laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan penyakit ca paru ppt
Post on 24-Dec-2015
54 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN
KEPERAWATAN PENYAKIT CA PARU
OLEH KELOMPOK 2 :
PURWATI (13.05.1.020.1)
WURY RETNOWATI (13.05.1.028.1)
YESI YULIANI (13.05.1.029.1)
LAILY HIMMATUL FITHRIYAH (13.05.1.031.1)
BAB IPENDAHULUAN
1.1 latar belakang
• Ca paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru-paru dapat
disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan, terutama asap rokok (suryo, 2010)
• Meskipun penyebab sebenarnya ca paru belum diketahui tetapi ada beberapa faktor yang
agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru, seperti merokok, iradiasi, ca
paru akibat kerja, polusi udara, genetik dan diet.
• Pada pasien yang menderita ca paru harus menghindari penyebab-penyebab yang dapat
menimbulkan ca paru serta semua yang dapat memperberat penyakit ca paru. Pada orang yang
belum atau tidak menderita ca paru harus mengatur pola makan yang sehat, olah raga dan hidup
yang sehat.
1.2 rumusan masalah
• Apa yang dimaksud ca paru?
• Bagaimana etiologi ca paru?
• Bagaimana patofisiologi ca paru?
• Bagaimana manifestasi klinis ca paru?
• Apa saja klasifikasi ca paru?
• Bagaimana pemeriksaan ca paru?
• Bagaimana penatalaksanaan terapi ca paru?
• Bagaimana asuhan keperawataan ca paru?
1.3 tujuan
• Untuk mengetahui pengertian ca paru.
• Untuk mengetahui etiologi ca paru.
• Untuk mengetahui patofisiologi ca paru.
• Untuk mengetahui manifestasi klinis ca paru.
• Untuk mengetahui klasifikasi ca paru.
• Untuk mengetahui pemeriksaan ca paru.
• Untuk mengetahui penatalaksanaan terapi ca paru.
• Untuk mengetahui asuhan keperawatan ca paru.
1.4 manfaat
• Pembaca dapat mengetahui pengertian ca paru.
• Pembaca dapat mengetahui etiologi ca paru.
• Pembaca dapat mengetahui patofisiologi ca paru.
• Pembaca dapat mengetahui manifestasi klinis ca paru.
• Pembaca dapat mengetahui klasifikasi ca paru.
• Pembaca dapat mengetahui pemeriksaan ca paru.
• Pembaca dapat mengetahui penatalaksanaan terapi ca paru.
• Pembaca dapat mengetahui asuhan keperawatan ca paru.
BAB IITINJAUAN TEORI
2.1 definisi
• Ca paru merupakan keganasan pada jaringan paru (price, patofisiologi, 1995).
• Ca paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasi dalam paru
(underwood, patologi, 2000).
• Ca paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru-paru dapat
disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan, terutama asap rokok (suryo, 2010).
2.2 etiologi
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor
yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru :
merokok.
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang
defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari
kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh
kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang
sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan
perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter
dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di schneeberg dan
penambang radium di joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan
dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi
operatif.
Ca paru akibat kerja.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur
nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru – paru hematite) dan
orang – orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan
insiden.
Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada
mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan
uap diesel dalam atmosfer di kota. ( Thomson, catatan kuliah patologi,1997).
Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni :
• Proton oncogen.
• Tumor suppressor gene.
• Gene encoding enzyme.
Diet.
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan vitamin a
menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru (ilmu penyakit dalam, 2001).
2.3 patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan
deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka
menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia,
hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi
langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala –
gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral
dapat terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase,
khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe,
dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
2.4 Manifestasi Klinis• Gejala awal.Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkus.• Gejala umum.
• Batuk Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
• HemoptisisSputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi.
• Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.
