kontribusi daya ledak otot tungkai bawah dan...
Post on 21-Mar-2021
9 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
KONTRIBUSI DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI BAWAH DAN KELENTUKAN
PINGGANG TERHADAP KEMAMPUAN HEADING PEMAIN SEPAKBOLA
SMAN 1 RANAH PESISIR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan di Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Padang
Oleh
HINDRODISON
2008/07003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN
JURUSAN KEPELATIHAN OLAHRAGA
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
2
3
4
Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan Maka apabila telah selesai dari suatu urusan
Kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan lain Dengan hanya kepada tuhan hendaklah kamu
berharap (QS :Al Insyirah 6-8)
Doaku terkabul
Ketika ku mohon pada Allah.swt kekuatan Allah memberiku kesulitan agar menjadi kuat Ketika ku mohon kepada Allah kebijaksanaan Allah memberiku masalah untuk ku pecahkan Ketika ku mohon kepada allah kesejahteraan Allah memberiku akal untuk berpikir
Ketika ku mohon kepada allah keberanian Allah memberiku kondisi berbahaya untuk kuatasi Ketika ku mohon kepada allah sebuah cinta Allah memberiku orang-orang bermasalah untuk ku tolong Aku tidak menerima langsung apa yang ku minta Tapi aku menerima segalah yang ku butuhkan……
This paper is dedicated to my beloved parents; Alm. Jamaan (Ayah)
and Mihartini (ibu)
Engkau adalah sosok kebanggaanku Berwibawa, perhatian Penuh kasih sayang dan pengorbanan………… Rasa letih tak dihiraukan Panas mentari menyengat pun di abaikan Demi anak-anak tercinta
5
Terkabul sudah doamu, usai sudah anakmu menilti satu cita Telah aku selesaikan bakal hari depanku Kasihmu begitu tulus dalam kesederhanaanmu Tanpa kenal rasa letih dan lelah Demi satu cita anakmu Sagala ketabahan dan kesabaran telah kau lalui Tak ada kata satu pun yang dapat mengungkapkan Besarnya rasa terima kasihku
Lewat dan kasih sayangmu ini, ku harapkan kesuksesan Dan dengan genggaman tanganmu ini, ku artikan sebagai Kekuatan untuk menghadapi beribu tantangan, beribu Asa yang masih tersimpan
Tiada kata yang bisa ku ucapkan Untuk mengungkapkan ribuan terima kasih yang tak terhingga Aku doakan semoga tuhan membalas semua jasa Pengorbanan, dan kebaikan yang engkau curahkan, Semoga selalu dalam lindungan Allah ……….“Amiiin”
Next for my brother and sister Uda SIHEN sekeluarga n uni SIEL sekeluarga serta uni LENI sekeluarga thanks semuanya, atas do’a dan support Yang diberikan kepadaku, mungkin tanpa bantuanmu Aku tak akan bisah menyelesaikan perkuliahanku Dan mendapatkan gelar sarjana, dan aku juga minta maaf Atas semuanya kesalahanku
Thanks atas support and advicenya ya……………. Next and never that I ever forget for my best friends
6
Hendra n Ayu (bapanek-panek saketek wak bakarajo mancari bahan Kini lah ado hasil nyo kawan, la barangkek abih lai Cari karajo, baralek la lai heeeeee…………..
Buat someone yang sangat special (CYANK) yang selalu setia buat Dampingi aku selalu supports, kasih arahan, n bisa sabar Menunggu n menghadapi Semua tingkah laku aku mudah-mudahan apa yang kita impikan Selama ini tercapai, hubungan kita langgeng sampai ke pelaminan n Selalu tetap bersama………….. Amiin cyaNk cnta Sejati Yank n Yank Cinta Sjati Cyank, Tiada Cinta Sesudah cinta Ini lagi….ini Slogan Yang Slalu kta Ucapkan..
At Last buat not least Thanks buat FHANZ GENK (fery,adi,dukun n tomen) and KEMPEL TEAM..(aini,melly,dewi,lasmi). Kemudian IWAN serta konco2 arek den :MIZI,ADEK,DOTOR,ROLIT,n adiak2 kos YURI,FAUZI,HERI,RIZAL n seluruh teman2 SMA N 1 Pulau Burung…teman-teman 08 yang tak bisah aku Sebutkan satu persatu, ini bukan kalian terlupakan dalam Hidupku tapi kalian semuah tetap menjadi satu bagian yang Terindah di dalam hidupku
Writer
Hindrodison
7
ABSTRAK
Hindridison (2012) : Kontribusi Daya Ledak Otot Tungkai dan Kelentukan
Terhadap Kemampuan Heading Pada Pemain
Sepakbola SMA N 1 Ranah Pesisir.
Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap fenomena yang terjadi pada pemain
sepakbola SMA N 1 Ranah Pesisir, bahwa kemampuan heading para pemain sangat
rendah, sehingga sulitnya merebut bola diudara dan juga sulit mencetak gol kegawang
lawan yang mengakibatkan minimnya prestasi sepakbola SMA N 1 Ranah Pesisir.
Masalah ini diduga disebabkan oleh beberapa faktor yang diantaranya rendahnya
kemampuan daya ledak otot tungkai dan kelentukan secara bersama-sama terhadap
kemampuan heading. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan kontribusi daya
ledak otot tungkai dan kelentukan secara bersama-sama terhadap kemampuan heading
Pemain Sepakbola SMA N 1 Ranah Pesisir. Penelitian ini masuk dalam penelitian
Korelasional.
Populasi penelitian ini adalah Pemain Sepakbola SMA N 1 Ranah Pesisir yang
berjumlah 25 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total
sampling. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat kontribusi yang
berarti antara daya ledak otot tungkai terhadap heading, terdapat kontribusi yang berarti
antara kelentukan terhadap kemampuan heading, dan terdapat kontribusi yang berarti
antara daya ledak otot tungkai dan kelentukan secara bersama-sama terhadap kemampuan
heading. Pengambilan data dilakukan dengan cara mengukur daya ledak otot tungkai
dengan tes vertical jump. Untuk kelentukan dengan tes sit and reach tes. Selanjutnya
heading Dilakukan melalui tes menyundul/heading sepakbola. Analisa data dan
pengujian hipotesis penelitian menggunakan teknik analisis korelasi sederhana dan teknik
analisis korelasi ganda dengan taraf signifikan α = 0,05. Untuk mencari kontribusi
menggunakan rumus r2 x 100%.
Hasil analisis data menunjukkan (1) Daya ledak otot tungkai memberikan
kontribusi terhadap kemampuan heading dengan tingkat persentase sebesar = 31.47%
para pemain sepakbola SMA N 1 ranah pesisir. (2) Kelentukan memberikan kontribusi
terhadap Keterampilan heading 28.84% para pemain sepakbola SMA N 1 Ranah Pesisir.
(3) Daya ledak otot tungkai dan kelentukan secara bersama-sama memberikan kontribusi
terhadap kemampuan heading dengan tingkat persentase sebesar = 38.69% para pemain
sepakbola SMA N 1 Ranah Pesisir ..
Kata Kunci : Daya Ledak Otot Tungkai. Kelentuukan, Kemampuan Heading.
i
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul: “Kontribusi Daya Ledak Otot Tungkai dan Kelentukan Terhadap
Kemampuan Heading Pemain Sepakbola SMA Negeri 1 Ranah Pesisir”
penulisan proposal ini adalah sebagai salah satu syarat untuk melengkapi tugas
dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Padang.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan,
untuk itu diharapkan saran dan masukan dari pembaca terutama tim penguji demi
kesempurnaan skripsi ini. Di dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan penuh rasa syukur pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak
terhingga kepada:
1. Drs. Arsil, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Padang, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas belajar
selama perkuliahan dan penyelesaian proposal ini.
2. Drs. Maidarman, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan
Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang, yang
telah member kesempatan studi dan mengizinkan penelitian ini.
ii
9
3. Drs. Maidarman, M.Pd selaku pembimbing I dan Drs. Zalfendi, M.Kes
selaku pembimbing II, yang telah banyak sekali memberikan bimbingan,
pemikiran, pengarahan dan bantuan secara moril yang sangat berarti
kepada penulis, sehingga penyusunan proposal ini dapat penulis
selesaikan.
4. Drs.H. Witarsyah, Drs. Umar, MS,AIFO, Roma Irawan, S.Pd, M.Pd selaku
tim penguji.
5. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Alm. Jama‟an dan Ibunda Mihartini,
yang telah bersusah payah menuntun ananda sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh staf pengajar dan Karyawan/Karyawati Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Padang.
7. Rekan-rekan Mahasiswa FIK UNP, khususnya angkatan 2008 serta semua
pihak yang tidak dapat dicantumkan namanya satu persatu yang telah
banyak memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis memanjatkan do‟a kepada
Allah SWT semoga apa yang diberikan semua pihak kepada penulis mendapat
safaat dan imbalan yang setimpal hendaknya.
Amin-amin ya robbal alamin….
Padang, Juni 2012
Penulis
iii
10
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI
ABSTRAK.................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 8
C. Pembatasan Masalah ............................................................... 8
D. Perumusan Masalah ................................................................ 8
E. Tujuan penelitian ..................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian .................................................................. 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ............................................................................ 11
1. Permainan Sepak Bola ...................................................... 13
2. Teknik Heading .................................................................. 12
3. Daya Ledak Otot Tungkai .................................................. 16
4. Kelentukan Pinggang ........................................................ 20
B. Kerangka Konseptual .............................................................. 24
C. Hipotesis Penelitian ................................................................. 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................ 28
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 28
C. Populasi dan Sampel ................................................................ 28
D. Jenis dan sumber data .............................................................. 29
E. Defenisi opersional .................................................................. 29
F. Instrument Penelitian .............................................................. 30
G. Tekknik Analisa Data .............................................................. 33
iv
11
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ........................................................................ 35
B. Pengujian Persyaratan Analisis ............................................... 40
C. Pengujian Hipotesis ................................................................. 41
D. Pembahasan ............................................................................. 45
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 51
B. Saran ........................................................................................ 51
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... . 53
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................... ................ 54
v
12
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Distribusi frekuensi Daya Ledak Otot Tungkai (X1)....................... 35
Tabel 2. Distribusi frekuensi kelentukan (X2)............................................. 37
Tabel 3. Distribusi frekuensi kemampuan Heading (Y) ............................... 38
Tabel 4. Rangkuman uji normalitas sebaran data dengan uji lilliefors ......... 40
Tabel 5. Rangkuman hasil Analisis Korelasi Daya Ledak Otot Tungkai
(X1) terhadap kemampuan Heading (Y) pada pemain Sepakbola
SMA N 1 Ranah Pesisir .................................................................. 41
Tabel 6. Rangkuman hasil Analisis Korelasi kelentukan tubuh (X2)
terhadap kemampuan Heading (Y) pada pemain Sepakbola SMA
N 1 Ranah Pesisir ............................................................................ 42
Tabel 7. Rangkuman hasil Analisis Korelasi Daya Ledak Otot Tungkai
(X1) dan kelentukan pinggang (X2) terhadap kemampuan
Heading (Y) pada pemain Sepakbola SMA N 1 Ranah Pesisir ...... 43
13
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Teknik Menyundul Bola dengan sikap berdiri ........................................ 12
Gambar 2. Teknik Menyundul Bola dengan Awalan .............................................. 13
Gambar 3. Menyundul Bola Sambil Melayang ...................................................... 13
Gambar 4. Teknik menyundul bola dengan melompat ............................................ 14
Gambar 5. Teknik sundulan serangan .................................................................. 14
Gambar 6. Teknik sundulan di depan gawang ....................................................... 14
Gambar 7.Teknik sundulan tukik ........................................................................ 15
Gambar 8. Teknik sundulan kesasaran ................................................................. 15
Gambar 9. Teknik sundulan bertahan ................................................................. 16
Gambar 10. Kerangka konseptual ....................................................................... 27
Gambar 11. Vertical jump test ........................................................................... 31
Gambar 12. Tes Flexiometer ......................................................................... 31
Gambar 13. Tes kemampuan heading.................................................................. 32
Gambar 15. Histogram Daya Ledak Otot Tungkai.............................................. 36
Gambar 16. Histogram kelentukan ..................................................................... 38
Gambar 17. Histogram Keterampilan Heading………………………………… .. 39
14
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Data Vertical Jump……………………………………… 54
Lampiran 2 : Data Hasil Penelitian……………………….……………. 55
Lampiran 3 : Analisis Uji Normalitas Daya Ledak Otot Tungkai…….. 56
Lampiran 4 : Analisis Uji Normalitas Kelentukan ……………………….. 57
Lampiran 5 : Analisis Uji Normalitas Heading ……………..………… 58
Lampiran 6 : Analisis Sederhana Dan Korelasi Ganda…………………. 59
Lampiran 7 : Pengujian Hipotesis 1…………………………………….. 60
Lampiran 8 : Pengujian hipotesis 2…………………………………… 61
Lampiran 9 : Pengujian Hipotesis 3…………………………………….. 62
Lampiran 10 : Pengujian Signifikan Korelasi Ganda……………………. 63
Lampiran 11 : Nilai Kritis L Untuk Uji Liliefors………………………… 64
Lampiran 12 : Table Dari Harga Kritik Dari Product Moment……………. 65
Lampiran 13 : Tabel dari Lengkungan Normal Standar Dari 0 Ke ……… 66
Lampiran 14 : Foto-Foto Pengambilan Data Penelitian…………………. 68
Lampiran 15 : Surat Penelitian Dari FIK UNP………………………........72
Lampiran 16 : Surat Izin Penelitian Dari Dinas Pendidikan Kota Padang. 73
Lampiran 17 : Surat balasan Dari SMA I ranah pesisir…………………. 74
Lampiran 18 : Surat Dari UPTD Balai Pengawasan Mutu Barang…….. 75
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia, karena dengan
pendidikan manusia memperoleh pengetahuan, nilai, sikap, serta
keterampilan. Pendidikan juga merupakan salah satu factor penentu
keberhasilan dan kesiapan suatu bangsa dalam menghadapi tantangan global.
