laporan akhir ekpd 2010 - papua - uncen
Post on 05-Dec-2014
1.748 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 2
KATA PENGANTAR
Kegiatan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Propinsi Papua tahun 2010
merupakan kegiatan lanjutan EKPD tahun sebelumnya yang dimulai sejak 2007.
Penulisan laporan EKPD tahun ini dilakukan oleh tim independen dari Universitas
Cenderawasih.
Kegiatan EKPD 2010 merupakan yang keempat dari pelaksanaan kerjasama antara
Bappenas dan 33 perguruan tinggi di Indonesia yang mana Universitas Cenderawasih
merupakan salah satu dari 33 perguruan tinggi tersebut. Pada prinsipnya kerjasama ini
memberikan makna cukup strategis bagi kedua pihak dalam mengawal proses
pelaksanaan agenda pembangunan di Provinsi Papua. Tim indipenden Universitas
Cenderawasih berusha memberikan penilaian kritis terhadap hasil evaluasi kinerja
pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Papua. Selanjutnya Bappenas
menggunakan hasil evaluasi tersebut sebagai salah satu acuan perbaikan dan
penyempurnaan kebijakan pembangunan nasional. Manfaat penting lainnya dari proses
kerjasama ini yakni terjadi proses pembelajaran bersama diantara para pihak yang
melakukan kerjasama dalam perspektif yang lebih luas.
Terdapat aspek utama dalam mengevaluasi EKPD 2010 dalam RPJMN 2004-2009 di
daerah Provinsi Papua yaitu untuk menganalisa relevansi antara RPJMN 2010–2014 dan
RPJMD. Esensi evaluasi untuk mengetahui capaian dan relevansi pelaksanaan agenda
pembangunan nasional agenda pembangunan daerah. Utimate goalnya adalah apakah
pelaksanaan agenda pembangunan sesuai dengan tujuan pembangunan nasional dan
apakah dampak dari pelaksanaan agenda pembangunan tersebut membawa perubahan
dan kemajuan di masyarakat.
Semoga laporan EKPD ini dapat memberikan manfaat bagi pembangunan di Provinsi
Papua.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang................................................................................................... Tujuan dan Sasaran.......................................................................................... Keluaran............................................................................................................
BAB II HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004-2009
A. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI 1. Indikator..................................................................................................... 2. Analisis Pencapaian Indikator................................................................... 3. Rekomendasi Kebijakan............................................................................
B. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG ADIL DAN DEMOKRATIS
1. Indikator...................................................................................................... 2. Analisis Pencapaian Indikator.................................................................... 3. Rekomendasi
Kebijakan............................................................................. C. AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
1. Indikator.................................................................................................... 2. Analisis Pencapaian Indikator.................................................................. 3. Rekomendasi Kebijakan...........................................................................
D. KESIMPULAN.................................................................................................
BAB III. RELEVANSI RPJMN 2010-2014 DENGAN RPJMD PROVINSI 1. Pengantar................................................................................................. 2. Tabel 2. Prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional…………. 3. Rekomendasi
a. Rekomendasi Terhadap RPJMD Provinsi Papua.............................. b. Rekomendasi Terhadap RPJMN........................................................
BAB IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Kesimpulan............................................................................................... 2. Rekomendasi............................................................................................
LAMPIRAN
i
ii
4 5 6
7 7 9
10 10
14
15 15 30 31
34 36
74 75
77 81
83
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Evaluasi
Menurut Undang - Undang (UU) No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), kegiatan evaluasi merupakan
salah satu dari empat tahapan perencanaan pembangunan yang meliputi
penyusunan, penetapan, pengendalian perencanaan serta evaluasi pelaksanaan
perencanaan. Sebagai suatu tahapan perencanaan pembangunan, evaluasi
harus dilakukan secara sistematis dengan mengumpulkan dan menganalisis
data serta informasi untuk menilai sejauh mana pencapaian sasaran, tujuan dan
kinerja pembangunan tersebut dilaksanakan.
Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009 telah selesai dilaksanakan. Sesuai
dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, pemerintah
(Bappenas) berkewajiban untuk melakukan evaluasi untuk melihat sejauh mana
pelaksanan RPJMN tersebut.
Saat ini telah ditetapkan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional ( RPJMN ) Tahun 2010 –
2014. Siklus pembangunan jangka menengah lima tahun secara nasional tidak selalu
sama dengan siklus pembangunan 5 tahun di daerah. Sehingga penetapan RPJMN
2010 - 2014 ini tidak bersamaan waktunya dengan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi. Hal ini menyebabkan prioritas-prioritas dalam
RPJMD tidak selalu mengacu pada prioritas-prioritas RPJMN 2010-2014. Untuk itu
perlu dilakukan evaluasi relevansi prioritas/program antara RPJMN dengan RPJMD
Provinsi.
2
Di dalam pelaksanaan evaluasi ini, dilakukan dua bentuk evaluasi yang
berkaitan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Yang pertama adalah evaluasi atas pelaksanaan RPJMN 2004 - 2009 dan
yang kedua penilaian keterkaitan antara RPJMD dengan RPJMN 2010-2014.
Metode yang digunakan dalam evaluasi pelaksanaan RPJMN 2004-2009 adalah
evaluasi ex-post untuk melihat efektivitas (hasil dan dampak terhadap sasaran)
dengan mengacu pada tiga agenda RPJMN 2004 - 2009 yaitu agenda Aman
dan Damai; Adil dan Demokratis; serta Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 5
Untuk mengukur kinerja yang telah dicapai pemerintah atas pelaksanaan
ketiga agenda tersebut, diperlukan identifikasi dan analisis indikator pencapaian.
Sedangkan metode yang digunakan dalam evaluasi relevansi RPJMD
Provinsi dengan RPJMN 2010 - 2014 adalah membandingkan keterkaitan 11
prioritas nasional dan 3 prioritas lainnya dengan prioritas daerah. Selain itu
juga mengidentifikasi potensi local dan prioritas daerah yang tidak ada dalam
RPJMN 2010 - 2014. Adapun prioritas nasional dalam RPJMN 2010 - 2014 adalah
1) Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola, 2) Pendidikan, 3) Kesehatan, 4)
Penanggulangan Kemiskinan, 5) Ketahanan Pangan, 6) Infrastruktur, 7) Iklim
Investasi dan Iklim Usaha, 8) Energi, 9) Lingkungan Hidup dan Pengelolaan
Bencana, 10) Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, & Pasca - konflik, 11)
Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi dan 3 prioritas lainnya
yaitu 1) Kesejahteraan Rakyat lainnya, 2) Politik, Hukum, dan K eamanan
lainnya, 3) Perekonomian lainnya.
Hasil dari EKPD 2010 diharapkan dapat memberikan umpan balik pada
perencanaan pembangunan daerah untuk perbaikan kualitas perencanaan di
daerah. Selain itu, hasil evaluasi dapat digunakan sebagai dasar bagi
pemerintah dalam mengambil kebijakan pembangunan daerah.
Pelaksanaan EKPD dilakukan secara eksternal untuk memperoleh masukan
yang lebih independen terhadap pelaksanaan RPJMN di daerah. Berdasarkan
hal tersebut, Bappenas cq. Deputi Evaluasi Kinerja Pembangunan melaksanakan
kegiatan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) bekerja sama dengan
33 Perguruan Tinggi selaku evaluator eksternal dan dibantu oleh stakeholders
daerah. Pelaksanaan EKPD 2010 akan dilaksanakan dengan mengacu pada
panduan yang terdiri dari Pendahuluan, Kerangka Kerja Evaluasi, Pelaksanaan
Evaluasi, Organisasi dan Rencana Kerja EKPD 2010, Administrasi dan Keuangan
serta Penutup.
B. Tujuan dan Keluaran Evaluasi
Tujuan kegiatan ini adalah:
1. Untuk melihat sejauh mana pelaksanaan RPJMN 2004 - 2009 dapat
memberikan kontribusi pada pembangunan di daerah;
2. Untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan prioritas / program (outcome )
dalam RPJMN 2010 - 2014 dengan prioritas / program yang ada dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 6
Keluaran dari kegiatan evaluasi meliputi:
1. Tersedianya dokumen evaluasi pencapaian pelaksanaan RPJMN 2004 - 2009
untuk setiap provinsi;
2. Tersedianya dokumen evaluasi keterkaitan RPJMD Provinsi dengan
RPJMN 2010 – 2014.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 7
BAB II HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004-2009
A. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI
1. Indikator
Untuk mewujudkan Indonesia yang aman dan damai ,terdapat beberapa indikator
utama yang dipergunakan yaitu : Indeks Kriminalitas, presentase penyelesaian
kasus kejahatan konvensional, presentase penyelesaian kasus kejahatan
transnasional dan kasus-kasus korupsi di daerah.
2. Analisis Pencapaian Indikator
Untuk mewujudkan pembangunan Indonesia khusus di Papua yang aman dan
damai maka faktor-faktor tersebut dianalisis sebagai berikut :
Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai
Indeks kriminalitas dari tahun 2004-2009 menunjukan peningkatan signifikan dari
66,70% hingga 100%. Angka peningkatan tersebut disebabkan oleh keterbukaan
wilayah dan kemudahan akses informasi serta transportasi pada beberapa
wilayah di Papua sebagai konsekuensi pemekaran wilayah. Peningkatan jumlah
fasilitas transportasi disisi lain juga mendukung pemerataan dan pertumbuhan
ekonomi daerah, namun sebaliknya seiring dengan itu angka kejahatan
mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Pada 2 (dua) tahun terkahir atau tahun
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 8
2007 hingga tahun 2009 laju peningkatan presentase tindak kriminalitas melonjak
dari 88,84 % hingga mencapai 100% tindak kriminalitas.
Cenderawasih Pos (media lokal) 15 September 2010 memberitakan bahwa
terhubungnya akses jalan darat antara kota Jayapura dan beberapa Kabupaten
seperti ; Kabupaten Jayapura, Keerom dan Sarmi menjadi pemicu meningkatnya
kasus pencurian kendaraan bermotor.
Faktor lainnya yaitu jumlah penduduk di pusat-pusat kota terus meningkat
terutama Kota Jayapura sebagai ibu kota Propinsi Papua. Kaum migran yang
masuk ke jayapura datang dari berbagai daerah baik luar papua maupun papua.
Kebanyakan dari mereka tidak memiliki pekerjaan tetap yang secara tidak
langsung berkontribusi terhadap peningkatan angka pengangguran , sedangkan
lapangan kerja yang tersedia relativ terbatas.
Kejahatan konvensional yang menonjol terjadi di Papua yaitu woman traficking
karena adanya keterbukaan wilayah dan peningkatan dana pembangunan setiap
melalui dana Otonomi Khusus Papua menjadi daya tarik tersendiri bagi para
pencari kerja dari berbagai profesi termasuk aktivitas woman traficking.
Selain itu, kasus kejahatan konvensional yang menonjol lainnya yaitu konflik
horisontal antar suku di kalangan penduduk asli yang mengakibatkan korban jiwa
dan harta benda. Konflik antar suku merupakan fenomena bola apa dalam sekam
yang sewaku-waktu dapat saja meledak tergantung dari faktor pemicu dan
suasana yang mendukung. Arus modernisasi yang demikian kuat dan menjadi
trend nilai bersama menimbulkan benturan-benturan dengan nilai-nilai lokal yang
dipahami secara berbeda-beda oleh setiap suku-suku asli di papua. Kondisi
tersebut menyebabkan benturan nilai tak terhindarkan oleh faktor-faktor pemicu
yang sensitiv sifatnya.
Secara kuantitatif sejumlah kasus yang terjadi selama lima tahun periode
pembangunan dapat diselesaikan oleh aparat penegak hukum secara maksimal,
namun secara kualitativ kasus-kasus konflik horisontal masih belum maksimal
hasilnya mengingat keberagaman suku dan budaya menjadi titik rawan terjadinya
konflik karena tidak didukung dengan kualitas sumber daya manusia yang
memadai.
Upaya penyelesaian kasus kejahatan konvensional dilakukan secara serius dan
intensiv oleh institusi penegak hukum. Hal ini dibuktikan dengan presentase
penyelesaian kasus kejahatan dari tahun 2004-2009 mampu diselesaikan tuntas.
Penangan terhadap kasus-kasus tersebut pada tahun 2008 hingga tahun 2009
sudah mencapai angka 98%. Penanganan kasus-kasus kejahatan konvensional
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 9
terus dilakukan secara transparan dan terbuka untuk mengeliminir gesekan-
gesekan yang sering dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu menjadi komoditas
politik sehingga turut berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap
proses pelaksanaan pembangunan di wilayah Papua.
Sementara itu, untuk tingkat presentase penyelesaian kasus-kasus kejahatan
trans nasional mampu di atasi dengan baik. Untuk tahun 2004-2009, penyelesaian
terhadap kasus kejahatan trans nasional mampu diselesaikan 100%. Mengingat
laju tingkat kejahatan tersebut tidak sebesar tindak kriminalitas di daerah. Papua
New Guinea sebagai negara tetangga untuk saat ini belum menjadi sebuah
wilayah yang memiliki daya tarik ekonomi sehingga kejahatan transnasional masih
dikategorikan belum membahayakan. Oleh karena itu, institusi penegak hukum
seperti kepolisian dan kejaksaan RI hingga saat ini mampu menyelesaikan
kasus-kasus tersebut secara baik.
3. Rekomendasi Kebijakan
Berdasarkan hasil analisis di atas, berikut dirumuskan beberapa butir
rekomendasi kebijakan sebagai berikut :
a. Pemerintah daerah perlu bekerjasama dan berkoordinasi secara intensive
dengan aparat penegak hukum guna mencermati dinamika pembangunan
daerah dan perubahan-perubahan yang demikian cepat tentu saja
berimplikasi luas dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.
b. Pemerintah daerah perlu meningkatkan sistem pengawasan dan pengamanan
secara intensive dan ketat terhadap arus keluar barang dan mobilisasi
manusia ke Papua melalui beberapa pintu masuk terutama jalur laut dan
darat di daerah perbatasan.
c. Perlu ditetapkan peraturan daerah yang mengatur tentang tata tertib arus
keluar - masuk barang ke Papua dan juga kependudukan dan ketenaga
kerjaan di tingkat propinsi agar dapat menekan tindak kejahatan konvensional
dan trans nasional.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 10
B. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG ADIL DAN DEMOKRATIS
1. Indikator
Untuk mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis maka 2 (dua) aspek
sebagai cermin dari agenda tersebut yaitu : Pelayanan Publik dan Demokrasi.
Untuk pelayanan publik menggunakan beberapa indikator kunci yaitu :
Kasus-kasus korupsi di Papua, Presentase Kabupaten/ kota yang memiliki
peraturan daerah satu atap dan presentase instansi (SKPD) Provinsi yang
memiliki peraturan wajar dengan pengecualian (WDP). Sedangkan demokrasi
mempergunakan indikator outcome masing-masing : melihat Gender
Development Index (GDI), Gender Empowerment Measurement (GEM) dan
Index Pembangunan Manusia (IPM).
2. Analisis Pencapaian Indikator
a. Penyelesaian Kasus Korupsi
Motif korupsi yang terjadi di Papua memiliki tipe dan cirri tersendiri.
Peningkatan terhadap kasus-kasus korupsi sangat significan sebagai akibat
dari penyalahgunaan wewenang tugas yang diberikan seperti tersaji dalam
grafik berikut :
Dari tabel di atas tentang penangan kasus-kasus korupsi di propinsi Papua
daerah. Nampak bahwa kasus-kasus korupsi berhasil ditangani aparat
Presentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan (%)
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 11
penegak hukum meningkat signifikan selama lima tahun. Penanganan kasus
mencapai 80 % yaitu pada tahun 2008 dan 2009.
Peningkatan penanganan kasus korupsi di Papua disebabkan oleh adanya
desakan yang begitu kuat di tengah-tengah masyarakat berkenaan dengan
maraknya fenomena korupsi yang dilakukan secara terang-terangan terutama
oleh para pejabat publik dan politisi.
Hanya saja bila dicermati kritis bahwa jumlah kasus yang dilaporkan tersebut
relative kecil dibandingkan dengan fakta di lapangan. Ada juga sejumlah
kasus yang dilaporkan , namun hanya berakhir pada tingkat penyidikan dan
penyelidikan dengan berbagai argument hukum yang dianggap belum cukup
bukti dan lain-lain. Tiga kasus menonjol yang berhasil ditangani pihak
penegak hukum yaitu bupati Yapen, Supiori dan bupati Boven Digoel. Ketiga
pejabat tersebut kasusnya ditangani langsung oleh Komisi Pemberatasan
Korupsi sehingga proses hukumnya bisa berjalan lancar, cepat dan efektiv.
Sejumlah penyebab maraknya fenomena korupsi di Papua , namun seolah-
olah dibiarkan oleh masyarakat yaitu ; kultur kekuasaan dan politik yang
mendukung praktek korupsi dibiarkan terus berlangsung, polarisasi etnis yang
tinggi dengan kecenderungan ikatan primordial yang kuat menyebabkan
control sosial menjadi lemah. Selain itu proses akulturasi (masuknya nilai-nilai
baru yang besifat ekonomi uang) dan yang tidak kalah penting yaitu
lemahnya law enforcement dan integritas para penegak hukum (kentalnya
budaya feodal).
b. Pelayanan Publik
Pelayanan publik secara baik dari pemerintah kepada masyarakat
menunjukan bukti bahwa pemerintah telah melaksanakan tugas dan fungsi
untuk lebih bertanggungjawab atas kepercayaan yang diberikan dari
masyarakat. Sistem birokrasi dalam sistem pelayanan baik dalam mekanisme
pembuatan peraturan daerah satu atap dan presentase instansi (SKPD)
Provinsi yang memiliki pelaporan wajar tanpa pengecualian terlihat di bawah
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 12
grafik berikut:
Data pada table diatas tentang pelayanan publik dengan indikator masing-
masing : peraturan daerah pelayanan satu atap dan laporan penggunaan
keuangan Negara dengan opini wajar tanpa pengecualian.
Indikator Peraturan daerah pelayanan satu atap menunjukkan bahwa
presentase kabupaten/kota yang memiliki peraturan daerah satu atap belum
terbentuk di seluruh Kabupaten. Satu-satunya Perda satu atap hanya terdapat
di propinsi yaitu Dispenda Propinsi dan pihak Kepolisian. Kendala-kendalanya
; pemerintah propinsi melalui Biro Hukum belum memfasilitasi terbentuknya
kerangka peraturan daerah satu atap, kualifikasi pendidikan aparatur di
bidang hukum terbatas, aparatur yang cakap dan kompeten sesuai bidang
tugas relartiv rendah serta kurangnya pemahaman aparatur tentang
semangat otonomi daerah menyebabkan lemahnya koordinasi antar
tingkatan pemerintahan (propinsi dan kabupaten).
Selain itu indikator Satuan Kerja Perangkat Daerah yang dikategori opini wajar
tanpa pengecualian. Seluruh SKPD di propinsi Papua belum berada pada
kategori opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Tingkat kemajuan yang
dicapai umumnya berada pada kategori opini Wajar Dengan Pengecualian
(WDP). Trend WDP di Papua cenderung meningkat karena pembinaan
melalui pelatihan dan hasil-hasil pemeriksaan Badan Pemeriksaan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP) terus ditindak lanjuti oleh pemerintah daerah untuk
Presentase Instansi (SKPD) Propinsi yang memiliki pelaporan Wajar Dengan Pengecualian (WDF)
Presentase Kabupaten/ Kota yang memiliki Peraturan Daerah atau Atap (%)
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 13
didiperbaiki dan disempurnakan sesuai tata kelolah system keuangan negara
untuk kepentingan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di daerah.
c. Demokrasi
Aggenda pembangunan yang adil di Indonesia yang dilaksanakan di propinsi
Papua yang menampilkan indikator demokrasi disajikan pada grafik bawah
ini :
Indikator demokrasi yang digunakan masing-masing : Gender Development
Index (GDI), Gender Empowerment Measurement (GEM) dan Index
Pembangunan Manusia (IPM).
Nilai GDI dan GEM memperlihatkan trend perkembangan yang paralel.
Kedua indikator tersebut perkembangannya fluktuativ selama lima tahun
dengan tingkat kecenderungan meningkat.
GDI dan GEM mencapai persentase maksimal pada tahun 2009 yaitu sekiar
58 – 60 percent. Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi peningkatan
persentase dari kedua indikator output tersebut (GDI dan GEM) yaitu :
Kebijakan affirmative dalam semangat Otonomi Khusus Papua yakni
pemberdayaan dan keberpihakan sumber daya manusia. Issu gender tentu
saja menjadi bagian dari semangat pemberdayaan dimaksud. Tingkat
responsive dan sensitie gender pemerintah cukup baik. Selain itu, komitmen
pemerintah daerah terhadap gender ditandai dengan peningkatan status
kantor pemberdayaan perempuan menjadi Badan Pemberdayaan
Gender Development Index Gender Empowerment Measurement Index Pembangunan Manuasia
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 14
Perempuan. Konsekuensinya ; ruang lingkup menjadi luas, pembiayaan
meningkat dan program-program peningkatn kapasitas perempuan
meningkat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa porsi pemberdayaan
dan keberpihakan kepada perempuan semakin mendapat tempat dalam
proses pembangunan di Papua.