2.5 klasifikasi
klasifikasi menurut WHO untuk neoplasma pleura dan paru – paru (1977) :
1. Karsinoma bronkogenik.
a. Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel
bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia,
atau displasia akibat merokok jangka panjang,
secara khas mendahului timbulnya tumor.
Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol
kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang
melampaui beberapa centimeter dan cenderung
menyebar langsung ke kelenjar getah bening
hilus, dinding dada dan mediastinum.
b. Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan
utama bronki.Tumor ini timbul dari sel – sel
kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus.
Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti
hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit.
Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe
hilus, demikian pula dengan penyebaran
hematogen ke organ – organ distal.
c. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma
sel alveolar).
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar
bronkus dan dapat mengandung mukus.
Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen
bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan
dengan jaringan parut local pada paru – paru dan
fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas
melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium
dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan
gejala – gejala sampai terjadinya metastasis yang
jauh.
d. Karsinoma sel besar.
Merupakan sel – sel ganas yang besar dan
berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma
yang besar dan ukuran inti bermacam – macam.
Sel – sel ini cenderung untuk timbul pada
jaringan paru - paru perifer, tumbuh cepat
dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke
tempat – tempat yang jauh.
e. Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.
f. Lain – lain.
1). Tumor karsinoid (adenoma bronkus).
2). Tumor kelenjar bronchial.
3). Tumor papilaris dari epitel permukaan.
4). Tumor campuran dan karsinosarkoma
5). Sarkoma
6). Tak terklasifikasi.
7). Mesotelioma.
8). Melanoma. (Price, patofisiologi, 1995).
2.6 pemeriksaan penunjang
1. Radiologi.
a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
b. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2. Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
c. es kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
3. Histopatologi.
a. Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma
bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi trans torakal (TTB).
Biopsi dengan ttb terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya
mencapai 90 – 95 %.
c. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
d.Mediastinosopi.
Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
e. Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam prosedur non invasif dan
invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4. Pencitraan.a. Ct-scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.b. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
2.7 penatalaksanaan
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
• Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
• Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
Rawat rumah (hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
• Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat
anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu penyakit dalam, 2001 dan doenges, rencana asuhan keperawatan, 2000)
1. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
1. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
2. Pneumonektomi pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
3. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
4. Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
5. Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es).
6. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
2. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan
kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan
komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap
pembuluh darah/ bronkus.
3. Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor,
untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi
luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
2.8 WOC
Terlampir
Format asuhan keperawatan
1. Pengkajian
1.1 biodata
Nama :tn. A
Umur : 62 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Alamat : kediri
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : wiraswasta
Diagnosa medis : ca paru
Tanggal MRS : 24 november 2014
Tanggal pengkajian : 25 november 2014
Golongan darah : A
no. Reg. :13553
1.2 keluhan utama :
Px mengatakan sesak nafas, sesak nafas dirasakan seperti dada px tertekan
dengan sangat kuat. Yang dirasakan sangat mengganggu, px sudah minum obat
tetapi obat dirasa tidak membantu sehingga px dibawa ke RS.
1.3 riwayat penyakit sekarang :
Selain mengeluh sesak nafas, px juga mengatakan tidak nyaman dan sesak nafas
bila berbaring.
Kemudian pada tanggal 24 november 2014 keluarga membawa px ke rs kediri .
setelah sampai di rs kediri , px di bawa ke igd dan mendapatkan pertolongan
pertama oleh perawat yang berjaga. Kemudian px di pindahkan di ruang mawar, px
di opname dan untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif lagi.
1.4 riwayat penyakit masa lalu :
px mengatakan belum pernah sakit ca paru sebelumnya.
1.5 riwayat kesehatan keluarga :
tidak ada keluarga yang mengindap ca paru sebelumnya.
Genogram:
Terlampir
1.6 Pola psikososial dan spiritual
Pola psikososial : hubungan px dengan keluarga dan orang lain baik, terbukti waktu di
rumah sakit keluarga dan orang lain (tetangga) menjenguk silih berganti.
