laporan akuntabilitas kinerja puslitbang...
Post on 01-Sep-2018
230 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSLITBANG TANAMAN PANGAN
TAHUN 2012
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 i
KATA PENGANTAR
Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Tanaman Pangan merupakan instansi pemerintah di bawah Badan
Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian. Tugas dan fungsinya adalah melaksanakan penelitian dan pengembangan
pada tanaman padi dan palawija untuk mendukung pembangunan pertanian, serta melaksanakan penyelenggaraan
pemerintahan yang mencakup sumber daya manusia, dana, dan sumber daya penelitian.
Sebagai salah satu unit kerja yang mandiri, Puslitbang Tanaman Pangan wajib membuat dan menyampaikan laporan
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) di bidang penelitian dan pengembangan pertanian khususnya tanaman
pangan. Penyusunan laporan kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2012 ini telah mengacu pada pedoman penyusunan
LAKIP yang disusun oleh Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia tahun 2003.
Laporan ini merupakan media komunikasi pencapaian tujuan dan sasaran stratejik organisasi kepada para pengguna
yang dibuat sebagai perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang dipercayakan kepada Puslitbang Tanaman
Pangan berdasarkan suatu sistem akuntabilitas yang memadai, sesuai dengan Inpres Nomor 7 tahun 1999.
Semoga laporan ini dapat memenuhi harapan masyarakat dan dalam rangka membangun kinerja khususnya dalam kegiatan penelitian dan
pengembangan pertanian sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pengembangan IPTEK tanaman pangan.
Bogor, 13 Januari 2013
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Dr. Hasil Sembiring
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 ii
IKHTISAR EKSEKUTIF
Kebutuhan bahan pangan makin meningkat seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk. Mengandalkan pangan impor
untuk memenuhi kebutuhan nasional dinilai kurang tepat karena
akan mempengaruhi aspek sosial, ekonomi, dan politik, sehingga
peningkatan produksi pangan di dalam negeri terus diupayakan.
Indonesia memiliki peluang besar meningkatkan produksi
pangan yang dapat ditempuh melalui peningkatan produktivitas dan
perluasan areal tanam ke lahan suboptimal, seperti lahan sawah
tadah hujan, lahan kering, dan lahan rawa pasang surut, serta
peningkatan indeks pertanaman. Ketersediaan inovasi teknologi
sangat diperlukan. Karena itu, perakitan dan perekayasaan inovasi
teknologi tanaman pangan perlu didukung oleh perencanaan yang
sistematis dan terarah, sinergi antar-institusi terkait, sumber daya
manusia (SDM) profesional, dan fasilitas penelitian yang memadai
dan manajemen operasional yang transparan, efektif, dan efisien.
Secara nasional, kontribusi inovasi teknologi tanaman pangan
terhadap peningkatan produksi dan pendapatan sangat nyata.
Penggunaan varietas unggul padi telah mendominasi 90% areal
panen dari seluas 12 juta ha. Dengan peningkatan produktivitas
0,75 t gabah/ha sementara harga gabah Rp. 2.800/kg, sumbangan
penggunaan varietas unggul baru padi mencapai Rp. 22,7 triliun.
Demikian pula hanya dengan komoditas pangan lainnya. Dominasi
varietas unggul baru jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau,
ubikayu, dan ubijalar masing-masing 45%, 80%, 80%, 35% dan
80% dari total areal panen berturut-turut seluas 4 juta ha, 0,7 juta
ha, 0,3 juta ha, 0,3 juta has, 1,2 juta ha dan 0,2 juta ha.
Peningkatan produktivitas palawija dengan penerapan varietas
unggul baru masing-masing 1,0 t/ha untuk jagung, 0,5 t/ha untuk
kedelai, 0,5 t/ha untuk kacang tanah, 0,5 t/ha untuk kacang hijau,
6,0 t/ha untuk ubikayu dan 1,0 t/ha ubijalar. Dengan harga jagung,
kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubikayu, dan ubijalar masing-
masing Rp. 2.150, Rp. 6.250, Rp. 8.000, Rp. 5000, Rp. 540, dan
Rp. 1.000/kg, maka kontribusi pengembangan varietas unggul baru
palawija masing-masing sebesar Rp. 3,9 triliun, Rp. 1,8 triliun, Rp.
960 miliar, Rp. 600 miliar, Rp. 1,4 triliun, dan Rp. 160 miliar.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor
61/Permentan/OT.140/10/2010 tahun 2010, Puslitbang Tanaman
Pangan bertugas melaksanakan kebijakan teknis, rencana dan
program, penelitian dan pengembangan tanaman pangan, serta
pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan. Dalam
melaksanakan tugasnya, Puslitbang Tanaman Pangan menyeleng-
garakan fungsi: a) penyusunan kebijakan teknis, rencana dan
program, serta pemantauan/evaluasi penelitian dan pengembangan
tanaman pangan, b) pelaksanaan kerja sama dan pendayagunaan
hasil penelitian dan pengembangan tanaman pangan, c) penelitian
dan pengembangan tanaman pangan, dan d) pengelolaan urusan
tata usaha Puslitbang Tanaman Pangan.
Tujuan
Tujuan Puslitbang Tanaman Pangan dalam renstra tahun
2010 – 2014 ditetapkan sebagai berikut: (1) Mengembangkan dan
memanfaatkan keragaman sumber daya genetik untuk perakitan
varietas unggul baru guna meningkatkan produktivitas, kandungan
mineral, dan vitamin sesuai preferensi konsumen, serta adaptif
terhadap cekaman faktor biotik dan abiotik dampak perubahan
iklim, (2) Menghasilkan teknologi optimasi pemanfaatan sumber
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 iii
daya tanah (lahan dan air), tanaman, dan organisme pengganggu
tanaman yang dapat merealisasikan potensi hasil dan mengurangi
emisi gas rumah kaca (methan) di lahan suboptimal dan antisipasi
dampak iklim ekstrim, (3) Mempercepat alih teknologi dan distribusi
benih sumber kepada pengguna mendukung program strategis
Kementerian Pertanian, (4) Menghasilkan rekomendasi kebijakan
pembangunan pertanian yang bersifat antisipatif dan responsif
dalam kerangka pembangunan sistem pertanian industrial, (5)
Mengembangkan jejaring dan kerja sama kemitraan dengan dunia
usaha, pemerintah daerah, lembaga penelitian di dalam dan luar
negeri, dan (6) Meningkatkan kualitas dan mengembangkan
sumber daya penelitian.
Sasaran
Untuk dapat menjadi lembaga rujukan iptek dan sumber
inovasi teknologi yang bermanfaat sesuai kebutuhan pengguna,
sasaran strategis tahunan Puslitbang Tanaman Pangan adalah: (1)
Tersedianya informasi sumber daya genetik tanaman pangan, (2)
Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan, (3) Tersedianya
benih sumber varietas unggul baru tanaman pangan untuk
penyebaran varietas berdasarkan SMM ISO 9001-2008, (4)
Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer
tanaman pangan, dan (5) Tersedianya rumusan kebijakan
pengembangan tanaman pangan.
Kendala
Perubahan Iklim Global. Krisis pangan dunia akhir-akhir ini
berkaitan erat dengan perubahan iklim akibat pemanasan global.
Perubahan iklim akan berdampak luas terhadap berbagai aspek
kehidupan dan sektor pembangunan pertanian. Indonesia sebagai
negara kepulauan yang terletak di daerah khatulistiwa sangat
rentan terhadap perubahan iklim. Pertanian mengalami dampak
paling serius dan kompleks akibat perubahan iklim biofisik dan
teknis, serta sosial-ekonomi. Perubahan iklim berdampak terhadap
penurunan produksi pertanian dan ancaman perubahan keaneka-
ragaman hayati yang nantinya dapat menjadi penyebab eksplosi
hama dan penyakit tanaman. Dampak lainnya, bergesernya pola
dan kalender tanam karena rawan banjir dan kekeringan.
Status, Konversi, dan Degradasi Lahan. Jumlah rumah tangga
petani gurem (kepemilikan lahan <0,5 ha) meningkat dari 10,9 juta
rumah tangga tahun 2003 menjadi 13,7 juta rumah tangga saat ini.
Rata-rata pemilikan lahan petani di pedesaan di Jawa 0,41 ha dan
0,96 ha di Luar Jawa, dan cenderung menurun. Kondisi tersebut
disebabkan meningkatnya konversi lahan pertanian untuk keperluan
pemukiman dan fasilitas umum serta fragmentasi lahan.
Kelangkaan Energi Fosil. Kelangkaan sumber energi fosil
memicu kenaikan harga BBM di pasar internasional yang ber-
dampak terhadap kenaikan biaya produksi pada industri pertanian
maupun transportasi. Kenaikan harga BBM tentunya biaya sarana
produksi pertanian dan produk olahan pangan akan meningkat
pula. Oleh karena itu, perlu dikembangkan energi alternatif
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 iv
terbarukan berbasis nabati, biopestisida, pestisida nabati, dan
pemanfaatan limbah pertanian untuk pupuk maupun energi.
Sarana dan Kelembagaan Sarana Produksi. Hingga saat ini
masih dijumpai adanya senjang (gap) produktivitas dan mutu hasil
penelitian dengan di tingkat petani. Penyebab utamanya adalah (a)
perbedaan ketersediaan sarana produksi, yaitu benih/bibit unggul
bermutu, pupuk, pakan, pestisida/obat-obatan, alat dan mesin
pertanian dan (b) belum berkembangnya kelembagaan pelayanan
penyedia sarana produksi. Keterbatasan sarana seperti jalan
usahatani berpengaruh terhadap kelancaran arus input dan output
produksi pertanian yang mempengaruhi produktivitas pertanian.
Keterbatasan kelembagaan tani juga berpengaruh dalam akses
sumber pembiayaan dan pemasaran hasil pertanian. Dalam
pembangunan pertanian ke depan, senjang ini harus dipersempit
melalui pengembangan sarana dan kelembagaan yang memadai di
tingkat usahatani.
Sumber Daya Penelitian. Perbandingan jumlah peneliti dengan
tenaga nonpeneliti/administrasi 1 : 3,5 yang kurang ideal bagi
lembaga penelitian. Dalam 5 tahun ke depan jumlah tenaga yang
akan memasuki usia pensiun sekitar 30 orang/tahun, termasuk
peneliti yang memiliki bidang kepakaran spesifik seperti pemulia
tanaman. Hasil analisis TCM dan ECM menunjukkan bahwa untuk
mencapai Critical Mass Puslitbang Tanaman Pangan dalam 5
tahun ke depan memerlukan 74 peneliti (12 S3, 23 S2, dan 39 S1).
Sarana penelitian berupa 18 unit laboratorium di setiap Balai
Penelitian telah digunakan secara optimal. Dari 18 laboratorium, 2
laboratorium telah terakreditasi SNI 19-17025: 2005. Upaya yang
dilakukan yaitu terus meningkatkan kompetensi laboratorium yang
belum terakreditasi hingga diperoleh pengakuan internasional.
Kebun percobaan seluas 704,1 ha sebagian belum dimanfaat-
kan secara optimal baik untuk penelitian maupun sebagai sumber
PNBP. Keadaan ini di antaranya karena ketersediaan SDM yang
lemah dan dana pengelolaan kebun yang kurang memadai.
Implikasi bagi Puslitbang Tanaman Pangan
Implikasi penting bagi Puslitbang Tanaman Pangan adalah
perlunya: (1) meningkatkan akuntabilitas dan kredibilitas lembaga
dengan meningkatkan efektivitas dan efisiensi program, ouput, dan
kualitas SDM, (2) meningkatkan penguasaan Iptek mutakhir melalui
penelitian dan pengembangan tanaman pangan serta kemutakhiran
teknologi yang dihasilkan, dan (3) memperluas jaringan kerja sama
penelitian antar-lembaga penelitian nasional dalam rangka
pemanfaatan/diseminasi hasil penelitian. Litbang tanaman pangan
harus fokus pada penciptaan teknologi benih/bibit, dan teknologi
budi daya dan pascapanen primer untuk meningkatkan nilai tambah
berdaya saing. Kegiatan riset ditujukan untuk meningkatkan daya
saing komoditas dengan karakteristik sesuai keinginan konsumen.
Penelitian kebijakan tetap diperlukan dalam rangka evaluasi
kebijakan maupun penyusunan usulan rekomendasi kebijakan
pembangunan pertanian. Rekomendsai kebijakan mencakup aspek
teknologi, ekonomi, sosial (kelembagaan) dan lingkungan, serta
fokus pada upaya untuk mendukung terwujudnya pertanian
industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumber daya lokal.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 v
Orientasi litbang tanaman pangan adalah mendukung
pencapaian produktivitas dan produksi 4-F (Food, Feed, Fiber dan
Fuel). Berdasarkan potensi dan peluang pengembangan prioritas
tanaman pangan untuk food, feed, dan fibre adalah padi (hibrida
dan VUTB), jagung (hibrida dan komposit), dan kedelai. Untuk fuel
dikembangkan ubi kayu dan sorgum. Ketersediaan energi dari fosil
yang makin terbatas, maka perlu dicarikan sumber energi lain. Di
antaranya ubi kayu, sorgum dan limbah pertanian seperti jerami,
tongkol dan hijauan lainnya serta kotoran ternak dapat diolah
menjadi sumber energi alternatif terbarukan. Apabila energi sumber
nabati dan limbah ini dapat dikembangkan terutama di pedesaan,
akan tercipta masyarakat mandiri energi terutama untuk memenuhi
kebutuhan energi rumah tangga sehari-hari.
Dalam lima tahun ke depan, optimalisasi pemanfaatan lahan
kering yang banyak tersedia di luar Jawa menjadi sangat penting.
Karena itu, perlu dicari inovasi teknologi antara lain: (1) varietas
unggul baru umur genjah toleran cekaman biotik, abiotik, dan
produktivitas tinggi, (2) pola manajemen air irigasi yang efisien, (3)
teknologi penanggulangan kelelahan lahan (soil fatigue), (4) sistem
usahatani konservasi di DAS yang berwawasan lingkungan, dan (5)
pengembangan komoditas pertanian bernilai tinggi, khususnya
untuk lahan sawah di Jawa.
Puslitbang Tanaman Pangan bekerja sama dengan Lembaga
Riset lainnya akan melakukan: a) Perakitan varietas unggul (toleran
genangan, kekeringan, salinitas, umur genjah, organisme
pengganggu tanaman), teknologi pengelolaan lahan/tanah/
pemupukan dan air, dan b) Sosialisasi dan pengembangan
teknologi model adaptasi perubahan iklim, seperti Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT), Sistem Integrasi Tanaman dan Ternak,
Teknologi hemat air, dan Carbon Efficient Farming (CEF).
Untuk penurunan emisi gas rumah kaca, Puslitbang Tanaman
Pangan bekerja sama dengan lembaga riset lainnya mendukung
Program Utama Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah
Kaca (RAN-PE-GRK) melalui penelitian dan pengembangan: a) budi
daya tanaman ramah lingkungan, b) biopestisida, c) pemanfaatan
kotoran/urine ternak dan limbah pertanian untuk energi dan pupuk
organik, dan d) teknologi rendah emisi, metodologi MRV
(measurable, reportable, verifiable) sektor pertanian.
Program pemuliaan untuk mendapatkan varietas unggul lebih
terarah dan dapat dipercepat melalui molecular breeding. Marka
molekuler dapat digunakan sebagai alat bantu dalam seleksi,
sehingga seleksi dilakukan lebih cepat dan efisien. Mikroba dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan pestisida hayati yang ramah
lingkungan dan senyawa bioaktif yang potensial untuk keperluan
industri, serta sumber gen-gen penting untuk rekayasa genetika.
Penerapan invensi hasil litbang pertanian dalam rangka
percepatan diseminasi inovasi teknologi, merupakan faktor penentu
bagi upaya percepatan pelaksanaan program pembangunan
pertanian dalam arti umum. Kegiatan kerja sama dan peningkatan
jejaring kerja dapat dikategorikan menjadi: (1) memperkuat dan
memperluas jejaring kerja dengan lembaga-lembaga penelitian
pemerintah dan perguruan tinggi untuk mengoptimalkan
penggunaan sumber daya, menghilangkan tumpang tindih
penelitian, konvergensi program litbang dan meningkatkan kualitas
penelitian, (2) memperkuat keterkaitan dengan swasta, lembaga
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 vi
penyuluhan dan pengambil kebijakan dengan melibatkan mereka
pada tahap penyusunan program dan perancangan penelitian
untuk mengefektifkan diseminasi hasil penelitian, dan (3)
meningkatkan keterlibatan dalam jejaring kerja internasional baik
bilateral, multilateral, maupun regional.
Ke depan, peneliti Puslitbang Tanaman Pangan harus
profesional, harus mampu menghasilkan jasa atau layanan sesuai
dengan protokol dan peraturan dalam bidangnya. Peneliti yang
telah ahli dalam suatu bidang disebut "profesional". Karakter yang
perlu dimiliki seorang peneliti adalah bertanggungjawab, jujur,
respek, integritas, bermartabat dan patriotik dalam arti mempunyai
kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.
Laboratorium dan kebun percobaan sangat potensial untuk
dimanfaatkan sebagai sumber PNBP. Adanya masalah SDM yang
lemah, dana pengelolaan kebun yang kurang memadai,
berimplikasi perlunya dilakukan revitalisasi SDM dan pendanaan.
Pelatihan dan magang di laboratorium atau kebun percobaan yang
telah berkembang perlu dilakukan, di samping mencoba melakukan
kerja sama dengan pihak ketiga jika dana APBN terbatas.
Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Kinerja Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan pada tahun 2012 dapat dilihat pada analisis akuntabilitas
kinerja yang mencapai 132,90%. Pencapaian kinerja tersebut
digolongkan dalam kategori sangat berhasil. Beberapa varietas
unggul baru telah dilepas tahun 2012 dan disebarluaskan melalui
BPTP dan media publikasi lainnya antara lain: padi, jagung,
kedelai, kacang tanah, dan ubijalar. Secara rinci varietas padi
unggul baru yang telah dilepas yaitu 1) Varietas unggul baru padi,
antara lain Inpari 22, Inpari 23 Bantul, Inpari 24 Gabusan, Inpari 25
Opak Jaya, Inpari 26, Inpari 27, Inpari 28 Kerinci, Inpari 29
Rendaman, Inpari 30 Ciherang Sub-1, Inpara 7, Inpago 9 dan
Inpari 21 Batipuah, 2) Varietas unggul baru serealia, antara lain
jagung hibrida varietas Bima Putih 1, Bima Putih 2, Bima 16, Bima
17, Bima 18, sedangkan varietas gandum dan sorgum masih
menunggu SK Menteri Pertanian untuk secara resmi dilepas, 3)
Varietas unggul kacang-kacangan, yaitu 1 VUB kedelai dengan
nama Dering-1, dan 4 VUB kacang tanah (Takar-1, Takar-2,
HypoMa-1, dan HypoMa-2).
Perakitan teknologi tanaman pangan pada tahun 2012 telah
dirakit sebayak 16 paket teknologi budi daya panen dan
pascapanen tanaman pangan, antara lain:
Teknologi produksi padi di lahan pasang-surut dan di lahan
terdampak salinitas.
Budi daya padi gogo untuk panen dua kali dalam setahun.
Pengendalian penyakit hawar daun bakteri dengan pestisida
nabati.
Budi daya varietas unggul hibrida (HIPA – 8) pada sawah irigasi.
Konservasi musuh alami untuk pengendalian dini penyakit
tungro.
Teknologi validasi dan verifikasi metode analisis kandungan
amilosa beras dengan prinsip pengikatan iodin (I) kalium iodida
(KI).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 vii
Peta Biopestisida hayati berbahan aktif HaNPV.
Peningkatan hasil jagung melalui pendekatan PTT dalam konsep
IP400 di lahan kering dan lahan sawah.
Penekanan kehilangan hasil pada proses perontokan gandum.
Penurunan kandungan tanin sorgum pada proses penyosohan.
VIR-GRA. Bioinsektisida efektif untuk mengendalikan hama
pemakan daun (Spodoptera litura) dan hama penggerek polong
kedelai (Etiella zinckenella).
BIO-LEC. Biopestisida efektif yang berbahan aktif konidia
cendawan entomopatogen Lecanicillium lecanii untuk
pengendalian hama pengisap polong kedelai (Riptortus linearis)
dan ramah lingkungan.
ILETRISOY: Formulasi pupuk hayati multi isolat cocok untuk budi
daya kedelai di lahan masam.
Pupuk organik “SANTAP-M”.
Alat pengering kedelai.
Penyimpanan benih kedelai.
Teknologi Berbagai inovasi teknologi yang telah dihasilkan
Puslitbang Tanaman Pangan diharapkan dapat mendukung 4
sukses Kementerian Pertanian. Selanjutnya tidak hanya
meningkatkan kesejahteraan petani dan pembangunan pertanian,
tetapi juga meningkatnya pembangunan ekonomi nasional dan
kesejahteraan penduduk Indonesia pada umumnya.
Capaian kinerja akuntabilitas bidang keuangan Puslitbang
Tanaman Pangan berdasarkan kelompok kegiatan dan sasaran pada
umumnya telah berhasil dalam mencapai sasaran dengan baik.
Realisasi anggaran lingkup puslitbang tanaman pangan sampai
dengan 31 Desember 2012 sebesar Rp.130.810.303.167,- atau
96,06% terdiri dari belanja pegawai Rp. 46.904.034.882,-
(95,98%), belanja barang Rp. 62.999.604.413,- (97,03), belanja
modal Rp. 20.906.663.872,- (93,43) dan sisa anggaran TA. 2012
sebesar Rp. 5.362.585.833,- atau (3,94%).
Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak lingkup Puslitbang
Tanaman Pangan sampai dengan akhir bulan Desember 2012
sebesar Rp. 4.085.082.692,- (129,86%) dari target PNBP sebesar
Rp. 3.145.724.724,- yang terdiri dari target penerimaan umum
sebesar Rp. 115.622.564,- dan penerimaan fungsional Rp.
3.030.102.160,- dengan realisasi penerimaan umum Rp.
228.400.192,- (197,54%) dan penerimaan fungsional Rp.
3.856.682.500,- (127,28%).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 viii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ................................................................. i
Ikhtisar Eksekutif ............................................................. ii
Daftar Isi .......................................................................... ix
Daftar Tabel ...................................................................... x
Daftar Gambar .................................................................. xi
Daftar Lampiran ................................................................ xiii
I. Pendahuluan ................................................................ 1
1.1. Tugas ………………………………………………………………. 1
1.2. Fungsi ………………………………………………………………. 1
1.3. Struktur Organisasi dan Jumlah Pegawai ……………… 1
II. Perencanaan dan Perjanjian Kinerja..………………….. 4
2.1. Rencana Stratejik ……………………………………………... 4
2.2. Rencanaan Kerja Tahunan ..…………………..………….. 12
2.3. Perjanjian Kinerja ................................................. 15
III. Akuntabilitas Kinerja …………………………………........... 21
3.1. Pengukuran Kinerja …………………………………………... 21
3.2. Analisis Capaian Kinerja ........................................ 23
3.3. Akuntabilitas Keuangan ……………………………........... 69
IV. Penutup ..................................................................... 74
4.1. Keberhasilan ......................................................... 74
4.2. Hambatan/Masalah ............................................... 75
4.3. Pemecahan Masalah .............................................. 76
Lampiran:
Rencana Stratejik
Rencana Kinerja Tahunan
Penetapan Kinerja
Pengukuran Kinerja
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 ix
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Distribusi SDM di Lingkup Puslitbang Tanaman Pangan Berdasarkan Pendidikan 31 Desember 2012.................. 2 2. Rencana Kerja Tahunan Puslitbang Tanaman Pangan
2012............................................................................ 14 3. Penetapan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
2012............................................................................ 15 4. Pengukuran Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2012.... 22 5. Varietas Unggul yang telah Dilisensikan ......................... 26 6. Varietas Unggul Baru Padi yang Dilepas Tahun 2012 ...... 28 7. Distribusi Benih Sumber di 32 Propinsi, Desember 2012.. 33 8. Makalah Ilmiah yang Diterbitkan Melalui Jurnal Penelitian
Tanaman Pangan 2012 ............................................... 68 9. Akuntabilitas Keuangan Puslitbang Tanaman Pangan Berdasarkan Indikator Sasaran Kegiatan Tahun 2012 .... 70 10. Rekapitulasi Capaian Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
Tahun 2012 ................................................................. 72
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Struktur organisasi Puslitbang Tanaman Pangan 2012 ...... 3
2. Keragaan di lapang VUB padi Inpari 26, Inpari 28 Kerinci, Inpari 27, Inpari 24 Gabusan, Inpari 25 Opak Jaya, dan Inpago 9.......................................................................... 29
3. Keragaan di lapang VUB Kedelai Dering 1, Ubikayu Varietas Litbang UK2, Kacang Tanah Varietas Takar-1 dan Jagung Varietas Bima Putih-2 ....................................................... 30
4. Wakil Menteri Pertanian meninjau pameran yang ditampilkan pada pameran MDG’s Award 2012 di Balai Kartini, Jakarta Selatan............................................................................ 59
5. Hasil inovasi teknologi Puslitbangtan yang dipamerkan di stan Kementerian Pertanian pada Pameran Jakarta Food Security Summit pada 7-10 Februari 2012......................... 60
6. Stand Badan Litbang Pertanian selalu ramai pengunjung melihat hasil inovasi dampak perubahan iklim pada 2
nd
Indonesia Climate Change Education Forum & Expo di Assembly JCC ................................................................... 61
7. Menteri Lingkungan Hidup, Balthasar Kambuaya memberikan sambutan pembukaan 2nd Indonesia Climate Change Education Forum & Expo di Assembly Jakarta Convention Center (JCC) 19 April 2012 ............................................. 61
8. Menteri Lingkungan Hidup, Balthasar Kambuaya kagum atas upaya Badan Litbang Pertanian dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim dengan merakit varietas unggul tanaman pangan yang dapat beradaptasi dalam keadaan kekeringan maupun kebanjiran ......................................... 61
9. Menteri Negara Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta saat membuka RITech Expo 2012 dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional di Sabuga ITB Bandung ....................................................... 63
10. Kepala Badan Litbang Pertanian mengunjungi pameran dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional di Sabuga ITB Bandung ...................................... 63
11. Produk olahan dari umbi-umbian dan jagung hasil inovasi yang dipamerkan di stan Badan Litbang Pertanian pada RITech Expo 2012 di Sabuga ITB Bandung ........................ 63
12. Seminar International Maize Conference tanggal 22-24 November 2012 di Gorontalo............................................. 64
13. Kunjungan lapang dan diskusi interaktif antara pakar international CIMMYT dengan petani jagung di Gorontalo... 65
14. Kunjungan lapang Wakil Menteri Pertanian di lokasi gelar
teknologi tanaman jagung Badan Litbang Pertanian ......... 65
15. Kunjungan Wakil Presiden RI, Mensesneg, dan Menteri Pertanian pada acara Hari Pangan Sedunia ....................... 66
16. Publikasi hasil penelitian tanaman pangan 2012.................. 67
17. Tampilan website lingkup Puslitbangtan membantu menyebarkan inovasi melalui internet ................................ 67
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2011 xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Formulir Rencana Strategik (RS), tahun 2012
2. Formulir Rencana Kinerja (RKT), tahun 2012
3. Formulir Penetapan Kinerja (PKT), tahun 2012
4. Formulir Pengukuran Kinerja (PK), tahun 2012
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 1
I. PENDAHULUAN
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.61/Permentan/
OT.140/10/2010 tentang organisasi dan tata kerja Kementerian
Pertanian, kedudukan, tugas, dan fungsi Puslitbang Tanaman
Pangan sebagai berikut:
1.1. TUGAS
Puslitbang Tanaman Pangan sebagai salah satu unit kerja di
bawah Badan Litbang Pertanian memperoleh mandat
melaksanakan penelitian dan pengembangan padi dan
palawija. Mandat tersebut dilaksanakan oleh: (a) Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi di Sukamandi – Jawa Barat, (b) Balai
Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian di
Malang – Jawa Timur, (c) Balai Penelitian Tanaman Serealia di
Maros – Sulawesi Selatan, dan (d) Loka Penelitian Penyakit
Tungro di Lanrang, Sidrap, Sulawesi Selatan.
Tugas yang diemban adalah menyiapkan perumusan
kebijakan dan program serta melaksanakan penelitian dan
pengembangan tanaman pangan. Penelitian yang dilakukan
bersifat mendasar dan strategis untuk mendapatkan teknologi
tinggi dan inovatif yang berlaku bagi agroekologi dominan di
beberapa wilayah. Penelitian yang bersifat hulu (upstream)
ditujukan untuk mengembangkan teknologi dasar dan
teknologi generik yang akan diuji daya adaptasinya oleh BPTP
sebelum disebarluaskan kepada petani.
1.2. FUNGSI
Dalam melaksanakan tugasnya, Puslitbang Tanaman Pangan
menyelenggarakan fungsi yaitu: a) penyiapan rumusan dan
kebijakan penelitian dan pengembangan, b) perumusan
program penelitian dan pengembangan, c) pelaksanaan kerja
sama dan pendayagunaan hasil penelitian dan pengem-
bangan, d) pelaksanaan penelitian dan pengembangan, e)
evaluasi serta pelaporan pelaksanaan penelitian dan
pengembangan tanaman pangan, dan f) pelaksanaan urusan
tata usaha dan rumah tangga di tingkat pusat.
1.3. STRUKTUR ORGANISASI DAN JUMLAH PEGAWAI
Untuk melaksanakan mandat, tugas, dan fungsinya,
Puslitbang Tanaman Pangan didukung sejumlah tenaga
peneliti dan administrasi guna melaksanakan penelitian dan
pengembangan tanaman pangan. Jumlah pegawai di lingkup
Puslitbang Tanaman Pangan per 31 Desember 2012
berjumlah 841 orang. Berdasarkan tingkat pendidikan, 54
orang berpendidikan S3 (Doktor), 92 orang S2, 180 orang S1
(Tabel 1). Bahkan 11 di antaranya peneliti telah dikukuhkan
menjadi Profesor Riset dari berbagai disiplin ilmu. Rasio
tingkat pendidikan S3:S2:S1 hampir mendekati kondisi ideal
yaitu 1:2:4. Adapun struktur organisasi Puslitbang Tanaman
Pangan disajikan pada Gambar 1.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 2
Tabel 1. Distribusi SDM di lingkup Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan pendidikan, 31 Desember 2012.
