laporan pemuliabiakan nurlia
Post on 12-Jul-2016
225 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUMPEMULIABIAKAN ORGANISME AKUAKULTUR
SEKS REVERSAL PADA IKAN GUPPY (Poecilia reticulata) DENGAN MENGGUNAKAN HORMON SINTESIS 17α METIL TESTOSTERON
OLEH :
NAMA : NURLIANIM : L221 13 025ASISTEN : MUH. FARIZ Z ALI
JURUSAN PERIKANANFAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Genetika adalah cabang biologi yang berurusan dengan hereditas dan
variasi. Unit-unit herediter yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi
berikutnya (dengan kata lain, diwariskan) disebut gen. gen terletak dalam molekul-
molekul panjang asam deoksiribonukleat (deoxyribonucleic acid, DNA) yang ada
dalam semua sel. DNA, bersama dengan suatu matriks protein, membentuk
nucleoprotein dan terorganisasi menjadi struktur yang disebut kromosom yang
ditemukan dalam nukleus atau daerah inti sel. Sebuah gen mengandung kode
informasi bagi produksi protein. Normalnya, DNA adalah molekul yang stabil dengan
kapasitas untuk bereplikasi sendiri. Terkadang, bisa terjadi perubahan spontan pada
suatu bagian DNA. Perubahan itu, disebut mutasi, dapat menyebabkan perubahan
kode DNA yang mengakibatkan produksi protein yang salah atau tidak lengkap.
Hasil netto sebuah mutasi seringkali terlihat sebagai perubahan pada tampilan fisik
suatu individu ataupun perubahan pada hal-hal lain yang dapat terukur pada
organisme itu, disebut karakter atau sifat melalui proses mutasi, sebuah gen dapat
berubah menjadi dua atau lebih bentuk alternatif yang disebut
alel. Dengan melihat permintaan dan kebutuhan konsumen secara kuantitas seperti
halnya pada ikan gappy maka perlu dilakukan secara sex reversal
(Susan dan William, 2006).
Seks reversal (monoseks) adalah suatu teknologi yang membalikkan arah
perkembangan kelamin menjadi berlawanan. Cara ini dilakukan pada waktu
menetas gonad ikan belum terdiferensiasi secara jelas menjadi jantan atau betina
tanpa merubah genotipenya. Tujuan dari penerapan seks reversal adalah
menghasilkan populasi monoseks (tunggal kelamin), yang sangat bermanfaat dalam
mendapatkan ikan dengan pertumbuhan yang cepat, mencegah pemijahan liar,
mendapatkan penampilan yang baik (Gusrina, 2014).
Guppy (Poecilia reticulata) merupakan ikan yang membuahi telur-telurnya di
dalam tubuh induknya. Ukuran guppy jantan biasanya lebih pendek daripada guppy
betina, tetapi warnanya juga lebih indah dan bervariasi. Ekor guppy jantan juga lebih
lebar mirip kipas, sedangkan ekor betinanya lebih sempit. Di habitat aslinya, ikan ini
hidup di air tawar, walaupun ada beberapa jenis yang hidup di air payau. Makanan
utamanya adalah plankton dan bahan organik. Ada juga sebagian guppy yang
memakan dedaunan (herbivora) ( Sugiarto, 2008).
I.2. Tujuan dan Kegunaan Praktikum
Tujuan praktikum pemuliabiakan ini adalah untuk mengetahui cara seks
reversal (Maskulinisasi) penjantanan pada ikan guppy (Poecilia reticulata).
Kegunaan praktikum ini adalah untuk menghasilkan sebagian besar akan
jantan pada ikan guppy (Poecilia reticulata).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1. Ikan guppy (Poecilia reticulata)
II.1. Klasifikasi
Klasifikasi ikan guppy (Zipcodezoo), adalah sebagai berikut :
Kingdom : AnimaliaSuperphylum : DeuterostomiaPhylum : ChordataSubphylum : VertebrataInfraphylum : GnathostomataSuperclass : GnathostomataClass : ActinopterygiiSubclass : ActinopterygiiInfraclass : ActinopteriSuperorder : AtherinomorphaeOrder : CyprinodontiformesSuborder : CyprinodontoideiSuperfamily : PoecilioideaFamily : PoeciliidaeGenus : PoeciliaSpecies : Poecilia reticulata
II.2. Morfologi
Ikan guppy (Poecilia reticulata) merupakan salah satu ikan hias yang banyak
diminati oleh masyarakat. Ikan guppy merupakan ikan hias air tawar yang berukuran
kecil. Ikan ini digemari karena mudah dipelihara dan memiliki bermacam-macam
corak warna yang indah, terutama pada ikan jantan sedangkan pada betina lebih
menoton pada satu warna. Untuk membedakan induk betina dan jantan tidak sulit.
