konsep perkesmas by akper lumajang
Post on 06-Jan-2016
76 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
BAB 1
KAJIAN PUSTAKA
1.1 Definisi
1.1.1 Definisi Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan keehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan berbentuk pelayanan bio, psiko sosio, spiritual yang komperehensif,
ditunjukkan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat
yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Lokakarya, 1983).
1.1.2 Definisi Kesehatan
Terdapat beberapa definisi tentang kesehatan uang dirumuskan oleh para
Ahli, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.1.2.1 World Health Organization (WHO)
Health is state of complete physical, mental and social wellbeing and not
merely the absence of disease or infirmity (the definition has not been amended
since 1948). Suatu keadaan lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental dan
social bukan semata-mata bebas dari penyakit atau kelemahan. Dalam konsep
sehat WHO tersebut diharapkan adanya keseimbangan yang serasi dalam interaksi
antara manusia dan makhluk hidup lain dengan lingkungannya.
1.1.2.2 Dobois
Sehat adalah adaptasi fungsi penyesuaian.
1.1.2.3 Gallaghar dan Kreidler
Sehat adalah proses dimanan individu/keluarga/kelompok berespon
terhadap perubahan yang konstan yang terjadi pada lingkungan internal dan
eksternal dalam rangka memaksimalakan keselarasan antar tubuh, pikiran, mental
dan lingkungan.
1.1.2.4 Person
Sehat adalah keadaan kapasitas optimum dari individu untuk melakukan
peran dan fungsi secara efektif.
-
1.1.2.5 UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan (Sebelumnya UU No. 23
Tahun 1992)
Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental spiritual maupun social yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social dan ekonomi.
Kesehatan dalam keperwatan kesehatan komunitas didefinisikan sebagai
kemampuan melaksanakan peran fungsi denagn efktif. Kesehatan adalah proses
yang berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif dan produktif.
1.1.3 Definisi Masyarakat
Terdapat berbagai definisi tentang Masyarakat yang telah dirumuskan oleh
para ahli, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.1.3.1 World Health Organization WHO (1974)
Komunitas merupakan kelompok sosial yang di tentukan oleh batas-batas
wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama, serta adanya saling mengenal
dan interaksi antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya.
1.1.3.2 Linton (1936)
Masyarakat merupakan sekelompok manusia yang telah cukup lama hidup
dan bekerja sama, sehingga dapat mengorganisasikan diri dan berpikiran tentang
diriny sebagai satu kesatuan social denagn batas-batas tertentu.
1.1.3.3 Mac Laver (1957)
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang mendiami territorial tertentu
dan mempunyai sifat-sifat yang saling tergantung, mempunyai pembagian kerja
dan kebudayaan bersama.
1.1.3.4 Soejono Soekanto (1982)
Masyarakat atau komunitas adalah menunjuk pada bagian masyarakat
yang bertempat tinggal di suatu wilayah (secara geografis) dengan batas-batas
tertentu, dimna yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar dari
anggota-anggotanya dibandingkan dengan penduduk di luar batas wilayahnya.
1.1.3.5 Koentjaraningrat (1990)
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul (berinteraksi)
menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yng bersifat kontinyu dan terikat oleh
suatu rasa identitas bersama.
-
1.1.4 Definisi Keperawatan Kesehatan Masyarakat
1.1.4.1 American Nursing Association (1973)
Keperawatan komunitas adalah suatu sintesis dari praktik keperawatan dan
praktik kesehatan masyarakat yang di terapkan untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatan penduduk.
1.1.4.2 WHO (1974)
Keperawatan komunitas mencakup perawatan kesehatan keluarga (nurse
health family) dan juga meliputi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas,
membantu masyarakat mengdentifikasi masalah kesehatannya sendiri, serta
memecahkan masalah kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada
pada mereka sebelum mereka meminta bantuan kepada orang lain.
1.1.4.3 Ruth B. Freeman (1981)
Keperawatan komunitas adalah kesatuan yang unik dari praktik
keperawatan dan kesehatan masyarakat yang di tujukan kepada pengembangan
dan peningkatan kemampuan kesehatan baik diri sendiri sebagai perorangan
maupu secara kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus atau masyarakat dan
pelayanan tersebut mencakup spectrum pelayanan kesehatan untuk masyarakat.
Tradley (1985), logan dan Dawkin (1987). Keperawatan komunitas adalah
pelayanan keperawatan professional yang di tujukan kepada masyarakat dengan
penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat yang
optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan, serta menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang di butuhkan dengan melibatkan klien
sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluaisi pelayanan
keperawatan.
1.1.4.4 Rapat Kerja Keperawatan Kesehatan Masyarakat (1990)
Keperawatan komunitas adalah suatu bidang keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan
dukungan dan peran serta masyarakat secara aktif yang mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan
kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang di tujukan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui
-
proses keperawatan (nursing proses) untuk meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan.
1.1.4.5 Winslow (1920)
Adalah seorang ahli atau tokoh kesehatan masyarakat (public health) yang
membuat batasan yang masih relevan sampai saat ini, yaitu kesehatan masyarakat
(public health) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup,
serta meningkatkan efisiensi hidup melalui upaya/ usaha-usaha pengorganisasian
masyarakat untuk :
1. Kelompok-kelompok masyarakat yang terkoordinasi
2. Perbaikan lingkungan
3. Mencegah pemberatasan penyakit menular
4. Memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat/ perseorangan
5. Di laksanakan dengan mengkoordinasikan tenaga kesehatan dalam satu
wadah pelayanan kesehatan masyarakat yang mampu menumbuhkan swadaya
masyarakat untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara optimal.
1.1.2.6 Departemen Kesehatan RI (2006)
Keperawatan kesehatan masyarakat (perkesmas) adalah suatu bidang
dalam keperawatan kesehatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan
kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat yang
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu.
Pelayanan tersebut ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat sebagai suatu kesehatan yang utuh, melalui proses keperawatan untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga dapat mandiri
dalam upaya kesehatannya (Depkes,2006)
Perkesmas pada dasarnya adalah pelayanan keperawatan professional yang
merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep
keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada
kelompok beresiko tinggi. Upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal
dilakukan melalui peningkatan kesehatan (promotif) dan penyegahan penyakit
(preventif) di semua tingkat pencegahan (levels of preventif) dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien
-
sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan
keperawatan (Depkes,2006)
Perkesmas merupakan salah satu kegiatan pokok puskesmas yang sudah ada
sejak konsep puskesmas di perkenalkan perkesmas sering disebut dengan public
health nursing (PHN) namun saat ini lebih tepat disebut dengan community health
nursing (CHN). Perubahan istilah public menjadi community, terjadi di banyak
Negara karena istilah public sering kali dihubungkan dengan bantuan dana atau
sudsidi pemerintah (government subsidy atau public funding). Sementara,
perkesmas dapat dikembangkan tidak hanya oleh pemerintah tetapi jiga oleh
masyarakat atau swasta, khususnya pada sasaran individu (UKP) sebagai contoh
adalah perawatan keseahatan individu di rumah (home health nursing) (Depkes,
2006).
1.2 Perbedaan Keperawatan Klinik Dengan Keperawatan Komunitas
No. Aspek
Perbedaan
Rumah Sakit/Klinik Komunitas
1. Tempat
Bangsal perawatan,
klinik
Rumah, puskesmas,
sekolah, industry, panti
2. Tipe pasien
Orang sakit, meninggal Orang sehat, orang
sakit, meninggal
3. Ruang lingkup
pelayanan
Kuratif, rehabilitative Promotif, preventif,
kuratif, rehabilitative,
resosiasi
4. Focus utama
Rasa aman selama
sakit
Peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit
5.
Sasaran pelayanan
Individu, keluarga Individu, keluarga,
kelompok khusus,
masyarakat
-
1.3 Tujuan Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Tujuan Keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan
dan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya berikut ini
1. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu,
keluarga, dan kelompok dalam konteks komunitas.
2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general
comuity) dan mempertimbangkan bagaimana masalah atau isu kesehatan
masyarakat dapat mempengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik di harapkan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat mempunyai kemampuan untuk :
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang di alami
2. Menetapkan dan memprioritaskan masalah kesehatan
3. Merumuskan serta memecahkan masalah
4. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
5. Mengevaluasi sejauh mana masalah yang mereka hadapi yang akhirnya dapat
meningkatka kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self
care)
1.4 Sasaran Keperawatan Komunitas
Sasaran keperawatan kesehatan masyarakat adalah seluruh masyarakat
termasuk individu, keluarga, kelompok beresiko tinggi termasuk kelompok/
masyarakat penduduk di daerah kumuh, terisolasi, berkonflik, dan daerah yang
tidak terjangkau pelayanan kesehatan.
1.4.1 Individu
Individu adalah anggota keluarga sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi,
psikologi, social dan spiritual. Apabila individu tersebut mempunyai masalah
kesehatan karena ketidakmampuan merawata dirinya sendiri di karenakan sesuatu
hal dan sebab, maka akan mempengaruhi anggota keluarga lainnya dan keluarga
yang ada di lingkungan sekitar tempat tinggal mereka. Peran merawat komunitas
di sini adalah membantu individu agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
karena adanya kelemahan fisik dan mental yang di alami, keterbatasan
pengetahuan dan kurangnya kemauan menuju kemandirian.
-
1.4.2 Keluarga
Keluarga meupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu
rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan / adopsi. Antara
keluarga yang satu/ beberapa anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan,
maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya serta keluarga lain
yang ada di sekitarnya. Dari permasalahan di atas, maka keluarga merupakan
focus pelayanan kesehatan yang strategis, sebab:
1.4.2.1 Keluarga sebagai lembaga yang perlu di perhitungkan
1.4.2.2 Keluarga mempunyai peran utama dalam upaya pemeiliharaan seluruh
anggota keluarga
1.4.2.3 Maslah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan
1.4.2.4 Keluarga sebagai tempat pengambilan keputusan (decision making) dalam
keperawatan kesehatan.
