laporan praktik tinjau lapangan pt. indocement … · sambar, bekantan dan owa-owa. ... daftar isi...
Post on 08-Mar-2019
226 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN
PRAKTIK TINJAU LAPANGAN PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.
UNIT TARJUN, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
(Praktik Mata Kuliah Konservasi Flora dan Fauna)
Oleh
Abdullah F2A114012
PROGRAM STUDI ILMU KEHUTANAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2015
i
PRAKATA
Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT, yang
mana atas berkat limpahan rahmatNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penulisan dan penyusunan laporan hasil praktik tinjau lapangan mata kuliah
konservasi flora dan fauna yang dilaksanakan di PT. Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk. Unit Tarjun, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Laporan ini berisi tentang hasil pengamatan pada saat praktik, yang mana
ditemukan adanya sebuah usaha CSR perusahaan yang dilakukan dengan
mengkonservasi kehidupan beberapa flora dan fauna yang langka baik dengan cara
konservasi ex-situ maupun in-situ. Dalam areal P3M milik PT. Indocement
ditemukan adanya suatu kegiatan penangkaran terhadap beberapa jenis satwa,
yang mana ada 3 jenis satwa yang termasuk dalam status langka seperti Rusa
Sambar, Bekantan dan Owa-owa. Selain itu juga ditemukan jenis flora langka
seperti ulin, rambai gunung, jejantik dan kasturi.
Dalam kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-
tingginya kepada pihak PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Unit Tarjun
Kalimantan Selatan yang telah memfasilitasi kegiatan praktik yang dilaksanakan.
Bapak Dr. H. Abdi Fithria, S. Hut., MP. selaku dosen pengampu mata kuliah
Konservasi Flora dan Fauna yang telah mengarahkan jalannya praktik, juga kepada
teman-teman Pascasarjana Program Studi Ilmu Kehutanan Unlam.
Penulisan laporan hasil praktik ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari
itu penulis mengharapkan sekali adanya sebuah masukan atau kritik dari para
pembaca sekalian untuk menjadikan laporan ini menjadi lebih baik lagi.
Semoga laporan ini bisa memberikan informasi dan menambah wawasan kita
semua mengenai konservasi flora dan fauna yang dilakukan oleh PT. Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk. Tarjun, Kalimantan Selatan.
Banjarbaru, Juni 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA .................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Batasan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan Praktik ................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 3
A. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. ............................................ 3
B. Corporate Social Responsibility (Csr) ................................................ 4
C. Penangkaran Satwa .......................................................................... 7
D. Flora Dan Fauna ............................................................................... 10
BAB III. METODE PRAKTIK ....................................................................... 12
A. Waktu dan Tempat ............................................................................ 12
B. Obyek dan Peralatan Praktik ............................................................. 12
C. Prosedur Praktik ................................................................................ 12
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 13
A. Corporate Social Responsibility (Csr) PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Pabrik Unit Tarjun, Kabupaten Kotabru, Kalimantan Selatan ........................................................................... 13
B. Pusat Pelatihan & Pemberdayaan Masyarakat (P3m) dan Konservasi Flora dan Fauna ................................................................................ 14
BAB V. PENUTUP ....................................................................................... 22
A. Kesimpulan ....................................................................................... 22
B. Saran/rekomendasi ........................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI
iii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Kapasitas produksi Indocement ........................................................ 4
2. Jumlah desa binaan pada lokasi pabrik di Indonesia ......................... 13
3. Desa binaan di lokasi pabrik Tarjun, Kalimantan Selatan .................. 14
4. Kegiatan pemberdayaan desa binaan di lokasi pabrik tarjun ............. 14
5. Satwa di sekitar area P3M-CSR Tarjun ............................................. 18
6. Flora atau tumbuhan di sekitar area P3M-CSR Tarjun ...................... 18
iv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Pusat pelatihan pemberdayaan masyarakat (P3M) PT. Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk. Unit Tarjun Kalimantan Selatan .................... 16
2. Lahan P3M PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Unit Tajun Kali-
mantan Selatan ................................................................................. 16
3. Prasasti peresmian penangkatan Rusa Sambar ................................ 17
4. Seekor kera sedang melakukan aktivitas harian................................ 19
5. Spanduk ajakan untuk menyelematkan hutan mangrove desa Langa-
dai, Kotabaru Kalimantan Selatan ..................................................... 20
1
BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Site Tarjun Kabupaten Kotabaru,
Provinsi Kalimantan Selatan merupakan salah satu cabang perusahaan pabrik
pembuat semen di Indonesia. PT. Indocement Site Tarjun ini merupakan unit ke-12
yang dibangun oleh PT. Indocement Indonesia setelah sebelumnya mereka banyak
membangun pabrik di wilayah Jawa dan sekitarnya. PT Indocement site Tarjun ini
berdiri pada tahun 2000 dengan kapasitas produksi 2,6 juta ton/tahun dengan
produk berupa Portland Composite Cement (PCC). Perusahaan ini berdiri berdasar
pada SK AMDAL Nomor 60/M/I/1995, dan sudah memilki dokumen RKL dan RPL
(Revisi) Nomor 388.46/016/Bapedalda/2007 sebagai usaha mereka melaksanakan
rencana pengelolaan lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL).