Warna dan morfologi tubuh jantan jauh lebihbagus dibandingkan betina. Sirip-sirip
pada ikan jantan lebih panjang dan lebih lebar (Yusuf, 2012).
II.3. Kebiasaan Makan
Secara praktis,untuk membudidayakan ikan guppy dapat dikatakan sangat
mudah baik dari segi perkawinan (pemijahan) maupun jenis pakan yang diberikan
Pemijahan ini dapat dilakukan secara massal dengan perbandingan jantan betina
1:2. Dalam wadah diberi tanaman air seperti hidrilla (ganggang) sebagai tempat
persembunyian anak ikan. Secara teknis pemberian pakan dapat diberikan pellet
halus 3 kali sehari untik induk maupun anakan guppy namun untuk mendapatkan
hasil yang lebih optimal anakan ikan guppy dibawah umur 10 hari diberi pakan alami
berupa kutu air, cacing sutera maupun artemia. Anakan ikan guppy berumur 1,5
bulan sudah dapat melakukan reproduksi. Oleh karena cepatnya masa reproduksi,
ikan ini sering disebut ikan seribu (Yusuf, 2012).
II.4. Reproduksi Ikan Guppy
Ikan guppy termasuk family poecilidae yang mudah berkembangbiak. Ikan
guppy merupakan jenis ikan yang bersifat ovovivipar yaitu telur yang dibuahi sperma
secara internal, embrio disimpan, dan terus berkembangbiak hingga terbentuk anak.
Embrio mendapatkan makanan dari kuning telur tanpa adanya pemindahan
makanan dari induk menuju embrio (Joellie, 1964).
Ikan guppy mampu menyimpan sperma dalam jangka waktu yang lama di
dalam oviduk. Kemampuan ikan guppy dalam melahirkan termasuk tinggi namun
bervariasi tergantung pada umur dan strain ikan. Pada umumnya induk betina
mampu menghasilkan anak sebanyak 30-80 ekor namun ada juga yang sampai
ratusan ekor dalam satu kali perkawinan (Fernando dan phang, 1985).
II.5. Habitat Ikan Guppy
ikan guppy memiliki habitat asli diperairan dangkal, sungai, parit, dan danau.
Ikan guppy berasal dari daerah utara amazon yaitu Trinidad,Barbados, Venezzuela,
Gunaya, dan Brazil. Ikan guppy juga dapat hidup diperairan payau (Nelson, 1984).
II.6. Genetika
Genetika adalah cabang biologi yang berurusan dengan hereditas dan
variasi. Unit-unit herediter yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi
berikutnya (dengan kata lain, diwariskan) disebut gen. gen terletak dalam molekul-
molekul panjang asam deoksiribonukleat (deoxyribonucleic acid, DNA) yang ada
dalam semua sel. Genetika dan seks reversal sangat erat kaitannya karena masing-
masing berkaitan langsung dengan pembalikan arah kelamin menjadi berlawanan
atau monoseks (seks reversal) (Susan dan William, 2006).
II.7. Seks Reversal
Seks reversal (monoseks) adalah suatu teknologi yang membalikkan arah
perkembangan kelamin menjadi berlawanan. Cara ini dilakukan pada waktu
menetas gonad ikan belum terdiferensiasi secara jelas menjadi jantan atau betina
tanpa merubah genotipenya. Tujuan dari penerapan seks reversal adalah
menghasilkan populasi monoseks (tunggal kelamin), yang sangat bermanfaat dalam
mendapatkan ikan dengan pertumbuhan yang cepat, mencegah pemijahan liar,
mendapatkan penampilan yang baik (Gusrina, 2014).
II.8. Hormon
Hormon sintesis seperti 17α-metiltestosteron memiliki efektifitas yang lebih
tinggi daripada bahan alami karena dapat bereaksi lebih lama pada target sel dan
lambat dieliminasi tetapi tidak ramah lingkungan. Pada individu jantan hormon
metiltestosteron dapat meningkatkan spermatogenesis. Sedangkan pada individu
betina menyebabkan munculnya karakter kelamin sekunder jantan yaitu berupa
perpanjangan sirip anal dan menyebabkan degenerasi ovary serta reabsorbsi telur.
