laporan hasil penelitian smk st mikael surakarta
Post on 02-Jan-2016
234 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Oleh: Sudiyanto, M.Pd.
Yoga Guntur Sampurno M.Pd Ibnu Siswanto S.Pd.T
Dibiayai oleh Dana DIPA UNY Tahun Anggaran 2011. Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Program
Pengabdian kepada Masyarakat Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
No: 910.28/UN34.15/PL/2011
FAKULTAS TEKNIK UNIV ERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
TAHUN 2011
Laporan Penelitian
TEACHING FACTORY DI SMK ST. MIKAEL SURAKARTA
i
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN
1. Judul : Teaching factory di SMK St. Mikael
Surakarta 2. Ketua Pelaksana Penelitian :
a. Nama : Sudiyanto, M.Pd. b. NIP : 19540221 198502 1 001 c. Pangkat/Golongan : Pembina/ IVa d. Jabatan : Lektor Kepala e. Pengalaman di Bidang Penelitian : Ya f. Fakultas/Jurusan : Teknik/Pendidikan Teknik Otomotif g. Bidang Keahlian : Pendidikan Teknik Otomotif h. Universitas : UNY i. Waktu Penelitian : 8 Jam
3. Jenis Penelitian : Kelompok 4. Jumlah Tim Peneliti : 3 Orang 5. Jangka Waktu Penelitian : 5 Bulan 6. Bidang Ilmu : Pendidikan 7. Lokasi Penelitian : SMK St. Mikael Surakarta 8. Kerjasama :
a. Nama Instansi : SMK St. Mikael Surakarta b. Alamat : Jl. Mojo No. 1 Karangasem,
Laweyan, Surakarta 9. Biaya yang Diperlukan :
a. Sumber dari Fakultas : Rp 5.000.000,00 b. Sumber lain : - c. Jumlah : Rp 5.000.000,00
Yogyakarta, 14 November 2011 Mengetahui: Dekan, Dr. Moch. Bruri Triyono NIP. 19560216 1986 1 003
BPP Fakultas, Suyitno HP.,M.T. NIP. 19520814 197903 1 003
Peneliti, Sudiyanto, M.Pd. NIP. 19540221 198502 1 001
ii
ABSTRAK
TEACHING FACTORY DI SMK ST. MIKAEL SURAKARTA Sudiyanto, dkk.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah mengetahui dan
mendeskripsikan secara faktual, akurat dan sistematis tentang 1) Manajemen teaching factory di SMK St. Mikael Surakarta dan 2) Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan teaching factory di SMK St. Mikael Surakarta.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Objek penelitian ialah Kepala Sekolah dan Guru/Karyawan SMK St. Mikael Surakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, angket, dan observasi.. Teknik analisis data yang dipergunakan ialah metode analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Pelaksanaan teaching factory di SMK St. Mikael Surakarta melalui perencanaan dengan pembuatan rencana jangka panjang, menengah, dan pendek, pelaksanaan dengan mengintegrasikan ke dalam kurikulum sehingga melibatkan semua siswa, serta pengawasan dengan melakukan koordinasi rutin dan form penilaian untuk semua siswa, karyawan, dan guru. 2) Faktor pendukung pelaksanaan teaching factory di SMK St. Mikael Surakarta ialah budaya atau kultur yang baik, sumber daya manusia yang berkompeten dibidangnya, dan fasilitas peralatan yang memadai. Sedangkan faktor penghambatnya ialah: belum adanya ruang atau bangunan khusus untuk unit produksi dan belum adanya karyawan yang khusus mengelola unit produksi
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
karunia-Nya, sehingga kami telah berhasil melaksanakan penelitian dengan judul
“Teaching factory di SMK St. Mikael Surakarta”.
Penelitian ini dapat berjalan lancar atas bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, sehingga sudah selayaknya pada kesempatan ini kami tim
peneliti menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
2. Kepala Sekolah SMK St. Mikael Surakarta
3. Guru-guru SMK St. Mikael Surakarta
4. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah
membantu kelancaran pelaksanaan program ini.
Semoga segala perbuatan baik yang telah dilakukan mendapatkan berkah
dari Allah SWT. Saran dan kritik untuk penyempurnaan laporan ini sangat kami
harapkan dan semoga laporan ini bermanfaat bagi lembaga dan masyarakat.
