konversi sistem informasi migrasi core banking …
Post on 30-Nov-2021
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KONVERSI SISTEM INFORMASI
MIGRASI CORE BANKING SYSTEM (CBS)
Dosen: Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc
Disusun Oleh:
Haris Budiman (K15161089)
Kelas:
E-62
PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FEBRUARI
2017
i
DAFTAR ISI
DAFTARISI......................................................................................................................................i
PENDAHULUAN.............................................................................................................................2
LatarBelakang........................................................................................................................................2
TujuanPenyusunan................................................................................................................................3
ManfaatPenyusunan.............................................................................................................................3
RuangLingkupPenyusunan...................................................................................................................3
MetodologiPenyusunan........................................................................................................................3
TINJAUANPUSTAKA......................................................................................................................4
SistemInformasiManajemenSektorPerbankanBankIndonesia(SIMSPBI).........................................4
CoreBankingSystem..............................................................................................................................6
KonversiSistemInformasi......................................................................................................................7
MetodeKonversiSistemInformasi........................................................................................................7
MetodeKonversiFile...........................................................................................................................10
MigrationTraining...............................................................................................................................12
PEMBAHASAN.............................................................................................................................13
MigrasiCBSBankX...............................................................................................................................13
KelemahanCurrent(DISTRIBUTED)CBS...............................................................................................13
AlasanMelakukanPenggantianCBS....................................................................................................13
TantanganMigrasiCBS.........................................................................................................................13
Budget..................................................................................................................................................14
DataMigration/DataConversionStrategy..........................................................................................15
Deployment/Roll-outPlan...................................................................................................................15
Familiarization......................................................................................................................................16
FallbackPlan........................................................................................................................................16
PostImplementationPlan....................................................................................................................17
KESIMPULANDANSARAN..........................................................................................................18
Kesimpulan...........................................................................................................................................18
Saran....................................................................................................................................................18
DAFTARPUSTAKA.........................................................................................................................A
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengembangan sistem informasi perbankan sangat rumit, tidak murah dan membutuhkan
sumber daya yang tidak sedikit. Beberapa sistem informasi yang digunakan perbankan
diantaranya: Core Banking System (CBS), Automatic Teller Machine (ATM) Switching,
Enterprise Resource Planning (ERP), Customer Relationship Management (CRM), Enterprise
Data Warehouse (EDW), Business Intelligence (BI), Big Data, dan lain sebagainya.
Sebagai highly regulated company, bank juga wajib menyediakan sistem informasi yang
disyaratkan oleh regulator Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) seperti
Sistem Informasi Debitur (SID) dan sistem kliring (Sistem Kliring Nasional dan Real Time
Gross Settlement). Sebuah Bank harus mampu melakukan manajemen pengembangan sistem
informasi yang baik dengan keterbatasan sumber daya baik manusia maupun anggaran.
CBS adalah sistem informasi inti dari sebuah bank. Kebanyakan bank tidak akan mengambil
resiko dengan melakukan konversi atau migrasi CBS lama dengan CBS baru. Padahal pada
saat ini, perbankan sedang mengalami ancaman dengan adanya digitalisasi jasa keuangan
seperti dari financial technology (fintech). Ancaman jasa pinjaman perbankan datang dari
fintech seperti uangteman.com dan fintech crowdfunding, dompet digital mengancam dari
perusahaan telekomunikasi seperti T-Cash, Dompetku dan Uangku. Apabila diadopsi dengan
komprehensif oleh perbankan, pemerintah dan regulasi, uang digital Bitcoin dapat
menggantikan uang tradisional yang saat ini masih digunakan secara luas oleh masyarakat.
Perkembangan fintech saat ini tidak boleh dianggap ancaman kecil, Go-Jek, Uber dan Grab
melakukan disruption (merusak tatanan) dan menurunkan pamor taxi tradisional yang sudah
besar seperti Bluebird dan tentu saja merusak tatanan ojek pangkalan (opang).
Berdasarkan pemaparan di atas, sebuah bank harus memiliki strategi dalam menghadapi
digitalisasi keuangan saat ini. Salah satu strategi yang mungkin dilakukan adalah melakukan
modernisasi CBS, modernisasi CBS dapat dilakukan dengan pengembangan CBS eksisting
yang waktunya akan lebih lama dibandingkan dengan melakukan konversi dengan CBS yang
sudah memiliki roadmap dalam digitalisasi perbankan.
