68
F�#`��� ⌧L§E�� T �� �~���"� Q ����~$�)7�x F "#Pe
¨����3��� F ����� ��� ��� � !"#$☺����� ���"� ���
'()*+,�� Z [�2 �A�5�1 ��C� /�$�OUN�x �⌧L$�S� Z
{�#`�#�2��� �M�1 � �� ��� @j �[#�☺MNP� '�bc
20. QS. An-Nahl: 1
���6�� 1�3��� � �� @⌧�U �M#PNw�P�d��M\ Z ����~$�)7�x
Z�M$P�"� ��☺�1 {�#`J�>.��� 'ac
21. QS. An-Nahl: 57
�[#PNP39��"� � ��$�~�73��� ����~$�)7�x z �9��"� �E� {�#�S�☺.0�^ '��c
22. QS. Al-Isra’: 42-43
\P )#�� �[⌧J ]���P��
������"` �☺⌧J �[#`�#�2�^ �p��2 F�)#���d)r�j Z�Ms�2
25
y�� ��¨©3��� H⌧L�7x 'hc ����~$�)7�x Z�M$P�"�
���⌧� �[#`�#�2�^ �ª#PN1 �5>��7⌧J 'Wc
23. QS. Maryam: 35
��� �[⌧J � [�� ⌧L�§«d�^ ��� 7�� "� F ]����~$�)7�x Z ����2 ��o�� ���3���
�☺kl�¬�U 16#�2�^ ����� �`J 1[#`Q"L�U 'W�c
24. QS. Al-Anbiya: 26
F�#`���"� ⌧L�^T��� ��$��#-���� �?�� "� Q ����~$�)7�x Z )\�r v��t�1
{�#1���QY� 'h�c 25. QS. Ar-Rum: 40
T �� y�� �� ) `Q�2MN�, ��P� ) `Q��"* ��P� ) �t�dv�☺1^
��P� ) `QLv3�`� F )\e ��� `Q� ⌧J">�� �E� 1\P3]�^
��� `Q��!�� ��C� �`��⌧� Z ����~$�)7�x Z�M$P�"�
���⌧� �[#`J�>.��� 'wc 26. QS. Az-Zumar: 4
)#�� v�"*�� T �� [�� ⌧L�§«d�^ �?�� "� Z����O.¢�j
��☺�� �KPN3^�� ��� _` ��0�� Z ����~$�)7�x F "#Pe T �� ����!"#3��� _*��9�23���
'c 27. QS. Az-Zumar: 67
���"� F��_*�� � �� EK� qM*.�� �()*+,��"� �~PL�☺� ����d@u)t� �4)#�^
��☺$"vw23��� �?!"#$☺�����"�
7�$«^c#.O�� q���~v�☺"L�r Z ����~$�)7�x Z�M$P�"�
��☺�1 {�#`J�>.��� '��c
26
2. Yang disebutkan dalam kata perintah (amr). Tasbih ini terdapat dalam 13
ayat yaitu:
1. Perintah tasbih bersama dengan perintah sujud yaitu yang terdapat
dalam QS. Al-Hajr: 98
.⌧��7o��U ��.☺��A 7�Mr"* �`J"�
B��C� ��®��w�$����� 'ubc
2. Perintah bertasbih disertai dengan perintah bersabar yaitu QS. Thaha:
130
>w�.¢���U Z�M�1 ��� �[#`�#�2�^ .⌧��7x"�
��.☺��A 7�Mr"* @\)t� |¯#PNP¥ -.☺/0��� @\)t�"�
��S��1�`G F .���"� '° ��l�"` c\3L����
.⌧��7o��U �����.¥��"� *��SEp��� 7kNP��
Z�W)�� 'aWwc 3. Perintah bertasbih dan bertawakkal kepada Allah Swt yaitu QS. Al-
Furqan: 58
)\A"#�"� �M�1 '�*¥3��� y�� �� @j � #�☺�^ .⌧��7x"�
qM��.☺��A Z Z*⌧]@A"� q���r w<#�l`L�r qM�v��t�1 �±>��7B '�bc
4. Perintah bertasbih disertai dengan perintah untuk bersabar dan perintah
untuk beristigfar yaitu QS. Ghafir: 55
>w�.¢���U ��2 �.1"� � �� 6K� )��]3��d�x��"�
{��7rl�� .⌧��7x"� ��.☺��A 7�Mr"*
��8²P3����r W�$⌧t)r�³��"� '��c
5. Perintah bertasbih dan bersabar disertai dengan penentuan waktu-