Melalui pendidikan kualitas sumber daya manusia dapat ditingkaykan
sehingga memiliki kemampuan dan keterampilan untuk membawa bangsa
kearah yang lebih baik.
Salah satu penunjang kesehatan adalah dengan berolahraga,
sedangkan bagi siswa adalah dengan pendidikan jasmani di sekolah-sekolah.
Menurut UU RI No. 3 tahun 2005 menjelaskan bahwa :„„Olahraga Pendidikan
adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian
proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan, kesehatan, kebugaran, dan kesenangan.‟‟
Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa proses pendidikan
yang teratur dan berkelanjutan akan memperoleh pengetahuan yang efektif.
Memiliki keterampilan, kesean kesehatan, kebugaran, dan kesenangan akan
maningkatkan mutu suatu pendidikan terutama pada pendidikan jasmani
Nasional menjelaskan :
1
2
„„Pasal I butir 6 mengemukakan bahwa konselor adalah pendidik. Pasal 3
bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik, dan pasal 4 ayat (4) menyatakan bahwa pendidikan diselenggarakan
dengan member keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan
kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran, dan pasal 12 ayat (Ib)
yang menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan
berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat dan
kemampuannya.‟‟
Dari semua komponen di atas, penulis melihat kunci utama
keberhasilan siswa dalam cabang sepakbola adalah membangun kemauan dan
pengembangan siswa dalam proses pembelajaran serta memberikan
pelayanan yang dapat menimbulkan kemauan untuk siswa agar lebih efektif
yang diberikan.
Olahraga sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga paling
popular di dunia, di Indonesia hamper semua lapisan masyarakat mengenal
dan menggemari olahraga ini mulai dari rakyat kecil hingga masyarakat kelas
atas baik tua, muda, anak-anak pria maupun wanita. Namun sepakbola di
Indonesia menunjukan prestasi yang kurang baik, seperti Sea Games, Asian
Game, Pra Olimpiade, dan terakhir ini pada kualifikasi Piala Dunia Zona
Asia.
Prestasi sepakbola di Indonesia masih berada di bawah dominasi
Negara tetangga yakni: Thailand, Singapura, Malaysia. Cabang olahraga yang
memiliki induk Organisasi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI)
3
dikelola sejak tahun 1930 dengan ketua umum pertama Ir. Suratin
Sosrosugondo. Untuk mengatasi ketinggalan prestasi sepak bola, PSSI selalu
memperbaiki kegiatan pembinaan kearah yang lebih baik, salah satunya
membuat beberapa macam tingkat kompetisi untuk menyikapi tujuan
pembinaan.
Di sisi lain PSSI bekerja sama dengan DIKNAS untuk mendirikan
DIKLAT sepakbola di beberapa propinsi atau daerah guna menitik beratkan
pembinaan olahraga sepakbola. Klub-klub dan SSB-SSB yang ada di masing-
masing daerah diharapkan melahirkan siswa yang berpotensi untuk mampu
berprestasi maksimal baik di tingkat daerah, nasional maupun internasional
yang nantinya dapat mengharumkan nama bangsa.
Kegiatan pembinaan olahraga sepakbola sebaik mungkin lebih
menekankan pada latihan fisik dan latihan teknik. Latihan fisik mengarah
kepada kebugaran yang mengambarkan kesanggupan, kemampuan fisik
seseorang dalam melakukan gerak atau aktifitas tanpa mengalami kelelahan
yang berarti. Sedangkan latihan teknik mengarah kepada kemampuan
seseorang dalam menguasai teknik dasar olahraga sepakbola secara baik.
Seorang atlet sepakbola yang memiliki kemampuan fisik yang bagus,
ditambah dengan penguasaan teknik dasar sepakbola yang baik, maka akan
memungkinkan bagi nya untuk bermain sepakbola dengan baik dalam
mencapai prestasi optimal.
Djezed (1986:106) mengemukakan, bahwa: „„Teknik dasar sepak
bola, diantaranya menendang dengan kaki bagian dalam, menendang dengan
4
kaki bagian luar, menendang dengan punggung kaki, menerima dan
mengontrol bola, heading, dribbling, lemparan ke dalam dan teknik bertahan.
„„teknik dasar merupakan pondasi oleh siswa dari sekian banyak teknik sepak
bola yang akan di pelajari salah satu nya adalah teknik dasar heading.
Heading merupakan salah satu teknik dalam permainan sepakbola, yang
digunakan untuk mengoper bola kepada kawan sekaligus untuk menciptakan
gol.
Peningkatan tekhnik dasar sepakbola harus melibatkan latihan fisik
sebagai pondasi dasar yang harus dikuasai pemain sepakbola seperti
melakukan latihan daya ledak otot tungkai. Jensen dalam Arsil, (1999:72)
mengemukakan daya ledak adalah “semua gerakan explosif yang maksimal
secara langsung tergantung pada daya”. Daya otot adalah sangat penting
untuk menampilkan prestasi tinggi. Dalam melakukan heading sangat
diperlukan daya ledak otot tungkai guna untuk menghasilkan heading yang
baik.
Seperti halnya daya ledak otot tungkai, Kelentukan merupakan unsur
kondisi fisik yang sangat penting dalam melakukan heading. Menurut
Soegijanto (1990:19) mengatakan “kelentukan pinggang (flexibility)
merupakan kelentukan badan, gerakan yang mudah dan luas. Kelentukan
sangat berguna dalam melakukan heading, karena dengan badan yang lentur
bisa menghasilkan heading yang maksimal.
5
Rangkaian proses gerakan heading harus dilakukan dengan tepat,
cepat karena daya ledak dan kelenturan dapat mempengaruhi hasil heading
dengan tepat dan cepat dibutuhkan kondisi fisik dan mental seorang siswa.
Seperti yang di jelaskan Syafruddin (19999:36) komponen posisi fisik
tersebut adalah daya tahan (endurance), kekuatan (strength), daya ledak
(power), kecepatan (speed), kelentukan (flexibility), kelincahan (agility),
keseimbangan (balance), dan koordinasi (coordination).
Latihan daya ledak otot tungkai dan kelentukan harus sering diberikan
seorang pelatih kepada pemainnya, ini bertujuan untuk mengurangi tingkat
kesalahan mengambil keputusan untuk melakukan Heading dalam sebuah
pertandingan maka proses latihan diarahkan kepada pembinaan kondisi fisik,
khususnya Daya Ledak Otot Tungkai dan Kelentukan. Sebab factor-faktor
inilah yang sangat dominan dalam melakukan Heading.
Dilihat dari kutipan di atas pemain sepakbola SMA Negeri 1 Ranah
Pesisir banyak mengalami perkembangan dengan mengikuti kejuaraan-
kejuaraan. Namun dari kejuaraan-kejuaraan itu tidak diikuti dengan prestasi
yang maksimal. Pemain sepakbola SMA Negeri 1 Ranah Pesisir sering
memperoleh hasil yang kurang memuaskan kalah bertanding pada kejuaraan-
kejuaraan yang besar. Pemain sepakbola SMA Negeri 1 Ranah Pesisir sering
kalah dan pulang dan pulang lebih awal dari team-team yang lain. Salah satu
penyebabnya adalah karena kurangnya evaluasi dan mengabaikan unsur-
unsur yang penting dalam sepakbola, seperti dalam hal penguasaan teknik.
Dari sekian banyak teknik dalam sepakbola, kemampuan heading yang paling
6
menonjol kurang dimiliki pemain sepakbola SMA Negeri 1 Ranah Pesisir.
Sering pemain sepakbola SMA Negeri 1 Ranah Pesisir kalah dalam duel bola-
bola atas, banyak gol tercipta di gawang melalui bola-bola atas, seperti
tendangan sudut gol sering terjadi lewat heading team lawan. Begitu juga
dalam hal menyerang, jarang sekali gol tercipta lewat Heading ke gawang
lawan. Seringnya kegagalan dalam melakukan heading ini disebabkan
kurangnya latihan daya ledak otot tungkai dan kelentukan yang diberikan
seorang pelatih kepada pemain SMA Negeri I Ranah Pesisir.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa factor kondisi
fisik seperti daya ledak otot tungkai, kelentukan koordinasi gerakan otot leher
keseimbangan memegang peranan penting terhadap kemampuan heading.
Tanpa adanya kondisi fisik tersebut, maka kemampuan untuk melakukan
heading akan sulit dicapai. Dan hal seperti ini bisa menjadi factor-faktor
terjadinya heading gagal. Karena tanpa kondisi fisik yang bagus maka pemain
akan cepat mengalami kelelahan sehingga dalam melakukan heading tidak
tepat pada sasaran yang sesungguhnya.
Pada pemain sepakbola SMA Negeri I Ranah Pesisir belum ada pihak
yang mendata kemampuan heading pemain SMA Negeri I Ranah Pesisir, Hal
ini terlihat dari setiap digelarnya turnamen sepakbola sering terjadi kesalahan
terhadap kemampuan heading oleh pemain dalam lapangan, ini disebabkan
oleh kurangnya kemampuan heading pemain tersebut.
Kurangnya kemampuan heading pemain sepakbola SMA Negeri I
Ranah Pesisir diduga karena rendahnya tingkat latihan kondisi fisik yang
7
dintaranya dari aspek Daya Ledak Otot Tungkai dan Kelentukan yang
dimiliki oleh pemain SMA Negeri I Ranah Pesisir. Latihan teknik juga perlu
diperhatikan seperti perkenaan bola, awalan, serta pandangan saat melakukan
heading. Minimnya perlengkapan serta peralatan juga bisa menjadi batu
sandungan seorang pelatih dalam memberikan latihan heading, Kemudian
kurangnya dukungan dari pihak sekolah juga bisa menjadi masalah. Hal
tersebut terlihat pada saat pertandingan, kalau ini dibiarkan maka kemampuan
heading sangat sulit untuk mencapai hasil yang maksimal ditingkat Daerah,
Provinsi maupun Nasional. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian yang
berhubungan dengan Daya Ledak Otot Tungkai dan Kelentukan terhadap
kemampuan heading. Sebab apabila pemain sepak bola tidak memiliki Daya
Ledak Otot Tungkai dan Kelentukan yang baik maka pemain tersebut tidak
dapat heading dengan baik.
Mengingat pentingnya usaha untuk meningkatkan kemampuan
heading pemain sepakbola SMA Negeri I Ranah Pesisir, maka perlu perhatian
dari berbagai pihak yang terkait. Berdasarkan permasalahan diatas, maka
penulis akan meneliti tentang kemampuam heading pemain sepakbola SMA
Negeri I Ranah Pesisir. Dari sekian banyak factor maka penulis dibatasi untuk
meneliti tentang “Kontribusi Daya Ledak Otot Tungkai dan Kelentukan
pinggang terhadap kemampuan Heading Pemain Sepakbola SMA Negeri
I Ranah Pesisir.”
8
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang di atas maka penyebab
permasalahan penelitian dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Daya ledak otot tungkai
2. Kelentukan pinggang
3. Perkenaan bola
4. Koordinasi gerakan
5. Otot leher
6. Keseimbangan
7. Awalan
8. Pandangan
C. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan referensi, dana, waktu dan tenaga yang
dimiliki penulis, maka penelitian ini dibatasi: Daya Ledak Otot Tungkai dan
Kelentukan sebagai variabel bebas dan kemampuan Heading sebagai variable
terikat.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat kontribusi daya ledak otot tungkai terhadap kemampuan
heading pemain sepakbola SMA Negeri 1 Ranah Pesisir
2. Apakah terdapat kontribusi kelentukan terhadap kemampuan heading
pemain sepakbola SMA Negeri 1 Ranah Pesisir.
9
3. Apakah terdapat kontribusi secara bersama-sama antara daya ledak otot
tungkai dan kelentukan terhadap kemampuan heading pemain sepakbola
SMA Negeri 1 Ranah Pesisir.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Seberapa besar kontribusi antara daya ledak otot tungkai terhadap heading
pemain sepakbola SMA Negeri 1 Ranah Pesisir.
2. Seberapa besar kontribusi kelentukan terhadap heading pemain sepakbola
SMA Negeri 1 Ranah Pesisir.
3. Seberapa besar kontribusi antara daya ledak otot tungkai dan kelentukan
secara bersama-sama terhadap heading pemain sepakbola SMA Negeri 1
Ranah Pesisir.