Yogyakarta, 14 November 2011 Tim Pelaksana
Sudiyanto, M.Pd. Yoga Guntur Sampurno, M.Pd. Ibnu Siswanto, S.Pd.T.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... i ABSTRAK .......................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ v BAB I. LATAR BELAKANG MASALAH
A. Pendahuluan .......................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................. 3 C. Tujuan .................................................................................................. 3 D. Manfaat ................................................................................................. 3
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Teaching factory ..................................................................................... 4 B. Manajemen Teaching factory ................................................................... 5
1. Perencanaan ..................................................................................... 5 2. Pelaksanaan ...................................................................................... 6 3. Pengawasan ...................................................................................... 7
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 8 B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 8 C. Subjek Penelitian .................................................................................... 8 D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 8 E. Teknik Analisis Data ................................................................................ 8
BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data
1. Perencanaan .................................................................................... 9 2. Pelaksanaan ..................................................................................... 12 3. Pengawasan ..................................................................................... 16 4. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan
Teaching factory di SMK St. Mikael Surakarta ...................................... 17 B. Pembahasan
1. Perencanaan .................................................................................... 18 2. Pelaksanaan ..................................................................................... 19 3. Pengawasan ..................................................................................... 20 4. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan
Teaching factory di SMK St. Mikael Surakarta ...................................... 21 BAB V. KESIMPULAN
A. Simpulan ............................................................................................... 23 B. Saran .................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24
v
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1. Kisi-kisi wawancara dengan kepala sekolah
2. Lampiran 2. Insrumen angket untuk guru
3. Lampiran 3. Berita acara seminar penelitian
1
BAB I LATAR BELAKANG MASALAH
A. Pendahuluan
Seperti tertuang dalam roadmap ditjen PSMK 2010-2014, visi ditjen
PSMK adalah Terwujudnya SMK yang dapat menghasilkan tamatan berjiwa
wira usaha yang siap kerja, cerdas, kompetitif, dan memiliki jati diri bangsa,
serta mampu mengembangkan keunggulan lokal dan dapat bersaing di pasar
global. Untuk meraih visi tersebut, maka misi yang dibuat adalah
meningkatkan perluasan dan pemerataan akses SMK yang bermutu untuk
semua lapisan masyarakat; meningkatkan kualitas SMK melalui penerapan
sikap disiplin, budi pekerti luhur, berwawasan lingkungan, dan pembelajaraan
berpusat pada peserta didik yang kontekstual berbasis TIK; memberdayakan
SMK dalam menciptakan lulusan yang berjiwa wirausaha dan memiliki
kompetensi keahlian melalui pengembangan kerjasama dengan industri dan
berbagai entitas bisnis yang relevan dalam bentuk ”teaching industry”
Selain itu, teaching industry atau teaching factory juga merupakan
salah satu indikator untuk mengevaluasi kinerja SMK Bertaraf Internasional
(SMK BI). Dalam roadmap SMK 2010-2014, ditargetkan diakhir tahun 2014
sebanyak 70% SMK memiliki unit pembelajaran usaha dalam bentuk teaching
industry atau teaching factory.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di 8 SMK RSBI dan 3
SMK yang dipersiapkan menjadi SBI Invest di Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY), terlihat bahwa SMK RSBI maupun SMK yang dipersiapkan menjadi SBI
Invest mengalami kesulitan dalam pelaksanaan teaching factory.
2
SMK yang mengalami kesulitan dalam pengembangan teaching
factory terutama di SMK yang melaksanakan teaching factory meliputi
kegiatan produksi dan pemasaran suatu produk. Misalkan saja SMK kelompok
teknologi (SMKN 2 Yogyakarta, SMKN 2 Depok Sleman, dan SMKN 2
Wonosari), SMK Kelompok pariwisata (SMKN 5 Yogyakarta dan SMKN 4
Yogyakarta). Sedangkan SMK yang melaksanakan teaching factory terbatas
pada kegiatan pemasaran cenderung dapat meraih keberhasilan. Misalkan
saja SMKN 1 Depok dan SMKN 1 Bantul.
Oleh karena itu diperlukan suatu model atau contoh dari SMK yang
melaksanakan teaching factory mulai dari kegiatan produksi sampai dengan
penjualan untuk menjadi model atau contoh bagi SMK yang lain. Salah satu
SMK yang dianggap berhasil dalam pelaksanaan teaching factory adalah SMK
St. Mikael Surakarta.
SMK St. Mikael Surakarta adalah SMK Kelompok Teknologi yang
memiliki program keahlian Teknik Mesin perkakas atau mesin industri. Sejak
tahun 2003 mendapatkan akreditasi ISO 9001:2000 dan menjadi sister school
dari Indonesian German Institute (IGI). SMK St. Mikael menggunakan model
production based training sebagai salah satu model pembelajaran yang
diterapkan.. Dalam hasil uji kompetensi, SMK St. Mikael masuk dalam 10
besar untuk SMK dengan program keahlian mesin industri. SMK St. Mikael
juga dipercaya oleh pemerintah untuk melakukan review atas kurikulum SMK
program keahlian teknik mesin perkakas.
Sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan, untuk itu
diperlukan penelitian tentang bagaimana pelaksanaan teaching factory di
3
SMK St. Mikael Surakarta supaya dapat menjadi bahan pedoman atau
inspirasi bagai SMK-SMK yang lain.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan
masalah tentang pelaksanaan Teaching factory di SMK St. Mikael Surakarta
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah manajemen teaching factory di SMK St. Mikael Surakarta?
2. Apakah faktor-faktor pendukung dalam pelaksanaan teaching factory di
SMK St. Mikael Surakarta?
C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan
secara faktual, akurat dan sistematis tentang :
a. Manajemen teaching factory di SMK St. Mikael Surakarta.
b. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan teaching
factory di SMK St. Mikael Surakarta.
D. Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
untuk mendapatkan gambaran yang ideal mengenai manajemen dan faktor-
faktor pendukung keberhasilan pelaksanaan teaching factory di SMK St. Mikael
Surakarta serta dapat menjadi rujukan untuk mengembangkan model
teaching factory di SMK-SMK yang lain.
4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Teaching factory
Dalam konsep sederhana Teaching factory merupakan
pengembangan dari unit produksi yang sudah dilaksanakan di SMK –
SMK. Sebenarnya konsep teaching factory merupakan salah satu bentuk
pengembangan dari sekolah kejuruan menjadi model sekolah produksi.
Menurut Greinert dan Weimann dalam Heru Subroto (2004), terdapat tiga
model dasar sekolah produksi, yaitu: 1) Sekolah produksi sederhana (Der
einwickelte produktionsschullyp Training Cum production); 2) Sekolah
produksi yang berkembang (Der einwickelte produktionsschullyp) dan 3)
Sekolah produksi yang berkembang dalam bentuk pabrik sebagai tempat
belajar (Der einwickelte produktionsschullyp inform der Lernfabrik
Prroduktion Training Corporation).
Model yang ketiga, yaitu Sekolah produksi yang berkembang
dalam bentuk pabrik sebagai tempat belajar (Der einwickelte
produktionsschullyp inform der Lernfabrik Prroduktion Training
Corporation) selanjutnya dikenal dengan Teaching factory Model.
Penyelenggaraan model ini memadukan sepenuhnya antara belajar dan
bekerja, tidak lagi memisahkan antara tempat penyampaian materi teori
dan tempat materi produksi (praktik).
