kumpulan perda karimun 2002
Post on 29-Nov-2015
175 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN
NOMOR 01 TAHUN 2002
TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KARIMUN
TAHUN ANGGARAN 2002
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KARIMUN, Menimbang :
Mengingat :
a
b
c 1 2
bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 88 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999; bahwa dengan berakhirnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Karimun Tahun Anggaran 2001; bahwa untuk memenuhi maksud huruf a dan huruf b diatas maka perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Karimun tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tahun Anggaran 2002. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonomi Kabupaten dalam Lingkungan Sumatera Tengah (Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 25); Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Sumatera Tk. I Sumatera Barat, Jambi dan Riau (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1646);
2
3 4 5 6 7 8 9
10
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3312) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3569): Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 tantang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun. Kabupaten Natunan, Kabupaten Kuantan Sengingi dan Kota Batam (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3902); Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1975 tentang Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah, Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Lembaran Negara Tahun 1975 Nomor 5 ); Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1997 tentang Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3693 ); Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan Kewenangan Pemerintah Propinsi sebagai Daerah Otonomi; Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan;
3
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah; Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dalam Pelaksanaan Dekosentrasi dan Tugas Pembantuan; Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah ; Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; Peraturan Pemerintah Nomor 110 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; Keputusan Presiden RI Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Instansi Pemrintah; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 1975 tentang Contoh-contoh Cara Peyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1978 tentang Penerimaan Sumbangan Pihak Ketiga Kepada Daerah; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1979 tentang Pelaksanaan Pengelolaan Barang Milik Pemerintah Daerah; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1985 tentang Pengurusan Pendapatan Daerah Hasil Pajak Bumi dan Bangunan; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1996;
4
22
23
24
25
26
27
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1997 tentang Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntuan Ganti Rugi Keuangan dan Barang Daerah; Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 570-360 tanggal 28 Oktober 1981 tentang Program Pembinaan Anggaran Daerah Pengendalian Kredit Anggaran;
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 903-1316 tanggal 18 September 1985 tentang Penyempurnaan Bentuk dan Susunan Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana telah diubah dengan Keputuan Menteri Dalam Negeri Nomor 903-617 tanggal 18 September 1988; Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 903 – 379 tanggal 11 April 1987 tentang Penggunaan Sistem Digit dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah serta Petunjuk Teknis Tata Usaha Keuangan Derah; Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 1998 tentang Bentuk dan Susunan Anggaran Pendapatan Daerah; Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor Kpts 131.24 - 009 tanggal 22 Maret 2001 tentang Pelantikan Bupati Karimun.
M E M U T U S K A N : Menetapkan : Peraturan Daerah Kabupaten Karimun Nomor 01
Tahun 2002 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2002.
Pasal 1
Jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Karimun Tahun Anggaran 2002 sebesar Rp. 356.810.013.431.80,- Terdiri dari : A. PENDAPATAN :
- Pendapatan : Rp.356.810.013.431.80,-
5
B. BELANJA - Rutin : Rp.182.237.511.401.80,- - Pembangunan : Rp.174.572.617.963.00,-
Pasal 2
Jumlah Urusan Kas dan Perhitungan adalah sebagai berikut : a. Pendapatan : Rp. 3.804.511.401.00,- b. Belanja : Rp. 3.804.511.401.00,-
Pasal 3
(1) Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tersebut pada pasal 1, sebagaimana Lampiran I Peraturan Daerah ini,
(2) Penggeseran Pasal-pasal Anggaran yang
diperkenankan sesuai dengan peraturan yang berlaku, sebagaimana Lampiran III Peraturan Daerah ini.
(3) Rincian lebih lanjut (1) Pasal ini, sebagaimana
lampiran Peraturan Daerah ini : a. Lampiran II : Pendapatan b. Lampiran IV : Belanja Rutin c. Lampiran V : Belanja Pembangunan
Pasal 4
Rincian Bagian urusan Kas dan Perhitungan pada pasal 2, sebagaimana Lampiran VI dan VII Peraturan Daerah ini.
Pasal 5 Lampiran –lampiran tersebut pada pasal 3 dan pasal 4 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
6
Pasal 6
Peraturan ini mulai berlaku pada setelah mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Karimun dan diberlakukan mulai awal Tahun Anggaran 2002. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerab ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Ditetapkan di Tanjung Balai Karimun Pada tanggal : 31 Januari 2002 BUPATI KARIMUN d.t.o H. MUHAMMAD SANI
Diundangkan dalam Lembaran Daerah Peraturan Daerah Kabupaten Karimun Nomor : 01 Tahun 2002 Tanggal : 4 Februari 2002
SEKRETARIS DAERAH d.t.o
Drs. MUHAMMAD TAUFIK Pembina Utama Muda Nip. 090013135
7
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN
NOMOR 02 TAHUN 2002
TENTANG
IZIN RETRIBUSI PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN BURUNG WALET
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KARIMUN,
Menimbang : Mengingat :
a.
b c
d
1
bahwa burung walet (Collocialia) merupakan salah satu satwa liar yang dapat dimanfaatkan secara lestari untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat; untuk menjamin kelestarian populasi dan jenis serta manfaatnya, maka perlu adanya pengaturan dalam pengelolaannya;
bahwa burung Walet yang bersarang di pinggir sungai, goa-goa alami / buatan, gedung-gedung dan bangunan lainnya merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Karimun yang cukup potensial yang dapat diatur dan dipungut; bahwa sehubungan dengan hal tersebut diatas dipandang perlu mengatur kembali Perizinan dan Tata Cara Pemanfaatan Burung Walet di habitat alami (in-situ) dan di habitat buatan (ex-situ) diluar kawasan hutan lindung dengan suatu Peraturan Daerah.
Undang-undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 112);
8
2
3
4
5
6
Undang-Undang Nomor : 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); Undang-Undang Nomor : 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah; Undang-Undang Nomor 53 : Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Sengingi dan Kota Batam;
Undang-Undang Nomor : 25 Tahun 2000 Kewenangan Pemerintah Daerah dan Propinsi, pasal 2 ayat 2 dan 3; Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 131.24-009 tanggal 22 Maret 2001 tentang Pengangkatan Bupati Karimun.
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KARIMUN
MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN
TENTANG IZIN DAN RETRIBUSI PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET.
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : (1) Daerah adalah Kabupaten Karimun ;
9
(2) Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten
Karimun; (3) Kepala Daerah Kabupaten adalah Bupati Karimun; (4) Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan
Kabupaten Karimun; (5) Izin adalah izin yang diberikan oleh Kepala Daerah
untuk setiap bangunan / lokasi yang akan, sedang atau telah, baik sengaja maupun tidak sengaja diperuntukan sebagai Pengelolaan dan Pengusahaan Burung Walet;
(6) Perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah
Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawaan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan;
(7) Izin ini dinamakan Izin Pengelolaan dan Pengusahaan
Sarang Burung Walet yang disebut juga dengan nama “Izin Pengelolaan dan Pengusahaan;
(8) 1 (satu) buah Izin Pengelolaan dan Pengusahaan
adalah Izin yang diterbitkan atas sebuah bangunan yang akan, sedang dan telah didirikan dengan luas lantai dasar maksimal 240 M² dengan ketentuan lebar =< (samam dengan atau lebih kecil) 4 M² dan ketinggian maksimal senagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Karimun tentang Rencana Umum Tata Ruang;
(9) Retribusi Izin adalah jasa pelayanan pemberian izin dan
pendaftaran ulan izin yang diberikan Pemerinath Daerah kepada orang atau Badan Hukum yang kegiatan usahanya dilokasi tertentu;
10
(10) Retribusi Perizinan tertentu adalah Retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam pemberian izin dana atau pendaftaran ulang izin oleh orang atau Badan Hukum yang dimaksud untuk pembinaan pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaaan Sumber Daya Alam Hayati, barang, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kelestarian lingkungan alam dan sosial.;
(11) Pengelolaan burung walet adalah rangkaian pembinaan
habitat alami dan populasi burung walet dihabitat alami dan diluar habitat alami seperti dalam bagunan / rumah baik sengaja atau tidak sengaja diperuntukan untuk itu:
(12) Burung Walet adalah satwa yang termasuk marga
Collocelia yaitu Coollocelia Fuchliap haga, Collocelia Maxina, Collocelia Esculanta dan Collocelia Linchi:
(13) Habitat alami Burung Walet adalah lingkungan tempat
Burung Walet hidup dan berkembang secara alami;
(14) Diluar habitat alami Burung Walet adalah lingkungan tempat Burung Walet hidup dan berkembang yang dipelihara dan dibudidayakan oleh Orang atau Badan Hukum dalam bangunan rumah / gedung;
(15) Kawasan Hutan Negara adalah Kawasan hutan lindung,
hutan produksi, kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam;
(16) Lokasi adalah suatu kawasan dengan ciri khas tertentu,
baik darat,udara maupun diperairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyanggah kahidupan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;
11
(17) Kawasan Suaka Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik didarat maupun diperairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyaggah kehidupan;
(18) Kawasan konservasi adalah kawasan dilindungi atau
dilestarikan;
(19) Pungutan adalah jenis kutipan yang oleh Pemerintah Daerah dalam rangka pemasukan uang bagi Kas Daerah karena jasa pelayanan pemberian Izin oleh Kepala Daerah;
(20) Surat Ketetapan Retribusi Daerah untuk selanjutnya
disngkat SKRD adalah Keputusan yang menentukan besarnya jumlah Retribusi yang terutang;
(21) Surat Setoran Retribusi Daerah untuk selanjutnya
disingkat SSRD adalah surat yang digunakan oleh wajib retribusi untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang terhutang ke Kas Daerah atau tempat lain yang ditetapkan oleh Kepala Daera;
(22) Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar untuk
selanjutnya disingkat SKRDKB adalah Keputusan yang menetukan besarnya jumlah Retribusi yang terhutang, jumlah kredit retribusi, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar;
(23) Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar
Tambah untuk selanjutnya disingkat SKRDKBT adalah keputusan yang menentukan tambahan atas sejumlah retribusi yang telah ditetapkan;
(24) Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar untuk
selanjutnya disingkat SKRDLB adalah keputusan yang menentukan tambahan;
12
(25) Surat Tagihan Retribusi Daerah untuk selanjutnya disingkat STRD adalah Surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda;
(26) Penyidik pidan dibidang Retribusi Daerah adalah
serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta menumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang Retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkany.