F. Manfaat Penelitian
Di harapkan dari hasil penelitian ini dapat di jadikan bahan masukan
yang berguna :
1. Bagi penulis sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pada
jurusan pendidikan kepelatihan olahraga
2. Sebagai bahan masukan bagi pelatih, Pembina serta guru olahraga dalam
menunjang penyusunan program latihan cabang olahraga sepakbola.
3. Pelatih, guru olahraga lebih yakin akan pentingnya latihan kondisi fisik,
khususnya latihan untuk meningkatkan daya ledak dan kelentukan dalam
sepakbola.
10
4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat merupakan sumbangan yang berarti
bagi dunia olahraga khususnya sepakbola
5. Menambah koleksi perpustakaan, khususnya FIK UNP
6. Referensi bagi penulis
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Permainan Sepakbola
Permainan sepakbola adalah permainan beregu yang dimainkan
masing-masing oleh 11 orang. Permainan sepakbola bertujuan untuk
memasukkan bola ke gawang lawan dan berusaha agar bola tidak masuk ke
gawang sendiri.
Sepakbola zaman purbakala memiliki peraturan yang beragam,
tergantung pada zaman dan negaranya. Tahun 1122-24 sebelum masehi di
Tiongkok bernama ‘‘Tsu-chiu’’ dengan tujuan melewatkan bola kejaring
sebanyak mungkin, abad ke 11 di Inggris permainan ini menggunakan bola
dari usus lembu, abad ke 12 di London sepakbola dimainkan pada jam 12.00
sampai jam 18.00 dengan jarak gawang 3-4 km, masing-masing regu terdiri
dari 500 orang, abad ke 14 di Jepang permainan ini bernama „„kemari”,
ukuran lapangan 14 x 14 m, dengan jumlah satu regu 8 orang. Pada zaman
Yunani Purba dikenal dengan nama „„Episkiror‟‟. Sedangkan zaman Romawi
dinamakan “Harpastum” Arma, (1985:410).
Dalam sejarah sepakbola modern, pada tahun 1846 peraturan permainan
telah ditulis dengan 11 pasal, “Combridge rules of Football”, yang dikenal
juga dengan “Rugbi”, pada tanggal 26 Oktober 1863 didirikan sebuah badan
yang disebut “The Football Association” dan tanggal 8 Desember 1863
dibuatlah permainan oleh badan tersebut, kemudian tanggal 21 Mei 1904 atas
11
12
inisiatif Guerin dari Prancis berdirilah Federation Internasional de Football
Association (FIFA) yang terdiri dari tujuh anggota. Arma, (1985:411).
Persepakbolaan Indonesia pada zaman penjajahan Belanda di urusi
oleh Belanda sendiri. Satu-satunya bond yang ada pada waktu itu adalah
NIVB (Nederlanshe Indonesia Voetbal Bond) yang berpusat di Jakarta
(Batavia). Perkumpulan-perkumpulan sepakbola didirikan atas prakarsa
tokoh-tokoh politik dan olahraga. Pada tanggal 19 April 1930 diadakan
konferensi bond-bond sepakbola di solo. Dalam konferensi tersebut ketujuh
bond yang hadir sepakat untuk mendirikan persatuan sepakbola yang di beri
nama “Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia”, yang disingkat PSSI.
Sebagai ketua pertamanya dipilih Ir. Soeratin Sosrosoegondo. Sejak itu
kompetisi PSSI diadakan tiap-tiap tahun antara 1930-1941 (prasero 1975).
Mulai tahun 1966 diadakan kejuaraan remaja taruna untuk memperebutkan
piala.
2. Teknik Heading
Menurut (Luxbacher, 1998) “menyundul bola merupakan salah satu
teknik dalam permainan sepakbola, yang digunakan untuk mengoper bola
kepada kawan sekaligus untuk menciptakan gol”.
Teknik menyundul bola dapat dibagi atas beberapa bagian, antara lain :
a. Teknik menyundul bola dengan sikap berdiri.
Gambar 1. Teknik Menyubdul Bola dengan sikap berdiri (Luxbacher,1998)
13
Cara melakukannya adalah dengan satu kaki didepan sedangkan lutut
ditekuk, badan bagian atas diayunkan kebelakang dan pada saat bola
menyentuh bagian kepala bahu diayunkan kedepan.
b. Teknik menyundul bola dengan awalan
Gambar 2. Teknik Menyundul Bola dengan Awalan (Luxbacher,1998)
Cara melakukannya adalah denngan melakukan penyundulan sambil
berlari kearah bola yang datang, badan bagian atas diayunkan kebelakang dan
pada saat menyentuh bola baru diayunkan kedepan.
c. Teknik menyundul bola sambil melayang
Gambar 3. Menyundul Bola Sambil Melayang
Cara melakukannya pada saat posisi bola setinggi perut dan agak jauh
dari jangkauan kita, saat itulah kita berlari untuk menyongsong bola untuk
dapat menyundul sambil melayang, dan posisi tangan tempatkan disamping
badan untuk keseimbangan.
d. Teknik menyundul bola dengan melompat
14
Gambar 4. Teknik menyundul bola dengan melompat (luxbacher,1998)
Cara melakukannya pada saat posisi bola melambung tinggi diatas
kepala. Dengan tumpuan kedua kaki kemudian lentingkan badan kebelakang
dan gerakan akhirnya menyundul bola dengan kepala.
e. Teknik sundulan serangan
Gambar 5. Teknik sundulan serangan (Luxbacher, 1998)
Teknik sundulan serangan ini bisa digunakan oleh seorang striker
untuk menjebol gawang lawan, karena laju bola yang disundul berubah-rubah
sesuai dengan situasi saat tertentu. Pemain yang mengarahkan sundulan bola
kegawang membuat bola itu melanting janggal didepan kiper dan ada pula
pemain yang menyukai sundulan langsung sehingga luncuran bola
membentuk garis lurus.
f. Teknik sundulan didepan gawang
Gambar 6. Teknik sundulan di depan gawang (luxbacher, 1998)
15
Sundulan ini sering digunakan oleh pemain untuk mengoper bola
pada pemain yang berada didekat gawang agar bisa dimanfaatkan untuk
mencetak gol. Sundulan didekat gawang digunakan untuk menyundul bola
pada timing yang tepat, pemain harus lebih dulu sampai kebola. Sundulan
ini dilakukan dengan membungkukkan badan.
g. Teknik sundulan tukik
Gambar 7. Teknik sundulan tukik (luxbacher,1998)
Sundulan tukik merupakan sundulan yang dilakukan secara melayang
dan tiba-tiba karena dibutuhkan suatu kemahiran. Sundulan melayang
merupakan gabungan, kesungguhan dan keterampilan pemain harus berusaha
untuk mengenai bola, selama sundulan itu efektif, maka teknik
pelaksanaannya tidak begitu penting.
h. Teknik sundulan kesasaran
Gambar 8. Teknik sundulan kesasaran (luxbacher,1998)
Teknik sundulan kesasaran digunakan oleh pemain untuk mengoper
bola sesuai dengan target pada rekan yang mendukungnya, karena faktor yang
digunakan dalam penguasaan teknik tersebut adalah ketinggian untuk
16
menenangkan bola dan keseimbangan untuk mengontrolnya. Sundulan
tersebut bukan mementingkan power sundulan, akan tetapi yang terpenting
adalah penempatan bola.
i. Teknik sundulan bertahan
Gambar 9.teknik sundulan bertahan (luxbacher, 1998)
Salah satu teknik menyundul bola dengan melompat adalah sundulan
defensive, karena membutuhkan peranan otot dan kelentukan tubuh untuk
melenting kebelakang pada saat menyundul bola.
3. Daya Ledak Otot Tungkai
a. Pengertian Daya Ledak Otot Tungkai
Daya ledak merupakan salah satu komponen biomotorik yang penting
dalam kegiatan olahraga, karena daya ledak akan menentukan seberapa keras
orang memukul, menendang, seberapa jauh melempar, seberapa tinggi
melompat, seberapa cepat berlari dan sebagainya. Banyak cabang olahraga
memerlukan daya ledak untuk melakukan aktifitas yang baik. Beberapa
cabang olahraga seperti bola volly, sepakbola, atletik, tenis, tinju, taekwondo
dan lain-lain merupakan kegiatan yang membutuhkan daya ledak yang baik
dalam pelaksanaannya.
Tanaka dalam Arsil, (1999:71) menyatakan bahwa “daya ledak sangat
berperan dalam usaha-usaha pelaksanaan Final Sprint”. Beberapa pendapat
17
ahli yang memberikan pengertian daya ledak adalah “kemampuan
menampilkan, mengeluarkan kekuatan secara explosif dengan cepat dan
berpaduan kekuatan, kecepatan, kontaksi otot secara dinamis dalam waktu
yang sangat singkat”. Selanjutnya Harre dalam Arsil, (1999:71) menyatakan
daya ledak yaitu: “kemampuan olahragawan untuk mengatasi tahanan dalam
kontraksi tinggi, kontraksi tinggi diartikan kemampuan otot yang kuat dan
cepat dalam berkontraksi”. Pendapat senada dari Jensen dalam Arsil,
(1999:72) mengemukakan daya ledak adalah “semua gerakan explosif yang
maksimal secara langsung tergantung pada daya”. Daya otot adalah sangat
penting untuk menampilkan prestasi yang tinggi.
Adapun pengertian mengenai daya ledak yaitu, menurut Annorino
dalam Asril (1990:71) mengatakan “daya ledak berkaitan dengan kekuatan
dan kecepatan otot yang dinamis dan eksplosive. Hal ini melibatkan
pengeluaran kekuatan otot maksimum dalam suatu yang pendek”. Sedangkan
Boosey dalam Arsil (1999:72) menyatakan daya ledak merupakan hasil dari
kombinasi kekuatan dan kecepatan‟‟. Pendapat lain dalam Bafirman, dkk
(1999:56), daya ledak adalah kemampuan untuk menampilkan atau
mengeluarkan kekuatan secara eksplosive dengan cepat”.
Daya ledak adalah suatu kemampuan seorang atlet untuk mengatasi
suatu hambatan dengan kecepatan kontraksi yang tinggi. Daya ledak ialah
kemampuan sebuah otot atau sekelompok otot untuk mengatasi tahanan
beban dengan kekuatan dan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh
(Suharno HP 1984:11). Daya ledak atau eksplosive power adalah kemampuan
18
otot atau sekelompok otot seseorang untuk mempergunakan kekuatan
maksimum yang dikirakan dalam waktu yang sependek-pendeknya atau
sesingkat-singkatnya.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa daya ledak ditentukan
oleh unsur kekuatan dan kecepatan, kalau diamati lebih jauh, perkembangan
power ditentukan oleh banyak faktor. Menurut Arsil (1999:74) antara lain
kekuatan dan kecepatan, kekuatan adalah kemampuan otot dalam melakukan
kontraksi. Kecepatan yaitu kemampuan tubuh yang bergerak mengarah ke
semua tubuh yang bergerak sesuai dengan sistem dalam melakukan beban.
Jarak dan waktu menghasilkan kerja maksimal.
Jadi berdasarkan penjelasan dari pendapat para ahli di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa daya ledak adalah kemampuan mengarahkan
kekuatan dalam waktu yang singkat untuk memberikan objek momentum
yang paling baik pada tubuh atau objek dalam satu gerakan explosif yang
tubuh mencapai tujuan yang dikehendaki. Kalau dikaitkan dengan
kemampuan menyundul bola (Heading), maka peran daya ledak otot tungkai
sangat membantu sekali untuk kemampuan menyundul bola yang baik.
Karena pemain yang tidak memiliki daya ledak otot tungkai yang baik tidak
akan bisi menyundul bola dengan tepat dan akurat.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Ledak Otot Tungkai
Seperti yang telah dijelaskan data ledak ditentukan oleh unsur
kekuatan dan kecepatan, namun ditinjau secara rinci perkembangan daya
ledak dipengarui oleh banyak faktor. Menurut Mark Month dalam Syafruddin
19
(1996) “daya ledak tergantung pada kekuatan otot, kecepatan kontraksi yang
terkait, serabut otot lambat dan cepat, besarbya beban yang kita gerakan,
kondisi otot intra dan inter, panjang otot waktu otot berkontraksi, sudut
sendi”.
Kemudian faktor lain yang mempengaruhi daya ledak adalah
kecepatan kontraksi otot yang terkait dalam hal ini yang berperan adalah jenis
serabut otot lambat dan cepat. Kemudian kecepatan kontraksi otot juga
merupakan yang penting karena daya ledak akan timbul bila dipadukan antara
kekuatan dan kecepatan dengan kata lain kecepatan merupakan indikator
adanya daya ledak. Daya ledak juga ditentukan oleh besarnya beban, terlalu
besar beban maka otot akan menjadi lambat dalam bergerak karena otot tidak
mampu bergerak secara cepat sebaliknya bila beban terlalu kecil dan rendah
maka kekuatan otot tidak bisa dikembangkan.
Faktor lain yang mempengaruhi daya ledak otot adalah sudut sendi.
