laporan lokakarya - ilo.org · bersama dengan sse dengan cara melakukan eksplorasi data statistik....
Post on 07-Mar-2019
228 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN LOKAKARYA PerencanaanBersama Program Ketenagakerjaan di Kab. Tuban
Tuban, 8-10 Oktober 2012
Disusun Oleh :
Tim PDPM-LPPM ITS
1
1. Latar Belakang
Permasalahan ketenagakerjaan, seperti pengangguran dan pengaruhnya seperti kemiskinan,
merupakan permasalahan sosial yang kita hadapi bersama. Program penciptaan lapangan kerja
produktif, yaitu lapangan kerja yang dapat mengoptimalkan potensi sumber daya yang dimiliki dan
dapat berkelanjutan, sangatlah dibutuhkan untuk merespon hal ini. Pemerintah telah melakukan
upaya-upaya untuk membuat program dan memfasilitasi pelaksanaan program ketenagakerjaan.
Namun, program ketenagakerjaan ini sangatlah kompleks. Pengetahuan dan kemampuan
pemerintah untuk merancang, melaksanakan, memonitor serta mengevaluasi program terbatas.
Untuk itu, peran serta para pemangku kepentingan, seperti swasta dan masyarakat sangatlah
penting dalam kegiatan ketenagakerjaan. Langkah kritis utama adalah memahami dan melakukan
diagnosa terhadap kondisi ketenagakerjaan yang ada, serta menyusun program dan prioritas untuk
menyelesaikannya.
Lokakarya Perencanaan Bersama Program Ketenagakerjaan (PBPK) adalah sebuah kegiatan untuk
membantu proses perencanaan pembangunan yang lebih baik dengan mengedepankan berbagi
pengetahuan (knowledge sharing) antara pemangku kepentingan yang terkait dengan isu
ketenagakerjaan di tingkat daerah serta mendorong para pemangku kepentingan untuk ikut
mengambil bagian dari perencanaan dan pelaksanaan program ketenagakerjaan.
Metodologi dalam Lokakarya Perencanaan Bersama Program Ketenagakerjaan (PBPK)ini
diperkenalkan oleh ILO (Badan Perburuhan Internasional) dan terus dikembangkan melalui
kerjasama Pusat Potensi Daerah dan Pemberdayaan masyarakat (PDPM) ITS Indonesia dan
Stockholm School of Economics (SSE) Swedia, dan pelaksanaannya dikoordinasikan oleh Bappenas,
dengan bantuan pendanaan dari pemerintah Swedia melalui Swedish International Development
Agency (SIDA).
2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari Lokakarya Perencanaan Bersama Program Ketenagakerjaan(PBPK) ini adalah agar
pemangku kepentingan permasalahan ketenagakerjaan (Pemerintah, swasta dan masyarakat):
a. Memiliki pemahaman lebih baik tentang permasalahan, tantangan dan peluang dalam
menciptakan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja yang inklusif dan
berkelanjutan.
2
b. Bersama-sama melakukan analisa ketenagakerjaan sehingga kualitas perencanaan program
ketenagakerjaan dapat lebih baik.
c. Berdialog untuk menciptakan forum diskusi di antara pemangku kepentingan sebagai wadah
identifikasi permasalahan dan tantangan dalam menciptakan lapangan kerja produktif serta
sarana pemberi masukan bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun kebijakan terkait.
d. Memberikan landasan yang kuat bagi Pemerintah Daerah yang bersangkutan dalam
penyusunan kebijakan strategi pengembangan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja di
Daerah.
e. Bersama-sama berkomitmen untuk memperkuat dialog sosial antara pemerintah dan para
pemangku kepentingan di Daerah.
Sedangkan manfaat / luaran dari Lokakarya Perencanaan Bersama Program Ketenagakerjaan
(PBPK) ini adalah:
a. Adanya pemahaman yang lebih baik tentang arah dan rencana pembangunan di daerah,
termasuk permasalahan dan tantangannya.
b. Adanya pemahaman yang lebih baik tentang konsep perencanaan bersama program
ketenagakerjaan sebagai upaya penciptaan lapangan kerja yang inklusif dan berkelanjutan.
c. Adanya pemahaman gambaran terkini tentang kondisi (permasalahan, tantangan dan peluang)
pengembangan sumber daya produktif (SDM &SDA) serta kemampuannya untuk mendapatkan
kerja dengan kesempatan yang setara di daerah.
d. Adanya pemahaman gambaran terkini tentang kondisi ekonomi, yang mencakup identifikasi
permasalahan, tantangan dan peluang pertumbuhan ekonomi yang kondusif di daerah serta
kesempatan yang adil yang berkelanjutan.
e. Adanya pemahaman gambaran terkini tentang kondisi (permasalahan, tantangan dan peluang)
kesetaraan dan keberlanjutan pembangunan sosial ekonomi di daerah.
f. Teridentifikasinya potensi sektor unggulan di daerah yang dapat menciptakan lapangan kerja
produktif yang inklusif dan berkelanjutan.
g. Adanya rekomendasi kebijakan yang diperlukan untuk menindaklnajuti peluang dan menjawab
permasalahan dan tantangan penciptaan lapangan kerja di daerah melalui sektor unggulan ini.
h. Adanya rekomendasi studi lanjut untuk mendukung hal-hal tersebut diatas.
Dalam kerangka untuk mendukung pencapaian visi Kabupaten Tuban 2011-2016 yaitu:
“ Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Tuban Yang Lebih Maju, Religius, Sejahtera dan
Bermartabat dalam Tata Pemerintahan yang Kreatif dan Bersih “.
3
3. Definisi
Seperti tertulis dimuka, tujuan lokakarya ini adalah menyusun masukan alternatif arahan kebijakan
dan program penciptaan lapangan kerja produktif yang inklusif dan berkelanjutan. Berikut definisi
dari terminologi diatas:
Lapangan kerja produktif: lapangan kerja yang mampu memberikan kesempatan kerja dengan
penghasilan yang layak bagi seseorang untuk mencukupi kebutuhan diri dan keluarganya, serta
keluar dari garis kemiskinan. Untuk itu, lapangan kerja produktif erat kaitannya dengan pengurangan
pengangguran dan pekerja miskin.
Inklusif: seluruh warga masyarakat, baik pria maupun wanita, baik di kota maupun di desa memiliki
kesempatan yang samadalam memperoleh lapangan kerja produktif. Hal ini terkait erat dengan
kesetaraan.
Berkelanjutan: lapangan kerja produktif yang memperhatikan kelestarian lingkungan sehingga dapat
tersedia tidak hanya untuk generasi sekarang tapi juga generasi mendatang.
4. Metodologi
Untuk mencapai tujuan diatas, kegiatan Lokakarya Perencanaan Bersama Program
Ketenagakerjaan (PBPK)ini terdiri dari dua tahapan:
- Pra Lokakarya, sebagai tahapan persiapan, untuk mengetahui APA karakteristik
ketenagakerjaan dan tantangan yang dihadapi daerah. Kegiatan ini dilakukan oleh tim ITS
bersama dengan SSE dengan cara melakukan eksplorasi data statistik.
- Lokakarya, dengan tujuan mempresentasikan data ketenagerjaan dan tantangannya,
melakukan konfirmasi temuan awal, serta mencari tahu MENGAPA permasalahan
ketenagakerjaan dan kemiskinan dapat terjadi dan mencari masukan BAGAIMANA tantangan
tersebut dapat diatasi. Kegiatan ini merupakan kegiatan bersama, yang difasilitasi oleh
Bappeda setempat, dengan dukungan narasumber dan fasilitator dari ITS.