Dosis dan lama pemberian hormon yang melewti batas dapat menyebabkan
gangguan perkembangan gonad dan pembentukan gamet. Bahkan pada
pengarahan kelamin jantan, maka testis akan mengecil dan terjadi kemandulan
akibat kerusakan sel-sel germinal (Zairin, 2002).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
III.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Sex Reversal pada Ikan Guppy (Poecilia reticulata) dengan
Menggunakan Hormon Sintesis 17-α Methyl Testoterone dilaksanakan pada hari
Minggu, tanggal 11 Oktober – 19 November 2015, pukul 10.00 WITA, bertempat di
Laboratorium Basah Hatchery, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
III.2. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan dari praktikum ini yaitu :
Tabel. 1 Alat beserta fungsi No Nama Alat Fungsi 1. Akuarium Wadah penyimpanan ikan guppy yang
akan dipelihara2. Pipet tetes Untuk pegambilan hormon3. Tabung reaksi Wadah penyimpanan hormone yang
akan diencerkan4. Timbangan Untuk menimbang hormone yang akan
digunakan
5. Selang Wadah untuk pemberian oksigen6. Aerator Untuk menyuplai oksigen.
Tabel. 2 Bahan beserta fungsi No Nama Bahan Fungsi 1. Ikan Guppy (Poecilia reticulata) Sebagai sampel yang akan digunakan2. Hormone 17α- metiltestosteron Untuk pengarahan kelamin pada ikan
guppy3. Alcohol Sebagai pelarut hormon4. Pakan berupa pellet bubuk Sebagai makanan ikan
III.3. Prosedur Kerja
prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum Sex Reversal pada ikan
Guppy (Poecilia reticulata) dengan Menggunakan Hormon Sintesis 17-α Methyl
Testoterone adalah sebagai berikut:
1. Membersihkan wadah akuarium dengan air, lalu diisi air bersih yang telah
diendapkan setinggi 20 cm, beri aerator sebagai penghasil oksigen pada
akuarium.
2. Masukkan induk Ikan Guppy (Poecilia reticulata) yang telah matang gonad
sebanyak 7 ekor dengan perbandingan jantan : betina = 4 : 3 ke dalam masing-
masing akuarium, proses pemijahan berlangsung selama 3-4 hari. Selama
pemijahan induk diberi pakan pellet sebanyak 2 kali sehari.
3. Setelah pemijahan selesai, induk jantan diangkat untuk mencegah perkawinan
liar.
4. Menyiapkan toples sebagai wadah perendaman induk betina dalam larutan
hormon. Pembuatan larutan hormon dilakukan dengan cara menimbang hormon
dengan dosis 4 ppm (4 mg/L), kemudian larutkan hormon dengan alcohol
sebanyak 1 mL dalam tabung reaksi, lalu memasukkan larutan ke dalam toples
yang telah berisi air sebanyak 1 L, beri aerasi agar bau alkohol menguap dan
tidak membahayakan ikan yang direndam, didiamkan selama 30-45 menit.
5. Memasukkan ikan betina yang telah bunting ke dalam toples yang berisi larutan
hormon, beri aerasi dan didiamkan selama 24 jam agar hormon meresap ke
dalam tubuh ikan.
6. Setelah 24 jam induk betina dikembalikan kembali ke dalam akuarium
pemeliharaan, tunggu beberapa hari hingga induk betina melahirkan anaknya.
7. Pemeliharaan burayak ikan Guppy dilakukan selama 1 bulan atau hingga dapat
di identifikasi jenis kelaminnya, selama pemeliharaan dilakukan penyiphonan
kotoran dan pemberian pakan berupa pellet tepung sebanyak 2 kali sehari.
