konsep pengelolaan habitat bekantan di sungai kuala ...pat ikan gurame (osphronemus gouramy lac.)...
Post on 11-Jan-2020
3 Views
Preview:
TRANSCRIPT
425
STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA PADA HABITAT BEKANTAN
(Nasalis larvatus Wurmb.) DI KUALA SAMBOJA, KALIMANTAN TIMUR
(Strategy for Ecotourism Development in Proboscis Monkey (Nasalis larvatus Wurmb.)
Habitat at Kuala Samboja, East Kalimantan)*
Oleh/By:
Tri Atmoko
Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Samboja Jl. Soekarno-Hatta Km. 38 Po. Box 578 Balikpapan 76112 Telp. (0542) 721663, Fax (0542) 7217665
e-mail: bptpsbj@telkom.net Samboja-Kalimantan Timur
*Diterima : 21 Agustus 2009; Disetujui : 30 Agustus 2010
s
ABSTRACT
Study on the strategy for ecotourism development in proboscis monkey (Nasalis larvatus Wurmb.) habitat was
conducted in Kuala Samboja, East Kalimantan. The objective of this study was to obtain information on the
potential objects in prosboscis monkey habitat and its strategy for ecotourism development. SWOT
(Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats) analysis was done to arrange the strategies for ecotourism
development in this proboscis monkey habitat. The results showed that the SWOT matrix position laid in the
conservative position, i.e. W-O (weaknesses-opportunities). Some strategies could be conducted such as
building management board, package of integrative tourism, package of scientific adventure, increasing
public awareness, and promotions. The ecotourism development is expected to create a good habitat and
population of proboscis monkey through rehabilitation activity and to provide additional income for
surrounding community.
Keywords: Ecotourism, proboscis monkey habitat, Kuala Samboja, SWOT analysis
ABSTRAK
Penelitian tentang strategi pengembangan ekowisata pada habitat bekantan (Nasalis larvatus Wurmb.) telah
dilakukan di Kuala Samboja, Kalimantan Timur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan
informasi tentang hasil analisis potensi obyek ekowisata pada habitat bekantan dan alternatif strategi
pengelolaannya. Analisis SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Treath) dilakukan untuk menyusun
strategi pengembangan ekowisata di habitat bekantan. Hasil penelitian menunjukkan matrik posisi SWOT
terletak pada posisi konservatif yaitu Strategi W-O (kelemahan-peluang). Beberapa strategi yang dapat
dilakukan yaitu: membangun kelembagaan, paket wisata integratif, paket wisata petualangan ilmiah,
peningkatan kesadaran masyarakat, dan kegiatan promosi. Kegiatan pengembangn ekowisata diharapkan
dapat menjadikan habitat dan populasi bekantan yang baik melalui kegiatan rehabilitasi dan memberikan
pendapatan tambahan bagi masyarakat sekitar.
Kata kunci: Ekowisata, habitat bekantan, Kuala Samboja, analisis SWOT
I. PENDAHULUAN
Kuala Samboja merupakan salah satu
habitat asli bekantan (Nasalis larvatus
Wurmb.) yang ada di luar kawasan kon-
servasi di Kalimantan Timur. Habitatnya
yang terkurung oleh pemukiman pendu-
duk, ladang, jalan raya, penggembalaan
ternak, dan areal tambak menyebabkan
habitat bekantan ini sangat rentan dengan
gangguan sehingga perlu kegiatan penge-
lolaan dan pemanfaatan secara terpadu di
antaranya pengembangan ekowisata ber-
basis masyarakat. Pelestarian habitat be-
kantan di Kuala Samboja ini secara lang-
sung dapat memberikan manfaat bagi
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat
sekitar.
Dewasa ini kecenderungan minat pari-
wisata dunia yang mengarah back to
nature menyebabkan ekowisata mempu-
nyai peluang besar untuk dikembangkan.
Bentang alam yang unik dan keberadaan
bekantan sebagai satwa endemik Pulau
Vol. VII No. 4 : 425-437, 2010
426
Kalimantan yang dilindungi dapat menja-
di daya tarik ekowisata di Sungai Kuala
Samboja. Seperti yang dinyatakan
Drumm dan Moore (2002) bahwa tiga
dari lima pengalaman ekowisata paling
diminati wisatawan adalah melihat satwa
liar, menikmati pemandangan alam, dan
mendapatkan pengalaman baru.
Kegiatan ekowisata dengan bekantan
sebagai obyek daya tarik wisata menjadi
salah satu upaya pelestarian populasi dan
habitatnya termasuk oleh masyarakat se-
bagai pelaku utama. Seperti yang dinya-
takan Retnowati (2004) bahwa dua hal
penting dalam mengusahakan ekowisata
yaitu: 1) wisatawan dan operatornya ha-
rus memberikan dukungan yang lebih
nyata dalam usaha konservasi dan peles-
tarian keanekaragaman hayati, 2) pelibat-
an masyarakat, mulai dari tahap perenca-
naan, pembangunan, dan pengoperasian
dapat memberikan keuntungan ekonomis
bagi mereka sehingga akan tumbuh rasa
memiliki dan memelihara sumberdaya
yang menjadi obyek ekowisata.
Penelitian ini bertujuan untuk menda-
patkan informasi tentang hasil analisis
potensi obyek ekowisata pada habitat be-
kantan di Kuala Samboja dan alternatif
strategi pengelolaannya sehingga diha-
rapkan dapat meningkatkan nilai jasa
lingkungan untuk mendukung sistem
ekonomi masyarakat melalui pelestarian
bekantan di habitat aslinya.
II. BAHAN DAN METODE
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Ju-
ni 2008 di habitat bekantan Sungai Kuala
Samboja, Kalimantan Timur.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam peneliti-
an adalah habitat bekantan, masyarakat
sekitar, pengunjung, dan obyek wisata di
sekitar lokasi penelitian. Alat yang digu-
nakan adalah perahu, teropong, GPS
(Global Position System) Garmin III-
Plus, dan kamera digital.