waktu yang diutamakan yaitu QS. Qaaf: 39-40
27
>w�.¢���U Z�M�1 ��� {�#`�#�2�^ .⌧��7x"�
��.☺��A 7�Mr"* @\)t� |¯#PNP¥ -.☺/0��� @\)t�"�
w<�1�`�3��� 'Wuc B���"� c\3L���� ������7o��U
��$�rv��"� �v#��;���� 'wc
6. Perintah bertasbih atas ketetapan Tuhan dan bertasbih dengan memuji-
Nya, disertai dengan penentuan waktu-waktu utama untuk melakukan
tasbih yaitu QS. At-Thur: 48-49
>w�.¢��"� crQ�¥�� 7�Mr"* 7kl�¬�U
��~��1v.1���r F .⌧��7x"� ��´��A 7�Mr"* ��n�� 14#�2� 'bc B���"�
c\3L���� ������7o��U ��$�rv�2"� �V#��*5���
'uc 7. Perintah bertasbih dengan nama Allah yang maha besar yaitu QS. Al-
Waqi’ah: 74 dan 96 dan QS. Al-Haqqah: 52
.⌧��7o��U w��x���r 7�Mr"* w�v��P3��� '�c
.⌧��7o��U hf.µ���r 7�Mr"* hfg��P3��� 'u�c
.⌧��7o��U hf.µ���r 7�Mr"* w�L��P3��� '�hc
8. Perintah bersujud kepada-Nya dan bertasbih kepada-Nya yaitu QS. Al-
Insan: 26
{|��"� c\3L���� .��(�x���U �����
������7x"� H⌧3L�� �⌧^c#�¥ 'h�c
9. Perintah bertasbih disertai dengan pengakuan kehambaan diri kepada
Allah dan pengakuan unsur kemanusiaan diri yaitu QS. Al-Isra’: 90-93
F�#`���"� ��� {|���µl 7�� Z�¶f� ����3]� �"5�� B���
'()*+,�� ± #�7J��^ 'uwc ��� �[#`Q� {��� �E~� ��C�
28
�\v�^k· �N"5�1"� ��we�⌧]�d�U ��$9l+,�� �9MN$MN8B
�±>�w�3]� 'uac ��� ⌧�w2��P\ "` �☺�����
�☺⌧J o�.☺�1� �"53vMN�1 ��]o��J ��� "��6U�� � ���r ��⌧t²k$MN☺3���"� �⌧L�t� 'uhc ��� �[#`Q�^ 7�� �3v�r ��C� <�1�B1� ��� Z�M�)�� ��� �` �☺�����
���"� {|���µl 7¸v�1��� Z�¶f� �6C���P �"53vMN�1
�~7$�+�J ��M`���32kl Q )\P �[��)7�x ��M¹"* )\e ��5`J
j�2 �5>o��º 5j#�x-* 'uWc 10. Perintah bertasbih dengan nama Allah yang Mahatinggi yaitu QS. Al-
A’la: 1
h⌧��7x B��x�� 7�Mr"*
�M.1+,�� 'ac
11. Perintah bertasbih dengan memuji Allah memohon ampun kepada-Nya
yaitu QS. An-Nasr: 3
.⌧��7o��U ��.☺��A 7�Mr"*
�M)��]3��d�x��"� Z ���kl�2 �[@A
�lr�-#� 'Wc
3. Tasbih yang diucapkan para nabi dan rasul, yang terdapat dalam Al-qur’an
yang hanya terdapat 4 ayat yaitu :
1. Tasbih Rasulullah yang disebutkan dalam Al-qur’an yaitu: QS. Yusuf :
108
)\P qMwL$e »�v�tx F�»#11v�� �Ms�2 � �� Z
Z�M�1 <�">�8}�r ���l�� '���"� ��P�tE�� F
B�$�)t�x"� � �� ���"� ���l�� B���
{¼n�J�>.��☺3��� 'awbc 2. Tasbih Nabi Musa As yang terdapat dalam QS. Al-A’raf: 143
29
��☺��"� "` � Z�°#1� �"5�+$�2v�☺�� ���☺kN⌧J"�
���{r"* �6�� w[<"* »��¡*�� )���l�� {�3L���2 Z �6�� ���
