kurikulum pembelajaran
Post on 22-May-2015
18.653 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Kurikulum PembelajaranPEMAHAMAN DAN PENERAPAN PENILAIAN HASIL BELAJAR
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kurikulum dan pembelajaran
DOSEN : Akhmad Sudrajat, M. Pd
Disusun Oleh :
Kelompok 10
Anggota : 1. Mega Wiheni (20080211015)
2. Deni F. Nugraha (20080211014)3. Nani Andriani (20080211024)4. Ferdy Afriandi (20080210946)5. Fajar Nurdiansyah(20070210624)
Kelas/Jurusan : 2D/Pendidikan Ekonomi
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Kuningan
2009-2010KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karma atas berkat, rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyusun makalah yang kami beri judul “ Pemahaman dan Penerapan
Hasil Belajar” ini dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Kurikulum
Pembelajaran.serta pihak-pihak lainya yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah
ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah. “Kurikulum dan
Pembelajaran”.Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan.Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan agar dapat
dijadikan pelajaran dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya,dan bagi para pembaca umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Kuningan, Maret 2010
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………iDAFTAR ISI……..…………………………………………………………….………….ii
BAB I : PENDAHULUAN1.1 Latar belakang……………………………………………..………...11.2 Tujuan Penelitian…………………………………………….………2
BAB II : PEMBAHASANMEMILIKI PEMAHAMAN DAN DAPAT MENERAPKAN PENILAIAN
HASIL BELAJAR
2.1 Hakikat Penilaian……………………………………………………...32.2 Tujuan Penilaian……………………………………………………….62.3 Pendekatan Penilaian………………………………………………….72.4 Ruang Lingkup Penilaian……...............................................................82.5 Prinsif Penilaian…………………….…………………………………92.6 Tekhnik Penilaian………………………………………………….…102.7 Aspek Yang di nilai…………………………………………………..11
BAB III : PENUTUP3.1 Kesimpulan……………………………………………………...….133.2 Saran………………………………………………………………..13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasionaldan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
membawa implikasi terhadap sistem dan penyelenggaraan pendidikan termasuk pengembangan
dan pelaksanaan kurikulum. Kebijakan pemerintah tersebut mengamanatkan kepada setiap
satuan pendidikan dasar dan menengah untuk mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
Pengembangan KTSP mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang
merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan diseluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Ruang lingkup SNP meliputi standar: (1) isi, (2) proses, (3)
kompetensi lulusan, (4) pendidik dan tenaga kependidikan, (5) sarana dan prasarana, (6)
pengelolaan, (7) pembiayaan, dan (8) penilaian pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 14 tahun 2005 tentang
Organisasi danTata Kerja Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa salah satu tugas Direktorat Pembinaan
SMA – Subdirektorat Pembelajaran adalah melakukan penyiapan bahan kebijakan, standar,
kriteria, dan pedoman serta pemberian bimbingan teknis, supervisi, dan evaluasi pelaksanaan
kurikulum. Lebih lanjut dijelaskan dalam Permendiknas Nomor 25 tahun 2006 tentang
RincianTugas Unit Kerja di Lingkungan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah bahwa rincian tugas Subdirektorat Pembelajaran – Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Atas antaralain melaksanakan penyiapan bahan penyusunan pedomandan prosedur
pelaksanaan pembelajaran, termasuk penyusunan pedoman pelaksanaan kurikulum.
Panduan pelaksanaan KTSP yang memenuhi aturan dan berkualitas perlu disiapkan agar
satuan pendidikan dan pendidik dapat melaksanakan KTSP dengan benar. Oleh karena itu,
Direktorat Pembinaan SMA membuat berbagai panduan pelaksanaan KTSP yang salah satu
diantaranya adalah rancangan penilaian hasil belajar.
1.2Tujuan
Rancangan hasil penilaian belajar ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Evaluasi Pembelajaran. Selain itu juga sebagai bahan pengetahuan bagi rekan-rekan yang ingin
mempelajarinya.