Undang-Undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) telah
mengatur bahwa setiap PT yang ada di Indonesia wajib melaksanakan corporate
social responsibility (csr) terhadap warga sekitar perusahaan. Sebagai sebuah
perseroan, PT. Indocement telah melaksanakan tanggung jawabnya sebagai
perseroan terbatas yang mematuhi UU No. 40/2007 tentang PT diatas dengan cara
melaksanakan program CSR untuk masyarakat yang bermukim di sekitar
perusahaan. Dalam pembinaan desa PT. Indocement melakukan pemberdayaan
10 desa yang tersebar di sekitar perusahaan. Dalam CSR tersebut dilakukan
berbagai kegiatan pemberdayaan, pengembangan dan pembangunan terhadap
masyarakat sekitar perusahaan. Dalam CSR tersebut perusahaan juga
mengkombinasikan dengan kegiatan konservasi terhadap berbagai flora dan fauna
yang sudah mengalami ambang kepunahan (langka).
2
Berdasarkan uraian diatas perlu kiranya dilakukan sebuah praktik tinjau
lapangan untuk mengetahui seperti apa praktik konservasi flora dan fauna yang
dilakukan oleh PT. Indocement Tarjun dalam usaha CSR yang dilakukan.
B. BATASAN MASALAH
Lokasi CSR PUSAT PELATIHAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (P3M)
yang menjadi fokus praktik di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Unit 12 Tarjun
Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.
C. TUJUAN PRAKTIK
Tujuan praktik ini adalah:
1. Menginventarisir flora dan fauna yang berkaitan dengan pengembangan
perlindungan dan pembudidayaan di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Tarjun Kotabaru, Kalimantan Selatan
2. Mengetahui konservasi flora dan fauna secara ex-situ dan in-situ.
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK.
PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk merupakan perusahaan industri
semen yang termasuk dalam perusahaan semen terbesar di Indonesia.
Perusahaan ini memilki tiga lokasi pabrik yang tersebar di dua Provinsi yakni Jawa
Barat dan Kalimantan Selatan. Di Provinsi Jawa Barat terdapat di Citeureup
(Bogor) dan Palimanan (Cirebon), sedangkan di Provinsi Kalimantan Selatan
terletak di Tarjun Kabupaten Kotabaru (PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Tarjun, 2015).
PT. Indocement Tunggal Prakarsa dalam menjalankan kegiatan
perusahaannya memegang visi sebagai pemimpin pasar semen dan agregar yang
berkualitas di dalam negeri. Untuk mencapai visi tersebut perusahaan menjalankan
misi dengan berkecimpung dalam bisnis penyediaan papan, semen dan bahan
bangunan yang terkait serta jasa terkait yang bermutu dengan harga kompetitif
(bersaing) dan tetap memperhatikan pembangunan berkelanjutan yang sesuai
dengan motto perusahaan “turut membangun kehidupan bermutu” Kotabaru (PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tarjun, 2015).
Perusahaan Indocement pada pabrik-pabrik yang tersedia memiliki tujuh jenis
produk yang dipasarkan yang terdiri atas: (1) Portland Composite Cement (PCC);
(2) Ordinary Portland Cement (OPC); (3) Oil Well Cement (OWC); (4) White
Cement; (5) White Mortar; (6) Ready-Mix Concrete; dan (7) Agregat. Produksi dari
masing-masing pabrik yang dimiliki oleh Indocement memiliki kapasitas yang
berbeda dalam setahunnya Kotabaru (PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Tarjun, 2015). Masing-masing pabrik memiliki kapasitas produksi seperti pada tabel
berikut:
4
Tabel 1. Kapasitas Produksi Indocement
No Tahun berdiri
Pabrik Ke-
Lokasi Produk Kapasitas
Produksi Semen (Juta ton/tahun)
1 1975 1 Citeureup, Jawa Barat
PCC/OPC Tipe II
0,7
2 1976 2 Citeureup, Jawa Barat
PCC/OPC Tipe II
0,6
3 1979 3 Citeureup, Jawa Barat
PCC 1,1
4 1980 4 Citeureup, Jawa Barat
OPC 1,1
5 1981 5 Citeureup, Jawa Barat
OWC/WC/OPC Tipe V
0,2
6 1983 6 Citeureup, Jawa Barat
PCC 1,6
7 1984 7 Citeureup, Jawa Barat
PCC 1,9
8 1986 8 Citeureup, Jawa Barat
PCC 2,05
9 1991 9 Palimanan, Cirebon, Jawa Barat
PCC 2,05
10 1996 10 Palimanan, Cirebon, Jawa Barat
PCC 2,6
11 1999 11 Citeureup, Jawa Barat
PCC 2,6
12 2000 12 Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan
PCC 2,6
13 2014 13 Citeureup, Jawa Barat
PCC 2,6
Jumlah Seluruh 21,2
Sumber : Data Sekunder PT. Indocement 2015
B. CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
Corporate Social Responsibility (“CSR”) dalam Bahasa Indonesia dikenal
dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Pada bab V Pasal 74 Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”) mengatur mengenai
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, dimana Perseroan yang menjalankan
kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib
melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan tersebut (Widyana, 2012).