��¹��� '�8Q$��"� )���l�� �Ms�2 c\�t�3��� c[�¬�U
-��2�d�x�� ����l�⌧t�� ��)#o��U ��¹��� Z ��☺MN�U
Z���9�� ���{r"* c\�7�UN�� �1���P� �Av -�B"�
Z�°#1� �52�Po¢ Z ��☺MN�U �½��U�� �6�� {��~$�)t�x ��)tP {�3L���2 ���l��"� 16E��� ��n�5����☺3��� 'aWc
3. Tasbih Nabi Yunus As yang terdapat dalam QS. Thaha: 33
)��¹ 7���7o�P¾ �5>��?⌧J 'WWc
4. Tasbih Nabi Isa As yang terdapat dalam QS. Al-Maidah: 116
3��2"� �6�� T �� �o/v�P$�^ ��3��� B �^�;�� o�l��"` o�UNP E�E5N��
��¡�`L�^T��� "�¸d¤�"� c�n9$���2 ��� c[��v � �� F
�6�� 7�~$�)t�x ��� 1[#`Q�^ »�s [�� �6#P�� ��� ³-3v�� �s \eK��r Z [�2 ��5`J
����+UNP .��2�U ����d.☺�N� Z 1 MNP� ��� ��� �8/3]�l ij"�
��MN.1�� ��� ��� 78�3]�l Z 7El�2 o�l�� 1 $kN�1
w<#1L`�3��� 'aa�c
4. Mengemukakan tasbih manusia secara umum. Jumlahnya ada 9 ayat. Tiga
ayat diantaranya terbentuk kata perintah kepada orang-orang mukmin. Dan
itu merupakan perintah taklif agar bertasbih kepada Allah. Salah satunya
ayatnya menyebutkan kata orang-orang mukmin bersama dengan
penyebutan Rasulullah, dan dua ayat lainnya dengan penyebutan orang-
orang mukmin secara mutlak. Ayat-ayat itu sebagai berikut:
1. QS. Al-Ahzab: 41-42
30
��S{���k$�^ ��®�� �� F�#15���"` F��_¨Pº3���
� �� �☯�3J�� �5>��?⌧J 'ac �M#����7x"�
5���Q�r �⌧L�¢��"� 'hc 2. QS. Az-Zuhruf: 13
F��_#�d���+�� Z�M�1 qM*#�9�� ��P� F��1�`JL�
��☺P�l ) `Q�Mr"* ����2 f`©^"#�d�x�� ��3LMN�1
F�#`�#�2�"� B�$�)t�x y�� �� ��/§x ��~�� �⌧L$e
���"� �E5�A ����� ��n�lW�321� 'aWc
3. QS. Al-Fath: 8-9
�kl�2 {�$�~UNx)*�� �~��9$⌧� �����0�t1�"�
���^wL�l"� 'bc F�#15����d�À� � ���r q��� #�x"*"�
�M�_*W¸yPP"� �M�1��À"#P"� �M#����7o�P\"� 5���Át�r
�⌧L�¢��"� 'uc 4. QS. Ali Imran: 191
��®�� �� �[�1�`JL�^ � �� �?☺$"v� �~v#1PP"� Z�M�1"�
) �9�r#151� �[�1�/t⌧]�d�^"� ��� cKUNB � !"#$"´�����
'()*+,��"� �"5«r"* ��� o�32MNB �⌧L$e H⌧�O$�r
7�~$�)t�x ��~w2�U B<�⌧L�1 *�E5��� 'auac
5. QS. Al-Isra’: 108
�[#`�#�2�^"� B�$�)t�x �"5�Mr"*
[�2 �[⌧J ��.1"� �"5�Mr"*
5j#1P3]☺�� 'awbc
6. QS. As-Sajadah: 15
31
�☺kl�2 �����1^ �"5�d$�^����r ��®�� ��
����2 F��1�8�AP� ��S� F����B �~��(�x
F�#���7x"� ��.☺��A ) �9�Mr"* ) Pe"� @j
{���>w�Q�+���� 'a�c 7. QS. An-Nur: 36-37
��� � #1L�r �[���� T �� [�� g�U)�P ��@AL1^"� ��S>�U
����☺�x�� �⌧��7o��� ����� ��S>�U C���`�3����r
w6�o¢+��"� Sementara pada dua ayat yang lain, Al-qur’anul karim
menceritakan tentang tasbih para pemilik kebun di negeri yaman.