BAB II
BANGUNAN PEMERINTAH DAERAH, KAWSAN HUTAN NEGARA, KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN
KONSERVASI
Pasal 2 (1) Bangunan Pemerintah Daerah, Kawasan Hutan
Negara, Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Konservasi, yang dihuni dan bersarang padanya Burung Walet pengelolan dan pengusahaannya oleh Pemerintah Daerah;
(2) Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana diatur
dalam pasal 2 ayat (1) Peraturan Daerah ini ditetapkan berdasarkan Keputusan Kepala Daerah;
13
BAB III
TEMPAT DAN PENGUSAHAAN BURUNG WALET
Pasal 3
(1) Tempat pengelolaan dan pengusahaan burung walet ditetapkan diluar radius 5 (lima) Km dari pemusatan pemukiman masyarakat.
(2) Untuk menjaga dan meningkatkan keindahan kota, maka pengelolaan dan pengusahaan burung walet yang telah ada ditengah kota, diberikan waktu selambat-lambatnya 5 (lima) tahun untuk mengalihkannya ke lokasi sebagaimana dimaksud pada pasal 3 ayat 1 (satu).
(3) Untuk menjaga dan meningkatkan keindahan dan kenyamanan kota bangunan lantai 1 dan 2 yang diperuntukkan untuk pengelolaan dan pengusahaan sarang walet tidak dianjurkan ditempati, dihuni dan atau diusahai dan wajib diperbuat sedemikian rupa dengan membuat jendela dan hiasan lain layaknya sebagai rumah tempat tinggal.
(4) Yang dimaksud ditempati, dihuni dan atau diusahai sebagaimana diatur dalam pasal 3 ayat (1) Peraturan Daerah ini selain dari pengelolaan surung burung walet.
BAB IV
CIRI-CIRI ATAU TANDA-TANDA BANGUNAN / RUANGAN PERUNTUKAN
Pasal 4
(1) Ciri-ciri tanda-tanda bagunan/ruangan peruntukan pengusahaan dan pengelolaan sarang burng walet adalah sebagai berikut :
a. Bangunan diperbuat dengan bertigkat;
14
b. Diperbuat lobang angin guna sirkulasi udara yang
berbeda dengan rumah tempat tinggal biasa;
c. Lanta / dinding paling atas diperbuat lobang sedemikian rupa sebagai tempat keluar masuk burung walet;
d. Setiap dalam ruangan bagian ats dibuat lintangan
atau berebntuk rak dari kayu / almunium untuk tempat bersaranh walet;
(2) Bunyi-bunyian, tape atau kaset harus dimatikan saat
ibadah, kemalangan disekitarnya dan malam hari;
(3) Orang atau Badan yang memiliki Izin Pengelolaan dan Pengusahaan sarang Burung walet wajib membuat tulisa atau Merk sebagai berikut “Bangunan untuk Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet, Izin Bupati Karimun Nomor, Tanggal dan Tahun Penerbitan Izin”.
BAB V
KETENTUAN PERIZINAN
Pasal 5
(1) Setiap orang atau Badan Hukum Publik / Privat yang akan atau telah melakukan kegiatan atau memeprluas kegiatan usaha walet di Kabupaten Karimun wajib memiliki Izin;
(2) Untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud pada
pasal 5 ayat (1) yang berkepentingan harus mengajukan permohonan tertluis kepada Kepala Daerah diatas materai secukupnya;
15
(3) Dalam Surat permohonan tersebut harus dicantumkan dengan jelas nama, alamat, pekerjaan, jenis usaha serta luas ruangan / bangunan dan ketinggian bangunan yang dipergunakan untuk sarang burung walet;
(4) Pejabat / Instansi / Tim yang ditetapkan dengan
Keputusan Bupati untuk melaksanakan Peraturan Daerah ini sebelum memproses perizinan, harus meninjau lokasi peruntukan untuk studi kelayakan;
(5) Izin hanya dapat diberikan kepada orang atau Badan
Hukum yang kegiatan usahanya tidak mengganggu ketentraman, ketertiban, kesehatan maupun lingkungan hidup;
(6) Objek izin adalah semua jenis bagunan/rumah/gua yang
akan atau telah diperuntukan sebagai te,pat pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet yang berada dalam Kabupaten Karimun;
Pasal 6 (1) Tata cara dan syarat permohonan izin dan proses
pendaftaran ulang izin pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet ditetapkan oleh Bupati sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
(2) Setiap proses permohonan izin wajib membayar biaya
sebagai berikut :
a. Untuk setiap Izin Pengelolaan dan Pengusahaan atas Bangunan yang telah bersarang didalamnya burung walet dan telah menghasilkan (berproduksi) sebesar Rp. 3.500.000,- (tiga juta lima ratus ribu rupiah);
16
b. Untuk setiap Izin Pengelolaan dan Pengusahaan atas bangunan yang telah bersarang didalamnya burung walet tetapi belum menghasilkan (berproduksi) sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupaih);
c. Untuk setiap izin Pengelolaan dan Pengusahaan
atas Bangunan baru / lama yang belum bersarang didalamnya burung walet dan diperuntukan untuk pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah);
d. Untuk setiap Izin dan Pengusahaan atas Gedung /
bangunan yang akan didirikan yang dimaksudkan unruk pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet sebelum proses permohonan penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atas nama pemohon, sebelumnya wajib memiliki izin pengelolaan dan pengusahaan burung walet dengan biaya izin sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah);
e. Untuk setiap Izin Pengelolaan dan pengusahaan
atas Bangunan yang sedang didirikan / dibangun wajib memiliki izin pengelolaan dan pengusahaan burung walet dengan biaya sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiahj).
BAB VI
KETENTUAN WAKTU IZIN DAN KETENTUAN TANDA TERIMA
Pasal 8
(1) Izin yang dimaksud dalam pasal 5 (1) Peraturan Daerah
ini berlaku selama Pengelolaan dan Pengusahaan walet tersebut masih berjalan.
17
(2) Izin sebagaimana tersebut dalam pasal 5 ayat (1) ini wajib daftar ulang setiap tahun dalam rangka pengendalian dan pengawasan oleh Kepala Daerah;
(3) Pendaftaran ulang dilaksanakan selambat-lambatnya
setiap tanggal penerbitan izin tanpa dipungut bayaran;
(4) Semua penerimaan biay izin, baik balik nama diberikan tanda terima yang bentuk dan warnanya ditetapkan oleh Kepala Daerah;
(5) Semua penerimaan sebagaimana dimaksudkan dalam
pasa 8 ayat (4) disetor ke Kas Daerah melalui Dinas Pendapatan Daerah.
BAB VII
KETENTUAN PERUBAHAN / PENGALIHAN PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN
SARANG BURUNG WALET
Pasal 9
(1) Setiap memperluas bangunan sarang burung walet wajib melapor kepada Kepala Daerah untuk perubahan izin.
(2) Tiap-tiap pengalihan sarang burung walet dari / ke pihak lain dikenakan biaya sebesar Rp. 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah).
BAB VIII
PENCABUTAN DAN PEMBATALAN IZIN
Pasal 10
(1) Kepala Daerah dapat mencabut dan membatalkan izin yang diterbitkan apabila :
a. Ketertiban umum, keamanan, kesehatan lingkungan masyarakat terganggu;
18
b. Seseorang atau Badan Hukum sebagai pemegang izin tidak memenuhi dan mematuhi ketentuan yang berlaku;
c. Pemegang izin tidak membayar retribusi izin lewat dari pada satu tahun;
d. Lebih dari 6 (enam) bulan izin kepada Kepala Daerah;
e. Memindah tangankan izin kepada pihak lain tanpa persetujuan Kepala Daerah;
f. Apabila Pemerintah Daerah menetukan peruntukan lain terhadap lokasi dimaksud untuk pembangunan ataupun secara umum lainnya.
(2) Untuk menindaklanjuti pasal 10 ayat (1) huruf a s/d f
Peraturan Daerah ini, Kepala Daerah dapat melakukan penyegelan.
BAB IX
KETENTUAN RETRIBUSI
Pasal 11 (1) Retribusi adalah pelayanan yang diberikan atas
pemberian izin pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet atau pendaftaran ulang.
(2) Pembayaran Retribusi dilaksanakan setiap tahun.
Pasal 12 Subjek Retribusi adalah orang atau Badan Hukum yang mendapat dan atau memperoleh izin pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet.
19
BAB X
KETENTUAN GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 13
Retribusi Izin Pengelolaan dan Pengusahaan sarang burung walet termasuk golongan retribusi perizinan tertentu.
BAB XI
DASAR PENETAPAN RETRIBUSI
Pasal 14 Besarnya retribusi sebagaiman dimaksud dalam pasal 12 Peraturan Daerah ini didasarkan pada perhitungan sebagai berikut : a. Untuk setiap izin Pengelolaan dan Pengusahaan atas
Bangunan yang bersarang didlamnya burung walet dan telah berproduksi / menghasilan dengan perhitungan kurun waktu 1 (satu) tahun besarnya retribusi yang dibayar sebagai berikut : - 1 s/d 2 Kg Rp. 1.000.000,- - > 2.00 s/d 4 Kg Rp. 2.000.000,- - > 4.00 s/d 6 Kg Rp. 4.000.000,- - > 6.00 s/d 8 Kg Rp. 6.000.000,- - > 8.00 s/d 10 Kg Rp. 8.000.000,- - > 10 Kg keatas yaitu setiap kelebihan 0,1 Kg dikalikan
Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah). b. Untuk setiap Izin Pengelolaan dan Pengusahaan atas
Bangunan yang bersarang didalamnya burung walet dan belum berproduksibesarnya retribusi yang wajib dibayar sebesar Ro, 350.000,- (tiga ratus lima puluh ribu rupiah);
20
c. Untuk setiap Izin Pengelolaan dan Pengusahaan yang telah dikeluarkan atas bangunan yang diperuntukan untuk pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet dan pembangunannya sedang berlangsung besarnya retribusi yang wajib dibayar Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah);
d. Untuk setiap Izin Pengelolaan dan Pengusahaan yang
telah dikeluarkan atas bangunan yang diperuntukan untuk Pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet dan pembangunannya sedang berlangsung besarnya retribusi yang wajib dibayar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah).
Pasal 15
Pungutan sebagaimana dimaksdu dalam pasal 14 Peraturan Daerah ini disetor ke Kas Daerah melalui Bendaharawan Penerima Dinas Pendapatan Kabupaten Karimun.
BAB XII
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 16 Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD.
BAB XIII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 17 Wilayah pemungutan retribusi izin pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet adalah Daerah Kabupaten Karimun.
21
BAB XIV
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 18 (1) Pembayaran Retribusi yang terhutang harus dilunasi
sekaligus; (2) Retribusi yang terhutanh dilunasi selambat-lambatnya 15
(lima belas) hari kerja terhitung sejak tanggal diterbitkannya SKRD;
(3) Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat
pembayaran retribusi diatru dengan Keputusan Kepala Daerah.
BAB XV
PENGURANGAN KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 20
(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan
pembebasan retribusi; (2) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan
retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oelh Kepala Daerah.