Index Pembangunan Manusia menghalami peningkatan secara periodik
hingga pada tahun 2009. IPM Papua menampilkan perubahan peningkatan
yang berbeda pada periode waktu berjalan. Pada tahun 2004-2007 nilai IPM
meningkat dari angka 60,90 mencapai 63,41, namun pada tahun 2008
mengalami penurunan menjadi 57,17. Penurunan tersebut dipengerauhi
oleh pengelolaan kebijakan pendidikan dianggap belum efektiv yang ditandai
dengan angka putus sekolah tingkat Sekolah Dasar masih tinggi dan kualitas
output dari hasil pengelolahan kebijakan pendidikan relative rendah. Faktor
lainnya, kebijakan pembangunan di bidang kesehatan juga belum optimal
terutama pelayanan kesehatan dasar di wilayah-wilayah terpencil.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Index pembangunan manusia di
Papua mengalami peningkatan selama satu periode pemerintahan namun
peningkatan tersebut belum signifikan seiring dengan perkembangan
kemajuan di era informasi dan tehnologi. Dengan kata lain perkembangan
IPM Papua selama satu periode pemerintahan relative lambat
perkembangannya
3. Rekomendasi Kebijakan
Memperhatikan uraian dan analisis yang disajikan diatas, berikut beberapa
butir rekomendasi yang dapat dikemukakan tentang indikator demokrasi
sebagai berikut :
1. Sinyalemen masih maraknya korupsi di Papua, maka disarankan perlu
dibentuk suatu lembaga pengawas independen atau setingkat dengan
Komisi Pemberatasan Korupsi di daerah yang diatur dengan
Undang - Undang agar dapat mengontrol dan mengawasi setiap pelaku
pembangunan. Selain itu, perlu diprogramkan secara intensive dan
kesinambungan peningkatan kapasitas tenaga teknis pengelola keuangan
daerah.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 15
2. Kebijakan affirmative gender yang telah mendapatkan porsi dalam proses
pembangunan di propinsi Papua perlu terus dikawal agar peningkatan
kualitas dari proses tersebut dapat membuahkan hasil maksimal seiring
dengan berjalannya waktu dan tuntutan jaman.
3. Perhatian terhadap peningkatan dan pengembangan sumber daya
manusia Papua perlu ditangani secara mendasar dan komprehensiv
melalui sebuah konsep yang dapat mensinergikan antara system
pendidikan modern dan kondisi obyektif daerah (budaya lokal).
4. Indeks IPM Papua memperlihatkan kecenderungan peningkatan , namun
lambat kemajuannya. Oleh karena itu perlu ada kebijakan dibidang
pendidikan dan kesehatan yang sinergis dan terintegrasi sehingga dapat
memperbaiki kualitas hidup rakyat di Papua , terutama penduduk asli
Papua.
C. AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
1. Indikator
Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat di propinsi Papua
menggunakan beberapa indikator acuan yaitu : Pendidikan, Pengelolaan
Sumberdaya Alam meliputi (sektor : Pertanian, Kehutanan dan Kelautan),
Infrastruktur, Ekonomi Makro, Nilai Investasi, Kesehatan dan Keluarga
Berencana.
2. Analisis Pencapaian Indikator
a. Pendidikan
Untuk mengukur tingkat kesejahteraan suatu negara atau wilayah dapat
dilakukan diantaranya menampilkan angka partisipasi masyarakat yang
mengenyam pendidikan pada berbagai jenjang. Untuk mengetahui tingkat
perkembangan pendidikan masyarakat di Papua dapat disajikan pada grafik
bawah ini :
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 16
Partisipasi Pendidikan Masyarakat
Tingkat partisipasi pendidikan masyarakat diindikasikan masing-masing :
Angka Partisipasi Murni tingkat SD, Angka Partisipasi Kasar tingkat SD, rata-
rata nilai akhir tingkat SMP, rata-rata nilai akhir tingkat menengah, angka
putus sekolah tingkat SD, angka putus sekolah tingkat SMP dan angka putus
sekolah tingkat menengah.
Data pada grafik diatas tentang tingkat partisipasi masyarakat di dalam
pendidikan memperlihatkan perkembangan yang fluktuatif. Beberapa
indikator output pendidikan memperlihatkan trend positive peningkatannya ,
namun ada sebagian indikator output lainnya memperlihatkan trend negative
dalam artian terjadi penurunan.
Angka partisipasi murni tingkat sekolah dasar cenderung meningkat pada tiga
tahun terakhir atau dari tahun 2007-2009 yakni sebesar empat percent dari
80,92 - 84,90%. Kondisi ini berbeda dengan angka partisipasi kasar murid SD
pada periode waktu yang sama, dimana nilai partisipasi menurun dari 101, 01
menjadi 97,83%.
Angka kelulusan dari 3,94 melonjak 2 kali lipat menjadi 6,03 untuk angka
kelulusan nilai akhir sekolah menengah tingkat pertama selama dua tahun
berturut-turut pada tahun 2007 dan 2008. Peningkatan angka kelulusan
tersebut setelah dikonfrontir dengan beberapa guru yang terlibat di tingkat
SMU mengindikasikan bahwa hasil lulusan tersebut tidak murni hasil kerja
keras para murid tetapi sebenarnya tingkat kelulusan Ujian Akhir Nasional
dipengaruhi oleh intervensi kebijakan terselubung dari instansi tehnis ke
sekolah-sekolah untuk membantu kelulusan para siswa.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 17
Kebijakan penanganan angka melek huruf tidak mengalami perubahan
signifikan. Antara tahun 2004 hingga 2007 angka perkembangan melek huruf
tetap berada pada angka 74 %. Sedangkan di tahun 2008-2009 sedikit
mengalami peningkatan yaitu 75%. Perhatian pemerintah daerah terhadap
masalah angka melek huruf ini masih terasa kurang mendapat perhatian yang
memadai.
Peningkatan kesejahteraan dan tuntutan terhadap kualifikasi pendidikan para
guru dalam meningkatkan kualitasnya terus mendapat pemerintah. Hal
tersebut tercermin dari angka kelayakan guru di tingkat SMP yang cukup baik
dari tahun 2008-2009 meningkat secara baik hingga mencapai 91,28%.
Berbagai kebijakan dan program telah dilakukan secara intensive dan serius
oleh pemerintah daerah melalui instansi tehnis terkait, bahkan alokasi
anggaran pembangunan melalui sector pendidikan memperoleh porsi terbesar
dibandingkan dengan sector-sektor prioritas lainnya sepert : kesehatan,
ekonomi kerakyatan dan infrastruktur dasar.
Memperhatikan grafik diatas nampak pengelolaan pendidikan cenderung
fluktuativ dan hanya menekankan output serta dari pengelolaan menonjolkan
aspek kuantitativ dari pada proses kualitatif , maka bisa dipastikan bahwa
perkembangan penyelenggaraan pendidikan di propinsi Papua relative lambat
kemajuannya. Ada sejumlah faktor yang berpengaruhi terhadap lambatnya
perkembangan pengelolaan pendidikan di Papua, yakni : Kebijakan dan
strategi pengelolaan pendidikan masih menggunakan pola yang sama dari
waku ke waktu, porsi pengelolaan kebijakan pada level pendidikan menengah
dan tinggi lebih besar dibandingkan dengan pendidikan dasar. Selain itu
manfaat pengelolaan kebijakan pendidikan cukup terasa di wilayah perkotaan
dibandingkan dengan wilayah pinggiran dan kampung-kampung, dan masalah
klasik dari waktu ke waktu yaitu tingkat kesejahteraan termasuk minimnya
ketersediaan sarana dan prasarana.
b. Kesehatan
Pengukuran tentang tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari
indikator kesehatan masyakat pada suatu daerah. Sektor Kesehatan
merupakan salah satu leading sector di era otonomi Khusus Papua saat ini.
Berikut tampilan grafik tentang perkembangan pembangunan bidang
kesehatan selama periode tahun 2004-2009, sebagai berikut :
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 18
Grafik diatas tentang indikator output dari sector kesehatan menunjukan trend
fluktuativ yang menurun pada dua tahun terakhir 2008-2009. Angka gizi buruk
dan kurang cenderung menurun. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa
pemerintah daerah member perhatian besar melalui berbagai kebijakan
untuk menekan angka gizi buruk dan kurang , dan telah memberikan hasil
positive.
Sedangkan tingkat kematian mengalami penurunan terutama pada tahun
2008-2009, namun penurunan angka tersebut relative masih lambat karena
angka kematian bayi masih cukup tinggi yaitu mencapai hampir 70% dalam
tahun 2008-2009. Apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya
nampak jelas bahwa belum memperlihatkan perubahan signifikan terhadap
penurunan tingkat angka kematian bayi di Papua. Kondisi ini perlu menjadi
perhatian pemerintah daerah agar dapat mengevaluasi kebijakan dan
program yang dilaksanakan selama ini dan merumuskan ulang disesuaikan
disesuaikan dengan kondisi saat ini dan sumber daya yang tersedia.
Tingka harapan hidup penduduk di Papua selama lima tahun terakhir
mengalami perubahan walaupun tingkat perubahannya relative kecil dan
lambat. Secara keseluruhan menunjukan hasil positi karena tingkat harapan
hidup penduduk di Papua yaitu mencapai usia 70 tahun. Artinya bahwa
peningkatan t ersebut seiring dengan ada kemajuan di bidang kesehatan dan
diikuti juga dengan pelayanan kesehatan semakin menjangkau masyarakat.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 19
Kebijakan lain yang menonjol di bidang kesehatan yaitu pemberian kartu
gratis bagi masyarakat miskin.
Bila dicermati secara kritis tentang pelayanan kesehatan dapat dikatakan
bahwa pelayanan kesehatan di wilayah perkotaan semakin baik karena
didukung dengan kebijakan dan keterjangkuan pelayanan serta ketersediaan
tenaga medis dan sarana kesehatan. Sedangkan di wilayah pinggiran dan
pedalaman belum optimal pelayanan kesehatan sehingga belum berdampak
terhadap tingkat kualitas kehidupan masyarakat.
sejumlah hambatan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan di wilayah
pinggiran yang belum maksimal yakni antara kebijakan dan implementasi
belum dapat berjalan maksimal disebabkan oleh diantaranya ; birokrasi
pelayanan yang cukup panjang, terbatasnya tenaga medis pada level
kampung dan kondisi geografis dengan tingkat kesulitan yang khas pada
setiap wilayah serta terbatasnya prasarana dan sarana kesehatan.
c. Keluarga Berencana
Program keluarga berencana merupakan program nasional dengan tujuan
utama menekan laju pertumbuhan penduduk dan menciptakan keluarga
sejahtera. Program Keluarga Berencana di Propinsi papua selama lima tahun
penyelenggaraan pemerintahan disajikan pada grafik dibawah ini :
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 20
Penggunaan alat kontrasepsi bagi setiap keluarga di Papua cukup tinggi antar
tahun 2008 hingga tahun 2009. Meningkatnya penggunaan alat kontrasepsi
tersebut dari 47 % hingga 50 % berdampak pula bagi laju pertumbuhan
penduduk di Papua. Tingkat pertumbuhan dapat diturunkan dari 2,03%
hingga 1,99 %. Walaupun tingkat presentasi pertumbuhan tidak cukup besar,
namun penggunaan alat kontrasepsi dianggap cukup berhasil di dalam
membantu menurunkan laju pertumbuhan penduduk. Apabila laju ini dapat
ditekan, maka akan berdampak positif bagi keluarga terutama dapat
mengurangi beban ekonomi keluarga.
Penggunaan alat kontrapsi berhasil dilaksanakan hanya bagi pasangan yang
menggunakan alat kontrasepsi, namun secara keseluruhan pada umumnya
penduduk di Papua tidak menggunakan alat kontrasepsi. Ada sejumlah
alasan yaitu masyarakat belum merasa penting dengan program Keluarga
Berncana, perspektif social budaya masyarakat Papua yang melihat program
Keluarga Berencana bagi kehidupannya. Tingkatan kepadatan penduduk
relative rendah sehingga kondisi ini belum menjadi problem pembangunan
dan juga jumlah penduduk dibandingkan dengan luas wilayah.
d. Pertanian, Kehutanan dan Kelautan
Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyakat, dapat diprotet melalui
beberapa sektor , seperti ; pertanian, kehutanan dan kelautan. Sektor ini
masih menjadi andalan utama penduduk asli papua menggantungkan
kehidupannya dari ketersediaan sumberdaya alam yang melimpah. Untuk
mengetahui kontribusu sector-sektor ini terhadap pembangunan dapat
disajikan pada tabel berikut ini :
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 21
Keterlibatan masyarakat di sektor pertanian cukup positive. Partisipasi ini
terlihat mengalami peningkatan signifikan dalam 2 (dua) tahun terakhir dari
nilai 6,16 menjadi 6,67 M. Tingkat partisipasi masyarakat mengelolah hasil
pertanian dianggap mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Namun seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat di sektor pertanian
tanpa disadari turut berdampak signifikan terhadap peningkatan jumlah
presentase areal lahan kritis. Pembabatan hutan dan pembukaan lahan baru
untuk kepentingan aktivitas pertanian terus meningkat belakangan ini tanpa
disadari mulai merusak ecosystem hutan dan akan dampak terhadap
pengrusakan hutan ke depan. Pada periode waktu tahun 2008-2009
presentase lahan kritis meningkat tajam dari 0,12 -0,22 %. Pemanfaatan
lahan untuk berbagai kebutuhan pembangunan berpengaruh secara signifikan
terhadap meningkatnya jumlah persentase areal lahan kritis.
Disamping itu , tindak pidana terhadap kegiatan perikanan mengalami
peningkatan selama dua tahun yaitu tahun 2008-2009. Peningkatan
persentase kejahatan perikanan disebabkan oleh beberapa kelompok
masyarakat dengan cara menggunakan bahan peledak guna menangkap
ikan (destructive fishing). Kegiatan ini tentu saja dapat menghancurkan
potensi sumberdaya ikan yang ada selama ini. Mengingat kebutuhan ikan dari
waktu ke waktu terus meningkat, menyebabkan masyarakat melakukan cara-
cara tidak terpuji dalam menangkap ikan. Masyarakat tidak menyadari
bahwa cara-cara salah tersebut telah melanggar hukum karena telah
merusak sumberdaya alam dan pesisir laut. Tertangkapnya beberapa kapal
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 22
asing di wilayah perairan laut Papua menjadi indikasi bahwa perlu dilakukan
tindakan pengamanan perairan laut wilayah Indonesia dari ancaman
pencurian sumberdaya perikanan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
dua modus utama tindak pidana kelautan yaitu illegal fishing dan destructive
fishing yang tentu saja dapat mengganggu ekosistem laut.
e. Infrastruktur
Dukungan infrastruktur terutama perhubungan darat sangat diperlukan agar
dapat mendukung pelaksanaan pembangunan wilayah secara utuh sehingga
dapat memberikan dampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Gambaran pembangunan infrastruktur perhubungan darat di Propinsi Papua
selama periode lima tahun disajikan pada grafik berikut ini :
Dukungan infrastruktur jalan darat yang menjadi focus perhatian analisis yaitu
jalan nasional dan jalan provinsi. Kondisi jalan nasional yang tergolong baik
selama tahun 2008-2009 menghalami penurunan sekitar 5,73-3,73%.
Penurunan tersebut dimaksudkan yaitu kondisi jalan tersebut mengalami
kerusakan dan belum mendapatkan perhatian dalam hal perawatan dan
pemeliharaan. Jalan Nasional mengalami penurunan kondisi baik jalan
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 23
tersebut. Jalan nasional dalam kondisi sedang berkisar antara 41,10 -
11,10% untuk tahun 2008-2009. Sementara kondisi jalan nasional yang
berada dalam keadaan rusak selama dua tahun terakhir 2008 - 2009 berkisar
antara 53,17 – 54,23 %. Meningkatnya jumlah jalan nasional yang rusak
disinyalir disebabkan oleh keterbatasan anggaran pembangunan untuk
membiaya kegiatan pemeliharan dan perbaikan. Jalan nasional yang rusak
perlu mendapat perhatian yang serius dalam upaya perbaikan jalan tersebut.
Disamping itu pula, terdapat jalan-jalan provinsi. Persentase jalan provinsi
yang tergolong baik berkisar 38,45-38,76% pada tahun 2008-2009. Prasana
jalan darat tersebut Nampak cukup terawat baik. Jalan provinsi yang berada
dalam kondisi sedang dan rusak mencapai 24 % dan lebih dari 50%. Oleh
sebabnya presentase jalan rusak baik jalan nasional dan provinsi perlu untuk
diperbaiki dalam rangka memberikan pelayanan yang baik bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat di daerah. Rusaknya infrastruktur jalan darat yang
ada dapat berpengaruh langsung kepada alur distribusi barang dan jasa , dan
tentunya saja akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi bagi daerah
tersebut dan wilayah sekitarnya. Permasalahan dasar yang menyebabkan
infrastruktur jalan darat dari waktu ke waktu tidak mengalami peningkatan
signifikan sebenarnya lebih disebabkan oleh lemahnya komitmen pemerintah
dalam memperhatikan pembangunan infrastruktur dasar di propinsi Papua.
f. Ekonomi Makro
Indikator ekonomi makro yang sering digunakan dalam menganalisa
pertumbuhan ekonomi secara aggregate suatu daerah adalah PDRB (Produk
Domeistik Regional Bruto). PDRB pada prinsipnya adalah total output yang
diproduksi oleh propinsi ataupun kabupaten. Gambar berikut memperlihatkan
kondisi perekonomian Provinsi Papua.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 24
Produk Domestk Regional Bruto Provinsi Papua berfluktuasi dari tahun 2004-
2009, dan terjadi peningkatan -1,49 hingga 15,49 untuk tahun 2008-2009. Bila
dicermati perkembangan pertumbuhan ekonomi selama lima tahun terakhir
yakni; pada tahun 2004 terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi Provinsi
Papua mencapai minus 22%, namun pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi
Provinsi Papua mencapai skitar 35%.
Jika melihat share total PDRB, dari tahun 2004-2009 terlihat bahwa sektor
manufaktur memiliki peran yang sangat signifikan dalam perekonomian
Provinsi Papua, hal ini disebabkan karena kontribusi perusahaan PT Freeport
Indonesia. Sehingga dapat dikatakan bahwa secara langsung pertumbuhan
perekonomian Provinsi Papua dipengaruhi oleh perekonomian global. Jika
melihat presentase manufaktur terhadp total PDRB berfluktuasi. Hal ini terjadi
karena bervariasinya harga komoditas tembaga di dunia internasional.
Seperti terlihat pada grafik diatas harga tembaga di dunia internasional
mengalami peningkatan di tahun 2005, sehingga hal ini mendongkrak
perekonomian Provinsi Papua, namun pada tahun 2008, harga tembaganya
mengalami penurunan. Sebenarnya voulme produksi tembaga hampir sama
untuk tahun 2005 dan 2008, namun harga tembaga berbeda berakibat pada
turunnnya pendapatan PT Freeport Indonesia.
Perkembangan pendapatan per kapita Provisi Papua mengalami
kecenderungan yang meningkat. Pada tahun 2004 pendapatan perkaipta
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 25
penduduk di Provinsi Papua bekisar 11 jutaan rupiah, meningkat menjadi 20
juta pada tahuna 2005. Namun untuk tahun 2005-2006, pendapatan
perkapita Provisi Papua mengalami stagnasi pada posisi 20 juta rupiah per
tahun. Hal ini disebabkan karena kontribusi sektor pertambangan.
Sebenarnya volume produksi sektor pertambangan khususnya tembaga yang
diolah dari PT Freeport meningkat, namun harga tembaga dipasar
internasional rendah sehingga berpengaruh terhadap menurunnya
pendapatan per kapita. Disisi lain, meningkatnya harga tembaga berakibat
meningkatnya pendaptan per kapita pada tahun 2006 sampai dengan 2008.
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi papua
sangat tinggi dipengaruhi oleh kontribusi sector migas melalui PT Freeport
sebagai penyumbang PDRB terbesar yaitu 68 % (Papua dalam angka, 2008).
Artinya bahwa hasil PT Freeport dibawa keluar dan selanjutnya dikonversikan
kedalam bentuk bagi hasil antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
yang dituangkan kedalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Implikasinya yakni ketergantungan pemerintah daerah semakin tinggi pada
subsidi pemerintah seperti DAU, DAK, Dana OTSUS, hibah dan lain-lain.
Ketergantungan tersebut hanya melestarikan mentalitas peramu yang masih
dominan subsisten dari pada ekonomi produktif.