Sudut sendi akan mempengaruhi kekuatan otot. Pengalaman membuktikan
bahwa untuk loncat tegak, sudut sendi yang besar dari 90 derajat
menghasilkan daya ledak otot yang lebih dari sudut sendi yang kecil dari 90
derajat. Faktor fisiologis yang kekuatan kontraksi otot adalah usia, jenis
kelamin dan suhu otot. Disamping ini faktor lain adalah jenis serabut otot,
luas otot rangka, sistem metabolisme energi. Menurut Astrand dalam Asril
(1999) menyatakan “faktor yang mempengaruhi kecepatan adalah kelenturan,
tipe tubuh, usia dan jenis kelamin”. Bompa dalam Asril (1999)
mengemukakan “kecepatan adalah keturunan dan bakat bawaan, waktu reaksi
20
kemampuan mengatasi tahanan luar, teknik, koordinasi dan semangat serta
elastisitas otot”.
4. Kelentukan Pinggang
Kelentukan merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang sangat
penting untuk dipertimbangkan dalam suatu penampilan gerak, terutama sekali
yang menyangkut kapasitas fungsional suatu persendian dan keluwesan gerak.
Kelentukan merupakan kemampuan suatu persendian beserta otot-otot
disekitarnya untuk melakukan gerak secara maksimal. Dilihat dari kesehatan,
kurangnya kelentukan sering menimbulkan masalah pada sikap badan.
Seseorang yang kurang memiliki kelentukan biasanya gerakannya akan kaku,
kasar dan lamban. Dalam cabang olahraga sepakbola kelentukan pinggang
sangat diperlukan Untuk memperoleh hasil yang baik dalam penguasaan teknik
sepakbola yang optimal.
Menurut Philips dalam Arsil, (1999:23) menyatakan bahwa ”kelentukan
dapat didefinisikan sebagai gerak diantara tulang dan sendi atau rangkaian
tulang dan sendi”. Sedangkan Soekarman, (1987:19) menyatakan bahwa
”kelentukan ditentukan oleh kondisi tulang, otot, ligament, jaringan ikat dan
kulit”. ”Kelentukan bersipat esensial untuk semua olahraga, untuk memberikan
kebebasan dari gerak pada persendian, mempertinggi elastisitas otot dan
membantu untuk mencegah kerusakan pada otot tendon” Jarver (1985: 16).
Selanjutnya Jonat Krempel (1985:13), menyatakan bahwa ”kelentukan
(fleksibilitas) merupakan persyaratan yang diperlukan secara anatomis bagi
berlangsungnya gerak dalam olahraga”. Sementara itu Pate yang dikutip oleh
21
Masrun (1994: 30) mengungkapkan kelentukan adalah ”kemungkinan gerak
maksimal yang dapat dilakukan oleh sendi”.
Lentuk berarti mudah dibengkokkan atau lentur. ”Kelentukan suatu
sifat dari benda yang mudah dibengkokkan” Poerwadarminto (1986:15).
Kelentukan pinggang adalah sifat dari pinggang manusia yang mudah
dikelukkan, kelentukan meliputi seluruh sendi manusia. Dengan demikian
kelentukan terdapat dibeberapa lokasi dari tubuh manusia. Dari beberapa lokasi
kelentukan, yang akan diteliti pada penelitian ini adalah kelentukan di daerah
pinggang. Karena yang paling menentukan untuk semua gerakan adalah
kelentukan di daerah pinggang. Pinggang merupakan daerah gerak di togok
manusia, maka kelentukan pinggang disebut kelentukan togok. Kelentukan
togok adalah sifat dari togok manusia yang mudah dikelukkan.”Hasil latihan
kelentukan togok adalah kemampuan togok untuk dilentikkan/kelukkan
sedalam mungkin sesuai dengan kemampuan” Dyson, Geoffrery (1985) dalam
Afrizal, (1994: 16).
Menurut Syafruddin (1999: 58) mengatakan bahwa ”kelentukan adalah
salah satu komponen kondisi fisik yang menentukan dalam:
1. Mempelajari keterampilan-keterampilan gerakan.
2. Mencegah cedera.
3. Mengembangkan kemampuan kekuatan, kecepatan, daya tahan dan
koordinasi.
Dengan demikian jelas bahwa kelentukan memegang peranan yang
sangat besar dalam mempelajari keterampilan-keterampilan dan dalam
22
mengoptimalkan kemampuan fisik yang lain, bahkan untuk mengembangkan
kemampuan kecepatan, kelentukan merupakan unsur yang menentukan
keberhasilan kecepatan. Dengan kata lain tanpa kelentukan, kecepatan tidak
berkembang secara optimal. Di samping itu, kelentukan juga sangat
menentukan kualitas gerakan seseorang seperti dalam olahraga lempar cakram,
senam dan loncat indah.
Dilihat dari pendapat para ahli di atas maka sangat jelaslah bahwa
kelentukan sangat manentukan keberhasilan seseorang atlet pada setiap cabang
olahraga pada umumnya dan olahraga sepakbola pada khususnya. Kelentukan
merupakan salah satu kompenen kondisi fisik yang tidak bisa dipisahkan
dengan unsur kondisi fisik lainnya dalam melakukan suatu keterampilan gerak.
a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelentukan
Untuk menampilkan gerak yang baik, dipengaruhi oleh banyak
faktor. Menurut Masrun (1994:31) menyatakan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kelentukan itu antara lain:
(1). Usia dan jenis kelamin (2). Tingkat aktivitas tubuh (3). Kondisi
dan waktu (4). Struktur jaringan lunak (5). Temperatur tubuh dan
organ (6). Kelelahan dan emosional. Sementara itu kelentukan juga
dapat terjadi dikarenakan ada faktor-faktor penentunya seperti: (1).
Elastisitas dari otot, ligamentum, tendo dan kapsul (2). Luas sempitnya
ruang gerak sendi (ROM) (3). Tonus dari otot, tendo, ligamentum dan
capsula (4). Tergantung dari derajat panas semangat (6). Kualitas
tulang-tulang yang membentuk persendiaan (7). Faktor umur dan jenis
kelamin.
b. Faktor-faktor yang membatasi kelentukan
Untuk menampilkan gerak yang baik, dipengaruhi oleh banyak
faktor. Menurut Masrun (1994: 31-35) menyatakan ada beberapa fakta
23
yang mempengaruhi kelentukan itu antara lain adalah:
1) Usia dan jenis kelamin
2) Tingkat aktivitas tubuh
3) Kondisi dan waktu
4) Struktur jaringan lunak
5) Temperatur tubuh dan organ
6) Kelelahan dan emosional.
Menurut Jonath dan Krempel (1981:27) dalam Syafruddin
(1999:23), kemampuan kelentukan dibatasi oleh beberapa faktor antara
lain:
1. Koordinasi otot sinergis dan antagonis.
2. Bentuk persendian.
3. Temperatur otot.
4. Kemampuan otot dan lilgament.
5. Kemampuan proses pengendalian pisiologi persyarafan.
6. Usia dan jenis kelamin. Dengan demikian, kelentukan
sangat erat kaitannya dengan bakat dan potensi yang
dimiliki seorang atlet tersebut.
c. Prinsip-prinsip latihan kelentukan
Untuk mengembangkan kemampuan kelentukan perlu diperhatikan
prinsip-prinsip latihan sebagai berikut:
1) Dimulai dengan latihan kelentukan umum.
2) Kelentukan-kelentukan khusus suatu cabang olahraga harus di latih
dan dicapai dengan amplitudo gerakan seoptimal mungkin, karena
diperlukan untuk pertandingan dan peningkatan prestasi.
3) Lakukan kesemua arah secara optimal sesuai dengan fungsi dan
kemampuannya.
4) Latihan-latihan kelentukan harus diberikan sebelum dan sesudah
latihan kekuatan dan kecepatan guna menghindari kekakuan dan
24
membantu pemulihan.
5) Program pengembangan kelentukan perlu juga dikombinasikan
dengan latihan kekuatan karena tanpa kekuatan amplitudo gerakan
yang besar tidak dapat dicapai.
B. Kerangka Konseptual
Berdasarkan kajian teori diatas dapat dijelaskan bahwa dalam
permainan sepakbola heading merupakan salah satu teknik permainan
sepakbola yang harus dikuasai dalam usaha berebut bola yang sedang
mengawang dan juga ntuk menciptakan gol kegawang lawan bagi pemain.
Heading adalah suatu teknik dalam permainan sepakbola yang mempunyai
tujuan yang sama dengan menendang bola. Daya ledak otot tungkai adalah
kemampuan otot atau sekelompok otot untuk menahan beban atau melakukan
suatu aktivitas/kerja. Kelentukan adalah kemampuan tubuh untuk dikelukan
sedalam mungkin untuk gerak sendi yang jauh, tanpa menimbulkan rasa sakit.
Kelentukan (fleksibilitas) merupakan kemampuan suatu persendian
beserta otot-otot disekitarnya untuk melakukan gerak secara maksimal.
Kelentukan pinggang sangat menentukan kecepatan dan koordinasi gerakan
terutama pada teknik heading sepakbola. Seorang pemain yang memiliki
kelentukan yang baik, biasanya lebih mudah dan tepat mengambil awalan
sebelum melakukan lompatan untuk melakukan heading, sehingga heading
yang dilakukan lebih akurat dan tepat.
Selain Kelentukan pinggang, daya ledak otot tungkai juga merupakan
salah satu komponen kondisi fisik yang sangat diperlukan dalam melakukan
25
heading. Daya ledak otot tungkai adalah kemampuan otot tungkai dalam
mengatasi beban dengan kontraksi yang tinggi dan dalam waktu yang singkat.
Tanpa memiliki daya ledak otot tungkai yang baik tentu mempengaruhi hasil
heading yang dilakukan, sehingga akan sulit untuk berebut bola yang sedang
mengawang dan juga untuk menciptakan gol kegawang lawan bagi pemain l
yang mengakibatkan semakin sulit untuk memenangkan dan menjaga prestasi
pada suatu pertandingan.
Sehubungan dengan itu, jika seorang pemain bola memiliki kelentukan
pinggang dan daya ledak otot tungkai yang baik tentunya akan memudahkan
baginya untuk melakukan heading yang baik dan akurat sesuai dengan tujuan
heading yang dilakukan dalam permainan sepakbola. Namun, Jika seorang
pemain bola tidak memiliki kemampuan kelentukan pinggang dan daya ledak
otot tungkai secara bersama-sama tentu akan menyulitkannya dalam heading
yang baik dan akurat.
Penelitian ini ingin mengungkap Kontribusi antara kelentukan
pinggang dan daya ledak otot tungkai secara bersama-sama terhadap heading
pemain sepakbola SMA N 1 Ranah Pesisir. Untuk lebih jelasnya gambaran
keterkaitan ketiga variabel tersebut di atas, ada baiknya dijelaskan dengan
suatu model hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat seperti bagan
di bawah ini:
1. Hubungan kelentukan pinggang (X1) dengan heading (Y).
2. Hubungan daya ledak otot tungkai (X2) dengan heading (Y).
26
3. Hubungan kelentukan pinggang (X1) dan daya ledak otot tungkai (X2)
secara bersama-sama dengan heading (Y)
Dengan demikian orang yang memiliki daya ledak otot tungkai yang
baik akan memiliki kemampuan Heading yang baik. Orang yang memiliki
kelentukan pinggang yang baik juga akan memiliki kemampuan Heading
yang baik. Serta orang yang memiliki daya ledak otot tungkai dan kelentukan
yang baik akan memiliki Heading yang sangat baik.
Untuk lebih jelas, dari masing-masing variabel yang akan diteliti dapat
dilihat pada kerangka konseptual sebagai berikut :
Gambar 10. Kerangka konseptual
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori dan kerangka konseptual,
maka penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Daya ledak otot tungkai memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
hasil heading pada pemain sepakbola SMA Negeri 1 Ranah Pesisir.
2. Kelentukan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap hasil heading
pada pemain sepakbola SMA Negeri 1 Ranah Pesisir.
Daya ledak otot tungkai
X1
Kelentukan
X2
Kemampuan Heading
Y
27
3. Daya ledak otot tungkai dan kelentukan pinggang secara bersama
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap hasil heading pada
pemain sepakbola SMA Negeri 1 Ranah Pesisir.
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasional. Umar (1998:15)
menguraikan bahwa “korelasional adalah suatu penelitian yang dirancang
untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam
suatu populasi dengan tujuan untuk mengetahui beberapa unsur hubungan
variabel bebas dengan variabel terikatnya”.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Ranah Pesisir Pesisir, pada
30 Juni 2012.
C. Pipulasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian, populasi dalam
penelitian ini adalah pemain sepakbola SMA Negeri I Ranah Pesisir.
Berdasarkan informasi guru SMA Negeri I Ranah Pesisir, pemain putra yang
masuk dalam tim yang terdaftar dan aktif berlatih berjumlah 25 orang.
2. Sampel
Sampel menurut Hadi (1993:221) mengatakan bahwa jika populasi
subjeknya kurang dari seratus lebih baik semua populasi dijadikan sampel.
Karena terbatasnya jumlah populasi, maka penarikan sampel, dilakukan
dengan teknik total sampling atau seluruh pemain sepakbola SMA Negeri
28
29
1 Ranah Pesisir yang berjumlah 25 orang, dijadikan sebagai sampel.
D. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Data yang dijelaskan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu
data yang berasal dari hasil tes pengukuran langsung dilakukan terhadap
pemain sepakbola SMA Negeri 1 Ranah Pesisir yang terpilih sebagai sampel.