8. Mengidentifikasi larva ikan Guppy dilakukan dengan cara melihat cirri fisologis,
untuk jantan ditandai dengan adanya organ gonopodium pada daerah anus,
warna yang lebih terang, dan ekor yang lebih panjang, untuk betina sendiri
memiliki warna pudar dan ekor yang pendek.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum Sex Reversal pada Ikan Guppy (Poecilia
reticulata) dengan Menggunakan Hormon Sintesis 17-α Methyl Testoterone dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Hasil praktikum Sex Reversal pada Ikan Guppy (Poecilia reticulata) dengan Menggunakan Hormon Sintesis 17-α Methyl Testoterone
Kelompok Jantan Betina % Jantan1 17 15 53.122 7 3 703 0 0 04 13 10 56.525 13 6 68.426 8 1 88.897 8 4 66.67
Grafik 1. Hasil praktikum Sex Reversal pada Ikan Guppy (Poecilia reticulata) dengan Menggunakan Hormon Sintesis 17-α Methyl Testoterone
1 2 3 4 5 6 70
10
20
30
40
50
60
70
80
90
JantanBetina% Jantan
IV.2. Pembahasan
Dari hasil diatas pada ikan kontrol jumlah ikan guppy jantan sebanyak 17 ekor
dan betina 15 ekor dengan jumlah persentase jantan sebanyak 53.12 %. Pada
akuarium 2 ikan betina sebanyak 7 ekor dan jantan sebanyak 3 ekor, akuarium 3
jumlah ikan jantan 0 dan ikan betina 0 dan jumlah persentase 0 %. Akuarium 4 ikan
jantan sebanyak 13 ekor dan betina 10 dengan jumlah persentase 56.52%. pada
akuarium 5 ikan jantan sebanyak 13 ekor dan ikan betina 6 ekor dengan jumlah
persentase 68.42%. Pada akuarium 6 ikan jantan sebanyak 8 ekor dan betina
sebanyak 1 ekor dengan jumlah persentase 88.89%. sedangkan pada akuarium 7
jumlah ikan jantan sebanyak 8 ekor dan ikan betina sebanyak 4 ekor dengan jumlah
persentase 66.67%. Pemberian hormon methyltestosteron pada induk ikan guppy
yang akan melahirkan akan menghasilkan anak jantan sebesar 100%. Dibandingkan
dengan jumlah persentase ikan jantan yang diperoleh pada penelitian ini,
kemungkinan pembentukan kelamin jantan dan betina pada ikan guppy sebagian
besar telah terjadi sebelum dilahirkan (Zairin, 2005).
Dari grafik di atas dapat dilihat rata-rata persentase jantan yang tertinggi
adalah pada akuarium 6 yaitu 88.89%. dan yang terendah pada akuarium 3 yaitu 0%.
Hal ini disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik merupakan
penentu kelamin pada awal perkembangan embrio yaitu pasangan kromosom
kelaminnya saat zigot. Gonad berfungsi untuk menghasilkan sel gamet dan hormone
kelamin sesuai dengan kelamin yang ditentukan secara genetik. Hormon kelamin
kemudian mengatur perkembangan karakter kelamin sekunder dan mempengaruhi
fungsi reproduksi (Yatim, 1983)
.Pemberian hormon methyltestosteron melalui perendaman pada fase larva
sangat efektif untuk meningkatkan perolehan persentase ikan jantan mencapai 100%.
Bila dibandingkan dengan hasil penelitian diatas masih dibawah 90% tetapi telah
menunjukkan perbedaan secara nyata dengan kontrol. Secara kuantitatif 1,6 kali
dibandingkan dengan kontrol (Hunter dan Donaldson, 1983).
IV.3. Cara Kerja Hormon
Mekanisme secara alamiah kerja hormon untuk perkembangan dan
pematangan gonad dimulai dari adanya rangsangan dari luar seperti visual untuk
fotoperiode, kemoreseptor untuk suhu dan metabolit yang kemudian diterima oleh
susunan saraf otak melalui reseptor-reseptor penerima rangsangan susunan saraf
otak kemudian merangsang hipotalamus untuk melepaskan Gonadropin Releasing
Hormon (GnRH) untuk mestimulasi kelenjar hipofisa (pituitary) untuk
mengsekresikan Gonadotropin Hormon (GtH) kemudian dialirkan ke dalam darah
untuk merangsang kematangan gonad akhir melalui simulasi untuk mensintesis
hormon-hormon steroid pematangan (seperti hormon testoteron dan estradiol) dalam
ovarium atau testis, dan mempengaruhi perkembangan kelamin
sekunder (Sunandar, 2006).