Migrasi CBS tidak hanya teknologi, perlu diperhatikan juga dampaknya terhadap sumber daya
manusia dan proses perbankan dalam adaptasi CBS yang baru. Murdick et. al. (1984)
menyatakan dalam bentuk kurva kumulatif bahwa proses implementasi sistem TI
3
membutuhkan biaya yang paling tinggi dibandingkan proses perencanaan dan perancangan
sistemnya itu sendiri. Oleh karena itu, perlu dibuat perencanaan yang matang sebelumnya
tentang bagaimana konversi sistem yang akan dilakukan oleh perusahaan, sehingga proses
implementasi sistem informasi yang baru dapat berlangsung mulus tanpa mengganggu
aktivitas operasional yang berjalan di dalam perusahaan.
Tujuan Penyusunan
Tujuan penyusunan ini adalah untuk mendapatkan pemahaman mengenai konversi (migrasi)
sistem informasi inti perbankan yaitu CBS dan mendapatkan informasi atau pengalaman dari
bank yang melakukan migrasi CBS.
Manfaat Penyusunan
Penyusunan ini berguna bagi penyusun dalam menambah pengetahuan dan pengalaman
mengenai konversi (migrasi) sistem informasi inti perbankan yaitu CBS. Apabila penyusun
dihadapkan pada migrasi CBS, penyusun diharapkan lebih mudah dalam identifikasi
kebutuhan untuk melakukan migrasi CBS. Selain itu untuk meningkatkan keterampilan dan
pengalaman dalam hal menerapkan ilmu yang pernah diterima penyusun, khususnya pada mata
kuliah Sistem Informasi Manajemen di Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor.
Ruang Lingkup Penyusunan
Konversi (migrasi) sistem informasi inti perbankan (CBS).
Metodologi Penyusunan
Penyusunan dilakukan dengan melakukan kajian terhadap pustaka dan penelitian terdahulu
mengenai konversi sistem informasi secara umum dan migrasi CBS pada khususnya.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Informasi Manajemen Sektor Perbankan Bank Indonesia (SIMSPBI)
SIMSPBI merupakan sistem informasi terpadu untuk mendukung tugas pengawasan,
pemeriksaan dan pengaturan perbankan BI (Bank Indonesia, 2017).
Tujuan dari penerapan SIMSPBI adalah:
a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem pengawasan dan pemeriksaan bank;
b. Menciptakan keseragaman (standarisasi) dalam pelaksanaan tugas pengawasan dan
pemeriksaan bank.
c. Mengoptimalkan Pengawas dan Pemeriksa Bank dalam menganalisa kondisi bank
sehingga dapat meningkatkan mutu pengawasan dan pemeriksaan bank;
d. Memudahkan audit trail oleh pihak yang berkepentingan;
e. Meningkatkan keamanan dan integritas data serta informasi
Gambar 1 adalah contoh Sistem Informasi Manajemen perbankan.
Gambar 1. Contoh Sistem Informasi Perbankan.
[Sumber: Rungga, 2014]
Perbankan saat ini menjadikan pelayanan kepada nasabah sebagai fokus utama, diantara sekian
banyak produk perbankan hampir tidak ada perbedaan. Untuk fokus kepada nasabah, bank
melengkapi kanal layanan sehingga nasabah dapat memilih dari kanal mana mereka mau
berhubungan dengan nasabah.
5
Selain untuk kebutuhan pelaporan internal, sebagai highly regulated company, bank juga wajib
menyediakan sistem informasi yang disyaratkan oleh regulator Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
dan Bank Indonesia (BI) seperti Sistem Informasi Debitur (SID) dan sistem kliring (Sistem
Kliring Nasional dan Real Time Gross Settlement) dan pelaporan wajib ke regulator seperti
Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), Laporan Harian Bank Umum (LHBU).
Untuk memenuhi kebutuhan non-transaksi atau OLAP (online analytical processing) seperti
pelaporan dan penjualan, bank meyediakan Data Warehouse sehingga tidak mengganggu
kegiatan transaksi bank sehari-hari atau OLTP (online transaction processing). Gambar 2
adalah salah satu Banking Data Warehouse Model beserta sumber data dan sistem yang
membutuhkannya.
Gambar 2. The Banking Data Warehouse Model.