Kerangka berpikir dari tahapan analisa diagnostik mengacu pada diagram ketenagakerjaan (lihat
Gambar 4.1). Gambar 4.1 Diagram ketenagakerjaan menunjukkan bahwa lapangan kerja produktif
yang inklusif dan berkelanjutan mengakar pada 4 faktor pembangunan yaitu:
- Tersedianya sumber daya produktif (Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam)
- Adanya dukungan faktor penggerak ekonomi
- Yang dilaksanakan dengan mengedepankan aspek kesetaraan
4
- Dijalankan dengan mempertimbangkan aspek keberlanjutan
Gambar 4.1. Diagram Ketenagakerjaan
Kerangka diagnosa ketenagakerjaan menunjukkan bahwa penciptaan lapangan kerja berdasarkan
pada dua sumber daya produktif, yaitu sumber daya manusia dan sumber daya alam. Keduanya
perlu diberdayakan dalam kerangka ekonomi produktif, yang ekonomi yang mempertimbangkan
kesetaraan dan keberlanjutan, dengan melibatkan 3 unsur pembangunan, yaitu pemerintah, swasta
dan masyarakat. Jika hal ini dijalankan maka pembangunan berkelanjutan dengan kesetaraan
diharapkan dapat mengatasi defisit kesempatan kerja produktif serta kemiskinan.
Untuk itu, tahapan perencanaan menjadi tahapan awal yang kritis, dan Lokakarya Perencanaan
Bersama Program Ketenagakerjaan (PBPK) ini ditujukan sebagai sarana perencanaan bersama dan
diskusi dengan mengacu kepada konsep diatas.
5. Agenda dan Peserta
Lokakarya ini dilaksanakan pada tanggal 08-10 Oktober 2012, dengan hasil diskusi pada satu sesi
dijadikan masukan bagi sesi berikutnya, yaitu:
5
Hari 1: (a) Paparan visi dan misi pemerintah kab. Tuban; (b) Penjelasan metodologi; (c)
Gambaran ketenagakerjaan dikab. Tuban; (d) Dinamika ketenagakerjaan kab. Tuban
serta (e) Analisis diagnosa sumber daya manusia dan sumber daya produktif lainnya.
Hari 2: (a)Analisis diagnosa ekonomi; (b) Ke(tidak)setaraan
Hari 3: (a) Keberlanjutan dan diskusi ; (b) Masukan kebijakan
Jadwal lengkap lokakarya ini dapat dilihat pada lampiran A.
Kerangka lokakarya dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Gambar 5.1.Kerangka Lokakarya
Lokakarya ini diikuti oleh 34 peserta, terdiri dari 15 pemerintah, 3 swasta dan 16 masyarakat, serta
82,35% ( 28 orang) laki laki dan 17,65% (16 orang) perempuan. Daftar peserta lokakarya dapat
dilihat pada lampiran B.
6. Hasil Lokakarya
Laporan ini disusun dengan sesuai proses lokakarya, dan terdiri dari 4 bagian, yaitu: gambaran
tentang kabupaten Tuban, dilanjutkan dengan analisa diagnostik 1 tentang sumber daya manusia
6
dan sumber daya produktif lainnya, analisa diagnostik 2 tentang aspek ekonomi, analisa diagnostik 3
tentang aspek kesetaraan dan analisa diagnostik 4 tentang aspek keberlanjutan dan diakhir dengan
masukan kebijakan dan program.
6.1. Struktur Demografi
6.1.1. Jumlah dan sebaran penduduk
Kabupaten Tuban memiliki luas daratan 1.893,94
km2 dan luas lautan 226.080 km2. Kabupaten ini
terdiri dari 20 kecamatan, 328 desa/kelurahan.
Jumlah penduduk kabupaten Tuban di tahun 2011
adalah sebanyak 1.258.816 juta jiwa dengan
kepadatan penduduk sebesar 684 orang/km2, yang
tersebar 77% di desa dan 23% di kota.
Sumber: Susenas Kab. Tuban, 2011
Gambar 6.1 Distribusi Penduduk Desa/Kota di Kabupaten Tuban
6.1.2. Struktur penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin
Jumlah penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 6.2. Penduduk
kabupaten Tuban terdiri dari 50,59% perempuan dan 49,41% laki-laki. Sebagian besar pendudukusia
paska produktif yaitu diatas 65 tahunadalah wanita. Jumlah penduduk laki-laki usia produktif
terutama pada usia 15-29 tahun lebih sedikit dibandingkan dengan perempuan.
Sumber: SensusPenduduk 2010
Gambar 6.2.Piramida Penduduk KabupatenTuban
6,0 4,0 2,0 0,0 2,0 4,0 6,0
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65+
Female
Male
24,09
75,91
22,86
77,14
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
Kota Desa
Laki-laki
Perempuan
7
6.2. Dinamika Ketenagakerjaan
6.2.1. Penduduk Angkatan Kerja
Berdasarkan tingkatan pendidikan, profil angkatan kerja kabupaten Tuban masih berpendidikan
rendah, yaitu 27,8% tidak menyelesaikan SD, 38,2% berpendidikan SD dan 19,2% berpendidikan SLTP
(total berpendidikan SLTP ke bawah adalah sebesar 85,2%).
Sumber: Susenas 2011
a) Berdasarkan pendidikan b) Berdasarkan Pendidikan dan Jenis kelamin Gambar 6.3. Penduduk Angkatan Kerja berdasarkan tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin
Komposisi pencapaian pendidikanpun tidak seimbang. Jumlah angkatan kerja laki-laki selalu lebih
banyak dari perempuan hampir di seluruh tingkatan pendidikan, kecuali di tingkat pendidikan tinggi,
(D3, D4 dan S1), sebanyak 83% dari mereka adalah perempuan.
6.2.2. Partisipasi Angkatan Kerja dan Defisit Tenaga Kerja Produktif
Tingkat partisipasi kerja secara umum masih belum merata. Hal tersebut diukur dari tingkat
kegiatan, yaitu perbandingan penduduk angkatan kerja dengan penduduk usia kerja. Tingkat
kegiatan penduduk usia kerja di Kab. Tuban adalah 70,9%, artinya terdapat 29,1% penduduk yang
tdak bekerja karena menganggur atau memang tidak aktif bekerja (ibu rumah tangga, sekolah dsb).
Jika dilihat lebih jauh, ternyata, tingkatan kegiatan laki-laki mencapai hampir 87% sedangkan
perempuan hanya 56%. Sedangkan tingkat bekerja di kabupaten Tuban, yaitu perbandingan
penduduk yang bekerja dibandingkan penduduk usia kerja adalah sebesar 68% (lihat Tabel 6.1).
