laporan kinerja - maritim - kemenko kemaritiman dan ......indonesia, yaitu aspek maritim, aspek...
Post on 26-Nov-2020
12 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN KINERJA
TRIWULAN III TAHUN 2019
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG KEMARITIMAN
Halaman i
KATA PENGANTAR
Pertama-tama puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas tersusunnya Laporan Triwulan III Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
periode April- Juni tahun anggaran 2019. Laporan ini merupakan hasil pencapaian atau
realisasi kinerja Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang dihasilkan melalui
Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim, Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan
Jasa, Bidang Koordinasi Infrastruktur, Bidang Koordinasi Sumber Daya Manusia,
IPTEK, dan Budaya Maritim selama Triwulan III tahun 2019. Dalam proses
penghitungan kinerja, dilakukan secara keseluruhan bukan target dan capaian masing
masing deputi.
Pelaksanaan kegiatan dan pembuatan laporan ini tidak terlepas dari bantuan
pihak terkait. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak terkait atas bantuan dalam rangka pelaksanaan kegiatan ini,
sehingga dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.
Kami menyadari bahwa laporan ini belum sempurna dan masih banyak
kekurangannya. Oleh sebab itu kami mengharapkan masukan, kritik dan saran yang
konstruktif dalam rangka pelaksanaan kegiatan untuk meningkatkan kualitas pelaporan.
Kami juga berharap, laporan kinerja ini bisa menjadi dasar evaluasi dan perencanaan
pencapaian kinerja yang lebih baik di masa mendatang. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, Oktober 2019
Plt. Sekretaris Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman
Agung Kuswandono
Halaman ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Laporan Kinerja Triwulan III Tahun 2019, merupakan perwujudan transparansi
dan akuntabilitas Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenko
Kemaritiman) dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta penggunaan anggarannya.
Selain itu, Lapoan Kinerja ini merupakan wujud dari kinerja dalam pencapaian visi dan
misi sebagaimana dalam Renstra Kemenko Kemaritiman. Kinerja Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenko Kemaritiman) triwulan III Tahun 2019
diukur berdasarkan capaian kinerja atas pelaksanaan Pernyataan Kinerja Menteri
Koordinator Bidang Kemaritiman. Pernyataan Kinerja tersebut disusun berdasarkan
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2019 sebagai pelaksanaan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019. Perencanaan
kinerja disusun dengan memperhatikan tugas dan fungsi dari Kemenko Kemaritiman
yaitu membantu Presiden dalam mengkoordinasikan, mensinkronisasikan dan
mengendalikan perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang
kemaritiman.
Fungsi Kemenko Kemaritiman difokuskan pada upaya perbaikan mekanisme
koordinasi dalam mensinergikan, melaksanakan serta melakukan pengendalian terhadap
pelaksanaan kebijakan bidang kemaritiman yang secara teknis dilaksanakan oleh
Kementerian/Lembaga di bawah koordinasi Kemenko Kemaritiman. Hal ini sesuai
dengan rencana strategis Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman 2015-2019
yang dititikberatkan pada upaya koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian dalam
rangka mewujudkan Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang mandiri, maju dan kuat,
menuju poros maritim dunia.
Berdasarkan Pernyataan Kinerja Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman tahun
2019 terdapat 4 (empat) bagian utama (perspektif), yaitu: Pemangku Kepentingan
(stakeholders), Pelanggan (Customer), Proses Internal (Internal Process), dan dan
Pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth), serta dibagi dalam 10 (sepuluh)
Sasaran Strategis (SS) yang terdiri 15 (lima belas) Indikator Kinerja Utama (IKU).
Capaian kinerja Kemenko Kemaritiman pada triwulan III tahun 2019 adalah
100% (“Baik”). Seluruh target kinerja yang diperjanjikan pada triwulan III dapat
diselesaikan.
Halaman iii
Gambar 1 Capaian Kinerja Kemenko pada Triwulann III 2019
Gambar 2 Capaian Kinerja Kemenko sampai pada TW III 2019
Adapun penjelasan singkat mengenai pencapaian kinerja Kemenko Kemaritiman
triwulan III Tahun 2019 yang dikelompokan dalam 4 perspektif adalah sebagai berikut:
1. Stakeholder Perspective terdiri dari 1 (satu) SS yaitu: Terwujudnya Indonesia Poros
Maritim Dunia melalui Pemerataan Pembangunan dan Peningkatan Daya Saing.
Pada triwulan III belum ada target atau capaian kinerja
2. Customer Perspective terdiri dari 4 (empat) SS yaitu:
a. Terwujudnya Kedaulatan Indonesia sebagai Negara Maritim yang Berperan Aktif
di Tingkat Regional & Global
b. Meningkatnya nilai tambah Sumberdaya Alam dan Jasa Maritim Secara
Berkelanjutan
c. Terwujudnya Percepatan Pembangunan dan Pemerataan Infrastruktur Poros
Maritim
Halaman iv
d. Menguatnya Jati Diri Indonesia sebagai Bangsa Bahari yang Inovatif Berkarakter
dan Berbudaya Nusantara
Pada triwulan III belum ada target atau capaian kinerja
3. Internal Business dengan 1 (satu) SS yaitu: Tersedianya Rekomendasi Kebijakan
Kemaritiman yang Efektif dengan capaian 100%
4. Learning and growth dengan 4 (empat) SS, dengan rincian:
a. SDM Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Kompeten belum ada
target dan capaian kinerja (belum ditargetkan)
b. Organisasi dan Tata Kelola Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang
Baik (belum ditargetkan)
c. Sistem Informasi Manajeman Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
yang Terintegrasi, belum ada target dan capaian kinerja (belum ditargetkan)
d. Pengelolaan Anggaran yang Akuntabel, tidak ditargetkan
Halaman v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i
RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... vii
DAFTAR SINGKATAN DAN PENGERTIAN ................................................................. viii
I. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi ................................................................................... 1
1.2. Organisasi dan Personalia ........................................................................................... 3
1.3. Sistematika Penyajian ................................................................................................. 5
II. PERENCANAAN KINERJA ......................................................................................... 7
2.1. Sasaran Strategis ......................................................................................................... 7
2.2. Indikator dan Target Kinerja ....................................................................................... 9
2.3. Program dan Kegiatan ...............................................................................................11
III. AKUNTABILITAS KINERJA ......................................................................................14
3.1. Capaian Kinerja Triwulan III 2019 .............................................................................14
3.1.1 Stakeholders Perspective .................................................................................17
SS.1 Terwujudnya Indonesia Poros Maritim Dunia melalui Pemerataan Pembangunan dan Peningkatan Daya Saing Bangsa ........................................17
3.1.2 Customer Perspective .....................................................................................22
SS.2 Terwujudnya Kedaulatan Indonesia sebagai Negara Maritim yang Berperan Aktif di Tingkat Regional & Global .........................................................................22
SS.3 Meningkatnya Nilai Tambah Sumberdaya Alam dan Jasa Maritim Secara Berkelanjutan .................................................................................................24
SS.4 Terwujudnya Percepatan Pembangunan dan Pemerataan Infrastruktur Poros Maritim .........................................................................................................26
SS.5 Menguatnya Jati Diri Indonesia Sebagai Bangsa Bahari yang Inovatif, Berkarakter dan Berbudaya Nusantara ............................................................29
3.1.3 Internal Business Process Perspective ..............................................................31
SS.6 Tersedianya Rekomendasi Kebijakan Kemaritiman yang Efektif ......................31 3.1.4 Learning and Growth Perspective ...................................................................40
SS.7 Sumber Daya Manusia Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Kompeten ......................................................................................................42
SS.8 Organisasi dan Tata Kelola Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Baik ...............................................................................................................43
SS.9 Sistem Informasi Manajeman Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Terintegrasi ............................................................................................45
SS.10 Pengelolaan Anggaran yang Akuntabel ...........................................................48 3.2. Ringkasan Penjelasan Capaian Kinerja .......................................................................49
3.3. Capaian Realisasi Anggaran .......................................................................................52
IV. PENUTUP ....................................................................................................................57
LAMPIRAN ........................................................................................................................59
Halaman vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Sasaran Strategis Kemenko 2019 ................................................................................. 7
Tabel 2. SS dan IKU Kemenko Kemaritiman TA. 2019 ........................................................... 9
Tabel 3 Komposisi bobot IKU terhadap Tingkat Kendali dan Tingkat Validitas .......................10
Tabel 4 Bobot Bukit Hasil Kinerja ..........................................................................................11
Tabel 5 Anggaran dana Pagu Kegiatan Kemenko 2019 ...........................................................12
Tabel 6 Rincian Pagu per Unit Kerja Kemenko 2019 ..............................................................12
Tabel 7 Capaian Kinerja Kemenko Kemaritiman Triwulan III TA. 2019 .................................14
Tabel 8 Nilai Capaian Kinerja per Perspektif TA. 2019 ..........................................................15
Tabel 9 Capaian Kinerja Kemenko Kemaritiman Triwulan III TA. 2019 .................................16
Tabel 10 Target dan Capaian Sasaran Strategis 1 ..................................................................17
Tabel 11 Cakupan penghitungan nilai PDB Maritim ..............................................................19
Tabel 12 Indikator Kinerja SS.2 ............................................................................................22
Tabel 13 Daftar Target SS.3 ..................................................................................................24
Tabel 14 Target Produksi Sumber Daya Energi ......................................................................25
Tabel 15 Peringkat OHI Indonesia ........................................................................................26
Tabel 16 Target Indikator Kinerja SS.4 ..................................................................................26
Tabel 17 Target Indikator Kinerja SS.4 ..................................................................................29
Tabel 18 Target Indikator Kinerja SS.4 ..................................................................................30
Tabel 19 Target Learning and Growth Perspective TW III 2019 .............................................40
Tabel 20 Nilai Capaian Learning and Growth Perspective s.d TW III 2019 .............................41
Tabel 21 Indeks Reformasi Birokrasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman .............44
Tabel 22 Capaian Nilai Indeks SPBE Kemenko Kemaritiman Tahun 2018 .............................46
Tabel 23 Nilai Rerata Capaian Indeks SPBE Nasional Tahun 2019 ........................................47
Tabel 24 Jumlah Kondisi Pegawai Kemenko Kemaritiman Triwulan III 2019 ........................51
Tabel 25 Realisasi Anggaran Kemenko Kemaritiman TW III Tahun 2019 ...............................52
Tabel 26 Rincian Realisasi Anggaran Kemenko Triwulan III Tahun 2019 ...............................53
Tabel 27 Rincian Realisasi Anggaran Kemenko Kemaritiman s.d Triwulan III TA. 2019 .........54
Tabel 28 Rincian Realisasi Anggaran Kemenko s.d Triwulan III TA. 2019 ..............................55
Halaman vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Capaian Kinerja Kemenko pada Triwulann III 2019 ............................................... iii
Gambar 2 Capaian Kinerja Kemenko sampai pada TW III 2019 ............................................. iii
Gambar 3 Struktur Organisasi Kemenko Bidang Kemaritiman ................................................. 4
Gambar 4 Tugas dan Fungsi Eselon Unit Lingkup Kemenko Kemaritiman .............................. 5
Gambar 5 Peta Sasaran Strategis Kemenko Maritim TA. 2019 ................................................ 8
Gambar 6 Proyeksi dan Share PDB Maritim terhadap PDB Nasional 2018 .............................20
Gambar 7 Capaian Peringkat LPI Indonesia ..........................................................................21
Gambar 8 Capaian Ocean Health Index Indonesia Tahun 2018 ..............................................26
Gambar 9 Bobot Aspek Penilaian dan Predikat Index SPBE ...................................................46
Halaman viii
DAFTAR SINGKATAN DAN PENGERTIAN
IKU : Indikator Kinerja Utama
Kemenko Kemaritiman : Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
Menko : Menteri Koordinator
PDB : Produk Domestik Bruto
RB : Reformasi Birokrasi
Renstra : Rencana Strategis
SAKIP : Sistem Akuntabilitas Kinerja
Setmenko Kemaritiman : Sekretariat Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
Sesmenko Kemaritiman : Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
SPIP : Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
SPBE : Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
SS : Sasaran Strategis
TA : Tahun Anggaran
Halaman 1
I. PENDAHULUAN Posisi geografis Indonesia yang sangat strategis menjadi persilangan lalu lintas
perdagangan dunia dapat menjadi poros dunia sesuai visi Presiden Joko Widodo dan
Wakil Presiden Jusuf Kalla. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun
2005-2025 telah menetapkan visi pembangunan nasional yakni untuk mewujudkan
Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur. Salah satu langkah untuk
mencapainya, pemerintahan telah mencanangkan bahwa Indonesia harus mampu
meraih kembali kejayaan maritim. Salah satu langkah nyata yang telah dilakukan adalah
membentuk Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenko Maritim) dalam
jajaran Kabinet Kerja. Pembentukan kementerian ini dimaksudkan untuk
mengefektifkan sinkronisasi dan koordinasi pembangunan di bidang kemaritiman
sehingga dapat terjadi sinergi diantara kementerian/lembaga yang dikoordinasikan
untuk mengurangi dan/atau menghilangkan hambatan-hambatan yang ada.
Terdapat tiga aspek penting yang mendukung dalam perkembangan bangsa
Indonesia, yaitu aspek maritim, aspek agrikultur, dan aspek industri. Dewasa ini aspek
maritim mendapat perhatian yang lebih, dan diharapkan dapat memberikan manfaat
dan kontribusi untuk meningkatkan kesejahteraan. Indonesia adalah salah satu negara
maritim dan kepulauan yang terbesar di dunia dengan 17.508 pulau besar dan kecil
dengan garis pantai 99.000 km dengan penduduk lebih dari 220 juta. Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenko Kemaritiman) lahir sebagai
pengejawantahan visi dan misi Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Yusuf Kala
yang merupakan pimpinan pemerintahan dalam kabinet kerja 2014-2019.
Pada Periode Triwulan III Tahun 2019, Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman telah banyak melaksanakan kegiatan. Walaupun demikian sebagian besar
kegiatan tersebut belum mempunyai target dan capaian kinerja. Pada triwulan III hanya
1 (satu) IKU yang ditargetkan dan berhasil mencapai target yaitu IKU; “Persentase
Rekomendasi dan Pengendalian Kebijakan Kebijakan Kemaritiman yang Menjadi Dasar
Penerbitan Kebijakan para Pemangku Kepentingan” dengan capaian 100%.
1.1. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Sebagai amanat Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2015 tentang Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman Tahun 2015 tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman mempunyai tugas: Menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi,
dan pengendalian urusan Kementerian dalam penyelenggaraan Pemerintahan di
bidang Kemaritiman.
Dalam melaksanakan tugas, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
menyelenggarakan fungsi:
Halaman 2
Visi
(Sesuai Visi Presiden)
“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian
Berlandaskan Gotong
Royong”
Misi :
“Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri,
maju, kuat dan berbasiskan
kepentingan nasional”
1. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan
Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang Kemaritiman.
2. Pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian / Lembaga yang terkait
dengan isu di bidang Kemaritiman.
3. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman.
4. Sinkronisasi dan koordinasi kebijakan penguatan negara maritim, dan
pengelolaan sumber daya maritim.
5. Koordinasi kebijakan pembangunan sarana dan prasarana Kemaritiman.
6. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman.
7. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman dan
8. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Presiden.
Sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan adalah legal menurut Undang-
Undang Dasar 1945. Hal ini dapat dilihat pada ketentuan
Pasal 25A Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa
Indonesia adalah Negara Kepulauan yang bercirikan
nusantara. Selain itu, Misi ke-7 Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional 2005-2025 adalah mewujudkan
Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang mandiri,
maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan
nasional.
Visi Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman sesuai dengan visi Presiden Terwujudnya Indonesia
yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong
Sehubungan dengan visi tersebut di
atas, Kementerian Koordinator memiliki misi
yang dijalankan Mewujudkan Indonesia menjadi
negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional
Gagasan Presiden Joko Widodo untuk
mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia
memiliki lima pilar utama, yaitu:
1. membangun kembali budaya maritim Indonesia;
2. menjaga dan mengelola sumber daya laut;
3. memberi prioritas pada pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim;
Halaman 3
4. mengembangkan diplomasi maritim, membangun kemitraan;
5. membangun kekuatan pertahanan maritim.
Pembangunan poros maritim memiliki sekurangnya 3 (tiga) pilar ekonomi, yaitu:
(1) pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan; (2) penyediaan dan infrastruktur
poros maritim yang maju dan terpadu; serta (3) pengembangan industri maritim.
Negara maritim adalah negara yang mampu memanfaatkan potensi lautnya,
sekalipun negara tersebut mungkin tidak punya banyak laut, seperti negara pantai.
Tetapi harus mempunyai kemampuan teknologi, ilmu pengetahuan, peralatan, dan
lain‐lain untuk mengelola dan memanfaatkan laut tersebut, baik ruangnya, kekayaan
alamnya maupun letaknya yang strategis.
1.2. Organisasi dan Personalia
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia dibentuk
berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 121 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode 2014-
2019. Organisasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman sampai dengan unit
eselon I selanjutnya ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 2015 tanggal 21 Januari 2015 tentang Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman dan ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Kemaritiman Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2015 tanggal 13 Mei 2015 tentang
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman
Nomor 2 Tahun 2019.
Berdasarkan keputusan dan peraturan tersebut di atas, Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan
pengendalian urusan Kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang
kemaritiman. Sehubungan dengan hal itu Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan
Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang kemaritiman;
b. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu
di bidang kemaritiman;
c. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman;
d. koordinasi dan sinkronisasi kebijakan penguatan negara maritim dan pengelolaan
sumber daya maritim;
e. koordinasi kebijakan pembangunan sarana dan prasarana kemaritiman;
f. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman;
Halaman 4
g. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman; dan
h. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Presiden.
Sehubungan dengan tugas koordinasi yang dimiliki Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman mengoordinasikan:
a. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral;
b. Kementerian Perhubungan;
c. Kementerian Kelautan dan Perikanan;
d. Kementerian Pariwisata; dan
e. Instansi lain yang dianggap perlu.
Gambar 3 Struktur Organisasi Kemenko Bidang Kemaritiman
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman terdiri atas Sekretariat
Kementerian Koordinator, 4 (empat) Deputi, 4 (empat) Staf Ahli Menteri, dan
Inspektorat degan tugas utama sebagai berikut:
Staf Ahli Menteri
Halaman 5
1.3. Sistematika Penyajian
Laporan Kinerja ini secara umum menginformasikan capaian kinerja Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman dari Juli hingga September 2019. Kemudian
membandingkan antara capaian kinerja (performance results) dengan rencana kinerja
(performance plan) sebagai tolak ukur keberhasilan dari hasil analisis terhadap capaian
kinerja tersebut, sehingga dapat diperoleh masukan bagi perbaikan kinerja di masa yang
akan datang. Penyajian Laporan kinerja ini adalah sebagai berikut;
1. Bab I PENDAHULUAN, menjelaskan secara ringkas latar belakang, maksud dan
tujuan penulisan laporan dan struktur organisasi serta pengelola kinerja program/
kegiatan.
