laporan pelaksanaan program peace corps di
Post on 05-Jan-2017
225 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR
2014Fasilitasi Pelaksanaan Program Peace Corps di
Indonesia
1
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN ..........................................................................................................................2
A. Latar Belakang .................................................................................................................................2
B. Tujuan ..............................................................................................................................................3
C. Ruang Lingkup ................................................................................................................................3
D. Keluaran ..........................................................................................................................................4
E. Organisasi Pelaksanaan ...................................................................................................................4
BAB II. PELAKSANAAN KERJASAMA PEACE CORPS DI INDONESIA
TAHUN 2010, 2011, 2012, DAN 2013 ......................................................................................................6
A. Pelaksanaan Kerjasama Peace Corps di Indonesia Tahun 2010 .....................................................6
B. Pelaksanaan Kerjasama Peace Corps di Indonesia Tahun 2011 .....................................................8
C. Pelaksanaan Kerjasama Peace Corps di Indonesia Tahun 2012 ....................................................11
D. Pelaksanaan Kerjasama Peace Corps di Indonesia Tahun 2013 ....................................................14
BAB III. KOORDINASI PELAKSANAAN KERJASAMA PEACE CORPS TAHUN 2014 ..........17
BAB IV. PEMANTAUAN PROGRAM PEACE CORPS ....................................................................24
A. Pemantauan Tanggal 1-3 Juni 2014 .................................................... ..........................................24
B. Pemantauan Tanggal 13-14 dan 17-18 November 2014 ...............................................................30
BAB V. PENGUNDURAN DIRI, PENGAKHIRAN TUGAS, DAN PENUGASAN KEMBALI
RELAWAN PEACE CORPS..................................................................................................................58
BAB VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI................................................................................61
2
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peace Corps adalah badan pemerintah Amerika Serikat yang independen yang dirancang
untuk meningkatkan pemahaman bersama antara rakyat Amerika dan masyarakat dunia lainnya.
Peace Corps didirikan pada tahun 1961 dan telah melakukan kegiatan di lebih dari 70 negara dengan
bekerjasama dengan berbagai pihak, misalnya pemerintah, sekolah, pengusaha, institusi pendidikan
dan kesehatan, jaringan kegiatan penanggulangan HIV/AIDS, teknologi informasi, pertanian, dan
lingkungan hidup.
Program Peace Corps pernah dilaksanakan di Indonesia pada masa Orde Lama melalui MoU
yang ditandatangani pada tanggal 8 Maret 1963 dan mulai dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 1963.
Program ini kemudian berhenti pada tahun 1965. Pada tanggal 16 Oktober 2006, Pemerintah
Amerika Serikat, melalui Duta Besar Amerika Serikat di Jakarta, mengadakan pertemuan dengan
Bappenas yang intinya kembali menyampaikan tawaran program Peace Corps di Indonesia. Melalui
surat Bapak Menteri Negara PPN/ Kepala Bappenas No. 6461/M.PPN/10/2006 kepada Duta Besar
Amerika Serikat di Jakarta dan surat No. 6463/M.PPN/10/2006 tanggal 31 Oktober 2006, Pemerintah
Indonesia telah menyampaikan penghargaan dan membuka diri terhadap kerjasama internasional
sekaligus mengundang Peace Corps untuk membangun kembali programnya di Indonesia.
Pada tanggal 18-19 Februari 2009, telah dilakukan pertemuan antara Menteri Luar Negeri
Amerika Serikat dengan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia membahas Comprehensive
Partnership serta kesiapan Amerika Serikat untuk mengirimkan kembali Peace Corps ke Indonesia.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri menanggapi hal ini secara positif. Melalui
serangkaian pembahasan antara Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat, Memorandum of
Understanding (MoU) Peace Corps akhirnya ditandatangani pada tanggal 11 Desember 2009,
sedangkan dokumen Implementing Arrangement (IA) atau pengaturan pelaksanaan program telah
ditandatangani masing-masing oleh Peace Corps dan Kementerian Pendidikan Nasional (kemudian
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) dan Kementerian Agama pada tanggal 15 Juni 2011.
Program Peace Corps juga merupakan kerjasama Pemerintah Indonesia dan Pemerintah
Amerika Serikat dalam kerangka Comprehensive Partnership antara Republik Indonesia dan
Amerika Serikat yang diluncurkan pada tahun 2010 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan
Presiden Barrack Obama. Melalui program Peace Corps, pemerintah Amerika Serikat lewat Peace
Corps mengirimkan relawan-relawannya ke Indonesia untuk mempererat hubungan antara
masyarakat Amerika Serikat dan masyarakat Indonesia melalui pengajaran Bahasa Inggris di
sekolah/madrasah (people to people contact).
Untuk menindaklanjuti MoU Peace Corps, telah dibentuk Steering Committee Peace Corps
dengan melibatkan Bappenas, Kemenko Kesra, Kementerian Luar Negeri, Sekretariat Negara,
Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Agama, dan Ditjen Imigrasi. Selain itu, juga telah
dibentuk Working Group Peace Corps di bawah koordinasi Bappenas dan Kemenko Kesra.
3
Keberadaan Steering Committee dan Working Group tersebut adalah untuk memudahkan koordinasi
dalam pelaksanaan program Peace Corps di Indonesia.
Sejak tahun 2010, Program Peace Corps Indonesia berkontribusi di bidang pendidikan
khususnya pendidikan bahasa Inggris, dimana para relawan Peace Corps memberikan pelatihan
bahasa Inggris kepada murid sekolah menengah dan madrasah aliyah di Provinsi Jawa Timur. Sejak
tahun 2012, kegiatan Peace Corps mulai dikembangkan ke provinsi lain, yaitu ke Provinsi Jawa
Barat. Selain itu, mulai tahun 2012 Peace Corps tidak hanya memberikan pelatihan bahasa Inggris di
SMA dan MAN, namun juga di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Indonesia mengharapkan kerjasama Peace Corps dilandasi prinsip yang menekankan
kesetaraan posisi dan manfaat yang diperoleh. Dari segi kesetaraan posisi, kedua pihak mempunyai
hak dan kewajiban yang sama sebagaimana telah dicantumkan dalam Paris Declaration dan the
Jakarta Commitment. Dari aspek manfaat, selayaknya kedua belah pihak memperoleh manfaat yang
bersifat resiprokal.
B. TUJUAN
Tujuan kegiatan fasilitasi pelaksanaan program Peace Corps di Indonesia adalah
tersalurkannya fasilitasi Bappenas dalam mendukung koordinasi yang baik di antara instansi-instansi
pemerintah yang terkait dengan program Peace Corps. Melalui fasilitasi ini diharapkan program
Peace Corps dapat berjalan secara optimal, berkelanjutan dan bermanfaat bagi kepentingan
masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa Barat
pada khususnya.
C. RUANG LINGKUP
Kegiatan ini memiliki ruang lingkup sebagai berikut:
1. Memberikan fasilitasi bagi koordinasi internal pemerintah Indonesia, dan memberikan
fasilitasi bagi koordinasi antara Pemerintah Indonesia dengan USAID selaku representasi
Peace Corps sebelum Peace Corps masuk dalam daftar kerjasama teknik ;
2. Bersama-sama dengan instansi pemerintah terkait dan USAID melakukan pemantauan dan
evaluasi atas pelaksanaan program Peace Corps di Indonesia untuk tahun 2014.
D. KELUARAN
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan fasilitasi pelaksanaan program Peace Corps di
Indonesia adalah terlaksananya dukungan Bappenas dalam mendukung koordinasi internal
pemerintah Indonesia, dan terlaksananya dukungan Bappenas dalam mendukung koordinasi
Pemerintah Indonesia dengan USAID (selaku representasi Peace Corps sebelum Peace Corps masuk
dalam daftar kerjasama teknik); serta terlaksananya dukungan Bappenas dalam pelaksanaan
monitoring dan evaluasi pelaksanaan program Peace Corps di Indonesia.
4
E. ORGANISASI PELAKSANAAN
Direktorat Politik dan Komunikasi bertindak sebagai unit pemberi fasilitasi pelaksanaan
program Peace Corps di Indonesia bersama-sama Tim Pengarah dan Tim Pelaksana. Tim Pengarah
beranggotakan pejabat setingkat Eselon I sebagai pengambil keputusan dalam tahap perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Adapun tugas dari tim ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan panduan kebijakan pelaksanaan program Peace Corps di Indonesia;
2. Menyetujui dan mengawasi program-progaram dan kegiatan kerjasama teknik Peace Corps di
Indonesia;
3. Membentuk kelompok-kelompok kerja untuk membantu Joint Steering Committee
mengawasi dan meninjau pelaksanaan program dan kegiatan kerjasama teknik Peace Corps di
Indonesia;
4. Melakukan pertemuan secara berkala, paling sedikit sekali per tahun;
5. melaporkan hasil pelaksanaan program Peace Corps kepada Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Menteri
PPN/Kepala Bappenas).
Tim Pelaksana terdiri dari pejabat setingkat Eselon II ke bawah, dengan tugas sebagai berikut
:
1. Mempersiapkan dan menyusun bahan-bahan yang diperlukan oleh Tim Pengarah dalam
pengambilan kebijakan berkaitan dengan program Peace Corps di Indonesia baik yang
berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan;
2. Menyiapkan draft policy guideline dan draft Standard Operating Procedure (SOP) untuk
disahkan oleh Tim Pengarah;
3. Menyelenggarakan rapat koordinasi Tim Teknis/Tim Pelaksana secara teratur. Jika
diperlukan, rapat koordinasi Tim Teknis/Tim Pelaksana dapat mengundang pihak Peace
Corps;
4. Tim Teknis/Tim Pelaksana, dalam hal ini Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan
Nasional, melakukan koordinasi harian dengan Kanwil Kementerian Agama dan Dinas
Pendidikan terkait pelaksanaan program Peace Corps di madrasah dan sekolah.
5. Menyetujui dukungan pelaksanaan program Peace Corps di Indonesia (visa, imigrasi,
administrasi, dan lain-lain);
6. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program Peace Corps di Indonesia.
7. Melaporkan hasil pelaksanaan program Peace Corps di Indonesia kepada Tim Pengarah.
Hingga tahun 2014, pelaksanaan program Peace Corps di Indonesia telah menginjak tahun
kelima sejak program ini dimulai pada tahun 2010. Program Peace Corps telah berjalan dengan baik
dan melibatkan koordinasi yang kuat di antara Pemerintah Indonesia dan Peace Corps. Untuk
mengetahui perkembangan pelaksanaan program tersebut, pada tahun-tahun sebelumnya Direktorat
Politik dan Komunikasi Bappenas telah menyusun laporan berisi perkembangan pelaksanaan
program Peace Corps. Sebagai kelanjutan laporan tersebut, disusunlah laporan ini yang menjelaskan
pelaksanaan program Peace Corps selama tahun 2014 beserta berbagai permasalahan yang dihadapi.
5
6
II. PELAKSANAAN KERJASAMA PEACE CORPS DI INDONESIA
TAHUN 2010, 2011, 2012, DAN 2013
A. PELAKSANAAN KERJASAMA PEACE CORPS DI INDONESIA TAHUN 2010
Pada tahun 2010, pemerintah Indonesia membentuk Tim Pengarah dan Tim Teknis di bawah
koordinasi Bappenas dan Kemenko Kesra untuk melaksanakan kerjasama Peace Corps di Indonesia.
Tim Pengarah dan Tim Teknis terdiri dari beberapa Kementerian/Lembaga, diantaranya adalah
Bappenas, Kemenko Polhukam, Kemenko Kesra, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Sekretariat
Negara, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, dan Pemda Jawa Timur. Tim
Pengarah dan Tim Teknis melaksanakan pertemuan koordinasi secara berkala untuk membahas
perkembangan pelaksanaan program Peace Corps, termasuk berbagai permasalahan yang terjadi di
lapangan dan upaya penyelesaiannya.
Untuk memudahkan proses administrasi bagi Peace Corps dalam menjalankan tugasnya di
Indonesia, maka untuk sementara waktu USAID menjadi representasi Peace Corps agar Peace Corps
dapat memperoleh fasilitas kerja sama teknis.1 Pada saat yang bersamaan, Peace Corps melakukan
registrasi kerjasama teknis sesuai peraturan dan prosedur yang berlaku.2 Kesepakatan ini dicapai
berdasarkan hasil pertemuan antara Pemerintah Indonesia, Peace Corps, dan USAID.
20 calon relawan Peace Corps Batch # 1 tiba di Indonesia pada tanggal 17 Maret 2010.
Sebelum calon relawan tiba di Indonesia, Pemerintah Indonesia dan Peace Corps telah melakukan
pembahasan tentang sekolah dan madrasah yang akan menjadi lokasi penugasan relawan. Pemerintah
Indonesia menentukan bahwa lokasi penugasan adalah di sekolah/madrasah di Jawa Timur,
sedangkan ruang lingkup kerjasama Peace Corps adalah pada bidang pendidikan, khususnya
pengajaran Bahasa Inggris.
Untuk mempersiapkan relawan sebelum terjun ke masyarakat, dilaksanakan Pre-Service
Training (PST) untuk relawan Batch #1 pada bulan Maret hingga Mei 2010. Pelatihan ini
dilaksanakan oleh Peace Corps Indonesia bekerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Malang
(UMM), Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, serta Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa
Timur. Materi pelatihan meliputi bahasa Indonesia dan orientasi budaya, integrasi sosial, dan
pengenalan sistem kelembagaan lokal. Selama masa PST, dua orang calon relawan mengundurkan
diri karena alasan pribadi, sehingga calon relawan yang bertugas sebanyak 18 orang. PST ditutup
dengan Swearing-In Ceremony pada bulan Juni 2010.
Setelah Swearing-In Ceremony, 18 (delapan belas) relawan ditempatkan di berbagai SMA
dan Madrasah di Provinsi Jawa Timur. Pada tahun 2011, 1 relawan mengundurkan diri sehingga
1 Kesediaan USAID tersebut tertuang secara resmi dalam surat dari USAID nomor 183 tanggal 9 Maret 2010
2 Hingga akhir tahun 2014, permohonan kerjasama teknis Peace Corps masih diproses oleh Kementerian Keuangan
7
jumlah relawan Batch #1 yang mengundurkan diri adalah 3 orang dan jumlah relawan yang bertugas
hingga selesai adalah 17 orang.
Untuk mengetahui pelaksanaan program Peace Corps, Pemerintah Indonesia dan Peace Corps
melaksanakan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan program Peace Corps pada tanggal 27-29
September 2010 di Provinsi Jawa Timur. Tim pemantauan terdiri dari Kementerian Luar Negeri,
Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Agama, Sekretariat Negara, Kanwil Agama Provinsi
Jawa Timur, Bappenas, dan Peace Corps Indonesia. Tujuan pemantauan ini khususnya untuk melihat
aspek konsistensi, koordinasi kapasitas, dan keberlanjutan dalam pelaksanaan program Peace Corps.
Secara umum monitoring dan evaluasi menunjukkan hasil yang baik. Dalam aspek
konsistensi, program/kegiatan Peace Corps telah berjalan sesuai dengan MoU dan rencana
pembelajaran sekolah/madrasah. Dalam aspek koordinasi, koordinasi antara pemerintah Indonesia
dan Peace Corps telah berjalan dengan baik. Hal ini antara lain ditunjukkan dengan koordinasi yang
intensif dalam penyusunan Implementing Arrangement (IA), pemilihan sekolah/madrasah yang akan
menjadi lokasi penugasan relawan Peace Corps, dan pengamanan relawan Peace Corps di tempat
tugasnya.
Dalam hal kapasitas, relawan memiliki kapasitas yang memadai dalam mengajar siswa dan
bekerjasama dengan guru mitra. Relawan menggunakan berbagai pendekatan dalam mengajar,
misalnya menggunakan video, musik, dll. Materi pengajaran dibangun oleh relawan bersama dengan
guru mitra. Pengajaran Bahasa Inggris di kelas dilakukan dalam bentuk team teaching atau co-
teaching (relawan sebagai pendamping guru utama), dengan durasi mengajar sekitar 16-20 jam per
minggu.