[Sumber: Tezauri, 2016]
Bank menyediakan Data Center yang handal untuk menyimpan sesmua sistem informasi baik
perangkat keras maupun perangkat lunak. Data Center harus dilengkapi sistem pengamanan
tingkat tinggi untuk melindungi sistem informasi sehingga dapat berjalan 7 x 24 jam non-stop,
seperti ruangan yang memadai, sistem pendingin, sistem anti kebakaran, sistem monitoring,
dan sistem lainnya. Data Center harus memiliki kontrol akses dalam melindungi terjadinya
disintegrasi sistem perbankan. Selain itu, sesuai dengan paham redundancy, maka bank juga
memiliki Disaster Recovery Center sebagai pusat pemulihan layanan ketika terjadi bencana.
Gambar 3 menunjukan sebuah contoh desain infrastruktur Data Center.
6
Gambar 3. Data Center Infrastructure Design.
[Sumber: Kits, 2015]
Untuk mengoperasikan sistem informasi perbankan dalam melayani nasabahnya, bank harus
memiliki sumber daya manusia dan biaya yang tidak sedikit. Pada sebuah Data Center,
setidaknya harus memiliki tim yang dedicated dan menguasai bidangnya, seperti:
a. Network Operation Center
b. Security Operation Center
c. Service Desk Team
d. Incident Management Team
e. Problem Management Team
f. Data Management Team
g. Database Administrator
h. Server Administrator
Core Banking System
Marlina (2014) memberikan pengertian bahwa Core Banking adalah seluruh produk bank
mulai dari funding (penghimpunan dana) sampai dengan lending (pemberian kredit,
pembiayaan, pendanaan). Apabila semua produk tersebut dimasukkan ke dalam aplikasi sistem
komputer maka kita bisa menyebut nama software aplikasi tersebut sebagai CBS, karena
seluruh produk bank tersebut telah terbungkus dalam software aplikasi yang dimaksud.
7
Aplikasi Core Banking System (CBS) adalah aplikasi inti yang merupakan jantung dari sistem
perbankan. Core Banking ini digunakan untuk memproses loan, saving, customer information
file hingga berbagai layanan perbankan lainnya. Jika dibandingkan dengan industry lain,
aplikasi Core Banking ini mirip dengan Billing System perusahaan Telekomunikasi, atau ERP-
nya perusahaan manufaktur.
Konversi Sistem Informasi
Dari sisi teknologi informasi, proses konversi dapat melibatkan perubahan pada hardware,
operating system (OS), sistem pengelolaan database (database management system) maupun
database-nya itu sendiri (Mallach, 2009). Sedangkan dari sisi sumber daya manusia (SDM),
konversi sistem TI akan mengubah prosedur (SOP) yang harus dijalankan oleh operator sistem
(end user). Pengelolaan proses konversi yang efektif merupakan hal yang sangat vital bagi
kesuksesan implementasi sistem TI pada jangka panjang. Memilih strategi konversi yang tepat
bukan hal yang mudah, karena proses tersebut akan mempengaruhi empat komponen TI
sebagaimana halnya dengan SDM dan prosedur aplikasi sistem TI secara keseluruhan.
Metode Konversi Sistem Informasi
Menurut literatur, termasuk text book standar seperti Baltzan & Phillips dan Stair & Reynolds
(dalam Mallach, 2009), ada empat metode konversi sistem informasi:
1. Konversi Langsung (Direct Cutover)
Konversi ini dilakukan dengan cara menghentikan sistem lama dan menggantikannya
dengan sistem baru sesegera mungkin. Cara ini merupakan metode konversi yang paling
beresiko, namun relatif lebih murah. Konversi langsung adalah pengimplementasian
sistem baru dan pemutusan jembatan sistem lama, yang kadang-kadang disebut
pendekatan cold turkey. Apabila konversi telah dilakukan maka tak ada cara untuk balik
ke sistem lama.
Pendekatan atau cara konversi ini akan bermanfaat apabila:
• Sistem tersebut tidak mengganti sistem lain.
• Sistem yang lama sepenuhnya tidak bernilai.
• Sistem yang baru bersifat kecil atau sederhana atau keduanya.
• Rancangan sistem baru sangat berbeda dari sistem lama dan perbandingan antara
8
sistem-sistem tersebut tidak berarti.
Apabila konversi langsung akan digunakan, maka aktivitas-aktivitas pengujian dan
pelatihan akan sangat diperlukan agar sistem informasi yang baru dapat
diimplementasikan secara optimal.