Pola spiritual : waktu di rumah sakit, px tetap rajin beribadah dan memohon agar
penyakitnya bisa disembuhkan.
1.7 pola aktifitas sehari-hari
Pola Di Rumah Di Rumah Sakit
Nutrisi Makan
Jenis : nasi, sayur, lauk
Frek : 1 porsi tiap makan
Jumlah : 3x/hari
Masalah : tidak ada masalah
Minum
Jenis : air putih, teh
Jumlah: 7 gelas/hari
Frek: sering
Masalah: tidak ada masalah
Makan
Jenis : nasi, sayur,
lauk, buah
Frek : 1/4 porsi tiap
makan
Jumlah : 3x/hari
Masalah : ada masalah
Minum
Jenis : air putih, teh
Jumlah : 3 gelas / hari
frek : kadang-kadang
Masalah: ada masalah
Eliminasi BAB
Frek : 1x/hari
Bentuk: seperti colon
Konsistensi : padat
Bau: khas
Warna: kuning
Masalah: tidak ada masalah
BAK
Frek : 5-6x/hari
Konsistensi:cair
warna : kuning
Bau : khas
Masalah : tidak ada masalah
BAB
Frek : belum BAB
Bentuk : tidak di ketahui
Konsistensi : tidak di
ketahui
Bau : tidak di ketahui
Warna : tidak di ketahui
Masalah : tidak di ketahui
BAK
Frek : 4-5x/hari
Konsistensi : cair
Warna : kuning
Bau : khas
Masalah : tidak ada
masalah
Istirahat Tidur
Jumlah
Siang : 1 jam
Malam : 7 jam
Masala : tidak ada
masalah
Tidur
Jumlah
Siang : - jam
Malam : 3 jam
Masalah : ada masalah
Aktivitas Pasien dapat melakukan
aktifitas secara mandiri dengan
skala ADL 0
Masalah : tidak ada masalah
Pasien hanya dapat
melakukan beberapa
aktivitasnya sepert :
makan,minum, aktivitas
yang lain dibantu oleh
keluarga. skala ADL 2
Masalah : ada masalah
Personal
Hygiene
Mandi
Jenis : mandi guyur
Frek : 2x/hari
Masalah :tidak ada masalah
Oral hygiene
Frek : 2x/hari
Masalah : tidak ada
masalah
Mandi
Jenis : mandi guyur
Frek : 2x/hari
Masalah :
Oral hygiene
Frek : 2x/hari
Masalah : di bantu
keluarga atau perawat
Kebiasaan Saat di rumah pasien
sebagai kepala keluarga
dan melakukan
pekerjaannya sebagai
wiraswasta.
Saat di rumah sakit,
pasien hanya
berbaring di tempat
tidur.
1.8 keadaan / penampilan / kesan umum pasien
Pasien tampak sesak nafas, tidak nyaman dan sesak nafas bila berbaring.
1.9 tanda-tanda vital
Suhu tubuh : 37 C0
Denyut nadi/HR : 105 x/menit
Tensi/TD/BP : 110/70 mmhg
Pernapasan/RR : 26 x/menit
TB / BB : 163 cm / 60 kg
1.10 pemeriksaan fisik (diutamakan pada sistem yang terganggu sesuai dengan penyakitnya)
a. Pemeriksaan kepala dan leher :
1. Kepala
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada benjolan, rambut tumbuh secara merata, tidak ada ketombe dan rambut beruban.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan.
2. Mata
Inspeksi : konjungtiva merah muda, sclera putih.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan.
3. Hidung
Inspeksi : bentuk hidung simetris terdapat bulu hidung, tampak bersih.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
4. Mulut
Inspeksi : mukosa bibir kering.
5. Leher
Inspeksi : tidak ada pembengkakan.
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
b. Pemeriksaan integumen / kulit dan kuku
Kuku
Inspeksi : warna merah mudah, pendek, bersih.
Palpasi :CRT < 2 detik.