Aplikasi hormon untuk sex reversal pada ikan dapat dilakukan melalui
penyuntikan, perendaman dan oral (melalui pakan). Pemilihan cara harus
didasarkan pada efektivitas, efisiensi, palatabilitas, kemungkinan polusi dan biaya.
Pada ikan-ikan yang bertubuh kecil seperti gapi, teknik yang sering dipakai adalah
perendaman dan oral (Gusrina, 2014).
Mekanisme rangsangan pembentukan gonad jantan dengan menggunakan
hormon metiltestosteron (hormon steroid) dimulai dari penyepan hormon kedalam
tubuh ikan secara difusi dan disekresikan melalui saluran darah (Montgomery, et all.,
1983). Proses bagaimana hormon steroid tersebut dapat merangsang pemasakan
oosit maupun sperma mekanismenya belum diketahui, tetapi diduga melalui tranfer
kode terjemahan RNA (Darwisito, 2002).
Perbandingan pada praktikum kali ini apabila hasil presentase jantan hampir
sama dengan presentase betina.Hal ini terjadi pada kombinasi perlakuan antara
pemberian hormon dengan temperatur inkubasi pada induk betina yang telah hamil
tidak berbanding. Takahashi (1975) dan Zairin dkk. (2005) melaporkan bahwa
pemberian hormon methyltestosteron pada induk ikan Guppy yang akan melahirkan
dapat menghasilkan anak jantan sebesar 100%. Dibandingkan dengan jumlah
persentase ikan jantan yang diperoleh pada praktikum ini (88,89%), kemungkinan
pembentukkan kelamin jantan dan betina pada ikan Guppy sebagian besar telah
terjadi sebelum dilahirkan. Berdasarkan data sintasan dan laju kelangsungan hidup,
pemberian perbedaan hormon tidak mempengaruhi sintasan dan laju pertumbuhan
spesifik. Dengan demikian pengaruh pemberian hormon perlakuan terkonsentrasi
pada pembentukkan kelamin jantan sebagaimana ditunjukkan dengan peningkatan
jumlah persentase ikan jantan yang diperoleh (Huwoyon, 2008).
V. PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum seks reversal dapat disimpulkan bahwa Pemberian
hormon methyltestosteron pada induk ikan guppy yang akan melahirkan dapat
menghasilkan anak jantan sebesar 88,89% dengan metode perendaman atau
dipping dimana hormon masuk kedalam tubuh ikan guppy dengan cara difusi melalui
kulit, insang dan organ pencernaan.
V.2. Saran
Laboratorium
Sebaiknya peralatan di hatchery dilengkapi agar saat praktikum dapat
berjalan dengan lancar
Asisten
Tetap semangat dalam mengayomi praktikan dan semoga reskinya
dilancarkan selalu oleh Allah.
DAFTAR PUSTAKA
Darwisito, S. 2002. Stretegi Reproduksi Pada Ikan Kerapu. Makalah Pengantar Falsafah Sains Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Fernando A.A dan VP phang, 1985. Culture of The Guppy, Poecilia reticulate, in Singapore. Aquaculture, 51 : 49-63.
Gusrina, 2014. Genetika dan Reproduksi Ikan. CV. BUDI UTAMA. Yogyakarta.hal. 154.
Hunter, G.A dan Donaldson, 1983. Hormonal sex control and its application to fish culture. In W.S. Hoar, D.J.Randal dan E.M. Donaldson Fish physicology. Vol.9. Reproduction. Academic Press.New York. 223-303.
Joellie, 1964. The fine structure of the Ovarian Follicle of the Ovoviviparus Poecillied
Fish, Lebistes reticulate. Journal of morphology. 114;479-502.
Nelson J.S, 1984. Fishes of The World John Willey and Sons. Inc.New York. P: 221-222.
Sunandar, dkk. 2006. Perndaman Benih Ikan Gurami () Terhadap Keberhasilan pembentukan Kelamin Jantan. Jurusan Perikanan, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang. PKMI (1-20): 1-9
Susan dan William, 2006. Pembenihan Ikan Air Tawar. KANISIUS. Yogyakarta.hal 58.
Yatim W, 1983. Genetika . Penerbit Tarsito. Bandung. 397 hal.
Yusuf, 2012.Guppy Ikan Mungil Yang Indah. Gramedia. Hal 40.
Zairin, M. 2002. Sex Reversal: Memproduksi Benih Ikan Jantan atau Betina. Penebar Swadaya. Jakarta
top related