Data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data daya ledak otot tungkai,
data kelentukan tubuh dan data kemampuan heading. Sementara data
pendukung dalam penelitian ini adalah data skunder yaitu data yang berasal
dari sekolah tempat penelitian.
2. Sumber Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini
bersumber dari hasil tes daya ledak otot tungkai, kelentukan tubuh dan
kemampuan heading pemain sepakbola SMA Negeri 1 Ranah pesisir yang
telah terpilih menjadi sampel.
E. Defenisi Operasional
Untuk menghindari penafsiran yang salah terhadap istilah yang
digunakan dalam penulisan ini, maka penulis memberikan penjelasan
mengenai istilah yang digunakan dalam penulisan ini sebagai berikut:
1. Daya ledak otot tungkai adalah kekuatan otot tungkai yang menghasilkan
kekuatan yang maksimal dalam waktu yang sangat cepat. Untuk
mengukurnya dilakukan tes vertical jump.
30
2. Kelentukan adalah kemampuan seseorang untuk dapat melakukan gerak
dengan ruang gerak yang seluas-luasnya. Untuk mengukurnya digunakan
alat flexiometer.
3. Heading adalah teknik dalam permainan sepakbola, yang menggunakan
kepala untuk mengoper bola kepada kawan sekaligus untuk menciptakan
gol. Tes yang dilakukan Heading melompat dengan bola
F. Instrumen Penelitian
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Pengukuran daya ledak otot tungkai
Daya ledak otot tungkai ditentukan dengan vertical jump test, bertujuan
untuk melihat kemampuan daya ledak otot tungkai lurus dengan reliabelitas
0.93 objektivitas koefisien > 90 dan validity test 0.78 (sargen jump dalam
johnson, 1986 : 210). Petunjuk :
a. Pemain berdiri menyamping dinding, salah satu tangan diluruskan diatas,
dimaksudkan mendapatkan jangkauan tertinggi pada posisi berdiri (tumit
tidak boleh diangkat).
b. Persiapan posisi untuk melompat dengan menekuk kedua lutut, telapak
tangan, tidak menempel pada lantai datar.
c. Pemain melompat setinggi mungkin kemudian menyentuh papan angka
pada lompatan tertinggi.
d. Score diambil berdasarkan perbedaan jarak antara dua tanda (raihan dan
lompatan)
31
e. Daya ledak otot tungkai dihitung berdasarkan unit formula (kg-m/sec)
Lewis Nomogram (Fox, 1993:658) dengan rumus sebagai berikut :
P=(√4,9 (weght). √D*)
Ket : P = Daya ledak otot tungkai
D*= Beda raihan dan lompatan
Gambar 11. Vertical jump test (depdikbud, 1984)
2. Pengukuran Kelentukan
Untuk mengambil data kelentukan pinggang, diukur dengan alat
flexiometer bersumber dari (Lutan dkk, 1997 : 220)..
Gambar 6 . Tes Flexiometer
Sumber : Tes Dan Pengukuran Olahraga dalam Ismaryati (2008:16)
Pelaksanaannya:
Irawadi (2010 : 60) mengemukakan langkah mengukur kelentukan
pinggang dengan flexiometer yaitu dengan cara:
32
a. Testee berdiri di atas alat (bangku) yang sudah disiapkan dan dipasangkan
alat ukur didepannya.
b. Selanjutnya testee membungkukan badan ke depan dan menjangkau ke
bawah dengan ke dua kaki tetap lurus. Diusahakan merapatkan dagu
kelutut yang tetaprapat dan lurus.
c. Tangan berusaha menekan alat yang ada pada ujung jari tangan sejauh
mungkin.
d. Sikap ini dipertahankan beberapa saat setelah penguji dapat mencatat skor
dari hasil jangkauan testee, yang mana semakin besar jangkauan ke
bawah diperoleh, maka dinyatakan semakin baik tingkat kelentukannya.
Skor / penilaian diperoleh dari Nilai tertinggi dari tiga kali pengulangan
yang di tunjukan pada skala ukuran.
3. Pengukuran Kemampuan Heading
Dikarenakan tes pengukuran jauhnya heading/sundulan belum
diketahui maka penelitian ini nantinya akan menggunakan tes dengan bola.
Dengan pelaksanaan sebagai berikut :
Pelaksanaan tes :
a. Atlet berdiri dilapangan
b. Atlet tersebut melakukan heading terhadap bola
c. Kesempatan diberikan 3x dan diambil sebagai data kemampuan
heading
d. Skor yang dicatat adalah heading terjauh yang dicapai setiap testee
dan dicatat sebagai skor akhir.
33
tiang gawang
Gambar 13. Tes kemampuan heading (depdikbud, 1984)
Tujuan : untuk mengukur kemampuan heading atlet
Peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tes :
a. Lapangan
b. Bola kaki
c. Meteran
d. Alat tulis untuk mencatat hasil pelaksanaan tes
G. Teknik Analisa Data
Data yang telah di peroleh dari ketiga tes tersebut di analisa dengan
menggunakan teknik korelasi sederhana dan korelasi ganda.
Koefesien korelasi sederhana :
rxy :
(Sudjana, 1996:369)
Keterangan :
rxy : koefisien korelasi antara x dan y
∑x : jumlah nilai data x
∑y : jumlah nilai data y
N : banyak data
∑xy : jumlah hasil perkalian antara skor x dan y
34
Koefesien korelasi ganda
Ry12 =
(sudjana, 1996:385)
Keterangan :
Ry 12 : koefisien korelasi ganda
ry1 : jumlah koefisien korelasi antara x 1 dan y
ry2 : jumlah koefisien korelasi antara x2 dan y
r12 : jumlah koefisien korelasi antara x1 dan x2
Pengujian signifikan korelasi ganda dengan Uji F:
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskriptif Data
Data dalam penelitian ini terdiri dari: Heading(Y) sebagai varibel
terikat, daya ledak otot tungkai (X1) dan kelentukan(X2) sebagai variabel
bebas. Untuk masing-masing tabel di bawah ini akan disajikan nilai rata-rata,
simpangan baku, median, modus, distribusi frekuensi, serta histogram dari
setiap variabel.
1. Daya Ledak Otot Tungkai(X1)
Berdasarkan hasil tes daya ledak otot tungkaiyang dilakukan,
diperoleh skor maksimum = 1057.4 dan skor minimum = 789.4disamping
itu diperoleh nilai mean (rata-rata) = 911.052, median = 912.5, modus =
947.7 dan Standar Deviasi = 76.84653. Agar lebih jelasnya data tes
Kelincahan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel1. Distribusi frekuensi Daya Ledak Otot Tungkai (X1)
No Kelas Interval
Frekuensi
Absolut (Fa) Relatif
(%)
1 701.1 - 772.4 0 0
2 772.5 - 843.6 6 24
3 843.7 – 986.2 15 60
4 986.3 – 1.057.5 4 16
5 1.057.6 – 1.128.7 0 0
Jumlah 25 100%
Berdasarkan perhitungan yang tertera pada tabel di atas dari 25
orang sampel, 6 orang (24%) memiliki daya ledak otot tungkaiberkisar
35
36
antara 11.4 – 11.94tergolong kategori baik sekali, 6 orang (20%)
memilikidaya ledak otot tungkaiberkisar antara772.5 - 843.6 tergolong
kategori kurang, 15 orang (60%) memilikidaya ledak otot tungkaiberkisar
antara 843.7 – 986.2 tergolong kategori cukup,4 orang (16%) memeliki
daya ledak otot tungkai berkisar antara 986.3 – 1.057.5 tergolong kategori
baik. Sementara untuk kategori kurang sekali dan baik sekali dari data
tersebut tidak ada.Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
kemampuan daya ledak otot tungkainya berada pada kategori cukup,
karena nilai rata-rata daya ledak otot tungkai yang diperoleh berada pada
kelas interval (843.7 – 986.2). Untuk lebih jelasnya, distribusi frekuensi
daya ledak otot tungkai di atas juga dapat di lihat pada histogram di bawah
ini :
Gambar 15 : Histogram Daya Ledak Otot Tungkai(X1)
2. Kelentukan(X2)
Berdasarkan hasil tes kelentukan, diperoleh skor maksimum adalah
23 dan skor minimum 16.Disamping itu diperoleh nilai mean (rata-rata) =
19,5 median = 19.5, modus = 20 dan Standar Deviasi = 1.936492. Dengan
Kelas Interval
Fre
kuen
si A
bso
lut
37
demikian data berdistribusi normal. Karena selisih nilai antara nilai mean
(rata-rata) dengan nilai median tidak lebih dari satu standar deviasi. Agar
lebih jelasnya deskripsi data kelentukandapat dilihat pada tabel di bawah
ini :
Tabel 2. Distribusi frekuensi kelentukan(X2)
No Kelas Interval
Frekuensi
Absolut
(Fa) Relatif (%)
1 13.68-15.62 0 0
2 15.63-17.56 5 20
3 17.57-21.44 16 64
4 21.45-23.38 4 16
5 23.39-25.32 0 0
Jumlah 25 100%
Berdasarkan perhitungan yang tertera pada tabel di atas dari 25
orang sampel, 5 orang (20%) memiliki kelentukanberkisar antara 15.63-
17.56 tergolong kategori kurang, 16 orang (64%) yang berkisar
antara17.57-21.44tergolong kategori cukup, 4 orang (16%) yang berkisar
antara20.00-21.00 tergolong kategori cukup,4 orang (16%) yang berkisar
antara21.45-23.38tergolong kategori baik, sementara itu, yang dengan
kategori baik sekalidn kurang sekalitidak ada.Jadi, berdasarkan nilai rata-
rata dari hasil pengukuran kelentukandi atas yaitu sebesar 19,5, dapat
disimpulkan bahwa kemampuan kelentukanberada pada kategori kurang,
yaitu pada kelas interval (17.57-21.44). Untuk lebih jelasnya, distribusi
frekuensi kelentukandi atasjuga dapat di lihat pada histogram di bawah ini
:
38
Gambar 16 : Kelentukan(X2)
3. KemampuanHeading(Y)
Berdasarkan hasil tes kemampuanHeading, diperoleh skor
maksimum = 906 dan skor minimum = 603. Disamping itu diperoleh nilai
mean (rata-rata) = 762.6 median = 759, dan modus = 904 dan Standar
Deviasi = 93.40186. dengan demikian data berdistribusi normal. Karena
selisih antara nilai mean (rata-rata) dengan nilai median tidak lebih dari
satu standar deviasi. Agar lebih jelasnya hasil kemampuanHeadingdapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3. Distribusi frekuensi kemampuan Heading(Y)
No Kelas Interval
Frekuensi
Absolut (Fi) Relatif (%)
1 949.5-1042.8 0 0
2 857-949.4 4 16
3 669.3-856 17 68
4 575.9-669.2 4 16
5 482.4-575.8 0 0
Jumlah 25 100%
Berdasarkan perhitungan yang tertera pada tabel di atas dari 20
orang sampel, 4 orang (16%) memiliki kemampuanHeading berkisar
Fre
kuen
si A
bso
lut
Kelas Interval
39
antara 857-949.4 tergolong kategori baik, 17 orang (68%) yang berkisar
antara669.3-856tergolong kategori cukup, 4 orang (116%) yang berkisar
antara575.9-669.2 tergolong kategori kurang, sementara untuk yang
kategori baik sekali dan kurang sekali tidak ada. Jadi, berdasarkan nilai
rata-ratadari hasil pengukuran kemampuanHeadingdi atas, dapat
disimpulkan bahwa kemampuanHeadingnyaberada pada kategori cukup,
yaitu pada kelas interval (669.3-856). Untuk lebih jelasnya, distribusi
frekuensi kemampuanHeading juga dapat di lihat pada histogram di
bawah ini:
Gambar 17 : Histogram KeterampilanHeading(Y)
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Uji Normalitas
Pengujian normalitas masing-masing distribusi frekuensi dilakukan
dengan uji liliefors. Hasil pengujian normalitas distribusi skor daya ledak
otot tungkai (X1),kelentukan(X2) dan kemampuanHeadingdapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Kelas Interval
Fre
kue
nsi
Ab
solu
t
40
Tabel 4. Rangkuman uji normalitas sebaran data dengan uji lilliefors
No Variabel N Lo Ltab Distribusi
1 skor daya ledak otot tungkai(x1) 25 0.1186 0.173 Normal
2 kelentukan(x2) 25 0.1642 0.173 Normal
3 kemampuanHeading(Y) 25 0.0865 0.173 Normal
Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil pengujian untuk skor daya
ledak otot tungkai (X1), skor Lo = 0,1186 dengan n = 25 lebih rendah
dariLtab pada taraf pengujian signifikan α = 0,05 diperoleh 0,173.
Disimpulkan bahwa skor yang diperoleh dari skor daya ledak otot
tungkaiberdistribusi normal.( hal 56 )
Selanjutnya hasil tes kelentukan(X2), skor Lo = 0,1642 dengan n =
20, lebih rendah dariLtab pada taraf pengujian signifikan α = 0,05 diperoleh
0,173. Disimpulkan bahwa skor yang diperoleh dari
kelentukanberdistribusi normal.( hal 57 )
Kemudian diperoleh hasil Keterampilan headingY), skor Lo =
0,0865 dengan n = 25, lebih rendah dariLtab pada taraf pengujian signifikan
α = 0,05 diperoleh 0,173. Disimpulkan skor yang diperoleh dari
kemampuanHeadingberdistribusi normal. ( hal 58 )
Berdasarkan uraian di atas ternyata semua variabel X1, X2 dan Y
datanya tersebar secara normal, karena masing-masing variabel skor Lo
nya rendah dari pada Ltab pada taraf pengujian signifikan α = 0,05. Hal ini
berarti bahwa data masing-masing variabel penelitian ini normal.
