laporan kasus - ira
Post on 01-Feb-2016
62 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Laboratorium Ilmu Kedokteran Jiwa Laporan Kasus
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Gangguan Mental Perilaku Akibat Penggunaan Inhalan
Oleh
Ira Damayanti
0910015019
Pembimbing
dr. H. Jaya Mualimin, Sp. KJ., M.Kes.
Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik
Laboratorium Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
2015
Laboratorium Ilmu Kedokteran Jiwa Laporan Kasus
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Gangguan Mental Perilaku Akibat Penyalah Gunaan Zat Kanabinoid
Oleh
Ira Damayanti / 0910015019
Dipersentasikan pada tanggal 17 November 2015
Mengetahui,
Pembimbing
dr. H. Jaya Mualimin, Sp. KJ., M. Kes.
2
KASUS
Seorang laki-laki, umur 20 tahun, beralamat di Jalan M. Said Gang 6 No.47A Blok.E RT. 32
Samarinda , datang ke Poli Psikiatri di RSKD Atma Husada Mahakam Samarinda pada
tanggal 11 November 2015.
1. RIWAYAT PSIKIATRI
A. Identitas
Nama : Tn. SAP
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 25 tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : D3
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Jalan M. Said Gang 6 No.47A Blok.E RT. 32 Samarinda
Identitas Keluarga
Nama : Kastur Sugianto
Jenis Kelamin : Laki- laki
Status dengan pasien : Ayah
Alamat : Jl. M. Said Gg. 6 No. 47A Blok G RT 32 Samarinda
Status Psikiatri
Keluhan Utama : Meriang setelah memakai ganja
WAWANCARA
D : DM
P : Pasien
I : Ibu
D : Selamat siang ibu, bapak, saya dokter muda ira. (jabat tangan)
I : Iya, selamat siang.
3
D : Iya bu, ini dengan keluarga Tn. SAP ? ada yang bisa saya bantu Pak ?
I : Iya, saya Ibunya dok. Ini, anak saya dari tadi malam meriang, gelisah, dan nangis
terus dok. Ternyata anak saya memakai ganja dok.
D : mas, sebelumnya saya ingin bertanya. Sejak kapan mas memakai ganja ?
P : (pasien menangis tidak mau menjawab pertanyaan, dan mengihdari kontak visual)
I : Nak.. ayo ceritakan ke dokter, tidak papa nak, tadi dirumah katanya mau sembuh,
ayo cerita nak
P : .... (diam pasien tetap menangis)
D : Mas tidak papa, ayo ceritakan kepada saya, mas tidak perlu khawatir. Kami pihak
rumah sakit tidak akan menceritakan ini kepada orang lain, kami jamin rahasia mas
terjaga, hanya mas, orang tua mas, saya dan dokter yang mengetahui hal ini.
P : ………..(mulai tenang dan berhenti menangis)
D : Jadi sejak kapan mas memakai ganja ?
P : Saya tidak ingat tepatnya kapan dok, mungkin ± 2 bulan yang lalu
D : Dalam 2 bulan terakhir ini berapa kali mas memakai ganja?
P : 7 x dok, terakhir 2 hari yang lalu
D : Sebelumnya setelah menghisap ganja apakah mas merasakan keluhan yang sama
seperti ini?
P : Tidak dok, saya sudah lama tidak memakai ganja, kurang lebih 2 minggu yang lalu,
kemudian saya memakai lagi kemaren lusa. Nah baru ini saya merasakan seperti ini
dok.
D : Apa yang mas rasakan setelah menghisap ganja kemaren?
P : Saya meriang dok, seluruh tubuh terasa nyeri, gelisah, dan saya merasa takut dok
D : Merasa takut kenapa mas :
P : Ya saya takut ketahuan kalau saya memakai ganja, takut dimarahi kedua orang tua
saya, takut ditangkap polisi
D : Selain itu apa lagi yang mas rasakan? Mas ada mendengar bisikan-bisikan ?
P : Iya dok saya mendengar suara laki-laki memanggil-manggil nama saya terus,
padahal saat itu disekitar saya lagi tidak ada orang satupun.
D : Terus, apakah mas ada melihat bayangan-bayangan ?
P : Tidak Ada.
D : Bu, anaknya sudah makai berapa lama ?
I : Gatau ini dok awalnya kapan, anak saya ini memang pendiam kalau dirumah, dia
4
selalu pergi pagi dan pulang lagi malam dok, sejak 2 bulan terakhir ini semakin
parah dok, dia tidak pulang kalau tidak saya cari, tadi anak saya mengaku kalau
sudah sekitar ± 2 bulan memakai ganja. Sebelumnya anak saya tidak pernah seperti
ini dok.
D : Anaknya apakah ada bicara-bicara sendiri pak saat di rumah?
I : Tidak ada dok, dia hanya meriang, gelisah dan menangis terus.
D : Kemudian bu. Bisa ibu ceritakan bagaimana Tn.SAP ketika masih bayi ? apakah
lahir normal ?
I : Iya, dia lahir normal di bidan kampung.
D : Kemudian, apakah sewaktu hamil ada masalah bu?
I : Tidak ada dok. Hamilnya dulu tidak ada penyakit apa-apa. Saya juga hamilnya 9
bulan kok dok.
D : Kemudian, apakah dikasih ASI bu ?
I : Iya dong dok. Saya kasih ASI nya cuman 7 bulan aja. Habis itu saya kasih makan
nasi. Soalnya ASI saya gak keluar lagi
D : Lalu, apakah ada pernah kejang atau step bu ?
I : Ga pernah dok.. Tapi dia sering kena tipes dok.
D : Oh begitu ya bu. Terus apakah dulu anaknya sering mengompol pas usia 3 tahun ?
Anaknya jalan usia berapa ya bu ?
I : Oh, dia jarang ngompol dok. Dia kalo mau pipis selalu kasih kode kalo dia mau
pipis. Jadi saya bantu arahkan gitu lah dok. Kalo jalan kayaknya sih pas usia 1 tahun
gitu. Lupa-lupa ingat juga dok.
D : Lalu bu, pas masuk SD, anaknya sempat tinggal kelas ga bu ? trus kira-kira dia
sering berantem ga ?
I : Alhamdulillah, dia itu pintar dok. Selalu naik kelas. Ga pernah ada masalah di
sekolah. Ga pernah berantem juga, soalnya dia anaknya baik, pendiam, terus nurut
kalo saya kasih tau. Soalnya dia memang deket sama saya. Tapi setelah kuliah dia
jadi sering main dok
D : Terus bu, kalo pas SMP sama SMA gimana bu ? apakah ada masalah di sekolah ?
