lakip kementerian perindustrian 2011 full
Post on 11-Aug-2015
114 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
SEKRETARIAT JENDERALKEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
2012
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
TAHUN 2011
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Ringkasan Eksekutif i
RINGKASAN EKSEKUTIF
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian ini disusun
sebagai pertanggungjawaban kinerja Kementerian Pertindustrian pada tahun
2011. Hal ini sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dimana pimpinan
Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Pemerintah Daerah,
Satuan Kerja atau Unit Kerja didalamnya, diminta untuk membuat laporan
akuntabilitas kinerja secara berjenjang serta berkala untuk disampaikan kepada
pimpinan yang lebih tinggi.
Dalam Rencana Stratejik Kementerian Perindustrian 2010-2014, telah
dijabarkan Visi jangka menengah Kementerian, yakni “Pemantapan daya saing
basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri
andalan masa depan”. Visi dimaksud telah dituangkan pada Misi, Tujuan, dan
Sasaran yang akan dicapai pada tahun 2014.
Secara umum gambaran pencapaian kinerja makro sektor industri pada
tahun 2011, adalah sebagai berikut :
1. Pertumbuhan sektor industri non migas tahun 2011 mencapai 6,83 persen;
2. Kontribusi terhadap Pendapatan Domestik Bruto untuk industri
pengolahan tahun 2011 sebesar 24,28 persen dan industri pengolahan
non migas sebesar 20,92 persen.
3. Investasi PMDN Tahun 2011 di sektor industri mencapai Rp. 39,05 triliun
dengan jumlah proyek sebanyak 784 proyek dan PMA sebesar US$ 6.779
miliar dengan jumlah proyek sebanyak 1.861 proyek.
4. Ekspor hasil industri non migas tahun 2011 mencapai US$ 122,19 milyar,
dan impor tahun 2011 mencapai US$ 125,98 miliar.
Pada tahun 2011 cabang industri yang hampir semua mengalami
pertumbuhan positif, antara lain: Logam Dasar Besi & Baja sebesar 13.06 persen;
Makanan, Minuman dan Tembakau tumbuh sebesar 9.19 persen; Tekstil, Brg. kulit
& Alas kaki tumbuh sebesar 7.52 persen; Semen & Brg. Galian bukan logam
tumbuh sebesar 7.19 persen; Alat Angk., Mesin & Peralatannya tumbuh sebesar
7.00 persen; Pupuk, Kimia & Barang dari karet tumbuh sebesar 3.95 persen;
Barang lainnya tumbuh sebesar 1.82 persen; Kertas dan Barang cetakan tumbuh
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Ringkasan Eksekutif ii
sebesar 1.50 persen; dan hanya Brg. kayu & Hasil hutan lainnya tumbuh kurang
dari 1 persen yaitu sebesar 0.35 persen.
Kontribusi sektor industri terhadap pembentukan PDB industri non migas
mencapai 20,92 persen dengan urutan distribusi per cabang industri sebagai
berikut: industri makanan, minuman dan tembakau (35,20 persen); industri alat
angkut, mesin dan peralatan (27,47 persen); industri pupuk, kimia dan barang
dari karet (12,21 persen), industri tekstil, barang kulit dan alas kaki (9,23 persen),
industri barang kayu dan hasil hutan (5,44 persen) industri kertas dan barang
cetakan (4,47 persen), industri semen dan barang galian non logam (3,27
persen), industri logam dasar, besi dan baja (2,00 persen), dan industri barang
lain hanya (0,73 persen).
Pertumbuhan industri pada tahun 2011 telah jauh lebih baik dibanding
tahun 2010 pada saat industri terkena dampak krisis global. Tahun 2011 sektor
industri dapat melampaui target pertumbuhan industri dari yang semula target
sebesar 6,10 persen dan pada tahun 2011 pertumbuhan industri mencapai 6,83
persen. Hal ini terlihat bahwa sektor-sektor industri telah mulai pulih dari krisis
global tahun 2009. Tentunya kita berharap bahwa tahun mendatang menjadi
tahun titik balik bagi dunia industri untuk dapat lebih maju lagi.
Langkah-langkah operasional yang telah ditempuh dalam pencapaian
sasaran 2011 meliputi melalui: perumusan kebijakan; pelayanan dan fasilitasi;
serta pengawasan, pengendalian dan evaluasi yang dilakukan. Dimana
langkah-langkah operasional tersebut di laksanakan melalui Sembilan program,
diantaranya (i) Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis
Manufaktur yang bertujuan untuk memulihkan kinerja industri yang terdampak
krisis finansial global, khususnya industri yang melakukan ekspor ke Eropa dan
Amerika Serikat; (ii) Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro yang
bertujuan untuk memulihkan kinerja industri-industri yang terkena dampak krisis
finansial global yang mengimbas pada industri-industri yang melakukan ekspor ke
berbagai negara di Eropa dan Amerika Serikat; (iii) Program Penumbuhan Industri
Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi yang bertujuan untuk menumbuhkan industri
yang utamanya diarahkan pada penguasaan pasar ekspor; (iv) Program
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah yang bertujuan untuk
merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
pengembangan IKM, meningkatkan nilai tambah produk, menumbuhkan
populasi IKM, memanfaatkan sumber daya termasuk SDA daerah secara
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Ringkasan Eksekutif iii
optimal, mengembangkan OVOP, menyebarkan industri ke berbagai daerah,
meningkatkan daya saing industri di daerah, meningkatkan nilai tambah
sepanjang rantai nilai komoditi, prioritas, membangun keunikan yang dimiliki
daerah, melakukan kerjasama antar daerah, serta membangun kerjasama yang
harmonis antar daerah dan pengembangan Klaster Industri Kecil dan Menengah;
(v) Program Pengembangan Perwilayahan Industri yang bertujuan untuk
mendorong pelaksanaan public-private partnership dan pengembangan
kawasan industri serta mempersiapkan peta panduan industri unggulan provinsi
dan kompetensi inti industri kabupaten/kota; (vi) Program Kerjasama Industri
Internasional yang bertujuan untuk menciptakan penyelenggaraan kerjasama
industri internasional secara optimal; (vii) Program Pengkajian Kebijakan, Iklim
dan Mutu Industri yang bertujuan untuk mewujudkan iklim usaha dan kebijakan
yang kondusif melalui perumusan dan analisa kebijakan dan iklim di sektor
industri, pelaksanaan kebijakan dan iklim di bidang penelitian dan
pengembangan industri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku serta untuk meningkatkan kemampuan industri dalam menciptakan,
mengembangkan, menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam uji
komersialisasi hasil penelitian dan pengembangan, rancangan produk baru,
proses produksi, energi terbarukan, lingkungan hidup, dan tenaga kerja serta
sarana dan prasarana industri sebagai faktor pendukung berhasilnya
pembangunan industri; (viii) Program Pengawasan dan Peningkatan
Akuntabilitas Aparatur Negara Kementerian Perindustrian yang bertujuan untuk
menjamin agar pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian
berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-
undangan, mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien,
trasnparan, akuntabel, bersih dan bebas dari KKN, serta mewujudkan Good
Governance dan Clean Government; (ix) Program Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perindustrian yang bertujuan
untuk memberikan dukungan manajemen terhadap pelaksanaan tugas pokok
dan fungsi Kementerian Perindustrian dalam hal persiapan internal; (x) Program
Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perindustrian yang
bertujuan untuk memberikan dukungan dalam bidang penyediaan maupun
pemeliharaan sarana dan prasarana yang diperlukan Kementerian Perindustrian
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya agar dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik dan nyaman bagi para pemangku kepentingan. Hasil
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Ringkasan Eksekutif iv
lebih rinci secara keseluruhan tergambar dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja
2011.
Secara garis besar Kementerian Perindustrian telah berhasil melaksanakan tugas
pokok, fungsi dan misi yang diembannya dalam pencapaian kinerja
Kementerian Perindustrian tahun 2011 dengan capaian rata-rata sasaran
strategis perspektif pelaksanaan tugas pokok melebihi 100 persen. Sedangkan
capaian rata-rata sasaran strategis perspektif pemangku kepentingan
(stakeholders) mencapai lebih dari 90 persen. Beberapa sasaran yang
ditetapkan dapat dicapai, meskipun belum semuanya menunjukkan hasil
sebagaimana yang ditargetkan. Keberhasilan pencapaian sasaran Kementerian
Perindustrian disamping ditentukan oleh kinerja faktor internal juga ditentukan
oleh dukungan eksternal, seperti kerjasama dengan institusi terkait.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Kata Pengantar v
KATA PENGANTAR
Untuk mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (Good Governance)
dengan tingkat kinerja yang selalu meningkat bentuk perwujudannya dapat
dilakukan melalui pertanggungjawaban. Seperti yang telah diamanatkan dalam
Tap. MPR RI No. XI/MPR/1998 dan Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme,
dibutuhkan suatu bentuk pertanggungjawaban terkait pengembangan dan
penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan nyata secara
periodik.
Pemerintah, melalui Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) sebagai tindak lanjut Tap MPR RI dan Undang-
Undang tersebut, mewajibkan tiap pimpinan Departemen/ Lembaga Pemerintahan
Non Departemen, Pemerintah Daerah, Satuan Kerja atau Unit Kerja di dalamnya,
membuat laporan akuntabilitas kinerja secara berjenjang serta berkala untuk
disampaikan kepada atasannya. Serta sesuai dengan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010
tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah bahwa peraturan tersebut sebagai acuan setiap instansi
dalam menyusun dokumen Penetapan Kinerja dan LAKIP.
Sebagai gambaran keberhasilan dan ketidaktercapaian pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi selama periode tahun 2011, Kementerian Perindustrian menyusun
Laporan Akuntabilitas Kinerja. Diharapkan laporan ini dapat menjadi bahan
masukan bagi pemangku kepentingan dan umpan balik bagi jajaran Kementerian
Perindustrian untuk meningkatkan kinerja masing-masing satuan unit di masa yang
akan datang, khususnya untuk tahun 2012 yang sedang berjalan ini.
Jakarta, 14 Maret 2012Menteri Perindustrian
ttd
MOHAMAD S. HIDAYAT
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Daftar Isi vi
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN EKSEKUTIF i
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi 1
B. Struktur Organisasi Kementerian Perindustrian 1
C. Peran Stratejik Kementerian Perindustrian 4
BAB II : PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
A. Rencana Strategis 2010 - 2014 9
B. Rencana Kinerja Tahun 2011 20
C. Penetapan Kinerja Tahun 2011 29
D. Rencana Anggaran 34
BAB III : AKUNTABILITAS KINERJA PERINDUSTRIAN
A. Analisis Capaian Kinerja Tahun 2011 35
B. Akuntabilitas Keuangan 102
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan 105
B. Permasalahan dan Kendala 106
C. Rekomendasi 108
L A M P I R A N
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Pendahuluan 1
BBAABB IIP E N D A H U L U A N
A. TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI
Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor: 24 Tahun
2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan
Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia,
Kementerian Perindustrian berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden. Kementerian Perindustrian mempunyai tugas menyelenggarakan
urusan di bidang perindustrian dalam pemerintahan untuk membantu Presiden
dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Kementerian Perindustrian dipimpin oleh Menteri Perindustrian dan
dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wakil Menteri Perindustrian.
Dalam melaksanakan tugas, Kementerian Perindustrian menyelenggarakan
fungsi:
1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang
perindustrian;
2. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawab Kementerian Perindustrian;
3. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian
Perindustrian;
4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian Perindustrian di daerah; dan
5. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.
B. PERAN STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
Peran strategis dalam pembangunan ekonomi nasional tersebut
tercermin dari dampak kegiatan ekonomi sektor riil bidang industri dalam
komponen konsumsi maupun investasi. Dari hal ini sektor industri berperan
sebagai pemicu kegiatan ekonomi lain yang berdampak ekspansif atau
meluas ke berbagai sektor jasa keteknikan, penyediaan bahan baku,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Pendahuluan 2
transportasi, distribusi atau perdagangan, pariwisata dan sebagainya.
Pembangunan sektor industri menjadi sangat penting karena kontribusinya
terhadap pencapaian sasaran pembangunan ekonomi nasional, terutama
dalam pembentukan PDB sangat besar dan berperan dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi (prime mover) karena kemampuannya dalam
peningkatan nilai tambah yang tinggi. Selain itu industri juga dapat
membuka peluang untuk menciptakan dan memperluas lapangan
pekerjaan, yang berarti meningkatkan kesejahteraan serta mengurangi
kemiskinan. Walau telah dicapai berbagai perkembangan yang cukup
penting dalam pengembangan industri, namun dirasakan industri belum
tumbuh seperti yang diharapkan. Permasalahan Pembangunan Nasional
yang sedang dihadapi bangsa Indonesia dan memerlukan upaya
penanganan yang terstruktur dan berkelanjutan, di antaranya meliputi:
1. Tingginya angka pengangguran dan kemiskinan.
2. Rendahnya pertumbuhan ekonomi.
3. Melambatnya perkembangan ekspor Indonesia.
4. Lemahnya sektor infrastruktur.
5. Tertinggalnya kemampuan nasional di bidang teknologi.
Sementara itu, terdapat berbagai permasalahan pokok yang
sedang dihadapi dalam mengembangkan sektor industri, yaitu: Pertama,
ketergantungan yang tinggi terhadap impor baik berupa bahan baku, bahan
penolong, barang setengah jadi maupun komponen. Kedua, keterkaitan
antara sektor industri dengan ekonomi lainnya relatif masih lemah. Ketiga,
struktur industri hanya didominasi oleh beberapa cabang industri yang
tahapan proses industrinya pendek. Keempat, lemahnya penguasaan dan
penerapan teknologi. Kelima, lebih dari 60 persen sektor industri terletak di
Pulau Jawa. Keenam, masih lemahnya kemampuan kelompok industri kecil
dan menengah.
Dalam mengatasi permasalahan dalam mengembangkan sektor
industri, isu-isu strategis lima tahun yang akan datang hasil temu nasional di
bidang perekonomian sebagai prioritas Kabinet Indonesia Bersatu II adalah
sebagai berikut:
1. Pembangunan Infrastruktur;
2. Ketahanan Pangan;
3. Ketahanan Energi;
4. Pengembangan UMKM;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Pendahuluan 3
5. Revitalisasi Industri dan Jasa;
6. Pembangunan Transportasi.
Sebagai bagian dari pembangunan nasional, pembangunan sektor
industri dituntut untuk mampu memberikan sumbangan yang berarti
terhadap pembangunan ekonomi maupun sosial politik. Oleh karenanya,
dalam penentuan tujuan pembangunan industri di masa depan, baik jangka
menengah maupun jangka panjang, bukan hanya ditujukan untuk
mengatasi permasalahan dan kelemahan di sektor industri, tetapi juga harus
mampu mengatasi permasalahan nasional.
Dengan memperhatikan masalah nasional dan masalah yang
sedang dihadapi oleh sektor industri, serta untuk mendukung keberhasilan
prioritas Kabinet Indonesia Bersatu, maka telah ditetapkan proses yang
harus dilakukan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian
Perindustrian dan yang dikelompokkan ke dalam: (1) perumusan kebijakan;
(2) pelayanan dan fasilitasi; serta (3) pengawasan, pengendalian, dan
evaluasi yang secara langsung menunjang pencapaian sasaran-sasaran
strategis yang telah ditetapkan, disamping dukungan kapasitas
kelembagaan guna mendukung semua proses yang akan dilaksanakan.
Pada dasarnya pembangunan sektor industri diserahkan kepada
peran aktif sektor swasta, sementara pemerintah lebih banyak berperan
sebagai fasilitator yang mendorong dan memberikan berbagai
kemudahan bagi aktivitas-aktivitas sektor swasta. Intervensi langsung
Pemerintah dalam bentuk investasi dan layanan publik hanya dilakukan
bila mekanisme pasar tidak dapat berlangsung secara sempurna. Arah
kebijakan dalam Rencana Strategis mencakup beberapa hal pokok
sebagai berikut:
1. Merevitalisasi sektor industri dan meningkatkan peran sektor industri dalam
perekonomian nasional.
2. Membangun struktur industri dalam negeri yang sesuai dengan prioritas
nasional dan kompetensi daerah.
3. Meningkatkan kemampuan industri kecil dan menengah agar terkait dan
lebih seimbang dengan kemampuan industri skala besar.
4. Mendorong pertumbuhan industri di luar pulau Jawa.
5. Mendorong sinergi kebijakan dari sektor-sektor pembangunan yang lain
dalam mendukung pembangunan industri nasional.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Pendahuluan 4
C. STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 105/M-
IND/PER/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perindustrian, Kementerian Perindustrian terdiri atas Wakil Menteri
Perindustrian, 9 (sembilan) unit eselon I dan 3 (tiga) Staf Ahli Menteri
sebagaimana terlihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1. Struktur Organisasi Kementerian Perindustrian
Tugas Pokok masing-masing unit kerja adalah sebagai berikut:
1. Wakil Menteri Perindustrian
Mempunyai tugas membantu Menteri Perindustrian dalam
memimpin pelaksanaan tugas Kementerian Perindustrian. Wakil Menteri
diangkat pada tanggal 10 November 2009 melalui Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 111/M Tahun 2009 guna memperlancar
pelaksanaan tugas Menteri yang memerlukan penanganan khusus sesuai
ketentuan pasal 10 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara.
2. Sekretariat Jenderal
Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas,
pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Pendahuluan 5
organisasi di Iingkungan Kementerian Perindustrian. Sekretariat Jenderal
terdiri dari 5 (lima) biro, yaitu Biro Perencanaan, Biro Kepegawaian, Biro
Keuangan, Biro Hukum dan Organisasi, serta Biro Umum.
3. Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur
Mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan
dan standardisasi teknis di bidang basis industri manufaktur. Direktorat
Jenderal Basis Industri Manufaktur terdiri atas 5 (lima) unit eselon II, yaitu
Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Industri Material Dasar Logam;
Direktorat Industri Kimia Dasar; Direktorat Industri Kimia Hilir; dan Direktorat
Industri Tekstil dan Aneka.
4. Direktorat Jenderal Industri Agro
Mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan
dan standardisasi teknis di bidang industri agro. Direktorat Jenderal
Industri Agro terdiri atas 4 (empat) unit eselon II, yaitu Sekretariat
Direktorat Jenderal; Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan;
Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan; dan Direktorat
Industri Minuman dan Tembakau.
5. Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi
Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi
mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan
standardisasi teknis di bidang industri unggulan berbasis teknologi tinggi.
Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi terdiri atas
5 (lima) unit eselon II, yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat
Industri Alat Transportasi Darat; Direktorat Industri Maritim,
Kedirgantaraan, dan Alat Pertahanan; Direktorat Industri Elektronika dan
Telematika; dan Direktorat Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian.
6. Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah
Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah mempunyai
tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi
teknis di bidang industri kecil dan menengah. Direktorat Jenderal Industri
Kecil dan Menengah terdiri atas 4 (empat) unit eselon II, yaitu Sekretariat
Direktorat Jenderal; Direktorat Industri Kecil dan Menengah Wilayah I;
Direktorat Industri Kecil dan Menengah Wilayah II; dan Direktorat Industri
Kecil dan Menengah Wilayah III.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Pendahuluan 6
7. Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri
Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri
mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan
standardisasi teknis di bidang pengembangan perwilayahan industri.
Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri terdiri atas 4
(empat) unit eselon II, yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat
Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah I; Direktorat Pengembangan
Fasilitasi Industri Wilayah II; dan Direktorat Pengembangan Fasilitasi
Industri Wilayah III.
8. Direktorat Jenderal Kerja Sama Industri Internasional
Direktorat Jenderal Kerja Sama Industri Internasional mempunyai
tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi
teknis di bidang kerja sama industri internasional. Direktorat Jenderal
Kerja Sama Industri Internasional terdiri atas 4 (empat) unit eselon II, yaitu
Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Kerja Sama Industri
Internasional Wilayah I dan Multilateral; Direktorat Kerja Sama Industri
Internasional Wilayah II dan Regional; dan Direktorat Ketahanan Industri.
9. Inspektorat Jenderal
Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan
pengawasan intern di Iingkungan Kementerian Perindustrian. Inspektorat
Jenderal terdiri atas 5 (lima) unit eselon II, yaitu Sekretariat Inspektorat
Jenderal; Inspektorat I; Inspektorat II; Inspektorat III; dan Inspektorat IV.
10. Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, Dan Mutu Industri
Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri mempunyai
tugas melaksanakan penelitian dan pengkajian serta penyusunan
rencana kebijakan makro pengembangan industri jangka menengah
dan panjang, kebijakan pengembangan klaster industri prioritas serta
iklim dan mutu industri. Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, Dan Mutu
Industri terdiri dari 5 (lima) unit eselon II, yaitu Sekretariat Badan; Pusat
Standardisasi; Pusat Pengkajian Kebijakan dan Iklim Usaha Industri; Pusat
Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup; dan Pusat Pengkajian
Teknologi dan Hak Kekayaan Intelektual.
11. Staf Ahli Menteri
Adalah unsur pembantu Menteri di bidang keahlian tertentu,
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. Staf
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Pendahuluan 7
Ahli Menteri mempunyai tugas memberi telaahan kepada Menteri
mengenai masalah tertentu sesuai bidang keahliannya, yang tidak
menjadi bidang tugas Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal, Badan
dan Inspektorat Jenderal. Staf Ahli Menteri terdiri atas Staf Ahli Bidang
Penguatan Struktur Industri; Staf Ahli Bidang Pemasaran dan Peningkatan
Penggunaan Produksi Dalam Negeri; dan Staf Ahli Bidang Sumber Daya
Industri dan Teknologi.
Di samping itu, untuk menunjang pelaksanaan tugas Kementerian,
terdapat 3 (tiga) unit eselon II (Pusat) yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal, yaitu:
1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri (Pusdiklat Industri)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri yang selanjutnya disebut
Pusdiklat Industri adalah unsur pendukung pelaksanaan tugas Kementerian
Perindustrian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri Perindustrian melalui Sekretaris Jenderal. Pusdiklat Industri dipimpin
oleh seorang Kepala dan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan
pengembangan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia aparatur
dan sumber daya manusia industri.
2. Pusat Data dan Informasi (Pusdatin)
Pusat Data dan Informasi yang selanjutnya disebut Pusdatin adalah
unsur pendukung pelaksanaan tugas Kementerian yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal.
Pusdatin dipimpin oleh seorang Kepala dan mempunyai tugas
melaksanakan pembinaan dan pengelolaan sistem informasi, manajemen
data, serta pelayanan data dan informasi industri.
3. Pusat Komunikasi Publik
Pusat Komunikasi Publik adalah unsur pendukung pelaksanaan
tugas Kementerian Perindustrian yang berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada Menteri Perindustrian melalui Sekretaris Jenderal. Pusat
Komunikasi Publik dipimpin oleh Kepala dan mempunyai tugas
melaksanakan hubungan antar lembaga, pemberitaan, publikasi, dan
informasi pelayanan publik.
Dalam menunjang pelaksanaan tugas Kementerian Perindustrian
untuk membangun dan memajukan sektor industri, dengan tercapainya
sasaran strategis perspektif pelaksanaan tugas pokok dan perspektif
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Pendahuluan 8
Stakeholders dibutuhkan SDM. Untuk mewujudkan SDM Industri dan
aparatur yang professional maka langkah-langkah yang dilakukan adalah
meningkatkan penerapan kode etik dan peningkatan disiplin dan budaya
kerja pegawai, melakukan pengembangan sistem rekruitmen
pegawai,peningkatan kualitas kemampuan dan pengetahuan SDM
Industri (kuantitas dan kualitas). Dengan jumlah pegawai sebanyak 6168
pegawai, diharapkan dapat mencapai target yang telah di tetapkan
oleh Kementerian Perindustrian.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan PerjanjianKinerja 9
BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
A. RENCANA STRATEGIS 2010 - 2014
Visi Pembangunan Industri Nasional Jangka Panjang (2025)
adalah Membawa Indonesia pada tahun 2025 untuk
menjadi Negara Industri Tangguh Dunia yang bercirikan:
1. Industri kelas dunia;
2. PDB sektor Industri yang seimbang antara Pulau Jawa dan Luar Jawa;
3. Teknologi menjadi ujung tombak pengembangan produk dan penciptaan
pasar.
Untuk menuju Visi tersebut, dirumuskan Visi tahun 2020 yakni Tercapainya
Negara Industri Maju Baru sesuai dengan Deklarasi Bogor tahun 1995 antar para
kepala Negara APEC. Sebagai Negara Industri Maju Baru, Indonesia harus
mampu memenuhi beberapa kriteria dasar antara lain:
1. Kemampuan tinggi untuk bersaing dengan Negara industri lainnya;
2. Peranan dan kontribusi sektor industri tinggi bagi perekonomian nasional;
3. Kemampuan seimbang antara Industri Kecil Menengah dengan Industri
Besar;
4. Struktur industri yang kuat (pohon industri dalam dan lengkap, hulu dan hilir
kuat, keterkaitan antar skala usaha industri kuat);
5. Jasa industri yang tangguh.
Berdasarkan Visi tahun 2020, kemampuan Industri Nasional diharapkan
mendapat pengakuan dunia internasional, dan mampu menjadi basis
kekuatan ekonomi modern secara struktural, sekaligus wahana tumbuh-
suburnya ekonomi yang berciri kerakyatan.
Visi tersebut di atas kemudian dijabarkan dalam visi lima tahun
sampai dengan 2014 yakni:
“Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan”
1.
V I S I
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan PerjanjianKinerja 10
Dalam rangka mewujudkan visi 2025 di atas, Kementerian
Perindustrian sebagai institusi pembina Industri Nasional
mengemban misi sebagai berikut:
1. Menjadi wahana pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat;
2. Menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi nasional;
3. Menjadi pengganda kegiatan usaha produktif di sektor riil bagi
masyarakat;
4. Menjadi wahana (medium) untuk memajukan kemampuan teknologi
nasional;
5. Menjadi wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan
wawasan budaya masyarakat;
6. Menjadi salah satu pilar penopang penting bagi pertahanan negara dan
penciptaan rasa aman masyarakat;
7. Menjadi andalan pembangunan industri yang berkelanjutan melalui
pengembangan dan pengelolaan sumber bahan baku terbarukan,
pengelolaan lingkungan yang baik, serta memiliki rasa tanggung jawab
sosial yang tinggi.
Sesuai dengan Visi tahun 2014 di atas, misi tersebut dijabarkan dalam
misi lima tahun sampai dengan 2014 sebagai berikut:
1. Mendorong peningkatan nilai tambah industri;
2. Mendorong peningkatan penguasaan pasar domestik dan internasional;
3. Mendorong peningkatan industri jasa pendukung;
4. Memfasilitasi penguasaan teknologi industri;
5. Memfasilitasi penguatan struktur industri;
6. Mendorong penyebaran pembangunan industri ke luar pulau Jawa;
7. Mendorong peningkatan peran IKM terhadap PDB.
Pembangunan industri merupakan bagian dari
pembangunan nasional, oleh sebab itu
pembangunan industri harus diarahkan untuk
menjadikan industri yang mampu memberikan
sumbangan berarti bagi pembangunan ekonomi, sosial dan politik
Indonesia. Pembangunan sektor industri, tidak hanya ditujukan untuk
2.
M I S I
3.
T U J U A N
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan PerjanjianKinerja 11
mengatasi permasalahan dan kelemahan di sektor industri yang disebabkan
oleh melemahnya daya saing dan krisis global yang melanda dunia saat ini
saja, melainkan juga harus mampu turut mengatasi permasalahan nasional,
serta meletakkan dasar-dasar membangun industri andalan masa depan.
Secara kuantitatif peran industri ini harus tampak pada kontribusi
sektor industri dalam Produk Domestik Bruto (PDB), baik kontribusi sektor
industri secara keseluruhan maupun kontribusi setiap cabang industri. Maka
dijabarkan tujuannya adalah kokohnya basis industri manufaktur dan industri
andalan masa depan menjadi tulang punggung perekonomian nasional.
