laporan - · pdf filekementerian negara riset dan teknologi 1 laporan riset terapan 2007 oleh...
Post on 03-Feb-2018
248 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERAKITAN VARIETAS KACANG PANJANG TAHAN HAMA APHID DAN VIRUS MOSAIK
SERTA BERDAYA HASIL TINGGI
PROGRAM INSENTIF
KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI
1
PERAKITAN VARIETAS KACANG PANJANG TAHAN HAMA APHID DAN VIRUS MOSAIK
SERTA BERDAYA HASIL TINGGI
LAPORAN PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN 2007
Oleh : Kuswanto
Budi Waluyo Aminudin Afandhi Heru Kuswantoro
Lembaga Penelitian
Universitas Brawijaya
KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGIREPUBLIK INDONESIA
2007
PERAKITAN VARIETAS KACANG PANJANG TAHAN HAMA APHID DAN VIRUS MOSAIK
2007
KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI
2
LEMBAR PENGESAHAN
DATA RISET
Judul Penelitian : Perakitan Varietas Kacang Panjang Tahan Hama Aphid dan Virus Mosaik serta Berdaya Hasil Tinggi
Bidang Penelitian : Ketahanan Pangan
Topik penelitian : Pemuliaan Tanaman
Program Iptek : Terapan
Lama Penelitian : 2 tahun
Tahun mulai Riset : 2007
Tahun selesai Riset : 2008
PENELITI UTAMA
Nama lengkap : Dr. Ir. Kuswanto, MS
Tempat & Tanggal Lahir : 11-7-1963
Jenis Kelamin : Laki-laki
Unit Kerja : Fakultas Pertanian Unibraw
SURAT PERJANJIAN TERAKHIR
a. Nomor : 39/RT/Insentif/PPK/2007
b. Tanggal : 15 Januari 2007 Mengetahui Malang, 31 Oktober 2007 An. Ketua Lembaga Penelitian Universitas Brawijaya Peneliti Utama, Sekretaris, Ttd ttd Prof. Dr. Ir. Siti Chuzaemi, MS Dr. Ir. Kuswanto, MS NIP. 130 935 096 NIP. 131 789 886
3
DAFTAR ISI
Hal
DAFTAR ISI 3
DAFTAR GAMBAR 4
DAFTAR TABEL 5
BAB I PENDAHULUAN 7
BAB II STUDI PUSTAKA 10
BAB III PROSEDUR DAN METODOLOGI 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 57
DAFTAR PUSTAKA 58
LAMPIRAN
4
DAFTAR GAMBAR
Nomor hal
1 Grafik intensitas serangan Aphid pada persilangan UB34041 x UB1244
23
2 Grafik intensitas serangan CABMV pada persilangan UB34041 x UB1244
23
3 Grafik intensitas serangan Aphid pada persilangan UB44074 x UB705
25
4 Grafik intensitas serangan CABMV pada populasi persilangan UB44074 x UB705
26
5 Grafik intensitas serangan Aphid pada persilangan UB44558 x UB733
27
6 Grafik intensitas serangan Aphid pada persilangan UB44590 x UB1290
29
7 Grafik intensitas serangan CABMV pada populasi persilangan UB44590 x UB1290
30
8 Grafik intensitas serangan Aphid pada populasi persilangan UB14023 x UB1275
31
9 Grafik intensitas serangan CABMV pada populasi persilangan UB14023 x UB1275
32
5
DAFTAR TABEL Nomor Hal 1 Genotip/galur yang disilangkan 17 2 Seri Persilangan yang Dibuat Berdasarkan Pemilihan Acak 18 3 Seri persilangan yang terpilih untuk kegiatan silang balik 19 4 Data Karakter Polong Muda dan Polong Kering Setiap
Genotip yang Ditanam 20
5 Seri Persilangan untuk silang balik 21 6 F1 yang disilangkan sendiri 21 7 Intensitas Serangan (%) Aphid pada Persilangan UB34041 x
UB1244 22
8 Intensitas Serangan (%) CABMV pada Persilangan UB34041 x UB1244
23
9 Heritabilitas ketahanan pada Persilangan UB34041 x UB1244
24
10 Intensitas Serangan (%) Aphid pada Persilangan UB44074 x UB705
25
11 Intensitas Serangan (%) CABMV pada Persilangan UB44074 x UB705
25
12 Heritabilitas ketahanan pada Persilangan UB44074 x UB705 26 13 Intensitas Serangan (%) Aphid pada Persilangan UB44558 x
UB733 27
14 Intensitas Serangan (%) CABMV pada Persilangan UB44558 x UB733
28
15 Heritabilitas ketahanan pada Persilangan UB44558 x UB733 28 16 Intensitas Serangan (%) Aphid pada Persilangan UB44590 x
UB1290 29
17 Intensitas Serangan (%) CABMV pada Persilangan UB44590xUB1290
29
18 Heritabilitas Ketahanan pada Persilangan UB44590 x UB1290
30
19 Intensitas Serangan (%) Aphid pada Persilangan UB14023 x UB1275
31
20 Intensitas Serangan (%) CABMV pada Persilangan UB14023xUB1275
32
21 Heritabilitas Serangan Aphid pada Persilangan UB14023 x UB1275
32
22 Nilai χ2 hitung hasil uji Chi Square ketahanan terhadap Aphid pada populasi F2 hasil persilangan UB34041 x UB1244
33
23 Nilai χ2 hitung uji Chi Square ketahanan terhadap CABMV 35
6
pada populasi F2 hasil persilangan UB34041 x UB1244 24 Uji Skala serangan Aphid pada persilangan UB34041 x
UB1244 36
25 Uji Skala serangan CABMV pada persilangan UB34041 x UB1244
37
26 Rata-rata dan Heritabilitas Komponen Hasil Seri Persilangan UB34041 x UB1244
38
27 Nilai X2 hitung uji Chi Square ketahanan terhadap Aphid pada populasi F2 hasil persilangan UB44074 x UB705
39
28 Nilai X2 hitung uji Chi Square ketahanan terhadap CABMV pada populasi F2 hasil persilangan UB44074 x UB705
39
29 Rata-rata dan Heritabilitas Komponen Hasil Seri Persilangan UB44074 x UB705
40
30 Uji Skala serangan Aphid pada persilangan UB44074 x UB705
41
31 Uji Skala serangan CABMV pada persilangan UB44074 x UB705
42
32 Nilai X2 hitung uji Chi Square ketahanan terhadap Aphid pada populasi F2 hasil persilangan UB44558 x UB733
43
33 33. Nilai X2 hitung uji Chi Square ketahanan terhadap CABMV pada populasi F2 hasil persilangan UB44558 x UB733
44
34 Rata-rata dan Heritabilitas Komponen Hasil Seri Persilangan UB44558 x UB733
44
35 Nilai X2 hitung uji Chi Square ketahanan terhadap Aphid pada populasi F2 hasil persilangan UB44590 x UB1290
45
36 Nilai X2 hitung uji Chi Square ketahanan terhadap CABMV pada populasi F2 hasil persilangan UB44590 x UB1290
46
37 Rata-rata dan Heritabilitas Komponen Hasil Seri Persilangan UB44590 x UB1290
47
38 Uji Skala serangan Aphid pada persilangan UB44590 x UB1290
47
39 Nilai X2 hitung uji Chi Square ketahanan terhadap Aphid pada populasi F2 hasil persilangan UB14023 x UB1275
48
40 Nilai X2 hitung uji Chi Square ketahanan terhadap CABMV pada populasi F2 hasil persilangan UB14023 x UB1275
49
41 Rata-rata dan Heritabilitas Komponen Hasil Seri Persilangan UB14023 x UB1275
49
42 Uji Skala serangan Aphid pada persilangan UB14023 x UB1275
50
BAB I. PENDAHULUAN
7
1.1 Kerangka Riset
Produktivitas polong segar rata-rata yang mampu dicapai petani
masih tergolong rendah, 4,8 t/ha, sedang potensi di tingkat penelitian dapat
mencapai rata-rata 17,4 t/ha. Penyebab rendahnya produksi adalah penyakit
mosaik yang disebabkan oleh cowpea aphid borne mosaic virus (CABMV)
dan hama aphid. Kehilangan hasil akibat komplek hama dan penyakit
tersebut mencapai 60%. Perakitan varietas unggul kacang panjang tahan
terhadap virus mosaik dan hama aphid serta berdaya hasil tinggi bertujuan
untuk menjaga stabilitas produksi dan menjaga kualitas polong segar yang
bebas pestisida. Dengan varietas tahan, kehilangan produksi dan
penggunaan pestisida dapat ditekan dan dampak residu terhadap lingkungan
menjadi lebih kecil.
Dari hasil penelitian sebelumnya telah diperoleh galur-galur yang
bereaksi tahan terhadap virus mosaik dan berdaya hasil tinggi. Sementara
dari penelitian yang lain telah diperoleh galur-galur yang tahan terhadap
hama aphid dan berdaya hasil tinggi. Kedua kelompok galur tersebut dapat
disilangkan untuk dirakit menjadi varietas yang tahan terhadap virus mosaik,
hama aphid dan berdaya hasil tinggi. Dalam perakitan varietas tahan,
diperlukan informasi tentang keragaman genetik ketahanan dan daya hasil
serta peran dan jumlah gen ketahanan dari pasangan persilangan. Jumlah
dan peran gen dan keragaman genetik diduga dari populasi F2. Dari nilai
tersebut dapat ditentukan metode seleksi dan teknik perbaikan genetik
ketahanan dan daya hasil.
1.2 Permasalahan
Masalah utama dalam peningkatan kualitas dan produksi polong
kacang panjang adalah serangan hama dan penyakit. Penyakit penting yang
sering menurunkan produksi pada kacang panjang adalah serangan hama
aphid dan penyakit mosaik akibat virus mosaik. Dalam pengendalian hama
dan penyakit, petani sering menggunakan pestisida sejak umur 10-60 hari
8
dengan interval antara 3-10 hari sekali. Cara ini tidak efektif, tidak efisien,
berbahaya terhadap lingkungan dan manusia serta terjadi peningkatan
resistensi patogen. Pengendalian yang paling tepat adalah bersifat
pencegahan dengan menggunakan varietas tahan.
1.3 Pendekatan Masalah
Penanaman varietas tahan dapat mencegah kehilangan hasil, biaya
pestisida dapat ditekan, aman terhadap lingkungan dan dapat mencegah
residu pestisida pada manusia. Dari beberapa penelitian yang telah
dilakukan, diperoleh galur-galur yang tahan terhadap virus mosaik, namun
tidak tahan terhadap hama aphid, sehingga pada penanaman di lapangan
tetap terserang hama aphid. Galur tersebut perlu diinsersi gen ketahanan
terhadap aphid agar menjadi galur yang tahan terhadp virus mosaik, hama
aphid dan berdaya hasil tiggi. Dari penelitian yang lain telah diperoleh galur-
galur yang tahan terhadap hama aphid dan berdaya hasil tinggi.
1.4 Hipotesis
Persilangan antar galur kacang panjang tahan terhadap virus mosaik
berdaya hasil tinggi dengan galur tahan aphid dan berdaya hasil tinggi, yang
diikuti dengan metode seleksi yang tepat, akan dapat diperolah galur-galur
harapan kacang panjang yang tahan terhadap virus mosaik dan hama aphid
serta berdaya hasil tinggi
1.5 Metode Riset
Metode riset yang digunakan meliputi metode persilangan, pendugaan
keragaman genetik dan pendugaan jumlah serta peran gen. Persilangan
antar tanaman menggunakan metode persilangan IITA Research Guide 42
Hand Crossing of Cowpea (Myers, 1996) dan metode dari PT BISI Kediri.
Pendugaan keragaman genetik menggunakan heritabilitas arti luas dan arti
sempit. Pendugaan jumlah gen menggunakan analisis segregasi,
sedangkan pendugaan peran gen menggunakan uji skala.
9
1.6 Arti Penting Riset
Hasil akhir dari penelitian ini adalah galur-galur harapan kacang panjang
yang tahan terhadap virus mosaik dan hama aphid serta berdaya hasil tinggi.
Apabila galur harapan ini dapat segera disebarkan ke masyarakat, maka
pada setiap penanaman kacang panjang akan dapat dikurangi atau dihindari
penggunaan pestisida. Polong kacang panjang yang diperoleh akan bebas
pestisida, sehingga mencegah dampak negatif terhadap manusia dan
lingkungan. Kerusakan hasil akibat hama dan penyakit juga dapat dikurangi
sehingga hasil polong secara keseluruhan menjadi lebih tinggi.
10
BAB II. STUDI PUSTAKA 2.1 Penyakit mosaik dan hama aphid
Masalah utama dalam peningkatan kualitas dan produksi polong
kacang panjang adalah serangan hama dan penyakit. Penyakit utama yang
sering menurunkan produksi pada kacang panjang adalah penyakit mosaik
yang disebabkan oleh cowpea aphid borne mosaic virus (CABMV). Daun
tanaman yang sakit terdapat gejala mosaik dengan warna hijau dan kuning
berselang-seling yang sangat jelas. Terdapat warna hijau gelap di antara
tulang daun (dark green vein-banding) atau klorosis interveinal (urat daun),
distorsi daun, melepuh dan tanaman menjadi kerdil. Polong dan daun
menjadi tidak berkembang, ukuran biji berkurang sehingga produksi secara
keseluruhan menurun (Bock and Conti, 1974; Sulyo, 1984; Brunt, 1994a;
Moedjiono dkk., 1999). Infeksi virus mosaik pada berbagai tingkat umur
menghambat pertumbuhan generatif tanaman (Nurhayati, 1989). Infeksi
pada awal pertumbuhan menyebabkan penurunan jumlah polong dan jumlah
biji/tanaman masing-masing sebesar 91,39% dan 91,82 % (Sulyo, 1984).
CABMV penyebab penyakit mosaik termasuk kedalam potyvirus yang
ditularkan secara non persisten oleh beberapa jenis aphid. Beberapa aphid
yang bertindak sebagai vektor adalah Myzus persicae, Aphis craccivora,
A.fabae, A.gossypii, A.medicaginis dan Macrosiphum euphorbiae (Bock and
Conti, 1974; Atiri and Thottappilly, 1984; Brunt, 1994a). CABMV tersebar ke
berbagai tempat di dunia juga melalui penularan antar benih dan tanaman
terinfeksi (Ndiaye et al., 1993). Virus ini dapat ditularkan secara mekanis
melalui cairan perasan daun tanaman sakit (Atiri and Thottappilly, 1984;
Hampton et al., 1997).
Selain penyakit mosaik, masalah lain yang dihadapi petani dalam
budidaya kacang panjang adalah serangan hama aphid. Aphid atau kutu
daun (Aphis craccivora Koch) adalah hama utama pada kacang panjang.
Aphid hinggap di permukaan bawah daun dan di pucuk-pucuk sulur untuk
menghisap cairan tanaman. Daun menjadi keriting dan berkerut,
pertumbuhan sulur terhenti dan mati. Aphid juga sering menyerang bunga
11
dan polong. Pada tanaman yang terserang, produksi polong dan biji sangat
rendah. Tanaman menjadi kerdil dan menjadi cacat ketika populasi
meningkat (Ulrichs, 2001). Tanaman yang terserang berat akan
menghasilkan daun-daun berwarna kekuningan, kerdil, mengalami
malformasi dan kehilangan vigor. Semakin banyak aphid yang menyerang
tanaman, daun dan pucuk sulur semakin banyak yang rusak dan akhirnya
mati. Apabila yang ditanam jenis rentan dan aphid yang menyerang tidak
dikendalikan, maka kerugian hasil rata-rata mencapai 65 -70%
(Prabaningrum, 1996; Moedjiono et al., 1999). Aphid juga bertindak sebagai
vektor cowpea aphid borne mosaic virus (CABMV) yang menyebabkan
penyakit mosaik.
Aphid kacang panjang yang telah hinggap di daun tanaman, baik yang
muda dan dewasa, akan menghisap cairan sel tanaman. Mereka juga
ditemukan di pucuk tanaman, bunga dan polong yang sedang berkembang
(Schreiner, 2000). Tanaman yang terserang akan mengalami peningkatan
laju respirasi, bentuk daun berubah, pertumbuhan kerdil dan bintil akar
mengecil. Aphid juga menghasilkan embun madu (honeydew) dan
menyebabkan pertumbuhan jamur embun jelaga yang menghambat
fotosintesis (Stoll, 1988).