Dalam aspek keberlanjutan, kemitraan antara guru dan relawan perlu diperkuat. Selain itu,
pihak sekolah dan relawan perlu membuat rencana keberlanjutan, sehingga apa yang telah
dilaksanakan oleh relawan dapat terus dilaksanakan oleh pihak sekolah meskipun relawan telah
kembali ke Amerika Serikat. Hal lain yang nampak dalam monitoring dan evaluasi adalah adanya
penerimaan yang baik dari masyarakat atas keberadaan relawan. Hal ini ditunjang dengan
kemampuan relawan untuk bersosialisasi dengan masyarakat, misalnya melalui keikutsertaan dalam
aktifitas sosial dan keagamaan.
Sehubungan dengan rencana kedatangan relawan Batch 2 Peace Corps pada tahun 2011, Tim
Pengarah memutuskan bahwa jumlah relawan Peace Corps untuk tahun 2011 adalah 33 orang dengan
area kerjasama pengajaran Bahasa Inggris. Selain itu, disepakati pula bahwa jumlah relawan untuk
tahun 2012 adalah 50 orang, sedangkan untuk tahun 2013 adalah sebanyak 50-70 orang. Relawan
yang akan ditugaskan juga perlu memenuhi kualifikasi yang ditetapkan di dalam Permendiknas,
misalnya relawan perlu memiliki sertifikat mengajar. Lokasi penugasan tahun 2012 masih di Provinsi
Jawa Timur, sedangkan untuk tahun 2013 dimungkinkan ke provinsi lainnya.
B. PELAKSANAAN KERJASAMA PEACE CORPS DI INDONESIA TAHUN 2011
8
Sebagai kelanjutan dari kedatangan relawan Peace Corps Batch 1, 30 calon relawan Peace
Corps Batch 2 tiba pada tanggal 7 April 2011 dan kemudian mengikuti Pre-Service Training (PST)
pada tanggal 11 April hingga 14 Juni 2011 di Malang, Jawa Timur. Selama masa PST, dua orang
calon relawan mengundurkan diri karena alasan keluarga, sehingga jumlah calon relawan yang
mengikuti PST hingga selesai adalah 28 relawan. PST ditutup pada tanggal 15 Juni 2011 di UMM,
dan selanjutnya relawan Batch 2 mulai bertugas sejak tanggal 20 Juni 2011 dan akan berakhir pada
tanggal 19 Juni 2013.
Terkait dengan kedatangan relawan Peace Corps, tim koordinasi memandang bahwa
pemerintah Indonesia perlu memberi panduan/informasi kepada KBRI Washington, sehingga bila
ada pengajuan visa dari Peace Corps maka KBRI Washington harus terlebih dahulu berkoordinasi
dengan Direktorat Amerika Utara dan Tengah Kementerian Luar Negeri. Panduan ini diperlukan
mengingat selama ini KBRI Washington hanya menerima panduan umum dari pihak Imigrasi.
Adanya beberapa relawan yang mengundurkan diri pada masa PST atau sebelum masa
penugasan berakhir memerlukan adanya penjelasan dari Peace Corps. Sehubungan dengan hal itu,
pemerintah Indonesia meminta Peace Corps memberikan penjelasan melalui surat resmi tentang
alasan kepulangan para relawan. Hal ini juga sesuai dengan ketentuan dalam Implementing
Arrangement No 4.e.8 yaitu “Memberitahu Kementerian, Dinas Pendidikan Provinsi dan Kab/Kota
serta instansi-insansi terkait secara tertulis apabila Relawan tidak mampu untuk melaksanakan
tugasnya.” Sebagai tindak lanjut atas permintaan ini, Peace Corps Indonesia menyampaikan
penjelasan secara tertulis atas pengunduran diri para relawannya.
Sebagai bagian dari persiapan kedatangan relawan Batch 3 tahun 2012, Tim Pengarah
menetapkan bahwa jumlah relawan tahun 2012 adalah 50 orang, sektor kerjasama masih di bidang
pendidikan, dan lokasi penugasan relawan tahun 2012 di Provinsi Jawa Timur. Pilihan lokasi untuk
program Peace Corps berikutnya akan dikonsolidasikan dengan rekomendasi dari Pemerintah
Indonesia, dimana lokasi yang dipertimbangkan adalah Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah,
dan Kalimantan Selatan. Sedangkan untuk persiapan kedatangan relawan Batch 4 tahun 2013, Tim
Pengarah meminta agar dilakukan pemetaan kebutuhan jumlah relawan, sektor, dan lokasi program
Peace Corps.
Menindaklanjuti arahan tersebut, Bappenas telah melakukan pendekatan kepada tiga provinsi,
yaitu Jawa Barat, Banten, dan Sulawesi Selatan. Dari ketiga provinsi tersebut, Pemda Jawa Barat
memberikan tanggapan yang cukup baik dan ditindaklanjuti dengan penyelenggaraan pertemuan
dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada tanggal 3 Oktober 2011 untuk menjajaki kemungkinan
pelaksanaan program Peace Corps di Jawa Barat pada tahun 2013. Dalam pertemuan tersebut,
Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyambut baik rencana perluasan lokasi program Peace Corps
tahun 2013 ke Provinsi Jawa Barat. Program Peace Corps diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan Bahasa Inggris para siswa serta meningkatkan kepedulian siswa tentang isu lingkungan
hidup, pengembangan pemuda, dll. Untuk memperkuat koordinasi, Pemerintah Provinsi Jawa Barat
mulai dilibatkan dalam tim koordinasi pelaksanaan program Peace Corps.
9
Menindaklanjuti pertemuan dengan Sekda Jabar pada tanggal 3 Oktober 2011, telah
diselenggarakan pertemuan pada tanggal 23 Desember 2011 di Kantor Gubernur Jawa Barat yang
dihadiri oleh Pemda Jabar, Bappenas, Kemlu, Kemdikbud, Setneg, Kemenag serta Peace Corps.
Dalam pertemuan tersebut, Pemda Jabar menyambut baik rencana program Peace Corps di SMA,
SMK, dan MA. Pemda Jawa Barat menyampaikan akan melaksanakan kegiatan di bidang pengajaran
Bahasa Inggris dan akan membuat mapping terkait lokasi.
Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan program Peace Corps pada tahun 2011,
pemerintah Indonesia melaksanakan dua kali monitoring dan evaluasi pada tanggal 13-14 Juni 2011
dan 27-29 November 2011 di Jawa Timur. Monitoring pada bulan Juni bertujuan melihat kinerja
relawan Batch 1 dan melihat pelaksanaan pre-service training bagi para calon relawan Peace Corps
Batch 2, sedangkan monitoring pada bulan November melihat kinerja Batch 1 dan 2 di tempat
tugasnya.
Monitoring dan evaluasi menunjukkan bahwa dalam aspek konsistensi, kegiatan Peace Corps
telah dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran sekolah/ madrasah. Selain itu, relawan telah
dilibatkan oleh pihak sekolah dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) untuk berbagi
pengalaman mengajar dengan para guru. Dalam aspek koordinasi, koordinasi pemerintah Indonesia
dan Peace Corps berjalan dengan baik yang ditunjukkan dengan penandatanganan Implementing
Arrangement (IA) oleh Peace Corps Indonesia, Kementerian Agama, dan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (dahulu Kementerian Pendidikan Nasional) pada tanggal 15 Juni 2011. Untuk
memperkuat koordinasi, diperlukan laporan (triwulan) tentang kegiatan relawan yang disusun oleh
Kepala Sekolah/Madrasah untuk diserahkan kepada Dinas Pendidikan/Kantor Agama
Kabupaten/Kota untuk disampaikan secara berjenjang kepada Pemerintah Provinsi dan Pusat. Selain
itu, Kepala Sekolah/Kepala Madrasah telah mendapat informasi tentang Peace Corps dan tentang 5
(lima) aturan yang tidak boleh dilanggar terkait relawan Peace Corps, yaitu tidak boleh melanggar
hukum, tidak boleh menyebarkan agama, tidak boleh ikut dalam politik, tidak boleh naik motor, tidak
boleh menerima uang apapun, dari siapapun, dan untuk apapun.
Dalam aspek kapasitas, relawan memiliki kemampuan yang baik dalam mengajar dan
menjalin kerjasama dengan guru mitra dan masyarakat. Sedangkan dalam aspek keberlanjutan,
mayoritas sekolah dan madrasah yang menjadi tempat tugas relawan mengharapkan ada
perpanjangan masa penugasan relawan. Sehubungan dengan hal ini, sekolah dan relawan perlu
membuat rencana keberlanjutan setelah relawan selesai bertugas dan kembali ke Amerika Serikat
supaya hal-hal yang telah dilakukan relawan dapat terus berlanjut di sekolah tersebut. Pihak Peace
Corps sendiri telah memberikan materi tentang keberlanjutan/exit strategy bagi relawan Batch 2.
Di sisi lain, terdapat indikasi bahwa ada salah satu madrasah yang “memanfaatkan”
keberadaan relawan untuk menarik minat calon siswa agar mendaftar di madrasah tersebut, yang
pada akhirnya berdampak pada kenaikan jumlah siswa yang mendaftar di madrasah tersebut. Upaya
“memanfaatkan” tersebut diantaranya dengan memasang foto relawan pada spanduk/baliho di jalan
yang menuju madrasah. Berdasarkan informasi dari pihak Peace Corps, relawan yang bersangkutan
telah menyatakan keberatannya kepada pihak Peace Corps, khususnya terkait kekhawatiran relawan
tersebut bahwa fotonya akan terus dipasang di spanduk/baliho walaupun nantinya yang bersangkutan
10
sudah tidak lagi bertugas di madrasah tersebut. Hal ini perlu mendapat perhatian untuk keberlanjutan
program Peace Corps ke depannya.
Satu hal penting yang perlu mendapat perhatian pemerintah Indonesia dan Peace Corps
adalah sikap host family yang melakukan perbandingan antara relawan Batch 1 dengan relawan
Batch 2, khususnya bagi host family yang dua tahun berturut-turut menerima kehadiran relawan di
rumahnya. Secara garis besar, perbandingan tersebut mencakup dua hal, yaitu karakter personal
relawan dan peran fasilitator. Karakter personal relawan Batch 1 dinilai lebih baik karena mereka
dapat menjalin komunikasi yang baik dengan host family, memiliki kemauan belajar yang besar, mau
terlibat/bergabung dalam acara-acara host family, serta terlibat aktif dalam kegiatan sosial di
masyarakat. Relawan batch 2 juga dinilai baik oleh host family, namun kurang banyak
terlibat/bergabung dalam acara-acara host family dan kegiatan sosial di masyarakat. Dari sisi
fasilitator, fasilitator relawan Batch 1 dipandang lebih pandai mengajak relawan untuk
berkomunikasi/menjalin hubungan dengan masyarakat, sedangkan fasilitator relawan Batch 2 kurang
mampu mengajak relawan untuk menjalin hubungan dengan masyarakat. Menurut Peace Corps, hal
ini disebabkan fasilitator relawan batch #1 adalah fasilitator bahasa yang merangkap sebagai
fasilitator budaya. Sedangkan pada batch #2, fasilitator bahasa dan fasilitator budaya dipegang oleh
orang yang berbeda. Jumlah fasilitator budaya juga terbatas (hanya 4 orang) sehingga kurang
maksimal. Selain itu, jadwal PST yang padat membuat relawan kurang memiliki waktu untuk
bersosialisasi dengan masyarakat.
Untuk lebih meningkatkan kerjasama yang telah terjalin antara Peace Corps dengan
Pemerintah Indonesia, Deputy Director Peace Corps dari Washington, Amerika Serikat mengadakan
kunjungan ke Indonesia dan menghadiri pertemuan antara Peace Corps dengan Pemerintah Indonesia
pada tanggal 24 Oktober 2011. Pertemuan tersebut dihadiri oleh perwakilan dari Bappenas,
Kementerian Luar Negeri, Sekretariat Negara, Kementerian Agama, dan Kementerian Pendidikan
Nasional. Dalam pertemuan tersebut, Deputy Director Peace Corps menyampaikan ucapan terima
kasih kepada Pemerintah Indonesia atas kerjasama yang terjalin selama ini. Deputy Director Peace
Corps menyampaikan bahwa pada program Peace Corps di negara lain, keterlibatan pemerintahnya
tidak setinggi di Indonesia. Oleh karena itu, Peace Corps ingin terus bekerjasama dengan Pemerintah
Indonesia dan ingin membahas kemungkinan pengembangan program Peace Corps.
C. PELAKSANAAN KERJASAMA PEACE CORPS DI INDONESIA TAHUN 2012
Sesuai dengan keputusan Tim Pengarah, jumlah relawan Batch 3 tahun 2012 adalah 50 orang,
dengan sektor kerjasama di bidang pendidikan, dan lokasi penugasan tahun 2012 di Provinsi Jawa
Timur. Menindaklanjuti hal itu, Peace Corps melakukan proses rekrutmen calon relawan Batch 3 di
Amerika Serikat. Berdasarkan rekrutmen tersebut, Peace Corps melalui USAID selanjutnya
menyampaikan Curriculum Vitae (CV) 49 calon relawan Batch 3 kepada Pemerintah Indonesia.
Pemerintah Indonesia melalui Tim Teknis kemudian melakukan koordinasi untuk membahas
CV para calon relawan, khususnya dengan melihat latar belakang pendidikan dan pengalaman
mengajar Bahasa Inggris yang mereka miliki. Pembahasan ini penting untuk melihat kesesuaian
11
kemampuan mereka dengan rencana penugasan mereka sebagai relawan. Pengalaman lain yang
dimiliki oleh calon relawan juga menjadi bahan pertimbangan, misalnya pengalaman dalam bidang
olahraga atau kesenian.
4 calon relawan Batch 3 yang tidak memiliki latar belakang pengajaran Bahasa Inggris adalah
Michaela Banhart, Matthew Delaney, Pallavee Panchal, dan Martine Randolph. Sedangkan 4
calon relawan yang memiliki pengalaman menjadi jurnalis adalah Melanie Aleman, Jennifer Hanson,
Sierra Silbersdorff, dan Joe Stewart. Mengingat keterbatasan waktu menjelang kedatangan calon
relawan Batch 3 yang tidak memungkinkan bagi penggantian relawan, maka para calon relawan tetap
datang ke Indonesia namun dipantau secara khusus pada saat mereka mengikuti Pre Service Training
(PST).
Dari 49 CV calon relawan yang diajukan oleh Peace Corps kepada Pemerintah Indonesia, 47
calon relawan Batch 3 tiba di Indonesia pada tanggal 4 April 2012 dan langsung mengikuti PST di
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) hingga 15 Juni 2013. Dalam PST, calon relawan
mendapat berbagai pelatihan yang mereka perlukan untuk mendukung pelaksanaan tugas mereka
sebagai relawan, misalnya materi tentang kurikulum di Indonesia, praktek mengajar di sekolah, dan
materi Bahasa Indonesia.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Tim Teknis pada saat pelaksanaan PST, Tim
Teknis memandang bahwa para calon relawan memiliki semangat belajar yang tinggi, termasuk 4
calon relawan yang tidak memiliki pengalaman mengajar Bahasa Inggris. Semangat belajar ini
diharapkan dapat mengisi gap yang ada sehingga 4 calon relawan tersebut dapat menjalankan
tugasnya dengan baik sebagai relawan. PST selesai dilaksanakan dan ditutup pada tanggal 15 Juni
2013 di Malang dan dihadiri oleh Menteri PPN/ Kepala Bappenas dan Duta Besar Amerika Serikat.