BAB XVI
KADALUARSA
Pasal 21
Penagihan Retribusi, kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terhutangnya retribusi kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak
22
pidanan dibidang retribusi, kadaluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pasal ini tertangguh apabila : a. Diterbitkan Surat teguran; b. Adanya pengakuan hutang retribusi dari wajib retribusi
baik langsung maupun tidak langsung.
BAB XVII
TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KADALUARSA
Pasal 22 (1) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena
hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluarsa dapat dihapus.
(2) Kepala Daerah Menetapkan Keputusan pengahapusan
piutang retribusi Daerah yang sudaj kadaluarsa sebagaiman dimaksud ayat (1) pasal 1.
BAB XVIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 23
(1) Seseorang atau Badan Hukum sebagai pengelola dan
pengusaha sarang burung walet yang menunda pembayaran Retribusi izin sarang burung walet lebih 15 (lima belas) hari kerja sampai dengan 6 (enam) bulan dari tanggal yang telah ditetapkan, sehingga merugikan Keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah Retribusi terhutang;
23
(2) Seseorang atau Badan Hukum sebagai Pengelola dan Pengusaha sarang Burung Walet yang menunda pembayaran retribusi lewat dari 6 (enam) bulan smampai dengan 1 (satu) tahun dari tanggal yang telah ditetapkan sehingga merugiakan Keuangan Daerah diancam pidanan kurungan palaing lama 6 (enam) bulan dan denda paling banyak 4 (empat) kali retribusi terhutang.
Pasal 24
Barang siapa yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Daerah ini selain Pasal 14 huruf “a,b,c dan d diancam hukuman dengan hukuman h=kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) dengan merampas barang tertentu untuk Daerha.
BAB XIX
KETENTUAN PENYIDIK
Pasal 25
Selain Pejabat Penyidik yang bertugas menyidik tindak pidana, penyidikan atas tindak pidana sebagaimana tersebut dalam Peraturan daerah ini dapat juga dilakukan oleh Pejabat Penyidik Pengawas Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 26
Dalam melaksanakan tugas penyidikan, maka pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil mempunyai wewenang sebagai berikut :
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana;
24
b. Melakukan tindakan pertamam pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan;
c. Menuyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal dari tersangka;
d. Melakukan penyitaan benda dan atau surat; e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang; f. Memeriksa ditempat kejaidan; g. Mendatangkan tenaga ahli yang diperlukan dalam hal
yang ada hubungannya dengan pemriksaan; h. Mengadakan pengehntian penyidikan setelah mendapat
petunjuk dari penyidik, bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut buka merupakan tindak oidanan dan selanjutnya malui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka atau keluarganya;
i. Mengadakan tindakan lain yang dianggap perlu yang menurut hukum dapat dipertanggungngjawabkan,
BAB XX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 27
(1) Dengan berlakunya Perturan Daerah ini, maka semua ketentuan yang mengatur tentang sarang burung walet dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi;
(2) Hal-hal yang belum diatur dalm Peraturan Daerah ini
sepanjang mengenai pelaksanaannya akab diatru lebih lanjut oleh Kepala Daerah.
Pasal 28
Orang atau Badan Hukum yang telah atau sedang mendirikan bangunan dan diperuntukan sebagai Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung walet, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sesudah Peraturan Daerah ini diterbitkan harus telah memiliki izin.
25
Pasal 29 (1) Peraturan Daerah ini berlaku sejak tanggal diundangkan (2) Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah.
Ditetapkan di Tanjung Balai Karimun Pada tanggal 24 JANUARI 2002 BUPATI KARIMUN d.t.o H. MUHAMMAD SANI
Diundangkan dalam Lembaran Daerah Peraturan Daerah Kabupaten Karimun Nomor : 02 Tahun 2002 Tanggal : 4 Februari 2002
SEKRETARIS DAERAH d.t.o
Drs. MUHAMMAD TAUFIK Pembina Utama Muda Nip. 090013135
26
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 03 TAHUN 2002
TENTANG
PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KARIMUN, Menimbang : Mengingat :
a.
b.
c.
1.
Bahwa Pajak Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan Daerah yang potensial dalm penyelenggaraan Pemerintahaan Daerah dan Pembangunan Daerah;
bahwa berdasarkan pasal 2 ayat (2) huruh f Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000, tentang Perubahan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C merupakan jenis pajak Kabupaten/Kota;
bahwa untuk melaksanakan penyesuaian sebagaimana dimaksud huruf a dan b diatsas, perlu ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Karimun tentang Pajak Pengambilan Bahan Gailan Golongan C. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1956 jo Undang-undang Nomor 58 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat II Dalam Lingkungan Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Tengah (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 108 Tambahan Lembaran Negara Nomor 1643);
27
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Undang-undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 112 Tambahan Lembaran Negara Nomor 1646); Undang-undang Nomor 17 Tahun 1997 tentang Pajak Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 40 Tambahan Lembaran Negara 3684); Undang-undang Nomo 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 42 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3686); Undang-Undang Nomor : 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); Undang-Undang Nomor : 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah; Undang-Undang Nomor 53 : Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Sengingi dan Kota Batam;
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Perubahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048); Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah;
28
10.
11.
12.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1993 tentang Bentuk Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah Perubahan; Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 179 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah; Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 173 Tahun 1997 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pajak Daerah.
DENGAN PERSETUJUAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KARIMUN
MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN
TENTANG PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GAILAN GOLONGAN C.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kabupaten Karimun ; b. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah Kabupaten
Karimun beserta perangkat Daerah yang lain sebagai badan Eksekutif Daerah.
c. Kepala Daerah adalah Bupati Kabupaten Karimun.
29
d. Pejabat adalah pegawai yang diberikan tugas tertentu di bidang perpajakan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi mas, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis lembaga, bentuk usaha tetpa dan bentuk badan lainnya.
f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C yang
selanjutnya disebut Pajak adalah pajak atas kegiatan pengambilan bahan galian Golongan C sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
g. Eksploitasi bahan galian Golongan C adalah pengambilan bahan galian Golongan C dari subjek sumber alam dan atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.
h. Pemungutan adalah suatu rangkaian mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak. Penentuan besarnya pajak yang terhutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada wajib pajak.
i. Surat Pemebritahuan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SPTPD adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran Pajak, objek Pajak dan/atau bukan objek Pajak, dan/atay harta dan kewajiban, menurut peraturan perundang-undangan perpajakan Daerah.
j. Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat
SSPD adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutamg ke Kas Daerah atau tempat lainnya yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.
30
k. Surat Ketetapan Pajak Daeah, yang selanjutnya disingkat
SKPD adalah surat ketetapan uang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Nihil.
l. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, yang
selanjutnya disingkat SKPDKB adalah surat ketetaoan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredir pajak. Jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, jumlah sanksi administrasi, jumlah biaya penagihan, dan jumlah yang masih harus dibayar.
m. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya disingkat SKPDKBT adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
n. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya disingkat SKPDLB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.
o. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang selanjutnya disingkat SKPDN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarna dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
p. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat
STPD adalah surat untuk melakukan tagiahn pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.
q. Surat Paksa adlah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagiha Pajak Daerah.
31
r. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalah yulis, kesalahan hitunmg dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam pertauran perundang-undangan perpajakan Daerah yang terdapat dalam Surat Ketetapan Pajak Daerah, atau Surat Tagihan Pajak Daerahm atau Surat Keputusan Keberatan.
s. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap Surat Ketetapan Pajak Daerah, atau Surat Tagihan Pajak Daerah, atau Surat Keputusan Keberatan.
t. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, megolah data dan/atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Daerah.
u. Penyidikan tindak pidanan di bidang perpajakan daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil, yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidanan di bidang perpajakan Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
BAB II
NAMA, OBJEK DAN SUBJEK PAJAK
Pasal 2 (1) Dengan nama Pajak Pengambilan Bahan Galian
Golongan C, dipungut Pajak atas kegiatan eksploitasi bagan galian Golongan C.
(2) Objek Pajak adalah kegiatan eksploitasi bahan galian
Golongan C.
32
(3) Bahan Galian Golongan C sebagaimana dimaksdu pada ayat (2) meliputi : a. Asbes; b. Batu Tulis; c. Batu Setengah Permata; d. Batu Kapur; e. Batu Apung; f. Batu Permata; g. Bentonit; h. Dolomit;
i. Feldspar; j. Garam Batu (Halite); k. Grafit; l. Granit m. Gips; n. Kalsit; o. Kaolun; p. Leusit q. Magnesit; r. Mika; s. Marmer; t. Nitrat; u. Opsidien v. Oker; w. Pasir dan Kerikil; x. Pasir Kuarsa; y. Perlit; z. Phospat;
aa. Talk; ab. Tanah Serap (Fullers Earth); ac. Tanah diatome; ad. Tanah Liat; ae. Tawas (alum); af. Tras; ag. Yarosif; ah. Zeolit.
33
Pasal 3
(1) Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang mengeksploitasi atau mengambil bahan galian Gongan C.
(2) Wahib pajak adalah orang pribadi atau badan hukum
yang menyelenggarakan eksploitasi bahan galian Golongan C.
BAB III
DASAR PENGENAAN, TARIF PAJAK DAN CARA PENGHITUNGAN PAJAK
Pasal 4
(1) Dasar pengenaan Pajak adalah nilai jual hasil eksploitasi
bahan galian Golongan C (2) Nilai jual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung
dengan mengalikan volume/tonase hasil eksploitasi dengan harga pasar atau harga standar masing-masing jemis bahan galian Golongan C.
(3) Harga pasar atau harga standar untuk masing-masing
jenis bahan galian Golongan C sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Kepala Daerah.
Pasal 5
Besarnya Tarip Pajak ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen)
Pasal 6 Besarnya pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan Tarip Pajak sebagaimana dimaksud pada Pasal 5, dengan Dasar Pengenaan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1).
34
BAB IV
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 7 Pajak yang terutang dipungut di wilayah Kabupaten Karimun.
BAB V
MASA PAJAK, SAAT PAJAK TERUTANG DAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK DAERAH
Pasal 8
Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) bulan takwin.
Pasal 9
Pajak terutang dalam masa pajak, terjadi pada saat adanya kegiatan eksploitasi bahan galian Golongan C.
Pasal 10 (1) Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPTPD (2) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus
didisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Pajak atau Kuasanya, dan disampaikan kepada Kepala Daerah atau Pejabat seuai jangka waktu yang ditentukan.
(3) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus
disampaikan kepada Kepala Daerah selambat-lambatnya 20 (dua puluh) hari setelah berakhirnya masa pajak.