27,8%
38,2%
19,2%
12,5%
0,3% 2,1%
Tidak punya ijazah SD SD/Sederajat
SLTP/Sederajat SLTA/Sederajat
D3/D4/S1 S2/S3
0% 25% 50% 75% 100%
Tidak punya ijazah SD
SD/Sederajat
SLTP/Sederajat
SLTA/Sederajat
D3/D4/S1
S2/S3
51,8%
53,1%
49,8%
59,5%
16,7%
59,2%
48,2%
46,9%
50,2%
40,5%
83,3%
40,8%
Laki-laki Perempuan
8
Tabel 6.1. Prediksi Tingkat aktifitas Penduduk, Pekerja dan Pengangguran
Distribusipendudukdalamusiakerjaberdasarkanjeniskelamin - 2010
Laki-laki Perempuan Total
1 Populasi* 552.593 565.871 1.118.464
2 Pendudukusiakerja 15+* 416.506 437.602 854.108
3 Dalamangkatankerja** 361.907 243.719 605.626
4 Bekerja 349.727 230.781 580.508
5 Pengangguran 10.848 10.463 21.311
6 Tidakaktif 57.318 197.796 255.114
7 Rasioketergantungan, aktual 0,58 1,45 0,93
8 Rasioketergantungan, berdasarkanusia 0,33 0,29 0,31
9 Activity rate (%) = [3]/[2]*100 86,9% 55,7% 70,9%
10 Employment rate (%) = [4]/[2]*100 84,0% 52,7% 68,0%
11 Unemployment rate (%) = [5]/[3]*100 3,0% 4,3% 3,5%
Sumber: * Sensus Penduduk, 2010, ** Pusdatinaker, 2010
Jumlah angkatan kerja sebanyak 605.626 jiwa, 580.580 jiwa diantaranya adalah penduduk yang
bekerja, sehingga pengangguran terbuka sebesar 21.311 jiwa (tingkat pengangguran sebesar 3,5%).
Meskipun tingkat pengangguran di Kabupaten Tuban relatif lebih rendah dari pada rata-rata Jawa
Timur, namun tingkat kemiskinan di Kabupaten Tuban masih tinggi. Artinya, tingkat pengangguran
tidak dapat dijadikan indikator tunggal dalam defisit lapangan kerja produktif di Kabupaten Tuban.
Dengan tingkat kemiskinan 36,84% di tahun 2010, maka perkiraan jumlah pekerja miskin adalah
sebanyak 213.859 jiwa, yang menjadikan Tuban memiliki defisit lapangan kerja produktif
(penciptaan lapangan kerja yang layak, baik bagi penganggur maupun pekerja miskin) sebanyak
235.171 jiwa.
9
Sumber: * Sensus Penduduk, 2010, ** Pusdatinaker, 2010
Gambar 6.4. Prediksi Defisit Lapangan Kerja Produktif di Kabupaten Tuban
Dari segi usia, pengangguran di kabupaten Tuban ini meliputi pekerja berada pada usia yang sangat
produktif, yaitu kurang dari 40 tahun, dimana mereka berpendidikan rendah, lebih dari 80%
berpendidikan SLTP ke bawah.
Sumber : http://pusdatinaker.balitfo.depnakertrans.go.id/
Gambar 6.5.DistribusiAngkatanKerjaMenurutUsia di Kabupaten Tuban
23059 49821 66416 76751 81374 66076 60477 63067 38514 54953
7634
5467
2485
5816 2755
0 0 262
0
699
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
90000
15-19 Th 20-24 Th 25-29 Th 30-34 Th 35-39 Th 40-44 Th 45-49 Th 50-54 Th 55-59 Th 60+ Th
Pengangguran
Bekerja
10
6.2.3. Penyerapan Tenaga Kerja di Berbagai Sektor Ekonomi
Penyerapan tenaga kerja di kabupaten Tuban masih terfokus pada 3 sektor utama, yaitu pertanian
(dengan jumlah pekerja di sektor ini sebesar 51,3% dari total pekerja), diikuti sektor perdagangan,
hotel dan restaurant (jumlah pekerja sektor ini sebesar 18,8% dari total pekerja), kemudian
pertambangan & jasa (jumlah pekerja sektor ini sebesar 11,6%).
6.2.4. Tantangan Ketenagakerjaan di Kabupaten Tuban
Secara singkat, Kabupaten Tuban memiliki defisit angkatan kerja produktif sekitar 235.171 orang
yang terdiri dari 21.311 pengangguran dan 213.859 pekerja miskin.
Tantangan ketenaga-kerjaan di Kabupaten Tuban meliputi:
- Rendahnya kualitas pendidikan angkatankerja
- Domisili tenaga kerja sebagian besar di desa,
- Sektor yang mampu menyerap tenaga kerja tersebut adalah sektor pertanian.
- Perempuan masih memiliki tingkat kegiatan lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki.
- Perlunya fokus ke penanganan pekerja miskin di Tuban.
Sedangkan diskusi selama lokakarya menghasilkan temuan bahwa:
- Masyarakat Tuban masih belum berjiwa wirausaha, masih banyak yang ingin menjadi PNS
dan tidak siap untuk meninggalkan daerah asal, namun juga tidak siap untuk
mengembangkan pertanian (kaum muda tidak mau menjadi petani).
- Pembangunan SDM masih belum merespon kebutuhan pasar tenaga kerja (tuntutan industri
yang ada), termasuk di dalamnya minim koordinasi antara pembuat kebijakan pendidikan
dan pelaku
- Minimnya etos kerja dan kemampuan berkompetisi.
- Minimnya kesempatan kerja yang diberikan kepada wanita
- Kesempatan kerja yang ada hanya sesaat, misalnya pada saat konstruksi pembangunan
industri. Belum tersedianyalapangan kerja yang berkelanjutan.
- Masih belum adanya lembaga pelatihan keahlian yang ada di desa serta tingginya biaya
pendidikan tinggi.
11
6.3. Ketidaksetaraan
Terdapat tiga aspek ketidaksetaraan di Kabupaten Tubanyang perlu diperhatikan, yaitu:
ketidaksetaraan penghasilan - sektor, ketidaksetaraan gender dan ketidaksetaraan desa-kota
6.3.1. Ketidaksetaraan Penghasilan
Sektor penyedia lapangan kerja di Tuban tidak tumbuh secara berimbang. Sektor penambangan dan
penggalian menawarkan tingkat penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor
perdagangan dan pariwisata; pengolahan dan pertanian. Sektor pertanian meruapakan sektor yang
memiliki tingkat penghasilan ter-rendah, sedangkan jasa keuangan, asuransi merupakan sektor
dengan tingkat penghasilan tertinggi. Tingkat penghasilan tinggi di desa juga diberikan oleh sektor
penambangan dan penggalian.
Tabel 6.2.Rata-Rata Upah/Gaji Per Sektor Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pekerja.
Lapangan Usaha Daerah (Rp)
Rata-rata (Rp) Perkotaan Pedesaan
1 Pertanian 550.183 541.728 543.698
2 Pertambangan & Penggalian 454.420 1.031.967 975.605
3 Industri Pengolahan 845.645 705.045 729.066
4 Listrik, Gas Dan Air 0 0 0
5 Bangunan 969.880 1.014.884 1.002.63
6 Perdagangan, Hotel & Restaurant 402.126 625.992 549.243
7 Angkutan, Pergudangan & Komunikasi 986.422 814.640 875.998
8 Keuangan, Asuransi, Real Estate 1.650.000 1.877.491 1.855.019
9 Jasa Kemasyarakatan Lainnya 1.598.897 1.144.473 1.310.550
Sumber: Pusdatinaker, 2011
Hal ini bisa terjadi karenarendahnya tingkat pendidikan pekerja di sektor pertanian dan belum
produktifnya sektor pembangunan non penambangan dan penggalian. Sebagai contoh, penduduk
Tuban sebagian besar berada di desa, namun masih banyak sektor ekonomi berbasis pedesaan
seperti pengolahan hasil pertanian, yang belum dilakukan di desa, yang bisa terjadi karena belum
semua desa memiliki infrastruktur yang memadai. Hal ini pun terlihat dari pergerakan penduduk
desa ke kota pada usia 15-29tahun.
