laporan kegiatan pengembangan simulasi model …. laporan... · organisme pengganggu tumbuhan 2011...
Post on 08-Mar-2019
243 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
1
LAPORAN KEGIATAN
PENGEMBANGAN SIMULASI MODEL PERAMALAN
WERENG BATANG COKLAT
DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
BALAI BESAR PERAMALAN
ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
2011
2
ABSTRAK
Salah satu hama penting dalam produksi padi adalah wereng batang coklat (WBC) Nilaparvata lugens L.. Populasi WBC yang tinggi dapat
menyebabkan produksi padi menjadi puso. Ketidaktahuan petani tentang karakteristik, perilaku dan faktor-faktor pendukung perkembangan WBC, dapat memicu ledakan populasi WBC. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangbiakan WBC antara lain pakan (padi), iklim, cuaca, budidaya (waktu tanam, pemupukan dan aplikasi insektisida), serta keberadaan musuh alami. Faktor-faktor tersebut dapat dijadikan sebagai parameter untuk meramalkan perkembangan populasi WBC, sehingga dapat dilakukan upaya antisipasi untuk menghindari ledakan populasi.
Kemajuan teknologi komputer telah menghasilkan suatu cara pendekatan disebut kecerdasan buatan (Artificial Inteligence Techniques). Ruang lingkup dari kecerdasan buatan adalah strategi menyelesaikan masalah dan mengembangkan program yang meniru sifat dan perilaku kecerdasan manusia Salah satu pengembangan kecerdasan buatan diantaranya adalah simulasi model (model simulation). Simulasi model adalah sistem yang merekayasa model dinamika suatu masalah dengan suatu input sehingga memperoleh output berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Simulasi model inilah yang akan dikembangkan untuk meramalkan dinamika populasi WBC.
Program simulasi yang dikembangkan berupa software aplikasi portable berbasis Windows yang diberi nama Pak Odi (Pakar OPT Padi) berdimensi 600x450 pixel. Spesifkasi minimal yang diperlukan yaitu: processor Pentium III 600 Mhz, kapasitas RAM 128 MB sistem operasi Windows XP. Proses simulasi memerlukan input paramater yaitu jumlah generasi G0, populasi musuh alami (Ophionea sp., Paederus sp., Micraspis sp., laba-laba, Cyrtorhinus sp.), serta estimasi keefektivan pengendalian. Hasil simulasi berupa estimasi populasi pada G1 dan G2. Simulasi tersebut berjalan dengan asumsi:
Pengaruh varietas diabaikan
Rasio sex diabaikan
Hari Interval Stadia (HIS) : 3 hari dan umur padi <124 hari
Koreksi populasi WBC oleh musuh alami berdasarkan Formula Baehaki apabila diperoleh nilai kurang dari 0.2 maka nilai koreksinya 0.2
Koreksi populasi WBC karena migrasi adalah 0.5
G0: 1-4 MST; G1: 5-8 MST; G2: 9-13 MST Program simulasi yang dihasilkan adalah aplikasi portable yang diberi nama Pak Odi (Pakar OPT Padi). Dari hasil validasi, hasil simulasi mampu mendekati populasi kenyataan di lapang. Simulasi model peramalan WBC dapat digunakan sebagai menjadi acuan sementara dalam menyusun rekomendasi pengelolaan WBC. Dalam penerapan dibutuhkan pakar atau ahli untuk rekomendasi yang lebih tepat. Perlu dilakukan kalibrasi untuk mengetahui pengaruh varietas, sex ratio, migrasi, dan waktu ambang pengendalian. Parameter koreksi musuh alami dan keperidian dijadikan parameter tetap. Diperlukan base knowledge tentang
WBC untuk melengkapi informasi bioekologi tentang WBC. Perlu uji pengguna (kesukaan dan friendly user). Diperlukan perbaikan pada program karena masih ditemukan bugs ketika dijalankan pada Windows vista dan 7.
3
LAPORAN KEGIATAN
PENGEMBANGAN SIMULASI MODEL PERAMALAN
WERENG BATANG COKLAT
DASAR PELAKSANAAN
Surat Keputusan Kepala Balai Besar Peramalan OPT
Nomor: 25/KU.110 /C.6.a/2/2011
Koordinator Pelaksana Kegiatan
Edi Suwardiwijaya, SP.
Ketua Pelaksana:
Wahyudin
Anggota:
1. Ketut Suarsana, SP., MM.
2. Dianto Momon Sumono
3. Dewi Nirwati, SP.
4. Retno Ayu Prasetyaningtyas, SP.
5. Busyairi Latiful Ashar, SP.
6. Maryono
7. Syahidin
DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
BALAI BESAR PERAMALAN
ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
2011
4
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vi
PENDAHULUAN ....................................................................................... x
Latar belakang ................................................................................. 1
Tujuan dan Sasaran ........................................................................ 2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 2
Wereng Batang Coklat .................................................................... 2
Siklus Hidup ........................................................................... 2
Strategi Hidup ......................................................................... 3
Gejala Kerusakan Tanaman .................................................. 3
Model Simulasi ................................................................................ 5
METODE PELAKSANAAN ....................................................................... 7
Waktu dan Tempat .......................................................................... 7
Organisasi Pelaksanaan ................................................................. 7
Bahan dan Metode .......................................................................... 7
Bahan dan alat ....................................................................... 7
Metode .................................................................................... 8
HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 10
Desain Sistem .................................................................................. 10
Analisis Sistem ................................................................................ 12
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 20
Kesimpulan ....................................................................................... 20
Saran ............................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 21
LAMPIRAN ................................................................................................ 22
1
1
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Perbandingan populasi WBC hasil simulasi aplikasi pak Odi
dengan model peramalan dan data pengamatan. ............................ 16
2
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Alur pembuatan simulasi .................................................................... 8
2. Form depan Pak Odi .......................................................................... 10
3. Form simulasi WBC ........................................................................... 11
4. Batasan model dinamika populasi WBC ........................................... 12
5. Contoh Hasil Simulasi Pada Lokasi 1 (Desa Serang blok Kandang) . 15
6. Perbandingan populasi WBC pada G0 terhadap G1 antara hasil simulasi dengan hasil pengamatan ........................................... 17
7. Perbandingan populasi WBC pada G0 terhadap G2 antara
hasil simulasi dengan hasil pengamatan ........................................... 17
8. Perbandingan populasi WBC pada G1 antara hasil simulasi dengan hasil pengamatan ................................................................. 18
9. Perbandingan populasi WBC pada G2 antara hasil simulasi dengan hasil pengamatan ................................................................. 19
3
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Rekapitulasi populasi nimfa .............................................................. 23
2. Rekapitulasi populasi imago ............................................................. 24
3. Rekapitulasi populasi musuh alami .................................................. 25
4. Rekapitulasi populasi musuh alami lanjutan .................................... 26
1
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu hama penting dalam produksi padi adalah wereng batang
coklat (WBC) Nilaparvata lugens L.. Ketidaktahuan petani tentang bioekologi dan
faktor-faktor pendukung perkembangan WBC, dapat memicu ledakan
populasinya. Faktor-faktor yang berpengaruh antara lain pakan (padi), iklim,
budidaya (waktu tanam, pemupukan, aplikasi insektisida), serta keberadaan
musuh alami. Faktor-faktor tersebut dapat dijadikan sebagai parameter untuk
meramalkan populasi WBC.