I : Wah, kalo itu tambahnya dok. Dia baik, ramah, temannya banyak, rajin solat sama
ngaji. Tetapi dia memang pendiam dok, dia jarang menceritakan masalahnya. Tetapi
setelah kuliah dia jadi suka jalan dok, tidak pernah dirumah.
D : Oh gitu ya bu ya. Jadi anaknya mulai berubah pas kuliah ya bu?
I : Iya dok. Tolong bantu saya dan anak saya dok, saya kasihan, anak saya ini
5
sebenarnya anak yang baik dok. Dia ingin sembuh, ingin berubah.
D : Iya bu, kami disini akan mengusahakan yang sebaik-baiknya bu. Ibu mungkin bisa
dibantu dengan doa dan terus memberikan motivasi kepada anaknya. Nah ibu,
mungkin cukup segini yang ingin saya tanyakan. Terima kasih ya bu sudah mau
memberikan waktu ibu.
I : Iya dok. Sama sama. Harusnya saya yang berterimakasih. Terimakasih banyak
dokter atas bantuannya.
D : Iya bu sama-sama
Riwayat penyakit sekarang
Autoanamnesis
Ketika dilakukan wawancara pasien menjawab pertanyaan namun sangat lambat,
pasien sedikit sekali melakukan kontak visual. Pasien mengaku menghisap ganja sejak ±2
bulan yang lalu. Dalam 2 bulan tersebut pasien mengaku menghisap ganja ± 7 kali, terakhir
pasien menghisap ganja 2 hari yang lalu kemudian pasien merasa sekujur tubuh nyeri,
meriang, gelisah dan merasa takut ketahuan menggunakan ganja oleh orang disekitarya.
Pasien mengaku mendengar bisikan-bisikan. Bisikan tersebut bersuara laki-laki dan
menyebut namanya berulang-ulang. Pasien menyangkal melihat bayangan-bayangan yang
tidak dilihat oleh orang lain. Saat datang pasien awalnya menangis, gelisah dan tidak berani
menceritakan mengenai keluhannya.
Heteroanamnesis
Menurut ibu pasien, pasien cenderung tertutup dan tidak mau menceritakan
masalahnya.Kepribadian ini memang sudah ada sejak masa remaja. Pasien selalu berangkat
sekolah atau kuliah pagi hari dan pulang malam hari dan langsug masuk kamar, sehingga
sedikit sekali kontak antara pasien dan keluraga dirumah, sehingga orang tua pasien tidak
menyadari bahwa pasien menggunakan ganja. Namun sejak 2 hari yang lalu pasien mulai
gelisah dan tidak bisa tidur serta mengaku mendengar bisikan-bisikan.
B. Riwayat Medis dan Psikiatrik yang lain
Gangguan mental dan emosi
Tidak ditemukannya riwayat gangguan mental dan emosi sebelumnya.
Gangguan psikosomatik
6
Tidak ditemukannya riwayat gangguan psikosomatik sebelumnya.
Kondisi medis
Berdasarkan pengakuan ibu pasien , ibu pasien mengaku bahwa anaknya sering
didiagnosa oleh dokter terkena penyakit typhoid dan sembuh ketika dilakukan
pengobatan oleh dokter. Pasien belum pernah dirawat di Rumah Sakit Khusus
Daerah Atma Husada Mahakam Samarinda.
Gangguan neurologi
Tidak ditemukannnya riwayat gangguan neurologis sebelumnya.
C. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga
Tidak ditemukannya anggota keluarga yang melakukan penyalahgunaan zat.
Pasien umur kurang 10 tahun
Saat itu pasien tinggal bersama kedua orang tuanya, memiliki keluarga yang
harmonis meskipun dengan kesederhanaan.
Pasien umur sekarang
Pasien saat ini tinggal dirumah dengan ibu, ayah, 3 kakak kandung, satu ipar, dan
keponakan.
Genogram
Keterangan gambar :
7
: Anggota keluarga laki-laki
: Anggota keluarga perempuan
: Pasien
D. Riwayat Pribadi
Masa anak-anak awal (0-3 tahun)
Ibu tidak memiliki riwayat kelainan pada saat hamil, pasien lahir pervaginam,
cukup bulan dan persalinan ditolong oleh bidan. Pada saat bayi, pasien makan dan
minum melalui ASI yang diberikan selama 7 bulan, lalu kemudian disapih. Pasien
mulai berjalan pada usia 1 tahun. Pasien sudah bisa buang air sendiri dengan
memberikan tanda bahwa ingin buang air. Tidak terdapat kelainan perilaku.
Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pada masa kanak-kanak, pasien merupakan anak yang taat dan patuh terhadap
orangtua. Pasien merupakan orang yang penyayang terutama pada ibunya. Tidak
terdapat kelainan perilaku dan kognitif pada masa kanak-kanak. Tetapi pasien
memang cenderung pendiam.
Masa kanak-kanak akhir (pubertas sampai remaja)
Pasien merupakan anak yang pendiam, tetapi pandai bergaul, baik, dan taat.
Pasien tidak memiliki masalah dalam hal prestasi sekolah. Pasien juga merupakan
anak yang aktif. Pasien merupakan anak yang rajin dan taat sholat serta mengaji.
Masa dewasa
Setelah lulus SMA, pasien melanjutkan kuliah di salah satu perguruan tinggi.
Semenjak kuliah pasien memang mempunyai banyak teman, pasien menjadi
jarang di rumah, pasien selalu pergi pagi dan pulang malam hari, tetapi 2 bulan
terakhir pasien tidak pulang kalau tidak dicari oleh ibu nya. Saat dirumah pasien
langsung masuk kamar, dan sibuk dengan hp nya saja, jadi jarang sekali
berkomunikasi dengan keluarga.
- Aktivitas sosial
Waktu SMA pasien sering mengikuti pengajian di lingkungan rumah, tetapi
setelah kuliah pasien jarang mengikuti kegiatan tersebut, tetapi di lingkungan
kampus pasien rutin mengikuti kegiatan atau acara di kampus.
- Seksualitas Dewasa
8
Orientasi seksual normal. Tetapi pasien belum pernah menjalin kasih dengan
wanita. Pasien belum memiliki keinginan untuk menikah.