Hama aphid merupakan kutu daun yang biasanya membentuk koloni
pada daun, batang maupun polong kacang panjang dan menyebabkan
polong tidak berkembang. Hasil pengujian beberapa galur kacang panjang
terhadap kompleks hama dan penyakit (Moedjiono, Trustinah dan Kasno,
1999) juga menunjukkan bahwa aphid merupakan hama utama yang
menyerang kacang panjang.
Kondisi realistis di lapang, dalam pengendalian hama dan penyakit,
petani sering menggunakan pestisida sejak umur 10-60 hari dengan interval
antara 3-10 hari sekali. Penggunaan pestisida merupakan bagian penting
dari proses budidaya tanaman yang tidak mungkin ditinggalkan petani.
Banyak petani yang menggunakan pestisida paling manjur, sehingga
praktek campur-mencampur pestisida tidak dapat dihindarkan dan
penggunaan pestisida menjadi sangat berlebihan. Banyak petani tidak
12
menyadari bahwa pencampuran berbagai jenis pestisida, atau pestisida
dengan bahan-bahan lain seperti detergen, olie dan minyak tanah,
berbahaya bagi kesehatan dan mungkin tidak efektif karena terjadinya
resistensi silang hama dengan beberapa jenis pestisida (Untung, 2001).
2.2 Pengendalian hama dan penyakit
Cara pengendalian menggunakan pestisida, sangat tidak efektif dan
tidak efisien, karena selain membahayakan kesehatan masyarakat, juga
berresiko negatip terhadap lingkungan hidup, mengurangi daya saing produk
pertanian di pasar global serta terjadinya penurunan efektifitas dan efisiensi
pengendalian hama. Pengendalian yang lebih ekomonis adalah penggunaan
varietas tahan. Perakitan varietas tahan merupakan alternatif penting dalam
perbaikan dan sanitasi produksi. Dengan penanaman varietas tahan virus
mosaik dan hama aphid maka penggunaan pestisida dapat dikurangi, lebih
aman terhadap lingkungan dan manusia, kehilangan hasil dan beaya
produksi dapat ditekan, hasil polong lebih sehat dan konsumen tidak enggan
mengkonsumsi.
Strategi pengendalian penyakit tanaman dapat dilakukan dengan
menurunkan laju infeksi penyakit. Penurunan tersebut antara lain dengan
penggunaan varietas tahan penyakit dan protektan (Triharso, 1996).
Ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit merupakan kemampuan
tanaman untuk mengurangi kerusakan secara umum yang diakibatkan oleh
serangan hama atau penyakit (Sumarno, 1992).
Secara alamiah kacang panjang mempunyai ketahanan tertentu
terhadap penyakit, yaitu ketahanan yang dikendalikan oleh gen-gen.
Perkembangan gen ketahanan terjadi sebagai hasil evolusi tanaman inang
dan patogen yang telah berlangsung lama dan dapat terbentuk banyak
tanaman dengan tingkat ketahanan yang beragam. Pada tanaman yang
telah mengalami penggaluran, keragaman tersebut semakin tinggi sehingga
dapat diseleksi untuk mendapatkan genotipa yang tahan (Triharso, 1996).
Dari genotip tahan dapat dipelajari dan dievaluasi sebagai informasi awal
dalam kegiatan perbaikan ketahanan tanaman. Seleksi yang dilaksanakan
13
oleh Balitkabi (1998) telah dapat menghasilkan beberapa genotipa kacang
panjang dengan reaksi ketahanan terhadap virus mosaik yang berbeda, yaitu
tahan, agak tahan, agak rentan dan rentan. Dari genotipa tahan dan agak
tahan dapat dipelajari dan dievaluasi sebagai informasi awal dalam kegiatan
perbaikan ketahanan tanaman terhadap penyakit mosaik yang disebabkan
oleh virus mosaik.
Varietas tahan terhadap virus mosaik dapat dirakit dari galur-galur dan
hasil seleksi yang mempunyai sifat ketahanan. Ketahanan tanaman
merupakan metode yang paling baik dalam pengendalian penyakit virus
pada kacang tunggak (Fery and Singh, 1997). Penggunaan kacang panjang
varietas tahan terhadap hama aphid tidak dapat menekan perkembangan
virus mosaik, karena transmisi virus mosaik tidak hanya melalui aphid (Atiri
and Thottappilly, 1984). Menurut saleh dkk. (1993) penggunaan varietas
tahan perhadap infeksi virus mosaik dan benih sehat merupakan salah satu
alternatif pengendalian penyakit mosaik. Varietas tahan terhadap penyakit
(Moedjiono dkk., 1999) adalah salah satu komponen stabilitas hasil varietas
kacang panjang. Dengan tersedianya varietas unggul yang memiliki
ketahanan terhadap hama dan penyakit, maka kehilangan hasil dan biaya
produksi dapat ditekan, serta aman terhadap kelestarian lingkungan. Salah
satu tipe ketahanan tanaman yang cocok untuk tanaman kacang panjang
adalah toleransi. Toleransi (Smith, 1989) merupakan salah satu tipe
ketahanan yang dicirikan dengan hadirnya penyakit namun kerugian yang
ditimbulkan minimal.
Prosedur pemuliaan untuk ketahanan kacang panjang terhadap hama
dan mengikuti metode pemuliaan yang telah banyak diterapkan para
pemulia. Beberapa faktor perlu dipertimbangkan dalam memilih prosedur
adalah cara pewarisan sifat ketahanan, cara pembiakan tanaman, sifat
unggul salah satu tetua, adaptasi dan sifat agronomis tetua sumber gen
ketahanan, aksi gen, heritabilitas, cara penularan hama dan minat serta
preferensi peneliti (Sumarno, 1992; Soetopo dan Saleh, 1992).
Aphid dengan strategi berkembangbiak reproduktif memberikan peluang
besar untuk dilakukan skrining dan evaluasi ketahanan di lapang. Siklus
14
perkembangbiakan yang cepat juga dapat meningkatkan efisiensi terhadap
penilaian ketahanan tanaman di lapang. Penularan secara alami di lapang
juga memberikan gambaran akan kondisi sebenarnya di lapang.
Berdasarkan pengalaman di lapang, aphid akan selalu muncul dimanapun
kacang panjang di tanam. Apabila yang ditanam jenis rentan dan aphid yang
menyerang tidak dikendalikan, maka kerugian hasil rata-rata mencapai 65 -
70% (Prabaningrum, 1996; Moedjiono et al., 1999).
Menurut Sumarno (1992), apabila suatu varietas unggul akan
diperbaiki ketahanannya terhadap hama atau penyakit, namun ingin
dipertahankan sifat-sifat unggulnya, maka petode pemuliaan yang paling
tepat adalah back cross, terutama apabila gen donor untuk sifat dikendalikan
oleh gen tahan monogenik dan heritabilitas tinggi. Apabila heritabilitas agak
rendah atau sedang, maka lebih tepat menggunakan metode bulk dengan
seleksi massa. Melalui metode bulk, akan terbentuk banyak famili karena
pada setiap individu tanaman F2 akan dijadikan famili. Setelah melalui
penyerbukan sendiri selama 3-4 kali diperkiran akan terbentuk keragaman
antar famili-famili homosigot yang dapat diseleksi sifat ketahanan atau
toleransinya.
Pemilihan metode ini juga didukung oleh sifat aphid dalam
menyerang kacang panjang, dimana penularannya mudah dilakukan secara
alami di lapangan. Menurut Sumarno (1992) Aphid adalah hama yang cara
penularannya mudah dilakukan di lapang tanpa inokulasi buatan, sehingga
penggunaan metode bulk dan seleksi massa adalah paling tepat.
Sumber genetik bahan persilangan telah tersedia dari penelitian
sebelumnya. Sumber genetik ketahanan terhadap virus mosaik telah berupa
galur-galur harapan yang mempunyai reaksi tahan terhadap virus mosaik
dan berdaya hasil tinggi (Kuswanto et al., 2005). Galur-galur tersebut
merupakan hasil seleksi dari koleksi di Unibraw yang sedang disiapkan untuk
di disebarkan ke masyarakat (Kuswanto et al., 2006a). Sumber genetik
ketahanan terhadap hama dan berdaya hasil tinggi sedang dalam tahap
penelitian yang diperkirakan akan terbentuk galur-galur tahan hama aphid
pada awal tahun 2007 (Kuswanto et al., 2006b).
15
Persilangan antara galur-galur yang tahan terhadap virus mosaik
berdaya hasil tinggi dengan galur-galur yang tahan terhadap hama aphid
berdaya hasil tinggi akan dapat diperoleh galur-galur harapan yang tahan
terhadap virus mosaik, tahan terhadap hama aphid serta berdaya hasil tinggi.
Evaluasi keragaman genetik, pendugaan peran gen, kajian pola pewarisan
dan penentuan metode seleksi yang tepat perlu diterapkan agar diperoleh
hasil varietas tahan yang maksimal. Varietas kacang panjang yang
mempunyai ketahanan terhadap hama dan penyakit utama sekaligus, akan
mempunyai nilai ekonomis dalam jangka waktu lama. Hasil yang diperoleh
diharapkan segera dapat disebarkan ke masyarakat untuk membantu
memecahkan berbagai permasalahan di atas.
16
BAB III. PROSEDUR DAN METODOLOGI
Kegiatan 1 : Pembentukan populasi hasil persilangan
Tempat : Kebun percobaan FP Universitas Brawijaya
Waktu : Desember 2006-Maret 2007 (persilangan pertama)
Maret 2007-Juni 2007 (persilangan kedua)
Bahan : 5 populasi P1 berupa galur-galur Unibraw tahan virus mosaik
(Kuswanto et al., 2005) dan 5 populasi P2 berupa galur-galur
Unibraw tahan hama aphid (Kuswanto et al., 2006)
Metode
Persilangan :
Persilangan tanaman, untuk pembentukan F1, BC1.1 dan
BC1.2, dilaksanakan di screen house dengan menggunakan
metode gabungan antara IITA Research Guide 42 Hand
Crossing of Cowpea (Myers, 1996) dan metode dari PT BISI.
Kedua metode dikerjakan bergantian tergantung jumlah
bunga yang terbentuk. Tahap persiapan terdiri atas 2 kali
penanaman, yaitu persilangan antar tetua untuk
menghasilkan populasi F1, persilangan balik dan
penanaman F1 untuk menghasilkan BC1.1, BC1.2 dan F2
Prosedur : Galur-galur tetua ditanam di lapangan masing-masing 20
tanaman tiap galur sehingga seluruhnya 200 tanaman. Ajir
dipasang miring sekitar 90° untuk memudahkan persilangan.
Selain persilangan biasa, juga dilakukan persilangan
resiprok. Terdapat 5 pasang persilangan dan dari semua
persilangan akan dihasilkan 5 populasi F1 dan dan 5
populasi F1r. Pada penanaman ke dua, F1 dan F1r
disilangkan dengan masing-masing tetua untuk
menghasilkan 5 populasi BC1.1 dan 5 populasi BC1.2.
Sebagian tanaman F1 dan F1r dibiarkan menyerbuk sendiri
untuk menghasilkan F2.
17
Penelitian 1 :
(kegiatan 2)
Evaluasi keragaman genetik ketahanan kacang panjang
terhadap virus mosaik dan hama aphid serta berdaya
hasil tinggi
Tempat : Kebun percobaan FP Universitas Brawijaya
Waktu : Juni 2007 – Oktober 2007
Tujuan : Untuk mengetahui keragaman genetik dan daya waris sifat
ketahanan terhadap virus mosaik dan hama aphid dari
populasi F2
Bahan : 5 populasi P1 berupa galur-galur Unibraw tahan virus mosaik
(Kuswanto et al., 2005) dan 5 populasi P2 berupa galur-
galur Unibraw tahan hama aphid (Kuswanto et al., 2006), 5
populasi F1, F1r, F2, F2r, BC1.1 dan BC1.2. Terdapat 5
pasangan persilangan.
Metode : Evaluasi keragaman genetik diduga heritabilitas arti luas dan
heritabilitas arti sempit. Heritabilitas arti luas, untuk
mengetahui proporsi ragam genetik terhadap ragam penotip.
Heritabilitas arti sempit, untuk mengetahui proporsi ragam
genetik aditif terhadap ragam penotip. Pendugaan
heritabilitas berdasarkan pengurangan ragam penotip
dengan ragam lingkungan
Prosedur : P1, P2, masing-masing ditanam 100 tanaman F1, BC1.1,
BC1.2 masing-masing di tanam 50 tanaman dan F2 ditanam
500 tanaman agar dapat mengimbangi keragaman yang
besar pada generasi segregasi (Mather and Jinks, 1982;
Suwarso, 1995; Kuswanto, 2002). Penanaman dilakukan di
kebun percobaan FP Unibraw pada awal musim kemarau.
Pada umur 2 minggu dilakukan inokulasi virus secara
mekanis, yaitu dengan mengoleskan sap (cairan perasan
daun) pada permukaan atas daun termuda yang telah
membuka penuh, dan telah ditaburi karborundum 600 mesh
18
(Noordam, 1973). Sumber inokulum telah tersedia di
Laboratorium Pemuliaan Tanaman Unibraw (Kuswanto dkk,
2005). Inokulan disiapkan dengan cara menumbuk halus 1
g daun terinfeksi, ditambah larutan buffer fosfat pH 7 0,01 M
dengan perbandingan 1:5 (b/v) kemudian disaring
(Nurhayati, 1989; Trustinah, 1999).
Denah penanaman untuk satu pasangan persilangan adalah
sebagai berikut :
keterangan : : tanaman rentan Seluruhnya terdapat 5 pasangan persilangan, sehingga
kondisi di lapangan adalah 5 kali gambar tersebut.
Dua minggu sebelum tanam, ditanam dahulu kacang
panjang yang rentan terhadap Aphid (hijau super) sebagai
sumber penularan hama.
Pengamatan : Skala gejala serangan virus mosaik, skor kerusakan daun,
rata-rata populasi aphid per 3 trifoliet pada 3 tanaman
contoh, umur berbunga, jumlah polong, panjang polong,
bobot polong
Analisis Data : Metode pendugaan heritabilitas arti luas dan arti sempit
menurut Basuki (1995)
Heritabilitas arti luas berdasarkan ragam populasi P1, P2, F1
dan F2.
P1
P2
BC1.1
F1
F2
BC1.2
19
σ2F2 – (σ2F1 + σ2P1 + σ2P2)/3 hb
2 = ----------------------------------------------- σ2F2
Heritabilitas arti sempit berdasarkan ragam F2, BC1.1 dan BC1.2 2σ2F2 – (σ2BC1.1 + σ2BC1.2) hn
2 = --------------------------------------------- σ2F2
Penelitian 2 :
(Kegiatan 3):
Pendugaan jumlah dan model aksi gen ketahanan
terhadap virus mosaik dan hama aphid serta berdaya
hasil tinggi
Tempat : Kebun percobaan FP Universitas Brawijaya
Waktu : Juni 2007 – Oktober 2007
Tujuan : Untuk menduga jumlah dan model aksi gen ketahanan
terhadap virus mosaik dan hama aphid
Bahan : Populasi F2 hasil penelitian pertama
Metode : Metode pendugaan jumlah gen berdasarkan analisis
segregasi populasi F2 berdasarkan Strickberger (1976).
Dari uji chi-kuadrat dapat diketahui bagaimana pewarisan
gen yang mengendalikan ketahanan dalam kaitannya
dengan hukum Mendel dan modifikasinya. Model pewarisan
gen yang mengendalikan ketahanan terhadap virus mosaik
dan hama aphid, yang mempunyai rasio cocok antara nilai
pengamatan dan harapan dengan probabilitas paling tinggi,
dianggap sebagai model pewarisan gen yang
mengendalikan sifat ketahanan. Apabila hasil tersebut
menunjukkan adanya interaksi, maka dilanjutkan dengan
analisis rerata generasi.
Prosedur : Sebanyak 500 tanaman F2 dari masing-masing pasangan
persilangan ditanam di lapang. Penanaman dilakukan di
20
kebun percobaan FP Unibraw pada awal musim kemarau.
Penanaman dilapang juga dimaksudkan untuk memberikan
kodisi sebenarnya tentang serangan aphid pada kacang
panjang. Dua minggu sebelum tanam, ditanam dahulu
border kacang panjang yang rentan terhadap Aphid sebagai
sumber penularan hama. Inokulasi virus mosaik dilakukan
sebagaimana Kegiatan 2.