Kemajuan teknologi komputer telah menghasilkan suatu cara
pendekatan yang sering disebut kecerdasan buatan (Artificial Inteligence
Techniques). Ruang lingkup dari kecerdasan buatan adalah strategi
menyelesaikan masalah dan mengembangkan program yang meniru sifat dan
perilaku kecerdasan manusia (Muljono, 1990). Salah satu pengembangan
kecerdasan buatan diantaranya adalah simulasi model (model simulation).
Simulasi model adalah sistem yang merekayasa model dinamika suatu masalah
dengan suatu input sehingga memperoleh output berdasarkan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Simulasi model yang akan dikembangkan untuk meramalkan
populasi WBC.
Adanya program simulasi model ini diharapkan dapat digunakan
sebagai alat bantu petugas lapang dalam meramalkan populasi WBC dan acuan
dalam pengelolaan WBC.
Tujuan
Membangun program simulasi dan validasi model peramalan WBC
Sasaran
Tersedianya program simulasi model peramalan WBC
2
TINJAUAN PUSTAKA
Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stal.)
Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens) termasuk ke dalam famili
Delphacidae. Menurut Stal (1984), klasifikasi wereng batang coklat sebagai
berikut:
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Hemiptera
Famili: Delphacidae
Sub Famili: Fulgoroidea
Genus: Nilaparvata
Spesies: Nilaparvata Lugens Stal.
Siklus Hidup
Wereng batang coklat berkembang biak secara seksual dan termasuk serangga
heterometabola (metamorfosis tidak sempurna). Siklus hidup Wereng batang
coklat sebagai berikut :
a. Telur
Masa prapenelurannya 3-4 hari untuk brakiptera (bersayap kerdil) dan 3-8
hari untuk makroptera (bersayap panjang). Telur diletakkan pada jaringan
pangkal pelepah daun. Apabila populasi tinggi, telur diletakkan di ujung
pelepah daun dan tulang daun. Telur berkelompok, dalam satu kelompok
telur terdiri dari 3-21 butir. Bentuk telur wereng batang coklat lonjong agak
melengkung berdiameter 0,067-0,133 milimeter dengan panjang 0.830-1,000
milimeter. Telur menetas sekitar 7-9 hari setelah oviposisi. Wereng betina
tidak meletakkan telur hanya pada satu rumpun padi, tetapi dari beberapa
rumpun dan berpindah-pindah.
3
b. Nimfa
Nimfa mengalami lima instar dan rata-rata waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan stadium nimfa beragam, tergantung dari bentuk dewasa yang
muncul.
c. Dewasa
Nimfa wereng batang cokelat dapat berkembang menjadi dua bentuk wereng
dewasa. Bentuk pertama adalah makroptera (bersayap panjang) yaitu
wereng batang coklat yang mempunyai sayap depan dan sayap belakang
secara normal. Bentuk kedua adalah brakiptera (bersayap kerdil) yaitu
wereng batang coklat dewasa yang mempunyai sayap depan dan sayap
belakang yang tumbuh tidak normal, terutama sayap belakang sangat
rudimental. Wereng batang cokelat mulai bersayap dalam umur sekitar 13
hari. Umumnya wereng brakiptera bertubuh lebih besar, mempunyai tungkai
dan peletak telur lebih panjang. Hasil kopulasi antar jantan brakiptera
dengan betina brakiptera, atau betina makroptera dan hasil kopulasi antar
jantan makroptera dengan betina brakiptera, atau betina makroptera pada
generasi ke-1 menghasilkan jantan makroptera dan brakiptera dari
kedua jenis kelamin. Tingkat perkembangan WBC dewasa brakiptera dapat
dibagi menjadi masa prapeneluran 2-8 hari, masa bertelur 9-20 hari, dan
masa pasca peneluran beberapa jam sampai 3 hari, sedangkan pradewasa
adalah 19-23 hari. umur serangga dewasa ialah 20-30 hari, tetapi mungkin
pada tanaman yang tahan akan lebih pendek.
Strategi Hidup
Wereng batang coklat termasuk serangga bertipe r-strategi. Wereng
makroptera juga dipengaruhi oleh umur tanaman dan kurangnya makanan.
Pemunculan makroptera lebih banyak pada tanaman tua daripada tanaman
muda dan pada tanaman setengah rusak (partially hopperburn) dibanding
dengan tanaman sehat. Faktor alelokemik tanaman merupakan faktor yang
agak langsung mempengaruhi bentuk sayap. Jaringan tanaman hijau kaya bahan
kimia mimik hormon juvenil. Tetapi pada padi yang mengalami penuaan bahan
kimia mimik hormon juvenilnya berkurang. Oleh karena itu perkembangan
wereng batang cokelat pada tanaman tua atau setengah tua banyak muncul
makroptera. Pada lahan tanaman yang sudah dipanen makanan wereng menjadi
berkurang, sehingga wereng menghadapi katastropi. Sebelum terjadi bencana
4
tersebut wereng batang cokelat merubah posisi menjadi wereng makroptera, lalu
beremigrasi mencari tempat baru yang cocok untuk perkembangbiakan
selanjutnya. Kemudian akan mulai bertelur kembali setelah mencapai umur
sekitar 2 minggu, dan selanjutnya seperti di atas. Jadi, dalam waktu yang relative
singkat wareng batang cokelat akan berlipat ganda mencapai jumlah yang
banyak. Umur kematiannya yaitu setelah mencapai sekitar 40-41 hari, tetapi
bergantiannya dalam jumlah banyak, sehingga dalam umur maksimumnya
wereng batang cokelat bertelur sampai 3 kali dan tiap kali mencapai ratusan
telur.
Gejala Kerusakan Tanaman
Serangga dewasa dan nimfa biasanya menetap di bagian pangkal
tanaman padi danmengisap pelepah daun. Wereng coklat menusukkan stiletnya
ke dalam ikatan pembuluh vaskuler tanaman inang dan mengisap cairan
tanaman dari jaringan floem. Nimfa instar ke empat dan kelima menghisap cairan
tanaman lebih banyak daripada instar pertama,kedua dan ketiga. Wereng coklat
betina mengisap cairan lebih banyak daripada yang jantan. Kerusakan khas
akibat isapan wereng coklat adalah kering bagaikan terbakar yang dikenal
dengan Hopperburn. Gejala awal yang timbul adalah menguningnya helaian
daun yang paling tua dan makin banyaknya jamur jelaga karena banyaknya
embun madu yang dikeluarkan wereng coklat. Perubahan warna berlangsung
terus meliputi semua bagian tanaman, dan akhirnya seluruh tanaman mengering
berwarna coklat. Hopperburn biasanya terjadi pada fase setelah pembentukan
malai. Kehilangan hasil akibat serangan wereng coklat berkisar antara 10-90
persen, tergantung pada tingkat kerusakan tanaman yang terserang. Wereng
coklat dapat menularkan dua macam penyakit virus padi, yaitu Penyakit
Kerdil Rumput (Grassy Stunt) dan Kerdil Hampa (Ragged Stunt). Penyakit virus
ini terutama penyakit kerdil rumput, biasanya terjadi secara epidemik setelah
eksploitasi wereng coklat. Tanaman padi yang terserang penyakit kerdil rumput
pertumbuhannya sangat terhambat, sehingga menjadi kerdil dan mempunyai
anakan banyak. Daunnya menjadi sempit, pendek, berwarna kuning pucat dan
berbintik-bintik coklat tua. Serangan virus kerdil hampa menyebabkan tanaman
menjadi agak kerdil, daun hijau tua, terpilin,pendek, kaku, sobek-sobek, berpuru,
anakan bercabang dan malainya tidak muncul serta hampa. Kedua penyakit virus
5
diatas bersifat persisten. Penularan melalui telur (transovarial) atau keturunan
wereng coklat tidak terjadi.