- Riwayat Militer
Tidak pernah ikut pendidikan militer namun pasien pernah mempunyai keinginan
yang kuat untuk mendaftar pendidikan militer, pasien tidak pernah terlibat kasus
pidana maupun dipenjara.
2. STATUS MENTAL
A. Penampilan
Identifikasi pribadi
Kurang rapi, tidak kooperatif
Perilaku dan aktifitas psikomotor
Sedikit gelisah
B. Bicara
Bicara normal
C. Mood dan Afek
Mood labil, afek datar
D. Pikiran dan Persepsi
Bentuk pikiran
Gangguan bahasa (-), laju berpikir lambat, koheren
Isi pikiran
Indikasi suicide (-), waham (-)
Gangguan berpikir
Waham (-), flight of ideas (-)
Gangguan persepsi
Halusinasi auditorik (+), visual disangkal
Mimpi dan fantasi
Tidak ada
E. Sensori
Kesadaran : Atensi (↓), composmentis
Orientasi : Waktu, orang dan tempat baik
Konsentrasi & berhitung : sulit dievaluasi
Ingatan
Masa dahulu : normal
9
Masa kini : normal
Segera : normal
3. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT
A. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : kurang rapi, gelisah, kooperatif
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 88x/menit
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : 36,6 0C
Keadaan gizi : cukup
Kulit : normal
Kepala : tidak terdapat trauma
Mata : anemis ( -/- ), ikterik ( -/- )
Hidung : tidak ada sekret berlebih
Telinga : tidak ada kelainan, tidak ada cairan atau sekret yang keluar
Mulut & tenggorokan : mukosa bibir agak kering
Leher : normal
Thoraks : normal
Jantung : S1S2 reguler
Paru-paru : vesikuler, ronki (-), wheezing (-)
Abdomen : datar, dalam batas normal
Hepar/Lien : normal
Bising usus : normal
Ekstremitas : akral hangat
B. Pemeriksaan Neurologi
Tidak dilakukan
C. Wawancara Diagnostik Psikiatrik Tambahan
Tidak dilakukan
D. Wawancara Dengan Anggota Keluarga, Teman, Tetangga, dan Pekerja Sosial
Pasien diantar oleh ibu dan Ayah pasien. Berdasarkan pengakuan Ibu Pasien, pasien
awalnya merupakan orang yang baik dan sopan kepada orang sekitar, tetapi pasien
memang cenderung pendiam. Pasien menjadi suka keluyuran semenjak kuliah. Orang
tau pasien baru mengetahui anaknya memakai ganja tadi malam.
10
E. Autoanamnesis
Ketika dilakukan wawancara pasien menjawab pertanyaan namun sangat lambat,
pasien sedikit sekali melakukan kontak visual. Pasien mengaku menghisap ganja
sejak ±2 bulan yang lalu. Dalam 2 bulan tersebut pasien mengaku menghisap ganja ±
7 kali, terakhir pasien menghisap ganja 2 hari yang lalu kemudian pasien merasa
sekujur tubuh nyeri, meriang, gelisah dan merasa takut ketahuan menggunakan ganja
oleh orang disekitarya. Pasien mengaku mendengar bisikan-bisikan. Bisikan tersebut
bersuara laki-laki dan menyebut namanya berulang-ulang. Pasien menyangkal melihat
bayangan-bayangan yang tidak dilihat oleh orang lain. Saat datang pasien awalnya
menangis, gelisah dan tidak berani menceritakan mengenai keluhannya.
F. Pemeriksaan Psikologi, Neurologi, dan Laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan
4. RINGKASAN PENEMUAN
A. Pemeriksaan fisik dalam batas normal
B. Pemeriksaan psikis
Roman muka : Sedih, takut
Kontak : verbal (+), visual (↓) sering menghindar kontak visual
Orientasi : Orientasi ruang, waktu, dan personal baik
Perhatian : Atensi (↓)
Persepsi : halusinasi auditorik (+), halusinasi visual disangkal
Ingatan : Baik
Intelegensia : Lulus SMA
Pikiran : Lambat, koheren, waham (-), indikasi suicide (-)
Wawasan penyakit : insight (+)
Emosi : labil
Tingkah laku/bicara : tingkah laku normal, bicara lambat
5. DIAGNOSIS
A. Axis I : Gangguan mental perilaku akibat penggunaan kanabinoida
B. Axis II : Tidak ditemukan diagnosis pada axis ini
C. Axis III : Tidak ditemukan diagnosis pada axis ini
D. Axis IV : Tidak ditemukan diagnosis pada axis ini
E. Axis V : GAF 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik.
11
6. PROGNOSIS
Dubia ad bonam jika:
Jika rutin dalam melakukan terapi dan dukungan keluarga untuk sering memperhatikan
dan memberikan perhatian kepada pasien
7. FORMULASI PSIKODINAMIK
Formulasi Diagnosis
Seorang laki-laki usia 20 tahun, beragama Islam, status belum menikah, tinggal di M.
Said Gg. 6 No. 47A Blok G RT 32 Samarinda. Datang ke Poli Umum RSJD Atma
Husada Samarinda pada hari Rabu 11 November 2015 pukul 12.20 WITA.
Pada proses autoanamnesis, pasien susah untuk diajak berkomunikasi karena pasien
gelisah dan menangis. Namun pada akhirnya pasien dapat menceritakan keluhannya
setelah disuruh tenang.
Pada pemeriksaan psikiatri, didapatkan penampilan cukup rapi, kurang kooperatif,
gelisah,kontak verbal dan visual (+), emosi labil, afek datar, orientasi (-), proses pikir
lambat, waham curiga (+), didapatkan halusinasi auditori dan ilusi, intelegensia cukup,
ADL dalam batas normal, psikomotor menurun.
Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan pada pasien.