Dalam mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan
upaya-upaya sistemik yang dijabarkan ke dalam
sasaran-sasaran strategis yang mengakomodasi
perspektif pemangku kepentingan (stakeholder),
perspektif pelaksanaan tugas pokok, dan perspektif peningkatan kapasitas
kelembagaan yang dapat dirinci sebagai berikut:
Sasaran Strategis I: Tingginya nilai tambah industri, dengan Indikator Kinerja
Utama:
1. Laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah;
2. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional.
Sasaran Strategis II: Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri,
dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri nasional.
2. Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar
dalam negeri.
Sasaran Strategis III: Kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan
industri, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri;
2. Indeks iklim industri nasional.
4.
S A S A R A N
Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan PerjanjianKinerja 12
Sasaran Strategis IV: Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan
teknologi industri, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan
inovatif;
2. Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri.
Sasaran Strategis V: Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri, dengan
Indikator Kinerja Utama:
1. Tumbuhnya Industri Dasar Hulu (Logam dan Kimia);
2. Tumbuhnya Industri Komponen automotive, elektronika dan permesinan;
3. Tumbuhnya Industri lainnya yang belum ada pada pohon industri.
Sasaran Strategis VI: Tersebarnya pembangunan industri, dengan Indikator
Kinerja Utama:
1. Meningkatkan kontribusi manufaktur diluar pulau Jawa terhadap PDB
nasional;
2. Jumlah investasi baru industri jasa pendukung dan komponen industri
yang menyerap banyak tenaga kerja.
Sasaran Strategis VII: Meningkatnya peran industri kecil dan menengah
terhadap PDB, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Tumbuhnya industri kecil diatas pertumbuhan ekonomi nasional;
2. Tumbuhnya industri menengah dua kali diatas industri kecil;
3. Meningkatnya jumlah output IKM yang menjadi “Out-Source” Industri
Besar.
Sasaran Strategis I: Mempersiapkan dan/atau menetapkan kebijakan produk
hukum industri, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP, R.Perpres/R.Keppres);
2. Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri.
Sasaran Strategis II: Menetapkan rencana strategis dan/atau
pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan, dengan
Indikator Kinerja Utama: Renstra 2010-2014 dan Renja.
Perspektif Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan PerjanjianKinerja 13
Sasaran Strategis III: Menetapkan peta panduan pengembangan industri,
dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Peta Panduan Pengembangan Klaster Industri Prioritas;
2. Peta Panduan Industri Unggulan Provinsi;
3. Peta Panduan Kompetensi Inti Industri Kabupaten/Kota.
Sasaran Strategis IV: Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan
industri, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Rekomendasi usulan insentif;
2. Perusahaan industri yang memperoleh insentif.
Sasaran Strategis V: Mengembangkan R&D di instansi dan industri, dengan
Indikator Kinerja Utama: Kerjasama instansi R&D dengan industri.
Sasaran Strategis VI: Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan
penggunaan kekayaan intelektual, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Perusahaan yang mendapatkan HKI;
2. Produk HKI yang dikomersialkan (paten).
Sasaran Strategis VII: Memfasilitasi pengembangan industri, dengan Indikator
Kinerja Utama:
1. Tingkat utilisasi kapasitas produksi;
2. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan;
3. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku;
4. Perjanjian kerjasama internasional.
Sasaran Strategis VIII: Memfasilitasi promosi industri, dengan Indikator Kinerja
Utama: Perusahaan mengikuti seminar/konferensi, pameran, misi
dagang/investasi.
Sasaran Strategis IX: Memfasilitasi penerapan standardisasi, dengan Indikator
Kinerja Utama:
1. Rancangan SNI yang diusulkan;
2. Penambahan SNI wajib yang diterapkan;
3. Perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu/ISO 9001:2008
(Pedoman BSN 10 dan GKM).
Sasaran Strategis X: Meningkatkan kualitas pelayanan publik, dengan
Indikator Kinerja Utama: Tingkat kepuasan pelanggan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan PerjanjianKinerja 14
Sasaran Strategis XI: Mengkoordinasikan peningkatan kualitas lembaga
pendidikan dan pelatihan serta kewirausahaan, dengan Indikator Kinerja
Utama:
1. Instruktur yang bersertifikat;
2. Jurusan pada lembaga pendidikan dan lembaga diklat yang
terakreditasi.
Sasaran Strategis XII: Mengoptimalkan budaya pengawasan pada unsur
pimpinan dan staf, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Tingkat penurunan penyimpangan minimal;
2. Terbangunnya Sistem Pengendalian Internal di unit kerja.
Sasaran Strategis XIII: Mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan
efektifitas pencapaian kinerja industri, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan;
2. Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri.
Sasaran Strategis I: Mengembangkan kemampuan SDM aparatur yang
kompeten, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Standar kompetensi SDM aparatur;
2. SDM aparatur yang kompeten.
Sasaran Strategis II: Membangun organisasi yang professional dan probisnis,
dengan Indikator Kinerja Utama: Penerapan sistem manajemen mutu.
Sasaran Strategis III: Membangun sistem informasi yang terintegrasi dan
handal, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Tersedianya sistem informasi online;
2. Pengguna yang mengakses.
Sasaran Strategis IV: Meningkatkan kualitas perencanaan dan pelaporan,
dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Kesesuaian program dengan Kebijakan Industri Nasional (KIN);
2. Tingkat persetujuan rencana kegiatan (zero stars);
3. Tingkat ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan.
Perspektif Peningkatan Kapasitas Klembagaan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan PerjanjianKinerja 15
Sasaran Strategis V: Meningkatkan sistem tata kelola keuangan dan BMN
yang profesional, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Tingkat penyerapan anggaran;
2. Tingkat kualitas laporan keuangan (WTP).
Upaya lain yang harus dilakukan untuk mewujudkan pencapaian
tujuan di atas adalah dirumuskan sasaran-sasaran yang sifatnya kuantitatif
sehingga mudah untuk diukur keberhasilan pencapaiannya. Target
pertumbuhan setiap cabang industri yang ingin dicapai dalam peningkatan
daya saing industri manufaktur pada periode 2010-2014 adalah sebagai
berikut:
Target pertumbuhan untuk cabang industri
makanan, minuman, dan tembakau rata-rata
mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat
mencapai sebesar 8,41 persen. Dengan nilai
target pertumbuhan terkecil pada tahun 2010 sebesar 6,64 persen hingga
target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 10,40 persen.
Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari Industri kecil, industri
menengah dan industri besar dengan presentasi kontribusi di harapkan bisa
berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50 persen dan IB sebesar 50
persen.
Target pertumbuhan untuk cabang industri tekstil,
barang kulit, dan alas kaki rata-rata mulai tahun
2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai sebesar
3,84 persen. Dengan nilai target pertumbuhan
terkecil pada tahun 2010 sebesar 2,15 persen hingga target pertumbuhan
terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 5,60 persen. Nilai tersebut
diharapkan dapat disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan
industri besar dengan presentasi kontribusi di harapkan bisa berimbang,
yaitu: IK ditambah IM sebesar 50 persen dan IB sebesar 50 persen.
Target pertumbuhan untuk cabang industri
makanan, minuman, dan tembakau rata-rata
mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat
mencapai sebesar 2,94 persen. Dengan nilai
target pertumbuhan terkecil pada tahun 2010 sebesar 1,75 persen hingga
1. Cabang Industri Makanan,Minuman, dan Tembakau
2. Cabang Industri Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki
3. Cabang Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan lainnya
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan PerjanjianKinerja 16
target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 3,90 persen.
Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari Industri kecil, industri
menengah dan industri besar dengan presentasi kontribusi di harapkan bisa
berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50 persen dan IB sebesar 50
persen.
Target pertumbuhan untuk cabang industri
makanan, minuman, dan tembakau rata-rata
mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat
mencapai sebesar 5,04 persen. Dengan nilai
target pertumbuhan terkecil pada tahun 2010 sebesar 4,60 persen hingga
target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 5,58 persen.
Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari Industri kecil, industri
menengah dan industri besar dengan presentasi kontribusi di harapkan bisa
berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50 persen dan IB sebesar 50
persen.
Target pertumbuhan untuk cabang industri
makanan, minuman, dan tembakau rata-rata
mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat
mencapai sebesar 6,30 persen. Dengan nilai
target pertumbuhan terkecil pada tahun 2010
sebesar 5,00 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014
yaitu sebesar 8,30 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari
Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi
kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50
persen dan IB sebesar 50 persen.
Target pertumbuhan untuk cabang industri
makanan, minuman, dan tembakau rata-rata
mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat
mencapai sebesar 4,19 persen. Dengan nilai
target pertumbuhan terkecil pada tahun 2010
sebesar 3,25 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014
yaitu sebesar 5,30 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari
Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi
4. Cabang Industri
Kertas dan
Barang Cetakan
5. Cabang Industri
Pupuk, Kimia,
dan Barang dari
Karet
6. Cabang Industri
Semen dan
Barang Galian
bukan Logam
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan PerjanjianKinerja 17
kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50
persen dan IB sebesar 50 persen.
Target pertumbuhan untuk cabang industri
makanan, minuman, dan tembakau rata-rata mulai
tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat mencapai
sebesar 4,03 persen. Dengan nilai target
pertumbuhan terkecil pada tahun 2010 sebesar 2,75 persen hingga target
pertumbuhan terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 5,50 persen. Nilai
tersebut diharapkan dapat disumbang dari Industri kecil, industri menengah
dan industri besar dengan presentasi kontribusi diharapkan bisa berimbang,
yaitu: IK ditambah IM sebesar 50 persen dan IB sebesar 50 persen.
Target pertumbuhan untuk cabang industri
makanan, minuman, dan tembakau rata-rata
mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat
mencapai sebesar 7,34 persen. Dengan nilai
target pertumbuhan terkecil pada tahun 2010
sebesar 4,00 persen hingga target pertumbuhan terbesar pada tahun 2014
yaitu sebesar 10,20 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat disumbang dari
Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan presentasi
kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM sebesar 50
persen dan IB sebesar 50 persen.
Target pertumbuhan untuk cabang industri
makanan, minuman, dan tembakau rata-rata
mulai tahun 2010 - 2014 diharapkan dapat
mencapai sebesar 6,00 persen. Dengan nilai target pertumbuhan terkecil
pada tahun 2010 sebesar 5,18 persen hingga target pertumbuhan terbesar
pada tahun 2014 yaitu sebesar 6,80 persen. Nilai tersebut diharapkan dapat
disumbang dari Industri kecil, industri menengah dan industri besar dengan
presentasi kontribusi di harapkan bisa berimbang, yaitu: IK ditambah IM
sebesar 50 persen dan IB sebesar 50 persen.
Untuk lebih jelasnya, target laju pertumbuhan setiap cabang industri selama
periode 2010-2014 dapat dilihat pada Tabel 2.1.
7. Cabang Industri
Logam Dasar,
Besi dan Baja
8. Cabang Industri
Alat Angkut,
Mesin dan
Peralatannya
9. Cabang Industri
Barang Lainnya
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan PerjanjianKinerja 18
Dalam rangka mewujudkan pencapaian sasaran-
sasaran industri tahun 2010-2014, telah dibangun
Peta Strategi Kementerian Perindustrian yang
menguraikan peta-jalan yang akan ditempuh
untuk mewujudkan visi 2014 sebagaimana
disebutkan di atas. Peta Strategi Kementerian Perindustrian tersaji pada
Gambar 2.1 di bawah ini.
Cabang Industri 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata 2010-2014
Makanan, Minuman dan Tembakau 11,29 6,64 7,92 8,15 8,94 10,40 8,41Tekstil, barang Kulit & Alas kaki 0,53 2,15 3,40 3,75 4,30 5,60 3,84Barang Kayu & Hasil Hutan lainnya -1,46 1,75 2,75 2,90 3,40 3,90 2,94Kertas & barang Cetakan 6,27 4,60 4,80 4,90 5,30 5,58 5,04Pupuk, Kimia & barang dari Karet 1,51 5,00 5,46 5,75 7,00 8,30 6,30Semen & Barang Galian bukan Logam -0,63 3,25 3,74 4,05 4,60 5,30 4,19Logam Dasar, Besi & Baja -4,53 2,75 3,40 4,00 4,50 5,50 4,03Alat Angkut, Mesin & Peralatannya -2,94 4,00 6,40 7,78 8,30 10,20 7,34Barang lainnya 3,13 5,18 5,60 6,00 6,40 6,80 6,00
Total Industri 2,52 4,65 6,10 6,75 7,47 8,95 6,78
Tabel 2.1. Target Pertumbuhan setiap Cabang Industri tahun 2010 – 2014 (%)
5.ARAH
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Sumber: Renstra Kementerian Perindustrian 2010-2014
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan PerjanjianKinerja 19
Gambar 2.1.Peta Strategi Kementerian Perindustrian
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan PerjanjianKinerja 20
B. RENCANA KINERJA TAHUN 2011
Dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
sebagaimana tercantum dalam RENSTRA Kementerian Perindustrian Tahun
2010-2014, maka telah ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) dari masing-
masing sasaran-sasaran strategis yang akan dicapai Kementerian
Perindustrian pada tahun 2011 sesuai dengan Peta Strategis Kementerian
Perindustrian yang telah dituangkan dalam Rencana Strategis tahun 2010-
2014 adalah yang terinci sebagai berikut:
Nilai tambah industri dimaksud adalah nilai tambah
dari hasil produksi yang merupakan selisih antara nilai
output dengan nilai input. Sasaran strategis ini akan
dicapai melalui indikator kinerja utama:
a. Laju pertumbuhan industri dengan target pada tahun 2011 sebesar
6,10 persen
b. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional dengan target
pada tahun 2011 sebesar 23,39 persen.
Penguasaan pasar di dalam negeri dimaksudkan
untuk meningkatkan penjualan produk dalam
negeri dibanding dengan seluruh pangsa pasar.
Sedangkan penguasaan pasar di luar negeri
dimaksudkan untuk meningkatkan nilai ekspor produk industri sehingga
dapat meningkatkan rasio/ perbandingan nilai ekspor industri terhadap
nilai ekspor keseluruhan. Indikator kinerja utama sasaran strategis ini
adalah:
a. Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan
dalam negeri dengan target pada tahun 2011 sebesar 60 persen.
b. Pangsa pasar produk dan jasa industri nasional di 5 (lima) negara
utama tujuan ekspor (AS, Jepang, Uni Eropa, Cina, dan Korsel) dengan
target pada tahun 2011 sebesar 35 persen.
Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder)
1. Tingginya nilai
tambah industri
2. Tingginya penguasaan
pasar dalam dan luar
negeri
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan PerjanjianKinerja 21
Dengan kokohnya faktor-faktor penunjang
industri nasional, diharapkan dapat mendukung
tercapainya tujuan industri (faktor dimaksud
adalah dalam hal SDM dalam industri dan iklim
industri yang dinilai dari berbagai hal seperti:
kebijakan/peraturan yang mengatur industri, pelayanan Kemenperin,
fasilitas dalam industri dan lain sebagainya. Sasaran strategis ini dicapai
melalui indikator kinerja utama:
a. Tingkat produktifitas SDM industri dengan target pada tahun 2011
sebesar 250.000 nilai tambah (rupiah) per tenaga kerja.
b. Indeks iklim industri nasional dengan target pada tahun 2011
mencapai indeks 4.
Inovasi dimaksud adalah kreativitas untuk
menciptakan produk baru sebagai hasil
penelitian dan pengembangan teknologi
terapan, dan penelitian dari berbagai sektor
lainnya. Sasaran strategis ini dicapai melalui indikator kinerja utama:
a. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan
inovatif dengan target pada tahun 2011 sebesar 250 penelitian.
b. Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri
dengan target pada tahun 2011 sebesar 50 penelitian.
Struktur industri dimaksud adalah perimbangan
antara industri hulu dan industri antara serta
bagaimana kemampuan kandungan lokal
digunakan dalam produksi. Sehingga indikator
kinerja utamanya adalah:
a. Tumbuhnya industri dasar hulu (logam dan kimia) dengan target pada
tahun 2011 sebesar 3,4 persen.
b. Tumbuhnya industri komponen otomotif, elektronika dan permesinan
dengan target pada tahun 2011 sebesar 6,4 persen.
Terpusatnya industri di Jawa dan Sumatera
menyebabkan ketimpangan pembangunan industri,
3. Kokohnya faktor-
faktor penunjang
pengembangan
industri
4. Tingginya kemampuan
inovasi dan penguasaaan
teknologi industri
5. Kuat, lengkap dan
dalamnya struktur
industri
6. Tersebarnya
pembangunan
industri
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan PerjanjianKinerja 22
sehingga perlu adanya persebaran pembangunan industri ke luar Jawa.
Indikator kinerja utama dari sasaran strategis ini diukur melalui indikator
kinerja utama yaitu:
a. Meningkatnya kontribusi manufaktur di luar pulau jawa terhadap PDB
nasional dengan target pada tahun 2011 sebesar 27,19 persen.
b. Jumlah investasi baru industri jasa pendukung komponen industri yang
menyerap banyak tenaga kerja dengan target pada tahun 2011
sebesar Rp. 38.877.82 miliar.
Saat ini Produk Domestik Bruto (PDB) sebagian
besar masih merupakan sumbangan dari industri besar.
Sedangkan industri kecil dan menengah yang
jumlahnya sangat banyak masih belum mampu
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap produk domestik bruto.
Untuk itu, sasaran strategis yang akan dicapai Kementerian Perindustrian
adalah dengan meningkatkan peran industri kecil dan menengah
terhadap PDB. Ukuran ketercapaian sasaran strategis ini diukur melalui
indikator kinerja utama:
a. Tumbuhnya industri kecil di atas pertumbuhan ekonomi nasional
dengan target pada tahun 2011 sebesar 6,5 persen.
b. Tumbuhnya industri menengah dua kali di atas industri kecil dengan
target pada tahun 2011 sebesar 13 persen
c. Meningkatnya jumlah “outsource” industri besar dengan target pada
tahun 2011 sebesar 20 persen.
Merupakan jumlah kebijakan industri yang
dihasilkan Kementerian Perindustrian dalam
rangka pelaksanaan tugas sebagai perumus
kebijakan dalam rangka membangun industri nasional. Capaian sasaran
strategis ini diukur melalui indikator kinerja utama:
a. Jumlah konsep kebijakan dan produk hukum dengan target pada
tahun 2011 sebanyak 2 konsep kebijakan.
Perspektif Tugas Pokok Fungsi (TUPOKSI)
7. Meningkatnya peran
industri kecil dan
menengah terhadap PDB
1. Mempersiapkan dan/atau
menetapkan kebijakan
produk hukum industri
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan PerjanjianKinerja 23
b. Kebijakan dan produk hukum yang telah ditetapkan Menteri dengan
target pada tahun 2011 sebanyak 20 kebijakan atau produk hukum.
Dengan kertebatasan sumber daya yang
dimiliki, diperlukan rencana strategis untuk
industri prioritas dan industri andalan yang
akan dikembangkan yang mampu
menjadi prime mover, sehingga dengan
keterbatasan sumber daya yang ada, hasil yang dicapai tetap maksimal.
Sebagai indikator kinerja utama sasaran ini adalah tersusunnya rencana
kerja tahunan dengan target pada tahun 2011 sebanyak 1 (satu)
dekumen Renja.
Membuat peta tentang kondisi dan situasi
industri nasional sebagai panduan untuk
pengembangan industri. Dengan adanya
peta panduan pengembangan industri ini diharapkan adanya
kesinambungan pengembangan industri-industri tertentu. Peta panduan
juga diharapkan dapat memberi gambaran yang jelas mengenai arah
pengembangan industri baik itu secara Top-Down maupun Bottom-Up.
Indikator kinerja utama sasaran strategis ini adalah:
a. Tersusunnya peta panduan pengembangan industri unggulan propinsi
dengan target pada tahun 2011 sebanyak 5 peta panduan.
b. Peta panduan kompetensi inti industri daerah dengan target pada tahun
2011 sebanyak 68 peta panduan.
Salah satu bentuk dukungan atau fasilitasi
Pemerintah dalam hal ini Kementerian
Perindustrian, akan memberikan insentif, baik
fiskal maupun non fiskal guna mendukung
pengembangan industri. Capaian sasaran strategis ini diukur melalui
indikator kinerja utama:
a. Jumlah rekomendasi usulan insentif untuk perusahaan dengan target
pada tahun 2011 sebanyak 10 jenis kelompok industri.
2. Menetapkan rencana strategis
dan/atau pengembangan
industry prioritas dan industri
andalan masa depan
3. Menetapkan peta panduan
pengembangan industri
4. Mengusulkan insentif yang
mendukung pengembangan
industri
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan PerjanjianKinerja 24
b. Jumlah perusahaan yang memperoleh insentif dengan target pada
tahun 2011 sebanyak 300 perusahaan.
Minimnya R&D yang dilakukan terutama
Industri Kecil dan Menengah menyebabkan
lemahnya daya saing IKM terhadap produk-
produk luar negeri yang masuk ke Indonesia. Untuk itu Kementerian
Perindustrian akan memfasilitasi pengembangan R&D guna mendukung daya
saing IKM di dalam negeri. Sebagai indikator kinerja utama sasaran ini
adalah jumlah kerjasama R&D instansi dengan industri dengan target
pada tahun 2011 sebanyak 18 kerjasama.
Dalam hal melindungi dan meningkatkan
inovasi baru guna mendukung
pengembangan industri, Kementerian
Perindustrian akan memfasilitasi Perusahaan
untuk mendapat sertifikasi Hak Kekayaan Intelektual serta mempromosikan
produk-produk HKI (paten) untuk dikomersialisasikan. Indikator kinerja utama
sasaran ini adalah:
a. Jumlah perusahaan yang mendapatkan HKI dengan industri dengan
target pada tahun 2011 sebanyak 220 perusahaan.
b. Jumlah hak paten yang dipromosikan dengan industri dengan target
pada tahun 2011 sebanyak 10 produk.
Kementerian Perindustrian akan melakukan fasilitasi
kepada industri untuk mendapat kemudahan dalam hal
akses kepada sumber bahan baku, sumber modal dan
lainnya tujuan pengembangan industri. Capaian
sasaran strategis ini diukur melalui indikator kinerja utama:
a. Tingkat utilisasi kapasitas produksi dengan target pada tahun 2011
sebesar 80 persen.
b. Jumlah perusahaan yang mendapatkan akses ke sumber pembiayaan
dengan target pada tahun 2011 sebanyak 600 perusahaan.
c. Jumlah perusahaan yang mendapatkan akses ke bahan baku dengan
target pada tahun 2011 sebanyak 40 perusahaan.
5. Mengembangkan R & D di
instansi dan industri
6. Memfasilitasi penerapan,
pengembangan dan penggunaan
kekayaan intelektual
7. Memfasilitasi
pengembangan
industri
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan PerjanjianKinerja 25
d. Jumlah perjanjian internasional dalam rangka pengembangan industri
dengan target pada tahun 2011 sebanyak 5 MoU (baik G to G
maupun B to B).
Selain memfasilitasi dalam hal produksi dan
pengembangan industri, Kementerian Perindustrian
juga akan memfasilitasi perusahaan untuk dapat
mengikuti pameran sebagai bentuk promosi untuk meningkatkan pangsa
pasar. Untuk mengukur capaian sasaran ini adalah melalui indikator
kinerja utama jumlah perusahaan yang mengikuti pameran/ seminar, misi
dagang/ investasi dengan target pada tahun 2011 sebanyak 5160
perusahaan.
Standarisasi sebagai bentuk dari non tariff
barrier terhadap masuknya produk-produk luar
negeri sangat diperlukan. Untuk itu Kementerian
Perindustrian akan memfasilitasi penerapan standar. Capaian sasaran
strategis ini diukur melalui indikator kinerja utama:
a. Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) dengan
target pada tahun 2011 sebanyak 120 RSNI.
b. Penambahan jumlah SNI wajib yang diterapkan dengan target pada
tahun 2011 sebanyak 10 SNI.
c. Perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008
(Pedoman BSN10 dan GKM) dengan target pada tahun 2011
sebanyak 200.
Guna meningkatkan pelaksanaan tugas pokok
dan fungsi Kemenperin dalam hal pelayanan
dan fasilitasi, perlu dilakukan survey terhadap
pelayanan yang diberikan tersebut. Pelaksanaan survey akan dikoordinir
oleh Pusat Komunikasi Publik yang akan dilakukan secara sampling.
Indikator kinerja utama dari sasaran ini adalah tingkat kepuasan
pelanggan dengan target pada tahun 2011 mencapai nilai index 4
(empat).
8. Memfasilitasi
promosi industri
9. Memfasilitasi penerapan
standardisasi
10.Meningkatkan kualitas
pelayanan publik
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan PerjanjianKinerja 26
Kementerian Perindustrian akan meningkatkan
kualitas SDM industri melalui peningkatan
koordinasi dengan berbagai lembaga pendidikan
dan pelatihan yang disediakan Kemenperin untuk
pengembangan berbagai kebutuhan industri
misalnya sertifikasi dan akreditasi. Indikator kinerja
utama dari sasaran ini adalah:
a. Jumlah instruktur yang bersertifikat serta jumlah jurusan lembaga
pendidikan dengan target pada tahun 2011 sebanyak 20 orang.
b. Lembaga diklat yang terakreditasi dengan target pada tahun 2011
sebanyak 4 jurusan.
Pelaksanaan salah satu tugas pokok Kementerian
yaitu pengawasan, pengendalian dan evaluasi
dilakukan dengan mengoptimalkan budaya
pengawasan pada unsur pimpinan dan staf
dengan hasil penilaian untuk tujuan meningkatkan budaya pengawasan
yang dilaksanakan bagian pengawasan di lingkungan Kementerian
Perindustrian. Pengawasan ini dimaksudkan untuk meminimalisir atau bahkan
menghilangkan penyimpangan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi.
Indikator kinerja utama sasaran ini adalah:
a. Tingkat penurunan penyimpangan minimal dengan target pada tahun
2011 sebesar 6 persen.
b. Terbangunnya Sistem Pengendalian Intern di unit pengawasan di 52 satuan
kerja Kementerian Perindustrian.
Evaluasi kebijakan dan efektifitas kinerja
industri akan dilaksanakan oleh Inspektorat
Jenderal. Hasil evaluasi pembuatan
kebijakan dan pencapaian target kinerja
untuk menjamin tercapainya tujuan
Kementerian. Capaian sasaran ini diukur melalui indikator kinerja:
a. Hasil laporan evaluasi dengan target pada tahun 2011 sebanyak 10
laporan.
b. Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri
sebesar 40 persen.
11.Mengkoordinasikan
peningkatan kualitas
Lembaga Pendidikan
dan Pelatihan serta
kewirausahaan
12.Mengoptimalkan budaya
pengawasan pada unsure
pimpinan dan staf
13.Mengoptimalkan evaluasi
pelaksanaan kebijakan dan
efektivitas pencapaian
kinerja industri
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan PerjanjianKinerja 27
Tabel 2.2.