Wikipedia (2015) mendefinisikan tanggung jawab Sosial Perusahaan atau
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi,
5
khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki berbagai bentuk
tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya, yang di antaranya
adalah konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam
segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan
lingkungan. Oleh karena itu, CSR berhubungan erat dengan "pembangunan
berkelanjutan", yakni suatu organisasi, terutama perusahaan, dalam melaksanakan
aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan
dampaknya dalam aspek ekonomi, misalnya tingkat keuntungan atau deviden,
tetapi juga harus menimbang dampak sosial dan lingkungan yang timbul dari
keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka yang lebih
panjang. Dengan pengertian tersebut, CSR dapat dikatakan sebagai kontribusi
perusahaan terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen
dampak (minimisasi dampak negatif dan maksimisasi dampak positif) terhadap
seluruh pemangku kepentingannya.
Berdasarkan Pasal 74 ayat (1) UUPT terdapat 2 (dua) kriteria sektor kegiatan
yang mewajibkan Perusahaan untuk melaksanakan CSR tersebut, yaitu:
1. Perseroan yang menjalankan usahanya di bidang sumber daya alam
Perseroan menjalankan usahanya di bidang sumber daya alam adalah
Perseroan yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya
alam.
2. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya berkaitan dengan sumber daya
alam.
Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya berkaitan dengan sumber
daya alam adalah Perseroan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan sumber
daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber
daya alam.
6
Ketentuan Pasal 74 UU No 40/2007 Tentang Undang-Undang Perseroan
Terbatas (UUPT) bertujuan untuk tetap menciptakan hubungan Perseroan yang
serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya
masyarakat setempat. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan ini merupakan
kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya
Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan
kewajaran.
Peraturan-peraturan mengenai CSR selain diatur dalam Pasal 74 UUPT juga
diatur di dalam Pasal 15 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal (“UUPM”). Pada UUPM resiko hukum bagi Perseroan yang tidak
melaksanakan CSR diatur dalam Pasal 34 UUPM yaitu dikenakan sanksi
administratif berupa:
1. Peringatan tertulis;
2. Pembatasan kegiatan usaha;
3. Pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau
4. Pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.
Sedangkan, dalam UUPT ketentuan sanksi bagi Perseroan yang tidak
melaksanakan kewajiban CSR tidak diatur secara spesifik, melainkan diserahkan
dan dikenai sanksi yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
terkait, yaitu dikenai segala bentuk sanksi yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan tersebut. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012
tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas (Widyana,
2012).
7
C. PENANGKARAN SATWA
Penangkaran adalah upaya perbanyakan melalui pengembangbiakan dan
pembesaran tumbuhan dan satwa liar dengan tetap mempertahankan kemurnian
jenisnya. Penangkaran tumbuhan dan satwa liar berbentuk :
1. Pengembangbiakan satwa,
2. Pembesaran satwa, yang merupakan pembesaran anakan dari telur yang diambil
dari habitat alam yang ditetaskan di dalam lingkungan terkontrol dan atau dari
anakan yang diambil dari alam (ranching/rearing),
3. Perbanyakan tumbuhan secara buatan dalam kondisi yang terkontrol (artificial
propagation) (BKSDA Bali, 2015).
Pengembangbiakan satwa adalah kegiatan penangkaran berupa perbanyakan
individu melalui cara reproduksi kawin (sexual) maupun tidak kawin (asexual) dalam
lingkungan buatan dan atau semi alami serta terkontrol dengan tetap
mempertahankan kemurnian jenisnya. Pembesaran satwa adalah kegiatan
penangkaran yang dilakukan dengan pemeliharaan dan pembesaran anakan atau
penetasan telur satwa liar dari alam dengan tetap mempertahankan kemurnian
jenisnya. Perbanyakan tumbuhan (artificial propagation) adalah kegiatan
penangkaran yang dilakukan dengan cara memperbanyak dan menumbuhkan
tumbuhan di dalam kondisi yang terkontrol dari material seperti biji, potongan (stek),
pemencaran rumput, kultur jaringan, dan spora dengan tetap mempertahankan
kemurnian jenisnya (BKSDA Bali, 2015).
Tujuan penangkaran adalah untuk :
1. Mendapatkan spesimen tumbuhan dan satwa liar dalam jumlah, mutu, kemurnian
jenis dan keanekaragaman genetik yang terjamin, untuk kepentingan
pemanfaatan sehingga mengurangi tekanan langsung terhadap populasi alam,
8
2. Mendapatkan kepastian secara administratif maupun secara fisik bahwa
pemanfaatan spesimen tumbuhan atau satwa liar yang dinyatakan berasal dari
kegiatan penangkaran adalah benar-benar berasal dari kegiatan penangkaran
(BKSDA Bali, 2015).