2. Konversi Pilot (Pilot Conversion)
Pendekatan ini dilakukan dengan cara menerapkan sistem baru pada satu bagian tertentu,
sedangkan sisanya tetap menggunakan sistem yang lama. Jika konversi ini dianggap
berhasil maka akan diperluas ke tempat-tempat yang lain. Metode ini dilakukan untuk
melokalisasi masalah terbatas pada bagian yang dipilih sebagai pilot/pelopor saja,
sehingga resikonya dapat lebih rendah dibandingkan direct conversion. Segala kesalahan
dapat dilokalisir dan dikoreksi sebelum dilakukan implementasi yang lebih jauh. Metode
pilot sangat cocok untuk digunakan apabila sistem baru yang dikembangkan melibatkan
prosedur baru dan perubahan yang drastis dalam hal perangkat lunaknya. Selain berfungsi
sebagai tempat pengujian, sistem pilot juga digunakan untuk melatih pemakai seluruh
organisasi dalam menghadapi lingkungan “live” sebelum sistem tersebut
diimplementasikan di lokasi mereka sendiri.
3. Konversi Bertahap (Phased Conversion)
Konversi dilakukan dengan menggantikan suatu bagian dari sistem lama dengan sistem
baru. Jika terjadi sesuatu, bagian yang baru tersebut akan diganti kembali dengan yang
lama. Jika tidak terjadi masalah, modul-modul baru akan dipasangkan lagi untuk
mengganti modul-modul lama yang lain. Dengan pendekatan seperti ini, akhirnya semua
sistem lama akan tergantikan oleh sistem baru. Cara seperti ini lebih aman daripada
konversi langsung. Dengan metode konversi Phased sistem baru diimplementasikan
beberapa kali, sedikit demi sedikit mengganti yang lama. Metode ini mampu
menghindarkan resiko yang ditimbulkan oleh konversi langsung dan memberikan waktu
yang banyak kepada pemakai untuk mengasimilasi perubahan. Selain itu kecepatan
perubahan dalam organisasi tertentu bisa diminimalisir dan sumber-sumber pemrosesan
data dapat diperoleh sedikit demi sedikit selama periode waktu yang lebih luas. Namun
sayangnya metode ini memerlukan biaya lebih untuk mengembangkan interface
sementara dengan sistem lama dan daya terapnya terbatas.
4. Konversi Paralel (Parallel Conversion)
Pada konversi ini, sistem baru dan sistem lama sama-sama dijalankan. Setelah melalui
9
masa tertentu, jika sistem baru telah bisa diterima untuk menggantikan sistem lama, maka
sistem lama segera dihentikan. Cara seperti ini merupakan pendekatan yang paling aman
namun merupakan cara yang paling mahal karena pemakai harus menjalankan dua sistem
sekaligus. Konversi paralel adalah suatu pendekatan dimana sistem lama dan sistem baru
beroperasi secara serentak untuk beberapa periode waktu. Dalam mode konversi paralel,
output yang dihasilkan dari masing-masing sistem dibandingkan, dan perbedaannya
direkonsiliasi. Konversi ini mempunyai kelebihan dalam hal tingkat proteksi yang tinggi
kepada organisasi dari kegagalan sistem yang baru. Namun perlu biaya yang besar untuk
menduplikasi fasilitas-fasilitas dan biaya personal yang memelihara sistem rangkap
tersebut. Ketika proses konversi suatu sistem baru melibatkan operasi paralel, maka
orang-orang pengembangan sistem harus merencanakan untuk melakukan peninjauan
berskala dengan personal operasi dan pemakai untuk mengetahui kinerja sistem tersebut.
Mereka harus menentukan tanggal atau waktu penerimaan dalam tempo yang wajar dan
memutus sistem lama.
Gambar 4 berikut ini menyajikan representasi grafik metode konversi yang dapat dipilih oleh
perusahaan untuk mengimplementasikan sistem informasi yang baru.
DirectConversion ParallelConversion PhasedConversion PilotConversion
Gambar 4. Metode Konversi Sistem Informasi [Sumber: Maryanti, 2014]
Untuk mengurangi resiko kegagalan dalam proses konversi sistem TI, Palvia et. al. (dalam
Mallach, 2009) mengenalkan metode kombinasi dari metode-metode tersebut di atas, seperti
pilot-phased, pilot-parallel, phased-parallel, dan pilot-phased-parallel.