Perkembangan inflasi di Provinsi Papua berfluktuasi dalam kurun waktu
2004-2009. Pada tahun 2004, inflasi Provinsi Papua dibawah 10%, namun
pada tahun 2005 inflasi mencapai 14%. Peningkatan laju inflasi di Provinsi
Papua dipicu oleh terjadi kenaikan di sektor pendidikan dan juga kelompok
makanan jadi dan rokok. Namun untuk tahun 2006-2007, perkembangan laju
inflasi di Provinsi Papua relatif stabil. Secara keseluruhan , inflasi diatas 10
percent dikategorikan sangat tinggi bila disandingkan dengan rata-rata inflasi
tingkat nasional. Kondisi tersebut telah berlangsung dari waktu ke waktu
terutama dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan hidup penduduk Papua di
produksi dan didatangkan dari luar Papua. Kebutuhan hidup yang bisa
dihasilkan di Papua berasal dari sektor pertanian dan perkebunan yang
sifatnya bahan mentah (raw material) seperti sayur-sayuran atau palawija dan
sumber protein lainnya yang disediakan oleh alam. Dengan demikian , laju
inflasi tersebut tetap berada pada kategori yang relatif tinggi karena berkaitan
dengan biaya produksi, transportasi dan bea masuk pajak, dan lain-lain yang
ditentukan oleh perkembangan ekonomi makro secara nasional.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 26
g. Investasi
Untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah tentu saja
harus memperhatikan kegiatan investasi di daerah tersebut. Peningkatan nilai
investasi memberi gambaran tentang kesejahteraan suatu wilayah atau
daerah. Berikut tampilan grafik tentang perkembangan investasi di Papua
selama periode waktu 2004-2009:
Keadaan investasi di Provinsi Papua seperti pada Gambar diatas bervariasi.
Realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) tahun 2004 mencapai
sekitar 2.000 miliar, meningkat mejadi 3.000 miliar pada tahun 2005. Namun
sejak dari tahun 2005-2007, nilai realisasi PMDN mengalami penurunan
sebesar 1.500 miliar. Menurunya nilai realisasi PMDN disebabkan karena
faktor ketidakjelasan kepemilikhan hak tanah dan birokrasi perijinan yang
masih berbelit-belit. Seperti diketahui di Provisisi Papua, dalam mengurus
kepemilikan tanah harus memiliki persetujuan dari dua lembaga. Yang
pertama dari Departement Pertanahan yang mengeluarkan sertifikat tanah.
Dan yang kedua, harus ada pelepasan tanah dari adat dalam bentuk surat
pelepasan. Kenyataannya investor mengalami kesulitan dalam memperoleh
surat pelepasan hak tanah karena sering terjadi konflik diantara suku-suku
yang memiliki hak ulayat tanah tersebut. Surat ijin investasi antara
pemerintah pusat dan daerah dan antara pemerintah propinsi dan kabupaten
masih menjadi hambatan tersendiri.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 27
Nilai rencana persetujuan investasi menurun sangat nyata antar tahun 2004
hingga tahun 2009 dari 5.45 M hingga 0,41M. Namun penurunan rencana
investasi tidak sejalan dengan nilai realisasi investasi PMDN yang meningkat
sangat signifikan pada tahun 2008 – 2009 atau berkisar dari 10,18 M hingga
mencapai 380,73 M. Peningkatan nilai ini memberi dampak pada rencana
serapan tenaga kerja yang cukup tinggi bagi masyarakat, dimana mengalami
peningkatan nilai sebesar 2 kali lipat dari $ 89 hingga mencapai $ 196.
Kondisi ini memberi gambaran tentang modal yang di investasikan dalam
bentuk serapan tenaga kerja mampu mendorong tingkat kesejahteraan
masyarakat lebih baik pada dua tahun terakhir. Namun realisasi di dalam
penyerapan tenaga kerja mengalami penurunan yang cukup besar dari dua
tahun terakhir. Penurunan nilai resapan tenaga kerja dari sekitar $ 25
menjadi $ 15.
Kondisi ini dapat memberi dampak secara tidak langsung bagi penyerapan
tenaga kerja. Namun penurunan nilai tersebut tidak terlalu berdampak
langsung bagi penurunan nilai investasi di Provinsi Papua. Kebijakan
keberpihakan pemerintah daerah kepada masyarakat lewat kesempatan
berusaha termasuk kemudahaan bantuan kredit lunak. Kebijakan tersebut
tentu saja diharapkan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Perhatian juga diberikan pada sektor informal dan peningkatan
kualifikasi tenaga kerja sehingga diharapkan para pelaku usaha atau calon
pelaku usaha dapat membuka usaha sendiri. Kebijakan strategis tersebut
dilakukan dengan tujuan utamanya adalah agar dapat menggerakan kegiatan
perekonomian daerah. Sehingga ketergantungan masyarakat terhadap
perusahaan asing dan atau bekerja sebagai karyawan asing bisa bergeser
kepada pengelolaan usaha mandiri. Kebijakan pemerintah daerah yang pro
ekonomi kerakyatan diharapkan dapat mendorong peningkatan
kesejahteraan masyarakat tentu saja akan berdampak terhadap
pertumbuhan ekonomi di daerah.
Secara umum perkembangan nilai realisasi investasi penanaman modal di
Provisi Papua dalam kurun waktu 2004-2008 tidak banyak mengalami
perubahan. Terjadi penuruanan invesati PMA dari tahun dari tahun 2005
sampai dengan 2006 dan penurunan tersebut disebabkan karena terjadi
penurunan harga tembaga di pasar internasional sehingga ini berpengaruh
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 28
terhadap penerimaan investasi PMA. Selain PMA di sektor migas , nilai
persetujuan PMA di sektor perkebunan mengalami peningkatan di era
otonomi khusus Papua saat ini, hanya saja realisasi tidak berjalan optimal
disebabkan oleh berbagai hambatan seperti birokrasi perijinan yang masih
panjang antara pemerintah pusat dan daerah, hak ulayat, stabilitas politik di
daerah serta etos kerja pembangunan sehingga menimbulkan ekonomi
biaya tinggi.
h. Kesejahteraan Sosial
Tingkat kesejahteraan rakyat diukur dari presentase penduduk miskin dan
tingkat pengagguran terbuka. Berikut disajikan dapat diuraikan pada grafik
berikut ini:
Presentase penduduk miskin pada 2 (dua) tahun terakhir atau pada periode
tahun 2008-2009 tidak banyak menampilkan perubahan yang cukup berarti.
Hal ini dapat dilihat dari angka presentase penduduk miskin berkisar pada
37,08% dan 37,52%. Dari jumlah tersebut, terdapat 70 % penduduk miskin
berada di kampung-kampung.
Berbagai kebijakan penanggulangan kemiskinan telah dilakukan oleh
pemerintah, namun belum mampu mengurangi atau menekan angka
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 29
kemiskinan, bahkan ketergantungan masyarakat semakin tinggi kepada
pemerintah seperti; Program Bantuan Langsung Tunai (BLT), jarring
pengaman social, dan lain-lain. Kebijakan penanggulangan kemiskinan yang
dilakukan masih bersifat simbolik dan karikatif tetapi tidak bersifat edukatif
(BLT, jaringan pengaman social, dll) Orientasi masyarakat ke PNS masih
cukup tinggi, partisipasi masyarakat ke sekor swasta rendah karena
dipengaruhi oleh etos kerja pembangunan belum relevan dengan tuntutan
dunia kerja (mentalitas peramu). Selain itu, tingkat pendidikan masyarakat
relatif rendah.
Selama empat tahun terakhir ini, pemerintah daerah melaksanakan program
strategis dalam rangka mengurangi tingkat kemiskinan di kampung-kampung
dengan kebijakan Respek (Rencana Strategi Pembangunan Kampung).
Pemerintah Daerah Propinsi menyediakan jumlah dana sebesar Rp. 100 juta
tiap kampung untuk mendukung pelaksanaan kebijakan Respek tersebut.
Program Respek tersebut disinergikan dengan program PNPM Mandiri pada
tahun 2008 dengan tujuan yang sama yaitu penanggulangan kemiskinan.
Oleh karena iu masih relative dini kalau pemerintah daerah mengklaim
keberhasilan program Respek tersebut telah menekan jumlah kelompok
miskin. Alasannya bahwa jumlah uang yang telah banyak beredar di
kampung-kampung selama empat tahun terakhir tidak dengan sendirinya
telah mengurangi kelompok masyarakat miskin. Pertanyaannya jumlah dana
tersebut dipergunakan untuk kebutuhan apa saja di kampung-kampung ? .
Apabila kebanyakan dari dana tersebut hanya dipergunakan untuk
kepentingan produktiv , maka hasilnya paling cepat terasa lima tahun berjalan,
tetapi sebaliknya bila jumlah uang yang besar dipergunakan untuk
kepentingan konsumtiv atau semata-mata pembangunan fisik, maka
sebenarnya belum memberikan jaminan bahwa kelompok warga miskin telah
dibantu untuk keluar dari belenggu kemiskinan. Ada kemungkinan masyarakat
miskin tidak mampu membebaskan dirinya dari belenggu kemiskinan karena
warga miskin terjebak oleh kebijakan yang membelenggu mereka sendiri
untuk tetap bergantung kepada pihak pemberi bantuan (pemerintah). Oleh
karena itu, program Respek dan PNPM Mandiri masih perlu dievaluasi tingkat
keberhasilan dengan durasi waktu paling lambat lima tahun pelaksanaan
program tersebut. Program Respek memiliki nilai positive karena program
tersebut sangat membantu penduduk miskin untuk terlibat memecahkan
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 30
problem hidupnya sendiri dan menata kehidupannya yang lebih baik ke
depan.
Tingkat pengangguran terbuka dari waktu ke waku terus meningkat secara
signifikan. Kebanyakan dari para penganggur adalah lulusan-lulusan
perguruan tinggi dari luar Papua dan dari dalam Papua, dan lulusan SMU
yang tidak sempat melanjutkan studi pada jenjang perguruan tinggi karena
berbagai alasan. Selain itu, migran dari luar papua yang melihat peluang
otonomi khusus Papua dan pemekaran wilayah. Kelompok migran bervariasi
latar belakangnya seperti para kalangan terdidik (lulusan perguruan tinggi),
lulsan SLTA dan kalangan kurang terdidik seperti tenaga kerja kasar, dan lain-
lain.
3. Rekomendasi Kebijakan
Beberapa rekomendasi dikemukakan berikut ini sebagai acuan guna
meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat, meliputi :
a. Kebijakan pengelolaan pendidikan sebaiknya fokus perhatian porsinya
lebih besar pada level pendidikan dasar dan locusnya diarahkan ke
wilayah-wilayah pinggiran dan kampung-kampung. Selain itu, metode dan
pola pendekatan penerapannya juga harus berbeda antara wilayah
perkotaan dan pinggiran dan atau kampung-kampung. Memadukan dan
mensinergikan system pendidikan modern dan kondisi obyektif daerah
(budaya local) sudah saatnya perlu ada langkah-langkah konkrit guna
mempersiapkan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas ke
depan.
b. Kebijakan pembangunan di bidang kesehatan tidak sekedar memberikan
pelayanan kesehatan kepada penduduk miskin atau penderita, tetapi perlu
ada keterlibatan sektor-sektor lain seperti pekerjaan umum, perhubungan
dan intansi tehnis lainnya. Tujuannya agar pelayanan kesehatan baik dari
aspek kebijakan maupun implementasi menyangkut pelayan kesehatan
dasar hingga kesejahteraan para medis benar-benar mendapat perhatian
sehingga pembangunan kesehatan dapat berjalan optimal.
c. Program penyuluhan secara intensive kepada para nelayan dan
masyarakat umum agar menggunakan cara-cara baik dan benar dalam
menangkap ikan terutama sesuai dengan lokal wisdom agar tidak
merusak ekosistem perairan dan kepentingan generasi selanjutnya.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 31
d. Perlu adanya komitmen yang tinggi dan konsisten dari pemerintah pusat
secepatnya membangun infrastruktur dasar yang menghubungkan antara
kabupaten di propinsi Papua termasuk propinsi Papua Barat agar dapat
mengurangi ekonomi biaya tinggi yang selama ini diterima apanya sebagai
fakta pembangunan.
e. Kebijakan tentang kredit mikro bagi pengusaha kecil perlu diikuti dengan
pendampingin secara intensive dan perlu melibatkan pihak swasta
membantu pemerintah daerah membimbing dan membina
pengusaha-pengusaha lokal agar terjadi transfer knowledge dan skill
sesuai tuntutan perkembangan saat ini.
f. Menyediakan fasilitas dan pengadaan formasi tenaga kesehatan agar
pelayanan kesehatan bisa lebih merata dan menjangkau kampung-
kampung. Selain itu , perlu merekrut tenaga-tenaga penyuluh lapangan
agar dapat melakukan proses pendampingan dan penyuluhan bagi setiap
keluarga tentang gizi dan permasalahannya sehingga pada akhirnya
mereka mampu menurunkan angka gizi buruk dan kurang pada bayi.
g. Kebijakan penanggulangan seperti Respek dan PNPM Mandiri merupakan
sebuah kebijakan strategis yang perlu dievaluasi untuk menilai tingkat
keberhasilan dan terus diperbaiki dan disempurnakan untuk kepentingan
pembangunan dan masyarakat di Papua melalui pendekatan
pembangunan berbasis kampung serta perlu diikuti juga dengan
dukungan penuh dari seluruh jajaran pemerintahan di tingkat Kabupaten.
D. KESIMPULAN
Hasil evaluasi pelaksanaan RPJMN 2004-2009 dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
1. Agenda Pembangunan Indonesia yang Aman dan Damai yang diuraikan diatas
memperlihatkan bahwa index kriminal ,kejahatan konvensional dan kasus
transnasional secara umum dapat diselesaikan dengan baik oleh institusi
penegak hukum. Dinamika perkembangan pembangunan yang dipengaruhi oleh
adanya keterbukaan wilayah sebagai hasil pemekaran wilayah dan pelaksanaan
Otonomi Khusus Papua berdampak terhadap meningkatnya kasus-kasus criminal,
kejahatan konvensional dan transnasional selama tiga tahun terakhir ini. Kasus
pencurian bermotor , women trafficking dan transaksi ganja merupakan kasus-
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 32
kasus kejahatan yang menonjol dan terus meningkat seiring dengan dinamika
pembangunan di daerah.
2. Agenda pembangunan Indonesia yang adil dan demokratis secara umum belum
menunjukkan kinerja yang baik. Jumlah kasus korupsi berhasil ditangani oleh
institusi penegak hukum namun fakta di lapangan bahwa fenomena korupsi
marak terjadi di masyarakat dari pada dugaan korupsi yang dilaporkan kepada
pihak berwajib.
Belum ada peraturan daerah pelayanan satu atap di seluruh Kabupaten di propinsi
Papua. Satu-satunya SKPD yang memiliki pelayanan satu atap yaitu Dinas
Pendapatan Propinsi Papua bekerjasama dengan pihak Kepolisian Daerah Papua
yang dikenal dengan Samsat terkait dengan pengurusan-pengurusan administrasi
kendaraan bermotor dan pajak kendaraan bermotor.
Seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah di propinsi Papua belum berada pada
kategori opini pelaporan Wajar Tanpa Pengecualian. Umumnya, kinerja SKPD
masih berada pada kategori opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP).
Indikator demokrasi menunjukkan kinerja positive melalui Gender Development
Index (GDI) dan Gender Empowerment Meassurement (GEM). Pemerintah
Daerah memberikan perhatian sungguh-sungguh kepada pemberdayaan
perempuan dan hal tersebut berpengaruh terhadap tingkat partisipasi perempuan
dalam berbagai aspek kehidupan tidak saja dalam rumah tetapi di luar rumah
sesuai profesinya masing-masing dan jumlah tersebut terus meningkat.
3. Secara umum agenda meningkatkan kesejahteraan rakyat menunjukan kinerja
positive, namun kemajuan yang dicapai relative lambat dan lebih dominan aspek
kuantitativ dari pada aspek kualitativ. Indikator pendidikan dan kesehatan
mengalami perkembangan positiv , namun lambat mencapai kemajuan optimal.
Hal ini disebabkan oleh strategi dan pola pendekatan, orientasi pembangunan
yang masih perkotaan dari pada pedalaman dan kampung - kampung.
Laju pertumbuhan ekonomi relative rendah dan tingkat kontribusi PDRB untuk
pertumbuhan ekonomi di Papua masih dominan dari PT Feeport sebesar 68%
sehingga ketergantungan ekonomi Papua sangat tinggi pada subsidi pemerintah
melalui DAU, DAK, OTSUS dan dana-dana Hibah. Nilai investasi relative rendah
karena berbagai kendala ; birorakrasi perijinan antara pemerintah pusat dan
daerah, permasalahan tanah (hak hulayat),faktor keamana dan etos kerja
pembangunan.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 33
Infrastruktur jalan darat sebagian besar berada dalam kondisi rusak baik jalan
propins maupun nasional. Kondisi jalan nasional yang dikategorikan berada dalam
kondisi baik hanya mencapai11 percent. Kendala-kendala klasik yakni ; lemahnya
komitmen pemerintah dan keterbatasan anggaran Negara.
Tingkat kebutuhan pembangunan yang terus meningkat menyebabkan
masyarakat melakukan penebangan dan pembabatan hutan untuk kepentingan
pertanian. Aktivitas tersebut tanpa disadari oleh masyarakat dan pemerintah
telah merusak ecosystem hutan dan lingkungan. Kondisi ini sedang terjadi secara
perlahan-lahan namun pasti bahwa hutan sedang di hancurkan dengan alasan
pembangunan dan ekonomi.
Demikian halnya dengan potensi sumber daya laut yang menjadi sumber
kehidupan manusia termasuk penduduk di Propinsi Papua terakit dengan
aktivitas penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak (Destructive
fishing) dan Illegal fishing di perairan Papua terus meningkat dalam tiga tahun
belakangan ini. Keadaan ini tanpa disadari akan merusak ecosystem di perairan
laut.
Persentase penduduk miskin tidak mengalami perubahan selama empat tahun
belakangan ini yaitu masih tetap berada kisaran 37 percent. Berbagai kebijakan
dilakukan oleh pemerintah tetapi belum berdampak signifikan terhadap penurunan
angka kemiskinan. Program Bantuan Langsung Tunai , jaring pengaman social
dan lain-lain merupakan pendekatan yang sifanya karitatif dan simbolik sehingga
tidak mengandung unsur edukasi bagi masyarakat. Justru kondisi yang terjadi
sebaliknya masyarakat sangat tergantung kepada si pemberi bantuan
(pemerintah) .
Kebijakan Respek sebagai kebijakan strategis pemerintah daerah dalam rangka
menanggulangi kemiskinan mengandung filosophis dan semangat
pemberdayaan bagi penduduk miskin yang hidup di kampung-kampung dan
umumnya adalah penduduk asli papua. Hanya saja program tersebut baru
berjalan empat tahun sehingga masih memerlukan waktu lima tahun untuk
mengevaluasi tingkat kemajuan dari keberhasilan dari program tersebut.
Angka pengangguran terus meningkat signifikan dalam tiga tahun terakhir
disebabkan oleh lulusan perguruan tinggi dari dalam dan luar Papua,kaum migrant
dari luar Papua, orientasi pencari kerja lebih kepada PNS, keterbatasan lapangan
kerja di sector public dan sector swasta belum berkembang pesat di propinsi
Papua.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 34
BAB III
RELEVANSI RPJMN 2010 -2014 DENGAN RPJMD PROPINSI PAPUA
1. Pengantar
Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional
yang dilakukan terencana, intensiv dan berkesinambungan guna mewujudkan
masyarakat adil dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu ada
acuan dasar sebagai pedoman agar dapat melakukan pengkawalan terhadap
proses pembangunan yang telah, sedang dan akan dilaksanakan.
Kerangka dasar pembangunan nasional selama lima tahun belakangan ini
mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
sebagai dasar untuk mengkawal agenda-agenda prioritas yang harus dicapai
selama satu periode penyelenggaraan pemerintahan. Agenda prioritas nasional
menjadi acuan dasar selanjutnya dijabarkan ke dalam RPJM Daerah dan
disesuaikan dengan kondisi riil dan kebutuhan masing-masing daerah. Tujuan dan
sasaran dari agenda yang ditetapkan dalam RPJMN maupun RPJMD output akhir
dapat dilihat dan dinilai pada akhir periodisasi pemerintahan. Apakah
perkembangan pembangunan selama periode tersebut hasilnya signifikan sesuai
agenda pembangunan atau, sebaliknya keseluruhan proses pelaksanaan agenda
pembangunan menghalami banyak hambatan dan kendala sehingga hasil
akhirnya tidak optimal.
