laporan kasus dengan diabetes melitus pada tn...
Post on 25-Mar-2021
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. EDENGAN DIABETES MELITUS PADA TN. E
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAGELANG UTARAKOTA MAGELANG
KTI
Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas AkhirPada Program Studi D III Keperawatan Magelang
Oleh :Ajeng Puspita NingtyasNIM. P 1337420515052
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANGJURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN MAGELANGTAHUN 2018
i
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. EDENGAN DIABETES MELITUS PADA TN.E
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAGELANG UTARAKOTA MAGELANG
KTI
Disusun untuk Memenuhi sebagai Syarat Mata Kuliah Tugas Akhir padaProgram Studi DIII Keperawatan Magelang
Oleh :
AJENG PUSPITA NINGTYASNIM. P1337420515052
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANGJURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN MAGELANG2018
i
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. EDENGAN DIABETES MELITUS PADA TN.E
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAGELANG UTARAKOTA MAGELANG
KTI
Disusun untuk Memenuhi sebagai Syarat Mata Kuliah Tugas Akhir padaProgram Studi DIII Keperawatan Magelang
Oleh :
AJENG PUSPITA NINGTYASNIM. P1337420515052
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANGJURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN MAGELANG2018
i
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. EDENGAN DIABETES MELITUS PADA TN.E
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAGELANG UTARAKOTA MAGELANG
KTI
Disusun untuk Memenuhi sebagai Syarat Mata Kuliah Tugas Akhir padaProgram Studi DIII Keperawatan Magelang
Oleh :
AJENG PUSPITA NINGTYASNIM. P1337420515052
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANGJURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN MAGELANG2018
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Ajeng Puspita Ningtyas
NIM : P1337420515052
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya, bukan merupakan pengambil
alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau
pikiran saya.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini
adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Magelang, Maret 2018
Yang membuat pernyataan,
Ajeng Puspita Ningtyas
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Ajeng Puspita Ningtyas
NIM : P1337420515052
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya, bukan merupakan pengambil
alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau
pikiran saya.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini
adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Magelang, Maret 2018
Yang membuat pernyataan,
Ajeng Puspita Ningtyas
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Ajeng Puspita Ningtyas
NIM : P1337420515052
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya, bukan merupakan pengambil
alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau
pikiran saya.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini
adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Magelang, Maret 2018
Yang membuat pernyataan,
Ajeng Puspita Ningtyas
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Dzat yang Maha Agung,
atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Laporan Kasus Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. E dengan Diabetes Melitus Pada Tn. E
di Wilayah Kerja Puskesmas Magelang Utara Kota Magelang”. Dalam
Penyusunan laporan kasus karya tulis ilmiah ini penulis banyak menghadapi
masalah dan hambatan, tetapi berkat bantuan, arahan serta bimbingan dari
berbagai pihak maka laporan ini dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Warijan, S.Pd., S.Kep M.Kes., Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Semarang.
2. Putrono, S.Kep, Ns., M.Kes., Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang.
3. Hermani Triredjeki, S.Kep, Ns., M.Kes., Ketua Program Studi Diploma III
Keperawatan Magelang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Semarang.
4. Pramono Giri K, S.Pd.,M.PH. dan Drs. Moh. Hanafi, M.Kes selaku dosen
pembimbing penyusunan Laporan Kasus.
5. Adi Isworo, SKM, M.PH penguji Laporan Kasus Karya Tulis Ilmiah.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Dzat yang Maha Agung,
atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Laporan Kasus Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. E dengan Diabetes Melitus Pada Tn. E
di Wilayah Kerja Puskesmas Magelang Utara Kota Magelang”. Dalam
Penyusunan laporan kasus karya tulis ilmiah ini penulis banyak menghadapi
masalah dan hambatan, tetapi berkat bantuan, arahan serta bimbingan dari
berbagai pihak maka laporan ini dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Warijan, S.Pd., S.Kep M.Kes., Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Semarang.
2. Putrono, S.Kep, Ns., M.Kes., Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang.
3. Hermani Triredjeki, S.Kep, Ns., M.Kes., Ketua Program Studi Diploma III
Keperawatan Magelang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Semarang.
4. Pramono Giri K, S.Pd.,M.PH. dan Drs. Moh. Hanafi, M.Kes selaku dosen
pembimbing penyusunan Laporan Kasus.
5. Adi Isworo, SKM, M.PH penguji Laporan Kasus Karya Tulis Ilmiah.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Dzat yang Maha Agung,
atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Laporan Kasus Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. E dengan Diabetes Melitus Pada Tn. E
di Wilayah Kerja Puskesmas Magelang Utara Kota Magelang”. Dalam
Penyusunan laporan kasus karya tulis ilmiah ini penulis banyak menghadapi
masalah dan hambatan, tetapi berkat bantuan, arahan serta bimbingan dari
berbagai pihak maka laporan ini dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Warijan, S.Pd., S.Kep M.Kes., Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Semarang.
2. Putrono, S.Kep, Ns., M.Kes., Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang.
3. Hermani Triredjeki, S.Kep, Ns., M.Kes., Ketua Program Studi Diploma III
Keperawatan Magelang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Semarang.
4. Pramono Giri K, S.Pd.,M.PH. dan Drs. Moh. Hanafi, M.Kes selaku dosen
pembimbing penyusunan Laporan Kasus.
5. Adi Isworo, SKM, M.PH penguji Laporan Kasus Karya Tulis Ilmiah.
vi
6. Bapak dan Ibu dosen beserta para staff Program Studi Diploma III
Keperawatan Magelang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Semarang.
7. Bapak Urip Kuluarso, Ibu Murnijati, Anastasya Putri Andini ,selaku orang tua
dan Adik yang senantiasa memberikan dukungan ,berupa materi maupun doa
demi keberhasilan penulis.
8. Rekan-rekan di kelas Kresna Program Studi Diploma III Keperawatan
Magelang yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Kasus Karya
Tulis Ilmiah ini.
9. Semua pihak yang telah membantu penulisan Laporan Kasus Karya Tulis
Ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Kasus Karya Tulis
Ilmiah ini masih banyak kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari semua pihak untuk perbaikan selanjutnya. Harapan
penulis semoga Laporan Kasus Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi acuan dalam
pengambilan kasus.
Magelang, Maret 2018
Penulis
Ajeng Puspita Ningtyas
vi
6. Bapak dan Ibu dosen beserta para staff Program Studi Diploma III
Keperawatan Magelang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Semarang.
7. Bapak Urip Kuluarso, Ibu Murnijati, Anastasya Putri Andini ,selaku orang tua
dan Adik yang senantiasa memberikan dukungan ,berupa materi maupun doa
demi keberhasilan penulis.
8. Rekan-rekan di kelas Kresna Program Studi Diploma III Keperawatan
Magelang yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Kasus Karya
Tulis Ilmiah ini.
9. Semua pihak yang telah membantu penulisan Laporan Kasus Karya Tulis
Ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Kasus Karya Tulis
Ilmiah ini masih banyak kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari semua pihak untuk perbaikan selanjutnya. Harapan
penulis semoga Laporan Kasus Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi acuan dalam
pengambilan kasus.
Magelang, Maret 2018
Penulis
Ajeng Puspita Ningtyas
vi
6. Bapak dan Ibu dosen beserta para staff Program Studi Diploma III
Keperawatan Magelang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Semarang.
7. Bapak Urip Kuluarso, Ibu Murnijati, Anastasya Putri Andini ,selaku orang tua
dan Adik yang senantiasa memberikan dukungan ,berupa materi maupun doa
demi keberhasilan penulis.
8. Rekan-rekan di kelas Kresna Program Studi Diploma III Keperawatan
Magelang yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Kasus Karya
Tulis Ilmiah ini.
9. Semua pihak yang telah membantu penulisan Laporan Kasus Karya Tulis
Ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Kasus Karya Tulis
Ilmiah ini masih banyak kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari semua pihak untuk perbaikan selanjutnya. Harapan
penulis semoga Laporan Kasus Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi acuan dalam
pengambilan kasus.
Magelang, Maret 2018
Penulis
Ajeng Puspita Ningtyas
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... iPERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... iiLEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... iiiLEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ivKATA PENGANTAR ........................................................................................ vDAFTAR ISI....................................................................................................... viiDAFTAR TABEL............................................................................................... ixDAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xBAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1B. Batasan Masalah...................................................................................... 4C. Rumusan Masalah ................................................................................... 4D. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 5E. Manfaat Penulisan ................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Konsep Dasar Penyakit Diabetes Melitus
1. Definisi ............................................................................................... 72. Tipe .................................................................................................... 83. Etiologi ............................................................................................... 94. Tanda dan Gejala ................................................................................ 95. Komplikasi ......................................................................................... 116. Penatalaksanaan.................................................................................. 127. Patofisiologi........................................................................................ 19
B. Konsep Dasar Keluarga1. Definisi ............................................................................................... 232. Struktur ............................................................................................... 233. Tipe Keluarga ..................................................................................... 254. Fungsi Keluarga.................................................................................. 275. Tugas keluarga di bidang kesehatan................................................... 296. Tahap Perkembangan ......................................................................... 29
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga1. Pengertian ........................................................................................... 322. Tujuan Asuhan Keperawatan Keluarga.............................................. 333. Tahap-Tahap Proses Keperawatan Keluarga...................................... 34
D. Konsep Lansia1. Pengertian ........................................................................................... 52
............................................................................................................2. Pembagian Lansia............................................................................... 523. Proses Penuaan ................................................................................... 534. Perubahan Pada Lansia....................................................................... 53
E. Konsep Asuhan Keperawatan Lansia...................................................... 55F. Pathway ................................................................................................... 66
BAB III METODE PENELITIAN
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... iPERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... iiLEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... iiiLEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ivKATA PENGANTAR ........................................................................................ vDAFTAR ISI....................................................................................................... viiDAFTAR TABEL............................................................................................... ixDAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xBAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1B. Batasan Masalah...................................................................................... 4C. Rumusan Masalah ................................................................................... 4D. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 5E. Manfaat Penulisan ................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Konsep Dasar Penyakit Diabetes Melitus
1. Definisi ............................................................................................... 72. Tipe .................................................................................................... 83. Etiologi ............................................................................................... 94. Tanda dan Gejala ................................................................................ 95. Komplikasi ......................................................................................... 116. Penatalaksanaan.................................................................................. 127. Patofisiologi........................................................................................ 19
B. Konsep Dasar Keluarga1. Definisi ............................................................................................... 232. Struktur ............................................................................................... 233. Tipe Keluarga ..................................................................................... 254. Fungsi Keluarga.................................................................................. 275. Tugas keluarga di bidang kesehatan................................................... 296. Tahap Perkembangan ......................................................................... 29
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga1. Pengertian ........................................................................................... 322. Tujuan Asuhan Keperawatan Keluarga.............................................. 333. Tahap-Tahap Proses Keperawatan Keluarga...................................... 34
D. Konsep Lansia1. Pengertian ........................................................................................... 52
............................................................................................................2. Pembagian Lansia............................................................................... 523. Proses Penuaan ................................................................................... 534. Perubahan Pada Lansia....................................................................... 53
E. Konsep Asuhan Keperawatan Lansia...................................................... 55F. Pathway ................................................................................................... 66
BAB III METODE PENELITIAN
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... iPERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... iiLEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... iiiLEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ivKATA PENGANTAR ........................................................................................ vDAFTAR ISI....................................................................................................... viiDAFTAR TABEL............................................................................................... ixDAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xBAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1B. Batasan Masalah...................................................................................... 4C. Rumusan Masalah ................................................................................... 4D. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 5E. Manfaat Penulisan ................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Konsep Dasar Penyakit Diabetes Melitus
1. Definisi ............................................................................................... 72. Tipe .................................................................................................... 83. Etiologi ............................................................................................... 94. Tanda dan Gejala ................................................................................ 95. Komplikasi ......................................................................................... 116. Penatalaksanaan.................................................................................. 127. Patofisiologi........................................................................................ 19
B. Konsep Dasar Keluarga1. Definisi ............................................................................................... 232. Struktur ............................................................................................... 233. Tipe Keluarga ..................................................................................... 254. Fungsi Keluarga.................................................................................. 275. Tugas keluarga di bidang kesehatan................................................... 296. Tahap Perkembangan ......................................................................... 29
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga1. Pengertian ........................................................................................... 322. Tujuan Asuhan Keperawatan Keluarga.............................................. 333. Tahap-Tahap Proses Keperawatan Keluarga...................................... 34
D. Konsep Lansia1. Pengertian ........................................................................................... 52
............................................................................................................2. Pembagian Lansia............................................................................... 523. Proses Penuaan ................................................................................... 534. Perubahan Pada Lansia....................................................................... 53
E. Konsep Asuhan Keperawatan Lansia...................................................... 55F. Pathway ................................................................................................... 66
BAB III METODE PENELITIAN
viii
A. Rancangan Penelitian .............................................................................. 67B. Subjek Studi Kasus.................................................................................. 67C. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 67D. Pengumpulan Data .................................................................................. 68E. Instrumen Penelitian................................................................................ 69F. Analisis.................................................................................................... 69
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil ........................................................................................................ 71B. Pembahasan ............................................................................................. 93C. Keterbatasan ............................................................................................ 100
BAB V KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan.............................................................................................. 101B. Saran........................................................................................................ 103
DAFTAR PUSTAKA
viii
A. Rancangan Penelitian .............................................................................. 67B. Subjek Studi Kasus.................................................................................. 67C. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 67D. Pengumpulan Data .................................................................................. 68E. Instrumen Penelitian................................................................................ 69F. Analisis.................................................................................................... 69
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil ........................................................................................................ 71B. Pembahasan ............................................................................................. 93C. Keterbatasan ............................................................................................ 100
BAB V KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan.............................................................................................. 101B. Saran........................................................................................................ 103
DAFTAR PUSTAKA
viii
A. Rancangan Penelitian .............................................................................. 67B. Subjek Studi Kasus.................................................................................. 67C. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 67D. Pengumpulan Data .................................................................................. 68E. Instrumen Penelitian................................................................................ 69F. Analisis.................................................................................................... 69
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil ........................................................................................................ 71B. Pembahasan ............................................................................................. 93C. Keterbatasan ............................................................................................ 100
BAB V KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan.............................................................................................. 101B. Saran........................................................................................................ 103
DAFTAR PUSTAKA
ix
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1 Kriteria Dianostik Glukosa Darah................................................................. 7
2.2 Prioritas Masalah Asuhan Keperawatan Keluarga........................................ 43
2.3 Indeks Barthel .............................................................................................. 58
2.4 Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ) ............................... 59
2.5 Mini-Mental State Exam (MMSE)................................................................. 60
4.1 Pemeriksaan fisik anggota keluarga Tn. E.................................................... 78
4. 2 Lanjutan pemeriksaan fisik keluarga Tn. E.................................................. 80
4. 3 Skoring defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan ........................................................ 83
4.4 Skoring ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggotanya yang sakit........................ 84
ix
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1 Kriteria Dianostik Glukosa Darah................................................................. 7
2.2 Prioritas Masalah Asuhan Keperawatan Keluarga........................................ 43
2.3 Indeks Barthel .............................................................................................. 58
2.4 Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ) ............................... 59
2.5 Mini-Mental State Exam (MMSE)................................................................. 60
4.1 Pemeriksaan fisik anggota keluarga Tn. E.................................................... 78
4. 2 Lanjutan pemeriksaan fisik keluarga Tn. E.................................................. 80
4. 3 Skoring defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan ........................................................ 83
4.4 Skoring ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggotanya yang sakit........................ 84
ix
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1 Kriteria Dianostik Glukosa Darah................................................................. 7
2.2 Prioritas Masalah Asuhan Keperawatan Keluarga........................................ 43
2.3 Indeks Barthel .............................................................................................. 58
2.4 Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ) ............................... 59
2.5 Mini-Mental State Exam (MMSE)................................................................. 60
4.1 Pemeriksaan fisik anggota keluarga Tn. E.................................................... 78
4. 2 Lanjutan pemeriksaan fisik keluarga Tn. E.................................................. 80
4. 3 Skoring defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan ........................................................ 83
4.4 Skoring ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggotanya yang sakit........................ 84
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.2 Simbol-Simbol Genogram ........................................................................... 35
2.3 Pathway......................................................................................................... 66
4.1 Genogram keluarga Tn. E ............................................................................. 72
4.2 Denah rumah Tn. E ....................................................................................... 74
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.2 Simbol-Simbol Genogram ........................................................................... 35
2.3 Pathway......................................................................................................... 66
4.1 Genogram keluarga Tn. E ............................................................................. 72
4.2 Denah rumah Tn. E ....................................................................................... 74
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.2 Simbol-Simbol Genogram ........................................................................... 35
2.3 Pathway......................................................................................................... 66
4.1 Genogram keluarga Tn. E ............................................................................. 72
4.2 Denah rumah Tn. E ....................................................................................... 74
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Bimbingan
2. Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. E
3. Satuan Acara Penyuluhan diabetes mellitus
4. Leaflet diabetes mellitus
5. Satuan Acara Penyuluhan Senam kaki diabetes mellitus
6. Leaflet Senam kaki diabetes mellitus
7. Daftar Riwayat Hidup
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Bimbingan
2. Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. E
3. Satuan Acara Penyuluhan diabetes mellitus
4. Leaflet diabetes mellitus
5. Satuan Acara Penyuluhan Senam kaki diabetes mellitus
6. Leaflet Senam kaki diabetes mellitus
7. Daftar Riwayat Hidup
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Bimbingan
2. Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. E
3. Satuan Acara Penyuluhan diabetes mellitus
4. Leaflet diabetes mellitus
5. Satuan Acara Penyuluhan Senam kaki diabetes mellitus
6. Leaflet Senam kaki diabetes mellitus
7. Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus atau kencing manis menurut Mansjoer, 2000 (dalam
Fady 2015, p. 1) adalah gangguan hormonal kronik yang menyebabkan
glukosa dalam darah berlebihan disertai dengan berbagai kelainan metabolic,
yang menimbulkan berbagai komplikasi pada mata, ginjal, saraf, dan
pembuluh darah.
Berbagai penelitian epidemiologi menunjukan adanya peningkatan
prevalensi, khususnya pada negara-negara berkembang. Menurut
International Diabetic Federation (IDF) Pada tahun 2015, 415 juta orang
dewasa di dunia menderita diabetes melitus, kenaikan 4 kali lipat dari 108
juta pada tahun 1980an dengan presentasi orang dewasa adalah 8,5%. Hampir
80% orang diabetes melitus ada di negara berpenghasilan rendah dan
menengah, sedangkan 1 diantara 2 orang penyandang masih belum
terdagnosis dan belum menyadari (Depkes RI, 2016). Menurut WHO, 2008 di
Asia Tenggara terdapat 46 juta pasien diabetes melitus dan diperkirakan
meningkat hingga 119 juta pada tahun 2030.(Fady, 2015)
Pada Tahun 2015, Indonesia menempati peringkat ke tujuh di dunia
untuk prevalensi penderita diabetes melitus tertinggi di dunia (IDF Atlas
2015). Penderitanya dengan komplikasi merupakan penyebab kematian
tertinggi ketiga di Indonesia. 2/3 orang dengan penyakit ini di Indonesia tidak
2
mengetahui dirinya memiliki penyakit tersebut dan berpotensi untuk
mengakses layanan kesehatan dalam kondisi terlambat (sudah dengan
komplikasi). (Depkes RI, 2016)
Di Jawa Tengah sendiri penyakit diabetes melitus menempati proporsi
kedua terbanyak dari seluruh PTM pada tahun 2015 yaitu :18.33 persen.
Jumlah Kasus dengan tergantung insulin di Provinsi Jawa Tengah pada tahun
2013 sebesar 9,376 kasus, lebih rendah dibanding tahun 2012 (19,493).
Sedangkan jumlah kasus tidak tergantung insulin atau lebih dikenal dengan
diabetes melitus tipe II, mengalami penurunan dari 181.543 kasus menjadi
142.925 kasus. (Riskesdas 2013; Profil Jateng 2015)
Hasil rekapitulasi kunjungan Puskesmas Magelang Utara Kota
Magelang, diabetes melitus menempati posisi kedua kunjungan terbanyak
setelah hipertensi. Selama 11 bulan terakhir dari bulan Januari sampai
November 2017 ada 110 jiwa yang berkunjung dengan penyakit tersebut,
dengan 104 kasus untuk diabetes melitus tipe II dan 6 kasus diabetes melitus
tipe I. Tercatat dari pasien yang berkunjung prosentasi jenis kelamin
perempuan (60,9 %) lebih banyak dari laki-laki (39,1 %), serta dari jenis
kelamin perempuan 88% berusia lebih dari 45 tahun. (Puskesmas Magelang
Utara, 2017)
Sangat disayangkan bahwa banyak penderita diabetes mellitus yang
tidak menyadari dirinya mengidap penyakit ini. Hal ini disebabkan minimnya
informasi di masyarakat tentang penyakit ini terutama gejala-gelajanya.
3
Ketika ditemukan keluhan, penderita sudah divonis menderita penyakit ini
dengan komplikasi. (Shanty, 2011, p. 23)
Peningkatan prevalensi di Indonesia menunjukan pentingnya upaya
pencegahan, peningkatan pengetahuan dan pemahaman anggota keluarga
dalam memahami dan mengenal penyakit diabetes militus. Sehingga perlunya
peran perawat dalam mendidik keluarga melalui penyuluhan tentang
penyakit ini. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman keluarga dalam
memahami dan mengenal tentang penyakit ini diharapkan mampu untuk
penanganan pada anggota keluarga lebih optimal. (Sudoyo dkk, 2009, p.
1877)
Dalam mengatasi masalah diabetes melitus keluarga mempunyai tugas
dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dipelajari meliputi 5 tugas
keluarga yaitu : mengenal masalah kesehatan keluarga, memutuskan tindakan
kesehatan yang tepat, merawat keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan, memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarrnya bagi
keluarga.(Suprajitno, 2014, p. 17)
Pentingnya pemahaman mengenai tugas keluarga mengenal masalah
kesehatan keluarga tentang diabetes melitus. Karena ketika keluarga tidak
mampu mengenal tanda gejala, penyebab, pencegahan serta perawatan pasien
secara menyeluruh maka tugas keluarga yang lain juga tidak terpenuhi
sehingga menimbulkan dampak ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah, ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, ketidakmampuan
4
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, ketidakmampuan keluarga
memodifikasi lingkungan, dan ketidakmampuan keluarga memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang mengakibatkan keluarga menjadi tidak produktif.