Model Simulasi
Kemajuan teknologi komputer telah menghasilkan suatu cara
pendekatan yang sering disebut kecerdasan buatan (Artificial Inteligence
Techniques). Ruang lingkup dari kecerdasan buatan adalah strategi
menyelesaikan masalah dan mengembangkan program yang meniru sifat dan
perilaku kecerdasan manusia (Muljono, 1990). Salah satu pengembangan
kecerdasan buatan diantaranya adalah simulasi model (model simulation).
Simulasi model adalah sistem yang merekayasa model dinamika suatu masalah
dengan suatu input sehingga memperoleh output berdasarkan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Menurut Sitompul (2000), model adalah contoh sederhana dari sistem
dan menyerupai sifat-sifat sistem yang dipertimbangkan, tetapi tidak sama
dengan sistem. Model dikembangkan dengan tujuan untuk studi tingkah-laku
sistem melalui analisis rinci akan komponen atau unsur dan proses utama yang
menyusun sistem dan interaksinya antara satu dengan yang lain. Model
beperanan penting dalam pengembangan teori karena berfungsi sebagai konsep
dasar yang menata rangkaian aturan yang digunakan untuk menggambarkan
sistem. Seleksi dilakukan terhadap unsur penyusun sistem berdasarkan tujuan
studi, karenanya sistem hanya merupakan wakil dari bentuk sederhana realita.
Senge (1990) dalam Sitompul (2000) menguraikan model mental sebagai
“generalisasi asumsi yang melekat secara mendalam (deeply ingrained), atau
bahkan gambaran serta bayangan yang mempengaruhi bagaimana kita
memahami dunia dan bagaimana kita bertindak”. Batas sistem adalah abstraksi
dari batas yang menghimpun unsur dan proses dari sistem sebagai bagian
terpisah lingkungan total. Unsur dalam sistem dipengaruhi oleh lingkungan, tapi
sebaliknya komponen tidak mempengaruhi lingkungan. Peubah keadaan (state
variables) adalah kuantitas yang menggambarkan kondisi komponen dalam
sistem yang dapat nyata seperti berat atau abstrak seperti fase perkembangan
dan dapat berubah dengan waktu sebagaimana sistem berinteraksi dengan
lingkungan. Peubah keadaan bersifat masukan pada model seperti faktor
lingkungan yang mempengaruhi tingkah-laku sistem, dan juga dikenal sebagai
peubah penggerak (driving variables). Jika suatu sistem tidak mempunyai
6
masukan, itu berarti tidak dipengaruhi oleh lingkungan dan diacu sebagai sistem
tertutup (closed sistem). Sistem terbuka (open sistem) mempunyai satu atau
lebih masukan yang dapat berubah dengan waktu. Hubungan timbal-balik
diantara komponen dalam suatu sistem, dan karenanya diantara peubah
keadaan terjadi sebagai hasil dari berbagai proses Dengan pengetahuan yang
lebih baik akan proses, suatu tindakan yang diambil akan memberikan hasil yang
mendekati kenyataan. Pendekatan modeling, yang menyederhanakan sistem
sedemikian rupa, tetapi dengan hasil yang tidak berbeda dengan hasil dari
sistem.
Program komputer adalah perangkat lunak yang tersedia dalam
komputer yang digunakan untuk mengolah masukan menjadi keluaran melalui
proses tertentu. Jadi langkah utama yang diperlukan untuk membuat model
adalah penulisan perintah untuk masukan data, pengolahan data dan keluaran
dari hasil pengolahan data. Bahasa yang dapat digunakan untuk menulis
perintah dalam komputer dapat dibagi dua jenis yaitu bahasa tingkat rendah dan
tinggi. Bahasa program tingkat rendah, yang berorientasi pada mesin dengan
penggunaan kode 0 dan 1, sangat sulit diterapkan. Bahasa program tingkat
tinggi, yang berorientasi pada bahasa manusia dan mudah diterapkan,
dikembangkan kemudian seperti BASIC (QBASIC), PASCAL dan FORTRAN.
7
METODE PELAKSANAAN
Waktu dan Tempat
Kegiatan ini akan dilaksanakan di Wilayah Lab. PHP Petarukan Pemalang,
Provinsi Jawa Tengah dalam kurun waktu kurang lebih 10 (Sepuluh) bulan sejak
bulan Maret sampai dengan Desember 2011 (lampiran 1).
Organisasi Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan oleh petugas yang dianggap cakap dan mampu
melaksanakan tugas dan ditetapkan berdasarkan surat keputusan kepala Balai
Besar Peramalan OPT (BBPOPT). Berdasarkan surat keputusan kepala Balai
Besar Peramalan OPT, pelaksana kegiatan ini adalah:
Penyelia : Ir. Mustaghfirin
Ketua Pelaksana : Wahyudin
Anggota : 1. Ketut Suarsana, SP., MM.
2. Dianto Momon Sumono
3. Dewi Nirwati, SP.
4. Retno Ayu Prasetyaningtyas, SP.
5. Busyairi Latiful Ashar, SP.
6. Maryono
7. Syahidin
Bahan dan Metode
Bahan dan alat
ATK, blanko pengamatan
1 set komputer
Perangkat lunak :
Visual Basic 6.0 untuk desain program
Corel Draw 12 untuk desain user interface
Camtasia Studio untuk pembuatan aplikasi portable
8
Metode
alur pembuatan simulasi dijelaskan pada Gambar 1 sebagai berikut:
Gambar 1 Alur pembuatan simulasi
Penjelasan alur tersebut sebagai berikut:
Tahap penyusunan simulasi dinamika populasi WBC berdasarkan metode
yang dilakukan oleh Grant et. al. (1997) yaitu:
1. Formulasi masalah
Formulasi model konseptual meliputi penentuan tujuan model,
pembatasan model, kategori komponen-komponen dalam sistem,
identifikasi hubungan antar komponen dalam sistem, menyatakan
komponen dan hubungan dalam model, menggambarkan pola yang
diharapkan dalam perilaku model.
9
2. Penetapan tujuan dan konseptualisasi model
Spesifikasi model kuantitatif meliputi memilih struktur kuantitatif umum
model, memilih unit waktu dasar untuk simulasi, mengidentifikasi bentuk-
bentuk fungsional dari persamaan model, memasukkan persamaan ke
dalam program simulasi, menjalankan simulasi acuan, menetapkan
persamaan model.