Kulit
Inspeksi : warna kulit putih, kulit bersih.
Palpasi :turgor kulit baik, tidak ada nyeri tekan.
c. Pemeriksaan payudara dan ketiak (bila diperlukan)
d. Pemeriksaan thorax / dada
Thorax / dada
Inspeksi : saat inspirasi dan ekspensi antara dada kanan dan kiri, tidak ada kelainan seperti barrel cest, punel chest.
Palpasi : tidak ada benjolan / tidak terdapat nyeri tekan.
Perkusi : suara paru krekels/mengi.
Auskultasi : suara nafas pendek.
e. Pemeriksaan Jantung
Inspeksi : crt < 2 detik.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada daerah jantung.
Perkusi : letak jantung normal.
Auskultasi : ritme dan frekuensi jantung teratur.
f. Pemeriksaan abdomen :
Inspeksi : turgor kulit normal.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada perut.
Perkusi : terdapat suara timpani pada abdomen.
Auskultasi: terdapat suara bising usus 12x/menit.
g. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya (bila diperlukan) :
Kelamin
Inspeksi : genetalia bersih, terdapat rambut pubis.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Anus
Inspeksi : bersih.
h. Pemeriksaan muskuloskeletal :
MMT:
5 5
5 5Keterangan : 5: Ekstermitas atas dan bawah bagian kanan dan kiri dapat menahan beban secara penuh dan terdapat gerak otot yang baik serta melawan grafitasi.
i. Pemeriksaan neurologi :
Gcs : 4,5,6
4: respon mata baik, secara spontan
5: respon verbal dapat berkomunikasi secara baik
6: respon pasien dapat mengikuti perintah dengan baik
j. Pemeriksaan status mental :
Status mental pasien baik, terbukti dengan terjawabnya semua pertanyaan yang perawat ajukan dan
memahami serta menuruti instruksi yang diberikan. Orientasi terhadap orang, waktu, tempat baik.
k. Pemeriksaan penunjang medis
PH : 7,25 TCO2 : 23 mmol/L
PCO2 : mmhg BE : 1 meq/L
PO2 : 85 mmhg saturasi O2 : 95%
Hco3 : 23 Lab : hb 12,6 gr %, ht 34,7 %, leukosit 400/ml, kreatinin 2,40 mg/dl.
l. Pelaksanaan terapi
Tanggal Dosis Nama obat
24 November
2014
- 12 tetes/menit
- 3 x 500 mg
- 3 x 2 ampul
- Infuse RL
- Aminophilin
- Injeksi
Dexamethason
25 November
2014
- 12 tetes/menit
- 3 x 500 mg
- 3 x 2 ampul
- Infuse RL
- Aminophilin
- Injeksi
Dexamethason
21 November
2014
- 12 tetes/ menit
- 3 x 500 mg
- 3 x 2 ampul
- Infuse RL
- Aminophilin
- Injeksi
Dexamethason
j. Harapan klien / keluarga sehubungan dengan penyakitnya :
Klien beserta keluarga berharap agar pasien dapat segera sembuh dari penyakitnya, sehingga dapat beraktifitas seperti biasanya dan dapat berkumpul lagi bersama keluarga di rumah.
2. Analisa data
DATA GAYUT :
DATA OBYEKTIF
DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH
1. Ds :
- Px mengatakan susah bernafas.
Do :
- Px tampak pucat
dan gelisah.
- Dispnea.
- Nafas cuping hi dung.
TTV :
- RR: 26 x/menit
- N : 105 x/menit
Merokok, Polusi udara, pengunaan Zat karsinogen, factor
genetic, Vit A
(basis kraction, nicotin, nitrosamne, nicka, caomum, argen,
uranium, abses)
Iritan mucosa bronchial
Inflamasi mucosa bronchial
Ca Paru
Sel2 bronkial
Klp alveolar dibatasi oleh sel2 gen penghasil mucus
Secret
Obstruksi jalan nafas
Hipoventilasi
Gangguan pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas
2. Ds :
- Px mengatakan kesulitan berbica ra dan
batuk.