Unit Kerja S3 S2 S1 SM D3 D2 SLTA SLTP SD Total
Puslitbangtan 9 5 15 5 5 1 47 9 6 100
BB Padi 14 28 54 10 10 2 103 15 38 266
Balitkabi 17 30 59 5 5 1 69 19 24 226
Balitsereal 14 27 41 7 7 - 79 18 24 220
Lolit Tungro 1 2 11 1 1 - 10 - 3 29
Jumlah 54 92 180 28 28 4 308 61 95 841
Kontribusi nyata Puslitbang Tanaman Pangan adalah varietas
unggul baru padi dan palawija, teknologi budi daya, benih sumber,
serta kebijakan tanaman pangan, mewarnai keberhasilan capaian
swasembada beras dan jagung sejak tahun 2008. Padi varietas
INPARI 13 diminati di beberapa propinsi karena tahan wereng
coklat. Jagung hibrida BIMA 12Q dan 13Q yang mengandung
protein tinggi sesuai untuk diversifikasi pangan akan dikembangkan
oleh Pemda Sulawesi Selatan. Kedelai varietas Dering-1 yang
dilepas tahun 2012, berumur genjah 81 hari dengan potensi hasil
2,8 ton/ha diharapkan segera berkembang di masyarakat untuk
percepatan pencapaian swasembada kedelai 2014.
Berdasarkan angka tetap BPS tahun 2011 produksi padi 65,76
juta ton GKG dan pada tahun 2012 meningkat 68,96 juta ton
(105%). Produktivitas padi juga meningkat tahun 2012 menjadi
5,12 ton/ha dibanding 2011 produktivitasnya hanya 4,98 ton/ha.
Produksi jagung tahun 2011 sebesar 17,64 juta ton pipilan
kering, sedangkan tahun 2012 sebesar 18,97 juta ton atau naik
107% dibanding tahun 2011. Produktivitas tahun 2012 meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 102%, tahun 2011
produktivitas jagung rata-rata 4,6 ton/ha pipilan kering sedangkan
tahun 2012 rata-rata 4,7 ton/ha jagung pipilan kering. Produksi
kedelai tahun 2012 sebesar 0,78 juta ton biji kering, atau turun
92% dibandingkan tahun 2011. Hal tersebut disebabkan oleh
menurunnya jumlah luas panen dari 622.254 ha pada tahun 2011
menjadi 570.495 pada tahun 2012. Namun, produktivitasnya
meningkat dari 1,36 ton/ha tahun 2011 menjadi 1,37 ton/ha pada
tahun 2012.
Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan
akan terus dipacu untuk mencapai swasembada padi dan jagung
berkelanjutan serta pencapaian swasembada kedelai tahun 2014.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 3
Gambar 1. Struktur organisasi Puslitbang Tanaman Pangan, 2012.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 4
II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
2.1. RENCANA STRATEJIK
2.1.1. Visi
Visi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
merupakan bagian integral dari visi pembangunan
pertanian dan pedesaan Indonesia. Visi Badan Litbang
Pertanian adalah:
”Pada tahun 2014 menjadi lembaga penelitian dan
pengembangan pertanian berkelas dunia yang
menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi
pertanian untuk mewujudkan pertanian industrial
unggul berkelanjutan berbasis sumber daya lokal”
Sejalan dengan visi Badan Litbang Pertanian, maka
Puslitbang Tanaman Pangan merumuskan visi yaitu:
”Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2014
menjadi lembaga rujukan Iptek dan sumber
inovasi teknologi yang bermanfaat sesuai
kebutuhan pengguna”.
2.1.2. Misi
Misi yang diemban Puslitbang Tanaman Pangan adalah:
1. Menghasilkan, mengembangkan, dan mendisemi-
nasikan inovasi teknologi dan rekomendasi kebijakan
tanaman pangan yang unggul, bernilai tambah,
efisien, dan kompetitif (scientific recognition).
2. Meningkatkan kualitas sumber daya penelitian
tanaman pangan serta efisiensi dan efektivitas
pemanfaatannya.
3. Mengembangkan jejaring kerja sama nasional dan
internasional dalam rangka penguasaan Iptek dan
peningkatan peran Puslitbang Tanaman Pangan
dalam pembangunan pertanian (impact recoqnition).
2.1.3. Tujuan, Sasaran, dan Target Utama Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
a. Tujuan
Tujuan Puslitbang Tanaman Pangan pada tahun
2010 – 2014 ditetapkan sebagai berikut:
1. Mengembangkan dan memanfaatkan keragaman
sumber daya genetik untuk bahan perakitan
varietas unggul baru guna meningkatkan
produktivitas, kandungan mineral, dan vitamin
sesuai preferensi konsumen, serta adaptif
terhadap cekaman faktor biotik dan abiotik
dampak perubahan iklim.
2. Menghasilkan teknologi optimasi pemanfaatan
sumber daya tanah (lahan dan air), tanaman,
dan organisme pengganggu tanaman yang
dapat merealisasikan potensi hasil dan
mengurangi emisi gas rumah kaca (methan) di
lahan suboptimal dan antisipasi dampak iklim
ekstrim.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 5
3. Mempercepat alih teknologi dan distribusi benih
sumber tanaman pangan kepada pengguna
mendukung program strategis Kementerian
Pertanian.
4. Menghasilkan rekomendasi opsi kebijakan
pembangunan pertanian yang bersifat antisipatif
dan responsif dalam rangka pembangunan sistem
pertanian industrial.
5. Mengembangkan jejaring dan kerja sama
kemitraan dengan dunia usaha, pemerintah daerah,
lembaga penelitian di dalam dan luar negeri.
6. Meningkatkan kualitas dan mengembangkan
sumber daya penelitian.
b. Sasaran Strategis
Untuk dapat menjadi lembaga rujukan iptek dan
sumber inovasi teknologi yang bermanfaat sesuai
kebutuhan pengguna, sasaran strategis tahunan
Puslitbang Tanaman Pangan adalah:
1. Tersedianya informasi sumber daya genetik
tanaman pangan.
2. Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan.
3. Tersedianya benih sumber varietas unggul baru
tanaman pangan untuk penyebaran varietas
berdasarkan SMM ISO 9001-2008.
4. Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan
pascapanen primer tanaman pangan.
5. Tersedianya rumusan kebijakan pengembangan
tanaman pangan.
c. Target Utama Puslitbang Tanaman Pangan
Dalam lima tahun ke depan (2010 – 2014),
Puslitbang Tanaman Pangan mempunyai beberapa
target utama yaitu :
1. Padi, jagung hibrida, dan kedelai tropika ultra
genjah, tahan hama penyakit, toleran
kekeringan, dan kelebihan air untuk mendukung
peningkatan indeks panen.
2. Gandum tropika adaptif pada ketinggian tempat
<400 m dpl, produksi tinggi.
3. Padi, jagung, ubijalar untuk pangan fungsional.
4. Sorgum dan ubikayu untuk pangan dan
bioenergi.
5. Kacang tanah dan kacang hijau untuk
pengembangan industri agro.
6. Pengembangan sistem perbenihan tanaman
pangan dengan menerapkan sistem manajemen
mutu ISO 9001-2008 dalam memproduksi benih
sumber.
7. Teknologi peningkatan produktivitas dan
teknologi pengelolaan hara, lahan dan air untuk
mendukung peningkatan indeks panen.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 6
2.1.4. Kendala
Ketahanan, Mutu, dan Keamanan Pangan
Revolusi hijau yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
pangan berhasil meningkatkan produksi padi secara meyakinkan.
Dengan pendekatan yang sama produksi jagung juga berhasil
ditingkatkan sehingga tercapai swasembada. Namun, revolusi hijau
memicu munculnya gejala kelelahan lahan. Ketahanan pangan
secara berkelanjutan melalui revolusi hijau lestari akan
mensinkronkan teknologi modern dengan kebijakan ekologi secara
tradisional untuk menciptakan teknologi yang berbasiskan
pengelolaan sumber daya alam terpadu dan bersifat spesifik lokasi.
Semakin ketatnya persaingan memperoleh pangsa pasar, para
pelaku usaha mengembangkan strategi pengelolaan rantai pasok
(Supply Chain Management, SCM) yang mengintegrasikan para
pelaku dari semua segmen rantai pasok secara vertikal ke dalam
usaha bersama berlandaskan kesepakatan dan standardisasi proses
dan produk. Kemampuan suatu rantai pasok merebut pasar,
bergantung pada kinerja pelaku dalam rantai itu menyikapi
permintaan konsumen menyangkut mutu, harga, dan pelayanan.
Pada perkembangannya, persaingan antarnegara akan
diterjemahkan menjadi persaingan antarrantai pasok plus berbagai
fasilitas yang dimungkinkan melalui infrastruktur dan kebijakan.
Standardisasi proses dan produk spesifik rantai pasok
menimbulkan konsekuensi diterapkannya standar lingkungan yang
dikaitkan dengan emisi karbon, perubahan iklim, biodiversitas,
kualitas lahan, air dan hutan untuk mengembangkan pertanian.
Keluaran yang dihasilkan dari pembangunan pertanian harus
mengandung citra ramah lingkungan sebagai branding. Branding ini
menjadi permasalahan ketika standar lingkungan yang ditetapkan
terlalu kaku dan tidak sesuai dengan kemampuan penerapannya
atau standar lingkungan yang ditetapkan berubah-ubah. Branding
ramah lingkungan ini menjadi hambatan teknis untuk berproduksi
dan melakukan perdagangan.
Demikian pula labelling diterapkan untuk memenuhi tuntutan
keamanan dan kesehatan pangan. Kandungan pangan ditetapkan
dan diberi atribut dapat membahayakan kesehatan. Labelling
menjadi permasalahan karena dapat menjadi hambatan teknis
untuk berproduksi dan melakukan perdagangan. Peningkatan daya
saing produk pangan Indonesia terhadap produk impor terkait
dengan peningkatan kualitas dan keamanan pangan.
Perubahan Iklim Global
Krisis pangan dunia akhir-akhir ini berkaitan erat dengan
perubahan iklim akibat pemanasan global. Perubahan iklim akan
berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan dan pembangunan
pertanian. Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa termasuk
wilayah yang sangat rentan terhadap perubahan iklim. Perubahan
pola curah hujan, kenaikan muka air laut, kenaikan suhu udara,
dan peningkatan frekuensi kejadian iklim ekstrim adalah dampak
serius perubahan iklim. Pertanian mengalami dampak paling serius
dan kompleks akibat perubahan iklim biofisik dan teknis maupun
sosial dan ekonomi. Oleh sebab itu, perubahan iklim dikawatirkan
akan mendatangkan masalah baru bagi keberlanjutan produksi
pertanian, terutama tanaman pangan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 7
Dampak lanjutan perubahan iklim adalah penurunan produksi
pertanian dan ancaman perubahan keaneka-ragaman hayati yang
dapat menjadi penyebab meningkatnya eksplosi hama dan penyakit
tanaman. Kondisi tersebut berdampak pula terhadap bergesernya
pola dan kalender tanam sehingga diperlukan upaya khusus untuk
pemetaan daerah rawan banjir dan kekeringan.
Tantangan terkait dampak perubahan iklim global adalah
meningkatkan kemampuan petani dan petugas lapang memahami
prakiraan iklim serta langkah antisipasi dan adaptasi yang
diperlukan. Di samping itu, perlu diciptakan teknologi tepat guna
dan varietas yang memiliki potensi Emisi Gas Rumah Kaca rendah,
toleran kenaikan suhu, kekeringan, banjir/genangan, dan salinitas.
Status, Konversi, dan Degradasi Lahan
Jumlah rumah tangga petani gurem yang kepemilikan
lahannya kurang dari 0,5 hektar meningkat dari 10,9 juta rumah
tangga pada tahun 2003 menjadi 13,7 juta rumah tangga saat ini.
Rata-rata pemilikan lahan petani di pedesaan sebesar 0,41 ha dan
0,96 ha masing-masing di Jawa dan Luar Jawa, dan cenderung
menurun. Hal ini antara lain disebabkan oleh meningkatnya
konversi lahan pertanian untuk keperluan pemukiman dan fasilitas
umum serta terjadinya fragmentasi lahan karena proses pewarisan.
Konversi sawah menjadi lahan nonpertanian dari tahun 1999-
2002 mencapai 563.159 ha atau 187.719,7 ha/tahun. Pada tahun
1998-1999, terdapat tambahan lahan sawah seluas 1,6 juta ha,
namun antara tahun 1999 – 2002 terjadi penciutan luas lahan
seluas 0,4 juta ha atau 141.285 ha/tahun. Data BPS tahun 2004
menunjukkan bahwa besaran laju alih fungsi lahan pertanian dari
lahan sawah ke nonsawah 187.720 ha/tahun, dengan rincian alih
fungsi ke nonpertanian sebesar 110.164 ha/tahun dan alih fungsi
ke pertanian lainnya 77.556 ha/tahun. Adapun alih fungsi lahan
kering pertanian ke nonpertanian sebesar 9.152 ha/tahun.
Permasalahan degradasi lahan, yaitu terjadinya penurunan
kemampuan lahan, aktual dan potensial untuk menghasilkan
barang dan jasa kuantitatif dan kualitatif akibat ketidaksesuaian
kemampuan lahan dengan penggunaan lahan. Degradasi lahan
juga akan menyebabkan kegagalan pencapaian pembangunan
pertanian berkelanjutan.
Kelangkaan Energi Fosil
Kelangkaan sumber energi fosil memicu kenaikan harga BBM
di pasar internasional dan menimbulkan kenaikan biaya produksi.
BBM digunakan oleh industri pupuk, pestisida, transportasi, dan
industri pangan. Kenaikan harga BBM akan meningkatkan kenaikan
biaya sarana produksi pertanian, selain meningkatkan biaya
produksi produk olahan pangan yang menggunakan BBM.
Karenanya perlu dikembangkan pemanfaatan energi alternatif
terbarukan berbasis nabati, biopestisida, dan pemanfaatan limbah
pertanian untuk pupuk dan energi. Penelitian dan pengembangan
energi alternatif tersebut diarahkan untuk dapat menekan ongkos
penggunaan energi secara signifikan.
Sarana dan Kelembagaan Sarana Produksi
Hingga saat ini masih ada senjang (gap) produktivitas dan
mutu antara hasil lembaga penelitian dengan di tingkat petani.
Penyebab utamanya adalah (a) perbedaan ketersediaan sarana
produksi benih/bibit unggul bermutu, pupuk, pakan, pestisida/obat-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 8
obatan, alat dan mesin pertanian, dan (b) belum berkembangnya
kelembagaan pelayanan penyedia sarana produksi. Keterbatasan
sarana seperti jalan usahatani berpengaruh terhadap kelancaran
arus input dan output produksi pertanian yang tentunya akan
berpengaruh terhadap produktivitas pertanian. Keterbatasan
kelembagaan tani juga berpengaruh dalam mengakses sumber
pembiayaan dan pemasaran hasil pertanian.
Sumber Daya dan Pemanfaatan Hasil Penelitian
Perbandingan jumlah peneliti dengan tenaga nonpeneliti dan
administrasi adalah 1:3,5 kurang ideal bagi lembaga penelitian.
Dalam 5 tahun ke depan jumlah tenaga yang akan memasuki usia
pensiun sekitar 30-50 orang/tahun termasuk tenaga peneliti yang
memiliki bidang kepakaran spesifik seperti pemulia tanaman. Hasil
analisis TCM dan ECM menunjukkan bahwa untuk mencapai Critical
Mass Puslitbang Tanaman Pangan 5 tahun ke depan membutuhkan
74 peneliti dengan komposisi kekurangan 12 S3, 23 S2 dan 39 S1.
Sarana penelitian berupa 18 unit laboratorium di Balai
Penelitian telah digunakan secara optimal dan 2 laboratorium telah
terakreditasi SNI 19-17025: 2005. Tantangan ke depan adalah
meningkatkan kompetensi laboratorium yang belum terakreditasi
hingga diperoleh pengakuan internasional. Daya saing ilmiah dan
komersial harus dijadikan sasaran pengembangan laboratorium.
Sarana penelitian berupa kebun percobaan seluas 704,1 ha
sebagian belum dimanfaatkan secara optimal, karena ketersediaan
SDM serta dana pengelolaan kebun yang kurang memadai.
Hasil penelitian berupa paten, lisensi, serta penyaluran hasil
penelitian masih berskala nasional dan komersialisasinya rendah,
kecuali untuk benih padi. Permasalahan ini terkait dengan belum
kondusifnya sistem hukum komersialisasi hasil penelitian. Potensi
kerugian yang timbul sulit diprediksi secara kuantitatif mengingat
berbagai faktor yang mempengaruhi perolehan royalti, antara lain:
a) Kesepakatan persentase royalti antara Unit Kerja pemilik HKI
dengan industri penerima lisensi; b) Nilai ekonomis teknologi hasil
litbang yang dilisensikan; c) Kondisi lingkungan strategis seperti:
potensi pasar, iklim, geografis, dukungan kelembagaan dan
lembaga keuangan; dan d) Persaingan industri baik domestik
maupun internasional.
Implikasi bagi Puslitbang Tanaman Pangan
Kebijakan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Kondisi saat ini menghendaki peran masyarakat dominan dan
pemerintah hanya sebagai fasilitator. Reformasi total menuntut
perlunya melaksanakan rekonstruksi kelembagaan pemerintahan
publik berdasarkan prinsip good governance dengan tiga
karakteristik utama yaitu kredibilitas, akuntabilitas, dan
transparansi. Kebijakan pembangunan dirancang dan dilaksanakan
secara transparan, serta diawasi publik, sedangkan pelaksana
bertanggungjawab atas keberhasilan dari kebijakan tersebut.
Implikasi Puslitbang Tanaman Pangan adalah perlunya: (1)
meningkatkan akuntabilitas dan kredibilitas lembaga dengan
meningkatkan efektivitas dan efisiensi program, ouput serta
peningkatan kualitas SDM, (2) meningkatkan penguasaan Iptek
mutakhir dalam pelaksanaan litbang tanaman pangan serta
kemutakhiran teknologi yang dihasilkan, (3) memperluas jaringan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 9
kerja sama penelitian antarlembaga penelitian nasional dalam
rangka diseminasi hasil penelitian. Litbang tanaman pangan harus
fokus pada penciptaan teknologi benih/bibit, dan teknologi budi
daya dan pascapanen primer untuk meningkatkan nilai tambah
yang berdaya saing dengan karakteristik yang sesuai keinginan
konsumen domestik maupun internasional.
Penelitian kebijakan diperlukan untuk mengevaluasi kebijakan
dan penyusunan usulan rekomendasi kebijakan pembangunan
pertanian. Rekomendsai kebijakan mencakup aspek teknologi,
ekonomi, sosial (kelembagaan), dan lingkungan, serta fokus pada
upaya mendukung terwujudnya pertanian industrial unggul
berkelanjutan yang berbasis sumber daya lokal. Selain itu,
dibangun pula sistem inovasi pertanian yang utuh mulai dari hulu
sampai ke hilir yang bersifat inovasi spesifik lokasi.
Penelitian Food, Feed, Bio Fuel dan Bio Fibre (4-F)
Secara umum orientasi litbang tanaman pangan adalah
mendukung pencapaian produktivitas dan produksi 4-F (Food,
Feed, Fiber, dan Fuel). Peluang pengembangan tanaman pangan
untuk food, feed dan fibre adalah padi (hibrida dan VUTB), jagung
(hibrida dan komposit), dan kedelai. Untuk fuel dikembangkan ubi
kayu dan sorgum. Selain itu, masih dapat diusulkan komoditas
spesifik daerah yang memiliki keunggulan kompetitif yang tidak
dimiliki oleh daerah lain maupun negara lain.
Ubi kayu, sorgum, dan limbah pertanian seperti jerami,
tongkol, hijauan lainnya, dan kotoran ternak dapat diolah menjadi
sumber energi alternatif terbarukan. Apabila energi sumber nabati
dan limbah ini dapat dikembangkan terutama di pedesaan, maka
akan diciptakan masyarakat yang mandiri energi untuk memenuhi
kebutuhan energi rumah tangganya. Karena itu, litbang tanaman
pangan akan berorientasi pada pengembangan dan pemanfaatan
tanaman dan limbah tersebut secara efisien dengan sasaran ongkos
produksinya menjadi lebih rendah dibanding energi fosil.
Penelitian Antisipasi Konversi Lahan, Perubahan Iklim dan
Pemuliaan Molekuler (Molecular Breeding)
Dalam lima tahun ke depan, optimalisasi pemanfaatan lahan
kering yang banyak tersedia di luar Jawa menjadi sangat penting.
Berkaitan dengan hal tersebut, perlu dicari inovasi teknologi antara
lain: (1) varietas unggul baru umur genjah toleran cekaman biotik
dan abiotik dan produktivitasnya tinggi, (2) pola manajemen air
irigasi yang efisien, (3) teknologi penanggulangan kelelahan lahan
(soil fatigue), (4) sistem usahatani konservasi di DAS yang ber-
wawasan lingkungan, dan (5) pengembangan komoditas pertanian
bernilai tinggi, khususnya untuk lahan sawah di Jawa.
Antisipasi ditempuh melalui peningkatan indeks panen dengan
memanfaatkan anomali iklim seperti saat terjadi La-Nina tidak
dapat tanam palawija diganti tanam padi umur genjah. Sebagai
konsekuensi dari strategi dan kebijakan penanggulangan dampak
perubahan iklim pada sektor pertanian seperti yang digariskan
Kementerian Pertanian, maka Puslitbang Tanaman Pangan
bekerjasama dengan Lembaga Riset lainnya akan melakukan 1)
Perakitan varietas unggul (toleran genangan, kekeringan, salinitas,
umur genjah, organisme pengganggu tanaman), teknologi
pengelolaan lahan/tanah/pemupukan dan air, dan 2) Sosialisasi dan
pengembangan teknologi model untuk adaptasi perubahan iklim,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 10
seperti Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Sistem Integrasi
Tanaman dan Ternak (SITT), Teknologi hemat air, dan Carbon
Efficient Farming (CEF).
Penurunan emisi gas rumah kaca, Puslitbang Tanaman
Pangan bekerjasama dengan lembaga riset lainnya mendukung
Program Utama Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas
Rumah Kaca melalui: 1) Penelitian dan pengembangan (litbang)
teknologi budi daya tanaman ramah lingkungan, 2) Litbang
biopestisida, 3) Litbang pemanfaatan kotoran/urine ternak dan
limbah pertanian untuk energi dan pupuk organik, dan 4) Litbang
teknologi rendah emisi, metodologi MRV (measurable, reportable,
verifiable) sektor pertanian.
Program pemuliaan untuk mendapatkan varietas unggul
dapat dipercepat melalui molecular breeding. Teknik kultur in vitro
dapat dimanfaatkan untuk pembentukan populasi atau galur yang
diperlukan merakit varietas baru, selain untuk menghasilkan bibit
tanaman bebas penyakit dalam jumlah banyak dan seragam
dengan waktu lebih cepat dibandingkan dengan cara konvensional.
Pemanfaatan lain dari teknik kultur in vitro adalah perbaikan
tanaman melalui seleksi in vitro dan keragaman somaklonal.
Mikroba dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan pestisida
hayati yang ramah lingkungan dan senyawa bioaktif yang potensial
untuk industri, serta sumber gen penting untuk rekayasa genetika.
Aspek lain penggunaan bioteknologi adalah perakitan tanaman
transgenik atau dikenal dengan rekayasa genetik melalui integrasi
gen tertentu langsung ke dalam genom tanaman target.
Penggunaan tanaman transgenik yang secara global menunjukkan
peningkatan luas areal penanaman setiap tahunnya. Permasalahan
penting di Indonesia dan diharapkan dapat diatasi dengan
bioteknologi antara lain pembentukan varietas tanaman pangan
produktivitas tinggi, umur sangat genjah, tahan terhadap cekaman
biotik dan abiotik tertentu, efisien terhadap input seperti pupuk.
Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Jejaring Kerja
Penerapan invensi hasil litbang pertanian dalam rangka
percepatan diseminasi inovasi teknologi, merupakan faktor penentu
upaya percepatan pelaksanaan program pembangunan pertanian.
Puslitbang Tanaman Pangan sebagai sumber inovasi teknologi
pertanian harus menghasilkan invensi yang terencana, terfokus
dengan sasaran yang jelas dan dapat diterapkan pada skala
industri untuk memecahkan masalah aktual yang dihadapi
masyarakat dengan memanfaatkan iptek.
Kegiatan kerja sama dan peningkatan jejaring kerja dapat
dikategorikan menjadi (1) memperkuat dan memperluas jejaring
kerja dengan lembaga penelitian pemerintah dan perguruan tinggi
untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya, menghilangkan
tumpang tindih penelitian, konvergensi program litbang, dan
meningkatkan kualitas penelitian, (2) memperkuat keterkaitan
dengan swasta, lembaga penyuluhan, dan pengambil kebijakan
serta melibatkannya dari tahap penyusunan program dan
perancangan penelitian untuk mengefektifkan diseminasi hasil
penelitian, dan (3) meningkatkan keterlibatan dalam jejaring kerja
internasional baik bilateral, multilateral, maupun regional.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 11
Peningkatan Kompetensi Sumber Daya Manusia
Ke depan, peneliti Puslitbang Tanaman Pangan harus
profesional (ahli dalam suatu bidang) yang mampu menghasilkan
jasa sesuai dengan protokol dan peraturan dalam bidangnya.
Peneliti profesional harus berkarakter, di antaranya bertanggung-
jawab, jujur, respek, integritas, bermartabat dan patriotik dalam
arti memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.
Laboratorium dan kebun percobaan sangat potensial untuk
dimanfaatkan sebagai sumber penerimaan negara bukan pajak
(PNBP). SDM yang lemah, dana pengelolaan kebun yang kurang
memadai, dapat dilakukan dengan cara magang di laboratorium
atau kebun percobaan yang telah berkembang, atau melakukan
kerja sama dengan pihak ketiga.
2.1.5. Pencapaian Tujuan dan Sasaran
Pencapaian tujuan dan sasaran telah ditetapkan dalam
strategi operasional penelitian dan pengembangan
kemudian dijabarkan menjadi kebijakan, kegiatan penelitian
dan pengembangan. Kegiatan disusun atas dasar komoditas
serta bidang masalah atau wilayah agro-ekosistem yang
sesuai bagi pengembangan tanaman pangan.
Arah kebijakan dan strategi litbang tanaman pangan
merupakan bagian dari arah kebijakan dan strategi litbang
pertanian pada Renstra Badan Litbang Pertanian 2010-2014
khususnya yang terkait langsung dengan program Badan
Litbang Pertanian yaitu penciptaan teknologi dan varietas
unggul berdaya saing untuk bidang tanaman pangan.
Kebijakan
Kebijakan Puslitbang Tanaman Pangan dalam penelitian dan
pengembangan tanaman pangan merupakan bagian integral
dari kebijakan Badan Litbang Pertanian. Kebijakan dibangun
dengan menerapkan prosedur standar seperti analisis SWOT
dan logical framework. Pola pikir kemudian dielaborasi dari
lintas jalan (pathway) penelitian, adopsi, dampak litbang
pertanian dan evaluasi umpan balik.
1. Memfokuskan penciptaan inovasi teknologi benih/bibit
unggul dan rumusan kebijakan guna pemantapan
swasembada beras dan jagung serta pencapaian
swasembada kedelai untuk peningkatan produksi
produk komoditas pangan substitusi impor, diversifikasi
pangan, bioenergi dan bahan baku industri.
2. Memperluas jejaring kerja sama penelitian, promosi
dan diseminasi hasil penelitian kepada stakeholders
nasional maupun internasional untuk mempercepat
proses pencapaian sasaran pembangunan pertanian
(impact recoqnition) pengakuan ilmiah internasional
(scientific recognition) dan perolehan sumber-sumber
pendanaan penelitian lainnya di luar APBN.
3. Meningkatkan kuantitas, kualitas dan kapabilitas
sumber daya penelitian melalui perbaikan sistem
rekruitmen dan pelatihan SDM, penambahan sarana
dan prasarana, dan struktur penganggaran yang sesuai
dengan kebutuhan institusi.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 12
4. Mendorong inovasi teknologi yang mengarah pada
pengakuan dan perlindungan HaKI (Hak Kekayaan
Intelektual) secara nasional dan internasional.
5. Meningkatkan penerapan manajemen penelitian dan
pengembangan yang akuntabel dan good governance.
Strategi Litbang Tanaman Pangan
1. Menyusun cetak biru kebutuhan inovasi teknologi untuk
pencapaian sasaran pembangunan pertanian dan
benchmark hasil penelitian.
2. Mengoptimalkan kapasitas unit kerja untuk
meningkatkan produktivitas dan kualitas penelitian,
memperkuat inovasi teknologi tanaman pangan yang
berorientasi ke depan, memecahkan masalah,
berwawasan lingkungan, aman bagi kesehatan dan
menjamin keselamatan manusia serta dihasilkan dalam
waktu yang relatif cepat, efisien dan berdampak luas.
3. Menyusun dan meningkatkan pemanfaatan
rekomendasi kebijakan antisipatif dan responsif dalam
kerangka pembangunan pertanian untuk memecahkan
berbagai masalah dan isu-isu aktual dalam
pembangunan pertanian.
4. Meningkatkan intensitas komunikasi dan partisipasi
pada kegiatan ilmiah nasional dan internasional.
5. Meningkatkan intensitas pendampingan penerapan
teknologi kepada calon pengguna.
6. Meningkatkan intensitas promosi inovasi teknologi
kepada pelaku usaha industri agro.
7. Meningkatkan kerja sama penelitian dan pengem-
bangan dengan lembaga internasional/nasional
berkelas dunia dalam rangka memacu peningkatan
produktivitas dan kualitas penelitian untuk memenuhi
peningkatan kebutuhan pengguna dan pasar. Kerja
sama penelitian dan pengembangan ini juga diarahkan
untuk pencapaian pengakuan kompetensi sebagai
impact recoqnition yang mengarah pada peningkatan
perolehan pendanaan di luar APBN.
8. Mengembangkan sistem alih teknologi berbasis HaKI
hasil litbang ke dunia industri melalui lisensi.
9. Menerapkan kebijakan reformasi birokrasi secara
konsisten pada semua jajaran Badan Litbang Pertanian.
Dalam upaya mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran
disusunlah Rencana Kerja Tahunan dan Penetapan Kinerja 2012,
serta LAKIP terhadap pelaksanaan program melalui kegiatan yang
telah dilaksanakan selama tahun 2012.
2.2. RENCANA KERJA TAHUNAN
Sesuai dengan Pokok-pokok Reformasi Perencanaan dan
Penganggaran (SEB Meneg Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala BAPPENAS dan Menkeu, No.0412.M.PPN/06/
2009 19 Juni 2009) program di Eselon I dan kegiatan di
Eselon II. Program Badan Litbang Pertanian periode 2010-
2014 adalah Penciptaan teknologi dan varietas unggul
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 13
berdaya saing. Sejalan dengan hal tersebut, Puslitbang
Tanaman Pangan menetapkan kebijakan alokasi sumber daya
litbang menurut komoditas prioritas utama yang ditetapkan
oleh Kementerian Pertanian, yaitu 3 di antara 5 komoditas
prioritas tanaman pangan (padi, jagung, dan kedelai) serta
ubikayu dan kacang tanah yang termasuk dalam 30 fokus
komoditas lainnya.