BAB II
MEMILIKI PEMAHAMAN DAN DAPAT MENERAPKAN PENILAIAN
HASIL BELAJAR
2.1 Hakikat Penilaian
Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsir
kan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Penilaian dalam KTSP adalah penilaian berbasis kompetensi, yaitu bagian dari kegiatan
pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang
meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran
dan / atau pada akhir pembelajaran. Fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar
peserta didik dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata pelajaran,
kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang
selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Untuk tingka tsatuan pendidikan,
kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah Standar Kompetensi Lulusan(SKL).
Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan satuan pendidikan dalam
mengelola proses pembelajaran. Penilaian merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran.
Dengan melakukan penilaian, pendidik sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat
mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan metode mengajar yang
digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil penilaian, pendidik dapat mengambil keputusan secara tepat untuk
menentukan langkah yang harus dilakukan selanjutnya. Hasil penilaian juga dapat memberikan
motivasi kepada peserta didik untuk berprestasi lebih baik.
Penilaian dalam KTSP menggunakan acuan kriteria. Maksudnya, hasil yang dicapai peserta didik
dibandingkan dengan kriteria atau standar yang ditetapkan. Apabila peserta didik telah mencapai
standar kompetensi yang ditetapkan, ia dinyatakan lulus pada mata pelajaran tertentu. Apabila
peserta didik belum mencapai standar, ia harusmengikuti program remedial / perbaikan sehingga
mencapai kompetensi minimal yang ditetapkan.
Penilaian yang dilakukan harus memiliki asas keadilan yang tinggi. Maksudnya, peserta
didik diperlakukan sama sehingga tidak merugikan salah satu atau sekelompok peserta didik
yang dinilai. Selainitu, penilaian tidak membedakan latar belakang sosial - ekonomi, budaya,
bahasa, jender, dan
agama. Penilaian juga merupakan bagian dari proses pendidikan yang dapat memacu dan
memotivasi peserta didik untuk lebih berprestasi meraih tingkat yang setinggi – tinggi nya sesuai
dengan kemampuannya.
Ditinjau dari sudut profesionalisme tugas kependidikan, kegiatan penilaian merupakan
salah satu ciri yang melekat pada pendidik profesional. Seorang pendidik profesional selalu
menginginkan umpan balik atas proses pembelajaran yang dilakukannya. Hal tersebut dilakukan
karena salah satu indikator keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh tingkat keberhasilan yang
dicapai peserta didik. Dengan demikian, hasil penilaian dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan
proses pembelajaran dan umpan balik bagi pendidik untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran yang dilakukan.
Ada tiga istilah yang terkait dengan konsep penilaian yang digunakan untuk mengetahui
keberhasilan belajar peserta didik, yaitu pengukuran, pengujian, penilaian, dan evaluasi.
1. Pengukuran (measurement) adalah proses penetapan ukuran terhadap suatu gejala menurut
aturan tertentu (Guilford,1982). Pengukuran pendidikan berbasis kompetensi berdasar pada
klasifikasi observasi unjuk kerja atau kemampuan peserta didik dengan menggunakan suatu
standar. Pengukuran dapat menggunakan tes dan non - tes. Pengukuran pendidikan bisa
bersifat kuantitatif atau kualitatif. Kuantitatif hasilnya beru paangka, sedangkan kualitatif
hasilnya bukan angka ( berupa predikat atau pernyataan kualitatif, misalnya
sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang), disertai deskripsi penjelasan prestasi
peserta didik. Pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan dengan
kegiatan penilaian.
2. Penilaian (assessment) adalah istilah umum yang mencakup semua metode yang biasa
digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok peserta didik. Proses
penilaian mencakup pengumpulan bukti yang menunjukkan pencapaian belajar peserta
didik. Penilaian merupakan suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk
menjelaskan karakteristik seseorang. Penilaian mencakup semua proses pembelajaran.