Dalam rangka menjamin kemudahan kontrol hasil penangkaran, maka setiap
anakan harus dipisahkan dari induk-induknya. Pemisahan anakan dari induk harus
dapat dilakukan untuk membedakan antar generasi dimana generasi pertama (F1)
harus dapat dibedakan dengan generasi-generasi berikutnya. Dalam rangka
menjaga kemurnian jenis satwa liar, unit penangkaran dilarang melakukan
pengembangbiakan silang (hibrida) baik antar jenis maupun antar anak jenis, bagi
jenis-jenis yang dilindungi yang bersasal dari habitat alam. Hal ini dikecualikan
untuk mendukung pengembangan budidaya peternakan atau perikanan. Untuk
menjaga keanekaragaman genetik jenis satwa, penangkaran satwa dilakukan
dengan jumlah paling sedikit dua pasang atau bagi jenis-jenis satwa yang
poligamous minimal dua ekor jantan. Dan dilakukan dengan menghindari
penggunaan induk-induk satwa yang mempunyai hubungan kerabat atau pasangan
yang berasal dari satu garis keturunan (BKSDA Bali, 2015).
Pelaksana penangkaran wajib melakukan penandaan dan sertifikasi terhadap
indukan maupun hasil penangkarannya. Penandaan pada hasil penangkaran
merupakan pemberian tanda yang bersifat permanen pada bagian tumbuhan
maupun satwa dengan menggunakan teknik tagging/banding, cap (marking),
transponder, pemotongan bagian tubuh, tattoo dan label yang mempunyai kode
berupa nomor, huruf atau gabungan nomor dan huruf. Penandaan bertujuan untuk
membedakan antara induk dengan induk lainnya, antara induk dengan anakan dan
antara anakan dengan anakan lainnya serta antara spesimen hasil penangkaran
dengan spesimen dari alam. Untuk memudahkan penelusuran asal usul (tracking)
spesimen tumbuhan atau satwa, penandaan dilengkapi dengan sertifikat. Bagi jenis-
9
jenis yang karena sifat fisiknya tidak memungkinkan untuk diberi tanda hanya
dilakukan pemberian sertifikat. Dalam rangka perdagangan luar negeri, unit
penangkaran jenis-jenis Appendix I CITES, yang dilakukan melalui kegiatan
pengembangbiakan satwa di dalam lingkungan terkontrol (captive breeding) dan
perbanyakan tumbuhan secara buatan dalam kondisi terkontrol (artificial
propagation), wajib diregister pada sekretariat CITES. Registrasi hanya dapat
diajukan oleh unit penangkaran yang telah memenuhi standar kualifikasi
penangkaran (BKSDA Bali, 2015).
Otoritas Keilmuan (Scientific authority), sesuai dengan ketentuan CITES
Resolusi Conf. 10.3 wajib memberikan saran dan rekomendasi kepada Direktur
Jenderal PHKA selaku pelaksana Otoritas Pengelola CITES di Indonesia, mengenai
keberhasilan suatu unit penangkaran untuk dapat mengekspor hasilnya sesuai
dengan Article VII paragraph 4 dan paragraph 5 CITES mengenai ketentuan ekspor
hasil pengembangbiakan satwa dan perbanyakan tumbuhan secara buatan. Dalam
pelaksanaannya Otoritas Keilmuan melakukan pembinaan kepada para penangkar
tumbuhan dan satwa liar. Otoritas Pengelola wajib melakukan pembinaan kepada
unit penangkaran mengenai penandaan, sistem pencatatan dan pelaporan yang
benar serta pengendalian pemanfaatan hasil penangkaran (KSDA Sulsel, 2015).
Dalam rangka pengendalian pemanfaatan hasil penangkaran, Kepala Balai
KSDA melakukan pemeriksaan silang terhadap laporan bulanan, buku catatan
harian, penandaan dan fisik tumbuhan dan satwa liar di dalam penangkaran.
Pemeriksaan silang dilakukan secara berkala paling sedikit satu kali dalam enam
bulan, atau apabila karena sesuatu hal dipandang perlu. Berdasarkan hasil
pembinaan dan pengendalian Kepala Balai membuat Catatan Kinerja unit
Penangkaran. Kepala Balai wajib menyampaikan laporan kepada Direktur Jenderal
mengenai hasil pemeriksaan dan Catatan Kinerja Unit Penangkaran (KSDA Sulsel,
2015).
10
Setiap unit penangkaran tumbuhan dan satwa liar wajib membuat buku induk
(Stud book) dan buku catatan harian (Log book) mengenai perkembangan seluruh
tumbuhan atau satwa di dalam penangkaran. Buku catatan harian harus terbuka
bagi petugas dalam rangka pembinaan dan kontrol serta bagi auditor dalam rangka
penilaian pemenuhan standar kualifikasi. Setiap unit penangkaran tumbuhan dan
satwa liar wajib menyampaikan laporan bulanan mengenai perkembangan seluruh
tumbuhan atau satwa di dalam penangkaran. Laporan tersebut berisi perubahan
(mutasi), pada hasil penangkaran termasuk diantaranya kelahiran, perbanyakan,
kematian, penjualan untuk setiap generasi dan induk-induknya (KSDA Sulsel,
2015).