Kemajuan dan keberhasilan pembangunan di daerah menjadi tolok ukur
kemajuan pembangunan nasional. Standart acuan yang digunakan untuk
mengukur kemajuan dan keberhasilan secara normatif adalah relevansi antara
muatan agenda RPJMN dan RPJMD Propinsi. Ada sejumlah faktor yang
berpengaruh signifikan terhadap muatan relevansi RPJMN dengan RPJMD yaitu
kemampuan pemerintah daerah memaknai subtansi materi RPJMN yang
dikonversikan kedalam RPJMD Propinsi, pemahaman terhadap konsep
perencanaan pembangunan nasional dan tehnis penyusunan agenda
perencanaan pembangunan di daerah, komitmen dan konsisten dalam mengkawal
agenda pembangunan nasional yang dilaksanakan di daerah dlam kerangka
acuan RPJMD Propinsi.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah yang telah berlangsung selama beberapa
tahun ini bertujuan diantaranya ingin mengetahui relevansi antara agenda RPJMN
dan RPJMD Propinsi Papua. Apabila relevansi antara RPJMN dan RPJMD
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 35
memiliki signifikansi positip, maka hasil capaian agenda pembangunan yang
dilaksanakan selama periode lima tahun pemerintahan menjadi gambaran
tentang keberhasilan pembangunan atau, sebaliknya justru berbagai hambatan
dan kendala yang djumpai dalam proses pelaksanaan pembangunan. Agenda
pembangunan boleh saja dianggap relevan dan konsisten dikawal dengan baik ,
namun hasil capainya menjadi berbeda antara nasional dan daerah. Pada level
makro atau nasional agenda pembangunan dianggap berhasil karena didukung
oleh kemajuan daerah-daerah lain, namun pada level daerah itu sendiri , capaian
hasilnya tidak maksimal yang disebabkan oleh berbagai hambatan. Sebaliknya
juga bisa jadi tidak antara agenda RPJMN dan RPJMD sehingga mengukur
kemajuan pembangunan yang disandingkan dengan perkembangan
pembangunan secara nasional menjadi cukup sulit.
Dengan demikian, evaluasi kinerja pembangunan daerah kali ini tentu saja
menggarisbawahi relevansi pengkawalan antara agenda RPJMN dan RPJMD ,
karena relevansi tersebut tentu saja menjadi tolok ukur secara signifikan untuk
menilai keberhasilan pmbangunan pada level normatif. Bab III ini secara khusus
menyajikan materi agenda pembangunan dari kedua dokumen tersebut dan
kemudian memberikan analisis kritis terhadap relevansi pengkawal RPJMN
dengan RPJMD Propinsi Papua. Hasl penilaian tersebut selanjutnya diberikan
usul dan saran dlam bentuk rekomendasi untuk RPJMN dan RPJMD Propinsi
Papua.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 36
Tabel 2. Prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional
NO RPJMN 2010-2014 RPJMD Provinsi 2006 - 2011
Analisis Kualitatif*) Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif
Prioritas Pembangunan Program Aksi Prioritas
Pembangunan Program
1 PRIORITAS 1. REFORMASI DAN TATA KELOLA
MENATA KEMBALI PEMERINTAH DAERAH
Otonomi Daerah; Penataan otonomi daerah melalui
●Penghentian/pembatasan pemekaran wilayah; ● Peningkatan efisiensi
dan efektivitas penggunaan dana perimbangan daerah;
● Penyempurnaan
pelaksanaan pemilihan kepala daerah;
1. Pembenahan sistem Pemerintahan Daerah pada semua jajaran dan tingkatan
1. Restrukturisasi dan debirokratisasi pemerintahan daerah Kegiatan Pokok : a. Analisis kebutuhan b. Penyusunan desain OTK Pemda c. Penetapan Perda tentang struktur organisasi Pemda
2. Penataan organisasi distrik dan kampung Kegiatan Pokok :
a. Sinkronisasi peratutan perundang-undangan tentang organisasi dan manajemen distrik dan Kampung
b. Konsultasi dan kesepa-katan dengan stakeholder c. Penetapan organisasi distrik dan taat kerja pemerintahan
dan kampung
3. Pelaksanaan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik Kegiatan Pokok : a. Peningkatan Partisipasi masyarakat b. Mengarus-utamakan penyelenggaraan pemerintahan
yang baik c. Membangun mekanisme Check and balance
4.1. Penataan manajemen pemerintahan
Kegiatan Pokok : a. Penyusunan standar kinerja b. Monitoring dan evaluasi
4.2 Perbaikan mekanisme dalam pengambilan keputusan
a. Penjaringan asmara b. Konsultasi Publik
- Prioritas daerah yang tidak ada di prioritas nasional
- Implementasi UU No 21/2001 tentang Otonomi Khusus Papua yang belum terinternalisasi secara merata pada jajaran pemerintahan terutama antara pemeritahan propinsi dan Kabupaten menimbulkan penafsiran dan penerapan berbeda-beda sehingga berdampak terhadap belum efektifnya tata kelolah penyelenggaraan dalam kerangka pelaksanaan OTSUS Papua
- Pemahaman good governance yang masih lemah pada seluruh tingkatan pemerintahan dan tidak diimbangi dengan kapasitas dan kompetensi aparatur yang memadai dalam mengisi perubahan system pemerintahan dari system sentralistik kepada sysyem yang desentralistik (otonomi daerah)menyebabkan penyelenggaraan pemerintahan di Papua belum sesuai dengan prinsip-prinsip good governance
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 37
2. Operasi
pemberantasan KKN
3. Mendorong
lembaga-lembaga politik (infrasutruktur dan suprastruktur politik) untuk berfungsi sebagai lembaga demokrasi dan membangun budaya politik yang sehat, dewasa dan bermutu.
c. Penetapan standar akuntabilitas
5. Program pengendalian Kegiatan pembangunan Kegiatan Pokok :
a. Kajian Perencanaan Pembangunan b. Pengumpulan data Perencanaan c. Penyusunan basis data perencanaan d. Penyusunan sistem manajemen data dan jaringan
komunikasi data e. Perencanaan dan sinkronisasi program/ kegiatan
pembangunan f. Monitoring dan evaluasi
1. Pemberantasan KKN : Kegiatan Pokok : a. Peningkatan pemahaman penyelenggara pemerintahan 1. Pendayagunaan lembaga –lembaga suprastruktur dan
infrastruktur politik dalam pembinaan demokrasi Kegiatan Pokok : a. Fasilitasi Peningkatan profesionalisme DPRP dan DPRD b. Fasilitasi peningkatan peran partaipolitik
2. Peningkatan kedewasaan berpolitik Kegiatan Pokok : a. Fasilitasi pemahaman nilai-nilai demokrasi b. Pelaksanaan pendidikan politik rakyat c. Fasilitasi Peningkatan partisipasi politik rakyat
Regulasi;
● Percepatan harmonisasi dan sinkronisasi peraturan perundang-undangan di tingkat pusat dan daerah peraturan daerah selambat -
1. Implementasi Undang Undang No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus, di Provinsi Papua Secara Menyeluruh,
1. Fasilitasi penyusunan seluruh PP sesuai amanat UU No. 21/2001. Kegiatan pokok : a. Pembentukan Tim. b. Pengajuan usulan draf PP. c. Konsultasi dan Pembahasan draf PP.
2. Fasilitasi penyusunan seluruh Perdasi dan Perdasus sesuai
Prioritas Daerah yang tidak ada di
Prioritas Nasional
Konsekuensi penerapan UU No 21/2001 OTSUS Papua menyebabkan agenda seting penyelenggaraan pemerintahan harus dikerangkakan menurut amanat UU OTSUS yang mana pelaksanaannya harus didukung melalui Peraturan Daerah Khusus Papua. - Penyelenggaraan pemerintahan daerah di propinsi Papua
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 38
lambatnya 2011;
Konsisten dan Konsekuen
amanat UU No. 21/2001. Kegiatan pokok : a. Pembentukan Tim. b. Pengajuan usulan draf Perdasi dan Perdasus. c. Konsultasi dan Pembahasan draf Perdasi dan Perdasus
dengan DPRP dan MRP.
3. Sosialisasi UU No. 21/ 2001 ke seluruh lapisan masyarakat dan instansi pemerintah tingkat pusat dan daerah. Kegiatan pokok : a. Pembentukan pusat informasi. b. Seminar/lokakarya c. Penyuluhan d. Publikasi media.
4. Fasilitasi penyusunan draf amandemen UU No. 21/2001.
Kegiatan pokok : a. Pembentukan Tim. b. Pengajuan usulan draf amandemen. c. Konsultasi dan Pembahasan draf amandemen.
5. Fasilitasi, koordinasi dan komunikasi stakeholder dalam penyelesaian masalah pemekaran provinsi IJB sesuai UU No. 21/2001. Kegiatan pokok : a. Menyelenggarakan pertemuan intensif antar stakeholder. b. Pelaksanaan kesepakatan. c. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kesepakatan.
6. Penataan Pemekaran Provinsi Baru
Kegiatan Pokok : a. Sosialisasi UU No. 21 Tahun 2001 dan UU Tentang
Pemerintahan Daerah b. Kajian Pemekaran Provinsi Fasilitasi, Koordinasi dan Komunikasi dengan Stakeholder
dilatari oleh semangat Undang-Undang Otonomi Khusus Papua, oleh sebabnya penerapan kebijakan-kebijakan baru yang bersifat nasional di Papua seperti UU Otonomi Daerah hanya menimbulkan beragam tafsir dan penerapan yang berbeda-beda di jajaran pemerintahan terutama antara Propinsi dan Kabupaten
Ada program pemekaran wilayah namun kerangka acuan pemekaran harus mengacu kepada UU OTSUS 2001.
Sinergi Antara Pusat dan Daerah;
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 39
NO RPJMN 2010-2014 RPJMD Provinsi 2006 - 2011
Analisis Kualitatif*) Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas Pembangunan
Program Aksi Prioritas Pembangunan Program
● Penetapan dan penerapan sistem Indikator Kinerja Utama Pelayanan Publik yang selaras antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah ;
MENATA KEMBALI PEMERINTAH DAERAH
Pembenahan sistem Pemerintahan Daerah pada semua jajaran dan tingkatan
1.Restrukturisasi dan debirokratisasi pemerintahan daerah Kegiatan Pokok : a. Analisis kebutuhan b. Penyusunan desain OTK Pemda c. Penetapan Perda tentang struktur organisasi
Pemda 2. Pelaksanaan prinsip-prinsip tata kepemerintahan
yang baik Kegiatan Pokok : a. Peningkatan Partisipasi masyarakat b. Mengarus-utamakan penyelenggaraan
pemerin-tahan yang baik c. Membangun mekanisme Check and balance 3. Penataan manajemen pemerintahan
Kegiatan Pokok : c. Penyusunan standar kinerja d. Monitoring dan evaluasi
3. Perbaikan mekanisme dalam pengambilan keputusan a. Penjaringan asmara b. Konsultasi Publik c. Penetapan standar akuntabilitas
Ada program Daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Perubahan system penyelenggaraan pemeintahan secara signifikan pasca runtuhnya orde baru memerlukan penataan penyelenggaraan pemerintahan pada tingkat nasional dan daerah secara bersama-sama.
Pemberlakukan UU 21/2001 tentang OTSUS PAPUA perlu adanya pembenahan penyelengaraan system pemerintahan yang merujuk kepada UU 21/20021 tersebut, tetapi tdk mengorbankan prinsip-prinsip good governance dalam system pemerintaan modern.
Penegakan Hukum;
MEMBANGUN TANAH PAPUA YANG AMAN DAN DAMAI 1. Optimalnya keterlibatan masyarakat dalam menjaga keamanan secara swadaya dan swakarsa
1. Pemberdayaan masyarakat dalam rangka Penanganan
Keamanan Kegiatan : a. Pembentukan PAM Swakarsa b. Pembinaan siskamling c. Pembinaan Kamtibmas
2. Pendayagunaan instansi terkait dalam rangka Penanganan Keamanan Kegiatan : a. Peningkatan koordinasi antar instansi terkait dalam
Penanganan Keamanan b. Peningkatan kapasitas aparat penegak hukum c. Peningkatan ketersediaan prasarana dan sarana
Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Untuk menciptakan stabilitas politik terutama saat awal reformasi bergulir.
Penegakan hukum dilakukan ketika hukum belum berpihak secara adil kepada kaum yang lemah dan tak berdaya.
Hukum adat dan hukum positiv belum bersinergy dalam konteks penegakan hukum. Hal tersebut disebabkan oleh pengetahuan dan kesadaran hukum masyarakat relatif kurang.
Kondisi-kondisi lokal berkenaan dengan law enforcement yang masih lemah seperti ; pelanggaran HAM, Korupsi, dan praktek hukum adat dan hukum positip yang belum saling
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 40
2. Terciptanya sistem keamanan dan ketertiban yang memadai dalam menanggulangi ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan kejahatan trans-nasional terhadap eksistensi keamanan daerah 3. Meningkatnya pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap sistem hukum nasional 4. Meningkatnya pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap hukum adat 5.Meningkatnya disiplin dan ketaatan masyarakat terhadap hukum
kamtibmas 1. Pembinaan wawasan kebangsaan Kegiatan : a. Pendidikan Bela Negara b. Pembinaan terhadap para pelintas batas Pendidikan kewaspadaan nasional 2. Pengembangan strategi penanganan ATHG terpadu terhadap kejahatan trans-nasional Kegiatan : a. Penyediaan rambu-rambu batas wilayah di perbatasan b. Penetapan tapal batas zona internasional antar negara Penyediaan prasarana dan sarana pengamanan wilayah 1. Sosialisasi tentang hukum dan per-undangan bagi masyarakat dan aparat pemerintah
Kegiatan : a. Penyuluhan kesadaran hukum
b.Bintek bidang hukum 1. Pemberdayaan lembaga adat
Kegiatan : a. Mendukung penyediaan prasarana dan sarana
penunjang pelaksanaan tugas lembaga adat b. Fasilitasi pembentukan lembaga peradilan adat c. Sosialisasi lembaga peradilan adat
d. Evaluasi Kegiatan pemberdayaan lembaga adat 2.Penyelarasan aspek-aspek hukum formal dan hukum adat
Kegiatan : a. Pengkajian wilayah hukum adat b. Sosialisasi hukum adat
c. Evaluasi pelaksanaan hukum adat 1.Pembinaan disiplin dan ketaatan masyarakat terhadap hukum
Kegiatan : a. Penyuluhan hukum b. Penerapan disiplin masyarakat untuk taat hukum
c. Pemberian sanksi yang tegas 1. Penyelesaian kasus pelanggaran HAM
Kegiatan : a. Peningkatan peran Komnas HAM Papua
mengisi dan melengkapi.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 41
- Peningkatan
integrasi dan integrasi penerapan dan penegakan hukum oleh seluruh lembaga dan aparat hukum ;
6.Terwujudnya penyelesaian kasus pelanggaran HAM di Papua secara tuntas dan menyeluruh 7.Terwujudnya penghargaan terhadap hak-hak khusus penduduk asli yang tinggi 8.Terwujudnya tata hubungan antar masyarakat tanpa diskriminasi 9.Terwujudnya kapasitas aparat penegak hukum yang profesional, jujur, dan berwibawa 10.Terwujudnya penyelesaian konflik sosial kemasyarakatan secara damai berdasarkan prinsip kesetaraan Terwujudnya penyelesaian konflik politik 11.Menurunnya penyandang masalah kesejahteraan sosial
b. Fasilitasi Penyelesaian kasus pelanggaran HAM 1. Perlindungan hak-hak khusus penduduk asli Kegiatan : a. Pengarus-utamaan hak-hak khusus penduduk asli
dalam pembangunan b. Sosialisasi hak-hak khusus penduduk asli Evaluasi pelaksanaan pembangunan yang memperhatikan hak-hak khusus penduduk asli 1.Pembinaan kerukunan hidup masyarakat Kegiatan : d. Sosialisasi persamaan hak dan kewajiban di depan
hukum Fasilitas pertemuan antar paguyuban 1.Pemberantasan mafia peradilan Kegiatan :
a. Perbaikan sistem rekruitmen penegak hukum b. Pemberian insentif yang memadai c. Penyediaan prasarana dan sarana penunjang
pelaksanaan tugas d. Pemberian sanksi yang tegas terhadap penegak
hukum e. Peningkatan kualitas profesi hukum 1.Penanggulangan konflik horizontal Kegiatan : a. Fasilitasi penyelesaian konflik b. Pencegahan konflik sosial c. Pembinaan kerukunan hidup masyarakat 2.Pembinaan lembaga-lembaga politik untuk penyelesaian konflik politik Kegiatan : a. Fasilitasi penyelesaian konflik politik b.Pencegahan konflik politik 1.Program Pembinaan kesejahteraan sosial Kegiatan pokok : a.Penyuluhan masalah-masalah sosial b.Rehabilitasi penyandang masalah kesejahteraan sosial c.Penyediaan sarana prasarana pendukung pelayanan sosial 1.Program Pembinaan Kepahlawanan Kegiatan pokok :
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 42
12.Pemberian penghargaan terhadap para pejuang Pepera dan pembebasan Irian Barat asal Papua
a.Pemberian penghargaan kepada para pejuang dan veteran b.Pemugaran taman makan pahlawan c.Penyelenggaraan hari-hari besar kepahlawanan
Bekerja sama dengan para penegak hukum untuk membina kesadaran hukum masyarakat untuk hidup tertib, teratur, disiplin dan taat kepada hukum.
1.Pemberdayaan masyarakat dalam rangka Penanganan Keamanan
Kegiatan : a.Pembentukan PAM Swakarsa b.Pembinaan siskamling c.Pembinaan Kamtibmas
2.Pendayagunaan instansi terkait dalam rangka Penanganan Keamanan
Kegiatan : a.Peningkatan koordinasi antar instansi terkait dalam
Penanganan Keamanan b.Peningkatan kapasitas aparat penegak hukum
c.Peningkatan ketersediaan prasarana dan sarana kamtibmas
Data Kependudukan;
● Penetapan Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan pengembangan Sistem Informasi dan Administrasi Kependudukan (SIAK) dengan aplikasi pertama pada kartu tanda penduduk selambat-lambatnya pada 2011.
Tertatanya sistem administrasi kependudukan
Terkendalinya migrasi masuk dari luar Papua
1. Penataan sistem administrasi kependudukan: Kegiatan Pokok: a.Inventarisasi penduduk b.Pembuatan SIAP c.Mekanisme administrasi kependudukan 1.Pengendalian migrasi masuk dari luar Papua Kegiatan Pokok: a.Regulasi tentang pengendalian migrasi masuk dari luar
Papua. b.Penataan dan penertiban migrasi masuk dari luar Papua
Ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional
Lemahnya system pengelolaan administrasi kependudukan menyebabkan pemerintah masih menghalami kesulitan merumuskan kebijakan yang tepat tentang pembangunan manusia. Penerapan OTSUS Papua dengan tujuan
utamanya meningkatkan kesejahteraan penduduk asli menyusul meningkatnya jumlah anggaran berimplikasi terhadap masuknya jumlah migrant yang tak terkendali ke Papua berdampak terhadap semakin terbatasnya peluang berusaha dan berkembang bagi penduduk asli papua
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 43
2. PRIORITAS 2. PENDIDIKAN
● Peningkatan Angka Partisipasi Murni (APM) pendidikan dasar.
1. Meningkatnya jumlah dan mutu pendidikan anak usia dini
2. Meningkatnya taraf
pendidikan penduduk Papua yang ditunjukkan oleh : a. APM SD 95%,
SLTP 56% dan SLTA 45%
b. Meningkatnya APK SD menjadi 110%, SLTP 89% dan SLTA 55%.
c. Angka putus sekolah pada semua jenjang pendidikan menurun. Pada tingkat SD menjadi 2,5%, SLTP 2% dan SLTA 1,5%.
3. Adil dan meratanya
layanan pendidikan antara perkotaan dan pedesaan pada semua jenis dan jenjang pendidikan
1.Program Pendidikan Anak Usia Dini Kegiatan pokok : a.Penyediaan sarana prasarana pendidikan b.Penyediaan tenaga pendidik c.Peningkatan kualitas tenaga pendidik d.Sosialisasi program PAUD
1.Program Pendidikan Dasar 9 tahun. Kegiatan Pokok : a.Penyediaan sarana prasarana pendidikan. b.Peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan c.Penguatan pendidikan di Kampung e.Peningkatan kesejahteraan guru d.Pemerataan guru e.Pengangkatan guru f.Penyediaan guru g.Pemberian Subsidi SPP h.Rotasi guru i.Sekolah berasrama j.Pembukaan SD Semi Asrama k.Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan di Kampung SD Kecil l.Meningkatnya jumlah lembaga-lembaga penyelenggara PAUD (TPA, TK, Sekolah Minggu dan sejenisnya
m.Membangun sekolah unggulan di setiap kabupaten/kota n.Membangun sentra-sentra pendidikan
1. Program pendidikan menengah umum dan kejuruan. Kegiatan Pokok : a. Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang
berkualitas b. Peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan
kemampuan guru dan tenaga kependidikan c. Penyediaan bantuan biaya pendidikan bagi murid
asli Papua d. Penyediaan media pengajaran dan teknologi
pendidikan
Ada Program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Tingkat kualitas sumber daya manusia pada level nasional dan di propinsi Papua relativ masih sangat rendah.