Menunaikan hak Allah Swt dengan mengeluarkan sebagiannya untuk
orang-orang miskin. Namun manakala ia telah mati, anak-anaknya justru
bersikap bakhil. Keadaan mereka ini dikisahkan oleh Al-qur’an di dalam
dua ayat berikut:
8. QS. Al-Qalam: 28-29
�6�� ) �9`Ox��� ������ \P�� )r`Q�� @j)#��
�[#����7o�P\ 'hbc F�#`��� B�$�)t�x �"5�Mr"* �kl�2
�E5`J {¼n�☺�N$�� 'huc 5. Ayat-ayat yang menyebutkan tasbih para Malaikat kepada Allah
jumlahnya ada 9 ayat, yaitu:
1. QS. Al-Baqarah: 30
3��2"� �6�� {�Yr"* ���Q²k$MN☺UN�� ���¡�2
\�1� ��� '()*+,�� 5�⌧]L�NB F F�»#`���
1\P39���� ��S>�U ��� ��8�3]1^ ��S>�U �7�]����"�
"` ������ �� ��3�j·"� �⌧��7o��l ⌧���.☺��A
_E�e��2�l"� 7�� F �6��
32
»���¡�2 1 MN.1�� ��� @j �[#�☺MNP� 'Wwc
2. QS. Ar-Rad: 13
�⌧��7o���"� ��.1-���� qM��.☺��A
P��Q²k$MN☺3���"� .��� q���d⌧]L8B 1\8x)�1^"�
�K�1!"#�}��� ONv8}1v�U ��S� ��� _` ��0�� ) Pe"�
{�#`���$�9`� ��� � �� "#Pe"� ��^��⌧� w6���lUV��
'aWc 3. QS. Al-Anbiyak: 19-20
�1�� "� ��� ��� � !"#$☺����� '()*+,��"� Z
.���"� ��M�5�1 @j �[��>w�Q�d���� .��1
q���v��7�1 @j"� �[��>8����d���^ 'auc
�[#����7o��� @\3L���� "*��SEp���"� @j �[��>`i3]�^
'hwc 4. QS. Az-Zumar: 75
y���"� ��⌧t²k$MN☺3��� {¼n�ÀU �M .��� w6)#�
�)�P3��� �[#����7o��� ��.☺��A ) S¸�"* F B�8�P"�
¸"5;�r ceK��3:���r @\v�"� ��.☺��3:�� � w[<"*
��n���<$P3��� '��c 5. QS. Al-Mu’min: 7
��®�� �� �[#PN�☺3��� B�)�P3��� .���"� �����)#�
�[#����7o��� ��.☺��A ) S¸�"* �[#15���1^"�
q���r �[�1��]3��d����"� ��®����� F�#15���"` �"5«r"* o�P8x"� E\�A
�`��⌧� 5�☺.�-* �?☺UN�1"� )��]3G���U ��®�����
33
F�#�r�� F�#1P�7E��"� 7MNL�tx ) �9�"� B<�⌧L�1
hfg8��93:�� '�c 6. QS. Fhusilat: 38
c[�¬�U F���>�Át�+�x�� ��®�� ���U �~�1 7�Mr"*
�[#����7o��� ����� c\3v�����r *��SEp���"�
) Pe"� @j �[#�☺������ 'Wbc 7. QS. Al-A’raf: 206
E[�2 ��®�� �� �5�1 {��Mr"* @j �[��>w�Q�d����
.��1 q���v��7�1 ����l#����to���"� �1�� "�
{���������� 'hw�c 8. QS. Ash-Shaffat: 166
�kl�2"� ����"5��
�[#����7o��lUV�� 'a��c
6. Ayat yang mengemukakan tentang tasbih 7 lapis langit dan bumi beserta
segala isinya. Tasbih setiap entitas itu berupa tasbih fitrah dan taskhir atau
dengan tasbih ikhtiari dan taklifi, atau dengan kedua bentuk itu sekaligus
yaitu:
1. QS. Ar-Rad: 12-13
"#Pe y�� �� 1 �t^W�1^ {Â>�3��� �pU)#B
�~P☺�¥"� �8²~1^"� {·������� �6��2��H���
'ahc �⌧��7o���"� ��.1-���� qM��.☺��A
P��Q²k$MN☺3���"� .��� q���d⌧]L8B 1\8x)�1^"�
�K�1!"#�}��� ONv8}1v�U ��S� ��� _` ��0�� ) Pe"�
{�#`���$�9`� ��� � �� "#Pe"� ��^��⌧� w6���lUV��
'aWc 2. QS. Al-Isra’: 44
34
�⌧��to�P\ 1�� � !"#$"´����� �g)7�����
�()*+,��"� ���"� ��S>�U Z [�2"� ��C� <`��⌧� j�2
�⌧��7o��� qM��´��A �8Q$��"� j �[#�9�23]�
) �9�L�t��M\ Q ���kl�2 �[⌧J ��☺v�N� �~*#�]⌧G 'c
3. QS. Al-an-Biya’: 79
�9$�~.☺�9⌧]�U B�$☺3vMN�x Z Ã⌧�A"� ��~;��"` �?☺Q1�
�?☺UN�1"� Z ��l)�/§x"� g�� v�1��v �6��7w�3���
B�����7o��� ">)��O���"� Z �E5�A"� {¼n�N�P$�U '�uc
4. QS. An-Nur: 41
������ ��� E[�� � �� �⌧��7o��� ����� ��� ���
� !"#$"´����� '()*+,��"� �>)��O���"� ��$/]k$o¢ F
\\`J .�� B �N� ����@⌧o¢ ����L�t��M\"� Q T ��"�
7fg�N� �☺�r {�#PNP3]�^ 'ac
5. QS. As-Shad: 18
�kl�2 ��l)�/§x
�6��7893:�� ���P��
B�����7o��� ��8²P3����r
w½�">��³��"� 'abc
6. QS. Al-Hadid: 1
⌧�7x � ��� ���
� !"#$"´����� '()*+,��"� F
"#Pe"� _y^YP3���
1fg8Q��3:�� 'ac
7. QS. Al-Hasr: 1
35
⌧�7x � ��� ��� � !"#$☺����� ���"� ���
'()*+,�� F "#Pe"� _y^yP3��� ��v8Q��3:��
'ac 8. QS. Al-Hasr: 24
"#Pe T �� �K�N$§3��� `�*��73��� _*c¸#o}�☺3���
F 1�� _` �☺�x+,�� Z�������3��� Z �⌧��7o���
����� ��� ��� � !"#$☺����� '()*+,��"� F "#Pe"�
_y^YP3��� ��v8Q��3:�� 'hc
9. QS. Al-Shoff : (1)
⌧�7x � ��� ��� � !"#$☺�����
���"� ��� '()*+,�� F "#Pe"�
_y^YP3��� ��v8Q��3:�� 'ac 10. QS. Al-Jum’ah : (1)
�⌧��7o��� � ��� ���
� !"#$☺����� ���"� ���
'()*+,�� 87�N�lUV��
E�*��23��� y^YP3���
w�L8Q��3:�� 'ac 11. QS. Al-Taghabun : (1)
�⌧��7o��� � ��� ���
� !"#$☺����� ���"� ���
'()*+,�� F 1�� �7UN�☺3���
1�� "� ��.☺�3��� F "#Pe"�
Z�M�1 c�\`J �`��⌧� ¯�^���
'ac
D. Pendapat Ulama tentang Tasbih
Ulama ahli tafsir dalam menguraikan pendapatnya tentang tasbih
kebayakan ketika ia menafsirkan Qur’an surat al-Isra`:44 yang berbunyi:
�⌧��to�P\ 1�� � !"#$"´�����
�g)7����� �()*+,��"� ���"�
��S>�U Z [�2"� ��C� <`��⌧� j�2
�⌧��7o��� qM��´��A �8Q$��"� j
36
�[#�9�23]� ) �9�L�t��M\ Q ���kl�2 �[⌧J ��☺v�N�
�~*#�]⌧G 'c Artinya:“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun”. 20
Hamka dalam Tafsir Al Azhar, menafsirkan surat Al-Isra’ ayat 44
yaitu: bertasbih adalah mengucapkan kesucian yang berarti juga tunduk akan
perintahnya, melaksanakan apa yang dikehendakinya, baik dengan lidah atau
perbuatan atau dengan bukti kepatuhan, langit tujuh telah bertasbih. Bumipun
bertasbih, dan segala penduduk siapapun yang berdiam disemua langit dan
bumi itu semuanya bertasbih.21
Pendapat Hamka ini hampir sama dengan pendapat M. Quraish
Shihab, yang terdapat di dalam tafsir al-Misbah memahami Ayat ini dengan
mengutip pendapatnya Thabatha’i yang mengatakan bahwa ayat di atas
sebagai penyempurnaan argumentasi ayat yang lalu, dan dengan demikian
hubungannya menjadi sangat erat, bahkan keduanya menjadi satu kesatuan.