1.4.3 Kelompok khusus
Kelompok khusus merupakan sekumpulan individu yang mempunyai
kesamaan jeis kelamin, usia, permasalahan (problem), serta kegiatan terorganisasi
yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Berikut ini kelompok khusus
yang ada di masyarakat dan institusi yang di klasifikasikan berdasarkan
permasalahan dan kebutuhan yang mereka hadapi.
1.4.3.1 Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhan (growthndevelopment) seperti:
1) Kelompok ibu hamil
2) Kelompok ibu bersalin
3) Kelompok ibu nifas
4) Kelompok bayi
5) Kelompok anak balita
6) Kelompok anak usia sekolah
7) Kelompok usia lanjut.
1.4.3.2 Kelompok khusus dengan kesehatan khusus yang memerlukan
pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan, seperti :
-
1. Penyakit menular : kelompok penderita penyakit kusta, kelompok penyakit
penderita TB paru, kelompok penderita penyakit diare, kelompok penderita
penyakit kelamin, dan penyakit HIV/ AIDS.
2. Penyakit tidak menular : kelompok penderita penyakit hipertensi, kelompok
penderita penyakit DM, penyakit jantung, kanker, stroke, kecelakaan lalu
lintas dsb.
3. Kelompok cacat yang memerlukan rehabilitasi : cacat fisik (seperti kebutaan,
cacat mental, dan cacat social)
1.4.3.3 Kelompok khusus yang mempunyai resiko tinggi terserang penyakit
1) Kelompok penyalah gunaan obat dan narkotika
2) Kelompok wanita tuna susila (pekerja seks komersial).
3) Kelompok pekerja tertentu.
Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat dapat diberikan secara
langsung pada semua tatanan pelayanan kesehatan, yaitu :
1. Di dalam unit pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dll) yang
mempunyai pelayanan rawat jalan dan rawat nginap
2. Di rumah
Perawat Home Care memberikan pelayanan secara langsung pada
keluarga di rumah yang menderita penyakit akut maupun kronis. Peran home care
dapat meningkatkan fungsi keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
mempunyai resiko tinggi masalah kesehatan.
3. Di sekolah
Perawat sekolah dapat melakukan perawatan sesaat (day care) diberbagai
institusi pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan tinggi, guru dan
karyawan). Perawat sekolah melaksanakan program screening kesehatan,
mempertahankan kesehatan, dan pendidikan kesehatan
4. Di tempat kerja/industry
Perawat dapat melakukan kegiatan perawatan langsung dengan kasus
kesakitan/kecelakaan minimal di tempat kerja/kantor, home industri/ industri,
pabrik dll. Melakukan pendidikan kesehatan untuk keamanan dan keselamatan
kerja, nutrisi seimbang, penurunan stress, olah raga dan penanganan perokok serta
pengawasan makanan.
-
5. Di barak-barak penampungan
Perawat memberikan tindakan perawatan langsung terhadap kasus akut,
penyakit kronis, dan kecacatan fisik ganda, dan mental.
6. Dalam kegiatan Puskesmas keliling
Pelayanan keperawatan dalam puskesmas keliling diberikan kepada
individu, kelompok masyarakat di pedesan, kelompok terlantar. Pelayanan
keperawatan yang dilakukan adalah pengobatan sederhana, screening kesehatan,
perawatan kasus penyakit akut dan kronis, pengelolaan dan rujukan kasus
penyakit.
7. Di Panti atau kelompok khusus lain, seperti panti asuhan anak, panti
wreda, dan panti sosial lainya serta rumah tahanan (rutan) atau lembaga
pemasyarakatan (Lapas).
8. Pelayanan pada kelompok kelompok resiko tinggi
1) Pelayanan perawatan pada kelompok wanita, anak-anak, lansia mendapat
perlakukan kekerasan
2) Pelayanan keperawatan di pusat pelayanan kesehatan jiwa
3) Pelayanan keperawatan dipusat pelayanan penyalahgunaan obat
4) Pelayanan keperawatan ditempat penampungan kelompok lansia,
gelandangan pemulung/pengemis, kelompok penderita HIV (ODHA/Orang
Dengan Hiv-Aids), dan WTS.
1.5 Proses Keperawatan
Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan, membimbing dan
mendidik individu, keluarga, kelompok, masyarakat untuk menanamkan
pengertian, kebiasaan dan perilaku hidup sehat sehingga mampu memelihara dan
meningkatkan derajad kesehatannya.
Keperawatan kesehatan masyarakat berorientasi pada proses pemecahan
masalah yang dikenal dengan proses Keperawatan (nursing proses) yaitu
metoda ilmiah dalam keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan sebagai
cara terbaik dalam memberikan pelayanan keperawatan yang sesuai respon
manusia dalam menghadapi masalah kesehatan. Langkah langkah proses
-
keperawatan kesehatan masyarakat adalah pengakajian, perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian. Dalam penerapan proses keperawatan, terjadi proses
alih peran dari tenaga keperawatan kepada klien (sasaran) secara bertahap dan
berkelanjutan untuk mencapai kemandirian sasaran dalam menyelesaikan masalah
kesehatannya.
Proses alih peran tersebut digambarkan sebagai lingkaran dinamis proses
keperawatan, berikut :
Gambar 1.1 Lingkaran Dinamis Proses Keperawatan.
Keterangan:
: Peran Perawat
: Peran Klien
Berdasarkan uraian diatas, pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
mempunyai ciri sebagai berikut :
1. Merupakan perpaduan pelayanan keperawatan dan kesehatan masyarakat
2. Adanya kesinambungan pelayanan kesehatan (continuity of care)
3. Fokus pelayanan pada upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan
pencegahan penyakit (preventif) baik pada pencegahan tingkat pertama,
kedua maupun ketiga
4. Terjadi proses alih peran dari perawat kesehatan masyarakat kepada klien
(individu, keluarga, kelompok, masyarakat) sehingga terjadi kemandirian
5. Ada kemitraan perawat kesehatan masyarakat dengan masyarakat dalam
upaya kemandirian klien.
6. Memerlukan kerjasama dengan tenaga kesehatan lain serta masyarakat
-
1.6 Lingkup Kewenangan Keperawatan Kesehatan Komunitas
1.6.1 Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas
1.6.1.1 Proses Kelompok
Pada proses kelompok (group process), seseorang dapat mengenal dan
mencegah penyakit karena belajar dari pengalaman sebelumnya, selain karena
factor pendidikan individu (penetahuan individu), media massa, televisi atau
penyuluhan yang telah dilakukan oleh petugas kesehatan. Begitu juga menyangkut
masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit
umumnya mereka peroleh dari pengalaman sebelumnya dalam upaya penenganan
atau pencegahan nya. Masyarakat sadar bahwa penanganan yang bersifat
individual tidak akan mampu mencegah dan memberantas penyakit tertentu,
sehingga diperlukan pendekatan kelompok.
1.6.1.2 Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan (health education) adalah proses perubahan
perilakau yang dinamis dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer
materi/ teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur,
tetapi perubahatersebut terjadi karena adanya kesadaran dari dalam diri individu,
kelompok, atau masyarakat sendiri. Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah
agar orang mampu:
1. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri
2. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan
sumber daya yang ada pada mereka ditimbang dengan dukungan dari luar
3. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup
sehat dan kesejahteraan masyarakat.
Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut undang-undanf
kesehatan no. 23 tahun 1992 maupun WHO yaitu: meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk mememlihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik,
mental dan sosialnya, sehingga produktif secara ekonomi maupun secara social,
pendidikan kesehatan di semua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit
-
menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan maupun
program kesehatan lainnya.
Tujuan ini dapat diperinci sebagai berikut.
1. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat.
2. Mendorong individu agar mampu secara mandiri/kelompok mengadakan
kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
3. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan
kesehatan yang ada.
1.6.1.3 Kerja Sama
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkunagn masyarakat,
jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkunagn
masyarakat luas. Oleh sebab itu, kerja sama (partnership) ini sangat dibutuhkan
dalam upaya mencapai tujuan asuahn keperawatan komunitas. Melalui upaya ini
berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat dapat diatasi dengan lebih
cepat.
1.6.2 Pencegahan Penyakit (Stage 0f Disease Prevention)
1. Pencegahan primer (primary prevention)
Pencegahan primer dapat dilakukan pada fase kepekaan dari sejarah alami
suatu penyakit.Berikut ini adalah kategori pencegahan primer.
Pertama, peningkatan kesehatan (health promotion), yang termasuk dalam
upaya ini antara lain:
1) Perbaikan status gizi masyarakat
2) Perbaikan kondisi rumah dan temoat rekreasi
3) Pendidikan kesehatan, termasuk pendidikan sanitasi dan seks.
Kedua, pencegahan spesifik (specific protection), yang termasuk dalam upaya
ini antara lain:
1) Program imunisasi
2) Pencegahan kecelakaan
3) Pengaturan makan/diet dan olah aga
-
4) Penjernihan air minum
2. Pencegahan sekunder (secondary prevention)
Pencegahan sekunder dapat dilakukan pada fase preklinik dan klinik.Berikut
ini upaya pencegahan sekunder.
Pertama, penemuan atau deteksi dini (early detection) melalui:
1) Penemuan penyakit kanker secara dini (insitu)
2) Penemuan kasus penyakit kencing manis (diabetes melitus) secara dini
Kedua, pengobatan penyakit secara dini.Pengobatan penyakit secara dini
dilakukan agar penyakit tidak berkembang lebih lanjut/lebih parah.
3. Pencegahan tersier (tertiary prevention)
Pencegahan tersier dapat dilakukan [ada fase penyakit yang sudah lanjut atau
fase kecacatan. Pencegahan ini terdiri atas:
1) Membatasi kecacatan (disability limitation)
2) Rehabilitasi (rehabilitation)
1.7 Prinsip Keperawatan Kesehatan Komunitas
Berikut ini adalah pertimbangan prinsip dalam melaksanakan keperawatan
komunitas.
1.7.1 Kemanfaatan. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan
antar manfaat dan kerugian.
1.7.2 Otonomi. Pelaksanaan keperawatan komunitas diberikan kebebasan untuk
melakukan atau memilih alternative terbaik yang disediakan untuk komunitas.
1.7.3 Keadilan. Perawatan melakukan upaya atau tindakkan sesuai denagn
kemampuan atau kapasitas komunitas.