D. FLORA DAN FAUNA
Flora dan Fauna disebut juga dengan tanaman serta satwa liar. Flora dan
Fauna adalah istilah kolektif, dimana pada keduanya itu merujuk kepada suatu
kelompok dari suatu tanaman dan juga satwa liar yang berada disuatu wilayah
tertentu. Dari segi bahasa Flora berasal itu dari bahasa latin yakni "Flora", dimana
dapat diartikan ialah sebagai "alam tumbuhan atau juga nabatah" dimana flora itu
menyangkut pada semua aspek tentang macam jenis tumbuhan serta tanaman, dan
biasanya didalam penggunaanya itu akan selalu diberi imbuhan dengan nama
"geografis", misalnya contoh nabatah Asia atau nabatah Eropa. Fauna apabila
dilihat dari segi bahasa berasal dari bahasa latin yaitu "Fauna", serta dapat di
artikan ialah sebagai "alam hewan" yang menyakup ke segala jenis serta juga
macam hewan dan kehidupannya yang berada pada wilayah serta pada masa
tertentu (Anonim, 2015).
Flora, fauna dan juga kehidupan lainnya seperti fungi yang hidup bersama-
sama di dalam wilayah serta waktu yang sama dapat di sebut dengan
11
"Biota". Sama halnya dengan "flora", fauna itu juga sering di tulis dengan imbuhan
nama geografis pada belakangnya. Misalnya contoh alam hewan Asia, atau alam
hewan Australia (Anonim, 2015). Anonim (2015) menyatakan bahwa dalam ilmu
Biologi keberadaan dari flora serta fauna di suatu wilayah itu biasanya digunakan
untuk mempelajari gen serta spesies tanaman dan juga hewan, pertumbuhan serta
perkembangbiakannya, hubungan diantara satu dengan yang lain yang berada
pada wilayah yang sama. Selain itu lingkungan itu juga dapat membantu lebih lanjut
tentang klarifikasi flora serta fauna. Misalnya, flora dan juga fauna yang hidup pada
suatu wilayah akan merujuk kepada keberadaan dari tanaman dan hewan yang
hidup di kedalaman air ataupun juga lingkungan sekitar dari wilayah geografis itu.
12
BAB III. METODE PRAKTIK
A. WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIK
Praktik Konservasi Flora dan Fauna dilaksanakan pada hari Minggu 19 April
2015. Tempat pelaksanaan praktik di kawasan lokasi CSR PUSAT PELATIHAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (P3M) PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Unit 12 Tarjun Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.
B. OBYEK DAN PERALATAN PRAKTIK
1. Obyek praktik
Obyek dalam praktik ini merupakan flora dan fauna yang berada dalam lokasi
pusat pelatihan pemberdayaan masyarakat (P3M) PT. Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk. Unit 12 Tarjun Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan
2. Peralatan praktik
Peralatan yang digunakan dalam praktik ini berupa alat tulis dan kamera yang
digunakan dalam kegiatan dokumentasi kegiatan praktik.
C. PROSEDUR PRAKTIK
Praktik konservasi flora dan fauna dilaksanakan dengan cara observasi
(tinjauan) lapangan. Dalam tinjauan lapangan ini dilakukan pengamatan terhadap
kegiatan CSR perusahaan Indocement yang tergabung dalam kegiatan P3M
perusahaan. P3M sendiri salah satunya melakukan penangkaran terhadap
beberapa hewan (fauna) yang dilindungi di Indonesia, selain itu juga melakukan
penanaman flora (tumbuhan) di areal P3M yang dimiliki oleh perusahaan dengan
luasan sekitar 7 Ha.
13
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. PABRIK UNIT TARJUN, KABUPATEN KOTABRU, KALIMANTAN SELATAN
Coporate Social Responsibility (CSR) merupakan sebuah tanggung jawab
sosial yang harus dilaksanakan oleh setiap perusahaan terhadap masyarakat yang
bermukim di desa-desa sekitar perusahaan beroperasi. CSR sendiri bagi dunia
usaha bertujuan sebagai komitmen yang berkontribusi pada peningkatan ekonomi
yang berkelanjutan, pembangunan lingkungan, karyawan dan keluarga, serta
masyarakat sekitar, untuk peningkatan kualitas hidup. Pembangunan masyarakat
dalam kegiatan CSR menggunakan 5 pillar yang terdiri atas (pillar pendidikan,
kesehatan, ekonomi, sosial budaya, agama budaya dan organisasi, serta pillar
keamanan), ditambah juga dengan sustainable development program (program
pembangunan berkelanjutan).
