laporan fts gravimetri jinten
Post on 02-Dec-2015
113 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM FTS OBAT TRADISIONAL
PERCOBAAN VI
KONTROL KUALITAS KADAR AIR EKSTRAK JINTEN
DENGAN METODE GRAVIMETRI
OLEH :
1. AKHMAD KHADAFI SAPUTRA
2. DIYAH PARAMITA
3. DALIFAH RATNA SARI
4. ULFA SAFITRI
5. MIFTA INDRIANI
PROGRAM STUDI D-III FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini, dengan judul KONTROL KUALITAS KADAR AIR
EKSTRAK JINTEN DENGAN METODE GRAVIMETRI.
Kami ucapkan terima kasih pula dosen pengampu mata kuliah FTS OBAT TRADISIONAL
dan kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan makalah ini.
Kami menyadari penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati, kami membuka diri bila ada koreksi-koreksi dan krtikan-kritikan
konstruktif dari pembaca makalah ini.
Mudah-mudahan Allah SWT, selalu menjaga dan membimbing dalam setiap langkah kita,
sehingga dalam kehidupan kita sehari-hari tidak terlepas dari Rahmat dan Hidayah Allah SWT.
Akhirnya, semoga makalah ini bisa turut andil dalam mencerdaskan generasi muda bangsa.
Amin.
Palangka Raya, 31 Oktober 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan
mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 1995).
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair
dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh
cahaya matahari langsung (Anonim, 1979).
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair
dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh
cahaya matahari langsung (Anonim, 1979).
Extracta biasanya disimpan dalam wadah yang berisi zat pengering, misalnya kapur tohor.
(Anonim, 1979). Ekstrak juga harus disimpan terlindung dari pengaruh cahaya dan apabila
mengandung bahan mudah menguap harus disimpan dalam botol yang disumbat rapat.
(Pharmacope Nederland).
Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil reaksi
pengendapan. Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan paling
sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Kesederhaan itu kelihatan
karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan dengan cara menimbang langsung massa zat yang
dipisahkan dari zat-zat lain (Rivai,1994).
Pada dasarnya pemisahan zat dengan gravimetri dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Mula-mula cuplikan dilarutkan dalam pelarutnya yang sesuai, lalu ditambahkan zat pengendap
yang sesuai. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci, dikeringkan atau dipijarkan, dan setelah
itu ditimbang. Kemudian jumlah zat yang ditentukan dihitung dari faktor stoikiometrinya.
Hasilnya disajikan sebagai persentase bobot zat dalam cuplikan semua (Rivai,1994).
Suatu metode analisis gravimetri biasanya didasarkan pada reaksi kimia seperti :
aA + R → AaRr
Dimana a molekul analit, A, bereaksi dengan r molekul reagennya R. Produknya, yakni AaRr,
biasanya merupakan suatu substansi yang sedikit larut yang bisa ditimbang setelah pengeringan,
atau yang bisa dibakar menjadi senyawa lain yang komposisinya diketahui, untuk kemudian
ditimbang. Sebagai contoh, kalsium biasa ditetapkan secara gravimetri melalui pengendapan
kalsium oksalat dan pembakaran oksalat tersebut menjadi kalsium oksida, dengan reaksi :
Ca2 + CaO42- → CaC2O4(S)
CaC2O4 → CaO(S) + CO2 (g) + CO(g)
B. Identifikasi Masalah
1. Menjelaskan tentang Ekstrak
2. Menjelaskan tentang Gravimetri
3. Menjelaskan Prinsip pemisahan secara Gravimetri
4. Menjelaskan tentang metode analisis Gravimetri
5. Menjelaskan tentang tahapan analisis Gravimetri
C. Batasan percobaan
1. Membahas tentang bagaimana kontrol kualitas kadar air ekstrak jinten dengan
metode gravimetri.
2. Membahas tentang metode analisis gravimetri pada ekstak jinten .
D. Tujuan Percobaan
1. Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengukur kadar air dalam ekstrak
jinten dengan metode gravimetri.
E. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kontrol kualitas kadar air ekstrak jinten dengan metode gravimetri ?
2. Bagaimana metode analisis gravimetri pada ekstrak jinten ?
F. Manfaat percobaan
1. Praktikan dapat mengetahui cara kontrol kualitas kadar air pada ekstrak jinten
dengan metode gravimetri.
2. Praktikan dapat mengetahui metode analisis gravimetri.
3. Praktikan dapat mengetahui apakah ekstrak jinten yang diperoleh sudah
memenuhi persyaratan kadar air yang telah ditetapkan yaitu tidak lebih dari
10,5%.
4. Memberikan informasi untuk penelitian lebih lanjut.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan
mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 1995).
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair
dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh
cahaya matahari langsung (Anonim, 1979).
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair
dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh
cahaya matahari langsung (Anonim, 1979).
Extracta biasanya disimpan dalam wadah yang berisi zat pengering, misalnya kapur tohor.
(Anonim, 1979). Ekstrak juga harus disimpan terlindung dari pengaruh cahaya dan apabila
mengandung bahan mudah menguap harus disimpan dalam botol yang disumbat rapat.
(Pharmacope Nederland)
A. Jenis-jenis extracta
Extracta dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:
- Ekstrak kering (Siccum)
- Ekstrak Kental (Spissum)
- Ekstrak cair (Liquidum)
a. Ekstrak Kering (Siccum)
Ekstrak kering adalah sediaan padat yang memiliki bentuk serbuk yang didapatkan dari
penguapan oleh pelarut yang digunakan untuk ekstraksi. substansi ekstrak kering yaitu eksipien
(bahan pengisi), stabilizers (penstabil), dan preservative (bahan pengawet). Ekstrak kering harus
mudah digerus menjadi serbuk.
Ekstrak kering (Extracta sicca) dibagi dalam dua bagian, yaitu:
1. Ekstrak kering, yang dibuat dengan suatu cairan etanol dan karena tidak larut sepenuhnya
dalam air. Contohnya adalah Ekstraktum Granati, Ekstraktum Rhei.
2. Ekstrak kering yang dibuat dengan air. Contohnya antara lain Ekstraktum Aloes,
Ekstraktum Opii, Ekstraktum Ratanhiae. (Van Duin, 1947)
b. Ekstrak Kental (Spissum)
Ekstrak Kental atau ekstrak semisolid, adalah sediaan yang memiliki tingkat kekentalan di
antara ekstrak kering dan ekstrak cair. Suatu ekstrak kental diartikan dengan ekstrak dengan
kadar air antara 20-25%; hanya pada Extractum Liquiritae diizinkan kadar air sebanyak 35%.
(Van Duin, 1947)
Ekstrak lainnya dapat digolongkan dengan jelas dalam dua golongan:
a. Ekstrak kental yang dibuat dengan etanol 70% dan dimurnikan dengan air, contoh: Ekstrak
Belladonnae, Extractum Visci albi, Extractum Hyoscyami.
b. Ekstrak kental yang dibuat dengan air, contoh: Extractum liquiritae, Extractum Gentianae,
Extractum Taraxaci. (Van Duin, 1947)
c. Ekstrak cair (Liquidum)
Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati, yang mengandung etanol sebagai pelarut
atau sebagai pengawet atau sebagai pelarut dan pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada
masing-masing monografi, tiap ml ekstrak mengandung bahan aktif dari 1 g simplisia yang
memenuhi syarat.
Ekstrak cair yang cenderung membentuk endapan dapat didiamkan dan disaring atau bagian
yang bening dienaptuangkan. Beningan yang diperoleh memenuhi persyaratan Farmakope.
Ekstrak cair dapat dibuat dari ekstrak yang sesuai. (Farmakope Indonesia Edisi III).