Oleh karena itu, kegiatan penilaian tidak terbatas pada karakteristik peserta didik saja,
tetapi juga mencakup karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas, dan
administrasi sekolah. Instrumen penilaian untuk peserta didik dapat berupa metode dan /
atau prosedur formal atau informal untuk menghasilkan informasi tentang peserta didik.
Instrumen penilaian dapat berupa tes tertulis, tes lisan, lembar pengamatan, pedoman
wawancara, tugas rumah, dan sebagainya. Penilaian juga diartikan sebagai kegiatan
menafsirkan data hasil pengukuran atau kegiatan untuk memperoleh informasi tentang
pencapaian kemajuan belajar pesertadidik.
3. Evaluasi (evaluation) adalah penilaian yang sistematik tentang manfa t atau kegunaan
suatu objek. Dalam melakukan evaluasi terdapat judgement untuk menentukan nilai suatu
program yang sedikit banyak mengandung unsur subjektif. Evaluasi memerlukan data
hasil pengukuran dan informasi hasil penilaian yang memiliki banyak dimensi, seperti
kemampuan, kreativitas, sikap, minat, keterampilan, dan sebagainya. Oleh karena itu,
dalam kegiatan evaluasi, alat ukur yang digunakan juga bervariasi bergantung pada jenis
data yang ingin diperoleh.
Pengukuran, penilaian, dan evaluasi bersifat bertahap (hierarkis), maksudnya kegiatan dilakukan
secara berurutan, dimulai dengan pengukuran, kemudian penilaian, dan terakhir evaluasi.
2.2 Tujuan Penilaian
Penilaian memiliki tujuan yang sangat penting dalam pembelajaran, diantaranya untuk
grading, seleksi, mengetahui tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan, diagnosis, dan prediksi.
Sebagai grading, penilaian ditujukan untuk menentukan atau membedakan kedudukan hasil kerja
peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lain. Penilaian ini akan menunjukkan
kedudukan peserta didik dalam urutan dibandingkan dengan anak yang lain. Karena itu, fungsi
penilaian untuk grading ini cenderung membandingkan anak dengan anak yang lain sehingga
lebih mengacu kepada penilaian acuan norma (norm-referenced assessment).
Sebagai alat seleksi, penilaian ditujukan untuk memisahkan antara peserta didik yang masuk
dalam kategori tertentu dan yang tidak. Peserta didik yang boleh masuk sekolah tertentu atau
yang tidak boleh. Dalam hal ini, fungsi penilaian untuk menentukan seseorang dapat masuk atau
tidak di sekolah tertentu.
Untuk menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai kompetensi.
Sebagai bimbingan, penilaian bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam
rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah
berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk
penjurusan.
Sebagai alat diagnosis, penilaian bertujuan menunjukkan kesulitan belajar yang dialami peserta
didik dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan. Ini akan membantu guru menentukan
apakah seseorang perlu remidiasi atau pengayaan.
Sebagai alat prediksi, penilaian bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat memprediksi
bagaimana kinerja peserta didik pada jenjang pendidikan berikutnya atau dalam pekerjaan yang
sesuai. Contoh dari penilaian ini adalah tes bakat skolastik atau tes potensi akademik.
Dari keenam tujuan penilaian tersebut, tujuan untuk melihat tingkat penguasaan kompetensi,
bimbingan, dan diagnostik merupakan peranan utama dalam penilaian.
Sesuai dengan tujuan tersebut, penilaian menuntut guru agar secara langsung atau tak langsung
mampu melaksanakan penilaian dalam keseluruhan proses pembelajaran. Untuk menilai
sejauhmana siswa telah menguasai beragam kompetensi, tentu saja berbagai jenis penilaian perlu
diberikan sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai, seperti unjuk kerja/kinerja (performance),
penugasan (proyek), hasil karya (produk), kumpulan hasil kerja siswa (portofolio), dan penilaian
tertulis (paper and pencil test). Jadi, tujuan penilaian adalah memberikan masukan informasi
secara komprehensif tentang hasil belajar peserta didik, baik dilihat ketika saat kegiatan
pembelajaran berlangsung maupun dilihat dari hasil akhirnya, dengan menggunakan berbagai
cara penilaian sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dapat dicapai peserta didik.