Untuk mewujudkan misi perusahaan, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Menjadikan sebanyak 35 desa berlokasi berdekaan dengan unit operasionall
perusahaan menjadi desa binaan program CSR. 35 desa tersebut terbagi atas 4
lokasi pabrik seperti yang terlihat pada tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Desa Binaan Pada Setiap Lokasi Pabrik di Indonesia
No Lokasi Pabrik Desa Binaan
1 Citeureup 12 2 Cirebon 6 3 Tarjun 10 4 Non-plant 7
Total 35
Sumber Data: PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. 2015
Lokasi pabrik indocement di Tarjun kotabaru sendiri terdiri atas 10 desa yang
terbagi di sekitar lokasi kegiatan produksi. Nama-nama dari 10 desa tersebut dapat
dilihat pada tabel 3 berikut:
14
Tabel 3. Desa Binaan di Lokasi Pabrik Tarjun, Kalimantan Selatan
No Desa Binaan Kecamatan
1 Sungai Kupang Kelumpang Hilir 2 Sidomulyo Kelumpang Hilir 3 Cantung Kiri Hilir Kelumpang Hilir 4 Pulau Panci Kelumpang Hilir 5 Simpang Tiga Kelumpang Hilir 6 Tegalrejo Kelumpang Hilir 7 Serongga Kelumpang Hilir 8 Langadai Kelumpang Hilir 9 Tarjun Kelumpang Hilir
10 Sungai Dua Kelumpang Hilir
Sumber Data: PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Sepuluh desa binaan yang diberdayakan oleh pabrik Indocement yang
berlokasi di Tarjun diberdayakan dengan beberapa kegiatan yang mengusung 5
pillar dan SDP yang telah dijelaskan diatas. Kegiatan-kegiatan tersebut terdiri atas:
Tabel 4. Kegiatan pemberdayaan desa binaan di lokasi pabrik Tarjun
No Pillar Kegiatan
1 Pendidikan Sarana dan prasarana pendidikan, beasiswa dan pelatihan 2 Kesehatan Pusling, sarana kesehatan, penyuluhan kesehatan 3 Ekonomi Kredit kecil (mikro), pelatihan UMKM 4 Sosial Prasarana umum, olahraga, seni, budaya 5 Keamanan Poskamling, pelatihan linmas 6 SDP Pelatihan P3M, UPK, Energy Crops, IWEC
Sumber data: PT. Indocement Tarjun, 2015
Kegiatan diatas telah dilaksanakan oleh perusahaan dengan adanya harapan
keberlanjutan yang mandiri berupa dalam bidang pendidikan (guru dan sekolah
mandiri), kesehatan (kader posyandu teladan, sekolah sehat, sekolah hijau dan
sekolah adiwiyata), ekonomi (UMKM mandiri), Sosial (Rumah Seni dan Budaya,
Kampung Bersih dan Hijau, dan Mangrove), SDP (Kelompok ternak sapi dan
kambing, bank sampah dan IWEC).
B. PUSAT PELATIHAN & PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (P3M) DAN KONSERVASI FLORA FAUNA
Pusat Pelatihan & Pemberdayaan Masyarakat (P3M) didirikan di Citeureup,
Cirebon, dan Tarjun dengan tujuan untuk mengembangkan masyarakat guna
memberdayakan dirinya dalam bidang pertanian, perikanan dan peternakan dan
15
IWEC (Indocement Wildlife Education Center). P3M dibangun diatas lahan eks-
tambang dan lahan lainnya yang berada di area perusahaan. P3M dijalankan
dengan pola kerjasama perusahaan dengan institusi pendidikan dan dinas
pemerintahan terkait.
P3M milik pabrik PT. Indocement di Tarjun, Kotabaru dibangun diatas lahan
dengan luas kurang lebih 7 ha. Di atas lahan 7 ha ini perusahaan membangun
berbagai jenis kegiatan untuk mengembangkan pemberdayaan masyarakat.
Kegiatan yang dilakukan seperti pembangunan penangkaran satwa-satwa yang
dilindungi oleh negara seperti Bekantan (Nasalis larvatus), Owa-owa (Hylobates
muelleri), Rusa Sambar (Cervus unicolor). Selain itu juga dilakukan kegiatan
peternakan seperti pemeliharaan Sapi Bali (Bos sondaicus), Kambing Pe(Capra
hircus), dan Ayam (Gallus gallus). Selain penangkaran dan peternakan juga, P3M
di pabrik PT. Indocement Tarjun juga membangun Gazebo Pelatihan, Pertanian dan
Perkebunan serta Biogas. Di dalam areal P3M ini juga dilakukan penanaman
beberapa jenis flora (tumbuhan) yang sudah terancam kepunahannya seperti ulin
(Eusideroxylon zwageri T. et B.), Kasturi (Mangifera kasturi) juga tanaman lain yang
berfungsi menjadi naungan seperti Trembesi (Samanea saman) dan tumbuhan
lainnya.
16
Gambar 1. Pusat Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat (P3M) PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Unit Tarjun Kalimantan Selatan
Gambar 2. Lahan P3M PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Unit Tarjun Kalimantan Selatan
Gambar 1 dan 2 di atas menunjukkan lokasi kegiatan P3M yang digunakan
oleh PT. Indocement pabrik unit Tarjun yang menggunakan luasan lahan (tanah)
PENANGKARAN
BEKANTAN
PERIKANAN
PENANGKARAN OWA-OWA
PENANGKARAN
RUSA SAMBAR
GAZEBO PELATIHAN
PETERNAKAN KAMBING
PTERNAKAN
SAPI
PERTANIAN PERKEBUNAN &
BIOGAS
17
seluas 7 ha. Tempat P3M tersebut digunakan oleh perusahaan Indocement dalam
melaksanakan kewajiban mereka sebagai perusahaan yang memiliki kewajiban
untuk memberdayakan masyarakat sekitar perusahaan juga tanggung jawab lain
dalam melakukan konservasi terhadap flora dan fauna yang sudah mengalami
kelangkaan seperti Bekantan, Owa-owa dan Rusa sambar.