Pada tahun 2010 hingga 2011, program Peace Corps dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur,
sedangkan pada tahun 2012 program Peace Corps dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur dan diperluas
ke Provinsi Jawa Barat dengan tetap menekankan pada pengajaran Bahasa Inggris. Perluasan wilayah
ini diantisipasi oleh Pemerintah Indonesia dengan melibatkan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam
koordinasi Tim Pengarah dan Tim Teknis. Pihak Pemerintah Provinsi Jawa Barat sendiri menyambut
baik rencana pelaksanaan program Peace Corps di wilayahnya. Hal ini ditunjukkan dengan
partisipasi aktif perwakilan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam menyampaikan usulan daftar
sekolah/madrasah dan usulan jumlah relawan serta dalam berbagai pertemuan koordinasi. Meskipun
demikian, diperlukan penguatan koordinasi antara Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dan Kanwil
Agama Provinsi Jawa Barat dengan pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan
Kementerian Agama dalam hal pengusulan daftar sekolah/madrasah, sehingga daftar
sekolah/madrasah yang diusulkan oleh pemerintah daerah tetap sesuai dengan kebutuhan yang telah
diidentifikasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama.
Dalam hal seleksi calon relawan Peace Corps yang akan bertugas di Indonesia, koordinasi
pada tahun 2012 mulai melibatkan Clearing House Kementerian Luar Negeri. Hal ini sesuai dengan
masukan dari Direktorat Amerika Utara dan Tengah Kementerian Luar Negeri yang menyarankan
agar Curriculum Vitae (CV) para calon relawan dibahas dalam pertemuan Clearing House
12
Kementerian Luar Negeri. Clearing House tersebut terdiri dari perwakilan berbagai
Kementerian/Lembaga yang memberikan masukan atas CV para calon relawan dari berbagai sudut
pandang. Untuk menindaklanjuti pelibatan Clearing House Kementerian Luar Negeri, maka
Direktorat Keamanan Diplomatik Kementerian Luar Negeri selaku Ketua Clearing House
Kementerian Luar Negeri juga diundang dalam berbagai pertemuan koordinasi program Peace Corps,
termasuk dalam kegiatan monitoring dan evaluasi.
Pihak lain yang juga mulai terlibat dalam koordinasi Peace Corps adalah Direktorat
Kewaspadaan Nasional Kementerian Dalam Negeri. Direktorat Kewaspadaan Nasional memberikan
masukan tentang pentingnya koordinasi dengan pihak pemerintah daerah, dalam hal ini adalah Dinas
Kesbangpol di Provinsi dan Kabupaten/Kota. Masukan ini sangat penting bagi tim koordinasi karena
kegiatan Peace Corps dilaksanakan di daerah sehingga memerlukan kerjasama yang erat dengan
pemerintah setempat. Ketika program Peace Corps mulai berjalan pada tahun 2010, Tim Teknis juga
telah melakukan koordinasi dengan pihak Kementerian Dalam Negeri untuk meminta dukungan dari
Dinas Kesbangpol di daerah dalam pelaksanaan program Peace Corps.
Meskipun koordinasi telah berjalan dengan baik, tetap diperlukan penguatan untuk
memperlancar kerjasama Peace Corps. Salah satu contoh penguatan yang diperlukan adalah
penguatan pelaporan kinerja para relawan di tempat tugasnya. Tim Teknis, dalam hal ini
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama, perlu melakukan komunikasi
intensif dengan Dinas Pendidikan/ Kanwil Agama Provinsi serta pihak sekolah/ madrasah untuk
mendapatkan laporan kinerja relawan. Selain untuk mengetahui kinerja relawan, laporan tersebut
juga sangat penting untuk mendeteksi permasalahan yang muncul di lapangan dan perlu segera
diselesaikan. Dengan demikian, diharapkan tidak terjadi permasalahan yang dapat menganggu
pelaksanaan program Peace Corps atau menimbulkan efek pengunduran diri relawan sebelum masa
tugasnya berakhir.
Pada bulan Agustus 2012, Peace Corps mengusulkan perubahan dokumen Implementing
Arrangement (IA). Usulan perubahan tersebut terutama pada bagian waktu penyampaian nominasi
daftar sekolah/madrasah dari Pemerintah Indonesia kepada Peace Corps, waktu penyampaian data
diri para calon relawan kepada Pemerintah Indonesia, perpanjangan penugasan relawan, dan lokasi
penempatan relawan. Pembahasan perubahan IA dilakukan hingga akhir tahun 2012 oleh Pemerintah
Indonesia dan Peace Corps. Perubahan dokumen IA ini kemudian ditandatangani pada awal tahun
2013.
Untuk mengetahui pelaksanaan program Peace Corps di lapangan, Pemerintah Indonesia dan
Peace Corps menyelenggarakan kegiatan pemantauan pada bulan Mei dan November 2012. Tujuan
pemantauan ini terutama untuk melihat pelaksanaan program Peace Corps dalam aspek konsistensi,
koordinasi, kapasitas, dan keberlanjutan. Tim pemantauan ini terdiri atas anggota Tim Pengarah dan
Peace Corps. Dalam pemantauan, tim bertemu dengan para relawan, pihak sekolah, dan host family.
Berdasarkan hasil pemantauan, secara umum program Peace Corps memberikan manfaat,
baik bagi masyarakat Indonesia maupun para relawan Peace Corps, serta berkontribusi memperkuat
people to people contact antara masyarakat Indonesia dan masyarakat Amerika Serikat. Secara
khusus, program berjalan sesuai Memorandum of Understanding (MoU), Implementing Arrangement
13
(IA), kurikulum, dan rencana pembelajaran sekolah/madrasah. Selain itu, para relawan memiliki
kapasitas yang memadai dalam mengajar siswa dan menjadi mitra bagi guru utama di
sekolah/madrasah tempatnya bertugas.
D. PELAKSANAAN KERJASAMA PEACE CORPS DI INDONESIA TAHUN 2013
Sepanjang tahun 2013, Tim Pengarah dan Tim Teknis telah melakukan beberapa kali
pertemuan koordinasi, dimana pertemuan tersebut ada yang bersifat internal bagi pemerintah
Indonesia namun ada juga yang dihadiri oleh Peace Corps. Selain pertemuan Tim Pengarah dan Tim
Teknis yang diselenggarakan oleh Bappenas, ada pula pertemuan yang diselenggarakan oleh anggota
Tim Pengarah/Tim Teknis untuk membahas topik tertentu yang berkaitan dengan Peace Corps,
misalnya sehubungan dengan rencana kedatangan calon relawan Peace Corps Batch 4 tahun 2013
maka Kementerian Sekretariat Negara menyelenggarakan pertemuan untuk membahas visa dan ijin
tinggal bagi para Relawan dan Tenaga Asing dalam kerangka kerjasama teknik pada tanggal 23
Januari 2013.
Pada tanggal 22 Februari 2013, Tim Teknis menyelenggarakan pertemuan membahas
tanggapan atas rencana kedatangan calon relawan Peace Corps Batch 4. Pertemuan tersebut
memutuskan bahwa calon relawan Batch 4 yang diajukan oleh Peace Corps Indonesia pada dasarnya
dapat disetujui oleh Tim Teknis Peace Corps, sehingga proses untuk ke 54 calon relawan Batch 4
dapat dilanjutkan. Sebagai catatan, 5 calon relawan yang diberi catatan khusus akan tetap
mendapatkan pengamatan khusus dari Tim Teknis. Terkait dengan hal itu, rekruitmen relawan Peace
Corps untuk batch selanjutnya perlu mempertimbangkan pengalaman mengajar sebagai kriteria
utama dalam menyeleksi relawan.
Sehubungan dengan proses rekrutmen calon relawan Batch 5 oleh Peace Corps di
Washington DC, maka Tim Teknis mengadakan pertemuan pada tanggal 29 Mei 2013 dengan
agenda penentuan jumlah calon relawan Batch 5 Peace Corps, pembahasan visa dan pajak calon
relawan Batch 5, serta status kerjasama teknik Peace Corps. Pertemuan ini menghasilkan beberapa
keputusan sebagai berikut :
1. Usulan jumlah relawan dan daftar sekolah agar dapat disesuaikan dengan
kepentingan/kriteria kedua belah pihak (Pemerintah Provinsi dan Peace Corps). Usulan
juga harus dikoordinasikan dengan instansi terkait di pusat dan provinsi.
2. Terkait status kerja sama teknik, akan diupayakan agar Peace Corps mendapatkan status
kerja sama teknis. Pajak akan difasilitasi oleh USAID.
3. Relawan Batch 4 (dan relawan batch berikutnya) menggunakan visa dinas/official visa.
4. Ditjen Bea Cukai sudah mengajukan pembebasan bea cukai untuk Peace Corps, namun
masih terhambat oleh revisi KMK 89.
Tim Teknis kembali menyelenggarakan pertemuan pada tanggal 23 Oktober 2013, dimana
hasil pertemuan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat perlu mendorong sekolah untuk
memberikan laporan pelaksanaan program Peace Corps di sekolahnya masing-masing.
14
2. Ditjen Kesbangpol Kemdagri diharapkan lebih terlibat di dalam Tim Teknis. Ditjen
Kesbangpol Kemdagri juga diharapkan dapat mendorong Kesbangpol di daerah untuk
terlibat dalam koordinasi pelaksanaan program Peace Corps bersama Pemerintah Provinsi
maupun Kabupaten/Kota.
3. Diperlukan upaya untuk meminimalkan jumlah relawan yang mengundurkan diri.
Berdasarkan pengamatan atas pelaksanaan program Peace Corps selama tahun 2013, dapat
disimpulkan bahwa program Peace Corps telah berjalan dengan baik, bermanfaat bagi masyarakat
Indonesia, dan diterima dengan baik oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia. Meskipun
demikian, tetap diperlukan peningkatan agar program Peace Corps dapat berjalan lebih baik ke
depannya. Sehubungan dengan hal itu, berikut ini beberapa rekomendasi bagi peningkatan
pelaksanaan program Peace Corps.
Rekomendasi pertama adalah penguatan koordinasi di antara berbagai Kementerian yang
menjadi anggota Tim Teknis dan Tim Pengarah. Contohnya adalah perlunya penguatan koordinasi
diantara Dinas Pendidikan/Kanwil Agama Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa Timur dengan
pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama dalam hal pengusulan
daftar sekolah/madrasah, sehingga daftar sekolah/madrasah yang diusulkan oleh pemerintah daerah
tetap sesuai dengan kebutuhan yang telah diidentifikasi oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan serta Kementerian Agama. Meskipun menurut otonomi daerah Dinas Pendidikan di
Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur tidak memiliki kewajiban untuk melapor kepada Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, diharapkan koordinasi bisa tetap dilakukan dengan baik. Sedangkan
dalam aspek koordinasi keamanan, diperlukan kerja sama yang baik dalam menjaga keamanan
relawan dengan tetap memperhatikan kenyamanan relawan. Hal ini sangat penting agar relawan tidak
merasa terganggu dalam melaksanakan tugasnya dan program Peace Corps bisa berjalan dengan
lancar.
Rekomendasi kedua adalah perlunya peningkatan kerjasama antara sekolah dan relawan agar
relawan terbantu untuk menjalankan tugasnya. Salah satu bentuk kerja sama yang bisa ditingkatkan
antara sekolah dan relawan adalah melalui upaya untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam
belajar Bahasa Inggris. Dengan meningkatnya kepercayaan diri para siswa, diharapkan jumlah siswa
yang mencontek dapat berkurang. Sebagai catatan, banyaknya siswa yang mencontek menjadi salah
satu hal yang dikeluhkan oleh relawan pada saat Tim Teknis melakukan pemantauan ke sekolah
tempat tugas relawan.
Sehubungan dengan laporan perkembangan kinerja relawan yang disampaikan oleh sekolah
dan madrasah kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama, maka
rekomendasi ketiga adalah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama
perlu menyampaikan hasil laporan tersebut kepada Tim Teknis Peace Corps, sehingga perkembangan
kinerja relawan dapat diketahui juga oleh para anggota Tim Teknis.
Terkait dengan semakin banyaknya jumlah relawan yang kembali ke Amerika Serikat
sebelum masa tugasnya berakhir, maka rekomendasi keempat adalah perlunya komitmen yang
tinggi dari relawan untuk menjalankan tugasnya. Pihak Peace Corps perlu menekankan hal ini
15
kepada calon relawan sejak dimulainya proses rekrutmen. Alasan merasa tidak cocok dengan
penugasan sebagai pengajar Bahasa Inggris tidak bisa diterima, karena sejak awal calon relawan
tersebut sudah mengetahui bahwa penugasannya adalah mengajar Bahasa Inggris.
III. KOORDINASI PELAKSANAAN KERJASAMA PEACE CORPS
TAHUN 2014
Keberhasilan pelaksanaan program Peace Corps di Indonesia selama tahun 2010-2014 tidak
bisa dilepaskan dari koordinasi yang baik antara Pemerintah Indonesia dan Peace Corps Indonesia.
Koordinasi di antara Kementerian/Lembaga anggota Tim Pengarah dan Tim Teknis berjalan dengan
lancar, dimana anggota Tim Pengarah dan Tim Teknis terlibat aktif dalam berbagai pertemuan dan
kegiatan lainnya yang terkait dengan kerjasama Peace Corps. Bagan hubungan kelembagaan dalam
tim koordinasi adalah sebagai berikut :
16
Steering Committee
Working GroupKETUA BERSAMA/ CO-CHAIR :
BAPPENAS, DAN KEMENKOKESRA
ANGGOTA : KEMENDIKBUD, KEMENAG,
KEMLU, SETNEG, KEMKEU, KEMDAGRI,
KEMKUMHAM, PEMDA JATIM, PEMDA
JABAR
KANWIL KEMENTERIAN AGAMA/ DINAS
PENDIDIKAN
KEPALA MADRASAH/ KEPALA SEKOLAH
G U R U
INSTITUTIONAL ARRANGEMENT PEACE COPRS PROGRAMMES
48
KEMENTERIAN AGAMA/ KEMENDIKBUD
BAPPENAS
KTLN SETNEG
KEMLU IMIGRASI PAJAK BEA CUKAI KEMENTERIAN TERKAIT
USAIDPEACE CORPS
PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
VOLUNTEER
Koordinasi yang dilakukan oleh Tim Pengarah dan Tim Teknis meliputi bermacam hal,
misalnya persiapan kedatangan calon relawan Peace Corps dan pelaksanaan pemantauan program
Peace Corps di lapangan. Selain itu, Tim Pengarah dan Tim Teknis juga responsif melakukan
pembahasan jika ada permasalahan-permasalahan yang terjadi di lapangan dan perlu segera
diselesaikan.
Sepanjang tahun 2014, Tim Pengarah dan Tim Teknis telah melakukan beberapa kali
pertemuan koordinasi, dimana pertemuan tersebut ada yang bersifat internal bagi pemerintah
Indonesia namun ada juga yang dihadiri oleh Peace Corps. Selain pertemuan Tim Pengarah dan Tim
Teknis yang diselenggarakan oleh Bappenas, ada pula pertemuan yang diselenggarakan oleh anggota
Tim Pengarah/Tim Teknis untuk membahas topik tertentu yang berkaitan dengan Peace Corps. Di
bawah ini adalah penjelasan tentang pertemuan-pertemuan koordinasi Peace Corps yang
dilaksanakan pada tahun 2014.
Sehubungan dengan rencana kedatangan calon relawan Batch 5 Peace Corps, Direktorat
Keamanan Diplomatik Kemlu menyelenggarakan pertemuan pada tanggal 16 Januari 2014 dan
mengundang Direktur Politik dan Komunikasi Bappenas untuk menyampaikan presentasi tentang
program Peace Corps. Hasil pertemuan ini menjadi bahan pertimbangan bagi Clearing House Kemlu
untuk memberikan tanggapan tentang CV calon relawan Batch 5 Peace Corps.
17
Pada bulan Februari 2014, diselenggarakan Rapat Tim Teknis pada tanggal 3 Februari 2014
di Bappenas. Agenda pertemuan ini adalah membahas tanggapan atas CV calon relawan Batch 5 dan
membahas kesesuaian program Peace Corps dengan kurikulum baru. Pertemuan ini memutuskan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Calon relawan yang tidak memiliki pengalaman mengajar akan tetap mengikuti Pre
Service Training (PST) dan akan mendapat materi TEFL.