Dari keeempat metode konversi sistem TI yang dikenal, Mallach (2009) berpendapat bahwa
metode parallel coversion tidak relevan lagi untuk digunakan di abad 21 setidaknya karena
dua alasan, yaitu :
1. Aplikasi dua sistem informasi (sistem lama dan sistem baru) secara bersamaan dinilai
tidak praktis bagi user (terutama customer), karena harus melakukan dua kali input.
2. Perbedaan waktu akan menimbulkan resiko perbedaan output yang dihasilkan oleh
10
kedua sistem yang diimplementasikan tersebut.
Murdick et. al. (1984) menyatakan bahwa proses implementasi sistem TI memerlukan tiga fase
yaitu instalasi sistem, pengujian sistem secara keseluruhan dan yang terakhir adalah evaluasi,
maintenance dan pengendalian sistem. Berikut ini adalah tahapan proses implementasi yang
dilakukan untuk mengkonversi suatu sistem baru ke dalam sistem yang sudah ada sebelumnya:
1. Perencanaan implementasi
2. Menyediakan fasilitas dan kantor untuk proses implementasi
3. Organisasi personal yang akan melakukan implementasi
4. Develop prosedur instalasi dan pengujian
5. Develop program pelatihan untuk operator sistem
6. Melengkapi pembuatan software
7. Menyediakan hardware
8. Generate file-file
9. Membentuk desain
10. Menguji keseluruhan sistem
11. Menyempurnakan konversi sistem baru ke dalam sistem lama
12. Melakukan dokumentasi
13. Melakukan evaluasi
14. Melakukan maintenance sistem
Metode Konversi File
Keberhasilan konversi sistem sangat tergantung pada seberapa jauh profesional sistem
menyiapkan penciptaan dan pengkonversian file data yang diperlukan untuk sistem baru.
Dengan mengkorversi suatu file, maksudnya adalah bahwa file yang telah ada (existing) harus
dimodifikasi setidaknya dalam:
• Format file tersebut
• Isi file tersebut
• Media penyimpanan dimana file ditempatkan dalam suatu konversi sistem,
kemungkinan beberapa file bisa mengalami ketiga aspek konversi tersebut secara
serentak.
Ada dua metode dasar yang bisa digunakan untuk menjalankan konversi file:
11
1. Konversi File Total
Jika file sistem baru dan file sistem lama berada pada media yang bias dibaca komputer,
maka bisa dituliskan program sederhana untuk mengkonversi file dari format lama ke
format baru. Umumnya pengkonversian dari satu sistem komputer ke sistem yang lain
akan melibatkan tugas-tugas yang tidak bisa dikerjakan secara otomatis. Rancangan file
baru hampir selalu mempunyai field-field record tambahan, struktur pengkodean baru, dan
cara baru perelasian item- item data (misalnya, file-file relasional). Seringkali, selama
konversi file, kita perlu mengkonstruksi prosedur kendali yang rinci untuk memastikan
integritas data yang bisa digunakan setelah konversi itu.
Dengan menggunakan klasifikasi file berikut, perlu diperhatikan jenis prosedur kendali
yang digunakan selama konversi:
File Master. Ini adalah file utama dalam database. Biasanya paling sedikit satu file master
diciptakan atau dikonversi dalam setiap konversi sistem.
File Transaksi. File ini selalu diciptakan dengan memproses suatu sub-sistem individual
di dalam sistem informasi. Akibatnya, ia harus dicek secara seksama selama pengujian
sistem informasi.
File Indeks. File ini berisi kunci atau alamat yang menghubungkan berbagai file master.
File indeks baru harus diciptakan kapan saja file master yang berhubungan dengannya
mengalami konversi.
File Tabel. File ini dapat juga diciptakan dan dikonversi selama konversi sistem. File tabel
bisa juga diciptakan untuk mendukung pengujian perangkat lunak.
File Backup. Kegunaan file backup adalah untuk memberikan keamanan bagi database
apabila terjadi kesalahan pemrosesan atau kerusakan dalam pusat data. Oleh karenanya,
ketika suatu file dikonversi atau diciptakan, file backup harus diciptakan.
2. Konversi File Gradual
Beberapa perusahaan mengkonversi file-file data mereka secara gradual (sedikit demi
sedikit). Record-record akan dikonversi hanya ketika mereka menunjukkan beberapa
aktivitas transaksi. Record-record lama yang tidak menunjukkan aktivitas tidak pernah
dikonversi. Metode ini bekerja dengan cara berikut:
a. Suatu transaksi diterima dan dimasukkan ke dalam sistem.