Seakan-akan ayat yang lalu dan ayat ini menyatakan: seandainya ada tuhan-
tuhan bersama-Nya pastilah kekuasaan-Nya menjadi rebutan, tetapi kekuasaan
di langit dan di bumi serta siapa saja yang di dalamnya, semuanya
mensucikan-Nya dan menyaksikan bahwa tiada sekutu bagi-Nya dan tidak
berakhir kecuali kepada-Nya dan tidak pula sujud kecuali kepada-Nya, dan
dengan demikian tidak ada yang memiliki kekuasaan dan tidak pula yang
wajar menyandangnya kecuali Allah Swt, karena tidak ada tuhan selain Dia.22
Ayat di atas jelas dan tanpa diragukan lagi bahwa adanya pentasbihan
itu dilakukan oleh alam semesta. Akan tetapi bagaimana caranya alam semesta
bertasbih? Ulama berbeda pendapat dalam memahmi ayat di atas. Sementara
ada yang memahami bahwa tasbihnya alam semesta dalam arti majazi, yakni
kepatuhannya mengikuti hukum-hukum Allah yang berlaku atasnya.
20 QS. al-Isra’ : (44). Op.Cit.hlm 430 21 Hamka, Tafsir al-Azhar, Pustaka Panji Mas, Jakarta Juz XV. Hlm 72-73 22 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah. Lentera hati, Jakarta, 2006, cet 5. Juz 7. hlm. 472
37
Keserasian dan kecermatan Allah itu menunjukkan bukti bahwa ciptaan Allah
sangatlah sempurna23 dan serasi bukan saja pada wujudnya atau sistem
kerjanya sebagai satu kesatuan, tetapi juga dalam bagian dan rincian masing-
masing satuan. Keserasian itulah sebagai tasbihnya. Tetapi semua manusia
tidak mampu mengerti secara mendalam – sebagaimana makna tafqahuun –
semua bukti yang terdapat dalam rincian setiap ciptaan-Nya itu, atau dalam
istilah ayat ini tidak dimengerti tasbih mereka.
Ada juga yang menafsirkannya bahwa tasbih alam semesta dimaknai
dengan makna yang Hakiki supra rasional. Seperti halnya al-Biqa’i dan
Thabathaba’i yang pendapatnya telah dikutip oleh M. Quraish Shihab. Yaitu
bahwa al-Biqa’i memahami ketidakmampuan memahami tasbih itu tertuju
kepada kebanyakan orang, tetapi bagi orang-orang yang taat dan kukuh
ketaqwaannya dapat memahaminya. Dengan pendapatnya itu al-Biqa’i
menunjukkan beberapat hadits yaitu yang diriwayatkan oleh al-Bukhari
tentang mukjizat nabi Muhammad Saw. Ketika air keluar dari celah jari-jari
beliau sebagaimana yang telah disampaikan oleh Abdullah ibn Mas’ud yang
menyatakan, “kami mendengar tasbihnya makanan ketika dimakan”, dan HR
al-Bazzar tentang “tasbihnya batu-batu”, dari sini kemudian al-Biqa’i
menyatakan bahwa orang-orang khusus dapat memahami tasbih segala
sesuatu, tetapi tidak demikian dengan kebanyakan orang. Atas dasar ini al-
Biqa’i berpendapat bahwa kata kamu ditujukan kepada kebanyakan orang.