Pelaksanaan teaching factory di sekolah menengah kejuruan di
Indonesia menurut Moerwishmadhi (2009) yaitu dengan mendirikan unit
usaha atau perusahaan di dalam sekolah. Unit usaha atau pabrik tersebut
5
berproduksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang memenuhi standar
kualitas sehingga dapat diterima oleh masyarakat atau konsumen.
Dengan kegiatan produksi yang bisa menghasilkan barang atau jasa yang
memiliki nilai jual, SMK dapat secara luas mengembangkan potensinya
untuk menggali sumber-sumber pembiayaan sekaligus merupakan
sumber belajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teaching factory
adalah kegiatan pembelajaran dimana siswa secara langsung melakukan
kegiatan produksi baik berupa barang atau jasa di dalam lingkungan
pendidikan sekolah. Barang atau jasa yang dihasilkan memiliki kualitas
sehingga layak jual dan diterima oleh masyarakat atau konsumen. Hasil
keuntungan yang didapatkan diharapkan dapat menambah sumber
pendapatan sekolah yang berguna untuk keberlangsungan kegiatan
pendidikan. Teaching factory menghadirkan dunia industri/kerja yang
sesungguhnya dalam lingkungan sekolah untuk menyiapkan lulusan yang
siap kerja.
B. Manajemen teaching factory
Manajemen teaching factory yang dimaksudkan adalah kegiatan
pengelolaan teaching factory. Ricky W. Griffin (2006) mendefinisikan
manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian dan
pengkoordinasian, serta pengawasan sumber daya untuk mencapai
sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan
dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti
bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan
6
sesuai dengan jadwal. Dengan pengertian tersebut, fungsi manajemen
kemudian dikelompokkan menjadi tiga meliputi: perencanaan (planning),
pelaksanaan (organizing) , dan pengawasan (controlling).
1. Perencanaan (planning)
Suharsimi Arikunto (1988) menjelaskan bahwa
perencanaan adalah proses mempersiapkan rangkaian pengambilan
keputusan untuk dilakukannya tindakan dalam mencapai tujuan-
tujuan organisasi. Adapun aspek-aspek perencanaan meliputi : 1) apa
yang akan dilakukan; 2) siapa yang melakukan; 3) kapan dilakukan;
4) dimana dilakukan; 5) bagaimana dilakukan; dan 6) apa saja yang
diperlukan agar tercapai tujuan secara maksimal.
Perencanaan bertujuan untuk 1) sebagai standar
pengawasan; 2) mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya suatu
kegiatan; 3) mengetahui siapa saja yang terlibat, baik kualifikasi
maupun kuantitasnya; 4) mendapatkan kegiatan-kegiatan yang
sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan; 5) meminimalkan
kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan menghemat biaya, tenaga,
dan waktu; 6) memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai
kegiatan pekerjaan; 7) menyerasikan dan memadukan beberapa
subkegiatan; 8) mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal ditemui;
dan 9) mengarahkan pada pencapaian tujuan (Husaini : 2006)
2. Pelaksanaan (organizing)
Sudjana (2000) mengatakan bahwa pengorganisasian
adalah kegiatan mengidentifikasi dan memadukan sumber-sumber
7
yang diperlukan ke dalam kegiatan yang akan dilakukan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sumber-sumber itu meliputi
tenaga manusia, fasilitas, alat-alat, dan biaya yang tersedia atau
dapat disediakan. Pengorganisasian menekankan pentingnya tingkah
laku orang-orang yang diberikan peranan dan tugas.
Pengaturan tingkah laku orang-orang yang diberikan
peranan dan tugas dapat dilakukan dengan menetapkan pembagian
kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi, dan koordinasi
dalam bagan organisasi. Organisasi merupakan alat untuk mencapai
tujuan. Dengan organisasi yang baik akan membantu terwujudnya
tujuan secara efektif.
3. Pengawasan (controlling)
Pengawasan merupakan suatu proses yang harus
dilakukan secara sistematis dan rasional sesuai dengan pedoman-
pedoman yang telah dimiliki (seperti rencana, tujuan, dan petunjuk-
petunjuk umum organisasi). Proses pengawasan meliputi kegiatan
penentuan tujuan yang pragmatis, menetapkan standar
“performance”, mengadakan pengamatan terhadap kegiatan-
kegiatan, mengadakan koreksi atau modifikasi terhadap segala bentuk
penyimpangan yang terjadi (Burhanuddin : 1994)
8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif. Penelitian ini akan memuat deskripsi, gambaran yang
sistematis, faktual, dan akurat mengenai manajemen dan faktor-faktor
pendukung dalam pelaksanaan teaching factory di SMK St. Mikael Surakarta.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK St. Mikael Surakarta. Penelitian
dilaksanakan selama 5 bulan mulai dari Maret-Juli 2011
C. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah Kepala Sekolah atau Pimpinan
yayasan dari SMK St. Mikael Surakarta, Pengelola teaching factory, dan Guru
SMK St. Mikael Surakarta.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
wawancara, angket, dan observasi.
E. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif. Hasil penelitian
dan pembahasan dilakukan dengan mendeskripsikan pemaknaan dari data-
data hasil penelitian.
9
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Perencanaan
Dalam proses perencanaan yang dilakukan oleh pengelola SMK
St. Mikael Surakarta untuk pelaksanaan program teaching factory,
dibuatlah sebuah pedoman pelaksanaan teaching factory. Pedoman
pelaksanaan yang dibuat menyatu dalam Rencana Kerja Kegiatan atau
Rencana Anggaran dan Kegiatan Sekolah. Seluruh program yang dibuat
mengacu pada visi SMK St. Mikael Surakarta.
Visi SMK St. Mikael Surakarta ialah Menjadi pusat pendidikan
teknik yang unggul dalam mewujudkan 9C (Competence, Conscience,
Compassion, Communicative, Cooperative, Commitment, Creativity,
Capability, Caring). Pusat pendidikan teknik yang unggul diartikan sekolah
mampu menyediakan fasilitas yang lengkap untuk kegiatan manufaktur
mulai dari disain atau perancangan sampai dengan proses produksi.