-
1.8 Falsafah Keperawatan Kesehatan Komunitas
Falsafah keperawatan komunitas menupakan pandangan dasar mengenai
hakikat manusia dan esensi keperawatan yang menjadikan kerangka konseptuala
dalam praktik keperawatan. Keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang
memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkuangan baik biologis, psikologis,
social cultural, dan spiritual terhadap kesehatan komunitas, serta memberikan
prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah
yang melandasi keperawatan komunita mengacu kepada paradigm keperawatan
secara umum, yaitu manusia yang merupak titik sentral dari setiap upaya
pembangunan kesehatan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan bertolak
dari pandangan ini disusunlah paradigma keperawatan komunitas yang terdiri dari
empat komponen dasar, yaitu manusia, kesehatan (konsep sehat-sakit),
lingkungan dan keperawatan.
1.8.1 Manusia
Manusia merupakan komponen paradigma keperawatan yang menjadi
salah satu focus dari pelayanan keperawatn. Manusia sebagai klien yang
merupakan makhluk biopsikososial dan spiritual merupakan kesatuan dari aspek
jasmanai dan rohani yang memiliki sifat unik dengan kebutuhan yang berbeda-
Lingkungan (3)
(biologis, psikologis,
social, cultural dan
spiritual)
Kesehatan (2)
(sehat, sakit)
Keperawatan (4)
Dengan tiga level
pencegahan
Komunitas dengan
keluarga sebagai unit
pelayanan dasar
Manusia (1)
-
beda sesuia dengan tingkat perkembangannya masing-masing. Dengan demikian,
apabila terjadi masalah pada seorang kloien tidaklah cukup dengn member obat
saja, tetapi perawat memberikan pendekatan keseluruhan, yaitu menyelidiki
semua factor yang aa baik fisik, mental, maupun social.
1.8.1.1 Manusia sebagai makhluk biopsikososialkultusal dan spiritual
1. Sebagai makhluk biologis: memiliki kaidah jasmaniah yang terpadi dimana
bentuk manusia terdiri atas organ-organ yang bekerja sebagai suatu sistem
yang utuh sehingga jika ada salah satu organ yang tergaggu makan
berpngaruh pada semua sistem tubuhnya. Manusia selalu mempunyai
kebutuhan untuk mempertahankan hidup serta masing-masing organ manusia
mempunyai fungsi dan tunduk, tidak terlepas dari hokum alam yaitu
dilahirkan berkembang-mati.
2. Sebagai makhluk hidup yang memiliki jiwa (psikologis): manusia
mempunyai struktur kepribadian sehingga tingkah lakunya merupkan
manifestasi kejiwaannya. Manusia adalah satu kesatuan yang utuh antara jiwa
dan raganya, mempunyai pandangan hidup, memiliki daya piker untuk
berpikir, kecerdasan, pendapat, diperintah olego dan dipengaruhi oleh
pemasaran sedih dan senang sehingga pribadi dapat berkambang.
3. Sebagai makhluk social: sejak lahir manusia idak dapat hidup tanp orang lain
karena manusia perlu bekerjasama untuk memenuhi kebutuhn dan tuntutan
hidup. Manusia selalu dipengaruhi oleh lingkungan social dan ia juga dituntut
untuk dapat beradaptasi dan bertingkahlaku sesuai harapan, norma atau nilai
yang ada, serta menjadi anggota keluarga dan masyarakat.
4. Sebagai makhluk cultural: manusia lahir pada suatu tempat dan beajar serata
berkembang dalam lingkunag tersebut sehingga ia menganut dan terbentuk
sesuai budaya setempat.
5. Sebagai makhluk dengan dasar spiritual: memiliki keyakinan dan
kepercayaan serta menyembah Tuhan Yang Maha Esa sehingga dari keyakian
inilah ia mendapat ketentraman untuk jiwanya. Manusia juga mempunyai
motivasi dan dorongan Karen ia yakin bahwa setiap tingkahlaku/kegiatan itu
ad imbalannya dari Tuhan Yang Maha Esa.
-
Dengan demikian, apabila terjadi masalah pada seorang klien, tidaklah
cukup dengan member obat saja, tetapi perawat memberiak pendekatan secara
menyeluruh, yaitu menyelidiki semua factor yang ada baik fisik, mental, maupun
social. Komunitas sebagai klien berarti sekumpulan individu/klien yang berada
pada lokasi atau batas geografi tertentu yang memiliki nilai-nilai keyakian dan
minat yang relative sama, serta adanya interaksi satu sama lain untuk mencapai
tujuan. Komunitas merupakan sumber dan lingkungan bagi keluarga. Komunitas
sebagai klien yang dimaksud termasuk kelompok risiko tinggi, antara lain dearah
terpencil, daerah rawan, dan daerah yang kumuh.
1.8.1.2 Kebutuhan Dasar Manusia
Agar dapat mengidentifikasi kebutuhan klien dapat efektif, maka perawat
harus mengerti apa yang menjadi kebutuhan dasar dari manusia. Pada dasarnya
manusia mempunyai kebutuhan yang sama, tetapi ada kalanya satu kebutuhan
lebih penting bagi seseorang dripada kebutuhan lainnya. Teori Maslow mengenai
kebutuhan dasar manusia didasarkan pada batasan sebagai berikut.
1. Kebutuhan manusia disusun dlam suatu herarki kepentingan yang dimulai
dari tingkat kebutuhan yang paling dasar yaitu fisiologis, keamanan kecintaan
(soaial), penghargaan dan akhirnya aktualisasi diri. Kebutuhan yang paling
mendesak akan menguasai manusia atau perhatian individu, sementara
kebutuhan yang kurang mendesak akan menguasai manusia atau perhatian
individu, sementara kebutuhan yang kurang mendesak diminimumkan atau
kurang dipentingkan bahkan dilupakan.
2. Manusia mempunyai keinginan yang tidak putus-putusnya, karena itu semua
kebutuhan tidak pernah apat dipengaruhi secara sempurna. Begitu kebutuhan
itu dipenuhi, potensi dasarnya menjadi berkurang dan kebutuhan lainnya
muncul menggantikannnya. Kejadian demikian merupakan proses yang tidak
pernah berakhir yang mulai untuk berusaha keras agar dapat memenuhi
kebutuhannya.
3. Kebutuhan itu adalah saling kergantungan dan saling melengkapi.
Abraham Maslow mengatakan kebutuhan manusia itu tersusun dalam
suatu hierarki, yaitu:
-
1. Kebutuhan dasar (fisiologis), meliputi: makanan, air, udara segar, suhu,
eliminasi, bebas dari rasa sakit, istirahat dan tidur, serta aktivitas. Kebutuhan
ini harus dipenuhi untuk mendukung kehidupan. Semua kebutuhan ini harus
didahulukan dari kebutuhan lainya ketika terjadi kegagalan.
2. Kebutuhan akan rasa aman, meliputi: keselamatan, keamanan dan
perlindungan hokum, serta ketertiban. Kebutuhan ini akan muncul jika
kebutuhan fisiologis benar-benar telah terpenuhi.
3. Kebutuhan akan rasa cinta, rasa memiliki dam dimiliki, meliputi: dambaan
kasih sayang, ingin dicintai/diterima oleh kelompok, keakraban, dan
komunikasi. Kebutuhan ini akan muncul kalau kebutuhan fisiologis dan
keamanan secara relative terpenuhi. Seluruh siklus yang telah digambarkan
akan terulang sendiri dengan kebutuhan social sebagai pusat yang baru.
4. Kebutuhan akan harga diri, meliputi: rasa ingin dihargai dan mengahargai,
toleransi dalam hidup berdampingan, penghargaan, serta status privasi.
Kebutuhan ini jarang dapat dipenuhi secara sempurna. Akan tetapi, pada
saatnya kebutuhan ini menjadi penting bagi seseorang yang akan mencari
kepuasan secara berkelanjutan.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri, meliputi: rasa ingin diakui/dipuji, ingin
berhasil, ingin menonjol, atau igin lebih dari orang lain. Timbulnya
kebutuhan ini setelah semua kebutuhan telah dipenuhi.
Aktualisasi Diri
Harga Diri
Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki
Rasa Aman
Fisiologis
-
Konsep hierarki diatas menjelaskan bahwa manusia senantiasa berubah dan
kebutuhannya punterus berkembang. Jika seseorang merasakan kepuasan, ia akan
menikmati kesejahteraan dan bebas untuk berkembang menuju potensi yang lebih
besar. Sebaliknya, jika proses pemenuhan kebutuhan itu terganggu, akan timbul
kondisi patologis. Dalam konteks homeostasis, suatu persoalan atau masalah
dapat dirumuskan sebagai hal yang meghalangi terpenuhinya kebutuhan dan
kondisi tersebut lebih dapat mengancam homeostasis fisiologis maupun psikologis
seseorang. Oleh sebab itu, dengan memahami konsep kebutuhan dasar manusia
Maslow, kan diperoleh persepsi yang sama bahkan untuk beralih ke tingkat
kebutuhan yang kebih tinggi, kebutuhan dasar dibawahnya harusnya terpenuhi
lebih dulu. Artinya, terdapat suatu jenjang kebutuhan yang lebih penting yang
harus dipenuhi sebelum kebutuhan lainnya dipenuhi. Sebagai contoh ,jika
kebutuhan fisiologis seseprang seperti makan, minum, istirahat dan sebagainya
belum terpenuhi, tidak mungkin bagiinya untuk memenuhi kebutuhan yang
pertama. Selain itu, ada beberapa factor yang memengaruhi bagaimana kebutuhan
dasar menusia perlu didefinisikan, antara lain sebagai berikut:
1. Standar hidup. Standar hidup digunakan untuk mengetahui bagaimana garis
kemiskinan dari masyarakat sehingga dapat ditentukan suatu masyarakat itu
ada dibawah atau diatas garis kemiskinan. Standar hidup untuk setip individu
atau kelompok masyarakat antara satu Negara dengan Negara lan umumnya
berbeda. Bahkan standar hidup antara orang dewasa dengan anak-anak pun
berbeda. Standar hidup manusia dapat berubah dari waktu ke waktu.
2. Lingkungan social politik. Lingkungan social politik menyangkut tingkah
laku dan harapan-harapan.