2.3 Pendekatan Penilaian
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian hasil belajar, yaitu
penilaian yang mengacu kepada norma (Penilaian Acuan Norma atau norm-referenced
assessment) dan penilaian yang mengacu kepada kriteria (Penilaian Acuan Kriteria atau criterion
referenced assessment). Perbedaan kedua pendekatan tersebut terletak pada acuan yang dipakai.
Pada penilaian yang mengacu kepada norma, interpretasi hasil penilaian peserta didik dikaitkan
dengan hasil penilaian seluruh peserta didik yang dinilai dengan alat penilaian yang sama. Jadi
hasil seluruh peserta didik digunakan sebagai acuan. Sedangkan, penilaian yang mengacu kepada
kriteria atau patokan, interpretasi hasil penilaian bergantung pada apakah atau sejauh mana
seorang peserta didik mencapai atau menguasai kriteria atau patokan yang telah ditentukan.
Kriteria atau patokan itu dirumuskan dalam kompetensi atau hasil belajar dalam kurikulum
berbasis kompetensi.
Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, pendekatan penilaian yang digunakan
adalah penilaian yang mengacu kepada kriteria atau patokan. Dalam hal ini prestasi peserta didik
ditentukan oleh kriteria yang telah ditetapkan untuk penguasaan suatu kompetensi. Meskipun
demikian, kadang kadang dapat digunakan penilaian acuan norma, untuk maksud khusus tertentu
sesuai dengan kegunaannya, seperti untuk memilih peserta didik masuk rombongan belajar yang
mana, untuk mengelompokkan peserta didik dalam kegiatan belajar, dan untuk menyeleksi
peserta didik yang mewakili sekolah dalam lomba antar-sekolah.
2.4 Ruang Lingkup Penilaian Hasil Belajar
Hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain), yaitu:
Domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika –
matematika),
Domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan
intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional), dan
Domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan
visual-spasial, dan kecerdasan musikal).
Sejauh mana masing-masing domain tersebut memberi sumbangan terhadap sukses
seseorang dalam pekerjaan dan kehidupan ? Data hasil penelitian multi kecerdasan menunjukkan
bahwa kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika-matematika yang termasuk dalam domain
kognitif memiliki kontribusi hanya sebesar 5 %. Kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan
intrapribadi yang termasuk domain afektif memberikan kontribusi yang sangat besar yaitu 80 %.
Sedangkan kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spatial dan kecerdasan musikal yang
termasuk dalam domain psikomotor memberikan sumbangannya sebesar 5 %
Namun, dalam praxis pendidikan di Indonesia yang tercermin dalam proses belajar-mengajar
dan penilaian, yang amat dominan ditekankan justru domain kognitif. Domain ini terutama
direfleksikan dalam 4 kelompok mata pelajaran, yaitu bahasa, matematika, sains, dan ilmu-ilmu
sosial. Domain psikomotor yang terutama direfleksikan dalam mata-mata pelajaran pendidikan
jasmani, keterampilan, dan kesenian cenderung disepelekan. Demikian pula, hal ini terjadi pada
domain afektif yang terutama direfleksikan dalam mata-mata pelajaran agama dan
kewarganegaraan.
Agar penekanan dalam pengembangan ketiga domain ini disesuaikan dengan proporsi
sumbangan masing-masing domain terhadap sukses dalam pekerjaan dan kehidupan, para guru
perlu memahami pengertian dan tingkatan tiap domain serta bagaimana menerapkannya dalam
proses belajar-mengajar dan penilaian.