3. Pengumpulan data
a) Data Primer
Data primer berupa data hasil pengamatan di lapangan yang meliputi
jumlah WBC (nimfa kecil, nimfa besar, makroptera jantan-betina,
brakhiptera jantan-betina), musuh alami (Ophionea sp, Paederus sp.,
Micraspis sp.,laba-laba), varietas dan aplikasi insektisida oleh petani,
pola tanam. Data jumlah WBC, musuh alami diperoleh dari hasil
pengamatan lapang. Pengamatan dilakukan di 18 hamparan, tiap
hamparan terdiri dari 3 petak ulangan, dan tiap petak terdiri dari 30
rumpun, 18x3x30 = 1620 rumpun.
b). Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari literatur, laporan-laporan, penelitian dan
sumber lain.
4. Penerjamahan model ke program
Model dan data yang telah diperoleh kemudian diimplementasikan ke
dalam bahasa pemrograman Visual Basic.
5. Verifikasi dan validasi
Validasi dilakukan dengan 2 tahap, yaitu dengan menggunakan data
primer hasil pengamatan serta validasi terhadap model peramalan yang
telah ada.
6. Evaluasi
Evaluasi model menggunakan analisis sensitivitas dengan mengubah
nilai-nilai variabel yang telah ditentukan.
7. Dokumentasi dan pelaporan
Dokumentasi merupakan tahap terakhir yaitu berupa pengepakan
(packaging) menjadi aplikasi. Program dijadikan aplikasi portable
menggunakan Catamsia studio.
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
Desain Sistem
Hasil pengembangan program simulasi yang berupa software aplikasi
portable berbasis Windows yang diberi nama Pak Odi (Pakar OPT Padi).
Pemberian nama Pak Odi (Pakar OPT Padi) bertujuan untuk pengembangan
selanjutnya dengan OPT utama padi yang lain.
Tampilan Pak Odi berdimensi 600x450 pixel. Program ini membutuhkan
spesifkasi komputer minimal yaitu: processor Pentium III 600 Mhz, kapasitas
RAM 128 MB, sistem operasi Windows XP. Halaman-halaman (form) dalam
program Pak Odi ini dirancang sederhana agar mudah dioperasikan dan tidak
terlalu berat bagi sistem operasi komputer. Tiap form dirancang dengan tampilan
berwarna agar menarik bagi pengguna. Pak Odi terdiri dari dua form yaitu form
utama dan form simulasi WBC. Form depan berisi menu pilihan OPT yang sudah
ter-setting default wereng batang coklat (Gambar 2). Setting default adalah menu
yang otomatis terpilih apabila form dibuka. Halaman ini terdapat dua tombol yaitu
tombol masuk yang dilambangkan tanda segitiga hijau dan tombol keluar yang
dilambangkan tanda silang merah. Tombol masuk untuk lanjut ke form simulasi
dan tombol keluar untuk mengakhiri aplikasi.
Gambar 2 Form depan Pak Odi
11
Halaman selanjutnya adalah form simulasi WBC. Form simulasi WBC
terdapat tiga subform yaitu input parameter, simulasi dan grafik (Gambar 4).
Subform input parameter terdiri atas box isian dan tombol clear. Box isian antara
lain: awal migrasi (HST), kepadatan migrasi (ekor/rumpun), Keperidian (butir),
jumlah rumpun yang diamati (rumpun), Ophionea sp., Paederus sp., Micraspis
sp., laba-laba, Cyrtorhinus sp., koreksi musuh alami (MA). Box keperidian dan
koreksi MA adalah fix parameter. Terdapat 4 kolom ambang pengendalian AP
(AP1, AP2, AP3 dan AP4) yang menunjukkan populasi WBC diikuti umur
tanaman. Tombol clear berfungsi untuk mengosongkon box isian tersebut.
Subform simulasi terdiri box result hasil simulasi berupa populasi (sebelum) G1
dan G2 serta tombol play 1 dengan simbol segitiga hijau untuk simulasi pertama.
Untuk tahap simulasi selanjutnya, terdapat box isian keefektifan pengendalian. Di
bawahnya terdapat tombol play 2 dengan simbol segitiga hijau juga untuk proses
simulasi kedua. Grafik simulasi merupakan gambaran hasil simulasi dimana
kurva yang lebih pendek merupakan hasil simulasi. Tiap klik tombol simulasi
akan menghasilkan simulasi populasi baru. Jumlah simulasi dibatasi oleh umur
tanaman padi yang telah diprogramkan di sistem.
Gambar 3 Form simulasi WBC
12
Analisis Sistem
Proses simulasi memerlukan input paramater yaitu populasi pada
generasi pendatang (G0), populasi musuh alami (Ophionea sp., Paederus sp.,
Micraspis sp., laba-laba, Cyrtorhinus sp.), serta estimasi keefektifan
pengendalian. Hasil simulasi berupa estimasi populasi pada G1 dan G2.
Formulasi masalah dalam simulasi model peramalan WBC dibangun
dalam 3 sub model diantaranya meliputi sub model dinamika WBC, persawahan
dan dinamika masyarakat (Gambar 4).
Gambar 4 Batasan model dinamika populasi WBC
Sub model tersebut memliki batasan dan variabel-variabel sebagai berikut:
Sub model dinamika WBC
Sub model ini memberikan gambaran dinamika populasi WBC dalam kurun
waktu tertentu. Dari sub model diperoleh gambaran, populasi WBC akan
meningkat seiring dengan umur tanaman dengan diperolehnya data populasi
pada generasi pendatang (G0), generasi ke-1 (G1) dan generasi ke-2 (G2).
Sub Model Persawahan
Sub model ini berguna untuk menggambarkan daya dukung habitat yang
berkaitan ketersediaan pakan bagi WBC. Dari sub model ini diperoleh
informasi, ketika pakan sudah tidak tersedia (hopperburn, populasi tinggi atau
panen), maka terjadi migrasi.
Sub Model Dinamika Masyarakat
Sub model ini berguna memberikan gambaran pengaruh budidaya
masyarakat (petani) terhadap dinamika populasi WBC. Dalam sub model ini
diperoleh gambaran pengaruh aplikasi petani terhadap populasi WBC.
13
Simulasi tersebut berjalan dengan asumsi:
Pengaruh varietas diabaikan
Varietas memiliki pengaruh terhadap perkembangan WBC tergantung
biotipe, akan tetapi dalam aplikasi ini, pengaruh varietas diabaikan karena
pada saat pengamatan WBC, tidak diketahui jenis biotipe-nya.
Rasio sex diabaikan
Rasio sex diabaikan karena rasio antara jantan dan betina yang ditemukan
berfluktuatif.
Hari Interval Stadia (HIS) : 3 hari
Dalam Wereng Batang Coklat (1992), waktu minimun untuk menyelesaikan
satu generasi berkisar antara 23-25 hari yaitu pada suhu 280C. Satu
generasi terdapat 7 tahap perkembangan WBC. Untuk simulasi, diambil
waktu tercepat adalah 23 hari sehingga hari interval stadia diperoleh 3,28
hari dibulatkan menjadi 3 hari.
Umur Padi <124 HST
Padi yang diamati adalah varietas Ciherang. Dalam deskripsi varietas ICRR,
padi Ciherang memiliki umur panen 116-125 hari. Apabila pengamatan
pertama dilakukan lebih dari 7 HST, maka oleh sistem umur panen padi
dianggap 132 HST sedangkan batas toleransinya hanya 130 HST sehingga
umur tanaman padi dibatasi <124 HST.
