landasan teori teori umum sedangkan menurut john r...
Post on 12-Jul-2019
236 Views
Preview:
TRANSCRIPT
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum
2.1.1 Komunikasi
Menurut James A. F. Stoner (Widjaja, 2010:8) komunikasi adalah
proses di mana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara
pemindahan pesan.
Sedangkan menurut John R. Schermerhon (Widjaja, 2010:8)
komunikasi adalah sebagai proses antar pribadi dalam mengirim dan
menerima simbol-simbol yang berarti bagi kepentingan mereka.
Dari penjelasan diatas yang telah diuraikan, maka peneliti
menyimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian informasi
seseorang kepada orang lain dengan maksud agar si komunikan mengerti
pesan yang disampaikan.
Menurut William I. Gorden yang dikutip dalam (Mulyana, 2008:5)
ada 4 fungsi komunikasi berdasarkan kerangka yaitu :
1 Komunikasi Sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya
menginsyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri
kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh
kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat
komunikasi yang menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain.
8
2. Komunikasi Ekspresif
Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain,
namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument untuk
menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita.
3. Komunikasi Ritual
Suatu komunikasi sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang
tahun dan sepanjang hidup.
4. Komunikasi Instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum:
menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan,
dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan, dan juga menghibur.
Komunikasi memiliki komponen dalam proses terjadinya komunikasi
seperti yang diungkapkan (Widjaja, 2010:12-20) terdiri dari :
a. Sumber (Source)
Sumber adalah dasar yang digunakan di dalam penyampaian pesan,
yang digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri.
b. Komunikator
Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis,
kelompok orang, organisasi komunikasi seperti: surat kabar, radio,
televisi, film. Dalam komunikator menyampaikan pesan kadang
komunikator dapat menjadi komunikan sebaliknya komunikan bisa
menjadi komunikator.
c. Pesan (Message)
Pesan adalah keseluruhan daripada apa yang disampaikan oleh
komunikator.
9
d. Saluran
Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat diterima
melalui panca indera atau menggunakan media.
e. Komunikan
Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan dalam 3 jenis yaitu :
1. Komunikasi Personal
Komunikasi yang tertujukan kepada sasaran yang tunggal seperti
tukar pikiran.
2. Komunikasi Kelompok
Komunikasi yang ditujukan kepada kelompok tertentu (suatu
kumpulan manusia yang mempunyai antar hubungan sosial yang
nyata dan memperlihatkan struktur yang nyata pula).
3. Komunikasi Massa
Komunikasi yang ditujukan kepada massa atau komunikasi yang
menggunakan media massa (kumpulan orang yang hubungan antar
sosialnya tidak jelas dan tidak mempunyai struktur tertentu).
f. Effect (Hasil)
Effect adalah hasil akhir dari suatu komunikasi yakni sikap dan
tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan.
2.1.2 Hubungan Masyarakat
The British Institute of Public Relations yang dikutip dalam
(Morissan, 2010:7), mendefinisikan an effort to establish and maintain
mutual understanding between organization and its public (suatu upaya untuk
10
membangun dan mempertahankan saling pengertian antara organisasi dan
publiknya).
Sedangkan menurut Cutlip-Center-Broom (Morissan, 2010:7),
mendefinisikan Humas sebagai the planned effort to influence opinion
thourgh good character and responsible performance, based on mutually
satisfactory two-way commmunications (usaha terencana untuk
mempengaruhi pandangan melalui karakter yang baik serta tindakan yang
bertanggung jawab, didasarkan atas komunikasi dua arah yang saling
memuaskan).
Sedangkan menurut Edward L. Bernays (Widjaja, 2010:54)
mendefinisikan Humas mempunyai 3 pengertian :
1. Memberi penerangan kepada masyarakat.
2. Pembujukan langsung terhadap masyarakat guna mengubah sikap dan
tindakan.
3. Usaha-usaha mengitegrasikan sikap dan tindakan dari permasalahan
dengan masyarakat dan dari masyarakat terhadap permasalahannya.
Dari penjelasan diatas yang telah diuraikan, maka peneliti
menyimpulkan bahwa seseorang yang bekerja sebagai Humas harus dapat
berusaha untuk membuat komunikasi dua arah dengan lancar dan baik untuk
membangun serta mempertahankan saling pengertian antara organisasi
dengan publiknya, serta melakukan pembujukan langsung terhadap
masyarakat guna mengubah sikap dan tindakan dengan pandangan karakter
yang baik serta bertanggung jawab.
11
Menurut Cutlip-Center-Broom dalam bukunya Effective Public
Relations (Morissan, 2010:14-31) ruang lingkup Humas meliputi enam
bidang pekerjaan, yaitu :
1. Publisitas
Publisitas (Press Agentry) menurut Scott Cutlip dan rekan (Morissan,
2010:18), mendefinisikan bahwa Press agentry is creating newsworthy
stories and events to atract media attention and to gain public notice (Press
agentry adalah menciptakan cerita-cerita atau peristiwa yang bernilai berita
untuk menarik perhatian media dan mendapatkan perhatian publik). Publisitas
dapat dilakukan seperti berikut :
1. Menerbitkan warta harian, mingguan, majalah bulanan, dan folder.
2. Menerbitkan buku kerja.
3. Menerbitkan kalender kerja.
4. Ikut serta menyelenggarakan pameran, antara lain pameran
pembangunan.