3. Sumber daya dan teknologi. Sumber daya dan teknologi dapat dimanfaatkan
secara terpisah maupun bersama-sama dalam hubunganya dengan
pendefinisian kebutuhan. Secara terpisah seseorang yang memiliki persediaan
uang banyak atau kekayaan yang banyak merasa setiap keinginannya dapat
terpenuhi, maka kebutuhannya kana berbeda dengan mereka yang hidup
dengan uang pas-pasan untuk makan. Bila sumber daya dan tekologi
digabungkan, maka memengaruhi timbulnya berbagai macam kebutuhan
-
seseorang misalnya setelah memiliki TV, kemungkinan ingin memiliki video,
dan lian-lain.
Robert Moroney menggolongkan kebutuhan manusia menjadi empat macam,
yaitu:
1. Kebutuhan normative. Kebutuhan ormatif merupakan kebutuhan yang timbul
dan ada di lingkungan masyarakat, umumnya timbul karena factor nilai dan
hukum.
2. Kebutuhan yang dirasakan. Kebutuhan yang dirasakan merupakan kebutuhan
dimana bagi orang atau masyarakat yang terkenal terkenal merasakan
kebutuhan itu, sehingga mengaharapka untuk segera dipenuhi. Harapan-
harapan orang mudah berubah sesuai dengan pengetahuan yang mereka
miliki.
3. Kebutuhan yang disampaikan. Kebutuhan yang disampaikan merupakansuatu
kebutuhan dimana individu memiliki kebutuhan tu berusaha mencari
pemenuhannya dan apabila tidak dapat memenuhi sendiri, kebutuhan itu,
disampaikan kepada pihak lain dengan harapan dapat membantunya.
4. Kebutuhan relative. Kebutuhan relative merupaka kebutuhan yang
pemenuhannya berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya, antara
daerah yang satu dengan daerah yang lainnya.
Menurut Mc. Clelland timbulnya tingkah laku karena dipengaruhi oleh
kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam diri manusia.Kebutuh yang dimaksudkan
adalah sebagai berikut.
1. Need for achievement, merupakan kebutuhan untuk mencapai sukses yang
diukur berdasarkan standar kesempurnaan dalam diri seseorang. Kebutuhan
ini berhubungan erat dengan pekeraan dan mengarah usaha untuk mencapai
prestasi tertentu.
2. Need for affiliation, merupakan kebutuhan akan kehangatan dan dukungan
yang berhubungan dengan orang lain. Kebutuhan mengarahkan pada tingkah
laku untuk mengadakan hubungan yang akrab dengan orang lain.
-
3. Need for power, kebutuhan untuk menguasai dan memengaruhi orang lain.
Kebutuhan ini menyebabkan orang yang bersangkutan tidak atau kurang
memedulikan perasaan orang lain.
Pada kehidupan sehari-hari ketiga kebutuhan tersebut akan selalu muncul
pada tingkah laku individu, hanya saja kekuatannya tidak sama antara kebutuhan-
kebutuhan itu pada diri seseorang. Berikut ini sumber-sumber yang dapat
menghambat pemuasan kebutuhan individu.
1. Fisiologis. Munculnya penyakit, kelelahan, perasaan sakit, atau suatu keadaan
tidak bias bergerak.
2. Emosi. Munculnya kecemasan dan ketakutan.
3. Intelektual. Munculnya informasi yang tidak jelas, ilmu pengetahuan dan/atau
pengertian.
4. Social. Munculnya hubungan antar pribadi yang menegangkan, takut akan
kekuasaan orang lain.
5. Lingkunagn. Suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin, keadaan sekitar
yang asing (seperti rumah sakit), waktu dan polusi udara.
6. Kepribadian. Kebiasaan, kepercayaan, nilai-nilai dan pengalaman hidup
individu.
7. Budaya. Nilai-nilai, kepercayaan, praktik budaya dan kebiasaan tertentu pada
suatu kelompok individu.
Hambatan-hambatan dalam pemuasan kebutuhan dapat terjadi dari satu
sumber atau beberapa sumber dalam waktu yang berlainan.Seorang perawat tidak
dapat memilih klien yang ingin dirawatnya, sehingga mau tidak mau harus
merawat klien yang menjadi tanggung jawabnya.Usia klien ikut juga menentukan
bagaimana sikap klien tersebut terhadap hubungan klien dengan perawat. Sikap
perawat terhadap klien dengan usia yang berbeda bergantung dari kesanggupan
perawat menyesuaikan diri terhadap kelakuan khas yang timbul dengan kelompok
usianya. Berikut ini sikap perawat erhadap klien dengan usia yang berbeda
1. Merawat klien anak (1-12 tahun)
-
Merawat klien bai sampai dengan anak usia prasekolah memerlukan
perhatian, kasih saying, dan rasa aman bagi pasien. Perawat dalam merawat anak
kecil harus berusaha menjauhkan nak dari pengalaman-pengalaman yang dapat
meninggalkan trauma, kesan pahit bagi kehidupanselanjutnya.Selain itu,
diperlukan juga berbicara dengan suara yang lemah lembut disertai keramah
tamahan dan senyuman.
2. Merawat pasien remaja (13-17 tahun)
Perawat harus memberikan sikap penuh pengertian terhadap tingkah laku dan
sifat-sifat remaja.
3. Merawat pasien dewasa muda (18-30 tahun)
Perawat harus bias bekerja sama, pada masa ini meraka sedang
mengambnagkan penyesuaian-penyesuaian terhadap berbagai macam hubungan
dan perkembangan tanggung jawabnya.
4. Merawat pasien dewasa (30-65 tahun)
Perawat akan mengerti pasien secara lebih baik, bila mengerti arti dari
kematangan emosinya. Keatangan emosi dan intelektual tidak berjalan sejajar,
sehingga ada orang dewaa yang perkembangan emosinya mungkin hanya sedikit
lebih daripada anak. Apabila ia masuk rumah sakit, meraka akan merasa tidak
aman dan perawat perlu berusaha supaya pasien merasa lebih aman. Seorang
pasien dewasa harus diberi jawaban yang jujur mengenai keadaannya.
5. Merawat pasien usia lanjut (>65 tahun)
Merawat orang tua harus sabar dan memperlakukan mereka dengan penuh
penghargaan.Apabila jika pasien tersebut merupakan mantan orang penting.
Kebutuhannya perlu diperhatikan dan pasien diperbolehkan melakukan apa yang
biasa dilakukannya sendiri. Dalam merawat orang tua, perawat harus memiliki
rasa humor, supaya tidak sedih dan kesal sendiri.
1.8.2 Kesehatan
Berbiacara mengenai kesehatan, maka kita akan membahas dua al yang
berhubungan dengan kesehatan, yaitu: konsep sehat dan konsep sakit
Konsep sehat
-
Sehat adalah suatu kondisi terbebasnya tubuh dari gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar klien atau komunitas.Sehat meupakan keseimbangan yang
dinamis sebagai dampak dari keberhasilan mengatasi stressor.Sehat juga diartikan
sebagai keadaan dimana seseorang ketika diperiksa oleh ahlinya tiak mempunyai
keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda penyakit atau kelainan. Sedangkan
kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera sempurna yang lengkap meliputi:
kesejahteraan fisik, mental, dan social bukan semata-mata bebas dari penyakit
dan/atau kelemahan. Selain itu, seseorang dengan kesehatan yang baik adalah
apabila seseorang mampu produktif.
Menurut undang-undang No. 23 tahun 1992 sehat adalah keadaan
sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan social yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomi. Dari definisi tersebut,
dapat disimpulakan bahwa gangguan, sehingga memungkinkan berkembanganya
mental atau psikologis dan social untuk dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari
dengan normal.
Sehat mental adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan
fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang, dan perkembangan
itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain. Sehat social adalah perkehidupan
dalam masyarakat dimana perikehidupan ini harus sedemikian rupa, sehingga
saetiap warga sendiri serta kehidupan keluarganya dalam masyarakat yang
memungkinkannya untuk bekerja, beristirahat, dan menikmati hiburan pada
waktunya.
Menurut WHO (1947) yang dikatakan sehat adalah suatu keadaan ayang
lengkap meliputi kesejahteraa fisik, metal, dan social bukan semata-mata bebas
dari penyakit dan/atau kelemahan.Dalam konsep sehat menurut WHO tersebut,
diharapkan adanya keseimbangan yang serasi dalam interaksi antara manusia,
makluk hidup lain, dan dengan lingkungannya. Sebagai konsekuensi dari konsep
WHO tersebut, maka yang dikatakan manusia sehat adalah: (1) tidak sakit; (2)
tidak cacat; (3) tidak lemah; (4) bahagia secara rohani; (5) sejahtera secara social;
dan (6) sehat secara jasmani. Hal tersebut sangat ideal dan sulit dicapai karna
salah satu factor penentuannya adalah factor lingkungan yang sulit untuk
-
dikendalikan.Anggota masyarakat yang sehat termasuk dalam model keadaan
yang baik atau high level wellnessmodel.Model ini berorientasi pada menyehatkan
yang sakit.Sedangkan orientasi utama konsep keadaan baik adalah untuk
meningkatkan keadaan yang baik.
Berikut ini unsur-unsur konsep keadaan yang baik.
1. Keadaan jasmaniah (physical activity)
2. Kesadara gizi (nutritional awareness)
3. Pengelolahaan jawab mandiri (sress management)
4. Tanggung jawab mandiri (self responsibility)
Konsep sakit
Definisi sakit
Menurut perkins sakit adalah suatu keadaan tidak menyenangkan yang
menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan dalam gangguan aktivitas
sehari-hari, baik aktivitas jasmani, rohani, maupun social. Sakit berarti suatu
keadaan yag memperlihatkan adanya keluhan dan gejala sakit secara subjektif dan
objektif, sehingga penderita tersebut memerlukan pengobatan untuk
mengembalikan keadaan sehat.