(Padila, 2014,p. 36)
Berdasarkan hal tersebut, maka perlunya proses keperawatan keluarga
dengan masalah diabetes melitus secara optimal karena masih tingginya
angka kejadian penyakit tersebut. Perlunya peran perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan keluarga yang diberikan secara holistik (bio-psiko-sosio-
spitural) yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan melalui aspek
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif sebagai langkah untuk mengubah
perilaku atau pola hidup pasien dan keluarga ke arah yang lebih baik (Sudoyo
dkk, 2009, p. 1877). Selain itu perlunya peran perawat sebagai pendidik
keluarga dalam memahami dan melaksanakan 5 tugas keluarga untuk
meningkatkan produktifitas keluarga dalam menangangi diabetes melitus. Hal
itulah yang menjadi ketertarikan penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Diabetes Melitus Di
Wilayah Kerja Puskesmas Magelang Utara Kota Magelang”
B. Batasan Masalah
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan
keluarga dengan diabetes mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Magelang
Utara Kota Magelang.
5
C. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan keluarga dengan diabetes mellitus
di Wilayah Kerja Puskesmas Magelang Utara Kota Magelang.
D. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum :
Penulis mampu menggambarkan dan menerapkan asuhan keperawatan
keluarga dengan masalah diabetes mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas
Magelang Utara Kota Magelang.
2. Tujuan Khusus :
Penulis mampu melaporkan pengelolaan asuhan keperawatan keluarga
dengan masalah diabetes mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Magelang
Utara Kota Magelang, meliputi:
a. Pengkajian, mencakup riwayat kesehatan pasien, review sistem terkait,
data umum, hasil pemeriksaan data fokus dan penunjang kemudian
analisa data pada keluarga.
b. Mendiagnosa dan memprioritaskan masalah keperawatan yang
ditemukan pada keluarga.
c. Merencanakan untuk memecahkan masalah yang ditemukan.
d. Melaksanakan dalam memecahkan masalah keluarga dengan masalah
diabetes mellitus.
e. Mengevaluasi pencapaian tujuan pengelolaan tentang keperawatan
keluarga dengan masalah diabetes mellitus.
6
f. Menganalisis kesenjangan teori dan kasus yang ditemukan pada
masalah diabetes mellitus.
E. Manfaat penulisan
Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
sarana pelengkap pembelajaran dalam pengembangan wawasan bagi
mahasiswa terhadap asuhan keperawatan keluarga terkait masalah diabetes
mellitus. Setelah dilakukan asuhan keperawatan keluarga, diharapkan
keluarga mampu mengenal masalah dan mampu melakukan tindakan
keperawatan pada anggota keluarga yang mengalami diabetes mellitus
sehingga derajat kesehatan dapat meningkat. Juga sebagai bahan masukan
bagi institusi pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan, terutama perawat
dalam upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan keluarga dengan
masalah diabetes mellitus.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Diabetes Mellitus
1. Pengertian diabetes mellitus
Menurut Mansjoer (dalam Fady,2015,p.1) diabetes mellitus atau
kencing manis adalah gangguan hormonal kronik yang menyebabkan
glukosa dalam darah berlebih disertai dengan berbagai kelainan metabolic
yang menimbulkan berbagai komplikasi pada mata, ginjal, saraf, dan
pembuluh darah.
Menurut Dorland (dalam Fady,2015,p.1) diabetes mellitus
merupakan suatu sindrom kronik gangguan metabolism karbohidrat,
protein, dan lemak akibat ketidakcukupan sekresi insulin atau resistensi
insulin pada jaringan yang dituju.
Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa
diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak akibat ketidakcukupan sekresi insulin sehingga menyebabkan
peningkatan kadar gula dalam darah yang menimbulkan berbagai
komplikasi pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah.
Tabel 2.1Kriteria Diagnostik Glukosa Darah (mg/dL)
BukanDM
Belumpasti DM
DM
Konsentrasi glukosa darahsewaktu (mg/dl)
Plasmavena
<100 100-199 >200
8
Darahkapiler
<80 80-200 >200
Konsentrasi glukosa darahpuasa (mg/dl)
Plasmavena
Darahkapiler
<110
<90
110-120
90-110
>126
>110
(Sumber : Padila, 2012, p. 5)
2. Tipe Diabetes Mellitus
Berdasarkan sebab yang mendasari timbulnya, diabetes mellitus
dibagi menjadi beberapa golongan atau tipe. Menurut WHO, 2000 ;
Smeltzer dan Bare (dalam Fady 2015, p. 3) dan Pudiastuti (2013, p. 52)
yaitu:
a. Diabetes mellitus tipe I ( Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Pasien dengan diabetes mellitus tipe I menghasilkan sedikit
insulin atau sama sekali tidak menghasilkan insulin. Diabetes ini
disebabkan oleh kerusakan sel-sel beta pangkreas yang diperkirakan
terjadi karena kombinasi faktor genetic, imunologi dan mungkin juga
karena infeksi. Terjadi kekurangan insulin yang berat dan pasien harus
mendapatkan suntikan insulin secara teratur.
b. Diabetes mellitus tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes mellitus)
Menurut Mansjoer dkk (dalam Fady,2015,p.3) merupakan
diabetes yang tidak bergantung pada insulin. Disebabkan karena
kegagalan sel beta pulau langerhans dan turunnya kemampuan insulin
untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan
menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu
mengimbangi kebutuhan insulin sepenuhnya.
9
c. Diabetes mellitus gestasional
Diabetes yang terjadi saat hamil.
d. Diabetes mellitus tipe lain
Berhubungan dengan keadaan atau sindrom lain, misalnya efek genetic
sel beta pangkreas, penyakit infeksi seperti pancreatitis, kelainan
hormonal atau penggunaan obat-obatan seperti glukokortikoid.
3. Etiologi
Menurut Padila (2012, p. 1) dan Corwin (2009, p. 543):
Penyebab tipe I:
a. Faktor genetik (keturunan)
b. Faktor imunologi (autoimun)
c. Faktor lingkungan
Penyebab tipe II:
a. Faktor usia
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
4. Tanda dan Gejala
Beberapa tanda dan gejala menurut Mansjoer dkk (dalam Fady, 2015, p.
8) dan Shanty (2011, p. 27):
a. Banyak kencing (Polyuria)
Ginjal tidak dapat menyerap kembali gula yang berlebihan di dalam
darah. Akibatnya, gula ini akan menarik air keluar dari jaringan
sehingga kencing menjadi sering dan banyak. (Corwin, 2009, p. 546)
10
b. Rasa haus yang berlebih (Polidipsi)
Akibat dari banyaknya cairan yang keluar melalui urin maka
kompensasinya adalah rasa haus yang berlebihan juga menyebabkan
drhidrasi eksternal dan internal sehingga menimbulkan haus. (Fady
2015, p. 8)
c. Mudah merasa lapar (Polifagi)
Karena glukosa tidak bisa masuk ke dalam sel dikarenakan ketidak-
efektifan kerja insulin maka sel mengirimkan sinyal ke otak yang
diterjemahkan sebagai rasa lapar.
d. Berat badan turun
Karena sel tidak mendapat suplai makanan maka banyak sel yang akan
mati, akibatnya jaringan otot dan lemak harus dipecah untuk memenuhi
kebutuhan energi sehingga berat badan menjadi turun.
e. Lemas
Glukosa menumpuk dalam peredaran darah dan tidak dapat diangkut ke
dalam sel untuk menjadi energi.
f. Mata kabur
Gula darah yang tinggi akan menarik keluar cairan dari dalam lensa
mata sehingga lensa menjadi tipis dan pandangan kabur.
g. Kesemutan
Kerusakan saraf disebabkan oleh glukosa yang tinggi merusak dinding
pembuluh darah sehingga mengganggu nutrisi pada saraf dan
mengakibatkan kesemutan.
11
h. Luka yang sukar sembuh
Menurut Corwin (2009, p. 553) penyebab luka yang sukar sembuh
adalah:
1) Infeksi akibat pengingkatan konsentrasi glukosa di sekresi mucus .
2) Kerusakan dinding pembuluh darah sehingga aliran darah yang tidak
lancar pada kapiler menghambat penyembuhan luka.
3) Kerusakan saraf yang menyebabkan penderita tidak bisa merasakan
luka yang dialami dan membiarkannya semakin parah.
4) Gangguan fungsi imun karena konsentrasi glukosa dalam darah
tinggi.
i. Mudah terkena infeksi
Leukosit (sel darah putih) yang biasanya dipakai untuk melawan
infeksi, tidak dapat berfungsi dengan baik pada keadaan gula darah
yang tinggi. Sehingga membuat penderita lebih mudah terkena infeksi.
5. Komplikasi Diabetes Mellitus
Menurut Corwin (2009, p. 549); Shanty (2011, p. 28) komplikasi diabetes
mellitus digolongkan menjadi 2 yaitu:
a. Komplikasi akut
1) Hipoglikemia: Kadar gula darah dibawah normal, yang disebabkan
oleh peningkatan kadar insulin yang kurang tepat.
2) Ketoasidosis Diabetik-Koma Diabetik: Peningkatan pemecahan
jaringan lemak, sehingga terjadi peningkatan keton dan asam lemak
12
bebas secara berlebihan yang dapat menyakibatkan metabolic
asidosis.
3) Koma Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK): disebabkan oleh
glukosauria yang mengakibatkan kegagalan pada kemampuan ginjal
dalam mengkonsentrasikan urin.
4) Koma Lakto Asidosis: terjadi akibat peningkatan konsentrasi asam
laktat dalam darah yang disebabkan gangguan perfusi.
b. Komplikasi kronik
1) Komplikasi spesifik
a) Retinopati diabetika
b) Nefropati diabetika
c) Neuropati diabetika
d) Diabetik foot dan kelainan kulit
2) Komplikasi tak spesifik
a) Kelainan pembuluh darah besar atau makroangiopati diabetika
b) Kekeruhan pada lensa mata
c) Adanya infeksi seperti infeksi saluran kencing dan tuberculosis
(TBC) paru.
6. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Menurut penelitian Misdariana dkk (2014), penatalaksanaan pasien
diabetes mellitus meliputi:
13
a. Penyuluhan
Menurut Sudoyo dkk (2009, p. 1877), tujuan dilakukannya adalah
untuk menambah pengetahuan penderita tentang penyakit diabetes
mellitus dan mengurangi timbulnya komplikasi yang lebih parah.
Penyuluhan meliputi:
1) Penyuluhan untuk pencegahan primer, ditunjukkan untuk kelompok
risiko tinggi.
2) Penyuluhan untuk pencegahan sekunder, ditujukan pada penderita
yang baru. Materi yang diberikan meliputi: pengertian, tanda dan
gejala, mengenal dan mencegah komplikasi akut dan kronik, serta
perawatan dan pemeliharaan kaki.
3) Penyuluhan untuk pencegahan tersier, ditujukan pada penderita
lanjut, dan materi yang diberikan meliputi: cara perawatan dan
pencegahan komplikasi dan upaya untuk rehabilitasi.
b. Diet
Dalam penelitian Sutiawati dkk (2013) didapatkan adanya
pengaruh dari dilakukannya edukasi gizi, terhadap pengetahuan,
ketaatan pola makan dan penurunan gula darah pada pasien. Menurut
Padiastuti (2013, p. 67), tujuan diet pada penderita diabetes mellitus
adalah mempertahankan atau mencapai berat badan yang ideal,
mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal, serta
mencegah komplikasi akut dan kronik. Penderita diabetic mengatur
14
pola makan dengan memperhatikan prinsip 3J yaitu jumlah yang sesuai,
jadwal yang teratur, dan jenis makanan yang tepat.
Makanan pada penderita diabetes melitus dibagi menjadi 2
macam: makanan besar dan kudapan (camilan). Makanan besar terdiri
terbagi menjadi 3 waktu (pagi, siang, malam) dengan jadwal kudapan
diantara makanan besar. (Prihaningtyas, 2013, p. 76)
Rencana diet dihitung secara individual bergantung pada
kebutuhan pertumbuhan, rencana penurunan berat badan, dan tingkat
aktivitas. Distribusi kalori biasanya 50-60% dari karbohidrat komplek,
20% dari protein, dan 30% dari lemak. Diet juga mencakup serat,
vitamin dan mineral. (Corwin, 2009, p. 554 )
Menurut Prihaningtyas (2013, p. 77), piring makanan sehat
berisi lebih dari seperempat piring berisi sayur-sayuran, sisanya buah-
buahan, seperempat piring lagi kita konsumsi karbohidrat dan
seperempat piring lagi diisi dengan sumber protein seperti kacang, ikan,
daging unggas dll.
Cara menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan dengan
menggunakan rumus indeks masa tubuh (IMT) atau dengan rumus berat
badan relatif (BBR) dalam Sudoyo dkk (2009, p. 1893).
IMT : Indeks Massa Tubuh =( )( ( )) X 100
Klasifikasi IMT :
1) IMT < 18,5 : BB kurang
2) IMT 18,5-22,9 : BB normal
15
3) IMT ≥ 23,0 : BB lebih
4) IMT 23,0-24,9 : dengan resiko
5) IMT 25,0-29,9 : obes 1
6) IMT > 30 : obes II
BBR = Berat Badan Relatif =( )( ) x 100
Klasifikasi:
1) Gizi buruk : <90%
2) Normal : 90-110%
3) Gizi lebih : 110-120 %
4) Gemuk (obesitas) : >120%
Total kebutuhan kalori pasien diabetes mellitus
1) Pagi : 20%
2) Siang : 30%
3) Sore : 25%
Menurut Sudoyo dkk (2009, p. 1893) faktor-faktor yang menentukan
kebutuhan kalori antara lain:
1) Jenis kelamin
Kebutuhan kalori pria sebesar 30 kal/kg BB dan wanita sebesar 25
kal/kg BB.
2) Umur
Penderita diabetes mellitus di atas 40 tahun yaitu usia 40-59 tahun
dikurangi 5%, usia 60-69 tahun dikurangi 10%, dan lebih 70 tahun
dikurangi 20%.
16
3) Aktifitas Fisik
Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan intensitas aktivitas
fisik. Aktivitas ringan ditambahkan 20%, aktivitas sedang
ditambahkan 30%, dan aktivitas berat dapat ditambahkan 50%.
4) Berat badan
Bila obesitas dikurangi 20% sedangkan berat badan lebih kurangi
10%. Bila kurus ditambah 10-30% sesuai dengan kebutuhan untuk
meningkatkan BB.
5) Kondisi Khusus
Penderita kondisi khusus, misal dengan ulkus diabetika atau infeksi,
dapat ditambahkan 10-30%. Bila kehamilan trimester I dan II
ditambah 300 kalori. Bila kehamilan trimester III dan menyusui
ditambah 500 kalori.
Makanan yang tidak dianjurkan, seperti gula pasir, gula jawa,
sirup, jeli, buah yang diawetkan dengan gula, susu kental manis,
minuman botol ringan, es krim, kue-kue manis, dodol, cake, makanan
siap saji, gorengan-gorengan, ikan asin, telur asin, dan makanan lain
yang diawetkan. Makanan yang dianjurkan seperti nasi, roti, mie,
kentang, singkong, ubi, sagu, ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tempe,
tahu, kacang-kacangan, makanan sumber lemak yang diolah dengan
cara dipanggang, dikukus, disetup, direbus, dan dibakar. (Cornelia,
2013, p. 54)
17
c. Olahraga
Menurut penelitian Purnomo dan Supardi (2011), penderita diabetes
mengalami komplikasi disebabkan oleh kurangnya aktivitas. Olahraga
meliputi empat prinsip:
1) Jenis olahraga dinamis
Yaitu latihan kontinu, ritmis, interval, progresif, dan latihan daya
tahan. Seperti jalan, jogging, berenang, dan bersepeda.
2) Intensitas olahraga
Takaran latihan sampai 60-70% denyut nadi maksimal disebut zona
latihan. Rumus denyut nadi maksimal adalah 220 dikurangi usia
(dalam tahun).
3) Lamanya latihan
Lamanya latihan kurang lebih 30 - 60 menit.
4) Frekuensi latihan
Frekuensi latihan sebaiknya dilakukan teratur 3-5x per minggu.
d. Obat
1) Obat Farmakologi
Obat hipoglikemik per-oral diberikan pada penderita diabetes
tipe II jika diet dan olahraga gagal menurunkan kadar gula darah
dengan cukup. Menurut Shanty (2011, p. 32) obat meliputi obat
hipoglikemik oral (OHO) yaitu Obat golongan sulfonylurea yang
dapat menurunkan kadar gula darah secara adekuat pada penderita
diabetes mellitus tipe II tetapi tidak efektif pada diabetes melitus tipe
18
I. Jika obat hipoglikemik per-oral tidak dapat mengontrol kadar gula
darah dengan baik mungkin perlu diberikan suntikan insulin.
2) Obat Non-Farmakologi
Menurut Utami (2010, p. 46) obat non-Farmakologi atau
tradisional tidak salahnya untuk dicoba dalam menurunkan gula
darah. Namun di sarankan untuk konsultasi dengan dokter sebelum
mengkonsumsinya.
(a) Undur-Undur
Sebuah penelitian yang dilakukan Universitas Gadjah Mada
dalam Utami (2010, p. 46), undur-undur mengandung sejenis zat
yang disebut dengan “sulfonylurea” yang melancarkan kerja
pangkreas dalam memproduksi insulin. Mengkonsumsi undur-
undur pada umumnya 2 kali sehari 3 ekor. Cara mengkonsumsi
dengan ditelan hidup-hidup atau di masukkan kapsul.
(b) Daun salam
Cara membuat ramuannya:
(1) Daun salam sebanyak 75-100 gr direbus dalam tiga gelas air
hingga tinggal setengah air rebusannya kemudian
didinginkan dan disaring, lalu diminum tiga kali sehari
masing-masing setengah gelas.
(2) Hari berikutnya, daun salam yang telah direbus itu ditambah
air sama banyak, direbus lagi sampai tinggal setengahnya
19
(3) Air tebusan diminum lagi dengan cara yang sama. Hari
ketiga, daun salamnya diganti dengan daun yang baru.
(c) Pare
Dalam pare terdapat zat Charantin yang merupakan bahan
primer dalam mengurangi regulasi gula darah dan mengandung
zat yang meyerupai sifat insulin. Jika penderita sedang dalam
pengobatan dengan obat disarankan untuk konsultasi dengan
dokter, karena pare dapat mengurunkan gula darah secara dratis.
Metode untuk menggunakan pare bisa dengan dibuat jus pare
ukuran kecil, sebanyak 50 ml sampai 100 ml lalu dibagi 2 atau 3
dosis sehari.
e. Pemeriksaan kadar gula darah
Pemeriksaan gula darah dapat dilakukan di laboratorium
maupun menggunakan stick di ujung jari. Hasil gula darah pada waktu
puasa/gula darah puasa >200, sedangkan gula darah sewaktu >126 pada
penderita diabetes mellitus. Hasil pemeriksaan ini bisa di konsultasikan
untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut. Selain itu diperlukan
pemeriksaan penunjang lainnya, bertujuan untuk mencari kemungkinan
adanya komplikasi.
7. Patofisiologi
Pada diabetes mellitus tipe I ditandai dengan kerusakan sel beta
pankreas. Penyebabnya adalah genetik, imunologi (autoimun), dan
mungkin lingkungan (misalnya, virus) faktor yang berkontribusi terhadap
20
kerusakan sel beta. Terlepas dari penyebab penghancuran sel beta
menyebabkan produksi insulin menurun. Disamping itu, glukosa yang
berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati tetapi sebaliknya
tetap dalam aliran darah dan memberikan kontribusi untuk timbulnya
hiperglikemia postprandial (setelah makan). Jika konsentrasi glukosa
dalam darah melebihi ambang ginjal untuk menyaring glukosa, biasanya
180-200 mg/dL (9,9-11,1 mmol/L), ginjal tidak dapat menyerap semua
glukosa yang telah disaring keluar, kemudian terdapat glukosa dalam urin
(glukosuria). Ketika glukosa diekskresikan dalam urin, ekskresi ini akan
disertai oleh hilangnya cairan dan elektrolit sacara berlebihan karena
glukosa bersifat menarik cairan, dan keadaan ini disebut diuresis osmotik.
Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (polyuria). Ketika banyaknya urine yang
keluar badan akan kekurangan air atau dehidrasi dan akan menstimulus
hipotalamus untuk menstimulus pusat haus yang dapat menimbulkan rasa
haus sehingga orang ingin selalu minum (polidipsi). Selain itu defisiensi
insulin juga menyebabkan pemasukan glukosa ke dalam sel-sel tubuh
kurang sehingga energi yang dibentuk menjadi kurang, hal tersebutlah
yang menimbulkan peningkatan selera makan (polypagi).
Seseorang dalam keadaan normal, biasanya insulin bersifat
menghambat proses glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan)
dan glukoneogenesis (pemecahan glukosa dari asam amino dan substrat
lainnya). Namun pada orang dengan defisiensi insulin, proses ini terjadi
21
dalam keadaan yang tak terkendali dan berkontribusi lebih lanjut untuk
hiperglikemia. Selain itu, terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan
peningkatan produksi keton di dalam tubuh, yang merupakan produk
sampingan dari pemecahan lemak. Apabila hal ini tidak ditangani akan
berbahaya bagi tubuh, karena badan keton bersifat asam yang dapat
mengakibatkan asidosis diabetika atau yang lebih dikenal dengan
ketoasidosis diabetik. Ketoasidosis diabetika menimbulkan tanda-tanda
dan gejala seperti pernapasan yang cepat dan dalam, mual, muntah, napas
bau keton, tetapi yang terpenting dari semuanya menyebabkan koma dan
kematian.
Terdapat dua masalah utama pada diabetes mellitus tipe II yang
berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi dan gangguan sekresi insulin.