Perubahan paradigma pendidikan dari behavioristik ke konstruktivistik tidak hanya menuntut
adanya perubahan dalam proses pembelajaran, tetapi juga termasuk perubahan dalam
melaksanakan penilaian pembelajaran siswa. Dalam paradigma lama, penilaian pembelajaran
lebih ditekankan pada hasil (produk) dan cenderung hanya menilai kemampuan aspek kognitif,
yang kadang-kadang direduksi sedemikian rupa melalui bentuk tes obyektif. Sementara,
penilaian dalam aspek afektif dan psikomotorik kerapkali diabaikan.
Dalam pembelajaran berbasis konstruktivisme, penilaian pembelajaran tidak hanya ditujukan
untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif semata, tetapi mencakup seluruh aspek kepribadian
siswa, seperti: perkembangan moral, perkembangan emosional, perkembangan sosial dan aspek-
aspek kepribadian individu lainnya. Demikian pula, penilaian tidak hanya bertumpu pada
penilaian produk, tetapi juga mempertimbangkan segi proses.
Kesemuanya itu menuntut adanya perubahan dalam pendekatan dan teknik penilaian
pembelajaran siswa. Untuk itulah, Depdiknas (2006) meluncurkan rambu-rambu penilaian
pembelajaran siswa, dengan apa yang disebut Penilaian Kelas.
2.5 Prinsip Penilaian
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian hasil belajar peserta didik antara lain:
Penilaian ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
Penilaian menggunakan acuan kriteria yakni berdasarkan pencapaian kompetensi peserta
didik setelah mengikuti proses pembelajaran.
Penilaian dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan.
Hasil penilaian ditindak lanjuti denganprogram remedial bagi peserta didik yang
pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan dan program pengayaan bagi
peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.
Penilaian harus sesuai dengan kegiatan pembelajaran.
Penilaian hasil belajar peserta didik harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a) Sahih (valid), yakni penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan
yang diukur.
b) Objektif, yakni penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai.
c) Adil, yakni penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik, dan tidak
membedakan latar belakang sosial-ekonomi, budaya, agama, bahasa, suku bangsa, dan
jender.
d) Terpadu, yakni penilaian merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari kegiatan
pembelajaran.
e) Terbuka, yakni prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan
dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
f) Menyeluruh dan berkesinambungan, yakni penilaian mencakup semua aspek kompetensi
dengan menggunakan berbagai teknik yang esuai, untuk memantau perkembangan
kemampuan peserta didik.
g) Sistematis, yakni penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti
langkah – angkah yang baku.
h) Menggunakan acuan kriteria, yakni penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan.
i) Akuntabel, yakni penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur,
maupun hasilnya.
2.6 Teknik Penilaian
Permen diknas No. 22 tahun 2006 menyatakan bahwa Standar Isi (SI) untuk satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi
minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Didalam SI dijelas kan bahwa kegiatan pembelajaran dalam KTSP meliputi tatap muka,
penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Tatap muka adalah pertemuan
formal antara pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran di kelas. Penugasan terstruktur dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran berupa pendalaman materi
pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar
kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik, sedangkan
waktu penyelesaian kegiatan mandiri tidak terstruktur diatur sendiri oleh peserta didik. Sejalan
dengan ketentuan tersebut, penilaian dalam KTSP harus dirancang untuk dapat mengukur dan
memberikan informasi mengenai pencapaian kompetensi peserta didik yang diperoleh melalui
kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan secara komplementer (saling melengkapi)
sesuai dengan kompetensi yang dinilai.Teknik penilaian yang dimaksud antara lain melalui tes,
observasi, penugasan, inventori, jurnal, penilaian diri, dan penilaian antar teman yang sesuai
dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.