6.3.2. Ketidaksetaraan Gender
Lapangan kerja produktif akan bisa tercapai jika ada kesetaraan kesempatan kerja bagi perempuan
dan laki-laki. Tingkat partisipasi antara perempuan dan laki-laki diukur dari tingkat kegiatan, yaitu
ratio antara jumlah orang yang bekerja dibandingkan dengan penduduk usia kerja. Tingkat
partisipasi perempuan di Kabupaten Tuban masih lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, yaitu:
12
1) Tingkat kegiatan perempuansebesar 55,7% sedangkan laki-laki yang mencapai lebih dari 86,9%.
2) Tingkat pekerjaan / Employment rate (perbandingan penduduk yang bekerja dan penduduk usia
kerja) untuk laki-laki 84,0% dan perempuan 52,7%. (Lihat Tabel 6.1).
Yang menjadi pertanyaan adalahmengapa perempuan memiliki tingkat kegiatan yang jauh lebih
rendah dibandingkan laki-laki?
Diskusi selama lokakarya menemukan bahwa
- Perempuan sebagian besar menjadi ibu rumah tangga dan sebagian dari mereka membantu
suami, namun pekerjaan membantu suami bukanlah dianggap suatu pekerjaan, sehingga
tidak tercatat.
- Tingkat pendidikan yang tinggi, seperti diploma dan sarjana sebagian besar dimiliki oleh
perempuan.
- Budaya masih menekankan untuk tetap tinggal di daerah asal, tidak meninggalkan daerah
untuk bekerja diluar daerah. Hal ini menunjukkan perlunya pengembangan ekonomi di desa.
6.3.3. Ketidaksetaraan Desa Kota
Diskusi diatas menemukan bahwa ketidaksetaraan penghasilan maupun gender karena adanya
ketidaksetaraan pembangunan antara desa kota meliputi beberapa hal, yaitu:
- Terbatasnya kesempatan kerja sektor non pertanian di desa.
- Terbatasnya kesempatan kerja bagi perempuan di desa.
- Masih minimnya wirausaha di desa, khususnya bagi perempuan.
6.4. Sektor Ekonomi dan Pemilihan Sektor Unggulan
Tingkat pertumbuhan ekonomi Tuban adalah sebesar 6,22% di tahun 2010, yang terus berada di
kisaran 6% sejak tahun 2006 – 2010. Pemerintah Kabupaten Tuban, dalam perencanaan
strategisnya, telah menetapkan 4 (empat) zona kawasan industri seluas 12.832 Ha, yaitu:
13
Gambar 6.6.Peta Wilayah Kabupaten Tuban
a. Zona I, berpusat di Kecamatan Bancar dengan luas lahan 1.212 Ha. Potensi pengembangan :
Industri menengah/kecil/ringan, pertambangan, pariwisata dan agroindustri.
b. Zona II, berpusat di Kecamatan Tambakboyo, Jenu, Kerek dan Merakurak dengan luas lahan
8.317 Ha. Potensi pengembangan : Industri berat, pertambangan, agroindustri (pertanian,
perikanan dan peternakan), pariwisata, kehutanan dan industri kecil.
c. Zone III, berpusat di Kecamatan Palang, Semanding, Widang, Plumpang, Rengel dan Soko
dengan luas lahan 3.162 Ha. Potensi pengembangan : Pertambangan mineral dan batuan,
pariwisata, Agroindustri (Perikanan dan Pertanian)
d. Zona IV, berpusat di Kecamatan Bangilan, Jatirogo, Kenduruan, Singgahan, Senori, Parengan,
Montong dan Grabagan dengan luas lahan 141 Ha. Potensi pengembangan : Industri rumah
tangga, rokok, meuble, pertanian, peternakan, batako dan genteng.
14
Sumber: * RPJM 2010, **Pusdatinaker, 2010
Gambar 6.6.PerbandinganLapanganPekerjaandenganKonstribusi Per Sektordalam PDRB
Gambar di atas menunjukkan perbandingan antara kontribusi sektor terhadap PDRB dan terhadap
penciptaan lapangan kerja. Terlihat bahwa dari sudut ekonomi, sebanyak 28,1% PDRB disumbang
oleh sektor pertanian, dilanjutkan sektor industri pengolahan (22,9%) dan penambangan/penggalian
(21,4%), namun kontribusi sektor ini dalam penciptaan lapangan kerja belum proporsional dengan
nilai ekonomisnya. Sektor pertanian menyediakan tenaga kerja hingga 51,28% sedangkan industri
pengolahan hanya menyediakan lapangan kerja sebesar 7,6%.
Untuk itu, pemilihan sektor yang dapat terus menyediakan pekerjaan yang layak perlu
dipertimbangkan. Lapangan kerja yang ada di kabupaten Tuban dapat dibagi menjadi dua, yaitu
disediakan oleh industri besar dan industri kecil. Indsutri besar merupakan industri yang padat
modal, dan sebagian besar dilakukan di usaha-usaha penambangan. Pembangunan sektor perlu
mempertimbangkan beberapa hal, yaitu:
a. Keterkaitan antara usaha besar dan usaha kecil
b. Tidak terfokus hanya di satu sektor saja, namun sepanjang rantai nilai untuk dapat
menghasilakn nilai tambah yang optimal.
c. Perlunya mempertimbangkan ketersediaan lapangan kerja di desa dan di kota.
d. Sektor tersebut harus terus tumbuh dan berkelanjutan, tidak merusak lingkungan.
e. Mempertimbangkan nilai budaya lokal.
51,28
28,12
7,58
22,9
6,11
0,46
18,75
15,42
0,59
9,69
11,55 21,4
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Lapangan Pekerjaan Utama PDRB
Pertambangan dan penggalian
Keuangan dan jasa-jasa
Angkutan, pergudangan dan komunikasi
Pedagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel
Bangunan
Industri pengolahan
Pertanian, kehutanan, perikanan
15
Untuk itu, sektor industri penambangan dan penggalian tidak termasuk dalaam sektor penyedia
lapangan kerja yang berkelanjutan bagi masyarakat Tuban, karena baik bahan baku maupun energi
yang digunakannya berbasis Sumber daya alam tak terbarukan.
Gambar 6.7.DefisitLapanganKerjaProduktifMenurutSektor
Peserta diminta untuk menelaah ulang, bahwa kabupaten Tuban memiliki defisit lapangan kerja
produktif (di sisi kanan), yang terdiri dari pengangguran dan pekerja miskin. Di sisi lain (kiri), kondisi
SDM masih berpendidikan rendah serta belum adanya peluang yang sama bagi pria dan wanita.
Untuk itu, sektor yang dapat menyediakan lapangan kerja bagi mereka yang berpendidikan rendah
dan dapat menciptakan juga kesempatan bagi wanita, yang berada di desa, adalah dengan
mengedepankan industri pertanian, industri kecil dan perdagangan, hotel dan restaurant.
Diskusi tentang pemahaman sektor dilakukan untuk mengidentifikasi input, peluangan dan
tantangan sektor tersebut (lihat Tabel 6.3) pada baris pertama hingga ketiga. Diskusi ini dilanjutkan
dengan mencari solusi bagaimana mengatasi permasalah yang ada.