2. Tim Teknis/Tim Pengarah akan meminta KBRI untuk melakukan wawancara mendalam
kepada 7 (tujuh) orang calon relawan Batch 5, yaitu : Martin Santos, Desmond Price,
Joshua Kendall Lewis, Tanesha Arlene Bryan, Stephanie Mann, Carly Johnston, dan
Deborah Emily. Setelah wawancara dilakukan, keputusan apakah para calon relawan
tersebut akan mendapatkan visa atau tidak akan diserahkan kepada KBRI Washington.
Hasil pertemuan ini akan disampaikan kepada KBRI Washington untuk ditindaklanjuti.
Bappenas akan mengirimkan surat kepada Direktorat Amuteng Kemlu untuk meminta
bantuan menyampaikan hal ini kepada KBRI Washington.
3. Penentuan sekolah yang menjadi lokasi penugasan relawan akan dikoordinasikan oleh
Kemdikbud dan Kemenag bersama dengan Provinsi dan Kab/Kota dan Peace Corps.
Waktu 4 bulan ini perlu digunakan untuk menentukan dimana relawan itu akan
menjalankan tugasnya. Terkait dengan hal itu, Dinas Pendidikan Provinsi perlu
menginformasikan tentang program Peace Corps kepada Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota dan sekolah. Hal ini perlu dilakukan karena pada saat Peace Corps
mengunjungi sekolah ternyata pihak sekolah tidak mengetahui bahwa sekolahnya
dicalonkan untuk mendapat relawan Peace Corps.
Selain itu, beberapa sekolah juga menanyakan apakah Dinas Pendidikan Kab/Kota
mengetahui tentang pencalonan ini. Menurut informasi dari Peace Corps, 2 minggu
sebelum melakukan kunjungan ke sekolah, Peace Corps telah menghubungi Dinas
Pendidikan Kab/Kota, tetapi tidak ada tanggapan dari Dinas Pendidikan Kab/Kota.
Menindaklanjuti hal ini, perlu ada penguatan koordinasi antara Dinas Pendikan Prov dan
Kab/Kota. Selain itu, saat Peace Corps melakukan kunjungan ke sekolah calon lokasi
penempatan relawan sebaiknya didampingi oleh Dinas Pendidikan Kab/Kota.
4. Pemprov Jawa Barat ingin tetap mendapatkan 35 orang relawan Batch 5. 10 sekolah yang
mengundurkan diri dari pencalonan sudah diajukan penggantinya kepada Peace Corps.
Permintaan Pemerintah Provinsi Jabar ini akan disampaikan kepada Peace Corps saat
rapat Tim Pengarah tanggal 4 Februari 2014.
5. Kemdikbud perlu memberi panduan bagi Peace Corps tentang kurikulum baru, sehingga
materi yang diberikan kepada calon relawan Batch 5 saat Pre Service Training bisa
disesuaikan dengan kurikulum baru. Selain itu, sebaiknya pihak yang menangani
kurikulum dari Kemdikbud dan Kementerian Agama menjadi narasumber di dalam Pre
Service Training calon relawan Batch 5.
6. Kemungkinan perluasan wilayah dan bidang kerjasama Peace Corps di Indonesia perlu
dibahas terlebih dahulu di dalam Tim Teknis dan dimintakan arahan dari para Menteri
terkait. Mengenai perluasan ke bidang lainnya, sebaiknya sampai tahun 2015 tetap di
pengajaran bahasa Inggris, apalagi belum ada keputusan apakah Peace Corps masuk ke
kerjasama teknik atau bukan.
7. 1 orang relawan Batch 3 bernama Mathhew Delaney akan memperpanjang
penugasannya. Sebaiknya perpanjangan penugasan relawan tetap sesuai aturan di dalam
18
Implementing Arrangement. Hal ini akan disampaikan kepada Peace Corps dalam rapat
Tim Pengarah tanggal 4 Februari 2014.
Menindaklanjuti hasil pertemuan ini, Bappenas atas nama perwakilan Tim Teknis
mengirimkan surat kepada Direktorat Amerika Utara dan Tengah Kemlu untuk meminta KBRI
Washington melakukan wawancara kepada 7 calon relawan Batch 5. Permintaan Tim Teknis ini
menimbulkan keberatan pada pihak Peace Corps dan pihak Peace Corps di Washington maupun
Jakarta telah menyampaikan keberatan mereka kepada Pemerintah Indonesia.
Sebagai tindak lanjut pertemuan Tim Teknis, maka pada tanggal 4 Februari 2014
diselenggarakan pertemuan Tim Pengarah. Hasil pertemuan Tim Pengarah adalah sebagai berikut :
1. Perlu ada laporan dari para penerima manfaat tentang berapa prosentase sekolah yang
prestasinya meningkat setelah menjadi lokasi penempatan relawan Peace Corps. Laporan
ini akan menjadi bahan pertimbangan juga bagi perpanjangan program Peace Corps.
Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat agar mengkoordinasikan hal ini dan
mengembangkan instrumen untuk mengukur kinerja relawan dan untuk menunjukkan
manfaat program Peace Corps bagi sekolah.
2. Tidak ada kekurangan jumlah jam mengajar bagi relawan Batch 5 karena SMK yang
menjadi lokasi penempatan relawan Batch 5 memiliki jumlah jam pelajaran Bahasa
Inggris minimal 16 jam, sehingga relawan dapat memenuhi jumlah jam mengajar
minimal yang telah ditetapkan.
3. Jam mengajar relawan tetap 16-20 jam. Jam mengajar minimal adalah 16 jam, sedangkan
4 jam sisanya bisa untuk ekstrakurikuler.
4. Bappenas akan mengirimkan surat kepada Kemdikbud dan Kementerian Agama untuk
berkoordinasi dengan provinsi dan kab/kota dalam menyusun pemetaan
SMA/MAN/SMK yang memiliki jam mengajar bahasa Inggris yang cukup bagi
penugasan relawan Peace Corps.
5. Pre Service Training calon relawan Batch 5 perlu dilengkapi dengan materi tentang
budaya Jawa Barat. Selain itu, Peace Corps perlu mengundang narasumber dari
Kemdikbud dan Kementerian Agama untuk memberikan materi tentang kurikulum baru
di dalam Pre Service Training.
6. Kemdikbud dan Kementerian Agama perlu melakukan evaluasi atas jumlah jam TEFL di
dalam Pre Service Training untuk menentukan apakah jumlah jam TEFL di dalam Pre
Service Training telah efektif, dan apakah jumlah jam TEFL perlu ditambah atau
dikurangi.
7. Koordinasi Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur perlu diperkuat dalam hal penentuan
sekolah, penempatan relawan, dan dalam hal koordinasi dengan Peace Corps. Perlu ada
pertemuan di tingkat regional antara Dinas Pendidikan/Kanwil Agama tingkat provinsi,
Dinas Pendidikan/Kanwil Agama Kab/kota, dan Peace Corps. Pertemuan ini untuk
menjelaskan program Peace Corps kepada Kabupaten/Kota.
19
8. Untuk kedatangan relawan batch berikutnya, perlu ada batas waktu penyampaian daftar
sekolah yang akan menggantikan sekolah yang mengundurkan diri dari pencalonan
kepada Peace Corps.
9. Jumlah relawan Batch 5 untuk Provinsi Jawa Barat adalah 25 relawan, sedangkan untuk
Provinsi Jawa Timur adalah 41 relawan.
10. Hingga tahun 2015 area kerjasama Peace Corps adalah dalam bidang pengajaran Bahasa
Inggris dengan lokasi di provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat.
11. Rencana perpanjangan penugasan relawan Batch 3, Matthew Delaney, akan diperdalam.
Peace Corps akan menanyakan kepada relawan yang bersangkutan apakah bersedia
mengajar di Jawa Barat. Pilihan lokasi penugasan bisa di Jawa Barat atau di Jawa Timur.
Nantinya relawan akan tetap mengajar di sekolah, tidak di perguruan tinggi karena untuk
perguruan tinggi sudah ada program AMINEF.
Dalam melaksanakan tugasnya di Indonesia, tugas utama relawan Peace Corps adalah
mendampingi guru utama dalam mengajar Bahasa Inggris di sekolah. Selain menjalankan tugas
utama, relawan Peace Corps juga melakukan secondary project, misalnya membuat klub Bahasa
Inggris. Sehubungan dengan adanya salah satu relawan Peace Corps yang secondary project-nya
berupa keterlibatan dalam penyelenggaraan Bromo Marathon, maka Tim Teknis merasa perlu
menyelenggarakan pertemuan Tim Teknis tentang secondary project pada tanggal 19 Februari 2014.
Hasil pertemuan ini adalah sebagai berikut :
1. Sehubungan dengan keterlibatan relawan Peace Corps di dalam kegiatan Bromo
Marathon yang diselenggarakan pada tanggal 1 September 2013 dan perlunya
pembahasan tentang secondary project relawan Peace Corps, Tim Teknis program Peace
Corps telah menerima dokumen klarifikasi dari Peace Corps Indonesia dan telah
membahasnya di dalam rapat Tim Teknis yang diselenggarakan pada tanggal 19 Februari
2014 di Bappenas.
2. Tim Teknis akan mengirimkan surat kepada Peace Corps untuk menyampaikan hasil
pertemuan ini, dengan beberapa poin sebagai berikut :
a. Tim Teknis mengucapkan terima kasih atas peran relawan Peace Corps selama ini
di tempat tugasnya, baik dalam melaksanakan tugas utama pengajaran Bahasa
Inggris maupun dalam melaksanakan secondary project. Pada prinsipnya Tim
Teknis sependapat bahwa kegiatan secondary project berusaha memberi manfaat
bagi masyarakat di sekitar tempat tinggal relawan. Meskipun demikian, Tim Teknis
berharap agar komunikasi yang efektif dan intensif dapat dibangun untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
b. Berkenaan dengan hal itu dan berdasarkan pengalaman keterlibatan relawan di
dalam Bromo Marathon 2013, Tim Teknis mengharapkan agar untuk selanjutnya
secondary project relawan Peace Corps perlu direncanakan dan dibahas bersama
Dinas Pendidikan dan Kanwil Agama serta Divisi Keimigrasian Kanwil
20
Kemenkumham Jawa Timur dan Jawa Barat. Di samping itu, secondary project
perlu diajukan menggunakan nama sekolah sehingga pihak sekolah akan lebih
terlibat. Sementara itu, secondary project yang ruang lingkup kegiatannya bertaraf
nasional/internasional memerlukan persetujuan dari Tim Teknis.
c. Kegiatan secondary project perlu didokumentasikan dengan baik, sehingga
diperlukan satu portal/website yang dapat menginformasikan semua secondary
project yang dilakukan oleh relawan Peace Corps
d. Sehubungan dengan pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia pada tahun 2014
serta pemilihan kepala daerah, secondary project yang saat ini sedang
dilaksanakan, atau yang akan dilaksanakan agar tidak terkait dengan hal-hal yang
bersifat politis. Tim Teknis mengharapkan agar Peace Corps dapat memberi
perhatian pada hal ini dan jika diperlukan dapat melakukan konsultasi dengan Tim
Teknis.
e. Peace Corps perlu memperkuat koordinasi dengan Divisi Keimigrasian Kanwil
Kemenkumham Jawa Timur dan Jawa Barat. Apabila terjadi perubahan data yang
terkait dengan relawan, misalnya relawan berpindah tempat tinggal, Peace Corps
diharapkan dapat segera menyampaikan informasi tersebut kepada Divisi
Keimigrasian Kanwil Kemenkumham Jawa Timur dan Jawa Barat.
Pada tanggal 17 Juni 2014 diselenggarakan pertemuan Tim Pengarah di Bappenas dengan
hasil pertemuan sebagai berikut :
1. Jumlah relawan Batch 6 tahun 2015 adalah 60 orang, dengan pembagian 30 orang relawan untuk
Provinsi Jawa Timur dan 30 orang relawan untuk Provinsi Jawa Barat.
2. Pembahasan tentang kemungkinan penempatan relawan di madrasah swasta/di daerah
terpencil/remote area, pendampingan relawan, rencana evaluasi menyeluruh atas program Peace
Corps pada tahun 2015, serta penyusunan action plan Pemerintah Indonesia terkait program
Peace Corps 2015-2016 akan dilakukan dalam pertemuan internal Pemerintah Indonesia.
Pertemuan ini dijadwalkan pada bulan Agustus/September.
3. Terkait pelaporan kehadiran relawan kepada Polsek, seperti yang telah dilakukan
sebelumnya, Kemenko Polhukam diharapkan dapat mengirimkan surat kepada pihak
Kepolisian untuk bisa menginformasikan tentang kehadiran relawan Peace Corps sampai
ke level Polsek. Sedangkan Pemda dan sekolah ikut melaporkan juga kehadiran relawan
kepada Polsek terdekat.
Sehubungan dengan habisnya masa berlaku Implementing Arrangement program Peace Corps
pada tanggal 15 Juni 2014, maka Pemerintah Indonesia dan Peace Corps melakukan pertemuan untuk
membahas perpanjangan Implementing Arrangement Peace Corps pada tanggal 28 November 2014.
Salah satu hal yang dibahas dalam pertemuan ini adalah klausul yang memungkinkan relawan yang
telah kembali ke Amerika Serikat untuk dapat kembali bertugas sebagai relawan di Indonesia dengan
syarat-syarat tertentu. Implementing Arrangement yang dibahas pada tahun 2014 kemudian
21
ditandatangani oleh Peace Corps, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Kementerian
Agama pada bulan Februari 2015.
22
IV. PEMANTAUAN PROGRAM PEACE CORPS
Untuk mengetahui pelaksanaan program Peace Corps di lapangan dan mendapatkan masukan
dari para penerima manfaat serta pihak-pihak terkait lainnya, Pemerintah Indonesia dan Peace Corps
menyelenggarakan kegiatan pemantauan pada bulan Juni dan November 2014. Tujuan pemantauan
ini terutama untuk melihat pelaksanaan program Peace Corps dalam aspek konsistensi, koordinasi,
kapasitas, dan keberlanjutan. Tim pemantauan ini terdiri atas anggota Tim Pengarah dan Peace
Corps. Dalam pemantauan, tim bertemu dengan para relawan, pihak sekolah, dan host family.
Berdasarkan hasil pemantauan, secara umum program Peace Corps memberikan manfaat,
baik bagi masyarakat Indonesia maupun para relawan Peace Corps, serta berkontribusi memperkuat
people to people contact antara masyarakat Indonesia dan masyarakat Amerika Serikat. Secara
khusus, program berjalan sesuai Memorandum of Understanding (MoU), Implementing Arrangement
(IA), kurikulum, dan rencana pembelajaran sekolah/madrasah. Selain itu, para relawan memiliki
kapasitas yang memadai dalam mengajar siswa dan menjadi mitra bagi guru utama di
sekolah/madrasah tempatnya bertugas.
A. PEMANTAUAN TANGGAL 1-3 JUNI 2014
Pemantauan ini bertujuan melihat pelaksanaan tugas para relawan Batch 4, sekaligus
menghadiri penutupan Pre Service Training (PST) calon relawan Batch 5. Pemantauan dilaksanakan
pada tanggal 1-3 Juni 2014 di Provinsi Jawa Timur, khususnya di Pasuruan dan Mojokerto. Tim
Pemantauan terdiri dari Kemenko Polhukam, Kementerian Luar Negeri, Ditjen Imigrasi Kementerian
Hukum dan HAM, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, dan Kemdikbud.
A.1. Pertemuan dengan Relawan Batch 5 dan Keluarga Semang
Pada tanggal 1 Juni 2014, Tim Pemantauan tiba di Malang dan bertemu dengan calon relawan
Batch 5 serta host family Batch 5. Dalam pertemuan ini para relawan menyampaikan pandangan
bahwa program Peace Corps yang dilaksanakan dengan Pemerintah Indonesia adalah program yang
bagus. Dialog menyimpulkan bahwa Pertemuan ini merupakan sarana bagi people-to-people contact
yang perlu diperdalam di samping guna meningkatkan pendidikan dan pengembangan kapasitas di
kedua belah pihak.