2.7 Aspek Yang Dinilai
Penilaian dilakukan secara menyeluruh yaitu mencakup semua aspek kompetensi yang
meliputi kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif. Kemampuan kognitif adalah
kemampuan berpikir yang menurut taksonomi Bloom secara hierarkis terdiri atas pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pada tingkat pengetahuan, peserta didik
menjawab pertanyaan berdasarkan hapalan saja. Pada tingkat pemahaman, peserta didik dituntut
untuk menyatakan jawaban atas pertanyaan dengan kata-katanya sendiri. Misalnya, menjelaskan
suatu prinsip atau konsep. Pada tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip
dan konsep dalam suatu situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk
menguraikan informasi kedalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan
pendapat, dan menemukan hubungan sebab akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut
merangkum suatu cerita, komposisi, hipotesis, atau teorinya sendiri, dan mensintesiskan
pengetahuan. Pada tingkat evaluasi, peserta didik mengevaluasi informasi, seperti bukti sejarah,
editorial, teori-teori, dan termasuk didalamnya melakukan judgement (pertimbangan) terhadap
hasil analisis untuk membuat keputusan.
Kemampuan psikomotor melibatkan gerak adaptif (adaptivemovement) atau gerak terlatih
dan keterampilan komunikasi berkesinambungan (non-discursivecommunication) -
(Harrow,1972). Gerak adaptif terdiri atas keterampilan adaptif sederhana (simpleadaptiveskill),
keterampilan adaptif gabungan (compoundadaptiveskill), dan keterampilan adaptif komplek
(complexadaptiveskill). Keterampilan komunikasi berkesinambungan mencakup gerak ekspresif
(expressivemovement) dan gerak interpretatif (interpretativemovement). Keterampilan adaptif
sederhana dapat dilatihkan dalam berbagai mata pelajaran, seperti bentuk keterampilan
menggunakan peralatan laboratorium IPA.
Keterampilan adaptif gabungan, keterampilan adaptif komplek, dan keterampilan komunikasi
berkesinambungan baik gerak ekspresif maupun gerak interpretatif dapat dilatihkan dalam mata
pelajaran Seni Budaya dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Kondisi afektif peserta
didik berhubungan dengan sikap, minat, dan atau nilai-nilai. Kondisi ini tidak dapat dideteksi
dengan tes, tetapi dapat diperoleh melalui angket, inventori, atau pengamatan yang sistematik
dan berkelanjutan. Sistematik berarti pengamatan mengikuti suatu prosedur tertentu, sedangkan
berkelanjutan memiliki arti pengukuran dan penilaian yang dilakukan secara terus menerus.
BAB III
PENUTUPKESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Penilaian hasil belajar peserta didik harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Sahih (valid),
b. Objektif,
c. Adil,
d. Terpadu
e. Terbuka,
f. Menyeluruh dan berkesinambungan,
g. Sistematis,
h. Menggunakan acuan kriteria
i. Akuntabel..
Dalam pembelajaran berbasis konstruktivisme, penilaian pembelajaran tidak hanya ditujukan
untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif semata, tetapi mencakup seluruh aspek kepribadian
siswa, seperti: perkembangan moral, perkembangan emosional, perkembangan sosial dan aspek-
aspek kepribadian individu lainnya. Demikian pula, penilaian tidak hanya bertumpu pada
penilaian produk, tetapi juga mempertimbangkan segi proses.
Kesemuanya itu menuntut adanya perubahan dalam pendekatan dan teknik penilaian
pembelajaran siswa. Untuk itulah, Depdiknas (2006) meluncurkan rambu-rambu penilaian
pembelajaran siswa, dengan apa yang disebut Penilaian Kelas.
3.2 Saran
Dengan mempelajari Penilaian dan penerapan hasil belajar diharapkan seorang guru mampu
memberikan penilaian yang baik dan menguasai teknik-teknik penilaian yang telah ditentukan,
Sehingga adanya perubahan dalam pendekatan dan teknik penilaian pembelajaran siswa.
top related