Do :
- Px tampak geli sah dan mata ter buka
lebar.
- Adanya suara na fas tambahan.
- Sianosis
- Dipsneu
- Sputum dalam jumlah yang ber lebih.
TTV :
- RR : 26 x/menit
Merokok, Polusi udara, pengunaan Zat karsinogen,
factor genetic, Vit A
(basis kraction, nicotin, nitrosamne, nicka, caomum,
argen, uranium, abses)
Iritan mucosa bronchial
Inflamasi mucosa bronchial
Ca Paru
Pertukaran epitel bronkus
Carsinoma sel skuamosa
Ulserasi/ iritasi
Hilangnya fungsi silia
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Bersihan jalan nafas tidak efektif
3. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO TANGGAL MUNCUL DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL TERATASI TANDA TANGAN
1. 24 November 2014 Gangguan Pertukaran gas b/d Hipoventilasi. Yang
ditandai dengan:
-Px mengatakan susah ber nafas.
-Px tampak pucat dan gelisah.
-Dispnea.
-Nafas cuping hidung.
-TTV :- RR: 26 x/menit
- N : 105 x/menit
26 November 2014
2. 24 November 2014 Bersihan jalan nafas tidakefektif b/d Hilangnya fungsi
silia. Yang ditandai dengan :
-Px mengatakan kesulitan berbicara dan batuk.
-Px tampak gelisah dan mata terbuka lebar.
-Adanya suara nafas tamba han.
-Sianosis
-Dipsneu
-Sputum dalam jumlah yang ber lebih.
-TTV :- RR : 26 x/menit
26 November 2014
4. INTERVENSI / RENCANA ASUHAN KEPERAWATANNO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TTD
1.Gangguan pertukaran gas b/d
Hipoventilasi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
x 24 jam, pasien melaporkan sudah mampu
bernafas dengan rileks. Dengan Kriteria hasil :
- Mempertahankan Ventilasi dan oksigenasi yang
adekuat dan GDA dalam rentang yang normal.
- menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi
adekuat
-bebas gejala distress pernafasan
-berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam
kemampuan dan situasi
-TTV : -RR : 20 x/menit
- N : 88 x/menit
1).Observasi status perna fasan dengan
sering, catat peningkatan frekuensi atau
upaya pernafasan atau perubahan pola
nafas.
2).Catat ada atau tidak adanya bunyi
tambahan misalnya krekels, mengi.
3).Observasi adannya sia nosis.
4).Kolaborasi pemberian oksigen lembab
sesuai indikasi
5).Awasi atau gambarkan seri GDA.
1).Dispnea merupakan me kanisme
kompensasi ada nya tahanan jalan
nafas.
2).Bunyi nafas dapat menurun, tidak
sama atau tak ada pada area yang
sakit. Krekels adalah bukti peningkatan
cairan dalam area jaringan sebagai
akibat peningkatan per meabilitas
membrane alve olar-kapiler. Mengi
adalah bukti adanya tahanan atau
penyempitan jalan nafas sehubungan
dengan mu cus/ edema serta tumor.
3).Penurunan oksigenasi bermakna
terjadi sebelum sianosis. Sianosis
sentral dari “organ” hangat contoh, lidah,
bibir dan daun telinga adalah paling
indikatif.
4).Memaksimalkan sedia an oksigen
untuk pertu karan.
5).Menunjukkan ventilasi atau
oksigenasi. Diguna kan sebagai dasar
eva luasi keefktifan terapi atau indikator
kebutuhan peru bahan terapi.
2. Bersihan jalan nafas tidakefektif b/d
hilangnya fungsi silia.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3 x 24 jam, pasien melaporkan sudah tidak
kesulitan berbicara dan batuk hilang. Dengan
criteria hasil :
- Mempertahankan jalan nafas yang paten
dengan bunyi nafas yang bersih dan mampu
mengeluarkan secret tanpa kesulitan.