C. Metode Penelitian
Identifikasi obyek wisata di sekitar lo-
kasi penelitian dilakukan dengan obser-
vasi secara langsung dan mendeskrip-
sikan potensinya dan jarak dari lokasi pe-
nelitian. Data kondisi sungai berdasarkan
tracking GPS menyusuri sungai menggu-
nakan perahu. Data kemudian di-overlay
dengan data peta dasar dan dipetakan
menggunakan software ArcView 3.3.
Informasi tentang satwaliar dan jenis-
jenis ikan yang ada di perairan diperoleh
dari observasi langsung dengan menyu-
suri sungai Kuala Samboja dan berda-
sarkan informasi dari masyarakat lokal
dan pengunjung.
Data dan informasi tentang kondisi
masyarakat Kuala Samboja berdasarkan
data monografi Desa Kuala Samboja, po-
pulasi bekantan berdasarkan penelitian
Yasuma (1994) dan Alikodra et al.
(1995), serta jenis vegetasi berdasarkan
penelitian Sidiyasa et al. (2005). Keku-
atan, peluang, kelemahan, dan ancaman
diidentifikasi berdasarkan potensi dan
kondisi di lokasi habitat bekantan.
D. Analisis Data
Data dianalisis dengan menggunakan
metode analisis SWOT (Strengths-Weak-
nesses-Opportunities-Treath). Analisis
ini dilakukan dengan memaksimalkan ke-
kuatan dan peluang dan meminimalkan
kelemahan atau ancaman, sehingga dapat
diketahui alternatif strategi yang dapat di-
gunakan untuk pengembangan ekowisata
(Suryandari, 2005).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Biofisik Kawasan Wisata
Alam
1. Kondisi Sungai Kuala Samboja
Sungai Kuala Samboja sebagai lokasi
penelitian merupakan bagian dari Daerah
Strategi Pengembangan Ekowisata pada Habitat Bekantan…(T. Atmoko)
427
Aliran Sungai (DAS) Seluang yang se-
cara administratif pemerintahan terletak
di Kelurahan Kuala Samboja, Kecamatan
Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara,
Kalimantan Timur. Secara geografis ter-
letak pada koordinat 01000’22”-01
000’
44,5” LS dan 117005’18”-117
006’32,9”
BT (Adinugroho dan Ma’ruf, 2005).
Luas wilayah Kelurahan Kuala Sam-
boja adalah 15.750 hektar. Sebelah utara
berbatasan dengan Kelurahan Senipah,
sebelah selatan berbatasan dengan Kelu-
rahan Tanjung Harapan/Kelurahan Sei
Merdeka, sebelah barat berbatasan de-
ngan Kelurahan Sei Seluang, dan sebelah
timur berbatasan dengan Selat Makassar.
Dengan jumlah penduduk 6.243 jiwa,
mata pencaharian masyarakat adalah ne-
layan, petani, peternak, pegawai negeri
sipil (PNS), dan wiraswasta. Selain itu,
masyarakat juga memanfaatkan Sungai
Kuala Samboja sebagai sumber air untuk
mandi, mencuci, dan sarana transportasi
mengangkut hasil pertanian (Pemerintah
Kabupaten Kutai Kartanegara, 2004).
Sungai Kuala Samboja memiliki arti
penting bagi kehidupan sehari-hari ma-
syarakat di sekitarnya. Selain sebagai ha-
bitat bekantan, Sungai Kuala Samboja ju-
ga mempunyai fungsi hidroorologis yaitu
sebagai daerah tangkapan air, fungsi eko-
logis yaitu sebagai penampung limpasan
air hujan, dan tempat berkembangbiak
berbagai jenis ikan komersial serta seba-
gai indikator banjir. Kondisi habitat be-
kantan di Sungai Kuala Samboja tersaji
pada Gambar 1.
2. Keanekaragaman Hayati
a. Vegetasi
Vegetasi di habitat bekantan di Kuala
Samboja dicirikan oleh jenis-jenis yang
umum dijumpai di daerah tepi sungai dan
riparian. Berdasarkan penelitian Sidiya-
sa et al. (2005) vegetasi tingkat pohon
dan pancang didominansi Sonneratia ca-
seolaris L., Cerbera manghas L. dan Fi-
cus sp., jenis herba didominansi Ischae-
mum muticum L. (Gramineae), Mapania
sp. (Cyperaceae), dan Scleria sp. (Cype-
raceae), jenis paku-pakuan yakni Acrosty-
cum aureum L. (Polypodiaceae) dan Ly-
godium salicifolium Presl. (Schizaeceae),
Gambar (Figure) 1. Kondisi habitat bekantan di Sungai Kuala Samboja (Condition of proboscis
monkey habitat at Kuala Samboja river)
Vol. VII No. 4 : 425-437, 2010
428
sedangkan palem terdiri dari Pinanga sp.
dan Nypa fruticans Wurmb. Beberapa di
antara tumbuhan tersebut dapat diaman-
faatkan sebagai bahan obat-obatan tradi-
sional.
b. Satwaliar
Kegiatan inventarisasi fauna secara
menyeluruh belum pernah dilakukan di
Sungai Kuala Samboja dan sekitarnya.
Kegiatan penelitian yang pernah dilaku-
kan masih dilakukan untuk jenis bekan-
tan. Bekantan di Sungai Kuala Samboja
tersaji pada Gambar 2.
Gambar (Figure) 2. Bekantan jantan setengah
dewasa di Sungai Kuala Samboja (Subadult-male
of proboscis monkey at Kuala Samboja river)
Bekantan adalah primata dari sub-
famili Colobinae yang dilindungi secara
nasional maupun internasional. Satwa ini
mempunyai morfologi yang khas yaitu
pada jantan dewasa memiliki hidung
yang besar, menonjol agak menggantung
(Soerianegara et al., 1994). Penyebaran
bekantan di Kalimantan Timur meliputi
daerah Tanjung Redeb, Taman Nasional
Kutai, Sungai Kayan, Sungai Sepaku, Te-
luk Balikpapan, Tenggarong, Sanga-Sa-
nga, Sungai Mariam, Delta Mahakam,
dan Sungai Kuala Samboja (Yasuma,
1994; Soerianegara et al., 1994; Bismark,
1995; Atmoko et al., 2007).