5
PASAR WISATA & AGROPaket wisata
PERTANIAN
BATIK
PERIKANAN
OLAHAN HASIL
PERTANIAN / PERIKANAN
Pariwisata (DOMESTIK)
SDM Pendidikan
rendah, sulit
meninggalkan tempattinggal saatini, pilih2 kerjaan
Lokasi Desa
Banyak di sektorUKM,
Partisipasiwanitamasih
rendahdalam
angkatankerja
Defisitlapangan kerja
produktifsebesar235 171
= pengangguran
(21 311)
+Pekerja miskin
(213 859)
Pekerja miskin
pertanian
= 109 673
Pekerja miskin perdagangan & jasa = 41 360
Pekerja miskin industri
= 40 912
16
Peserta lokakarya sepakat untuk mengembangkan sektor yang ada dengan membuat program yang
terintegrasi, dengan memanfaatkan pariwisata sebagai sektor pengikat mengingat kabupaten Tuban
memiliki potensi wisata pertanian, perikanan (pantai), alam (gua) maupun religi (Islam makam sunan
Bonang dan Klenteng).
Kerangka donat sistem pasar digunakan
untuk memandu hal yang perlu diperbaiki
untuk masing-masing sektor, yaitu dengan
mengeksplorasi:
(a) Efisiensi rantai nilai;
(b) Dukungan regulasi bagi penciptaan
iklim usaha,
(c) Ketersediaan fungsi pendukung.
Tabel 6.3.Peta Pemahaman Sektor Pencipta Lapangan Kerja di Tuban
Sektor Pertanian Industri Kecil Perdagagangan,
Hotel & Restaurant
Input rantai
nilai
Lahan bertani, irigasi, dan tingkat
ketrampilan petani
Bahan baku local
(batik dari produk
local), ketrampilan
turun temurun, motif
khas
Peraturan kebijakan
usaha, modal
investasi, sumber
daya yang memadai
Peluang rantai
nilai
Adanya pasar yang terus menerus, dan
kesadaran masryakat untuk
mengkonsumsi produk local, dan daya beli
yang meningkat karena Tuban menjadi
daerah industri dan banyak pendatang
Batik disuarakan
menjadi produk
unggulan, yang
mampu menyerap
tenaga kerja di desa
Tuban sebagai kota
industry dan wisata,
banyak investor yang
dapat membuka
usaha dan menyerap
tenaga kerja
Tantangan
rantai nilai
Belum adanya pengelolaan yang
professional, rantai distribusi yang
panjang, sarana dan prasarana masih
minim, kualitas produk masih jelek, belum
adanya dukungan lembaga keuangan –
khususnya di perikanan
Industri masih
tradisional,
pemasaran masih
terbatas, regenerasi
tenaga kerja belum
direncanakan dengan
baik
Perlunya jaminan
keamanan,
kemudahan dan
kenyamanan, SDM
local masih belum
berkualitas
Fungsi
pendukung
yang
dibutuhkan
Adanya sosialisasi yang efektif melalui
temu PKK dan pertemuan masyrakat
lainnya. Adanya lokasi pasar agro dan los
grosir produk pertanian, dengan lembaga
penjamin produk dan pasar yang terkait
Adanya hubungan
yang lebih erat
antara perbankan
dan industri kecil,
melalui sosialisasi
Adanya jaringan
kerjasama dan
asosiasi pengusaha
local restarant &
perdagangan untuk
1. RANTAI NILAI SEKTOR
UTAMA
I
N
P
U
T
P
A
S
A
R
2. FUNGSI PENDUKUNG DAN
LAYANAN USAHA
3. PERATURAN DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
Gambar 6.8.Kerangka Donat Sistem Pasar
17
Sektor Pertanian Industri Kecil Perdagagangan,
Hotel & Restaurant
dengan lembaga keuangan.
Adanya system magang untuk
mempromosikan sector ini
rutin pinjaman lunak.
Industri kecil, serta
fasiltiasi
pembentukan
kelompok dan
system bapak angkat.
Industri kecil juga
diperkenalkan
dengan IPAL dan
dilakukan pembinaan
rutin,
melakukan promosi
pariwisata bersama
serta kerjasama
dengan lembaga-
lembaga lain.
Regulasi yang
dibutuhkan
Perlunya penyederhanan prosedur dan
secara berkala dilakukan inspeksi
Adanya sosialisasi ijin
usaha, dan
klasfisikasi pajak
berdasarkan kelas
usaha. Adanya
standard upah sector
informal
Adanya kemudahan
ijin usaha pariwsata
dan perdagangan,
kejelasan biaya dan
administrasi serta
pembinaan usaha.
7. Diskusi Upaya Pencapaian Target Lapangan Kerja Produktif di
Berbagai Sektor
Diskusi sektor telah mengidentifikasi penyebab permasalahan dan rekomendasi program maupun
kebijakan. Sub bab ini ditujukan untuk dapat membantu merancang target pencapaian penciptaan
lapangan kerja dan mengukur keberhasilannya.
Kriteria pemilihan dan rekomendasi program:
– Menyerap tenaga kerja
– Memberi nilai tambah besar
– Keterkaitan dengan sektor lain (multiplier effect)
– Dijamin keberlanjutannya (pasar)
– Memberikan peluang kerja yang setara
– Mudah diimplementasikan
– Biaya terjangkau
Berikut adalah usulan program dan indikator keberhasilan program untuk tiga sektor usulan:
18
Tabel 6.4.Usulan Program Dan Indikator Keberhasilan Program
Sektor Temuan Usulan Program /
Kebijakan Indikator
Pertanian Lahan yang terbatas, biaya
hidup tidak cukup dipenuhi
oleh sector ini saja
Wisata agro
Dan pengolahan produk
pertanian
Jumlah kelompok tani
yang dibina untuk
menjadi kelompok wisata
agro
Jumlah usaha wisata agro
Banyaknya kerjasama
kelompok tani dengan
pengolah hasil tani
Penggunaan lahan belum
optimal karena pemahaman
komoditi terbatas
Mengefektifkan
monitoring penggunaan
lahan
Sosialisasi potensi lahan
Jumlah izin usaha yang
sesuai dengan tata ruang
dan tata wilayah
Jumlah studi potensi
lahan yang
disosialisasikan
Industri kecil Kualitas produk masih rendah Pelatihan peningkatan
kualitas produk
Jumlah pelatihan yang
ditindaklanjuti dengan
pendampingan akses
pasar
Pengenalan IPAL di
industri kecil
Jumlah industri kecil
dengan pengolaahn
limbah
Pemasaran dan
pengembangan produk
terbatas
Perlombaan inovasi
produk baru
Jumlah lomba inovasi
produk yang diadakan
Pelatihan dan
pendampingan akses
pasar
Jumlah fasilitasi
pertemuan dagang yang
dilaksanakan
Fasilitasi pembentukan
anak angkat – bapak
angkat
Jumlah kerjasama industri
kecil – industri besar yang
terlaksana
Usaha masih informal dan
bantuan tidak terkoordinir
Fasilitasi ijin usaha Formalisasi sektor
informal ke formal
regenerasi tenaga kerja belum
direncanakan dengan baik
Standarisasi upah di
sektor informal &
pelatihan manajemen
SDM
Jumlah pertemuan untuk
penentuan standard upah
Jumlah pelatihan SDM
Koordinasi kegiatan
dukungan usaha
Jumlah pertemuan
koordinasi lintas
19
Tabel 6.4.(lanjutan)