Tim pemantauan menyampaikan kepada para calon relawan Peace Corps Batch 5 agar
mereka dapat memberi sumbangsih tidak saja kepada Pemerintah Indonesia tetapi kepada masyarakat
di tempat penugasan mereka di Jawa Timur dan Jawa Barat. Para calon relawan tersebut diharapkan
dapat memberi pemahaman lintas budaya, mendorong pemikiran yang lebih terbuka dan bersikap
fleksibel terhadap perbedaan budaya dan tradisi. Hal ini telah ditunjukkan melalui evaluasi terhadap
gelombang/batch I-4 yang dinilai baik dan telah memberikan sumbangsih terhadap metode-metode
pengajaran bahasa Inggris yang bersifat inovatif.
23
Kunjungan ke rumah host family (keluarga angkat) selama PST telah memberikan gambaran
tentang manfaat konkrit yang dapat diterima oleh end user melalui upaya calon relawan membantu
mereka dalam melakukan percakapan bahasa Inggris serta pemahaman lintas budaya. Dalam
kunjungan ke rumah host family relawan Saajidah Aatiqah Abdul-Hameem, pihak host family
menyatakan senang dengan keberadaan Saajidah dan menganggapnya sebagai bagian dari keluarga.
Pihak host family juga memberikan masukan bahwa jadwal pre service training yang padat telah
membuat interaksi Saajidah dengan tetangga-tetangga di sekitar tempat tinggalnya menjadi sangat
terbatas.
A.2. Penutupan Pre Service Training Calon Relawan Batch 5 dan Pertemuan dengan para
Kepala Sekolah
24
Penutupan PST Calon Relawan Batch 5 dilaksanakan pada tanggal 2 Juni 2014 di Universitas
Muhammadiyah Malang (UMM). Dalam acara tersebut telah dilakukan pengambilan sumpah dan
sekaligus peresmian penugasan relawan Peace Corps Batch 5. Sebagai catatan, jumlah relawan
Peace Corps Batch 5 yang disumpah sebanyak 63 orang dengan 1 orang relawan Peace Corps yang
mengundurkan diri.
Pada kesempatan tersebut, Dubes AS dan Country Director Peace Corps menekankan kepada
para relawan tersebut bahwa tugas yang diemban termasuk membuka pikiran dan hati mereka
terhadap keragaman budaya Indonesia. Sebagai salah satu mitra penting AS, Indonesia adalah negara
demokrasi berpopulasi muslim terbanyak, serta negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi kedua
tercepat di forum G-20.
Bagi Amerika Serikat, para relawan Peace Corps mempunyai peran penting dalam
memajukan kemitraan tersebut melalui kontribusinya dalam meningkatkan pendidikan Bahasa
Inggris. Kontribusi tersebut juga dilakukan dalam proyek-proyek kerjasama yang dalam kerangka
saling memahami, menghargai dan meningkatkan hubungan persahabatan di kedua negara. Selain itu
tugas para relawan Peace Corps adalah untuk terus menunjukkan kepada masyarakat Indonesia
bahwa Amerika Serikat memegang teguh penghormatan atas values, budaya dan keanekaragaman
budaya dan agama yang berbeda.
Pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Asisten Deputi 4/II, Koordinasi Amerika dan Eropa,
Kemenko Polhukam, menyampaikan pesan kepada relawan dan para host families bahwa program
Peace Corps adalah salah satu wujud kemitraan yang baik antara Pemerintah Indonesia dengan
Pemerintah Amerika Serikat. Program Peace Corps sejak tahun 2009 telah dirasakan manfaatnya
oleh Sekolah maupun Madrasah di Provinsi Jawa Timur maupun Jawa Barat, serta oleh keluarga dan
masyarakat tempat tinggal mereka. Para relawan tersebut juga telah menunjukkan dedikasi yang
mengagumkan sepanjang masa penugasannya, bukan saja dalam mengajar bahasa Inggris namun
juga dalam interaksi mereka dengan masyarakat sekitarnya dalam kehidupannya sehari-sehari.
Para relawan Peace Corps juga diharapkan dapat menjadi duta-duta masyarakat Indonesia
bagi masyarakat Amerika Serikat dan program Peace Corps merupakan sarana yang baik bagi para
25
relawan Peace Corps dan masyarakat Indonesia untuk saling mempelajari budaya masing-masing
guna membangun rasa saling memahami dan menghormati di antara masyarakat kedua bangsa.
Pada pertemuan dengan para Kepala Sekolah daerah Jawa Timur dan Jawa Barat, telah
ditekankan kembali bahwa tujuan dari program tersebut adalah bermitra dengan sekolah/ madrasah
dalam memberikan bantuan teknis yaitu dengan melakukan tugas pendampingan mengajar Bahasa
Inggris; memberikan pemahaman mengenai values dan budaya Amerika Serikat kepada masyarakat
Indonesia; memberikan pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat Amerika Serikat mengenai
Indonesia.
A.3. Kunjungan ke Tempat Tugas Relawan Batch 4
Pada tanggal 3 Juni 2014, Tim Pemantauan melakukan kunjungan ke tempat tugas salah satu
relawan Peace Corps Batch 4, Ms. Hannah Fowler di SMKN I Tutur, Pasuruan. Pada kunjungan
tersebut Ms. Fowler telah memberikan pelatihan dengan dibentuknya kelompok debat bahasa Inggris,
dan mengajarkan metode-metode baru yang interaktif kepada siswa-siswi dalam mempermudah
mengerti bahasa Inggris seperti dalam bentuk permainan dan atau acting/sandiwara. Disampaikan
pula bahwa metode-metode tersebut yang telah dilakukan oleh SMKN I Tutur Pasuruan juga telah di
sosialisasikan dengan guru-guru bahasa Inggris lainnya baik di tingkat SMP maupun SMK dari
sekolah lain di sekitarnya.
26
Host family Ms. Fowler, menyampaikan bahwa mereka tidak mempunyai kendala dalam
berinteraksi dengan Ms. Fowler dan telah menganggap bahwa Ms. Fowler adalah bagian dari
keluarga mereka. Ms. Fowler seringkali memberikan les bahasa Inggris kepada siswa-siswa dan
membantu dalam kegiatan-kegiatan sekunder seperti ikut aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan
kebudayaan bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Pasuruan dan juga sekolah dalam
mempromosikan daerah Pasuruan kepada turis-turis asing yang melalui daerah tersebut untuk
mencapai gunung Bromo. Dalam pertemuan tersebut juga turut hadir wakil Dinas Pariwisata
Kabupaten Pasuruan yang menyampaikan terdapat kerjasama dengan Ms. Fowler dalam memberikan
pengajaran bagaimana menjadi tour guide dan do’s and don’ts dalam berinteraksi dengan turis asing,
di samping pengenalan Ms. Fowler terhadap tarian-tarian tradisional.
27
Guna memperkuat informasi kemajuan-kemajuan/kontribusi positif yang telah diberikan
kepada sekolah maupun masyarakat dimana tempat ditugaskannya para relawan Peace Corps, Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Timur sebaiknya mengeluarkan edaran kepada setiap sekolah penugasan
Peace Corps untuk secara berkala (tiap semester) melaporkan kemajuan-kemajuan sejak para
relawan tersebut berada di sekolah.
28
B. PEMANTAUAN TANGGAL 13-14 DAN 17-18 NOVEMBER 2014
I. Kunjungan ke Tempat Tugas Relawan Batch 5 dan Keluarga Semang
Pada tanggal 13-14November 2014, Tim Pemantauan mengunjungi 2 orang relawan Batch 5
ditempat tugasnya masing-masing, Richard Marks pada MTs Cililin, Bandung Barat dan Erica Johnson di
SMAN 1 Jalancagak, Subang, Jawa Barat.Kegiatan pemantauan dilanjutkan kembali pada tanggal 17-18
November 2014 di tempat tugas James Todd pada SMAN Ngronggot, Nganjuk dan Emily Warner pada
MTsN Jabung Talun, Blitar,Jawa Timur.
1.1. Kunjungan ke tempat tugas Richard ‘Trey’ Mark pada MTs Cililin, Bandung Barat
Berikut ini adalah rangkuman hasil wawancara saat tim pemantauan mengunjungi Richard „Trey‟
Markdi tempat tugasnya :
RE
LA
WA
N
1. Apakah pre-service training bermanfaat bagi pelaksanaan tugas relawan di
sekolah/madrasah?
Pre-Service Training sangat bermanfaat bagiRichard „Trey‟ dalam melaksanakan
tugasnya. Kegiatan PST memberikan kemudahan dalam penyesuaian di tempat
tugas dan di tempat tinggal.
2. Apakah ada masalah (kendala) yang dihadapi selama melaksanakan tugas
sejauh ini:
- Bahasa, budaya, makanan, kegiatan sehari-hari, kondisi tempat
tinggal
- Hubungan dengan guru utama, siswa, kepala sekolah
- Jam kerja, ruang kerja, sarana/prasarana lainnya
- Lainnya.
Pada tahapan awal, Trey mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan fasilitas,
makanan dan cuaca namun dapat mengatasinya dengan baik, sehingga relawan
dapat melanjutkan aktifitas di sekolah dan di tempat tinggal dengan lancar.
Relawan dapat beradaptasi dengan fasilitas yang tersedia di sekolah maupun
ditempat tinggal. Komunikasi dengan keluarga dilakukan melalui email dan skype.
3. Bagaimana metode kerja di kelas dan kerja sama dengan guru utama?
Trey dan guru mitra dapat bekerjasama dengan baik. Metode pengajaran yang
digunakan bersama guru mitra telah meningkatkan interaksi dan motivasi belajar
29
siswa. Trey mengajar dengan menggunakan alat bantu seperti gitar dan
mendorong siswa untuk meningkatkan kreatifitas khususnya dalam melakukan
seni peran (acting).
4. Apakah telah mempersiapkan exit strategy bersama guru utama?
Trey bersama guru mitra bekerjasama dengan baik, meskipun baru aktif mengajar
selama 4 bulan. Bahan pengajaran disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku di
MTsN Cililin. Sampai pada waktu pemantauan, Trey masih fokus dalam
pengajaran dan kedepan bersama guru mitra akan mengembangkan strategi
pengajaran yang berkelanjutan.
5. Adakah special project yang dikembangkan?
1. Trey bersama guru mitra membentuk Daily English Conversation, dimana
setiap hari selasa seluruh siswa diwajibkan berkomunikasi dalam bahasa
Inggris.
2. Trey bersama guru mitra membentuk English Club.
3. Treyselalu mendorong siswa untuk tampil percaya diri dalam
menggunakan bahasa Inggris dengan cara mengajarkan siwa berakting
dalam drama singkat.
GU
RU
UT
AM
A
1. Apakah keberadaan relawan dapat membantu tugas-tugas pengajaran
bahasa Inggris?
Trey sangat membantu dalam pengajaran bahasa Inggris di sekolah. Trey
membawa semangat baru bagi guru bidang studi di MTsN Cililin. Kehadiran Trey
dimanfaatkan oleh para guru untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris
masing-masing guru.
Bersama guru mitra, guru bidang studi bahasa Inggris lain dan penanggungjawab
kurikulum, Trey diarahkan untuk memberikan pengajaran sesuai kurikulum.
Aktifitas di kelas dilakukan bersama-sama. Seluruh guru bidang studi bahasa
Inggris merasa senang karena kehadiran Trey sangat membantu dalam kegiatan
belajar-mengajar dan meningkatkan minat belajar bahasa Inggris siswa.
2. Adakah transfer of knowledge (metode) ?
Trey‟s menerapkan metode mengajar yang baik, yang kemudian dapat dapat
diterapkan lagi oleh guru bidang studi. Trey‟s mengajak siswa untuk lebih aktif,
misalnya dalam pembahasan story telling, belajar grammar,dan translete. Trey
menerapkan sistem belajar sambil bermain, menggunakan alat musik (gitar), dan
mengembangkan kemampuan siswa dalam menunjukan ekspresi atau berakting
30
menggunakan bahasa Inggris. Hal ini sangat memperkaya metode mengajar dari
guru mitra.
3. Bagaimana metode kerja antara guru dan relawan?
Trey dan guru mitra sering berdiskusi tentang pembelajaran di sekolah dan
pembagian tugas mengajar dimana Trey didampingi guru mitra dalam semua
proses mengajar sehingga Trey tidak mengajar sendirian.
Seluruh kelas menginginkanTrey mengajar di kelas mereka, sehingga sekolah
mengambil kebijakan agar Treymengajar di seluruh kelas. Trey mengajar selama
20 jam mengajar di kelas VII,VIII dan IX dengan total 22 kelas. Selain itu Trey
terlibat aktif dalam ekstrakurikuler di sekolah
4. Kekuatan / kelebihan apa yang dimiliki oleh relawan yang berguna bagi
pengajaran bahasa Inggris?
Trey beradaptasi dengan baik dan mudah bergaul dengan semua orang di sekolah.
Cara mengajar yang kreatif membuat para siswa nyaman untuk belajar.
Treys mengenakan seragam sepertihalnya gurulain di sekolah dan berinteraksi
dengan baik dengan para guru.
Menurut para guru, metode mengajar Trey‟s membuat para siswa termotivasi
untuk belajar. Siswa semakin percaya diri didalam berbicara menggunakan bahasa
Inggris, belajar seperti grammar dan speaking, serta siswa didorong untuk berani
berbicara dan bermain drama menggunakan bahasa Inggris.
5. Apa dampak keberadaan relawan dalam pengajaran bahasa Inggris bagi
guru/siswa?
Kehadiradiran relawan membawa dampak baik tidak hanya kepada siswa tetapi
juga kepada guru mitra dimana guru mitra termotivasi untuk meningkatkan
kemampuan bahasa Inggrisnya. Siswa semakin antusias dalam belajar dan aktif
dalam setiap aktifitas di kelas maupun pada kegiatan ekstrakurikuler. Guru utama
dan guru bahasa Inggris lain juga menerima manfaat bagi peningkatan
pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah.
KE
PA
LA
SE
KO
LA
H 1. Bagaimana penilaian kepala sekolah/madrasah tentang kapasitas relawan?
Trey memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dan membuat siswa nyaman.
31
Dalam beberapa kesempatan, Trey diperkenalkan kepada orang tua siswa yang
ingin mengenal Trey. Sebagian besar siswa berasal dari keluarga ekonomi
menengah ke bawah sehingga kedekatan yang baik dengan siswa mendapat
apresiasi dari orang tua siswa. Kehadiran relawan mendorong kepala sekolah
untuk belajar bahasa Inggris. Kepala sekolah senang dengan kehadiran relawan di
MTsN Cililin.
2. Bagaimana kerja sama sekolah (guru-guru) dengan relawan?
Kerjasama antara Trey dan guru-guru berjalan baik. Trey diperlakukan
sebagaimana keluarga sendiri. Guru mitra sering melakukan diskusi dengan Trey
dalam membahas pengajaran di sekolah.
3. Apakah relawan juga terlibat kegiatan-kegiatan (pendidikan) di luar
sekolah?
Trey bersama guru mitra sering diundang untuk bertemu dengan siswa ataupun
dengan guru-guru di sekolah lain. Kehadiran Trey‟s mengundang sekolah lain
bahkan salah satu Perguruan Tinggi Kesehatan di Cililin pernah berkunjung ke
MTsN untuk berbagi ilmu dengan Trey‟s. Seiring berjalannya waktu, permintaan
pertemuan bertambah banyak sehingga harus dibatasi oleh guru mitra mengingat
kewajiban mengajar MTsN Cililin yang padat, karena siswa di semua kelas
menginginkan Trey‟s untuk mengajar.
4. Bagaimana komunikasi kepala sekolah dengan relawan?
Komunikasi antara Kepala Sekolah dan Trey‟s berlangsung dengan baik melalui
bantuan guru mitra. Meskipun merasa sulit dalam menggunkan bahasa Inggris,
kehadiran Trey memotivasi kepala sekolah untuk belajar Bahasa Inggris.Kepala
sekolah merasa senang dengan kehadiran Trey karena berdampak baik
perkembangan pelajaran bahasa Inggris di sekolah.