35
(4) Apabila pemyampaian SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (2), melampaui tanggal jatuh tempo sebagaimana dimaksud ayat (3), dikenakan sanksi adminstrasi sebesar Rp.50.000,00 (lima puluh ribu rupiah).
(5) Bentuk, isi dan tata cara pengisian SPTPD ditetapkan
oleh Kepala Daerah.
BAB VI
TATA CARA PEMBAYARAN PAJAK
Pasal 11
(1) Setiap Wajib Pajak wajib menghitng dan menyetor sendiri jumlah pajak terutang untuk suatu masa pajak sesuai ketentuan pasal 6, dengan tidak menggantungkan pada adanya Surat Ketetapan Pajak Daerah.
(2) Penyetoran pajak terutang sebagaimana dimaksdu pada
ayat (1), dilakukan ke Kas Daerah atau tempat lainnya yang ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan menggunakan SSPD.
(3) Apabila pembayaran pajak dilakukab di tempat lain yang
ditunjuk, hasil penerimaan oajak harus disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 X 24 jam ataupun dalam waktu yang telah ditentukan oleh Kepala Daerah;
(4) Penyetoran pajak terutang sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2), dilakukan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah berakhirnya masa pajak.
(5) Apabila pembayaran pajak dilakukan di tempat lain yang
ditunjuk, hasil menerimaan pajak dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.
36
(6) Apabila Kepala Daerah atau Pejabat mendapatkan bukti
bahwa jumlah pajak yang terutang menurut SPTPD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak benar, maka Kepala Daerah atau Pejabat berwenang menetapkan jumlah pajak terutang yang semestinya.
Pasal 12 (1) Dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sesudah saat
terhitungnya pajak, Kepala Daerah dapat menerbitkan : a. SKPDKB; b. SKPDKBT c. SKPDN
(2) SKPDKB sebagaimana dimaksdu pada ayat (1) huruf a,
dapat diterbitkan apabila :
a. Pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar, dengan mengenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan sejak saat terutangnya pajak;
b. Dari penelitian terhadapa SPTPD terdapat
kekurangan pambayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung, dengan mengenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak saat terutangnya pajak;
c. Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa
denda dan atau bunga;
d. Wajib tidak mengisi dan menyampaikan SPTPD sebagaimana dimaksud dengan pasal 10 ayat (1) dan (2), maka pajak yang terutang dihitung secara jabatan, dan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari
37
pokok pajak ditambah sanksi adminstrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan terhitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan sejak saat terutangnya pajak;
e. Dari hasil pemeriksaan dan atau penyidikan terdapat
kekurangan pembayaran pajak yang disebabkan adanya kealpaan atau kesengajaan dalam mengisis SPTPD secara tidak benar atau tidak lengkap sehingga merugikan keuangan Daerah, dan dikenakan sanksi sesuai ketentuan sebagaimana yang dimaksud pada pasal 29 ayat (1) dan (2).
(3) SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
diterbitkan apabila ditemukan data baru atau data yang semula belum terungkap yang mneyebabkan penambahan jumlah pajak yang terhutang, dan dikenakan sanksi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
(4) SKPDN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
diterbitkan apabila jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak, atau tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
(5) Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam
SKPDKB dan SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan b, tidak atau tidak sepenuhnya dibayar dalam jangka waktu yang telah ditentukan, ditagih dengan menerbitkan STPD ditambah dengan sanksi berupa bunga 2% (dua persen) sebulan.
(6) Penambahan jumlah pajak yang terutang sebagaimana
dimaksud ayat (3), tidak dikenakan pada wajib pajak apabula melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.
38
Pasal 13 (1) Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas (2) Kepala Daerah dapat memberikan persetujuan kepada
Wajib Pajak untuk mengangsur pajak terutang dalam kurun waktu tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan.
(3) Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar.
(4) Kepala Daerah dapat memberikan persetujuan kepada
Wajib Pajak untuk menunda pembayaran pajak sampai batas yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dengan dikenakan bunga 2% (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar.
(5) Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda
pembayaran serta tata cara pembayaran angsuran penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4) ditetapkan oleh Kepala Daerah.
Pasal 14 (1) Setiap pembayaran pajak sebagaimana dimaksdu dalam
pasal 11 ayat (2), diebrikan tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan pajak.
(2) Bentuk, jenis, isi, ukuran tanda bukti pembayaran dan
buku penerimaan pajak sebagaimana dimaksdu pada ayat (1), ditetapkan oleh Kepala Daerah.
39
BAB VII
TATA CARA PENAGIHAN PAJAK
Pasal 15 (1) Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang
sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 (tujh) hari sejak saat tanggal jatuh tempo penyampaian SPTPD sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (3).
(2) Wajib pajak harus menyampaikan SPTPD dalam waktu 7
(tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1).
(3) Apabila SPTPD tidak juga disampaikan dalam jangka
waktu sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2), Kepala Daerah atau Pejabat berwenang menetapkan jumlah pajak terutang secara jabatan.
(4) Wajib Pajak harus melunasi pajak yang terutang dalam
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal SKPD sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), dikeluarkan oleh Pejabat.
Pasal 16 (1) Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak
dilunasi dalam jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam SKPD, jumlah pajak yang harus dibayar ditagih dengan Surat Paksa.
(2) Pejabat meneribitkan Surat Paksa segera setelah lewat
30 (tiga puluh) hari sejak tanggal SKPD diterima oleh Wajib Pajak.
40
(3) Wajib Pajak harus melunasi pajak yang terutang dalam jangka waktu 2 X 24 (dua kali dua puluh empat) jam sejak Surat Paksa diterima oleh Wajib Pajak.
Pasal 17
Apabilan pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 X 24 (dua kali dua puluh empat) jam sebagaimana dimaskdu pada pasal 16 ayat (3), Pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Penyitaan.
Pasal 18
Setelah dilakukan penyitaan Wajib Pajak belum juga melunasi utang pajaknya, setelah lewat 10 (sepuluh) hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah Penyitaan, Pejabat mengajukan permintaan penetapan tanggal kepada Kantor Lelang Negara.
Pasal 19
(1) Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam dan tempat pelaksanaan lelang, juru sita memberitahukan dengan segera secara tertulis kepada Wajib Pajak tentang rencana pelaksanaan pelelangan barang yang disita.
(2) Hasil pelelangan akan diperhitungkan terlebih dahulu
dengan pajak yang terutang.
(3) Apabila terdapat kelebihan atau sisa dana hasil pelelangan sebagaimana dimaksud ayat (2), kelebihan atau sisa dana tersebut dikembalikan kepada Wajib Pajak.
(4) Apabila hasil pelelangan sebagaimana dimaksud ayat (2)
tidak dapat menutupi pajak yang terutang, Pejabat menerbitkan kembali Surat Perintah Penyitaan atas harta benda milik Wajib Pajak Lainnya yang mash ada.
41
Pasal 20 Bentuk, jenis dan isi formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan penagihan pajak Daerah ditetapkan oleh Kepala Daerah.
BAB VIII
TATA CARA PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN PAJAK
Pasal 21
(1) Kepala Daerah berdasarkan permohonan Wajib Pajak
dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak.
(2) Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan
pembebasan pajak sebagaimana dimaksud ayat (1), ditetapkan oleh Kepala Daerah.
BAB IX
TATA CARA PEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN KETETAPAN DAN DAN PENGHAPUSAN
ATAU PENGURANGAN SANKSI ADMINSTRASI
Psal 22 (1) Kepala Daerah karena jabatan atau atas permohonan
Wajib Pajak dapat :
a. Membetulkan SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan atau kekeliruan dalam penerapan peraturan perundang-undangan perpajakan Daerah;
42
b. Membatalkan atau mengurangkan ketetapan pajak yang tidak benar;
c. Menurangkan atau menghapuskan sanksi adminstrasi
berupa bunga dan denda kenaikan pajak yang terutang dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya.
(2) Permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan,
ketetapan, dan penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi atas SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (1), harus disampaikan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia oleh Wahib Pajak kepada Kepala Daerah, atau Pejabat selambat-lambatnya 30 (tuga puluh) hari sejak tanggal diterima SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD dengan memberikan alasan yang jelas, dan disertai bukti-bukti yang cukup.
(3) Kepala Daerah atau Pejabat paling lama 3 (tiga) bulan sejak surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diteriman, sudah harus memberikan keputusan.
(4) Apabila setelah lewat waktu 3 (tiga) bulan sebagaiman dimaksud pada ayat (3), Kepala Daerah atau Pejabat tidak memberikan keputusan permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan, dan penghapisan atau pengurangan sanksi adminstrasi, maka permohonan wajib pajak dianggap dibatalkan.
BAB X
TATA CARA PENYELESAIAN KEBERATAN BANDING
Pasal 23
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala Daerah atau Pejabat atas suatu :
a. SKPD; b. SKPDKB;
43
c. SKPDKBT; d. SKPDN.
(2) Permohonan keberatan sebagaimana dimaksdu ayat (1)
harus disampaikan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal SKPDKB, SKPDKBT dan SKPDN diterima oleh Wajib Pajak, kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.
(3) Kepala Daerah atau pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal surat permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus memberikan keputusan.
(4) Apabila setelah lewat wakti 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Kepala Daerah atau Pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan keberatan wajib pajak dianggap dikabulkan.
(5) Pengajuan keberatan dimaksud pada ayat (1) tidak menunda kewajiban membayar pajak.
Pasal 24
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan banding kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak dalam jangka waktu 1 (satu) bulan setelah diterimanya keputusan keberatan.
(2) Pengajuan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda kewajiban membayar pajak.
Pasal 25
Apabila pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 atau banding sebagaimana dimaksdu dalam pasal 24, dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan daru jumlah pajak yang lebih dibayar.
44
BAB XI
TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
Pasal 26
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan
pemgembalian kelebihan pembayaran pajak kepada Kepala Daerah atau Pejabat secara tertulis dengan menyebutkan sekurang-kurangnya:
a. Nama dan alamat Wajib Pajak; b. Masa pajak; c. Besarnya kelebihan pembayaran pajak; d. Alasan yang jelas; e. Bukti yang cukup.
(2) Kepala Daerah atau Pejabat dalam jangka waktu paling
lama 12 (dua belas) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilampaui, Kepala Daerah auat Pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan, dan SKPDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.
(4) Apabila Wajib Pajak mempunyai utang pajak lainnya,
kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang pajak dimaksud.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan
dalam waktu paling lama 2(dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP).
45
(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah lewat waktu 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB, Kepala Daerah atau Pejabat memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pajak.
Pasal 27 Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan utang pajak lainnya, sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat (4), pembayarannya dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.
BAB XII
KADALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 28 (1) Hak untuk melakukan penagih pajak, termasuk bunga,
denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak, kecuali apabila wajib melakukan tindak pidanan di bidang perpajakan daerah.