2. Pemasaran
Tujuan pemasaran adalah untuk menarik dan memuaskan klien atau
pelanggan (customer) dalam jangka panjang untuk upaya mencapai tujuan
ekonomi perusahaan. Dalam pemasaran memiliki tanggung jawab adalah
membangun dan mempertahankan pasar bagi barang dan jasa yang dihasilkan
perusahaan. Sedangkan iklan merupakan alat yang sangat penting dalam
pemasaran dan sering digunakan dalam strategi Humas dalam menyampaikan
12
pesan kepada khalayak yang bukan menjadi pelanggan (customer) dari
perusahaan tempat Humas itu berada.
3. Public Affairs
Public affairs dapat didefiniskan sebagai a specialized part of public
relations that builds and maintains govermental and local community
relations in order to influence public policy (bidang khusus public relations
yang membangun dan mempertahankan hubungan dengan Pemerintah dan
komunitas lokal agar dapat mempengaruhi kebijakan publik).
4. Manajemen Isu
Manajemen isu (issues management) merupakan upaya organisasi atau
perusahaan untuk melihat kecenderungan isu atau opini publik yang muncul
di tengah masyarakat dalam upaya organisasi atau perusahaan untuk
memberikan tanggapan atau respons yang sebaik-baiknya.
Menurut Howard Chase (Morissan, 2010:26), manajemen isu meliputi
tindakan mengidentifikasi isu, menganalisa isu, menetapkan prioritas,
menentukan strategi program, menetapkan program tindakan komunikasi
serta melakukan evaluasi efektivitas kerja.
5. Lobi
Lobbying a specialized part of public relations that builds and maintains
relations with government primarily for the purpose of influencing legislation
and regulation (Lobi adalah bidang khusus Humas yang membangun dan
memelihara hubungan dengan Pemerintah utamanya untuk tujuan
mempengaruhi peraturan dan perundang-undangan).
13
6. Hubungan Investor
Menurut Cutlip-Center-Broom (Morissan, 2010:30) hubungan investor
merupakan A specialized part of corporate public relations that builds and
maintain mutually beneficial relationship with shareholders and other in the
financial community to maximize market value (bidang khusus dari Humas
korporat yang membangun dan mempertahankan hubungan yang saling
menguntungkan dengan pemegang saham dan pihak lainnya dalam
masyarakat keuangan untuk memaksimalkan nilai pasar).
Humas berfungsi untuk menimbulkan iklim yang dapat mengembangkan
tanggung jawab dan partisipasi seluruh sasaran Humas (Widjaja, 2010:60-61)
maka, seorang Humas perlu melakukan strategi operasional sebagai berikut :
1. Pendekatan Kemasyarakatan
Pelaksanaan program ini melalui mekanisme sosial-kultural yang berarti
bahwa opini publik yang tersurat dalam berbagai media massa merupakan
pencerminan dari pendapat dan kehendak masyarakat.
2. Pendekatan Koordinatif dan Integratif
Pendekatan ini dilakukan dengan koordinasi dan integrasi di dalam Badan
Koordinasi Kehumasan (BAKOHUMAS) untuk mempercepat
tercapainya program Humas.
14
3. Pendekatan Edukatif dan Persuasif
Pendekatan ini mempunyai peranan penting untuk mencapai perubahan
sikap mental yang negatif dari pasar sasaran Humas, terutama dari media
massa agar lebih berperan serta secara positif dalam ikut mewujudkan
tujuan pembangunan.
4. Penyelenggaraan Sistem Penerangan Terpadu
Pendekatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan gerak langkah
operasional antara Humas dan petugas yang berkenaan dengan
kehumasan, sehingga terarah ketercapainya tujuan kehumasan.
Selain strategi operasional Humas, seorang Humas perlu melakukan
program yang dititikberatkan pada :
1. Program Pelayanan
Program ini berupa pelayanan data atau informasi baik secara lisan
maupun tertulis, termasuk penyelenggaraan display tetap dan
pameran.
2. Program Mediator
Program ini berupa penerbitan berbagai media massa,
penyelenggaraan konfrensi pers, wisata pers, menjawab surat
pembaca, menanggapi tajuk rencana yang negatif dan lain-lain.
3. Program Dokumentator
Program ini berupa pembuatan dokumentasi film, foto rekaman (kaset
audio dan video), transkip pidato dan lain-lain.
15
Untuk menjalankan tugas, program dan strategi yang dilakukan
oleh seorang praktisi Humas harus memiliki sasaran agar terarah dan
tercapai, maka seorang praktisi Humas harus memiliki sasaran Humas
yang meliputi dua hal (Widjaja, 2010:59), yaitu :
a. Sasaran yang Berupa Publik Intern
Yang dimaksud dengan publik merupakan kelompok masyarakat
yang harus selalu dihubungi dalam melaksanakan Humas. Sasaran
ini berada dilingkungan sendiri, yaitu seluruh pegawai mulai dari
karyawan terendah sampai karyawan tertinggi.
b. Sasaran yang Berupa Publik Ekstern
Sasaran ini berupa orang-orang yang berada di luar lingkungan
atau jajaran, misalnya para anggota masyarakat dan wartawan.