5. Apakah laporan kegiatan relawan telah disusun dan disampaikan kepada
Dinas Pendidikan/Kanwil Agama?
Selama ini belum ada laporan tertulis yang disusun, namun kepala sekolah dan
guru mitra sepakat akan membuat laporan untuk di serahkan kepada Kanwil
Agama.
6. Apakah pihak RT/RW/Kelurahan/Polsek setempat mengetahui kehadiran
relawan di sekolah tempat tugasnya?
Ketika Trey mulai bertugas di MTsN Cililin, Trey telah diperkenalkan kepada
masyarakat sekitar dan masyarakat menerima kehadiran Trey dengan baik. Trey
juga pernah terlibat dalam kegiatan di pesantren.
32
Trey juga telah diperkenalkan kepada pihak keamanan setempat sehingga
kehadiran Trey telah diketahui.
7. Apa yang dilakukan oleh sekolah untuk memastikan keamanan relawan
selama berada di lingkungan tempat tugasnya?
Untuk menjaga keamanan relawan, kepala sekolah dan guru mitra sering
berkomunikasi dan berkunjung ke tempat Trey.
KE
LU
AR
GA
SE
MA
NG
1. Apakah ada masalah dengan relawan yang tinggal di rumah ini?
Komunikasi yang terjalin antara relawan dan keluarga berjalan baik. Komunikasi
ini terjalin baik karena beberapa anggota keluarga berlatarbelakang sebagai guru
bidang studi Bahasa Inggris. Keluarga merasa relawan semakin sibuk dengan
aktifitas di luar rumah sehingga kurang berkomunikasi dengan keluarga seperti
pada kedatangan relwan pertamakali, namun keluarga yakin kedepan akan semakin
baik.
2. Apakah relawan dapat menyesuaikan kondisi tempat tinggal?
Proses adaptasi relawan berjalan baik, meskipun pernah mengalami gangguan
kesehatan pada awal kedatangan, namun hal itu dapat diatasi sehingga saat ini
aktifitas relawan di rumah telah berjalan dengan baik.
3. Bagaimana relawan hidup sehari-hari dengan keluarga dan masyarakat
sekitar?
Keluarga merasa interaksi Trey dengan masyarakat sekitar masih kurang, namun
memaklumi bahwa kurangnya aktifitas sosial dikarenakan kendala pada bahasa
karena Trey masih kesulitan berbahasa Indonesia dan aktfitas Trey yang sangat
sibuk di sekolah dan di luar sekolah sehingga segera beristirahat ketika kembali
kerumah. Keluarga berharap guru mitra dapat mengatur jadwal Trey dengan baik
sehingg Trey memiliki waktu untuk bersosialisasi dengan keluarga dan masyarakat
di sekitar tempat tinggal.
4. Apa yang dilakukan relawan sehari-hari saat hari libur atau di luar jam
sekolah?
Di luar jam sekolah, Trey sering berkunjung ke sekolah lain yang mengundang.
Pada waktu libur Tery sering bersepeda dan mendaki gunung di dekat tempat
tinggal, serta bertemu dengan rekan-rekan sesama relawan Peace Corps. Keluarga
berharap relawan dapat menghabiskan waktu bersama masyarakat dan
mengajarkan bahasa Inggris bagi anak-anak di sekitar.
5. Apakah pihak RT/RW/Kelurahan/Polsek setempat mengetahui kehadiran
33
Ca
tatan
Umum :
Ti
m
Pemantau
an
memanda
ng bahwa
Trey dapat melaksanakan tugasnya dan dapat menjalin kerjasama yang baik dengan pihak sekolah dan
keluarga semang.Seluruh aktifitas relawan mendapat dukungan penuh dari pihak sekolah dan keluarga
semang.Hubungan komunikasi dan kerjasama yang terjalin baik antara relawan, guru dan siswa terlihat dari
penyampaian kesan baik oleh guru dan siswa.Ketika mengadakan pemantauan, siswa menyampaikan
ungkapan bahagia atas kehadiran relawan dan dengan percaya diri menunjukan kemampuan mereka dengan
membawakan atraksi yel-yel dalam bahasa Inggris. Kepala Sekolah dan guru-guru menunjukan semangat
mereka dalam bekerja sama dengan relawan untuk meningkatkan pengusaan bahasa Inggris di sekolah
mereka.
Keluarga semang menyampaiakan bahwa aktifitas Trey yang padat di luar membuat Trey kurang
berkomunikasi dengan keluarga dan kurang bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar tempat
tinggal.Keluarga berharap Trey dapat menjalin komunikasi baik dengan keluarga dan dapat mengadakan les
bahasa Inggris bagi anak-anak di sekitar tempat tinggalnya.
relawan di rumah keluarga semang?
Kehadiran Trey sudah diketahui oleh RT/RW, Kelurahan, dan Polsek. Keluarga
semang juga selalu memastikan keamanan relawan dengan memastikan kondisi
relawan sekembalidari kegiatan di sekolah.
6. Apa yang dilakukan oleh keluarga semang untuk memastikan keamanan
relawan selama berada di lingkungan tempat tinggalnya?
Setiap hari keluarga semang memastikan keberadaan relawan dengan memastikan
keadaan relawan baik disaat berangkat kesekolah, sekembali dari sekolah bahkan
saat akan keluar rumah di hari libur.
34
35
1.2. Kunjungan ke tempat tugas Erica Johnson di SMAN 1 Jalancagak, Subang, Jawa Barat
36
Berikut ini adalah rangkuman hasil wawancara saat tim pemantauan mengunjungi Erica Johnson di
tempat tugasnya :
RE
LA
WA
N
1. Apakah pre-service training bermanfaat bagi pelaksanaan tugas relawan di
sekolah/madrasah?
Pre-Servicee Training bermanfaat bagi Erica, khususnya dalam mempelajari
bahasa dan budaya serta makanan Indonesia. Kemampuan bahasa Indonesia Erica
berkembang sangat baik sehingga memudahkan Erica dalam berkomunikasi
dengan siswa dan guru di SMA N 1 Jalancagak maupun dengan keluarga semang.
Erica juga telah mempelajari bahasa Jawa sehingga mempermudah dalam
berkomunikasi dengan keluarga semang yang lebih tua usianya dan masyarakat
sekitar tempat tinggal
2. Apakah ada masalah (kendala) yang dihadapi selama melaksanakan tugas
sejauh ini:
- Bahasa, budaya, makanan, kegiatan sehari-hari, kondisi tempat
tinggal
- Hubungan dengan guru utama, siswa, kepala sekolah
- Jam kerja, ruang kerja, sarana/prasarana lainnya
- Lainnya.
Kendala yang dihadapai Erica adalah komunikasi yang kurang baik bersama guru
mitra pada awal kedatangan namun kemudian keduanya dapat menyelesaiakan dan
berkomunikasi lagi dengan baik sampai sekarang. Selain itu, kendala lain yang di
hadapi adalah bahwa Erica ingin meningkatkan kemampuan bahasa Indonesia
sedangkan guru mitra ingin meningkatkan kemampuan bahasa Inggris sehingga
terlihat bahwa keduanya saling mendukung didalam proses belajar untuk
meningkatkan peengetahuan kedua bahasa.
Erica dapat beradaptasi dengan budaya, bahasa dan fasilitas yang tersedia di
sekolah maupun di rumah keluarga semang. Erica sangat menikmati aktifitasnya di
sekolah maupun di tempat tinggal.
3. Bagaimana metode kerja di kelas dan kerja sama dengan guru utama?
Metode yang diterapkan sangat baik. Erica didampingi guru mitra dan secara
bergantian melakukan aktifitas mengajar di kelas. Erica mengajar dengan
menggunakan alat peraga, permainan dan mendorong siswa untuk meningkatkan
kepercayaan diri dalam berbicara mengunakan bahasa Inggris, menulis dalam
bahasa Inggris dan meningkatkan kreatifitas.
37
4. Apakah telah mempersiapkan exit strategy bersama guru utama?
Siswa di SMAN 1 Jalancagak memiliki potensi dan semangat belajar yang tinggi
sehingga memudahkan dalam kegiatan mengajardi kelas. Bahan ajar disesuaikan
dengan kurikulum dan berbasis kebutuhan siswa di sekolah. Erica dan guru mitra
selalu mendiskusikan materi yang akan diajarkan dan berbagi peran dalam
mengajar.
5. Adakah special project yang dikembangkan?
Erica bersama guru mitra dan guru bahasa Inggris lainnya mengembangakan
English Club yang telah ada di SMA N 1 Jalancagak. Dengan kehadiran Erica,
motivasi dan minat siswa dalam belajar bahasa Inggris meninggkat hal ini terbukti
dengan bertambahnya anggota English Club. Sebelum kedatangan Erica
anggotanya berjumlah 40 siswa dan setelah kedatangan Erica, jumlah anggota
English Club bertambah menjadi 100 siswa.
Oleh karena relawan adalah anggota dari The Denver Sonnets Project
(Perkumpulan pecinta drama Sonnet di Denver yang bertujuan membuat film
pendek dari 154 Sonet Shakespeare‟s), maka relawan melibatkan guru pendamping
dan siswa dalam pembuatan Sonet (puisi) yang menceritakan tentang hubungan
timbal balik yang terjalin antara guru dan siswa serta guru dan relawan dalam
akulturasi budaya Indonesia (Indonesia Culture Based Education). Film pendek
tersebut akan ditayangkan di Denver Sonnets Project You Tube Channel. Hal ini
mendapat sambutan hangat dari guru pendamping dan siswa.
GU
RU
UT
AM
A
1. Apakah keberadaan relawan dapat membantu tugas-tugas pengajaran
bahasa Inggris?
Guru mitra dan guru bahasa Inggris lainmerasa terbantu melalui kehadiran Erica.
Mereka dapat berbagi peran dalam proses mengajar di kelas dan secara langsung
meningkatkan kemampuan bahasa Inggris guru. Erica mendapat jatah mengajar 18
jam mengajar pada 6 kelas.
2. Adakah transfer of knowledge (metode) ?
Metode yang diterapkan oleh Erica yang kreatif dan bervariatif sangat bemanfaat
bagi guru mitra. Kedepan metode yang di terapkan Erica akan tetap digunakan
oleh guru mitra bahkan guru bahasa Inggris lainnya.
38
3. Bagaimana metode kerja antara guru dan relawan?
Erica selalu didampingi dalam kegiatan mengajar di kelas. Erica dan relawan
mendiskusikan materi yang akan diajarkan dan aktifitas mengajar dilakukan secara
bergantian. Erica dan guru mitra mendorong siswa untuk meningkatkan kreatifitas
dan terlihat dari beberapa hasil kreatifitas siswa.
Oleh karenaSiswa di SMA N 1 sering mengikuti perlombaan bahasa
Inggrissehingga bila dibutuhkan, Erica dan guru mitra memberikan bimbingan
tambahan bagi siswa yang akan terlibat dalam perlombaan.
Erica dan guru mitra bersedia menerangkan pelajaran secara detail kepada siswa
yang memiliki kemampuan kurang dalam memahami pelajaran bahasa Inggris.
4. Kekuatan / kelebihan apa yang dimiliki oleh relawan yang berguna bagi
pelajaran bahasa Inggris?
Erica sangat cepat dalam beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan mudah
berkomunikasi karena kemampuannya berbahasa Indonesia. Kehadiran Erica
meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa.
5. Apa dampak keberadaan relawan dalam pengajaran bahasa Inggris bagi
guru/siswa?
Kehadiran Erica membawa pengaruh baik bagi pengajaran bahasa Inggris kepada
siswa dan secara langsung kepada guru. Siswa semakin termotivasi dalam belajar
bahasa Inggris.
KE
PA
LA
SE
KO
LA
H
1. Bagaimana penilaian kepala sekolah/madrasah tentang kapasitas relawan?
Kepala sekolah melihat antusiasme siswa meningkat dengan kehadiran Erica.
Relawan mampu beradaptasi dan berinteraksi dengan siswa dan guru bahasa
Inggris maupun guru bidang studi lain serta terlibat aktif dalam kegiatan
ekstrakurikuler sekolah.
Siswa termotivasi untuk belajar bahasa Inggris dan Siswa antusias dalam
mengikuti perlombaan yang diadakan baik di tingkat kabupaten maupun di tingkat
provinsi.Hal ini terbukti dengan keberhasilan SMA N 1 Jalancagak yang meraih
Juara 2 tingkat Provinsi dalam lomba bahasa Inggris.
2. Bagaimana kerja sama sekolah (guru-guru) dengan relawan?
Kerjasama antara guru-guru di sekolah dan relawan berjalan baik. Relawan selalu
bersedia untuk berinteraksi dengan siapa saja. Komunikasi dengan para guru juga
berjalan baik.
39
3. Apakah relawan juga terlibat kegiatan-kegiatan (pendidikan) di luar
sekolah?
Relawan sangat aktif terlibat pada kegiatan-kegiatan di luar sekolah:
- Relawan pernah dilibatkan dalam kegiatan kemah di Subang.
- Bersama guru mitra terlibat dalam pelatihan kurikulum 2013 yang diadakan
oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
- Relawan dilibatkan menjadi pembimbing dalam kegiatan kemah di Pesona
Bambu Lembang.
- Bersama guru mitra mengunjungi Islamic Boarding School-Asifa School.
- Bersama Guru MItra sering menghadiri pertemuan Guru Bahasa Inggris di
sekolah-seolah yang mengundang.
Kepala sekolah berharap ada tambahan relawan bagisekolah lain di sekitar
Jalancagak karena semua sekolah tertarik dengan program seperti ini.
4. Bagaimana komunikasi kepala sekolah dengan relawan?
Komunikasi dengan Erica berjalan baik dengan didampingi oleh guru mitra.
Kehadiran relawan mendorong kepala sekolah untuk belajar bahasa Inggris.
5. Apakah laporan kegiatan relawan telah disusun dan disampaikan kepada
Dinas Pendidikan/Kanwil Agama?
Kepala sekolah dan guru mitra akan menyusun laporan untuk diserahkan kepada
Dinas Pendidikan.
6. Apakah pihak RT/RW/Kelurahan/Polsek setempat mengetahui kehadiran
relawan di sekolah tempat tugasnya?
Sejak kedatangannya, keberadaan Erica di SMA N 1 Jalancagak telah disampaikan
kepada Polres, Polsek setempat.
7. Apa yang dilakukan oleh sekolah untuk memastikan keamanan relawan
selama berada di lingkungan tempat tugasnya?
Semua pihak secara bersama turut menjaga keamanan relawan diantaranya kepala
sekolah, guru, dan komite sekolah.
KE
LU
AR
G
A S
EM
AN
G 1. Apakah ada masalah dengan relawan yang tinggal di rumah ini?
Kehadiran Erica diterima dengan baik dan tidak ada masalah yang terjadi selama
Erica tinggal bersama keluarga semang. Erica mampu menjalin komunikasi yang
baik dengan keluarga semang. Terlihat Erica sangat akrab dengan seluruh anggota
keluarga semang baik orang dewasa maupun anak-anak.
40
C
atatan
Umum :
T
im
pemanta
uan
memand
ang
bahwa
Erica
berhasil
memban
gun
komunik
asi dan
hubunga
n baik
dengan
semua
pihak
sehingga
kehadira
n Erica sangat dihargai.Kehadiran Erica dimanfaatkan dengan baik oleh guru mitra dan kepala sekolah
dimana keberadaan Erica dimanfaatkan bagi peningkatan mutu pendidikan bahas Inggris dan terlihat dengan
peningkatan drastis kemampuan siswa dan prestasi yang diraih oleh siswa di SMA N 1 Jalancagak.Selain itu,
kehadiran Erica membawa pemahaman yang baik tentang Amerika.Keramahan pihak sekolah, keluarga
semang dan masyarkat memberikan pemahaman yang baik bagi Erica tentang Indonesia.
2. Apakah relawan dapat menyesuaikan kondisi tempat tinggal?
Erica dapat menyesuaikan diri di tempat tinggal meskipun rumah keluarga semang
dihuni oleh banyak orang. Erica sangat ramah kepada anak-anak di rumah bahkan
sesekali mengajarkan bahasa Inggris bila memiliki waktu luang.