Koreksi populasi WBC oleh musuh alami berdasarkan Formula Baehaki
(1996) dalam Strategi Fundamental Pengendalian Hama Wereng Batang
Coklat Dalam Pengamanan Produksi Padi Nasional (2011):
Jumlah wereng pada minggu ke-i (Ai) dan musuh alami laba-laba +Paederus
+Ophionea + Miscraspis pada minggu ke-i (Bi) dan Cyrtorhinus pada minggu
ke-i (Ci)
apabila diperoleh nilai kurang dari 0.2 maka nilai koreksinya 0.2. Nilai ini
diperoleh dari uji kemampuan predator dalam Wereng Batang Coklat (1992)
yaitu rata-rata kemampuan mangsa predator adalah 1,7 ekor/hari. Apabila
data yang didapat di lapang disimulasikan maka dihasilkan nilai >0,2. Agar
tidak terjadi error dalam sistem, apabila dalam perhitungan formula baehaki
diperoleh nilai <0,2 maka dianggap nilai koreksinya 0,2.
14
Koreksi populasi WBC karena migrasi adalah 0.5
Nilai ini diperoleh dari 7 kali ujicoba simulasi mengenai kemungkinan nilai
koreksi oleh migrasi. Akan tetapi, nilai tersebut yang belum dapat dibuktikan
kebenarannya secara ilmiah karena belum ditemukan data pendukung dari
penelitian sebelumnya.
G0: 1-4 MST; G1: 5-8 MST; G2: 9-13 MST
Pengaturan waktu tiap generasi tersebut bertujuan agar dalam sistem ada
pembatasan waktu untuk mengurangi penghitungan kompleks yang akan
berdampak pada kinerja program. Selain itu, dari data yang diperoleh
diketahui terjadi overlapping. Hal tersebut disebabkan adanya migrasi yang
terus menerus secara simultan. Migrasi secara simultan ini disebabkan salah
satu faktornya adalah tanam tidak serentak.
Validasi dan evaluasi terhadap keluaran program dilakukan
pengambilan data (pengamatan lapang). Pengamatan di lakukan di Kabupaten
Pemalang, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi tersebut dipilih dengan pertimbangan
bahwa daerah tersebut selalu ada populasi wereng.
Pengamatan dilakukan di 18 lokasi yang mewakili 5 kriteria antara lain:
1. Daerah tanam serentak (Rice Garden LPHP Pemalang, Ds. Serang, Ds
Sitemu, Ds. Jrakah, Ds Gondang, Ds. Jrakah).
2. Daerah tanam relatif serentak dan ditemukan populasi pada persemaian (Ds.
Wonogiri, Ds. Tegalsari Timur, Ds. Tegalsari Barat)
3. Daerah tanam tidak serentak (Ds. Kendalsari, Ds. Karangasem)
4. Daerah tanam akhir (Ds Petanjungan, Ds. Iser, Ds. Kalirandu)
Daerah tanam serentak mewakili gambaran kontinuitas populasi tingkat
hamparan tanpa ketersedian pakan terus-menerus. Input yang berpengaruh
adalah populasi G0. Daerah tanam relatif serentak dan ditemukan populasi pada
persemaian mewakili gambaran populasi dengan perhitungan G0-t. Parameter
utama dalam system yang berpengaruh adalah G0 terkait dengan waktu (t).
Daerah tanam tidak serentak mewakili gambaran kontinuitas populasi tingkat
hamparan karena tersedinya pakan terus menerus. Parameter utama dalam
system yang berpengaruh adalah populasi G0, waktu (t), migrasi. Daerah tanam
akhir mewakili gambaran kontinuitas populasi tingkat wilayah. Parameter utama
dalam sistem yang berpengaruh adalah populasi G0, waktu (t), dan migrasi.
15
Gambar 5 Contoh Hasil Simulasi Pada Lokasi 1 (Desa Serang blok Kandang)
Sebagai contoh hasil simulasi adalah petak pengamatan di Desa Serang
blok kandang Kecamatan Petarukan (gambar 5). Awal migrasi pada umur 7 HST
dengan kepadatan 0,84 ekor/rumpun dan diamati pada 30 rumpun. Keperidian
diasumsikan 210 butir. Musuh alami yang ditemukan Paederus 0,01, Laba-laba
0,67, Cyrtorhinus 0,01 ekor per rumpun. Dari hasil perhitungan, koreksi musuh
alami di bawah 0,2 maka oleh sistem otomatis menjadi 0,2. Hasil simulasi dari
data tersebut adalah populasi pada G1 (1765 ekor/rumpun) dan G2 (54184
ekor/rumpun). Di lapangan tidak mungkin ditemukan jumlah setinggi itu pada G2,
karena ketika populasi tinggi, populasi akan didominasi oleh makroptera
kemudian migrasi. Migrasi akan di masukkan ke simulasi selanjutnya. Untuk
simulasi selanjutnya dimasukkan faktor pengendalian dengan persentase
keefektifan. Dalam kasus lokasi ini dimasukkan estimasi keefektifan 90% pada
AP1 (108 e/rpn umur; 19 HST), AP2 (15,07 e/rpn umur; 22 HST), AP3 (17,49
e/rpn umur; 46 HST) dan AP4 (28,3 e/rpn umur; 73 HST). Dengan asmusi ada
pengendalian pada ambang tersebut maka diperoleh populasi G1 (1,83
ekor/rumpun) dan G2 (1,75 ekot/rumpun).
16
16
Tabel 1. Perbandingan populasi WBC hasil simulasi aplikasi pak Odi dengan model peramalan dan data pengamatan.