-Px mampu mendemostrasikan batuk efektif dan
suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dispneu (mampu mengeluarkan sputum dan
mampu bernafas dengan mudah).
-menunjukan jalan nafas yang paten.
-mampu mengidentifikasikan dan mencegah
factor yang dapat menghambat jalan nafas.
-TTV :- RR : 20 x/menit
1).Catat perubahan upaya dan pola
bernafas.
2).Observasi penurunan ekspensi
dinding dada dan adanya Cairan, edema
dan secret dalam seksi lobus.
3).Catat karakteristik batuk (misalnya,
menetap, efektif, tak efektif), juga
produksi dan karakteristik sputum.
4).Pertahankan posisi tubuh/ kepala
tepat dan gunakan alat jalan nafas
sesuai kebutuhan.
5).Kolaborasi pemberian bronkodilator,
contoh aminofilin, albuterol dll. Awasi
untuk efek samping merugikan dari obat,
contoh takikardi, hipertensi, tremor,
insomnia.
1).Penggunaan otot inter
kostal/abdominal dan pele baran nasal
menunjukkan peningkatan upaya
berna fas.
2).Ekspansi dada terbatas atau tidak
sama sehu bungan dengan akumulasi
cairan, edema, dan sekret dalam seksi
lobus.
3).Karakteristik batuk dapat berubah
tergantung pada penyebab/ etiologi
gagal perbafasan. Sputum bila ada
mungkin banyak, kental, berdarah,
adan/ atau puulen.
4).Memudahkan memelihara jalan
nafas atas paten.
5).Obat diberikan untuk
menghilangkan spasme bronkus,
menurunkan vis kositas sekret,
memper baiki ventilasi, dan memu
dahkan pembuangan sek ret.
Memerlukan peru bahan dosis/ pilihan
obat.
5. IMPLEMENTASI / TINDAKAN KEPERAWATAN
N
O
TANGGAL / JAM
IMPLEMENTASI
DIAGNOSA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI
TT
D
1.24 November 2014
08.00-08.30 Wib
08.30-08.50 Wib
08.50-09.00 Wib
09.00-09.30 Wib
09.30-10.00 Wib
Gangguan Pertukaran
gas b/d Hipoventilasi.
Yang ditandai dengan:
-Px mengatakan
susah bernafas.
-Px tampak pucat dan
gelisah.
-Dispnea.
-Nafas cuping hidung.
-TTV :- RR: 26 x/menit
- N : 105
x/menit
1).Mengobservasi status
pernafasan dengan sering,
catat peningkatan frekuensi
atau upaya pernafasan atau
perubahan pola nafas.
2).Mencatat ada atau tidak
adanya bunyi tamba han
misalnya krekels, mengi.
3).Mengobservasi adannya
sianosis.
4).Berkolaborasi pemberian
oksigen lembab sesuai indikasi
5).Mengawasi atau gambarkan
seri GDA.
2. 24 November 2014
08.00-08.30 Wib
08.30-08.50 Wib
08.50-09.00 Wib
09.00-09.30 Wib
09.30-10.00 Wib
Bersihan jalan nafas
tidakefektif b/d
Hilangnya fungsi silia.
Yang ditandai dengan :
-Px mengatakan
kesulitan berbicara dan
batuk.
-Px tampak gelisah dan
mata terbuka lebar.
-Adanya suara nafas
tamba han.
-Sianosis
-Dipsneu
-Sputum dalam jumlah
yang ber lebih.
-TTV :- RR : 26 x/menit
1).Mencatat perubahan upaya
dan pola bernafas.
2).Mengobservasi penurunan
ekspensi dinding dada dan
adanya Cairan, edema dan
secret dalam seksi lobus.
3).Mencatat karakteristik batuk
(misalnya, menetap, efektif, tak
efektif), juga produksi dan
karakteristik sputum.