Sementara kepribadian 9C mewarnai dalam setiap kegiatan baik
akademis maupun non akademis.
Kepribadian 3C yang pertama fokusnya pada kelas X, yaitu
competence (kemampuan kompetensi teknis), conscience (kompetensi
moral/kemampuan bertanggung jawab sehingga mampu memutuskan
apa yang baik dan yang tidak), compassion (kompetensi
sosial/kemampuan berbagi dengan orang lain). Ketiganya adalah pondasi
dari seluruh pembentukan sumber daya manusia yang diinginkan.
10
Dengan demikian, akhir seluruh proses pembelajaran menghasilkan
lulusan dengan kompetensi yang baik, memiliki rencana masa depan
yang jelas serta mampu memberikan manfaat kepada orang lain dari
kompetensi yang dimiliki.
Pada awalnya kepribadian yang ingin dihasilkan SMK St Mikael
Surakarta ialah competence, conscience, dan compassion. Akan tetapi
setelah mendapatkan masukan dari alumni bahwa pondasi dasar saja
tidak cukup, maka dibuatlah nilai tambah lain yang harus dimiliki lulusan
SMK St Mikael Surakarta. Nilai tambah tersebut ialah communicative,
cooperative, commitment, creativity, capability, dan caring.
Communicative ialah kemampuan berkomunikasi, cooperative ialah
kemampuan bekerjasama, dan commitment ialah kemampuan
membangun komitmen. Dengan demikian, lulusan SMK St Mikael
Surakarta diharapkan memiliki nilai tambah mampu mengkomunikasikan
idenya dengan orang lain, bekerjasama dan membangun komitmen,Nilai
tambah tersebut fokus diberikan dikelas XI sebagai arahan.
Sedangkan Kelas XII arahnya 3C yang terakhir, yaitu creativity,
capability, dan caring. Creativity atau kreatifitas mengajarkan kepada
siswa untuk selalu berfikir bagaimana membuat sesuatu bisa lebih baik.
Sedangkan capability ialah kemampuan untuk belajar terus menerus
sehingga dapat beradaptasi dengan pengetahuan yang baru. Sementara
kepribadian yang ke tiga adalah caring atau kemampuan untuk
memelihara yang baik. Dengan demikian siswa tidak hanya terpacu pada
serba cepat, murah, tapi juga memiliki sertamemelihara nilai-nilai utama
11
yang harus dipegang teguh dan diperjuangkan. Secara ringkas, 3C yang
pertama adalah pondasi, 3C yang kedua adalah nilai tambah,dan 3C yang
berikutnya adalah kemampuan untuk belajar terus menerus.
Visi tersebut menjadi menjadi ruh dan mewarnai seluruh aspek
program yang akan dilaksanakan baik akademis maupun non akademis.
Setiap program yang dibuat memiliki target jangka panjang, jangka
menengah dan jangka pendek. Target jangka panjang ialah target yang
ingin dicapai sampai dengan 5 tahun ke depan. Sedangkan target jangka
menengah ialah target yang akan dicapai antara 1-5 tahun. Sementara
target jangka pendek ialah target yang ingin dicapai tahun dala waktu 1
tahun. Setiap program juga memiliki indicator pencapaian program yang
jelas untuk setiap tahunnya.
Program yang secara langsung terkait dengan pelaksanaan
teaching factory di SMK St. Mikael Surakarta ialah program pendirian unit
produksi yang memiliki badan hukum dan penerapan model backward
design dalam proses pembelajaran.
Program pendirian unit produksi bertujuan untuk mendirikan
sebuah unit produksi yang memiliki badan hukum legal serta mampu
melakukan kegiatan produksi menggunakan peralatan sendiri. Pada saat
ini, proses produksi yang dilakukan SMK St Mikael Surakarta menyatu
dengan peralatan dan tempat yang dipergunakan untuk praktik siswa.
SMK St Mikael belum memiliki ruangan atau bangunan yang khusus
dipergunakan untuk kegiatan unit produksi. Program pendirian unit
produksi tersebut direncanakan dapat diraih pada tahun 2015.
12
Sedangkan penerapan model backward design bertujuan untuk
mendukung pencapaian profil lulusan yang ingin dihasilkan oleh SMK St
Mikael Surakarta. Backward design ialah
metode merancang kurikulum dengan menetapkan tujuan sebelum
memilih kegiatan atau konten untuk mengajar. Tujuannya untuk
menjamin proses pembelajaran mampu mencapai sasaran yang
diinginkan dengan menjaga materi yang disampaikan tetap fokus dan
terorganisir serta memberikan pemahaman yang lebih baik bagi siswa.
Pada saat membuat rancangan implementasi kurikulum dalam bentuk
silabus dan Rancangan Pembelajaran, seluruh guru berkontribusi
terhadap pencapaian visi dengan memasukkan nilai-nilai yang ingin
ditanamkan ke dalam mata pelajaran yang diampunya.
Seluruh perencanaan yang dibuat dilakukan oleh pengelola SMK
St Mikael Surakarta dengan memperhatikan atau mempertimbangkan
masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan. Misalkan saja dari
pemerintah, Perguruan Tinggi, industry dan alumni. Seluruh rencana
beserta dengan target pencapiannya telah dibuat dan didokumentasikan
secara baik sehinnga mudah dipahami oleh semua warga sekolah.
2. Pelaksanaan
Konsep teaching factory di SMK St. Mikael Surakarta sudah mulai
dilaksanakan sejak lama, bahkan sebelum pemerintah memberikan acuan
kepada SMK untuk melaksanakannya. Teaching factory menjadi salah
satu solusi dari pemenuhan kebutuhan siswa SMK akan suasana belajar
yang mirip dengan suasana kerja di industri dimana mereka akan bekerja
13
setelah menamatkan studinya di SMK. Teaching factory terintegrasi
dalam pembelajaran produktif yang menghasilkan barang pada tuntutan
kompetensi tertentu.