Rencana Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2011
Sasaran Strategis PERSPEKTIF
STAKEHOLDER
Indikator Kinerja Target
I Tingginya Nilai Tambah Industri
1 Laju pertumbuhan industri 6,10
2 Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB Nasional
23,39
II Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri
1 Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar DN
60
2 Pangsa pasar produk dan jasa industri nasional di 5 (lima) negara utama tujuan ekspor (AS, Jepang, Uni Eropa, Cina, dan Korsel)
35
III Kokohnya Faktor-Faktor Penunjang Pengembangan Industri
1 Tingkat produktifitas SDM industri 250.000
2 Index iklim industri nasional 4
IV Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan Teknologi Industri
1 Jumlah hasil Penelitian dan Pengembangan Teknologi Industri Terapan Inovatif
250
2 Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri
50
V Kuat, Lengkap dan Dalamnya Struktur Industri
1 Tumbuhnya industri logam dasar besi dan baja
3,4
2 Tumbuhnya industri komponen automotive, elektronika dan permesinan
6,4
VI Tersebarnya pembangunan industri
1 Meningkatkan kontribusi manufaktur diluar pulau Jawa terhadap PDB nasional
30,00
2 Jumlah Investasi baru industri jasa pendukung dan komponen industri yang menyerap banyak tenaga kerja
38.877,82
VII Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB
1 Tumbuhnya industri kecil diatas pertumbuhan ekonomi nasional
6,5
2 Tumbuhnya industri menengah dua kali diatas industri kecil
13
3 Meningkatnya jumlah output IKM yang menjadi "Out-Source" industri besar
20
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan PerjanjianKinerja 28
Sasaran Strategis
PERSEPKTIF TUPOKSI
Indikator Kinerja Target
I Mempersiapkan dan/atau Menetapkan Kebijakan Produk Hukum Industri
1 Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP, R.Perpres/R.Keppres)
2
2 Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri
40
II Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan
1 Renstra 2010 -2014 & RENJA 1
III Menetapkan peta panduan pengembangan industri
1 Peta Panduan Pengembangan klaster Industri prioritas
32
2 Peta panduan industri unggulan provinsi
5
3 Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota
68
IV Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri
1 Rekomendasi usulan insentif 10
2 Perusahaan industri yang memperoleh insentif
300
V Mengembangkan R & D di instansi dan industri
1 Kerjasama R&D instansi dengan industri
18
VI Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan Kekayaan intelektual
1 Perusahaan yang mendapatkan HKI 220
2 Produk HKI yang dikomersialkan (Paten)
10
VII Memfasilitasi pengembangan industri
1 Tingkat utilisasi kapasitas produksi 80
2 Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan
600
3 Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku
40
4 Perjanjian kerjasama Internasional 5
VIII Memfasilitasi promosi industri
1 Perusahaan mengikuti seminar/konfrensi, pameran, misi dagang/investasi
5160
IX Memfasilitasi penerapan standardisasi
1 Rancangan SNI yang diusulkan 120
2 Penambahan SNI wajib yang diterapkan
10
3 Perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008 (Pedoman BSN10 dan GKM)
200
X Meningkatkan kualitas pelayanan publik
1 Tingkat kepuasan pelanggan 4
XI Mengkoordinasikan peningkatan kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta kewirausahaan
1 Instruktur yang bersertifikat 20
2 Jurusan pada lembaga pendidikan dan lembaga diklat yang terakreditasi
5
XII Mengoptimalkan budaya pengawasan pada unsur pimpinan dan staf
1 Tingkat Penurunan penyimpangan minimal
60
2 Terbangunnya Sistem Pengendalian Intern di unit kerja
57
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan PerjanjianKinerja 29
Sasaran Strategis
PERSEPKTIF TUPOKSI
Indikator Kinerja Target
XIII Mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan efektifitas pencapaian kinerja industri
1 Laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan
10
2 Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri
40
C. PENETAPAN KINERJA TAHUN 2011
Berdasarkan rencana kinerja yang telah disusun, dengan dukungan
pembiayaan yang telah disetujui dalam bentuk DIPA, maka ditetapkanlah kinerja
yang akan dicapai. Dengan telah diterbitkannya Inpres No. 5/2004 tentang
Percepatan Pemberantasan Korupsi dan Surat Edaran Menteri Negara PAN
Nomor: SE/31/M.PAN/12/2004 tentang Penetapan Kinerja, Kementerian
Perindustrian telah membuat Penetapan Kinerja tahun 2011 secara berjenjang
sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsi yang ada.
Penetapan Kinerja ini merupakan tolok ukur akuntabilitas kinerja pada
akhir tahun 2011 yang disusun dengan berdasarkan pada Rencana Kinerja
Tahun 2011 yang telah ditetapkan. Namun dalam perjalanannya terjadi
penyesuaian dikarenakan telah dilaksanakan review untuk beberapa indikator
yang tidak dapat diukur karena keterbatasan data yang tersedia baik dari data
Kementerian Perindustrian maupun dari Badan Pusat Statistik (BPS). Indikator yang
mengalami perbaikan adalah:
1. Perspektif Stakeholder Sasaran Strategis ”Tersebarnya pembangunan
industri”, indikator: Jumlah Investasi baru industri jasa pendukung dan
komponen industri yang menyerap banyak tenaga kerja, diubah menjadi
Jumlah Investasi baru industri jasa pendukung dan komponen industri
yang menyerap banyak tenaga kerja.
2. Perspektif Stakeholder Sasaran Strategis ”Meningkatnya peran industri
kecil dan menengah terhadap PDB”, indikator: Meningkatnya jumlah
output IKM yang menjadi "Out-Source" industri besar, dihilangkan.
3. Perspektif Tupoksi Sasaran Strategis ”Menetapkan peta panduan
pengembangan industri”, indikator: Peta Panduan Pengembangan
klaster Industri prioritas, dihilangkan karena target ini sudah tercapai pada
tahun 2010.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan PerjanjianKinerja 30
Tabel 2.3
Penetapan Kinerja (TAPKIN) Perspektif Stakeholders
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
PERSPEKTIF STAKEHOLDER
Tingginya nilai tambah industri
1. Laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah
6.10 Persen
2. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional
23.39 Persen
Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri
1. Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri nasional
35.00 Persen
2. Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar dalam negeri
60.00 Persen
Kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri
1. Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri
250,000 Nilai Tambah (Rupiah) per tenaga kerja
2. Indeks iklim industri Nasional 4 Indeks
Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi Industri
1. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan inovatif
250 Jumlah
2. Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri
50 Jumlah
Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri
1. Tumbuhnya Industri Logam Dasar, Besi dan Baja
3.40 Persen
2. Tumbuhnya Industri Alat Angkut, Mesin & Peralatannya
6.40 Persen
Tersebarnya pembangunan industri
1. Meningkatkan kontribusi manufaktur diluar pulau Jawa terhadap PDB nasional
30.00 Persen
2. Jumlah investasi cabang industri yang menyerap banyak tenaga kerja
38,877.82 Milyar Rupiah
Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB
1. Tumbuhnya industri kecil diatas pertumbuhan ekonomi nasional
6.50 Persen
2. Tumbuhnya industri menengah dua kali diatas industri kecil
13.00 Persen
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan PerjanjianKinerja 31
Tabel 2.4
Penetapan Kinerja (TAPKIN) Perspektif Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi)
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
PERSPEKTIF PELAKSANAAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Mempersiapkan dan/atau Menetapkan Kebijakan Produk Hukum Industri
1. Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP, R.Perpres/R.Keppres)
1 Konsep
2. Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri
50 Peraturan
Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan
1. Renstra 2010 -2014 & RENJA 1 Paket
Menetapkan peta panduan pengembangan industri
1. Peta panduan industri unggulan provinsi
15 Provinsi
2. Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota
40 Kabupaten/ Kota
Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri
1. Rekomendasi usulan insentif 10 Jenis
2. Perusahaan industri yang memperoleh insentif
300 Perusahaan
Mengembangkan R & D di instansi dan industri
1. Kerjasama R&D instansi dengan industri
18 Kerjasama
Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan Kekayaan intelektual
1. Perusahaan yang mendapatkan HKI
220 Perusahaan
2. Produk HKI yang dikomersialkan (Paten)
10 Produk
Memfasilitasi pengembangan industri
1. Tingkat utilisasi kapasitas produksi 80.00 Persen
2. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan
600 Perusahaan
3. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku
40 Perusahaan
4. Perjanjian kerjasama Internasional 5 MoU
Memfasilitasi promosi industri 1. Perusahaan mengikuti seminar/konferensi, pameran, misi dagang/investasi
5160 Perusahaan
Memfasilitasi penerapan standardisasi
1. Rancangan SNI yang diusulkan 120 RSNI
2. Penambahan SNI wajib yang diterapkan
10 SNI
3. Perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008 (Pedoman BSN10 dan GKM)
200 Perusahaan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan PerjanjianKinerja 32
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Meningkatkan kualitas pelayanan publik
1. Tingkat kepuasan pelanggan 4 Indeks
Mengkoordinasikan peningkatan kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta kewirausahaan
1. Instruktur yang bersertifikat 20 Orang
2. Jurusan pada lembaga pendidikan dan lembaga diklat yang terakreditasi
5 Jurusan
Mengoptimalkan budaya pengawasan pada unsur pimpinan dan staf
1. Tingkat Penurunan penyimpangan minimal
60.00 Persen
2. Terbangunnya Sistem Pengendalian Intern di unit kerja
57.00 Persen
Mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan efektifitas pencapaian kinerja industri
1. Laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan
10.00 Persen
2. Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri
40.00 Persen
Penetapan kinerja ini ditetapkan pada bulan Januari 2011 dengan asumsi
bahwa indikator-indikator yang dipergunakan sebagai alat ukur pencapaian
kinerja dapat diperoleh dalam kurun waktu tahun berjalan atau paling lambat
bulan Februari tahun 2012. Namun setelah dilakukan penelusuran lebih lanjut,
ada beberapa indikator yang belum bisa diukur karena terdapat jeda waktu
dalam memperoleh sumber data. Indikator-indikator tersebut adalah:
1. Perspektif Stakeholder Sasaran Strategis ”Tersebarnya pembangunan
industri”, indikator: Meningkatkan kontribusi manufaktur diluar pulau Jawa
terhadap PDB nasional. Data yang dibutuhkan untuk mengukur indikator
ini adalah data PDRB dari seluruh propinsi. Berdasarkan penelusuran
informasi ke BPS sebagai instansi resmi yang mengeluarkan data PDRB ini
diperoleh bahwa data PDRB yang sudah bisa dipergunakan baru dapat
dikeluarkan oleh BPS pada tengah tahun (mempunyai jeda waktu 6
bulan) karena sebelum dirilis diperlukan proses rekonsiliasi dengan BPS
daerah untuk validasi dan verifikasi data.
Sehingga untuk indikator ini baru bisa diukur dengan menggunakan data
tahun sebelumnya, yaitu data PDRB tahun 2010.
2. Perspektif Stakeholder Sasaran Strategis ”Meningkatnya peran industri
kecil dan menengah terhadap PDB”, indikator: 1) Tumbuhnya industri kecil
diatas pertumbuhan ekonomi nasional dan 2) Tumbuhnya industri
menengah dua kali diatas industri kecil.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan PerjanjianKinerja 33
Data yang dibutuhkan untuk mengukur indikator ini adalah data PDB
industri kecil. Berdasarkan informasi dari baik dari BPS maupun Direktorat
Jenderal Industri Kecil dan Menengah, mengalami kesulitan dalam
memperoleh data ini. Sehingga indikator ini diperbaiki menjadi indikator
yang juga mencerminkan ketercapaian sasaran strategis dan dapat
diukur dengan sumber data yang dapat diandalkan.
Indikator perbaikannya adalah sebagai berikut:
1) Meningkatnya kontribusi PDB IKM terhadap PDB Industri dengan target
pada tahun 2011 sebesar 34 persen
2) Meningkatnya penyebaran IKM Jawa dan luar Jawa dengan target
pada tahun 2011 mencapai rasio 63 : 37
Berdasarkan perbaikan-perbaikan dalam tahun berjalan, maka yang diukur
akuntabilitas kinerjanya adalah sasaran-sasaran dalam dokumen Penetapan
Kinerja yang telah disempurnakan indikator-indikator sasarannya.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan PerjanjianKinerja 34
D. RENCANA ANGGARAN
Dalam upaya mewujudkan kinerja yang telah ditetapkan untuk tahun
2011, Kementerian Perindustrian didukung oleh dana APBN sebesar
Rp. 2.329.243.173.000,-. Anggaran tersebut dirinci berdasarkan program. Secara
lengkap anggaran tersebut disajikan dalam Tabel 2.4.
Tabel 2.5
Pagu Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun 2011 Menurut Program
(dalam Rupiah)
NO. Unit Kerja Eselon 1 Pagu Anggaran
1Revitalisasi dan Penumbuhan Basis Industri Manufaktur
407.163.594.000,00
2 Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro 418.784.389.000,00
3Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi
147.402.199.000,00
4Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah
377.106.832.000,00
5 Pengembangan Perwilayahan Industri 55.000.000.000,00
6 Kerjasama Industri Internasional 48.557.397.000,00
7 Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri 386.522.638.000,00
8Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Negara Kementerian Perindustrian
45.500.000.000,00
9Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perindustrian
423.204.289.000,00
10Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perindustrian
20.001.835.000,00
Total 2.329.243.173.000,00
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 35
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
Tahun 2011 merupakan tahun ketiga pelaksanaan Rencana Strategis
tahun 2010 – 2014. Akuntabilitas kinerja yang diukur dalam rangka
menggambarkan capaian kinerja Kementerian Perindustrian pada tahun 2011
mencakup analisis capaian kinerja yang terdiri analisis kinerja makro sektor
industri, analisis kinerja program prioritas, analisis kinerja sasaran dan akuntabilitas
keuangan.
A. ANALISIS CAPAIAN KINERJA TAHUN 2011
Di tengah memburuknya perekonomian dunia yang
berpotensi kepada menurunnya pertumbuhan
ekonomi global, kondisi perekonomian Indonesia
tetap dapat berlangsung dengan pertumbuhan
ekonomi yang cukup moderat.
Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2011 tumbuh sebesar 6,46 persen
dibandingkan dengan tahun 2010. Pertumbuhan terjadi pada semua sektor
ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi 10,69 persen dan terendah di Sektor Pertambangan dan
Penggalian 1,36 persen. PDB (tidak termasuk migas) tahun 2011 tumbuh
sebesar 6,9 persen.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2011 menurut sisi penggunaan terjadi
pada komponen ekspor sebesar 13,6 persen, diikuti pembentukan modal
tetap bruto (PMTB) 8,8 persen, pengeluaran konsumsi rumah tangga
4,7 persen, pengeluaran konsumsi pemerintah 3,2 persen, dan komponen
impor sebagai faktor pengurang juga mengalami pertumbuhan, yaitu
sebesar 13,3 persen. Pada tahun 2011, PDB digunakan untuk memenuhi
konsumsi rumah tangga sebesar 54,6 persen, konsumsi pemerintah
1.Analisis Kinerja Makro Sektor
Industri
Pertumbuhan Ekonomi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 36
9,0 persen, pembentukan modal tetap bruto atau investasi fisik 32,0 persen,
ekspor 26,3 persen, dan impor 24,9 persen.
PDB per kapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2011 mencapai
Rp30,8 juta (US$3.542,9), meningkat dibandingkan pada tahun 2010 yaitu
sebesar Rp27,1 juta (US$3.010,1).
Melihat kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tumbuh
sebesar 6,46 persen sepanjang tahun 2011, lebih tinggi dibandingkan
6,1 persen pada tahun sebelumnya. Keadaan ini merupakan prestasi bagi
Indonesia dimana secara global mayoritas pertumbuhan dunia mengalami
penurunan seperti China, meskipun masih berada pada level yang tinggi
akan tetapi untuk tahun 2011 ini pertumbuhan ekonominya mengalami
penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Begitu juga dengan India yang
awalnya didera pemanasan ekonomi, akhirnya mengalami penurunan
pertumbuhan ekonomi cukup tinggi setelah Bank Sentral India (RBI)
menaikkan suku bunga 13 kali dalam 20 bulan. Dengan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi Indonesia diharapkan dapat diikuti juga oleh
peningkatan iklim investasi dan daya saing Indonesia secara global.
Tabel 3.1
Pertumbuhan Ekonomi (persen)
Sumber: BPS diolah Pusdatin
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 37
Dari pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan keseluruhan yang
sebesar 6,70 persen pada triwulan IV 2011, pertumbuhan Sub Sektor Industri
Non Migas pada triwulan IV 2011 mencapai sebesar 7,40 persen secara year
on year. Kecuali dibandingkan pertumbuhan tahun 2004 (dimana
pertumbuhan industri non migas pada tahun itu mencapai 7,51 persen),
pertumbuhan triwulan IV 2011 ini merupakan pertumbuhan tertinggi yang
pernah dicapai Sub Sektor Industri Non Migas sejak tahun 2001, dan jauh
lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional, yang mencapai 6,49 persen
secara year on year pada periode yang sama.
Grafik 3.1
Grafik Pertumbuhan Ekonomi
Dengan pertumbuhan tersebut, maka secara kumulatif pada tahun
2011 pertumbuhan industri pengolahan non migas mencapai 6,83 persen,
yang jauh lebih tinggi dari pertumbuhannya pada tahun 2010, sebesar
5,12 persen. Dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional,
pertumbuhan industri non-migas pada tahun 2011 mencapai 6,83 persen,
melampaui pertumbuhan ekonomi sebesar 6,46 persen. Pertumbuhan
industri non-migas ini jauh lebih tinggi dari pertumbuhan tahun 2010 sebesar
Perkembangan Sub Sektor Industri Non Migas
Sumber: BPS diolah Pusdatin
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 38
5,12 persen, merupakan pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2005. Relatif
tingginya pertumbuhan sektor non migas pada tiga triwulan pertama 2011
didukung oleh kinerja pertumbuhan sebagian besar kelompok industri non
migas, yang semuanya mengalami pertumbuhan positif.
Tabel 3.2
Pertumbuhan Sektor-sektor Industri (persen)
Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1). Makanan, Minuman dan Tembakau 2.75 7.21 5.05 2.34 11.22 2.73 9.19
2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 1.31 1.23-
3.68-
3.640.6 1.74 7.52
3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. -0.92-
0.66-
1.743.45 -1.38 -3.5 0.35
4). Kertas dan Barang cetakan 2.39 2.09 5.79-
1.486.34 1.64 1.50
5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 8.77 4.48 5.69 4.46 1.64 4.67 3.95
6). Semen & Brg. Galian bukan logam 3.81 0.53 3.4-
1.49-0.51 2.16 7.19
7). Logam Dasar Besi & Baja -3.7 4.73 1.69-
2.05-4.26 2.56 13.06
8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 12.38 7.55 9.73 9.79 -2.87 10.35 7.00
9). Barang lainnya 2.61 3.62-
2.82-
0.963.19 2.98 1.82
Industri Non Migas 5.86 5.27 5.15 4.05 2.56 5.12 6.83
Tabel 3.3
Kontribusi masing-masing sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Industri(persen)
Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1). Makanan, Minuman dan Tembakau 28.58 28.46 29.8 30.4 33.16 33.61 35.20
2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 12.4 12.06 10.56 9.21 9.19 8.97 9.23
3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. 5.67 5.97 6.19 6.43 6.33 5.82 5.44
4). Kertas dan Barang cetakan 5.45 5.3 5.12 4.56 4.82 4.75 4.47
5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 12.25 12.59 12.5 13.53 12.85 12.73 12.21
6). Semen & Brg. Galian bukan logam 3.95 3.88 3.7 3.53 3.43 3.29 3.27
7). Logam Dasar Besi & Baja 2.96 2.77 2.58 2.57 2.11 1.94 2.00
8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 27.81 28.02 28.69 28.97 27.33 28.14 27.47
9). Barang lainnya 0.93 0.95 0.85 0.8 0.77 0.76 0.73
Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh kelompok Industri Logam Dasar
Besi & Baja yang mencapai pertumbuhan sebesar 13,06 persen. Kemudian
diikuti oleh kelompok Industri Makanan, Minuman dan Tembakau, yang
Sumber: BPS diolah Pusdatin
Sumber: BPS diolah Pusdatin
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 39
mencapai pertumbuhan sebesar 9,19 persen. Kemudian kelompok Industri
Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki sebesar 7,52 persen. Lalu kelompok Industri
Semen dan Barang Galian Bukan Logam sebesar 7,19 persen. Setelah itu
kelompok industri Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya yang tumbuh
sebesar 7,00 persen.
Meskipun mengalami perlambatan nilai ekspor sejak bulan
September 2011, namun secara keseluruhan selama tahun 2011 kinerja
ekspor Indonesia menunjukkan perkembangan yang cukup
menggembirakan. Pada tahun 2011 nilai ekspor total Indonesia mencapai
sekitar US$ 16,80 miliar, sehingga secara kumulatif dalam tahun 2011
mencapai sebesar US$ 169,03 miliar, atau naik 34,88 persen terhadap nilai
ekspor pada periode yang sama tahun 2010.
Dari nilai ekspor sebesar US$ 169 miliar tersebut, sekitar US$ 122,19
miliar (60,33 persen) merupakan nilai ekspor yang dihasilkan dari sektor
industri non migas selama periode Januari-Desember 2011. Dengan
demikian selama tahun 2011 nilai ekspor sektor industri non migas mengalami
pertumbuhan sebesar 24,66 persen terhadap nilai ekspor pada periode yang
sama tahun 2010.
Tabel 3.4
Perkembangan Ekpor Industri Non Migas (US$ juta)
No URAIAN 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011Perubahan 2011
(%)
Peran2011 (%)
1 Pengolahan Kelapa/KelapaSawit 3,247.53 4,840.3 5,419.2 6,407.3 10,476.8 17,253.8 23,179.2 34.34 18.97
2 T e k s t i l 7,033.94 7,626.2 8,584.9 9,422.8 9,790.1 11,205.5 13,234.1 18.10 10.83
3 Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif 3,759.99 4,581.8 5,949.7 7,712.7 9,606.9 10,840.0 13,194.4 21.72 10.80
4 Pengolahan Karet 2,089.70 2,954.1 3,545.8 5,465.2 6,179.9 9,522.6 14,540.4 52.69 11.90
5 Elektronika 6,109.50 7,142.5 7,853.0 7,200.2 6,359.7 9,254.6 9,536.3 3.04 7.80
6 Pengolahan Tembaga, Timahdll. 1,187.13 2,165.1 3,133.5 4,134.0 6,156.0 6,506.0 7,501.0 15.29 6.14
7 Pulp dan Kertas 2,798.55 2,817.6 3,257.5 3,983.3 4,440.5 5,708.2 5,769.0 1.07 4.72
8 Kimia Dasar 2,049.72 2,640.1 2,750.2 3,521.4 4,492.5 4,577.7 6,119.8 33.69 5.01
9 Pengolahan Kayu 4,381.41 4,461.6 4,476.3 4,757.6 4,485.1 4,280.3 4,474.7 4.54 3.66
10 Makanan dan Minuman 1,138.83 1,440.1 1,647.9 1,866.0 2,374.8 3,219.6 4,504.0 39.89 3.69
11 Kulit, Barang Kulit dan Sepatu/Alas Kaki 1,399.22 1,553.0 1,683.7 1,913.2 2,006.6 2,665.6 3,450.9 29.46 2.82
12 Alat-alat Listrik 927.63 1,232.7 1,456.0 1,770.9 2,148.9 2,657.9 2,995.2 12.69 2.45
Total 12 Besar Industri 49,757.7 58,154.4 68,517.9 79,066.1 65,376.6 87,691.8 108,498.9 23.73 88.80
Total Industri 55,567.0 64,990.3 76,429.6 88,351.7 73,435.8 98,015.1 122,189.2 24.66 100.00
Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Non Migas
Sumber: BPS diolah Pusdatin
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 40
Jika dilihat menurut kelompok industri, pada tahun 2011 pertumbuhan
nilai ekspor tertinggi dialami oleh kelompok industri Pengolahan Karet yang
mencapai 52,69 persen, yaitu dari sekitar US$ 9,52 miliar pada tahun 2010
menjadi sebesar US$ 14,54 miliar pada tahun 2011.
Pertumbuhan nilai ekspor yang tinggi juga terjadi pada kelompok
industri Makanan dan Minuman yang mencapai 39,89 persen. Jika pada
periode tahun 2010 nilai ekspor kelompok industri ini masih sekitar US$ 3,22
miliar, maka pada tahun 2011 nilai ekspornya sudah mencapai US$ 4,50
miliar. Begitu juga dengan kelompok industri Pengolahan Kelapa/Kelapa
Sawit, serta kelompok industri Kimia Dasar yang masing-masing mengalami
peningkatan 34,34 persen dan 33.69 persen selama periode tahun 2011.
Tabel 3.5
Perkembangan Impor Industri Non Migas (US$ juta)
Sementara itu peningkatan nilai impor juga terjadi pada semua
kelompok industri non migas. Pada periode tahun 2011 total nilai impor
indutri non migas yang mencapai sebesar US$ 125,98 miliar merupakan
kenaikan sebesar 24,59 persen dari total nilai impor periode tahun 2010.
Jika dilihat menurut kelompok industri, kenaikan impor tertinggi terjadi
pada industri Pupuk yang naik sebesar 79,37 persen. Kenaikan impor yang
tinggi juga terjadi pada industri Makanan dan Minuman yang mencapai
51,79 persen. Yang perlu menjadi perhatian adalah kenyataan bahwa nilai
impor pada kelompok industri Makanan dan Minuman jauh lebih besar dari
nilai ekspornya, sehingga dalam periode tahun 2011 kelompok industri ini
mengalami defisit neraca perdagangan.
No URAIAN 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011Perubahan 2011
(%)
Peran2011 (%)
1 Besi Baja, Mesin-mesin danOtomotif
17,531.0 17,031.4 20,539.0 39,978.7 31,683.8 43,218.6 52,375.6 21.19 41.57
2 Elektronika 2,413.5 2,488.3 4,036.0 13,444.7 10,496.7 14,176.2 16,111.8 13.65 12.79
3 Kimia Dasar 5,935.3 6,315.4 7,115.7 10,716.7 8,095.1 11,431.5 15,413.2 34.83 12.234 T e k s t i l 1,026.9 1,085.7 1,192.0 3,901.8 3,396.9 5,031.2 6,735.1 33.87 5.355 Makanan dan Minuman 1,914.5 2,178.2 3,616.1 3,158.0 2,810.6 4,514.2 6,852.0 51.79 5.446 Alat-alat Listrik 877.8 853.0 1,118.3 2,470.8 2,105.8 3,142.8 3,761.7 19.69 2.99
7 Pulp dan Kertas 1,298.9 1,392.0 1,692.6 2,518.5 1,883.2 2,731.8 3,262.6 19.43 2.59
8 Barang-barang Kimia lainnya 1,167.2 1,170.0 1,293.8 1,845.6 1,661.9 2,199.3 2,589.0 17.72 2.06
9 Makanan Ternak 825.7 883.5 1,149.5 1,741.6 1,679.1 1,871.6 2,220.5 18.64 1.76
10 Pengolahan Tembaga, Timahdll.
429.2 671.2 877.6 1,699.1 1,027.1 1,822.1 2,195.1 20.47 1.74
11 Plastik 393.1 454.8 527.6 1,164.9 1,034.0 1,525.1 1,859.3 21.91 1.4812 P u p u k 518.9 624.6 761.8 2,337.6 929.1 1,509.2 2,707.0 79.37 2.15
Total 12 Besar Industri 34,332.1 35,148.3 43,920.1 84,978.0 66,803.5 93,173.6 116,082.6 24.59 92.14Total Industri 37,300.3 38,624.6 48,084.1 91,800.7 72,398.1 101,115.4 125,979.0 24.59 100.00
Sumber: BPS diolah Pusdatin
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 41
Sedangkan untuk industri Tekstil, meskipun nilai impornya juga
mengalami peningkatan yang cukup berarti, yaitu sebesar 33,87 persen dalam
periode tahun 2011 terhadap nilai impornya pada tahun 2011, namun
kelompok industri ini masih mengalami surplus dalam neraca perdagangannya.
Kementerian Perindustrian pada tahun 2011,
diamanahkan sesuai dengan Kepres No. 1 Tahun
2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas
Pembangunan Nasional dan Rencana Kerja (RKP)
Tahun 2011, serta pelaksanaan Perpres No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan
Industri Nasional, untuk memfokuskan pada pengembangan 6 (enam)
kelompok program prioritas.