Keadaan sakit sering digunakan untuk menlai tingkat kesehatan suatu
masyarakat.Untuk mengetahui tingkat kesehatan dapat dilakukan pengukuran-
pengukuran nilai unsur tubuh (berat badan, tekanan darah, frekuensi pernapasan,
pemeriksaan cairan tubuh, dan lainnya).Keadaan sakit merupakan akibat dari
kesalahan adaptasi terhadap lingkungan (maladaptation) serta reaksi antara
manusia dan sumber-sumber penyakit.Kesakitan adalah reaksi personal,
interpersonal, kultural, atau perasaan kurang nyaman akibat dari adanya penyakit.
Pencegahan penyakit (Stage of Disease Prevention)
Proses pencegahan suatu penyakit tidak dapat dipisahkan dari kondisi lingkungan
dan sejarah terjadinya penyakit. Dasar pencegahan suatu penyakit adalah
mencegah lebih baik daripada mengobati.Mencegah berarti mengadakan inhibisi
-
terhadap perkembangan suatu penyakit sebelum penyakit tersebt terjadi. Tingkat
pencegahan dari suatu penyakit ada tiga macam, yaitu: (1) pencegahan primer; (2)
pencegahan sekunder; (3) pencegahan tersier.
Sejarah alamiah penyakit dan tingkat penceghannya dapat dilihat pada figure
dibawah ini.
Pencegahan Primer
(Primary Prevention)
Pencegahan Sekunder
(Secondary Prevention)
Pencegahan Tersier
(Tertier Prevention)
1. Peningkatan
kesehatan (health
promotion)
1. Deteksi dini (early
detection)
1. Membatasi kecacatan
(disaibility limitation)
2. Pencegahan
spesifik (specific
protection)
2. Pengobatan dini
(early curative)
2. Rahabilitasi
(rehabilitation)
C
L
I
N
I
C
A
L
H
O
R
I
Z
O
N
Tingkat kepekaan
(stage of
susceptability)
Tingkat sebelum sakit
(stage of presymto matic
disease)
Tingkat kecacatan (stage of
disability)
Gambar Tingkat pencegahan penyakit dan sejarah alamiah penyakit
lingkungan.
1.8.3 Lingkungan
Lingkungan adalah komponen dalam paradigma keperawatan yang
mempunyai implikasi sangat luas bagi kelangsungan hidup manusia, khususnya
menyangkut status kesehatan seseorang. Lingkungan yang dimaksut dapat berupa
lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh, baik secara langsung
-
maupun tidak langsung pada individu; kelompok; atau masyarakat; seperti
lingkungan yang bersifat biologis, psikologis, social, kultural, spiritual, iklim,
system perekonomian, politik dan lain-lain. Jika keseimbangan lingkungan ini
tidak dijaga dengan baik maka dapat menyebabkan bebagai macam
penyakit.Sebagai contoh, kebiasaan membuang sampah sembarangan berdampak
pada lingkungan menjadi kotor, bau, banyak lalat, banjir, dan
sebagainya.Eksplorasi kekayaan laut dan hutan secara besar-besaran dapat
menyebabkan bencana banjir, tanah longsor, dan gangguan ekosistem.
Hubungan sehat sakit dan lingkungan dalam proses terjadinya penyakit
Berikut ini adalah model pendekatan yang sering digunakan untuk
menggambarkan proses terjadinya penyakit.
Model ekologi (ecologic models) atau segitiga
Epidemiologi (host-agen-environment)
Konsep terjadinya penyakit yang digambarkan secara sederahana. Secara
alamiah factor host, agent, dan environment akan selalu mengadakan interaksi.
Interaksinya bersifat dinamis, artinyan ketiga factor tersebut saling memengaruhi
satu sama lain. Apabila terjadi gangguan keseimbangan pada proses interaksi
tersebut juga dapat terjadi jika factor lingkungan memberikan kesempatan pada
agent untuk berkembang sehingga akan merugikan atau mengganggu kesehatan
host. Daya tahan host juga menurun akibat factor internal host, sehingga agent
mendapat peluang yang selalu berakhir dengan menguntungkan host dan
lingkungan hidupnya, serta pemberantasan terhadap agent penyakit dan
vektornya.
Induk Semang (Host) Agen (Agent)
Lingkungan (Environment)
-
Dalam model ini, ada tiga factor yang sangat berperan, yaitu: factor host (induk
semang/manusia), factor agent (penyebab penyakit), dan factor environment
(lingkungan).
1. Factor host. Factor ini termasuk factor instriksik yang snagta dipengaruhi
oleh sifat geneti manusia. Menigkatkan jumlah factor determinan genetic
berhubungan dengan miningkatkan atau menurunnya kepekaan terhadap
penyakit tertentu. Misalnya, pada host atau manusia yang merupakan factor
instrinsik adalah kepribadian. Manusia dengan kepribadian agresif,
kompetitif, ambisius, selalu aktif, dan merasa dikejar waktu mempunyai
kecenderungan factor resiko untuk menderita penyakit jantung coroner. Hal
yang termasuk dalam factor ini adalah usia, jenis kelamin, ras, agama,
keturuan, kepribadian, perilaku, gizi, dan sebagainya.
2. Factor agent. Agent dari suatu penyakit biasanya berlokasi pada lingkungan
tertentu. Agent dari lingkungan fisik misalnya, radiasi sinar radioaktif
penyebab sterilitas. Agent dari lingkungan kimia misalnya, limbah industry
yang mengandung bahan kimia (Hg) sebagai penyebab penyakit minamata.
Agent yang bersifat biologis misalnya vector, bakter, protozoa, dan virus.
Agent yang bersifat kimia, misalnya insektisida. Agent yang bersifat fisik
misalnayiklim panas ata dingin dan agent yang berbentuk makanan misalnya,
makanan basi, makanan berlemak, dan lain-lain.
3. Factor environment. Sebagai factor ekstrinsik, environment terdiri atas
lingkungan fisik, biologis, social (adat istiadat), iklim, system perekonomian,
politik, dan lain-lain. Pendekatan lain untuk menunjukkan hubungan antara
lingkungan manusia adalah model roda. Model tersebut mengadung pusat
genetic (genetic core) dibagian inti dan luarnya, yaitu host (man). Sedangkan
disekelilingnya ada tiga sector, yaitu sector fisik, biologis, dan social. Pada
pendekatan model roda dan segitiga epidemologi keduana menyebutkan
bahwa lingkungan fisik, biologis, dan social dapat menyebabkan penyakit.
Model Paradigma Hidup Sehat (The Well Being Paradigm)
Model ini mengambarkan derajat kesehatan masyarakat yang inyatakan pada
tingkst derajat atau tingkat baiknya status kesehatan masyarakat.Keadaan sehat
-
menurut Hendrik L.Blumm adalah keadaan baik (well being) dari unsur somatic,
social, dan psikis.Menurut WHO (1957) keadaan sehat adalah suatu keadaan
tubuh manusia yang menggambarkan berfungsinya tubuh secara memuaskan
dalam lingkungan dan sifat keturunan tertentu.Pada dasarnya, kondisi status
kesehatan suatu masyarakat merupakan suatu spectrum yang luas antara
masyarakat yang berbeda dalam keadaan sakit berat atau menjelang kematian.
Terdapat empat jenis spectrum, yaitu:
1. Tahap sehat optimal (stage of optimum health), yaitu kondisi sehat ynag
optimal, dimana terdapat fungsi-fungsi unsur somatic, psikis, dan social
secara optimal.
2. Tahap sehat sub-optimal atau sakit ringan (stage of sub-optimum health atau
incipient illness), yaitu kondisi sehat yang menurun dan terdapat gangguan
fungsi yang ringan dari somatic, psikis, dan social.
3. Tahap sakit atau terganggu (stage of over illness atau disability), yaitu
kondisi kesehatan yang menurun dan terdapat gangguan fungsi yang jelas
serta menunjukkan gejala ketidakmampuan atau gengguan kegiatan dan
kecakapan eksistensi kehidupan atau vitalitas seseorang.
4. Tahap sakit berat dekat kematian (stage of very serious illness atau
approaching death), yaitu kondisi kesehatan yang snagat menurun dan telah
mengancam eksistensi kehidupan atau vitalitas seseorang.
Berbeda dengan konsep segitiga epidemiologi, paradigma hidup sehat (health
and well being paradigm) dari Hendrik L. Blum menjelaskan empat factor utama
yang dapat memengaruhi derajat kesehatan individu atau masyarakat. Keempat
factor tersebut merupakan factor determinan atau penentu timbulnya pasa seorang
individu atau kelompok masyarakat.Keempat factor tersebut merupakan factor
determinan atau penentu timbulnya masalah kesehatan pada seorang individu atau
kelompok masyarakat. Keempat factor tersebut terdiri atas:
1. Factor lingkungan (environment) yang terdiri atas lingkungan social
ekonomi, fisik dan politik
2. Factor perilaku (gaya hidup atau life style) pada individu atau kelompok
masyarakat
-
3. Factor pelayanan kesehatan (medical care services) meliputi jenis, cakupan,
dan kualitasnya
4. Factor genetic (keturunan).
Keempat factor ersebut saling berinteraksi secara dinamis dalam
memengaruhi kesehatan perorangan adan derajat kesehatan kelompo
masyarakat.Di antara keempat factor tersebut factor perilaku manusia merupakan
factor determinan yang paling besar dan paling sulit ditanggulangi, diusul dengn
factor lingkungan. Alasan lain mengapa factor perilaku lebih dominan
dibandingkan dengan factor lingkungan karena lingkungan hidup manusia sangat
dipengaruhi oleh ulah satu perilaku manusia.
Penerangan paradigma ini pada intervensi kesehatan masyarakat dilakukan
melalui pengembangan program pelayanan kesehaan dengan tujuan untuk
meningktkan human satisfaction, lingkungan hidup yang sehat dan dinamis
(kesimbangan human ecology), dan keturunan manusia yang lebih sehat.