12
b. Program mencari file master baru (misalnya file inventarisasi atau file account
receivable) untuk record yang tepat yang akan di update oleh transaksi itu. Jika record
tersebut telah siap dikonversi, berarti peng-update- an record telah selesai.
c. Jika record tersebut tidak ditemukan dalam file master baru, file master lama diakses
untuk record yang tepat, dan ditambahkan ke file master baru dan di update.
d. Jika transaksi tersebut adalah record baru, yakni record yang tidak dijumpai pada file
lama maupun file baru (misalnya, pelanggan baru), maka record baru disiapkan dan
ditambahkan ke file master baru.
Migration Training
Training atau pelatihan merupakan aktivitas implementasi yang sangat vital. Sebagai contoh,
IS merupakan user consultant, yang harus memastikan bahwa para end-user harus telah terlatih
untuk mengoperasikan sistem yang baru, jika tidak, implementasi akan menjadi gagal.
Pelatihan terkadang hanya melingkupi aktivitas seperti data entry, atau terkadang juga
melingkupi segala aspek dari pengoperasian sistem baru. Sebagai tambahan, para manajer dan
end-user harus dididik bagaimana mengetahui efek dari pengimplementasian sistem baru bagi
kegiatan operasi dan manajemen bisnis perusahaan. Pengetahuan ini harus diimplementasikan
dari program training untuk semua hardware baru, software, dan kegunaannya untuk pekerjaan
yang lebih spesifik.
13
PEMBAHASAN
Migrasi CBS Bank X
Bank ‘X’ menerapkan in-house Core Banking System (CBS) dengan sebagian Kantor sudah
menerapkan distributed on-line processing (tidak integrated atau centralize) dan memiliki
Layanan ATM dan sebagian besar masih menerapkan distributed off-line. Bank ‘X’ ingin
meningkatkan operasional dan layanan kepada stakeholder serta untuk meningkatkan daya
saing terhadap bank competitor, maka jawabannya harus menerapkan CBS dengan centralize
on-line system yang akan berdampak pada: layanan, integritas data, kemudahan melakukan
control dan monitoring serta melakukan maintenance (Nasution, 2012).
Kelemahan Current (DISTRIBUTED) CBS
1. Consumer Information File (CIF) banyak yang duplikasi atau tidak unik.
2. Laporan keuangan harus dilakukan konsolidasi terlebih dahulu dan tidak tepat waktu
(Time to Market).
3. Sulit untuk melakukan control dan monitoring (security system).
4. Sulit untuk melakukan pemeliharaan (maintenance).
5. Kesamaan versi (versi CBS disetiap Kantor Cabang berbeda).
6. Layanan dan operasional Bank tidak mendukung untuk dapat bersaing dengan Bank
kompetitor.
Alasan Melakukan Penggantian CBS
1. Teknologi yang digunakan sudah tidak didukung (karena perkembangan hardware dan
software).
2. Sulit dikembangkan untuk memenuhi inisiatif bisnis.
3. Dukungan dari Principal/Vendor yang semakin tidak baik.
4. Sulit untuk dikembangkan.
5. Biaya pemeliharaan dan pengembangan yang semakin mahal (langkanya mencari
tenaga ahli).
Tantangan Migrasi CBS
1. Resistensi end-user, karena:
a. Keluar dari comfort zone (zona nyaman)
14
b. Pengawasan (Control) dan Pemantauan (Monitoring) semakin baik dan mudah
c. Perubahan atau perbedaan mendasar penerapan Distributed vs Centralized
Processing dari segi operasional dan pengguaannya serta sistem keamanan dan
monitoringnya
2. Sumber Daya Manusia, karena:
a. Faktor usia dari karyawan
b. Pemahaman terhadap Teknologi Informasi yang sangat berbeda
c. Cenderung membedakan kemudahan penggunaan/pengoperasian CBS tanpa
melihat kelemahan CBS lama dan kelebihan CBS baru
3. Data Cleansing, karena:
a. Customer Information File (CIF), karena penerapan distributed processing
menyebabkan duplikasi CIF
b. Data healthy karena banyak data wajib yang tidak diisii atau diisi sembarangan
seperti tahun kelahiran
c. Data housekeeping data yang sudah tidak aktif dan secara kebijakan dapat
dikeluarkan atau di-backup ke media penyimpanan lain dan bisa dipergunakan
saat diperlukan
Budget
1. Migration Cost
Migration cost dimaksud adalah biaya yang terkait dengan kegiatan migrasi/konversi,
antara lain:
a. Data cleansing, adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan data cleansing
untuk memastikan data yang akan dikonversikan sudah memenuhi persyaratan.
b. Pelaksanaan data cleansing memerlukan biaya yang cukup besar karena data yang
ada pad current CBS sangat besar sehingga memerlukan banyak pelaksana (staff).