Ekstrak cair dibuat dengan cara perkolasi. Biasanya juga mengikuti proses maserasi. Proses
pembuatan mencakup konsentrasi bagian yang ditambah air selama penyaringan oleh uap atau
penyulingan pada temperature di bawah 60°. (USP 30-NF25 topic 565)
Contoh ekstrak cair adalah Extractum Chinae liquidum, Extractum Hepatis liquidum (Van Duin,
1947)
B. Keuntungan dan Kerugian Extracta
1. Keuntungan
a. Zat berkhasiat yang terdapat di simplisia terdapat dalam bentuk yang mempunyai kadar tinggi
b. Zat berkhasiat lebih mudah diatur dosisnya.
c. Untuk menstandardisasi kandungannya sehingga menjamin keseragaman mutu, keamanan,
dan khasiat produk akhir (Moh.Anief, 2010)
d. Penggunaan ekstrak dibandingkan dengan simplisia asalnya adalah bisa lebih simple dari segi
bobot, pemakaian ekstrak lebih sedikit dibandingkan dengan bobot tumbuhan asalnya.
e. Dengan adanya teknologi ekstrak ini, biasanya pihak yang diuntungkan diantaranya industri
bidang obat tradisional dari segi keseragaman mutu hasil produk jadinya, dan pemerintah
dari sisi keamanan dan khasiat produk jadi (Anonim, 2005).
2. Kerugian
Pada pembuatan ekstrak tidak semua zat berkhasiat dapat tersari dalam pelarutnya. (Anonim,
2005).
Analisis Gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif dengan penimbangan
meliputi proses isolasi dan pengukuran berat suatu konstituen tertentu. Tahap awal dari analisis
gravimetri adalah pemisahan komponen yang ingin diketahui dari komponen-komponen lain
yang terdapat dalam suatu sampel kemudian dilakukan pengendapan yaitu transformasi
konstituen ke dalam bentuk senyawa stabil dan murni yang dapat diukur. Pengukuran dalam
metode gravimetri adalah dengan penimbangan. Banyaknya komponen yang dianalisis
ditentukan dari hubungan antara berat sampel yang hendak dianalisis, massa atom relatif, massa
molekul relatif dan berat endapan hasil reaksi.
Analisis gravimetri dapat dilakukan dengan cara pengendapan, penguapan dan elektrolisis.
Pada prakteknya 2 metode pertama adalah yang terpenting, metode gravimetri memakan waktu
yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor – faktor
pengoreksi dapat digunakan (Khopkar,1999).
Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil reaksi
pengendapan. Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan paling
sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Kesederhaan itu kelihatan
karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan dengan cara menimbang langsung massa zat yang
dipisahkan dari zat-zat lain (Rivai,1994).
Pada dasarnya pemisahan zat dengan gravimetri dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Mula-mula cuplikan dilarutkan dalam pelarutnya yang sesuai, lalu ditambahkan zat pengendap
yang sesuai. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci, dikeringkan atau dipijarkan, dan setelah
itu ditimbang. Kemudian jumlah zat yang ditentukan dihitung dari faktor stoikiometrinya.
Hasilnya disajikan sebagai persentase bobot zat dalam cuplikan semua (Rivai,1994).
Suatu metode analisis gravimetri biasanya didasarkan pada reaksi kimia seperti :
aA + R → AaRr
dimana a molekul analit, A, bereaksi dengan r molekul reagennya R. Produknya, yakni AaRr,
biasanya merupakan suatu substansi yang sedikit larut yang bisa ditimbang setelah pengeringan,
atau yang bisa dibakar menjadi senyawa lain yang komposisinya diketahui, untuk kemudian
ditimbang. Sebagai contoh, kalsium biasa ditetapkan secara gravimetri melalui pengendapan
kalsium oksalat dan pembakaran oksalat tersebut menjadi kalsium oksida, dengan reaksi :
Ca2 + CaO42- → CaC2O4(S)
CaC2O4 → CaO(S) + CO2 (g) + CO(g)
Pemisahan unsur atau senyawa dari senyawa atau larutan dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa cara atau metode analisa gravimetri. Beberapa metode analisa gravimetri
sebagai berikut :
1. Metode pengendapan
Pelarut yang dipilih harus lah sesuai sifatnya dengan sampel yang akan di larutkan,Misalnya :
HCl, H2SO4, dan HNO3 digunakan untuk melarutkan sampel dari logam – logam.