Kondisi populasi bekantan di Sungai
Kuala Samboja dari tahun 1989 sampai
tahun 2006 mengalami peningkatan. Pa-
da tahun 1989 terdapat lima kelompok
bekantan dengan populasi 90 ekor (Yasu-
ma, 1989 dalam Alikodra et al., 1995;
Yasuma, 1994), pada tahun 1991 terdapat
lima kelompok dengan total populasi 98
ekor (Alikodra et al., 1991 dalam Ali-
kodra et al., 1995), tahun 1993 meningkat
menjadi tujuh kelompok dengan populasi
103 ekor (Alikodra et al., 1995), dan pa-
da tahun 2008 populasi bekantan diper-
kirakan sekitar 140 ekor (Ma’ruf, 2008).
Populasi bekantan semakin bertambah,
namun luas habitat tetap bahkan makin
sempit dengan tekanan dari luar yang se-
makin besar.
Satwaliar lain di antaranya adalah wa-
rek (Macaca fascicularis Raffles), bia-
wak (Varanus salvator Laurenti), Famili
Tupaiidae, beberapa jenis ular, bidawang
(Pelochelys sp.), Egreta sp., dan berbagai
jenis burung lainnya. Daerah muara su-
ngai seperti Sungai Kuala Samboja me-
miliki sumberdaya perairan yang tinggi di
antaranya berbagai jenis ikan dan udang.
Ikan yang sering ditemui adalah ikan ka-
kap (Lutjanus sp.), baung (Hemibagrus
spp.), Patin (Pangasius spp.), otek (Ta-
chysurus sp.), bulan-bulan (Megalops
sp.), adungan (Hampala sp.), dan udang
galah (Marco sp.). Selain itu juga terda-
pat ikan gurame (Osphronemus gouramy
Lac.) dan nila (Oreochromis niloticus L.).
Induk kedua ikan tersebut berasal dari
tambak ikan di sekitar lokasi yang terle-
pas bertahun-tahun yang lalu sehingga
saat ini sudah dapat berkembangbiak se-
cara alami.
3. Obyek Wisata Sekitar Lokasi Pene-
litian
a. Tanjung Harapan
Daerah wisata alam Tanjung Harapan
terletak di Kecamatan Samboja, Kabupa-
Strategi Pengembangan Ekowisata pada Habitat Bekantan…(T. Atmoko)
429
ten Kutai Kartanegara. Kawasan ini me-
miliki pantai indah berpasir putih dan pa-
da saat air laut surut terhampar bantaran
pasir yang luas. Dari lokasi pengem-
bangan Sungai Kuala Samboja berjarak +
4 km. Kawasan ini banyak dikunjungi
masyarakat pada Hari Raya Iedul Adha,
Hari Raya Iedul Fitri, dan pada Tahun
Baru. Para pengunjung biasanya ke loka-
si ini dengan tujuan untuk jalan-jalan
sambil menikmati pemandangan laut.
Kebanyakan pengunjung datang dalam
kelompok-kelompok kecil menggunakan
sepeda motor atau mobil pribadi. Selain
itu lokasi ini sering digunakan oleh pra-
muka untuk berkemah.
b. Waduk Samboja
Danau Waduk Samboja terletak di ka-
wasan Tanah Merah di Desa Wonotirto,
Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai
Kartanegara. Waduk dengan kedalaman
berkisar antara 3-4 meter ini dibangun
untuk pengairan yang diperlukan oleh de-
sa-desa di sekitarnya untuk persawahan,
perikanan, dan peternakan. Lokasi ini
berjarak sekitar + 7 km dari lokasi pe-
ngembangan Sungai Kuala Samboja.
c. Wisata Alam Bukit Bangkirai
Wisata alam Bukit Bangkirai berjarak
sekitar 25 km dari obyek yang akan di-
kembangkan. Wisata alam ini dilengkapi
dengan infrastruktur dan fasilitas yang
cukup memadai, di antaranya ruang per-
temuan, penginapan, dan sarana olahraga.
Kegiatan yang biasa dilakukan adalah ja-
lan-jalan menelusuri jalan setapak/rintis
(track) yang sudah banyak dibuat sambil
menikmati suasana kawasan hutan yang
masih bagus. Selain itu juga terdapat
jembatan yang menghubungkan antar ta-
juk pohon (canopy bridge) sehingga
pengunjung dapat menikmati kondisi hu-
tan dari tajuk-tajuk pohon.
d. Hutan Penelitian KHDTK Samboja
Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khu-
sus (KHDTK) Samboja sebelumnya ada
di bawah pengelolaan Loka Penelitian
dan Pengembangan Satwa Primata/Wana-
riset Samboja, yang terakhir menjadi Ba-
lai Penelitian Teknologi Perbenihan
(BPTP) Samboja yang terletak di Jalan
Soekarno-Hatta Km 38 Samboja atau ber-
jarak sekitar 15 km dari lokasi Sungai
Kuala Samboja. Sarana wisata alam yang
ada di KHDTK Samboja di antaranya:
1) Rintis Wartono Kadri, merupakan ja-
lur observasi sepanjang 1,6 km di da-
lam kawasan hutan hujan dataran ren-
dah. Fasilitas ini digunakan sebagai lo-
kasi interpretasi lingkungan dan pen-
didikan konservasi bagi pelajar, maha-
siswa, pemerhati lingkungan, dan ma-
syarakat umum.