8. RENCANA TERAPI MENYELURUH
Psikofarmaka :
Risperidone 2 x 2 mg
12
TINJAUAN PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan ganja adalah suatu gangguan jiwa
berupa penyimpangan perilaku yang berhubungan dengan pemakaian zat (dalam hal ini
adalah ganja) yang dapat mempengaruhi sususan saraf pusat secara kurang lebih teratur
sehingga menimbulkan gangguan fungsi sosial. 1
Ganja atau kanabis adalah singkatan untuk tanaman Cannabis sativa. Tanaman ini
rata-rata akan tumbuh 5-12 kaki tingginya tapi bahkan bisa juga mencapai 20 kaki. Seluruh
bagian tanaman ini mengandung kabinoid psikoaktif, yaitu delta 9 tetrahidrocannabinol
(THC). Istilah kanabis umumnya mengacu pada pucuk daun, bunga dan batang dari tanaman
yang dipotong, dikeringkan dan dicacah dan biasanya dibentuk menjadi rokok.1
Nama lain untuk tanaman kanabis adalah marijuana, grass weed, pot, tea, Mary Jane
dan produknya hemp, hasish, charas, bhang, ganja, dagga dan sinsemilla. Konsentrasi
tertinggi dari kanabinoid psikoaktif ditemukan pada puncak bunga dari kedua jenis tanaman
jantan dan betina.3
Ganja merupakan tanaman yang dapat tumbuh hampir di seluruh dunia. Hal ini dapat
dilihat dari adanya sebutan yang berbeda di satu negara dengan negara lainnya. Ketika
tanaman telah tumbuh dengan sempurna maka seluruh bagiannya mengandung zat psikoaktif
yang secara keseluruhan dikenal sebagai cannabinoids. Lebih dari 50 zat yang terkandung
dalam ganja, namun yang terpenting adalah delta-9 tetrahydrocannabinol (THC). Kandungan
THC akan tergantung pada bagian dari tumbuhan, kondisi lingkungan terutama iklim dimana
tanaman ganja tumbuh. Dalam perkembangannya dengan teknologi hidroponik dan pemilihan
tanaman ganja yang tepat dapat menghasilkan kandungan THC yang sangat tinggi (20-30%).2
Tanaman ini ditemukan hampir disetiap negara tropis. Bahkan beberapa negara
beriklim dingin pun sudah mulai membudidayakannya dalam rumah kaca.Di Indonesia, ganja
dibudidayakan secara ilegal di Provinsi Aceh. Biasanya ganja ditanam pada awal musim
penghujan, menjelang kemarau sudah bisa dipanen hasilnya.Hasil panen ganja berupa daun
beriut ranting dan bunga serta buahnya berupa biji-biji kecil. Campuran daun, ranting, bunga,
dan buah yang telah dikeringkan inilah yang biasa dilinting menjadi rokok mariyuana. Kalau
bunga betinanya diekstrak, akan dihasilkan damar pekat yang disebut hasyis.4
Menurut riset, mereka yang menghisap "skunk" - sejenis daun ganja yang berefek
kuat-memiliki kemungkinan tujuh kali lebih besar mengidap penyakit psikotik seperti
schizophrenia daripada mereka yang menghisap "ekstrak ganja" atau getah ganja.1
13
Ilmuwan dari institut psikiatri King’s College London mengatakan studi mereka kali
pertama yang mengamati skunk secara khusus, daripada mengamati daun ganja umumnya,
dan menemukan tingkat tretrahidrocannabinol atau THC, yang patut disalahkan sebagai efek
negatif obat-obatan pada kesehatan mental.3
II. EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan National Surveys on Drug Use and Health (NSDUH) tahun 2003,
diperkirakan ada sekitar 90,8 juta orang dewasa (42,9%) berusia 18 tahun ataupun yang lebih
tua pernah mengkonsumsi ganja paling tidak satu kali semasa hidupnya. Diantara kelompok
ini, sekitar 2% menggunakan ganja sebelum berumur 12 tahun, sekitar 53% diantara 12 tahun
dan 17 tahun dan sekitar 45% setelah berumur 18 tahun.3
Penelitian epidemiologi yang dilakukan beberapa kali di Indonesia menunjukkan hasil
yang konsisten, yaitu penggunaan zat psikoaktif sebagian besar berusia 25 tahun, kebanyakan
tergolong poly drug-user, masih berstatus sebagai pelajar, sedangkan usia mulai
menggunakan semakin muda. Seratus pasiem pertama yang dirawat di rumah sakit
ketergantungan obat sejak tahun 1972 berusia 11-21 tahun. Survey terhadap 323 penghuni
enam panti rehabilitasi di Indonesia, Hilman (1986) menemukan umur mereka sekitar 13-15
tahun, 15,49% merokok tembakau, 32% minum alkohol, 27% mengisap ganja, 16%
menggunakan obat psikotropika, dan 6% menggunakan opioida.4
Di Indonesia, terdapat antara 2-3 juta orang yang pernah mengisap ganja. Pengguna
pemula ganja, terutama dikalangan anak usia muda, meningkat tajam selama 4-5 tahun
terakhir, karena ganja mudah diperoleh dimana – mana.1
III. JENIS-JENIS GANJA
Pada penelitian terakhir tentang ganja, ditemukan ada 3 (tiga) jenis tanaman ganja
yaitu Cannabis Sativa, Cannabis Indica, dan Cannabis Ruderalis. Ketiga jenis tanaman ganja
itu semuanya memiliki kandungan THC (Tetra Hydro Cannabinol) yang berbeda - beda
tingkat kadarnya untuk setiap jenisnya. Jenis Cannabis Indica mengandung THC paling
banyak, disusul jenis Cannabis Sativa, dan jenis Cannabis Ruderalis mengandung THC
paling sedikit. THC sendiri adalah zat psikoaktif yang berefek halusinasi dan ini terdapat
dalam keseluruhan pada bagian tanaman ganja, baik daunnya, rantingnya, ataupun bijinya.
Karena kandungan THC inilah, maka setiap orang yang menyalahgunakan ganja akan terkena
efek psikoaktif yang sangat membahayakan.1
14
Cara Pemakaian
Ganja biasanya diolah menjadi Mariyuana (Marijuana, istilah dari Meksiko) dan
Hasis (hashish, bahasa Arab)
Marijuana
Mariyuana dibuat dari tanaman ganja yang dikeringkan. Cara mengkonsumsinya
adalah dibakar dan dihisap mirip rokok tembakau3. Di Indonesia bahasa slang yang sering
dipergunakan untuk menyebut mariyuana adalah gele, cimeng atau baks. 3
Hasis
Hasis/ hashish/ hash dibuat dari olahan getah ganja yang diperoleh dari trichomes.
Trichomes adalah kelenjar berupa rambut-rambut halus keputihan yang muncul di permukaan
tanaman ini. Konsentrasi THC di dalam trichomes ini lebih tinggi dari pada di bagian lainnya.