Sektor Temuan Usulan Program /
Kebijakan Indikator
Perdagangan, hotel
dan restaurant
Perlunya jaminan keamanan,
kemudahan dan kenyamanan,
SDM lokal masih belum
berkualitas
Promosi layanan polisi
untuk wisatawan
Adanya call center polisi
dan wisata
Promosi wisata melalui
pusat informasi wisata
Berdirinya pusat
informasi wisata
Pembuatan paket wisata
dan kerjasama dengan
travel agent
Jumlah paket wisata yang
bisa dilakukan oleh
masyarakat
20
LAMPIRAN
Lampiran A. Agenda lokakarya WAKTU SESI
Hari 1,
Tujuan hari 1: Memahami arahan strategis, kondisi pembangunan ekonomi di daerah, serta
mengidentikasi sector unggulan serta strategi nilai tambah untuk pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan
08:00 – 08:30 Pendaftaran
08:30 - 09:00 Pembukaan
Ucapan Selamat Datang
Ketua Panitia Lokakarya
Pidato dan Pembukaan Resmi
Sekretaris Daerah Kabupaten Tuban
Sesi Foto
09:00 – 09:15 Rehat Kopi 1
09:15 – 09:45 Perkenalan
Fasilitator Utama – Tim ITS (Lantip Trisunarno, MT)
09.45 – 10.00 Sesi 1. Pengenalan Metodologi Perencanaan Bersama Program Ketenagakerjaan
Narasumber: Dr Janti Gunawan
10:00 – 11:00 Sesi 2. Strategi Pembangunan Daerah Tuban
Narasumber : Ketua Bappeda Kab. Tuban
11:00 – 12:00
Sesi 3. Meningkatkan Kesempatan Kerja – Fokus Pada Tingkat dan Kualitas
Pembangunan Ekonomi – pemahaman fakta pembangunan ekonomi di Tuban
Nara Sumber: Dr. Janti Gunawan
12:00 – 13:00 Rehat Makan Siang
13:00 – 13:15 Energizer
Sesi 4. Meningkatkan Kesempatan Kerja – Fokus Pada Tingkat dan Kualitas
Pembangunan Ekonomi (lanjutan) – memahami sector unggulan
Fasilitator kelompok
14:30 – 15:00 Rehat Kopi
15:00 – 16:30
Sesi 5. Meningkatkan Kesempatan Kerja – Fokus Pada Tingkat dan Kualitas
Pembangunan Ekonomi (lanjutan) – rantai nilai dan nilai tambah
Fasilitator
21
Hari 2
Tujuan hari 2: Memahami kondisi sumber daya produktif dan tantangan pembangunan berbasis
sumber daya (manusia dan alam) serta bagaimana implikasinya
Meninjau kembali kebijakan dan langkah yang ada, bagaimana pembangunan lebih adil dan
berkelanjutan – menyusun masukan kebijakan dan rencana aksi
08:30 – 08:45
Pembukaan Hari 2
Rangkuman Hari 1, Pengenalan Kegiatan Hari 2 dan Ice Breaking
Fasilitator utama
08:45 – 09:45
Sesi 7. Analisis Kondisi Ketenagakerjaan di Kab Tuban
Presentasi dan tanya jawab mengenai kondisi, dinamika dan karakteristik yang unik dari
ketenagekarjaan, ekonomi dan bursa tenaga kerja Daerah.
Narasumber: Dr.Agnes Tuti
09:45 – 10:00 Rehat Kopi
10:00 – 12:00
Sesi 8. Diskusi tantangan aspek sumber daya produktif di Tuban
Tujuan: Memperoleh prioritas tantangan pembangunan sumber daya produktif di
Tuban
Diskusi kelompok
12:00 – 13:00 Rehat Makan Siang
13:00 – 13:15 Energizer
13:15 – 15:15 Sesi 9. Mencapai Tujuan Pembangunan dengan Kesetaraan
Nara sumber: Dr. Eddy Soedjono
15:15 – 15:45 Rehat Kopi
15:45 – 16:45
Sesi 10: Rangkuman dan Kesimpulan serta Implikasi Kebijakan dan Studi Lanjutan
Diskusi dan presentasi kelompok untuk mengajukan rekomendasi kebijakan dan studi
lanjutan – jika diperlukan – untuk menindaklanjuti diskusi di Hari 1,2 dan 3 dengan cara
mengulas kembali permasalahan, tantangan dan peluang yang telah diidentifikasi.
Fasilitator:Dr Janti Gunawan
16:45 – 16:55 Evaluasi
16:55 – 17:00 Penutupan Lokakarya
22
Lampiran B. Daftar peserta lokakarya
Perusahaan ( Swasta)
No. Nama JK Instansi No. HP
1 IQBAL L BANK JATIM 8123247252
2 DARMAJI L PHRI 81335880000
3 SUPRAPTO L BRI 8123436740
Pemerintah
No. Nama Instansi No. HP
4 YP. Puspita P BLKI 81332002945
5 Teguh Yuwono L 81332002945
6 Bambang S.uprayitno L Dinas Pertanian
7 M. Amena H. L Dinas Perikanan 81335739554
8 Nurjanah P Dinas Sosnaker 8123103513
9 Bambang Indarto L BPS Kab. Tuban 85230011576
10 Rahmawati T. Y. P BLH Kab. Tuban 81553159747
11 Amik Faldhori L Bapemas 81259847688
12 Danang Setyanawan F. L Bappeda 81231334877
13 Moch. Syarief L Dinas Pendidikan 83832006645
14 Christiawan L Dinas Perekonomian dan Pariwisata 85648757227
15 Harsono Tri Asworo L Dinas Sosnaker
16 Hymawan Zaldy L Disnaker
17 IR. M. AMENAH, MT. L Perikanan
19 M. Musha L DPRD
MASYARAKAT
No. Nama Instansi No. HP
20 H. Ahmad Rahmat SH L PCNU
21 Kusmen, S.pd L SPN Tuban 81330438951
22 IR. H. Asmajid L KTNA 8122664257
23 Yayuk P PKK 81390168800
24 Dwi S. Budiarti P PKK 81332475442
25 Khoirul L RPS 8121705721
26 Achmad Chairul Mizan L SMK TJP 85235048558
27 Sholihin L SMKN 1 Tuban 85850304227
28 Basuki L SMKN 1 Tuban 81359822044
29 Abdul Wahab L SMKN 2 Tuban 81330778243
30 Bambang K. L SMK TJP 8133193177
31 Nashirul Umam L KNPI 81357698999
32 Syaiful L KNPI
33 Darkun L Muh/ PDM 81554716081
34 Nimiek P SMK 2 Tuban 8123441249
34 Edy Sukarno L SMK TJP Tuban 8121752997
23
Lampiran C. Harapan, Kekhawatiran & Kontribusi lokakarya Sebelum lokakarya dimulai, peserta diminta untuk menuliskan harapannya, kekhawatiran dan
kontribusi yang akan diberikan. Langkah ini dilakukan untuk memastikan adanya kesepamahaman
harapan demi efektifnya lokakarya, dan mempertimbangkan ketidak efektifan lokakarya di masa
lampau (jika ada) untuk menjadi lebih baik, serta mengajak peserta sebagai pelaku pembangunan
untuk dapat berperan aktif sejak tahapan perencanaan pembangunan. Rangkuman harapan peserta
dapat dilihat tabel berikut:
Harapan Kekhawatiran Kontribusi
Selama lokakarya (output)
Memiliki pemahaman yang sama tentang arah pembangunan
Mengerti konsep ketena-gakerjaan dan lapangan kerja produktif dari berbagam sudut pandang pemangku kepentingan
Gambaran terkini tentang permasalahan tantangan dan peluang terkait dengan SDM, Ketenaga-kerjaan,Kesempatanker-ja di daerah
Memahami pertumbuhan ekonomi yg kondusif
Menyuarakan kesetaraan gender dalam peluang memperoleh kesempatan kerja
Membantu pemerintah daerah Tuban untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ketenaga-kerjaannya
Metode lokakarya dilaku-kan dengan cara diskusi dan lebih partisipatif.