2) Hutan penelitian atau kawasan
KHDTK seluas 3.504 ha dan di dalam
kawasan ini terdapat sumber air panas.
e. Pusat Rehabilitasi Orangutan-
Yayasan BOS (Borneo Orangutan
Survival) dan BOS Samboja Lestari
Yayasan BOS merupakan organisasi
non-profit dengan misi utamanya berpar-
tisipasi aktif dalam upaya menyelamat-
kan orangutan dan habitatnya, sedangkan
BOS Samboja Lestari giat dalam upaya
rehabilitasi lahan seluas 1.500 ha di Sam-
boja yang berfungsi sebagai pendidikan,
persemaian, pengembangan jenis-jenis
endemik Kalimantan, dan cagar alam ba-
gi jenis primata dan beruang (Suaka Be-
ruang Madu). Obyek ini berjarak sekitar
15 km dari lokasi Sungai Kuala Samboja.
Lokasi wisata alam yang disebutkan di
atas berlokasi sebagaimana Gambar 3.
B. Analisis Potensi Wisata
1. Analisis SWOT
Dari hasil identifikasi faktor internal
(kekuatan dan kelemahan) dan faktor eks-
ternal (peluang dan ancaman) diperoleh
hasil sebagai berikut:
a. Faktor Internal
1) Kekuatan (Strengths)
a) Merupakan habitat asli bekantan yang
merupakan satwa dilindungi endemik
Kalimantan.
Vol. VII No. 4 : 425-437, 2010
430
Keterangan (Remarks): 1. Sungai Kuala Samboja, 2. Pantai Tanjung Harapan, 3. Waduk Samboja, 4. Proyek Samboja
Lestari, 5a. Herbarium Wanariset, 5b. Rintis Wartono Kadri, 5c. Sumber Air Panas, 6. Wisata Alam Bukit
Bangkirai
Gambar (Figure) 3. Lokasi kawasan wisata penelitian Sungai Kuala Samboja (Location of research-
ecotourism area at Kuala Samboja river)
b) Populasi bekantan yang semakin me-
ningkat dari tahun ke tahun.
c) Kemudahan untuk mengamati/melihat
aktivitas bekantan dibanding bekantan
liar pada habitat lainnya.
d) Sungai Kuala Samboja merupakan
muara sungai sehingga mempunyai
potensi perikanan yang tinggi. Seba-
gian masyarakat memanfaatkan su-
ngai ini untuk mencari ikan dan udang
sebagai alternatif pendapatan atau se-
kedar menyalurkan hobi memancing.
e) Biaya yang dikeluarkan untuk me-
ngunjunginya relatif murah.
2) Kelemahan (Weaknesses)
a) Belum adanya pengelola dan tenaga
yang profesional dalam mengelola ka-
wasan.
b) Kawasan berdekatan dengan pemu-
kiman penduduk dan lahan pertanian
masyarakat.
c) Kurangnya informasi dan promosi ke-
pada pengusaha, biro perjalanan wisa-
ta. dan masyarakat luas.
d) Sumberdaya manusia dan teknologi
yang masih kurang di bidang perikan-
an darat dan manajemen pengelolaan
ekowisata.
e) Tingkat pemahaman masyarakat ten-
tang fungsi dan peranan DAS masih
kurang.
b. Faktor Eksternal
1) Peluang (Opportunities)
a) Lokasi yang mudah dijangkau. Lokasi
pengembangan strategis dan mudah
dijangkau yaitu terletak di tepi jalan
yang menghubungkan Balikpapan-
Handil Dua dan + 15 km dari jalan
provinsi yang menghubungkan Balik-
papan-Samarinda.
b) Terdapat beberapa obyek daya tarik
wisata alam di sekitarnya, mulai dari
Strategi Pengembangan Ekowisata pada Habitat Bekantan…(T. Atmoko)
431
wisata pegunungan sampai wisata
pantai.
c) Kecenderungan wisatawan tertarik de-
ngan kegiatan wisata petualangan il-
miah dan mengamati satwaliar di habi-
tat aslinya.
d) Terdapat banyak hotel di Balikpapan
dan Samarinda sehingga memungkin-
kan tamu yang menginap tertarik un-
tuk mengunjungi berbagai obyek wisa-
ta alam di sekitarnya.
2) Ancaman (Treath)
a) Peracunan ikan dan penebangan liar
yang dilakukan oleh masyarakat di da-
erah hulu sungai.
b) Perambahan lahan oleh masyarakat di
sekitar lokasi untuk pertanian dan pe-
mukiman.
c) Penebangan pohon tempat beraktivitas
dan sumber pakan bekantan.
2. Alternatif Strategi
Analisis SWOT yang dilakukan meng-
hasilkan empat kemungkinan strategi ya-
itu: Strategi S-O (strength-opportunities),
Strategi W-O (weaknesses-opportunities),
Strategi S-T (strength-treath), dan Stra-
tegi W-T (weaknesses-treath). Alternatif
strategi tersebut dijelaskan sebagai beri-
kut:
a. Strategi S-O (Strength-Opportuni-
ties)
Strategi ini menggunakan kekuatan
yang dimiliki untuk memanfaatkan pelu-
ang yang ada, yaitu:
1) Menarik wisatawan dalam atau luar
negeri dengan obyek daya tarik wisata
alam melihat secara langsung hidupan
liar satwa endemik Kalimantan yaitu
bekantan.
2) Mengembangkan obyek wisata lain-
nya sebagai penunjang yaitu dengan
membangun fasilitas wisata meman-
cing sebagai sarana menyalurkan hobi.
3) Melibatkan masyarakat sekitar secara
aktif dalam pengelolaan ekowisata, se-
perti penyewaan perahu, home stay,
menyediakan perlengkapan meman-
cing, dan rumah makan.
4) Selain itu juga dilakukan kerjasama
dengan biro perjalanan wisata, hotel di
Balikpapan dan Samarinda untuk
mengarahkan tamu ke Sungai Kuala
Samboja.
b. Strategi W-O (Weaknesses-Opportu-
nities)
Strategi ini dilakukan dengan memini-
malkan kelemahan untuk memanfaatkan
peluang yang ada, yaitu:
1) Membangun kelembagaan dengan me-
lakukan pengelolaan bersama stake-
holder (parapihak) yang berkompeten,
di antaranya dengan pemerintah da-
erah/pusat, kelompok masyarakat,
swasta, dan lembaga swadaya masya-
rakat (LSM).