Pengamatan : Intensitas serangan, skor kerusakan daun, rata-rata populasi
aphid per 3 trifoliet pada 3 tanaman contoh, umur berbunga,
jumlah polong, panjang polong, bobot polong
Analisis Data : Untuk pembagian reaksi 2 kelas ketahanan menjadi tahan
dan rentan, perbandingannya adalah 3:1 (dominan lengkap),
9:7 (resesif rangkap), 13:3 (epistasi dominan dan resesif)
atau 15:1 (dominan rangkap). Untuk pembagian reaksi 3
kelas ketahanan menjadi tahan, agak tahan dan rentan,
perbandingannya adalah 1:2:1 (tanpa dominan), 9:3:4
(epistasi resesif), 9:6:1 (gen-gen rangkap dengan pengaruh
komulatif atau 12:3:1 (epistasi dominan). Untuk pembagian
reaksi 4 kelas ketahanan menjadi tahan, agak tahan, agak
rentan dan rentan, perbandingannya adalah 9:3:3:1. Data
pengamatan populasi F2 dikelompokkan untuk menetapkan
atau mendekati model pewarisan gen yang diduga. Rasio
nilai pengelompokan data dicocokkan dengan setiap nilai
harapan dan simpangan, yang diuji dengan analisis Chi-
kuadrat (χ2) dari Crowder (1993).
n (Oi – Ei) χ2 = � --------------- i=1 Ei dimana : Oi = jumlah fenotip ke-i menurut hasil pengamatan Ei = jumlah fenotip yang diharapkan
Model pengaruh gen diduga melalui analisis rerata generasi
21
yang meliputi uji skala dan analisis aksi gen ketahanan dari
perhitungan komponen rerata generasi. Untuk mengetahui
adanya interaksi gen non-alelik digunakan rumus uji skala
dari Hayman and Mather (Singh and Chaudary, 1979) yang
merupakan pengembangan dari Mather and Jinks (1982),
yaitu :
A = 2B1 –P1 –F1 B = 2B2 –P2 –F1 C = 4F2 – 2F1 –P1 –P2 D = 2F2 –B1 –B2
Varian dari parameter tersebut masing-masing : σ2A = 4σ2B1 + σ2P1 + σ2F1 σ2B = 4σ2B2 + σ2P2 + σ2F1 σ2C = 16σ2F2 + 4σ2F1 + σ2P1 + σ2P2 σ2D = 4σ2F2 + σ2B1 + σ2B2
Nilai A dan B untuk membuktikan tipe interaksi gen aditif x aditif (aa), aditif x dominan (ad), dominan x dominan (dd). C untuk tipe interaksi gen dd, D untuk tipe interaksi gen aa. C+D untuk tipe interaksi aa dan dd. Apabila terdapat 3 parameter atau lebih yang nilainya =< 0, berarti tidak ada interaksi gen non-alelik. Apabila didapatkan 2 parameter atau lebih > 0, berarti ada interaksi gen non-alelik.
Apabila dari hasil pengujian tersebut menunjukkan ada
interaksi gen non-alelik, pendugaan parameter genetik rata-
rata digunakan Model Enam Parameter dari Hayman
(Gamble, 1962; Singh and Chaudhary, 1979; Mather and
Jinks, 1982) yaitu rerata (m), pengaruh gen aditif (d),
pengaruh gen dominan (h), pengaruh tipe interaksi gen aa
(i), pengaruh tipe interaksi gen ad (j) dan pengaruh tipe
interaksi gen dd (l) dengan rumus sebagai berikut :
m =F2 d =B1 -B2
h =F1 – 4F2 – ½ P1 – ½ P2 + 2B1 + 2B2 i = 2B1 + 2B2 – 4F2 j =B1 – ½ P1 –B2 + ½ P2 l =P1 +P2 + 2F1 + 4F2 – 4B1 – 4B2 varian dari parameter tersebut masing-masing :
22
σ2m = σ2F2 σ2d = σ2B1 + σ2B2 σ2h = σ2F1 + 16σ2F2 + ¼σ2P1 + ¼ σ2P2 + 4σ2B1 + 4σ2B2 σ2i = 4σ2B1 + 4σ2B2 + 16σ2F2 σ2j = σ2B1 + ¼σ2P1 + σ2B2 + ¼ σ2P2 σ2l = σ2P1 + σ2P2 + 4σ2F1 +16σ2F2 + 16σ2B1 +16σ2B2
Apabila dari hasil pengujian tersebut menunjukkan
tidak ada interaksi gen non-alelik, pendugaan parameter
genetik rata-rata digunakan Model Tiga Parameter dari Jinks
and Jones (Singh and Chaudhary, 1979; Mather and Jinks,
1982) yaitu rerata (m), pengaruh aditif (d), pengaruh
dominan (h)
m = ½P1+ ½P2 + 4F2 - 2B1 - 2B2 d = ½P1 - ½P2
h = 6B1 – 6B2 – 8F21 –F1 + (3/2)P1 + (3/2)P2 varian dari parameter tersebut masing-masing : σ2m = ¼σ2P1 + ¼σ2P2 + 16σ2F2 + 4σ2B1 + 4σ2B2 σ2d = ¼σ2P1 + ¼σ2P2 σ2h =36σ2B1+36σ2B2+64σ2F2+σ2F1+ (9/4)σ2P1+(9/4)σ2P2
Dari 5 populasi F2, akan diperoleh informasi tentang heritabilitas, jumlah
gen dan model peran gen sifat ketahanan terhadap virus mosaik dan hama
aphid, umur berbunga dan daya hasil. Berdasarkan hasil tersebut, dapat
ditentukan metode seleksi yang akan digunakan. Apabila nilai heritabilitasnya
tinggi (>50%), akan dilakukan metode silang balik untuk memasukkan sifat
ketahanan. Prosedur silang balik disesuaikan dengan gen ketahanan,
dominan atau resesif. Kuswanto et al. (2004) melakukan pemuliaan silang
balik berdasarkan gen dominan untuk merakit varietas kacang panjang tahan
terhadap virus mosaik. Silang balik dilakukan karena heritabilitas ketahanan
termasuk tinggi, sedangkan ketahanan dikendalikan oleh gen dominan.
Apabila heritabilitas sifat ketahanan bernilai rendah, dilakukan seleksi
menurut metode bulk. Pelaksanaan silang balik dan metode bulk dilakukan
setelah percobaan tahun pertama selesai.
23
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampai dengan laporan kemajuan ini dibuat, kegiatan persilangan
pertama dan kedua sudah selesai. Kegiatan penelitian kedua dan ke tiga
sudah memasuki tahap panen dan diperkirakan akan selesai pertengahan
Oktober 2007. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :
4.1 Kegiatan 1. Pembentukan populasi hasil persilangan
a. Pembentukan F1
Persilangan dilaksanakan bulan Desember 2006 sampai Maret 2007
dan Maret sampai Juni 2007 di Kebun Percobaan Jurusan Budidaya
Pertanian Universitas Brawijaya. Kegiatan persilangan terdiri atas dua
tahap. Tahap pertama persilangan antar tetua untuk membentuk populasi
F1 dan tahap kedua persilangan balik antara F1 dengan tetua untuk
membentuk populasi BC1.1 dan BC1.2.
Tabel 1. Genotip/galur yang disilangkan No. Genotip/Galur Keterangan 1 UB 44275 Sumber ketahanan terhadap CABMV 2 UB 44141 Sumber ketahanan terhadap CABMV 3 UB 44074 Sumber ketahanan terhadap CABMV 4 UB 44350 Sumber ketahanan terhadap CABMV 5 UB 44558 Sumber ketahanan terhadap CABMV 6 UB 44590 Sumber ketahanan terhadap CABMV 7 UB 14008 Sumber ketahanan terhadap CABMV 8 UB 14023 Sumber ketahanan terhadap CABMV 9 UB 24062 Sumber ketahanan terhadap CABMV 10 UB 34039 Sumber ketahanan terhadap CABMV 11 UB 14017 Sumber ketahanan terhadap CABMV 12 UB 24035 Sumber ketahanan terhadap CABMV 13 UB 34041 Sumber ketahanan terhadap CABMV 14 UB 34053 Sumber ketahanan terhadap CABMV 15 UB 34042 Sumber ketahanan terhadap CABMV 16 UB 24041 Sumber ketahanan terhadap CABMV 17 UB 1275 Sumber ketahanan terhadap Aphids 18 UB 1244 Sumber ketahanan terhadap Aphids 19 UB 1288 Sumber ketahanan terhadap Aphids 20 UB 715 Sumber ketahanan terhadap Aphids 21 UB 705 Sumber ketahanan terhadap Aphids 22 UB 733 Sumber ketahanan terhadap Aphids 23 UB 669 Sumber ketahanan terhadap Aphids 24 UB 1290 Sumber ketahanan terhadap Aphids
24
Selama penanaman, tanaman tidak disemprot pestisida. Galur-galur
yang dijadikan sebagai tetua persilangan terlihat pada Tabel 1. Galur-galur
tersebut, selain sebagai sumber ketahanan terhadap atau aphid, juga telah
mempunyai potensi daya hasil tinggi. Nama galur UB adalah singkatan dari
Universitas Brawijaya. Semua kegiatan persilangan yang telah berhasil
dilakukan dan telah terbentuk biji F1.
Tabel 2. Seri Persilangan yang Dibuat Berdasarkan Pemilihan Acak
No. Persilangan
P(a) P(b) Jumlah Biji F1 Hasil Persilangan (Betina) (Jantan)
1 UB 44275 UB 1275 212 2 UB 14023 UB 1275 139 3 UB 24035 UB 1244 434 4 UB 34041 UB 1244 133 5 UB 44141 UB 1288 76 6 UB 24062 UB 1288 70 7 UB 44350 UB 715 0 8 UB 34053 UB 715 25 9 UB 44074 UB 705 171
10 UB 34039 UB 705 69 11 UB 44558 UB 733 116 12 UB 34042 UB 733 89 13 UB 14008 UB 669 75 14 UB 14017 UB 669 0 15 UB 44590 UB 1290 323 16 UB 24041 UB 1290 74 17 UB 34039 UB 733 10 18 UB 14017 UB 1290 510 19 UB 14008 UB 1290 94 20 UB 44275 UB 14008 44 21 UB 14017 UB 705 42 22 UB 14017 UB 44590 7 23 UB 44074 UB 733 11 24 UB 34039 UB 1290 0 25 UB 44590 UB 1244 0
Jumlah biji yang telah dihasilkan bervariasi, tergantung pada kondisi
tanaman dan kesesuaian umur berbunga. Persilangan dari tetua yang
mempunyai umur berbunga bersamaan atau hampir bersamaan, selalu
25
berhasil dialkukan. Sedangkan untuk seri persilangan yang mempunyai
umur berbenga tidak singkron, tidak diperoleh biji. Hasil persilangan dan biji
yang terbentuk terlihat pada Tabel 2.
Dari semua seri persilangan tersebut, dipilih 6 pasangan yang
memberikan hasil terbaik dan jumlah biji yang cukup, untuk dilakukan
persilangan balik (Tabel 3). Seleksi didasarkan pada komponen polong
muda dan polong kering, seperti bobot polong, panjang polong, diameter
polong, volume polong, jumlah biji per polong dan warna polong. Hasil
pengamatan karakter polong segar dan polong kering terlihat pada Tabel 4.
Dari seri persilangan terpilih juga dilakukan penanaman F1 untuk
menghasilkan populasi F2.
Tabel 3. Seri persilangan yang terpilih untuk kegiatan silang balik
No seri persilangan
Tetua Betina (Sumber ketahanan CABMV)
Tetua Jantan (Sumber ketahanan Aphid)
Jumlah Biji F1 Hasil Persilangan
18 UB 14017 UB 1290 510 2 UB 14023 UB 1275 139 4 UB 34041 UB 1244 133 9 UB 44074 UB 705 171 11 UB 44558 UB 733 116 15 UB 44590 UB 1290 323
26
Tabel 4. Data Karakter Polong Muda dan Polong Kering Setiap Genotip yang Ditanam
No.
aksesi
Genotip/Galur
Komponen Polong Muda Komponen Polong Kering
Rata-rata Warna polong
Rata-rata Bobot Polong
(g) Panjang Polong
(cm) Diameter Polong
(mm) Volume Polong
(ml) Jumlah
Biji Panjang Polong
(cm) Jumlah
Biji Bobot 100
biji 1 UB 44275 17.87 66.98 69.88 18.75 23 P 66.20 19.24 19.18
2 UB 44141 31.03 68.67 91.33 38.33 20 PH 59.72 15.32 18.81
3 UB 44074 36.56 63.77 71.33 20.00 21 P 63.12 18.88 16.48
4 UB 44350 23.45 59.97 76.83 26.67 21 PH 57.80 14.76 16.30
5 UB 44558 19.84 62.50 73.00 22.50 20 HP 63.72 17.60 16.21
6 UB 44590 22.35 63.00 74.33 25.00 20 HP 66.68 16.48 20.33
7 UB 14008 10.24 44.25 76.25 12.50 17 H 52.88 15.52 23.96
8 UB 14023 23.71 58.13 80.00 26.67 19 H 58.24 14.12 23.19
9 UB 24062 11.35 45.30 84.50 13.33 20 H 50.36 14.20 20.31
10 UB 34039 26.23 68.74 79.20 28.00 20 HP 62.68 14.52 18.24
11 UB 14017 14.20 52.70 80.50 20.00 17 H 49.64 16.36 17.83
12 UB 24035 22.54 68.93 78.67 25.00 21 H 56.24 15.92 21.17
13 UB 34041 27.10 65.77 78.67 28.33 23 PH 59.00 15.56 21.51
14 UB 34053 23.38 71.33 73.67 26.67 20 P 63.40 16.00 16.32
15 UB 34042 31.80 77.20 74.50 35.00 19 HP 60.64 17.68 16.37
16 UB 24041 20.89 58.45 89.50 27.50 23 HP 47.20 15.92 21.99
17 UB 1275 18.59 54.53 79.00 20.00 21 HK 56.84 18.76 19.54
18 UB 1244 22.72 70.40 73.00 30.00 23 P 63.32 17.60 20.10
19 UB 1288 20.51 59.45 80.00 22.50 20 P 63.24 16.44 15.74
20 UB 715 19.05 55.83 75.00 21.67 21 P 56.68 16.52 17.70
21 UB 705 21.60 65.10 73.00 21.67 18 PH 58.25 13.75 20.10
22 UB 733 20.33 62.73 71.67 21.67 21 P 64.56 17.88 19.57
23 UB 669 17.06 57.05 82.50 25.00 22 HP 61.40 17.60 20.20
24 UB 1290 20.85 49.35 82.38 22.50 23 HP 49.36 20.16 24.26
33
b. Pembentukan populasi BC dan populasi F2
Pembentukan populasi BC (backcross) dan F2 dilakukan pada waktu
yang sama. Populasi BC diperoleh dengan menyilangkan F1 dengan kedua
tetua, sedangkan populasi F2 diperoleh dengan melakukan persilangan
sendiri (selfing) F1. Seri persilangan balik dikerjakan terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Seri Persilangan untuk silang balik
No. BC1 dari tetua Pa Keterangan
1 UB 14017 x F1(UB 14017 x UB 1290) untuk memperoleh biji BC1 terhadap Pa
2 UB 34041 x F1(UB34041 x UB 1244) untuk memperoleh biji BC1 terhadap Pa
3 UB 44074 x F1(UB44074 x UB 705) untuk memperoleh biji BC1 terhadap Pa
4 UB 44558 x F1(UB 44558 x UB 733) untuk memperoleh biji BC1 terhadap Pa
5 UB 44590 x F1(UB44590 x UB 1290) untuk memperoleh biji BC1 terhadap Pa
6 UB 14023 x F1(UB14023 x UB 1275) untuk memperoleh biji BC1 terhadap Pa
7 UB 1290 x F1(UB 14017 x UB 1290) untuk memperoleh biji BC1 terhadap Pb
8 UB 1244 x F1(UB34041 x UB 1244) untuk memperoleh biji BC1 terhadap Pb
9 UB 705 x F1(UB44074 x UB 705) untuk memperoleh biji BC1 terhadap Pb
10 UB 733 x F1(UB 44558 x UB 733) untuk memperoleh biji BC1 terhadap Pb
11 UB 1290 x F1(UB44590 x UB 1290) untuk memperoleh biji BC1 terhadap Pb
12 UB 1275 x F1(UB14023 x UB 1275) untuk memperoleh biji BC1 terhadap Pb
Tabel 6. F1 yang disilangkan sendiri
Populasi F1 Populasi F2
1 F1(UB 14017 x UB 1290) untuk memperoleh biji F2 (Pa x Pb)
2 F1(UB34041 x UB 1244) untuk memperoleh biji F2 (Pa x Pb)
3 F1(UB44074 x UB 705) untuk memperoleh biji F2 (Pa x Pb)
4 F1(UB 44558 x UB 733) untuk memperoleh biji F2 (Pa x Pb)
5 F1(UB44590 x UB 1290) untuk memperoleh biji F2 (Pa x Pb)
6 F1(UB14023 x UB 1275) untuk memperoleh biji F2 (Pa x Pb)
34
Semua persilangan telah berhasil dilakukan dan telah terbentuk biji
hasil silang balik. Dari 6 seri persilangan tersebut dipilih 5 seri persilangan
sebagai bahan penelitian selanjutnya, yaitu (UB34041XUB1244),
(UB44074XUB705), (UB44558XUB733), (UB44590XUB1290) dan
(UB14023XUB1275). Pemilihan hanya 5 seri persilangan disesuaikan
dengan rencana yang telah tertulis dalam proposal penelitian. Selanjutnya
dilakukan pengujian untuk untuk kegiatan penelitian 1 dan penelitian 2.