Pendidikan ditempatkan sebagai salah satu sektor prioritas berkenaan dengan pelaksanaan Otonomi Khusus Papua, dan bahkan dalam Undang-Undang tersebut diamanatkan bahwa dana OTSUS untuk sektor pendidikan dialokasikan sebesar 20 % dan disusul dengan sektor kesehatan sebesar 15 %. Pemerintah menyadari bahwa rendahnya kaulitas sumber daya manusia menyebabkan proses pembangunan belum bisa memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Berbagai program kegiatan di sektor pendidikan dilaksanaan oleh pemerintah propinsi Papua untuk menjawab kebutuhan pendidikan dari berbagai komponen seperti ; isi, tehnis, pendukung dan manusia sebagai subyek dan obyektif dari proses pendidikan tersebut.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 44
6.Meningkatnya jumlah dan kualitas tenaga pendidik dan tenaga kependidikan 7.Adil dan meratanya layanan pendidikan antara perkotaan dan pedesaan pada semua jenis dan jenjang pendidikan
9.Tertuntasnya penduduk penyandang buta aksara
e. Pembinaan minat, bakat, dan kreativitas peserta didik
Kerjasama dengan lembaga pendidikan baik dalam maupun
1.Program Pemenuhan kebutuhan dan peningkatan mutu tenaga pendidik
Kegiatan Pokok adalah : a.Rekruitmen guru sesuai bidang studi yang dibutuhkan b.Penempatan guru secara merata c.Mengikuti pendidikan D4 dan S1 dengan biaya pemerintah d.Memberikan pelatihan teknis (akademik) Pedagogik, dan Profesionalisme e.Pelatihan kepala sekolah tentang manajemen berbasis sekolah f.Peningkatan supervisi manajemen sekolah dan proses belajar mengajar di sekolah g.Rekruitmen pengawas sekolah oleh kabupaten/kota h.Penyediaan dana supervisi sekolah oleh kabupaten/kota
1.Program Pemenuhan kebutuhan dan peningkatan mutu tenaga kependidikan Kegiatan Pokok adalah :
a.Rekruitmen tenaga kependidikan sesuai kebutuhan Pelatihan pengelolaan administrasi sekolah
1.Program pemberantasan buta aksara
Kegiatan pokok adalah : a.Penguatan satuan-satuan pendidikan non formal yang meliputi lembaga kursus, kelompok belajar, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dan satuan pendidikan yang sejenis b.Pengendalian dan pembinaan lembaga-lembaga pendidikan non fomal oleh Pemilik Dikmas
1.Program peningkatan layanan perpustakaan
Kegiatan pokok adalah : a.Penyediaan sarana prasarana perpustakaan umum, sekolah dan perguruan tinggi. b.Penyediaan bahan bacaan perpustakaan
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 45
10.Meningkatnya minat baca masyarakat 11.Optimalnya peran pemuda dalam pembangunan 12.Meningkatnya prestasi olahraga
c.Penyediaan dan peningkatan mutu pustakawan d.Sosialisasi minat baca e.Peningkatan jaringan kerjasama perpustakaan f.Peningkatan koleksi deposit g.Hunting koleksi tentang Papua
1.Program pembinaan dan pengembangan generasi muda Kegiatan pokok adalah : a.Pelatihan kepemimpinan pemuda b.Fasilitasi kegiatan organisasi kepemudaan c.Pertukaran pemuda antar provinsi dan negara d.Peningkatan kewirausahaan pemuda e.Pembinaan kepramukaan f.Pembinaan karangtaruna
1.Program pembinaan olahraga : Kegiatan pokok adalah : a.Penjaringan bakat dan minat b.Pembinaan atlit c.Penyediaan sarana prasarana olahraga d.Penyediaan dan pembinaan pelatih e.Pemasyarakatan olahraga
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 46
NO RPJMN 2010-2014 RPJMD Provinsi 2006 - 2011
Analisis Kualitatif*) Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif
Prioritas Pembangunan Program Aksi Prioritas
Pembangunan Program
● APM pendidikan setingkat SMP ● Angka Partisipasi Kasar (APK)
pendidikan setingkat SMA ● Pemantapan/rasionalisasi
implementasi BOS, ● Penurunan harga buku standar di
tingkat sekolah dasar dan menengah sebesar 30-50% selambatlambatnya 2012 dan
● Penyediaan sambungan internet ber-content pendidikan ke sekolah tingkat menengah selambat -lambatnya 2012 dan terus diperluas ke tingkat sekolah dasar;
Akses Pendidikan Tinggi;
● Peningkatan APK pendidikan tinggi
Meningkatkan kesempatan belajar ke perguruan tinggi yang bermutu melalui kerjasama dan pemberian beasiswa Meningkatkan kualitas perguruan tinggi melalui dukungan peningkatan mutu dosen dan sarana prasarana pendidikan tinggi
Program Fasilitasi Pendidikan Tinggi Kegiatan Pokok Pendidikan Tinggi : 1.Mendukung peningkatan mutu Dosen yang berkualitas 2.Kerjasama dengan perguruan tinggi dalam dan luar negeri untuk mengembangkan SDM Papua 3.Bantuan pemberian beasiswa 4.Dukungan penyediaan prasarana dan sarana pendidikan tinggi
Ada program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Jumlah dan kualitas lulusan pendidikan tinggi masih relatif terbatas di Papua , sedangkan tantangan pembangunan yang semakin berat di era informasi dan tehnologi sangat membutuhkan kualitas SDM yang memiliki kapasitas yang andal dan berketrampilan tinggi serta didukung dengan moral yang baik.
Metodologi;
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 47
NO RPJMN 2010-2014 RPJMD Provinsi 2006 - 2011
Analisis Kualitatif*) Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif
Prioritas Pembangunan Program Aksi Prioritas
Pembangunan Program
● Penerapan metodologi pendidikan yang tidak lagi berupa pengajaran demi kelulusan ujian (teaching to the test),
Tidak ada program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional.
Pengelolaan kebijakan pendidikan di Papua masih pada penataan infrastruktur dasar pendidikan baik fisik maupun non fisik termasuk pemetaan pola pendidikan di kota dan daerah terpencil.
Penerapan metodologi pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan saat ini untuk Papua akan dilaksanakan apabila penataan infrastruktur telah tertata dengan baik.
Pengelolaan;
● Pemberdayaan peran kepala sekolah sebagai manajer sistem pendidikan yang unggul,
● Revitalisasi peran pengawas sekolah sebagai entitas quality assurance,
● Mendorong aktivasi peran Komite Sekolah untuk menjamin keterlibatan pemangku kepentingan dalam proses pembelajaran, dan Dewan Pendidikan di tingkat Kabupaten
Meningkatkan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah
Program Pengembangan manajemen berbasis sekolah
Kegiatan Pokok adalah : 1) Pelatihan Kepala
Sekolah tentang manajamen berbasis sekolah
2) Penyediaan sarana prasarana pendukung pelaksanaan manajemen berbasis sekolah
3) Peningkatan supervisi dalam pelaksanaan manajamen berbasis sekolah
Ada program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Arah kebijakan dan program kegiatan saling mendukung karena tuntutan perkembangan kebutuhan saat ini.
Adanya perubahan kebijakan dan regulasi yang berkenaan dengan sistem penyelengaraan pemerintahan dan semangat demokratisasi di seluruh aspek kehidupan.
Kurikulum;
● Penataan ulang kurikulum sekolah
Tidak ada program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Kebijakan dan program penyelenggaraan pendidikan masih fokus pada pembangunan infrastruktur pendidikan baik fisik maupun non fisik yang menyangkut dengan wajib belajar, bantuan pendidikan, pemetaan pola pendidikan antar kota dan pedalaman
Kualitas;
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 48
NO RPJMN 2010-2014 RPJMD Provinsi 2006 - 2011
Analisis Kualitatif*) Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif
Prioritas Pembangunan Program Aksi Prioritas
Pembangunan Program
● Peningkatan kualitas guru,
pengelolaan dan layanan sekolah
Meningkatkan Mutu dan Layanan Pendidikan Menengah Umum dan Kejuruan.
Program pendidikan menengah umum dan kejuruan. Kegiatan Pokok :
a.Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas b.Peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan kemampuan guru dan tenaga kependidikan c.Penyediaan bantuan biaya pendidikan bagi murid asli Papua d.Penyediaan media pengajaran dan teknologi pendidikan e.Pembinaan minat, bakat, dan kreativitas peserta didik f.Kerjasama dengan lembaga pendidikan baik dalam maupun luar negeri untuk pengembangan SDM
Ada program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Pemerintah Propinsi Papua menyadari bahwa poses pembangunan di Papua berjalan lambat tercermin dari potret keterbelakangan, kebodohan dan kemiskinan disebabkan oleh faktror utama adalah rendahnya kualitas sumber daya Manusia. Oleh karena itu pendidikan menjadi prioritas utama di era otonomi Khusus Papua. Guru adalah komponen utama dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia.
3 PRIORITAS 3 : KESEHATAN
Kesehatan Masyarakat;
● Pelaksanaan Program Kesehatan Preventif Terpadu
1. Meningkatnya umur harapan hidup menjadi 70,6 tahun
2. Menurunnya angka
kematian ibu melahirkan hingga 275/100.000 KLH.
3. Menurunnya angka
kematian bayi hingga 26/1000 KLH.
4. Meningkatnya
jangkauan dan pelayanan
1. Program peningkatan jangkauan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Kegiatan Pokok : a.Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana prasarana puskesmas dan jaringannya, termasuk puskesmas keliling. b.Peningkatan frekuensi kegiatan pelayanan puskesmas keliling baik yang berkedudukan di Puskesmas maupun Team Mobile kabupaten c.Pengadaan peralatan dan logistik kesehatan terutama obat-obatan sesuai kebutuhan serta peningkatan
Ada program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Pelayanan kesehatan masih merupakan sektor prioritas pembangunan di Papua. Tingkat harapan hidup yang masih relati rendah, angka kematian ibu melahirkan dan kematian bayi masih sangat tinggi, prevalensi gizi buruk maish tinggi, pola hidup sehat masyarakat masih rendah. Kondisi tersebut sebagai cermin dari masih buruknya pembangunan di bidang kesehatan dan tentu saja berdampak terhadap rendahnya kualitas hidup penduduk di Papua terutama penduduk asli Papua. Pada tingkat nasional, bidang kesehatan masih menjadi salah satu problem mendasar bangsa
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 49
kesehatan masyarakat secara merata sampai di kampung-kampung terpencil
4. Menurunnya angka
penderita ISPA sampai 2,46%, malaria 40/1000 pddk, CFR Diare urang dari 1%, angka kesembuhan TB Paru 85%, Penderita HIV-AIDS (ODHA) mendapat ARV 100%
5.Menurunnya prevalensi gizi kurang dan buruk pada Balita sampai 15%. 6.Meningkatnya cakupan pelayanan Bumil (K4) sampai 80%. Meningkatnya pelayanan persalinan oleh Nakes 75%
manajemen logistik, peralatan dan obat-obatan pada jenjang GF Kabupaten sampai dengan Puskesmas d.Peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang mencakup promosi kesehatan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular, dan pengobatan dasar.
e.Jaminan sosial kesehatan bagi penduduk asli Papua.
f.Peningkatan biaya operasional Puskesmas, Pustu, Polindes dan pos kesehatan kampung, termasuk biaya distribusi obat dari Puskesmas ke Jajarannya. g.Penyediaan air bersih skala kecil di Kampung
1 .Program promosi makanan dan gizi sehat bagi masyarakat kampung
Kegiatan pokok : a.Promosi keanekaragaman konsumsi
makanan yang mencakup dalam jumlah dan gizi
b.Peningkatan survailans gizi buruk c.Penigkatan penanganan kasus gizi buruk d.Peningkatan dan penyediaan PMT Anak sekolah f.Peningkatan penyediaan Micronutrient
1. Program peningkatan kesehatan perorangan.
Kegiatan Pokok : a.Pembangunan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana rumah sakit daerah b.Pengadaan peralatan dan logistik rumah sakit c.Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan
dalam upaya peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 50
2. Program pencegahan dan pemberantasan penyakit.
Kegiatan Pokok : a.Pencegahan dan penanggulangan wabah penyakit b.Peningkatan Imunisasi c.Peningkatan Survailans Epidemiologi d.Peningkatan peran masyarakat dalam pencegahan penyakit menular yang berbasis masyarakat e.Peningkatan upaya perbaikan lingkungan permukiman
3.Program peningkatan tenaga medis dan paramedis.
Kegiatan Pokok : a. Peningkatan jumlah dan kualitas tenaga medis dan paramedis. b.Penyediaan insentif dan fasilitas kerja,
perumahan untuk tenaga medis dan paramedis khususnya yang melayani
masyarakat di daerah terpencil KB;
● Peningkatan kualitas dan
jangkauan layanan KB melalui 23.500 klinik pemerintah dan swasta selama 2010-2014;
Meningkatnya kualitas hidup keluarga
Pengembangan keluarga berencana Kegiatan Pokok : 1) Pembinaan keluarga berkualitas 2) Pembinaan pasangan usia subur
Ada program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Kebijakan dan Program KB sejak pelaksanaan otonomi daerah hingga saat ini relatif kurang menonjol aktivitasnya dan bahkan dampaknya terhadap peningkatan kualitas hidup keluarga belum nampak signifikan karena dipengaruhi oleh faktor sosial budaya dan sosial ekonomi masyarakat serta lemahnya dukungan political will pemerintah daerah.
Obat;
● Pemberlakuan Daftar Obat Esensial Nasional sebagai dasar pengadaan obat di seluruh Indonesia dan pembatasan harga obat generik bermerek pada 2010;
Tidak ada program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Program aksi ini belum di agendakan di dalam RPJMD Propinsi Papua. Pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk miskin terutama penduduk asli Papua sebagai kebijakan affirmatif dalam kerangka pelaksanaan otonomi khusus Papua.
Asuransi Kesehatan Nasional:
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 51
NO RPJMN 2010-2014 RPJMD Provinsi 2006 - 2011
Analisis Kualitatif*) Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif
Prioritas Pembangunan Program Aksi Prioritas
Pembangunan Program
● Penerapan Asuransi Kesehatan Nasional untuk seluruh keluarga miskin dengan cakupan 100% pada 2011 dan diperluas secara bertahap untuk keluarga Indonesia lainnya antara 2012-2014;
Tidak ada program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Program aksi ini belum diagendakan didalam RPJMD Propinsi Papua, karena merupakan program aksi yang diagendakan dalam RPJMN 2010 - 2014. Penerapan kebijkan khusus melalui program ASKES untuk keluarga miskin telah berlangsung selama beberapa tahun belakangan dalam semangat pelaksanaan otonomi khusus Papua yang khusus diprioritaskan kepada penduduk asli Papua.
4 PRIORITAS 4 :
PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Bantuan Sosial Terpadu:;
● Integrasi program perlindungan sosial berbasis keluarga yang mencakup program Bantuan Langsung Tunai
● Bantuan pangan, jaminan sosial bidang kesehatan, beasiswa bagi anak keluarga berpendapatan rendah, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan Parenting Education mulai 2010 dan program keluarga harapan diperluas menjadi program nasional mulai 2011—2012;
Tidak ada program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Kebijakan penanggulangan kemiskinan di Papua ditangani melalui kebijakan yang sifatnya nasional seperti Bantuan Langsung Tunai yang belum memberikan dampak secara signifikan terhadap penanggulangan kemiskinan. Kebijakan penanggulangan kemiskinan yang bersifat lokal diformulasikan kedalam kebijakan RESPEK (Rencana Strategi Pembangunan Kampung). Kebijakan Bantuan Pendidikan bagi keluarga miskin telah dilakukan oleh pemerintah propinsi dan kabupaten sejak implementasi otonomi Khusus hingga saat ini , walaupun dalam dokumen RPJMD Propinsi Papua tidak dicantukam program Beasiswa untuk anak keluarga miskin.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 52
NO RPJMN 2010-2014 RPJMD Provinsi 2006 - 2011
Analisis Kualitatif*) Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas Pembangunan
Program Aksi Prioritas Pembangunan Program
PNPM Mandiri: Tidak ada program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Program PNPM Mandiri merupakan sebuah kebijakan penanggulan kemiskinan yang baru dilaksanakan pada tahun 2008 di propinsi Papua dan program tersebut diintegrasikan bersama program RESPEK pada tahun 2009.
Agenda Pembangunan yang tertuang didalam RPJMD Propinsi Papua sudah berjalan sejak tahun 2006.
● Penambahan
anggaran PNPM Mandiri
Kredit Usaha Rakyat (KUR):
● Pelaksanaan penyempurnaan mekanisme penyaluran KUR mulai 2010 dan perluasan cakupan KUR mulai 2011;
Mengembangan manajemen usaha PKM melalui (1) pengembangan small business incubators (2) mengembangkan kerjasama pembinaan dengan lembaga-lembaga lokal seperti KADIN dan lembaga manajemen perguruan tinggi, (3) mengembangkan dan memperluas jaminan perkreditan UKM, (4) mengembangkan kemitraan usaha antara UKM dengan PMA dan PMDN, (5) memfasilitasi kegiatan promosi produk UKM di luar Papua dan luar Negeri, (6) pengembangan kemitraan dengan lembaga donor untuk fasilitasi perencanaan, pendanaan dan monitoringb serta evaluasi (MONEV)
Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan kegiatan pokok (1) Pengembangan Small Business Incubator (2) Pengembangan dan perluasan Penjaminan Kredit UKM, (3) Pembantuan promosi produk UKM, (4) Pengembangan Kemitraan Usaha (5) Pengembangan kerjasama pembinaan UKM (6) pengembangan kemitraan dengan lembaga donor luar negeri.
Ada program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Agenda priortas nasional yang relevan dengan agenda pembangunan di Propinsi Papua yaitu Pengembangn Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Pelaksanaannya belum efektiv karena lembaga penyedia modal atau penyalur kredit membuat regulasi yang rekatif berat dan mentalitas konsumtif masyaraka yang masih dominan menjadi faktor penghambat utama. Lemahnya Advokasi, pendampingan dan keterbukaan informasi
dan akses yang terbatas turut mempengaruhi gerak langkah kegiatan pengembangan UKM di propinsi Papua.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 53
Tim Penanggulangan Kemiskinan:
● Revitalisasi Komite Nasional Penanggulangan Kemiskinan di bawah koordinasi Wakil Presiden
Tidak ada program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
da pembangunan daerah tidak memprogramkan secara khusus dan tegas tentang penanggulangan kemiskinan.
5
PRIORITAS 5 : PROGRAM AKSI DIBIDANG PANGAN
Lahan, Pengembangan Kawasan dan Tata Ruang Pertanian:
● Penataan regulasi untuk menjamin kepastian hukum atas lahan pertanian,
● Pengembangan areal pertanian baru seluas 2 juta hektar, penertiban serta
Tidak ada program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Penataan regulasi menjadi kewenangan dan tanggungjawab pemerintah pusat
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 54
NO RPJMN 2010-2014 RPJMD Provinsi 2006 - 2011
Analisis Kualitatif*) Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas Pembangunan Program Aksi Prioritas
Pembangunan Program
optimalisasi penggunaan lahan terlantar;
Infrastruktur:
● Pembangunan dan pemeliharaan sarana transportasi dan angkutan, pengairan, jaringan listrik, serta teknologi komunikasi dan sistem informasi nasional yang melayani daerah-daerah sentra produksi pertanian demi peningkatan kuantitas dan kualitas produksi serta kemampuan pemasarannya;
Tidak ada program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Agenda pembangunan infrastruktur pertanian antar daerah merupakan tanggungjawab pemerintah pusat .
Pemetaan dan inventarisasi perkembangan kemajuan sentra-sentra produksi di daerah Papua penting bagi penyusunan program kegiatan yang diagendakan dalam RPJMD 2011-2015.
Penelitian dan Pengembangan:
● Peningkatan upaya penelitian dan pengembangan bidang pertanian yang mampu menciptakan benih unggul dan hasil peneilitian lainnya menuju kualitas dan produktivitas hasil pertanian nasional yang tinggi;
Tidak ada program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Agenda tersebut merupakan tangungjawab pemerintah Papua yang diformulasikan ke dalam kebijakan nasional yang harus dilaksanakan di daerah.