Penyusunan rencana kinerja kegiatan penelitian diselaraskan
dengan sasaran Renstra Puslitbangtan 2010-2014. Sejalan
dengan hal tersebut Puslitbangtan setiap tahun telah
menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2012 yang berisi :
1) Sasaran strategis kegiatan yang akan dilaksanakan, 2)
Indikator kinerja berupa hasil yang akan dicapai secara
terukur, efektif, efisien, dan akuntabel, dan 3) Target yang
akan dihasilkan. Selanjutnya RKT yang telah disusun,
ditetapkan menjadi Penetapan Kinerja (PK) 2012 sebagai
perjanjian kinerja guna mendorong pengembangan
profesionalisme institusi Puslitbangtan menuju good
governance.
Rencana kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman
pangan telah dituangkan dalam RKT tahun 2012 yang
dilakukan untuk mencapai sasaran organisasi dirinci sebagai
berikut:
1. Tersedianya informasi sumber daya genetik (SDG)
tanaman pangan yang dapat dimanfaatkan untuk
perbaikan sifat varietas.
2. Terciptanya varietas unggul baru (VUB) tanaman pangan.
3. Tersedianya benih sumber varietas unggul baru tanaman
pangan untuk penyebaran varietas berdasarkan SMM ISO
9001-2008.
4. Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan pascapanen
primer tanaman pangan.
5. Tersedianya kebijakan pengembangan tanaman pangan.
6. Terselenggaranya diseminasi teknologi tanaman pangan.
Adapun matriks Rencana Kinerja Tahunan (RKT) kegiatan
penelitian dan pengembangan tanaman pangan disajikan
pada Tabel 2.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 14
Tabel 2. Rencana kinerja tahunan Puslitbang Tanaman Pangan 2012.
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
1. Tersedianya informasi sumber daya genetik
Jumlah aksesi sumber daya genetik tanaman pangan
yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan sifat
varietas
1.530 aksesi
2. Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan Jumlah varietas unggul baru tanaman pangan 16 varietas
3. Tersedianya benih sumber varietas unggul baru
tanaman pangan untuk penyebaran varietas
berdasarkan SMM ISO 9001-2008.
Jumlah produksi benih sumber padi, serealia, aneka
kacang dan ubi 384 ton
4. Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan
pascapanen primer tanaman pangan
Jumlah teknologi budi daya, panen, dan pascapanen
primer tanaman pangan 12 teknologi
5. Tersedianya kebijakan pengembangan tanaman
pangan
Rumusan rekomendasi kebijakan pengembangan
tanaman pangan 10 rekomendasi
6. Terselenggaranya diseminasi teknologi tanaman
pangan
Jumlah publikasi ilmiah 15 judul
Jumlah pertemuan ilmiah 4 kali
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 15
2.3. PERJANJIAN KINERJA
Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan
yang efektif, transparan, dan akuntabel, Puslitbang Tanaman
Pangan terus berupaya meningkatkan akuntabilitas kinerja
menggunakan indikator kinerja yang meliputi efisiensi
masukan (input), kualitas perencanaan dan pelaksanaan
(proses), keluaran (output), dan outcome.
Penetapan Kinerja 2012 disusun setelah disetujui dan
terbitnya DIPA 2012 (Tabel 3). Penetapan kinerja ini
merupakan wujud komitmen perjanjian kinerja sebagai tolok
ukur keberhasilan dan dasar evaluasi akuntabilitas kinerja
Puslitbang Tanaman Pangan pada akhir tahun anggaran.
Tabel 3. Penetapan kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2012.
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
1. Tersedianya informasi sumber daya genetik (SDG)
tanaman pangan yang dapat dimanfaatkan untuk
perbaikan sifat varietas.
Jumlah aksesi sumber daya genetik (SDG) tanaman
pangan yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan
sifat varietas.
1.530 aksesi
2. Terciptanya varietas unggul baru (VUB) tanaman
pangan Jumlah varietas unggul baru (VUB) tanaman pangan 17 varietas
3. Tersedianya benih sumber varietas unggul baru
tanaman pangan untuk penyebaran varietas
berdasarkan SMM ISO 9001-2008.
Jumlah produksi benih sumber varietas unggul baru
tanaman pangan untuk penyebaran varietas
berdasarkan SMM ISO 9001-2008.
529 ton
4. Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan
Spascapanen primer tanaman pangan
Jumlah teknologi budi daya, panen, dan pascapanen
primer tanaman pangan 12 teknologi
5. Tersedianya rekomendasi kebijakan pengembangan
tanaman pangan
Rumusan rekomendasi kebijakan pengembangan
tanaman pangan 11 Rekomendasi
Jumlah anggaran kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pangan sebesar Rp.136.172.889.000 (Seratus tiga puluh enam miliar
seratus tujuh puluh dua juta delapan ratus delapan puluh sembilan ribu rupiah).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 16
Uraian rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh Puslitbang
Tanaman Pangan sebagai berikut:
1. Pengkayaan, Pengelolaan, Pemanfaatan, dan
Pelestarian Sumber Daya Genetik Tanaman Pangan
1.a. Peningkatan sumber genetik koleksi plasma nutfah
padi karakterisasi, verifikasi, dan rejuvinasi untuk
perbaikan sifat varietas padi.
Input kegiatan ini sebesar Rp. 600.000.000,-
(dilaksanakan oleh BB Padi) melibatkan 10 orang peneliti.
Target output kegiatan adalah : a) Tersedianya diversitas
genetik koleksi plasma nutfah padi 500 aksesi untuk
dimanfaatkan kegiatan pemuliaan tanaman, b) Benih
koleksi plasma nutfah dalam jumlah cukup dan berdaya
tumbuh baik, serta terkarakterisasi, dan c) Informasi hasil
verifikasi varietas yang muncul dan berkembang di lapang
serta potensi pengembangannya lebih lanjut.
1.b. Pengelolaan dan pemberdayaan plasma nutfah tanaman aneka kacang dan ubi secara konvensional, serta memanfaatkan teknologi DNA.
Input kegiatan ini sebesar Rp. 151.780.000,-
(dilaksanakan oleh Balitkabi) melibatkan 12 orang
peneliti.
Target output kegiatan adalah: a) Diperbaruinya benih
plasma nutfah aneka kacang (225 aksesi kedelai, 150
aksesi kacang tanah, 225 aksesi kacang hijau, 75 aksesi
kacang tunggak dan 71 aksesi gude) dan ubi (162 aksesi
ubijalar, 250 aksesi ubikayu, dan 10-10 aksesi ubi
potensial), dan b) Diperolehnya informasi resistensi atau
toleransi 50 aksesi kedelai terhadap kutu kebul dan
informasi kelayakan agronomi aksesi kacang tanah
toleran terhadap kutu kebul.
1.c. Koleksi, rejuvinasi, karakterisasi, dan evaluasi
sumber daya genetik tanaman serealia.
Input kegiatan ini sebesar Rp. 362.978.000,-
(dilaksanakan oleh Balitsereal) melibatkan 8 orang
peneliti.
Target output kegiatan ini adalah: a) terkoleksinya paling
sedikit empat aksesi, b) Diperbaharui minimal 40 aksesi
plasmanutfah jagung dan masing-masing sebanyak 25
aksesi sorgum, dan jewawut, c) Tersedianya tambahan
informasi 50 aksesi jagung dan 25 aksesi jawawut
terkarakterisasi sifat agronomisnya, d) tersedianya
informasi ketahanan terhadap cekaman biotik minimal (40
aksesi jagung untuk kumbang bubuk dan 40-60 aksesi
jagung untuk penyakit bulai), e) Tersedianya informasi
ketahanan cekaman abiotik minimal 50 aksesi jagung
terhadap cekaman kekeringan, salinitas, dan kemasaman,
f) Tersedianya informasi kandungan nutrisi lima aksesi/
varietas jagung dan sorgum, dan g) Tersedianya benih inti
varietas jagung komposit minimal 300 tongkol per varietas
(Provit A, Pulut Harapan, Gumarang, Lagaligo, Palakka,
dan Kalinggga), serta benih inti/benih penjenis (BS) tetua
jagung hibrida Bima minimal 10 kg per tetua/inbrida (MR-
14, MR-4, B-11209, Nei-9008, G-180, G-193, dan N-150).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 17
2. Penelitian Pemuliaan dan Perakitan Varietas Unggul
Baru Tanaman Pangan.
2.a. Perakitan varietas unggul baru padi.
Input untuk kegiatan penelitian ini sebesar Rp.
6.593.622.000,- (dilaksanakan oleh BB Padi) melibatkan 59
orang peneliti.
Target output kegiatan ini adalah: a) Diperoleh 3 galur
harapan calon varietas unggul, 2 galur harapan padi rawa,
2 galur harapan padi gogo melalui konsorsium padi
nasional, b) Diperoleh 4 Calon Varietas Ungggul Hibrida, c)
diperoleh 5 calon varietas unggul padi sawah ultra genjah,
d) Diperoleh 6 varietas padi fungsional unggul, e) Diperoleh
20 galur harapan padi tipe baru, f) Diperoleh 4 varietas
unggul padi gogo aromatik, g) Diperoleh 10 galur harapan
padi gogo, dan h) Diperoleh 12 galur harapan bahan UML
padi rawa lebak dan pasang surut.
2.b. Perakitan varietas unggul baru tanaman aneka
kacang dan ubi.
Input kegiatan penelitian ini sebesar Rp. 2.133.337.000,-
(kegiatan dilaksanakan oleh Balitkabi) melibatkan 65 orang
peneliti.
Target output kegiatan ini adalah: a) Diperoleh proposal
pelepasan untuk set kedelai: toleran kekeringan pada fase
reproduktif, berumur genjah, toleran lahan masam, dan
toleran naungan, b) Mendapatkan 25-40 galur harapan
kacang tanah berumur genjah, toleran penyakit layu bakteri
R. Solanacearum, dan 2-3 calon varietas unggul kacang
tanah masing-masing untuk umur genjah dan toleran
penyakit karat dan bercak daun, c) Mendapatkan 20 galur
kedelai umur genjah, ukuran biji besar dengan potensi
hasil ≥3 t/ha bahan UDHL, dan informasi tingkat ketahanan
115 galur kedelai terhadap penyakit karat, d) Mendapatkan
6–8 galur harapan kedelai yang telah teridentifikasi toleran
hama pengisap polong dengan daya hasil > 2,30 t/ha, 6–8
galur harapan kedelai yang telah teridentifikasi toleran
hama ulat grayak dengan daya hasil >2,30 t/ha, dan e)
Mendapatkan 40-50 klon ubijalar kaya β-karotin (>12.000
μg/100g), 40-50 klon ubijalar kaya antosianin (>550
mg/100g) sebagai bahan uji daya hasil pendahuluan, 20-25
klon ubijalar kaya β-karotin (>12.000g/100g), 20-25 klon
ubijalar kaya antosianin (>550 mg/antosianin (>550 mg/
100g) sebagai bahan uji daya lanjutan.
2.c. Perakitan varietas unggul baru jagung dan serealia
lainnya.
Input kegiatan penelitian ini sebesar Rp. 3.352.627.000,-
(kegiatan dilaksanakan oleh Balitsereal) melibatkan 29
orang peneliti.
Target output kegiatan ini adalah: a) Dilepasnya 2-3
varietas jagung hibrida unggul baru umur sedang (91-100
hari), potensi hasil tinggi (>12 t/ha), toleran kekeringan,
serta 1-2 varietas jagung hibrida silang tiga jalur, dan
dihasilkan ≥ 1 calon varietas jagung hibrida unggul baru
hasil saling silang galur-galur CIMMYT, umur sedang (91-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 18
100 hari), potensi hasil tinggi (>12 t/ha), toleran
kekeringan, b) Tersedia galur dan populasi dasar untuk
pembentukan varietas hibrida dan bersari bebas tahan
hama kumbang bubuk (Sitophillus zeamays), c) Dilepasnya
1-2 varietas gandum tropis dengan potensi hasil ≥ 1,0 t/ha
yang dapat ditanam pada dataran rendah (ketinggian ≤
400 m dpl), d) Diperoleh F1 sorgum manis produksi etanol
tinggi dan biomas tinggi berdasarkan nilai jarak genetik
yang tinggi (>0,7), dan e) Tersedianya dua varietas
unggulan nasional: Jagung Pulut jenis bersari bebas hasil
> 6,0 t/ha, umur genjah < 90 hari, serta kandungan
amilopektin > 80,0%.
3. Perbenihan Tanaman Pangan Sesuai SMM ISO 9001-
2008.
3.a. Penyediaan benih sumber varietas unggul padi.
Input kegiatan ini Rp. 6.480.000.000,- (dilaksanakan oleh
BB Padi dan Lolit Tungro) dan sumber daya yang terlibat
16 orang peneliti.
Target output kegiatan ini, yaitu dihasilkannya 430 ton
benih sumber padi (BS, FS, SS dan F1) dengan SMM ISO
9001-2008.
3.b. Penyediaan benih penjenis kedelai dan benih
sumber aneka kacang dan ubi.
Input penelitian ini Rp. 1.435.000.000,- (dilaksanakan oleh
Balitkabi) dan melibatkan 28 orang peneliti.
Target output kegiatan ini, yaitu: a) Benih inti kedelai 700
kg untuk 10 varietas (Grobogan, Burangrang, Detam-1,
Detam-2, Kaba, Tanggamus, Anjasmoro, Argomulyo, Ijen,
dan Wilis) kacang tanah; 700 kg untuk 8 varietas (Tuban,
Bima, Domba, Jerapah, Gajah, Kelinci, dan Bison) dan
kacang hijau; 350 kg untuk 8 varietas (Kutilang, Murai,
Betet, Perkutut, Sriti, Kenari, Vima-1, dan Walet), b)
Benih penjenis 15.000 kg untuk 10 varietas (Grobogan,
Burangrang, Detam-1, Detam-2, Kaba, Tanggamus,
Anjasmoro, Argomulyo, Ijen, dan Wilis) kacang tanah:
9.000 kg untuk 8 varietas (Tuban, Bima, Domba, Jerapah,
Gajah, Kelinci, dan Bison), dan kacang hijau; 4.500 kg
untuk 8 varietas (Kutilang, Murai, Betet, Perkutut, Sriti,
Kenari, Vima-1, dan Walet), dan c) benih dasar kedelai,
kacang tanah dan kacang hijau 34.750 kg.
3.c. Produksi benih sumber jagung.
Input penelitian ini Rp. 1.377.398.000,- (dilaksanakan oleh
Balitsereal) dan melibatkan 26 orang peneliti.
Target output kegiatan ini, yaitu: Tersedianya dan
terdistribusikannya benih sumber jagung klas Benih
Penjenis (BS) sebanyak = 8.000 kg, FS 20.000 kg dan F1
6.000 kg.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 19
4. Perakitan Teknologi Budi Daya, Panen, dan Pascapanen
Primer Tanaman Pangan.
4.a. Teknologi budi daya tanaman padi
Input penelitian ini sebesar Rp.6.137.700.000,-
(dilaksanakan oleh BB Padi) melibatkan 54 orang peneliti.
Target output kegiatan ini adalah : a) Teknologi produksi
padi di lahan pasang-surut dan di lahan terdampak
salinitas, b) Budi daya padi gogo untuk panen dua kali
dalam setahun, c) Pengendalian penyakit hawar daun
bakteri dengan pestisida nabati, d) Budi daya varietas
unggul hibrida (HIPA – 8) pada sawah irigasi, e) Teknologi
validasi dan verifikasi metode analisis kandungan amilosa
beras dengan prinsip pengikatan iodin (I) kalium iodida
(KI), dan f) Konservasi musuh alami untuk pengendalian
dini penyakit Tungro.
4.b. Teknologi budi daya tanaman aneka kacang dan ubi
Input penelitian ini Rp. 1.098.500.000- (dilaksanakan oleh
Balitkabi) dan melibatkan 43 orang peneliti.
Target output kegiatan ini yaitu: a) Dihasilkannya paket
teknologi budi daya untuk meningkatkan hasil ubikayu 40-
75%, b) Dihasilkannya paket teknologi budi daya ubijalar
kaya antosianin di lahan sawah yang dapat meningkatkan
produksi 40-75%, c) Dihasilkan paket teknologi
pengendalian hama boleng (Cylas formicarius), penyakit
kudis (Sphaceloma batatas) dan tungau puru (Eriophyes
gastrotrichus) secara kimiawi dan nabati, d) Mendapatkan
paket teknologi budi daya kacang tanah di lahan kering
masam dengan teknologi pemupukan dan ameliorasi
lahan serta populasi tanaman untuk maksimasi produksi
calon VUB toleran kondisi lahan masam memberikan hasil
2,5 t/ha polong kering, e) Memperoleh paket teknologi
budi daya kacang tanah di lahan sawah Alfisol dengan
komponen teknologi pemupukan, pengendalian OPT dan
populasi tanaman yang mampu mendorong calon VUB
toleran Aspergillus flavus, calon VUB umur genjah dan
calon VUB toleran penyakit daun, memberikan hasil 3 t/ha
polong kering, f) Mendapatkan teknologi pengendalian
hama penggerek polong Etiella zinckenella dan hama
utama lainnya pada calon VUB kacang tanah, dan g)
Mendapatkan efikasi formulasi pestisida nabati dan agens
hayati yang efektif untuk mengendalikan hama dan
penyakit utama kedelai yang ramah lingkungan.
4.c. Teknologi budi daya tanaman serealia.
Input penelitian ini sebesar Rp. 996.031.000,-
(dilaksanakan oleh BB Balitsereal) dan sumber daya yang
terlibat 36 orang peneliti.
Target output penelitian ini, yaitu: a) Mendapatkan jenis
cendawan antagonis yang efektif terhadap pengendalian
penyakit busuk pelepah (Rhizoctonia solani), b)
Mendapatkan jenis cendawan antagonis yang efektif
terhadap pengendalian penyakit busuk batang (Fusarium
sp), c) Didapatnya strain Bacillus subtilis yang efektif
sebagai agen pengendali hayati, d) Diketahuinya takaran
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 20
hara N, P dan K yang sesuai untuk jagung dalam dua kali
tanam secara tanam sisip dengan tingkat produktivitas
>8,0 t/ha pada lahan sawah, e) Dihasilkannya komponen
teknologi terpilih untuk mendukung PTT jagung melalui
peningkatan IP di lahan kering dengan produktivitas > 8,0
t/ha tiap musim tanam, f) Dihasilkannya informasi
teknologi penekanan kehilangan biji dan kapasitasnya
pada peningkatan putaran silinder perontok dan cara
pengumpanan gandum termodifikasi lanjutan, dan g)
Dihasilkannya informasi teknologi penurunan kandungan
tanin biji sorgum pada taraf kadar air pada proses
penyosohan sorgum termodifikasi lanjutan.
5. Analisis Kebijakan Pengembangan Tanaman Pangan.
Input penelitian ini Rp. 1.030.000.000,- (dilaksanakan oleh
Puslitbangtan) dan melibatkan 9 orang peneliti.
Target output penelitian ini, yaitu: a) Sintesis Peningkatan
Produksi Padi melalui Sistem of Rice Intensification (SRI)
Mendukung Program Peningkatan Surplus Beras Nasional, b)
Sintesis Pengamanan Produksi Padi Melalui Penerapan PHT
Mendukung Program Peningkatan Surplus Beras, c) Analisis
ketersediaan benih padi mendukung program pencapaian
peningkatan surplus beras nasional, d) Peningkatan Daya
Saing dan Nilai Tambah Tanaman Pangan Menghadapi
Persaingan Global: Penanganan Pascapanen Padi untuk
Peningkatan Surplus Beras, e) Sintesis Peningkatan Produksi
Padi Melalui Program GP3K Mendukung Peningkatan Surplus
Beras Nasional, f) Analisis ketersediaan pupuk dan penggunaan
teknologi pemupukan spesifik lokasi berbasis hape mendukung
peningkatan produksi padi, g) Pencapaian Surplus 10 Juta ton
beras pada tahun 2014, h) Ketersediaan lahan untuk
pengembangan kedelai di lahan perhutani, i) Penyempurnaan
sistem perbenihan nasional, j) Dampak tanam padi serempak,
dan k) Ketersediaan teknologi dalam upaya peningkatan
produksi kedelai di Indonesia.
6. Diseminasi Inovasi Teknologi Tanaman Pangan.
Kegiatan penunjang penelitian dan pengembangan tanaman
pangan adalah menyebarluaskan inovasi teknologi tanaman
pangan. Adapun kegiatan yang dilaksanakan antara lain a)
Publikasi hasil-hasil penelitian, b) Seminar dan pertemuan
ilmiah lainnya, c) Ekspose/pameran skala nasional dan
regional, d) Gelar teknologi di lapang, dan e) Penyebarluasan
inovasi teknologi melalui internet (website).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 21
III. AKUNTABILITAS KINERJA
Penelitian tanaman pangan telah memberikan kontribusi
mendukung 4 target sukses Kementerian Pertanian. Teknologi yang
telah dihasilkan melalui penelitian dan pengembangan meliputi
penciptaan varietas unggul baru, perakitan teknologi budi daya
seperti pemupukan, pengendalian OPT, pengairan, perbaikan
teknologi pascapanen, menunjang konsep pengelolaan tanaman
terpadu (PTT). Hasil-hasil penelitian dituangkan dan disebarluaskan
antara lain melalui berbagai pertemuan ilmiah, ekspose dan gelar
teknologi di berbagai even nasional maupun regional, serta
menerbitkan sejumlah publikasi ilmiah tercetak dalam bentuk
jurnal, prosiding, buletin, maupun berita, serta menyebarluaskan
informasi melalui internet (website) yang dibangun di setiap satker
lingkup Puslitbangtan.
Tahun anggaran 2012 Puslitbang Tanaman Pangan telah
menetapkan 5 (lima) sasaran strategis dalam rangka mendukung 4
Sukses Kementerian Pertanian. Realisasi kegiatan sampai akhir
tahun 2012 menunjukkan bahwa indikator sasaran seluruhnya telah
dapat dicapai dengan hasil baik.
Keberhasilan pencapaian sasaran kegiatan tidak terlepas dari
telah diterapkannya Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
di lingkup Puslitbangtan. Mekanisme monitoring dan evaluasi
penelitian dilakukan setiap semester melalui peninjauan ke lapang.
Sedangkan realisasi keuangan dipantau menggunakan program i-
Monev berbasis web yang dilakukan updating setiap hari Jumat
bagi setiap satker, serta penerapan Permenkeu No. 249 tahun 2011
setiap bulan.
3.1. PENGUKURAN KINERJA
Dalam rangka mengukur kinerja dan keberhasilan penelitian
dan pengembangan tanaman pangan secara umum dapat dilihat
pada tujuan, manfaat dan keluaran pogram penelitian dengan
menggunakan indikator tolok ukur kinerja, alat verifikasi, dan
asumsi/risiko yang tertuang dalam matriks kerangka logis.
Puslitbang Tanaman Pangan terus berupaya meningkatkan
akuntabilitas kinerja yang dilaksanakan dengan menggunakan
indikator kinerja yang meliputi efisiensi masukan (input), kualitas
perencanaan dan pelaksanaan (proses), keluaran (output) baik
primer (varietas, produk, komponen teknologi, prototipe, rumusan
standar dan norma, serta alternatif kebijakan) maupun sekunder
(publikasi dan fasilitas penelitian), manfaat yang diperoleh sebagai
rujukan standar nasional, swasta agribisnis agroindustri, kerja sama
kemitraan, rujukan kebijakan, serta penyebaran teknologi dan
pemanfaatan konsep kebijakan. Pengukuran tingkat capaian kinerja
Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2012 dilakukan dengan cara
membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan
realisasinya.
Capaian kinerja berdasarkan hasil pengukuran kinerja
disajikan pada Tabel 4.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 22
Tabel 4. Pengukuran kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2012.
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi %
1. Tersedianya informasi sumber daya
genetik (SDG) tanaman pangan yang
dapat dimanfaatkan untuk perbaikan
sifat varietas.
Jumlah aksesi sumber daya genetik
(SDG) tanaman pangan yang dapat
dimanfaatkan untuk perbaikan sifat
varietas.
1.530 aksesi 2.726 aksesi 178,8
2. Terciptanya varietas unggul baru (VUB)
tanaman pangan
Jumlah varietas unggul baru (VUB)
tanaman pangan 17 varietas 25 varietas 147,1
3. Tersedianya benih sumber varietas
unggul baru tanaman pangan untuk
penyebaran varietas berdasarkan SMM
ISO 9001-2008.
Jumlah produksi benih sumber varietas
unggul baru tanaman pangan untuk
penyebaran varietas berdasarkan SMM
ISO 9001-2008.
529.000 kg 557.417,5 kg 105,3
4. Terciptanya teknologi budi daya,
panen, dan pascapanen primer
tanaman pangan
Jumlah teknologi budi daya, panen, dan
pascapanen primer tanaman pangan 12 teknologi 16 teknologi 133,3
5. Tersedianya rekomendasi kebijakan
pengembangan tanaman pangan
Rumusan rekomendasi kebijakan
pengembangan tanaman pangan 11 Rekomendasi 11 Rekomendasi 100,0
Rata-rata 132,9
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 23
3.2. ANALISIS CAPAIAN KINERJA
Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2012 Pulitbang
Tanaman Pangan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sasaran 1 : Tersedianya informasi sumber daya genetik
tanaman pangan
Untuk mencapai sasaran tersebut diukur melalui pencapaian
indikator kinerja utama dengan target yang ditetapkan dalam PKT
yaitu tersedianya 1.530 aksesi sumber daya genetik tanaman
pangan untuk materi kegiatan perakitan calon varietas unggul baru.
Sasaran 1 tersebut telah dicapai melalui kegiatan
“Pengkayaan, pengelolaan, pemanfaatan, dan pelestarian
sumber daya genetik tanaman pangan”.
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun
2012 telah tercapai dengan persentase rata-rata 185,17%. Target
yang disusun dalam PKT dilakukannya pengkayaan aksesi sumber
daya genetik tanaman padi, aneka kacang dan ubi (kabi), serta
serealia sebanyak 1.560 aksesi. Adapun realisasi tingkat capaian
telah diperoleh 2.726 aksesi (178,8%) antara lain sumber daya
genetik tanaman padi 874 aksesi, aneka kacang dan ubi 1.226
aksesi, dan serealia 626 aksesi. Sedangkan realisasi keuangan dari
kegiatan ini sebesar Rp. 1.103.887.775,- (99,02%).
Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator
kinerja disajikan sebagai berikut :
Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2012.
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Sumber daya genetik padi:
Terkarakterisasi sifat kegenjahan,
toleran kekeringan, salinitas, dan
rendaman (Aksesi)
500
874
174,8
Sumber daya genetik aneka
kacang dan ubi:
Terbarukan benih aneka kacang
dan ubi melalui konservasi/
rejuvenasi (Aksesi)
450
1.226
272,4
Sumber daya genetik serealia:
Tersedia materi genetik plasma
nutfah tanaman jagung dan
serealia lainnya (Aksesi)
580
626
107,9
Sebagai perbandingan jumlah koleksi sumber daya genetik
tanaman pangan tahun 2012 lebih sedikit daripada 2011. Hal ini
karena sebagian benih plasma nutfah tidak tumbuh karena adanya
perubahan iklim saat tanam.
Perbandingan capaian kinerja tahun 2011 dan 2012.
Indikator Kinerja 2011 2012
Sumber daya genetik padi: Terkarakterisasi sifat kegenjahan, toleran kekeringan, salinitas, dan rendaman
1.363
874
Terbarukan benih aneka kacang dan ubi melalui konservasi/rejuvenasi
1.154
1.226
Tersedia materi sumber daya genetik tanaman jagung dan serealia lainnya
1.052
626
Keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari
masing-masing subkegiatan diuraikan sebagai berikut:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 24
Padi. Kegiatan pengelolaan sumber daya genetik padi dilakukan
melalui korespondensi dengan instansi pemerintah dan non-
pemerintah lingkup dalam negeri, INGER, dan karakterisasi koleksi
sumber daya genetik BB Padi. Dari kegiatan tersebut, diperoleh 874
aksesi baru dari lingkup dalam negeri sebanyak 383 aksesi,
introduksi dari luar negeri 480 aksesi, dan varietas unggul baru 11
aksesi. Hasil karakterisasi sumber daya genetik diperoleh bahwa
terdapat variasi pada karakter-karakter yang diamati. Namun,
sebagian besar menunjukkan karakter warna kaki hijau, warna
leher daun hijau muda, permukaan daun sedang, warna lidah daun
putih, bentuk lidah daun cleft, dan warna telinga daun putih.
Aneka Kacang dan Ubi. Jumlah aksesi yang dicapai merupakan
hasil dari konservasi plasma nutfah tanaman kacang dan ubi yang
meliputi; diperbaruinya benih plasma nutfah aneka kacang (225
aksesi kedelai, 150 aksesi kacang tanah, 225 aksesi kacang hijau,
75 aksesi kacang tunggak dan 71 aksesi gude) dan ubi (162 aksesi
ubijalar, 250 aksesi ubikayu, dan 10 aksesi ubi potensial) dan
diperolehnya informasi toleransi 50 aksesi kedelai terhadap kutu
kebul (Bemisia tabaci) dan informasi kelayakan agronomi aksesi
kacang tanah toleran terhadap kutu kebul.
Serealia. Telah terkoleksi dan teridentifikasi plasma nutfah
tanaman serealia sebanyak 34 aksesi dari target 12 aksesi.
Kemudian materi plasma nutfah serealia yang berhasil direjuvinasi,
dikarakterisasi, dan dievaluasi sebanyak 592 aksesi sehingga
jumlah capaian pada kegiatan ini sebanyak 626 aksesi melampaui
target IKU sebanyak 580 aksesi.
Outcome dari kegiatan ini adalah tersedianya dan telah
dimanfaatkannya informasi karakteristik sumber daya genetik untuk
bahan tetua perakitan calon varietas unggul baru padi, kabi, dan
serealia yang memiliki sifat keunggulan spesifik lokasi dan sesuai
dengan keinginan konsumen. Sebanyak 21 VUB yang dilepas tahun
2012 telah memanfaatkan sumber daya genetik yang terkoleksi.
Termasuk untuk merakit varietas unggul baru di masa mendatang.
Pengelolaan sumber daya genetik tanaman pangan
melibatkan pula lembaga riset internasional seperti IRRI Filipina
maupun CIMMYT di Mexico, serta beberapa lembaga riset lainnya.
Termasuk di antaranya disimpan di Bank Plasma Nutfah di
BBBiogen.
Sasaran 2 : Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan.
Untuk mencapai sasaran tersebut diukur melalui pencapaian
indikator kinerja utama dengan target yang ditetapkan dalam PKT
yaitu 17 varietas unggul baru yang dilepas tahun 2012.
Sasaran 2 tersebut telah dicapai melalui kegiatan “Penelitian
pemuliaan dan perakitan varietas unggul baru tanaman
pangan”.