Aplikasi Paradigma Sehat Dalam Program Perilaku
Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)
Genetik
Hidup Sehat
Lingkungan
(fetal, physical, natural and
man made, sociocultural,
economics, education,
employment, etc)
Pelayanan Kesehatan
(pencegahan, pengobatan,
rehabilitasi)
Perilaku Masyarakat
(atittitude, behaviors)
Sumber Daya Alam Sistem Budaya
Keseimbangan Ekologi Kepuasan Manusia
-
Kebijakan pengembangan kesehatan ditekankan kepada upaya promotif
dan preventif dengan maksut meningkatkan, memelihara, dan melindungi orang
yangsehat agar menjadi sehat, produktif, serta yang sakit segera disembuhkan agar
menjadi sehat. Dengan demikian, setiap upaya kesehatan diarahkan untuk
menjadikan setiap penduduk memiliki kesehatan yang optimal agar bias hidup
produktif. Pola hidup sehat adalah perwujudan paradigm sehat yang berkaitan
dengan perilau perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang berorientasi
sehat, sehingga dapat meningkatkan, memelihara, dan melindungi kualitas
kesehatannya, baik fisik; mental; spiritual; maupun social.
Perilaku hidup sehat meliputiperilau proaktif untuk:
1. Memelihara serat meningktakan kesehatan dengan cara berolahraga teratur
dan hidup sehat
2. Mengurangi atau menghilangkan kebudayaan yang mempunyai risiko
terjadinya penyakit, seperti kebiasaan meminum keras, merokok, dan makan-
makanan yang berlebihan
3. Usaha untuk melindungi diri dari ancaman yang menimbulkan penyakit
seperti gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) atau 3M (menguras,
enutup, dan mengubur)
4. Berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat seperti membuat
jamban dan saluran pembuangan air limbah (SPAL).
Whell Model Of Man Environment Interaction
Model ini merupakan hubungan beberapa factor yang mencakup sector
lingkup yang terdiri atas fisik, biologis, dan social yng selalu berhubungan dengan
sector host dan agent.
1. Lingkungan fisik dan penyakit
Termasuk factor lingkungan fisik adalah panas, sinas matahari, udara, air,
radiasi, atmosfer, dan tekanan. Dengan berkembangnya industry, maka aspek fisik
dari lingkungan akan meningkatkan dan akan mengakibatkan pencemaran pada
manusia. Kejadian pencemaran udara di London (inggris) tahun 1952 yang
membawa kematian sebanyak 4.000 orang merupakan contoh factor lingkungan
-
fisik yang diakibatkan pencemaran oleh manusia. Apabila sifat menahun, maka
pencemaran udara terutama di kota besar akan menyebabkan penyakit
padasaluran pernapasan. Cuaca dan iklim dapat memengaruhi kehidupan manusia,
terutama radiasi sinar, termasuk sinar kosmis, sinar gamma, sinar X, dan inar ultra
violet dapat menyebabkan kulit terbakar, kanker, mutasi genetic, maupun
perubahan biologis lainnya.
2. Lingkungan biologis dan penyakit
Sector lingkungan biologi sehubungan dengan penyakit dapat dibagi dalam
beberapa hal, diantaranya:
1) Agen penyakit infeksius
2) Reservoir (manusia atau binatang)
3) Vector pembawa penyakit (lalat, nyamuk)
4) Tumbuhan dan binatang
3. Lingkungan social, buadaya, ekonomi, dan penyakit
Lingkungan social, ekonomi, budaya merupakan lingkungan yang ersifat
dinamis dan cukup pelik. Suatu lingkungan social tertentu tidak begitu saja
membri pengaruh yang sama ke[ada semua orang. Kebiasaan social mungkin akan
memeberikan pengauh terhadap kesehatan. Misalkan kebiasaan makan-makanan
tertentu, cara memasak, dan lain-lain. Factor penerimaan terhadap ide-ide baru
dan kerja sama sosial dapat juga memengaruhi status kesehatan. Berikut ini adalah
hubungan sumber lingkungan dan gangguan penyebab terjadinya suatu penyakit.
Pengaruh Ekosistem Terhadap Kesehatan
Lingkungan Biologi
Lingkungan Fisik/Kimia
Genetic Core
Lingkungan Sosial
Manusia (Host)
-
Rentang sehat-sakit yang bersifat dinamis akan selalu berubah setiap saat,
perubahan ini dipengaruhi oleh enam faktor berikut ini:
1) Politik, mencakup: keamanan, penekanan, dan penindasan
2) Perilaku manusia, mencakup: kebutuhan manusia, kebiasaan manusia, dan
adat istiadat.
3) Keturunan, meliputi: genetik, kecacatan, etnis, faktor resiko, dan ras.
4) Pelayanan kesehatan, meliputi: upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif.
5) Lingkungan, meliputi: tanah (place), udara (air), dan air (water).
6) Faktor sosial ekonomi, meliputi: pendidikan dan pekerjaan.
1.8.4 Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelaksanaannya berdasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual
yang komprohensif. Ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat, baik
sakit maupun sehat, yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Keperawatan suatu ilmu dan seni yang berkaitan dengan pasien seutuhnya,
meliputi: kesehatan fisik, mental, spiritual.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan, perawat akan merawat atau
menghadapi berbagai individu yang unik. Setiap individu memiliki banyak segi,
baik dalam struktur maupun dalam fungsinya. Individu tersebut secara terus
menerus mengadakan interaksi terhadap lingkungan yang senantiasa berubah.
Perawat diharapkan mampu menganalisis secara teoritis faktor yang ada dalam
setiap situasi dan mengambil keputusan yang tepat. Untuk melaksanakan tugas
sesuai dengan tuntutan tersebut, perawat harus dapat mengadakan pendekatan
terhadap klien, sehingga dapat tercapai perawatan yang bermutu dalam memenuhi
kebutuhan pasien melalui proses perawatan secara mendalam. Intervensi atau
tidakan yang dilakukan bertujuan untuk menekan stresor atau meningkatkan
kemampuan klien dalam menghadapi stresor melalui upaya pencegahan primer,
sekunder, dan tersier. Untuk hal ini, perawat komunitas dituntut untuk memahami
-
beberapa konsep yang mencakup konsep asuhan keperawatan, agar perawat
mampu:
1. Memberi bantuan yang paripurna dan efektif kepada semua orang yang
memerlukan pelayanan kesehatan sesuatu dengan sistem kesehatan nasional;
2. Menjamin baha semua bantuan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasien;
3. Melibatkan pasien dalam perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan;
4. Memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua anggota tim
kesehatan.
1.8.4.1 Tingkat Pencegahan dalam Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas merupakan bentuk pelayanan atau asuhan yang
berfokus kepada kebutuhan dasar komunitas, yang berkaitan dengan kebiasaan
atau pola perilaku masyarakat yang tidak sehat, ketidakmampuan masyarakat
untuk beradaptasi dengan lingkungan internal dan eksternal.
Berikut adalah intervensi keperawatan pada keperawatan komunitas.
1. Pendidikan kesehatan/keperawatan komunitas.
2. Mendemonstrasikan keterampilan dasar yang dapat dilakukan di komunitas.
3. Intervensi keperawatan yang memerlukan keahlian perawat, seperti:
melakukan konseling pada remaja, balita, usila, pasangan yang akan menikah,
dan lain-lain.
4. Kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam mengatasi masalah
kesehatan dan komunitas.
5. Rujukan keperawatan dan non keperawatan apabila diperlukan.
Menurut leafell dan clark, tingkat pencegahan dalam keperawatan
komunitas, dapat dilakukan pada tahap sebelum terjadinya penyakit
(prepahtogenesis phase) dan pada tahap terjadinya penyakit (pathogenesis phase)
Tahap prepatogenesis
Pencegahan dalam tahap ini dapat dilakukan melalui kegiatan primary
prevention atau pencegahan primer. Pencegahan primer ini dapat dilaksanakan
selama fase prepatogenesis suatau penyakit atau masalah kesehatan. Pencegahan
dalam arti sebenarnya terjadi sebelum sakit atau ketidakfungsian dan umumnya di
aplikasikan ke populasi sehat. Pencegahan primer merupakan usaha agar
-
masyarakat yang berada dalam kondisi sehat optimal (stage of optimum health)
tidak jatuh kedalam stage lain yang lebih buruk. Berikut ini dua kelompok
kegiatan pencegahan primer.
1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
Peningkatan status kesehatan masyarakat yang dilakukan melalui beberapa
kegiatan, diantaranya pendidikan kesehatan (health education) penyuluhan
kesehatan masyarakat (PKM) [penyuluhan gizi], pengamatan tumbuh kembang
anak (growth and development monitoring), pengadaan rumah sehat, konsultasi
perkawinan (marriage counseling), pendidikan seks (sex education), pengendalian
lingkungan, program P2M (Pemberantasan Penyakit Menular) [kegiatan imunisasi
dan pemberantasan vector], stimulasi dan bimbingan dini atau awal dalam
kesehatan keluarga serta asuhan keperawatan pada anak atau balita, penyuluhan
pencegahan kecelakaan, program kesehatan lingkungan dengan bertujuan menjaga
lingkungan hidup manusia agar aman dari bibit penyakit (seperti bakteri, virus,
dan jamur serta mencegah kemungkinan berkembangnya vektor), asuhan prenatal,
pelayanan keluarga berencana (KB), perlindungan gizi (dental prophy laxis), dan
penyuluhan untuk pencegahan keracunan.
Masalah kesehatan yang dicegah bukan hanya penyakit infeksi/menular tetapi
juga masalah kesehatan lain seperti masalah kecelakaan, kesehatan jiwa,
kesehatan kerja, dan lain sebagainya. Besarnya masalah kesehatan masyarakat
dapat diukur dengan menghitung tingkat morbiditas (angka kejadian sakit),
mortalitas (angka kematian), vertilitas (tingkat kelahiran), dan disability (tingkat
kecatatan) pada kelompok-kelompok masyarakat.
2. Perlindungan umum dan khusus (general and specific protection).
Usaha kesehatan untuk memberikan perlindungan secara khusus atau umum
pada seseorang atau masyarakat diantaranya melalui imunisasi, hygiene
perseorangan, perlindungan diri dari kecelakaan (accidental safety), perlindungan
diri dari lingkungan, kesehatan kerja (occupational health), perlindungan diri dari
karsinogen, togsin dan alergen, pengendalian sumber-sumber pencemaran dan
lain-lain.
-
Tahap Patogenesis
Berikut ini dua kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap patogenesis
(pathogenesis phase).