Hasil-hasil yang telah dicapai Kementerian
Perindustrian pada tahun 2011 yang berkenaan
dengan revitalisasi industry pupuk adalah sebagai
berikut:
a) Kemajuan fasilitasi pembangunan 5 (lima) pabrik pupuk urea baru dan pabrik
pupuk NPK sebesar 40% di tahun 2011
Revitalisasi pabrik urea Kaltim-5: a) Telah ditandatangani Natural Gas Sales
Purchase Agreement (NGSPA) untuk pasokan gas pabrik Kaltim-5 (revitalisasi
Kaltim-1) sebesar 80 MMSCFD pada tanggal 20 Juni 2011, dengan jangka
waktu 2012-2021, namun akan mengalami penurunan mulai tahun 2017;
b) Khusus mengenai tambahan pasokan gas untuk pabrik Kaltim-5 pada
saat declining period, pihak BP. Migas sudah menerbitkan surat Nomor
0363/BPB0000/ 2011/S2 tanggal 13 April 2011, dimana BP. Migas berkomitmen
untuk pengalokasian tambahan gas bumi yang berasal dari lapangan Deep
Water (Chevron), lapangan SangaSanga CBM (Vico), dan sumber gas bumi
lain di wilayah Kaltim; c) Pada tanggal 20 Juni 2011 juga telah
ditandatangani kontrak pembangunan pabrik Kaltim-5 antara PT. Pupuk
Kaltim dengan pihak PT. Inti Karya Persada Teknik (IKPT) dan Toyo Engineering
Corporation (TEC) Jepang. Effective date kontrak telah terlaksana pada
2.Analisis Kinerja
Program Prioritas
Prioritas Nasional
1. Revitalisasi Industri Pupuk
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 42
tanggal 14 September 2011 dan Kick Off Meeting tanggal 15 September
2011. Saat ini sedang berlangsung Basic Engineering di Korea Selatan. Waktu
pembangunan pabrik Kaltim-5 diperkirakan selama 33 bulan sehingga
pengoperasian pabrik Kaltim-5 dijadwalkan pada tahun 2014.
Revitalisasi pabrik Urea Ammonia II PT. PKG: a) Sudah ditandatangani
Memorandum of Agreement (MoA) antara PT. Petrokimia Gresik dengan
Exxon Mobil untuk alokasi pasokan gas bumi pabrik Urea Ammonia II sebesar
85 MMSCFD dari lapangan gas Cepu; b) Telah ditunjuknya PT. Pertamina EP
Cepu sebagai operator lapangan gas Cepu, maka telah dilakukan
koordinasi dengan pihak PT. Pertamina EP Cepu untuk menindaklanjuti MoA
menjadi NGSPA.
Pembangunan Pabrik Pupuk NPK: a) Mulai tahun 2011 telah beroperasi
pabrik Pupuk NPK Fuse Granulation PT. Pupuk Kaltim di Bontang, Kalimantan
Timur. Kapasitas 2 x 100.000 ton NPK pertahun dengan bentuk granular satu
butiran; b) Telah beroperasi pabrik Pupuk NPK Phonska IV PT. Petrokimia
Gresik di Gresik, Jawa Timur kapasitas 600.000 ton NPK pertahun; c) Telah
dilakukan fasilitasi pengamanan bahan baku pupuk NPK melalui penjajagan
kerjasama pasokan bahan baku Kalium dengan Belarusia.
b) Kemajuan peta potensi bahan baku pupuk organik di 100 Kabupaten/Kota sebesar
25% di tahun 2011.
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari kegiatan tahun 2010, dimana pada
tahun 2010 telah dilakukan pemetaan bahan baku pupuk organik di 41
Kabupaten/Kota yang tersebar di 17 Propinsi. Sedangkan pada tahun 2011
telah dilakukan pemetaan potensi bahan baku pupuk organik di 70
Kabupaten/Kota yang tersebar di 18 propinsi.
Gambar 3.2
Extension Pabrik
Pupuk Kaltim 4
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 43
a) Saat ini terdapat 67 calon investor dengan total
areal permohonan perkebunan tebu seluas 2,11 juta
Ha, namun yang sudah diproses di Kementerian
Kehutanan sebanyak 15 investor dimana sebanyak 9 perusahaan dengan
luas areal 308.128 Ha dalam tahap permohonan dan sebanyak 5
perusahaan dengan luas areal 142.590 Ha dalam tahap persetujuan prinsip.
b) Telah direalisasikan bantuan keringanan pembiayaan mesin/peralatan di
7 Perusahaan Gula (PTPN VII, IX, X, XI, XIV, PT. RNI 1 dan PT. RNI 2) dengan
total 46 Pabrik Gula dengan nilai bantuan Rp. 47,88 Miliar dan nilai investasi
mencapai Rp. 679 Miliar. Mesin/peralatan yang dibantu melalui skema ini
telah dimanfaatkan pada musim giling 2011.Dengan adanya bantuan
keringanan pembiayaan mesin/peralatan tersebut diharapkanterjadi
peningkatan kapasitas giling dari 116.260 TCD menjadi 123.724 TCD atau naik
sebesar 6,42 persen. Peningkatan rendemen dari 5,84 persen menjadi
6,69 persen.
c) Bantuan langsung mesin/peralatan 2011 diberikan kepada 6 Perusahaan
Gula ((PTPN II, IX, XI, XIV, PT. RNI 1 dan PT. RNI 2) dengan total. Bantuan
langsung mesin/peralatan Pabrik Gula tahun 2011 terdiri dari 3 (tiga)
kategori, yaitu:
(1) Peralatan Analisa Rendemen Individu (ARI) dalam bentukAutomatic
Digital Polarimeter sebanyak 18 unit untuk 17 Pabrik Gula, dalam rangka
tranparansi perhitungan rendemen antaraPG dan petani tebu.
(2) High Grade Centrifuge (HGC) sebanyak 11 unit untuk 7 Pabrik Gula dan
Low Grade Centrifuge (LGC) sebanyak 10 unit untuk 6 Pabrik Gula,
dalam rangka peningkatan mutu gula.
(3) Cane Bagasse Dryer sebanyak4 unit,yang masing-masing dilengkapi
dengan moister analyser, untuk 4 Pabrik Gula (PG. Kedawung, PG.
Krebet 2, PG. Sragi, dan PG Rendeng), dalam rangka peningkatan
efisiensi energi.
d) Telah selesai dilakukan Audit Teknologi terhadap 10 PG existing terpilih (PG
Tasikmadu, PG Sragi, PG Ngadiredjo, PG Lestari, PG Wonolangan, PG
Gending, PG Jatitujuh, PG Rejo Agung Baru, PG Pagottan, dan PG
Karangsuwung).
2. Revitalisasi Industri Gula
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 44
e) Bantuan langsung mesin/peralatan kepada PG Meritjan (PTPN X) tahun
2010, telah berhasil meningkatkan kemampuan produksi PG sebesar 26 %dari
23.617 ton (2010) menjadi 29.725,50 ton (2011).
a) Untuk program restrukturisasi, pemohon yang
mendaftar sampai dengan penutupan
pendaftaran Program Tahun 2011 sebanyak 175
perusahaan dengan rincian peserta Industri TPT sebanyak 149 perusahaan
(86 diantaranya masuk dalam waiting list) dan peserta industri alas kaki serta
penyamakan kulit sebanyak 26 perusahaan (16 diantaranya masuk dalam
masuk waiting list);
b) Perkembangan terakhir pelaksanaan Program Tahun 2011 sampai
dengan tanggal 29 November 2011 adalah sebagai berikut:
(1) Jumlah perusahaan yang telah disetujui KPA dan dan dapat dicairkan
ke KPPN sebanyak 125 perusahaan industri TPT, alas kaki dan
penyamakan kulit dengan total investasi sebesar Rp 1,55 triliun dan nilai
bantuan Rp 147,52 Milyar,
(2) Dari 175 perusahaan yang mendaftar, peserta waiting list yang tidak
dapat diproses permohonannya karena anggaran sudah tidak
mencukupi adalah 45 perusahaan Industri TPT, Alas Kaki dan
Penyamakan Kulit dengan perkiraan nilai bantuan sebesar Rp 78,51
Milyar.
3. Revitalisasi Industri Tekstil dan Alas Kaki
Gambar 3.3
Pabrik Gula Rafinasi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 45
Hasil-hasil yang telah dicapai Kementerian
Perindustrian pada tahun 2011 yang berkenaan
dengan revitalisasi industri tekstil dan alas kaki adalah
sebagai berikut:
a) Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Tekstil dan Aneka melalui Restrukturisasi
Mesin/Peralatan ITPT dan IAK
Untuk program restrukturisasi, pemohon yang mendaftar sampai dengan
penutupan pendaftaran Program Tahun 2011 sebanyak 175 perusahaan
dengan rincian peserta Industri TPT sebanyak 149 perusahaan (86
diantaranya masuk dalam waiting list) dan peserta industri alas kaki serta
penyamakan kulit sebanyak 26 perusahaan (16 diantaranya masuk dalam
masuk waiting list).
Perkembangan terakhir pelaksanaan Program Tahun 2011 sampai dengan
tanggal 29 November 2011 adalah sebagai berikut:
(1) Jumlah perusahaan yang telah disetujui KPA dan dan dapat dicairkan
ke KPPN sebanyak 125 perusahaan industri TPT, alas kaki dan
penyamakan kulit dengan total investasi sebesar Rp 1,55 triliun dan nilai
bantuan Rp 147,52 Milyar,
(2) Dari 175 perusahaan yang mendaftar, peserta waiting list yang tidak
dapat diproses permohonannya karena anggaran sudah tidak
mencukupi adalah 45 perusahaan Industri TPT, Alas Kaki dan
Penyamakan Kulit dengan perkiraan nilai bantuan sebesar Rp 78,51
Milyar.
b) Pengembangan Klaster Industri TPT dan Industri Alas Kaki
(1) Jumlah perusahaan mengikuti dan disetujui pada program
Restrukturisasi Mesin/Peralatan Industri TPT, Alas Kaki dan Penyamakan
Kulit sebanyak 125 perusahaan dengan total investasi sebesar Rp 1,55
triliun dan nilai bantuan Rp 147,52 Milyar,
(2) Telah dilaksanakan berbagai pelatihan bagi SDM industri TPT
sebanyak 650 orang dan telah dilatih calon TKI yang gagal
berangkat sebanyak 3000 orang di kantong-kantong penghasil TKI
dengan rincian 1530 orang di Jawa Tengah , 990 orang di jawa barat
dan 480 orang di jawa timur.
4. Revitalisasi Industri Tekstil dan Alas Kaki
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 46
(3) Telah dilaksanakan Penyusunan Peraturan Menteri dan Juknis SNI
Wajib Produk Tekstil dan Aneka dan disosialisasikannya SNI wajib bagi
produk TPT dan Aneka dalam rangka perlindungan dan penguatan
industri dalam negeri.
(4) Telah dilaksanakan upaya penguatan Standar produk dan Tenaga
Kerja ITPT dan Aneka melalui Penyusunan RSNI (22 judul), RSKKNI (3
judul) industri TPT dan Aneka dan fasilitasi perusahaan dalam
penggunaan standar-standar internasional sebanyak 8 perusahaan.
(5) Terlaksananya fasilitasi pameran di dalam negeri (Gelar Produk
Sepatu dan Kulit tanggal 28 April s/d 1 Mei, pameran Inatex tanggal
27-30 April, pameran di Plasa Industri tanggal 5-8 Juli dan pameran
yang akan difasilitasi antara lain pameran TEI 2011, pameran Yogya
Fashion Week dan pameran di Semarang dan Terlaksananya fasilitasi
pameran di luar negeri diadakan di Thailand (20-24 April), pameran
GDS di Jerman (8-13 September) dan pameran yang akan difasilitasi
antara lain pameran Intertextile Shanghai (18-21 Oktober),
Guangzhou China (27-30 Oktober), Hongkong (22-23 Oktober).
Telah dilaksanakan upaya-upaya penciptaan iklim usaha yang kondusif
melalui berbagai kegiatan dan program.
Utilisasi kapasitas produksi semen sebesar 88,5 persen
dan terjadi peningkatan jumlah populasi industri
bahan bangunan dan konstruksi, yaitu
pembangunan pabrik semen baru di Grobogan, Jawa Tengah. Selain itu
telah dilaksanakan MoU pembangunan pabrik semen baru antara
Kementerian Perindustrian dengan Anhui Conch Cement Co. Ltd (rencana
membangun pabrik semen di Kalimantan dan Papua), serta rencana
pembangunan pabrik semen terintegrasi yang dimulai dengan
pembangunan packing plant semen di Ciwandan, Banten oleh PT. Gama
Group.
Realisasi perluasan pabrik keramik PT. Arwana Citramulia telah terlaksana
dan jumlah Entitas kolaborasi klaster industri semen dan industri keramik
sebanyak 104 telah tercapai. Entitas Industri Semen di Sumatera Barat
sejumlah 33 Industri Kecil dan Menengah dengan penyerapan tenaga kerja
5. Revitalisasi Industri Semen
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 47
sebesar 49.200 orang (Sumber: Laporan Akhir Implementasi dan Penguatan
Kolaborasi Klaster Industri Pengolahan Semen di Sumatera Barat: 2010).
Realisasi pembangunan 1 Unit pengantongan semen di Sorong, Papua Barat
oleh PT. Semen Gresik direncanakan mulai beroperasi pada pertengahan
tahun 2012. Realisasi pembangunan pabrik semen baru oleh PT. Semen
Gresik (Tuban IV) dan PT. Semen Tonasa (Tonasa V) dengan kapasitas
masing-masing 2,5 juta metrik ton per tahun yang direncanakan mulai
beroperasi pada pertengahan tahun 2012. PT. Semen Padang akan memulai
pembangunan pabrik baru (Indarung VI) dengan kapasitas 2,5 juta ton per
tahun yang direncanakan selesai pada tahun 2014.
Hasil-hasil yang telah dicapai Kementerian
Perindustrian pada tahun 2011 yang berkenaan
dengan revitalisasi industri petrokimia adalah sebagai
berikut:
a) Berkembangnya klaster industri berbasis migas dan petrokimia
(1) Ada 3 (tiga) pusat Klaster industri petrokimia yaitu Banten, Jawa Timur
dan Kalimantan Timur. Banten merupakan pusat klaster industri
petrokimia berbasis olefin, Jawa Timur sebagai pusat klaster industri
petrokimia berbasis aromatik dan Kalimantan Timur sebagai pusat
klaster industri petrokimia berbasis methane (C-1). Sebuah klaster
terdiri dari industri inti, industri pendukung dan industri penunjang.
(2) Jumlah industri petrokimia pada masing-masing klaster yaitu Klaster
Banten terdapat 56 perusahaan, Klaster Jawa Timur terdapat 24
Perusahaan dan Klaster Kalimantan Timur terdapat 15 Perusahaan.
Selain industri kimia, juga ada industri pendukung dan industri
6. Revitalisasi Industri Petrokimia
Gambar 3.4
Pabrik Semen
Padang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 48
penunjang antara lain industri permesinan, industri otomotif, industri
komponen, industri peralatan listrik, industri farmasi, industri karet
sintetis, industri serat sintetis, dll.
b) Koordinasi pengamanan bahan baku untuk industri migas
Kebutuhan nafta PT. Chandra Asri sebesar 1,7 juta ton/tahun dipenuhi dari
impor, kebutuhan kondensat PT. TPPI sebesar 100.000 barrel/hari, sebesar
±60 persen dipasok dari produksi dalam negeri dan sisanya impor,
kebutuhan gas bumi sebagai bahan baku industri pupuk sebesar 799,2
mmscfd. Akan tetapi kontrak pasokan gas sampai saat ini sebesar 674,0
mmscfd, tidak termasuk PT. Pupuk Iskandar Muda (PT. PIM) yang
memperoleh pasokan gas melalui pembelian dengan kontrak 1 tahun.
Sehingga pemenuhan pasokan bahan baku gas untuk industri pupuk
sebesar 84%.
c) Subsidi bunga
Pemberian subsidi bunga dilakukan kepada investasi baru, yaitu
pembangunan refinery (kilang minyak). Pada tahun 2011 sedang
dilakukan penyusunan DED pembangunan refinery di Jawa Timur dengan
hasil sementara penentuan lokasi di Tuban dan pasokan minyak mentah
dari Aramco (Arab Saudi). Sehingga pada tahun 2011 belum dapat
melakukan pemberian subsidi bunga pada investasi baru.
d) Penyusunan model pemberian insentif untuk pengembangan industri petrokimia.
Pada tahun 2011 dilakukan kegiatan Penyusunan model pemberian
insentif untuk pengembangan industri petrokimia dengan keluaran
Gambar 3.5Menteri Perindustrian menekan tombol sirene pada peresmian pabrik PT Multi Nitrotama Kimia – 2 yang memproduksi amonium nitrat di Cikampek 3 Oktober 2011
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 49
berupa Laporan Penyusunan model pemberian insentif untuk
pengembangan industri petrokimia.
e) Pembangunan center of excellence klaster industri petrokimia
Pada tahun 2012 akan dilakukan pembangunan Center of Excellence
Industri Petrokimia di Banten dengan pelaksanaan secara multiyears.
Pembangunan dilakukan berdasarkan hasil DED Center Of Excellence
Industri Petrokimia yang dilakukan tahun 2011. Sehingga dengan
selesainya Dokumen DED Center Of Excellence Industri Petrokimia
kemajuan pembangunan Center Of Excellence Industri Petrokimia di
tahun 2011 di estimasi mencapai 30 persen.
Hasil-hasil yang telah dicapai Kementerian
Perindustrian pada tahun 2011 yang berkenaan
dengan revitalisasi industri pupuk adalah sebagai
berikut:
a) Industri Padat Karya
Industri Padat karya meliputi: Industri Tekstil dan Produk Tekstil, Industri Alas
Kaki dan Industri Furniture. Industri TPT dan Industri alas kaki telah dijelaskan
pada bab terdahulu sehingga yang dijelaskan pada bagian ini adalah
yang terkait dengan kinerja industri furniture.
Prioritas Kementerian
1. Pengembangan Klaster Industri Prioritas
Gambar 3.6Menteri Perindustrian Mohamad S. Hidayat seusai membuka Pameran dan Seminar Bangun Indonesia dengan Produk Nasional ber-SNI
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 50
(1) Telah dibangunnya terminal kayu di Kendal-Jawa Tengah guna
pengamanan pasokan bahan baku kayu/rotan.
(2) Meningkatnya kompetensi 326 orang dibidang desain dan teknologi
proses furniture di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Pidie-Aceh, Katingan-
Kalimantan Tengah dan Palu.
(3) Diharapkan hasil dari kompetisi/lomba desain furnitur dapat diproduksi.
(4) Telah dilakukan promosi dan pameran dalam rangka pengembangan
Pasar furnitur kayu/rotan didalam negeri maupun diluar negeri.
b) Industri Kecil dan Menengah
(1) Telah dilakukan pembinaan terhadap 68 sentra IKM fesyen,
kerajinan, batu mulia, keramik dan minyak atsiri.
(2) Terselenggaranya promosi dan pameran IKM di dalam negeri
sebanyak 10 kali dan partisipasi pameran di luar negeri sebanyak 4 kali
(3) Telah dilatih sebanyak 605 orang di bidang teknologi produksi,
disain dan mutu IKM, teknik casting dan desain perhiasan, uji kadar
perak, pelatihan teknis Good Agricultural Practicess (GAP) dan
Good Manufacturing Process (GMP), 145 orang di bidang garmen,
alas kaki, makanan di Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah,
Yogyakarta dan Jawa Timur, baik sebagai tenaga kerja maupun
calon wirausaha baru sebagai antisipasi moratorium pengiriman
TKI ke luar negeri.
(4) Bantuan alat kepada 15 sentra dan 3 UPT di seluruh Indonesia.
(5) Berkembangnya OVOP IKM fesyen, kerajinan, batu mulia, keramik
dan minyak atsiri sebanyak 20 provinsi yaitu Provinsi Bali, Sumatera
Utara, Jawa Barat, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah,
Gambar 3.7Menteri Perindustrian Mohamad S. Hidayat Mendengarkan Penjelasan tentang Produk Rotan Produksi AIDA Rattan di Cirebon 19 Juli 2011
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 51
Sulawesi Utara, Jambi, Lampung, Kalimantan Selatan, Papua,
Maluku Utara dan Gorontalo
(6) Terealisasinya penyaluran KUR di IKM sampai dengan September
2011 sebesar Rp. 13,3 miliar dari total penyaluran KUR sebesar Rp.
560,4 miliar, sehingag kontribusi penyerapan KUR oleh IKM sebesar
2,38%.
c) Industri Barang Modal
Industri Padat karya meliputi: Industri Penghasil Barang Modal (Industri
Permesinan termasuk Listrik) dan Industri Perkapalan. Hasil-hasil yang
telah dicapai untuk industry barang modal adalah:
(1) Fasilitasi pembangunan PLTU Batubara skala kecil di 70 lokasi di
luar jawa bali oleh PT. PLN. dilaksanakan oleh Engineering
Procurement and Construction (EPC) nasional sebagai main
contractor, antara lain: telah ditetapkan boiler harus dipasok oleh
industri boiler dalam negeri.
Gambar 3.8
Program Bantuan
KUR untuk Usaha
Batik
Gambar 3.9
Piala Anugerah Cinta
Karya Bangsa kepada
Kementerian
Perindustrian Peringkat 2
Penghargaan
Peningkatan P3DN dalam
pengadaan barang dan
jasa
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 52
(2) Telah mampu diproduksinya turbin dan pompa air untuk PLTU 100
MW, trafo 500 kV, Gas Insulated Switchgear (GIS) 500 kV di dalam
negeri.
(3) Terlaksananya bantuan mesin peralatan untuk PT. Barata
Indonesia dan PT. Boma Bisma Indra dalam rangka mendukung
restrukturisasi pabrik gula dalam negeri.
(4) Dikembangkannya reverse engineering low grade centrifugal
sebagai wujud kolaborasi antara akademisi, pemerintah dan
pelaku usaha, disamping prototipe mesin pembuat dry ice.
(5) Terjadi peningkatan utilisasi kapasitas produksi pada tahun 2010 -
2011untuk industri alat berat, industri trafo, industri mesin perkakas,
industri mesin peralatan pabrik (utilisasi menjadi ± 80%).
(6) Pemberdayaan Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional
melalui pengembangan prototype desain kapal patroli 42 M.
(7) Meningkatnya 220 orang SDM pengelasan kapal, bawah air,
pelatihan desain kapal, pelatihan coating dan reparasi kapal
(8) Penambahan investasi baru di bidang industri pekapalan sebesar
Rp. 770,8 milyar di Lamongan, Lampung, Jakarta dan Banten.
(9) Telah siap operasionalnya lapangan fabrikasi PT. Saipem Indonesia
di Kepulauan Karimun dimana nilai investasi pembangunan
galangan mencapai USD 450 juta dengan kapasitas produksi
direncanakan 35.000 ton/tahun yang dimulai tahun 2008.
(10) Terlaksananya pemberian BMDTP bagi industri-industri perkapalan
dalam negeri melalui PMK No.109/PMK.011/2011 yang terbit di
bulan September 2011, pagu yang dialokasikan untuk sektor
Gambar 3.10
Menteri Perindustrian
Mohamad S. Hidayat
memberikan sambutan
pada peresmian pabrik
mesin kontruksi
PT. Sumitomo S. H. I
di kawasan industri
KICC – Karawang
15 September 2011
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 53
industri perkapalan sebesar Rp.20,04 milyar dimana hingga
Nopember 2011 telah masuk RIB impor sebesar Rp.1,82 milyar.
(11) Pertumbuhan industri perkapalan pada tahun 2011 meningkat
sebanyak 8,84 persen, ekspor kapal sebesar USD 660.83 juta.
Sedangkan Impor kapal sebesar USD 126.47 juta dan kapasitas
produksi industri perkapalan nasional untuk bangunan baru
sebesar 650.000 DWT dan reparasi kapal sebesar 10.000.000 DWT.
(12) Tenaga kerja yang terserap di Industri Perkapalan kurang lebih
45.000 orang.
d) Industri Berbasis Sumber Daya Alam
Industri Padat karya meliputi: industry kelapa sawit, industry hilir karet,
industry hilir kakao, industry hilir baja, industry rumput laut. Hasil-hasil
yang telah dicapai adalah:
(1) Telah ditetapkan Proyek Kawasan Industri Sei Mangkei (KISM)
menjadi satelit program MP3EI Indonesia Bagian Barat yang telah
dicanangkan Presiden RI tanggal 27 Mei 2011 dan siap diresmikan
pada awal tahun 2012.
(2) Telah diselesaikannya perluasan kapasitas pabrik kelapa sawit Sei
Mangkei dari semula 30 Ton/Jam TBS menjadi 75 Ton TBS/jam.
(3) Fasilitasi Pembangunan pabrik Palm Kernel Oil (PKO) dan
Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBS) telah memasuki tahap
akhir (siap diresmikan Awal 2012)
Gambar 3.11
Dock perkapalan
milik PT. PAL di
Semarang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 54
(4) Telah tersusunnya matriks kebutuhan infrastruktur Klaster Sei
Mangkei – Sumut, Dumai – Kuala Enok Riau, dan Maloy Kaltim hasil
koordinasi lintas instansi sebagai dasar pembangunan infrastruktur
oleh instansi pembina teknis.
(5) Terbitnya Peraturan Menteri Keuangan No. 128 Tahun 2011 (PMK
128/2011) untuk menjamin pasokan bahan baku bagi industri
dalam negeri dan meningkatkan iklim investasi industri hilir.
(6) Telah dilakukan Promosi Investasi Industri Hilir Kelapa Sawit di
Amerika Serikat, Asia (Dubai Annual Investment Meeting), dan
dalam negeri (Jakarta dan Medan)
(7) Masuknya investasi industri hilir skala besar lebih dari 20 Triliun
Rupiah setelah penerbitan PMK 128/2011.
(8) Meningkatnya utilisasi kapasitas produksi industri fraksionasi melalui
ketersediaan bahan baku.
(9) Masuknya PT. Ferrostaal Indonesia dan sebuah perusahaan dari
Eropa untuk membangun pabrik di Kawasan Industri Sei Mangkei.
(10) Telah berpartisipasi aktif pada kegiatan Sub Working Group of
Palm Oil untuk menangkal dampak negative campaign industri
palm oil di Indonesia.
(11) Berkembangnya industri barang karet komponen otomotif yang
high precision sehingga mampu mensuplai OEM permintaan
principal.
(12) Tersusunnya kajian pengembangan industri karet terpadu di Sei
Bamban sebagai kelanjutan MP3EI
(13) Adanya investasi barang karet (ban roda 2) di Cikampek.
(14) Bantuan Peralatan Pengolahan Barang Karet di Sumatera Selatan,
Jambi dan Kalimantan Barat
(15) Peresmian kebangkitan kakao nasional pada tanggal 24 Juni 2011
dengan meresmikan 14 pabrik diantarannya : PT.General Food
Industries, PT.Bumitangerang Mesindotama, PT.Cocoa Ventures
Indonesia, PT.Teja Sekawan Cocoa Industries, PT. Kakao Mas
Gemilang, PT.Sekawan Karsa Mulia, PT. Asia Cocoa Indonesia,
PT.Maju Bersama Cocoa Industries, PT.Kopi Jaya Cocoa,
PT.Budidaya Kakao Lestari, PT.Jaya Makmur Hasta dan PT.Unicom
Kakao Makmur Sulawesi.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 55
(16) Dalam rangka peningkatan kapasitas industri, PT. Cocoa Venture
memerlukan listrik 865 Kva dan pada saat ini telah dilaksanakan
proses penyambungan daya oleh PLN.
(17) Melakukan Pelatihan keterampilan pengolahan berbasis cokelat
dan Pelatihan pengolahan cokelat untuk mempersiapkan menjadi
wirausaha bagi 36 orang tenaga kerja yang terkena moratorium
yang dilakukan di Chocolate School dan Chocolate Academy.
(18) Mengusulkan Penurunan Tarif Bea Masuk Mesin untuk mesin
pengolah kakao ukuran besar,
(19) Menyusun pedoman pengawasan untuk SNI kakao bubuk (SNI
3747-2009) baik yang diproduksi maupun yang beredar
dipasaran.
(20) Dengan adanya beberapa industri kakao yang sempat mati suri
dan saat ini beroperasi kembali yaitu: PT Effem Indonesia, PT Jaya
Makmur Hasta, PT Unicom Kakao Makmur Sulawesi, PT Davomas
Abadi, PT Maju Bersama Cocoa Industri.
(21) Disamping 5 pabrik yang beroperasi, ada beberapa perusahaan
yang melakukan perluasan diantaranya: PT. General Food
Industry, PT. Bumitangerang Mesindotama, PT. Cocoa Ventures
Indonesia, PT.Teja Sekawan, PT.Kakao Mas Gemilang, PT. Gandum
Mas Kencana, PT. Freyabadi Indotama dan PT. Sekawan Karsa
Mulia. Jumlah kapasitas produksi dari lima perusahaan tersebut
meningkat dari dari 188.875 ton menjadi 281.950 ton.