2. Bab II PERENCANAAN KINERJA, menjelaskan rencana serta penetapan
kinerja Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Triwulan III Tahun 2019.
Gambar 4 Tugas dan Fungsi Eselon Unit Lingkup Kemenko Kemaritiman
Halaman 6
3. Bab III AKUNTABILITAS KINERJA, menjelaskan pengukuran kinerja, analisis
pencapaian kinerja program dan keuangan, kendala, dan rekomendasi Kinerja
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Triwulan III Tahun 2019.
4. Bab IV PENUTUP, menjelaskan kesimpulan Laporan Akuntabilitas Kinerja
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman selama Triwulan III Tahun 2019
dan menguraikan rencana tindak lanjut yang diperlukan bagi perbaikan kinerja di
masa datang.
Halaman 7
II. PERENCANAAN KINERJA Rencana Kinerja merupakan penjabaran dari arah dan kebijakan Menteri
Koordinator sesuai dengan Rencana Strategis yang telah ditetapkan serta merujuk pada
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2014-2019. Pada tingkat Kementerian
Koordinator, diimplementasikan dalam pernyataan Kinerja Menteri Tahun 2015 dan
Perjanjian Kinerja Sekretaris Kementerian Koordinator dan para Deputi. Strategi
pencapainya diimplementasikan dalam Peta Strategi (Strategy Map) Kementerian
Koordinator sebagai Target kinerja pada tingkat Kementerian Koordinator yang
ditetapkan berdasarkan Pernyataan Kinerja Menteri Koordinator, dijabarkan lebih lanjut
secara berjenjang kepada seluruh unsur organisasi sampai dengan tingkat individu.
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman sedang mengembangkan sistem
dan prosedur, termasuk sistem akuntabilitas kinerja. Sebagai upaya menuju akuntabilitas
kinerja kementerian yang handal, kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman telah
menerapkan manajemen kinerja berbasiskan teknologi informasi dan komputer (TIK)
dengan metode Balanced Score Card (BSC). Hal ini ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman nomor: SKEP.2/2017 tentang Pengelolaan
Kinerja.
Target Kinerja Tahun 2019 tersebut, kemudian dijabarkan melalui tahapan-
tahapan dan target kinerja Triwulanan.
2.1. Sasaran Strategis
Sasaran adalah hasil yang akan dicapai oleh instansi pemerintah secara spesifik,
terukur dan dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Proses mencapai sasaran
diberikan indikator sebagai ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran untuk
diwujudkan pada tenggang waktu yang telah ditargetkan.
Berdasarkan hal tersebut maka disusun sasaran strategis Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman dalam kurun waktu Tahun Anggaran 2019, namun tidak semua
sasaran strategis ditargetkan untuk rentang waktu Triwulan III Tahun 2019. Sasaran
strategis Tahun Anggaran 2019 adalah sebagai berikut;
Tabel 1 Sasaran Strategis Kemenko 2019
Stakeholder
SS.1 Terwujudnya Indonesia Poros Maritim Dunia melalui Pemerataan Pembangunan dan Peningkatan Daya Saing
Customer
SS.2 Terwujudnya Kedaulatan Indonesia sebagai Negara Maritim yang Berperan Aktif di Tingkat Regional & Global
Meningkatnya nilai tambah Sumberdaya Alam dan Jasa Maritim Secara Berkelanjutan
Terwujudnya Percepatan Pembangunan dan Pemerataan Infrastruktur Poros Maritim
Halaman 8
Menguatnya Jati Diri Indonesia sebagai Bangsa Bahari yang Inovatif Berkarakter dan Berbudaya Nusantara
Internal Business Process
SS.3 Tersedianya Rekomendasi Kebijakan Kemaritiman yang Efektif
Learning and growth
SS.4 SDM Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Kompeten belum ada target dan capaian kinerja
SS.5 Organisasi dan Tata Kelola Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Baik, tecapai 97,11%
SS.6 Sistem Informasi Manajeman Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Terintegrasi, belum ada target dan capaian kinerja
SS.7 Pengelolaan Anggaran yang Akuntabel belum ada target dan capaian kinerja
Kemudian berdasarkan sasaran strategis tersebut disusun peta strategis. Peta
strategis adalah sejumlah sasaran strategis yang terangkai dalam hubungan sebab akibat
dan mengacu pada tugas dan tanggung jawab Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman.
Gambar 5 Peta Sasaran Strategis Kemenko Maritim TA. 2019
Halaman 9
Pencapaian keempat sasaran strategis utama dimaksud didukung oleh 4 (empat)
sasaran strategis pendukung yang ada dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan,
yaitu: tersedianya SDM Kementerian Koordinator yang kompeten; terwujudnya
organisasi dan tata kelola Kementerian Koordinator yang baik; terbangunnya sistem
informasi manajemen Kementerian Koordinator yang terintegrasi; dan pengelolaan
anggaran yang akuntabel.
Pencapaian 4 (empat) sasaran strategis utama tersebut pada gilirannya akan
meningkatkan ketersediaan rekomendasi kebijakan kemaritiman yang efektif kepada
pengguna, yaitu kementerian dan/atau lembaga yang menangani sektor kemaritiman.
Pada akhirnya implementasi rekomendasi kebijakan kemaritiman dimaksud akan secara
efektif mendorong terwujudnya Indonesia poros maritim dunia melalui pemerataan
pembangunan dan peningkatan daya saing bangsa yang menjadi harapan para
pemangku kepentingan.
Tujuan dan sasaran akan dapat diwujudkan dengan kebijakan dan strategi yang
baik yang dilaksanakan melalui program dan kegiatan koordinasi di seluruh unit kerja.
Pemilihan isu yang tepat dan strategis juga menjadi faktor penentu keberhasilan
pencapaian tujuan dan sasaran Kementerian Koordinator.
2.2. Indikator dan Target Kinerja
2.2.1 Indikator Kinerja Utama
Berdasarkan perjanjian kinerja Menko Bidang Kemaritiman ditetapkan target
kinerja tahun 2019. Target kinerja ini terdiri dari sasaran strategis, indikator kinerja
utama serta target selama tahun 2019 serta per Triwulan 2019. Untuk Triwulan III
Tahun 2019 tidak semua Sasaran Strategis ditargetkan untuk direalisasikan. Berdasarkan
hal tersebut berikut disajikan indikator kinerja dan target Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman pada Tahun 2019.
Tabel 2. SS dan IKU Kemenko Kemaritiman TA. 2019
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target
Tahunan
Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder Perspective)
1. Terwujudnya Indonesia Poros Maritim Dunia Melalui Pemerataan Pembangunan dan Peningkatan Daya Saing Bangsa
1. Persentase Pertumbuhan PDB Maritim 4
2. Peringkat Logistic Performance Index -
Perspektif Konsumen (Customer Perspective)
2. Terwujudnya Kedaulatan Indonesia sebagai Negara Maritim yang Berperan Aktif di Tingkat Regional & Global
3. Persentase Inisiasi Gagasan Indonesia yang Diterima di Level Internasional
80
4. Persentase Penanganan Pelanggaran Kedaulatan Maritim
>50
3. Meningkatnya nilai tambah Sumberdaya Alam dan Jasa Maritim Secara
5. Persentase Capaian Produksi Sumber Daya Alam Kemartiman
85
Halaman 10
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target
Tahunan Berkelanjutan 6. Ocean Health Index 67
4. Terwujudnya Percepatan Pembangunan dan Pemerataan Infrastruktur Poros Maritim
7. Persentase Realisasi Investasi Infrastruktur Maritim di Kawasan Timur Indonesia
60
8. Persentase Biaya Logistik Nasional Terhadap PDB 21,50
5. Menguatnya Jati Diri Indonesia sebagai Bangsa Bahari yang Inovatif Berkarakter dan Berbudaya Nusantara
9. Indeks Inovasi >30
10. Peringkat Indeks Daya Saing Pariwisata 35
Perspektif Proses Bisnis Internal (Internal Bussines Process)
6. Tersedianya Rekomendasi Kebijakan Kemaritiman yang Efektif
11. Persentase Rekomendasi dan Pengendalian Kebijakan Kemaritiman yang menjadi dasar Penerbitan Kebijakan para Pemangku Kepentingan
100%
Perspektif Pembelajaran & Pertumbuhan (Learning & Growth)
7. SDM Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Kompeten
12. Persentase Pejabat yang telah Memenuhi Standar Kompetensi Jabatan
70
8. Organisasi dan Tata Kelola Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Baik
13. Hasil Evaluasi Reformasi Birokrasi Kemenko Bidang Kemaritiman
70
9. Sistem Informasi Manajeman Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Terintegrasi
14. Indeks Penyelenggaran Sistem Pemerintahan Berbasi Elektronik
2
10. Pengelolaan Anggaran yang Akuntabel 15. Opini BPK ≥50%
Dari 15 IKU tersebut, hanya 1 (satu) IKU yang ditargetkan pada Triwulan III
tahun 2019 ini, yaitu IKU.11 Persentase Rekomendasi dan Pengendalian Kebijakan
Kemaritiman yang Menjadi Dasar Penerbitan Kebijakan para Pemangku Kebijakan.
2.2.2 Penghitungan Capaian Kinerja
Dalam menghitung capaian realisasi kinerja dihitung dengan cara sebagai berikut:
1. Menghitung capaian IKU:
a. Penghitungan capaian dilakukan dengan memperhatika dan mempertimbangkan:
• Tingkat kendali dan tingkat validitas suatu IKU, dengan komposisi bobot sebagai
berikut:
Tabel 3 Komposisi bobot IKU terhadap Tingkat Kendali dan Tingkat Validitas
Jenis IKU Exact Proxy Activity
High 13.33 8.33 5.00
Moderate 15.00 10.00 6.67
Low 18.33 13.33 10.00
• Bukti hasil kinerja, dengan komposisi bobot sebagai berikut:
Halaman 11
Tabel 4 Bobot Bukit Hasil Kinerja
Kategori Penilaian Bobot
Sesuai 1
Belum Relevan 0.5
Tidak Sesuai 0
b. Menghitung persentase capaian Indikator Kinerja Utama, yaitu dengan membagi
capaian berbanding targetnya
Capaian IKU =
c. Menghitung persentase capaian final IKU, yaitu dengan menjumlahkan eviden
dengan capaian IKU kemudian total penjumlahan dibagi 2
Capaian Final IKU=
2. Menghitung capaian Sasaran Strategis
Penghitungan didapatkan dengan perkalian antara capaian final IKU dan bobot final
kemudian dibagikan terhadap total bobot final IKU per SS yang ada targetnya
Capaian Sasaran =
3. Perspektif didapat dari hasil perkalian capaian sasaran dan bobot sasaran kemudian
dibagi terhadap total bobot sasaran per perspektif
Perspektif =
4. Capaian Kerja Unit dihasilkan dari perkalian capaian perspektif dengan bobot
perspektif yang dibagi terhadap total bobot perspektif
Capaian kerja Unit =
2.3. Program dan Kegiatan
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman melakukan koordinasi dan
pengendalian pada beberapa bidang seperti:
1. Bidang kedaulatan maritim terkait dengan hukum dan perjanjian maritim,delimitasi
zona maritim,keamanan dan ketahanan maritim, navigasi dan keselamatan maritim
2. Bidang sumber daya alam dan jasa terkait dengan jasa kemaritiman, lingkungan dan
kebencanaan maritim, sumber daya hayati, sumber daya mineral, energi dan
nonkonvensional
3. Bidang Infrastruktur terkait dengan industri penunjang infrastruktur,infrastruktur
konektivitas dan sistem logistik, infrastruktur pelayaran, perikanan, dan pariwisata,
kemudian infrastruktur pertambangan dan energi.
Halaman 12
4. Bidang SDM, IPTEK, dan budaya maritim yang terkait dengan budaya, seni dan
olahraga bahari, kemudian terkait dengan jejaring inovasi maritim, pendayagunaan
ilmu pengetahuan dan teknologi maritim, serta pendidikan dan pelatihan Maritim.
Pelaksanaan kegiatan dan tanggung jawab Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman Tahun Anggaran 2019 didukung dengan anggaran dana sebagai berikut:
Tabel 5 Anggaran dana Pagu Kegiatan Kemenko 2019
Rincian anggaran pagu pada setiap unit kerja adalah sebagai berikut:
Tabel 6 Rincian Pagu per Unit Kerja Kemenko 2019
Kode Program Pagu
5601 Penyelenggaraan Pelayanan Umum Perkantoran Serta Dukungan Manajemen dan Tugas Teknis Lainnya
130.044.807.000,00
5602 Penyusunan Rencana, Program, Anggaran, Kerja Sama, Akuntabilitas Kinerja, dan Reformasi Birokrasi
11.339.808.000,00
5603 Pengelolaan Informasi, Persidangan, Kehumasan, Administrasi dan Hukum Organisasi
13.818.498.000,00
5604 Pengawasan Akuntabilitas Aparatur Kemenko Bidang Kemaritiman
3.500.000.000,00
5605 Koordinasi Hukum dan Perjanjian Maritim 4.018.274.000,00
5606 Koordinasi Sumber Daya Hayati 4.145.841.000,00
5607 Koordinasi Infrastruktur Konektivitas dan Sistem Logistik 4.263.772.000,00
5608 Koordinasi Pendidikan dan Pelatihan Maritim 7.550.000.000,00
5748 Rekomendasi Penguatan dan Penataan Regulasi dan Kelembagaan Kemaritiman
1.570.717.000,00
5749 Koordinasi Keamanan dan Ketahanan Maritim 4.175.908.000,00
5750 Koordinasi Delitimasi Zona Maritim 4.552.852.000,00
5751 Koordinasi Navigasi dan Keselamatan Maritim 4.541.555.000,00
5752 Penyelenggaraan Pelayanan Kesekretariatan Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim
5.350.644.000,00
5753 Koordinasi Sumber Daya Mineral Energi dan Nonkonvensional 4.145.431.000,00
5754 Koordinasi Jasa Kemaritiman 4.086.234.000,00
No Unit Pagu
1 Seketariat Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman 160.273.830.000
2 Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim 20.614.651.000
3 Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa 20.668.778.000
4 Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur 21.318.860.000
5 Deputi Bidang koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim 27.574.977.000
Jumlah 254.166.852.000
Halaman 13
Kode Program Pagu
5755 Koordinasi Lingkungan dan Kebencanaan Maritim 4.145.431.000,00
5756 Penyelenggaraan Pelayanan Kesekretariatan Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa
3.904.636.000,00
5757 Koordinasi Infrastruktur Pertambangan dan Energi 4.263.772.000,00
5758 Koordinasi Infrastruktur Pelayaran, Perikanan, dan Pariwisata 4.263.772.000,00
5759 Koordinasi Industri Penunjang Infrastruktur 4.263.772.000,00
5760 Penyelenggaraan Pelayanan Kesekretariatan Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur
6.196.151.000,00
5761 Koordinasi Pendayagunaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Maritim
4.800.000.000,00
5762 Koordinasi Budaya, Seni dan Olahraga Bahari 4.400.000.000,00
5763 Koordinasi Jejaring Inovasi Maritim 4.000.000.000,00
5764 Penyelenggaraan Pelayanan Kesekretariatan Deputi Bidang Koordinasi SDM,Iptek dan Budaya Maritim
6.824.977.000,00
Jumlah Total Anggaran 254.166.852.000
Halaman 14
III. AKUNTABILITAS KINERJA
Akuntabilitas kinerja Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman adalah kinerja
keseluruhan yang terdiri dari berbagai unit kerja dengan tanggung jawab masing masing
pada Kemenko Maritim. Pengukuran nilai/angka capaian kinerja Kemenko Maritim
triwulan III tahun 2019 dihitung dengan membandingkan realisasi capaian kinerja pada
akhir triwulan III tahun 2019 dengan target kinerja yang telah disepakati dalam
perjanjian kinerja Menko Kemaritiman.
Dalam pelaksanaannya, metode pengukuran kinerja pada Kemenko Maritim
menggunakan aplikasi SIK-M. Proses penghitungan/pengukurankinerja menggunakan
dasar dari manual IKU yang telah disusun sebelumnya.
3.1. Capaian Kinerja Triwulan III 2019
Target kinerja Kemenko Kemaritiman pada tahun anggaran (TA) 2019 yang
dituangkan pada Perjanjian Kinerja Menko Kemaritiman Tahun 2019, terdiri dari 10
(sepuluh) sasaran strategis (SS) dan 15 (lima belas) Indikator Kinerja Utama (IKU).
Target kinerja kinerja tersebut disusun dalam 4 (empat) perspektif yaitu stakeholders
perspective (bobot 15), customer perspective (bobot 25), internal business perspective
(bobot 40), serta learning and growth perspective (bobot 20%). Sasaran yang ditargetkan
pada triwulan III 2019 adalah Internal Business Process perspective yang terdiri dari 1
SS dan 1 IKU yang ditargetkan. Capaian kinerja tersebut adalah IKU.11 (Persentase
Rekomendasi dan Pengendalian Kebijakan Kemaritiaman yang Menjadi Dasar
Penerbitan Kebijakan para Pemangku Kepentingan) dengan capaian 100%.