41
C. Pengujian Hipotesis
1. Hipotesis Satu
Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah daya
ledak otot tungkai (X1) terhadap kemampuanHeading(Y). Untuk
mengetahui kontribusi ini pertama sekali dilakukan analisis korelasi
sederhana. Rangkuman hasil perhitungan dapat dilihat pada table berikut
ini:
Tabel 5. Rangkuman hasil Analisis KorelasiDaya Ledak Otot
Tungkai(X1) terhadap kemampuan Heading(Y) pada pemain
Sepakbola SMA N 1 Ranah Pesisir
Korelasi
Koefisien
korelasi
(r)
Koefisien
Determinasi
(r2x 100%)
Taraf
Signifikan α
= 0,05
daya ledak otot tungkai
terhadap
kemampuanHeading
0,565
31.47
0,505
Hasil perhitungan pada tabel di atas menunjukkan bahwa koefisien
korelasi antara daya ledak otot tungkai terhadap
kemampuanHeadingadalah positif, hal ini terlihat bahwa dari analisis
statistik yang dilakukan diperoleh r hitung sebesar 0,565 dan r tabel dalam
tarafα = 0,05 sebesar 0.505 dengan demikian r hitung> r tabel. Ini berarti
terdapat hubungan yang berarti antara daya ledak otot tungkai terhadap
kemampuanHeading.(lampiran hal 60 )
Untuk mengetahui besarnya koefisien determinasi daya ledak otot
tungkai terhadap kemampuanHeadingadalah dengan mengkuadratkan nilai
koefisien korelasi (r) dikalikan seratus (r2x 100%), dari hasil analisis
42
statistik yang dilakukan diperoleh nilai (R) =31.47, berarti daya ledak otot
tungkaimemberikan kontribusi terhadap kemampuanHeading.sebesar
31.47%. Oleh sebab itu hipotesis satu dalam penelitian ini diterima
kebenarannya secara empiris. (lampiran hal 61 )
2. Hipotesis Dua
Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah kelentukan
pinggang(X2) terhadap kemampuanHeading(Y). Untuk mengetahui
kontribusi tersebut, pertama sekali dilakukan analisis korelasi sederhana.
Rangkuman hasil penghitungan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 6. Rangkuman hasil Analisis Korelasi kelentukan tubuh (X2)
terhadap kemampuan Heading(Y)pada pemain Sepakbola
SMA N 1 Ranah Pesisir
Korelasi
Koefisien
korelasi
(r)
Koefisien
Determinasi
(r2x 100%)
Taraf
Signifikan
α = 0,05
Kelentukan
pinggangterhadap
kemampuanHeading
0,537
28.84
0,505
Hasil perhitungan pada tabel di atas menunjukan bahwa koefisien
korelasi antara kelentukan pinggang terhadap kemampuanHeadingadalah
positif. Hal ini terlihat bahwa dari analisis statistik yang dilakukan
diperoleh r hitung sebesar 0,60 dan r tabel dalam taraf α = 0,05sebesar 0,505
dengan demikian r hitung> r tabel. Ini berarti terdapat hubungan yang berarti
antara kelentukan pinggangterhadap kemampuanHeadingUntuk mengetahui
besarnya koefisien determinasi kelentukan pinggangterhadap kemampuan
Headingadalah dengan menguadratkan nilai koefisien korelasi (r)dan dikalikan
43
seratus (r2x 100%), dari hasil analisis statistik yang dilakukan diperoleh nilai
(R) = 28.84, berarti kelentukanmemberikan kontribusi terhadap
kemampuanHeading28.84%. Oleh sebab itu hipotesis dua dalam penelitian
ini diterima kebenarannya secara empiris. (lampiran hal 61)
3. Hipotesis Tiga
Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalahdaya ledak
otot tungkai (X1) dan kelentukan pinggang(X2) terhadap
kemampuanHeading (Y). Untuk mengetahui kontribusi tersebut akan
dilakukan dengan analisis korelasi ganda. Rangkuman hasil penghitungan
analisis koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7. Rangkuman hasil Analisis KorelasiDaya Ledak Otot Tungkai
(X1) dan kelentukan pinggang (X2) terhadap kemampuan
Heading(Y) pada pemain Sepakbola SMA N 1 Ranah Pesisir
Korelasi Koefisi
en
Korelas
i
(R)
Koefisien
Determinas
i
(R2x
100%)
Taraf
Signifika
n
α = 0,05
F
Hitun
g
F
Tab
el
daya ledak otot tungkai
danKelentukanpinggan
g terhadap
kemampuanHeading
0.622 38.69 0.505
6.93 3.44
Berdasarkan tabel diatas, ternyata Fhitung(6.93) > (Ftabel(3,44) maka
Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat hubungan yang signifikan
antara X1 dan X2 secara bersama-sama dengan Y.
Hasil perhitungan tabel diatas menunjukan bahwa analisis korelasi
ganda antaradaya ledak otot tungkai dan Kelentukan pinggangterhadap
kemampuanHeadingadalah positif. Hal ini terlihat bahwa dari analisis
44
statistik yang dilakukan diperoleh r hitung sebesar 0,622 dan r tabel dalam taraf
α = 0,05sebesar 0,505, dengan demikian r hitung> r tabel. Ini berarti terdapat
hubungan yang berarti antara daya ledak otot tungkai dan Kelentukan
pinggang terhadap kemampuanHeading.(lampiran hal 62)
Untuk mengetahui besarnya kontribusi daya ledak otot tungkai dan
Kelentukanpinggang terhadap kemampuanHeadingpemain Sepakbola SMA
N 1 Ranah Pesisiradalah dengan menguadratkan nilai koefisien korelasi
nilai (r) dikalikan seratus (r2x 100%), dari hasil analisis statistik yang
dilakukan diperoleh nilai (R) = 38.69, berarti daya ledak otot tungkai dan
Kelentukan pinggangmemberikan kontribusi secara bersama-sama terhadap
kemampuanHeadingsebesar 38.69%. Oleh sebab itu hipotesis tiga dalam
penelitian ini diterima kebenarannya secara empiris.
D. Pembahasan
1. Kontribusi Daya Ledak Otot Tungkai terhadap Kemampuan
Headingpada pemain Sepakbola SMA N 1 Ranah Pesisir.
Menurut Jonath dan Krempel dalam (Syafruddin, 1996 : 58) Power
adalah “kemampuan sementara otot untuk mengatasi beban dengan
kecepatan kontraksi yang tinggi”. Sementara menurut Philip dkk
(1979)dalam (Arsil, 1999 : 23) menyatakan bahwa Power adalah
“kemampuan untuk menggunakan tenaga maksimum dalam waktu yang
sesingkat mungkin”.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat kita simpulkan bahwa Daya
Ledak Otot Tungkai merupakan kemampuan pemain untuk menampilkan
dan mengeluarkan kekuatan otot tungkai secara Eksplosive atau dengan
45
cepat untuk melakukan heading dalam waktu yang sesingkat-singkatnya
demi tercapainya tujuan yang diinginkan secara efektif dan efisien.
Pada cabang olahraga permainan sepakbola, daya ledak otot
tungkai yang baik dapat mempermudah penguasaan teknik bermain secara
efektif dan efisien di dalam pemberian tenaga saatmelakukan lompatan
heaing secara cepat agar bola dapat mudah direbut di udara, baik untuk
mengumpan maupun mencetak gol. Namun sebaliknya, apabila seorang
pemain tidak memilki daya ledak otot tungkaiyang baik maka tidak dapat
melakukan heading bola dengan baik sehingga pemain sulit merebut bola
di udara.
Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat kontribusi secara
signifikan antara daya ledak otot tungkaiterhadap kemampuan heading
dengan tingkat persentase sebesar = 31.47%. Artinya variabel Daya Ledak
Otot Tungkaidapat memberikan kontribusi terhadap kemampuanHeading
pada pemain Sepakbola SMA N 1 Ranah Pesisir.
Daya Ledak Otot Tungkaiyang dihasilkan dari latihan merupakan
sekelompok otot untuk bergerak dengan motorik tinggi berfungsi untuk
mempermudah mempelajari teknik yang sangat bergantung dari masing-
masing individu.Bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan ekplosive power otot tungkai adalah dengan latihan
WeightTraining. Latihan WeightTraining seperti latihan dengan Legpress,
Legextention dan juga dapat dilatih dengan latihan dengan beban sendiri
seperti Bliometri, Harvaststeptes, naik turun tanggadan juga dapat
46
dikembangkan dengan latihan kaki lainya denganterprogram secara
sistematis agar memiliki kontribusi yang lebih besar
terhadapkemampuanHeading, karena semakin bagusDaya Ledak Otot
Tungkai seorang pemain sepakbola dalam melakukan heading, maka
semakin kuat lompatan yang dihasilkan, sehingga dengan adanya lompatan
yang tinggi akan lebih memudahkan pemain berebut bola diudara dengan
lawan dan juga lebih melakukan sundulan untukmencetak golke gawang
lawan.
2. Kontribusi kelentukan pinggang terhadap kemampuan Headingpada
pemain Sepakbola SMA N 1 Ranah Pesisir
Menurut Philips dalam(Arsil, 1999 : 23) menyatakan bahwa
”kelentukan dapat didefinisikan sebagai gerak diantara tulang dan sendi
atau rangkaian tulang dan sendi”. Sedangkan (Soekarman, 1987:19)
menyatakan bahwa ”kelentukan ditentukan oleh kondisi tulang, otot,
ligament, jaringan ikat dan kulit”. ”Kelentukan bersipat esensial untuk
semua olahraga, untuk memberikan kebebasan dari gerak pada persendian,
mempertinggi elastisitas otot dan membantu untuk mencegah kerusakan
pada otot tendon” Jarver(1985: 16).
Selanjutnya (Jonath Krempel, 1981) dalam (Syafruddin, 1999 :
111) menyatakan bahwa ”kelentukan pinggang (fleksibilitas) merupakan
persyaratan yang diperlukan secara anatomis bagi berlangsungnya gerak
dalam olahraga”. Sementara itu (Pate, 1993 : 330) mengungkapkan
penentu kelentukan yaitu elastisitas otot dan sendi”. kemudian (Bompa,
2000:31) dalam (syafruddin, 1999 : 111) mengatakan bahwa kelentukan
merupakan kemampuan persendian untuk dapat melakukan gerakan ke
47
semua arah dengan amplitudo gerakan yang besar dan luas sesuai dengan
fungsi persendian yang digerakkan, dan (Maidarman, 2009 : 32)
mengemukakanbahwa kelentukan merupakan kemampuan melakukan
gerak dalam ruang gerak sendi.
Lentuk berarti mudah dibengkokkan atau lentur. ”Kelentukan suatu
sifat dari benda yang mudah dibengkokkan” (Poerwadarminto, 1986:15).
Kelentukan pinggang adalah sifat dari pinggang manusia yang mudah
dikelukkan/dilentukan. Kelentukan Pinggangmerupakan efektivitas
tubuhseseorangdalam melakukan perluasan gerakansemaksimal
mungkin tanpa mengalami rasa sakit. Menurut Syafruddin (1999: 58)
mengatakan bahwa ”kelentukan adalah salah satu komponen kondisi fisik
yang menentukan dalam : (1)Mempelajari keterampilan-keterampilan
gerakan, (2)Mencegah cedera, (3)Mengembangkan kemampuan kekuatan,
kecepatan, daya tahan dan koordinasi.
Kelentukan merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang
tidak dapat dipisahkan dengan kondisi fisik lainnya dalam melakukan
gerak pada setiap cabang olahraga pada umumnya dan sepakbola pada
khususnya. Dalam hal ini pada waktu melakukanheading Kelentukan
Pinggang dapat bermanfaat untuk memberikan keseimbangan dan ataupun
gaya tarikan dan dorongan tubuh ataupun posisi tubuh secara
keseluruhan,agar dapat mengambil awalan yang baikdisaat melakukan
heading.
Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat kontribusi yang
signifikan antara kelentukan terhadap kemampuanHeadingdengan tingkat
48
persentase sebesar = 28.84%. Artinya variabel kelentukan terhadap
kemampuanHeadingpada pemain Sepakbola SMA N 1 Ranah Pesisir
Agar seorang pemain dapat memiliki kelentukan pinggang yang
lebih baik lagi dan berkontribusi lebih besar lagi terhadap Keterampilan
headingdapat dilakukan denganlatihan-latihan kelentukan pinggang seperti
: Back Up, kayangan dan berbagai variasi latihan lainya untuk
meningkatkan kelentukan otot pinggang, karena jika semakin baik
kelentukan pinggang seorang pemain, maka akan semakin mudah baginya
untuk mengambil gerakan awalan sebelum melakukan heading, sehingga
tubuhnya dalam melakukan headingdapat terlihat lebih siap dibanding
seorang pemain sepakbola yang tidak memiliki kelentukan pinggang yang
bagus.