Resistensi insulin mengacu pada sensitivitas jaringan terhadap insulin
menurun. Biasanya, insulin berikatan dengan reseptor khusus pada
permukaan sel dan memulai serangkaian reaksi yang terlibat dalam
metabolisme glukosa. Pada tipe II juga disertai penurunan reaksi-reaksi
intraseluler, sehingga insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulus
pengambilan glukosa oleh jaringan dan pada mengatur pelepasan glukosa
oleh hati. Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada tipe II tidak diketahui, meskipun genetika
adalah faktor yang diduga berperan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah penumpukan
glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
22
disekresikan untuk mempertahankan tingkat glukosa dalam keadaan
normal. Namun, jika sel-sel beta tidak dapat memenuhi dengan
peningkatan permintaan untuk insulin, kadar glukosa meningkat, dan
terjadi perkembangan penyakit diabetes mellitus tipe II.
Meskipun sekresi insulin terganggu, namun masih terdapat cukup
insulin untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi benda keton yang
menyertainya. Oleh karena itu, Ketoasidosis Diabetic biasanya tidak
terjadi pada tipe II. Jika tidak terkontrol, menyebabkan masalah akut
lainnya, yaitu hiperglikemik hiperosmolar non ketotik sindrom (HHNS).
Diabetes mellitus tipe II terjadi paling sering pada orang yang lebih
tua dan yang mengalami obesitas. Terdeksinya biasanya bertahun-tahun
dan terdeteksi kebetulan (misalnya, ketika tes laboratorium rutin atau
ophthalmoscopic), kadang pasien terdeteksi jika sudah terdapat
komplikasi. Jika gejala yang dialami, mereka sering ringan dan mungkin
termasuk kelelahan, lekas marah, poliuria, polidipsia, penyembuhan luka
yang lama, infeksi vagina, atau penglihatan kabur (jika glukosa tingkat
yang sangat tinggi). Salah satu konsekuensi dari tidak terdeteksinya adalah
bahwa komplikasi jangka panjang (misalnya, penyakit mata, neuropati
perifer, penyakit pembuluh darah perifer).
Karena resistensi insulin dikaitkan dengan obesitas, pengobatan
primer diabetes mellitus tipe II adalah penurunan berat badan. Latihan juga
penting dalam meningkatkan efektivitas insulin. Antidiabetik oral dapat
ditambahkan jika diet dan olahraga tidak berhasil dalam mengendalikan
23
kadar glukosa darah. Jika dosis maksimum dari kategori tunggal obat oral
gagal untuk mengurangi kadar glukosa ke tingkat yang memuaskan, agen
oral tambahan dapat digunakan. Insulin mungkin ditambahkan ke terapi
agen oral, atau pasien mungkin pindah ke terapi insulin seluruhnya
(Brunner & Suddart dalam Smeltzer, 2014, p. 1417).
B. Konsep Dasar Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua atau
lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan
darah, hubungan perkawinan, dan adopsi. (Bakri, 2017, p. 10)
Menurut Sayekti, 1994 menulis bahwa keluarga adalah suatu
ikatan/ persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang
berlainan jenis yang hidup bersama atau seseorang laki-laki atau
perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anak sendiri
atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga. (Dalam Suprajitno,
2014, p. 1)
2. Struktur keluarga.
a. Menurut Padila (2012, p. 24) dan Bakri (2017, p. 20) adalah:
1) Patrilineal.
Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur ayah.
24
2) Matrilineal.
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur ibu.
3) Matrilokal.
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama sedarah
ibu/istri.
3) Patrilokal.
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama sedarah
ayah/suami.
5) Neolokal
Pasangan suami istri, tinggal jauh dari keluarga suami maupun
keluarga istri.
6) Keluarga Kawinan.
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.
b. Ciri-ciri struktur keluarga menurut Padila (2012, p. 25)
1) Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antar
anggota keluarga.
2) Ada keterbatasan, dimana setiap anggota memiliki kebebasan tetapi
meraka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya masing-masing.
25
3) Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga
mempunyai peranan dan fungsi masing-masing.
c. Menurut Friedman, 1998 (dalam Suprajitno, 2014, p. 7) struktur
keluarga terdiri atas:
1) Struktur peran.
Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam
keluarga.
2) Struktur nilai dan norma.
Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh
keluarga, khusunya yang berhubungan dengan kesehatan.
3) Struktur komunikasi.
Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah-ibu
(orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan anak, dan anggota
keluarga lain.
4) Struktur kekuatan.
Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk memengaruhi
dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku yang
mendukung kesehatan.
3. Tipe Keluarga.
Menurut Padila (2012, p. 38); Suprajitno (2014, p. 2); Bakri (2017,
p. 15) keluarga memiliki berbagai macam tipe yang dibedakan menjadi
keluarga tradisional dan non tradisional, yaitu:
26
a. Keluarga tradisional.
1) Keluarga inti (nuclear family), yaitu terdiri dari suami, isteri, dan
anak. Biasanya perkawinan pertama atau keluarga dengan orang
tua campuran atau orang tua tiri.
2) Keluarga besar (extended family), yaitu keluarga inti ditambah
dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya
kakek, nenek, paman, dan bibi.
3) Keluarga dyed, yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami isteri
tanpa anak. Mereka telah membina rumah tangga tapi belum di
karuniai anak.
4) Single parent, yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
dengan anak kandung.
5) Single adult, yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang
dewasa saja.
6) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami
istri yang berusia lanjut.
b. Keluarga non tradisional
1) Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian
darah hidup satu rumah.
2) Orang tua (ayah/ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak
hidup bersama dalam satu rumah.
3) Homoseksual, yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup
bersama dalam satu rumah.
27
4. Fungsi
Beberapa fungsi keluarga yang dapat dijalankan menurut Friedman
(1998) dalam Suprajitno (2014, p. 34); Mubarak, Chayatin, & Santoso
(2012, p. 76) adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Afektif (The Affective Function)
Fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk
mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
b. Fungsi Sosialisasi dan tempat bersosialisasi (Socialization and Social
Placement Function)
Fungsi sosialisasi dapat ditunjukan dengan membina sosialisasi pada
anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak, serta meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
c. Fungsi Reproduksi (The Reproductive Function)
Meneruskan kelangsungan keturunan dan meningkatkan sumber daya
manusia.
d. Fungsi ekonomi (The Economic Function)
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti
makanan, pakaian dan rumah, maka keluarga memerlukan sumber
keuangan.
e. Fungsi Perawatan kesehatan ( The Health Care Function )
Fungsi perawatan kesehatan mempunyai tugas untuk memelihara
kesehatan anggota keluarganya. Fungsi perawatan kesehatan ini
dikembangkan menjadi tugas keluarga dibidang kesehatan. Adapun
28
tugas kesehatan keluarga menurut Friedman 2010 (dalam Padila 2012,
p. 36) dan Suprajitno (2014, p. 17) yaitu:
1) Mengenal masalah atau gangguan kesehatan keluarga.
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan yang
dialami anggota keluarganya terutama berkaitan dengan kesehatan.
2) Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
Tugas ini merupakan upaya yang utama untuk mencari bantuan
yang tepat oleh anggota keluarga yang dianggap mampu
memutuskan akan menentukan tindakan dalam mengatasi masalah
kesehatan yang dialami.
3) Merawat anggota keluarga yang sakit.
Tugas ini seringkali harus dilakukan untuk memberikan perawatan
lanjutan setelah memperoleh pelayanan kesehatan di institusi
pelayanan kesehatan.
4) Memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan keluarga.
Tugas ini merupakan upaya untuk mendayagunakan potensi
internal yang ada di lingkungan rumah untuk mempertahankan
kesehatan atau membantu proses perawatan anggota keluarga yang
sakit.
5) Menggunakan fasilitas kesehatan
Tugas ini merupakan bentuk upaya untuk mengatasi masalah
kesehatan anggota keluarganya dengan memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada.
29
5. Tugas keluarga
Menurut Padila (2012, p. 37) menyatakan pada dasarnya dalam
keluarga terdapat delapan tugas pokok sebagai berikut:
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing.
d. Sosialisasi antar anggota.
e. Pengaturan jumlah anggota.
f. Pemeliharaan ketertiban anggota.
g. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarganya.
h. Memperluas anggota dalam masyarakat yang lebih luas.
6. Tahap perkembangan keluarga
Adapun tahap perkembangan keluarga menurut Duval ( dalam Bakri
,2017, p. 43); Mubarak, Chayatin & Santoso (2012, p. 86) adalah:
a. Keluarga baru menikah (Berganning Family)
Keluarga baru dimulai ketika dua individu membentuk keluarga melalui
pernikahan . Tugas perkembangan untuk membina hubungan intim
yang memuaskan, membuat berbagai kesepakatan untuk mencapai
tujuan bersama, termasuk dalam merencanakan anak, persiapan menjadi
orangtua, dan mencari pengetahuan prenatal care.
30
b. Keluarga dengan anak baru lahir (child-bearing)
Tahap ini dimulai dari kehamilan sampai dengan kelahiran anak
pertama dan berlanjut sampai anak berusia 30 bulan. Tugas
perkembangan (utama) pada tahap ini yaitu:
1) Mempersiakan menjadi orang tua.
2) Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga, interaksi
keluarga, hubungan seksual, dan kegiatan keluarga.
3) Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasanganya.
c. Keluarga dengan anak usia pra-sekolah.
Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir saat
anak pertama berusia 5 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini ialah
memenuhi kebutuhan anggata keluarga, membantu anak bersosialisasi
dengan lingkungan, cermat membagi tanggung jawab, mempertahankan
hubungan keluarga, serta mampu membagi waktu untuk diri sendiri,
pasangan, dan anak.
d. Keluarga dengan anak usia sekolah.
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah usia 6 tahun dan berakhir
pada usia 12 tahun. Tugas perkembangan utama pada tahap ini adalah
anak harus sudah diperhatikan minat dan bakatnya sehingga orangtua
bisa mengarahkan dengan tepat, membekali anak dengan berbagai
kegiatan kreatif agar motoriknya berkembang dengan baik, dan
memperhatikan anak akan resiko pengaruh teman serta sekolahnya.
31
e. Keluarga dengan anak remaja
Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir 6
sampai 7 tahun kemudian. Tugas perkembangan pada tahap ini orangtua
perlu memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab.
Remaja mulai memiliki otonomi dan ingin mengatur kehidupannya
sendiri tetapi masih membutuhkan bimbingan. Oleh sebab itu,
komunikasi antara orangtua dan anak harus terus dijaga.
f. Keluarga dengan anak dewasa
Tahap ini dimulai saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir
saat anak terakhir meninggalkan rumah. Tugas perkembangan pada
tahap ini yaitu:
1) Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga
besar.
2) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
3) Mempertahankan keintiman pasangan.
4) Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan rumah tangga.
g. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Tugas
perkembangan pada tahap ini yaitu:
1) Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan.
2) Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan
anak-anaknya dan teman sebaya.
32
3) Meningkatkan keakraban pasangan.
4) Menyiapkan masa tua.
h. Keluarga usia lanjut
Tahap ini dimulai saat salah seorang pensiun, berlanjut salah satu
pasangan meninggal sampai keduanya meninggal. Tugas perkembangan
pada tahap ini yaitu:
1) Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling
menyenangkan pasanganya.
2) Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi seperti kehilangan
pasangan, kekuatan fisik, dan penghasilan keluarga.
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
5) Melakukan life review masa lalu.
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Pengertian
Asuhan keperawatan keluarga adalah proses pemberian pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan keluarga dalam lingkup praktik keperawatan.
Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan holistik yang menempatkan
keluarga dan komponennya sebagai fokus pelayanan dan melibatkan
anggotanya dalam tahap pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi tindakan keperawatan dengan memobilisasi sumber-sumber
pelayanan kesehatan yang tersedia dikeluarga dan sumber-sumber dari
33
profesi lain termasuk pemberi pelayanan kesehatan dan sektor lain di
komunitas. (Riasmini dkk, 2017, 65)
2. Tujuan
Menurut Suprajino (2014, p. 27) dalam pedoman penyelenggaraan
pelayanan keperawatan keluarga dijelaskan 2 tujuan pelayanan
keperawatan keluarga, yaitu:
a. Tujuan Umum
Mengoptimalkan fungsi keluarga dan meningkatkan kemampuan
dalam menangani masalah kesehatan dan mempertahankan status
kesehatan anggotanya.
b. Tujuan Khusus
Keluarga mampu melaksanakan tugas pemeliharaan kesehatan dan
menangani masalah kesehatannya yang meliputi:
1) Mengenal masalah kesehatan.
2) Mengambil keputusan secara tepat untuk mengatasi masalah
kesehatan keluarga.
3) Melakukan tindakan perawatan yang tepat pada anggota keluarga
yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh , dan /atau keluarga
yang membutukan bantuan , sesuai dengn kemampuan.
4) Memelihara dan memodifikasi lingkungan yang kondusif, sehingga
dapat meningkatkan kesehatan keluarga.
5) Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat untuk
memperoleh pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan keluarga.
34
3. Tahap – Tahap Proses Keperawatan
Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling bergantung satu sama
lainnya dan bersifat dinamis, dan disusun secara sistematis.
a. Pengkajian
Sumber data pengkajian dapat dilakukan dengan metode
wawancara, pengamatan/observasi, pemeriksaan fisik, dan studi
dokumentasi (Ali, 2010, p. 40).
Menurut Suprajitno (2014, p. 29) ,adapun data yang harus dikaji
yaitu:
1) Data Umum
a) Identitas kepala keluarga
(1) Nama Kepala Keluarga (KK).
(2) Umur (KK).
(3) Pendidikan (KK).
(4) Pekerjaan (KK).
(5) Agama.
(6) Alamat.
b) Komposisi anggota keluarga
Komposisi anggota keluarga terdiri atas nama, jenis kelamin,
umur, hubungan dengan klien, agama, pendidikan, pekerjaan, dan
keterangan.
35
c) Genogram
Genogram keluarga merupakan suatu diagram yang berfungsi
menggambarkan constelasi atau pohon keluarga. Genogram
digunakan sebagai alat pengkajian informatif untuk mengetahui
keluarga dan riwayat keluarga serta sumbernya, pengkajian suatu
peristiwa dan hubungan antargenerasi, serta menghasilkan
hipotesis sementara tentang kondisi yang terjadi dalam suatu
keluarga (Friedman, 2010, p. 217).
Gambar 2.2. Simbol-simbol Genogram (Friedman, 2010, p. 217)
d) Tipe keluarga
Menjelaskan jenis tipe keluarga beserta masalah yang terjadi
dengan jenis tipe keluarga tersebut. Untuk menentukan tipe
keluarga , lakukan identifikasi terhadap KK-nya.
Laki-laki Perempuan Identifikasi klien yangsakit
Meninggal Menikah Pisah
Cerai mati Cerai hidup Anak angkat
AborsiKembar Tinggal dalam satu
rumah
36
e) Suku bangsa
Asal suku bangsa, bahasa yang digunakan, mengidentifikasi
buaya suku keluarga yang bertentangan dengan kesehatan,
kebiasaan yang ada hubunganya dengan masalah kesehatan.
f) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan
yang dapat mempengaruhi kesehatan.
g) Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh penghasilan
seluruh anggota keluarga. Status sosial ekonomi juga dipengaruhi
oleh kebutuhan dan barang yang dimiliki.
h) Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga
pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu,
tetapi kesempatan berkumpul dirumah untuk menikmati hiburan
radio atau telefisi bersama juga bercengkrama.
2) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Menutut Suprajitno (2014, p. 32), tahap perkembangan yaitu:
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh usia anak tertua
dari keluarga inti.
37
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Bagian ini menjelaskan tugas keluarga yang belum terpenuhi dan
kendala yang dihadapi, juga dilakukan pengindentifikasikan
mengapa tugas keluarga belum terpenuhi dan upaya yang telah
dilakukannya.
c) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti,
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-
masing anggota, perhatian keluarga terhadap pencegahan
penyakit, upaya dan pengalaman keluarga terhadap pelayanan
kesehatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan kesehatan.
d) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Menjelaskan riwayat kesehatan generasi diatas orang tentang
riwayat penyakit keturunan, upaya generasi tersebut tentang
upaya penanggulangan penyakit, upaya kesehatan yang
dipertahankan sampai saat ini.
3) Pengkajian lingkungan
Menutut Suprajitno (2014, p. 32), pengkajian lingkungan meliputi :
a) Kararteristik rumah.
Mengidentifikasi rumah yang dihuni keluarga meliputi luas, tipe,
jumlah ventilasi, peletakan, perabotan rumah tangga, sarana
pembuangan air limbah dan kebutuhan mck (mandi cuci kakus),
38
sarana air bersih dan minum yang digunakan dan gambaran denah
rumah.
b) Karakteristik tetangga dan komunitas.
Menjelaskan karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat
meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan
penduduk setempat serta budaya setempat yang mempengaruhi
kesehatan.
c) Mobilitas geografis.
Mungkin keluarga sering berpindah tempat atau ada anggota
keluarga yang tinggal jauh dan sering berjunjung.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
Menjelaskan waktu yang digunakan untuk berkumpul serta sejauh
mana interaksi keluarga dengan masyarakat sekitarnya.
e) Sistem pendukung keluarga.
Menjelaskan mengenai jumlah anggota keluarga yang sehat,
fasilitas, dan dukungan keluarga dan masyarakat sekitar terkait
dengan kesehatan.
4) Struktur keluarga
Menurut Suprajitno (2014, p. 33), meliputi:
a) Struktur peran.
Menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga secara
formal maupun informal baik di keluarga atau masyarakat.
39
b) Nilai atau norma.
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dipelajari dan dianut
oleh keluarga, yang berhubungan dengan kesehatan.
c) Pola komunikasi.
Menjelaskan bagaimana cara keluarga berkomunikasi, siapa
pengambil keputusan utama, dan bagaimana peran anggota
keluarga dalam menciptakan komunikasi.
d) Struktur kekuatan.
Kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan
mengendalikan anggota keluarga untuk mengubah perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan.
5) Fungsi keluarga
Meliputi lima fungsi keluarga yaitu fungsi afektif, fungsi sosialisasi,
fungsi perawatan keluarga, fungsi reproduksi fungsi ekonomi.
6) Stress dan koping keluarga Padila (2012, p. 40), Suprajitno (2014, p.
37):
a) Stressor jangka panjang dan pendek.
Yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam kurang dari 6 bulan dan jangka panjang yaitu
yang memerlukan penyesuaian lebih dari 6 bulan.
b) Kemampuan berespon terhadap stressor/masalah.
Mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi atau
stressor.
40
c) Strategi dan koping yang digunakan.
Strategi koping apa yang digunakan bila menghadapi
permasalahan.
d) Strategi adaptasi disfungsional.
Dijelaskan mengenai adaptasi disfungsional yang digunakan bila
menghadapi permasalahan.
7) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga dengan
head to toe. Metode yang digunakan pada pemeriksaan, tidak
berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.
8) Harapan keluarga
Perlu dikaji bagaimana harapan keluarga terhadap perawat untuk
membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi.
b. Perumusan diagnosa keperawatan keluarga
Menurut Ni Made (2017, p. 75), diagnosis keperawatan
dianalisis dari hasil pengkajian terhadap adanya masalah dalam tahap
perkembangan , lingkungan, struktur, fungsi-fungsi dan koping
keluarga, baik yang bersifat aktual, resiko maupun sejahtera dimana
perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan
tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga dan berdasarkan
kemampuan dan sumber daya.
Menurut Suprajitno (2014, p. 42) dan NANDA (2016, p. 25)
Komponen diagnosis keperawatan meliputi:
41
1) Masalah (Problem, P)
Masalah (Problem) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota
(individu) keluarga.
2) Penyebab (Etiologi, E)
Penyebab (Etilogi) adalah suatu pernyataan yang dapat
menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima tugas
keluarga.
3) Tanda (Sign, S)
Tanda (Sign) adalah sekumpulan data Subjektif dan objektif yang
diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak yang
mendukung masalah dan penyebab.
Rumusan masalah berdasarkan NANDA dan etiologi (E) dari
tugas perawatan keluarga yaitu: ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah, ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan,
ketidakmampuan keluarga merawat keluarga yang sakit,
ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan, ketidakmampuan
keluarga menggunakan fasilitas kesehatan.
Menurut Suprajitno (2014, p.43) Tipologi diagnosa keperawatan
keluarga dapat berupa:
1) Aktual/nyata (terjadi defisit atau gangguan kesehatan)
Masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga
dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat, didukung
42
dengan adanya beberapa data maladaptif. Perumusan diagnosis
keperawatan aktual gangguan, terdiri dari problem (P), etiologi
(E), sympthon/sign (S).
2) Risiko (ancaman kesehatan)
Diagnosis ancaman, digunakan bila terdapat paparan
masalah kesehatan, namun sudah didapatkan beberapa data
maladaptif yang memungkinkan timbulnya gangguan.
Perumusan diagnosis keluarga risiko, terdiri dari problem (P),
etiologi (E), sympthon/sign (S).
3) Potensial (keadaan sejahtera atau wellness)
Diagnosa sehat digunakan mempunyai potensi untuk
ditingkatkan, belum ada data maladaptif. Perumusan diagnosis
keperawatan keluarga potensial, hanya terdiri dari komponen
problem (P) saja atau problem (P) dan sympthon (S), tanpa
komponen etiologi (E).
Berdasarkan NANDA 2015 diagnosa yang mungkin muncul :
1) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan.
2) Risiko syok (hipoglikemia/hiperglikemik) berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat.
3) Ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan
ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit.
43
4) Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
memodifikasi lingkungan untuk kesehatan.
5) Risiko Komplikasi berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan.
c. Penentuan prioritas
Masalah keperawatan keluarga yang ada, perlu diprioritaskan
dengan skala menyusun prioritas dari Maglaya (2009) dalam Ni Made
dkk (2017, p. 79):
Tabel 2.2Prioritas masalah asuhan keperawatan keluarga
Bobot SkorSifat masalah 1 Aktual = 3
Risiko = 2Potensial = 1
Kemungkinan masalah untukdipecahkan
2 Mudah = 2Sebagian = 1Tidak dapat = 0
Potensi masalah untuk dicegah 1 Tinggi = 3Cukup = 2Rendah = 1
Menonjolnya masalah 1 Segera diatasi = 2Tidak segera diatasi = 1Tidak dirasakan adanyamasalah = 0
(Sumber: Made, 2017, p. 79)
1) Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan dalam
Ni Made dkk (2017, p. 79) ; Suprajitno (2014, p. 45):
a) Tentukan skor untuk setiap kriteria yang telah dibuat
b) Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan
bobot
44
Skor yang diperolehskor tertinggi X Bobotc) Jumlahkan skor untuk setiap kriteria
d) Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan nomor diagnosa
keperawatan keluarga.