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun
2012 telah tercapai dengan persentase rata-rata 150,00%. Target
yang disusun dalam PKT yaitu 17 varietas unggul baru (VUB) yang
dilepas. Adapun realisasi tingkat capaiannya yaitu telah dilepas 25
varietas unggul baru padi dan palawija antara lain 12 varietas padi,
5 varietas jagung, 1 varietas gandum, 1 varietas sorgum, 1 varietas
kedelai, 4 varietas kacang tanah, dan 1 varietas ubikayu.
Realisasi keuangan pada kegiatan ini sebesar Rp.
12.005.390.824,- (99,75%).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 25
Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator
kinerja disajikan sebagai berikut :
Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2012
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Varietas unggul baru padi (VUB) 6 12 200,0
Varietas unggul baru aneka kacang
dan ubi (VUB)
4 6 150,0
Varietas unggul baru serealia (VUB) 7 7 100,0
Sebagai perbandingan varietas yang dilepas tahun 2012 lebih
banyak daripada tahun 2011 seperti disajikan pada tabel di bawah
ini. Hal ini karena adanya kegiatan konsorsium yang telah
dilaksanakan dengan mengoptimalkan sumber daya penelitian baik
yang ada di lingkup Puslitbang Tanaman Pangan, perguruan tinggi,
maupun lembaga riset lainnya di Indonesia.
Perbandingan capaian kinerja tahun 2011 dan 2012.
Indikator Kinerja 2011 2012
Varietas unggul baru padi (VUB) 17 12
Varietas unggul baru aneka kacang dan
ubi (VUB)
5 6
Varietas unggul baru serealia (VUB) 7 7
Keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari
masing-masing subkegiatan diuraikan sebagai berikut:
Padi. Selama tahun 2012 telah dilepas sebanyak 12 VUB padi
yang sesuai untuk lahan sawah, lahan rawa, dan lahan kering.
Telah dihasilkan VUB untuk antisipasi bencana banjir yang sering
merusak pertanaman padi. VUB yang dilepas 2012 antara lain:
varietas Inpari 22, Inpari 23 Bantul, Inpari 24 Gabusan, Inpari 25
Opak Jaya, Inpari 26, Inpari 27, Inpari 28 Kerinci, Inpari 29
Rendaman, Inpari 30 Ciherang Sub 1, Inpara 7, Inpago 9, dan
Inpari 21 Batipuah.
Kedelai. Varietas unggul baru kedelai “Dering 1”. Varietas
Dering 1 berasal dari persilangan tunggal antara varietas unggul
lama Davros dengan MLG 2984 (genotipe toleran kekeringan). Dari
hasil uji multilokasi di berbagai tempat, kedelai varietas Dering 1,
memiliki karakteristik umur tanaman 81 hari, merupakan varietas
kedelai genjah pertama. Warna biji kuning, potensi hasil 2,8
ton/ha, tahan penggerek polong dan karat daun, diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan petani dan mendukung pencapaian
swasembada kedelai.
Jagung dan Serealia lain. Selama tahun 2012 telah
diusulkan untuk dilepas sebanyak 5 VUB jagung, 1 gandum, dan 1
sorgum. Varietas ungul yang telah dilepas, antara lain: Varietas
unggul jagung hibrida dengan nama varietas Bima Putih-1, Bima
Putih-2, Bima 16, Bima 17 dan Bima 18, serta 1 VUB sorgum, dan 1
VUB gandum. Namun, varietas Bima 17 dan Bima 18, serta 1 VUB
sorgum dan 1 VUB gandum, saat ini sedang dalam taraf proses
administrasi keluarnya SK Menteri Pertanian.
Varietas Bima Putih 1 memiliki potensi hasilnya 10,3 t/ha
pipilan kering, berumur sedang, memiliki kandungan asam amino
lisin dan triptofan tinggi, stay green yaitu warna batang dan daun
di atas tongkol masih hijau, saat biji sudah masak/waktu untuk
panen dan tahan rebah. Varietas Bima Putih 2 potensi hasil 10,4
t/ha pipilan kering, memiliki kandungan asam amino lisin dan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 26
triptofan tinggi, peka terhadap penyakit bulai sehingga VUB ini
akan lebih baik jika dikembangkan pada lokasi yang tidak terdapat
endemik penyakit bulai dan penyakit hawar daun, selain
keunggulan tersebut VUB ini juga stay green. Varietas Bima 16
dengan potensi hasil 10,9 ton/ha pipilan kering pada kadar air
15%, memiliki kandungan karbohidrat, protein dan lemak tinggi,
stay green dan tahan penyakit bulai, toleran penyakit karat daun
dan toleran penyakit bercak daun.
Kacang tanah. Varietas unggul baru kacang tanah yang
dilepas yaitu : HypoMa 1, HypoMa 2, Takar 1, dan Takar 2.
Hypoma 1 adaptatif di lingkungan optimal, dengan potensi
hasil 3,70 t/ha polong kering. Varietas tersebut cukup toleran
terhadap penyakit bercak daun (Cercospora arachidicola Hori) dan
karat daun (Puccinia arachidis) dan sekaligus agak toleran terhadap
penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum).
Varietas HypoMa 2 mempunyai daya adaptasi umum terutama
jika ditanam di wilayah yang sering mengalami kekeringan pada
fase generatif. Potensi hasil varietas HypoMa2 mencapai 3,50 t/ha
polong kering, toleran kekeringan, serta agak toleran terhadap
penyakit bercak dan karat daun. Varietas Takar 1 mempunyai
keunggulan hasil tinggi 4,3 t/ha, toleran karat, sementara Takar 2
mempunyai keunggulan hasil tinggi 3,8 t/ha dan toleran karat.
Ubikayu. Varietas unggul ubikayu yang dilepas dengan
nama Litbang UK-2 mempunyai keunggulan umur panen 9-10
bulan, potensi hasil 60,4 t/ha, sedangkan rata-rata hasil 42,2 t/ha,
potensi hasil bioetanol 96% sebanyak 14.472 liter/ha sehingga
sesuai untuk bahan baku bioetanol. Keunggulan lain agak tahan
terhadap tungau, agak tahan penyakit busuk akar/umbi.
Outcome. Varietas yang telah dilepas telah disebarluaskan
kepada pengguna melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) yang tersebar di 33 propinsi di Indonesia. Bahkan sebagian
telah dilisensikan kepada swasta nasional dan pemprov (Tabel 5).
Tabel 5. Varietas unggul yang telah dilisensikan.
Varietas Mitra kerja sama
1. Jagung Hibrida Bima 7 PT. Biogene Plantation
2. Jagung Hibrida Bima 9 PT. Tosa Agro
3. Jagung Hibrida Bima 10 PT. Tosa Agro
4. Jagung Hibrida Bima 11 PT. Tosa Agro
5. Jagung Bima 12Q PT. Berdikari (Persero)
6. Padi Hibrida Hipa 8 PT. Dupont Indonesia
7. Padi Hibrida Hipa 9 PT. Metahelik Life Science
8. Padi Hibrida Hipa 10 PT. Petrokimia Gresik
9. Padi Hibrida Hipa 11 PT. Petrokimia Gresik
10. Padi Hibrida HiPa 12 PT. Saprotan Benih Utama
11. Padi Hibrida HiPa 14 PT. Saprotan Benih Utama
12. Padi HiPa Jatim 1 Dinas pertanian Jatim
13. Padi HiPa Jatim 2 Dinas pertanian Jatim
14. Padi HiPa Jatim 3 Dinas pertanian Jatim
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 27
Display varietas 2013 di lokasi SL-PTT. Varietas unggul
baru yang dilepas tahun 2012 ini akan ditanam dalam program
diseminasi sebagai display varietas di lokasi Sekolah Lapang
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) pada kegiatan tahun 2013
mendatang. Lokasi SL-PTT padi, jagung, dan kedelai hampir di
seluruh propinsi di Indonesia dalam upaya pencapaian swasembada
pangan 2014 dan mendukung 4 sukses Kementerian Pertanian.
Jagung putih Bima Putih 1 dan 2 untuk menggantikan
varietas lokal yang banyak ditanam petani. Bermanfaat untuk
ditanak sebagai nasi jagung dan subtitusi beras bagi penderita
diabetes. Di masa mendatang jagung putih diharapkan akan lebih
berkembang baik sebagai pangan maupun maupun bahan industri
tepung yang dapat mensubtitusi terigu.
Pemulia ubijalar Cina berkunjung ke Indonesia. Dalam
rangka menjalin kerja sama penelitian antara Indonesia dengan
Cina dalam bidang pemuliaan ubijalar berkunjung ke Indonesia
delegasi peneliti pemuliaan ubijalar Cina dari Cina Academic of
Agricultural Science (CAAS) dari 28 November - 8 Desember 2012.
Rombongan dipimpin oleh Dr. Qiang Li, Deputy Director Jiangsu
Xuzhou Sweetpotato Research Center/Sweetpotato Research
Institute, CAAS/National Sweetpotato Improvement Center. Selama
di Indonesia Tim Delegasi Cina berkunjung ke Puslitbangtan, BB
Biogen, CIP-ESEAP, Balitkabi Malang dan Kebun Percobaan.
Dibahas peluang kerja sama penelitian pemuliaan ubijalar yang
diarahkan pada kadar antosianin tinggi dan kadar beta karotin
dengan kadar bahan kering tinggi, ubijalar tahan hama lanas (Cylas
formicarius) melalui bioteknologi (GMO).
Padi varietas Inpari 7. Padi ini diminati petani non-irigasi
di Kab. Sidrap – Sulsel. Di areal tersebut menjadi binaan Dandim
1420 Kab. Sidrap diperoleh hasil 7,65 ton/ha yang benih
sumbernya dari UPBS Loka Penelitian Penyakit Tungro Lanrang.
Angka ini menurut Kadis Pertanian Kabupaten Sidrap yang cukup
besar, mengingat panen tersebut dilakukan di lahan non-irigasi.
Itu artinya pada lahan irigasi diyakini hasilnya lebih dari 7,65
ton/ha (Harian Tribun Timur Makassar, Kamis 19 April 2012).
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Propinsi Maluku
bersama Gapoktan melakukan kunjungan ke Loka
Penelitian Penyakit Tungro. Loka Penelitian Penyakit Tungro
dipilih sebagai salah satu tujuan kunjungan karena merupakan
Loka Penelitian yang representatif, mengingat Kab. Sidrap,
merupakan salah satu daerah yang telah menghasilkan surplus padi
2 juta ton pada tahun 2011. Maksud kunjungannya adalah untuk
sharing informasi mengenai inovasi dan teknologi baru dalam
pemanfaatan varietas unggul, pola tanam yang tepat dan
pemasaran serta penguatan kelembagaan di level desa. Di akhir
diskusi Ketua Rombongan KPBI dan Gapoktan Propinsi Maluku
berharap ke depan dapat menjalin kerja sama dengan Lolit Tungro
dalam hal sharing informasi tentang teknologi baru dan varietas-
varietas unggul yang nantinya dapat diterapkan di Propinsi Maluku.
Rombongan tamu berkenan mengunjungi kebun percobaan Lolit
Tungro untuk melihat contoh pengujian terhadap beberapa galur
harapan tahan tungro, penerapan teknologi, dan varietas-varietas
unggul yang tahan terhadap penyakit tungro (Inpari-7 Lanrang,
Inpari-8 dan Inpari-9 Elo).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 28
Tabel 6. Varietas unggul baru padi yang dilepas tahun 2012.
Nama Umur (hari)
Potensi hasil (t/ha)
Keterangan
Inpari 22 118 7,9 Agak tahan WBC biotipe 1,2, dan 3, tahan HDB strain III, mutu beras pulen.
Inpari 23 Bantul 113 9,2 Tahan terhadap WBC biotipe 1, 2, dan 3, tahan HDB patotipe III, mutu beras pulen dan aromatik (wangi pandan).
Inpari 24 Gabusan 111 7,7 Agak rentan WBC biotipe 1, 2, 3, tahan HDB patotipe III, mutu beras pulen.
Inpari 25 Opak Jaya 115 9,4 Agak tahan WBC biotipe 1, 2, dan 3, tahan HDB patotipe III, beras ketan merah.
Inpari 26 124 7,9 Agak rentan WBC, biotipe 1, 2, 3, tahan HDB strain III, tahan blas ras 033, mutu beras pulen, cocok ditanam di lahan sawah dataran tinggi sampai 900 m dpl.
Inpari 27 125 7,6 Agak rentan WBC, biotipe 1, 2 dan 3, tahan HDB strain III dan blas, mutu beras pulen dan cocok ditanam di lahan sawah dataran tinggi sampai 900 m dpl.
Unpari 28 Kerinci 120 9,5 Agak rentan WBC, biotipe 1, 2 dan 3 tahan HDB strain III, mutu beras baik dan pulen dan cocok ditanam di lahan sawah sampai ketinggian 1100 m dpl.
Inpari 29 Rendaman 110 9,5 Agak rentan WBC biotipe 1, 2 dan 3 serta agak rentan HDB, mutu beras pulen baik ditanam di sawah irigasi dataran rendah sampai 400 m dpl terutama daerah rawan banjir dengan rendaman keseluruhan fase vegetatif selama >14 hari.
Ciherang Sub-1 111 9,6 Agak rentan WBC dan agak rentan HDB, mutu beras pulen cocok ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 400 m dpl di daerah luapan sungai, cekungan dan rawan banjir dengan rendaman keseluruhan fase vegetatif selama 15 hari.
Inpara 7 114 5,1 Tidak tahan terhadap WBC, agak tahan terhadap tungro, toleran terhadap keracunan Fe dan Al, mutu beras baik dan pulen warna merah, baik ditanam di daerah rawa pasang surut dan lebak.
Inpago 9 109 8,4 Agak tahan WBC biotipe 1, agak tahan penyakit blas dan agak tahan HDB patotipe III, agak tahan kekeringan dan keracunan Al pada tingat 60 ppm Al 3+ mutu beras baik cocok untuk lahan subur di Pulau Jawa dan PMK Lampung.
Inpari 21 Batipuah 120 8,2 Agak rentan WBC biotipe 1, 2 dan rentan biotipe 3 tahan terhadap HDB strain III, tahan penyakit blas ras 003, rentan virus tungro, mutu beras pera dan cocok ditanam di ekosistem sawah sampai ketinggian 600 m dpl.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 29
Padi Inpari 26 Inpari 28 Kerinci Inpari 27
Inpari 24 gabusan Inpari 25 Opak Jaya Inpago 9
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 30
<-- Ubikayu Varietas Litbang UK-2 Jagung varietas Bima Putih-2 Kedelai varietas Dering-1 Kacang tanah varietas Takar-1
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 31
Sasaran 3 : Tersedianya benih sumber varietas unggul
baru tanaman pangan untuk penyebaran
varietas berdasarkan SMM ISO 9001-2008.
Untuk mencapai sasaran tersebut diukur melalui pencapaian
indikator kinerja utama dengan target tersedianya benih sumber
tanama pangan 529 ton berdasarkan SMM ISO 9001-2008.
Sasaran 3 telah dicapai melalui kegiatan “Perbenihan
tanaman pangan sesuai SMM ISO 9001-2008”.
Indikator kinerja sasaran yang ditargetkan tahun 2012 telah
tercapai 116,28% dari target yang ditetapkan sebesar 474.000 kg
benih padi, serealia, aneka kacang dan ubi telah terealisasi
551.198. Realisasi keuangan ini sebesar Rp. 9.185.975.825,-
(99,34%).
Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2012
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Benih padi:
BS (kg)
FS (kg)
SS (kg
F1
430.000
39.300
48.214
366.218
1.156
105,78
Benih aneka kacang dan ubi
BS (kg)
FS (kg)
NS (kg)
30.000
35.000
-
26.448
37.217
1.864,5
100,81
Benih jagung dan serealia
BS (kg)
FS (kg)
F1
8.000
20.000
6.000
9.000
20.000
8.000
108,82
Sebagai perbandingan atas kemajuan yang telah diperoleh
dari tahun sebelumnya 2011 dapat dijelaskan sebagai berikut :
Perbandingan capaian kinerja tahun 2011 dan 2012.
Indikator Kinerja 2011 2012
Benih padi:
BS (kg)
FS (kg)
SS (kg)
F1 (kg)
20.000
60.000
17.000
-
39.300
48.214
366.218
1.156
Benih aneka kacang dan ubi
BS (kg)
FS (kg)
NS (kg)
30.000
35.000
-
26.448
37.217
1.864,5
Benih jagung
BS (kg)
FS (kg)
F1 (kg)
5.340
12.700
9.000
20.000
8.000
Adapun keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai
dari masing-masing subkegiatan diuraikan sebagai berikut:
Penyediaan benih sumber varietas unggul padi.
Sampai dengan 2012 telah diproduksi 400.888 kg benih
sumber padi (BS, FS, SS dan F1) untuk mendukung kegiatan SL-
PTT di 33 propinsi di seluruh Indonesia.
Selain itu, telah diproduksi benih FS tahan penyakit tungro
sebanyak 8.075 kg dan 46.725 SS dalam upaya penyediaan dan
penyebarluasan benih sumber padi tahan tungro untuk menjalin
kerja sama dengan berbagai instansi di daerah khususnya daerah-
daerah yang merupakan endemik tungro.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 32
Penyediaan benih sumber aneka kacang dan ubi.
Produksi benih inti kedelai 10 varietas: Grobogan, Burangrang,
Detam-1, Detam-2, Kaba, Tanggamus, Anjasmoro, Ijen,
Argomulyo, dan Wilis menghasilkan 821,5 kg benih. Kacang
tanah 9 varietas: Tuban, Bima, Hypoma-1, Jerapah, Gajah,
Kelinci, Hypoma-2, dan Bison menghasilkan 634,5 kg benih.
Kacang hijau 8 varietas: Kutilang, Murai, Betet, Perkutut, Sriti,
Kenari, Vima 1, dan Walet menghasilkan 408,5 kg benih.
Produksi benih penjenis Kedelai 12 varietas: Grobogan, Kaba,
Burangrang, Tanggamus, Anjasmoro, Argomulyo, Wilis, Gema,
Panderman, Detam-1, Detam-2, Sinabung diperoleh 17.444
kg. Kacang tanah 8 varietas: Tuban, Bima, Talam, Jerapah,
Hypoma-1, Kelinci, Kancil, hypoma-2 menghasilkan 7.676 kg
benih. Kacang hijau (Vima-1) telah menghasilkan 1.328 kg
benih. Ubikayu 6 varietas (Adira 1, Adira-4, Malang 1, Malang-
6, Uj-3, UJ-5), menghasilkan 55.000 stek. Ubijalar 8 varietas
(Beta 1, Beta 2, Antin 1, Kidal, Beniazuma, Papua Solossa,
Sawentar, dan Sari) telah menghasilkan 41.460 stek.
Produksi benih dasar kedelai 9 varietas (Grobogan,
Burangrang, Kaba, Tanggamus, Anjasmoro, Argomulyo,
Sinabung, Wilis, Panderman) menghasilkan 26.777 kg. Kacang
tanah 6 varietas (Bison, Kelinci, Jerapah, Kancil, Tuban,
Domba) menghasilkan 7.221. Kacang Hijau 1 varietas (Vima 1)
diperoleh hasil 1.340 kg.
Produksi benih jagung hibrida dan bersari bebas.
Pada tahun anggaran 2012 ini telah diperbanyak benih
sumber jagung bersari bebas klas penjenis (BS) sebanyak 6
varietas yaitu Lamuru, Sukmaraga, Bisma, Srikandi Kuning-1,
Srikandi Putih-1, dan Anoman-1. Total benih yang dihasilkan
sebanyak 37.000 kg.
Outcome. Benih varietas unggul baru selanjutnya
diperbanyak oleh UPBS (unit produksi benih sumber) yang ada di
BBPadi, Balitkabi, Balitsereal, dan Lolit Tungro. Hal ini dilakukan
untuk berbagai kegiatan, antara lain 1) Bahan penyebarluasan
melalui display dan demplot di lokasi SL-PTT, serta kegiatan
diseminasi lainnya, 2) Memenuhi permintaan para penangkar dan
produsen benih lokal dan swasta untuk diperbanyak menjadi benih
sebar (Extension seeds), dan 3) Sebagian digunakan untuk
kegiatan penelitian tahun berikutnya. Seperti pada jagung dapat
dimanfaatkan untuk merakit varietas unggul secara lebih cepat
dengan sistem silang tiga jalur. Sebagai contoh Calon varietas
Jagung Bima Uri-1 merupakan hasil silang tiga jalur antara varietas
Bima 5 sebagai tetua betina dengan galur Nei9008 sebagai tetua
jantannya.
Distribusi benih sumber yang disebarluaskan melalui BPTP di
seluruh Indonesia disajikan pada Tabel 7.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 33
Tabel 7. Distribusi benih sumber di 32 propinsi, Desember 2012.
No Propinsi Padi Jagung Kedelai
1 Aceh 178 10 134,5
2 Sumatera Utara 412 10 78,5
3 Kep. Riau 193 0 131
4 Sumatera Barat 123 0 25
5 Bengkulu 20 0 85
6 Jambi 123 0 110
7 Sumatera Selatan 155 0 242
8 Bangka Belitung 110 0 50
9 Lampung 557 0 177
10 Banten 383 70 170
11 DKI Jakarta 160 50 28
12 Jawa Barat 3.505 11 190.5
13 Jawa Tengah 2.885 95 342
14 DI Yogyakarta 145 15 162,2
15 Jawa Timur 2.275 45 2.004,45
16 Bali 100 20 40
17 Nusa Tenggara Barat 1.610 63 417
18 Nusa Tenggara Timur 70 0 40
19 Kalimantan Barat 88 25 90
20 Kalimantan Selatan 486 30 375
21 Kalimantan Tengah 255 0 134
22 Kalimantan Timur 27 15 98
23 Sulawesi Barat 40 2.065 0
24 Sulawesi Selatan 196 260 207
25 Sulawesi Tengah 241 0 80
26 Sulawesi Tenggara 145 50 200
27 Sulawesi Utara 65 20 41
28 Gorontalo 30 30 100
29 Maluku 210 41 0
30 Maluku Utara 225 0 38
31 Papua 231 17 95
32 Papua Barat 97 0 4
Sasaran 4 : Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan
pascapanen primer tanaman pangan
Untuk mencapai sasaran tersebut diukur melalui pencapaian
indikator kinerja utama dengan target yang telah ditetapkan dalam
PKT 2012, yaitu dihasilkannya 11 teknologi budi daya, panen, dan
pascapanen primer tanaman pangan dalam rangka mendukung
upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan.
Sasaran 4 tersebut telah dicapai melalui kegiatan
“Perakitan teknologi budi daya, panen, dan pascapanen
primer tanaman pangan.”
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun
2012 telah tercapai seluruhnya dengan rata-rata 150,0%.
Perakitan teknologi Budi Daya Panen dan Pascapanen Tanaman
Pangan pada tahun 2012 telah dirakit sebayak 16 paket teknologi
budi daya panen dan pascapanen tanaman pangan.
Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2012.
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Teknologi budi daya padi 3 6 200,0
Teknologi budi daya aneka kacang dan ubi
4 6 150,0
Teknologi budi daya tanaman serealia
4 4 100,0
Sebagai perbandingan teknologi yang dihasilkan tahun 2012
sebanyak 16 paket lebih tinggi daripada tahun 2011 (11 paket).
Hal ini bergantung pada sifat teknologi dan waktu penelitiannya
yang memerlukan waktu pengujian dan pemantapan teknologi.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 34
Perbandingan capaian kinerja tahun 2011 dan 2012.
Indikator Kinerja 2011 2012
Teknologi budi daya padi 5 6
Teknologi budi daya aneka kacang dan ubi 8 6
Teknologi budi daya tanaman serealia 6 4
Keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari
masing-masing subkegiatan diuraikan sebagai berikut:
1. Teknologi produksi padi di lahan pasang-surut dan di
lahan terdampak salinitas: Produksi di lahan sawah
pasang surut dapat ditingkatkan dengan bantuan teknologi,
yaitu ameliorasi lahan, dimana pada lahan yang akan
ditanami dilakukan pencucian dan penambahan kapur
sebanyak 3 t/ha. Dengan ameliorasi ini tanaman akan
memberikan respon terhadap pupuk yang diberikan. Di
Sumatera Selatan dan Jambi, pencucian dan penambahan
kapur 3 t/ha dapat meningkatkan hasil gabah berturut-turut
sebesar 21% dan 15%. Peningkatan hasil gabah terutama
karena bertambahnya jumlah gabah total dan gabah isi serta
lebih tingginya bobot 1000 butir gabah isi. Untuk
memaksimalkan produski padi di lahan-lahan pasang surut,
disarankan penggunaan Varietas Inpara 1, Inpara 2 dan
Inpara 3. Selain di lahan pasang surut, teknologi ini dapat
juga diterapkan di lahan-lahan terdampak salinitas. Daerah
produksi padi yang terletak di bagian pesisir menghadapi
masalah salinitas, setiap tahun beberapa ratus ribu hektar
lahan irigasi ditinggalkan karena mengalami salinisasi
(peningkatan kadar garam dalam tanah). Di lahan terdampak
salinitas, EC (konduktifitas listrik) dalam tanah cenderung
meningkat sejak tanam sampai panen. Dalam kondisi salin
tersebut, peningkatan dosis pemupukan NPK sampai 125%
dari dosis rekomendasi tidak akan berpengaruh terhadap
produksi padi. Untuk mendapatkan respons tanaman padi
yang lebih tinggi pada pengelolaan padi sawah di lahan
terdampak salinitas, disarankan untuk menerapkan teknologi
ameriolasi, yaitu dengan pencucian dan pemberian kapur.
Tambahan pengapuran sebulan setelah tanam untuk lebih
menurunkan EC tanah (mengurangi salinitas) dan
meningkatkan efektifitas pemupukan NPK.
2. Budi daya padi gogo untuk panen dua kali dalam
setahun: Produksi padi gogo sangat potensial untuk
ditingkatkan baik melalui peningkatan hasil maupun perluasan
areal. Tanaman padi gogo membutuhkan curah hujan >200
mm/bulan minimal empat bulan secara berurutan. Pada
daerah yang mempunyai bulan basah >7 bulan berpotensi
untuk melaksanakan dua kali pertanaman padi gogo, satu kali
tanam pada musim hujan menjadi dua kali tanam pada
musim hujan I dan musim hujan II. Peluang keberhasilan
pertanaman padi gogo IP 200 akan lebih baik bila didukung
dengan varietas unggul baru padi gogo yang berumur sangat
genjah sampai genjah terutama untuk menghadapi
pertanaman padi gogo musim tanam kedua. Sistem tanam
joged juga dipertimbangkan untuk menjadi alternatif
pengembangan budi daya padi gogo IP 200 terutama pada
musim kemarau. Sistem tanam ini mengacu pada sistem
persemaian culikan pada padi sawah, sedangkan pada padi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 35
gogo dilakukan persemaian kering di luar areal pertanaman
dan ditujukan untuk mempercepat waktu tanam seiring
dengan curah hujan yang semakin menurun intensitasnya.
3. Pengendalian Penyakit Hawar Daun Bakteri dengan
Pestisida Nabati: Penyakit HDB ditimbulkan oleh bakteri
Xanthomonas oryzae. Biasanya penyakit ini menyerang
tanaman pada kondisi kelembaban yang terlalu tinggi atau
karena pemupukan N yang berlebihan. Selama ini serangan
HDB pada padi ditangani dengan cara pemberian bakterisida
sintetik yang penggunaanya dalam jangka panjang dapat
membahayakan lingkungan. Perakitan teknologi telah
dilakukan oleh BB Padi dan menghasilkan teknologi
pengendalian penyakit HDB dengan pestisida nabati dari
ekstrak tanaman. Tanaman yang digunakan sebagai sumber
ekstrak adalah daun Azadirachta indica dan rimpang lengkuas
Alpinia galanga. Aplikasi dilakukan dengan cairan hasil
perasan dengan konsentrasi 10%, disemprotkan pada
tanaman padi yang terinfeksi hawar daun bakteri, baik pada
stadia vegetatif maupun stadia generatif. Teknologi ini
mampu menghambat perkembangan penyakit hawar daun
bakteri pada tanaman padi lebih baik dibandingkan dengan
aplikasi bakterisida sintetik berbahan aktif tembaga oksida
56%, tanpa berpengaruh terhadap hasil panen.
4. Budi daya varietas unggul hibrida (HIPA – 8) pada
sawah irigasi: Peningkatan produksi padi hibrida dilahan
sawah irigasi dapat dilakukan dengan teknologi budi daya,
yaitu melakukan kombinasi pemupukan dan sistim tanam.
Bahan organik diberikan 2 ton/ha dikombinasikan dengan
sistem tanam legowo 2:1. Pemupukan dilakukan berdasarkan
hasil analisis tanah atau analisis melalui PUTS. Dengan cara
ini tanaman akan memberikan respon terhadap pertumbuhan,
komponen hasil dan hasil tanaman padi. Dengan teknologi
ini menunjukkan pengaruh nyata terhadap hasil, dengan rata-
rata hasil gabah kering panen sebesar 8,865 t/ha di Subang,
10,248 t/ha, di Cianjur, dan 7,865 t/ha di Bogor. Hasil gabah
tertinggi dicapai pada varietas Hipa 8 sebesar 8,956 t/ha di
Subang, 10,530 t/ha di Cianjur, dan 8,250 t/ha di Bogor.
5. Konservasi Musuh Alami untuk Pengendalian Dini
Penyakit Tungro. Tungro disebabkan oleh virus yang
ditularkan oleh wereng hijau. Teknologi konservasi musuh
alami adalah salah satu inovasi teknologi pengelolaan musuh
alami dalam pengendalian dini penyakit tungro di lapang,
dengan pemanfaatan musuh alami, khususnya predator,
merupakan salah satu alternatif pengendalian yang dapat
digunakan untuk menekan populasi wereng hijau sebagai
vektor virus tungro. Konservasi predator pada saat bera dan
pengolahan tanah akan dapat meningkatkan populasinya pada
awal tanam saat wereng hijau imigran datang ke pertanaman
padi. Teknologi konservasinya adalah “Pengolahan tanah
dilakukan terlebih dahulu sebelum membuat pesemaian,
namun pematang baru dibersihkan setelah tanaman umur 2
MST, dan aplikasi Andrometa (campuran cendawan
entompatogen Metharizium anisopliae dengan konsentrasi
konidia 1,7 x 108 dan ekstrak sambilata dengan konsentrasi
40mg/l)“.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 36
6. Teknologi Validasi dan Verifikasi Metode Analisis
Kandungan Amilosa Beras dengan Prinsip Pengikatan
Iodin (I) Kalium Iodida (KI): Pengujian akurasi dilakukan
dengan mengukur nilai recovery hasil analisis amilosa certified
reference material (CRM) menggunakan metode yang akan
divalidasi. Pengujian presisi dilakukan dengan melakukan uji
antar laboratorium untuk mendapatkan nilai repeatibility dan
reproducibility. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah beras giling Varietas Lusi, Varietas Sinta Nur, Varietas
Ciherang, dan Varietas Inpari 12 yang telah ditepungkan.