Bentuk Hasis seperti pasta keras yang akan melunak bila dipanaskan. Cara mengkonsumsinya
beragam. Ada yang langsung membakar dan menghisapnya dalam lintingan kertas atau
mencampurkannya kedalam rokok tembakau, lintingan mariyuana ataubahan herbal lainnya.
Ada pula yang menghisapnya dengan pipa, bong, bubbler atau pavorizer. Selain dihisap ada
pula orang yang memakannya, secara langsung atau menjadikannya sebagai bahan pembuat
makanan. Hasis terlarut di dalam lemak sehingga biasanya dipakai dalam membuat makanan
yang mengandung lemak (minyak, mentega, butter dan lain-lain) seperti cake, brownies,
atau cookies dll.3
IV. PATOMEKANISME
Seperti yang disebutkan sebelumnya, komponen utama dari kanabis adalah Δ9-THC;
tetapi, tanaman kanabis mengandung lebih dari 400 zat kimia, yang kira-kira 60 buah
diantaranya secara kimiawi berhubungan dengan Δ9-THC. Pada manusia Δ9-THC secara
cepat dikonversi menjadi 11-hidroksi-Δ9-THC, suatu metabolit yang aktif di dalam sistem
saraf pusat.1
15
Saat ganja dihisap, dari paru-paru THC secara cepat akan masuk ke aliran darah lewat
pembuluh darah di paru-paru yang akan masuk ke jantung dan oleh jantung akan dipompa ke
seluruh tubuh. Dengan kata lain zat THC ini akan terbawa ke seluruh tubuh, termasuk ke otak
dan organ lainnya. (Sama halnya bila dimakan, dari usus THC akan diserap dan dibawa ke
dalam aliran darah dan mengalami proses yang sama).1
Di otak THC akan bereaksi dengan suatu reseptor (penerima) khusus, yang dijuluki
reseptor cannabinoid. Reseptor ini tidak sama penyebarannya dan jumlahnya di otak.
Berjumlah banyak pada daerah tertentu dan sedikit bahkan tidak ada pada beberapa
daerah otak yang lain sehingga THC ditangkap hanya di bagian-bagian otak tertentu.3
Konsentrasi tertinggi reseptor cannabinoid ditemukan di tiga wilayah otak: hippocampus,
cerebellum, dan ganglia basalis. Ketiga area ini otak bertanggung jawab untuk melakukan
fungsi tertentu. Ketika THC dalam ganja mengikat reseptor di hipokampus, serebelum atau
ganglia basalis maka fungsi dari masing-masing akan terganggu.1
Hippocampus terdapat di lobus temporal manusia dekat telinga. Hippocampus sangat
penting untuk memori jangka pendek, yang mangakibatkan kesulitan mengingat peristiwa
baru-baru setelah THC mengikat reseptor protein dalam hippocampus. Otak kecil
mengendalikan koordinasi dan ganglia basal pada tubuh memodifikasi gerakan tak terkendali
dan belajar melalui pengulangan atau dengan kata lain “membangun kebiasaan.” THC dalam
ganja menggangu cara kerja ganglia basal dan fungsi otak kecil, sehingga ganja mengubah
reaksi, koordinasi motorik dan keterampilan belajar.1
Gejala putus kanabis pada manusia adalah terbatas sampai peningkatan ringan dalam
iritabilitas, kegelisahan, insomnia, anoreksia, dan mual ringan; semua gejala tersebut
ditemukan hanya jika seseorang menghentikan kanabis dosis tinggi secara mendadak.3
V. DIAGNOSIS
Gambaran Klinis
Setiap batang rokok ganja mengandung THC sebanyak 5 – 20 mg. Jika ganja
digunakan sebagai rokok, efek euforia tampak dalam beberapa menit, mencapai puncak
dalam kira-kira 30 menit, dan berlangsung 2 sampai 4 jam, rasa takut akan mati, gelisah dan
hiperaktif. Kemudian menjadi lebih tenang, euforik, banyak bicara, merasa ringan pada
tungkai dan badan. Ia mulai banyak tertawa, walaupun tidak ada rangsangan lucu
sebelumnya.3
Dengan demikian mereka yang mengkonsumsi ganja akan memperlihatkan perubahan-
perubahan mental dan perilaku, sebagai berikut1:
16
a. Jantung berdebar-debar.
b. Euforia, yaitu rasa gembira tanpa sebab dan tidak wajar.
c. Halusinasi dan delusi.
Halusinasi adalah pengalaman panca indra tanpa adanya sumber stimulus (rangsangan)
yang menimbulkannya. Misalnya seseorang mendengar suara-suara padahal sumber
suara tersebut tidak ada, hal ini disebut sebagai halusinasi pendengaran. Demikian
juga halnya dengan halusinasi penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Delusi adalah
suatu keyakinan yang tidak rasional, meskipun telah diberikan bukti-bukti bahwa
pikiran itu tidak rasional, namun yang bersangkutan tetap meyakininya. Misalnya yang
disebut dengan delusi paranoid, dimana yang bersangkutan yakin benar bahwa ada
orang yang akan berbuat jahat kepadanya, sekalipun dalam kenyataannya tidak ada
orang yang dimaksudkan.
d. Perasaan waktu berlalu dengan lambat, misalnya 10 menit bisa dirasakan seperti 1
(satu) jam lamanya.
e. Apatis. Yang bersangkutan bersikap acuh tak acuh, masa bodoh, tidak perduli terhadap
tugas atau fungsinya sebagai makhluk sosial, seringkali lebih senang menyendiri dan
melamun, tidak ada kemauan atau inisiatif dan hilangnya dorongan
semangat/kehendak.
f. Mata merah. Orang yang baru saja menghisap ganja ditandai dengan warna bola mata
yang memerah. Hal ini disebabkan karena pembuluh darah kapiler pada bola mata
mengalami pelebaran (dilatasi).
g. Nafsu makan bertambah, orang yang mengkonsumsi ganja nafsu makannya bertambah
karena ganja memiliki zat aktif tetra-hydrocannabinol (THC) merangsang pusat nafsu
makan di otak.
h. Mulut kering, orang yang mengkonsumsi ganja akan mengalami kekeringan pada
mulut (air liur berkurang), hal ini disebabkan THC mengganggu sistem syaraf otonom
yaitu syaraf yang mengatur kelenjar air liur.
i. Perilaku maladaptif, artinya yang bersangkutan tidak lagi mampu menyesuaikan diri
atau beradaptasi dengan keadaan secara wajar. Misalnya, yang bersangkutan
memperlihatkan ketakutan, kecurigaan (paranoid), gangguan menilai realitas,
gangguan dalam fungsi sosial dan pekerjaan. Perilaku maladaptif ini sering
menimbulkan konflik, pertengkaran, tindak kekerasan dan perilaku anti sosial lainnya
terhadap orang-orang di sekelilingnya.