Capaian kinerja Kemenko Kemaritiman Triwulan III Tahun 2019 sebagaimana
tertuang dalam Perjanjian Kinerja dapat dicapai dengan baik sebagaimana disajikan
pada tabel berikut:
Tabel 7 Capaian Kinerja Kemenko Kemaritiman Triwulan III TA. 2019
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Capaian %
Capaian
Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder Perspective)
1. Terwujudnya Indonesia Poros Maritim Dunia Melalui Pemerataan Pembangunan dan Peningkatan Daya Saing Bangsa
1. Persentase Pertumbuhan PDB Maritim - - -
2. Peringkat Logistic Performance Index - - -
Perpsektif Konsumen (Customer Perspective)
2. Terwujudnya Kedaulatan Indonesia sebagai Negara Maritim yang Berperan Aktif di Tingkat Regional & Global
3. Persentase Inisiasi Gagasan Indonesia yang Diterima di Level Internasional
- - -
4. Persentase Penanganan Pelanggaran Kedaulatan Maritim
- - -
3. Meningkatnya nilai tambah Sumberdaya Alam dan Jasa Maritim Secara Berkelanjutan
5. Persentase Capaian Produksi Sumber Daya Alam Kemartiman
- - -
6. Ocean Health Index - - -
Halaman 15
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Capaian %
Capaian
4. Terwujudnya Percepatan Pembangunan dan Pemerataan Infrastruktur Poros Maritim
7. Persentase Realisasi Investasi Infrastruktur Maritim di Kawasan Timur Indonesia
- - -
8. Persentase Biaya Logistik Nasional Terhadap PDB
- - -
5. Menguatnya Jati Diri Indonesia sebagai Bangsa Bahari yang Inovatif Berkarakter dan Berbudaya Nusantara
9. Indeks Inovasi
10. Peringkat Indeks Daya Saing Pariwisata - - -
Perspektif Proses Bisnis Internal (Internal Bussines Process) 100%
6. Tersedianya Rekomendasi Kebijakan Kemaritiman yang Efektif
11. Persentase Rekomendasi dan Pengendalian Kebijakan Kemaritiman yang menjadi dasar Penerbitan Kebijakan para Pemangku Kepentingan
91,25% 91,25% 100%
Perspektif Pembelajaran & Pertumbuhan (Learning & Growth) -
7. SDM Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Kompeten
12. Persentase Pejabat yang telah Memenuhi Standar Kompetensi Jabatan
- - -
8. Organisasi dan Tata Kelola Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Baik
13. Hasil Evaluasi Reformasi Birokrasi Kemenko Bidang Kemaritiman
- - -
9. Sistem Informasi Manajeman Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Terintegrasi
14. Indeks Penyelenggaran Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE)
- - -
10. Pengelolaan Anggaran yang Akuntabel
15. Opini BPK - - -
Capaian Total 100%
Keterangan: Capaian sudah dihitung berdasarkan bobot sesuai IKU, SS dan Perspektif
Berdasarkan tabel di atas kemudian setelah dilakukan penghitungan sesuai bobot,
maka nilai capaian kinerja total dan per perspektif adalah sebagai berikut:
Tabel 8 Nilai Capaian Kinerja per Perspektif TA. 2019
Perspektif Bobot
(%) Triwulan
I
Triwulan
II
Triwulan
III
Kumulasi
Triwulan I-III
Stakeholders 15 - - - -
Customer 25 - - - -
Internal Business Process
40 100 83.33 100 100
Learning & Growth 20 96.06 75 - 96.32
Pengukuran nilai capaian kinerja Kemenko Kemaritiman triwulan III TA. 2019
dihitung dengan membandingkan realisasi capaian kinerja pada akhir triwulan dengan
Halaman 16
target (rencana kinerja) yang telah disepakati dan tertuang dalam Perjanjian/Pernyataan
Kinerja Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman pada awal tahun anggaran (bulan
Januari).
Pada tabel di atas terlihat bahwa capaian total kinerja Kemenko Kemaritiman
sampai pada Triwulan III sebesar 98.77% dari target yang ditetapkan. Capaian triwulan
II TA. 2019 ini tidak dapat dibandingkan dengan capaian kinerja tahun sebelumnya.
Pada tabel 9 di bawah ini terlihat bahwa target kinerja anatara tahun 2018 dengan 2019
cukup berbeda signifikan walaupun pas sasaran strategisnya banyak memiliki kesamaan.
Tabel 9 Capaian Kinerja Kemenko Kemaritiman Triwulan III TA. 2019
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Capaian %
Capaian
Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder Perspective)
1. Terwujudnya Indonesia Poros Maritim Dunia Melalui Pemerataan Pembangunan dan Peningkatan Daya Saing Bangsa
1. Persentase Pertumbuhan PDB Maritim - - -
2. Peringkat Logistic Performance Index - - -
Perpsektif Konsumen (Customer Perspective)
2. Terwujudnya Kedaulatan Indonesia sebagai Negara Maritim yang Berperan Aktif di Tingkat Regional & Global
3. Persentase Inisiasi Gagasan Indonesia yang Diterima di Level Internasional
- - -
4. Persentase Penanganan Pelanggaran Kedaulatan Maritim
- - -
3. Meningkatnya nilai tambah Sumberdaya Alam dan Jasa Maritim Secara Berkelanjutan
5. Persentase Capaian Produksi Sumber Daya Alam Kemartiman
- - -
6. Ocean Health Index - - -
4. Terwujudnya Percepatan Pembangunan dan Pemerataan Infrastruktur Poros Maritim
7. Persentase Realisasi Investasi Infrastruktur Maritim di Kawasan Timur Indonesia
- - -
8. Persentase Biaya Logistik Nasional Terhadap PDB
- - -
5. Menguatnya Jati Diri Indonesia sebagai Bangsa Bahari yang Inovatif Berkarakter dan Berbudaya Nusantara
9. Indeks Inovasi
10. Peringkat Indeks Daya Saing Pariwisata - - -
Perspektif Proses Bisnis Internal (Internal Bussines Process)
6. Tersedianya Rekomendasi Kebijakan Kemaritiman yang Efektif
11. Persentase Rekomendasi dan Pengendalian Kebijakan Kemaritiman yang menjadi dasar Penerbitan Kebijakan para Pemangku Kepentingan
3 3 100%
Perspektif Pembelajaran & Pertumbuhan (Learning & Growth) -
7. SDM Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Kompeten
12. Persentase Pejabat yang telah Memenuhi Standar Kompetensi Jabatan
- - -
8. Organisasi dan Tata Kelola Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Baik
13. Hasil Evaluasi Reformasi Birokrasi Kemenko Bidang Kemaritiman
- - -
9. Sistem Informasi Manajeman Kementerian Koordinator Bidang
14. Indeks Penyelenggaran Sistem Pemerintahan Berbasi Elektronik
- - -
Halaman 17
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Capaian %
Capaian
Kemaritiman yang Terintegrasi
10. Pengelolaan Anggaran yang Akuntabel
15. Opini BPK - - -
Capaian Total 100
Berikut ini dijelaskan masing masing capaian atau progres kinerja pada triwulan
III TA. 2019:
3.1.1 Stakeholders Perspective Perspektif pemangku kepentingan atau stakeholder perspective belum ditargetkan
sehingga tidak ada realisasi pada triwulan III tahun 2019. Bobot perspektif pemangku
kepentingan ini adalah 15% dari target capaian total. Perspektif ini terdiri dari 1 (satu) SS
dan 2 (dua) IKU yaitu:
SS.1 Terwujudnya Indonesia Poros Maritim Dunia melalui Pemerataan Pembangunan dan Peningkatan Daya Saing Bangsa
Sasaran yang dimaksud pada SS.1 ini adalah terlaksananya atau negara Indonesia
menjadi pusat atau perhatian/tolak ukur bangsa di dunia dalam mengelola sumber daya
bidang kemaritiman dan menjadikannya sebagai aspek untuk meningkatkan
kesejahteraan dan memakmurkan rakyat. Maksud dari pemerataan pembangunan
adalah usaha memeratakan pembangunan sarana dan prasarana sebagai pemenuhan
rasa keadilan. Sementara peningkatan daya saing bangsa adalah suatu upaya
meningkatkan kapasitas suatu bangsa agar mampu bertahan (survive) dan bersaing di
kancah perdagangan internasional. Sehingga untuk mewujudkan tercapainya SS.1 ini
diperlukan pemerataan pembangunan bidang kemaritiman dan daya saing produk
Indonesia yang bisa bersaing di level internasional.
Tabel 10 Target dan Capaian Sasaran Strategis 1
Representasi pelaksanaan target SS.1 dilakukan melalui berbagai bidang
kemaritiman dengan fokus pada penanganan program koordinasi pengembangan
Halaman 18
kebijakan di bidang infrastruktur serta sumber daya alam dan jasa. Sasaran strategis 1
(SS.1) dijabarkan dengan 2 indikator kinerja, yaitu; Persentase Pertumubuhan PDB
Maritim dan Logistic Performance Index. Kedua indikator kinerja ini belum ditargetkan
untuk Triwulan II 2019.
IKU.1 Persentase Pertumbuhan PDB Maritim
Indikator ini merupakan petunjuk yang digunakan dalam mengetahui keadaan
atau kapasitas suatu bangsa dalam mengelola sumber daya yang dimiliki menjadi
produk berupa barang atau jasa sehingga mampu bertahan (survive) dan/atau unggul
tingkat pendapatannya dari bangsa lain untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat.
IKU.1 ini belum ditargetkan pencapaiannya pada triwulan I. Sementara untuk
target tahunannya adalah 4%. Bobot capaian ini adalah 6,96% dari bbot total target
kementerian. Nilai capaian IKU.1 didapatkan dari perhitungan yang dihasilkan dengan
melakukan penghitungan nilai ekonomi (produk domestik bruto-PDB) dari sektor-sektor
ekonomi yang masuk dalam ekonomi kemaritiman.
Untuk dapat menghitung nilai PDB maritim tersebut, Kemenko Kemaritiman
telah membentuk kelompok kerja (Pokja). Anggota pokja ini meliputi staf/pejabat di
Kemenko Kemaritiman, Badan Pusat Statistik, Kantor Staf Presiden, Lembaga Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, Bappenas, Kementerian Kelautan dan perikanan, Staf
Khusus Presiden, perguruan Tinggi, serta Badan Pengkajian dan Penerapan teknologi.
Pokja ini akan menentukan definisi dan sektor-sektor yang masuk dalam ekonomi
maritim. Pada triwulan I TA. 2019 ini Pokja telah berhasil menyusun Buku Produk
Domestik Bruto Kemaritiman Indonesi (Buku PDB Maritim).
Dari buku PDB tersebut dapat dijelaskan beberapa definisi, rincian dan dan
perhitungan PDB maritim sebagai berikut:
1. PDB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di
wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu.
2. Ekonomi kemaritiman dapat didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang secara
langsung dan/atau tidak langsung terjadi di kawasan perairan (yang meliputi laut
teritorial, perairan kepulauan, dan perairan pedamanan zona ekonomi ekslusif
Indonesia, serta perairan lainnya termasuk wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil), dan
kegiatan di luar kawasan perairan yang memanfaatkan sumber daya alam dan
lingkungan yang berasal dari perairan, serta kegiatan yang menghasilkan barang dan
jasa untuk dimanfaatkan di periaran. Sehingga PDB Maritim adalah nilai tambah
yang dihasilkan oleh unit produksi yang tercakup dalam ekonomi maritim.
3. Bidang kemaritiman di Indonesia memiliki 11 klaster, yaitu: perikanan; energi dan
sumber daya mineral; sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil; sumber daya non
konvensional; industri bioteknologi; industri kemaritiman; jasa kemaritiman;
pariwisata; perhubungan; bangunan laut; serta pertahanan, keamanan, penegakan
hukum, dan keselamatan di laut. Dari 11 klaster tersebut, terdapat 2 klaster yang
Halaman 19
perlu konsensus secara konseptual dan teknis, yaitu klaster sumber daya pesisir dan
pulau-pulau kecil serta sumber daya non konvesional. Dalam buku Klasifikasi Baku
Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) ekonomi kemaritiman tersebut direpresentasikan
312 aktivitas ekonomi.
4. Penghitungan kontribusi PDB Maritim diperoleh dengan menghitungnya dari tahun
2010 sebagai tahun dasar. Pada tahun 2010 nilai PDB maritim adalah Rp
1.439.334.81 milyar dengan kontribusi terhadap PDM Nasional sebesar 20,97%.
Kemudian pada tahun 2018 meningkat menjadi Rp 2.226.373,32 milyar atau 21,35%
dari PDB nasional. angka pertumbuhan pada tahun 2018 tersebut adalah 5,53%.
Penghitungan PDB ini menggunakan data dari KBLI dengan rincian cakupan data
yang dihitung adalah sebagai berikut:
Tabel 11 Cakupan penghitungan nilai PDB Maritim
Klaster Kemaritiman
Cakupan Jumlah KBLI
Pra Produksi/ Hulu/Pasokan
Industri & Pengolahan
Distribusi
Perikanan √ √ √ 82
ESDM
Sumber Daya mineral √ √ - 53
Energi √ √ √ 5
Sumber Daya Pesisir dan Pulau-pulau kecil* √ 1
Sumber Daya Non Konvensional* √ 1
Industri Bioteknologi √ √ - 12
Industri Kemaritiman √ √ √ 12
Jasa Kemaritiman √ √ - 41
Pariwisata √ √ - 49
Perhubungan √ √ - 45
Bangunan Laut √ - - 3
Pertahanan, Keamanan,Penegakan Hukum, dan Keselamatan di laut √ √ 8
Total 312
*) nilai tambah sumber daya non-konvensional dan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil:membutuhkan konsensus secara konseptual dan teknis
Berdasarkan kriteria dan data dalam Buku PDB Maritim tersebut, serta kondisi
ekonomi global dan kondisi lainnya, maka pada tahun 2018 pertumbuhan PDB maritim
tahun 2019 adalah sebesar 4%. Target ini akan dihitung pada akhir tahun sehingga akan
Halaman 20
dilaporkan dalam laporan kinerja (capaian) 2019 di tahun 2020.
Gambar 6 Proyeksi dan Share PDB Maritim terhadap PDB Nasional 2018 Perikanan 316,078.72
ESDM 421,430.27
Industri Bioteknologi 99,917.54
Industri Maritim 67,063.75
Jasa Maritim 170,591.84
Wisata 354,944.71
Perhubungan 416,590.14
Bangunan Laut 21,471.96
Hankam 346,094.08
NTB Maritim 2,214,183.00
Pajak dikurangi Subsidi 12,190.32
PDB Maritim 2,226,373.32
PDB Nasional 10,427,220.99
Kontribusi PDB Maritim Terhadap nasional sebesar 21.35%
Sumber: input-output indonesia 2010 dan proyeksi
(diestimasi oleh P2E-LIPI)
IKU.2 Peringkat Logistic Performance Index
Logistic performance Index (LPI) adalah tolok ukur kinerja logistik yang
sederhana, yang dapat mencerminkan dalam perspektif global, apakah sebuah negara
terkoneksi (mendukung kelancaran dan kecepatan distribusi barang logistik) secara
global. LPI diukur berdasarkan enam indikator yaitu:
1. efisiensi proses clearance di pelabuhan/bandara dan bea cukai (kecepatan,
kemudahan dan terukur secara formal)
2. kondisi infrastruktur perdagangan dan transportasi (pelabuhan, perkeretaapian,
jalanan dan teknologi informasinya)
3. kemudahan mencari kapal pengangkutan barang
Halaman 21
4. kompetensi dan kualitas jasa logistik
5. kemudahan proses pelacakan dan penelusuran barang
6. ketepatan waktu.
Berdasarkan data dari LPI yang di keluarkan tahun 2012 Indonesia berada pada
peringkat 59 dengan score LPI 2,94 atau dibawah Singapura, Malaysia, Thailand dan
Vietnam. Kemudian naik menjadi 3,08 (peringkat 53) pada tahun 2014 dan menurun
pada tahun 2016 dengan 2,98 (peringkat 63).
Dari tren penurunan tersebut, maka pemerintah bertekad, melalui berbagai
kebijakan untuk mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim dunia, untuk
memperbaiki nilai LPI. Pada tahun 2018 Indonesia bisa menduduki peringkat 46 dengan
nilai skor 3,15.
Gambar 7 Capaian Peringkat LPI Indonesia
Penilaian Peringkat LPI ini dilakukan dua tahunan, sehingga pada tahun 2019 ini
tidak ditargetkan pencapaiannya.
Beberapa kebijakan yang diharapkan mendukung pencapaian LPI adalah:
1. Pengendalian pembangunan infrastruktur konektivitas dan logisitik
2. Penggunaan sistem teknologi informasi dan program berbasis komputer/internet
3. Pemberantasan tindak pidana korupsi/suap dalam proses distribusi logistik
4. Perbaikan upah buruh (dari tingkat tenaga angkut sampai profesional) yang wajar
5. Penyesuaian atau penyederhanaan peraturan dan proses distribusi
6. Pendidikan vokasi kemaritiman/pelaut
7. Pengembangan Biro Klasifikasi
Sumber: https://lpi.worldbank.org/
Halaman 22
8. Revitalisasi pelayaran rakyat.
3.1.2 Customer Perspective Perspektif ini terdiri dari 4 SS, dimana sampai dengan triwulan III ini belum ada
yang ditargetkan capaiannya. Bobot Customer Perspective adalah sebesar 25 %.
SS.2 Terwujudnya Kedaulatan Indonesia sebagai Negara Maritim yang Berperan Aktif di Tingkat Regional & Global
Terwujudnya Kedaulatan Indonesia adalah terlaksananya hak eksklusif negara
Indonesia untuk menguasai suatu wilayah/negara/daerah dan mengatur
pemerintahannya secara mandiri tanpa intimidasi atau gangguan negara lain. Sementara
negara maritim dapat diartikan sebagai suatu negara yang mempunyai wilayah
kekuasaan laut yang luas serta tersimpan berbagai kekayaan sumber daya alam di
wilayah tersebut serta memanfaatkan sumber daya alam di wilayah laut untuk
kepentingan dan kemakmuran rakyat.
Selain perwujudan kedaulatan dan koeksistensi sebagai negara maritim, Indonesia
juga diharapkan dapat berperan aktif di tingkat regional dan global. Sehingga Indonesia
dapat atau mempunyai suatu perilaku dan sikap memperhatikan, mendengarkan,
mendukung dan/atau turut terlibat dalam suatu forum-forum kerjasama di bidang
Kemaritiman baik di tingkat regional dan global.
Bobot sasaran strategis ini dari keseluruhan sasaran strategis adalah 20.778. Bobot
ini merupakan jumlah masing masing bobot indikator kinerjanya (masing masing
10.389). Kebijakan kemaritiman yang efektif merupakan gagasan atau rancangan
ketentuan bidang kemaritiman yang menjadi dasar rencana dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan serta dapat diimplementasikan melalui suatu ketetapan atau lainnya. Nilai
capaian sasaran strategis 2 (SS.2) adalah 100% yang dilihat dari 2 indikator kinerja yang
dimiliki, yang mana salah satunya telah ditargetkan untuk Triwulan I tahun anggaran
2019. Masing masing indikator kinerja tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 12 Indikator Kinerja SS.2
Halaman 23
IKU.3 Persentase Inisiasi Gagasan Indonesia yang Diterima di Level Internasional
Indikator ini adalah persentase jumlah gagasan/ide/usulan negara Indonesia
bidang kemaritiman yang mampu/dapat diterima atau dijadikan kebijakan internasional
dalam forum/pertemuan. Tujuan dari indikator ini adalah untuk mengukur peran aktif
Indonesia pada forum internasional. Indikator ini tidak ditargetkan untuk direalisasikan
pada Triwulan I 2019. Perwujudan IKU.3 dilaksanakan melalui pelaksanaan program
koordinasi pengembangan kebijakan kedaulatan kemaritiman. Melalui SS.1 ini
dijalankan dengan dengan tujuan terwujudnya sinergi antar sektor, tersedianya
rekomendasi solusi atas permasalahan sektoral, serta termonitornya implementasi
kebijakan kemaritiman. Tujuan tersebut dicapai melalui koordinasi kebijakan yang
efektif dan produktif.