2.1.3 Citra
Frank Jefkins dalam bukunya PR Technique yang dikutip dalam buku
(Nova, 2011:298), menyimpulkan bahwa secara umum citra diartikan sebagai
kesan seseorang atau individu tentang suatu yang muncul sebagai hasil dari
pengetahuan dan pengalamannya.
Sedangkan menurut Onong Uchajana Effendy (Nova, 2011:298), citra
(image) didefinisikan sebagai berikut :
1. Gambaran antara fisik yang menyerupai kenyataan seperti manusia,
binatang atau benda sebagai hasil lukisan, perekaman oleh kamera foto,
film, atau televisi.
16
2. Penampilan secara optis dari suatu objek seperti yang dipantulkan oleh
sebuah cermin.
3. Perwakilan atau representasi secara mental dari sesuatu baik manusia,
benda atau Lembaga yang mengandung kesan tertentu.
Jadi, pengertian citra sesuai penjelasan yang diatas merupakan total
persepsi terhadap suatu objek yang dibentuk dengan memproses informasi
terkini dari beberapa sumber setiap waktu.
Sedangkan menurut Djalim Saladin (Nova, 2011:298), citra
merupakan salah satu perbedaan yang dapat dibanggakan oleh pelanggan,
baik citra produk maupun citra perusahaan.
Dari penjelasan beberapa ahli yang mengemukakan tentang citra
diatas, maka peneliti membuat sebuah kesimpulan tentang pengertian sebuah
citra yaitu sebuah tampilan yang dapat dilihat oleh public tentang sebuah
perusahaan atau Lembaga yang melayani khalayak, sebuah tampilan yang
baik akan memunculkan sebuah gambaran atau citra yang baik tentang
perusahaan yang dikelola oleh praktisi PR.
Menurut Frank Jefkins, terdapatnya beberapa jenis citra (Nova,
2011:299), seperti :
1. Citra Bayangan (The Miror Image)
Citra bayangan merupakan citra atau pandangan orang dalam perusahaan
mengenai pandangan masyarakat terhadap organisasinya.
2. Citra yang Berlaku (The Current Image)
Citra yang berlaku merupakan citra atau pandangan orang luar mengenai
suatu organisasi, citra ini terbentuk belum tentu sesuai dengan kenyataan dan
biasanya citra ini cenderung negatif.
17
3. Citra yang Diharapkan (The Wish Image)
Citra yang diharapkan merupakan citra yang diinginkan oleh perusahaan
biasanya citra yang diharapkan lebih baik daripada citra yang sesungguhnya
(citra yang saat ini dialaminya).
4. Citra Perusahaan (Corporate Image)
Citra perusahaan merupakan citra dari suatu organisasi secara
keseluruhan, bukan hanya citra atas produk dan pelayanannya.
5. Citra Majemuk (The Multiple Image)
Banyaknya jumlah pegawai (individu), cabang atau perwakilan dari
sebuah perusahaan atau organisasi dapat memunculkan suatu citra yang
belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan tersebut secara
keseluruhan.
6. Citra yang Baik dan Buruk (Good and Bad Image)
Citra PR yang ideal merupakan kesan yang benar yakni sepenuhnya
berdasarkan pengalaman, pengetahuan, serta pemahaman atas kenyataan yang
sesungguhnya sehingga citra yang terbentuk dapat dinilai baik dan buruknya
oleh masyarakat.
Dari penjelasan diatas untuk menciptakan sebuah citra yang dapat
melekat pada sebuah perusahaan atau Lembaga maka terdapat sebuah proses
pembentukan citra seperti yang dikemukakan oleh John S. Nimpoeno
(Ardianto, 2011:101), sebagai berikut :
18
Gambar 2.1 Model Pembentukan Citra
Stimulus : Rangsangan (kesan Lembaga yang diterima dari luar untuk
membentuk persepsi. Sensasi adalah fungsi alat indra dalam
menerima informasi dari audiens).
Persepsi : Hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang langsung
dikaitkan dengan suatu pemahaman, pembentukan makna pada
stimulus indrawi (sensor stimulus).
Kognisi : Aspek pengetahuan yang berhubungan dengan kepercayaan,
ide dan konsep.
Motivasi : Kecenderungan yang menetap untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu, dan sedapat mungkin menjadi kondisi kepuasan
maksimal bagi individu setiap saat.
Sikap : Hasil evaluasi negatif atau positif terhadap konsekuensi
penggunaan objek.
Tindakan : Akibat atau respon individu sebagai organisme terhadap
rangsangan yang berasal dari dalam dirinya maupun
lingkungan.
Stimulus
Motivasi
Persepsi Perilaku Sikap
Kognisi
19
Respon : Tindakan seseorang sebagai reaksi terhadap rangsangan atau
stimulus.
Jadi Humas dapat digambarkan sebagai input-output. Proses
pembentukan dalam model ini adalah pembentukan citra sedangkan input
adalah stimulus yang diberikan dan output adalah tanggapan atau perilaku
tertentu. Citra itu sendiri digambarkan melalui Persepsi-Kognisi-Motivasi-
Sikap. Stimulus yang berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi
respons publik. Stimulus (rangsangan) yang diberikan pada individu dapat
diterima atau ditolak. Stimulus dalam Humas adalah seberapa banyak berita,
informasi, peristiwa yang diterima atau dialami publik dan semua itu akan
membentuk persepsi mereka terhadap citra seseorang ataupun perusahaan.