17
j. Pemakaian ganja dalam waktu lama akan mengganggu fungsi paru-paru karena
menimbulkan peradangan atau menyebabkan timbulnya penyakit “anginapektoris”.
Ganja juga menimbulkan kematian sel-sel otak dan menjadi pencetus kanker. Produksi
leukosit (sel darah putih) menurun, sehingga kekebalan tubuh juga berkurang dan akan
menurunkan kadar beberapa hormon yang dapat menyebabkan rusaknya sperma laki-
laki, sementara bagi wanita akan menimbulkan gangguan haid bahkan meningkatkan
kemungkinan terjadinya keguguran pada ibu hamil.
Diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabis dapat ditegakkan
berdasarkan PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia,
Edisi III) dan DSM-IV (diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth
Edition).3
Diagnostic and Statistical Manual of MentalDisorders edisi keempat (DSM-IV)
menuliskan gangguan berhubungan dengan kanabis tetapi mempunyai kriteria spesifik dalam
bagian gangguan berhubungan dengan kanabis hanya untuk intoksikasi kanabis. Kriteria
diagnostik untuk gangguan berhubungan dengan kanabis lainnya ditemukan di dalam bagian
DSM IV yang memusatkan pada gejala fenomenologi utama- sebagai contoh, gangguan
psikotik akibat kanabis, dengan waham, di dalam bagian DSM- IV tentang gangguan psikotik
akibat zat ini.1
1. Berdasarkan zat yang digunakan.
F10 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol
F11 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioid
F12 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabinoida
F13 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan sedativa atau hipnotika
F14 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kokain
F15Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulansia lain termasuk
kafein
F16 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan halusinogen
F17 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan tembakau
F18 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan pelarut yang mudah menguap
F19Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel dan penggunaan
zat psikoaktif lainnya.
2. Berdasarkan keadaan klinis.
18
F1x.0 Intoksikasi akut
.00 Tanpa komplikasi
.01 Dengan trauma atau cedera tubuh lainnya
.02 Dengan komplikasi medis lainnya.
.03 Dengan delirium
.04 Dengan distorsi persepsi
.05 Dengan koma
.06 Dengan konvulsi
.07 Intoksikasi patologis
F1x.1 Penggunaan yang merugikan (harmful use)
F1x.2 Sindrom ketergantungan
.20 Kini abstinen
.21 Kini abstinen tetapi dalam lingkungan terlindung
.22 Kini dalam pengawasan klinis dengan terapi pemeliharaan
atau dengan pengobatan zat pengganti
.23Kini abstinen, tetapi sedang dalam terapi dengan obat aversif
atau penyekat
.24 Kini sedang menggunakan zat
.25 Penggunaan berkelanjutan
.26 Penggunaan episodik
F1x.3 Keadaan putus zat
.30 Tanpa komplikasi
.31 Dengan konvulsi
F1x.4 Keadaan putus zat dengan delirium
.40 Dengan konvulsi
.41 Tanpa konvulsi
F1x.5 Gangguan psikotik
.50 Lir-skizofrenia (schizophrenia like)
.51 predominan waham
.52 Predominan halusinasi
.53 Predominan polimorfik
.54 Predominan gejala depresi
.55 Predominan gejala manik
19
.56 Campuran
F1x.6 Sindrom amnesik
F1x.7 Gangguan psikotik residual atau onset lambat
.70 Kilas balik
.71 Gangguan kepribadian atau perilaku
.72 Gangguan afektif residual
.73 Demensia
.74 Hendaya kognitif menetap lainnya
.75 Gangguan psikotik onset lambat
F1x.8 Gangguan mental dan perilaku lainnya
F1x.9 Gangguan mental dan perilaku YTT
Ketergantungan Kanabis dan Penyalahgunaan Kanabis
DSM-IV memasukkan diagnosis ketergantungan kanabis dan penyalahgunaan kanabis.
Data eksperimental dengan jelas menunjukkan toleransi terhadap banyak efek kanabis; tetapi,
data kurang mendukung adanya ketergantungan fisik. Ketergantungan psikologis pada
pemakaian kanabis terjadi pada pemakai jangka panjang.1
Intoksikasi Kanabis
Pengaruh subjektif dari intoksikasi kanabis bervariasi dari satu individu ke individu
yang lain, menetapkan pada tingginya variable farmakokinetik dosis cara pemberian, latar
belakang pengalaman dan harapan, dan kerentanan individu terhadap efek psikotis tertentu.1
DSM-IV meresmikan kriteria diagnostik untuk intoksikasi kanabis. Kriteriadiagnostik
menyebutkan bahwa diagnosis dapat diperkuat dengan kalimat ´dengan gangguan persepsi´.
Secara khas, intoksikasi dicirikan oleh periode awal “high” yang digambarkan sebagai
perasaan kesejahteraan dan kebahagiaan. Tanda dan gejala intoksikasi ini berupa euphoria
diikuti periode mengantuk atau sedasi. Intoksikasi kanabis sering kali meninggikan kepekaan
pemakai terhadap stimuli eksternal, mengungkapkan perincian yang baru, membuat warna-
warna tampak lebih terang dari pada sebelumnya dan perlambatan waktu secara subjektif.
Persepsi waktu berubah, pendegaran dan penglihatan terganggu. Efek subjektif dari
intoksikasi sering berupa reaksi disosiasi.1
Pada dosis tinggi, pemakai mungkin juga merasakan depersonalisasi dan derealisasi
serta bisa mempengaruhi tingkat kesadaran, dimana lebih jelas pengaruhnya terhadap
20
penilaian kognitif. Keterampilan motorik terganggu oleh pemakaian kanabis, dan gangguan
pada keterampilan motorik tetap ada setelah efek euforia dan subjektif telah menghilang.