1. Pencegahan sekunder (secondary prevention)
Pencegahan terhadap masyarakat yang sedang sakit dapat dilakukan dengan
dua kelompok kegiatan, diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan
segera/adekuat), antara lain melalui kegiatan penemuan kasus secara dini
(early case funding), pemeriksaan umum lengkap (general check up),
pemeriksaan masal (mass screening), survei terhadap lingkungan sekitar ,
sekolah, dan rumah (contact survei, school survei, household survei),
penanganan kasus (case hoalding), dan pengobatan yang adekuat (adecuate
treatment).
2) Disability limitation (pembatasan kecacatan), antara lain melalui kegiatannya
penyempurnaan dan intensifikasi terapi lanjut, pencegahan komplikasi,
perbaikan fasilitas kesehatan, penurunan beban sosial, penderita, lain-lain.
Pencegahan level ini menekankan upaya penemuan khusus sedari ini dan
pengobatan tepat (early diagnosis and prompt treatment). Pencegahan sekunder
dimulai sejak tahap patogenesis (masa inkubasi), saat bibit penyakit masuk ke
dalam tubuh manusia sampai pada timbulnya gejala penyakit atau gangguan
kesehatan. Diagnosis dini dan intervensi yang tepat untuk menghambat proses
patologis (proses perjalanan penyakit) dapat mempersingkat waktu sakit dan
tingkat keparahan atau keseriusan penyakit. Berikut ini contoh pencegahan
sekunder suatu penyakit.
1) Melakukan pengkajian hambatan tumbuh kembang anak atau balita, mengapa
sampai terjadi keterlambatan.
2) Melakukan motivasi pada keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan
berkala, termasuk gigi dan mata pada balita.
Upaya ini dapat dilakukan melalui program P2M khususnya kegiatan
surveilen (active and passive case detection), dan program pengobatan
-
(pengobatan pasien umum, mata, gigi, dan gangguan jiwa), program gizi melalui
penimbangan anak balita, program KIA (kesehatan ibu dan anak), melalui deteksi
dini faktor resiko gangguan dan kelainan kehamilan, program UKS (usaha
kesehatan sekolah) melaluimdeteksi dini adanya gangguan kesehatan gigi, mata,
dan lain-lain pada kelompok anak-anak sekolah.
2. Pencegahan tersier (tertiary prevetion).
Usaha pencegahan terhadap masyarakat setelah sembuh dari sakit serta
mengalami kecatatn yang dapat dilakukan melalui kegiatan pendidikan kesehatan
lanjutan, terapi kerja (work terapy), perkampungan rehabilitasi sosial, penyadaran
masyarakat, lembaga rehabilitasi, partisipasi masyarakat, dan lain-lain. Upaya
pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau ketidakmampuan terjadi sampai
stabil, menetap, atau tidak dapat diperbaiki (irreversible).
Pencegahan ini dapat dilaksanakan melalui program rehabilitasi untuk
mengurangi ketidakmampuan dan meningkatkan efiensi hidup penderitan.
Kegiatan rehabilitasi meliputi aspek medis dan sosial. Pencegahan tersier
dilaksanakan pada fase lanjut proses patogenesi suatu penyakit atau gangguan
kesehatan. Penerapannya pada upaya pelayanan kesehatan masyarakat melaui
program PHN (public health nursing) dengan merawat penderita penyakit kronis
di luar pusat-pusat pelayanan kesehatan (dirumahnya sendiri) perawatan penderita
pada stadium terminal (pasien tidak mampu diatasi penyakitnya atau hampir
meninggal) jarang di kategorikan sebagai pencegahan tersier, tetapi dimasukkan
pada peralatan yang bersifat paliatif.
Prinsip upaya pencegahan adalah agar individu atau kelompok masyarakat
tidak jatuh sakit, diringankan gejala penyakitnya atau akibat komplikasi sakitnya,
dan ditingkatka fungsi tubuh penderita setelah perawatan. Rehabilitasi sebagai
tujuan pencegahan tersier tidak hanya sebagai upaya menghambat proses
penyakitnya sendiri, tetapi mengembalikan individu kepada tingkat berfungsi
yang optimal dari ketidakmampuan misalnya, perawat mengajarkan pada keluarga
untuk melakukan perawatan anak dengan kasus kolostomi di rumah, perawat
membantu keluarga, mempunyai anak dengan masalah kelumpuhan anggota gerak
untuk latihan secara teratur di rumah. Jadi, pencegahan pada tahap patogenesis ini
-
dimaksudkan untuk memperbaiki keadaan masyarakat yang sudah jatuh pada
tahap sakit ringan, sakit dan sakit berat agar sedapat mungkin kembali ketahap
sehat yang optimal.
1.9 Asumsi Dasar Dan Kenyakinan Dalam Keperawatan Komunitas
1. Asumsi Dasar
Menurut american asosiation (ANA, 1989), asumsi dasar keperawatan
komunitas didasarkan pada hal-hal sebagai berikut ini:
1) Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks.
2) Pelayanan kesehatan primer, sekunder, dan tersier merupakan komponen
sistem pelayanan kesehatan.
3) Keperawatan merupakan sub sistem pelayanan kesehatan, dimana hasil
pendidikan dan penelitian melandasi praktek.
4) Fokus utamanya adalah keperawatan primer, sehingga keperawatan perlu di
kembangkan di tatanan kesehatan utama.
Keperawatan komunitas perlu di kembangkan di tatanan pelayanan kesehatan
dasar yang melibatkan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan keperawatan
komunitas.
2. Keyakinan
Keyakinan yang mendasari praktik keperawatan komunitas di antaranya
adalah sebagai berikut:
1) Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau dan dpat diterima
semua pihak.
2) Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan, dalam hal
mendukung maupun menghambat, untuk itu perlu diantisipasi.
3) Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan.
4) Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang.
-
1.10 Peran dan Fungsi Perawat Kesehatan Komunitas
1.10.1 Definisi Peran Perawat
1.10.1.1 Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang
pada situasi social tertentu. Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk
menyatakan aktivitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan
pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah
untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan secara
professional sesuai dengan kode etik professional. Di mana setiap peran yang
dinyatakan sebagai cirri terpisah untuk kejelasan
1.10.1.2 Kozier, Barbara (1995:21) peran adalah seperangkat tingkah laku
yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukan dalam
suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan social, baik dari dalam maupun
dari luar dan bersifat stabil.
1.10.1.3 Peran adalah tingkah laku yang diharapkan oleh seseorang
terhadap orang lain, dalam hal ini peran perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan, melakukan pembelaan pada klien, sebagai pendidik tenaga
perawat dan masyarakat, coordinator dalam pelayanan pasien, kolabolator
dalam membina kerjasama dengan profesi lain dan sejawat, konsultan pada
tenaga kerja dan pasien, pembaharu sistem, serta metodologi dan sikap (Peran
perawat, CHS, 1989).
1.10.1.4 Peran perawat menurut Lokakarya Nasional 1983 adalah sebagai
pelaksana pelayanan keperawatan; pengelola pelayanan keperawatan dan
institusi pendidikan; serta sebagai pendidik dalam keperawatan, penelitian
dan pengembangan keperawatan.
1.10.2 Elemen Peran
Ada beberapa elemen peran perawat professional antara lain care giver, clien
advocate, counselor, educator, collaborator, coordinator, change agent,
consultant, dan interpersonal process.
1.10.2.1 Care Giver (Pemberi Asuhan Keperawatan)
Peran perawat sebagai pelaksanan kesehatan yaitu seluruh kegiatan pelayanan
kesehatan masyarakat dan puskesmas dalam mencapai tujuan kesehatan melalui
kerja sama dengan tim kesehatn lainnya sehingga tercipta keterpaduan dalam
-
sistem pelayanan kesehatan. Peran sebagai pelaksanan dapat berupa Clinical
Nurse Specialist (CNS) dan Family Nurse Practitioner (FNP).
Pada peran ini perawat diharapkan mampu menerapkan hal-hal berikut ini.
1. Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok,
atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah
yang bersifat sederhana sampai pada maslah yang kompleks.
2. Memerhatikan individi dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus
memperlihatikan klien berdasarkan kebutuhan signifikan dari klien.
3. Perawat menggunakan proses keperawatn untuk mengidentifikasi diagnosis
keperawatn, mulai dari masalah fisik sampai pad masalah psikologis.
Clinical nurse specialist atau perawat spesialis klinis yaitu perawat yang
memberikan pelayanan pada tingkat individu, keluarga dan kelompok. Bentuk
tanggung jawab pada peran ini adalah melelui upaya promotif dan perawat
preventif dalam kaitannya untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat.
Perawat spesialis klinis memberikan perawatan kesehatan pada klien, biasanya di
unit rawat jalan atau tempat praktik komunitas pada klien dengan masalah
kompleks, dan perawatan komprehensif (Roy dan Obloy, 1979). Adapun tujuan
radi clinical nurse specialist adalah menurunkan jumlah morbiditas, menurunkan
infant mortality rate atau angka kematian bayi, serta mencegah terjadinya
gangguan dan kecacatan pada anggota masyarakat. Sedangkan bentuk
pelaksanaannya difokuskan pada identifikasi masyarakat yang beresiko.
Peran family nurse practitioner adalah memberikan perawatan ambulasi
untuk keluarga, biasanya berkolaborasi dengan dokter keluarga. Perawat pada
kelompok ini memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan umum, megatasi
masalah kesehatan dengan memberikan perawatan langsung, dan memberikan
bimbingan atau konseling dengan memberikan perawatan langsung, dan
memberikan bimbingan atau konseling pada keluarga juka dibutuhkan. Tujuan
family nurse practitioner adalah untuk meningkatkan kesehatan (promotif),
mencegah terjadinya penyakit (preventif), melaksanakan pengelolaan pada
penyakit yang bersifat kronis, dan menghindari adanya pembatasan kecacatan.
Dalam hal ini perawat bertindak sebagai:
-
1. Comforter atau pemberi rasa nyaman;
2. Protector dan advocate, yaitu pelindung dan pembela;
3. Communicator;
4. Mediator;
5. Rehabilitator.
1.10.2.2 Clien Advocate (Pembela Klien)
Pada peran ini perawwat diharapkan mampu melakukan hal-hal berikut ini.