2) Membuat paket wisata integratif yang
menarik dipadukan dengan obyek da-
ya tarik wisata yang ada di sekitarnya.
3) Membuat paket wisata petualangan il-
miah, yaitu penyusuran sungai sambil
mengamati aktivitas bekantan di habi-
tat alaminya.
4) Melakukan pembinaan kepada masya-
rakat dalam pengembangan usaha per-
ikanan, pembuatan kerajinan/souvenir
yang bahan bakunya berasal dari seki-
tar lokasi.
5) Melakukan promosi secara intensif di
berbagai media cetak dan elektronik
seperti surat kabar, leaflet, poster, tele-
visi, dan website.
c. Strategi S-T (Strength-Treath)
Strategi ini menggunakan kekuatan
yang dimiliki untuk mengatasi ancaman
yang ada, yaitu:
1) Memberikan pengarahan dan pembi-
naan kepada masyarakat akan fungsi
dan pentingnya daerah aliran sungai
sebagai pengendali banjir dan habitat
berbagai jenis ikan dan udang yang
bernilai ekonomi bagi masyarakat.
2) Melakukan identifikasi lahan masyara-
kat di sekitar kawasan dan menentu-
kan batas-batasnya dengan jelas.
Vol. VII No. 4 : 425-437, 2010
432
d. Strategi W-T (Weaknesses-Treath)
Strategi ini meminimalkan kelemahan
yang dimiliki dan menghindari ancaman
yang ada, yaitu:
1) Kerjasama dengan aparat kelurahan,
rukun tetangga (RT), rukun warga
(RW), kelompok masyarakat, dan pe-
muka agama untuk memberikan peng-
arahan kepada masyarakat agar tidak
menebang kawasan hutan dan mencari
ikan dengan diracun, terutama di da-
erah hulu sungai.
2) Kerjasama dengan LSM lingkungan
dan Balai Konservasi Sumber Daya
Alam untuk bersama-sama melindungi
dan melastarikan bekantan dan habi-
tatnya.
3. Matrik Posisi SWOT
Hasil analisis yang dilakukan menun-
jukkan bahwa nilai kondisi internal sebe-
sar 1,52-1,61 = -0,09, sedangkan nilai
kondisi eksternal sebesar 1,63-1,50 =
0,13. Matrik posisinya seperti tersaji pa-
da Gambar 4.
Gambar 4 menunjukkan matrik posisi-
nya terletak pada posisi konservatif, di
mana kondisi internal kelemahannya le-
bih dominan dibandingkan kekuatan. Se-
mentara dari kondisi eksternal menunjuk-
kan faktor peluang lebih dominan diban-
dingkan ancaman. Dalam posisi strategi
W-O (weaknesses-opportunities) terdapat
beberapa pilihan strategi yang dapat ditu-
runkan ke dalam alternatif kegiatan yang
memungkinkan.
C. Aspek Pengembangan Ekowisata
1. Status Hukum dan Kelembagaan
a. Status Hukum
Merupakan serangkaian upaya legal
formal sebagai dasar legitimasi (payung
hukum) dari seluruh proses dan kegiatan
yang dilakukan. Proses legal formal yang
diharapkan adalah adanya produk hukum
seperti Keputusan Bupati Kutai Kartane-
gara tentang pengelolaan Sungai Kuala
Samboja. Luaran yang diharapkan ada-
lah adanya kepastian hukum bagi status
lahan dan pengelolaan habitat bekantan di
Kuala Samboja.
b. Kelembagaan
Model kelembagaan lebih diarahkan
ke kelembagaan ekonomi lokal. Dalam
model ini pemerintah ditempatkan seba-
gai pembina dan pengarah dalam penge-
lolaannya, baik pemerintah daerah atau-
pun langsung pemerintah pusat. Sedang-
kan Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) berperan sebagai pendamping da-
lam pengelolaannya dan pihak swasta
sebagai pendukung. Stakeholder yang
Gambar (Figure) 4. Matrik posisi analisis SWOT (Matrix position of SWOT analysis)
T
O
S W
0,13
-0,09
●
II Posisi Agresif
(Aggressive position)
I Posisi Konservatif
(Conservative position)
IV Posisi Kompetitif
(Competitive position)
III Posisi Defensif
(Defensive position)
Strategi Pengembangan Ekowisata pada Habitat Bekantan…(T. Atmoko)
433
potensial ikut berperan adalah: Peme-
rintah Kutai Kartanegara (Dinas Pariwi-
sata, Dinas Kehutanan, Kecamatan Sam-
boja, dan Kelurahan Kuala Samboja), Ke-
menterian Kehutanan (BPTP Samboja,
BKSDA Kalimantan Timur), masyarakat
sekitar Sungai Kuala Samboja, LSM (se-
perti Borneo Biodiversity Conservation
dan Yayasan BOS) dan swasta (biro per-
jalanan wisata, hotel, dan investor).
2. Kegiatan
a. Kegiatan Wisata Air
1) Melihat Bekantan
Kegiatan dilakukan dengan menyusuri
aliran Sungai Kuala Samboja yang dijadi-
kan habitat bekantan. Selain itu dapat di-
lihat secara langsung aktivitas bekantan
di alam aslinya dan kondisi habitatnya.
2) Pemancingan
Daerah Sungai Kuala Samboja meru-
pakan daerah hilir sungai sehingga kondi-
si ikan dan udangnya melimpah. Areal ini
sangat ideal sebagai lokasi pemancingan,
terutama disediakan untuk pengunjung
yang hobi memancing.
3) Bersampan Menyusuri Sungai
Para pengunjung yang ingin menik-
mati pemandangan tepi sungai dapat
menggunakan jasa penyewaan sampan
untuk berkeliling atau menyusuri sungai.