4.2 Penelitian 1. Evaluasi keragaman genetik ketahanan kacang panjang terhadap virus mosaik dan hama aphid serta berdaya hasil tinggi
4.2.1 Seri Persilangan UB34041 x UB1244
Hasil analisis intensitas serangan aphid terlihat pada Tabel 7. Dari
tabel tersebut terlihat bahwa intensitas serangan pada semua populasi
kurang dari 10%, sehingga semua populasi termasuk kategori tahan. Pola
intensitas serangan aphid terlihat pada Gambar 1.
Tabel 7. Intensitas Serangan (%) Aphid pada Persilangan UB34041 x UB1244
Umur (MST)
Populasi
UB34041 UB1244 F1 BC1.
UB34041 BC1.
UB1244 F2 2 8 4 0 4 8 7 3 3 3 1 4 2 4 4 3 1 0 2 2 2 5 3 3 0 4 2 4 6 2 1 4 3 2 2 7 7 4 5 5 2 5
35
Gambar 1. Grafik intensitas serangan Aphid pada persilangan UB34041 x UB1244 Intensitas serangan CABMV terlihat pada Tabel 8. Dari tabel tersebut
terlihat bahwa nilai intensitas serangan cenderung naik dengan
bertambahnya umur tanaman. Pola intensitas serangan terlihat pada
Gambar 2.
Tabel 8. Intensitas Serangan (%) CABMV pada Persilangan UB34041 x UB1244
Waktu (MST)
Populasi
UB34041 UB1244 F1 BC1.
UB34041 BC1.
UB1244 F2 2 0 0 0 0 0 0 3 15 9 0 10 1 4 4 13 11 12 4 7 7 5 16 16 13 7 13 12 6 35 25 14 12 12 16 7 43 37 34 28 10 23
Gambar 2. Grafik intensitas serangan CABMV pada persilangan UB34041 x
UB1244
Intensitas Serangan Aphid pada Populasi Seri Persilangan UB34041 x UB1244
0
5
10
15
20
0 2 4 6 8
Minggu ke
Inte
nsita
s S
eran
gan
(%)
UB34041
UB1244
F1
BC1.UB34041
BC1.UB1244
F2
Intensitas Serangan CABMV pada Populasi Seri Persilangan UB34041 x UB1244
0
10
20
30
40
50
0 2 4 6 8
Minggu ke
Inte
nsita
s S
eran
gan
(%)
UB34041
UB1244
F1
BC1.UB34041
BC1.UB1244
F2
36
Nilai heritabilitas ketahanan terhadap aphid dan CABMV terlihat pada
Tabel 9. Nilai heritabilitas ketahanan menunjukkan ukuran keragaman
genetik ketahanan. Dari tabel tersebut terlihat bahwa heritabilitas ketahanan
terhadap aphid maupun heritabilitas ketahanan terhadap CABMV rata-rata
bernilai rendah sampai sedang, sehingga memberikan rekomendasi
penggunaan metode bulk (curah) pada program seleksi berikutnya.
Heritabilitas rendah sampai sedang menunjukkan kecilnya proporsi ragam
genetik ketahanan terhadap ragam penotip (total). Ragam genetik
ketahanan menunjukkan simpangan kemampuan tanaman memberikan
tanggapan terhadap serangan aphid atau virus. Apabila ragam genetik
ketahanan bernilai rendah, maka kegiatan seleksi masih kurang teliti.
Populasi tersebut perlu ditingkatkan keragaman genetiknya.
Tabel 9. Heritabilitas ketahanan pada Persilangan UB34041 x UB1244
Waktu Ketahanan terhadap Aphid Ketahanan terhadap CABMV (MST) Luas Sempit Luas Sempit
2 0.62 0.52 0.00 0.00 3 0.50 0.45 0.23 0.16 4 0.33 0.10 0.16 0.14 5 0.55 0.47 0.32 0.28 6 0.09 0.07 0.22 0.15 7 0.46 0.40 0.29 0.22
Keterangan : Heritabilitas (H) tinggi jika H > 0.5, rendah jika H < 0.2, sedang jika 0.2 < H < 0.5 4.2.2 Seri Persilangan UB44074 x UB705
Hasil analisis intensitas serangan aphid terlihat pada Tabel 10. Dari
tabel tersebut terlihat bahwa intensitas serangan pada semua populasi rata-
rata kurang dari 10%, sehingga semua populasi termasuk kategori tahan.
Fluktuasi intensitas serangan menunjukkan tanggapan tanaman terhadap
serangan hama aphid. Pola fluktuasi intensitas serangan aphid terlihat pada
Gambar 3. Sebagaimana seri persilangan yang lain, pola intensitas
serangan selalu meningkat pada awal pertumbuhan tanaman, kemudian
menurun dan meningkat lagi pada saat tanaman menjelang berbunga.
37
Tabel 10. Intensitas Serangan (%) Aphid pada Persilangan UB44074 x UB705
Umur (MST)
Populasi
UB44074 UB705 F1 BC1.
UB44074 BC1.
UB705 F2 2 4 5 5 2 10 5 3 10 10 6 11 18 10 4 3 3 3 3 6 4 5 2 3 1 6 1 4 6 2 2 2 6 2 4 7 9 10 12 10 10 8
Gambar 3. Grafik intensitas serangan Aphid pada persilangan UB44074 x UB705 Intensitas serangan CABMV terlihat pada Tabel 11. Dari tabel
tersebut terlihat bahwa nilai intensitas serangan cenderung naik dengan
bertambahnya umur tanaman. Namun, kenaikan intensitas tidak sampai
mencapai 40%, sehingga kriteria ketahanan pada semua populasi adalah
tahan dan agak tahan. Pola intensitas serangan terliha pada Gambar 4.
Tabel 11. Intensitas Serangan (%) CABMV pada Persilangan UB44074 x UB705
Umur (MST)
Populasi
UB44074 UB705 F1 BC1.
UB44074 BC1.
UB705 F2 2 0 0 0 0 0 0 3 1 7 2 4 4 6 4 3 3 3 3 5 3 5 9 9 8 10 8 7 6 15 17 18 20 10 14 7 32 38 37 19 25 22
Intensitas Seranga Aphid pada Populasi Seri Persilangan UB44074 x UB705
0
5
10
15
20
0 2 4 6 8
Minggu ke
Inte
nsita
s S
eran
gan
(%)
UB44074
UB705
F1
BC1. UB44074
BC1. UB705
F2
38
Gambar 4. Grafik intensitas serangan CABMV pada populasi persilangan UB44074
x UB705 Nilai heritabilitas ketahanan terhadap aphid dan CABMV terlihat pada
Tabel 12. Dari tabel tersebut terlihat bahwa heritabilitas arti sempit
ketahanan terhadap aphid maupun CABMV rata-rata bernilai rendah sampai
sedang, sehingga memberikan rekomendasi penggunaan metode bulk
(curah) pada program seleksi berikutnya. Hasil ini sama dengan seri
persilangan yang lain.
Tabel 12. Heritabilitas ketahanan pada Persilangan UB44074 x UB705
Waktu Ketahanan terhadap Aphid Ketahanan terhadap CABMV (MST) Luas Sempit Luas Sempit
2 0.16 0.10 0.00 0.00 3 0.44 0.38 0.43 0.07 4 0.60 0.09 0.43 0.26 5 0.62 0.45 0.16 0.00 6 0.73 0.17 0.08 0.04 7 0.03 0.02 0.18 0.08
Keterangan : Heritabilitas (H) tinggi jika H > 0.5, rendah jika H < 0.2, sedang jika 0.2 < H < 0.5 4.2.3 Seri Persilangan UB44558 x UB733
Hasil analisis intensitas serangan aphid terlihat pada Tabel 13. Dari
tabel tersebut terlihat bahwa intensitas serangan cukup bervariasi pada
semua populasi. Fluktuasi intensitas serangan menunjukkan tanggapan
tanaman terhadap serangan hama aphid. Pola fluktuasi intensitas serangan
aphid terlihat pada Gambar 5.
Intensitas Seranga CABMV pada Populasi Seri Persilangan UB44074 x UB705
0
10
20
30
40
50
0 2 4 6 8
Minggu keIn
tens
itas
Ser
anga
n (%
)
UB44074
UB705
F1
BC1. UB44074
BC1. UB705
F2
39
Sebagaimana seri persilangan yang lain, pola intensitas serangan
selalu meningkat pada awal pertumbuhan tanaman, kemudian menurun dan
meningkat lagi pada saat tanaman menjelang berbunga. Penurunan
intensitas serangan terjadi pada fase vegetatif cepat, menunjukkan tanaman
mampu melakukan pemulihan dan menekan serangan hama aphid. Pada
fase tersebut intensitas serangan kurang dari 10%, sehingga semua populasi
dapat dikategorikan tahan.
Tabel 13. Intensitas Serangan (%) Aphid pada Persilangan UB44558 x UB733
Umur (MST)
Populasi
UB44558 UB733 F1 BC1.
UB44558 BC1.
UB733 F2 2 5 6 5 5 7 6 3 7 15 10 8 12 15 4 3 2 2 2 4 2 5 3 2 2 3 3 3 6 2 2 1 5 3 7 7 16 3 7 10 15 12
Gambar 5. Grafik intensitas serangan Aphid pada persilangan UB44558 x UB733
Intensitas serangan CABMV terlihat pada Tabel 14. Dari tabel
tersebut terlihat bahwa nilai intensitas serangan pada semua populasi dari
seri persilangan ini adalah nol. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
tanaman bergejala terserang virus, dan tanaman dikategorikan tahan.
Intensitas Seranga Aphid pada Populasi Seri Persilangan UB44558 x UB733
0
5
10
15
20
0 2 4 6 8
Minggu ke
Inte
nsita
s S
eran
gan
(%)
UB44558
UB733
F1
BC1.UB44558
BC1.UB733
F2
40
Tabel 14. Intensitas Serangan (%) CABMV pada Persilangan UB44558 x UB733
Umur (MST)
Populasi
UB44558 UB733 F1 BC1.
UB44558 BC1.
UB733 F2 2 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0 0 7 0 0 0 0 0 0
Nilai heritabilitas ketahanan terhadap aphid dan CABMV terlihat pada
Tabel 15. Dari tabel tersebut heritabilitas ketahanan terhadap aphid rata-rata
bernilai rendah sampai sedang, sehingga memberikan rekomendasi
penggunaan metode bulk pada program seleksi berikutnya. Heritabilitas
ketahanan terhadap CABMV bernilai nol karena nilai intensitas serangan
juga nol.
Tabel 15. Heritabilitas ketahanan pada Persilangan UB44558 x UB733
Waktu Ketahanan terhadap Aphid Ketahanan terhadap CABMV (MST) Luas Sempit Luas Sempit
2 0.09 0.07 0.00 0.00 3 0.38 0.33 0.00 0.00 4 0.58 0.06 0.00 0.00 5 0.59 0.09 0.00 0.00 6 0.84 0.84 0.00 0.00 7 0.35 0.08 0.00 0.00
Keterangan : Heritabilitas (H) tinggi jika H > 0.5, rendah jika H < 0.2, sedang jika 0.2 < H < 0.5 4.2.4 Seri Persilangan UB44590 x UB1290
Hasil analisis intensitas serangan aphid terlihat pada Tabel 16. Dari
tabel tersebut terlihat bahwa intensitas serangan pada semua populasi rata-
rata kurang dari 10%, sehingga semua populasi termasuk kategori tahan.
Fluktuasi intensitas serangan menunjukkan tanggapan tanaman terhadap
serangan hama aphid. Namun, pada seri persilangan ini fluktuasi intensitas
serangan tidak terlalu besar. Fluktuasi intensitas serangan aphid dapat
dilihat pada Gambar 7.
41
Tabel 16. Intensitas Serangan (%) Aphid pada Persilangan UB44590 x UB1290
(MST)
Populasi
UB44590 UB1290 F1 BC1.
UB44590 BC1.
UB1290 F2 2 3 4 3 4 5 3 3 2 6 0 4 1 2 4 2 0 0 1 3 2 5 0 0 0 0 3 1 6 3 2 2 1 4 2 7 3 0 2 4 0 2
Gambar 7. Grafik intensitas serangan Aphid pada persilangan UB44590 x UB1290
Intensitas serangan CABMV terlihat pada Tabel 17. Dari tabel
tersebut terlihat bahwa nilai intensitas serangan pada semua populasi sangat
bervariasi , menurun pada fase vegetatif cepat dan meningkat kembali pada
waktu tanaman menjelang berbunga. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman
mampu melakukan pemulihan pada waktu fase vegetatif cepat. Pola
perubahan intensitas serangan CABMV terlihat pada Gambar 8.
Tabel 17. Intensitas Serangan (%) CABMV pada Persilangan UB44590xUB1290
Umur (MST)
Populasi
UB44590 UB1290 F1 BC1.
UB44590 BC1.
UB1290 F2 2 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 4 23 16 29 24 22 19 5 16 2 28 5 29 9 6 31 6 40 26 35 22 7 49 19 53 50 43 31
Intensitas Seranga Aphid pada Populasi Seri Persilangan UB44590 x UB1290
0
5
10
15
20
0 2 4 6 8
Minggu ke
Inte
nsita
s S
eran
gan
(%)
UB44590
UB1290
F1
BC1.UB44590
BC1.UB1290
F2
42
Gambar 8. Grafik intensitas serangan CABMV pada populasi persilangan UB44590 x UB1290
Nilai heritabilitas ketahanan terhadap aphid dan CABMV terlihat pada
Tabel 18. Dari tabel tersebut terlihat bahwa heritabilitas ketahanan terhadap
aphid maupun terhadap CABMV bernilai rendah sampai tinggi. Nilai
heritabilitas tinggi berarti keragaman pada penotip lebih ditentukan oleh
keragaman genotip, sehingga memberikan harapan terhadap efektivitas
seleksi yang akan dilakukan. Apabila seri persilangan ini terpilih untuk
dikembangkan, maka metode pemuliaan yang dapat diterapkan adalah
metode pedigree atau backcross.
Tabel 18. Heritabilitas Ketahanan pada Persilangan UB44590 x UB1290
Waktu Ketahanan terhadap Aphid Ketahanan terhadap CABMV (MST) Luas Sempit Luas Sempit
2 0.26 0.16 0.00 0.00 3 0.06 0.08 0.00 0.00 4 0.64 0.50 0.17 0.09 5 0.95 0.34 0.27 0.18 6 0.27 0.05 0.64 0.62 7 0.36 0.32 0.66 0.61
Keterangan : Heritabilitas (H) tinggi jika H > 0.5, rendah jika H < 0.2, sedang jika 0.2 < H < 0.5 4.2.5 Seri Persilangan UB14023 x UB1275
Hasil analisis intensitas serangan aphid terlihat pada Tabel 19. Dari
tabel tersebut terlihat bahwa intensitas serangan pada semua populasi rata-
rata kurang dari 10%, sehingga semua populasi termasuk kategori tahan.