NO. Kecamatan Desa/ Blok
Model Peramalan Simulasi Program
Hasil Pengamatan
G0 G1 G2 G1 G2 G1 G2
1 Petarukan Serang/ Kandang 0.84 3.28 36.74 1.83 1.75 0.93 0.31
2 Petarukan Serang/ Balai desa 0.44 2.51 31.58 1.89 2.79 0.38 0.16
3 Taman Sitemu/ Bengkel 1.00 3.59 38.64 4.30 6.34 0.25 0.10
4 Taman Jrakah/ Karangsempu 0.78 3.15 35.91 3.35 4.95 0.58 0.00
5 Taman Gondang/ Pasar 0.37 2.38 30.60 1.59 2.35 0.59 0.02
6 Taman Jrakah 0.63 2.88 34.11 2.71 4.00 0.56 0.01
7 Ampelgading Wonogiri/ Sawung galing * 7.74 17.56 94.93 33.26 49.10 236.06 0.07
8 Ampelgading Tegalsari Timur/ Ceblung Barat* 8.71 19.67 101.22 37.42 55.25 214.83 0.03
9 Ampelgading Tegalsari Timur/ Sigeger * 3.64 8.88 64.53 15.64 23.09 0.56 0.15
10 Ampelgading Tegalsari Timur/ Siprau * 4.12 9.86 68.49 17.70 26.13 6.14 0.03
11 Ampelgading Tegalsari Barat/ Kemurang* 3.58 8.74 63.97 15.38 22.71 0.44 0.01
12 Petarukan Kendalsari/ Dronjong 0.89 3.37 37.30 3.82 5.65 1.11 0.08
13 Petarukan Karangasem/ Gedogan Apit 2.16 5.86 51.03 9.28 13.70 7.62 19.87
14 Petarukan Karangasem/ Gemah ripah 1.42 4.39 43.32 6.10 9.01 1.74 14.25
15 Petarukan Petanjungan/ Krasak * 2.21 5.96 51.49 9.50 14.02 0.38 0.60
16 Petarukan Iser 1.30 4.17 42.09 5.59 8.25 0.97 3.19
17 Petarukan Kalirandu/ Masjid 1.12 3.82 40.03 4.81 7.10 0.16 0.31
18 Petarukan Petarukan/ LPHP 2.42 6.38 53.52 10.40 15.35 2.99 0.16
17
17
Gambar 6. Perbandingan populasi WBC hasil simulasi dengan hasil pengamatan pada G0 terhadap G1
Populasi WBC pada generasi pendatang (G0) berkorelasi positif
terhadap G1 simulasi maupun G1 hasil pengamatan. Pada populasi G0 belum
ada pengendalian karena sebagian besar masih di bawah ambang
pengendalian. Terdapat penyimpangan di lokasi 7 dan 8, dimana populasi sangat
tinggi (>200 ekor/rumpun). Populasi sangat tinggi disebabkan kedua lokasi
tersebut merupakan daerah tanam tidah serentak sehingga ketika persemaian
sudah ada populasi yang melebihi ambang pengendalian
Gambar 7. Perbandingan populasi WBC hasil simulasi dengan hasil pengamatan pada G0 terhadap G2
0,00
50,00
100,00
150,00
200,00
250,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Po
pu
las
i (e
/rp
n)
Lokasi pengamatan
Perbandingan Populasi WBC Pada G0 terhadap G1 Hasil Simulasi Dengan Pengamatan
G0
G1 Simulasi
G1 Pengamatan
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718
Po
pu
las
i (e
/rp
n)
Lokasi pengamatan
Perbandingan Populasi WBC Pada G0 terhadap G2 Hasil Simulasi Dengan Pengamatan
G0
G2 Simulasi
G2 Pengamatan
18
Populasi WBC pada generasi pendatang (G0) berkorelasi positif
terhadap G2 simulasi akan tetapi berkorelasi negatif terhadap G2 hasil
pengamatan. Pada populasi G1 telah ada pengendalian dilanjutkan
pengendalian intensif terhadap populasi G2 sehingga mengakibatkan penurunan
signifikan terhadap populasi G2. Di lokasi 7 dan 8 pada G2 telah puso karena
dibiarkan oleh petani, sehingga populasi yang ditemukan sangat rendah karena
WBC migrasi.
Gambar 8. Perbandingan populasi WBC pada G1 antara hasil simulasi dengan hasil pengamatan
Dari Gambar 2 diketahui, sebagain besar hasil simulasi mampu
mengimbangi/ menggambarkan populasi di lapang kecuali di lokasi 7 dan 8.
Pada fase ini, populasi masih di bawah ambang pengendalian. Penghitungan
simulasi terhadap pengaruh musuh alami masih akurat. Pengandalian kimiawi di
lapang juga belum ada sehingga asumsi pengendalian oleh musuh alami dapat
dibuktikan. Apabila populasi mencapai ambang pengendalian, maka Simulasi
secara otomatis akan memasukkan hasil simulasi sebanyak 4x pengendalian
dengan keefektifan 90%. Pada lokasi 7 dan 8, telah ditemukan populasi di
persemaian. Pengendalian oleh petani terlambat dengan efektifitas rendah
meskipun interval waktu pengendalian pendek (3 hari).
0,00
50,00
100,00
150,00
200,00
250,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Po
pu
las
i (e
/rp
n)
Lokasi pengamatan
Perbandingan Populasi WBC Pada G1 Hasil Simulasi Dengan Pengamatan
G1 Simulasi
G1 Pengamatan
19
Gambar 9. Perbandingan Populasi WBC Pada G2 Antara Hasil Simulasi Dengan Pengamatan
Pada populasi G2, hasil simulasi kurang mampu menggambarkan
populasi di lapang kecuali lokasi 13, 14, dan 16. Ketiga lokasi tersebut simulasi
mampu menggambarkan keadaan di lapang karena umur panen di lapang sama
dengan umur panen simulasi. Ada tiga faktor yang menyebabkan kelemahan
simulasi dalam memprediksi populasi pada G2 yaitu:
1. Hal ini disebabkan pada akhir G1 terdapat gerakan pengendalian massal
yang mampu menekan populasi. Waktu pada pengendalian massal
tersebut tidak sinkron dengan waktu ambang pengendalian pada
simulasi. Selain itu, pengendalian massal meliputi paetak pengamatan
yang populasinya belum masuk amabang pengendalian
2. Selain itu terjadi panen dini yang dilakukan oleh petani karena
kekhawatiran gagal panen. Panen dini menyebabkan umur panen
simulasi dengan umur panen di lapang tidak sinkron. Sehingga pada
simulasi masih menunjukkan adanya populasi sedangkan di lapang
populasi sudah tidak bisa terpantau lagi karena panen.
3. Pada lokasi 7 dan 8 pada umur 50 HST sudah puso.
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Po
pu
las
i (e
/rp
n)
Lokasi pengamatan
Perbandingan Populasi WBC Pada G2 Hasil Simulasi Dengan Pengamatan
G2 Simulasi
G2 Pengamatan
20
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pengembangan simulasi model peramalan WBC menghasilkan sebuah
aplikasi portable berbasis windows yang diberi nama Pak Odi (Pakar OPT Padi).
Hasil validasi simulasi dengan hasil pengamatan, simulasi mampu
menggambarkan populasi sebenarnya di lapang pada G1 akan tetapi belum
mampu menggambarkan populasi sebenarnya pada G2. Simulasi model
peramalan WBC dapat digunakan sebagai menjadi acuan sementara dalam
menyusun rekomendasi pengelolaan WBC, akan tetapi dalam penerapan
dibutuhkan pakar atau ahli untuk rekomendasi yang lebih tepat.
Saran
Perlu dilakukan kalibrasi untuk mengetahui pengaruh varietas, sex ratio,
migrasi, dan waktu ambang pengendalian. Diperlukan parameter yang fleksibel
untuk mengantisipasi kejadian di lapang yang tidak sesuai dengan parameter
aplikasi. Parameter koreksi musuh alami dan keperidian perlu dijadikan
parameter tetap. Aplikasi ini perlu dilengkapi dengan base knowledge tentang
WBC untuk melengkapi informasi bioekologi tentang WBC. Aplikasi ini perlu
dilakukan uji pengguna (kesukaan dan friendly user). Untuk penyempurnaan
aplikasi, diperlukan perbaikan pada program karena masih ditemukan bugs
ketika dijalankan pada Windows vista dan 7.
21
DAFTAR PUSTAKA
[Anonim]. 1992. Wereng Batang Coklat dalam Laporan Akhir Proyek Kerjasama Teknis Indonesia-Jepang Bidang Perlindungan Tanaman Pangan (ATA-162).
[Anonim]. 2011. Bioekologi Wereng Coklat. http://www.scribd.com/doc/ 49171686/
Baehaki. 1992. Berbagai Serangga Hama Tanaman Padi. Bandung: Andi.