IKU.5 yaitu Persentase Inisiasi Gagasan Indonesia yang diterima di Level
Internasional, dengan target tahun 2019 sebesar 100%. Persentase inisiasi gagasan
Indonesia yang diterima di level Internasional adalah persentase jumlah
gagasan/ide/usulan Indonesia bidang kemaritiman yang mampu/dapat diterima atau
dijadikan kebijakan internasional dalam forum/pertemuan di tingkat internasional.
Penghitungan capaian IKU ini adalah dengan formula:
Pada triwulan I ini belum ada target kinerja dari SS.3/IKU.4. Namun berbagai
upaya dan kegiatan sudah dilaksanakan dalam mewujudkan tercapaianya IKU.5 ini.
Berbagai kunjungan dan kegiatan seperti konferensi, seminar, pertemuan, perundingan
dengan berbagai hal lainnya sudah dilaksanakan.
IKU.4 Persentase Penanganan Pelanggaran Kedaulatan Maritim
Indikator ini adalah menghitung persentase pelanggaran di bidang kedaulatan
maritim yang ditangani (diproses) oleh Indonesia. Tujuan indikator ini adalah untuk
mengukur efektivitas penanganan/pengendalian pelanggaran di bidang kedaulatan
maritim, sehingga jumlah pelanggaran menurun. Indikator ini belum ditargetkan pada
triwulan I tahun 2019. Penghitungan capaian IKU ini dilakukan dengan rumus sebagai
berikut:
IKU ini merupakan IKU yang baru ditetapkan pada tahun 2019. Pada tahun 2017
terapat IKU yang mirip, yaitu: Menurunnya pelanggaran kedaulatan maritim.
Pelanggaran kedaulatan maritim yang dimaksud adalah segala jenis pelanggaran
tehadap hukum dan kedaulatan maritim nasional, baik dalam bentuk pelanggaran tapal
Halaman 24
batas maupun eksploitasi sumber daya alam dan manusia secara ilegal/tanpa izin oleh
pihak asing (negara, individu, perusahaan atau lembaga lainnya) pada wilayah
kedaulatan Republik Indonesia terutama dalam area perbatasan negara.
Pada UUD 1945 disebutkan pada Pasal 25A yaitu Negara Kesatuan Republik
Indonesia merupakan negara kepulauan yang berciri nusantara dengan wilayah dan
batas-batas dan hak-haknya ditetapkan oleh undang-undang. Karakter negara Indonesia
sebagai negara kepulauan harus terus tercermin kedalam setiap kebijakan, khususnya
terkait dengan pengelolaan perbatasan negara. Selain mengacu pada undang-Undang
dan peraturan dalam negeri, penanganan kedaulatan maritim ini juga mengacu pada
United Nations Convention On The Law Of The Sea (UNCLOS) atau Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hukum Laut.
Penanganan pelanggaran kedaulatan maritim dijalankan dengan sinergi antar
sektor, tersedianya rekomendasi solusi atas permasalahan sektoral, serta termonitornya
implementasi kebijakan mengenai hukum dan perjanjian maritim, keamanan dan
ketahanan maritim, delimitasi zona maritim dan navigasi dan keselamatan maritim.
SS.3 Meningkatnya Nilai Tambah Sumberdaya Alam dan Jasa Maritim Secara Berkelanjutan
Pengertian meningkatnya nilai tambah adalah bertambahnya nilai manfaat suatu
produk barang dan/atau jasa setelah mendapatkan perlakuan tambahan dari suatu
proses. Sementara sumberdaya alam dan jasa maritim adalah segala sesuatu yang
memiliki ekonomis, bersumber dari laut dan sekitarnya yang dapat berbentuk/berupa
produk barang atau jasa. Dalam pemanfaatan dan peningkatan nilai tambah tersebut,
tidak boleh mengabaikan keberlanjutannya.
Secara berkelanjutan adalah suatu proses produksi barang/jasa yang terus menerus
dilakukan perbaikan/pengembangan menuju hasil lebih baik dengan tetap
memperhatikan aspek-aspek hak alam, lingkungan, sosiologi, kesehatan dan lain-lain.
SS.3 ini tidak ditargetkan pada triwulan 1 tahun anggaran 2019. SS.3 memiliki 2
(dua) IKU yaitu sebagaimana tabel berikut ini:
Tabel 13 Daftar Target SS.3
Dari 2 IKU pada SS.3 ini, terdapat 1 (satu) IKU yang baru ditetapkan pada tahun 2019,
yaitu IKU.6: Ocean Health Index. Sementara IKU.5 merupakan perbaikan redaksi dari
IKU.8 tahun 2018 yaitu: Persentase produksi SDA bidang maritim sesuai target.
Halaman 25
IKU.5 Persentase Capaian Produksi SDA Kemaritiman
Indikator ini diwujudkan dalam persentase jumlah produksi yang dihasilkan di
bidang sumber daya alam maritim sesuai target, antara lain: produksi perikanan, hutan
mangrove, terumbu karang, produksi mineral dan batu bara, produksi minyak dan gas
bumi. Formula yang digunakan dalam penghitungan nilai capaian indikator ini adalah
membandingkan (mempersentasekan) jumlah produksi yang dihasilkan sumber daya
alam kemaritiman yang terhadap jumlah produksi sumber daya alam kemaritiman yang
ditargetkan dalam RPJMN dan/atau RKP.
Target persentase capaian produksi SDA Kemaritiman pada tahun 2019 sebesar
80%. Pada triwulan III tahun 2019, indikator ini belum ditargetkan.
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2017
tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2018 dan RPJMN 2014-2019, target dari
SDA yang dimaksud adalah seperti pada Tabel 16 di bawah ini:
Tabel 14 Target Produksi Sumber Daya Energi
No Indikator Satuan 2017 2018 2019
1 Minyak Bumi ribu barel/hari 815 800 700
2 Gas Bumi SBM/hari 1150 1200 1.295
3 Batubara Juta ton 413 406 400
4 Produksi ikan (tidak termasuk rumput laut) Juta ton 16,04 17,36 18.8
Sumber : RKP Tahun 2018; RPJMN 2014 - 2019
IKU.6 Ocean Health Index
Ocean Health Index (OHI) adalah nilai yang digunakan untuk mengukur kualitas
kesehatan lingkungan laut. Nilai OHI menunjukan seberapa sehat laut, dan bagaimana
pengelolaannya untuk keberlanjutan laut di masa depan. Dalam penilaian OHI
dibutuhkan pendekatan penilaian untuk mengevaluasi kondisi laut saat ini secara
komprehensif (menyeluruh) mulai dari sisi/perpsektif sosial, ekononi dan lingkungan
alam. Laut yang sehat berdasarkan OHI adalah laut yang dapat bermanfaat bagi
manusia secara terus menerus (berlanjut) sampai masa mendatang.
Nilai atau skor OHI adalah dari 0–100. Penilaian ini dikembangkan oleh ilmuwan
(Halpern et al, 2012, Nature) dan secara global telah dimulai penilaiannya sejak tahin
2012 (Halpern et al., 2015, PLOS One; Halpern et al. in review).
Rincian komponen dalam penilaian OHI
adalah: penyediaan pangan, peluang pada perikanan
tradisional, produk alam, penyediaan karbon,
perlindungan pantai, Mata pencaharian dan ekonomi
masyarakat pesisir, pariwisata, rasa memiliki pada
Halaman 26
tempat/lokasi, air bersih, keanekaragaman hayati. Dari keseluruhan penilaian pada
indikator-indikator tersebut, pada tahun 2018 nilai OHI Indonesia adalah 67 dan berada
pada peringkat 113 dari 221 negara (wilayah).
Tabel 15 Peringkat OHI Indonesia
Sumber: http://www.oceanhealthindex.org/region-scores/annual-scores-and-rankings
Gambar 8 Capaian Ocean Health Index Indonesia Tahun 2018
Sumber: http://www.oceanhealthindex.org/region-scores/scores/indonesia
SS.4 Terwujudnya Percepatan Pembangunan dan Pemerataan Infrastruktur Poros Maritim
Sasaran strategis ini tidak ditargetkan sehingga tidak ada nilai capaian kinerja.
Maksud dari sasaran strategis ini adalah terlaksananya pembangunan sarana dan
prasarana (infrastruktur) bidang maritim secara cepat dan merata di wilayah negara
Indonesia. Sasaran strategis ini memiliki 2 (dua) indikator kinerja sebagaimana tabel
berikut ini:
Tabel 16 Target Indikator Kinerja SS.4
Halaman 27
Rincian capaian SS.4 berdasarkan IKU adalah sebagai berikut:
IKU.7 Persentase Realisasi Investasi Infrastruktur Maritim di Kawasan Timur Indonesia
IKU.7 ini dimaksudkan untuk mengetahui nilai (persentase) realisasi investasi
bidang infrastruktur maritim di kawasan timur Indonesia terhadap realisasi investasi
bidang infrastruktur maritim se-Indonesia. Target IKU.7 ini untuk tahun 2019 adalah
60%, sementara untuk triwulan I belum ditargetkan. IKU ini merupakan
pengembangan/perbaikan dari IKU.4 tahun 2017: Pertumbuhan investasi infrastruktur
poros maritim.
Nilai investasi yang dihitung adalah dari sektor-sektor infrastruktur yamg
menunjang dalam pembangunan/terwujudnya poros maritim, atau sektor yang
menunjang pembangunan di bidang kemaritiman. IKU ini dihitung dengan cara
membandingkan nilai investasi antara wilayah timur dengan wilayah barat Indonesia.
Dari kedua nilai tersebut lalu diukur perbedaan nilainya. Nilai perbedaan tersebut
kemudian dibandingkan (dibagi) dan dilakukan perhitungan persentasenya (dikalikan
100%).
IKU.8 Persentase Biaya Logistik Nasional terhadap PDB
Terminologi logistik merupakan serangkaian aktivitas pergerakan barang mulai
dari pemasok ke pabrik, gudang pabrik ke distributor, distributor ke pengecer, dan
pengecer ke konsumen akhir, sesuai dengan sistem saluran distribusi perusahaan masing-
masing. Sehingga biaya logistik mencakup semua komponen biaya untuk aktivitas
pergerakan barang dalam rangkaian proses rantai pasok (distribusi) barang/produk.
Semakin efisien biaya logistik dalam proses rantai pasok, maka harga produk akhir akan
semakin kompetitif. Metodologi perhitungan dan perbandingan biaya logistik terhadap
PDB penting difahami agar kita dapat mengetahui posisi daya saing negara dalam suatu
kawasan regional atau global dalam konteks biaya logistik. Hal ini terjadi karena daya
saing suatu negara banyak ditentukan oleh daya saing produk-produk atau jasa yang
dihasilkan suatu negara mampu menjangkau pasar regional dan global secara luas.
Halaman 28
Sementara biaya logistik merupakan salah satu komponen penting pembentuk harga jual
produk atau jasa.
Persentase Biaya Logistik Nasional terhadap PDB adalah merupakan presentase
besaran nilai/biaya logistik nasional terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). IKU ini
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi biaya logistik terhadap PDB
nasional. Semakin kecil nilainya maka akan semakin baik. Kecilnya persentase biaya
logistik menandakan semakin efisiennya biaya logistik. Penghitungan capaian IKU.8 ini
akan didapatkan dari hasil survei, dengan penghitungan persentase sebagai berikut:
Pada triwulan pertama tahun 2019 IKU.8 ini belum ditargetkan pencapaiannya.
Sementara untuk target tahunannya adalah maksimal 21,50%. Sehingga nilai persentase
biaya logistiknya sama atau lebih kecil dari 21,50% maka capaiannya adalah di atas
100% atau sangat baik.
Secara umum (Zaroni, 2017), biaya logistik dikelompokkan menjadi tiga klasifikasi
biaya logistik: (1) biaya transportasi, (2) biaya penyimpanan barang, dan (3) biaya
administrasi. Berdasarkan pengelompokkan biaya logstik tersebut, biaya logistik
mencakup semua komponen biaya sebagai berikut:
1. transportasi untuk setiap moda transprotasi;
2. penyimpanan untuk setiap aktivitas pergudangan;
3. investasi modal kerja untuk persediaan barang;
Halaman 29
4. pemberian tanda barang dan kemasan, pengidentifikasian barang, dan pencatatan
barang;
5. aktivitas stacking/unstacking;
6. pengepakan;
7. aktivitas consolidation/deconsolidation;
8. aplikasi dan integrasi sistem informasi dan komunikasi (ICT);
9. sistem manajemen logistik;
10. yang terjadi karena ketiadaan stock barang (stock out).
SS.5 Menguatnya Jati Diri Indonesia Sebagai Bangsa Bahari yang Inovatif, Berkarakter dan Berbudaya Nusantara
Maksud dari sasaran strategis ini adalah bertambah kuat nya jiwa semangat, daya
gerak, budaya, ciri khas bangsa Indonesia yang bercirikan/berkaitan dengan kelautan.
Inovatifadalah kemampuan seseorang dalam mendayagunakan kemampuan dan
keahlian untuk menghasilkan karya baru. Berkarakter dan berbudaya nusantara adalah
bangsa/kelompok yang memiliki watak, akal budi dan jiwa nusantara. Pada Triwulan
III TA. 2019, sasaran strategis ini tidak ditargetkan. Sasaran strategis ini memiliki 2
(dua) IKU sebagaimana tabel berikut ini:
Tabel 17 Target Indikator Kinerja SS.4
IKU.9 Indeks Inovasi
Nilai indeks inovasi di tahun 2019 untuk mendukung penguatan jati diri Indonesia
sebagai bangsa bahari yang inovatif, berkarakter dan berbudaya nusantara ditargetkan
sebesar lebih dari 30. Nilai Indeks Inovasi adalah merupakan hasil survei dengan
menggunakan 81 indikator untuk mengukur kemampuan inovasi dan hasil dihasilkan
suatu negara. Indeks inovasi pertama kali diperkenalkan dan dihitung pada tahun 2014
di New Delhi India. Indeks inovasi telah diukur di 143 negara di seluruh dunia.
Indeks Inovasi menjadi benchmarking terkemuka untuk eksekutif bisnis, pembuat
kebijakan dan pemerhati yang ingin mengetahui tingkat inovasi sebuah negara. Indeks
inovasi diukur oleh lembaga seperti World Intellectual Property Organization; Cornell
University; dan INSEAD.
Halaman 30
Pada tahun 2017 peringkat indeks inovasi Indonesia adalah 87 dan membaik pada
tahun 2018 menjadi peringkat 85, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 18 Target Indikator Kinerja SS.4
No Indikator Nilai Peringkat
1 Kelembagaan 50,9 97
2 Sumber daya Manusia dan Penelitian 21,3 94
3 Kemudahan Bisnis 25,9 89
4 Infrastruktur 39,8 82
5 Kecanggihan Pasar 47,6 59
6 Output Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 17,9 86
7 Output Kreatif 27 7
Nilai Total 85
Pada tahun 2010, pengeluaran R&D Cina mencapai 1,7% dari GDP (AS 2,7%)
dan berencana meningkatkan hingga 2,5% pada 2020 (setara dengan US$387 miliar).
Data Scival (database publikasi ilmiah dengan cakupan lebih dari 14.000 lembaga riset
dan 48 juta karya ilmiah) menunjukkan bahwa kuantitas publikasi ilmuwan China
sangat dominan. Untuk Artificial Intelligence (AI), dihasilkan 95.722 karya ilmiah
sepanjang 2009-2018 (sebagai perbandingan, semua topik karya ilmiah yang dihasilkan
ilmuwan Indonesia pada periode yang sama sebesar 99.795 buah).
Kemampuan Indonesia menghasilkan produk yang ber-value added tinggi dan
innovation capability, malah hanya urutan 74 dunia (Singapura #13, Malaysia #30,
Thailand #50). Kondisi ini menjadi early warning, karena untuk lepas dari middle
income trap, perlu memiliki industri yang memberikan value-added tinggi.
IKU.10 Peringkat Indeks Daya Saing Pariwisata
Peringkat indeks daya saing pariwisata adalah indeks yang mengukur faktor-faktor
dan kebijakan pemerintah yang bisa mengembangkan sektor pariwisata dan perjalanan
suatu negara. Tujuan pengukuran indeks pariwisata adalah agar nilai atas faktor-faktor
yang mendukung industri pariwisata bisa menjadi lebih berkesinambungan, kompetitif
dan berkontribusi bagi pembangunan negara, terutama terkait alam dan komunitas lokal
di dalamnya. Indeks daya saing pariwisata dipublikasikan oleh Travel and Tourism
Competitiveness Index (TTCI).
Indeks daya saing pariwisata terdiri dari 4 (empat) sub indeks: yaitu: Enabling
Environment (iklim yang mendukung), Travel and Tourism Policy and Enabling
Conditiong (kebijakan dan kondisi yang mendukung pariwisata), Infrastruktur, dan
Sumber Daya Alam dan Budaya. Empat sub-indeks ini kemudian memiliki 14 pilar lain,
serta 90 indikator. Masing-masing indikator dan pilar tersebut memiliki angka dan
ukuran tersendiri. Empat pilar pengukuran indeks tersebut adalah: regulasi dan aturan
Halaman 31
kebijakan; kelestarian lingkungan; keamanan, kesehatan dan higienis, Proritas pada
tarvel dan wisata; insfrastruktur penerbangan, insfrastruktur perhubungan darat,
infsrtuktur pariwisata; infrastruktur ICT; daya saing harga pada industri tarvel dan
pariwisata; sumber daya manusia; daya tarik travel dan pariwisata; sumber daya alam
dan sumber daya budaya
Indeks Pariwisata sudah diukur pada 136 negara di seluruh dunia. Pada tahun
2017 peringkat Indonesia adalah 42, dan pada tahun 2019 untuk mendukung penguatan
jati diri Indonesia sebagai bangsa bahari yang inovatif, berkarakter dan berbudaya
nusantara, ditargetkan pada urutan 35.