Nilai keberterimaan untuk uji presisi didapatkan dari hasil uji
antar laboratorium yang dilakukan oleh FOSS Analytical AB di
Swedia (ISO 2007). Berdasarkan uji beda nyata, seluruh
batch sampel yang digunakan untuk uji antar laboratorium
dinyatakan homogen. Penentuan nilai-nilai yang diterima
(accepted), diperingati (straggler), dan ditolak (outlier)
menggunakan teknik outlier numerikal (uji Grubbs/between
laboratory dan Uji Cochran’s/ within laboratory) berdasarkan
ISO 5725-2:1994 serta metode perhitungan statistika robust
Z-score. Hasil analisis yang tergolong diperingatkan antara
lain: hasil analisis amilosa Varietas Lusi oleh Laboratorium E
(Zwi) dan Laboratorium F (ZBi), serta hasil analisis amilosa
Varietas Sinta Nur oleh Laboratorium C (ZBi). Sedangkan hasil
analisis yang tergolong outlier antara lain: hasil analisis
amilosa Varietas Sinta Nur oleh Laboratorium A (Zwi), dan
hasil analisis analisis amilosa Varietas Ciherang oleh
Laboratorium C (ZBi dan Zwi). Data-data yang termasuk ke
dalam kategori diperingatkan tetap dipertahankan,
sedangkan data-data outlier tidak diikut sertakan dalam
perhitungan selanjutnya. Rata-rata kandungan amilosa
(%bk) sampel Lusi, Sinta Nur, Ciherang, Inpari 12 berturut-
turut adalah 5,71 (sr=0,36; sR= 1,55); 19,39 (sr=0,22; sR=
1,68); 23,52 (sr=0,50; sR= 1,12); 29,83 (sr=0.64; sR=0,68).
Dari hasil uji antar laboratorium dapat disimpulkan bahwa
metode analisis amilosa yang digunakan mempunyai tingkat
presisi yang cukup baik. Hasil uji stabilitas menunjukkan
bahwa seluruh sampel stabil selama masa uji antar
laboratorium. Metode analisis amilosa yang digunakan
mempunyai tingkat akurasi yang cukup baik berdasarkan
hasil pengujian menggunakan 3 jenis CRM.
7. Peta Biopestisida hayati berbahan aktif HaNPV.
Pestisida hayati formulasi virus HaNPV yang efektif dalam
menekan hama utama tanaman jagung seperti penggerek
tongkol jagung (H.armígera), penggerek batang (Ostrinia
furnacalis), Ulat Grayak (S. litura). Penggunaan biopestisida
hayati di samping efektif, juga ramah lingkungan, tidak
mematikan serangga predator.
8. Peningkatan Hasil Jagung Melalui Pendekatan PTT
Dalam Konsep IP400 di Lahan Kering dan Lahan
Sawah. Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) merupakan
suatu pendekatan untuk menyusun paket teknologi pada
usahatani jagung spesifik lokasi sesuai ketersediaan sumber
daya setempat. Komponen teknologi yang dirakit di lahan
sawah: varietas unggul, daya kecambah benih >90%,
penanaman dengan sistem legowo, jarak tanam (100-50) cm x
20 cm, pemupukan spesifik lokasi, dalam hal ini takaran pupuk
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 37
yang diberikan 300 kg/ha pupuk majemuk 300 kg urea, tanam
sisip untuk pertanaman berikutnya sebelum panen. Hasil yang
diperoleh dengan penerapan komponen teknologi tersebut
pada MK I = 10,5 t/ha (menggunakan varietas Bima-3), 12,1
t/ha (varietas Bisi-2), 12,2 t/ha (varietas P21), dan MKII = 8,0
– 9,0 t/ha untuk semua varietas.
9. Penekanan Kehilangan Hasil pada Proses Perontokan
Gandum. Telah dihasilkan 2 unit prototipe alat mesin
pertanian yang digunakan untuk merontok gandum. Hasilnya
berupa 1 (satu) unit prototipe mesin perontok benih gandum
PG-M1-Balitsereal dengan kapasitas minimal 300 Kg/Jam dan
dapat menekan kehilangan hasil/bji hingga 15%, dan 1 (satu)
unit prototipe mesin perontok benih gandum PG-M2-
Balitsereal dengan kapasitas hingga 200 Kg/jam dan dapat
menekan kehilangan hasil/biji hingga 15%. Pengembangan
alat ini dapat meningkatkan produksi gandum karena
menurunnya kehilangan hasil.
10. Penurunan Kandungan Tannin Sorgum pada Proses
Penyosohan. Tiga cara pengeringan biji sorgum yang akan
disosoh dengan prototipe mesin PSA-M4-Balitsereal yang
lebih produktif (kapasitas > 23 Kg/jam) dan dapat menurunkan
kandungan tanin mendekati 0%. Dengan cara ini pendapatan
petani sorgum dapat meningkat.
11. VIR-GRA. Bioinsektisida efektif untuk mengendalikan hama
pemakan daun (Spodoptera litura) dan hama penggerek
polong kedelai (Etiella zinckenella). Vir-Gra mengandung
bahan aktif polyhedral virus dari isolat JTM-97C yang sudah
dikembangbiakkan pada larva S. litura kemudian
diformulasikan dalam bentuk tepung untuk memudahkan bagi
pengguna khususnya petani.
12. BIO-LEC. Biopestisida efektif yang berbahan aktif konidia
cendawan entomopatogen Lecanicillium lecanii untuk
pengendalian hama pengisap polong kedelai (Riptortus
linearis) dan ramah lingkungan. Bio-Lec yang terformulasi
dalam bentuk tepung ini juga memiliki keunggulan lebih
banyak karena mampu membunuh berbagai jenis hama
utama kedelai maupun penyakit kedelai terutama karat daun
(Phakospora pachyrhizi), downy mildew (Peronospora
manshurica) dan powdery mildew (Microsphaera diffusa). dan
penghisap polong. Selain itu, Bio-Lec juga efektif untuk
membunuh kutu kebul (B. tabaci).
13. ILETRISOY: Formulasi pupuk hayati multi isolat cocok untuk
budi daya kedelai di lahan masam. Iletrisoy mampu
meningkatkan bintil akar tanpa menurunkan viabilitas benih
kedelai. Iletrisoy adalah pupuk hayati yang mampu
menggantikan peran pupuk Urea untuk kedelai di lahan
masam. Iletrisoy mengandung bakteri Rhizobium asal tanah
masam yang sudah dikembangkan di laboratorium dengan
formulasi sederhana efektif dapat memacu pembentukan
bintil akar pada tanaman kedelai.
14. Pupuk organik “SANTAP-M”. Pupuk ini merupakan pupuk
organik kaya hara yang terformulasi dari pupuk kandang dan
limbah tanaman yang bermanfaat bagi budi daya kedelai di
lahan masam. SANTAP-M terbuat dari bahan baku yang
berlimpah dan mudah diperoleh di setiap daerah, serta
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 38
diproduksi dalam bentuk curah-padat, tidak diperkaya
mikrobia. Bahan baku pupuk organik ini antara lain kotoran
sapi, kotoran ayam, batuan fosfat, dan abu ketel yang dapat
diperoleh dari pabrik gula.
15. Alat pengering kedelai. Alat pengering mendukung budi
daya kedelai di lahan kering untuk menghasilkan benih
berkualitas. Alat pengering tipe bak yang menggunakan gas
elpiji sebagai bahan bakar dan mempunyai efisiensi tinggi
untuk mengeringkan benih.
16. Penyimpanan benih kedelai. Teknologi memperpanjang
daya simpan benih dihasilkan dalam upaya untuk mencegah
menurunnya mutu benih. Pelleted soybean seeds (benih
kedelai tersalut) dirancang untuk dapat mempertahankan
agar benih kedelai dapat disimpan lebih lama. Bahan salut
terdiri dari dolomit + lempung + SP36 dengan berbagai
perbandingan 3:2:1 dan 2:2:0,5 dengan kadar air awal 12%
mampu mempertahankan kualitas benih kedelai yang disalut
sampai dengan 1 tahun.
Outcome. Upaya peningkatan produksi tanaman pangan
sangat bergantung pada ketersediaan teknologi dan adopsi
teknologi oleh petani di lapang. Teknologi yang telah dihasilkan
akan diterapkan melalui display/demplot dalam SL-PTT tahun 2013
di seluruh BPTP sebagai komponen teknologi PTT yang spesifik
lokasi.
Sasaran 5: Tersedianya kebijakan pengembangan tanaman
pangan
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur melalui pencapaian
indikator kinerja utama dengan target yang ditetapkan dalam PKT
2012 yaitu tersedianya 8 rekomendasi kebijakan tanaman pangan.
Sasaran 5 tersebut dicapai melalui kegiatan “Analisis
kebijakan pengembangan tanaman pangan.”
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun
2012 telah tercapai 100%. Target yang ditetapkan dalam PK 2012
yaitu tersedianya 11 rekomendasi dan telah terealisasi 11
rekomendasi kebijakan tanaman pangan.
Sebagai perbandingan atas kemajuan yang telah diperoleh
dari tahun sebelumnya 2012 dapat dijelaskan sebagai berikut :
Perbandingan capaian Kinerja tahun 2011 dan 2012.
Indikator Kinerja 2011 2012
Rumusan kebijakan tanaman
pangan
11 11
Adapun keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai
dari masing-masing sub kegiatan diuraikan sebagai berikut:
1. Sintesis Peningkatan Produksi Padi melalui Sistem of Rice Intensification (SRI) Mendukung Program Peningkatan Surplus Beras Nasional
Berdasarkan penilaian terhadap besarnya peluang
peningkatan produktivitas tanaman padi dengan cara SRI dalam
kurun waktu 1-3 tahun ke depan (hingga tahun 2014) sangat kecil
atau sama dengan cara petani sebab: (1) Efektivitas input produksi
yang dianjurkan dalam cara SRI bersifat lambat, seperti efek
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 39
kompos/bahan organik, pestisida hayati, mikroorganisme lokal
yang perlu diberikan berkali-kali dan dampaknya baru akan terlihat
setelah beberapa musim tanam; (2) Efektivitas SRI (apabila
menggunakan paket tetap) dalam peningkatan produktivitas padi
bersifat spesifik lokasi, yaitu dapat menaikkan hasil, tidak
berpengaruh atau bahkan dapat menurunkan hasil bergantung
pada karakteristik lingkungan pertanian. Berdasarkan hasil survei
kegiatan pengembangan SRI pada tahun 2012 seluas 60.300 ha
dan tersebar di 20 provinsi, 109 kabupatan atau kota dengan
melibatkan kelompok tani pada lahan sawah beririgasi, dan
diharapkan dapat berkontribusi dalam mensukseskan program
surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014, untuk mencapai
program tersebut tidak mudah mengingat target luasan yang harus
dicapai pada tahun 2014 adalah + 360.000 ha dan target hasil
rata-rata di atas 6,5 ton GKP/ha dengan mengutamakan
penggunaan internal input. Oleh sebab itu disarankan dalam
penerapan SRI secara luas perlu mempertimbangkan karakteristik
lokasi untuk menerapkan semua komponen teknologinya.
Saran alternatif kebijakan, yaitu: 1) Karakterisasi lahan
pengembangan untuk menerapkan rekomendasi budi daya SRI
spesifik lokasi, 2) Bantuan prasarana (air irigasi, unit pengeolahan
pupuk organik), 3) APPO dan ternak menyediakan pupuk organik
untuk tiap unit SRI (20 ha lahan kelompok tani), 4) Pelatihan
pembuatan MOL pestisida nabati kompos dan sebagainya dengan
dibekali buku petunjuk untuk penyuluh, pendamping dan kelompok
tani, 5) Pembersihan air sungai dari pencemar terutama untuk
pengairan dan serta perbaikan jaringan irigasi, 6) Pengembangan
pasar bagi produksi SRI organik bersertifikat dengan harga yang
lebih baik sehingga menarik produsen, 7) Penyediaan alat bantu
untuk mengevaluasi capaian produktivitas, luasan, produksi, biaya
dan keuntungan dari pertanian cara SRI, dan 8) Cara SRI
sebaiknya dikembangkan dengan mengintegrasikan padi dan
ternak untuk memproduksi beras, daging dan biogas
Outcome dari kegiatan penelitian ini adalah tersedianya
informasi metode SRI yang spesifik lokasi, optimal, yang dapat
meningkatkan produktivitas dan produksi padi, serta pendapatan
petani di suatu wilayah.
2. Sintesis Pengamanan Produksi Padi Melalui
Penerapan PHT Mendukung Program Peningkatan
Surplus Beras.
Organisme pengganggu tanaman (OPT) padi utama yang
dilaporkan petani di daerah DIY dan Jawa Tengah ialah tikus,
penggerek batang, wereng batang coklat dan kresek. Di lapangan
masih banyak petani yang menggunakan hanya pestisida (cara
tunggal) dalam mengendalikan OPT tersebut. Padahal masih
banyak cara pengendalian lain yang ramah lingkungan. Untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani maka materi
penyuluhan harus baik dan selalu diperbaharui. Seringkali
pertimbangan harga jual gabah yang baik menyebabkan petani
mengesampingkan faktor perlindungan tanaman yang ramah
lingkungan. Sebagai akibatnya petani akan melakukan aplikasi
pestisida dengan tujuan OPT tertentu mati. Pengendalian OPT
padi di tingkat petani di berbagai daerah agak bervariasi, karena
tingkat dominasi OPT utama berbeda. Memperhatikan dominansi
wereng batang coklat pada dua setengah tahun terakhir, petani
menggunakan teknik pengendalian dengan pestisida sintetis.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 40
Saran alternatif kebijakan yaitu 1) Teknik pengendalian OPT yang
bervariasi akan dapat menekan populasi OPT lebih baik dan
bersifat lebih berkelanjutan, sehingga pengawalan produksi padi
dapat lebih terjamin, dan 2) Dampak yang ditimbulkan dari
penggunaan pestisida dalam pengendalian OPT oleh petani secara
berlebihan tanpa mempertimbangkan kaidah-kaidah dalam PHT
sangat serius yaitu efek negatif terhadap kualitas air kehidupan,
seperti sungai danau dan air sumur dapat tercemar polutan
pestisida. Oleh sebab itu perlu sosialisasi kepada petani dan
stakeholder lainnya dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan
lapangan tentang PHT dan juga tentang rekayasa ekologi
(ecological engineering) yang efektif untuk menanggulangi OPT
yang lebih ramah lingkungan.
Outcome dari kegiatan penelitian ini adalah teknologi yang
digunakan petani yang baik dan berguna dapat dimunculkan
sebagai ide dasar ke arah perbaikan cara penerapan PHT di tingkat
petani.
3. Analisis Ketersediaan Benih Padi Mendukung Program
Pencapaian Peningkatan Surplus Beras Nasional
Surplus Beras Nasional Sarana dan prasarana UPBS BPTP
Jawa Tengah cukup memadai, namun masih memerlukan banyak
penyempurnaan untuk dapat meningkatkan kapasitas produksi
benihnya. Untuk semester pertama tahun 2012 UPBS BPTP Jawa
Tengah telah menghasilkan lebih kurang 38 ton benih padi kelas
SS, dimana 28 ton diantaranya dipanen dalam bentuk gabah kering
panen dan dialihkan kepada produsen benih swasta karena
keterbatasan sarana dan prasarana.
Saran alternatif kebijakannya yaitu Diperlukan dukungan
Pemerintah untuk memperkuat UPBS BPTP Jawa Tengah, baik dari
segi material maupun sumber daya manusia, sehingga mampu
berproduksi lebih optimal. Koordinasi dan sinkronisasi kegiatan
antara UPBS BPTP Jawa Tengah dengan Balai Besar Penelitian Padi
dan lembaga perbenihan daerah berjalan baik dan perlu terus
ditingkatkan
Outcome dari kegiatan penelitian ini adalah: 1) terjadinya
percepatan penyebaran dan adopsi varietas unggulan padi, benih
sumber dan benih sebar dengan penerapan sistem mutu, 2)
terjadinya perbaikan sistem dan peningkatan produksi, distribusi
dan peredaran benih bermutu secara berkelanjutan, 3) terjaminnya
suplai dan harga benih bermutu bagi petani sepanjang musim dan
tempat serta varietas yang sesuai dengan preferensi petani, dan 4)
tersedianya saran kebijakan dan langkah operasional dalam upaya
mendukung program pencapaian peningkatan surplus beras
nasional, terutama dalam kaitannya dengan aspek ketersediaan
benih.
4. Peningkatan Daya Saing dan Nilai Tambah Tanaman Pangan Menghadapi Persaingan Global: Penanganan Pascapanen Padi untuk Peningkatan Surplus Beras
Berdasarkan hasil kajian lapang yang dilakukan di Jawa
Tengah dan Jawa Timur melalui diskusi kelompok bersama dengan
beberapa pakar dan pengambil kebijakan untuk menetapkan
kondisi di lapangan. Saran-saran tindak lanjut yang perlu dilakukan
dan program strategis adalah sebagai berikut :
Rekomendasi program dalam peningkatan nilai tambah dan
daya saing
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 41
Untuk membantu pemerintah daerah dalam menentukan
gapoktan yang layak menerima bantuan, dan efektifnya
bantuan yang diberikan, maka program yang mendesak dan
perlu untuk dilakukan pada masa yang akan datang adalah:
1. Kajian sosioekonomi terhadap berbagai peralatan dan
mesin pertanian yang berkembang di masyarakat tani.
Kajian ini untuk memotret berbagai paket teknologi yang
terkait dengan pasca panen yang berkembang dan
digunakan oleh masyarakat saat ini. Dengan adanya kajian
ini, maka pemerintah akan mengetahui teknologi apa yang
diperlukan oleh masyarakat sesuai dengan kebudayaan
lokal yang ada saat ini.
2. Revitalisasi bantuan alat dan mesin pertanian, khususnya
untuk RMU, pengeringan dan silo. Program ini bertujuan
untuk mengoptimalkan berbagai macam bantuan yang
tidak berjalan saat ini. Jangan sampai bantuan yang
bernilai menjadi besi tua yang tidak ada manfaatnya bagi
petani. Revitalisasi terdiri dari tiga tahap yaitu: tahap
perencanaan arah, revitalisasi tahap pelaksanaan
revitalisasi dan tahap evaluasi revitalisasi. Dengan demikian
paling sedikit pelaksanaan program ini memerlukan waktu
tiga tahun.
3. Pendampingan kualitas dan pemasaran produk pertanian.
Program ini ditujukan untuk mendampingi gapoktan dalam
memasarkan produk pertanian yang berkualitas. Tujuan
program ini adalah untuk merekayasa jalur tataniaga
sehingga lebih adil bagi petani dan untuk menciptakan tata
rantai mutu yang didasarkan pada kebutuhan pasar.
4. Berdasarkan gambaran kondisi lapangan yang diamati
maka salah satu rekomendasi tindak lanjut yang perlu
dilakukan adalah menetapkan suatu model sistem
pengembangan agribisnis padi yang dapat mengungkit
usaha-usaha peningkatan nilai tambah dan daya saing
dalam usaha agribisnis beras. Hasil kajian yang mendalam
ditetapkan untuk pengembangan “model pengembangan
agrbisnis beras berlabel jaminan varietas” sebagai model
unggulan.
Focus Group Discussion (FGD) dalam pemilihan model
pengembangan agribisnis beras
Dalam rangka pemilihan dan menetapkan model agribisnis
yang akan dikembangkan sebagai langkah awal pembangunan
sisitem agribisnis beras, maka telah dilakukan beberapa kali
pertemuan FGD dari berbagai unsur terkait untuk melakukan
melakukan identifikasi dan pemilihan model yang terbaik dan
tepat untuk dikembangkan dalam implementasi di lapangan.
Landasan pola pikir dalam pemilihan dan penetapan dari model
agribisnis beras ini dapat diindentifikasi seperti secara holistik
faktor-faktor yang dapat memberikan prospektif yang besar
dalam keberhasilan pengembangan model. Baberapa
pertimbangan dan analisis kebutuhan dapat dirangkum dalam
butir-butir berikut ini
1. Untuk mengembangkan dan menggerakan agroindustri
diperlukan syarat keharusan (necessary condition), yakni
efesiensi usaha, baik di tingkat produksi maupun
pemasaran. Selain itu perlu diperhatikan pula, bahwa dalam
pengembangan agroindustri harus diperhatikan : (1)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 42
bagaimana menggeser pasar utama produk agroindustri
dari domestik market menuju pasar ekspor (export
oriented), (2) pengembangan agroindustri harus berbasis
pada lokal resources based dan mengurangi
ketergantungan terhadap komponen impor agar dapat
bersaing dalam pasar dunia dan (3) pengembangan
agroindustri harus berdasarkan kaidah keuntungan
komparatif, yakni (a) meningkatkan efisiensi produksi dan
pemasaran dan (b) keterpaduan usaha, baik keterpaduan
komodoti, usaha tani, dan wilayah.
2. Azas keterpaduan komoditi berarti kesepakatan dari semua
bisnis dan pengambil keputusan untuk memberikan
prioritas utama pada komoditi yang akan dikembangkan di
suatu wilayah. Penentuan dan pengembangan komoditi
yang memperhatikan wilayah sebagai suatu kesatuan
ekonomi yang didasarkan pada keterpaduan wilayah (desa,
kecamatan, atau kabupaten). Keterpaduan itu bermuara
pada sistem usaha tani yang memadukan pola usaha dan
organisasi produksi yang efisien dan azas keterpaduan
usaha tani. Dengan demikian, pada tingkat usahatani
diharapkan terjadi keterpaduan antara teknik berproduksi
dan aktivitas kelembagaan sosial yang pada gilirannya akan
meningkatkan produktivitas usahatani pada lahan
pertanian. Pola keterpaduan tersebut akan mendorong
pengembangan agroindustri, karena: (1) kontinuitas
pasokan input agroindustri dapat terjamin, (2) kualitas dan
kuantitas input agroindustri dapat tercapai, (3) zonasi
pengembangan agroindustri dapat ditata secara tepat, baik
berkaitan dengan input yang digunakan maupun pasar
yang hendak dijangkau, baik dalam negeri maupun ekspor.
3. Kondisi tersebut dapat menjamin tercapainya efisiensi
agroindustri, baik dari sisi pengolahn produksi hasil
pertanian maupun efisiensi pemasaran. Integrasi sistem
agribisnis dan pewilayahan komoditas pertanian menurut
kaidah efesiensi diperlukan agar menjaga pengembangan
agribisnis yang berkelanjutan.
4. Agar alur pikir tersebut dapat mem’bumi” maka perlu
dibuatkan model riilnya di lapangan sehingga apa yang
diinginkan dapat dicapai walaupun dalam skala yang
terbatas. Pengembangan model tersebut melibatkan
perguruan tinggi yang memiliki pengalaman pengembangan
masyarakat dan adanya tenaga ahli yang sangat
berkompeten dibidangnya.
5. Meningkat pelaku industri pertanian kita yang mempunyai
karakteristik jumlah petani/pelaku usaha dengan skala
usaha kecil, dengan modal serta tingkat pengetahuan dan
penguasaan teknologi yang terbatas, maka untuk
pengembangan industri penghasil nilai tambah, peran
“kelembagaan” memegang kunci pokok guna
menjembatani kelemahan-kelemahan tersebut. Dengan
kelembagaan yang kuat diharapkan dapat membuka
peluang petani untuk memiliki akses terhadap permodalan
dan pemasaran dengan baik. Untuk itu pembangunan
pertanian ke depan akan diarahkan pada pemberdayaan
Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) dengan penyediaan
uang muka (down payment) untuk pembangunan sarana
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 43
fisik/peralatan, menyediakan dana penjaminan kredit
usaha, dan memberikan subsidi bunga modal investasi.
Dengan penguatan kelembagaan petani ini diharapkan akan
meningkatkan posisi tawar dan daya saing produk
pertanian petani kita.
6. Kondisi pelaku pertanian kita tersebut tentunya juga sangat
dipengaruhi oleh keberhasilan diseminasi dan penerapan
teknologi. Rendahnya keberhasilan dalam masukan
teknologi lebih dikarenakan faktor SDM dan permodalan. Ke
depan, introduksi teknologi melalui pelatihan dan magang
serta upaya peningkatan akses permodalan harus
ditingkatkan. Dengan memperhatikan pertimbangan dan
kajian lapangan sejak dari budi daya hingga pemasaran,
maka dapat ditetapkan model yang diajukan untuk
dikembangkan pada tahun 2013 adalah Model
Pengembangan Agribisnis Perberasan Berbasis Label
Jaminan Varietas.
Focus Discussion Group (FGD) dalam membangun model
agribisnis berbasis jaminan varietas.
FGD yang dihadiri oleh berbagai pihak terkait dalam sistem
agribisnis beras, antara lain, pejabat pusat dan dinas pertanian
daerah, perwakilan petani, pengusaha penggilingan padi,
pengusaha distribusi beras, super market dan retail beras.
Dalam pertemuan tersebut dibahas secara mendalam strategi
dan langkah implementasi dalam pengembangan agribisnis
beras berbasis pelabelan jaminan varietas. Butir-butir hasil
diskusi dapat disampaikan sebagai berikut :
a) Varietas dan mutu beras yang diperdagangkan umumnya
tidak mencerminkan kondisi riilnya (varietas hanya menjadi
merk dagang). Persepsi konsumen menjadi rancu dengan
mencampur adukan merk dagang dengan varietas
b) Banyaknya pemalsuan beras dengan cara
mencampur/mengoplos 1) antar bentuk beras, 2) beras
aromatik dan non aromatik, 3) nama asal beras (Cianjur,
Delanggu, Solok, Dll)
c) Tidak ada jaminan mutu sesuai dengan informasi yang
diberikan oleh konsumen (informasi pada kemasan/label),
akibatnya konsumen mengalami kerugian
d) Konsumen belum sepenuhnya sadar mutu, oleh karena itu
kesadaran pentingnya arti label masih rendah seperti
praktek pencampuran berbagai jenis beras (varietas dan
mutu) menjadi hal “wajar”
e) Kemurnian sifat beberapa varietas padi unggul lokal tidak
bisa dipertahankan, diakibatkan adanya permainan
pemalsuan dan pencampuran tentang varietas. Sehingga
beras/padi varietas mutu tinggi (seperti Pandan Wangi dan
Rojo Lele) seiring tidak diberikan harga yang memadai.
Sehingga menurunkan gairah petani untuk menanam
varietas lokal tersebut dan beralih pada varietas unggul
baru (Ciherang, Cisadane).
f) Kalau demikian diidentifikasi bahwa sebagian konsumen
(jumlahnya relatif besar). Masih tetap menginginkan
tersedia “beras bermutu “ yang terjamin, sehingga dipasar
juga diperdagangkan beras dengan label varietas.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 44
g) Beras berlabel varietas yang dijual dipasaran, terutama di
super market dengan berbagai merk tidak dapat dijamin
keaslian varietasnya, karena belum mengikuti kaidah
prosedur seritifikasi varietas beras.
h) Ada indikasi pertumbuhan pasar beras berlabel. Penerapan
sertifikasi beras berlabel jaminan varietas perlu dilakukan
untuk menanggulangi praktik tidak jujur dan berdampak
positif bagi petani padi yang memproduksi varietas
tertentu.
i) Ada peluang ekspor beras “bermutu” yang memiliki serifikat
jaminan varietas. Dilaporkan bahwa permintaan konsumen
Malaysia terhadap beras wangi Indonesia (Rojo Lele,
Pandan Wangi) cukup tinggi. Dengan demikian beras-beras
jenis tertentu yang bermutu tinggi dan berlabel varietas
akan mudah untuk menembus pasar ekspor di luar negeri.
Langkah-langkah strategis implementasi pengembangan model
agribisnis beras berlabel jaminan varietas
a) Dalam rangka memberikan perlindungan kepada produsen
dan konsumen terhadap pemalsuan produk beras dalam
kemasan di pasaran yang isinya tidak sesuai dengan
keterangan pada labelnya, maka diperlukan sistem
sertifikasi jaminan beras berlabel.
b) Banyak beredar di pasar, beras dengan menggunakan
nama varietas hal ini tidak dibenarkan dan perlu
ditertibkan.
c) Sasaran pemasaran beras berlabel jaminan varietas bagi
konsumen menengah ke atas (pasar modern).
d) Dalam memproduksi beras jaminan varietas, perlu
dibangun kemitraan antara petani, penggilingan padi,
penyuluh lapang, petugas dinas pertanian Kabupaten/
Provinsi dan Pusat dalam hal penyediaan benih bersertifikat
hingga proses labelisasi/sertifikasi.
e) Diperlukan adanya akses pendanaan yang memadai di
tingkat produsen dalam pengembangan beras berlabel
jaminan varietas.
f) Perlu dirumuskan harga jual petani ke penggilingan padi
dan harga jual penggilingan padi ke pedagang serta harga
jual ditingkat konsumen agar terdapat nilai tambah dari
kegiatan labelisasi beras sehingga terjadi perdagangan adil
dan merata.
g) Diperlukan adanya kepastian pasar yang jelas dalam
pemasaran beras berlabel yang diproduksi oleh Poktan/
Gapoktan.
h) Perlunya dilakukan edukasi dan sosialisasi kepada
konsumen tentang beras berlabel melalui upaya promosi
(fair), iklan di media masa, dll.
i) Pemberdayaan OKKP/D dalam menumbuhkan lembaga
sertifikasi produk beras berlabel berbasis jaminan varietas
j) Tindak lanjut pada tahun 2013, direncanakan beberapa
program yang akan dilakukan yaitu : 1) kegiatan pelatihan
dan pendampingan kepada pelaku usaha beras berlabel
berbasis jaminan varietas di loaksi sentra produksi (Jabar,
Jateng dan DIY), 2) penumbuhan lembaga serifikasi
jaminan varietas beras berlabel, 3) penyusunan pedoman
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 45
sistem sertifikasi pengembangan beras berlabel melalui
jaminan varietas, 4) sosialisasi kepada pelaku usaha
pemasaran beras berlabel, dan 5) monitoring dan evaluasi.
Saran alternatif kebijakan :
Aspek Kebijakan Pemerintah. Kebijakan pemerintah dalam
peningkatan mutu dan nilai tambah tanaman pangan didukung
oleh aspek legal yang antara lain Keputusan Presiden No. 47
Tahun 1986 tentang “Peningkatan Penanganan Pascapanen
Hasil Pertanian”. Kekuatan hukum yang lain dalam penanganan
pascapanen tertuang pada Undang-Undang No. 12 Tahun 1992
tentang “Sistem Budi daya Tanaman”.