Investasi, Pembiayaan, dan Subsidi:
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 55
NO RPJMN 2010-2014 RPJMD Provinsi 2006 - 2011 Analisis Kualitatif*) Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif
Prioritas Pembangunan
Program Aksi Prioritas Pembangunan Program
● Dorongan untuk investasi pangan, pertanian, dan industri perdesaan berbasis produk lokal oleh pelaku usaha dan pemerintah, penyediaan pembiayaan yang terjangkau.
ada program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Mainstream agenda pembangunan daerah masih fokus kepada pengembangan sumber daya manusia melalui berbagai aktivitas, infrastruktur dasar pembangunan, tata kelolah pemerintahan dan stabilitas politik.
sumber daya alam hanya bisa diwacanakan sebagai bagian potensi daerah untuk kepentingan kesejahteraan rakyat di Papua tetapi belum bisa dikelolah karena keterbatasan sumber manusia baik kualitas maupun kuantitas.
Pangan dan Gizi:
● Peningkatan kualitas gizi dan
keanekaragaman pangan melalui peningkatan pola pangan harapan;
Mendukung tersedianya makanan dan gizi yang mencakup bagi masyarakat kampung
Program promosi makanan dan gizi sehat bagi masyarakat kampung Kegiatan pokok : 1) Promosi keanekaragaman
konsumsi makanan yang mencakup dalam jumlah dan gizi
2) Peningkatan survailans gizi buruk
3) Penigkatan penanganan kasus gizi buruk
4) Peningkatan dan penyediaan PMT Anak sekolah
5) Peningkatan penyediaan Micronutrient
Ada program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Upaya peningkatan gizi sasarannya adalah masyarakat kampung melalui program RESPEK. Pemerintah menyadari bahwa gizi buruk masih mewarnai kehidupan masyarakat di kampung-kampung. Oleh karena itu perlu penanganan serius dan intensif tanpa henti agar masih bisa keluar dari lingkaran kemiskinan yang masih membelenggunya.
Adaptasi Perubahan Iklim:
● Pengambilan langkah-langkah kongkrit terkait adaptasi dan antisipasi sistem pangan dan pertanian terhadap perubahan iklim.
Tidak ada program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Perubahan iklim global merupakan issu aktual dan terkini yang sejak lima tahun belakangan ini turut berdampak terhadap perubahan iklim di Indonesia. Kondisi tersebut tentu saja berpengaruh terhadap perubahan waktu tanam dan produksi tanaman pertanian dan perkebunan.
Program prioritas RPJMN tersebut tentu saja tidak terdaat didalam RPJMD Propinsi Papua yang masih berjalan hingga 2011.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 56
6
PRIORITAS 6 : INFRASTRUKTUR
Tanah dan tata ruang:
● Konsolidasi kebijakan penanganan dan pemanfaatan tanah untuk kepentingan umum secara menyeluruh di bawah satu atap dan pengelolaan tata ruang secara terpadu;
Tidak ada program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
an penataan Tata Ruang wilayah dan pemaanfaatan tanah menjadi kebutuhan yangamat penting dan mendesak mengingat dinamika pembangunan pasca pelaksanaan otonomi daerah yang diikuti dengan kebijakan pemekaran wilayah menyebabkan aktivitas pembangunan seolah-olah tak terkendali tanpa memperhatikan fungsi lahan dan hutan.
Penyusunan RT/RW tiga tahun belakangan ini inntesif dikerjakan oleh pemerintah daerah walaupun belum tuntas secara percen dokumen RT/RW tersebut, hanya saja tidak ada dalam agenda RPJMD Propinsi Papua.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 57
NO RPJMN 2010-2014 RPJMD Provinsi tahun 2006 -2011 Analisis
Kualitatif*) Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif
Prioritas Pembangunan Program Aksi Prioritas Pembangunan Program
Perhubungan:
● Pembangunan jaringan prasarana dan penyediaan sarana transportasi antarmoda dan antarpulau yang terintegrasi sesuai dengan Sistem Transportasi Nasional dan Cetak Biru Transportasi Multimoda dan penurunan tingkat kecelakaan transportasi sehingga pada 2014 lebih kecil dari 50% keadaan saat ini;
1.Terhubungnya kota kabupaten, pusat-pusat permukiman masyarakat, kawasan perbatasan, Pulau –pulau terluar, sentra-sentra produksi dan kawasan tumbuh cepat, dengan pendekatan lima HUP bemba-ngunan infrastruktur darat.
2.Terbangunnya sarana dan prasarana pendukung perhubungan darat lintas Wilayah dalam sistem transportasi terpadu.
3.Tersedianya teknologi yang mampu mengatasi pemasalahan topografi
1. Program Penyusunan Rencana Pembangunan infrastruktur Dasar. Kegiatan Pokok : a. Sinkronisasi perencanaan dan penetapan
prioritas dengan Kab./Kota b. Sinkronisasi dan koordinasi penganggaran c. Koordinasi Penetapan pengembangan
jaringan
2. Program Pembangunan Jalan Provinsi dgn target Kegiatan Pokok : a. Ruas Ring Road Jayapura, 100 km b. Ruas Depapre –Taja-Lerah-Tengon 100 km c. Ruas Logpon-Dekai, 17,5 km d. Ruas Dekai – Sumo, 50 km. e. Ruas Waropko -Oksibil 94 km f. Ruas jalan Wamena – Mulia – Sinak, 100 km. g. Ruas Tayeve – Karubaga 100 km. h. Ruas Wardo – Sorondeweri 10 km. i. Ruas Waren-Botawa-Kuweda 60 km. j. Pembangunan jembt. 2.500 m k. Peningkatan jalan provinsi. l. Pemeliharaan jalan provinsi.
1.Program Pembangunan/ Peningkatan jalan Nasional
Kegiatan Pokok : 1. Singkronisasi dan koordinasi dengan
pemerintah pusat untuk pembangunan jalan nasional : a. Jayapura – Wamena, 250 km
Ada program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Wilayah pulau Papua yang sangat luas dengan karakteristik geografy dan topografy yang memiliki ciri kas antar wilayah menjadi kendala utama pembangunan infrastruktur perhubungan darat selama ini.. Wilayah yang demikian luas tidak di dukung dengan jumlah penduduk yang relatif kecil dan penyebaran penduduk antar wilayah tidak merata menjadi salah satu faktor yang berkontribusi terhadap lambatnya percepatan pembangunan infrastrur perhubungan darat. Keterbatasan biaya dan poltical will pemerintah yang lemah terhadap upaya percepatan pembangunan wilayah di tanah Papua juga sebagai pemicu lambatnya pembangunan infrastruktur dasar di Papua. Kegiatan prioritas infrastruktur yang diagendakan di RPJMN 2010 -2014 , juga dituangkan didalam RPJMD Papua yang masih tetap akan ditetapkan sebagai kegiatan prioritas bukan sebatas lima tahun pemerintahan tetapi akan terus berlangsung sepanjang 25 tahun atau lebih sepanjang komitmen dan political will pemerintah
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 58
4.Tersedianya pendanaan pembangunan secara berkelanjutan (multi years)
b. Ruas Nabire-Enarotali 100 km c. Ruas Merauke – Tanah Merah – Waropkko 100 km. d. Pembangunan jembat Hotekamp 640 m
dan jbt pada ruas jalan Nasional. e. Peningkatan dan pemeliharaan jln
nasional. f. Monitoring dan evaluasi :
1.Program Penanganan jalan kabupaten dan jalan kampung menghubungkan dengan jaringan Transportasi Utama Kegiatan pokok : a. Sinkronisasi dan koordinasi dengan
pemerintah kabupaten untuk pembangunan jalan kabupaten
b. Monitoring dan evaluasi Kegiatan pokok : c. Sinkronisasi dan koordinasi dengan
pemerintah kabupaten untuk pembangunan jalan kabupaten
d. Monitoring dan evaluasi
2.Program Pembangunan Sarana Pendukung perhubungan darat
Kegiatan Pokok : a Terminal antar kota sesuai kebutuhan. b Pagar pengaman jalan. c Lampu pengatur Lalu lintas jalan d Rambu lalu lintas pada Jalan Provinsi dan
Nasional e Pergudangan
3. Program Pengembangan Kerjasama dengan swasta nasinal dan asing Kegiatan Pokok :
a. Mendirikan BUMD untuk bermitra dengan
terhadap papua jelas dan konsisten.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 59
5. Tersedianya sistem pendataan dan rencana induk pengembangan perhubungan laut yang mampu mengakomodasi seluruh kebutuhan pembangunan perhubungan laut 6.ersedianya pelabuhan/ dermaga sesuai dengan ukuran dan kebutuhan armada angkutan laut.
7.Tersedianya armada laut yang sesuai dengan kondisi perairan
8.Tersedian galangan kapal untuk
perawatan dan perbaikan
9. Tersedianya rambu-rambu lalu lintas pelayaran laut untuk memudahkan dan mendukung keselamatan pelayaran.
swasta nasional dan asing b. Menyiapkan dan mengikut-sertakan tenaga
lokal untuk alih teknologi pembangunan infrastruktur perhubungan darat.
4. Program inventarisasi dan Investigasi potensi
sumberdaya alam Kegiatan pokok : a. Pemetaan sumberdaya alam b. Rekapitulasi sumberdaya alam
c. Penetapan strategi pembiayaan.
1.Program Pengembangan sistem pendataan dan sisitem informasi
Kegiatan Pokok : a. Pembuatan sisitem pendataan dan sisitem
informasi b. Perencanaan perhubungan laut c. Monitoring
1.Program Pengembangan Pelabuhan Kegiatan Pokok
a. Meningkatkan fasilitas pelabuhan b. Menetapkan Perdási tentang
Kepelabuhanan 2.Memberikan kemudahan kepada pihak swasta untuk
c. investasi d. Membangunan fasilitas kontener
1 Program Pengembangan armada pelayaran
Keigtan Pokok : a. Pengadaan Kapal-kapal perintis b. Mengembangkan pelayaran rakyat c. Memberikan peluang lepada swasta untuk
penyediaan papal-kapal barang/kontener
1. Program Pengembangan galangan kapal
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 60
10. Meningkatnya sarana dan prasarana penerbangan, terutama untuk mendukung keselamatan penerbangan dan kelancaran arus penumpang.
12. Terbukanya jalur-jalur penerbangan internasional yang mampu meningkatkan pengembangan ekonomi secara global.
13. Terbukanya peluang usaha dan
meningkatykan peran swasta dalam pengembangan angkutan udara
Kegiatan Pokok : a. Perencanaan penetapan lokasi galangan kapal b. Membangun galangan kapal
1. Program Pengembangan rambu-rambu lalu lintas laut
Keigatan Pokok : a. Penetapan lokasi pemasangan rambu-
rambu lalu lintas laut b. Pembangunan rambu-rambu lalu lintas laut c. Membangun pos-pos pemantauan
pelayaran d. Membangun sistem informasi peringatan
dini e. Pelatihan tim SAR f. Penempatan tim SAR pada pos-pos
pemantuan pelayaran
1.Program Pembangunan sarana prasarana perhub. Udara meliputi
Kegiatan Pokok : a Bandara Dekaí (ATR) b Bandara Boven Digoel) c Bandara Oksibil (ATR) d Bandara Wagete (ATR) e Bandara Mappi f Mendukung pemb. Bandara Perintis
3. Program Pembanguna /pening. Bandara Udara Kegiatan Pokok : Koordinasai dengan pemerintah pusat untuk pembangunan : a Bandara Sentani b Bandara Merauke c Bandara Sinak d Bandara Nabire e Bandara Wamena f Bandara Biak
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 61
14.Terbangunnya depot bahan bakar
1.Program peningkatan sarana prasarana bandara udara Biak dan Timika menjadi Bandara bertaraf internasional. Kegiatan pokok : a.Koordinasi dengan pemerintah pusat untuk pembangunan bandara biak dan timika b.Monitoring dan evaluasi 1.Program pengembangan angkutan udara Kegiatan pokok : a.Penyusunan perdasi/ perdasus tentang pelayanan penerbangan kedaerah terpencil b.Dukungan lepada swasta untuk penerbangan daerah terpencil 1.Program penyediaan prasarana BBM. Kegiatan pokok :
a. Menetapkan regulasi (perdasi/perdasus) untuk menciptakan iklim investasi sektor
b. perhubungan udara dan sektor pembangunan lainnya.
c. Pembangun depat-depot bahan bakar di d. Dekai e. Tanah Merah f. Oksibil g. Wagete. h. Kuweda
Pengendalian banjir:
● Penyelesaian pembangunan prasarana pengendalian banjir
Tidak ada program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Untuk mengantisipasi dinamika pembangunan yang tinggi maka konsekuensi pengrusakan lingkungan yang berdampak terhadap banjir perlu disiapkan lebih awal guna beberapa tahun ke depan akan terasa dampaknya
Transportasi perkotaan: ● Perbaikan sistem dan Tidak ada
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 62
jaringan transportasi di 4 kota besar (Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan)
program yang mendukung sepenuhnya
prioritas/program nasional
7
PRIORITAS 7 : IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA
Kepastian hukum:
NO RPJMN 2010-2014 RPJMD Provinsi 2006 - 2011
Analisis Kualitatif*) Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif
Prioritas Pembangunan Program Aksi Prioritas Pembangunan Program
● Reformasi regulasi
secara bertahap di tingkat nasional dan daerah
Meningkatkan daya saing Papua dalam menarik penanaman modal melalui : (1) menata ulang perijinan dan birokrasi pelayanan pemerintah kepada investor (2) mengembangkan kerjasama antara pemerintah daerah dengan lembaga adat-lembaga agama dalam penyelesaian masalah tanah dan menjaga keamanan di Papua, (3) promosi investasi melalui lembaga perwakilan pemerintahan asing yang ada di Indonesia, lembaga-lembaga donor luar negeri (4) mengembangkan
Program Peningkatan Daya Saing Investasi di Papua, dengan kegiatan pokok : (1) penataan perijinan dan pelayanan investasi, (2) pengembangan kemitraan Pemda – Investor – Masyarakat Lokal, (3) pengembangan promosi investasi daerah (4) pembentukan dan penyempurnaan aturan penanaman modal (dibawah payung Otsus), dan (5) pengembangan kemitraan dengan lembaga donor luar negeri (6) Monitoring dan Evaluasi (7) Penciptaan iklim investasi yang kondusif
Ada program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Pelaksanaan Otonomi Daerah dan OTSUS Papua tidak diikuti dengan penataan regulasi seperti perijinan kepada daerah menyebabkan terjadi tarik ulur antara daerah dan pusat dalam hal wilayah kewenangan pemberian ijin bagi investasi di daerah.
Propinsi Papua sebagai sebuah propinsi yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah, namun belum dieksplorasi dan dieksploitasi dengan baik untuk kepentingan kesejahetraan rakyat di Papua. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai handicap seperti ; regulasi, hak ulayat, situasi KAMTIBMAS, etos kerja masyarakat, birokrasi pemerintahan yang bersifat feodalistik yang sarat dengan Korupsi , Kolusi dan Nepotisme.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 63
koordinasi yang optimal dengan pemerintah pusat untuk menjaga kepastian hukum penanaman modal di Papua, (5) menyusun perdasus atau perdasi guna menjaga kemitraan yang baik antara pemerintah daerah, investor dan masyarakat pemilik hak ulayat atas tanah (6) pengembangan kemitraan dengan lembaga donor untuk fasilitasi perencanaan dan monitoring dan evaluasi (MONEV).
Kebijakan ketenagakerjaan:
● Sinkronisasi kebijakan ketenagakerjaan dan iklim usaha dalam rangka memperluas penciptaan lapangan kerja.
Meningkatkan ketrampilan pencari kerja melalui : (1) pembinaan dan pembantuan bagi lembaga ketrampilan yang dilaksanakan langsung oleh masyarakat / swasta (2) pengembangan kemitraan dengan lembaga donor dalam pembiayaan, (3) peningkatan SDM dan fasilitas lembaga ketrampilan Pemda, (4) pengembangan kemitraan dengan lembaga donor untuk fasilitasi perencanaan, pendanaan dan monitoring dan evaluasi (MONEV) (5). Meningkatkan jumlah fasilitas penunjang pada BLK. (6). Rekrutmen tenaga instruktur yang berpengalaman. (7). Peningkatan pelatihan dan ketrampilan.
Mengembangkan
Ketrampilsan SDM Pencari Kerja dengan kegiatan pokok (1) Perbantuan kepada lembaga ketrampilan swasta / masyarakat (2) pengembangan kemitraan dengan lembaga donor luar negeri, (3) Pengembangan SDM dan fasilitas lembaga kertampilan Pemda. (4) pengembangan kemitraan dengan lembaga donor luar negeri.
1. Peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja.
2. Perluasan dan pengembangan kesempatan kerja.
3. Perlindungan dan pengembangan lembaga tenaga kerja.
Ada program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Daya serap tenaga kerja di sektor swasta relativ rendah karena tidak kualified dan kompeten sesuai kebutuhan perusahaan/organisasi. Minat menjadi pegawai Negeri masih sangat dominan sedangkan ketersediaan formasi sangat terbatas. Lulusan perguruan tinggi belum bisa memperlihatkan kemampuan yang memadai dengan dunia kerja menyebabkan tingkat pengangguran terus meningkat.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 64
8 PRIORITAS 8 : ENERGI
Energi alternatif:
● Peningkatan pemanfaatan energi terbarukan termasuk energi alternatif geothermal sehingga mencapai 2.000 MW pada 2012 dan 5.000 MW pada 2014
1 Terlanyaninya .. % rumah tangga di Provinsi Papua akan kebutuhan energi listrik dengan menggunakan sumber pembangkit yang murah
2 Teridentifikasinya
sumberdaya pembangkit listrik yang layak untuk berbagai kawasan dengan kondisi permukiman di Provinsi Papua.
3 Terbangunnya dan tersedianya sumber-sumber energi murah secara
1 Program Pengembangan Energi Bagi Masyarakat Kegiatan Pokok : a Melakukan survei dan
identifikasi terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat dan kondisi permukiman masyarakat b Melakukan survei dan studi
kelayakan terhadap sumber-sumber energi murah yang sesuai dengan kondisi sosial eknomi masyarakat dan kondisi permukimannya Melakukan studi kelayakan pembangunan PLTA skala besar untuk memeuhi kebutuhan c masyarakat dan kebutuhan
pengembangan industri.
Pembangunan PLTM Oksibil, Paniai, Mulia dan Tolikara
1. Program Penyediaan Energi bagi Masyarakat dan Kebutuhan Pembangunan Industri
Kegiatan Pokok : a Pengembangan Energi
terbarukan seperti angin, matahari bagi kebutuhan
Program Daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Infrastruktur social dasar seperti sarana prasarana kelistrikan masih menjadi masalah utama dari waktu ke waktu. Pemadaman listrik bergilir maupun padam secara tiba yang disebabkan oleh kapasitas mesin yang relative terbatas dan tergolong tua merupakan protret kehidupan rutin di Papua pada umumnya terutama di Kabupaten-kebupaten induk. Sarana penerangan listrik di Kabupaten pemekaran hingga saat ini masih terbatas beroperasi dari jam 18.00 sore hingga pk.00 malam hari dan siang hari kantor-kantor masih menggunakan genzet untuk menunjang aktivitas kantor. Pada saat bersamaan kebutuhan infrastruktur dasar terus meningkat oleh aktivitas pembangunan termasuk jumlah penduduk yang terus meningkat sedangkan kebutuhan pemasok tenaga listrik melalui PLN sangat terbatas.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 65
permanen kepada masyarakat hingga ke kampung-kampung.
listrik. b Pengadaan solar cell dan
mikro hydran (PLTA mini) untuk kebutuhan masyarakat di kampung-kampung.
c Melatih tenaga-tenaga teknik yang berasal dari masyarakat setempat untuk pemeliharaan dan perbaikan.
d Pembangunan PLTA skala besar untuk memenuhi kebutuhan pembangunan industri dan energi murah
1. Program Pengembangan Investasi Energi
Kegiatan Pokok : a Membangun BUMD yang
tangguh untuk mengembangkan kegiatan penyediaan energi yang murah
b Mengembangkan regulasi (Perdasi dan Perdasus) untuk menjamin kepastian hukum dan memberikan iklim investasi yang kondusif.
● Hasil ikutan dan turunan minyak bumi/gas:
● Revitalisasi industri pengolah hasil ikutan/turunan minyak bumi dan gas sebagai bahan baku industri tekstil, pupuk dan industri hilir lainnya;
Tidak ada program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Agenda relevan penerapan paad wilayah-wilayah yang dominan aktivitas pembangunan dan kemasyarakatan banyak berhubungan dengan dunia industri dan jasa.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 66
● Konversi menuju penggunaan gas:
NO RPJMN 2010-2014 RPJMD Provinsi 2006 - 2011
Analisis Kualitatif*) Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif
Prioritas Pembangunan Program Aksi Prioritas
Pembangunan Program
● Perluasan program konversi minyak tanah
ke gas sehingga mencakup 42 juta Kepala Keluarga pada 2010;
Tidak ada program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
● Penggunaan gas alam sebagai bahan
bakar angkutan umum perkotaan di Palembang, Surabaya, dan Denpasar.