2) Penentuan prioritas sesuai dengan kriteria:
a) Kriteria pertama, kriteria pertama diberikan kepada tidak atau
kurang sehat karena perlu tindakan segera.
b) Kriteria kedua, perlu diperhatiakan: pengetahuan, dan teknologi
yang ada sekarang, dan sumber daya yang dimiliki oleh keluarga,
perawat, dan lingkungan.
c) Kriteria ketiga, perlu diperhatikan: Kepelikan masalah atau
penyakit, lamanya masalah, tindakan yang sedang dijalankan untuk
mengatasi masalah
d) Kriteria keempat, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana
keluarga menilai masalah keperawatan tersebut.
d. Perencanaan
Fokus intervensi menurut Mubarak, Chayatin, dan Santoso
(2012, p. 106) masalah keperawatan yang mungkin timbul pada
keluarga, dengan anggotanya keluarga yang menderita diabetes
mellitus:
1) Ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
keluarga.
a) Kaji pengetahuan keluarga mengenai penyakit.
45
b) Perluas informasi dengan penjelasan secara sederhana tentang
pengertian, penyebab, tanda gejala, komplikasi, pencegahan, dan
penanganan farmakologis dan non farmakologis pada pasien.
c) Bantu keluarga untuk melihat dampak atau akibat dari situasi
yang ada.
d) Hubungkan antara kebutuhan kesehatan dengan sasaran yang
telah ditentukan.
e) Dorong sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan.
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan
tindakan yang tepat dalam mengatasi.
a) Diskusikan tentang konsekuensi yang akan timbul bila tidak
segera dilakukan tindakan.
b) Perkenalkan kepada keluarga tentang alternatif kemungkinan
yang dapat diambil serta sumber-sumber yang dimiliki dan ada
disekitar keluarga.
c) Diskusikan dengan keluarga manfaat dari masing-masing
alternatif tindakan.
d) Diskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan.
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
a) Kaji sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang mengalami masalah.
b) Demonstrasikan cara perawatan yang tepat.
c) Manfaatkan fasilitas atau sarana yang ada di rumah keluarga.
46
d) Diskusikan dengan keluarga tentang perawatan dirumah dengan
perawatan non farmakologis
4) Ketidakmampuan keluarga untuk memodifikasi atau memelihara
lingkungan.
a) Kaji sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.
b) Beri penjelasan tentang pengaruh lingkungan untuk kesehatan.
c) Jelaskan modifikasi rumah yang tepat.
d) Jelaskan pada keluarga tentang cara modifikasi gaya hidup untuk
mencegah sakit seperti diet.
e) Hindarkan ancaman psikologis dalam keluarga dengan
memperbaiki pola komunikasi keluarga.
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan untuk
mengobati dan mengontrol anggota keluarga yang sakit.
a) Kaji sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas
kesehatan.
b) Jelaskan pada keluarga fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau.
c) Kaji tingkat kepercayaan keluarga pada pelayanan kesehatan.
d) Berikan pengetahuan pada keluarga mengenai instansi-instansi
kesehatan yang ada di masyarakat (puskesmas dan rumah sakit),
program-program peningkatan kesehatan (BPJS/Jamkesda) serta
organisasi-organisasi masyarakat.
e) Jelaskan pada keluarga manfaat mendatangi fasilitas kesehatan.
47
Intervensi berdasarkan NOC (2016) dan NIC (2016) dalam
menentukan intervensi yang digunakan.
1) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan Ketidakmampuan
keluarga dalam mengenal masalah kesehatan tentang diabetes
melitus .
NOC: Pengetahuan: Manajemen Diabetes
a) Klien mengenali factor-faktor penyebab dan factor yang
berkontribusi penyakit diabetes mellitus.
b) Klien mengenali tanda dan gejala awal penyakit diabetes
mellitus.
c) Klien memahami peran diet dalam mengontrol kadar gula darah.
NIC: Pengajaran : Proses Penyakit.
a) Kaji tingkat pengetahuan klien terkait dengan proses penyakit
diabetes mellitus.
b) Review pengetahuan klien pengenali konsisinya.
c) Jelaskan mengenai tanda dan gejala yang umum sesuai
kebutuhan.
d) Jelaskan mengenai proses penyakit sesuai kebutuhan.
e) Jelaskan komplikasi yang mungkin muncul dalam penyakit.
f) Diskusikan dan ajarkan perubahan gaya hidup untuk mencegah
komplikasi dimasa yang akan datang.
g) Diskusikan dan ajarkan terapi dan penanganan penyakit.
48
2) Risiko syok berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
menentukan keputusan yang tepat.
NOC: Keparahan Syok: Hipovolemik.
a) Klien menunjukan perbaikan tanda dan gejala ketidakcukupan
aliran darah ke perkusi jaringan kerana penurunan cairan
intravaskuler seperti asidosis metabolic, pucat, akral dingin,
kehausan.
NIC: Pencegahan syok.
a) Kaji tanda awal syok hiperglikemia
b) Bantu pasien dan keluarga mengenal tanda dan gejala datangnya
syok hiperglikemia, hipoglikemia.
c) Ajarkan keluarga dan pasien tentang langkah untuk mengatasi
gejala syok hiperglikemia.
d) Anjurkan keluarga untuk membawa pasien ke rumah sakit .
3) Ketidkstabilan kadar gula dalam darah berhubungan
denganKetidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit.
NOC: Keparahan hiperglikemia.
a) Keparahan tanda dan gejala karena peningkatan kadar gula
darah klien menunjukan perbaikan seperti peningkatan urine,
kelelahan, lapar berlebihan, dan peningkatan kadar gula darah.
NIC: Manajemen hiperglikemia.
a) Monitor kadar gula darah sesuai indikasi.
49
b) Monitor tanda dan gejala hiperglikemi.
c) Fasilitasi kepatuhan terhadap diet dan regimen latihan.
d) Berikan informasi tentang cara pengaturan diet yang
dibutuhkan.
e) Berikan informasi tentang penanganan hiperglikemia.
4) Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
memodifikasi lingkungan terkait penyakit.
NOC:Keparahan infeksi.
a) Klien terhindar dari infeksi dengan tidak adanya tanda-tanda
infeksi.
b) Klien mengetahui tanda-tanda infeksi kemerahan, demam, luka
bau busuk.
NIC: perlindungan infeksi.
a) Monitor adanya tanda dan gejala infeksi.
b) Monitor kerentangan terhadap injeksi.
c) Periksa kulit dan selaput lender untuk adanya kemerahan,
kahangatan ektrims atau drainase.
d) Ajarkan pasien dan keluarga mengenal tanda dan gejala infeksi.
e) Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana cara menghindari
infeksi.
5) Risiko Komplikasi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan.
50
NOC:
a) Tidak ada tanda-tanda komplikasi.
b) Pasien tidak mengalami komplikasi penyakit diabetes mellitus.
NIC
a) Kaji adanya komplikasi diabetes mellitus.
b) Jelaskan pada keluarga tentang komplikasi diabetes mellitus yang
akan terjadi (Hipoglikemia, koma diabetik, retinopati, nefropati,
neuropati, diabetik foot).
c) Jelaskan pentingnya pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada
(puskesmas dan rumah sakit) dalam mencegah komplikasi.
d) Jelaskan pada keluarga macam-macam jaminan kesehatan yang
diberikan oleh pemerintah yang bisa keluarga gunakan (BPJS).
e. Implementasi Keperawatan
Menurut Mubarak, Chayatin, & Santoso (2012, p. 108) tindakan
keperawatan mencakup hal-hal di bawah ini:
1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan
informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang
kesehatan, serta mendorong sikap emosi yang sehat terhadap
masalah.
2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukan
51
tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga,
dan mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan.
3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan
alat dan fasilitas yang ada di rumah, dan mengawasi keluarga
melakukan perawatan.
4) Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan
menjadi sehat dengan menemukan sumber-sumber yang dapat
digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga
seoptimal mungkin.
5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
dengan cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan
dan membantu cara menggunakan fasilitas tersebut.
f. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai
keberhasilan rencana tindakan yang telah dilaksanakan.
Menurut Suprajitno (2014, p. 52) evaluasi disusun dengan
menggunakan SOAP yang operasional dengan pengertian S adalah
ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh
keluarga setelah diberikan implementasi. O adalah keadaan objektif
yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan atau
pengamatan yang objektif setelah implementasi keperawatan. A
merupakan analisis perawat setelah mengetahui respons subjektif dan
52
objektif keluarga yang dibandingkan dengan kriteria dan standar yang
telah ditentukan mengacu pada tujuan pada rencana keperawatan
keluarga. P adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan
analisis.
D. Konsep Perawatan Lansia
1. Pengertian
Hardywiono dan Setiabudhi (dalam Sunaryo dkk, 2016, p. 55)
Lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun ke atas, pada
lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi.
2. Pembagian Lansia
Pendapat beberapa ahli dalam Effandi, yang dikutip dalam Sunaryo dkk
(2016, p. 56) batasan atau pembagian lansia meliputi :
a Menurut undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam bab 1 pasal 1
ayat 2 yaitu lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun
ke atas.
b Menurut World Health Organizasion (WHO), usia lanjut dibagi menjadi
empat kriteria sebagai berikut: usia pertengahan (middle age) ialah 45-
59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old)
ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun.
53
c Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric
age) : >65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (geriatric age) itu
sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur yaitu young old (70-75 tahun),
old (75- 80 tahun), dan very old (>80 tahun).
3. Proses penuaan.
Menurut Sunaryo dkk (2016, p. 36) proses penuaan merupakan proses
yang berhubungan dengan umur seseorang. Manusia mengalami
perubahan seuai dengan bertambahnya umur tersebut. Semakin
bertambahnya umur semakin berkurang fungsi-fungsi organ tubuh.
Adapun factor yang mempengaruhi proses penuaan tersebut dapat dibagi
menjadi dua yaitu:
a. Faktor genetic yang melibatkan perbaikan DNA, respon terhadap
stress, dan pertahanan terhadap antioksidan.
b. Faktor lingkungan yang meliputi pemasukan kalori, berbagai macam
penyakit, dan stress dari luar misalnya radiasi atau bahan-bahan kimia.
4. Perubahan-perubahan yang terjadi akibat proses penuaan.
Perubahan-perubahan pada lansia menurut Mubarak (2006, p. 182);
Padila (2013, p. 6) yaitu:
a Perubahan Fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua system organ
tubuh, diantaranya system pernapasan, pendengaran, penglihatan,
kardiovaskuler, system pengaturan tubuh, musculoskeletal,
gastrointestinal, genitor urinaria, endokrin dan integument. Masalah
54
sehari-hari yang mungkin muncul pada lansia seperti mudah jatuh,
mudah lelah, kekacauan mental akut, nyeri dada,berdebar-debar, sesak
nafas, pembengkakan pada kaki bawah, sulit tidur dan sering pusing,
berat badan menurun, dan gangguan pada fungsi penglihatan,
pendengaran dan sukar menahan air kencing
b Perubahan Kondisi Mental
Mental emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya
perasaan tidak nyaman dan cemas, adanya kekacauan mental akut,
merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut
ditelantarkan karena tidak berguna lagi. Munculnya perasaan tidak
mandiri serta cenderung bersifat introvert.
c Perubahan Psikologis.
Perubahan psikologis meliputi banyak pekerja yang pensiun berarti
terputus dari lingkungan dan teman-teman yang akrab, merasakan atau
sadar akan kematian, perubahan cara hidup, penghasilan menurun,
biaya hidup meningkat dan tambahan biaya pengobatan. Penyakit
kronis dan ketidakmampuan, kesepian akibat pengasingan dari
lingkungan social. Kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga,
kehilangan kekuatan dan ketegangan fisik, perubahan konsep diri dan
pasangan hidup.
d Perubahan Kognitif
Perubahan pada fungsi kognitif diantaranya adalah kemunduran
umumnya terjadi pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan
55
tugas yang memerlukan memori jangka pendek, kemampuan
intelektual tidak mengalami kemunduran, kemampuan verbal dalam
bidang kosa kata akan menetap bila tidak ada penyakit.
e Perubahan spiritual
Perubahan spiritual pada lanjut usia yaitu agama atau kepercayaan
makin terintegrasi dalam kehidupannya, dalam berfikir dan bertindak
dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan bersikap adil.
E. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Lansia
Proses asuhan keperawatan pasa lansia menurut Depkes (1993) dalam
Sunaryo dkk (2016, p. 71) yaitu kegiatan yang dimaksudkan untuk
memberikan bantuan, bimbingan, pengawasan, perlindungan, dan
pertolongan kepada lanjut usia secara individu, seperti di rumah/lingkungan
keluarga, panti weda maupun puskesmas, yang diberikan oleh perawat untuk
asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau
petugas social yang bukan tenaga keperawatan.
Menurut Mubarak dkk, (2006, p. 233) langkah-langkah dalam
keperawatan lansia yaitu:
1. Pengkajian
a Pengkajian pada lansia meliputi :
1) Fisik atau biologis
Dalam pengkajian fisik atau biologis dapat dilakukan dengan cara
wawancara riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.
56
2) Psikologis
Dilakukan saat berkomunikasi dengan pasien untuk mengetahui
fungsi kognitif termasuk daya ingat, proses fikir, alam perasaan,
orientasi terhadap realitas, kemampuan dalam menyelesaikan
masalah, serta perubahan-perubahan yang umum terjadi perlu
dikaji seperti penurunan daya ingat, proses pikir lambat, adanya
perasaan sedih, merasa kurang perhatian.
3) Sosial ekonomi
Perlu dikaji dalam pengkajian sosial ekonomi pada pasien
tanyakan tentang bagaimana lansia membina keakraban,
organisasi, penghasilan, perasaan sejahtera dalam sosial ekonomi
dan lain-lain.
4) Spiritual
Berkaitan dengan keyakinan agama yang dimiliki dan sejauh
mana keyakinan tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari lansia.
5) Kognitif
Bagaimana kondisi kognitif lansia: apa daya ingat lansia
mengalami penurunan, mudah lupa, apa masih mengingat hal-hal
yang terjadi pada lansia dimasa lalu, dan lain-lain.
6) Status mental
Bagaimana kondisi status mental lansia: apakah lansia mudah
tersinggung, bagaimana dengan emosi lansia labil/stabil.
57
b Pengkajian Status Fungsional
Menurut Sunaryo (2016, p. 93) Pengkajian fungsional digunakan
untuk penentuan kemandirian, mengidentifikasi kemampuan dan
keterbatasan klien, serta menciptakan pemilihan intervensi yang
tepat. Instrument yang biasa digunakan adalah:
1) Indeks Katz
a) Kemandirian dalam hal makan, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi.
b) Kemandirian dalam semua hal, kecuali satu fungsi dari fungsi
tersebut.
c) Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan.
d) Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian
dan satu fungsi tambahan.
e) Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil dan satu fungsi tambahan.
f) Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.
g) Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.
58
2) Barthel Indeks
Tabel 2.3Barthel IndeksNo Kriteria Dengan
BantuanMandiri
1 Makan 5 102. Aktivitas ke toilet 5 103. Berpindah dari kursi roda
atau sebaliknya, termasukduduk di tempat tidur
5-10 15
4. Kebersihan diri mencucimuka, menyisir rambut danmenggosok gigi
0 5
5. Mandi 0 56. Berjalan dipermukaan datar 10 257. Naik turun tangga 5 108. Berpakaian 5 109. Mengontrol defekasi 5 1010. Mengontrol berkemih 5 10
Total 100(Sumber: Sunaryo, 2016, p. 103)
Penilaian:
0-20: ketergantungan
21-61: ketergantungan berat/sangat ketergantungan
62-90 : ketergantungan berat
91-99: ketergantunagn ringan
100 : mandiri
c Pengkajian status kognitif/afektif
Pengkajian status kognitif/afektif merupakan pemeriksaan status
mental sehingga dapat memberikan gambaran perilaku dan
kemampuan mental dan fungsi intelektual. (Sunaryo dkk, 2016, p.
104)
1) Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
59
Pengkajian ini digunakan untuk mendeteksi adanya tingkat
kerusakan intelektual. Instrument SPMSQ terdiri dari 10
pertanyaan.
Tabel 2.4Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
No Pertanyaan Benar Salah1. Tanggal berapa hari ini?2. Hari apa sekarang?3. Apa nama tempat ini?4. Di mana alamat Anda?5. Berapa anak Anda?6. Kapan Anda lahir?7. Siapa presiden saat ini8. Siapakah presiden Indonesia
sebelumnya?9. Siapakah nama ibu anda?10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap
pengurangan 3 dari setiaangka baru semua secaramenurunJumlah
(diambil dari Sunaryo dkk , 2016, p. 105)
Interpretasi :
Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6-8 : fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9-10 : fungsi intelektual kerusakan berat
2) Mini-Mental State Exam (MMSE)
Mini-Metal State Exam (MMSE) digunakan untuk menguji
aspek kognitif dari fungsi-fungsi metal: orientasi, registrasi,
perhatian, kalkulasi, mengingat kembali, dan bahasa.
60
Tabel 2.5Mini-Mental State Exam (MMSE)
No AspekKognitif
Kriteria Nilaimaksimal
Nilaiklien
1. Orientasi Menyebutkan : tahun, musim,tanggal, hari, bulan
5
2. Orientasi
Registrasi
Dimana sekarang kita berada?Negara, provinsi, kabupatenSebutkan 3 nama objek (kursi,meja, kertas), kemudianditanyakan kepada klien,menjawab: 1. Kursi, 2.Meja,3.Kertas
5
3
3. Perhatiandankalkulasi
Meminta klien berhitung mulaidari 100, kemudian dikurangi 7sampai 5 tingkat.
5
4. Mengingat Meminta klien untukmenyebutkan objek pada point3. 1. Kursi, 2. Meja, 3. ….
3
5 Bahasa Menanyakan kepada kliententang benda (sambil menunjukbenda tersebut).Meminta klien untuk mengulangkata berikut “tanpa, jika, dan,atau, tetapi”.Meminta klien untuk mengikutiperintahPerintahkan pada klien untuk halberikut (bila aktivitas sesuiperintah nilai 1 poin):
9
Total 30(Diambil dari Sunaryo dkk, 2016, p. 106)
d Pengkajian Aspek Spiritual
Menurut Hawari, 2002 (dalam Sunaryo dkk, 2016, p. 114)
spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang
Maha Kuasa dan Maha Pencipta. Pengkajian yang diperlukan
meliputi:
61
1) Pengkajian data objektif: mencakup ketuhanan, sumber
kekuatan, dan harapan, praktik agama dan ritual dan hubungan
antara keyakinan spiritual dan kondisi kesehatan.
2) Pengkajian data objektif: dilakukan melalui pengkajian klinik
yang meliputi pengkajian afek dan sikap, perilaku, verbalisasi,
hubungan interpersonal dan lingkungan.
d Pengkajian Fungsi Sosial
Pengkajian fungsi sosial dapat dilakukan dengan menggunakan
alat skrining singkat untuk mengkaji fungsi sosial lanjut usia, yaitu
APGAR keluarga (Adaptation, Partnership, Growth, Affection,
Resolve). Instrument APGAR adalah:
1) Saya puas bisa kembali pada keluarga saya yang ada untuk
membantu pada waktu sesuatu menyusahkan saya (adaptasi).
2) Saya puas dengan cara keluarga saya membicarakan sesuatu dan
mengungkapkan masalah dengan saya (hubungan).
3) Saya puas bahwa keluarga saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan aktivitas (pertumbuhan).
4) Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi saya, seperti marah, sedih atau
mencintai (afek).
5) Saya puas dengan cara teman saya dan saya menyediakan waktu
bersama-sama.
62
Penilaian : pertanyaan yang dijawab : selalu (poin 2), kadang-
kadang (poin 1), hampir tidak pernah (poin 0).
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada lansia menurut
Mubarak dkk (2009, p. 248) adalah:
a Fisik/Biologis
1) Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat.
2) Gangguan persepsi sensorik: pendengaran/penglihatan yang
berhubungan dengan gangguan hambatan penerimaan dan
pengiriman rangsangan.
3) Kurangnya perawatan diri yang berhubungan dengan menurunnya
minat dalam merawat diri.
4) Risiko cedera fisik (jatuh) yang berhubungan dengan penyesuaian
terhadap penurunan fungsi tubuh tidak adekuat.
5) Perubahan pola eliminasi yang berhubungan dengan pola makan
tidak efektif.
6) Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan kecemasan atau
nyeri.
7) Gangguan pola napas yang berhubungan dengan penyempitan jalan
napas.
8) Jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan penyempitan
jalan napas atau adanyapenumpukan sekret.
63
9) Gangguan mobilisasi yang berhubungan dengan kekakuan sendi.
b. Psikologis – sosial
1) Menarik diri dari lingkungan yang berhubungan dengan perasaan
tidak mampu.
2) Isolasi sosial yang berhubungan dengan perasaan curiga.
3) Depresi yang berhubungan dengan isolasi sosial.
4) Harga diri rendah yang berhubungan dengan perasaan ditolak.
5) Koping yang tidak adekuat yang berhubungan dengan
ketidakmampuan mengungkapkan perasaan secara tepat.
6) Cemas yang berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.
c. Spiritual
1) Reaksi berkabung/berduka yang berhubungan dengan ditinggal
pasangan.
2) Penolakan terhadap proses penuaan yang berhubungan dengan
ketidaksiapan menghadapi kematian.
3) Marah terhadap Tuhan yang berhubungan dengan kegagalan yang
dialami.
4) Perasaan tidak tenang yang berhubungan dengan ketidakmampuan
melakukan ibadah secara tepat.
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai
dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
64
terpenuhinya kebutuhan klien. Menurut Mubarak dkk (2009) intervensi
yang dilakukan adalah:
a. Pemenuhan kebutuhan nutrisi lansia
1) Berikan makanan porsi kecil tapi sering.
2) Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin.
3) Berikan makanan yang mengandung serat.
4) Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori.
5) Membatasi minum kopi dan teh.
b. Meningkatkan keselamatan dan keamanan pada lansia
1) Biarkan lansia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan
keselamatan.
2) Latih mobilisasi dengan cara pindah dari tempat tidur satu ke kursi
atau yang lain.
3) Biasakan untuk menggunakan pengaman tempat tidur, jika sedang
tidur.
4) Bantu klien berjalan ke kamar mandi terutama untuk lansia yang
menggunakan obat penenang atau diuretik.
5) Usahakan ada yang menemani bila berpergian.
c. Kebersihan diri
1) Mengingatkan atau membantu lansia untuk melakukan upaya
kebersihan diri.
2) Menganjurkan untuk menggunakan sabun lunak dan gunakan
pelembab kulit.
65
3) Mengingatkan lansia untuk membersihkan lubang telinga, mata, dan
gunting kuku klien secara teratur.
d. Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
1) Menyediakan tempat atau waktu untuk tidur yang nyaman.
2) Mengatur lingkungan yang cukup ventilasi, bebas dari bau-bauan.
3) Melatih lansia melakukan latihan fisik yang ringan.
4) Memberikan minum hangat sebelum tidur.
e. Meningkatkan hubungan personal dan komunikasi
1) Ada kontak mata ketika berkomunikasi.
2) Memberikan stimulus/mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang
akan dilakukan.
3) Menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan lansia.
4) Memberikan kesempatan kepada lansia untuk mengekspresikan
terhadap respon non verbal lansia.
5) Menghargai pendapat lansia dan melibatkan dalam kegiatan sehari-
hari sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
66
F. Pathway
Gambar 2.2 Pathway Diabetes melitus(Dikembangkan dari Sudoyo et al (2009); Brunner and Suddart dalam Smeltzer,(2014))
Kekebalan menurun
MK. Ketidakmampuankeluarga memanfaatanpelayanan kesehatan
Keletihan
Risiko Syok
Poliuria
Dehidrasi
Polidipsi
Ketidakseimbangan nutrisi.
Kurang darikebutuhan tubuh
MK.Ketidakmampuankeluarga dalam
merawat anggotakeluarga yang
sakit
MK.Ketidakmampuan
keluarga memeliharadan memodifikasi
lingkugan
Penurunan BB
Nekrosisdan
Ganggren
KerusakanIntegritas
Kulit
Diuresisosmotik
MK. Ketidakmampankeluarga membuatkeputusan untuk
melakukan tindakanyang tepat
Glukosuria
Koma DiabetikAsam lemak
& Keton
Ketoasidosis
Risiko infeksi
Neuropatisensasi perifer
MK. Ketidakmampuankeluarga mengenal
masalah tentangpenyakit
SyokHipoglikemia
Protein &lemak
dibakar
Hiperglikemia Anabolismeprotein
menurunKatabolismelemak dan
protein
Kehilangan kalori
Kerusakanantibodi
Kurangnyainformasi
tentang prosespenyakit
Ketidaksetabilan Kadar
glukosa dalamdarah
Defisiensipengetahuan
DM tipe I (IDDM) DM itpe II (NIDDM)
Genetik, Autoimun,Lingkungan
Sel dipankreas hancur
Defisiensi Insulin
Jumlah sel dipankreasmenurun
Riwayat keluarga,Obesitas, usia
66
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan dalam studi kasus ini adalah metode
deskriptif. Menurut Donsu (2016, p. 67) metode deskriptif yaitu penelitian
dengan mendeskripsikan variabel penelitian, berdasarkan hasil yang diambil
dari populasi secara akurat dan sistematis dengan pemaparan kasus dan
menggunakan pendekatan proses keperawatan dengan memfokuskan pada
salah satu masalah penting dalam kasus yang dipilih.
Dalam penelitian ini penulis mengambil dengan masalah asuhan
keperawatan keluarga dengan diabetes mellitus di wilayah kerja puskesmas
Magelang Utara Kota Magelang.
B. Subjek Studi Kasus
Subjek penelitian adalah orang yang terlibat dalam penelitian ilmiah
dan berperan sebagai sumber data. (Hasdianah, 2015, p. 48)
Dalam penelitian ini melibatkan keluarga klien dengan salah satu
anggota keluarga menderita diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas
Magelang Utara Kota Magelang.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Pelaksanan asuhan keperawatan pada keluarga dengan diabetes mellitus
dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Magelang Utara Kota Magelang.
67
2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8 sampai dengan 12 Januari
2018.
D. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah dengan wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik dan dokumentasi (Hasdianah, 2015, p. 79):
1. Wawancara
Pada penulisan karya tulis ilmiah ini penulis melakukan
wawancara/ anamnesa secara langsung mengenai identitas, keluhan,
riwayat kesehatan klien dan keluarga, pengetahuan mengenai penyakit,
dan segala informasi mengenai tindakan yang telah dilakukan petugas
puskesmas dan keluarga dalam menangani penyakit diabetes mellitus
klien. Pada saat wawancara penulis menggunakan lembar format asuhan
keperawatan keluarga untuk memudahkan dalam menggali informasi
yang dibutuhkan.
2. Observasi
Melakukan pengamatan pada tindakan asuhan keperawatan
keluarga dengan diabetes mellitus yang sudah diberikan kepada klien dan
keluarga apakah sudah pencapai kriteria hasil yang diharapkan, baik
tindakan farmakologi dan nonfarnakologi serta menilai respon pasien
terhadap tindakan dan mencatat hasil tindakan yang diberikan.
68
3. Pemeriksaan fisik
Penulis melakukan pengamatan langsung keadaan klinis klien dan
keluarga melalui pemeriksaan fisik dengan prinsip IPPA (inspeksi,
perkusi, palpasi, auskultasi).
4. Dokumentasi
Penulis menggunakan berbagai sumber catatan medis serta hasil
pemeriksaan penunjang di Puskesmas Magelang Utara Kota Magelang
yang relevan dengan masalah keperawatan keluarga dengan diabetes
mellitus.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan penulis dalam melakukan
pengkajian dan mengumpulan data menggunakan lembar atau format asuhan
keperawatan keluarga. Penulis juga memakai dokumentasi rekam kesehatan
klien yang berada dipuskesmas untuk membantu dalam pengumpulan data.
Menurut Hasdianah (2015, p. 49), alat yang digunakan meliputi alat tulis dan
alat kesehatan seperti termometer, tensimeter dan stetoskop
F. Analisis
Analisis data yang dilakukan adalah menilai kesenjangan antara teori
yang ada didalam tinjauan pustaka dengan respon keluarga dengan diabetes
melitus yang telah dipilih menjadi responden.
Analisis data dimulai dengan mengumpulkan data melalui
wawancara/anamnesa dan observasi secara langsung yakni pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan diagnostik. Selanjutnya menentukan prioritas masalah serta
69
menentukan diagnosa keperawatan dan menyusun rencana keperawatan untuk
mengatasi masalah. Kemudian melakukan tindakan keperawatan sesuai waktu
dalam rencana yang telah dibuat dan mengevaluasi keadaaan klien setelah
dilakukan tindakan keperawatan sesuai tujuan yang telah direncanakan.
70
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Januari 2018 pukul 15.00
sampai pukul 16.00 dan pada tanggal 9 Januari 2018 pukul 17.00 sampai
18.00 WIB. Saat dilakukan pengkajian diperoleh termasuk tipe keluarga
besar atau extended family yang terdiri dari 7 orang. Tn. E berumur 56
tahun dengan pendidikan terakhir SMA. Istrinya yaitu Ny. H berumur 52
tahun, pendidikan terakhir SMA. Mempunyai dua orang anak Sdr. H
berumur 26 tahun dan Ny. P yang berumur 28 tahun. Dan menantu yaitu
Tn. A berumur 29 tahun. Cucunya An. K berumur 7 tahun dan An. P
berumur 5 tahun.
Suku asli Jawa dan menganut agama Islam. Penghasilan diperoleh
dari Tn. E sebagai supir bus antar kota, Ny. H yang bekerja sebagai juru
masak disebuah rumah makan dan menantunya yaitu Tn. A yang bekerja
sebagai montir disebuah bengkel. Penghasilan rata-rata perbulannya ± Rp
2.500.000,00. Uang penghasilan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari dan untuk biaya sekolah An. K dan An. P, sisanya untuk
ditabung. Keluarga selalu menempatkan waktu untuk berkumpul dengan
menonton TV dan makan malam bersama setelah pulang bekerja.
71
Gambar 4.1 Genogram Keluarga Tn. E
Keterangan
: Klien : Menikah
: Perempuan : Hidup satu rumah
: Laki-laki
Tahap perkembangan saat ini dengan anak usia dewasa yaitu anak
pertama sudah berumur 28 tahun. Tugas perkembangan ini memperluas
jaringan keluarga, membantu anak untuk mandiri sebagai anggota baru
dimasyarakat dan menjaga keharmonisan.
Terdapat riwayat penyakit diabetes melitus sebelumnya yaitu bapak
dari Tn. E dan tidak ada riwayat penyakit menular. Masing-masing
anggota sehat dan tidak ada keluhan tentang kesehatan, kecuali Tn. E yang
menderita diabetes melitus sejak 3 tahun yang lalu. Saat dilakukan
pengkajian, mengeluh sering lemas dan lelah, sering buang air kecil, dan
banyak minum. Makan 3x sehari dengan porsi nasi, lauk, sayur seadanya.
Saat tidak bekerja bisa makan 5x sehari. Tn. E rutin mengkonsumsi obat
72
untuk penyakitnya yaitu obat glibenklamid 1x5 mg dan metformin 1x500
mg. Dalam menyediakan makanan belum memperhatikan yang
dikonsumsinya, hanya membatasi gula pasir. Saat dilakukan pemeriksaan
gula darah sesaat menunjukkan hasil 235 mg/dl.
Sumber pelayanan kesehatan adalah Puskesmas yang berjarak ± 2
km atau ke dokter, yang diyakini dalam menyembuhkan penyakitnya.
Pengobatan keluarga didukung oleh KIS dan BPJS.
Rumah yang ditempati sekarang adalah kontrakan dengan luas ± 52
m2 , yang terdiri dari 5 ruangan yaitu 1 ruang tamu sekaligus sebagai ruang
santai, 2 kamar tidur, 1 dapur, dan kamar mandi. Tipe permanen dengan
lantai keramik, dinding terbuat dari tembok sebagai pembatas antar
ruangan. Atap menggunakan genting. Vantilasi terdapat 3 jendela didepan
dan di kamar, system penerangan cukup. Sumber air menggunakan sumur,
kondisi air bersih, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa. Sudah
memiliki jamban sendiri, kebersihan jamban terjaga. Sephictank berjarak
sekitar 5 meter. Lingkungan bersih, barang-barang tertata rapi.
Pembuangan sampah menggunakan pembuangan sementara yang berada
didepan rumah.
73
Denah Rumah Tn. E
Gambar. 4.2 Denahrumah Tn. E
Keluarga tinggal di pemukiman padat penduduk dengan jarak
antara satu dengan rumah lain berjarak kurang dari 5 meter dengan dinding
tembok menyatu. Hubungan social dengan tetangga sekitar baik, saling
menghormati satu sama lain dan saling membantu. Anggota cukup aktif
dalam mengikuti kegiatan di masyarakat seperti arisan PKK dan pengajian.
Tidak ada budaya yang bertentangan dengan kesehatan. Rumah yang
ditempati sejak tahun 1980 atau 37 tahun meskipun harus berpindah-
pindah tapi masih di sekitar daerah tersebut. Alat transportasi yang
digunakan adalah sepeda motor dan juga sering menggunakan angkutan
umum.
Keterangan
1 Ruang Tamu Sekaligus Ruang
Santai
2 Kamar Tidur
3 Kamar Tidur
4 Dapur
5 Kamar mandi
Pintu
3
5
2
4
1
U
74
Hubungan Tn. E dengan keluarga baik. Biasanya mereka
berkumpul pada sore dan malam hari dimana semua sudah pulang kerja.
Waktu untuk istirahat digunakan untuk berkumpul menonton TV dan
makan malam bersama. Selalu memberikan dukungan dan dorongan untuk
berobat saat salah satu anggota ada yang sakit.
Komunikasi yang digunakan sehari-hari menggunakan Bahasa
Jawa. Dalam memecahkan masalah dengan musyawarah. Keputusan yang
diambil adalah keputusan bersama, saling menghargai pendapat anggota
lain, saling membantu dan mendukung. Pembagian peran baik, setiap
anggota melaksanakan tugas sesuai dengan perannya. Klien berperan
sebagai kepala rumah tangga, suami, ayah, mertua, serta kakek, bekerja
sebagai supir bus . Ny. H berperan sebagai istri, ibu, mertua dan nenek,
membantu dalam mencari nafkah dengan bekerja sebagai juru masak di
sebuah lestoran makan. Sementara Sdr. H, sebagai anak, dan paman . Ny.
P berperan sebagai anak, istri, kakak, juga ibu. Tn. A berperan sebagai
suami Ny. P, menantu, ayah dan kakak, bekerja sebagai montir di sebuah
bengkel untuk menafkahi istri dan anaknya. An. K dan An. P berperan
sebagai anak, cucu dan keponakan Sdr. H. Tidak ada nilai dan norma
dalam keluarga yang bertentangan dengan kesehatan.
Pengkajian tentang fungsi keluarga didapatkan data, semua anggota
saling menyayangi, saling memberikan kasih-sayang satu sama lain, dan
selalu menjaga keharmonisan. Komunikasi dan interaksi sesama anggota
terjalin dengan baik, dengan masyarakat sekitar tempat tinggalnya juga
75
baik. Saat dilakukan pengkajian fungsi perawatan kesehatan tentang
kemampuan mengenal masalah, keluarga mengatakan mengetahui bahwa
Tn. E menderita diabetes mellitus namun tidak mengetahui tentang detail
penyakitnya. Klien mengatakan penyakit ini karena keturunan, dan
tandanya menjadi mudah lelah, saat ditanya tentang pengertian, tanda,
gejala, penyebab dan komplikasi serta diet klien tidak dapat menjawab
secara detail. Klien dan keluarga terlihat binggung dan tidak dapat
menjawab pertanyaan yang diajukan.
Kemampuan mengambil keputusan dalam mengatasi masalah
kesehatan, sudah baik yaitu ketika ada salah satu anggota yang sakit
langsung dibawa ke puskesmas atau dokter. Pengambil keputusan paling
kuat adalah Tn. E.
Keluarga belum mampu melakukan perawatan kesehatan yang
tepat untuk anggota yang menderita diabetes mellitus. Terbukti ketika
masih menyediakan makanan yang manis-manis dan membiarkan klien
makan 5x sehari. Keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang cara
merawat Tn. E sehingga gula darahnya stabil.
Kemampuan dalam memodifikasi lingkungan sudah baik, dengan
mampu menjaga dan memelihara lingkungan rumah dengan tidak ada
barang berserakan, perabotan rumah tertata rapi, dan bersih, lantai rumah
tidak licin.
Dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sudah baik
dengan memanfaatkan Puskesmas untuk memeriksakan anggota yang
76
sakit. Tn. E juga sering control tentang penyakitnya ke Puskesmas dan
juga dokter.
Keluarga mengatakan khawatir ketika ada anggota yang sakit.
Klien mengatakan penghasilan yang tidak menentu kadang tidak
mencukupi kebutuhan menimbulkan stress jangka pendek. Penyakit
diabetes mellitus yang diderita menjadi penyebab stres yang
berkepanjangan dikarenakan penyakit tersebut memerlukan perawatan
yang rutin dan berkelanjutan, juga memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Usaha dalam mengatasi masalah kesehatan adalah dengan
penanganan mandiri seperti meracik obat tradisional ataupun dengan
memanfaatkan fasilitas kesehatan pelayanan kesehatan terdekat. Untuk
masalah finansial mereka berkeyakinan bahwa untuk rezeki sudah ada
yang mengatur.
Apabila dalam keluarga terdapat masalah ataupun kesulitan maka
akan diselesaikan dengan cara musyawarah dan memilih jalan keluar
terbaik untuk masalah yang dihadapi. Keluarga berharap dengan adanya
perawat, dapat memberikan informasi mengenai penyakit diabetes mellitus
secara detail dan memberikan pemahaman tentang merawat Tn. E.
Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan menu sayur, lauk, nasi dan
sering dengan buah-buahan. Diet untuk Tn. E belum diperhatian. Tidak
ada gangguan eliminasi dengan BAB 1x sehari dan BAK sering 6-8 kali
sehari. Aktivitas sehari-hari sesuai dengan masing-masing peran. Istirahat
tidur biasanya tidur jam 21.00 – 03.00 saat bekerja dan saat tidak bekerja
77
tidur jam 21-00 – 05.00 pada malam hari dan tidur satu jam pada siang
hari. Tn. E mempunyai kebiasaan merokok 1 bungkus habis dalam 2 hari,
saat merokok akan keluar dari rumah karena mengetahui tentang bahaya
rokok untuk keluarganya.
Tabel 4.1Pemeriksaan fisik pada anggota keluarga Tn. E
Pengkajian Tn. E Ny. H Sdr. H Ny. P
KU Baik Baik Baik Baik
Kesadaran Composmentis
Composmentis
Composmentis
Composmentis
TD 140/90mmHg
140/90mmHg
110/80mmHg
110/90mmHg
Nadi 80x/menit 68x/menit 72x/menit 72x/menit
RR 20x/menit 18x/menit 20x/menit 20x/menit
Suhu 36,3ºC 36,5 º C 36,5 º C 36º C
BB 65 kg 60 kg 60 kg 63 kg
TB 160 cm 165 cm 165 cm 160 cm
Kepala Mesochepal,bersih tidakada lesi
Mesochepal,bersih tidakada lesi
Mesochepal,bersih tidakada lesi
Mesochepal,tidak ada lesi
Rambut Sebagianberuban,pendek,bergelombang,rapi,distribusimerata
Sebagianberuban,pendek,lurus, rapi ,distribusimerata
Hitam,pendek,lurus, rapi,distribusimerata
Hitam,panjang,lurus, rapi,distribusimerata
Telinga bentuksimetris,tidak ada
bentuksimetris,tidak ada
bentuksimetris,tidak ada
bentuksimetris,tidak ada
78
Pengkajian Tn. E Ny. H Sdr. H Ny. P
pengeluaranserumen,pendengaranbaik
pengeluaranserumen,pendengaranbaik
pengeluaranserumen,pendengaranbaik
pengeluaranserumen,pendengaranbaik
Mata Penglihatanbagus, tidakmengalamikekaburanSklera tidakikterik,konjungtivatidak anemis
Sklera tidakikterik,konjungtivatidak anemis
Sklera tidakikterik,konjungtivatidak anemis
Sklera tidakikterik,konjungtivatidak anemis
Hidung Bersih, tidakadapengeluaransecret
Bersih, tidakadapengeluaransecret
Bersih, tidakadapengeluaransecret
Bersih, tidakadapengeluaransecret
Mulut Mukosa bibirlembab, tidakada stomatitis
Mukosa bibirlembab, tidakada stomatitis
Mukosa bibirlembab, tidakada stomatitis
Mukosa bibirlembab, tidakada stomatitis
Leher Tidak adapembesarankelenjartiroid
Tidak adapembesarankelenjartiroid
Tidak adapembesarankelenjartiroid
Tidak adapembesarankelenjartiroid
Dada :Paru
I : SimetrisP: Vokal
fremitussama, tidakada nyeritekan
P: SonorA:Vesikuler
I : SimetrisP: Vokal
fremitussama, tidakada nyeritekan
P: SonorA:Vesikuler
I : SimetrisP: Vokal
fremitussama, tidakada nyeritekan
P: SonorA:Vesikuler
I : SimetrisP: Vokal
fremitussama, tidakada nyeritekan
P: SonorA:Vesikuler
Jantung I: icus cordistak Nampak
P: Icus cordisteraba pada
I: icus cordistak NampakP: Icus cordisteraba pada
I: icus cordistak NampakP: Icus cordisteraba pada
I: icus cordistak NampakP: Icus cordisteraba pada
79
Pengkajian Tn. E Ny. H Sdr. H Ny. P
intercostake 4 dan 5
P: pekakA: SI dan S2
reguler
intercosta ke4 dan 5P: pekakA: SI dan S2reguler
intercosta ke4 dan 5P: pekakA: SI dan S2reguler
intercosta ke4 dan 5P: pekakA: SI dan S2reguler
Abdomen I: SimetrisA: Bising
usus11x/menit
P: tidak adanyeri tekan
P: Tympani
I: SimetrisA: Bising
usus11x/menit
P: tidak adanyeri tekan
P: Tympani
I: SimetrisA: Bising
usus11x/menit
P: tidak adanyeri tekan
P: Tympani
I: SimetrisA: Bising
usus11x/menit
P: tidak adanyeri tekan
P: Tympani
Ektremitas Tidak adakelainan,tidak adaluka maupunoedema
Tidak adakelainanmaupunoedema
Tidak adakelainanmaupunoedema
Tidak adakelainanmaupunoedema
Integumen Turgor baik Turgor baik Turgor baik Turgor baik
Pemeriksaan GDS
235 mg/dl Tidak terkaji Tidak terkaji Tidak terkaji
80
Tabel 4.2Lanjutan Pemeriksaan fisik pada anggota keluarga Tn. E
Pengkajian Tn. A An. K An. P
KU Baik Baik Baik
Kesadaran Composmentis Composmentis Composmentis
TD 110/80 mmHg Tidak terkaji Tidak terkaji
Nadi 80x/menit 92x/menit 88x/menit
RR 18x/menit 20x/menit 20x/menit
Suhu 36,6ºC 36,4 º C 36,5 º C
BB 58 kg 28 kg 25 kg
TB 160 cm 135 cm 125 cm
Kepala Mesochepal, bersihtidak ada lesi
Mesochepal, bersihtidak ada lesi
Mesochepal,bersih tidak adalesi
Rambut Sebagian beruban,pendek,bergelombang, rapi, distribusimerata
hitam, panjang,lurus, rapi , distribusimerata
Hitam, pendek,lurus, rapi,distribusi merata
Telinga bentuk simetris,tidak adapengeluaranserumen,pendengaran baik
bentuk simetris,tidak adapengeluaranserumen,pendengaran baik
bentuk simetris,tidak adapengeluaranserumen,pendengaranbaik
Mata Sklera tidak ikterik,konjungtiva tidakanemis
Sklera tidak ikterik,konjungtiva tidakanemis
Sklera tidakikterik,konjungtivatidak anemis
Hidung Bersih, tidak adapengeluaran sekret
Bersih, tidak adapengeluaran secret
Bersih, tidak adapengeluaransecret
81
Pengkajian Tn. A An. K An. P
Mulut Mukosa bibirlembab, tidak adastomatitis
Mukosa bibirlembab, tidak adastomatitis
Mukosa bibirlembab, tidakada stomatitis
Leher Tidak adapembesarankelenjar tiroid
Tidak adapembesaran kelenjartiroid
Tidak adapembesarankelenjar tiroid
Dada :Paru
I : SimetrisP: Vokal fremitus
sama, tidak adanyeri tekan
P: SonorA:Vesikuler
I : SimetrisP: Vokal fremitus
sama, tidak adanyeri tekan
P: SonorA:Vesikuler
I : SimetrisP: Vokal
fremitussama, tidakada nyeritekan
P: SonorA:Vesikuler
Jantung I: icus cordis takNampak
P: Icus cordisteraba padaintercosta ke 4dan 5
P: pekakA: SI dan S2
reguler
I: icus cordis takNampakP: Icus cordis terabapada intercosta ke 4dan 5P: pekakA: SI dan S2 reguler
I: icus cordis takNampakP: Icus cordisteraba padaintercosta ke 4dan 5P: pekakA: SI dan S2reguler
Abdomen I: SimetrisA: Bising usus
11x/menitP: tidak ada nyeri
tekanP: Tympani
I: SimetrisA: Bising usus
11x/menitP: tidak ada nyeri
tekanP: Tympani
I: SimetrisA: Bising usus
11x/menitP: tidak ada
nyeri tekanP: Tympani
Ektremitas Tidak ada kelainanmaupun oedema
Tidak ada kelainanmaupun oedema
Tidak adakelainanmaupun oedema
Integumen Turgor baik Turgor baik Turgor baik
82
Pengkajian Tn. A An. K An. P
Pemeriksaan GDS
Tidak terkaji Tidak terkaji Tidak terkaji
2. Analisa Data
Pengkajian yang telah dilakukan, diperoleh data keluarga
mengetahui bahwa Tn. E menderita diabetes mellitus namun tidak
mengetahui tentang detail penyakitnya, mengetahui penyebabnya
keturunan, dan tandanya menjadi mudah lelah, saat ditanya tentang
pengertian, tanda, gejala, penyebab dan komplikasi serta diet diabetes
mellitus klien tidak dapat menjawab secara detail. Terlihat binggung, tidak
dapat menjawab pertanyaan yang diajukan dan mengatakan tidak tau
tentang penyakit yang diderita Tn.E. Dan beranggapan bahwa penyakit
yang diderita adalah penyakit serius dan ingin mengetahui secara detail
tentang penyakitnya untuk mencegah komplikasi lebih parah. Keluarga
sangat antusias dan banyak bertanya. Dari data di atas dapat diambil
diagnose keperawatan defisiensi pengetahuan berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah terkait diabetes
mellitus.