2.2 Teori Khusus
2.2.1 Media Relations
Media relations yang dikemukakan oleh Ruslan Rosady dalam buku
Manajemen PR yang dikutip dalam (Nova, 2011:204), bahwa hubungan pers
merupakan suatu kegiatan Humas dengan maksud menyampaikan pesan
(komunikasi mengenai aktivitas yang bersifat kelembagaan, perusahaan atau
institusi, produk, serta kegiatan yang sifatnya dipublikasikan melalui kerja
sama dengan media massa untuk menciptakan publisitas dan citra positif.
Menurut Frank Jefkins (Nova, 2011:204), hubungan pers (media
relations) sebagai usaha mencapai publikasi atau penyiaran yang maksimal
atas suatu pesan atau info hubungan masyarakat dalam menciptakan
pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak dari organisasi atau instansi yang
bersangkutan.
20
Hal diatas senada dengan apa yang diungkapkan oleh Cutlip and
Center (Nova, 2011:205), hubungan media yang baik dapat diraih melalui
kejujuran dan layanan media yang sangat membantu, yang dibangun dalam
atmosfer saling terbuka dan hormat-menghormati satu sama lain.
Dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa, media relations merupakan
sebuah kegiatan yang dilakukan oleh Humas dalam menyampaikan pesan
atau informasi yang bersangkutan dengan perusahaan sebagai langkah
publisitas dan citra positif terhadap masyarakat.
Philip Lesley, seorang penulis buku Public Relations Handsbook yang
dikutip dalam buku (Nova, 2011:206) mengemukakan fungsi Humas dalam
hubungan dengan pers, sebagai berikut :
1. Fungsi Pasif dan Pelayanan
Fungsi pasif berarti pihak Humas hanya menanggapi permintaan pers dan
tidak melakukan inisiatif tertentu.
2. Fungsi Setengah Aktif
Secara kontinyu Humas mempersiapkan penyebaran info tentang berbagai
kejadian di organisasi kepada berbagai media.
3. Fungsi Aktif
Dalam fungsi aktif, Humas menggunakan inisiatif dalam mendekati kalangan
media. Untuk menjalankan fungsi diatas seorang praktisi Humas harus dapat
memiliki pers relations yang diharapkan dapat dicapai, sebagai berikut :
1. Memperoleh publisitas seluas mungkin tentang kegiatan serta langkah
organisasi yang diangap baik untuk diketahui publik.
2. Memperoleh tempat dalam pemberitaan media secara objektif, wajar,
dan berimbang mengenai hal-hal yang menguntungkan organisasi.
21
3. Memperoleh umpan balik mengenai upaya dan kegiatan organisasi.
4. Melengkapi data bagi pimpinan organisasi untuk keperluan
kebijaksana
5. Mewujudkan hubungan yang stabil dan berkelanjutan yang dilandasi
saling percaya dan menghormati.
Selain fungsi di dalam media relations, seorang Humas perlu
melakukan berbagai kegiatan yang dapat berkembangnya sebuah hubungan
yang terjalin erat antara pers dengan organisasi atau organisasi dengan
publiknya. Bentuk kegiatan hubungan pers menurut Aceng Abdullah dalam
buku Press Relations Kiat Berhubungan dengan Media Massa yang dikutip
dalam buku (Nova, 2011:208), sebagai berikut :
a. Penyebaran Siaran Pers
Penyebaran pers biasanya berupa lembaran siaran berita yang dibagikan
kepada para wartawan atau media massa yang dituju dan biasanya kegiatan
ini yang paling efesien.
b. Konfrensi Pers atau Jumpa Pers
Konfrensi pers biasanya dilakukan menjelang, menghadapi ataupun
setelah terjadi peristiwa penting dan besar.
c. Kunjungan Pers
Kunjungan pers atau pers tour merupakan kegiatan mengajak wartawan
untuk berkunjung ke suatu lokasi yang memiliki kaitan erat dengan kiprah
Lembaga atau instansi terkait.
22
d. Resepsi Pers
Resepsi pers merupakan kegiatan mengundang para insan media massa
dalam sebuah resepsi atau acara khusus diselenggarakan untuk para pemburu
berita.
e. Peliputan Kegiatan
Peliputan kegiatan merupakan yang paling dikenal di antara kegiatan pers
lainnya, biasanya kegiatan ini dilakukan saat sebuah instansi mengadakan
kegiatan tertentu yang memiliki dan mempunyai nilai berita.
f. Wawancara Pers
Sebuah kegiatan yang bermula dari inisiatif pihak media massa dalam
memperoleh berita.
Sedangkan menurut Jefkins (Nova, 2011:210-211), terdapat bentuk-
bentuk hubungan dengan media yang memungkinkan kita untuk lebih dekat
dengan media, sebagai berikut :
1. Kontak Pribadi (Personal Contact)
Pada dasarnya, keberhasilan pelaksanaan hubungan media dan pers,
tergantung “Apa dan Bagaimana” kontak pribadi antara dua belah pihak yang
dijalin melalui hubungan informal.
2. Pelayanan Informasi Pribadi (News Service)
Pelayanan yang maksimal dapat diberikan oleh Humas kepada pihak
media dalam bentuk pemberian informasi, publikasi, dan berita.