Aspek Koordinasi Lintas Sektoral. Penelitian ini akan
menganalisis pendekatan koordinasi antar kelembagaan di
tingkat pusat dan daerah hingga tingkat petani/kelompok tani
dan pelaku usaha. Koordinasi tersebut antara lain untuk
mengoordinasikan dan menyinkronisasikan program dan
kegiatan perbaikan penanganan pascapanen (pengolahan) agar
dapat memberikan hasil, manfaat, dan dampak yang maksimal
dalam meningkatkan nilai tambah dan daya saing tanaman
pangan.
Aspek Sarana dan Teknologi. Dalam penelitian aspek ini, akan
dikaji dan dianalisis terhadap (a) peningkatan peran sarana dan
teknologi pascapanen (pengolahan) melalui penambahan
jumlah sarana alat mesin pascapanen, termasuk menyediakan
fasilitas kredit dengan tingkat suku bunga rendah dan
persyaratan lunak, (b) usaha-usaha Analisis terhadap
rekomendasi, kaji terap dan sosialisasi dari inovasi sarana alat
mesin pascapanen tanaman pangan, (c) Analisis kebutuhan riil
sarana alat mesin pascapanen (pengolahan) secara spesifik di
masing-masing lokasi/daerah, (d) pemasyarakatan penggunaan
sarana alat mesin pascapanen (pengolahan) melalui kampanye
dan demonstrasi serta gelar teknologi tanaman pangan, (e)
langkah-langkah upaya mendorong UPJA, LDM, penggilingan
padi, pabrikan alat mesin pascapanen, distributor,
perbengkelan dan petani/kelompok tani untuk dapat
bekerjasama dan melakukan kemitraan yang saling
menguntungkan, dan (f) penerapan sistem jaminan mutu
dalam proses pananganan hasil tanaman pangan, meliputi
penerapan Good Handling Practices (GHP), Good
Manufacturing Practices (GMP), Good Distribution Practices
(GDP), d) Aspek Kelembagaan. Analisis aspek kelembagaan
difokuskan pada usaha pembentukan, pengorganisasian,
pengelolaan dan operasionalisasi kelembagaan petani atau
kelompok tani, UPJA, LDM, penggilingan padi dan stakeholder
dihimpun dalam organisasi yang disebut kecamatan
pascapanen. Diukur pula kemampuan kelembagaan tersebut
dalam usaha peningkatan nilai tambah dan daya saing usaha,
Aspek Sumber Daya Manusia. Peningkatan mutu sumber daya
manusia (SDM) diarahkan untuk meningkatkan sikap dan
perilaku, pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan
pengembangan kewirausahaan, manajemen, serta kemampuan
perencanaan usaha di bidang agribisnis tanaman pangan, dan
Aspek Permodalan. Analisis dilakukan dalam mengukur
kelembagaan petani yang menangani penanganan pascapanen
(pengolahan) gabah atau beras dalam memperoleh akses
adanya skim kredit dengan persyaratan yang mudah, suku
bunga rendah dan dapat dijangkau oleh petani/kelompok tani
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 46
Outcome penelitian ini adalah: a) peningkatan nilai tambah
dan pendapatan petani serta pelaku usaha, b) peningkatan daya
saing tanaman pangan di pasar lokal, c) terbukanya kesempatan
kerja di perdesaan dan sejalan dengan berkembangnya industri
pengolahan hasil pertanian pada skala kecil dan menengah, d)
meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap produk dalam
negeri, dan e) terciptanya hubungan fungsional dan harmonis
antar sektor, subsektor institusi pusat dan daerah dalam sistem
agribisnis.
5. Sintesis Peningkatan Produksi Padi Melalui Program GP3K Mendukung Peningkatan Surplus Beras Nasional
Program GP3K yang ada di Provinsi Jawa Tengah yang
dilaksanakan oleh PT. Petro Kimia dan PT. Pertani sebagai operator
dapat meningkatkan produktivitas gabah petani sebanyak 300-
1250 kg/ha GKP atau 4,2 – 16,4% lebih tinggi daripada
produktivitas sebelum petani mengikuti program GP3K. Kecuali di
Kabupaten Kudus, para petani pserta program GP3K di Kabupaten
Sragen dan Karang Anyar belum sepenuhnya menerapkan
teknologi budi daya padi seperti yang dianjurkan dalam SLPTT padi
dari tiga lokasi atau kabupaten yang diteliti terdapat beberapa
kelemahan yang dijumpai dalam program GP3K, yaitu pemilihan
varietas padi yang kurang tepat atau tidak sesuai dengan
agroekosistem setempat, kombinasi penggunaan jenis pupuk dan
waktu pemberian pupuk yang kurang tepat, sehingga hasil yang
dicapai tidak optimal. Petani GP3K di Kabupaten Sragen dan
Karang Anyar memberikan dosis pupk N berlebihan sedangkan
dosis pupuk P sangat kurang sehingga hasil gabah yang diperoleh
rendah dan tanaman terserang penyakit kresek cukup parah. Para
petani program GP3K pada umumnya belum menguasai teknologi
pengendalian hama atau penyakit secara terpadu. Penggunaan
pestisida cukup tinggi dan penyemprotan tidak berdasarkan
ambang batas populasi tingkat serangan hama atau penyakit.
Sistem kemitraan yang diterapkan dalam program GP3K oleh
operator adalah berbeda satu dengan yang lain, tetapi pada
umumnya memberikan penguatan modal usaha untuk para petani
dengan tingkat bunga yang sangat ringan agar dapat
meningkatkan produktivitas yang lebih tinggi.
Saran alternatif kebijakan yaitu: 1) Penggunaan varietas padi
sebaiknya dipilih varietas yang mempunyai daya adaptasi baik dan
sesuai untuk agroekosistem setempat, 2) Dalam pemilihan varietas
juga perlu dipertimbangkan kualitas gabah dan mutu beras yang
sesuai dengan permintaan pasar agar mempunyai harga jual yang
baik, 3) Perlu dipertimbangkan penggunaan kombinasi jenis pupuk
dan dosis pupuk yang seimbang antara pupuk Nitrogen dan pupuk
phosfat untuk memperoleh hasil yang optimal, dan 4) Dalam
pengendalian hama/penyakit, para petani perlu dibekali
pengetahuan tentang pengendalian OPT secara terpadu,
penggunaan pestisida secara rasional dan tidak berlebihan
Outcome dari penelitian ini adalah a) Terjadi peningkatan
produktivitas padi yang dapat dicapai oleh petani melalui program
GP3K, dan b) diketahui model kemitraan BUMN dengan petani dan
peran GP3K dalam mendukung P2BN dan surplus beras nasional.
Sehingga harapan swasembada beras dapat tercapai, bahkan
terjadi surplus beras 10 juta ton tahun 2014.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 47
6. Analisis ketersediaan pupuk dan penggunaan teknologi pemupukan spesifik lokasi berbasis hape mendukung peningkatan produksi padi.
Hasil evaluasi ketersediaan pupuk di Provinsi Jawa Barat
dalam kaitannya dengan pengurangan subsidi pupuk,
ketersediaan, harga ditingkat petani dan peningkatan produksi
padi sawah adalah sebagai berikut : 1) Secara teoritis, alokasi
pupuk urea dan pupuk majemuk NPK untuk Provinsi Jawa Barat
masih mencukupi dan kekurangan pupuk majemuk dapat sebagian
dipenuhi oleh SP-36. Adanya opsi kebijakan pengembangan pupuk
organik bukan semata-mata diarahkan untuk mensubtitusi pupuk
anorganik, akan tetapi untuk mendukung penggunaan pupuk
secara berimbang dan peningkatan efisiensi penggunaan pupuk, 2)
Walaupun alokasi pupuk secara teoritis mencukupi, tetapi
dilapangan masih terjadi kelangkaan ketersediaan pupuk yang
lebih disebabkan karena banyaknya distributor pupuk dan
pengecer spekulan yang tidak dikenal oleh penyuluh pertanian
tetapi menjual pupuk bersubsidi dengan harga yang lebih tinggi
dari Harga Eceran Tertinggi (HET), 3) Penyusunan RDKK belum
berdasarkan kebutuhan pupuk oleh petani. Rencana Definitif
Kebutuhan Kelompok disusun oleh PPL, kemudian digabung pada
tingkat kecamatan oleh GAPOKTAN. Dokumen RDKK digunakan
sebagai penyusun kebutuhan pupuk bersubsidi mulai dari
kecamatan, kabupaten dan provinsi kemudian diteruskan ke
Kementerian Pertanian. Penelitian lapangan menunjukkan RDKK
tidak disusun oleh petani sesuai luas lahan dan kebutuhan
pupuknya. Penyusunan RDKK yang tidak akurat menjadi salah satu
permasalahan sering tidak sesuainya kebutuhan dengan
ketersediaan pupuk, baik jenis, jumlah dan waktu ketersediaan
pupuk, dan 4) Evaluasi kinerja teknologi pemupukan padi spesifik
lokasi menggunakan teknologi Interactive Voice Response (IVR)
berbasis hand phone (HAPE) oleh petani menunjukkan Nilai akhir
319,47 termasuk Kategori 3 (tinggi). Hal ini mengindikasikan
teknologi ini akan mudah untuk diterapkan dan berpeluang tinggi
untuk dapat diadopsi di lapangan.
Saran alternatif kebijakan yaitu: 1) Dalam jangka pendek dan
jangka menengah, perlu tetap dipertimbangkan alternatifnya
pemberian subsidi pupuk sebagai berikut: subsidi pupuk tetap
diprioritaskan untukk pupuk urea dan pupuk majemuk NPK yang
diberikan kepada petani padi, 2) Selama ini petani tidak terlibat
dalam pembuatan peraturan-peraturan yang menyangkut distribusi
pupuk. Ke depan agar dipertimbangkan untuk melibatkan secara
langsung organisasi petani. Melalui badan usaha milik petani,
diharapkan petani dapat membantu pemerintah mendistribusikan
pupuk bersubsidi bagi petani, 3) Badan Litbang Pertanian telah
mengembangkan teknologi pemupukan hara spesifik lokasi (PHSL)
untuk tanaman padi. Teknologi PHSL dapat diakses oleh PPL
melalui Website (internet). Teknologi ini bermanfaat memperbaiki:
a) teknik pengelolaan hara/pupuk ditingkat petani, b) menentukan
target hasil berdasarkan rata-rata hasil yang pernah dicapai, c)
memberikan acuan rekomendasi takaran pupuk N, P, dan K untuk
mencapai target hasil yang ditetapkan dan dari berbagai alternatif
sumber pupuk yang cukup yang tersedia di lokasi, d) memberikan
saran strategi pemupukan yang efisien (tepat takaran, tepat
sumber dan tepat waktu aplikasinya), dan e) informasi keuntungan
usahatani bila menerapkan rekomendasi tersebut. Dengan
menggunakan PHSL berbasis web, penyusunan RDKK dan PPL
dapat akurat sehingga kebutuhan pupuk menurut jenis, jumlah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 48
dan waktu ketersediannya dapat dengan mudah direkap pada
tingkat kecamatan, kabupaten, dan provinsi.
Outcome penelitian ini adalah: alternatif rekomendasi
kebijakan dan langkah operasional untuk Eselon I Kementerian
Pertanian dalam upaya percepatan diseminasi dan adopsi teknologi
padi mendukung peningkatan produksi padi nasional. Diseminasi
teknologi dengan sistem multi channel mampu mempercepat
adopsi teknologi di tingkat petani.
7. Pencapaian Surplus 10 Juta ton beras pada tahun
2014.
Dalam rangka penyempurnaan kebijakan dan perencanaan
pembangunan pertanian yang lebih rasional, komprehensif,
integratif, sistemik dan bersifat kuantitatif, Kementerian Pertanian
melalui Badan Litbang Pertanian bekerjasama dengan Institut
Teknologi Bandung (ITB) telah membangun aplikasi sistem
modeling di lingkup Kementerian Pertanian untuk menyusun
rekomendasi kebijakan pertanian dan perencanaan. Kerja sama
tersebut dilaksanakan melalui serangkaian kegiatan mulai dari
pelatihan pemahaman sistem modeling dan bimbingan analisis
aplikasi dalam penyusunan rekomendasi kebijakan untuk
mendukung pencapaian target sukses komoditas utama
Kementerian Pertanian 2014.
Hasil analisis penyusunan kebijakan dan perencanaan
tersebut menunjukkan bahwa untuk mencapai target surplus
produksi beras 10 juta ton pada tahun 2014 diperlukan intervensi
yang integratif beberapa komponen dalam sistem produksi padi.
Komponen yang perlu diintervensi secara integratif tersebut adalah
perbaikan jaringan irigasi, penggunaan pupuk, penanganan OPT,
efektivitas penyuluhan, penanganan losses baik panen, pasca
panen, maupun distribusi, serta pencetakan sawah baru dan
kampanye penurunan konsumsi beras. Untuk menangani hal
tersebut telah dilakukan beberapa kali pertemuan yang diikuti oleh
para pejabat lingkup Kementerian Pertanian untuk membahas dan
menganalisis sistem penyediaan beras nasional dimasa datang dan
sekaligus memberikan alternatif kebijakan strategis pencapaian
surplus beras 10 juta ton tahun 2014. Analisis ini diharapkan
dapat membantu para pengambil kebijakan dalam menentukan
arah perencanaan dan operasional pelaksanaan pencapaian
ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.
Outcome penelitian ini adalah: rekomendasi dan opsi
kebijakan yang dihasilkan dapat memberi manfaat kepada para
pengambil kebijakan dalam menentukan arah kebijakan
pembangunan pertanian khususnya yang terkait dengan isu-isu
penting produksi tanaman pangan. Calon penerima manfaat
adalah pembuat kebijakan baik tingkat pusat maupun tingkat
daerah serta petani sebagai pengguna akhir inovasi teknologi
khususnya tanaman pangan.
Saran kebijakan untuk memperkuat ketahanan pangan mengingat
kompleksitas permasalahan di lapang, maka diperlukan beberapa
hal yaitu:
Perluasan areal padi sawah minimal 100.000 hektar per
tahun untuk mensubstitusi alih fungsi lahan yang
jumlahnya mencapai 65.000 ha/tahun dengan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 49
mengoptimalkan pemanfaatan lahan suboptimal, seperti
lahan rawa dan lahan kering
Peningkatan produktivitas dari 5,12 t/ha menjadi 5,7 t/ha
dan indeks pertanaman dari IP 1,52 menjadi 1,68 dapat
dilakukan melalui:
a. Kebijakan pengembangan dan perbaikan infrastruktur
irigasi minimal 18,8%/tahun di wilayah sentra produksi
padi
b. Kebijakan subsidi sarana produksi yang meliputi
penggunaan pupuk berimbang, benih VU dan
pengendalian OPT (pestisida dan light trap) masing-
masing sekitar 70%, 60%, dan 70%/tahun di wilayah
sentra produksi padi
c. Kebijakan pengembangan alat dan mesin pertanian
melalui penambahan: 1) alsin prapanen dan panen,
meliputi 21.723 unit traktor tangan, 35 unit reaper
dalam upaya mempercepat waktu olah tanah dan
tanam, dan 2) alsin pascapanen meliputi 52.248 unit
thresher, 3.258 unit dryer dan 37.248 unit penggilingan
padi kecil (PPK) dalam upaya menurunkan losses pasca-
panen hingga 1%.
Kebijakan penumbuhan industri perbenihan, melalui
peningkatan kerjasama antara industri perbenihan nasional,
penangkar benih dan lembaga sertifikasi. Perbaikan
produksi melalui pengelolaan benih sumber dan penguatan
kapasitas UPBS, perbaikan tata niaga dan promosi benih
Kebijakan pengembangan kelembagaan penyuluh melalui
peningkatan pelayanan kepada petani, peningkatan
kompetensi dan profesionalisme penyuluh, penyempurnaan
metode dan materi penyuluhan dengan mengoptimalkan
peran penyuluh PNS, penyuluh swadaya/swasta dan THL.
Kebijakan penurunan tingkat konsumsi dari 139,15
kg/kapita/th menjadi 132,39 kg/kapita/th (1,5%/th) pada
tahun 2014 melalui akselerasi pelaksanaan program
diversifikasi konsumsi berbasis pangan lokal.
8. Ketersediaan lahan untuk pengembangan kedelai di
lahan perhutani.
Kedelai merupakan komoditas pangan yang perlu dipercepat
upaya peningkatan produksinya karena hingga saat ini produksi
kedelai nasional baru memenuhi 35-40% kebutuhan dalam negeri.
Masalah utama yang dihadapi adalah tidak tersedianya lahan yang
secara khusus dialokasikan untuk produksi kedelai. Salah satu
saran kebijakan untuk mendukung peningkatan produksi kedelai
adalah memanfatkan lahan perhutani yang potensial tersedia
seluas 292.000 hektar seperti di bawah tegakan tanaman jati
muda, sengon, mahoni, pinus, dan kayu putih. Pola tanam yang
dianjurkan adalah padi gogo – kedelai atau jagung – kedelai.
Varietas yang ditanam adalah kedelai yang berumur genjah seperti
Anjasmoro, Argomulyo, Gema, dan Grobogan (75 hari) dengan
potensi hasil tinggi. Diperlukan bimbingan pada pera petani LMDH
agar mampu menguasai teknologi budi daya kedelai.
Saran alternatif kebijakan yaitu 1) Di lahan Perhutani terdapat
sekitar 292.00 ha yang potensial dan sesuai untuk pengembangan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 50
kedelai dibawah tegakan pohon jati muda, sengon, mahoni, pinus
dan kayu putih, 2) Pola tanam yang dianjurkan adalah : Padi gogo
(Nopember-awal Pebruari)-kedelai (akhir Pebruari-April), atau
jagung (Nopember-awal Pebruari)-kedelai (akhir Pebruari-April), 3)
Varietas kedelai yang sesuai untuk agroekosistem lahan kering
Perhutani adalah : Anjasmoro, Agromulyo, Gema, Grobogan
berumur genjah (75 hari) dan potensi hasil tinggi, dan 4)
Petani/kelompok tani LMDH pada umumnya belum menguasai
teknologi budi daya kedelai di lahan kering, oleh karena itu perlu
pendampingan dari para peneliti.
Outcome dari penelitian ini adalah: 1) rekomendasi luas
lahan Perhutani yang dapat ditanami kedelai, 2) Teridentifikasi
produksi dan produktivitas yang dapat dicapai petani di lahan
Perhutani dan 3) diketahui kendala/hambatan yang dihadapi dalam
usahatani kedelai di lahan Perhutani.
9. Penyempurnaan Sistem Perbenihan Nasional.
Benih berperan penting mewujudkan keunggulan potensi
genetik tanaman dan menjadi pintu masuk penerapan teknologi
lainnya. Ketersediaan benih bermutu mutlak diperlukan, dan itu
berkaitan dengan varietas unggul. Hal ini dapat diwujudkan
dengan adanya sistem perbenihan nasional yang baik serta iklim
yang kondusif bagi tumbuh-kembangnya industri benih nasional
Sistem perbenihan nasional terdiri dari 4 subsistem yaitu: 1)
Litbang (SDG dan Pemuliaan), 2) Produksi dan Distribusi Benih, 3)
Pengendalian Mutu, dan 4) Informasi.
Subsistem Litbang (SDG, dan Pemuliaan). Pemerintah
memfasilitasi pengelolaan plasmanutfah, pemuliaan,
penerapan perlindungan varietas tanaman, pendaftaran dan
pelepasan varietas. Peran swasta dalam pemuliaan masih
terbatas pada beberapa tanaman komersial (terutama
hibrida). Varietas unggul tanaman pangan utama sesuai
target sukses pembangunan pertanian yang dilepas sampai
tahun 2012 adalah: 1) padi inbrida 274 varietas, 2) padi
hibrida 78 varietas, 3) jagung komposit 51 varietas, 4)
jagung hibrida 163 varietas, dan 5) kedelai 75 varietas.
Subsistem Produksi dan Peredaran Benih. Sesuai
dengan Surat Dirjentan dalam rangka pembinaan BBI/BBU,
memberi kewenangan kepada penyelenggara pemuliaan,
BBI, BBU memproduksi benih penjenis (BS), benih dasar
(FS), dan benih pokok (SS). Produsen benih memproduksi
benih sebar (ES).
Subsistem Pengendalian Mutu. Mekanisme pengendalian
mutu berdasarkan: 1) sertifikasi dan pengujian benih
berdasarkan OECD Scheme dan International Seed Testing
Association (ISTA) Rules (UU 12/1992, PP 44/1995), dan 2)
sistem standardisasi pertanian mencakup standardisasi
produk, sertifikasi sistem mutu, sertifikasi produk, akreditasi
laboratorium, akreditasi LSSM, dan sertifikasi LSPro (PP
102/2000).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 51
Subsistem Informasi, memperkuat koordinasi, efektivitas
pembinaan, serta kesaling-fahaman antar-para pihak yang
berkepentingan, secara langsung maupun tidak langsung.
Alur Subsistem produksi dan distribusi benih saat ini belum
mendukung adopsi varietas spesifik lokasi dan pengenalan varietas
unggul yang baru dilepas. Badan Litbang Pertanian berencana
untuk memperbaiki sistem perbenihan nasional agar benih varietas
baru hasil pemuliaan yang belum komersial dapat segera tersedia
pada saat petani menginginkan. Unit Pengelola Benih Sumber di
Balai penelitian komoditas akan direplikasi di BPTP agar
pengenalan dan penyediaan benih sumber lebih cepat melalui
mitra-mitra UPBS BPTP yang ada di daerah.
Kondisi UPBS BPTP dan Mitra di Daerah. Sesuai dengan
Subsistem Produksi dan Distribusi Benih, BPTP harus bermitra
dengan Dinas Pertanian, BPSB, BBI, BBU dan Penangkar, adapun
kondisi UPBS BPTP dan mitranya di daerah sebagai berikut:
UPBS BPTP. Menggunakan kriteria ketersediaan lahan,
gudang, dan sarana prasarana lainnya UPBS BPTP dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu: (1) Kelompok A yang memiliki
lahan, Gudang dan sarpras ada 10 BPTP (31%) yaitu BPTP Sumut,
Sumbar, Sumsel, Banten, Jateng, Jatim, Kalbar, Kalsel, Sulsel,
Sultra, (2) Kelompok B yang memiliki Gudang dan sarpras ada 15
BPTP (47%) yaitu BPTP Aceh, Jambi, Bengkulu, Lampung, Jabar,
NTB, NTT, Kalteng, Kaltim, Sulut, Gorontalo, Sulteng, Maluku
Utara, Papua Barat, Papua, dan (3) Kelompok C yang tidak
memiliki lahan, Gudang dan sarpras ada 7 BPTP (22%) yaitu BPTP
Kepri, Riau, Babel, DKI, DIY, Bali, Sulbar, Maluku.
Peta profil UPBS BPTP perlu disempurnakan dengan kriteria
berdasarkan kapasitas produksi benihnya, misalnya: (1) Kelompok
A: Kapasitas produksi benih > 350 ton/th, (2) Kelompok B:
kapasitas produksi benih 150 – 350 ton/th, dan (3) Kelompok C:
kapasitas produksi benih <150 ton/th. Setiap kelas UPBS harus
menuju High Profile (dengan dukungan gudang, sarana prosesing,
SDM, dan manajemen mutu yg terstandar).
UPBS BPTP harus meningkatkan koordinasi dengan pihak
mitra kerja di daerah seperti Dinas, BPSB, BBI, BBU, dan
Penangkar binaan terutama dalam perencanaan produksi benih.
Sistem informasi kebutuhan dan rencana produksi benih setiap
UPBS BPTP sudah dibangun di BBP2TP dan akan dikembangkan
lebih lanjut secara terintegrasi dengan UPT lainnya
Kondisi Mitra UPBS BPTP. Menggunakan kriteria mitra
yang ada di daerah berdasar kondisi mitra dapat dikelompokkan
menjadi 4 sebagai berikut: (1) Kelompok Kondisi Mitra A: Semua
mitra masih aktif (Dinas, BPSP, BBI, BBU, Penangkar) ada di 25
provinsi (72%) yaitu Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, Bengkulu,
Lampung, DKI, Jabar, DIY, Jatim, Bali, NTB, NTT, Kalbar, Kalteng,
Kalsel, Sulut, Gorontalo, Sulteng, Sulbar, Sultra, Maluku Utara,
Papua Barat, dan Papua, (2) Kelompok Kondisi Mitra B: Dinas,
BPSP, BBI atau BBU, Penangkar yang masih aktif ada 7 provinsi
(22%) yaitu Aceh, Sumbar, Banten, Jateng, Kaltim, Sulsel, dan
Maluku, (3) Kelompok Kondisi Mitra C: Dinas, BPSP dan Penangkar
yang masih aktif ada 1 provinsi (3%) yaitu Babel, dan (4)
Kelompok Kondisi Mitra D: hanya Dinas yang aktif ada 1 provinsi
(3%) yaitu Kepri.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 52
Kondisi BBI. Menggunakan kondisi BBI yang masih aktif
dapat dikelompokkan menjadi: (1) Kelompok A yaitu lebih dari
75% BBI aktif ada di 22 provinsi (68%): Aceh, Sumut, Jambi,
Sumsel, Bengkulu, Lampung, Jabar, DIY, NTB, Kalbar, Kaltim,
Kalsel, Sulut, Gorontalo, Sulbar, Sultra, Maluku, Papua, Barat,
Papua, (2) Kelompok B yaitu lebih dari 25%-75% BBI aktif ada di 6
provinsi (19%): Riau, Jateng, Jatim, NTT, Sulteng), dan (3)
Kelompok C yaitu kurang dari 25% BBI aktif ada di 4 provinsi
(13%) .
Kondisi BBI. Menggunakan kondisi BBI yang masih aktif
dapat dikelompokkan menjadi: (1) Kelompok A yaitu lebih dari
75% BBI aktif ada di 22 provinsi (68%): Aceh, Sumut, Jambi,
Sumsel, Bengkulu, Lampung, Jabar, DIY, NTB, Kalbar, Kaltim,
Kalsel, Sulut, Gorontalo, Sulbar, Sultra, Maluku, Papua, Barat,
Papua, (2) Kelompok B yaitu lebih dari 25%-75% BBI aktif ada di 6
provinsi (19%): Riau, Jateng, Jatim, NTT, Sulteng), dan (3)
Kelompok C yaitu kurang dari 25% BBI aktif ada di 4 provinsi
(13%): Sumbar, Babel, Kepri, Maluku Utara.
Kondisi BBU. Menggunakan kondisi BBU yang masih aktif
dapat dikelompokkan menjadi: (1) Kelompok A yaitu lebih dari
75% BBU aktif ada di 12 provinsi (41%): Aceh, Jambi, Sumsel,
Bengkulu, Lampung, Jabar, DIY, Kalbar, Kalsel, Sulteng, Papua
Barat, Papua, (2) Kelompok B yaitu lebih dari 25%-75% BBU aktif
ada di 9 provinsi (31%): Sumut, Riau, Jatim,Bali, NTB, Kaltim,
Sulut, Sulbar, Sultra, Maluku Utara, dan (3) Kelompok C yaitu
kurang dari 25% BBI aktif ada di 6 provinsi (28%): Sumbar, Babel,
Jateng, NTT, Gorontalo, Maluku.
Kondisi Penangkar. Menggunakan kondisi BBU yang masih
aktif dapat dikelompokkan menjadi: (1) Kelompok A yaitu lebih
dari 75% BBU aktif ada di 23 provinsi (69%): Aceh, Sumut,
Sumbar, Jambi, Bengkulu, Babel, Lampung, Jabar, DIY, Bali, NTB,
Kalbar, Kaltim, Kalsel, Sulut, Gorontalo, Sulteng, Maluku Utara,
Papua Barat, Papua, (2) Kelompok B yaitu lebih dari 25%-75%
BBU aktif ada di 8 provinsi (28%): Riau, Kepri, Sumsel, Jateng,
Jatim, Sulbar, Sultra, Maluku, dan (3) Kelompok C yaitu kurang
dari 25% Penangkar aktif hanya ada di 1 provinsi (3%): NTT.
Sistem Produksi dan Distribusi Benih di Daerah dan Arah
Perbaikan. BBI, BUMN dan Penangkar binaan BPTP Bali dapat
memperoleh benih sumber (BS) dari BB Padi melalui pesanan
langsung. BBI juga bisa memperoleh benih BS melalui perantaraan
pesanan oleh Direktorat Perbenihan yang disalurkan melalui Dinas
Pertanian. Benih FS dan SS diproduksi oleh BBI, BBU, BUMN, dan
Penangkar Binaan digunakan untuk produksi benis sebar (ES) oleh
penangkar yang telah memenuhi sebagian besar benih yang
dibutuhkan oleh petani.
Pemilahan operasionalisasi UPBS BB/Balit memproduksi benih
klas BS dan FS, sedangkan BPTP memproduksi benih klas FS dan
SS. UPBS BPTP harus meningkatkan koordinasi dengan pihak mitra
kerja di daerah seperti Dinas, BPSB, BBI, BBU, dan Penangkar
binaan terutama dalam perencanaan produksi benih
Pengembangan UPBS BPTP ke depan adalah dalam bentuk
kerja sama publik dan private (public and private patnership)
dalam bentuk quarter helix partnership antara Lembaga Penelitian
Kementerian/Non-Kementerian-Perguruan Tinggi, Penangkar, dan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 53
petani/kelompok tani melalui sharing fasilitas dan keuntungan.
BPTP memberikan benih, teknologi produksi dan pendampingan,
peralatan kepada penangkar.
Arah perbaikan sistem produksi dan distribusi benih ke depan
usulan Badan Litbang Pertanian adalah dengan melihat kondisi
penangkar yang sebagian besar masih aktif dan arah Dinas
Pertanian untuk lebih memberi peran pada penangkar, agar adopsi
varietas spesifik lokasi terlaksana.
10. Dampak Tanam Padi Serempak.
Konsep Model Tindak Lanjut Pengendalian hama (MRTL)
dimulai saat ledakan wereng coklat pada MK 2009/2010. Landasan
dasar MRTL adalah tanam padi serempak dalam areal luas harus
terselesaikan selama 15 hari. MRLT telah diterapkan di Propinsi
Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Tanam padi
serempak dalam MRTL harus melaksanakan Triangle strategies
yaitu teknologi, Sosial, dan kebijakan pemerintah.
Tanam padi serempak telah dirancang dan dilaksanakan
sejak digelarnya MRTL setelah ada ledakan wereng cokat tahun
2009. Pendekatan ini dapat berdampak sosial, membangkitkan
sifat gotong royong yang dirasakan sudah hilang. Bangkitnya sifat
gotong royong kini mulai tampak dengan seringnya para petani
berkomunikasi baik antar-individu, poktan, maupun gapoktan.
Petani berkumpul lagi di saung atau rumah local leader untuk tidak
tanam saling mendahului. Petani menyadari bahwa teknologi yang
diterapkan dengan tanam serempak di jamin berhasil, akurat, dan
refresentatif tampak dengan menurunnya populasi hama sehingga
tanaman padi terhindar serangan hama dan penyakit. Turunnya
populasi hama menyebabkan turunnya input pestisida, terbukti
pemakaian pestisida dapat ditekan sampai lebih dari 50% dengan
produksi yang luar biasa.