Kemampuan mengambil keputusan dalam mengatasi masalah
kesehatan, sudah baik yaitu ketika ada salah satu anggota yang sakit
langsung dibawa ke Puskesmas atau dokter. Dari data tersebut tidak ada
masalah keperawatan yang dapat diangkat.
Belum mampu melakukan perawatan yang tepat untuk Tn. E.
Terbukti ketika masih menyediakan makanan yang manis-manis dan
83
membiarkan klien makan 5x sehari, tidak tau makanan yang harus
dihindari dan diit yang harus dilakukan. Keluarga mengatakan tidak
mengetahui tentang cara merawat Tn. E sehingga menyebabkan gula
darahnya tidak stabil. Maka diangkat diagnose ketidakstabilan kadar gula
darah berhubungan dengan ketidakmampuan dalam merawat salah satu
anggota yang menderita diabetes mellitus.
Memodifikasi lingkungan sudah baik, mampu menjaga dan
memelihara lingkungan rumah dengan tidak ada barang berserakan,
perabotan rumah tertata rapi, dan bersih, lantai rumah tidak licin, sehingga
tidak beresiko terjadi cedera.
Dalam memanfaatkan fasilitas atau pelayanan kesehatan sudah
baik dengan memanfaatkan Puskesmas untuk memeriksakan anggota yang
sakit. Dengan memiliki kartu jaminan kesehatan KIS dan BPJS untuk
berobat.
Dari data di atas maka diangkat dua diagnose keperawatan yaitu:
1. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesetahan tenkait diabetes mellitus.
2. Ketidakseimbangan kadar gula darah berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
3. Prioritas Masalah
a Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan terkait diabetes mellitus.
84
Tabel 4.3Skoring Defiseinsi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuakeluarga mengenal masalah kesehatan
No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran
1 Sifat masalah :Tidak/kurangsehat
x 1 1 Merupakan masalahactual yaitu Keluargatidak mengetahuitentang penyakitDiabetes melitus,penyebab, tanda dangejala sertapenanganan yangtepat yangmerupakan kurangsehat.
2 Kemungkinanmasalah dapatdiubah :Dengan mudah
x 2 2 Masalah dapatdiubah denganmudah karenakeluarga inginmengetahui tentangpenyakit, penyebab,serta perawatannya.
3 Potensial masalahdapat dicegah :Cukup
x 1 23 Masalah dapatdicegah dengan caramelakukanpendidikan kesehatanmengenai diabetesmellitus
4 Menonjolnyamasalah :Masalah beratharus segeraditangani
x 1 1 Penanganan diabetesmelitus memerlukanpenanganan yanglama danberkelanjutan
Total : 4
b Ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
Tabel 4.4
85
Skoring ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan denganketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran
1 Sifat masalah :Tidak/kurangsehat
x 1 1 Merupakan masalahyang actual dankeadaan tidak sehatkarena keluarga tidakmengetahui caramerawat keluargadengan diabetesmellitus
2 Kemungkinanmasalah dapatdiubah :Sebagian
x 2 1 Masalah dapatdiubah sebagiankarena keluargabelum mengetahuitentang cara merawatkeluarga dengandiabetes mellitus
3 Potensial masalahdapat dicegah :Cukup
x 1 23 Masalah dapatdicegah dengan caramelakukanpendidikan kesehatan
4 Menonjolnyamasalah :Masalah tidaksegera diatasi
x 1 12 Keluarga mengertiadanya masalah tapitidak segeraditangani
Total : 3
Dari hasil proses scoring yang dilakukan defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan mendapatkan skor 4 dengan kriteria sifat masalah kurang sehat
(skor 1). Dengan mengatakan belum mengetahui tentang pengertian,
penyebab, tanda gejala, cara penanganan, komplikasi, dan diit pada
penderita, sehingga kemungkinan masalah untuk diubah adalah mudah
(nilai 2) dikarenakan keluarga ingin mengetahui secara jelas tentang
86
penyakit tersebut. Keadaan kurang pengetahuan mengenai kondisi klien
sudah terjadi maka potensial masalah dicegah cukup (nilai ). Pada
menonjolnya masalah masalah berat dan harus segera ditangani (nilai 1)
karena menganggap bahwa penyakit yang dialami merupakan penyakit
yang serius dan memerlukan penanganan yang rutin.
Sedangkan ketidakstabilan kadar gula darah mendapatkan skor 3
dengan kriteria sifat masalah kurang sehat (skor 1). Keluarga belum
mengetahui tentang bagaimana cara merawat anggota yang sakit diabetes
mellitus tapi sulit untuk merubah kebiasaan sehingga kemungkinan
masalah untuk dipecahkan sebagian (skor 1). Potensi masalah untuk
dipecahkan cukup ( nilai ) dengan pendidikan kesehatan tentang cara
merawat anggota yang sakit. Keluarga tau adanya masalah tapi tidak
segera untuk ditangani sehingga menonjolnya masalah mendapat skor .
Berdasarkan dua rumusan masalah keperawatan yang telah ditemukan,
maka diprioritaskan masalah keperawatan yang lebih utama yaitu
defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan diabetes mellitus mendapatkan skor 4 .
Dengan alasan informasi yang diterima untuk mengenal masalah,
merupakan dasar utama dalam perawatan anggota yang sakit. Diagnosa
kedua yaitu ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit dengan jumlah
skor 3 .
87
4. Rencana Keperawatan
a Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan.
Perencanaan dilakukan pada tanggal 9 Januari 2018 pukul 19.00 WIB.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x kunjungan
diharapkan masalah defisiensi pengetahuan teratasi dengan kriteria
hasil:
1) Klien dan keluarga mengatakan paham tentang pengertian, tanda
gejala, perjalanan penyakit, penanganan diabetes mellitus.
2) Klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
disampaikan oleh perawat/tenaga kesehatan.
Rencana tindakan yang akan dilakukan meliputi:
1) Kaji tingkat pengetahuan keluarga terkait dengan penyakit.
2) Berikan reinforment positif terhadap pengetahuan klien dan
keluarga.
3) Jelaskan tentang pengertian, tanda gejala, penyebab, penanganan
diabetes mellitus.
4) Jelaskan komplikasi yang dapat terjadi.
5) Jelaskan proses pengobatan (Farmakologi dan non Farmakologi)
6) Dorong klien dan keluarga menjelaskan kembali apa yang di
sampaikan
b Ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota yang sakit.
88
Perencanaan dilakukan pada tanggal 9 Januari 2018 pada pukul 19.15
WIB.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x pertemuan
diharapkan masalah ketidakpatuhan diet teratasi dengan kriteria hasil:
1) Klien dan keluarga melaksanakan diet diabetes mellitus.
2) Klien dan keluarga mendukung klien memenuhi diet yang
dianjurkan.
3) Klien dan keluarga meningkatkan kepatuhan diet.
Rencana tindakan yang akan dilakukan meliputi:
1) Berikan klien dan keluarga informasi tentang pemberian porsi diet
diabetes mellitus.
2) Jelaskan pada klien dan keluarga tentang makanan yang
diperbolehkan dan tidak diperbolehkan.
3) Motivasi keluarga dan klien untuk mendukung kepatuhan diet dan
minum obat yang dianjurkan.
4) Jelaskan akibat yang dapat terjadi jika tidak melaksanakan diet yang
dianjurkan.
5. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi untuk diagnosa defiesiensi pengetahuan dilakukan
pada tanggal 10 Januari pada pukul 17.00-17.45 WIB dirumah Tn. E
yaitu mengkaji tingkat pengetahuan keluarga dan klien terkait dengan
diabetes mellitus, memberikan reinforment positif terhadap
89
pengetahuan klien dan keluarga. Kemudian melakukan pendidikan
kesehatan yaitu: menjelaskan tentang pengertian, tanda gejala,
penyebab, penanganan. menjelaskan komplikasi yang dapat terjadi.
menjelaskan proses pengobatan (Farmakologi dan non Farmakologi).
mendorong dalam menjelaskan kembali apa yang di sampaikan. Metode
yang digunakan dalam pemberian pendidikan kesehatan adalah metode
ceramah, diskusi/tanya jawab. Sedangkan media yang digunakan adalah
leaflet dan lembar balik. Kemudian pada tanggal 11 Januari pada pukul
17.00-17.45 WIB, penulis mereview tentang apa yang telah
disampaikan hari sebelumnya yaitu tentang pengertian, tanda gejala,
penyebab, penanganan dan komplikasi yang dapat terjadi. Kemudian
menjelaskan tentang salah satu penanganan diabetes mellitus dengan
senam kaki dan olahraga selama 30 menit. Saat dilakukan penyuluhan
klien dan keluarga sangat antusias, dan memperhatikan apa yang
disampaikan, serta mempunyai rasa ingin tau yang besar.
Pada tanggal 12 Januari 2018 pada pukul 10.00-11.00 WIB,
penulis melakukan implementasi untuk diagnose ketidakseimbangan
kadar gula darah berhubungan dengan ketidakmampuan merawat
anggota yang sakit yaitu memberikan informasi tentang pemberian
porsi diet yang dianjurkan, menjelaskan tentang makanan yang
diperbolehkan dan tidak diperbolehkan, memotivasi keluarga untuk
mendukung kepatuhan diit diabetes mellitus dan keteraturan minum
obat, menjelaskan akibat yang dapat terjadi jika tidak mematuhi diet
90
yang dianjurkan. Kemudian menjelaskan tentang perawatan pasien
dengan menggunakan daun salam direbus kemudian diambil airnya dan
diminum 3x sehari kemudian hari selanjutnya ditambah air di ambil lagi
airnya untuk diminum. Metode yang digunakan masih menggunakan
metode ceramah, diskusi/tanya jawab dengan menggunakan media
leaflet. Saat dilakukan pendidikan kesehatan klien dan keluarga sangat
antusias, memperhatikan dan memberikan feedback berupa pertanyaan
terkait merawat anggota keluarga yang sakit.
6. Evaluasi
Evaluasi dilakukan selama 4 kali kunjungan yang meliputi 3
evaluasi formatif yang dilakukan pada tanggal 10 dan 11 Januari pukul
18.00 serta tanggal 12 januari pada pukul 11.00. sedangkan evaluasi
sumatif dilakukan pada 22 Januari 2018 pada pukul 17.00 WIB.
Saat dilakukan evaluasi pada tanggal 10 Januari pukul 18.00, data
subjektif menurut klien dan keluarga diabetes mellitus adalah penyakit
yang terjadi akibat kenaikan kadar gula darah, penyebabnya faktor
keturunan, pola makan (gaya hidup), kegemukan, dan usia. Untuk tanda
dan gejala mata kabur, luka sukar sembuh, banyak makan, banyak
kencing dan sering kesemutan. Mereka juga mengatakan bahwa
penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi yaitu stroke, jantung,
ginjal, penanganan yang dilakukan olahraga, diit. Secara Objektif
keluarga memperhatikan ketika diberi penyuluhan, namun belum
menguasai secara detail.
91
Rencana tindak lanjut yang telah di susun meliputi: Review
kembali materi pengertian, penyebab, tanda dan gejala, dan diet
kemudian ajarkan untuk melakukan senam kaki dan jalan kaki santai
selama 30 menit.
Evaluasi kedua yang dilakukan pada tanggal 11 januari 2018
pukul 18.00 WIB pada diagnose defisiensi pengetahuan. Hasil evaluasi
data subjektif, klien dan keluarga mengatakan diabetes mellitus adalah
penyakit yang terjadi akibat kenaikan kadar gula darah, penyebabnya
antara lain faktor lingkungan, faktor keturunan, pola makan (gaya
hidup), kegemukan, dan usia. Mereka juga menyebutkan tanda dan
gejala meliputi berat badan turun, luka sukar sembuh, mudah infeksi,
banyak minum, banyak kencing, banyak makan, sering kesemutan,
lemas, dan pandangan mata kabur.
Klien dan keluarga menyebutkan penanganan yaitu dengan
mengontrol kadar gula darah secara teratur, olahraga teratur salah
satunya dengan dapat melakukan senam kaki diabetes mellitus, jalan
kaki santai selama 30 menit, minum obat dan makan sesuai diet
meliputi 3 J (jumlah, jam, dan jenis). Secara Objektif keluarga
memperhatikan ketika diberi penyuluhan, dan juga mampu menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh penulis. Keluarga mampu mengenal
tentang pengertian, penyebab, tanda gejala, penanganan, diet dan senam
kaki. Rencana tindak lanjut yang telah di susun meliputi: Pertahankan
dalam mengenal dan mengetahui tentang masalah kesehatan.
92
Evaluasi hari ketiga yaitu tanggal 12 Januari pukul 11.00 WIB
pada diagnose Ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan
ketidakmampuan merawat anggota yang sakit. Hasil evaluasi secara
subjektif keluarga mengatakan bersedia untuk menyediakan makanan
yang tinggi serat dan rendah gula, mampu menyebutkan makanan yang
dianjurkan (kol, tomat, kangkung, bayam, oyong, kacang panjang,
pepaya, jeruk, pisang, dan labu siam) dan tidak dianjurkan (manisan,
gula pasir, susu kental manis, madu, kecap, abon, sirup, es krim, durian,
dan nangka). Klien dan keluarga mengatakan akan berusaha mematuhi
diet dan rutin untuk minum obat diabetes mellitus karena jika tidak
menaati diet dan minum obat secara teratur akan mengakibatkan
komplikasi seperti kerusakan mata, ginjal, syaraf, dan juga pembuluh
darah dapat menjadi stroke dan jantung.
Saat dilakukan pendidikan kesehatan klien dan keluarga terlihat
memperhatian, dan antusias, mampu menjawab pertanyaan yang
diajukan penulis. Sehingga mengerti cara merawat anggota keluarga
yang sakit. Rencana tindak lanjut yang telah disusun meliputi
pertahankan kemampuan dalam merawat anggota keluarga yang sakit,
motivasi untuk patuh terhadap diet dan minum obat.
Evaluasi sumatif dilakukan pada tanggal 22 Januari 2018 pukul
11.00 WIB yaitu sekitar 10 hari setelah dilakukan tindakan, penulis
melakukan kunjungan untuk evaluasi apa yang telah dilakukan oleh
klien dan keluarga terkait apa yang disampaikan oleh penulis. Hasil
93
subjektif yang diperoleh klien dan keluarga sudah mengatur jadwal
makan Tn. E sesuai jadwal diet diabetes mellitus. Sudah menyediakan
makanan khusus yang mengandung sedikit gula dan merupakan
makanan yang dianjurkan untuk dimakan. Mengayatakan selalu
mengingatkan klien untuk meminum obat dan rutin kontrol ke
Puskesmas.
Data objektif yang diperoleh klien dan keluarga sudah paham
tentang penyakit, cara merawat dan diit diabetes mellitus. Saling
mendukung dalam kesembuhan klien . menu makanan saat dilakukan
evaluasi sop bayam tidak terlalu manis dan tempe goreng sedangkan
buahnya pisang. Pemeriksaan GDS: 205 mg/dl. Masalah defisiensi
pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan teratasi, masalah ketidakseimbangan kadar gula
darah berhubungan dengan ketidakmampuan merawat anggota yang
sakit terkontrol. Rencana tindak lanjut motivasi klien dan keluarga
untuk mematuhi penatalaksanaan diabetes mellitus yaitu mengatur pola
makan (diet), olahraga secara tertur, minum obat secara teratur, dan
rutin melakukan pemeriksaan kadar gula darah di pelayanan kesehatan
(Puskesmas).
B. Pembahasan
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah penulis lakukan pada
keluarga Tn. E di wilayah kerja Puskesmas Magelang Utara Kota Magelang,
dalam bab ini penulis akan menguraikan hal-hal berkaitan dengan diagnose
94
keperawatan, rencana tindakan yang dilakukan, implementasi tindakan
keperawatan serta evaluasi. Pembahasan meliputi kesenjangan serta hal-hal
yang ditemukan di lapangan dengan teori yang ada.
Asuhan keperawatan dilakukan pada tanggal 8-12 Januari 2018, dengan
tahapan pengumpulan data, pengolahan data, analisis, perumusan masalah
keperawatan, prioritas masalah, diagnose keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh
Made dkk (2017, p. 65). Dalam asuhan keperawatan yang telah sesuai dengan
tahapan sistematik asuhan keperawatan.
Pengkajian dilakukan penulis pada tanggal 8 Januari pukul 15.00 dan 9
Januari pukul 17.00. pengkajian dilakukan melalui wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi sesuai dengan yang dikemukakan
oleh Ali (2010, p. 40).
Pada tahap pengkajian melalui tahap pengkajian keluarga dan
pengkajian individu atau anggota keluarga. Secara garis besar data dasar yang
yang dikaji adalah struktur dan karakteristik keluarga, sosial, ekonomi,
budaya, faktor lingkungan, riwayat kesehatan dan medis dari setiap anggota
keluarga, serta psikososial keluarga (Mubarak, 2012). Kemudian didapatkan
data bahwa Tn. E termasuk dalam tipe keluarga besar atau extended family
dimana terdiri dari suami istri, anak, menantu, dan juga cucu dalam satu
rumah. Hal tersebut sesuai dengan teori yang disebutkan oleh Padila (2012, p.
38), Suprajitno (2014, p. 2), Bakri (2017, p. 15) tentang macam-macam tipe
keluarga. Tahap perkembangan pada tahap perkembangan keluarga dengan
95
anak usia dewasa dengan anak pertama berusia 28 tahun. Tidak ada
kesenjangan untuk tugas perkembangan yang dikemukakan oleh Mubarak
(2012, p. 86).
Saat dilakukan pengkajian didapatkan Tn. E menderita diabetes mellitus
dengan keluhan cepat lelah, sering mengantuk, sering kencing, sering merasa
lapar dan sering haus. Menurut Shanty (2011, p.27) tanda dan gejala
terjadinya diabetes mellitus adalah, sering makan, sering kencing, sering
minum, penurunan berat badan, sering lemas/lelah, penglihatan kabur,
kesemutan, luka susah sembuh, mudah terkena infeksi. Sementara penurunan
berat badan, penglihatan kabur, kesemutan, luka susah sembuh dan risiko
terkena infeksi tidak muncul itu terjadi disebabkan penyakit yang masih
ringan sehingga tidak munculnya tanda dan gejala tersebut. Fatimah (2015)
dalam penelitiannya terkait dengan diabetes mellitus tipe 2 juga menyebutkan
bahwa terdapat 2 gejala klinis, yaitu akut dan kronis. Gejala yang dialami Tn.
E merupakan gejala akut, dan jika terjadi keparahan akan mengalami gejala
kronis.
Sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Shanty (2011), Tn. E tidak
mengalami gejala penurunan berat badan, disebabkan memenuhan kebutuhan
suplai makanan pada sel masih dapat dipenuhi sehingga tidak mengalami
pemecahan jaringan lemak yang berlebih yang menyebabkan penurunan berat
badan. Hasil pemeriksaan GDS saat pengkajian 235 mg/dl ini menunjukkan
kadar gula darah belum terlalu tinggi, sehingga klien tidak mengalami
penarikan cairan lensa mata yang menyebabkan pandangan kabur. Kadar gula
96
darah yang tidak terlalu tinggi juga menyebabkan klien tidak mengalami
kerusakan pembuluh darah yang menimbulkan gejala kesemutan dan mudah
terkena infeksi. Dalam Corwin (2009) juga menyebutkan bahwa luka sukar
sembuh dan mudah terkena infeksi disebabkan oleh kerusakan pembuluh
darah dan gangguan sistem imun yang disebabkan oleh konsentrasi glukosa
dalam darah tinggi.
Pengkajian 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan sesuai dengan
teori Friedman 2010 (dalam Padila 2012, p. 36). Ketidakmampuan dalam
mengenal masalah kesehatan yang berkaitan dengan diabetes mellitus. Saat
diberikan pertanyaan terkait penyakit tersebut, tidak mampu menjawab
pertanyaan yang diajukan.
Keluarga juga belum mampu dalam merawat anggota yang sakit,
sehingga menyebabkan Tn.E mengalami ketidakseimbangan kadar gula
dalam darah yang memperburuk kondisi kesehatan terbukti dengan masih
menyediakan makanan manis untuk Tn. E.
Masalah keperawatan yang muncul berdasarkan teori yang diungkapkan
oleh Suprajitno (2014, p. 43), yaitu rumusan masalah berdasarkan NANDA
(2015) dan etiologi (E) dari 5 tugas keluarga dalam kesehatan menurut
Friedman (2010).
Terdapat kesenjangan yaitu tidak munculnya diagnose risiko syok
berhubungan dengan ketidakmampuan menentukan keputusan yang tepat,
risiko infeksi berhubungan dengan ketidakmampuan memodifikasi
97
lingkungan, dan risiko komplikasi berhubungan dengan ketidakmampuan
memanfaatkan fasilitas kesehatan.
Risiko syok berhubungan dengan ketidakmampuan menentukan
keputusan yang tepat tidak muncul terbukti dengan kemampuan mengambil
keputusan dalam mengatasi masalah kesehatan, sudah baik yaitu ketika ada
salah satu anggota yang sakit langsung dibawa ke Puskesmas atau dokter.
Dalam keluarga yang mengambil keputusan paling kuat adalah Tn. E. Hal
tersebut sesuai dengan teori Mubarak (2012) bahwa keputusan tindakan
kesehatan merupakan upaya utama keluarga untuk mencari pertolongan yang
tepat.
Sementara masalah risiko infeksi berhubungan dengan
ketidakmampuan memodifikasi lingkungan tidak muncul terbukti dengan
memodifikasi lingkungan sudah baik, mampu menjaga dan memelihara
lingkungan rumah dengan tidak ada barang berserakan, perabotan rumah
tertata rapi, dan bersih, lantai rumah tidak licin, terdapat jendela dan fentilasi
udara yang memadai, pencahayaan cukup terang. Sesuai dengan teori
menurut Friedman 2010 (dalam Padila 2012) merupakan upaya untuk
mendayagunakan potensi internal yang ada di lingkungan rumah untuk
mempertahankan kesehatan atau membantu proses perawatan anggota
keluarga yang sakit.
Sedangkan masalah risiko komplikasi berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan juga tidak
muncul disebabkan didapatkan data bahwa keluarga dalam memanfaatkan
98
fasilitas kesehatan juga sudah baik dengan memanfaatkan Puskesmas untuk
memeriksakan anggota keluarga yang sakit. Dengan memiliki kartu jaminan
kesehatan KIS dan BPJS untuk berobat. Hal tersebut sesuai dengan teoi
Mubarak (2012) penggunaan fasilitas kesehatan dapat dilakukan dengan
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di sekitarnya.
Berdasarkan hasil pengkajian dilakukan perumusan masalah dan
menentukan prioritas masalah menggunakan scoring sesuai teori yang telah
dirumuskan oleh Maglaya (2009) dalam Ni Made dkk (2017, p. 79) yaitu
dengan cara menentukan skor setiap kriteria, skor di bagi dengan angka
tertinggi dan dikalikan bobot. Setelah ditemukan masalah keperawatan dan
berdasarkan scoring tertinggi maka didapatkan diagnosa keperawatan yang
utama yaitu Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga pengenal masalah kesehatan, dengan skor 4 . Diagnose
keperawatan yang kedua yaitu ketidakefektifan kadar gula dalam darah
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit
dengan skor 3 .
Perencanaan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi
masalah defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan
mengenal masalah kesehatan terkait dengan diabetes melitus adalah kaji
tingkat pengetahuan, berikan reinforment positif terhadap pengetahuan yang
diketahui, jelaskan tentang pengertian, tanda gejala, penyebab, penanganan,
jelaskan komplikasi yang dapat terjadi, jelaskan proses pengobatan
(Farmakologi dan non Farmakologi), dorong klien dan keluarga menjelaskan
99
kembali apa yang di sampaikan atau dengan kata lain pemberikan pendidikan
kesehatan terkait dengan penyakit yang di derita Tn. E yaitu diabetes melitus.
Perencanaan tindakan ini diambil dari Nursing Interventions Classification/
NIC (2016). Teori ini juga sesuai menurut Sudoyo dkk (2009, p. 1877), tujuan
dilakukannya pendidikan kesehatan adalah untuk menambah pengetahuan
penderita tentang penyakit diabetes mellitus dan mengurangi timbulnya
komplikasi yang lebih parah.
Perencanaan tindakan keperawatan untuk masalah ketidakstabilan kadar
gula dalam darah berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit diabetes mellitus meliputi: berikan informasi
tentang pemberian porsi diet, jelaskan tentang makanan yang diperbolehkan
dan tidak diperbolehkan, motivasi untuk mendukung kepatuhan diet yang
dianjurkan, jelaskan akibat yang dapat terjadi jika tidak melaksanakan diet
yang sesuai. Perencanaan tersebut juga diambil dari Nursing Interventions
Classification/ NIC (2016). Teori ini sesuai dengan apa yang diungkapkan
Padiastuti (2013, p. 67), tujuan diet pada penderita diabetes mellitus adalah
mempertahankan atau mencapai berat badan yang ideal, mempertahankan
kadar glukosa darah mendekati normal, serta mencegah komplikasi akut dan
kronik
Menurut Notoatmodjo (2005) hal penting setelah dilakukannya promosi
kesehatan adalah terjadinya perubahan perilaku kesehatan. Karena perubahan
perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan sebagai penunjang
program-program kesehatan yang lain. Menurut Donsu (2017) pengetahuan
100
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka .
perilaku terbuka yang didasari pengetahuan biasanya bersifat kekal.. Dalam
melakukan pendidikan kesehatan penulis menggunakan metode yang
digunakan adalah metode ceramah, diskusi/tanya jawab dan demonstrasi
senam kaki diabetes mellitus Metode ini dipilih agar mudah diterima oleh
keluarga seperti yang dijelaskan oleh Notoatmodjo (2005) yaitu keuntungan
dari metode ceramah dapat digunakan untuk sasaran yang berpendidikan
tinggi maupun rendah. Sedangkan metode demonstrasi adalah menyampaikan
informasi dengan cara memperagakan materi pendidikan secara visual,
keuntungan menggunakan metode demonstrasi yaitu pemberian informasi
dapat jelas dan mudah diingat.
Selain itu untuk mempermudah keluarga mengingat serta menerima
penyuluhan maka digunakan leaflet dan lembar balik. Media digunakan untuk
mempermudah penyampaian informasi, media dapat menghindari kesalahan
persepsi, mengurangi komunikasi yang verbalistik, dapat menampilkan objek
yang tidak bisa ditangkap mata, memperlancar komunikasi.
Dari rencana tindakan yang telah dibuat penulis dalam melakukan
implementasi berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Semua tindakan
dapat dilakukan dengan lancar, karena dalam hal ini didukung oleh peran
aktif klien dan keluarga dan kooperatif dalam diberikan pendidikan kesehatan
yang dilakukan.
Evaluasi dilakukan berdasarkan teori menurut Suprajitno (2014, p. 52)
evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional yang terdiri
101
dari evaluasi formatif dan sumatif. Pada tanggal 10 Januari pukul 18.00
dilakukan evaluasi terkait defisiensi pengetahuan berhubungan dengan
ketidakmampuan mengenal masalah kesehatan perlunya review ulang karena
keluarga belum mampu mengenal masalah secara detail. Tanggal 11 januari
2018 pukul 18.00 dilakukan evaluasi terkait dengan defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan ketidakmampuan mengenal masalah kesehatan, setelah
dilakukan pendidikan kesehatan terkait penyakit dan penanganan klien telah
mampu mengenal masalah kesehatannya. Tanggal 12 Januari pukul 11.00
dilakukan evaluasi terkait diagnose ketidakstabilan kadar gula darah
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit
didapatkan hasil klien dan keluarga mampu merawat anggota yang sakit.
Pada tanggal 22 Januari 2018 atau 10 hari setelah dilakukan tindakan
keperawatan dilakukan evaluasi ulang, yaitu evaluasi sumatif dengan hasil
klien dan keluarga sudah paham tentang cara merawat dan diit diabetes
mellitus. Keluarga saling mendukung dalam kesembuhan Tn. E. Masalah
defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan mengenal
masalah kesehatan teratasi, masalah ketidakseimbangan kadar gula darah
berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat anggota yang sakit
terkontrol.
C. Keterbatasan
Penulis menyadari dalam memberikan asuhan keperawatan memiliki
keterbatasan-keterbatasan meliputi:
1. Keterbatasan waktu pelaksanaan
102
Kurangnya waktu dalam melaksanakan asuhan keperawatan
sehingga hasil yang didapatkan kurang maksimal. Kurangnya waktu
untuk memberikan asuhan keperawatan mengakibatkan tidak adanya
merencanakan pemantauan kepatuhan diet dan minum obat yang teratur
secara lebih ketat. Waktu pertemuan yang dilakukan kurang efektif yaitu
sore hari setelah Tn. E pulang kerja sehingga apa yang disampaikan tidak
diterima secara optimal.
2. Keterbatasan tenaga
Penulis menyadari kurangnya tenaga dalam mengatasi masalah
keluarga berkaitan dengan pemberian asuhan keperawatan dan
pemantauan secara terus menerus.
103
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan laporan hasil asuhan keperawatan keluarga Tn. E dengan
diabetes mellitus pada Tn. E dengan diabetes mellitus di Puskesmas Magelang
Utara Kota Magelang didapatkan kesimpulan dan saran:
A. Kesimpulan
1. Proses asuhan keperawatan dilakukan dengan tahapan yang sistematis.
Diawali dengan pengkajian pada tanggal 8 dan 9 Januari 2018 dengan
metode wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan dokumentasi yang
meliputi identitas klien dan keluarga klien, riwayat keperawatan dan
pengkajian focus. Didapatkan data ketidaktahuan keluarga tentang
penyakit klien, GDS: 235 mg/dl.
2. Dari data yang diperoleh kemudian dilakukan analisa data, sehingga
muncul masalah defisiensi pengetahuan berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan, dan
ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
3. Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan pada tanggal 9 Januari
2018 dan melakukan implementasi pada tanggal 10 Januari 2018. Penulis
melakukan pendidikan kesehatan tentang diabetes mellitus meliputi
pengertian, tanda gejala, penyebab, penanganan dan komplikasi yang
dapat terjadi, dan mendemonstrasikan senam kaki diabetes mellitus.
Kemudian dilakukan pendidikan kesehatan juga pada tanggal 11 dan 12
104
Januari 2018 tentang diet diabetes mellitus dan pengobatan non
farmakologi dengan daun salam. Dilakukan pula memberian motivasi
keluarga dalam mendukung kepatuhan diet klien.
4. Dilakukan evaluasi sebanyak 4 kali, yaitu 3 evaluasi formatif tanggal 10,
11, 12 Januari 2018 dan satu evaluasi sumatif tanggal 22 Januari 2018.
Diperoleh hasil klien dan keluarga sudah mengatur jadwal makan Tn.E
sesuai jadwal diet diabetes mellitus. Keluarga mengatakan sudah
menyediakan makanan khusus untuk Tn. E yang mengandung sedikit
gula dan merupakan makanan yang dianjurkan untuk dimakan Tn.E.
keluarga selalu mengingatkan klien untuk meminum obat dan rutin
control ke puskesmas.
5. Pembahasan menggambarkan adanya kesenjangan dengan tidak
ditemukan gejala penurunan berat badan, penglihatan kabur, kesemutan,
luka susah sembuh dan risiko terkena infeksi. Serta adanya 3 diagnosa
yang tidak muncul pada klien yaitu risiko syok berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, risiko infeksi
berhubungan dengan ketidakmampuan memlihara/memodifikasi
lingkungan, dan risiko komplikasi berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan.
105
B. Saran
1. Puskesmas
Dapat membantu keluarga dalam perawatan dan diharapkan dapat
memprogramkan asuhan keperawatan keluarga sesuai teori dan ketentuan
yang ada.
2. Institusi pendidikan dan penulis lain
Diharapkan hasil karya tulis ilmiah ini sebagai acuan referensi lain serta
acuan untuk dapat dikembangkan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga
menderita diabetes mellitus. Memberikan kemudahan dalam pemakaian
sarana dan prasarana yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilannya melalui praktik
klinik dan pembuatan laporan yang sesuai.
3. Klien dan keluarga
Diharapkan klien menjaga pola makan sehingga mencegah terjadinya
komplikasi dan memperparah keadaan klien. Keluarga juga diharapkan
selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada klien dalam
mengontrol gula darah klien dan teratur dalam minum obat dan control di
fasilitas kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaidin. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.
Bakri, Maria H. (2017). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: PustakaMahardika.
Bilous, Rudy dan Richard Donelly. (2014). Buku Pegangan Diabetes Edisi Ke-4.Jakarta:Bumi Medika
Cornelia., Edith Sumedi.,Irfanny Anwar. (2013). Konseling Gizi. Jakarta: PenebarPlus.
Corwin, Elizabeth. (2009). Buku Saku Patofisiologi.Edisi ke-3. Jakarta: EGC
Departemen Kesehatan RI. (2016). Infodatin : Situasi dan Analisis Diabetes(online). (http://www.depkes.go.id, diakses 6 November 2017)
-------------------------. (2016). Diabetes: Fakta dan Angka (online).(http://www.depkes.go.id, diakses 6 November 2017)
Dinas Kesehatan Jateng. (2013). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (online),(http://www.dinkes jatengprov.html, diakses 6 November 2017).
Dinas Kesehatan Kota Magelang. (2015). Laporan Penyakit Tidak Menular 2015.Magelang: Dinas Kesehatan Kota Magelang.
Donsu, Jenita Doli Tine. (2016). Metodologi Penelitian Keperawatan.Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Fady, Faisol Al. (2015). Madu dan Luka Diabetik: Metode Perawatan LukaKomplementer Dilengkapi dengan Hasil Riset. Yogyakarta: GosyenPublising
Fatimah, Restyana Noor. (2015). Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Majority, 4 (5).Hal 93-101.
Friedman Marilyn M. (2010). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik , Edisi 3.Jakarta: EGC.
Gloria M Bulechek, H. K. (2016). Nursing Interventions Classification (6th ed.).(R. D. Intansari Nurjannah, Ed.) Indonesia: Mocomedia.
Hasdianah., Sandu Siyoto., Indasah., Ratna Wardani. (2015). Buku Ajar Dasar-Dasar Riset Keperawatan. Jakarta: Numed.
Herdman, T Heather, S. K. (2015). NANDA International Inc. DiagnosisKeperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017 (10th ed.). (M. Ester, Ed.,H. D. Budi Ana Keliat, & M. A. Akemat Pawirowiyono, Trans.) Jakarta:EGC.
Misdarina dan Yesi Ariani. (2014). Pengetahuan Diabetes mellitus dengan KadarGula Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal IlmuKeperawatan.
Mubarak, Wahid Iqbal., Bambang Adi Santoso., Khoirul Rozikin., Siti Patonah.(2006). Ilmu Keperawatan Komunitas 2: Teori dan Aplikasi dalamPraktik. Jakarta: CV.Sagung Seto.
Mubarak, Wahid Iqbal., Cahyatin, Santoso. (2009). Ilmu Keperawatan KomunitasKonsep dan Aplikasi: Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.
-------------------------------------------------------. (2012). Ilmu KeperawatanKomunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi.Jakarta: Asdi Mahasatya.
Nurarif, Amin Huda., Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan KeperawatanBerdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:Mediaction Jogja.
Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.
----------. (2012). Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: NuhaMedika.
----------. (2013). Buku Ajar: Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Purnomo, Romadhani Tri dan Supardi. (2011). Hubungan Dukungan KeluargaKlien Diabetes Melitus Untuk Melakukan Latihan Fisik Di DinasKesejahteraan Sosial Kabupaten Klaten. Jurnal Ilmu Kesehatan.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Difinisi dan IndikatorDiagnostik. Jakarta: PPNI.
Pudiastuti, Ratna Dewi. (2013). Penyakit-Penyakit Mematikan. Yogyakarta: NuhaMedika.
Puskemas Magelang Utara. (2017). Laporan Penyakit Tidak Menular. PuskesmasJurangombo Kota Magelang.
Prihaningtyas, Rendi Aji. (2013). Hidup Manis dengan Diabetes. Yogyakarta:Media Pressindo.
Riasmini, Ni Made.,dkk. (2017). Panduan Asuhan Keperawatan Individu,Keluarga, Kelompok, dan Komunitas dengan Modifikasi NANDA, ICNP,NOC, dan NIC di Puskesmas dan Masyarakat. Jakarta: UI-Publishing.
Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2013. (2013). Badan Penelitian danPengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2013(online),(http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/LaporanRiskesdas2013.PDF, diakses 6 November 2015).
Smeltzer, Susan C. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12 Brunner &Suddart . Jakarta: EGC.
Sudoyo, Aru W., Bambang Setiyohadi., Idrus Alwi., Marcellus Simadibrata K.,Siti Setiati. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta:Interna Publishing.
Sue Moorhead, M. J., & Meridean L Maas, E. S. (2016). Nursing OutcomesClassification (5th ed.). (R. D. Intansari Nurjannah, Ed.) Indonesia:Mocomedia.
Sunaryo, R. W., Maisje Marylin Kuhu, T. S., Esti Dwi Widayanti, U. A., &Sugeng Riyadi, A. K. (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik. Ygyakarta:Penerbiit Andi.
Sutiawati, Mubarti., Nurhaedar Jafar., Yustini. (2013). Pengaruh Edukasi GiziTerhadap Pengetahuan, Pola Makan Dan Kadar Glukosa Darah PasienDiabetes Melitus Tipe 2 Rsud Lanto’ Dg Pasewang Jeneponto. JurnalMedia Gizi Masyarakat Indonesia, 2 (2).
Suriyani. (2009). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan ProgramPromosi Kesehatan Rumah Tangga Yang Sehat Di Wilayah KerjaPuskesmas Teladan Medan Kecamatan Medan Kota Tahun 2009. Naskahpublikasi. Medan: Universitas Sumatra Utara.
Shanty, Meita. (2011). Silent Killer Diseases: (Penyakit yang Diam-DiamMematikan). Yogyakarta: Javalitera.
Suprajitno. (2014). Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi Dalam Praktik.Jakarta: EGC
Utami, Fadillah. (2010). Hidup Sehat Bebas Diabetes & Asam Urat. Yogyakarta:Genius Publisher.
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DIABETES MELLITUS
Pokok bahasan : Endokrin
Sub pokok bahasan : Diabetes Mellitus
Penyaji : Ajeng Puspita Ningtyas
Hari dan tanggal : Rabu, 10 Januari 2018
Waktu : 17.00 WIB-selesai
Tempat : Rumah keluarga Tn. E
A. Tujuan
1. TIU (Tujuan Instruksional Umum)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan/pendidikan kesehatan maka
keluarga Tn. E mampu mengetahui dan merawat anggota keluarga yang
sakit dalam hal perawatan pasien diabetes mellitus untuk mencegah
terjadinya komplikasi lebih lanjut.
2. TIK (Tujuan Instruksional Khusus)
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama ±15 menit diharapkan
keluarga Tn. E dapat menjelaskan kembali menggunakan bahasanya
sendiri dengan benar.
a. Menyebutkan pengertian diabetes mellitus
b. Menyebutkan 3 dari 5 penyebab diabetes mellitus
c. Menyebutkan 5 dari 8 tanda gejala diabetes mellitus
Lampiran 3
d. Menyebutkan 5 penatalaksanaan diabetes mellitus
e. Menyebutkan 4 dari 8 komplikasi diabetes mellitus
f. Menjelaskan pembagian porsi diit diabetes mellitus/makanan yang
boleh dan tidak boleh dikonsumsi
B. Sasaran dan Target
Sasaran ditujukan kepada keluarga Tn. E dan Target ditujukan pada Tn. E.