3.1.3 Internal Business Process Perspective
SS.6 Tersedianya Rekomendasi Kebijakan Kemaritiman yang Efektif
Walau hanya terdiri dari 1 (satu) SS dan 1 (satu) IKU (Persentase Rekomendasi
dan Pengendalian Kebijakan Kemaritiman yang menjadi dasar Penerbitan Kebijakan
para Pemangku Kepentingan), perspektif ini memiliki persentase bobot 40% dari
keseluruhan perspektif. Perspektif atau SS.6 ini pada triwulan III TA. 2019 ditargetkan
sebesar 91,25% dengan realisasi 91,25% atau 100% dari target.
IKU.11 Persentase Rekomendasi dan Pengendalian Kebijakan Kemaritiman yang menjadi dasar Penerbitan Kebijakan para Pemangku Kepentingan
Sasaran yang dimaksud dalam IKU ini adalah adanya suatu saran atau anjuran
(rekomendasi) dan kebijakan/keputusan yang dikeluarkan oleh Kemenko (setelah
melalui identifikasi, survei dan pembahasan) kepada unit/instansi terkait yang dijadikan
dasar penerbitan kebijakan pada unit/instansi tersebut. Sementara maksud dari
kebijakan kemaritiman yang efektif merupakan gagasan atau rancangan ketentuan
bidang kemaritiman yang menjadi dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan
serta dapat diimplementasikan oleh instansi/lembaga terkait melalui suatu kebijakan,
ketetapan atau hal lainnya.
Indikator ini menunjukkan persentase rekomendasi gagasan/rancangan dan
pengendalian kebijakan bidang kemaritiman hasil koordinasi dan sinkronisasi kebijakan
oleh Kemenko Kemaritiman kemudian, yang dijalankan/dilaksanakan K/L terkait
secara tertulis. Tujuan indikator ini adalah untuk mengukur efektivitas pelaksanaan
koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian kebijakan di bidang kemaritiman. Bobot dari
indikator ini sama dengan bobot SS atau perspektif, yaitu 40%. Formula penghitungan
capaian ini adalah dengan membandingkan jumlah rekomendasi dan pengendalian
kebijakan yang dilaksanakan oleh K/L terkait dengan jumlah seluruh rekomendasi yang
diterbitkan Kemenko Kemartiman.
Pada triwulan III ini, IKU.11 ini ditargetkan sebanyak 13 kebijakan baik yang
berupa rekomendasi maupun pengendalian. Dari 13 kebijakan tersebut, ditargetkan
Halaman 32
setidaknya 12 kebijakan yang bisa disusun atau dikendalikan. Pada tirwulan III berhasil
dicapai (disusun/dikendalikan) sebanyak 12 kebijakan, atau berhasil dicapai 91,25%
atau 100% sesuai dengan target triwulanan. Kebijakan tersebut adalahsebagai berikut:
1. Regulasi ISA tentang Eksploitasi Sumber Daya Mineral di Kawasan Dasar Laut
Internasional
Sesuai dengan UNCLOS 1982, Negara berhak mengelola dan memanfaatkan sumber
daya mineral di dasar lautan internasional (di luar yurisdiksi) melalui otoritas dasar
kaut internasional (international Seabed Authority/ISA). sampai dengan saat ini,
Indonesia belum pernah mengajukan permohonan pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya Mineral di Kawasan meskipun Indonesia adalah negara anggota ISA.
Mengingat potensi dan efek pemanfaatan sumber daya mineral di wilayah tersebut,
di mana diperkirakan terdapat cadangan sumber daya mineral yang sangat
melimpah dan bisa mempengaruhi harga mineral dunia, maka Indonesia harus
berpartisipasi secara aktif di kawasan dasar laut di luar wilayah yurisdiksi nasional
di mana salah satunya adalah melalui peran aktif di ISA.
Untuk itu Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman telah menyusun
rancangan posisi Pemerintah Indonesia terhadap rancangan exploitation code
yang tengah disusun oleh ISA melalui rapat koordinasi dengan
Kementerian/Lembaga terkait.
2. Penyampaian Submisi Landas Kontinen Indonesia di luar 200 Mil Laut di Segmen
Utara Papua
Pada tanggal 17 April 2019, Sekretaris Jenderal PBB telah memaklumkan
penerimaan dokumen klaim Landas Kontinen Indonesia kepada seluruh negara
anggota Konvensi Hukum Laut PBB 1982 melalui sebuah nota sirkular. Nota
dimaksud menyampaikan klaim Indonesia atas area landas kontinen seluas seratus
sembilan puluh enam ribu lima ratus enam puluh delapan koma sembilan kilo meter
persegi (196.568,9 Km2) di Eauripik Rise. Paparan pengajuan tersebut dijadwalkan
berlangsung antara bulan Januari s.d Maret tahun 2020 di markas besar PBB dan
akan menjadi awal dari proses panjang negosiasi, deliberasi, dan pembuktian
Indonesia di hadapan Komisi dan Sub Komisi Batas Landas Kontinen PBS
selain Indonesia, 3 negara yakni Federated States of Micronesia (FSM), Republik
Palau dan Papua Nugini juga memiliki klaim Landas Kontinen di luar 200 mil laut di
area Eauripik Rise yang tumpang tindih dengan klaim Indonesia. Sehingga perlu
disusun dokumen pendukung klaim serta strategi sebaik mungkin agar dapat
memenangkan klaim dari pengakuan negara lain.
3. TSS Selat Lombok dan Selat Sunda
Pada 10 Juni 2019, Sidang ke-101 Marine Safety Committee International
Maritime Organization (MSC IMO) telah mengadopsi dua usulan Traffic
Halaman 33
Separation Scheme (TSS) di Selat Sunda dan Selat Lombok. TSS Selat Sunda dan
Selat Lombok direncanakan berlaku pada 1 Juni 2020.
Selat Sunda dan Selat Lombok termasuk jalur penting dalam pelayaran global.
Kapal yang berlayar dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik dan sebaliknya
harus melintasi perairan Indonesia dengan melalui salah satu dari tiga
chokepoints dunia yakni: Selat Malaka, Selat Sunda, atau Selat Lombok. Dari tiga
selat ini, Selat Malaka masih menjadi jalur utama. Sementara Selt Malaka memeilik
alur pelayaran yang sempit (1 mill) dan dangkal (20m). Selat Sunda punyal alur
lebayar lebih lebar dan dalam (25m). Sehingga untuk kapal besar akan mengambil
Selat Lombok.
Untuk mengoptimalkan TSS ini ketika sudah berlaku nanti maka perlu dilakukan
beberapa hal yaitu:
a. melakukan pendekatan secara intensif kepada para pemilik kapal intemasional
melalui berbagai asosiasinya (misalnya lntertanko• lnternational Association of
Independent Tanker Owners, perusahaan asuransi, dan P&I) untuk menegaskan
komitmen Indonesia untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan di Selat
Sunda serta menyediakan fasilitasi kelas internasional dengan nilai keekomian
yang lebih kompetitif dari Singapura.
b. menyediakan fasilitas yang memadai sehingga dapat memperoleh manfaat luas
dari penetapan TSS.
4. Koordinasi Pengendalian dan Sinkronisasi Revitalisasi Pelra guna Mendukung Tol
Laut & Perintis (Rperpres Pemberdayaan Pelra)
Sejak zaman kerajaan dan kesultanan, pelayaran rakyat yang menggunakan kapal-
kapal tradisional telah berjasa membangun tradisi hubungan antarpulau, merajut
Nusantara. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
mengamanatkan Menteri Perhubungan sebagai Pembina pelayaran-rakyat. Namun,
walaupun telah dilakukan berbagai pengaturan dan program, kondisi pelayaran-
rakyat semakin memprihatinkan. Jika dibiarkan, pelayaran rakyat menuju
kepunahan.
Oleh karena itu, diperlukan kebijakan afirmatif, yang berpihak, yang tidak
membiarkan pelayaran-rakyat yang merupakan warisan budaya, yang sudah dan
masih berjasa, yang sesungguhnya dapat berdaya saing dan berperan lebih penting,
masyarakat yang terlibat menjadi semakin tidak sejahtera, dan pelayaran-rakyat
menjadi punah
Pelayaran-Rakyat yang sudah terbukti mampu melayani antarpulau, sampai ke
pulau-pulau kecil, terpencil, terluar, harus dipertahankan untuk ketahanan
konektivitas. Pelayaran-rakyat yang berperan melayani antarpulau, sampai ke pulau-
pulau kecil, terpencil dan terluar, harus dipertahankan sebagai potensi dalam Sistem
Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankam Rata). Kapal, nakhoda, anak
buah kapal, dan masyarakat dalam jaringan hubungan terkait pelayaran-rakyat
Halaman 34
merupakan potensi sangat strategis yang dapat dikembangkan sebagai bagian dalam
penerapan doktrin Sishankamrata.
Dalam rangka menjalankan hal-hal tersebut di atas maka diraskan perlu untuk
menerbitkan peraturan yang dapat sebagai panduan dalam revitalisasi pelayaran
rakyat. KemenkoKemaritiman telah berhasil menyusun Rancangan Peraturan
Presiden (RPerpres) tentang Pemberdayaan Pelayaran-Rakyat sebagai hasil dari
rangkaian Rapat Koordinasi yang dilakukan antar Kementerian dan Lembaga
terkait. Usulan ini telah disampaikan kepada Kementerian Perhubungan melalui
surat Deputi Bidang Kordinasi Infrastruktur kepada Sekretaris Jenderal Kementerian
Perhubungan.
5. Pengendalian Gerakan Indonesia Bersih (GIB)
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman turut mendukung penyelenggaraan
program gerakan nasional revolusi mental (GNRM) melalui upaya penumbuhan dan
pembangunan kembali rasa bangga masyarakat Indonesia sebagai bangsa maritim
yang berkepribadian luhur dan menjaga kelestarian sumber daya alamnya.
Sesuai dengan Inpres Nomor 12 tahun 2016 tentang GNRM yang terdiri atas 5
(lima) gerakan yaitu Gerakan Indonesia Melayani, Gerakan Indonesia Bersih,
Gerakan Indonesia Tertib, Gerakan Indonesia Mandiri, dan Gerakan Indonesia
Bersatu. Dalam merealisasikan misi tersebut, Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman yang bertanggung jawab dalam Gerakan Indonesia Bersih berusaha
untuk menyiapkan sumberdaya material, keterampilan dan manajemen, juga
kesiapan mental agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berdaulat di bidang
politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Gerakan Indonesia Bersih memiliki dua fokus, yaitu:
a. Kepada masyarakat melalui program bank sampah dengan harapan masyarakat
meningkat pengetahuannya tentang lingkungan bersih, pengelolaan sampah,
pembentukan bank sampah dan nilai ekonominya. Masyarakat juga diharapkan
berpartisipasi dalam pengelolaan dan pengolahan sampah melalui kampanye dan
sosialisasi.
b. Pemerintah agar dapat mewujudkan pengelolaan sampah yang bertanggung jawab
(pembuatan dan penegakan peraturan, pembentukan kelembagaan, pendidikan
dan intervensi aspek sosial budaya, penganggaran pendanaan, serta mendorong
dan mempromosikan teknologi tepat guna).
Kedua fokus tersebut dapat terlaksana dengan adanya pemahaman prinsip 3R yaitu
Reuse, Reduce dan Recycle, dan lima aspek pengelolaan sampah yaitu
penampungan sampah (skala Rumah Tangga), pengumpulan sampah (pola
individual dan komunal), pemindahan sampah (depo), pengangkutan sampah
(TPA/TPS) dan pembuangan akhir sampah.
Rekomendasi terkait Pengendalian Kebijakan Gerakan Indonesia Bersih (GIB):
a. Percepatan pemerataan terbitnya Peraturan Daerah yang dapat mempengaruhi
pengurangan sampah plastic di seluruh wilayah Indonesia.
Halaman 35
b. Pelaksanaan pengendalian aksi bersih pada lingkungan kerja dan lingkungan
tempat tinggal yang dilakukan oleh kementerian/lembaga/dunia usaha/
pemerintah provinsi/ kabupaten/kota.
6. Standarisasi Pengembangan Geopark Indonesia
Geopark secara terminologi merupakan singkatan dari geological park atau dalam
Bahasa Indonesia dimaknai sebagai taman bumi. Secara luas geopark merupakan
suatu wilayah geografis yang terbentuk atas beberapa unsur diantaranya adalah situs
warisan geologi ( Geosite) dan kawasan dengan warisan geologi (Geoheritage) yang
memiliki kawasan dengan keragaman geologi (Geodiversity), Kawasan dengan
keanekaragaman hayati (Biodiversity), dan kawasan dengan keragaman budaya
(Cultural Diversity). Wilayah yang terbentuk atas beberapa elemen tersebut kemudian
dikelola untuk keperluan konservasi, edukasi, dan pembangunan perekonomian
rakyat. Dalam upaya pengelol aan kawasan, pemerintah daerah dengan masyarakat
setempat bertanggung jawab untuk menjaga dan merawat Kawasan Geopark. Untuk
itulah perlu disusun Stndarisasi pengelolaan dan pengembangan Geopark.
Tujuan dari standarisasi Geopark di Indonesia adalah untuk mempercepat penetapan
payung hukum nasional pengembangan geopark di Indonesia, dan pengaturan
kewenangan antar K/L, institusi dan wilayah. Sehingga pemerintah diharapkan
mampu mendorong penyusunan masterplan dalam setiap pengembangan kawasan
geopark, bahkan hingga rencana detail kawasan.
Pada triwulan III Kemenko Kemaritiman telah menyusun Rancangan Keputusan
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia Selaku Dewan
Pengarah Komite Nasional Geopark Indonesia tentang Struktur Organisasi,
Keanggotaan, dan Togas Komite Nasional Geopark Indonesia, sebagai amanat dari
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2019 tentang
Pengembangan Taman Bumi (Geopark).
7. Pembentukan Norma Hukum Internasional terkait Marine Biological Diversity
Beyond Areas of National Jurisdiction (BBNJ)
Sampai dengan saat ini belum ada regulasi internasional yang mengatur
pengelolaan Marine Biological Diversity Beyond Areas Of National Jurisdiction
(BBNJ). Majelis Umum PBB, melalui resolusi nomor 72/249 menetapkan bahwa
Intergovernmental Conference (IGC) untuk penyusunan instrument hukum
internasional terkait BBNJ dilakukan dalam empat putaran dalam kurun waktu
2018-2020. Kondisi geografis Indonesia memiliki kepentingan langsung (direct
interest) terhadap BBNJ. Sebagian perairan zona ekonomi eksklusif dan landas
kontinen Indonesia bersebelahan atau berbatasan langsung dengan perairan
lnternasional yang merupakan area dari substansi pengaturan BBNJ. Selain itu,
Indonesia memiliki kepentingan langsung atas dasar fakta bahwa
keanekaragaman hayati di lautan merupakan satu kesatuan yang saling terkait,
Halaman 36
sehingga suatu kondisi di area beyond national jurisdiction tentunya akan mudah
mempengaruhi kondisi yang berada di perairan nasional Indonesia.
Kemenko Kemaritiman telah menyiapkan/menyusun rancangan kebijakan posisi
Pemerintah Indonesia serta membentuk Tim Nasional BBNJ. Dalam sidang IGC,
Indonesia telah memperjuangkan kepentingan Indonesia yang pada dasarnya
ada di beberapa area utama sebagai berikut:
a. Pembentukan sui generis BBNJ;
b. Pengelolaan area BBNJ yang adjacent dengan perairan coastal state;
c. Pengelolaan BBNJ di Extended Continental Shelf,
d. Akses of benefit sharing and information; dan
e. Karakteristik negara kepulauan diakui secara khusus dalam pengaturan BBNJ.
8. Koordinasi Validasi, Verifikasi dan Pendaftaran Penamaan Rupabumi
Nama geografis atau nama unsur rupabumi baik dalam ucapan dan tulisan
lahir dari sejarah kebudayaan manusia sejak manusia berhenti sebagai
pengembara (nomaden). Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki ribuan pulau
dengan kondisi geomorfologi yang bervariasi, serta memiliki berbagai suku dan
budaya dan sekitar 726 bahasa daerah (menurut Summer Institute of Linguistics).
Keanekaragaman bahasa ini sangat berpengaruh dalam tata cara penamaan
unsur rupabumi yang dapat berakibat pada ketidakseragaman penulisan unsur
rupabumi di peta. Sebagai anggota tetap PBB, dan menindaklanjuti Resolusi PBB
tentang pembentukan National Names Authority (NNA), maka pemerintah
Indonesia, melalui Sadan lnformasi Geospasial (BIG) mengeluarkan Perka BIG
No. 6 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Pembakuan Nama Rupabumi.
Hasil verifikasi dan standardisasi selama tahun 2018 adalah sejumlah 16.671
pulau dan telah dilaporkan pada Sidang 1st Session of the United Nations
Group of Experts on Geographical Names (UNGEGN) yang berlangsung pada
tanggal 29 April 2019 sampai dengan 3 Mei 2019 di Markas Besar PBB di New
York, masih perlu diselenggarakan survei Toponimi pulau pada beberapa Provinsi
di Indonesia. Direncanakan pada tahun 2019 Indonesia akan menyelenggarakan
survei toponimi untuk 852 pulau. Pada akhir 2019, diharapkan sejumlah
17.504 pulau di Indonesia akan diverifikasi dan distandardisasikan. Atas dasar
hal tersebut, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman perlu berperan
dalam mengoordinasikan kebijakan validasi, verifikasi dan pendaftaran
penamaan rupabumi.
Kementerian Kemaritiman telah mengoordinasikan dan memfasilitasi pelaksanaan
penelaahan nama rupabumi unsur pulau untuk tahap ke V dan berhasil menelaah
sebanyak 1.115 titik pulau. Sementara untuk tahap ke VI dan berhasil menelaah
sebanyak 1.103 titik pulau. Untuk tahap ke VII Kemenko Kemaritiman akan
mengkoordinir pelaksanaan verifikasi pulau antara pusat dan daerah.
Halaman 37
9. Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB)
Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBL BB) merupakan solusi dalam
menjawab permasalahan terkait: tingginya ketergantungan impor untuk bahan bakar
minyak sebagai sumber energi, tingginya tingkat polusi udara yang dihasilkan oleh
sektor transportasi, dan tingginya ketergantungan teknologi khususnya dalam industri
alat transportasi.