Thabathaba’i berpandangan lain dengan al-Biqa’i walaupun
sebenarnya sama-sama memaknainya dengan makna hakiki. Thabathaba’i
tidak sepenuhnya memahami makna tasbih itu dalam pengertian majazi, walau
dalam saat yang sama ia tidak memahami dalam arti hakiki. Seperti
pemahaman makna “ucapan dan kalam” dalam bahasa manusia. Tasbih adalah
penyucian dengan ucapan atau kalam, sedang hakikat kalam adalah
mengungkapkan apa yang terdapat dalam benak dengan cara tertentu.24
23 Yang dimaksud sempurna ialah jauh dari segala kekurangan dan bahwa pencipta dan
penguasanya hanya Allah, dan tiada sekutu bagi-Nya 24 Manusia menggunakan lafal-lafal tertentu yang merupakan suara yang disepakati
maknanya untuk mengungkap apa yang ingin disampaikan, dan boleh jadi juga dengan
38
M. Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah dia menguraikan panjang
lebar tentang pendapatnya at-Thabataba’i yaitu at-Thabataba’i mengatakan
bahwa tasbih harus dimaknai dengan hakiki bukan dengan majazi, karena
tasbih jika dimaknai dengan segala sesuatu menjadi bukti ke-Esaan Allah.
Maka hal ini di mengeti – dalam bentuk luas dan dalam oleh manusia baik
mukmin maupun kafir, atau mungkin orang kafir lebih memahaminya -
padahal ayat ini menafikannya. Demikian juga bila tasbih itu dimaknai dengan
kepatuhan segala sesuatu pada sistem yang ditetapkan Allah, ini pun
dimengerti oleh manusia – bahkan untuk masa kini – boleh jadi orang kafir
lebih memahaminya dari pada orang muslim – sedang ayat diatas secara tegas
menyatakan bahwa kamu hai seluruh manusia – atau kamu hai orang-orang
musyrik tidak mengerti tasbih mereka.
Ibnu ‘Arabi memahami tasbih segala sesuatu dalam ayat ini dalam arti
hakiki yang suprarasional. Ibnu ‘Arabi menjelaskan bahwasannya segala
sesuatu memiliki keistimewaannya masing-masing, kemudian Ibnu ‘Arabi
menjelaskan bahwa sesungguhnya tasbih langit yang tujuh itu dengan
menunjukkan sifat kesempurnaan Allah, keluhuran Allah sebagai Pemberi
bekas, Pewujud, dan dengan sifat-sifat Ketuhanan. Oleh karena itu, setiap saat
Allah melakukan suatu perbuatan. Sedangkan tasbih bumi yaitu dengan
mengakui kelanggengan dan ketetapan Allah, serta mengakui bahwa Allah
sebagai Pencipta, Pemberi rizki, Pendidik, Pemberi kasih sayang, serta
memberikan pahala kepada segala sesuatu yang taat dan bersyukur
kepadaNya, dan sejenisnya.25
Ibnu katsir dalam kitab tafsirnya dengan secara tidak langsung dia
mengutip hadits-hadits bahwa tasbih alam dengan menggunakan bahasa
mereka sendiri-sendiri.26
menggunakan isyarat tangan, kepala atau selain keduanya dari anggota badannya atau menggunakan tulisan atau menetapkan tanda untuk tujuan mengungkap maksud hati itu. Betapapun mengungkap apa yang diinginkan tidak selalu harus dalam bentuk suara.
25 Ibn ‘Arabi, Tafsir Al-qur’an al-Karim (Beirut: Dar Yaqzah al-Arabiyah, 1968) Vol. 1, hlm. 717
26 Muhammad Nasib ar-Rifa’I, Ringkasan Ibnu Katsir, Gema Insani, Jakarta, 2000, Juz 3. hlm 63
39
Berbeda dengan Mahmud Yunus dalam menafsirkan ayat QS. 17: 44,
Mahmud Yunus dalam memaknai tasbih dia lebih condong ke majazi yaitu:
langit yang tujuh dan orang-orang yang di atasnya, semuanya bertasbih
memuji Allah. Tetapi kamu tidak mengerti tasbihnya itu. Adapun tasbih langit
dan bumi itu bukanlah seperti tasbih manusia, yaitu dengan lidah, melainkan
tasbihnya itu ialah dengan hal keadaannya saja, yaitu menunjukkan atas
adanya Allah dan kekuasanNya.27
Pendapat Mahmud Yunus ini sama dengan pendapatnya Zaglul an-
Najjar akan tetapi zaglul dalam menerangkannya secara panjang lebar dalam
memaknai tasbih dengan makna Majazi. Dan juga Nisywah Al-Ulwani,
Rahasia Istighfar dan Tasbih.