Kegiatan yang berbau alam dan penuh
dengan tantangan sangat digemari oleh
orang-orang yang berjiwa muda. Selain
itu kegiatan ini sangat digemari oleh turis
mancanegara. Kegiatan dikemas sedemi-
kian rupa dengan menyuguhkan tantang-
an, baik fisik dan mental, dan dapat pula
diselingi dengan permainan-permainan il-
miah di alam.
b. Wisata Minat Khusus
1) Pengamatan Burung (Bird
Watching)
Kegiatan pengamatan burung merupa-
kan suatu kegiatan semi ilmiah yang bisa
dilakukan oleh pengunjung, di mana pe-
ngunjung dapat menikmati kicauan bu-
rung secara alami di alam. Pengunjung
dapat diajak untuk melakukan kegiatan
rekreasi sekaligus menambah wawasan
tentang keanekaragaman jenis burung.
Pengamatan dapat dilakukan di kawasan
sekitar lokasi maupun pengamatan bu-
rung air di Sungai Kuala Samboja. Ke-
giatan ini dapat menanamkan kecintaan
masyarakat terhadap lingkungan dan da-
pat memahami bahwa mereka akan lebih
bebas hidup di habitatnya daripada diku-
rung di dalam sangkar.
2) Observasi Satwaliar
Kegiatan ini merupakan kegiatan wi-
sata ilmiah lainnya yang dapat dilakukan
di dalam kawasan. Kegiatan meliputi ke-
giatan pengamatan perilaku satwaliar, po-
pulasi, ciri-ciri maupun kondisi habitat
secara umum. Kegiatan dapat dilakukan
melalui sungai maupun mengikuti track
yang ada di kedua sisi sungai.
3) Penelitian dan Pengembangan serta
Pendidikan Konservasi
Kegiatan penelitian dan pengembang-
an (litbang) mencakup kegiatan moni-
toring (pemantauan) sumberdaya kawas-
an yang nantinya dapat dikembangkan se-
bagai sistem informasi dan database. Se-
dangkan pendidikan konservasi dilakukan
dengan mengajak pelajar sekolah dasar
(SD) sampai dengan sekolah lanjutan
tingkat atas (SLTA) untuk belajar secara
langsung di alam tentang lingkungan hi-
dup. Selain itu juga memberikan kesem-
patan kepada mahasiswa untuk melaku-
kan kegiatan observasi, interpretasi ling-
kungan, dan kegiatan ilmiah lainnya di
dalam kawasan.
3. Pemberdayaan Masyarakat
Untuk meningkatkan fungsi kawasan
yang lebih besar perlu dilakukan diversi-
fikasi usaha pemanfaatan jasa lingkungan
dengan tetap mempertimbangkan aspek
kelestarian. Penggalian inspirasi dan ke-
pentingan masyarakat sekitar dilakukan
melalui kajian kondisi sosial ekonomi.
Vol. VII No. 4 : 425-437, 2010
434
Beberapa kegitan yang memungkinkan
untuk dilakukan adalah:
a. Perikanan Darat
Perikanan darat yang diusahakan ber-
bentuk keramba yang terbuat dari bambu.
Jenis-jenis yang dibudidayakan adalah je-
nis udang galah, ikan air tawar yang ber-
nilai ekonomi tinggi ataupun jenis ikan
asli yang ada di Sungai Kuala Samboja.
b. Rumah Makan/Warung
Kegiatan usaha rumah makan/warung
dikelola dan dikoordinasikan dengan baik
oleh seluruh kelompok masyarakat se-
hingga kegiatan usaha dapat berlangsung
dengan baik dan sehat. Menu ikan air ta-
war merupakan menu utama dari rumah
makan/warung yang ada di sekitar lokasi.
Selain itu juga disediakan menu khas
lainnya, baik minuman maupun makanan.
Kebutuhan ikan air tawar segar diperoleh
dari keramba yang dibangun di sekitar lo-
kasi oleh masyarakat sekitar. Selain itu
rumah makan/warung ini menyediakan
jasa untuk mengolah ikan hasil pancingan
para pengunjung sesuai dengan selera
yang diinginkan.
c. Toko Souvenir
Toko souvenir merupakan usaha lain
yang dapat dilakukan oleh masyarakat se-
kitar, dengan menyediakan berbagai jenis
pernak-pernik khas lokal/Kalimantan. Di
sini dapat dijual juga hasil kerajinan yang
dibuat oleh industri lokal/industri rumah
tangga, kelompok masyarakat maupun
mendatangkan dari luar daerah. Selain itu
juga disediakan perlengkapan memancing
dan umpan bagi para pengunjung yang
hobi memancing.
d. Home-stay
Penyediaan home-stay diperuntukkan
bagi para pengunjung yang berminat un-
tuk bermalam di lokasi. Dalam mengusa-
hakannya diperlukan standar kelayakan
dari tempat maupun fasilitas yang dijadi-
kan tempat bermalam.
e. Kegiatan Alternatif Lainnya
1) Agrowisata
Selain itu juga dapat diusahakan kegi-
atan persemaian dari jenis-jenis lainnya
seperti jenis buah-buahan, bunga, tanam-
an obat, budidaya anggrek/Nephentes,
dan kegiatan peningkatan kualitas bibit
seperti melalui stek, dan cangkok oleh
masyarakat. Akhirnya dapat menjadi su-
atu paket agrowisata yang sangat po-
tensial.
2) Kerajinan
Dengan kreativitas masyarakat dan du-
kungan dari stakeholder yang berkompe-
ten, usaha kerajinan akan sangat mendu-
kung upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat sekitar. Banyak sumber-sum-
ber bahan dasar yang dapat digali dari
lingkungan sekitar, seperti akar kayu be-
kas kebakaran hutan, rotan, daun pandan,
daun nipah, dan bambu.
4. Promosi
Sosialisasi yang dilakukan oleh Loka
Penelitian dan Pengembangan Satwa Pri-
mata (sekarang Balai Penelitian Teknolo-
gi Perbenihan Samboja) bersama dengan
Yayasan Borneo Biodiversity Conserva-
tion dan Yayasan Borneo Orangutan Sur-
vival masih terbatas untuk kepentingan
konservasi dan pelestarian bekantan.