(2) Kadaluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksdu
pada ayat (1) teertangguh apabila :
a. Diterbitkan Surat Paksa; b. Ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik
langsung maupun tidak langsung. c. Diterbitkan SKPDKB sebagaimana dimaksud dalam
pasal 12 ayat (2), atau SKPDKBT sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (3).
46
BAB XIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 29
(1) Wajob pajak yang karena kealpannya tidak
menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau lengkap atau menyampaikan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah, dapat dipidanan kurungan paling lama 1(satu) tahun dan atau denda paling banyak 2 (dua kali jumlah pajak yang terutang.
(2) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan
SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau menyampaikan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak yang terutang.
(3) Setiap orang dengan sengaja menghalangi atau
mempersulit pemeriksaan atau penyidikan tindak pidana dibidang perpajakn Daerah, dipidana dengan pidanan kurungan paling lama 3 (tiga) tahun, dan denda paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh jta rupiah).
Pasal 30
Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada pasal 29 tidak dituntut setelah melapaui jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak saat tertutangnya pajak atau berakhitnya Masa Pajak.
47
BAB XIV
PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN
Pasal 31 (1) Wajib Pajak menyelenggarakan pembukuan sesuai
dengan prinsip pembukuan yang berlaku umum, sekurang-kurangnya meneyelenggarakan pencatatan nilai peredaran usaha ataau nilai penjualan atau nilai yang menjadi dasar pengenaan pajak.
(2) Pembukuan sebagaomana dimaksud ayat (1),
diselenggarakan dengan sebaik-baiknya, dan harus mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
(3) Pembukuan beserta dokumen-dokumen lainnya yang
berhubungan dengan kagiatan usaha atau pekerjaan dari Wajib Pajak harus disimpan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun.
Pasal 32 (1) Kepala Daerah atau Pejabat berwenang melakukan
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah, dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan peraturan perpajakan daerah.
(2) Untuk melakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), Kepala Daerah atau Pejabat dapat menunjuk petugas pemeriksa.
(3) Dalam melakukan pemeriksaan, petugas pemeriksa
harus memiliki tanda pengenal dan dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan serta memperlihatkannya kepada Wajib Pajak yang diperiksa.
48
(4) Surat Perintah Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diterbitkan oleh Kepala Daerah atau Pejabat.
(5) Wajib Pajak yang diperiksa wajib :
a. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar perhitungan pajak terutang.
b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat auat ruangan yang dipandang perlu, dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan.
c. Memberikan keterangan yang diperlukn secara benar, lengkap dan jelas.
(6) Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan atau dokumen serta kelengkapan yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakan, makan kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(7) Petugas pemriksa wajib menjaga kerahasiaan data atau
informasi Wajib Pajak.
(8) Tata cara pemeriksaan diatur dengan Keputusan Kepala Daerah.
BAB XV
PENYIDIKAN
Pasal 33 (1) Apabila dari hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud
pada pasal 32 ayat (1) ditemukan adanya indikasi atau bukti awal tindak pidana di bidang perpajakan daerah, Kepala Daerah atau Pejabat berwenang untuk melakukan penyidikan.
49
(2) Untuk melaksanakan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Daerah atau Pejabat dapat menunjuk Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
(3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah :
a. Memerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti
keterangan atau laporan nerkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan
mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang
pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakn daerah;
d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-
dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan
barang bukti berupa pembukuan. Pencatatan, dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka
pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidanan di Bidang perpajakan daerah;
50
g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak
pidana di bidang perpajakn daerah.
i. Memanggil seseorang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan;
k. Menghentikan penyidikan.
(4) Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) sebagaimana dimaksud ayat (3) membuat berita acara setiap tindakan tentang : a. Pemeriksaan tersangka: b. Pemasukan rumah; c. Pemeriksaan benda; d. Pemeriksaan surat; e. Pemeriksaan saksi; f. Pemeriksaan di tempat kejadian.
(5) Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (2)
memberitahukan dimulanya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketetentuan yang diatur dalam Undang-Undang nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
51
BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 34
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturn Daerah ini, sepanjang menyangkut teknis pelaksanaan akan diatur lebih lanjut oleh Keputusan Kepala Daerah.
Pasal 35
Peraturan Daerah ini, mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Berita Daerah Kabupaten Karimun.
Ditetapkan di Tanjung Balai Karimun Pada tanggal 24 JANUARI 2002 BUPATI KARIMUN d.t.o H. MUHAMMAD SANI
Diundangkan dalam Lembaran Daerah Peraturan Daerah Kabupaten Karimun Nomor : 03 Tahun 2002 Tanggal : 4 Februari 2002
SEKRETARIS DAERAH d.t.o
Drs. MUHAMMAD TAUFIK Pembina Utama Muda Nip. 090013135
52
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 04 TAHUN 2002
TENTANG
SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA
DINAS KESEJAHTERAAN SOSIAL KABUPATEN KARIMUN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KARIMUN,
Menimbang :
a.
b.
c.
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Paal 11 dan Pasal 68 ayat (1) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerag, maka dipandang perlu dibentuk Organisasi Perangkat Daerah;
bahwa salah satu Organisasi Perangkat Daerah adalah Dinas Kesejahteraan Sosial yang merupakan unsur penunjang Pemerintah Daerah; bahwa sehubungan dengan huruf a dan b diatas, dipandang perlu diatur dalam Peraturan Daerah tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Karimun. Undang-undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Swatantra tangkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau ( Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1822);
53
Mengingat :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Undang-undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 112 Tambahan Lembaran Negara Nomor 1646); Undang-undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial; Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Udang-undang Nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3893); Undang-undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kab. Rokan Hulu, Kab. Rokan Hilir, Kab. Siak, Kab. Karimun, Kab. Kuantan Sengingi dan Kota Batam (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3902);
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi (Lembaran negara Tahun 2000 nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
54
8. 9. 10. 11. 12.
Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 165); Peraturan Pemerintah nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 197, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4018); Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70); Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 50 Tahun 2000 tentang Pedoman Gugus Perangkat Daerah; Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor Kpts. 131.24.009 Tanggal 22 Maret 2001 tentang Pelantikan Bupati Karimun.
Dengan Persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Karimun
MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN
TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2002.
55
BAB I
KETETUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan daerah ini yang dimaksud dengan :
a. Daerah adalah Kabupaten Karimun.
b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Karimun.
c. Bupati adalah Bupati Karimun’
d. Dinas Kesejahteraan Sosial adalah Dinas Kesejahteraan
Sosial Kabupaten Karimun.
e. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Karimun.
f. Cabang Dinas adalah Cabang Dinas Kesejahteraan
Sosial Kabupaten Karimun.
g. Unit Cabang Teknis Dinas adalah unsur pelaksanaan teknis operasional Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Karimun.
h. Kelompok Jabatan Fungsional adalah kelompok jabatan
fungsional yang berada pada Dinas atau Cabang Dinas, Pekerja Sosial Panti dilingkungan UPT serta Pekerja Sosial Kecamatan (PSK).
i. Kesejahteraan Sosial adalah suatu tata kehidupan dan
penghidupan sosial material maupun spritual yang meliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga dan masyarakat dengan menjungjung tinggi hak-hak asasi menusia serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila.
56
j. Usaha Kesejahteraan Sosial adalah semua upaya,
program dan kagiatan yang ditujukan untuk mewujudkan, membina, memotivasi, memulihkan dan mengembangkan kesejahteraan sosial.
k. Panti Sosial adalah adalah tempat dimana pelayanan
sosial dilaksanakan, yakni mulai dari penerimaan sampai dengan pembinaan lebih lanjut.
BAB II
PEMBENTUKAN
Pasal 2
Dengan Peraturan Daerah ini, dibentuk Dinas Kesejahteraan Sosial sebagai Perangkat Daerah Kabupaten Karimun.
BAB III
KEDUDUKAN
Pasal 3
(1) Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten merupakan unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten.
(2) Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten dipimpin oleh
seorang Kepala yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
Pasal 4
T U G A S
Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan otonomi daeerah di bidang Kesejateraan Sosial.
57
Pasal 5
F U N G S I Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 4, Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten mempunyai fungsi ;
a. Perumusan Kebijaksanaan teknis dibidang Kesejahteraan Sosial Kabupaten;
b. Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum;
c. Pembinaan terhadap Unt Pelaksanaan Teknis Dinas dan
Cabang Dinas dibidang Kesejahteraan Sosial Kabupaten;
d. Pengelolaan urusan ketatausahaan dinas.
Pasal 6
K E W E N A N G A N
Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada Pasal 5, Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten mempunyai kewenangan sebagai berikut : a. Penyelenggaraan Usaha Kesejahteraan Sosial; b. Pelestarian nilai-nilai kejuangan dan kepahlawanan; c. Bantuan Kesejahteraan masyarakat bagi anak terlantar,
lanjut usia dan penyandang sosial; d. Penberian izin pengumpulan uang, barang dan
sumbangan lainnya; e. Penyelenggaraan pelayanan dan rehabilitasi serta bantua
sosial, perlindungan sosial dan penyandang masalah kesejahteraan sosial;
f. Penyelenggaraan perlindungan masyarakat dan hak asasi manusia;
g. Penyelenggaraan penanggulangan bencana; h. Penyelenggaraan sistem penganugrahan tanda
kehormatan / jasa;
58
i. Penyelenggaraan sistem pelayanan sosial termasuk sistem jaminan dan rehabilitasi sosial;
j. Pemeliharaan Taman Makam Pahlawan Daerah; k. Penetapan Kebijakan dibidang kesehateraan sosial untuk
mendukung pembangunan Daerah; l. Penyusunan rencana Daerah dibidang sosial; m. Pemberian izin oleh Daerah dibidang sosial; n. Penyelenggaraan dan pengawasan dan kerjasama
bidang kesejahteraan sosial.
BAB IV
SUSUNAN ORGANISASI
Pasal 7 (1) Susunan Organisasi Dinas Kesejahteraan sebagai
berikut :
a. Kepala Dinas; b. Bagian Tata Usaha, membawahi :
1) Sub Bagian Keuangan; 2) Suba Bagian Kepegawaian; 3) Sub Bagian Perlengkapan; 4) Sub Bagian Umum.
c. Sub Dinas Pemberdayaan Sosial, membawahi :
(1) Seksi Bimbingan Penyuluhan Sosial; (2) Seksi Bina Lembaga Sosial; (3) Seksi Pengendalian, Pengawasan dan
Pengumpulan Dana Bantuan Sosial.
d. Sub Dinas Pelayanan Sosial, membawahi : (1) Seksi Kesejahteraan Anak dan Keluarga; (2) Seksi Lanjut Usia dan Jompo; (3) Seksi Bina Pengawasan Panti Sosial dan
Bimbingan Keluarga Miskin.