Tanggung jawab perusahaan terhadap konservasi terhadap flora dan fauna
dilakukan oleh perusahaan dengan cara ex-situ dan ada pula yang dilakukan
dengan cara in situ. Konservasi dengan cara ex-situ dilakukan perusahaan dengan
melakukan penangkaran terhadap satwa berupa owa-owa, bekantan dan rusa
sambar di areal P3M milik mereka, selain itu juga melakukan penanaman flora
langka seperti ulin, kasturi yang juga dilakukan penanamannya d areal P3M.
Untuk melakukan penangkaran flora dan fauna yang dilindungi, setiap
orang/kelompok yang melakukan penangkaran harus mendapatkan izin dari instansi
terkait seperti pihak BKSA dan/atau Jenderal PHKA selaku pelaksana Otoritas
Pengelola CITES di Indonesia. Hal ini sudah dilakukan oleh pihak PT. Indocement
dengan ditandatanganinya prasasti perizinan sekaligus penangkaran terhadap Rusa
Sambar oleh Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA)
Kementerian Kehutanan seperti yang terlihat pada gambar 3 dibawah.
Gambar 3. Prasasti peresmian penangkaran Rusa Sambar
18
Selain melakukan penangkaran beberapa satwa dan melakukan penanaman
beberapa jenis tumbuhan langka yang telah disebutkan diatas, P3M PT.
Indocement Tarjun juga melakukan penangkaran dan penanaman beberapa satwa
dan tumbuhan yang terdapat di dalam areal P3M, seperti yang tersaji pada tabel 4
dan 5.
Tabel 5. Satwa di sekitar area P3M-CSR Tarjun
No Satwa Kategori Jumlah
1 Rusa sambar Langka 9
2 Bekantan Langka 5
3 Owa-owa Langka 4
4 Sapi Ternak 0
5 Kambing Ternak 12
6 Ikan haruan/gabus Ikan budaya 100
7 Ikan Papuyu/Betok Ikan budaya 2000
8 Ikan Nila Ikan budaya 5000
9 Ikan Patin Ikan budaya 300
10 Ikan Bawal Air Tawar Ikan budaya 400
11 Burung Merpati Ternak 6
12 Burung Bangau Pantai Satwa liar 1
13 Burung Pipit Satwa liar 3
14 Burung Kacer Satwa Liar 2
15 Burung Kutilang Satwa Liar 2
16 Burung Pialing Satwa Liar 1
17 Burung Belibis Satwa Liar 10
Sumber: PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Unit Tarjun 2015
Tabel 6. Flora atau tumbuhan di sekitar area P3M-CSR Tarjun
No Tanaman/Pohon Kategori Jumlah
1 Ulin Langka 5
2 Kasturi Langka 3
3 Rambai Gunung Langka 5
4 Jejantik Langka 3
5 Gaharu Komersil 3
6 Ketapi Tanaman hutan 5
7 Kujajing Tanaman hutan 2
8 Halaban/alaban Tanaman hutan 5
9 Trembesi Tanaman penghijauan 10
10 Ketapang Tanaman penghijauan 15
11 Nyamplung Tanaman bioenergi 2
12 Mengkudu hutan Tanaman hutan 2
13 Pucuk merah Tanaman hias 5
14 Mangga Tanaman buah 40
15 Gamal Tanaman penghijauan 50
16 Durian Tanaman buah 5
19
Lanjutan tabel 6. Flora atau tumbuhan di sekitar area P3M-CSR Tarjun
17 Rambutan Tanaman buah 40
18 Buah naga Tanaman buah 30
19 Pisang Tanaman buah 50
Sumber: PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Unit Tarjun 2015
Konservasi in-situ juga dilakukan dengan cara membangun sebuah hutan
mangrove konservasi yang dibangun dengan melakukan kerjasama dengan pihak
pemerintah desa dan juga masyarakat desa Langadai, Kotabaru Provinsi
Kalimantan Selatan. Hutan Mangrove Desa Langadai sendiri merupakan sebuah
hutan mangrove yang berada di luar dari cagar alam atau areal penggunaan lain.
Akibat dari adanya kebiasaan masyarakat yang dulunya suka menggunakan hutan
mangrove mengakibatkan keberadaan hutan mangrove yang ada di Desa Langadai
terancam keberadaannya. Untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan masyarakat
Desa Langadai bekerjasama dengan PT. Indocement Tarjun dengan program
CSRnya berinisiatif untuk membuat sebuah areal konservasi hutan mangrove
seluas +/- 20 Ha yang diresmikan oleh Bupati Kotabaru pada tahun 2014. Menurut
informasi yang diberikan oleh kepala desa Langadai, areal konservasi hutan
mangrove ini menjadi habitat bagi Bekantan dan Kera dan beberapa jenis burung
lainnya. Dalam tinjau lapangan yang dilakukan berkeliling di areal hutan mangrove
tersebut, tidak ditemukan adanya bekantan diakibatkan karena sudah terlalu siang,
namun sempat ditemukkan adanya kera di areal hutan mangrove tersebut.