(22) Pada tahun 2011 ini, terdapat investasi baru yaitu PT. Asia Cocoa
Indonesia, yang merupakan perluasan dari perusahaan
Gambar 3.12
Pabrik Palm Kernel
Oil Kawasan Industri
Sei Mangkei,
PTPN-III, Simalungun
Sumatra Utara
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 56
pengolahan cokelat Guan Chong Cocoa Manufacturer Sdn, Bhd
di Malaysia dengan kapasitas produksi mencapai 60.000
ton/tahun yang akan ditingkatkan menjadi 120.000 ton/tahun
pada bulan Maret 2012 dengan investasi sekitar US$ 24 juta.
(23) Pembangunan pabrik baru oleh PT. Nestle Indonesia salah satu
industri pengguna produk kakao (makanan bayi cerelac, bubuk
milo dansusu bubuk dancow) dengan kapasitas produksi
mencapai 65.000 ton/tahun dengan total investasi Rp. 4,8 Triliun di
Pasuruan dan Karawang.
(24) Fasilitasi Rencana pembangunan pabrik pengolahan kakao di
Sulawesi Selatan oleh PT. Cargill Indonesia dengan rencana
investasi sebesar Rp. 1 Triliun yang akan dimulai pembangunan
pada Juni 2012 dan selesai Juni 2013 dengan memproduksi 70- 80
jenis produk kakao olahan kualitas tinggi.
(25) Koordinasi pelaksanan Pencanangan Gerakan Peningkatan
Konsumsi Kakao dan Cokelat Nasional bulan Desember 2011.
(26) Pada tahun 2011 investasi industri material dasar logam
mengalami peningkatan, hal ini dipicu oleh iklim usaha yang
kondusif serta promosi yang dilakukan oleh pemerintah untuk
menarik investor asing maupun dalam negeri. Beberapa investasi
baru yang bergerak di bidang industri material dasar logam
antara lain: PT Indoferro yang menghasilkan baja kasar (pig iron),
PT Indoaluminium Intikarsa Industri yang menghasilkan aluminium
sheet dan aluminium foil, PT Pangeran Karang Murni yang
melakukan perluasan dengan membangun pabrik baru di Gresik,
Jawa Timur yang menghasilkan billet, PT Indotama Ferro Alloys
Gambar 3.13
Gulungan Baja
Produksi PT.
Krakatau Steel
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 57
yang menghasilkan ferro manganese dan ferro silicone, serta
beberapa perusahaan lain yang menanamkan investasinya baik
di bidang ferro maupun non ferro.
(27) Pengembangan klaster industri besi-baja dalam rangka
membangun daya saing industri yang berkelanjutan. Hasil yang
telah dicapai antara lain: terwujud sinergi diantara stakeholder
sebagai dampak dari dilakukannya beberapa kali Forum
Koordinasi Dalam Rangka Pengembangan Klaster Industri Besi-Baja
khususnya dalam rangka penguatan struktur dan daya saing
industri besi-baja, Tersusunnya rencana awal penyusunan Detail
Engineering Design (DED) Kawasan Industri Berbasis Besi-Baja.
e) Industri Pertumbuhan Tinggi
Industri Padat karya meliputi: industry otomotif, industry elektronika dan
industry telematika. Hasil-hasil yang telah dicapai adalah:
(1) Peningkatan investasi baru pada industri otomotif oleh 4 (empat)
Perusahaan yang melakukan investasi di sektor otomotif dan
industri komponen dengan nilai investasi sebesar USD 21,7 juta dan
Rp. 91,1 miliar.
(2) Perluasan investasi meningkat dengan nilai sebesar USD 1,033
miliar dan Rp. 3,6 Trilliun untuk peningkatan kapasitas produksi dari
9 Perusahaan yang bergerak pada Industri KBM Roda-4 serta
Industri komponen KBM Roda-4 dan Roda-2.
(3) Peningkatan total tenaga kerja untuk KBM R4 sebanyak 645.500
orang yang terdistribusi untuk industri perakitan sebanyak 27.000
orang, industri komponen TIER 1 sebanyak 42.000 orang, industri
Gambar 3.14
Pabrik Krakatau
Steel Cilegon
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 58
komponen TIER 2 dan 3 sebanyak 27.500 orang, Outlet, Bengkel &
Suku Cadang Resmi (Authorised Sales Service dan/atau Spare
Parts) sebanyak 220.000 orang, dan Outlet, Bengkel & Suku
Cadang Tidak Resmi (Non-Authorised Sales Service dan/atau
Spare Parts sebanyak 330.000 orang.
(4) Peningkatan total tenaga kerja untuk KBM R2 sebanyak 495.500
orang yang terdistribusi untuk industri perakitan sebanyak 27.600
orang, industri komponen TIER 1 sebanyak 52.500 orang, industri
komponen TIER 2 dan 3 sebanyak 15.500 orang, Outlet, Bengkel &
Suku Cadang Resmi (Authorised Sales Service dan/atau Spare
Parts) sebanyak 350.000 orang, dan Outlet, Bengkel & Suku
Cadang Tidak Resmi (Non-Authorised Sales Service dan/atau
Spare Parts) sebanyak 50.000 orang.
(5) Peningkatan produksi, penjualan, dan ekspor pada industri
otomotif.
(6) Terdapat 248 perusahaan dengan nilai investasi sebesar
US$ 660.054 juta, menyerap tenaga kerja sebanyak 202.794 orang.
(7) Ekspor terbesar produk elektronika disumbang oleh perusahaan-
perusahaan multinasional dari Jepang dan Korea seperti
Panasonic, Sanyo, LG, Samsung, Toshiba, Sharp, dan JVC.
(8) Ekspor produk industri elektronika tahun 2010 sebesar US$ 7,85 miliar
dan pada Tahun 2011 sampai dengan bulan Mei sebesar
US$ 3,88 miliar. Negara tujuan utama: yaitu Singapura, Jepang,
Amerika, Hongkong, China, Jerman, Belgia dan Korea Selatan.
(9) Panasonic Manufacturing Indonesia telah dipilih sebagai basis
produksi untuk kulkas satu pintu di ASEAN oleh perusahaan
induknya sedangkan LG Indonesia telah di jadikan basis produksi
kulkas, khususnya untuk mengisi pasar Australia, Kuba dan Rusia.
Gambar 3.15
Mahator Unyil,
Kendaraan Niaga
Mungil untuk
Wilayah Pedesaan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 59
(10) Total nilai penjualan produk-produk elektronika konsumsi hingga
bulan September 2011 sebesar Rp. 16,1 trilyun dengan
peningkatan sebesar 22 persen dibandingkan periode yang sama
pada tahun 2010.
(11) Sebagai implementasi dari kesepakatan Indonesia dalam
menghadapi ASEAN Harmonization Electric and Electrical
Equipment Regulatory Regime-Mutual Recognition Agreement
(AHEEERR-MRA) pada 1 Januari tahun 2011, telah dilakukan
ratifikasi dan dijabarkan dalam Peraturan Menteri Perindustrian No.
02 tahun 2011 tentang Tatacara Pengakuan terhadap Sertifikat
Produk Peralatan Listrik dan Elektronika dari Lembaga Penilaian
Kesesuaian di Negara- Negara ASEAN serta dilakukan penguatan
terhadap infrastruktur/lab uji komponen elektronika di Batam,
Peningkatan kapasitas Lab Uji Milik Pemerintah (B4T Bandung dan
Baristand Surabaya).
(12) Dalam rangka peningkatan daya saing industri elektronika telah
ditetapkan dan diberlakukan 3 (tiga) SNI produk elektronika
menjadi SNI wajib sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian
No. 84/M-IND/PER/2010 tanggal 3 Agustus 2010 meliputi: audio
video (TV-CRT) SNI 04-6253-2003, setrika listrik SNI 04-6292.2.2-2003,
dan pompa air SNI 04.6292.2 41-2003.
(13) Industri telematika diarahkan untuk menumbuhkan sentra-sentra
industri dan pusat inkubasi telematika regional. Pasar telematika
Indonesia pada tahun 2011 diperkirakan (data IDC) mencapai
Rp. 82,6 triliun yang mencakup jasa TI (6,9 persen), pasar software
sebesar (3,6 persen) dan Hardware (89,5 persen). Investasi industri
telematika Indonesia sampai tahun 2011 telah mencapai
Rp. 35 Triliun.
(14) Ekspor produk telematika tahun 2010 sebesar US$ 2,59 miliardan
nilai impor sebesar US$ 6,95 miliar, pada Tahun 2011 ekspor sampai
dengan bulan Mei sebesar US$ 1,11 miliar.
(15) Neraca perdagangan industri telematika masih terlihat adanya
ketergantungan yang tinggi akan impor produk. Namun demikian
potensi pasar dalam negeri telah menjadikan Indonesia sebagai
basis produksi untuk pasar regional/global seperti industri printer.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 60
Pengukuran kinerja Kementerian Perindustrian dalam
pencapaian kinerja sasaran seperti yang telah
direncanakan direncanakan dalam Rencana Strategis, Rencana
Kinerja Tahunan yang kemudian ditetapkan sebagai
perjanjian kontrak seperti dalam dokumen Penetapan Kinerja tahun 2011
mencakup pengukuran kinerja sasaran dalam persepktif pemangku
kepentingan (stakeholder) dan perspektif pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi (tupoksi).
Pengukuran kinerja sasaran strategis perspektif stakeholders
mempunyai 7 (tujuh) sasaran strategis dengan 14 indikator kinerja utama,
yaitu:
Nilai tambah industri dimaksud adalah nilai tambah
dari hasil produksi yang merupakan selisih antara nilai
output dengan nilai input. Sasaran strategis ini akan dicapai melalui
indikator kinerja utama:
a. Laju pertumbuhan industri dengan target pada tahun 2011 sebesar
6,10 persen
b. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional dengan target
pada tahun 2011 sebesar 23,39 persen.
Laju pertumbuhan industri, diukur melalui pertumbuhan nilai tambah dihitung
dengan melihat tingkat pertumbuhan rata-rata sektor industri sesuai data dari
Gambar 3.16
Presiden SBY
bersama Menperin
MS. Hidayat ke
pabrik PT. Sanyo
Jaya Component
Indonesia Bekasi
3.Analisis Kinerja
SASARAN Tahun 2011
Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder)
1. Tingginya nilai
tambah industri
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 61
BPS. Untuk setiap sektor akan mengikuti dengan mencantumkan nilai
pertumbuhan dalam persentase masing-masing jenis industri dan data
diperoleh dari BPS dengan target 6,10 persen.
Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional, diukur melalui
besaran persentase kontribusi industri manufaktur terhadap PDB Nasional
dengan target 23,39 persen.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat
pada tabel 3.6.
Tabel. 3.6
Capaian IKU dari Tingginya Nilai Tambah Industri
Sasaran Strategis
IKU2010 2011
SatuanCapaian Target Realisasi Capaian
Tingginya Nilai Tambah Industri
Laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah
102 6.10 6.83 111.97 Persen
Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional
90.09 23.39 20.92 89.44 Persen
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan
pencapaian tahun 2010, indikator laju pertumbuhan industri yang memberikan
nilai tambah mengalami peningkatan sebesar 9,77 persen, sedangkan untuk
kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional mengalami penurunan
sebesar 0,72 persen.
Nilai capaian tingginya nilai tambah industri mencapai 111,97 persen
merupakan merupakan dampak dari sejumlah sasaran yang telah dicapai
oleh Kementerian Perindustrian melalui rangkaian kinerja di tahun 2010 dan
2011. Upaya yang dilakukan Kementerian Perindustrian guna mencapai target
tingginya nilai tambah industri dan kotribusi industri manufaktur terhadap PDB
nasional diantaranya adalah melalui revitalisasi dan penumbuhan basis industri
manufaktur, industri agro, dan industri unggulan berbasis teknologi tinggi.
Revitalisasi ini diantaranya diupayakan melalui restrukturisasi industri,
penambahan dan peremajaan mesin/peralatan industri, peningkatan utilisasi
kapasitas industri dengan pengembangan klaster industri, fasilitasi dan
koordinasi. Upaya lain yang dilakukan adalah pengembangan iklim usaha
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 62
dalam rangka mempertahankan investasi industri yang ada dan
mengembangkan atau menarik investasi baru untuk ditanam pada industri
manufaktur di Indonesia sehinggga terjadi pertumbuhan industri.
Pengembangan iklim usaha ini dilakukan melalui Pemodelan dan analisis
industri, yang ditujukan untuk meningkatkan keputusan dan
mempercepat proses pengambilan keputusan pimpinan dan stakeholder
dalam perumusan bagi sektor industri yang mencakup pengelolaan
rantai pasokan (Supply Chain) dan rantai nilai (Value Chain) untuk
komoditi tertentu, dengan output efektivitas dan efisiensi produksi cabang
industri tertentu untuk meningkatkan daya saing; pengembangan
kebijakan insentif fiskal dan non fiskal bagi sektor industri, yang ditujukan
untuk bagi 75 kelompok industri tertentu; diseminasi atau sosialisasi
kebijakan iklim usaha sektor industri untuk mengoptimalkan kinerja
peraturan sektor industri dalam rangka meningkatkan daya saing industri;
serta partisipasi aktif pada fora kerjasama internasional di bidang
perdagangan dan industri dan jasa dalam rangka pengembangan iklim
usaha sektor industri.
Tabel. 3.7
Laju pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan bukan Migas (Persen)
LAPANGAN USAHA 2009* 2010** 2011***
1. PERTANIAN, PTERNAKAN, HUTAN& PRIKANAN 3,96 2,99 2,95
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 4,47 3,57 1,36
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 2,21 4,74 6,22
Industri bukan Migas 2,56 5,12 6,83
4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 14,29 5,33 4,82
5. KONSTRUKSI 7,07 6,95 6,71
6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 1,28 8,69 9,18
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 15,85 13,41 10,69
8. KEUANGAN, REAL ESTAT & JASA PERSH. 5,21 5,67 6,81
9. JASA - JASA 6,42 6,01 6,74
PRODUK DOMESTIK BRUTO 4,63 6,20 6,46
Sumber: BPS diolah Pusdatin Kemenperin Catatan: * Angka sementara; ** Angka sangat sementara; *** Angka sangat sangat sementara.
Berdasarkan data dari laju pertumbuhan PDB pada tahun 2009
sampai dengan tahun 2011, sektor industri pengolahan bukan migas selalu
mengalami peningkatan pertumbuhan dari tumbuh sebesar 2,56 persen pada
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 63
tahun 2009 meningkat tumbuh sebesar 5,12 persen pada tahun 2010 dan
meningkat lagi tumbuh sebesar 6,83 persen. Sedangkan untuk nilai kontribusi
sektor industri pengolahan bukan migas, dari tahun 2009 sampai dengan 2011
nilai kontribusi terhadap PDB nasionalnya mengalami penurunan, namun nialai
kontribusi sektor industri pengolahan bukan migas tetap sebagai sektor
penyumbang tertinggi terhadap PDB nasional.
Tabel. 3.8
Kontribusi Sektor Industri Pengolahan bukan Migas terhadap PDB Nasional
(persen)
LAPANGAN USAHA 2009* 2010** 2011***
1. PERTANIAN, PTERNAKN, HUTAN& PRIKAN
15,29
15,31
14,72
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
10,56
11,16
11,93
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
26,36
24,79
24,28
a. Industri M i g a s
3,74
3,28
3,36
b. Industri bukan Migas 22,61 21,51 20,92
4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH
0,83
0,76
0,75
5. KONSTRUKSI
9,90
10,27
10,19
6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
13,28
13,71
13,76
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
6,31
6,57
6,61
8. KEUANGAN, REAL ESTAT & JASA PERSH.
7,23
7,25
7,20
9. JASA - JASA
10,24
10,17
10,55
PRODUK DOMESTIK BRUTO 100,00 100,00 100,00
PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS
91,71
92,23
91,48
Sumber: BPS diolah Pusdatin Kemenperin
Catatan: * Angka sementara; ** Angka sangat sementara; *** Angka sangat sangat sementara.
Tingginya penguasaan pangsa pasar adalah
tingginya penjualan produk dalam negeri
dibanding seluruh pangsa pasar, sedangkan
penguasaan pangsa pasar luar negeri adalah tingginya nilai ekspor
produk industri sehingga dapat meningkatkan rasio/perbandingan nilai
ekspor industri terhadap nilai ekspor keseluruhan.
2. Tingginya penguasaan
pasar dalam dan
negeri
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 64
Sasaran strategis ini akan dicapai melalui indikator kinerja utama:
a. Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri
nasional.
b. Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar
dalam negeri
Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri nasional,
diukur melalui penghitungan peningkatan nilai ekspor produk industri,
sehingga dapat meningkatkan rasio/perbandingan nilai ekspor produk industri
saja (belum termasuk jasa ) yang memang masuk di 5 negara tujuan (AS,
Jepang, Uni Eropah, Cina, dan Korsel) dengan target 35 persen.
Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar
dalam negeri, diukur melalui nilai perbandingan pangsa pasar produk industri
nasional di dalam negeri terhadap total permintaan pasar dalam negeri
dengan target 60 persen.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat dilihat
pada tabel 3.9.
Tabel. 3.9
Capaian IKU dari Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Negeri
Sasaran Strategis
IKU2010 2011
SatuanCapaian Target Realisasi Capaian
Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri
Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri nasional
62.06 35 10.22 29.20 Persen
Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar dalam negeri
- 60 38.37 63.95 Persen
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan
pencapaian tahun 2010, indikator meningkatnya pangsa pasar ekspor produk
dan jasa industri nasional mengalami penurunan, sedangkan untuk
indikator Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di
pasar dalam negeri yang semula pada tahun 2010 belum bisa diukur, pada
tahun 2011 dapat terukur dengan capaian sebesar 63,95 persen.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 65
Upaya yang dilakukan Kementerian Perindustrian guna mencapai
target tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri melalui
perumusan kebijakan, pelayanan dan fasilitasi, serta pengawasan,
pengendalian dan evaluasi.
Secara garis besar pengembangan pangsa pasar dalam dan luar
negeri ditujukan kepada Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri
(P3DN) melalui sosialisasi dan fasilitasi Tim peningkatan penggunaan
produksi dalam negeri di tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota, Sosialisasi
kemampuan industri dalam negeri melalui fasilitasi kepesertaan pameran
baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Pencapaian sasaran ini juga
merupakan dampak dari pelaksanaan program inisiatif kesepakatan 3
(tiga) kerjasama investasi Industri dengan Negara India, Korea dan Rusia,
4 (empat) kerjasama internasional dibidang industry, fasilitasi pertemuan
pimpinan kementerian dengan 40 delegasi negara mitra/delegasi asing,
fasilitasi atas 5 (lima) penanganan kasus perusahaan industri yang terkena
tuduhan dumping oleh Negara-negara lain serta tersusunnya 6 (enam)
dokumen rumusan kebijakan masing-masing tentang Safeguards,
Agreement on Anti Dumping dan Agreement on Subsidy and
Countervailing Measures.
Sasaran ini merupakan sasaran yang membuat
faktor-faktor penunjang industri nasional dapat
mendukung tercapainya tujuan industri (faktor
dimaksud adalah dalam hal SDM, industri dan
iklim industri yang dinilai dari berbagai hal seperti: kebijakan/peraturan
yang mengatur industri, pelayanan, fasilitas dalam industri dan lain
sebagainya. Sasaran strategis ini akan dicapai melalui indikator kinerja
utama:
a. Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industry
b. Indeks Iklim Industri Nasional.
Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri, diukur melalui Persentase
pembagian antara Nilai tambah dan jumlah Tenaga Kerja di sektor Industri
ybs, secara ekstrapolasi dari data 2 tahun lalu yang didekati dengan
3. Kokohnya Faktor-
Faktor Penunjang
Pengembangan Industri
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 66
peningkatan persentase pertambahan nilai tambah / jenis industri (data dari
BPS) dengan target 250.000 Rupiah/Tenaga Kerja.
Indeks Iklim Industri Nasional, diukur melalui nilai hasil pengukuran dengan
menggunakan kuesioner. Dijalankan dengan sampling pada masing-masing
industri (kuesioner disiapkan biro perencanaan, tetapi survey dilakukan masing-
masing Dirjen pada perusahaan secara sampling) dengan target indeks 4
(dari skala 1-5).
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU)
dapat dilihat pada tabel 3.10.
Tabel. 3.10
Capaian IKU dari Kokohnya Faktor Penunjang Pengembangan Industri
Sasaran Strategis
IKU2010 2011
SatuanCapaian Target Realisasi Capaian
Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri
Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri
84.95 250.000 61.325,80 24.53 Persen
Indeks Iklim Industri Nasional
- 4 4 100.00 Persen
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan tahun
2010, untuk indikator tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri
mengalami penurunan, namun untuk indikator indeks iklim industri yang semula
belum bisa diukur, pada tahun 2011 sudah dapat diukur dan mencapai target
sebesar 100 persen.
Upaya yang dilakukan Kementerian Perindustrian guna mencapai
target kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri melalui:
perumusan kebijakan, pelayanan dan fasilitasi, serta pengawasan,
pengendalian dan evaluasi.
Upaya- upaya yang dilakukan guna kokohnya faktor-faktor penunjang
pengembangan industri dan pencapaian yang telah diperoleh antara lain
adalah peningkatan iklim usaha yang kondusif dengan capaian 95 bidang
usaha industri yang mendapatkan fasilitas, pengusulaan insentif yang
mendukung pengembangan industri dengan capaian 18 rekomendasi usulan
insentif bagi sektor industri, permodelan dan analisa industri dengan capaian 1
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 67
model sistem pasokan, implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2009 tentang Kawasan Industri dalam rangka lebih menertibkan dan mengatur
sebaran industri sesuai kaidah efisiensi dan pengelolaan lingkungan yang baik,
penyusunan Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan
Pemberdayaan UMKM Kementerian Perindustrian tentang Peningkatan
Efektivitas Pengembangan IKM melalui Pendekatan Satu Desa Satu Produk (One
Village One Product - OVOP) dengan terbitnya Peraturan Menteri Perindustrian
No. 78/M.IND/PER/9/2007, pengakomodasian usulan beberapa sektor industri
(Perkapalan, Komponen Otomotif, Elektronika) untuk mendapatkan fasilitas PPh
(PP No. 1 Tahun 2007 dan PP No. 62 Tahun 2008), serta penerbitan Peraturan
Menteri Perindustrian penting lainnya dalam upaya memfasilitasi iklim usaha
yang lebih baik guna memberikan kepastian berusaha, khususnya yang
terkait dengan perbaikan infrastruktur, teknologi, permodalan dan
penanganan lingkungan.
Inovasi yang dimaksud adalah kreativitas untuk
menciptakan produk baru sebagai hasil penelitian
dan pengembangan teknologi terapan, dan
penelitian dari berbagai sektor lainnya. Sasaran
strategis ini akan dicapai melalui indikator kinerja
utama:
a. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan
inovatif.
b. Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri
dihitung dari jumlah teknologi sebagai hasil penelitian yang sudah
diterapkan dan dimanfaatkan industri dan telah masuk dalam skala pabrik
dengan target 50 penelitian.
Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan inovatif,
diukur melalui penghitungan jumlah hasil penelitian (khusus yang dikerjakan
oleh BPPI) dengan target 250 penelitian.
Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri, diukur
melalui penghitungan jumlah teknologi sebagai hasil penelitian yang sudah
diterapkan dan dimanfaatkan industri dan telah masuk dalam skala pabrik
dengan target 50 penelitian.
4. Tingginya
kemampuan inovasi
dan Penguasaan
Teknologi Industri
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 68
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada tabel 3.11.
Tabel. 3.11
Capaian IKU dari Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan
Teknologi Industri
Sasaran Strategis
IKU2010 2011
SatuanCapaian Target Realisasi Capaian
Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi Industri
Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan inovatif
62.80 250 186 74.40 Persen
Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri
198.00 50 19 38.00 Persen
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan tahun
2010, untuk indikator jumlah hasil penelitian dan pengembangan
teknologi industri terapan inovatif mengalami peningkatan menjadi
sebesar 74,40 persen. Namun untuk indikator pemanfaatan hasil
penelitian semakin menurun.
Secara umum terjadi peningkatan realisasi jumlah Hasil Penelitian
dan Pengembangan Teknologi Industri Terapan Inovatif dari tahun 2010
sejumlah 157 penelitian menjadi 186 penelitian pada tahun 2011 atau
peningkatan sebesar 8,45 persen.
Menurut hasil evaluasi terhadap penelitian dan pengembangan
teknologi Industri TA. 2010 dan hasil analisis riset desain penelitian TA. 2011
dalam kegiatan Monitoring dan Evaluasi Program BPKIMI TA 2010 tanggal
5-7 Desember 2010 di Bandung dinyatakan bahwa banyak penelitian
yang bersifat akademis, kurang relevan, merupakan pengulangan dari
penelitian sebelumnya, tidak layak ditulis secara ilmiah, tidak didukung
oleh literatur yang memadai, status penelitian tidak jelas sehingga
hasilnya sulit untuk diterapkan pada industri. Oleh sebab itu, para peneliti
Balai Besar dan Baristand Industri pada awal Tahun Anggaran 2011
banyak melakukan perubahan pada riset desain penelitiannya untuk
menindaklanjuti rekomendasi Tim evaluator tersebut.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 69
Menurut hasil evaluasi terhadap penelitian dan pengembangan
teknologi industri tahun 2011 Balai Besar dan Baristand masih banyak
penelitiannya yang harus ditingkatkan kualitasnya, dan diharapkan dari
mulai apliklatif sampai dengan skala teknoekonomi dapat memenuhi
kebutuhan teknologi dunia usaha sehingga mampu mendorong daya
saing sektor industri. Khusus untuk Baristand Industri dalam menyusun
program agar supaya memperhatikan potensi daerahnya masing-
masing.
Sedangkan nilai capaian indikator pemanfaatan hasil penelitian,
pada tahun 2011 TAPKIN BPKIMI ditargetkan 50 hasil penelitian dan
pengembangan yang dimanfaatkan oleh sektor industri. Hingga akhir
tahun 2011 BPKIMI telah menghasilkan 25 penelitian dan pengembangan
yang telah dimanfaatkan oleh sektor industri terdiri dari:
a. Teknologi Proses Produksi untuk Peningkatan Kualitas Samak Bulu dan
Penyusunan Lay Out Mesin dan Peralatan untuk produk kulit di UD Putra
Sudianto Leather, Yogjakarta;
b. Pengembangan dan penerapan CRB menggunakan PCMs untuk
mempertahankan kesegaran produk di PT. Istana Cipta Sembada;
c. Desain Tungku Pembakaran dan Penyusunan Lay Out Mesin dan
Peralatan untuk produk keramik hias di PT. Burat Kriasta, Jogjakarta
dan UD Kinasih Keramik, Probolinggo, Jatim;
d. Desain Unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk produk
kerajinan bulu mata palsu di PT. Cosmoprof Indokarya, Banjarnegara;
e. Perancangan dan pembuatan alat bantu Rotary Table Mesin CNC 4
Axis untuk produk komponen dan peralatan teknis di CV. Intech
Manufaktur;
f. Desain kemasan dan perbaikan proses pengolahan dodol lidah buaya
di Perusahaan Dodol Lidah Buaya Pelabour;
g. Aplikasi Asap Cair Sebagai Pengawet Ikan Segar Hasil Tangkap Laut
(Pengganti Es Balok) dan Pengawet Ikan Asin (Pengganti Insektisida)
Dalam Proses Pengeringan di PT Global Deoroub Industry;
h. Teknologi Pembuatan Nata de Coco di PT Sumber Berkat Prima;
i. Teknologi Crusible berbasis alumina di Batan, Serpong;
j. Aplikasi di PT KAI; Aplikasi di PT. Sigma; Aplikasi di PT. Indosemen
Palimanan; Aplikasi di PT. Phosproc, PT. Wijaya Karya, PT. BASF;
k. Aplikasi di CV. Sentosa Electric; Aplikasi di PT. Hikari;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 70
l. Aplikasi di PT. Jaya Makmur Abadi (Sukabumi)
m. Teknologi Pembuatan Roda Kereta Api di PT Karya Deli Steelindo;
n. Inkubator Bisnis Pengembangan kemampuan Industri Pembuat Mould
di CV. Doea Daya Cemerlang;
o. Teknologi penyamakan kulit untuk IKM di D.I Yogyakarta, Kab. Garut
dan Kab. Batang; Teknologi pembuatan alas kaki untuk IKM di D.I
Yogyakarta; Teknologi Pembatikan Pada Tempurung Kelapa di IKM
Nastiti; Teknologi pengolahan jahe " Merah Cut TI " di Desa Lampulo,
Kota Banda Aceh;
p. Aplikasi teknologi pengolahan garam di Kelompok Patani Garam pada
Desa Lam Ujong, Kecamatan Baitussalam Aceh Besar, Prov. Aceh;
Aplikasi teknologi pengolahan Has I Super Ganefo di Nagari VII Koto
Talago, Kab. 50 Kota; Aplikasi teknologi pengolahan makanan “Dakak-
dakak”di Industri Ninun, Padang.
Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Pengembangan oleh Sektor
Industri sebesar 25 (dua puluh lima) penelitian atau sebesar 50,00 persen,
tidak mencapai target yang ditetapkan sebesar 50 (lima puluh) penelitian
disebabkan antara lain:
a. Beberapa hasil litbang masih dalam proses sosialisasi kepada
masyarakat industri, sehingga belum ada industri/ perusahaan yang
mengaplikasikan litbang tersebut;
b. Beberapa hasil litbang masih memerlukan penelitian pengembangan,
analisa kelayakan industri, dan kajian teknis bagaimana proses
produksi secara massal dilaksanakan di pabrik/perusahaan
pendukung;
c. Beberapa hasil litbang belum membuat MoU dalam proses
pengembangan penelitian ke tahap berikutnya;
d. Beberapa hasil litbang dalam tahap implementasi di industri
mengalami kesulitan untuk mendapatkan bahan baku yang
dibutuhkan sehingga hasil litbangnya belum dapat diterapkan.
Menurut hasil evaluasi terhadap pemanfaatan hasil penelitian dan
pengembangan TA. 2011 Balai Besar dan Baristand Industri telah cukup
proaktif melakukan pendekatan pada dunia industri seperti yang
disarankan Tim Evaluator pada Konsinyering Monev 2010. Pemanfaatan
hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri sangat
bergantung pada kualitas hasil penelitian dan pengembangan yang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 71
dilakukan Balai Besar dan Baristand Industri. Sehingga penelitian dan
pengembangan didorong untuk lebih aplikatif sampai dengan skala
teknoekonomi agar dapat memenuhi kebutuhan teknologi dunia usaha
sehingga industri tertarik untuk memanfaatkan hasil penelitian dan
pengembangan Balai Besar dan Baristand Industri.
Struktur industri dimaksud adalah perimbangan
antara industri hulu dan industri. Sasaran
strategis ini akan dicapai melalui indikator kinerja
utama:
a. Tumbuhnya industri dasar hulu (Logam dan Kimia).
b. Tumbuhnya industri komponen automotive, elektronika dan permesinan.
Tumbuhnya industri dasar hulu (Logam dan Kimia), diukur melalui
perbandingan nilai industri dasar hulu (Logam dan Kimia) tahun 2010
dengan tahun 2009 dengan target 3,40 persen.
Tumbuhnya industri komponen automotive, elektronika dan permesinan,
diukur melalui perbandingan nilai industri komponen automotive,
elektronika dan permesinan tahun 2010 dengan data tahun 2009 dengan
target 6,40 persen.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada tabel 3.12.
Tabel. 3.12
Capaian IKU dari Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan
Teknologi Industri
Sasaran Strategis
IKU2010 2011
SatuanCapaian Target Realisasi Capaian
Kuat, Lengkap dan Dalamnya Struktur Industri
Tumbuhnya Industri Dasar Hulu(Logam dan Kimia)
136.00 3.40 13.06 384.12 Persen
Tumbuhnya Industri Komponen automotive, elektronika dan permesinan
76.25 6.40 7.00 109.38 Persen
5. Kuat, Lengkap dan
Dalamnya Struktur
Industri
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 72
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan tahun
2010, untuk kedua indikator mengalami peningkatan yang sangat
signifikan. Nilai capaian kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri yang
melebihi 100.00 persen merupakan merupakan salah satu dampak dari
sejumlah sasaran yang telah dicapai oleh Kementerian Perindustrian
melalui kinerjanya di tahun 2010 dan tahun 2011.
Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri merupakan salah satu
faktor yang sangat penting dalam pengembangan suatu industri. Untuk
mewujudkan hal tersebut diperlukan pertumbuhan investasi di industri hulu
dan antara guna menumbuhkan industri-industri baru yang dapat
memperkuat dan memperlengkap struktur industri yang telah ada.
Sehingga salah satu upaya yang dilakukan guna mencapai sasaran
tersebut antara lain telah dilakukan revitalisasi Sentra IKM Logam dan
Elektronika yang mencakup: Pelatihan ISO 9000 bagi IKM Logam, fasilitasi
Penerapan ISO 9000 pada 7 (tujuh) IKM Logam dan Elektronika,
bimbingan Penerapan Produksi Bersih/Kaizen pada 6 (enam) IKM Logam
dan Elektronika, fasilitasi Penerapan SNI pada 3 (tiga) IKM Logam dan
Elektronika, Pelatihan Pengelasan dan Pembuatan Kapal Rakyat Modern
serta partisipasi Pameran IKM Logam dan Elektronika.
Sasaran ini adalah sasaran yang menunjukkan
seberapa besar peranan sektor industri pengolahan
buka migas dalam penyebaran industri. Sasaran
strategis ini akan dicapai melalui indikator kinerja
utama:
a. Persentase peranan sektor industri di luar Pulau Jawa.
b. Jumlah investasi cabang industri yang banyak menyerap tenaga kerja.
Persentase peranan sektor industri di luar Pulau Jawa, diukur melalui
penghitungan perbandingan PDRB sektor industri di luar Pulau Jawa
terhadap PDRB total di luar Pulau Jawa dengan target 30 persen.
Jumlah investasi cabang industri yang menyerap banyak tenaga kerja,
diukur melalui penghitungan nilai investasi baik PMA maupun PMDN
pada sektor yang menyerap banyak tenaga kerja dengan target Rp.
38,877.82.
6. Tersebarnya
Pembangunan
Industri
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 73
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU)
dapat dilihat pada tabel 3.13.
Tabel. 3.13
Capaian IKU dari Tersebarnya Pembangunan Industri
Sasaran Strategis
IKU
2010 2011
Satuan
Capaian Target Realisasi Capaian
Tersebarnya Pembangunan Industri
Persentase peranan sektor industri di luar Pulau Jawa
- 30 24 80.00 Persen
Jumlah investasi cabang industri yang banyak menyerap tenaga kerja
85.60 38.877,82 25,991.50 66.85 Persen
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan
tahun 2010, untuk kedua indikator persentase peranan sektor industri
di luar Pulau Jawa belum bisa diperbandingkan karena untuk tahun
2010 belum diukur. Nilai capaian tersebarnya pembangunan industri
ini merupakan dampak dari sejumlah sasaran yang telah dicapai oleh
Kementerian Perindustrian melalui kinerjanya di tahun 2010 dan tahun
2011. Diantaranya adalah perumusan dan pelaksanaan kebijakan
pengembangan kompetensi inti industri daerah (KIID) dan industri
unggulan provinsi, pengembangan pusat-pusat pertumbuhan industri
di daerah, pengembangan kawasan industri. Untuk mendorong
peningkatan dan perluasan investasi dilakukan upaya promosi dan
fasilitasi kerjasama dalam menarik investasi. Pencapaian sasaran ini
didukung juga oleh upaya Pengembangan KEK, melalui kajian renstra
KEK, penyusunan masterplan KEK, serta studi kelayakan ekonomi dan
finansial KEK; pengembangan Sistem Informasi Peluang Potensi
Sumber Daya Perwilayahan Industri, dengan adanya rekomendasi
konsep pengembangan sistem informasi; serta Pembentukan
Sekretariat Tim Nasional Kawasan Industri.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 74
Sasaran ini adalah sasaran yang menunjukkan
seberapa besar peranan industri kecil dan
menengah terhadap PDB industri secara
nasional serta penyebaran IKM. Sasaran strategis
ini akan dicapai melalui indikator kinerja utama:
a. Meningkatnya kontribusi PDB IKM terhadap PDB Industri.
b. Meningkatnya penyebaran IKM Jawa dan luar Jawa.
Meningkatnya kontribusi PDB IKM terhadap PDB industri, diukur melalui
penghitungan perbandingan PDB IKM terhadap PDB industri total secara
nasional dengan target 30 persen.
Meningkatnya penyebaran IKM Jawa dan Luar Jawa, diukur melalui
penghitungan rasio jumlah IKM yang berada di Jawa dibanding dengan
IKM di luar Pulau Jawa dengan target 65 : 35.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU)
dapat dilihat pada tabel 3.14.
Tabel. 3.14
Capaian IKU dari Meningkatnya Peran Industri Kecil dan Menengah
terhadap PDB
Sasaran Strategis
IKU2010 2011
SatuanCapaian Target Realisasi Capaian
Meningkatnya Peran Industri Kecil dan Menengah terhadap PDB
Meningkatnyakontribusi PDB IKM terhadap PDB Industri
32.49 33.47 33.57 100.30 Persen
Meningkatnya penyebaran IKM Jawa dan luar Jawa
66.95: 33.05
65:35 65.22 : 34.78
99.04 Persen
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan
tahun 2010 indikator ini mengalami peningkatan. Peningkatan capaian
sasaran ini merupakan dampak pelaksanaan Kebijakan pengembangan
industri kecil dan menengah diarahkan untuk memperkuat daya saing
produk IKM di pasar global serta untuk menyebarkan kegiatan industri di
berbagai daerah secara merata. Untuk melaksanakan kebijakan tersebut,
telah dilakukan strategi pelaksanaannya melalui :
1. Pembinaan IKM melalui pendekatan klaster
7. Meningkatnya peran
industri kecil dan
menengah terhadap
PDB
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 75
2. Pembinaan IKM melalui pendekatan OVOP
3. Pengembangan Kewirausahaan
4. Restrukturisasi mesin peralatan TPT dan KPK IKM
Dari aspek kewirausahaan, karena adanya ketidakseimbangan
pertumbuhan, Ditjen IKM memperoleh mandat untuk dapat
menumbuhkan dan menyebarkan industri ke seluruh daerah utamanya
wilayah Barat dan Timur. Oleh karenanya, pembinaan dari masing-masing
Direktorat di lingkungan Ditjen IKM memiliki fokus sebagai berikut :
a. Wilayah Barat (Sumatera dan Kalimantan) difokuskan kepada
pengembangan kewirausahaan
b. Wilayah Tengah (Jawa dan Bali) difokuskan kepada upaya
peningkatan nilai tambah
c. Wilayah Timur (Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua)
difokuskan kepada upaya pengembangan kewirausahaan.
Pengukuran kinerja sasaran strategis perspektif Tupoksi mempunyai 13
(tiga belas) sasaran strategis dengan 25 indikator kinerja utama, yaitu:
Sasaran ini mencakup jumlah kebijakan industri
yang dihasilkan Kementerian Perindustrian untuk
tujuan keberhasilan tugas kementerian. Sasaran
strategis ini akan dicapai melalui indikator
kinerja utama:
a. Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP, R. Perpres/R.Keppres).
b. Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri.
Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP, R. Perpres/R.Keppres),
diukur dengan menghitung jumlah konsep kebijakan dan produk hukum
yang direncanakan akan dikeluarkan dalam bentuk Rancangan UU,
Rancangan PP dan lainnya dengan target 9 (sembilan) konsep selama 5
(lima) tahun.
Perspektif Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI)
1. Mempersiapkan
dan/atau menetapkan
kebijakan produk
hukum industri
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 76
Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri, diukur dengan
menghitung jumlah penyiapan kebijakan dan telah disyahkan sebagai
produk Hukum untuk pengaturan pelaksanaan tugas setiap sektor
dengan target 40 peraturan.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada tabel 3.15.
Tabel. 3.15
Capaian IKU dari Mempersiapkan dan/atau menetapkan kebijakan
produk hukum industri
Sasaran Strategis IKU2010 2011
SatuanCapaian Target Realisasi Capaian
Mempersiapkan dan/atau menetapkan kebijakan produk hukum industri
Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP, R.Perpres/ R.Keppres)
250 1 1 100.00 Persen
Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri
130 50 85 170.00 Persen
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan
pencapaian tahun 2010, indikator sasaran ini sama-sama dapat mencapai
target bahkan melebihi target.
Capaian ini merupakan dampak dari pelaksanaan tugas pokok
dan fungsi Sekretariat Jenderal yaitu peningkatan koordinasi penyusunan
rancangan peraturan perundang-undangan bidang industri yang
menerbitkan sejumlah 85 peraturan dari 50 peraturan yang ditargetkan.
Selain ini juga dilakukan kajian hukum melalui evaluasi PeraturanMenteri
Perindustrian Nomor 250/M/SK/10/1994 tentang Pedoman Teknis
Penyusunan Pengendalian Dampak Terhadap Lingkungan Hidup pada
sektor Industri dan revisi Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 49/M-
IND/PER/5/2009 tentang Pedoman Penggunaan Produk Dalam Negeri
dalam Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.
Kinerja lain yang terkait dengan sasaran ini adalah telah dilakukan
advokasi permasalahan hukum sebanyak 7 (tujuh) perkara, yaitu
pengadaan barang/jasa seperti di ATK Yogyakarta, permasalahan
sertifikasi SNI palsu oleh instansi swasta dan lain-lain.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 77
Sasaran ini merupakan bagian dari saran
pencapaian visi tahun 2010-2014 yaitu kokohnya
basis industri manufaktur dan industri andalan
masa depan menjadi tulang punggung
perekonomian nasional. Sasaran strategis ini
akan dicapai melalui indikator kinerja utama:
Rencana Strategis 2010 -2014 dan Rencana Kerja.
Rencana Strategis 2010 -2014 dan Rencana Kerja, diukur dengan
terselesaikannya rencana strategis dan rencana kerja per-tahun di tiap
sektor industri (terselesaikan hingga 100 %) dengan target 1 paket.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada tabel 3.16.
Tabel. 3.16
Capaian IKU dari Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan
industri prioritas dan industri andalan masa depan.
Sasaran Strategis IKU2010 2011
SatuanCapaian Target Realisasi Capaian
Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan
Rencana Strategis 2010 -2014 dan Rencana Kerja
100.00 1 1 100.00 Persen
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan pencapaian
tahun 2010, indikator sasaran ini sama-sama dapat mencapai target
bahkan melebihi target. Capaian target sasaran ini, untuk tahun 2011
hanya pada pencapaian target penyusunan Rencana Kerja, karena
untuk target penyusunan Rencana Strategi merupakan agenda 5 (lima)
tahunan. Nilai capaian menetapkan rencana strategis dan/atau
pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan
mencapai 100 persen.
2. Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembanganindustri prioritas dan industri andalan masa depan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 78
Sasaran ini mencakup perumusan kebijakan
dilakukan dengan menetapkan peta panduan
pengembangan industri dengan cara membuat
peta tentang kondisi dan situasi industri nasional
sebagai panduan untuk pengembangan selanjutnya. Sasaran strategis ini
akan dicapai melalui indikator kinerja utama:
a. Peta panduan industri unggulan provinsi.
b. Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota
Peta panduan industri unggulan provinsi, diukur dengan tersedianya peta
panduan industri unggulan di provinsi (jumlah peta yang dihitung berdasarkan
jumlah provinsi yang sudah terselesaikan peta industrinya) dengan target 15
propinsi pada tahun 2011.
Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota, diukur dengan
adalah tersedianya peta panduan industri unggulan di setiap kabupaten
dalam provinsi (jumlah peta yang dihitung berdasarkan jumlah kabupaten
yang sudah terselesaikan peta industrinya) dengan target 40 kab/kota pada
tahun 2011.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada tabel 3.17.
Tabel. 3.17
Capaian IKU dari Menetapkan Peta Panduan Pengembangan Industri
Sasaran Strategis IKU
2010 2011
SatuanCapaian Target Realisasi Capaian
Menetapkan Peta Panduan Pengembangan Industri
Peta panduan industri unggulan provinsi
120.00 15 8 53.33 Persen
Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota
100.00 40 58 145.00 Persen
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan
pencapaian tahun 2010, indikator sasaran penetapan peta panduan
industri unggulan propinsi mengalami penurunan, yang semula pada
tahun 2010 mencapai target, namun pada tahun 2011 tidak dapat
mencapa target. Sedangkan untuk indikator penetapan kompetensi inti
3. Menetapkan Peta Panduan Pengembangan Industri
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 79
industri daerah justru mengalami peningkatan pencapaian bahkan
mampu melampaui target. Rendahnya nilai capaian indikator sasaran
penetapan industri unggulan propinsi ini disebabkan oleh lemahnya
implementasi IUP di daerah, terutama terkait masalah sebagai berikut :
Kurangnya sosialisasi kepada pemerintah daerah tentang IUP;
Penataan skema pendanaan dan penganggaran (budgetting) dalam
mengimplementasikan KIID dan IUP yang belum jelas, baik di daerah
itu sendiri (APBD) maupun di pusat (Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan,
DAK).
Jumlah kabupaten / kota yang telah mengimplementasikan KIID sebanyak
9 kabupaten / kota yaitu Kabupaten Dairi, Kabupaten Katingan, Kabupaten
Padang Pariaman, Kota Cimahi, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Cirebon,
Kabupaten Morowali, Kabupaten Maluku Tenggara, dan Kabupaten Sumba
Timur; sedangkan jumlah provinsi yang telah mengimplementasikan IUP
sebanyak 8 provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, dan Papua.
Sasaran ini merupakan bentuk pelaksanaan tugas
pokok yaitu perumusan kebijakan dilakukan
dengan mengusulkan insentif yang mendukung
pengembangan industri dengan cara membuat usulan dalam bentuk
insentif yang dibuat guna mendukung pengembangan industri di masa
yang akan datang. Sasaran strategis ini akan dicapai melalui indikator
kinerja utama:
a. Rekomendasi usulan insentif.
b. Perusahaan industri yang memperoleh insentif.
Rekomendasi usulan insentif, diukur dengan penghitungan jumlah usulan
insentif per kelompok industri yang disetujui per-tahunnya dengan target
10 jenis usulan.
Perusahaan industri yang memperoleh insentif, diukur dengan
penghitungan jumlah perusahaan yang mendapat insentif atas fasilitasi
dari Kementerian Perindustrian dengan target 300 perusahaan.
4. Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 80
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada tabel 3.18.
Tabel. 3.18
Capaian IKU dari Mengusulkan Insentif yang Mendukung Pengembangan
Industri
Sasaran Strategis IKU2010 2011
SatuanCapaian Target Realisasi Capaian
Menetapkan Peta Panduan Pengembangan Industri
Rekomendasi usulan insentif
140.00 10 23 230.00 Persen
Perusahaan industri yang memperoleh insentif
30.67 300 329 109.67 Persen
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan
pencapaian tahun 2010, indikator sasaran ini mengalami peningkatan
sangat signifikan dan melampaui target.
Capaian rekomendasi usulan insentif bagi sektor industri pada
tahun 2011 sebesar 18 (delapan belas) sektor industri, antara lain: industri
alat berat, industri PLTU, industri komponen kendaraan bermotor, industri
elektronika, industri peralatan telekomunikasi, industri kabel serat optik,
industri perkapalan, industri toner, industri kereta, industri methyltin
mercaptide, industri sorbitol, industri kemasan dan karung plastik, industri
karpet, industri HRC<2mm, industri balpoint, industri kawat ban(steel cord),
industri resin, industri susu.
Bila dibandingkan pada tahun 2010 capaian rekomendasi usulan
insentif bagi sektor industri hanya sebesar 10 (sepuluh) sektor industri
sehingga terjadi peningkatan capaian pada tahun 2011 sebesar 180
persen atau sebesar 18 (delapan belas) sektor industri. Peningkatan ini
terjadi sebagai salah satu bentuk kebijakan pemerintah untuk
meningkatkan daya saing industri dalam hal mengurangi beban bea
masuk untuk bahan baku/bahan penolong/komponen yang diperlukan
bagi industri melalui pemberian bea masuk ditanggung pemerintah
(BMDTP).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 81
Sasaran ini merupakan bentuk pelaksanaan
tugas pokok yaitu pelayanan dan fasilitasi
dilakukan dengan mengembangkan R & D di
instansi dan industri dalam bentuk riset dan pengembangan industri sesuai
dengan bidangnya. Sasaran strategis ini akan dicapai melalui indikator
kinerja utama: Kerjasama R&D instansi dengan industri.
Kerjasama R&D instansi dengan industri, diukur dengan penghitungan
jumlah MOU untuk kerjasama yang difasilitasi oleh sektor industri atau
yang dilakukan oleh BPPI dengan target 18 kerjasama.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada tabel 3.19.
Tabel. 3.19
Capaian IKU dari Mengembangkan R & D di Instansi dan Industri
Sasaran Strategis IKU2010 2011
SatuanCapaian Target Realisasi Capaian
Mengembangkan kerjasama R&Dinstansi dan industri
Kerjasama R&D instansi dan industri
100.00 18 54 300.00 Persen
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan
pencapaian tahun 2010, indikator sasaran ini mengalami peningkatan
sangat signifikan dan melampaui target.
Pada tahun anggaran 2011 jumlah MoU dengan lembaga
litbang/instansi/industri adalah 53 (lima puluh tiga) dengan rincian
sebagai berikut :
1) Peningkatan mutu kosmetik dari turunan kelapa sawit dengan lemak
padat nano partikel/solid lipid nano particle (sumber dana :
kerjasama BBKK – Puskajitek)
2) Kerjasama penelitian Economic bioprocess development for the mass
production of a high valued and functional cosmetic biopolymer by
liquid fermentation using palm kernel cake as a fermentation media
(Kerjasama BBKK – Korea Institute of Industrial Technology)
5. Mengembangkan R & D di Instansi dan industri
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 82
3) Pilot project sistem distribusi Cold Roll Box (CRB) menggunakan PCMs
untuk mempertahankan kesegaran produk makanan berbasis agro
dan hasil pertanian (sumber dana : kerjasama BBKK – Puskajitek)
4) Pilot project pembuatan plastik biodegradable dengan master batch
polimer nano komposit untuk kemasan makanan (sumber dana :
kerjasama BBKK – Puskajitek)
5) Kerjasama penelitian Establishment of consortium and manufacturing
process of Cold Roll Box (CRB) type smart cold supply system using low
temperature thermal storage technology in Indonesia (Kerjasama
BBKK – Korea Institute of Industrial Technology )
6) Aplikasi nano komposit berbasis Titania (TiO2)-Zeolit untuk limbah
industri te
7) Aplikasi Asap Cair Sebagai Pengawet Ikan Segar Hasil Tangkap Laut
(Pengganti Es Balok) Dan Pengawet Ikan Asin (Pengganti Insektisida)
Dalam Proses Pengeringan)- PT. Global Deoroub Industry;
8) Teknologi Pembuatan Nata de Coco, PT. Sumber Berkat Prima;
9) Development of syngas production system with Indonesian biomass,
KITECH Korea;
10) Penelitian Pembuatan Kain Rajut, UKMSarfudin;
11) Kajian Konservasi Energi, PT Sipatex Putri Lestari;
12) Kajian Konservasi Energi, PT Kusumahadi Santosa;
13) Kajian Konservasi Energi, PT ATEJA;
14) Kajian Konservasi Energi, PT HIMALAYA TUNAS TEXINDO;
15) Kajian Feasibility Study pada pengembangan PK Rosella Baru
Surabaya, PK Rosella Baru PTPN XI Surabaya;
16) Pengujian Kain Rajut untuk pakaian renang dan cara uji kemampuan
listrik statis pada kain tenun dan kain rajut untuk pembuatan
standard,CV Miftahur Rizki;
17) Aplikasi Komposit Resin Epoksi dan Serat Gelas untuk Perbaikan
Kerusakan Beton, PT GWS;
18) Bahan dan pengujian terhadap mutu prototype,PT. Hikari;
19) R&D dari penyediaan bahan baku,PT. Sentosa Electric;
20) Effect of Sapri, AVCell, AVN, Domsjo dissolving pulps on Viscose and
Rayon making,PT. Indo Bharat
21) Penelitian Pengaruh Digester Additive terhadap Bilangan Kappa dan
Derajat Putih Pulp, PT. Amazon Papyrus Chemicals;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 83
22) The Influence of Additives on Acacia and MHW pulp qulity resulted
from Oxygen Delignification, PT. Buckman Asia Pacific;
23) Penentuan Toksisitas Akut (LD-50) Sheet Corrugated PT. Pura
Barutama Pratama terhadap Hewan Uji Tikus Sprague-Dawley), PT.
Pura Barutama Pratama
24) Pembuatan Dissolving Pulp dari Kayu Eucalyptus, PT. Medco Cellulose;
25) Penelitian Pengaruh Digester Additive terhadap Bilangan Kappa dan
Derajat Putih Pulp), PT. Amazon Papyrus Chemicals;
26) Kajian dan Implementasi Konservasi Energi dan Pengurangan Emisi
IPK,Catur Bina Guna;
27) Penelitian Pembuatan Rayon Konduktif dengan Penambahan CNT.
tanpa Aktivasi, P2F, LIPI;
28) Penelitian Rayon Konduktif dengan CNT. Aktivasi, P2F, LIPI;
29) Pengaruh aditif terhadap kualitas pulp hasil delignifikasi oksigen dan
ekstraksi oksigen, PT.Buckman Asia Pasific
30) Aplikasi Dry Strength, Puji Lestari Purnama;
31) The Application of Enzymes on Starch, PT. Indozyme;
32) Penelitian Pembuatan Serat Rayon dengan Penambahan CNT
(Carbon Nano Tube) pada Proses pelarutan Viscose, LIPI;
33) Producing Carboxymethylceelulose (CMC) from Kenaf Dissolving
Pulp,FRIM ;
34) Karakterisasi Morfologi Serpih Kayu dan Serat Pulp,Tanjung Enim
Lestari;
35) Penelitian Pembuatan Pulp Kayu Eucalyptus, PT. Medco Cellulose;
36) Aplikasi Hoffman chemical pada pembuatan kertas, Tri Domain
Chemical;
37) Deinking Test dari ONP dan OMG,Nopco Paper Technology ;
38) Penelitian Pembuatan Pulp dan Kertas dari Bahan Baku Kayu, Wana
Subur Lestari;
39) Aplikasi Cationizer MEC - Super pada pembuatan Kertas, PT. Mulia
Makmur;
40) Penelitian Pembuatan Serat Rayon dari Nata de Coco, LIPI;
41) Survey, Identifikasi, dan Verifikasi Emisi Gas Rumah Kaca di Industri
Pulp & kertas Indonesia, Surveyor Indonesia;
42) Effect of Dissolving Pulp Rayon Variation and Viscose Making
Condition on Rayon Quality, PT. Indo Bharat Rayon;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 84
43) Penguatan Struktur Industri - Pembuatan Produk Komponen Pabrik
Foundry dan Penelitian Terapan Penguatan Struktur Industri, BBLM-
(MAVERIC);
44) Penguatan Struktur IndustriPembuatan Produk Komponen Pabrik
Foundry dan Penelitian Terapan , BBLM-PT. Sigma Mitra Sejati;
45) Pengembangan kekuatan Industri Pembuat ALUTISTA, BBLM-PT.