Tidak ada program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Kebijakan tersebut relevan diterapkan di wilayah Barat yang relativ lebih maju dan aktivitas kegiatan pembangunan banyak berhubungan dengan sektor industri dan jasa. Wilayah Timur Indonesia terutama papua masih berkutat dengan kegiatan pembangunan pada level pembangunan infrastruktur dasar. Aktivitas inudustri yang berskala massiv hanya di PT Freeport dan LNG Tangguh di Bintuni – Papua Barat.
9
PRIORITAS 9 : LINGKUNGAN HIDUP DAN PENGELOLAAN BENCANA
Perubahan iklim:
● Peningkatan keberdayaan pengelolaan lahan gambut,
Tidak ada program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Sebagai upaya merespons perubahan iklim global maka pengelolaan lahan Gambut menjadi agenda penting ke depan yang harus dicantumkan didalam pembuatan RPJMD periode lima tahun ke depan.
● Peningkatan hasil rehabilitasi seluas
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 67
500,000 ha per tahun,
● Penekanan laju deforestasi secara sungguh-sungguh
Tidak ada program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Program tersebut belum diagendakan edalam RPJMD yang berjalan, sementara dalam pelaksanaan program telah berjalan sejak beberapa tahun berakhir. Program tersebut perlu diagendakan didalam penyusunan RPJMD 2012-2016.
Pengendalian Kerusakan Lingkungan:
● Penurunan beban pencemaran lingkungan
melalui pengawasan ketaatan pengendalian
1. Menurunnya kerusakan dan pencamaran lingkungan
2.Terpeliharanya kualitas lingkungan
yang mampu mendukung proses-proses kehidupan
1.Program Peningkatan/pemanfaatan potensi SDA secara lestari Kegiatan pokok : a. Perlindungan dan konservasi SDA b. Rehabilitasi dan pemulihan cadangan SDA c.Pengendalian
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup
d. Peningkatan kualitas dan akses SDA dan lingkungan hidup
e.Pengembangan ekowisata dan jasa lingkungan hidup di kawasan konservasi laut dan hutan
f.Pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem pesisir laut
g.Pengendalian polusi h.Pengendalian
persampahan i.Pengembangan hutan
tanaman j. Menggali nilai-nilai kearifan masyarakat lokal
Program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Wilayah Papua yang diselimuti oleh hutan alami sebagai salah satu paru-paru dunia yang menempati posisi strategis terhadap isu perubahan iklim global sehingga harus diprotek dan dilestarikan.
Kebutuhan pembangunan yang meningkat pasca otonomi daerah dan otonomi khusus papua tuntutan kebutuhan pembangunan tak terhelakan baik kebutuhan pembangunan di wilayah pemekaran, usaha industry perkebunan kelapa sawit, perambahan hutan secara liar termasuk illegal logging yang tak terkendali. Konsekuensi dari tuntutan pembangunan tersebut berdampak terhadap pembabatan areal hutan secara intensif.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 68
NO RPJMN 2010-2014 RPJMD Provinsi 2006 - 2011
Analisis Kualitatif*) Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif
Prioritas Pembangunan Program Aksi Prioritas Pembangunan Program
pencemaran air limbah dan emisi di 680
kegiatan industri dan jasa pada 2010 dan terus berlanjut;
Sistem Peringatan Dini:
● Penjaminan berjalannya fungsi Sistem Peringatan Dini Tsunami (TEWS) dan Sistem Peringatan Dini Cuaca (MEWS) mulai 2010 dan seterusnya, serta Sistem Peringatan Dini Iklim (CEWS) pada 2013;
Tidak ada program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Papua juga masukan dalam kawasan rawan gempa dan tsunami sehingga agenda tersebut menjadi rlevan dan sangat penting untuk diprogramkan kedalam agenda pembangunan nasional selama lima ahun mendatang.
Penanggulangan bencana:
● Peningkatan kemampuan penanggulangan bencana
Tertanganinya masalah-masalah akibat bencana alam dan bencana sosial
Program Penanggulangan Bencana Alam dan Bencana Sosial Kegiatan Pokok : 1) Penyediaan sisten
informais dini penanggulangan bencana
2) Pemetaan daerah-daerah rawan bencana alam dan bencana sosial
3) Sosialisasi sistem informasi bencana dan penanggulangan bencana
4) Penyediaan fasilitas tanggap darurat
• Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional.
Papua merupakan wilayah yang dikategorikan wilayah bencana terutama gempa , dan belakangan ini bencana banjir sebagai femona terbaru yang disebabkan oleh dampak pembangunan. Selain itu, bencana sosial seperti kelaparan dan penyakit yang kerap dihalami oleh kelompok masyarakat pada beberapa kabupaten di wilayah pegunungan tengah.
10
PRIORITAS 10 : DAERAH TERDEPEN, TERLUAR , TERTINGGAL DAN PASCA KONFLIK
Kebijakan:
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 69
● Pelaksanaan kebijakan khusus dalam
bidang infrastruktur dan pendukung kesejahteraan lainnya
Tidak ada program yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Pada tahun 2007, Pemerintah mengeluarkan kebijakan INPRES daerah tertinggal khusus di Papua dan Papua Barat tentang percepatan pembangnan infratruktur dasar, namun pada aras implementasi di lapangan tidak berjalan efektiv hingga saat ini.
Keutuhan wilayah:
NO RPJMN 2010-2014 RPJMD Provinsi 2006 - 2011
Analisis Kualitatif*) Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif
Prioritas Pembangunan Program Aksi Prioritas Pembangunan Program
● Penyelesaian pemetaan wilayah
perbatasan RI dengan Malaysia,Papua Nugini, Timor Leste, dan Filipina pada 2010;
Tidak ada program daerah yang
mendukung prioritas/program nasional
Mind set pembangunan masih menempatkan kawasan perbatasan sebagai serambi belakang Negara. Selain itu, kawasan perbaasan dianggap sebagai tanggungjawan Negara dalam hal ini urusan pemerintah pusat.
Daerah tertinggal: ● Pengentasan paling lambat 2014.
11
PRIORITAS 11 : KEBUDAYAAN, KREATIFITAS, DAN INOVASI TEKNOLOGI
Perawatan:
● Penetapan dan pembentukan
pengelolaan terpadu untuk pengelolaan cagar budaya,
Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional
Agenda pembangunan yang perlu mendapatkan perhatian pemerintah karena merupakan asset budaya nasional yang diwarnai oleh keberagaman warna budaya dari
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 70
tiap-tiap daerah dengan ciri khasnya masing-masing.
● Revitalisasi museum dan perpustakaan
di seluruh Indonesia ditargetkan sebelum Oktober 2011;
Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional
Agenda pembangunan nasional periode lima tahun yang perlu perlu mendapatkan perhatian pemerintah secara serius dan terprogram dari pemerintah.
Sarana:
● Penyediaan sarana yang memadai bagi pengembangan, pendalaman dan pagelaran seni budaya di kota besar dan ibu kota
Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional
Agenda pembangunan nasional 2010-2014 yang perlu didukung dengan harapan tujuan atau manfaat dapat dicapai yakni ; pelestarian nilai sosial budaya, penegasan ciri-ciri khas budaya bangsa sesuai daerah penyebarannya. Selain itu ajang promosi parawisata daerah. RPJMD periode 2012-2016 harus menyesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan-tujuan yang terkandung dari agenda kegiatan dalam kerangka kepentingan nasional
NO RPJMN 2010-2014 RPJMD Provinsi 2006 - 2011
Analisis Kualitatif*) Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas Pembangunan
Program Aksi Prioritas Pembangunan Program
kabupaten selambat lambatnya Oktober 2012;
Kebijakan:
● Peningkatan
perhatian dan kesertaan pemerintah dalam
Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional
Agenda ini merupakan agenda RPJMN 2010-2014 yang perlu diukung mengingat kenyataan bangsa indonesia merupakan bangsa yang terbangun dari suatu fondasi kemajemukan yang disatukan secara politik dalam bingkai negara NKRI. Oleh karenanya apresiasi dan
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 71
program-program seni budaya yang diinisiasi oleh masyarakat dan mendorong berkembangnya apresiasi terhadap kemajemukan budaya;
ruang partisipasi dari kemajemukan melalui kegiatan seni dan budaya harus diprogramkan secara baik agar budaya-budaya minoritas juga bisa mendapatkan tempat yang layak dan diterima sebagai asset seni dan budaya bangsa yang besar.
Inovasi teknologi:
● Peningkatan keunggulan komparatif menjadi Keunggulan kompetitif yang mencakup pengelolaan sumber daya maritim menuju ketahanan energi, pangan, dan antisipasi perubahan iklim; dan pengembangan penguasaan teknologi dan kreativitas pemuda.
Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional
Pembangunan di Papua masih terfokus pada persoalan-persoalan mendasar terkait dengan hak-hak dasar dan peningkatan kualitas hidup manusia, peningkatan kesejahteraan dan tata kelolah pemerintahan serta stabilitas politik daerah. Agenda tentang inovasi tehnologi menjadi bagian dari agenda nasional yang ditangani atau diprogramkan oleh pemerintah pusat untuk dilaksanakan di daerah
Implementasi Otonomi Khusus Papua
Penuntasan Peraturan Daerah Khusus Papua (PERSDASUS) dan Peraturan Daerah Propinsi (PERDASI) Belum ditetapkannya sebagian besar PP sesuai amanat UU No. 21/2001, kecuali PP No. 52/2004 tentang MRP. Belum ditetapkannya sebagian besar Perdasus dan Perdasi sesuai amanat UU No. 21/2001. Belum optimalnya pemahaman UU No. 21/2001.
Prioritas Daerah yang tidak ada dalam prioritas nasional
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 72
Masih adanya pasal-pasal dalam UU No. 21/2001 yang belum dapat mengakomodir perkembangan dan kebutuhan masyarakat Papua.
NO RPJMN 2010-2014 RPJMD Provinsi 2006 - 2010
Analisis Kualitatif*) Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif
Prioritas Pembangunan Program Aksi Prioritas Pembangunan Program
Kebijakan RESPEK (Rencana Strategis Pembangunan Kampung).
Turun Kampung
Prioritas Daerah yang tiak ada dalam prioritas nasional
Kebijaka pemerintah daerah menanggulangi kemiskinan dan memberdayakan penduduk miskin dengan menyiapkan dana sebesar Rp.100 juta sejak tahun 2006 untuk setiap kampung melalui pendekatan pastisipatig yang berbasis masyarakat kampung
*) isi dari kolom analisis kualitatif adalah pilihan dari komponen di bawah ini: • Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional. • Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional. • Prioritas daerah yang tidak ada di prioritas nasional.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 73
3. REKOMENDASI KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
NASIONAL /DAERAH
Dari hasil persandingan antara RPJMN 2010 - 2014 dan RPJMD
propinsi Papua 2006-2011 nampak bahwa secara umum agenda
kebijakan dan atau prioritas program diantaranya keduanya memiliki
relevansi signifikan. Hanya saja agenda prioritas dalam RPJMN tidak
mengcover issu - issu tertentu yang sifatnya khusus telah dilaksanakan
di daerah seperti implementasi UU No.21/2001 tentang Otonomi Khusu
bagi Propinsi Papua. Oleh karena itu, pada umumnya agenda prioritas
kebijakan pembangunan di Propinsi Papua di setting dalam kerangka
pelaksanaan Otonomi Khusus Papua. Agenda prioritas pembangunan di
dalam RPJMN 210-2014 yang dianggap masih direlevansikan dengan
agenda RPJMD Propinsi Papua yang dirumuskan dalam kerangka
pelaksanaan Otonomi Khusus, diantaranya; yaitu Pendidikan, Kesehatan,
Infrastruktur dan ekonomi kerakyatan. Agenda prioritas lainnya
seperti ; Menata Reformasi Birokrasi dan Tata Kelolah Pemerintahan sebagai
agenda nasional pelaksanaan RPJMN 2010 - 2014, selanjutnya disandingkan
dengan RPJMD Pronpinsi Papua terlihat bahwa agenda tersebut dikonversikan
dan dikerangkakan dalam semangat otonomi khusus dengan agenda utamnya
yaitu menata kembali pemerintahan. Kegiatan pokok yang diprogramkan yaitu;
memprakarsai dan membangun hubungan sinergis serta harmonis dengan
pemerintah pusat dan stakeholder dalam rangka penetapan Peraturan
Pemerintah sesuai amanat UU No.21/2001. Memprakarsai dan membangun
hubungan sinergis serta harmonis dengan DPRP, MRP dan stakeholder dalam
rangka penyusunan seluruh Perdasus dan Perdasi sesuai amanat UU No.
21/2001; Penyebarluasan dan pendalaman materi Undang -Undang OTSUS
Papua tersebut ke seluruh lapisan masyarakat dan instansi pemerintah tingkat
pusat dan daerah; Memprakarsai dan membangun hubungan sinergis serta
harmonis dengan DPR, DPD, Pemerintah Pusat dan stakeholder dalam rangka
amandemen pasal-pasal UU No. 21/2001; Mengembangan struktur organisasi
pemerintahan yang sesuai Kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan di
daerah sesuai amanat UU No. 21/2001; Penerapan prinsip - prinsip tata
kepemerintahan yang baik.; Mengembangkan Sistem Kelembagaan
Pemerintahan yang kecil strukturnya , namun banyak fungsinya.
Memperhatikan agenda prioritas pembangunan nasional dan kondisi obyektif
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 74
daerah dengan agenda pembangunan yang dilaksanakan perlu diselaraskan
bersama agar sasaran pembangunan pada akhir periode pelaksanaan RPJMN
2014 dapat diukur tingkat capaian agenda pembangunan. Rekomendasi
diperlukan sebagai input agar dapat dilakukan penyelarasan dan penajaman
terhadap agenda pembangunan nasional dan daerah. Dengan demikian
diharapkan akan terbentuk simpul - simpul agenda pembangunan nasional
yang juga mengkover agenda pembangunan daerah.
Berikut beberapa pokok rekomendasi yang disampaikan untuk dua locus
agenda yaitu RPJMN dan RPJMD. Adapun pokok-pokok rekomendasi yang
dapat dirumuskan masing-masing:
a. Rekomendasi terhadap RPJMD Propinsi Papua.
1. Periodisasi RPJMD perlu menyesuaikan dan mengikut periodisasi RPJMN
2010-2014. Untuk itu, perlu ada penetapan starting point bersama pelaksanaan
dan pengkawalan agenda pembangunan nasional dan pelaksanaan agenda
prioritas - prioritas daerah.
2. Agenda pembangunan daerah yang diformulasikan menggunakan format
RPJMN 2004 – 2009 isinya relatif luas dan komprehensif, materinya relatif
banyak dan kurang mengerucut. Oleh karena itu , sebaiknya dijabarkan
secara lebih operasional , kongkrit , lingkupnya terbatas, dan terukur
sebagaimana yang diformulasikan di dalam RPJMN dalam bentuk prioritas -
prioritas pembangunan terdiri dari ; 11 prioritas nasional dan tiga prioritas
lainnya.
3. Empat sektor prioritas sebagai leading sector pelaksanaan Otonomi Khusus
Papua yaitu : Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi Kerakyatan dan Infrastruktur
pembangunan perlu dipertegas kembali ke dalam penyusunan RPJMD Provinsi
Papua 2010 -2014 dan mempertajam kembali muatan program dan kegiatan
dengan mengacu kepada indikator-indikator standart pembangunan dari
keempat sektor dimaksud.
4. Konsekuensi penyeragaman pelaksanaan agenda RPJMN dan RPJMD
Propinsi Papua yang ditetapkan menggunakan starting point tahun 2010, maka
kepemimpinan kepala daerah periode 2011 – 2015 wajib mengkawal dan
melaksanakan agenda RPJMD periode 2010 -2014. Penyiapan visi, misi dan
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 75
program kerja calon kepala daerah hendaknya mengacu kepada agenda
prioritas pembangunan nasional yang terdapat di dalam RPJMN.
5. Sektor - sektor prioritas yang belum terdapat di dalam RPJMD Propinsi Papua
seperti ; daerah terdepan, terluar, tertinggal dan pasca konflik, kebudayaan,
kreativitas dan inovasi teknologi, serta politik, hukum dan keamanan sebagai
salah sektor prioritas lainnya perlu ditambahkan atau dimasukan kedalam materi
penyusunan RPJMD Propinsi Papua.
6. Berbagai program dan kegiatan pokok yang tercantum di dalam empat agenda
pembangunan RPJMD Propinsi Papua relatif lebih luas cakupannya, rumit dan
kurang fokus. Oleh karena itu, sebaiknya materi program dijabarkan secara
operasional, spesifik dan terukur menurut sektor prioritas sebagaimana yang
tercantum di dalam RPJMN 2010 - 2014.
7. Perlu ada formulasi yang tegas dan jelas atau pemisahan antara issu - issu
prioritas yang bersifat nasional dan sektor - sektor prioritas yang bersifat ke
daerah terutama dalam kerangka semangat Otonomi Khusus Papua dalam
penyusunan RPJMD.
b. Rekomendasi terhadap RPJMN
1. RPJMN sebaiknya perlu mengakomodiri issu - issu spesifik daerah baik
langsung maupun tidak yang mana turut dipengaruhi atau dikendalikan oleh
pemerintah pusat seperti; implementasi Otonomi Khusus Papua. Hal ini
dipandang perlu agar permasalahan dan hambatan yang timbul di daerah yang
menjadi bagian dari agenda pembangunan nasional dapat dikawal sejak awal,
pertengahan hingga akhir dari periodsasi agenda pembanguan. Misalnya; pasal
– pasal tertentu didalam UU No. 21/2001 tentang Otonomi Khusus Papua
yang khusus mengatur tentang pembentukan Komisi Kebenaran dan
Rekonsiliasi yang hingga kini belum terbentuk. RPJMN perlu menetapkan
agenda pembangunan dengan membagi skala prioritas, masing-masing;
prioritas utama, secondary and tersier dan selanjutnya. artinya prioritas pertama
perlu mendapatkan perhatian utama dan pertama mengingat tingkat urgensi
prioritas pembangunan untuk tiap daerah berbeda - beda. Kondisi obyektif
Papua masih menempatkan sektor pendidikan, kesehatan, ekonomi kerakyatan
dan infrastruktur sebagai high priority bila dibandingkan dengan prioritas –
prioritas lainnya seperti; kebudayaan, kreativitas dan inovasi tehnology atau
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 76
program aksi di bidang pangan, dan lain- lain. Keterbatasan dan rendahnya
kualitas sumber daya aparatur didaerah terutama sebagai teknokrat dan
konseptor menyebabkan agenda pembangunan nasional yang dilaksanakan
didaerah sulit mencapai hasil maksimal dan bahkan agenda pembangun
cenderung tidak dikawal hingga tuntas. Dengan demikian, konsekuensinya
sektor prioritas unggulan yang menjadi agenda nasional yang wajib
dilaksanakan di daerah, namun tidak didukung dengan sumber daya aparatur
yang handal dan kualified di daerah, maka konsekuensinya anggaran
pembiayaan pembangunan untuk agenda prioritas dimaksiud akan
memperoleh porsi yang jauh lebih besar karena akan terkait dengan
mobilisasi sumber daya manusia seperti ; tenaga staf, tenaga ahli dan
manajemen dari pusat ke daerah.
3 . Penanganan agenda pembangunan nasional sebaiknya disusun
menurut skala prioritas dan selanjutnya dikerangkakan sesuai
pembagian peta wilayah pembangunan secara nasional yang
dikelompokan masing - masing ; wilayah Indonesia Barat,Tengah dan
Indonesia Timur . Agenda pembangunan pada periode lalu masih sangat
makro dan secara implisit mengandung makna pelaksanaan program
secara seragam. Misalnya ; bidang Pendidikan dan Kesehatan, infrastruktur
dan ekonomi kerakyatan. Konsekuensinya, wilayah - wilayah pembangunan
terutama wilayah Indonesia Bagian Barat dengan sumber daya pembangunan
yang lebih siap hanya mmpertahankan dan meningkatkan capaian target
secara signifikan tanpa mengeluarkan sumber daya yang besar. Sedangkan
sumber daya pembangunan lainnya difokuskan untuk bidang -bidang lain
sifatnya secunder tetapi relevan dengan kebutuhan pembangunan,
seperti ; jasa, industri, parawisata, energi dan ekonomi makro.