59
e. Sub Dinas Rehabilitasi Sosial, membawahi : (1) Seksi Rehabilitasi Penyandang Masalah Sosial; (2) Seksi Rehabilitasi anak Nakal, Korban dan Bekas
Hukuman; (3) Seksi Penyantunan dan Penyandang Cacat.
f. Sub Dinas Bantuan Sosial, membawahi:
(1) Seksi Bantuan Sosial; (2) Seksi Pahlawan dan Perintis Kemerdekaan; (3) Seksi Perlindungan dan HAM.
g. Cabang Dinas; h. Unit Pelaksanan Teknis Daerah; i. Kelompok Jabatan Fungsional.
(2) Bagan Susunan Organisasi Dinas Kesejahteraan Sosial
Kabupaten sebagaimana terlampir dalam Peraturan Daerah ini.
BAB V
TATA KERJA
Pasal 8
Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Dinas, Kepala Bagian, Kepala Sub Dinas, Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi melaksanakan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplikasi baik dalam lingkungan masing-masing organisasi maupun antar satuan organisasi sesuai dengan tugas masing-masing.
Pasal 9
(1) Kepala Dinas berkewajiban melaksanakan tugasnya berdasarkan peraturan yang ditetapkan.
(2) Kepala Dinas berkewajiban memberikan petunjuk, membina, membimbing dan mengawasi pekerjaan unsur pembantu dan unsur pelaksana yang berada dibawahnya.
60
(3) Setiap unit kerja dilingkungan Dinas wajib menyampaikan laporan pelaksanaan tugas secara berkala kepada atasannya.
BAB VI
K E P E G A W A I A N
Pasal 10
(1) Kepala Dinas wajib menyampaikan laporan pelaksanaan tugas secara berkala kepada Bupati dengan tembusan kepada Gubernur Raiu dan Menteri Dalam Negeri.
(2) Pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian serta susunan kepegawaian Dinas diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB VII
P E M B I A Y A A N
Pasal 11
Sumber-sumber pembiayaan Dinas dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Karimun, subsidi atau bentua Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi Riau serta bantuan dari lembaga lain yang sah.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 12
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati, menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
61
Pasal 13
(1) Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal
diundangkan. (2) Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan
pengundangannya dengan penempatan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Karimun.
Disahkan di Tanjung Balai Karimun pada tanggal 05 Maret 2002 BUPATI KARIMUN d.t.o H. MUHAMMAD SANI
Diundangkan dalam Lembaran Daerah Peraturan Daerah Kabupaten Karimun Nomor : 04 Tahun 2002
Sekretaris Daerah Pelaksana Tugas
d.t.o
ABDUL GANI, SH
PEMBINA TK.I NIP. 110020884
62
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN
NOMOR 05 TAHUN 2002
TENTANG
PENGELOLAAN KAWASAN KHUSUS PARIWISATA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KARIMUN, Menimbang :
a.
b.
bahwa pelaksanaan otonomi daerah yang luas, nayat dan bertanggungjawab berdasarkan ketentuan pasal 19 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, kewenangan Daerah Kabupaten mencakup kewenangan pengelolaan kawasan pariwisata, dalam menggali dan mengoptimalkan sumber-sumber perndapatan asli daerah di sektor hiburanj, dan kewenangan dalam memberikan izin terhadap bentuk-bentuk hiburan dalam kawasan khusus pariwisata;
bahwa Kawasan Khusus Pariwisata terbuka terhadap perlintasan budaya domestik dan mancanegara serta potensial mendatangkan investasi dan keuangan komersial yang berdampak positif terhadap pendapatan asli daerah, dipandang perlu mengatur izin pengelolaan Kawasan Khusus Pariwisata di Kabupaten Karimun;
63
Mengingat :
c.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a dan b diatas perlu membentuk Peraturan Daerah Kabupaten Karimun tentang Pengelolaan Kawasan Khusus Pariwisata di Kabupaten Karimun; Undang-undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Swatantra tangkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau ( Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1822); Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi (Lembaran negara Tahun 2000 nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70); Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor Kpts. 131.24.009 Tanggal 22 Maret 2001 tentang Pelantikan Bupati Karimun..
64
Dengan Persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Karimun
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN
TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2002.
BAB I
KETETUAN UMUM
Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kabupaten Karimun; b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten
Karimun;
c. Kepala Daerah adalah Bupati Karimun;
d. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Karimun;
e. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan Wisata termasuk Kepengusahaan Objek dan Daya Tarik wisata;
f. Kawasan Kusus Pariwisata adalah Kawasan Khusus
pariwisata dan Tempat Hiburan umum yang terletak di Kabupaten Karimun;
65
g. Izin Pengelolaan adalah Izin Pengelolaan Kawasan Khusus Pariwisata dan Tempat Hiburan Umum;
h. Hiburan adalah segala jenis pertunjukan dan atau
keramaian, kesenian, olahraga, pusat kebugaran dan atau permainan, bagi yang berhak termasuk yang dapat dinikmati oleh pengunjung tertentu diruang khusus yang terlarang dimasuki pengunjung umum didalam areal Kawasan Khusus Pariwisata;
i. Pengelola adalah investor yang memenuhi persyaratan
menjadi Pengelola Kawasan Khusus Pariwisata dan Tempat Hiburan Umum;
j. Tempat Hiburan Umum adalah yang didalamnya
diadakan pula permainan-permainan Ketangkasan dan Hiburan serta permainan internet;
k. Polisi Republik Indonesia disingkat POLRI adalah Polisi
Republik Indonesia Resort Kepolisian Kepri Barat;
l. Investor adalah penanggungjawab pendanaan pengelolaan Kawasan Khusus Pariwisata dan Tempat Hiburan Umum;
m. Badan Hukum adalah Badan yang dibentuk oleh investor
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia untuk melaksanakan fungsi-fungsi pengelolaan kawasan Khusus Pariwisata dan Tempat Hiburan Umum.
BAB II
KEDUDUKAN, PENGELOLA DAN TEMPAT
Pasal 2 (1) Kawasan Khusus Pariwisata berkekdudukan sebagai unit
kegiatan bidang kepariwisataan berada dibawah pembinaan Bupati atau pejabat lain yang ditunjuk.
66
(2) Kawasan Khusus Pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dikelola oleh badan yang dibentuk khusus untuk keperluan itu.
(3) Kawasan Khusus Pariwisata sebagaimana pada ayat (1)
dan (2) pasal ini dibangun di Kabupaten Karimun diatas areal sekurang-kurangnya seluas 100 hectare, dengan ketentuan sebagai berikut ; a. Jarak 5 km dari Pemukiman Penduduk; b. Berada disalah satu pulau Karimun, Kundur Moro.
Pasal 3 (1) Pejabat lain sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat
(1) ialah pejabat yang memimpin unit kerja dilingkungan Pemerintah Daerah yang mengurusi kepariwisataan.
(2) Badan sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat (2)
berbentuk badan hukum perdata yang didirikan oleh investor dengan tujuan:
a. Menyusun program, menggencarkan promosi untuk
menarik pengunjung dan melaksanakan segala kegiatan hiburan;
b. Mengapresiasikan corak budaya dunia yang beraneka
ragam, melestarikan budaya nusantara dan budaya daerah;
c. Memudahkan pengendalian dan penertiban terhadap
dampak dari segala permainan berwatak judi gelap dan menfasiliyasi penyaluran hobi orang-orang kaya yang suka permainan pertaruhan, tidak untuk mengejar keuntungan;
d. Meningkatkan infrastuktur bidang kepariwisataan
untuk pemenuhan kebutuhan tempat rekreasi bermutu bagi seluruh masyarakat Kabupaten Karimun sebagaimana yang dimaksud pada pasal 7 ayat (7);
67
e. Meningkatkan pendapatan asli daerah guna membiayai pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Karimun.
BAB III
PROSEDUR PEMBERIAN IZIN
Pasal 4
Pengelola sebelum memulai kegiatan hiburan dan keramaian didalam areal Kawasan Khusus Pariwisata, melengkapi persyaratan administrasi dengan surat izin.
Pasal 5
Surat izin sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 diberikan oleh bupati kepadal pengelola.
Pasal 6
Jenis-jenis izin pengelolaan Kawasan Khusus Pariwisata terdiri dari ; a. Izin Prinsip; b. Izin Pengelolaan; c. Izin Khusus.
Pasal 7
(1) Izin Prinsip sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 huruf a, diberikan kepada pengelola sebelum surat perjanjian kerjasama dibuat dan berlaku sebagai rekomendasi kepada pengelola dalam mengurus persiapan-persiapan teknis administrasi pengelolaan Kawsan Khusus Pariwisata
(2) Izin Pengelolaan sebagaimana dimaksud Pasal 6
huruf b Peraturan Daerah ini, diberikan kepada pengelola setelah surat perjanjian kerjasama antara Bupati dan Investor ditandatangani dan semua syarat adminstrasi dipenuhi.
68
(3) Izin Khusus sebagaimana dimaksud pada Pasal 6
huruf c Peraturan Daerah ini, diberikan kepada pengunjung yang akan memasuki areal tertentu dalam Kawasan Khusus Pariwisata yang ditetapkan sebagai ruang terlarang untuk dimasuki masyarakat umum.
(4) Izin-izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
(2) pasal ini diberikan oleh Bupati.
(5) Izin Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pasal ini diberikan oleh pengelola.
(6) Areal tertentu dalam Kawasan Khusus Pariwisata
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pasal ini tertutup untuk dimasuki oleh : a. Anak sekolah, pelajar dan mahasiswa; b. Penduduk Kabupaten Karimun; c. Pengawai Negeri Sipil serta Tentara Nasional
Indonesia serta Polisi Republik Indonesia yang tidak sedang bertugas didalam areal tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat ini.
(7) Pengunjung areal tetentu yang mendapat izin khusus
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pasal ini ialah : a. Wisatawan dari mancanegara serta domestik; b. Anggota tetap klub Kawasan Khusus Pariwisata
dan; c. Orang lain yang mendapat izin khusus.
(8) Didalam ruang tertentu sebagaimana dimaksud pada
pasal 7 ayat (5) Peraturan Daerah ini orang dapat menikmati segala macam hiburan termasuk permainan yang dizinkan.
(9) Setiap orang yang memasuki seluruh areal Kawasan
Khusus Pariwisata wajib memiliki kartu tanda masuk.
69
Pasal 8 Surat Izin Pengelolaan Kawasan Khusus Pariwisata sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 Peraturan Daerah ini, diberikan untuk jangka waktu sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun atau selama-lamanya 30 (tiga puluh) tahun dan setelah jangka waktu itu berakhir, dapat diperpanjang selama 15 (lima belas) tahun untuk tiap perpanjangan.