Intensitas Seranga CABMV pada Populasi Seri Persilangan UB44590 x UB1290
0
10
20
30
40
50
0 2 4 6 8
Minggu ke
Inte
nsita
s S
eran
gan
(%)
UB44590
UB1290
F1
BC1.UB44590
BC1.UB1290
F2
43
Pada seri persilangan ini fluktuasi intensitas serangan juga tidak terlalu besar
(Gambar 9). Namun, pola serangan mirip dengan seri persilangan yang
lain, yaitu menurun sampai menjelang berbunga, kemudian meningkat lagi.
Seri persilangan tidak akan terpilih untuk pemuliaan berikutnya karena tidak
tahan terhadap virus mosaik (Tabel 20).
Tabel 19 . Intensitas Serangan (%) Aphid pada Persilangan UB14023 x UB1275
Umur (MST)
Populasi
UB14023 UB1275 F1 BC1.
UB14023 BC1.
UB1275 F2 2 3 4 3 2 5 4 3 4 3 4 5 3 4 4 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 3 0 1 6 0 0 0 1 2 2 7 1 0 0 0 5 5
Gambar 9. Grafik intensitas serangan Aphid pada populasi persilangan UB14023 x
UB1275
Intensitas serangan CABMV terlihat pada Tabel 20. Dari tabel
tersebut terlihat bahwa nilai intensitas serangan pada semua populasi sangat
bervariasi dan meningkat dengan bertambahnya umur tanaman. Namun,
peningkatan intensitas rata-rata masih di bawah 50%. Berdasarkan nilai ini,
ketahanan tanaman menjadi berkurang pada menjelang panen. Tanaman
tidak mempu melakukan pemuliaan setelah terserang virus mosaik Pola
perubahan intensitas serangan CABMV terlihat pada Gambar 10.
Intensitas Seranga Aphid pada Populasi Seri Persilangan UB14023 x UB1275
0
5
10
15
20
0 2 4 6 8
Minggu ke
Inte
nsita
s S
eran
gan
(%)
UB14023
UB1275
F1
BC1.UB14023
BC1.UB1275
F2
44
Tabel 20. Intensitas Serangan (%) CABMV pada Persilangan UB14023xUB1275
Umur (MST)
Populasi
UB14023 UB1275 F1 BC1.
UB14023 BC1.
UB1275 F2 2 0 1 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 4 26 15 14 28 27 28 5 27 23 30 31 34 31 6 33 21 39 43 41 34 7 41 36 51 44 46 43
Gambar 10. Grafik intensitas serangan CABMV pada populasi persilangan
UB14023 x UB1275
Nilai heritabilitas ketahanan terhadap aphid dan CABMV terlihat pada
Tabel 21. Dari tabel tersebut terlihat bahwa heritabilitas ketahanan terhadap
aphid maupun CABMV rata-rata bernilai rendah sampai sedang, sehingga
memberikan rekomendasi penggunaan metode bulk pada program seleksi
berikutnya.
Tabel 21. Heritabilitas Serangan Aphid pada Persilangan UB14023 x UB1275
Waktu Ketahanan terhadap Aphid Ketahanan terhadap CABMV (MST) Luas Sempit Luas Sempit
2 0.13 0.14 0.00 0.00 3 0.18 0.14 0.00 0.00 4 1.00 2.00 0.11 0.10 5 0.91 0.26 0.12 0.03 6 1.00 0.11 0.18 0.03 7 0.94 0.79 0.26 0.23
Keterangan : Heritabilitas (H) tinggi jika H > 0.5, rendah jika H < 0.2, sedang jika 0.2 < H < 0.5
Intensitas Seranga CABMV pada Populasi Seri Persilangan UB14023 x UB1275
0
10
20
30
40
50
0 2 4 6 8
Minggu ke
Inte
nsita
s S
eran
gan
(%)
UB14023
UB1275
F1
BC1.UB14023
BC1.UB1275
F2
45
4.2.2 Penelitian 2. Pendugaan jumlah dan model aksi gen ketahanan terhadap virus mosaik dan hama aphid serta berdaya hasil tinggi
4.2.2.1 Seri Persilangan UB34041 x UB1244
Hasil analisis segregasi sifat ketahanan terhadap aphid terlihat pada
Tabel 22. Dari tabel tersebut terlihat bahwa rasio yang dapat diterima
sebagai penduga jumlah gen adalah 15:1 dan yang mengendalikan
ketahanan terhadap aphid adalah gen dominan ganda (rangkap). Tanaman
menjadi tahan apabila terdapat dua gen dominan bersama-sama. Apabila
hanya ada satu saja gen dominan, tanaman menjadi rentan. Adanya dua gen
dapat menyebabkan terjadinya interaksi antar gen.
Tabel 22. Nilai χ2 hitung hasil uji Chi Square ketahanan terhadap Aphid pada populasi F2 hasil persilangan UB34041 x UB1244
Minggu ke (MST)
2 3 4 5 6 7 2 Kelas (tahan : rentan) 3 : 1 71.05* 70.06* 99.68* 67.84* 81.78* 61.36* 9 : 7 188.23* 183.18* 211.56* 184.10* 196.42* 178.18* 13 : 3 44.00* 43.61* 66.70* 41.67* 52.41* 36.83* 15 : 1 3.23ns 3.69ns 21.59* 2.32ns 8.78* 0.65ns 3 Kelas (tahan : agak tahan : rentan) 1 : 2 : 1 307.66* 535.58* 663.31* 607.11* 724.97* 587.50* 9 : 6 : 1 18.17* 91.57* 136.34* 117.85* 161.86* 113.33* 9 : 3 : 4 16.27* 12.54* 38.67* 23.99* 50.53* 21.78* 12 : 3 : 1 72.54* 97.87* 144.47* 116.63* 161.64* 108.57* 4 Kelas (tahan : agak tahan : agak rentan : rentan) 9 : 3 : 3 : 1 72.61* 98.43* 144.47* 117.17* 161.68* 113.20*
Keterangan : * berbeda nyata, ns tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
Rasio kecocokan 15:1 diartikan bahwa 15/16 bagian dari seluruh
populasi F2 adalah tahan dan 1/16 bagian yang lain adalah rentan.
Tanaman menjadi tahan dengan adanya gen dominan T., .R atau TR. Gen-
gen dominan tersebut bersifat saling menambah dan substitusi serta tidak
saling epistatis. Sebaliknya, tanaman menjadi rentan apabila tidak terdapat
gen dominan atau hanya mempunyai genotip ttrr. Ekspresi dominan ganda
dapat menyebabkan interaksi antar gen, terutama interaksi aditif x dominan
46
atau dominan x dominan. Dengan demikian pada populasi ini perlu
dilanjutkan dengan uji skala dan analisis aksi gen untuk mengetahui model
interaksinya.
Tanaman tahan terhadap hama aphid, mempunyai skala kerusakan 0
(tanaman sehat, tidak ada kerusakan), sedang tanaman rentan mempunyai
skala serangan 1 (bercak kuning tak teratur) sampai 5 (tunas samping dan
titik tumbuh mati). Berdasarkan rasio tersebut, pada populasi segregasi
akan diperoleh tanaman sehat sekitar 15/16 bagian. Hasil ini mempunyai
implikasi pada besarnya galur-galur tahan yang dapat diseleksi. Dalam
suatu populasi bulk akan dapat diseleksi galur-galur tahan maksimal 15/16
bagian dari seluruh anggota populasi. Untuk sifat ketahanan terhadap virus
mosaik juga terjadi kondisi yang demikian.
Pada generasi F2 atau berikutnya dapat muncul tanaman yang
menunjukkan perkembangan sifat ketahanan yang lebih ekstrim dari kedua
induknya (transgresi segregatif). Karena sifat ketahanan terhadap Aphid
dikendalikan oleh dua gen dominan, maka kondisi demikian hanya akan
terjadi pada tanaman yang mempunyai susunan genotip homosigot dominan
(TTRR). Apabila tanaman ini dapat diseleksi akan diperoleh galur murni
dengan tingkat ketahanan yang tinggi dan tahan lama. Tanaman dengan
genotipa homosigot tidak akan mengalami segregasi dan gen ketahanannya
tidak akan berubah selama tidak terjadi mutasi.
Hasil analisis segregasi ketahanan terhadap CABMV terlihat pada
Tabel 23. Dari tabel tersebut terlihat bahwa rasio yang dapat diterima
sebagai penduga jumlah gen adalah 15:1, dan yang mengendalikan
ketahanan terhadap CABMV adalah gen dominan ganda. Hasil ini sama
dengan gen ketahanan terhadap aphid. Pada seri persilangan UB34041 x
UB1244, gen-gen yang mengendalikan ketahanan terhadap aphid dan
CABMV memang sama-sama bersifat gen dominan ganda, namun secara
fisik gen-nya sendiri berbeda. Pada kondisi demikian program seleksi
ketahanan terhadap aphid dan CABMV dapat dilakukan bersama-sama,
lebih mudah pelaksanaannya dan hasilnya akan lebih teliti.
47
Tabel 23. Nilai χ2 hitung uji Chi Square ketahanan terhadap CABMV pada populasi F2 hasil persilangan UB34041 x UB1244
Minggu ke (MST)
2 3 4 5 6 7 2 Kelas (tahan : rentan) 3 : 1 101.35* 43.57* 55.20* 18.82* 2.10ns 56.20* 9 : 7 215.12* 163.01* 172.41* 133.33* 84.69* 67.89* 13 : 3 67.80* 24.12* 32.34* 9.56* 22.22* 112.58* 15 : 1 21.92* 2.33ns 0.02ns 29.79* 249.64* 708.81* 3 Kelas (tahan : agak tahan : rentan) 1 : 2 : 1 900.00* 618.42* 347.07* 185.42* 262.00* 277.19* 9 : 6 : 1 233.33* 141.24* 32.45* 40.23* 305.27* 774.29* 9 : 3 : 4 100.00* 41.82* 1.77ns 49.09* 261.41* 736.53* 12 : 3 : 1 233.33* 115.70* 54.80* 23.47* 17.96* 87.16* 4 Kelas (tahan : agak tahan : agak rentan : rentan) 9 : 3 : 3 : 1 233.33* 117.85* 55.02* 23.63* 27.95* 168.31*
Keterangan : * berbeda nyata, ns tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
Hasil uji skala untuk mengetahui model pengaruh gen ketahanan
terhadap aphid terlihat pada Tabel 24. Berdasarkan uji skala 6 parameter,
pada seri persilangan ini terdapat interaksi gen aditifxdominan. Sifat aditif
menunjukkan nilai genetik dari gen ketahanan, sedangkan sifat dominan
adalah hasil interaksi antar alel dalam satu lokus. Apabila terjadi interaksi
aditifxdominan, maka nilai tersebut akan semakin berarti. Ketahanan
tanaman akan semakin tinggi dan proses seleksi pada populasi segregasi
akan diperoleh kemajuan genetik yang berarti.
Hasil uji skala untuk mengetahui model pengaruh gen ketahanan
terhadap virus mosaik terlihat pada Tabel 25. Untuk ketahanan terhadap
virus mosaik, terdapat interaksi aditifxdominan dan dominanxdominan. Hasil
ini lebih memberikan harapan bahwa dengan seleksi akan diperoleh
kemajuan genetik yang lebih berarti.
48
Tabel 24. Uji Skala serangan Aphid pada persilangan UB34041 x UB1244 Parameter/ Generasi
Minggu ke- (MST) Rata-rata ± SE
N 2 n 3 n 4 n 5 n 6 n 7 UB34041 100 0.40±0.05 100 0.17±0.04 98 0.15±0.04 91 0.13±0.04 94 0.11±0.03 91 0.36±0.06 UB1244 100 0.22±0.04 100 0.15±0.04 89 0.03±0.02 91 0.14±0.06 94 0.06±0.03 91 0.18±0.04 F1 50 0.00±0.00 50 0.04±0.03 46 0.00±0.00 45 0.00±0.00 45 0.20±0.08 45 0.27±0.07 BC1.1 50 0.22±0.08 50 0.18±0.07 46 0.11±0.05 44 0.20±0.09 47 0.13±0.06 47 0.23±0.11 BC1.2 50 0.42±0.07 50 0.10±0.05 50 0.08±0.04 50 0.12±0.05 50 0.10±0.05 50 0.12±0.05 F2 298 0.37±0.04 288 0.20±0.03 295 0.10±0.02 295 0.19±0.03 295 0.10±0.02 295 0.23±0.04 Skala A 0.04±0.16ns 0.15±0.14ns 0.06±0.10ns 0.28±0.18ns -0.05±0.14ns -0.16±0.24ns B 0.62±0.15* 0.01±0.11ns 0.13±0.08ns 0.10±0.12ns -0.06±0.13ns -0.20±0.13ns C 0.86±0.15* 0.39±0.14* 0.22±0.08* 0.50±0.15* -0.18±0.18ns -0.14±0.22ns Model m 0.37±0.04* 0.20±0.03* 0.10±0.02* 0.19±0.03* 0.10±0.02* 0.23±0.04* a -0.20±0.10ns 0.08±0.09ns 0.03±0.06ns 0.08±0.10ns 0.03±0.08ns 0.11±0.12ns d -0.51±0.25* -0.35±0.21ns -0.12±0.14ns -0.26±0.25ns 0.18±0.20ns -0.23±0.30ns aa -0.20±0.25ns -0.23±0.21ns -0.03±0.14ns -0.12±0.25ns 0.06±0.18 ad -0.58±0.05* 0.14±0.03* -0.06±0.02* 0.18±0.05* 0.01±0.03 dd -0.46±0.20* 0.07±0.14ns -0.16±0.07* -0.25±0.20ns 0.05±0.13
Keterangan : * berbeda nyata, ns tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
49
Tabel 25. Uji Skala serangan CABMV pada persilangan UB34041 x UB1244 Parameter/ Generasi
Minggu ke- (MST) Rata-rata ± SE
n 2 n 3 n 4 n 5 n 6 n 7 UB34041 100 0.00±0.00 100 0.77±0.06 95 0.63±0.06 91 0.78±0.04 91 1.73±0.11 91 2.16±0.11 UB1244 100 0.00±0.00 100 0.46±0.07 86 0.55±0.07 91 0.81±0.08 91 1.27±0.11 91 1.86±0.11 F1 50 0.00±0.00 50 0.00±0.00 46 0.59±0.07 44 0.64±0.11 45 0.71±0.12 45 1.71±0.18 BC1.1 50 0.00±0.00 50 0.48±0.11 46 0.22±0.08 47 0.34±0.10 47 0.62±0.16 47 1.40±0.20 BC1.2 50 0.00±0.00 50 0.04±0.03 50 0.36±0.10 50 0.66±0.12 50 0.58±0.15 50 0.52±0.14 F2 300 0.00±0.00 300 0.22±0.03 295 0.36±0.04 295 0.58±0.05 295 0.78±0.06 295 1.13±0.07 Skala A 0.19±0.23ns -0.78±0.18* -0.74±0.23* -1.20±0.35* -1.07±0.45* B -0.38±0.09* -0.41±0.22ns -0.13±0.27ns -0.83±0.33* -2.53±0.35* C -0.35±0.17* -0.93±0.23* -0.55±0.31ns -1.30±0.38* -2.94±0.49* Model m 0.22±0.03* 0.36±0.04* 0.58±0.05* 0.78±0.06* 1.13±0.07* a 0.44±0.11* -0.14±0.12ns -0.32±0.15* 0.04±0.21ns 0.88±0.25* d -0.46±0.27ns -0.27±0.30ns -0.48±0.38ns -1.51±0.52* -0.95±0.61ns aa 0.16±0.27ns -0.27±0.29ns -0.32±0.36ns -0.72±0.50ns -0.65±0.58ns ad 0.57±0.06* -0.37±0.07* -0.61±0.10* -0.38±0.21ns 1.46±0.27* dd 0.03±0.24ns 1.47±0.30* 1.18±0.46* 2.75±0.88* 4.25±1.22*
Keterangan : * berbeda nyata, ns tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
50
Hasil pengamatan umur berbunga dan panen serta analisis
heritabilitas arti luas dan arti sempit untuk masing-masing variabel terlihat
pada Tabel 26. Dari hasil tersebut terlihat bahwa populasi F2 yang akan
dikembangkan mempunyai keragaman dan nilai heritabilitas rendah
sampai sedang. Apabila seleksi dilakukan melalui variabel-variabel
tersebut, maka nilai ini memberikan rekomendasi agar digunakan metode
bulk dengan seleksi massa. Namun demikian, kegiatan seleksi akan
dilakukan dengan mendasarkan pada heritabilitas sifat ketahanan,
sebagaimana hasil yang telah diperoleh pada penelitian 1.