Tanam padi serempak memudahkan pemerintah membina
para petani, memudahkan pengawasan dan monitoring terhadap
situasi pertanaman. Hal ini ditenggarai dengan makin efisiennya
waktu yang dibutuhkan oleh petugas lapang untuk membina dan
menaksir target produki secara jelas, tepat, dan riil. Kegiatan
agribisnis meningkat dan pendapatan petani dengan efisiensi input
seperti pengurangan pestisida dan pengaturan air saling berbagi.
Gropyokan hama tikus bergotong royong tidak perlu mengeluarkan
upah berlebihan. Hal ini terlihat dengan tanam serempak pada
areal yang luas (1.000 ha) dalam waktu hanya 15 hari. Dalam
waktu yang singkat ini tentu diperlukan tenaga yang banyak baik
itu tenaga pengolahan tanah, tanam, pemeliharaan, dan panen.
Tenaga tersebut tidak dapat dipenuhi hanya dengan tenaga
manusia. Untuk itu perlu didukung dengan alat pengolah tanah
(traktor), alat tanam, alat panen. Penyediaan alat-alat tersebut
dapat membangkitkan perekonomian pedesaan dengan pengusaha
jasa dan membangkitkan industri alat mesin pertanian (alsintan).
11. Ketersediaan Teknologi dalam Upaya Peningkatan
Produksi Kedelai di Indonesia.
Kedelai memiliki posisi strategis dalam ketahanan pangan
sebagai sumber protein nabati, dan bahan makanan fungsional
bermutu tinggi bagi kesehatan manusia dan harga terjangkau.
Untuk mencukupi kebutuhan industri olahan tersebut, Indonesia
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 54
membutuhkan kedelai sekitar 2,2 juta ton/tahun. Sementara,
produksi kedelai dalam negeri hanya mampu memenuhi sekitar 30-
40% dari kebutuhan nasional. Kurangnya insentif bagi petani
untuk menanam kedelai itulah yang menjadi salah satu penyebab
berkurangnya areal tanam kedelai, yang bermuara pada rendahnya
produksi kedelai dalam negeri.
Upaya peningkatan produksi kedelai dalam negeri dapat
ditempuh melalui upaya perluasan areal tanam/panen dan
perbaikan tingkat produktivitas pertanaman yang masih terbuka.
Adanya senjang hasil antara rata-rata nasional sekitar 1,3 t/ha
dibandingkan terhadap hasil penelitian yang rata-rata 2,0 t/ha. Hal
ini bergantung pada kondisi lahan dan penerapan teknologi.
Teknologi produksi. Kini telah tersedia komponen teknologi
meliputi varietas unggul berdaya hasil tinggi (pontesi hasil 2,5 –
3,2 ton/ha) untuk agroekosistem sawah, lahan kering, dan pasang-
surut/lebak; teknologi budi daya (penyiapan lahan, penanaman,
pengelolaan hara dan air, pengendalian OPT); serta penanganan
pascapanennya telah tersedia.
Varietas unggul sangat menentukan tingkat produktivitas
pertanaman dan relatif mudah diadopsi petani. Kini telah tersedia
varietas unggul kedelai dengan karakter yang beragam, sehingga
dapat memberikan alternatif pilihan, yaitu: (a) Umur genjah (< 80
hari), sedang (80-90 hari), dan dalam (>90 hari); (b) Ukuran biji
kecil (<10 g/100 biji), sedang (10-12 g/100 biji), dan besar (>12
g/100 biji); (c) Warna kulit biji, mulai dari kuning sampai kuning
kehijauan dan hitam; serta (d) yang sesuai untuk lahan tidak
bermasalah maupun lahan bermasalah seperti lahan kering masam
dan lahan pasang surut.
Penggunaan benih berkualitas merupakan prasyarat utama
dalam budi daya kedelai, karena akan menjamin diperolehnya
populasi tanaman sesuai yang dikehendaki (optimal), berkecambah
menjadi bibit sehat dan vigor sehingga akan diperoleh tanaman
yang tumbuh seragam. Benih yang berkualitas harus memenuhi
syarat sebagai berikut: (a) asal benih atau nama varietasnya jelas,
(b) bernas atau tidak keriput, (c) bersih dari kotoran dan tidak
bercampur dengan biji tanaman maupun varietas lain, (d) tidak
membawa bibit penyakit, dan (e) berdaya kecambah minimal 85%.
Jika benih berdaya kecambah rendah (kurang dari 85%) potensi
hasilnya tidak optimal dan atau biaya produksi meningkat, sebab:
(a) Vigor tanaman/bibit rendah, (b) populasi tanaman di bawah
optimal, dan (c) akibat butir a dan b tersebut gulma akan
berpotensi kuat untuk bersaing dengan tanaman kedelai dalam
memanfaatkan sinar matahari, unsur hara dan air, serta gulma
akan menjadi sarang atau sumber hama dan penyakit.
Populasi tanaman akan berpengaruh terhadap produktivitas
kedelai. Pengaturan jarak tanam, daya kecambah benih, cekaman
kekeringan atau kelebihan lengas tanah, serta serangan hama dan
penyakit, berpengaruh terhadap populasi tanaman. Populasi
optimal antara 400.000 – 500.000 tanaman per hektar. Taksiran
hasil pada kisaran populasi tersebut antara 1,60-2,50 ton/ha.
Pada lahan kering suboptimal, seperti di lahan kering masam
bertanah Podsolik Merah-Kuning yang banyak dijumpai di
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, pemupukan N, P, dan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 55
K sangat nyata meningkatkan hasil kedelai, tanpa ameliorasi dan
pemupukan pertanaman kedelai akan merana.
Pemberian bahan ameliorasi kunci utama meningkatkan
produktivitas kedelai di lahan kering masam. Bahan ameliorasi
seperti kapur dan bahan organik diperlukan untuk meningkatkan
pH tanah, kandungan bahan organik tanah, serta kandungan hara
Ca dan/atau Mg.
Kedelai merupakan tanaman yang peka terhadap cekaman
air, khususnya kelebihan air. Pengelolaan lengas tanah atau air
harus mendapat perhatian besar untuk mengatasi kelebihan
maupun kekurangan air. Kelebihan air yang dihadapi pada musim
hujan dan MK1 dilakukan dengan membuat saluran drainase.
Pertanaman MK2 di lahan sawah, saluran drainase disiapkan untuk
antisipasi kelebihan air akibat hujan susulan, juga diperlukan untuk
melancarkan penyaluran air irigasi ke seluruh bidang petakan.
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kedelai
berlandaskan strategi penerapan Pengendalian Hama Terpadu
(PHT). PHT merupakan suatu pendekatan atau cara pengendalian
hama dan penyakit yang didasarkan pada pertimbangan ekologi
dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan ekosistem yang
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Strategi PHT adalah
mensinergikan beberapa teknik atau metode pengendalian hama
dan penyakit didasarkan pada asas ekologi dan ekonomi.
Panen dilakukan setelah 95% polong berwarna coklat atau
kehitaman dan sebagian besar daunnya sudah rontok. Panen
dilakukan dengan cara memotong pangkal batang. Brangkasan
hasil panen langsung dikeringkan/dihamparkan di bawah sinar
matahari dengan ketebalan sekitar 25 cm selama 2-3 hari
(bergantung pada cuaca) menggunakan alas terpal plastik, tikar
atau anyaman bambu. Pengeringan dilakukan hingga kadar air
mencapai sekitar 14%. Seyogianya tidak menumpuk brangkasan
basah lebih dari dua hari, sebab akan menjadikan biji berjamur
dan mutunya rendah.
Penerapan PTT kedelai di berbagai ekosistem. Untuk
mengoptimalkan pendapatan usahatani kedelai diperlukan proses
pendekatan produksi melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu atau
PTT- kedelai. Prinsip dasar pendekatan PTT adalah: (a) bersifat
spesifik lokasi, (b) melalui pendekatan partisipatif, dan (c)
mengintegrasikan komponen teknologi yang memberikan pengaruh
secara sinergis, bersifat dinamis, dan dapat berubah sesuai dengan
kebutuhan. Pendekatan PTT kedelai di lahan sawah telah
diterapkan di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur dapat mencapai hasil
kedelai > 2 t/ha. Varietas yang ditanam Kaba, Baluran, dan
Sinabung. Dengan tingkat harga kedelai waktu itu Rp 3.250/kg,
maka keuntungan yang diperoleh antara Rp 3.012.500 - Rp
3.825.000. Bila harga kedelai meningkat, maka keuntungan juga
meningkat dan petani bergairah menanam kedelai.
Pertanaman PTT kedelai di kering masam di Lampung tengah
tumbuh baik dan dapat menghasilkan 1,76 – 2,02 t/ha lebih tinggi
daripada hasil rata-rata kedelai di Lampung yang hanya 1,10 t/ha.
Hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa dengan tingkat harga
kedelai Rp 3.500/kg pertanaman PTT dengan menggunakan ketiga
varietas unggul tersebut mampu memperoleh keuntungan Rp
2.153.240,- sampai Rp. 3.063.240,- per hektar.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 56
Pertanaman kedelai PTT di Sumatera Utara tumbuh baik dan
mampu menghasilkan biji kering 1,92 – 2,03 t/ha dan lebih tinggi
daripada rata-rata hasil kedelai di Sumatera Utara 1,06 t/ha. Hasil
analisis usahatani menunjukkan bahwa dengan tingkat harga
kedelai Rp 3.500/kg. PTT kedelai dengan menanam ketiga varietas
unggul tersebut mampu memberikan keuntungan Rp 3.399.000,-
sampai Rp. 3.781.000,-
Arah pengembangan. Walaupun pengembangan areal kedelai ke
lahan suboptimal (lahan kering) menghadapi kendala biofisik dan
kimia tanah, namun dapat diatasi dengan teknologi yang sesuai.
Kondisi lahan yang kurang subur dapat diatasi dengan teknologi
ameliorisasi, pemupukan, dan konservasi lahan. Varietas unggul
yang sesuai dan teknologi pendukung lainnya juga sudah tersedia
bagi pengembangan tanaman kedelai.
Sasaran pengembangan areal kedelai dalam upaya
peningkatan produksi sebaiknya diarahkan ke lahan kering di Pulau
Sumatera, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Sumatera memiliki lahan
kering dan lahan terlantar seluas 6,6 juta ha, Sulawesi 3,0 juta ha,
Nusa Tenggara 1,8 juta ha. Wilayah lahan kering yang dinilai
potensial bagi pengembangan kedelai dikembangkan menjadi
wilayah produksi kedelai secara “permanen” (soybean belt) atau
usaha pertanian berbasis kedelai seperti di negara lain.
Pencapaian swasembada kedelai dibutuhkan peningkatan
produksi dalam negeri sekitar 1,5 juta ton/tahun yang dapat
dipenuhi dengan penambahan luas areal baru seluas 1,5 juta ha.
Pengembangan areal baru tersebut dapat diarahkan ke Pulau
Sumatera, Sulawesi, dan Nusa Tenggara dengan sasaran masing-
masing 0,8 juta; 0,5 juta dan 0,2 juta ha selama 5–6 tahun.
Areal baru tersebut harus diprioritaskan bagi pertanaman
kedelai dan juga memungkinkan dirotasikan dengan tanaman
palawija lainnya. Kedelai dapat ditanam 1–2 kali setahun pada
areal lahan yang sama sesuai dengan pola distribusi curah hujan di
wilayah tersebut. Hal ini berarti akan memberi peluang total areal
tanam (panen) kedelai sekitar 1,5–2,0 juta ha selama 3–5 tahun.
Pembukaan lahan baru yang dilengkapi dengan infrastruktur
harus difasilitasi oleh pemerintah bekerjasama dengan swasta
(pemegang HPH, perkebunan swasta nasional, PTPN). Penggunaan
lahan tersebut dapat berupa HGU (Hak Guna Usaha) atau berupa
kepemilikan melalui KPL (Kredit Pemilikan Lahan) yang diberikan
kepada calon petani generasi muda (lulusan S1/D3/SLTA) dengan
luasan 4–5 ha/unit. Dengan luas usaha/garapan tersebut akan
dapat memberikan penghidupan yang layak bagi keluarga mereka.
Di samping itu, program ini sekaligus juga memberikan lapangan
kerja bagi generasi muda kita.
Pengembangan areal kedelai dapat mengikuti model PIP
(Pola Inti-Plasma) dengan satuan unit pengembangan sekitar
2.500–3.000 ha, dan 100–200 ha di antaranya sebagai inti. Inti
berperan sebagai sumber informasi dan teknologi, penyedia
saprodi serta menampung hasil produksi.
IMPLIKASI KEBIJAKAN. Kebijakan yang diperlukan dalam
upaya pengembangan areal kedelai meliputi kebijakan di subsektor
hulu, subsektor usahatani (on-farm), dan subsektor hilir. Pada
subsektor hulu diperlukan kebijakan pemerintah dalam pembinaan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 57
dan mendorong berkembangnya industri perbenihan, industri
bahan amelioran, alsintan, serta permodalan.
1. Pada subsektor usahatani diperlukan kebijakan pemerintah
antara lain mendorong pengembangan teknologi spesifik
lokasi, penguatan diseminasi, serta pelatihan dan
pemberdayaan kelompok tani. Sedangkan pada subsektor
hilir diperlukan kebijakan pemasaran (tataniaga) yang efisien,
serta penguatan kelembagaan dan daya tawar petani.
2. Agar program ini dapat diimplementasikan diperlukan
dukungan tidak hanya oleh pengambil kebijakan, tetapi juga
diperlukan dukungan dari pihak legislatif, terutama dalam
pengalokasian dana/anggaran yang cukup bagi kegiatan-
kegiatan pembinaan SDM dan upaya membawa teknologi
maju ke lahan petani seperti sekolah lapang.
3. Melakukan pengaturan harga eceran kedelai agar tercapai
keseimbangan harga yang tidak memberatkan konsumen
namun masih menguntungkan petani, sehingga petani
bergairah untuk memperluas areal tanam kedelai.
Sasaran 6: Terselenggaranya diseminasi teknologi
tanaman pangan
Kegiatan penunjang penelitian dan pengembangan tanaman
pangan adalah menyebarluaskan inovasi teknologi tanaman
pangan. Adapun kegiatan yang dilaksanakan antara lain a)
Publikasi hasil-hasil penelitian, b) Seminar dan pertemuan ilmiah
lainnya, c) Ekspose/pameran skala nasional dan regional, d) Gelar
teknologi di lapang, dan e) Penyebarluasan inovasi teknologi
melalui pengembangan website.
Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator
kinerja disajikan sebagai berikut :
Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2012
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Pengembangan sistem informasi
komunikasi, diseminasi dan
umpan balik inovasi tanaman padi
(paket kegiatan)
1 1 100,0
Pengembangan diseminasi dan
penjaringan umpan balik teknologi
aneka kacang dan ubi (paket
kegiatan)
1 1 100,0
Penyebarluasan dan alih teknologi
inovasi produksi serealia (paket
kegiatan)
1 1 100,0
Pengembangan sumber daya
iptek dan diseminasi tanaman
pangan (paket kegiatan)
1 1 100,0
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun 2012
berdasarkan target yang direncanakan telah tercapai dengan
persentase pada masing-masing kegiatan rata-rata 100%,
sedangkan realisasi keuangan sebesar Rp. 9.487.314.160.
Pencapaian indikator kinerja kegiatan untuk mencapai sasaran
dapat dilihat secara rinci pada formulir PK.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 58
Sebagai perbandingan atas kemajuan yang telah diperoleh
dari tahun sebelumnya 2011 dapat dijelaskan sebagai berikut :
Capaian Kinerja 2012
Indikator Kinerja 2011 2012
Diseminasi inovasi teknologi padi
mendukung kemandirian pangan
(paket kegiatan)
1 1
Diseminasi inovasi teknologi
aneka kacang dan ubi (paket)
1 1
Diseminasi inovasi teknologi
tanaman serealia (paket kegiatan)
1 1
Pengembangan sumber daya
iptek dan diseminasi tanaman
pangan (paket kegiatan)
1 1
Tahun 2012 merupakan lanjutan tahun implementasi Sistem
Diseminasi Multi Channel di lingkup Badan Litbang Pertanian.
Artinya bahwa hasil penelitian yang menonjol harus segera
disebarluaskan kepada para penggunanya melalui berbagai
channel komunikasi seperti pembuat kebijakan baik pusat dan
daerah, penyuluh, petani dan swasta serta melalui kegiatan temu
lapang, open house, seminar, pameran, maupun publikasi.
Kegiatan diseminasi yang menonjol tahun 2012 lingkup
Puslitbangtan adalah International Maize Conference di Gorontalo,
gelar teknologi, seminar, hari pangan sedunia, dan berbagai
pameran lainnya.
Pameran MDG’S Indonesia 2012 dan Pameran Pangan Bidang Agribisnis dan Peternakan Jakarta Food Security Summit
Pada bulan Februari 2012 Puslitbangtan mengikuti dua
kegiatan pameran yaitu pertama, pameran MDG’s Indonesia 2012,
yang diselenggarakan pada tanggal 31 Januari s/d 1 Februari
2012, bertempat di Kartika Expo Center – Balai Kartini, Jakarta,
merupakan side event yang dilaksanakan dalam rangka Indonesia
MDG’s Awards 2011 yang diberikan kepada lembaga pemerintah
pusat dan daerah, sektor swasta, organisasi masyarakat madani
dan pemuda, serta media massa/jurnalis. Keikutsertaan
Kementerian Pertanian di Pameran MDG’s Indonesia 2012, selain
untuk memvisualisasikan kinerja Kementerian Pertanian dalam
mendukung upaya-upaya percepatan pencapaian MDG’s, juga
sebagai media sosialisasi, kampanye publik dan edukasi. Pameran
ini merupakan Implementasi dari karya-karya pencapaian inovatif,
hasil-hasil kemajuan iptek yang berperan dalam mendukung
upaya-upaya percepatan pencapaian MDG’s.
Kedua, pameran Pangan Bidang Agribisnis dan Peternakan
Jakarta Food Security Summit diselenggarakan oleh Kamar Dagang
dan Industri (KADIN) bertemakan ”Menuju Swasembada yang
Kompetitif dan Berkelanjutan serta Mendorong Produk-Produk
Unggulan Menjadi Primadona Dunia” di Assembly Hall, Jakarta
Convention Center (JCC) pada 7-10 Februari 2012. Kegiatan
tersebut berupa pameran, diskusi pakar, simposium, roundtable
meeting, dan seminar diikuti oleh 165 peserta dari berbagai
kementerian, produsen pangan, petani, lembaga riset, UKM, dan
lain-lain. Pameran Nasional ini bertujuan untuk mendukung
keberhasilan pembangunan ekonomi yang tidak hanya bergantung
pada pemerintah saja, melainkan merupakan kolaborasi serta
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 59
sinergi bersama dunia usaha, pemerintah dan swasta, serta
memfokuskan prioritas pembangunan dalam mewujudkan
ketahanan pangan nasional sekaligus menjadi negara pemasok
kebutuhan pangan dunia.
Puslitbangtan memamerkan produk hasil penelitian terbaru
yang sesuai dengan tema pameran, sebagai berikut:
Poster Jagung Provit A
Poster Pangan Fungsional
Benih jagung Bima 14 Batara, Bima 15 Sayang, Provit A2
Benih varietas unggul baru kedelai toleran genangan
Ubijalar varietas Beta 1, Beta 2, Sukuh, dan galur MSU
Kecap Balitkabi dari kedelai hitam varietas Detam 1
Selai dari ubijalar rasa nenas, anggur, dan mangga
Leaflet dan booklet inovasi teknologi
Leaflet varietas unggul baru tanaman pangan
Teknologi Tanaman Pangan Menghadapi Perubahan Iklim
Buku Produk Inggulan Tanaman Pangan
Pameran dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
yang didampingi oleh Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono,
Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Mensesneg Sudi
Silalahi, Menteri Pertanian Suswono, Menteri Kelautan dan
Perikanan Cicip Sutardjo, dan Menteri UKM Syarifuddin Hassan.
Hadir pula Asisten Dirjen dan Perwakilan FAO untuk Kawasan Asia
Pasifik Hiroyuki Konuma, dan para duta besar negara sahabat.
Dalam sambutannya Presiden RI mengatakan masalah ketahanan
pangan merupakan masalah yang penting karena pangan adalah
unsur penting bagi kehidupan manusia. Pada kesempatan ini,
Kepala Negara mengajak Kadin untuk memahami beberapa aspek
yang termasuk dalam masalah ketahanan pangan. Di antaranya
masih adanya kekurangan pangan di beberapa wilayah, kecilnya
penghasilan dan insentif para petani yang nantinya akan berimbas
pada supply dan demand pangan di tanah air, dan juga masalah
perubahan iklim global. "Kalau penghasilan petani kecil, insentifnya
kecil, hampir pasti tidak mau tanam, maka akan berakibat pada
supply dan mengganggu ketahanan pangan,". Presiden
menambahkan, inovasi teknologi juga diperlukan untuk
diversifikasi bahan pangan misalnya membuat diversifikasi mie
instan berbahan sagu. Kepala Negara juga meminta agar tidak
lengah untuk mengembangkan kebijakan yang lebih efektif untuk
masalah itu. "Orang cerdas adalah orang yang mampu mengubah
krisis menjadi peluang," ujar SBY. Usai sambutan, Presiden
kemudian menekan tombol sebagai tanda diresmikannya Jakarta
Food Security Summit 2012, dilanjutkan dengan meninjau pameran
pangan nasional.
Wakil Menteri Pertanian meninjau pameran yang ditampilkan pada
pameran MDG’s Award 2012 di Balai Kartini, Jakarta.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 60
Hasil inovasi teknologi Puslitbangtan yang dipamerkan di stan
Kementerian Pertanian pada Pameran Jakarta Food Security
Summit pada 7-10 Februari 2012
Pameran 2nd Indonesia Climate Change Education Forum and Expo Assembly, Jakarta Covention Center (JCC)
Dewan Nasional Perubahan Iklim bekerja sama dengan The
Climate Reality Project Indonesia dan Cendekia Communications,
serta didukung oleh Kementerian Lingkungan Hidup
menyelenggarakan 2nd Indonesia Climate Change Education
Forum and Expo di Assembly Jakarta Convention Center (JCC),
pada tanggal 19-22 April 2012 dengan tema ”Response to Climate
Change” yang merupakan sarana perluasan informasi sekaligus
forum yang mengedepankan isu strategis perubahan iklim global
beserta dampaknya terhadap kepentingan pembangunan nasional.
Selain kegiatan pameran, juga diisi dengan acara Seminar Nasional
Perubahan Iklim, Dialog Interaktif, Talk Show, lomba kreativitas
solusi perubahan iklim, parade film pendek dan bedah buku.
Pameran 2nd Indonesia Climate Change Education Forum and Expo
diikuti 175 stand terdiri atas instansi pemerintah, badan PBB,
perusahaan swasta, aktivis, lembaga donor, dan lembaga
pendidikan bertujuan untuk memperlihatkan hasil kinerja para
peserta terhadap upaya mengurangi dampak perubahan iklim.
Pameran dan forum pendidikan seperti ini perlu didukung dan
diberikan ruang yang seluas-luasnya untuk penyebaran informasi
dampak dan solusi perubahan iklim. Untuk itu, berbagai kalangan
diharapkan turut mengambil peran dalam mengupayakan solusi
perubahan iklim. Tidak hanya para pengambil keputusan yang
memiliki tanggungjawab terhadap dampak perubahan iklim, namun
pelaku bisnis dan industri yang banyak berperan di sektor ekonomi
hendaknya dapat berjalan selaras demi mencapai solusi tersebut.
Kementerian Pertanian dihadapkan kepada tantangan
bagaimana memantapkan ketahanan pangan nasional yang
berkelanjutan dan meningkatkan melestarikan sumber daya alam
serta meningkatkan kepedulian terhadap ancaman pemanasan
global. Oleh sebab itu, strategi dan penyiapan teknologi menjadi
agenda penting dalam upaya pengembangan pertanian dalam
menghadapi keadaan itu. Puslitbang Tanaman Pangan
memamerkan inovasi teknologi berupa varietas unggul padi,
jagung dan kedelai yang mampu beradaptasi dengan perubahan
cuaca yang ekstrim seperti kekeringan dan kebanjiran, yaitu:
Poster Varietas Jagung Antisipasi Perubahan Iklim.
Benih unggul kedelai toleran kekeringan dan jenuh Air.
Benih unggul jagung toleran kekeringan, dan genangan.
Publikasi terbaru dan leaflet varietas unggul terbaru.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 61
Hasil inovasi Puslitbang Tanaman Pangan ini dipamerkan di
stan Kementerian Pertanian bersama Puslitbang Perkebunan,
Puslitbang Hortikultura, BBSDLP, BB Mektan, BB Pascapanen, dan
BB Padi. Pameran dibuka oleh Menteri Lingkungan Hidup,
Balthasar Kambuaya, yang diawali sambutan Amanda Katilionode,
panitia pelaksana, dan Rachmat Witoelar, Ketua Harian Dewan
Nasional Perubahan Iklim, dilanjutkan dengan peninjauan ke
beberapa stan peserta. Dalam sambutannya Menteri Balthazar
mengemukakan perubahan iklim merupakan akibat fenomena alam
dan perbuatan manusia. Untuk itu, setiap orang di seluruh dunia
pasti merasakan perubahan iklim ini dan berakibat begitu besar
terhadap kehidupan sehari-hari. Dengan keikutsertaan Puslitbang
Tanaman Pangan dalam pameran ini masyarakat pengguna dapat
memilih varietas apa yang dapat digunakan jika terjadi kekeringan
atau hujan yang terus-menerus.
Menteri Lingkungan Hidup, Balthasar Kambuaya mengemukakan perubahan iklim merupakan akibat fenomena alam dan perbuatan manusia saat memberikan sambutan pembukaan 2
nd Indonesia
Climate Change Education Forum & Expo di Assembly Jakarta Convention Center (JCC) Kamis, 19 April 2012
Stand Badan Litbang Pertanian selalu ramai oleh pengunjung melihat hasil inovasi dampak perubahan iklim pada 2
nd Indonesia
Climate Change Education Forum & Expo di Assembly JCC.
Menteri Lingkungan Hidup, Balthasar Kambuaya kagum atas upaya Badan Litbang Pertanian dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim dengan merakit varietas unggul tanaman pangan yang dapat
beradaptasi dalam keadaan kekeringan maupun kebanjiran
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 62
Pameran RITECH EXPO 2012
RITech Expo merupakan pameran tahunan yang
menampilkan berbagai hasil riset dan inovasi teknologi di
Indonesia. Inovasi Iptek dalam rangka memperingati hari
kebangkitan teknologi nasional ke-17 tahun 2012, yang
diselenggarakan oleh Kementerian Riset dan Teknologi
bertemakan ”Inovasi untuk Kemandirian Bangsa” di Sasana
Budaya Ganesha Institut Teknologi Bandung, Jl. Tamansari No. 8
Bandung, pada tanggal 8-11 Agustus 2012. Kegiatan peringatan
sebagai bagian dari upaya untuk mendorong peningkatan
pemanfaatan hasil-hasil inovasi untuk peningkatan daya saing
industri. Selain itu, pameran ini juga diharapkan dapat membantu
menyelesaikan berbagai permasalahan masyarakat dan
membangkitkan budaya inovasi dikalangan masyarakat.
Peserta pameran dari berbagai lembaga litbang kementerian/
lembaga, litbang pemerintah daerah, litbang universitas dan
penggiat IPTEK Indonesia memamerkan hasil-hasil riset dan
inovasi baik indoor maupun outdoor. Dalam hal ini Puslitbangtan
beserta jajarannya diminta untuk memamerkan produk hasil
penelitian terbaru sebagai berikut:
Poster Bima 10 Hibrida Biomas Tinggi
Benih Jagung varietas Bima 15 Sayang dan Benih gandum
Varietas Dewata
Tongkol jagung varietas Bima 10, Bima 11, Bima 12Q,
Bima 13Q, Bima 14 Batara, dan Bima 15 Sayang
Benih ubijalar varietas Sari dan galur ubijalar ungu MSU
03028-10
Produk olahan dari tepung ubijalar berupa kue Sweet
Potato Choco Chips, Kastangel, DS Dress, Stick Mocaf,
Lidah Kucing, Sweet Potato Stick, kue semprit
Produk olahan tepung ubikayu berupa bola-bola Casava
Produk olahan dari bahan jagung berupa kue jagung rasa
coklat kenari, kue jagung rasa krispi, Creacker jagung rasa
kelapa. Creacker jagung rasa emping, jipang jagung gula
merah, marning jagung rasa asin dan pedas
Leaflet varietas unggul kedelai, kacang tanah, kacang
hijau, ubijalar dan ubikayu
Booklet Resep Produk Olahan dari Umbni-umbian dan
Kacang-kacangan
Leaflet jagung Bima 1- Bima 11, Anoman I, Gumarang
Hasil inovasi Puslitbangtan ini dipamerkan di stan Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian bersama-sama instansi
lainnya lingkup Badan Litbang Pertanian. Pameran dibuka oleh
Bapak Menteri Negara Riset dan Teknologi Gusti Muhammad
Hatta. Dalam sambutannya, Menristek mengatakan bahwa RiTech
Expo merupakan momentum yang tepat untuk meningkatkan
kontribusi IPTEK bagi kesejahteraan rakyat. Tema "Inovasi untuk
Kemandirian Bangsa" pun diusung sebagai tema utama pada
tahun ini. Menurut Muhammad Hatta, tema ini dipilih agar
penelitian dan pengembangan IPTEK lebih bertumpu pada
kebutuhan riil masyarakat, sehingga dapat dicari solusi untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat serta mendorong pemenuhan
kebutuhan riset yang aplikatif.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 63
Menteri Negara Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta saat
membuka RITech Expo 2012 dalam rangka memperingati hari
kebangkitan teknologi nasional di Sabuga ITB Bandung
Kepala Badan Litbang Pertanian, Dr. Haryono mengunjungi stan
pameran dalam rangka memperingati hari kebangkitan teknologi
nasional di Sabuga ITB Bandung.