3. Bagaimana relawan hidup sehari-hari dengan keluarga dan masyarakat
sekitar?
Erica mampu bergaul dengan keluarga semang dan masyarakat sekitar karena
kemampuannya berbicara bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.
4. Apa yang dilakukan relawan sehari-hari saat hari libur atau di luar jam
sekolah?
Erica sering menghabiskan waktu libur untuk membuat makanan atau kue asal
Amerika bersama salah satu anggota keluarga semang yang kebetulan
berlatarbelakang pendidikan tataboga dan sesekali Erica diajarkan membuat
masakan atau kue asli Indonesia yang kemudian dinikmati bersama anggota
keluarga lainnya. Selain itu Erica sering berkunjung ke tempat tinggal rekan-rekan
relawan Peace Corps.
5. Apakah pihak RT/RW/Kelurahan/Polsek setempat mengetahui kehadiran
relawan di rumah keluarga semang?
Pihak RT/RW/Kelurahan/Polsek telah mengetahui kehadiran Erica. Pihak sekolah
juga sudah memberitahu pihak-pihak terkait.
6. Apa yang dilakukan oleh keluarga semang untuk memastikan keamanan
relawan selama berada di lingkungan tempat tinggalnya?
Keakraban yang terjalin antara Erica dan keluarga semang membuat keluarga
selalu khawatir apabila Erica belum tiba dirumah. Keluarga selalu memastikan
keamanan Erica kemanapun Erica akan bepergian, baik di jam sekolah maupun di
luar jam sekolah. Erica sering berkomunikasi dengan keluarganya di Amerika dan
telah mengenalkan keluarga semang kepada keluarganya di Amerika.
41
42
1.3. Kunjungan ke tempat tugas James Todd di SMAN Ngronggot, Nganjuk, Jawa Timur
Berikut ini adalah rangkuman hasil wawancara saat tim pemantauan mengunjungi James Todd di
tempat tugasnya :
43
RE
LA
WA
N
1. Apakah pre-service training bermanfaat bagi pelaksanaan tugas relawan di
sekolah/madrasah?
Pre-service training sangat bermaanfaat bagi James. Melalui PST, James telah
mendapat banyak pengetahuan tentang bahasa, budaya, makanan sehingga
mempermudah James dalam beraktifitas.
2. Apakah ada masalah (kendala) yang dihadapi selama melaksanakan tugas
sejauh ini:
- Bahasa, budaya, makanan, kegiatan sehari-hari, kondisi tempat
tinggal
- Hubungan dengan guru utama, siswa, kepala sekolah
- Jam kerja, ruang kerja, sarana/prasarana lainnya
- Lainnya.
Dalam melaksanakan aktifitasnya di sekolah, James tidak menghadapi kendala
yang berarti. James dapat beradaptasi dengan baik bahkan telah berbicara bahasa
Indonesia dengan baik, dan dapat beradaptasi dengan budaya, makanan serta
fasilitias yang tersedia di sekolah dan di rmah keluarga semang.
James bisa berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa, bahkan
James telah memahami budaya dengan baik sehingga memudahkannya dalam
berinteraksi dengan semua orang. James mendapat pengalaman berharga bahwa
menjadi guru tidak hanya mengajarkan pelajaran tetapi bagaimana membuat siswa
memiliki moral yang baik. Hal tidak terjadi di Amerika dimana guru bertugas
mengajar dan tidak perlu menasihati siswa seperti di Indonesia.
Komunikasi dengan keluarga di Amerika Serikat berjalan lancar dan James
menggunakan email dalam berkomunikasi.
3. Bagaimana metode kerja di kelas dan kerja sama dengan guru utama?
Dalam melakukan aktifitas mengajar di kelas, James selalu didampingi oleh guru
mitra dan mengambil peran mengajar secara bergantian.Metode mengajar yang
kreatif berhasil meningkatkan motivasi belajar siswa. James berlatar belakang
pendidikan guru sehingga banyak berbagi pengalaman dan kemampuannya dalam
mengajar dengan guru bahasa utama maupun guru bahasa Inggris lain. Bahan
pengajaran telah disesuaikan dengan kurikulum 2013.
4. Apakah telah mempersiapkan exit strategy bersama guru utama?
James bersama guru utama telah menyusun materi yang akan di gunakan dalam
kegiatan mengajar dan hal ini sangat bermanfaat bagi guru mitra. Apabila masa
44
tugas James berakhir dan kembali ke Amerika maka guru telah memiliki materi
penuntun untuk tetap digunakan.
5. Adakah special project yang dikembangkan?
- James dan guru mitra serta guru bahasa Inggris lainnya mengembangkan
English Club yang sudah ada di sekolah SMAN Ngronggot.
- James bersama guru mitra mengadakan kelas tambahan pada hari Senin
setiap jam 2 siang.
GU
RU
UT
AM
A
1. Apakah keberadaan relawan dapat membantu tugas-tugas pengajaran
bahasa Inggris?
Kehadiran James sangat membantu pengajaran bahasa Inggris di kelas. Selain
berbagi peran mengajar, James juga bersedia bekerjasama dengan guru,
memberikan masukan bagi pengembangan materi mengajar dan metode mengajar.
Para Guru bidang studi bahasa Inggris sangat terbantu dengan kehadiran James di
sekolah.
2. Adakah transfer of knowledge (metode) ?
Banyak hal yang didapat melalui kehadiran relawan. James berbagi pengalaman
tentang metode mengajar di Amerika dan memberikan masukan kepada guru demi
peningkatan kualitas pengajaran di sekolah, James memberikan masukan bagi
penyusunan materi ajar para guru sehingga menambah pengetahuan para guru
bahasa Inggris di sekolah.
3. Bagaimana metode kerja antara guru dan relawan?
James selalu didampingi guru mitra dalam melakukan kegiatan mengajar di kelas.
Guru mitra dan James secara bergantian mengambil peran dalam mengajar.
Aktifitas mengajar yang kreatif oleh James meningkatkan motivasi belajar siswa
bahkan siswa sangat antusias dalam kegiatan belajar di kelas, sehingga guru
terdorong untuk meningkatkan pengajaran di kelas.
James dan guru mitra juga menyempatkan waktu untuk mengajar siswa yang
lambat dalam memahami pelajaran di kelas.
4. Kekuatan / kelebihan apa yang dimiliki oleh relawan yang berguna bagi
45
pelajaran bahasa Inggris?
James telah berpengalaman dalam mengajar sehingga banyak memberikan
masukan berharga bagi para guru. Selain itu James sangat bersemangat dalam
mengajar dan selalu mendorong siswa untuk belajar menerapkan konsep “English
is simple”sehingga membuat siswa semakin termotivasi dalam belajar bahasa
Inggris.
5. Apa dampak keberadaan relawan dalam pengajaran bahasa Inggris bagi
guru/siswa?
Baik guru maupun siswa merasa gembira dengan kehadiran James. Banyak
dampak baik yang telah dirasakan. Guru semakin bertambah penguasaan bahasa
Inggris dan siswa juga semakin antusias dalam belajar bahasa Inggris.
James mengajar di kelas X dan XI dengan total 13 kelas dan jatah mengajar 16
jam. Oleh karena antusias siswa sangat tinggi sehingga banyak tambahan
mengajar yang membuat total Jam mengajar James menjadi 26 jam.
KE
PA
LA
SE
KO
LA
H
1. Bagaimana penilaian kepala sekolah/madrasah tentang kapasitas relawan?
James sangat berbakat dalam pengajaran bahasa Inggris karena ditunjang dengan
latarbelakang pendidikan sebagai guru ditambah pengalaman mengajar yang
dimilikinya. Kemampuan James sangat membantu dalam peningkatan kualitas
pengajaran bahasa Inggris di sekolah.
James sering menghabiskan waktu bermain basket dengan siswa dan itu sangat
baik.
2. Bagaimana kerja sama sekolah (guru-guru) dengan relawan?
Kerjasama antara guru-guru dan relawan berjalan baik, komunikasi dengan para
guru juga berjalan baik. Guru-guru merasakan banyak peningkatan dalam
kemampuan berbahasa Inggris, salah satunya adalah kemampuan pronounsiation
guru bertambah baik.
3. Apakah relawan juga terlibat kegiatan-kegiatan (pendidikan) di luar
sekolah?
Relawan banyak dilibatkan dalam aktifitas diluar sekolah:
- James pernah disertakan menjadi Juri debat bahasa Inggris se-kabupaten
Blitar.
- Selain itu bila ada kegiatan lain di luar sekolah yang membutuhkan
46
kehadiran James, maka guru mitra akan mendampingi James untuk
menghadiri kegiatan dimaksud.
- James dilibatkan dalam pertemuan guru-guru bahasa Inggris.
4. Bagaimana komunikasi kepala sekolah dengan relawan?
Komunikasi Kepala sekolah dan James berlangsung baik dengan didampingi oleh
guru mitra. Kehadiran James mendorong kepala sekolah untuk belajar bahasa
Inggris.
Kepala sekolah menyambut baik kehadiran James dan berencana untuk
mengikutsertakan James pada Study Toursekolah ke Bali.
5. Apakah laporan kegiatan relawan telah disusun dan disampaikan kepada
Dinas Pendidikan/Kanwil Agama?
Kepala sekolah dan guru mitra akan menyusun laporan untuk diserahkan kepada
Dinas Pendidikan.
6. Apakah pihak RT/RW/Kelurahan/Polsek setempat mengetahui kehadiran
relawan di sekolah tempat tugasnya?
Kehadiran James di SMAN Ngronggot telah disampaiakan kepada Polres, Polsek
setempat, sehingga telah diketahui dengan baik.
7. Apa yang dilakukan oleh sekolah untuk memastikan keamanan relawan
selama berada di lingkungan tempat tugasnya?
Keamanan James menjadi tanggungjawab semua pihak sehingga James dapat
menjalankan aktifitasnya dengan baik.
KE
LU
AR
GA
SE
MA
NG
1. Apakah ada masalah dengan relawan yang tinggal di rumah ini?
Tidak ada masalah yang terjadi antara James dan keluarga semang. James sangat
akrab dengan seluruh anggota keluarga.
2. Apakah relawan dapat menyesuaikan kondisi tempat tinggal?
James dapat menyesuaikan diri dengan tempat tinggal. James telah beradaptasi
dengan budaya dan makanan. James dapat menikmati makanan yang disediakan
dirumah sehingga memudahkan keluarga semang.
3. Bagaimana relawan hidup sehari-hari dengan keluarga dan masyarakat
sekitar?
James mampu bergaul dengan anggota keluarga dan masyarakat disekitar tempat
tinggalnya. Disampaikan bahwa, ketika James telah berada di rumah dan
47
Catatan
Umum :
T
im
pemanta
uan
memand
ang
bahwa
kehadira
n James
disambu
t baik
oleh
pihak
sekolah,
keluarga
semang
dan
masyara
kat.Jame
s beradaptasi dengan baik sehingga mempermudah aktifitasnya.Yang menjadi catatan adalah James merasa
kecewa karena Jadwal mengajar yang tertunda akibat banyaknya liburan dan sekolah diliburkan karena
kedukaan, namun James mengormati keputusan sekolah.James juga menekankan perlunya budaya tidak
mennyontek saat ujian.James mengapresiasi budaya Indonesia dimana siswa sangat menghargai dan patuh
kepada guru sehingga mudah untuk mengatur siswa.Hal itu tidak didapatkan bila menjadi guru di Amerika,
dimana guru harus berusaha keras untuk mendapat perhatian siswa.
menikmati waktu santai didepan teras rumah, maka anak-anak atau tetangga yang
melintas akan menyapa bahkan tidak sedikit yang akan mampir sekedar bercerita.
Hal ini menunjukkan keramahan dan kedekatan James dengan masyarakat
disekitar tempat tinggalnya.
James sangat akrab dengan seluruh anggota keluarga dan sesekali membantu ibu
Ciwit di rumah membuat kue khas Indonesia.
4. Apa yang dilakukan relawan sehari-hari saat hari libur atau di luar jam
sekolah?
James sering menghabiskan waktu kosong dengan bersepeda keliling, atau
mengunjungi rekan-rekan relawan Peace Corps. James sering dikunjungi oleh
rekan-rekan relawan dan bersama ibu Ciwit membuat kue khas Indonesia.
James sering diajak berkeliling melihat-lihat wilaya sekitarh bersama keluarga
semang.
5. Apakah pihak RT/RW/Kelurahan/Polsek setempat mengetahui kehadiran
relawan di rumah keluarga semang?
Pihak RT/RW/Kelurahan/Polsek telah mengetahui kehadiran. Keluarga semang
yaitu Bapak Sucipto adalah wakil Kapolsek setempat sehingga keamanan James
sangat terjamin.
6. Apa yang dilakukan oleh keluarga semang untuk memastikan keamanan
relawan selama berada di lingkungan tempat tinggalnya?
Keluarga semang selalu menjalin komunikasi yang baik dengan relawan sehingga
mengetahui dengan pasti keamanan relawan.
48
1.4. Kunjungan ke tempat tugas Emily Werner pada MTsN Jabung Talun, Blitar, Jawa Timur
Berikut ini adalah rangkuman hasil wawancara saat tim pemantauan mengunjungi Emily Werner di
tempat tugasnya :
RE
LA
W AN
1. Apakah pre-service training bermanfaat bagi pelaksanaan tugas relawan di
sekolah/madrasah?
49
Pre-service training bermanfaat bagi aktifitas Emily di tempat tugas. Emily dapat
melaksanakan aktifitasnya dengan memanfaatkan semua informasi yang
diperolehnya selama PST.
2. Apakah ada masalah (kendala) yang dihadapi selama melaksanakan tugas
sejauh ini:
- Bahasa, budaya, makanan, kegiatan sehari-hari, kondisi tempat
tinggal
- Hubungan dengan guru utama, siswa, kepala sekolah
- Jam kerja, ruang kerja, sarana/prasarana lainnya
- Lainnya.
Kendala yang dihadapi Emilypada awal kedatangan adalah dalam bahasa, hal ini
mendorong Emily giat belajar bahasa Indonesia dan sekarang Emily sudah bisa
berbahasa Indonesia dengan baik. Emily mampu belajar bahasa Indonesia dengan
cepat bahkan telah belajar bahasa Jawa sehingga mempemudah komunikasi
dengan semua pihak. Emily juga dapat menyesuaikan diri dengan makanan dan
fasilitas yang tersedia baik di sekolah maupun di tempat tinggal.
Selain itu Emily mampu beradaptasi dengan budaya, makanan dan kondisi tempat
tinggal sehingga memudahkannya dalam beraktifitas. Emily memberikan apresiasi
bagi budaya Indonesia yang menghormati orang laindan menghargai perbedaan
agama.
3. Bagaimana metode kerja di kelas dan kerja sama dengan guru utama?
Emily melakukan aktifitas di kelas didampingi oleh guru mitra. Sebelum kegiatan
belajar dimulai, guru mitra dan Emily selalu mendiskusikan materi pelajaran yang
akan di ajarkan di kelas. Hal ini memudahkan dalam interaksi dan pembelajaran di
kelas.
4. Apakah telah mempersiapkan exit strategy bersama guru utama?
Emily saat ini masih menyesuaikan bahan Pengajaran yang diberikan sekolah yang
disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku. Emily dan guru mitra
mengembangkan aktifitas kelompok bahasa Inggris di kelas.
5. Adakah special project yang dikembangkan?
- Bersama guru mitra mengembangkan English Club yang beranggotakan
150 siswa.
- Bersama guru mitra berpartisipasi menulis di Majalah sekolah “English
Corner”.
50
GU
RU
UT
AM
A
1. Apakah keberadaan relawan dapat membantu tugas-tugas pengajaran
bahasa Inggris?
Kehadiran Emily sangat membantu pengajaran Bahasa Inggris di sekolah. Guru
senang karena Emily dapat menjadi sumber pembelajaran langsung karena selama
ini guru harus mencari bahan ajar seperti kaset percakapan dan video percakapan
dalam bahasa Inggris. Emily dan guru mitra berbagi peran dalam melaksanakan
tugas mengajar.