[Litbang]. 2000. Strategi Fundamental Pengendalian Hama Wereng pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/ip041115.pdf
Muljono A. 1990. Pengantar Kecerdasan Buatan. Jakarta: Dinastindo Mustaghfirin. 2009. Bioekologi dan Pengendalian WBC pada tanaman Padi
dalam Beranda Teknologi P3OPT.
Sitompul MS. 2000. Konsep Dasar Model simulasi. www.worldagroforestrycentre.org [20 November 2006]
Untung K dan Andi Trisyono. 2010. Wereng Batang Cokelat Mengancam
Swasembada Beras Tahun 2010. Yogayakarta.
22
LAMPIRAN
23
23
No. Kecamatan Desa/ Blok Nimfa Kecil Nimfa Besar
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
1 Petarukan Serang/ Kandang 0.08 0.97 0.44 0.09 0.29 0.30 0.00 0.00 0.02 0.52 0.20 0.14 0.03 0.00
2 Petarukan Serang/ Balai desa 0.22 0.19 0.08 0.06 0.18 0.00 0.00 0.00 0.03 0.02 0.04 0.17 0.00 0.00
3 Taman Sitemu/ Bengkel 0.18 1.29 0.00 0.04 0.07 0.00 0.00 0.01 0.17 0.01 0.04 0.06 0.00 0.00
4 Taman Jrakah/ Karangsempu 0.44 0.53 0.00 0.13 0.00 0.00 0.00 0.00 0.18 0.13 0.33 0.01 0.00 0.00
5 Taman Gondang/ Pasar 0.26 0.08 0.00 0.72 0.06 0.00 0.00 0.00 0.18 0.00 0.11 0.00 0.00 0.00
6 Taman Jrakah 0.10 0.53 0.22 0.04 0.00 0.00 0.00 0.00 0.07 0.01 0.23 0.00 0.00 0.00
7 Ampelgading Wonogiri/ Sawung galing 7.04 0.00 187.83 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 0.14 0.00 1.07 0.04 0.03 0.00
8 Ampelgading Tegalsari Timur/ Ceblung Barat 10.30 0.04 58.89 0.00 0.00 0.00 0.00 0.17 0.82 0.02 30.10 0.00 0.00 0.00
9 Ampelgading Tegalsari Timur/ Sigeger 5.94 0.02 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.26 0.00 0.03 0.00 0.03 0.00
10 Ampelgading Tegalsari Timur/ Siprau 6.23 0.02 0.80 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.56 0.02 6.53 0.00 0.00 0.00
11 Ampelgading Tegalsari Barat/ Kemurang 6.02 0.06 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.29 0.00 0.12 0.00 0.01 0.00
12 Petarukan Kendalsari/ Dronjong 1.01 0.13 0.00 0.02 0.04 0.00 0.00 0.02 0.18 0.00 1.19 0.00 0.01 0.00
13 Petarukan
Karangasem/ Gedogan Apit 1.39 1.69 4.20 0.00 7.87 50.15 0.00 0.01 0.32 0.28 0.32 0.00 0.00 0.00
14 Petarukan
Karangasem/ Gemah ripah 1.84 0.09 0.00 0.00 0.67 15.90 0.06 0.30 0.03 0.02 0.01 0.67 22.99 0.00
15 Petarukan Petanjungan/ Krasak 2.41 0.00 0.01 0.00 1.22 0.00 0.03 1.59 0.00 0.33 0.00 0.08 0.00 0.02
16 Petarukan Iser 1.77 0.00 0.23 0.00 7.39 1.07 0.00 0.00 0.00 1.02 0.03 0.26 0.01 0.00
17 Petarukan Kalirandu/ Masjid 0.00 0.03 0.03 0.00 0.06 0.68 0.00 0.00 0.01 0.02 0.00 0.00 0.00 0.00
18 Petarukan Petarukan/ LPHP 1.85 0.18 2.92 0.02 0.12 0.00 0.01 0.81 0.30 0.38 0.68 0.03 0.00 0.01
Lampiran 1 Rekapitulasi populasi nimfa
24
Lampiran 2 Rekapitulasi populasi imago
No Makroptera Brakhiptera Jumlah Imago
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
1 0.19 0.43 0.19 0.06 0.07 0.04 0.00 0.00 0.00 0.06 0.30 0.04 0.00 0.00 0.19 0.43 0.25 0.36 0.11 0.04 0.00
2 0.08 0.36 0.18 0.11 0.00 0.07 0.02 0.00 0.00 0.13 0.13 0.06 0.00 0.00 0.08 0.36 0.31 0.25 0.06 0.07 0.02
3 0.13 0.23 0.03 0.09 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.08 0.20 0.00 0.18 0.00 0.13 0.23 0.11 0.29 0.00 0.18 0.00
4 0.11 0.18 0.03 0.20 0.00 0.00 0.00 0.00 0.11 0.19 0.14 0.00 0.00 0.00 0.11 0.29 0.22 0.34 0.00 0.00 0.00
5 0.11 0.09 0.00 0.09 0.00 0.00 0.00 0.00 0.02 0.03 0.22 0.00 0.00 0.00 0.11 0.11 0.03 0.31 0.00 0.00 0.00
6 0.11 0.44 0.00 0.10 0.00 0.00 0.02 0.00 0.01 0.20 0.30 0.00 0.00 0.00 0.11 0.46 0.20 0.40 0.00 0.00 0.02
7 0.11 7.31 1.62 281.60 0.14 0.00 0.00 0.00 0.87 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.11 8.18 1.62 281.60 0.14 0.00 0.00
8 0.04 4.14 0.48 314.53 0.10 0.00 0.00 0.01 1.89 0.11 25.53 0.00 0.00 0.00 0.05 6.03 0.59 340.07 0.10 0.00 0.00
9 0.14 0.66 0.00 1.02 0.38 0.00 0.04 0.00 0.27 0.03 0.02 0.00 0.00 0.00 0.14 0.92 0.03 1.04 0.38 0.00 0.04
10 0.02 0.74 0.06 2.18 0.06 0.00 0.04 0.03 0.63 0.01 2.68 0.00 0.00 0.00 0.05 1.38 0.07 4.86 0.06 0.00 0.04
11 0.01 0.61 0.16 0.26 0.00 0.00 0.00 0.00 0.17 0.00 0.34 0.01 0.01 0.00 0.01 0.78 0.16 0.60 0.01 0.01 0.00
12 0.20 0.22 0.01 0.39 0.06 0.00 0.10 0.00 0.01 0.04 0.57 0.02 0.00 0.00 0.20 0.23 0.05 0.96 0.08 0.00 0.10
13 0.16 0.53 0.29 3.99 0.37 1.22 0.00 0.00 0.22 0.08 6.08 0.00 0.00 0.00 0.16 0.76 0.37 10.07 0.37 1.22 0.00
14 0.21 0.32 0.01 3.03 0.12 0.43 0.82 0.02 0.01 0.00 0.40 0.04 0.28 0.77 0.23 0.33 0.01 3.43 0.17 0.71 1.59
15 0.04 0.37 0.12 0.19 0.11 0.00 0.16 0.00 0.00 0.00 0.11 0.00 0.18 0.01 0.04 0.37 0.12 0.30 0.11 0.18 0.17
16 0.15 0.69 0.04 0.12 0.00 0.31 0.00 0.00 0.00 0.03 0.44 0.00 0.54 0.00 0.15 0.69 0.08 0.57 0.00 0.85 0.00