Tabel 26. Rata-rata dan Heritabilitas Komponen Hasil Seri Persilangan UB34041
x UB1244
Populasi
Komponen Umur Berbunga
Jumlah Polong
Panjang polong (cm)
Jumlah Biji/polong
Bobot per polong (g)
UB34041 35.27±0.16 15.05±0.39 60.15±0.64 19.41±0.46 22.35±1.22 UB1244 38.49±0.38 15.48±0.38 61.34±0.61 19.68±0.42 22.62±0.79 F1 42.24±0.26 16.27±0.51 62.89±0.91 18.06±0.53 24.56±1.47 BC1.1 42.97±0.33 15.98±0.54 60.76±0.89 18.08±0.54 21.09±1.18 BC1.2 42.62±0.30 15.87±0.54 60.43±0.93 17.13±0.84 22.92±2.54 F2 42.37±0.12 17.00±0.21 62.42±0.39 17.68±0.30 25.57±1.12 H luas 0.20 0.05 0.24 0.11 0.48 H sempit 0.18 0.03 0.19 0.10 0.43
Keterangan : H : heritabilitas, tinggi (>0,5), rendah (< 0,2), sedang (0.2 < H < 0.5) 4.2.2.2 Seri Persilangan UB44074 x UB705
Hasil analisis segregasi sifat ketahanan terhadap aphid terlihat
pada Tabel 27. Dari tabel tersebut terlihat bahwa rasio yang dapat
diterima sebagai penduga jumlah gen adalah 15:1 dan yang
mengendalikan ketahanan terhadap aphid adalah gen dominan ganda.
Tanaman menjadi tahan apabila terdapat dua gen dominan bersama-
sama. Apabila tanaman hanya mengandung satu gen dominan, tanaman
menjadi rentan. Adanya dua gen dapat menyebabkan terjadinya interaksi
antar gen.
51
Tabel 27. Nilai X2 hitung uji Chi Square ketahanan terhadap Aphid pada populasi F2 hasil persilangan UB44074 x UB705
Minggu ke (MST)
2 3 4 5 6 7 2 Kelas (tahan : rentan) 3 : 1 96.05* 18.79* 64.28* 68.10* 62.75* 24.78* 9 : 7 210.70* 135.13* 176.34* 178.94* 175.76* 136.17* 13 : 3 63.52* 9.55* 39.37* 42.34* 38.15* 12.65* 15 : 1 17.69* 31.10* 1.92ns 3.42ns 1.36ns 16.31* 3 Kelas (tahan : agak tahan : rentan) 1 : 2 : 1 385.95* 248.61* 542.76* 569.37* 621.33* 509.64* 9 : 6 : 1 41.11* 55.76* 97.55* 107.08* 129.02* 132.08* 9 : 3 : 4 23.48* 36.98* 15.10* 20.15* 31.78* 47.93* 12 : 3 : 1 95.03* 18.21* 98.86* 108.83* 123.82* 81.98* 4 Kelas (tahan : agak tahan : agak rentan : rentan) 9 : 3 : 3 : 1 95.05* 26.42* 98.90* 108.87* 123.98* 95.21*
Keterangan : * berbeda nyata, ns tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
Hasil analisis segregasi ketahanan terhadap CABMV terlihat pada
Tabel 28. Dari tabel tersebut terlihat bahwa rasio yang dapat diterima
sebagai penduga jumlah gen adalah 15:1, dan yang mengendalikan
ketahanan terhadap CABMV adalah gen dominan ganda. Hasil ini sama
dengan gen ketahanan terhadap aphid, sehingga seleksinya dapat
dilakukan bersama-sama.
Tabel 28. Nilai X2 hitung uji Chi Square ketahanan terhadap CABMV pada populasi F2 hasil persilangan UB44074 x UB705
Minggu ke (MST)
2 3 4 5 6 7 2 Kelas (tahan : rentan) 3 : 1 101.35* 45.35* 80.25* 47.30* 0.57ns 53.08* 9 : 7 215.12* 164.80* 190.01* 159.58* 97.14* 65.63* 13 : 3 67.80* 25.32* 51.72* 27.06* 8.71* 107.01* 15 : 1 21.92* 1.66ns 9.53* 0.39ns 137.26* 676.83* 3 Kelas (tahan : agak tahan : rentan) 1 : 2 : 1 900.00* 443.95* 573.16* 400.40* 297.14* 263.19* 9 : 6 : 1 233.33* 70.73* 105.76* 56.30* 198.58* 738.67* 9 : 3 : 4 100.00* 5.98ns 21.14* 1.91ns 148.36* 702.63* 12 : 3 : 1 233.33* 61.41* 113.88* 56.68* 18.80* 81.24* 4 Kelas (tahan : agak tahan : agak rentan : rentan) 9 : 3 : 3 : 1 233.33* 62.69* 114.05* 56.69* 40.84* 127.09*
Keterangan : * berbeda nyata, ns tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
52
Hasil pengamatan umur berbunga dan panen serta analisis
heritabilitas arti luas dan arti sempit untuk masing-masing variabel terlihat
pada Tabel 29. Dari hasil tersebut terlihat bahwa populasi F2 yang akan
dikembangkan mempunyai keragaman dan nilai heritabilitas rendah
sampai sedang. Apabila seleksi dilakukan melalui variabel-variabel
tersebut, maka nilai ini memberikan rekomendasi agar digunakan metode
bulk dengan seleksi massa. Namun demikian, kegiatan seleksi akan
dilakukan dengan mendasarkan pada heritabilitas sifat ketahanan,
sebagaimana hasil yang telah diperoleh pada penelitian 1.
Tabel 29. Rata-rata dan Heritabilitas Komponen Hasil Seri Persilangan UB44074
x UB705
Populasi
Komponen Umur
Berbunga Jumlah Polong
Panjang Polong (cm)
Jumlah Biji/polong
Bobot Polong (g)
UB44074 43.47±0.32 15.88±0.28 62.48±0.51 21.78±0.22 24.52±0.45 UB705 42.41±0.34 16.55±0.31 62.02±0.68 21.14±0.23 26.79±0.56
F1 41.72±0.47 17.84±0.42 62.14±0.82 21.46±0.30 25.88±0.83 BC1.1 47.85±0.40 16.84±0.43 61.99±0.93 21.05±0.36 25.89±0.83 BC1.2 43.80±0.52 15.21±0.38 61.41±0.87 20.61±0.33 25.35±0.77
F2 42.55±0.19 17.18±0.17 62.01±0.40 20.91±0.15 24.66±0.31 H luas 0.02 0.09 0.35 0.32 0.14
H sempit 0.00 0.08 0.27 0.27 0.11 Keterangan : H : heritabilitas, tinggi (>0,5), rendah (< 0,2), sedang (0.2 < H < 0.5)
Hasil uji skala untuk mengetahui model pengaruh gen ketahanan
terhadap aphid terlihat pada Tabel 30. Berdasarkan uji skala 6 parameter,
pada seri persilangan ini terdapat interaksi gen aditifxdominan. Apabila
terjadi interaksi aditifxdominan, maka nilai tersebut akan semakin berarti.
Ketahanan tanaman akan semakin tinggi dan proses seleksi pada
populasi segregasi akan diperoleh kemajuan genetik yang berarti. Uji
skala untuk ketahanan terhadap virus mosaik, tidak terdapat interaksi
antar gen ketahanan (Tabel 31).
Dari berbagai hasil di atas menunjukkan bahwa dua seri
persilangan tersebut berpeluang untuk dilakukan pemuliaan lebih lanjut,
dengan mendasarkan metode bulk dan seleksi massa.
53
Tabel 30. Uji Skala serangan Aphid pada persilangan UB44074 x UB705 Parameter/ Generasi
Minggu ke- (MST) Rata-rata ± SE
n 2 n 3 n 4 n 5 n 6 n 7 UB44074 100 0.22±0.04 92 0.52±0.07 95 0.17±0.04 95 0.11±0.04 95 0.09±0.03 95 0.46±0.09 UB705 100 0.23±0.04 98 0.50±0.05 94 0.14±0.04 94 0.13±0.03 94 0.10±0.03 94 0.49±0.09 F1 50 0.24±0.06 50 0.32±0.07 47 0.13±0.05 47 0.06±0.04 47 0.09±0.04 47 0.62±0.14 BC1.1 50 0.12±0.05 50 0.56±0.08 48 0.13±0.05 47 0.28±0.08 47 0.32±0.10 47 0.49±0.11 BC1.2 50 0.50±0.08 50 0.90±0.10 50 0.28±0.10 48 0.06±0.04 48 0.10±0.05 48 0.52±0.15 F2 300 0.27±0.03 300 0.50±0.04 284 0.21±0.03 282 0.18±0.03 286 0.18±0.03 283 0.38±0.05 Skala A -0.22±0.12ns 0.28±0.19ns -0.05±0.11ns 0.38±0.18* 0.46±0.20* -0.10±0.28ns B 0.53±0.17* 0.98±0.22* 0.29±0.21ns -0.07±0.09ns 0.03±0.12ns -0.06±0.34ns C 0.16±0.17ns 0.34±0.23ns 0.28±0.17ns 0.36±0.15* 0.35±0.16* -0.66±0.37ns Model m 0.27±0.03* 0.50±0.04* 0.21±0.03* 0.18±0.03* 0.18±0.03* 0.38±0.05* a -0.38±0.09* -0.34±0.13* -0.16±0.11ns 0.21±0.09* 0.21±0.11ns -0.03±0.19ns d 0.16±0.22ns 0.73±0.32* -0.06±0.26ns -0.10±0.22ns 0.12±0.26ns 0.63±0.46ns aa 0.15±0.21ns 0.92±0.31* -0.04±0.26 -0.05±0.22ns 0.13±0.26ns 0.49±0.43 ad -0.75±0.04* -0.70±0.08* -0.34±0.05 0.45±0.04* 0.43±0.05* -0.04±0.16 dd -0.46±0.16* -2.18±0.33* -0.21±0.22 -0.27±0.16ns -0.62±0.22* -0.33±0.70
Keterangan : * berbeda nyata, ns tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
54
Tabel 31. Uji Skala serangan CABMV pada persilangan UB44074 x UB705 Parameter/ Generasi
Minggu ke- (MST) Rata-rata ± SE
n 2 n 3 n 4 n 5 n 6 n 7 UB44074 100 0.00±0.00 96 0.05±0.02 95 0.16±0.04 95 0.47±0.07 97 0.75±0.10 97 1.58±0.12 UB705 82 0.00±0.00 100 0.37±0.07 94 0.16±0.04 94 0.47±0.06 94 0.83±0.11 94 1.91±0.12 F1 50 0.00±0.00 50 0.12±0.06 47 0.13±0.05 47 0.40±0.08 47 0.89±0.15 47 1.87±0.16 BC1.1 50 0.00±0.00 50 0.18±0.08 48 0.13±0.05 47 0.49±0.11 47 0.98±0.18 47 0.96±0.17 BC1.2 50 0.00±0.00 50 0.18±0.09 50 0.26±0.07 48 0.38±0.08 48 0.50±0.14 48 1.23±0.19 F2 300 0.00±0.00 300 0.31±0.04 283 0.17±0.03 282 0.33±0.04 288 0.69±0.06 285 1.11±0.07 Skala A 0.19±0.18ns -0.04±0.11ns 0.10±0.24ns 0.31±0.40ns -1.53±0.40* B -0.13±0.21ns 0.23±0.16ns -0.12±0.19ns -0.72±0.33* -1.33±0.42* C 0.59±0.21* 0.09±0.16ns -0.45±0.25ns -0.62±0.43ns -2.82±0.47* Model m 0.31±0.04* 0.17±0.03* 0.33±0.04* 0.69±0.06* 1.11±0.07* a 0.00±0.13ns -0.14±0.09ns 0.11±0.14ns 0.48±0.22* -0.27±0.25ns d -0.62±0.30* 0.07±0.22ns 0.36±0.33ns 0.31±0.54ns 0.08±0.62ns aa -0.53±0.29ns 0.11±0.21 0.42±0.32 0.21±0.51ns -0.05±0.59ns ad 0.32±0.07* -0.27±0.03 0.22±0.08 1.03±0.22* -0.21±0.29ns dd 0.48±0.30ns -0.30±0.15 -0.40±0.36 0.20±0.98ns 2.91±1.25*
Keterangan : * berbeda nyata, ns tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
55
4.2.2.3 Seri Persilangan UB44558 x UB733
Hasil analisis segregasi sifat ketahanan terhadap aphid terlihat
pada Tabel 32. Dari tabel tersebut terlihat bahwa rasio yang dapat
diterima sebagai penduga jumlah gen adalah 3:1 dan yang
mengendalikan ketahanan terhadap aphid adalah gen dominan tunggal.
Rasio 3:1 diartikan bahwa 3/4 bagian dari seluruh populasi F2 adalah
tahan dan 1/4 bagian yang lain adalah rentan. Tanaman menjadi tahan
dengan adanya gen dominan T. Gen ketahanan dominan tunggal tidak
memungkinkan adanya interaksi antar gen, sehingga tidak diperlukan uji
skala.
Tabel 32. Nilai X2 hitung uji Chi Square ketahanan terhadap Aphid pada populasi F2 hasil persilangan UB44558 x UB733
Minggu ke (MST)
2 3 4 5 6 7 2 Kelas (tahan : rentan) 3 : 1 101.35* 1.97ns 72.71* 75.83* 35.20* 4.20* 9 : 7 215.12* 106.30* 183.03* 183.64* 145.39* 104.15* 13 : 3 67.80* 7.13* 45.88* 48.50* 19.01* 5.58* 15 : 1 21.92* 117.14* 5.48* 7.73* 4.80* 83.51* 3 Kelas (tahan : agak tahan : rentan) 1 : 2 : 1 316.32* 61.55* 708.32* 608.52* 559.25* 422.42* 9 : 6 : 1 28.53* 122.64* 162.74* 122.48* 132.87* 189.69* 9 : 3 : 4 48.80* 188.91* 53.66* 29.68* 42.39* 117.67* 12 : 3 : 1 110.45* 46.12* 160.06* 125.45* 102.46* 59.42* 4 Kelas (tahan : agak tahan : agak rentan : rentan) 9 : 3 : 3 : 1 110.45* 64.89* 160.63* 127.57* 131.00* 184.19*
Keterangan : * berbeda nyata, ns tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
Hasil analisis segregasi ketahanan terhadap CABMV terlihat pada
Tabel 33. Dari tabel tersebut terlihat bahwa tidak ada rasio yang dapat
diterima pada taraf uji 5%, sehingga gen yang mengendalikan ketahanan
tidak diketahui. Hasil ini tidak memberikan rekomendasi untuk dilakukan
uji lebih lanjut.
56
Tabel 33. Nilai X2 hitung uji Chi Square ketahanan terhadap CABMV pada populasi F2 hasil persilangan UB44558 x UB733
Minggu ke (MST)
2 3 4 5 6 7 2 Kelas (tahan : rentan) 3 : 1 97.35* 97.35* 97.35* 97.35* 97.35* 97.35* 9 : 7 206.59* 206.59* 206.59* 206.59* 206.59* 206.59* 13 : 3 65.16* 65.16* 65.16* 65.16* 65.16* 65.16* 15 : 1 21.13* 21.13* 21.13* 21.13* 21.13* 21.13* 3 Kelas (tahan : agak tahan : rentan) 1 : 2 : 1 864.00* 864.00* 864.00* 864.00* 864.00* 864.00* 9 : 6 : 1 224.00* 224.00* 224.00* 224.00* 224.00* 224.00* 9 : 3 : 4 96.00* 96.00* 96.00* 96.00* 96.00* 96.00* 12 : 3 : 1 224.00* 224.00* 224.00* 224.00* 224.00* 224.00* 4 Kelas (tahan : agak tahan : agak rentan : rentan) 9 : 3 : 3 : 1 224.00* 224.00* 224.00* 224.00* 224.00* 224.00*
Keterangan : * berbeda nyata, ns tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
Hasil pengamatan umur berbunga dan panen serta analisis
heritabilitas arti luas dan arti sempit untuk masing-masing variabel terlihat
pada Tabel 34. Dari hasil tersebut terlihat bahwa populasi F2 yang akan
dikembangkan mempunyai keragaman dan nilai heritabilitas rendah
sampai sedang. Apabila seleksi dilakukan melalui variabel-variabel
tersebut, maka nilai ini memberikan rekomendasi agar digunakan metode
bulk dengan seleksi massa. Walaupun seri persilangan ini tidak akan
dipilih untuk seleksi sifat ketahanan, namun dapat digunakan untuk
kegiatan penelitian yang lain.