BAB IV
SYARAT-SYARAT KERJASAMA
Pasal 9 (1) Investor yang memenuhi syarat menjadi pengelola
Kawasan Khusus Pariwisata wajib menyediakan lahan sekurang-kurangnya 100 hectare yang sudah mempunyai bukti hak.
(2) Lokasi Kawasan Khusus Pariwisata dibangun disalah
satu lokasi di Kabupaten Karimun sesuai pada pasal 2 ayat 3.
(3) Lokasi Kawasan Khusus Parieisata dubangun hanya
disatu tempat.
(4) Ketentuan penunjukan pengelola dan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) pasal ini diatur dengan Keputusan Bupati.
Pasal 10 Pengelola Kawasan Khusus Pariwisata oleh pengelola dilakukan atas kesepakatan yang dituangkan didalam suatu perjanjian kerjasama antara Pemerintah Daerah dan investor.
70
Pasal 11
(1) Surat perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 Peraturan Daerah ini memuat kesepakatan yang menjadi hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam pengelolaan Kawasan Khusus Pariwisata.
(2) Konstribusi hasil pengelolaan Kawasan Khusus Pariwisata diwujudkan dalam bentuk pajak dan atau retribusi kepada daerah serta dapat dalam bentuk bagi hasil keuntungan sesuai dengan kesepakatan.
(3) Ketentuan perhitungan proporsi konstribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini diatur dalam surat perjanjian kerjasama.
Pasal 12
Pengelola diberi kewenangan menyelenggarakan semua jenis kegiatan didalam Kawasan Khusus Pariwisata setelah memenuhi semua persyaratan.
Pasal 13
(1) Pengelola Kawasan Khusus Pariwisata wajib menjaga ketertiban dan ketentraman masyarakat didalam dan disekitar lokasi Kawasan Khusus Pariwsata.
(2) Pemeliharaan ketentraman dan ketertiban didalam lingkungan Kawasan Khusus Priwisata dilakukan oleh satuan pengamanan yang dibentuk oleh pengelola serta berada dalam sistem pengendalian dan pembinaan POLRI.
(3) Dalam melaksanakan kegiatan, pengelola wajib tunduk pada ketentuan Peraturan Daerah dan semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
71
BAB V
PENGAWASAN, PEMERIKSAAN DAN PEMBINAAN
Pasal 14 Bupati atau pejabat yang ditunjuk berwenang melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan peneglolaan Kawasan Khusus Pariwisata.
Pasal 15 (1) Apabila ditemukan permasalahan sebagai hasil
pengawasan terhadap pengelolaan kegiatan Kawasan Khusus Pariwisata, bupati atau pejabat yang ditunjuk melakukan pemeriksaan dan menyampaikan konsep penyelesaian dalam rapat kerja DPRD.
(2) Kewenangan Bupati atau pejabat yang ditunjuk
melakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 16
Bupati atau pejabat yang ditunjuk melakukan evaluasi dan pembinaan terus menerus kepada pengelola dalam menjamin kelansungan pelaksanaan fungsi dari Kawasan Khusus Pariwisata.
72
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 23 (1) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan
Daerah sepanjang mengenai pelaksaannya, akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Buapti.
(2) Semua peraturan perundang-undangan serta
peraturan-peraturan lain setingkat dan bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini, dinayatakan tidak berlaku.
(3) Dengan diundangkannya Peraturan Daerah ini,
segala peredaran kupon atau sejenisnya yang tidak memiliki izin dan atau bertentangan dengan Peraturan Daerah ini, wajib dihentikan.
73
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 24
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Karimun.
Disahkan di : Tanjung Balai Karimun pada tanggal : 27 Mei 2002 BUPATI KARIMUN d.t.o H. MUHAMMAD SANI
Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Karimun Nomor 05 Tahun 2002 Tanggal 4 Juni 2002 SEKRETARIS DAERAH d.t.o Drs. MUHAMMAD TAUFIK Pembina Utama Muda Nip. 090013135
74
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN
NOMOR 06 TAHUN 2002
TENTANG
PELANGGARAN KESUSILAAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KARIMUN, Menimbang :
Mengingat :
a.
b.
c.
1.
bahwa semakin banyaknya pelanggaran kesusilaan yang berkembang selama ini yang berdampak negatif terhadap moral / mental kualitas fisik masyarakat dan martabat bangsa di Kabupaten Karimun;
bahwa untuk kepentingan keamanan dan ketentraman masyarakat Kabupaten Karimun dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat dalam permasalahan-permasalahan pelanggaran kesusilaan dipandang perlu adanya penertiban; bahwa untuk memenuhi maksud huruf a dan b diatas maka perlu diatur dengan Peraturan Daerah tentang Pelanggaran Kesusilaan; Undang-undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Swatantra tangkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau ( Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1822);
75
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Undang-undang Nomor 6Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial; Undnag-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHP; Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi (Lembaran negara Tahun 2000 nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70); Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor Kpts. 131.24.009 Tanggal 22 Maret 2001 tentang Pelantikan Bupati Karimun..
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KARIMUN
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN
TENTANG PELANGGARAN KESUSILAA.
76
B A B I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah in yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Karimun. 2. Kepala Daerah adalah Bupati Karimun.
3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten
Karimun.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Karimun.
5. Dinas Sosial adalah Dinas Sosial Kabupaten Karimun.
6. Pelanggaran Kesusilaan adalah segala perbuatan, sikap
dan tingkah laku yang dengan senagaja dilakukan dimuka umum yang dapat merusak kesopanan utamanya berkaitan dengan kegiatan prostitusi.
7. Prostitusi adalah Pertukaran hubungan seksual dengan
uang ataupun hadiah-hadiah tertentu sebagai suatu transaksi perdagangan.
8. Rehabilitasi Sosial Kesusilaan adalah suatu proses
refungsionalisasi dan pengembangan untuk mengarahkan para pelanggaran kesusilaan, agar mampu kembali malaksanakan fungsi sosial secara wajar dan bermartabat dalam kehidupan bermasyarakat.
77
B A B II
KETENTUAN LARANGAN
Pasal 2
(1) Dalam Daerah Kabupaten Karimun, siapapun dilarang
melakukan pelanggaran Kesusilaan; (2) Larangan dimaksud ayat (1) pasal ini, berlaku bagi
siapapun yang karena perbuatan, sikap dan tingkah lakunya patut diduga : a. Menawarkan diri sendiri, menyediakan diri sendiri
atau turut serta dan atau membantu untuk melakukan kagiatan prostitusi;
b. Menawarkan diri orang lain, menyediakan diri sendiri atau turut serta dan atau membantu untuk melakukan kegiatan prostitusi;
c. Menyediakan tempat, dan mencari, mendatangkan, mengurus atau menfasilitasi untuk melakukan kegiatan prostitusi;
d. Melakukan perbuatan, sikap dan tingkah laku yang mengarah kepada pelanggaran kesusilaan ditempat-tempat umum;
e. Mempertunjukkan atau menempelkan tulisan yang dapat terbaca maupun gambar-gambar atau benda lainnya yang melanggar kesopanan.
(3) Membantu dan atau melindungi berlangsungnya
pelanggaran Kesusilaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada pasal ini.
78
BAB III
KETENTUAN PENINDAKAN
Pasal 3 (1) Pemerintah Daerah berwenang menutup tempat-tempat
yang diduga terbukti digunakan untuk Pelanggaran Kesusilaan.
(2) Penanggung Jawab dan atau pemilik tempat-tempat yang
telah ditutup sebagaimana pada ayat (1) pasal ini, dilarang melakukan kegiatan usahanya sampai ada keputusan lebih lanjut dari Pemerintah Daerah atau pihak berwenang.
BAB IV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 4 (1) Barang siapa yang sengaja melanggar terhadap
ketentuan-ketentuan Pasal 2 Peraturan Daerah ini, diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan, dan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah).
(2) Tindak Pidana dimaksud ayat (1) Pasal ini adalah
Pelanggaran.
79
BAB V
PENYIDIKAN
Pasal 5 (1) Penyidikan terhadap pelanggaran sebagaimana
dimaksud Pasal 4 ayat (2) Peraturan Daerah in dilaksanakan oleh penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
(2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, para penyidik
sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini berwenang : a. Menerima Laporan atau pengaduan dari seseorang
tentang adanya pelanggaran Kesusilaan; b. Melakukan tindakan pertama ditempat kejadian serta
melakukan pemeriksaan; c. Berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda
pengenal diri tersangka; d. Melakukan tindakan yang dapat
dipertanggungjawabkan sesuai ketentuan yang berlaku;
e. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
f. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
g. Mengadakan pengehentian atas penyidikan setelah dinyatakan tidak cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan pelanggaran kesusilaan.
h. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang berlaku, sesuai dengan lingkup bidang tugas dan fungsi kewenangannya.
80
BAB VI
PEMBINAAN
Pasal 6 Pemerintah Daerah berkewajiban menyelenggarakan pembinaan ketertiban dalam Wilayah Kabupaten Karimun melalui usaha Preventif, Represif dan Rehabilitatif.
Pasal 7 (1) Usaha Preventif dimaksud untuk mencegah timbulnya
Pelanggaran Kesusilaan dalam masyarakat, yang ditujukan kepada perorangan maupun kelompok masyarakat yang diperkirakan menjadi sumber timbulnya Masalah Tuna Susila.
(2) Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini
dilakukan anatar lain dengan : a. Penyuluhan dan Bimbingan Keagamaan; b. Penyuluhan dan bimbingan Sosial; c. Pembinaan Sosial; d. Peningkatan Derajat Kesehatan.
Pasal 8 (1) Usaha Represif dimaksud untuk mengurangi dan atau
meniadakan tindakan Pelanggaran Kesusilaan. (2) Usaha Represif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
pasal ini meliputi : a. Razia; b. Penampungan sementara untuk seleksi; c. Pelimpahan.
81
(3) Razia dapat dilakukan sewaktu-waktu baik oleh pejabat yang berwenang terbatas dan dilaksanakan bersama-sama dengan Kepolisian.
(4) Razia dapat juga dilakukan oleh pejabat yang diberi
wewenang terbatas dan dillaksanakan bersama-sama dengan Kepolisian.
Pasal 9 Pelaku Pelanggaran Kesusilaan yang terkena Razia ditampung dalam penampungan sementara untuk di seleksi.
Pasal 10 Seleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dimaksud untuk menetapkan kwalifikasi para Pelanggaran Kesusilaan dan sebagai dasar untuk menetapkan tindakan Rehabilitatif selanjutnya yang terdiri dari : a. Dilepaskan dengan syarat; b. Dimasukkan dalam Panti Sosial Karya Wanita (PSKW); c. Dikembalikan kepada Keluarga; d. Diserahkan ke Pengadilan.