Peserta dianggap lebih memahami kondisi lokal wilayah Tuban dan fasili-tator hanya membantu
Waktu dan langkah2 akan diatur sedemikian rupa untuk membuat work-shop menjadi lebih me-nyenangkan dalam waktu 3 hari ke depan
Data di laporan tidak sesuai dengan lapangan. Data-data terlalu indah, padahal pada kenyataan nya pengangguran lebih banyak. Ada pengang-guran yg tidak nampak.
Lokakarya ini tidak menghasilkan sesuatu sesuai harapan
Tidak terakomodir dalam penentuan kebijakan dan tidak terealisasi dlm kegiatan
Tidak memiliki pengaruh bisnis secara langsung, karena implementasinya masih lama.
Lokakarya tidak ada follow up, pada tatanan teori, tanpa implementasi
Peserta bergantian sehingga lokakarya tidak efektif
Sebatas teori sulit ditindaklanjuti terkait kedalaman pengalaman
Tidak dapat mengikuti penuh karena adanya tugas kantor
Kawatir tidak dpt mengikuti sema sesi sehingga kontribusi tdk maksimal
Permaslahan naker tidak terselesaikan karena tidak dapat merespon perubahan jaman dan keinginan masyarakat
Membantu pemikiran penyelesaian permasalahan ketenagakerjaan di Tuban
Memberikan informasi bisnis mikro
Memberikan informasi ketenagakerjaan, khususnya di desa
Memberikan data yang aktual
Menyuarakan perlunya tenaga kerja di bidang lingkungan hidup yang belum tergali potensinya
Berbagi pengalaman
Menginformasikan peluang usaha pertanian dan peternakan di Tuban. Sosialisasi program dinas pertanian
• Dapat memberikan informasi bahwa : UPT PK Tuban dapat mengisi kekuranagan tenaga kerja sebelum masuk dunia kerja melalui pelatihan
• Ikut aktif dalam pembahasan permasalahan ketenagakerjaan
• Menyiapkan usaha yang dapat menampung tenaga kerja yang ada di tuban
• Menginformasikan permasalahan tentangketenaga kerjaan, khususnya pemuda
• Memberikan informasi pada pemangku kepentingan terkait peran sebagai staf pemerintah agar dapat
24
Harapan Kekhawatiran Kontribusi
Realita permasalahan & solusi ketenaga kerjaan dapat diketahui
Mengetahui masalah yang ada di Tuban, mencari pemecahan masalah yang mendasar dan mendesak
Adanya tindaklanjut dari lokakarya ini, seperti kebijakan pemda Tuban
Ada rumusan konsep perluasan dan penciptaan lapangan kerja, yang menguntungkan semua pihak (pemerintah, peng-usaha, tenaga kerja)
Bisa memberikan solusi dan keyakinan para petani dan pelaku usaha bidang pertanian bahwa pertani-an berprospek baik dan sebagai penyangga eko-nomi
Mengetahui permasa-lahan ketenagakerjaan sekaligus dapat mencarisolusi/jalan keluar terbaik dari permasalahan.
Mampu membuat meru-muskan kebijakan yang menguntungkan bagi te-naga kerja, pengusaha dan pemerintah daerah
Memahami problem na-ker, mencari solusi yang sesuai problem
Adanya solusi penem-patan naker lokal dalam keterlibatan bekerja di perusahaan
Mengetahui tingkat per-kembangan tenaga kerja di kab Tuban dan permasalahan
Mendapat solusi masalah naker di kab tuban
Tersusunnya rancangan utuh/berkelanjutan untuk tenaga kerja di Tuban
Hasil lokakarya tidak dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata
Kekompakan peserta kurang karaena kesibukan masing-masing
Tidak terbahas habis permasalahan ketenagakerjaan karena waktu lokakarya yang terbatas sedang permasalahan kompleks.
mengatasi masalah di lapangan
25
Harapan Kekhawatiran Kontribusi
Mengetahui masalah, po-tensi, dan solusi ketena-gakerjaan khusus di kab. Tuban yang dapat diguna-kan untuk perencanaan ketenagakerjaan
Warga Tuban lulusan sekolah menengah dapat bekerja pada perusahaan di Tuban sehingga mampu mengurangi pengangguran dan mengantas kemiskinan
Pasca lokakarya (outcome)
Bisa membantu pereko-nomian di kab. Tuban
26
Lampiran D. Evaluasi lokakarya
Peta Pemahaman Peserta
25.0%
33.3%
25.0%
14.3%
25.0%
15.4%
7.7%
18.8%
5.3%
68.8%
5.3%
66.7%
62.5%
100.0%
75.0%
71.4%
66.7% 76.9% 84.6%
68.8%
21.1%
6.3%
26.3%
21.1%
12.5%
22.2% 20.0%
25.0%
5.3%
14.3%
11.1%
8.3% 7.7%
15.8%
7.7%
5.3%
12.5%
73.7%68.4%
78.9% 77.8% 80.0%
94.7%88.9%
100.0%
84.2%
94.7%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir
M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10
75% - 100% 50% - 75% 25% - 50% 0 - 25%
M1 Strategi Pembangunan Daerah Tuban
M2 Kondisi Ketenagakerjaan di Tuban
M3 Tantangan Pembangunan Sumber Daya
M4 Pemahaman Fakta Pembangunan
M5 Pemahaman penyebab permasalahan
M6 Bagaimana mengatasinya?
M7 Tantangan pembangunanekonomi
M8 Kesetaraan
M9 Keberlanjutan
M10 Implikasi Kebijakan
Hasil evaluasi pelaksanaan lokakarya:
1) Metodologi
Uraian Rata-rata penilaian*
Metodologi ini bermanfaat untuk membuat keputusan yang terkait dengan kebijakan.
4.26
Metodologi ini sangat membantu dalam menyusun analisa tentang pekerjaan.
4.21
Saya dapat menggunakan metodologi ini sendiri. 3.17
Saya akan menggunakan metodologi ini di masa mendatang
3.58
Rata-rata penilaian mengenai metodologi 3.80
*Penilaian: 1 (sangat rendah) 5 (sangat tinggi)
Peserta ingin menggunakan metodologi ini lagi dalam konteks:
- Digunakan dalam rapat, khususnya pada waktu menentukan pemecahan masalah tentang
tenaga kerja, perencanaan pengembangan ketenagakerjaan serta dalam menentukan
prioritas pengembangan, juga dalam penyusunan perencanaan dinas selanjutnya .