Mata pelajaran yang berkaitan langsung dengan teaching factory
adalah Gambar Teknik, Kewirausahaan, Komputer, Pengetahuan
Penunjang Teknik Permesinan, Teori dan Praktik Bubut Dasar, Teori dan
Praktek Bubut Lanjut, Teori dan Praktek Gerinda Dasar, Teori dan Praktek
Gerinda Lanjut, Teori Kelistrikan Dasar, Kerja Bangku dan Pengukuran,
Teori dan Praktik Permesinan Dasar, Teknik Frais, CNC Dasar, Applied
CNC, dan Solid Work. Materi pelajaran yang berkaitan dengan teaching
factory tersebut dilaksanakan semirip mungkin seperti suasana kerja di
industri. Disiplin waktu, toleransi pekerjaan, kecepatan, orisinalitas, serta
sikap kerja benar-benar dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar
pada mata pelajaran tersebut. Dengan demikian semua guru memberikan
kontribusi terhadap usaha pencapaian visi dan misi sekolah melalui
pelajaran yang diampunya.
Teaching factory dilaksanakan sejak semester I dimana
pekerjaan yang diberikan dengan siswa disesuaikan kompetensi yang
dimiliki. Siswa semester I sudah harus mampu menghasilkan suatu
bentuk benda kerja dasar yang nantinya merupakan bagian dari produk
utuh yang dihasilkan oleh siswa setelah sampai pada kelas XI.
Pembelajaran teaching factory meminimalisir kemungkinan produk kerja
siswa tidak digunakan sama sekali. Satu-satunya produk praktek yang
tidak bisa digunakan adalah produk praktek pengelasan dasar.
14
Peserta didik yang belum menguasai materi sesuai dengan
kompetensi minimal yang ditetapkan akan diberikan remidi. Remidi
berupa pengulangan kompetensi yang belum dikuasai, hal ini
dilaksanakan dengan tambahan waktu kerja (kerja lembur). Sistem remidi
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh sehingga pada kelas X dan XI
sudah jarang ditemukan siswa yang harus droup out karena penguasaan
materi nya kurang. Drop out beberapa kali ditemukan pada siswa kelas IX
karena tidak bisa memenuhi kompetensi minimal bahkan setelah
dilaksanakan remidi.
Siswa yang tidak bisa memenuhi kompetensi minimal adalah
siswa yang tidak memiliki motivasi untuk belajar ataupun kemampuan
ketrampilan yang dimiliki tidak dapat berkembang. Pada umumnya guru-
guru membuat kesimpulan bahwa salah satu penyebab turunnya prestasi
siswa ialah karena motivasi belajar kurang dan kurang bekerja keras.
Teaching factory adalah pembelajaran yang mempunyai suasana
kerja seperti yang terjadi di industri oleh karena itu untuk mendapatkan
suasana tersebut maka yayasan yang menaungi SMK St. Mikael dan ATMI
membangun unit produksi. Unit produksi tersebut mempunyai usaha pada
bidang die casting maupun molding, filling cabinet, kursi dan tempat tidur
yang dibutuhkan rumah sakit, serta beberapa pesanan yang bervariasi
dan dapat dikerjakan menggunakan mesin-mesin yang terdapat di sana.
Dengan demikian produk-produk yang dihasilkan oleh siswa dan
guru SMK St. Mikael berupa produk massal dan produk sesuai pesanan.
Produk massal ialah produk yang dirancang oleh guru SMK St. Mikael
15
Surakarta dan diproduksi dalam jumlah banyak disesuaikan dengan
kemampuan siswa dan peralatan yang ada di sekolah. Sedangkan produk
sesuai pesanan dibuat berdasarkan pesanan oleh konsumen. Bentuk atau
spesifikasi produk disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
Produk-produk yang dibuat di SMK St Mikael Surakarta laku
dipasaran karena sudah memiliki branding tersendiri. Kepercayaan
konsumen bahwa produk yang dihasilkan sudah teruji dan terbukti
membuat konsumen tidak ragu untuk membeli produk buatan siswa atau
guru SMK St. Mikael ataupun memesan suatu produk khusus sesuai
dengan kebutuhannya. Kepercayaan dari konsumen tidak datang dengan
tiba-tiba. Pada awal merintis produksi di SMK St. Mikael Surakarta,
konsumen juga tidak langsung percaya terhadap kualitas produk yang
dihasilkan. Akan tetapi dengan usaha yang tidak pantang menyerah, divisi
marketing produk SMK St. Mikael Surakarta memasarkan ke toko-toko
atau pasar yang ada disekitar sekolah dan di Klaten. Pada akhirnya sedikit
demi sedikit, produk yang dihasilkan laku dan konsumen percaya
terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Pada saat ini, SMK St. Mikael
Surakarta sudah menjalin kerjasama dengan bebeapa buah toko atau kios
yang ada disekitar sekolah dan juga di kota Solo serta Klaten untuk
memasarkan hasil produk Unit Produksi sekolah.
Karena memiliki Unit Produks yang berjalan dengan baik, peserta
didik yang belajar di St. Mikael tidak sulit untuk mendapatkan tempat
melaksanakan praktek industri seperti peserta didik di SMK yang lain.
Para siswa tersebut setelah dianggap kompetensinya cukup (biasanya
16
kelas X atau XI) melaksanakan praktek industrinya di unit produksi
tersebut.
Peran serta peserta didik dalam produksi barang pada umumnya
berkisar pada proses produksi. Bagian perencanaan dan pemasaran
dilaksanakan oleh instruktur ataupun guru SMK St. Mikael. Walaupun
dikatakan oleh guru bahwa beberapa siswa ada yang berhasil untuk
sampai memasarkan barang produksi. Siswa juga seringkali ikut serta
dalam pelaksanaan perencanaan yaitu pada proses perancangan dengan
drawing. Dasar drawing dan bagian-bagian yang masih rumit dirancang
dan digambar oleh instruktur sedangkan peserta didik menyelesaikan
rancangan yang sudah ada dengan batasan toleransi yang harus
dipenuhi.