Gambar 4. Seekor kera sedang melakukan aktivitas harian.
20
Gambar 5. Spanduk ajakan untuk menyelamatkan hutan mangrove Desa Langadai,
Kotabaru Kalimantan Selatan
Gambar 5 diatas mengajak masyarakat untuk menyelamatkan hutan
mangrove yang ada di Desa Langadai. Menurut informasi yang didapatkan bahwa
hutan mangrove desa Langadai menjadi habitat beberapa satwa seperti berbagai
jenis burung dan bekantan serta satwa lain seperti monyet. Bekantan menjadi salah
satu hewan yang telah dilindungi oleh pemerintah berdasarkan UU Nomor 5 Tahun
tentang konservasi SDA hayati dan ekosistemnya, UU nomor 7 tahun 1999 tentang
pengawetan jenis tumbuhan satwa, SK Menhut No 301/Kpts-II/1991 tentang daftar
satwa yg dilindungi di Indonesia. Selain itu Bekantan juga terdaftar di catatan
merah (IUCN) dengan status endangered (hampir punah), Bekantan juga termasuk
satwa yang tidak boleh diperdagangkan dalam perdagangan internasional (CITES)
dengan kategori Appendix I (tidak boleh diperdagangkan).
P3M CSR PT. Indocement Unit Tarjun Kotabaru telah melakukan tanggung
jawabnya sebagai perusahaan yang menjalankan amanat UU Nomor 47 Tahun
2007 tentang perseroan terbatas yang mewajibkan setiap perusahan (PT) untuk
menjalankan tanggung jawab sosial mereka terhadap masyarakat dengan
menjalankan berbagai kegiatan pengembangan terhadap 10 desa yang berada di
21
sekitar kawasan perusahaan, selain itu juga telah melakukan penangkaran terhadap
beberapa satwa langka yang dilindungi oleh negara baik dengan cara ex-situ (P3M)
maupun secara in-situ dengan membangun areal konservasi hutan mangrove di
Desa Langadai Kotabaru.
22
BAB V. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan ini adalah:
1. Di areal P3M PT. Indocement Tarjun teridentifikasi sebanyak 17 jenis satwa, 3
jenis dengan status langka dan dilindungi yakni Rusa Sambar, Owa-owa dan
Bekantan
2. Jenis tumbuhan teridentifikasi sebanayk 19 jenis, 4 jenis dengan status langka
yakni ulin, kasturi, rambai gunung dan jejantik
3. Konservasi secara ex-situ dilakukan dengan membuat penangkaran terhadap
satwa langka dan penanaman tumbuhan langka di areal P3M, sedangkan
konservasi in-situ dilakukan dengan melakukan konservasi hutan mangrove
Desa Langadai yang menjadi ekosistem berbagai jenis flora dan fauna, termasuk
bekantan yang tergolong ke dalam satwa langka dan dilindungi.
B. SARAN/REKOMENDASI
Perlu dilakukan sebuah penelitian tentang kondisi/keadaan dari aktivitas
harian (pergerakan, makan, bermain) dari berbagai jenis satwa langka yang ada di
penangkaran (ex-situ) atau yang berada pada kawasan konservasi mangrove (in-
situ) sehingga bisa diketahui keadaan dari kehidupan satwa tersebut apakah sesuai
dengan kondisi habitat mereka terutama Bekantan dan Owa-owa yang berada di
penangkaran. Jika nantinya diketahui ketidaksesuaian tempat tinggal (habitat)
mereka bisa saja dilepas ke alam liar seperti ke kawasan konservasi hutan
mangrove Desa Langadai.
23
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Pengertian Flora dan Fauna.
http://www.pendidikanku.net/2015/04/pengertian-flora-dan-fauna-
terlengkap.html. Diakses tanggal 6 Juni 2015.
BKSDA Bali. 2015. Penangkaran Tumbuhan dan Satwa Liar. http://www.ksda-
bali.go.id/konservasi-ex-situ/penangkaran-tumbuhan-dan-satwa-liar/.
Diakses tanggal 6 Juni 2015.
BKSDA Sulsel. 2015. Penangkaran. http://www.ksdasulsel.org/penangkaran.
Diakses tanggal 6 Juni 2015.
PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tarjun. 2015. (Hasil Presentasi staf
perusahaan).
Widyana. 2012. Corporate Social Responsibility.
http://www.hukumperseroanterbatas.com/2012/04/13/corporate-social-
responsibility-oleh-perseroan-terbatas/. Diakses tanggal 6 Juni 2015.
Wikipedia. 2015. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
http://id.wikipedia.org/wiki/Tanggung_jawab_sosial_perusahaan. Diakses
tanggal 6 Juni 2015.
24
DOKUMENTASI
Welcome Oleh Pt. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Unit Tarjun Kalimantan
Selatan
25
Pusat Pelatihan Dan Pemberdayaan Masyarakat (P3M) PT. INDOCEMENT
TARJUN.
Penangkaran Bekantan
26
Konservasi In-Situ Bekantan Di Hutan Mangrove Desa Langadai.
top related