Ar-Razi menjelaskan bahwa sesuatu yang hidup dan mukallaf
bertasbih kepada Allah dengan dua cara. Pertama yaitu dengan mengucapkan
melalui lisan dengan ucapan “subhanAllah”. Kedua, yaitu dengan keadaan
masing-masing yang menunjukkan ke-Esaan Allah dan Maha Suci-Nya.
Sedang yang tidak berakal, seperti hewan/binatang dan benda-benda mati
hanya mampu bertasbih kepada Allah dengan cara yang kedua. Yakni, dengan
keadaannya sebagai makhluk yang baru, menunjukkan dengan jelas tentang
mesti adanya Allah Ta’ala ke-Esaan dan kekuasaan-Nya, serta Maha Suci dari
kebaruan. Karena tasbih dengan cara yang pertama tidak akan berhasil kecuali
dengan pemahaman, ilmu, kemampuan, dan pengucapan. Padahal empat hal
tersebut tidak mungkin ada pada benda-benda mati. Sehingga ia hanya bisa
bertasbih dengan cara yang kedua.
Tasbih langit dan bumi dalam ayat ini dipahami oleh ar-Razi dalam arti
majazi, yakni dalam arti kepatuhannya mengikuti hukum-hukum Allah yang
berlaku atasnya. Keserasian dan kecermatan ciptaan Allah itu menunjukkan
bahwa ciptaan Allah amat sempurna dan serasi, bukan saja pada wujudnya
atau sistem kerjanya sebagai satu kesatuan, tetapi juga dalam bagian dan
rincian masing-masing satuan. Keserasian itulah tasbihnya.
27 Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim, PT Hidakarya Agung, Jakarta, Cet 19. hlm 407-
408
40
Menurut ar-Razi ayat ini ditujukan kepada semua manusia yang tidak
mampu mengerti secara mendalam – sebagaimana makna tafqahun – semua
bukti-bukti yang terdapat pada rincian setiap ciptaan-Nya itu, atau dalam
istilah ayat ini tidak mengerti tasbih mereka. Memang boleh jadi mereka
memahami tasbihnya yakni keserasian yang menjadi bukti ke-Esa-an Allah –
dalam wujudnya sebagai satu unit. Katakanlah alam raya ini sebagai satu unit
dapat dijadikan bukti ke-Esa-an-Nya melalui wujud dan sistem kerjanya,
tetapi bagian-bagian rinci dari alam raya tidak dapat dipahami dan dijadikan
oleh banyak orang sebagai bukti ke-Esa-an Allah dan kuasa-Nya. Ar-Razi
memberi contoh dengan sebuah apel. Apel tersebut terdiri dari sekian banyak
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari wujudnya sebagai sebuah apel. Akan
tetapi kendati demikian, terdapat pada setiap bagian dari apel itu ciri dan sifat-
sifat, misalnya rasa, warna, aroma, dan bentuk tertentu yang kesemuanya
secara berdiri sendiri sangat serasi dan yang dapat menjadi bukti ke-Esa-an
Allah Swt. Tentu saja setiap apel dapat mengambil ciri dan bentuk yang lain.
Dan wujudnya dalam bentuk real itu tidak mungkin terjadi tanpa ada yang
mewujudkannya. dalam hal ini adalah Allah Swt. Rincian-rincian yang
dimaksud tersebut tidak dapat dimengerti secara mendalam oleh manusia.28
Ulama fiqh mengatakan ”Tasbih” adalah pengagungan tingkat
tertinggi, yang tidak ada yang berhak untuk mendapat pengagungan seperti itu
kecuali Allah Swt, sebagaimana halnya ibadah dan shalat yang dianggap
sebagai puncak syukur dan pujian terhadap berbagai nikmat Allah yang tak
terhitung jumlahnya, seperti halnya pula bahwa shalat itu ditegakkan hanyalah
untuk Allah semata.29
28 Fakhr al-Din al-Razi, Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghaib, Jilid 10, Dar al Kutub al-
Ilmiah, Beirut, t.th, hlm. 175 29 M. Ishom El-Saha, M.A., Saiful Hadi, S.Ag. Op.Cit. hlm.726
top related