Pekerjaan data cleansing dilakukan oleh tenaga outsourcing dengan supervisi
Project Team.
2. Deployment/Roll-out Cost
Biaya deployment/roll-out migrasi/konversi dari current CBS ke new CBS meliputi
biaya: akomodasi (transportasi, penginapan dan lainnya)
15
3. Hardware dan Software Cost
Biaya hardware dan software jika new CBS mensyaratkan hardware dan /atau software
tambahan baru, penggantian atau upgrade untuk mendukung penggunaan new CBS.
Data Migration/Data Conversion Strategy
Strategi untuk melakukan Data Conversion/Data Migration untuk memastikan proses konversi
berjalan dengan benar, dimana dilakukan:
1. Mapping – Current vs New CBS
Memetakan struktur data antara current CBS dan new CBS, sehingga saat data
conversation berjalan dengan baik dan benar.
2. Data Cleansing – Current CBS
Aktifitas perbaikan/penyempurnaan data current CBS untuk memastikan data yang
akan dikonversi ke new CBS lebih baik dan tidak bermasalah serta siap untuk
dikonversi ke new CBS.
3. Data Validation – Compare Current CBS vs New CBS
Aktifitas untuk memastikan konversi/migrasi data dari current CBS ke new CBS
berjalan dengan benar atau data (filed) yang dikonversikan telah sesuai dengan field
yang ada pada struktur data.
4. Module
Konversi data dilakukan pada semua module yang ada pada CBS, antara lain:
a. CASA (Current Account & Saving Account)
b. Loans Account (LA)
c. Customer Information File (CIF)
d. Time Deposit, dan lainnya
Deployment /Roll-out Plan
Rencana pelaksanaan migrasi CBS dapat dilakukan dengan 2 (dua) strategi dimana masing-
masing strategi strategi memiliki kelebihan dan kekurangan, sebagai berikut:
1. Pilot Project Implementation Strategy
16
Deployment/Roll-out dilakukan secara selektif dengan melihat tingkat kesiapan Kantor
Cabang/Cabang Pembantu/Kantor Kas/Mobile dimana dipilih Kantor dengan fittur
yang paling lengkap:
a. Branch
b. Sub-Branch
c. Cash Office
d. Delivery Channels
2. Big Bang Implementation Strategy
Deployment/Roll-out dilakukan secara bersamaan diseluruh kantor Bank dimana jika
tidak dipersiapkan dengan baik dan matang maka memiliki risiko yang sangat tinggi
dan harus direncanakan dengan rinci dan seksama.
Familiarization
Familiarization merupakan key success factor pelaksanaan Core Banking Migration Project
selain kesiapan system dan migrasi data. Objektif dari kegiatan familiarization untuk:
1. End-user mengenal dan menguasai operasional CBS yang baru,
2. End-user membiasakan dengan sistem dan prosedur CBS yang baru,
3. Memilih staff (dari end-user) dengan pemahaman dan penguasaan operasional /
penggunaan CBS sebagai Agent of Change.
End-user dengan familiarization yang baik akan memudahkan pelaksanaan implementasi (Go
Live) CBS. Familiarization umumnya dilakukan oleh Unit Kerja Operasi (Divisi Operasi) yang
menjadi Leader User Representative.
Fallback Plan
Pemilihan Pilot Project Implementation maupun Big Bang Implementation Strategy
diharuskan memiliki fallback plan secara terinci sebagai antisipasi jika pelaksanaan
implementasi gagal karena sesuatu hal. Fallback Plan adalah rencana kembali ke CBS
sebelumnya jika hasil migrasi/konvesi dinilai gagal dengan indicator:
1. Laporan yang dihasilkan tidak sesuai dengan laporan CBS yang digantikan (old CBS)
2. Hasil pengecekan Core Banking secara on-line system dan delivery channels (ATM,
Mobile Banking, dll) tidak berfungsi seperti yang seharusnya.