3. Kontribusi daya ledak otot tungkaidan kelentukan pinggang terhadap
kemampuan Headingpada pemain Sepakbola SMA N 1 Ranah Pesisir
Menurut (Luxbacher, 1998) “menyundul bola merupakan salah satu
teknik dalam permainan sepakbola, yang digunakan untuk mengoper bola
kepada kawan sekaligus untuk menciptakan gol”.
Berdasarkan pendapat diatas dapat kita artikan bahwa
sundulan(heading) merupakan suatu teknik dalam permainan sepakbola
dimana bola disundul dengan menggunakan kepala. Adapun gunanya
menyundul bola yaitu untuk berebut bola yang melayang di udara dengan
lawan yang tujuannya selain untuk menguasai bola,juga untuk mengoper
dan mencetak gol ke gawang lawan.
49
Di dalam melakukan heading, banyak sekali faktor yang
mempengaruhinya yang dianntaranya yang penulis bahas dalam penelitian
ini yaitu daya ledak otot tungkai dan kelentukan.
Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat kontribusi yang
signifikan antara daya ledak otot tungkai dan kelentukan secara bersama-
samaterhadapkemampuanHeadingdengan tingkat persentase sebesar =
38.69%. Artinya variabel daya ledak otot tungkai dan kelentukandapat
memberikan kontribusi terhadap kemampuanHeadingpada pemain
Sepakbola SMA N 1 Ranah Pesisir.
Agar para pemain sepakbola SMA N 1 Ranah Pesisirmemiliki
kemampuanHeadinglebih baik lagi, selain melatih daya ledak otot tungkai
dan kelentukan, tentu para pemain juga perlu memperhatikan atau
meningkatkan latihan-latihan yang dapat berkontribusi untuk
meningkatkankemampuanHeading, seperti melatih koordinasi gerakan,
keseimbangan, awalan lompatan, pandangan saat menyundul, perkenaan
bola,dan lain-lain.
50
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan kesimpulan sebagai
berikut :
1. Daya ledak otot tungkaimemberikan kontribusi terhadap kemampuan
headingpemain sepakbola SMA N 1 Ranah Pesisirdengan tingkat
persentase sebesar = 31.47%, dimana kemampuan daya ledak otot
tungkainya berada pada kategori cukup.
2. Kelentukan pinggangmemberikan kontribusi terhadap
kemampuanheadingpemain sepakbola SMA N 1 Ranah Pesisir dengan
tingkat persentase sebesar = 28.84%, dimana kemampuan
kelentukanpinggangnya berada pada kategori kurang.
3. Daya ledak otot tungkai dan kelentukan pinggang secara bersama-
samamemberikan kontribusi terhadapKeterampilanheadingpemain
sepakbola SMA N 1 Ranah Pesisirdengan tingkat persentase sebesar =
38.69%.
B. Saran
Berdasarkan pada kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan
saran-saran yang dapat membantu mengatasi masalah yang ditemui dalam
pelaksanaan heading sepakbola, yaitu :
1. Bagi para pelatih sepakbola pada umumnya, dan khususnya bagi pelatih
sepakbola SMA N 1 Ranah Pesisirdisarankan untuk melatih unsur daya
50
51
ledak otot tungkai dan kelentukan untuk
meningkatkankemampuanheading.
2. Bagi atlet-atlet sepakbola pada umunya, dan khususnya bagi pemain
Sepakbola SMA N 1 Ranah Pesisirdisarankan dapat meningkatkan
kemmpuan headingdengan cara melakukan latihan secara sistematis dan
berkesinambungan.
3. Bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini agar dapat menjadikan
penelitian ini sebagai bahan informasi dan meneliti dengan jumlah
populasi atau sampel yang lebih besar serta di daerah yang berbeda.
52
DAFTAR PUSTAKA
Arsil. 1999. Pembinaan Kondisi Fisik. Padang: FIK UNP.
Bafirman, dkk. 1999. Pembinaan Kondisi Fisik. Padang: FIK-UNP.
Depdikbud. (1984). Paket Penelitian Kesegaran Jasmani dan Kesehatan
Rekreasi. Di Pusdiklat Olahraga Pelajar. Jakarta
Depdiknas. 2010. Buku Panduan Penulisan Tugas Akhir/Skripsi Universitas
Negeri Padang. Padang: UNP
Dyson, Robert (2006). Kontribusi Kekuatan Otot Tungkai dan Kelentukan
Pinggang Terhadap Kemempuan Dribbling Pemain PS. Kerinci Yunior
(skripsi). Padang: FIK-UNP.
Luxbacher, Joseps A (1998). Sepakbola, Langkah-Langkah Menuju Sukses. PT.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Kosasih, Engkos (1985). Ilmu Melatih. Jakarta. Proyek Pembinaan Organisasi
dan Aktifitas Olahraga Massal.
Sajoto, Mochamad, (1988). Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga.
Depdikbud Dikti. Jakarta.
Syafruddin, 1999. Dasar-Dasar Kepelatihan Olahraga. Padang: FIK UNP
Suharno, (1982). Ilmu Coaching Umum. Yogjakarta. Yayasan Sekolah Tinggi
Olahraga.
Syafruddin, (1994). Pengantar Ilmu Melatih. FPOK IKIP Padang.
UU.RI.No. 3, (2005). Sistem Keolahragaan Nasional : Kementrian Olahraga
Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.
53
Lampiran 1
Data Vertical Jump
NO NAMA
Berat
Badan
Selisih Lompatan Dengan
Raihan P= √4,9.(weight). √d
1 Ozy 45 kg 63 cm 789.4
2 Dayu 52 kg 68 cm 947.7
3 Ganda 48 kg 74 cm 912.5
4 Novki 47 kg 76 cm 905.6
5 Edo 56 kg 71 cm 1042.8
6 Jefri 48 kg 74 cm 912.5
7 Iqsan 45 kg 63 cm 789.4
8 Dayat 52 kg 68 cm 947.7
9 Ari 50 kg 65 cm 890.9
10 Micco 53 kg 72 cm 993.9
11 Rio 47 kg 77 cm 911.5
12 Sarif 56 kg 69 cm 1028
13 Egi 45 kg 63 cm 789.4
14 Eko 52 kg 67 cm 940.7
15 Indra 50 kg 65 cm 890.9
16 Dayat Putra 49 kg 64 cm 866.3
17 Jufri 51 kg 68 cm 929.4
18 Ilham 45kg 70 cm 832
19 Fauzan 52 kg 68 cm 947.7
20 Ilham Nur 50 kg 65 cm 890.9
21 Riko 49 kg 58 cm 824.7
22 Angga 56 kg 73 cm 1057.4
23 M.Ilham 49 kg 56 cm 810.4
24 Bobby 52 kg 68 cm 947.7
25 Yuda 54 kg 67 cm 976.9
54
Lampiran 2
Data Hasil Penelitian
NO NAMA
VERTICAL
JUMP
KELENTUKAN
PINGGANG
JAUHNYA
SUNDULAN
1 Ozy 789.4 cm 23 cm 824 cm
2 Dayu 947.7 cm 20 cm 904 cm
3 Ganda 912.5 cm 21 cm 753 cm
4 Novki 905.6 cm 21 cm 830 cm
5 Edo 1042.8 cm 21 cm 833 cm
6 Jefri 912.5 cm 22 cm 904 cm
7 Iqsan 789.4 cm 20 cm 742 cm
8 Dayat 947.7 cm 22 cm 612 cm
9 Ari 890.9 cm 17 cm 627 cm
10 Micco 993.9 cm 16 cm 615 cm
11 Rio 911.5 cm 17 cm 753 cm
12 Sarif 1028 cm 17 cm 824 cm
13 Egi 789.4 cm 22 cm 675 cm
14 Eko 940.7 cm 20 cm 690 cm
15 Indra 890.9 cm 21 cm 906 cm
16 Dayat Putra 866.3 cm 20 cm 865 cm
17 Jufri 929.4 cm 18 cm 765 cm
18 Ilham 832 cm 20 cm 769 cm
19 Fauzan 947.7 cm 19 cm 830 cm
20 Ilham Nur 890.9 cm 18 cm 603 cm
21 Riko 824.7 cm 18 cm 720 cm
22 Angga 1057.4 cm 17 cm 688 cm
23 M.Ilham 810.4 cm 19 cm 810 cm
24 Bobby 947.7 cm 18 cm 813 cm
25 Yuda 976.9 cm 18 cm 711 cm
median 912.5 19.5 759
modus 947.7 20 904
maximum 1057.4 23 906
minimum 789.4 16 603
55
Lampiran 3
Tabel
Analisis Uji Normalitas Daya Ledak Otot Tungkai (X1) Melalui Uji Lilifors
NO X1 ZI TABEL F(ZI) S(ZI) F(ZI)-S(ZI)
1 789.4 -1.58 0.4429 0.0571 0.04 0.0171
2 789.4 -1.58 0.4429 0.0571 0.08 0.0229
3 789.4 -1.58 0.4429 0.0571 0.12 0.0629
4 810.4 -1.31 0.4049 0.0951 0.16 0.0649
5 824.7 -1.12 0.3665 0.1335 0.2 0.0665
6 832 -1.03 0.3485 0.1515 0.24 0.0885
7 866.3 -0.58 0.219 0.281 0.28 0.001
8 890.9 -0.26 0.1026 0.3974 0.32 0.0774
9 890.9 -0.26 0.1026 0.3974 0.36 0.0374
10 890.9 -0.26 0.1026 0.3974 0.4 0.0026
11 905.6 -0.07 0.0279 0.4721 0.44 0.0321
12 911.5 0.01 0.004 0.504 0.48 0.024
13 912.5 0.02 0.008 0.508 0.52 0.012
14 912.5 0.02 0.008 0.508 0.56 0.052
15 929.4 0.24 0.0948 0.5948 0.6 0.0052
16 940.7 0.39 0.1517 0.6517 0.64 0.0117
17 947.7 0.48 0.1814 0.6814 0.68 0.0014
18 947.7 0.48 0.1814 0.6814 0.72 0.0386
19 947.7 0.48 0.1814 0.6814 0.76 0.0786
20 947.7 0.48 0.1814 0.6814 0.8 0.1186
21 976.9 0.86 0.3051 0.8051 0.84 0.0349
22 993.9 1.08 0.3599 0.8599 0.88 0.0201
23 1028 1.52 0.4357 0.9357 0.92 0.0157
24 1042.8 1.71 0.4564 0.9564 0.96 0.0036
25 1057.4 1.90 0.4713 0.9713 1 0.0287
jumlah 22776.3
mean 911.052
sd 76.84653
L o 0.1186
L tab 0.173
L o tertinggi = 0.1186
Dengan n = 25 dan taraf nyata α = 0.05 didapat Ltab = 0.173
Berarti Lo < Ltab, sehingga hipotesis nol diterima bahwa populasi dari mana
sampel diambil berdistribusi normal.
56
Lampiran 4
Tabel
Analisis Uji Normalitas Kelentukan (X2) Melalui Uji Lilifors
NO X1 ZI TABEL F(ZI) S(ZI) F(ZI)-S(ZI)
1 16 -1.76 0.4608 0.0392 0.04 0.0008
2 17 -1.24 0.3925 0.1075 0.08 0.0275
3 17 -1.24 0.3925 0.1075 0.12 0.0125
4 17 -1.24 0.3925 0.1075 0.16 0.0525
5 17 -1.24 0.3925 0.1075 0.2 0.0925
6 18 -0.72 0.2642 0.2358 0.24 0.0042
7 18 -0.72 0.2642 0.2358 0.28 0.0442
8 18 -0.72 0.2642 0.2358 0.32 0.0842
9 18 -0.72 0.2642 0.2358 0.36 0.1242
10 18 -0.72 0.2642 0.2358 0.4 0.1642
11 19 -0.21 0.0832 0.4168 0.44 0.0232
12 19 -0.21 0.0832 0.4168 0.48 0.0632
13 20 0.31 0.1217 0.6217 0.52 0.1017
14 20 0.31 0.1217 0.6217 0.56 0.0617
15 20 0.31 0.1217 0.6217 0.6 0.0217
16 20 0.31 0.1217 0.6217 0.64 0.0183
17 20 0.31 0.1217 0.6217 0.68 0.0583
18 21 0.83 0.2967 0.7967 0.72 0.0767
19 21 0.83 0.2967 0.7967 0.76 0.0367
20 21 0.83 0.2967 0.7967 0.8 0.0033
21 21 0.83 0.2967 0.7967 0.84 0.0433
22 22 1.34 0.4099 0.9099 0.88 0.0299
23 22 1.34 0.4099 0.9099 0.92 0.0101
24 22 1.34 0.4099 0.9099 0.96 0.0501
25 23 1.86 0.4686 0.9686 1 0.0314
jumlah 485
mean 19.4
sd 1.936492
L o 0.1642
L tab 0.173
L o tertinggi = 0.1642
Dengan n = 25 dan taraf nyata α = 0.05 didapat Ltab = 0.173
Berarti Lo < Ltab, sehingga hipotesis nol diterima bahwa populasi dari mana
sampel diambil berdistribusi normal.