Melalui Koordinasi yang dilaksanakan oleh Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman, pada tanggal 8 Agustus 2019 Presiden telah menetapkan Peraturan
Presiden No. 55 tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor
Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) Untuk Transportasi Jalan. Tim
Koordinasi sesuai Perpres dimaksud diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang
Kemaritiman dengan tugas diantaranya: menyusun rencana aksi; menyelesaikan
hambatan; dan melaksanakan pengawasan percepatan pelaksanaan program KBL
berbasis baterai untuk transportasi jalan. Rekomendasi kebijakan yang telah
dilaksanakan untuk mendukung percepatan program adalah rapat koordinasi antar
Kementerian/Lembaga terkait untuk melakukan identifikasi regulasi (Peraturan
Menteri) yang terkait serta beberapa rekomendasi kebijakan jangka panjang untuk
tahun 2020 – 2024.
10. Kertas Posisi Delegasi RI Peran Nasional dalam Kerjasama dan Diplomasi
Regional CTI-CFF
Luas terumbu karang di Indonesia mencapai 50.875 km2 atau sekitar 18% dari
total kawasan terumbu karang dunia. Berdasarkan data dari LIP! (2018), hanya
sekitar 6,56% kondisi terumbu karang sangat baik, 22,96 % kondisi terumbu
karang baik, 34,3% cukup, dan 36, 18% kondisinya jelek. Dalam upaya
perlindungan ekosistem terumbu karang ini, telah dibentuk Prakarsa Segitiga
Karang untuk Terumbu Karang, Perikanan, dan Ketahanan Pangan (Coral
Triangle Initiative on Coral Reef Fisheries and Food Security (CTl-CFF) yang
telah disepakati secara bersama oleh enam kepala negara (Indonesia,
Malaysia, Filipina, Timor Leste, Papua Nugini dan Kepulauan Solomon) pada
tahun 2009.
Kertas Posisi Delegasi RI pada sidang Senior Official Meeting/SOM CTI-CFF
adalah sebagai berikut:
a. perencanaan dan pengelolaan "prioritas bentang laut''
b. pendekatan ekosistem untuk pengelolaan perikanan dan sumberdaya laut
lainnya
c. penetapan kawasan konservasi laut
d. pengukuran capaian adaptasi perubahan iklim
e. peningkatan status spesies yang terancam punah
Beberapa poin penting capaian Komite Nasional CTI-CFF Indonesia yang dapat
dishare sebagai Kertas Posisi Delegasi RI pada Forum SOM CTI-CFF adalah:
Halaman 38
a. Diadopsinya gagasan Indonesia, The Seascapes Document skala regional serta
nominasi Lesser Sunda dan Bismarck Solomon Seas Ecoregion (BSSE)
sebagai bentang laut prioritas CTI-CFF;
b. Terbentuknya usaha perikanan tangkap berbasis masyarakat di 34 Provinsi;
c. Sejumlah 20,87 juta hektar kawasan konservasi perairan telah tercapai
dengan penambahan 1,7 juta hektar pada tahun 2018;
d. Mengarusutamakan Adaptasi Perubahan Iklim (Climate Change Adaptation-
CCA) ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pemerintah Daerah;
b. Disahkannya Dokumen National Assessment Reports and National Conservation
plans on Threatened Species (hiu dan pari, penyu dan mamalia laut).
11. Program Peningkatan Penggunaan Dalam Negeri (P3DN)
Pemerintah mendorong adanya gerakan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam
Negeri (P3DN). Dalam rangka mendukung pelaksanaan P3DN, Pemerintah
mewajibkan Kementerian/Lembaga/Instansi Pemerintah, BUMN serta
Pemerintah Daerah untuk menggunakan produk hasil industri dalam negeri.
Diharapkan dengan adanya kebijakan tersebut, maka penggunaan produk hasil
industri dalam negeri dapat ditingkatkan, karena adanya kepastian pasar terhadap
produk yang mereka produksi, sehingga mampu mendorong perkembangan dan
peningkatan daya saing industri dalam negeri. TKDN harus ditempatkan sebagai
kebijakan strategis yang harus dijalankan secara konsisten, serta konsistensi
Pemerintah dalam menjalankan kebijakan TKDN untuk mengurangi
ketergantungan pada produk impor, dan mendorong investasi.
Pada tanggal 17 September 2018, Presiden telah menetapkan Keputusan Presiden
No. 24 tahun 2018 tentang Tim Nasional Peningkatan Penggunaan Produk Dalam
Negeri (P3DN). Sebagai tindak lanjut dari Keputusan Presiden tersebut, Menko
Kemaritiman telah menetapkan Keputusan Menko Kemaritiman No. 84 tahun
2019 tentang Kelompok Kerja Tim Nasional P3DN yang terdiri dari 3 (tiga) Pokja,
yaitu: Pokja Pemantauan, Pokja TKDN, dan Pokja Sosialisasi dengan tugas
diantaranya Memantau rencana pengadaan dan realisasinya; Menjamin konsistensi
Nilai TKDN; dan Meningkatkan semangat cinta produk dalam negeri.
Tindak lanjut jangka panjang terkait Koordinasi, Sinkronisasi, dan Pengendalian
Implementasi Kebijakan terkait TKDN pada tahun 2020 – 2024 sebagai berikut:
a. Penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan tata cara
pembentukan Tim P3DN secara internal di masing-masing kementerian,
lembaga, pemerintah daerah, badan usaha milik negara/daerah, maupun badan
usaha swasta dalam mendukung kinerja Tim Nasional P3DN;
b. Penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan bagi Tim P3DN
dalam memperhitungkan tafsiran final nilai TKDN (Tingkat Komponen Dalam
Negeri) Gabungan Barang dan Jasa. Kebijakan dimaksud diharapkan dapat
menghasilkan metode perhitungan yang lebih sederhana dan dapat memberikan
nilai bobot yang lebih tinggi untuk nilai TKDN Barang;
Halaman 39
c. Penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan mengenai
mekanisme impor bagi barang yang masuk dalam kategori barang wajib;
d. Penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan mengenai tata cara
pengenaan sanksi yang diberikan oleh pimpinan instansi pemerintah kepada
pihak-pihak yang tidak melaksanakan program P3DN, khususnya terkait tata
cara pembayaran denda administratif;
e. Penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan mengenai
penyusunan daftar inventarisasi barang/jasa produksi dalam negeri;
f. Penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan penyiapan sarana
prasarana sistem informasi/Website TKDN dalam mendukung program P3DN.
12. Rencana Tata Ruang Laut Nasional
Perencanaan Ruang Laut dikenal sebagai alat yang efektif untuk meminimalkan
konflik antara pengguna sumber daya sehingga pengelolaan ruang laut menjadi
lebih efektif. Perencanaan ruang mempunyai keterkaitan ekosistem darat dan
laut sehingga perencanaan darat dan laut harus selaras, serasi dan seimbang.
Perencanaan ruang laut menjadi penting karena diperlukan untuk memberikan
landasan spasial dalam rangka menyelenggarakan kebijakan dan strategi
pembangunan kelautan; keterpaduan berbagai kepentingan dan program sektor di
laut; pertahanan kawasan perbatasan NKRI; arahan perencanaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil di daerah; serta dasar pemberian ijin
pemanfaatan ruang laut ya ng menjadi kewenangan pusat, KSN, KSNT, lintas
provinsi, dan perairan laut di atas 12 mil dari garis pantai, serta kewenangan daerah
di bawah 12 mil.
Kemenko Kemaritiman telah menyampaikan kepada instansi yang terkait
mengenai kebijakan tentang penataan ruang laut beberapa hal sebagai berikut:
a. Perencanaan ruang daratan di seluruh pulau-pufau kecil termasuk di PPKT
masuk kedalam perencanaan ruang darat oleh Kementerian ATR/BPN dan
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memberikan masukan berupa
kriteria/kategori teknis untuk perencanaan pulau-pulau kecil;
b. Perencanaan ruang perairan di sekitar pulau-pulau kecil termasuk di PPKT
c. masuk kedalam perencanaan ruang laut oleh KKP dengan memperhatikan
keselarasan, keserasian, dan keseimbangan dengan perencanaan ruang
darat di pulau-pulau kecil;
d. Agar segera diakukan penyesuaian atas ketentuan PP Nomor 62 Tahun 2010
tentang Pemanfaatan PPKT yang terkait dengan perencanaan dan penetapan
rencana tata ruang di daratan PPKT.
e. Produk peraturan turunan UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan yang
telah menjadi target tahun 2016-2019 Perpres Nomor 16 Tahun 2017 tentang
KKI, antara lain RPP Perencanaan Ruang Laut agar segera dilakukan
penyelesaian
Halaman 40
f. Usulan kepada Bappenas terkait Peta Tematik Bidang Kemaritiman untuk
dapat diintegrasikan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2020-2024
13. Pengembangan Destinasi Strategis Pariwisata
Proyeksi UN-WTO yang dituangkan dalam UN-WTO's Tourism 2020 Vision
menunjukan bahwa prospek sektor pariwisata dimasa depan sangat cerah dan
menjanjikan, karena pada tahun 2020 jumlah kunjungan wisatawan internasional
diperkirakan akan mencapai lebih dari 1,4 milyar. Dari jumlah tersebut sebanyak
350 juta wisatawan (25% nya) akan mengalir ke kawasan Asia-Pasifik. Mengacu
pada Visi Indonesia 2015-2045, Pariwisata menjadi sektor utama dalam
pembangunan nasional, khususnya sebagai andalan penghasil devisa.
Pemerintah telah menetapkan target kunjungan wisatawan mancanegara sebesar 20
juta yang selanjutnya pada tahun 2019 diturunkan menjadi 18 juta. Untuk itu,
pemerintah harus menyiapkan destinasi pariwisata yang akan dikunjungi oleh
wisatawan. Mengingat Bali sudah menjadi destinasi utama kunjungan wisatawan,
maka pemerintah menetapkan 10 destinasi pariwisata prioritas yang disebut “10 Bali Baru”. Adapun 10 destinasi pariwisata prioritas dari Kawasan Strategi Pariwisata Nasional (KSPN), yaitu: Danau Toba, Tanjung Kelayang, Tanjung
Lesung, Kepulauan Seribu, Borobudur, Bromo-Tengger- Semeru, Labuan Bajo,
Morotai, Wakatobi dan Mandalika. Empat diantaranya yaitu Mandalika, Tanjung
Lesung, Morotai, dan Tanjung Kelayang menjadi Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) Pariwisata.
Dalam menunjang pengembangan destinasi pariwista tersebut, Kemenko
Kemaritiman telah selesai menyusun Rancangan Pperpres tentang Badan Otorita
Pengelola Kawasan Pariwisata Bromo-Tengger-Semeru dan draft Perpres tentang
Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Wakatobi.
3.1.4 Learning and Growth Perspective Perspektif ini merupakan perspektif yang menggambarkan tentang proses
pembelajaran atau proses-proses internal yang ditujukan untuk peningkatan (growth)
kemampuan sumber daya (manusia, keuangan, tata kelola, peraturan) yang ada.
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan ini mengindentifikasi infrastruktur yang harus
dibangun organisasi untuk membentuk peningkatan atau perkembangan organisasi pada
jangka panjang.
Pada tahun 2019, Kemenko Kemaritiman merancang dan mentargetkan 4 sasaran
strategis dengan 4 indikator kinerja untuk mencapai tujuan sesuai dengan perspektif
pembelajran dan pertumbuhan, yaitu seperti dalam tabel berikut;
Tabel 19 Target Learning and Growth Perspective TW III 2019
Halaman 41
No
Nama IKU Bobot
Target
Tahun
2019
Realisasi
TW III Capaian
SS.7 SDM Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Kompeten |
Persentase Pejabat yang telah Memenuh Standar Kompetensi Jabatan
6,96 70% - -
SS.8 Organisasi dan Tata Kelola Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Baik
Hasil Evaluasi Reformasi Birokrasi Kemenko Bidang Kemaritiman
- 70% - -
SS.9 Sistem Informasi Manajeman Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Terintergras
Indeks Penyelenggaraan Sistem Pemerintahan Berbasi Elektronik (SPBE)
- 2 - -
SS.10 Pengelolaan Anggaran yang Akuntabel
Opini BPK 6,96 WTP - -
Tabel 20 Nilai Capaian Learning and Growth Perspective s.d TW III 2019
No
Nama IKU Bobot
Target
s.d
TW III
Realisasi
s.d
TW III
Capaian
SS.7 SDM Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Kompeten |
Persentase Pejabat yang telah Memenuh Standar Kompetensi Jabatan
6,96 - - -
SS.8 Organisasi dan Tata Kelola Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Baik
Hasil Evaluasi Reformasi Birokrasi Kemenko Bidang Kemaritiman
- 75 65.95 93.97%
SS.9 Sistem Informasi Manajeman Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Terintergras
Indeks Penyelenggaraan Sistem Pemerintahan Berbasi Elektronik (SPBE)
- 2 1.8 95%
SS.10 Pengelolaan Anggaran yang Akuntabel
Opini BPK 6,96 4 4 100%
Total Capaian S.d TW III 96.32%
Rincian penjelasan dari perspektif ini adalah sebagai berikut:
Halaman 42
SS.7 Sumber Daya Manusia Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Kompeten
IKU.12 Persentase Pejabat yang telah Memenuhi Standar Kompetensi
Jabatan
Persentase pejabat yang telah memenuhi Standar Kompetensi Jabatan adalah
persentase jumlah pejabat yang telah memenuhi persyaratan kompetensi manajerial,
sosio kultur dan teknis yang harus dimiliki seorang PNS. Formula penghitungan yang
digunakan adalah = .
Tujuan indikator kinerja ini adalah untuk mengukur persentase pejabat yang telah
memenuhi standar kompetensi. Pada triwulan III tahun 2019 IKU.12 ini belum
ditargetkan.
Indikator kinerja ini diukur dengan menghitung jumlah pegawai yang sudah
memenuhi kompetensi dasar yang dibutuhkan, yang meliputi Soft Competency
(kompetensi personal/bakat), Hard Competency (kompetensi keahlian/teknis) dan
Attitude (perilaku). Penghitungan standar ini akan dilakukan setelah standar kompetensi
sudah ditetapkan oleh Menko Bidang Kemaritiman. Standar Kompetensi Pegawai yang
meliputi Soft Competency (kompetensi personal/bakat), Hard Competency (kompetensi
keahlian/teknis) dan Attitude (perilaku).
Definisi kompetensi itu sendiri dapat dijelaskan sebagai kemampuan & karakter
yang dimilik oleh seorang pegawai, mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya secara efektif & efesien.
Berdasarkan kompetensi tersebut, maka untuk dapat menunjang kinerja pegawai maka
disusunlah standar kompetensi pegawai.
Saat ini jumlah pejabat yang telah dilakukan asesmen dan dinyatakan sesuai
dengan kompetensi personal/bakat dan kompetensi perilaku adalah 84,75% dari 132
pejabat yang ada atau sebanyak 109 orang. Dari julah pejabat yang sudah dilakukan
ujikompetensi masih terdapat 6 pejabat yang belum memenuhi syarat kompetensi yang
diperlukan. Selain itu masih terdapat 17 pejabat yang belum dilakukan uji kompetensi.
Dapat disampaikan bahwa dalam pemenuhan kompetensi pegawai yang baik di
lingkup Kemenko Kemaritiman mengalami beberapa kendala, yaitu:
1. Dalam penyelenggaran atau pengiriman pegawai untuk melaksanakan diklat
mengalami kendala karena keterbatasan kursi/kesempatan diklat pada lembaga
diklat yang dianggap membantu pelaksanaan diklat;
2. Kesibukan dari pada pejabat/pegawai dimasing–masing unit untuk dapat
dikirim/melaksanakan diklat (fungsional/kepemimpinan);
3. Belum ada kesepakatan dengan instansi lain (kementerian/lembaga teknis) dalam
cara/model pengembangan kompetensi (untuk program magang, diklat teknis, in
the job training);
4. PNS yang masuk dalam Kemenko Kemaritiman belum sesuai kebutuhan.
Halaman 43
Penyusunan dan pelaksanaan standar kompetensi pegawai Kemenko Kemaritiman
belum selesai (final dilakukan). Namun beberapa capaian dalam menunjang capaian
IKP ini telah dilakukan, yaitu diantaranya telah disusun/dilaksanakan:
1. Indikator faktor jabatan
2. Evaluasi kinerja/jabatan
3. Analisis jabatan dan analisis beban kerja
4. Analisa jabatan fungsional
5. Seleksi jabatan pimpinan tinggi madya dan pimpinan tinggi pratama.
Setmenko Kemaritiman telah merencanakan beberapa hal dalam meningkatkan
kompetensi pegawainya, yaitu:
1. Penyelenggaraan pendidikan dan latihan (diklat) baik diklat kepemimpinan, diklat
fungsional dan diklat teknis;
2. Memberikan kesempatan magang pegawai, baik di lingkungan instansi pemerintah,
swasta maupun masyarakat;
3. In the Job Training;
4. Seminar, workshop, lokakarya dan lain-lain;
5. penyusunan database kepegawaian, roadmap kepegawaian (termasuk perencanaan
diklat, kursus, pengisian jabatan (administrator, pengawas dan jabatan fungsional);
6. Penataan adminsitrasi kepegawaian.
SS.8 Organisasi dan Tata Kelola Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Baik
Sasaran ini merupakan rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan
dasar rencana dalam pelaksanaan kegiatan di bidang kemaritiman yang ditetapkan oleh
Menteri Koordinator. Nilai capaian strategis ini tidak ditargetkan pada TW III, namun
dari awal tahun hingga TW III Sasaran strategis ini memiliki nilai capaian sebesar
93.97% . Sasaran strategis ini memiliki bobot 13,415 merupakan hasil penjumlahan
bobot kedua indikatornya.
IKU.13 Hasil Evaluasi Reformasi Birokrasi Kemenko Kemaritiman
Nilai kemajuan reformasi birokrasi (RB) Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman adalah nilai penerapan pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkup
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman. Nilai yang digunakan dalam mengukur
capaian IKU ini adalah nilai hasil evaluasi Kementerian PANRB atas pelaksanaan RB
pada tahun sebelumnya.
Adapun dasar penetapan indikator kinerja ini bertujuan untuk mengukur nilai
kemajuan reformasi birokrasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman. Sehingga
pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkup Kementerian Kemaritiman dapat dimonitor
dan dievaluasi. Hasil evaluasi ini akan dijadikan bahan untuk merencanakan dan
melaksanakan reformasi birokrasi yang lebih baik. Indikator kinerja ini meliputi 8
(delapan) area perubahan (tabel 17).