3. Mengantisipasi Kemungkinan Hal Darurat (Contingency Plan)
Demi menjaga hubungan baik dengan media, seorang Humas harus siap
mengantisipasi dan melayani adanya kemungkinan permintaan yang bersifat
mendadak.
23
2.2.2 Citra Organisasi
Menurut Mark Graham R. Dewney yang dikutip dalam buku (Nova,
2011:301), mengatakan bahwa citra perusahaan merupakan keseluruhan
impresi mengenai perusahaan yang ada dalam benak konsumen.
Sedangkan menurut Lawrence L. Steinmentz (Nova, 2011:301),
mendefinisikan citra perusahaan sebagai persepsi masyarakat terhadap jati
diri perusahaan. Persepsi masyarakat terhadap perusahaan di dasari atas apa
yang mereka ketahui tentang perusahaan yang bersangkutan.
Dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa, citra perusahaan merupakan
sebuah gambaran yang terbentuk karena adanya persepsi yang berkembang di
pola pikir masyarakat terhadap sebuah perusahaan dari hasil media
menciptakan citra tersebut.
Peran Citra bagi perusahaan menurut Groonroos dalam buku Crisis
Public Relations tulisan Firsan Nova (2011:303), yaitu :
1. Citra menceritakan harapan, bersama dengan kampanye pemasar
eksternal, seperti : periklanan, penjualan pribadi dan komunikasi dari
mulut ke mulut. Citra yang positif memudahkan bagi organisasi untuk
berkomunikasi secara efektif dan membuat orang-orang lebih mengerti
dengan komunikasi dari mulut ke mulut. Citra yang netral atau tidak
diketahui mungkin tidak menyebabkan kehancuran, tetapi hal itu tidak
membuat komunikasi dari mulut ke mulut berjalan lebih efektif.
2. Citra adalah sebagai penyaring yang mempengaruhi persepsi kegiatan
perusahaan.
3. Citra adalah fungsi dari pengalaman dan harapan konsumen.
4. Citra mempunyai pengaruh penting pada manajemen.
24
Menurut Sutojo yang dikutip dalam buku (Nova, 2011:304) bahwa
citra perusahaan yang baik dan kuat mempunyai manfaat yaitu :
1. Daya saing jangka menengah dan jangka panjang yang mantap (mid and
long term sustainable competitive position).
2. Menjadi perisai selama masa krisis (an insurance for adverse times).
3. Menjadi daya tarik eksekutif handal (attraction the best executives
available).
4. Meningkatkan efektivitas strategi pemasaran (increasing effectiveness of
marketing instruments).
5. Penghematan biaya operasional (cost saving).
2.2.3 Humas Pemerintahan
Humas Pemerintahan pada dasarnya tidak bersifat politis, dimana
bagian Humas tersebut dibentuk untuk mempublikasikan atau
mempromosikan kebijakan-kebijakan mereka (Kusumastuti, 2004:37).
Menurut Walter Lippman pernah mengatakan, “Public Relations is
another name for political leadership, yaitu Public Relations adalah nama
lain dari kepemimpinan politik” (Kusumastuti, 2004:38).
Setiap Lembaga atau instansi tentu memiliki unit kehumasan terutama
pada setiap instansi Pemerintahan yang merupakan suatu keharusan
fungsional dalam rangka penyebaran tentang aktivitas instansi tersebut baik
ke dalam maupun ke luar yaitu kepada masyarakat pada umumnya.
Menurut John D.Millet dalam bukunya Management un Public
Service the quest for effective performance yang dikutip dalam buku (Ruslan,
2011:108), seorang Humas instansi memiliki tugas dan kewajiban, seperti :
25
1. Mengamati dan mempelajari keinginan-keinginan, dan aspirasi yang
terdapat dalam masyarakat (learning about public desires and aspiration).
2. Kegiatan untuk memberikan nasihat atau sumbang saran dalam
menanggapi apa yang sebaiknya dapat dilakukan instansi/Lembaga
Pemerintah seperti yang dikehendaki oleh pihak publiknya (advising the
public about what is should desire).
3. Kemampuan untuk mengusahakan terciptanya hubungan memuaskan
antara publik dengan para pejabat Pemerintahan (ensuring satisfactory
contact between public and government official).
4. Memberikan penerangan dan informasi tentang apa yang telah
diupayakan oleh suatu Lembaga/instansi Pemerintahan yang
bersangkutan (informing and about what agency is doing).
Sedangkan menurut Dimock and Koening (Ruslan, 2011:108), tugas
dan kewajiban pihak Humas Pemerintahan, sebagai berikut :
1. Berupaya memberikan penerangan atau informasi kepada masyarakat
tentang pelayanan masyarakat (public services), kebijaksanaan, serta
tujuan yang akan dicapai oleh pihak Pemerintah dalam melaksanakan
program kerja pembangunan tersebut.
2. Mampu menanamkan keyakinan dan kepercayaan, serta mengajak
masyarakat dalam partisipasinya untuk melaksanakan program
pembangunan di berbagai bidang seperti : sosial, ekonomi, hukum,
politik, serta menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban Nasional.
3. Keterbukaan dan kejujuran dalam memberikan pelayanan serta
pengabdian dari aparatur Pemerintah bersangkutan perlu dijaga atau
26
dipertahankan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya masing-
masing secara konsisten serta professional.