57
Lampiran 5
Tabel
Analisis Uji Normalitas Heading (Y) Melalui Uji Lilifors
NO X1 ZI TABEL F(ZI) S(ZI) F(ZI)-S(ZI)
1 603 -1.71 0.4564 0.0436 0.04 0.0036
2 612 -1.61 0.4463 0.0537 0.08 0.0263
3 615 -1.58 0.4429 0.0571 0.12 0.0629
4 627 -1.45 0.4265 0.0735 0.16 0.0865
5 675 -0.94 0.3264 0.1736 0.2 0.0264
6 688 -0.80 0.2881 0.2119 0.24 0.0281
7 690 -0.78 0.2823 0.2177 0.28 0.0623
8 711 -0.55 0.2088 0.2912 0.32 0.0288
9 720 -0.46 0.1772 0.3228 0.36 0.0372
10 742 -0.22 0.0871 0.4129 0.4 0.0129
11 753 -0.10 0.0398 0.4602 0.44 0.0202
12 753 -0.10 0.0398 0.4602 0.48 0.0198
13 765 0.03 0.012 0.512 0.52 0.008
14 769 0.07 0.0279 0.5279 0.56 0.0321
15 810 0.51 0.195 0.695 0.6 0.095
16 813 0.54 0.2054 0.7054 0.64 0.0654
17 824 0.66 0.2454 0.7454 0.68 0.0654
18 824 0.66 0.2454 0.7454 0.72 0.0254
19 830 0.72 0.2642 0.7642 0.76 0.0042
20 830 0.72 0.2642 0.7642 0.8 0.0358
21 833 0.75 0.2734 0.7734 0.84 0.0666
22 865 1.10 0.3643 0.8643 0.88 0.0157
23 904 1.51 0.4345 0.9345 0.92 0.0145
24 904 1.51 0.4345 0.9345 0.96 0.0255
25 906 1.53 0.437 0.937 1 0.063
jumlah 19066
mean 762.64
sd 93.40186
L o 0.0865
L tab 0.173
L o tertinggi = 0.0865
Dengan n = 25 dan taraf nyata α = 0.05 didapat Ltab = 0.173
Berarti Lo < Ltab, sehingga hipotesis nol diterima bahwa populasi dari mana
sampel diambil berdistribusi normal.
58
Lampiran 6
Analisis Sederhana Dan Korelasi Ganda ( variabel X1, X2 dan Y )
NO X1 X2 Y X1 2 X2 2 Y2 X1Y X2Y X1X2
1 789.4 23 824 623152.4 529 678976 650465.6 18952 18156.2
2 947.7 20 904 898135.3 400 817216 856720.8 18080 18954
3 912.5 21 753 832656.3 441 567009 687112.5 15813 19162.5
4 905.6 21 830 820111.4 441 688900 751648 17430 19017.6
5 1042.8 21 833 1087432 441 693889 868652.4 17493 21898.8
6 912.5 22 904 832656.3 484 817216 824900 19888 20075
7 789.4 20 742 623152.4 400 550564 585734.8 14840 15788
8 947.7 22 612 898135.3 484 374544 579992.4 13464 20849.4
9 890.9 17 627 793702.8 289 393129 558594.3 10659 15145.3
10 993.9 16 615 987837.2 256 378225 611248.5 9840 15902.4
11 911.5 17 753 830832.3 289 567009 686359.5 12801 15495.5
12 1028 17 824 1056784 289 678976 847072 14008 17476
13 789.4 22 675 623152.4 484 455625 532845 14850 17366.8
14 940.7 20 690 884916.5 400 476100 649083 13800 18814
15 890.9 21 906 793702.8 441 820836 807155.4 19026 18708.9
16 866.3 20 865 750475.7 400 748225 749349.5 17300 17326
17 929.4 18 765 863784.4 324 585225 710991 13770 16729.2
18 832 20 769 692224 400 591361 639808 15380 16640
19 947.7 19 830 898135.3 361 688900 786591 15770 18006.3
20 890.9 18 603 793702.8 324 363609 537212.7 10854 16036.2
21 824.7 18 720 680130.1 324 518400 593784 12960 14844.6
22 1057.4 17 688 1118095 289 473344 727491.2 11696 17975.8
23 810.4 19 810 656748.2 361 656100 656424 15390 15397.6
24 947.7 18 813 898135.3 324 660969 770480.1 14634 17058.6
25 976.9 18 711 954333.6 324 505521 694575.9 12798 17584.2
jumlah 22776.3 485 19066 20892123 9499 14749868 17364292 371496 440408.9
59
Lampiran 7
Pengujian hipotesis1
Korelasi Sederhana Antara Variable (X1) Dengan Y
r x1y =
222
1
2
1
11
YYn XXn
YX-YXn
r = 22 )19006(14749868.25 )3.22776(20892123.25
(19006) (22776.3)-225.1736429
r = 7518664 3543233.31
8432886357.-434107300
r= 32161432,04
1220942,2
ro = 0.565
rtab (α = 0,05) = 0,505
ternyata ro > r tab , akibatnya Ho ditolak (Ha diterima)
Untuk mencri kontribusi menggunakan rumus : r2 x 100%
= 0.5652 x 100%
= 31.47 %
60
Lampiran 8
Pengujin Hipotesis 2
Korelasi Sederhana Antara Variable (X2) Dengan Y
r x2y =
222
2
2
2
22
YYn XXn
YX-YXn
r = 22 )19006(14749868.25 )485(9499.25
6)(485)(1906-25.371496
r = (2518664) (2250)
9247010-9287400
r = 439,75279
40390
ro = 0,537
rtab (α = 0,05) = 0.505
Ternyata ro > r tab , akibatnya Ho ditolak (Ha diterima)
Untuk mencri kontribusi menggunakan rumus : r2 x 100%
= 0.5372 x 100%
= 28.84 %
61
Lampiran 9
Pengujian hipotesis 3
Korelasi Ganda Antara Variable (X1) Dan (X2) Terhadap Variable Y
r x1 x2 y =
21
2
21212
2
1
2
x xr-1
xrx yrx yrx2-yxryxr
= 2
22
574,01
)574,0)(537,0)(565.0(2537.0565.0
= 3295.01
3483.06076.0
= 6705.0
2593.0
= 0,3867
r 0 = 0,622
rtab (α = 0,05) = 0.505
Ternyata ro > r tab , akibatnya Ho ditolak (Ha diterima)
62
Lampiran 10
Daftar
Nilai Kritis L Untuk Uji Lilliefors
Ukuran
Sampel
Taraf Nyata
0.01 0.05 0.10 0.15 0.20
4 0.417 0.381 0.352 0.319 0.300
5 0.405 0.337 0.315 0.299 0.285
6 0.364 0.319 0.294 0.277 0.265
7 0.348 0.300 0.276 0.258 0.247
8 0.331 0.285 0.261 0.244 0.233
9 0.311 0.271 0.249 0.233 0.223
10 0.294 0.258 0.239 0.224 0.215
11 0.284 0.249 0.230 0.217 0.206
12 0.275 0.242 0.223 0.212 0.199
13 0.268 0.234 0.214 0.202 0.190
14 0.261 0.227 0.207 0.194 0.183
15 0.257 0.220 0.201 0.187 0.177
16 0.250 0.213 0.195 0.182 0.173
17 0.245 0.206 0.289 0.177 0.169
18 0.239 0.200 0.184 0.173 0.166
19 0.235 0.195 0.179 0.169 0.163
20 0.231 0.190 0.174 0.166 0.160
25 0.200 0.173 0.158 0.147 0.142
30 0.184 0.161 0.144 0.136 0.131
1.031 0.886 0.805 0.768 0.736
n >30 n n n n n
Sumber : Conover, W.J, Practical Nonparametric Statistics, John Wiley & Sons,
In,1973
63
Lampiran 11
Tabel dari harga kritik dari Product-Moment
N
(1)
Interval Kepercayaan N
(1)
Interval Kepercayaan N
(1)
Interval kepercayaan
95%
(2)
99%
(3)
95%
(2)
99%
(3)
95%
(2)
99%
(3)
3 0.997 0.999 26 0.388 0.4905 55 0.266 0.345
4 0.950 0.990 27 0.381 0.487 60 0.254 0.330
5 0.878 0.959 28 0.374 0.478 65 0.244 0.317
6 0.811 0.912 29 0.367 0.470 70 0.235 0.306
7 0.754 0.874 30 0.361 0.463 75 0.227 0.296
8 0.707 0.874 31 0.355 0.456 80 0.220 0.286
9 0.666 0.798 32 0.347 0.449 85 0.213 0.278
10 0.632 0.762 33 0.344 0.442 90 0.207 0.270
11 0.602 0.735 34 0.339 0.436 95 0.202 0.263
12 0.576 0.708 35 0.334 0.430 100 0.195 0.256
13 0.553 0.684 36 0.329 0.424 125 0.176 0.230
14 0.532 0.661 37 0.325 0.418 150 0.159 0.210
15 0.514 0.641 38 0.320 0.413 175 0.148 0.194
16 0.497 0.623 39 0.316 0.408 200 0.138 0.181
17 0.482 0.606 40 0.312 0.403 300 0.113 0.148
18 0.468 0.590 41 0.308 0.396 400 0.098 0.128
19 0.456 0.575 42 0.304 0.393 500 0.088 0.115
20 0.444 0.561 43 0.301 0.389 600 0.080 0.105
21 433 0.549 44 0.297 0.384 700 0.074 0.097
22 0.423 0.537 45 0.294 0.380 800 0.070 0.091
23 0.413 0.526 46 0.291 0.276 900 0.065 0.085
24 0.404 0.515 47 0.288 0.372 1000 0.062 0.081
25 0.396 0.505 48 0.264 0.368
1.031 0.886 49 0.281 0.364
50 0.297 0.361
J=Jumlah pasangan yang digunakan untuk menghitung r
64
Lampiran 12
Daftar Luas Dibawah Lengkungan Normal Standar Dari 0 Ke Z
Z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0.0 0000 0040 0080 0120 0160 0199 0239 0279 0319 0359
0.1 0386 0483 0478 0557 0596 0636 0675 0714 0754 0360
0.2 0793 0832 0871 0910 0948 0987 1026 1064 1103 1141
0.3 1179 1217 1255 1293 1331 1368 1406 1443 1480 1517
0.4 1554 1591 1628 1664 1700 1736 1772 1808 1844 1879
0.5 1915 1950 1985 2019 2054 2088 2123 2157 2190 2224
0.6 2258 2291 2324 2357 2389 2422 2454 2486 2418 2549
0.7 2580 2612 2642 2673 2704 2734 2764 2794 2823 2852
0.8 2881 2910 2939 2967 2996 3023 3051 3078 3106 3133
0.9 3159 3186 3212 3238 3264 3289 3315 3340 3365 3389
1.0 3413 3438 3461 3485 2508 3531 3554 3577 3599 3621
1.1 4634 3665 3686 3708 3729 3749 3770 3790 3810 3830
1.2 3849 3869 3888 3907 3925 3944 3962 3980 3997 4015
1.3 4032 4049 4066 4082 4099 4115 4131 4147 4162 4177
1.4 4192 4207 4222 4236 4251 4265 4279 4292 4306 4319
1.5 4332 4345 4357 4370 4382 4394 4406 4418 4429 4441
1.6 4452 4463 4474 4484 4495 4505 4515 4525 4535 4545
1.7 4554 4564 4573 4580 4591 4599 4608 4626 4625 4633
1.8 4641 4649 4656 4664 4671 4678 4686 4692 4699 4633
1.9 4713 4719 4726 4732 4738 4744 4750 4756 4761 4767
2.0 4772 4778 4783 4788 4793 4798 4803 4808 4812 4817
65
2.1 4821 4826 4830 4838 4838 4842 4846 4850 4854 4857
2.2 4861 4864 4868 4871 4875 4878 4881 4884 4887 4890
2.3 4893 4896 4898 4901 4904 4906 4909 4911 4913 4916
2.4 4918 4920 4922 4925 4927 4929 4931 4932 4934 4936
2.5 4938 4940 4941 4943 4945 4946 4948 4949 4951 4952
2.6 4953 4955 4956 4957 4959 4960 4961 4962 4963 4964
2.7 4965 4966 4967 4968 4969 4970 4971 4972 4973 4974
2.8 4974 4975 4976 4977 4977 4978 4979 4979 4980 4981
2.9 4981 4982 4982 4983 4984 4984 4985 4985 4986 4986
3.0 4987 4987 4987 4988 4988 4989 4989 4989 4990 4990
3.1 4990 4991 4991 4991 4992 4992 4992 4992 4993 4993
3.2 4993 4993 4994 4994 4994 4994 4994 4995 4995 4995
3.3 4995 4995 4995 4996 4996 4996 4996 4996 4996 4997
3.4 4997 4997 4997 4997 4997 4997 4997 4997 4997 4998
3.5 4998 4998 4998 4998 4998 4998 4998 4998 4998 4998
3.6 4998 4998 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999
3.7 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999
3.8 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999
3.9 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000
Sumber : Theory And Problems of Statistics, Spigel, M.R.,PhD.,Schaum
Publishing., New York, 1961
66
Lampiran 13
DOKUMENTASI PENELITIAN
1. Tes Daya Ledak Otot Tungkai
67
2. Tes Kelentukan Pinggang
68
3. Tes Kemampuan Heading
69
Foto Peneliti Dengan Sampelpenelitian
70
71
72
73
top related