1. Bertanggung jawab untuk membantu klien dan keluarga dalam
mengintepretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan
memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan
(inform concent) atau tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.
2. Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien harus dilakukan oleh
perawat, karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi
dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan
yang paling lama kontak dengan klien, sehingga diharapkan perawat mampu
membela hak-hak klien.
Seorang pembela klien adalah pembela klien atas hak-haknya, peningkatan
pelayanan, memastikn kebutuhan klien terpenuhi, dan melindungi hak-hak klien
merupakan bentuk pembelaan perawat kepada kliennya.
Berikut ini adalah hak-hak klien.
1. Hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya.
2. Hak atas informasi tentang penyakitnya.
3. Hak atas privasi.
4. Hak untuk menentukan nasibnya sendiri.
5. Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelainan tindakan.
Sedangkan hak-hak tenaga kesehatan antara lain.
1. Hak atas informasi yang benar.
2. Hak untuk bekerja sesuai standar.
3. Hak untuk mengakhiri hubungan dengan klien.
4. Hak untuk menolak tindakan yang kurang cocok.
5. Hak atas rahasia pribadi.
6. Hak atas balas jasa.
-
1.10.2.3 Conselor (Konseling)
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi
tekanan psikologis atau masalah social untuk membangun hubungan interpersonal
yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalam konseling,
perawat memberikan dukungan emosional dan intelektual.
Pada peran ini perawat diharapkan mampu melakukan hal-hal berikut ini.
1. Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat
skitnya.
2. Perubahan pola interaksi merupakan dasar dalam merencanakan metode
untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya.
3. Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu atau
keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman
yang lalu.
4. Pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan.
5. Mengubah perilaku hidup sehat (perubahan pola interaksi).
1.10.2.4 Educator (Pendidik)
Mangajar adalah merujuk kepada aktivitas dimana seseorang guru membantu
murid untuk belajar. Belajar adalah sebuah proses interaktif antara guru dengan
satu atau banyak pelajar dimana pembelajaran objek khusus atau keinginan untuk
merubah perilakuadalah tujuannya. Inti dari perubahan perilaku selalu didapat dari
pengetahuan baru atau keterampilan secara teknis. Proses pengajaran mempunyai
empet komponen yaitu: (1) pengkajian; (2) perencanaan; (3) pelaksanaan; dan (4)
evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses keperawatan dalam fase pengkajian.
Seorang perawat harus secara dalam mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi
pasien dan kesepian untuk belajar. Selama perencanaan, perawat membuat tujuan
khusus dan strategi untuk belajar. Selama pelaksanaan perawat menerapkan
strategi pengajaran dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang telah didapat.
Banyak factor yang mempengaruhi peningkatan kebutuhan pembelajaran tentang
kesehtan oleh perawat. Saat ini ada kecenderungan baru untuk peningkatan dan
penjagaan kesehatan daripada pelayanan. Sebagai akibat, masyarakat ingin dan
bisa memperoleh banyak pengetahuan di bidang kesehatan.
Pada peran ini perawat diharapkan mampu melakukan hal-hal berikut.
-
1. Dapat dilakukan kepada klien atau keluarga, tim kesehatan lain, baik secara
apontan pada saat berinteraksi maupun formal (sudah disiapkan terlebih
dahulu).
2. Membantu klien meningkatkan pengetahuan dalam upaya meningkatkan
kesehatan, gejala penyakitnya sesuai kondisi dan tindakan yang spesifik.
3. Dasar pelaksanaan peran adalah intervensi dalam proses keperawatan.
1.10.2.5 Collabolator (Kolaborasi)
Peran perawat sebagai kolabolator dapat dilaksanankan dengan cara bekerja
sama dengan tim kesehatan yang lain; baik perawat dengan dokter, perawat
dengan ahli gizi, perawat dengan ahli radiologi, dan lain-lain dalam kaitannya
membantu mempercepat proses penyembuhan klien.
1.10.2.6 Coordinator (Koordinator)
Pada peran ini perawat diharapkan mampu mengarahkan, merencanakan, dan
mengorganisasikan pelayanan dari semua anggota tim kesehatan, karena klien
menerima pelayanan dari banyak professional, misalnya pemenuhan kebutuhan
nutrisi. Aspek yang harus diperlihatkan pada pemenuhan nutrisi diantaranya
adalah jenisnya, jumlah, komposisi, persiapan, pengelolaan, cara memberikan,
pemantauan, motivasi, edukasi, dan sebagainya.
1.10.2.7 Change Agen (Pembawa Perubahan/Pembaharu)
Pembawa pembaharu adalah seseorang atau kelompok orang yang berinisiatif
merubah atau membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau pada
sistem (Kemp, 1986). Mariner Torney mendeskripsikan bahwa pembawa
perubahan adalah yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji, memotivasi dan
kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternative, menggali
kemungkinan hasil dari alternate, mengkaji sumber daya, menunjukkan peran
membantu, membina dan memperthankan hubungan, membantu selama fase
proses perubahan, serta membimbing klien melalui fase-fase ini. Peningkatan dan
perubahan adalah komponen esensial dari perawatan. Dengan menggunakan
proses keperwatan, perawat membantu klien untuk merencanakan, melaksanakan,
dan menjaga perubahan seperti pengetahuan, keterampilan, perasaan, dan prilaku
yang dapat meningkatkan kesejahteraan klien tersebut.
1.10.2.8 Peneliti dan pengembangan pelayanan keperawatan
-
Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (inovator) dalam ilmu
keperawatan, karena perawat memiliki kreativitas, inisiatif dan cepat tanggap
terhadap rangsangan dari lingkungannya. Kegiatan ini dapat diperoleh melalui
kegiatan riset atau penelitian. Penelitian pada hakikatnya adalah melakukan
evaluasi, mengukur kemampuan, menilai, dan mempertimbangkan sejauh mana
efektivitas tindakan yang telah diberikan. Dengan hasil penelitian, perawat dapat
menggerakkan orang lain untuk berbuat sesuatu yang baru berdasarkan
kebutuhan; perkembangan; serta aspirasi individu, keluarga, kelompok atau
masyarakat. Oleh karena itu, perawat dituntut untuk selalu mengikuti
perkembangan, memanfaatkan media massa, atau media informasi lain dri
berbagai sumber. Selain itu, perawat perlu melakukan penelitian dalam rangka
mngembangkan ilmu keperawatan dan meningkatkan praktik profesi keperawatn,
khususnya pelayanan, pendidikan, dan administrasi keperawatan. Perawat juga
menunjang pengembangan di bidang kesehatan dengan berperan serta dalam
kegiatan penelitian kesehatan.
1.10.2.9 Consultant (Konsultan)
Perawat berperan sebagai tempat konsultasi bagi pasien terhadp masalah yang
dialami atau tindakan keperawatan yang tepat. Peran ini dilakukan atas
permintaan klien terhadap informasi pelayanan keperawatn yang diberikan.
1.10.3 Fungsi Perawat Komunitas
Fungsi dari perawat amat beragam. Ada yang melaksanakannya sendiri
atau berkelompok. Sebelumnya kita akan membahas terlebih dahulu apa itu
fungsi.
1.10.3.1 Definisi Fungsi
Fungsi adlah suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan
perannya. Fungsi dapat berubah dari suatu keadaan lain. Saat menjalankan
perannya perawat akan melaksanakan berbagai fungsi, antara lain: fungsi
independen, fungsi dependen dan fungsi interdependen.
1.10.3.2 Fungsi perawat melaksanakan perannya
1. Fungsi Independen
Fungsi interdependen adlah fungsi di mana perawat melaksanakan perannya
secara mandiri, tidak bergantung pada orang lain atau tim kesehatan lainnya.
-
Perawat harus dapat memberikan bantuan terhadap adanya penyampaian atau
tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia baik bio-psiko-sosio-kultural
maupun spiritual.
Pemenuhan kebutuhan manausia dimulai dari tingkat individu yang utuh,
mencakup seluruh siklus kehidupan sampai pada tingkat masyarakat pada tingkat
sistem organ fungsional sampai molekuler, seperti pemenuhan kebutuhan
fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan, dll);
pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman; kebutuhan pemenuhan dicintai dan
mencintai; pemenuhan kebutuhan harga diri; sampai pada pemenuhan kebutuhan
yang paling atas, yaitu aktualisasi diri. Kegiatan ini dilakukan dengan diprakarsai
oleh perawat, diman seorang perawat harus bertanggung jawab serta bertanggung
gugat atas rencana dan keputusan tindakannya.
2. Fungsi Dependen
Fungsi dependen dilakukan dan dilaksanakan oleh perawat atas instruksi dari
tim kesehatan lain, atau tindakan pelimpahan atas tugas yang diberikan seperti
pelimpahan dari dokter, ahli gizi, radiologi, dan lain-lain.
3. Fungsi Interdependen
Fungsi independen dapat berupa kerja tim yang sifatnya saling
ketergantungan baik dalam keperawatan maupun kesehatan. Fungsi ini dapat
terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tinm dalam pemberian
pelayanan, seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang
mempunyai penyakit kompleks. Keadaan tersebut tidak dapat diatasi oleh perawat
saja, melaikan juga membutuhkan kerja sama tim kesehatan lainnya. Perawat
harus dapat memberikan bantuan terhadap adanya penyimpangan atau tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia.
Pada kenyataannya, sering kali seorang perawat dalam menjalankan peran
perawat dan fungsinya masih jauh dari harapan. Perawat mampu mandiri dan
professional dalam tatanan praktik keperawatan seccara langsung di rumah sakit
ataupun puskesmas. Oleh karena itu, setiap perawat harusnya memahami fungsi
dan kompetensinya sebagai perawat sebagaimana hasil Lokakarya Nasional
Kperawatan 1983.
-
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Elizabeth T. and judit McFarlane. 2006. Buku Ajar Keperawatan
Komunitas Teori dan Praktik. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Hayati, Nurul dkk. 2013. Buku Ajar Keperawtan Kesehatan Komunitas.
Lumajang: KMH.
KepMenkes RI Nomor 279/MENKES/SK/IV/2006. Pedoman Penyelenggaraan Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas. Jakarta.
Mubarak, Wahid Iqbal dan Nurul Chayati. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat
Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
top related