17 0.00 2.20 0.02 0.04 0.03 0.10 0.00 0.00 0.00 0.02 0.18 0.07 0.01 0.00 0.00 2.20 0.04 0.22 0.10 0.11 0.00
18 0.17 0.76 0.03 0.38 0.12 0.09 0.01 0.00 0.78 0.06 1.51 0.00 0.07 0.00 0.17 1.53 0.09 1.89 0.12 0.16 0.01
25
Lampiran 3 Rekapitulasi populasi musuh alami
Hamparan Kecamatan Desa/ Blok Cyrtorhynus Ophionea
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
1 Petarukan Serang/ Kandang 0.01 0.08 3.29 0.13 0.20 0.02 0.06 0.00 0.11 0.01 0.00 0.02 0.00 0.01
2 Petarukan Serang/ Balai desa 0.01 0.02 0.05 0.40 0.13 0.00 0.07 0.00 0.01 0.01 0.00 0.06 0.00 0.02
3 Taman Sitemu/ Bengkel 0.00 0.06 0.02 0.00 0.14 0.06 0.00 0.02 0.00 0.00 0.00 0.03 0.00 0.00
4 Taman Jrakah/ Karangsempu 0.00 0.02 0.05 0.13 0.18 0.00 0.00 0.00 0.01 0.02 0.00 0.02 0.00 0.00
5 Taman Gondang/ Pasar 0.00 0.02 0.37 0.20 0.00 0.00 0.00 0.02 0.00 0.17 0.00 0.02 0.00 0.00
6 Taman Jrakah 0.00 0.00 0.18 0.03 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.03 0.02 0.00
7 Ampelgading Wonogiri/ Sawung galing 0.04 0.29 12.47 0.00 0.08 0.21 0.00 0.03 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
8 Ampelgading Tegalsari Timur/ Ceblung Barat 0.06 0.07 0.86 0.00 0.07 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
9 Ampelgading Tegalsari Timur/ Sigeger 0.03 0.04 0.37 0.33 0.20 0.21 0.00 0.00 0.04 0.17 0.00 0.00 0.00 0.03
10 Ampelgading Tegalsari Timur/ Siprau 0.06 0.01 0.25 1.10 0.00 0.03 0.00 0.02 0.07 0.08 0.27 0.00 0.02 0.01
11 Ampelgading Tegalsari Barat/ Kemurang 0.03 0.02 0.11 2.30 0.00 0.06 0.01 0.00 0.00 0.01 0.00 0.02 0.01 0.00
12 Petarukan Kendalsari/ Dronjong 0.03 0.02 0.01 0.97 0.00 0.00 0.00 0.02 0.01 0.00 0.03 0.01 0.06 0.04
13 Petarukan Karangasem/ Gedogan Apit 0.01 0.01 0.22 2.60 0.52 0.00 0.00 0.03 0.01 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00
14 Petarukan Karangasem/ Gemah ripah 0.01 0.03 0.13 0.63 4.40 5.66 1.20 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 0.03 0.29
15 Petarukan Petanjungan/ Krasak 0.01 0.02 0.00 0.00 0.50 0.06 0.31 0.04 0.06 0.00 0.00 0.00 0.00 0.04
16 Petarukan Iser 0.00 0.01 0.49 0.30 0.61 1.58 0.06 0.00 0.04 0.00 0.00 0.02 0.01 0.03
17 Petarukan Kalirandu/ Masjid 0.00 0.09 0.28 0.00 0.09 0.88 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
18 Petarukan Petarukan/ LPHP 0.02 0.04 2.48 0.43 0.10 0.00 0.13 0.02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.06
26
Lampiran 4 Rekapitulasi populasi musuh alami lanjutan
Hamparan Paederus Miscraspis Laba-laba
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
1 0.01 0.01 0.02 0.11 0.29 0.32 0.20 0.00 0.00 0.00 0.03 0.03 0.06 0.01 0.67 0.67 0.42 0.60 1.18 1.41 0.41
2 0.00 0.02 0.11 0.27 0.21 0.29 0.26 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.34 0.46 0.58 1.20 1.14 0.70 0.41
3 0.00 0.09 0.10 0.27 0.22 0.19 0.00 0.00 0.00 0.00 0.03 0.03 0.00 0.00 0.56 0.42 0.45 0.60 1.07 0.37 0.00
4 0.00 0.13 0.05 0.03 0.29 0.00 0.00 0.00 0.08 0.01 0.03 0.07 0.00 0.00 0.39 0.42 0.64 0.63 1.02 0.00 0.00
5 0.00 0.14 1.10 0.13 0.24 0.00 0.00 0.00 0.02 0.03 0.00 0.04 0.00 0.00 0.57 0.51 1.03 0.53 0.70 0.00 0.00
6 0.00 0.01 0.08 0.47 0.30 0.11 0.00 0.00 0.01 0.04 0.03 0.06 0.01 0.00 0.40 0.17 0.70 0.57 0.71 0.48 0.00
7 0.00 0.08 0.01 0.60 0.74 0.30 0.00 0.02 0.00 0.00 0.20 0.00 0.00 0.00 0.71 0.43 0.00 0.10 0.98 0.31 0.00
8 0.00 0.00 0.05 0.00 0.11 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.39 0.39 0.30 0.00 0.53 0.00 0.00
9 0.00 0.04 1.10 0.13 0.41 0.30 0.30 0.00 0.04 0.03 0.00 0.00 0.00 0.01 0.51 0.30 1.03 0.90 1.13 0.31 0.27
10 0.00 0.01 0.31 0.47 0.29 0.08 0.28 0.00 0.00 0.00 0.00 0.07 0.00 0.01 0.24 0.26 0.45 0.37 0.50 0.21 0.24
11 0.01 0.00 0.20 0.03 0.27 0.19 0.24 0.00 0.00 0.00 0.03 0.11 0.01 0.00 0.69 0.23 0.60 0.47 0.76 0.18 0.29
12 0.00 0.01 0.17 0.47 0.26 0.33 0.27 0.00 0.00 0.03 0.07 0.03 0.04 0.02 0.40 0.30 0.39 0.43 0.72 0.14 0.28
13 0.00 0.00 0.00 0.27 0.12 0.11 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.12 0.01 0.00 0.91 0.44 0.41 0.43 1.10 0.15 0.00
14 0.00 0.00 0.02 0.27 0.46 0.37 0.39 0.00 0.00 0.00 0.00 0.08 0.03 0.09 0.58 0.42 0.33 0.33 1.29 0.46 0.77
15 0.01 0.03 0.10 0.17 0.46 0.19 0.22 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.03 0.24 0.42 0.51 0.43 0.84 0.36 0.70
16 0.00 0.00 0.17 0.17 0.38 0.18 0.23 0.00 0.00 0.00 0.00 0.03 0.04 0.01 0.39 0.26 0.54 0.30 0.84 0.25 0.46
17 0.00 0.06 0.05 0.07 0.20 0.10 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 0.02 0.00 0.00 0.41 0.32 0.27 0.90 0.43 0.00
18 0.01 0.00 0.03 0.07 0.21 0.37 0.81 0.00 0.00 0.00 0.07 0.01 0.10 0.06 0.62 0.21 0.44 0.33 1.60 0.87 0.42
top related