Produk olahan dari umbi-umbian dan jagung hasil inovasi
Puslitbangtan dipamerkan di stan Badan Litbang Pertanian pada
RITech Expo 2012 di Sabuga ITB Bandung
International Maize Conference
International Maize Conference (IMC) yang diadakan pada 22
- 24 November 2012 di Gorontalo ini dihadiri oleh berbagai negara
dan pengusaha yang terkait dengan jagung dunia. Kegiatan ini
merupakan wahana komunikasi bagi para pengambil kebijakan,
pertukaran penelitian dan pemaparan informasi hasil-hasil
penelitian mutakhir yang dilakukan para peneliti, praktisi dan
digunakan oleh para pengusaha yang berkaitan erat dengan
komoditas jagung. Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk
membangun jejaring kerjasama internasional untuk
pengembangan jagung bagi para peneliti, pengusaha, dan
pemerintah, percepatan proses alih teknologi dan inovasi tanaman
jagung kepada pengguna, serta meningkatkan apresiasi para
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 64
peserta IMC dan masyarakat pelaku agribisnis terhadap inovasi
tanaman jagung dan produk olahan berbahan baku jagung untuk
memacu pembangunan pertanian.
Berbagai agenda kegiatan diadakan dalam IMC 2012 seperti
seminar internasional yang membahas Agribusiness of Maize –
Livestock Intergration, yang diikuti 16 pembicara dari berbagai
Negara, selain itu juga dilakukan pameran untuk memperkenalkan
berbagai produk olahan pangan yang berbahan baku jagung,
maupun produk industri limbah jagung seperti tongkol jagung
yang dapat diolah menjadi biofuel, pengganti sterofoem, dan
sebagainya.
Temu bisnis dan temu investasi juga tidak dilupakan dalam
kegiatan ini untuk mempertemukan antara pengusaha jagung
dengan gubernur sentra produksi jagung yang diwakili oleh Wakil
Gubernur Lampung, Gorontalo dan Sumatera Barat. Targetnya
adalah untuk membangun kemitraan antara industri pakan ternak
nasional, industri pangan nasional, indstri benih dengan produsen
jagung. Seluruh peserta juga diajak ke gelar teknologi di Desa
Tenilo, Kabupaten Limboto, Gorontalo untuk melihat berbagai
varietas jagung terbaru hasil para peneliti dari Badan Litbang
Pertanian maupun perusahaan swasta serta memperkenalkan
sistem integrasi tanaman jagung dengan ternak sapi. Khusus
untuk integrasi tanaman jagung dengan ternak sapi ini paket
teknologinya meliputi model gudang, bank pakan ternak, persiapan
pakan ternak dengan pemanfaatan limbah dan produk sampingan
dari jagung, sistem pengolahan kotoran sapi menjadi biogas dan
pemanfaatannya, teknologi pemeliharaan ternak termasuk
pembibitan, pakan dan manajemen pengendalian penyakit.
Seminar International Maize Conference tanggal 22-24
November 2012 di Gorontalo
Gelar Teknologi
Salah satu agenda penting dalam acara International Maize
Conference, IMC di Gorontalo 22-24 November 2012 adalah gelar
teknologi jagung dan ternak berbasis zero waste. UK/UPT lingkup
Badan Litbang Pertanian yang terkait dengan kegiatan gelar
teknologi seperti Balai Penelitian Tanaman Serealia, Loka Penelitian
Sapi Potong, Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-Umbian
pun terus bekerja tanpa kenal lelah untuk mempersiapkan gelar
tekologi yang akan dihadiri oleh Bapak Wakil Menteri Pertanian
serta Ka Badan Litbang Pertanian, Dr Haryono. Acara yang
ditunggu-tunggu oleh masyarakat pun tiba, rombongan wakli
menteri pertanian yang didampingi oleh Gubernur Gorontalo Rusli
Habibie serta Kepala Badan Litbang Pertanian berkenan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 65
mengunjungi lapangan pada tanggal 22 November, sore harinya.
Kunjungan wamentan dan rombongan disambut dengan antusias
oleh masyarakat setempat. Wamentan berkesempatan
mengunjungi lokasi gelar varietas jagung yang memeragakan
varietas-varietas unggul baru hasil Badan Litbang Pertanian seperti
jagung hibrida varietas Bima 3, Bima 7, Bima 9, dan Bima 10,
untuk jenis jagung pangan fungsional akan di tanam varietas Bima
12-Q dan Provit-A, sedang untuk jagung Komposit di tanam
varietas Lamuru dan Sukmaraga.
Selain melihat performance tanaman jagung yang
mengundang decak kagum wakil menteri, juga dilakukan
kunjungan pada saung agro inovasi, lokasi demplot kacang-
kacangan dan umbi-umbian serta kunjungan ke kandang sapi
komunal yang mana penyediaan pakannya menggunakan metode
pakan konsentrat. Wakil menteri dalam sambutannya pada acara
ramah tamah dengan warga menyatakan bahwa badan litbang
telah menyulap lokasi Desa Tenilo menjadi daerah percontohan
sistem integrasi ternak-tanaman berbasis zero waste. Wamentan
berharap peninggalan litbang tersebut dipelihara dan terus
dilanjutkan sehingga dapat menjadi pilot projek percontohan sistem
integrasi ternak-tanaman khususnya di wilayah Gorontalo.
Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie menyampaikan keinginan untuk
mengmbangkan salah satu varietas litbang yang mempunyai
potensi biomas tinggi untuk dijadikan hijaun ternak. Mudah-
mudahan IMC dapat menjadi jembatan bagi penyebarluasan
teknologi litbang kepada masyarakat.
Kunjungan lapang dan diskusi interaktif antara pakar international
CIMMYT dengan petani jagung di Gorontalo
Kunjungan lapang Wakil Menteri Pertanian di lokasi gelar
teknologi tanaman jagung Badan Litbang Pertanian.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 66
Hari Pangan Sedunia
Puncak peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) yang ke 31
tahun ini dipusatkan di Propinsi Gorontalo yang jatuh pada tanggal
20-23 Oktober 2012. Peringatan hari pangan sedunia ini di hadiri
oleh Wakil Presiden Boediono, Perwakilan Organisasi Pangan dan
Pertanian (FAO), James Mc Grane, perwakilan negara sahabat,
serta peserta dari instansi terkait. Balitsereal bersama-sama
dengan Balit/puslit lingkup Badan Litbang Pertanian telah
melakukan demplot hasil-hasil penelitian Balitsereal seperti Jagung
Hibrida Bima 13Q, Bima 12Q, Bima 11, Bima 10, Bima 9, Bima 6,
Bima 4, Bima 3, Bima 2 dan Jagung Pulut. Disela-sela kunjungan
lapang, Wapres Boediono menyempatkan mengunjungi demplot
jagung varietas Bima 10 dan berdialog dengan Kepala Balitsereal
seputar keunggulan komparatif jagung varietas Bima 10
dibandingkan jagung swasta multinasional.
Varietas Bima 10 merupakan hasil persilangan galur elit
Balitsereal dengan tingkat adaptasi yang tinggi pada lingkungan
tercekam, seperti kekeringan. Potensi hasil jagung Bima 10
mencapai >13 t/ha. Selain melakukan demplot pertanaman,
Puslitbangtan melalui Balitsereal juga berpartisipasi aktif pada
pameran dalam rangka HPS. Sejumlah materi pameran ditampilkan
diantaranya pameran hasil-hasil penelitian, produk olahan
berbahan dasar jagung menunjang program diversifikasi pangan,
demo cara membuat aneka olahan (sirup jagung, jus jagung, kue
jagung, jagung rebus dan lainnya). Selain itu juga disediakan
cetakan-cetakan seperti leaflet varietas, poster inovasi teknologi,
dan alsintan.
Kunjungan Wakil Presiden RI, Mensesneg, dan Menteri
Pertanian pada acara Hari Pangan Sedunia
Publikasi Hasil Penelitian
Diseminasi teknologi tanaman pangan untuk
menyebarluaskan teknologi baru kepada pengguna baik melalui
ekspose maupun penerbitan berbagai publikasi ilmiah, antara lain:
Inovasi teknologi berbasis ketahanan pangan berkelanjutan
buku 3
Perubahan iklim dan inovasi teknologi produksi tanaman
pangan
Teknik ubinan panduan produktivitas padi menurut jarak tanam
Pedoman umum PTT ubi jalar
Pedoman umum PTT ubi kayu
Iptek tanaman pangan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 67
Jurnal penelitian tanaman pangan volume 31 nomor 1 tahun
2012
Jurnal penelitian tanaman pangan volume 31 nomor 2 tahun
2012
Berita Puslitbangtan No. 50
Berita Puslitbangtan No. 51
Laporan tahunan penelitian padi dan palawija 2011
Outcome hasil penelitian tersebar dan diketahui dengan cepat
oleh pengguna petani, pemerintah (pusat dan daerah), swasta,
LSM, dan khalayak umum lainnya.
Publikasi hasil penelitian tanaman pangan 2012
Tampilan website lingkup Puslitbangtan membantu menyebarkan
inovasi melalui internet.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 68
Tabel 8. Makalah ilmiah yang diterbitkan melalui Jurnal
Penelitian Tanaman Pangan 2012.
No Judul Tulisan Penulis
1 Genetic parameter of new plant type rice Lestari
2 Daya saing kedelai di lahan sawah Kristiana
3 Pengendalian kutu kebul pada kedelai Inayati dkk
4 Heritabilitas dan kemajuan genetik kedelai Hakim dkk
5 Pupuk Nitrogen pada jagung hibrida Efendi
6 Karakter kacang hijau di lingkungan naungan Sundari
7 Pengairan dan dolomit pada kacang tanah Rahmianna
8 Varietas klon ubikayu genjah tahan tungau Indiati
9 Sorgum untuk bahan baku ethanol Pabendon
10 Genotipe padi umur pendek Yamin
11 Stabilitas hasil beberapa galur padi Sitaresmi
12 Stabilitas hasil padi hibrida Widyastuti dkk
13 Perendaman dan pemupukan pada padi Ikhwani dkk
14 Komponen volatil tanaman padi sebagai pakan alami tikus sawah
Mardiah dkk
15 Ketahanan genotipe padi terhadap Xo Susanto dkk
16 Biologi wereng batang coklat Rahmini
17 Varietas kedelai toleran naungan Sundari dkk
18 Karakteristik fisik edible film umbi-umbian Yulianti dkk
19 Pemupukan pada padi sawah Zulkifli Zaini
20 Perkembangan biotipe hama wereng coklat Baehaki
21 Varietas unggul padi tahan tungro Ladja dkk
22 Jagung bersari bebas dalam usahatani Zubachtirodin dkk
23 Pembentukan varietas jagung kaya vitamin A Yasin
24 Optimasi pemupukan NPK kedelai di sawah Manshuri
25 Menuju swasembada kedelai Tastra
26 Sorgum sebagai bahan pangan fungsional Suwarni
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 69
3.3. AKUNTABILITAS KINERJA KEUANGAN
3.3.1. Alokasi Anggaran Lingkup Puslitbangtan
Pagu anggaran lingkup Puslitbang Tanaman Pangan tahun
anggaran 2012 Rp. 136.172.889.000, terdiri dari belanja pegawai
Rp.48.868.597.000, belanja barang Rp.64.927.310.000,- dan
belanja modal Rp.22.376.982.000,-. Anggaran tersebut tersebar di
lingkup Puslitbangtan, dengan rincian sebagai berikut: a)
Puslitbangtan Rp. 19.979.383.000, b) Balai Besar Padi Rp.
53.740.294.000,- c) Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-
Umbian Rp. 29.478.734.000,- d) Balai Penelitian Tanaman Serealia
Rp. 28.597.796.000,- dan e) Loka Penelitian Penyakit Tungro Rp.
4.376.682.000,-.
3.3.2. Realisasi Anggaran
Total anggaran lingkup Puslitbang Tanaman Pangan TA 2012
sebesar Rp.136.172.889.000, sedangkan realisasi anggaran lingkup
Puslitbang Tanaman Pangan sampai dengan 31 Desember 2012
sebesar Rp.130.816.000.738,- atau 96,07% terdiri dari belanja
pegawai Rp. 46.898.639.198,- (95,97%), belanja barang Rp.
63.010.697.668,- (97,05%), dan belanja modal Rp.
20.906.663.872,- (93,43%).
3.3.3. Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan peraturan yang
berlaku juga diwajibkan untuk mengumpulkan dan menyetorkan
penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Secara umum target yang
ditetapkan dapat tercapai bahkan terlampaui (tercapai 190,65%
dari target tahun 2012).
Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak lingkup Puslitbang
Tanaman Pangan sampai dengan akhir bulan Desember 2012
sebesar Rp. 4.085.082.692,- (129,86%) dari target PNBP sebesar
Rp. 3.145.724.724,- yang terdiri dari target penerimaan umum Rp.
115.622.564,- dan penerimaan fungsional Rp. 3.030.102.160,-
dengan realisasi penerimaan umum Rp. 228.400.192,- (197,54%)
dan penerimaan fungsional Rp. 3.856.682.500,- (127,28%).
3.3.4. Analisis Akuntabilitas Keuangan
Capaian kinerja akuntabilitas keuangan Puslitbang Tanaman
Pangan berdasarkan kelompok kegiatan dan sasaran penelitian
pada umumnya telah berhasil dalam mencapai sasaran dengan
baik. Tahun anggaran 2012 untuk pagu biaya operasional
berdasarkan kelompok kegiatan dan sasaran sebesar Rp.
41.449.349.000,- sedangkan realisasinya sebesar Rp.
40.926.342.474 atau 98,74% dengan perincian seperti terlihat
pada Tabel 9.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 70
Tabel 9. Akuntabilitas keuangan Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan indikator sasaran kegiatan TA. 2012.
No Indikator Sasaran Kegiatan Anggaran Realisasi %
1. Tersedianya informasi sumber
daya genetik tanaman pangan
a. Peningkatan sumber genetik koleksi plasma nutfah
padi karakterisasi, verifikasi, dan rejuvinasi untuk
perbaikan sifat varietas padi
b. Pengelolaan dan pemberdayaan plasma nutfah
tanaman aneka kacang dan ubi secara
konvensional, serta memanfaatkan teknologi DNA
c. Koleksi, rejuvinasi, karakterisasi, dan evaluasi
sumber daya genetik jagung genjah, sorgum manis,
gandum tropis, dan jawawut
600.000.000
151.780.000
362.978.000
597.868.000
151.342.555
354.677.200
99,64
99,71
97,71
2. Terciptanya varietas unggul baru
tanaman pangan
a. Perakitan varietas unggul baru padi
b. Perakitan varietas unggul baru tanaman aneka
kacang dan ubi
c. Perakitan varietas unggul baru jagung dan serealia
lainnya
6.550.000.000
2.133.337.000
3.352.627.000
6.543.642.000
2.117.952.262
3.343.796.562
99,90
99,28
99,46
3. Tersedianya teknologi budi daya,
panen, dan pascapanen primer
tanaman pangan
a. Teknologi budi daya tanaman padi
b. Pengembangan Teknik Peringatan Dini di Pesema-
ian dan Tanaman Umur Muda serta Pengendalian
Penyakit Tungro untuk menekan Kehilangan Hasil
c. Teknologi budi daya tanaman aneka kacang dan ubi
d. Teknologi budi daya tanaman serealia
4.850.000.000
1.287.700.000
1.098.500.000
996.031.000
4.785.066.200
1.272.633.000
1.079.094.005
990.680.005
98,66
98,83
98,23
99,46
4. Tersedianya benih sumber
varietas unggul baru padi,
jagung, kedelai untuk penyebaran
varietas berdasarkan SMM ISO
9001-2008
a. Penyediaan benih sumber varietas unggul padi
b. Penyediaan benih penjenis kedelai dan benih
sumber aneka kacang dan ubi
c. Produksi benih sumber jagung
6.480.000.000
1.389.800.000
1.377.398.000
6.431.357.000
1.388.024.800
1.366.593.725
99,25
99,87
99,22
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 71
Tabel 9. (lanjutan)....................
No Indikator Sasaran Kegiatan Anggaran Realisasi %
5. Tersedianya kebijakan pengembangan
tanaman pangan
a. Analisis kebijakan pengembangan tanaman
pangan
1.030.000.000 1.016.301.000 98,67
6. Terselenggaranya diseminasi teknologi
tanaman pangan
1. Pengembangan sistem informasi komunikasi,
diseminasi dan umpan balik inovasi padi
2. Pengembangan diseminasi dan penjaringan
umpan balik teknologi aneka kacang dan ubi
3. Penyebarluasan dan alih teknologi inovasi
produksi serealia
4. Pengembangan sumber daya informasi
IPTEK, diseminasi dan jaringan umpan balik
tanaman pangan
3.200.000.000
1.389.800.000
1.377.398.000
3.822.000.000
3.167.272.750
1.388.024.800
1.366.593.725
3.565.422.885
98,98
99,87
99,22
99,35
TOTAL 41.449.349.000 40.926.342.474 98,74
Kinerja Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
pada tahun 2012 dapat dilihat pada rekapitulasi capaian kinerja
dengan rata-rata 132,90%. Pencapaian kinerja tersebut dapat
digolongkan dalam kategori sangat berhasil. Hal ini berdasarkan
capaian indikator kinerja dari setiap sasaran kegiatan yang telah
ditetapkan.
Beberapa varietas unggul baru padi, jagung, kedelai, kacang
tanah, dan ubikayu telah dilepas tahun 2012 dan telah
disebarluaskan melalui BPTP dan disosialisasikan kepada pengguna
melalui berbagai kegiatan diseminasi. Varietas unggul yang telah
dilepas telah tersedia benihnya untuk bahan perbanyakan benih di
UPBS dan disebarluaskan kepada petani penangkar maupun swasta
yang telah memiliki lisensi.
Berbagai inovasi teknologi yang telah dihasilkan Puslitbang
Tanaman Pangan diharapkan dapat mendukung 4 sukses
Kementerian Pertanian. Selanjutnya tidak hanya peningkatan
kesejahteraan petani dan pembangunan pertanian, tetapi juga
meningkatnya pembangunan ekonomi nasional dan kesejahteraan
penduduk Indonesia pada umumnya.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 72
Tabel 10. Rekapitulasi capaian kinerja Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2012.
Sasaran Kegiatan Judul Kegiatan Persentase Kegiatan
Tersedianya informasi sumber daya genetik
tanaman pangan
a. Peningkatan sumber genetik koleksi plasma nutfah padi karakterisasi,
verifikasi, dan rejuvinasi untuk perbaikan sifat varietas padi
b. Pengelolaan dan pemberdayaan plasma nutfah tanaman aneka kacang
dan ubi secara konvensional, serta memanfaatkan teknologi DNA
c. Koleksi, rejuvinasi, karakterisasi, dan evaluasi sumber daya genetik
jagung genjah, sorgum manis, gandum tropis dan jawawut
174,8
272,4
107,9
Terciptanya varietas unggul baru tanaman
pangan
a. Perakitan varietas unggul baru padi
b. Perakitan varietas unggul baru tanaman aneka kacang dan ubi
c. Perakitan varietas unggul baru jagung dan serealia lainnya
200,0
150,0
100,0
Tersedianya benih sumber varietas unggul
baru padi, jagung, kedelai untuk penyebaran
varietas berdasarkan SMM ISO 9001-2008
a. Penyediaan benih sumber varietas unggul padi
1. BS
2. FS
3. SS
b. Penyediaan benih sumber kedelai dan aneka kacang dan ubi
1. BS
2. FS
3. NS
c. Produksi benih sumber jagung
1. BS
2. FS
3. F1
105,7
100,8
108,8
Tersedianya teknologi budi daya, panen, dan
pascapanen primer tanaman pangan
a. Teknologi budi daya tanaman padi dan Pengembangan teknik
peringatan dini di pesemaian dan tanaman umur muda, serta
pengendalian penyakit tungro untuk menekan kehilangan hasil
b. Teknologi budi daya tanaman aneka kacang dan ubi
c. Teknologi budi daya tanaman serealia
200,0
150,0
100,0
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 73
Tabel 10. Lanjutan .........
Tersedianya kebijakan pengembangan
tanaman pangan
Analisis kebijakan pengembangan tanaman 100,0
Terselenggaranya diseminasi teknologi
tanaman pangan
a. Pengembangan sistem informasi komunikasi, diseminasi dan umpan
balik inovasi tanaman padi
b. Pengembangan diseminasi dan penjaringan umpan balik teknologi
aneka kacang dan ubi
c. Penyebarluasan dan alih teknologi inovasi produksi serealia
d. Pengembangan sumber daya informasi IPTEK, diseminasi, dan
jaringan umpan balik tanaman pangan
100,0
100,0
100,0
100,0
Rata-rata 133,5
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 74
IV. PENUTUP
4.1. KEBERHASILAN
Kontribusi nyata Puslitbang Tanaman Pangan adalah varietas
unggul baru padi dan palawija, teknologi budi daya panen dan
pascapanen, benih sumber, serta kebijakan tanaman pangan, turut
mewarnai keberhasilan pencapaian swasembada beras dan jagung
sejak tahun 2008. Puslitbang Tanaman Pangan terus berupaya
memacu kinerja melalui penyusunan program secara komprehensif
sesuai dengan keinginan pengguna dan program pembangunan
pertanian dari Kementerian Pertanian. Produksi dan produktivitas
tanaman pangan akan terus dipacu untuk mencapai swasembada
padi dan jagung berkelanjutan, serta pencapaian swasembada
kedelai tahun 2014.
Produksi padi dan jagung masing-masing naik 4,87% dan
7,47% bila dibandingkan dengan tahun lalu. Demikian disampaikan
Menteri Pertanian, Suswono saat ditemui di Jakarta, Jumat
28/12/2012, yang dimuat di situs INILAH.COM. Tahun 2012
produksi padi mencapai 68,9 juta ton atau naik 3,20 juta ton
(4,87%), sementara produksi jagung 18,9 juta ton atau naik 1,32
juta ton (7,47%). Hanya kedelai saja yang turun 68 ribu ton atau
8% dari capaian produksi 783 ribu ton," kata Suswono.
Dibandingkan tahun 2011, produksi padi mencapai 65,7 juta ton,
aementara jagung dan kedelai masing-masing 17,6 juta ton dan
851 ribu ton. Menteri Pertanian mengatakan bahwa peningkatan
produksi padi dan jagung tahun ini didorong oleh peningkatan
penerapan budi daya teknologi anjuran, penurunan luas serangan
organisasi penganggu tanaman (OPT) dan dampak perubahan iklim
(DPI), serta penurunaan susut hasil panen. Di samping itu juga
didukung dengan meningkatnya integrasi dan sinergitas program
dan kegiatan antar-sektor, subsektor, dan stakeholder sesuai
dengan Inpres No 5 Tahun 2011, tentang pengamanan produksi
beras nasional dalam mengantisipasi kondisi iklim ekstrim.
Bila dibandingkan dengan kebutuhan produksi padi tahun
2012 (ARAM) II mencapai swasembada dengan indeks 116,6% dan
surplus beras sebanyak 5,73 juta ton. Jagung surplus 4,25 juta ton
atau dengan indeks swasembada 131,5%. Sementara kedelai
masih defisit 1,50 juta ton atau indeks swasembada baru mencapai
34,3%. "Dibandingkan dengan target produksi 2012, produksi padi
mencapai 101,6%, jagung 100,5% dan kedelai 78,3%," tambah
Menteri Pertanian.
Keberhasilan ini didukung oleh Menteri Koordinator
Perekonomian, Dr. Ir. Hatta Rajasa yang memberikan apresiasi atas
kinerja Kementerian Pertanian sepanjang tahun 2012. Apalagi,
selama tahun tersebut, inflasi Indonesa di bawah 4 persen. “Saya
apresiasi kinerja Kementan sepanjang tahun lalu, apalagi melihat
inflasi kita yang di bawah 4 persen. Karena salah satu hal yang
mempengaruhi inflasi adalah ketersediaan pangan. Yang
menggembirakan lagi, ketersediaan pangan ini dibarengi dengan
kondisi petani yang membaik sehingga mereka bisa bekerja dengan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 75
gembira,” jelasnya pada acara Rapat Kerja Nasional Pembangunan
Pertanian (Rakernas Kementan) 2013, di Kementan, Jakarta, Rabu
(16/1/2013). Lebih lanjut dikatakan Hatta Rajasa bahwa sekitar 60
hingga 70 persen penghasilan masyarakat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pangan karena itu ketersediaan beras di
pasaran dan harga yang stabil sangat berpengaruh. “Kalau harga
beras melonjak maka kemiskinan akan semakin banyak,” katanya.
Terkait dengan pelaksanaan diversifikasi pangan, Hatta
berkomitmen untuk mendukung program tersebut. “Saya dukung
1000 persen program diversifikasi pangan Kementerian Pertanian.
Bahkan sudah lama, setiap rapat di Kementerian Perekonomian
selalu disajikan produk pangan lokal seperti ubi dan jagung,”
jelasnya. Lebih lanjut, Hatta optimis produksi beras yang
ditargetkan Kementan pada 2012 untuk surplus 5 persen beras bisa
berhasil sesuai perkiraan Kementan meskipun BPS belum
mengumumkan hal tersebut. “Saya yakin angka (surplus beras) 5
persen bisa dicapai. Bila Kementan berhasil mencapai target-
targetnya dan terus meningkatkan kinerja, hal tersebut akan
berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Kesuksesan
kita akan bermuara pada kesejahteraan petani, dan kesejahteraan
bangsa Indonesia," katanya.
Produksi padi di Indonesia cukup tinggi dibandingkan dengan
produksi di Filipina seperti dilaporkan dari Provinsi Eastern Samar.
Pada tahun 2012, propinsi ini mencatat 59.412 metrik ton (MT)
produksi berasnya daripada tahun 2011 produksinya hanya 53.632
MT. Ini kinerja produksi dipicu oleh hasil rata-rata per hektar
meroket sebesar 2,82 MT per hektar atau naik 7,20 persen dari
hasil rata-rata 2.011 2,6 MT per hektar.
Kajian Mahbub Hossain dan Narciso dari International Rice
Research Institute (2002) menunjukkan rata-rata produktivitas
usahatani padi di lahan irigasi di Indonesia sudah mencapai 6,4
ton/hektar, kedua tertinggi di Asia Timur dan Asia Tenggara setelah
China (7,6 ton/hektar). Potensi peningkatan produktivitas hanya
sekitar 0,5–1,0 ton/hektar dengan input yang kian mahal.
4.2. HAMBATAN/MASALAH
Puslitbang Tanaman Pangan merupakan lembaga penelitian
pada tanaman semusim seperti padi, jagung, kedelai, kacang-
kacangan, dan umbi-umbian lainnya. Dalam melaksanakan kegiatan
penelitian ini sangat bergantung pada kondisi lingkungan seperti
temperatur, iklim, dan musim. Kondisi lapang yang tak terduga
terkadang menyebabkan munculnya serangan hama dan penyakit
yang meski sudah diantisipasi tetap tidak dapat terkendali. Seperti
halnya hama tikus atau jenis hama dan penyakit lainnya yang
mempengaruhi hasil penelitian di lapang.
Seperti kedelai misalnya, tahun 2012 belum mencapai
produksi yang menggembirakan. Peningkatan produksi kedelai
dihadapkan pada beberapa kendala antara lain persaingan dengan
komoditas lain yang lebih menguntungkan, seperti padi, jagung
dan komoditas lainnya. "Belum adanya jaminan pemasaran hasil,
harga kedelai impor yang lebih murah dan risiko kegagalan usaha
tani kedelai. Serta rentannya kedelai terhadap serangan OPT dan
DPI dan tidak tersedianya tambahan lahan untuk perluasan areal
juga menjadi faktor utama," kata Menteri Pertanian beberapa
waktu lalu.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbangtan Tahun 2012 76
Pengaruh pemanasan global juga terasa di lapang seperti
penentuan saat musim hujan tiba atau awal musim kemarau sangat
sulit diprediksi. Hal ini mempengaruhi saat penentuan musim
tanam dan pelaksanaan penelitian di lapang.
4.3. PEMECAHAN MASALAH
Solusi untuk menghadapi berbagai kendala di lapang terus
dilakukan baik dengan memanfaatkan inovasi teknologi yang telah
dihasilkan melalui penelitian, maupun meningkatkan kerja sama
dengan berbagai pihak, terutama penyuluh lapang dan pemerintah
daerah. Penyebarluasan inovasi teknologi baik melalui media cetak,
ekspose lapang, dan media elektronik sangat bermanfaat dengan
meningkatnya adopsi teknologi yang telah dihasilkan. Termasuk
pula pengembangan melalui Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman
Terpadu (SL-PTT) di seluruh Indonesia. Memperbanyak jumlah
Demplot di berbagai daerah ditengarai mampu meningkatkan
adopsi varietas unggul baru dan teknologi produksi lainnya.
Terbukti, Kabupaten Aceh Timur siap untuk mendukung
program pemerintah pusat untuk pencapaian swasembada kedelai
2014. Selanjutnya Bupati mengatakan tekad mengembalikan
Kabupaten Aceh Timur sebagai sentra produksi di NAD telah
menyiapkan lahan untuk kedelai seluas 35.000 ha, di kawasan
lahan sawah tadah hujan, lahan kering, dan perkebunan dengan
sasaran produktivitas di atas 1,7 t/ha. Kepala Badan Litbang
Pertanian, Dr. Haryono mengatakan bahwa Badan Litbang
Pertanian telah mempunyai teknologi budi daya kedelai spesifik
lokasi, yang dirakit dari komponen teknologi yakni varietas unggul,
benih berkualitas, teknologi budi daya spesifik lokasi (untuk lahan
sawah, sawah tadah hujan, lahan kering, kering masam dan
tumpangsari dengan tanaman karet dan sawit muda) melalui
pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Penerapan
teknologi budi daya kedelai spesifik lokasi melalui pendekatan PTT
telah diteliti di berbagai lokasi mampu meningkatkan produksi 1,3
t/ha dari rata-rata nasional menjadi 1,7 – 2,77 t/ha. Badan Litbang
Pertanian siap membantu Kabupaten Aceh Timur untuk
mengembalikan menjadi daerah sentra produksi kedelai.
Wakil Menteri Pertanian beberapa waktu lalu berkesempatan
mengunjungi kelompok tani yang sedang belajar di Laboratorium
Lapang SL-PTT kedelai dipandu oleh THL di Kabupaten Jember,
Jawa Timur. Wamentan di tengah-tengah petani SLPTT kedelai
mengemukakan bahwa produksi kedelai nasional untuk semester
dua 2012 ini baru mencapai sekitar 750 ton, sementara kebutuhan
tahun 2012 adalah 1,9 juta ton. Oleh karena itu, kekurangan
kedelai dalam negeri hingga kini mencapai 66% yang harus
dipenuhi dari impor terutama dari Amerika. Musibah kekeringan
yang terjadi Amerika menyebabkan pasokan kedelai di Indonesia
menjadi berkurang dan harga kedelai pada bulan lalu mencapai Rp
8.000/kg. Kejadian ini merupakan moment terbaik bagi petani
untuk menanam kedelai dan meningkatkan produksi kedelai. Untuk
memperbaiki stabilitas harga kedelai pada tahun mendatang,
pemerintah akan menentukan harga dasar (HPP) seperti pada
komoditas padi, merevitalisasi kelembagaan sistem perbenihan di
negeri ini dan memberikan bantuan benih kedelai dalam bentuk
PSO (Public Supplier Obligation) dan menghapus BLBU.
top related