Wotan;
46) Pengembangan Bersama Pembuatan mesin Pakan Ikan, BBLM-ITB;
47) Ilmu sains dan Teknologi material, BBLM- Institut Ilmu Sains Material
Korea;
48) Incubator Bisnis Pengembangan kemampuan Industri Pembuat
Mould, BBLM- CV. Doea Daya Cemerlang;
49) Pembuatan Roda Kereta Api, BBLM-PT Karya Deli Steelindo;
50) Pengembangan Wood Vinegar dari Limbah Kelapa Sawit sebagai
Antiseptik Pembersih Tangan, BBKK-Baristand Industri Samarinda;
51) Teknologi Proses Pengolahan dan Pengemasan Terhadap Daya
Tahan Simpan Ikan Kendia, BBKK-Baristand Industri Samarinda;
52) Pemanfaatan Limbah Tandan Kosong Sawit dan Cangkang Sawit
Sebagai Bahan Baku Bio Pellet Produk Energi, Universitas
Mulawarman;
53) Rekayasa Alat Pasca Panen Rumput Laut, Pengumpul Rumput Laut
Bontang Kuala.
Namun, bila merujuk pada IKU Kementerian Perindustrian yaitu
capaian Kerjasama R & D di instansi dan industri sebesar 54 (lima puluh
empat) penelitian atau sebesar 300,00 persen dari target 16 kerjasama.
Bila dibandingkan dengan capaian Kerjasama R & D di instansi
dan industri tahun 2010 sebesar 18 kerja sama, maka capaian kerja sama
di tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 54 kerja sama atau
sebesar 300 persen.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 85
Sasaran ini merupakan bentuk pelaksanaan tugas
pokok pelayanan dan fasilitasi dilakukan dengan
memfasilitasi penerapan, pengembangan dan
penggunaan kekayaan intelektual dengan cara
penyediaan dukungan untuk menghargai kekayaan intelektual dalam
lingkup industri. Sasaran strategis ini akan dicapai melalui indikator kinerja
utama:
a. Perusahaan yang mendapatkan HKI.
b. Produk HKI yang dikomersialkan (Paten).
Perusahaan yang mendapatkan HKI, diukur dengan penghitungan jumlah
perusahaan yang sudah mendapat sertifikasi HKI dengan target 220
perusahaan.
Produk HKI yang dikomersialkan (Paten), diukur dengan penghitungan
adalah jumlah produk industri yang sudah dipatenkan sebagai produk
nasional dengan target 10 produk.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada tabel 3.20.
Tabel. 3.20
Capaian IKU dari Memfasilitasi Penerapan, Pengembangan dan
Penggunaan Kekayaan Intelektual
Sasaran Strategis IKU2010 2011
SatuanCapaian Target Realisasi Capaian
Memfasilitasi
penerapan,
pengembangan
dan penggunaan
kekayaan
intelektual
Perusahaan yang mendapatkan HKI
94.09 220 258 117.27 Persen
Produk HKI yang dikomersialkan (Paten)
60.00 10 27 270.00 Persen
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan
pencapaian tahun 2010, indikator sasaran ini mengalami peningkatan
sangat signifikan dan melampaui target.
6. Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan kekayaan intelektual
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 86
Bantuan pendaftaran HKI merupakan tindak lanjut dari kegiatan
Bimbingan Penerapan HKI dalam memfasilitasi pengusaha yang ingin
melakukan pendaftaran HKI di Ditjen HKI. Pendaftaran HKI merupakan
salah satu cara pemilik hak dalam memperoleh perlindungan Hukum di
bidang Hak Kekayaan Intelektual, hal dikarenakan Hak Kekayaan
Intelektual merupakan hasil buah pikir dari ide/gagasan manusia yang
memiliki nilai ekonomis sehingga dirasa perlu mendapatkan perlindungan
hukum agar kepentingan si pemilik hak tetap terlindungi. Dalam
pelaksanaan kegiatan realisasi capaian untuk setiap target adalah
sebagai berikut: Pendaftaran Merek sebanyak 228 Merek, Pendaftaran
Desain Industri sebanyak 4 Desain Industri, Hak Cipta sebanyak 26 Hak
Cipta. Hambatan dan kendala yang dihadapi, antara lain: belum
maksimalnya sosialisasi HKI di daerah-daerah, sehingga mereka tidak
mengetahui adanya keberadaan bantuan pendaftaran HKI di
Kementerian Perindustrian, proses sertifikasi membutuhkan waktu yang
cukup lama, tidak ada kepastian besarnya biaya pendaftaran dan sistem
pembayaran untuk biaya pendaftaran HKI, masih rendahnya Kesadaran
masyarakat tentang pentingnya HAKI, pendaftaran HAKI tidak boleh
dilakukan secara kelompok atau oleh pemerintah, pendaftaran bagi satu
hak berlaku untuk satu pemilik hak, kekhawatiran dari pelaku untuk
mendaftarkan desainnya setelah didaftar, barang tidak laku atau
desainnya sudah didaftarkan oleh pihak lain namun biaya administrasi
tidak bisa ditarik kembali, serta kurangnya peran dan koordinasi tenaga
personil HKI dengan pengusaha.
Sasaran ini merupakan bentuk pelaksanaan tugas
pokok pelayanan dan fasilitasi dilakukan dengan
dengan memfasilitasi pengembangan industri
dengan cara fasilitasi untuk tujuan pengembangan industri dalam
berbagai hal yang mendukung seperti akses kepada sumber bahan
baku, sumber modal dan lainnya. Sasaran strategis ini akan dicapai
melalui indikator kinerja utama:
a. Tingkat utilisasi kapasitas produksi.
b. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan.
c. Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku.
d. Perjanjian kerjasama Internasional.
7. Memfasilitasi pengembangan industri
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 87
Tingkat utilisasi kapasitas produksi, diukur dengan penghitungan besar
persentase penggunaan kapasitas terpasang dalam industri masing-masing
(sesuai dengan jenis industrinya) dengan target sebesar 80 persen.
Perusahaan yang mendapatkan akses ke sumber pembiayaan, diukur
dengan penghitungan jumlah fasilitasi yang dilakukan setiap sektor untuk
membantu industri mendapat akses dan bantuan lainnya ke sumber
pembiayaan dengan target 600 perusahaan pada tahun 2011.
Perusahaan yang mendapatkan akses ke sumber bahan baku, diukur
dengan penghitungan jumlah perusahaan yang berhasil mendapat fasilitasi
jaminan pasokan bahan baku atas fasilitasi yang dilakukan oleh masing-
masing level organisasi dengan target 40 perusahaan pada tahun 2011.
Perjanjian kerjasama internasional, diukur dengan penghitungan jumlah
kerjasama yang sudah dilaksanakan dalam bentuk project kerjasama
internasional yang terkait dengan fasilitasi di bidang capacity building dengan
target 5 MoU pada tahun 2011.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada tabel 3.21.
Tabel. 3.21
Capaian IKU dari Memfasilitasi Pengembangan Industri
Sasaran Strategis
IKU2010 2011
SatuanCapaian Target Realisasi Capaian
Memfasilitasi
pengembangan
industri
Tingkat utilisasi kapasitas produksi
89.45 80 88,50 110,63 Persen
Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan
197.33 600 388 64,67 Persen
Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku
5 40 16 40,00 Persen
Perjanjian kerjasama internasional
260.00 5 8 160,00 Persen
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan
pencapaian tahun 2010, beberapa indikator sasaran mengalami
peningkatan yang signifikan dan melampaui target, meski ada satu
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 88
indikator yang mengalami penurunan capaian dan tidak mencapai
target. Namun secara umum dari capaian beberapa indikator dapat
menunjukkan keberhasilan pencapaian sasaran ini.
Nilai capaian ini merupakan dampak dari pencapaian beberapa
program revitalisasi industri seperti industri semen dengan tingkat utilisasi
mencapai 88,50 persen, perumusan dan fasilitasi regulasi yang mengatur
jaminan pasokan bahan baku dan energi dengan fasilitasi konservasi
energi, fasilitasi pembiayaan IKM melalui fasilitasi analisis pembiayaan,
sosialisasi pembiayaan dan KUR.
Dalam menjamin pasokan bahan baku juga ditunjukkan dari
adanya Koordinasi pengamanan bahan baku untuk industri migas,
meliputi: (a) Kebutuhan nafta PT. Chandra Asri sebesar 1,7 juta ton/tahun
dipenuhi dari impor, (b) Kebutuhan kondensat PT. TPPI sebesar 100.000
barrel/hari, sebesar ±60 persen dipasok dari produksi dalam negeri dan
sisanya impor, (c) Kebutuhan gas bumi sebagai bahan baku industri
pupuk sebesar 799,2 MMSCFD, akan tetapi kontrak pasokan gas sampai
saat ini sebesar 674,0 MMSCFD, tidak termasuk PT. Pupuk Iskandar Muda
(PT. PIM) yang memperoleh pasokan gas melalui pembelian dengan
kontrak 1 tahun. Sehingga, pemenuhan pasokan bahan baku gas untuk
industri pupuk sebesar 84 persen. Begitu juga untuk pasokan industri hilir
kelapa sawit telah terjadi peningkatan investasi industri hilir dan jaminan
pasokan bahan baku serta kemajuan peta potensi bahan baku pupuk
organik di 100 Kabupaten/Kota sebesar 25 persen di tahun 2011.
Bentuk capaian sasaran fasilitasi yang mendukung pencapaian
indikator kerjasama internasional antara lain telah dilakukan 3 (tiga)
kesepakatan kerjasama investasi Industri dengan Negara India, Korea
dan Rusia, yaitu: Investasi Pendirian Pabrik Pupuk Berbahan Baku Gas dari
Batu-bara di Kalimantan antara PT. Pupuk Sriwijaya Indonesia dan
Perusahaan Rashtriya Chemical & Fertilizer Ltd India, Joint Venture
pendirian Pabrik Baja antara PT. Krakatau Steel dengan Perusahaan
Posco, Korea, dan Investasi antara Perusahaan Nusantara Smelting Corp
dengan JSC “MMF” Norilisky Nikel dari Rusia untuk pendirian Copper
Smelter. Selain itu juga telah dilakukan 4 (empat) kerjasama internasional
di bidang industri: kerjasama dengan Kanada dalam rangka untuk
pengurangan efek gas rumah kaca untuk Green Industri, Kerjasama
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 89
dengan Perusahaan Jerman/Indowater dalam rangka pengolahan
limbah industri, telah ditandatanganinya MoU Kerjasama internasional
antara Kementerian Perindustrian dengan KOICA, Korea tentang
penyusunan Masterplan Kawasan Industri di Boyolali, dan peningkatan
kapasitas Balai Besar Tekstil, fasilitasi pertemuan pimpinan kementerian
dengan 40 delegasi negara mitra / delegasi asing.
Sasaran ini merupakan bentuk pelaksanaan tugas
pokok pelayanan dan fasilitasi dilakukan dengan
dengan memfasilitasi promosi industri dengan hasil
kerja berbentuk fasilitasi untuk mengadakan promosi dalam bidang-
bidang industri yang ada. Sasaran strategis ini akan dicapai melalui
indikator kinerja utama: perusahaan mengikuti seminar/konferensi,
pameran, misi dagang/investasi.
Perusahaan mengikuti seminar/konferensi, pameran, misi
dagang/investasi, diukur dengan penghitungan jumlah perusahaan yang
diikutsertakan dalam seminar, konferensi dan berbagai kegiatan yang dikelola
Kementerian per-tahun dengan target 5160 perusahaan.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada tabel 3.22.
Tabel. 3.22
Capaian IKU dari Memfasilitasi Promosi Industri
Sasaran Strategis
IKU2010 2011
SatuanCapaian Target Realisasi Capaian
Memfasilitasi promosi industri
Perusahaan mengikuti seminar/konferensi pameran, misi dagang/investasi
40.19 5160 673 13,04 Persen
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan
pencapaian tahun 2010, capaian indikator sasaran ini mengalami
penurunan yang signifikan meski sama-sama tidak mencapai target.
Rendahnya nilai capaian ini dikarenakan data pengukuran yang
disampaikan sebagian besar tidak dalam satuan perusahaan melainkan
8. Memfasilitasi promosi industri
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 90
dalam satuan jumlah pameran/even promosi/seminar, sehingga hal ini
berpengaruh pada rendahnya pencapaian kinerja. Dan sebenarnya pada
tahun 2011 telah dilaksanakan program dan kegiatan yang memberikan
dampak pada pencapaian sasaran ini diantaranya yaitu:
a. Terlaksananya fasilitasi pameran di dalam negeri (Gelar Produk Sepatu
dan Kulit tanggal 28 April s/d 1 Mei, pameran Inatex tanggal 27-30 April,
pameran di Plasa Industri tanggal 5-8 Juli dan pameran yang akan
difasilitasi antara lain pameran TEI 2011, pameran Yogya Fashion Week
dan pameran di Semarang dan Terlaksananya fasilitasi pameran di luar
negeri diadakan di Thailand (20-24 April), pameran GDS di Jerman (8-13
September) dan pameran yang akan difasilitasi antara lain pameran
Intertextile Shanghai (18-21 Oktober), Guangzhou China (27-30 Oktober),
Hongkong (22-23 Oktober)
b. Telah dilakukan promosi dan pameran dalam rangka
pengembanganPasarfurniture kayu/rotan didalam negeri maupun diluar
negeri, antara lain:
c. Pameran international: Furniture Fair IMM Cologne Jerman tanggal 16-
19 Januari 2011, diikuti oleh 12 perusahaan.
1) High Point Market, North Carolina, USA yaitu tanggal 2-7 April 2011
dan tanggal 22- 27 Oktober 2011, diikuti 22 perusahaan.
2) The 17 th China International Furniture Expo di Shanghai, China
tanggal 14-17 September 2011, diikuti 10 perusahaan.
3) Feria Habitat Valencia, Spanyol tanggal 20-24 September 2011,
diikuti 7 perusahaan.
4) International Furniture Indonesia Fair (IFINA) di Jakarta International
Expo Kemayoran pada tanggal 11-14 Maret 2011, diikuti 14
perusahaan.
5) THE 26th TRADE EXPO INDONESIA 2011tanggal 19–23 Oktober 2011,
diikuti 13 perusahaan.
d. Pameran Dalam Negeri
Pameran Furniture Kayu dan Rotan Plasa Industri di Gedung
Kementerian Perindustrian pada tanggal 8-11 Nopember 2011, diikuti 42
perusahaan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 91
e. Promosi di dalam negeri antara lain :
1) Pekan Produk Kreatif Indonesia, Jakarta, 6-10 Juli 2011
2) Jakarta Fashion Week, Jakarta, Oktober 2011
3) World Batik Summit, Jakarta 28 September - 2 Oktober 2011 dan
Batam 2 - 4 Desember 2011
4) Pameran Surabaya Internasional Jewellery Fair 2011 di Hotel
Shangrila 19-22 Agustus 2011.
5) Pameran Perhiasan Asean Jewellery Expo 2011 di Balai Kartini,
Jakarta.
6) Pameran Mutumanikam di JHCC 1 - 4 November 2011.
7) Pameran Perhiasan di Jawa Timur
8) Pameran TEI bagi 6 sentra IKM OVOP (Malang, Tabanan, Bantul,
Banjarnegara, Purwakarta dan Lombok Barat)
9) Pameran di Plaza Kementerian Perindustrian
10) Telah mengikuti pameran untuk 10 IKM (Bantul dan Purwakarta)
f. Promosi di luar negeri antara lain :
1) 2nd Moslem World Biz 2011, Malaysia, yang diikuti oleh 5 IKM Fashion
2) INACRAFT, Malaysia
3) Tokyo Fashion Week, Tokyo, Jepang
4) Pameran Hongkong Jewellery Internasional.
Sasaran ini merupakan bentuk pelaksanaan tugas
pokok pelayanan dan fasilitasi dilakukan dengan
dengan memfasilitasi penerapan standarisasi dengan
mendukung industri dalam penerapan standar. Sasaran strategis ini akan
dicapai melalui indikator kinerja utama:
a. Rancangan SNI yang diusulkan.
b. Penambahan SNI wajib yang diterapkan.
c. Perusahaan yang menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001-2008
(Pedoman BSN10 dan GKM).
Rancangan SNI yang diusulkan, diukur dengan penghitungan jumlah
jumlah rancangan standarisasi yang dirumuskan untuk bidang industri dengan
target sebanyak 120 RSNI pada tahun 2011.
9. Memfasilitasipenerapan standarisasi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 92
Penambahan SNI wajib yang diterapkan, diukur dengan penghitungan
penambahan standard industri (SNI wajib) yang diterapkan dengan target
sebanyak 10 SNI pada tahun 2011.
Perusahaan yang menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001-2008
(Pedoman BSN10 dan GKM), diukur dengan penghitungan jumlah
perusahaan yang menerapkan sistem manajemen mutu dengan target
sebanyak 200 perusahaan pada tahun 2011.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada tabel 3.23.
Tabel. 3.23
Capaian IKU dari Memfasilitasi Penerapan Standarisasi
Sasaran Strategis
IKU2010 2011
SatuanCapaian Target Realisasi Capaian
Memfasilitasi
Penerapan
Standarisasi
Rancangan SNI yang diusulkan 84.17 120 135 112.50 Persen
Penambahan SNI wajib yang diterapkan
380.00 10 14 140.00 Persen
Perusahaan yang menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001-2008 (Pedoman BSN10 dan GKM)
210.50 200 936 468.00 Persen
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan
pencapaian tahun 2010, capaian indikator sasaran ini mengalami
peningkatan yang signifikan dan melebihi target. Tingginya capaian
sasaran ini didukung oleh pencapaian sasaran program yang dilakukan
pada tahun 2011.
Jumlah RSNI yang telah konsensus pada Tahun 2010 sebanyak 93
RSNI. Jika dibandingkan dengan capaian Tahun 2010 terdapat
peningkatan jumlah RSNI dari 93 menjadi 135, terdapat kenaikan sebesar
18,42 persen. Peningkatan ini dikarenakan adanya dukungan dari
Direktorat maupun instansi terkait.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 93
Hasil evaluasi yang dilaksanakan Tim Evaluator BPKIMI mengenai
Rancangan SNI (RSNI) sulit untuk mempercepat proses perumusan,
sebaiknya tidak dicantumkan dalam target, karena sangat tergantung
dengan kinerja Panitia Teknis yang terdiri dari beragam instansi dan
mengenai Regulasi teknis sebaiknya dikeluarkan dari kinerja karena
kegiatan ini sangat tergantung dengan kinerja direktorat teknis serta
Pelayanan Jasa bukan merupakan hasil PUSTAN melainkan kinerja LSPro.
Dalam Capaian penambahan SNI secara Wajib yang diterapkan
BPKIMI adalah Penyusunan konsep Peraturan Menteri tentang
pemberlakuan SNI Secara Wajib dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Dirjen
Pembina Industri. Menteri Perindustrian akan menunjuk LPK (LSPro maupun
Laboratorium Uji/Lembaga Inspeksi) dalam rangka pelaksanaan/
penerapan dan pengawasan SNI secara Wajib.
Terkait kenaikan usulan jumlah SNI produk industri dalam
memenuhi SNI wajib maka diperlukan matriks kemampuan, perencanaan
dan peningkatan SDM auditor dengan mengingat beberapa hal antara
lain: jumlah industri dan auditor yang tidak seimbang, pemberian
kesempatan melakukan audit kepada auditor junior untuk meningkatkan
kemampuannya sehingga semakin banyak jumlah auditor yang
melaksanakan fungsi audit dan sekaligus dapat mengurangi frekuensi
audit yang dilakukan oleh auditor senior yang memiliki jabatan struktural.
Sedangkan untuk pencapaian indikator ketiga banyak terkait
dengan pencapaian Direktorat Jenderal IKM melalui fasilitasi Sertifikasi
Halal dengan output sebanyak 80 paket sertifikat halal bagi IKM di Provinsi
Sumatera Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Riau, dan Lampung,
masing-masing provinsi 16 IKM, bimbingan Penerapan HACCP/SNI bagi 4
(empat) IKM di Lampung 2 IKM, Sumbar 1 IKM, dan Sumut 1 IKM, fasilitasi
Penerapan ISO 9000 pada 7 (tujuh) IKM Logam dan Elektronika di Sumut 3
IKM, Sumbar 2 IKM, Riau 1 IKM, dan Lampung 1 IKM, serta bimbingan
Penerapan Produk Bersih/Kaizen bagi 6 (enam) IKM Logam dan
Elektronika di Lampung 3 IKM dan Kalsel 3 IKM.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 94
Sasaran ini merupakan bentuk pelaksanaan tugas
pokok pelayanan dan fasilitasi dilakukan dengan
dengan meningkatkan kualitas pelayanan publik
dengan melihat sejauh mana kualitas layanan kementerian terhadap publik
pengguna jasa Kementerian Perindustrian. Sasaran strategis ini akan dicapai
melalui indikator kinerja utama: tingkat kepuasan pelanggan.
Tingkat kepuasan pelanggan, diukur dengan dilihat dengan melakukan
hasil penilaian kepuasan pelanggan yang akan dilaksanakan dengan
membuat survey pelanggan dan survey akan dilakukan oleh setiap bagian
organisasi secara sampling dengan nilai indeks 1 sampai 5 dengan target hasil
survey nilai indeks 4.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada tabel 3.24.
Tabel. 3.24
Capaian IKU dari Meningkatkan kualitas pelayanan publik
Sasaran Strategis
IKU2010 2011
SatuanCapaian Target Realisasi Capaian
Meningkatkan
kualitas
pelayanan
publik
Tingkat kepuasan pelanggan
90.00 4 4 100.00 Persen
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan
pencapaian tahun 2010, capaian indikator sasaran ini mengalami
peningkatan. Tingginya capaian sasaran ini didukung oleh pencapaian
sasaran program yang dilakukan pada tahun 2011, diantaranya adalah
telah dikeluarkan Instruksi Menteri Perindustrian No.765/M-IND/11/2010
tentang Pembentukan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan
Peraturan Menteri Perindustrian No.55/M-IND/PER/6/2011 tentang Unit
Pelayanan Publik Kementerian Perindustrian, sehingga semua jenis
Pelayanan Publik di lingkungan Kementerian Perindustrian dilaksanakan
dalam satu Unit dengan menggunakan system e-licensing secara penuh
pada seluruh proses penerbitan rekomendasi, secara online dan real time
sehingga dapat dimonitor secara langsung oleh masyarakat; Pengadaan
10. Meningkatkan kualitas pelayanan publik
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 95
barang/jasa di lingkungan Kementerian Perindustrian dipusatkan di Unit
Layanan Pengadaan (ULP) dengan menggunakan sistem Layanan
Pengadaan Secara Elektronik (LPSE).
Dengan berbagai penyempurnaan sistem dan prosedur tersebut,
Berdasarkan hasil survey Integritas Pelayanan Publik KPK Tahun 2011,
Kementerian Perindustrian masuk 5 besar Integritas Pelayanan Publik
terbaik dari 89 Instansi pusat/vertikal/daerah yang disurvey . Instansi yang
menempati peringkat 5 besar berturut-turut ; BKPM (7,80), Kementerian
Kesehatan (7,52), PT. Jamsostek (7,52), Kementerian Perindustrian (7,51)
dan PT Pelindo II Cabang Tanjung Priok (7,50). Pada Tahun 2010,
Kementerian Perindustrian menempati peringkat ke 14 dari 50 instansi
yang disurvey, sedangkan Tahun 2009, Kementerian Perindustrian masih
menempati peringkat integritas terendah dari 39 instansi yang di survey.
Sasaran ini merupakan bentuk pelaksanaan
tugas pokok pelayanan dan fasilitasi
dilakukan dengan mengkoordinasikan
peningkatan kualitas lembaga pendidikan dan
pelatihan serta kewirausahaan dengan
meningkatkan hasil koordinasi dari berbagai lembaga pendidikan dan
pelatihan yang disediakan Kementerian Perindustrian untuk pengembangan
berbagai kebutuhan industri. Sasaran strategis ini akan dicapai melalui
indikator kinerja utama:
a. Instruktur yang bersertifikat.
b. Jurusan pada lembaga pendidikan dan lembaga diklat yang terakreditasi.
Instruktur yang bersertifikat, diukur dengan penghitungan dihitung dengan
cara jumlah instruktur yang sudah memiliki sertifikat dalam setiap bidang
industri kementerian dengan target sebanyak 20 instruktur yang bersertifikat.
Jurusan pada lembaga pendidikan dan lembaga diklat yang terakreditasi,
diukur dengan penghitungan jumlah lembaga pendidikan dan pelatihan
yang diberikan sertifikasi guna melatih dan mengembangkan kemampuan
SDM industri dengan target sebanyak 5 pada tahun 2011.
11. Mengkoordinasikan Peningkatan Kualitas Lembaga Pendidikan Dan Pelatihan Serta
Kewirausahaan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 96
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada tabel 3.25.
Tabel. 3.25
Capaian IKU dari Mengkoordinasikan Peningkatan Kualitas Lembaga
Pendidikan dan Pelatihan Serta Kewirausahaan
Sasaran Strategis IKU2010 2011
SatuanCapaian Target Realisasi Capaian
Mengkoordinasikan
Peningkatan
Kualitas Lembaga
Pendidikan Dan
Pelatihan Serta
Kewirausahaan
Instruktur yang bersertifikat 115.00 20 19 95.00 Orang
Jurusan pada lembaga pendidikan dan lembaga diklat yang terakreditasi
125.00 5 1 20.00 Lembaga
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan pencapaian
tahun 2010, capaian indikator sasaran ini mengalami penurunan.
Capaian ini merupakan dampak dari pencapaian sasaran kegiatan yang
telah dicapai pada tahun 2011, yaitu antara lain: penyelenggaraan
diklat calon widyaiswara di lingkungan Kementerian Perindustrian dengan
terakreditasinya 19 instruktur oleh Lembaga Aministrasi Negara. Para
instruktur/widyaiswara ini diharapkan dapat mewujudkan SDM industri dan
aparatur yang professional khususnya di lingkungan Kementerian
Perindustrian dan membawa Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri
menjadi Center of Exellence. Selain tersedianya instruktur/widyaiswara
yang bersertifikat tersebut, dalam rangka peningkatan kualitas
sumberdaya manusia di lingkungan Kementerian Perindustrian,
dibutuhkan pula sebuah lembaga pendidikan dan pelatihan yang
terakreditasi. Pada tahun 2011, Pusdiklat telah mendapat akreditasi dari
Lembaga Administrasi Negara dalam menyelenggarakan diklat aparatur
pemerintah (PIM III dan PIM IV). Pada tahun 2012, diharapkan unit-unit
pendidikan daerah di bawah pusdiklat dapat terakreditasi, khususnya
dalam penyelenggaraan diklat aparatur pemerintah seperti Diklat
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah dan lain sebagainya.
Pencapaian kedua indikator tersebut, diharapkan dapat meningkatkan
kualitas sumberdaya aparatur dan industri.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 97
Sasaran ini merupakan bentuk pelaksanaan
tugas pokok pengawasan, pengendalian
dan evaluasi dilakukan dengan mengoptimalkan
budaya pengawasan pada unsur pimpinan dan
staf dengan hasil penilaian untuk tujuan meningkatkan budaya pengawasan
yang dilaksanakan bagian pengawasan di lingkungan Kementerian
Perindustrian. Sasaran strategis ini akan dicapai melalui indikator kinerja
utama:
a. Tingkat Penurunan penyimpangan minimal.
b. Terbangunnya Sistem Pengendalian Intern di unit kerja adalah jumlah
satuan kerja yang sudah menerapkan sistem pengendalian intern dengan
target sebanyak 57 satuan kerja.
Tingkat Penurunan penyimpangan minimal, diukur dengan penghitungan
persentase penurunan sebagai standar minimal penyimpangan dalam
lingkup tugas kementerian sebagai hasil tugas bidang pemeriksaan dengan
target sebesar 60 persen.
Terbangunnya Sistem Pengendalian Intern di unit kerja, diukur dengan
penghitungan jumlah lembaga pendidikan dan pelatihan yang diberikan
sertifikasi guna melatih dan mengembangkan kemampuan SDM industri
dengan target sebanyak 5 pada tahun 2011.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada tabel 3.26.