Untuk menunjang kegiatan ekowisata
maka perlu dilakukan promosi secara in-
tensif, baik pada media cetak maupun
elektronik. Media yang efektif diguna-
kan adalah leaflet, surat kabar, poster, te-
levisi, dan website. Dapat juga diintegra-
sikan dengan obyek wisata lain yang su-
dah terlebih dahulu dikembangkan.
D. Pengelolaan Kawasan
1. Rehabilitasi Kawasan
Pembinaan habitat dapat dilakukan de-
ngan rehabilitasi kawasan. Kegiatan ini
diarahkan untuk memulihkan dan me-
ningkatkan fungsi kawasan terutama un-
tuk hidro-orologis dan kelestarian sum-
berdaya yang ada (misalnya tempat berpi-
jah ikan, udang, burung, dan mamalia).
Strategi Pengembangan Ekowisata pada Habitat Bekantan…(T. Atmoko)
435
Kegiatan tersebut secara umum dike-
lompokkan ke dalam empat kelompok
kegiatan, meliputi:
a. Pengayaan Jenis-jenis Tanaman
Asli
Pengayaan jenis asli merupakan upaya
kegiatan rehabilitasi yang didasarkan pa-
da jenis dominansi yang ada di lokasi.
Hal itu sangat dianjurkan karena kondisi
tempat tumbuh sudah terbukti sesuai ter-
hadap jenis tersebut sehingga tingkat ke-
berhasilan kegiatan rehabilitasi lebih
tinggi dibandingkan jenis lainnya.
b. Pakan Bekantan dan Satwaliar
Lainnya
Pakan satwaliar yang akan ditanam
terutama diarahkan untuk penyediaan pa-
kan satwa yang ada di sekitar kawasan
berdasarkan hasil inventarisasi satwa.
Pada dasarnya pakan satwaliar terdiri da-
ri: a) rumput, pucuk daun, semak belukar,
b) buah, biji, nektar, dan c) daging. Pe-
nyediaan jenis pakan satwaliar lebih di-
arahkan pada pendekatan ekologi se-
hingga pengelolaannya lebih ditujukan
pada keanekaragaman sumber pakan. Un-
tuk jenis satwa tertentu seperti bekantan
perlu penanganan dan perlindungan ha-
bitat yang khusus melalui pengayaan je-
nis pakannya. Jenis-jenis yang biasa dija-
dikan sumber pakan bekantan di Sungai
Kuala Samboja di antaranya adalah Ma-
ngifera caesia Jack., Ilex cymosa Blume.,
Syzygium lineatum (DC) Merrill&Perry,
Hevea brasiliensis Muell. Arg., dan Son-
neratia caseolaris L. (Alikodra et al.,
1995).
c. Tumbuhan Pelindung dan Estetika
Tumbuhan pelindung berfungsi seba-
gai pelindung bantaran sungai atau seba-
gai sarana peneduh alami. Prinsip yang
digunakan untuk jenis pelindung di anta-
ranya: kerindangan tajuk, perakaran, ting-
gi bebas cabang, bentuk tajuk, kecepatan
tumbuh, ketahanan terhadap tiupan angin,
ketahaman terhadap genangan air/garam,
kemampuan menyerap dan menguapkan
air, sifat menggugurkan daun, kemampu-
an menyerap debu/asap/bau/kebisingan,
fungsi estetika (hiasan, unsur pemanis,
dan menutup obyek yang tidak menarik).
d. Jenis Buah-buahan dan Obat
Jenis buah-buahan dan obat-obatan se-
lain mempunyai fungsi ekologis juga
mempunyai fungsi ekonomis bagi ma-
syarakat sekitar. Jenis-jenis tersebut di-
upayakan merupakan jenis asli Kaliman-
tan. Dalam pengusahaan dan pengem-
bangannya dapat dilakukan bersama ma-
syarakat dan mempunyai potensi untuk
dikelola menjadi kawasan agrowisata
tumbuhan buah-buahan dan obat-obatan
asli Kalimantan.
2. Monitoring Populasi Bekantan
Bekantan adalah satwa yang demor-
phisme yaitu dapat dibedakan dengan je-
las antara jantan dan betina dewasanya;
selain itu remaja, anak-anak, dan bayi ju-
ga memiliki ciri tersendiri. Dalam moni-
toring dapat diketahui struktur dan kom-
posisinya dalam satu kelompok.
Monitoring populasi bekantan penting
dilakukan untuk menjaga keseimbangan
dengan habitatnya. Hal itu terutama ter-
kait dengan ketersediaan sumber pakan-
nya di alam. Apabila ketersediaan sumber
pakan tidak terpenuhi maka seringkali be-
kantan merusak tanaman pertanian ma-
syarakat dan dianggap sebagai hama yang
harus dibasmi.
3. Daya Dukung
Daya dukung habitat sangat penting
dalam mendukung kesejahteraan satwa-
liar sehingga mereka dapat hidup dengan
sehat dan berkembangbiak dengan baik.
Menurut Alikodra (1990) faktor kesejah-
teraan tersebut dapat dilihat dari kualitas
dan kuantitas habitatnya serta kebutuhan
dasar satwaliar seperti pakan, ruang, oksi-
gen, dan tipe pelindung. Apabila dilihat
dari segi kualitas, habitat bekantan di Su-
ngai Kuala Samboja mengalami penyem-
pitan dan kerusakan akibat perubahan
fungsi lahan. Kerusakan habitat salah
Vol. VII No. 4 : 425-437, 2010
436
satunya ditunjukkan dengan proses rege-
nerasi habitat dan pohon pakan bekantan
yang tidak normal dan dominansi tum-
buhan bawah yang sangat rapat (Sidiyasa
et al., 2005).