Halaman 44
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi tahun 2010-2025 dan Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 11
Tahun 2015 tentang Road Map Reformasi Birokrasi Tahun 2015-2019, telah dilakukan
evaluasi atas pelaksanaan reformasi birokrasi pada Kemenko Kemaritiman. Pelaksanaan
evaluasi berpedoman pada Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 14 Tahun 2014
tentang Pedoman Evaluasi Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah. Evaluasi
difokuskan pada upaya-upaya yang dilakukan oleh Kemenko Kemaritiman dalam
pelaksanaan reformasi birokrasi.
Tujuan evaluasi untuk menilai kemajuan pelaksanaan program reformasi
birokrasi dalam rangka mencapai sasaran yaitu mewujudkan birokrasi yang bersih dan
akuntabel, birokrasi yang efektif dan efisien serta birokrasi yang mampu memberikan
pelayanan publik yang semakin membaik. Selain itu, evaluasi ini juga bertujuan untuk
memberikan saran perbaikan dalam rangka meningkatkan kualitas reformasi birokrasi
dilingkungan Kemenko Kemaritiman.
Dari hasil evaluasi oleh Kementerian PANRB, nilai indeks reformasi birokrasi
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman adalah 65,95 dengan kategori “B”, naik 3,13 poin dari tahun sebelumnya (62,82) Sehingga nilai capaian IKU.13 ini adalah
97,11% dari target (70).
Adapun rincian penilaiannya adalah sebagai berikut:
Tabel 21 Indeks Reformasi Birokrasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
No Komponen Penilaian Bobot Nilai
2016 2017 2018
A Pengungkit
1 Manajemen perubahan 5,00 3,03 3,18 3,22
2 Penataan peraturan perundang-undangan 5,00 2,09 2,71 2,81
3 Penataan dan penguatan organisasi 6,00 3,68 3,84 3,87
4 Penataan tata laksana 5,00 1,91 2,41 2,43
5 Penataaan sistem manejemen SDM 15,00 9,78 11.16 11,45
6 Penguatan akuntabilitas 6,00 3,92 4,35 4,38
7 Penguatan pengawasan 12,00 5,11 5,11 5,19
8 Peningkatan kualitas pelayanan publik 6,00 2,61 2,46 2,49
Sub total komponen pengungkit (A) 60,00 32,12 35,22 35,84
B Hasil
1 Nilai akuntabilitas kinerja 14,00 8,13 8,13 13,45
2 Survei internal integritas organisasi 6,00 3,98 3,08
3 Survey eksternal persepsi korupsi 7,00 5,95 5,84 8,86
4 Opini BPK 3,00 2,00 3,00
5 Survey eksternal pelayanan publik 10,00 8,17 7,55 7,80
Halaman 45
No Komponen Penilaian Bobot Nilai
2016 2017 2018
A Pengungkit
Sub komponen hasil (B) 40,00 28,22 27,60 30,11
Indeks Reformasi Birokrasi 100,00 60,34 62,82 65,95
Pada tabel 17 di atas, terlihat bahwa nilai indeks RB Kemenko Kemaritiman terus
mengalami peningkatan sejak pertama penilaian (tahun 2016). Pada komponen
pengungkit berhasil naik 3,1 poin tetapi pada komponen hasil turun 0,62 poin.
Dari 13 (tiga belas) unsur penilaian, terdapat 2 (dua) unsur yang masih mempunyai
nilai jelek (dibawah 50%), yaitu penguatan pengawasan dan peningkatan kualitas
pelayanan publik. Sementara unsur pemerintahan yang bersih dan bebas KKN
(didapatkan dari unsur survey eksternal persepsi korupsi dan opini BPK) mempunyai
capaian terbaik.
Dari capaian IKU.13 ini terdapat beberapa yang mendorong keberhasilan capaian
ini, yaitu komitmen dari pimpinan dan seluruh staf Kemenko Kemaritiman, penyediaan
anggaran yang memadai, terdapatnya sub bagian khusus yang menangani reformasi
birokrasi serta semangat para pegawainya dalam menciptakan kementerian yang baik
dan berhasil mewujudkan cita-cita pendiriannya.
Kemenko Kemaritiman juga telah secara rutin (karena keterbatasan SDM
pelaksana APIP) meminta bantuan kepada Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) untuk dapat mengirimkan auditor (dengan berbagai tingkat
keahlian) sebagai anggota tim pengawas pelaksanaan kegiatan, baik kegiatan teknis,
pengelolaan keuangan maupun dalam mendukung pelaksanaan reformasi birokrasi dan
SAKIP. Kementerian Kemaritiman juga pada tahun 2019 telah menerima 7 (tujuh)
orang CPNS untuk membuat APIP.
SS.9 Sistem Informasi Manajeman Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang Terintegrasi
Sasaran ini merupakan rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan
dasar rencana dalam pelaksanaan kegiatan di bidang kemaritiman yang ditetapkan oleh
Menteri Koordinator. Sasaran strategis ini tidak ditargetkan pada Triwulan III, namun
nilai capaian dari awal tahun hingga pada Triwulan III sebesar 95%. Sasaran strategis ini
memiliki bobot 13,415 merupakan hasil penjumlahan bobot kedua indikatornya.
IKU.14 Indeks Penyelenggaraan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
Indeks penyelenggaraan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) adalah
nilai yang menggambarkan tingkat kematangan dari pelaksanaan SPBE yang
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi secara efektif, efisien dan
Halaman 46
berkesinambungan sesuai dengan Peraturan Menteri (Permen) Nomor 5 Tahun 2018.
Permen ini mengatur tentang pedoman evaluasi Sistem Pemerintahan Berbasis
Elektronik (untuk kemudian disingkat SPBE).
Tujuan indikator ini adalah untuk mengukur capaian kemajuan pelaksanaan
Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman. Sementara tujuan SPBE itu sendiri adalah untuk mewujudkan proses
kerja yang efisien, efektif, transparan dan akuntabel serta meningkatkan kualitas
pelayanan publik, baik di instansi pusat maupun pemerintah daerah.
Evaluasi SPBE didasarkan pada Peraturan Presiden No 95 Tahun 2018 tentang
Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) dan Peraturan Menteri
Pemberdayaaan Aparatur Negara dan Birokrasi Reformasi No 5 Tahun 2018 tentang
Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE). Penerapan SPBE dinilai dengan
metode tingkat kemątangan SPBE yang merupakan kerangka kerja untuk mengukur
derajat kematangan penerapan SPBE yang ditinjau dari kapabilitas proses dan kapabilitas
fungsi teknis SPBE. Tingkat Kematangan SPBE terdiri atas 5 (lima) level, dimana
masing-masing level menunjukkan karakteristik kematangan tertentu pada kapabilitas
proses dan kapabilitas fungsi teknis SPBE.
Gambar 9 Bobot Aspek Penilaian dan Predikat Index SPBE
IKP ini ditargetkan dan telah tercapai pada triwulan I dengan nilai 1,8 atau 90%
dari target yang ditetapkan dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 22 Capaian Nilai Indeks SPBE Kemenko Kemaritiman Tahun 2018
INDEKS NILAI INDEKS NILAI
SPBE 1,8 Domain Tata Kelola 1,71
Domain Kebijakan SPBE 2,00 Kelembagaan 0,57
Kebijakan Tata Kelola SPBE 0,53 Strategi dan Perencanaan 0,57
Kebijakan Layanan SPBE 1,47 TIK 0,57
Domain Layanan SPBE 1,79
Administrasi Pemerintahan 1,36
Halaman 47
INDEKS NILAI INDEKS NILAI
Pelayanan Publik 0,42
Dari hasil penilaian tersebut, maka capaian SPBE Kemenko Kemaritiman dalam
kategori cukup, dan masih di bawah rerata SPBE nasional, kecuali jika dibandingkan
dengan rerata SPBE tingkat kabupaten se Indonesia. Hingga pada Triwulan III 2019
sasaran startegis ini memiliki nilai capaian 95% melalui capaian 1.8 dari target sebesar
“2”.
Tabel 23 Nilai Rerata Capaian Indeks SPBE Nasional Tahun 2019
Dari hasil evaluasi oleh KemenPANRB, terdapat kekuatan dan kelemahan dalam
pelaksanaan SPBE di Kemenko Kemaritiman, yaitu:
1. Kebijakan Tata Kelola: Kementerian telah memiliki kebijakan tentang tim pengarah
SPBE berarti tetah mendukung upaya penerapan SPBE secara umum. Kementerian
belum mencantumkan dalam kebijakannya yang nyata masalah tentang integrasi
proses bisnis, rencana induk SPBE, anggaran dan belanja TIK, pengoperasian pusat
data, integrasi sistem aplikasi dan aplikasi umum berbagi pakai.
2. Kebijakan Layanan: Kementerian telah memiliki kebijakan tentang layanan di bidang
naskah dinas, manajemen kepegawaian, perencanaan dan penganggaran, manajemen
keuangan, manajemen kinerja, pengadaan, pengaduan publik, dokumentasi dan
informasi hukum, whistle blowing system dan publik instansi pemerintah.
Kementerian dapat meningkatkan performa dengan menambahkan item layanan yang
berintegrasi dengan instansi lain dan dilakukan evaluasi secara berkala. Kebijakan
tentang layanan dokumentasi dan informasi hukum juga perlu dituangkan secara
tertulis.
3. Kelembagaan: Kementerian telah memiliki tim pengarah SPBE berarti ada komitmen
untuk melaksanakan SPBE. Kementerian belum menetapkan tugas pokok masing-
masing anggota tim SPBE sehingga belum bisa bergerak sesuai dengan tugas pokok
masing-masing secara optimal, serta belum memetakan proses bisnis yang terintegrasi
antar masing-masing unit kerja.
4. Strategi dan Perencanaan: Kementerian telah memiliki rencana induk SPBE. Namun
Kementerian belum memasukkan anggaran dan belanja TIK lengkap beserta tahun
Halaman 48
penerapannya ke dalam dokumen rencana induk SPBE. Rincian tentang belanja TIK
beserta rencana tahun pelaksanaannya perlu didefinisikan dengan jelas.
5. Teknologi Informasi dan Komunikasi: Kementerian telah memahami arti pentingnya
penerapan SPBE, dan menerapkan sebagian aplikasi umum berbagai pakai pada
sebagian unit kerja. Kementerian belum membangun pusat data, belum melakukan
integrasi sistem aplikasi dan menerapkan aplikasi umum berbagi pakai terhadap
seluruh unit kerja di lingkungan kementerian. Langkah lebih ke depannya,
menyiapkan agar hal semua diatas dapat terintegrasi dengan kementerian atau
instansi lainnya.
6. Administrasi pemerintahan: Kementerian telah menerapkan untuk sebagian unit
kerjanya yaitu layanan naskah dinas, manajemen kepegawaian, manajemen
perencanaan, keuangan, manajemen kinerja dan pengadaan. Kelemahan kementerian
belum menerapkan semua layanan diatas terhadap semua unit kerjanya sehingga
nantinya akan bisa dilakukan integrasi terhadap semua unit kerja. Jika diteruskan dapat
dilakukan integrasi dengan kementerian atau instansi lainnya.
7. Pelayanan Publik Kekuatan: Kementerian telah menyediakan sebagian layanan
publik yang berbasis elektronik diantaranya adalah informasi tentang dokumentasi
dan informasi hukum. Kelemahan kementerian masih belum banyak menampilkan
informasi atau memberikan layanan terhadap publik yang berbasis elektronik
diantaranya adalah aplikasi pengaduan publik, Whistle Blowing System, dan
beberapa aplikasi yang di buat sendiri sesuai kebutuhan masing-masing instansi.
SS.10 Pengelolaan Anggaran yang Akuntabel Sasaran ini merupakan rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan
dasar rencana dalam pelaksanaan kegiatan di bidang kemaritiman yang ditetapkan oleh
Menteri Koordinator. Hingga pada Triwulan III 2019 nilai capaian strategis ini adalah
100 %, namun khususnya pada Triwulan III sasaran startegis ini tidak ditargetkan.
Sasaran strategis ini memiliki bobot 13,415 merupakan hasil penjumlahan bobot kedua
indikatornya.
IKU.15 Opini BPK
Tingkat opini BPK adalah pernyataan atau pendapat profesional BPK yang
merupakan kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan. Formula yang digunakan adalah hasil audit dari Badan
Pemeriksa Keuangan RI. Tujuan indikator ini adalah untuk mengukur Tingkat Opini
BPK Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman. IKU ini ditargetkan pada triwulan
II dengan capaian predikat Wajar Tanpa Pengecuali (WTP).
Kemenko Kemaritiman dalam pengelolaan (perencanaan, pengajuan pencairan
dan pertanggungjawaban penggunaan) pada tahun kedua setelah pelaporan penggunaan
anggaran satker tersendiri, telah berhasil mencatatkan laporan keuangan yang wajar
Halaman 49
dalam pemeriksaan BPK dengan predikat WTP. Predikat WTP ini telah berhasil
dipertahankan untuk 2 tahun anggaran berturut-turut (2016 dan 2017). Berdasarkan dua
hal tersebut, maka pada tahun anggaran 2018 juga ditargetkan untuk dapat kembali
meraih predikat WTP.
Sesuai dengan laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kemenko
Kemaritiman Tahun 2018 Nomor; 17.B/LHP/XVII/05/2019 tanggal 17 Mei 2019 BPK
kembali memberikan predikat WTP atau sesuai 100% dengan target yang ditetapkan.
Beberapa kondisi yang mendorong keberhasilan adalah:
1. Adanya semangat yang kuat untuk mempertahankan opini WTP dari tahun
sebelumnya (kondisi internal);
2. Semangat untuk menyamakan perolehan opini terbaik yang sama dengan opini
yang diperoleh oleh sesama Kementerian Koordinator dan sebagai Kementerian
yang baru dibentuk (kondisi ektsternal);
3. Dukungan dan komitmen dari semua level pimpinan.
Pada TA. 2019, Kemenko Kemaritiman selain ketiga hal di atas, juga telah
melaksanakan efektifitas kegiatan yang berimbas pada efisiensi penggunaan sumber daya
(anggaran dan manusia) yang digunakan, dengan menerapkan penyusunan jumlah
anggaran yang dibutuhkan secara proporsional dan akuntabel.
Adapun program atau kegiatan yang mempengaruhi keberhasilan dari pencapaian
target kinerja ini adalah:
1. Program peningkatan jumlah dan kapasitas pengelola keuangan melalui kegiatan
berupa sosialisasi, bimbingan teknis dan diklat penyusunan pertanggungjawaban
keuangan;
2. Program melakukan update standar operasi prosedur (SOP) dan aturan internal
lainnya sebagai bentuk kepatuhan (compliance);
3. Memanfaatkan teknologi informasi untuk membantu atau sebagai tools dalam
penyelesaian pekerjaan.
3.2. Ringkasan Penjelasan Capaian Kinerja
3.2.1. Analisa Ringkas Capaian Kinerja
Secara umum jika didasarkan pada target kinerja di triwulan III, maka capaian
kinerja Kemenko Kemaritiman pada triwulan III tahun 2019 dapat dianggap baik karena
tercapai 100%. Namun karena dicapai dari hanya 1 (satu ) IKU, maka keberhasilan
capaian di triwulan ini tidak bisa dibandingkan dengan capaian di triwulan II (4 IKU)
dan triwulan I (3 IKU). Capaian pada triwulan III tahun ini pun tidak bisa dibandingkan
dengan capaian pada triwulan tahun sebelumnya karena mempunyai perbedaan SS dan
IKU kinerja yang berbeda. Hanya 4 (empat) IKU (dari 15 IKU) di tahun 2019 yang
sama dengan IKU di tahun 2018. Bahkan 4 IKU di tahun 2018 (tentang
rekomendasi/pengendalian kebijakan) dijadikan satu IKU pada tahun 2019. Selain itu
Halaman 50
terdapat pemindahan perspekti dari SS atau IKU, yaitu IKU tentang kebijakan dari
customer pada tahun 2018 menjadi internal business pada tahun 2019. Pada tahun 2019,
juga dapat disampaikan bahwa hanya IKU.11 yang masih berupa output lanjut,
sementara 11 IKU lainnya sudah berupa outcome.
Berbeda dengan IKU tahun 2018, pada tahun 2019 ini menetapkan target untuk
kegiatan atau kinerja yang dihasilkan oleh kesekretariatan yaitu: Persentase SDM yang
memenuhi standar kompetensi jabatan; Nilai evaluasi reformasi birokrasi;
Indeks Penyelenggaraan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE); dan opini
BPK. Selain itu, karena target kinerja yang sebagian besar berupa outcome, maka
sebagian besar IKU ditargetkan pencapaiannya pada akhir tahun anggaran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja pada triwulan I ini adalah:
1. Sudah semakin meningkatnya pemahaman pejabat dan pegawai Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman pada bidang tugas dan fungsi serta pentingnya
penetapan kinerja yang terukur
2. Ketersediaan anggaran yang memadai
3. Dukungan atau fasilitasi dari Sekretariat Kementerian, terutama dalam hal pencairan
pendanaan dan proses administrasi (proses pengajuan peraturan/undang-
undang/kebijakan). Namun demikian, masih terdapat kendala yang berpotensi
menghambat pencapaian kinerja organisasi yaitu target kinerja yang ditetapkan tidak
sebanding dengan sumber daya yang ada (terutama jumlah staf pelaksana). Sampai
dengan tahun 2017, sumber daya manusia yang ada di Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman didominasi oleh pegawai/tenaga kontrak. Sehingga, sebanyak
367 posisi jabatan fungsional (pelaksana) belum terisi. Untuk itu direkomendasikan
agar unit kerja yang membidangi kepegawaian untuk melakukan perekrutan pegawai
dari instansi pusat maupun pemerintah daerah.
4. Koordinasi, komunikasi dan kerjasama yang baik dengan seluruh pemangku
kepentingan baik secara formal dalam rapat koordinasi maupun secara informal.
5. Perumusan perencanaan dan kebijakan yang baik.
Beberapa saran atau rekomendasi untuk pencapaian IKU ini adalah:
1. Penetapan tema Sub IKU yang feasibel, realistik dan terukur sesuai kemampuan SDM
dan pendanaan yang ada, serta memperhitungkan faktor-faktor (penunjang dan
penghambat) dari eksternal
2. Segera melakukan revisi target, terutama pada IKU kebijakan, agar targetnya dibuat
tidak hanya pada akhir tahun anggaran.
3.2.2. Analisa Kondisi Sumber Daya Pegawai
Secara umum, pada triwulan III tahun 2019 di seluruh unit kerja di Kemenko
Kemaritiman masih kekurangan pegawai, terutama staf bagian teknis yang memahami
dasar-dasar keilmuan yang menunjang kegiatan di Deputi. Pada akhir tahun 2018 telah
Halaman 51
mendapatkan tambahan 107 CPNS, namun sebagian besar bukan dari ilmu teknis yang
menunjang kegiatan bidang di Deputi. Sebagian tenaga tersebut juga masih dipekerjakan
untuk menunjang kegiatan keadministrasian, baik di Asisten Deputi maupun Sekretaris
Deputi.