3. Pengawasan
SMK St Mikael memiliki beberapa metode yang dipergunakan
untuk melakukan pengawasan. Yang pertama, setiap satu minggu sekali
pengelola melakukan koordinasi untuk melakukan evaluasi kegiatan-
kegiatan yang telah dilaksanakan dan mencari alternatif solusi untuk
permasalahan-permasalahan yang timbul. Selain pertemuan setiap satu
minggu sekali yang diikuti koordinator sekolah, SMK St Mikael melakukan
koordinasi beserta seluruh staf dan tenaga pengajar setiap satu bulan
sekali. Pertemuan-pertemuan rutin yang dilakukan setiap minggu atau
setiap bulan sekali menekankan pada koordinasi kegiatan yang bersifat
jangka pendek. Sedangkan koordinasi yang dilakukan untuk kegiatan
17
yang bersifat jangka menengah dan jangka panjang dilakukan setiap
tahun sekali.
Metode yang kedua ialah dengan membuat form penilaian untuk
seluruh warga SMK St Mikael Surakarta. Form tersebut berisi penilaian
kinerja yang ditunjukkan oleh guru, karyawan sekolah, dan siswa.
Penilaian kinerja yang dibuat untuk guru dan karyawan berpengaruh
kepada gaji yang akan diberikan. Setiap pelanggaran yang dilakukan oleh
warga SMK St Mikael Surakarta akan diberikan sanksi. Sanksi yang
dilakukan pada umumnya ialah penambahan jam kerja. Sanksi tersebut
diberikan sebagai bagian dari usaha untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia yang dihasilkan. Sedangkan guru atau karyawan yang
berprestasi akan mendapatkan reward dalam bentuk fasilitas yang
menunjang kinerjanya.
4. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Teaching
factory di SMK St Mikael Surakarta.
a. Faktor pendukung dalam pelaksanaan teaching factory di SMk St
Mikael Surakarta ialah:
1) Budaya atau kultur yang baik
2) Sumber daya manusia yang berkompeten dibidangnya.
3) Fasilitas peralatan yang memadai
b. Faktor penghambat dalam pelaksanaan teaching factory di SMk St
Mikael Surakarta ialah:
1) Belum adanya ruang atau bangunan khusus untuk unit produksi
2) Belum adanya karyawan yang khusus mengelola unit produksi
18
B. Pembahasan
1. Perencanaan
SMK St Mikael Surakarta membuat perencanaan tentang program
pelaksanaan teaching factory yang bersifat jangka panjang, menengah,
dan pendek. Setiap program memiliki target dan indikator yang jelas
untuk mengukur keberhasilannya. Selain itu, setiap program yang dibuat
juga mengacu pada visi sekolah. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Hunsaker (2001: 155) yang menyatakan bahwa sebuah perencanaan
berisi tujuan yang ingin dicapai sebuah organisasi dan menjabarkan
strategi yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan dan
strategi tersebut dijabarkan dalam sutu program yang spesifik, terukur,
dan realistis untuk diraih.
Perencanaan yang dibuat tidak hanya sekedar dokumen tertulis
yang tidak pernah dilihat kembali dalam kegiatan-kegiatan selanjutnya.
Perencanaan yang dibuat betul-betul dilaksanakan dengan penuh
tanggungjawab dan komitmen yang kuat. Salah satu contoh bentuk
komitmen sekolah terhadap target dan indicator yang dibuat ialah adanya
siswa yang tidak lulus sekolah dikarenakan nilai siswa tersebut dalam
ujian sekolah ada yang kurang. Padahal nilai yang didapatkan siswa
tersebut dalam Ujian Nasional sudah melampaui standar yang ditentukan
oleh pemerintah. Kejadian seperti ini sulit ditemukan terjadi di sekolah
yang lain.
19
2. Pelaksanaan
Teaching factory di SMK St. Mikael Surakarta bisa terlaksana
dengan baik dikarenakan kultur yang ada di sekolah tersebut sudah
terbangun. Pengurus sekolah membuat rancangan pembelajaran dan
target strategis yang dilaksanakan dengan cukup baik. Guru maupun
karyawan juga bisa mengadopsi dan menjalankan program-program yang
dirancang dengan baik.
Barang-barang yang diproduksi oleh sekolah yang terintegrasi
dalam teaching factory berupa barang-barang pesanan dari pihak luar
maupun barang-barang yang digunakan untuk stok kebutuhan yang
kontinyu. Stok untuk kebutuhan kontinyu tersebut misalnya ragum, palu,
dan beberapa peralatan perkakas lain.Barang-barang stok tersebut
dipasok ke beberapa toko peralatan teknik di beberapa tempat.
Selama beberapa waktu, SMK St. Mikael memberikan
kesempatan kepada beberapa guru SMK Negeri maupun swasta untuk
mendapatkan pelatihan instruktur. Hasil yang diperoleh adalah pada saat
pelatihan, hampir semua guru bisa menerapkan disiplin, peningkatan
perhatian terhadap pembelajaran serta pengembangan diri untuk
perbaikan kegiatan belajar diri sendiri. Hanya saja semua yang
didapatkan itu sulit untuk diterapkan setelah para guru yang dilatih
tersebut kembali ke sekolah masing-masing. Akhirnya budaya kerja yang
menyebabkan proses teaching factory sulit untuk dilaksanakan di sekolah
lain.