Tabel 34. Rata-rata dan Heritabilitas Komponen Hasil Seri Persilangan UB44558
x UB733
Populasi
Komponen Umur
Berbunga Jumlah Polong
Panjang Polong (cm)
Jumlah Biji/polong
Bobot Polong (g)
UB44558 43.86±0.29 15.79±0.27 62.61±0.62 21.14±0.22 25.37±0.46 UB733 46.23±0.29 14.97±0.33 62.25±0.50 20.83±0.22 23.77±0.41 F1 46.04±0.43 16.52±0.32 62.50±0.87 21.74±0.28 24.93±0.68 BC1.1 45.22±0.43 14.21±0.48 61.30±0.98 21.07±0.16 22.19±0.56 BC1.2 44.62±0.43 15.80±0.39 64.56±0.93 21.98±0.28 27.39±0.67 F2 44.52±0.18 15.79±0.20 62.06±0.40 20.99±0.15 23.13±0.25 H luas 0.12 0.38 0.33 0.33 0.05 H sempit 0.06 0.34 0.21 1.22 0.00
Keterangan : H : heritabilitas, tinggi (>0,5), rendah (< 0,2), sedang (0.2 < H < 0.5)
57
4.2.2.4 Seri persilangan UB44590 x UB1290
Hasil analisis segregasi sifat ketahanan terhadap aphid terlihat
pada Tabel 35. Dari tabel tersebut terlihat bahwa rasio yang dapat
diterima sebagai penduga jumlah gen adalah 15:1 dan yang
mengendalikan ketahanan terhadap aphid adalah gen dominan ganda.
Tanaman menjadi tahan apabila terdapat dua gen dominan bersama-
sama. Apabila tanaman hanya mengandung satu gen dominan, tanaman
menjadi rentan. Adanya dua gen dapat menyebabkan terjadinya interaksi
antar gen, namun dari hasil uji skala tidak terdapat interaksi gen
ketahanan (Tabel 38).
Tabel 35. Nilai X2 hitung uji Chi Square ketahanan terhadap Aphid pada populasi F2 hasil persilangan UB44590 x UB1290
Minggu ke (MST)
2 3 4 5 6 7 2 Kelas (tahan : rentan) 3 : 1 160.98* 166.13* 135.41* 150.92* 113.84* 128.83* 9 : 7 362.66* 367.01* 342.26* 354.08* 318.32* 331.00* 13 : 3 104.85* 108.97* 84.63* 96.88* 68.65* 80.06* 15 : 1 24.99* 28.72* 9.31* 18.31* 2.28ns 7.62* 3 Kelas (tahan : agak tahan : rentan) 1 : 2 : 1 1,007.76* 1,144.10* 1,359.61* 1,483.87* 1,321.36* 1,313.60* 9 : 6 : 1 175.15* 226.92* 318.15* 369.99* 316.19* 306.09* 9 : 3 : 4 34.84* 57.98* 109.36* 146.78* 112.44* 103.92* 12 : 3 : 1 202.09* 241.89* 312.46* 367.73* 301.92* 299.44* 4 Kelas (tahan : agak tahan : agak rentan : rentan) 9 : 3 : 3 : 1 202.19* 241.93* 313.18* 368.23* 302.36* 299.54*
Keterangan : * berbeda nyata, ns tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
Hasil analisis segregasi ketahanan terhadap CABMV terlihat pada
Tabel 38. Dari tabel tersebut terlihat bahwa tidak ada rasio yang dapat
diterima pada taraf uji 5%, sehingga gen yang mengendalikan ketahanan
tidak diketahui. Hasil ini tidak memberikan rekomendasi untuk dilakukan
uji lebih lanjut. Namun nilai X2 dari rasio 3:1 pada pengamatan ke-3
menunjukkan nilai terkecil dan pada taraf uji 10% menjadi tidak nyata,
sehingga gen yang pengendali ketahanan yang paling mendekati adalah
dominan tunggal.
58
Tabel 36. Nilai X2 hitung uji Chi Square ketahanan terhadap CABMV pada populasi F2 hasil persilangan UB44590 x UB1290
Minggu ke (MST)
2 3 4 5 6 7 2 Kelas (tahan : rentan) 3 : 1 177.01* 176.68* 4.48* 21.05* 189.38* 415.51*
9 : 7 376.54* 375.83* 148.67* 217.21
* 125.65* 170.97* 13 : 3 117.68* 117.46* 41.45* 11.63* 322.35* 612.07*
15 : 1 37.03* 36.97* 461.41* 87.86* 1,780.45
* 2,915.06
* 3 Kelas (tahan : agak tahan : rentan)
1 : 2 : 1 1,581.00* 1,578.00
* 31.70* 581.81
* 442.85* 571.36*
9 : 6 : 1 409.89* 409.11* 490.00* 184.55
* 1,848.94
* 2,969.10
*
9 : 3 : 4 175.67* 175.33* 667.50* 94.92* 1,805.11
* 2,942.53
* 12 : 3 : 1 409.89* 409.11* 158.75* 41.96* 215.23* 436.96* 4 Kelas (tahan : agak tahan : agak rentan : rentan) 9 : 3 : 3 : 1 409.89* 409.11* 218.08* 50.30* 279.36* 559.76*
Keterangan : * berbeda nyata, ns tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
Hasil pengamatan umur berbunga dan panen serta analisis
heritabilitas arti luas dan arti sempit untuk masing-masing variabel terlihat
pada Tabel 37. Dari hasil tersebut terlihat bahwa populasi F2 yang akan
dikembangkan mempunyai keragaman dan nilai heritabilitas rendah
sampai sedang, sehingga apabila akan di seleksi sebaiknya
menggunakan metode bulk dengan seleksi massa. Walaupun seri
persilangan ini tidak akan dipilih untuk seleksi sifat ketahanan, namun
dapat digunakan untuk kegiatan penelitian yang lain.
Tabel 37. Rata-rata dan Heritabilitas Komponen Hasil Seri Persilangan UB44590
x UB1290 Populasi
Komponen UB JUMPOL PANPOL JUMBIPOL BPR
UB44590 47.67±0.29 12.04±0.13 55.28±0.56 17.79±0.15 20.28±0.30 UB1290 41.21±0.46 12.24±0.11 49.20±0.62 17.31±0.17 18.53±0.39 F1 44.61±0.99 12.77±0.17 53.67±0.75 17.28±0.24 19.17±0.46 BC1.1 45.07±0.55 13.46±0.19 55.24±0.94 17.87±0.28 22.78±0.65 BC1.2 44.72±0.55 13.11±0.16 55.97±0.79 17.56±0.24 21.35±0.50
59
F2 44.43±0.21 11.89±0.07 54.42±0.33 17.22±0.10 20.76±0.21 H luas 0.07 0,07 0,12 0,14 0,21 H sempit 0.81 0,05 0,03 0,04 0,01
Keterangan : H : heritabilitas, tinggi (>0,5), rendah (< 0,2), sedang (0.2 < H < 0.5)
60
Tabel 38. Uji Skala serangan Aphid pada persilangan UB44590 x UB1290 Parameter/ Generasi
Minggu ke- (MST) Rata-rata ± SE
n 2 n 3 n 4 n 5 n 6 n 7 UB44590 98 0.16±0.04 98 0.09±0.03 98 0.09±0.04 98 0.02±0.01 98 0.14±0.05 96 0.15±0.05 UB1290 100 0.20±0.04 98 0.31±0.05 90 0.01±0.01 86 0.00±0.00 86 0.09±0.04 86 0.01±0.01 F1 46 0.13±0.05 47 0.02±0.02 46 0.00±0.00 46 0.00±0.00 46 0.09±0.06 46 0.09±0.06 BC1.1 44 0.18±0.06 44 0.20±0.06 44 0.05±0.03 41 0.00±0.00 41 0.05±0.05 39 0.21±0.10 BC1.2 48 0.25±0.06 44 0.07±0.04 47 0.15±0.06 47 0.13±0.07 47 0.19±0.08 47 0.00±0.00 F2 526 0.17±0.02 526 0.12±0.02 530 0.09±0.02 526 0.06±0.02 519 0.11±0.02 517 0.11±0.02 Skala A 0.07±0.13ns 0.30±0.13* 0.00±0.07ns -0.02±0.01ns -0.13±0.12ns 0.18±0.21ns B 0.17±0.14ns -0.19±0.09* 0.29±0.12* 0.26±0.14ns 0.20±0.18ns -0.10±0.06ns C 0.05±0.14ns 0.04±0.09ns 0.25±0.08* 0.20±0.07* 0.04±0.16ns 0.10±0.16ns Model m 0.17±0.02* 0.12±0.02* 0.09±0.02* 0.06±0.02* 0.11±0.02* 0.11±0.02* a -0.07±0.09ns 0.14±0.07ns -0.10±0.07ns -0.13±0.07ns -0.14±0.10ns 0.21±0.10* d 0.14±0.20ns -0.11±0.16ns -0.02±0.15ns 0.02±0.16ns -0.01±0.22ns -0.01±0.22ns aa 0.19±0.19 0.07±0.16ns 0.03±0.15ns 0.03±0.16ns 0.03±0.21 -0.02±0.21 ad -0.10±0.03 0.49±0.02* -0.29±0.02* -0.28±0.02* -0.34±0.04 0.28±0.04 dd -0.43±0.14 -0.17±0.09ns -0.32±0.08* -0.27±0.09* -0.10±0.18 -0.06±0.18
Keterangan : * berbeda nyata, ns tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
61
4.2.2.5 Seri persilangan UB14023 x UB1275
Hasil analisis segregasi sifat ketahanan terhadap aphid terlihat
pada Tabel 39. Dari tabel tersebut terlihat bahwa rasio yang dapat
diterima sebagai penduga jumlah gen adalah 15:1 dan yang
mengendalikan ketahanan terhadap aphid adalah gen dominan ganda.
Tanaman menjadi tahan apabila terdapat dua gen dominan bersama-
sama. Apabila tanaman hanya mengandung satu gen dominan, tanaman
menjadi rentan. Adanya dua gen dapat menyebabkan terjadinya interaksi
antar gen, namun dari hasil uji skala tidak terdapat interaksi antar gen
(Tabel 42).
Tabel 39. Nilai X2 hitung uji Chi Square ketahanan terhadap Aphid pada populasi F2 hasil persilangan UB14023 x UB1275
Minggu ke (MST)
2 3 4 5 6 7 2 Kelas (tahan : rentan) 3 : 1 101.35* 66.61* 100.68* 85.22* 77.64* 40.09* 9 : 7 215.12* 184.23* 213.70* 200.66* 193.66* 157.09* 13 : 3 67.80* 40.65* 67.36* 54.99* 49.10* 21.91* 15 : 1 21.92* 1.75ns 21.79* 10.45* 6.27* 3.50ns 3 Kelas (tahan : agak tahan : rentan) 1 : 2 : 1 508.98* 596.09* 886.02* 823.63* 813.44* 608.39* 9 : 6 : 1 78.80* 113.08* 228.24* 202.27* 200.42* 143.06* 9 : 3 : 4 20.20* 21.09* 96.69* 77.79* 77.16* 45.08* 12 : 3 : 1 107.68* 111.71* 228.25* 200.91* 197.15* 114.40* 4 Kelas (tahan : agak tahan : agak rentan : rentan) 9 : 3 : 3 : 1 107.68* 112.58* 228.25* 200.92* 197.37* 114.51*
Keterangan : * berbeda nyata, ns tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
Hasil analisis segregasi ketahanan terhadap CABMV terlihat pada
Tabel 40. Dari tabel tersebut terlihat bahwa tidak ada rasio yang dapat
diterima pada taraf uji 5%, sehingga gen yang mengendalikan ketahanan
tidak diketahui. Hasil ini tidak memberikan rekomendasi untuk dilakukan
uji lebih lanjut. Populasi F2 dari seri persilangan ini masih dapt dimanfaat
untuk tujuan pemuliaan yang lain, misalnya ketahanan terhadap aphid
saja atau daya hasil.
62
Tabel 40. Nilai X2 hitung uji Chi Square ketahanan terhadap CABMV pada populasi F2 hasil persilangan UB14023 x UB1275
Minggu ke (MST)
2 3 4 5 6 7 2 Kelas (tahan : rentan) 3 : 1 100.68* 100.68* 58.16* 132.38* 335.54* 648.01* 9 : 7 213.70* 213.70* 68.58* 76.49* 124.69* 223.35* 13 : 3 67.36* 67.36* 115.70* 216.31* 470.58* 844.88* 15 : 1 21.79* 21.79* 724.85* 1,146.70* 2,112.19* 3,448.99* 3 Kelas (tahan : agak tahan : rentan) 1 : 2 : 1 894.00* 894.00* 87.23* 164.01* 338.51* 659.33* 9 : 6 : 1 231.78* 231.78* 835.46* 1,245.25* 2,142.95* 3,475.75* 9 : 3 : 4 99.33* 99.33* 1,030.98* 1,396.41* 2,175.90* 3,474.40* 12 : 3 : 1 231.78* 231.78* 329.83* 352.69* 376.70* 652.54* 4 Kelas (tahan : agak tahan : agak rentan : rentan) 9 : 3 : 3 : 1 231.78* 231.78* 394.26* 427.14* 514.01* 747.89*
Keterangan : * berbeda nyata, ns tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
Hasil pengamatan umur berbunga dan panen serta analisis
heritabilitas arti luas dan arti sempit untuk masing-masing variabel terlihat
pada Tabel 42. Dari hasil tersebut terlihat bahwa populasi F2 yang akan
dikembangkan mempunyai keragaman dan nilai heritabilitas rendah
sampai sedang, sehingga apabila akan di seleksi sebaiknya
menggunakan metode bulk dengan seleksi massa. Walaupun seri
persilangan ini tidak akan dipilih untuk seleksi sifat ketahanan, namun
dapat digunakan untuk kegiatan penelitian yang lain.