Seorang Humas atau PR instansi Pemerintahan mempunyai fungsi
pokok (Ruslan, 2011:110), sebagai berikut :
1. Mengamankan kebijaksanaan dan program kerja Pemerintah yang
diwakilinya.
2. Memberikan pelayanan, menyebarluaskan pesan-pesan dan informasi
mengenai kebijaksanaan, hingga mampu mensosialisasikan program-
program pembangunan, baik secara Nasional maupun daerah kepada
masyarakat.
3. Menjadi komunikator sekaligus mediator yang proaktif dalam
menjembatani kepentingan instansi Pemerintah di satu pihak dan
menampung aspirasi atau opini publik (masyarakat), serta memperhatikan
keinginan-keinginan di lain pihak.
4. Berperan serta secara aktif dalam menciptakan iklim yang kondusif dan
dinamis demi mengamankan stabilitas dan program pembangunan baik
dalam jangka pendek maupun panjang.
Seorang Humas pada kehumasan Pemerintah memiliki peran
kehumasan yang dibagi menjadi dua (Ruslan, 2011:110-111), yaitu :
a. Peran Strategis
Humas atau PR instansi Pemerintah berperan aktif dalam proses
pengambilan keputusan (decision making process), dalam memberikan
sumbang saran, gagasan, dan ide kreatif serta cemerlang untuk menyukseskan
program kerja Lembaga bersangkutan hingga mampu menunjang
27
keberhasilan pembangunan Nasional jangka panjang serta mendorong melalui
kerja sama dan mendapat dukungan.
b. Peran Taktis
Humas atau PR instansi Pemerintahan berupaya memberikan pesan-
pesan atau informasi yang efektif kepada masyarakat sebagai khalayak
sasarannya. Kemampuan untuk melaksanakan komunikasi yang efektif,
memberikan motivasi, menjalankan komunikasi timbal balik, dan membuat
citra yang baik.
Dalam menjalankan tugas “Taktis” secara baik maka seorang Humas
yang bekerja di instansi Pemerintahan perlu memiliki sebuah tugas
“Strategis” Humas.
Dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi kehumasan,
seorang praktisi Humas Pemerintahan harus memperhatikan berbagai
kegiatan yang harus diperhatikan (Widjaja, 2010:65), antara lain :
1. Membina pengertian pada khalayak atau publik terhadap kebijaksanaan
pimpinan, baik kepada khalayak intern maupun khalayak ekstern.
Pembinaan pengertian kepada khalayak termasuk pemberian dan
pelayanan informasi.
2. Menyelenggarakan dokumentasi kegiatan-kegiatan pokok instansi
Pemerintahan, terutama yang menyangkut publikasi.
3. Memonitor dan mengevaluasi tanggapan dan pendapat masyarakat.
4. Mengumpulkan data dan informasi yang datang dari berbagai sumber.
5. Bentuk produk Humas yang dihasilkan seperti majalah, buletin, press
release, poster, folder, pamflet selebaran, dan lain-lain.
28
2.3 State of The Art (Penelitian Terdahulu)
2.3.1 Jurnal Nasional
Table 2.1 Penelitian Terdahulu Jurnal Nasional
1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Siti Khadijah tahun 2012
dengan judul: Strategi Public Relations Dalam Membangun Citra
Perusahaan (Studi Deskriptif Membangun Hubungan Baik Dengan Media
Dalam Upaya Meningkatkan Citra Perusahaan). Sering dikaitkan perannya
dalam hubungan dengan media. Dijelaskan bahwa media merupakan penghubung
komunikasi dan informasi antara Public Relations kepada stakeholders baik
internal dan eksternal perusahaan. Keberhasilan pekerjaan Public Relations
dalam memperoleh publisitas dapat diperoleh dari hubungan yang harmonis
dengan media. Tidak dapat dipungkiri, bahwa peran media sangat vital dalam
publisitas dan pencitraan dimata publik. Hubungan yang sifatnya simbiosis
mutualisme kepada media perlu dibangun. Media memanfaatkan relasinya
dengan Public Relations untuk memperoleh informasi perusahaan yang up to
date, original, dan akurat serta dapat dipertanggungjawabkan. Hubungan yang
saling menguntungkan akan memiliki dampak positif bagi Public Relations dan
media. Melalui media relations citra positif perusahaan dapat dibangun.
Penelitian sebelumnya memiliki
persamaan dengan penelitian yang
sedang dilakukan oleh peneliti dalam
hal media relations Humas dalam
mengelola citra organisasi atau
Lembaga. Seorang Public Relations atau
Dari penelitian sebelumnya memiliki
perbedaan dengan yang dilakukan oleh
peneliti dalam hal strategi Humas dalam
mengembalikan citra DPR RI dengan
cara membangun hubungan baik dengan
media dan berbagai macam kegiatan
29
Humas muncul sebagai tokoh pembantu
dalam krisis dan bertanggung jawab
untuk pengembangan citra positif
perusahaan. Strategi Humas tidak cukup
melakukan dengan menerapkan
kepercayaan kepada masyarakat itu
sendiri. Citra positif yang dibangun
perlu dipelihara dan dirawat, karena
terkait erat dengan reputasi organisasi
atau Lembaga. Keberhasilan Humas
dalam mendapatkan publisitas dapat
diperoleh dari hubungan yang harmonis
dengan media.
Humas secara face to face kepada
masyarakat sedangkan yang dilakukan
oleh peneliti sebelumnya menggunakan
word of mouth untuk menciptakan opini
publik.
2. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Evawani Elysa Lubis tahun
2012 dengan judul: Peran Humas Dalam Membentuk Citra Pemerintah
sering dikaitkan perannya dalam hubungan dengan Pemerintahan. Dijelaskan
bahwa Peran Humas Pemerintah Humas Sekretariat Daerah Provinsi Riau dalam
membentuk citra positif Pemerintah Provinsi Riau dilaksanakan secara tidak
langsung atau berada di balik layar, karena Humas Sekretariat Daerah Provinsi
Riau memberikan informasi-informasi mengenai pembangunan Provinsi Riau
cenderung satu arah melalui media massa. Hal ini menyebabkan citra positif yang
ingin dibentuk oleh Humas Sekretariat Daerah Provinsi Riau belum dapat
30
terlaksana secara optimal, sehingga eksistensi Humas di mata publik sebagai
Lembaga Pemerintah dalam menyebarluaskan informasi mengenai pembangunan
tidak representatif dalam menampung aspirasi masyarakat. Media yang
digunakan oleh Humas Sekretariat Daerah Provinsi Riau antara lain: media
massa (pers), media luar ruang (baliho dan poster), pidato dan presentasi yang
dibacakan pimpinan, website Humas yaitu www.humasriau.com, publikasi
khusus berupa buku saku Info Riau, Majalah Puan, surat-menyurat langsung
yang disebarkan kepada instansi atau Lembaga terkait, dan acara-acara khusus
seperti Forum Koordinasi Kehumasan dan kegiatan wisata pers (press tour).
Faktor penghambat Humas Sekretariat Daerah Provinsi Riau dalam pembentukan
citra positif Pemerintah Provinsi Riau antara lain faktor sumber daya manusia,
kemudian faktor politis, struktur organisasi yang ada di Pemerintah Provinsi Riau
yang menyebabkan keterbatasan wewenang sehingga menghambat kinerja
Humas yang optimal dan profesional, kurang memadainya infrastruktur, dan
kurangnya koordinasi antara Humas Sekretariat Daerah Provinsi Riau dengan
Humas yang ada di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau. Faktor pendukung
aktivitas dalam pembentukan citra positif Pemerintah Provinsi Riau adalah
Humas Sekretariat Daerah Provinsi Riau mendapat dana langsung dari APBD
Provinsi Riau, kemudian adanya motivasi untuk meningkatkan sumber daya
manusia baik di bidang pendidikan, keahlian, kualitas dan kuantitas dari pegawai
Humas Sekretariat Daerah Provinsi Riau.
Penelitian sebelumnya memiliki
persamaan dengan penelitian yang
sedang dilakukan oleh peneliti dalam
Dari penelitian sebelumnya memiliki
perbedaan dengan yang dilakukan oleh
peneliti dalam hal peran Humas dalam
31
hal faktor penghambat Humas dalam
membentuk citra positif Pemerintah
antara lain sumber daya manusia,
faktor politis, struktur organisasi,
kurang memadai infrastruktur untuk
menunjang kehumasan dan kurangnya
koordinasi
membentuk citra Pemerintahan
menggunakan media massa cenderung
satu arah sehingga citra yang dibentuk
oleh Humas di mata publik sebagai
Lembaga Pemerintahan dalam
menyebarkan informasi mengenai
pembangunan tidak representative dalam
menampung aspirasi masyarakat. Berbeda
sekali yang dilakukan oleh peneliti dalam
hal Humas bersifat banyak arah dalam
mengembalikan citra positif Pemerintah
seperti dalam hal kunjungan masyarakat,
menjalin hubungan baik dengan para pers
atau media massa, pemeran budaya,
menampung aspirasi masyarakat yang
datang langsung atau melalui telepon, web
dan email ke DPR.
32
2.3.2 Jurnal Internasional
Table 2.2 Penelitian Terdahulu Jurnal Internasional
3. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ehsan Khodarahmi tahun 2009
dengan judul: Media Relations menjelaskan bahwa tampak bahwa organisasi
perlu mengevaluasi efektivitas hubungan mereka dengan media secara teratur,
seperti media relations efektif meningkatkan citra organisasi. Media relations
luar biasa namun, adalah penting untuk memikirkan hasil akhir, yang merupakan
pesan yang disebarluaskan ke publik. Ada banyak argumen lawan dalam dunia
PR dan media relations berdasarkan perubahan yang sedang berlangsung di
semua aspek bisnis. Abad kedua puluh satu adalah era komunikasi dan kolaborasi
di mana teknologi ini berkembang dan mengarahkan dunia saat berjalan bersama.
Media bersama teknologi baru telah meningkat selama beberapa dekade terakhir,
ini memungkinkan organisasi untuk mengatur cerita mereka dan bentuk atau
menyesuaikan citra perusahaan secara lebih efektif. Media relations dapat
menonaktifkan spekulasi dan rumor, jika organisasi mengambil pendekatan
strategis dan bekerja sama dengan media.