Emily mendapat jatah mengajar 16 jam dan mengajar di kelas VII dan VIII, serta 2
kali dalam seminggu mengajar kelas XI.
2. Adakah transfer of knowledge (metode) ?
Guru mitra mendapat banyak tambahan pengetahuan melalui kehadiran Emily.
Metode mengajar yang kreatif semakin memperkaya guru mitra maupun guru
bahasa Inggris lainnya.
3. Bagaimana metode kerja antara guru dan relawan?
Emily dan guru mitra berbagi peran dalam kegiatan mengajar dikelas. Guru mitra
dan Emily akan mendiskusikan materi pengajaran sebelum diajarkan kepada
siswa. Guru terbantu dengan kehadiran Emily dan meningkatkan antusis siswa
untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris
4. Kekuatan / kelebihan apa yang dimiliki oleh relawan yang berguna bagi
pelajaran bahasa Inggris?
Emily sangat antusias dalam melakukan aktifitas di kelas. Emily selalu mendorong
siswa untuk tidak malu mencoba berbicara dalam bahasa Inggris dan membuat
siswa nyaman untuk bertanya bila menemukan kesulitan dalam belajar. Bahkan
setiap jam istirahat selalu ada siswa yang datang untuk berkonsultasi dan Emily
dengan senang menerangkan kepada mereka. Hal ini menjadi contoh baik bagi
semua guru.
5. Apa dampak keberadaan relawan dalam pengajaran bahasa Inggris bagi
guru/siswa?
Kehadiran relawan membawa dampak yang sangat baik bagi pengajaran bahasa
Inggris di kelas. Siswa semakin termotivasi dalam belajar bahasa Inggris dan guru
mendapatkan pengalaman serta materi mengajar. Aktifitas Emily di sekolah
51
dilakukan berdasarkan arahan dari pihak sekolah.
KE
PA
LA
SE
KO
LA
H
1. Bagaimana penilaian kepala sekolah/madrasah tentang kapasitas relawan?
Menurut kepala sekolah, Emily membawa dampak positif bagi pengajaran bahasa
Inggris di sekolah. Sebelum kedatangan Emily, sekolah harus membayar Lembaga
Bahasa Inggris di Blitar untuk melakukan pembimbingan tambahan bagi siswa.
dengan kehadiran Emily, sekolah telah menghentikan kerjasama itu dan
memanfaat kan kehadiran Emily.
2. Bagaimana kerja sama sekolah (guru-guru) dengan relawan?
Menurut kepala sekolah, Emily dapat menjalin kerjasama yang baik bersama guru
bahasa Inggris maupun guru bidang studi lain di sekolah. Emily mampu menjalin
komunikasi yang baik di sekolah.
3. Apakah relawan juga terlibat kegiatan-kegiatan (pendidikan) di luar
sekolah?
Bersama guru mitra, relawan dilibatkan pada kegiatan seperti:
- Terlibat dalam penyiaran di Radio Persada FM, dalam berbagi informasi
tentang bahasa Inggris dan budaya Amerika serta berbagi pengalaman
dengan pendengar yang kebanyakan adalah pelajar dan mahasiswa.
- Guru mitra dan Emily terlibat dalam kegiatan English Camp se-Kabupaten
Blitar dengan melibatkan 10 sekolah dan akan dilksanakan pada bulan
Januari 2015.
- Pertemuan Guru Bahasa Inggris se Kabupaten
4. Bagaimana komunikasi kepala sekolah dengan relawan?
Komunikasi dengan relawan dilakukan dengan didampingi oleh guru mitra
sehingga mempermudah komunikasi.
5. Apakah laporan kegiatan relawan telah disusun dan disampaikan kepada
Dinas Pendidikan/Kanwil Agama?
Kepala sekolah dan guru mitra akan menyusun laporan untuk diserahkan kepada
Kanwil Agama.
6. Apakah pihak RT/RW/Kelurahan/Polsek setempat mengetahui kehadiran
relawan di sekolah tempat tugasnya?
52
Catatan
Umum :
K
ehadiran
Emily
disambu
t baik
oleh
semua
pihak.
Sebagai
catatan,
Emily
pernah
mengad
akan les
bagi
anak-
anak
disekitar
tempat
tinggaln
ya
namun
terhenti
karena
kesibuka
n Emily
di
sekolah
dan
Kehadiran Emily di MTsN Jabung Talun telah disampaikan kepada Polres, Polsek
setempat, sehingga telah diketahui dengan baik. Semua pihak yang berwajib telah
mengetahui keberadaan Emily.
7. Apa yang dilakukan oleh sekolah untuk memastikan keamanan relawan
selama berada di lingkungan tempat tugasnya?
Semua pihak bekerjasama dalam memastikan keamanan Emily sehingga. Kepala
sekolah juga sering berkoordinasi dengan guru mitra.
KE
LU
AR
GA
SE
MA
NG
1. Apakah ada masalah dengan relawan yang tinggal di rumah ini?
Tidak ada masalah yang terjalin antara Emily dan keluarga semang. Komunikasi
terjalin dengan baik dan keluarga merasa senang dengan kehadiran Emily.
2. Apakah relawan dapat menyesuaikan kondisi tempat tinggal?
Emily dapat beradaptasi dengan keluarga maupun fasilitas yang tersedia di rumah.
Keluarga senang karena Emily ramah dan sangat akrab dengan anggota keluarga.
3. Bagaimana relawan hidup sehari-hari dengan keluarga dan masyarakat
sekitar?
Emily mampu menyesuaikan diri dengan keluarga di rumah. Emily sangat ramah
kepada masyarakat disekitar tempat tinggal. Kemanapun Emily pergi selalu di
sapa oleh masyarakat yang melintas.
4. Apa yang dilakukan relawan sehari-hari saat hari libur atau di luar jam
sekolah?
Saat liburan Emily memilih bersantai di rumahdan jogging. Emily sering
menghabiskan waktu bersama anggota keluarga.
5. Apakah pihak RT/RW/Kelurahan/Polsek setempat mengetahui kehadiran
relawan di rumah keluarga semang?
Pihak RT/RW/Kelurahan/Polsek telah mengetahui kehadiran Emily karena sudah
dilaporkan saat awal kedatangan Emily.
6. Apa yang dilakukan oleh keluarga semang untuk memastikan keamanan
relawan selama berada di lingkungan tempat tinggalnya?
Emily sudah dianggap sebagai anak sendiri, sehingga selalu dipastikan
keamanannya bilamana Emily beraktifitas di luar rumah.
53
berkunjung ke sekolah lain. Keluarga semang berharap Emily dapat menyempatkan waktu untuk
melanjutkan les bahasa Inggris kembali.
54
1.5. Kesimpulan dan Rekomendasi
Pemantauan yang dilakukan berjalan dengan lancar. Melalui pemantauan ini Tim dapat mengetahui lebih
jauh perkembangan relawan Peace Corps Batch 5.Dalam pantauan Tim, relawan telah beradaptasi dengan
baik dan dapat melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab.Informasi yang didapatkan di sekolah
menunujukan sambutan positif dan telah terlihat dampak kehadiran relawan bagi sekolah.Relawan dapat
beradaptasi dengan baik terhadap fasilitas di rumah keluarga semang dan dengan masyarakat disekitar
tempat tinggal.
Dalam pandangan Tim pemantauan, pihak sekolah dan keluarga semang sanagat peduli dengan keamanan
relawan sehiingga kemanana relawan dapat dipastikan dan relawan dapat beraktifitas dengan baik.
Beberapa catatan yang perlu diperhatikan:
1. Dalam pandangan tim, relawan belum memaksimalkan kegiatan bagi masyarakat di sekitar tempat
tinggal. Relawan cenderung terfokus dan sibuk pada kegiatan diluar sekolah sedangkan masyarakat
sekitar tempat tinggal relawan sangat mengaharapakan relawan mengadakan kegiatan seperti les bahasa
Inggris.
2. Pihak sekolah belum menyerahkan laporan kepada Dinas Pendidikan/Kanwil Agama. Semua tempat
tugas relawan yang dikunjungi belum membuat laporan, dan telah diinformasikan untuk menyusun
laporan dan menyerahkannya ke Dinas Pendidikan/Kanwil Agama.
3. Relawan perlu menjalin komunikasi yang baik dengan keluarga semang. Sebagian relawan telah
menjalin komunikasi yang baik dengan keluarga semang tetapi, sebagian keluarga semang
mengharapkan relawan dapat menjalin komunikasi yang baik dengan keluarga semang.
4. Melihat perkembangan di sekolah, sebagian besar kepala Sekolah menginginkan pertambahan waktu
bagi pelaksanaan tugas relawan lebih dari 2 tahun. Bila tidak memungkinkan, sekiranya bila masa tugas
relawan berakhir, Peace Corps dapat memberikan relawan baru bagi sekolah mereka.
V. PENGUNDURAN DIRI, PENGAKHIRAN TUGAS, DAN PENUGASAN KEMBALI
RELAWAN PEACE CORPS
55
Setelah menjalankan tugasnya selama dua tahun di Indonesia, relawan akan kembali ke
Amerika Serikat dengan membawa berbagai pengalaman yang diharapkan dapat mempererat
hubungan antara masyarakat Indonesia dan Amerika Serikat. Beberapa relawan bahkan ada yang
memilih memperpanjang masa penugasannya karena merasa nyaman dengan host family maupun
sekolah tempat penugasannya.
Meskipun demikian, tidak semua relawan dapat menyelesaikan masa tugasnya karena
berbagai alasan. Beberapa hal yang sering menjadi alasan pengunduran diri relawan diantaranya
adalah sulit beradaptasi dengan lingkungan sekolah maupun host family, berkonflik dengan pihak
sekolah, bermasalah dengan host family, memiliki permasalahan kesehatan, dan ada anggota keluarga
yang sakit. Mengingat keikutsertaan mereka bersifat sukarela, maka Peace Corps tidak dapat
menahan seandainya mereka ingin kembali ke Amerika Serikat sebelum selesai bertugas.
Peace Corps wajib menginformasikan kepada host family dan pihak sekolah mengenai alasan
mengapa relawan tidak dapat menyelesaikan tugasnya. Selain itu, Peace Corps juga wajib
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Pemerintah Indonesia tentang alasan
kepulangan relawan sebelum masa tugasnya berakhir. Hal ini telah diatur juga di dalam
Implementing Arrangement sehingga Peace Corps wajib menjalankannya.
Selama tahun 2014, relawan yang kembali sebelum masa tugasnya berakhir adalah sebagai
berikut :
No Nama Batch Alasan Surat Penjelasan
dari Peace Corps
Keterangan
1. Katherine
Alexandra
Moyle
4 Ada anggota
keluarga yang
sakit
20 Maret 2014 Bertugas di SMAN 1
Surade Sukabumi.
Mengundurkan diri
per tanggal 19 Maret
2014.
2. Desmond
Price
5 Ingin
mengejar
pilihan karir
yang lain
29 April 2014 Mengundurkan diri
saat Pre Service
Training Batch 5.
Mengundurkan diri
per tanggal 24 April
2014.
3. Angelica
Young
4 Ada anggota
keluarga yang
sakit
19 September
2014
Bertugas di MAN
Kunir Blitar.
Mengundurkan diri
tanggal 17 September
2014.
4. Victoria
Sutton
5 Peace Corps
mengakhiri
masa tugas
Victoria
Sutton karena
10 November
2014
Bertugas di SMAN 1
Sukomoro, Jawa
Timur.
Penugasan diakhiri
per 6 November
56
No Nama Batch Alasan Surat Penjelasan
dari Peace Corps
Keterangan
relawan dinilai
tidak mampu
memenuhi
harapan Peace
Corps dan
sekolah
berkaitan
dengan
penilaian
kinerja dan
absensi
relawan.
2014.
5 Steven Sola 4 Masalah
kesehatan
10 November
2014
Bertugas di SMKN 1
Kemlagi, Mojokerto,
Jawa Timur.
Mengundurkan diri
per 7 November
2014.
6. Margaux
Sunshine
Elizabeth
Hodges
4 Merasa tidak
mampu
melanjutkan
tugas setelah
pelecehan
yang dia
terima dan
banyaknya
perhatian yang
tidak
diinginkan.
18 November
2014
Bertugas di SMAN 5
Pamengpeuk, Garut,
Jawa Barat.
Mengundurkan diri
tanggal 15 November
2014.
Meskipun ada relawan yang mengundurkan diri, di sisi lain ada pula relawan yang
sebelumnya telah kembali ke Amerika Serikat namun ingin bertugas lagi sebagai relawan Peace
Corps di Indonesia. Untuk mengakomodasi hal ini, telah dilakukan perubahan Implementing
Arrangement pada tahun 2014 yang memungkinkan bagi relawan yang telah kembali ke Amerika
Serikat untuk bertugas lagi di Indonesia dengan berdasarkan syarat-syarat tertentu.
57
VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan pengamatan atas pelaksanaan program Peace Corps selama tahun 2014, dapat
disimpulkan bahwa program Peace Corps telah berjalan dengan baik, bermanfaat bagi masyarakat
Indonesia, dan diterima dengan baik oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia. Meskipun demikian,
tetap diperlukan perbaikan agar program Peace Corps berjalan lebih lancar.
Sehubungan dengan hal itu, berikut ini beberapa rekomendasi bagi peningkatan pelaksanaan
program Peace Corps. Rekomendasi pertama adalah perlunya pembahasan lebih lanjut tentang
kriteria calon relawan yang akan bertugas di Indonesia. Hal ini penting untuk menjembatani
58
perbedaan pandangan antara Pemerintah Indonesia dan Peace Corps yang sering terjadi setiap kali
calon relawan akan datang ke Indonesia. Peace Corps perlu menyadari bahwa kerjasama program
Peace Corps melibatkan peran Pemerintah Indonesia, dimana salah satu peran tersebut adalah melalui
proses review atas calon relawan yang dilakukan oleh Tim Teknis/Tim Pengarah. Peace Corps perlu
menghormati hasil keputusan Tim Pengarah/ Tim Teknis dan tidak memaksakan penugasan calon
relawan jika Tim Pengarah/Tim Teknis memandang bahwa calon relawan tersebut tidak sesuai
dengan kebutuhan Pemerintah Indonesia.
Terkait dengan pelaksanaan secondary project relawan Peace Corps yang sempat mendapat
perhatian pada tahun 2014, rekomendasi yang diberikan adalah perlunya meningkatkan kerjasama
antara Pemda, sekolah, dan relawan dalam hal pelaksanaan secondary project. Secondary project
para relawan perlu diketahui oleh pihak sekolah sehingga secondary project tersebut dapat
dimanfaatkan sebaik mungkin oleh para siswa, guru, maupun masyarakat di sekitar sekolah tempat
tugas relawan tersebut.
Sehubungan dengan adanya klausul di dalam Implementing Arrangement tahun 2014 yang
memungkinkan bagi relawan yang telah kembali ke Amerika Serikat untuk bertugas lagi di Indonesia
sesuai dengan syarat-syarat tertentu, rekomendasi yang diberikan adalah perlunya menggunakan
klausul tersebut secara selektif. Relawan yang dapat kembali bertugas di Indonesia haruslah yang
benar-benar memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Di sisi lain, jumlah relawan yang kembali
ke Amerika Serikat sebelum masa tugasnya berakhir perlu mendapat perhatian. Peace Corps perlu
menekankan sejak awal proses rekrutmen tentang pentingnya komitmen untuk menjalankan tugas
sebagai relawan serta memberikan penjelasan yang cukup kepada para pendaftar mengenai kondisi di
Indonesia serta apa saja tugas yang akan dilaksanakan oleh relawan selama berada di Indonesia. Hal
ini diharapkan dapat mengurangi jumlah relawan yang mengundurkan diri dengan alasan merasa sulit
beradaptasi dan tidak cocok dengan penugasan sebagai pengajar Bahasa Inggris.
top related