Selama 8 sampai 12 jam setelah menggunakan kanabis, pemakai mengalami suatu gangguan
keterampilan motorik yang mengganggu operasi kendaraan bermotor dan mesin mesin berat
lainnya. Kanabis membangkitkan delirium organik toksis yang menetap lama
dikarakteristikkan sebagai kebingungan dengan proses fikir yang kacau, afek yang labil,
waham dan halusinasi pernah dilaporkan.1
Delirium Intoksikasi Kanabis
Delirium Intoksikasi Kanabis adalah suatu diagnosis DSM-IV. Delirium yang
berhubungan dengan intoksikasi kanabis ditandai oleh gangguan kognitif dan tugas kinerja
yang jelas. Bahkan dosis kecil kanabis menyebabkan gangguan daya ingat, waktu reaksi,
persepsi, koordinasi motorik, dan pemusatan perhatian. Dosis tinggi yang juga menggangu
tingkat kesadaran pemakai mempunyai efek nyata pada pengukuran kognitif tersebut.1
Gangguan Psikotik Akibat Kanabis
Gangguan Psikotik Akibat Kanabis adalah didiagnosis dengan adanya psikosis akibat
kanabis. Gangguan psikotik akibat kanabis jarang terjadi, tetapi ide paranoid sementara
adalah lebih sering. Dosis tinggi kanabis membangkitkan gejala psikotik singkat seperti
waham kejar atau halusinasi pendengaran dan penglihatan, khususnya orang dengan
gangguan psikiatrik yang mendasarinya. Psikosis yang jelas agak sering di negara-negara di
mana orang-orangnya mempunyai jalur untuk mendapatkan kanabis dengan potensi yang
tinggi.1
Penggunaan kanabis jarang disertai dengan pengalaman khayalan buruk, yang sering
kali menyertai intoksikasi halusinogen. Jika gangguan psikotik akibat kanabis memang
terjadi, keadaan ini mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian yang telah ada
sebelumnya pada orang yang terkena.1
Gangguan Kecemasan Akibat Kanabis
Gangguan Kecemasan Akibat Kanabis (cannabis-induced anxiety disorder) adalah
suatu diagnosis umum untuk intoksikasi kanabis akut, dimana banyak orang mengalami
keadaan kecemasan singkat yang sering kali dicetuskan oleh pikiran paranoid. Dalam
keadaan tersebut, serangan panik dapat diinduksi, didasarkan pada rasa takut yang tidak jelas
dan tidak terorganisir. Beberapa pengguna kanabis melaporkan pengalaman ada kalanya tidak
21
menyenangkan, paling banyak sering menggambarkan sebagai reaksi cemas dari intensitas
ringan sampai sedang.1
Tampaknya gejala kecemasan berhubungan dengan dosis dan merupakan efek
merugikan yang paling sering terhadap pemakaian sedang kanabis yang diisap seperti rokok.
Pemakai yang tidak berpengalaman lebih mungkin mengalami gejala kecemasan
dibandingkan pemakai yang berpengalaman.1
Gangguan Berhubungan Kanabis yang Tidak Ditentukan
DSM-IV tidak secara resmi mengenali gangguan mood akibat kanabis (cannabis
induced mood disorder); dengan demikian, gangguan tersebut diklasifikasikan sebagai
gangguan akibat berhubungan yang tidak ditentukan (NOS; not other-wise specified).1
Intoksikasi kanabis dapat disertai dengan gejala depresif, walaupun gejala tersebut
dapat mengarahkan pemakaian kanabis jangka panjang. Tetapi, hipomania, adalah gejala
yang sering pada intoksikasi kanabis.1
DSM-IV juga tidak secara resmi mengenali gangguan tidur akibat kanabis atau
disfungsi seksual akibat kanabis; dengan demikian, keduanya diklasifikasikan sebagai
gangguan berhubungan kanabis yang tidak ditentukan (NOS). Jika ditemukan gejala
gangguan tidur maupun gejala disfungsi seksual dan berhubungan dengan penggunaan
kanabis, gejala tersebut hampir selalu menghilang dalam beberapa hari atau satu minggu
setelah menghentikan pemakaian kanabis.1
Kilas balik (flash back). Kelainan persepsi yang menetap setelah penggunaan
kanabis tidak secara resmi diklasifikasikan di dalam DSM-IV, walaupun terdapat laporan
kasus orang yang mengalami sensasi berhubungan dengan intoksikasi kanabis setelah efek
jangka pendek dari substansi telah menghilang. Perdebatan tentang apakah flash back
berhubungan dengan penggunaan kanabis saja atau apakah berhubungan dengan penggunaan
bersama dengan halusinogen atau kanabis dicampur dengan phencyclidine (PCP).1
Sindrom Amotivasional. Sindrom berhubungan kanabis lain yang kontroversial
adalah sindrom amotivasional. Perdebatan adalah tentang apakah sindrom ini berhubungan
dengan penggunaan kanabis atau apakah mencerminkan sifat karakterologis pada
sekelompok orang, tidak tergantung pada penggunaan kanabis. Biasanya, sindrom
amotivasional telah dihubungkan dengan pemakaian kanabis jangka panjang dan berat dan
ditandai oleh ketidakmauan seseorang melakukan suatu tugas di sekolah, pada pekerjaan,
atau tiap situasi yang memerlukan pemusatan perhatian yang lama. 1
22
VI. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan urin untuk kanabis dan zat lainnya telah umum pada beberapa keadaan
seperti program pengobatan dan tempat penempatan tenaga kerja. Kebanyakan laboratorium
menggunakan Enzym-Multiplied Immunoassay Technique (EMIT), meskipun Radio
Immunoassay (RIA) adalah yang paling sering digunakan. Kedua tes diatas relatif sensitif
dan tidak mahal. Membantu sebagai penyaringan (screening) awal karena jauh dari
sempurna. Perbandingan terbaru menunjukkan ketidaksesuaian pada positif palsu dan
negatif palsu meskipun penyaringan dan kondisi laboratorium dalam penerapan yang
terbaik.3
Untuk mengkonfirmasi tes, digunakan Chromatography-Mas Spectroscopy (GC-MS).