Sebaliknya wilayah Indonesia bagian Timur masih fokus pada
infrastruktur sosial dasar ; pendidikan, pelayanan kesehatan,dan infrastuktur
dasar.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 77
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Dari uraian dan analisis tentang capaian agenda RPJMN di daerah periode
2004 - 2009 dan telaah relevansi antara RPJMN 2010-2014 dan RPJMD
Propinsi Papua pada bab II dan III (tiga) sebelumnya, selanjutnya beberapa
point kesimpulan dan rekomendasi dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Kesimpulan
Materi simpulan dikelompokan dalam dua bagian penting yakni : evaluasi
capaian agenda RPJMN 2004-2009 dan relevansi antara RPJMN 2010 - 2014
dan RPJMD Propinsi Papua.
a. Secara umum pelaksanaan agenda pembangunan di propinsi Papua
selama lima tahun masih relevan dengan agenda nasional dan
capaian hasilnya menghalami perkembangan positiv hanya saja trendnya
bergerak lambat bila disandingkan dengan capaian secara nasional.
b. Mengacu pada point a diatas bahwa ada sejumlah hambatan
dalam pelaksanaan agenda pembangunan. Hambatan tersebut sifatnya
alami dan non alami (penyebabnya manusia). Hambatan alami yakni ;
karakteristik geografys dan luas wilayah, kondisi sosial budaya masyarakat
di masing-masing wilayah dan ketersedaan sumber daya alam (memanjakan
penduduknya). Hambatan non alamiah yakni ; kemampuan dan kapasitas
pemerintah , perbedaan kompetensi antara aparat perencanaan dan aparat
pelaksana di tingkat SKPD relatif terbatas, kepentingan politik pemimpin
daerah dan elit-elit lokal dalam mengkawal agenda pembangunan sehingga
banyak diwarnai dengan kebijakan-kebijakan yang dihambil tidak sesuai
dengan agenda pembangunan yang seharusnya, regulasi (penerapan UU
No 21/2010 tentang Otsus Papua dan UU No. 32/2004 tentang Pemerintah
Daerah) menyebabkan lemahnya koordinasi dan komunikasi pembangunan
antara pemerintah propinsi dan kabupaten, kewenangan politik dan
administrasi antara pemerintah propinsi dan Kabupaten melalui
penyelenggaraa pemilu kepala daerah secara tidak langsung menimbulkan
ego wilayah antara dua tingkatan pemerintahan menyebabkan sulit
terbentuk sebuah sinergisitas potensi dalam mengkawal proses
pembangunan di Propinsi Papua.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 78
c. Agenda mewujudkan Indonesia yang aman dan damai diukur melalui
indikator yakni : Indeks kriminalitas, presentase penyelesaian kasus
kejahatan konvensional, presentase penyelesaian kasus kejahatan
transnasional dan kasus-kasus korupsi di daerah. Kasus-kasus kriminal
murni , kejahatan konvensional dan transnasional berhasil ditangani secara
baik dan kondisi tersebut juga dipengaruhi oleh upaya pemerintah daerah
memelihara dan menjaga suasana Kamtibmas yang kondusiv dengan
maksud mengelimnir aspirasi politik merdeka.
Kasus korupsi di Propinsi papua yang dilaporkan nampak berhasil ditangani
oleh pihak berwajib, namun jumlah kasus yang dilaporkan tersebut relativ
kecil dibandingkan dengan fakta di lapangan. Fenomena korupsi di Papua
berada pada tingkat kronis dan mengkhawatirkan karena tanpa disadari
telah menjadi bagian dari budaya masyarakat. Faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap pembentukan perilaku korupsi di Papua yaitu ;
budaya resiprositas (give and take) bermotiv sosial politik di kalangan
kelompok-kelompok suku asli di Papua, proses akulturasi terhadap nilai-
nilai sosial budaya dari luar, primordialisme dan motiv yang sifatnya individu.
d. Agenda mewujudkan indonesia yang adil dan demokratis diukur melalui dua
indikator utama yakni ; pelayanan publik dan demokrasi. Pelayanan publik
tercermin diantaranya peraturan daerah tentang pelayanan satu atap dan
pelaporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara, Peraturan
Daerah yang mengatur pelayanan satu atap selama tahun 2004-2009 di
Propinsi hanya satu SKPD yang menerapkannya yakni kerjasama dispenda
Propinsi dan Samsat berkaitan dengan pengurusan pajak kendaraan
bermotor. Rendahnya tingkat kompetensi aparatur turut berpengaruh
terhadap daya kreasi dalam memanfaatkan peluang otonomi daerah yang
tersedia. Selain itu, ego sektoral masih mewarnai pola pikir para pelayan
publik sehingga belum ada upaya-upaya efisien dan efektiv dalam
mendesign dan mengelolah kebijakan publik yang dapat bersinergi dan
terpadu untuk kemajuan pembangunan di daerah.
Rendahnya kemampuan aparatur dalam mengelolah keuangan negara dan
disertai kepentingan politik pimpinan daerah sehingga sering keluar
kebijakan kepala daerah tentang pengelolaan anggaran pembangunan dan
belanja daerah yang penggunaannya menyimpang dari tata aturan yang
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 79
berlaku. Fenomena ini terjadi secara merata pada semua tingkatan
pemerintahan di propinsi Papua.
Indikasi upaya perbaikan terhadap pengelolaan anggaran negara ditandai
dengan laporan pertanggungjawaban keuangan negara masih pada
kategori pelaporan wajar dengan pengecualian (WDP). Adanya
perkembangan positip terhadap laporan pertanggungjawaban keuangan
negara beberapa tahun belakangan ini memperlihatkan bahwa pemerintah
terus berupaya melakukan pembinaan dan pendampingan. Pemerintah
daerah juga terus berusaha memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya
dalam pengelolaan anggaran negara sesuai sasaran dan tujuannya.
Penegakan hukum terhadap penyimpangan dan penyelewenangan
anggaran negara yang belakangan ini gencar-gencar dilakukan turut
berpengaruh terhadap perbaikan kinerja pengelolahan anggaran negara.
Indikator lain dari pelayanan publik yaitu demokrasi yang tercermin melalui
Gender Development Index (GDI), Gender Empowerment Measurement
(GEM) dan Index Pembangunan Manusia (IPM). Perkembangannya positiv
namun trend peningkatannya selama lima tahun berjalan lambat. Komitmen
pemerintah daerah terhadap issu-issu gender dan upaya peningkatan
kualitas sumber daya manusia cukup menonjol. Ada sejumlah faktor yang
turut berpengaruh secara signifikan terhadap trend capaian issu gender dan
IPM yang bergerak lambat, yaitu ; penataan birokrasi pemerintahan
sehingga perlu ada penyesuaian iklim dan budaya kerja, penataan struktur
organisasi dan tugas pokok dan fungsi. Kondisi ini berpengaruh terhadap
penyusunan program dan anggaran, keativitas aparatur pemerintah daerah
yang relativ rendah. Selain itu, pola pendekatan dalam mengelolah
kebijakan dan program masih bersifat simbolik atau karikatif dan formalistik
sehingga capaian secara kuantitas dan kualitas dari pelaksanaan program
hasilnya relatif rendah. Konsekuensinya dampak terhadap perkembangan
kemajuan pmbangunan di daerah berjalan lambat, dan bila disandingkan
dengan perkembangan secara nasional maka tentu saja perkembangan
pembangunan daerah tetap tertinggal.
e. Agenda meningkatkan kesejahteraan rakyat diukur dari kesejahteraan
masyarakat, meliputi beberapa faktor, yaitu: Pendidikan,
kesehatan,keluarga berencana, ekonomi makro dan Investasi, infrastruktur
dan pengelolaan sumberdaya alam meliputi (sektor : Pertanian, Kehutanan
dan Kelautan) dan kesejahteraan sosial. Aspek pendidikan dan kesehatan
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 80
menghalami perkembangan positiv namun kemajuannya lambat selama lima
tahun berjalan. Sejumlah kendala yang berpengaruh terhadap
perkembangan kemajuan tersebut diantaranya ; komitmen dan kerja keras,
kapasitas dan kompetensi aparatur, stretagi dan pola pendekatan dalam
mengelolah kebijakan pendidikan dan kesehatan. Keluarga Berencana
belum berjalan baik dan lancar karena dipengaruhi oleh beberapa faktor ;
jumlah penduduk yang relatif sedikit dan luas wilayah tidak menimbulkan
suatu beban tersendiri baik pemeintah maupun masyarakat, Faktor kondisi
sosial budaya masyarakat, kebijakan tentang keluarga berencana tidak lah
menjadi mainstream dalam kebijakan pembangunan di bidang
kependudukan.
Pertumbuhan ekonomi cenderung stagnan selama lima tahun karena
peluang otonomi daerah tidak dimanfaatkan oleh pemerintah daerah untuk
menggerakan kegiatan perekonomian dengan memanfaatkan potensi
sumber daya yang tersedia. Ketergantungan tertinggi hanya pada subsidi
pemerintah yang diperoleh dari kontribusi bagi hasil yang diantaranya
diperoleh dari PT Freeport sebagai penyumbang terbesar PDRB Papua.
Investasi belum berjalan baik karena terkendala ; masalah hulayat, perijinan
dan etos kerja pembangunan di daerah.
Infrastruktur terutama perhubungan darat hingga saat ini masih menjadi
masalah klasik dari waktu ke waktu karena Papua dengan wilayah yang
sangat luas tetapi infrastruktur perhubungan daratnya berjalan lambat.
Kendala klasik adalah masalah pendanaan, namun lebih dari itu terkait
dengan rendahnya komitmen pemerintah melakukan percepatan
pembangunan infrastruktur perhubungan dan infrastruktur sosial dasar.
Pengelolaan sumber daya alam terutama pertanian merupakan
penyumbang kedua terbesar PDRB Propinsi Papua yakni sebesar 16 %.
Perkembangannya positiv , namun belum berkontrbusi langsung terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sebagian besar penduduk miskin di
propinsi Papua bergerak di sektor pertanian tradisional sehingga kontribusi
tersebut terhadap PDRB menjadi kontras dengan jumlah penduduk miskin
yang masih berkisar 37 percent dan sekitar 70 percent berada di kampung-
kampung.
Kebijakan penanggulangan penduduk miskin selama lima tahun dan
terutama dua tahun terakhir belum nampak menghalami penurunan.
Program penangulangan kemiskinan bersifat karikatif berdimensi politis
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 81
tetapi tidak menyentuh mensubtansi pemberdayaan sehingga posisi
kelompok warga miskin masih terus berharap kepada bantuan pemerintah.
Kebijakan Respek pemerintah Propinsi Papua dan selanjutnya
diintegrasikan dengan Program Nasional PNPM Mandiri saat ini sedang
berlangsung. Dampak dari program tersebut belum bisa dijustifikai
mengingat waktu pelaksanaan baru berjalan tiga tahun.
f. Pelaksanaaan kebijakan pembangunan nasional tercermin kedalam
kerangka RPJMN memiliki tingkat relevansi signifikan dengan pelaksanaan
agenda pembangunan di daerah selama lima tahun. Tingkat capaian
menunjukan hasil positiv hanya saja hasilnya belum optimal dan tidak
efektiv . Secara umum, peningkatan kinerja pembangunan nampak signifikan
secara nasional , namun kinerja pembangunan daerah relativ lambat
kemajuan yang dicapai , sedangkan kinerja agenda pembangunan nasional
menunjukan hasil yang positif dan signifikan. Kondisi tersebut dapat terjadi
karena adanya kontribusi kinerja pembangunan daerah dari berbagai
propinsi di wilayah lain. Kompetensi dan kapasitas aparat di daerah,
komitmen dan konsisten belum menjadi bagian dari etos kerja
pembangunan di daerah baik aparatur dan masyarakat.
2. Rekomendasi
Dari analisis dan pointer-pointer kesimpulan yang diuangkapkan diatas,
berikut rekomendasi :
a. Perlu ada kebijakan percepatan pembangunan di propinsi Papua secara
serius dan intensive yang dilakukan secara bersama-sama antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah melalui suatu Badan Percepatan
Pembangunan berkedudukan di Propinsi dengan tugas utamanya
melakukan tugas perencanaan bersama intansi tehnis di daerah,
berkoordinasi dan melakukan monitoring dan evaluasi. Prioritas yang harus
difokuskan yaitu pendidikan, kesehatan, kemiskinan, infrastruktur dan
Reformasi birokrasi dan Tata Kelolah Pemerintahan.
b. Perlu disusun master plan atau blue print pembangunan dalam kerangka
otonomi Khusus Papua ke depan dan target-target yang harus dicapai
setiap tahun atau periode dalam kerangka mempercepat peningkatan
pengembangan kualitas sumber daya manusia penduduk papua.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 82
c. Kebijakan di bidang investasi perlu memberikan ruang kewenangan terkait
dengan perijinan dan regulasi yang mengatur tentang pengelolaan sumber
daya alam perlu diatur dengan tetap memperhatikan tatanan adat
masyarakat terkait hak ulayat masyarakat adat agar tidak terjadi konflik
kepentingan yang merugikan kepentingan pembangunan dan masyarakat.
d. Dugaan kasus-kasus korupsi di propinsi Papua perlu ditangani secara
tegas dan serius hingga tuntas agar penegakan hukum dan proses
pembelajaran bersama terjadi sehingga diharapkan ada perubahan sikap
dan pola perilaku.
e. Affirmative policy terkait dengan percepatan pembangunan infrastruktur
sosial dasar di wilayah pinggiran dan pedalaman di propinsi Papua
merupakan kebutuhan prioritas dan mendesak.
f. RPJMN dan RPJMD menggunakan format dan time frame pelaksanaan
yang seragam agar dapat dijadikan alat bantu untuk menilai capaian hasil
pada masa akhir periodisasi pemerintahan.
g. Susbtansi agenda prioritas perlu mengakomodir issu-issu spesifik daerah
dalam kerangka format agenda pembangunan nasional sehingga
memudahkan pengkawalan, melakukan monitoring dan evaluasi secara
periodik.
h. Perlu adanya pemetaan wilayah pembangunan secara nasional yang diikuti
dengan penetapan agenda prioritas berdasarkan skala prioritas di wilayah
masing-masing sehingga kebijakan dan program pembangunan yang
disusun mengikuti skala prioritas daerah.
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 83
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampira
Damai No Indikator Periode pelaksnaan Agenda RPJMN 2004‐2009
2004 2005 2006 2007 2008 2009
1 Indeks Kriminalitas
‐
72,16
82,03
84,88
93,40
100,00
2 Presentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional (%)
90,00
90,15
93,15
97, 60
98,00
98,46
3 Presentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Trans Nasional (%)
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
4 Presentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan yang dilaporkan (%)
60,00
60,00
70,00
75,00
80,00
80,00
1389 1579 1634 1798 1925
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 84
Lampiran-2 Periode Pelaksanaan RPJMN 2004-2009
2004 2005 2006 2007 2008 2009Presentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan yang dilaporkan (%) 60. 00 60. 00 70. 00 75. 00 80. 00 80.00
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 85
Lampiran
No Indikator Periode pelaksnaan Agenda RPJMN 2004‐2009
2004 2005 2006 2007 2008 2009
1 Persentase Kabupaten/Kota yang memiliki Peraturan Daerah satu Atap (%)
40,00
40,00
44,00
40,00 47,00
50,00
2 Persentase Instansi (SKPD) Propinsi yang memiliki pelaporan wajar tanpa pengecualian (WTP) (%)]
80,00
90,00
90,00
95,00
100,00
100,00
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 86
Lamapiran‐4
No Indikator Periode pelaksnaan Agenda RPJMN 2004‐2009
2004 2005 2007 2008 2009
1 Gender Development Index
57,39
58,62
53,45
54,68
55,36
2 Gender Empowerment Measurement
57,06
61,91
50,91
55,76
60,61
3 Index Pembangunan Manusia
60,90
62,90
63,41
57,17
59,17
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 87
Lampiran- 5 No
Indikator Periode pelaksnaan Agenda RPJMN 2004‐2009
2004 2005 2006 2007 2008 2009
1 Angka Partisipasi Murni Tingkat SD 85,21
72,56
78,11
80,92
82,90
84,90
2 Angka Partisipasi Kasar Tingkat SD 104,64
91,06
98,83
101,01
99,42
97,83
3 Rata‐Rata Nilai Akhir Tingkat SMP 4,55
3,94
3,94
3,94
6,03
5,42
4 Rata‐Rata Nilai Akhir Tingkat Menengah
4,15
5,24
6,23
6,00
6,09
7,18
5 Angka Putus Sekolah Tingkat SD (%)
7,18
7,23
4,04
3,35
3,40
6,59
6 Angka Putus Sekolah Tingkat SMP (%)
24,34
6,05
3,55
3,53
6,05
24,34
7 Angka Putus Sekolah Tingkat Menengah (%)
6,88
5,04
4,81
4,69
4,92
6,76
8 Angka Melek Huruf
74,20
74,90
75,40
74,40
75,80
75,10
9 Presentase Guru Layak Mengajar Terhadap Seluruhnya Tingkat SMP (%)
76,44
76,70
68,05
81,26
81,52
72,87
10 Presentase Guru Layak Mengajar Terhadap Seluruhnya Tingkat Sekolah Menengah (%)
72,92
72,13
81,65
82,55
81,76
91,28
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 88
Lampiran-6
No Indikator Periode pelaksnaan Agenda RPJMN 2004‐2009
2004 2005 2006 2007 2008 2009
1 Pertanian‐ PDRB Sektor Pertanian Atas
Dasar Harga Berlaku (Rp. Miliar)
3,91
4,54
5,14
5,53
6,16
6,76
2 Kehutanan‐ Persentase Luas Lahan
Rehabilitas Dalam Hutan terhadap lahan Kritis (%)
0,01
0,11
0,21
0,02
0,12
0,22
3 Kelautan‐ Jumlah Tindak Pidana Perikanan
7,00
5,00
30,00 ‐
5,00
7,00
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 89
Lampiran-7 No Indikator Periode pelaksnaan Agenda RPJMN 2004‐2009
2004 2005 2006 2007 2008 2009
1 Presentase Jalan Nasional dalam Kondisi Baik (%)
25,74
45,74
23,88
1,70
5,73
3,73
2 Presentase Jalan Nasional dalam Kondisi Sedang (%)
39,02
45,53
14,35
37,57
41,10
11,10
3 Presentase Jalan Nasional dalam Kondisi Rusak (%)
35,24
13,87
61,78
60,72
53,17
54,23
4 Presentase Jalan Propinsi dalam Kondisi Baik (%)
37,21
37,52
37,83
34,14
38,45
38,76
5 Presentase Jalan Propinsi dalam Kondisi Sedang (%)
30,22
24,88
19,53
14,19
19,53
24,87
6 Presentase Jalan Propinsi dalam Kondisi Rusak (%)
35,57
39,01
42,64
45,98
49,32
52,66
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 90
Lampiran-8
No Indikator Periodisasi Pelaksanaan Agenda RPJMN 2004‐2009
2004 2005 2006 2007 2008 2009
1 Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) ‐22,53 36,40 17,14 4,34 ‐1,49 15,49
2 Persentase Export Terhadap PDRB (%) 44,46 61,45 69,11 61,87 69,53 62,29
3 Persentase Output Manufaktur Terhadap PDRB (%) 2,51 1,62 1,78 1,62 2,35 1,62
4 Pendapatan Perkapita (Jutaan Rupiah) 13,26 23,26 23,76 27,47 17,47 17,47
5 Laju Inflasi 9,45 14,15 9,52 10,35 12,35 7,72
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 91
Lampiran-9
No Indikator Periodisasi Pelaksanaan Agenda RPJMN 2004‐2009
2004 2005 2006 2007 2008 2009
1 Nilai Realisasi Investasi PMDM (Rp Puluhan Milyar) 5. 45 0,43 4,03 0,00 2,94 0,41
2 Nilai Persetujuan Rencana Investasi PMDN (Rp Puluhan Milyar) 0,44 16,07 5,31 19,84 10,18 380,73
3 Nilai Realisasi Investasi PMA (US Juta) 0,00 0,00 0,00 0,40 17,80 1,80
4 Realisasi Persetujuan Rencana Investasi PMA (US Juta) 49,60 13,70 121,50 125,00 89,10 196,90
5 Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja PMA 0,00 0,00 2,00 35,00 25,00 15,00
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 92
Lampiran-10
No Indikator Periodisasi Pelaksanaan Agenda RPJMN 2004‐2009
2004 2005 2006 2007 2008 2009
1 Umur Harapan Hidup (Tahun) 65,80 67,30 67,60 67,90 69,50 69,80
2 Angka Kematian Bayi (Per 1000 Kelahiran) 26,20 29,00 32,80 41,00 30,70 27,20
3 Gizi Buruk (%) 17,40 13,80 10,20 6,60 10,20 13,80
4 Gizi Kurang (%) 20,40 17,50 15,40 14,60 12,50 10,40
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 93
Lampiran-11
No Indikator Periodisasi Pelaksanaan Agenda RPJMN 2004‐2009
2004 2005 2006 2007 2008 2009
1 Contraceptive Prevalence Rate (%) 46,78 43,50 40,22 50,05 47,77 50,05
2 Pertumbuhan Penduduk (%) 0,57 0,64 ‐21,62 2,11 2,03 1,99
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Papua, Tahun 2010 94
Lampiran-12
No Indikator Periode pelaksnaan Agenda RPJMN 2004‐2009
2004 2005 2006 2007 2008 2009
1 Persentase Penduduk Miskin (%)
38,69
40,83
41,52
40,78
37,08
37,52
2
Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
8,00
17,86
5,83
5,01
4,39
4,13
top related