2. Metode peguapan atau pembebasan ( gas )
Metode penguapan dalam analisis gravimetri digunakan untuk menetapkan komponen-
komponen dari suatu senyawa yang relatif mudah menguap. Cara yang dilakukan dalam metode
ini dapat dilakukan dengan cara pemanasan dalam gas tertentu atau penambahan suatu pereksi
tertentu sehingga komponen yang tidak diinginkan mudah menguap atau penambahan suatu
pereksi tertentu sehingga komponen yang diinginkan tidak mudah menguap. Metode penguapan
ini dapat digunakan untuk menentukan kadar air(hidrat) dalam suatu senyawa atau kadar air
dalam suatu sampel basah. Berat sampel sebelum dipanaskan merupakan berat senyawa dan
berat air kristal yang menguap. Pemanasan untuk menguapkan air kristal adalah 110-130 oC.
Garam-garam anorganik banyak yang bersifat higroskopis sehingga dapat ditentukan kadar
hidrat/air yang terikat sebagai air kristal.
AB.xH2O dipanaskan→ AB + x H2O
3. Metode elektroanalisis
Metode elektrolisis dilakukan dengan cara mereduksi ion-ion logam terlarut menjadi endapan
logam. Ion-ion logam berada dalam bentuk kation apabila dialiri dengan arus listrik dengan besar
tertentu dalam waktu tertentu maka akan terjadi reaksi reduksi menjadi logam dengan bilangan
oksidasi 0. Endapan yang terbentuk selanjutnya dapat ditentukan berdasarkan beratnya. Misalnya
mengendapkan tembaga terlarut dalam suatu sampel cair dengan cara mereduksi
Cu+2 + 2 e → Cu(s)
Cara elektrolisis ini dapat diberlakukan pada sampel yang diduga mengandung kadar logam
terlarut cukup besar seperti air limbah.
Ketiga metode tersebut dapat dilakukan sendiri atau dimodifikasi. Misalnya pengendapan
diikuti dengan penguapan, atau pemijaran dan pengendapan. Tujuan dari pemilihan metode
adalah diperoleh senyawa yang murni dan stabil yang dapat ditimbang.
Adapun beberapa tahap dalam analisa gravimetri adalah sebagai berikut :
1. Memilih pelarut sampel
Pelarut yang dipilih harus lah sesuai sifatnya dengan sampel yang akan di larutkan,
Misalnya : HCl, H2SO4, dan HNO3 digunakan untuk melarutkan sampel dari
logam – logam.
2. Pengendapan analit
Pengendapan analit dilakukan dengan memisahkan analit dari larutan yang
mengandungnya dengan membuat kelarutan analit semakin kecil, dan pengendapan
ini dilakukan dengan sempurna.
Misalnya : Ca+2 + H2C2O4 → CaC2O4 (endapan putih)
3. Pengeringan endapan
Pengeringan yang dilakukan dengan panas yang disesuaikan dengan analitnya dan
dilakukan dengan sempurna. Disini kita menentukan apakah analit dibuat dalam
bentu oksida atau biasa pada karbon dinamakan pengabuan.
4. Menimbang endapan
Zat yang ditimbang haruslah memiliki rumus molekul yang jelas
Biasanya reagen R ditambahkan secara berlebih untuk menekan kelarutan endapan
(Day and Underwood, 2002).
Dalam menentukan keberhasilan metode gravimetri ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi, yaitu :
1. Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit yang tak
terendapkan secara analitis tak dapat dideteksi (biasanya 0,1 mg atau kurang dalam
menentukan penyusunan utama dalam suatu makro).
2. Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan hendaknya
murni, atau sangat hampir murni. Bila tidak akan diperoleh hasil yang galat.
Persyaratan yang kedua itu lebih sukar dipenuhi oleh para analis. Galat-galat yang
disebabkan faktor-faktor seperti kelarutan endapan umumnya dapat diminimumkan dan jarang
menimbulkan galat yang signifikan. Masalahnya mendapatkan endapan murni dan dapat disaring
itulah yang menjadi problema utama. Banyak penelitian telah dilakukan mengenai
pembentukkan dan sifat-sifat endapan, dan diperoleh cukup banyak pengetahuan yang
memungkinkan analis meminimumkan masalah kontaminasi endapan (Day and Underwood,
2002).
Dalam analisa gravimetri penentuan jumlah zat didasarkan pada penimbangan hasil reaksi
setelah bahan yang dianalisa direaksikan. Hasil reaksi ini didapatkan sisa bahan suatu gas yang
dibentuk dari bahan yang dianalisa. Dalam cara pengendapan, zat direaksikan dengan menjadi
endapan dan ditimbang. Atas dasar membentuk endapan, maka gravimetrik dibedakan menjadi 2
macam, yaitu : endapan dibentuk dengan reaksi antara zat dengan suatu pereaksi dan endapan
yang dibentuk dengan elektrokimia. Untuk memisahkan endapan dari larutan induk dan cairan
pencuci, endapan dapat disaring. Endapan grevimetri yang disaring kertas tidak dapat dipisahkan
kembali secara kuantitatif.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
I. Alat dan Bahan
A. Alat
- Timbangan analitik/digital
- Cawan petri
- Batang pengaduk
- Sudip
- Oven
- Desikator
- Penjepit
B. Bahan
- Ekstrak Jinten (1 gram )
C. Prosedur Kerja
D.
Timbang cawan kosong yang sebelumnya telah
dikonstankan dalam oven
Menimbang ekstrak jinten sebanyak 1 gram dengan menggunakan timbangan digital
Oven pada suhu 105˚c selama 3 jam
Dinginkan dalam desikator kurang lebih 15-30 menit
Timbang kembali cawan + eksrak yang telah dioven
tadi
Catat berat hasil timbangan setelah dioven
Oven kembali ekstrak yang seperti cara diatas
sampai diperoleh bobot konstan
Memasukkan cawan kosong kedalam oven untuk dilakukan pengkonstanan
Hasil rendemen tidak lebih dari 10,5 %
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
a. Hasil penimbangan ekstrak
Bahan
Berat cawan
kosong (g)
Berat cawan +
ekstrak sebelum
di oven (g)
Berat cawan +
ekstrak sesudah
di oven (g)
Ekstrak
jinten
b. Hasil perhitungan kadar air dalam ekstrak
Bahan Kadar air dalam ekstrak
Ekstrak kental jinten
c. Perhitungan kadar air dalam ekstrak
Diketahui :
- Berat Sampel =
- Berat sampel sebelum dipanaskan =
- Berat sampel sesudah dipanaskan =
- ( Syarat : kadar air tidak lebih dari 10,5% )
Rumus : Berat sebelum dipanaskan – Berat sesudah dipanaskan X 100%
Berat Sampel
: g - g X 100%
1,0101 g
: X 100%
1,0101 g
: X 100%
: 13, %
BAB V
PEMBAHASAN
Praktikum kali ini berjudul kontrol kualitas kadar air ekstrak jinten dengan metode
gravimetri, dimana metode gravimetri ini merupakan salah satu metode analisis kuantitatif
dengan penimbangan meliputi proses isolasi dan pengukuran berat suatu konstituen tertentu.
Tahap awal dari analisis gravimetri adalah pemisahan komponen yang ingin diketahui dari
komponen-komponen lain yang terdapat dalam suatu sampel kemudian dilakukan pengendapan
yaitu transformasi konstituen ke dalam bentuk senyawa stabil dan murni yang dapat diukur.