Penelitian sebelumnya memiliki
persamaan dengan penelitian yang
sedang dilakukan dalam hal media
relations dalam mengelola citra
perusahaan atau organisasi di mata
publik dan dapat menonaktifkan
spekulasi dan rumor, jika organisasi
mengambil pendekatan strategis dan
Dari penelitian sebelumnya memiliki
perbedaan dengan yang dilakukan oleh
peneliti dalam hal media relations tidak
digunakan saat terjadi masalah karena
dapat menggangu orisinalitas atau nilai
pemberitaan dengan hubungan konstan
antara pemilik media dengan informasi
di publik. Sedangkan penelitian yang
33
bekerja sama dengan media. dilakukan oleh peneliti bahwa media
relations dapat merubah isu di
masyarakat.
4. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Staci Zavattaro tahun 2010
dengan judul: Municipalities as Public Relations and Marketing Firms
menjelaskan bahwa gambar metafora dari kota AS sebagai public relation (PR)
dan perusahaan pemasaran. Kota berlatih banyak teknik promosi dan citra-
generasi yang sama seperti perusahaan PR sektor swasta digunakan dengan
keinginan yang sama konsumsi ujung peningkatan barang dan jasa, yang dalam
hal ini berasal dari kota dan bukan dari perusahaan sektor swasta. Citra yang
disajikan disini didasarkan pada enam taktik yang organisasi publik gunakan
untuk menjual diri mereka untuk basis audiens yang beragam. Taktik meliputi
merek, hubungan dengan media, di rumah publikasi (tiga taktik umum),
penggunaan organisasi dan relawan luar sebagai alat PR, seni publik, dan
membangun lingkungan melalui keberlanjutan (tiga taktik jarang). Jurnal ini
menegaskan bahwa generasi gambar di kota bertindak sebagai PR dan
perusahaan pemasaran merupakan konsekuensi dari model pasar Pemerintahan,
membawa postmodern kritik administrasi publik membuahkan hasil. Napoleon
pernah berkata bahwa ketika Cina bangun, dia akan mengguncang dunia.
Kebangkitan ekonomi dramatis Cina sejak bagian kedua abad kedua puluh belum
terguncang dunia, melainkan kebangkitan Cina telah terjadi dalam batas-batas
sistem ekonomi Internasional yang berevolusi dari Bretton Woods di bawah
34
kepemimpinan AS setelah Perang Dunia II. Para pemimpin China telah
menyatakan dalam beberapa kesempatan bahwa China ingin naik dalam sistem
Internasional saat ini dan tidak akan menantang Amerika Serikat untuk
kepemimpinan dunia. Sementara pejabat AS umumnya menyambut kebangkitan
ekonomi China, pandangan masyarakat umum di kedua Negara ditemukan
menyimpang dari pandangan resmi tentang implikasi dari China naik misalnya,
pada proteksionisme perdagangan, keamanan kerja, dan hubungan militer.
Penelitian sebelumnya memiliki
persamaan dengan penelitian yang
sedang dilakukan dalam hal PR telah
bermetamorfosis negatif menjadi positif.
Praktek-praktek PR dapat mengikis
masalah yang ada dengan memfokuskan
perhatian pada hal lain.
Dari penelitian sebelumnya memiliki
perbedaan dengan yang dilakukan oleh
peneliti dalam hal PR membutuhkan
pemasaran untuk memberikan informasi
ke publik sedangkan penelitian ini PR
atau Humas membutuhkan media
relations dan kepercayaan publik.
5. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Qingshan Tan tahun 2011
dengan judul: The Change of Public Opinion on US-China Relations
menjelaskan bahwa Perubahan opini publik tentang isu-isu yang mempengaruhi
hubungan AS-China menyajikan sebuah tantangan bagi para pembuat kebijakan
di kedua Negara. Perubahan itu datang pada saat kebutuhan bagi kedua Negara
untuk mengakomodasi dan bekerja sama pada sejumlah isu-penting seperti
stabilisasi sistem keuangan global, semenanjung Korea yang bebas nuklir, dan
pengurangan pemanasan global sangat mendesak, tidak hanya pada tingkat
35
resmi, tetapi juga pada tingkat masyarakat. Perubahan opini publik tidak hanya
mempengaruhi kebijakan khusus, mereka juga menetapkan batas untuk
seberapa dalam hubungan yang konstruktif, kooperatif, dan komprehensif dapat
berkembang.
Penelitian sebelumnya memiliki
persamaan dengan penelitian yang
sedang dilakukan dalam hal cara isu
yang dapat mempengaruhi pandangan
masyarakat dan peran media massa
dalam membentuk persepsi publik.
Dari penelitian sebelumnya memiliki
perbedaan dengan yang dilakukan
oleh peneliti dalam hal merubah opini
publik antar dua Negara yang
mengalami krisis hubungan media dan
publik sedangkan penelitian ini
merubah opini publik yang negatif
menjadi positif dengan menggunakan
peran media massa.
2.3.3 Asumsi
Menurut pendapat peneliti strategi Humas dalam mengatasi
pemberitaan negatif DPR dengan cara menjalin hubungan baik dengan media
massa dan melakukan blocking media karena Humas tidak bisa menangkis
isu-isu negatif terhadap banyaknya pemahaman mengenai hal yang
dipersepsikan oleh media terkait permasalahan anggota DPR secara personal
tetapi mencampuradukkan dengan persepsi kelembagaan. Seperti halnya
strategi yang digunakan dalam mengelola citra dengan melakukan kegiatan
yang bersifat edukasi mengenai kinerja DPR dan melakukan press agentry
dengan para media massa mengenai masalah di masyarakat.
top related