20
3. Pengawasan
Metode pengawasan yang dilakukan SMK St Mikael Surakarta
dengan melakukan pertemuan rutin setiap minggu sekali dan setiap bulan
sekali untuk membicarakan program yang bersifat jangka pendek, serta
pertemuan setiap tahun sekali untuk membicarakan program yang
bersifat jangka menengah atau panjang juga sangat baik. Sebuah
organisasi haruslah memiliki jadwal koordinasi yang rutin dalam kurun
waktu tertentu (Hunsaker, 2001). Dalam pertemuan tersebut dibicarakan
permasalahan-permasalahan yang terjadi beserta dengan alternatif
solusinya.
Sementara metode evaluasi dengan menggunakan form penilaian
kinerja untuk guru, karyawan dan siswa juga sangat baik. Dengan adanya
form penilaian kinerja tersebut, setiap orang akan mendapatkan hasil
sesuai dengan kinerja yang ditunjukkan. Hal ini memacu setiap guru,
karyawan, dan siswa untuk lebih bersemangat dalam menjalankan tugas
dan kewajibannya masing-masing. Sanksi yang diberikan untuk
pelanggaran yang dibuat juga bersifat mendidik karena diberikan dalam
bentuk penambahan jam kerja. Dengan adanya penambahan jam kerja
tersebut, ketrampilan yang dimiliki semakin meningkat. Selain sanksi
yang mendidik, pemberian reward bagi guru atau karyawan yang
berprestasi juga baik. Reward tidak harus diberikan dalam bentuk uang,
akan tetapi diberikan dalam bentuk fasilitas kerja yang dapat menunjang
prestasi yang bersangkutan untuk lebih baik lagi. Dengan demikian,
21
orientasi guru dan karyawan tidak sekedar profit oriented akan tetapi
juga unsur pengabdian.
4. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam pelaksanaan teaching
factory di SMK St. Mikael Surakarta.
a. Faktor pendukung dalam pelaksanaan teaching factory di SMk St
Mikael Surakarta ialah:
1) Budaya atau kultur yang baik
SMK St Mikael Surakarta mampu membangun budaya
sesuai dengan visi yang dimilikinya dan tercermin dalam berbagai
aktifitas di sekolah. Budaya tersebut ialah disiplin, komitmen,
ketelitian, komunikasi yang baik, dan selalu belajar terus menerus.
2) Sumber daya manusia yang berkompeten dibidangnya.
SMK St Mikael Surakarta memiliki banyak sumber daya
manusia yang berkompeten sesuai dengan bidang yang
diampunya.
3) Fasilitas peralatan yang memadai
Fasilitas peralatan yang dimiliki sangat baik. Misalkan saja
mesin bubut yang dimiliki SMK St Mikael Surakarta dapat
dipergunakan untuk menghasilkan produk dengan tingkat
ketelitian sampai dengan 0,001 mm. SMK St Mikael Surakarta juga
memiliki peralatan yang diperlukan untuk membuat desain sebuah
produk sampai dengan produksi.
22
b. Faktor penghambat dalam pelaksanaan teaching factory di SMk St
Mikael Surakarta ialah:
1) Belum adanya ruang atau bangunan khusus untuk unit produksi
SMK St Mikael Surakarta pada saat ini belum memiliki
fasilitas ruang atau bangunan khusus untuk kegiatan unit
produksi. Kegiatan produksi yang dilakukan menyatu dengan
tempat praktik siswa.
2) Belum adanya karyawan yang khusus mengelola unit produksi
Jika sekolah mendapatkan order untuk membuat sebuah
produk khusus maka yang mengerjakan ialah guru yang memiliki
kemampuan dalam bidang pembuatan produk tersebut.
Terkadang guru merasa kesulitan untuk membagi waktu antara
mengajar dengan mengerjakan produk yang harus segera
diselesaikan.
23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pelaksanaan teaching factory di SMK St. Mikael Surakarta melalui
perencanaan dengan pembuatan rencana jangka panjang, menengah,
dan pendek, pelaksanaan dengan mengintegrasikan ke dalam
kurikulum sehingga melibatkan semua siswa, serta pengawasan
dengan melakukan koordinasi rutin dan form penilaian untuk semua
siswa, karyawan, dan guru.
2. Faktor pendukung pelaksanaan teaching factory di SMK St. Mikael
Surakarta ialah budaya atau kultur yang baik, sumber daya manusia
yang berkompeten dibidangnya, dan fasilitas peralatan yang
memadai. Sedangkan faktor penghambatnya ialah: belum adanya
ruang atau bangunan khusus untuk unit produksi dan belum adanya
karyawan yang khusus mengelola unit produksi
B. Saran
1. SMK lain yang ingin melaksanaan teaching factory sebagaimana di
SMK St. Mikael Surakarta sebaiknya mulai dengan menumbuhkan
kultur budaya baru berupa kedisplinan, ketelitian, dan kreatifitas.
24
DAFTAR PUSTAKA
Triatmoko. (2009). The ATMI Story, rainbow of excellence. Surakarta : Atmipress.
Burhanuddin. (1994). Analisis administrasi manajemen dan kepemimpinan
pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Direktorat PSMK. (10 Mei 2008). Kewirausahaan dalam kurikulam SMK. Makalah
disajikan dalam Seminar Nasional Wirausaha Kuliner, di Jurusan Teknologi Industri , Fakultas Teknik , Universitas Negeri Malang.
Heru Subroto. (2004). Kinerja Unit Produksi SMK Negeri Kelompok Teknologi dan
Industri di Jawa Tengah. Tesis. Program Pascasarjana UNY. Moerwismadhi. (2009). Teaching factory suatu pendekatan dalam pendidikan
vokasi yang memberikan pengalaman ke arah pengembangan technopreneurship. Makalah : disampaikan pada seminar nasional technopreneurship learning for teaching factory tanggal 15 Agustus 2009 di Malang Jawa Timur.
Sudjana. (2000). Manajemen program pendidikan untuk pendidikan non formal
dan pengembangan sumber daya manusia. Bandung : Falah production Suharsimi, A. (1998). Organisasi dan adminnistrasi pendidikan teknologi dan
kejuruan. Jakarta : P2LPTK Husaini Usman. (2006). Manajemen pendidikan terpadu anak berbakat.