Komposisi jumlah sumberdaya manusia pada Kemenko Kemaritiman sampai
dengan akhir akhir triwulan III, berbeda sedikit dengan kondisi pada tahun sebelumnya.
Jumlah seluruh pegawai berjumlah berjumlah 606 orang yang terdiri dari unsur pegawai
PNS (termasuk TNI/Polri) 185 orang, serta pegawai non-PNS 289 orang. Sementara itu
berdasarkan jenjang jabatan eselon I, II, III dan IV di lingkungan organisasi Kemenko
Kemaritiman, dari kebutuhan sebanyak 140 jabatan, hingga saat ini baru teralokasikan
untuk 121 jabatan eselon I, II, III dan IV atau sekitar 86,42%. Masih ada sekitar 19
jabatan (setingkat eselon) yang belum terisi. Sementara itu untuk jabatan
fungsional/pelaksana masih kekurangan 380 pegawai (ASN/PNS).
Adapun keragaman pegawai Kemenko Kemaritiman berdasarkan jenjang jabatan
pada tabel berikut ini:
Tabel 24 Jumlah Kondisi Pegawai Kemenko Kemaritiman Triwulan III 2019
No Pejabat/Eselon Kebutuhan Jumlah
Terpenuhi Belum
Terpenuhi Terpenuhi
(%)
1. Jabatan Pimpinan Tinggi Madya 9 6 3 67
3. Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama 24 23 1 96
4. Jabatan Administrator 68 65 3 96
5. Jabatan Pengawas 41 38 3 93
Staf Fungsional 113 7 106 6
6. Staf Pelaksana 387 200 187 52
8. Non PNS 33 100
9. TKK Pendukung Administrasi 125 100
10. TKK Keamanan 48 100
11. TKK Pengemudi 41 100
12. TKK Pramubakto 29 100
13. TKK Kebersihan 26 100
Jumlah Eselon (PNS) 642 641 303 99
Dari data tersebut di atas terlihat bahwa Kemenko Kemaritiman masih terdapat
kekurangan staf fungsional/pelaksana (PNS) sebanyak 380 orang. Sebagai antisipasi
kekurangan staf pelaksana/fungsional, telah diangkat staf kontrak/non PNS sebanyak
299 orang dengan rincian: pendukung administrasi 200 orang; keamanan 47 orang;
petugas kebersihan 29 orang, pramubakti 30 orang; dan pengemudi 40 orang.
Rincian jabatan yang belum terisi adalah sebagai berikut:
Halaman 52
a. Jabatan eselon I: Sekretaris Kementerian Koordinator, Staf Ahli Mentri bidang
Manajemen Konektivitas, dan Staf Ahli bidang Hukum Laut
b. Jabatan eselon II: 1 Asisten Deputi Navigasi dan Keselamatan Maritim Deputi pada
Deputi Bidang Koordinasi Bidang Kemaritiman;
c. Jabatan eselon III: Kepala bidang pengelolaan sumber daya mineral, Deputi Bidang
Sumber Daya Alam dan Jasa; Kepala bidang perancangan peraturan perundang-
undangan, Biro Hukum; dan Kepala bidang industri dasar, Deputi Bidang Koordinasi
Infrastruktur.
d. Jabatan eselon IV: Kepala Subbagian Perbendaharaan, Biro Umum; Kepala
Subbagian Akuntansi dan Pelaporan, Biro Umum; dan Kepala Subbagian Evaluasi
Peraturan Perundang-undangan.
Minimnya jumlah ketersediaan pejabat fungsional disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut:
a. keterbatasan kuota pengiriman pelatihan fungsional dan atau uji kompetensi;
b. keterbatasan anggaran dalam pengiriman pelatihan fungsional;
c. calon pejabat fungsional dari formasi CPNS belum memenuhi persyaratan untuk
diangkat dalam jabatan fungsional;
d. sebagian PNS masih dalam proses pengangkatan dalam jabatan fungsional.
3.3. Capaian Realisasi Anggaran
Setiap unit kerja memiliki target kinerja triwulan dan tahunan pada 2019.
Dalam mendukung terlaksananya kegiata yangtelah direncanakan dan ditargetkan maka
anggaran tiap unit kerja pada Kemenko Kemaritiman diberikan. Hingga pada Triwulan
III tahun anggaran 2019, berikut disajikan realisasi anggaran pada Kemenko
Kemaritiman:
Tabel 25 Realisasi Anggaran Kemenko Kemaritiman TW III Tahun 2019
No Unit Kerja Pagu Realisasi %
1 Seketariat Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
163.606.209.000 42.152.169.800 25,76%
2 Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim
21.838.824.000 5.858.859.982 26,83%
3 Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa
19.600.036.000 5.551.332.463 28,32%
4 Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur 22.343.406.000 5.421.966.057 22,80%
5 Deputi Bidang koordinasi SDM, Iptek dan Budaya Maritim
29.815.377.000 7.590.032.240 25,46%
Jumlah 257.203.852.000 66.245.732.349 25,76%
Halaman 53
Dari tabel terlihat bahwa realisasi keuangan pada akhir triwulan III ini lebih
rendah dari target 60%. Dari tabel di atas juga nampak bahwa persentase realisasi dari
pagu anggaran pada masing-masing unit kerja tidak terlalu jauh perbedaannya.
Adapun rincian realisasi penggunaan anggaran Kemenko Maritim untuk setiap
bulannya adalah sebagai berikut:
Tabel 26 Rincian Realisasi Anggaran Kemenko Triwulan III Tahun 2019
Kode Program Pagu Realisasi %
5601 Penyelenggaraan Pelayanan Umum Perkantoran Serta Dukungan Manajemen dan Tugas Teknis Lainnya
137.186.435.000 35.328.473.356 25,75%
5602 Penyusunan Rencana, Program, Anggaran, Kerja Sama, Akuntabilitas Kinerja, dan Reformasi Birokrasi
14.706.894.000 3.090.030.585 21,01%
5603 Pengelolaan Informasi, Persidangan, Kehumasan, Administrasi dan Hukum Organisasi
6.762.929.000 2.101.962.145 31,08%
5604 Pengawasan Akuntabilitas Aparatur Kemenko Bidang Kemaritiman
3.379.234.000 1.076.463.627 31,86%
5605 Koordinasi Hukum dan Perjanjian Maritim 3.318.274.000 921.751.622 27,78%
5606 Koordinasi Sumber Daya Hayati 3.981.694.000 931.070.541 23,38%
5607 Koordinasi Infrastruktur Konektivitas dan Sistem Logistik
3.913.772.000 1.211.234.344 30,95%
5608 Koordinasi Pendidikan dan Pelatihan Maritim 10.487.000.000 2.311.325.031 22,04%
5748 Rekomendasi Penguatan dan Penataan Regulasi dan Kelembagaan Kemaritiman
1.570.717.000 555.240.087 35,35%
5749 Koordinasi Keamanan dan Ketahanan Maritim 3.975.908.000 1.497.369.925 37,66%
5750 Koordinasi Delitimasi Zona Maritim 4.352.852.000 1.242.553.732 28,55%
5751 Koordinasi Navigasi dan Keselamatan Maritim 4.341.555.000 577.335.792 13,30%
5752 Penyelenggaraan Pelayanan Kesekretariatan Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim
5.850.235.000 1.619.848.911 27,69%
Grafik 1 Realisasi Keuangan Kemenko Kemaritiman Triwulan III TA. 2019
Halaman 54
Kode Program Pagu Realisasi %
5753 Koordinasi Sumber Daya Mineral Energi dan Nonkonvensional
3.981.301.000 1.120.684.962 28,15%
5754 Koordinasi Jasa Kemaritiman 3.924.447.000 1.026.562.454 26,16%
5755 Koordinasi Lingkungan dan Kebencanaan Maritim 3.981.301.000 1.269.637.924 31,89%
5756 Penyelenggaraan Pelayanan Kesekretariatan Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa
3.731.293.000 1.203.376.582 32,25%
5757 Koordinasi Infrastruktur Pertambangan dan Energi 4.163.772.000 894.082.859 21,47%
5758 Koordinasi Infrastruktur Pelayaran, Perikanan, dan Pariwisata
4.163.772.000 1.184.122.548 28,44%
5759 Koordinasi Industri Penunjang Infrastruktur 3.913.772.000 775.413.470 19,81%
5760 Penyelenggaraan Pelayanan Kesekretariatan Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur
6.188.318.000 1.028.484.643 16,62%
5761 Koordinasi Pendayagunaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Maritim
4.600.000.000 1.068.204.194 23,22%
5762 Koordinasi Budaya, Seni dan Olahraga Bahari 4.250.000.000 1.559.010.818 36,68%
5763 Koordinasi Jejaring Inovasi Maritim 3.900.000.000 1.169.706.683 29,99%
5764 Penyelenggaraan Pelayanan Kesekretariatan Deputi Bidang Koordinasi SDM,Iptek dan Budaya Maritim
6.578.377.000 1.481.785.514 22,53%
Jumlah 257.203.852.000 66.245.732.349 25,76
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa realisasi anggaran Kemenko Kemaritiman
pada Triwulan III TA. 2019 sebesar 25,76%. Persentase realisasi anggaran Kemenko
Kemaritiman tertinggi adalah Koordinasi Keamanan dan Ketahanan Maritim Deputi
Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim yaitu 37,66%. Sementara realisasi terendah
pada keluaran Koordinasi Navigasi dan Keselamatan Maritim hanya sebesar 13,30%.
Tabel 27 Rincian Realisasi Anggaran Kemenko Kemaritiman s.d Triwulan III TA. 2019
No Unit Kerja Pagu Realisasi %
1 Seketariat Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
163.606.209.000 113.646.062.166 69,46%
2 Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim
21.838.824.00 15.444.146.032 70,72%
3 Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa
19.600.036.000 13.776.160.186 70,29%
4 Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur 22.343.406.000 14.365.398.035 64,29%
5 Deputi Bidang koordinasi SDM, Iptek dan Budaya Maritim
29.815.377.000 19.190.872.605 64,37%
Jumlah 257.203.852.000 176.422.639.024 68,59%
Dari tabel terlihat bahwa realisasi keuangan s.d triwulan III ini sedikit lebih rendah
1,41% dari target 70%. Dari tabel di atas juga nampak bahwa persentase realisasi dari
pagu anggaran pada masing-masing unit kerja tidak terlalu jauh perbedaannya.
Halaman 55
Adapun rincian realisasi penggunaan anggaran Kemenko Maritim untuk setiap
bulannya adalah sebagai berikut:
Tabel 28 Rincian Realisasi Anggaran Kemenko s.d Triwulan III TA. 2019
Kode Program Pagu Realisasi %
5601 Penyelenggaraan Pelayanan Umum Perkantoran Serta Dukungan Manajemen dan Tugas Teknis Lainnya
137.186.435.000 95.354.543.397 69,51%
5602 Penyusunan Rencana, Program, Anggaran, Kerja Sama, Akuntabilitas Kinerja, dan Reformasi Birokrasi
14.706.894.000 8.005.248.522 54,43%
5603 Pengelolaan Informasi, Persidangan, Kehumasan, Administrasi dan Hukum Organisasi
6.762.929.000 5.611.291.922 82,97%
5604 Pengawasan Akuntabilitas Aparatur Kemenko Bidang Kemaritiman
3.379.234.000 2.594.647.126 76,78%
5605 Koordinasi Hukum dan Perjanjian Maritim 3.318.274.000 2.767.072.791 83,39%
5606 Koordinasi Sumber Daya Hayati 3.981.694.000 2.907.160.279 73,01%
5607 Koordinasi Infrastruktur Konektivitas dan Sistem Logistik
3.913.772.000 2.572.105.059 65,72%
5608 Koordinasi Pendidikan dan Pelatihan Maritim 10.487.000.000 5.717.420.674 54,52%
5748 Rekomendasi Penguatan dan Penataan Regulasi dan Kelembagaan Kemaritiman
1.570.717.000 645.252.087 41,08%
5749 Koordinasi Keamanan dan Ketahanan Maritim 3.975.908.000 2.719.349.282 68,40%
5750 Koordinasi Delitimasi Zona Maritim 4.352,852,000 2.671.916.661 61,38%
5751 Koordinasi Navigasi dan Keselamatan Maritim 4.341.555.000 1.984.052.816 45,70%
5752 Penyelenggaraan Pelayanan Kesekretariatan Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim
5.850.235.000 5.301.754.482 90,62%
Grafik 2 Realisasi Keuangan Kemenko Kemaritiman s.d Triwulan III TA. 2019
Halaman 56
Kode Program Pagu Realisasi %
5753 Koordinasi Sumber Daya Mineral Energi dan Nonkonvensional
3.981.301.000 2.721.987.456 68,37%
5754 Koordinasi Jasa Kemaritiman 3.924.447.000 2.239.273.161 57,06%
5755 Koordinasi Lingkungan dan Kebencanaan Maritim 3.981.301.000 2.992.651.021 75,17%
5756 Penyelenggaraan Pelayanan Kesekretariatan Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa
3.731.293.000 2.915.088.269 78,13%
5757 Koordinasi Infrastruktur Pertambangan dan Energi 4.163.772.000 2.443.462.065 58,68%
5758 Koordinasi Infrastruktur Pelayaran, Perikanan, dan Pariwisata
4.163.772.000 2.697.939.469 64,80%
5759 Koordinasi Industri Penunjang Infrastruktur 3.913.772.000 2.176.177.719 55,60%
5760 Penyelenggaraan Pelayanan Kesekretariatan Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur
6.188.318.000 4.475.713.723 72,33%
5761 Koordinasi Pendayagunaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Maritim
4.600.000.000 3.125.156.395 67,94%
5762 Koordinasi Budaya, Seni dan Olahraga Bahari 4.250.000.000 3.089.670.431 72,70%
5763 Koordinasi Jejaring Inovasi Maritim 3,900,000,000 3.467.444.163 88,91%
5764 Penyelenggaraan Pelayanan Kesekretariatan Deputi Bidang Koordinasi SDM,Iptek dan Budaya Maritim
6,578,377,000 3.791.180.942 57,63%
Jumlah 257.203.852.000 176.422.639.024 68,59%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa realisasi anggaran Kemenko
Kemaritiman s.d triwulan III TA. 2019 sebesar 68,59%. Sehingga tersisa dana sebesar
31,41% untuk direalisasikan pada triwulan IV. Persentase realisasi anggaran Kemenko
Kemaritiman tertinggi adalah Penyelenggaraan Pelayanan Kesekretariatan Deputi
Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim yaitu 90,62%. Sementara realisasi terendah
Rekomendasi Penguatan dan Penataan Regulasi dan Kelembagaan Kemaritiman
sebesar 41,08%.
Halaman 57
IV. PENUTUP
Sampai dengan triwulan III tahun 2019 adalah 98,77%, telah tercapai 4 indikator
kinerja dari target sebanyak 15 target kinerja. Sementara realisasi anggaran pada
triwulan III tahun 2019 sebesar 26,57%, nilai ini lebih rendah dibanding targetnya
sebesar 30%.
Dalam rangka peningkatan atau perbaikan capaian (kualitas dan kuantitas) kinerja
telah dilakukan beberapa hal, yaitu:
1. Penguatan pelaksanaan Reformasi Birokrasi dan akuntabilitas kinerja
2. Perbaikan aplikasi e-Planning untuk penyusunan rencana kerja
3. Penambahan jumlah pegawai, baik dari CPNS maupun rekruitmen dari instansi
lain, atau penambahan tenaga kerja kontrak
4. Perbaikan aplikasi sistem pengelola data kinerja dan sistem pelaporan
Sedangkan untuk perbaikan di masa mendatang, maka direkomendasikan beberapa
hal sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan peningkatan pemutahiran perencanaan dengan teknologi
informasi, pengumpulan data yang lebih andal, pengukuran yang berjenjang dan
sistematika analisis yang lebih komprehensif.
2. Penetapan dan penembapat jabatan fungsional sesuai dengan keahlian teknis
(bidang yang sesuai dengan Deputi)
3. Melaksanakan pelatihan (diklat, bimtek, workshop) untuk peningkatan keahlian
dan kompetensi pegawai
4. Peningkatan kesadaran dan pengetahuan, terutama di level pimpinan, akan
perlunya penyusunan rencana kerja/kegiatan dan kinerja yang terukur (dapat
dicapai dan dihitung capaiannya) dan sesuai dengan tugas/fungsi unit kerjanya
5. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman telah mengusulkan penambahan
calon pegawai negeri sipil ke Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi (KemenPAN RB), dengan kualifikasi Calon Pegawai Negeri
Sipil (CPNS) sejumlah 65 CPNS dan 17 Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian
Kerja (PPPK) sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 49 Tahun 2019. Usulan
tersebut saat ini dalam tahap verifikasi KemenPAN RB
Melalui laporan ini, diharapkan bisa menjadi umpan balik dalam proses
penyusunan perencanaan kegiatan dan kinerja, sehingga sistem akuntabilitas kinerja
instansi Pemerintah (SAKIP) di Kemenko Kemaritiman dapat berjalan dengan baik.
Melalui pelaksanaan SAKIP yang baik diharapkan Kemenko Kemaritiman dapat
merealisasikan sasaran dan target kegiatan yang sesuai tugas dan fungsi yang telah
diamanatkan. Sehingga tujuan akhirnya adalah masyarakat dapat merasakan manfaat
yang baik dan signifikan akan keberadaan Kemenko Kemaritiman.
Halaman 58
DAFTAR PUSTAKA
Global Innovation Index. 2019. https://www.globalinnovationindex.org/gii-2018-report
OHI, 2019. http://www.oceanhealthindex.org/region-scores/scores/indonesia
Zaroni, 2017. Biaya Logistik Agregat pada http://supplychainindonesia.com/new/biaya-logistik-agregat/
Nuran Wibisono. 2017. Tirto.id dengan judul "Di Balik Membaiknya Daya Saing Pariwisata Indonesia", https://tirto.id/di-balik-membaiknya-daya-saing-pariwisata-indonesia-cmNf.
Badri Munir Sukoco, 2019. Middle Income Trap dan Kapabilitas Dinamis Bangsa. https://news.detik.com/kolom/d-4756867/middle-income-trap-dan-kapabilitas-dinamis-bangsa
Halaman 59
LAMPIRAN
Halaman 60
Halaman 61
top related