4).Mempertahankan posisi tubuh/
kepala tepat dan gunakan alat
jalan nafas sesuai kebutuhan.
5).Berkolaborasi pemberian
bronkodilator, contoh aminofilin,
albuterol dll. Awasi untuk efek
samping merugikan dari obat,
contoh takikardi, hipertensi,
tremor, insomnia.
6. EVALUASI / CATATAN PERKEMBANGAN
NO TANGGAL / JAM EVALUASI DIAGNOSA KEPERAWATAN EVALUASI TTD
1. 24 November 201420.00 Wib
25 November 201420.00 Wib
26 November 2014
20.00 Wib
Gangguan Pertukaran gas b/d
Hipoventilasi. Yang ditandai dengan:
-Px mengatakan susah bernafas.
-Px tampak pucat dan gelisah.
-Dispnea.
-Nafas cuping hidung.
-TTV :- RR: 26 x/menit
- N : 105 x/menit
S : Px mengatakan susah bernafas.
O : Px tampak pucat dan gelisah, Dipsnea, nafas cuping
hidung.
TTV : - RR : 26 x/menit - N : 105 x/menit
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi 1, 2, 3, 4, 5 dilanjutkan.
S : Px mengatakan masih sedikit susah bernafas.
O : Px masih tampak sedikit pucat dan gelisah, dipsnea hilang.
TTV :- RR : 23 x/menit - N : 100 x/menit
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi 1, 4, 5 dilanjutkan.
S : Px mengatakan sudah mampu bernafas dengan rileks.
O : Px tampak segar dan rileks, dipsnea hilang.
TTV : -RR : 20 X/menit - N : 90 x/menit
A : Masalah teratasi keseluruhan.
P : Intervensi dihentikan.
2. 24 November 201420.00 Wib
25 November 201420.00 Wib
26 November 201420.00 Wib
Bersihan jalan nafas tidakefektif b/d Hilangnya fungsi
silia. Yang ditandai dengan :
-Px mengatakan kesulitan berbicara dan batuk.
-Px tampak gelisah dan mata terbuka lebar.
-Adanya suara nafas tambahan.
-Sianosis
-Dipsneu
-Sputum dalam jumlah yang ber lebih.
-TTV :- RR : 26 x/menit
S : Px mengatakan kesulitan berbicara dan batuk.
O : Px tampak gelisah dan mata terbuka lebar, adanya suara tambahan,
sianosis, dipsneu dan sputum dalam jumlah yang berlebihan.
TTV : -RR : 26 x/menit
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi 1, 2, 3, 4, 5 dilanjutkan.
S : Px mengatakan masih sedikit kesulitan dalam berbicara dan masih sedikit
batuk.
O : Px masih tampak sedikit gelisah, masih adanya suara nafas tambahan.
TTV : - RR : 23 x/menit
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi 3, 4, 5 dilanjutkan.
S : Px mengatakan sudah tidak kesulitan dalam berbicara dan batuk hilang.
O : Px tampak rileks, tidak ada suara nafas tambahan, sianosis dan dipsneu
hilang.
TTV : - RR : 20 x/menit
A : Masalah teratasi keseluruhan.
P : Intervensi dihentikan dan Px pulang.
BAB IVPENUTUP
4.1 kesimpulan
Ca paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru-paru dapat
disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan, terutama asap rokok (suryo, 2010)
Meskipun penyebab sebenarnya ca paru belum diketahui tetapi ada beberapa faktor yang
agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru, seperti merokok,
iradiasi, ca paru akibat kerja, polusi udara, genetik dan diet.
4.2 saran
Pada pasien yang menderita ca paru harus menghindari penyebab-penyebab yang dapat
menimbulkan ca paru serta semua yang dapat memperberat penyakit ca paru.
Pada orang yang belum atau tidak menderita ca paru harus mengatur pola makan yang
sehat, olah raga dan hidup yang sehat.
TERIMA KASIH
top related