Kanabis dan metabolitnya dapat dideteksi di urin pada nilai cut off 100 ng/ml pada 42-72 jam
setelah efek psikologis menurun. Karena metabolit kanabinoid adalah larut lemak, menetap
di cairan tubuh dalam periode yang agak lama dan diekskresikan secara perlahan. Uji saring
untuk kanabinoid pada individu yang menggunakan kanabis secara ringan dapat memberikan
hasil positif untuk 7-10 hari dan pada pengguna kanabis berat dapat memberikan nilai positif
2-4 minggu.1
VII. PENATALAKSANAAN
Pengobatan pemakaian kanabis terletak pada prinsip yang sama dengan pengobatan
penyalahgunaan substansi lain abstinensia dan dukungan. Abstinensia dapat dicapai melalui
intervensi langsung, seperti perawatan di rumah sakit, atau melalui monitoring ketat atas
dasar rawat jalan dengan menggunakan skrining obat dalam urin, yang dapat mendeteksi
kanabis selama tiga hari sampai empat minggu setelah pemakaian. Dukungan dapat dicapai
dengan menggunakan psikoterapi individual, keluarga, dan kelompok. Pendidikan harus
merupakan inti untuk program abstinensia dan dukungan, karena pasien yang tidak mengerti
alasan intelektual untuk mengatasi masalah penyalahgunaan substansi menunjukkan sedikit
motivasi untuk berhenti. Untuk beberapa pasien suatu obat antiansietas mungkin berguna
untuk menghilangkan gejala putus zat jangka pendek. Untuk pasien lain penggunaan kanabis
mungkin berhubungan dengan gangguan depresi dasar yang mungkin berespons dengan
terapi antidepresan spesifik.4
Pada umumnya, intoksikasi pada penggunaan kanabis tidak memerlukan
farmakoterapi tetapi cukup dengan terapi suportif. Namun, jika muncul gejala anxietas berat,
maka dapat diberikan :4
23
- Lorazepam 1-2 mg oral
- Alprazolam 0,5-1 mg oral
- Chlordiazepoxide 10-50 mg oral
- Bila terdapat gejala psikotik yang menonjol, maka dapat diberikan Haloperidol 1-2 mg
oral, atau i.m ulangi selama 20-30 menit.
24
PEMBAHASAN
Pasien ini didiagnosa menggunakan diagnosa multiaxial. Pada pasien ini terdapat
diagnosa pada axis I, dan V. Pada axis I, pasien ini didiagnosa dengan Gangguan mental
perilaku akibat penggunaan kanabinoida.
A. Anamnesis
Teori Fakta
Gangguan mental dan perilaku
akibat penggunaan ganja adalah suatu
gangguan jiwa berupa penyimpangan
perilaku yang berhubungan dengan
pemakaian zat (dalam hal ini adalah
ganja) yang dapat mempengaruhi
sususan saraf pusat secara kurang lebih
teratur sehingga menimbulkan
gangguan fungsi sosial.
Penelitian epidemiologi yang
dilakukan beberapa kali di Indonesia
menunjukkan hasil yang konsisten,
yaitu penggunaan zat psikoaktif
sebagian besar berusia 25 tahun,
kebanyakan tergolong poly drug-user,
masih berstatus sebagai pelajar,
sedangkan usia mulai menggunakan
semakin muda
Pasien adalah seorang laki-laki usia
20 tahun, beragama Islam, status
belum menikah
Pasien mengaku menghisap ganja
sejak ±2 bulan yang lalu. Setelah
menghisap ganja 2 hari yang lalu
pasien merasa sekujur tubuh nyeri,
meriang, gelisah dan merasa takut
ketahuan menggunakan ganja oleh
orang disekitarya. Pasien mengaku
mendengar bisikan-bisikan dan ada
melihat suatu sosok. Bisikan
tersebut. Saat datang pasien
awalnya menangis, gelisah dan
tidak berani menceritakan mengenai
keluhannya.
Menurut ibu pasien, pasien
cenderung tertutup dan tidak mau
menceritakan masalahnya.
Kepribadian ini memang sudah ada
sejak masa remaja hingga saat ini
sehingga orang tua pasien tidak
menyadari bahwa pasien
menggunakan ganja. Namun sejak 2
hari yang lalu pasien mulai gelisah
25
dan tidak bisa tidur serta mengaku
melihat sosok dan mendengar
bisikan-bisikan.
B. Diagnosis
Teori Fakta
perubahan-perubahan mental dan
perilaku
a. Jantung berdebar-debar.
b. Euforia, yaitu rasa gembira
tanpa sebab dan tidak wajar.
c. Halusinasi dan delusi.
d. Perasaan waktu berlalu dengan
lambat,
e. Apatis.
f. Mata merah.
g. Nafsu makan bertambah,
h. Mulut kering,
i. Perilaku maladaptif
j. Pemakaian ganja dalam waktu
lama akan mengganggu fungsi
paru-paru
Uji saring untuk kanabinoid pada
individu yang menggunakan kanabis
secara ringan dapat memberikan hasil
positif untuk 7-10 hari dan pada
Pada pemeriksaan psikiatri,
didapatkan penampilan cukup rapi,
kurang kooperatif, gelisah,kontak
verbal dan visual (+), emosi labil,
afek datar, orientasi (-), proses pikir
lambat, waham curiga (+),
didapatkan halusinasi auditori dan
ilusi, intelegensia cukup, ADL
dalam batas normal, psikomotor
menurun.
Pada pemeriksaan fisik tidak
ditemukan adanya kelainan pada
pasien.
26
pengguna kanabis berat dapat
memberikan nilai positif 2-4 minggu.
C. Penatalaksanaan
Teori Fakta
Pengobatan pemakaian kanabis terletak
pada prinsip yang sama dengan
pengobatan penyalahgunaan substansi
lain abstinensia dan dukungan.
Pada umumnya, intoksikasi
pada penggunaan kanabis tidak
memerlukan farmakoterapi tetapi cukup
dengan terapi suportif. Namun, jika
muncul gejala anxietas berat, maka
dapat diberikan :
- Lorazepam 1-2 mg oral
- Alprazolam 0,5-1 mg oral
- Chlordiazepoxide 10-50 mg oral
Bila terdapat gejala psikotik yang
menonjol, maka dapat diberikan
Haloperidol 1-2 mg oral, atau i.m
ulangi selama 20-30 menit.
Psikofarmakologi:
Risperidone 2 x 2 mg
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan, Sadock. 2010. Sinopsis Psikiatri. Ilmu Pengetahuan Psikiatri Klinis Edisi 10.
Alih bahasa: Widjaja Kusuma. Jawa Barat: Binarupa Aksara
2. Departemen Kesehatan RI. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
di Indonesia (PPDGJ). Edisi ke III. Jakarta
3. Maslim, R. Buku Saku Diagnosis Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa Unika Atmajaya: Jakarta. 2003
4. Maslim, R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik edisi ketiga. Bagian
ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.2007
28
top related