3. Dan lainnya
17
Post Implementation Plan
Post implementation monitoring untuk memantau paska implementasi new CBS untuk
mengantisipasi jika ada kelemahan/kekurangan yang terlewatkan atau lolos dari tahapan User
Accepatance Test (UAT) dimana aktifitas post implementation sebagai berikut:
1. Monitoring
Paska implementasi /migrasi CBS, harus dilakukan monitoring untuk mengantisipasi
adanya suatu proses yang bermasalah. Proses CBS dibagi menjadi 2 (dua) sebagai
berikut: On-line Processing dan Batch Processing.
2. Control
Paska implementasi /migrasi CBS, harus dilakukan control atas process CBS yang
dibagi menjadi dua bagian proses, sebagai berikut: On-line Processing dan Batch
Processing.
3. Correction/Fixing/Improvement
Paska implementasi /migrasi CBS, dimana dilakukan monitoring dan control atas
operasional dan layanan CBS dimana jika ditemukan kelemanahan untuk
meningkatkan dan menyempurkan/memperbaiki antara lain: response time, product
dan lainnya.
18
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, penyusun mengambil kesimpulan bahwa perencanaan yang
baik dan komprehensif perlu dilakukan untuk melakukan migrasi CBS. Bank X melakukan
migrasi dengan 2 metode deployment plan, yaitu:
1. Pilot Project Implementation Strategy (pilot conversion)
Deployment/Roll-out dilakukan secara selektif dengan melihat tingkat kesiapan Kantor
Cabang/Cabang Pembantu/Kantor Kas/Mobile dimana dipilih Kantor dengan fitur yang
paling lengkap.
2. Big Bang Implementation Strategy (direct conversion)
Deployment/Roll-out dilakukan secara bersamaan diseluruh kantor Bank dimana jika
tidak dipersiapkan dengan baik dan matang maka memiliki risiko yang sangat tinggi
dan harus direncanakan dengan rinci dan seksama.
Bank X melakukan perencanaan pada segala aspek, diantaranya:
1. Budget plan
2. Data migration plan
3. Deployment plan (konversi/migrasi)
4. Familirization
5. Fallback plan
6. Post implementation plan
Saran
Perkembangan zaman dan operasional sebuah perusahaan, konversi/migrasi adalah sesuatu
yang harus dihadapi. Perencanaan yang baik dan komprehensif harus dilakukan, belajar dari
pengalaman adalah kegiatan dalam rangka mengurangi resiko yang akan terjadi. Melalui
tulisan ini penyusun menyarakan untuk dilakukan penelitian dengan penambahan pengalaman
beberapa ragam perusahaan (cross industry) dalam melakukan migrasi/konversi sistem
informasi. Dengan banyak kasus dari beragam perusahaan, maka hasil yang diharapkan adalah
semakin komprehensif dalam melakukan identifikasi proses dan permasalahan, sehingga dapat
disusun migration plan yang lebih komrehensif dan dapat digunakan lintas industri.
A
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. 2017. Ikhtisar Perbankan. http://www.bi.go.id/id/perbankan/ikhtisar/pengaturan/sistem-informasi/Contents/Default.aspx [diakses pada tanggal 18 Februari 2017].
Marlina, Chailani. 2014. Pengaruh Perubahan Core Banking System Terhadap Kinerja Karyawan Di Bank Syariah Mandiri Cabang Bogor. IPB. Bogor.
Maryanti, Desi. 2014. Proses Konversi Sistem Informasi di Dalam Perusahaan. IPB. Bogor. Mallach Effrem. 2009. Information System Conversion Strategies: A Unified View. International
Journal of Enterprise Information Systems, 5.1: 44-54.
Murdick, Robert G, Ross Joel E, Claggett James R. 1984. Information Systems for Modern Management. 3rd edition. Prentice-Hall, Inc., New Jersey.
Nasution, Hafiez. 2012. Core Banking System Migration. Sharing Vision. Bandung.
O’Brien A. J. 2008. Management Information Systems: Managing Information Technology in the E-Business Enterprises. 13th Edition. Irwin Inc. Boston.
O’Brien, A. J. and Marakas, G. 2011. Management Information Systems. New York: McGraw-Hill.
Rungga. 2014. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Penggunaan Core Banking Web Based. http://rungga.blogspot.co.id/2014/11/hal-hal-yang-harus-diperhatikan-dalam.html [diakses pada tanggal 18 Februari 2017].
Tezauri. 2016. Risk and Compliance Tezauri DWH. https://see.asseco.com/banking-and-finance/banking/risk-and-compliance/tezauri-dwh-535/ [diakses pada tanggal 18 Februari 2017].
top related