Yogyakarta : PT. Bumi Aksara. Griffin, R. 2006. Business, 8th Edition. NJ: Prentice Hall.
Lampiran 1. Kisi-kisi wawancara dengan kepala sekolah
Wawancara
1. Bagaimanakah penjelasan Visi SMK St. Mikael menjadi pusat pendidikan
teknik yang unggul dalam mewujudkan 9C (competence, conscience,
compassion, communicative, cooperative, commitment, creativity,
capability, caring)?
2. Bagaimanakah strategi/kiat-kiat yang dilakukan dalam upaya mencapai
visi tersebut?
3. Bagaimanakah strategi yang dilakukan untuk menggerakkan seluruh
anggota sekolah sehingga berkontribusi dalam pencapaian visi dan misi
sekolah?
4. Bagaimanakah kiat-kiat supaya guru/instruktur termotivasi dan komitmen
untuk bisa memberikan keteladanan bagi siswa?
5. Bagaimanakah implementasi teaching factory di SMK Mikael Surakarta?
6. Bagaimanakah upaya yang dilakukan sekolah dalam membuka maupun
menjaga hubungan dengan pihak perusahaan atau industri?
7. Bagaimanakah strategi yang dilakukan untuk memasarkan produk hasil
siswa?
8. Kesulitan apa yang dialami selama menjalankan kegiatan teaching factory
dan upaya solusinya?
9. Langkah-langkah apa yang perlu dilakukan oleh sekolah lain khususnya
sekolah negeri yang ingin menerapkan teaching factory di sekolahnya?
1
Lampiran 2. Instrumen untuk guru
INSTRUMEN
PELAKSANAAN TEACHING FACTORY (TF) SMK ST MIKAEL SURAKARTA
PENGANTAR
Kuisioner ini dimaksudkan untuk mengetahui pelaksanaan teaching factory di SMK ST MIKAEL Surakarta.
PETUNJUK PENGISIAN KUISIONER:
Berilah jawaban dengan cara:
a. Memberikan tanda centang (√) pada tanda (□) atau jawaban yang dianggap paling sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
b. Jawaban boleh lebih dari satu. c. Mengisi titik-titik (........) yang disediakan
Nama Guru : …………………………………..
Mata pelajaran yang diampu : …………………………………..
1. Jenjang pendidikan terakhir saya adalah :
□ S2 Pendidikan
□ S2 Murni
□ S1 Pendidikan
□ S1 Murni
□ D3
□ SMA/SMK
2. Diklat yang pernah saya ikuti :
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
Kode
Responden Guru
2
3. Mata pelajaran yang Anda ampu ialah :
□ Teori
□ Praktik
□ Teori dan Praktik
4. Jumlah jam mengajar anda dalam 1 minggu adalah : …………… jam
5. Berapakah jumlah mata pelajaran yang pernah Anda ampu selama ini? Apakah Anda
selalu mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki?
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
6. Apakah Anda membuat silabus untuk setiap mata pelajaran yang anda ampu?
□ Ya □ Tidak, karena : ……………………
7. Apakah Anda membuat Rencana Pembelajaran (RPP) untuk setiap mata pelajaran
yang anda ampu?
□ Ya □ Tidak, karena : ……………………
8. Apakah Anda menginformasikan silabus kepada siswa di awal pertemuan?
□ Ya □ Tidak, karena : ……………………
9. Apakah Anda menginformasikan kriteria penilaian kepada siswa di awal pertemuan?
□ Ya □ Tidak, karena : ……………………
10. Standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) untuk mata pelajaran yang anda ampu
pada tahun terakhir ialah :
□ ≥ 70,00
□ 6,50-6,90
□ 6,00-6,49
□ ≤ 60,00
11. Kriteria nilai produk yang dibuat oleh siswa adalah :
□ Kreatifitas/orisinilitas
□ Kualitas produk
□ Fungsi/kegunaan
□ Laku/tidak
□ Kesesuaian dengan mata
pelajaran yang diikuti
□ Lainnya : ……………………………..
12. Keterlibatan siswa dalam kegiatan TF meliputi proses :
□ Perencanaan
□ Produksi
□ Pemasaran
□ Evaluasi
3
13. SDM yang bertanggungjawab untuk mengontrol mutu produk yang dihasilkan dalam
TF ialah :
□ Siswa
□ Guru/Instruktur
□ Karyawan TF
□ Lainnya ……………………………..
14. Desain produk untuk kegiatan di pembelajaran praktik/TF dibuat oleh :
□ Guru
□ Karyawan
□ Siswa
□ Lainnya :
15. Bagaimana kriteria penilaian sehingga siswa dinyatakan lulus (memenuhi KKM) dalam
mata pelajaran yang anda ampu?
…………..............................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
16. Deskripsikan pendidikan karakter yang Anda terapkan kepada siswa selama proses
pembelajaran beserta dengan kiat-kiat yang diterapkan
………………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………………
.………………………………..…………………………………………………………………………………………………
.…………………………………………………………………………………………………………………………………
….………………………………………………………………………………………………………………………………
…….……………………………………………………………………………………………………………………………
………….
17. Deskripsikan strategi/kiat-kiat yang Anda pergunakan sehingga siswa mampu
melaksanakan praktik dan menghasilkan produk yang memiliki nilai jual/memenuhi
standar yang telah ditetapkan (khusus guru praktik)
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
4
18. Bagaimanakah solusi yang anda lakukan untuk mengatasi hasil praktik siswa yang
tidak memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan?
………………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………………
.…………………………………………………………………………………………………………………………………
….………………………………………………………………………………………………………………………………
…….…………………………………………………………………………………………………
19. Sebutkan kesulitan yang Anda temui pada saat proses pembelajaran praktik terhadap
siswa
………………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………………
.…………………………………………………………………………………………………………………………………
top related