- Digunakan dalam penelitian dengan metode partisipatori. Instruksi
27
Uraian Rata-rata penilaian
Metodologi ini sampaikan dengan sangat baik. 4.16
Presenternya memiliki pengetahuan yang luas. 4.47
Presentasinya sangat menarik dan praktis 4.33
Diskusi kelompok dan interaksi sangat bermanfaat. 4.65
Rata-rata penilaian mengenai instruksi 4.40
*Penilaian: 1 (sangat rendah) 5 (sangat tinggi)
Komentar tentang mutu instruksi:
o Penyampaian materi terlalu cepat, sehingga di beberapa hal masih kurang detail dan
membingungkan.
o Dapat dipahami dengan baik, dan metode penyampaian juga baik tetapi tetap perlu
ditingkatkan.
o Mengetahui pentingnya pengetahuan dalam pelaksanaan program
2) Materi
Uraian Rata-rata penilaian
Materi yang diberikan sangat bermanfaat. 4.58
Materi yang diberikan sangat luas. 4.42
Rata-rata penilaian mengenai materi 4.50
*Penilaian: 1 (sangat rendah) 5 (sangat tinggi)
Materi atau informasi lain yang mungkin bermanfaat bagi peserta:
o Cara penyampaian materi serta penyampaian data
o Bisa tidaknya suatu kebijakan diterapkan secara real
o Informasi ketenagakerjaan tentang Tuban, regulasi pemerintah Kabupaten Tuban,
UU Ketenagakerjaan
o Bisa dibuat memperdalam analisis program/kegiatan
o Perlunya peningkatan skill tenaga kerja
3) Jangka Waktu
Uraian Rata-rata penilaian
Jangka waktu lokakarya ini cukup memadai. 3.39
Beban kerjanya tidak terlalu padat 3.44
Waktu yang disediakan untuk diskusi cukup memadai. 3.44
Rata-rata penilaian mengenai jangka waktu 3.43
*Penilaian: 1 (sangat rendah) 5 (sangat tinggi)
Hal-hal mengenai jangka waktu yang kurang memuaskan menurut peserta:
o Waktunya terlalu singkat sehingga eksplorasi pemahaman kasus menjadi terburu-
buru.
o Tempat kurang luas
28
4) Pengaturan
Uraian Rata-rata penilaian
Lokakarya ini diumumkan dengan baik dan tepat waktu. 3.89
Perjalanan dan tempat tinggal kami memuaskan. 3.59
Pengaturan selama lokakarya sangat memuaskan. 3.84
Rata-rata penilaian mengenai pengaturan 3.77
*Penilaian: 1 (sangat rendah) 5 (sangat tinggi)
5) Terjemahan
Uraian Rata-rata penilaian
Tidak ada informasi yang hilang selama interpretasi yang dilaksanakan secara langsung.
4.41
Tidak ada informasi yang hilang dalam terjemahan teks. 4.35
Rata-rata penilaian mengenai terjemahan 4.38
*Penilaian: 1 (sangat rendah) 5 (sangat tinggi)
6) Keseluruhan
Uraian Rata-rata penilaian
Bagaimana pendapat Anda tentang mutu lokakarya ini secara keseluruhan?
4.42
Lokakarya ini akan membantu saya dalam bekerja. 4.42
Pelatihan dalam analisa pekerjaan sangat bermanfaat. 4.37
Setelah lokakarya ini, saya memiliki pemahaman yang lebih baik tentang tantangan pekerjaan di Tuban.
4.41
Setelah lokakarya ini, ada pemahaman bersama tentang masalah yang ada serta kebijakan-kebijakan yang dibutuhkan untuk menciptakan lapangan pekerjaan produktif di Tuban.
4.53
Rata-rata penilaian mengenai terjemahan 4.43
*Penilaian: 1 (sangat rendah) 5 (sangat tinggi)
Tujuan dan harapan peserta mengikuti lokakarya:
- Memahami akar masalah tentang ketenagakerjaan sehingga dapat ikut menyumbang saran/
ide dalam menyelesaikan masalah kemiskinan dan pengangguran.
- Ada tindak lanjut dari hasil yang direkomendasikan dalam lokakarya.
- Ada bantuan pemerintah untuk masyarakat
- Bisa mengetahui program kerja Tuban tentang tenaga kerja, serta strategi dan realisasinya
- Ada desain perancangan detail ketenagakerjaan per bidang
- Mempelajari metodologi riset partisipatori.
- Memahami proses perencanaan yang efektif sehingga mungkin bisa diterapkan dalam
perencanaan ke depan
29
Seberapa jauh harapan-harapan tersebut sudah tercapai:
- Hasil lokakarya masih memerlukan pembahasan menyeluruh dengan melibatkan
pemerintah, masyarakat dan swasta karena hasil lokakarya ini masih dalam tahap wacana/
perencanaan.
- Dalam proses tindak lanjutnya membutuhkan kerjasama yang baik antara pemerintah,
swasta dan masyarakat
- Perlu dilakukan evaluasi terhadap hasil perencanaan.
Materi apa yang ingin ditambahkan peserta dalam lokakarya ini:
- Waktu yang cukup dan ruangan yang memadai
- Motivasi untuk menghadapi tantangan ke depan
- Adanya pemisahan sub sector untuk memperdalam pemahaman sehingga dapat dihitung
peluang tenaga kerja per sub sector
- Khususnya kebijakan pengentasan kemisikanan dan pengangguran
- Materi yang berkaitan kebijakan publik dengan kepentingan masyarakat secara keseluruhan
- Kebijakan-kebijakan pemerintah daerah
- Metode aplikasi dari perencanaan yang telah disusun
Jenis bantuan apa yang diinginkan peserta setelah lokakarya ini:
- Kebijakan secara nyata sehingga dapat menyelesaikan masalah ketenagakerjaan dengan
memetakan tenaga kerja sesuai dengan bidangnya/ kualifikasinya.
- Perumusan program-program mendatang di Kabupaten Tuban supaya dapat ditindaklanjuti
oleh pemerintah.
- Pengawasan bersama program tenaga kerja
- Rencana aksi dari SIDA untuk membantu ketenagakerjaan di Kabupaten Tuban
- Bantuan program CSR
- Regulasi dan dana stimulan untuk pengembangan UKM dan ekonomi produktif
- Pelatihan dan modal bagi pengembangan wirausaha
Aspek terbaik dari lokakarya:
1) Metodologi lokakarya: diskusi yang sistematik, baik dari instrumen maupun aplikasinya
2) Materi, karena menyentuh pada persoalan ketenagakerjaan sehingga diharapkan dapat
mengatasi kesenjangan tenaga kerja dan kemiskinan.
3) Pemateri yang sangat menguasai materi
Hal-hal yang seharusnya lebih baik:
- Komunikasi yang baik antar satuan kerja di pemerintah daerah
- Tindak lanjut hasil lokakarya
- Sarana dan tempat lokakarya
- Waktu lokakarya tidak terlalu lama tetapi tetap cukup memadai dalam menyelesaikan
diskusi
30
Komentar lain:
- Lokakarya yang bagus dan sangat penting, dapat dijadikan metode dalam menyusun
perencanaan pembangunan di Kabupaten Tuban.
- Dapat dilakukan lokakarya lagi dengan materi yang lebih luas lagi.
- Diharapkan tindak lanjut lokakarya segera terealisasi
- Lokakarya ini bermanfaat sebagai fungsi control dalam implementasi kebijakan
- Perlu juga dilakukan evaluasi yang berkelanutan terhadap hasil lokakarya apakah dapat
diaplikasikan dalam menjawab permasalahan ketenagakerjaan di Kabupaten Tuban.
31
Lampiran E. Dokumentasi Lokakarya
Pembukaan Lokakarya
Proses Penyampaian Materi dan Diskusi
32
Proses Penyampaian Materi dan Diskusi
Untuk informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi:
Pusat Studi PDPM LPPM-ITS
Kampus ITS Sukolilo-Surabaya
Telp. 031-5962271
top related