Tabel. 3.26
Capaian IKU dari Mengoptimalkan Budaya Pengawasan pada Unsur Pimpinan
dan Staf
Sasaran Strategis IKU2010 2011
SatuanCapaian Target Realisasi Capaian
Mengoptimalkan
Budaya
Pengawasan Pada
Unsur Pimpinan dan
Staf
Tingkat Penurunan penyimpangan minimal
125.98 60 90 150.00 Persen
Terbangunnya Sistem Pengendalian Intern di unit kerja
100.00 57 57 100.00 Satker
12. Mengoptimalkan Budaya
Pengawasan Pada Unsur
Pimpinan dan Staf
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 98
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan
pencapaian tahun 2010, capaian indikator sasaran ini mengalami
peningkatan yang signifikan dan mencapai target. Tingginya nilai
capaian ini merupakan dampak dari pelaksanaan program dan kegiatan
yang memberikan dampak pada pencapaian sasaran ini diantaranya
yaitu: Telah diselenggarakan Forum Koordinasi/Temu Teknis Tindak Lanjut
Hasil Pengawasan Inspektorat Jenderal untuk membahas penyelesaian
atas temuan Itjen Kemenperin dan BPK sampai dengan tahun 2010, telah
dilaksanakan Pembinaan/Pengembangan SDM/Jabatan Fungsional
Auditor berupa Pelatihan di Kantor Sendiri (PKS) sebanyak 7 paket , dan
Workshop Sertifikasi Pembentukan Auditor, Workshop Peningkatan
Kompetensi SDM Pengawasan (Capacity Building), Workshop SPIP Bagi
Pegawai Inspektorat Jenderal, Workshop Audit Pengadaan Barang dan
Jasa Pemerintah, Workshop Audit Investigatif, Workshop Audit Kinerja dan
Workshop Penilaian Resiko dan Workshop Character Building,
Melaksanakan Assesment APIP Itjen (bekerjasama dengan MAC BPKP)
untuk mengetahui kebutuhan jumlah auditor, formasi, kebutuhan
kompetensi auditor dan kebutuhan diklat untuk memenuhi kompetensi
yang dibutuhkan, untuk menuju peringkat APIP level 3 dimana dalam
pengawasan berfokus pada efektifitas dan efisiensi kegiatan Satker,
menerapkan pengawasan berbasis resiko, mampu memberikan analisis
dan saran yang tepat serta mengutamakan kualitas temuan daripada
jumlah temuan; Pelaksanaan Klinik Konsultasi Inspektorat Jenderal; telah
dilaksanakan Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Inspektorat
Jenderal pada 165 Unit Kerja; dilakukan Updating data dalam rangka
Penyusunan database pengawasan serta telah dipersiapkan berbagai
macam pedoman pengawasan, antara lain pedoman audit pengadaan
barang dan jasa, audit investigasi, audit kinerja, audit P3DN, pedoman
pengawasan, pedoman penilaian resiko, review laporan keuangan dan
pedoman monev.
Sasaran ini merupakan bentuk pelaksanaan
tugas pokok pengawasan, pengendalian
dan evaluasi dilakukan dengan mengoptimalkan
evaluasi pelaksanaan kebijakan dan efektifitas
pencapaian kinerja industri dengan evaluasi
13. Mengoptimalkan
Evaluasi Pelaksanaan
Kebijakan dan
Efektifitas
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 99
pembuatan kebijakan dan pencapaian target kinerja untuk menjamin
tercapainya tujuan Kementerian. Sasaran strategis ini akan dicapai melalui
indikator kinerja utama:
a. Laporan evaluasi pelaksanaan.
b. Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industry.
Laporan evaluasi pelaksanaan, diukur dengan penghitungan jumlah hasil
laporan evaluasi pelaksanaan tugas dengan target sebanyak 10 laporan.
Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri adalah
persentase penurunan penyimpangan pelaksanaan tugas di masing-masing
level organisasi, diukur dengan penghitungan adalah persentase
penurunan penyimpangan pelaksanaan tugas di masing-masing level
organisasi sesuai dengan hasil laporan Itjen dengan target sebesar 40 persen
pada tahun 2011.
Realisasi, target serta capaian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dapat
dilihat pada tabel 3.27.
Tabel. 3.27
Capaian IKU dari Mengoptimalkan Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan dan
Efektifitas
Sasaran Strategis IKU2010 2011
SatuanCapaian Target Realisasi Capaian
Mengoptimalkan Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan dan Efektifitas
Laporan evaluasi pelaksanaan 125.98 10 10 100.00 Persen
Tingkat penurunan penyimpangan pelaksanaan kebijakan industri
100.00 40 90 225.00 Persen
Dilihat dari aspek pencapaian target, dibandingkan dengan
pencapaian tahun 2010, capaian indikator sasaran ini mengalami
peningkatan dan mencapai target. Tingginya nilai capaian ini merupakan
dampak dari pelaksanaan program dan kegiatan yang memberikan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 100
dampak pada pencapaian sasaran ini diantaranya Telah dilaksanakan
Pengawasan kinerja pada unit pusat, vertikal dan daerah, meliputi:
a. Pengawasan kinerja unit pusat dan vertikal, dari target 59 unit vertikal
telah terealisasi sebanyak 50 unit kerja.
b. Pengawasan program dekonsentrasi perindustrian, dari target 33 unit
telah terealisasi sebanyak 33 unit kerja.
c. Audit efektifvitas pemberian bantuan mesin dan peralatan (Tugas
Pembantuan Industri) dari target 72 daerah, telah selesai dilaksanakan
seluruhnya.
d. Pengawasan untuk tujuan tertentu, dari 4 kasus yang ditargetkan
terealisasi 1 kasus.
e. Telah dilaksanakan monitoring dan Evaluasi terhadap: pelaksanaan
program/kebijakan industri (kompetensi inti industri Kabupaten/Kota),
dari target 32 Kabupaten/Kota telah dilaksanakan semuanya di 32
Kabupaten/Kota, Monitoring dan evaluasi terhadap program/kegiatan
bidang industri yaitu Monev Pemanfaatan Jasa Pelayanan Teknis,
Monev Program Restrukturisasi TPT, Monev Unit Pendidikan Kemenperin,
Monev Program Revitalisasi Industri Gula, Monev Dekonsentrasi IKM,
Monev Pengembangan Klaster Industri Agro, Monev Capaian KPI Unit
Eselon I & II dan Monev Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) IKM sudah
selesai dilaksanakan dan dalam tahap penyusunan laporan akhir.
f. Program P3DN, Inspektorat Jenderal berkerjasama dengan BPKP,
selama tahun 2011 telah melakukan kegiatan: pelaksanaan temu teknis
dengan APIP di 8 Provinsi yang diikuti para Inspektur dan auditor dari
Inspektorat Provinsi/Kab/Kota, dalam rangka menyamakan persepsi
bagi seluruh APIP dalam melakukan audit terhadap pelaksanaan P3DN
dalam pengadaan barang dan jasa, pelaksanaan monitoring dan
evaluasi pelaksanaan program P3DN yang dilakukan
Kementerian/Lembaga/BUMN dan Pemerintah Daerah dalam rangka
mendapatkan informasi seberapa jauh tingkat pemahaman dan
efektiftas kepatuhan terhadap peraturan terkait P3DN, Penyusunan
Pedoman Audit P3DN, Penilaian untuk pemberian penghargaan “Cinta
Karya Bangsa” bagi instansi pusat, Pemerintah Provinsi dan BUMN/BUMD
yang menerapkan P3DN dalam pengadaan barang dan jasa, sebagai
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 101
motivasi dan membangun komitmen dalam upaya meningkatkan
penggunaan produksi dalam negeri.
g. Penyelenggaraan SPIP, capaian yang telah diraih dalam rangka
implemetasi SPIP di Kementerian Perindustrian antara lain: telah
dikeluarkan peraturan menteri Perindustrian tentang penyelenggaraan
SPIP di Kementerian Perindustrian, penerbitan instruksi menteri untuk
percepatan pelaksanaan SPIP, Sosialisasi SPIP dan Pembentukan Satgas
SPIP di 4 unit kerja, yaitu Inspektorat Jenderal, Direktorat Jenderal IKM,
Direktorat Jenderal Agro dan Sekretariat Jenderal, Workshop/Pelatihan
SPIP untuk para pejabat Eselon II Kemenperin dan Kepala Satker,
Workshop/Pelatihan SPIP untuk Unit vertikal Kemenperin yang ada di
Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Bali dan Semarang, Diagnostic
Assessment SPIP sebagai pilot project di Itjen, Penyempurnaan
Infrastruktur SPIP, dan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan SPIP.
h. Mempertahankan Opini WTP mencakup keberhasilan sasaran berupa
telah dilaksanakan Reviu Laporan Keuangan / Barang Milik Negara
pada unit-unit vertikal Kementerian Perindustrian, dari target 59 unit
kerja telah dilaksanakan seluruhnya, Inspektorat Jenderal telah
menyusun Rencana Aksi mempertahankan opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) atas Laporan Keuangan Kementerian Perindustrian
serta melakukan pembinaan, pengawasan, review dan pendampingan
terhadap penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Perindustrian
dalam rangka terciptanya laporan keuangan Kementerian Perindustrian
yang handal dan sesuai dengan ketentuan perundangan yang
berlaku,. Atas upaya tersebut, pada tahun 2011 Kementerian
Perindustrian telah berhasil mempertahankan Laporan Keuangan Tahun
2010 mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK,
yang telah diperoleh sebelumnya untuk laporan keuangan tahunan
tahun 2008 dan 2009.
i. Pencegahan Korupsi, dalam rangka pencegahan korupsi secara
preemtif, Inspektorat Jenderal berinisiatif mendaftarkan Kementerian
untuk ikut pada program Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK) KPK tahun
2011, yang diwakili oleh 3 (tiga) Unit Eselon I Kementerian Perindustrian,
yaitu Setjen, Ditjen BIM dan Ditjen IUBTT. Hasil penilaian KPK
menempatkan Kementerian Perindustrian menduduki peringkat
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 102
pertama instansi yang berinisiatif untuk pencegahan korupsi dari 29
instansi Pemerintah yakni 18 Instansi Pusat dan 11 Pemerintah Daerah
dengan nilai 6,86, diatas Kepolisian Republik Indonesia (6,74),
Pemerintah Kota Surabaya (6,57), Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (6,52)
dan Pemerintah Kota Makassar (6,48).
Pencapaian sasaran strategis dari perspektif pelaksanaan tugas pokok
Kementerian Perindustrian tersebut akan mendukung dalam pencapaian
sasaran strategis dari perspektif pemangku kepentingan yang terdiri dari 7 (tujuh)
sasaran strategis di dapatkan rata-rata capaian sasaran strategis sebesar 98,80
persen, sedangkan perspektif pelaksanaan tugas pokok dan fumgsi dengan
rata-rata pencapaian sasaran sebesar 139,76.
Hasil yang telah dicapai pada perspektif pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi diharapkan dapat memberikan dampak yang cukup berarti dalam
pencapaian 7 (tujuh) sasaran strategis perspektif stakeholders sebagaimana
yang tergambarkan dalam peta strategis Kementerian Perindustrian 2010-2014.
B. AKUNTABILITAS KEUANGAN TAHUN 2011
Anggaran DIPA yang disediakan untuk mendukung pelaksanaan Tugas Pokok
dan Fungsi Kementerian Perindustrian Tahun 2011 sebesar Rp Rp. 2.329.243.173.000,-
Sampai dengan berakhirnya tahun anggaran 2011, anggaran DIPA yang terserap
sebesar Rp 1.957.965.203.803,- atau 84,06 persen.
Tidak tercapainya target realisasi anggaran sesuai yang ditetapkan
disebabkan oleh beberapa hal antara lain sebagai berikut :
1. Adanya Penghematan anggaran kegiatan-kegiatan kementerian yang
dilaksanakan melalui lelang pengadaan barang dan jasa.
2. Adanya belanja pegawai yang belum terealisasi.
3. Ada beberapa anggaran belanja tambahan yang tidak terlaksana
Realisasi DIPA sampai dengan 31 Desember 2011 berdasarkan unit kerja
eselon I dan program dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 103
Tabel 3.28
Laporan Realisasi Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun Anggaran 2011
Menurut Unit Kerja Eselon I
NO Unit Kerja Eselon I Anggaran Realisasi Capaian
1 SETJEN 443.206.124.000 406.716.692.983 91,77
2 DITJEN IA 418.784.389.000 310.723.661.328 74,20
3 DITJEN BIM 407.163.594.000 367.575.752.782 90,28
4 DITJEN IUBTT 147.402.199.000 95.901.907.044 65,06
5 DITJEN IKM 377.106.832.000 290.626.735.841 77,07
6 DITJEN PPI 55.000.000.000 45.631.099.553 82,97
7 DITJEN KII 48.557.397.000 36.736.963.485 75,66
8 ITJEN 45.500.000.000 42.875.111.185 94,23
9 BPKIMI 386.522.638.000 361.177.279.602 93,44
TOTAL 2.329.243.173.000 1.957.965.203.803 84,06
Realisasi DIPA sampai dengan 31 Desember 2011 berdasarkan program dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.29
Laporan Realisasi Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun Anggaran 2011 Menurut
Program
No ProgramJumlah
Pagu Realisasi %
1Revitalisasi dan Penumbuhan Basis Industri Manufaktur
407.163.594.000 367.575.752.782 90,28
2 Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro 418.784.389.000 310.723.661.328 74,20
3Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi
147.402.199.000 95.901.907.044 65,06
4Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah
377.106.832.000 290.626.735.841 77,07
5 Pengembangan Perwilayahan Industri 55.000.000.000 45.631.099.553 82,97
6 Kerjasama Industri Internasional 48.557.397.000 36.736.963.485 75,66
7 Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri 386.522.638.000 361.177.279.602 93,44
8Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Negara Kementerian Perindustrian
45.500.000.000 42.875.111.185 94,23
9Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perindustrian
423.204.289.000,00 388.702.312.033 91,85
10Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perindustrian
20.001.835.000 18.014.380.950 90,06
JUMLAH 2.329.243.173.000 1.957.965.203.803 84,06
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Penutup 105
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kementerian Perindustrian secara garis besar telah berhasil
melaksanakan tugas pokok, fungsi dan misi yang diembannya dalam
pencapaian sasaran strategis Kementerian Perindustrian tahun 2011. Hal
tersebut tercermin dari keberhasilan pencapaian sasaran strategis perspektif
tugas pokok dan fungsi serta hasil sasaran strategis perspektif stakeholder
yang merupakan dampak dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
Kementerian Perindustrian.
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan
hal-hal sebagai berikut:
1. Sasaran-sasaran strategis perspektif stakeholder berhasil dicapai
Kementerian Perindustrian dengan nilai rata-rata capaian sebesar 98,80
persen. Nilai ini belum sepenuhnya menggambarkan keberhasilan yang
dicapai sebab masih terdapat beberapa indikator kinerja utama yang
belum dapat diukur ketercapaiannya dikarenakan keterbatasan data.
2. Sasaran-sasaran strategis perspektif tugas pokok dan fungsi telah berhasil
dicapai dengan nilai rata-rata capaian sebesar 139,76 persen. Seluruh
sasaran yang ditetapkan sebagian besar dapat dicapai, bahkan
beberapa diantaranya melampaui target, meskipun masih terdapat
beberapa sasaran yang hasilnya belum sesuai dengan yang ditargetkan.
3. Belum seluruh sasaran strategis menunjukkan nilai capaian seperti yang
diharapkan, karena itu perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut terhadap
proses perencanaan program dan penganggaran dalam rangka
mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
4. Pencapaian sasaran strategis dari perspektif tugas pokok dan fungsi yang
melebihi target yang ditetapkan, belum sepenuhnya mampu mendukung
ketercapaian sasaran perspektif stakeholder. Diperlukan evaluasi lebih
lanjut mengenai penetapan sasaran-sasaran strategis pada perspektif
tugas pokok dan fungsi, sehingga secara simultan pencapaian sasaran
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Penutup 106
perspektif tugas pokok dan fungsi mampu mendukung pencapaian
sasaran perspektif stakeholder.
5. Dari perspektif stakeholder, pencapaian masing-masing indikator pada
setiap sasaran strategis belum semuanya dapat diukur dan mencapai
target yang telah ditetapkan. Hal ini dapat disebabkan oleh hal-hal
berikut: pertama, penetapan indikator sasaran strategis yang belum
dilengkapi dengan ketersediaan sumber data, sehingga menyebabkan
tidak terukurnya indikator tersebut. Kedua, penetapan target sasaran
strategis perspektif stakeholder dan indikatornya terlalu tinggi sehingga
terlalu sulit untuk dicapai. Ketiga, penentuan sasaran strategis perspektif
tupoksi beserta indikatornya justru yang kurang mendukung ketercapaian
sasaran strategis perspektif stakeholder, keempat, dan merupakan
kemungkinan paling kuat adalah ketercapaian sasaran strategis
perspektif stakeholder sangat tergantung dari dukungan institusi/lembaga
terkait sehingga pelaksanaan tupoksi Kementerian Perindustrian saja
belum cukup untuk menjadikan realisasi capaian sasaran-sasaran
tersebut sesuai atau bahkan melebihi target yang telah ditetapkan. Untuk
itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama yang lebih intensif dengan
institusi/lembaga terkait lainnya.
B. PERMASALAHAN DAN KENDALA
Sampai dengan tahun 2011 laju pertumbuhan sektor industri
manufaktur semakin membaik dan menjadi kontributor yang besar terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional. Namun pada kenyataannya masih dihadapi
erbagai masalah baik yang secara umum menghambat percepatan
pertumbuhan industri, maupun yang secara khusus dihadapi oleh beberapa
industri (penting) tertentu.
1. Masalah Internal Industri
a) Struktur industri masih belum kuat dan lengkap.
b) Industri dasar yang menjadi pemasok bahan baku dan bahan
penolong industri jumlah dan kemampuannya masih terbatas, dan
sama halnya dengan kemampuan produksi barang setengah jadi
dan komponen, sehingga ketergantungan impor masih tetap tinggi.
c) Masih terbatasnya populasi industri dan SDM industri yang
berkompeten.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Penutup 107
d) Kapasitas produksi masih kurang optimal.
e) Tuntutan masalah lingkungan yang makin ketat di negara-negara
tujuan ekspor, seperti: sertifikasi bahan baku, The USA Lacey Act di
USA, REACH di negara-negara Uni Eropa, dan lain-lain
f) Ketergantungan ekspor pada beberapa komoditi dan beberapa negara
tujuan.
g) Lemahnya penguasaan desain dan rancang bangun untuk
pembangunan industri.
h) Masih lemahnya R & D yang difokuskan pada pengembangan produk
untuk industri tertentu.
i) Tidak tersedianya dana penelitian dan pengembangan produk
industri untuk produk buatan lokal yang cukup di perusahaan industri.
j) Penerapan standar produk komponen dan bahan baku yang tersedia
di pasar dalam negeri tidak atau belum memenuhi standar yang
telah ditetapkan, sehingga menyulitkan dalam proses fabrikasi dan
manufacturing.
k) Sistem sertifikasi dan manajemen mutu masih lemah karena
penerapan penelitian, penerapan mutu dan pengembangan serta
inovasi teknologi belum maksimal.
l) Belum kuatnya peranan industri kecil dan menengah.
2. Masalah Eksternal Industri
a) Keterbatasan infrastruktur (jaringan jalan, pelabuhan, kereta api, listrik,
pasokan gas).
b) Ketimpangan regulasi atau regulasi yang tidak menguntungkan bagi
industri.
c) Birokrasi yang belum pro-bisnis.
d) Arus barang impor ilegal yang tinggi (penyelundupan).
e) Masalah perburuhan (pesangon, premi jamsostek, UMR dan lain–lain).
f) Masalah kepastian hukum.
g) Lemah dalam kemampuan penetrasi pasar ekspor
h) Insentif fiskal yang belum bersaing dibanding dengan yang
ditawarkan oleh negara tetangga.
i) Ketentuan limbah B3 (limbah batu bara, baja, dan lain–lain) yang
sering kali menyulitkan dunia usaha.
j) Kurangnya keberpihakan serta kesadaran masyarakat untuk
menggunakan produk dalam negeri.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi PemerintahKementerian Perindustrian Tahun 2011
Penutup 108
k) Keterbatasan sumber pembiayaan, suku bunga perbankan yang
masih tinggi.
l) Belum terjalinnya komunikasi/hubungan yang intensif antara hasil riset
dari balai riset industri dalam negeri dengan perusahaan industri lokal.
C. REKOMENDASI
Agar kinerja yang dicapai dapat berkelanjutan, diperlukan adanya
koordinasi dan kerjasama antar berbagai pihak untuk mewujudkan misi
Kementerian Perindustrian. Hal-hal yang perlu mendapatkan prioritas ke
depan, antara lain:
1. Peningkatan koordinasi dalam rangka perencanaan dan pemantapan
program pembangunan industri;
2. Menyelesaikan segera permasalahan-permasalahan yang menghambat
investasi, diantaranya penanganan penyelundupan, rencana penerapan
cukai produk, PPN produk primer, infrastruktur, ketersediaan gas,
pemanfaatan bahan bakar, penyelesaian masalah lingkungan hidup,
kenaikan BBM, konversi energi dan tarif listrik, pengaruh tarif dasar listrik
terhadap industri, dan sebagainya.
3. Mendorong investasi baru dan perluasan industri melalui perbaikan iklim
investasi, Sinkronisai Peraturan yang dikeluarkan oleh Pusat maupun
Daerah, perbaikan aturan kepabeanan, perpajakan dan
ketenagakerjaan serta insentif investasi.
4. Mengembangkan kemampuan Industri Kecil dan Menengah yang
berbasis SDA lokal.
5. Terus meningkatkan disiplin, tata kerja, kerjasama, koordinasi dengan
berbagai pihak, profesionalisme dan good governance dalam rangka
meningkatkan kinerja.
6. Pemanfaatan LAKIP sebagai bahan masukan dan acuan dalam
penyusunan dan implementasi Rencana Kerja (Operational Plan),
Rencana Kinerja (Performance Plan), Rencana Anggaran (Financial Plan),
dan Rencana Strategis (Strategic Plan) pada masa-masa mendatang.
7. Lebih khusus, perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut dalam perencanaan
kinerja yang terkait dengan penetapan sasaran, indikator kinerja dan
target agar indikator yang ditetapkan dapat mencerminkan kinerja
Kementerian Perindustrian.
LAMPIRAN
Lampiran 1
PENETAPAN KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
TAHUN 2011
Lampiran 2
PENGUKURAN PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2011
Kementerian
Tahun Anggaran
Pagu Realisasi %
1. Laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah
6,10 6,83 Persen 111,97 Revitalisasi dan Penumbuhan Basis Industri Manufaktur
407.163.594.000 367.575.752.782 90,28
2. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional
23,39 20,92 Persen 89,44 Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro
418.784.389.000 310.723.661.328 74,2
1. Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri nasional
35,00 10,22 Persen 29,20 Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi
147.402.199.000 95.901.907.044 65,06
2. Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar dalam negeri
60,00 38,37 Persen 63,95 Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah
377.106.832.000 290.626.735.841 77,07
1. Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri Penambahan jumlah tenaga kerja industri
250.000,00 61.325,80 Nilai Tambah (Rupiah) per tenaga kerja
24,53 Pengembangan Perwilayahan Industri
55.000.000.000 45.631.099.553 82,97
2. Indeks iklim industri Nasional 4 4 Indeks 100,00 Kerjasama Industri Internasional
48.557.397.000 36.736.963.485 75,66
1. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan inovatif
250 186 Jumlah 74,40 Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri
386.522.638.000 361.177.279.602 93,44
2. Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri
50 25 Jumlah 50,00 Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Negara Kementerian Perindustrian
45.500.000.000 42.875.111.185 94,23
1. Tumbuhnya Industri Logam Dasar, Besi dan Baja
3,40 13,06 Persen 384,12 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perindustrian
423.204.289.000 388.702.312.033 91,85
2. Tumbuhnya Industri Alat Angkut, Mesin & Peralatannya
6,40 7,00 Persen 109,38 Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perindustrian
20.001.835.000 18.014.380.950 90,06
1. Persentase peranan sektor industri di luar Pulau Jawa
30,00 24,00 Persen 80,00
2. Jumlah investasi cabang industri yang menyerap banyak tenaga kerja
38.877,82 25.991,50 Milyar Rupiah 66,85
PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2011
Tingginya nilai tambah industri
Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri
Kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri
Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi Industri
Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri
Tersebarnya pembangunan industri
: Perindustrian
: 2011
PERSPEKTIF STAKEHOLDER
AnggaranSasaran Strategis Indikator Kinerja %SatuanRealisasiTarget Program
1. Meningkatnya kontribusi PDB IKM terhadap PDB Industri
33.47 33,57 Persen 100,30
2. Meningkatnya penyebaran IKM Jawa dan luar Jawa
2,73 65.22 : 34.78 Rasio 99,04
98,80
1. Konsep kebijakan dan produk hukum (RUU, RPP, R.Perpres/R.Keppres)
1 1 Konsep 100,00
2. Kebijakan dan produk hukum yang ditetapkan Menteri
50 85 Peraturan 170,00
1. Renstra 2010 -2014 & RENJA 1 1 Paket 100,00
1. Peta panduan industri unggulan provinsi 15 8 Provinsi 53,33 6 iup penetapan (wil II)
2. Peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota
40 58 Kabupaten/ Kota
145,00 3 implementasi, 15 penetapan (Wil II)
1. Rekomendasi usulan insentif 10 23 Jenis 230,00
2. Perusahaan industri yang memperoleh insentif
300 329 Perusahaan 109,67
1. Kerjasama R&D instansi dengan industri 18 54 Kerjasama 300,00
1. Perusahaan yang mendapatkan HKI 220 258 Perusahaan 117,27
2. Produk HKI yang dikomersialkan (Paten) 10 27 Produk 270,00
1. Tingkat utilisasi kapasitas produksi 80,00 88,50 Persen 110,63
2. Perusahaan yang mendapat akses kesumber pembiayaan
600 388 Perusahaan 64,67
3. Perusahaan yang mendapat akses kesumber bahan baku
40 16 Perusahaan 40,00
4. Perjanjian kerjasama Internasional 5 8 MoU 160,00
1. Perusahaan mengikuti seminar/konferensi, pameran, misi dagang/investasi
5160 673 Perusahaan 13,04
1. Rancangan SNI yang diusulkan 120 135 RSNI 112,50
2. Penambahan SNI wajib yang diterapkan 10 14 SNI 140,00
Memfasilitasi penerapan standardisasi
Memfasilitasi promosi industri
Satuan %
Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi
PERSPEKTIF PELAKSANAAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Mempersiapkan dan/atau Menetapkan Kebijakan Produk Hukum Industri
Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan
Menetapkan peta panduan pengembangan industri
Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri
Mengembangkan R & D di instansi dan industri
Memfasilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan Kekayaan intelektual
Memfasilitasi pengembangan industri
0,9650
3. Perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008 (Pedoman BSN10 dan GKM)
200 936 Perusahaan 468,00 0,9500
1. Tingkat kepuasan pelanggan 4 4 Indeks 100,00 0,2000
1. Instruktur yang bersertifikat 20 19 Orang 95,002. Jurusan pada lembaga pendidikan dan
lembaga diklat yang terakreditasi5 1 Jurusan 20,00
1. Tingkat Penurunan penyimpangan minimal 60,00 90,00 Persen 150,00
2. Terbangunnya Sistem Pengendalian Intern di unit kerja
57,00 57,00 Persen 100,00
1. Laporan evaluasi pelaksanaan kebijakan 10,00 10,00 Persen 100,00 139,762. Tingkat penurunan penyimpangan
pelaksanaan kebijakan industri 40,00 90,00 Persen 225,00
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Satuan %
Meningkatkan kualitas pelayanan publik
Mengoptimalkan budaya pengawasan pada unsur pimpinan dan staf
Mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan efektifitas pencapaian kinerja
Jumlah Anggaran Tahun 2011 : Rp. 2.329.243.173.000,00Jumlah Realisasi Anggaran Tahun 2011 : Rp. 1.957.965.203.803,00
Mengkoordinasikan peningkatan kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta
top related