B A B VII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 11 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanannya akan ditetapkan kemudian oleh Bupati Karimun.
82
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 12 Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Karimun.
Disahkan di Tanjung Balai Karimun Pada tanggal 27 Mei 2002
BUPATI KARIMUN d.t.o H. MUHAMMAD SANI
Diundangkan Lembaran Daerah Kabupaten Karimun Nomor 06 Tahun 2002 Tanggal 4 Juni 2002
SEKRETARIS DAERAH d.t.o
Drs. MUHAMMAD TAUFIK Pembina Utama Muda Nip. 090013135
83
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN
NOMOR 07 TAHUN 2002
TENTANG
SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN
MASYARAKAT KABUPATEN KARIMUN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KARIMUN, Menimbang :
Mengingat :
a.
b.
c.
1.
bahwa untuk melaksanakan ketetentuan Pasal 11 dan Pasal 68 ayat (1) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka dipandang perlu dibentuk Organisasi Perangkat Daerah;
bahwa salah satu Organisasi Perangkat adalah Badan Pemberayaan dan Perlindungan Masyarakat yang merupakan unsur penunjang Pemerintah Daerah; bahwa sehubungan dengan huruf a dan b diatas, dipandang perlu diatur dalam Peraturan Daerah tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Karimun; Undang-undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Swatantra tangkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau ( Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1822);
84
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);
Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3893); Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Sengingi dan Kota Batam (Lembaran Negara Tahun 1999 nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3902); Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi (Lembaran negara Tahun 2000 nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 165); Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 197, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4018);
85
9.
10.
11.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Keputusan Presiden; Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 50 Tahun 2000 tentang Pedoman Gugus Organisasi Perangkat Daerah; Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor Kpts. 131.24.009 Tanggal 22 Maret 2001 tentang Pelantikan Bupati Kaimun.
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KARIMUN
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN
TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT.
B A B I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah in yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kabupaten Karimun. b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten
Karimun. c. Bupati adalah Bupati Karimun.
86
d. Badan Pemberdayaan dan Perlindungan Masyarakat adalah Badan Pemberdayaan dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Karimun.
e. Kepala Badan adalah Kepala Badan Pemberdayaan dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Karimun.
f. Kelompok Jabatan Fungsional adalah Kelompok yang melaksanakan kegiatan teknis sesuai dengan bidang keahlian yang dimilikinya.
g. Perangkat Daerah adalah organisasi / Lembaga pada Pemerintah Daerah yang bertanggungjawab kepada Kepala Daerah dan membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan.
B A B III KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI Pasal 3 (1) Badan Pemberdayaan dan Perlindungan Masyarakat
adalah unsur organisasi Pemerintah Kabupaten Karimun yang diserahkan tugas, kewajiban dan wewenang serta tanggungjawab dalam menyelenggarakan urusan, pekerjaan dan kegiatan dibidang Pemberdayaan dan Perlindungan Masyarakat.
(2) Badan Pemberdyaan dan Perlindungan Masyarakat
dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
Pasal 4 Badan Pemberdayaan dan Perlindungan Masyarakat mempunyai tugas pokok : a. Merumuskan kebijaksanaan Pemerintah Daerah dibidang
Pemberdayaan dan Perlindungan Masyarakat ;
87
b. Mengkoordinasikan, memadukan, menyelaraskan dan menyerasikan perencanaan dan kegiatan dibidang Pemberdayaan dan Perlindungan masyarakat;
c. Menyusun rencana kerja dan program pembangunan;
d. Melaksanakan rencana kerja dan program pembangunan
yang menyangkut bidang tugas sesuai mekanisme yang ditetapkan;
e. Penyediaan dukungan dan bantuan kerjasama dengan
Desa/Kelurahan dalam rangka Pemberdayaan dan Perlindungan Masyarakat;
f. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap
pelaksanaan kerja;
g. Membuat laporan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan;
h. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan lingkup
kerjanya;
i. Memberi pelayanan umum dam pelayanan teknis dibidang pemberdayaan dan Perlindungan Masyarakat sesuai sifat keperluannya;
j. Melaksanakan pelatihan;
k. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Bupati,
Wakil Bupati dan Sekretaris Daerah.
Pasal 5 Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud Pasal 4, Badan Pemberdayaan dan Perlindungan Masayarakat mempunyai fungsi : a. Perimusan Kebijaksanaan; b. Pengambilan Keputusan;
88
c. Perencanaan; d. Pengorganisasian; e. Pelayanan Umum dan Teknis; f. Pengendalian/Pengarahan/Pembinaan dan Bimbingan; g. Pengawasan; h. Pemantauan dan Evaluasi; i. Pelaksanaan; j. Pembiayaan; k. Penelitian dan Pengkajian; l. Pelaporan. B A B IV SUSUNAN ORGANISASI Bagian Pertama Pasal 6 (1) Susunan Organisasi Badan Pemberdayaan dan
Perlindungan Mayarakat sebagai berikut : a. Kepala; b. Sekretariat; c. Bidang Motivasi dan Swadaya Gotong Royong; d. Bidang Pemberdayaan Perempuan; e. Bidang Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna; f. Bidang Perlindungan Masyarakt;
(2) Bagan Susunan Organisasi Badan Pemberdayaan dan
Perlindungan Masyarakat sebagaimana tercantum pada lampiran Peraturan Daerah ini.
89
Bagian Kedua Pasal 7 Kepala Badan Kepala Badan mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut : a. Memimpin Badan Pemberdayaan dan Perlindungan
Masyarakat dalam melaksanakan tugas yang ditetapkan berdasarkan Peraturan perundang-undangan;
b. Menyiapkan kebijakan Daerah dan kebijaksanaan umum dibidang Pemberdayaan dan Perlindungan Masyarakat sesuai dengan tugas pokok Badan yang dipimpinnya;
c. Menyiapkan kebijaksanaan teknis umum dibidang Pemberdayaan dan Perlindungan Masyarakat sesuai dengan Peraturan perundang-undangan dan Peraturan Daerah yang berlaku yang menjadi tanggungjawabnya;
d. Merencanakan dan mengkoordinasikan perumusan kebijakaan Pemberdayaan dan Perlindungan Masyarakat dengan Dinas-dinas, Badan atau satuan organisasi dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Karimun.
Bagian Ketiga SEKRETARIAT Pasal 8 Sekretariat mempunyai tugas menyelenggarakan urusan, pekerjaan dan kegiatan tata usaha, hubungan masyarakat, umum, keuangan dan perlengkapan.
91
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN
NOMOR 13 TAHUN 2002
TENTANG
PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KARIMUN
TAHUN ANGGARAN 2002
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KARIMUN, Menimbang : Mengingat :
a.
b.
c.
1.
bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Karimun Tahun Anggaran 2002 perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah sesuai dengan ketentuan pasal 86 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999;
bahwa dengan memeprhatikn Risalah Sidang-sidang Pleno Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengenai pembahasan Peraturan Daerah tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2002; bahwa untuk memenuhi maksud huruf a dan b diatas maka perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Karimun Tahun Anggaran 2002. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);
92
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Sengingi dan Kota Batam (Lembaran Negara Tahun 1999 nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3902);
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Perubahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048); Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi (Lembaran negara Tahun 2000 nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan; Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban keuangan Daerah;; Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan dalam Pelaksanaan Dekosentrasi dan tugas Pembantuan Keputusan Presiden RI Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaaan Barang/jasa Instansi Pemerintah;
93
10.
Peraturan Daerah Kabupaten Karimun Nomor 1 Tahun 2002 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Karimun Tahun Anggaran 2002.
DENGAN PERSETUJUAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KARIMUN
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN
TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2002.
Pasal 1 (1) Anggaran Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2002
semula Rp. 356.810.013.431,80 bertambah sejumlah Rp. 31.052.823.357,- sehingga menjadi Rp. 387.862.836.788,-
(2) Anggaran Belanja Daerah Tahun Anggaran 2002 semula
Rp. 356.810.013.431,80 bertambah sejumlah 31.052.823.357,- sehingga menjadi Rp. 387.862.836.788,- dengan rincian sebagai berikut :
a. Belanja rutin sebelum perubahan sebesar : Rp.
182.237.395.468,80 Bertambah..............................Rp. 19.364.623.357,- Belanja Rutin setelah perubahan sebesar Rp. 201.302.018.825,-
b. Belanja Pembangunan sebelum perubahan : Rp.
174.572.617.963,- Bertambah...............................Rp. 11.988.200.000,- Belanja Pembangunan setelah perubahan sebesar ................................Rp.186.560.817.963,-
94
Pasal 2
(1) Ringkasan Perubahan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah dimaksud pada pasal diatas, sebagaimana Lampiran I Keputusan ini.
(2) Rincian Penambahan / Pengurangan Anggaran
Pendapatan dimaksud pada pasal 1ayat (1) diatas sebagaimana Lampiran II Peraturan Daerah ini.
(3) Rincian penambahan / pengurangan Anggaran Belanja
Rutin dimaksud pada pasal I ayat (2) diatas, sebagaimana Lampiran III Peraturan Daerah ini.
(4) Rincian penambahan / pengurangan Pendapatan
dimaksud pada Pasal 1 ayat (2) diatas, sebagaimana Lampiran IV Peraturan Daerah ini .
Pasal 3
(2) Anggaran Pendapatan Bagian Urusan Kas dan
Perhitungan Tahun Anggaran 2002 semula berjumlah Rp. 3.804.511.401.00 tidak mengalami penambahan / pengurangan sehingga menjadi Rp. 3.804.511.401,00
(3) Rincian penambahan / pengurangan Pendapatan
dimkasud ayat (1) Pasal ino dimuat dalam Lampiran V Peraturan Daerah ini.
Pasal 4
(1) Anggaran Belanja Urusan Kas dan Perhitungan Tahun
Anggaran 2002 semula Rp. 3.804.511.401,00 tidak mengalami penambahan / pengurangan sehingga menjadi Rp. 3.804.511.401,00.
(2) Rincian penambahan / pengurangan Belanja dimaksud
pada ayat (1) Pasal ini masing-masing dimuat dalam Lampiran VI Peraturan Daerah ini.
95
Pasal 5
Lampiran-lampiran tersebut pada pasal 1 dan pasal 2, padsal 3 dan pasal 4 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 6 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Karimun.
Disahkan di Tanjung Balai Karimun Pada tanggal 2 November 2002 BUPATI KARIMUN d.t.o H. MUHAMMAD SANI
Diundangkan di Tanjung Balai Karimun Pada tanggal 4 November 2002
SEKRETARIS DAERAH d.t.o
Drs. MUHAMMAD TAUFIK Pembina Utama Muda Nip. 090013135 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN TAHUN 2002 NOMOR 16
top related