Tabel 41. Rata-rata dan Heritabilitas Komponen Hasil Seri Persilangan UB14023
x UB1275 Populasi
Komponen
UB JUMPOL PANPOL JUMBIPOL BPR UB14023 47.02±0.82 12.30±0.10 55.93±0.58 17.49±0.17 20.57±0.34 UB1275 53.88±0.32 12.23±0.11 59.71±0.36 18.16±0.16 21.08±0.33
F1 49.46±0.48 11.41±0.20 55.88±0.80 17.37±0.23 21.06±0.55 BC1.1 46.86±0.75 13.00±0.14 53.39±0.98 17.39±0.28 23.06±0.85 BC1.2 49.64±0.39 11.62±0.18 57.02±0.85 17.71±0.21 22.17±0.44
F2 51.29±0.22 11.78±0.07 57.48±0.31 17.20±0.10 20.81±0.21 H luas 0 0.22 0.31 0.17 0.20
H sempit 0 0.19 0.07 0.15 0.15 Keterangan : H : heritabilitas, tinggi (>0,5), rendah (< 0,2), sedang (0.2 < H < 0.5)
63
Tabel 42. Uji Skala serangan Aphid pada persilangan UB14023 x UB1275 Parameter/ Generasi
Minggu ke- (MST) Rata-rata ± SE
n 2 n 3 n 4 n 5 n 6 n 7 UB14023 100 0.15±0.04 98 0.20±0.05 98 0.00±0.00 95 0.02±0.01 94 0.00±0.00 94 0.04±0.03 UB1275 96 0.18±0.04 100 0.15±0.05 100 0.00±0.00 96 0.01±0.01 94 0.00±0.00 91 0.01±0.01 F1 48 0.15±0.05 48 0.21±0.06 46 0.00±0.00 37 0.00±0.00 37 0.00±0.00 37 0.00±0.00 BC1.1 45 0.11±0.05 44 0.25±0.07 44 0.00±0.00 42 0.17±0.07 41 0.07±0.07 41 0.00±0.00 BC1.2 50 0.24±0.06 50 0.16±0.07 50 0.00±0.00 50 0.02±0.02 50 0.10±0.05 50 0.24±0.11 F2 300 0.19±0.02 298 0.18±0.03 298 0.00±0.00 298 0.06±0.02 297 0.08±0.03 294 0.26±0.04 Skala A -0.07±0.11ns 0.09±0.17ns 0 0.31±0.14* 0.15±0.15ns -0.04±0.03ns B 0.16±0.14ns -0.04±0.15ns 0 0.03±0.04ns 0.20±0.10ns 0.47±0.23* C 0.14±0.15ns -0.03±0.18ns 0.01±0.01ns 0.20±0.08* 0.31±0.10* 0.97±0.17* Model m 0.19±0.02* 0.18±0.03* 0 0.06±0.02* 0.08±0.03* 0.26±0.04* a -0.13±0.08ns 0.09±0.10ns 0 0.15±0.07* -0.03±0.09ns -0.24±0.11* d -0.08±0.19ns 0.11±0.24ns 0 0.13±0.16ns 0.04±0.21ns -0.57±0.28* aa -0.06±0.18 0.08±0.23 0 0.15±0.16ns 0.04±0.21ns -0.54±0.28ns ad -0.23±0.03 0.13±0.04 0 0.28±0.02* -0.05±0.03ns -0.51±0.05* dd -0.03±0.12 -0.13±0.19 0 -0.49±0.09* -0.38±0.14* 0.11±0.23ns
Keterangan : * berbeda nyata, ns tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
64
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 1. Heritabilitas sifat ketahanan terhadap aphid dan virus mosaik, masing-
masing bernilai rendah sampai sedang. 2. Metode seleksi yang dapat diterapkan pada penelitian selanjutnya adalah
metode bulk dengan seleksi massa 3. Gen yang mengendalikan ketahanan terhadap aphid adalah dominan
ganda dengan peran gen rerata dan interaksi aditifxdominan 4. Gen yang mengendalikan ketahanan terhadap virus mosaik adalah
dominan ganda dengan peran gen rerata dan interaksi aditifxdominan serta dominanxdomian
5. Terpilih 2 seri persilangan yang akan dikembangkan pada penelitian berikutnya :
� UB34041 x UB 1244 � UB44074 x UB 705
5.2 Saran
Populasi F2 dari seri persilangan terpilih perlu segera diseleksi lebih lanjut untuk mendapatkan galur-galur harapan yang tahan virus mosaik dan hama aphid serta berdaya hasil tinggi.
65
DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 2006. Pedoman Pelepasan Varietas Hortikultura (yang telah
diperbaiki), Direktorat Perbenihan dan Sarana produksi, Dirjen Hortikultura, 127 hal.
Atiri, G.I. and G. Thottappilly. 1984. Relative Usefulness of Mechanical and Aphid Inoculation as Modes of Screening Cowpeas for Resistance Againts Cowpea Aphid-Borne Mosaic Virus. Trop. Agric. (Trinidad) 61, 289-292.
Bata, H.D., B.B. Singh, S.R. Singh and T.A.O. Ladeinde. 1987. Inheritance of Resistance to Aphid in Cowpea. Crop Sci. 27, 892-894.
Blackhurst, H.T. and J.C. Miller Jr.. (1980) Cowpea In Hibridization of Crop Plants. pp. 327-338. American Society of Agronomy and Crop Science Society of America Publisher, Madison.
Bock, K.R. and M. Conti. 1974. Cowpea Aphid-Borne Mosaic Virus. In CMI Description of Plant Viruses No. 134.
BPS. 1993. Survei Pertanian, Produksi Tanaman Sayuran dan Buah-buahan di Indonesia. BPS, Jakarta
Brunt A.A.. 1994a. Cowpea Moroccan Aphid-Borne Mosaic Potyvirus. In Plant Viruses Online : Descriptions and Lists from the VIDE Database. Australian National University. Canberra Australia.
Brunt, A.A.. 1994b. Cowpea Aphid-Borne Mosaic Virus. Research School of Biological Science, Australia.
Crowder, L.V.. 1993. Genetika Tumbuhan (Terjemahan L.Kusdiarti dan Soetarso). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Departemen Pertanian. 2002. Basis Data Pertanian, Pusat Data dan Informasi Pertanian, Jakarta.
Duriat, A.S.. 1999. Prospek dan Peluang Ekspor Sayuran Indonesia serta Kendala Fitopatologisnya. Dalam Prosiding Konggres /IV dan Seminar Nasional PFI, pp. 35-49. Universitas Sriwijaya, Palembang.
Eberhart, S.A. and W.A. Russel. 1966 Stability parameter for comparing varieties. Crop Sci. 6 : 36-40
Ferry, R.L. and B.B. Singh 1997. Cowpea Genetic : A Review of the Recent Literature. In Advance in Cowpea Research (Eds. Singh, B.B. et al.), pp. 13-29. IITA, Ibadan, Nigeria
Finlay, K.W. and G.N. Wilkinson. The analysis of adaptation in plant breeding program. Austr. J. Agron. Res. 14 : 742-754
Gomez, K.A. and A.A. Gomez. 1984. Statistical Procedures for Agricultural Research. John Willey & Sons, New York.
Hadiastono, T.. 1996. Pengaruh Intensitas Sinar terhadap Tingkat Serangan Penyakit Mosaik pada Kacang Tunggak. Agrivita 19 (3) : 118-120.
Hadiastono, T.. 2004. Pola Sebaran Vektor M. pesicae SulZ dan Intensitas Serangan Potato Leaf Roll Virus pada Tanaman Kentang, Agrivita 26 (2) :
Hampton, R.O, G. Thottappily and H.W. Rossel. 1997. Viral Diseases of Cowpea and Their Control by Resistance-Conferring Genes. In Advance in Cowpea Research (Eds. Singh, B.B. et al.), pp. 159-175. IITA, Ibadan, Nigeria
Hidayat. 2001. Analisis Stabilitas pada Tanaman Tomat dengan Metoda Non-Parameterik. Habitat XI I(4) : 258 -264.
Huguenot C., M.T. Furneaux and R.I. Hamilton. 1997. Further Characterization of Cowpea Aphid-Borne Mosaic and Blackeye Cowpea Mosaic Potyviruses. In Advance in Cowpea Research (Eds. Singh, B.B. et al.), pp. 1231-239. IITA, Ibadan, Nigeria
66
Indiati, S.W. dan M. Anwari. 2004. Evaluasi Ketahanan Galur Kacang Hijau terhadap Hama Thrips, Prosiding Lokakarya PERIPI VII, PERIPI-Balitkabi
Kanwil Deptan DKI. 2000. Rekomendasi Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada Tanaman Kacang Panjang di DKI, Jakarta.
Kasno, A.; Trustinah, Moedjiono and N. Saleh. 2000. Perbaikan Hasil, Mutu Hasil dan Ketahanan Varietas Kacang Panjang terhadap CAMV melalui Seleksi Galur pada Populasi Alam Dalam Ringkasan Makalah Seminar Hasil Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Balitkabi, Malang.
Kuswanto, 2002. Pendugaan Parameter Genetik Ketahanan Kacang Panjang terhadap Cowpea Aphid Mosaic Virus dan Implikasinya dalam Seleksi, Disertasi. Program Doktor Universitas Brawijaya.
Kuswanto, B. Guritno, A. Kasno dan L. Soetopo. 2004. Pendugaan Jumlah dan Model Aksi Gen Ketahanan Kacang Panjang (Vigna sesquipedalis L. Fruwirth) terhadap Cowpea Aphid Borne Mosaic Virus (CABMV), Agrivita 26 (3) :
Kuswanto, B. Guritno, L. Soetopo dan A. Kasno. 2002a. Penentuan Fase Ekspresif Ketahanan Kacang Panjang (Vigna sesquipedalis L. Fruwirth) terhadap Cowpea Aphid Borne Mosaic Virus untuk Studi Genetika Ketahanan, Agrivita XXIV (3) : 193-197
Kuswanto, L. Soetopo dan S.T. Laili. 2003. Keragaman Genetik Ketahanan Galur-galur Kacang Panjang terhadap CABMV, Habitat XIV (1) : 15-21
Kuswanto, L. Soetopo, T. Hadiastono dan A. Kasno. 2004. Pendugaan Heritabilitas Arti Sempit Ketahanan Kacang Panjang terhadap CABMV Berdasarkan Struktur Kekerabatan, Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati XVI (2) : 182-189
Kuswanto, L. Soetopo, T. Hadiastono dan A. Kasno. 2005. Perbaikan ketahanan genetik kacang panjang terhadap CABMV dengan Medode Back Cross, Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati, XVII (2) : 146-154
Kuswanto, L. Soetopo, T. Hadiastono dan A. Kasno. 2005. Perakitan varietas kacang panjang tahan CABMV dan berdaya asil tinggi, Laporan PHB XI, Universitas Brawijaya, Malang.
Kuswanto, Martiningsih, T., L. Soetopo dan Ainurrasyid. 2004. Evaluasi ketahanan Kacang Panjang (Vigna sesquipedalis L. Fruwirth) terhadap Penyakit Mosaik (Cowpea Aphid Borne Mosaic Virus) pada populasi BC2 dan BC3, Agrosain
Kuswanto, R. Hasri, Y.Sugito dan S. Lestari. 2000. Pengujian Jumlah Anther dan Waktu Polinasi pada keberhasilan Persilangan Kacang Panjang, Habitat XI (113) : 247-252.
Kuswanto, S Indrato, S.Soekartomo dan A. Soegiyanto. 2001. Penentuan Waktu Emaskulasi dan Polinasi pada Persilangan Kacang Panjang, Habitat XII (1) : 45-50
Kuswanto, Sri Lestari P dan A. Andriani. 2002c. Pendugaan Pengaruh Tetua Betina Sifat Ketahanan Kacang Panjang terhadap Cowpea Aphid Borne Mosaic Virus, Habitat XIII (1) : 66-71
Mather, S.K. and J.L. Jinks. 1982. Biometrical Genetics. University Press. Cambridge, Great Britain.
McClean, P.. 1997. Lecture Note of Quantitative Genetics. Dakota State University, Fargo, ND
Moedjiono, Trustinah dan A. Kasno. 1999. Toleransi Genotipe Kacang Panjang terhadap Komplek Hama dan Penyakit. Dalam Prosiding Simposium V PERIPI Jatim (Ed. S. Ashari dkk), pp. 279-287. Universitas Brawijaya, Malang.
Muzayanah, S.. 2005. Seleksi Ketahanan Kacang Panjang (Vigna sesquipedalis L. Fruwirth) Hasil Selfing Populasi BC4 terhadap CABMV, Skripsi, FP Unibraw, Malang
67
Noordam, D.. 1973. Identification of Plant Viruses, Methods & Experiments. Centre for Agricultural Publishing and Documentation. Wageningen
Nurhayati, E.. 1989. Uji Kerentanan berbagai Umur Kacang Panjang (Vigna
sinensis End 1) terhadap Cowpea Aphid-Borne Mosaic Virus. Dalam Prosiding Konggres Nasional X dan Seminar Ilmiah PFI. (Ed. I G.P.Dwijaputra, N. Westen &I.B. Oka), pp. 177-180. Perhimpunan Fitopatologi Indonesia, Denpasar.
Palmer, 1963. Resistance of Swedes to aphids. In H.F. van Emden, 1972 (Ed.), Aphid Technology. Academic Press, New York.
Patel, P.N., J.K. Mlingo, H.K. Leyna, C. Kuwite and E.T. Mmbaga. 1982. Source of Resistance Inheritance, and Breeding of Cowpea for Resistance to a Strain of Cowpea Aphid-Borne Mosaic Virus from Tanzania. Indian Journal of Genetic, 42 : 221-229.
Peraturan Menteri Pertanian 37/Permentan/OT.140/8/2006 tanggal 31 Agustus 2006, tentang Pengujian, Penilaian, Pelepasan dan Penarikan Varietas
Petr, F.C. and K.J. Frey. 1966. Genotypic Correlations, Dominance, and Heritability of Quantitative Characters in Oats. Crop Sci. 6 : 259-262.
Poespodarsono, S.. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. PAU IPB, Bogor.
Prabaningrum, L. 1996. Kehilangan Hasil Panen Kacang Panjang (Vigna sinensis Stikm) akibat Serangan Kutu Kacang Aphis craccivora Koch. Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Komoditas Sayuran, pp 355-359.
Saleh, H. Ariawan, T. Hadiastono dan S. Djauhari. 1993. Pengaruh Saat Infeksi CAMV terhadap Pertumbuhan, Hasil dan Komponen Hasil Tiga Varietas Kacang Tunggak. Dalam Risalah Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan Tahun 1992. (Ed. A. Kasno dkk.) Balittan, Malang.
Saleh, N. dan Y. Baliadi. 1998. Pengenalan dan Pengendalian Penyakit Utama pada Kacang Tunggak. Dalam Kacang Tunggak (Ed. A. Kasno dan A. Winarto). pp. 100-119
Schreiner, I.. 2000. Cowpea Aphid (Aphis craccivora Koch). Agricultural Pest of the Pasific, 6, ADAP, Guam
Semangun, H.. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Singh R.K. and B.D. Chaudhary. 1979. Biometrical Methods in Quantitative Genetic Analysis. Kalyani Publishers, Ludhiana New Delhi.
Singh S.R. and D.J. Allen. 1980. Pest, Disease, Resistance and Protection in Cowpea, In Advance in Legume Science, Royal Botanic Gardens, Kew, UK
Smith, C.M.. 1989. Plant Resistance to Insect, A Fundamental Approach. John Willey & Son., Canada.
Soetopo, L. dan N. Saleh. 1992. Perbaikan Ketahanan Genetik Tanaman terhadap Penyakit. Dalam Prosiding Simposium Pemuliaan Tanaman I. (Ed. A.Kasno et al..) pp.348-363. PPTI Jawa Timur
Stoll, G.. 1988. Natural Crop Protection in the Tropics. Arecol, Switzerland. Sudjana. 2002. Metode Statistika. Penerbit Tarsito, Bandung, 508 hal Sulyo, Y. 1984. Pengaruh Perbedaan Waktu Inokulasi CAMV terhadap Hasil
Kacang Panjang. Buletin Penelitian Hortikultura XI, 11-15. Sumardiyono, Y.B., Supratoyo dan Samsuri 1997. Penularan Penyakit Mosaik
Kacang Panjang oleh Aphis Craccivora. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia 3(1) : 32-37
Sumarno. 1992. Pemuliaan untuk Ketahanan terhadap Hama. Dalam Prosiding Simposium Pemuliaan Tanaman I. (Ed. A.Kasno dkk.) pp.348-363. PPTI Jawa Timur.
68
Suwarso. 1995. Genetika Ketahanan Tembakau Lumajang terhadap Penyakit Lanas dan Pengaruh Sumber Ketahanan terhadap Hasil Panen dan Kualitas Krosok. Disertasi Program Doktor, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Triharso. 1996. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press., Yogyakarta.
Ulrichs, C.. 2001. Cowpea Aphid, Aphis craccivora Koch, Sternorrhyncha : Aphididae, AVRDC, Taiwan.
Untung, K., 2001. Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu sebagai Paradigma Baru PHT, Makalah Disampaikan pada Rapat Koordinasi program PHT-PR di Depok, 13 Nopember
Untung, K.. 2000. Pengendalian Hama Terpadu dengan Pendekatan Interdisipliner. Gallusia, Majalah Peternakan Indonesia, XIII (16)
Yulianingsih, R. 2003. Uji Beda Ketahanan terhadap CABMV pada Kacang Panjang Populasi BC1 dan BC2, serta Persilangan untuk Pembentukan Populasi BC2, Skripsi, FP Unibraw, Malang
69
Lampiran : Foto kegiatan Penelitian
Searah jarum jam : daun diserang aphid, sulur diserang aphid, musuh aphid muncul pada musim hujan, tanaman untuk kegiatan persilangan, bunga diserang aphid dan sulur diserang aphid parah
70
Searah jarum jam : peneliti dan mahasiswa peneliti sedang melakukan persilangan, peneliti dan anggota peneliti, peneliti dan anggota peneliti, kegiatan persilangan, kegiatan persilangan, anggota peneliti dan mahasiswa peneliti
71
Searah jarum jam : peneliti dan anggota peneliti saat panen, tenaga lapang sedang merawat tanaman, kondisi tanaman saat berpolong, peneliti bersama anggota peneliti dan para mahasiswa yang sedang dan akan penelitian
72
top related