C. Strategi Pelaksanaan
Hari dan tanggal Pelaksanaan :Rabu, 10 Januari 2018
Waktu : 17.00 WIB
Tempat : Rumah keluarga Tn. E
D. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi (Tanya Jawab)
E. Media
1. Leaflet
2. Lembar balik
F. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Kegiatan penyuluhan Kegiatan audiens
Pembukaan5 Menit
1. Memberi salampembukaan
2. Memperkenalkan diri3. Menjelaskan tujuan
penyuluhan4. Menjelaskan kontrak
waktu
1. Membalas salam penyaji2. Mendengarkan dan
memperhatikan3. Mendengarkan dan
memperhatikan4. Mendengarkan dan
memperhatikan
G. Evaluasi
a. Prosedur Evaluasi : Post Test
b. Jenis Test : Pertanyaan Lisan
c. Butir Soal :
1) Sebutkan pengertian diabetes mellitus
2) Sebutkan 3 dari 5 penyebab diabetes mellitus
3) Sebutkan 5 dari 8 tanda gejala diabetes mellitus
4) Sebutkan 5 penatalaksanaan diabetes mellitus
Pelaksanaan10 Menit
1. Penyuluhmenggali pengetahuan audiens tentang pengertian DM
2. Menjelaskanpengertian DM
3. Menjelaskan penyebabDM
4. Menjelaskan tanda dangejala DM
5. Menjelaskan caraperawatan/penatalaksanaanDM
6. Menjelaskan komplikasidari DM
7. Menjelaskan pembagianporsi diit pasien DM
8. Memberikan waktuaudiens untuk bertanya
1. Menyebutkanpengertian DM
2. Mendengarkan danmemperhatikan
3. Mendengarkan danmemperhatikan
4. Mendengarkan danmemperhatikan
5. Mendengarkan danmemperhatikan
6. Mendengarkan danmemperhatikan
7. Mendengarkan danmemperhatikan
8. Audiens bertanya
Penutup5 menit
1. Memberikan beberapapertanyaan untukmengevaluasi sejauh manapemahaman pasien tentangDM
2. Menyimpulkan secarabersama-sama
3. Mengakhiri penyuluhan4. Memberi salam penutup
1. Menjawab pertanyaan
2. Menyimpulkan
3. Mendengarkan danmemperhatikan
4. Membalas salam penutup
5) Sebutkan 4 dari 8 komplikasi diabetes mellitus
6) Jelaskan pembagian porsi diit diabetes mellitus/makanan yang boleh
dan tidak boleh dikonsumsi
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Diabetes Mellitus (DM) atau lebih dikenal penyakit kencing manis merupakan
penyakit tidak menular yang disebabkan karena peningkatan kadar glukosa
darah yang terjadi karena kelainan sekresi hormon insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya (Purnamasari, 2014).
Bukan
diabetes
Pra
diabetes
Diabetes
Puasa
Sewaktu
<100
<100
100-125
100-199
>126
>200
B. ETIOLOGI
1. Diabetes Mellitus Tipe I
Menurut Padila (2012) dan Corwin (2009) penyebab diabetes mellitus
tipe I meliputi :
a. Faktor Genetik
b. Faktor Imunologi
c. Faktor Lingkungan
2. Diabetes Mellitus Tipe II
Menurut Padila (2012) dan Corwin (2009) penyebab diabetes mellitus
tipe II meliputi :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65
tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
C. TANDA DAN GEJALA
Beberapa tanda dan gejala diabetes mellitus menurut Fady (2015) dan Shanty
(2011):
j. Rasa haus yang berlebih (Polidipsi)
Akibat dari banyaknya cairan yang keluar melalui urin maka
kompensasinya adalah rasa haus yang berlebihan.
k. Banyak kencing (Polyuria)
Ginjal tidak dapat menyerap kembali gula yang berlebihan di dalam darah.
Akibatnya, gula ini akan menarik air keluar dari jaringan sehingga kencing
menjadi sering dan banyak, hal ini menjadi potensi mengalami dehidrasi
atau kekurangan cairan.
l. Mudah merasa lapar (Polifagi)
Karena glukosa tidak bisa masuk ke dalam sel dikarenakan ketidak
efektifan kerja insulin maka sel mengirimkan sinyal ke otak yang
kemudian akan diterjemahkan sebagai rasa lapar.
m. Berat badan turun
Karena sel tidak mendapat suplai makanan maka banyak sel yang akan
mati, akibatnya jaringan otot dan lemak harus dipecah untuk memenuhi
kebutuhan energi sehingga berat badan menjadi turun.
n. Lemas
Pada penderita diabetes mellitus, gula bukan lagi sumber energi karena
glukosa menumpuk dalam peredaran darah dan tidak dapat diangkut ke
dalam sel untuk menjadi energi.
o. Kesemutan
Kerusakan saraf disebabkan oleh glukosa yang tinggi merusak dinding
pembuluh darah sehingga menggangu nutrisi pada saraf. Karena yang
rusak adalah saraf sensoris, keluhan paling sering adalah rasa kesemutan
atau tidak terasa, terutama pada tangan dan kaki.
p. Luka yang sukar sembuh
Penyebab luka yang sukar sembuh adalah:
5) Infeksi yang hebat karena kuman atau jamur mudah tumbuh pada
kondisi gula darah yang tinggi.
6) Kerusakan dinding pembuluh darah sehingga aliran darah yang tidak
lancar pada kapiler (pembuluh darah kecil) menghambat penyembuhan
luka.
7) Kerusakan saraf yang menyebabkan penderita diabetes mellitus tidak
bisa merasakan luka yang dialami dan membiarkanya semakin
membusuk.
q. Mata kabur
Gula darah yang tinggi akan menarik keluar cairan dari dalam lensa mata
sehingga lensa menjadi tipis. Akibatnya, mata mengalami kesulitan untuk
memfokus dan penglihatan menjadi kabur.
D. KOMPLIKASI
Menurut Depkes RI (2016) komplikasi diabetes mellitus meliputi :
- Meningkatkan risiko penyakit jantung dan stoke
- Neuropati (kerusakan saraf) di kaki yang meningkatkan luka dikaki tidak
sembuh-sembuh
- Retinopati diabetikum, yang merupakan pengebab kebutaan
- Gagal ginjal
- Hipoglikemia (gula dalam darah terlalu rendah akibat pengobatan)
- Kematian
E. PENATALAKSANAAN
1. Edukasi (penyuluhan)
Tujuan penyuluhan yaitu meningkatkan pengetahuan penderita diabetes
mellitus tentang penyakit dan pengelolaannya dengan tujuan dapat
merawat sendiri sehingga mampu mempertahankan hidup dan mencegah
komplikasi yang lebih lanjut (Sudoyo dkk, 2009).
2. Makanan sesuai diet
Menurut Shanty (2011) dan Pudiastuti (2013) ,tujuan diet pada penderita
diabetes mellitus adalah mempertahankan atau mencapai berat badan
yang ideal, mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal,
serta mencegah komplikasi akut dan kronik. Penderita diabetic mengatur
pola makan dengan memperhatikan prinsip 3J yaitu jumlah yang sesuai,
jadwal yang teratur, dan jenis makanan yang tepat.
3. Olahraga secara teratur/latihan fisik
Tujuan olahraga adalah untuk meningkatkan kepekaan insulin,
mencegah kegemukan, memperbaiki aliran darah, merangsang
pembentukan glikogen baru, dan mencegah komplikasi lebih lanjut
(Sudoyo dkk, 2009).
Olahraga meliputi empat prinsip:
5) Jenis olahraga dinamis
Yaitu latihan kontinyu, ritmis, interval, progresif, dan latihan daya
tahan.
6) Intensitas olahraga
Takaran latihan sampai 72-87% denyut nadi maksimal disebut zona
latihan. Rumus denyut nadi maksimal adalah 220 dikurangi usia
(dalam tahun).
7) Lamanya latihan
Lamanya latihan kurang lebih 30 menit.
8) Frekuensi latihan
Frekuensi latihan paling baik 3-5x per minggu.
4. Minum obat secara teratur
Jika penderita diabetes mellitus telah menerapkan pengaturan makanan
dan kegiatan jasmani yang teratur namun kadar glukosa darahnya masih
belum normal maka dipertimbangkan pemberian obat (Shanty, 2011).
Contoh obat untuk penderita diabetes mellitus adalah obat hipoglikemik
oral dan metformin.
5. Kontrol kadar gula darah teratur (melakukan pemeriksaan kadar gula
darah)
Pemeriksaan gula darah dapat dilakukan di laboratorium maupun
menggunakan stick di ujung jari. Hasil pemeriksan ini bisa di
konsultasikan untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut. Hal ini
bertujuan untuk mencari kemungkinan adanya komplikasi, deteksi dini,
serta untuk memberikan pengobatan yang lebih baik.
F. PEMBAGIAN DIIT PASIEN DIABETES MELLITUS
1. Pemberian diit pada DM dengan memperhatikan prinsip tepat 3 J yaitu:
a. Jenis bahan makanan
b. Jadwal makanan
c. Jumlah makanan
2. Jenis bahan makanan
- Makanan yang TIDAK BOLEH dikonsumsi :
Manisan, gula pasir, susu kental manis, madu, kecap, abon, sirup,
eskrim, durian, dan nangka.
- Makanan yang BOLEH DIMAKAN TETAPI HARUS DIBATASI :
Nasi, singkong, jagung, roti, telur, tempe, tahu, kacang hijau, kacang
tanah, dan ikan.
- Makanan yang DIANJURKAN DIMAKAN :
Kol, tomat, kangkung, bayam, oyong, kacang panjang, pepaya, jeruk,
dan labu siam.
3. Jadwal makanan
Makanan pada penderita diabetes dibagi menjadi 2 macam:makanan besar
dan kudapan (camilan). Makanan besar terdiri terbagi menjadi 3 waktu
(pagi, siang, malam)dengan jadwal kudapan diantara makanan besar.
(Prihaningtyas, 2013)
4. Jumlah makanan
Menurut Prihaningtyas (2013), piring makanan sehat berisi lebih dari
seperempat piring berisi sayur-sayuran , sisanya buah-buahan, seperempat
piring lagi kita konsumsi karbohidrat dan seperempat piring lagi diisi
dengan sumber protein seperti kacang, ikan, daging unggas dll.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth. (2009). Buku Saku Patofisiologi.Edisi ke-3. Jakarta: EGC.
Dinas Kesehatan RI. (2016). Infodatin : Situasi dan Analisis Diabetes (online).(http://www.depkes.go.id, diakses 6 November 2017)
Fady, Faisol Al. (2015). Madu dan Luka Diabetik: Metode Perawatan LukaKomplementer Dilengkapi dengan Hasil Riset. Yogyakarta: GosyenPublising
Padila. (2012). Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: NuhaMedika
Prihaningtyas, Rendi Aji. (2013). Hidup Manis dengan Diabetes. Yogyakarta:Media Pressindo.
Pudiastuti, Ratna Dewi. (2013). Penyakit-Penyakit Mematikan. Yogyakarta: NuhaMedika.
Shanty, Meita. (2011). Silent Killer Diseases: (Penyakit yang Diam-DiamMematikan). Yogyakarta: Javalitera.
Sudoyo, Aru W dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: InternaPublishing
SATUAN ACARA PENYULUHAN
SENAM KAKI DIABETES MELLITUS
Pokok Bahasan : Senam
Sub Pokok Bahasan : Senam Kaki diabetes mellitus
Sasaran : Keluarga Tn. E
Target : Tn. E
Tanggal : 11 Januari 2018
Waktu : 1 x 30 menit
Penyaji : Ajeng Puspita Ningtyas
A. TUJUAN
1. Tujuan Penyuluhan Umum
Setelah selesai mengikuti penyuluhan tentang senam kaki diabetes mellitus
selama 1 x 30 menit, Tn. E dan keluarga mampu mempratekkan senam
kaki diabetes mellitus secara mandiri.
2. Tujuan Penyuluhan Khusus
Setelah selesai mengikuti penyuluhan, Tn. E dan keluarga mampu :
1. Mengetahui pengertian, tujuan, dan manfaat senam senam kaki
diabetes mellitus
2. Memahami gerakan-gerakan pada senam senam kaki diabetes mellitus
Lampiran 5
3. Mampu mendemonstrasikan senam kaki diabetes mellitus dengan
benar.
B. GARIS-GARIS BESAR MATERI
1. Pendahuluan
2. Senam senam kaki diabetes mellitus
a. Pengertian senam kaki diabetes mellitus
b. Tujuan senam kaki diabetes mellitus
c. Manfaat senam kaki diabetes mellitus
d. Langkah-langkah senam kaki diabetes mellitus
e. Kontraindikasi senam kaki diabetes mellitus
3. Penutup
C. PELAKSANAAN KEGIATAN
NO.
PENYULUH RESPON KELUARGA WAKTU
1. Pembukaan
a. Salam pembukaanb. Perkenalanc. Apersepsid. Mengkomunikasikan tujuan
a. Menjawab salamb. Memperhatikanc. Berpartisipasi aktifd. Memperhatikan
5 menit
2. Kegiatan inti penyuluhan
a. Menjelaskan danmenguraikan materi tentang:1) Pengertian senam senam
kaki diabetes mellitus2) Tujuan senam kaki
a. Memperhatikanpenjelasan penyuluhdengan cermat
15 menit
diabetes mellitus3) Manfaat senam kaki
diabetes mellitus4) Cara melakukan senam
kaki diabetes mellitus5) Kontraindikasi senam kaki
diabetes mellitusb. Memberikan kesempatan
kepada keluarga untukbertanya
c. Menjawab pertanyaankeluarga tentang materi yangbelum jelas
b. Menanyakan hal-halyang belum jelas
c. Memperhatikanjawaban daripenyuluh
3. Penutup
a. Menyimpulkan materi yangtelah disampaikan
b. Melakukan evaluasipenyuluhan dengandemonstrasi kegiatan
c. Mengakhiri kegiatanpenyuluhan.
a. Memperhatikankesimpulan materipenyuluhan yangtelah disampaikan.
b. Melakukandemonstrasi
c. Menjawab salam
10 menit
D. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demontrasi
E. MEDIA DAN ALAT
1. Hand out
2. Leaflet
F. SUMBER
Flora, Rostika., Hikayati., Purwanto, Sigit. (2013). Pelatihan Senam KakiPada Penderita Diabetes Mellitus Dalam Upaya PencegahanKomplikasi Diabetes Pada Kaki (Diabetes Foot), (online),(ejournal.unsri.ac.id/index.php/jpsriwijaya/article/download/1543/606,diakses 9 Januari 2018).
Lampiran Materi
SENAM DIABETES MELLITUS
1. Pengertian Senam Diabetes Mellitus
Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes
mellitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran
darah bagian kaki.
2. Tujuan Senam Kaki Diabetes Mellitus
a. Memperbaiki sirkulasi darah
b. Memperkuat otot-otot kecil
c. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki
d. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha
e. Mengatasi keterbatasan gerak sendi
3. Manfaat Senam Kaki Diabetes Mellitus
a. Mengontrol gula darah
b. Dapat menurunkan berat badan.
c. Memberikan keuntungan psikologis
d. Mengurangi kebutuhan pemakaian obat oral dan insulin
e. Mencegah terjadinya DM yang dini terutama bagi orang dengan riwayat
keluarga
4. Langkah-langkah Senam Kaki Diabetes Mellitus
a. Duduk secara benar di atas kursi dengan meletakkan kaki di lantai.
b. Dengan meletakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan
ke atas lalu dibengkokkan kembali ke bawah sebanyak 10 kali.
c. Dengan meletakkan tumit di lantai, angkat telapak kaki ke atas.
Kemudian, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki
diangkatkan ke atas. Cara ini diulangi sebanyak 10 kali.
d. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian depan kaki diangkat ke atas dan
buat putaran 360º dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak
10 kali.
e. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat putaran 360º
dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
f. Kaki diangkat ke atas dengan meluruskan lutut. Buat putaran 360º
dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
g. Lutut diluruskan lalu dibengkokkan kembali ke bawah sebanyak 10
kali. Ulangi langkah ini untuk kaki yang sebelahnya.
h. Letakkan sehelai kertas surat kabar di lantai. Bentuk kertas itu menjadi
seperti bola dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi
lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Cara ini
dilakukan hanya sekali saja.
1) Robek menjadi 2 bagian kemudian pisahkan kedua bagian koran.
2) Sebagian koran disobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua
kaki.
3) Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki
lalu letakkan sobekan kertas pada bagian kertas yang utuh.
4) Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola.
5. Kontraindikasi Senam Diabetes Mellitus
1. Pasien mengalami sesak napas atau nyeri dada
2. Orang yang depresi, khawatir atau cemas.
SENAM KAKI
Diabetes Mellitus
OLEH :
Ajeng Puspita Ningtyas
P1337420515052
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN MAGELANG
2018
Tahukah anda apa itu senam kakidiabetes mellitus ??
Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yangdilakukan oleh pasien diabetes mellitus untukmencegah terjadinya luka dan membantumelancarkan peredaran darah bagian kaki.
Tujuan Senam Kaki Diabetes Mellitus
1. Memperbaiki sirkulasi darah2. Memperkuat otot-otot kecil3. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki4. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha5. Mengatasi keterbatasan gerak sendi
Manfaat Senam Kaki Diabetes Mellitus
1. Mengontrol gula darah2. Dapat menurunkan berat badan.3. Memberikan keuntungan psikologis4. Mengurangi kebutuhan pemakaian obat oral
dan insulin5. Mencegah terjadinya DM yang dini terutama
bagi orang dengan riwayat keluarga
Langkah-Langkah Senam Kaki
1. Duduk secara benar di atas kursi denganmeletakkan kaki di lantai.
2. Dengan meletakkan tumit di lantai, jari-jarikedua belah kaki diluruskan ke atas laludibengkokkan kembali ke bawah sebanyak 10kali.
3. Dengan meletakkan tumit di lantai, angkattelapak kaki ke atas. Kemudian, jari-jari kakidiletakkan di lantai dengan tumit kakidiangkatkan ke atas. Cara ini diulangisebanyak 10 kali.
4. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian depankaki diangkat ke atas dan buat putaran 360 º
Lampiran 6
SENAM KAKI
Diabetes Mellitus
OLEH :
Ajeng Puspita Ningtyas
P1337420515052
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN MAGELANG
2018
Tahukah anda apa itu senam kakidiabetes mellitus ??
Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yangdilakukan oleh pasien diabetes mellitus untukmencegah terjadinya luka dan membantumelancarkan peredaran darah bagian kaki.
Tujuan Senam Kaki Diabetes Mellitus
1. Memperbaiki sirkulasi darah2. Memperkuat otot-otot kecil3. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki4. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha5. Mengatasi keterbatasan gerak sendi
Manfaat Senam Kaki Diabetes Mellitus
1. Mengontrol gula darah2. Dapat menurunkan berat badan.3. Memberikan keuntungan psikologis4. Mengurangi kebutuhan pemakaian obat oral
dan insulin5. Mencegah terjadinya DM yang dini terutama
bagi orang dengan riwayat keluarga
Langkah-Langkah Senam Kaki
1. Duduk secara benar di atas kursi denganmeletakkan kaki di lantai.
2. Dengan meletakkan tumit di lantai, jari-jarikedua belah kaki diluruskan ke atas laludibengkokkan kembali ke bawah sebanyak 10kali.
3. Dengan meletakkan tumit di lantai, angkattelapak kaki ke atas. Kemudian, jari-jari kakidiletakkan di lantai dengan tumit kakidiangkatkan ke atas. Cara ini diulangisebanyak 10 kali.
4. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian depankaki diangkat ke atas dan buat putaran 360 º
Lampiran 6
SENAM KAKI
Diabetes Mellitus
OLEH :
Ajeng Puspita Ningtyas
P1337420515052
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN MAGELANG
2018
Tahukah anda apa itu senam kakidiabetes mellitus ??
Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yangdilakukan oleh pasien diabetes mellitus untukmencegah terjadinya luka dan membantumelancarkan peredaran darah bagian kaki.
Tujuan Senam Kaki Diabetes Mellitus
1. Memperbaiki sirkulasi darah2. Memperkuat otot-otot kecil3. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki4. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha5. Mengatasi keterbatasan gerak sendi
Manfaat Senam Kaki Diabetes Mellitus
1. Mengontrol gula darah2. Dapat menurunkan berat badan.3. Memberikan keuntungan psikologis4. Mengurangi kebutuhan pemakaian obat oral
dan insulin5. Mencegah terjadinya DM yang dini terutama
bagi orang dengan riwayat keluarga
Langkah-Langkah Senam Kaki
1. Duduk secara benar di atas kursi denganmeletakkan kaki di lantai.
2. Dengan meletakkan tumit di lantai, jari-jarikedua belah kaki diluruskan ke atas laludibengkokkan kembali ke bawah sebanyak 10kali.
3. Dengan meletakkan tumit di lantai, angkattelapak kaki ke atas. Kemudian, jari-jari kakidiletakkan di lantai dengan tumit kakidiangkatkan ke atas. Cara ini diulangisebanyak 10 kali.
4. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian depankaki diangkat ke atas dan buat putaran 360 º
Lampiran 6
dengan pergerakan pada pergelangan kakisebanyak 10 kali.
5. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumitdiangkat dan buat putaran 360 º denganpergerakan pada pergelangan kaki sebanyak10 kali.
6. Kaki diangkat ke atas dengan meluruskanlutut. Buat putaran 360 º dengan pergerakanpada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
7. Lutut diluruskan lalu dibengkokkan kembalike bawah sebanyak 10 kali. Ulangi langkahini untuk kaki yang sebelahnya.
8. Letakkan sehelai kertas surat kabar di lantai.Bentuk kertas itu menjadi seperti bola dengan
kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itumenjadi lembaran seperti semulamenggunakan kedua belah kaki. Cara inidilakukan hanya sekali saja.a. Robek menjadi 2 bagian kemudian
pisahkan kedua bagian koran.b. Sebagian koran disobek-sobek menjadi
kecil-kecil dengan kedua kaki.c. Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan
tersebut dengan kedua kaki lalu letakkansobekan kertas pada bagian kertas yangutuh.
d. Bungkus semuanya dengan kedua kakimenjadi bentuk bola.
Kontraindikasi dilakukanya senamkaki diabetes mellitus
3. Pasien mengalami sesak napas atau nyeridada
4. Orang yang depresi, khawatir atau cemas.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama Lengkap : Ajeng Puspita Ningtyas
2. NIM : P1337420515052
3. Tanggal Lahir : 28 Juli 1997
4. Tempat Lahir : Purworejo
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Alamat Rumah
a. Dusun : Walikoro
b. Kelurahan : Walikoro
c. Kecamatan : Ngombol
d. Kab/ Kota : Purworejo
e. Provinsi : Jawa Tengah
7. Telepon
a. Rumah : -
b. HP : 089661656376
c. Email : ajengpuspitan46@gmail.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Pendidikan TK di TK Asri Margosari Pulutan, lulus tahun 2003
2. Pendidikan SD di SD Negeri Margosari, lulus tahun 2009
3. Pendidikan SMP di SMP Negeri 11 Kota Purworejo, lulus tahun 2012
4. Pendidikan SMA di SMA Negeri 3 Kota Purworejo, lulus tahun 2015
5. Pendidikan DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang Program Studi
DIII Keperawatan Magelang, lulus tahun 2018
Magelang, 20 Maret 2018
Ajeng Puspita Ningtyas
NIM. P1337420515052
Lampiran 7
top related