Walaupun bekantan masih mampu
beradaptasi dengan kondisi habitat yang
banyak mengalami perubahan (Alikodra,
1997), namun dalam jangka pendek perlu
dilakukan pengayaan jenis-jenis tumbuh-
an sumber pakan, pohon tidur, dan tem-
pat beraktivitas bekantan. Lokasi pena-
naman pengayaan terutama pada lokasi
yang didominansi jenis tumbuhan bawah
yang tidak dimanfaatkan oleh satwaliar.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Matrik posisi SWOT pada posisi kon-
servatif tetap menunjukkan peluang
yang baik untuk pengembangan eko-
wisata di habitat bekantan, yaitu Stra-
tegi W-O (weaknesses-opportunities)
dimana kondisi internal kelemahannya
lebih dominan dibandingkan kekuatan
sedangkan kondisi eksternal menun-
jukkan faktor peluang lebih dominan
dibandingkan ancaman.
2. Terdapat beberapa strategi yang dapat
dilakukan, yaitu: membangun kelem-
bagaan ekonomi dalam bentuk kope-
rasi, membuat paket wisata integratif
dengan obyek wisata lain di sekitar-
nya, membuat paket wisata petualang-
an ilmiah, melakukan penyadaran ke-
pada masyarakat, dan melakukan pro-
mosi secara intensif melalui agen wi-
sata di kota terdekat seperti Balik-
papan dan Samarinda.
3. Pembinaan dan pengelolaan habitat
bekantan dilakukan sejalan dengan pe-
ngembangan ekowisata. Kegiatan
yang dapat dilakukan adalah pengaya-
an jenis pohon pakan utama Sonne-
ratia caseolaris pada areal yang dido-
minansi tumbuhan bawah dan moni-
toring dinamika populasi, sehingga
kelestarian bekantan dan habitatnya
dapat terjaga.
B. Saran
Perlu adanya inisiator yang dapat
mengomptimalkan sumberdaya yang ada
dengan melibatkan berbagai stakeholder
potensial, sehingga implementasi konser-
vasi bekantan dan habitatnya di Sungai
Kuala Samboja melalui pengembangan
ekowisata segera terwujud.
DAFTAR PUSTAKA
Adinugroho, W.C. dan A. Ma’ruf. 2005.
Sungai Hitam Samboja, Habitat Be-
kantan (Nasalis larvatus) yang Ter-
abaikan. Warta Konservasi Lahan
Basah. Wetland International 13 (2):
21, 26-28.
Alikodra, H.S. 1990. Pengelolaan Sat-
waliar Jilid 1. Yayasan Penerbit Fa-
kultas Kehutanan IPB. Bogor.
Alikodra, H.S. 1997. Populasi dan Peri-
laku Bekantan (Nasalis larvatus) di
Samboja Koala, Kalimantan Timur.
Media Konservasi. V (2) : 67-72.
Alikodra, H.S., A.H. Mustari, N. Santosa,
dan S. Yasuma. 1995. Social Inter-
action of Proboscis Monkey (Nasalis
larvatus Wurmb) Group at Samboja
Koala, East Kalimantan. Annual Re-
port of Pusrehut 6:3-11.
Atmoko, T., A. Ma’ruf, I. Syahbani, dan
M.T. Rengku. 2007. Kondisi Habitat
dan Penyebaran Bekantan (Nasalis
larvatus Wurmb.) di Delta Maha-
kam, Kalimantan Timur. Prosiding
Seminar Pemanfaatan HHBK dan
Konservasi Biodiversitas Menuju
Hutan Lestari. pp. 35-42.
Bismark, M. 1995. Analisis Populasi Be-
kantan (Nasalis larvatus). Rimba In-
donesia 30(3):14-23.
Drumm, A. dan A. Moore. 2002. Eco-
tourism Development. A Manual for
Conser vation Planners and Ma-
nagers. Volume I: An Introduction to
Ecotourism Planning. The Nature
Strategi Pengembangan Ekowisata pada Habitat Bekantan…(T. Atmoko)
437
Conservancy, Arlington, Virginia,
USA.
Ma’ruf, A. 2008. Nasib Kelam Bekantan
Sungai Hitam. National Geographic
Indonesia. Januari 2008. pp. 64-73.
Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanega-
ra. 2004. Monografi Kelurahan Kua-
la Samboja, Kecamatan Samboja,
Kabupaten Kutai Kartanegara, Pro-
vinsi Kalimantan Timur.
Retnowati, E. 2004. Ekoturisme di In-
donesia: Potensi dan Dampak. Pro-
siding Ekspose Hasil-Hasil Peneliti-
an Pemanfaatan Jasa Hutan dan Non
Kayu Berbasis Masyarakat sebagai
Solusi Peningkatan dan Pelestarian
Hutan. Pusat Litbang Hutan dan
Konservasi Alam. Bogor. pp. 73-74.
Sidiyasa, K., Noorhidayah, dan A.
Ma’ruf. 2005. Habitat dan Potensi
Regenerasi Pohon Pakan Bekantan
(Nasalis larvatus) di Kuala Samboja,
Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian
Hutan dan Konservasi Alam II (4):
411-413. Pusat Litbang Hutan dan
Konservasi Alam. Bogor.
Soerianegara, I., D. Sastradipradja, H.S.
Alikodra, dan M. Bismark. 1994.
Studi Habitat Sumber Pakan dan
Perilaku Bekantan (Nasalis larvatus)
sebagai Parameter Ekologi dalam
Mengkaji Sistem Pengelolaan Habi-
tat Hutan Mangrove di Taman Na-
sional Kutai. Pusat Penelitian Ling-
kungan Hidup. Institut Pertanian Bo-
gor. Bogor.
Suryandari, E.Y. 2005. Peluang Usaha
Ekowisata Cagar Alam/Taman Wisa-
ta Alam Kawah Ijen di Kawasan Ta-
man Nasional Alas Purwo. Jurnal
Analisis Kebijakan Kehutanan II
(1):13-26. Badan Litbang Kehutanan.
Jakarta.
Yasuma, S. 1994. An invitation to the
Mammals of East Kalimantan. Pus-
rehut Special Publication 3. Sama-
rinda.
top related