Pengukuran dalam metode gravimetri adalah dengan penimbangan. Analisis gravimetri dapat
dilakukan dengan cara pengendapan, penguapan dan elektrolisis.
Suatu sampel yang akan ditentukan secara gravimetri mula-mula ditimbang secara
kuantitatif, dilarutkan dalam pelarut tertentu kemudian diendapkan kembali dengan reagen
tertentu. Senyawa yang dihasilkan harus memenuhi sarat yaitu memiliki kelarutan sangat kecil
sehingga bisa mengendap kembali dan dapat dianalisis dengan cara menimbang.
Suatu analisis gravimetri dilakukan apabila kadar analit yang terdapat dalam sampel relatif
besar sehingga dapat diendapkan dan ditimbang. Apabila kadar analit dalam sampel hanya
berupa unsurpelarut, maka metode gravimetri tidak mendapat hasil yang teliti. Sampel yang
dapat dianalisis dengan metode gravimetri dapat berupa sampel padat maupun sampel cair.
Ekstrak Kental atau ekstrak semisolid, adalah sediaan yang memiliki tingkat kekentalan di
antara ekstrak kering dan ekstrak cair. Suatu ekstrak kental diartikan dengan ekstrak dengan
kadar air antara 20-25%; hanya pada Extractum Liquiritae diizinkan kadar air sebanyak 35%.
(Van Duin, 1947).
Dari ekstrak kental yang kita peroleh ini lalu kami melakukan penimbangan ekstrak dalam
cawan yang telah dikonstankan terlebih dahulu. Ekstrak yang telah kita timbang tadi lalu kita
keringkan dalam oven dengan suhu 105˚c. Menurut prosedur penentuan kadar secara gravimetri
ini lama proses pengeringan dalam oven tidak boleh kurang dari 3 jam dan harus dilakukan
pengeringan ulang sampai diperoleh bobot konstan.
Dari praktikum yang kita lakukan proses pengeringan ekstrak jinten dalam oven hanya satu
jam saja selama 2 kali pengeringan, hal ini dikarenakan waktu yang tidak memungkinkan untuk
melanjutkan praktikum sehingga proses pengeringan dianggap sudah sesuai prosedur yaitu tiga
jam dan dilakukan berulang – ulang minimal 3 kali sampai diperoleh bobot konstan.
BAB VI
PENUTUP
1. KESIMPULAN
2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemem Kesehatan Republik Indonesia
Anonim, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Day, R. A. dan Underwood, A. L., 2002, Anilisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam, Erlangga,
Jakarta.
Harjadi, W, 1993, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Gramedia, Jakarta.
Khopkar, S. M, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-Press, Jakarta.
Moh.Anief, 1997. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press
Rivai, H, 1994, Asas Pemeriksaan Kimia, UI-Press, Padang.
Van Duin, 1947. Buku Penuntun Ilmu Resep Dalam Praktek dan Teori. Soeroengan, Jakarta
LAMPIRAN
GAMBAR KETERANGAN
Bahan yang digunakan untuk
praktikum pembuatan ekstrak kental
Penimbangan jinten sebanyak 10 g
dengan menggunakan neraca analitik
Proses perendaman jinten hari pertama
dengan menggunakan etanol 50%
Proses penyaringan jinten yang telah
didiamkan selam 24 jam
Ekstrak jinten yang telah disaring dan
akan dipindahkan ke erlenmeyer untuk
selanjutnya diuapkan.
Hasil penyaringan dihari pertama
Proses penyaringan hari ke dua dengan
menggunakan sampel dan pelarut yang
sama
Hasil penyaringan hari kedua ekstrak
jinten
Hasil penyaringan hari pertama dan
hari kedua yang akan dimasukkan ke
rotary dan diuapkan dengan
menggunakan waterbath.
Proses penguapan dengan
menggunakan waterbath
Ekstrak jinten yang sudah mulai
mengental
Ekstak kental jinten yang telah selesai
diuapkan dan siap untuk dihitung
rendemen yang diperoleh
top related